File PDF
File PDF
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah- Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penulisan karya
ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah pada Program
Pendidikan Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Penulis menyadari bahwa apa yang telah diraih bukanlah karena usaha
penulis semata melainkan atas kasih dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa,
serta bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D., selaku supervisor utama, yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, saran, dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
karya ilmiah akhir ini;
2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP., selaku supervisor, yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, saran, dan
arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir ini;
3. Ibu. Nani S, M.Kep., selaku Ka. Bidang Keperawatan Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta, yang telah memberikan persetujuan atas pelaksanaan praktik
residensi keperawatan onkologi;
4. Ibu Retno Purwanti,SK.P., Sp. Onk., M.Biomed selaku pembimbing klinik dan
penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam menjalani praktek residensi di
RSKD;
5. Bapak Masfuri, SK.p., MN., selaku penguji KIA yang telah memberikan saran
demi perbaikan karya iliah akhir ini;
6. Direktur Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta beserta staf, yang telah
memberikan persetujuan atas pelaksanaan praktik residensi keperawatan onkologi;
7. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
iv
ABSTRAK
Kanker merupakan masalah kesehatan yang serius dan menjadi suatu masalah di
dunia termasuk di Indonesia. Salah satu jenis kanker yang angkanya terus
meningkat dari tahun ketahun dan dapat menyebabkan kematian diantaranya
adalah kanker kolon. Klien dengan kanker kolon banyak ditemukan dengan
jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Hampir semua klien kanker
kolon pada umumnya datang pada stadium yang sudah lanjut. Terkait hal tersebut,
maka peran perawat spesialis keperawatan medikal bedah menjadi sangat penting
dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
Peaceful End of Life Theory pada kanker kolon, penerapan pemberian akupresur
pada titik P6 dan ST 36 dalam mengurangi mual muntah akibat kemoterpi sebagai
bukti mutakhir dalam manajemen mual muntah, serta berperan aktif dalam
program inovasi pengembangan pengkajian keperawatan yang terintegerasi
dengan pengkajian ESAS yang berfokus pada masalah klinis klien kanker. Hasil
analisis praktik menunjukkan bahwa Peaceful End of Life Theory sesuai
diterapkan pada asuhan keperawatan pada klien kanker. Pemberian akupresur
pada titik P6 dan ST 36 sangat efektif dalam mengurangi mual dan muntah akibat
kemoterapi, dan format pengkajian keperawatan yang terintegerasi dengan
pengkajian ESAS cukup komunikatif dalam menilai permasalahan klinis klien
dengan kanker, sehingga dapat berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup klien dan
perbaikan kinerja perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada area
keperawatan onkologi.
Kata kunci:
Praktik residensi, keperawatan medikal bedah, peaceful end of life theory, Kanker
kolon, mual muntah, akupresur titik P6 dan ST 36, penggkajian ESAS.
vii
ABSTRACT
Cancer is serious health problem in world wide, including Indonesia. One type of
cancer that is increasing from year and which can to death include cancer of the
colon. Most of the cancer colon pateint comes t the hospital in advance stage.
Thas, medical surgical nursing specialist takes important role in nursing care
management by PEOL approach on cancer colon, accupressure application on P6
and ST 36 points for reducing nausea vomit, and also actively role in inovation
program of nursing assessment integrated with ESAS that focus on clinical
problem of ca client. Accupressure on P6 and ST 36 points are very effective in
reducing nausea and vomit because of chemotherapy and nursing assessment
form that integrated with ESAS assessment communicative enough in screening
clinical problem of the client with ca. So that affect nursing quality. The purposes
are increasing client’s quality of life and nursing service as nursing caregiver in
oncology nursing area.
Keywords:
Practice residency, medical-surgical nursing, peaceful end of life theory, colon
cancer, nausea faigue, vomiting, P6 acupressure and ST 36 points, ESAS
assessment.
viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
ix
4. PEMBAHASAN ……………………………………………………………70
4.1 Analisis Kasus Kelolaan Utama ……………………………………..71
4.2 Analisi Penerapan EBN ……………………………………………... 77
4.3 Analisi Penerapan Pengkajian ESAS Sebagai Inovasi ……………... 82
xi
xii
xiii
xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan secara umum
dan khusus, manfaat penulisan bagi pelayanan kesehatan dan pendidikan serta
sistematika penulisan.
Kanker adalah suatu penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia karena
angka kejadiannya yang terus meningkat setiap tahunnya. World Health
Organization (WHO, 2002) dalam situs resminya melansir bahwa estimasi
pada tahun 2015 sebanyak 9 juta orang dan tahun 2030 sebanyak 11.4 juta
orang akan meninggal karena kanker. Pada tahun 2005, WHO memperkirakan
setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta
diantaranya meninggal dunia. Pada saat ini, kanker merupakan satu penyebab
kematian di dunia. Jumlah penderita kanker di dunia pada tahun 2009
diperkirakan 14,1 juta jiwa (Black & Hawks, 2009). Ironisnya, kejadian ini
akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan negara yang berkembang
(International UnionAgainst Cancer, 2009). Menurut LeMone & Burke,
(2008), Pada umumnya pasien kanker mengalami gejala fisik, psikologis, dan
gangguan fungsional. Rata-rata jumlah gejala yang dapat terjadi secara
bersamaan seperti anorexsia, kurang tenaga, fatigue, nyeri, insomnia, gelisah,
depresi, ketegangan dan ketakutan (Ogce & Ozkan, 2008).
Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada penderita kanker adalah
kondisi malnutrisi yang berdampak terhadap penurunan terhadap kekebalan
tubuh, kemampuan melakukan aktivitas sehari- hari dan menurunkan
toleransi pasien terhadap sitostatika, radiasi dan pembedahan (Reksodiputro &
Sukrisman, 2006). Kondisi ini dapat terjadi sebagai efek dari kanker baik lokal
maupun sistemik dan juga dapat merupakan komplikasi dari tindakan medik
UNIVERSITAS INDONESIA
yang lainnya. Kanker sering kali tumbuh dengan pesat, bersifat invasif
(menginfiltrasi jaringan sekitar), dan mampu bermetastasis.
Kanker kolorektal menduduki peringkat tiga jenis kanker yang paling sering
terjadi di dunia (Wong, 2002). Kanker kolon sendiri menempati urutan ketiga
kasus kanker terbanyak di Amerika serikat baik itu pada pria maupun wanita
(Wong, 2002). Insiden kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian
angka kematiannya. Pada tahun 2002, kanker kolorektal menduduki peringkat
kedua pada kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita
menduduki peringkat ketiga. Menurut klasifikasi WHO, sebagian besar kanker
kolorektal adalah tipe adenokarsinoma (90-95%), adenocarsinoma mucinus
(17%), signet ring cell carcinoma (2-4%), dan sarcoma (0,1-3%). Gejala
klinik kanker kolorektal tergantung pada lokasi tumor. Kanker cecum dan
kolon asenden biasanya tidak memberikan gejala obtruktif, sedangkan kanker
rektosigmoid dapat menyumbat lumen dan sering terjadi perdarahan. Kanker
kolon sangat mungkin dicegah melalui deteksi dini dan terapi bedah yang
optimal pada lesi pre-maligna.
Oleh karena itu, deteksi dini serta terapi optimal seawal mungkin menjadi
perhatian utama dalam pencegahan kematian pada kanker, keduanya penting
karena semakin awal ditemukan semakin baik prognosis penderita kanker
kolon. Sebagai perbandingan, angka harapan hidup lima tahun untuk stadium
UNIVERSITAS INDONESIA
kanker yang masih terlokalisir di dinding usus adalah 90%. Namun apabila
telah terjadi metastasis, angka harapan hidup lima tahun menurun drastis
menjadi 68% pada metastasis regional dan 10% pada metastasis jauh (WHO,
2002). Menurut Desen (2008) penyebab kanker masih belum jelas,
menurutnya berbagai jenis kanker memiliki kekhasnya masing-masing,
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, etnis, pola hidup, latar belakang genetik
dan faktor-faktor yang lain. Masalah yang paling sering muncul pada klien
dengan kanker kolon umumnya terjadi gangguan pada fisik dan psikologis,
hal ini didukung oleh Lemone dan Burke (2008) yang mengatakan bahwa
penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat komplek yang mempunyai
menifestasi klinik yang bermacam-macam yang dapat ditimbulkan dari
penyakit tersebut.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
bukti mutakhir dalam tatalaksana klien kanker, serta berperan aktif melalui
program inovasi pengembangan pendokumentasian keperawatan yang
berfokus pada klien kanker. Peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dilaksanakan dengan menerapkan level middle range nursing
theory sebagai pendekatan manajemen klien dengan kanker, baik klien yang
sedang menjalani modalitas terapi, klien dengan masalah kedaruratan onkologi
maupun klien yang dalam tahapan palliative care.
Level middle range nursing theory terdiri atas beberapa teori keperawatan
yang menjadi pedoman bagi kegiatan keperawatan karena lebih jelas
menggambarkan kondisi pada pelayanan keperawatan (Peterson & Bredow,
2004). Selain itu middle range nursing theory juga lebih lengkap dan lebih
spesifik dalam menjelaskan suatu fenomena. Penggunaan teori ini dapat
menjadi suatu kerangka berpikir untuk perawat spesialis onkologi dalam
memahami status kesehatan klien dan dapat memberikan dasar yang logis
serta kritis dalam membantu mengatasi masalah klien untuk mencapai
kesehatan yang optimal. Dalam pemberian asuhan keperawatan pada kegiatan
residensi ini, penulis mencoba menganalisa beberapa teori keperawatan yang
dikategorikan ke dalam level middle range nursing theory, sebagai
pendekatan pada pemberian asuhan keperawatan bagi klien kanker. Adapun
teori keperawatan tersebut adalah “Theory of Comfort”, “Theory of Pain”, dan
“Peaceful End of Life Theory”. Teori-teori tersebut sering diterapkan pada
perawatan klien dengan kasus terminal. Dari analisa tersebut, penulis memilih
dan menerapkan “Peaceful End of Life Theory” pada setting pelayanan
keperawatan onkologi. Relevansi“Peaceful End of Life Theory” ditetapkan
berdasarkan kondisi dan kebutuhan klien, agar klien memperoleh pelayanan
keperawatan yang holistik. Integrasi teori keperawatan ke dalam praktek
keperawatan merupakan dasar sebagai profesi keperawatan (McEwen &
Wills, 2011).
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Oleh karena itu, dibutuhkan peran dari tim keperawatan yang dapat
memberikan penanganan komplikasi paska kemoterapi pada klien kanker
khususnya oleh residensi keperawatan onkologi. Dalam mengatasi mual
muntah akibat kemoterapi, salah satu terapi komplementer yang dapat
dilakukan adalah dengan pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 36.
Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijat dan
mengurut bagian dari tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau qi.
Dalam ilmu akupresur diyakini bahwa didalam tubuh kita terdapat energi
UNIVERSITAS INDONESIA
kehidupan dan sistem meridian sebagai sistem yang mengatur lalu lintas
energi dalam tubuh, jika terjadi kekurangan energi, stagnasi atau disharmoni
energi akan menimbulkan penyakit (Sukanta, 2008; Molassiotis, etal., 2007).
Energi ini dapat diperbaiki kembali dengan menggunakan akupunktur atau
akupresur pada titik-titik tertentu di tubuh.(Molassiotis, et al., 2007). Menurut
ilmu akupresur, gejala penyakit seperti mual dan muntah bisadiakibatkan oleh
kekurangan qi, stagnasi dari qi atau disharmoni dari qi pada limpa dan
lambung, dalam hal ini akupresur dapat bermanfaa tuntuk memperbaiki tubuh
pada status keseimbangan energi yang baik (Molassitis, et al,2007; Dibble,
2007).
Selain itu juga, penulis melakukan kegiatan inovasi dan berperan sebagai
inovator. Program inovasi bertujuan untuk memperkenalkan dan
mengembangkan ilmu baru. Kegiatan inovasi merupakan suatu aktivitas
dalam penerapan dengan menggunakan pendekatan secara sistematis dalam
yang harapannya dapat bermanfaat. Menurut Denosa (2009) inovasi
sebaiknya dimulai dari ide yang menarik, mudah diaplikasikan, terjangkau dan
dapat membantu meningkatkan status kesehatan yang lebih baik. Kegiatan
innovasi dilaksanakan secara bersama-sama dengan residen keperawatan
lainnyadan staf keperawatan di RSKD. Adapun pelaksanaan kegiatan inovasi
tersebut mengenai uji coba penerapan format pengkajian ESAS dan format
pengkajian keperawatan yang terintegrasi dengan ESAS pada klien kanker.
Penerapan kegiatan inovasi dilakukan di ruang perawatan Teratai RSKD.
Tujuan dari penerapan format pengkajian ESAS tersebut adalah untuk
menilai respon kesehatan klien kanker dan memudahkan perawat dalam
menyusun rencana asuhan keperawatan, sehingga akan berdampak pada
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat suatu karya ilmiah akhir
ini tentang Penerapan Teori Peaceful End Of Life dan pengkajian Edmonton
Symptom Assesment System (ESAS) Dalam Asuhan Keperawatan Pada Klien
Kanker Kolon Di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, akan diuraikan tentang tinjauan pustaka akan membahas tentang
kajian pustaka yang berhubungan dengan kasus kanker kolon dan penetapan
penggunaan teori keperawatan.
2.1.2 Etiologi
Etiologi kanker kolon sama seperti kanker lain pada umumnya belum jelas
hingga kini (Black & Hawks, 2009). Kanker kolon terjadi akibat adanya
interaksi antara pejamu, agen, dan lingkungan. Beberapa faktor yang
berperan antara lain:
2.1.2.1 Lingkungan
a. Nutrisi
Makanan berkontak langsung dengan dinding mukosa kolon sehingga
berpotensi untuk menimbulkan efek prekarsinogenik. Asupan tinggi lemak
dan alkohol merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolon. Selain itu,
konsumsi daging merah juga meningkatkan resiko. Hal tersebut
dihubungkan dengan kandungan lemak jenuh pada daging merah dan efek
karsinogenik pada pengolahannya. Pengolahan dengan suhu tinggi hingga
berwarna terlalu kecoklatan semakin meningkatkan resiko karena
terbentuknya mutagenic heterocyclic amines. Asupan rendah folat dan
metionin juga meningkatkan resiko terjadi kanker kolon. Defisiensi asam
folat dan metionin akan menurunkan kemampuan DNA dalam sistesis,
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
cerna atas, pankreas, ureter, atau pelvis renal). Sebanyak 4-6% kanker
kolon berasal dari HNPCC.
b. Faktor somatik
Sebagian besar kanker kolon berasal dari adenoma meskipun hanya 10%
adenoma yang berkembang menjai kanker kolon. Riwayat kolesistektomi
juga meningkatkan risiko kanker kolon karena ekskresi asam empedu
tanpa henti dan apabila dimetabolisme oleh bakteri usus halus akan
bersifat mutagenik
c. Kelainan usus besar non karsinoma
Inflammatory bowel disease (IBD), yang terbagi dalam dua gambaran
klinik colitis ulseratif dan penyakit Crohn, merupakan kelainan poligenik
dengan komponen familial yang kuat. Risiko kanker kolon pada penderita
IBD setelah 10 tahun akan meningkat 0,5% sampai 1% per tahun. Kanker
kolon pada penderita IBD dengan gambaran histologist mucinosa atau
anaplastik, berasal dari lesi datar atau dysplasia, dan bersifat
multiple.Berlawanan dengan kanker kolon tipe sporadic, mutasi p53
terjadi pada tahap awal karsinogenis kolon sedangkan mutasi APC pada
tahap akhir.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
usus belakang, nyeri pada kedua bagian kolon kiri dan kanan berbeda. Lesi
pada bagian kolon kanan yang berasal usus tangah terasa mula-mula pada
epigastrium atau diatas pusat. Nyeri pada apendisitis akut mula-mulaterasa
pada epigastrium, kemudian berpindah kebagian perut kanan bawah. Nyeri
dari lesi kolon desenden atau sigmoid yang berasal dari usus belakang
terasa mula-mula di hipogastrium atau dibawah pusat.
