Asmara Pedang Dan Golok - Suma Leng PDF
Asmara Pedang Dan Golok - Suma Leng PDF
Assm
maarraa P
Peed
daan
ngg d
daan
nGGoollook
k
Karangan : Suma Leng
Terjemahan : Liang J Z
Di edit / sadur : Adhi H
BAB 2
Pelan-pelan Co Ek-seng menarik kembali golok
panjangnya lalu memasukan kembali goloknya ke dalam
sarung golok. Rupanya dia sudah mengurung-kan niatnya
mempertaruhkan nyawa merebut wanita cantik itu.
Tapi mendadak dia membusungkan dada, dan
menggerakan goloknya.
Niat dia tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat.
Hong Kin berbicara dengan nada yang sedikit keheranan:
"Sebenarnya aku tidak heran kau berani bertarung
mempertaruhkan nyawa, tadi jelas-jelas kau telah
mengurungkan niat, kenapa mendadak berubah pikiran
lagi?"
Co Ek-seng tertawa mengerikan lalu berkata:
"Semua ini karena oleh Song Cin!"
Jawaban ini benar-benar mengandung siasat yang am at
licik d an membingungkan.
Hong Kin membelalakan mata mengawasi Song Cin,
tampak orang itu selain wajahnya yang bengis, tidak ada
keanehan lainnya.
Kenapa orang ini bisa membuat Co Ekrseng mendadak
berubah dari ketakutan jadi pemberani? Mendadak dari
menyerah untuk menyelamatkan nyawanya, menjadi lebih
baik mati dari pada menyerah?
Tapi belum lagi ditanya oleh Hong Kin, Tong Ang sudah
berkata pula:
"Aku pun tidak mengerti, sungguh aneh!"
Hong Kin sudah tahu satu hal, yaitu jika sekarang dia
menanyakan apa sebabnya pada Co Ek-seng dan Song Cin,
mungkin mereka tidak mau menjawabnya.
Maka dia meninggalkan sisi jendela, melangkah ke arah
Co Ek-seng dan Song Cin berdua.
Di dalam ruangan yang luas dan terang ini, sedikit pun
tidak ada suara, juga tidak ada orang yang bergerak.
Co. Ek-seng dan Song Cin menyiapkan golok
panjangnya, siap saling melindungi.
Karena Tong Ang sudah mundur ke samping, maka
konsentrasi mereka sementara ditujukan pada Hong Kin
seorang.
Enam wanita yang duduk jauh di pojok ruang-an, juga
dengan sorot mata keheranan memperhatikan para laki-laki
yang sedang memegang pedang dan golok ini.
Semua kejadian seperti dalam khayalan saja, semua
seperti tidak ada nyatanya.
Permainan apa yang sedang dipermainkan oleh para laki
laki ini?
Hong Kin menunjuk pada Co Ek-seng dan Song Cin
dengan pedangnya yang menyilaukan mata, dengan dingin
berkata:
"Orang dulu bilang di bawah jenderal besar tidak ada
prajurit yang lemah, kalian adalah pengawal keluarga Kie,
aku tidak berani memandang sebelah mata pada kalian.
Maka aku tidak akan menggunakan jurus pedang biasa,
alasan lainnya yaitu musuh besar segera akan datang, jadi
aku sudah tidak ada waktu lagi."
Kata-katanya tampaknya sulit untuk di bantah. Apa lagi
tidak ada manfaatnya lagi melanjutkan pembicaraan.
Co Ek-seng berteriak pelan, goloknya sudah menyapu
sebelum lawan selesai bicara.
Serangan golok dia seperti burung Hong mengepakan
sayap, menyerang ke jalan darah Tai-yang-hiat Hong Kin,
di bawah ketek dan pinggang.
Bersamaan waktunya golok Song Cin pun berkelebat,
golok panjangnya secepat kilat ingin menggorok leher
lawannya.
Kerja sama kedua orang ini sangat hebat, seperti yang
dikatakan Hong Kin 'di bawah jenderal besar tidak ada
prajurit yang lemah', pengawal keluarga Kie memang hebat-
hebat.
Walaupun serangan sepasang golok mereka sangat cepat
dan hebat, tapi Hong Kin tetap bisa menghindar dengan
waktu yang tepat.
Tapi Hong Kin masih tetap dalam kurungan mereka,
tidak bisa melepaskan diri.
Dalam sekejap Hong Kin sudah mundur dua belas
langkah, tubuhnya juga sudah hampir menyentuh jendela.
Saat ini sinar golok Co Ek-seng dan Song Cin seperti
kilat yang menyilaukan mata, hawa membunuh yang dingin
benar-benar bisa membuat orang pengecut mati ketakutan.
Dalam keadaan yang sangat menegangkan ini, jika
penontonnya adalah orang biasa tentu tidak akan bisa
bereaksi cepat.
Tapi Tong Ang bukanlah orang biasa, ketika dia melihat
Hong Kin berada di bawah angin dan mundur ke belakang,
dia tetap tenang tidak bergerak, tampak-nya keadaan ini
seperti tidak ada hubungannya dengan dia sedikit pun.
Keadaan ini bagi orang yang bisa berpikir cepat, tentu
bisa menilai keadaan yang sesungguhnya.
Tampak Hong Kin berada di bawah tekanan sepasang
golok lawan, tapi tiba-tiba dia menyabetkan pedangnya.
Sabetan pedangnya tepat mengenai sasarannya, Co Ek-
seng dan Song Cin seperti batu penguji pedang di bukit Ho
di Soh-ciu, dengan rapi sekali membelah menjadi dua.
Di sini bukan mengatakan tubuh mereka terbelah
menjadi dua, tapi serangan dahsyat mereka mendadak
dibelah menjadi dua oleh sabetan pedang, menjadi dua
kesatuan yang masing-masing tidak berhubungan.
Pedang panjang Hong Kin tiba-tiba berpindah ke tangan
kiri, setelah menyerang tiga jurus, lalu kembali lagi ke
tangan kanan dan tiga jurus berturut-turut menyerang Song
Cin yang berada di sebelah kanan.
Co Ek-seng dan Song Cin segera terdesak mundur dua
langkah besar ke belakang.
Tapi jurus pedang Hong Kin seperti bermain sulap,
bukan saja tidak menggetarkan mereka, malah membuat
hati mereka diam-diam menjadi senang.
Jika ini adalah jurus hebatnya Ceng-hoan-siang-kiam,
maka tidak sehebat yang dibayangkan. Juga tidak
mengherankan jika nama Ceng-hoan-siang-kiam Hong Kin
tidak begitu ternama.
Tapi pada saat ini dari kejauhan tiba-tiba jari telunjuk
Hong Kin menyentil dan jari tengah tangan kirinya,
bergerak seperti jurus pedang.
Song Cin yang berada lima kaki lebih jauhnya langsung
menjerit mengerikan dan roboh ke lantai.
Tenggorokannya seperti tertusuk oleh pedang
sungguhan, membuat dia langsung mati, sampai jeritan nya
pun terpotong setengah!
Sekarang hanya tinggal Co Ek-seng seorang diri, dan
baru tahu dia telah salah perhitungan.
Seorang lagi yang telah salah mengambil keputusan
adalah Song Cin, tapi dia sudah mati.
Setelah keadaan kembali normal, Co Ek-seng bukan
menyelamatkan nyawa dengan melarikan diri, tapi dia
malah ingin tahu setelah Song Cin terkena jurus Hoan-kiam
(Pedang ilusi) yang tidak terlihat itu, apakah
tenggorokannya berdarah atau tidak?
Sebenarnya dia bisa melihat jawabannya dengan
melirikkan matanya, tapi pedang sungguhan Hong Kin
yang berkilat-kilat sudah datang kembali menusuk ke arah
titik kematian di tenggorokannya, membuat kesempatan dia
pun tidak ada lagi.
Dia terpaksa mengayunkan goloknya ke atas menangkis.
Satu jurus golok muncul dari sudut yang-tidak terduga,
laksana kembang api memancar.
"Traang!" malah bisa menangkis keluar pedang lawan.
Hong Kin memiringkan rubuhnya, secepat kilat jurus
pedang tangan kiri ditusukan dari kejauhan.
Co Ek-seng hanya merasa dadanya sakit sekali, terlihat
dadanya seperti benar-benar ditusuk oleh pedang
sungguhan, tenaga di seluruh tubuhnya menjadi hilang, dan
golok di tangannya tidak bisa digenggam lagi "Traang
traang traang!" jatuh ke tanah.
Dia menundukan kepala dan melihat dadanya tidak ada
noda darah.
Pikiran ini hanya sekilas lewat dalam otaknya, lalu
diapun seperti Song Cin, selamanya tergeletak di atas tanah.
%%%
Hoyan Tiang-souw ingat tadi dia ingin sekali mengusap
air danau, di atas wajahnya yang muda tidak tahan muncul
senyuman harapan itu.
Air danau See-ouw itu pasti sangat segar, juga pasti
selicin wajah gadis cantik.
Tapi Hoyan Tiang-souw tidak berani melaku-kan
keinginannya.
Sebab walaupun air danau sangat jernih dan
menyenangkan, tapi jika tenggelam ke dalamnya, mungkin
akan lebih menakutkan dari pada tenggelam di dalam
lautan asmara.
Sehingga dia pelan-pelan berjalan menelusuri tepi danau.
Dengan ketajaman matanya yang mengejutkan, dari
jarak yang amat jauh dia sudah melihat dengan jelas Co Ek-
seng dan Song Cin berdua masuk ke dalam sebuah rumah
di pinggir danau itu.
Melalui darat dia bisa sampai ke sana, berenang pun bisa
walaupun ilmu berenangnya hanya pas-pas an, maka dia
lebih mantap berjalan kaki saja.
Di saat dia berpikir tahu-tahu sudah berada di belakang
pohon di luar rumah itu, maka apa yang terjadi di dalam
rumah dia pun sudah mendengarnya.
Hanya saja dia tidak tahu bagaimana raut wajah Cui
Lian-hoa itu, apakah secantik pemandangan See-ouw?
Apakah selicin dan selembut air danau itu?
Tampaknya ilmu silat Ceng-hoan-siang-kiam sangat
aneh dan sulit dihadapi, perkiraan ini di peroleh dari jeritan
Song Cin dan Co Ek-seng yang mengerikan ketika mereka
terkena tusukan lalu meregang nyawa.
Tapi Hong Kin dan Tong Ang pun bisa tahu ada musuh
yang mendekat. Kemampuan yang hebat ini, bisa diukur
dari kemampuan di bidang tenaga dalam mereka.
Mengenai hal ini memang Hoyan Tiang-souw tidak
berani memandang rendah, tapi juga tidak terlalu
memperhatikannya, sebab dia sendiri pun memiliki
kemampuan seperti itu!
Dia sudah merasakan di dalam ruangan ada dua macam
hawa membunuh yang berbeda, satu adalah hawa
membunuh yang sifatnya keras dan brutal, satu lagi bersifat
lembut negatif yang amat licik.
Mungkin inilah arti sebenarnya 'Ceng' dan 'Hoan' itu?
Sebenarnya bagaimana kehebatan jurus pedang mereka? '
©®©
Jurus pedang yang keras dan brutal termasuk 'Ceng', dan
jurus pedang yang lembut negatif tergolong 'Hoan'.
Hoyan Tiang-souw merasa perkiraannya pasti seratus
persen benar.
Namun saat dia masuk ke dalam ruangan dengan
langkah lebar, saat ini Tong Ang salah satu dari Ceng-hoan-
siang-kiam tiba-tiba seperti kelinci ketakut an, dengan
kecepatan yang mengejutkan dia meloncat melarikan diri
dari jendela lainnya.
Hoyan Tiang-souw segera sadar, dia telah salah
menduga. Selain itu dia juga sadar Ceng-hoan-siang-kiam
tidak selalu harus bersama-sama dilakukan oleh dua orang,
tapi jurus pedang hebat itu bisa dilakukan oleh satu orang
saja.
Jika begitu, dua macam hawa membunuh yang berbeda
tadi apakah hanya keluar dari Hong Kin seorang diri, atau
ada musuh kuat lain yang sedang bersembunyi?
8-x-8
Semua wanita dengan sorot mata keheranan dan kagum,
menatap pada pemuda yang ber-perawakan tegap, kekar,
dan berwajah gagah ini.
Tidak peduli saat dia melangkah masuk atau sedang
berdiri, selalu ada aura yang gagah menekan orang,
membuat orang melihat dia langsung tahu pemuda ini
selamanya tidak pernah tahu apa yang dinamakan
'ketakutan'.
Sampai Hong Kin pun tidak tahan menarik nafas dingin
dan berkata:
"Kau pasti Mo-to Hoyan Tiang-souw.... Kie-siauya mati
dibawah golokmu, kelihatannya memang sana Cui Lian-
hoa tampak sangat menonjol sekali, walaupun beberapa
wanita yang ada disisinya juga benar ilmu silatnya kalah
olehmu, jadi tidak perlu di buat heran lagi."
Kerasnya suara Hoyan Tiang-souw seperti orang lain
berteriak saja. Tapi melihat sikapnya terlihat dia berbicara
dengan sikap yang normal saja, katanya:
"Aku mengagumi jurus tombak Kie Hong-in, sayang dia
orangnya jahat dan licik, sehingga terpaksa aku
membunuhnya."
Dilihat dari luar dia tampak hanya menjelaskan kenapa
membunuh Kie Hong-in, tapi sebenarnya dia sedang
membocorkan kekuatan aneh dari Mo-to nya!
Tapi orang lain sulit bisa mengerti maksudnya.
Kata Hong Kin:
"Kita tidak perlu meributkan siapa yang benar siapa yang
salah. Aku jujur saja padamu, walaupun aku orang yang
tidak ternama, tapi tetap akan mempertaruhkan nyawa
membela keluarga Kie."
Dari kedua ujung alis Hoyan Tiang-souw mendadak
terlihat hawa amarah.
Sekarang dia tahu, Hong Kin mempertaruhkan nyawa,
bukan sungguh-sungguh demi membalaskan dendam
keluarga Kic, tapi demi wanita cantik yang bernama Cui
Lian-hoa!
Orang-orang semacam ini bicaranya selalu merasa paling
benar dan terhormat, tapi dalam hati-nya ..
Amarah Hoyan Tiang-souw timbul justru karena ini, tapi
walaupun sedang marah, matanya tetap tidak tahan melihat
ke arah para wanita yang berdiri dipojok sangat cantik, tapi
jika dibandingkan dengan dia seperti bunga di pinggir jalan
yang tumbuh bersama dengan bunga Bo-tan yang sedang
mekar.
Siapa pun orangnya, jika melihat tentu akan melihat dia
dulu, dan di saat ini orang itu pun pasti tidak akan melihat
wanita cantik yang ada disisinya.
Hoyan Tiang-souw pun melihat sudut bibirnya bergerak,
terkilas ada senyum yang tipis-tipis sekali.
Selain itu di dalam matanya yang seperti air jernih,
hanya sekejap tampak sudah mengutarakan banyak sekali
perasaannya pada dia.
Bagaimana mungkin?
Diam-diam Hoyan Tiang-souw merasa heran.
Siapa orang yang bisa dalam sekilas saling pandang,
sudah dapat mengutarakan isi hatinya, harapan dan lain-
lainnya?
Dia juga bisa dianggap orang yang paling keji, paling
dapat mengendalikan diri, sebab sorot matanya bisa
langsung berpindah dari wajah cantik Cui Lian-hoa yang
dapat meluluhkan hati orang itu, berpindah kepada wanita
setengah baya yang berpakaian kain kasar, padahal nyonya
ini bisa masuk ke dalam golongan buruk rupa.
Walaupun sorot mata Hoyan Tiang-souw hanya sekilas,
tapi dalam harinya sudah meninggalkan satu bayangan
aneh.
Sorot mata Hoyan Tiang-souw sebenarnya hanya sekejab
saja meninggalkan Hong Kin.
Tapi Hong Kin sudah berkata:
"Bagaimana? Dia cukup cantik bukan?"
Sekarang Mo-to Hoyan Tiang-souw sudah berpindah ke
telapak tangan kiri, biasanya dia mengepit goloknya di
ketek kiri, tidak suka menyelipkan di pinggang atau diikat di
punggung.
Amarah di dalam hatinya jadi bertambah, tentu saja
semua ini disebabkan oleh kata-kata Hong Kin.
Dalam hatinya berkata:
'Cantik atau tidak wanita yang bermarga Cui dan
bernama Lian-hoa, sama sekali tidak ada hubungan nya
denganmu, Hong Kin.
Kie Hong-in yang berengsek ini jelas mendapatkan
wanita ini dengan cara yang tidak pantas, walau-pun
sekarang Kie Hong-in sudah mati, bukan saja wanita ini
tidak bisa kembali bebas, malah menjadi seperti harta
warisannya Kie Hong-in, membiarkan kalian
memperebutkannya......'
Karena marah, tangan dia seperti sudah tidak tahan lagi
menggenggam pegangan goloknya.
Sebenarnya dia tahu, saat ini seharusnya dia meloncat
keluar ruangan, mencari dulu Tong Ang yang sudah
melarikan diri.
Sebab dari jendela melihat keluar tidak tampak ada satu
pun perahu, maka bisa diketahui Tong Ang pasti kabur
melalui darat, tapi Tong Ang pasti tidak mau segera pergi
menjauh.
Pertama, karena Hong Kin belum tentu kaplah dan
belum tentu terbunuh, kedua walaupun Hong Kin kalah
dan terbunuh, dia juga bisa memperoleh banyak bahan
untuk dilaporkan setelah kembali nanti.
Maka jika tanpa diduga dia tiba-tiba meninggalkan Hong
Kin, lalu keluar mencari Tong Ang terlebih dulu, pasti akan
berhasil.
Tapi api amarah dia telah memenuhi dadanya, golok di
tangannya seperti ingin meloncat keluar saja.
'Tidak usah pedulikan lainnya," pikir Hoyan Tiang-souw
di dalam hati, 'pokoknya jika Tong Ang lari pun aku tidak
takut, tapi kepala Hong Kin bagai-mana pun harus
dipenggal.'
Terdengar Hong Kin berkata lagi: "Ku dengar akhir-
akhir ini dengan satu sabetan golok saja kau sudah
membunuh Swat-heng-kin-leng, Cin Hong (Es melintang
dari gunung Kin). Menurut yang kutahu Cin Hong adalah
orang yang akhir-akhir ini termasuk pesilat kelas satu dalam
ilmu golok, usianya tidak terlalu tua, orangnya sangat lurus,
karena dia adalah salah satu murid dari Ceng-kuncu (Laki-
laki sejati) Ku Jin-houw......"
Hoyan Tiang-souw mengerutkan alis tebalnya,
menunjukan hatinya yang kesal, dengan sembarangan
berkata:
"Siapa Ceng-kuncu Ku Jin-houw?"
Hong Kin merasa keheranan:
"Kau adalah orang yang belajar ilmu golok, malah tidak
tahu apa dan siapa saja yang dijuluki tujuh golok ternama di
dunia persilatan masa kini?"
"Tidak tahu, apa Ku Jin-houw salah satunya?"
"Hay, kau menjawab dengan begitu tegas, mungkin kau
benar-benar tidak tahu, aku tidak menger ti mengapa
gurumu tidak memberitahukan tujuh golok ternama di
dunia ini padamu.
Hari itu dengan satu sabetan golok kau telah membacok
Swat-heng-kin-leng, Cin Hong menjadi dua dengan
golokmu, kejadian ini membuat orang terkejut akan ilmu
Mo-to mu. Tapi inipun membuat banyak orang menjadi
marah, sebab Swat-heng-kin-leng, Cin
Hong adalah seorang yang lurus dan amat kesatria,
temannya pun tentunya tidak sedikit!"
Sebelum Hoyan Tiang-souw mengubar adat-nya,
mendadak sekelebat dia melihat pada Cui Lian-hoa,
kemudian sorot matanya dalam sekejap sudah kembali lagi
pada Hong Kin.
Tapi dalam hatinya masih tertinggal bayangan Cui Lian-
hoa yang mengerutkan alis dan memejamkan matanya.
Jelas sikapnya bermaksud sangat menyayang-kan
dirinya, juga ada semacam perasaan yang mem-buat orang
tergetar.
Amarah dia segera jadi meledak, teriaknya:
"Brengsek, hati-hati, aku juga akan membelah-mu
menjadi dua dalam satu sebetan golokku!"
Dengan posisi miring Hong Kin menjulurkan pedangnya
ke atas, menyiapkan kuda-kudanya.
Jurus ini walaupun jurus bertahan, tapi sangat sempurna,
sedikit pun tidak ada celah.
Tapi begitu Hoyan Tiang-souw melihat, dia malah dapat
melihat Sang-seng-hiat di atas kepala, dan Hwie-in-hiat di
bawah tubuh Hong Kin terdapat celah.
Dengan kemarahannya, Hoyan Tiang-souw secepat kilat
mencabut Mo-tonya. ,
Kilatan sinar yang menyilaukan mata dan dua tetes air
mata yang jernih segera terpampang di udara.
Dia sama sekali tidak memikirkan kenapa setelah lawan
menyiapkan jurus pertahanan yang sempurna, malah di
kepala dan di bawah tubuhnya bisa muncul celah!
Dia sudah terlalu banyak mengalami hal ini, setiap kali
goloknya menyerang dengan amarah, tanpa sadar dia bisa
melihat celah lawannya, kalau orang lain apakah bisa
menggunakan celah ini dan menyerang-nya, dia tidak tahu.
Dia hanya tahu Mo-to dia pasti bisa berhasil, dan dia
juga tahu Mo-to nya tidak ada jurus yang pasti, Mo-to nya
selalu bergerak menurut keadaan, begitu melihat celah
langsung menyerangnya.
Setelah itu dia pun tidak tahu bagaimana gerakan
goloknya, harus disebut apa jurusnya?
Jika Hong Kin tidak berulang-ulang menyebut Swat-
heng-kin-leng, Cin Hong orang yang lurus dan kesatria,
amarah dia mungkin tidak akan sebesar ini.
Cin Hong jelas-jelas tidak bisa disebut orang baik, Hong
Kin justru malah memutar balik kenyataan nya, sehingga
sampai Cui Lian-hoa pun jadi timbul salah paham, dengan
demikian amarah dia jadi benar-benar besar sekali.
Hong Kin menggunakan 'pedang asli' bertahan rapat
sekali, tapi satu kesempatan pun tidak ada untuk Hoan-
kiam' nya menyerang, yang tampak hanya dua tetes air
mata yang terang menyerangnya.
Bersamaan waktu itu di atas kepalanya terasa ada satu
perasaan aneh yang tidak pernah dialaminya.
Tentu saja harus ada perasaan aneh, karena......
®®®
Sinar golok dingin laksana es, dan laksana kilat di langit
malam yang amat gelap.
Cui Lian-hoa sendiri pun mengeluh pelan, punggungnya
lemas menyandar kesandaran kursi.
Laki-laki muda ini... tapi aku merasa terlalu lelah, aku
malah tidak ingin berkenalan dengan dia...
Selain itu ada empat gadis cantik lainnya sudah jatuh
pingsan.
Semua karena melihat seseorang hidup-hidup telah di
belah menjadi dua... dari atas kepala di Shang-seng-hiat
sampai ke Hwie-in-hiat di bawah tubuh, laksana membelah
bambu saja.
Satu orang yang tadinya utuh telah di belah menjadi dua
bagian.
Suara pik pik pak pak saat membelah bambu, dan golok
bergerak dengan lancar membelah ke bawah, tidak peduli
yang menonton atau diri sendiri, pasti merasa lancar dan
senang.
Namun seorang yang hidup di belah jadi dua,
keadaannya jelas sangat berbeda.
Cairan otak, darah segar, jeroan dan lain-lain, semua itu
sudah pasti tidak akan membuat orang senang, dan
hilangnya satu nyawa juga tidak akan bisa diterima
siapapun.
Mo-to (Golok setan) itu malah masih tetap bersih
bersinar, sedikit pun tidak ada noda darah.
Tapi hal ini hanya orang yang penglihatannya sangat
tajam baru bisa melihatnya, karena Mo-tp dalam sekejap
sudah menghilang, sudah masuk kembali ke sarung
goloknya.
Hoyan Tiang-souw seperti yang sudah diduga oleh
siapapun, dengan langkah besar melewati mayat, tumpahan
darah dan lain-lainnya, berjalan menuju Cui Lian-hoa.
Dia berhenti pada jarak enam tujuh kaki di depan Cui
Lian-hoa, lalu mengerutkan alis tebalnya.
Sorot matanya walaupun menatap pada Cui Lian-hoa,
tapi jelas dia tidak benar-benar sedang melihatnya, sorot
mata dia seperti sedang melihat benda-benda yang tidak
tampak di bumi ini.
Di dunia ini memang ada beberapa benda yang tidak bisa
di lihat oleh mata telanjang.
Sebutlah benda, molekul tidak bisa dilihat, baksil pun
tidak bisa dilihat, kecuali menggunakan alat-alat canggih.
Jika bicara tentang semangat atau kejiwaan, maka
memakai alat pun tidak ada gunanya.
Hanya bisa dengan Hwie-gan (mata kepintaran) baru ada
gunanya.
Apa sebenarnya yang tampak oleh Hoyan Tiang-souw?
Dia sendiri sedikit pun tidak bisa menjelas kan, untungnya
ada seseorang yang mau berbicara, menjawab teka-teki ini.
"Kau memangpesilat tinggi kelas satu." Suara-nya kasar,
tapi tetap terdengar sebagai suara wanita, dia berkata lagi,
"Sampai bahaya yang tidak tampak pun kau bisa
melihatnya, tidak diragukan lagi Hong Kin dan Kie Hong-
in mereka kalah satu tingkat dari mu!"
Wanita yang bicara ini duduk di sebelah kiri Cui Lian-
hoa, dia berbaju hijau dari kain kasar, usianya kurang lebih
tiga puluhan, wajahnya tidak terlalu cantik.
Wanita berbaju hijau ini pernah meninggalkan kesan
aneh di dalam hati Hoyan Tiang-souw, tapi saat ini dia
tidak ada waktu untuk menyelidikinya, namun sekarang
tidak perlu menyelidikinya lagi.
Dia tidak bersuara menengok ke arahnya, tidak
melakukan apa-apa.
Tegapnya berdiri, laksana gunung saja, tidak saja
mantap, tenang juga kuat seperti gunung, kehening annya
juga sama.
Siapa yang pernah mendengar gunung bicara? Lebih
lebih tidak mungkin cerewet seperti wanita berlidah
panjang!
Di dalam mata wanita berbaju hijau ada sinar semangat,
membuat wanita biasa yang berwajah buruk, berubah
menjadi seorang besar yang sulit diukur!
Lalu suara dia berubah menjadi lembut menarik, dia
berkata:
"Terhadap Ceng-kuncu Ku Jin-houw dan Ceng-hoan-
siang-kiam, siapa mereka, dari mana mereka berasal, kau
tidak tahu, tapi kau tidak memberi ampun, sedikit pun tidak
mempedulikan, maka terhadap siapa aku, mungkin kau
juga tidak akan mempedulikan atau menanyakan?"
Perkataan Hoyan Tiang-souw memecahkan
keheningannya:
"Betul, sebab asal di dalam hatiku sudah tahu kau sangat
lihay, musuh kuat yang tidak pernah ku temui, itu sudah
cukup!" ,
Dengan ramah dan tulus wanita berbaju hijau bertanya:
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Sebab sesaat sebelum aku masuk, aku sudah merasakan
hawa membunuhmu, tadi aku menghenti-kan langkah, itu
juga dengan sebab yang sama, kau pasti tahu!
Hay, ini sungguh hal yang tidak bisa di bantah, jujur saja
kekuatan hawa membunuhmu sampai jarak beberapa Li
saja sudah terasa. Di jaman sekarang, ku dengar selain Thi-
kak-siang-jin (Hweesio kaki besi) dari Siauw-lim yang dapat
melenyapkan hawa membunuhnya, seperti golok membelah
arus air, burung terbang di atas langit, sedikit pun tidak
meninggalkan jejak.
Orang lain sedikit banyak selalu ada hambatan, tapi Thi-
kak-siang-jin yang sudah berusia seratus tahun lebih, ingin
bertemu dengan dia pun sangat sulit, maka tidak bisa
dibicarakan atau dibuktikan betul tidaknya hal ini!"
Jika inti pembicaraannya adalah batas tertinggi berlatih
ilmu silat, tentu saja sangat berbeda dengan kabar burung.
Hoyan Tiang-souw tampak bersemangat dan besar rasa
ingin tahunya, dia bertanya:
"Bagaimana dengan diriku, apa kau tahu, bisa
mengalahkan aku atau tidak?"
Wanita berbaju hijau menjawab sambil menggelengkan
kepala, lalu balik bertanya:
"Bagaimana denganmu?"
"Kadang bisa, kadang juga tidak bisa." Jawab Hoyan
Tiang-souw.
Wanita berbaju hijau diam sejenak lalu berkata:
"Tadinya aku mengira setelah Kie-siauya di kawal oleh
Ceng-hoan-siang-kiam, sudah cukup untuk berkeliling
dunia, siapa tahu walaupun di tambah aku juga tidak
cukup.
Kau adalah musuh yang paling menakutkan, jika satu
lawan satu mungkin nasibku seperti Hong Kin, tapi aku ada
pikiran sendiri dan akal sendiri."
"Aku tahu," Alis tebal Hoyan Tiang-souw kembali
mengerut dan berkata, "kau tidak takut mati, aku tidak tahu
kenapa setiap orang takut mati tapi kau bisa tidak. Selain itu
asal kau menggerakan tangan, lima orang gadis itu segera
akan menjadi mayat, kau menggunakan cara bertarung
bersama-sama mati, tapi kenapa menggunakan cara ini
padaku?"
Wanita berbaju hijau tertawa dingin, berkata:
"Sebab jika aku sudah bertekad itu, maka ada
kemungkinan aku bisa mengalahkanmu."
Dari pembicaraan mereka yang samar-samar, paling
sedikit bisa diketahui bahwa nyonya berbaju hijau ini
sedang menggunakan taktik perang, tidak boleh mundur
hanya boleh maju dan batu biasa dengan batu giok
bersama-sama habis terbakar.
Maksudnya tidak boleh mundur hanya boleh maju
adalah setelah dia membunuh seluruh gadis, dia sendiri
pasti tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Hoyan Tiang-
souw.
Di dalam keadaan mendesak seperti ini, pertarungannya
yang habis-habisan ini, sangat mungkin malah bisa
memenangkan pertarungannya. \
Mengenai taktik batu biasa dengan batu giok bersama-
sama habis terbakar. Sementara masih belum tahu batu giok
itu apakah dia atau para gadis itu?
Dan misalnya 'giok' itu adalah para gadis, juga tidak tahu
salah satunya gadis yang mana?
Apakah Cui Lian-hoa?
Alis tebal Hoyan Tiang-souw pelan-pelan terangkat,
suaranya jadi semakin seperti suara geledek, dengan keras
dia berkata:
"Paling baik kau jangan membuat aku marah, sebab
akibatnya kau tentu sudah tahu!"
Dia memang tidak boleh di buat marah, sebab jika marah
maka goloknya akan keluar dari sarungnya, saat itu
akibatnya Selain 'kematian', mungkin tidak ada lain lagi.
Orang lain tentu saja tidak tahu hubungan amarah dia
dengan Mo-to begitu eratnya, pengaruhnya begitu besar.
Semangat di dalam mata nyonya berbaju hijau lebih
membara lagi, jelas dia sudah mengumpulkan seluruh
tenaga dalamnya, bersamaan itu diwajahnya juga sudah
tampak kegeraman yang mendesak!
Kalau wanita menampakan kegeraman seperti ini,
artinya dia sudah tidak mempedulikan segalanya, tidak
takut pada apa pun.
Benar saja terdengar dia tertawa dingin berkata:
"Jangan membuat kau marah? He he he, lucu, sungguh
lucu, setelah membuat kau marah, lalu kau bisa apa?"
Sebenarnya dia sendiri tidak tahu akan jadi bagaimana
setelah membuat Hoyan Tiang-souw jadi marah?
Selain itu tentu saja dia masih ada kata-kata yang lebih
kasar, lebih kotor yang mau dikatakannya, wanita jika ingin
membuat marah laki-laki, biasanya sangat mudah
melakukannya, sebab mereka masing-masing memiliki cara
rahasia, dan biasanya laki-laki tidak bisa melawannya,
maka terpaksa terkena siasat-nya si wanita dan membuat
jadi marah.
Tapi kata-kata dia bisa dihentikan oleh satu suara yang
lembut manis dan tepat saat terdengar, orang yang bicara
adalah Cui Lian-hoa, suaranya secantik dan menarik
wajahnya. Dia berkata:
"Hoyan Tiang-souw, kau jangan marah."
Dia pasti sangat tahu daya tarik dirinya, maka sama
sekali tidak memerlukan alasan apa-apa, dan kenyataannya
juga sesimpel itu, Hoyan Tiang-souw segera meredakan
amarahnya, tidak marah lagi.
Wanita berbaju hijau tertawa dingin dan berkata:
"Tampaknya dia sudah tidak marah lagi. Tapi aku berani
jamin dia segera tidak akan bisa menahan tabiatnya lagi!"
Senyum Cui Lian-hoa tipis dan lembut, cantiknya, wah
tidak perlu dikatakan lagi.
"Aku tahu, sebab asalkan kau membunuh siapa saja dari
kami ini, maka dia akan marah sekali, jika dugaanku tidak
salah, harap kau mau mendengarkan nasihatku."
Sorot mata tajam nyonya berbaju hijau meneliti dan
menyelidiki lawannya beberapa saat, baru berkata:
"Ternyata benar, kau ini bukan anak petani biasa, sudah
sejak lama aku ada perasaan ini, tapi setelah'dilihat-lihat,
aku pun tahu kau sama sekali tidak bisa ilmu silat."
"Aku memang tidak bisa silat, tapi bukan tidak
mengerti." Cui Lian-hoa berkata, "Jika aku bisa ilmu silat,
ketika Kie Hong-in mau menawanku, tentu aku akan
sekuatnya memberontak."
"Betul juga kata-katamu, tapi sampai sekarang aku belum
pernah mendengar nasihatmu!" Cui Lian-hoa berkata:
"Nasihatku adalah paling baik kau diam-diam kembali
lagi ke Lam-kiang."
Wajah wanita berbaju hijau jadi berubah:
"Kau sudah tahu siapa aku? Bagaimana kau bisa tahu?"
Dalam hati Cui Lian-hoa terbayang satu wajah bersih
dari seorang setengah baya, sepasang matanya yang dalam
dan penuh kepintaran, tampak bisa membaca setiap isi hati
lawan.
'Hay Cin Leng-tong, jika kau adalah aku, kau pasti akan
tahu lebih banyak dari padaku, sehingga kau juga pasti
mempunyai cara yang lebih baik untuk mencegah peristiwa
ini.
Tapi sayang aku hanya Cui Lian-hoa bukan kau Cin
Leng-tong, makanya aku tidak ada sedikit pun keyakinan!'
Sorot mata wanita berbaju hijau mendesak dia
menjawabnya.
Cui Lian-hoa terpaksa berkata:
"Asalkan aku mencium baumu, dan sarung tangan dari
kulit manusia warna daging yang selalu kau pakai, aku
sudah tahu kau adalah pesilat tinggi dari Can-bian-tok-kiam
(Kapas bergulung pedang beracun) di Lam-kiang
(Perbatasan selatan), tapi siapa nama aslimu, aku tidak
tahu."
Can-bian-tok-kiam dari Lam-kiang adalah salah satu
jurus pedang yang tidak ada tandingannya, yang bisa
disejajarkan dengan Hiat-kiam (Pedang darah), di dunia
persilatan tidak mengherankan jika ada orang yang
mengenalnya.
Tapi masalahnya adalah para pesilat pedang aliran ini
(semuanya wanita) sangat tersembunyi, tidak tampil keluar,
sampai namanya pun jarang diketahui, maka sangat aneh
jika Cui Lian-hoa bisa menyebutkan aliran perguruan
mereka, sehingga itu jadi pertanyaan yang tidak mudah
dijawab.
Dalam tawa dinginnya wanita berbaju hijau terkandung
hawa kejam dan jahat:
"Bagus, kau hebat sekali, sayang kau tidak tahu aku
sudah tidak bisa kembali lagi ke Lam-kiang. Melihat
luasnya dunia ini, hanya Kie-samya, Kie Ting-hoan yang
berani menerima aku untuk tinggal, makanya hari inipun
aku hanya bisa melakukan apa yang harus aku lakukan!"
Cui Lian-hoa menganggukan kepala:
"Aku mengerti, maka aku tidak menyalahkan-mu,
menurut pandanganku, Kie-samya pasti seorang yang gagah
berani dan berpandangan luas.
Jika tidak, orang seperti Ceng-hoan-siang-kiam, apa lagi
orang seperti kau ini, mana mungkin mau dengan suka rela,
mati untuk dia?"
Kata nyonya berbaju hijau berkata:
"Dia memang orang yang luar biasa. Jika aku seperti
kau, muda dan cantik, aku pasti rela jadi selirnya, seumur
hidup mengikuti dia melayani dia..."
Gelombang mata Cui Lian-hoa penuh dengan kesedihan,
senyumnya juga menjadi senyum pahit:
"Kelihatannya jika Hoyan Tiang-souw tidak
membunuhmu, maka pasti kau yang membunuh dia, selain
itu tidak ada jalan lain lagi!"
"Bagaimana kau bisa tahu?" "Jika kau tidak ada tekad
ini...." Berbicara sampai disini mendadak dia teringat Cin
Leng-tong yang pandai menebak hati orang, karena dia
merasa perilakunya sekarang mirip sekali dengan dia, maka
dia melanjutkan perkataannya, "kau pasti tidak mau
mengatakan isi hati dan kata-kata yang sebenarnya pada
kami. Jika kami semua sudah mati, rahasiamu pasti tidak
akan bocor, jika kau yang mati, rahasianya terbongkar atau
tidak, juga sudah tidak penting lagi!"
"Betul, tapi aku tetap berharap kalian yang mati, bukan
aku yang mati!"
Hitung-hitungan seperti ini, anak kecil pun bisa
menghitungnya, tidak perlu didiskusikan lagi. Cui Lian-hoa
tersenyum dan berkata: "Walaupun begitu, tapi sayang kau
telah melewatkan satu hitungan yang paling penting."
Wanita berbaju hijau dengan dingin berkata: "Tidak,
sama sekali tidak akan." "Kau terlalu percaya diri," Kata
Cui Lian-hoa sambil tertawa.
Tawanya tetap masih begitu cantik, suaranya pun tetap
terdengar enak dan menarik orang.
"Kenapa kau malah tidak mempertimbangkan? Jika
Hoyan Tiang-souw mengalahkanmu, tentu saja dia tidak
akan mati. Dan walaupun kau telah kalah, tapi juga tidak
mati, hanya terluka dan ditawan, saat itu bagaimana
dengan dirimu? Kau tidak berani kembali ke Lam-kiang, dia
justru mengantar kau kembali ke Lam-kiang, kau ingin
mati, dia justru tidak membiar-kan kau mati."
Warna wajah wanita berbaju hijau berubah.
Cui Lian-hoa mendesak pertanyaannya:
"Jika terjadi keadaan begitu, kau mau apa?"
Wanita berbaju hijau berpikir-pikir sejenak, dengan
tertawa dingin dan berkata:
"Itu urusanku dengan Hoyan Tiang-souw, tidak ada
sangkut pautnya denganmu. Karena di saat itu kau sudah
tidak bernafas, sudah tidak ada perasaan, segala masalah di
dunia ini semuanya dan selamanya tidak ada hubungannya
lagi denganmu."
"Aku percaya kau sanggup membunuh kami, tapi setelah
kau melakukannya, kau pasti malah akan menyesal! Coba
kau pikir, jika kau sudah memutuskan kami berlima
menemanimu pergi ke akhirat, tapi mendadak menemukan
salah satu dari kami tidak bisa kau bunuh. Kau tentu saja
sangat tidak senang dan merasa menyesal, orang lain mati
masih tidak apa-apa, tapi jika orang ini justru aku Cui Lian-
hoa, bagaimana kau bisa mati dengan tidak penasaran?"
Setiap kata-katanya adalah kenyataan, dan setiap kata-
katanya saling berhubungan, membuat orang terpaksa
mendengar, malah terpaksa memikir-kan untung ruginya.
Maka wanita berbaju hijau tidak segera menyerangnya. j
Cui Lian-hoa melanjutkan:
"Can-bian-tok-kiam dari Lam-kiang walaupun salah satu
jurus pedang terhebat masa kini, bisa dibandingkan dengan
Hiat-kiam dari Yan-pak, tapi di dunia ini masih ada
beberapa jurus pedang yang tidak ada lawan lainnya yang
dapat dibandingkan dengan kalian.
Seperti dulu ada Chun-hong-hoa-goat-lou dari Yang-ciu,
dua keluarga di dunia persilatan ini, di antaranya
mempunyai jurus pedang Tay-ci-hoat (Alam besar) dari
keluarga Liu dan bisa disetarakan."
Kata wanita berbaju hijau:
"Walaupun jurus pedang Tay-ci-hoat dari keluarga Liu di
Chun-hong-lou bisa disebut tiada duanya di dunia, tapi apa
hubungannya dengan diri-mu, kau kan bukan bermarga
Liu."
"Walaupun aku tidak bermarga Liu, tapi Bu-ceng-siau
(Seruling tanpa perasaan) dari keluarga Cui di Hoa-goat-
lou, tampaknya juga tidak lebih lemah dari pada pedangnya
keluarga Liu di Chun-hong-lou."
Dari beberapa keluarga dunia persilatan yang ternama,
keluarga Liu dan keluarga Cui dari Yang-ciu yang paling
menonjol.
Itu karena dua keluarga besar ini sama-sama berada di
Yang-ciu, dan turun temurun hubungannya sangat erat,
seperti satu keluarga saja.
Di dalam rumah keluarga Liu ada sebuah gedung Chun-
hong (Angin musim semi), di rumah keluarga Cui ada
gedung Hoa-goat (Bulan berbunga), sama-sama dibangun
dengan megah dan mewah.
Sehingga entah di mulai dari kapan dunia persilatan
menyebut mereka Chun-hong-hoa-goat-lou.
Puluhan tahun terakhir ini dua keluarga besar Liu dan
Cui sudah sangat lemah.
Menurut kabar, beberapa tahun lalu kedua keluarga ini
mendadak mengalami musibah, sampai satu penerus pun
tidak ada, Chun-hong-hoa-goat-lou yang ternama itu pun
sudah berganti tuan.
Namun kebesaran nama kedua keluarga ini masih belum
dilupakan orang, apa lagi para pesilat tinggi masa kini, pasti
pernah mendengar kebesaran dan sejarah kedua keluarga
ini.
Maka tidak mengherankan jika wanita berbaju hijau
merasa terkejut sampai membelalakan sepasang matanya.
Jika dia kelahiran dari perguruan Can-bian-tok-kiam dari
Lam-kiang, tentu saja tahu akan Bu-ceng-siau nya keluarga
Cui dari Hoa-goat-Iou, adalah salah satu ilmu silat yang
tiada duanya di dunia.
Jika Cui Lian-hoa benar adalah keturunannya Bu-ceng-
siau, maka dia bisa tidak di masukan ke dalam daftar
kematian, itu adalah hal yang tidak mengheran-kan.
Sudut mata wanita berbaju hijau diam-diam melirik pada
Hoyan Tiang-souw, sambil menengadah-kan kepala dia
tertawa dingin dan berkata:
"Walaupun kau benar keturunan dari Hoa-goat-lou, aku
juga tidak takut, malah jadi tidak akan melepaskanmu......"
Seharusnya dia melakukan serangan tiba-tiba, sebab ini
adalah langkah yang telah dia siapkan dan direncanakan,
siapa sangka Hoyan Tiang-souw yang dilihat sudut
matanya sudah bergerak lebih dulu dari pada dia.
Maka dia segera membalikan tubuh, dengan langkah
besar keluar dari ruangan, tidak melihat ke belakang lagi.
Pek-mo-ci-to (Golok setan yang merana) yang
dikepitnya, jadi ikut menghilang bersama orangnya.
Di lantai hanya tertinggal darah yang berlumuran, dua
bagian tubuh Co Ek-seng dan mayatnya Song Cin.
Wanita berbaju hijau sesaat jadi lupa bergerak untuk
membunuh, malah balik bertanya:
"Mau apa dia? Kenapa dia mendadak pergi? Apa dia
sudah tidak mempedulikan lagi hidup matinya kalian?"
Cui Lian-hoa tidak menjawab, hanya pelan-pelan
menghela nafasnya.
ca ca ca
Dengan Mo-tonya yang tidak berperasaan Hoyan Tiang-
souw meraja lela di dunia persilatan, tapi orang semacam
dia ternyata bisa muncul dalam kerumunan orang dan
mendengarkan khotbah di dalam kuil Budha.
Saat dia duduk di dalam kerumunan jemaat yang
mendengarkan khotbah, duduknya paling tegak, paling
hikmat, juga paling konsentrasi.
