Nomor : RS/U.13.03.1059.I.3
TENTANG
2
Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor
20);
14. Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2013 tentang Pola
Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun (Berita
Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2013
Nomor 14);
15. Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor
RS/U.12.12.1910.I1 tentang Penetapan Penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
pada Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun.
MEMUTUSKAN :
3
(11) Jasa pelayanan tidak langsung adalah jasa pelayanan yang diberikan
kepada seluruh karyawan dengan menggunakan teknik untuk penentuan
besaran skor yang dimiliki oleh masing-masing karyawan RSSI (sistem
indeksing);
(12) Pelayanan kolaboratif adalah pelayanan yang memerlukan kerjasama
lebih dari satu jenis profesi atau jenis tenaga yang berbeda;
(13) Pelayanan non kolaboratif adalah pelayanan yang tidak memerlukan
kerjasama lebih dari satu jenis profesi atau jenis tenaga yang berbeda;
(14) Tim Pengendali Rumah Sakit RSSI yang selanjutnya disingkat TPRS
adalah tim yang dibentuk dengan surat keputusan direktur yang
bertugas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan peserta PT. Askes (Persero), Jamkesmas,
Jamkesda dan Asuransi Lain yang sejenis di RSSI serta perhitungan jasa
layanan;
(15) Tenaga Outsourcing adalah adalah tenaga kerja dari perusahaan yang
melakukan perjanjian pemborongan pekerjaan dengan RSSI yang dibuat
secara tertulis;
(16) By group adalah pemberian jasa pelayanan langsung kepada kelompok
dokter/perawat/paramedis/tenaga teknis lainnya;
(17) By name adalah pemberian jasa pelayanan langsung kepada perorangan
dokter/perawat/paramedis/tenaga teknis lainnya;
Pasal 2
AZAS
Pasal 3
RUANG LINGKUP PEMBAGIAN JASA PELAYANAN
(1) Pembagian jasa pelayanan diberlakukan bagi direktur, staf direktur dan
seluruh karyawan RSSI, baik PNS maupun Non PNS, kecuali tenaga
outsourcing.
(2) Imbalan atas jasa pelayanan diberikan berdasarkan jasa langsung dan
tidak langsung.
Pasal 4
HAK DAN KEWAJIBAN
(1) Direktur, staf direktur dan seluruh karyawan RSSI berhak mendapatkan
jasa pelayanan dengan mempertimbangkan azas proporsionalitas,
kesetaraan dan kepatutan.
(2) Direktur RSSI berkewajiban menyediakan alokasi dana untuk jasa
pelayanan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPA-SKPD) atau dokumen lain yang sejenis.
4
(3) Seluruh tenaga fungsional, baik tenaga medis, paramedis, penunjang
medis maupun tenaga fungsional lainnya berkewajiban memberikan
pelayanan yang optimal sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
dan standar-standar lain yang yang berlaku di RSSI.
Pasal 5
SUMBER PEMBIAYAAN
Pasal 6
JENIS JASA PELAYANAN
(1) Jasa Pelayanan merupakan pendapatan tambahan atas beban kerja yang
bersumber dari DPA-SKPD.
(2) Jasa pelayanan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) berasal dari jasa
pelayanan yang merupakan komponen tarif RSSI.
(3) Jasa pelayanan terdiri dari jasa pelayanan langsung dan tidak langsung.
(4) Jasa pelayanan langsung diberikan secara langsung pada pemberi
pelayanan.
(5) Jasa pelayanan tidak langsung diberikan ke seluruh karyawan RSSI.
