Anda di halaman 1dari 247

Ya Allah, Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah Edisi Revisi

“Aisy, ana uhibbuki fillah ” (Aisy, ku mencintaimu karena Allah).


Ku tak menunjukkan ekspresi apa pun di depannya. Meski dalam hati,
aku girang bukan main, karena sejak lama aku juga menyimpan perasaan
yang sama sepertinya.
Tak lama, sebuah kalimat kemudian meluncur begitu saja dari lidahku,
“Kok bilangnya ke aku? Kalau serius, bilang donk ke Ayahku.”
Bagiku, cinta sejati harus dibuktikan. Pembuktian cinta tak cukup
hanya dengan mengatakan 'I love you', meski kalimatnya sudah diganti
olehnya menjadi 'Ana uhibbuki fillah', tapi intinya 'kan sama saja: peng-
ungkapan cinta. Ayahku pernah berpesan, “Aisy, nggak usah bingung
mencari tahu mana lelaki yang serius dan yang tidak. Kalau ada lelaki yang
benar-benar menyayangi Aisy, pasti ia akan datang menemui Ayah untuk
melamar Aisy.”
Esok harinya, pria itu tiba-tiba datang ke rumahku. Menemui Ayahku,

om
“Maaf, Pak. Jika Bapak tak keberatan, saya minta izin untuk menikahi

t.c
putri Bapak.”

po
Aku terbelalak dari dalam rumah. Sementara kulihat Ayahku terse-

gs
nyum padanya. Kuyakin ayah kagum pada pemuda itu. Pemuda itu
dengan gagah melamarku, meski usianya baru 22 tahun.

lo
.b
do
in
a-
B uku ini menyajikan inspirasi bagi para wanita untuk meraih karakter salehah.

ak
Pembahasan dimulai dengan Kesetaraan yang Indah, yang mengungkap bagai-

st
mana Islam mengangkat harkat wanita, dari dapur dan ranjang jahiliah menuju

pu
bentangan semesta. Bahasan dilanjut dengan Be A Great Woman yang men-
deskripsikan melalui bagaimana karakter para wanita salehah. Bagian ketiga Per-
nikahan Barokah yang membahas pernik-pernik cinta hingga berujung ikatan sakral

Aisyah Christy
pernikahan. Bagian empat Menjadi Istri Salehah, mengungkap bagaimana men-
jadikan peran istri sebagai jalan tercepat menuju jannah. Dilanjut dengan Menjadi Ibu,
yang mengungkap bagaimana mencetak generasi saleh dan berprestasi. Buku ini
diakhiri dengan Doa-Doa untuk Muslimah yang menyajikan doa-doa yang khusus
untuk perempuan.
desain sampul: bang doel

Quanta adalah imprint dari REFERENSI ISLAMI


Penerbit PT Elex Media Komputindo ISBN 978-602-02-2156-4
Kompas Gramedia Building
Jl Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
quanta

Telp. (021) 53650110 - 53650111


ext. 3201 - 3202
9 786 020 22 156 4
Web Page: http://www.elexmedia.co.id
998131836

C M Y K C M Y K
i
001/I/15 MC
Daftar Isi

Ya Allah,
Bimbing Hamba
Menjadi Wanita Salehah

Edisi Revisi

om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu

001/I/15 MC

i
Ya Allah, Bimbing Hamba

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang HAK CIPTA
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak

om
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
t.c
Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) di-
po
pidana dengan pidana penjara masing-masing paling
gs

singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit


Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
lo

paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling


.b
do

banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).


in

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamer-


a-

kan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu


ak

ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau


st

hak terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipi-


pu

dana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun


dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
001/I/15 MC

ii
Daftar Isi

Ya Allah,
Bimbing Hamba
Menjadi Wanita Salehah

Edisi Revisi

Aisyah Christy

Penerbit PT Elex Media Komputindo


001/I/15 MC

iii
Ya Allah, Bimbing Hamba

Ya Allah, Bimbing Hamba


Menjadi Wanita Salehah

Edisi Revisi
Aisyah Christy
Artistik: Achmad Subandi
© 2011, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Hak cipta dilindungi undang-undang
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 2011

998131836
ISBN: 978-602-02-2156-4

Cetakan ke-1: November 2011


Cetakan ke-2: Maret 201
Cetakan ke-3: September 2013

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian


atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta


Isi di luar tanggung jawab percetakan
001/I/15 MC

iv
Daftar Isi

DDaftar
aftar IsIsii

Kata Pengantar Edisi Revisi — ix


Kata Pengantar — xi

Bagian I Kesetaraan yang Indah — 1

om
• Kesetaraan, Bukti Keadilan Islam — 3
t.c
po
• Syariat yang Adil — 10
gs

• Kebebasan Menentukan Pilihan — 15


lo

• Tutup Kekurangan dengan Sedekah


.b
do

dan Istighfar — 18
in

• Tulang Rusuk — 23
a-
ak

• Tentang Waris — 27
st

• Tentang Kepemimpinan — 31
pu

• Muslimah Harus Cerdas — 37

Bagian II Be A Great Woman — 41


• Wanita Salehah Perhiasan Dunia — 43
• Be A Great Women — 46
• Mulianya Wanita Tuli, Buta, Bisu — 52
• Agar Masuk Surga dari Semua Pintu — 56
• Ketika Jilbab Mempercantik Raga dan Jiwa
— 60
001/I/15 MC

v
Ya Allah, Bimbing Hamba

• Menjaga Rahasia — 70
• Sabar — 72

Bagian III Pernikahan Barokah — 79


• Pernikahan, Buah Cinta Sejati — 81
• Tiga Ciri Wanita Penuh Berkah — 87
• Menawarkan Diri untuk Lelaki Saleh — 94
• Ta’aruf — 98
• Nazhar — 109
• Khitbah — 118
• Akad Nikah — 125
• Resepsi Pernikahan (Walimatul ‘Urs) — 133

Bagian IV Menjadi Istri Salehah — 143


• Sepasang Sandal — 145
• Kesetaraan, Bukti Keadilan Islam — 149
• Nasihat Rasulullah kepada Az-Zahra — 151
• Dua dari Tiga Penghuni Neraka —155
• Syukur Terhadap Suami — 158
• Perceraian — 160
• Tiga Sifat Istri Terbaik — 164
• Ridha Suami — 166

Bagian V Menjadi Ibu — 169


• Rahim, Mukjizat dalam Diri Wanita — 171
• Dahsyatnya ASI — 176
001/I/15 MC

vi
Daftar Isi

• Bahkan Malaikat Beristighfar Untukmu — 181


• Saat Sang Bayi Lahir — 184
• Menjadi Ibu — 189
• Mendidik Anak Saleh — 193
• Al-Khansa, Ummu Syuhada — 199

Bagian VI Doa-Doa untuk Muslimah — 205


• Doa, Tanda Hormat kepada Allah — 207
• Adab Berdoa — 209
• Doa-Doa Muslimah — 216

Daftar Pustaka — 227


Tentang Penulis — 231

001/I/15 MC

vii
viii
pu
st
ak
a-
in
do
Ya Allah, Bimbing Hamba

.b
lo
gs
po
t.c
om

001/I/15 MC
Daftar Isi

Kata engantar
Kata PPengantar
(Edisi R
(Edisi evisi)
Revisi)

M
asyaallah, betapa bersyukurnya saya ketika
mendengar kabar dari penerbit bahwa buku
“Ya Allah Bimbing Hamba Menjadi Wanita Sa-
lehah” akan dicetak ulang. Saat menulis buku ini saya
tidak terlalu berlebihan dalam menargetkan penjual-
an. Asalkan bisa terbit dan sampai ke pembaca, saya
sudah sangat mensyukurinya. Namun di luar dugaan,
sambutan teman-teman pembaca sungguh besar. Saya
tidak membayangkan sebelumnya jika buku ini akan
dicetak ulang berulang kali, bahkan terbit pula edisi
revisi ini. Saya meyakini ini tentu karunia dari Allah
Ta’ala.

Awalnya saya menulis dalam rangka mewujudkan


cita-cita dan mimpi pribadi saya, yakni paling tidak
saya bisa meninggalkan sedikit warisan untuk diper-
sembahkan kepada saudari-saudariku seiman. Saya
ingin hidup bukan hanya memperbaiki diri sendiri,
tidak sekedar menshalihahkan diri, tapi juga bercita
menebar cahaya kebaikan dan keshalihahan bagi seba-
nyak mungkin saudari seiman.
001/I/15 MC

ix
Ya Allah, Bimbing Hamba

Saya juga ingin menghaturkan banyak terimakasih atas


sambutan dari pembaca sekalian yang mengirim cerita,
pengalaman, serta testimoninya ke email saya. Mohon
maaf jika saya agak lambat dalam merespon email dari
teman-teman sekalian. Saya juga mohon maaf jika ada
beberapa email yang belum sempat terbalas. Namun
jika ada waktu luang insya Allah saya menyempatkan
untuk menjawab beberapa pertanyaan yang masuk.
Saya berharap semoga peran kecil ini menjadi kontri-
busi sederhana dari saya sebagai bekal di kehidupan
abadi kelak.

***

Alhamdulillah, atas berkat rahmat-Nya-lah naskah ini


bisa terselesaikan. Tiada Tuhan selain Allah. Kepada-
Nya lah kita menyembah dan kepada-Nya lah kita
memohon pertolongan. Tidak ada satu pun Zat yang
layak diagungkan, dicintai, dipuji, dan disembah, se-
lain Dia semata.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada jun-


jungan kita Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan
umat Islam seluruhnya. Semoga kelak Allah memper-
temukan kita dengan beliau. Semoga kita termasuk
golongan manusia yang mendapat syafaat beliau.

Saya ucapkan terimakasih kepada bapak, ibu, adik,


mbah kung, mbah uti, dan semua keluarga yang sela-
ma ini sangat memotivasi saya. Saya berharap semoga
Allah memberikan kedamaian dan kebahagiaan sejak
dunia hingga akhirat.
001/I/15 MC

x
Daftar Isi

Terimakasih kepada Ahmad Rifa’i Rif’an, yang suka


ngomporin saya untuk menulis. Terimakasih karena
sudah berkenan menjadi motivator, komentator, bah-
kan kontributor secara gratis.

Terimakasih kepada teman-teman yang senantiasa me-


nemani: Ani, Novi, Nunuk, Darlis, Lely, serta semua
sahabat di Poltekkes Depkes Surabaya. Terimakasih
juga kepada para sahabat di RS: Trisna, Mbak Cici, Bu
Ben, Mbak Luluk, dan semua sahabat saya di sana, te-
rimakasih atas persaudaraannya selama ini.

Terimakasih secara khusus kepada Ibu Linda Razad


beserta semua tim redaksi di Penerbit Quanta Jakarta.
Terimakasih atas kesempatan yang sudah diberikan.
Semoga buku ini memberi manfaat bagi penulis, pe-
nerbit, serta pembacanya.

Terakhir, terimakasih kepada para pembaca semua.


Saya sangat berharap buku ini memberi inspirasi ke-
shalihan kepada para pembaca semua. Semoga bisa
menjadi teman yang mengiringi perjalanan kita mena-
paki jalan para perindu surga.

Aisyah Christy
001/I/15 MC

xi
Ya Allah, Bimbing Hamba

001/I/15 MC

xii
Daftar Isi

Kata Pengantar
Kata P engantar

A
lhamdulillah, atas berkat rahmat-Nya naskah
ini akhirnya selesai juga. Sejak awal, saya pu-
nya harapan yang tinggi agar buku ini men-

om
jadi salah satu bentuk pengabdian saya yang bisa dike-
t.c
nang oleh masyarakat. Saya ingin ada ilmu dan inspirasi
po
yang bisa saya wariskan untuk generasi mendatang. Ke-
gs

tika Allah nanti memanggil saya, saya masih berkesem-


lo
.b

patan meraih aliran pahala dari-Nya.


do
in

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada jun-


a-

jungan kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi


ak
st

wa sallam, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan


pu

umat Islam seluruhnya. Semoga kelak Allah memper-


temukan kita dengan beliau, dan kita termasuk golong-
an manusia yang mendapat syafaat beliau.

Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak, Inu, Adik,


Mbah Kung, Mbah Uti, dan semua keluarga yang sela-
ma ini sangat memotivasi saya. Saya berharap semoga
Allah memberikan kedamaian dan kebahagiaan sejak di
dunia hingga di akhirat kelak.
001/I/15 MC

xiii
Ya Allah, Bimbing Hamba

Terima kasih kepada teman-teman yang senantiasa me-


nemani, Ani, Novi, Nunuk, Darlis, Lely, serta semua sa-
habat di Poltekkes Depkes Surabaya. Terima kasih juga
kepada para sahabat di RS: Trisna, Mbak Luluk, dan se-
mua sahabat saya di sana, terima kasih atas persaudaraan
selama ini.

Terima kasih kepada Ibu Linda Razad beserta semua tim


redaksi di Penerbit Quanta Jakarta. Semoga buku ini
memberi manfaat bagi penulis, penerbit, serta pemba-
canya.

Terakhir, terima kasih kepada para pembaca semua. Saya


sangat berharap buku ini memberi inspirasi kesaleh-
an kepada para pembaca semua. Semoga bisa menjadi
teman yang mengiringi perjalanan kita menapaki jalan
para perindu surga.

Aisyah Christy
001/I/15 MC

xiv
Daftar Isi

“Kalau wanita berakhlak baik dan berpikir positif, ia


adalah angka 1. Kalau ia juga cantik, tambahkan 0, jadi

om
10. Kalau ia juga punya harta, imbuhkan lagi 0, jadi
t.c
100. Kalau ia cerdas, imbuhkan lagi 0, jadi 1000. Jika
po
gs

seorang wanita memiliki semuanya tapi tidak memiliki


lo

yang pertama, ia hanya ‘000’. Tak bernilai sama sekali.”


.b
do

(Al Khawarizmi, penemu angka nol)


in
a-
ak
st
pu

001/I/15 MC

xv
Kesetaraan yang Indah

Bagian 1

Kesetaraan yang Indah


“Islam secara revolusioner mampu menghapus
seluruh bentuk kezaliman dan diskriminasi
yang menimpa kaum wanita, bahkan
mengangkat derajat wanita pada tingkatan
yang sebegitu tinggi. Islam dengan
progresivitasnya memosisikan perempuan
sebagai kaum yang memiliki harkat
yang sangat tinggi.”
001/I/15 MC

1
Ya Allah, Bimbing Hamba

001/I/15 MC

2
Kesetaraan yang Indah

Kesetaraan,
Bukti Keadilan Islam

Dari Aisyah: Rasulullah saw., bersabda, “Sesungguhnya


kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki.” (HR.
Imam Ahmad, Abu Dawud, Al-Darimi, dan Ibnu Ma-
jah)

S
audariku, sejak awal diturunkannya Islam se-
bagai agama pemungkas, Islam sudah banyak
merombak peradaban jahiliah yang sangat dis-
kriminatif kepada kaum Hawa. Perombakan tak hanya
membela hak-hak kaum wanita yang saat itu masih
menjadi kaum terzalimi, bahkan merombak sistem dan
tata nilai di masyarakat Jahiliah, hingga perempuan dan
laki-laki diposisikan setara. Penghormatan itu hadir se-
bagai bukti bahwa Islam adalah agama masa depan yang
sejak kelahirannya mampu membaca zaman.

Pasti ada masanya di mana umat manusia memiliki


pemahaman yang objektif terkait keadilan terhadap se-
mua manusia tanpa membedakan jenis gender. Prinsip
kesetaraan sudah diangkat dengan begitu jelas ratusan
001/I/15 MC

3
Ya Allah, Bimbing Hamba

tahun, sebelum para perempuan reformis modern mem-


perjuangkan haknya atas nama kesetaraan.

Memang, pada awalnya salah seorang sahabat dari


kalangan muslimah, yaitu Ummu Salamah, pernah
mempertanyakan tentang prinsip keadilan Islam terha-
dap kaum wanita. Dari Ummu Salamah ra., “Aku ber-
tanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‘Mengapa kami (kaum perempuan) tidak disebutkan
(keutamaannya) dalam Al-Qur’an sebagaimana kaum
laki-laki?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
segera menjawab. Namun, pada waktu yang lain, aku
(Ummu Salamah) melihat beliau berdiri di atas mimbar.
Ketika itu, aku sedang menyisir rambut. Setelah selesai
menggulung rambut, aku masuk ke salah satu kamar di
rumahku. Kupasang pendengaranku di dekat atap mas-
jid yang ketika itu masih terbuat dari pelepah kurma,
dan posisinya dekat dengan mimbar masjid. Aku dengar
Nabi mengatakan:

|ÚÜ°=°%ØUÀ-ÙXT °0›\-¯ ԁÀ-ÙXT |ÚÜ°-¯ ԁÀ-Ù ‰D¯

WÛÜ°°i›ƒ¡XT °0›W)°=›V ÙXT WÛÜ°*°=›V ÙXT °0›R<°%ØUÀ-ÙXT

WÛÜ°È°‘›\bÙXT °1šXnª›ƒ¡XT WÛϯnª›ƒ¡XT °0›V°i›ƒ¡XT

WÛÜ°-®”‘›ƒ¡XT °0›V°Fi_¡W)À-ÙXT WÛÜ°°Fi_¡W)À-ÙXT °0›\È°‘›\bÙXT


001/I/15 MC

4
Kesetaraan yang Indah

°0›VÀ°Ý›\UÙXT ×1ÀI\BTÄmÉÙ |ÚÜ°À°Ý›SVÙXT °0›\-®”‘›ƒ¡XT

0ÈNP Œ „iWà U °1šWm¦šŠXT <nm°9[ ‹ |ÚÏ­m¦šŠXT

§¬®¨ 8-k°ÀWà ˜mÕBU XT <QWm°ÝÙӉ%

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,


laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab
[33]: 35)” (HR. Ahmad, Al-Nasa’i. Sahih berdasarkan
kriteria Imam Bukhari dan Muslim)

Sebelum datangnya Islam, kaum wanita tidak menda-


patkan tempat semestinya di tengah masyarakat, bahkan
kelahiran mereka tidak diharapkan oleh orangtuanya.
Dalam sejarah kita pun menemukan perilaku yang sa-
ngat sadis kepada bayi perempuan. Ketika bayi perem-
puan terlahir ke dunia, nasibnya antara dua pilihan,
pertama bayi tanpa dosa itu akan dikubur hidup-hidup.
001/I/15 MC

5
Ya Allah, Bimbing Hamba

Atau kalaupun dibiarkan hidup, ia seolah hidup sebagai


manusia yang tanpa kasih sayang. Diacuhkan di komu-
nitasnya, bahkan di keluarganya.

§®±¨ ¸/Ì°À[ XSÉFXT VjXSԁÄ% œÈOÀIÕBXT ‰#V¿ ³V?5:]¯ 1ÉFÀi\OU Wm°G‘È Vl¯ XT

rQ"Wà œÈOŦÕ-ÄcU  àž°O¯ Xn¦G“È W% °ÄßSÀy C°% °4×SV Ù ]C°% sXqšXSW*Wc

§®²¨ WDSÀ-ÅÙVVf W% XÄ\y YU  ª!Xnx, r¯Û œÈOuyÀiWc Õ4U #ESÉF

“Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan ke-


lahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan
dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang
banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menang-
gung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam
tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah buruknya
apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58–59)

Agama Islam kemudian turun sebagai rahmatal lil’ala-


min, membawa rahmat bagi semesta. Islam secara revo-
lusioner mampu menghapus seluruh bentuk kezaliman
dan diskriminasi yang menimpa kaum wanita, bahkan
mengangkat derajatnya pada tingkatan yang sebegitu
tinggi. Islam dengan progresivitasnya memosisikan pe-
rempuan sebagai kaum yang memiliki harkat yang sa-
ngat tinggi.
001/I/15 MC

6
Kesetaraan yang Indah

Dengan pertanyaan yang tegas Islam hadir di tengah


kaum jahiliah yang pemikirannya kacau oleh budaya
moyang. Islam hadir dengan mempertanyakan, apa
kesalahan bayi perempuan sehingga mereka dikubur hi-
dup-hidup oleh darah daging yang menyebabkan sang
jabang bayi lahir.

§²¨ Õ0Q °*É  5Vl ¥FsU


¯ §±¨ Õ0Q ®”Ày ÅQ\jœÃÄ×S\-Ù Vl¯ XT

“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-


hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh.” (QS.
At-Takwir 8–9)

Di tengah peradaban yang masih dilingkupi kebodohan,


dengan cahaya terangnya Islam sudah berani memperta-
nyakan kebiasaan sadis yang dilakukan masyarakatnya.
Secara revolusioner Islam hendak mencerdaskan kaum
Jahili dengan pertanyaan yang diungkap dari Firman-
Nya: karena dosa apakah bayi perempuan dibunuh? Bu-
kankah bayi yang lahir tidak bisa memilih ia dilahirkan
dengan jenis kelamin apa. Bukankah bayi hanyalah sub-
jek yang terima jadi terhadap ketentuan Tuhan kepada
dirinya. Lalu adilkah jika kita menghakimi seorang bayi
yang lahir dengan jenis kelamin perempuan?
001/I/15 MC

7
Ya Allah, Bimbing Hamba

Sangat tidak adil. Karena bayi tetaplah makhluk Tuhan


yang suci. Ia lahir ke dunia tidak membawa aib dan dosa
apa pun. Ia tetaplah makhluk yang masih bersih jiwa-
nya. Suci hatinya. Jernih pikirnya. Bayi tetaplah makh-
luk polos yang wajib dikasihi, yang berhak disayangi,
dan layak diperlakukan sama sebagai manusia. Ia bagai-
kan lembaran kertas putih yang siap diisi dengan tulisan.
Adapun yang bertanggung jawab penuh terhadap peri-
laku si anak adalah orangtua sebagaimana dalam hadis
Rasulullah saw., “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi
Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Kerancuan berpikir masyarakat Jahiliah dihilangkan


dengan kedatangan syariat Islam yang dengan sangat
drastis mengangkat harkat dan derajat kaum wanita dari
jurang kehinaan menjadi angkasa kehormatan. Islam
melalui aturan dan syariatnya menerapkan ketentuan
yang indah, bahwa harga diri seorang manusia tidak
layak didiskriminasikan berdasarkan gender. Kualitas
intelektual, kadar keimanan, tingkat ketakwaan, kecer-
dasan emosional, kesadaran sosial, merupakan beberapa
hal yang lebih patut menjadi pembeda antara manusia
yang satu dan manusia yang lain.
001/I/15 MC

8
Kesetaraan yang Indah

Bukankah sangat tidak adil jika ada aturan yang mene-


rapkan harga diri seorang manusia ditentukan berdasar-
kan jenis kelamin. Padahal kita tahu bahwa kita lahir ke
dunia ini tidak bisa memesan kepada Tuhan agar ditak-
dirkan sebagai pria atau wanita. Kita tidak punya kuasa
sedikit pun untuk mengusahakan lahir dengan jenis ke-
lamin apa.

C°% s­mÙIU% 0›‰=\B °0›R<°%ØUÀ-ÙXT |ÚÜ°=°%ØUÀ-Ù Œ \iWÃXT

°0›‰=\B c¯Û <RW®JjV» ]C¦›_W%XT SMn°Ù WÛÏ°¯›\\ Äm›\IØ5)] \I°*ÙVU%

Äw×S[ÝÙ XSÉF \°šVl  ÈnWÓU  |¦°K% ¸DšXSÕª®qXT  DÕiWÃ

§°«¨ ¿2j°À\ÈÙ

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki


dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawah-
nya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya,
dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn.
Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keber-
untungan yang besar.” (QS. At-Taubah: 72)
001/I/15 MC

9
Ya Allah, Bimbing Hamba

Syariatt yyang
ang AAdil
dil
Syaria

S
audariku, memang benar Allah menetapkan
beberapa aturan yang berbeda dalam ibadah
mahdha antara laki-laki dengan perempuan.
Memang ada beberapa perbedaan pada ibadah yang
dilakukan oleh pria dan wanita. Misalnya, ketika sujud
dalam shalat. Pria sujud, disunahkan meninggikan pe-
rutnya dari kedua pahanya, serta membuka kedua belah
tangannya. Sedangkan ketika wanita bersujud, disu-
nahkan merapatkan kedua sikunya sampai menutupi
tubuhnya, menyangga dadanya, dan tidak merenggang-
kan sikunya seperti laki-laki.

Namun aturan itu tidak bisa dilihat sebagai bentuk dis-


kriminasi gender. Dengan aturan-aturan itu tidak ada
bentuk kezaliman yang ditujukan kepada kaum wanita.
Aturan itu juga tidak membuat kaum pria diuntungkan.

Mari kita amati satu per satu aturan Allah yang berkait-
an dengan ibadah mahdhah, insya Allah tidak akan kita
temukan satu pun aturan ibadah yang merugikan kaum
wanita dan menguntungkan kaum pria. Begitupun se-
001/I/15 MC

10
Kesetaraan yang Indah

baliknya. Tidak ada satu pun aturan ibadah yang lebih


menguntungkan kaum pria dan merugikan kaum wani-
ta.

Tentu saja Allah lebih tahu alasan diterapkannya aturan-


aturan tersebut. Kita sebagai manusia yang kadar kecer-
dasannya sangat terbatas, tentu hanya bisa menjalankan
perintah Allah dengan sungguh-sungguh.

Lalu bagaimana dengan aturan tentang waris yang


kaum wanita hanya mendapat separuh dari jatah kaum
pria? Lalu bagaimana pula dengan aturan poligami yang
seakan-akan kaum prialah yang enak, sedangkan kaum
wanita seolah menjadi kaum yang terzalimi? Insya Allah
bahasan ini akan kita diskusikan di bab yang lain dalam
buku ini. Intinya, tidak ada satu pun syariat yang men-
zalimi manusia. Allah Maha Cerdas, Maha Adil, Maha
Pengasih, Maha Pemurah, tentu lebih tahu apa yang ter-
baik bagi hamba-hamba-Nya.

Islam membawa aturan yang sangat adil terhadap semua


manusia dengan syariat yang menetapkan bahwa mulia
hinanya manusia bukan dilihat dari jenis kelamin. Da-
lam Islam kemuliaan manusia hanya dinilai dari tingkat
takwanya kepada Sang Pencipta. Hal ini dengan jelas
diungkapkan dalam Firman-Nya:
001/I/15 MC

11
Ya Allah, Bimbing Hamba

×1Å›R<Ú \È\BXT ³V?5Ê XT m[Vl C°K% Å›R<Ù Q \\ 5¯ ȉ= SM{iU


‘›Wc

 ×1ÅV Ù"U  \i<°Ã ×ÅW%WmÓU ‰D¯  ßSÉÙXq\ÈW*° #®ŒWVXT >SÄÈʼn

§ª¬¨ ¸nm¯\\ Ï/̯ Wà ‹ ‰D¯

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menja-
dikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Lita’aarafuu. Supaya kalian saling mengenal. Masing-


masing kita dicipta dengan kelebihan dan kekurangan.
Kaum pria bukan manusia perkasa dan sempurna se-
hingga tidak butuh sedikit pun kepada wanita. Begitu
pun kita kaum wanita, bukanlah makhluk lemah yang
tak punya kelebihan apa pun. Pria dan wanita dicipta-
kan untuk saling bantu. Ada kelebihan pria yang tidak
dimiliki oleh kaum wanita. Ada kelebihan wanita yang
tidak dimiliki kaum pria. Ada karakter tertentu yang
khusus disertakan kepada kaum pria dan tak ada pada
kaum wanita. Begitupun sebaliknya, ada karakter khu-
sus yang hanya disertakan kepada kaum wanita dan tak
dimiliki oleh kaum pria.
001/I/15 MC

12
Kesetaraan yang Indah

Kedua karakter itu kemudian dijadikan oleh Allah se-


bagai media untuk saling kenal dan saling bantu. Allah
mempertemukan lelaki dan perempuan melalui keti-
daksempurnaan dalam penciptaan masing-masing kita.
Karena dengan begitu, seorang pria akan sangat men-
dambakan kehadiran kaum wanita untuk mendampingi
hidupnya, dan kaum wanita akan mengharapkan ke-
hadiran seorang pria yang bersedia menjadi pelengkap
hidupnya.

“Sesungguhnya wanita adalah belahan tak terpisah dari


kaum lelaki.” (HR Ahmad dan Baihaqi)

Subhanallah. Rasulullah begitu indah menggambarkan


hubungan antara lelaki dan wanita sebagai belahan
tak terpisah. Kebutuhan emosional maupun biologis
terhadap lawan jenis adalah sebuah fitrah penciptaan
yang tak bisa dielakkan. Oleh sebab itulah mengapa
ajaran tabattul (ajaran yang mengharamkan diri untuk
tidak menikah seumur hidup), adalah ajaran sesat yang
tak dikehendaki dalam Islam. Mematikan ketertarikan
terhadap lawan jenis adalah salah satu tindakan untuk
mematikan fitrah kemanusiaan. Sejak awal dicipta,
manusia sudah dikaruniai sebuah harapan untuk me-
miliki pendamping hidup yang berasal dari lain jenis.
Senikmat dan senyaman apa pun keadaan manusia, ia
pasti akan mendambakan hadirnya kawan hidup yang
001/I/15 MC

13
Ya Allah, Bimbing Hamba

bisa menemaninya. Itulah kenapa ketika Adam di surga,


Adam merasa kurang nyaman ketika belum dihadirkan
Hawa. Padahal kurang apa fasilitas surga. Segala kenya-
manan dan kenikmatan hidup sudah tersedia di sana.
Kalau di surga saja seorang Adam merasa kesepian tanpa
Hawa, apa lagi di dunia yang penuh dengan liku ma-
salah ini, kita butuh teman untuk berbagi. Kita butuh
rekan untuk mengiringi perjalanan hidup. Kita butuh
sahabat sejati yang bersedia menemani.

Pria dan wanita adalah belahan tak terpisah. Mereka


ibarat puzzle, yang walaupun berbeda, namun hadirnya
saling melengkapi. Saling menggenapi.

14
Kesetaraan yang Indah

KebebasanKeb
Menentukan
ebasan Pilihan
Menentukan Pilihan

I
bnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengisahkan. “Ada
seorang wanita yang masih gadis mendatangi Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia menceritakan
bahwa ayahnya telah menikahkan dirinya, padahal ia
tidak menyukainya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberikan pilihan kepadanya (untuk melanjutkan
pernikahan itu atau membatalkannya).” (HR. Abu
Daud dan Ibnu Majah)

Sejak awal perkembangannya, Islam sudah memperju-


angkan hak wanita jauh sebelum zaman Siti Nurbaya.
Paksaan untuk melangsungkan pernikahan dengan lela-
ki yang tak disukainya telah ditentang keras oleh Islam.
Wanita diberi hak seluas-luasnya menentukan siapa pria
yang paling berhak menemani hidupnya di masa men-
datang.

Pernah datang seorang wanita muda menemui Rasulul-


lah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mengadu,
“Ayahku menikahkanku dengan anak saudaranya untuk
menghilangkan kehinaan yang ada padanya dengan per-

15
Ya Allah, Bimbing Hamba

nikahanku tersebut,” ujarnya. Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam kemudian menyerahkan keputusan padanya,
apakah ia meneruskan pernikahan tersebut atau mem-
batalkannya. Si wanita berkata, “Aku membolehkan
ayah untuk melakukannya. Hanya saja (dengan peng-
aduanku ini), aku ingin para wanita tahu bahwa ayah
mereka tidak memiliki hak sedikit pun dalam memutus-
kan perkara seperti ini.” (HR. Ibnu Majah)

Ya, orangtua tidak memiliki hak sedikit pun untuk me-


maksa putrinya menikah dengan siapa. Peran orangtua
hanya bertindak sebatas sebagai penasihat yang mem-
beri gambaran tentang siapa yang cocok dan yang baik
untuk mendampingi putrinya kelak.

Nikah adalah keistimewaan dan masalah pribadi setiap


orang. Pemaksaan orangtua terhadap anaknya untuk
melangsungkan pernikahan dengan orang yang tidak
diinginkan oleh anaknya hukumnya adalah haram seca-
ra Syar’i. Mengapa? Karena perbuatan tersebut termasuk
bentuk kezaliman dan pelanggaran terhadap hak-hak
anaknya.

Dalam buku Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah rahima-


hullahu mengatakan bahwa hukum izin dari sang anak
yang akan dinikahkan adalah wajib. Wajib bagi wali si
wanita untuk meminta izin terlebih dahulu kepada anak

16
Kesetaraan yang Indah

gadisnya sebelum sang ayah memutuskan memilih lela-


ki yang akan ia nikahkan dengan putrinya. Hendaknya
si wali melihat apakah calon suami si wanita tersebut se-
kufu (setara dengan si gadis) atau tidak. Karena perni-
kahan itu untuk kemaslahatan si wanita, bukan untuk
kemaslahatan pribadi si wali.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah ber-


sabda, “Janganlah menikahkan seorang janda sebelum
meminta pendapatnya, dan janganlah menikahkan pe-
rawan sebelum meminta persetujuannya.” Sahabat ber-
tanya, “Ya Rasulullah, apa tanda persetujuannya?” Beli-
au menjawab, “Ia diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

17
Ya Allah, Bimbing Hamba

Kekurangan
TutupKekurangan
Tutup
en g a n S ed ek a h d a n Is ti g h fa r
d Sedekah dan Istighfar
dengan

D
ari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, Ra-
sulullah saw., bersabda, “Wahai kaum perempu-
an, bersedekahlah dan perbanyaklah memohon
ampun kepada Allah Swt., karena aku melihat (pada
malam Isra’) kebanyakan penghuni neraka adalah dari
jenis kalian.”

Seorang perempuan bertanya, “Apakah sebabnya keba-


nyakan penghuni neraka adalah dari jenis kami?”

Beliau menjawab, “Karena kalian sering melaknat dan


meremehkan apa yang diberikan suami. Aku juga meli-
hat kebanyakan kalian memiliki kekurangan dalam akal
dan agama.”

Periwayat hadis ini bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang


dimaksud dengan kekurangan akal dan agama?”

Beliau menjawab, “Kesaksian dua orang perempuan se-


banding dengan kesaksian seorang laki-laki. Inilah yang

18
Kesetaraan yang Indah

dimaksud dengan kekurangan dalam akal. Selain itu,


ketika sedang haid, perempuan tidak shalat dan tidak
berpuasa selama beberapa hari, inilah kekurangan dalam
agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tuhan menciptakan makhluk dengan kelebihan dan ke-


kurangannya. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini
yang dicipta dengan sempurna. Salah satu ketidaksem-
purnaan kaum Hawa adalah terkait masalah haid.