Golok dia dibungkus dengan kain hitam, di taruh di atas
lututnya, tidak ada orang yang melirik dan
memperhatikannya.
Sebab biasanya di dalam kuil Budha yang suci, daging
dan arak pun tidak ada orang yang berani membawanya,
apa lagi senjata pembunuh.
Hweesio tua yang sedang berkhotbah wajahnya terlihat
serius dan suaranya menggelegar.
Membuat orang sekali menatap tampangnya dan
pembicaraannya, tidak tahan timbul perasaan hormat.
Hal ini bisa menjelaskan, di dalam begitu banyaknya
para hweesio, pasti tidak akan menemukan ke lima
indranya tidak lurus, atau tubuhnya cacad.
Hoyan Tiang-souw berusaha membuat dirinya
konsentrasi mendengarkan khotbah yang sangat dalam dan
detail itu.
Dia sudah terbiasa mendengarkan khotbah semacam ini,
sebab ketika dia berusia lima enam belasan tahun, di Thian-
cin dia cukup lama mengikuti seorang hweesio yang
bernama Kheng-it.
Seorang hweesio yang pandai berkhotbah, walaupun
yang dihadapinya hanya seorang anak muda, sedikit
banyak juga bisa menjelaskannya.
Sekarang dia pun merasa khotbah hweesio besar ini
sangat seru, sebab kebetulan hweesio tua itu sedang
menjelaskan 'ruang' dan 'waktu', dan waktu dengan ruang
adalah hal yang harus diperhatikan sekali di dalam ilmu
silat kelas tinggi.
Hweesio tua mengatakan ruang dan waktu adalah
kejadian khusus yang termasuk di dalam rohani dan
jasmani, tidak ada wujudnya, dengan kata lain, bukan
sungguh ada ruang dan waktu (maksudnya bukan kosong
hampa).
Misalnya 'ruang', dalam hati bisa disebut'arah'.
Hweesio tua mengambil contoh, kenapa arah termasuk
di dalam kejadian?
Kalau kau berkata kau berdiri di timur, maksud nya
hanya menunjukan kau berdiri di tempat yang berlawanan
dengan barat, bukan benar-benar ada 'timur'.
Jika kau meneruskan jalan ke timur, maka timur yang
tadi sekarang menjadi barat.
'waktu'juga demikian.
Di dunia kita ini satu hari adalah dua puluh empat jam,
di dunia lain mungkin satu hari juga dibagi menjadi dua
puluh empat jam.
Hanya saja satu hari disana mungkin sama dengan satu
tahun atau sepuluh tahun di dunia kita, malah lebih panjang
atau lebih pendek (telah ditunjuk an dan dibuktikan oleh
teori relatif.)
Pokoknya, seperti waktu dan ruang, jika ada benda yang
benar-benar ada wujudnya, maka tidak boleh ada sifat yang
berubah-rubah tidak menentu ini.
Karena itu hubungan 'waktu' dan 'ruang' dengan ilmu
silat sangat erat, makanya Hoyan Tiang-souw
mendengarkan dengan penuh kegembiraan, sementara bisa
melupakan wajah cantik yang tiada dua nya itu... Cui Lian-
hoa.
Tapi... bagaimana keadaan dia sekarang? Apakah dia
dapat menaklukan wanita berbaju hijau itu?
Kemana dia pergi?
Jika dia tidak bisa menaklukan lawannya, apa yang akan
dialaminya?
Mata dia walaupun menatap pada hweesio tua di atas
altar, tapi hatinya sejenak terbang keluar dari kuil Han-san
di Soh-ciu, terbang ke sisi danau See-ouw di Hang-ciu,
paling sedikit juga mondar mandir di daerah itu.
Begitu timbul pikiran itu, segera dia ingin pergi ke sana
untuk melihatnya.
Tapi niatnya segera dibatalkan, karena kejadian nya
sudah lewat satu hari.
Tidak peduli Cui Lian-hoa mengalahkan lawannya, atau
masih berada dalam kendali wanita berbaju hijau itu,
pokoknya sekarang pergi pun sudah ter-lambat, sudah tidak
ada gunanya.
Tapi jika kata-kata wanita berbaju hijau itu benar bahwa
dia sama sekali tidak bisa ilmu silat, maka ada
kemungkinan apa, dia bisa mengalahkan wanita berbaju
hijau itu? Ada kemungkinan apa, dia dapat meloloskan diri
dengan selamat?
Tapi jika dia sama sekali tidak bisa ilmu silat, kenapa dia
berani berkata hanya dia seorang diri yang bisa tidak mati
(Jika wanita berbaju hijau membunuh)?
Tampak kedua alis tebal Hoyan Tiang-souw
menggambarkan satu kegelisahan, tapi bukan amarah.
Tubuh dia yang tegap kekar mendadak berdiri dari
kerumunan pendengar.
Suara gelegar hweesio tua mendadak terhenti, lalu
melakukan satu gerakan isyarat tangan.
Hoyan Tiang-souw dengan penuh perhatian segera
memperhatikan hweesio tua itu.
Semua karena isyarat tangan hweesio tua yang
kelihatannya hanya sembarangan menggerakannya. Tapi di
dalam perasaan Hoyan Tiang-souw, itu malah sebuah jurus
golok yang sangat lihay. t
Jurus ini jika diperagakan dengan sebildh golok, delapan
atau sepuluh musuh kuat pun segera akan tergeletak mati di
tanah, itu bukah masalah aneh.
Ilmu hebat apapun tentu saja menjadi perhatian Hoyan
Tiang-souw.
Apa lagi jurus golok!
0 –dw- 0
BAB 3
Dalam pandangan Hoyan Tiang-souw dia sedang berdiri
di atas lapangan liar, seratus lebih jemaat di sekeliling yang
sedang mendengarkan khotbah seperti tidak ada, dalam
matanya hanya ada seorang hweesio tua itu.
Hweesio tua itu tetap masih bersikap serius, tapi sorot
mata dan suaranya sangatlembut, dia berkata: "Ku rasa aku
sudah tahu siapa dirimu!" "Belum tentu, tapi aku tahu kau
adalah Ji-hong Lo-hweesio." Kata Hoyan Tiang-souw.
Senyum hweesio tua itu selain penuh kasih juga terasa
sangat akrab, dia berkata lagi:
"Ku kenalkan satu orang padamu, mau tidak?" "Terima
kasih, tapi sekarang ini aku tidak mau menemui siapa pun,
apa lagi dia!"
Setelah berkata Hoyan Tiang-souw sendiri merasa
terkejut, kenapa dia bisa menolak begitu cepat dan tegas.
Siapa 'dia'? Hoyan Tiang-souw tidak bisa menjelaskan,
dan Ji-hong hweesio pun tidak mengatakan.
Hweesio besar dan tosu yang sudah tinggi ajarannya,
dari aliran Budha dan To, tingkah lakunya sering muncul
yang aneh-aneh dan sulit diduga.
Ji-hong hweesio melihat Hoyan Tiang-souw melangkah
keluar ruangan, melihat dia menundukan kepalanya sedikit,
supaya tidak membentur ranting pohon di luar ruangan.
Hweesio tua itu tidak memanggil lagi, ekspresi di
wajahnya selain tersirat sedikit kesedihan, tidak ada yang
lainnya lagi!
###
Di luar kuil Han-san ada saru sungai kecil, jembatan
kuno yang melintang di atas sungai itu entah sudah
dibangan berapa ribu tahun lalu.
Baru saja Hoyan Tiang-souw naik ke atas jembatan,
jalannya mendadak tertahan.
Saat ini di sisi jembatan ada dua perahu kecil dengan
terpal hitam sedang berhenti disana.
Dari masing-masing perahu kecil keluar dua orang
wanita.
Mata Hoyan Tiang-souw jadi terbelalak besar.
Kenapa bisa begitu kebetulan? Cui Lian-hoa juga bisa
datang ke kuil Han-san di Soh-ciu ini?
Dia menatap tajam pada wajah Cui Lian-hoa yang cantik
seperti bunga di musim semi, rubuhnya semampai pohon
Yang-liu.
Melihat dia melenggang naik ke darat, dia sampai tidak
tahan mendesah "heh!", perasaan aneh yang sulit dikatakan
yang tadinya memenuhi dada, tampak tiba-tiba menghilang.
Dengan gerakan indah Cui Lian-hoa memutar tubuhnya
setengah putaran, lalu menengadahkan kepalanya melihat
pada Hoyan Tiang-souw.
Gelombang matanya membuat orang tidak tahan. Begitu
lembut dan jernih seperti air danau See-ouw, membuat
Hoyan Tiang-souw bisa mendengar suara jantungnya
berdetak.
Tapi air danau yang jernih tenang pun pasti ada sedikit
gelombangnya, tapi kenapa di dalam matanya yang amat
cantik itu, sedikit pun tidak ada riak gelombang? Apakah
dia sudah tidak mengenal aku lagi?
Ataukah tidak sudi?
Hatinya yang dag dig dug mendadak menciut, terasa
sedikit sakit, tampaknya dadanya seperti tembus ditusuk
oleh sorot mata Cui Lian-hoa dan meninggal-kan beberapa
bekas di dalam jantungnya.
Walau demikian, Hoyan Tiang-souw masih bisa melihat
di belakang Cui Lian-hoa adalah gadis pelayan yang cantik.
Dua orang wanita yang naik ke darat dari satu perahu
lainnya, salah satunya adalah nyonya cantik setengah baya,
memakai pakaian sutra asli yang warnanya terang, celana
dan lengan bajunya melayang layang ditiup angin,
menambah daya tariknya.
Di belakang dia juga ada seorang gadis pelayan, di
pinggangnya terselip sebilah pedang pendek.
Bukan saja dia bisa melihat orang-orang ini, juga masih
bisa mendengar Cui Lian-hoa bertanya pada gadis pelayan:
"Iiih! Siau-cian, orang itu dia bukan?" Siau-cian yang
cantik melirik ke atas jembatan dengan pelan berkata:
"Benar, pasti dia."
Cui Lian-hoa menggeleng gelengkan kepala: "Apa
gunanya dia mengikuti aku?" "Mungkin untuk melihat kau
dari kejauhan, selain dia, juga masih banyak orang yang
begitu!"
Hati Hoyan Tiang-souw bertambah terluka, tubuhnya
segera berputar ke arah ujung jembatan kuno lainnya.
Saat melangkah, telinganya masih bisa mendengar Cui
Lian-hoa berkata:
"Suara heh orang lainnya itu mengandung tenaga dalam
dan menyembunyikannya, tenaga dalam-nya sangat tinggi,
aku hanya berharap dia jangan terus mengikuti aku......"
Apakah Cui Lian-hoa dan nyonya cantik setengah baya,
bersama dua gadis pelayan akan masuk ke dalam kuil Han-
san? Atau pergi ke tempat lain?
Hoyan Tiang-souw tidak tahu mereka akan pergi
kemana, tapi dalam hatinya timbul perasaan lain.
Dia membisu di atas pesawahan yang tanahnya gemuk
itu, kesedihan hatinya masih terasa, itu karena Cui Lian-
hoa sudah tidak mengenal dia lagi.
Pertama bertemu hanya kejadian kemarin malam,
kenapa hari ini sedikitbayangannya pun sudah tidak ada?
Kalau begitu dia sendiri harus lebih tuntas dari pada dia,
melupakan dia.
Selanjutnya jika nanti dia bertemu lagi di tengah jalan,
dia pun harus bersikap seperti tidak pernah bertemu dengan
dia, harus lewat seperti tidak melihat dia,.
... tapi sejak kemarin sampai hari ini, bayangan di dalam
kepalanya selalu bayangan dia, sehingga keadaan hatinya
jadi gusar, kacau, tidak teratur.
.... jika aku benar-benar ingin melupakan dia, kenapa
masih mau mengikuti dan menyelidiki sastrawan baju putih
ini?
Tidak jauh di depan dia ada seorang sastrawan muda
yang berbaju putih, juga sedang berjalan di atas galangan
sawah, sendirian dan kesepian.
Sastrawan baju putih ini tadi berdiri di ujung seberang di
atas jembatan kuno, dari kejauhan menatap Cui Lian-hoa.
Ketika sorot mata Cui Lian-hoa menyapu ke arahnya,
Hoyan Tiang-souw masih keburu melihat matanya yang
bergelombang.
Inipun penyebab kenapa hatinya bertambah beberapa
bekas luka.
Menyimak dari perkataannya, dia juga tidak mengenal
sastrawan baju putih itu.
Karena sastrawan baju putih itu selalu membuntuti dia,
maka jadi mengenal dia.
Sebenarnya hal ini biasa dan lumrah, siapa pun orangnya
jika beberapa hari terus-menerus diikuti oleh seseorang,
bagaimana mungkin bisa tidak mengenal wajah orang itu?
Tapi karena dalam matanya timbul riak dan meluas,
maka persoalannya jadi berbeda sekali.
Walaupun dia tidak punya perasaan suka padaku Hoyan
Tiang-souw, tapi dalam sorot matanya tidak seharusnya
sedikit bayangan diriku pun tidak ada, padahal orang lain
itu juga seorang yang asing, tapi perasaannya tampak
bergelombang.
Siapakah sastrawan berbaju putih itu? Apakah dia sangat
tampan?
Ilmu silatnya sangat tinggi? Ilmu sastranya sangat bagus?
Atau sangat kaya?
Mendadak dia tersadar, dia sudah berjalan sampai Ho-
ciu di barat laut Soh-ciu.
Ho-ciu adalah tempat bersejarah yang tersohor, setiap
hari libur di musim semi dan musim gugur banyak orang
datang melancong, hari biasa pun tidak sedikit
pengunjungnya.
Sastrawan baju putih itu berdiri di bawah panggung
ribuan orang, ada beberapa orang kebetulan berdiri
disisinya, itu juga jadi tidak mengherankannya.
Kemudian dia melewati pintu gerbang Pie-yu-tong-thian
(tempat tinggal para dewa menurut aliran To) dan berdiri di
sisi Kiam-ti (danau pedang), beberapa orang masih berada
di sisinya, juga tidak menjadi perhatian orang lain.
Kiam-ti walaupun amat termasyur, tapi sebenarnya tidak
luas, hanya sebuah danau di antara dua tebing batu.
Menurut cerita makam rahasia raja Bu, Ho-Iu, di bangun
di dasar danau dengan rahasia, benar atau bohong cerita ini
sampai sekarang tidak ada orang yang tahu.
Walaupun Hoyan Tiang-souw ingin melihat wajah
sastrawan berbaju putih itu, tapi dia tidak berjalan ke tepi
Kiam-ti, malah berdiam di atas jembatan batu yang tinggi.
Orang-orang di atas jembatan selain bisa melihat Kiam-ti
yang berada di bawah, juga bisa melanjutkan perjalanan ke
kuil In-yan yang berada di tempat yang lebih tinggi, pagoda
Ho-ciu yang terkenal itu berada di dalam kuil itu.
Tadinya terhadap sastrawan berbaju putih ini dia hanya
ingin tahu dan merasa kesal saja.
Tapi sekarang sudah timbul satu perasaan aneh.
Hoyan Tiang-souw pernah memikirkan dengan teliti,
tapi tetap tidak bisa menjelaskan sebenarnya apa perasaan
anehnya? kenapa bisa timbul perasaan itu?
Untungnya dia tidak perlu berteman dengan orang ini,
maka setelah dipikir-pikir, perasaannya lalu dibuang jauh-
jauh.
Sastrawan berbaju putih itu masih tetap berdiri di tepi
danau, mata Hoyan Tiang-souw tidak perlu terus menerus
mengawasinya.
Saat dia melihat ke sekeliling, tampak ada beberapa
pelancong dengan langkah tergesa-gesa berjalan keluar,
sekarang masih pagi, kenapa orang-orang mau cepat-cepat
pulang?
Mata dia sangat tajam, semut berjarak satu dua ratus
langkah juga bisa dilihatnya.
Maka dia bisa melihat ada dua orang laki-laki yang
berperawakan tegap membuka baju depannya
memperlihatkan senjata tajam yang berkilat-kilat pada para
pelancong yang barusan tiba, itulah yang membuat para
pelancong buru-buru membalikan tubuh berjalan pulang
kembali.
Orang yang berseragam seperti kedua laki-laki besar itu,
jika dihitung dari atas kebawah dan di sekelilingnya, kira-
kira ada dua puluh lebih.
Jika tidak dengan mata kepala sendiri melihat mereka
memperlihatkan senjatanya, Hoyan Tiang-souw masih
mengira mereka pun para pelancong.
Sorot mata dia tidak melihat ke danau itu lagi, tapi
segera melihat ke seberang ujung jembatan batu sana.
Sastrawan berbaju putih itu dengan santai jalan datang.
Entah kapan di pinggangnya sudah terselip sebilah
pedang panjang, jika pedang ini barusan di ambil dari
Kiam-ti, maka jika bukan iblis dia pasti setan.
Mendadak Hoyan Tiang-souw mengerti kenapa perasaan
yang aneh itu tadi terasa.
Memang mudah jika dibicarakan, tapi saat dia saling
berhadapan, tetap saja wajah lawan masih belum
terlihatjelas.
Sepasang mata Hoyan Tiang-souw sama sekali tidak
sakit, dia tetap masih bisa melihat setiap semut yang
berjarak seratus dua ratus langkah.
Tapi sastrawan berbaju putih itu tidak peduli
keberadaannya dimana, jika bukan membelakangi, pasti dia
sedang menggunakan tangannya mengusap hidung atau
mengusap-usap mata atau wajahnya.
Pokoknya kau hanya bisa melihat sebagian wajahnya
saja, tidak bisa melihat wajahnya dengan sepenuhnya,
inilah yang membuat perasaan aneh itu.
Sastrawan berbaju putih berhenti pada jarak tujuh
langkah, saat ini dia berada di atas jembatan, angin gunung
meniup bajunya yang seputih salju itu.
Perawakannya yang tinggi tegap, matanya yang hitam
pekat, kulit mudanya yang kekar licin, keseluruh an itu
cukup membuat orang terpaksa harus memuji-nya,
"Tampan sekali."
Tangan kiri dia tetap masih menutupi bagian mulut dan
hidungnya, membuat Hoyan Tiang-souw masih harus
menggunakan daya pikir yang tinggi, baru bisa
menggambarkan keseluruhan wajahnya.
"Aku Li Poh-hoan," sastrawan berbaju putih berkata,
"aku tahu siapa kau, maka tidak perlu banyak basa-basi
lagi!"
Hoyan Tiang-souw yang mendengar, sampai menjadi
bengong.
Tapi dia pun merasa mempersoalkan ini sangat tidak
perlu, sangat lucu.
Saat dia mengangkat alis tebalnya, lalu berkata: "Aku
tidak bisa melihat seluruh wajahmu, ada apa dengan
dirimu? Apakah bibirmu sumbing, atau bengkok?"
"Semua bukan." Suara Li Poh-hoan jelas dan tegas,
nadanya juga ramah dan sopan, "Aku tahu Hoyan-heng
ingin melihat wajahku, maka aku sengaja menutup
sebagian, supaya tidak menghilangkan rasa ingin tahumu,
supaya dapat memancing kau datang kesini dan berbicara
denganku!"
"Untuk apa?" suara Hoyan Tiang-souw tanpa sadar,
samar-samar suaranya seperti geledek, jika berteriak marah,
tentu akan lebih menakutkan, "aku tidak punya teman, juga
tidak perlu teman, kau tidak perlu membuang-buang
waktu."
"Kalau begitu, kita bicarakan saja hal yang bukan
mengenai persahabatan."
Hoyan Tiang-souw menggelengkan kepala, sebab dia
sudah merasakan Mo-to di kereknya sedikit meloncat-
loncat, ingin keluar dari sarungnya:
"Kuharap kau jangan mengganggu aku. Kau sangat
menyebalkan, sudah berbicara begini banyak, wajahmu
tetap masih ditutupi, tapi mengenai kesalahan ini tidak
perlu sampai harus mati, maka paling bagus kau jangan
sampai mengganggu aku."
"Menurut pandanganmu, nona Cui yang tadi berada di
sisi jembatan batu di luar kuil Han-san itu, cantik tidak?"
tanya Li Poh-hoan.
Hoyan Tiang-souw mengerutkan alis tebalnya, ternyata
nama Cui Lian-hoa pun dia sudah tahu, tapi apakah dia
tahu yang lainnya lagi?
Li Poh-hoan berkata lagi:
"Jika ada orang mengatakan dia tidak cantik, aku akan
mendebatnya, malah akan bertarung dengan dia, tapi kau
berbeda."
Hoyan Tiang-souw mulai merasa sedikit tertarik,
tanyanya:
"Apa beda nya dengan aku?"
"Karena kau adalah lawan yang amat kuat!"
Hoyan Tiang-souw jadi ingin tertawa keras, pikirnya,
'Lawan kuat bagaimana? Sungguh kata-kata yang tidak
ada gunanya, kemarin Cui Lian-hoa baru saja bertemu
denganku, hari ini sudah seperti orang asing lagi. Tadi saat
dia melihatmu, di dalam matanya timbul gelombang,
bagaimana mungkin aku jadi lawan beratmu? Lagi pula jika
di dunia ini ada orang ketika sedang mengejar wanita, lalu
berharap orang lain menganggap dia tidak cantik, dari
mana aturannya?'
"Kau suka berpikiran apa pun boleh." Hoyan Tiang-souw
berkata, "Tapi pendapatku tidak akan diberitahukan
padamu."
Li Poh-hoan tampak tidak terkejut:
"Inilah jawaban yang pantas dan rendah hati. Aku sudah
sangat puas, hanya saja boleh tidak aku menanyakan satu
hal lagi padamu?"
Orang ini tampak sedikit membingungkan, sedikit kacau.
Merasa sangat puas dengan jawaban yang sama sekali
tidak ada artinya, lalu buat apa tadi menanya-kan?
"Kau mau bertanya, tanyalah!" Hoyan Tiang-souw
berpendapat menghabiskan pikiran demi orang semacam
ini, cepat atau lambat dia sendiri juga akan berubah jadi
seperti orang ini, bingung dan kacau balau.
Maka dia sekalian saja memalingkan wajahnya, malas
melihat dia lagi.
Wajah Li Poh-hoan sesaat berubah besar, saat ini Hoyan
Tiang-souw mendadak merasa ada gerakan.
Dia membalikan tubuh langsung meloncati pagar
jembatan, Mo-to nya "Sreet!" keluar dari sarung-nya,
mengeluarkan kilatan cahaya yang menyilaukan mata.
Yang dia hadapi ternyata bukan Li Poh-hoan, tapi
seorang berbaju hijau yang melayang terbang hampir
mencapai bawah jembatan.
Di tangan orang itu memegang satu benda panjang kecil
seperti bambu, tampak dari kolong jembatan dia
menusukan bambu itu ke atas.
Tempat tusukannya adalah tempat dimana Hoyan Tiang-
souw tadi berdiri.
Jika jembatan batu itu terbuat dari kertas, dan bambu
yang panjang itu berubah jadi bor, maka tusukan ini akan
tepat mengenai kaki kanan Hoyan Tiang-souw.
Kenyataannya, walaupun jembatan itu terbuat dari batu,
tapi ujung bambu runcing orang berbaju
hijau itu menembus keluar dari jembatan itu sepanjang
tiga dim, ujung bambu itu ternyata kawat baja tajam yang
berwarna hitam pekat.
Kawat baja ini seperti menusuk tahu menembus keluar
dari batu jembatan yang tebal dan keras.
Saat gerakan orang berbaju hijau itu selesai, Hoyan
Tiang-souw sudah mulai turun ke bawah dan melihatnya
dengan jelas. Juga melihat dia ditekan oleh hawa
membunuh yang dahsyat dari Mo-to sampai seluruh
rubuhnya gemetar.
Begitu sinar golok seperti kilat berkelebat, tubuh orang
berbaju hijau sudah di penggal menjadi dua dari batas
pinggang ke atas, sambil menyemburkan darah dia roboh ke
bawah.
Dalam hati Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak ada
perasaan kasihan. Sebab jika dia tidak punya sedikit
keberuntungan, kebetulan memalingkan wajah dan melihat
bayangan orang di tebing yang basah. Maka dia bukan saja
tidak bisa membalas serangan, malah telapak kakinya sudah
ditusuk berlubang.
Tadi begitu tenaga dalamnya menekan, tubuh-nya
langsung terangkat, lalu dengan cepat meluncur ke bawah
lima enam kaki, sesudah itu turun dengan pelan-pelan.
Ketika dia sedang turun, kakinya bergerak mengungkit,
membuat batang besi yang panjang di tangan orang berbaju
hijau itu terlepas dari tangannya, dan melesat ke atas.
Tiba-tiba sesosok bayangan putih berkelebat, satu sinar
pedangyang sangat terang datang menusuk.
Tusukan pedang ini laksana datang dari dunia luar,
penuh dengan hawa membunuh.
Orang yang mengendalikan pedang ini adalah I.i Poh-
hoan, sekarang wajahnya sudah bisa terlihat secat m
keseluruhan, baju sastrawan yang putih menambah
wajahnya yang tampan tampak jadi lebih tampan. Tapi
sorot matanya tampak sangat dingin dan keji.
Dalam keadaan ini Hoyan Tiang-souw jadi lupa
menangkap batang besi yang panjang itu, sebab jika tidak
bisa melindungi nyawanya, lalu apa gunanya dia bisa
menangkap batang besi panjang itu?
Dengan kata lain dia harus memusatkan dirinya
menghadapi tusukan pedang Li Poh-hoan yang seperti
datang dari dunia luar dan penuh dengan hawa membunuh.
Tapi dia tetap saja tidak bisa menahan hatinya yang
tergetar oleh wajah lawannya yang sangat ta mpa n.
Sebenarnya dia tidak pernah mengalami keiadi-nn seperti
ini, kalau marah sudah sering terjadi, tapi kaldu hatinya
sampai tergetar karena hal ini, sama sekali tidak pernah
dialaminya.
Kalau kejadian ini terjadi pada orang lain dia tidak
peduli, tapi jika terhadap dia, itu adalah masalah besar yang
bisa mengakibatkan nyawanya hilang.
Benar saja karena hal ini dia jadi kehilangan kesempatan,
sinar pedang tahu-tahu sudah mendesak maju sampai
kurang dari tiga kali.
Jarak tiga kaki jika kakinya berada di atas tanah,
mungkin paling sedikit masih bisa melancarkan tiga empat
jurus golok yang berbeda untuk meng-had.ipi datangnya
pedang itu.
Apa boleh buat, sekarang tubuhnya masih berada di
udara, dan juga terlalu banyak menggunakan tenaga dalam
untuk mengatur kecepatan tubuhnya turun ke bawah,
walaupun tidak kehabisan tenaga, tapi sangat berbeda jika
dibandingkan dengan saat kaki menginjak tanah.
Pedang musuh hanya ditusukan biasa-biasa saja, tapi
kedahsyatannya sulit digambarkan.
Yang paling menggetarkan Hoyan Tiang-souw adalah
ketika melihat serangan lawannya, tidak tampak ada satu
celah pun.
Di dalam keadaan kritis ini, bagaimana dia ada waktu
untuk berpikir mencari akal?
Dia segera mengangkat golok dan diayunkan, titik yang
diarah ujung pedang lawannya.
Bagi orang biasa, jika ingin berhasil menyabet ujung
pedang dengan menggunakan golok, tentu saja hal yang
mustahil.
Walaupun seorang pesilat tinggi kelas satu dunia
persilatan, hal ini adalah pekerjaan yang amat sulit dan
sangat bahaya, kecuali orang yang memegang pedang itu
adalah sebuah balok kayu yang tidak ada reaksinya. Jika
tidak, asalkan ujung pedangnya digeser sedikit, maka tidak
akan bisa mengenainya, jika lawan juga adalah seorang
pesilat tinggi, maka itu akan tambah pulit dan sangat
berbahaya.
Tusukan pedang itu selain dahsyat juga mantap seperti
Tai-san.
Kelebatan Mo-to malah laksana es.
Hawa membunuh dari kedua senjata itu membuat hawa
di sekeliling mendadak turun.
"Traang!" Mo-to benar-benar mengenai ujung pedang itu.
Saat ini tubuh kedua orang itu segera turun ke bawah,
gerakan Hoyan Tiang-souw membuat siapapun terperanjat,
sebab dia masih bisa menyerang lagi dengan goloknya,
membuat gulungan-gulungan sinar, mengurung lawannya.
Tapi dari ratusan bayangan golok itu, hanya satu yang
asli yaitu yang membacok tenggorokan, jika bacokan golok
ini mengena, dijamin kepala Li Poh-hoan terpenggal dan
jatuh ke dalam Kiam-ti.
Terhadap ratusan bayangan golok ini, Li Poh-hoan
hanya membalas satu tusukan pedang, kali ujung
pedangnya satu inci pun tidak melesat, tepat mengenai
golok.
"Traang!" kedua orang itu terdorong beberapa kaki.
Hoyan Tiang-souw berteriak:
"Jurus pedang bagus!", suaranya keras laksana geledek.
Tubuhnya meluncur kekiri, ujung kakinya mendongkel,
tepat mengenai batang besi panjang itu.
Gerakannya membuat batang besi panjang itu tidak
terjatuh ke dalam Kiam-ti.
Menurut kabar dalamnya Kiam-ti sulit diukur, jika ada
benda yang jatuh ke dalamnya, siapa yang bisa
mengambilnya kembali?
Li Poh-hoan bersalto satu kali, posisi tubuhnya menjadi
tertelungkup, dia menjulurkan tangan tepat memegang
batang besi panjang itu.
Kedua orang itu tidak bertarung lagi, terbang turun di
tepi Kiam-ti.
Li Poh-hoan mengangkat-angkat batang besi panjang di
tangannya, sambil tertawa dingin berkata:
"Jika kau ingin merebut pedang pusaka ini, tanya dulu
pada pedangku yang bukan pedang pusaka ini!"
Sedikit hawa amarah keluar dari ujung alisnya Hoyan
Tiang-souw dan berkata:
"Siapa yang mau merebut barangmu?"
Saat ini amarahnya mendadak hilang, dan berubah
menjadi wajah keheranan, katanya lagi:
"Katamu batang bambu ini pedang? Ku lihat dari sudut
mana pun tidak mirip."
Li Poh-hoan mengangkat sepasang bahunya dan berkata:
"Aneh, aku malah jadi percaya kata-katamu." Yang dia
percayai tentu saja Hoyan Tiang-souw tidak berniat
merebut pedang pusaka. Dia berkata lagi, "Pedang ini
adalah benda pusaka dari luar negeri, namanya Tok-coa-
sim (Lidah ular beracun). Dalam keadaan biasa hanyalah
sebatang tongkat panjang, tapi dalam keadaan mendesak
dengan pengerahan tenaga dalam, maka akan
mengeluarkan ujung pedang sepanjang tiga dim, sangat
tajam dan kecil seperti kawat baja. Kau tadi mungkin sudah
melihatnya, batu juga jadi seperti tahu, apa lagi tubuh
manusia, jangan dikatakan lagi." .
Hoyan Tiang-souw memang tadi melihat dengan mata
kepala sendiri, maka dia membantah:
"Kenapa kau mengutus orang diam-diam ingin
membunuhku? Dengan ilmu silatmu, sangat pantas
bertarung secara terang-terangan. Kenapa mengguna kan
cara hina diam-diam membunuh orang?"
Li Poh-hoan balik bertanya:
"Tadi kau jelas sudah berada dalam bahaya, jelas sulit
bisa lolos dari serangan pedangku, kenapa mendadak
kekuatan golokmu bisa menjadi sangat dahsyat, membuat
aku tidak sempat merubah arah pedang, sehingga golokmu
bisa mengenai ujung pedangku? apa sebabnya?"
Dalam hati Hoyan Tiang-souw timbul dua wajah lain
yang ketampanannya seperti Li Poh-hoan.
Dua orang ini berbeda aliran, yang satu aliran lurus yang
disebut Kiam-liu (Pedang marga Liu) dan pemiliknya
adalah tuan muda Liu Siang-hen, salah satu keluarga dari
dua keluarga besar dunia persilatan Chun-hong-hoa-goat-
lou di Yang-ciu.
Ketampanan dia, jaman sekarang boleh dikatakan tidak
satu orang pun yang bisa menandinginya.
Satu wajah lagi yang beraliran sesat adalah Toh Ceng-tie,
julukannya Jin-bin-souw-sim (Manusia berhati binatang).
Orang ini punya kelainan jiwa, sialnya dia memiliki
kepandaian sangat tinggi dan menguasai ilmu hebat dari
berbagai perguruan silat, penuh dengan akal busuk. Siapa
pun yang bertemu dengan dia (termasuk beberapa gurunya),
terpaksa menyalahkan dirinya sendiri, mungkin dalam
kehidupan sebelumnya kurang berbuat amal hingga
dosanya banyak.
Toh Ceng-tie juga sangat tampan. Dulu Hoyan Tiang-
souw hampir saja dibunuh olehnya, jadi harinya masih
membenci padanya.
Maka ketika dalam hati dia muncul dua wajah yang satu
aliran lurus dan yang satu lagi sesat, dia merasa Li Poh-
hoan termasuk orang Toh Ceng-tie, saat itu dia jadi naik
pitam.
Tadi dia hanya untung-untungan mengibaskan goloknya
dan tepat mengenai ujung pedangnya.
Rahasia ini rasanya tidak perlu dibongkar, maka Hoyan
Tiang-souw hanya tersenyum tidak berbuat apa-apa.
Jawaban yang diberikan juga bukan yang ditanyakan,
berkata:
"Ujung pedangmu pun bisa mengenai golokku, kau
memang pantas menjadi lawanku."
Kata Li Poh-hoan:
"Saat ujung pedangku terkena oleh golokmu, pedangku
sudah menjadi tumpul, ketajamannya sudah berkurang
ratusan kali dibandingkan sebelumnya.
Makanya tusukan pedangku, seperti memakai palu
menghantam golok, orang yang ilmu silatnya lebih rendah
dariku, mungkin juga bisa melakukan hal ini."
"Kau terlalu merendah, jika orang itu ilmu silat dan jurus
pedangnya lebih rendah darimu, pasti tidak akan mampu
melakukannya."
"Tentang masalah ini, aku tidak akan berdebat
denganmu." Li Poh-hoan berkata lagi, "hal lain yang ingin
aku katakan adalah masalah permusuhan, kau tahu tidak,
jika kita berdua bermusuhan, akibatnya adalah jika bukan
kau yang mati, maka aku yang meninggal, pasti tidak ada
jalan ketiga?"
"Mengenai masalah kita jadi musuh atau tidak kuncinya
ada di tanganmu bukan padaku." Kata Hoyan Tiang-souw
Li Poh-hoan sambil melirik, berkata lagi: "Benarkah?
Coba kau pikir-pikir lagi, apakah benar atau tidak?"
Hoyan Tiang-souw berpikir keras.
Kata kata ini betul saja tidak benar. Sebab jika Li Poh-
hoan tidak bisa melepaskan Cui Lian-hoa, dia tidak henti-
hentinya mengejar, dan dia sendiri tidak bisa melupakan
Cui Lian-hoa, maka dia menjadi musuh cintanya.
Orang biasa bertemu dengan musuh cinta, setelah
melakukan pertarungan akan mendapatkan cinta, yang
menang tidak perlu dikatakan, tapi yang kalah biasanya
juga hanya bisa mengeluh lalu pergi jauh.
Tapi jika terjadi pada orang yang berilmu silat tinggi,
maka persoalannya menjadi ruwet.
Buat orang biasa sangat sulit dengan emosinya
membunuh orang menggunakan senjata, tapi bagi pesilat
tinggi dunia persilatan bisa melakukannya, tidak saja bisa,
malah sangat mudah sekali.
Inilah besarnya perbedaan.
Misalkan Li Poh-hoan kalah dalam persainggan cinta,
dengan mudahnya dia akan mencari Hoyan Tiang-souw
dan bertarung dengannya.
Sebaliknya Hoyan Tiang-souw juga sama.
Walau Hoyan Tiang-souw tahu pasti tidak akan
melakukannya, tapi kemungkinannya ada, maka tidak bisa
mencegah orang ada pikiran seperti ini.
Hoyan Tiang-souw tertawa pahit, berkata:
"Kalau begitu kau mau apa?" '
Jawaban Li Poh-hoan cepat sekali, jelas dia sudah
memikirkannya:
"Kau kembalilah ke utara, maka tidak akan ada masalah
lagi."
Hoyan Tiang-souw melototkan matanya:
"Aku bukan orang yang takut pada masalah, kau harus
ingat ini."
"Aku tahu, aku juga tidak mau mengusikmu, namun jika
kau menghalangi aku, kau suruh aku berbuat bagaimana?"
Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw merasakan golok
pusakanya kembali bergerak-gerak dalam sarungnya.
Hai, Mo-to nya kembali ingin keluar sarung, ingin
merasakan darah manusia.
Hai, pertarungan dan pembunuhan yang tidak ada
akhirnya, tapi apakah ada cara lain lagi?
Orang yang berada dalam dunia persilatan sudah tidak
bisa berbuat sekehendak hati, dan manusia yang sudah
masuk dalam jaringnya nasib lebih-lebih tidak bisa berbuat
sekehendak hati, malah sampai hati pun tidak bisa berbuat
sekehendaknya! Hai......
-V v V-
Ketika hari kemarin, sebuah tempat di satu ruangan
besar di pantai See-ouw.
Di dalam ruangan hanya ada wanita, tapi bukan tidak
ada laki laki, hanya laki-lakinya sudah menjadi mayat,
darah segar berhamburan memenuhi lantai, bau amis darah
membuat orang menjadi pusing dan ingin muntah.
Nyonya setengah baya berbaju hijau dengan dingin
berkata:
"Hoyan Tiang-souw sudah pergi, langkah dia sedikit
terburu-buru, seperti yang melarikan diri saja, ada apa
sebenarnya? Apakah dia sudah menemukan bahaya? Jika
ada bahaya, lalu bahaya apa?"
Cui Lian-hoa melihat keluar jendela, tapi dia terlalu jauh
dari jendela, maka tidak bisa melihat permukaan air danau
yang jernih dan gunung yang hijau, tapi dia bisa merasakan
cerahnya musim semi dan udaranya.
Namun semua ini akan segera menghilang, bukan
menghilang seperti datang dan perginya musim semi, tapi
dia sendiri yang telah kehilangan kekuatan-nya
merasakan....
.... setelah manusia mati, segala yang ada di dunia ini
terhadap dia sama saja, menghilang.
Aku mungkin tahu kenapa dia terburu-buru 'melarikan
diri', tentu saja bukan karena bahaya, orang ini jika ada
bahaya yang bisa membuat dia takut, itu baru satu kejadian
aneh.
"Kau tahu jawabannya," wanita berbaju hijau dingin
berkata, "begitu lihat sorot matamu aku sudah tahu kau
mengetahuinya, jika kau rela mati demi jawaban ini, itupun
bukan tidak boleh."
Cui Lian-hoa sadar yang dia hadapi adalah wanita yang
pintar, licik dan keji, dia balik bertanya:
"Apakah setelah aku menjawab maka aku boleh tidak
mati?"
"Belum tentu, aku tidak bisa menjamin hal ini." "Tadi
kenapa kau tidak membunuh kami? Apakah kau benar-
benar merasa ragu jika sampai tidak bisa membunuh aku,
akan menimbulkan akibat yang sangat berat?"
"Tidak salah, Mo-to nya Hoyan Tiang-souw bukan golok
biasa, jika aku bisa tidak bertarung dengan dia, tentu itu
yang paling bagus."
Akhirnya Cui Lian-hoa mengatakan jawaban-nya:
"Hoyan Tiang-souw mungkin hanya ingin menghindar
dariku, maka dia sampai sekarang belum tahu apakah aku
benar-benar tidak bisa bersilat? Apakah aku bisa kembali
bebas dan lain-lainnya, sudah langsung pergi."
"Jawaban ini kedengarannya sangat aneh, jarang
membuat orang tidak bisa percaya, tapi, tampak-nya tidak
ada alasan lain yang lebih bagus. Mmm, mari kita pergi,
lebih cepat lebih bagus, jangan sampai para petugas
keamanan datang kesini, hingga menambah kerepotan."
Langkah pertama dia menyuruh pergi dulu empat wanita
lainnya yang juga sangat cantik.
Lalu menyuruh Cui Lian-hoa berganti pakaian laki-laki,
termasuk dia sendiri juga.
Sehingga Cui Lian-hoa berubah jadi seorang sastrawan,
dan wanita berbaju hijau menjadi seorang pelayannya.
"Apakah kita pergi ke Pheng-lai di Soatang?" sambil
ganti baju Cui Lian-hoa bertanya padanya.
"Mungkin ya mungkin tidak," wanita baju hijau tidak
mau memberitahukannya dan berkata lagi, "selanjutnya
dalam perjalanan kau adalah tuan muda Cui, aku
adalahpelayanmu Lo-cia.
Palingbaik kau jangan banyak bicara, jika terpaksa harus
bicara, kau harus merubah suaramu menjadi suara laki-laki,
pokoknya jangan sampai membuat orang menimbulkan
masalah, jika ada masalah, aku akan menusuk dulu
tubuhmu dua belas tusukan pedang."
Walaupun orang yang paling kuat di dunia, jika
tubuhnya ditusuk dua belas kali oleh pedang, mungkin
ingin tidak mati juga tidak bisa.
Apa lagi Cui Lian-hoa, dia bukanlah orang yang sangat
kuat, tentu saja tidak bisa tidak mati.
Makanya Cui Lian-hoa bercermin pada kaca memeriksa
apakah ada yang salah atau tidak, dia melihat dirinya
menyamar menjadi laki-laki, ternyata sangat tampan juga!
Jika dalam perjalanan dia punya kesempatan berkenalan
dengan wanita, sehingga mereka jatuh cinta padanya,
itupun bukan hal yang aneh.
Dengan suara kasar dia bertanya:
"Lo-cia, kenapa kau melepaskan empat wanita itu,
sedangkan aku tidak?"
"Mmm, suaramu tampak tidak ada yang salah. Apa
gunanya empat wanita itu untukku? Aku kan bukan laki-
laki, walaupun laki-laki juga tidak perlu wanita sebanyak
itu."
Cui Lian-hoa berkata:
"Karena kau bukan laki-laki, maka tidak tahu cara
berpikir laki-laki, jarang sekali laki-laki merasa kebanyakan
wanita, pada dasarnya bagi mereka ber-harap lebih banyak
wanita lebih bagus."
"Kata-katamu mungkin tidak salah, pokoknya aku bukan
laki-laki, malah sangat benci pada laki-laki, makanya aku
tidak menyelidiki cara berpikir mereka."
Di wajah Cui Lian-hoa tidak tampak ada reaksi, tapi di
dalam hatinya dia sangat terkejut.
Wanita ini jika sampai membenci laki-laki, mungkin
tidak hanya menyukai wanita? Untungnya dia sudah
berkata lagi.
"Sebenarnya terhadap wanita pun aku membencinya,
itulah sebabnya kenapa aku lebih suka membunuh orang
dari pada menolong orang.
Aku hanya berharap di sepanjang jalan nanti aku tidak
menemukan alasan untuk membunuhmu. Jika ada, aku
pasti tidak akan melepaskanmu! Kau ingatitu!"
Cui Lian-hoa sangat yakin dia bukan berkata hanya
untuk menakut-nakuti.
Dulu dia pernah bertemu dengan orang yang suka
membunuh, mereka laki-laki juga wanita.
Maka dia sangat yakin dia bukan menakut- nakuti
dirinya.
Tapi, jika dia ingin sekali membunuhku, kenapa harus
mencari alasan? Buat apa dia mencari kerepotan? apakah
setelah menemukan alasannya lalu membunuh, bisa
membuat dia merasa lebih senang, lebih gembira?
Teniu saja bukan begitu.
Cui Lian-hoa sangat yakin akan hal ini.
Orang yang suka membunuh, merubah caranya bisa
menambah kesenangannya, seperti seorang yang suka
makan pasti lebih suka masakan enak yang lebih
bermacam-macam.
Tapi jika ingin membunuh tapi tidak bisa dibunuh, ingin
makan tapi tidak bisa dimakan. Kejadian ini pasti rasa
sengsaranya lebihbesar dari pada kesenangannya.
Lalu apa yang membuat dia terkekang?
Jika terkekang oleh keadaan luar, siapa orang dibalik
layar itu?
Apakah karena Kie Ting-hoan yang paling berkuasa di
keluarga Kie di Pheng-lai itu?
"Jalan!" Teriak Lo-cia dan mendorong dia. Cui Lian-hoa
sempoyongan beberapa langkah, baru bisa memantapkan
diri.
Tapi dia sudah merasakan saat telapak tangan Lo-cia
menyentuh punggungnya, jari kelingkingnya telah menotok
jalan darah di punggungnya, segera seluruh tubuhnya
menjadi sebentar dingin sebentar panas, keadaan begini
berturut-turut terjadi tiga kali.
