Anda di halaman 1dari 17

Sejarah dan Teori Mountaineering

Racana Letjen Mashudi – Emma Poreadiredja periode 2018/2019

Oleh

Tesya Kharisma
NTA.0919.07.538220

GERAKAN PRAMUKA
GUGUSDEPAN KOTA BANDUNG 07001-07002
RACANA LETJEN MASHUDI – EMMA POERADIREDJA
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah,-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang sejarah dan teori mountenering.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang sejarah dan teori mountenering
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, 10 Mei 2019

Penyusun

ii
LEMBARAN PENGESAHAN
Sejarah dan Teori Mountaineering
MAKALAH
Bandung, 11 Mei 2019
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Pandega
Dalam Menempuh Tanda Kecakapan Umum (TKU) Tingkat Pandega
Racana Pandega Letjen Mashudi – Emma Poeradiredja
Universitas Pasundan

Diketahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Didi Abdillah _Teni Setiyani _


N.T.A : 0919.07. N.T.A : 0919.07.283200

Disetujui
Ketua Dewan Racana Putri Pemangku Adat Putri

Neng Yati Kartika Mulia Fatikasari


N.T.A : 0919.07.615570 N.T.A : 0919.07.934246

Pembina Racana Putra/putri

Desi Habibah Nurlatifah


N.T.A : 0919.07.531537

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


LEMBARAN PENGESAHAN ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Mountainerring ......................................................................................... 4
2.2. sejarah ........................................................................................................................... 6
2.3 Persiapan Bagi Seorang Pendaki Gunung ................................................................. 8
2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam setiap pendakian. ....................................... 9
2.5 Jenis Perjalanan / Pendakian .................................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................... 12
PENUTUP.............................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kalau kita mempelajari sejarah pendidikan kepramukaan kita tidak


dapat lepas dari riwayat hidup pendirigerakan kepramukaan sedunia Lord
Robert Baden Powell of Gilwell.Hal ini disebabkan pengalaman beliaulah
yang mendasari pembinaan remaja di negara Inggris. Pembinaanremaja
inilah yang kemudian tumbuh berkembang menjadi gerakan kepramukaan.
Gagasan organisasi Boden Powell tersebut dalam waktu singkat menyebar
ke berbagai negara termasuk Belanda.Di belanda gerakan pramuka dinamai
Padvinder.Pada masa itu Belanda yang menguasai Indonesia membawa
gagasan itu ke Indonesia. Akhirnya mereka mempunyai ide untuk
mendirikan organisasi tersebut di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland
Indische PadvindersVereeniging = Persatuan Pandu-Pandu Hindia
Belanda).
Selanjutnya dalam perkembangan, pemimpin-pemimpin gerakan
nasional Indonesia mendirikan organisasi kepanduan dengan tujuan
membentuk manusia Indonesia yang baik dan siap menjadi kader
pergerakan nasional. Sejarah pramuka di Indonesia dianggap lahir pada
tahun 1961. Hal tersebut didasarkan pada Keppres RI No. 112 tahun 1961
tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan
Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebutkan
Presiden pada 9 Maret 1961. Peringatan hari Pramuka diperingati pada
setiap tanggal 14 Agustus dikarenakan pada tanggal 14 Agustus 1961
adalah hari dimana Gerakan Pramuka di perkenalkan di seluruh Indonesia,
sehingga ditetapkan sebagai hari Pramuka yang diikuti dengan pawai besar.

1
Kepramukaan pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan yang
menyenangkan bagi anak muda, dibawah tanggungjawab anggota dewasa,
yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan keluarga,
dengan tujuan, prinsip dasar dan metode pendidikan tertentu.
Gerakan Pramuka adalah suatu gerakan pendidikan untuk kaum muda,
yang bersifat sukarela, nonpolitik, terbuka untuk semua, tanpa
membedakan asal-usul, ras, suku dan agama, yang menyelenggarakan
kepramukaan melalui suatu sistem nilai yang didasarkan pada Satya dan
Darma Pramuka. Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap
pramuka:
1) memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa
patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilainilai luhur bangsa,
berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani.
2) menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat
yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara
mandiri serta bersamasama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa
dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam
lingkungan.
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang
kita. Secara bahasa arti kata Mountaineering adalah teknik mendaki
gunung. Ruang lingkup kegiatan Mountaineering sendiri meliputi kegiatan
sebagai berikut Hill Walking/Hiking, climbing, rock climbing, Ice and
Snow Climbing.

1.2 Rumusan masalah

- Apa yang di maksud mountaineering?


- Kegiatan apa saja yang berkaitan dengan mountaineering?

2
- Apakah manfaat mengtahui mounteneering?
- Apa yang harus di persiapkan sebelum melakukan mountaineering?