UNIVERSITAS INDONESIA
2. colon desenden
Kolon desenden meluas dari flexure yang splenic ke tulang panggul
3. colon sigmoid
Kolon sigmoid meluas dari garis tepi terendah penurunan kolon, melewati
tengah-tengah ke dalam garis tengah tulang panggul
2.1.4 Patogenesis
Sebagian besar adenokarsinoma kolon berasal dari adenoma yang
berkembang menjadi keganasan. Salah satu teorinya adalah mutasi
genetik yang melibatkan gen APC (adenomatous poly posis caoli). Mutasi
gen APC ditemukan pada 80% adenoma dan kanker kolon. Protein yang
dihasilkan oleh APC berperan dalam akrivasi onkogen c-myc dan cyclin
D1. Aktivasi kedua onkogen tersebut memicu progresi lesi premaligna
menjadi maligna. Mutasi APC dapat ditentukan pada kanker kolon tipe
familial maupun sporadic. Salah satu kanker kolon tipe familial yang
melibatkan APC adalah FAP. Sebesar 15-20% kanker kolon terjadi
melalui gangguan DNA mismatch repair yang ditandai dengan adanya
microsatellite instability. Hal itu melibatkan mutasi beberapa gen, yaitu
MSH2, MLH1, dan PMS2. Mutasi gen tersebut disebut sebagai high
frequency microsatellite instability (H-MSI). H-MSI dalah tanda
patognomonic dari HNPCC. H-MSI ditemukan pada 95% HNPCC
dengan 50% menunjukkan mutasi gen MSH2 atau MHL2. Melalui studi
tersebut juga ditemukan perbedaan yang bermakna angka kejadian H-MSI
pada HNPCC dibandingkan dengan non-HNPCC.Selain itu H-MSI juga
dapat ditemukan pada kanker kolon tipe sporadic.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
1. Tanda iritasi usus dan perubahan defekasi: sering buang air besar, diare
atau konstipasi, kadang konstipasi dan diare silih berganti, anus turun
tegang, sering terjadi nyeri pada abdomen.
2. Hematokezia: tumor luka ulserasi berdarah, kadang merah segar atau
merah gelap, biasanya tidak banyak, intermiten. Jika posisi tumor agak
tinggi, darah dan feses bercampur feses menjadi mirip selai.Kadang
keluar lendir berdarah.
3. Ileus: ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi kiri
sering ditemukan. Kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplasik menginvasi
ke sekitar dinding usus membuat lumen usus menyempit hingga terjadi
ileus, sering berupa ileus mekanik non total kronis, mula-mula timbul
perut kembung, rasa tidak enak pada perut, lalu muncul sakit perut
intermiten, borborigmi, obstipasi atau feses menjadi kecil (seperti pensil
atau tahi kambing) bahkan sampai tidak dapat buang angin tau feses. Pada
ileus akut maupun kronik, gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat
muntah, mungkin usus kecil (khususnya proksimal) sudah terinvasi
tumor.
4. Massa abdominal, adanya massa menunjukkan pembesaran tumor, sering
ditemukan pada kolon dekstra. Awalnya bersifat mobile, setelah
menginvasi sekitar menjadi terfiksasi.
5. Anemia, penurunan berat badan, deman, asthenia dan gejala toksik
sistemik lain. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tumor memerlukan
nutrisi tubuh, perdarahan jangka panjang menyebabkan anemia, dan
infeksi tumor menyebabkan demam dan gejala toksik.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
monitor efek terapi dan rekurensi pasca operasi memiliki nilai tertentu,
missal sebelum terapi nilai CA19-9 atau CEA pasien tinggi dan setelah
terapi nilainya turun, pertanda terapi tersebut efektif, begitu juga
sebaliknya. Bila pasca operasi nilai keduanya masih tingga, maka perlu
dicurigai adanya metastasis, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. Pasien kanker kolon dengan kadar CEA cairan empedu tinggi 3,4-
80,0 kali maka dicurigai adanya metastasis ke hati.
2.1.7.9 Tes Darah Samar Feses
Terdapat metode imunologi dan kimiawi.Metode imunologi memeiliki
sensitifitas dan spesifitas lebih tinggi dari metode kimiawi.Sedangkan
metode kimiawimemiliki kelebihan cepat, simple, ekonomis. Metode
imunologi meningkatkan angka hasil uji positif sejati dari kanker kolon.
2.1.7.10Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan ini menggunakan hasil penyikatan di bawah pengamatan
langsung endoskopi dan sediaan apusan langsung colok dubur terhadap
kanker anorektal, bila perlu hasil penyikatan dan sarung tangan jari dicuci
larutan garam faat lalu disentrifugasi diperoleh sedimen untuk sediaan
apusan.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2.1.10 Pencegahan
2.1.10.1 Chemoprevention
Salah satu bentuk chemoprevention adalah melalui modifikasi diet,
termasuk menurunkan asupan lemak dan meningkatkan asupan sayur serta
buah. Studi randomized controlled trial mengenai asupan kalsium
sebanyak 1200 mg per hari pada pasien dengan riwayat adenoma akan
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2.1.11 Prognosis
Prognosis kanker kolon akan bertambah buruk seiring dengan bertambah
lanjutnya stadium saat ditemukan.
Penentuan stadium kanker dan prognosis berdasarkan AJCC
5-Year
KGB Metastasis
Stadium Tumor Survival
Regional Jauh
Rates (5)
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
T2 N0 M0 93,2
UNIVERSITAS INDONESIA
dan teori tersebut dapat memberikan pemahaman yang lebih luas tentang
kondisi klien serta membantu dalam proses pengumpulan, pengorganisasian,
dan interpretasi masalah yang dihadapi oleh klien. Penggunaan model
konsep dan teori keperawatan membantu perawat untuk menunjukkan
akuntabilitas terhadap tindakan, melalui penjelasan ilmiah dan memberikan
pendekatan yang sesuai dengan praktik keperawatan berdasarkan teori
keperawatan (Christensen & Kenney, 2009).
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
klien saja, akan tetapi melibatkan keluarganya. Sehingga titik sentral dari
teori ini adalah klien dan keluarga sebagai support system (Ruland &
Moore, 2001 dalam Alligood & Tomey, 2010). Lima konsep utama yang
mendasari teori ini dan dijadikan sebagai filosofi dalam praktik
keperawatan adalah tidak merasa nyeri, merasakan kenyamanan, merasa
bermartabat dan dihargai, merasakan kedamaian dan merasakan kedekatan
dengan orang yang bermakna.
Teori ini dapat diterapkan pada klien kuratif pada stadium 1 dan 2 sampai
klien dengan penyakitnya sudah tidak responsif terhadap pengobatan
kuratif, diberikan perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai
akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan atau berduka
(Alligood & Tomey, 2010).Teori keperawatan dari Ruland dan Moore,
dapat diterapkan pada klien paliatif agar dapat terbebas dari nyeri, merasa
nyaman, merasa dihargai, merasa damai, bahkan dapat merasakan
kedekatan dengan orang yang bermakna dalam kehidupannya, dan jika
kematian harus terjadi, klien dapat meninggal dengan damai. Selain itu
setting struktur pada teori ini, yaitu bagaimana keluarga sebagai pendukung
bersama profesional perawatan dapat membantu klien untuk memperoleh
pengalaman yang menyenangkan selama hidupnya (Alligood & Tomey,
2010).
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2.4.4 Evaluasi
Penilaian terhadap respon klien dengan membandingkan perubahan
kondisi klien, dimana klien memperlihatkan semangat hidup yang baik,
terjalinnya hubungan yang harmonis dengan keluarga, dan dapat
beraktivitas normal.
Penerapan Peaceful End of Life Dalam Asuhan Keperawatan dapat dilihat
pada lampiran 2.
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 3
PROSES RESIDENSI
Bab ini akan menguraikan tentang peran perawat spesialis onkologi sebagai
pemberi asuhan keperawatan dengan menerapkan Peaceful End of Life Theory
pada asuhan keperawatan kasus kelolaan, penerapan Evidence Based Practice dan
penerapan inovasi Edmonton Symptom Assessment System (ESAS).
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada saat pengkajian didapatkan data; klien telah dilakukan tindakan medis
pada tanggal 20 Februari 2014 yaitu laparatomi dan kolostomi. Keluhan saat
ini yang dirasakan oleh klien adalah nyeri perut daerah post operasi menjalar
ke daerah vagina dengan skala 6/10. Pola aktivitas sehari-hari: klien mengeluh
belum dapat beraktifitas secara mandiri, karena klien merasa kepala terasa
pusing dan lemah jika beraktivitas, klien dalam melakukan kebutuhan sehari-
harinya hanya bisa dilakukan sambil duduk di atas tempat tidur.
Terapi yang diperoleh pada tanggal 25 Februari 2014: Codipront 2x1 cap,
OMZ 3x1 tab, Levofloxacin 1x1000 mg, Ultracet 3x1 tab, MST 2x10 mg,
Amitripilin 1x12,5 mg, Micostastain Drop 4x1cc, Tracetat 3x15 cc, OBH
campur 3x1 sdm , Theophilin 3x1 tab, Salbutamol 3x1 tab, Lasix 1x1 tab,
Nebulizer 3x/hari (bisolvon, ventolin), IVFD Amiparen 500 ml/12 jam, nacl
0,9% 500 ml/12 jam. Pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan yaitu;
Hasil hematologi rutin (24/2/2014): Hb 11,7 g/dL (N: 13-18), Leukosit 12,11
ribu/uL (N: 5-10), Trombosit 323 ribu/uL (N: 150-440), Eritrosit 4,00 ribu/uL
(N: 4,6-6,2), Ht 33 vol% (N:40-54). Kimia darah (24/2/2014): SGOT 52 U/L
(N: 0-38), SGPT 19 U/L (N: 0-41), Alb: 3.0 g/dL (N: 3,8-5,4). APTT; ps:
30,7, kontrol: 33,9.Ro Thorax (18/2/2014): dicurigai lesi metastase pada kedua
paru. MSCT abdomen dan pelvis (19/2/2014): massa pada rectum dengan
infiltrasi jaringan lemak perirektal, mesenterial perilingmoid dan dinding
panggul disertai asites. PA (26 Februari 2014) kesimpulan; infiltrasi
adenokarsinoma berdiferensi sedang pada vagina.Emboli limfovaskuler
ditemukan.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
3.2.9 Evaluasi
Tahap akhir dari pemberian asuhan keperawatan adalah melakukan penilaian
yang efektif terhadap keberhasilan implementasi keperawatan. Pelaksanaan
evaluasi keperawatan pada klien NY. MS dilakukan secara keseluruhan
setelah pemberian intervensi melalui analisis perkembangan SOAP.
Pelaksanaan evaluasi mengacu pada pencapaian kriteria hasil. Adapun
penilaian pencapaian kriteria hasil secara umum yang ditunjukkan oleh klien
terkait pemberian intervensi keperawatan selama sepuluh hari, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
3.2.9.1 Nyeri Kronis
Klien datang dengan keluhan nyeri pada daerah operasi dan menjalar ke arah
vagina dengan skala nyeri 6/10, setelah dilakukan intervensi manajemen
UNIVERSITAS INDONESIA
nyeri baik secara farmakologi maupun non farmakologi, intensitas nyeri yang
dirasakan oleh klien berkurang dengan penilaian skala nyeri 4, klien dapat
beristirahat dengan cukup, klien bisa beradaptasi dengan nyeri yang
dirasakan. Manajemen nyeri tetap dilakukan selama klien menjalani
perawatan di rumah sakit.
3.2.9.2 Resiko pola nafas tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan manajemen pola nafas, maka masalah resiko pola
nafas tidak efektif tidak menjadi aktual, klien memperlihatkan keluhan sesak
berkurang , nilai respiratori rate 22 x/ mnt, hemodinamik klien cukup stabil.
3.2.9.3 Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Setelah dilakukan tindakan manajemen nutrisi, memperlihatkan bahwa klien
mulai berselera untuk makan dan mengatakan mual berkurang, selera
makannya mulai ada, klien dapat menghabiskan ½ dari porsi makanan yang
diberikan. Hal ini didukung dengan peningkatan kadar Hb dengan hasil 12
g/dL Intervensi manajemen nutrisi tetap diteruskan.
3.2.9.4 Ansietas
Setelah dilakukan tindakan dalam mengatasi kecemasan, maka klien dapat
beradaptasi terhadap ansietas yang dialaminya. Hal ini terlihat dari
pengendalian diri yang ditunjukkan oleh klien, meskipun masih terdapat
respon perilaku yang kurang efektif seperti sering terdiam. Klien merasa
sedikit tenang, ekspresi wajah kadang-kadang cukup rileks.
3.2.9.5 Intoleran Aktivitas
Setelah dilakukan intervensi manajemen energi, klien memperlihatkan
peningkatan toleransi terhadap aktivitas selama dirawat. Klien menyatakan
perasaan tidak mudah lelah saat aktivitas. Status hemodinamik klien stabil
saat beraktivitas, TD: 120/80 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 22 x/menit,
Suhu:37.1C.
NCP Pada Ny M.S Bedasarkan Masalah Keperawatan dapat dilihat pada
lampiran 3.
UNIVERSITAS INDONESIA
3.3 Analisa Penerapan Peaceful End of Life Theory pada 30 Kasus Kelolaan
Selama kegiatan praktik residensi keperawatan medikal bedah peminatan
onkologi di RSKD Jakarta, penulis telah memberikan asuhan keperawatan
dengan pendekatan Peaceful End of LifeTheory pada 30 kasus kanker. Adapun
30 kasus tersebut terdiri atas 3 kasus Adenokarsinoma paru, 3 kasus
Karsinoma nasofaring, 5 kasus kanker kolorektal, 1 kasus sarkoma, 3 kasus
kanker paru, 4 kasus kanker payudara,3 kasus kanker tiroid, 1 kasus kanker
pancreas, 1 kasus kanker gaster, 1 kasus kanker vulva, 3 kasus AML, 2 kasus
kanker cervix. Berdasarkan data registrasi kanker RSKD pada tahun 2013,
maka kasus klien dengan kanker payudara menempati urutan pertama, lalu
diikuti oleh kanker servik diurutan kedua, dan kanker paru serta kanker
nasofaring, masing-masing diurutan ketiga dan keempat (Suzanna et al, 2012).
Namun pada kenyataannya, selama pelaksanaan residen sisemester 1 dan 2,
penulis lebih banyak menemukan kasus klien dengan kanker kolorektal yang
merupakan salah satu kanker dari sekian kanker yang masuk kategori 10
terbanyak kanker yang ada di RSKD. Hal tersebut menjadi pertimbangan
penulis untuk memfokuskan pemberian asuhan keperawatan dengan
pendekatan teori Keperawatan Peaceful End of Life Theory pada kasus klien
dengan kanker kolon.
UNIVERSITAS INDONESIA
Sensasi nyeri merupakan keluhan yang sering ditemukan pada klien kanker.
Mekanisme timbulnya nyeri pada kanker dapat disebabkan oleh aktivasi
nosiseptor perifer akibat penekanan atau infiltrasi langsung oleh tumor primer
atau metastasis ke jaringan yang sehat atau akibat kerusakan langsung pada
struktur-struktur saraf perifer atau sentral, yang dapat disebabkan oleh agen
modalitas terapi dan oklusi pembuluh darah oleh tumor (Kemp, 2010).
