Anda di halaman 1dari 8

Pengembangan Modul Konseling Alat Kontrasepsi dalam Rahim ....

(Ferina, Benny Hasan Purwara, et al)

Pengembangan Modul Konseling Alat Kontrasepsi dalam Rahim


(AKDR) bagi Bidan

Development of Intrauterine Devices Counseling Module for Midwives

Ferina1*, Benny Hasan Purwara2, Elsa Pudji Setiawati2, Hadi Susiarno2, Muniroh Abdurrahman3,
dan Hadyana Sukandar2
1
Jurusan Kebidanan Bandung, Politeknik Kesehatan Bandung, Kementerian Kesehatan RI, Jln. Sederhana
No.2 Bandung, Indonesia
2
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Jln. Eijkman No. 38 Bandung, Indonesi
3
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Jln. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Indonesia
*Korespondensi Penulis : jewelferina28@gmail.com

Submitted: 04-09-2018; Revised: 09-01-2019; Accepted: 11-01-2019

DOI: https://doi.org/10.22435/mpk.v29i1.384

Abstrak
Keikutsertaan kontrasepsi Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) hingga saat ini belum memuaskan. Faktor
yang menyebabkan diantaranya akseptor tidak menerima efek samping, khawatir gangguan hubungan
seksual, dan risiko keganasan. Informasi melalui konseling yang kurang berkualitas menyebabkan
masalah tersebut. Hal ini terjadi karena kemampuan bidan melakukan konseling masih rendah. Panduan
konseling berupa Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK) dengan bentuk konseling terstrukur
belum mampu mendorong bidan melakukan konseling dengan baik. Lembar ABPK yang terlalu banyak
menyulitkan bidan untuk konseling. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul konseling AKDR.
Desain penelitian ini adalah exploratory qualitative dengan pendekatan naratif. Sampel dipilih dengan
purposive sampling, terdiri dari 2 pakar konseling, 3 pakar Keluarga Berencana (KB)-dokter spesialis
obstetri dan ginekologi, 3 pakar bidan, 1 pakar bahasa Indonesia, 8 praktisi bidan dan 8 Wanita Usia Subur
(WUS). Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan penjelasan yang memadai
dari pakar. Data diolah melalui tahap transkripsi, reduksi, koding, kategorisasi hingga terbentuk tema.
Tema yang diperoleh kemudian dikembangkan menjadi draf modul dengan pendekatan narrative literature
review hingga dihasilkan draf modul konseling AKDR. Uji keabsahan data kualitatif dilakukan dengan
triangulasi melalui diskusi kelompok bidan, diskusi kelompok WUS, dan expert judgement pada bulan
April-Juli 2017. Hasil penelitian ini berupa prototipe modul konseling AKDR yang dapat diterapkan untuk
menjadi panduan bagi bidan karena modul ini tidak hanya berisi bagaimana teknik konseling, informasi
yang disampaikan dalam konseling dan yang membedakan dengan modul sebelumnya, dalam modul ini
terdapat persiapan yang menguatkan seorang bidan penting melaksanakan konseling.
Kata kunci : modul; konseling; Alat Kontrasepsi dalam Rahim; bidan

Abstract
The participation of IUD contraception has not reached a satisfactory rate. The factor that caused this
because acceptors did not receive side-effects, fears of sexual intercourse disorders and the risk of
malignancy. Lack of information through counseling causes this problems. It caused the ability of midwives
to do counseling is still low. The counseling guide available on the form of Family Planning Decision Making
Tools (ABPK) with the form of structured counseling has not been able to encourage midwives to conduct
counseling properly. Too many ABPK sheets make it difficult for midwives to apply counseling practices.
The aim of this study was to develop a IUD counseling module. The research design used was exploratory
qualitative with a narrative approach. Samples were selected by purposive sampling, consisting of two
counseling experts, three obstetricians experts, three experts from midwifery person from an Indonesian

31
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 1, Maret 2019, 31 – 38

language expert, eight midwives practitioners and eight women of reproductive age. Data was collected
by in-depth interviews of experts. Data were processed through the stages of transcription, reduction,
coding, categorization to form a theme. The theme obtained was then developed into a draft module with
a narrative literature review approach to produce a draft module for IUD counseling. The validity test of
qualitative data was carried out by triangulation through midwife group discussions, discussion groups of
fertile age women, and expert judgement in April to July 2017. The results of this study are a prototype
of the IUD counseling module that can be applied as a guide for midwives because this module does not
only contain how the technique of counseling, what will be conveyed in counseling and what distinguishes
it from the previous module, in this module there is preparation that strengthens an important midwife to
carry out counseling.
Keywords : counseling; module; intrauterine devices; midwives

