Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis

penelitian, kegunaan penelitian, asumsi keterbatasan penelitian,dan ruang lingkup.

1.1 Latar Belakang Masalah

Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang

salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)

hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga

telinga tengah, dan pleura.1

Menurut Notoatmodjo, kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media

yang baik untuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit ISPA.2 Sedangkan

menurut Edy Prayitno, kelembaban merupakan salah satu factor terjadinya penyakit

ISPA.Kondisi yang lembab sangatlah disukai oleh kuman penyebab penyakit ISPA,

karena pada udara yang lembab kuman-kuman tersebut dapat hidup tahan

lama.Kelembaban sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa sebab, diantaranya suhu

ruangan, kondisi dinding. Kelembaban selain akan berpengaruh pada kenyamanan

tubuh, juga dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri pathogen yang sangat

membahayakan manusia. Rumah yang kelembaban udaranya kurang memenuhi

1Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Prosedur Tetap Pelacakan ISPA (Purwokerto : DKK Banyumas,

2007), hlm. 4.
2Vita Ayu Oktaviani, Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan

Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali (Surakarta : Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2009), hlm. 2.

1
2

syarat dapat dengan mudah menularkan penyakit saluran pernafasan, oleh karena itu,

kondisi rumah harus benar-benar dijaga kelembabannya.3

Menurut Arinta Wisnuwardhani Ekananda, suhu ruangan yang tidak memenuhi

syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.4

Hasil penelitian, dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban

ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji

regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097,

yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi

faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali, untuk itu setiap rumah sehat

diperlukan ventilasi yang cukup bagi seluruh penghuni rumah untuk mempertahankan

suhu dan kelembaban yang sesuai dengan temperatur kelembaban udara. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan; suhu berkisar 18-30° C dan kelembaban berkisar 40-70%.

Berdasarkan data WHO kematian balita yang disebabkan oleh ISPA sebesar

19% dan ini merupakan urutan kedua penyebab kematian balita setelah penyebab

3Ratih Istiani Zulaikha, Studi Korelasi antara Kelembaban Rumah dengan Kasus ISPA pada Balita di Desa

Karangkemiri Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2006 (Purwokerto : Jurusan Kesehatan
Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, 2006), hlm. 2.
4Arinta Wisnuwardhani Ekananda, Tugas DPP Penyakit Menular Langsung (Semarang : Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Diponegoro, 2012), hlm. 2.


3

neonatal yaitu sebesar 37%, sedangkan yang menyebabkan kematian bayi, infeksi

berat yang sudah termasuk ISPA di dalamnya sebesar 26%.5

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Penyakit

batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun.

ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana

kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30%

kunjungan berobat dibagian rawatjalan dan rawat inap rumah sakit.6

Data ISPA dari tahun 2010-2012 menunjukan bahwa secara berurutan jumlah

penderita ISPA pada balita di tingkat Puskesmas wilayah Purwokerto. Puskesmas

Purwokerto Selatan 392 jiwa, Puskesmas Purwokerto Barat 363 jiwa, Puskesmas

Purwokerto Timur II 236 jiwa, Puskesmas PurwokertoTimur I 193 jiwa, Puskesmas

Purwokerto Utara I 158 jiwa, Puskesmas Purwokerto Utara II 135 jiwa. Puskesmas

Purwokerto Barat menduduki peringkat ke-2 dari 6 Puskesmas yang ada di

Purwokerto, yaitu sebesar 363 jiwa.7

Berdasarkan survei pendahuluan rata-rata kelembaban udara diPurwokerto

Barat khususnya Kelurahan Kober lebih tinggi yaitu berkisarantara 70-86%,

dibandingkan dengan kelembaban di Purwokerto Selatan khususnya Kelurahan

Berkoh yaitu berkisar antara 65-71%.

5
Septri Anti Sinaga, Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi dan
Balita Tahun 2002-2006 untuk Peramalan pada Tahun 2007-2011 Di Kota Medan (Medan : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, 2007), hlm. 10-11.
6Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Op.Cit., hlm. 9-10.
7Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Prosedur Tetap Pelacakan ISPA (Purwokerto : Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas, 2012), hlm. 4.


4

Puskesmas Purwokerto Barat memiliki wilayah kerja sebanyak 7 Kelurahan,

yaitu Kelurahan Karanglewas Lor, Kelurahan Pasir Kidul, Kelurahan Rejasari,

Kelurahan Pasirmuncang, Kelurahan Bantarsoka, Kelurahan Kober dan Kelurahan

Kedungwuluh. Data ISPA Puskesmas Purwokerto Barat dari tahun 2010-2012 bahwa

secara berurutan 3 besar jumlah penderita ISPA di tingkat Kelurahan yaitu Kelurahan

Kober 161 balita, Kelurahan Kedungwuluh 93 balita, dan Kelurahan Rejasari 84

balita. Kelurahan Kober merupakan salah satu kelurahan di wilayah kerja Puskesmas

Purwokerto Barat yang tingkatan angka ISPA pada balita tertinggi dari tahun 2010-

2012 dibandingkan kelurahan lain, yaitu sebesar 161 balita. Sebagian besar

penduduknya tinggal pada perumahan yang permanen, semi permanen dan tidak

permanen. Kelurahan Kober juga merupakan kelurahan dengan suhu yang cukup

tinggi dan kelembaban yangcukup tinggi; suhu bekisar 27-31℃ dan kelmbaban 70-

86%.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Suhu dan Kelembaban Rumah terhadap

Kasus ISPA pada Balita di Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat

Kabupaten Banyumas”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah sebagai

berikut:
5

1) Apakah ada hubungan antara suhu dan kelembaban rumah dengan kasus ISPA

pada balita di Kelurahan Kober, Kecamatan PurwokertoBarat, Kabupaten

Banyumas?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dibatasi

pada pengaruh antara suhu dan kelembaban rumah dengan kasus ISPA pada balita di

Kelurahan Kober, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1) Adakah pengaruh suhu dan kelembaban rumah terhadap kasus ISPA pada balita

di Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas?

2) Apa saja pengaruh terhadap kasus ISPA pada balitadi Kelurahan Kober

Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan kelembaban

rumah terhadap kasus ISPA pada balita di Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto

Barat Kabupaten Banyumas.

1.6 Hipotesis Penelitian


6

Hipotesis penelitian dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

H0 = tidak terjadi pengaruh antara suhu dan kelembaban rumah terhadap kasus

ISPA pada balita di Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten

Banyumas.

H1 = terjadi pengaruh signifikan antarasuhu dan kelembaban rumah terhadap

kasus ISPA pada balita di Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten

Banyumas.

1.7 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan pada Jurusan

Kesehatan Lingkungan Politeknik Kemenkes Jakarta 2.

1.8 Asumsi Keterbatasan Penelitian

1) Asumsi keterbatasan waktu: karena penulis masih sebagai mahasiswa aktif

penelitian ini akan mengalami keterlambatan secara waktu terutama dalam

pengambilan data.

2) Asumsi keterbatasan keuangan: penelitian ini hanya menganalisis sampel yang

terbatas karena keterbatasan biaya penulis.

1.9 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di daerah Kelurahan Kober, Kecamatan Purwokerto

Barat, Kabupaten Banyumas.

Anda mungkin juga menyukai