Pasal 7
PEMBAGIAN JASA PELAYANAN
5
b. Setiap jenis pelayanan yang berhubungan langsung dengan pasien
dan bersifat non kolaboratif, proporsi jasa pelayanan langsung 57,5%,
jasa pelayanan tidak langsung (pos remunerasi) 37,5% dan jasa
pelayanan direktur 5%.
c. Setiap jenis pelayanan yang tidak berhubungan langsung dengan
pasien, proporsi jasa pelayanan langsung 42,5%, jasa pelayanan tidak
langsung (pos remunerasi) 52,5% dan jasa pelayanan direktur 5%.
d. Proporsi jasa pelayanan langsung farmasi ditetapkan dengan
ketentuan dokter (by name/by group) 25%, kelompok farmasi (by
group) 40% (40% apoteker, 60% asisten apoteker dan tenaga lain), jasa
pelayanan tidak langsung (pos remunerasi) 30% dan direktur 5%.
e. Jasa pelayanan tidak langsung (pos remunerasi) sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a, b, c dan d sebesar 75% berbentuk jasa yang
akan dibagikan langsung dan 25% untuk staf direktur;
(2) Jasa pelayanan dokter merupakan pendapatan individu/group, yang
dihasilkan berdasarkan jasa pelayanan medik dan diberikan berdasarkan
individu/group (by name/by group).
(3) Jasa pelayanan paramedis keperawatan dan non keperawatan merupakan
pendapatan kelompok yang dihasilkan berdasarkan jasa pelayanan
ruangan, instalasi, unit dan divisi yang diberikan berdasarkan kelompok
(by group).
(4) Jasa pelayanan kefarmasian merupakan pendapatan kelompok farmasi
yang dihasilkan berdasarkan jasa pelayanan kefarmasian dan diberikan
berdasarkan kelompok/perorangan (by group/by name).
(5) Jasa pelayanan pelaksana teknis merupakan pendapatan kelompok yang
dihasilkan berdasarkan jasa pelayanan tenaga pelaksana teknis non
dokter dan non paramedis yang diberikan berdasarkan kelompok/individu
(by group/by name).
Pasal 8
PEMBAGIAN JASA PELAYANAN LANGSUNG
(1) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung pemeriksaan rawat jalan dan
rawat darurat ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Klinik KIA, Psikologi dan Gizi: dokter (by name) 25%, bidan (by group)
75%; ahli gizi (by group) 100%; psikolog (by name) 100%.
b. Klinik Umum dan Gigi : dokter (by name) 75% dan kelompok
paramedis (by group) 25%.
c. Klinik Spesialis: dokter (by name) 80% dan kelompok paramedis (by
group) 20%.
d. UGD : dokter (by name) 70% dan kelompok paramedis 30%.
e. Klinik General Check Up: dokter (by name) 70,6%, kelompok paramedis
23,4% dan kelompok administrasi 6%.
f. Klinik eksekutif: dokter (by name) 87% dan kelompok paramedis (by
group) 13%.
(2) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung rawat inap dan rawat
khusus ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dokter spesialis : visite dokter spesialis (by name) 70%, kelompok
paramedis (by group) 30%;
b. Dokter umum : visite dokter umum (by name) 61,54%, kelompok
paramedis (by group) 38,46%.
6
(3) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung konsultasi medis ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Konsultasi oleh dokter spesialis : dokter (by name) 86%, kelompok
paramedis (by group) 14%;
b. Konsultasi oleh dokter gigi : dokter (by name) 78,46%, kelompok
paramedis (by group) 21,54%.
(4) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung tindakan medik operatif
ditetapkan dengan ketentuan : dokter operator (by name) 70%, asisten
operator (by group) 30%;
(5) Proporsi jasa pelayanan langsung tindakan medis non operatif ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tindakan medis non operatif yang dilakukan secara langsung oleh
dokter: dokter (by name) 75% dan kelompok paramedis (by group)
25%;
b. Tindakan medik yang didelegasikan ke perawat : dokter (by group) 25%
dan kelompok paramedis (by group) 75%.
(6) Setiap tindakan dan atau prosedur pemeriksaan yang memerlukan
kehadiran dokter spesialis anestesi dan atau penata anestesi maka jasa
pelayanan ditambah jasa anestesi yang merupakan tambahan dengan
persentase tertentu dari jasa pelayanan sesuai ASA pasien dengan
pembagian jasa langsung ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. General Anestesi : dokter (by name) 70% dan kelompok paramedis (by
group) 30%;
b. Tindakan general anestesi yang didelegasikan ke paramedis: dokter (by
name/group) 30% dan paramedis (by group) 70%.