PENDAHULUAN bidan memiliki motivasi yang rendah tentang


Di seluruh dunia, tahun 2011 terdapat pelayanan kontrasepsi AKDR; 40% bidan lebih
14,3% wanita usia 15-49 tahun yang sudah menikah memilih melayani akseptor suntik dan melakukan
menggunakan Alat Kontrasepsi dalam Rahim pemasangan implan daripada memberikan AKDR
(AKDR). Namun penyebaran penggunaannya dengan alasan praktis dan lebih mudah.6 30%
sangat bervariasi, 80% penggunanya ada di provider salah paham tentang keamanan AKDR
wilayah Asia, dua pertiganya (64%) tinggal pada wanita nulipara.7 Kurangnya pengetahuan
di Cina sedangkan pengguna AKDR di Asia dan motivasi bidan tentang konseling kontrasepsi
Tenggara hanya 9,9%.1 Di Indonesia, AKDR AKDR mengakibatkan rendahnya akseptor
hanya menempati urutan ketiga penggunaannya kontrasepsi ini.6
dari semua metode yang ada. Padahal AKDR Badan Koordinasi Keluarga Berencana
merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling Nasional (BKKBN) mulai tahun 2005
efektif, nyaman, jangka panjang, murah, dan cepat bekerjasama dengan John Hopkins University/
kembali subur bagi penggunanya. Kepuasan klien Population Communication Services (JHU/
menggunakannya secara umum yang tertinggi dari PCS) telah mengembangkan kurikulum dan
semua metode kontrasepsi yang tersedia.2 modul komunikasi interpersonal/konseling yang
Penggunaan metode AKDR cenderung dirancang untuk meningkatkan interaksi antara
mengalami penurunan dari 8,1% (SDKI 1997) provider dan klien. Pengembangan kurikulum dan
menjadi 6,2% (SDKI 2002) dan turun lagi menjadi modul tersebut dilengkapi dengan berbagai media
4,9% (SDKI 2007).3 Bahkan cakupan penggunaan seperti brosur, leaflet, poster, video, dan Alat
AKDR berdasarkan SDKI tahun 2012 hanya 4%.4 Bantu Pengambilan keputusan ber-KB (ABPK).8
Meskipun menurut Profil Keluarga Indonesia tahun ABPK dikembangkan dan digunakan untuk
2017 peserta KB aktif metode IUD meningkat meningkatkan pola KB rasional dimana prioritas
menjadi 7,15%,5 namun hal ini belum sesuai utama kontrasepsi yang disarankan pada kondisi
dengan target capaian peserta Keluarga Berencana ini adalah kontrasepsi mantap (Kontap), susuk
(KB) aktif metode IUD. KB (AKBK), dan AKDR. Namun, hasil yang
Evaluasi terhadap pelayanan kontrasepsi diharapkan hingga saat ini belum sesuai harapan.8,9
AKDR hingga saat ini masih dirasa kurang Hasil penelitian evaluasi penggunaan ABPK oleh
berkualitas. Hal ini terbukti dengan relatif bidan di kota Cirebon dengan metode kualitatif
banyaknya peserta KB yang berhenti menggunakan wawancara mendalam menunjukkan bahwa bidan
alat kontrasepsi (drop out) karena alasan efek belum termotivasi menggunakan ABPK karena
samping dan kesehatan maupun kegagalan dalam tidak ada monitoring dari kepala puskesmas, Dinas
pemakaian sehingga menyebabkan kehamilan Kesehatan atau tim pelatih; bidan belum menguasi
yang tidak diinginkan.2,3 Hasil penelitian di struktur ABPK dengan baik karena lembaran ABPK
Kabupaten Kebumen menunjukkan 31,3% terlalu banyak, sehingga ABPK jarang digunakan,
pengetahuan bidan kurang tentang kontrasepsi disamping tugas lain yang banyak sehingga tidak
AKDR, diantaranya 5% lupa atau tidak tahu sempat menggunakannya dan kadang pasien yang
tentang cara kerja AKDR; 11,3% lupa tentang terburu-buru.9 Oleh karena itu, peneliti tertarik
efektifitas, efek samping, komplikasi, dan lama mengembangkan modul konseling AKDR sebagai
penggunaan AKDR. Masih terdapat 31,3% panduan bagi bidan untuk memperbaiki kualitas