Adapun intervensi baik medik maupun keperawatan yang diberikan pada 30
klien kelolaan dalam mengatasi nyeri, yaitu dengan pemberian analgetik
ringan sampai opioid kuat dan manajemen nyeri nonfarmakologis. Pada
beberapa klien pemberian analgetik ringan maupun opioid kuat dapat berespon
dengan baik. Begitu pula dengan pemberian manajemen nyeri
nonfarmakologi seperti terapi tirah baring, teknik relaksasi, dan imajinasi
terbimbing. Kedua intervensi baik pemberian analgetik maupun manajemen
nyeri nonfarmakologi merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi nyeri
akibat kanker. Terkait dengan hal tersebut diatas, maka implemetasi
keparawatannya adalah memberikan manajemen nyeri yang aman untuk
digunakan untuk mengatasi nyeri yang berdampak pada kualitas hidup klien
kanker (Masyarakat Paliatif Indonesia, 2010).
UNIVERSITAS INDONESIA
kesulitan mengunyah dan menelan, mual dan muntah dan anoreksia. Klien
dengan berbagai jenis kanker akan memperlihatkan respon mual, muntah, dan
anoreksia.
UNIVERSITAS INDONESIA
Kecemasan merupakan salah satu fase kondisi psikologis yang akan dilalui
oleh setiap klien dengan kanker. Berbagai perubahan dalam kehidupan klien
dengan kanker dapat menjadi pencetus timbulnya perasaan cemas. Adapun
salah satu yang merupakan pencetus timbulnya rasa cemas yaitu sensasi nyeri
kronik. Hubungan antara nyeri kronis dengan kecemasan bersifat kompleks.
Peningkatan persepsi nyeri seringkali dapat menimbulkan perasaan cemas,
atau sebaliknya perasaan cemas dapat meningkatkan ambang sensasi nyeri.
Hal ini disebabkan oleh stimulus nyeri yang diyakini dapat mengendalikan
emosi seseorang, khususnya perasaan cemas. Perawat memiliki peran penting
dalam mengatasi sensasi nyeri yang dialami oleh klien dengan kanker. Area
kewenangan perawat adalah dengan menyandingkan manajemen nyeri
nonfarmakologi sebagai terapi komplementer dengan terapi medik. Beberapa
terapi komplementer terkait manajemen nyeri adalah teknik relaksasi, teknik
distraksi dan imajinasi terbimbing (Kemp,2010).
Masalah intoleran aktivitas sering menyertai kasus klien dengan kanker. Klien
sering mengalami kelelahan atau keletihan terkait proses penyakit kanker
maupun efek modalitas terapi, sehingga berdampak pada intoleran aktivitas
fisik. Keletihan kronis ditandai dengan kurang minat terhadap aktivitas yang
biasa dilakukan, kurang motivasi bahkan ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi. Selain itu, klien sering tidak banyak berespon atau lebih
banyak diam ketika diajak berbicara. Perawat dapat mengkaji status fisiologis
dan psikologis yang dapat memperberat masalah intoleran aktivitas, seperti
sensasi nyeri, rasa ketakutan, kecemasan dan perasaan sesak (Campbell,
2009). Secara keseluruhan pemberian intervensi keperawatan pada 30 kasus
klien kanker, disesuaikan dengan masalah keperawatan yang dihadapi oleh
klien. Dimana penulis mencoba menerapkan berbagai intervensi keperawatan
baik yang bersifat mandiri maupun yang bersifat kolaboratif dengan tim
kesehatan lainnya. Pentingnya penerapan strategi caring dan penggunaan diri
UNIVERSITAS INDONESIA
perawat secara terapeutik, menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menjadi
perantara dalam rangka meningkatkan kualitas hidup klien dengan kanker.
Resume keperawatan pada 30 kasus klien dengan kanker dapat dilihat pada
lampiran 4.
Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasi genetik dari Deoxyribo NucleatAcid (DNA) selular. Sel abnormal
ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal. Kemudian
dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif dan terjadi
perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan-
jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh
darah, melalui pembuluh-pembuluh darah tersebut sel dapat terbawa ke area
lain dalam tubuh untuk membentuk metastase pada bagian tubuh yang lain
(Smeltzer, Bare, Hinkle.,& Cheever, 2008). Penatalaksanaan kanker dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu: kemoterapi, radioterapi, bioterapi,
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Uji statistik yang digunakan sesuai dengan desain penelitian yaitu post test
control group design yang mengacu pada tujuan penelitian. Penelitian ini
dilakukan terhadap 44 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok
intervensi dan kelompok control. Kemudian dilakukan evaluasi penilaian mual
muntah akut setelah kemoterapi selesai. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrumen Rhodes untuk mengetahui sejauh mana efek dari
intervensi yang diberikan kepada kelompok intervensi, dapat mengurangi
mual dan muntah akut. Instrumen tersebut sudah sesuai digunakan untuk
responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata
skor mual dan muntah yang signifikan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, di mana skor mual dan muntah pada kelompok intervensi
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,000). Selain itu,
klien yang dikenai perlakuan, menyatakan keluhan mual muntah berkurang,
sehingga membantu untuk lebih rileks dan dapat beristirahat dengan tenang.
Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian akupresur P6 dan st 36 dapat
diberikan sebagai terapi komplementer dalam mengatasi kejadian mual
muntah akut.
UNIVERSITAS INDONESIA
akan mengalami mual dan muntah. Peneliti juga telah melakukan alokasi
pembagian responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi.
Hal ini merupakan gold standard dalam pembuktian penelitian eksperimen.
3.4.4. 1 Validitas
Validitas dalam penelitian ini terlihat pada keseluruhan aspek metodologi, di
mana pada penelitian ini cukup menjelaskan seluruh komponen penelitian.
Penelitian ini telah memenuhi kriteria Randomized Control Trial (RCT),
karena terdapat pengambilan responden secara acak, ada pembandingan
terhadap kelompok intervensi dan kelompok kontrol,dan ada perlakuan
terhadap kelompok intervensi. Adapun desain yang digunakan dalam
penelitian ini sudah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menentukan
efektivitas pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 35 untuk mengurangi
mual dan muntah akibat pemberian kemoterapi. Peneliti membuat kriteria
seleksi yang relevan dengan tujuan penelitian seperti klien kanker yang
menjalani kemoterapi. Umumnya pada klien yang sedang atau telah menjalani
kemoterapi sering mengalami mual muntah. Hal ini disebabkan karena efek
dari agen kemoterapi. Peneliti juga telah melakukan pembagian responden
baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Hal ini merupakan gold
UNIVERSITAS INDONESIA
3.4.4.2 Realibilitas
Rhodes INVR adalah kuesioner yang memberikan informasi tentang mual,
muntah dan retching. Kuesioner ini telah banyak digunakan dalam penelitian
yang berhubungan dengan mual muntah dan memiliki reliabilitas internal dari
0,90 sampai 0,98 yang diuji dengan Alpha-Cronbach (Rhodes, Watson &
Jhonson, 1987). Sebelum kuesioner digunakan dilakukan uji coba pada
responden yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden
penelitian yaitu pada 23 orang pasien yang menjalani kemoterapi. Uji validitas
menggunakan Pearson dan uji reabilitas menggunakan Alpha-Cronbach,
berdasarkan hasil uji validitas didapatkan semua item pertanyaan valid (r >
0,349). Kemudian dilanjutkan uji reliabilitas pada semua item yang valid
tersebut, didapatkan bahwa semua item pertanyaan reliabel dengan nilai r
Alpha (0,911).
3.4.4.3 Applicability
Peneliti sudah menggunakan metode sampling secara tepat, Ditinjau dari
aspek fasilitas, pembiayaan, dan sumber daya, maka hasil penelitian ini sangat
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam menurunkan insiden mual muntah.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
koorperatif, TTV normal, pasien tidak mengalami edema pada tangan dan
kaki, rute pemberian kemoterapi siklus ke 2 sampai siklus ke 3 melalui
intravena dan mengacu pada jurnal inti penelitian. Sebagai hasil skrining
diperoleh 10 responden yang berusia antara 32-58 tahun, akan
mendapatkan kemoterapi siklus ke 2 sampai ke 4 dan bersedia
berpartsipasi dalam penerapan EBN. Dari kesepuluh klien tersebut, 2
orang pria dan 1 orang wanita didiagnosa menderita KNF, 1 orang pria
diagnosa MDS, 1 orang wanita didiagnosa AML, 2 orang pria didiagnosa
kanker penis, 1 orang wanita di diagnose kanker kolon, 1 orang wanita
didiagnosa kanker kolon dan 1 orang wanita, didiagnosa menderita kanker
payudara. Pelaksanaan EBN juga mengikut sertakan peran dari keluarga
masing-masing klien. Hasil akhir dari penerapan EBN kepada sepuluh
klien yang telah diberikan akupresur mengatakan mual berkurang dan
sebagian klien mengatakan mual tidak ada. Intervensi pemberian
akupresur pada titik P6 dan ST 36 dapat dilihat pada lampiran 7.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Dalam praktiknya, para perawat yang bertugas di unit Teratai RSKD sudah
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal, namun disisi lain
perawat belum melaksanakan hal tersebut di atas. Berdasarkan
pengamatan pada ruang rawat inap selama praktik residensi 3 yang
dilakukan pada bulan Maret 2014 di unitTeratai telah teridentifikasi bahwa
belum adanya format pengkajian dasar khusus tentang klien kanker
tetutama perwatan paliatif. Hal ini menunjukkan perlunya analisis dan
dilakukan suatu perubahan untuk peningkatan kualitas layanan
keperawatan pada klien dengan kanker dengan menggunakan format
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
a. Strengths
kekuatan yang telah dimiliki RSKD khususnya ruang Teratai adalah
sebagai pusat kanker nasional yang menjadi rujukan nasional dalam
penanggulangan kanker di Indonesia. Sesuai dengan misinya, RSKD
selalu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan-pelatihan secara
berkesinambungan bagi pengembangan SDM, yang terkait dengan
peningkatan kualitas manajemen kanker. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya RSKD selalu mengutamakan pelayanan prima bagi klien
kanker dan keluarganya. RSKD juga dilengkapi dengan fasilitas kesehatan
yang canggih yang dapat menunjang pelayanan kesehatan yang
komprehensif. RSKD memiliki sumber daya manusia yang terdiri atas tim
medik onkologi yang berkembang sangat maju yang seringkali menangani
kasus-kasus onkologi tingkat pertama dan perawat-perawat spesialis
onkologi yang sangat kompeten dalam mengelola manajemen keperawatan
klien kanker.
b. Weaknesses
kelemahan yang dimiliki Rumah Sakit Kanker Darmais khususnya ruang
teratai adalah belum memiliki format pengkajian lebih spesifik untuk
klien, sehingga belum mencerminkan dokumentasi asuhan keperawatan
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Ny. FF dan Ny. San kamar 602, yang sikaji asalah Tn. J,Tn. MM,Tn. D,Tn.
AR,Tn. S,Tn. MN,Pengkajian dilakukan rata-rata 15-20 menit per pasien, dimana
ESAS dilakukan sendiri oleh masing-masing pasien kecuali ny. NS yang
mengalami penurunan kesadaran, keluarganyalah yang mengisi pengkajian
ESAS.
Inovasi ini lakukan dari tanggal 21-25 April 2014 di ruang rawat inap di
ruang Teratai lantai 6 pada pasien baru masuk. Pasien dikaji dengan
format pengkajian yang diajukan, dengan pasien mengisi lembaran ESAS
yang telah dijelaskan oleh perawat sebelumnya. Catatan pengkajian
dianalisa oleh perawat dan item-item ESAS yang perlu difollow up dikaji
setiap shift. Hasil scoring ESAS dicatat pada catatan perkembangan
perawat dan disalin digrafik untuk follow up selanjutnya. Item ESAS
hanya perlu difollow up apabila signifikan atau skor ESAS sedang-berat.
Perawat lalu mengkategorikan nilai ESAS dan melakukan intervensi yang
sesuai dengan algoritma ESAS. Pengkajian ESAS, petunjuk Pengisian
pengkajian ESAS, grafik pengkajian ESAS, algoritma ESAS dan
pengkajian keperawatan terintegerasi dengan ESAS dapat dilihat pada
lampiran 9,10,11,12,13.
3.5.2.3 Evaluasi
Evaluasi kegiatan inovasi dilakukan terhadap 12 klien, dengan
menggunakan pengkajian ESAS yang telah di integerasikan dengan
pengkajian rawat inap yang sudah ada. Dari hasil evaluasi, diperoleh data
sebagai berikut: dalam menjelaskan ESAS pada klien yang cukup
kooperatif, klien masih meminta dijelaskan kembali setelah perawat
menjelaskan cara pengisian pengkajian ESAS, klien menyebutkan nilai
kemudian perawat tinggal melingkari dipengkajian ESAS. Keberadaan
tampilan ESAS dipengkajian rawat inap tidak ditemukan permasalahan
dalam penulisannya. Format ESAS sebaiknya dibedakan warna untuk
masing- masing skor, mis: nilai O = putih, nilai 1-3 = hijau, nilai 4-6=
kuning, nilai 7-10 = merah. Bila format akan difotokopi, jenis arsiran perlu
dibedakan. Penilaian ESAS diambil saat pasien baru masuk, bila masalah
dirasakan dalam skala berat dilanjutkan pada shif berikutnya, namun
UNIVERSITAS INDONESIA
apabila gejala yang sama tidak lagi dirasakan oleh klien, maka penilaian
tidak lagi dinilai, hanya muncul bila gejala berat dirasakan oleh klien.
Grafik ESAS hanya dapat diisi pada klien yang kooperatif dengan ESAS
sedang-berat. Pada penilaian tidak ditemukan, sehingga grafik ESAS tidak
diisi, nilai ESAS hanya dicatat di catatan keperawatan saja. Untuk
memudahkan dalam menilai grafik, garis nilai 0,5 dan 10 perlu ditebalkan,
sehingga visual dapat menilai intervensi yang dilakukan. Dalam
penggunaan pengkajian rawat inap yang sudah ada diruangan kelompok
residensi menemukan hal-hal yang mungkin harus didiskusikan kembali
seperti : Pada hal 1, ditemukan pada pengkajian Data dasar; penulisan
distres sebagai bagian dari tanda-tanda vital ke-6, mungkin perlu
disosialisasikan pada perawat, oleh karena istilah distres masih belum
familiar, beberapa menganggap sama dengan stres yang menganonimkan
dengan masalah kejiwaan. Padahal maksud distres disini adalah masalah
psikologis yang dirasakan, dimana cemas, depresi termasuk didalamnya.
Pada pengkajian Riwayat kesehatan: genogram dikosongkan/diberi area
untuk perawat dapat menggambarkan genogram sendiri. Pada Pengkajian;
Nutrisi: tabel penilaian penurunan BB mungkin dapat diperhatikan lagi
terutama pada poin 1 a dan b, apakah ada missing untuk nilai 1 (penurunan
BB ada) , sehingga nilai rujukan mungkin bisa ditambahkan. Pada
perubahan GI, poin h penyakit, ini duplikasi dengan pengkajian Riwayat
kesehatan bagian penyakit yang pernah dialami adanya pengulangan
informasi stoma dan luka pada beberapa pengkajian (nutrisi, eliminasi,
kenyamanan).
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai penerapan Peaceful End of Life Theory
terhadap asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolon dan penerapan
EBN serta peran perawat sebagai inovator selama melakukan praktik residensi.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan makanan yang rendah serat
sebagai salah satu faktor pencetus terjadinya kanker kolon. Beberapa
penelitian bahkan memaparkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan
sayuran merupakan faktor resiko utama dari kanker kolorektal (Stewart &
Kleihues, 2003 dalam Ruddon, 2007). Dari hasil pengkajian ditemukan
bahwa masalah keperawatan yang terjadi yaitu keluhan nyeri yang bersifat
kronis, rasa sesak, gangguan status nutrisi, cemas akan kondisi kesehatannya,
dan kelemahan fisik akibat ketidakberdayaannya.