Inilah jurus pedang Can-bian-tok-kiam yang dirubah
menjadi jurus jari untuk menotok jalan darah, selama
beberapa ratus tahun seluruh pesilat tinggi dunia persilatan
di seluruh dunia, semua sangat takut pada jurus hebat dari
Lam-kiang ini.
Sebab menggunakan pedang menusuk jalan darah sudah
merupakan jurus hebat yang tiada dua-nya, bisa
menggunakan jari menggantikan pedang, tentu saja ini lebih
hebat lagi. Tidak hanya itu saja, yang paling memusingkan
kepala, paling menakutkan adalah masih ada racun yang
masuk ke dalam jalan darah.
Maka walaupun tusukannya tidak mengenai jalan darah
penting, tapi sudah membuat orang tidak bisa berbuat apa-
apa, malah hanya bisa tinggal diam menunggu dibunuh.
Justru karena menggunakan jari tidak menggunakan
pedang, maka dalam pertarungan menjadi sangat berbeda
sekali jika dibandingkan dengan senjata tajam.
Bagaimana kau bisa tahu saat lawan menarik tangan
atau menepuk bahumu, apakah dia sudah menggunakan
jurus hebat yang mematikan atau tidak.
Manusia sering bertemu dengan beberapa kejadian, jika
kau bukan sahabat wanita ini, malah di dalam hati sadar dia
adalah musuh.
Maka di tempat atau dalam keadaan tertentu, dia bisa
menarik-narikmu atau mendorongmu, kau tidak mungkin
setiap kali berbuat seperti menghadapi musuh berat,
bersalto menghindarnya.
Inilah sebab sebenarnya kenapa sampai pesilat tingkat
tinggi juga merasa takut dan pusing terhadap jurus hebat
Cie-kiam-ci-hiat (Jari pedang menusuk jalan darah).
Walaupun Cui Lian-hoa merasakan jeroan di dalam
tubuhnya mengerut, sangat tidak nyaman. Tapi dia tidak
terlalu memperhatikannya.
Dia hanya mengucap sampai jumpa pada See-ouw, apa
lagi saat dari kejauhan melihat pagoda Liu-ho yang megah
dan cantik, di'dalam hatinya tidak tahan timbul perasaan
sedih yang dalam! Sebab dalam dua tiga tahun yang lalu,
dia pernah melihat pagoda ini entah sudah berapa kali, juga
sering naik ke dalamnya.
Sungai Kian-tang mengalir berliku-liku, di sisi lain
pemandangan pegunungan yang sunyi, siapa yang bisa
melupakan hari-hari yang biasa-biasa namun aman sentosa
ini? Tapi sekarang mendadak dia dipaksa masuk ke dalam
dunia persilatan lagi, yang hidup atau matinya sulit
diramalkan.
Penglihatan ini apakah penglihatan terakhir kalinya?
Apakah masih ada kesempatan menaiki pagoda yang
ternama ini?
)))>>odwo<<(((
BAB 4
Hoyan Tiang-souw sadar Pek-mo-ci-to hcnsi benar harus
keluar dari sarungnya.
Karena di kedua sisi jalan masuk Kinm li mendadak
muncul satu orang, baju mereka yang berwarna coklat
membuat mereka tampak tidak berbeda dengan batu dan
pohon yang ada di sekeliling-nya.
Selain itu di atas jembatan yang tingginya beberapa
tombak masih ada satu orang lagi.
Mengenai hal ini tidak perlu Hoyan Tiang-souw melihat
ke atas juga sudah mengetahuinya.
Dia mengetahui ini dari gabungan hawa membunuh
mereka bertiga, maka pandangan matanya sudah tidak
terlalu penting lagi.
Baju putih terlihat melayang-layang, tampan laksana
pohon Giok, wajah Li Poh-hoan dingin sekali, seluruh
tubuhnya juga mengeluarkan hawa membunuh yang
menakutkan.
Hoyan Tiang-souw memperhitungkan, dia memutuskan
dalam jurus pertama dia sebisanya harus membereskan Li
Poh-hoan dulu, jika bisa membereskan dia dalam satu jurus,
maka sisa ancaman dari ketiga orang lainnya akan
berkurang lebih dari setengahnya.
Begitu Mo-to dia keluar, hanya mengeluarkan ribuan
bayangan pelangi yang mencolok mata, tapi tidak
menyerang pada Li Poh-hoan, malah menahan orang
berbaju coklat yang berada di gerbang Pie-yu-tong-thian.
Tidak peduli Li Poh-hoan setampan apa, dalam hati
Hoyan Tiang-souw tetap saja tidak ada perasaan yang baik
terhadapnya.
Maka serangan dia ini menggunakan perasaan bukan
berdasarkan keadaan, tapi menyerang orang baju coklat
bukan Li Poh-hoan, membuat dia sendiri merasa bingung,
kenapa bisa melakukan tindakan ini, menangkap bangsat
bukannya menangkap rajanya dulu? Jika membunuh Li
Poh-hoan terlebih dulu, lalu menghadapi tiga anak buahnya
bukankah akan lebih mudah?
Pokoknya walaupun dia telah membunuh satu anak
buahnya, tapi tetap saja harus bertarung dengan dia. Lalu
kenapa bisa melakukan tindakan yang salah ini?
Di tangan kanan orang berbaju coklat itu memegang
kapak sepanjang tiga kaki, badan kapaknya tebal dan mata
kapaknya tajam, berkilat-kilat menyeramkan orang.
Begitu dia tertawa keras, kapaknya di ayunkan
membacok, jurus kapaknya tidak ada variasi, seperti sedang
membelah kayu bakar saja.
Kilatan ribuan bayangan Mo-to Hoyan Tiang-souw
mendadak jadi satu, gerakannya berubah dari . menyerang
menjadi bertahan, "Traang!" dia menangkis , keluar
serangan kapak lawan.
Ternyata walaupun serangan kapak orang berbaju coklat
itu sangat sederhana, kedahsyatannya sungguh sulit
digambarkan.
Walaupun kau bisa dengan satu sabetan golok
memenggal kepalanya, tapi serangan kapak dia ini juga
pasti akan mengenaimu, walaupun tidak mengenai
tempat yang vital, tampak diapun tidak peduli.
Cara bertarung yang tidak mempedulikan keselamatan
diri sendiri seperti ini, sungguh membuat orang jadi tidak
mengerti, kenapa dia masih bisa hidup sampai sekarang?
Jika bukan seorang pesilat tinggi kelas satu, satu jurus ini
bagaimana pun harus mempertaruhkan nyawa, tidak ada
cara lain lagi.
Akibat dari mempertaruhkan nyawa, walaupun orang
baju coklat tidak mati, mungkin juga harus menjadi orang
cacad.
Tapi dia selain tidak cacat, tampaknya tidak terluka
sedikit pun.
Hati Hoyan Tiang-souw jadi tergetar, tapi kemudian
tenang lagi, sambil menekan goloknya dia bertanya:
"Kau pernah berlatih ilmu Yang-kang?"
Sorot mata orang baju coklat itu tampak sedikit kaku,
tapi jelas tidak cacad mental. Sebab dia berkata dengan
sangat jelas:
"Jika kau tidak tahu, memberitahukan padamu juga tidak
ada gunanya."
Hoyan Tiang-souw mengangkat alis tebalnya:
"Memberitahukan pada orang lain mungkin tidak ada
gunanya, tapi untukku lain."
Orang berbaju coklat pasti merasakan kata-kata pemuda
yang gagah berani ini tidak sembarangan. Maka dia
bertanya:
"Kenapa kau lain? Siapa pun setelah mati sama saja,
bangsawan atau jenderal dengan pedagang kecil, prajurit
tidak ada bedanya."
"Sebab Mo-to ku ini bisa memecahkan dua puluh satu
macam ilmu Gwakang atau Lweekang, asalkan kau
memberitahukan padaku, ilmu silat apa yang kau pelajari,
maka aku akan memberitahukan padamu golokku ini bisa
tidak membunuhmu."
Dia memang bicara sejujurnya.
Sebab walaupun dia tahu golok pusaka di tangannya bisa
memecahkan dua puluh satu macam ilmu Gwakang mau
pun Lweekang yang paling hebat, juga tahu jenis setiap
macam tenaga dalam, masalah-nya adalah dia tidak tahu
orang ini menggunakan ilmu yang mana. Supaya bisa tahu
lebih banyak, dia jadi mengatakan rahasianya, dia berharap
lawan mau menjawabnya, dengan demikian lain kali dia
bisa mengenal ilmu silat ini.
Kata orang berbaju coklat:
"Sembarangan bicara, sembarangan bicara." terhenti
sejenak lalu berkata lagi, "tapi aku juga merasa kau tidak
membohongi aku."
Li Poh-hoan berdiri di tepi danau sambil menggendong
tangan, sikapnya santai sekali, dengan keras dia berkata:
"Kata-katamu benar, dia orang yang tidak bisa
membohongi orang. Dia berkata dia tidak tahu, pasti tidak
tahu, tenaga dalam macam apa yang kau gunakan untuk,
melindungi diri, sedikit pun tidak bohong!" \
"Kalau begitu itu bagaimana dengan kau? Kau tahu
tidak?" kata orng berbaju coklat.
"Aku tentu saja tahu!" kata Li Poh-hoan.
"Ternyata kalian bukan satu kelompok? Tapi kenapa
kalian semua menyerangku? Dimana aku pernah berbuat
salah pada kalian?" kata Hoyan Tiang-souw.
Orang berbaju coklat tertawa terbahak-bahak, tapi
jawabannya tidak bertele-tele, suaranya sangat dingin dan
menusuk telinga:
"Kau harus mati, dia juga tidak boleh hidup, kami selalu
tidak mau meninggalkan seorang musuh kuat, bagaimana
denganmu?"
Hoyan Tiang-souw tidak bisa membantah: "Aku pun
sama. Tapi kapan kalian ber-musuhan denganku? Aku sama
sekali tidak pernah mendengar tentang dirimu, juga tidak
pernah bertemu denganmu!"
"Sekarang kau sudah mendengar dan melihat, maka kau
menjadi musuhku!"
Aturan begini sungguh tidak masuk akal sekali. Tapi, jika
orang sangat teguh pendiriannya, tampaknya itu adalah hal
yang tidak bisa dikutak-kutik lagi.
Kau boleh membunuh dia, boleh mengancam dia tidak
boleh bicara. Tapi kau tidak bisa merobah pendiriannya.
Hoyan Tiang-souw dengan keras berkata:
"Li Poh-hoan, kelihatannya kau juga tidak bisa
berpangku tangan. Tapi kenapa dua puluh lebih anak
buahmu sedikit pun tidak ada kabarnya? Apakah aku salah
lihat? Orang-orang itu bukan anak buahmu?"
Li Poh-hoan berkata:
"Kau tidak salah lihat, sungguh tidak kusangka
tampangmu begitu kasar, tapi otakmu begitu teliti!" Kata
orang berbaju coklat:
"Ku jamin pada kalian, tidak ada orang yang bisa
menerobos datang kemari."
Li Poh-hoan memasang telinganya, meneliti sejenak,
sambil mengerutkan alis berkata:
"Tidak ada alasan, ilmu silat anak buahku cukup bagus,
di antaranya malah ada yang tidak hanya bagus. Walaupun
kalian mengerahkan banyak pesilat tinggi menjaga di semua
jalan, tapi paling sedikit juga hams terdengar suara
pertarungan."
Orang berbaju coklat sambil tertawa dingin:
"Li Poh-hoan, kau tahu tidak siapa aku?"
Li Poh-hoan menggelengkan kepala.
"Kalau begitu hatiku jadi lega."
"Lega? Apa maksudnya?" tanya Li Poh-hoan keheranan.
Hoyan Tiang-souw menyela perbincangan mereka, suara
dia seperti geledek berkata:
"Li Poh-hoan, apakah sekarang kau masih ingin
membunuhku?"
Li Poh-hoan tersenyum:
"Sekarang tidak, tapi di kemudian hari aku tetap tidak
akan melepaskanmu!"
Sedikit pun dia tidak menutup-nutupi, seperti sikap
seorang Enghiong saja.
"Bagus, masalah denganmu aku juga tidak akan tinggal
diam." Dia mengangkat sepasang alisnya, dengan penuh
amarah dan hawa membunuh yang kental berkata lagi,
"kita perhitungkan saja sekarang, tidak perlu menunggu hari
lainnya!"
Jika keadaan berkembang seperti yang dipikir-kan oleh
Hoyan Tiang-souw, maka akan terjadi pertarungan segi
tiga, tidak peduli dari pihak mana, mungkin saja
diserang atau menyerang oleh pihak lainnya, keadaan
begini pasti sangat kacau dan bahaya sekali.
Pertarungan segi tiga semacam ini sungguh sungguh
tidak bisa diatur, dan sangat membahayakan pihak mana
pun, siapa pun orangnya mungkin tidak akan suka cara
bertarung seperti ini.
Orang berbaju coklattertawa keras dan berkata:
"Bagus, bagus sekali!"
Terdengar suara Li Poh-hoan sedikit tergesa-gesa, tidak
seperti tadi tenang dan percaya diri.
"Kalian bodoh, semuanya......" mendadak dia berhenti
bicara.
Setiap orang tentu tahu, pasti dia ingin memaki mereka
itu gila.
Li Poh-hoan hanya berhenti sejenak saja, sudah kembali
mengumpat:
"Bagaimana bisa mengukur tinggi rendahnya ilmu silat
dengan memakai cara ini? Apa lagi aku dengan Hoyan
Tiang-souw hanya satu orang saja, tapi kalian ada tiga
orang banyaknya?"
Dalam hati Hoyan Tiang-souw timbul satu perasaan
aneh, tampaknya dia harus tahu jati diri ketiga orang baju
coklat ini, sebab dia seperti pernah mendengar tentang
mereka. Tapi sekarang dia tidak ingat.
Sebenarnya Siapa orang-orang baju coklat ini?
Orang baju coklat mengangkat kapaknya, hawa dingin
menyebar.
Wajahnya yang tidak tampan, sekarang tampak semakin
bengis.
Dengan suara keras dia berkata:
"Li Poh-hoan, kuharap bisa membunuhmu dulu, hati-
hatilah!"
Kata hati-hati ini seperti memberitahukan saat
menyerang.
Beberapa orang jelas tidak mau memberi tahukan pada
lawan saat menyerang, tapi sering kali tidak tahan
memberitahukan terlebih dahulu atau berteriak.
Namun di antara dia dengan Li Poh-hoan ada Hoyan
Tiang-souw, maka hawa membunuh yang dahsyat dari
kapaknya hanya bisa menerjang pada Hoyan Tiang-souw.
Begitu sorot mata Hoyan Tiang-souw menyapu, dia bisa
melihat celahnya hawa dahsyat kapak lawan.
Sebenarnya dahsyat itu hanya tekanan yang tidak
berbentuk dan tidak bersuara. Seperti besi yang dibakar
sampai merah, kau bisa melihat warna merah-nya, bisa
merasakan panasnya. Kau tahu itu bahaya, dan sama sekali
tidak boleh tersentuh oleh besi itu.
Tapi panasnya tetap saja tidak tampak.
Sehingga jika kau bisa tahu bagian mana dari panas itu
yang berkurang panasnya, keputusannya tidak bisa
menggunakan mata, hanya bisa mengguna-kan perasaan.
Maka jika tadi mengatakan Hoyan Tiang-souw . bisa
'melihat' celahnya hawa dahsyat lawan, jika \
mengatakannya dengan tegas, dia hanya bisa mengatakan
merasakannya saja.
Golok dia pun segera bergerak.
Tapi dalam waktu yang singkat ini, dia tidak tahu kenapa
tiba-tiba dia bisa terpikir Ji-hong hweesio
yang berkhotbah di kuil Han-san, bukan terpikir wajah
atau pakaian dia.
Sebuah gerakan tangannya membuat Hoyan Tiang-souw
menghentikan langkahnya.
Gerakan tangan itu adalah sebuah jurus golok yang
sangat hebat, saat itu Hoyan Tiang-souw sampai terpesona,
hingga tanpa sadar dia menghentikan langkah
mendengarkan kata-kata hweesio tua itu.
Jurus golok itulah yang teringat oleh dia saat ini.
Jika dia masih ingin bicara dengan lawan, bukan
menentukan mati hidup dalam satu jurus, di dunia ini
tampaknya hanya jurus ini yang paling tepat sekali.
Hoyan Tiang-souw menirukan gerak tangan hweesio tua
itu, dengan santainya mengayunkan Mo-to nya sekali.
Orang baju coklat terkejut, lalu menarik kapaknya dan
mundur ke belakang tiga langkah besar, karena dia
memaksa menarik kembali kapak dan seluruh tenaga
dalamnya, maka sesaat nafas dia jadi terengah-engah.
Satu-satunya yang dia rasakan adalah bayangan Mo-
tonya Hoyan Tiang-souw yang sudah membentuk satu
jaring yang sangat besar, menunggu dia masuk dan
terjerumus ke dalamnya.
Tentu saja dia tidak boleh terjurumus ke dalam jaring
lawan, maka dia menggunakan seluruh tenaga dalamnya
menarik kembali serangan kapaknya.
Hoyan Tiang-souw tidak memalingkan kepalanya ke
belakang melihat Li Poh-hoan, dengan keras dia berkata:
"Li Poh-hoan, sebenarnya apa nama tenaga dalam yang
melindungi orang ini?"
Li Poh-hoan bukan menjawab malah balik tanya:
"Golok yang kau gunakan di tanganmu adalah Hiat-
seng-mo-to, tapi jurus yang digunakan malah jurus golok
Tay-ceng-pek (Kasih dan kesedihan) dari aliran Budha, kau
ini sebenarnya setan atau Budha?"
Hoyan Tiang-souw berkata:
"Jawab dulu pertanyaanku!"
"Baiklah, aku jawab dulu pertanyaanmu, ilmu pelindung
tubuh dia adalah Joan-kang (Ilmu silat lembut) yang bisa
disetarakan dengan Yang-kang (Ilmu silat keras) Sik-gan-
tang (Batu bertahan) dari perguruan Tai-san, disebut Ci-
hen-bian-bian (Kebencian yang tidak habis-habisnya).
Maka kau dari awal sudah salah lihat, dia bukan berlatih
ilmu silat keras, tapi berlatih ilmu silat lembut yang lebih
tahan banting dari kulit sapi yang tebalnya satu inci, apakah
kau pernah mendengar ilmu silat Ci-hen-bian-bian ini?"
Ci-hen-bian-bian, mendengar sebutannya saja sudah
tahu, lebih lengket dan tahan banting dari pada gulali, siapa
pun orangnya tidak sulit menerkanya berdasarkan
sebutannya.
Hoyan Tiang-souw berkata:
"Jurus golokku baru saja dipelajari dari kuil Han-san."
Walau dia sudah menjawab pertanyaannya Li Poh-hoan,
tapi Li Poh-hoan masih bertanya lagi:
"Apakah golokmu bisa memecahkan ilmu silat lembut
itu?"
Hoyan Tiang-souw berkata:
"Tentu saja bisa, ilmu silat lembut seperti dia hanya
berada di urutan ke sembilan belas dalam tingkatan tenaga
dalam lembut, walaupun bukan yang paling lemah, tapi
juga tidak terlalu jauh!"
Orang seperti dia mungkin termasuk dalam golongan
orang yang kasar, mudah marah, maka kata-kata yang
diucapkannya, mudah dimengerti, mudah percaya.
Sampai orang baju coklat juga kelihatannya tidak
terkecuali, maka dalam sorot matanya tersirat sinar
waspada dan tergetar.
Dia kembali bertanya:
"Li Poh-hoan, apakah kau sekarang sudah tahu jati diri
mereka?"
Orang baju coklat tetap tidak bergerak, mungkin dia pun
merasa keheranan, ingin mengetahui jawabannya.
Sebelum Li Poh-hoan menjawab dia memasang telinga
mendengarkan sebentar, baru berkata:
"Aneh, kenapa sedikit pun tidak ada gerakan, anak
buahku tidak mungkin bisa dirobohkan dengan begitu
mudah."
Dia tidak menjawab pertanyaannya, malah membuat
satu pertanyaan lagi.
Maka Hoyan Tiang-souw dan orang baju coklat diam
menunggunya.
Li Poh-hoan kembali berkata:
"Melihat dari berbagai gejalanya, mereka mungkin dari
perkumpulan Tong-hai-kong-jin (Orang gila dari laut
timur)."
Tong-hai-kong-jin bukan nama satu orang tapi nama satu
organisasi yang menyeramkan, walaupun mereka menyebut
dirinya 'orang gila', sebenarnya benar gila atau tidak sulit
dibuktikan.
Sebab selama dua puluh tahun lebih organisasi ini demi
uang telah membunuh banyak orang.
Tapi jejak mereka sangat rahasia, di dalam dunia
persilatan selain beberapa orang yang ada hubungannya
dengan mereka, kebanyakan tidak tahu ada perkumpulan
yang menyeramkan ini.
Hoyan Tiang-souw malah tahu dan menganggukkan
kepala, dia ingat lima enam tahun lalu, Kang-bun-ciang-jin,
Cin Sen-tong yang tiada duanya di dunia pernah
menceritakannya.
Walaupun dia tidak tahu seluk beluknya, tapi Cin Sen-
tong menganggap organisasi itu, meng-khawatirkan dan
membuat dia sangat berhati-hati!
Bagi dia, ini sudah cukup.
Maksud cukup disini adalah Hoyan Tiang-souw sudah
boleh memutuskan membunuh mereka atau tidak.
Karena di dunia ini selain ayah ibu dan saudara yang ada
hubungan darah, tidak termasuk di dalam-nya, orang yang
berhubungan paling dekat dengan dia, Cin Sen-tong yang
paling penting. .
Pek-mo-ci-to di tangan Hoyan Tiang-scuw, adalah-
pemberian Cin Sen-tong yang telah direbut kembali dari
seorang pesilat tinggi kelas satu yang sangat lihay dan
menakutkan, lalu diberikan pada dia (golok ini tadinya
milik ayah Hoyan Tiang-souw, Hoyan Cu-khek).
Selain itu, dia pun telah mengajarkan jurus golok hasil
terjemahan dari huruf Khu-pa-li yang ada di batang golok
oleh seorang ahli pusaka kuno, Hai-liong-ong (Raja naga
laut) Lui Auw-houw.
Maka bisa dikatakan keberhasilan Hoyan Tiang-souw
hari ini, adalah jasa CinSen-tong.
Saat itu Hoyan Tiang-souw hampir saja dibunuh oleh
Jin-bin-souw-sim Toh Ceng-tie (manusia berhati binatang),
orang paling jahat nomor satu di dunia, waktu itu Cin Sen-
tong datang tepat pada waktunya dan berhasil mengusir
Toh Ceng-tie.
Selain itu, Cin Sen-tong masih pergi ke Chun-hong-lou di
Yang-ciu meminta obat mujarab pada Liu Siang-hen untuk
menyelamatkan nyawa Hoyan Tiang-souw.
Maka jika ada seseorang dipandang hina oleh Cin Sen-
tong, buat Hoyan Tiang-souw tidak perlu memutar otak
lagi, dia akan langsung memenggal dengan goloknya.
Di lain pihak, jika ada musuh yang di khawatirkan oleh
Cin Sen-tong, tanpa berpikir lagi, dia akan
memperhatikannya.
Sekarang tiga orang baju coklat dari Tong-hai-kong-jin
adalah termasuk kelompok orang yang boleh dibunuh, tapi
juga harus berhati-hati menghadapinya.
Orang lain tentu saja tidak akan terpikir di otaknya
Hoyan Tiang-souw bisa ada pikiran yang sangat aneh ini,
yang paling baik dari Hoyan Tiang-souw adalah wajah dia
yang pemberani dan sifatnya yang mudah marah.
Orang semacam dia, biasanya akan salah di sangka, dia
tampak kurang pintar, kekuatan pikirannya rendah, juga
tidak akan menipu orang.
Setelah tahu dia bukan saja tidak bodoh, malah sering
membuat jebakan dan menjebak seseorang terjerumus ke
dalamnya, saat mengetahui juga sudah terlambat, menyesal
pun tidak keburu.
Sekarang Hoyan Tiang-souw sedang mengguna kan
keunggulan dirinya. Dengan marah dia berteriak:
"Mainan apa itu Tong-hai-kong-jin? Kalian dari Tong-
hai, mau apa datang ke Hang-ciu?"
Logika dia sungguh tidak tepat. Kenapa orang dari utara
tidak boleh datang ke selatan?
Apa lagi dia sendiri juga orang dari utara, lalu kenapa dia
sekarang ada di Hang-ciu?
Orang berbaju coklat jadi tertegun oleh pertanyaan ini,
walaupun dia anggota perkumpulan Kong-jin, tapi otaknya
tidak sekacau Hoyan Tiang-souw.
Hoyan Tiang-souw masih marah dan berkata:
"Tujuan kalian pasti untuk menghadapi aku. Tidak perlu
menanyakan pada orang juga sudah tahu, maka aku mau
memenggal tiga kepala anjing kalian dulu, baru
menghadapi Li Poh-hoan."
"Bagus, itu janji." Jawab Li Poh-hoan.
Hoyan Tiang-souw mengangkat golok dilintang kan di
depan dada, suaranya gemuruh memekakan telinga:
"Laporkannama kalian dan tunggu dipenggal!"
Sikap dia membuat para pesilat tinggi dari perkumpulan
Kong-jin mengerti, yaitu jika tidak melaporkan namanya,
dia pasti akan marah sekali.
Jika seseorang dalam keadaan marah sekali, bisa
mengesampingkan nyawanya, berusaha sebisanya
membacokmu.
Tentu saja ini adalah hal yang sangat tidak
menguntungkan, melaporkan nama bukankah juga tidak
masalah?
Buat apa karena urusan ini membantu hawa membunuh
lawannya?
Maka orang berbaju coklat berkata: "Aku adalah Sui Bu-
seng, kau pasti belum pernah mendengar namaku."
"Memang belum pernah dengar, tapi kau bisa berhasil
melatih tenaga dalam pelindung tubuh Ci-hen-bian-bian,
dan jurus kapakmu sangat keji, sangat tidak serasi dengan
nama kau itu."
Sui Bu-seng dengan tawa keji berkata: "Bagaimana
dengan kau? Namamu Tiang-souw (panjang umur). Tapi
kau kira orang seperti dirimu ini, bisa tidak panjang umur?
kulihat kau bisa hidup sampai usia tiga puluh tahun sudah
bagus sekali, tapi usia tiga puluh tahun tidak bisa disebut
panjang umur, bagaimana menurutmu?"
"Umurku panjang atau pendek tidak ada hubungannya
denganmu, dua orang lainnya siapa nama mereka?"
"Yang menghadang di jalan yang mengguna-kan senjata
Souw-seng (Umur bintang) adalah Cia San, sesudah kau
bertemu dengan tongkat Souw-sengnya mungkin bisa
berumur panjang!"
Dia lalu tertawa terbahak-bahak, tapi orang lain tidak
ada yang bereaksi.
Maka dia melanjutkan:
"Yang berada diatas jembatan batu itu adalah Hwan
Tong-cing, senjata yang dia gunakan adalah Cui-hun-pian
(Pecut pengejar roh), kedengarannya tidak enak."
"Kapakmu ini disebut apa?"
Sui Bu-sengmengangkatbahu:
"Sepertinya ada orang menyebut dia Ciat-hu (Kapak
patah), aku juga tidak menolaknya. Coba pikir jika jurusnya
kurang keji, kurang hebat, mungkin membunuh seekor
ayam juga tidak bisa, jadi mau tidak mau harus keji dan
hebat, kenapa harus di ributkan?"
Li Poh-hoan berpikir, teori sesat orang ini bisa membuat
orang banyak berpikirk, dengan amarah Hoyan Tiang-souw
yang timbul tiba-tiba, sungguh mirip sekali manfaatnya.
Maka dia tidak mau memikirkannya, karena masih ada
hal lain yang harus segera diketahuinya, paling tidak juga
harus tahu sedikit.
Mendadak dengan marah dia membentak:
"Hoyan Tiang-souw, kau tidak punya alasan untuk
menyerang, sebab tujuan mereka adalah aku. Tampaknya
kau tidak tahu mereka adalah tiga pesilat tinggi dari tujuh
pesilat tinggi hebat di perkumpulan Tong-hai-kong-jin,
menurut kabar tujuh pesilat hebat mereka jarang sekali
keluar.
Kali ini malah sekaligus datang tiga orang, bisa dilihat
mereka masih sangat menghargai aku marga Li, kupikir
tidak seharusnya aku membuat mereka kecewa, hari ini aku
harus membunuh mereka bertiga, baru bisa mengetahui
kabar yang aku perlukan."
Hoyan Tiang-souw terkejut sekali dan berkata:
"Setelah membunuh mereka semua, bagaimana kau bisa
mendapatkan keterangan dari mereka?" Li Poh-hoan
berkata:
"Bukan dari mereka, tapi dari orang lainnya lagi,
keterangan yang ingin aku dapatkan, mungkin hanya para
petinggi mereka yang tahu, setelah membunuh mereka,
maka akan memancing keluar para pesilat tinggi lainnya."
Kata Sui Bu-seng marah:
"Kentut. Pertama, aku pun tahu semuanya. Kedua, kami
yang mau membunuhmu bukannya kau membunuh kami.
Ketiga, kami telah mendapat laporan, tahu kau pasti saat ini
datang kemari, maka kami sudah mengaturnya dengan
baik. Hemm..! Hemm! Kau kira kau sangat pintar, sangat
mampu? Kenapa tidak kau pikirkan, begitu banyak anak
buahmu, bagaimana bisa mendadak semuanya diam tidak
ada pergerakan? Satu orang pun tidak ada yang datang
membantu?"
Keadaan inilah yang paling mencurigakan dan paling
menakutkan.
Li Poh-hoan yakin jika bukan lawan telah menyiapkan
sebuah jebakan, tidak mungkin anak buahnya yang begitu
banyak bisa mendadak hilang, paling sedikit saat bertarung
atau saat meregang nyawa mereka berteriak.
Jika Sui Bu-seng dengan terang-terangan telah
menjelaskan semua ini, itu satu hal yang berharga.
Tapi Li Poh-hoan malah sambil tersenyum berkata:
"Walaupun kalian sudah melumpuhkan semua anak
buahku dengan cara yang amat hina, tapi itu tetap kabar
yang bagus. Paling sedikit di dalam hati kalian sudah ada
ketakutan, tidak berani menggunakan cara lain
menghadapiku, berdasarkan ini, walaupun kalian bertiga
bersama-sama mengeroyok aku, tapi masih merasa tidak
yakin, khawatir ada orang yang membantu aku, maka
langkah pertama kalian harus melumpuhkan dulu anak
buahku.
Tindakan seperti ini jelas bukan kebiasaan perkumpulan
Tong-hai-kong-jin. Jadi jelas kalian membunuh bukan
karena disewa orang, hanya ber-tindak atas perintah."
Sui Bu-seng tertawa dingin:
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"
"Kukira perkumpulan kalian sekarang ini sudah tidak
bisa berpendirian sendiri, harus men-dengarkan perintah
orang lain, tentu saja kau tidak akan memberitahu padaku
siapa yang memerintahkan itu, tapi aku pasti berhasil
menyelidikinya."
Sui Bu-seng tertawa sambil mengangkat kepala dan
berkata:
"Kau sebentar lagi akan mati, masih mau menyelidiki
apa lagi?"
Suara Li Poh-hoan sangat serius, sedikit pun tidak terasa
main-main, berkata:
"Belum tentu. Walaupun aku sudah mati, masih ada
Hoyan Tiang-souw. Jika dia bisa menyelidiki kalian
diperintah oleh siapa, lalu menyebarkan ke dunia persilatan,
maka orang bisa tahu harus bagaimana melindungi diri, dan
bagaimana caranya menghadapi kalian."
Sui Bu-seng kebingungan dan berkata: "Tapi jika kau
sudah mati, apa gunanya hal ini bagimu? Jadi aku tidak
akan mau melakukannya......"
Li Poh-hoan berkata:
"Kau adalah kau, dan aku adalah aku. Misalnya
sekarang aku menyerang pada Cia San yang ada disisi ku
ini, jika aku menganggap dia ini setara dengan Hoyan
Tiang-souw, aku tidak akan memberitahukan terlebih
dahulu, tidak seperti kau tadi saat menyerang-kan dengan
kapak masih berteriak terlebih dulu."
Sui Bu-seng keheranan:
"Apa maksud kata katamu ini?"
"Maksudku adalah aku akan menyerang Cia San dulu."
Kata-katanya belum selesai, tampak sinar pedang
berkelebat, pedangnya dengan lurus ditusukan pada Cia San
yang berjarak kurang lebih dua tombak.
Jurus pedangnya sedikit mirip dengan 'kapak' nya Sui
Bu-seng, yaitu sama sekali tidak ada variasinya.
Ada juga sedikit perbedaannya, yaitu jurus kapaknya Sui
Bu-seng sama sekali tidak memperhitung kan untung
ruginya, begitu bertarung langsung bertaruh nyawa.
Tapi jurus pedangnya Li Poh-hoan bukan saja tidak ada
sifat kekejian, malah membuat orang merasa walaupun
telah tertusuk oleh dia, belum tentu akan mati!
Perbedaannya sedikit tapi sangat penting, sebab bisa
melemahkan semangat tempur lawan, bisa membuat lawan
bertindak tidak mengambil cara bertarung mati bersama-
sama.
Tongkat Souw-seng Cia San sedikit pun tidak terlambat.
"Huut huut huut!" sekaligus membuat tiga sapuan,
menangkis pedang.
Tubuh Li Poh-hoan laksana angin melayang ke kiri, dan
menusukan pedangnya.
Gerakan tongkat Cia San kali ini laksana gelombang,
berturut-turut menggerakan tongkatnya dua belas kali dan
berhasil menangkis serangan pedang lawan, jurus tongkat
dia sangat tertutup dan juga keji, dalam dua belas gerakan
tongkatnya, tiga gerakannya berupa serangan.
Tapi karena serangan pedang lawannya sangat
berbahaya dan menakutkan, maka tongkat Souw-seng tidak
ada kesempatan menyerang.
Begitu Li Poh-hoan berputar, dia sudah berada di
belakang rubuhnya, dan kembali pedangnya menusuk.
Cia San berjongkok sambil membalikan rubuh,
menyapukan tongkatnya sampai mengeluarkan suara.
Bayangan tongkat laksana gunung, serangan-nya
berjumlah delapan belas jurus.
Orang lain mungkin tidak tahu, tapi Sui Bu-seng dan
yang lainnya tahu akan hal ini.
Tahu seratus delapan duri beracun yang ada di badan
tongkat sudah berdiri semua, asalkan tergores sedikit, dewa
sekali pun juga jangan harap bisa hidup.
Tampak gerakan pedang Li Poh-hoan tidak cepat juga
tidak lambat, pedang menusuk ke dalam bayangan tongkat,
seperti bambu menusukan ke dalam air danau yangjernih.
Gerakan tongkat Cia San sudah habis di jurus ke delapan
belas, belum sempat dia mengganti jurus baru, mendadak
melihat pedang lawan sudah datang menusuk hanya tinggal
berjarak dua inci lagi.
Saat itu juga wajahnya menjadi pucat pasi, sorot
matanya yang kejam sudah menghilang semua.
Tapi pikiran dalam hatinya lebih banyak dari biasanya,
juga lebih cepat.
.....Walaupun ilmu pedang Li Poh-hoan sangat hebat,
tapi dia hanya menggunakan satu jurus, sedangkan dia
harus secepat kilat menangkisnya dengan delapan belas
jurus tongkat.
.....delapan belas jurusnya laksana kilat, laksana guntur,
tapi masih harus mundur ke belakang lima langkah.
.....tusukan pedangnya dengan santai menerobos masuk
ke dalam jaringan tongkat, dan kecepatan-nya belum
pernah terlihat sebelumnya.
..... sebenarnya jurus pedang apa yang dia gunakan?
Di saat seperti ini Cia San merasa banyak hal yang harus
dia pikirkan, tapi dia tidak bisa menahan pikirannya yang
berputar memikirkan jurus pedang aneh dari Li Poh-hoan.
Tapi pikirannya sia-sia, sebab kesempatan berpikirnya
sudah tidak bisa di teruskan lagi.
Baru saja pedangnya Li Poh-hoan berkelebat sekali,
sekejap sudah langsung menghilang lagi.
Pedangnya sudah kembali masuk ke dalam sarungnya,
dan di tenggorokan Cia San sudah ber-tambah sebuah
lubang.
Darah segar menyembur sejauh beberapa kaki, tapi tidak
ada setetes pun yang bisa mengenai baju putihnya Li Poh-
hoan.
Sui Bu-seng yang berada di sana dan Hwan Tong-cing
yang berada di atas jembatan batu tentu saja tidak akan
bersorak-sorak, walaupun jurus pedang Li Poh-hoan lebih
hebat lagi satu kali lipat, mereka tetap saja tidak akan
bersorak dan tepuk tangan.
Tapi lain dengan Hoyan Tiang-souw, dia bisa saja
melakukan hal ini, pertama tiga jurus pedangnya Li Poh-
hoan yang bisa membunuh lawan memang hebat sekali,
kedua bersorak dan bertepuk tangan bisa menjatuhkan
semangat tempur orang dari Tong-hai-kong-jin itu.
Tapi karena dia sedang asyik mempelajari jurus
pedangnya Li Poh-hoan, dia pun melupakan hal ini.
Sui Bu-seng berteriak tiga kali, Hwan Tong-cing pun
berteriak dua kali, lalu meloncat turun ke bawah jembatan
batu.
Suara mereka sangat bengis, terdengar sangat
menakutkan. Jelas mereka sudah menjadi gila. Terlihat
sudah bukan orang normal lagi.
Suara Hoyan Tiang-souw seperti geledek:
"Li Poh-hoan, jurus pedang apa yang tadi kau gunakan?"
Kelihatannya dia sedikit pun tidak terganggu oleh
teriakan bengisnya Sui Bu-seng dan Hwan Tong-cing, dua
orang gila itu.
Li Poh-hoan pun sama tidak terganggu, sambil
tersenyum dia menjawab:
"Jurus pedang ini disebut San-tian-jit-sa (Tujuh kilat
membunuh), jurus pedang keluargaku!"
Jurus pedangnya walaupun disebut San-tian, tapi bukan
sekali menyerang langsung bergerak secepat kilat
menyerang tujuh jurus, kecepatannya adalah menunjukan
saat mengenai titik kematian lawannya, kecepatannya
secepat kilat.
Tentu saja Hoyan Tiang-souw tidak akan salah
menafsirkannya, saat ini dia baru bersorak dan tepuk tangan
dan berkata:
"Jurus pedang hebat, benar-benar jurus pedang hebat
yang tiada duanya di dunia."
Melihat Sui Bu-seng sudah melangkah sambil
mengangkat kapaknya, dalam hati Li Poh-hoan merasa
lucu, sebab baru sekarang Hoyan Tiang-souw bersorak dan
tepuk tangan, bukankah itu sudah terlambat?
Mo-to yang di jepit di bawah ketek Hoyan Tiang-souw
mendadak bergulir ke telapak tangannya, tangan kanannya
sudah memegang pegangan golok.
Dia masih tetap berhadapan dengan Li Poh-hoan, tidak
memalingkan kepala, goloknya pun tidak keluar dari
sarungnya.
Langkah Sui Bu-seng jadi terhentak berhenti, dia tidak
peduli setelah membelah mati Hoyan Tiang-souw, baru
menerjang menghadapi Li Poh-hoan, atau sebaliknya.
Tapi walaupun golok orang ini masih di dalam
sarungnya, aura nya yang seperti sepasukan tentara sudah
mendesak orang menjadi sesak nafas, jelas dia bukan
seorang yang mudah dibunuh dengan sekali bacokan saja.
Kenyataannya, Sui Bu-seng pernah merasakan
kelihayannya Mo-to, di dalam hati sadar untuk
memenangkan pertarungan dengan susah payah saja sudah
sulit, maka dia tidak berani berkhayal hal yang tidak
mungkin ini.
Langkah Sui Bu-seng sudah terhenti, Hwan Tong-cing
sudah melakukan serangan, dengan satu teriakan keras
sambil meloncat ke bawah melecutkan cambuknya dari atas
jembatan menyerang Li Poh-hoan.
Orang ini yang termasuk dalam tujuh pesilat tinggi hebat
perkumpulan Tong-hai-kong-jin, Cui-hun-pian di tangannya
bersinar warna keemasan menyilaukan mata, panjangnya
sampai tujuh kaki besarnya sebesar telur bebek.
Jika cambuknya terbuat dari logam emas, dan juga di
dalam batangnya tidak kosong, paling sedikit beratnya ada
seribu kati lebih, malah mungkin dua ribu kati.
Siapa pun jika memiliki emas seberat seribu atau dua
ribu liang di tangan, tidak perlu bekerja apa-apa lagi, sudah
bisa hidup senang seumur hidup.
Tapi ada sebagian orang tidak berpikir demi-kian, walau
di tangannya memiliki emas dua puluh ribu liang, tetap saja
dia masih bekerja.
Tapi juga tidak ada alasan menggunakan begitu banyak
emas untuk membuat sebuah cambuk panjang.
Maka Li Poh-hoan lebih percaya Cui-hun-pian itu hanya
dipoles emas, dan bagian tengahnya kosong.
Kalau bagian tengahnya kosong, bukan meman dang
rendah Hwan Tong-cing sampai tidak bisa menambah
beberapa puluh kati tembaga saja tidak mampu, tapi dengan
bagian tengahnya kosong baru bisa ada keanehan.
Misalkan di dalam cambuknya tersembunyi senjata gelap
atau cairan racun atau benda-benda yang menakutkan ini.
Dia memutar tubuhnya, berdiri di sebelah utara, dan
bersamaan itu mencabut pedangnya lalu diayunkan,
pedangnya bergetar membentuk bayangan pedang yang
tidak terhitung banyaknya, gerakannya seperti air beriak
sedikit pun tidak ada hawa mem-bunuh.
Sinar emas juga laksana kilat datang menyapu, dari atas
tengah dan bawah berbunyi tiga kali, setiap sapuan cambuk
ditangkis oleh pedang, sama sekali tidak bisa menembus.
Mata Hwan Tong-cing melotot wajahnya menyeringai
sambil berteriak, cambuk emasnya menyapu laksana angin
kencang, berturut-turut cambuknya menyerang tujuh kali,
ke tujuh jurus cambuk ini sekaligus dilakukan, di saat
berganti jurus sedikit pun tidak ada celah.
Sesaat beribu sinar emas laksana jaring yang amat besar,
menutup pada Li Poh-hoan.
Setelah tujuh cambukan lalu tujuh cambukan lagi, semua
jurusnya menyerang dengan amat ganas.
Di bandingkan dengan serangan pedang Li Poh-hoan
kelihatannya malah lebih lemah.
Walaupun sinar pedang laksana riak gelom-bang air
jernih, tapi masih dapat menangkis serangan ganas cambuk
lawan, setiap orang bisa melihat dia hanya bisa bertahan
tidak bisa menyerang.
Bertahan itu adalah objek.
Objek itu mengandung arti lemah, kalah, dan menuruti.
Tapi bertahan juga ada gunanya, misalnya saat lawan
sedang bersemangat menyerang, tidak baik bertarung keras
dengannya.
Saat itu harus melakukan pertahanan yang kuat,
menunggu semangat lawan mengendur baru mencari celah
lawan dan balas menyerang.
Tapi Li Poh-hoan seperti tidak bermaksud itu.
Walaupun dia masih menggunakan jurus pedang seperti
air danau jernih yang tenang, menangkis gelombang
serangannya Hwan Tong-cing (setiap gelombang tepat tujuh
jurus).
Tapi Hoyan Tiang-souw dan Sui Bu-seng sama sama
merasa dia ini bukan bertahan untuk menunggu
kesempatan balas menyerang.
Sui Bu-seng sudah lama bekerja sama dengan Hwan
Tong-cing, menyaksikan Hwan Tong-cing sudah
menyerang empat gelombang tapi masih belum berhasil,
keadaan ini walaupun tidak begitu bagus, tapi juga tidak
aneh.
Tapi Hwan Tong-cing selalu berteriak marah bukan
hanya berteriak saja, tapi karena keadaan yang sangat tidak
bagus.
Menurut perkiraan Hoyan Tiang-souw, alasan Li Poh-
hoan bukan mumi hanya untuk bertahan saja, malah dia
menjelaskan dengan mulutnya:
"Jurus pedang yang bagus, setiap gerakan pedang selalu
bisa menangkis cambuk emas, selalu bergerak diri tik yang
sama, di bagian kedua cambuk, sungguh jurus pedang yang
bagus."
Kata Li Poh-hoan:
"Aku hanya takut kau salah paham, mengira aku hanya
punya cara menyerang tidak punya cara untuk bertahan,
maka dengan menggunakan jurus keluargaku yang disebut
Cap-ji-sin-kiam (Dua belas jurus ilmu pedang). Jurusku ini
disebut Chun-sui-pi-it-thian (Musim semi air hijau ada di
langit.), kau jangan tertawakan."