32
Pengembangan Modul Konseling Alat Kontrasepsi dalam Rahim .... (Ferina, Benny Hasan Purwara, et al)

konseling dalam pelayanan KB. dilakukan sejak bulan April sampai Juli 2017. Uji
coba modul pada pengguna (bidan) dilakukan pada
METODE tahap penelitian berikutnya, tidak dalam rangkaian
Rancangan penelitian menggunakan tahap penelitian ini.
desain exploratory qualitative dengan pendekatan
naratif. Sampel dipilih dengan teknik purposive HASIL
sampling terdiri dari 3 orang dokter spesialis 1) Wawancara Mendalam dengan Pakar
obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Berdasarkan wawancara mendalam
Universitas Padjadjaran-Rumah Sakit Hasan diperoleh hasil yaitu 8 transkrip, 65 halaman, 2
Sadikin (Unpad-RSHS), 2 orang psikolog klinik/ tema, dan 4 sub tema. Tema yang diperoleh dari
konselor Fakultas Psikologi Unpad, 1 orang Ketua para pakar adalah teori konseling mulai dari input,
Ikatan Bidan Indonesia Pengurus Daerah Jawa proses dan output. Sub tema input mencakup
Barat, 1 orang praktisi bidan/pelatih Pusat Pelatihan persiapan konseling diantaranya karakter bidan
Klinik Sekunder (P2KS) Provinsi Jawa Barat, sebagai penolong, etik/kode etik profesi bidan,
1 orang bidan Sub Bagian Kesehatan Keluarga, tanggung jawab moral dan nilai personal, bidan
Dinas Kesehatan Kota Bandung, 1 pakar bahasa sebagai panutan/role model, sikap profesional,
Indonesia Fakultas Sastra Universitas Pendidikan komitmen konseling, pengembangan diri dan
Indonesia, 8 praktisi bidan dan 8 Wanita Usia profesionalisme. Sub tema proses konseling
Subur (WUS). mencakup diantaranya pembukaan konseling,
Data diperoleh melalui in-depht interview isi konseling mencakup teori substansi AKDR,
kualitatif untuk mendapatkan penjelasan- dan penutup. Bagan tema pengembangan modul
penjelasan yang memadai dari pakar. Data konseling AKDR secara lengkap dapat dilihat
diolah melalui tahap transkripsi, reduksi, koding, pada Gambar 1.
kategorisasi hingga terbentuk tema. Tema yang Fakta kualitas konseling yang dilakukan
diperoleh kemudian dikembangkan menjadi draf bidan saat ini masih kurang. Konseling sulit
modul dengan pendekatan narrative literature diterapkan di pelayanan dengan berbagai
review hingga dihasilkan draf modul konseling penyebabnya,9 sehingga keberhasilan cakupan
AKDR. program keluarga berencana belum tercapai sesuai
Untuk menghidari subjektifitas penelitian harapan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
kualitatif, dalam tahap pengolahan data dilakukan bahwa komunikasi interpersonal dalam keluarga
serangkaian kegiatan untuk menguji keabsahan berencana yang dilakukan di negara berkembang
data (trustworthiness) berupa uji kepercayaan dan negara maju termasuk Indonesia lebih sering
(credibility) sebagai validitas internal, keteralihan didominasi oleh provider dan sedikit melibatkan
(transferability) sebagai validitas eksternal, klien dalam proses pemilihan metode, seringnya
(dependability) sebagai reliabilitas dan provider gagal melakukan konseling yang sesuai
(confirmability) untuk menilai isi/content. Uji dengan kebutuhan klien.13
keabsahan data dilakukan dengan member check “Setau saya, yang dilakukan belum bentuk
(pengecekan anggota), peer debriefing (diskusi konseling tapi percakapan bentuk pemberian
teman sejawat), dan triangulasi. nasehat, jadi ketika klien itu memberikan keluhan,
Setelah draf modul dihasilkan, dilakukan belum digali keluhan itu secara mendalam,
triangulasi dengan kegiatan Focus Group langsung keluar saran, nasehat, belum menggali
Discussion (FGD) terhadap akseptor kontrasepsi problem kliennya. Kalo bidan menyapa sudah
modern dan praktisi bidan untuk meminta cukup, tapi mendengarkannya belum terlalu
pendapat/opininya terhadap pengembangan modul baik, cepat memotong, seolah-olah berdasarkan
AKDR, tahap akhir pengolahan data kualitatif pengetahuannya baru menyampaikan sedikit
meminta konsensus dari pakar terhadap modul saja pasiennya bidan sudah mengerti gitu.”
melalui expert judgement sehingga prototipe (TRP08,01).
modul yang dihasilkan valid dan reliabel. Seorang konselor harus memahami
Tempat penelitian di kota Bandung, prinsip konseling untuk menguatkan keterampilan
sesuai tempat wawancara dan expert panel/ konseling yang dimilikinya. Hal ini akan
expert judgement kepada pakar, dan FGD pada meningkatkan kemampuannya untuk melakukan
WUS akseptor kontrasepsi modern. Penelitian ini proses konseling.14,15

