Anda di halaman 1dari 84

TUGAS AKHIR

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA 2

Penyusun:
Asep Rahmat
1711401

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karna rahmat-nya lah kami
dapat menyelesaikan penulisan buku rangkuman mata kuliah matematika 2 ini.

Buku ini di susun dengan tujuan untuk melengkapi tugas akhir dalam mata pelajaran
matematika dua, dan sebagai prasarat untuk menyelesaikan matakuliah ini, adapun konsep
dasar dari buku ini meliputi sejarah matematika keterampilan dalam menyelesaikan soal dan
cara pemecahan soal-soal matematika

Setiap bab dalam buku ini diawali dengan ringkasan dari materi pokok yang
dipelajari. Walaupun ringkas rangkuman ini masih memuat konsep-konsep penting yang
harus dipahami secara benar dan disertai pula dengan contoh-contoh yang relevan, soal-soal
yang diselesaikan diberikan secara terinci tahap demi tahap dengan maksud memberi panduan
dalam menyelesaikan soal secara benar, baik langkah-langkah maupun hasilnya.

Demikian tugas ini dibuat agar memberi manfaat yang sebesar-besarnya baik untuk
orang,lain khusunya bagi diri pribadi. Dan tugas ini pun dibuat untuk melngkapi penilaian
ahir dalam mata kuliah matematika dua.

Akhir kata, Tiada gading yang tak retak,demikian juga dengan tugas yang kami buat
yang masih jauh dengan kata sempurna, oleh karna itu kami harapkan dari teman-teman
khusunya Ibu dosen untuk matematika 2 mohon maaf atas segala kekurangan dalam
pengerjaan tugas akhir ini,

Bandung , Mei 2018


Penyusun

Asep Rahmat

NPM : 1711401

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................ix
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1........................................................................................6
C. Uraian Materi...............................................................................................................6
D. Aktivitas Pembelajaran.................................................................................................2
Aktivitas 1:..............................................................................................................................2
Aktivitas 2:..............................................................................................................................3
Aktivitas 3:..............................................................................................................................4
Aktivitas 4:..............................................................................................................................5
Aktivitas 5:..............................................................................................................................6
Aktivitas 6:..............................................................................................................................7
E. Rangkuman...................................................................................................................8
F. Tes Formatif.................................................................................................................8
G. Kunci Jawaban..............................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................7
UJI KOMPETENSI...............................................................................................................8
GLOSARIUM.........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2.1 Augustin Louis Cauchy (1789-1857)...................................................

Gambar 2.2.2 Ilustrasi Achilless dan Kura-Kura........................................................

Gambar 2.2.3 Luasan berbentuk persegi....................................................................

x 2−4
Gambar 2.2.4 Grafik Fungsi f(x) = ...........................................................
x−2

1
Gambar 2.2.5 Grafik Fungsi f(x) = 2 .................................................................
x

Gambar 2.2.6 Ilustrasi Limit Trigonometri.................................................................

Gambar 2.2.7 Ilustrasi Kontinuitas.............................................................................

Gambar 2.2.8 Ilustrasi Fungsi Naik dan Fungsi Turun...............................................

Gambar 2.2.9 Nilai Stasioner Fungsi..........................................................................

Gambar 2.2.10 Luas Daerah Antar Kurva..................................................................

Gambar 2.2.11 Ilustrasi Benda Putar..........................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ruang Lingkup Isi Modul...........................................................................

2
x −4
Tabel 2.2.1 fungsi f(x) = ...........................................................................
x−2
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

Kegiatan Belajar 2: Kalkulus

Uraian Materi
Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil", untuk menghitung) adalah cabang
ilmu matematika yang mencakup limit,turunan, integral, dan deret takterhingga. Kalkulus
adalah ilmu yang mempelajari perubahan, sebagaimana geometri yang mempelajari
bentuk dan aljabar yang mempelajari operasi dan penerapannya untuk memecahkan
persamaan. Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang-bidang sains, ekonomi,
dan teknik; serta dapat memecahkan berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan
dengan aljabar elementer.
Pada kegiatan belajar ini akan dibahas tiga pokok bahasan utama dari kalkulus yakni limit
fungsi, diferensial fungsi dan integral fungsi. Sebenarnya ada dua cabang dalam kalkulus
itu sendiri, yakni kalkulus diferensial dan kalkulus integral yang saling berhubungan
melalui teorema dasar kalkulus. Contoh cabang kalkulus yang lain adalah kalkulus
proposisional, kalkulus variasi, kalkulus lambda, dan kalkulus proses. Pelajaran kalkulus
adalah pintu gerbang menuju pelajaran matematika lainnya yang lebih tinggi, yang
khusus mempelajari fungsi dan limit, yang secara umum dinamakan analisis matematika.
Jika diperhatikan inti dari pelajaran kalkulus adalah memakai dan menentukan limit suatu
fungsi. Bahkan secara ekstrim kalkulus dapat didefinisikan sebagai pengkajian tentang
limit. Oleh karena itu pemahaman tentang konsep dan macam-macam fungsi diberbagai
cabang ilmu pengetahuan serta sifat-sifat dan operasi limit suatu fungsi merupakan syarat
mutlak untuk memahami kalkulus diferensial dan kalkulus integral

1. Limit Fungsi Aljabar


a. Pengertian Limit Fungsi:
Untuk memberi motivasi agar siswa lebih tertarik untuk mempelajari kalkulus,
maka perlu diceriterakan sejarah dari Augustin Louis Cauchy (1789 – 1857),
sesorang yang sangat besar jasanya dalam pengembangan kalulus. Menyangkut
definisi limit yang kita kenal sekarang ini adalah salah satu dari hasil yang andil
dari Cauchy.

Gambar 2.2.1 Augustin Louis Cauchy (1789-1857)

Augustin Louis Cauchy lahir di Paris, dan mengenyam pendidikan di Ecole


Polytechnique. Karena kesehatannya yang buruk maka dia dinasihatkan untuk
memusatkan pikirannya pada matematika. Salah satu penemuannya adalah
kalkulus. Secara historis kalkulus telah ditemukan pada abad ke tujuh belas,
namun demikian sampai pada masa Cauchy dirasa bahwa landasan kalkulus
dirasa belum mantap. Berkat upaya yang dilakukan oleh Cauchy dan para
sahabatnya seperti Gauss, Abel dan Bolzano maka dapat ditentukan ketelitian
baku.Kepada Cauchy kita patut berterima kasih atas andilnya meletakkan
landasan yang kokoh untuk pengembangan kalkulus yakni definisi konsep limit
secara formal yang fundamental.
Untuk dapat memahami konsep limit dengan baik, perlu kiranya kita renungkan
suatu paradox yang dikemukan oleh Zeno (495 – 435 SM), sebagai berikut.
Berdasar mitologi Yunani, diceriterakan pahlawan Perang Troya yang
terkenal,yakni Achilles. Jago lari ini berlomba lari dengan seekor kura-kura,
yang telah menempati posisi separo dari jarak yang meski ditempuh oleh
Achilles. Katakan pada posisi start Achilles 0 km dari titik start, maka kura-kura
berada pada posisi 1 km di depan, dan dengan kecepatan Achilles dua kali
kecepatan kura-kura.
Gambar 2.2.2 Ilustrasi Achilless dan Kura-Kura

