Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek,
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan
obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu.
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan
penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan
kita kurang mengetahui mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis
variabel dalam penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya
membahas variabel menjadi suatu hal yang sangat penting.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan macam-macam variabel
2. Variabel dan data
3. Variabel sebagai objek penelitian
4. Pentingnya memahami variabel

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam-macam Variabel


1. Pengertian variabel
Kalau ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya berkenaan
dengan penelitian variabel. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara toritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain, atau satu obyek dengan
yang lain ( Hatch dan Farhad, 1981). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang
keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi kepemimpinan,
disiplin kerja, merupakan atribut-atribut setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna
merupakan atribut-atribut dari objek. Struktur organisasi, model penlegasian,
kepemimpinan pengawasan, koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi
pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan administrasi
pendidikan.1

Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
jenis penelitian, F.N. Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya
laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.

Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya


jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki – perempuan ; berat
badan, karena ada berat 40 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.2
Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatakan
variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara sat orang dengan
yang lain. Demikian juga prestasi belajar, kemampuan guru jga dapat dikatakan sebagai
variabel karena misalnya prestasi belajar dari sekelompok murid tentu bervariasi. Jadi

1
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 60
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 118

2
kalau peneliti akan memilih variabel pnelitian, baik yang dimiliki orang obyek, maupun
bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak
ada varianya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi maka penelitian
harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.

Kerlinger (1979) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau


sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan,
pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan, gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain.
Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatan sebagai sebuah sifat
yang diambil darisuatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel
itu merupakan “suatu yang bervariasi”. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa
variabel ialah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dirumuskan disini bahwa


variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orag, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.3

2. Macam-macam variabel

Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel
kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya.
Contoh variabel kualitatif misalnya memakmurkan kepandaian.
Lebih jauh variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete and continous).
a. Variabel diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya
dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni “ya” dan “tidak”. Misalnya
ya wanita atau dengan kata lain: “wanita – pria”, “hadir – tidak hadir”, “atas –
bawah”. Angka-angka digunakan dalam variabel dikrit ini untuk menghitung, yaitu
banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka dinyatakan
sebagai frekuensi.
b. Variabel kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu:

3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 60-61

3
1) Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya
panjang, kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih
kurang” karena yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain.
2) Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan
variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti.
3) Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar-
sesamanya meruapakan “sekian kali”.
Kembali pada variabel diskrit, variabel diskrit bukan hanya hasil hitungan,
tetapi juga penomoran. Nomor telepon misalnya, dapat digolongkan dalam variabel
diskrit. Tinjauannya adalah karena nomor telepon tidak menunjukkan “lebih –
kurang”, “jarak”, atau “sekian kali”. Jika nomor telepon pak Sosro 8000 dan nomor
telepon pak Noto 4000, tidak dapat diartikan:
1) Nomor telepon pak Sosro lebih banyak daripada nomor telepon pak Noto.
2) Nomor telepon pak Sosro berjarak 4000 dari nomor telepon pak Noto.
3) Nomor telepon pak Sosro dua kali nomor telepon pak Noto.
Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mudahnya mengingat-ingat:
- Variabel diskrit diberi simbol laki-laki perempuan dan gambar telepon.
- Variabel ordinal diberi simbol gambar 3 orang yang berbeda tingginya.
- Variabel interval diberi simbol gambar termometer.
- Variabel ration diberi simbol gambar kayu penggaris.
Jika kita menghendaki, variabel kontinum dapat diubah menjadi variabel
diskrit dengan cara mengklasifikannya menjadi “ya” dan “tidak”.
Cara:
- Menentukan batas misalnya nilai rata-rata, maka angka di atas rata-rata: diberi
“ya”, dan selain nilai itu diberi “tidak”.
- Mengambil satu nilai diberi “ya”, dan dan selain nilai itu diberi “tidak”.
Contoh:
Nilai bahasa indonesia berjarak antara 3 dan 9 (variabel interval), variabel ini
dapat dibuat diskrit dengan mengambil misalnya nilai 7 sebagai “ya”, dan selain
nilai itu (di atas atau di bawahnya) diberi “tidak”.4

4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 116-117

4
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-
macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM (Struktral
Equation Modeling/Pemodelan). Persamaan struktural, variabel independen disebut
sebagai variabel eksogen.
b. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Dalam SEM (Struktral Equation Modeling/Pemodelan). Persamaan
struktural, variabel dependen disebut sebagai variabel indogen.
c. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel disebut
juga sebagai variabel independen kedua. Hubungan perilaku suamidan istri akan
semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kelau ada
pihak ketiga ikut mencampuri. Disini anak adalah sebagai variabel moderator yang
memperkat hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila
peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik, dan hubungan semakin
rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
d. Variabel Intervening: dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “An intervening
variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but cannot
be seen, measure, or manipulate“. Variabel intervening adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen
menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel
ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya variabel dependen.
Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan
mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya
umur). Dalam hal ini ada variabel antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang.
Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yaitu
budaya lingkungan tempat tinggal.
5
e. Variabel Kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel indepeden terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dan dependen, moderator,
intervening atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep
teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan yang empiris di tempat
penelitian. Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu
melakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada
obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian
dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang
ada di obyek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah penelitian dibuat tanpa
melalui studi pendahuluan ke obyek penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata
masalah itu tidak menjadi masalah pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat
dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan
variabel-variabel penelitiannya.
Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling
terkait secara simultan baik variabel independen, dependen, moderator, dan
intervening, sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut.
Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya
memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja, yaitu pada variabel independen
dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut
akan diamati, karena penelitian kualitatif berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat
diklasifikasikan, tetapi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
(holistic).5
B. Variabel dan Data
Sekali lagi, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Sedangkan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta
ataupun angka.6 Dalam sebuah buku disebutkan bahwa data adalah bahan mentah yang
perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun

5
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 61-65
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 118

6
kuantitatif.7 Dari sumber SK menteri P dan K No. 0259/U/1997 tanggal 11 juli 1997
disebutkan bahwa data dalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan umtuk
menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang
dipakai untuk suatu keperluan.
Sedangkan menurut (Purwanto: 2007: 192), data adalah keterangan mengenai
variabel pada sejumlah objek dan data-data tersebut menerangkan objek-objek dalam
variabel tertentu.
Maka berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
data adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai acuan atau sumber dalam
penelitian. Data tersebut dapat meliputi informasi, angka, maupun keterangan fakta yang
mendukung suatu penelitian.8
Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka data atau hasil pencatatannya juga
mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka:
- Data dari variabel diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
- Data dari variabel kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka berjarak
atau ukuran.

Bagi peneliti yang menginginkan mengolah data dengan metode statistik, maka
datanya harus berupa angka-angka.
Contoh:
Apabila datanya merupakan data kualitatif, misalnya: sangat bagus, bagus, cukup,
jelek, jelek sekali, maka data tersebut diberi simbol angka misalnya: sangat bagus 5,
bagus 4, cukup 3, jelek 2, dan jelek sekali 1. Tetapi ingat, 5,4,3,2,1 hanya simbol yang
menunjukkan urutan tingkatan karena datanya berupa data ordinal.
Demikian juga jika ingin mengubah data tersebut menjadi data diskrit karena akan
diolah dengan teknik tertentu, maka hanya diberi 2 macam simbol. Misalnya “sangat
bagus” diberi simbol 1, yang lain (tidak perlu ditingkatannya) diberi simbol 0 atau angka
lain. Boleh saja kita memberi simbol 2 untuk “sangat bagus” dan simbol 1 untuk yang
lain, tetapi tidak berarti bahwa 2 adalah dua kali 1. Angka-angka tersebut hanya simbol
untuk memisahkan menjadi dua bagi data yang ada.9

7
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 5
8
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/data-dan-variabel-penelitian/, diakses pada hari senin
18 november 2019, pada pukul 22.03
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 118

7
C. Variabel Sebagai Objek Penelitian
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan
badan menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu dan berat
badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian.
Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan
eksperimen. Kelompok eksperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan
kelompok kontrol atau kelompok pembanding adalah orang-orang yang tidak diberi
minum susu. Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar
dengan ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variabel kontinum. Sedangkan tambah
tidaknya berat badan, diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variabel
kontinum (ratio).
Peneliti lain ingin menyelidiki besarnya kesadaran masyarakat bagi orang-orang
yang mendapatkan P4. Dalam hal ini maka nilai penataran P4 dan kesadaran masyarakat
merupakan variabel penelitian. Baik nilai penataran P4 maupun kesadaran bermasyarakat
dapat diukur, digambarkan dalam bentuk angka dan dikategorikan sebagai variabel
interval.
Dari kedua contoh penelitian ini, kita tahu bahwa kesamaannya, yaitu sama-sama
melihat pengaruh sesuatu treatment, maka ada variabel yang mempengaruhi dan variabel
akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas
atau independent variable (X). Sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas,
variabel terikat atau dependent variable (Y).
Dalam penelitian I, susu merupakan variabel bebas dan berat badan merupakan
variabel akibat. Sedangkan dalam penelitian II, nilai penataran P4 merupakan variabel
bebas dan kesadaran bermasyarakat merupakan variabel terikat. Sehubngan dengan
variabel dalam eksperimen ini, Fred N. Kerlinger berpendapat:
All experiments have one fundamental idea behind them: to test the effect of one or
more independent variables on a dependent variable (it is possible to have more than
one dependent variable in experiments).
Dalam contoh dua penelitian di atas, susu dan penataran P4 sebagai independent
variables merupakan variabel tunggal. Demikian pula berat badan dan kesadaran