33
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 1, Maret 2019, 31 – 38

“Saya ga tau apa yang terjadi dengan (TRB03,01)


para bidan. Kalian kan bidan, harusnya paham Konseling tidak cukup hanya baik dalam
betul. Saya ga tau apakah bidan itu pasiennya menyambut klien, mengucapkan selamat datang,
terlalu banyak jadi ga punya waktu, karena memperkenalkan diri, akan tetapi, proses konseling
cukup lama kan kalo memberi tahu, ini loh alat yang dilakukan harus benar, tidak terburu-
kontrasepsi ada 10, yang ini ini keuntungannya buru menyimpulkan masalah klien berdasarkan
ini. Jadi kalo masalah itu sih akan ada sepanjang pengalaman konselor, bersegera memberi nasehat
masa, bidannya harus kuat. Ketika bidan ada dan informasi yang menurut konselor dibutuhkan
di garda pemerintah, dia harus punya strategi oleh klien.14,15 Karena praktik konseling yang
banget.” (TRP02,04). selama ini dilakukan pendekatannya lebih melihat
Konseling dalam pelayanan kontrasepsi pada pandangan dan pengalaman konselor, bukan
merupakan proses yang penting dilakukan karena berdasarkan pandangan klien.12,13
didalamnya ada proses penggalian masalah, “Mungkin pengetahuannya belum ada,
membantu klien memahami masalah dan pengetahuan konseling, atau kalupun ada masih
kebutuhannya, pemberian informasi yang sesuai salah dalam memahami konseling. Konseling
kebutuhan dan membantu membuat keputusan lebih melihat adanya percakapan dua arah,
pilihan kontrasepsi yang akan digunakan,14–16 interaktif antara yang meminta pertolongan
sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 1: dengan yang memberi pertolongan. Yang memberi
“Konseling dan seleksi pasien yang pertolongan tidak bisa menolong dengan framenya
penting, supaya pasien mendapat edukasi yang dia.”(TRP08,02).
tepat, itu sekitar 40%. Sudah dapat seleksi Berdasarkan informan ke-3 dan ke-6,
pasien yang betul baru proses pemasangannya, seorang bidan agar dapat melakukan konseling
itu juga berperan sampai 30% lagi lah. Sisanya yang berkualitas harus memiliki karakter bidan,
untuk menjaga keluhan efek samping. Supaya dia bersikap profesional, dan beretika, paham terhadap
jangan minta dicabut sebelum waktunya gitu” kewenangannya, ada panutan yang menjadi
(TRD01,13). contohnya. Untuk menjadi role model atau panutan,
Modul konseling yang ada selama ini sangatlah penting bekerja secara profesional dan
sudah memaparkan berbagai teori dasar konseling, mengikuti aturan sesuai kewenangan yang berlaku,
Namun, demikian pemaparan teori dasar konseling karena semua kegiatan yang dilakukannya menjadi
tersebut dirasakan masih kurang dipahami contoh dan panutan bagi bidan lain, baik dalam
oleh bidan sehingga sulit diimplementasikan otonomi maupun pengambilan keputusan.17
di pelayanan. Dari berbagai hasil penelitian “Bidan yang muda supaya tertarik harus
didapatkan bahwa belum ada kesadaran bidan melihat dulu panutannya siapa. Contoh bagi yang
sebagai konselor ingin membantu klien sesuai muda. Jangan merasa bosan, jangan nunggu
dengan kebutuhannya. Selama ini yang dilakukan nuturkeun, harus mengajak, merangkul bidan
bidan baru sebagai penyuluh bukan sebagai muda. Role model yang benar-benar role model
konselor.12,13 menyukai konseling.”(TRB06,04).
“Menurut saya ini yang harus dipahami Berdasarkan masukan pakar, teori
oleh petugas kontrasepsi karena sekalipun alatnya substansi AKDR terintegrasi dengan teori
sama ketika dipasang pada setiap orang akan ber konseling, dalam bagian pemberian informasi.
beda –beda, nilai atau value yang berbeda-beda, Teori substansi AKDR harus mencakup mekanisme
kebutuhannya juga sangat berbeda-beda, Para kerja, pelaksanaan pemasangan, efek samping,
petugas kesehatan harusnya tau bahwa manusia mitos dan kekhawatiran, dan contoh kasus yang
itu punya perbedaan secara individu yang harus paling sering dikeluhkan oleh klien mengenai
dia dekati dengan cara yang spesifik. (TRP02,03). AKDR. Setelah mendapatkan masukan dari
“Saat ini bidan itu kan kalo konseling pakar, dibuat peta konsep/tema yang selanjutnya
itu beda dengan penyuluhan, tetapi yang kami dikembangkan menjadi draf modul konseling
lihat rata-rata walaupun angka pasti kita ga tau AKDR.
ya belum ada penelitian berapa persen bidan Berbagai hasil penelitian menunjukkan
melakukan konseling, berapa persen melakukan bahwa komunikasi interpersonal dalam keluarga
penyuluhan, Cuma kelihatannya rata-rata masih berencana yang dilakukan di negara berkembang
terpaku penyuluhan, bukan berupa konseling.” dan negara maju termasuk Indonesia lebih sering