Begitu Achilles sampai 1 km, maka kura-kura telah sampai pada posisi 1,5 km,
dan pada saat Achilles mencapai 1,5 km, maka kura-kura telah sampai pada
posisi 1,75 km, begitu Achilles sampai di posisi 1,75 km, kura-kura telah sampai
pada posisi 1,875 km. Pertanyaannya kapan Achilles dapat menyusul kura-kura?.
Kalau kegiatan ini diteruskan secara terus menerus maka Achilles bagaimanapun
juga tidak akan pernah dapat menyusul kura-kura!. Aneh bukan?. Namun semua
orang tahu bahwa dalam dunia nyata Achilles pasti mampu menyusul kura-kura.
Paradox yang diketengahkan oleh Zeno ini, dapat dijadikan landasan pemikiran
untuk memahami konsep tentang limit fungsi, yang menjadi landasan dari
kalkulus baik kalkulus diferensial, maupun kalkulus integral.

b. Memahami Limit Fungsi Secara Intuitif


1) Menggunakan persegi yang sisinya a
Kegiatan awal yang dapat digunakan untuk mengawali memahami konsep
limit, adalah sebagai berikut.
Pandanglah suatu luasan berbentuk persegi yang sisinya 1 satuan.

Gambar 2.2.3 Luasan berbentuk persegi


Suatu persegi yang sisinya 1 satuan, sehingga luasnya 1
satuan luas.

Luas bagian persegi yang diarsir tebal ½ satuan

Perlihatkan arsirannya !

Luas bagian persegi yang diarsir tebal ½ + ¼ satuan

1
Luas bagian persegi yang diarsir tebal ½ + ¼ +
8
satuan

Begitu dan seterusnya, jika kegiatan ini kita lakukan terus-menerus maka jumlah
luas bagian persegi yang diarsir tebal adalah mendekati 1 satuan luas.
1 1 1
Jadi hasil penjumlahan dari ½ + ¼ + + + + ... adalah
8 16 32
mendekati 1
Pengertian limit secara intuitif adalah berangkat dari pengertian mendekati di
atas.
2) Limit Fungsi secara Intuitif dengan Ilustrasi Grafik
Perhatikan contoh di bawah ini

x 2−4
Grafik Fungsi f(x) =
Gambar 2.2.4 x−2
2
x −4
Pandanglah fungsi f(x) = dengan domain Df = {x | x ∈ R, x
x−2
0
≠ 2} untuk x = 2, jikadicari nilai fungsi f(2) = = tidak tentu. Kita
0
cari nilai-nilai f(x) untuk x mendekati 2.

Kita dapat memperhatikan nilai fungsi f(x) di sekitar x = 2 seperti tampak


pada tabel beikut.

2
x −4
fungsi f(x) =
Tabel 2.2.1 x−2

x 1, 90 1,99 1,999 1,999 ... 2 ... 2,001 2,01 2,1

f (x) 3, 90 3,99 3,999 3,999 ... ... 4,001 4,01 4,1

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk x mendekati 2 baik dari
kiri maupun dari kanan, nilai fungsi tersebut makin mendekati 4, dan dari
sini dikatakan bahwa limit f(x) untuk x mendekati 2 sama dengan 4, dan
ditulis

Dari pengertian inilah yang disebut pengertian limit secara intuitif, sehingga :
3) Limit Fungsi Secara Formal

Secara matematis dapat dimaklumi bahwa banyak yang berkeberatan dengan


definisi limit secara intuitif di atas, yaitu penggunaan istilah “dekat”. Apa
sebenarnya makna dekat itu ?. Seberapa dekat itu dapat dikatakan “dekat” ?.
Untuk mengatasi masalah di atas Augustine Louis Cauchy berhasil
menyusun definisi tentang limit seperti di bawah ini yang masih kita
gunakan sampai sekarang. Pengertian limit secara intuitif di atas jika diberi
definisi formal adalah sebagai berikut.

Definisi :

Dengan menggunakan definisi limit di atas dapat dibuktikan teorema-teorema


pokok tentang limit suatu fungsi sebagai berikut :
Bukti-bukti dari teorema-teorema limit utama di atas di antaranya adalah :
4) Pengertian Limit di Tak Hingga.
1
Gambar 2.2.5 Grafik Fungsi f(x) = 2
x
Catatan :

Simbol ∞ dibaca “tak hingga” digunakan untuk melambangkan bilangan yang sangat
besar yang tak dapat ditentukan besarnya, tetapi simbol ini tidak menunjuk suatu
bilangan real yang manapun.

Pengertian ketak hinggaan sebagaimana dipaparkan secara intuitif di atas secara formal
didefinisikan sebagai berikut :

Definisi :
Sedangkan limit fungsi untuk x yang bernilai besar dapat didefinisikan sebagai berikut :

Definisi :
Ilustrasi geometris dari pengertian di atas adalah sebagai berikut :
5) Limit Fungsi Trigonometri
Gambar 2.2.6 Ilustrasi Limit Trigonometri
6) Limit Fungsi Eksponensial
a) Bilangan e
Nilai limit ini disebut bilangan e atau bilangan Euler (diambil nama sang
penemu yaitu Leonard Euler matematikawan Austria 1707 – 1783).
Sehingga :
7) Kontiunitas

Gambar 2.2.7 Ilustrasi Kontinuitas


Sedangkan untuk interval {x|x < 2, x ∈R} dan interval {x|x > 2, x ∈R} grafiknya
berkesinambungan, dalam hal ini dikatakan f(x) kontinu di x ≠ 2.