(7) Setiap tindakan dan atau pemeriksaan yang memerlukan kehadiran
dokter anak maka jasa pelayanan ditambah jasa dokter anak yang
besarnya 1/3 (satu per tiga) jasa pelayanan anestesi sesuai ASA dengan
pembagian jasa langsung ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dokter spesialis anak (by name) 75% dan kelompok paramedis (by
group) 25%.
b. Dalam hal yang hadir adalah dokter umum maka pembagiannya
diatur sbb : dokter spesialis anak sebagai penanggung jawab (by name)
25%, dokter pelaksana (by name) 50%, paramedis (by group) 25%.
c. Tindakan yang didelegasikan ke paramedis: dokter spesialis anak
sebagai penanggung jawab (by name) 25% dan paramedis (by group)
75%.
(8) Proporsi jasa pelayanan langsung pemeriksaan laboratorium ditetapkan
dengan ketentuan : dokter (by name) 40% dan kelompok paramedis (by
group) 60%.
(9) Proporsi jasa pelayanan langsung pemeriksaan radiodiagnostik ditetapkan
: radiodiagnostik: dokter (by name) 60% dan kelompok paramedis (by
group) 40%.
(10) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung pemeriksaan diagnostik
elektromedik dan diagnostik khusus ditetapkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan diagnostik elektromedik yang dilakukan oleh dokter
secara langsung: dokter (by name) 75%, kelompok paramedis (by
group) 25%.
b. Pemeriksaan diagnostik elektromedik yang didelegasikan ke
paramedis: dokter (by group) 25% dan kelompok paramedis 75%.
7
(11) Proporsi pembagian jasa pelayanan Iangsung tindakan medis terapi
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tindakan medis terapi yang dilakukan secara langsung oleh dokter:
dokter (by name) 75%, kelompok paramedis (by group 25%).
b. Tindakan medis terapi yang didelegasikan ke paramedis bilamana
dokter penanggungjawabnya dokter umum/dokter spesialis yang
sedang tidak bekerja : dokter (by name) 25%, kelompok paramedis dan
tenaga lain (by group 75%).
c. Tindakan medis terapi yang didelegasikan ke paramedis bilamana
dokter penanggungjawabnya dokter spesialis : dokter (by name) 40%,
kelompok paramedis (by group 60%).
d. Tarif tindakan medis terapi yang berlaku bilamana dokter
penanggungjawabnya memiliki kompetensi dokter umum disetarakan
dengan klinik umum.
e. Tarif tindakan medis terapi yang berlaku bilamana dokter
penanggungjawabnya memiliki kompetensi dokter spesialis
disetarakan dengan klinik spesialis.
(12) Proporsi jasa pelayanan langsung pelayanan persalinan diatur dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Persalinan normal oleh bidan ditetapkan 80% (by group) dan 20%
diserahkan pada dokter (by name) sebagai penanggung jawab.
b. Persalinan normal oleh dokter umum: dokter (by name) 66%, bidan
34% (by group).
c. Persalinan normal oleh dokter spesialis: dokter (by name) 75%,
kelompok bidan (by group) 25%.
d. Persalinan dengan tindakan pervaginam: dokter (by name) 70%,
kelompok bidan 30%.
e. Dalam hal diperlukan tindakan anestesi maka jasa pelayanan
ditambah jasa anestesi 1/3 (satu per tiga) dari jasa pelayanan yang
pembagian jasa langsungnya diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
Dokter (by name) 70% dan kelompok paramedis (by name) 30%.
Tindakan anestesi yang didelegasikan ke paramedis: dokter (by
name) 30% dan kelompok paramedis 70% dan atau sesuai
kesepakatan antara dokter dengan kelompok paramedis.
f. Dalam hal diperlukan pendampingan oleh dokter anak, maka jasa
pelayanan ditambah jasa dokter anak 1/4 (satu per empat) dari jasa
pelayanan yang pembagian jasa langsungnya ditetapkan dengan
ketentuan: dokter (by name) 75% dan kelompok paramedis (by group)
25%.