Sudah kodratnya wanita memiliki waktu haid sehingga


tidak bisa memaksimalkan diri dalam melaksanakan
ibadah mahdha. Ketika para lelaki bisa terus-menerus
melaksanakan shalat lima waktu, kaum wanita memiliki
waktu jeda setiap bulan sehingga terbebas dari perintah
shalat. Begitupun pada bulan puasa, ada beberapa wa-
nita yang tidak bisa sempurna melaksanakan ibadah di
bulan yang mulia itu karena hadirnya darah haid.

Salah satu dampak dari liburnya pelaksanaan ibadah


mahdha itu adalah kurang maksimalnya kaum wanita
dalam meraup pahala yang berlimpah. Kita tahu Rama-
dhan adalah bulan yang di dalamnya Allah mengaruni-
akan bermacam-macam keutamaan. Allah mengganjar
ibadah sunah, hingga setara dengan ibadah wajib di
bulan lain. Allah melipatgandakan ibadah wajib hingga
puluhan kali lipat di bulan lain. Bahkan di dalamnya,

19
Ya Allah, Bimbing Hamba

Allah hadirkan malam istimewa yang keutamaannya se-


tara seribu bulan.

Wajar jika Rasulullah mengingatkan kepada kaum wani-


ta agar tidak terlampau jauh kadar ibadahnya dibanding
lelaki dengan cara memperbanyak sedekah dan istighfar.

20
Kesetaraan yang Indah

Sedekah
Sedekah

M
engapa sedekah dipilih sebagai salah satu ibadah
untuk menggenapi kekurangan amalan pada
wanita akibat haid? Karena sedekah menyim-
pan rahasia yang sangat besar terkait pelipatgandaan pa-
hala. Sedekah termasuk amalan mulia yang balasannya
berkali lipat dibanding amalan lain. Bukankah Allah su-
dah janji bahwa orang-orang yang melakukan amalan-
amalan baik (sedekah, menolong orang, dan lain-lain),
Allah akan membalasnya dengan pahala minimal 10
kali lipat. “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka
baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-
An’am: 60). Balasan 10 kali lipat adalah minimal. Lalu
berapa balasan maksimalnya? 700 kali lipat bahkan tak
terhingga.

Allah Swt., juga berfirman:

R\O ©#V9\-[  ©#k¯\y r¯Û Ô2ÀIVšXSÙ%U WDSÁ °Ý=Äc WÛÏ°Š Ä#V:‰%

ŒXT  R\O ÉRV} °K% 


VÈ<Ày ©G#Å r¯Û #¯X=\y \Ì×\y Õ0W)X5U

§«¯ª¨ Î2j¯ WÆ Í̦yšXT ŒXT  ÃÄW‘Rd C\-° À°È›²Äc

21
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-


orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgan-
dakan (ganjaran).” (QS. Al-Baqarah: 261)

Diharapkan dengan amal sedekah ini para muslimah


akan memperoleh ganjaran yang besar dari Allah guna
menyusul ketertinggalannya dari kaum pria.

Biasanya perempuan sangat hemat dalam masalah uang.


Hati-hati memang boleh, bahkan terkadang itulah yang
menyebabkan mengapa kaum wanita lebih dipercaya
sebagai pengatur keuangan, dibanding kaum pria yang
kebanyakan kurang baik dalam pengelolaan keuangan.
Tetapi hati-hati itu diterapkan saat mengatur keuangan
yang konsumtif, bukan untuk keperluan akhirat.

Lalu mengapa istighfar? Jika sedekah dimaksudkan un-


tuk melejitkan pahala kebajikan hingga meninggi, is-
tighfar berfungsi untuk mengikis dosa-dosa hingga me-
nipis. Sehingga kebaikan melejit dan dosa telah terkikis,
maka jika diakumulasi menghasilkan timbunan pahala
yang akan memperberat timbangan amal saleh kelak di
Mahsyar.

22
Kesetaraan yang Indah

Tulang Rusuk
ng Rusuk
Tula

“Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita. Karena


mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian paling
bengkok dari jalinan tulang rusuk adalah tulang rusuk
bagian atas. Jika kalian paksa untuk meluruskannya, ia
akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya, ia akan
tetap bengkok. Karena itu wasiatkanlah kebaikan kepada
para wanita.” (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah)

S
aya harap Anda tidak salah memahami hadis di
atas. Hadis ini bukan salah satu bentuk diskri-
minasi terhadap kaum wanita. Hadis itu bukan
berarti kita kaum wanita banyak kekurangan sehingga
wajib diwasiati.

Melalui hadis ini Allah menuntun kaum wanita dari


kaum yang dulunya terbelakang, tidak banyak punya
peran dalam fungsi sosial, tidak diperhatikan kualitas
diri dan potensinya, diangkat menjadi kaum terhormat.
Hadis di atas adalah salah satu bentuk pengangkatan de-
rajat kaum wanita oleh Islam dari yang dulunya cakupan

23
Ya Allah, Bimbing Hamba

aktivitasnya tak jauh dari aktivitas di dapur, sumur, dan


kasur, menjadi seorang manusia yang juga berhak me-
nerima pengajaran, pendidikan, wasiat, untuk menjadi
hamba Allah yang berkualitas di dunia dan akhirat.

Melalui ayat itu juga ditegaskan bahwa bukan hanya


kaum pria saja yang berhak menerima wasiat, kaum wa-
nita pun berhak menerimanya. Karena saling berwasiat
dalam kebenaran adalah sebuah anjuran Allah kepada
seluruh manusia. Tanpa membedakan jenis kelamin.

Bukankah di dalam Al-Qur’an pun telah disebutkan


bahwa saling mewasiatkan kebaikan, saling menasihat-
kan kebenaran, adalah salah satu bentuk kasih sayang
agar manusia tidak menjadi hamba yang merugi. Bah-
kan secara eksplisit Allah bersumpah, bahwa manusia
yang tidak beriman, tidak beramal saleh, dan tidak sa-
ling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran, mereka
itulah manusia yang merugi.

WÛÏ°Š €Y¯ §«¨ #nՃÅ\ r¦V ]C›_60_ ‰D¯ §ª¨ ¯nÔ§\ÈÙXT

×S_™XSV"XT ©F\UÙ¯ ×S_™XSV"XT °0›\U¯ ›ƒ¡ SÉ °-WÃXT SÄ=W%XÄ

§¬¨ ¯n׃¡¯

24
Kesetaraan yang Indah

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar da-


lam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan me-
ngerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya me-
naati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi
kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1–3)

Masing-masing kita punya peran sosial. Allah mencipta


laki-laki dan perempuan bukan untuk dibeda-bedakan,
kemudian dizalimi keberadaannya di alam ini. Tujuan
penciptaan laki-laki dan perempuan tak lain adalah sa-
lah satu prinsip keseimbangan yang selalu diterapkan
oleh Allah. Ada peran tertentu yang hanya bisa dita-
ngani kaum wanita. Ada juga peran tertentu yang hanya
bisa ditangani pria. Masing-masing diberi tanggung ja-
wab berdasarkan kodratnya sebagai makhluk Allah yang
dikaruniai kelebihan dan kekurangan.

Lalu untuk apa Allah mencipta dua makhluk yang ti-


dak memiliki kesamaan karakter? Mengapa Allah tidak
menciptakan saja makhluk satu jenis saja?

Wallahu a’lam. Salah satu alasan yang paling logis ada-


lah agar manusia bisa saling melengkapi. Diciptakanlah
makhluk dengan sifat-sifat yang tidak sempurna agar
mereka mau melengkapi kekurangannya dengan bantu-
an pasangannya.

25
Ya Allah, Bimbing Hamba

Di sinilah hakikat keadilan Tuhan. Ada naluri untuk


saling butuh dan saling bantu antar lawan jenis. Wanita
adalah sahabat sejati kaum pria, dan kaum pria adalah
sahabat sejati kaum wanita. Mereka saling membutuh-
kan satu sama lain.

26
Kesetaraan yang Indah

Tentang Waris
tang Waris
Ten

I
ni yang kerap kali dipersoalkan ketika membahas
tentang kesetaraan gender dalam Islam. Mengapa di
dalam Islam bagian yang diperoleh perempuan dite-
tapkan hanya setengah dari bagian yang diperoleh kaum
pria? Bukankah ini merupakan diskriminasi terang-
terangan terhadap kaum Hawa?

Saudariku. Islam adalah agama masa depan. Artinya,


Islam sudah mampu menjawab tantangan zaman yang
makin kritis terhadap berbagai fenomena yang terjadi
dalam masyarakat. Islam menjawab berbagai pertanya-
an yang menyangkut syariat dengan sangat lugas dan
tegas. Al-Qur’an mampu menyajikan bukti-bukti yang
mempertegas aturan yang diterapkan kepada manusia.
Termasuk masalah waris.

Saudariku. Kalau kita memandang secara hitung-hi-


tungan materi, maka yang kita lihat, aturan pembagian
waris ini memang sepertinya tak adil. Mungkin kita ber-
pikir, aturan itu menjadi adil jika pria dan wanita men-
dapatkan bagian yang sama persis. Kalau pria mendapat

27
Ya Allah, Bimbing Hamba

bagian satu, wanita juga satu. Kalau pria dapat sepuluh


juta, wanita pun mendapat sepuluh juta. Apakah benar
demikian yang dinamakan keadilan?

Ternyata tidak. Selain Mahaadil, Allah juga jauh lebih


cerdas dibanding seluruh makhluk-Nya. Semua aturan
yang telah ditetapkan-Nya adalah merupakan imple-
mentasi atas sifat-sifat-Nya.

Untuk memahami hal ini, mari kita memahami terle-


bih dahulu tentang konsep keadilan dalam Islam. Apa
sih definisi ‘adil’? Dalam Islam, adil dimaknai sebagai
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Artinya, konsep
keadilan dalam Islam bukanlah membagi sesuatu sama
rata. Bukan itu yang namanya adil.

Sebagai contoh sederhana, misal, seorang ibu punya tiga


orang anak. Anak pertama sudah menginjak bangku ku-
liah. Anak kedua menempuh SMP. Sedangkan anak ter-
akhir, masih di TK. Bagaimana cara ibu itu menarapkan
prinsip keadilan kepada anak-anaknya? Apakah dengan
menyamaratakan uang saku bagi ketiganya? Tentu saja
tidak. Uang saku yang diberikan kepada yang kuliah se-
harusnya lebih besar ketimbang yang diberikan kepada
yang masih SMP. Uang saku yang didapatkan oleh anak
kedua harus lebih besar daripada yang didapatkan oleh
anak yang masih TK. Mengapa? Karena kebutuhan ke-

28
Kesetaraan yang Indah

tiga anaknya tidak sama. Kebutuhan anak yang sudah


menempuh bangku perkuliahan tentu saja lebih besar
dibanding kedua adiknya. Justru menjadi zalim apabila
sang ibu menyamakan uang saku anak pertama dengan
anak kedua dan ketiga.

Begitu jugalah aturan yang diterapkan oleh Islam dalam


masalah waris ini. Allah memberi lelaki bagian yang
lebih karena lelaki diberi beban tanggung jawab yang
lebih besar daripada kaum perempuan. Allah sudah
mengatur bahwa dalam rumah tangga, yang wajib me-
nafkahi keluarga adalah kaum pria. Kebutuhan kaum
pria, mutlak lebih besar daripada kaum wanita.

Kita juga tahu, ketika menikah, kaum prialah yang ber-


kewajiban memberi mahar kepada calon istrinya. Se-
dangkan istri, tidak punya kewajiban sedikit pun untuk
memberi mahar kepada calon suaminya. Bahkan ketika
terpaksa harus bercerai, mantan suami masih berkewa-
jiban menafkahi anak yang lahir dari rahim mantan is-
trinya. Sedangkan perempuan tidak.

Justru menjadi kezaliman jika Tuhan menerapkan atur-


an, bagian kaum pria harus sama persis dengan bagian
kaum wanita. Karena tanggung jawab yang dibebankan
kepada kaum pria lebih besar dibandingkan tanggung
jawab yang dibebankan kepada kaum wanita.

29
Ya Allah, Bimbing Hamba

Sungguh, aturan waris di dalam Islam, adalah aturan


yang sangat tepat untuk diterapkan jika ingin memper-
juangkan prinsip-prinsip keadilan di masyarakat.

30
Kesetaraan yang Indah

Tentang K
Kepemimpinan
epemimpinan
Tentang

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wani-


ta.” (QS. An-Nisa’: 34)

A
yat yang saya kutip di atas kerap disalahpaha-
mi sebagai bentuk pelarangan kaum wanita
untuk memimpin suatu komunitas, organi-
sasi, wilayah, atau pada lingkup yang lebih luas, negara.
Dalil ini kemudian diungkit setiap kali ada perempuan
yang hendak mencalonkan diri sebagai pemimpin di
komunitas tertentu. Ayat ini kadang dijadikan sebagai
salah satu ‘alat’ untuk mengerdilkan Islam dengan me-
nyebut Islam sebagai agama yang mendiskreditkan pe-
ran seorang wanita dalam wilayah kehidupan.

Apakah benar Islam melarang kaum Hawa memimpin


komunitas tertentu? Apakah Islam menghendaki kaum
wanita dicipta hanya sebagai anggota, dan tak punya sedi-
kit pun hak untuk menjadi pemimpin di komunitasnya?
Apakah benar kaum wanita hanya boleh sebagai pengikut
dan tak layak menempatkan diri sebagai pelopor?

31
Ya Allah, Bimbing Hamba

Tidak. Ternyata Islam dengan prinsip keadilannya tak


pernah membuat aturan seperti itu. Islam sejak lama
telah menempatkan wanita sebagai partner pria. Bukan
bawahan yang hanya bisa sebagai pengikut. Bukan ren-
dahan yang hanya boleh sebagai penganut. Ayat 34 dari
An-Nisa’ tidak boleh kita potong-potong tanpa mem-
perhatikan konteks dan arah pembicaraan ayat tersebut.
Mari kita baca ayat itu dengan lebih lengkap,

Ô2ÀI²ØÈW Œ #€²VÙ \-¯ °Ä_°K< rQ"Wà |ESÄ%šˆSV Ä$\C­Jm

Á0›\U¯ ›ƒ¡VÙ  ×1¯I°šXSÙ%U ÕC°% SÁ [Ý5U \-¯XT ¹ØÈW rQ"WÃ

 Œ [Á°Ý\O \-¯ ª ÙkWÓÚ °L ¸0›VÀ°Ý›\O Í0›W*°=›V

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,


oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-
laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka
(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa’:
34)

Mari kita perhatikan kalimat ‘karena mereka (laki-laki)


telah menafkahkan sebagian dari harta mereka’. Dari kali-
mat ini saja sudah bisa kita tebak, pada konteks apa ayat

32
Kesetaraan yang Indah

ini hendak berbicara. Prof. Dr. Quraish Shihab menge-


mukakan bahwa surah An-Nisa’ ayat 34 tersebut berbi-
cara tentang kepemimpinan lelaki (dalam hal ini suami)
terhadap seluruh keluarganya dalam bidang kehidupan
rumah tangga.

Islam memang indah. Aturan-aturan, syariatnya, ke-


tentuannya, semuanya indah. Mari kita amati. Kata
qawwam sendiri sudah memberi arti lebih terhadap
tanggung jawab lelaki atas keluarganya. Qawwam bu-
kan berarti lelaki memiliki superioritas mutlak dalam
wilayah keluarga, sehingga mengabaikan hak-hak istri
dan anak. Qawwam justru bermakna pelindung. Lelaki
dengan kekuatannya, dengan fungsi sosial dan tanggung
jawabnya, memiliki kewajiban untuk melindungi istri
dan anak-anaknya terhadap berbagai ancaman yang me-
nimpa keluarganya. Qawwam menghendaki tanggung
jawab lebih kaum pria atas apa yang terjadi di wilayah
rumah tangganya.

Lalu bagaimana tanggung jawab istri terhadap keluar-


ganya? Apakah keberlangsungan rumah tangga hanya
dibebankan kepada suami dan mengabaikan peran istri?
Ternyata tidak. Islam menghendaki kaum wanita juga
aktif dalam menjalankan fungsinya sebagai ibu dan istri
dalam keluarganya. Islam tak menghendaki istri hanya
pasif sebagai penonton yang tak punya minat memban-

33
Ya Allah, Bimbing Hamba

tu suami dalam penyelenggaraan rumah tangga yang


sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Dari Ibnu ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Saya mendengar Ra-
sulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap
kalian adalah pemimpin dan akan ditanyakan tentang
kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dan akan
ditanyakan tentang kepemimpinannya. Seorang suami
adalah pemimpin di tengah keluarganya dan akan dita-
nya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin di
rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpin-
annya. Budak adalah pemimpin dalam harta majikannya
dan akan ditanyakan tentang kepemimpinannya. Setiap
kalian adalah pemimpin dan akan ditanyakan tentang
kepemimpinannya’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitulah. Perintah untuk menjaga keluarga agar se-


nantiasa berjalan dalam koridor Tuhan tak hanya kewa-
jiban suami, tetapi juga seorang istri. Itulah juga alasan
mengapa ketika Allah memerintahkan menjaga diri dan
keluarga dari api neraka, Allah menyebut secara umum
tanpa mengkhususkan pada suami atau istri.

\FÀjSÉXT ;qW5 ×Åk¯ ØFU XT ף


_ ÁÝ5U ßSÉ SÄ=W%XÄ WÛÏ°Š SM{iU
‘›Wc

WDS¾¡ØÈWc €Y ¸j\i°‰ µÂZ°Î ÏRV®”‘›Q W% SM×nQ WÆ ÅQXq\H°VÙXT ȉ=

§¯¨ WDTÃpV'ØUÄc W% WDSÉ \ÈÙÝWcXT ×1ÉFWmW%U W% ‹

34
Kesetaraan yang Indah

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:
6)

Setiap orang beriman memiliki kewajiban untuk menja-


di pemimpin, pelindung, penjaga diri dan keluarganya
masing-masing terhadap dosa yang kelak menjadikan-
nya terjatuh dalam jurang neraka.

35
Ya Allah, Bimbing Hamba

36
Kesetaraan yang Indah

Muslimah H
Muslimah Harus erdas
arus CCerdas

K
etika ada yang mempertanyakan urgensi pen-
didikan bagi muslimah, justru saya ingin mem-
pertanyakan kepadanya tentang wawasannya
terhadap sejarah perkembangan Islam. Karena sejak
diturunkannya Islam, ternyata para shahabiyah sudah
memberikan banyak sekali keteladanan bagi kita. Sebut
saja nama Aisyah radhiyallu ‘anha, yang merupakan istri
Rasulullah saw. Jarang yang tahu bahwa beliau sangat
pandai dalam bidang kedokteran, pandai meriwayatkan
hadis, serta ahli dalam ilmu perbintangan (falak). Sebut
pula nama Ummu Kulsum binti Ali bin Abi Thalib.
Jarang yang tahu jika beliau adalah seorang bidan mus-
limah. Tak lupa pula nama Asy-Syifa’ binti Abdullah,
shahabiyah satu ini sampai mendapat gelar “guru wanita
pertama dalam Islam”, bahkan istri-istri Rasulullah ba-
nyak yang berguru pada beliau, sebagaimana dikisahkan
bahwa Hafsah juga pernah belajar tulis-menulis dan
ilmu pengobatan kepada beliau.

37
Ya Allah, Bimbing Hamba

Ini menunjukkan bahwa sejak belasan abad yang lalu


Rasulullah dan para sahabatnya sudah memberikan te-
ladan yang sangat bijak kepada umat yang lahir di masa
depan. Bagaimana bisa kita meragukan urgensi pendi-
dikan kepada para perempuan, sementara kita sendiri
menyadari bahwa kaum wanita adalah guru pertama
bagi anak-anaknya. Bagaimana bisa kita masih meragu-
kan pentingnya pendidikan bagi kaum wanita, semen-
tara kita tahu, bahwa yang paling berperan dan yang
paling banyak berinteraksi dengan sang anak adalah
ibunya.

Al-ummu madrosatul uula liaulaadihaa, ibu adalah seko-


lah pertama bagi putra-putrinya. Bagi kaum muslimah,
silakan berpendidikan tinggi, berprestasilah yang hebat,
perluas pergaulan, teruslah menggali wawasan. Jadi-
kan semua itu sebagai bekal dan teladan untuk mendi-
dik anak-anak kita di masa depan. Jangan sampai kita
mengabaikan pendidikan kita hanya karena anggapan
dan asumsi masyarakat yang masih menganggap para
perempuan kelak tugasnya hanyalah ibu rumah tangga.
Jangan hiraukan mereka yang terus menyurutkan lang-
kah kita untuk terus belajar dengan perkataan pesimis,
“Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya
cuma ngurus anak.” Jangan terpengaruh dengan kalimat
pesimis seperti itu. Sebagai wanita muslimah harusnya
kita memiliki optimisme yang tinggi bahwa peran kita
38
Kesetaraan yang Indah

sangat diharapkan oleh sekitar kita. Kita memiliki po-


tensi yang bisa dikembangkan jika kita bersedia meng-
asahnya.

Mari kita baca buku-buku sejarah, maka kita pun akan


menemukan banyak sekali sosok kaum perempuan yang
memiliki peran luar biasa, tak hanya di lingkup keluar-
ga, tetapi hingga pada lingkup negara. Sebut saja nama
Dewi Sartika yang bukan hanya berwacana tentang pen-
didikan kaum wanita, bahkan ia berhasil mendirikan
sebuah sekolah yang bernama Sakola Kautamaan Istri
pada tahun 1910. Tak kalah populernya nama Rohana
Kudus yang juga mendirikan Sekolah Kerajinan Amai
Setia dan Rohana School. Tak hanya itu, Rohana Kudus
bahkan adalah jurnalis wanita pertama di negeri ini.
Kenanglah nama-nama pahlawan kemerdekaan yang
hingga kini masih terkenang indah di hati rakyat: Cut
Nyak Dhien, Laksamana Malahayati, Cut Meutia, Po-
cut Baren, bahkan Tengku Fakinah, yang selain merupa-
kan pejuang kemerdekaan, ternyata beliau juga seorang
ulama wanita di negeri ini.

Hendaklah kita memiliki harapan yang tinggi untuk


masa depan kita. Harusnya dengan kemajuan teknologi
seperti sekarang ini, dengan fasilitas hidup semudah saat
ini, kita bisa menjadi lebih hebat dari para pahlawan
yang meskipun hidup dalam tekanan dan keterbatasan,

39
Ya Allah, Bimbing Hamba

tetapi masih memiliki impian tinggi untuk menjadikan


hidupnya tidak sekadar numpang lewat dalam sejarah.
Mereka mempersembahkan hidup mereka bukan hanya
untuk menyinari keluarganya, tetapi mencoba untuk
memperluas pengaruhnya hingga ke tingkat nasional.

Saudariku muslimah, dalam bab ini saya ingin menya-


rankan, baik kelak kau berkarir atau pun bercita men-
jadi ibu rumah tangga full time, hendaklah seorang
muslimah tak meremehkan pendidikannya. Berpendi-
dikanlah yang tinggi. Berprestasilah sehebat mungkin.
Paling tidak hal itu kelak bisa menjadi teladan dan bekal
berharga bagi putera-puterimu.

Terakhir, saya ingin menutup bahasan ini dengan un-


taian kalimat indah dari Rohana Kudus, yang menco-
ba menasehatkan kepada kita untuk memperjuangkan
pendidikan dan kehidupan yang lebih baik untuk masa
depan. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat
perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah pe-
rempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya.
Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat
pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan
harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi
pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya
akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.”
(Rohana Kudus 1884-1972).

40
Kesetaraan yang Indah

Bagian 2

Be A Great Woman
“Kalau wanita mempunyai akhlak baik dan cara
berpikir positif, ia adalah angka 1. Kalau ia juga
cantik, imbuhkan angka 0, jadi 10. Kalau ia juga
punya harta, imbuhkan lagi 0, jadi 100. Kalau ia
cerdas, imbuhkan lagi 0, jadi 1000. Jika seorang
wanita memiliki semuanya, tapi tidak memiliki
yang pertama, ia hanya ‘000’. Tak bernilai sama
sekali.”

(Muhammad bin Musa Al Khawarizmi)

41
Ya Allah, Bimbing Hamba

42
Be A Great Woman

Wanita
W a n it a Salehah
S alehah
Perhiasan
Perhiasan DDuniaunia

“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan


ialah wanita (istri) yang salehah.” (HR. Muslim)

om
t.c

S
po

ore itu seorang lelaki paru baya sedang duduk-


gs
lo

duduk di teras rumahnya. Kedua tangannya me-


.b

megang sebuah buku tebal, sesekali ia meminum


do
in

secangkir kopi yang tersaji di hadapannya. Tiba-tiba


a-

seorang gadis mungil yang berkerudung lucu berlari


ak
st

menghampirinya, “Ayah, Ayah, tadi di sekolah Bu Guru


pu

bilang kalo wanita salehah nanti di akhirat akan menja-


di bidadari di surga. Wanita salehah itu seperti apa sich,
Ayah?”

Sang ayah pun menaruh bukunya di sebelah kopi. Ke-


mudian meraih putri kecilnya, lalu dipangkunya dengan
kasih sayang.

“Aisy, wanita salehah itu tidak dilihat dari kecantikan


wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hatinya. Wanita

43
Ya Allah, Bimbing Hamba

salehah bukan dilihat dari bentuk tubuhnya, tetapi di-


lihat dari bagaimana menjaga kehormatannya. Wani-
ta salehah bukan dilihat dari seberapa indah lantunan
suaranya, tetapi dilihat dari perkataan yang sering
diucapkan lisannya.”

Sang ayah diam sejenak sembari mengulumkan senyum


ke arah putrinya.

“Lalu apa lagi, Ayah?”

“Aisy, wanita salehah bukan dilihat dari keindahannya


dalam berpakaian, tetapi dilihat dari usahanya menu-
tupi auratnya. Wanita salehah bukan dilihat dari kekha-
watirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari ke-
khawatiran dirinyalah yang mengundang orang lain jadi
tergoda karena tingkah lakunya. Wanita salehah bukan
dilihat dari supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari
sejauh mana ia bisa menjaga kehormatannya dalam ber-
gaul.”

Putri kecilnya kembali bertanya, “Ayah, bisa nggak


Aisy menjadi wanita salehah?”

Sang ayah tersenyum, sambil mengelus kepala putri ke-


cilnya yang dihias dengan jilbab yang imut, “Aisy mau
jadi bidadari nggak nanti di surga?”

“Iya, mau, Yah.”

44
Be A Great Woman

“Kalau begitu, Aisy harus jadi wanita salehah. Supaya di


akhirat nanti bisa menjadi bidadari surga.”

Menjadi wanita salehah tentu dambaan para muslimah


yang mencita-citakan surga. Tercipta sebagai wanita
adalah karunia yang harus disyukuri dan dimanfaatkan
sebagai jalan meraih derajat yang tinggi di hadapan Al-
lah. Bahkan menjadi wanita adalah karunia yang harus
disyukuri, karena peluang untuk memasuki pintu surga
sangat terbuka luas bagi muslimah.

Begitu banyak kemudahan dan keistimewaan yang di-


berikan kepada muslimah untuk meraih derajat tinggi
di hadapan Allah. Para muslimah cukup taat kepada
suami dan dengan ikhlas mengurus rumah tangganya
pahalanya pun menyamai lelaki yang berjihad di medan
perang.

Bahkan kelak, perempuan-perempuan salehah dijanji-


kan menjadi bidadari-bidadari surga yang paling cantik
di antara bidadari yang tercipta. Syaratnya hanya satu,
yaitu salehah.

Lalu apa saja kriteria wanita salehah? Insya Allah dalam


buku ini akan dijelaskan satu per satu dengan mengam-
bil dasar dari hadis Rasul beserta Al-Qur’anul Karim.
Semoga buku ini mempermudah para muslimah menja-
dikan dirinya sebagai wanita salehah. Aamiin.

45
Ya Allah, Bimbing Hamba

Be A Great Women
Great Women
Be A

“Dikawini wanita karena empat sebab, karena hartanya,


keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah
yang kuat beragama niscaya kamu beruntung.” (HR.
Bukhari)

adis di atas sudah sangat familiar dalam kehi-


dupan sehari-hari, khususnya ketika membahas
tentang kriteria istri yang hendak dipersunting
oleh lelaki yang siap menikah.

Hadis di atas sebenarnya bisa kita jadikan sebagai peng-


ingat bagi kaum wanita untuk membenahi dirinya dari
empat segi, yaitu harta, keturunan, kecantikan, dan aga-
ma.

Ketika para lelaki menjadikan empat kriteria itu sebagai


acuan untuk menyeleksi para wanita yang layak dija-
dikan sebagai pendamping hidupnya, seharusnya para
wanita berusaha semaksimal mungkin mendekatkan di-
rinya pada keempat kriteria itu sebagai salah satu upaya
perbaikan kualitas diri.

46
Be A Great Woman

Jika Rasulullah menyarankan para lelaki yang siap nikah


agar memilih perempuan yang punya beberapa kriteria
tersebut, berarti perempuan itu adalah perempuan yang
istimewa menurut Rasul. Ini seharusnya bisa dijadikan
sebagai motivasi bagi kaum wanita untuk melakukan
perbaikan hari demi hari hingga mendekati kriteria yang
telah ditetapkan oleh Rasulullah.

Pertama adalah perbaikan dari sisi harta. Perempuan


saat ini tidak tabu lagi melakukan pekerjaan yang la-
yak. Banyak sekali posisi yang bisa dijadikan oleh para
perempuan sebagai lahan untuk menjemput rezeki dari
Allah. Kecerdasan finansial kaum perempuan tidak jauh
berbeda dengan kaum lelaki. Banyak pengusaha sukses
dari kalangan muslimah yang bahkan bisnisnya mampu
mempekerjakan banyak kaum pria. Pada zaman Rasu-
lullah, Khadijah istri pertama Rasulullah juga sangat
kaya. Beliau seorang pengusaha sukses yang mempe-
kerjakan Muhammad muda sebagai salah satu pegawai
kepercayaannya.

Memang kekayaan bukan segalanya. Tetapi dengan ke-


kayaan, kita mampu berbuat banyak bagi kehidupan.
Empat di antara rukun Islam semuanya butuh dana.
Hanya syahadat yang bisa dilakukan tanpa mengeluar-
kan uang sedikit pun.

47
Ya Allah, Bimbing Hamba

Dengan kekayaan yang dimiliki, Khadijah bisa mem-


bantu jalan dakwah yang dilakukan Rasulullah. Ini me-
nunjukkan bahwa perempuan kaya memiliki peluang
untuk membantu jalan juang kaum suaminya kelak se-
hingga bisa lebih maksimal.

Kedua adalah keturunan. Meskipun relatif, tetapi pada


umumnya perempuan yang baik biasanya lahir dan
dewasa dalam komunitas keluarga baik-baik. Jika kita
merasa keluarga kita masih jauh dari kriteria baik, ini
adalah salah satu motivasi untuk memperbaikinya. Mari
kita buktikan bahwa keluarga kita adalah keluarga yang
dapat dijadikan sebagai calon keluarga baru yang bisa
menerima calon suami yang nantinya hidup bersama
kita selamanya. Mari buktikan bahwa keluarga kita ada-
lah keluarga yang layak dijadikan sebagai keluarga yang
baik.

Dakwah yang pertama dilakukan oleh seorang dai sebe-


narnya harus diawali dari lingkungan keluarga. Keluar-
galah yang paling dekat dengan kehidupan kita sehari-
hari. Begitupun dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah
dulu. Rasul mengawalinya dari lingkungan keluarga, de-
ngan sembunyi-sembunyi. Setelah komunitasnya sudah
kian besar, barulah Rasulullah siap mengumandangkan
Islam secara terang-terangan.

48
Be A Great Woman

Dakwah dimulai dari kerabat dekat, baru keluar. Mari


kita perbaiki masyarakat dengan memulainya dengan
perbaikan diri dan keluarga. Sebagaimana dalam Al-
Qur’an, Allah menjelaskan bahwa tugas pertama dan
utama kita di dunia ini adalah menjaga diri dan keluarga
kita dari siksaan api neraka.

\FÀjSÉXT ;qW5 ×Åk¯ ØFU XT ף


_ ÁÝ5U ßSÉ SÄ=W%XÄ WÛÏ°Š SM{iU
‘›Wc

WDS¾¡ØÈWc €Y ¸j\i°‰ µÂZ°Î ÏRV®”‘›Q W% SM×nQ WÆ ÅQXq\H°VÙXT ȉ=

§¯¨ WDTÃpV'ØUÄc W% WDSÉ \ÈÙÝWcXT ×1ÉFWmW%U W% ‹

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu me-
ngerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Keempat yaitu kecantikan. Benar memang bahwa ke-


cantikan wajah bukan segalanya. Kecantikan hatilah
yang paling utama dan yang diperhatikan oleh Allah.
Tetapi kita tahu bahwa menyukai keindahan sudah
menjadi fitrah manusia. Tidak ada satu pun manusia
yang menyukai sesuatu yang jelek dan berantakan.

49
Ya Allah, Bimbing Hamba

Allah memperbolehkan menjadikan kriteria cantik se-


bagai pilihan, berarti kecantikan merupakan salah satu
karunia Allah yang harus dijaga. Mungkin ada dari kita
yang bertanya, “Bukannya cantik atau tidak sudah di-
tetapkan oleh Allah dari lahir?” Benar memang, tetapi
sangat disayangkan ketika banyak para muslimah karena
kesibukannya hingga melupakan kerapian dan penam-
pilannya. Ketika proses peminangan atau lamaran, lela-
ki yang melamar kita diperbolehkan melihat wajah kita,
dan itu menjadi salah satu hal yang sangat memengaruhi
ia jadi melanjutkan ke proses selanjutnya atau tidak.

Merawat diri dalam artian yang masih dalam batas ke-


wajaran sungguh diperbolehkan dalam Islam. Karena
kecantikan itu nantinya akan dipersembahkan untuk
suami yang seumur hidup insya Allah akan mendam-
pingi kita.

Kriteria terakhir yakni agama. Ketiga kriteria di atas ti-


dak ada artinya jika agama dan akhlak kita buruk. Ke-
tiga kriteria itu bahkan hanya akan menjadi boomerang
jika kita tidak memiliki keimanan dalam hati.

Muhammad bin Musa Al Khawarizmi, seorang ahli


matematika dan penemu Angka Nol itu bahkan pernah
mengingatkan dengan kaidah matematikanya:

50
Be A Great Woman

• Kalau wanita mempunyai akhlak baik dan cara ber-


pikir positif, ia adalah angka 1.
• Kalau ia juga cantik, imbuhkan 0, jadi 10.
• Kalau ia juga punya harta, imbuhkan lagi 0, jadi
100.
• Kalau ia cerdas, imbuhkan lagi 0, jadi 1000.
• Jika seorang wanita memiliki semuanya tapi tidak
memiliki yang pertama, ia hanya '000'. Tak bernilai
sama sekali.