Sambil bertahan dia dengan tenang berbicara, malah
ramah sekali. Itu bisa dilihat dia pasti bukan terpaksa
bertahan, tapi dalam pertahanan yang masih menyimpan
banyak tenaga.
Hoyan Tiang-souw dengan suara keras yang beberapa
kali lipat dari orang biasa berkata:
"Kenapa kau memberitahukan jurus pedangmu padaku?"
©®©
BAB 5
Pertanyaan ini sampai Sui Bu-seng pun ingin tahu,
makanya dia juga memasang telinganya.
Li Poh-hoan mengayun-ayunkan pedangnya, menangkis
setiap serangan cambuk emas lawan, sambil tersenyum
menjawab:
"Sebab kau pasti tidak tahu jurus pedangku, maka aku
mengambil kesempatan ini supaya kau bisa melihat
sendiri."
"Kenapa aku harus tahu?" Hoyan Tiang-souw masih
tidak mengerti.
"Hay, aku khawatir cepat atau lambat kau akan
bertarung denganku, maka lebih baik aku memberi tahukan
lebih dulu!"
'Tapi kenapa kita pasti akan bertarung?' pertanyaan ini
hanya berkumandang di dalam hati Hoyan Tiang-souw, dia
tidak mengucapkannya, takut orang salah paham mengira
dia takut akan pertarungan itu.
Mendadak Li Poh-hoan membalikan tubuh menghadap
pada Sui Bu-seng, tangan kanan masih tetap menekan
pegangan pedang.
Sepasang mata di bawah alis tebalnya berkilat-kilat
seperti mata macan, padahal di saat dia t membelakangi Sui
Bu-seng, dia pun mampu setiap saat menyerangnya.
Sekarang setelah saling berhadapan, tekanan-nya tampak
semakin kuat dari tadi.
Hampir saja Sui Bu-seng tertekan mundur oleh
pembawaan dia, tapi akhirnya masih bisa berdiri tegak,
malah masih bisa berteriak:
"HwanLo-jit (saudara ketujuh), aku segera datang
membantumu."
Biasanya suara Hoyan Tiang-souw lebih keras beberapa
kali lipat dari orang biasa, sekarang dia berbicara sengaja
memperkeras lagi, tentu saja suara-nya jadi lebih
menggetarkan telinga orang:
"Kau tidak boleh membantu, kecuali kau bisa
mengalahkan Mo-to ku. Jika tidak kau harus tunggu sampai
diantara mereka ada yang menang atau kalah."
Sui Bu-seng berteriak, wajahnya berubah jadi bengis.
Hoyan Tiang-souw mengira dia pasti akan mengayunkan
kapaknya menyerang membabi buta.
Tapi hal itu ternyata tidak terjadi, Sui Bu-seng masih
tetap berdiri di tempatnya.
Walaupun Sui Bu-seng tidak waras, tapi di saat
penentuan hidvip mati, dia tetap bisa memperhitung-kan
untung ruginya.
Jika dia selalu membunuh orang secara mem-babi buta,
mungkin dia sudah mati sejak dulu.
Dia sadar tidak mudah menghadapi Mo-to nya Hoyan
Tiang-souw. Apa lagi jika memperhitungkan tugasnya kali
ini, Li Poh-hoan lah sasaran utamanya.
Selain itu Hoyan Tiang-souw tidak membunuh orang-
orang mereka, tapi Li Poh-hoan sudah, di samping punya
permusuhan, di lain pihak dia sudah melihat jurus
pedangnya Li Poh-hoan, sedangkan jurus Mo-to Hoyan
Tiang-souw, dia belum melihatnya.
Makanya setelah dihitung-hitung, lebih baik dia
mengumpulkan seluruh tenaga untuk menghadapi Li Poh-
hoan.
Dia tidak bisa lolos dari Hoyan Tiang-souw untuk
mengeroyok Li Poh-hoan, jadi Hwan Tong-cing seorang
diri yang kerepotan.
Paling sedikit ada tiga kerepotan bagi Hwan Tong-cing.
Pertama, sia-sia saja cambuknya menyerang secara
bergelombang, dia hanya bisa menggunakan satu jurus Lie-
hwee-cui-hun (Bara api mengejar roh) dari tiga jurus
cambuknya.
Dua jurus cambuk lainnya tidak ada kesempatan
digunakan.
Kedua, dia hanya bisa berteriak-teriak seperti orang gila.
Sebab setiap pedang Li Poh-hoan menangkis serangan
cambuknya, selalu mengenai bagian kedua dari sembilan
bagian Cui-hun-pian nya, malah selalu dititik yang sama,
satu mili pun tidak salah.
Hwan Tong-cing sendiri sadar itu adalah titik terlemah
dari seluruh cambuknya, dia sungguh tidak mengerti
kenapa lawan bisa tahu satu-satunya titik kelemahan
cambuknya.
Tapi tidak peduli dia mengerti atau tidak, pokoknya dia
harus menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk
menutupi titik kelemahan ini, dia hanya bisa berteriak-
teriak di dalam hati.
Dia tidak bisa berteriak untuk menambah semangat, dia
malah menjadi kesal.
Ketiga, masalah tubuhnya, ternyata pedang Li Poh-hoan
walaupun mumi untuk bertahan, tapi tetap ada kilatan
pedang yang menyambar tubuhnya, mula mula masih tidak
terasa apa-apa, tapi semakin lama semakin
Kilatan pedang yang tanpa bentuk tanpa su.ir.i tanpa
warna dan tanpa rasa itu, seperti jarum panjang menusuk ke
dalam tulang, maka rasa sakitnya juga tidak seperti jarum
yang ditusukan ke dalam daging.
Sekarang dia sudah bisa menemukan sumber kilatan
pedang yang tidak berbentuk itu ternyata bukan dari pedang
yang ada di tangannya Li Poh-hoan.
Tapi datang dari batang panjang di tangan kirinya, tapi
setelah mengetahui satu hal, timbul rasa sakit pada hal
lainnya lagi.
Jika sudah mengetahui tapi tetap tidak bisa melepaskan
diri dari kesakitan, lalu apa gunanya mengetahui?
Untungnya segala sesuatu di dunia ini selama-nya
berubah-rubah tidak menentu, fenomena yang terjadi dari
berbagai unsur berkumpul menjadi satu.
Misalnya tubuh manusia, terbentuk dari ber-bagai unsur,
di tambah ruang dan waktu. Jika kurang satu saja dari
berbagai unsur ini maka tidak akan bisa hidup, atau disebut
akan menghilang.
Dan jika segala sesuatu di alam ini semuanya abadi dan
tidak berubah, maka masalahnya akan jadi besar.
Seorang bayi karena bersifat tidak berubah, maka
selamanya jadi seorang bayi, besi juga selamanya tidak bisa
ditempa jadi baja.
Pokoknya segala benda jika selamanya tidak berubah,
tidak akan bisa lahir benda-benda baru, coba bayangkan
bukankah dunia akan membosankan?
Jujur saja di alam ini sama sekali tidak ada satu benda
pun yang abadi, tidak berubah, karena tidak ada satu benda
pun bisa ada tanpa syarat-syarat tertentu.
Sampai disini lebih baik jangan membicarakan hal itu
lagi.
Akhirnya Hwan Tong-cing mendapatkesempatan
merubah keadaan.
Pada saat ini Hoyan Tiang-souw berkata pada Li Poh-
hoan:
"Lebih baik cepat selesaikan pertarunganmu, aku sudah
tidak sabar lagi!"
"Benar juga!" setelah berbicara mendadak jurus
pedangnya menjadi lambat.
Hwan Tong-cing mengerahkan seluruh tenaganya,
menggetarkan cambuk emas nya sampai menjadi tegang
lurus, laksana sebuah tongkat panjang.
Terlihat dia sudah memegang cambuknya dengan kedua
tangannya, jurusnya juga menjadi jurus tongkat.
Inilah salah satu jurus hebat dari tiga jurus Cui-hun-pian
yang disebut Ji-ciang-se-kun (Tongkat laksana tombak).
Tampak cambuk emas yang lurus itu menancap
mendongkel memukul melontar, dengan empat macam
gerakan menyerang sebanyak dua belas jurus.
Bersamaan waktu itu dia pun berteriak sangat keras,
akhirnya bisa juga mengeluarkan kekesalan di dalam
hatinya.
Serangan dia mendadak menjadi kuat, dan \ berhasil
mendesak mundur Li Poh-hoan tiga langkah, tampaknya
tinggal menambah sedikit serangan lagi dia akan
melumpuhkan lawan.
Tapi dia malah menyatukan sepasang tangan-nya, dan
cambuk emasnya mengerut satu kaki lebih.
Baju putih Li Poh-hoan berkibar-kibar, begitu memutar
tubuh, dia sudah berada sebelah kiri lawan-ny.i, lalu ujung
pedangnya menusuk, membelah angin mengeluarkan suara
"Ssst!"
Saat ini, Hwan Tong-cing baru benar-benar mengerti,
dirinya telah melakukan satu kesalahan fatal, tapi dia sudah
tidak keburu membetulkan juga tidak keburu
menambalnya.
Dia hanya melihat ujung pedang yang tajam sudah
berada disisi tenggorokan, kecepatannya sampai untuk
berpikir pun sudah tidak keburu. Lalu hanya merasa titik
kematian di tenggorokannya telah ditusuk pedang, hanya
itu saja.
Kali ini Li Poh-hoan tidak memasukan pedangnya ke
dalam sarung, pedang dipegang di tangannya.
Menunggu tubuh Hwan Tong-cing jatuh ke tanah baru
dia berkata:
"Jika kau tidak berniat menggunakan senjata gelap di
dalam Cui-hun-pian untuk membunuh aku, kau paling
sedikit masih bisa hidup beberapa saat......"
Serangan pedang dia laksana kilat, orangnya sangat
tampan, dan tingkahnya tenang anggun, walau pun telah
membunuh dua orang pembunuh bayaran ternama,
kelihatannya seperti bukan dia yang membunuhnya.
Hoyan Tiang-souw memalingkan kepala, dalam hatinya
terkesan satu bayangan aneh.
Tapi dia tidak mengucapkan apa-apa, dia mundur
beberapa langkah, lalu berkata pada Sui Bu-seng:
"Lawanlah, walaupun Li Poh-hoan kalah dan mati, aku
pun tidak akan membantu dia."
Sui Bu-seng berteriak, lalu meloncat melewati Hoyan
Tiang-souw, langsung menerjang Li Poh-hoan,
terjangannya dahsyat seperti kerbau gila, sangat
menakutkan.
Hanya sekejap mata dia sudah membacokan kapaknya
pada Li Poh-hoan.
Tapi dalam waktu singkat ini Li Poh-hoan tetap dengan
tenang mengangkat pedangnya, sikapnya anggun penuh
percaya diri, dia seperti tidak melihat terjangan lawan yang
begitu dahsyat.
Di dalam layangan baju putihnya Li Poh-hoan berputar
ke kanan, pertama kali menggunakan tebasan pedang ke
belakang.
Sikap dia kelihatannya tenang, tapi gerakannya sangat
cepat, cepatnya sampai Ciat-hu Sui Bu-seng terdesak
mundur ke belakang dua langkah besar, baru mendapatkan
kesempatan balas menyerang.
Tapi ayunan kapak Sui Bu-seng sampai dua belas jurus,
itu hanya menangkis serangan susulan pedang Li Poh-hoan.
Li Poh-hoan berputar ke belakang tubuh dia, sinar
pedangnya berkelebat secepat kilat, satu sabetan pedang
datang lagi menyerang.
Sui Bu-seng merasa ada hawa pedang tajam menyerang
tenggorokannya, tajamnya laksana pedang yang
sebenarnya, saat itu tidak tahan warna wajahnya jadi
berubah besar.
Dia tahu hanya pedang yang benar-benar yang bisa
datang membunuh, maka sifat gilanya keluar, tanpa
mempedulikan pedang lawan, dengan meng-gunakan
seluruh tenaga dalamnya dia melemparkan kapaknya pada
lawan.
Jarak mereka berdua tidak jauh, maka pedang Li Poh-
hoan bisa menusuk Sui Bu-seng, tapi kapak Sui Bu-seng
juga bisa mengenai Li Poh-hoan.
Berdasarkan keadaan ini, sebenarnya Sui Bu-seng tidak
perlu melemparkan kapaknya menyerang lawan.
Tapi pengalaman bertarung Sui Bu-seng sudah banyak
sekali, sudah membunuh entah berapa banyak pesilat tinggi
dunia persilatan, tentu saja gerakan dia punya alasan
tersendiri.
Ternyata pengalaman memberi tahu dia, pedang cepat
dan kapak lambat.
Artinya dia pasti mati lebih dulu tertusuk oleh pedang.
Dan setelah mati, kekuatan kapak akan kehilangan
dorongan tenaga, bukan saja kekuatannya jauh berkurang,
malah akan tertahan oleh lima jarinya sendiri.
Jika dia tidak mati pun tetap akan kalah, maka sekalian
saja dia melemparkan kapak, berharap bisa mengembalikan
modal sedikit.
Serangan pedang Li Poh-hoan ternyata jadi terdesak dan
sedikit berubah.
Pedang bergetar, kapak terpental melayang ke udara,
luka Sui Bu-seng jadi bukan di tenggorokan, tapi di mata
kirinya.
Mata kiri Sui Bu-seng tertusuk pedang, tidak perlu
dijelaskan tentu saja mata ini segera menjadi buta, tapi dia
tidak sampai mati.
Dia pun tidak sampai roboh, hanya mundur dua
langkah, menggunakan tangan kirinya menutup luka mata
kiri yang bercucuran darah segar.
Li Poh-hoan berdiri tegak sambil mengangkat pedang,
sikapnya anggun, sambil tersenyum berkata:
"Sui Bu-seng, kau sudah mati setengah, apakah kau tahu
siapa yang harus disalahkan?"
Siapa pun orangnya, setelah matanya buta sebelah, tentu
saja bisa di anggap mati setengah, aturan asuransi jaman
sekarang juga begitu.
Diam-diam Sui Bu-seng mengerahkan tenaga dalamnya,
berturut-turut menghirup nafas tiga kali.
Sekejab sakitnya sudah berkurang banyak, dan
kesadarannya pun sudah kembali.
Dia tertawa gila juga kesal, katanya:
"Aku tidak tahu, aku hanya bisa salahkan kau, selain
kau, siapa lagi yang bisa aku salahkan?" Kata Li Poh-hoan:
"Salah, Kau datang untuk membunuh aku tapi tidak
berhasil, ini disebut kalah kemampuan, bagai-mana boleh
menyalahkan aku?"
"Harus kah aku menyalahkan diri sendiri?"
"Salah, kau kalah kemampuan, itu hal yang tidak bisa
dibantah, misalkan kau mungkin tidak bisa mengalahkan
ketuamu, tapi apakah kau bisa menyalahkan dirimu sendiri?
apakah kau akan bunuh diri karenanya?"
Sui Bu-seng jadi bingung dan berkata: "Tentu saja aku
tidak akan bunuh diri, tapi aku harus menyalahkan siapa?"
"Kau harus menyalahkan orang yang mengutus mu
kesini, yang tidak tahu kemampuanmu kalah oleh
lawanmu. Dengan kata lain, orang yang mengutus kalian
untuk membunuh aku, seharusnya menyelidiki dulu
kemampuanku. Jika tidak menyelidiki terlebih dulu, itu
sama dengan sia-sia saja mengantarkan nyawa kalian,
menurutmu orang ini harus disalahkan, tidak?" Sui Bu-seng
dengan keras teriak: "Angap saja menyalahkan dia, lalu
mau apa?" "Biar aku membalaskan untuk kalian, kau
sendiri tidak mampu, tapi aku mampu!"
Tawa Sui Bu-seng sangat bengis dan menakut-kan,
mungkin karena wajahnya penuh dengan darah.
"Usulan ini cukup bagus, tapi aku tidak akan masuk
perangkapmu, aku juga tidak akan meng-khianati saudara
dan teman sendiri!"
"Kau salah. Aku bukan menanyakan masalah internal
kalian, karena orang yang memerintah kalian pasti adalah
ketua kalian Tok-kah-kong-liong (Kaki tunggal naga gila)
Pui-suhu. Tidak perlu diragukan lagi, buat apa kau
menghabiskan waktu sia-sia?" Sui Bu-seng keheranan:
"Kau sungguh lihay, tidak heran kekuatan Thi-pian-tan-
pang (Perkumpulan Pikulan besi) di Han-sui sangat besar,
bahkan menurut kabar kau bertekad menguasai seluruh
dunia persilatan."
"Jangan bicarakan ini, coba kau pikir-pikir, jika kau
menganggap jurus pedangku cukup hebat, merasa aku bisa
membalaskan kekesalanmu. Maka kau beri tahukan
padaku, siapa yang mengancam perkumpulan Tong-hai-
kong-jin?"
Sui Bu-seng berpikir sejenak, walaupun mata dia sudah
buta darah memenuhi wajahnya, tapi bagaimana pun dia
adalah orang pesilat tinggi kelas satu, maka dia masih bisa
bertahan. Setelah dia berpikir sebantar baru berkata:
"Kau bunuhlah aku!"
Kali ini giliran Li Poh-hoan keheranan:
"Kenapa? Kau sudah bosan hidup?"
"Bukan, soalnya aku tidak tahu ketua diancam oleh
siapa. Mungkin setelah aku jadi setan baru bisa
menyelidikinya, saat itu aku pasti akan memberitahu kan
padamu!"
Dia mengucapkan kata-katanya tidak dengan nada
kelakar, bisa dilihat dia memang punya pikiran demikian.
Li Poh-hoan jadi tertawa salah, menangis pun salah, dia
memalingkan kepala melihat pada Hoyan Tiang-souw.
Hoyan Tiang-souw sangat tegas, memberi isyarat untuk
'menbunuh' nya.
Membunuh orang walaupun menyenangkan, tapi bukan
cara bagus untuk menyelesaikan masalah.
Maka Li Poh-hoan tertawa pahit, memalingkan kepala
berkata pada Sui Bu-seng:
"Kau pasti punya sedikit informasi, hanya kau sendiri
tidak tahu bahwa itu merupakan informasi penting! Jika
kau ingin aku membantumu membalas-kan kekesalanmu,
membantu perkumpulan kalian melepaskan diri dari
ancaman, sekarang coba jawab beberapa pertanyaanku!"
Sui Bu-seng berpikir sebentar baru menjawab:
"Baik, tanyalah."
"Perkumpulan kalian dalam satu dua tahun ini apakah
ada pemasukan yang khusus?"
"Jika kami ada bisnis ada tugas, maka ada pemasukan,
tapi tidak bisa dikatakan khusus."
"Di markas lama kalian apakah akhir-akhir ini ada
gerakan khusus? Misalnya di bidang pertahanan?"
Sui Bu-seng menggelengkan kepala. "Ada tidak pesilat
tinggi yang baru bergabung? Yang ilmu silatnya kurang
lebih sama dengan kalian?" "Tidak ada!"
"Kalau begitu apakah ketua kalian mempunyai orang
yang paling disayang? Laki-laki atau perempuan sama saja,
ada tidak?"
Saat ini, Sui Bu-seng baru bereaksi, tubuhnya tergetar
dan berkata:
"Ada, ada seorang wanita." "Siapa dia?"
"Tidak tahu," Sui Bu-seng menjawab, "aku hanya tahu
dia bermarga Lu, kami memanggil dia Lu-hujin." "Berapa
usia dia? Apakah dia cantik sekali?" "Dia memang terlalu
cantik. Tidak ada orang yang tidak berpikiran demikian.
Aku sendiri juga begitu, tapi biasa aku tidak mendekati
wanita, aku tidak suka wanita, sebab wanita adalah sumber
keruwetan, kesedihan, pusing, dan mala petaka, maka
wanita selain kejelekannya, masih ada keuntungan apa
lagi?"
Kata-kata Sui Bu-seng tentu saja terlalu ekstrim. Jika
diganti dengan orang yang menyukai wanita, mungkin dia
bisa mengutarakan seribu macam kebaikan wanita.
Tapi jika Sui Bu-seng membenci wanita, itu juga tidak
bisa dilarang dia berpikiran demikian.
Li Poh-hoan menggoyangkan tangannya dan berkata:
"Kau pergilah!"
Sui Bu-seng sampai Hoyan Tiang-souw yang berdiri agak
jauh jadi sangatterkejut.
"Pergi? Kau menyuruh aku pergi?"
"Telingamu tidak sakit bukan?"
"Tidak mungkin, kau pasti ada siasat busuk lainnya......"
Guman Sui Bu-seng.
"Tidak ada." Li Poh-hoan berkata, "janjiku selalu
ditepati, sedikit sekali orang yang tidak percaya kata-
kataku."
Sui Bu-seng merasa masih tidak percaya, dengan gagap
berkata:
"Tapi kalian sudah kehilangan banyak orang?"
"Tidak apa-apa." Li Poh-hoan masih tampak sangat
yakin dan berkata, "aku berharap racun yang kalian
gunakan kelihayannya tidak sampai tidak bisa
dikendalikan."
Sui Bu-seng terkejut dan berkata:
"Kau tahu kami menggunakan racun?"
"Itu hal yang sangat wajar." Li Poh-hoan tersenyum dan
berkata, "selain menggunakan racun, kalian punya cara apa
lagi mampu melumpuhkan semua orangku tanpa
menimbulkan suara?"
Akhirnya Sui Bu-seng merasa tidak tahan lagi.
Walaupun dia adalah pesilat tinggi kelas satu, tapi
setelah sebelah matanya ditusuk menjadi buta, dan tidak ^
diobati untuk menghentikan darah dan mereda-kan rasa
sakit, walaupun seorang pesilat tinggi kelas satu pun tidak
akanbertahan lama.
Makanya dia bertanya lagi:
"Benar aku boleh pergi?"
"Setelah kau pergi maka kau akan tahu."
Hoyan Tiang-souw melihat bayangan pung-gung Sui Bu-
seng menghilang baru berkata:
"Kau bukan tidak berani membunuh orang, kenapa
melepaskan pembunuh bayaran yang seperti orang gila ini?
Walaupun dia tidak mampu melawanmu, tapi keluargamu,
teman-temanmu bagai-mana? Mmm, aku dengar dia
menyebut perkumpulan Thi-pian-tan, dan kau adalah
ketuanya bukan? Lalu bagaimana dengan nyawa anak
buahmu? Orang semacam Sui Bu-seng mungkin tidak akan
membalas budi!"
"Sebelumnya aku sudah memberikan obat penangkal
racun pada seluruh anak buahku yang ikut dalam
pertarungan ini, semua sudah kupikirkan, misalnya
melepaskan Sui Bu-seng, ini juga sudah kupikirkan
sebelumnya."
"Sebelumnya kau sudah tahu Tong-hai-kong-jin akan
menyerangmu?"
"Hanya perkiraan saja, aku sudah mengetahui mereka
sudah datang, tentu saja juga tahu kau sudah datang kesini,
aku hanya memperhatikan orang-orang yang pantas
bertarung denganku, bukan semua orang harus aku
perhatikan."
"Tampaknya kau sangatmemandangku!" Li Poh-hoan
sambil menghela nafas: "Maaf, kenyataannya aku salah
perhitungan. Maka pembantu penting yang aku tinggalkan
di sampingku sudah dibunuh olehmu. Seharusnya dia
membantu aku menghadapi orang-orang Tong-hai-kong-jin
itu."
"Untungnya kau mendadak membantu aku." Li Poh-
hoan melanjutkan lagi, "membuat tiga orang pembunuh
bayaran kelas satu Tong-hai-kong-jin hanya bisa satu
persatu bertarung denganku."
Hoyan Tiang-souw tertawa, dia tahu Li Poh-hoan
menyembunyikan kekuatannya, kenyataannya tiga
pembunuh bayaran kelas satu Tong-hai-kong-jin sekalipun
bersama-sama mengeroyok dia, juga belum tentu mereka
bisa menang.
Tapi karena dia ingin menyembunyikan, maka tidak
perlu membongkarnya.
Li Poh-hoan berkata lagi:
"Kupikir para pembantuku yang cukup penting diam-
diam telah aku sebarkan di sekeliling, sudah menangkap
orang-orang yang menebar racun itu, dan mulai melakukan
pertolongan, maka aku tidak tergesa-gesa dan masih ada
waktu bicara denganmu."
Hoyan Tiang-souw mengerutkan alis tebalnya:
"Hanya bicara? Bukan bertarung untuk menentukan
siapa yang lebih unggul?"
Di wajah tampan Li Poh-hoan tampak tawa pahit, dia
berkata:
"Apa gunanya bertarung denganmu? urusanku sudah
cukup banyak, dan kau adalah orang dengan jurus golok
yang paling menakutkan sepanjang pengalamanku, apa lagi
kau masih sangat muda." ,
"Masalah ini apa hubungannya dengan usia muda l atau
tua?"
"Tentu saja ada hubungannya, jurus golok dan tenaga
dalammu sekarang sudah hebat begini, di kemudian hari
pasti akan meningkat, kau mungkin menjadi ahli golok
besar yang tiada tandingnya di dunia persilatan, buat apa
aku membuat permusuhan dengan orang semacam kau?"
"Kau juga masih sangat muda, paling banter juga kau
hanya beberapa tahun lebih tua dariku, maka aku pun tidak
berani memandang remeh dirimu, semakin cepat kita
bertarung menentukan siapa yang lebih unggul semakin
bagus."
Dia sedikit pun tidak tergiur oleh kata-kata lawan, ini
kejadian yang sangat aneh.
Umumnya, kecuali ada permusuhan atau dendam
kesumat, kenapa harus bertarung menentukan
pemenangnya?
Li Poh-hoan mengerutkan alis, berpikir sejenak dan
berkata:
"Baik, kita segera bertarung menentukan siapa
pemenangnya juga bagus."
Bagaimana pun dia adalah seorang Pangcu, dan Thi-
pian-tan-pang menguasai perairan Han-sui, malah dua
tahun ini kekuasaannya sudah berkembang lagi, sampai
Huang-ho dan Tiang-kang ada sebagian dikuasai atau di
bawah pengaruhnya.
Maka dia tidak boleh tampak lemah. Tapi Hoyan Tiang-
souw malah mengeluarkan kata-kata yang sangat diluar
dugaannya, dia berkata:
"Tapi tidak sekarang aku sudah melihat kau berturut-
turut membunuh Cia San dan Hwan Tong-cing berdua, juga
mengalahkan Sui Bu-seng, ke tiga orang pesilat tinggi kelas
satu ini telah menguras kekuatanmu.
Kau sudah tidak mampu mengerahkan tenaga dalam di
saat tadi kau menusukan pedang kepadaku, jika kau tidak
mau mengakuinya, kau boleh mencoba jurus itu biar aku
melihatnya!"
Li Poh-hoan mengeluh dalam-dalam:
"Kau sungguh musuh yang sangat menakut-kan."
Tampang dia tidak seperti berpura-pura.
"Tapi aku masih tidak tahu asal-usul jurus pedangmu,
pengetahuanku sangat sedikit, sebenarnya kau ini dari
perguruan mana?"
Li Poh-hoan berkata:
"Aku pernah belajar jurus pedang dari empat perguruan
besar, tapi bertemu dengan pesilat tinggi kelas satu
semacam Sui Bu-seng, aku terpaksa meng-gunakan jurus
pedang keluargaku, maka boleh dibilang aku tidak ada
perguruan!"
Hoyan Tiang-souw tahu lawan tidak mau berterus
terang.
Sebenarnya dia adalah orang yang sangat pintar, hanya
saja sejak lahir mudah marah (Mengenai hal ini menurut
kabar ada hubungannya dengan disaat dia berusia lima
enam belas tahun, pernah makan seekor kalajengking darah
yang sangat jarang ditemui di dunia).
Dan wajah dia terlihat kasar pemberani, maka sering
orang salah menduga dia adalah seorang yang kaki dan
tangan kuat, tapi otaknya sederhana.
Sambil tertawa dingin dia berkata:
"Siapa yang paling ternama di keluargamu? Siapa yang
menciptakan jurus pedang itu dan mewaris-kan ke generasi
berikutnya?" ^
Li Poh-hoan berpikir sejenak lalu berkata:
"Kakekku, kudengar dulu dia adalah seorang pembunuh
bayaran yang paling ditakuti, paling lihay. Dia tidak punya
nama, semua orang memanggil dia Leng-hiat (Berdarah
dingin) Li Cap-pwee (Li ke
Delapan belas), jurus pedang yang dia wariskan sangat
hebat, aku pun berpikir demikian!"
Nama Leng-hiat Li Cap-pwee, Hoyan Tiang-souw tidak
pernah mendengarnya, sebab kejadian ini terjadi lima,
enam puluh tahun malah mungkin tujuh, delapan puluh
tahun yang lalu.
Di dunia persilatan generasi baru selamanya
menggantikan generasi lama.
Beberapa puluh tahun adalah waktu yang cukup
panjang.
Tapi dia tidak bisa tidak harus mengakui jurus pedang
yang diturunkan oleh Leng-hiat Li Cap-pwee sungguh
bagus sekali, apa lagi serangannya, itu adalah jurus pedang
sakti buat pembunuh bayaran.
Tidak ada variasi juga tidak ada gejala, tapi
kecepatannya laksana kilat.
"Aku merasa sangat menyesal." Li Poh-hoan berkata
lagi, "kelihatannya kita mungkin tidak bisa berteman!"
berkata demikian, tentu saja dia ada alasan dan jalan
pikiran lain.
Hoyan Tiang-souw pun punya jalan pikiran sendiri,
sambil mengangguk kepala berkata:
"Betul! Betul!" saat ini di dalam hati dia terbayang
dengan jelas satu wajah yang sangat cantik, dialah Cui
Lian-hoa.
"Maka setelah lewat hari ini, setiap saat, dimana saja aku
bisa mencarimu untuk bertarung, tentu saja kau juga boleh
melakukan hal yang sama, dan aku sudah mempersiapkan
dengan baik kau bisa muncul kapan saja."
o-o-o
Li Poh-hoan dengan baju putihnya yang berkibar-kibar
berjalan keluar dari Ho-ciu, wajahnya yang tampan tampak
sedikit warna gelisah.
Dia bukan mengkhawatirkan anak buahnya, karena para
anak buahnya yang telah dilumpuhkan oleh racun itu.
Pertama sebelumnya telah memakan obat penangkal
racun.
Kedua sudah mendapatkan pengobatan, selanjutnya dan
perlindungan, seharusnya tidak akan mengkhawatirkan.
Ketiga, para anak buah ini hanyalah orang orang kelas
tiga, para pembantu kelas satu dan kelas dua di dalam
perkumpulan semuanya tidak ada apa-apa.
Anak buahnya mula-mula masih keheranan kenapa tidak
membiarkan mereka mengawal Pangcu-nya, malah
membiarkan para pesilat kelas tiga yang bertanggungjawab?
Sekarang semua orang sudah mengerti, sebab
menghadapi ahli racun, siapa pun tidak akan yakin
sanggup, hanya bisa melawan dengan reaktif saja.
Misalnya minum obat anti racun terlebih dulu, tindakan
seperti ini walaupun bisa menghindar dari kematian, tapi
memerlukan waktu, dan setelahnya akan membuang waktu
untuk berobat.
Maka di samping Pangcu tidak ada orang yang bisa
ditugaskan.
Li Poh-hoan juga bukan risau karena telah membuat
janji pertarungan dengan Hoyan Tiang-souw, karena itu
pasti pertarungan ilmu silat murni yang terbuka dan adil,
walaupun sampai kalah dan mati, di* juga akan merasa
puas.
Yang dia khawatirkan adalah nona Cui yang berada di
luar kuil Han-san.
Gadis yang wajahnya secantik bunga, setiap orang akan
mencintainya, sebenarnya tidak harus ditakuti, tapi Li Poh-
hoan justru takut dia seorang diri.
Sebab Thi-pian-tan-pang yang berada di perairan Han-
sui, setelah beberapa tahun sukses mengembangkan
kekuasaan dan daerahnya, akhir akhir ini mendadak
mendapat gangguan.
Mendapat halangan adalah hal yang tidak bisa
dihindarkan dalam pengembangan daerah dan kekuasa an,
siapa yang rela memberikan daerah dan kekuasaannya pada
orang lain? Tapi halangan itu muncul bersamaan di
beberapa daerah.
Belum lama ini dia juga menerima peringatan rahasia,
supaya Thi-pian-tan-pang tunduk dan mene-rima perintah
dari pihak lawan, tidak boleh melawan.
Dengan demikian masalahnya jadi semakin ruwet dan
berbahaya, sulit diduga.
Li Poh-hoan tahu lawan menggunakan cara menaklukan
berbagai daerah untuk menundukan kekuatannya, dia juga
tahu lawan pasti mengerti orang seperti dia ini tidak mudah
ditaklukan.
Maka pasti ada cara lainnya lagi yang lebih lihay dan
menakutkan menunggu menghadapi dia.
Setelah dia berpikir lama, dia keluar dari markasnya
berusaha menyerang.
Dengan kata lain, dia ingin membalikan keadaan dari
reaksi menjadi aksi.
Tentu saja dia pun sudah menghabiskan tidak sedikit
uang, menggerakan entah berapa banyak mata mata,
berusaha mengumpulkan informasi lengkap.
Dalam hal ini, tidak bisa dikatakan dia telah berhasil
mendapat beberapa kesuksesan, karena dia sudah tahu di
seluruh dunia persilatan entah sudah berapa banyak
perkumpulan atau organisasi yang menyerah dan dikuasai.
Dia juga tahu organisasi rahasia ini diperintah bukan
oleh seorang laki-laki tapi seorang perempuan.
Seperti perkumpulan pembunuh bayaran Tong-hai-kong-
jin walaupun menyeramkan, tapi malah sedikit lebih
sederhana.
Sebenarnya perkumpulan ini bisa saja dikuasai oleh
siapapun, dan syarat untuk menguasainya cukup dengan
uang.
Tidak tahu apakah Lu-hujin kesayangan ketua
perkumpulan Tong-hai-kong-jin, Pui-suhu ada
hubungannya dengan organisasi misterius itu?
Nama Lu-hujin baru saja diketahui tadi, dan sebelum ini,
dia selalu waspada terhadap setiap wanita yang berilmu
tinggi dan jati dirinya tidak diketahui.
Nona Cui pun wanita semacam ini.
Tidak ada yang tahu dia datang dari mana, tiba-tiba saja
muncul dalam lingkaran yang dia perhatikan. j
Bisa juga dikatakan seperti ini, langkah pertama Li Poh-
hoan keluar adalah memimpin sendiri para pesilat tinggi di
perkumpulannya pergi ke Kang-lam, dan dia kebetulan
muncul dalam perjalanan ini.
Sebenarnya di sepanjang perjalanan Li Poh-hoan, wanita
yang ditemuinya bukan hanya dia seorang.
Tapi karena dia mendapatkan informasi yang sangat
dipercaya menunjukan, wanita penguasa dalam organisasi
misterius itu ada di Kang-lam, karena dia baru saja
menaklukan Jit-teng-hwee (Perkumpulan tujuh lampu) di
Ho-hui.
Itu hanyalah organisasi sederhana yang hanya terdiri dari
tujuh orang, ke tujuh orang ini adalah pesilat tinggi yang
amat lihay, tapi ambisinya tidak terlalu besar,
kekuasaannya paling banter hanya sampai Bu-ouw (danau
Bu) saja.
Ketika Li Poh-hoan sedang memperluas kekuasaannya,
pernah berhubungan dengan mereka, mereka sedikit pun
tidak mau mengalah, maka Li Poh-hoan diam-diam
mengutus orang untuk mengawasi Jit-teng-hwee.
Ingin mengawasi para pesilat tinggi seperti ini tentu saja
tidak mudah, juga tidak mungkin mengutus puluhan pesilat
tinggi yang setara dengan mereka untuk mengawasinya.
Dengan kata lain, cara pengawasannya menggunakan
cara lain.
Yang diperlukan oleh penanggung jawabnya bukan
hanya ilmu silat saja, otak dan caranya lebih penting,
misalnya menyuap orang-orang terdekat salah satu dari
tujuh orang Jit-teng-hwee ini dan lain-lainnya.
Buktinya sudah ada tiga keluarga di rumahnya yang
berhasil disuap, makanya pergerakan Jit-teng-hwee, Li Poh-
hoan sedikit banyak bisa tahu.
Karena itulah, perihal mereka mendapatkan ancaman
dari luar tapi tidak mau menyerah, Li Poh-hoan juga sudah
tahu.
Keadaannya berkembang lagi, saat lima dari tujuh orang
penting Jit-teng-hwee dibunuh, maka Li Poh-hoan segera
datang ke Kang-lam.
Menceritakan nona Cui.
Li Poh-hoan bukanlah orang yang suka wanita, dan
walaupun kecantikannya Nona Cui bisa membuat orang
jadi mengila-gila, dia juga tidak mungkin bisa
membuntutinya dari Bu-ouw sampai Soh-ciu.
Sebab utamanya bukan nona Cui, tapi nyonya cantik
setengah baya itu, dua orang pelayan cantik, malah nona
Cui juga memanggil dia To Sam-nio.
To Sam-nio pernah muncul di Ho-hui, malah telah
membunuh seorang anak buah Li Poh-hoan.
Ilmu silat anak buahnya cukup lumayan, sengaja diutus
oleh penanggung jawab Ho-hui malam-malam mendatangi
kamarnya To Sam-nio, dan sengaja bentrok dia, supaya bisa
mengetahui kekuatan dia.
Kekuatan To Sam-nio yang sudah dicoba, ternyata ilmu
silatnya sangat tinggi, kehebatannya bisa menandingi siapa
saja dari tujuh orang terpenting Jit-teng-hwee.
Li Poh-hoan segera memutuskan rencananya.
Mulai dari Bu-ouw dia secara terbuka membuntuti
rombongan nona Cui, dan seluruh pembunuh bayaran
sudah mengetahui dia telah mengatur sebuah rencana,,
berharap memancing musuh besarnya ke Ho-ciu untuk
bertarung.
Bagaimana dan kenapa rencananya bisa bocor, Li Poh-
hoan tidak menyelidikinya.
Jika kebocorannya sampai terputus, suatu saat jika dia
ingin sengaja membocorkan rahasia tentu tidak bisa lagi.
Tidak terhitung banyaknya siasat licik yang ada di dunia
persilatan untuk memenangkan pertarungan, dan orang
yang berambisi ingin menguasai dunia sangat besar,
kepintaran dan caranya tentu saja sangat ruwet dan aneh.
©®®
Di atas jembatan kuno di luar kuil Han-san. Angin
musim semi meniup dengan lembut.
Pohon-pohon Hong dan Liu yang terjuntai ke bawah,
hijau lembut seperti sajak seperti lukisan.
Li Poh-hoan menyandar ke pagar batu di sisi jembatan,
dari jauh melihat ke arah gerbang kuil Han-san.
Untuk apa nona Cui dan To Sam-nio datang ke kuil
Han-san?
Apakah mereka sedang melakukan gerakan besar yang
bisa menggemparkan dunia, membuat sejarah di dunia
persilatan, atau ingin melancong menikmati keadaan
tempat itu, datang ke kuil kuno yang ternama ini membakar
hio sembahyang? atau apakah mereka kenal dengan ketua
kuil Han-san, Ji-hong hweesio itu?
Tidak mengherankan jika mereka kenal, masalahnya
adalah apakah Ji-hong hweesio kenal mereka tidak?
Sejauh apa hubungan mereka?
Li Poh-hoan pasti tidak lupa Hoyan Tiang-souw dengan
hanya satu gerakan golok bisa mendesak mundur Ciat-hu
Sui Bu-seng. Jurus goloknya sungguh hebat, sulit
dilukiskan.
Persis laksana gempa dahsyat di dalam tiupan angin
lembut musim semi, sebaliknya juga bisa dikatakan di
dalam hawa membunuh yang amat sadis, bergelombang
satu aura kasih sayang yang tidak terbatas.
Maka keganasannya serangan Ciat-hu Sui Bu-seng jadi
terdesak, malah tidak ada jalan lain selain segera mundur ke
belakang.
Selain itu, Li Poh-hoan yang ingin maju membantu juga
tidak bisa memikirkan bagaimana cara membantunya.
Sebenarnya bukan hanya Li Poh-hoan saja yang merasa
hormat dan keheranan pada Ji-hong hweesio, Hoyan Tiang-
souw pun sama merasakannya.
Sorot mata Li Poh-hoan sementara meninggal-kan
gerbang kuil Han-san, beralih ke jembatan kuno di
seberangnya.
Benar saja, selain Hoyan Tiang-souw siapa lagi yang
langkahnya mantap dan auranya tegap?
Mo-to Hoyan Tiang-souw masih dikepit di dalam
keteknya, dengan langkah tegap naik ke atas jembatan,
sampai berjarak kurang lebih tujuh langkah dari Li Poh-
hoan baru berhenti.
Sepasang matanya yang besar di bawah alis tebalnya
berkilat-kilat, kedua orang itu saling pandang sejenak. 'i
Dengan suaranya yang menggelegar Hoyan Tiang-souw
berkata:
"Kenapa kau berdiri disini lagi?"
Li Poh-hoan tidak menjawab juga tidak membantah,
sambil tertawa pahit berkata:
"Kau sendiri tahu, sudah cukup!"
Hoyan Tiang-souw mengerutkan alis tebalnya dan
berkata:
"Kau bukan seorang pembohong, aku terpaksa percaya
padamu."
"Untuk membalas kepercayaanmu padaku, aku
beritahukan satu kabar, perihal kau telah membunuh tuan
muda Kie Hong-in dari Hong-lai sudah menyebar di dunia
persilatan, keluarga Kie akan mengetahuinya dalam satu
dua hari ini."
"Apa kau mengkhawatirkan aku?" "Tidak peduli apa
pikiranmu, ada satu kata yang tetap akan kuberitahukan
padamu." Li Poh-hoan mengibaskan lengan bajunya yang
seputih salju itu, baju ditubuhnya tampaknya semakin putih
bersih, "Di keluarga Kie ada tiga orang pesilat tinggi,
diantaranya hanya nama Kie Ting-hoan yang diketahui
oleh orang luar, menurut yang aku tahu mereka punya
pesilat tinggi yang telah benar-benar terlatih."
"Nama tidak penting, aku sudah banyak membunuh
pesilat tinggi yang tidak tahu namanya."
Kata-kata ini sangat takabur sekali, suaranya juga
nyaring, beberapa laki-laki di atas jembatan dan di darat
juga mendengarnya.
Seorang laki-laki besar berbaju hijau mendadak
melangkah naik ke atas jembatan batu. Langkah dan
sikapnya sangat tegap dan pemberani.
Dia berjalan di belakang tubuh Li Poh-hoan, karena
kata-katanya Hoyan Tiang-souw dia menghentikan
langkahnya.
Kata Li Poh-hoan:
"Tan Lo-hen, rupanya kau tidak bisa menahan diri?
Maukah kau mendengar nasihatku"
Saat dia bicara, tidak memalingkan kepalanya
kebelakang, tapi bisa menyebutkan nama orang yang
datang ini, tampak ini salah satu kelebihannya dari pada
orang lain.
Sebenarnya kehebatannya tidak hanya sampai disini.
Laki-laki besar berbaju hijau berkulit hitam itu
menghentikan langkahnya dan berkata:
"Bagaimana kau bisa tahu yang naik ke atas jembatan
adalah aku? Apakah ada orang yang memberi tahu
padamu?"
Li Poh-hoan berkata tawar:
"Selain pesilat tinggi ilmu golok, siapa lagi yang bisa
sekali melihat Hoyan Tiang-souw langsung tidak tahan dan
menampilkan diri? Walaupun selama ini kau belum pernah
memperagakan keahlian golokmu yang sebenarnya, tapi
aku tetap bisa melihat kau adalah pesilat tinggi kelas saru.
Aku selalu ingin menyelidiki kenapa orang pandai
sepertimu, malah sengaja mau merendahkan diri berada di
barisan kelas dua di perkumpulan, aku masih belum
berhasil menyelidikinya, tapi sekarang kelihatannya sudah
tidak pentinglagi!"
Sambil menekan pegangan golok dan dengan suara
dalam TanLo-hen berkata: \
"Li-pangcu, kau boleh mencurigai aku, tapi tidak perlu
berpikir ke arah yang jelek, aku sama sekali tidak berniat
buruk padamu. Ini hanya alasan pribadi sehingga tinggal di
Siang-yang."
"Kalau aku tidak berpikir baik, kau sudah mati sejak
dulu, mungkin kau percaya aku mampu melakukannya."
Kata Li Poh-hoan tawar.
"Aku percaya," angguk Tan Lo-hen setelah berpikir
sejenak.
"Tapi aku sudah ada janji pertarungan dengan Hoyan
Tiang-souw, kau adalah orang dari Thi-pian-tan-pang, jika
kau melakukan ini, pikiran apa yang akan dipikirkan dia?"
Tan Lo-hen membandel dan berkata: "Apa yang
dipikirkannya aku tidak peduli, dengan susah payah aku
menemukan seorang yang benar-benar pantas menjadi
lawanku, maka walaupun akan membuatmu marah, tetap
akan kulakukan!"