34
Pengembangan Modul Konseling Alat Kontrasepsi dalam Rahim .... (Ferina, Benny Hasan Purwara, et al)

didominasi oleh provider dan sedikit melibatkan pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhannya
klien dalam proses pemilihan metode, seringnya untuk mencapai suatu perubahan yang bermanfaat
provider gagal melakukan konseling yang sesuai dan menghasilkan perubahan perilaku, kemampuan
dengan kebutuhan klien.13 mengambil keputusan dan mempererat hubungan
“Setau saya, yang dilakukan belum bentuk antar individu.14–16 Konseling yang dilakukan harus
konseling tapi percakapan bentuk pemberian benar sejak awal membangun hubungan dengan
nasehat, jadi ketika klien itu memberikan keluhan, klien, membantu klien dengan mencari informasi
belum digali keluhan itu secara mendalam, yang tepat, membantu merumuskan masalah
langsung keluar saran, nasehat, belum menggali klien, dan mencari alternatif solusi.14,15 Karena
problem kliennya. Kalo bidan menyapa sudah praktik konseling yang selama ini dilakukan
cukup, tapi mendengarkannya belum terlalu pendekatannya lebih melihat pada pandangan
baik, cepat memotong, seolah-olah berdasarkan dan pengalaman konselor, bukan berdasarkan
pengetahuannya baru menyampaikan sedikit pandangan klien.13
saja pasiennya bidan sudah mengerti gitu.” “Mungkin pengetahuannya belum ada,
(TRP08,01). pengetahuan konseling, atau kalupun ada masih
Konseling bukan sekedar teknik salah dalam memahami konseling. Konseling
komunikasi dua arah antara konselor dan klien, lebih melihat adanya percakapan dua arah,
akan tetapi dalam konseling terjadi proses dinamis interaktif antara yang meminta pertolongan
yang melibatkan konselor terlatih untuk membantu dengan yang memberi pertolongan. Yang memberi
klien dalam memahami dan menjelaskan pertolongan tidak bisa menolong dengan framenya
kondisinya, mencapai self determination dan dia.”(TRP08,02).

Modul Konseling AKDR

Meningkatkan kualitas konseling


pelayanan Keluarga Berencana

Teori Konseling:
Meningkatkan
pengetahuan dan
INPUT PROSES OUTPUT keterampilan provider

Mempersiapkan diri PEMBUKAAN:  Bersikap hangat,


untuk proses Memulai interaksi  Terbuka,
konseling dengan klien  Membangun hubungan saling percaya
building rappot)
 Empati
Karakter bidan penolong

Menggali masalah Substansi Kontrasepsi


ISI AKDR:
Etika/kode etik Profesi untuk memahami
situasi dan
Kewenangan bidan kebutuhan klien
Pengertian kontrasepsi/
Tanggung jawab moral Pengaturan kehamilan untuk
dan nilai personal sehat

Jenis kontrasepsi AKDR


Role model/panutan

Sikap Profesional Kriteria kelayakan medis


pengguna AKDR
Komitmen konseling  Memberi informasi
Mitos dan kekhawatiran yang
 Alternatif solusi berkaitan dengan penggunaan
Pengembangan diri dan  Memfasilitasi AKDR
profesionalisme pengambilan
keputusan
Cara penggunaan AKDR