UNIVERSITAS INDONESIA
4.1.1 Nyeri
Nyeri pada pada pasien kanker merupakan hal yang paling sering terjadi dan
memicu stress pada pasien. Sebanyak 73 % pasien melaporkan nyeri pada
waktu masuk rumah sakit (Rasjidi, 2010). Nyeri kanker termasuk nyeri kronik
yang tidak mempunyai efek protektif dan makin lama makin memperburuk
kondisi penyakitnya serta fungsi dari organ-organ didalam tubuh. Nyeri yang
dirasakan oleh klien bisa disebabkan oleh aktivitas pertumbuhan dan ekspansi
dari sel tumor primer ke struktur yang berbatasan (Roezin & Syafril, 2005).
Nyeri kanker bisa timbul dikarenakan adanya infiltrasi kanker yang terkena
pada sistem saraf dan organ didalamnya, selain itu nyeri bisa timbul
diakibatkan terapi kanker seperti operasi dan radiasi (Desen, 2008). Rasa
nyeri pada bagian perut dan menjalar vagina yang dirasakan oleh Ny. MS,
menurut penulis disebabkan oleh desakan tumor, dimana terjadi infiltrasi
saraf dan terjadi mestastase ke vagina. Rasa nyeri dipicu oleh karena
rangsangan pada reseptor aferen dan saraf perifer yang diakibatkan oleh
pengaruh prostaglandin E, kerusakan, infiltrasi, tekanan pada jaringan dan
demyelinasi atau deaferensiasi saraf karena pertambahan ukuran dan jumlah
dari sel tumor (Desen, 2008). Rasa nyeri merupakan masalah subjektif yang
sangat mengganggu klien, di samping nafas terasa sesak, badan terasa lemah,
tidak nafsu makan, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup klien. Hal
tersebut menjadi suatu pertimbangan bagi penulis, untuk menegakkan
diagnosa keperawatan nyeri kronis sebagai prioritas, sensasi nyeri disebabkan
karena adanya stimulus oleh sensasi nyeri.
UNIVERSITAS INDONESIA
Hal yang perlu diperhatikan perawat pada pemberian obat jenis ini adalah
peningkatan insiden terjadinya konstipasi, mual dan muntah dan pasien
menjadi mengantuk sampai dengan resiko terjadinya depresi pernafasan .
Perawat perlu melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap efek samping ini.
Walaupun, sudah mendapat manajemen nyeri, terkadang klien masih
mengeluh rasa nyeri saat pergerakan.
UNIVERSITAS INDONESIA
keperawatan untuk dapat mengatasi keluhan sesak nafas yang dirasa klien
dapat dimodifikasi dalam melakukan penanganan nyeri secara tepat dengan
farmakologi dan nonfarmakologi. Perlunya penanggulangan segera pada
keluhan sesak nafas untuk mencegah risiko komplikasi lebih lanjut.
4.1.3 Nutrisi
Masalah nutrisi pada klien kanker merupakan bagian penting dari proses
asuhan keperawatan. Kurang lebih 20-50% klien kanker mengalami
penurunan status nutrisi sebelum menjalani terapi. Klien kanker mempunyai
risiko yang tinggi untuk mengalami malnutrisi yang dikenal sebagai kaheksia.
Kaheksi kanker merupakan masalah klinik yang paling sering dijumpai
terutama pada klien kanker dengan stadium lanjut, sehingga dapat
memberikan dampak negatif terhadap prognosis (Sutandyo, 2006; Rasjidi,
2010). Masalah nutrisi pada klien Ny. MS, terjadi akibat adanya gangguan
metabolik yang disebabkan antara host dan tumor (Macdonald et all, 2003)
masalah nutrisi pada penderita kanker bisa disebabkan juga penurunan asupan
makanan, sehingga terjadi perubahan metabolisme.
UNIVERSITAS INDONESIA
Asupan nutrisi klien yang kurang kurang, hal ini disebabkan oleh karena sifat
dari penyakit ini adalah merupakan penyakit metabolik, dimana aktivitas sel
tumor berkompetisi dengan kebutuhan metabolisme tubuh, sehingga
manifestasi klinisnya terjadi penurunan berat badan, selain itu efek dari
sensasi nyeri dan kecemasan akan kondisi kesehatan serta rencana tindakan
yang akan dilakukan, dapat memicu penurunan nafsu makan. Penyebab lain
yang bisa menyebabkan gangguan nutrisi pada penderita kanker menurut
Herdman (2011) yaitu adanya kondisi biologis, ekonomi, ketidakmampuan
dalam mengabsorbsi, mencerna dan menelan nutrisi serta adanya faktor
psikologis pada diri klien.
UNIVERSITAS INDONESIA
serta pemberian obat antiemetik yaitu OMZ dan Tracetat. Menurut Peaceful
end of life theory, tindakan yang seharusnya diberikan oleh perawat adalah
memonitoring dan mengurangi ketidaknyamanan fisik akibat penyakitnya,
memfasilitasi klien untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya serta
mencegah komplikasi yang menyebabkan pasien menjadi tidak nyaman
dengan mengikut sertakan keluarga sebagai orang terdekat dari klien untuk
dapat memberi motivasi kepada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisnya.
4.1.4 Cemas
Kecemasan merupakan masalah ketakutan terbesar yang dirasakan oleh klien
yang menjelang ajalnya. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada kurang
kooperatif klien terhadap pengobatan dan perawatan. Hal ini sesuai dengan
kondisi yang menyebabkan klien Ny. MS yang mengalami kecemasan
diakibatkan rasa takut akan kelanjutan kesehatannya, dan rasa kuatir terhadap
penyakit yang tidak dapat disembuh dan takut akan berpisah dengan
keluarganya. Dampak kecemasan yang dialami oleh Ny. MS membuatnya
bersedih dan sulit untuk berkonsentrasi terhadap setiap program terapi.
Intervensi keperawatan yang tepat diberikan dalam mengatasi kondisi
kecemasan klien Ny. MS adalah melibatkan klien dan suami klien dalam
asuhan klien, memberikan lingkungan yang tenang sehingga dapat
mengurangi stimulus yang dapat memicu rasa cemas, membantu klien untuk
mengungkapkan perasaan cemasnya dan berkolaborasi dengan tim psikolog
untuk mengatasi masalah klien. Sebagai seorang perawat harus dapat melihat
berbagai stimulus yang dapat meningkatkan rasa cemas pada klien kanker.
Perawat harus mempertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman pada
saat berinteraksi dengan klien (Campbell, 2009).
Tindakan asuhan keperawatan yang sudah diberikan pada klien Ny. MS dalam
mengurangi perasaan cemasnya, yaitu memotivasi klien untuk menggunakan
mekanisme koping dengan cara berdoa dan membaca alkitab setiap hari dan
berkolaborasi dengan tim psikolog. Dari hasil obsevasi yang dilakukan oleh
penulis, penggunaan mekanisme koping dengan pendekatan spiritualitas akan
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
4.1.5 Kelelahan
Kelelahan adalah suatu kondisi kurangnya energi yang biasa terjadi pada
sebagian besar klien yang mengalami penyakit kanker stadium lanjut.
Keletihan atau kelemahan fisik sering merupakan masalah kronik bagi klien
kanker. Perawat dapat mengkaji perasaan ketidakmampuan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari yang diakibatkan kurangnya energi. Pada
keletihan kronik yang dialami oleh klien Ny. MS diakibatkan karena proses
penyakit yang berpengaruh pada mekanisme pertahanan tubuh, anemia dan
imobilitas lama. Keletihan kronis ditandai dengan kurang semangat terhadap
rutinitas keseharian, kurang motivasi dan ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi. Selain itu, klien tidak banyak berkomunikasi dan berespon
lambat ketika diajak berbicara. Secara klinis terlihat adanya keterkaitan secara
langsung antara keletihan dengan nyeri, mual, ketakutan dan ansietas. Dengan
aktivitas terencana dapat meminimalkan efek keletihan (Masyarakat Paliatif
Indonesia, 2010).
UNIVERSITAS INDONESIA
Karateristik klien pada penerapan EBN berdasarkan usia berada pada rentang
35 tahun sampai dengan 52 tahun dengan rata-rata usia klien 48 tahun, hal ini
juga mengindikasikan bahwa pengaruh usia klien terhadap mual, muntah serta
mual muntah telah dapat dikontrol.Temuan pada penerapan EBN ini sejalan
dengan temuan pada penelitian Dibble, et al. (2007). Penelitian tersebut
dilakukan dengan metode randomized clinical trial (RCT) untuk
mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap mual muntah akibat kemoterapi
pada pasien kanker, menemukan rata-rata usia responden adalah 49 tahun.
Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan penelitian Dibble, et al. (2003)
yang mengidentifikasi mual muntah tertunda pada pasien kanker payudara
yang mendapat kemoterapi, menemukan kisaran usia responden berada
diantara 28-86 tahun, dengan rata-rata 51,9 tahun. Penelitian yang mendukung
jugadilaporkan Chi-Ting, Nei-Min., Hsueh-Erh., Robert., Jade., & Jen-Shi.
(2005) yang melakukan penelitian dengan metode kohort prospektif yang
bertujuan mengidentifikasi insiden mual muntah akibat kemoterapi pada
pasien kanker di Taiwan. Penelitian tersebut melaporkan data usia responden
berada pada rata-rata 49,2 tahun. Menurut pandangan penulis, kisaran usia
klien berada pada golongan usia yang lebih tua diakibatkan oleh peningkatan
lamanya waktu terpajan dengan karsinogen dibandingkan dengan yang lebih
muda.
UNIVERSITAS INDONESIA
Pendapat peneliti tersebut didukung oleh LeMone & Burke (2008) yang
mengatakan bahwa kanker umumnya terjadi pada usia yang lebih tua
disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi sehubungan dengan proses
penuaan. Hal tersebut diantaranya durasi pemajanan yang lebih lama terhadap
zat-zat karsinogen, penurunan kondis isistem imun, radikal bebas yang
dihasilkan oleh proses metabolisme dan oksidasi akan berakumulasi pada sel
tubuh sehingga memicu terjadinya kerusakan dan mutasi, perubahan
hormonal, serta stres yang muncul akibat berduka dan kehilangan karena
ditinggalkan pasangan, berpisah dengan anak, teman yang berkurang dan
keluardari pekerjaan dapat berimplikasi pada penurunan system immune
sehingga dapat memicu terjadinya kanker.
Kanker menjadi lebih merata pada orang yang lebih tua, kondisi ini dengan
sedikit pengecualian. Peningkatan angka tersebut menunjukkan adanya
hubungan antara durasi atau lama terpajan dengan karsinogen dan lamanya
periode induksi pada beberapa kanker. Hal tersebut juga didukung oleh
Ignatavicius dan Workman (2006) yang mengatakanbahwa penuaan dapat
UNIVERSITAS INDONESIA
Berdasarkan Jenis kelamin pada penerapan EBN ini, klien terbanyak adalah
berjenis kelmin wanita sebanyak 6 orang (60%) sisanya laki laki sebanyak 4
orang(40%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Roscoe,et al. (2003) dan Chi-Ting, et al. (2005), dimana penelitian tersebut
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh akupresur dan akustimulasi
terhadap mual muntah akibat kemoterapi. Penelitian dengan jenis RCT
tersebut dilakukan pada sebanyak 92% responden berjenis kelamin
perempuan, sedangkan sisanya (8%) berjenis kelamin laki-laki. Menurut
pandangan peneliti, temuan pada penelitian yang dilakukan peneliti dan
beberapa penelitian yang memberikan informasi responden dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki dikarenakan responden
penelitian adalah penderita kanker yang perempuan lebih beresiko daripada
laki-laki seperti kanker payudara, kanker ovarium dan kanker serviks. Akan
tetapi penulis tetap berpendapat bahwa laki-laki lebih banyak menderita
kankerd aripada perempuan. Pendapat penulisi ini didukung oleh pernyataan
Otto (2001) dan Smeltzer, et al. (2008) yang mengatakan bahwa secara
keseluruhan pria lebih banyak mengalami kanker daripada wanita. Pandangan
peneliti juga didukung pernyataan lain sepert idisampaikan oleh Black &
Hawk (2005) dan LeMone & Burke (2008). Black & Hawk (2005)
mengatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor resiko pada kanker tertentu.
Perempuan akan lebih beresiko mengalami kanker payudara, kanker ovarium
dan kanker serviks. Sementara LeMone & Burke (2008) mengatakan bahwa
jenis kelamin merupakan faktor resiko pada beberapa jenis kanker, bukan
pada semua jenis kanker. Pada kanker payudara, kanker ovarium dan kanker
serviks jenis kelamin perempuan akan lebih beresiko, sementara laki-laki akan
lebih beresiko mengalami kanker prostat.
UNIVERSITAS INDONESIA
Berdasarkan siklus kemoterapi pada penerapan EBN ini berada pada siklus ke
3 (50%). Penelitian yang sejalan dengan penerapan EBN ini adalah penelitian
yang dilakukan Dibble, et al. (2007) bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh akupresur terhadap mual muntah akibat kemoterapi pada pasien
kanker yang mendapat kemoterapi. Penelitian dengan desain RCT tersebut
dilakukan pada responden pada siklus kedua dan ketiga kemoterapi. Pada
kedua penelitian tersebut, siklus kemoterapi tidak menjadi variabel perancu
karena homogenitas variabel siklus kemoterapi setara pada kelompok
intervensi dan kontrol. Menurut pandangan penulis, penetapan responden
penelitian berada pada siklus kedua dan ketiga adalah untuk mendapatkan
keseragaman atau kemiripan siklus kemoterapi karena dikhawatirkan menjadi
variabel perancu terhadap hasil yang didapatkan. Pada dasarnya siklus
kemoterapi mempengaruhi mual muntah pasien yang mendapatkan
kemoterapi. Pandangan peneliti tersebut didukung oleh pendapat Grunberg &
Ireland (2005) yang mengatakan bahwa mual muntah akibat kemoterapi
dipengaruhi oleh siklus kemoterapi, semakin tinggi siklus kemoterapi biasanya
mual muntah semakin hebat.
Berdasarkan hasil dari penerapan EBN kepada kesepuluh klien dan dilakukan
pengkajian dengan menggunakan Rhodes INVR. Didapatkan penurunan mual
dan muntah pada kesepuluh klien yang di ungkapan oleh klien dan
keluarganya. Hasil penelitian yang senada dengan temuan ini adalah
penelitian Molassiotis,et al. (2007) di Inggris. Penelitian tersebut
membandingkan mual dan muntah pada 36 responden wanita yang mendapat
kemoterapi karena kanker payudara. Responden dibagi ke dalam dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen yang mendapat akupresur pada titik P6
dan kelompok kontrol yang tidak dilakukan akupresur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa didapatkan angka pengalaman mual dan muntah yang
signifikan lebih rendah pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
UNIVERSITAS INDONESIA
Pandangan penulis tentang efek akupresur pada titik P6 dan St36 didukung
oleh temuan beberapa ahli. Dibble, et al. (2007), Tarcin, et al (2004) dan
Samad, Afshan & Kamal, (2003). Dibble, et al (2007) mengatakan stimulasi
berupa penekanan yang dilakukan pada titik-titik akupresur (titik P6 dan St36)
diyakini dapat menurunkan mual muntah,karena dapat memperbaiki aliran
energi di lambung sehingga dapa tmengurangi gangguan pada lambung
termasuk mual muntah. Tarcin, etal. (2004) dan Samad, Afshan & Kamal
(2003) mengemukakan informasi bahwa stimulasi pada titik P6 dapat
meningkatkan pengeluaran beta endorphin di hipofise, yang berada di sekitar
CTZ. Beta endorpin merupakan salah satu antiemetik endogen yang dapat
menghambat impuls mual muntah di pusat muntah dan CTZ.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Hwang dan Feuerman (2000) pengkajian ESAS terbukti reliable dan valid
digunakan di unit paliatif di dunia. Pengkajian psikologis pada klien kanker
sangat penting karena kecemasan yang berlebihan merupakan masalah pada
aspek psikologis yang paling sering muncul pada klien kanker (Josephine,
2003).