1.3 Manfaat tulisan


- Untung menegtahui apa yang di maksud dengan mountaineering
- Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang di pelajari dalam kegiatan
mountaineering.
- Agar memudahkan pembaca dalam mengetahui tentang kegiatan
mountaineering.
- Agar mengetahui hal-hal yang perlu di persiapkan sebelum meakukan
mountaineering.

1.4 Tujuan penulisan

- Untuk salah satu syarat dalam penempuhan pandega.

- Untuk mengetahui materi kegiatan mountaineering.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mountainerring
Mendaki gunung merupakan aktivitas yang keras, penuh petualangan
dan kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan dan daya
juang yang tingggi. Bahaya dan tantangan seakan hendak mengungguli
merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan
tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan
alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar berarti keunggulan terhadap
rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri. Pada
dasarnya pendaki harus memiliki motivasi yang jelas, terarah, dan tidak
merugikan diri sendiri.
Mountaineering adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan
penjelajahan gunung atau kegiatan yang biasa dilakukan untuk melintasi
medan-medan yang biasa terdapat di pegunungan, seperti medan menanjak
yang terjal, lembah yang curam, sungai dan tebing.Jadi dalam melakukan
kegiatan mountaineering diperlukan alat khusus.
Kegiatan mountaineering terbagi menjadi 3 jenis yaitu Ascending,
Descending,dan Penyebrangan.
a. Ascending.
Ascending adalah kegiatan naik dalam suatu medan dengan menggunakan
lintasan berupa tali dan menggunakan alat-alat tertentu. !ang termasuk
kegiatanascending adalah :
- Jumaring adalah kegiatan ascending yang menggunakan alat bernama
ascender handle, dmana alat-alat yang digunakan yaitu tali kernmantel,
Ascender handle, carabiner, dan Stirrup. Teknik melakukan jumaring
pertama buat sebuah tambatan menggunakan tali kernmantel di tempat yang
kuat dan aman, lalu asang ascender handle yang sudah dilengkapi dengan
stirrup pada tali kernmantel dan pasang carabiner sebagai safety, lalu
kaitkan stirrup bagian atas pada carabiner yang terdapat pada tali body dan

4
stirrup jumar bagian bawah sebagai pijakan, geser naik ascender handle
yang tidak dibebani dan yang lainnya sebagai pijakan lakukan terus
menerus hingga mencapai tujuan.
-Prussiking adalah kegiatan ascending yang menggunakan bantuan alat
berupa tali kernmantel degan ukuran 0mm yang sudah disimpul pisherman
sehingga terbentuk sebuah loop dan disematkan pada tali utama
menggunakan simpul prusssik. Alat yang digunakan tali kernmantel dan tali
prussik, carabiner, coutail. teknik melakukan kegiatan prussiking yang
pertama yaitu sematkan tali prusik pada tali utama menggunakan simpul
double jangkar masing-masing diatas lalu kaitkan tali prusik yang diatas
dengan tali body menggunakan carabiner dan kaitkantali prusik yang
dibawah ke carabiner dengan tambahan coutail sebagai safety dan tali
prusik yang dibawah sebagai pijakan. Lalu gerakan tali keatas dengan
dikendurkan sedikit demi sedikit pada tali utama. Dengan cara tidak
membebani bagian yang akan digeser. bagian yang dibebani akan membuat
simpul semakin kencang dan terkunci karena bersifat hith, kemudial
lakukan terus hingga mencapai tujuan.
b. Descending.
Descending adalah kegiatan medan turun dengan menggunakan lintasan
berupa tali dan menggunakan batuan sebagai alat- alat tertentu. Kegiatan
descending meliputi:
- Rappelling, merupakan kegiatan descending dengan menggunakan alat
descender berupa figure of eight. Adapun alat yang di gunakn yaitu tali
kernmantel, figure of eight, dan carabiner. Adapu teknik yang di lakukan
yang pertama yaitu pasang tali caramantel pada figure og eight lalu kaitkan
dengan tali body dengan menggunakan carabiner, posisikan tali kermantel
ke bawah di kanan untuk untuk tangan formal dankiri untuk kidal, lalu
tangan kanan memegang tali karmantel di belakang pinggang dan tangan
kiri memegang tali kermentel beberapa cm di atas figure of eight sebagai
penyeimbang. Lalu posisikan kaki selebar bahu dan lutut jangn di tekuk,