2. Turunan Suatu Fungsi


a. Turunan Fungsi Aljabar
Sesuatu yang bersifat tetap di dunia ini adalah perubahan itu sendiri, banyak
kejadian-kejadian yang melibatkan perubahan. Misalnya gerak suatu obyek
(kendaraan berjalan, roket bergerak, laju pengisian air suatu tangki),
pertumbuhan bibit suatu tanaman, pertumbuhan ekonomi, inflasi mata uang,
berkembangbiaknya bakteri, peluruhan muatan radioaktif dan sebagainya.
Studi tentang garis singgung dan penentuan kecepatan benda bergerak yang
dirintis oleh Archimedes (287 – 212 SM), Kepler (1571 – 1630), Galileo (1564 –
1642), Newton (1642 – 1727) dan Leibniz (1646 – 1716) dapat dipandang
sebagai peletak dasar dari kalkulus diferensial ini. Namun para ahli berpendapat
bahwa Newton dan Leibniz-lah dua orang yang paling banyak andilnya pada
pertumbuhan kalkulus. Konsep dasar dari turunan suatu fungsi adalah laju
perubahan nilai fungsi.
Rumus-rumus turunan (derivatif) fungsi y = f(x).
b. Turunan Fungsi Trigonometri
1)

2)

3)

Jadi:

c. Turunan Fungsi Tersusun (Fungsi Komposisi)


Misalkan y = f(x) di mana u = g(x), menentukan fungsi tersusun y = (f o g)(x) =
f(g(x)) dan apabila g mempunyai turunan di x, dan f mempunyai turunan di u = g(x)
maka turunan fungsi komposisi (f o g)(x) ditentukan dengan rumus :
Rumus ini dikenal dengan nama aturan rantai .

Cara yang mudah untuk mengingat aturan rantai adalah :

Aturan rantai tersebut dapat dibuktikan sebagai berikut :

Bukti :

Misalkan y = f(u) dan u = g(x); g mempunyai turunan di x dan f mempunyai turunan


di u = g(x). Apabila variabel x bertambah dengan Δx yang berubah menjadi (x + Δx ),
maka u = g(x) bertambah menjadi g(x + Δx ) dan y = f(g(x)) bertambah menjadi f(g(x
+ Δx )), sebagaimana diagram di bawah ini :
Dan apabila aturan rantai di atas kita tulis dengan notasi Leibniz akan diperoleh :
d. Turunan Fungsi Logaritma
1)

2)

e. Turunan Fungsi Eksponensial


f. Turunan Fungsi Implisit
Jika y = f(x), maka turunan fungsi implisit F(x,y) = c adalah dengan memandang y
fungsi dari x.

g. Turunan Jenis Lebih Tinggi


h. Fungsi Naik dan Fungsi Turun
Gambar 2.2.8 Ilustrasi Fungsi Naik dan Fungsi Turun
Sedang untuk x = a, gradien garis singgung dititik tersebut = 0, garis singgungnya
sejajar sumbu x, sehingga f′(x) = 0, dalam hal ini f tidak naik dan tidak turun dan
dikatakan f stasioner di x = a.

i. Nilai Stasioner Fungsi


Misal grafik fungsi y = f(x) seperti tersaji dalam diagram di bawah ini:
Pada ketiga titik A, B dan C diperoleh f’(a) = f’(b) = f’(c) = 0 ketiga garis
singgungnya sejajar sumbu x, dan f stasioner pada ketiga titik tersebut. Untuk titik A,
f’ (x) berubah tanda dari positip – nol - negatif, dikatakan f mempunyai - nilai balik
maksimum f(a) pada x = 0.

Gambar 2.2.9 Nilai Stasioner Fungsi

Untuk titik B, f’(x) berubah tanda dari negatif - nol - negatif, dikatakan f mempunyai
nilai belok hozontal f(b) pada x = b.
Untuk titik C, f’(x) berubah tanda dari negatif - nol - positif, dikatakan f mempunyai
nilai balik negatif f(c) pada x = c.
Kesimpulan :
Contoh

Dengan menggunakan kawat sepanjang 200 meter akan dibangun suatu kandang ayam
yang berbentuk persegi panjang. Tentukan ukuran kandang agar luas kandang ayam
tersebut maksimum.

j. Penentuan Maksimum dan Minimum dengan Menggunakan Turunan Kedua


k. Penerapan Diferensial dalam Bidang Ekonomi
Banyak masalah-masalah hubungan perekonomian merupakan hubungan fungsi, oleh
karena itu pendiferensialan fungsi juga banyak diterapkan dalam bidang
perekonomian. Berikut adalah beberapa penggunaan diferensial dalam bidang
perekonomian yang bersifat sederhana.

1) Elastisitas Permintaan.
Seperti diketahui di dalam hukum permintaan bahwa naik/turunnya harga
mempengaruhi naik/turunnya permintaan.
Jika harga suatu barang berubah, maka permintaan akan barang tersebut juga
berubah. Yang dimaksud dengan elastisitas permintaan suatu barang terhadap harga
adalah rasio antara perubahan relatif barang yang diminta terhadap perubahan relatif
harga barang tersebut.
2) Analisis Marginal

Dalam ekonomi istilah marginal adalah istilah yang digunakan pada laju

perubahan atau turunan fungsi.

Jika C(x) = biaya total untuk memproduksi x unit suatu produk.

R(x) = pendapatan total dari penjualan x unit produk

P(x) = keuntungan total yang diperoleh dari penjualan x unit produk.

Dari sini kita dapatkan hubungan :


3. Kalkulus Integral

Kegunaan integral sebagai ilmu bantu dalam geometri, teknologi, biologi dan
ekonomi tak dapat disangkal lagi. Orang yang tercatat dalam sejarah pertama kali
mengemukakan ide tentang integral adalah Archimedes seorang ilmuwan bangsa
Yunani yang berasal dari Syracusa (287 – 212 SM). Archimedes menggunakan ide
integral tersebut untuk mencari luas daerah suatu lingkaran, daerah yang dibatasi oleh
parabola dan tali busur dan sebagainya. Sejarah mencatat orang yang paling berjasa
dalam hal pengembangan kalkulus integral adalah Georg Friederich Benhard
Riemann (1826 – 1866).

a. Integral Taktentu
1) Pengertian integral
Untuk mengetahui pengertian integral, akan lebih mudah jika kita pahami dulu
materi turunan yang telah dipelajari sebelumnya.

Definisi :

Integral merupakan antiturunan, sehingga jika terdapat fungsi F(x) yang kontinu
d (F ( x))
pada interval [a, b] diperoleh dx = F’(x) = f(x). Antiturunan

dari f(x) adalah mencari fungsi yang turunannya adalah f (x), ditulis f(x) dx

Secara umum dapat kita tuliskan :

∫f(x) dx = ∫F’(x) dx = F(x) + C

Catatan:

f(x) dx : disebut unsur integrasi, dibaca ” integral f(x) terhadap x”

f(x) : disebut integran (yang diitegralkan)


F(x) : disebut fungsi asal (fungsi primitive, fungsi pokok)

C : disebut konstanta / tetapan integrasi

Perhatikan tabel dibawah ini !