Hoyan Tiang-souw tidak marah juga tidak tertawa, sorot
matanya melihat ke arah kuil Han-san.
Dalam hatinya muncul bayangan Cui Lian-hoa. Sedang
apa dia? Sedang berdiskusi dengan Ji-hong hweesio? Lalu
siapa Ji-hong hweesio itu?
Sebenarnya dia bukan tidak memperhatikan Tan Lo-hen,
tapi karena telah banyak mengalami hal ini, maka menjadi
biasa.
Orang-orang dunia persilatan selalu begitu.
Orang yang semakin percaya diri, saat bertemu dengan
lawan tangguh semakin ingin mencobanya tidak boleh
tidak.
Li Poh-hoan tertawa pahit dan sedikit menghela nafas,
bergumam
"Semoga Hoyan Tiang-souw jangan salah paham
padaku!"
Dia melangkah mundur ke belakang dan Tan Lo-hen
melangkah maju ke depan.
Maka sekarangTan Lo-hen berhadapan dengan Hoyan
Tiang-souw.
Tan Lo-hen berkata:
"Aku berada di jembatan sana, tapi sudah merasakan
hawa golokmu yang amat kuat, maka aku tidak bisa
menahan diri ingin bertanding golok dengan mu"
Hoyan Tiang-souw berkata:
"Beberapa orang juga sering berkata demikian, tapi
bertanding sering ada yang terluka atau mati, diantara kita
tidak ada permusuhan atau dendam, buat apa bertanding?"
Di dalam mata Tan Lo-hen menyorot sinar ganas yang
membara:
"Kalau kau takut, bersujudlah tiga kali di depan umum
padaku, jika tidak takut, gunakanlah golokmu."
Di ujung kedua alis tebal Hoyan Tiang-souw menyorot
amarah yang seperti bisa dilihat dan diraba.
Ini adalah ciri tunggal Hoyan Tiang-souw yang berbeda
dengan orang di seluruh dunia. Walaupun Pek-mo-ci-to
sebilah golok pusaka di dunia, tapi tidak bisa dianggap
cirinya. Karena Mo-to bisa saja pindah tangan kepada
orang lain, dan setiap orang bisa mengepitnya di bawah
ketek.
Hanya amarah yang berbentuk dan berisi ini, tidak ada
orang kedua yang memilikinya.
Mo-to bergulir ke telapak tangannya. Begitu dia marah
maka dia akan menyerang, mengenai mencabuf keluar atau
tidak Mo-tonya, itu tidak ada syarat tertentu. Jika lawannya
terlalu lemah, tidak perlu mengeluarkan golok, maka dia
menggunakan tinju telapak tangan atau kaki, juga sama bisa
merobohkan lawan.
%%%
BAB 6
Tan Lo-hen menggerakan tangan, sebilah golok panjang
yang sangat tajam, seperti sulap sudah berada di tangannya.
Hawa golok yang amat dingin dari kejauhan mengikuti
arah ujung golok menutup Hoyan Tiang-souw.
Dengan melihat gerakan mencabut golok saja, semua
orang sudah tahu ilmu goloknya sudah sampai ke tingkat
paling top.
Hati beberapa orang jadi mengerut karenanya, mereka
semua adalah anggota dari Thi-pian-tan-pang.
Karena Tan Lo-hen adalah kelompok mereka, dan sudah
bersama-sama selama beberapa tahun, dan manusia punya
perasaan.
Maka di dalam hati mereka memihak pada Tan Lo-hen,
dan mengkhawatirkannya. Dengan kata-kata yang lebih
tepat adalah setelah semua orang melihat gerakan golok
Tan Lo-hen yang luar biasa, seperti seorang yang ternama,
mereka malah jadi meng-khawatirkan dia, karena jelas jika
dua macan bertarung pasti ada satu yang terluka.
Jika salah satunya bukan macan tapi kelinci, mungkin
paling banter bokongnya ditendang orang dan masalahnya
selesai.
Golok panjang Tan Lo-hen satu mili pun tidak bergerak.
Tapi hawa golok yang tidak ada wujudnya, berubah
menjadi angin golok.
Baju Hoyan Tiang-souw memang sedikit berkibat-kibar,
dia merasa tampaknya lawan ingin menggunakan angin
golok yang dingin dan tajam itu, untuk mengangkat amarah
dia.
"Sreeng," Pek-mo-ci-to keluar tiga inci.
Sinar goloknya berkelebat.
Ibarat kau mencuri pandang pada matahari melalui celah
jari, tetap saja tidak bisa membuka mata karena silaunya,
maka terhadap golok Hoyan Tiang-souw semua orang bisa
melihat tapi tidak bisa menatap nya.
Mata Tan Lo-hen pun tidak tahan, dia sedikit
memejamkan mata, hingga angin goloknya jadi melemah.
Tapi dia masih tetap tegar, sedikit pun tidak takut.
Hati Hoyan Tiang-souw tergerak, amarahnya kembali
berkurang hampir setengahnya.
Tentu saja karena Mo-tonya pun memiliki satu tenaga
gaib, bisa membuat penjahat ketakutan.
Jika bukan seorang penjahat, pembawa Mo-to hanyalah
lebih tajam dari pada golok yang paling bagus dan paling
tajam.
Orang ini tidak ada sikap ketakutannya.
Jadi dia bukanlah orang yang jahat dan licik.
Itulah sebabnya, kenapa amarahnya Hoyan Tiang-souw
berkurang.
Tapi dia tetap siap bertarung terus, karena dia sudah
cukup banyak pengalaman, tahu benar sifat orang semacam
ini, tahu Tan Lo-hen pasti tidak akan mau mundur sedikit
pun.
Hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan orang
baik atau orang jahat.
Tan Lo-hen bukan saja tidak mau mundur, malah sudah
menyerang duluan.
Dia meloncat ke atas, tubuhnya yang tegar ringan dan
lincah laksana garuda.
Terbang ke atas sampai setinggi tiga tombak, dari atas
udara dengan dahsyat menyerang ke bawah.
Loncatan dia sedikit pun tidak ada variasi, sehingga
setiap orang bisa melihat dengan jelas.
Tapi serangan golok dia secepat kilat menyabet ke kiri
membacok ke kanan, dan perubahan tidak menentu,
membuat mata orang sulit menerka arahnya.
Ketika mau turun, golok panjang dia telah disebetkan
sebanyak tiga belas kali.
Hoyan Tiang-souw mundur ke belakang dua langkah,
(hal ini sangat diluar dugaan orang, karena melihat amarah
dia seperti macam orang yang mati pun tidak mau mundur)
Tapi dua langkah mundurnya, membuat orang menjadi
kagum. Sebab setiap bacokan Tan Lo-hen hanya meleset
kurang satu dua inci saja, tiga belas bacokan golok laksana
angin ribut bergulung lewat, karena itulah Hoyan Tiang-
souw mundur dua langkah.
Jika membiarkan Tan Lo-hen melanjutkan serangannya,
tentu Hoyan Tiang-souw harus mundur lagi kebelakang.
Tan Lo-hen juga tidak berniat menghentikan
serangannya, jurus golok dia juga tidak hanya tiga belas
jurus golok ini saja.
Tapi karena Mo-to Hoyan Tiang-souw sudah keluar dari
sarungnya, di dalam kilatan sinar terang terselip dua sinar
yang berbentuk tetes air mata.
Sabetan goloknya, hanya Tan Lo-hen yang merasakan
Mo-to itu memang ada tenaga gaibnya.
Maka jika dia tetap mau menyerang, Mo-to itu seperti
telah menjelma entah jadi berapa banyaknya, menunggu dia
masuk untuk di bunuh.
Jika demikian, asalkan tidak menyerang atau tidak maju
bukankah akan aman?
Disinilah gaibnya, jika tidak maju menyerang, maka Mo-
to itu bisa maju dan menyerang sekali.
Dan juga bisa membuat Tan Lo-hen merasa di tubuhnya
seperti ada sepuluh celah lebih yang bisa diserang.
Menyerang tidak bisa, bertahan juga tidak mampu. Tan
Lo-hen terpaksa berteriak sekali, lalu mundur ke belakang
tiga langkah besar.
Hoyan Tiang-souw berdiri tegak laksana gunung, Mo-to
sudah masuk lagi ke dalam sanmgnya, dia tidak
melanjutkan serangannya, melihat tampang-nya terlihat dia
tidak perlu bertarung lagi.
Tan Lo-hen jadi naik pitam, berdasarkan apa
kemenangan bisa di tentukan dalam satu jurus saja?
Walaupun benar kemenangan sudah ditentu-kan, itupun
tidak perlu membusungkan dada, mata melotot
menampilkan tampang galak!
Dia tertawa saking marahnya, lalu "Huut!" meloncat ke
atas delapan kaki.
Golok panjangnya dibacokan, secepat kilat seganas
macan.
Sebenarnya dia telah salah paham pada Hoyan Tiang-
souw. Seumur hidup tampang Hoyan Tiang-souw memang
begitu, membusungkan dada, mata melotot marah,
tampang yang galak, tampang dia selain tampang ini tidak
ada tampang lain lagi.
Tan Lo-hen menyerang seperti gila, bacokannya
sambung menyambung. Kakinya belum menyentuh tanah,
dia sudah membacokan goloknya sebanyak lebih dari lima
belas kali bacokan.
Setiap bacokannya melewati ujung hidung, mata atau
tenggorokan, titik kematiannya Hoyan Tiang-souw, setiap
bacokan hanya kurang satu dua inci saja dari sasarannya..
Hoyan Tiang-souw terus mundur ke belakang, setelah
lima belas bacokan golok dia sudah mundur tiga langkah,
tapi cara mundurnya pun lebih gagah lebih anggun
dibandingkan orang lain.
Sama sekali tidak terlihat mundur dengan pontang
panting?
Akhirnya amarahnya yang sudah ditahan, kembali
menyembur keluar dari kedua ujung alis tebalnya.
Ada sebagian orang memang menggemaskan dan
membuat orang marah.
Jelas-jelas tidak ada permusuhan dan dendam kesumat,
buat apa harus bertarung mengadu nyawa?
Bicara mengenai ilmu silat, apakah jurus golokmu sangat
bagus, lalu tidak mengizinkan orang lain memiliki jurus
golok bagus? Aturan dari mana ini?
Sekali dia naik darah, Mo-to kembali keluar dari
sarungnya, sinar golok laksana kilat muncul di kegelapan
malam, membuat mata yang penonton jadi berkunang-
kunang.
Tapi mata Tan Lo-hen tidak berkunang-kunang,
serangan golok Hoyan Tiang-souw yang terdahulu,
walaupun hanya ada dua titik sinar berbentuk air mata, tapi
tidak menjadi perhatian Tan Lo-hen.
Sekarang mau tak mau dia bukan saja memperhatikan
malah bertambah terkejut sekali, karena dia telah melihat
dua titik sinar yang mencolok mata, yang berbentuk air
mata itu muncul di dalam sinar golok itu!
Apa artinya dua tetes air mata ini, dia tidak tahu, dia
tidak sempat memikirkannya, satu-satunya yang bisa dia
lakukan adalah sekuat tenaga membacok-an goloknya tujuh
kali berturut-turut, bukan dibacokan pada musuh, hanya
untuk membuat tabir di depan Mo-to itu.
Dia berharap tabir goloknya bisa menahan Mo-to supaya
tidak mengenai tubuhnya, inilah satu-satunya yang bisa dia
harapkan.
Siapa pun orangnya pasti mengakui tabir golok yang
dibuat Tan Lo-hen sangat kerap sekali, malah bisa dibilang
satu tetes air pun tidak akan bisa menembus.
Tapi Mo-to tetap saja bisa menembus tabir golok itu,
sedikit pun tidak terhalang.
Sepertinya tabir golok itu ada satu celah yang sangat
besar.
Mo-tonya Hoyan Tiang-souw tiba-tiba bergerak miring
ke samping setengah kaki.
Tan Lo-hen berteriak keras, lengan kirinya terbang
sejauh tujuh atau delapan kaki, darah segera mengucur.
Jika golok Hoyan Tiang-souw tidak bergerak miring
sedikit, yang terbang keluar itu bukan lengan^ kirinya tapi
kepalanya.
Tan Lo-hen mengangkat golok panjangnya tegak ke
langit, posisinya masih sangat menantang.
Jika jurus dia ini adalah serangan terakhir yang
mengerahkan seluruh sisa tenaganya, walaupun dia sendiri
hancur lebur tapi harus berhasil, kedahsyat-annya tentu saja
bisa menggetarkan bumi dan langit.
Tapi masalahnya, dalam hati Tan Lo-hen tidak didukung
oleh dendam kesumat yang amat sangat.
Walaupun ada dendam kesumat seperti ini, apakah
pikiran dia bisa atau tidak mencapai taraf ini, itu juga
menjadi pertanyaan.
Di dunia ini ada banyak hal yang bisa dilaku-kan oleh
orang yang memang memiliki cinta atau benci yang amat
sangat.
Tapi jika hal itu melebihi kapasitas kemampuan nya, dan
terlalu banyak lebihnya, saat itu walaupun cinta atau benci
yang amat sangat pun tidak bisa dilakukannya!
Tan Lo-hen sadar dia harus bisa melakukan serangan
golok yang amat dahsyat itu, baru bisa mem-balikan
kekalahannya menjadi kemenangan. Tapi serangan golok
sedahsyat ini hanya mudah diucapkan saja?
Diam-diam dia menghela nafas, dalam hatinya sama
sekali tidak ada dendam.
Kemampuan sendiri kalah oleh lawan, malah lawan
mengampuni dan tidak membunuh dia, lalu apa lagi yang
harus disesalkan?
Li Poh-hoan meloncat dua tombak lebih turun di sisinya,
saat kakinya baru saja menginjak tanah, dia segera
menggerakan tangannya menotok delapan jalan darah di
sekeliling lengannya yang terputus, darah segar segera
berhenti mengalir.
Tampang Hoyan Tiang-souw masih terlihat galak,
matanya melotot, dada dibusungkan.
Dia tidak menghalangi Li Poh-hoan menolong, juga
tidak bicara.
Dia tidak bicara tapi Li Poh-hoan sudah bicara:
"Tan Lo-hen, kau adalah pesilat tinggi dalam bidang
ilmu golok, yang belajar Tay-hong-ciam (Memotong angin
besar) dari See-cui (perbatasan barat) yang tiada duanya di
dunia. Tapi apakah kau tidak tahu jurus pertama Hoyan
Tiang-souw adalah jurus golok perguruan Budha yang tiada
bandingannya? Kenapa dia menggunakan jurus golok yang
bukan untuk membunuh?"
Tan Lo-hen keheranan:
"Jurus golok perguruan Budha yang tiada bandingannya?
Tapi jurus golok itu amat lihay, bukan jurus golok yang bisa
membunuh orang."
"Aku hanya mengatakan bukan untuk membunuh orang,
sebab kau tidak bisa menembus pertahanannya, dan tidak
bisa diam berdiri saja, sehingga kau terpaksa mundur ke
belakang."
Tan Lo-hen berusaha menahan kesakitan akibat luka di
lengannya, dengan nada keheranan dan curiga berkata:
"Memang aku mundur, tapi apa salahnya kalau
mundur?"
Jika dia bukan seorang pesilat tinggi yang sudah ^
berlatih tenaga dalam dan tenaga luar, luka parah atas putus
lengannya, mungkin sudah dari tadi pingsan dan roboh ke
tanah.
Kata Li Poh-hoan:
"Mendorong mundur dirimu, maksudnya mem beri kau
satu kesempatan mendinginkan kepala, dan
bersamaan waktu itu kau juga mendapatkan cara untuk
berdamai atau sekalian saja melarikan diri.
Tapi kesempatan ini tidak kau gunakan, itu bisa
diketahui walaupun jurus golokmu sangat tinggi, tapi
latihan hatinya kurang cukup."
Wajah Tan Lo-hen semakin pucat, katanya: "Terima
kasih atas nasihat Pangcu, hamba sekarang sudah
mengerti!"
Dia membalikan tubuh dan langsung pergi, tidak ada
orang yang menghalangi dia.
Hoyan Tiang-souw bertanya: "Tadi kau menyebut Tay-
hong-ciam dari See-cui, apakah yang ilmu goloknya sangat
ternama?" Li Poh-hoan menganggukan kepala: "Bukan saja
ternama, malah sangat ternama, beratus tahun di dunia
persilatan ada yang disebut tujuh golok besar ternama, Tay-
hong-ciam adalah salah satunya!"
"Tapi jika aku tidak tahu, maka itu jadi tidak ternama.
Aku pernah membunuh seorang yang dijuluki Swat-heng-
kin-leng (Es melintang di gunung Kin) Cin Hong, setelah
itu baru tahu dia adalah muridnya Ceng-kuncu Ku Jin-
houw, menurut kabar jurus golok mereka juga salah satu
dari tujuh golok besar ternama."
"Aku sudah tahu hal ini, jurus goloknya Ceng-kuncu Ku
Jin-houw di dunia disebut Ji-kian-ji-poan-su-hwan-to-hoat
(jurus golok dua licik dua khianat empat bagian), menurut
kabar, jika berhasil melatih Ta-kian-siau-kian-ta-poan-siau-
poan empat macam jurus golok ini, lalu bisa
menggabungkan dan menggunakannya, maka walaupun
pun terhadap seorang penjahat nomor satu dunia, ingin
memenggal kepalanya semudah mengambil benda di dalam
kantong!"
Pembicaraan ini sebenarnya menarik sekali, apa lagi
Hoyan Tiang-souw sebagai orang dunia persilatan, Mo-to
dia walaupun lihay, tapi pengalamannya masih kurang.
Maka seharusnya lebih menarik bagi dia.
Tapi manusia adalah mahluk yang paling ruwet.
Hoyan Tiang-souw bukan saja tidak melanjut-kan
pertanyaannya, malah mengepal tangannya dan berkata:
"Terima kasih atas pemberitahuannya, sampai jumpa
lagi."
Habis bicara dia pergi dengan langkah besar, setelah
melewati jembatan kuno, langsung masuk ke dalam kuil
Han-san.
XoXoX
Kamar tamunya cukup luas dan bersih, ranjang sprei dan
yang lainnya pun sangat bersih.
Orang yang sedang mengembara tentu saja tidak bisa
terlalu pilih-pilih.
Ada kamar semacam ini untuk menginap, mungkin
sedikit sekali orang yang merasa tidak puas.
Hari sudah mulai gelap, koridor di luar jendela^ dua
lentera telah dinyalakan, tapi di dalam kamar yang lebih
gelap, lampunya masih belum dinyalakan.
Di bawah jendela ada satu meja persegi, dan beberapa
kursi.
Cui Lian-hoa duduk menghadap ke jendela yang terbuka
lebar, memandang pekarangan kecil yang gelap.
Wajah dia tampak kesepian, tapi tidak ketakutan.
Walaupun dia duduk sendirian di kegelapan, tapi dia
tahu ada sepasang mata yang mengawasi dia di sebelah
kamarnya.
Jika bukan mata, maka pasti telinga yang sedang
mendengarkan gerakan dia.
Apa pun tidak dipikirnya di dalam hati dia, kadang
berkelebat kejadian masa lalu, dia juga cepat cepat berusaha
melupakannya.
Jika bicara lebih dalam lagi, kejadian besar ini seumur
hidupnya yang paling menyakitkan, juga paling
menyedihkan, paling dirindukan, juga berusaha tidak
dimunculkan di d alam hatinya.
Apa lagi kejadian lalu yang hanya sekelebat, atau
kerinduan yang tawar?
Mata dan telinga di sebelah kamar adalah milik wanita
berbaju hijau yang menjadi murid perguruan Can-bian-tok-
kiam dari Lam-kiang, sekarang penampil-an dia adalah
pelayannya 'tuan muda Cui' Lo-cia.
Sebenarnya dia bermarga Biauw namanya Cia-sa, di
namanya memang ada huruf Cia.
Nama ini walaupun aneh, tapi siapa yang tahu apakah
nama ini adalah terjemahan dari nama suku minoritas
Biauw?
Biauw Cia-sa duduk di dalam kegelapan, satu tangannya
mengusap mempermainkan kancing ikat pinggangnya.
Jika bajunya dibuka, maka akan tampak ikat pinggang
ini hitam pekat, kurang lebih sebesar ibu jari.
Inilah Tok-kiam (Pedang beracun) yang dimiliki oleh
setiap murid Can-bian-tok-kiam-bun dari Lam-kiang yang
namanya menggetarkan dunia.
Cui Lian-hoa tidak tahu sebenarnya apa yang diinginkan
Biauw Cia-sa, hanya tahu dia pasti ada gunanya bagi dia.
Lentera di koridor mengeluarkan sinar kuning gelap,
sedikit bergoyang-goyang ditiup angin musim gugur.
Dengan perasaan hati yang mentertawakan dirinya, dia
malah menghujat, di sudut bibirnya tampak tersenyum
pahit, diam memikirkan sesuatu.
Sekarang dia lebih merasakan kesepian di musim gugur
dan pembunuhan di musim gugur, lentera yang bergoyang-
goyang itu, menambah rasa kesepian yang amat sangat.
Tapi jika di sisinya duduk seorang teman akrab,
walaupun situasinya sama, berani dipastikan keadaan hati
pasti tidak akan sama.
Hay, kehidupan manusia ini semuanya kosong, juga
menghilang dalam sekejap mata.
Tapi mimpi ini......hay, mimpi ini kapan bisa bangun?
Akhirnya terdengar suaranya Biauw Cia-sa dari kamar
sebelah, dia berkata:
"Adik kembarmu Cui Lian-gwat, apakah kau tahu
dimana dia sekarang berada? Apa yang sedang dia lakukan,
kau tahu tidak?"
Oh langit, benar-benar mengorek lagi pikiran yang di
pendam di dalam hati.
Orang yang sebisanya dilupakan, kenapa justru diungkit?
"Apapun aku tidak tahu, juga tidak ingin tahu." Dia
menjawab dengan nada yang amat sedih.
Biauw Cia-sa tidak terlihat datang meng-hampiri, dari
sebelah berkata lagi:
"Aku juga tidak ingin tahu, jujur saja terhadap laki-laki
mana pun aku tidak ada gairah.
Tapi aku pernah melihat Pek-jiu-cian-kiam (Tangan
seratus pedang seribu) To Sam-nio, dia adalah pesilat tinggi
yang lebih tua dan kelasnya lebih tinggi satu kelas dariku,
tentu saja aku sangat berhati-hati memperhatikan dia. Kau
juga tentu bisa mengerti, To Sam-nio tidak ada di Lam-
kiang, ada urusan apa dia lari ke Kang-lam?"
Dalam hati Cui Lian-hoa tiba-tiba timbul bayangan
wajah Hoyan Tiang-souw yang muda yang pemberani yang
pemarah, juga sedikit mengandung rasa terkejut ketakutan
itu.
Hari itu dia buru-buru pergi (melarikan diri demi
menghindar dari dia), dimana dia sekarang?
Apakah dia tahu, walaupun aku adalah orang dari
keluarga Cui di Hoa-goat-lou, tapi telah kehilang-an ilmu
silat, sama sekali tidak mampu melawan Biauw Cia-sa?
Jika dia tahu, akankah dia meninggalkan aku.
Pikiran yang tidak ada gunanya ini datangnya tidak pada
waktu yang tepat.
Demi ini dia diam-diam tertawa pahit.
Sekarang sebenarnya dia bisa saja memikirkan adiknya.
Jika bajunya dibuka, maka akan tampak ikat pinggang
ini hitam pekat, kurang lebih sebesar ibu jari.
Inilah Tok-kiam (Pedang beracun) yang dimiliki oleh
setiap murid Can-bian-tok-kiam-bun dari Lam-kiang yang
namanya menggetarkan dunia.
Cui Lian-hoa tidak tahu sebenarnya apa yang diinginkan
Biauw Cia-sa, hanya tahu dia pasti ada gunanya bagi dia.
Lentera di koridor mengeluarkan sinar kuning gelap,
sedikit bergoyang-goyang ditiup angin musim gugur.
Dengan perasaan hati yang mentertawakan dirinya, dia
malah menghujat, di sudut bibirnya tampak tersenyum
pahit, diam memikirkan sesuatu.
Sekarang dia lebih merasakan kesepian di musim gugur
dan pembunuhan di musim gugur, lentera yang bergoyang-
goyang itu, menambah rasa kesepian yang amat sangat.
Tapi jika di sisinya duduk seorang teman akrab,
walaupun situasinya sama, berani dipastikan keadaan hati
pasti tidak akan sama.
Hay, kehidupan manusia ini semuanya kosong, juga
menghilang dalam sekejap mata.
Tapi mimpi ini......hay, mimpi ini kapan bisa bangun?
Akhirnya terdengar suaranya Biauw Cia-sa dari kamar
sebelah, dia berkata:
"Adik kembarmu Cui Lian-gwat, apakah kau tahu
dimana dia sekarang berada? Apa yang sedang dia lakukan,
kau tahu tidak?"
Oh langit, benar-benar mengorek lagi pikiran yang di
pendam di dalam hati.
Orang yang sebisanya dilupakan, kenapa justru diungkit?
"Apapun aku tidak tahu, juga tidak ingin tahu." Dia
menjawab dengan nada yang amat sedih.
Biauw Cia-sa tidak terlihat datang meng-hampiri, dari
sebelah berkata lagi:
"Aku juga tidak ingin tahu, jujur saja terhadap laki-laki
mana pun aku tidak ada gairah.
Tapi aku pernah melihat Pek-jiu-cian-kiam (Tangan
seratus pedang seribu) To Sam-nio, dia adalah pesilat tinggi
yang lebih tua dan kelasnya lebih tinggi satu kelas dariku,
tentu saja aku sangat berhati-hati memperhatikan dia. Kau
juga tentu bisa mengerti, To Sam-nio tidak ada di Lam-
kiang, ada urusan apa dia lari ke Kang-lam?"
Dalam hati Cui Lian-hoa tiba-tiba timbul bayangan
wajah Hoyan Tiang-souw yang muda yang pemberani yang
pemarah, juga sedikit mengandung rasa terkeju t ketakutan
itu.
Hari itu dia buru-buru pergi (melarikan diri demi
menghindar dari dia), dimana dia sekarang?
Apakah dia tahu, walaupun aku adalah orang dari
keluarga Cui di Hoa-goat-lou, tapi telah kehilang-an ilmu
silat, sama sekali tidak mampu melawan Biauw Cia-sa?
Jika dia tahu, akankah dia meninggalkan aku.
Pikiran yang tidak ada gunanya ini datangnya tidak pada
waktu yang tepat.
Demi ini dia diam-diam tertawa pahit.
Sekarang sebenarnya dia bisa saja memikirkan adiknya.
Adik kembarnya Cui Lian-gwat yang wajah dan
tubuhnya persis sama, malah pikirannya juga bisa saling
kontak.
A-Gwat (selama ini dia memanggil adiknya A-Gwat)
entah bagaimana bisa belajar ilmu sesat, sehingga
mendadak memutuskan kontak batin yang sudah ada sejak
mereka dilahirkan?
Tidak begitu saja, ilmu silatku juga semakin hari semakin
mundur, sehingga akhirnya hilang semua.
Dan sifat kami sejak lahir yang nakal suka jail, malah
kadang sedikit jahat, juga telah hilang semua.
Aku sadar sekarang ini aku seperti seekor anak kambing,
hatiku terasa lebih bersih dari pada bunga teratai, tapi
bagaimana dengan adik? Apakah dia juga sama dengan
aku?'
Cui Lian-hoa tidak berani memikirkan hal ini dalam
beberapa tahun ini.
Dia menyembunyikan diri di rumah petani yang berada
di bawah pagoda Liu-ho di sisi sungai Kian-tang, seperti
burung onta menyembunyikan kepalanya di dalam
tumpukan pasir, apa pun tidak berani dipikirkannya lagi.
Tapi sekarang dia dipaksa harus memikirkan-nya.
Karena Biauw Cia-sa telah menyebut Cui Lian-gwat, lalu
kenapa menyebut dia?
"Bagaimana aku bisa tahu? Orang yang namanya To
Sam-nio, bagaimana sedikit pun tidak ada bayangan,
walaupun dia datang ke Kang-lam untuk mencarimu, aku
tetap saja sama sekali tidak tahu apa apa?"
Suara Biauw Cia-sa di sebelah mengandung nada
beringas:
"Aku ingin sekali menghajarmu, sebab To Sam-nio yang
mengikuti Cui Lian-gwat, tampaknya sudah menjadi
pelayan dia, melihatmu aku jadi seperti melihat Cui Lian-
gwat, maka aku jadi ingin marah."
Kata-kata orang ini tampaknya kurang aturan. Tapi'
kepalan ada di depan mata, sedangkan pejabat pemerintah
ada di tempat jauh, kadang tidak ada aturan juga jadi ada
aturan.
Tentu saja Cui Lian-hoa tidak mau dipukul, maka buru-
buru dia berkata:
"Jika To Sam-nio benar-benar datang ke Tiong-goan
mencarimu, hal ini tidak mengherankan. Sebab kulihat kau
sudah menjadi pesilat tinggi Can-bian-tok-kiam, maka pasti
harus mengutus pesilat tinggi untuk menghadapi
pengkhianat ini, kenapa To Sam-nio jadi pelayannya
adikku? Apakah hubungan di antara mereka pun sama
seperti hubungan kami?"
"Tidak sama," Nada bicara Biauw Cia-sa sangat yakin,
lanjutnya, "Adikmu adalah majikannya To Sam-nio, dia
bisa memerintahkan To Sam-nio mengerjakan apa saja.
Menurut pandanganku, adikmu memiliki kekuatan gaib
yang sulit diduga, dia lebih menakutkan dari pada To Sam-
nio!"
Cui Lian-hoa menundukan kepalanya berpikir.
Lentera di kolidor yang bergoyang-goyang sudah tidak
membangkitkan kerinduannya, mimpi misterius juga sudah
menjauh dari dia!
Tentu saja bayangannya Hoyan Tiang-souw pun
menghilang!
Sebenarnya di dalam hati dia, bayangannya juga tidak
terlalu melekat.
"Sebenarnya apa maumu?" tanya Cui Lian-hoa.
"Aku bisa mencari akal mencari Cui Lian-gwat, kau
adalah kakaknya, dan dia adalah majikannya To Sam-nio,
masalahnya jadi lebih sederhana.
Aku akan membuat dia tahu, nyawamu dan
berhubungan dengan nyawaku, kukira di dalam hati dia,
nyawamu lebih penting dan lebih berharga dari pada
nyawaku, maka dia tidak akan segan memberi pesan pada
To Sam-nio."
"Tindakan begini mungkin tidak bisa men-jamin." Cui
Lian-hoa berkata dengan jujur.
Tapi dia juga tahu, Biauw Cia-sa pasti tidak percaya,
maka dia berkata lagi:
"Kemana kita pergi mencari mereka?"
"Bukan kita, tapi aku sendiri." Kata-kata Biauw Cia-sa
kedengaran dingin sekali, "jika aku tidak bisa hidup, kau
juga sama, walaupun kita tidak bersama sama, tapi aku bisa
menjamin akan hal ini."
((( dw )))
Li Poh-hoan masih bersandar di pagar jembat-an, baju
putihnya berkibar-kibar ditiup angin musim gugur.
Ambisi ingin menguasai dunia di dalam sorot matanya
semakin memudar.
Akhirnya dia menarik nafas panjang sekali, lalu
melangkah menuju kuil Han-san.
Sampai di depan jembatan, ada tujuh delapan belas
orang di sana mengawasi dia dengan sorot matanya. Tujuh
delapan belas orang itu tersebar dimana-mana, bukan di
satu tempat.
Sorot mata Li Poh-hoan berhenti di atas seorang pemuda
yang berbaju sastrawan, lalu beralih kepada seorang laki-
laki besar yang bertubuh tegap yang keningnya lebar
hidungnya pesek.
Setelah dia menganggukan kepalanya sedikit, dua orang
itu segera lari menghampiri.
Mereka masih sangat muda, kira-kira berusia dua puluh
tiga empat tahun.
Kelihatannya Li Poh-hoan lebih tua tiga empat tahun
dari mereka.
Yang memakai baju sastrawan adalah Oey Go-siang,
sedangkan laki-laki besar hidung pesek di panggil Pek Ie-
seng.
Mereka adalah murid atau anaknya anggota lama Thi-
pian-tan-pang, setelah dasar ilmu silatnya cukup bagus di
usia enam tujuh belas tahun, maka dipilih keluar
mengembara dan mencari pengalaman, supaya bisa lebih
maju lagi.
Ini adalah salah satu cara Thi-pian-tan-pang membina
orang berbakat selama ratusan tahun.
Murid yang terpilih diijinkan keluar mengem-bara dan
memperdalam ilmu, setelah beberapa tahun ketika kembali
lagi pasti sudah menjadi seorang pesilat tinggi kelas satu.
Oey Go-siang dan Pek Ie-seng mengikuti Li Poh-hoan
dari belakang, melangkah masuk ke dalam kuil kuno Han-
san.
Sepatah kata pun mereka tidak bertanya, atau bersuara,
tapi di dalam hati mereka tahu, kepergian ini sangat penting
sekali.
Tangan kanan Oey Go-siang mencabut kipas lipat
bertulang baja sepanjang satu setengah kaki yang diselipkan
di punggungnya, dengan pelan dipukul-pukulkanke telapak
tangan kiri.
Pek Ie-seng juga tidak tahan mengusap-usap tameng besi
seberat empat puluh sembilan kati yang disimpan di dalam
kantong kain.
Li Poh-hoan melangkah melewati palang pintu gerbang
kuil kuno, setelah berhenti sejenak, dengan pelan berkata:
"Jangan menunjukan sikap seperti siap bertarung, belum
tentu kita akan bertarung."
Oey Go-siang dan Pek Ie-seng bersama-sama menjawab
dengan pelan:
"Ya!"
Maka mereka meredam hawa membunuhnya,
menganggap dirinya sedang melancong dan datang untuk
sembahyang.
Di dalam kuil Han-san ada pohon Hong yang sering
dilihat di luar, tumbuhnya sangat subur dan enak dilihat.
Ruang Lo-han di kedua sisi kiri dan kanan terlihat sepi dan
tidak ada orang.
Melihat ke dalam dari jalan batu, di ruangan besar
tampak tenang dan damai, rupanya juga tidak banyak
orang. ,
Maka Li Poh-hoan dengan santai berjalan ke pekarangan
sebelah kanan, melewati pintu bundar, belum lagi
menikmati kebun yang sangat indah, terlihat di dalam satu
ruangan di sebelah kanan lagi ada banyak orang.
Yang pertama muncul adalah Hoyan Tiang-souw.
Dia sedikit pun tidak memalingkan kepala, dengan
langkah besar keluar dari ruangan, segera sudah berada di
depan Li Poh-hoan.
Sepasang mata besarnya yang berkilat-kilat itu menatap
Li Poh-hoan, seperti sedang melihat mahluk aneh.
Sambil tersenyum Li Poh-hoan berkata: "Ada apa
dengan diriku, apakah mendadak berubah menjadi sangat
buruk dan aneh? Atau berubah menjadi sangat tampan?"
Hoyan Tiang-souw menggelengkan kepala: "Dia tidak
mempedulikan aku, seperti orang asing yang tidak pernah
bertemu."
Orang ini biasanya bersuara seperti geledek, tapi karena
volume suaranya diatur, maka suara dia jadi terdengar
pelan juga tidak mengherankan.
Yang aneh adalah buat apa dia berbicara pelan? Hoyan
Tiang-souw berkata lagi: "Dia sudah berubah, dia bukan
yang dulu lagi, kita masih ada satu pertarungan, maka aku
peringatkan padamu, lebih baik kau jangan berpikiran aneh-
aneh pada nona Cui."
Senyum Li Poh-hoan sekarang berubah menjadi senyum
santai, dia balik bertanya:
"Jika kau bertemu dengan gadis yang sangat cocok,
apakah kau mau melewatkannya begitu saja?"
Hoyan Tiang-souw tertegun sejenak, berkata:
"Aku sudah melewatkannya!"
Li Poh-hoan mengangkat angkat bahu:
"Setiap orang berhak menentukan keinginan dirinya,
silahkan!"
Hoyan Tiang-souw berjalan keluar, tanpa melihat
kebelakanglagi.
O O O
Tidak sedikit orang dalam ruangan yang luas ini, selain
Ji-hong hweesio yang sedang duduk bersila di atas kursi
sembahyang di sudut tembok, masih ada lima orang biasa
yang memakai baju hweesio, semua nya laki-laki.
Tapi jumlah wanitanya juga tidak sedikit.
Nona Cui, To Sam-nio dan dua orang pelayan mereka
saja sudah empat orang.
Mereka berempat dan lima orang laki-laki berbaju
hweesio semua duduk bersila di atas bantal duduk, mereka
terbagi dua baris menghadap Ji-hong hweesio, seperti
sedang mendengarkan penjelasan Ji-hong hweesio tentang
ajaran Budha.
Tapi Ji-hong hweesio bukan saja tidak bersuara, malah
tubuhnya sedikit menyandar ke belakang.
Hanya orang yang ketakutan, tanpa sadar posisi
duduknya seperti ini.
Sebenarnya apa yang ditakutkan oleh Ji-hong hweesio?
Bukan saja Ji-hong hweesio ketakutan, sampai lima
orang umat yang berbaris di depan, empat orang wanita itu,
posisi duduknya juga tampak kaku dan tidak normal.
Siapa pun yang melihat, tahu semua ini di sebabkan oleh
'ketakutan'.
Di pintu ruangan muncul bayangan putih tinggi
semampai, di pinggangnya ada sebilah pedang.
Orang ini wajahnya tampan sekali, matanya berkilat-
kilat, menyapu sekali pada semua orang. Termasuk kepada
Ji-hong hweesio.
Saat sorot matanya menyapu Ji-hong hweesio, hatinya
jadi tergerak.
Dia melihat hweesio itu mendadak mengangkat
tangannya memberi salam tanpa berkata, saat lengan-nya
diturunkan ke bawah, bahu sikut dan pergelangan
tangannya bergoyang-goyang.
Orang berbaju putih ini adalah Li Poh-hoan.
Di dalam hati dia seperti sadar akan sesuatu, tapi dia
sendiri tidak mengerti.
Maka setelah dia berpikir sebentar baru dia melangkah
masuk ke dalam ruangan dan dengan keras berkata:
"Aku Li Poh-hoan dari Siang-yang, mohon maaf telah
mengganggu ketenangan Lo-hweesio."
Ji-hong hweesio seperti terpaksa menaikkan
semangatnya, berkata:
"Li Poh-hoan Sicu? Bagus juga Sicu datang kemari,
bagaimana pun ketenanganku sudah terbiasa diganggu,
lebih satu orang juga tidak apa-apa!"
Suara Li Poh-hoan bulat dan merdu, berkata: "Tidak
hanya aku, masih ada dua orangku, yang satu adalah Oey
Go-siang, yang satunya lagi Pek Ie-seng."
"Nama mereka bagus-bagus, Oey Go-siang begitu
terdengar pasti seorang yang tegar, tidak mudah menyerah.
Dan Pek Ie-seng seorang yang membenci kejahatan dan
kebiasaan buruk, tapi satu orang dengan tiga orang sama
saja, silahkan kalian masuk dan duduk."
Dengan bersuara keras Li Poh-hoan berkata:
"Yang aku cari adalah nona Cui, aku sudah mengikuti
dia sejak dari Ho-hui sampai kemari."
Nona Cui sedikit pun tidak bergerak, sampai alisnya pun
tidak diangkat.
To Sam-nio malah berdiri sambil memalingkan kepala
dia berkata:
"Li-pangcu ada petunjuk apa?"
"Maaf bukan ingin memberi petunjuk, aku hanya merasa
heran kenapa To Sam-nio yang jauh dari Thian-lam, yang
menggemparkan Thian-lam, bisa menjadi pelayan nona
Cui? Sebenarnya siapa nona Cui?"
Suara dia nyaring dan ramah, orangnya pun tampan
sekali.
To Sam-nio melihat dia dengan tertegun.
Sambil bicara Li Poh-hoan menjulurkan tangan
merapihkan rambutnya yang melayang-layang, gerakannya
sangat tenang, tapi akibatnya sangat dahsyat.
Tiba-tiba kipas tulang besi hitam Oey Go-siang maju
menyerang, dia menggetarkan ujung kipasnya, dan
menjelma menjadi tujuh titik sinar hitam.
Di lain pihak Pek Ie-seng pun mengayunkan tameng besi
yang masih terbungkus kantong kain itu, dengan dahsyat
menghantam.
Gerakan Li Poh-hoan yang membetulkan rambutnya
ternyata adalah perintah untuk menyerang.
Wajah To Sam-nio berubah dia membentak:
"Keji benar kau!"
Setelah berkata, dia menggerakan pergelangan
tangannya, lima garis sinar hijau, segaris mengikuti segaris
terbang keluar.
Dia melepaskan sinar hijau yang seperti garis itu bukan
hanya diarahkan pada Oey Go-siang dan Pek Ie-seng saja,
tapi juga termasuk Li Poh-hoan.
Sedangkan Oey Go-siang dan Pek Ie-seng ini juga bukan
menyerang To Sam-nio atau nona Cui, mereka hanya
menyerang ke arah dua orang pelayan cantik yang duduk di
paling kiri dan paling kanan.
Sebenarnya semua orang tahu, dalam pertarung an yang
mempertaruhkan nyawa seperti ini, harus segera mengambil
sikap menyerang lawan harus menyerang kudanya,
menangkap bangsat harus menangkap rajanya dulu.
Maka tidak heran jika dua pesilat tinggi anak buah Li
Poh-hoan mendadak menyerang.
Yang mengherankan adalah, yang diserang mereka
bukan nona Cui, juga bukan To Sam-nio, hanya dua orang
pelayannya.
Dua orang pelayan itu memutar tubuh dan meloncat ke
atas, laksana kapas melayang layang ditiup angin, selain
ringan juga cepat sekali.
Tangan mereka memegang pedang yang sudah
dicabutnya.
Mata pedangnya bersinar menyilaukan mata, saat keluar
dari sarung, pedang sudah menyapu tiga putaran.
Tampaknya ilmu meringankan tubuh mereka sangat
tinggi, jurus pedangnya juga hebat dan aneh, pasti bisa
menangkis serangan mendadak dari Oey Go-siang dan Pek
Ie-seng.
Siapa sangka Li Poh-hoan pun ternyata ikut dalam
serangan mendadak pada dua pelayan itu.
Dia bukan menyerang, tapi menyabetkan pedangnya,
membuat lima garis sinar hijau yang dilepaskan oleh To
Sam-nio, disentak dan terbang keluar.
Saat To Sam-nio melepaskan senjata rahasianya
walaupun sedikit lebih lambat dari pada serangan Oey Go-
siang dan Pek Ie-seng, tapi walaupun lebih belakang tibanya
ternyata lebih dulu, malah yang paling pertama mendapat
serangan adalah Li Poh-hoan.
Maka Li Poh-hoan menyabetkan pedangnya
membalikan senjata rahasia lawan, dua garis balik
menyerang pelayan di sebelah kiri, dan dua garis lainnya
menyerang pelayan di sebelah kanan.
Sisa satu lagi malah balik menyerang To Sam-nio.
Begitu dia menyabetkan pedangnya, bukan saja bisa
menangkis senjata gelap, malah masih bisa menggunakan
tiga macam tenaga yang berbeda, balik menyerang tiga
orang lawannya, ketajaman mata, jurus pedang dan tenaga
semacam ini, sungguh jarang ada di dunia.
To Sam-nio mengangkat tangannya, menerima kembali
senjata rahasianya, itulah jarum kecil tiga inci berwarna
biru.
Sisa empat jarum biru lainnya menancap pada sepasang
kaki ke dua pelayan itu.
Saat itu dua macam senjatanya Oey Go-siang dan Pek
Ie-seng ditangkis oleh gulungan pedang mereka, serangan
yang dilakukan oleh Oey Go-siang dan Pek Ie-seng Bai
adalah serangan keras.
Walaupun kedua pelayan itu bisa menangkis, tapi tidak
bisa memperhatikan yang lainnya.
Setelah sepasang kakinya terkena jarum baru mereka
sadar.
Dua orang gadis cantik itu langsung menjadi kaku, lalu
bersama-sama roboh ke tanah.
Pertarungan pertama ini hanya dalam waktu sekejap
mata sudah selesai.
Oey Go-siang dan Pek Ie-seng juga hanya menyerang
satu jurus langsung mundur lagi, diam berdiri di samping Li
Poh-hoan.
To Sam-nio mengeluarkan dua butir obat, masing-
masing dimasukan ke dalam mulut dua orang pelayannya.
Bersamaan mengusap sepasang kaki mereka di tempat yang
terkena jarum.
Setelah kembali ke samping nona Cui, sambil tertawa
kaku berkata:
"Nona Cui, Li Poh-hoan memang sulit di hadapi, A-sia
dan A-siu malah terluka jarumku, walau pun telah
diberikan obat penawarnya, tapi dalam dua tiga hari ini
tidak bisa bergerak seperti biasanya."