51
Ya Allah, Bimbing Hamba

Mulianya Wanita
Mulianya W uli,
anita TTuli,
Buta, B
Buta, isu
Bisu

A
lkisah, ada seorang pemuda yang kehabisan
bekal dalam perjalanannya. Dalam laparnya,
ia memutuskan untuk beristirahat di tepi
sebuah sungai. Tak lama berselang, dilihatnya ada satu
buah delima yang terbawa aliran air sungai. Segera ia
mencebur ke sungai, dan diambilnya buah delima itu.

Tanpa berpikir panjang, ia pun segera melahap buah de-


lima itu untuk menopang perutnya yang sudah keron-
congan. Setelah buah delima habis, ia baru tersadar. “As-
taghfirullah, jangan-jangan delima yang kumakan tadi
ada pemiliknya. Aku sudah memakannya tanpa minta
izin dulu ke pemiliknya. Aku harus mencari siapa pemi-
lik delima itu untuk meminta ridha karena aku sudah
memakan delima itu tanpa sepengetahuannya.”

Sang pemuda itu menyusuri sungai untuk mencari tahu


delima itu milik siapa. Ketika dijumpainya desa di se-
panjang aliran, ia selalu bertanya kepada penduduk
desa tersebut apakah ada yang kehilangan buah delima.

52
Be A Great Woman

Berkali-kali, hingga tibalah ia di sebuah rumah di tepi


sungai yang ada pohon delimanya. Ia bertanya kepada
pemilik rumah, seorang bapak-bapak.

“Maaf, apakah Bapak pemilik pohon delima ini?” tanya


pemuda itu.

“Iya, benar. Ada apa?”

Akhirnya sang pemuda menceritakan semuanya dengan


detail.

“Begitulah ceritanya, Pak. Saya sangat lapar waktu itu,


hingga tidak sempat berpikir bahwa delima itu dan
pemiliknya. Saya menyusuri sungai ini dalam rangka
memohon keridhaan dari Bapak agar delima yang saya
makan ini halal.”

Sang bapak berpikir sejenak, kemudian menjawab,

“Baiklah, aku ridha, tetapi dengan satu syarat.”

“Syarat apa itu, Pak?”

“Aku punya anak perempuan yang bisu, tuli, dan buta.


Aku baru mengikhlaskan delima itu jika kamu mau me-
nikahi putriku.”

Sang pemuda kaget bukan main. Tak disangka syaratnya


akan seberat itu. Tetapi ia pemuda saleh. Ia tak berani

53
Ya Allah, Bimbing Hamba

sedikit pun melanggar larangan Allah. Diterimalah sya-


rat yang diajukan oleh sang bapak tersebut.

Tak selang lama, dilakukanlah akad nikah. Sang bapak


bertindak sebagai wali. Pernikahan dilaksanakan tanpa
kehadiran pengantin wanita. Karena memang rukun ni-
kah tak mewajibkan kehadiran mempelai wanita.

Singkat kisah, setelah menikah, sang pemuda itu hen-


dak menemui istri yang baru saja dinikahinya. Ia ketuk
kamarnya,

“Assalamu’alaikum.”

Sebuah suara menjawab dari dalam,

“Wa’alaikumsalam.”

Pemuda itu terkaget. Dikiranya salah kamar. Ia pun ber-


tanya kepada sang bapak. Sang bapak menjawab,

“Engkau tidak salah kamar. Masuklah. Yang menjawab


tadi adalah istrimu.”

Pemuda itu pun masuk ke dalam kamar. Dilihatnya seo-


rang perempuan yang sangat cantik dengan penampilan
yang anggun, tersenyum menyambutnya. Pemuda itu
berlari keluar kamar.

54
Be A Great Woman

“Pak, kata Anda istri saya perempuan yang buta, bisu,


dan tuli. Tetapi tadi di dalam kamar yang saya lihat
adalah perempuan yang sangat cantik. Tidak bisu, buta,
dan tuli.”

“Anakku, benar, dialah istrimu. Aku mengatakan putri-


ku adalah gadis yang bisu, karena tak pernah keluar dari
lisannya satu pun kalimat kecuali kalimat yang baik. Tak
pernah sekalipun ia melihat sesuatu, kecuali ia memas-
tikan bahwa yang akan dilihatnya adalah sesuatu yang
baik. Tak pernah sekalipun ia menggunakan pendengar-
annya untuk mendengar selain yang baik. Ketika aku
melihatmu datang hanya untuk meminta ridha karena
tak sengaja makan sebuah delima yang kau temukan,
aku berkesimpulan, bahwa engkau pemuda saleh. Eng-
kau sangat menjaga perutmu dari makanan yang mera-
gukanmu. Sejak lama aku mencari pemuda saleh untuk
menjadi pendamping putriku. Saat melihatmu, aku ya-
kin engkaulah yang pantas mendampingin putriku.”

Sang pemuda itu pun bahagia bukan main.

55
Ya Allah, Bimbing Hamba

Agar
Agar Masuk urga
Masuk SSurga
dari
dari Semua intu
Semua PPintu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wani-


ta, apabila ia shalat lima waktu, puasa pada bulan Ra-
madhan, memelihara kehormatannya, serta taat pada sua-
minya, ia bisa masuk surga dari pintu mana pun yang ia
kehendaki.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Thabrani, dan
Anas bin Malik)

B
etapa beruntungnya menjadi seorang wanita.
Alih-alih menyesali penciptaan kita, justru seha-
rusnya kita malah mensyukurinya. Pada banyak
kesempatan, Allah justru memberi banyak karunia ke-
pada para wanita yang sulit diperoleh kaum Adam. Sa-
lah satunya adalah peluang memasuki surga dari semua
pintu.

Rasulullah menjelaskan bahwa di surga ada beberapa


macam pintu. Setiap pintu mewakili amalan-amalan
yang sering kali dilaukan oleh umat manusia. Rasulullah
bersabda,

56
Be A Great Woman

• Barang siapa memberi nafkah istrinya di jalan Allah,


akan dipanggil dari pintu surga, “Wahai Hamba Al-
lah! Ini adalah pintu kebaikan.”
• Barangsiapa termasuk ahli shalat, akan dipanggil dari
pintu al-Shalah.
• Barangsiapa termasuk ahli jihad, akan dipanggil dari
pintu al-Jihad.
• Barangsiapa termasuk ahli puasa, akan dipanggil dari
pintu al-Rayyan.
• Barangsiapa termasuk ahli sedekah, akan dipanggil
dari pintu al-Shadaqah.

Abu Bakar lantas bertanya, “Ya Rasulullah, apakah (un-


tuk masuk surga) seseorang harus dipanggil dari pintu-
pintu itu? Adakah seseorang yang dipanggil dari seluruh
pintu?”

Rasulullah menjawab, ‘Iya ada. Aku berharap semoga eng-


kau termasuk di antara mereka.” (HR. Al-Bukhari)

Dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu


Hibban, Thabrani, dan Anas bin Malik tersebut bisa
diambil kesimpulan, bahwa untuk dapat meraih keisti-
mewaan berupa peluang untuk masuk surga dari semua
pintu, perempuan selain melaksanakan kewajiban-
kewajiban sebagaimana diperintahkan kepada seluruh
muslim, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan,

57
Ya Allah, Bimbing Hamba

zakat, haji bagi yang mampu, seorang muslimah cukup


menambah dengan taat kepada suaminya.

Ini merupakan salah satu bentuk penegasan, bahwa


Allah tidak pernah menyudutkan perempuan melalui
syariat-Nya. Allah Subhanallahu ta’ala memfirmankan
di dalam Al-Qur’an, “Barangsiapa mengerjakan amalan
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepa-
danya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan
pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Bahkan Allah sangat memuliakan wanita salehah me-


lalui berbagai macam cara. Melalui kehamilan wanita
bisa melebur dosa. Dengan menjadi ibu seorang wanita
menjadi manusia mulia yang kata-katanya menjadi doa
bagi putra-putrinya. Melalui haid wanita terbebas dari
beberapa kewajiban mahdha yang tidak bisa dinikmati
oleh kaum lelaki.

Bersyukurlah. Sungguh kita adalah manusia terpilih


yang oleh Allah ditakdirkan menjadi calon bidadari-bi-
dadari surga. Bidadari yang jauh lebih mulia dibanding
bidadari sebenarnya.

58
Be A Great Woman

Suatu hari, Ummu Salamah bertanya kepada Rasulul-


lah, “Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita
dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama


daripada bidadari. Bagaikan sesuatu yang tampak di-
banding sesuatu yang tak tampak.”

Ummu Salamah bertanya kembali, “Mengapa wanita-


wanita dunia lebih utama daripada bidadari?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa, dan


ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya
di wajah mereka, tubuh mereka bagaikan kain sutera,
kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, per-
hiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya
terbuat dari emas. (Di surga) mereka berkata, ‘Kami
hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan
tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan
tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak per-
nah marah sama sekali. Berbahagialah orang yang me-
miliki kami dan kami memilikinya.’” (HR. Tabhari dari
Ummu Salamah)

59
Ya Allah, Bimbing Hamba

Ketika
KetikJilbab Mempercantik
a Jilbab Mempercantik
Raga
Ragadan iwa
dan JJiwa

ika mengamati sejarah pakaian, akan kita temu-


kan bahwa di dalam Al-Qur’an, permulaan digu-
nakannya pakaian dapat kita lihat ketika Allah
mengisahkan sejarah turunnya Adam dan Hawa
dari surga. Dikisahkan, setelah Adam dan Hawa mema-
kan buah terlarang yang kita kenal sebagai Quldi, Adam
dan Hawa tiba-tiba tak berbusana.

Dalam Al-Qur’an surah Al-’Araf ayat 20 menjelaskan


peristiwa ketika Adam dan Hawa berada di surga:

\-ÆMØ@Wà \s®qœÄT W% \-ÈNP \s°i×Äj° ÀC›V¼Ùk…‘ \-ÈNP `ˆXSÔyXSVÙ

®Pªk›\F ÕCWà \-Å{Xq \-ÅXJW5 W% W$VXT \-¯I°"šXÄ×S\y C°%

§«©¨ WÛÏ°¯›VcÙ ]C°% W5SÅV" ØTU ©ÛØÜVQ W% W5SÅV" DU +Y¯ ®QWm\H…‘

Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya


untuk metampakkan kepada keduanya apa yang tertutup

60
Be A Great Woman

dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata, “Tuhan


kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, mela-
inkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau
tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).”
(QS. Al-A’raf: 20)

Selanjutnya dijelaskan dalam ayat 22:

\-ÆMÉ(šXÄ×S\y \-ÈNP Õ1i


\ W QQmW \H…‘ VVl „-Q VÙ  qTÂoÅÓ¯ \-ÀIŠ\iVÙ

\-ÆM|Xq \-ÀI\jW5XT °R‰<SIÙ ªXqXT C°% \-®M×nQ Wà ©D[ݦ¡ÙcVf V °ÝV»XT

]C›V¼Ùk…‘ ‰D¯ \-ÅŠ #É U XT ®QWm\H…‘ \-ÅÚ °" CWà \-ÅSMØ;U Ô2VU

§««¨ ¸Ûܯv% $TÀiWà \-ÅV

“Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah


itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai
buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya,
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, “Bu-
kankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu
itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al
A’raf: 22)

61
Ya Allah, Bimbing Hamba

Terlihat jelas bahwa pada mulanya pakaian digunakan


oleh umat manusia untuk melindungi dirinya dari au-
rat. Sejak awal penciptaannya, manusia sudah dikaruniai
sebuah naluri ‘malu’ ketika bagian tubuhnya yang tidak
pantas diperlihatkan kepada umum, tiba-tiba terlihat.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai jilbab musli-


mah, alangkah baiknya jika kita mengkaji dulu tentang
pengertian dan batas-batas aurat. Dengan mengerti ten-
tang batasan aurat, kita pun akan mengerti mengenai
cara jilbab yang benar menurut syariat.

Aurat merupakan anggota badan yang harus ditutupi


seorang muslim atau muslimah. Lalu yang menjadi ma-
salah sesungguhnya bukanlah wajib tidaknya menutup
aurat. Karena para ulama telah bersepakat menyangkut
kewajiban berpakaian yang bisa menutup aurat. Yang
menjadi perdebatan hingga kini justru terletak pada per-
bedaan pendapat tentang batasan aurat itu. Yang ma-
sing menjadi bahan diskusi adalah bagian tubuh mana
saja yang harus ditutup, dan bagian mana saja yang di-
perkenankan terbuka.

Salah satu sebab perbedaan ini adalah perbedaan pe-


nafsiran mereka tentang maksud firman Allah dalam
surah An-Nur ayat 31: “Katakanlah kepada wanita yang
beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya,

62
Be A Great Woman

dan kemaluannya, dan janganlah mereka metampakkan


perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah metampakkan perhiasannya ke-
cuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-put-
ra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memu-
kulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu ber-
untung.’”

Lalu bagaimana sikap kita sebagai muslimah yang hidup


di era modern ini, khususnya di Indonesia?

Sebelum menentukan pilihan, mari kita mengkaji be-


berapa ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
terlebih dahulu mengenai bagaimana pakaian yang di-
perkenankan dalam Islam bagi kita para muslimah.

63
Ya Allah, Bimbing Hamba

1. Menutup seluruh tubuh kecuali yang dikecualikan


Banyak pendapat memang tentang ini. Wanita, me-
nurut sebagian besar ulama berkewajiban menu-
tup seluruh angggota tubuhnya, kecuali muka dan
telapak tangannya. Sedangkan Abu Hanifah se-
dikit lebih longgar, karena menambahkan bahwa
selain muka dan telapak tangan, kaki wanita juga
boleh terbuka. Tetapi Abu Bakar bin Abdurrahman
dan Imam Ahmad berpendapat bahwa seluruh ang-
gota badan perempuan harus ditutup.

Untuk Indonesia, saya kira pakaian muslimah yang


menutup seluruh tubuh selain wajah dan telapak
tangan, sudah cukup sebagai pilihan yang baik. Jika
puluhan tahun yang lalu jilbab seperti ini masih men-
jadi tabu, saat ini alhamdulillah, sudah cukup mem-
budaya sehingga mempermudah kita mengikutinya.

“Hai Asma’, apabila wanita sudah sampai ke tanda ke-


dewasaan (haid), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya
kecuali ini dan ini—beliau mengisyaratkan muka dan
telapak tangannya.” (HR. Abu Daud)

2. Bukan Tabarruj dan Libasusy Syuhra


Dandanan yang tabarruj maksudnya adalah yang
terlalu berlebihan sehingga lebih metampakkan ke-
mubaziran dalam bersolek. Tampil anggun memang
diperbolehkan, bahkan disarankan dalam Islam. Se-

64
Be A Great Woman

cara fitrah manusia dikaruniai naluri mencintai ke-


indahan. Mari berhias, namun tidak terlalu artifisial,
terlalu menor, serta berlebihan dalam kosmetik. Ada
beberapa rekan yang kosmetiknya saja menghabis-
kan gaji kerja sebulan. Tentu ini pemborosan nama-
nya.

rQT:] °R‰j¯ ¯I›\HÙ \Nvn\V" |¦ÕBˆn\V" YXT

“..dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku


seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu.” (QS. Al-
Ahzab: 33)

Sedangkan libasysy syuhra maksudnya adalah pakaian


yang dikenakan dengan tujuan popularitas. Menu-
rut para ulama, bisa berwujud pakaian yang sangat
mencolok bagusnya agar dikagumi dan dibicarakan
orang lain, tetapi tidak juga mengenakan pakaian
yang luar biasa jeleknya dengan maksud agar dise-
but sebagai orang zuhud. Dua-duanya dilarang oleh
Allah. Terus pantasnya? Yang sedang-sedang saja.
Yang wajar-wajar saja.

“Barangsiapa memakai pakaian untuk mencari po-


pularitas di dunia, Allah akan mengenakan pakaian
kehinaan padanya di hari kiamat, kemudian memba-
karnya di neraka.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

65
Ya Allah, Bimbing Hamba

3. Tidak menampakkan lekuk tubuh


Suatu hari, Fatimah binti Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berbicara kepada Asma’:

“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang


buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita
yang mengenakan baju yang dapat menggambar-
kan tubuhnya.”

Asma’ berkata: ‘”Wahai putri Rasulullah, maukah


kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku
lihat di negeri Habasyah?”

Lalu Asma’ membawakan beberapa pelepah daun


kurma yang masih basah, kemudian ia bentuk men-
jadi pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomen-
tar, “Betapa baiknya dan betapa eloknya baju ini,
sehingga wanita dapat dikenali (dibedakan) dari laki-
laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati,
mandikanlah aku wahai Asma’ bersama Ali (dengan
pakaian penutup seperti itu) dan jangan ada seorang-
pun yang menengokku!”

Tatkala Fatimah meninggal dunia, Ali bersama


Asma’ yang memandikannya sebagaimana yang di-
pesankannya.

Menanggapi hadis di atas, Syaikh Albani rahima-


hullah mengemukakan pandangan beliau, “Per-

66
Be A Great Woman

hatikanlah sikap Fatimah radiyallahu anha yang me-


rupakan bagian dari tulang rusuk Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, bagaimana ia memandang buruk
bilamana sebuah pakaian itu dapat menggambarkan
tubuh seorang wanita meskipun sudah mati. Apalagi
jika masih hidup, tentunya jauh lebih buruk. Oleh
karena itu, hendaklah kaum muslimah zaman ini
merenungkannya, terutama kaum muslimah yang
masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat
yang dapat menggambarkan bulatnya buah dada,
pinggang, betis, dan anggota badan mereka yang
lain. Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar ke-
pada Allah dan bertobat kepada-Nya.”

4. Kainnya Tebal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada akhir masa umatku nanti akan ada wanita-
wanita yang berpakaian namun (hakikatnya) telan-
jang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol
(punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya
mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”

Di dalam hadis lain terdapat tambahan, “Mereka ti-


dak akan masuk surga dan juga tidak akan memper-
oleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium
dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.”

67
Ya Allah, Bimbing Hamba

Kemudian lihatlah penjelasan dari Ibnu Abdil Barr


rahimahullah,

“Yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang
tipis, yang dapat menggambarkan bentuk tubuhnya,
dan tidak dapat menutup atau menyembunyikan-
nya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan
tetapi hakikatnya telanjang.”

Dari Ummu Alqamah bin Abu Alqamah yang berka-


ta,

“Saya pernah melihat Hafshah bin Abdurrahman bin


Abu Bakar mengunjungi ‘Aisyah dengan mengena-
kan khimar (kerudung) tipis yang dapat menggam-
barkan pelipisnya. ‘Aisyah tak berkenan melihatnya
dan berkata, ‘Apakah kamu tidak tahu apa yang telah
diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam
surah An-Nur?!” Kemudian ‘Aisyah mengambilkan
khimar untuk dipakaikan kepadanya.

Syaikh Albani menjelaskan perkataan Aisyah ra-


diyallahu anha, Apakah kamu tidak tahu tentang apa
yang diturunkan oleh Allah dalam surah An-Nur?
Mengisyaratkan bahwa wanita yang menutupi tu-
buhnya dengan pakaian yang tipis pada hakikatnya
ia belum menutupi tubuhnya dan juga belum me-

68
Be A Great Woman

laksanakan firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang


ditunjukkan oleh Aisyah radiyallahu anha, yaitu
“Dan hendaklah kaum wanita menutupkan khimar/
kerudung pada bagian dada mereka.”

5. Tidak Menyerupai Laki-Laki


Saya kurang sreg rasanya saat melihat saudari-sau-
dari kita memutuskan untuk tampil tomboy dalam
kesehariannya. Tegas bagus, tapi tomboy? Janganlah.
Naluri kewanitaan akan lebih cocok jika menampil-
kan apa yang seharusnya ada dalam diri. Feminis dan
kelembutan sikap menjadi salah satu kelebihan yang
patut dipertahankan.

“Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian


perempuan dan perempuan yang memakai pakaian
laki-laki.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Al Hakim, Ibnu
Majah)

69
Ya Allah, Bimbing Hamba

Menjaga Rahasia
jaga Rahasia
Men

D
ari Aisyah ra., Kami semua, istri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, selalu setia berada
di sisinya. Suatu hari, Fatimah, putri Rasulullah
datang menghampirinya. Demi Allah, cara berjalannya
tidak berbeda dengan cara berjalan Rasulullah. Ketika
melihatnya, Rasulullah segera menyambutnya seraya
berkata, “Selamat datang, putriku!”

Beliau lalu mempersilakan duduk di samping kanan


atau kirinya. Lalu, beliau membisikkan sesuatu kepa-
danya. Tiba-tiba, ia tertawa. Melihat hal itu, aku bergu-
mam tentang dirinya, “Rasulullah saw., telah mengisti-
mewakan dirimu atas istri-istrinya dengan suatu rahasia,
lalu apa yang menyebabkanmu menangis?”

Ketika Rasulullah saw., pergi, aku bertanya kepada Fati-


mah, “Apa yang telah dibisikkan Rasulullah saw., kepa-
damu?”

Fatimah menjawab, “Aku tidak akan membuka rahasia


Rasulullah.”

70
Be A Great Woman

Setelah Rasulullah wafat, aku berkata, “Aku bersumpah


demi kebenaran yang pernah kamu janjikan kepadaku.
Apa yang telah Rasulullah saw., bisikkan kepadamu?”

Fatimah menjawab, “Adapun sekarang, tidak apa-apa.


Ketika berbisik kepadaku, pada bisikan pertama, beliau
memberitahukan kepadaku, ‘Jibril biasanya membaca-
kan Al-Qur’an sekali dalam setahun, tetapi sekarang ia
membacakannya dua kali. Aku yakin bahwa hal itu per-
tanda ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah
kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya, sebaik-
baik pendahulu adalah aku bagimu’. Akupun menangis
seperti yang kau lihat.

Kemudian, ketika melihatku bersedih, beliau berbisik lagi


kepadaku, ‘Wahai Fatimah, tidakkah kamu senang bah-
wa dirimu adalah pemuka perempuan alam semesta atas
pemuka perempuan umat ini?’ Aku pun tertawa seperti
yang engkau ketahui.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Begitulah yang diteladankan oleh Fatimah binti Rasu-


lullah. Sebagai putri Rasul, Fatimah mampu menjadi
uswah (teladan) bagi para muslimah yang hendak meniti
jalan para penduduk surga. Wanita salehah sangat hati-
hati memegang amanah. Ia bukan orang yang mudah
mengkhianati orang yang sudah memercayainya. Wani-
ta salehah adalah wanita yang perilaku dan ucapannya
mencerminkan bahwa ia layak dipercaya.

71
Ya Allah, Bimbing Hamba

Sabar
Sabar

A
nas bin Malik ra., bercerita. Suatu hari ketika
sedang berjalan, Rasulullah saw., bertemu de-
ngan seorang perempuan yang sedang mena-
ngis di kuburan. Beliau bersabda, “Bertakwalah kepada
Allah Swt., dan bersabarlah!”

Akan tetapi, perempuan itu berkata, “Pergilah dariku,


kamu tidak merasakan musibah yang sedang menimpa-
ku sehingga tidak mengetahui perasaanku.”

Rasul lalu pergi. Tak lama kemudian, wanita itu di-


beritahu oleh seseorang bahwa orang yang tadi berbicara
kepadanya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sal-
lam. Seketika itu, perempuan tersebut bergegas pergi ke
rumah Rasulullah. Ia mendapati beliau tanpa pengawal.
Wanita itu berkata, “Tadi aku tidak mengenalimu ya
Rasul.” Beliau lantas bersabda, “Sesungguhnya, kesabar-
an yang sempurna adalah pada saat tertimpa musibah.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam keadaan normal, sebuah keluarga mungkin bisa


menjalani bahtera rumah tangganya tanpa persoalan

72
Be A Great Woman

apa pun. Mereka hidup rukun, saling mengisi satu sama


lain, serta tidak ada sikap-sikap negatif yang ditampak-
kan oleh suami maupun istri. Namun akan berbeda ke-
tika badai ujian mulai hadir. Di sinilah kekuatan iman
mulai diuji.

Rasulullah bersabda, “Kebanyakan wanita adalah kayu


bakar dari api neraka.” Sayyidatina Aisyah kemudian
bertanya, “Mengapa, wahai Rasulullah?”

Rasulullah menjawab, “Karena kebanyakan perempuan


tidak sabar dalam menghadapi kesusahan, kesakitan,
dan cobaan seperti sakitnya waktu melahirkan anak,
mendidik anak-anak, dan melayani suami serta melaku-
kan pekerjaan di rumah.”

Ada sebuah kisah. Ada sebuah rumah tangga yang telah


berlangsung selama empat tahun, namun buah hati tak
kunjung hadir dalam kehidupan mereka. Para tetangga
serta rekan kantor pun sering menggunjing, “Kok be-
lum punya anak juga?”

Suami istri itu akhirnya memutuskan untuk melakukan


pemeriksaan lab. Ternyata hasil lab menyatakan bahwa
sang istrilah yang mandul dan tidak punya peluang se-
dikit pun untuk sembuh. Artinya sang istri dinyatakan
tidak akan bisa hamil selamanya, sedangkan sang suami
tidak ada masalah apa pun.

73
Ya Allah, Bimbing Hamba

Kebetulan sang suami masuk ruang dokter seorang diri


saat membawa hasil lab, sedangkan sang istri menunggu
di ruang tunggu. Sang suami berkata kepada sang dok-
ter, “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan,
akan tetapi, tolong, nanti Anda jelaskan kepada istri saya
bahwa yang bermasalah adalah saya, sementara istri saya
tidak ada masalah apa-apa.”

Mendengar permintaan tersebut, kontan saja sang dok-


ter menolak dan terheran-heran. Namun sang suami te-
rus memaksa dan memohon kepada sang dokter, hingga
akhirnya sang dokter setuju.

Sang suami segera memanggil sang istri yang telah lama


menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan
dan kemuraman. Ketika mereka berdua telah memasuki
ruangan, sang dokter membuka amplop hasil lab, mene-
laahnya, kemudian ia berkata, “Oooh, bapak fulan yang
mandul dan tidak ada harapan untuk disembuhkan, se-
dangkan istri Anda tidak ada masalah.”

Mendengar penjelasan sang dokter, sang suami berkata,


inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dengan ekspresi mu-
ram di wajahnya.

Setelah lima tahun bersabar, datanglah detik-detik yang


sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada
suaminya, “Wahai fulan, saya telah bersabar selama sem-

74
Be A Great Woman

bilan tahun, saya coba bersabar dan tidak meminta cerai


darimu. Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa
bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera mencerai-
kan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan
mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa meli-
hat anak-anakku, menimangnya, dan mengasuhnya.”

Mendengar permintaan sang istri, sang suami berkata,


“Istriku, ini cobaan dari Allah, kita mesti bersabar. Allah
sedang menguji keluarga kita.”

Akhirnya sang istri berkata, “Baik, saya akan tahan kesa-


baranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak
lebih.”

Sang suami setuju. Namun dalam jiwanya dipenuhi ha-


rapan semoga Allah memberi jalan keluar yang terbaik
bagi keduanya satu tahun ke depan. Tak lama kemudi-
an, sang istri jatuh sakit, setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata ia mengalami gagal ginjal. Setelah mengetahui
penyakitnya, emosi sang istri justru memuncak. Ia ma-
rah kepada suaminya, “Semua ini gara-gara kamu, sela-
ma ini aku menahan kesabaranku, malah sekarang aku
jadi sakit seperti ini.”

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata,


“Maaf, saya ada tugas keluar negeri. Semoga engkau
baik-baik saja.”

75
Ya Allah, Bimbing Hamba

Sang istri pun terkejut, “Hah, malah pergi?”

Sang suami menjawab dengan tenang, “Ya, saya akan


pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal,
semoga dapat.”

Tepat sehari sebelum operasi ginjal dilakukan, datang-


lah seorang donatur. Disepakatilah bahwa besok akan
dilakukan operasi pemasangan ginjal. Sebelum operasi,
sang isti teringat dengan suaminya, “Suami apaan dia,
istrinya operasi kok dia malah pergi meninggalkanku.”

Operasi berhasil dilakukan. Setelah satu pekan, suami-


nya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda
orang yang kelelahan. Tanpa sepengetahuan siapa pun
kecuali dokter, ternyata donatur itu adalah sang suami
sendiri. Sang dokter dipesannya agar menutup rapat ra-
hasia tersebut.

Sembilan bulan setelah operasi itu, sang istri ternyata


terjadi keajaiban. Sang istri bisa melahirkan anak. Ber-
gembiralah suami istri tersebut. Suasana keluarga kem-
bali normal. Hingga suatu hari, sang suami ada tugas
dinas jauh, namun ia lupa tidak menyimpan buku hari-
annya dari atas meja. Buku harian itulah yang selama ini
dijadikan sebagai satu-satunya tempat curhat sang sua-
mi atas segala cobaan yang menimpa keluarganya. Tan-
pa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut

76
Be A Great Woman

dan membacanya. Hampir saja ia terjatuh pingsan saat


menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya.
Ia menangis meraung-raung. Sendirian.

Tak lama, ia langsung menelepon suaminya, dan me-


nangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali memohon maaf
kepada suaminya. Sang suami hanya bisa menanggapi
telepon istrinya dengan tangisan pula.

Ya, perjalanan rumah tangga bukanlah perjalanan pen-


dek sebulan dua bulan. Ia adalah sebuah perjalanan yang
sangat panjang. Bahkan hingga puluhan tahun. Dalam
perjalanan yang panjang itu, pasti akan ada kerikil-ke-
rikil masalah yang harus dihadapi. Pasti akan ada badai
masalah yang datang. Pada saat itulah kesabaran suami
istri sedang diuji. Jika suami istri bisa menghadapi ma-
salah dengan sabar dan penuh tawakal kepada Allah,
Allah akan mengaruniakan kehidupan yang lebih baik
bagi rumah tangganya.

77
Ya Allah, Bimbing Hamba

78
Be A Great Woman

Bagian 3

Pernikahan Barokah
“Tanda keberkahan wanita itu ialah cepat
perkawinannya, cepat pula kehamilannya,
dan ringan pula maharnya (mas kawinnya).”
(HR. Ahmad Baihaqi)

79
Ya Allah, Bimbing Hamba

80
Pernikahan Barokah

Pernikahan,
PerBuah n, Sejati
nikahaCinta
Buah Cinta Sejati

S
uatu hari, seorang lelaki menemuiku. Sejak SMP
kami saling mengenal. Tetapi hanya saling me-
ngenal sebagai kawan. Tak lebih. Hingga di per-
tengahan kuliahku, kami kembali dipertemukan oleh
Allah. Ia mengungkapkan sebuah kalimat yang sangat
mengagetkanku.

“Aisy, ana uhibbuki fillah.” (Aisy, aku mencintaimu ka-


rena Allah.)

Glek. Saya benar-benar kaget. Namun ku tak menunjuk-


kan ekspresi apa pun padanya. Datar. Sungguh-sungguh
wajahku datar. Meskipun dalam hati, aku girang bukan
main, karena sejak lama aku juga menyimpan perasaan
yang sama sepertinya. Tak lama, sebuah kalimat kemu-
dian meluncur begitu saja dari lidahku,

“Kok bilangnya ke aku? Kalau serius, bilang donk ke


ayahku.”

Usai mengatakan kalimat itu, jujur, aku nyesel bukan


main. Penyesalanku makin menjadi-jadi ketika kutahu,

81
Ya Allah, Bimbing Hamba

ia langsung meninggalkanku tanpa mengatakan sepatah


kata pun.

“Aduh, kenapa kubilang kayak gitu. Bukankah ini ke-


sempatan untuk dekat dengannya. Apa aku menying-
gungnya dengan kalimat itu.” Otakku terus menguman-
dangkan kalimat-kalimat penyesalan.

Tapi penyesalan itu tak bertahan lama ketika aku segera


tersadar, bahwa cinta sejati harus dibuktikan. Pembukti-
an cinta itu tak cukup hanya dengan mengatakan ‘I Love
You’, meski kalimatnya sudah diganti olehnya menjadi
‘Ana uhibbuki fillah’, tapi intinya kan sama saja: peng-
ungkapan cinta. Karena ayahku pernah berpesan, “Aisy,
kalau ada lelaki yang benar-benar menyayangi Aisy,
pasti ia akan datang untuk melamar Aisy. Jadi nggak
usah bingung mencari tahu mana lelaki yang serius dan
yang tidak.” Alhamdulillah, aku bersyukur karena telah
mengamalkan petuah bijak ayahku.

Esok harinya, bertepatan dengan hari Sabtu. Ketika


kami sekeluarga berkumpul di rumah, (karena kuliahku
libur, ayahku juga libur kerja), lelaki itu tiba-tiba datang
ke rumah. Dia berhasil mengagetkanku untuk kedua ka-
linya. Usai kupersilakan dia masuk, seperti biasa, ayahku
selalu menemaniku saat menerima tamu laki-laki.

82
Pernikahan Barokah

Setelah beberapa saat ngobrol basa-basi, ia kemudian


mengganti ekspresi wajahnya dengan tampang yang se-
rius. Sangat dewasa.

“Maaf, Pak sebelumnya. Jika Bapak tak keberatan, saya


minta izin untuk menikahi putri Bapak.”

Ya Allah, nih anak, suka sekali bikin jantungku copot.


Tiga kali sudah dia mengagetkanku. Ayahku tersenyum.
Kuyakin dalam benaknya timbul rasa kagum pada pe-
muda ini. Ya, pemuda itu usianya baru 22 tahun. Ia
telah berani mengambil sikap yang melampaui kakak-
kakak kelasku yang lebih suka menghabiskan jatah
umurnya dalam bingkai pacaran. Pemuda ini melamar-
ku.

***
Saudariku. Bagaimana menurutmu cara seorang pria
membuktikan bahwa ia benar-benar serius mencintai
kita? Apakah dengan mengatakan kalimat klise ‘aku sa-
yang kamu’? Atau dengan tawaran penuh rayu ‘apakah
kamu mau jadi pacarku?’

Tidak. Islam tak mengajari umatnya untuk mengambil


langkah salah dalam mengekspresikan perasaan cinta.
Cinta itu fitrah yang sudah melekat pada diri manusia.
Cinta itu suci, karena berasal dari Zat yang Mahasuci.

83
Ya Allah, Bimbing Hamba

Jangan sampai kita menodai kesucian cinta dengan cara


melakukan praktik-praktik yang bertentangan dengan
batasan syar’i.