(13) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung konsultasi khusus dan
tindakan khusus di ruang perawatan ditetapkan sebagai berikut:
a. Konsultasi oleh dokter spesialis : dokter (by name) 86% dan kelompok
perawatan (perawat dan tenaga lainnya) 14%;
b. Konsultasi oleh ahli gizi (by group), psikolog (by name), petugas
bimbingan rohani (by name) 100%.
(14) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung pemberian surat keterangan
ditetapkan dengan ketentuan: dokter penandatangan (by name) 65% dan
pelaksana administrasi/rekam medis (by group) 35%.
8
(15) a. Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung visum et repertum pasien
hidup ditetapkan dengan ketentuan: dokter (by name) 70%, kelompok
paramedis (by group) 20%, kelompok rekam medis (by group) 10%.
b. Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung visum et repertum mayat
ditetapkan dengan ketentuan: dokter (by name) 70%, pemulasaraan
jenazah (by group) 20%, kelompok rekam medis (by group) 10%.
(16) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung pelayanan jenazah
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bedah mayat: dokter (by name) 70%, kelompok paramedis (by group)
20% dan kelompok rekam medis (by group) 10%.
b. Selain bedah mayat, pelaksana (by group) 100%.
(17) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung transportasi jenazah
ditetapkan dengan ketentuan 100% untuk pelaksana (by name).
(18) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung transportasi medik
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ambulans tanpa pendamping 100% untuk sopir (group).
b. Ambulans paramedis :
Dalam kota: paramedis (by group) 50%, sopir (by group) 50%.
Luar kota:
a. Dalam hal paramedis telah mendapat uang saku dari
pasien/keluarga pasien/SPPD: sopir (by group) 100%.
b. Dalam hal paramedis tidak mendapat uang saku dari
pasien/keluarga pasien/SPPD: paramedis (by name) 50%,
sopir (by group) 50%.
c. Ambulans medis umum :
Dalam kota: dokter (by name) 48%, paramedis (by group) 26%,
sopir (by group) 26%.
Luar kota: dokter (by name) 40%, paramedis (by group) 30%, sopir
(by group) 30%.
d. Ambulans medis spesialis :
Dalam kota: dokter (by name) 58%, paramedis 21% (by group),
sopir (by group) 21%.
Luar kota : dokter (by name) 50%, paramedis 25% (by group),
sopir (by group) 25%.
(19) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung darah dan gas medis
ditetapkan dengan ketentuan 100% untuk pelaksana. Tata cara
pembagian jasa pelayanan langsung darah dan gas medis akan diatur
lebih lanjut dengan keputusan direktur.
(20) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung laundri ditetapkan dengan
ketentuan 100% untuk pelaksana.
(21) Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung yang terkait dengan
Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS ditetapkan dengan
ketentuan 100% untuk pelaksana.
(22) a. Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung pada penyelenggaraan
Diklat jika melibatkan profesi/unit tertentu ditetapkan dengan
ketentuan : 65% profesi/unit (by group), 35% Diklat.
b. Proporsi pembagian jasa pelayanan langsung pada penyelenggaraan
Diklat yang tidak melibatkan profesi tertentu ditetapkan 100% untuk
pelaksana.
9
Pasal 9
PEMBAGIAN JASA PELAYANAN TIDAK LANGSUNG
Pasal 10
JASA PELAYANAN DIREKTUR
Pasal 11
PEMBAYARAN
Pasal 12
INDEKSING
10
b. Indeks Golongan adalah indeks yang diberikan berdasarkan golongan
ruang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Khusus pegawai kontrak nilai
golongan disesuaikan dengan golongan pengangkatan pertama PNS
sesuai pendidikan.
c. Indeks Lama Kerja di Rumah Sakit merupakan nilai untuk
memberikan penghargaan terhadap lama kerja karyawan di RSSI yang
dihitung berdasarkan terhitung mulai tanggal (TMT) aktif kerja.