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan dan saran yang terkait dengan
uraianpada bab-bab sebelumnya.
5.1 Kesimpulan
Simpulan dari karya ilmiah ini meliputi:
5.1.1 Kegiatan residens iini didasarkan pada penerapan teori “Peaceful End of
Life”(Peaceful EOL Theory) dan pengkajian ESAS pada klien disetting
onkologi, dimana penerapan teori tersebut dapat memberikan gambaran
dalam menilai kondisi klien dengan kanker kolon dan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas dalam mempertahan kualitas hidup
serta memberdayakan klien dan keluarga sebagai support sistem. Peaceful
End of Life Theory sangat tepat diterapkan sebagai pendekatan dalam
pemberian asuhan keperawatan klien dengan kanker kolon karena lebih
spesifik menilai kondisi klien dan kondisi keluarga dan peran perawat pada
perawatan paliatif.
5.1.2 Pemberian akupressur pada titik P6 dan ST 36 berbasis bukti ilmiah dapat
diberikan sebagai terapi komplementer yang dilakukan oleh seorang
perawat onkologi untuk mengurangi mual dan muntah akibat kemoterapi.
Dengan mempertimbangkan berbagai efek positif dari tindakan pemberian
akupressur pada titik P6 dan ST 36, maka perawat dapat mengintegrasikan
kedalam praktik keperawatan berbasis bukti ilmiah. Evidence-based
nursing practice merupakan suatu cara untuk membuktikan bahwa perawat
adalah profesional.
5.1.3 Penggunaan pengkajian ESAS dalam tatanan onkologi lebih spesifik
Untuk dapat memantau setiap respon klien, sehingga dapat mengarahkan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Selain
itu, melalui pendokumentasian format pengkajian tersebut memberikan
dampak positif kepada perawat dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan analisis data terkait permasalahan klien.
UNIVERSITAS INDONESIA
5.2 Saran
Saran terhadap pelayanan keperawatan dan pengembangan keilmuan
berdasarkan simpulan diatas sebagai berikut:
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS INDONESIA
Caritas health group. (2009). Guidelines for using the Edmonton Symptom
Assessment System (ESAS). Regional Palliative Care Program.Regional
Palliative Care Program
Chang, V.T., Hwang,S., & Feuerman, M. (2000). Validation of the Edmonton
Symptom Assessment Scale. American Cancer Society.
Collin, K.B., & Thomas, D.J. (2004). Acupuncture and Acupressure for the
Management of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting. Journal of
theAmerican Academy of Nurse Practitioner. 16(2), 76-80.
Cummings, G., et. al. (2011). Can the global uptake of palliative care innovations
be improved? Insights from a bibliometric analysis of the Edmonton
Symptom Assessment System. Palliative Medicine 25(1) 71–82
Dalman, H. (2012). Menulis karya ilmiah.Jakarta: PT RajaGrafindoPersada
Desen, W. (2008). Buku Ajar Onkologi Medik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Dibble, S.L., Israel, J., Nussey, B., Casey, K., & Luce., J. (2003). Delayed
Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting in Woman Treated for Breas
Cancer. Oncology Nursing Forum. 30(2), 40-47
Dibble, S.L., Luce, J., Cooper, B,A., & Israel, J. (2007). Acupressure for
Chemoterapy-induced Nausea and Vomiting: A Randomized Clinical Trial.
Oncology Nursing Forum. 34(4) 813-820
Glasziou, P., Del Mar, C., & Salisbury, J. (2012). Evidence-based practice
workbook (2nd ed.). Canberra: Blackwell Publishing.
Henderson, S. (2006). The role of the clinical nurse specialist in oncology nursing.
MEDSURG Nursing, 13(1), 38-41.
UNIVERSITAS INDONESIA
Hudak, M.C., & Gallo, M.B. (6th ed.). (2010). Critical care nursing: A
holisticapproach (Vols.2). Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Ignatavicius, D., & Workman, M.L. (2006) Medical surgical nursing: critical
thinking for collaborative care.(5th Ed). St. Louis: Missouri
Jacob (2004). Etika Penelitian Ilmiah. Warta Penelitian Universitas Gadjah
Mada. Edisi khusus.
Karsono, B. (2006). Aspek selular dan molecular kanker, dalam Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., &Setiati, S. (2006).Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Lee, J., Dodd, M., Dibble, S., & Abrams, D. (2007). Review of Acupressure
Studies for Chemotherapy-induced Nausea and Vomiting Control. Journal
of Pain and Symptom Management. 36(5), 529-544
Leung WK, Ho KY, Kim WH, et al. Colorectal neoplasia in Asia: a multicenter
colonoscopy survey in symptomatic patients. Gastrointestinal Endoscopy
2006:64;751-759
Lucey, M., Conroy, M., & Ryan, K. (2012). Exploring the Challenges of
Implementing the Edmonton Symptom Assessment Scale in a Specialist
Palliative Care Unit. Journal of Palliative Care & Medicine. Volume 2.Issue7
Melnyk, M.B., &Overholt, F.E. (2011).Evidence-based practice in nursing
&healthcare: A guide to best practice (2nd ed.). Philadelphia:
LippincottWilliams & Wilkins Inc.
UNIVERSITAS INDONESIA
Molassiotis, A., Helin, A.M., Dabbour, R., & Hummerston, S. (2007). The Effects
of P6Acupressure in the Profilaxis of Chemotherapy Related Nausea and
Vomiting in Breast Cancer Patients. Complementary Therapies in Medicine.
15(1), 3-12
Moro, C., et. al. (2006). Edmonton symptom assessment scale: Italian validation
in two palliative care settings. Support Care Cancer. 14: 30–37. DOI
10.1007/s00520-005-0834-3
NHS. (2009). Depression: The treatment and management of depression in adults.
London: NICE clinical guideline 90
Nursing, BC. (2006). Complementary and alternative health care: the role of the
nurse. http://wwwrsh.sagepub.com.
Otto, S.E. (2001).Oncology Nursing.4th edition. St. Louis ,Missouri:Mosby
Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI). (2010). Pedoman tata laksana
kanker(ed.3). Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.
Perry, A.G., & Potter, P.A. (2006) Clinical nursing skill techniques (6th Ed). St.
Louis: Mosby.
Price & Wilson.(2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.Volume 1.Edisi 6. Jakarta: EGC.
Potter, A.P., & Perry, G.A. (7th ed.). (2009). Fundamentals of nursing
(Vol.1).Singapore: Elsevier Inc. Pte Ltd.
Rhodes, V.A., & Mc Daniel, R.W. (2004). Nausea, vomiting, and retching:
Complex problems in palliative care. CA Cancer Journal Clinic, 51(4),
232-248..
Sobin LH, Wittekind (2002). UICC: TNM classification of malignant tumours.
6thed. London.John Wiley & Sons.
Roscoe, J.A., Morrow, G.R., Hickok, J.T., Bushunow, P., Pierce, H.I., Flynn, P.J.,
et al. (2003). The Effciency of Acupressure and Acustimulation Wrist
UNIVERSITAS INDONESIA
Suzanna et al. (2012). Registrasi kanker berbasis rumah sakit di Rumah Sakit
Kanker “Dharmais”-Pusat Kanker Nasional, 1993-2009. Indonesian Journal
of Cancer, 6, No. 4, 181-205.
UNIVERSITAS INDONESIA
Kanker kolon
Penyebaran langsung ke organ Penyebaran hematogen
terdekat
Penyebaran ke Limfogen
Metastase ke visika urinaria, vagina, Metastase melalui kelenjar parailiaka, Metastase melalui pembuluh
uterus, prostat mesentrika dan para aorta darah hepatikum dan inta
abdomen
Sumber : dimodifikasi dari Tomey & Alligood (2006) ; McCorkle, R., Grant, M.,
Stromborg, M.F., & Baird, S.B. (1996) , Peterson & Bredow (2004).
otot pernafasan,nyeri, menunjukkan Respiratory 3. Mengauskustasi suara nafas secara teratur serta tandai daerah
kecemasan status: Airway patency yang mempunyai saluran nafas tambahan
dengan kriteria batuk 4. Memberikan bronkodilator sesuai jadwal.
efektif, suara nafas bersih, 5. Mengatur intake cairan klien untuk mengoptimalkan
tidak ada sianosis, jalan keseimbangan cairan.
nafas paten. 6. Memantau secara teratur status oksigenasi dan respiratori
klien.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan Management 1. Mengkaji apakah riwayat alergi klien.
tubuh berhubungan dengan manajemen nutrisi, akan Nutrisi 2. Mengkaji makanan yang disukai oleh klien.
anoreksia, nyeri saat menelan, menunjukkan Nutritional 3. Memonitor dan catat intake nutrisi pasien.
dan kelelahan Status: food and fluid 4. Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
intake, dengan kriteria klien dan bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut
intake oral meningkat, nilai 5. Mengkaji kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan
serum albumin dalam batas nutrisi
normal, dan dapat 6. Menyajikan makanan dalam bentuk yang enak dilihat yang
mentoleransi diet tinggi dapat dan hangat
kalori dan protein yang 7. Melakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai dengan
dianjurkan. kebutuhan.
8. Memberi pengetahuan tentang nutrisi
9. Mengkaji lingkungan ketika sedang makan.
10. Mengobservasi adanya nausea dan vomiting.
11. Memonitor albumin.
12. Memonitor level energi, adanya fatiq dan kelemahan.
5. Intoleran aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Energy 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan rasa
dengan keletihan/kelelahan
manajemen energi, akan Management
umum, ketidakseimbangan lelah.
antara suplai dan kebutuhan menunjukkan Activity
oksigen, kurangnya asupan 2. Mengkaji aktivitas personal sehari-hari yang
Tolerance , dengan kriteria
energi tubuh serta imobilitas
dapat melakukan perawatan biasa dilakukan.
diri dengan baik, tidak ada 3. Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri
sesak, dan 4. Mengevaluasi motivasi dan keinginan klien
kelelahan/keletihan
untuk meningkatkan aktivitas
berkurang.
5. Memantau status hemodinamik klien saat
beraktivitas
RESUME KEPERAWATAN
PENDEKATAN PEACEFUL END OF LIFE THEORY
PADA KASUS KELOLAAN KLIEN KANKER
No Deskripsi Kasus Pengkajian menggunakan konsep Peaceful End of Life Theory, Diagnosa
Keperawatan, NOC,NIC dan Evaluasi
1. Tn. W, laki – laki, 42 thn, agama: Islam, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri didada sebelah kananya terutama nyeri sangat mengaganggu bila
menikah, klien batuk – batuk, nyeri seperti ditusuk sehingga sering menyebabkan sesak nafas, kadang nyeri
Pedagang, lama dirawat 14 hari, tgl pengkajian: menjalar sampai kepunggung dan bahu, intensitas nyeri skala 9/10.ekspresi wajah klien tampak meringis.
7-9-2013. Hemodinamik : Nadi 88x/mnt, irama reguler, tekanan darah 120/80 mmHg, Rr : 26 x mnt mukosa bibir
Merokok sejak 20 tahun, yang lalu saat SMP, kering,CRT:< 3 detik.-
jenis rokok filter , cara merokok sangat dalam - Nyaman : klien mengeluh perut terasa mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan,
dengan cara menikmati setiap hisapan klien merasa tubuhnya lemas, klien juga mengatakan batuk – batuk dan banyak mengeluarkan dahak,
rokoknya,merokok sampai 1- 2 bungkus sehari klien mengeluh sesak (+), ronkhi (+).HB : 10,6, Konjungtiva sedikit anemis, Albumin :3,1, GDS :110,
Diagnosa Medik: Adenokarsinoma Paru. Suhu tubuh : 37,5 oC. Klien juga mengatakan berat badan nya turun sampai 7 kg selama sakit.Lemak
- Hasil Thorax (06/09/13) subcutan tipis klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis 5-10 sendok makan.Jenis makanan yang di
Kesan :- Cardiomegali berikan bubur /nasi serta lauk pauk dan sayur juga buah.
- Tumor paru kanan TB : 169 CM, BB : 48 kg. IMT : 17,5.
- Hasil CT Thorax:(12/7/13) - Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari semua keluarga dan
- Tumor paru kanan atas perawat juga dokter, klien merasa tertekan dengan penyakitnya karena takut anak – anaknya menderita
- Efusi pleura penyakit kanker juga.
- Hasil sikatan bronkus: (23/7): - Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan proses pengobatannya nanti.
Tumor paru kanan : adenokarsinoma paru - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan istri dan anak – anaknya
-Hasil PA : juga ibunya, dan selalu berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya.
Adenomakarsinoma paru - Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2) bersihan jalan nafas tidak efektif, 3)Nutrisi kurang dari
Rencana : Kemoterapi kebutuhan tubuh, 4) Kecemasan, 5) Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Management nutrition, 4) Anxiety reduction, 5)
Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Respiratory status: Airway management, 3) Management nutrition, 4) Anxiety self
control, 5) Energy management, 6) Medication administration: MST 2x 10 mg, ranitidine 2x 1tab,
Ciprofloxacin 3x1gr, TPN: Amiparen 1000cc/hari.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 14 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala
nyeri 4/10, keluhan batuk dan sesak berkurang, klien juga mengatakan nafsu makan sedikit mulai
membaik, cemas dan kelemahan pun mulai teratasi sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap
mendukung dirinya dalam menjalani pengobatan.
2. Tn. R, laki – laki, 31 thn, agama: Islam, -Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada benjolam dileher dan menjalar sampai ketelinga. Kualitas nyeri
belummenikah,wiraswasta, RM: 16-11-15, lama yang dirasakan klien seperti ditusuk tusuk dengan durasi hilang timbul lebih dari 30 menit sekali,
dirawat 8 hari, tgl pengkajian: 23-11-2013. intensitas nyeri sedang dengan skala 5 – 6 (skala 0-10), nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri
Diagnosa medis: Karsinoma Naofaring Stadium dirasakan pada saat klien terbangun dari tidurnya dan pada saat klien bergerak terutama menggerakkan
IV B lehernya. Ekspresi wajah klien tampak meringis menahan kesakitan dan kadang memegangi daerah leher
Klien memiliki riwayat mengkonsumsi rokok 1- sebelah kanan saat akan bergerak.
2 bungkus/hari sejak tamat SD. Klien juga suka Hemodinamik : Nadi 88x/mnt, irama reguler, tekanan darah TD : 110/70 mmHg, N: 78 x/mnt, RR:
sekali mengkonsumsi ikan asin dan jarang 23x/mnt, S: 37,5 C,
mengkonsumsi sayuran. Dalam keluarga klien - Nyaman : Klien mengeluh belum Bab sudah 5 hari ini, perut terasa begah dan tidak nyaman. Pada
mengatakan ada yang sakit seperti dirinya yaitu pengkajian tingkat kelelahan klien mampu melakukan aktifitas ringan di tempat tidur dan diruangan klien
paman dari keluarga ibu. MSCT Nasofaring (22- berada. Klien juga mengeluh mengalami penurunan selera makan karena merasakan nyeri saat menelan
11-2013) massa nasofaring kanan/kiri perluasan makanannya. Status antropometri BB : 109 kg, TB : 160 cm, IMT : 27. HB 10,2 g/dL Albumin, 3,3 d/dL,
retrofarings,parofaring dan tonsil waldayer, stqa. Gloulin: 4,5
Limfadenopati, konglomerasi juguler kanan dan Bermartabat dan dihormati: Klien berharap tetap memperoleh fasilitas pelyanan kesehatan yang terbaik
multiple limfadenopati juguler superior kiri, untuk kesembuhan penyakitnya. Walaupun dalam kondisi sakit , klien meminta untuk diperlakukan
tidak tampak basis kranii. Hasil PA (September dengan baik dan tetap dihargai sesuai dengan fungsinya.