Cinta yang hanya terimplementasi melalui cara-cara


yang tidak sesuai dengan aturan Islam hanya akan berak-
hir dalam lubang dosa. Budaya pacaran yang selama ini
dijadikan sebagai kebiasaan bagi para remaja bukanlah
sebuah tradisi yang diajarkan dalam Islam. Islam begitu
menjaga pergaulan antara lelaki dan perempuan yang
bukan mahram dengan tujuan untuk menyelamatkan
umatnya dari jaring-jaring setan yang terkadang sangat
halus hingga tak terasa sedikit pun, kalau kita sudah ter-
goda.

Sungguh disayangkan, masih begitu banyak orang yang


salah paham mengenai proses menjadi jodoh yang be-
nar. Mereka mengabaikan aturan Islam yang sempurna
ini. Mereka lupa bahwa Islam telah mengajarkan sikap-
sikap yang sangat indah dalam rangka meraih jodoh
yang diridhai-Nya.

Mari kita ingat, beberapa saat yang lalu pertelevisian kita


menyajikan sebuah acara pencarian jodoh yang tak wajar.
Bayangkan, 30 perempuan berusia 20–40 tahun single,
datang ke stasiun televisi untuk mencari pasangan, bisa
untuk suami, pacar, atau sekadar coba-coba. Di setiap

84
Pernikahan Barokah

episodenya, ada 7 pria single yang keluar satu demi satu


untuk dipilih dan memilih para perempuan itu.

Acara ini cukup sukses di Indonesia. Ratingnya terbilang


tinggi. Iklannya juga cukup membludak. Suksesnya aca-
ra ini, kemudian memunculkan acara serupa yang berisi
kebalikannya, yakni 30 pria single dan 7 perempuan
single di setiap episodenya.

Lalu apa yang janggal? Lihat saja gaya berbusana para


perempuan di acara itu. Atas bawah terbuka semua. Ha-
nya di bulan Ramadhan dan awal Idul Fitri saja mereka
berpakaian yang agak tertutup.

Itu baru dilihat dari segi gaya busana. Tak hanya itu.
Cara memilih pasangan, juga dilakukan secara primitif.
Kok bisa? Silakan amati, bagaimana cara mereka memi-
lih jodoh. Apa kriteria utamanya? Fisik, itu yang utama
pria memilih perempuan. Meskipun yang perempuan
cerdas, tapi kalau nggak cantik dan langsing, jangan
harap perempuan itu bakal terpilih. Selain itu, jenis pe-
kerjaan, itu pilihan utama perempuan dalam memilih
si pria. Profesi direktur dan pemilik sebuah perusahaan,
bisa dipastikan hampir semua perempuan menyalakan
lampunya agar dipilih oleh si pria. Lalu bagaimana de-
ngan kriteria iman dan takwa? Tak sedikit pun menda-
pat perhatian.

85
Ya Allah, Bimbing Hamba

Ada pula yang sudah tunangan dan menganggap bahwa


tunangan adalah masa di mana sepasang kekasih dibe-
baskan bergaul tanpa batas. Mereka memperlama masa
tunangan karena kekurangsiapannya dalam berumah
tangga. Menurut mereka, mencari jodoh itu perlu in-
teraksi langsung yang tidak sebentar, bahkan bertahun-
tahun untuk lebih mengetahui lebih detail mengenai
calon suami. Berlalulah waktu tunangan atau pacaran
yang panjang itu dalam kubangan dosa dan tanpa keje-
lasan. Mungkin pada akhirnya ada yang berhasil men-
jadi pasangan suami istri, tapi percayalah, pernikahan
yang sejak awal dibangun dengan dosa, keberkahannya
akan berkurang. Bahkan bisa jadi akan hilang bobot
ibadah dari sebuah pernikahan.

Mulai kini, mari kita pegang prinsip ini baik-baik: Se-


orang lelaki yang serius mencintaiku adalah lelaki yang
datang menemui waliku untuk melamarku.

86
Pernikahan Barokah

Tiga CiriTWanita anita Berkah


iga Ciri WPenuh
Penuh Berkah

Rasulullah bersabda, “Salah satu tanda keberkahan wani-


ta itu ialah cepat perkawinannya, cepat pula kehamilan-
nya, dan ringan pula maharnya (mas kawinnya).” (HR.
Ahmad Baihaqi)

Mempercepat Pernikahan
Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan. Islam mengan-
jurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah
insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak
dipenuhi dengan jalan yang sah, yaitu pernikahan, di-
khawatirkan akan mencari jalan-jalan yang diseleweng-
kan oleh iblis.

Islam telah menjadikan ikatan pernikahan sebagai satu-


satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri ma-
nusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina ke-
luarga yang Islami. Tak hanya itu, bahkan penghargaan
Islam terhadap ikatan pernikahan sangatlah besar, hing-
ga ikatan nikah disebandingkan dengan separuh agama.

87
Ya Allah, Bimbing Hamba

Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, “Telah ber-


sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Barang-
siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari
agamanya. Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah da-
lam memelihara yang separuhnya lagi.’” (Hadis Riwayat
Thabrani dan Hakim)

Menikah adalah sunah terbaik dari sunah yang baik.


Ketika seseorang menikah, berarti ia telah menjalankan
sebuah sunah yang sangat dicintai oleh Rasulullah shal-
lallahu ‘alaihi wa sallam.

Nikah merupakan jalan paling baik dan paling afdhal


dalam rangka menjaga kehormatan diri. Melalui nikah
inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diha-
ramkan Allah. Rasulullah saw., bersabda, “Wahai para
pemuda! Siapa di antara kalian telah mampu menikah,
hendaklah ia menikah, yang demikian itu lebih menun-
dukkan pandangan dan menjaga kemaluan.”

Rasulullah juga bersabda, “Ada tiga orang yang patut


(berhak) ditolong oleh Allah, yaitu orang yang berjihad
di jalan Allah, budak yang mengadakan perjanjian de-
ngan tuannya untuk memerdekakan diri dengan mem-
bayar sejumlah tebusan, dan orang yang menikah kare-
na hendak menjaga kehormatannya.” (HR. Tirmidzi)

88
Pernikahan Barokah

Oleh sebab itulah Rasulullah sangat menganjurkan un-


tuk mempercepat jalannya pernikahan, mempermudah
menujunya, serta berupaya memberantas kendalanya.
Akan tetapi, jika mereka belum memperoleh jalan un-
tuk menikah karena berbagai kendala, hendaknya mere-
ka berpegang pada tali kesucian dan kehormatan. Allah
berfirman,

C°% Œ Ä1ÆMXn°=ÙÓÄc ³/\O ˜PV°5 WDTÀi¦IVf Y WÛÏ°Š ª°ÝØÈW*ԁXjÙXT

 ž° ¯Õ²VÙ

“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah


menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah memampukan
mereka dengan karunia-Nya,” (QS. An-Nur: 33)

Pernah suatu ketika tiga orang sahabat datang bertanya


kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ten-
tang peribadatan beliau. Kemudian setelah diterangkan,
masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mere-
ka.

Salah seorang berkata, “Saya akan puasa sepanjang masa


tanpa putus.” Yang lain berkata, “Saya akan menjauhi
wanita, saya tidak akan kawin selamanya.”

Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam, beliau keluar seraya bersabda, “Benarkah kalian

89
Ya Allah, Bimbing Hamba

telah berkata begini dan begitu? Sungguh demi Allah,


sesungguhnya akulah yang paling takut dan paling tak-
wa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku
berbuka, aku shalat dan aku juga tidur, dan aku juga
mengawini perempuan. Barangsiapa yang tidak menyu-
kai sunahku, ia tidak termasuk golonganku.” (Hadis Ri-
wayat Bukhari dan Muslim)

Tidak Menunda Kehamilan


Pada dasarnya tujuan pernikahan adalah mewujudkan
keluarga sakinah dan menjaga kedua pelah pihak dari
perbuatan yang dilarang agama. Sedangkan untuk urus-
an anak, Islam menyerahkan keputusan tersebut kepada
suami istri.

Di masa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa


sahabat ada yang menunda kehamilan. Rasulullah me-
larangnya. Dari sinilah para ulama mengambil istinbath
bahwa usaha menunda kehamilan halal hukumnya.
Yang dilarang adalah menggugurkan bayi yang telah
bernyawa.

Hanya saja, yang perlu kita ingat bahwa anak merupa-


kan karunia dari Allah tidak seharusnya ditunda kelahir-
annya. Ada begitu banyak orang yang bertahun-tahun
mengharap kehadirannya tetapi tidak kunjung hadir,

90
Pernikahan Barokah

tetapi di sisi lain ada orang yang menundanya dengan


berbagai alasan.

Memang ada beberapa pertimbangan pasangan yang


baru menikah untuk menunda kelahiran anaknya, tapi
yakinlah, masalah rezeki akan dibukakan pintu oleh
Allah asalkan kita berusaha. Anak lahir membawa jatah
rezekinya masing-masing. Allah pasti akan menolong
hamba-hamba-Nya yang berikhtiar dan bertawakal ke-
pada-Nya.

Meringankan Maskawin
Islam sangat memudahkan umatnya untuk melaksana-
kan ajarannya. Sayangnya masih ada saja saudari-saudari
kita yang mungkin karena gengsi ataupun adat, mereka
mempersyaratkan mahar yang begitu mahal kepada ca-
lon suaminya. Padahal perilaku seperti itu tidak sejalan
dengan apa yang telah digariskan oleh Rasulullah kepa-
da umatnya. Beliau sangat meringankan umatnya untuk
berbuat kebaikan, dan nikah adalah salah satu ibadah
yang utama. Rasulullah bersabda, “Jika datang kepada
kalian seseorang yang kalian ridha terhadap akhlak dan
agamanya, nikahkanlah ia (dengan anak gadis kalian).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

91
Ya Allah, Bimbing Hamba

Hanya itu saja syarat dari Rasul. Kalau sudah ridha de-
ngan akhlak dan agamanya, jangan mencari alasan lain
untuk menundanya. Bahkan dengan kalimat ekstrem
Rasul mengatakan, “Carilah mahar meski hanya sebuah
cincin besi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kualitas seorang muslimah tidak dinilai dari besar kecil-


nya mahal yang diterimanya. Mahar hanyalah sebagai
salah satu rukun nikah yang tidak perlu dijadikan seba-
gai rukun yang merepotkan. Hendaknya wanita salehah
justru meringankan maharnya.

Rasulullah juga telah memberi pengarahan kepada para


wanita, beliau bersabda, “Sesungguhnya termasuk di an-
tara wanita terbaik adalah yang paling ringan maharnya.”
(HR. Ibnu Hibban dalam sahihnya)

Dalam kehidupan ulama masa lampau, pernikahan


bukanlah perkara yang rumit. Bukan harta yang men-
jadi acuan untuk menerima atau menolak lamaran se-
seorang. Said bin Musayyab dengan ikhlas menikahkan
putrinya yang sangat cantik dengan salah seorang mu-
ridnya yang miskin. Abdullah bin Abu Wada’ah, hanya
dengan mahar tiga dirham. Mengapa? Karena beliau
mengetahui si murid sekufu (setara) dengan putrinya
dalam sisi agama, akhlak, dan ilmunya. Padahal sebe-
lumnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengaju-

92
Pernikahan Barokah

kan pinangan untuk putra mahkotanya, Alwalid bin


Abdul Malik. Namun, Sa’id bin Al-Musayyab menolak
pinangan tersebut kendati beliau tahu pihak yang me-
minang mempunyai kedudukan dan kekayaan yang
demikian besar. Akibat penolakan tersebut, beliau harus
menanggung derita dan berbagai bentuk intimidasi dari
penguasa zaman itu.

Jika para perempuan dan walinya tidak memperumit


pernikahan dengan mahalnya mahar, semoga para lelaki
saleh yang kebetulan berasal dari keluarga tidak mampu
berani meminang dan melaksanakan ibadah yang mulia
itu.

93
Ya Allah, Bimbing Hamba

Menawarkan DDiri
Menawarkan iri
Lelaki S
untuk Lelaki
untuk aleh
Saleh

D
ari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, telah
datang seorang wanita kepada Rasulullah shal-
lallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan dirinya
dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau tertarik
denganku?”

Putri Anas berkata, “Betapa sedikit rasa malu wanita


itu.”

Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ia le-


bih baik daripadamu, ia tertarik kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka ia menawarkan dirinya.” (HR.
Bukhari)

Ada sebuah cerita bagus dari Abdul Halim Abu Syuqqah


dalam buku beliau, ‘Kebebasan Wanita’. Beliau menceri-
takan salah seorang temannya dari Al Jazair, ketika ia ber-
kunjung ke Mauritania, ada seorang wanita yang datang
kepadanya menawarkan diri untuk nikah dengannya.

Ketika dia merasa terkejut dan heran, wanita itu berta-


nya, “Apakah saya mengajak Anda untuk berbuat yang

94
Pernikahan Barokah

haram? Saya hanya mengajak Anda untuk menikah se-


suai dengan sunah Allah dan Rasul-Nya.” Berangkatlah
kami ke qadhi (pengadilan), dan terjadilah akad nikah
dengan dihadiri dua orang saksi.

Menawarkan diri kepada pemuda saleh adalah perbuat-


an yang baik. Insya Allah jika pemuda yang dilamar itu
tidak berkenan, ia pasti sangat menghormati usaha dan
keberanian pihak wanita.

Jika kita membaca sirah nabawi, pernikahan Khadijah


dengan Rasulullah justru berawal dari inisiatif Khadi-
jah. Ia mengusulkan pernikahan kepada Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan menurut riwayat,
mahar pernikahan agung itu juga berasal dari harta
Khadijah.

Khadijah, satu di antara empat perempuan yang di-


muliakan oleh Allah di surga ini, bukanlah janda yang
jarang peminat. Awalnya Khadijah telah dilamar oleh
raja-raja, para bangsawan, dan para hartawan. Tetapi
Khadijah menolaknya dan justru memilih nikah dengan
Muhammad yang miskin dan yatim. Keindahan akhlak
Muhammad-lah yang telah mendorong Khadijah se-
hingga berinisiatif melamarnya.

Rabi’ah binti Ismail Asy-Syamiyah adalah salah satu istri


dari Ahmad bin Abu Al-Huwari. Sebelum menikah de-

95
Ya Allah, Bimbing Hamba

ngan Ahmad bin Abu Al-Huwari, Rabi’ah telah meni-


kah dengan seorang suami yang kaya. Setelah ditinggal
wafat oleh suaminya, Rabi’ah memperoleh peninggalan
harta warisan yang sangat besar. Ia merasa kesulitan me-
nasharufkan (membelanjakan) hartanya untuk keman-
faatan Islam.

Nah, setelah beberapa lama menyaksikan akhlak Ahmad


bin Abu Al-Huwari, Rabia’ah berpikir bahwa beliaulah
orang yang tepat untuk menjalankan amanah. Rabi’ah
memutuskan untuk meminang Syekh Ahmad bin Abu
Al-Huwari agar berkenan memperistri dirinya.

Ketika mendapatkan pinangan dari Rabi’ah, Syekh Ah-


mad awalnya menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya
aku tidak berminat lagi untuk menikah. Sebab aku ingin
berkonsentrasi dalam beribadah.”

Mendapat jawaban tersebut Rabi’ah kemudian berkata,


“Syekh Ahmad, sesungguhnya konsentrasiku dalam
beribadah lebih tinggi daripada engkau. Aku sendiri
sudah memutuskan keinginan untuk tidak menikah.
Tetapi tujuanku menikah kali ini tidak lain agar dapat
menasharufkan harta kekayaan yang kumiliki kepada
saudara-saudara yang muslim, dan untuk kepentingan
Islam sendiri. Aku pun mengerti bahwa engkau adalah
lelaki saleh. Tetapi, justru dengan begitu aku akan mem-
peroleh keridhaan dari Allah Subhanallahu ta’ala.”
96
Pernikahan Barokah

Mendengar jawaban dari Rabi’ah, Ahmad bin Abu Al-


Huwari tidak segera memberikan jawaban. Ia memu-
tuskan untuk bertanya terlebih dahulu kepada gurunya,
yakni Abu Sulaiman Ad-Darani. Usai mendengarkan
penjelasan dari Syekh Ahmad, Ad-Darani berkata,
“Baiklah, kalau begitu nikahilah dia. Karena perempuan
itu adalah seorang wali.”

Ada lagi kisah. Kali ini tentang salah satu ummahatul


mu’minin, Hafsah binti Umar. Sebelumnya ia pernah
menikah dengan Khunnais bin Hadzafah as-Sami’. Ke-
tika suaminya meninggal dalam perang Uhud, Umar
menawarkan Hafsah kepada Abu Bakar dan Utsman,
namun mereka menolak pinangan tersebut karena Ra-
sulullah pernah menyebut-nyebutnya. Ketika Umar
mengadukannya kepada Rasulullah, Rasulullah meng-
utarakan bahwa beliau akan menikahinya.

Para sahabat tidak mementingkan gengsi diri. Dalam


fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan),
ulama-ulama masa lampau memberi teladan agar tidak
usah malu. Malu hanya jika yang dilakukan merupakan
perbuatan dosa.

97
Ya Allah, Bimbing Hamba

Ta’aruf
Ta’aruf

I
slam melalui tuntunan Rasulullah dan para sahabat
telah meneladankan sebuah konsep yang sangat jelas
mengenai tata cara ataupun proses menuju sebuah
pernikahan barokah. Tuntunan itu telah sukses me-
wujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa
rahma dalam bingkai rumah tangga Islami. Adakah tun-
tunan yang lebih baik dibanding tuntunan yang berlan-
daskan Al-Qur’an dan As-Sunah?

Tidak ada. Allah yang menciptakan kita, tahu benar apa


kebutuhan kita. Melalui Al-Qur’an dan Sunah, Allah
mengajari manusia untuk hidup di atas jalur yang sudah
diteladankan oleh manusia-manusia mulia.

Sungguh, Islam tak pernah merepotkan hamba-hamba-


Nya dengan beragam amalan yang memberatkan. Islam
justru hadir sebagai pengatur yang memudahkan semua
umatnya menjalani berbagai aktivitas di muka bumi ini.
Termasuk perihal nikah.

Apakah tahap-tahap yang harus dilalui oleh seorang


muslim yang hendak melangsungkan sebuah perni-

98
Pernikahan Barokah

kahan? Paling tidak, dapat dirangkum menjadi empat


tahap.

1. Ta’aruf
2. Nazhar
3. Khitbah
4. Akad

Selesai. Hanya itulah tahapan menuju pernikahan yang


disyariatkan oleh Islam. Mari kita bahas satu per satu.

Ta’aruf, Saatnya Mengenal Calon Suami/Istri


Sebelum kita menetapkan untuk menikah dengan se-
orang pria atau wanita, salah satu hal yang paling pen-
ting untuk kita lakukan yaitu mengenal terlebih dahulu
siapa pria atau wanita yang hendak kita nikahi itu. Ada
yang mengatakan pacaran adalah jalan yang ditempuh
dalam rangka mengetahui bagaimana karakter calon
pendamping yang akan menemani kita seumur hidup.
Mereka berpendapat, bagaimana kita bisa tahu bahwa
calon suami atau istri kita itu sifatnya baik kalau tanpa
melewati proses pacaran. Bagaimana kita tahu karakter
calon kekasih yang kelak menjadi kekasih seumur hidup
kalau tanpa melalui proses hubungan yang biasa disebut
pacaran.

99
Ya Allah, Bimbing Hamba

Alasan-alasan seperti itu saat ini masih banyak disepa-


kati oleh masyarakat kita. Orangtua banyak yang me-
maklumi anak remajanya melakukan pacaran. Padahal,
sungguh, Rasulullah tak pernah sedikit pun mengajar-
kan proses perkenalan seperti itu.

Proses pengenalan sangatlah penting. Namun bukan de-


ngan jalan yang ditempuh kebanyakan anak muda kita
saat ini, yang sepertinya menganut petuah “coba dulu
baru beli” kemudian “habis manis sepah dibuang”. Se-
bagai wanita yang ingin menjaga dirinya dari beragam
pintu maksiat, tentunya sangat memahami bahwa pro-
ses untuk lebih mengenal calon suami atau istri tidaklah
dijalani sebagaimana kaum wanita yang belum paham
tentang Islam. Jangan sampai kita ikut-ikutan meng-
halalkan proses pacaran atau pertunangan yang sengaja
dilakukan dengan niatan menjajaki calon pendamping
hidup.

Mengenal calon suami atau istri sangatlah penting sebe-


lum rumah tangga kita mulai dibangun. Proses mencari
jodoh dalam Islam bukanlah “membeli kucing dalam
karung”, yang tanpa proses pengenalan, lalu mendadak
dinikahkan. Praktik seperti ini tidak dibenarkan dalam
agama. Karena hal tersebut hanya akan menimbulkan
dampak buruk untuk ke depannya. Bisa jadi hal ini ber-
ujung pada penyesalan yang bakal terjadi usai pernikah-

100
Pernikahan Barokah

an. Tentu ini tak diharapkan dalam upaya membangun


rumah tangga yang Islami.

Perantara
Selama menuju proses pernikahan, kita mutlak mem-
butuhkan sumber informasi tentang calon suami atau
istri yang hendak kita nikahi. Salah satunya melalui ja-
lan perantara, atau biasa kita menyebutnya comblang.
Comblang yang saya maksud di sini tentu bukan per-
antara untuk menyatukan pria dan wanita agar mereka
berpacaran, tetapi jauh dari maksud itu. Comblang di
sini adalah orang yang menjadi perantara untuk me-
nyatukan pria dan wanita dalam bingkai suci bernama
pernikahan.

Perantara bertugas sebagai pemberi informasi bagi kita.


Sumber informasi itu paling tidak memberi beberapa
manfaat. Pertama, untuk memperoleh keterangan me-
ngenai kepribadian calon suami/istri. Tentu kita tidak
mau kecolongan dengan calon pendamping hidup kita
nantinya. Karena orang yang akan kita nikahi adalah sa-
habat yang bakal mengiringi kita dalam jangka panjang.
Tidak hanya satu dua tahun, tapi bisa puluhan, atau
bahkan seumur hidup.

101
Ya Allah, Bimbing Hamba

Manfaat kedua dari sumber informasi yaitu kemungkin-


an adanya beberapa persoalan yang akan berpengaruh
terhadap proses menuju maupun setelah pernikahan.
Misalnya, adanya penyakit yang diderita oleh calon
suami atau istri, yang memungkinkan adanya dampak
terhadap rumah tangga kita nantinya.

Memperantarai dua orang untuk menikah mendapat


kedudukan cukup mulia dalam Islam. Karena menyatu-
kan dua orang agar segera melangsungkan pernikahan
berarti menolong saudara muslim dalam hal kebaikan.
Ini merupakan salah satu wujud dari pengamalan Fir-
man Allah, “Bertolong-tolonglah kamu dalam kebaikan
dan ketakwaan. Jangan bertolong-tolongan dalam ke-
burukan dan kesesatan.” Pernikahan adalah jalan mulia
yang dianjurkan oleh Rasulullah. Inilah ibadah yang ni-
lainya setara dengan separuh agama. Membantu orang
untuk melaksanakan nikah, tentu mendekatkan pada
ridha Allah. Sayyidinina ‘Ali bin Abi Thalib karamallahu
wajhahu mengatakan, “Sebaik-baik syafaat adalah mem-
perantarai dua orang untuk menikah, di mana dengan itu
Allah mengumpulkan mereka berdua.”

Lalu bagaimana seyogianya informasi yang disampai-


kan oleh sang perantara atau comblang kepada calon
pengantin? Informan harus objektif. Kita tentu memilih
orang yang hendak kita jadikan perantara adalah orang

102
Pernikahan Barokah

dekat yang sangat tahu perilaku dan keseharian calon


kita. Maka, otomatis orang yang layak kita pilih seba-
gai perantara adalah orang yang sangat akrab dengan
calon kita. Bisa berasal dari keluarga calon, atau mung-
kin sahabat calon. Kedekatan personal memang sangat
memengaruhi informasi yang disampaikan oleh sang
perantara. Tetapi masalah kemudian bisa saja timbul
karena ternyata kedekatan personal terkadang sangat
memengaruhi informasi yang disampaikan oleh sang
perantara kepada kita. Biasanya seorang sahabat hanya
mengatakan sisi baik dari sahabatnya, dan kurang mau
membuka sisi negatifnya. Jauh-jauh hari kita hendaknya
bisa memilih perantara yang tepat.

Siapakah yang Layak Kita Percaya


sebagai Perantara?
Mari kita belajar dari sebuah kisah tentang Umar. Suatu
hari, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra., ingin
menilai seorang laki-laki yang datang kepada beliau un-
tuk memohon agar diberi jabatan dalam pemerintahan.
Umar ra., berkata kepadanya, “Bawa orang yang menge-
nalmu ke sini!”

Lelaki itu pulang dan kembali membawa seorang teman.


Lalu Umar ra., bertanya kepada orang itu, “Apakah kau
kenal orang ini?”

103
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Ya.”

“Apakah kau tetangganya, dan tahu keadaan yang sebe-


narnya?” Umar ra., bertanya.

“Tidak,” kata orang itu.

“Apakah kau pernah menemaninya dalam perjalanan,


sehingga kau tahu pasti perangai dan akhlaknya...”

“Tidak.”

“Apakah kau pernah berhubungan masalah uang dengan


orang itu, sehingga kau tahu bahwa dia sangat takut me-
makan barang yang haram?”

“Tidak.”

“Apakah kau hanya mengenalnya di masjid ketika dia


berdiri dan duduk di masjid?”

“Ya.”

“Enyahlah kau dari sini. Kau tidak mengenalnya...!”

Lalu Umar ra., menoleh kepada laki-laki yang datang


kepadanya dan berkata,

“Bawa lagi orang yang benar-benar mengenalmu ke sini.”

Dalam riwayat lain dikatakan, ada seseorang berkata


kepada Amirul Mukminin Umar ra., bahwa si fulan itu
orang yang jujur. Amirul Mukminin bertanya,

104
Pernikahan Barokah

“Apakah kau pernah menempuh perjalanan bersama-


nya?”

“Tidak.”

“Apakah pernah terjadi permusuhan antara kau dan


dia?” tanya Umar bin Khaththab.

“Tidak.”

“Apakah kau pernah memberinya amanat?”

“Tidak.”

“Kalau begitu,” kata Umar ra., “kau tidak mengenalnya


selain melihatnya mengangkat dan menundukkan kepala-
nya di masjid.”

Dalam kisah tersebut kita tahu bahwa Umar sedang me-


nyeleksi apakah orang yang diajukan itu layak dijadikan
sebagai sumber informasi. Begitu pula dalam pernikah-
an, sumber informasi harusnya orang yang benar-benar
berinteraksi secara intens dengan calon kita. Karena dari
interaksi yang lama itu, si informan bisa merasakan ba-
gaimana sifat sesungguhnya dari calon kita dalam me-
nyikapi berbagai kejadian. Bagaimana responsnya ketika
ditimpa masalah. Bagaimana perilakunya ketika dika-
runiai keberhasilan. Bagaimana sifatnya mengendalikan
amarah. Bagaimana ibadahnya. Bagaimana ia bersikap

105
Ya Allah, Bimbing Hamba

kepada orang lain. Dan sebagainya. Informasi mendetail


mengenai itu semua baru bisa kita dapatkan ketika infor-
man kita cukup lama berinteraksi dengan calon kita.

Batas Pengenalan
Meskipun mengenali calon suami atau istri adalah salah
satu tahap yang diperkenankan dalam Islam, tetapi te-
tap ada batas-batas tertentu yang harus dipatuhi terkait
apa saja informasi yang dibutuhkan untuk menunjang
berlangsungnya pernikahan yang berkah. Mengenali ca-
lon pendamping hidup dimaksudkan hanya untuk me-
ngetahui informasi yang dibutuhkan sehingga nantinya
saat berumah tangga, tidak ada informasi penting yang
kabur.

Lalu apa sajakah informasi penting yang diperlukan


untuk melangsungkan sebuah rumah tangga yang baro-
kah?

1. Mengetahui siapa namanya


2. Mengetahui dari mana asalnya
3. Mengetahui keturunan dan asal usul keluarganya
4. Mengetahui bagaimana akhlaknya
5. Mengetahui bagaimana ilmu agamanya
6. Dan beberapa informasi lain yang memang dibutuh-
kan oleh masing-masing pasangan, asal yang masih

106
Pernikahan Barokah

terkait untuk membangun rumah tangga yang Isla-


mi.

Tahap pengenalan ini rawan juga terhadap fitnah.


Karena rayuan setan terhadap pasangan yang hendak
melangsungkan pernikahan secara syar’i cukup hebat.
Maka yang perlu menjadi perhatian, hendaknya pa-
sangan yang hendak menikah sekuat tenaga menjauhi
hal-hal yang bisa menjatuhkan kepada fitnah (godaan
setan). Tahap ta’aruf memang menyimpan peluang yang
besar sebagai alasan untuk saling kenal satu sama lain.
Beragam komunikasi yang intens kerap dilakukan, baik
melalui hubungan telepon, SMS, jejaring sosial, surah-
menyurat, dengan alasan ingin ta’aruf (kenal-mengenal)
dengan calon suami/istri. Padahal pintu ta’aruf belum-
lah pintu aman untuk berhubungan antara calon suami
dengan calon istri. Jangankan baru ta’aruf, yang sudah
resmi melakukan khitbah atau meminang saja masih te-
tap harus menjaga dirinya dari fitnah.

Memang ada beragam pendapat mengenai boleh tidak-


nya berhubungan telepon antara pria dan wanita dalam
rangka saling kenal. Syaikh Saleh bin Fauzan bin Ab-
dillah Al-Fauzan hafizhahullah ketika ditanya tentang
pembicaraan melalui telepon antara seorang pria dan se-
orang wanita yang telah dipinangnya, beliau menjawab,
“Tidak apa-apa seorang laki-laki berbicara lewat telepon

107
Ya Allah, Bimbing Hamba

dengan wanita yang telah dipinangnya, bila memang


pinangannya telah diterima dan pembicaraan yang
dilakukan dalam rangka mencari pemahaman sebatas
kebutuhan yang ada, tanpa adanya fitnah. Namun bila
hal itu dilakukan lewat perantara wali si wanita, maka
lebih baik lagi dan lebih jauh dari keraguan/fitnah. Ada-
pun pembicaraan yang biasa dilakukan laki-laki dengan
wanita, antara pemuda dan pemudi, padahal belum ber-
langsung pelamaran di antara mereka, namun tujuannya
untuk saling mengenal, sebagaimana yang mereka isti-
lahkan, maka ini mungkar, haram, bisa mengarah kepa-
da fitnah serta menjerumuskan kepada perbuatan keji.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Maka janganlah
kalian tunduk (lembut mendayu-dayu) dalam berbicara
sehingga berkeinginan jeleklah orang yang di hatinya
ada penyakit dan ucapkanlah ucapan yang makruf ”
(QS. Al-Ahzab: 32). Seorang wanita tidak sepantasnya
berbicara dengan laki-laki bukan mahram kecuali bila
ada kebutuhan. Itu pun tetap dengan syarat dengan
mengucapkan perkataan yang ma’ruf, tidak ada fitnah di
dalamnya, dan tidak ada keraguan (yang membuatnya
dituduh macam-macam).” (Al-Muntaqa min Fatawa
Fadhilatusy, Syaikh Saleh bin Fauzan)

108
Pernikahan Barokah

Nazhar
Nazhar

P roses ta’aruf lebih menekankan pada proses pe-


ngenalan karakter dan asal usul calon pendam-
ping hidup. Dari ta’aruf akan diperoleh informa-
si mengenai bagaimana sifat, ilmu. Sedangkan nazhar,
lebih menekankan pada proses pengenalan secara fisik
yang diatur dan terbatas pada yang diperbolehkan oleh
syariat. Seorang pemuda yang hendak menikahi seorang
wanita diperbolehkan memandang wanita tersebut,
namun pada batasan dan saat tertentu saja. Inilah yang
disebut sebagai proses nazhar.

Ada sebuah hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang


mengisahkan seorang lelaki yang datang dan meng-
abarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwa dia telah melamar seorang wanita dari kalangan
Anshar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
kepada lelaki itu, “Apakah engkau telah melihatnya?”
Lelaki itu menjawab, “Belum.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Hendaklah engkau melihat
terlebih dahulu karena pada mata wanita-wanita Anshar
ada sesuatu.” “Lihatlah wanita tersebut, karena pada

109
Ya Allah, Bimbing Hamba

mata orang-orang Anshar ada sesuatu.” Yang beliau


maksudkan adalah mata mereka kecil. (HR. Muslim)

Memang, di kalangan ulama sendiri ada perbedaan pen-


dapat mengenai nazhar ini. Ada yang menghukuminya
sebagai amalan mubah, yakni dilakukan atau tidak, ti-
dak akan mendapat pahala. Tetapi ada pula ulama yang
berpendapat bahwa hukum nazhar adalah sunah. Salah
seorang ulama yang menganut pendapat ini adalah Asy-
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu. Dalam Asy-Sya-
rhul Mumti’ beliau berkata, “Yang benar dalam masalah
ini hukumnya sunah. Jika seseorang telah mengenal
tanpa melakukan nazhar, tidak ada hajat baginya untuk
melakukan nazhar. Seperti bila dia mengutus seorang
wanita yang benar-benar dia percayai untuk mengenali
wanita yang hendak dipinang. Meskipun demikian pada
hakikatnya nazhar yang dilakukan dengan perantara
orang lain tidak cukup mewakili nazhar yang dilakukan
sendiri. Boleh jadi wanita itu cantik di mata orang lain,
namun belum tentu cantik di mata sendiri. Boleh jadi
wanita itu di-nazhar dalam keadaan gembira dan riang
yang tentu saja berbeda jika di-nazhar dalam keadaan
sedih. Juga terkadang wanita yang di-nazhar berusaha
tampil cantik dengan berdandan menggunakan make
up sehingga disangka cantik padahal tidak demikian
hakikatnya.”

110
Pernikahan Barokah

Ada sebuah kisah. Suatu hari, seorang wanita pernah


datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk menghibahkan dirinya. Si wanita berkata, “Wa-
hai Rasulullah! Aku datang untuk menghibahkan diriku
kepadamu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
melihat ke arah wanita tersebut. Beliau mengangkat dan
menurunkan pandangannya kepada si wanita. Kemu-
dian beliau menundukkan kepalanya. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bila seorang lelaki ingin meni-


kahi seorang wanita, dituntunkan baginya untuk terle-
bih dahulu melihat calonnya dan mengamatinya. Teta-
pi mengamatinya seperlunya saja. Jika dengan melihat
sekilas saja sudah cukup menginformasikan bahwa kita
tertarik dengan sang calon, cukuplah itu dijadikan seba-
gai batasan nazhar.