Pendiferensialan

F(x) F′(x) = f(x)

x2 + 3x 2x + 3

x2 + 3x + 2 2x + 3

x2 + 3x - 6 2x + 3

2x + 3
x2 + 3x + √3
2x + 3
x2 + 3x +C, dengan

C = konstanta ¿ R

Pengintegralan

Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa dari F(x) yang berbeda
diperoleh F′(x) yang sama, sehingga dapat kita katakan bahwa jika F′(x) = f(x)
diketahui sama, maka fungsi asal F(x) yang diperoleh belum tentu sama. Proses
pencarian fungsi asal F(x) dari F′(x) yang diketahui disebut operasi invers
pendiferensialan (anti turunan) dan lebih dikenal dengan nama operasi integral.

Jadi, secara umum perumusan integrasi dasar sebagai berikut:

Integral fungsi aljabar


1. ∫k dx = kx+C

x n+1
∫ x dx= n+1 +C ,
n

2. bila n ≠ -1

a
∫ ax n dx= n+1 x n+1 +c , ¿−1
3. dengan n

4. ∫ (f ( x)±g ( x))dx=∫ f ( x)dx±∫ g( x)dx


5. ∫ a.f (x )dx=a∫ f ( x )dx , dimana a konstanta sebarang.

Integral fungsi trigonometri

1. ∫ sin x dx=−cos x+C


1
∫ sin( ax+b)dx=− a cos (ax +b )+C
2.

3. ∫ cos x dx=sin x +C
1
∫ cos (ax +b )dx= a sin( ax+b)+C
4.

Untuk mengerjakan integral fungsi trigonometri akan digunakan kesamaan-kesamaan


sebagai berikut berikut ini:

1
1. sin2x +cos2x = 1 4. sinx. cosx = 2 sin 2x
1 1
x
2. sin2x = 2 (1-cos 2x) 5. 1 –cosx =2 sin2 2
1 1
x
3. cos x = 2 (1 + cos 2x )
2
6. 1+cosx = 2 cos 2 2
Contoh soal :

x6
5 +C
1. ∫x dx = 6

4
3 4
x 3
1 = x 3 +C
3
4 4
2. ∫√ x dx = ∫x 3
dx = 3

3 2
∫ (2 x 2 −5 x +3 )dx= 23x −
5x
2
+3 x +C
3.

1 1 1
∫ sin 2 xdx =∫ 2 (1 −cos 2 x )dx= 2 x− 4 sin 2 x+C
4.

5. ∫ 4dx= 4x + C

2) Kegunaan integral tak tentu


Kegunaan integral tak tentu cukup banyak, diantaranya adalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan kecepatan, jarak, dan waktu.

Perhatikan contoh berikut :

Sebuah molekul bergerak sepanjang suatu garis koordinat dengan persamaan


percepatan a(t)= -12t + 24 m/detik. Jika kecepatannya pada t = 0 adalah 20 m/detik.
Tentukan persamaan kecepatan molekultersebut !
Penyelesaian:

Percepatan molekul a(t) = -12t +24

Sehingga : v = ∫a dt

v= ∫ (−12t+24 ) dt

v = -6t2 + 24t + C

pada t=0, vo = 20 m/detik, maka 20 = 0 + 0 + C, C = 20

Jadi, persamaan kecepatannya adalah v = -6t2 + 24t + 20

b. Integral Tertentu

Integral tertentu dinotasikan dengan

∫ f ( x) b
[ F( x) ]a
a dx = = F(b) – F(a)

Keterangan:

f(x) adalah integran, yaitu f(x) = F’(x)

a, b adalah batas-batas pengintegralan

[a, b] adalah interval pengintegralan

Contoh soal :

2 2

1.
∫x
−2
3

dx =
[ ]1 4
4
x
−2 =
[ ][
1 4
4
1
(2) − (−2)4
4 ] =(4–4) = 0
2 2

2.
∫ (x +4 x )
0
2

dx =
[ 1 3
3
x +2 x 2
] [
0 =
1 3
3 ][
1
(2) +2( 2)2 − (0)3 +2( 0 )2
3 ]
2
= (8/3 + 8 ) – ( 0 + 0 ) = 10 3
η η
η

[ ]
2 2
1 1 1
2
∫ cos x ∫ 2 (1+cos 2 x ) x+ sin 2x 2
3. 0 dx= 0 dx = 2 4 0

=
[ 1 π 1 π
. + sin 2( )
2 2 4 2 ] =
1 π 1 π
( −0)+ (0−0 )=
2 2 4 4

c. Teknik Pengintegralan

1) Integral Substitusi

Pada bagian ini akan dibahas teknik integrasi yang disebut metode substitusi.
Konsep dasar dari metode ini adalah dengan mengubah integral yang kompleks
menjadi bentuk yang lebih sederhana.

Bentuk umum integral substitusi adalah sebagai berikut.

du
∫ [ f (u) dx ]dx =∫ f (u )du

Contoh soal :

a. Tentukan ∫ 2 x(x 2+3)4 dx !


b. Tentukan ∫ sin3 x.cos x d x !

Penyelesaian:

du du
2 =2 x dx=
a. Misalkan u = x +3 , maka dx atau 2x
4 du
2 4 ∫ 2 xu
Sehingga diperoleh, ∫
2 x(x +3) dx = 2x

= ∫ u 4 du
1 5
u +C
= 5

1 2
( x +3 )5 +C
= 5

du du
= cos x dx=
b. Misalkan u = sin x, maka dx atau cos x

du
∫ sin3 x.cos x d x ∫ u3 cos x cos x
Sehingga diperoleh, =

= ∫ u3 du
1 4
u +C
= 4

1 4
sin x+C
= 4

2) Integral Parsial
Teknik integral parsial ini digunakan bila suatu integral tidak dapat diselesaikan
dengan cara biasa maupun dengan cara substitusi. Prinsip dasar integral parsial adalah
sebagai berikut.

y = u .v → dy = du.v + u.dv

 dy =  v du +  u dv

y =  v du +  u dv

u.v =  v du +  u dv

 u dv = u.v -  v du

Contoh soal :

Tentukan ∫ x2 sin x dx!

Penyelesaian:

Cara 1: dengan menggunakan rumus ∫ u dv = uv - ∫ v du

Misal : u = x2, →du=2 xdx

dv = sin x dx
→v=∫ sin xdx = - cos x
Selain cara di atas, dapat pula diselesaikan dengan cara sebagai berikut : untuk menentukan

integral parsial bentuk ∫ udv , yang turunan ke-k dari u adalah 0 dan integral ke- k dari v
selalu ada.

Cara 2:

Diturunkan Diintegralkan

+ x2

sin x- cos x

- 2x - sin x

cos x

Deferensialkan sampai nol

Sehingga diperoleh, ∫ x 2⋅sin xdx = - x2. cos x + 2x. sin x +2 cos x + C

d. Penggunaan Integral Tertentu.

1) Penggunaan Integral Tertentu, untuk menghitung Luas Daerah.