8
bermasyarakat, keduanya merupakan variabel tunggal. Sebagai contoh eksperimen yang
lebih dari satu variabelnya adalah sebagai berikut:
Independent variabel lebih dari satu.
Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar murid.
Dalam hal ini variabel lingkungan belajar diartikan terdiri dari lingkungan belajar
di rumah sebagai satu variabel atau sub-variabel dan lingkungan belajar di sekolah
sebagai variabel (sub-variabel) lain. Barangkali kalau akan lebih teliti lagi kita dapat
memperhatikan lingkungan belajar di masyarakat atau pergaulan sebagai variabel (sub-
variabel) ketiga. Apabila demikian, maka variabel sebagai konsep dapat dimengerti
sebagai sesuatu yang mempunyai nilai luas (ganda) maupun sempit (tunggal). Seperti
halnya susu dan penataran P4, kelihatannya merupakan variabel yang bernilai tunggal.
Tetapi lingkungan belajar merupakan variabel yang bernilai luas atau ganda.
Menurut pendapat Kerlingert selanjutnta tentang variabel:
It is posible, by definition, for a variable to have only one value. It is then called a
constant. We deal almost exclusively with variables that have one to more values.
Berikut ini adalah contoh eksperimen dengan variabel terikat lebih dari satu.
Pengaruh frekuensi mengikuti praktikum terhadap kemampuan mengajar. Yang
menjadi variabel terikat di dalam penelitian ini adalah kemampuan mengajar, yang
nilainya diperinci atas: kemampuan membuat persiapan tertulis dan kemampuan
mengajar di depan kelas. Jadi, secara terpisah ada dua variabel. Apabila dikehendaki
lebih teliti, kemampuan mengajar di depan kelas dapat diperinci lagi menjadi
kemampuan membuka pelajaran, mengajarkan materi dalam inti mengajar, menutup
pelajaran, kemampuan menggunakan alat, kemampuan mengelola kelas, mengevaluasi
murid dan sebagainya.
Dari pengalaman mengajar dan membimbing siswa, penulismendapat kesan bahwa
sukar sekali bagi sebagian para mahasiwa tersebut menentukan variabel. Sebagai contoh
dari judul penelitian di atas, yakni:
“Pengaruh Frekuensi Mengikuti Praktikum Terhadap Kemampuan Mengajar”.
Penulis menjumpai kesalahan-kesalahanyang ditentukan sebagai variabel, antara lain:
- Pengaruh frekuensi
- Mengikuti praktikum
- Praktikum
- Terhadap kemampuan mengajar
- Mengajar
9
- Dan sebagainya.
Dari gambaran ini rupanya belum tertangkap apa yang dimaksud dengan objek
penelitian, yang diamati oleh peneliti atau variabel penelitian tersebut.10
D. Pentingnya Memahami Variabel

Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasi setiap


variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi
setiap peneliti. Memang mengidentifikasi variabel dan sub-variabel ini tidak mudah,
karenanya membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Memecah-mecah variabel menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi,
yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh
peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Dalam contoh
kesadaran bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seseorang cukup besar atau tidak
kesadaran bermasyarakatnya, maka perlu dicari tanda-tandanya, indikatornya, bukti-
buktinya.
Kategori, indikator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam
merumuskan hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan
langkah penelitian yang lain. Sedikitnya sub-variabel atau kategori, akan menghasilkan
kesimpulan yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika variabelnya sedikit
tapi kecil-kecil).
Berhubung pentingnya kategorisasi variabel penelitian, maka berikut ini
disajikan contoh penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.
Contoh:
Sebuah penelitian dengan judul:
Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid
Variabel bebas : kualitas guru
Variabel terikat : prestasi belajar murid

10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 118-121

10
Yang ditulis di dalam tanda kurung adalah cara atau metode bagaimana data
diperoleh.
Variabel bebas: Variabel Terikat:
Kualitas guru Prestasi belajar murid
Sub-Variabel Sub-Variabel
1. Pendidikan guru (dokumen) 1. Nilai harian dokumen)
2. Pengalaman mengajar (dokumen) 2. Nilai ulangan umum (dokumen)
3. Banyaknya penataran (dokumen) Usia 3. Nilai tugas-tugas (dokumen)
(dokumen) 4. Cara menjawab pertanyaan di kelas
4. Minat menjadi guru (kuesioner kepada (observasi)
guru) 5. Cara menyusun laporan (dokumen)
5. Penguasaan terhadap materi pelajaran 6. Nilai ketelitian catatan (dokumen)
(kuesioner murid) 7. Ketekunan, keuletan (observasi)
6. Pendekatan/cara mengajar (observasi Dapat pula dipertimbangkan
atau kuesioner murid) 8. Usaha (observasi), dan sebagainya
7. Cara memilih alat dan cara
menggunakannya (observasi dan
kuesioner murid)
8. Hubungan guru-murid (kuesioner
murid)
9. Pribadi guru (wawancara, kuesioner
berbagai pihak)
10. Keluarga guru (kuesioner atau
wawancara)
11. Cara memberi PR (kuesioner murid
dan guru)
12. Dan sebagainya

Pada waktu menentukan sub-variabel ini peneliti harus selalu sambil berpikir,
bagaimana cara mengumpulkan datanya. Apabila hal ini tidak diperhatikan, maka dapat
terjadi diketemukan variabelnya, kelihatannya menarik, tetapi mungkin tidak ada datanya.11

11
Ibid, h. 121-122

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orag, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Data adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai acuan atau sumber dalam
penelitian.
3. Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasi setiap variabel
menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap
peneliti.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.


Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/data-dan-variabel-penelitian/,
diakses pada hari senin 18 november 2019, pada pukul 22.03

13

Anda mungkin juga menyukai