Nona Cui masih tetap duduk tidak bicara, pelan-pelan
memalingkan kepalanya, sepasang mata-nya yang seperti
intan menatap pada Li Poh-hoan, dan tersenyum padanya.
Senyumannya membuat orang serasa ditiup angin timur
yang lembut, ratusan bunga bermekaran.
Dia mengangkat wajahnya yang secantik bunga Tho,
rambut panjangnya yang hitam melayang-layang ke
belakang, ke cantikannya seperti dewi saja.
Dia menunjukan giginya yang putih rapih dalam
senyumnya, menambah kemanisannya.
Suaranya bulat merdu:
"Margaku Cui, orang lain menyebut aku Pu-couw-siancu
(Dewi tidak gelisah)."
Li Poh-hoan menarik nafas dalam-dalam, baru bisa
meredakan hatinya yang bergejolak, menganggukkan
kepala tanda menyapa dan berkata:
"Li Poh-hoan memberi hormat pada dewi!"
Pu-couw-siancu memutar matanya, wajahnya berubah
menjadi kurang senang.
Li Poh-hoan yang melihat, hatinya jadi tertekan.
Untung dia masih ingat sesuatu, buru-buru menekan
gejolak hatinya.
Dia tahu emosi setiap orang bisa bergejolak, tapi jika
terpengaruh oleh senyum atau gerakan wanita, maka itu
sangat tidak baik.
Pu-couw-siancu berkata:
"Ku dengar, di dunia persilatan, kau adalah laki-laki
sejati yang berjiwa ksatria. Tapi aku tidak mengira kau bisa
menyerang dengan tiba-tiba, malah menghina kedua
pelayanku."
"Aku sangat menyesal, tapi aku juga tahu mereka seperti
sayapnya dirimu, jika sekarang mereka masih bisa
bertarung, menambah rasa waspadaku berlipat ganda juga
mungkin masih tidak cukup."
Pu-couw-siancu tertawa dan berkata:
"Penglihatanmu tajam, orangnya juga gagah dan
tampan, jika suatu hari aku bisa menyukai laki-laki, aku
rasa sangat mungkin kau yang pertama ku pertimbangkan."
Dia sudah bukan gadis yang berusia lima enam belas
tahun, seharusnya sejak lama sudah merasakan daya
tariknya kaum laki-laki.
Tapi jika dia mengatakan, suatu hari nanti akan
menyukai laki-laki, itu sama dengan mengakui dirinya sama
sekali tidak suka laki-laki.
Li Poh-hoan tersenyum sambil sedikit mem-bungkukan
rubuh, menandakan terima kasih. Pu-couw-siancu berkata
lagi: "Tidak sedikit pesilat tinggi berada di Thi-pian-tan-
pang, organisasinya juga kokoh, dan kau sendiri selain
pandai juga pemberani, penuh ambisi.
Ingin membuat organisasi yang bersifat daerah yang
terkurung di perairan Han-sui memperluasnya menjadi
organisasi terbesar di dunia persilatan, seseorang jika
mempunyai ambisi besar tentu saja bagus, tapi apakah
waktunya tepat atau tidak, itu mau tidak mau harus
membuka mata lebar-lebar melihatnya dengan jelas."
"Mohon Siancu memberitahukan organisasi apa yang
Siancu pimpin?"
Pu-couw-siancu dengan jujur berkata: "Aku hanya
seorang murid dari Tong-tee-see (Perkumpulan di wilayah
di timur)."
"Tong-tee-see...Tong-tee-see......" Li Poh-hoan berpikir
dalam hati, bolak-balik membacanya, otaknya berputar
terus, tapi sedikit pun tidak ada bayangan.
Tong-tee-see, pasti sebuah organisasi yang diam-diam di
dirikan akhir-akhir ini.
Tapi mungkin dia bohong.
Juga mungkin dia tidak bohong mengatakan nama
sebenarnya tapi jarang diketahui orang.
Di dalambotani banyak contoh seperti ini, saat kita
melihat nama ilmiahnya sama sekali tidak tahu benda apa
itu, tapi setelah melihatnya dengan mata kepala sendiri,
ternyata itu adalah pepohonan yang biasa kita lihat.
Makanya Li Poh-hoan sesaat tidak yakin dia ini bohong
atau tidak.
Dan juga tidak berani meyakinkan dirinya sebagai
Pangcu Thi-pian-tan, berambisi menguasai seluruh dunia,
tapi malah tidak pernah mendengar sebutan lawan yang
sangat lihay ini.
Dia mengangkat kepala dan menghela nafas, berharap
dengan keluhan ini bisa menghilangkan perasaan lemah dan
menyayangkan dirinya di dalam hati.
Perasaan semacam ini muncul secara mendadak saat
pertama kali dia melihat Pu-couw-siancu.
Laki laki mana pun di dunia ini tidak peduli sepintar apa,
pengetahuannya setinggi apa.
Juga tidak peduli usahanya sesukses apa.
Begitu di hadapan wanita, laki-laki adalah laki laki,
hanya begitu saja.
Dia merasa dia sendiri sangat sulit bisa menganggap dia
adalah musuh terbesarnya.
Tapi 'merasa' hanyalah reaksi dari perasaan.
Akal sehatnya memberitahu dia harus tegas melihat dia
adalah musuh terbesarnya, menghadapi dia harus sangat
hati-hati, kejam dan tanpa perasaan.
Pertentangan memenuhi dadanya. Membuat sorot j
matanya meredup, tubuh serasa tidak begitu tegak, begitu
santai.
Tawa manis Pu-couw-siancu sudah terdengar lagi, dia
melanjutkan perkataannya:
"Tidak usah bersusah payah memutar otak lagi, ku
dengar kau mempunyai sembilan anak buah setia yang
disebut Sam-kang-sam-goan-sam-pu-tong (Tiga keras, tiga
lemah lembut, tiga tidak sama), apakah mereka semuanya
sudah datang? Apakah Oey Go-siang dan Pek Ie-seng
adalah dua diantaranya?"
Mulut Oey Go-siang dan Pek Ie-siang seperti disumbat
oleh kaos kaki bau, sampai bibirnya sedikit pun tidak
bergerak.
"Kali ini aku hanya membawa dua diantaranya, yaitu
Oey Go-siang dan Pek Ie-seng."
Pu-couw-siancu mendengus sekali: "Walaupun kau
hanya membawa dua orang, tapi aku tidak menganggap
kau memandang sebelah mata padaku, sebab kau sendiri
sudah datang."
Li Poh-hoan menganggukan kepala: "Benar, aku pun
tidak berani memandang sebelah mata kepadamu."
Pu-couw-siancu tersenyum manis: "Jika demikian, kita
tidak perlu menyuruh bawahan kita mempertaruhkan
nyawa mereka."
Tubuh dia mendadak terbang ke atas delapan sembilan
kaki, masih dalam posisi duduk memalingkan kepalanya ke
belakang.
Orang-orang tidak bisa mengerti jika dia duduk tidak
bergerak, tapi kenapa bisa terbang naik ke atas?
Dalam sekejap mata, dewi yang sangat cantik ini
mendadak posisinya berubah menjadi tengkurap,
tampaknya dia bisa berbaring di atas udara, meluncur ke
arah Li Poh-hoan tanpa membuat debu bertebaran.
Setiap gerakan dia semuanya sangat menarik. Ketika
Oey Go-siang dan Pek Ie-seng sadar, dia sudah mendekat
dengan ketua perkumpulan dan melakukan penyerangan,
sekarang mereka bukan sedang menonton sandiwara, tentu
saja juga bukan sedang nonton orang sedang akrobatik, tapi
sedang dalam pertarungan nyawa.
Begitu sadar,, kedua orang itu menjadi sangat menyesal.
Tangan Li Poh-hoan sudah menekan pegangan
pedangnya. Kakinya memutar melangkah ke kiri dua
langkah, berputar ke kanan lima langkah, dalam sekejap
mata sudah berpindah delapan kali di tempat yang berbeda.
Tubuh Pu-couw-siancu yang tengkurap di udara, juga
bergerak meluncur berpindah-pindah tempat, akhirnya
menginjakan kakinya di tanah, seperti orang biasa berdiri di
tanah.
0 O 00 O 0
BAB 7
Dalam kaum hawa, penampilan Pu-couw-siancu
termasuk panjang semampai, bertubuh tinggi langsing.
Tapi dia masih harus mengangkat wajahnya, baru bisa
melihat mata Li Poh-hoan, apakah dalam hatinya sama
seperti di wajahnya mengagumi dia?
Sambil tersenyum dia berkata:
"Ilmu silatmu memang bagus, maka aku akan
menggunakan kemampuanku yai ig sebenarnya!"
"Apa maksudmu?" Tanya Li Poh-hoan heran.
Gerakan tadi, apakah tidak termasuk kemampu an
sebenarnya?
"Aku akan menggunakan jariku, cukup satu jurus saja,
tapi satu jurusku ini ada seratus perubah-annya, ada cepat
ada lambat ada kosong ada isi, jika kau tidak kalah
terhadap jurus jari ku, maka aku......"
Hati Li Poh-hoan menjadi hangat dan bertanya:
"Maka kau bagaimana?"
"Maka aku akan mentraktirmu minum arak, dan lain kali
aku akan menggunakan jari seribu perubahan
menghadapimu."
Li Poh-hoan sadar sungguh tidak masuk akal, hatinya
hangat.
Tapi, minum arak bersama dia, tidak diragukan lagi pasti
sangat menggembirakan.
Maka dia menganggukan kepala:
"Baik, tapi bagaimana syaratnya?"
"Jika di bawah serangan jariku, kau masih bisa
meloloskan diri keluar pintu, maka boleh dihitung tidak
kalah." Kata Pu-couw-siancu
Dia berhenti sejenak lalu berkata lagi:
"Tentu saja jika kau terluka atau mati baru bisa keluar
pintu, maka itu tidak bisa dihitung tidak kalah, aku pun
hanya akan menggunakan satu jurus It-cie-pek-pian (Jari
seratus perubahan), pasti tidak ingkar janji."
"Baiklah!" Li Poh-hoan mengangkat bahunya
Pelan-pelan Pu-couw-siancu mulai mengangkat
tangannya, lengan bajunya melorot sampai sikunya, tampak
lengan depan yang seputih salju, dan telapak tangan yang
seperti giok putih.
Mendadak terlihat dia jadi semakin cantik.
Di saat ini laki-laki mana pun akan menatap padanya,
jari tangan dia sudah datang menotok.
Orang-orang yang berdiri agak jauh, melihat gerakan jari
Pu-couw-siancu yang sangat indah, serangannya seperti
tidak ada perubahan, hingga siapa pun bisa dengan mudah
menghind arinya.
Tapi perasaan Li Poh-hoan yang berhadapan dengan dia
sangat berbeda.
Dia tidak menyangkal gerakan Pu-couw-siancu sangat
indah. Tapi perasaan yang paling dirasakan adalah
'menyeramkan'.
Sebabnya ada dua alasan:
Pertama, begitu dia menggerakan jarinya, gerakan tubuh
dan langkahnya bersatu dengan gerakan jarinya. Ini. artinya
tidak bisa melihat tubuhnya, tidak bisa melihat gerak
langkahnya, hanya bisa melihat jarinya.
Kedua, walaupun dia mengerahkan seluruh tenaga
dalamnya pada pedang, jelas tidak dapat menahan tenaga
jari yang menyerang dari kejauhan.
Kedua sebab yang disebutkan di atas walau pun hanya
perasaan saja, kenyataannya tekanan jari Pu-couw-siancu
pun belum bisa menembus hawa pedang, dan melukai jalan
darah pentingnya. Tapi perasaannya hal ini sudah cukup.
Jika menunggu perasaan dan rasa khawatirnya menjadi
kenyataan, saat itu mungkin dia tidak mati juga sudah
tergeletak di atas tanah.
Li Poh-hoan mengangkat tangan, pedang panjang di
tangannya menyorot sinar terang.
Ujung pedangnya menusuk ke arah ujung jari yang
mulus itu.
Tapi hanya menggunakan pedang saja masih belum
cukup, dia masih harus meloncat menghindar dan mencari
celah untuk balas menyerang.
Hawa udara sedikit pun tidak panas, tapi ujung hidung
Li Poh-hoan sudah berkeringat sedikit.
Dia menyadari jari mulus yang cantik tapi menyeramkan
itu, selalu bisa mendahului dan pada posisi yang paling baik
mengancam delapan belas jalan darah pentingnya.
Selain itu ujung jarinya yang mengeluarkan angin keras,
jari itu bisa berbelok menyerang titik vital di belakang
tubuhnya.
Dia berturut-turut sudah menggunakan Chun-cancu-hu
(Musim semi ulat sutra mengikat diri), Hi-yan-hoan-hwee
(Bara palsu menjadi bayangan api), Seng-hong-kui-ku
(Menunggang angin kembali pergi) tiga jurus dari dua puluh
empat jurus ilmu silat keluarganya, jurus bertahan Cap-ji-
sin-kiam (Dua belas jurus ilmu pedang).
Setiap jurus itu dipecah lagi menjadi tiga perubahan,
jumlahnya menjadi tujuh puluh dua perubahan.
Seketika tampak sinar menyilaukan mata berputar-putar
di sekeliling tubuh, laksana sebuah pohon api dengan bunga
perak.
Tapi keringat di ujung hidungnya malah bertambah
bukannya berkurang, sebab dalam tujuh puluh dua jurus
pedangnya, paling sedikit ada enam kali hampir saja dia
tertembus oleh angin jari lawannya.
Walaupun Li Poh-hoan kelihatan kelabakan, namun Pu-
couw-siancu juga tidak tampak senang, sebab jurus It-cie-
pek-pian nya sudah digunakannya sebanyak tujuh puluh
dua perubahan tapi masih belum bisa melumpuhkan
lawannya, sedangkan lawan pun hanya bertahan saja belum
menyerang.
Dia pernah mendengar jurus yang paling hebat dalam
ilmu pedang keluarga Li Poh-hoan adalah jurus
menyerangnya bukan jurus bertahan.
Jika sekarang dia tiba-tiba membalas menye-rang, tentu
keadaannya akan menjadi....?
Maka dia sedikit pun tidak merasa senang, atau pun
puas.
Tiba-tiba serangan jarinya sedikit melambat, wajahnya
yang cantik itu tampak senyuman yang ( menyilaukan
mata.
Entah kenapa Li Poh-hoan tidak bisa melihat ujung
jarinya, dia hanya melihat wajah yang cantik yang bisa
membuat orang mabuk.
Di saat bersamaan terdengar suara rayuan di dalam
angin musim semi, membujuk dia tidak menyianyiakan
waktu yang indah ini, tidak menyia-nyiakan asmara yang
manis ini.
Hati dia sejenak menjadi bimbang, dan titik kematian di
dada kirinya menampakan celah yang sulit ditambal.
Melihat ini Pu-couw-siancu tersenyum, lalu jarinya
menusuk, sisa dua puluh delapan perubahan jurusnya sekali
gus menyerang.
Dia sudah memperhitungkan dengan tepat, walaupun Li
Poh-hoan mampu menutup celah di dada kirinya, tapi di
tempat lainnya pasti akan ada yang bocor, makanya dia
harus mengeluarkan seluruh jurus membunuhnya baru bisa
memenangkan pertarungan ini.
Dia tersenyum dengan manisnya, apa lagi melihat
keringat di ujung hidung Li Poh-hoan.
Seorang pesilat tinggi kelas satu seperti dia yang baru
saja muncul dan bersinar terang, sudah kalah begitu saja,
malah lenyap dari peredaran, sungguh satu hal yang
menggembirakan.
Tiba-tiba gerakan pedang Li Poh-hoan berubah, dari atas
pedangnya menyabet ke bawah.
Ujung pedangnya berbunyi tiga kali "Weng weng weng!"
sabetannya pun tidak kaku lagi, tapi muncul tiga buah
bunga sinar hujan.
Sabetan pedang dia ini baik indah atau lihay kita
tinggalkan sejenak.
Yang terpenting adalah jalannya pedang dia yang
mendadak berubah besar, seperti dari laki-laki buruk rupa
mendadak berubah menjadi wanita cantik, atau
kebalikannya dari wanita cantik mendadak berubah
menjadi laki-laki buruk rupa juga sama saja.
Tentu saja siapapun bisa merasakan kehebatannya,
malah bayangannya sangat sulit dilihat.
Dua puluh delapan perubahan jari mulus Pu-couw-
siancu, bukan saja dihadang habis-habisan oleh nya, dia
juga harus buru-buru menarik kembali serangannya, selain
itu masih harus mundur ke belakang beberapa tombak!
Dengan demikian, pintu untuk keluar menjadi terbuka
lebar.
Li Poh-hoan sedikit membungkukan tubuhnya:
"Terima kasih atas kemurahan Siancu."
Pu-couw-siancu melirik sambil tersenyum dan berkata:
"Jurus pedang hebat, malam ini dimana kita minum
arak? Song-ho-lou baik tidak?"
Li Poh-hoan dengan senang berkata:
"Baik." Dia memalingkan kepala melihat pada Ji-hong
hweesio, tampak dia sedikit menutup matanya laksana
sebatang kayu mati, segala sesuatu hal di dunia ini seperti
tidak bisa membangkitkan gairahnya.
Dari kejauhan Li Poh-hoan membungkukkan rubuhnya
menghormat, dengan keras berkata:
"Harap Lo-hweesio memaafkan kecerobohan cayhe,
mohon pamit. .A"
Kulit mata hweesio itu tidak bergerak sedikit pun),
sampai Li Poh-hoan sudah keluar masih tetap seperti itu.
Pu-couw-siancu masih berdiri di tempatnya, senyum di
wajahnya yang secantik bunga musim semi sudah tidak
tampak lagi, digantikan dengan wajah dingin, dan berpikir
keras.
Di dalam ruangan sedikit pun tidak ada suara.
Setelah lewat beberapa saat, Pu-couw-siancu batuk
beberapa kali, lalu menggunakan saputangan yang putih
bersih menutupi mulutnya.
Setelah batuknya berhenti dia lalu membuka sapu
tangannya, tampak di atas sapu tangannya penuh dengan
darah segar.
To Sam-nio menghampiri dan melihatnya, dengan pelan
berkata:
"Kau kenapa? Apa terluka dalam?"
Pu-couw-siancu menggelengkan kepala dengan lesu
berkata:
"Satu jurus pun dia tidak menyerang, bagai-mana aku
bisa terluka?"
Di dalam mata To Sam-nio menyorot sinar aneh, dengan
penuh perhatian bertanya:
"Tapi kau telah memuntahkan darah, apa sebabnya?"
Muntah darah sangat melukai tubuh, apa lagi terhadap
tenaga dalam, lebih merusak lagi.
Pu-couw-siancu pelan mengeluh:
"Jurus pedangnya yang terakhir, setelah ku pikir-pikir
dengan seksama, bukan saja It-cie-pek-pian tidak bisa
menembusnya, It-cie-cian-pian pun tetap tidak akan bisa,
setiap perubahannya sudah aku pikirkan, tapi masih saja
tidak bisa memecahkannya!"
Ternyata dia berpikir keras untuk bisa mengatasi jurus
pedang itu dengan jurus jarinya, dia sudah berpikir seribu
seratus macam perubahan, sehingga karena terlalu berpikir
keras maka dia jadi muntah darah.
Tapi dia masih belum menyerah, sorot matanya yang
redup melihat pada wajah To Sam-nio.
Dia berkata lagi:
"Julukanmu adalah Pek-jiu-cian-kiam, seorang ahli
pedang besar, menurut pandanganmu apakah jurus pedang
Li Poh-hoan tadi ada celahnya?"
To Sam-nio adalah pesilat tinggi murid dari perguruan
Can-bian-tok-kiam, nama besar Can-bian-tok-kiam tidak
lemah selama ratusan tahun, sampai nama besar Hiat-kiam
juga tidak bisa menekannya. (Hiat-kiam adalah Hiat-kiam-
yan-pak.).
Maka To Sam-nio adalah seorang ahli pedang besar,
kata-kata Pu-couw-siancu tidak terlalu mengangkat dia.
To Sam-nio berpikir sejenak, lalu berkata:
"Aku perlu waktu memikirkannya, tapi saat terpikir
mungkin kau sudah mendapatkan jawabannya terlebih
dulu."
Saat dia berpikir matanya pernah menyorot sekali,
rupanya sudah ada kesadaran lain juga sudah ada rencana
lain.
Pu-couw-siancu mengerutkan alisnya yang panjang tipis
itu dan berkata:
"Karakter dan gaya jurus pedang dia, berbeda sekali
dengan jurus pedang keluarganya, juga sama sekali bukan
gaya lima besar perguruan pedang di Tiong......"
Sesaat kembali dia berpikir keras.
Lima orang laki-laki berpakaian hweesio yang selama ini
diam duduk di depan, mendadak meloncat terbang dari
tempat duduknya, di udara lima orang itu bersama-sama
mencabut senjatanya masing-masing.
Sekejab sinar golok, bayangan kapak, suara hantaman
palu dan desisan pecut memenuhi ruangan.
Dari lima orang itu ada tiga orang menerjang ke arah Pu-
couw-siancu.
Dua orang lagi gerakannya lebih lambat, sepasang golok
dan sebuah pecut menyerang ke arah To Sam-nio.
Karena mereka lebih lambat. Maka To Sam-nio masih
keburu melirik ke arah Pu-couw-siancu.
Tampak tubuh tiga laki-laki besar itu bergerak sangat
cepat seperti peluru menerjang Pu-couw-siancu, dengan
golok panjang, kapak mas dan telapak dewa.
Sudut serangan mereka masing-masing tidak sama, tinggi
rendahnya juga tidak sama, tapi kerja sama mereka seperti
serangan seorang yang berilmu tinggi dan mempunyai tiga
kepala enam lengan.
Hanya dengan hawa membunuh dan tekanan-nya saja,
bagi pesilat biasa di dunia persilatan yang menyaksikan
sudah bisa mati ketakutan. Jari Pu-couw-siancu menotok.
Di wajah cantiknya masih tertinggal sisa warna
kebingungan dan kelelahan.
Sasaran serangan ketiga orang itu adalah dia, tentu saja
dia tidak mungkin tidak bisa melihat wajah dan gerakan
lawannya.
Sedangkan tiga orang itu mungkin dalam sepanjang
hidupnya baru sekarang mengetahui satu hal, yaitu mimik
wajah seorang wanita cantik yang mengerutkan kening dan
alis kesusahan yang kadang kala lebih menarik orang dari
pada senyum manisnya.
Persoalan seperti ini, hanya terjadi pada perasaan ke tiga
orang baju hitam saja.
Karena perasaan ini ke tiga orang itu merasa tenaga
mereka telah berkurang setengahnya.
Bahkan perasaan lain sudah datang menyusul, yaitu
kenapa jarinya Pu-couw-siancu dengan tepat sudah
mengenai jalan darah penting di dada dan perut mereka
masing-masing?
Tiga macam senjata sekelebat lewat memotong rambut
hitam panjang Pu-couw-siancu.
Baju di bahu kanannya robek, tampak yang terlihat
bukan kulit yang putih bersih tapi darah segar.
Golok panjang juga telah membacok masuk ke dalam iga
kanan dia.
Tapi ke tiga laki-laki besar berbaju hitam itu pun
bersama-sama jatuh ke atas tanah, tidak satu pun yang
bergerak lagi.
Pu-couw-siancu berturut-turut mundur tujuh delapan
langkah, setelah tubuhnya menyentuh dinding baru bisa
berhenti.
Di dalam lengan baju kiri To Sam-nio keluar satu kilatan
sinar pedang "Traang traang.'" berturut turut dia menangkis
serangan bertubi-tubi dua belas tebasan golok dan delapan
pecutan dari dua orang laki-laki besar berbaju hitam itu.
Dia lalu meloncat laksana bunga terbang, dengan
ringannya turun di sisi Pu-couw-siancu, sekali mengebutkan
lengan baju kirinya, sinar pedang ber- ( kelebatan
menangkis sepasang golok yang datang \ pertama.
Buru-buru dia bertanya:
"Siancu, bagaimana keadaanmu?"
Perkataannya belum selesai, pedang di lengan baju
kanannya juga sudah menangkis serangan pecut.
Pu-couw-siancu melihat-lihat golok panjang yang masih
menancap di tulang iganya, berkata:
"Siapa mereka ini? Kenapa mau membunuh aku?" nada
suaranya masih mengandung kebingung-an yang amat
kental.
Saat ini orang berbaju hitam yang memegang sepasang
golok mendadak meninggalkan To Sam-nio, lalu
menyerang Pu-couw-siancu, sepasang golok dia bukan saja
kecepatannya meningkat, hawa dingin goloknya juga
bertambah kuat.
Jelas saat menghadapi To Sam-nio tadi dia tidak
mengerahkan seluruh tenaganya.
Dengan kata lain dia tadi menyembunyikan kemampuan
sesungguhnya.
Tapi kenapa dia harus melakukan ini? Sinar pedang yang
keluar dari lengan baju kiri To Sam-nio bukan hanya satu
sinar pedang tapi ada tiga sinar pedang, dengan cepat
menghadang orang ini.
Dari dalam lengan baju lainnya malah mengeluarkan
tujuh delapan sinar pedang, sehingga bisa menghalau laki-
laki besar berbaju hitam yang menggunakan pecut.
Tapi tiga sinar pedang dari lengan baju kirinya, bukan
saja tidak bisa menghadang sepasang golok, juga tidak
menghadang jari tangan Pu-couw-siancu.
Satu jari dua bayangan dari Pu-couw-siancu, tepat
mengenai sepasang golok.
Dua golok itu segera terpental ke udara, "Tak., tak!"
menancap diatas tiang.
Jarinya yang mulus itu kembali mengeluarkan suara
"Ssst ssst!" berturut-turut lima kali.
Tubuh laki-laki berbaju hitam itu terhentak terbang ke
belakang, laksana terpukul berturut-turut lima kali oleh
benda berat, saat jatuh di atas tanah sejauh dua tombak
lebih, tulang di seluruh tubuhnya sudah tidak ada satu pun
yang utuh.
Wajah To Sam-nio berubah, di dalam lengan baju
kanannya kembali terbang keluar tujuh delapan sinar
pedang, secepat kilat berputar ke arah tangan dari laki-laki
berbaju hitam yang menggunakan pecut, dan tangan laki-
laki berbaju hitam itupun hancur lebur di papasnya.
Selain itu diatas wajah dan dada dia juga tampak ada
tujuh lubang berdarah, "Buuk!" tubuhnya melayang jatuh
sejauh satu tombak lebih.
Di dalam ruangan malang melintang mayat mayat, bau
amis darah menusuk hidung.
Ji-hong hweesio yang menjadi satu-satunya orang hidup
selain empat wanita itu, di atas ranjang pendek dia
membuka matanya, dengan wajah sedih mengeluarkan
keluhan beberapa kali.
To Sam-nio dengan dingin berkata:
"Kami tidak membunuhmu, karena tidak perlu
membunuhmu, kenapa kau sedih dan mengeluh?"
Seraknya suara Ji-hong hweesio seperti orang yang tidak
bisa minum di atas gurun pasir. Dia berkata:
"Pinceng sudah banyak menyaksikan orang mati, tapi
tidak pernah ada pengalaman menguburkan mayat. Dalam
sekejap kalian meninggalkan begitu banyak mayat di sini,
bagaimana aku harus berbuat?"
Dia bukan saja tidak berterima kasih karena mereka
tidak membunuhnya, dalam nada bicaranya malah sedikit
menyalahkan.
Sesaat To Sam-nio jadi serba salah, terpaksa dia berteriak
memaki:
"Tutup mulut, ini masalahmu, bukan masalah ku."
Dengan tangannya, Pu-couw-siancu melepas-kan golok
yang menancap di iganya, bajunya segera menjadi merah
oleh daran yang mengucur.
Tapi tubuh dia sepertinya masih tegap, malah masih bisa
membantu membopong dua gadis pelayan berjalan keluar. ?
^^oodwoo^^
Malam hari, di dalam kota Soh-ciu sudah terang
benderang oleh lampu, di atas jalanan ramai sekali.
Tubuh Pu-couw-siancu benar-benar masih kuat,
walaupun bahu dan iganya terluka, malah masih bisa
mempersiapkan makanan di rumah makan Song-ho
menjamu tamunya!
Semua makanan laut segar bisa dimakan disini, araknya
juga sangat bagus, produk khas dari Sauw-sing arak Ni-ji-
ang, di hawa dingin musim gugur minum arak bagus yang
sudah dipanaskan, sungguh satu kenikmatan hidup.
Tapi bagi pandangan Li Poh-hoan, makanan enak dan
arak bagus masih tetap tidak bisa dibanding-kan dengan
senyuman Pu-couw-siancu.
Dia berusaha menenangkan diri dan berpikir sejenak,
baru minum arak berturut-turut tiga gelas dan berkata:
"Setelah aku pikir-pikir dengan tenang, wanita cantik
yang pernah kulihat sepanjang hidupku, tidak ada satu pun
yang secantik dirimu."
Dia mengatakannya dengan serius, tapi hanya seperti
sebuah pendapat setelah melihat lukisan bagus.
Sedikit pun tidak ada rasa tidak hormat.
Pu-couw-siancu tersenyum tawar dan berkata:
"Aku mengundangmu minum arak, tentu saja kau harus
menghormati aku."
"Aku tidak membesar-besarkan, kenyataannya ada
banyak orang yang ingin mengundang aku minum arak tapi
tidak kulayani, maka aku tidak akan memuji-mu hanya
karena masakan dan minuman bagus ini."
"Kalau begitu kau ini orang yang bagaimana?" dia sedikit
membelalakan matanya dan bertanya lagi, "Kau memiliki
ambisi sendiri, kau adalah orang yang tidak mau
dikendalikan orang lain?"
Sambil tersenyum Li Poh-hoan menganggukan kepala:
"Aku memang orang semacam itu."
"Ancaman tidak perlu disebutkan lagi, kau pasti orang
yang pemberani. Tapi aku mau bertanya, bagaimana
dengan kekayaan dan wanita cantik? Bisa tidak membuat
orang mengalah?"
Li Poh-hoan berpikir sejenak, baru berkata:
"Dulu., tanpa berpikir aku bisa menjawab pertanyaan
seperti ini, tapi sekarang setelah aku melihat kau dengan
mata kepala sendiri, dalam hati aku malah ^' menjadi ragu-
ragu.
Tadi aku berkali-kali tanya pada diriku sendiri, bisa tidak
aku mengalah pada orang yang secantik dirimu?
Jawabannya kau pasti sudah tahu, makanya aku tidak perlu
mengatakannya lagi!"
Pu-couw-siancu menggelengkan kepala tanda tidak mau
tahu dan berkata:
"Tidak, aku ingin kau mengatakannya sendiri."
"Demi kau, banyak hal aku bisa mengalah."
Pu-couw-siancu dengan gembira mengangkat gelas,
minum setengahnya, dan memberikan sisa setengahnya
pada dia, dengan pelan berkata:
"Kau habiskan setengah gelas arak ini."
Di pinggir gelas samar-samar tertinggal wangi lipstiknya.
Li Poh-hoan pelan-pelan meminumnya, sesaat hatinya
jadi melayang-layang.
Apakah dia selalu bebas begini? Atau hanya khusus
padaku?
Dia tidak mungkin tidak tahu, inilah tandanya sayang
bukan?
Tidak peduli dia seberapa pelan minumnya, setengah
gelas arak tetap saja dengan cepat habis.
Pu-couw-siancu mengambil kembali gelas arak di
tangannya, jari mulus dia yang seperti bawang giok itu
menyentuh tangan dia, sentuhan yang pelan ini membuat
Li Poh-hoan seperti terkena setrum.
Dia mengisi kembali gelas arak, pelan-pelan minum dua
teguk, lalu sambil tersenyum memberikan pada dia.
Menunggu dia habis meminumnya, lalu dia
mengambilnya kembali dan mengisinya.
Dengan demikian gelas arak itu bolak-balik berpindah-
pindah sampai delapan kali dan sambil tersenyum
menunggu dia habis meminumnya.
Sepertinya mereka sangat sayang pada gelas arak itu.
Dan sepertinya di rumah makan yang sangat terkenal ini
hanya ada satu gelas itu saja.
Melihat cara mereka minum arak seperti ini, mungkin
minum sampai pagi juga tidak akan habis dua kati.
Bagi peminum arak, pasti tidak akan bertahan, tapi bagi
pemabuk yang tujuannya bukan pada arak, malah tidak
diragukan, merasa sangat puas sekali.
Tiba-tiba Pu-couw-siancu merenung sambil memegang
gelas arak, lalu dengan pelan berkata:
"Kau dari Siang-yang sengaja datang kesini, apa hanya
ingin menghadapi aku saja?"
Li Poh-hoan menganggukan kepala mengakuinya.
"Akhirnya kita pun bertarung, aku sungguh mengagumi
jurus pedangmu, tapi apakah kau kira bisa mengalahkan
aku?"
"Hari ini, saat bertemu tidak bisa mengalahkan mu,
lewat dua hari lagi pun tidak akan bisa mengalah-kan mu."
Sorot mata Li Poh-hoan sangat jujur dan juga sangat tajam,
"tapi sekarang bisa mengalahkan kau."
"Kau sudah tahu?" Pu-couw-siancu
"Benar, di tubuhmu ada dua luka, rambut juga seperti
telah terpotong, bisa dibayangkan, saat itu kau sangat tidak
beruntung.
Tapi luka luar tidak penting, aku menemukan-mu
kadang-kadang saluran pernafasanmu tidak lancar dari
nafasnya kacau, itu hal penting, jika aku ingin
membunuhmu, pasti tidak akan melewatkan kesempat-an
ini."
Pu-couw-siancu kembali tertawa pahit, berkata:
"Penglihatamu sangat tepat, apakah kau selalu memandang
orang dengan tepat seperti ini, baru menyerang orang?"
Li Poh-hoan menganggukan kepala: "Walaupun aku
telah mempelajari berbagai macam jurus pedang. Tapi yang
paling penting tetap adalah jurus pedang keluargaku, itulah
jurus pedang pembunuh, diutamakan membunuh dalam
satu jurus, lalu pergi."
Pu-couw-siancu pelan-pelan mengulurkan tangan
mulusnya. .
Li Poh-hoan memandangi tangan mulusnya, sampai dia
dengan sendirinya meletakan tangannya di atas telapak
tangan dia, seperti seorang gadis menyandarkan dirinya
dipelukan laki laki. Baru tersenyum dengan tenang, dia lalu
mengangkat kepala memandangnya.
Pu-couw-siancu dengan pelan berkata:
"Walaupun kau sangat memperhatikan tangan ku, tapi
sebenarnya ketika berjarak lima inci, tidak peduli kau
waspada seperti apa, aku tetap saja bisa menguasaimu."
Jurus jari It-cie-pek-pian dia yang sangat lihay, dia
pernah menyaksikannya. Menurut kata-katanya malah
masih ada It-cie-cian-pian, itu tentu jurus yang lebih lihay
lagi.
Makanya Li Poh-hoan mempercayai dia tidak
berbohong. Kata Li Poh-hoan:
"Lalu kenapa kau tidak mengambil kesempatan ini
menyerangku?"
Pu-couw-siancu balas bertanya:
"Kenapa kau sendiri tidak mengambil kesempatan ini
mencabut pedang dan membunuh aku?"
Li Poh-hoan mengangkat-angkat bahu
Pu-couw-siancu berkata lagi:
"Kau sudah mengaku mau mengalah padaku, dan jurus
pedangmu begitu hebat, kenapa aku tidak menambah satu
teman yang tampan dan kuat, malah membuat permusuhan
dengannya?"
Tangan dia bergerak lembut di dalam telapak tangannya,
perasaan seperti tersengat listrik Li Poh-hoan menjadi
semakin kuat, tapi dilain pihak dia juga ada perasaan ragu-
ragu.
Bagaimana ini mungkin?
Tangan mulus dia sudah di dalam genggaman tanganku.
Apakah benar dia ada perasaan khusus pada ku?
Apakah benar di dalam hati dia ada aku?
Arak yang diminum mereka tidak banyak, tapi kata-kata
yang dikatakan mereka tidak sedikit.
Dan tangan mulus licin dia terus ditaruh di dalam
telapak tangan dia......
Z-Z-Z
Di atas permukaan sungai di pagi hari, dan di antara
hutan Hong di sisi sungai, lapisan embun masih belum
hilang, menambah keindahan yang samar-samar.
Li Poh-hoan memakai baju putih, dia tetap membawa
pedangnya, penampilannya sangat tampan dan gagah.
Pu-couw-siancu memakai baju kuning, cantik sekali.
Tidak peduli dipandang dari jauh atau dekat, tampak
seperti dewi di dalam lukisan.
Mereka berdua berhenti saling berhadapan di bawah
daun Hong yang merah.
Tidak jauh dari sisi mereka air sungai mengalir dengan
tenangnya.
Pu-couw-siancu yang pertama sambil ter-senyum
berkata:
"Aku bertanya pada diriku sendiri, kenapa pagi-pagi
sekali berlari kemari? Kemarin malam kita pun tidak ada
janji terlebih dulu.
Kenapa aku tidak sengaja tidak datang saja, bukankah
akan lebih baik untuk mempertahankan gengsi? Kau tahu
kami perempuan suka menggunakan cara ini, dan menurut
kabar cara ini sangat berguna sekali pada ribuan tahun yang
lalu!"
Li Poh-hoan melihat-lihat ke sekeliling sawah datar yang
luas di bawah sinar mentari pagi, dalam pemandangan
musim gugur, mendadak kepercayaan dirinya meningkat
berlipat ganda, semangatnya tiba-tiba lebih bergelora dari
pada dulu.
Dunia begitu megah, wanita begitu cantik, siapa yang
mau melewatkan kesempatan ini?
Siapa yang mau melewatkan keremajaan? Sorot mata dia
laksana tingginya langit dalam-nya lautan, menatap pada
Pu-couw-siancu dengan lembut berkata:
"Jika kau mau membantuku, aku pasti bisa
melaksanakan ambisi besarku. Generasi-generasi yang akan
datang pasti tidak akan melupakan kesuksesan diriku!"
Gelombang mata Pu-couw-siancu lebih lembut dari air di
musim semi, wajahnya lebih cantik dari pada bunga
bintang.
Suara dia juga laksana suara musik dari khayangan,
dengan lembut berkata:
"Aku pasti membantumu, aku pasti membantumu......
Li Poh-hoan tidak bicara lagi, dengan lembut
memeluknya, dengan lembut mencium bibirnya yang
merah......
Seluruh alam semesta mendadak jadi berubah.
Yang tadinya buruk jadi cantik, yang dangkal berubah
jadi dalam, yang tidak berarti jadi berarti......
Tapi Li Poh-hoan tetap masih bisa memperhatikan Pu-
couw-siancu jadi semakin kaku, dan warna wajahnya juga
jadi semakin pucat.
Apakah asmara yang bisa menghidupkan alam semesta
ini, malah menjadi buruk buat dia.
Pu-couw-siancu terengah-engah, dengan nada yang tidak
jelas berkata:
"Mendadak aku teringat seseorang, orang yang paling
dekat denganku. Hay, aku sudah beberapa tahun tidak
mengingat dia lagi!"
Hati Li Poh-hoan mendadak sakit seperti di tusuk
pedang dan mengalir darah. Tapi dengan sekuat tenaga dia
berusaha tenang seperti tidak jadi apa-apa dan berkata:
"Orang ini pasti orang yang paling bahagia di dunia ini."
Pu-couw-siancu menggeleng-gelengkan kepala:
"Tidak, malah sebaliknya, dia mungkin orang yang
paling sengsara."
Dia memberontak melepaskan dari pelukannya, lalu
berjalan mengitari pohon Hong satu putaran, wajahnya
baru kembali jadi tenang.
Dia tersenyum.
Walau masih tetap cantik menyilaukan, tapi Ia Poh-hoan
sudah berubah, seperti ada yang mengganjal. Dia mengeluh
dalam.
Dia tahu kenapa dirinya mengeluh? Itu karena asmara
yang menyatukankan hati dan tubuh ini, dalam sekejap
mata telah menghilang.
Di dalam kehidupan ini, apakah masih ada saat saat
sekejap yang mengharukan ini?
Semua hal jika sudah mencapai puncaknya, perasaanpun
tidak akan bisa tinggal terlalu lama.
Tidak peduli itu amarah besar, sedih, bahagia sekali,
pokoknya setelah sampai di puncaknya, tidak lama akan
menurun, atau disebut mendingin.
Tapi manusia sejak dahulu semuanya berharap
puncaknya suatu perasaan bisa bertahan abadi, apa lagi
asmara.
Semua pasangan yang jatuh cinta berusaha keras
mempertahankan cinta abadinya supaya tidak berubah
selamanya. Jika orang luar memandang dengan tenang
menelitinya, maka akan tahu jawabannya adalah sangat
tidak beruntung sangat menyedihkan.
Terharu juga demikian, tidak peduli kau terharu karena
apa, selalu dengan cepatnya sampai ke puncaknya dan
segera meluncur ke bawah.
Saat sekejap ini kau bisa mengalirkan darah demi itu,
boleh mati demi itu, tapi saat sekejap ini pasti tidak abadi.
Sastrawan besar yang menggemparkan dunia dari negri
matahari Kai-coan-lang-cie-cia, selalu ingin menangkap
kecantikan yang dalam sekejap mata lalu menghilang,
selalu mengira bisa melihat keabadian dalam saat sekejap,
atau mendapatkan keabadian.
Tentu saja ini hal yang tidak mungkin.
Karena abadi sendiri mengandung singkatan, makanya
abadi hanyalah pikiran yang palsu, dan singkat juga sama
palsu, tidak nyata.
Kai-coan-lang-cie-cia mati bunuh diri di usia tiga puluh
lima tahun, hasil karya dia seperti Lok-seng-bun bersinar
menyilaukan mata, dan kehidupan dia di dalam arus hidup
mati di alam semesta ini, juga sangat singkat dan bersinar
menyilaukan mata.
Embun di antara hutan Hong dan di atas sungai hilang di
bawah sinar mentari, seperti yang tidak pernah terjadi.
Tapi embun pagi benar-benar telah terjadi, keindahan
yang samar-samar itu tetap masih tertinggal di dalam hati
Li Poh-hoan.
Dia sangat membenci dirinya kenapa mau meninggalkan
keindahan yang tiada taranya ini, malah menggunakan
untung rugi pikiran yang buruk dan kampungan itu, untuk
mempertimbangkan masalah Pu-couw-siancu.
Tapi dia juga tahu bagaimana pun dia harus
mempertimbangkan dari sudut pandang ini.
Karena di dalam lubuk hati dia samar-samar merasakan,
masalahnya tidak sebagus yang ada di permukaan, juga
tidak sesederhana itu, malah timbul perasaan buruknya
yang entah dari mana datangnya.
Bayangan punggung langsing Pu-couw-siancu walaupun
sudah menghilang di hutan dan bukit di sana, sudah di luar
jangkauan pandangan dia.
Tapi dia tahu sebenarnya dia belum lepas dari
pandangannya, hanya saja sekarang dia melihatnya bukan
dengan mata tapi melihat dengan hati, tidak peduli dia pergi
kemana, dia juga bisa melihat dia.
oOoOo
BAB 8
Karena di musim semi, walaupun matahari panas tapi
tidak terasa terik.
Di belakang kuil Han-san ada hutan yang tenang, Ji-
hong hweesio memakai jubah hweesio merah yang
bersulamkan benang emas, berdiri di depan sebuah plakat
papan.
Plakat papan ini berruliskan "Makam lima orang tidak
dikenal" tanggal, hari dan lain-lainnya, mungkin tidak lama
lagi akan digantikan dengan nisan batu yang kecil.
Di dalam tanah dikuburkan lima orang baju hitam yang
kemarin mati di ruang sembahyang, Ji-hong hweesio hanya
bisa menggunakan tikar mem-bungkus mayat, dengan
sederhana menguburkannya di sini.
Masalah ini sudah menghabiskan banyak waktunya.
Juga telah memaksa dia menghadapi beberapa masalah
sulit.
Tapi bagaimana pun juga sekarang sudah tenang seperti
hari-hari biasa, makam baru ini berada di dalam hutan yang
tenang, mungkin selamanya tidak akan ada orang yang
menemukan dan memperhatikan.
Setelah Ji-hong hweesio selesai mendoakan ayat terakhir
Ong-seng (Menuju kehidupan), maka dengan, santai dia
membuka kancing di bahunya, melepaskan jubah
sembahyang, lalu melipatnya dengan rapih dan di taruh di
atas tangannya.
Lalu dengan tenang dia melihat ke sekeliling. Dia
memandang karena ada maksudnya, sebab saat ini di
belakang pohon keluar seorang gadis cantik, alis dan
matanya laksana lukisan, memakai baju kuning melayang-
layang ditiup angin.
Dia melenggok melangkah di atas rerumpul.ni, laksana
dewi melangkah di atas gelombang.