Demikian pula ketika Al-Mughirah bin Syu’bah radhi-


yallahu ‘anhu meminang seorang wanita, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apa-
kah engkau telah melihat wanita yang kau pinang terse-
but?”

“Belum,” jawab Al-Mughirah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Li-


hatlah wanita tersebut, karena dengan seperti itu akan

111
Ya Allah, Bimbing Hamba

lebih pantas untuk melanggengkan hubungan di antara


kalian berdua (kelak).” (HR. An-Nasa`i, At-Tirmidzi.
Disahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Sahihah)

Dengan penjelasan yang lebih detail, Al-Imam Al-Ba-


ghawi rahimahullahu mengungkapkan bahwa dalam
sabda Rasulullah kepada Al-Mughirah secara eksplisit
menginformasikan adanya dalil yang menegaskan bah-
wa melihat si wanita sebelum khitbah (pelamaran) ada-
lah sunah. Ini sangat bermanfaat bagi terlaksananya per-
nikahan, juga mengantisipasi agar saat khitbah, kedua
mempelai sudah bisa memutuskan, akan melanjutkan
proses khitbah ke jenjang pernikahan, atau membatal-
kannya.

Lalu mengapa nazhar dilakukan sebelum proses khit-


bah? Mengapa tidak pada saat khitbah saja kedua calon
mempelai diizinkan saling bertemu satu sama lain?

Dalam Al-Minhaj Syarhu Sahih Muslim dijelaskan,


bila nazhar dilakukan setelah khitbah, bisa jadi dengan
khitbah tersebut si wanita merasa si lelaki pasti akan me-
nikahinya. Atau sebaliknya, si lelaki bisa jadi merasa si
wanita bakal menerima lamarannya. Padahal mungkin
ketika kedua calon saling melihat ternyata tidak tertarik
hatinya, lalu membatalkan lamarannya, hingga akhirnya
salah satu di antaranya kecewa dan sakit hati.

112
Pernikahan Barokah

Ada beragam cara dalam ber-nazhar. Bisa dengan berte-


mu secara langsung dengan ditemani keluarga, atau de-
ngan melihat secara sembunyi-sembunyi. Seperti yang
dilakukan oleh beberapa sahabat di zaman Rasul.

Sahabat Muhammad bin Maslamah radhiyallahu ‘anhu


berkata, “Aku meminang seorang wanita, aku bersem-
bunyi untuk mengintainya hingga aku dapat melihatnya
di sebuah pohon kurmanya.”

Kemudian ada yang bertanya kepada Muhammad bin


Maslamah, “Bagaimana mungkin engkau melakukan
hal seperti ini padahal engkau adalah sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

Kata Muhammad bin Maslamah, “Aku pernah mende-


ngar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila Allah menautkan di hati seorang lelaki (niat)
untuk meminang seorang wanita, tidak apa-apa baginya
melihat wanita tersebut.” (HR. Ibnu Majah)

Al-Imam Al-Albani rahimahullahu juga menasihatkan


bahwa diperbolehkan melihat wanita yang ingin dini-
kahi walaupun si wanita tidak mengetahuinya ataupun
tidak menyadarinya. Dalil ini sesuai sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Apabila seorang dari kalian
ingin meminang seorang wanita, tidak ada dosa baginya
melihat si wanita apabila memang tujuan melihatnya

113
Ya Allah, Bimbing Hamba

untuk meminangnya, walaupun si wanita tidak menge-


tahui (bahwa dirinya sedang dilihat).” (HR. Ath-Thaha-
wi, Ahmad, dan At-Thabrani)

Disertai Mahram
Sekali lagi, mungkin hal ini masih dirasa asing pada se-
bagian umat Islam dalam negeri. Karena pemakluman
terhadap pelanggaran batas-batas Islami sudah sedemi-
kian melekat pada pribadi masyarakat kita. Termasuk
masalah melihat calon suami atau istri ini.

Mungkin akan ada banyak dari perempuan muslim


Indonesia yang merasa aneh saat membaca bagian ini.
Karena tradisi bangsa kita sudah sangat erat dengan bu-
daya kebebasan yang dielu-elukan hampir tanpa batas.
Jangankan budaya Islam, bahkan budaya bangsa keti-
muran saja sudah banyak yang dilanggar.

Saudariku, semoga dengan pemahaman Islam yang


lebih baik dibanding kebanyakan masyarakat kita tak
membuat kita merasa terasing di tengah masyarakat
yang masih tak paham. Bahkan kalaupun terpaksa ter-
asing, biarlah. Bukankah Rasulullah dulu pernah men-
sabdakan sebuah nasihat, “Islam dulu asing, dan kelak
akan kembali asing. Beruntunglah bagi mereka yang
terasing.” Itulah motivasi dari Rasulullah. Panutan kita.

114
Pernikahan Barokah

Idola kita. Mari kita teladani beliau. Karena kelak, hanya


beliau yang sanggup memberi syafaat di hari kiamat.

Rasanya akan berbeda mungkin ketika melihat calon


suami atau istri kita dengan ditemani mahram diban-
ding dengan berduaan saja. Mungkin banyak dari kita
yang ingin mengenal calon kita dengan lebih bebas tan-
pa sungkan dengan adanya mahram yang mendampingi.
Tetapi sebagai catatan yang harus menjadi perhatian kita
bersama, bahwa ketika nazhar tidak diperbolehkan sepa-
sang calon tersebut berduaan saja dan bersepi-sepi tanpa
mahram (berkhalwat). Karena sudah masyhur sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut, “Sekali-
kali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan se-
orang wanita, kecuali wanita itu bersama mahramnya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Batasan yang Boleh Dilihat Saat Nazhar


Melihat calon suami atau istri sebelum nikah tetap ada
batasnya. Ketika nazhar, yang boleh melihat si wanita
pada bagian tubuh yang biasa tampak di depan mah-
ramnya. Bagian ini biasa tampak dari si wanita ketika ia
sedang bekerja di rumahnya, seperti wajah, dua telapak
tangan, leher, kepala, dua betis, dua telapak kaki dan
semisalnya. Karena adanya hadis Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Bila seorang dari kalian meminang

115
Ya Allah, Bimbing Hamba

seorang wanita, lalu ia mampu melihat dari si wanita


apa yang mendorongnya untuk menikahinya, hendak-
lah ia melakukannya.” (HR. Abu Dawud nomor 2082
dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam
Ash-Sahihah nomor 99)

Di samping itu, dilihat dari adat kebiasaan masyarakat,


melihat bagian-bagian itu bukanlah sesuatu yang diang-
gap memberatkan atau aib. Al-Imam Ibnu Qudamah
rahimahullahu berkata, “Sisi kebolehan melihat bagian
tubuh si wanita yang biasa tampak adalah ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan melihat wanita
yang hendak dipinang dengan tanpa sepengetahuannya.
Dengan demikian diketahui bahwa beliau mengizinkan
melihat bagian tubuh si wanita yang memang biasa
terlihat, karena tidak mungkin yang dibolehkan hanya
melihat wajah saja, padahal ketika itu tampak pula ba-
gian tubuhnya yang lain, tidak hanya wajahnya. Karena
bagian tubuh tersebut memang biasa terlihat. Dengan
demikian dibolehkan melihatnya sebagaimana diboleh-
kan melihat wajah. Juga karena si wanita boleh dilihat
dengan perintah penetap syariat, berarti dibolehkan
melihat bagian tubuhnya sebagaimana yang dibolehkan
kepada mahram-mahram si wanita.” (Al-Mughni, fashl
Ibahatun Nazhar Ila Wajhil Makhthubah)

116
Pernikahan Barokah

Memang dalam masalah batasan yang boleh dilihat ke-


tika nazhar ini didapatkan adanya perselisihan pendapat
di kalangan ulama. Tetapi pendapat yang lebih hati-hati
dianut oleh beberapa imam mazhab, seperti Hanafiyyah,
Malikiyyah, dan Syafi’iyyah, yang diperbolehkan untuk
dilihat saat nazhar adalah wajah dan kedua telapak ta-
ngan wanita. Kedua bagian tubuh inilah kebanyakan
Imam Mazhab sepakat boleh ditampakkan kepada bu-
kan mahram. Orang yang nazhar statusnya jelas, masih
belum berstatus sebagai suami istri karena belum adanya
akad nikah. Bagian yang diperbolehkan sama dengan
bagian yang biasa boleh tampak di depan umum.

117
Ya Allah, Bimbing Hamba

Khithbah
Khithbah

S
etelah melalui proses nazhar, tahap selanjutnya
untuk menyongsong pernikahan yaitu khitbah.
Inilah proses yang dilakukan setelah seorang pria
telah yakin bahwa perempuan yang akan dikhitbah itu
adalah perempuan yang kelak bisa mendampingi selama
hidupnya. Yang layak menemani dalam mengarungi
bahtera rumah tangganya.

Khitbah menjadi bagian penting dalam proses menuju


jenjang pernikahan karena inilah momen untuk mene-
tapkan persetujuan dari kedua belah pihak untuk terus
melanjutkan ke akad nikah atau tidak. Peminangan ini-
lah tahap yang bisa menjadi penentu, pernikahan ber-
lanjut atau dibatalkan.

Ada aturan dalam Islam yang menetapkan bahwa apabi-


la seorang lelaki mengetahui wanita yang hendak dipi-
nangnya telah terlebih dahulu dipinang oleh lelaki lain,
dan pinangan itu diterima, haram baginya meminang
wanita tersebut. Hal ini pernah diungkapkan oleh Rasu-
lullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadis,

118
Pernikahan Barokah

“Tidak boleh seseorang meminang wanita yang telah di-


pinang oleh saudaranya, hingga saudaranya itu menikahi
si wanita atau meninggalkannya (membatalkan pinang-
annya)” (HR. Al-Bukhari). Atau dalam riwayat Imam
Muslim disebutkan, “Seorang mukmin adalah saudara
bagi mukmin yang lain. Tidaklah halal baginya menawar
barang yang telah dibeli oleh saudaranya, dan tidak halal
pula baginya meminang wanita yang telah dipinang oleh
saudaranya, hingga saudaranya meninggalkan pinangan-
nya (membatalkan).”

Mengapa Aturan Ini Perlu Diterapkan?


Pertama, ini adalah bentuk penghormatan terhadap
peminang pertama. Orang yang telah memberanikan
diri meminang seorang perempuan tentu memiliki ha-
rapan yang besar untuk serius melanjutkan ke jenjang
pernikahan. Apabila ada peminang kedua yang datang
kepada perempuan yang dipinang, dikhawatirkan pe-
minang kedua ini akan membuat perempuan yang su-
dah dipinang itu bimbang hatinya. Bisa jadi peminang
kedua dirasa memiliki kelebihan dibanding peminang
pertama, sehingga perempuan yang telah dipinang itu
memutuskan untuk memilih yang kedua. Tentu saja hal
ini sangat merugikan peminang pertama.

119
Ya Allah, Bimbing Hamba

Proses peminangan ini paling tidak sudah hampir di-


pastikan proses menuju akad akan terlaksana atau tidak.
Setelah pinangan diterima, tentunya akan ada kelanjut-
an pembicaraan mengenai kapan akan diselenggarakan
akad nikahnya.

Yang Perlu Diperhatikan oleh Wali


Ketika seorang wali dari perempuan menerima pinang-
an dari seorang pria, ada beberapa hal yang perlu diper-
hatikan sebagai pertimbangan apakah lelaki itu nanti-
nya akan diterima atau ditolok pinangannya. Beberapa
hal yang menjadi dasar diterima tidaknya pinangan pria
tersebut antara lain:

• Agama Calon Suami


Suatu hari ada seorang bertanya kepada Al-Hasan
ra., mengenai calon suami putrinya. Kemudian Al-
Hasan ra., menjawab, “Kamu harus memilih calon
suami (putrimu) yang taat beragama. Sebab, jika dia
mencintai putrimu, dia akan memuliakannya. Jika
dia kurang menyukai (memarahinya), dia tidak akan
menghinakannya.”

Dalam sebuah hadis yang sangat terkenal, Rasulullah


juga bersabda, “Jika datang kepada kalian (hai calon
mertua) orang yang kalian sukai (ketaatan) agama-

120
Pernikahan Barokah

nya dan akhlaknya, nikahkanlah dia (dengan putri-


mu). Sebab, jika kamu sekalian tidak melakukannya,
akan lahir fitnah (bencana) dan akan berkembang
kehancuran yang besar di muka bumi.”

Kemudian ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah,


bagaimana jika orang (pemuda) itu mempunyai ca-
cat atau kekurangan?”

Rasulullah saw., menjawab, dengan mengulangnya


sampai tiga kali, “Jika datang kepada kalian orang
yang bagus agama dan akhlaknya, nikahkanlah dia
(dengan putrimu)!” (HR. Imam Tirmidzi dari Abu
Hatim Al-Mazni)

Suatu hari seorang teman pernah bertanya kepada


saya, “Bukankah ada yang ilmu agamanya bagus tapi
memperlakukan istri secara tidak baik. Kurang bisa
menghormati orang lain. Ucapannya kasar, perilaku-
nya buruk. Mengapa Islam menetapkan agama seba-
gai kriteria untuk memilih calon suami atau istri?”

Saudariku, yang dimaksud dengan baik agamanya


adalah ia taat dalam menjalankan ajaran Islam. Jadi
ini lebih erat kaitannya dengan akhlak, bukan pada
keilmuannya dalam bidang agama. Benar sekali, ada
begitu banyak orang yang ilmunya tinggi tapi tidak
juga mengamalkan apa yang diketahuinya.

121
Ya Allah, Bimbing Hamba

Sebagai dasar pemilihan, lihatlah akhlaknya. Bukan-


kah Rasulullah sering kali mengingatkan, yang terba-
ik di antara kita adalah yang paling baik akhlaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah
yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad dan Abu
Daud)

Dalam hadis lain yang bersumber dari ‘Aisyah ra.,


dari Nabi dikatakan, “Sesungguhnya kelembutan ti-
dak menghinggapi sesuatu kecuali memperindahnya,
dan tiada dicabut dari sesuatu melainkan memperbu-
ruknya.” (HR. Muslim)

Rasulullah saw., juga bersabda, “Sesungguhnya se-


orang hamba yang berakhlak baik akan mencapai
derajat dan kedudukan yang tinggi di akhirat, walau
ibadahnya sedikit.” (HR. Thabrani)

Jadikan akhlak sebagai tolok ukur menetapkan sang


pria yang melamar layak atau tidak dijadikan sebagai
pendamping hidup. Mustahil pria yang akhlaknya
bagus akan menyakiti kita.

• Meminta Pendapat Putrinya


Tidak boleh ada pemaksaan dalam menentukan
calon suami dalam sebuah pernikahan yang Islami.
Kisah Siti Nurbaya cukuplah hanya berakhir seba-

122
Pernikahan Barokah

gai kisah masa lalu yang dipetik hikmahnya, bahwa


pernikahan hasil pemaksaan tak akan membuahkan
ujung yang indah dan bahagia. Hanya akan membu-
at penyesalan yang berkepanjangan.

Ketika ada seorang pria yang melamar seorang gadis,


walinya harus meminta pendapat putrinya, setuju
atau tidak. Kalau setuju, proses bisa dilanjutkan, dan
kalau tidak, proses harus dibatalkan. Karena yang
akan menjalani proses pernikahan nantinya adalah
sang putri. Demi keberlangsungan rumah tangga,
persetujuan dari si putri adalah penentu.

Tapi terkadang ada ekspresi jawaban dari si gadis ke-


tika ditanya setuju atau tidak dengan calon yang me-
minang. Ada rasa malu yang hadir. Ada rasa enggan
yang muncul. Ada kebimbangan mungkin dalam
menjawab setujunya secara langsung. Rasulullah me-
netapkan, persetujuan seorang gadis adalah dengan
diamnya karena biasanya ia malu. Sebagaimana Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa
Rasul pernah bertutur, “Tidak boleh seorang janda
dinikahkan hingga ia diajak musyawarah/dimintai
pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan
sampai dimintai izinnya.”

Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Bagaimana


izinnya seorang gadis?”

123
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Izinnya dengan diam,” jawab beliau. (HR. Al-Bukhari


dan Muslim)

124
Pernikahan Barokah

Akad nikah
Akad nikah

S
etelah khitbah (peminangan) dilaksanakan, lalu
kapan harus dilaksanakan akad nikah? Tidak ada
batas minimal ataupun maksimal untuk melak-
sanakan akad nikah. Seandainya acara khitbah langsung
diteruskan dengan akad nikah, itu boleh saja dilakukan,
walaupun untuk masyarakat Indonesia hal itu tidak
lazim dilakukan. Biasanya ada jarak antara lamaran de-
ngan akad nikah.

Namun ada hal yang menjadi keprihatinan kita bersa-


ma. Ketika pelaksanaan akad nikah terlalu jauh jaraknya
dengan pelaksanaan khitbah, peluang timbulnya fitnah
akan lebih besar. Risikonya besar untuk kedua calon
mempelai melakukan hal-hal yang dilarang Allah. Se-
lain itu di satu sisi ia tidak boleh menerima pinangan
dari orang lain, sedangkan di sisi lain ia belum menjadi
seorang istri.

Hendaknya jarak antara akad nikah dengan khitbah


ditetapkan tidak terlalu lama. Konon, banyak sauda-
ra saya yang cerita kalau setelah khitbah, biasanya kita

125
Ya Allah, Bimbing Hamba

mengalami kebimbangan baru. Ada kekhawatiran yang


muncul, ada ketakutan yang sebelumnya tidak terpikir.
Untuk mengantisipasi itu semua, cara paling bijak yakni
mendekatkan antara akad dengan khitbah.

Syarat dan Rukun Nikah


Dalam Islam, setiap ibadah yang diperintahkan oleh
Allah hampir selalu ada syarat dan rukun yang harus
dipenuhi. Kata syarat dan rukun selalu muncul untuk
menilai sah atau tidaknya ibadah yang kita kerjakan.
Misalkan, kalau kita sedang berwudu, ada syarat wudu
dan ada juga rukun wudu. Saat kita sedang melaksana-
kan shalat, ada syarat shalat dan juga ada rukun shalat.
Begitu pula peribadahan lainnya juga ada syarat dan ru-
kun yang harus kita laksanakan. Termasuk dalam perni-
kahan. Karena pernikahan dalam Islam termasuk salah
satu ibadah yang luar biasa besar pahalanya dihadapan
Allah.

Lalu apa bedanya antara syarat dengan rukun? Penger-


tian syarat adalah “ma aujaba wastamarra”, yang arti-
nya suatu perkara yang diwajibkan dan terus-menerus.
Maksudnya, syarat merupakan sesuatu yang wajib kita
laksanakan sebagai tolok ukur sah atau tidaknya ibadah
kita dan dalam melaksanakannya harus terus-menerus.

126
Pernikahan Barokah

Misalnya, saat kita wudu, ada syarat yang harus kita pe-
nuhi di antaranya, Islam, sudah baligh (laki-laki sudah
berumur 15 tahun, dan perempuan sudah berumur 9
tahun), tidak mempunyai hadas besar, memakai air yang
mutlak (air yang suci dan dapat menyucikan), tidak ada
yang menghalangi sampainya air ke kulit. Kita harus
memenuhi kelima syarat tersebut secara keseluruhan
dalam satu waktu ketika hendak melaksanakan wudu.

Sedangkan pengertian rukun adalah “ma aujaba


wanqhata’a” yang artinya suatu perkara yang diwajibkan
dan terputus-putus. Maksudnya, rukun merupakan
sesuatu yang wajib kita laksanakan sebagai tolok ukur
sah atau tidaknya ibadah yang kita kerjakan dan sifatnya
terputus-putus. Contoh, saat melaksanakan wudu, ada
syarat yang harus kita penuhi di antaranya, berniat un-
tuk wudu dan melafalkan, membasuh muka, membasuh
kedua tangan sampai ke siku-siku, mengusap sebagian
kepala, membasuh ke dua kaki sampai mata kaki, dan
tertib (beurutan).

Lalu apa rukun dan syarat nikah?

Rukun Nikah
Yang harus ada dalam sebuah akad nikah adalah sebagai
berikut:

127
Ya Allah, Bimbing Hamba

1. Calon mempelai pria


2. Calon mempelai wanita
3. Wali
4. Dua orang saksi (laki-laki)
5. Ijab (dari wali calon mempelai perempuan atau wa-
kilnya), dan qabul (dari calon mempelai laki-laki
atau wakilnya)

Syarat Nikah
Menurut syariat Islam syarat nikah sebagai berikut:

1. Syarat calon pengantin pria


• Beragama Islam
• Terang prianya (bukan banci)
• Tidak dipaksa
• Tidak beristri empat orang
• Bukan mahram calon istri
• Tidak mempunyai istri yang haram dimadu de-
ngan bakal istri
• Mengetahui bakal istri yang haram dinikahinya
• Tidak dalam ihram haji atau umroh

2. Syarat calon pengantin wanita


• Beragama Islam
• Terang wanitanya (bukan banci)
• Telah memberi izin pada wali untuk menikahka-
nya

128
Pernikahan Barokah

• Tidak bersuami dan tidak dalam keadaan iddah


• Bukan mahrom bakal suami
• Belum pernah di li’an (sumpah li’an) oleh bakal
suami
• Terang orangnya
• Tidak dalam ihram haji atau umroh

3. Syarat wali nikah


• Baragama Islam
• Baligh
• Berakal
• Tidak dipaksa
• Terang lelakinya
• Adil (bukan fasiq)
• Tidak sedang ihram haji atau umroh
• Tidak dicabut haknya dalam menguasai harta
bendanya oleh pemerintah (mahjur bissafah)
• Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya

4. Syarat saksi nikah


• Baragama Islam
• Laki-laki
• Baligh
• Berakal
• Adil
• Mendengar
• Bisa bercakap-cakap (tidak bisu)

129
Ya Allah, Bimbing Hamba

• Tidak pelupa (mughoffal)


• Menjaga harga diri ( menjaga muru’ah)
• Mengerti ijab dan qabul
• Tidak merangkap menjadi wali

Ijab dan Kabul


Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara
dua pihak yang melangsungkan pernikahan dalam ben-
tuk ijab dan kabul. Ijab adalah penyerahan dari pihak
pertama yang dilakukan oleh wali dari pihak mempelai
perempuan, misalnya dengan kalimat, “Saya nikahkan
anak saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar
sebuah Al-Qur’an.” Sedangkan kabul adalah penerima-
an dari pihak suami dengan ucapannya, misalnya: “Saya
terima nikahnya anak Bapak yang bernama si A dengan
mahar sebuah Al-Qur’an.”

Ijab dan Kabul Bahasa Indonesia


• Ijab:

130
Pernikahan Barokah

Ananda _________________ bin________________

Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan


_____________________

Yang bernama:_______________________

Dengan maskawinnya berupa: _____________, tunai.

• Kabul:

Saya terima nikahnya dan kawinnya

_______________ binti _______________

Dengan maskawinnya yang tersebut tunai.

131
Ya Allah, Bimbing Hamba

Ijab dan Kabul Bahasa Arab


• Ijab

• Kabul:

132
Pernikahan Barokah

Resepsi
Resepsi PPernikahan
ernikahan
alimatul ‘U
(Walimatul
(W rs)
‘Urs)

I
slam tidak menghendaki umatnya mengadakan akad
nikah secara diam-diam. Islam menghendaki, setelah
akad nikah, seorang muslim perlu mengumumkan
pernikahannya.

Walimatul ‘ursy atau dalam bahasa Indonesia biasa di-


sebut sebagai resepsi pernikahan, adalah pengumuman
atau pesta pernikahan yang diselenggarakan ketika akad
nikah sudah selesai dilaksanakan. Walimatul ‘ursy dila-
kukan dalam rangka mengumumkan adanya akad nikah
yang baru saja dilaksanakan.

Qarzhah bin Ka’ab dan Abu Mas’ud al-Anshari pernah


mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah memberi keri-
nganan kepada kami untuk bersenang-senang pada saat
pesta pernikahan.” (HR. At-Tirmidzi)

Memang benar bahwa resepsi nikah bukanlah sebuah


kewajiban dalam pernikahan. Ketika akad nikah sudah
terlaksana, maka sahlah hubungan antara kedua pasang-

133
Ya Allah, Bimbing Hamba

an. Tetapi resepsi nikah sangat dianjurkan oleh Rasu-


lullah, mengingat ada begitu banyak hikmah yang bisa
diperoleh dari pelaksanaan resepsi pernikahan. Dengan
diumumkannya pernikahan, tidak akan timbul prasang-
ka dari masyarakat terhadap dua pasangan yang mung-
kin sedang bermesraan atau hidup dalam satu rumah.
Kalau masyarakat tidak tahu, bukankah hal itu malah
menjadikan timbul masalah dan fitnah nantinya.

Resepsi pernikahan hendaknya dilaksanakan secara se-


derhana dan sekadarnya saja. Tidak pesta pora atau ber-
mewah-mewahan. Sesuai tujuannya, walimah hanyalah
media untuk:

• Mengabarkan pernikahan kepada masyarakat.


• Mensyukuri karunia yang telah diberikan oleh Allah
kepada mempelai.
• Meminta doa agar pernikahan yang baru saja dilak-
sanakan diberkahi oleh Allah dan rumah tangga baru
yang tercipta nantinya dikaruniai kelancaran dan ke-
bahagiaan dunia akhirat.

Sesuai dengan tujuan tersebut, pesta pernikahan yang


dilakukan secara berlebihan tentunya tidak dikehendaki
dalam Islam. Cukup menghidangkan makanan untuk
tamu-tamu yang datang dengan hidangan yang sesuai
dengan kemampuan, walau sekadar memotong seekor

134
Pernikahan Barokah

kambing (mungkin kalau Indonesia bisa dikategorikan


1 ekor ayam kali yah).

Suatu ketika Nabi Muhammad melihat wajah Abdul


Rahman bin ‘Auf yang masih ada bekas kuning.

Nabi bertanya, “Ada apa ini?”

Abdurrahman berkata, “Saya baru mengawini seorang


perempuan dengan maharnya lima dirham.”

Nabi bersabda, “Semoga Allah memberkatimu. Adakan


walimah, walaupun hanya dengan memotong seekor
kambing.” (Muttafaq’ alaih)

Bahkan kalau dilihat dari hadis sejarah pada masa Rasul,


para tetangga boleh memberikan sumbangan makanan
demi terlaksananya walimah pernikahan. Seperti yang
diperintahkan Rasulullah kepada Abdurrahman bin
Auf, dan berdasarkan hadis yang disampaikan Buraidah
Ibnul Khashif, “Ketika Ali Bin Abi Thalib meminang
Fatimah binti Muhammad Rasulullah, Rasulullah ber-
sabda, ‘Perkawinan harus mengadakan pesta perkawin-
an (walimah)’.”

Kemudian Sa’ad berkata, “Saya akan menyumbang


seekor kambing.”
Yang lain menyahut, “Saya akan menyumbangkan
gandum sekian.”

135
Ya Allah, Bimbing Hamba

Dalam riwayat lain, “Terkumpullah dari kelompok


kaum Anshor sekian gandum.”
(Riwayat Ahmad dan Thabrani)

Melangsungkan walimah ‘urs hukumnya sunah menu-


rut sebagian besar ahlul ilmi. Rasulullah sendiri me-
nyelenggarakan walimah ketika menikahi istri-istrinya
seperti dalam hadis Anas radhiyallahu ‘anhu disebutkan,
“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeleng-
garakan walimah ketika menikahi istri-istrinya dengan
sesuatu yang seperti beliau lakukan ketika walimah de-
ngan Zainab. Beliau menyembelih kambing untuk aca-
ra walimahnya dengan Zainab.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)

Tempat Walimah
Walimah bisa dilaksanakan di masjid, rumah, ataupun
menyewa suatu gedung. Tetapi berdasarkan hadis Rasu-
lullah, ternyata Rasul menyarankan untuk dilaksanakan
di masjid. Meskipun pada masa sahabat juga ada yang
dilaksanakan di rumah mereka masing-masing. Sebagai-
mana Rasulullah pernah bersabda, “Umumkanlah perni-
kahan ini, jadikanlah ia di masjid dan pukullah rebana.”
(HR. Tirmidzi melalui Aisyah)

136
Pernikahan Barokah

Ketika Abu Usaid As Sa`adi menikah, dia mengundang


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat ke
rumahnya.

Waktu Walimah
Walimah bisa dilakukan kapan saja. Bisa setelah dilang-
sungkannya akad nikah dan bisa pula ditunda beberapa
waktu sampai berakhirnya hari-hari pengantin baru.
Namun disenangi tiga hari setelah dukhul, karena demi-
kian yang dinukilkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sal-
lam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Shafiyyah
dan beliau jadikan kemerdekaan Shafiyyah sebagai ma-
harnya. Beliau mengadakan walimah tiga hari kemudi-
an.”

Hidangan Walimah
Dari Anas ibn Malik, radhiyallahu Anhu berkata, “Da-
lam walimah tersebut tidak terhidang roti maupun da-
ging, saya hanya disuruh Rasulullah untuk mengambil
alas makan dari lembaran kulit yang disamak rapi, lalu
saya hamparkan. Kemudian saya meletakkan karma,
keju, dan minyak samin di atas alas makan itu.”

137
Ya Allah, Bimbing Hamba

Namun, sayang sekali, masyarakat saat ini banyak yang


salah memaknai walimah ‘ursy tersebut dengan menja-
dikannya sebagai media untuk memamerkan kekayaan-
nya. Mulai dari busana yang wah agar mendapat pujian
dari orang-orang yang melihatnya. Desain tempat acara
yang terlalu mewah. Makanan yang dihidangkan juga
terkesan foya-foya. Tentu saja praktik seperti ini tak di-
kehendaki oleh Islam. Sebagaimana dikatakan ayat ber-
ikut ini,

§ª­ª¨ |ÚÜ°Ù¯nՃÀ-Ù p °VÅf Y œÈO5¯  ßSÉÙ¯nՃÉ# YXT

“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya


Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS.
Al-An’am: 141)

Tamu yang Diundang


Hendaklah yang diundang dalam acara walimah ter-
sebut orang-orang yang saleh, tanpa memandang dia
orang kaya atau orang miskin. Kalau yang dipentingkan
hanya orang kaya, sementara orang miskinnya tidak
diundang, makanan walimah tersebut dianggap sejelek-
jelek makanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sejelek-jelek makanan adalah makanan wali-
mah, di mana yang diundang dalam walimah tersebut ha-

138
Pernikahan Barokah

nya orang-orang kaya, sementara orang-orang miskin tidak


diundang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Wajib Mendatangi Undangan Walimah


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ba-
rang siapa tidak memenuhi undangan walimah sungguh
dia telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.” Rasulul-
lah saw., juga bersabda, “Bila salah seorang dari kalian
diundang untuk menghadiri jamuan makanan, hendak-
lah ia memenuhi undangan tersebut. Jika tidak sedang
berpuasa, hendaklah ia ikut makan, dan jika sedang ber-
puasa, hendaklah ia ikut mendoakan.”

Disunahkan bagi yang menghadiri sebuah pernikahan


untuk mendoakan kedua mempelai dengan dalil hadis
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Adalah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bila mendoakan sese-
orang yang menikah, beliau mengatakan, ‘Semoga Allah
memberkahi untukmu dan memberkahi atasmu serta me-
ngumpulkan kalian berdua dalam kebaikan’.” (HR. At-
Tirmidzi)

Hiburan Pernikahan
Pada hari resepsi pernikahan disunahkan menabuh re-
bana. Rebana ini awalnya memang dalam rangka meng-

139
Ya Allah, Bimbing Hamba

umumkan kepada khalayak akan adanya pernikahan.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pe-
misah antara yang halal dan yang haram adalah duff dan
shaut dalam pernikahan.” (HR. An-Nasa`i, Ibnu Majah)

Duff adalah sejenis rebana kecil, tanpa keping logam di


sekelilingnya yang menimbulkan suara gemerincing.
Adapun makna shaut di sini adalah pengumuman perni-
kahan, lantangnya suara dan penyebutan/pembicaraan
tentang pernikahan tersebut di tengah manusia.

“Ketika itu anak-anak perempuan memukul duff semba-


ri merangkai kata-kata menyenandungkan pujian untuk
bapak-bapak mereka yang terbunuh dalam perang Badr,
sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mende-
ngarkannya.” (HR. Al-Bukhari)

Sebuah hadis disampaikan oleh Ummul mu’minin Ai-


syah ra., Suatu hari, Aisyah membawa seorang wanita
kepada seorang pria Anshar, maka nabi bersabda, “Wa-
hai Aisyah, apakah ada nyanyian yang menyertai kalian?
Sesungguhnya kaum Anshar menyukai nyanyian.”

Dalam suatu riwayat lain disebutkan, ”Apakah kalian


mengirimkan bersamanya seorang gadis kecil untuk
memukul rebana dan menyanyi?” Aisyah bertanya, “Ia
akan mengucapkan apa (nanti)?” Rasul menjawab, “Ia
akan mengucapkan;

140
Pernikahan Barokah

‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻢ ﺃ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺃ‬


‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺤﺜﱢﺒ‬ ‫ﻧﹶﺎ ﻧ‬‫ﻮ‬‫ﺤﺒ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﺮ‬ ‫ﺣﻤ‬ ‫ﺐ ﺍ َﻷ‬  ‫ﻫ‬ ‫ﻮ ﹶﻻ ﺍﻟﺬﹼ‬ ‫ﹶﻟ‬
‫ﺍﺩِﻳﻜﹸﻢ‬‫ﺖ ِﺑﻮ‬  ‫ﺎ ﺣﱠﻠ‬‫ﻣ‬
‫ﺍ ُﺀ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﻨ ﹶﻄﺔﹸ ﺍﻟ‬‫ﳊ‬ ِ ‫ﻮ ﻷ ﺍ‬ ‫ﹶﻟ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬‫ﻋﺬﹶﺍ ِﺭ‬ ‫ﻨﺖ‬‫ﺳ ِﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬

Kami datang kepada kalian, kami datang kepada kalian


Hormatilah kami, maka kami akan menghormati kalian
Seandainya bukan karena emas merah
Niscaya kampung kalian tidak memesona
Seandainya bukan kerena gandum yang berwarna cokelat
Niscaya gadis-gadis kalian tidak menjadi gemuk”

141
Ya Allah, Bimbing Hamba

142
Pernikahan Barokah

Bagian 4

Menjadi Istri Salehah


Suami istri itu bagaikan sepasang sepatu
Walau tak sama persis namun serasi
Saat berjalan tak pernah persis berdampingan,
tapi tujuannya sama
Walau tak pernah bisa ganti posisi,
namun saling melengkapi
Selalu sederajad, tidak ada yang lebih rendah,
atau lebih tinggi
Bila yang satu hilang, yang lain tak punya arti

143
Ya Allah, Bimbing Hamba

144
Menjadi Istri Salehah

Sepasang Sandal
asang Sandal
Sep

D
i malam yang larut, di dalam sebuah rumah se-
derhana yang luasnya tak seberapa, seorang istri
sedang menunggu kepulangan suaminya. Ma-
lam itu telah sangat larut. Memang tak seperti hari-hari
biasanya, malam itu suaminya begitu banyak aktivitas
yang harus diselesaikannya.