PENUTUP Mekanisme kerja AKDR

Manfaat AKDR
Review dan evaluasi
proses konseling Efek samping AKDR

Tindak lanjut Pengelolaan efek samping dan


pascapemasangan alur rujukan

Gambar 1. Tema Pengembangan Modul Konseling AKDR

35
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 1, Maret 2019, 31 – 38

2) Diskusi Kelompok Bersama WUS tentang konseling bidan dari penerapan modul
Diskusi kelompok/FGD dilakukan di konseling yang telah ada selama ini belum dapat
Kelurahan Pasteur RT 01 RW 01 tanggal 7 Juli mendorong para bidan untuk dapat melaksanakan
2017 dengan mengumpulkan 8 orang WUS konseling dengan baik dan benar. Berdasarkan
akseptor kontrasepsi modern untuk meminta hasil penelitian yang sudah dilakukan, provider
pendapatnya terhadap modul konseling AKDR belum benar-benar memahami konsep konseling,
yang dikembangkan. Materi substansi menurut sehngga tidak dapat melaksanakan konseling
WUS sudah cukup disampaikan dalam modul dengan baik.
yang dikembangkan. WUS menilai secara umum Konseling yang baik membutuhkan
modul konseling yang dikembangkan sudah persiapan, bukan hanya persiapan lingkungan
cukup dan topik yang disajikan memang harus fisik dan substansi yang sudah dipahami oleh
diberikan pada pasien. konselor, akan tetapi persiapan diri konselor juga
menjadi bagian penting yang sangat dibutuhkan.
3) Diskusi Kelompok Bersama Bidan Berdasarkan masukan dan informasi dari pakar,
Diskusi kelompok/FGD dilakukan di bahwa seorang konselor harus benar-benar
UPT Puskesmas Garuda Kota Bandung tanggal mau dan siap untuk menyelenggarakan proses
12 Juli 2017 dengan mengumpulkan 8 orang bidan konseling, karena jika tidak menginginkan
dengan latar belakang penididikan minimal D3 prosesnya, maka konselor pasti akan bersegera
Kebidanan untuk meminta pendapatnya terhadap menyelesaikan sessi konseling. Padahal, sessi
modul konseling AKDR yang dikembangkan. konseling tidak bisa hanya dibangun dengan
Menurut bidan, susunan modul sudah bertanya singkat dan langsung memberikan
cukup baik dan sistematis; isi modul sudah baik, masukan maupun saran kepada klien. Proses
kerangka pikir jelas, isi aktual dan lengkap; konseling dibangun dengan membuka
gambar menarik sehingga isi modul lebih hubungan saling percaya diantara konselor-
tervisualisasi dan mudah di pahami; ilustrasi klien, baru kemudian klien dapat secara terbuka
kasus yang dibuat terasa lebih nyata. Secara mengungkapkan perasaan dan permasalahnnya.
umum, bidan menyampaikan bahwa modul dapat Tugas konselor adalah mendengarkan secara
digunakan di pelayanan. Ukuran modul sudah aktif apa yang disampaikan oleh klien, sehingga
cukup, mudah dibawa dan digunakan. di akhir sessi konseling, seorang konselor dapat
membantu klien mengambil keputusan secara
4) Penilaian Pakar mantap dan bertanggung jawab.13
Penilaian pakar (expert judgement) Topik persiapan diri konselor yang
dilakukan kepada 5 orang pakar, terdiri dari masuk ke dalam persiapan konseling diantaranya
para pakar yaitu 2 orang dokter spesialis obstetri karakter bidan sebagai penolong, etik/kode etik
dan ginekologi Fakultas Kedokteran Unpad- profesi bidan, tanggung jawab moral dan nilai
RSHS, 1 orang psikolog klinik/konselor Fakultas personal, bidan sebagai panutan/role model, sikap
Psikologi Unpad, 1 orang praktisi bidan/pelatih profesional, komitmen konseling, pengembangan
P2KS Provinsi Jawa Barat, dan 1 orang pakar diri dan profesionalisme. Topik ini belum ada
Bahasa Indonesia dari Fakultas Sastra Indonesia pada modul konseling KB yang telah ada saat ini.
UPI. Seluruh pakar setuju prototipe modul dapat Padahal jika dilihat kepentingannya, persiapan
digunakan di pelayanan KIA/KB setelah diuji diri konselor ini dapat berpengaruh besar
cobakan pada pengguna (bidan). Modul yang terhadap keberhasilan proses konseling. Modul
dibuat dapat membantu bidan menjadi panduan konseling AKDR sebagai panduan bagi bidan
di pelayanan memberikan referensi aktual dan ini dikembangkan bukan hanya mempersiapkan
faktual sebagai bekal memberikan pelayanan konselor mampu menyampaikan berbagai metode
konseling KB yang berkualitas. kontrasepsi, tetapi secara teknik konseling,
konselor mampu melaksanakannya.
PEMBAHASAN Berdasarkan topik persiapan konseling
Modul konseling AKDR yang yang dikembangkan, bidan didorong mau dan
dikembangkan oleh penulis memiliki beberapa mampu melaksanakan proses konseling yang
perbedan substansi dengan modul konseling baik. Topik karakter bidan sebagai penolong
KB yang sudah dikembangkan oleh BKKBN. diharapkan mampu memberikan pemahaman
Hal ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian kepada setiap bidan bahwa konseling merupakan