Dia berjalan mendekati hweesio tua, sepasang matanya
yang hitam cantik memperhatikan hweesio tua dari atas
sampai ke bawah, lalu dengan teliti melihat tulisan di atas
plakat papan itu.
Jangan disangka dia akan berbicara atau bertanya, dia
malah dengan hikmat berdoa.
Setelah beberapa saat, akhirnya hweesio tua merasa tidak
tahan, dia memalingkan kepala melihat wajahnya, juga
tidak tahan menduga-duga doanya ini akan memakan
waktu berapa lama?
Tapi saat ini dia sudah membuka suara, suara-nya
nyaring enak didengar:
"Aku sudah datang beberapa saat, aku terus menduga-
duga apakah kau kenal dengan lima orang mati di dalam
tanah ini?"
Hweesio tua itu mengeluarkan jurus lihay dari
agamanya:
"Kenal atau tidak kenal sama saja, siapa pun setelah mati
tidak ada bedanya, padahal sebenarnya semasa hidupnya
pun tidak ada bedanya."
Wanita cantik baju kuning itu adalah Pu-couw-siancu,
dia menggelengkan kepala tanda tidak setuju dan berkata:
"Buatmu boleh saja tidak ada bedanya, tapi buat aku
tidak sama.
Karena kemarin yang ingin mereka bunuh adalah aku
bukannya kau, apa lagi diatas tubuhku ada dua luka yang
ditinggalkan mereka!"
"Mungkin Sicu benar." Jawab hweesio tua.
Kerutan di wajahnya menandakan usia dan pengalaman
dia.
Tapi suaranya yang nyaring dan sorot matanya yang
tajam, kembali menandakan dia tidak tunduk pada usia.
Hweesio tua itu kembali berkata:
"Pinceng menduga Sicu pasti ingin menanya-kan
mereka, tapi orang mati selamanya tidak bisa men-jawab,
makanya kenapa tidak membiarkan mereka terbaring di
sana dengan tenang?"
"Aku tidak akan membongkar kuburan mereka, masalah
ini anda boleh tidak usah pikirkan."
Hweesio tua itu dengan tegas menggelengkan kepala:
"Pinceng masih tidak bisa tenang, jika Sicu datang kesini
bukan ingin membuka kuburan untuk memeriksanya, lalu
buat apa Sicu datang kesini?" Pu-couw-siancu tersenyum
dan berkata: "Anggap saja aku mau membongkar kuburan,
apa pengaruhnya pada orang mati itu? Mereka sudah tidak
merasakan apa-apa, juga tidak akan memprotes. Buat apa
kita berdebat tentang masalah yang tidak ada gunanya ini?"
Hweesio tua tidak sependapat dan berkata:
"Tidak ada gunanya? Masalah ini dalam pandanganku
sama sekali bukan tidak ada gunanya, malah sangat
berarti!"
Pu-couw-siancu sedikit tercengang dan berkata: "Kau
sepertinya sangat melindungi mereka?
Sampai terhadap mayatnya juga masih merasa kasihan!"
Sebenarnya orang mau melihat mayal ilu bukankah tidak
halangan?
Hweesio tua berkata:
"Tentu saja tidak apa-apa, tapi setelah menggali keluar
mayat-mayat ini, lalu siapa yang akan menguburkan
mereka kembali? Heng, tidak perlu disebutkan pasti Pinceng
hweesio tua ini akan kembali direpotkan. Kalian setelah
membunuh orang langsung pergi meninggalkan, apakah
setelah menggali kuburannya mau menguburkannya
kembali?"
Alasan ini walaupun sedikit lucu, tapi juga bukan sama
sekali tidak masuk akal, dan malah Ji-hong hweesio
kemarin juga sudah mengeluhkan soal siapa yang
menguburkan mayat-mayat itu.
Kelihatannya hweesio tua ini sangat tidak senang dan
bersikukuh terhadap masalah ini.
Mendadak Pu-couw-siancu merubah bahan pembicaraan
dan berkata:
"Siapa sebenarnya Lo-hweesio? Kau berpura pura
menjadi hweesio yang jujur, tapi sebenarnya kau tidak
jujur?"
Ji-hong hweesio sangat tidak senang dan balik bertanya:
"Aku berpura-pura? Pura-pura pada siapa? Sicu belum
pernah bicara dengan Pinceng, kapan Pinceng telah
membohongi Sicu?"
Pu-couw-siancu tidak bisa membantahnya, terpaksa
berkata:
"Kalau begitu sekarang kau beri tahu aku, siapa kau
sebenarnya? dan siapa saja orang orang yang mati ini?
"Pinceng benar-benar seorang hweesio asli, sama sekali
bukan hweesio palsu, hanya saja Pinceng menggunakan
sebutan hweesio yang tidak diketahui orang, masalah ini
tidak penting bagimu, yang Sicu rasakan penting adalah
asal usul lima orang mati ini, benar tidak?"
Pu-couw-siancu menganggukan kepala: "Benar, tapi aku
juga ingin tahu sebutan Lo-hweesioyang diketahui orang
itu." Ji-hong hweesio berkata:
"Sebenarnya sebutan lainnya tidak banyak orang yang
tahu, sebab waktu dengan cepat berlalu, jika dihitung-
hitung sudah empat puluh tahun yang lalu.
Walaupun empat puluh tahun dengan cepat berlalu, tapi
juga sudah terjadi lebih banyak peristiwa, makanya tidak
akan ada orang yang tahu sebutan hweesio yang Pinceng
gunakan dahulu."
Pu-couw-siancu sepertinya lebih bersikukuh sepuluh kali
lipat dari pada dia dan berkata:
"Tidak peduli, aku masih tetap ingin mendengarnya."
Ji-hong hweesio tidak terlihat merasa kesulitan:
"Tiga puluh tahun dari empat puluh tahun yang lalu,
sebutan Pinceng adalah Tong-leng." .
Pu-couw-siancu mengerutkan alis berpikir, sejenak,
wajah cantiknya mendadak penuh dengan keheranan. Suara
dia juga sedikit serak dan berkata:
"Kau ini Tong-leng-siang-jin salah satu dari Ngo-tai,
orang suci yang berada di bawah pimpinan mantan ketua
perguruan Siauw-lim-si, Goan-seng Tai-cuncia?"
Ji-hong hweesio menganggukan kepala: "Benar itu
Pinceng, tapi Pinceng tidak tahu apa yang membuat Sicu
keheranan?"
Pu-couw-siancu dengan gugup berkata:
"Kalau begitu Taysu pasti sudah tahu asal-usulku?"
Sekarang nama Ji-hong hweesio kita ganti jadi Tong-
leng-siang-jin. Dia berkata:
"Tentu saja Pinceng tahu, apa Sicu takut nanti Pinceng
menyebar luaskan berita ini? Atau tidak takut Pinceng
mencari akal menghadapimu? Hay, tapi Sicu tenang saja,
Pinceng sudah empat puluh tahun tidak terjun ke dunia
ramai, mungkinkah Pinceng mau mengurusi masalahmu?
Pu-couw-siancu tetap masih gugup berkata: "Tapi aku
tidak sependapat, kau pasti tahu aku berbeda dengan orang
lain."
Tong-leng-siang-jin menghela nafas sekali: "Sicu sungguh
berbeda dengan orang lain, tapi jika Sicu masih tetap
memaksa Pinceng terlibat dalam pergolakan, maka Pinceng
tidak perlu mengurusnya, juga tidak bisa mengurusnya."
Pu-couw-siancu menenangkan diri, baru ber-kata lagi:,.
"Baik, kau harus beritahu aku, lima orang yang mati itu
siapa sebenarnya? Kenapa mereka menyerang ku? Dan
kenapa dengan kemampuanku, sampai sekarang masih
belum bisa menyelidiki jati diri dan tujuan mereka?"
Tong-leng-siang-jin berkata:
"Karena Sicu telah bertanya pada Pinceng, maka
Pinceng akan menjawabnya. Pertama, nama lima orang ini
Pinceng tidak tahu, tapi melihat jurus silat mereka,
mungkin mereka adalah orang-orang dari perumahan di
gunung Bu-ih (Tidak ada yang jahat) dari daerah Tian-lam
(selatan provinsi Hun-lam). perumahan di gunung Bu-ih
Sicu pasti pernah mendengarnya, sebenarnya itu artinya
tiada kejahatan yang tidak dilakukan. Kedua, lima orang ini
pikirannya sudah di kendalikan, makanya apa yang mereka
lakukan mereka sendiri juga tidak tahu, sehingga tidak bisa
diketahui kenapa mereka mau menyerang Sicu."
Perkataan hweesio tua itu terhenti sejenak lalu berkata
lagi:
"Mengenai kenapa kau tidak bisa menyelidiki jati diri
mereka, inilah sebuah petunjuk, Sicu pikir-pikir sendiri,
mungkin akan mendapat jawabannya."
Pu-couw-siancu melototkan matanya, diam-diam
berpikir.
Orang cantik selalu ada nilai tambahnya, walau pun
melotokan matanya, tapi tetap saja kecantikannya memikat
orang.
Dia pelan-pelan berkata:
"Jika para pembunuh ini benar dari perumahan di ^ Bu-
ih-san, sebenarnya tidak sulit menyelidiki jati diri mereka,
tapi kenapa tidak boleh diselidiki?"
Tong-leng-siang-jin dengan pelan berkata:
"Jika air danau sangat keruh, kau tentu tahu disana
banyak ikannya, tapi pasti tidak bisa melihat ikannya."
Pu-couw-siancu sambil bergumam
"Benar, benar, air yang keruh menghalangi penglihatan,
tampaknya aku pun begitu."
Dengan serius dia memberi hormat pada hweesio tua itu.
Pu-couw-siancu kembali berkata:
"Banyak terima kasih pada Lo-hweesio, aku permisi,
tidak peduli apa yang terjadi, aku pasti tidak akan
menyebutkan nama besar anda."
Tong-leng-siang-jin berkata:
"Begitu bagus sekali, tapi walaupun disebutkan juga tidak
apa-apa, aku hanya khawatir para murid-murid itu datang
kesini, itu akan membuat keadaan menjadi tidak pernah
tenang."
Di dalam hutan dengan cepat kembali menjadi hening
dan tenang, sebab hweesio tua dan seorang gadis yang
sangat cantik sama-sama ti dak bicara, mereka berdiri
seperti patung kayu.
Kenapa Pu-couw-siancu setelah berkata pamit, masih
belum pergi?
Jawabannya segera terlihat.
Di dalam hutan tiba-tiba terdengar suara yang amat
kecil, jelas ada orang yang bergerak.
Namun di saat begini dan di tempat begini, siapa yang
mau datang kesini?
Jika benar ada orang yang datang, apa tujuan dia?
Hweesio tua itu memejamkan matanya sambil bersandar
ke pohon, kelihatannya mungkin bisa terus di posisi begitu
tiga hari tiga malam sedikit pun tidak bergerak.
Wajah Pu-couw-siancu sangat dingin, juga sedikit
memejamkan mata memperhatikan suara kecil yang hampir
tidak terdengar itu.
Setelah beberapa saat, seorang tua yang loyo berambut
putih keluar dari dalam hutan.
Walaupun dia tampak tua dan loyo, tapi sinar matanya
sangat tajam, jelas tidak loyo karena usianya sudah tua.
Setelah melihat dengan hati-hati pada hweesio tua dan
Pu-couw-siancu, orang tua loyo itu baru berkata:
"Pu-couw-siancu, hamba Lo-hiat memberi hormat."
Pu-couw-siancu menganggukan kepalanya. Lo-hiat
kembali berkata:
"Kenapa Lo-hweesio ini masih berdiri disini? Kenapa dia
tidak kembali ke kuilnya?"
Pu-couw-siancu melihat sekali pada hweesio tua itu,
setelah mengetahui dia tidak akan bicara lagi, maka dia
berkata:
"Dia sudah sangat tua, juga seorang hweesio, jangan
pedulikan dia, katakan saja padaku, apa tujuan-mu datang
kemari."
Lo-hiat menganggukan kepala:
"Aku datang untuk minta pertolongan Siancu."
"Lihatlah, apakah aku orang yang khusus j
menyelamatkan orang?" kata Pu-couw-siancu heran.
Lo-hiat tertawa terkekeh-kekeh, tiba-tiba timbul maksud
tidak baiknya. Dia berkata:
"Kau mau menolong atau tidak aku tidak peduli, tapi
atas nama Cui Lian-hoa, maukah kau menolong dan
melindungi aku."
Wajah Pu-couw-siancu tidak berubah, tapi tidak bisa
disangkal hatinya memang tergetar.
Nama Cui Lian-hoa, sudah lama dia tidak mendengar,
juga sudah lama sekali dia tidak memikirkannya, tapi pagi
hari ini mendadak dia teringatnya.
Itu terjadi ketika dia bertemu dengan Li Poh-hoan di
bawah pohon Hong di pinggir sungai.
Sekarang setelah di ingat kembali, mendadak dia jadi
teringat kakaknya Cui Lian-hoa, apa sebabnya? apakah
karena harinya dipenuhi oleh cinta asmara, sehingga
beberapa orang yang dulu sangat akrab sekali dengannya
menjadi teringat kembali olehnya?
Sorot mata Lo-hiat dalam tidak bisa diukur, dia kembali
berkata:
"Jika aku mati, dia pun tidak akan bisa hidup, apakah
kau mengerti apa maksud perkataanku ini?"
Wajah Pu-couw-siancu terlihat cerah, sambil tersenyum
berkata:
"Tentu saja aku mengerti, tapi aku tidak pernah berniat
membunuhmu, maka kata-katamu mungkin tidak ada
gunanya, kau dari perkumpulan atau organisasi apa?"
"Aku orang Can-bian-tok-kiam-bun dari Lam-kang,"
Kata Lo-hiat singkat.
Pu-couw-siancu tetap dengan tertawa berkata: "Kau tahu
tidak Pek-jiu-cian-kiam To Sam-nio ada disini? Dia adalah
pesilat tingginya Can-bian-tok-kiam-bun, masalahmu
mungkin dia bisa memutus-kannya untukmu."
Tiba-tiba Lo-hiat menyela:
"Sekarang Cui Lian-hoa tidak bisa bersilat sedikit pun,
brandalan biasa pun bisa memperkosa dia.
Tapi mengenai ini kau tenang saja, aku tidak akan
membiarkan dia mendapat penghinaan ini."
"Kalau begitu aku berterima kasih padamu."
Lo-hiat menggelengkan kepala:
"Tidak perlu, tidak perlu, walaupun dia tidak khawatir
mendapat penghinaan, tapi nyawanya terancam, jadi jika
aku tidak selamat, dia juga harus menemani aku ke
akhirat."
Kata Pu-couw-siancu:
"Aku mengerti sekarang, sebenarnya yang kau takutkan
bukan aku, tapi To Sam-nio, tentu saja aku bisa
memerintahkan To Sam-nio jangan mencari gara-gara dan
bertarung denganmu, apa yang kau harapkan dari aku
adalah supaya aku melakukan hal ini, bukan?"
Lo-hiat tidak tertawa sedikit pun, dia hanya
menganggukan kepala:
"Betul, kau sungguh orang yang sangat pintar."
Tiba-tiba Pu-couw-siancu berkata sendiri:
"To Sam-nio bisa kuperintah, tapi jika tanpa alasan yang
tepat melarang dia mencari gara gara pada orang,
sepertinya itu tidak pantas dan tidak adil......"
Lo-hiat dengan tertawa dingin, katanya:
"Cui Lian-hoa adalah alasannya." Dia berhenti sejenak
lalu melanjutkan, "Namamu Cui Lian-gwat, dia Cui Lian-
hoa, apakah alasan ini masih tidak cukup?"
"Sepertinya tidak cukup, sebab sekarang aku sudah
bukan Cui Lian-gwat lagi, aku adalah Pu-couw-siancu, kau
ingat baik-baik ini."
Lo-hiat tertawa dingin beberapa kali, berkata:
"Nyawa Cui Lian-hoa, pasti tidak lebih murah dari pada
nyawaku, jika kau berkata demikian, maka kita lihat saja
nanti."
Pu-couw-siancu dengan dingin menatap Iaw.m-nya,
matanya yang hitam menyiratkan maksud yang sulil
diduga.
Lo-hiat mundur ke arah hutan, dalam sekejap
menghilang.
Pu-couw-siancu sedikit memperkeras suaranya:
"Lo-hiat, bagaimana pun juga kau pasti mati di tangan
To Sam-nio atau di tangan orang lain, kenapa aku tidak
turun tangan sendiri saja membunuhmu? Dengan demikian
aku telah membalaskan kekesalan Cui Lian-hoa,
menurutmu betul tidak?"
Di dalam hutan terdengar beberapa suara senjata beradu.
Setelah beberapa saat, bayangan Lo-hiat muncul
kembali.
Pu-couw-siancu tersenyum berkata:
"Walaupun anak buahku tidak bisa membunuh mu, tapi
mereka berjumlah banyak, mungkin tidak menjadi soal jika
hanya menghadangmu, apa lagi diantaranya masih ada
beberapa yang ahli senjata rahasia, jika kau ingin
menerobos keluar, mungkin sulit sekali."
Wajah Lo-hiat terlihat sedikit kewalahan, dengan
marahberkata:
"Kau ini siapa sebenarnya? Cui Lian-hoa adalah kakak
kembarmu, apakah kau sungguh-sungguh tidak
mempedulikan hidup matinya?"
"Aku hanya tidak senang diancam orang. Dan juga aku
tidak percaya pengakuanmu yang mengira nyawamu lebih
hina dari pada nyawanya, jika kau tidak mengaku dan juga
tidak memohon padaku, aku sekarang juga akan
membunuhmu."
Wanita yang secantik dan semanis Pu-couw-siancu, kata-
katanya ternyata sadis dan tidak berperasaan, sungguh
membuat orang merasa tidak percaya.
Mata Lo-hiat melotot tidak bisa bicara, menatap dia
beberapa saat, baru berkata lagi:
"Baiklah, aku mohon padamu, aku tahu To Sam-nio
tidak akan melepaskan aku, tapi dia menurut perintahmu,
kau tolonglah aku?"
Pu-couw-siancu tidak menjawab malah balik bertanya:
"Dimana Cui Lian-hoa sekarang berada? Kau sudah
apakan dia?"
Lo-hiat (sebenarnya adalah nyonya baju hijau Biauw
Cia-sa) berkata:
"Ilmu silatnya sudah musnah, aku hanya menggunakan
tusukan Tok-kiam menotok tiga jalan darah-nya,
sebenarnya aku tidak perlu melakukannya."
Biauw Cia-sa hanya menjawab setengah pertanyaannya,
jelas dia tidak mau membocorkan keberadaan Cui Lian-
hoa.
Pu-couw-siancu berpikir beberapa saat, tiba-tiba
bertanya:
"Apakah kau bisa menguburkan mayat?" Biauw Cia-sa
terpaku sebentar, lalu berkata:
"Mengapa tidak bisa?"
"Bagus, pertama, galilah keluar lima mayat dalam
kuburan baru ini, setelah diselidiki, kau ber-tanggung jawab
menguburkannya kembali."
Dia melihat lihat pada Tong-leng-siang-jin dan berkata
lagi:
"Apakah kau mau menghalangi pekerjaan ini?"
Tong-leng-siang-jin mengangkat bahu, tanda tidak
menentang.
Walaupun Biauw Cia-sa bukan orang yang biasa
mengerjakan pekerjaan menggali, tapi ilmu silat dia sangat
tinggi dan pandai menggunakan tenaga.
Maka walaupun menggunakan sebuah papan (yaitu
papan yang bertuliskan makam lima orang tanpa nama),
sudah berlipat ganda penggunaannya dari pada orang lain
yang menggunakan pacul, dalam sekejap dia sudah
menggali sebuah lobang.
Di dalam lobang ada lima mayat yang di bungkus tikar,
dengan tenang terbaring di atas tanah.
Biauw Cia-sa mencium-ciumnya beberapa kali dan
berkata:
"Aneh ada bau semacam obat, bau obat untuk
mengawetkan mayat."
Pu-couw-siancu melihat pada Tong-leng-siang-jin dan
berkata:
"Kau yang melakukannya? untuk apa melaku-kan ini?"
Dari keadaan seperti patung Tong-leng-siang-jin kembali
berubah menjadi manusia hidup dan menjawabnya:
"Jika tidak begini, bukankah sekarang baunya sudah
menyengat hidung?
Mayat kadang-kadang dalam sehari sudah banyak
membusuk, jika kurang sempurna, Sicu pasti tidak akan
merasa puas, menurutmu betul tidak?"
Pu-couw-siancu terpaksa berkata:
"Baik, anggap saja aku puas dengan pekerjaanmu, apa
yang dilakukan kau semua demi aku, perkataanku ini
apakah memuaskan anda?"
"Biasa-biasa saja! Sebenarnya Pinceng melaku-kan ini
demi satu orang sahabat lainnya."
Pu-couw-siancu keheranan sekali, tanyanya: "Siapa?"
"Sicu tidak perlu tahu, pokoknya seorang yang pasti akan
memperhatikan dirimu, Pinceng tahu dia pasti
memperhatikan, maka Pinceng melakukannya."
Mendengar ini Pu-couw-siancu tahu hweesio tua ini pasti
tidak akan mengatakan siapa orang itu.
Dia segera merubah arah pembicaraan:
"Kalau begitu, kemarin malam jika aku sampai kalah,
anda pun tidak akan tinggal diam?"
Biauw Cia-sa yang berada di dalam lubang saat ini baru
merasa terkejut, dia melihatpada hweesio tua.
Coba saja pikir, Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat yang
sampai Pek-jiu-cian-kiam To Sam-nio juga harus runduk
mendengar perintahnya, di dunia ini apa lagi yang harus
ditakutinya?
Tapi dalam nada bicaranya ini menandakan dia masih
harus minta perlindungan hweesio tua ini, siapa hweesio
tua ini sebenarnya?
Tong-leng-siang-jin berkata:
"Pinceng mungkin tidak sampai tidak ada perasaan
duduk diam tanpa mempedulikan, tapi jika Sicu hanya
terluka di wajah, atau hanya putus tangan, kaki, \ sedang
nyawa tidak terancam, saat itu mungkin Pinceng tidak akan
mempedulikan!"
Wanita cantik adalah mala petaka sejak zaman dulu
begitu.
Maka maksud dalam kata-katanya hweesio tua, di luar
seperti menutup-nutupi tapi sebenarnya sangat jelas.
Pu-couw-siancu menganggukan kepala, sorot matanya
berpaling pada lima mayat yang dibungkus tikar di dalam
lubang itu dan berkata:
"Buka dan lihat."
Tikar segera dibuka.
Lima mayat itu masih utuh.
Usia mereka diantara dua puluh lima sampai tiga puluh
dua, semuanya masih muda.
Hal ini memang membuat orang sedikit merasa sayang!
Hal lainnya yang menjadi perhatian adalah ke lima
orang mati itu semua sepasang matanya melototbesar.
Walaupun semua matanya sudah berubah jadi putih,
sedikit pun tidak ada cahaya, tapi bagaimana pun membuat
orang heran dan ketakutan.
Pu-couw-siancu terdiam melihat-lihat beberapa saat baru
berkata:
"Kubur kembali mereka."
Pekerjaan ini Biauw Cia-sa bisa mengerjakan lebih cepat
dari pada pekerjaan menggali.
Melihat kejadian yang sudah berlangsung dia merasa
keheranan, heran kenapa dia mendadak menjadi seperti
pegawainya Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat?
Pu-couw-siancu bertanya pada dia:
"Lo-hiat, kau juga sudah melihat ke lima mayat itu, coba
beritahu aku, apa yang kau telah lihat?"
Biauw Cia-sa berpikir paling sedikit puluhan kali baru
menjawab:
"Aku memang telah melihat beberapa hal!"
"Ku pikir kau pasti bisa melihatnya." Pu-couw-siancu
tersenyum, tapi senyumnya terasa dalam, sulit diduga,
"Kalau begitu, kau beritahu, sebab aku tidak suka menduga-
duga, dan juga paling baik kau ingat satu hal, yaitu jika aku
berumur panjang, baru bisa membantumu supaya Cui Lian-
hoa tidak mati, jika Cui Lian-hoa bisa hidup dengan baik,
mungkin kau juga sama."
Biauw Cia-sa seperti prajurit melewati sungai di dalam
permainan catur, sekali melewati sungai hanya bisa maju
tidak bisa mundur lagi, saat itu dengan gagap dia berkata:
"Mereka telah terkena racun serangga, terkena racun
sebelum mati."
Pu-couw-siancu tertawa, sepertinya dia tidak terkejut dan
berkata:
"Racun serangga macam ini mungkin racun yang bisa
mengendalikan pikiran mereka yang terkena racun bukan?"
"Betul!"
Pu-couw-siancu berpikir-pikir, alisnya semakin lama
semakin mengerut. Dia berguman:
"Tapi kenapa dua diantaranya bergerak lebih lambat, dan
juga tidak bekerja sama menyerang aku? Kenapa?"
Biauw Cia-sa bengong tidak bisa menjawab. ^
Tapi hweesio tua sambil tertawa malah berkata:
"Pernahkah Pinceng mengatakan Pinceng pasti duduk diam
tidak mempedulikan, pasti tumpang tangan menonton di
pinggir?"
Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat mengeluh:
"Hay! Aku seharusnya sudah terpikirkan sejak dulu!"
Biauw Cia-sa menggosok-gosok dan memukul-mukul
membersihkan tanah di tangannya dan di tubuhnya.
Tapi dia juga merasakan sorot mata Pu-couw-siancu
seperti golok mengawasi dirinya.
Kenapa dia menggunakan sorot mata setajam ini melihat
orang? Aku telah bekerja tanpa bayaran, dan juga selalu
menjawab pertanyaannya, apakah dia masih belum puas?
Ada beberapa hal yang sangat mudah, tapi buat orang
berilmu tinggi yang mempunyai banyak musuh, tidak
mudah berubah.
Biauw Cia-sa mengangkat kepala melihat sorot mata Pu-
couw-siancu yang hitam dan terang laksana bintang malam,
dengan rendahnya berkata:
"Apakah masih ada pekerjaan untukku?"
Pu-couw-siancu dengan dingin berkata:
"Di depan Lo-hweesio aku tidak bisa semba-rangan
membunuh orang, tapi mematahkan kaki, tangan atau
mencongkel satu mata mungkin masih boleh. Kau percaya
tidak dalam satu jurus aku bisa mematahkan satu kaki dan
satu tanganmu? Atau men-congkel satu mata, kau percaya
tidak?"
Biauw Cia-sa terkejut sekali katanya:
"Kapan aku telah berbuat dosa padamu?"
"Keberadaan Cui Lian-hoa belum kau katakan, hal ini
membuat aku sangat tidak puas."
"Jika aku mengatakannya, lalu kau menyuruh anak
buahmu menolongnya terlebih dulu, saat itu aku
bagaimana?"
"Itu masalahmu, aku sama sekali tidak percaya setelah
kau kehilangan saru kaki, saru tangan dan satu mata lalu
tidak ingin hidup lagi, saat itu kau masih harus
memberitahukannya padaku, betul tidak?"
Biauw Cia-sa merasa kepalanya sangat sakit dan pusing,
juga terpaksa mengakui Lian-gwat adalah orang yang paling
dingin, paling keji, paling menakut-kan yang pernah dia
temui selama hidupnya.
Tidak salah, setelah satu kaki, satu tangan dan satu
matanya hilang, Pu-couw-siancu baru menyang-gupi segala
syaratnya, apakah dia masih mau melanjut-kan hidupnya?
Jika mau melanjutkan hidup, bukankah tetap harus
memberitahukan tempat ditawannya Cui Lian-hoa?
Pokoknya, walaupun di tangannya ada seorang
sandaranya, tapi dia yang jadi penjual, sedikit pun tidak
sanggup mengajukan penawaran, malah dia yang di
kendalikan oleh lawan.
Dia melihat-lihat pada hweesio tua yang aneh itu, di
dalam hati berpikir dua kali.
Pu-couw-siancu berkata:
"Lo-hweesio itu benar-benar seorang hweesio, tentang
ilmu silat dan kepintaran beliau, di depan dia kita seperti
anak kecil yang tidak berpakaian, kau tidak perlu
mengkhawatirkannya."
Biauw Cia-sa memutuskan dan mengatakan satu alamat.
Dia sungguh pintar, juga seorang yang tegas. Dalam
sekejap mata dia sudah berhasil memperhitungkan untung
ruginya.
Misalnya jika dia tidak berpihak pada Pu-couw siancu,
maka Pek-jiu-cian-kiamg To Sam-nio segera ak.m menjadi
bayangannya.
Itulah, walaupun dia membunuh sandaranya terlebih
dulu lalu pergi bersembunyi, itu pun tidak akan bisa dia
lakukan.
Pokoknya, keadaan dia sudah menjadi walau pun
berusaha apa pun dia tetap akan mati.
Tidak peduli Cui Lian-hoa hidup atau mati, keadaannya
sama saja buat dia.
Dari pada begitu, lebih baik dia berpihak saja pada Pu-
couw-siancu.
Di luar dugaan, Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat malah
tidak segera menyuruh anak buahnya pergi melepaskan Cui
Lian-hoa.
Dia hanya pelan-pelan membalikan tubuh, bersujud pada
hweesio tua, sambil menundukan kepala berkata:
"Tolong Lo-hweesio memberi petunjuk."
Tong-leng-siang-jin berpikir sejenak katanya:
"Pinceng juga sangat berharap dengan tulus, Sicu
meminta saran padaku, sayang ini hal yang sangat tidak
mungkin, karena Sicu adalah orang Tong-to-bun
(Perkumpulan di wilayah timur).".
Pu-couw-siancu keheranan melihat pada dia dan
bertanya:
"Kenapa? Apakah setiap orang yang bergabung dengan
Tong-to-bun, pasti menjadi tidak berperasaan tidak
mengenal saudara dan tidakbisa ditolong lagi?"
Wajah Budha hweesio tua terlihat serius dan berwibawa,
sepertinya sudah berubah dari orang biasa rnenjadi Budha
agung yang telah sadar akan segala hal, tapi senyumnya
yang ramah dan lembut, malah mem-buat orang ingat dia
masih berada di dunia.
Masih ada saru hal lagi yang berbeda dengan orang lain
yaitu sepasang tangannya menggerakan satu tanda yang
jarang sekali dilihat.
Dan dibawah gerakan tangannya itu, kepala Pu-couw-
siancu semakin menunduk ke bawah, tubuh-nya juga sedikit
membungkuk, seperti sedang memikul benda yang sangat
berat.
Tong-leng Siang-jin berkata nyaring:
"Orang dari Tong-to-bun, tidak merasa ber-dosa terhadap
kekejian, tanpa perasaan, maka walau-pun Sicu melakukan
hal yang di luar kemanusiaan, di dalam hatimu juga tidak
akan ada rasa menyesal dan berdosa, hal inilah yang
Pinceng tahu dari Tong-to-bun, O-mi-to-hud, harap Pinceng
tidak salah memahaminya, harap Pinceng tidak salah
menilai orang-orang Tong-to-bun!"
Senyum Tong-leng-siang-jin yang bertumpuk di atas
kerutannya, malah dirasakan lebih ramah.
Dia berkata lagi:
"Pinceng terpaksa membicarakan ketua kuil Siauw-lim
Goan-seng Tai-cun-cia dua masa sebelum-nya, dia adalah
guruku, dia sering berkata, walaupun hal prinsip juga
kadang ada kekecualian, tapi itu sangat-sangat sedikit
sekali. Kalian jangan terbohongi karena v kemungkinan
semacam ini, kekecualian tidak bisa diharapkan, begitulah
keadaan dunia ini.
Kemungkinan dan kekecualian membuat banyak orang
mengharap berlebihan, mereka berharap kejadian aneh ini
bisa terjadi, akibatnya setelah harapan nya tidak terjadi,
baru sadar kekecualian itu sangat sangat sedikit sekali.
Argumen yang Pinceng katakan ini mungkin kalian
mengira sangat dalam sekali, tapi itu demi kebaikan kalian,
karena kalian berharap terlalu besar, sekali putus asa,
pukulannya akan terasa sangat berat, Pinceng pernah
melihat tidak sedikit orang mendapat pukulan ini,
penderitaannya sangat dalam, malah seumur hidupnya
seperti memikul hukuman.
Prinsip yang kalian katakan itu, Pinceng juga tahu, tapi
kekecualian bagaimana pun bukan cara yang biasa, hanya
bisa sesekali tidak bisa dipaksakan, berharap yang bukan-
bukan itu tidak boleh.
'Kekecualian' hanyalah gabungan dari semua kejadian,
hanya jodohnya lebih banyak sedikit atau kurang sedikit
saja, keadaan begini siapa yang bisa meramalkan?
Jika sampai untuk mengetahuinya saja tidak mungkin,
apakah mungkin mengharapkannya? Terima kasih Sicu
telah mengatakannya, tapi maaf Pinceng tidak bisa
menerimanya."
Suara Pu-couw-siancu mendadak kecil seperti berbisik:
"Tapi paling sedikit di dalam hatiku masih ada sedikit
pikiran jujur, maka aku mau minta tolong pada Taysu,
bukankah kemarin anda tidak akan tinggal diam menonton
aku mengalami kesulitan, tapi mengapa hari ini malah akan
tinggal diam?"
Tong-leng-siang-jin menghela nafas dan menggeleng-
gelengkan kepala.
Setelah beberapa saat, baru dia berkata lagi:
"Pinceng sudah tahu sebelumnya Pinceng tidak mungkin
bisa menolong permohonan Sicu, sebab bukan saja Sicu
masih ada Cui Lian-hoa.
Nama kalian Pinceng sudah beberapa kali mendengar
dari Cin Sen-tong, makanya sejak awal kita sudah ada
jodoh, tapi terhadap Sicu, sepertinya Pinceng juga tidak bisa
memikirkan sebuah cara.
Sicu tahu tidak Tong-to-bun tidak semudah seperti aliran
sesat Persia? Sebenarnya perkumpulan ini setengahnya
aliran hitam dari daerah India dan Tibet? Tapi masalah
kakak Sicu itu Pinceng bisa tidak harus mempedulikan,
mengenai Sicu, setiap kali pikiran Sicu mendadak sadar,
terjerumusnya pun semakin dalam satu tingkat."
Di dalam mata Pu-couw-siancu tampak warna
kebingungan dan berpikir.
Tong-leng-siang-jin kembali berkata:
"Bukankah gurumu bernama Sen Hai-kun? Kau tentu
sudah berhasil mempelajari ilmu hebatnya, Coan-sen-pian-
cie (Dewa berubah jari berputar), Yang-yan-hoan-sin-kang
(Ilmu sakti matahari membara), dan Sen-ie-tay-hoat (Ilmu
bayangan gaib)?"
Mendadak tubuh Biauw Cia-sa melesat pergi laksana
anak panah.
Arah yang dia tuju untuk melarikan diri dari hutan yang
berbeda dari arah datangnya.
^oodwoo^
BAB 9
Biauw Cia-sa mengira tadi dia telah dihadang oleh anak
buahnya Pu-couw-siancu, tapi dari arah melarikan diri yang
di tuju kali ini tentu tidak ada yang menghalanginya, apa
lagi keadaan Pu-couw-siancu tampak sedang bengong
memikirkan sesuatu, jadi mungkin tidak sempat
mengeluarkan perintah.
Walaupun dia kembali dihadang, juga tidak menjadi
masalah.
Bagaimana pun dia tidak akan menemui ajal-nya, jadi
tidak salah mencobanya.
Jika dia berhasil melarikan diri, bukankah dia kembali
menjadi bebas.
Selain itu Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat yang sudah
tahu Cui Lian-hoa berada di dalam genggaman nya, maka
dia tidak akan berani berbuat macam-macam terhadap dia!
Tubuh dia yang melayang kurang lebih dua tombak, tiba-
tiba seperti batu yang berat jatuh ke atas tanah, untungnya
tulang dia kuat, bukan saja tulangnya tidak patah, malah
masih bisa langsung berdiri.
Dengan ganas dan ketakutan dia menatap hweesio tua
itu dan berkata:
"Kenapa kau hanya membantu dia tidak mau membantu
aku? Apakah karena dia cantik?"
Tadi hweesio tua hanya sedikit mengibaskan lengan
bajunya, menjentikan jari di dalam lengan bajunya.
Satu hawa dingin sudah melesat ke arah Biauw Cia-sa
yang sedang berlari cepat.
Jurus ini adalah salah satu jurus hebat Siauw-lim-si yang
telah menggemparkan dunia ratusan tahun tapi jarang
dilihat orang, jurus ini disebut Ban-ji-to-go-cie (Jari Budha
menembus kesulitan).
Hweesio tua itu sambil tersenyum berkata:
"Jangan khawatir, Sicu tidak akan mati, tapi di kemudian
hari Pinceng tidak berani menjamin."
Lalu hweesio tua menggoyangkan tangannya tanda
menyuruh dia pergi dan berkata lagi:
"Pergilah ke depan kuil, dan tunggu disana,
Pincengmasih ada pesan untukmu."
Diam-diam Biauw Cia-sa mengerahkan tenaga
dalamnya, terasa di dalam tubuhnya paling sedikit ada tiga
puluh enam jalan darah selain kesemutan juga terasa sakit,
dia jadi sangat terkejut.
Dia tidak berani bicara lagi, lalu pergi keluar hutan.
Mata Pu-couw-siancu jernih dan jelas hitam dan
putihnya, dia menjadi sadar. Dia berkata:
"Lo-hweesio, apakah kau tidak lupa masih ada seorang
Pek-jiu-cian-kiam To Sam-nio yang bisa membunuh dia?"
Tong-leng-siang-jin tidak menjawab, dia hanya berkata:
"Sicu juga silahkan pergi, Pinceng masih ada tamu lain."
Pu-couw-siancu berpikir sejenak baru berkata: "Apakah
Ban-ji-to-go-cie dari Siauw-lim-si lebih
lihay dari pada Coan-sen-pian-cie dari perguruan kami?'"
Akhirnya pertanyaannya tepat ditanyakan pada orang yang
tepat, sebab jika membicarakan tinggi rendah dan
kehebatan ilmu silat yang tiada duanya di dunia ini, tidak
ada yang lebih pantas dari pada Tong-leng-siang-jin yang
menjadi salah satu dari Ngo-tai-siang-jin di Siauw-lim-si?
Kata Hweesio tua itu:
"Tidak, Coan-sen-pian-cie dan Ban-ji-to-go-cie tujuan
dan kegunaannya sangat berbeda, yang satu untuk
membunuh orang, yang satu lagi menghapus kejahatan
yaitu menolong orang, jadi tidak bisa disama ratakan.
Kedua jurus jari ini masing-masing mempunyai
kelebihan, keadaannya berimbang, siapa pun tidak bisa
mengalahkan siapa, jika Ban-ji-to-go-cie mampu menga
lahkan Coan-sen-pian-cie, maka Sen Hai-kun pasti memberi
tahu padamu, dan sangat mungkin tidak akan diajarkan
padamu, dia adalah orang yang sangat percaya diri dan
ingin menang sendiri, betul tidak?"
Mendadak Pu-couw-siancu menyadari, hweesio tua ini
ternyata sangat mengenal Sen Hai-kun yang sangat
misterius dan jarang diketahui orang.
Malah bisa ditafsirkan mereka adalah teman lama, kalau
tidak bagaimana dia bisa tahu begitu banyak?
Apakah di sisi Sen Hai-kun ada pengkhianat?
Hingga telah membocorkan tidak sedikit rahasia dia?
Tong-leng-siang-jin kembali berkata: "Nanti kalau
bertemu dengan Sen Hai-kun, tolong beritahu dia, Pinceng
sudah terlalu tua, sudah tidak sanggup lagi, tapi Pinceng
ada seorang generasi penerus.
Walaupun masih seorang hweesio kecil, tapi sangat
angkuh dan tidak mau kalah, dia berharap bisa bertarung
dengan Sen Hai-kun, itu adalah harapan dia seumur
hidupnya!"
Pu-couw-siancu sambil mengerutkan alis berkata:
"Hweesio kecil ini siapa namanya?"
"Nama preman dia tidak perlu disebutkan! Sebutan
hweesio dia adalah Wie-it (hanya satu satunya)."
Dia seperti teringat pada hal yang lucu, malah
mengangkat kepala, tertawa terbahak-bahak, berkata lagi:
"Dia baru berusia dua puluh tahun? Mmm, mungkin
juga dua puluh satu tahun. Tapi dia mempunyai banyak
harapan yang cerah. Misalnya di bidang ilmu silat, orang
yang saru satunya dia ingin kalahkan adalah Sen Hai-kun,
di bidang agama Budha, satu-satunya harapan dia adalah
hati terang dan tahu masalah, menuju kesempurnaan, di
bidang wanita, dia juga memiliki harapan satu-satunya......"
Pu-couw-siancu melihat dia terhenti sejenak, jadi tidak
tahan bertanya:
"Dia berharap apa?"
"Dia berharap sepanjang hidupnya tidak akan bertemu
dengan wanita yang bisa menggetarkan hati-nya, dia sadar
ini satu ujian yang sangat berbahaya, tentu saja Pinceng
juga sangat setuju dengan maksud-nya." Pu-couw-siancu
tersenyum dan berkata: "Boleh tidak aku bertemu dengan
dia?"
"Tidak bisa," hweesio tua dengan jujur menolak, dan
melanjutkan perkataannya:
"Karena Sicu adalah wanita yang satu-satunya tidak dia
harapkan bertemu."
Pu-couw-siancu pelan mengangkat bahunya, lalu
mengangkat tangan merapihkan rambut panjang-nya. Tidak
banyak bicara lagi, meninggalkan tempat itu sambil
tersenyum.
((oodwoo))
Di dalam hutan pohon Hong keadaan tenang dan
hening, hweesio tua yang berdiri tidak bergerak, tiba-tiba di
hadapannya muncul satu orang.
Hweesio tua itu membuka mata melihatnya, sedikit pun
dia tidak merasa heran, berkata:
"Akhirnya Sicu datang juga?"
Orang itu memakai baju putih melayang-layang ditiup
angin, muda dan tampan.
Tapi dalam ketenangannya tampak kekuasaan, d i dalam
sorot matanya tampak ambisi menguasai dunia.
Dia membungkuk hormat katanya:
"Aku tidak tahu hweesio tua menunggu aku, maka
datang terlambat."
"Pinceng tidak sengaja menunggumu, Pinceng hanya
saja tahu Sicu mungkin akan mencari Pinceng, maka
Pinceng melakuan dengan sambilan saja! Jika Sicu sudah
datang, itu bagus sekali."
Orang berbaju putih adalah ketua perkumpulan Thi-pian-
tan, Li Poh-hoan yang berambisi menguasai dunia
persilatan. Dia berkata:
"Mohon penjelasan maksud kata 'bagus' itu?"
"Guruku adalah Goan-seng Tai-cun-cia, dia adalah ketua
Siauw-lim dua masa sebelumnya, yang menggantikan
kedudukannya adalah Thi-kau-siang-jin, dia adalah adik
seperguruan almarhum guruku."
Li Poh-hoan dengan hormat berkata:
"Para Siang-jin dari kuil Siauw-lim-si aku sudah
mendengarnya, di dalam hatiku sangat salut dan
menghormati mereka. Tapi kenapa Lo-hweesio
menceritakan hal yang sudah lama lewat ini?
Walaupun para ketua Siauw-lim-si dahulu
menggemparkan dunia dan dihormati, lalu apa
hubungannya dengan sekarang?"
Tong-leng-siang-jin pelan berkata:
"Susiok Pinceng pernah berpesan, jika bertemu dengan
keturunan Leng-hiat Li Cap-pwee, yang jadi sahabat
lamanya, Pinceng harus melindunginya."
Li Poh-hoan terpaku sesaat lalu berkata:
"Ah! Begitu, kiranya begitu!"
Tidak heran begitu dia bertemu dengan Siang-jin yang
sudah amat tua ini, langsung dia diajarkan satu jurus
pedang yang sangat hebat.
Tentu saja saru jurus pedang ini amat berguna sekali
buatnya.
Terhadap jurus It-cie-pek-pian Pu-couw-siancu" itu, dia
akan kewalahan menghadapinya, dia tentu terpaksa sekuat
tenaga menggunakan jurus pedang pembunuh. Jadi sangat
mungkin kedua belah pihak akan sama sama terluka. Malah
mungkin kedua belah pihak akan kehabisan tenaga dan
tidak bisa bangkit berdiri.
Maka satu jurus pedang yang diajarkan hweesio tua itu,
akan menghindarkan mala petaka, dan sekarang dia baru
mengerti alasannya kenapa hweesio tua ini mengajarkan
jurusnya.
Dia menghela nafas dalam sekali, lalu mengangkat
kepala bersiul panjang, melampiaskan semangat yang
bergelora di dalam dadanya melalui siulan panjang ini.
Dada segera merasa lebih nyaman. Dengan terharu dia
berkata:
"Kebiasaan para Lo-cianpwee yang sangat berperasaan,
bisa dilihat dari sini, bisa dilihat dari sini......"