5
badan di rebahkan menjauhi figure og eightagar baju tidak nyangkut pada
tali yang bergerak pada figure. Lalu turun pelan-pelan dengan cara
mengendurkan tali yang di pegang di belakang pinggang. Lakukan terus
menerus hingga mencapai tujuan.
- turun hesti, adalah kegiatan turun pada medan miring menggunakan alat
berupa tali. Adapun teknik nya posisi tubuh sejajar dengan tali utama. Tali
berada di belakang pinggang. Salah satu tangan memegang tali yang berada
di atas dan satu tangan lagi memegang tali yang berada di bawah, untuk
istirahat lilitkan tali yang berada di bawah pinggang sehingga kedua tali
bertemu dan menahan tubuh.
c. penyebrangan.
Kegiatan melintas satu medan vertikal dengan menggunakan tali dan alat
bantu lainnya.
- penyembrangan basah, kegiatan melintas medan yang terdapat air engan
menggunakan lintasan tali dan alat tertentu. Adapun alat yang di gunakan
yaitu tali kermentel, dan cowtal.
- penyembrangan kering, menggunakan lintasan tali dan lat bantu tertentu,
sama dengan penyembrangan basah cume yang membedakan hanya medan
yang di lintasi.

2.2. sejarah
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang
kita. Adapun sejarah dunia dan sejarah indonesia akan di jabarkan pada
penjelasan berikut ini:
- sejarah Dunia
1942 : Anthoine de Ville memanjat tebing Mont Aiguille (2907 m) di
pegunungan alpen untuk berburu chamois (Kambing gunung)
1624 : Pastor pastor Jesuit, melintasi pegunungan himalaya dari
gharwal di Iindia ke Tibet menjalankan tugas misionarisnya

6
1760 : Professoe de Saussure menawarkan hadiah besar bagi siapa saja
yang dapat menaklukkan puncak mont blanc guna kepentingan
ilmiahnya.
1786 : Puncak tertinggi di pegunungan alpen Mont Blanc (4807 m)
akhirnya dicapai oleh Dr. Michel Paccaro dan Jacquet Balmat.
1852 : Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen
diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak
Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah
raga.
1852 : Sir George Everest, akhirnya menentukan ketinggian puncak
tertinggi dunia, dan di abadikan dengan namanya (8.848 m), orang
Nepal menyebut puncak ini dengan nama sagarmatha, orang tibet
menyebutnya chomolungma.
1878 : Clinton Dent (bukan pepsoden) memnjat tebing Aigullie de dru
di perancis yang memicu trend pemanjatan tebing yang tidak terlalu
tinggi tetapi cukup curam dan sulit, banyak orang menganggap
peristiwa ini adalah kelahiran panjat tebing
1895 : AF Mummery orang yang disebut sebagai bapak pendakian
gunung modern hilang di Nanga Parbat (8.125 m), pendakian ini
adalah pendakian pertama puncak di atas ketinggian 8.000 m
1924 : Mallory dan Irvina mencoba lagi mendaki Everest, keduanya
hilang di ketinggian sekitar 8.400 m
1953 : Pada tanggal 29 mei Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing
Norgay akhirnya mencapai atap dunia puncak everest.

b. Sejarah Indonesia
1623 : Yan Carstenz adalah orang pertama melihat adanya pegunungan
sangat tinggi, dan tertutup salju di pedalaman irian

7
1899 : Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran
laporan Yan Carstensz hampir 3 abad sebelumnya tentang “ …
pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!” di
perdalaman Irian. Maka namanya diabadikan sebagai nama puncak
yang kemudian ternyata merupakan puncak gunung tertinggi di
Indonesia.
1962 : Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan
Heinrich Harrer.
1964 : Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaitu Fred
Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi
Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Jaya di Irian. Puncak yang
berhasil didaki itu sempat dianggap Puncak Carstensz, sebelum
kemudian dibuktikan salah.
Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang
dipimpin Philip Temple.
Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadri
di Bandung dan Mapala UI di Jakarta, lalu di susul oleh perkumpulan
perhimpunan pencinta alam lainnya mulai dari, MPA,SISPALA, KPA,
ERNIPALA, MODIPALA dan sebagainya
1972 : Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy
Badil, berhasil mencapai Puncak cartenz. Mereka merupakan orang-
orang sipil pertama dari Indonesia yang mencapai puncak ini.

2.3 Persiapan Bagi Seorang Pendaki Gunung


Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa
persyaratan, antara lain :

- Mental. Seorang pendaki gunung harus tabah dalam mengahdapi berbagai


kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani.
Berani disini, yaitu sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya

8
secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang
dimiliki.
- Pengetahuan dan keterampila. Meliputi pengetahuan serta keterampilan
tentang tali temali, navigasi darat, cuaca dan teknik-teknik pendakian,
pengetahuan tentang alat pendakian,, pertolongan pada keadaan darurat,
bertahan hidup di alam bebas dan sebagainya.
- Kondisi fisik yang memadai. Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung
termasuk olahraga yang berat. Berhasil dan tidaknya suatu pendakian salah
satunya bergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap
baik dan siap selama perjalanan haruslah selalu berlatih.
- Etika. Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah
bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum
yang berlaku harus kita pegang teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan
keselamatan diri sendiri bukanlah sikap yang terpuji sebagaimana juga bila
kita tidak menghargai sikap dan pendapat masyarakat disekitar kita pada
kegiatan mendaki gunung yang kita lakukan.