Sang istri terus menunggu dalam kebingungan. Kantuk


dan letih berulang kali hinggap, tetapi tak terlintas sedi-
kit pun dalam benaknya untuk segera tidur. Ia ingin me-
nunggu suaminya hingga datang. Dengan setia ia ingin
tetap menunggu. Namun kantuk dan lelah tak bisa lagi
diajak kompromi. Sedang sang suami tak kunjung ha-
dir.

Tak lama, seorang lelaki berjalan dengan cepat menuju


rumahnya. Lelaki itu adalah suami wanita tersebut. Se-
sampainya di depan rumah, ia terlihat sangat lelah karena
aktivitasnya yang sudah berlebihan seharian ini. Ketika
hendak mengetuk pintu rumah, sang suami lantas berpi-
kir, “Malam sudah sangat larut, mungkin istriku sudah

145
Ya Allah, Bimbing Hamba

beranjak tidur. Kasihan dia, pasti lelah seharian mengurus


rumah. Aku tidak ingin mengganggu istirahatnya.”

Akhirnya ia memutuskan untuk tidur di luar. Ia gelar sor-


bannya, dan tidur dengan lelapnya di depan pintu. Ya, di
depan pintu di luar rumah. Ia nikmati udara malam yang
begitu pekat dinginnya. Hanya beralas sorban tipis. Meski
seharian ia lelah beraktivitas, ia rela menikmati malam
itu di luar demi tak ingin membangunkan sang istri.

Tak disangka, di dalam rumah, ternyata sang istri masih


menunggu. Tak terlintas sedikit pun berbaring ke tempat
tidur. Ia takut kalau ia tidur di kamar, ia tak mendengar
ketukan pintu dari suaminya.

Tetapi sungguh kantuknya makin menjadi-jadi. Hingga


ia memutuskan untuk bersandar di pintu rumahnya, agar
ketukan pintu bisa langsung terdengar olehnya.

Malam itu, tanpa saling tahu, sepasang suami istri


itu sedang tertidur berdampingan hanya terpisah
beberapa senti tebal pintu. Mereka saling menghor-
mati pasangannya. Sang istri tak mau mengecewakan
suami yang sudah kelelahan. Sang suami tak ingin
mengganggu istirahat sang istri. Nun jauh di langit,
ternyata ratusan ribu malaikat bertasbih saat menyaksi-
kan kedua sejoli tersebut tidur berdekatan, tapi tak sa-
ling tahu.

146
Menjadi Istri Salehah

Pasti Anda sudah menebak siapa pasangan suami istri


itu. Benar, sang suami adalah manusia tersuci sejagat,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan sang
istri adalah perempuan panutan para muslimah, Aisyah
radhiyallahu ‘anha.

Pasangan suami istri adalah sebuah kesatuan dua manu-


sia yang berbeda. Mereka bersatu dalam sebuah ikatan
pernikahan, bukan hanya penyatuan fisik, tetapi juga
jiwa. Mereka masing-masing memiliki ego yang mung-
kin berbeda. Mereka mungkin memiliki latar belakang
sosial yang tak sama. Mereka mungkin lahir dengan
karakter yang sangat kontras. Tetapi ikatan pernikahan
hendaknya menjadi sebuah ikatan batin yang menja-
dikan segala perbedaan itu sebagai media untuk saling
melengkapi satu sama lain.

Seorang rekan pernah menasihatkan, bahwa pasangan


suami istri ibarat sepasang sepatu. Walau bentuk mereka
tak sama, tetapi mereka serasi. Meski saat berjalan tak
pernah persis berdampingan, tetapi tujuannya sama.
Walaupun mereka tak pernah bisa ganti posisi, namun
mereka saling melengkapi. Mereka tak pernah ada yang
merasa lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lain. Me-
reka selalu sederajat. Bila yang satu hilang, yang lain tak
memiliki arti.

147
Ya Allah, Bimbing Hamba

Rasulullah meneladankan itu semua. Tak pernah sekali-


pun beliau marah dengan istri beliau. Tak pernah sekali-
pun muncul kalimat kasar pada keluarga beliau. Hidup-
nya mungkin sederhana, tetapi dalam kesederhanaan
itu, keluarga Rasulullah hidup dalam kedamaian. Ke-
luarga Rasul selalu memancarkan cahaya kebahagiaan.

148
Menjadi Istri Salehah

Engkau an, Bukti


KesetaraJodohku,
karena
KeaKau Islam Itu
dilanseperti

Dalam sebuah pesta nikah, mempelai wanita dipanggil


oleh ibu mertuanya. Sang ibu mertua mengajaknya ngo-
brol sejanak.

“Kamu pasti sangat sayang dengan putraku.”

“Ya, iyalah, Ma.”

“Dalam pandanganmu, pasti putraku itu adalah pria ter-


hebat sedunia.”

“Benar, Ma. Hampir tak saya temukan pria yang lebih


sempurna dari dia.”

“Ya, kamu merasakan hal itu karena kamu baru meni-


kah,” kata sang ibu mertua dengan lembut. “Tetapi setelah
beberapa tahun hidup bersamanya, baru kamu akan tahu
kekurangannya. Setelah kamu hidup bersamanya bebera-
pa lama, baru kamu akan menyadari kelemahannya yang
sebelumnya tak kau tahu sama sekali.”

Sang ibu mertua menghela napas sejenak.

149
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Nanti setelah kau tahu kekurangan suamimu, wahai me-


nantuku, ingatlah pesanku ini, jika dia tidak punya keku-
rangan, dia pasti sudah menikah dengan orang yang lebih
baik darimu.”

Sang menantu mengangguk.

Begitulah. Jodoh kita adalah pasangan yang sudah di-


sediakan oleh Allah bagi kita. Bagi Allah, pasangan hi-
dup kita itulah karunia yang paling tepat bagi kita. Di
awal pernikahan, kita mungkin belum menyadari apa
kekurangannya, karena komunikasi yang masih belum
terlalu intens. Detik demi detik hidupnya kita tak tahu
seperti apa. Setelah menikah dan hidup bersama sekian
lama, baru akan kita sadari kekurangan pasangan kita.

Tetapi yang harus selalu kita ingat, setiap manusia se-


lalu punya kekurangan. Tidak ada satu pun manusia di
muka bumi ini yang sempurna tanpa cela. Saudariku,
untuk menyikapi hal itu, mari kita sadari, pasangan ide-
al adalah pasangan yang keduanya bisa saling meleng-
kapi kekurangan satu sama lain. Bukan malah saling
mencari celah dan kekurangan pasangannya. Pasangan
yang ideal adalah pasangan yang jika salah satu pihak
membutuhkan, yang lain bisa menutupi. Pasangan ideal
adalah pasangan yang mampu untuk selalu berbagi suka
duka bersama, dengan tulus dan ikhlas.

150
Menjadi Istri Salehah

Nasihat Rasulullah
N asihat Rasulullah
kepada Az-Zahra
ada Az-Zahra
kep

K
etika membahas tentang hak dan kewajiban
suami-istri, dalam kitabnya yang berjudul
Uqudul Lujain, Imam Nawawi al-Bantani per-
nah mengisahkan nasihat Rasulullah kepada putri beliau
Fathimah Az-Zahra.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam men-


jenguk Fatimah. Ketika itu Fatimah sedang membuat
tepung dengan alat penggiling sambil menangis.

Rasulullah bertanya, “Kenapa menangis, Fathimah? Mu-


dah-mudahan Allah tidak membuatmu menangis lagi.”

“Ayah,” Fathimah menjawab, “aku menangis hanya ka-


rena batu penggiling ini, dan lagi aku hanya menangisi
kesibukanku yang silih berganti.”

Rasulullah kemudian mengambil tempat duduk yang


ada di sisinya. Fathimah berkata, “Ayah, demi kemulia-
anmu, mintakan kepada Ali supaya membelikan seorang
budak untuk membantu pekerjaanku membuat tepung
dan menyelesaikan pekerjaan rumah.”

151
Ya Allah, Bimbing Hamba

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda kepada


putrinya, Fathimah Az-Zahra, “Kalau Allah berkehen-
dak, wahai Fathimah, pasti batu penggiling itu akan
berputar sendiri untukmu. Tetapi Allah ingin mencatat
kebaikan untuk dirimu dan menghapus keburukanmu,
serta mengangkat derajatmu.”

Hai Fathimah, setiap istri yang membuatkan tepung


untuk suami dan anak-anaknya, Allah mencatat baginya
kebajikan dari setiap butir biji yang tergiling, dan meng-
hapus keburukannya, serta mengangkat derajatnya.

Hai Fathimah, setiap istri yang berkeringat di sisi alat


penggilingnya karena membuatkan bahan makanan
untuk suaminya, Allah menjauhkan antara dirinya dan
neraka sejauh tujuh hasta.

Hai Fathimah, setiap istri yang meminyaki rambut


anak-anaknya dan menyisirkan rambut dan mencucikan
baju mereka, Allah mencatatkan untuknya memperoleh
pahala seperti pahala orang yang memberi makan seribu
orang yang sedang kelaparan, dan seperti orang yang
memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

Hai Fathimah, setiap istri yang mencegah kebutuhan


tetangganya, Allah kelak akan mencegahnya (tidak
memberi kesempatan baginya) untuk minum dari telaga
Kautsar pada hari kiamat.

152
Menjadi Istri Salehah

Hai Fathimah, tetapi yang lebih utama dari semua itu


adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Sekiranya sua-
mimu tidak meridhaimu, tentu aku tidak akan mendoa-
kan dirimu. Bukankah engkau mengerti. Hai Fathimah,
bahwa ridha suami itu bagian dari ridha Allah, dan ke-
bencian suami merupakan bagian dari kebencian Allah.

Hai Fathimah, manakala seorang istri mengandung,


para malaikat memohon ampun untuknya, setiap hari
dirinya dicatat memperoleh seribu kebajikan, dan seribu
keburukannya dihapus. Apabila telah mencapai rasa sa-
kit (menjelang melahirkan), Allah mencatatkan untuk-
nya pahala seperti pahala orang-orang yang berjihad di
jalan Allah. Apabila telah melahirkan, dirinya terbebas
dari dosa seperti keadaannya setelah dilahirkan ibunya.

Hai Fathimah, setiap istri yang melayani suaminya de-


ngan niat yang benar, dirinya terbebas dari dosa-dosa-
nya seperti pada hari dirinya dilahirkan ibunya. Ia tidak
keluar dari dunia (yakni mati) kecuali tanpa membawa
dosa. Ia menjumpai kuburnya sebagai pertamanan sur-
ga. Allah memberinya pahala seperti seribu orang yang
berhaji dan berumrah, dan seribu malaikat memohon-
kan ampunan untuknya hingga hari kiamat.

Setiap istri yang melayani suaminya sepanjang hari dan


malam hari disertai hati yang baik, ikhlas, dan niat yang

153
Ya Allah, Bimbing Hamba

benar, Allah akan mengampuni dosanya. Pada hari kia-


mat kelak dirinya diberi pakaian berwarna hijau, dan
dicatatkan untuknya pada setiap rambut yang ada di
tubuhnya dengan seribu kebajikan, dan Allah memberi
pahala kepadanya sebanyak seratus pahala orang yang
berhaji dan berumrah.

Hai Fathimah, setiap istri yang tersenyum manis di


muka suaminya, Allah memperhatikannya dengan pe-
nuh rahmat.

Hai Fathimah, setiap istri yang menyediakan diri tidur


bersama suaminya dengan sepenuh hati, ada seruan
yang ditujukan kepadanya dari langit. Hai wanita,
menghadaplah dengan membawa amalmu. Sesungguh-
nya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang berlalu
dan yang akan datang.

Hai Fathimah, setiap istri yang meminyaki rambut sua-


minya, demikian pula jenggotnya, memangkas kumis
dan memotong kuku-kukunya, kelak Allah akan mem-
beri minum kepadanya dari rahiqim makhtum (tuak
jernih yang tersegel), dan dari sungai yang ada di surga.
Bahkan kelak Allah akan meringankan beban sakaratul
maut. Kelak ia akan menjumpai kuburnya bagaikan ta-
man surga. Allah mencatatnya terbebas dari neraka dan
mudah melewati sirath (titian).”

154
Menjadi Istri Salehah

Dua dari DTiga ri Tiga Neraka


ua daPenghuni
Penghuni Neraka

D
ari Ali bin Abi Talib, “Aku dengar Rasulullah
bersabda, ‘Tiga golongan dari umatku akan
mengisi Neraka Jahanam selama tujuh kali umur
dunia. Mereka itu adalah, orang yang gemuk tetapi ku-
rus, orang yang berpakaian tetapi bertelanjang, orang
yang alim tetapi jahil.’”

• Adapun yang gemuk tetapi kurus itu adalah wanita


yang gemuk (sehat) tubuh badannya, tetapi kurang
ibadahnya.
• Orang yang berpakaian tetapi telanjang adalah wani-
ta yang cukup pakaiannya tetapi tidak menjalankan
aturan agama (yaitu berpakaian tanpa memperhati-
kan batasan aurat).
• Orang yang alim tetapi jahil adalah ulama yang
menghalalkan yang haram karena kepentingan pri-
badi.

Hadis ini menganjurkan kepada kaum wanita agar hati-


hati dalam ibadah dan akhlak. Melalui iktibar yang di-
sampaikan oleh Rasulullah tersebut, kita memperoleh

155
Ya Allah, Bimbing Hamba

gambaran betapa rugi seseorang yang mengisi hidupnya


dengan beragam aktivitas, namun sedikit pun tidak ber-
nilai di hadapan Allah. Tidak bernilainya aktivitas itu
bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Bisa ka-
rena aktivitasnya yang memang tidak bermanfaat. Bisa
pula disebabkan niat kita yang salah. Perbuatan yang ni-
atnya tidak bertujuan dalam rangka mencari ridha Allah
tidak akan dinilai sebagai ibadah.

Selain nasihat untuk mengintensifkan aktivitas ibadah,


hadis tersebut menyinggung masalah penampilan wanita.
Rasulullah bahkan meramalkan, akan datang satu masa di
mana para wanitanya berpakaian tapi telanjang. Zahirnya
berpakaian, tetapi pada hakikatnya ia telanjang.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sal-


lam bersabda, “Ada dua macam penghuni neraka yang
keduanya belum terlihat olehku. Pertama, kaum lelaki
yang menggenggam cambuk seperti ekor sapi yang digu-
nakan untuk memukul orang lain. Kedua, wanita yang
berpakaian tetapi sama seperti telanjang (karena pakai-
annya tidak menutup aurat, tipis, dan menunjukkan
bagian yang tidak sepatutnya dilihat bukan mahram),
dan wanita yang mudah dirayu dan juga suka merayu.
Wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak
dapat mencium bau surga, padahal bau surga itu dapat
dicium dari jarak yang sangat jauh.” (Sahih Muslim)

156
Menjadi Istri Salehah

Suatu hari Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anh ber-


temu dengan Rasulullah. Ketika itu Asma’ sedang me-
ngenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah memalingkan
muka seraya bersabda, “Wahai Asma’! Sesungguhnya, jika
seorang wanita sudah sampai masa haid, tidak layak lagi
bagi dirinya metampakkannya, kecuali ini dan ini.” (Ra-
sulullah mengisyaratkan pada muka dan tangannya).

Pada dasarnya Islam tidak pernah memperumit masalah


pakaian ini. Seluruh bahan, model, dan bentuk pakaian
boleh dipakai asalkan memenuhi syarat-syarat berikut,
menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak ta-
ngan, tidak tipis dan tidak transparan, longgar dan tidak
memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh, bukan
pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki,
tidak berwarna atau bermotif terlalu menyolok yang
mengundang perhatian laki-laki.

157
Ya Allah, Bimbing Hamba

Syukur
SyukurTerhadap
Terhadap SSuami
uami

N abi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ke-


banyakan ahli neraka terdiri atas kaum wani-
ta.” Menangislah para wanita yang hadir saat
itu, dan salah seorang dari mereka bertanya, “Mengapa
terjadi demikian, apakah karena mereka berzina atau
membunuh anak atau kafir?”

Nabi menjawab, “Tidak, mereka ini ialah orang yang


tidak bersyukur akan nikmat suaminya, sesungguhnya
tiap-tiap seorang dari kamu berada dalam nikmat sua-
minya.”

Seorang saudari sempat bercerita, bahwa dia memutus-


kan untuk resign dari tempat kerjanya hanya karena satu
alasan, yakni untuk belajar mensyukuri rezeki dari sua-
minya.

Awalnya sang istri bekerja di perusahaan dengan gaji 7


juta per bulan. Sedangkan sang suami bekerja sebagai
penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang
hari. Sangat berbeda jauh dengan gaji sang istri. Gaji
suami sekitar 600–700 ribu/bulan.

158
Menjadi Istri Salehah

Dengan gaji yang dimiliki, sang istri merasa tak perlu


nafkah dari sang suami, meskipun sang suami selalu
memberikan hasil jualannya pada istri. Setiap kali mem-
berikan hasil jualannya, sang suami selalu berkata “Dik,
ini ada titipan rezeki dari Allah. Diambil ya. Buat keper-
luan kita. Tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan
adik ridha.”

Hingga suatu hari sebuah peristiwa mengantarkannya


pada pintu kesadaran. Akhirnya sang istri memutuskan
untuk berhenti bekerja. Ia berharap dengan jalan itu, ia
lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suaminya.

Memang tak harus mengikuti jalan yang ditempuh oleh


saudari yang saya kisahkan tersebut. Namun, yang perlu
kita ambil ibrahnya adalah usaha sang istri untuk bisa
menghargai kerja keras sang suami. Mensyukuri reze-
ki yang ada, serta menghormati suami sebagai tulang
punggung keluarga.

Sesuai kodratnya, suami adalah pemimpin rumah


tangga. Ia pasti merasa tersisih ketika usahanya dalam
menafkahi tak dibutuhkan oleh sang istri. Peran istri
sangatlah penting dalam mengekspresikan sikap yang
menghargai kerja keras suami dalam memberi nafkah
kepada sang istri.

159
Ya Allah, Bimbing Hamba

Perceraian
Perceraian

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wani-


ta mana saja yang meminta kepada suaminya cerai tanpa
ada sebab yang jelas, haram baginya wangi surga.” (HR.
Ibnu Majah)

P ernikahan merupakan salah satu sunah yang dia-


gungkan oleh Allah. Hal ini dapat kita lihat dari
diksi yang menggambarkan pernikahan di dalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an menyebut pernikahan sebagai
mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat). Mit-
saqan-ghalizha adalah nama dari perjanjian yang paling
kuat di hadapan Allah.

Di dalam Al-Qur’an, mitsaqan-ghalizha hanya muncul


sebanyak tiga kali. Ya, hanya ada tiga perjanjian yang
oleh Allah diberi nama mitsaqan-ghalizha. Dua perjan-
jian berkenaan dengan tauhid.

Pertama, perjanjian antara Allah dan Bani Israel, yang


bahkan dalam perjanjian itu Allah mengangkat bukit

160
Menjadi Istri Salehah

Thursina ketika mengambil sumpah. Kedua, yakni per-


janjian Allah dengan para Nabi ulul-azmi, nabi yang
paling utama di antara para nabi.

Pernikahan termasuk perjanjian yang oleh Allah digo-


longkan sebagai mitsaqan-ghalizha. Allah menjadi saksi
ketika seseorang melakukan akad nikah.

Setiap pasangan suami istri tentu mendambakan kehi-


dupan rumah tangga yang penuh kebahagiaan, karena
itulah salah satu tujuan dari pernikahan. Namun, pada
kenyataannya tidak semua keluarga dapat mencapainya.
Bahkan sebuah media mengabarkan bahwa angka per-
ceraian di Jawa Timur menduduki peringkat pertama
di Indonesia, saya terkejut. Bukankah Jawa Timur sejak
dulu sudah dikenal dengan penduduk muslim terbesar.
Apa penyebabnya?

Banyak memang alasan yang melatarbelakangi terja-


dinya perceraian. Data yang diperoleh sebuah media
menyebutkan, faktor alasan “tak ada keharmonisan”
menjadi faktor tertinggi yang melatarbelakangi perkara
perceraian yang diterima oleh sebuah pengadilan, baik
cerai talak maupun cerai gugat.

Selain alasan “tak ada keharmonisan”, data di sebuah


pengadilan agama menyebutkan alasan “tidak ada tang-
gung jawab baik dari pihak suami maupun istri” dan

161
Ya Allah, Bimbing Hamba

alasan ekonomi menjadi dua faktor terbesar lainnya


yang melatarbelakangi timbulnya perceraian.

Alasan lain yang turut mendorong terjadinya perceraian


adalah adanya gangguan pihak ketiga, rasa cemburu,
terjadi poligami tidak sehat, dan adanya kekerasan da-
lam rumah tangga (KDRT).

Namun yang harus kita sadari, perceraian adalah pintu


darurat. Cerai memang dihalalkan dalam syariat Islam,
tetapi hanya digunakan dalam keadaan yang sangat ter-
paksa. Bukan karena hal-hal sepele yang kemudian de-
ngan gampangnya kita menuntut perceraian. Rasulullah
pernah bersabda, “Perkara halal yang paling dibenci Al-
lah adalah talak (perceraian).”

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memeli-


hara diri agar tak sampai melakukan segala hal yang di-
benci oleh Allah. Jangan sampai ada satu perbuatan pun
yang membuat Allah murka. Jangankan membuat-Nya
murka, bahkan diabaikan dan diacuhkan oleh-Nya saja
sudah menjadi sebuah bencana yang luar biasa besarnya
dalam kehidupan kita. Apa lagi jika dimurkai oleh-Nya,
tentu menjadi bencana yang lebih besar lagi.

Tetapi sungguh disayangkan. Dunia baru telah menyaji-


kan berbagai fenomena yang amat ganjil. Mari kita sak-
sikan, betapa mudahnya suami istri memutuskan untuk

162
Menjadi Istri Salehah

mengakhiri rumah tangganya hanya dengan alasan ‘tak


ada lagi kecocokan’. Padahal rumah tangga dibangun
bukan hanya atas dasar cocok atau tidak cocok. Rumah
tangga Islami dibangun di atas fondasi tauhid. Artinya,
pernikahan adalah sebuah bangunan sakral yang tidak
bisa dan tidak layak dibuat main-main.

Menjadi wanita salehah adalah dambaan para perem-


puan yang merindukan surga Allah. Karena hadiahnya
adalah surga, amalan para perempuan salehah sudah
sepantasnya tak ringan. Ada beragam aturan yang harus
dipatuhi. Ada beragam larangan yang harus dihindari.
Salah satu perintah yang harus dipatuhi oleh para pe-
rempuan salehah adalah upaya kerasnya untuk menjaga
keutuhan rumah tangganya. Rumah tangga merupakan
salah satu media yang disediakan oleh Allah untuk ber-
juang. Perjuangannya memang tak ringan. Terkadang
ada ujian yang datang tak terduga. Ada badai masalah
yang kadang datang menerpa. Ada masalah hidup yang
hadirnya tak disangka-sangka. Tetapi sungguh, justru di
sanalah keimanan kita sedang diuji oleh-Nya. Justru da-
lam masalah itulah ketauhidan kita sedang disapa. Mari
kita tangguhkan mental untuk menghadapi berbagai
masalah itu dengan ikhtiar dan doa. Semoga Allah me-
rahmati ikhtiar kita sebagai sebuah jalan yang memper-
temukan kita dengan kelapangan.

163
Ya Allah, Bimbing Hamba

Tiga Sifat Istri Terbaik


at Istri Terbaik
Tiga Sif

“Wanita (istri) terbaik ialah jika engkau melihat kepada-


nya, ia menyenangkanmu. Jika engkau menyuruhnya, ia
taat kepadamu. Jika engkau pergi darinya, ia menjagamu
dengan menjaga dirinya dan menjaga hartamu.” (HR.
Muslim dan Ahmad)

S
enyuman tulus, ucapan ramah, serta suara halus
kepada suaminya adalah tambang pahala bagi
seorang istri. Istri salehah selalu metampakkan
wajah yang menyenangkan ketika sang suami menatap-
nya. Ketika suami pulang kerja, istri salehah menyam-
but hadirnya sang suami dengan antusias. Ia berusaha
menjadikan rumahnya sebagai tempat peristirahatan
yang damai bagi sang suami.

Jika santun terhadap suami adalah tambang pahala, be-


gitupun sebaliknya. Membuat suami tersinggung adalah
perbuatan yang mendatangkan murka Allah ta’ala. Ra-
sulullah bersabda, “Siapa saja wanita yang bermuka ma-
sam sehingga menyebabkan tersinggung hati suaminya,

164
Menjadi Istri Salehah

wanita itu dimurkai Allah sampai ia bermanis muka dan


tersenyum mesra pada suaminya.”

Bahkan tidak hanya Allah yang melaknat, malaikat dan


seluruh manusia pun turut melaknat wanita yang berani
menyakiti suaminya dengan lisannya. Dengan kalimat
yang lebih tegas, Rasulullah mengatakan, “Wanita-wa-
nita yang menggunakan lidahnya untuk menyakiti hati
suaminya, ia akan mendapat laknat dan kemurkaan Al-
lah, laknat malaikat juga laknat manusia semuanya.”

Dalam sejarah kita mengenal sayyidatina Khadijah yang


sangat berperan dalam menenangkan Rasulullah tatka-
la sedang panik. Misalnya saja ketika Rasulullah baru
menerima wahyu untuk yang pertama kalinya. Dengan
wajah pucat dan ketakutan, beliau pulang ke rumah. Se-
tibanya di rumah dan menceritakan kejadian yang baru
dialaminya, Khadijah menenangkannya dengan kalimat
yang menyejukkan, “Kita berlindung kepada Allah.
Allah tidak akan mungkin menimpakan keburukan
kepadamu. Demi Allah, engkau senantiasa menunaikan
amanat, menyambung tali kekerabatan, dan berkata
jujur.” Wajarlah jika suatu hari bertemu Rasul, Jibril
sempat berkata kepada Rasul, “Ketika kamu pulang ke
rumah, Siti Khadijah akan menghidangkan makanan.
Ketika itu, sampaikanlah salamku dan sampaikan salam
Allah kepadanya. Katakan kepada Khadijah bahwa Al-
lah telah menyediakan surga baginya.”

165
Ya Allah, Bimbing Hamba

Ridha
Ridha Suami
Suami

“Wanita yang meninggal dunia dalam keadaan suaminya


ridha (tidak marah) padanya, niscaya ia masuk surga.”
(Riwayat Tirmidzi)

K
etika seorang wanita muslim telah berganti
status dari lajang menjadi seorang istri, urutan
kepatuhannya berubah. Saat lajang, urutan dari
yang dipatuhi adalah:

1. Allah Subhanallahu ta’ala.


2. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
3. Orangtua

Namun setelah menikah, urutan itu kemudian bergeser,


karena hadirnya seorang penanggung jawab baru, yakni
suaminya. Sehingga urutannya menjadi:

1. Allah Subhanallahu ta’ala


2. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
3. Suami
4. Orangtua

166
Menjadi Istri Salehah

Saking pentingnya masalah ini hingga Rasulullah per-


nah mengatakan bahwa andaikan manusia diperboleh-
kan bersujud kepada sesama manusia, seorang istri pasti
akan diperintahkan bersujud kepada suaminya.

Rasulullah bersabda, “Seandainya aku (dibolehkan) me-


merintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain,
pasti aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada
suaminya.” (HR. Muslim)

Kepatuhan kepada suami dimaksudkan sebagai salah


satu penghormatan atas kepemimpinan, tanggung ja-
wab, serta peran suami yang begitu besar terhadap istri-
nya. Suami bukan hanya bertugas menafkahi secara ma-
teri kepada keluarganya, namun juga bertanggung jawab
atas apa pun yang terjadi dalam rumah tangganya.

Kelak pada hari kiamat, pertanyaan yang pertama kali


ditanyakan kepada seluruh muslim adalah tentang ba-
gaimana shalatnya. Lalu apa pertanyaan kedua yang di-
lontarkan kepada para wanita? Ternyata pertanyaannya
terkait dengan ketaatannya kepada suaminya.

Rasulullah bersabda, “Pertama kali urusan yang akan


ditanyakan pada hari Akhirat nanti adalah mengenai
shalat dan mengenai urusan suaminya (apakah ia men-
jalankan kewajibannya atau tidak).”

167
Ya Allah, Bimbing Hamba

Balasan terhadap para istri yang taat sangatlah luar biasa,


baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia ia akan men-
jadi wanita yang disayangi oleh manusia. Sedangkan
di akhirat, ia akan masuk jannah dari segala pintu dan
tanpa melalui prosesi hisab. Sebagaimana Rasulullah
bersabda, “Wanita yang taat berkhidmat pada suaminya
akan tertutup tujuh pintu Neraka, dan akan terbuka
pintu-pintu Surga. Masuklah dari mana saja pintu yang
disukainya dengan tidak dihisab.”

168
Menjadi Istri Salehah

Bagian 5

Menjadi Ibu
“Jika Anda mendidik seorang pria,
Anda hanya mendidik seorang manusia.
Jika Anda mendidik seorang wanita,
Anda telah mendidik seluruh manusia.”
(Presiden Tanzania, 1980-an)

169
Ya Allah, Bimbing Hamba

170
Menjadi Ibu

Rahim, Mukjizat
Rahim, M ukjizat
dalam
dalam Diri anita
Wanita
Diri W

S
alah satu karunia luar biasa yang diberikan ke-
pada wanita yaitu berupa rahim. Rahim meru-
pakan organ yang punya peranan besar dalam
kehidupan seorang wanita, mulai dari siklus menstruasi
sampai saat mengandung dan melahirkan.

Rahim termasuk salah satu ciptaan Allah yang sung-


guh unik. Rahim berbentuk seperti buah jambu pipih
dengan dasar berada di atas dan puncaknya di bawah.
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala menguatkan-
nya dengan banyak ikatan (ligamentum) yang saling me-
nopang, sehingga walaupun tidak menempel dinding
tubuh, rahim tetap kokoh dari segala sisi. Posisinya yang
sedikit condong ke depan (anteflexi) dan membentuk
sudut terbuka dengan vagina (anteversi) mampu mence-
gah rahim turun dan keluar.

Perlindungan yang superketat terhadap rahim karena


sesuai dengan fungsinya rahim sebagai tempat janin
berada, tumbuh, dan berkembang. Benar memang bah-
wa ada tekanan pada rongga perut akibat kontraksi otot

171
Ya Allah, Bimbing Hamba

diafragma, dan otot dinding perut yang akan mendo-


rong rahim ke arah bawah. Tetapi hal ini ternyata diim-
bangi dengan adanya tekanan pada sisi yang berkebalik-
an akibat kontraksi otot bagian bawah. Keseimbangan
tekanan inilah yang menjadikan rahim tetap berada di
tempatnya.

“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?


Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (ben-
tuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.”
(QS. Al-Mursalat: 20–23)

Subhanallah. Allah empat belas abad yang lalu telah me-


nyebut rahim sebagai qaraarin makiin, yang berarti tem-
pat yang kokoh. Benar-benar terbukti bahwa penelitian
sains semakin menguatkan kebenaran Islam.

Pada keadaan normal, ukuran rahim relatif kecil. Berat


rahim tidak lebih dari 50 gram dan besarnya sekitar 5,2
cm persegi. Kira-kira seukuran genggaman tangan pe-
miliknya. Tapi ketika perempuan mulai mengandung,
ukuran rahim akan berubah menjadi sedemikian besar.
Panjang otot rahim bertambah menjadi 7–11 kali dan
ketebalannya bertambah menjadi 2–5 kali lipat sehing-
ga bayi pun mampu dilindunginya. Namun hebatnya,
adanya perubahan bentuk yang cukup drastis tersebut
ternyata tetap serasi dengan bagian tubuh yang lain.

172
Menjadi Ibu

Allah Maha Kreator Sejati. Kita wanita adalah makhluk


spesial yang diamanahi organ sehebat rahim. Semoga
amanah ini menjadikan kita sebagai muslimah yang se-
nantiasa bersyukur. Sungguh, rahim adalah organ hebat,
tempat tumbuhnya generasi hebat.

Rahim, Penyayang
Tentu bukan sesuatu yang kebetulan jika organ tempat
tumbuhnya jabang bayi diberi nama yang sama dengan
satu di antara 99 asmaul husna, yaitu Rahim. Rahim sen-
diri berarti penyayang.

Mari kita coba merenungkan pemberian nama rahim


sebagai media untuk memperbaiki diri. Kita sebagai
wanita sengaja dicipta oleh Allah dengan perasaan yang
lebih sensitif terhadap kasih dan sayang. Jiwa kita seca-
ra fitrah sebenarnya dicipta dengan pembawaan yang
halus. Dalam perut kitalah nantinya hadir jabang bayi
yang mungkin menjadi generasi hebat.

Rahim. Di dalam organ inilah nantinya tumbuh manu-


sia baru yang hadir ke dunia karena curahan kasih sa-
yang dari bundanya. Hanya calon ibu yang benar-benar
penyayang yang bersedia mengorbankan ‘kenyamanan’
hidupnya sejenak demi menyaksikan bayi yang dikan-
dungnya lahir ke dunia dengan selamat. Hanya calon

173
Ya Allah, Bimbing Hamba

ibu yang tangguh yang sanggup bertahan selama sem-


bilan bulan menahan beban berat di perutnya. Hanya
ibu yang pemberani yang rela menahan sakitnya mela-
hirkan.

Rahim. Penamaan ini adalah salah satu bentuk pelajaran


dari Tuhan kepada seluruh perempuan. Dengan adanya
rahim dalam perut kita, itu sebagai pertanda bahwa kita
adalah salah satu makhluk Allah yang seharusnya memi-
liki sifat penyayang yang tinggi. Penyayang sebagai se-
orang ibu, sebagai istri, sebagai anak, sebagai menantu,
serta sebagai manusia.

Sebagai ibu kita memiliki kewajiban mencurahkan ka-


sih sayang kepada putra putri kita. Seorang ibu adalah
guru pertama bagi seorang anak. Jika guru pertamanya
mengajarkan kebencian, keburukan, pikiran negatif,
serta dendam, jangan harap seorang anak akan tumbuh
menjadi pribadi yang penyayang.