2013) hasil Karsinoma Nasofaring stadium IV. - Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan kemoterapinya nanti.
Rencana : kemoterapi -Kedekatan dengan orang yang bermakna: Klien ingin terus ditemani oleh ibunya, klien mengatakan
sangat dekat dan saying pada ibunya karena ibunya sangat memperhatikan klien terlebih ketika klien
mulai sakit .
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, NOC :
1) Pain management, 2) Management nutrition, 3) Anxiety reduction,
NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, , 4) Medication administration:
largactil 1x1/4 tab, Dexamethason 2x2 tab, Rantin 2x1 tab, Ondansetron 4x8 mg, CPZ 3x 6,25mg,
Tramadol 3x100mg, IUFD: Nacl 0,9% 500 ml/ 6 jam/ kolf.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 8 hari, klien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang dengan
skala 2-3, intensitas hilang timbul terutama saat dipakai bergerak, ekspresi wajah tampak rileks saat
bergeraksklien juga mengatakan nafsu makan mulai membaik,cemas berkurang, masalah sebagian
teratasi.
3. Tn. S, laki – laki, 63 thn, -Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada benjolam dileher dan menjalar sampai ketelinga. Kualitas nyeri
agama:Islam,menikah,wiraswasta, lama dirawat yang dirasakan klien seperti ditusuk tusuk dengan durasi hilang timbul lebih dari 30 menit sekali,
4. Ny. E. W, wanita,56 thn, Islam, menikah, IRT, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dibagian perutnya terutama nyeri sangat mengaganggu bila klien
lama dirawat 10hari, menggerakkan badannya, nyeri seperti ditusuk- tusuk kadang nyeri menjalar sampai kepinggang
Diagnosa Medik: Ca Ovarium ,intensitas nyeri skala 8/10.ekspresi wajah klien tampak meringis. Hemodinamik : Nadi 80x/mnt, irama
Rencana : Kemoterapi siklus ke 3 reguler, tekanan darah 110/80 mmHg, RR : 20 x mnt mukosa bibir kering,CRT:< 3 detik.-
- Nyaman : klien mengatakan perut terasa mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan,
klien merasa tubuhnya lemas, HB : 11,6, Konjungtiva anemis, Albumin :3,3, GDS :110, Suhu tubuh :
36,5 oC. Klien juga mengatakan berat badan nya turun sampai 5 kg selama sakit.Lemak subcutan tipis
5. Ny. S.B, wanita, 41 thn, Kristen, menikah, IRT, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dibagian pinggangnya yang bekas operasi, nyeri seperti ditarik tarik
lama dirawat 18 hari, dengan durasi 10 menit, intensitas nyeri skala 6/10.ekspresi wajah klien tampak meringis. Hemodinamik
Diagnosa Medik: Ca Cervix +Hidroneprosis : Nadi 68/mnt, irama reguler, tekanan darah 100/80 mmHg, RR : 17 x mnt mukosa bibir kering,CRT:< 3
post URS detik.-
Rencana : PKU - Nyaman : klien mengatakan perut nya juga terasa mual kurang ada nafsu makan, klien merasa tubuhnya
Hasil biopsy cervix: Sel skuamosa cervix lemas, HB : 12,6, Konjungtiva anemis, Albumin :3,4, GDS :100, Suhu tubuh : 36,8 oC. Klien juga
mengatakan berat badan nya turun sampai 2 kg selama sakit. klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis
½ P.Jenis makanan yang di berikan nasi biasaserta lauk pauk dan sayur juga buah.
TB : 162 CM, BB : 45 kg. IMT : 17. Pemeriksaan Albumin : 3.3 g/dl, GDS: 80.
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari suaminya dan anak –
anaknya serta perawat dan dokter.
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan suami dan anak – anaknya
dan selalu mereka selalu mendampingi dirinya dalam perawatannya..
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.
Penulis ini bertujuan untuk mengurangi mual muntah akibat kemoterapi pada pasien yang
menderita kanker setelah pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 36..
Prosedur penelitian
Pada tahap awal, penulis akan melengkapi data demografi responden. Setelah itu peneliti
menawarkan partisipasi saudara/i untuk bersedia menjadi responden dan mengikuti
penelitian. Saudara/i akan diberi penjelasan dan wawancara, Setelah selesai pengambilan
data maka klien akan dilakukan akupresur pada titik P6 dan ST 36. Penerapan EBN ini
tidak berbahaya maupun berisiko bagi keselamatan Bapak/Ibu dan. Kemudian setelah
pemberian kemoteapi maka akan dinilai mual muntah dengan kuesioner yang telah
disediakan. Demikian informasi tentang penerapan EBN ini, apabila ada hal-hal yang
kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada penulis, atas partisipasi yang diberikan,
saya sampaikan terima kasih
peneliti
Nama (inisial) : : :
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan tentang penerapan EBN ini, maka saya memahami
bahwa tujuandari penerapan EBN ini akan bermanfaat bagi saya. Saya mengerti bahwa
penerapan EBN ini sangat menghormati hak – hak saya sebagai pasien. Saya memiliki
hak untuk berpartisipasi secara sukarela dan juga menolak berpartisipasi bahkan berhenti
dalam penerapan EN ini jika suatu saat saya merasa keberatan.
Dengan menandatangai surat persetuuan ini, berarti saya telah menyatakan bersedia untuk
berpartisipasi dalam penerapan EBN ini dan saya akan memberikan data yang diperlukan
dengan sebenarnya.
Dame Lestaria N
2. Partisipan
Partisipan yang dipilih untuk terapi akupresur adalah pasien kanker yang
mendapat kemoterapi yang dirawat diunit Teratai RS Kanker Dharmais
dengan kriteria:
a. Kriteria inklusi :
1) Usia diatas 18 tahun
2) Kesadaran compos mentis, mampu berkomunikasi dengan baik/
koorperatif
3) TTV normal
4) Pasien tidak mengalami edema pada tangan dan kaki
5) Rute pemberian kemoterapi melalui intravena
b. Kriteria eksklusi:
1) Pasien mengalami anticipatory nausea and vomiting
2) Pasien dengan riwayat menggunakan alkohol
3) Pasien dengan kanker saluran cerna, hati dan pancreas
4) Pasien dengan kontraindikasi akupresur : kulit yabg
terluka,bengkak,tulang retak,kulit yang terbakar dan myalgia
5) Siklus kelima atau lebih
3. Intervensi akupresur
a. Persiapan alat
1. Minyak massase dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan akupresur
yang telah direncanakan dalam rencana perawatan dengan memenuhi higine.
2. Waslap atau tissue
b. Persiapan pasien
1. Lakukan interaksi awal melalui komunikasi interpersonal dengan pasien.
2.. Berikan informasi (penjelasan) tentang perawatan yang akan dilakukan.
3. Jelaskan beberapa posisi dan support sesuai dengan daerah yang akan
akupresur
4. Persilahkan dan bantu pasien dalam posisi yang sesuai dengan bagian tubuh
yang akan diakupresur dan diberikan support dengan prinsip posisi anatomis
dan rileks.
5. Anjurkan pasien untuk selalu rileks selama dilakukan akupresur
c. Prosedur
1. Pastikan bahwa akupresur dapat dilakukan pasien dengan pemeriksaan adanya
kontraindikasi seperti kontusio, jaringan skar atau infeksi pada kulit
2. Tentukan kriteria hasil yang akan dicapai.
3. Tentukan lokasi titik P6 dan St36 yang akan dilakukan akupresur.
4. Oleskan massage oil secukupnya pada daerah yang akan dilakukan akupresur
5. Lakukan pengurutan pada titik P6 dan St36 searah aliran meridian yang
bertujuan untuk melancarkan aliran energi vital.
6. Lakukan akupresur pada titik yang dimaksud sesuai dengan kebutuhan yaitu
penekanan yang bereaksi menguatkan atau yang, dapat dilakukan selama 30
kali tekanan atau putaran dan mengikuti putaran arah jarum jam atau searah
dengan jalannya meridian.
1. Dalam 12 jam terakhir, saya merasakan Tidak ada < 2jam 2 - 4 jam 4 - 6 jam Lebih 6 jam
mual selama …………. Jam
2. Dalam 12 jam terakhir, saya merasakan Tidak ada 1-2 kali 3 - 4 kali 5 - 6 kali 7x atau lebih
mual …….. kali
3. Dalam 12 jam terakhir, saya muntah Tidak ada 1-2 kali 3 - 4 kali 5 - 6 kali 7x atau lebih
……. Kali
4. Dalam 12 jam terakhir, setiap muntah Tidak ada > 100 100 - 400 cc 402 - 600 Lebih 600 cc
keluar sebanyak ….. cc
Keterangan
* : Diisi oleh perawat
Sumber : Diadaptasi dari Rhodes Index Nausea, Vomitting and Retching oleh Verna A. RhodeS
Nama :
No. MR :
Tanggal Lahir :
APA GEJALA YANG DIRASAKAN SEKARANG??
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
TIDAK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MENGANTUK
MENGANTUK BERAT
LAIN-LAIN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MASALAH
................. BERAT
Diisi oleh:
□ pasien
□ keluarga
□ perawat
Tanggal ...........
Jam.........
KETERANGAN PENGISIAN:
Pasien melingkari nomer yang mengindikasikan gejala mana yang bisa diwakili
dengan nilai.
TERIMA KASIH
TANGGAL
Nyeri
Lelah
Mengantuk
Mual
Nafsu makan
Nafas sesak
Depresi
Cemas
Suasana hati
Lain-lain
Diisi oleh:
P= Pasien
K= Keluarga/relasi
N= Ners/Perawat
ALGORITMA:
Nyeri Kanker : Skrining dan Pengkajian
Skrining nyeri dengan menggunakan ESAS tiap kunjungan
Pasien tdk menggunakan Nyeri atau analgesik menggangu Pasien dlm kondisi distres/tdk nyaman
fungsi & ADL Onset nyeri tiba-tiba dan mendadak
analgesik
Ungkapan Pasien tidak mampu Eksaserbasi akut dari sebelumnya
Nyeri ringan tdk gg ADL menangani nyeri dengan obat yang Nyeri menjalar kesisi lain
ada Diikuti kelemahan motorik
Analgesik mengganggu ADL
Pasien mulai opioid untuk nyeri sedang hingga berat seharusnya memiliki akses antiemetik untuk didapatkan teratur.
Mayoritas pasien menggunakan opioid untuk nyeri sedang hingga berat yang berkembang menjadi konstipasi. Kemudian menjadi sedikit
bahkan tiada toleransi. Pengobatan profilaksis paling umum untuk mencegah konstipasi akibat opioid adalah kombinasi stimulan (senna
atau bisocodyl) dan laksatif osmotik.
Nyeri pada Kanker Dewasa
Kaji ulang ESAS, diskusikan harapan dan kepercayaan serta bantuan pemenuhan kebutuhan yang
dibutuhkan
Pengkajian berfokus pada fatigue
O- onset fatigue (kapan dimulai)
P- apa yang anda lakukan untuk mengatasi fatigue?
Q- tanyakan pasien gambaran fatigue yang dialami!
R – adalah gejala lain muncul dengan fatigue?
S – durasi fatigue □ konstan □ perubahan setiap waktu
T – apakah ada pengobatan yang dijalani berubah atau berlawanan ?
U – menurut anda apa yang menyebabkan fatigue muncul?
I – bagaimana fatigue mempengaruhi aktivitas sehari-hari anda? Gaya hidup (kerja, sosial, konsentrasi,
memori) seberapa bosannya fatigue?
V – Apa tujuan dari gejala ini?
kaji faktor kontribusi yang dapat diatasi untuk fatigue
Komplikasi pengobatan □ anemia □ infeksi □ demam
Perubahan berat badan/intake kalori (seberapa BB berkurang)
Ketidkseimbangan cairan elektrolit (natrium, Kalium, kalsium, magnesium)
Pengobatan : □ opioid □ antihistamin □ antidepresan □ alkohol/penggunaan obat adiksi
Gejala lain/efek samping: □ nyeri (skor ESAS > 4, lihat guideline nyeri)
□ depresi (ESAS skor > 4, lihat guideline depresi)
□ cemas (skor ESAS > 4, lihat guideline cemas)
□ gangguan tidur (skor ESAS > 4, lihat guideline tidur)
Perubahan tingkat aktivitas □ penurunan aktivitas □ penurunan pola latihan
Kondisi abnormal yang mengikuti fatigue
Latihan fisik
□ Gaya berjalan □ postur □ Range of motion
□ Mata (konjuntiva anemi/pucat)
□ Pengkajian oral □ cheliosis □ angular cheilitis □ angular stomatitis
□ kelemahan otot
□ Tachicardi □ sesak ○ saat istirahat ○ saat latihan
gejala khas fatigue: kelelahan tidak seimbang dengan aktivitas yang dijalani; gangguan ADL atau kualitas
hidup, hilangnya konsentrasi atau perhatian atau mood negatif akan fatigue (sedih, frustasi, mudah tersinggung);
gangguan tidur (insomnia atau hypersomnia); tidur tidak segar saat bangun, penurunan motivasi atau kurang
tertarik akan aktivitas biasa
o Gejala fatigue minimal o Gejala muncul dan menimbulkan o Fatigue dirasakan saat aktivitas
Akut, telat atau antisipasi Tanda dehidrasi (+) Muntah darah atau kehitaman
Nausea akibat kemoterapi (hematemesis)
Tak mampu makan/minum dalam 24 Nyeri abdomen atau kepala hebat
dan muntah jam
Lemah, pusing, inkoheren atau tidak
Tanda dehidrasi (-)
Pengobatan berubah bila tidak berespon
efektif dalam 6 jam
Langkah 1
Non Farmakologis
Penggantian cairan dan elektrolit yang tepat
Anjuran nutrisional – pertimbangkan pasien mendapat NPO jika terjadi sumbatan atau emesis selama beberapa jam; jika tidak
tersumbat, ubah diet, tergantung penyebab mual
Farmakologis
Untuk pengosongan lambung atau usus lambat :
o Mtoclopramide 5-20 mg po/subcut/iv q6h (atau tid AC meals plus qhs); mungkin digunakan q4h jika dibutuhkan; 40-100mg/24 h
subkut/IV infus lanjutan
o Alternatif (jika metoclopramide tidak ditoleransi); domperidone 10 mg TID hingga QID (catt: resiko irama jantung serius atau kematian
mendadak (henti jantung) dapat lebih tinggi pada pasien yang mengkonsumsi domperidone dosis besar >30mg perhari pada pasien
>60 th)
Untuk pasien dirawat di radioterapi paliatif
o Untuk gejala dalam 24 jam radioterapi, ondansentron 8 mg po/subkut/iv q8-24h; granisetron 1 mg po bid atau 1 mg IV sekali sehari
o Untuk antisipasi mual muntah : lorazepam 1-2 mg po/sl/IV/subkut
o Obat-obat dibawah juga baik diberikan sebelum radiasi untuk efek optimal
Untuk mual diinduksi opioid:
o Metoclopramide 10-20 mg po/subkut q12h
o Pilihan: Haloperidol 0.5-2.5 mg po/subkut q12h
Untuk masalah kimia/metabolik lain
o Haloperidol 0.5-2.5 mg po/subkut q12h
o Pilihan lain: metoclopramide 10-20 mgpo/subkut/IV q6h
Untuk metastase otak, untuk leptomeningeal carcinomatosis: dexamethasone 4-8 mg po/subkut/IV bid (0800 dan 1300h): jika respon
buruk terhadap dexamethasone, pertimbangkan menambahkan halloperidol 2 mg po/subkut q12h
Untuk penyebab vestibular
o Scopolamine (transdermal patch) satu atau dua 1,5 mg patch q72h
o Alternatif: dimenhydrinate 25-50 mg po/subkut/iv id
Jika faktor psikogenik berperan
o Oxazepam 10 mg po tid atau lorazepam 1-2 mg po/si/subkut/IV tid
o Teknik psikologis (terutama untuk mual muntah karena kemoterapi )
Langkah 2
Non Farmakologis
o Jika mual tak terkontrol dengan antiemetik spesifik, tambahkan antiemetik dari kelompok lain, tapi tidak menghentikan
o pertimbangkan penggunaan kombinasi obat, namun monitor overlapping keracunan
o obati sumbatan gastrointestinal (mungkin butuh intervensi seperti NGT, ventring gastrostimy tube (PER))
Farmakologis
o Metoclopramide direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama untuk mual muntah pada pasien kanker lanjut
o Titrasi antiemetik terhadap dosis penuh, hingga pasien menjadi tidak mengalami efek samping, sebelum
menambahkan obat lain
o Untuk mual muntah menetap, antiemetik harus diresepkan teratur dengan dosis pas
o Berikan antiemetik profilasis untuk mencegah mual dengan dosis opioid tinggi dan agen kemoterapeutik
o Untuk pengosongan lambung atau abdomen (termasuk obstruksi usus, lihat dibawah ):
Metoclopramide 5-20 mg po/subkut/iv q6h (atau tid AC meals plus qhs); bisa menggunakan q4h jika diperlukan; 40-
100 mg/24h subkut/ IV infus lanjut
Pilihan (jika Metoclopramide tidak ditoleransi): domperidone 5-20 mg poq6h (atau tid AC meals plus qhs);
menimbulkan kurangnya efek samping extrapiramidal daripada metoclopramide.