36
Pengembangan Modul Konseling Alat Kontrasepsi dalam Rahim .... (Ferina, Benny Hasan Purwara, et al)

bagian yang tidak terpisahkan dari asuhan dan teori substansi kontrasepsi AKDR disajikan
filosofi kebidanan. Bidan sebagai penolong tidak penulis dalam modul ini sebagai bagian dari teori
lagi berorientasi dirinya sebagai pusat asuhan yang konseling dalam bagian pemberian informasi,
mengetahui segalanya dan pasti dapat membantu tidak berdiri sendiri. Penulis juga tidak menyajikan
memberi jalan keluar bagi masalah klien. Bidan teori substansi seluruh metode kontrasepsi dalam
sebagai penolong diharapkan mampu melakukan bagian informasi, tapi hanya teori substansi
kesesuaian kepribadian dengan klien dari sisi AKDR, sesuai dengan masukan pakar bagian
sosial dan ekonomi, norma sosial dan budaya, konseling AKDR yang akan menguatkan
kedudukan wanita dalam keluarganya. Hal ini pemahaman klien tentang kontrasepsi AKDR
merupakan faktor kunci suksesnya hubungan agar mantap mengambil keputusan menggunakan
antar konselor dan klien.13 AKDR berdasarkan tanggung jawabnya.
Pada topik etik/kode etik profesi bidan, Di bagian akhir modul konseling AKDR
tanggung jawab moral dan nilai personal, bidan disajikan topik bermain peran praktik konseling,
sebagai panutan/role model, sikap profesional, penutup konseling, soal latihan, lembar evaluasi
dan komitmen konseling dibangun bahwa proses diri dan lembar penilaian konseling untuk
konseling merupakan bagian dalam konsep membantu pengguna dapat menggunakan modul
kebidanan, etika dan kode etik profesi bidan, secara mandiri.
termasuk ketika bidan berperilaku akan menjadi
panutan bagi bidan junior dan mahasiswa bidan KESIMPULAN
yang berpraktik di bangsal kebidanan.17 Dihasilkan prototipe modul konseling
Topik pengembangan diri dan AKDR yang dapat diterapkan untuk menjadi
profesionalisme bagi seorang bidan sangat panduan bagi bidan. Penelitian ini hanya
penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan sampai tahap mengembangkan modul hingga
yang diberikannya serta menampilkan citra diri menjadi prototipe. Rencana dilakukan penelitian
yang positif di tengah masyarakat. Bidan yang selanjutnya untuk uji coba modul kepada
cakap, kompeten, dan profesional akan lebih pengguna (bidan).
mudah memperoleh kepercayaan masyarakat
dalam praktiknya. Khususnya dalam memberikan SARAN
konseling, membangun kepercayaan klien kepada Modul masih membutuhkan uji coba
bidan adalah pilar utama sebelum melangkah ke penerapan pada pengguna (bidan) pada tahap
tahap berikutnya. Kepercayaan klien merupakan penelitian berikutnya sehingga dapat digunakan
salah satu modal dasar keberhasilan konseling.16 bidan dan disebarluaskan sebagai panduan praktis
Pengembangan diri dan profesionalisme ini di pelayanan KIA/KB
penting dilakukan secara periodik dalam jangka
waktu tertentu, agar kompetensi tetap dapat UCAPAN TERIMA KASIH
terpelihara dengan baik. Organisasi profesi Penghargaan yang setinggi-tingginya
dan Dinas Kesehatan berperan penting dalam disampaikan kepada Pusat Peningkatan Mutu
pengawasan hal ini. Sumber Daya Manusia Kesehatan PPSDM
Setelah persiapan diri dan lingkungan Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kementerian
mantap dilakukan oleh seorang bidan, topik Kesehatan Bandung, Universitas Padjadjaran
berikutnya masuk kedalam proses konseling. yang telah memberikan dukungan dalam
Pada topik proses konseling modul AKDR ini juga menyelesaikan penelitian ini.
disajikan berbeda dengan modul konseling KB
yang telah ada. Pada modul konseling KB yang DAFTAR PUSTAKA
ada, teori konseling dan teori substansi metode 1. Buhling KJ, Zite NB, Lotke P, Black K,
kontrasepsi disajikan dalam bentuk paralel pada Group W. Worldwide Use of Intrauterine
bab terpisah, seolah topik teori konseling dan Contraception : a Review. Contraception.
teori substansi metode kontrasepsi berdiri sendiri. 2014;89(3):162-173.doi:10.1016/j.
Namun, dalam modul konseling AKDR yang contraception.2013.11.011
dikembangkan penulis sesuai masukan pakar 2. Alnakash AH. Influence of IUD Perceptions
yang diwawancara, teori konseling disajikan on Method Discontinuation. Contraception.
sebagai kerangka besar yang akan membangun 2008;78:290-293.doi:10.1016/j.
pemahaman konseling bagi para bidan. Adapun contraception.2008.05.009