Luas daerah antara kurva dengan sumbu X atau sumbu Y

Gambar 2.2.10 Luas Daerah Antar Kurva


y

y y = f(x)

x=a x=b

0 x

0 x=a x=b x

y =f(x)

(a) ( b)

y y1 = f(x) y

y= sin x

y2 = g(x)

0 a b x 0 a b x

(c) (d)

Keterangan:

(a) Luas daerah di atas sumbu x


(b) Luas daerah di bawah sumbu x
(c) Luas daerah dibatasi oleh dua kurva
(d) Luas daerah dibatasi oleh y=sinx
Dari gambar diatas luas daerah yang diarsir :

b b a

∫ f ( x) −∫ f ( x)dx=∫ f ( x )dx
LA = a dx LB = a b

b b

∫ ( y1− y 2 )dx ∫ sin xdx


LC = a LD = a

Contoh soal :

Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh:

1. y =2x - 2, untuk 0 ¿ x≤2

2. y1= x2 dan y2 = 2x +3

π 3π
≤x≤
3. y = cos x, untuk 2 2

Penyelesaian:

1. y =2x - 2

Gambar dibawah memperlihatkan daerah yang dibatasi oleh kurva y=2x- 2

y= 2x-2

y L = L 1 + L2
0 1 2 x

-1

-2

∫ (2 x−2 )dx= [ x 2−2 x ]1=


2
L1= 1 ( 22-12)-(2.2 – 2.1)= (4-1)-(4-2)=3-2=1
1

∫ (2 x−2 )dx= [ x 2−2 x ]1=12−2. 1=−1


L2= 0 0

Jadi luas L=1+ |−1| = 2 satuan luas

2. y1 = x2 dan y2 = 2x + 3

Gambar dibawah memperlihatkan daerah yang dibatasi oleh kurva . y 1 = x2 dan

y2 = 2x + 3

y=2x+3

9 y=x2 menentukan batas-batasnya

y1 - y2 = 0 jadi diperoleh

x2 - 2x-3=0 x1= -1 dan x2= 3


(x +1)(x – 3 )=0 (-1) sebagai batas bawah dan (3)
sebagai batas atas.

-1 0 3

∫ (2 x+3 )−x 2
L= −1 dx

=
[ 1
x 2 +3 x− x3
3 −1] =
[ 1
3 ][ 1
3 2 +3 .3− . 33 − −12 +3 .(−1)− .(−13 )
3 ]
=
[ 1
9−(1−3+ )
3 ]
2
= 10 3 satuan luas

atau dengan menggunakan cara cepat ( khusus untuk luas yang dibatasi oleh dua kurva
yang belum diketahui batas-batasnya).

D√D
L= 6 a2

Sehingga luas menjadi : y = 2x + 3 - x2, D = b2-4.a.c = 4- 4.(-1).3 =16

16 √16 64 2
2
= =10
L = 6 .(−1 )
6 3 satuan luas
2) Penggunaan integral tertentu, untuk menghitung volume benda
putar.
Pengertian benda putar adalah suatu bentuk bidang datar yang diputar sejauh 360 o,
terhadap suatu garis pada bidang datar tersebut sebagai sumbu putarannya perhatikan
gambar berikut:

Gambar 2.2.11 Ilustrasi Benda Putar


BENTUK BIDANG DATAR HASIL PENGAMATAN

1. A 1. ▲ABC diputar dengan AB

sebagai pusat sumbu putar.

1.
B C B Volume benda
putar
,mengelilingi
sumbu x

C′ C
y
y= f(x)

2. C 2. ▲BCD, diputar dengan BD

Sebagai pusat sumbu putar.

B D B D

C′

3. K L 3.Persegi panjang ABCD diputar


dengan KM sebagai pusat sumbu
putar.

L
M N

M N
b
π ∫ (f ( x)2
V= a dx Δx

D C

A f(x) B
x1

π ∫ y2
x2
V= dx 0 a b x

2. Volume benda putar , mengelilingin sumbu y

d
d
π ∫ (f ( y ))2
V= c dy

c
y2

π ∫ x2
y1
V= dy x = f(y)

3. Volume benda putar yang dibatasi oleh dua kurva.


b
π ∫ {( f 1 ( x )2 −( f 2 ( x )2
a
V= ¿¿ dx dengan f1(x) > f2 (x), yang mana a < x < b
x2
2
π ∫ ( y 1− y )
22

x1
V= dx

Contoh soal :

1. Hitunglah volume benda putar yang terjadi, jika yang daerah dibatasi kurva
y = x + 1, x = 0 , x = 2, dan sumbu x diputar mengelilingi sumbu x sejauh 360o.

Penyelesaian : y=x+1

x
0 2
-1
2 2 2
π∫f (x) 2
π ∫ ( x+) dx 2
π ∫ ( x2 +2 x +1)dx
V= 0 dx = 0 = 0

=
1
3 [
π x3 +x 2 +x
]
0 =
1
[ 1
π ( . 23 +22 +2 )−( 0 3 +02 +0 )
3 3. ] =
26
π( )
3

26
π
= 3 satuan volume

2. Hitung volume benda putar yang terjadi jika daerah yang dibatasi y=(x - 2) 2, sumbu
y , y = 0 dan y = 3 diputar mengelilingi sumbu y sejauh 360o.

Penyelesaian:

dimana (x - 2)2 = y menjadi x = √y +2

3 3 3
π ∫ x dy 2
π ∫ ( √ y +2 ) dy=π ∫ ( y +4 √ y+4 )dy
2

V= 0 = 0 0

=
1
2 [ 8
3 0
1
2
8
3 ] [ 9
π y 2 + y √ y +4 y =π .3 2 + . 3 √3+4 . 3 = +8 √ 3+12 π
2 ][ ]
y

y = (x - 2)2

3
2 x
Aktivitas Pembelajaran
1. Pengantar
Dalam kegiatan ini peserta akan melakukan serangkaian kegiatan untuk meraih
kompetensi berkaitan dengan kalkulus. Pada bagian kalkulus ini akan dibahas 3
bagian yaitu limit dengan fokus pada pengertian dan strategi sederhana
penyelesaiaannya, turunan yang difokuskan pada grafik turunan suatu fungsi dan
integral dengan fokus menentukan luas daerah dengan integral.

2. Aktivitas
Aktivitas 1:
Bacalah tulisan di bawah ini kemudian kerjakan tugas pada pada LK 1. Untuk
membantu penyelesaian lihat pada bahan bacaan.