Sebagai seorang istri, perempuan seharusnya menjadi


pribadi yang tak hanya menuntut kasih sayang dari sua-
mi, tetapi justru menjadi pencurah kasih sayang yang
tinggi. Rumah tangga bagaikan bahtera yang tidak sela-
manya berjalan nyaman dan tenang. Adakalanya angin
datang menerpa, ombak hadir, badai menyambangi. Di-
butuhkan pribadi-pribadi yang penuh kasih sayang, ka-

174
Menjadi Ibu

rena jika tidak, bahtera rumah tangga akan mudah retak


dan pecah oleh permasalahan hidup yang kemungkinan
hadir tak terkendali.

Sebagai seorang anak atau menantu, perempuan hen-


daknya mampu menempatkan diri sebagai pribadi yang
tak lantas mengabaikan sayang kepada orangtua serta
mertuanya. Rasa sayang kepada suami dan anak-anak
tidak bisa dijadikan alasan untuk menegasikan rasa sa-
yang kepada mertua dan orangtua. Karena mereka tetap
menjadi salah satu jalan pintas untuk merebut ridha
Allah Subhanallahu ta’ala. Orangtua maupun mertua
adalah makhluk yang dikaruniakan oleh Allah sebagai
media untuk mempercepat perjalanan kita menuju sur-
ga. Rasa sayang kepada mereka harus tetap menjadi pri-
oritas, meski berada di bawah rasa sayang kepada suami.

Perempuan. Sungguh hadir di muka bumi sebagai pem-


bawa kasih sayang. Di mana pun kita berada, mari kita
hadir sebagai pribadi yang memenuhi lingkungan kita
dengan cahaya cinta, cahaya kasih, cahaya sayang.

175
Ya Allah, Bimbing Hamba

Dahsyatnya ASI
ahsyatnya ASI
D

A
ir susu ibu adalah salah satu ciptaan Allah
yang luar biasa. ASI terbukti menjadi sumber
makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir.
ASI mengandung berbagai zat yang dapat meningkat-
kan kekebalan tubuh bayi terhadap penyakit. Bahkan
makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini
belum mampu menggantikan sumber makanan yang
menakjubkan ini. Ibu Gitta, salah seorang konsultan pe-
rawatan ibu dan bayi, pernah memublikasikan beberapa
keajaiban air susu ibu, antara lain:

• ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pe-


tumbuhan bayi dan perkembangan kecerdasannya.
• ASI mengandung kolostrum untuk meningkatkan
daya tahan tubuh 17–20 kali lebih baik dibanding
ASI berikutnya.
• ASI selalu tersedia, bersih, dan segar. ASI yang tidak
dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu.
ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak per-
lu memerah dan membuang ASI-nya sebelum me-
nyusui.

176
Menjadi Ibu

• ASI mengandung kalori 65 kcal/100ml yang mem-


berikan cukup energi bagi pertumbuhan bayi.
• Sebanyak 90 persen kandungan lemak ASI dapat
diserap oleh bayi.
• ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak se-
cara optimal, terutama karena kandungan protein
khusus, yaitu Taurin, selain mengandung laktosa
dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak dari
susu sapi/kaleng.
• Protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang
menyebabkan alergi untuk manusia.
• ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan
alergi. Juga akan merangsang pertumbuhan sistem
kekebalan tubuh bayi.
• Pemberian ASI dapat mempererat ikatan batin anta-
ra ibu dan bayi. Ini akan menjadi dasar si kecil per-
caya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya
bayi berpotensi mengasihi orang lain.
• ASI jarang menyebabkan diare dan sembelit yang
berbahaya.

Lalu sampai pada usia berapa pemberian ASI yang pa-


ling baik terhadap sang bayi? Salah satu fakta yang di-
temukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah
bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahir-
an sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in
Infant Nutrition).

177
Ya Allah, Bimbing Hamba

Subhanallah, lagi-lagi kita dibuat terkagum-kagum de-


ngan ajaran Islam. Ketika dunia sains baru-baru ini me-
ngatakan pemberian ASI terbaik adalah hingga usia dua
tahun, jauh sebelum itu, empat belas abad yang lalu,
Islam telah mengumandangkan kalimat dari langit yang
berbunyi:

\jXqU ÕC\-° ©ÛØÜQ °%[ ©ÛØV×S\O „CÉF\i›VØTU ]CØȦª×mÄc À1šW¯šXSÙXT

„CÆMÉ(XSԁ°XT „CÀIÉÙw®q œÄ V °jSÅ×SS5Ú4 rQ"WÃXT  VRWÃ_ªˆm ‰/ªÊÄc DU

 ¦TÄmØÈS5Ú4¯
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pa-
kaian kepada para ibu dengan cara makruf…” (QS. Al-
Baqarah: 233).

Banyak orangtua yang mendambakan punya anak cer-


das, sehat, dan memenuhi standar gizi. Padahal harapan
memiliki anak seperti itu tidaklah susah dan tidaklah
mahal. Tanpa suplemen vitamin yang macam-macam,
harapan itu dapat terwujud. Salah satu kuncinya yakni
dengan pemberian ASI selama minimal 2 tahun. Bah-
kan, menurut kalangan ilmuwan, efek dahsyat yang ter-
kandung dalam ASI akan sangat dirasakan ketika anak

178
Menjadi Ibu

mulai memasuki dunia sekolah atau umur lima sampai


14 tahun. Anak-anak yang mendapat asupan ASI memi-
liki kemampuan belajar lebih baik, termasuk membaca,
menulis, dan memahami matematika. Maria Iacovou,
salah seorang penulis studi tersebut, mengatakan, “ASI
memiliki sejuta manfaat kesehatan untuk ibu dan anak.
Salah satunya, bermanfaat untuk otak anak.”

Penelitian lain dilakukan di Oxford University mengung-


kapkan, ketika melakukan pengujian terhadap 10.000
anak, anak yang mengonsumsi ASI, memiliki nilai lebih
tinggi dibandingkan yang hanya mengonsumsi susu for-
mula setelah kelahiran. Anak-anak yang mengonsumsi
ASI, menurut penelitian itu, secara konsisten juga lebih
baik dalam mengikuti pelajaran membaca, menulis, dan
matematika di sekolah dasar dan menengah.

Tak hanya itu, ternyata Allah memberi pahala yang luar


biasa besar bagi para ibu yang berkenan menyusui bayi-
nya. Rasulullah bersabda, “Tidakkah seseorang di antara
kamu merasa ridha jika hamil dari benih suaminya dan
suaminya bangga dengan kehamilannya, bahwa wanita
tersebut mendapat pahala sama dengan (pahala) seorang
prajurit yang berpuasa ketika berperang di jalan Allah.’’

Dalam riwayat Thabarani dan ‘Ibnu Asakir ditambah-


kan, “Jika ia melahirkan, lalu ia mengeluarkan susu dari

179
Ya Allah, Bimbing Hamba

payudaranya dan dihisap oleh bayinya, setiap hisapan


dan tegukan mendapat satu pahala. Jika ia berjaga se-
panjang malam (karena melayani bayinya), ia menda-
patkan pahala seperti pahala orang memerdekakan 70
orang budak di jalan Allah. Wahai Salamah, tahukah
engkau siapa yang kumaksud dengan sabdaku ini? Yaitu
perempuan-perempuan yang memelihara dirinya, yang
salehah, yang taat kepada suaminya, dan mereka tidak
mengingkari kebaikan suaminya.”

Tidak ragu lagi, kalau kita mampu, mari kita beri bayi
kita asupan gizi terbaik dengan ASI yang dikaruniakan
oleh Allah kepada kita. Jangan sampai alasan merepot-
kan, malas, dan beragam alasan konyol lain, lalu kita
mengabaikan kesehatan dan masa depan bayi kita.

180
Menjadi Ibu

Bahkan
k a n Malaikat
M alaikat
Bah
Beristighfar Untukmu
Beristighfar Untukmu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa-


bila seorang wanita mengandung janin dalam rahimnya,
beristighfarlah para malaikat untuknya, Allah mencatat-
kan baginya setiap hari seribu kebaikan dan menghapus-
kan baginya seribu kejahatan.”

M
emang sangatlah berat mengandung selama
sembilan bulan. Allah pun secara khusus men-
ceritakan peristiwa itu di dalam Al-Qur’an de-
ngan kalimat:

>F×mÅ œÈOv%Ê ÈOØ)Q X+[S ˜=›_ÕO¯ °OØc\i°šXS¯ ]C›_60_ X=Ùjƒ™XTXT

Vl¯ ³‰/\O  ˜m×M\ WDSÉ:›Q U2 œÈOÉ ›_¡°ÙXT œÈOÉ Ø+[SXT >F×mÅ ÈOØ*\È_ªXTXT

WmÅՉU ØDU ܳ®BÕïwØTU ªD!Xq W$V <RX=\y ]Cj°ÈW×qU [×Q WXT œÈP„iʼnU [×Q W

=U¯ ›_™ #X+ÚÅU ØDU XT „sW¯šXT rQ"WÃXT †rQ"Wà _0Õ-\ÈØ5U ܳª/Š \W)\-ØÈ°5

181
Ya Allah, Bimbing Hamba

]C°% r¯Q7¯ XT \ÙkV¯ Á0×É" r¯Q7¯ ܳª/Žc®JqÉl r¯Û r® ÕZ¯ ՙU XT ÈO_ª×mV"

§ª®¨ WÛÜ°+®!ԁÀ-Ù

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik


kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah pa-
yah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah
tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, ‘Ya Tu-
hanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu ba-
pakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (mem-
beri kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.’” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al Hassan bin Saf-


wan, Thabrani Jan Ibnu As Sahir menyebutkan tentang
beberapa keutamaan wanita yang sedang hamil. Rasu-
lullah saw., bersabda,

• Apakah ridha, hai golongan wanita yang sedang


hamil dari suaminya, Allah memberikan pahala ke-
padanya sebagaimana pahala orang berjihad fisabilil-
lah.

182
Menjadi Ibu

• Apabila merasa sakit untuk melahirkan anaknya, ia


mendapat pahala yang banyak sekali sehingga manu-
sia tidak mengerti seberapa banyaknya pahala itu.
• Apabila telah lahir lalu disusui, bagi ibu itu setiap
satu tegukan dari susunya Allah memberi dia pahala
satu kebaikan.
• Apabila si ibu semalaman tidak tidur dan memeli-
hara anaknya yang sakit, Allah memberi pahala se-
perti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk
membela agama Allah.

Lalu apakah amalan yang sebaiknya dikerjakan saat


seorang wanita sedang mengandung? Pertama, harus
menjaga makan minum dari sumber yang subhat atau
haram. Karena nutrisi yang dihasilkan nantinya akan
diserap oleh bayi yang sedang dikandungnya.

Kedua, dianjurkan memperbanyak beribadah sebaik


mungkin, berzikir, membaca Al-Qur’an dan berusaha
mendekatkan hati dengan Allah. Biasakan membaca
Surah Maryam (untuk mendapat anak yang saleh), surah
Yusuf (untuk mendapat anak yang cantik atau tampan).
Surah Luqman (untuk mendapatkan anak yang bijak),
dan surah Yasin (agar memudahkan persalinan).

Semoga dengan amalan-amalan itu seorang ibu bisa me-


lahirkan anak-anak yang saleh atau salehah.

183
Ya Allah, Bimbing Hamba

Saat
SaatSang
Sang Bayi
Bayi LLahir
ahir

S
etelah kelahiran yang dinanti-nanti tiba, iring-
ilah kehadiran bayi dengan beberapa tata cara
yang sudah dituntunkan oleh Rasulullah shallal-
lahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu dilakukan sebagai lang-
kah awal untuk mendidik anak-anak kita agar memiliki
fondasi Islam sejak lahirnya. Bagaimanapun, bayi yang
baru lahir ke dunia adalah ibarat sebuah rekaman yang
masih kosong, atau kertas yang masih putih. Bersih.
Sebagai seorang muslim yang mendamba hadirnya anak
saleh, tentu saja upaya yang layak kita kerjakan adalah
dengan mengisi kertas putih itu dengan tulisan-tulisan
yang bernilai tinggi. Salah satunya adalah tauhid. Itulah
mengapa mengapa bayi yang baru lahir sangat dianjur-
kan untuk dibacakan azan ke telinganya. Agar kalimat
yang pertama kali didengar oleh telinganya, adalah kali-
mat Ilahi.

Ada beberapa tuntunan Rasulullah mengenai apa saja


yang sebaiknya dikerjakan oleh para orangtua kepada
bayi yang baru lahir, di antaranya adalah;

184
Menjadi Ibu

Pertama, men-tahnik bayi. Tahnik adalah mengunyah


buah kurma dan menggosokkannya di langit-langit mu-
lut bayi. Selain itu juga dioleskan di bagian mulut bayi,
kemudian menggerakkannya ke kanan dan ke kiri de-
ngan gerakan yang halus, sehingga seluruh bagian mulut
bayi terolesi dengan kurma yang telah dikunyah itu. Jika
kurma sulit didapatkan, tahnik bisa dilakukan dengan
bahan apa saja yang manis (misalnya madu). Diriwayat-
kan sebuah hadis dari Abu Musa, ia berkata, “Telah lahir
anakku, dan aku membawanya mendatangi Nabi, beli-
au menamainya Ibrahim dan men-tahnik-nya dengan
kurma. Beliau mendoakannya dengan keberkahan dan
menyerahkannya kembali kepadaku. Dia adalah anak
Abu Musa yang paling besar.”

Kedua, mencukur rambut kepala bayi. Malik meriwa-


yatkan di dalam Al-Muwaththa’, “Fathimah menimbang
rambut Hasan, Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum,
kemudian ia bersedekah dengan perak seberat timbang-
an rambut itu.” Di samping bersedekah atasnya, sesudah
mencukur rambut bayi, disunahkan untuk mengusap
kepala bayi dengan wewangian. Buraidah berkata, “Di
masa jahiliah jika lahir salah seorang anak kami, kami
menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan
darah kambing tersebut. Ketika telah datang Islam, (jika
anak kami lahir) kami menyembelih kambing dan men-

185
Ya Allah, Bimbing Hamba

cukur rambut bayi, serta melumuri kepalanya dengan


minyak za‘faran.” (HR. Abu Dawud)

Ketiga, melaksanakan akikah. Hal ini merupakan su-


nah yang sangat dianjurkan. Untuk itu, Imam Ahmad
merasa senang kepada seseorang yang bahkan berutang
(karena tidak mampu), agar dapat melaksanakan aki-
kah. Ia berkata, “Dia telah menghidupkan sunah, dan
saya berharap semoga Allah akan memberi ganti atas-
nya.” Akikah adalah menyembelih kambing disebabkan
kelahiran bayi, dan dilaksanakan pada hari ketujuh dari
kelahirannya. Untuk anak laki-laki disembelihkan dua
ekor kambing, dan anak perempuan satu ekor kambing.
Nabi bersabda, “Semua anak digadaikan dengan akikah-
nya, hendaklah disembelihkan (kambing) pada hari ke-
tujuh dan ia diberi nama.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu
Majah)

Keempat, memberi nama anak yang baik. Rasulullah


bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada
hari kiamat dengan menggunakan nama-nama kalian
dan dengan nama-nama bapak kalian, baguskanlah
nama-nama kalian.” (HR. Abu Daud)

Kelima, melaksanakan khitan. Telah diriwayatkan ba-


nyak hadis tentang khitan. Rasulullah bersabda, “Ke-
sucian itu ada lima, yakni khitan, mencukur rambut di

186
Menjadi Ibu

sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku,


dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari dan Mus-
lim). Adapun waktu pelaksanaan khitan, menurut Ibnul
Mundzir, tidak ada dalil yang menetapkan kepastian pe-
laksanaannya. Sehingga, khitan bisa dilaksanakan kapan
saja disesuaikan dengan kondisi anak dan orangtua. Na-
mun, lebih utama bagi orangtua untuk melaksanakan
khitan di hari-hari awal kelahiran anak.

Keenam, memohonkan perlindungan untuk anak. Nabi


pernah memohonkan perlindungan bagi Hasan dan
Husain dengan berdoa, “Aku memohonkan perlindungan
untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna dari setiap gangguan setan, binatang yang ber-
bisa, dan dari setiap pandangan mata yang jahat.” (HR.
Bukhari)

Ketujuh, menyusui bayi sampai dua tahun, dan kemudi-


an menyapihnya. Allah ta’ala berfirman,

\jXqU ÕC\-° ©ÛØÜQ °%[ ©ÛØV×S\O „CÉF\i›VØTU ]CØȦª×mÄc À1šW¯šXSÙXT

„CÆMÉ(XSԁ°XT „CÀIÉÙw®q œÄ V °jSÅ×SS5Ú4 rQ"WÃXT  VRWÃ_ªˆm ‰/ªÊÄc DU

 \I\ÈÔyÄT €Y¯ ̇ÙÝW5 À VÉ" Y  ¦TÄmØÈS5Ú4¯

187
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama


dua tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pa-
kaian kepada para ibu dengan cara makruf…” (QS. Al-
Baqarah: 233).

Semoga semua ritual yang sesuai dengan apa yang di-


contohkan oleh Rasulullah membuat bayi kita tumbuh
menjadi pribadi yang berkualitas akalnya, sehat badan-
nya, berkah umurnya, berkembang menjadi anak saleh-
salehah, yang kelak bisa menjadi generasi prestatif dan
memberi bobot pada bumi dengan ketauhidan.

188
Menjadi Ibu

Menjadi
Menjadi IbIbu
u

“Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.”


(Riwayat Ahmad)

S
alah satu keutamaan kaum wanita adalah men-
jadi seorang ibu. Sebuah syair mengatakan, ibu
adalah sebuah sekolah, yang apabila engkau per-
siapkan (dengan baik), berarti engkau telah mempersi-
apkan suatu bangsa dengan dasar yang baik.

Dr. A. Madjid Katme, Presiden Asosiasi Dokter Muslim


di London dalam Konferensi Dunia tentang Wanita di
Beijing, menuturkan, “Tugas keibuan adalah pekerjaan
yang paling terhormat dan membutuhkan keterampilan
di dunia ini. Terlaksananya tugas ini sangat penting bagi
pemeliharaan dan perlindungan anak terutama di masa
awal-awal pertumbuhannya. Walaupun tugas keibuan
sebenarnya adalah tugas yang full time, tak berarti ayah
sebagai pencari nafkah tak ikut bertanggung jawab. Tak
ada satu jenis pekerjaan pun yang dapat merampas se-
orang ibu dari tugas keibuannya. Tak ada seorang pun
yang dapat mengambil alih tugas keibuan tersebut.”

189
Ya Allah, Bimbing Hamba

Menjadi ibu adalah sebuah keistimewaan. Allah me-


nempatkan wanita pada posisi yang sangat penting,
bahkan keridhaan seorang ibu terhadap putra putrinya
menjadi salah satu syarat tercurahnya keridhaan Tuhan.

Peran ibu sangat sentral terhadap pembentukan kepriba-


dian anak, karena seorang ibu tidak hanya mewariskan
gen biologis tapi juga akhlak dan kepribadian kepada
anaknya. Persiapan dan perbaikan diri perlu dilakukan
oleh para ibu maupun oleh muslimah yang hendak
menjadi ibu.

Paling tidak ada tiga persiapan yang perlu dilakukan


oleh seorang ibu maupun calon ibu. Pertama, persiap-
an ruhiyah. Karena seorang ibu sangat berperan dalam
pembentukan mental anak-anaknya, sang ibu hendak-
nya membekali diri dengan melakukan pendekatan ke-
pada Sang Pencipta.

Persiapan ruhiyah bisa ditempuh dengan jalan mem-


perbanyak ibadah mahdhah, seperti shalat sunah, zikir,
membaca Al-Qur’an, memperbanyak doa, dan lain-lain.

Persiapan kedua yakni persiapan aqliyah. Persiapan


ini terkait erat dengan kemauan untuk terus belajar.
Seorang ibu yang berpengetahuan luas dapat berpikir
kreatif bagaimana cara mengembangkan potensi anak-
anaknya. Setidaknya seorang ibu yang cinta belajar akan

190
Menjadi Ibu

selalu mementingkan pembelajaran yang terbaik bagi


anak-anaknya.

Proses belajar bagi seorang ibu tidak harus ditempuh


di institusi formal. Saat ini sudah banyak media yang
bisa kita jadikan sebagai bahan untuk belajar. Ada in-
ternet yang menyediakan informasi secara up to date.
Ada buku-buku berkualitas yang bisa dijadikan sebagai
referensi pembelajaran, serta beragam media lain yang
membantu peningkatan informasi dalam otak kita.

Informasi yang terhimpun di memori kita nantinya


sangat menunjang proses pembelajaran sang anak yang
biasanya sangat tinggi rasa ingin tahunya. Terkadang
anak-anak mengajukan pertanyaan yang sepele, tetapi
untuk menjawabnya kita kesulitan. Di samping mem-
beri informasi yang benar kepada sang anak, kita juga
dituntut untuk kreatif mengolah informasi itu dengan
bahasa sederhana yang bisa dicerna oleh pemahaman
anak-anak yang masih sangat terbatas.

Persiapan ketiga yaitu persiapan jasmaniah. Kesehatan


raga mutlak dibutuhkan oleh seorang ibu. Sehat saat
sedang mengandung serta melahirkan. Usai melahirkan
pun seorang ibu sering kali disibukkan dengan mengu-
rus anaknya yang tentu masih bertahun-tahun hingga
bisa mandiri.

191
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Jika Anda mendidik seorang pria, Anda hanya mendidik


seorang manusia. Jika Anda mendidik seorang wanita,
Anda telah mendidik seluruh manusia.” (Presiden Tanza-
nia, 1980-an)

192
Menjadi Ibu

Mendidik A
Anak
nak SSaleh
aleh
Mendidik

“Perintahkanlah anak-anakmu yang sudah berumur tujuh


tahun untuk mengerjakan shalat. Apabila mereka telah
berumur sepuluh tahun, tetapi belum mengerjakan shalat
juga, hendaklah dipukul (pukulan kasih sayang) dan pi-
sahkanlah tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud)

M
enunggu detik-detik kelahiran sang bayi meru-
pakan momen yang sangat mendebarkan bagi
setiap orangtua. Apalagi seorang ibu. Perasaan
cambur baur jadi satu. Antara cemas, bahagia, takut, gi-
rang, harapan, semua menyatu dalam diri. Ada semacam
momentum baru yang dirasa bisa mengubah banyak
hal dalam kehidupan mendatang. Ada tugas-tugas baru
yang segera hadir. Ada amanah baru yang siap ditangani.
Ada kewajiban baru yang sedang menunggu untuk ditu-
naikan. Ada harapan baru yang segera dihadirkan.

Benar sekali. Harapan baru. Harapan yang ditanamkan


pada kepala sang bayi. Seolah dalam benak orangtua la-
hir sebuah cita-cita baru yang dilekatkan pada sang bayi.

193
Ya Allah, Bimbing Hamba

Mungkin ada cita-cita dari orangtua yang belum terwu-


jud. Mungkin dulu ada harapan tinggi yang belum ter-
gapai. Mungkin ada impian muluk yang belum diraih.
Anak adalah penerima estafet mimpi. Anak yang akan
meneruskan perjalanan menuju cita yang diimpikan
oleh kedua orangtuanya.

Tetapi ada yang perlu kita perhatikan, saudariku, ternya-


ta kitab suci menyebut seorang anak sebagai salah satu
perhiasan dunia, setelah harta. Kita tahu, harta memiliki
sifat ganda dalam kehidupan manusia. Ia bisa menjadi
jalan yang memudahkan manusia meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat, tetapi di sisi lain, harta juga memiliki
peluang untuk menjadi jalan yang mempercepat terpe-
lesetnya manusia ke jurang kesengsaraan.

§ª®¨ ³2j°ÀWà ÎmÕBU àœÈPi


\ <°Ã ŒXT  ¸RX=Ø*°Ù ×ÅÀi›VØTU XT ×1ÅÅšXSÙ%U \-5¯

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah co-


baan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(QS. At-Taghabun: 15)

Mengamati ayat tersebut kita bisa mengambil sebuah


informasi langit, ternyata anak tak selamanya menjadi
penolong bagi orangtuanya. Anak juga berpeluang men-
jerumuskan orangtua ke lembah kehancuran. Mendidik

194
Menjadi Ibu

anak agar menjadi anak saleh adalah suatu kewajiban


agar nasib kita di dunia dan akhirat bisa diringankan
dengan kehadiran sang anak.

Peran seorang muslimah dalam mendidik anak sangat


tinggi. Dialah madrasah pertama yang akan membe-
rikan pelajaran dan hikmah kepada sang anak. Proses
pendidikan yang berasal dari sang ibu akan sangat me-
nentukan bagaimana proses pendidikan yang akan dija-
lani oleh sang anak di masa mendatang.

Dalam buku ‘Ibunda Para Ulama’, Sufyan ibn Fuad Bas-


wedan pernah berkisah tentang pengalaman yang diala-
mi oleh Syaikh DR. Muhammad Al-’Arifi. Suatu ketika
Syaikh Muhammad bepergian naik mobil bersama salah
seorang sahabatnya menuju Jedah. Di mobil tersebut,
sahabat Syaikh itu mengajak dua orang anaknya yang
masih balita. Syaikh sangat mengenal sahabatnya itu.
Yang Syaikh tahu, sahabat yang sedang bersamanya ini
termasuk orang yang tergolong awam dalam pengeta-
huan agama. Tetapi saat mobil sedang menapaki jalan
layang, kedua anak yang masih balita itu serempak me-
ngumandangkan takbir.

Tentu saja Syaikh terkejut. Syaikh tahu bahwa Rasulul-


lah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menapaki jalan
mendaki beliau bertakbir dan bila menuruni lembah

195
Ya Allah, Bimbing Hamba

beliau bertasbih. Yang membuat Syaikh terkejut, bagai-


mana anak-anak tersebut paham bila mobil sedang me-
nanjak disunahkan untuk takbir, bila turun disunahkan
bertasbih.

Oleh karena penasaran, akhirnya Syaikh pun bertanya,


“Saudaraku, masya Allah. Engkau bukanlah santri dan
bukan pula aktivis, tapi anak-anakmu mampu menerap-
kan sunah sedemikian rupa. Apa rahasianya?”

“Ya akhi, ini bukanlah hasil didikanku,” jawab sahabat-


nya. “Ini adalah hasil didikan ibu mereka. Istriku me-
mang masya Allah. Semoga Allah membalas kebaikan-
nya. Dia betul-betul ibu teladan. Dialah yang mengajari
anak-anak berdoa sebelum tidur, doa bangun tidur, doa
sebelum dan setelah makan, doa masuk WC, doa ini
dan doa itu. Bahkan dia memiliki cara unik dalam men-
didik anak-anak.”

“Bagaimana caranya?” tanya Syaikh Muhammad.

“Kalau sekali waktu anak-anak bertengkar,” kata sahabat


tersebut, “lalu salah satu dari mereka berkata kasar kepa-
da yang lain, istriku memanggilnya,

“Wahai anakku, ke sini sebentar.”

“Ada apa, Ma? Mama hendak memukulku ya?” tanya


anakku.

196
Menjadi Ibu

“Enggak kok, nggak Mama apa-apakan. Mama cuma


mau tanya, siapa yang lebih engkau sayangi, Allah atau-
kah setan?” kata ibunya.

“Tentu Allah lebih aku sayangi, Ma,” jawab anakku po-


los.

“Tapi kok kamu sekarang mau jadi temannya setan?”


tanya ibunya.

“Lho, kenapa, Ma?” tanya anakku.

“Karena kamu berkata kasar tadi. Kalau berkata kasar,


berarti kamu jadi temannya setan. Bisa jadi setan seka-
rang lagi duduk di atas punggungmu. Ia tertawa lebar
mendengar ucapanmu tadi,” kata ibunya.

“Terus Ma, bagaimana supaya setan menangis? Aku ti-


dak mau jadi temannya setan. Aku mau jadi temannya
Allah.”

“Oo... gampang, kamu sekarang menghadap Kiblat,


lalu ucapkan astaghfirullah seratus kali. Hayo, coba la-
kukan!”

“Jadi kalau aku melakukan itu, setan bakal nangis ya,


Ma?”

“Iya, kalau kamu lakukan itu, setan pasti nangis.”

197
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Kalau begitu, aku mau istighfar sekarang. Astaghfirul-


lah, astaghfirullah, astagfirullah... Udah belum, Ma?”

“Belum, masih lima puluh lagi.”

“Astaghfirullah, astaghfirullah... Udah belum?”

“Belum, tiga belas kali lagi.”

“Astaghfirullah, astaghfirullah.. Udah?”

“Iya, sudah.”

“Sekarang setan lagi nangis ya, Ma?” tanya anakku de-


ngan polosnya.

“Iya, sekarang dia pasti nangis,” kata ibunya dengan se-


nyum.

“Kalau gitu, aku mau istighfar lagi supaya nangisnya le-


bih lama,” kata anakku sembari menambah istighfarnya.

198
Menjadi Ibu

Al-Khansa, hansa, Syuhada


Al-KUmmu
Ummu Syuhada

S
ejarah mengabadikan sebuah nama seorang wa-
nita Arab. Al-Khansa namanya. Para sejarawan
sepakat bahwa sejarah tak pernah mengenal
wanita yang lebih jago dalam bersyair dibandingkan Al-
Khansa, sebelum maupun sepeninggal dirinya. Para ahli
sejarah menceritakan bahwa pernah suatu ketika Rasu-
lullah menyuruhnya melantunkan syair, kemudian ka-
rena kagum pada keindahan syairnya, Rasulullah sam-
pai mengatakan, “Ayo teruskan, tambah lagi syairnya,
wahai Khansa!” sambil mengisyaratkan dengan telunjuk
beliau.

Tetapi bukan itu alasan mengapa saya mengangkat kisah


Al-Khansa di sini. Ada yang lebih istimewa pada diri Al-
Khansa dibanding kepiawaiannya dalam bersyair. Keis-
timewaan inilah yang membuat Al-Khansa mendapat
panggilan istimewa, Ummu Syuhada.

Suatu hari Khalifah Umar Ibn Khattab menyediakan


satu pasukan tempur untuk melawan pasukan Farsi. Se-
mua umat Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan
menuju ke medan perang, dan telah terkumpul 41.000

199
Ya Allah, Bimbing Hamba

tentara Islam. Khansa mengerahkan keempat putranya


untuk ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu.
Iya, keempat-empatnya.

Subhanallah, ibu macam apa ini. Keempat anaknya


dikirim ke medan perang. Mempertaruhkan nyawanya
membela agama. Bukan hanya itu. Khansa sendiri juga
ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita
yang bertugas merawat dan menaikkan semangat peju-
ang tentara Islam.

Dengarlah nasihat Khansa kepada putra-putranya yang


sebentar lagi siap menjemput syahid di medan perang.

“Wahai anak-anakku. Aku telah melahirkan kalian de-


ngan penderitaan dan membesarkan kalian dengan
susah payah. Aku tidak pernah membawa aib bagi ke-
luarga kita dan tidak pernah menodai nama baik kabi-
lah kita. Aku tidak pernah mencoreng nama baik ayah
kalian. Jadi, tidak ada yang perlu diragukan lagi dari ke-
pribadian ibu kalian.”

Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah


Ali-Imran, “Wahai orang yang beriman. Sabarlah, dan
sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedu-
dukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, semoga men-
jadi orang yang beruntung.”

200
Menjadi Ibu

Tertunduk khusyuk putra-putra Khansa mendengar na-


sihat ibunda yang disayanginya itu.

“Sekarang, dengarkan! Ingat, adalah suatu keberuntung-


an besar bila dalam perang membela Rasulullah. Ingat
ayat Al-Qur’an yang memerintahkan bersabar di tengah
kesulitan. Besok pagi, aku harap kalian bangun dari
tempat tidur dengan penuh kekuatan dan semangat.
Majulah ke medan perang dengan gagah berani. Ma-
julah ke tengah-tengah medan yang paling berbahaya,
hadang musuh-musuh kalian dan raihlah syuhada!”

Azan Subuh menggema. Tentara Islam telah bersiap


menghadap-Nya dalam jemaah shalat Subuh, kemudian
mereka berdoa, “Ya Allah berikanlah kami kemenangan
atau surga.”

Usai itu, Saad bin Abu Waqas, sang panglima besar Is-
lam memberikan arahan agar semua pasukan bersiap.

Dua hari pertama satu pasukan Islam masih sanggup


berhadapan dengan satu pasukan kafir. Tetapi berbe-
da, hari ketiga mulailah pertempuran besar-besaran
yang tak imbang. 41.000 orang tentara Islam melawan
200.000 tentara Farsi. Satu berbanding lima. Pasukan
Islam mendapat perlawanan hebat, namun jiwa keiman-
an mereka tetap yakin bahwa pertolongan Allah meng-
iringi kibasan pedang mereka.

201
Ya Allah, Bimbing Hamba

Putra-putra Khansa maju untuk merebut peluang me-


nuju surga. Motivasi dahsyat dari diksi syair ibunya te-
lah memusnahkan ketakutan dalam hati mereka. Sambil
mengibaskan pedang, salah seorang dari mereka berka-
ta, “Hai saudara-saudaraku! Semua mutiara telah keluar
dari lisan ibu kita. Insya Allah akan kita buktikan sesaat
lagi.”

Pertempuran semakin sengit.

“Demi Allah,” kata anak kedua Khansa, “Kami tidak


akan melanggar nasihat ibu kami. Nasihatnya wajib di-
taati dengan ikhlas dan rela hati. Segeralah bertempur,
segeralah bertarung dan menggempur musuh-musuh
Islam, sampai kalian menyaksikan keluarga Kaisar mus-
nah.”

Di sudut lain, sang putra ketiga tak mau kalah.

“Sungguh,” suara anak ketiga menyusul, “Ibu kami kuat


azamnya, tegas dan tidak guncang oleh apa pun. Beliau
telah menggalakkan kita agar bertindak cerdas dan ber-
akal cemerlang. Segera masuki medan tempur dan sege-
ra pertahankan diri. Dapatkan kemenangan yang bakal
membawa kegembiraan di dalam hati, atau tempuhlah
kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi.”

202
Menjadi Ibu

Anak keempat dengan pedang terhunus dan lompatan


indah menyusul saudara-saudaranya, ia pun berkata,
“Bukanlah aku putra Khansa, kalau aku tidak berhasil
membuat tentera asing itu terjun ke jurang kematian
dan musnah termangsa oleh senjataku.”

Singkat kisah. Pasukan Islam yang menemui syahid di


medan Kadisia berjumlah lebih kurang 7.000 orang.
Dari 7.000 orang syuhada itu, terbujur syahid empat
putra Khansa.