37
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 1, Maret 2019, 31 – 38

3. Arsyaningsih N, Suhartono, Suherni T. Pelayanan Keluarga Berencana oleh Bidan


Analisis Faktor yang Mempengaruhi Puskesmas di Kota Cirebon. 2014.
Kualitas Pelayanan Konseling KB AKDR 10. Cronin P, Ryan F, Coughlan M. Undertaking
oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas a literature review : a step-by-step approach.
Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun Br J Nurs.2008;17(1):38-43. doi:10.12968/
2013. J Kebidanan. 2014;3(6):17-29. bjon.2008.17.1.28059
4. Badan Kependudukan dan Keluarga 11. Cresswell JW. Research Design: Qualitative,
Berencana Nasional. Survei Demografi Dan Quantitative, and Mixed Methods
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Approaches. 4th ed. (Knight V, ed.). Los
Kesehatan Republik Indonesia; 2013. Angeles: SAGE Publications; 2014.
5. Kurniawan R, Hardhana B, Yudianto, 12. Widayati RS, Widagdo L, Purnami CT.
eds. Data Dan Informasi Profil Kesehatan Analisis Pelaksanaan Konseling Kontrasepsi
Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian oleh Bidan di Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Kesehatan Republik Indonesia; 2018. Surakarta. GASTER. 2014;11(2):78-87.
6. Kusumastuti, Purnami CT, Tjondrorini. 13. Dehlendorf C, Krajewski C, Borrero S.
Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Contraceptive Counseling : Best Practices to
dengan Perilaku Pelayanan Kontrasepsi oleh Ensure Quality Communication and Enable
Bidan di Kabupaten Kebumen. J Ilm Kesehat Effective Contraceptive Use. Clin Obstet
Keperawatan. 2015;11(2):91-103. Gynecol. 2014;57(4):659-673.
7. Tyler CP, Whiteman MK, Zapata LB, Curtis 14. Corey G. Theory and Practice of Counseling
KM. Health Care Provider Attitudes and and Psychotherapy. 9th ed. (Dobrin S, ed.).
Practices Related to Intrauterine Devices Belmont, USA: Cengage Learning; 2013.
for Nulliparous Women. Obstet Gynecol. 15. Nystul MS. Introduction to Counseling: An
2012;119(4):762-771. doi:10.1097/ Art and Science Perspective. 5th ed. SAGE
AOG.0b013e31824aca39 Publications; 2015.
8. Pusat Pendidikan dan Pelatihan 16. Byrom S, Downe S. ‘She sort of shines’:
Kependudukan dan KB. Modul Diklat midwives’ accounts of ‘good’ midwife-
Teknis Penggunaan Alat Bantu Pengambilan ry and ‘good’ leadership. Midwife-
Keputusan (ABPK) Dalam KIP/Konseling ry. 2010;26(1):126-137. doi:10.1016/j.
KB. 2nd ed. Jakarta: Pusat Pendidikan dan midw.2008.01.011
Pelatihan Kependudukan dan KB Badan 17. Bluff R, Ed C, Midwifery FE. The ef-
Kependudukan dan Keluarga Berencana ficacy of midwifery role models. Mid-
Nasional; 2015. wifery. 2008;24:301-309. doi:10.1016/j.
9. Rokhmah J. Evaluasi Penggunaan Alat Bantu midw.2005.02.008
Pengambilan Keputusan (ABPK) dalam

38

Anda mungkin juga menyukai