Kita sudah sangat kenal dengan istilah suhu mutlak dengan satuan K (Kelvin), dimana
0 K = -273,15oC. Artinya di dunia ini suhu paling rendah yang dapat dicapai adalah
0K. Pada uji laboratorium orang hanya bisa mampu mengkondisikan suhu sampai
mendekati 0K. Kenyataan di alam pun suhu tidak pernah sama dengan 0K. Berarti
0K (= -273,15oC) merupakan batas bawah suhu di alam. Dalam bahasa limit, suhu di
alam hanya bisa mendekati 0K dan tidak akan sama dengan 0K. Mengapa demikian?
Jelaskan.
LK 1: Penjelasan

Aktivitas 2:
Dalam menyelesaikan permasalahan limit seringkali guru maupun siswa
menggunakan proses berikut
Mengapa proses pencoretan (x − 2) boleh dilakukan? Jelaskan pada LK 2.

LK 2: Penjelasan

Aktivitas 3:

Seringkali kita memberikan pengertian langsung dengan definisi

formal. Cobasekarang jelaskan pengertian menggunakan bahasa


sederhana (bukan definisiformal). Tuliskan di LK 3

LK 3: Penjelasan
Aktivitas 4:
Apakah ada perbedaan atau kesaman dua penyajian (i) dan (ii) berikut ini?

LK 4: Pengerjaan
Aktivitas 5:
Perhatikan fungsi f berikut. Lakukan sketsa grafik fungsi turunannya pada LK.5

LK 5: Pengerjaan

Aktivitas 6:
Perhatikan Hitunglah luas daerah yang dibatasi kurva f (x) = 4 − x 2 dan f(x) = x − 2.
LK 6: Pengerjaan
Rangkuman

f (a ) 0 f (x)
= lim
1. Jika g (a) 0 , maka x →a g( x ) diselesaikan dengan cara sebagai berikut:

a) Difaktorkan, jika f(x) dan g(x) bisa difaktorkan


b) Dikalikan dengan sekawan pembilang atau penyebut jika f(x) atau g(x) berbentuk
akar
c) Menggunakan dalil L’Hospital jika f(x) dan g(x) bisa di turunkan
f ( x ) f ' (a)
lim =
 x →a g( x ) g '( a)
2. Limit fungsi trigonometri
sin ax ax a
lim =lim =
a) x →0 bx x → 0 sin bx b
tan ax ax a
lim =lim =
b) x →0 bx x →0 tan bx b

3. Identitas trigonometri yang biasa digunakan


2 1
a) 1 – cos A =
2 sin ( 2 A )

1
b) sin x = csc x
1
c) cos x = secan x
1 1
d) Cos A – cos B = – 2 sin 2 (A + B)  sin 2 (A – B)
e) cos A sin B = ½{sin(A + B) – sin(A – B)}

4. Limit Mendekati Tak Berhingga

n n−1
ax + bx +. . .
lim m m−1
f) x → ∞ cx +dx +. .. = p , dimana:
a
1) p = c , jika m = n
2) p = 0, jika n < m
3) p = , jika n > m

lim ( √ ax +b±√ cx +d )
g) x→∞ = q, dimana:
1) q = , bila a > c
2) q = 0, bila a = c
3) q = –, bila a < c
b−q
lim ( √ ax 2 + bx+c−√ ax 2 +qx +r ) =
x→ ∞ 2 √a

5. Kecepatan Rata-Rata
a) Kecepatan Rata2 Dari Gerak Suatu Benda
∆s
V Rata2 =
∆t

b) Kecepatan Rata2 Dalam Interval Waktu T1 Sampai T1+H


f ( t 1 +h )−f (t 1)
V Rata 2 =
h

6. Kecepatan Sesaat
Kecepatan Sesaat Pada Waktu T=T1
f ( t 1 +h ) −f (t 1 )
V(T-T1)= lim V rata−rata=lim
h→0 h→0 h

7. Fungsi Turunan
f ( a+h ) −f ( a)
f ' (x )=lim
h→ 0 h

8. Turunan Fungsi Aljabar


F(X) = Axn F’(X)=N.A.Xn-1

9. Sifat-Sifat Yang Berlaku Untuk Fungsi Turunan:


a) F(X) = C.G(X) Maka F’(X) = C.G’(X), Di Mana C Adalah Konstanta.
b) F(X) = G(X)±H(X) Maka F’(X) = G’(X)±H(X).

10. Turunan Fungsi Trigonometri


a) F(X) = Sin X F’(X) = Cos X
b) F(X) = Cos XF’(X) = -Sin X
c) F(X) = Tg X F’(X) = Sec2x
d) F(X) = Sec X F’(X) = Sec X.Tan X
e) F(X) = Cosec(X) F’(X) = -Cotan X.Cosec X
f) F(X) = Ctg X F’(X) = -Cosec2 X
g) F(X) = U(X).V(X) F’(X) = U’(X).V(X)+U(X).V’(X)
u (x) u ' ( x ) . v ( x )−u ( x ) . v ' (x )
h) F(X) =  F’(X) =
v (x) v ' ( x)

11. Menentukan Turunan Fungsi Majemuk


a) Teorema (Dalil) Rantai Untuk Penurunan
F(X) = {G(X)}2 N {G(X)}N-1.G’(X)
F(X) = Sin G(X) F’(X) = Cos G(X). G’(X)
F(X) = Cos G(X) F’(X) = -Sin G(X). G’(X)
b) Pola
d dy
F’(X) = F(…) = F’(…) × (…)
dx dx
dy dy dt du
= × ×
dx dt du dx

12. Garis Singgung Pada Suatu Kurva


dy f ( x +h ) −f (x )
a) F’(X) = Y’ = = lim Gradien Garis Singgung Pada Titik
dx h→0 h
P(X,Y) Pada Kurva Y=F(X)
dy
b) Y-Y1 = (X-X1) Atau Y-Y1 =M (X-X1)
dx

13. Menggambar Grafik Fungsi


Suatu Fungsi Dikatakan :
a) Naik, Jika F’(X) > 0
b) Turun, Jika F’(X)<0
c) Stasioner, Jika F(X) = 0

14. Integral Baku. Integrasi merupakan kebalikan dari diferensiasi. Bentuk umum :Y =

∫ f ( x)dx dinamakan integral tak tentu dari fungsi f(x).

15. Ringkasan rumus integral baku


∫ x n dx = ∫ sinh xdx = cosh
x +c
xn+1
+c
n+1
∫ cosh x dx =
dx sinh x + c
∫x
= ln x + c dx

∫ e x dx √1−x 2 = arc
= ex + c
sin x + c
kx
kx
e = - arc cos
∫e dx = k + x+c
c
dx
a
x ∫ 1 +x2
x
= arc tg
∫ a dx = ln a + x+c
c
= - arc cotg
x+c
∫ sin x dx = -cos x +
c dx

√ x2 + 1 = arc
∫ cos x dx = sin x + sinh x + c
c
dx
dx ∫
∫ cos2 x √ x2−1 = arc
= tg x + c
cosh x + c
dx
∫ sin 2 x ∫ 1−x 2
dx
= -cotg x +
= arc tgh
c
x+c
16. Integral Substitusi. Pada permasalahan integral terkadang ditemukan turunan fungsi
yang satu merupakan fungsi yang lain. Ini dinamakan integral substitusi. Bentuk

f '( x )
∫ f ( x ) dx ∫ f ( x). f ' ( x)dx
umum : dan .
17. Integral Parsial. Jika integral perkalian fungsi tetapi masing-masing fungsi bukan
merupakan diferensial fungsi yang lain maka proses integral dilakukan perbagian. Ini
dinamakan integral parsial.

Bentuk umum : ∫ u.dv = uv - ∫ v.du


18. Integrasi dengan Pecahan Parsial. Integral yang melibatkan pembagian fungsi yang
kompleks dapat dikerjakan dengan mengubah kebentuk pecahan parsial yang lebih
sederhana

19. Ketentuan yang harus diingat dalam pecahan parsial :


a. Derajat pembilang harus lebih rendah dari penyebut.
b. Faktorkan penyebut karena dari sini akan ditentukan bentuk pecahan parsial.
A
 Faktor (ax + b) pecahan parsial ax +b
A B
+ 2
 Faktor (ax + b)2 pecahan parsial (ax +b ) ( ax +b)
A B C
+ 2
+ 3
 Faktor (ax + b)3 pecahan parsial (ax +b ) (ax + b) (ax +b )
Ax+ B
 Faktor (ax2+bx+c)pecahan parsial ax 2 + bx+ c

20. Integrasi fungsi trigonometri. Integral dari fungsi trigonometri terkadang melibatkan
identitas fungsi trigonometri.
sin2 x + cos 2 x =1 1 + tg2 x = sec2 x
cos 2x = cos2 x – sin2 x 1 + ctg2 x = cosec2 x

cos 2x = 2 cos2 x -1 1
sec x = cos x cosec x =
cos 2x = 1 – 2 sin2 x
1
sin x

21. Apabila integrasi trigonometri melibatkan perkalian fungsi trigonometri maka


hubungan identitas trigonometri di bawah ini harus diperhatikan.
 2 sin A cos B = sin (A+B) + cos (A-B)
 2 cos A sin B = sin (A+B) – cos (A-B)
 2 cos A cos B = cos(A+B) + cos (A-B)
 2 sin A sin B = cos (A-B)-cos (A+B)

22. Integral Tertentu. Integral dengan batas atas dan batas bawah dinamakan integtral

∫ f ( x)dx
tertentu. Bentuk umum : b . Huruf a dan b menyatakan batas atas dan
batas bawah integrasi.

23. Luas Kurva. Luas kurva dapat dihitung dengan metode integrasi tertentu (berbatas)
asal diketahui fungsi dari kurva yang bersangkutan serta nilai batas atas dan batas
bawah.

24. Langkah menghitung integral berbatas :


Prosedur penghitungan integral berbatas:

1) Intrgrasikan fungsi dan tuliskan hasilnya dalam notasi


kurung siku dengan batas integral di ujung kanan
2) Substitusikan batas atas
3) Asubstitusikan batas bawah
4) Kurangkan hasil pertama dengan hsil kedua

25.

Luas kurva yang dibatasi f(x) yang berada di bawah sumbu x =0 yang dihitung
dengan metode integral berbatas akan bertanda minus. Ini akan rancu bila ada
sebagian luasan yang berada di bawah sumbu dan diatas sumbu x=0.

26. Persamaan Parametrik. Persamaan parametrik merupakan persamaan dimana baik y


maupun x merupakan fungsi variabel lain yang dinamakan parameter.

27. Langkah pengintegrasian persamaan parametrik adalah :


Prosedur Integrasi :

1) Nyatakan x dan y dalam


persamaan parametrik
2) Ubah variable yang
bersesuaian
3) Sisipkan batas-atas parameter

28. Nilai rerata (mean). Untuk menghitung nilai rerata fungsi f(x) di antara x = a dan x =
b dapat dilakukan dengan membagi luasan daerah tersebut dengan selisih b dan a.
29. Harga RMS. Harga RMS menyatakan akar dari kuadrat y rata-rata di antara batas-
batas tertentu. Dalam bahasa Inggris dinyatakan sebagai harga Root Mean Square.

30. Volume Benda Putar. Jika bentuk bidang yang dibatasi oleh kurva y = f(x) sumbu x
dan x = a dan x = b diputarkan penuh terhadap sumbu x maka akan diperoleh volume
benda putar terhadap sumbu x. Demikian pula jika bentuk bidang yang dibatasi oleh
kurva y = f(x) sumbu x dan x = a dan x = b diputarkan penuh terhadap sumbu y maka
akan diperoleh volume benda putar terhadap sumbu y.

31.

∫ π y2 dx
Rumus untuk menghitung volume benda putar (sumbu x): V = a .

32.

∫ 2π xy dx
Rumus untuk menghitung volume benda putar (sumbu y): V = a

33. Sentroid.
Posisi sentroid merupakan posi koordinat kartesius (x,y) yang menggambarkan titik
berat luasan benda yang dibatasi sumbu x, kurva serta ordinat yang berkaitan dengan
x= a dan x= b. Rumus untuk menghitung koordinat sentroid:

34. Pusat Gravitasi. Analog dengan sentroid untuk mencari pusat gravitasi suatu benda
yang terbentuk jika bentuk bidang yang dibatasi oleh kurva y = f(x) sumbu x dan
ordinat pada x=a dan x=b diputar mengelilingi sumbu x dengan rumus :
b

∫ xy 2 dx
a
b

∫ y 2 dx
x = a ; y = 0.

35.

Panjang kurva. Jika diketahui sebuah fungsi f(x) maka dapat dihitung panjang kurva
mulai dari ordinat x =a sampai dengan ordinat x=b. Rumus untuk menghitung
panjang kurva :

s=

a √ 1+
dy 2
( )
dx
dx
.