Setelah Al-Khansa menerima berita bahwa keempat


putranya telah syahid, dengan tenang, gembira, dan hati
tidak berguncang Al-Khansa terus memuji Allah dengan
ucapan, “Alhamdulillah, yang telah memuliakanku de-
ngan mensyahidkan mereka, dan aku mengharapkan
dari-Nya, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka
di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!”

Al-Khansa kembali ke Madinah bersama para prajurit


yang masih hidup dengan mengikhlaskan syahidnya
mayat-mayat putranya di medan Kadisia. Oleh karena
peristiwa itu, ia mendapat gelar kehormatan, ‘Ummu
syuhada, ibu para syuhada’.

203
Ya Allah, Bimbing Hamba

204
Doa-Doa untuk Muslimah

Bagian 6

Doa-Doa
untuk Muslimah
“Doa merupakan salah satu wujud
kerendahhatian seorang hamba di depan
Tuhannya. Ketika manusia berdoa,
berarti ia merasa bahwa dirinya
masih butuh pertolongan Allah.”

205
Ya Allah, Bimbing Hamba

206
Doa-Doa untuk Muslimah

Doa, Tanda HHormat


, Tanda ormat
Doakepada Allah
ada Allah
kep

M
enurut bahasa doa berasal dari Bahasa Arab
˯ΎϋΪϟ΍ yang memiliki bermacam-macam arti. Da-
lam Al-Qur’an terdapat 203 ayat yang menye-
but doa dengan arti yang beragam. Sedangkan menurut
istilah doa berarti memohon kepada Allah Subhanallahu
ta’ala secara langsung untuk memperoleh karunia dan
segala yang diridhai-Nya dan untuk menjauhkan diri
dari kejahatan atau bencana yang tidak dikehendakinya.

|ÚÏ°Š ‰D¯  ×ÅV Ô ªHW*ÔyU ßr¯7SÄÃØj Ä1Á{Xq W$VXT

§¯©¨ |ÚÏ­m¦\\j W/ŠÈ\I\B WDSÉ Å\ÕiXk\y r¯$\jW°Ã ÕCWà WDTÈnªÖW*ԁRd

“Berdoalah kepada-Ku pasti Kuperkenankan doamu, se-


sungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk neraka jahan-
nam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mukmin: 60)

Dari ayat yang saya kutip di atas, kita dapat mengambil


beberapa kesimpulan bagaimana Allah memosisikan doa
ini. Ayat di atas adalah salah satu ayat yang dijadikan da-

207
Ya Allah, Bimbing Hamba

sar bahwa doa adalah ibadah, dan juga menggambarkan


dua hal yang justru saling bertentangan, yakni doa dan
kesombongan.

Apa yang bisa kita petik dari ayat tersebut? Paling tidak
ada dua hal utama yang bisa kita ambil pelajaran. Perta-
ma, ayat di atas menggambarkan perintah Allah untuk
berdoa, dan janji Allah, bahwa Allah pasti akan menga-
bulkan doa hamba-hamba-Nya. Kedua, ayat di atas juga
menggambarkan bahwa kesombongan adalah kehinaan
yang luar biasa di sisi Allah. Allah menghubungkan pe-
rintah doa dengan larangan sombong, wallahu a‘lam,
karena doa merupakan salah satu wujud kerendahhati-
an seorang hamba di depan Tuhannya. Ketika manusia
berdoa, berarti ia merasa bahwa dirinya masih butuh
pertolongan Allah.

Dengan makna tersebut kita dapat menarik benang me-


rah, bahwa orang yang mengecilkan atau meremehkan
peranan doa dalam kehidupannya, ia digolongkan pada
orang yang sombong. Itulah sebabnya mengapa Rasu-
lullah bersabda, “Barang siapa tidak memohon kepada
Allah, maka Allah akan murka kepadanya.”

208
Doa-Doa untuk Muslimah

Adab B
Adab erdoa
Berdoa

1. Memakan makanan dan memakai pakaian dari


harta halal
Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw.,
bersabda, “Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal ka-
rena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ting-
gi-tinggi dan berdoa, ‘Ya Rabbi, ya Rabbi’, sementara
makanannya haram, minumannya haram, pakaian-
nya haram, dan dagingnya tumbuh dari yang haram,
bagaimana doanya dikabulkan Allah?” (HR. Muslim)

2. Dengan suara lirih, tidak keras dan tidak terlalu


pelan
Rasulullah saw., bersabda, “Wahai manusia, sesung-
guhnya Zat yang kalian berdoa kepada-Nya tidak
tuli.”

3. Berendah diri dan khusyuk

§®®¨ |ÚÏ°iW)ØÈÀ-Ù p °VÅf Y œÈO5¯  ›RXjÙÝÅ\XT ;Ævn_¸Q# ×1ÅŽXq SÄÃØj

209
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri


dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak me-
nyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-
Araf: 55)

 àœÈO\BØT\w œÈOV R<ÔUQ ՙU XT ³]pÔUWc œÈOV X=×\FXTXT œÈOV X=×\HW*ÔyVÙ

;[ÎXq R<W5SÄÃÕiWcXT °1šXn×m\bÙ r¯Û |ESÄím›_Èd SÈ5 ×1ÀI5¯

§²©¨ |ÚÜ°È°‘›\\ X=V SÈ5XT ;\FXqXT

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami


anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istri-
nya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-
orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’:
90)

4. Diulang tiga kali


Ibnu Mas’ud berkata, “Adalah Rasulullah saw., jika
berdoa, berdoa tiga kali. Ketika meminta, meminta
tiga kali. Rasulullah saw., bersabda, “Jika salah satu di
antara kalian meminta, perbanyaklah atau ulangilah,
karena ia sedang meminta kepada Tuhannya.”

210
Doa-Doa untuk Muslimah

5. Dimulai dengan zikir kepada Allah dan memuji-


nya dan mengakhirinya dengan bershalawat ke-
pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu ber-


shalawat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
(HR. Thabarani)

6. Menghadap kiblat dan mengangkat tangan


Dari Salman Al-Farisi berkata, Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah Mahahidup lagi Maha Pemurah.
Dia malu jika ada seseorang yang mengangkat kedua
tangannya berdoa kepada-Nya, tapi Dia tidak menga-
bulkan doa hamba-Nya itu.”

7. Tidak melampaui batas dalam berdoa


Allah Swt., berfirman;

§®®¨ |ÚÏ°iW)ØÈÀ-Ù p °VÅf Y œÈO5¯  ›RXjÙÝÅ\XT ;Ævn_¸Q# ×1ÅŽXq SÄÃØj


“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah
diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia
tidak menyukai orang yang melampaui batas.” (QS.
Al-A’raf: 55)

8. Yakin doa akan dikabulkan, dan serius dalam


berdoa
Dari Abu Hurairah ra., berkata, Rasulullah saw.,
bersabda, “Berdoalah kepada Allah, sedangkan kalian

211
Ya Allah, Bimbing Hamba

yakin akan dikabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwa


Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”
(HR. Imam Ahmad)

Rasulullah saw., juga bersabda, “Jika salah satu di an-


tara kalian berdoa, jangan berkata, ‘Ya Allah ampuni
saya jika Engkau berkenan. Akan tetapi hendaknya
bersungguh-sungguh dalam meminta, dan menunjuk-
kan kebutuhan.’”

Dari Abdullah bin Mas’ud ra., berkata, “Sesungguh-


nya Allah tidak akan mengabulkan kecuali orang yang
sadar dalam berdoa. Sesungguhnya Allah tidak menga-
bulkan dari orang yang mendengar, melihat, main-
main, sendau-gurau, kecuali orang yang berdoa dengan
penuh keyakinan dan kemantapan hati.”

9. Tidak hanya berdoa saat dalam kesempitan


Dari Abu Darda’ berkata, “Mintalah kepada Allah
pada hari di mana kamu merasa senang, karena boleh
jadi Allah mengabulkan doamu itu ketika kamu dalam
keadaan susah.” Beliau juga berkata,“Bersungguh-
sungguhlah dalam berdoa, karena siapa yang memper-
banyak mengetuk pintu, ia yang akan masuk.”

212
Doa-Doa untuk Muslimah

10. Hendaknya memilih waktu dan keadaan


yang utama
• Tengah malam
Rasulullah bersabda, “Keadaan yang paling dekat
antara Tuhan dan hambanya adalah di waktu te-
ngah malam akhir. Jika kamu mampu menjadi ba-
gian yang berzikir kepada Allah, kerjakanlah pada
waktu itu.”

Dari Jabir berkata, Rasulullah saw., bersabda,


“Sesungguhnya bagian dari malam ada waktu yang
apabila seorang hamba meminta kebaikan kepa-
da Allah, dan sesuai dengan waktu itu, pasti Allah
mengabulkannya.” Imam Ahmad menambah, “Itu
terjadi di setiap malam.”

• Saat sujud
Rasulullah bersabda, “Dan ada pun ketika sujud,
bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya doa
kalian akan diijabahi Allah.”

• Ketika azan
Rasulullah saw., bersabda, “Ketika seorang muad-
zin mengumandangkan azan, pintu-pintu langit
dibuka, dan doa diistijabah.”

• Antara azan dan iqamat


Rasulullah saw., bersabda, “Doa antara azan dan
iqamat mustajab, berdoalah.”
213
Ya Allah, Bimbing Hamba

• Ketika bertemu musuh


Dari Sahl bin Saad, dari Nabi saw., bersabda,
“Dua keadaan yang tidak tertolok atau sedikit sekali
tertotak; doa ketika azan dan doa ketika berkeca-
muk perang.”

• Ketika hujan turun


Dari Sahl bin Saad dari Nabi saw., bersabda, “Dan
ketika hujan turun.”

• Potongan waktu akhir di hari Jumat


Rasulullah saw., bersabda, “Hari Jumat 12 jam tia-
dalah seorang muslim yang meminta kepada Allah
sesuatu, kecuali pasti Allah akan memberinya. Cari-
lah waktu itu di akhir waktu bakda shalat Asar.”

• Doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahu-


an saudaranya.
Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’
berkata, “Rasulullah saw., bersabda,“Tiada seorang
muslim yang berdoa bagi saudaranya tanpa sepenge-
tahuan saudaranya itu, kecuali Malaikat berkata,
bagimu seperti apa yang kamu doakan untuk sau-
daramu.” Dalam kesempatan yang lain Rasulullah
saw., bersabda, “Doa seorang al-akh bagi saudar-
anya tanpa sepengetahuan dirinya tidak tertolok.”
• Hendaknya ketika tidur dalam kondisi zikir, kemu-
dian ketika bangun malam berdoa.

214
Doa-Doa untuk Muslimah

Dari Muadz bin Jabal dari Nabi saw., bersabda,


“Tiada seorang muslim yang tidur dalam keadaan
zikir dan bersuci, kemudian ketika bangun di te-
ngah malam, ia meminta kepada Allah suatu keba-
ikan dunia dan akhirat, kecuali Allah pasti menga-
bulkannya.”

215
Ya Allah, Bimbing Hamba

Doa-Doa Muslimah
Doa-Doa M uslimah

1. Doa agar Mendapat Jodoh yang Saleh

§±¬¨ |ÚܦU¯ ›ƒ¡¯ ³®BÙ ¦UÙU XT 8-ÓÄO r® Ô \F ªD!Xq

“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan pertemu-


kanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS. Asy-
Syu’ara: 83)

2. Doa Saat Menikah

Õi°™ \NmW ÙcÉ& ³®BÕB­mØ\U XT Õi°™ #\\ÕiÄ% ³®BÚ ¦\ØjU ªD!ˆq #ÉXT

§±©¨ <nm¦¡5 ;=›V¼Ú Ày \5ÁŠ C°% r®M #\ÈÕBXT

“Ya Tuhan-ku, masukkanlah dengan cara yang baik dan


keluarkanlah (pula) aku dengan cara keluar yang baik
dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang
menolong.” (QS. Al-Isra’: 80)

216
Doa-Doa untuk Muslimah

3. Doa Sesudah Menikah Semoga Semua Urusan


Lancar

;i[‰Xq W5­mÙ%U ÕC°% R<V Ù·¥Jp\FXT <RW+ÕS\q \5ÁŠ C°% X=°"XÄ X=ŽXq

“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami


dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk
yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS. Al-Kahfi:
10)

4. Doa akan Bersenggama:

‫ﻴﻄﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﺸّـ‬
 ‫ﻨﺎﹶﺍﻟ‬‫ـِﻨّـﺒ‬‫ﻢ ﺟ‬ّ ‫ﻬ‬ ‫ﺮﺣِﻴ ِﻢ ﺍﹶﻟﹶﻠ‬ّ ‫ﻤ ِﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ّ ‫ﺴ ِﻢ ﺍﻟّﹶﻠ ِﻪ ﺍﻟ‬
 ‫ِﺑ‬
‫ﺎ‬‫ـﻨ‬‫ﺯﻗﹾـﺘ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻄﹶﺎ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﺸّـ‬  ‫ﺐ ﺍﻟ‬ ِ ‫ﺟِّﻨ‬ ‫ﻭ‬
Artinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
Maha Penyayang. Ya Allah Ya Tuhan kami, jauhkan-
lah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari (anak)
yang Engkau karuniakan/berikan kepada kami.”

217
Ya Allah, Bimbing Hamba

5. Do’a Mohon Dijadikan Anak/Janin yang Akan


Lahir Nanti Laki-Laki/Perempuan:
• Doa ingin punya anak perempuan:
Dibaca oleh istri:

‫ﻫ ِﺬ ِﻩ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ ﹾﻄِﻨ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ِﻓ‬‫ﻲ ﻣ‬ ‫ﺳ ِّﻤ‬ ‫ﻲ ﺍﹸ‬ ‫ـ‬


ِّ ‫ﻢِّﺍﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﹶﻟﹶﻠ‬
(*.………
‫ﺤ ﹰﺔ‬
 ‫ﺎِﻟ‬‫ﺃ ﹰﺓ ﺻ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ِﻟ‬‫ﻌ ﹾﻠﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻓﹶﺎ‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku akan memberikan
nama anak yang masih ada dalam kandunganku de-
ngan nama ………………………………………
jadikanlah berupa anak perempuan yang salehah.”

Dibaca oleh suami:

‫ﻫ ِﺬ ِﻩ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺟِﺘ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺑ ﹾﻄ ِﻦ‬ ‫ﺎ ِﻓﻲ‬‫ ﻣ‬‫ﺳ ِّﻤﻲ‬ ‫ ﺍﹸ‬‫ّ ِﺍﻧـِّﻲ‬‫ﻢ‬‫ﺍﹶﻟﻠﹶﻬ‬
‫ﺤ ﹰﺔ‬
 ‫ﺎِﻟ‬‫ﺃ ﹰﺓ ﺻ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ِﻟ‬‫ﻌ ﹾﻠﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫*( ﻓﹶﺎ‬.………
“Ya Allah, sesungguhnya aku akan memberikan
nama anak yang masih ada dalam kandungan istri-
ku dengan nama ………………………………
jadikanlah berupa anak perempuan yang salehah.”

218
Doa-Doa untuk Muslimah

• Doa ingin punya anak laki-laki


Dibaca oleh istri:

‫ﻫ ِﺬ ِﻩ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ ﹾﻄِﻨ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ِﻓ‬‫ﻲ ﻣ‬ ‫ﺳ ِّﻤ‬ ‫ﻲ ﺍﹸ‬ ‫ـ‬ ِّ ‫ﻢ ِﺍﻧ‬ّ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﹶﻟﹶﻠ‬
‫ﺤ ِّﻖ‬
 ‫ﺎ ِﺑ‬‫ﺎِﻟﺤ‬‫ﺍﺻ‬‫ ﹶﺫ ﹶﻛﺮ‬‫ ِﻟﻲ‬‫ﻌﻠﹾﻪ‬ ‫*( ﻓﹶﺎﺟ‬.………
ُ‫ﺻﹶﻠّﻲ ﺍﷲ‬
 ‫ّﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺎﻣ‬‫ﺳِّﻴ ِﺪﻧ‬ ‫ﻒ‬
ِ ‫ﺸ ِﺮﻳ‬
ّ ‫ ِﻢ ﺍﻟ‬‫ﺬﹶﺍ ﺍﹾ ِﻹﺳ‬‫ﺐ ﻫ‬ ِ ‫ﺎ ِﺣ‬‫ﺻ‬
‫ﻠﹶّﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻪِ ﻭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku akan memberikan
nama anak yang masih ada dalam kandunganku de-
ngan nama ………………………………….*),
jadikanlah berupa anak laki-laki yang saleh dengan
mendapatkan haknya nabi yang mempunyai nama
yang mulia, yaitu sayyidina Muhammad saw.”

Dibaca oleh suami:

‫ﻫ ِﺬ ِﻩ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺟِﺘ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺑ ﹾﻄ ِﻦ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ِﻓ‬‫ﻲ ﻣ‬ ‫ﺳ ِّﻤ‬ ‫ﻲ ﺍﹸ‬ ‫ـ‬ ِّ ‫ﻢ ِﺍﻧ‬ّ ‫ﻬ‬ ‫ﹶﺍﻟﹶﻠ‬
‫ﺤ ِّﻖ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ﺎِﻟﺤ‬‫ﺍﺻ‬‫ ﹶﺫ ﹶﻛﺮ‬‫ ِﻟﻲ‬‫ﻌﻠﹾﻪ‬ ‫*( ﻓﹶﺎﺟ‬.………
ُ‫ﺻﹶﻠّﻲ ﺍﷲ‬  ‫ّﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺎﻣ‬‫ﺳِّﻴ ِﺪﻧ‬ ‫ﻒ‬
ِ ‫ﺸ ِﺮﻳ‬
ّ ‫ ِﻢ ﺍﻟ‬‫ﺬﹶﺍ ﺍﹾ ِﻹﺳ‬‫ﺐ ﻫ‬ ِ ‫ﺎ ِﺣ‬‫ﺻ‬
‫ﻠﹶّﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻪِ ﻭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬

219
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Ya Allah, sesungguhnya aku akan memberikan


nama anak yang masih ada dalam kandungan is-
triku dengan nama …………………………. *),
jadikanlah berupa anak laki-laki yang saleh dengan
mendapatkan haknya nabi yang mempunyai nama
yang mulia, yaitu sayyidina Muhammad saw.”

Ket : *)/*)=Nama untuk calon anak

6. Doa Mohon Diberikan Keselamatan (Dibaca oleh


Ibu yang Sedang Hamil)

‫ﻑ‬ٍ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﺷ‬  ‫ﻧ‬‫ﺷ ِﻔ ِﻪ ﹶﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﻭ‬ ‫ﺑ ﹾﻄِﻨ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻡ ِﻓ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻱ ﻣ‬  ‫ﻭﹶﻟ ِﺪ‬ ‫ﻆ‬
‫ﻔ ﹾ‬‫ﻢ ﺍﺣ‬ّ ‫ﺍﻟﹶﻠﻬ‬
‫ﻩ ﰲ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺻ ِّﻮ‬
 ‫ّﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺎ ﺍﹶﻟﹶﻠ‬‫ﺳ ﹶﻘﻤ‬ ‫ﺎ ِﺩﺭ‬‫ﻳﻐ‬ ‫ﻙ ﺷِﻔﺂ ًﺀ ﹶﻻ‬ ‫ﹶﻻﺷِﻔﺂﺀ ﺇ ﹶّﻻ ِﺷﻔﹶﺎﺅ‬
‫ﻚ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻳﻤ‬ ‫ﻪ ﺇ‬ ‫ـ‬‫ﺖ ﹶﻗ ﹾﻠﺒ‬  ‫ـ ﹰﺔ ﻭﹶﺛِّﺒ‬‫ﺴﻨ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺭ ﹰﺓ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﲏ ﺻ‬  ‫ﺑ ِﻄ‬
‫ﺩِﺗـْﻲ‬ ‫ﺖ ِﻭ ﹶﻻ‬  ‫ﻭﻗﹾ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ ﹾﻄِﻨ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻪ ِﻣ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬‫ﻢ ﺍﺧ‬ّ ‫ﻬ‬ ‫ ﺍﹶﻟﹶﻠ‬،‫ﻮِﻟﻚ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬
‫ﻼ‬‫ﺎِﻗ ﹰ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺤﹰﺎ ﻛﹶﺎ ِﻣ ﹰ‬‫ﺤﻴ‬ ِ‫ﺻ‬  ‫ﻪ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ّ ‫ﻬ‬ ‫ ﺍﹶﻟﹶﻠ‬،‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﺴِﻠ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﻬ ﹰ‬ ‫ﺳ‬
‫ﺪﻩ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺤِّﺢ‬‫ ﻭﺻ‬‫ﺮﻩ‬ ‫ﻤ‬‫ّ ﻃﻮِّﻝﹾ ﻋ‬‫ﻢ‬‫ ﺍﹶﻟﹶﻠﻬ‬،‫ﺎﻣِﻼﹰ‬‫ﺎﻟِﻤﹰﺎﻋ‬‫ﺎ ِﺫﹶﻗﹰﺎ ﻋ‬‫ﺣ‬
‫ﺗﻪ‬‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬ ِ ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺍ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺢ ِﻟﺴ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﺍ ﹾﻓ‬‫ ﻭ‬‫ﻮﹶﻗﻪ‬ ‫ﻠﹸ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﺴ‬ ِّ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ُ ‫ﺻﹶﻠّﻲ ﺍﷲ‬  ‫ّﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺮ ﹶﻛ ِﺔ ﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﺚ ِﺑ‬‫ﺤ ِﺪﻳ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺁﻥ ﻭ‬‫ﺁ َﺀﺓِﺍﹾﻟﻘﹸﺮ‬‫ِﻟ ِﻘﺮ‬
.‫ﲔ‬ ‫ﺎﹶﻟ ِﻤ‬‫ﺏ ﺍﻟﹾﻌ‬
ِّ ‫ﺭ‬ ‫ﷲ‬ ِ ِ‫ﺪ‬‫ﺤﻤ‬  ‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺳﹶّﻠ‬ ‫ﻭ‬

220
Doa-Doa untuk Muslimah

“Ya Allah jagalah anakku selama ada dalam kandung-


anku, sembuhkanlah dia (apabila ada penyakitnya),
Engkau adalah Zat yang Maha Menyembuhkan, tidak
ada obat (kesembuhan) kecuali obat (kesembuhan)
yang datang dari-Mu, kesembuhan yang tidak akan
membawa penyakit. Ya Allah jadikanlah anak yang
ada dalam kandunganku dengan bentuk yang bagus
(tampan/cantik) dan tetapkanlah di dalam hatinya
untuk senantiasa beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu.
Ya Allah keluarkanlah anakku dari kandunganku
pada waktu aku melahirkan mudah dan selamat. Ya
Allah jadikanlah anakku menjadi anak-anak yang se-
hat, sempurna, berakal, cerdas, alim mau mngamalkan
ilmunya. Ya Allah berilah anakku umur yang panjang,
badan yang sehat, akhlak (budi pekerti) yang baik, li-
san yang fasih serta suara yang bagus untuk membaca
Al-Qur’an dan Hadis dengan mendapat berkahnya
Nabi Muhammad saw., segala puji hanyalah untuk
Allah yang menguasai seluruh alam.”

7. Doa untuk Ibu Hamil (Dibaca oleh Ibu Hamil)

ܳ®JB°% ×#V W*VÙ ;qˆm\UÄ% ³®BÕ¼W r¯Û W% |^V À1×q[kW5 r¯Q7¯ ªD!Xq

¿2j¯ \ÈÙ ÀÌjª.‚ _05U \‰5¯

221
Ya Allah, Bimbing Hamba

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada


Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi ham-
ba yang saleh dan berkhidmat (kepada-Mu). Karena
itu terimalah (doaku) ini. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.
Ali-Imran: 35)

|ESÀ-Q ØÈV" Y ×1Å°)›\I‰%Ê ©DSżÈ C°K% 1Å\BWmØ\U ŒXT

×1Å‹ \ÈV ‚ QQ\i°‹ÙÙ)]XT Wm›_¡×)]XT \ÌÕ-‚ Ä1ÅV #\È\BXT >‹Ùk[‰

§°±¨ |ETÄmÅՑV"

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu


dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

8. Doa untuk Ibu Hamil Dibaca oleh Suami-Istri

YXT R<ŽXq  W5Ú


V¼Ø\U ØTU X=j¦6 D¯ W5Ök°][UÉ" Y R<ŽXq

C°% |ÚÏ°Š rQ"Wà œÈOW)Ú \-\O \-[ >mՙ¯ X=ÙjQ Wà ×#°-ÔUV"

ÀÕÃXT ž°O¯ R<V VRVV» Y W% R<Ú °F-\UÉ" YXT X=ŽXq  X=¯ ×V

rQ"Wà W5×m¾¡5VÙ X=V×SW% _05U  X=Õ-\O×qXT R<V ×m°ÝÙÎXT ‰<WÃ

§«±¯¨ |ÚÏ®m°Ý›[Ù °4×SV Ù

222
Doa-Doa untuk Muslimah

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami


jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-
orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Eng-
kau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya, beri maaflah kami; ampunilah kami;
dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami,
maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS.
Al-Baqarah: 286)

ÚÄÜÕà U QQˆmÉ R<°*›Žc®JqÉlXT X=¦BšXTÙwU ÕC°% R<V Ô \F R<ŽXq

§°­¨ ˜%W%¯ |Úܪ Ž)À-Ú ° R<Ú \ÈÕBXT

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-


istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

QS. Ali Imran: 173

Ä#k¦XSÙ ]1ØÈ°5XT Œ X=Èԁ\O

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah


adalah sebaik-baik pelindung.”

223
Ya Allah, Bimbing Hamba

QS. Al-Anfal: 40

 Ènm¦¡‰= ]1ØÈ°5XT rQ×S\-Ù ]1ØÈ°5

“Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik


penolong.”

‫ﻴ ِﻢ‬‫ﻈ‬‫ﻌِﻠ ِّﻲ ﺍﹾﻟﻌ‬ ‫ﷲ ﺍﹾﻟ‬


ِ ‫ﻮ ﹶﺓ ِﺍ ّﹶﻻﺑِﺎ‬ّ ‫ﻭ ﹶﻻﹸﻗ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ 
“Tidak ada daya upaya dan kekuatan, melainkan de-
ngan Allah Yang Mahatinggi dan Mahamulia.”

9. Doa Ibu yang Sedang Menyusui

³®BÀ-°ÈÕ¼Äc XSÉF s°ŠXT §°±¨ ©ÛÏ°i×MXi XSÀIVÙ ³®BV Q \\ s°Š

§±©¨ ªÚÜ°ÝՑRd XSÀIVÙ Á0Õª­mW% Vl¯ XT §°²¨ ©Ûܪ ԁRdXT


“(Dia-lah Allah Swt.,) yang telah menciptakan aku, maka
Dialah yang menunjuki aku. Dan Dia-lah Tuhan yang
memberiku makan dan minum. Dan apabila aku sakit,
Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’ara:
78–80)

10. Doa untuk Ibu yang Sedang Nifas


Dalam keadaan nifas seorang ibu masih diperbolehkan
membaca shalawat, istighfar, tasbih, tahmid dan tahlil.
Doa untuk ibu nifas ketika istinja’ (cebok):

224
Doa-Doa untuk Muslimah

‫ﻦ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﺼ‬


ِّ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻕ‬
ِ ‫ـّﻨﻔﹶﺎ‬
ِ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﱯ ِﻣ‬
 ‫ ﹶﻗِﻠ‬‫ّﻢ ﻃﹶﻬِّﺮ‬ ‫ﺍﹶﻟﹶﻠﻬ‬
‫ﺶ‬
ِ ‫ﺍ ِﺣ‬‫ﺍﹾﻟ ﹶﻔﻮ‬
“Ya Allah bersihkan hati saya dari kemunafikan, dan
bentengi kehormatan (kemaluan) ku dari kejahatan
(penyakit).”

11. Doa untuk Bayi yang Baru Lahir Sesudah


Diazankan

‫ﺪ‬‫ﺣﺴ‬ ‫ﺷ ِّﺮﻛﹸ ِّﻞ ِﺫﻱ‬ ‫ﻤ ِﺪ ِﻣﻦ‬ ‫ﺼ‬ ّ ‫ﺍ ِﺣﺪِﺍﻟ‬‫ﺎ( ﺑِﺎﻟﹾﻮ‬‫ )ﻫ‬‫ﻴﺬﹸ ﻩ‬‫ﹸﺍ ِﻋ‬
‫ﻦ ﹸﻛ ِّﻞ‬ ‫ﻣ ٍﺔ ِﻣ‬ّ ‫ﺘّﺂ‬‫ﷲ ﺍﻟـ‬ ِ ‫ﺕﺍ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻙ ِﺑ ﹶﻜِﻠﻤ‬ ‫ﻴﺬﹸ‬‫ـّﻲ ﺍﹸ ِﻋ‬ ِ ‫ﻢ ﺍِﻧ‬ّ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﹶﻟﹶﻠ‬
‫ﻣ ٍﺔ‬ّ ‫ﻴ ٍﻦ ﻵ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ ِّﻞ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬ ‫ﻣ ٍﺔ‬ّ ‫ﺂ‬‫ﻭﻫ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ٍﻥ‬‫ﺷ‬
“Ya Allah Yang Maha Esa, tempat semua orang memin-
ta, aku mohon perlindungan-MU untuk anakku dari
segala kejahatan orang yang hasad/dengki. Ya Allah
dengan segala kesempurnaan kalimat-MU, aku mohon
perlindungan untuk anakku dengan kalimat-kalimat
Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, dari
gangguan semua binatang, dan dari gangguan pan-
dangan mata yang dapat membawa akibat buruk ke-
pada apa yang dilihatnya.”

Ket: ϩ˵ = jika bayinya laki-laki Ύ˴ϫ = jika bayinya pe-


rempuan

225
Ya Allah, Bimbing Hamba

12. Doa Mandi Besar

“Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas


besar fardhu karena Allah ta‘ala.”

226
Doa-Doa untuk Muslimah

Daftar Pustaka
ar Pustaka
Daft

Al-Qur’anul Karim.

Aidh Al Qarni, 2003, La Tahzan, Jakarta, Qisthi Press.

Anis Matta, 2003, Biar Kuncupnya Mekar jadi Bunga,


Jakarta, Pustaka Ummi.

Anis Matta, 2004, Mencari Pahlawan Indonesia, Jakarta,


Tarbawi Center.

Halimah Alaydrus, 2009, Bidadari Bumi, Jakarta, Wafa.

M. Masur Huda, S.S, M.PD.I dan Prof. Dr. Hj. Juwa-


riyah Dahlan, MA. 2010, Ibadah yang Wajib Diketahui
Muslimah, Jakarta, Qultum Media.

M. Quraisy Shihab, 2005, Perempuan, Tangerang, Len-


tera Hati.

Salim A Fillah, 2003, Agar Bidadari Cemburu Padamu,


Jogjakarta, Pro-U Media.

Salim A Fillah, 2003, Nikmatnya Pacaran Setelah Perni-


kahan, Jogjakarta, Pro-U Media.

227
Ya Allah, Bimbing Hamba

Tentang Penulis
tang Penulis
Ten

A
isyah Christy adalah
muslimah kelahiran
Sidoarjo Jawa Timur.
Terakhir menempuh pendidik-
an formal di Politeknik Kese-
hatan Depkes Surabaya. Saat
ini penulis bekerja sebagai Ana-
lis Kesehatan di sebuah rumah
sakit di Surabaya.

Ketika masih kuliah penulis aktif menjadi pengurus di


kegiatan Kerohanian Islam di kampusnya. Menjadi re-
lawan di Bulan Sabit Merah (BSM), serta aktif dalam
Komunitas Pecinta Pena Jawa Timur.

Penulis berharap semoga buku ini bisa memberi inspira-


si kepada para muslimah agar tetap mencita-citakan sa-
lehah sebagai target hidup yang ditujunya. Penulis dapat
dihubungi di aisyah.chisty@gmail.com.

228
Ya Allah, Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah Edisi Revisi
“Aisy, ana uhibbuki fillah ” (Aisy, ku mencintaimu karena Allah).
Ku tak menunjukkan ekspresi apa pun di depannya. Meski dalam hati,
aku girang bukan main, karena sejak lama aku juga menyimpan perasaan
yang sama sepertinya.
Tak lama, sebuah kalimat kemudian meluncur begitu saja dari lidahku,
“Kok bilangnya ke aku? Kalau serius, bilang donk ke Ayahku.”
Bagiku, cinta sejati harus dibuktikan. Pembuktian cinta tak cukup
hanya dengan mengatakan 'I love you', meski kalimatnya sudah diganti
olehnya menjadi 'Ana uhibbuki fillah', tapi intinya 'kan sama saja: peng-
ungkapan cinta. Ayahku pernah berpesan, “Aisy, nggak usah bingung
mencari tahu mana lelaki yang serius dan yang tidak. Kalau ada lelaki yang
benar-benar menyayangi Aisy, pasti ia akan datang menemui Ayah untuk
melamar Aisy.”
Esok harinya, pria itu tiba-tiba datang ke rumahku. Menemui Ayahku,
“Maaf, Pak. Jika Bapak tak keberatan, saya minta izin untuk menikahi
putri Bapak.”
Aku terbelalak dari dalam rumah. Sementara kulihat Ayahku terse-
nyum padanya. Kuyakin ayah kagum pada pemuda itu. Pemuda itu
dengan gagah melamarku, meski usianya baru 22 tahun.

B uku ini menyajikan inspirasi bagi para wanita untuk meraih karakter salehah.
Pembahasan dimulai dengan Kesetaraan yang Indah, yang mengungkap bagai-
mana Islam mengangkat harkat wanita, dari dapur dan ranjang jahiliah menuju
bentangan semesta. Bahasan dilanjut dengan Be A Great Woman yang men-
deskripsikan melalui bagaimana karakter para wanita salehah. Bagian ketiga Per-
nikahan Barokah yang membahas pernik-pernik cinta hingga berujung ikatan sakral

Aisyah Christy
pernikahan. Bagian empat Menjadi Istri Salehah, mengungkap bagaimana men-
jadikan peran istri sebagai jalan tercepat menuju jannah. Dilanjut dengan Menjadi Ibu,
yang mengungkap bagaimana mencetak generasi saleh dan berprestasi. Buku ini
diakhiri dengan Doa-Doa untuk Muslimah yang menyajikan doa-doa yang khusus
untuk perempuan.
desain sampul: bang doel

Quanta adalah imprint dari REFERENSI ISLAMI


Penerbit PT Elex Media Komputindo ISBN 978-602-02-2156-4
Kompas Gramedia Building
Jl Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
quanta

Telp. (021) 53650110 - 53650111


ext. 3201 - 3202
9 786 020 22 156 4
Web Page: http://www.elexmedia.co.id
998131836

C M Y K C M Y K

Anda mungkin juga menyukai