Anda di halaman 1dari 4

 Teori Aktivitas

Teori aktivitas (activity theory) mengatakan bahwa halangan sosial terhadap keterlibatan,
bukan keinginan lansia, menjadi penyebab menurunnya tingkat interaksi. Ketika orang usia
tua kehilangan peran tertentu (misalnya karena pensiun, atau menjanda), mereka berusaha
menemukan orang lain agar tetap bisa aktif dan sibuk ketika seperti halnya mereka berada di
usia paruh baya. Menurut pandangan ini, kepuasan hidup lansia bergantung pada kondisi
yang memungkinkan mereka tetap terlibat dalam peran dan hubungan (Steve, 1963).
Masalah utama dalam teori ini adalah, temuan berulang bahwa ketika status kesehatan
dikendalikan, para lansia yang memiliki jejaring sosial luas dan terlibat dalam banyak
aktivitas belum tentu lebih bahagia (Lee & Markides, 1990; Ritchey, & Dietz, 2001).

 Penyesuaian Diri Terhadap Masa Pensiun

Schwartz berkata bahwa pensiun dapat merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke
pola hidup baru.Pensiun selalu menyangkut perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan
secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu.

a. Jenis Pensiun

Pensiun dapat saja berupa sukarela atau kewajiban yang terjadi secara reguler atrau lebih
awal. Beberapa pekerja menjalani masa pensiun secara sukarela, seringkali sebelum masa
usia pensiun wajib. Hal ini mereka lakukan karena alasan kesehatan atau keinginan untuk
menghabiskan sisa hidupnya dengan melakukan hal-hal yang lebih berarti buat diri mereka
daripada pekerjaannya. Bagi yang lain, pensiun dilakukan secara terpaksa atau disebut juga
karena wajib pensiun, karena organisasi di mana seseorang bekerja menetapkan usia tertentu
sebagai batas seseorang untuk pensiun, tanpa mempertimbangkan apakah mereka senang atau
tidak.

b. Sikap terhadap Pensiun

Sampai saat ini, pensiun masih merupakan masalah yang mempengaruhi sebagian kecil
pekerja. Dewasa ini bagaimanapun juga dengan makin meluasnya kesadaran untuk
kebijaksanaan menerima pensiun yang diwajibkan dan tumbuhya kecenderungan pria dan
wanita yang ingin hidup lebih lama dari sebelumnya, pensiun merupakan salah satu masalah
sosial yang penting dalam kebudayaan kita.
Bagi orang yang lebih muda, yang hari-harinya seringkali dipenuhi dengan tugas dan
tanggung jawab tahun-tahun pensiun atau semi pensiun nampak seperti masa emas dalam
kehidupan. Pada masa usia madya pikiran mengenai masa pensiun tumbuh semakin ketat,
bukan hanya karena pria dan wanita merasa bahwa tanggungjawabnya terhadap pekerjaan
semakin berat tetapi juga karena mereka menyadari bahwa tenaga mereka semakin
berkuarang dalam bersaing dengan karyawan muda.

Apabila masa pensiun itu betul-betul tiba bagaimanpun juga masa itu nampak kurang
diinginkan daripada masa sebelumnya. Orang-orang usia lanjut merasa bahea tunjangan
pensiunnya tidak mencukupi untuk memungkinkan mereka hidup sesuai dengan rencana dan
harapan mereka. Akibatnya, mereka merasa perlu untuk mencari pekerjaaan guna mrnambah
pendapatan mereka. Hal ini berarti bahwa bagi sebagian orang lanjut usia terdapat perbedaan
anatar pengharapan dan kenyataan pensiun.

Menurut Hurlock, ada beberapa kondisi yang mempengaruhi penyesuaian terhadap


masa pensiun :

1. Para pekerja yang pensiun secara sukarela akan menyesuaikan diri lebih baik
dibandingkan dorongan mereka yang merasa pensiun dengan terpaksa
terutama bagi mereka yang masih ingin melanjutkan bekerja.

2. Kesehatan yang buruk pada waktu pensiun memudahkan penyesuaian


sedangkan orang sehat mungkin cenderung melawan untuk melakukan
penyesuaian diri.

3. Banyak pekerja yang merasa bahwa berhenti dari pekerjaan secara bertahap
ternyata lebih baik efeknya dibandingkan dengan mereka yang tiba-tiba
berhenti dari kebiasaan bekerja karena mereka tidak bisa mengatur persiapan
pola hidup tanpa pekerjaan.

4. Bimibingan dan perencanaan prapensiun akan membantu penyesuaian diri.

5. Pekerja yang mengembangkan minat tertentu guna menggantikan aktivitas


kerja rutin, yang sangat bermanfaat bagi mereka, dan menghasilkan kepuasan
yang dulu diperoleh dari pekerjaannya, tidak akan menemukan masalah
penyesuaian terhadap masa pensiun, yang secara emosional membingungkan
mereka yang terbata-bata mengembangkan minat pengganti.

6. Kontak sosial, sebagaimana diketemukan dalam rumah-rumah jompo,


membantu mereka dalam penyesuaian diri terhadap masa pensiun. Baik
tinggal dalam rumah mereka sendiri, atau di rumah anak yang sudah menikah
atau anggota keluarga lainnya, menyebabkan orang pensiunan memutuskan
untuk melakukan kontak sosial.
https://sasyaa95.wordpress.com/2017/02/22/bab-5-psikologi-perkembangan-masa-lanjut-usia/

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai