Anda di halaman 1dari 13

Telaah Jurnal Penyakit ISPA pada Anak

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik lapangan mata kuliah
Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Qisthi Aryani

220110170084

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

MEI 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..i

I. PENDAHULUAN……………………………………………………………..1

II. ANALISIS JURNAL………………………………………………………….2

III. PEMBAHASAN……………………………………………………………...7

IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………9

V. LAMPIRAN…………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....11

i
PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil observasi di Posyandu Cibeusi RW 05, yang bertugas


adalah bidan dan ibu kader PKK. Tetapi yang melakukan tindakan hanyalah ibu kader
PKK. Tindakan yang dilakukan adalah penimbangan berat badan pada balita. Ibu
kader PKK sudah melaksanan penimbangan sesuai prosedur tetapi tidak menanyakan
riwayat kesehatan sekarang kepada orangtua balita. Ibu kader PKK juga tidak
melakukan informed consent kepada orangtua balita sebelum melakukan
penimbangan. Di posyandu Cibeusi RW 05 juga tidak ada edukasi kesehatan kepada
para orangtua balita terkait permasalahan kesehatan yang bisa dialami oleh anak.

Di posyandu Cibeusi RW 05 terdapat klien Bayi A yang berusia 4 bulan. Bayi


A tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya dan tiga saudara kandung. Ayah Bayi
A merupakan perokok aktif dan rumah yang ditempati oleh Bayi A hanya memiliki
sedikit ventilasi udara. Banyak kendaraan bermotor yang sering melewati rumah juga
dapat meningkatkan resiko penyakit ISPA pada Bayi A. Ibu N tidak begitu banyak
mengetahui tentang penyakit ISPA, hanya sekedar tahu melalui televisi.

1
II. ANALISIS JURNAL

JURNAL 1
Judul : Pengaruh Lingkungan Rumah terhadap ISPA Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Baloban Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Penulis : Dessy Irfi Jayanti, Taufik Ashar, Destanul Aulia

Tahun : 2018

Lokasi penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Haloban Kecamatan Bilah


Hilir Kabupaten Labuhanbatu

Tujuan penelitian : Mengetahui pengaruh lingkungan rumah terhadap ISPA balita

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross
sectional. Variabel terdiri dari variabel dependen dan independent. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita
sedangkan variabel independen adalah lingkungan fisik rumah (ventilasi,
pencahayaan dan kepadatan hunian) dan sumber pencemaran dalam ruangan (riwayat
merokok keluarga)

Hasil penelitian : Berdasarkan lingkungan rumah yang berpengaruh terhadap kejadian


ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Tanjung Haloban Kecamatan Bilah
Hilir Kabupaten Labuhan batu adalah ventilasi dengan nilai p value 0,002 (0,05).
Berdasarkan pencemaran udara dalam ruangan, riwayat merokok berpengaruh
terhadap kejadian ISPA dengan p value 0,000 (<0,05). Dan merupakan variabel yang
paling dominan berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Haloban dengan p value 0,003 PR 11,517 (95% CI= 2,360-
56,198).

2
Kesimpulan : Asap rokok merupakan faktor dominan yang dapat menyebabkan ISPA
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Haloban

JURNAL 2

Judul : Hubungan antara Perilaku Merokok Orang Tua dan Anggota


Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009

Penulis : Winarni, Basirun Al Ummah, Safrudin Agus Nur Salim

Tahun : 2010

Lokasi penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen

Tujuan penelitian : Mengetahui hubungan antara perilaku merokok orang tua dan
anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan


menggunakan pendekatan cross sectional

Sampel penelitian : Sampel ditentukan menggunakan teknik purposive sampling


merupakan memilih sampel sesuai kriteria penelitian yaitu 20% dari populasi.
Sebanyak 65 responden (Arikunto, 2006).Dalam hal ini peneliti membuat kriteria
inklusi untuk sampel yang akan diambil yaitu: 1. Bersedia menjadi responden. 2.
ISPA pada BALITA di wilayah kerja Puskesmas Sempor II. 3. Bisa berkomunikasi
atau berbicara dengan baik. 4. Tingkat pendidikan minimal Sekolah Dasar. 5. Orang
tua yang memiliki BALITA menderita ISPA. 6. BALITA umur 0-5 tahun Kriteria
eksklusi: 1. BALITA menderita ISPA dengan ibu mengidap HIV 2. BALITA dengan
ibu menderita gangguan jiwa 3. Responden tidak bisa membaca dan menulis

Hasil penelitian : Berdasarkan analisis dengan uji chi square untuk mengetahui
korelasi antara hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada BALITA, dengan

3
pengertian bahwa perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah dengan BALITA ketika merokok sehingga BALITA menjadi
perokok pasif , jumlah rokok yang dihabiskan dalam satu hari, lama kontak langsung
antara balita dengan perokok, BALITA tinggal satu rumah dengan perokok atau
tidak, banyaknya anggota keluarga yang merokok. Sedangkan kejadian ISPA pada
BALITA merupakan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut dengan tanda umum :
batuk, pilek, demam, atau tanpa demam pada BALITA umur 0-5 tahun, dengan nilai
c2 = 47.845, dan p = 0,000 (< 0,05), maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian
ada hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada BALITA di wilayah kerja Puskesmas
Sempor II. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kurang atau buruk perilaku merokok
responden maka akan semakin tinggi angka kejadian ISPA pada BALITA dan
semakin baik perilaku merokok responden maka kejadian ISPA akan semakin kecil.

Kesimpulan : Terdapat hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada BALITA di
wilayah kerja Puskesmas Sempor II

4
JURNAL 3

Judul : Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah


Pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima

Penulis : Sri Wahyuningsih, Sitti Raodhah, Syahrul Basri

Tahun : 2017

Lokasi penelitian : Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Kore Kecamatan


SanggarKabupaten Bima tahun 2014

Tujuan penelitian : untuk meneliti faktor-faktor mempengaruhi kejadian ISPA pada


balita di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah survei Analitik dengan pendekatan
Cross Sectional design.

Hasil penelitian : Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p = 0,001,(< 0,05), yang menunjukkan adanya hubungan antara jenis
biomassa yang digunakan dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Pesisir Desa
Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima Tahun 2014. Berdasarkan hasil uji satistik
dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05 ) yang
menunjukkan adanya hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada
balita di Wilayah pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun
2014. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,000,
yang menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA
pada balita di Wilayah pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar kabupaten Bima tahun
2014. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh
nilai p = 0,084, yang menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku merokok
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Wilayah
Peissir Desa Kore Keca101 HIGIENE VOLUM E 3, NO. 2, MEI—AGUSTUS 2017
Tabel 2. Hubungan Luas Ventiasi dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah

5
Pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014 Luas Ventilasi
Kejadian ISPA Total Hasil Uji Statistik Menderita Tidak Menderita n % n % N %
Tidak Memenuhi Syarat 32 36,7 11 53,3 43 55,0 Memenuhi Syarat 8 63,3 19 46,7 27
45,0 0,000 Total 40 70 30 30 70 100 Tabel 3. Hubungan Kepadatan Hunian dengan
kejadian ISPA pada balitadi Wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima tahun 2014 Kepadatan Hunian Kejadian ISPA Total Hasil Uji
Statistik Menderita Tidak Menderita n % n % N % Tidak Memenuhi Syarat 23 56,7
13 43,3 36 50,0 Memenuhi Syarat 13 43,3 21 56,7 34 50,0 0,000 Total 36 60 34 40
70 100 Tabel 4. Hubungan perilaku merokok dengan kejadian ISPA pada balita di
Wilayah Pesisir Desa Kore Kec amatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014 Sumber
: Data Primer, 2014 Sumber : Data Primer, 2014 Perilaku Merokok Kejadian ISPA
Total Hasil Uji Statistik Menderita Tidak Menderita n % n % N % Ada 28 53,35 14
46,7 42 53,3 0,084 Tidak Ada 12 46,7 16 53,3 28 46,7 Total 40 70 30 30 70 100
Sumber : Data Primer, 2014 matan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014.

Kesimpulan : dari hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan Penggunaan


Jenis Bahan bakar Biomassa, luas ventilasi dan kepadatan hunian dengan Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di wilayah Pesisir Desa Kore
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014.

6
III PEMBAHASAN

Dari ketiga jurnal di atas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa faktor
penyakit ISPA, terutama kebiasaan merokok dan keadaan lingkungan rumah seperti
ventilasi. Ketiga jurnal di atas semuanya mengatakan bahwa ada hubungan antara
faktor tersebut dengan penyakit ISPA. Luasnya ventilasi mempengaruhi udara di
dalam rumah. Semakin besar luas ventilasi makan semakin bagus pertukaran udara
antara di dalam dan luar rumah. Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh bakteri dan
virus yang penularannya melalui udara. Jika pertukaran udara buruk, maka udara
kotor di dalam rumah tidak dapat bertukar dengan udara segar di luar dengan baik
sehingga resiko balita untuk terkena ISPA semakin besar. Intensitas cahaya matahari
yang masuk ke dalam rumah juga dapat memperkecil resiko penyakit ISPA. Adanya
sinar ultraviolet yang masuk ke dalam rumah meminimalisir kelembapan ruangan dan
bisa membunuh bakteri di dalam rumah. Selanjutnya adalah kepadatan di dalam
rumah. Jika kepadatan tidak berbanding dengan luas rumah, resiko terkena penyakit
ISPA akan bertambah. Kepadatan penghuni rumah dihubungkan dengan infeksi
saluran pernafasan karena kepadatan hunian yang tinggi mempengaruhi inhalasi yang
intensif terjadi sehingga memudahkan menular pada anggota keluarga lain (Krieger
dan Higgins, 2002)

Faktor yang paling mempengaruhi adalah kebiasaan merokok penghuni


rumah. Asap rokok dapat menyebabkan kemampuan makrofag untuk membunuh
bakteri menurun. Asap rokok juga diketahui dapat merusak ketahanan lokal paru,
seperti kemampuan pembersihan mukosiliaris. Jika ada kebiasaan merokok yang
buruk ditambah ventilasi rumah yang kurang baik maka akan menambah resiko balita
untuk menderita penyakit ISPA. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
ISPA pada balita adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Orangtua harus memperhatikan lingkungan dengan tidak merokok di dalam rumah

7
dan memperbesar luas ventilasi. Membuka jendela di pagi dan sore hari supaya udara
di dalam rumah berganti dengan udara segar dari luar.

8
IV SIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Terdapat hubungan antara faktor-faktor seperti asap rokok, ventilasi


rumah, kepadatan penghuni rumah, dan intensitas cahaya yang masuk terhadap
penyakit ISPA pada balita.

2. SARAN

Masyarakat harus lebih peduli dengan faktor-faktor yang bisa


meningkatkan resiko penyakit ISPA pada balita. Dapat dilakukan Pendidikan
kesehatan untuk masyarakat.

9
LAMPIRAN

10
DAFTAR PUSTAKA

Dessy Irfi Jayanti, Taufik Ashar, Destanul Aulia. 2018. Pengaruh Lingkungan
Rumah terhadap ISPA Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Baloban
Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Winarni, Basirun Al Ummah, Safrudin Agus Nur Salim. 2010. Hubungan


antara Perilaku Merokok Orang Tua dan Anggota Keluarga yang Tinggal dalam
Satu Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor
II Kabupaten Kebumen Tahun 2009

Sri Wahyuningsih, Sitti Raodhah, Syahrul Basri. 2017. Infeksi Saluran


Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan
Sanggar Kabupaten Bima

11

Anda mungkin juga menyukai