36. Persamaan Parametrik. Untuk menghitung panjang kurva persamaan parametrik maka
dapat dihitung dengan rumusan :

t2

37. s =

t1 √( dx 2 dy 2
dt
+)( )
dt
dt
Tes Formatif

2
x −9
lim
1. Tentukan nilai x →3 x−3 !
x 2 −3 x+2
lim
2. Tentukan nilai x →2 √ x−2 !

lim
√3 x−2− √ 4 x−3
3. Tentukan nilai x →1 x−1 !
4. Jika y = x3 sin x tentukan y’!
sin x
5. Jika y = cos x tentukan y’!
6. Jika y = sin (3x + 5) tentukan y’!
dy
7. Tentukan dx dari x2 + y2 = 25 (persamaan lingkaran
bejari-jari 5)
2x +3
∫ x 2 + 3 x −5 dx
8. Tentukan nilai dari !
9. Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh kurva y = x 2 -6x
+5 ,sumbu x mulai dari x=1 dan x=3!
10. Carilah volume benda putar yang dibatasi y = 5 cos 2x
sumbu x dan ordinat pada x=0 dan x = ¼ phi diputar satu putaran penuh mengelilingi
sumbu x!
Kunci Jawaban

1. Jika x = 3 kita subtitusikan maka

3 2−9 0
=
f (3) = 3−3 0 .Kita telah mengetahui bahwa semua bilangan yang dibagi

x 2 −9
lim
dengan 0 tidak terdefinisi. Ini berarti untuk menentukan nilai x →3 x−3 , kita harus
mencari fungsi yang baru sehingga tidak terjadi pembagian dengan nol. Untuk
menentukan fungsi yang baru itu, kita tinggal menfaktorkan fungsi f (x) sehingga
menjadi:
x−3
( x−3 ) ( x +3 )
( x−3 )
=( x +3 ) . ( )
x−3
=1

x 2 −9 lim
( x−3 )( x +3 )
lim
Jadi, x →3 x−3 = x →3 ( x−3 )
lim ( x+3 )
= x →3
=3+3=6
2
x −3 x+2
lim
2. x →2 √ x−2 =

x 2 −3 x+2
.√
x−2
lim
x →2 √ x−2 √ x−2
( x 2 −3 x+2 ) ( √ x−2 )
lim 2
=
x →2 ( √ x−2 )

( x−1 )( x−2 ) ( √ x−2 )


lim
= x →2 ( x−2 )

lim ( x−1 ) √ x−2


= x →2

= ( 2−1 ) . √2−2
=1.0

=0

lim √
3 x−2− √ 4 x−3
3. x →1 x−1

lim
√3 x−2− √ 4 x−3 √3 x−2+√ 4 x −3
= x →1 x−1 . √3 x−2+√ 4 x −3
2 2
( √ 3 x−2 ) −( √ 4 x−3 )
lim
= x →1 ( x−1 ) ( √ 3 x−2+ √ 4 x−3 )

−x +1
lim
= x →1 ( x−1 ) ( √ 3 x−2+ √ 4 x−3 )

−( x−1 )
lim
= x →1 ( x−1 ) ( √ 3 x−2+ √ 4 x−3 )

−1
lim
= x →1 √ 3 x−2+ √ 4 x −3

−1
= √ 3 . 1−2+ √ 4 . 1−3

−1 −1 1

= √ 1+ √ 1 = 1+1 = 2

4. y = f(x) = x3 dan g(x) = sin x


sehingga f’(x) = 3x2 dan g’(x) = cos x makay’ = f’(x).g(x) + f(x).g’(x)
y’ = 3x2.sin x + x3 cos x

5. f(x) = sin x f’(x) = cos x g(x)


= cos x g’(x) = -sin x
f '( x ) g( x )−f ( x )g ' ( x )
y’ = g2 ( x )
cos 2 x +sin 2 x
= cos 2 x = sec2 x

6. Misal u = 3x +5 u’ = 3
Jadi y’ = u’.y’= 3 cos (3x +5)

7. Dengan tetap mengingat bahwa


y adalah fungsi x maka
dy
2x + 2y dx = 0
dy
2y dx = -2x
dy x

dx = y

2x +3
∫ x 2 + 3 x −5 dx
8. =

d ( x 2 +3 x−5 )
∫ x 2+ 3 x−5
= ln ( x2 + 3x – 5) + c

∫ y dx
9. Luas = a =

[ ]
3
x3
∫ (x 2−6 x +5 ) dx −3 x 2 +5 x
1 = 3 1 = -5 1/3 satuan
b

∫ π y2 dx
10. V = a = 25∏

π
4 π /4
2
2
∫ cos 2 x dx ∫ (1+cos 4 x)dx 25 π
0 = 25∏ 0 = 8
PENUTUP

Setelah menyelesaikan tugas akhir ini, Kami berhak mandapatkan nilai dengan sistem
penilaian yang dilakukan langsung oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan dan
dapat dijadikan bahan efaluasi serta verifikasi oleh pihak institusi atau asosiasi
profesi. Selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu standar
pemenuhan kompetensi nilai akhir
GLOSARIUM
ISTILAH KETERANGAN

merupakan nilai hampiran dari f(x) untuk nilai x mendekati


Limit fungsi f(x)
nilai tertentu

Diferensiasi
perkalian penyebut dan turunan pembilang dikurangi perkalian
pembagian dua
pembilang dan turunan penyebut dibagi kuadrat penyebut
buah fungsi

perkalian turunan fungsi yang pertama dikalikan fungsi kedua


Diferensiasi ditambah dengan turunan fungsi kedua dikalikan dengan fungsi
perkalian dua pertama
buah fungsi

Persamaan merupakan persamaan dimana baik y maupun x merupakan


parametrik fungsi variabel lain yang dinamakan parameter

Jika bentuk bidang yang dibatasi oleh kurva y = f(x) sumbu x


Volume Benda
dan x = a dan x = b diputarkan penuh terhadap sumbu x atau
Putar
sumbu y

merupakan posi koordinat kartesius (x,y) yang


Posisi sentroid menggambarkan titik berat luasan benda yang dibatasi sumbu
x, kurva serta ordinat yang berkaitan dengan x= a dan x= b

harga Root Mean menyatakan akar dari kuadrat y rata-rata di antara batas-batas
Square tertentu

Integral dengan batas atas dan batas bawah dinamakan integtral


Integral Tertentu
tertentu

proses integral dilakukan perbagianJika integral perkalian


integral parsial. fungsi tetapi masing-masing fungsi bukan merupakan
diferensial fungsi yang lain
DAFTAR PUSTAKA

Ayres, Frank Jr. (1972), Theory and Problem of Differensial and Integral Calculus. Mc
Graw Hill : New York.
Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah
MenengahKejuruan. Jakarta: Depdiknas.
Fatah Asyarie, dkk. (1992), Kalkulus untuk SMA. Pakar Raya : Bandung.
Herry Sukarman. (1998), Kalkulus, Makalah Penataran Guru Matematika MGMP SMU.
PPPG matematika : Yogyakarta.
Jacobs, H.R. (1982). Mathematics, A Human Endeavor (2ndEd). San Fransisco: W.H.
Freeman and Company.
Piskunov, N. (1974), Differensial and Integral Calculus. Mir Publishers : Moscow.
Purcell, E. J. & Varberg, D. (1991). Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta: Erlangga.
Setiawan. (2009) Kalkulus. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Matematika: Yogyakarta
Sri Kurnianingsih, dkk. (1995), Matematika SMU, Yudhistira : Jakarta.
Thomas, George B. Jr. (1977), Calculus and Analytic Geometry, Addison-Werley
Publishers Company.

Anda mungkin juga menyukai