o Kombinasi antiemetik berbeda dibutuhkan sekitar 30% kasus. Kombinasi terapi hanya perlu jika ada perbedaan target
neurotransmitter. Jika respon terhadap monoterapi adekuat, ikuti kombinasi berikut:
Metoclopramide po/subkut/IV+dexamethasone po/subkut/IV
Haloperidol po/subkut + dexamethasone po/subkut/IV
Langkah 3
Farmakologis
Ondansentron, meskipun berguna untuk mual akibat kemoterapi, dipertimbangkan sebagai lini terapi ke-4 untuk
mual kronis di Unit Paliatif
Ondansentron berguna untuk mual akibat terapi radiasi
Dexamethasone direkomendasikan untuk mual muntah pada kanker lanjut
o Serotonin (5HT3) antagonis (ondansentron 4-8 mg po/subkut/IV bid; granisetron 1mg po bid/1 mg IV 1xsehari;
Penilaian risiko bahaya bagi diri sendiri atau orang lain (semua pasien)
Jika YA : segera rujuk ke layanan yang tepat untuk mengevaluasi keadaan darurat; fasilitasi
lingkungan yang aman; observasi detil; Inisiasi intervensi pengurangan dampak buruk yang tepat
untuk mengurangi risiko bahaya. (Adanya gejala lain seperti psikosis, agitasi parah dan
kebingungan (delirium) juga memerlukan rujukan ke layanan yang tepat untuk evaluasi kondisi
darurat).
Jika TIDAK: lanjutkan dengan algoritma
Dengan perawatan tim, tinjau ulang rencana manajemen depresi dan gejala fisik lain
dan
kebutuhan untuk rujukan kecuali bendera merah otomatis dihasilkan untuk depresi
berat (misalnya, nyeri)
Penilaian distress saat awal masuk, masa kritis, secara periodik dalam
perawatan atau situasi menegangkan
Pengkajian risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain (semua pasien)
Jika ya : SEGERA rujuk kepada layanan yang tepat untuk mengevaluasi keadaan darurat; Memfasilitasi
lingkungan yang aman; amati detil; Memulai intervensi pengurangan dampak buruk yang tepat untuk
mengurangi risiko bahaya bagi diri sendiri dan / atau orang lain. (adanya gejala lain seperti psikosis, agitasi
parah dan kebingungan (delirium) juga memerlukan rujukan kepada layanan yang tepat untuk evaluasi
kondisi darurat).
Jika tidak: lanjutkan dengan algoritma
Lanjutkan ke algoritma terkait lainnya jika diperlukan (mis., tidur, kelelahan, nyeri)
Tindak lanjut dan berkelanjutan re-assessment dan perubahan (pengurangan) dari skor
sebelumnya
Gangguan tidur yang tidak mengganggu Sulit tidur dimalam hari/ kembali tidur Gejala insomnia > 3 malam/minggu
aktifitas harian setelah terbangun (perlu >30menit untuk dalam 1 bulan terakhir
Mampu melakukan ADL = melakukan tidur lagi, terbangun > 30menit) Gangguan Aktifitas harian
aktifitas sesuai keinginan (sept. tugas Sering terbangun di tengah malam Gangguan fungsi psikologis
harian, kerja, kehidupan sosial dan lain) Tidur terasa ringan, terpotong2, tidak Harapan yang buruk terhadap tidur
segar (kualitas tidur jelek) Sangat mudah terbangun dan terjaga
Mengantuk dan energi kurang beraktifitas dengan cepat saat tidur di tempat tidur
Gangguan terjadi lebih dari 3 kali Pelajari yang berhubungan dengan
seminggu mencegah tidur
Pencegahan dan pendidikan seperti care pathway1 sebagai tambahan untuk intervensi non farmakologi
Cognitive Behavioural Theraohy (CBT) khusus untuk insomnia (CBT-I) merupakan intervensi paling efektif
untuk mengatasi masalah tidur berdasarkan pada penelitian
CBT-I dapat mengawali intervensi mandiri atau oleh pelatih khusus, namun syndrome insomnia paling baik
dikelola oleh psikologis atau spesialis CBT-I
Intervensi lain seperti latihan juga dapat membantu pada insomnia sementara
Pengobatan yang lain diberikan seperti nyeri, kelemahan atau depresi
Intervensi farmakologi
Obat disesuaikan dengan pola tidur pendek atau intermiten ( sep. Lih. indikasi obat). Monitoring khusus
diperlukan saat pemberian obat dan untuk mengetahui efek pada pengobatan kanker dan obat lainnya
Gunakan dosis terendah ( mis. minimalkan waktu sedasi dan kebingungan/confuseness)
Kaji ulang ESAS dalam percakapan dengan pasien/keluarga dan diskusikan kebutuhan akan dukungan
terhadap harapan dan kepercayaan
Masalah tidur ditandai dalam item skala ESAS dengan skor 0-10 (tergantung berat masalah)
Dalam masalah tidur terdapat dua pertanyaan untuk dentifikasi gangguan:
1) Apakah kamu mempunyai masalah dengan tidurmu selama tiga malam atau lebih setiap minggunya?
2) Jika ya apakah gangguan tidur itu mengganggu aktifitas sehari-hari? Jika jawabannya ya satu atau
keduanya maka fokus pada kebutuhan pengkajian
Kaji tanda sleep apnea: O** Kapan gangguan ini mulai? Seberapa sering mengalami gangguan tidur?
Kronik snoring, keras, Jumlah dan lamanya bangun malam, apakah bangun pagiya lebih awal? Adakah
tersedak dan nafas menggunakan obat tidur?
terengah-engah selama
tidur, periode apnea P –Aktifitas sebelum tidur (sebelum di tempat tidur dan diatas tempat tidur,
sleep selama tidur, tidur lingkungan tempat tidur, faktor yang memicu stress dan nyeri; jadwal bangun
yang berlebihan setiap dan tidur teratur mengikuti jadual? Menggunakan obat tidur (ketika terjadi
hari (menggunakan gangguan tidur yang menjengkelkan)
pengkajian Epworth Q-- Pengkajian kualitas tidur. Tidak mudah tidur.Gunakan buku tidur harian
Sleepiness Scala), nyeri
selama periode dua minggu
kepala pagi hari, tidak
bisa berkonsentrasi dan R-- Dalam hal apa itu mempengaruhi anda dari hari ke hari (contohnya; tugas
atau mengalami masalah harian, ngantuk setiap waktu, distres emosional, gangguan perhatian dan
ingatan. ingatan, respon lambat, dampak yang merugikan dalam bekerja, kehidupupan
sosial dan keluarga
Rujukan diperlukan jika S-- Bagaimana masalah tidur itu mengganggu kamu?
pasien mengeluh gelisah
T-- Apa yang kamu lakukan untuk menelola masalah tidurmu? Bagaimana
sewaktu tidur/ gerakan
tidak teratur efektifitas dari usahamu? Menilai dengan menggunakan strategi hygiene
tidurmu.
U—Menurut anda apa yang menjadi penyebab masalah tidur? Sesuatu yang jadi
perhatian?
I --Apa dampak pada rutinitas harian dan aspek yang lain?
Rujuk SEGERA ke klinik V-- Apa yang menjadi tujuanmu untuk gejala seperti ini? Apa tujuan yang
tidur atau spesialis tidur nyaman bagi kamu
untuk ditelusuri masalah Format PROMIS tidur singkat atau Insomnia Severity Index dapat digunakan
tidurnya dan untuk pengkajian sistematis
polysomnogram Gejala insomnia: tidak segar, sulit untuk tidur (>30menit), bangun lebih awal,
bangun malam (30menit) atau lebih dari 3 malam per minggu; distress atau
tidak mood untuk tidur, menurunnya konsentrasi atau perhatian, respon yang
lambat, aktifitas ADL terganggu, memikirkan masalah tidur.
Kenali riwayat terkait: faktor resiko spesifik untuk gangguan tidur dan bangun
Riwayat yang berhungan dengan masalah tidur, depresi, adanya masalah mental yang lain
Stress (contoh pengalaman hidup, status penyakit, diagnosis, kambuh, kelanjutan dari penyakit yang menyertai (mudah
diserang)
Adanya perubahan pengobatan yang berhubungan dengan depresi (yang menyebabkan insomnia) atau obat sedative
Terapi modalitas kanker (Contoh pengobatan dengan kemoterapi, agen lain seperti steroid dapat mengganggu tidur)
Nilai faktor-faktor yang berkontribusi sesuai guide line (seperti nyeri, kelemahan, depresi)
Masalah tidur sering terjadi seperti bagian dari kelompok gejala tidur, nyeri dan kelemahan
Untuk mendukung diagnosis anoreksia vs. Stadium kaheksia yang direkomendasikan menggunakan instrumen pengkajian
yang sudah diuji:
Malnutrition Screening Tool
Patient Generated Subjective Global Assessment
Riwayat diet, pengkajian fisik dan pemeriksaan laboratorium untuk mendukung diagnosis anoreksi atau kaheksia
Persentase kehilangan berat badan , evaluasi malnutrisi
Hilang nafsu makan ringan Hilang nafsu makan sedang Hilang nafsu makan berat
Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia
Kehilangan BB < 5% selama 6 bln BB hilang >5% 6 bln terakhir Ekstrim Sarcopenia
Pengobatan untuk anoreksia dan/atau Pengobatan tumor Penyakit lanjut, kehilangan masa otot
kehilangan BB C-Reactive Protein menandakan yang cepat dengan kerusakan fungsi
Tidak ada data subjektif terkait dehidrasi inflamasi (Palliative Performance Score rendah)
Hilang nafsu makan ringan Hilang nafsu makan sedang Hilang nafsu makan berat
Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia
Care Pathway Care Pathway Care Pathway
Pengobatan pharmakologikal
ProkinetikMetoclopramide 110mg 4-8 jam. OR donperidon 10mg TID to QID (resiko pada rytme jantung yang
abnormal dan gagal jantung ketika pasien makan donperidon 30mg sehari pada usia 60tahun keatas
Progrestogen sintetik
Magastrol acetat; dosis minimum 160mg sehari tiap pagi, dosis efek maksimum480mg/hari, medroxyprogesteron asetat
MPA; 200mg/hariKortikosteroid
Health)
Dari diskusi dengan pasien: Dari diskusi dengan pasien: Dari diskusi dengan pasien:
� Biasanya dapat duduk dan � Biasanya menetap � Sering akut-kronik
berbaring dengan tenang � Biasa akut atau kronik � Makin parah hari ke hari
� Bisa kadang atau menetap � Nafas sesak diperparah jika � Cemas (+)
� Diperparah dengan berjalan atau latihan; diatur � Bangun tiba-tiba dengan nafas
beraktivitas sebagian istirahat sesak
� Tidak cemas/ringan saat sesak � Berhenti bicara selama 30 � Nafas sesak saat bangun dan
� Pernafasan diobservasi tidak menit tidur
sesak � Nafas agak sesak � istirahat selama bicara 5-15
Dari pengkajian fisik: det
� Tiada cyanosis Dari pengkajian fisik:
� ± cyanosis
� ± onset of confusion
� sering adanya orthopnea
Pharmalogikal
Intervensi non pharmakologi
Untuk pasien dengan PPS 100%-10%;
Pencegahan dan pendidikan seperti Opium Sistemik
Opium untuk pasien:
perawatan pathway 1 seharusnya
- Berikan morphine 2.5 subcut bolus (atau dengan dosis yang sama alternatif
digunakan pada sebagai tambahan opium)
untuk intervensi pharmakologi - Jika toleran ulangi dosis setiap 30 menit jika dibutuhkan
Cognitive Behavioural Theraohy - Mempertimbangkan dosis dobel jika 2 dosis gagal untuk menghasilkan
(CBT) khusus untuk insomnia (CBT- reduksi yang adekuat pada dyspnea
I) merupakan intervensi yang efektif - Memonitor Respiratori rate pasien, mulai waktu puncak efek pada dosis
untuk mengatasi masalah tidur subcut morphine mungkin lebih lama dari 30 menit
berdasarkan pada penelitian pasien Jika didapatkan akses intravena, pertimbangkan pmberian IV bolus untuk morphine
kanker 2.5mg (atau dosis yang sama pada opium alterbnatif) untuk mencapai efek yang
CBT-I pada awalnya dapat diberikan lebih cepat
- Jika toleran ulangi dosis setiap 30 menit jika dibutuhkan
sebagai intervensi yang dilakukan
- Pertimbangkan dosis ganda jika 2 dosis gagal menghasilkan reduksi dyspnea
sendiri atau oleh pelatih dari pemberi - Monitor respiratori rate pasien mulai pemberian bolus IV morphine untuk
perawatan, tetapi untuk syndrome menghasilkan efek yang lebihh cepat dan tinggi
insomnia dikelola olehpsykologist Mulai dari dosis reguler pada opium imediate realise, Dipandu dalalam pemberian
atau spesialis CBT-I dosis bolus
Intervensi lain seperti latihan juga - Untuk pemecahan dosis opium, pertimbangkan penggunaan dosis rute
dapat membantu pada transient subcutsejak awal untuk dyspnea yang berat mulai munculnya gejala yang
insomnia masih terkontrol
Pengobatan yang lain diberikan Untuk pasien yang mendapatkan opium sistemik
seperti nyeri, kelemahan atau depresi Ikuti beberapa anjuran seperti pada pemberian opium dengan mengikuti perubahan
- Berikan opium subcut bolus pada pasien sekarang gunakan dosis sama sampai
10% secara regular, selama 24 jam, pemberian dosis parenteral pada pasien
sama untuk opium (parenteral dosis sama sampai setengah dosis oral)
- Pertimbangkan pemberian opium IV bolus pada pasien, menggunakan dosis
yang sama sampai 10% reguler, 24jam, dosis parenteral sama dengan pasien
- Meningkatkan dosis reguler opium 25% Dengan panduan dosis bolus
OIbat psykoaktif
Mempertimbangkan pemberian CPZ atau metrotrimeprazine jika terjadi dyspnea
yang berat dan terus menerus meskipun mendapat terapi lain
Metrotrimeperazine 2.5-10mg per oral atau IV 6-8 jam teratur atau jika dibutuhkan
Penerapan teori ...,Chlorpromazine
Dame Lestaria, 7.5-25mg per ooral atau iv 6-8 jam teratur atau jika dibutuhkan
FIK UI, 2014
Pertimbangkan benzodiazepine untuk adanya kecemasan
MUKOSITIS PADA PASIEN KANKER: PENGKAJIAN DAN SKRINING
Intervensi Non-farmakologi
PPS Stabil, Transisi End of Life (30-100%) PPS Stabil dan Transitional (40-‐100%) PPS End of Life (10-‐30%)
and Diet Meninggikan kepala
Intake cairan: Rekomendasi diet berikut ini tidak berlaku jika tempat tidur dapat
Anjurkan asupan cairan(1500-2000mlperhari) diduga obstruksi. memfasilitasi proses BA
Anjurkan minum sepanjang hari Secara bertahap tingkatkan serat makanan Simulasikan posisi jong
Batasi intake kafein dan alkohol setelah asupan cairan konsisten dari minimal dengan menempatkan
Aktivitas fisik: 1500 ml per 24 jam. pasien di posisi samping
Latihan untuk kemampuan fisik pasien, kiri dari, menekuk lutut
kondisi dan sesuai kondisi Bertujuan untuk setidaknya 25 g serat makanan dan menggerakan kaki
per hari: kearah abdomen.