Formula Indeks Lama Kerja di RS sbb :
11
Risiko grade I dengan nilai indeks 1 adalah kemungkinan terjadi
risiko kerja kecil sekali/ringan. Yang tergolong grade ini adalah
karyawan yang bekerja di bagian administrasi dan manajemen.
Risiko grade II dengan nilai indeks 2 adalah kemungkinan terjadi
risiko kerja cukup besar. Yang tergolong grade ini adalah
karyawan yang bekerja di Instalasi Pemeliharaan Sarana
Prasarana, Instalasi Gizi, , Instalasi Farmasi, Divisi Laundri.
Risiko grade III dengan nilai indeks 3 adalah kemungkinan terjadi
risiko kerja sangat besar. Yang tergolong grade ini adalah
karyawan yang bekerja di seluruh Instalasi Pelayanan Medik,
Instalasi Penunjang Medik dan Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
12
Setiap ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas perhari
dikurangi 0,1.
Setiap keterlambatan atau pulang sebelum waktunya tanpa
izin dikurangi 0,05 perkali.
o Performance index merupakan perkalian antara nilai indeks
kinerja (dua kali basic index) kali nilai prestasi kerja dan kali nilai
tingkat kehadiran.
Kepanitiaan
Indeks Posisi Jabatan
Tidak Tetap Tetap
1. Anggota
1 Posisi I Panitia
2. Sekretariat
1. Anggota
Panitia 1. Urusan
1. Ketua Seksi
2 Posisi II 2. Sekretariat 2. Anggota Seksi
2. Koordinator
3. Anggota 3. Pembantu Kasir
Pokja
1. Seksi di Ruangan
2. Penanggung jawab
jaga
3. Wakil Kepala Divisi
1. Sekretaris 1. Ketua Seksi 4. Anggota Komite
3 Posisi III 2. Bendahara 2. Ketua Pokja 5. Pemegang Barang
3. Wakil Ketua 3. Koordinator 6. Kasir
7. Anggota Pemeriksa
Barang
8. Anggota Pokja
Case-Mix
13
Kepanitiaan
Indeks Posisi Jabatan
Tidak Tetap Tetap
1. Wakil Kepala
Ruangan
2. Kepala Divisi
3. Anggota SMF
4. Ketua Pokja Komite
5. Subkomite
6. Anggota SPI
7. Koordinator Kasir
1. Sekretaris 8. Pemeriksa Barang
4 Posisi IV Ketua Panitia 2. Bendahara 9. Ketua Pokja Case-
3. Wakil Ketua Mix
10. PPTK
11. Pejabat Pengadaan
Barang
12. Anggota TPRS
13. Anggota Tim
Jamkesmas
14. Anggota Tim
Jamkesda
1. Kepala Ruangan
2. Ketua SMF
3. Sekretaris Komite
4. Wakil Ketua
Komite
5. Bendahara Komite
5 Posisi V Ketua Panitia
6. Wakil Ketua SPI
7. Pembantu
Bendahara
8. PPK
9. Ketua Case-Mix
10. Ketua TPRS
1. Ketua Komite
2. Kepala Instalasi
3. Ketua SPI
4. Perawat Supervisor
5. Bendahara
6 Posisi VI
Penerima
6. Bendahara
Pengeluaran
7. Kuasa Pengguna
Anggaran
Catatan:
Personil panitia yang mendapat nilai jabatan adalah panitia yang
terlibat secara aktif baik fisik maupun kontribusi pemikiran.
Staf tidak mendapat nilai kecuali ditunjuk untuk suatu kepanitiaan.
14
(4) Bobot atau Rating masing-masing variabel sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (2) merupakan nilai yang diberikan berdasarkan derajat
keterkaitan dengan kinerja karyawan. Bobot masing-masing variabel
adalah sebagai berikut :
1. Basic Index = Rate 1
2. Indeks Golongan = Rate 1
3. Indeks Lama Kerja di RS = Rate 1
4. Compensation Index = Rate 3
5. Capacity Index = Rate 3
6. Risk Index = Rate 3
7. Emergency Index = Rate 3
8. Performance Index = Rate 4
9. Position Index = Rate 3
(5) Penjumlahan dari perkalian antara nilai masing-masing variabel dengan
bobot merupakan skor individu. Skor individu dihitung oleh atasan
langsung yang bersangkutan dan ditetapkan oleh Kepala Subbagian
Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan RSSI.