2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam setiap pendakian.


- Jumlah anggota dalam setiap pendakian minimalnya 3 orang, kecuali
kalau pendukung yang telah diatur sebelumnya cukup memadai.

- Jagalah agar anggota kelompok tetap bersama.

- Janganlah mendaki diluar / melebihi batas kemampuan diri sendiri dan tim.

- Bawalah setiap saat makanan, pakaian, peralatan dan perlengkapan


secukupnya.

- Tinggalkanlah daftar Rencana Operasional Perjalanan dan daftar barang


bawaan kita pada orang yang berkepentngan (keluarga, organisasi, dsb).

9
- Ikutilah aturan / saran dari para pendaki gunung yang sebelumnya telah
mendaki gunung tersebut, melalui buku-buku atau sumber informasi lainnya.

- Berusahalah untuk bertindak / berlaku bijak sebagai Pencinta Alam yang


benar-benar menjaga kelestarian alam & lingkungan dalam setiap kesempatan
mendaki gunung.

2.5 Jenis Perjalanan / Pendakian


Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan yang meliputi
mulai dari hill walking sampai pada ekspedisi pendakian ke puncak-puncak
yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu yang lama, berhari-hari
bahkan berbulan-bulan. Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi,
mountaineering dapat dibagi menjadi :

- Hill Walking. Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relative landai dan


yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan. Untuk
pengaman jalur lintasan biasanya tali dipasang.
- Scrambling. Pendakian pada permukaan yang tidak terlalu terjal,
namun tangan digunakan untuk keseimbangan. Namun bagi pemula,
sebaiknya dipasang tali untuk pengaman jalur lintasan dan
mempermudah perjalanan.
- Climbing. Kegiatan pendakian ini membutuhkan tekhnik pemanjatan
dan penguasaan peralatan tekhnis. Climbing terbagi atas 2 bagian,
yakni:
a. Rock Climbing. Pendakian yang dilakukan pada pemanjatan tebing
batu yang cukup terjal.
b. Snow & Ice Climbing. Pendakian pada dinding yang
permukaannya tertutup salju dan es. Dalam hal ini peralatan khusus
sangat dibutuhkan seperti ice axe, crampon, ice screw, dsb.

Gabungan perjalanan dari semua bentuk pendakian diatas. Bisa


berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping

10
penguasaan teknik dan peralatan mendaki, yang perlu dikuasai pula
yaitu manajemen perjalanan dan perbekalan.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mountaineering adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan penjelajahan gunung
atau kgiatan yang biasa dilakukan untuk melintasi medan-medan yang biasa terdapat
di pegunungan, seperti medan menanjak yang terjal, lembah yang curam, sungai dan
tebing.Jadi dalam melakukan kegiatan mountaineering diperlukan alat khusus.
Selain itu terdapat beberapa junis mountaineering yang perlu di pelajari yaitu
Ascending, Descending,dan Penyebrangan.
Pemahaman tentang mountaineering sangat di perlukan dalam kegiatan kepramukaan
karena pada saat menjelajah alam kita harus mempunyai pengetahuan agar bisa
menyatu dengan alam. Mountaineering juga bermanfaat pada kegiatan SAR dan scout
rescue dalam kepramukaan.

3.2 Saran
Dalam makalah yang saya buat ini yang bertujuan untuk penempuhan pandega
di Racana Universitas Pasundan gugus depan 07001-0702 dalam isi makalah yang saya
buat mudah mudahan dapat bermanfaat umumnya untuk semua orang dan khususnya
bagi anggota pramuka. Dalam hal ini saran yang akan saya tujukan yaitu kepada
seluruh anggota pramuka dan khususnya kepada anggota racana Universitas pasundan
agar bisa lebih mempelajari kepramukaan mountaineering ini, karena hal ini sangat
perlu ketika sedang berada di alam. Dalam penulisan ini saya berterima kasih kepada
kakak-kakak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Saya ucapkan
terimaksih dan mohon maaf apabila terdapat ucapan yang tidak berkenan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11097306/Mounteneering
https://barripandapa.wordpress.com/2013/10/29/pengantar-mountaineering/
https://www.academia.edu/35124691/Materi_pramuka_penegak

13

Anda mungkin juga menyukai