Frekuensi, intensitas dan durasi latihan harus
o 7-10 porsi per hari dari buah-buahan dan PPS End of Life (10-‐20%)
didasarkan pada toleransi pasien
sayuran, bukan jus Untuk pasien dengan PPS
PPS 60% dan di atas: berjalan dianjurkan
o 6-8 porsi produk gandum per hari, memilih 10-20%, pertimbangan
(1x 15-20 menit atau 2x/ hari atau 30-60 menit
100% roti gandum dan sereal tinggi serat (> 4 beban dan manfaat dari
sehari-hari, 3-5 x/ minggu)
gram / porsi) BAB secara reguler, paka
Untuk PPS 30-50% latihan seperti rotasi badan
o Masukkan protein nabati sehari-hari sebagai keputusan klinik yang tep
dan angkat paha, 15 hingga 20 menit per hari,
bagian dari 2-3 porsi daging dan alternatif. ketika merekomendasi
didorong, jika mampu.
Pertimbangan Privasi Konsultasikan dengan ahli gizi untuk spesifik
Jaga privasi selama toileting asupan serat
Upaya BAB harus 30 - 60menit setelah Pertimbangan personal
konsumsi makan, untuk mengambil BAB ke toilet jika mungkin, dianjurkan
keuntungan dari refleks gastro-colic Apabila perlu, gunakan pispot
Dengan asumsi posisi jongkokdi toilet dapat
melancarkan BAB
o Duduk dengan kaki di atas bangku dapat
membantu defekasi
INTERVENSI FARMAKOLOGI
Rekomendasi berikut berdasarkan level evidens dan konsensus yang rendah akibat studi
tentang konstipasi masih terbatas.
Perhatikan penyebab konstipasi, kesukaan pasien, fungsi kolon dan respon pengobatan
sebelumnya untuk menentukan pengobatan yang tepat.
Tanyakan adakah penggunaan obat non tradisional/alternatif sebagai pertimbangan
potensial interaksi obat toksisitas.
Banyak obat pencahar oral, supositoria dan enema memiliki efek samping umum sept kram,
kembung, mual dan diare, dan dapat diatasi dengan pengurangan dosis. Hindari pencahar
jika obstruksi usus.
Rekomendasi utk obat lini I Rekomendasi utk obat lini II Rekomendasi utk obat lini III
Fecal Impaction
Jika feses mengeras dalam rektum, gunakan supositoria gliserin untuk
melunakkan tinja, diikuti 1 jam kemudian dengan digital jika perlu
(setelah pretreatment dengan analgesik dan obat penenang), dan / atau Dimulai dengan uji coba 3 hari
enema fosfat methylnaltrexone:
Jika feses lebih tinggi dikolon sebelah kiri, gunakan enema retensi Apabila dalam 48 jam tidak ada BAB, berikan
minyak, diikuti oleh enema volume besar minimal 1jam kemudian. methylnaltrexone subcutaneously - 8 mg (BB:
Pasien kolostomi 38-62 kg) atau 12 mg (BB:62-114 kg)
Pasien kolostomi proksimal tidak dapat menggunakan obat pencahar
kolon Methylnaltrexone efektif jika 4 jam setelah
Supositoria tidak dapat digunakan dalam kolostomi. injeksi terjadi BAB
Enema mungkin berguna untuk pasien dengan kolostomi descenden atau
sigmoid.
Pasien paraplegia TIDAK Efektif
Laxatif oral mungkin membantu untuk mengeluarkan feses dari rektum efektif
Bantu mengosongkan rektum dengan menggunakan : supositoria, enema
TIDAK
efektif Efektif
Methylnaltrexone tidak mungkin bekerja untuk pasien ini pada Dosis yang sama dapat
saat ini. Tidak ada dosis lanjutan harus diberikan ditawarkan jika tidak BAB
selama 48 jam, Dosis tidak
boleh diberikan lebih 48 jam
PENGKAJIAN AWAL
KEPERAWATAN RAWAT INAP
PENGKAJIAN
□ Operasi □ Radiasi □ Kemotherapi-Radiasi
Keluhan Utama : ……………………............………
Lama Keluhan: ……………….....……............……..... Keluhan : ...........................................
Upaya yang telah dilakukan:……....……................... Skala ESAS mual* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Diagnosis Medis: …………........................................
Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Delirium Skala ESAS nafsu makan* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
□ Somnolen □ Soporocoma □ Coma
TTV: TD……..mmHg, N…..X/mnt, S…...◦C,P.....X/mnt, Skala ESAS mukositis * 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri: □ Ya □Tidak Pola makan:
Distres: □ Ya □Tidak □ Teratur (3X/ hari)
□ Tidak Teratur,… porsi/ hari
Gol Darah: ......Rh:....... TB:................. BB: .................
Jenis makanan dan minuman
Penyakit yang pernah dialami :
- Disukai: …………............- Tidak disukai: ..…………
RIWAYAT KESEHATAN
……………………............................................
Diet: ………………………............….........
□ Tidak dirawat
□ Di Rawat, tgl/ bln/ tahun : ........……...........
1. Apakah mengalami Penurunan BB yang tidak
□ Operasi ….................................................
diinginkan dalam 3 bulan terakhir
tgl/ bln/ tahun : .............
a. Tidak ada penurunan berat 0
□ Radiasi :....................................................
badan
Alergi: □ Ya □ Tidak
b. Tidak yakin/Tidak tahu 2
□ Obat, .......................
2. penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir
□ makanan
a. 1 - 5 kg 1
□ Lain- lain …………...........................
b. 6 - 10 kg 2
Reaksi Alergi: ……………...............................
c. 11 - 15 kg 3
Tindakan: ...……………………………….........
d. > 15 kg 4
Riwayat Transfusi Darah: □ Tidak □ Ya, Reaksi
NUTRISI
Keluhan : ……………….………………..
SIRKULASI
ELIMINASI
Keluhan : …………………………………
Skala ESAS diare* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala sesak* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala konstipasi* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengkajian sirkulasi
Kebiasaan a. Hidung: □ Normal □ Benjolan □ Polip □
a. Frekuensi Buang Air Besar : …….... X/ hari Epistaksis □ Luka
b. Frekuensi Buang Air Kecil : …….... X/ hari □ Pernapasan Cuping hidun
Pengkajian eliminasi Warna Sekret : □ Kuning □ Merah □ Hijau
a. Feses : b. Dada : □ Normal □ Benjolan/ Tumor
- Warna : □ Kuning □ Hitam/ Melena □ Luka □ Krepitasi sub kutis □
□ Dempul □ Merah □ Berlendir Pelebaran Vena Kolateral □ Retraksi
- Konsistensi : □ Lunak □ Encer □ Keras dada
□ Berbusa □ skibal c. Jantung
- Cara Pengeluaran : □ normal □ Colostomy □ Irama Nadi : □ Teratur □ Tidak Teratur
Ileustomy (Lampirkan Pengkajian Stoma) d. Paru :
b. Urine : □ Normal □ Abnormal: □ Vesikuler □ Ronkhi ka/ki □ Wheezing ka/ki
□ Dysuria □ Polyuria (> 1500 cc/ 24 jam) □ Tachypneu □ Bradypneu □ Dyspneu
□ Oliguri (< 400 cc/ 24 jam ) □ Retensi □ Lain-lain :....................................................
□ Anuria □ Inkontinensia e. Perdarahan:
- Warna : □ Kuning □ Seperti Teh Lokasi...................... Jumlah : …………cc
□ Merah □ Keruh f. Turgor : □ Baik □ Buruk
- Cara Pengeluaran : g. Oedema: □ Ekstremitas Atas : □ Tidak
□ Kondom cateter □ Chateter urine ukuran........... □ Ya, lokasi.........................
□ Nefrostomy □ Urostomy □ Cystostomi h. Lympha edema : □ Tidak □ Ya.............
(Lampirkan Pengkajian Stoma) ...................................................
Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/ Radiologi) i. Perifer: capilary refill :□ < 3 dtk □ > 3 dtk
: ..................................................................................... Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/ Radiologi )
....................................................................................... ....................................................................................
.......................................................................................
Keluhan : ..............................................
.
ATIVITAS / ISTIRAHAT
Riwayat Reproduksi
SEKSUAL/REPRODUKSI
SEKSUAL/REPRODUKSI
PSIKOSOSIAL
Ket: *skor Edmonton Symptom Assessment System. ESAS ringan <3, ESAS sedang 4-6, ESAS berat >7.
Intervensi sesuai dengan algoritma ESAS.
Jakarta, ..........................................
Perawat PN/Katim
(__________________________)
Tanda Tangan dan Nama Jelas
PENGKAJIAN AWAL
KEPERAWATAN RAWAT INAP )
PENGKAJIAN
□ Operasi □ Radiasi □ Kemotherapi-Radiasi
Keluhan Utama : ……………………............………
Lama Keluhan: ……………….....……............……..... Keluhan : .................................................
Upaya yang telah dilakukan:……....……................... ESAS mual* ........... ESAS nafsu makan* ...........
Diagnosis Medis: …………........................................ ESAS mukositis *............
Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Delirium Pola makan:
□ Somnolen □ Soporocoma □ Coma □ Teratur (3X/ hari)
TTV: TD……..mmHg, N…..X/mnt, S…...◦C,P.....X/mnt, □ Tidak Teratur,… porsi/ hari
Nyeri: □ Ya □Tidak Jenis makanan dan minuman
Distres: □ Ya □Tidak - Disukai: …………............- Tidak disukai: ..…………
Diet: ………………………............….........
Gol Darah: ......Rh:....... TB:................. BB: .................
Penyakit yang pernah dialami :
1. Apakah mengalami Penurunan BB yang tidak
RIWAYAT KESEHATAN
……………………............................................
diinginkan dalam 3 bulan terakhir
□ Tidak dirawat
a. Tidak ada penurunan berat 0
□ Di Rawat, tgl/ bln/ tahun : ........……...........
badan
□ Operasi ….................................................
b. Tidak yakin/Tidak tahu 2
tgl/ bln/ tahun : .............
2. penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir
□ Radiasi :....................................................
a. 1 - 5 kg 1
Alergi: □ Ya □ Tidak
b. 6 - 10 kg 2
□ Obat, .......................
c. 11 - 15 kg 3
□ makanan
d. > 15 kg 4
□ Lain- lain …………...........................
Apakah asupan makan berkurang karena tidak
Reaksi Alergi: ……………...............................
nafsu makan
Tindakan: ...……………………………….........
a. Tidak 0
Riwayat Transfusi Darah: □ Tidak □ Ya, Reaksi
NUTRISI
b. Ya 1
alergi : □ Tidak
□ Ya,jelaskan....................... Total Skor ...
Kebiasaan: □ Merokok : □ Tidak □ Ya, Ket: Skor > 2 dilakukan pengkajian oleh gizi
bungkus…..... / hr, lamanya ..........…
□ Minum Alkohol : □ Tidak □ Ya, Perubahan Gastro Intestinal
berapa botol …............./ hr, lama.........… a. Mulut : □ Normal □ Benjolan
□ Obat- Obatan: □ Tidak □ Ya □ Stomatitis □ Bau
nama obat ……………............................... □ Hipersalivasi □ Hiposaliva
□ Lain- lain : ………………….................... b. Gigi : □ Lengkap □ Tdk lengkap
□ Caries □ ..................
Genogram c. Lidah : □ Bersih □ Benjolan □ Kotor □................
d. Esoephagus : Reflek Menelan : □ Ada □ Tdk ada
e. Tenggorokan : □ Normal □ Merah □ Dysphagia
f. Abdomen :
Inspeksi : □ Luka □ Stoma □ Fistula □Ascites
Auskultasi : Bising Usus:............ kali/mnt
Perkusi : □ Tymphani □ dullnes
Palpasi : □ Distensi □ Tumor
Lainnya :.................................................
g.Asupan nutrisi: □ Oral □ NGT □ Parenteral
□Gastrostomi □ Yeyunustomi
h. Penyakit: □ DM tidak terkontrol □ DLL................
Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium/Radiologi)
: ...................................................................................
Ket: O : perempuan,
□ : laki-laki,
† : meninggal,
: pasien
X : meninggal dengan kanker
--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA
ELIMINASI
SIRKULASI
Keluhan : ……………….……………….. Keluhan : …………………………………
Keluhan : ..............................................
ATIVITAS / ISTIRAHAT
--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA
Riwayat Reproduksi
SEKSUAL/REPRODUKSI
SEKSUAL/REPRODUKSI
PSIKOSOSIAL
--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL
Ket: *skor Edmonton Symptom Assessment System. ESAS ringan <3, ESAS sedang 4-6, ESAS berat >7.
Intervensi sesuai dengan algoritma ESAS.
Jakarta, ..........................................
Perawat PN/Katim
(__________________________)
Tanda Tangan dan Nama Jelas
--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup
A. IDENTITAS
Nama : Dame Lestaria Napitupulu
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 20 September 1979
Alamat Rumah : Jalan Permata no 57 Jakarta Timur
Alamat Institusi : RS Medistra
Jln Gatot subroto kav : 59 Jakarta Selatan
No Telepon : 081316772085
Email : damenapitupulu79@yahoo.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Tahun Jenjang
1 1986-1992 SDN Tajur
2 1992-1995 SMPN 4 Bogor
3 1995- 1998 SMA Kesdam Jaya
4 2001-2004 STIK Sint Carolus
5 2004-2007 STIK Sint Carolus
6 2011-2013 Program Magister Ilmu Keperawatan, FIK UI
7 2013-2014 Program Spesialis Keprawatan Medikal Bedah,
FIK UI
C. RIWAYAT PEKERJAAN
No Tahun
1 2007- sekarang RS Medistra
2 2013- sekarang Dosen tidak tetap di Stikes Pertamedika Jakarta