(6) Penjumlahan dari seluruh skor individu merupakan total skor RSSI.
(7) Besaran jasa pelayanan masing-masing karyawan adalah :
Skor Karyawan
Jasa Pelayanan = ---------------------------- x Total Dana Pos Remunerasi
Total Skor RSSI
Sesuai Lama
3. Indeks Lama Kerja di RS 1
Kerja di RSSI
4. Compensation Index
a. Grade I 1
b. Grade II 2 3
c. Grade III 3
15
No Obyek Nilai Bobot Skor
5. Kualifikasi/Capacity Index
a. SD 0,25
b. SLTP 0,50
c. SLTA 0,75
d. D1/SPK/SPRG 1,00 3
d. D2/D3 1,25
e. D4/S1 1,50
f. Dokter Umum/ 1,75
DokterGigi/Apoteker/Ners
g. Dokter Spesialis/S2 2,00
6. Risk Index
a. Grade I 1
b. Grade II 2 3
c. Grade III 3
7. Emergency Index
a. Grade I 1
b. Grade II 2 3
c. Grade III 3
2 x Basic Index
8. Performance Index x prestasi kerja 4
x absensi
9. Position Index
a. Posisi I 1
b. Posisi II 2
c. Posisi III 3 3
d. Posisi IV 4
e. Posisi V 5
f. Posisi VI 6
g. Posisi VII 7
Pasal 13
SANKSI
(1) Setiap karyawan yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas, maka
jasa pelayanan tidak langsungnya dipotong 100% sejumlah hari
ketidakhadirannya. Bila ketidakhadirannya lebih dari 10 hari kerja dalam
setiap bulan, maka jasa pelayanan tak langsungnya dinyatakan hangus
dan pemotongan jasa pelayanannya akan diserahkan pada pos
kesejahteraan.
(2) Setiap karyawan yang cuti selama 1 (satu) bulan penuh atau cuti besar,
maka secara otomatis tidak mendapatkan jasa pelayanan tidak langsung.
(3) Setiap karyawan yang cuti tahunan maka jasa pelayanan tidak
langsungnya dipotong 50% dari sejumlah hari cuti yang bersangkutan.
(4) Setiap karyawan yang tidak masuk kerja karena izin dan memberi tahu
kepada atasannya maka jasa pelayanan tidak langsungnya dipotong 75%
16
dari sejumlah hari ketidakhadirannya, jika lebih dari 4 hari dalam satu
bulan maka jasa pelayanan dianggap hilang.
(5) Izin karena sakit harus menyerahkan Surat Keterangan Dokter yang
disampaikan ke Divisi Kepegawaian.
(5) Setiap karyawan yang tidak melaksanakan tugas karena sakit, maka jasa
pelayanan tidak langsungnya tetap diberikan secara penuh.
(6) Setiap karyawan yang melaksanakan tugas dinas luar, maka jasa
pelayanan tidak langsungnya tetap diberikan secara penuh.
(7) Jika karena sesuatu hal seorang karyawan digantikan dinasnya oleh
karyawan yang setara, maka jasa pelayanan langsungnya diberikan pada
karyawan pengganti.
Pasal 14
LAIN-LAIN
(1) Perhitungan skor, baik skor individual maupun total skor RSSI dapat
berubah setiap bulan sesuai dengan dinamika kekaryawanan dan akan
ditetapkan oleh direktur atas usulan Kepala Bagian Tata Usaha RSSI.
(2) Apabila karena sesuatu, hal ada pejabat fungsional yang merangkap
dengan jabatan fungsional lainnya, maka nilai Position Index dimasukkan
keduanya.
(3) Apabila jabatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) lebih dari dua
jabatan, maka dimasukkan maksimal 2 (dua) jabatan dan dipilih yang
nilainya tertinggi.
17