Tong-leng-siang-jin menatap dia sejenak, tidak tahan
berkata:
"Sementara ini kembalilah Sicu ke Siang-yang,
berpikirlah beberapa hari, sebab Pinceng melihat masih ada
satu mala petaka yang akan terjadi."
Semangat Li Poh-hoan jadi terbangkit, dengan
tersenyum tenang berkata:
"Terima kasih banyak atas petunjuk Siang-jin, aku tahu
harus bagaimana berbuat. Terima kasih banyak dan mohon
pamit."
00-00
Walau jurus pedang Li Poh-hoan sangat hebat dan
orangnya cerdas, tapi dia tidak tahu harus berbuat
bagaimana!
Karena Li Poh-hoan tidak tahu mala petaka apa yang
disebutkan oleh si hweesio tua, maka tidak mungkin dalam
sekejap mata dia mendapatkan cara untuk menghadapinya.
Yang dia punya hanyalah semangat dan ambisi, maka
dia berani menghadapi lawan sekuat apa pun, tanpa terkejut
dan tidak takut.
Tapi di dunia inipun banyak orang hebat, orang
pemberani, mereka pun pernah mengalami kekalahan,
maka keberanian dan semangat bukanlah cara untuk
menguraikan masalah dan mengalahkan mala petaka.
Aturan ini sangat jelas dan mudah dimengerti.
©*®*©
Di lapangan di depan kuil Han-san.
Biauw Cia-sa yang penampilannya bungkuk berambut
putih duduk di atas batu di sisi benteng.
Jembatan kuno yang berada di sisi kiri pintu kuil dengan
mantap melintang di atas sungai.
Tidak ada pucuk baru yang tumbuh diranting pohon
Hong, juga tidak terlihat pohon Liu melambai lambai.
Biauw Cia-sa sedikit pun tidak tertarik pada
pemandangan di depan matanya, yang dia inginkan adalah
mengedipkan matanya, seperti main sulap, lalii pergi jauh
dari kota Soh-ciu.
Karena Pek-jiu-cian-kiam To Sam-nio berada di sekitar
ini. Dia bisa saja setiap saat mendadak muncul.
Walaupun Biauw Cia-sa adalah pesilat tinggi dalam ilmu
pedang, di dunia persilatan jarang menemui tandingan.
Tapi To Sam-nio adalah orang khusus yang bisa
mengalahkan dia, orang yang pasti dapat mengambil
nyawanya, maka To Sam-nio benar-benar diutus Can-bian-
tok-kiam-bun untuk menangkap dia.
Benar saja ketakutannya Biauw Cia-sa tidak sia sia, dia
tas perahu di sisi sungai ada dua orang naik ke darat.
Yang berjalan di depan adalah To Sam-nio, wajahnya
yang cantik terlihat dingin sekali.
Sorot mata dia juga dingin.
Mendadak udara seperti berhenti berjalan, di ikuti
langkah kakinya juga bersamaan terhenti.
Di lapangan yang kosong, dia sudah melihat Biauw Cia-
sa. Tapi orang ini mana mungkin orang perguruan nya?
Jika dia bukan orang perguruannya, lalu kenapa bisa
membuat dia timbul tiga macam perasaan yang hanya ada
di perguruannya?
Dia berkata:
"Siau-cian, pergi kesana suruh orang tua itu menyingkir,
aku mau duduk di atas batu itu."
Di belakang dia adalah pelayannya.
Setelah menyahut pelayannya lalu pergi melaksanakan
perintahnya, tapi di dalam hati dia bingung tidak mengerti.
Sebab menurut yang dia tahu, To Sam-nio suka kebersihan,
sampai kursi yang baru di duduki orang pun dia tidak mau
menempatinya, maka sekarang begitu dia mau duduk di
atas batu itu, sungguh sangat mengherankan.
Melihat Siau-cian datang menghampirinya, hati Biauw
Cia-sa berdebar-debar seperti mau meloncat keluar, kepala
seperti mau pecah.
Habislah, pembalasan dari perguruan sungguh sangat
mengesalkan, sangat menakutkan, walaupun masih berjarak
beberapa tombak, dia sudah merasakannya.
Siau-cian dengan dingin berkata: "Pergilah, jangan
duduk di sini, tempat ini akan kami gunakan."
Biauw Cia-sa hampir saja berteriak: "Terima kasih
Tuhan."
Saat itu buru-buru dia bangkit berdiri, dan cepat-cepat
pergi jauh.
Tapi sayang tiga puluh enam jalan darah di rubuhnya
tidak mau menuruti keinginan dirinya, dia ingin berjalan
lebih cepat sedikit pun tidak bisa.
Saat dia berjalan, sorot mata To Sam-nio dari atas turun
ke bawah melihatnya.
Saat itu tidak tahan dia mengerutkan alisnya, di dalam
hati berpikir, jelas orang tua itu gerakannya sangat kaku,
tentu saja sedikit pun tidak punya ilmu silat dan tenaga
dalam!
Jika orang ini orang yang mempelajari jurus hebat Can-
bian-tok-kiam dari Lam-kang, maka seperti matahari terbit
dari barat, tidak mungkin.
Dia lama berdiri dan berpikir, dari dalam kuil berjalan
keluar empat orang laki-laki berbaju perak bercelana hitam,
dua orang itu membawa golok, dua orang lainnya
membawa pedang, wajahnya serius dan beringas.
Di belakang empat orang ini adalah Pu-couw-siancu
yang wajahnya seperti bunga di musim semi.
Saat Pu-couw-siancu berada di depan To Sam-nio, empat
orang laki-laki itu sudah berdiri di empat sudut terpisah,
membentuk saru kepungan.
Saat ini To Sam-nio sudah melupakan hal lainnya. Dia
melirik sekali keadaan sekeliling, sambil tersenyum berkata:
"Siancu memanggil pelaksana hukum baju perak yang
sulit ditemui, malah sebanyak empat orang, kelihatannya
bermaksud melaksanakan hukuman pada aku?"
Suaranya lembut, tingkahnya tenang.
Sepertinya yang mau dihadapi oleh Pu-couw-siancu
adalah orang lain, bukan dia.
Pu-couw-siancu sedikit tercengang, katanya:
"Kau seperti tidak mengerti, apakah kau mengira empat
orang pelaksana hukum berbaju perak juga tidak bisa
berbuat apa-apa pada dirimu?"
Kata To Sam-nio:
"Tidak, empat pesilat tinggi yang tidak takut mati, di
tambah sangat mengetahui jurus pedangku, itu sudah
cukup, aku hanya menyesal, kemarin siasat secara diam-
diam membunuh, yang telah dengan susah payah diatur,
ternyata tidak berhasil membunuhmu.
Apa lagi kemarin Li Poh-hoan telah membantu aku,
melukai dua orang pembantumu, membuat kau terjerumus
dalam kesendirian, kenapa aku masih tidak berhasil? Aku
sungguh tidak mengerti!"
Wajah Pu-couw-siancu sangat tidak enak di pandang,
berkata:
"Ternyata kau juga ingin mendapatkan posisi-ku,
baiklah, serahkan plat emas pengampun nyawa, maka aku
juga akan melupakan hal ini."
To Sam-nio mengeluarkan sebuah plat emas kecil,
sesudah menghormat dengan sepasang tangan
menyerahkannya, sambil menghela nafas berkata:
"Siancu kedudukanmu yang di bawah satu orang di atas
ribuan orang, membuatku semakin ber-pikir semakin takut.
Walaupun aturan ketua memaksa kau tidak berani
sombong dan lengah, tapi dengan dunia yang luas ini, dan
selalu muncul orang yang berbakat, sungguh sulit bisa
menghindarnya!"
Keluhannya sudah menjawab semua pertanyaannya.
Ternyata setiap orang yang dianggap pantas oleh ketua
Tong-to-bun Sen Hai-kun, akan di beri kekuasaan khusus
boleh membunuh Pu-couw-siancu, jika berhasil maka dia
akan menggantikan kedudukan Pu-couw-siancu.
Jika gagal, asalkan menyerahkan plat emas pengampun
nyawa, maka dia akan diampuni.
Tapi setelah menyerahkan plat emas ini, maka
selamanya dia tidak pantas lagi memperebutkan kedudukan
ini.
Wajah To Sam-nio yang dalam sekejap sudah berubah
menjadi sangat hormat bukan tidak ada alasannya.
Pu-couw-siancu mengangkat kepala berpikir sejenak lalu
berkata:
"Bagaimana dengan Biauw Cia-sa? Ilmu silat-nya' cukup
bagus bukan?"
To Sam-nio sangat terkejut dan berkata:
"Dia adalah pengkhianat perguruan, ilmu silatnya
tergolong tujuh pesilat tinggi di perguruan, dia bukan orang
yang mudah dihadapi.
Jika Siancu ingin menghadapi dia, selain mengutus aku
seorang, jika mengutus orang lain, paling sedikit harus
mengutus dua orang pelaksana hukum secara bersama-
sama baru bisa menangkap-nya." Pu-couw-siancu berkata:
"Aku tidak ingin menghadapi dia, kau juga paling baik
melupakan dia, ini adalah perintahku."
Baru saja To Sam-nio menundukan kepala mengiyakan,
Pu-couw-siancu sudah berkata lagi:
"Perintah keduaku adalah segera berangkat dan bunuh
Hoyan Tiang-souw, tapi jangan berharap aku mengutus
orang membantumu. Jika kau berhasil melaksanakan tugas
ini, maka kedudukanmu akan bertambah teguh, dan bisa
mendapatkan rahasia ilmu awet muda!"
Setelah perkataannya habis dia menggoyang goyangkan
tangannya.
To sam-nio tidak berani bertanya apapun, buru-buru
pergi meninggalkan tempat itu.
Pu-couw-siancu merubah gerakan tangannya jadi
mengapai.
Biauw Cia-sa melihat di belakang tidak ada orang, baru
berani memastikan gerakan dia adalah memanggil dirinya,
maka buru-buru dia menghampiri.
Tapi sayang tubuh dia tidak mau mendengar perintahnya
karena tidak ada tenaga.
Makanya gerakan dia malah lebih lambat dari pada
orangbiasa berjalan cepat.
Pu-couw-siancu berkata pada dia: "Sekarang walaupun
To Sam-nio sudah tidak berani lagi mengejar dan
membunuhmu, tapi aku tetap masih bisa memerintahkan
dia merubah pikirannya." "Iya, iya, aku tahu," kata Biauw
Cia-sa gugup.
"Kau cari akal bunuh Li Poh-hoan, jika dalam saru
bulan, dia masih belum mati, maka kaulah yang mati."
Biauw Cia-sa segera menjawab, tapi balik bertanya:
"Siancu, ilmu silat yang kupelajari dengan susah payah
selama dua puluh tahun telah ditotok oleh hweesio tua itu,
untuk berjalan pun tidak bisa cepat, bagaimana bisa
menghadapi Li Poh-hoan?"
Tapi Pu-couw-siancu sudah berjalan meninggal kan
tempat itu, dia hanya berpesan satu kata:
"Kau cari akal sendiri."
Bagaimana mungkin Biauw Cia-sa punya akal? Satu-
satunya cara hanya memohon pada hweesio tua yang aneh
itu.
Tong-leng-siang-jin seperti dewa yang tergugah oleh
ketulusan hatinya, mendadak muncul di dalam
pandangannya.
Dia sepertinya tidak tahu apa yang telah terjadi, sambil
menganggukkan kepala berkata:
"Bagus, Sicu sangat penurut, masih menunggu Pinceng
disini."
Biauw Cia-sa tertawa pahit berkata:
"Mana mungkin aku tidak menuruti kata-kata anda? tiga
puluh enam jalan darah di tubuhku di totok, jika anda tidak
berbaik hati membukanya, aku bisa hidup lewat tiga hari,
bisa dianggap ajaib."
Tong-leng-siang-jin berkata:
"Jangan memandang seorang hweesio begitu krji,
sebenarnya Pinceng hanya menotok satu jalan darahmu,
hanya saja salah menggunakan tenaga, hingga membual
Sicu merasa tiga puluh enam jalan darahmu sudah tertotok.
Pergilah, setelah lewat tiga hari Sicu akan sembuh kembali."
Setelah mendengar hal itu, Biauw Cia-sa menjadi
bengong tidak bisa bicara.
Di dunia sekarang ini, apakah betul ada ilmu silat
sehebat ini!
Tentu saja dia tahu hweesio tua ini pasti bukan salah
menggunakan tenaganya, kata-katanya hanya berkelakar
saja.
Hweesio tua itu malah menemani dia berjalan.
Lalu dia sambil berkata:
"Terus terang, jika To Sam-nio tidak melihat keadaan
tubuhmu bermasalah, tidak berilmu silat dan tenaga dalam,
mana dia mau melepaskan dirimu, Pinceng duga Sicu pasti
sudah bertemu dengan dia?"
Hweesio tua yang aneh dan pantas mati, apakah di dunia
ini masih ada hal yang tidak dia ketahui?
Biauw Cia-sa menghela nafas, berkata:
"Untung di dalam kuil Siauw-lim-si, setiap hweesio yang
seperti kau ini tidak banyak, jika sebalik-nya orang yang
melakukan kejahatan pasti setiap malam tidak bisa tidur."
00 - © - 00
Di hari ke delapan Biauw Cia-sa sudah menemu kan Li
Poh-hoan.
Cara penemuannya sangat mudah.
Dia menggunakan nama Li Poh-hoan mem-bunuh tiga
orang dunia persilatan yang ternama, dan dia masih tetap
berdandan jadi seorang tua bungkuk berambut putih,
menginap di penginapan Hong-pin di luar gerbang Cong-
kin.
Berita tentang Li Poh-hoan membunuh orang,
seluruhnya dia beri tahukan pada setiap orang yang duduk
di sisinya saat dia makan dan minum arak.
Maka di hari ke delapan Li Poh-hoan sudah menemukan
dia.
Pertemuannya di Liu-lang-bun-eng di pinggir See-ouw.
Di sana ada lapangan rumput hijau yang sangat luas,
luasnya sampai untuk pertempuran lima ratus orang juga
tidak akan terasa sempit.
Bulan ketiga di Kang-lam, burung Eng terbang
melayang-layang dan rumput tumbuh tinggi.
Tapi sekarang bulan terang dilangit, burung Ying sudah
tidur. Di lain pihak siapa pun sudah tidak ada gairah
menikmati keindahan pantai dan bulan.
Li Poh-hoan masih tetap berpakaian putih, tangan
kirinya menggenggam pedang panjang berikut sarungnya.
Wajah dia walahpun tampak santai, tapi jika di teliti
langsung mengerti, dia sedikit pun tidak berani' ceroboh,
pedang di tangan kirinya, tangan kanan dapat mencabutnya
setiap saat.
Sebaliknya kedua tangan Biauw Cia-sa kosong tidak
memegang apa-apa, sepertinya lebih berani dari pada Li
Poh-hoan, tiba-tiba dia membuka topi nelayan wanitanya,
maka tampak wajah seorang wanita.
Usia tiga puluh tahun lebih, tidak cantik juga tidak
buruk.
Li Poh-hoan kebingungan sambil mengerutkan alis
berkata:
"Tadi kau berdandan seorang laki-laki tua, sekarang
berubah menjadi seorang wanita, aku benar-benar harus
mengenalimu?"
"Bertemu kenapa harus berkenalan!" Biauw Cia-sa malah
mengeluarkan sebuah sajak ternama! Lalu dia melanjutkan
berkata:
"Malam ini tidak peduli aku mati atau hidup, menang
atau kalah, pokoknya aku akan membiarkan kau melihat
wajah asliku, juga membiarkan kau tahu namaku, nama
aku adalah Biauw Cia-sa, begitu cukuplah."
"Baiklah, kau sangat terbuka, aku ucapkan terima kasih
terlebih dulu." Li Poh-hoan bukan saja orangnya tampan,
tingkah lakunya juga seperti putra bangsawan, dia berkata
lagi, "Apakah Li Poh-hoan dulu pernah melakukan
kesalahan padamu?
"Tidak ada, sedikit pun tidak ada." Saat Biauw Cia-sa
menjawab, dalam hatinya mendadak jadi mengerti, kenapa
Pu-couw-siancu menyuruh dia membunuh Li Poh-hoan.
Orang yang romantis seperti dia, jika ber-dekatan
dengannya, dia akan tidak mampu mengen-dalikan dirinya,
lebih baik cepat-cepat membunuhnya, supaya tidak ada
pikiran di kemudian hari.
Dia kembali berkata:
"Pokoknya aku mau membunuhmu, urusan lain tidak
perlu dibicarakan."
Li Poh-hoan tersenyum dan berkata:
"Ternyata kau pun seperti pembunuh bayaran, ku lihat
kau cukup bengis tapi kurang licik, kau pasti bukan
pembunuh bayaran profesional kelas satu."
"Aku memang bukan pembunuh bayaran
profesional......" dia hanya mengatakan tujuh kata, tapi
Li Poh-hoan sudah memperhitungkan gerakan dia
selanjutnya.
Yang dimaksud gerakannya, khusus ditujukan pada
Biauw Cia-sa.
Pertama-tama dia melepaskan sabuk yang di ikat di
pinggangnya, bentuknya seperti sabuk kulit yang digunakan
orang zaman sekarang.
Karena sabuk yang tipis dan kecil ini dibelitkan dua kali
lingkaran dipinggangnya, dan jika lingkaran pinggang dia
dihitung dua puluh empat inci, maka panjang dua kali
lingkaran itu adalah empat puluh delapan inci.
Tentu saja sabuk itu bukan untuk mengikat pinggang dan
celana.
Tapi sebenarnya adalah sebilah pedang yang tipis, lentur,
dan kecil.
Sarung pedang yang membungkusnya mung-kin kulit
ular yang sulit didapat.
Dan gerakan kedua Biauw Cia-sa adalah melepaskan
sarung pedang itu, pedang lentur itu mendadak menjadi
tegang lurus, juga mengeluarkan sinar biru perak.
Bersamaan waktu itu, sarung pedang di tangan kirinya
juga sudah dibelitkan di telapak tangannya, sehingga hanya
ujung jarinya masih terlihat, seluruh telapak tangannya
seperti memakai sanmg tangan.
Gerakan selanjutnya adalah menyerang.
Walaupun serangannya cepal d«n berujung gulung,
setiap serangannya hampir tidak celahnya, tapi Lj Poh-hoan
tetap masih bisa menghitung serangan dia seluruhnya enam
belas kali.
Karena serangannya tidak terputus, jadi tidak terlihat ada
sambungannya, orang yang melihat seperti seekor ular
datang membelit.
Li Poh-hoan menunggu sampai gerakannya habis,
kakinya sudah bergeser mundur delapan langkah, tentu saja
pedang panjangnya pun sudah dikeluarkan, menggunakan
tangan kanan dengan mantap menggenggamnya.
Sekarang dia benar-benar merasakan kelihayan Can-
bian-tok-kiam, salah satu jurus pedang ternama masa kini.
Sejak dia turun gunung, dia sudah bertarung dengan
pesilat-pesilat masa kini, banyaknya tidak terhitung, tapi
tidak pernah dia mengalami keadaan seperti sekarang,
setelah mundur delapan langkah, dia masih belum mampu
membalas menyerang.
Jurus pedang Biauw Cia-sa tidak ada putusnya, setiap
jurus terus bersambungan.
Laksana jarum dan benang yang bersambung-an, rotan
dan pohon yang berbelitan.
Pedangnya pun mungkin beracun. Tapi Li Poh-hoan
berani bertaruh huruf racun di dalam kata-kata Can-bian-
tok-kiam, racunnya pasti bukan ditunjukan pada racun
obat, tapi semacam racun asal sekali tersentuh pasti akan
membunuh musuhnya.
Tentu saja racun ini sebuah racun yang sangal
menakutkan, jauh lebih berbisa dari pada racun obat.
Setelah Li Poh-hoan mundur delapan langkah dia masih
tetap harus mundur terus, untung saja Liu-lang-bun-eng
adalah sebuah tempat datar yang cukup luas, salah satu dari
delapan pemandangan indah.
Jadi walaupun Li Poh-hoan terpaksa harus mundur,
mundur sebanyak dua ratus langkah pun tidak akan
tercebur ke dalam danau.
Tapi Li Poh-hoan tidak mundur sejauh itu.
Di hitung mulai dari kedua kalinya, saat langkah ke
tujuh tiba-tiba pedang dia secepat kilat menusuk.
"Traang tiaang tiaang" tiga tusukan pedang-nya,
mengenai pedang tipis lawan, dan ujung pedang-nya tepat
mengenai kurang lebih empat inci dari ujung pedang Biauw
Cia-sa.
Serangan pedang yang rapat seperti ular ber-bisa dan
tidak ada putusnya sekarang menjadi pecah dan kacau.
Apa lagi setelah Li Poh-hoan menambahkan tiga
serangan susulan, walaupun Biauw Cia-sa dapat
menangkisnya, tapi jurus pedangnya menjadi kehilang-an
daya isapnya. Malah jadi seperti sepiring pasir yang
berantakan.
Tiba-tiba ujung pedang Li Poh-hoan berubah arah,
langsung menusuk telapak tangan kiri Biauw Cia-sa.
Biauw Cia-sa tidak mau mundur, telapdk tangannya
bergerak memukul ujung pedangnya.
Dari angin keras yang timbul akibat pukulan tangannya
bisa diketahui Biauw Cia-sa sudah mengerahkan seluruh
tenaga dalam dan kecepatannya.
Walaupun telapak tangannya telah dibelit kulit ular dari
sarung pedang, tapi kecepatan dan kekuatan pedang lawan
mungkin bisa menembus telapaknya walaupun telapak
tangannya dibungkus plat besi.
Bentrokan terjadi antara telapak tangan dan ujung
pedang dengan kecepatan yang sulit digambar-kan.
Biauw Cia-sa mengeluarkan jeritan kesakitan. Tubuhnya
mengikuti datangnya pedang lawan berguling setengah
lingkaran, jatuh di atas tanah.
Terlihat tangan kiri dia menjulur keluar, pedang Li Poh-
hoan sudah menembus pergelangan tangan dia, menancap
dalam sekali ke dalam tanah berumput.
Selain itu sebelah kaki Li Poh-hoan sudah menginjak
pedang lentur berwarna biru peraknya, begitu mengerahkan
tenaga dalam, pedang lentur itu melengkung masuk ke
dalam tanah, dalamnya sampai satu kaki.
Saking sakitnya Biauw Cia-sa sampai mencucur kan
keringat dingin. Dia mengadukan giginya berkata:
"Bunuhlah aku, jika kau berani bunuhlah aku."
Wajah Li Poh-hoan dingin dan bengis. Tampangnya
bukan seorang yang welas asih, yang tidak tega membunuh
orang. Dia berkata:
"Ku dengar Can-bian-tok-kiam dari Lam-kang,
mempunyai jurus hebat lain dan tenaga dalam Cie-kiam-ci-
hiat (Jari pedang menusuk jalan darah), tapi kau pun jangan
lupa, orang lainpun bisa menusuk jalan darah. Walaupun
harus menggunakan pedang bukan menggunakan jari, tapi
hasilnya tidak ada perbedaan, sekarang jalan darahmu
sudah kutotok, sudah tidak mampu melawan, menurut
pandanganku asalkan hasilnya begini, menggunakan
pedang atau menggunakan jari pun bisa saja, bagaimana
menurutmu?"
Biauw Cia-sa memang heran, kenapa dia merasakan
sangat sakit?
Apakah tusukan pedang yang menotok jalan darah, bisa
membuat sakitnya berkali lipat?
Dalam waktu singkat dia sudah tidak tahan lagi, sorot
matanya yang bengis sudah berabah menjadi lemah. Dan
akhirnya sampai teriak:
"Aduh., aduh".
Sekarang dia mana bisa berpikir dan punya semangat
membicarakan masalah lainnya. Sekarang yang paling
penting adalah bagai-mana mengurangi rasa sakitnya.
Dia sendiri sadar rasa sakitnya sangat menakut kan,
dalam keadaan biasa, walaupun lawan mematah-kan
beberapa tulangnya, dia masih mampu bertahan.
Tapi sekarang pedang lawan hanya menembus
pergelangan tangan, tapi sakitnya tidak tertahankan.
Setiap gumpal daging, setiap ototnya seperti mengerut
dan sakit. Keadaan aneh ini tentu saja datangnya dari jalan
darah yang ditembus oleh pedang panjang. Karena dia
berkonsentrasi untuk meringankan sakitnya, makanya otak
dia mendadak menjadi lincah.
Sambil merintih dengan keras berkata:
"Li-pangcu, aku ada hal yang mau dilaporkan."
Dia sudah menggunakan kata terhormat 'lapor', tidak
berani berteriak-teriak tidak karuan.
oo)))dw(((oo
BAB 10
"Mulutmu tidak disumbat, mau berkata apa katakan
saja," kata Li Poh-hoan.
Sambil merintih Biauw Cia-sa berkata:
"Karena kesakitan otakku jadi tidak bisa ber-pikir,
mungkin melupakan kata-kata penting, apa lagi yang ada
hubungannya dengan Pu-couw-siancu......"
Li Poh-hoan tertawa dingin dan berkata:
"Rasa sakit kadang bisa membuat otak orang lebih sadar.
Apa lagi aku, sebenarnya tidak ingin mendengar kata-
kata......"
Tapi begitu muncul wajah cantik Pu-couw-siancu yang
bisa menggetarkan hati orang, dia tidak tahan langsung
menendang sekali pada Biauw Cia-sa.
Biauw Cia-sa yang ditendang seharusnya semakin
merasa sakit, tapi yang terjadi malah sebalik-nya, dia
menghela nafas panjang, rintihannya segera berhenti.
"Katakanlah." Li Poh-hoan mendesak dia, "Aku tidak
punya banyak waktu, kau telah menimbulkan banyak
kerepotan untukku, walaupun aku tidak takut pada murid
dan teman-orang orang itu jika datang membalas dendam
padaku.
Tapi kulihat lebih bagus sebisanya menjelaskan pada
mereka, mengenai dirimu, mungkin kau masih belum lupa,
rasa sakit tadi bukan?"
Biauw Cia-sa tidak berani membuang-buang waktu.
Pertama, khawatir membuat Li Poh-hoan jadi marah.
Kedua, pergelangan tangannya yang ditembus oleh
pedang, harus cepat-cepat diobatinya, jika terlalu banyak
mengeluarkan darah, walau ilmu silatnya tinggi juga akan
mati.
Di dunia tidak terhitung banyaknya orang bunuh diri
dengan memotong pergelangan tangannya, tempat yang
dipotong adalah tempatnya ini.
Dia berkata:
"Aku adalah pengkhianat Can-bian-tok-kiam-bun dari
Lam-kang......"
Li Poh-hoan menggoyang-goyangkan tangan-nya tidak
sabar dan berkata:
"Aku tahu, begitu kau menyebutkan namamu aku sudah
ingat, jaringan perkumpulanku tidak akan membuat berita
yang aku tidak tahu."
Biauw Cia-sa buru-buru berkata: "Makanya aku takut
bertemu dengan orang dari perkumpulan kami, apa lagi
orang yang mampu membunuh aku."
Li Poh-hoan menganggukan kepala, katanya: "Jika aku
adalah kau, mungkin juga akan begitu, tapi sebenarnya apa
yang ingin kau katakan?"
"Di sisi Pu-couw-siancu ada seorang wanita, dia sangat
cantik, mungkin kau sudah bertemu dengan dia, dia adalah
To Sam-nio, julukannya Pek-jiu-cian-kiam." *?
"Aku pernah melihat dia, juga pernah melihat dia
menggunakan pedangnya, tapi walaupun jurus pedang dan
tenaga dalamnya lebih bagus darimu, tapi aku percaya
perbedaannya tidak terlalu jauh, apa sebab kau begitu
ketakutan ketika menyebut dia, hingga suaramu juga jadi
gemetar?"
Kata Biauw Cia-sa:
"Jika dia diperintah oleh ketua untuk mengejar dan
membunuh aku, di dalam tiga jurus, dia pasti bisa
mengalahkan aku, dalam tiga bulan aku pun pasti akan
mati.
Hanya saja tiga bulan ini sebelum aku mati, aku akan
menderita siksaan yang mengerikan sekali, tidak lebih
ringan dari kesakitan yang tadi kualami, coba kau pikir, jika
menderita siksaan seperti itu selama tiga bulan baru bisa
mati, siapa yang bisa tahan?"
Li Poh-hoan tersenyum dan menjawab:
"Maka aku sarankan padamu, saat kau melihat dia,
segera cabut pedang bunuh diri."
Biauw Cia-sa sedikit pun tidak merasa lawan berkelakar,
wajah dan nadanya pun sangat serius. Dia berkata:
"Benar, sejak lama aku sudah memutuskan melakukan
hal itu, tapi jika ada cara lain, atau ada kesempatan
menghindar, tentu saja aku tidak mau melepaskan peluang
ini."
Dia berhenti sejenak lalu melanjutkan: "Aku telah
menangkap kakak kembarnya Pu-couw-siancu, memaksa
dia memerintahkan To Sam-nio supaya jangan membunuh
aku, tapi Pu-couw-siancu mau aku lakukan satu hal, yaitu
kau!"
Karena darah terus mengalir dari pergelangan
tangannya, makanya Biauw Cia-sa yakin lebih baik segara
menyelesaikan kata-katanya, jika tidak dia yang akan mati
segera dan pasti bukan Li Poh-hoan.
Li Poh-hoan tertegun beberapa saat, kepalanya berbunyi
terus.
Pu-couw-siancu mau membunuhku?
Kenapa?
Kenapa dia mau membunuh aku?
Apakah kata-kata yang lembut hangat di bawah pohon
Hong di pinggir sungai, cium dan peluk yang manis dan
memabukan, semuanya palsu?
Laki-laki mana pun pasti tidak akan percaya bisa ada
kejadian yang demikian.
Mula-mula Li Poh-hoan pun demikian, tapi setelah
berpikir lama, tidak demikian.
Sebab dia tahu jika wanita berubah menjadi kejam,
kekejamannya jauh berlipat ganda lebih lihay dari pada laki-
laki.
Lebih-lebih wanita cantik.
Apa lagi Biauw Cia-sa tidak ada alasan membohongi dia.
Siapa yang mau berkelakar seperti ini, mempertaruhkan
nyawanya sendiri?
Dia mengambil keputusan dengan bertekad membuang
jauh asmara pribadinya, juga membuang jauh-jauh
kepahitan di dalam dadanya.
Maka sorot matanya kembali menyorotkan keperkasaan
seekor bunmg elang melayang ribuan li untuk menguasai
dunia.
Dia berkata:
"Siapa nama kakaknya Pu-couw-siancu? Di manb dia
sekarang? Bagaimana aku bisa menemuinya? Dan sudah
berapa banyak orang yang mengetahui persembunyiannya?"
Benar saja, kepintarannya diatas rata-rata orang, dalam
pandangannya dia mempunyai rencana yang jauh ke depan.
Dalam sekejap saja dia sudah tahu apa yang harus
dilakukan. Juga sudah terpikir Biauw Cia-sa pasti pernah
membocorkan rahasia ini.
Dia harus segera mendahului lawan, seperti misalnya
Tong-to-bun nya Pu-couw-siancu, dia adalah musuh
terkuatnya, maka dia jangan sampai kalah cepat.
Setelah kakak Pu-couw-siancu berada ditangan-nya,
keadaannya akan lebih menguntungkan.
Apa lagi jika mereka adalah saudara kembar!
Maka wajah mereka pasti sangat mirip sekali?
Oooo oooO
Air yang mengalir di sungai tidaklah begitu jernih,
alirannya juga tidak deras.
Tertanam berbagai macam pohon di kedua sisinya, apa
lagi pohon Liu, selalu membuat dada dipenuhi oleh
lembutnya asmara.
Pokoknya, tidak berbeda dengan pemandangan yang
menenangkan setiap kali sungai mengalir jauh, sepanjang
mata memandang terlihat padi hijau di sawah.
Tapi jika setiap kali melihatnya, selalu dipenuhi oleh
perasaan yang sulit digambarkan, masuk ke dalam hati dan
tulang, malah ke dalam mimpi......
Hoyan Tiang-souw berdiri di atas pelabuhan sederhana
di pinggir sungai, malah sedikit kesal sambil mengerutkan
alis tebalnya.
Mo-to yang dibungkus oleh kain, dikepit di ketek kirinya.
Walaupun tidak setiap orang tahu itu adalah sebilah
golok, tapi siapa pun tidak begitu berani banyak melihat
pada orang yang berwajah gagah dan dingin.
Tentu saja, di dunia ini banyak pemuda yang bersifat
kasar dan mudah gusar.
Atau mengira dirinya yang paling hebat. Tidak punya
masalah juga sering mencari masalah pada orang lain.
Jika ada orang yang menatapnya, maka dia akan
mengira itu adalah hinaan hingga dia mencak mencak.
Tentu saja dia tidak mau membiarkan begitu saja pada
orang yang menatap dirinya.
Sehingga banyak orang yang jujur dan baik, jika bertemu
dengan orang semacam ini, terpaksa sebisanya tidak
melihat dia, supaya tidak menimbulkan masalah.
Alasan Hoyan Tiang-souw merasa kesal, bukan lah
pemandangannya kurang bagus.
Tapi karena sungai di Kang-lam ini sungguh terlalu
banyak.
Sungai-sungai ini walaupun tidak terlalu besar, tapi harus
ada jembatan yang menghubungkan baru bisa
menyeberanginya, jika tidak ada, maka harus memakai
perahu penyeberangan.
Buat Hoyan Tiang-souw, sebenarnya dia bisa saja
meloncat menyeberanginya, namun dia menemu-kan
manusia di Kang-lam terlihat lebih banyak dari pada semut,
paling tidak jauh lebih banyak dari pada manusia di utara.
Makanya di setiap pelabuhan sungai, pasti ada banyak
orang sedang menunggu perahu penyeberangan, sehingga
dia tidak begitu leluasa menyeberangi sungai dengan cara
meloncatinya.
Itulah satu-satunya alasan yang membuat dia menjadi
kesal terhadap sungai.
Perihal pemandangannya, sebenarnya dia juga sangat
menikmatinya, sangat menyukainya.
Matahari pagi tidak begitu terik, angin musim semi
bertiup di wajahnya masih ada sedikit rasa dingin.
Tapi Hoyan Tiang-souw sudah membuka lebar baju di
dadanya, menampakan ototnya yang menonjol kuat, dan
bulu dada yang hitam.
Tiba-tiba tanpa sadar tangannya menutup bajunya yang
terbuka itu.
Maka dia terlihat jadi tidak terlalu kasar. Dia melakukan
ini karena melihat ada seorang wanita cantik datang
mendekat, sehingga tanpa sadar melakukan reflek ini.
Wanita cantik ini bukan saja sudah dikenal, juga tahu
dirinya pasti tidak mudah melupakannya.
Hari itu ketika di kuil Han-san di luar kota Soh-ciu,
wanita setengah baya ini mengikuti Cui Lian-hoa
(sebenarnya adalah Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat).
Saat itu wajah dan sorot mata dia dingin sekali. Sekarang
pun tidak berubah, tetap dingin cantik menekan orang.
Dia sekali pun tidak melihat pada Hoyan Tiang-souw.
Tapi jelas dia dengan teliti memperhatikan tujuh delapan
orang kampung yang berada di pelabuhan penyeberangan.
Setelah semuanya di awasi, lalu berpaling melihat pada
pohon Liu yang berada agak jauh di sebelah kiri.
Hoyan Tiang-souw merasakan Mo-to nya seperti ingin
meloncat keluar, di dalam hati menjadi keheranan, kenapa
pada saat ini ada gejala bahaya dan pertempuran? Apakah
semua ini datang dari wanita cantik yang dingin ini?
Perahu penyeberangan lama tidak datang, para orang
kampung mulai ribut, tapi sedikit pun tidak berguna, karena
orang tua yang mengemudikan perahu penyeberangan itu,
mendadak melepaskan tali perahunya dan meninggalkan
pantai.
Lalu melaju mengikuti arus air, malah mendayung
menambah kecepatan, hingga dalam waktu tidak lama
sudah jauh sekali.
Orang-orang yang mau menyeberang menggunakan
bahasa Oh yang tidak dimengerti oleh Hoyan Tiang-souw,
setelah ribut-ribut sejenak, tiba-tiba semuanya berjalan pergi
ke hilir sungai.
Mungkinkah disana masih ada pelabuhan
penyeberangan atau sejenisnya?
Dalam hati Hoyan Tiang-souw hanya ter-senyum dingin,
tapi dia tidak pergi mengikuti orang-orang itu.
Tidak berapa lama, di pelabuhan hanya tinggal lima
orang saja.
Hoyan Tiang-souw salah satu diantaranya.
Dia melihat di belakang wanita dingin itu adi seorang
gadis pelayan yang cantik.
Dan lebih jauh lagi ada dua orang laki-laki besar berbaju
hijau, pinggangnya diikat oleh kain warna perak.
Jelas semuanya membawa senjata tajam.
Tadinya Hoyan Tiang-souw tidak mempeduli-k^n orang
lain membawa senjata apa, tapi perasaannya yang tajam
sejak lahir memberitahukan, satu orang membawa golok
panjang, yang satu lagi membawa pedang panjang.
Jika perasaannya sudah memberitahu, dia ingin tidak
mau tahu juga tidak bisa.
Di depan sudah dikatakan orang-orang Kang-lam
banyaknya seperti semut, jadi seharusnya muncul lagi orang
baru, tapi kenyataannya tidak, sudah begitu lama tidak ada
orang yang datang lagi.
Kenapa bisa timbul keadaan yang aneh dan tidak masuk
akal ini.
Hoyan Tiang-souw sama sekali tidak berminat
memikirkannya, dia sama sekali tidak ingin tahu.
Sudah satu jam lewat, Hoyan Tiang-souw hanya
memandangi air sungai, sampai hidung pun tidak pernah
bergerak.
Wanita dingin dengan suara merdu seperti kicauan
burung berkata:
"Hoyan Tiang-souw, aku adalah To Sam-nio dari Lam-
kang."
Saat ini baru Hoyan Tiang-souw memalingkan kepala
melihat pada dia. Alis tebalnya sedikit berdiri, matanya
menyorot sinar sebengis macan tutul. Suara-nya yang
seperti berteriak, dengan keras berkata:
"Jika kau ingin membunuh aku, maka cepatlah lakukan,
tidak perlu banyak omong kosong."
Wajah To Sam-nio tampak warna keheranan dan
berkata:
"Apakah kau sedikit pun tidak ingin tahu alasan aku
berbuat begini padamu?"
Hidung Hoyan Tiang-souw mengeluarkan dengusan
sekali dan berkata:
"Kenapa aku harus tahu? Kau kan bukan orang
yangpertama ingin membunuhku."
Kata-katanya masuk akal juga.
Dengan sebutan dan keadaan Mo-to Hoyan Tiang-souw
saat ini, mengalami penghadangan macam apa pun, itu
adalah hal yang sangat wajar sekali.
Jika tidak ada orang yang berusaha membunuh dia, itu
bani hal yang mengherankan.
Alasannya tentu saja asalnya dari dia, tanpa alasan yang
jelas telah banyak membunuh pesilat tinggi dunia
persilatan.
Kata To Sam-nio:
"Kau sangat aneh, setiap laki-laki selalu hidup demi
kebesaran nama, demi wanita, atau tidak demi apa-apa, tapi
kau tidak sama, sama sekali tidak sama."
Hoyan Tiang-souw menatap tajam. Sorot matanya
seperti Mo-to dia yang sangat ternama itu, mengeluarkan
sinar gaib yang aneh. Dia berkata:
"Aku pun hanya seorang laki-laki, hanya begitu saja!"
Suara To Sam-nio berubah jadi sepuluh kali lipat lebih
lembut, sampai dia sendiri pun merasa keheranan, sebab
selama hidupnya suara dia tidak pernah selembut, semerdu
sekarang ini.
Apa lagi lawan adalah seorang laki-laki. Dia berkata:
"Kau tidak sama, kau sepertinya hidup demi membunuh
orang, apa sebabnya? Apakah di dalam hatimu ada begitu
banyaknya dendam dan kebencian?"
"Tidak ada, jangan sembarangan omong," 1 loyan Tiang-
souw tanpa sungkan membantahnya, "Sekarang ini kau lah
yang ingin membunuhku dulu, bukan aku ingin membunuh
kau dulu."
To Sam-nio tertegun sejenakbam berkata: "Betul, betul,
tapi kenapa kita bisa begini?" Jangan kata Hoyan Tiang-
souw tidak bisa menjawab, walaupun bisa dia malas
mengucapkannya.
Mata dia hanya menatap tubulinya yang seksi, dari atas
keba wah dan dari bawah keatas.
Sorot mata seperti ini, sangat mudah membuat orang
salah menafsirkan, dia adalah hidung belang yang sangat
suka wanita.
To Sam-nio dengan hati hati dan teliti memperhatikan
dia beberapa saat. Bam dia berkata:
"Kau tidak memandang aku seorang wanita yang
cantikbukan?"
Hoyan Tiang-souw tidak menjawab malah balik
bertanya:
"Kenapa kalau cantik? Apakah jika aku mengatakan kau
cantik, lalu kau tidak jadi menyerang dan membunuhku?"
To Sam-nio berpikir sebentar baru berkata: "Aku tidak
tahu, aku sungguh tidak tahu, usia aku sudah tiga puluh
dua tahun, sebelum ini, aku tidak pernah demi memikiran
laki laki sehingga pikiranku berubah, aku pun tidak peduli
apa pikiranmu, aku tetap akan membunuhmu."
Tanpa alasan yang jelas, Hoyan Tiang-souw berkata:
"Apa yang dikatakanmu semuanya kosong, buat apa
dibicarakan?"
To Sam-nio menggelengkan kepala tidak setuju:
"Tidak semuanya kosong, paling sedikit aku telah
mempertimbangkan buatmu, kau adalah laki laki pertama
yang membuat aku mempertimbangkan."
Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak merasa bangga atau
tergerak hatinya, suaranya masih tetap sekasar semula. Dia
berkata:
"Aku merasa tetap saja omong kosong."
Lalu dia menutup mulutnya rapat-rapat, membuat orang
yang melihat, tahu dia sudah bertekad tidak membuka
mulut lagi.
Bagaimana pun To Sam-nio adalah seorang wanita,
sedikit banyak pasti ada rasa ingin tahu terhadap laki-laki.
Apa lagi laki-laki aneh seperti Hoyan Tiang-souw,
tingkahnya sulit diduga, membuat rasa ingin tahunya tidak
tertahan jadi bergejolak dalam hatinya.
"Aku tahu kau tidak ingin bicara lagi, tapi paling sedikit
jika mendengarkan tidak akan meng-ganggu bukan? Aku
diperintah oleh Pu-couw-siancu, nona Cui untuk mengejar
dan membunuhmu.
Mungkin kau ada perhatian, atau juga mungkin tidak
ada perhatian, tapi aku sangat perhatian, sebab jika aku
tidak bisa membunuhmu, aku pasti balik mati dibunuhmu."
Tapi ini adalah keputusan dia, sama sekali tidak ada
hubungan dengan Hoyan Tiang-souw, maka dia tetap
menutup mulurnya, hanya melihat dia dengan dingin.
To Sam-nio berkata lagi:
"Mohon tanya, apakah aku ada cara tanpa bertarangbisa
membunuhmu?"
Perkataannya sampai sekarang, tetap masih omong
kosong.
Hoyan Tiang-souw ingin sekali memberitahu, 'aku
dengan kau barang apa pun tidak tahu, juga tidak ada minat
mengetahuinya. Maka bagaimana aku bisa tahu, apa
upayamu tidak mau mendengar perintah tapi bisa
membunuh aku?'
Apa lagi wanita ini walaupun cantik juga dingin, sampai
dia sendiri pun harus mengakuinya bahwa dia cantik sekali,
tapi dia tidak punya cara supaya bisa menyukai dirinya.
Itu karena Mo-to yang dikepit di kereknya......
Tapi akhirnya dia bicara juga: "To Sam-nio, kembalilah
ke Lam-kang, selamanya jangan datang lagi kemari."
"Cara ini tidak bisa dilakukan." To Sam-nio berkata
sambil menggelengkan kepala, "walaupun aku datang dari
Lam-kang, tapi sekarang sudah menjadi orang elitnya Tong-
to-bun. Aku harus melakukan tugas penggempur elit, salah
satu contohnya adalah membunuhmu, ketua kami adalah
Sen Hai-kun, apakah kau pernah mendengar nama
besarnya?"
"Tidak pernah, aku pun tidak ingin tahu." "Kau mau
bicara, itu membuktikan aku cukup bagus." To Sam-nio
sepertinya pandai memuji diri sendiri, dia berkata lagi,
"maka aku pun akan mem-balas kebaikanmu."
"Tidak perlu, sungguh tidak perlu." Hoyan Tiang-souw
tidak tahan jadi tertawa dingin, tapi orang lain melihat tawa
dinginnya, malah seperti tawa bengis.
Tidak perlu membahas tertawanya terlihat seperti apa,
tapi dia tidak akan tertawa tanpa ada alasan.
Itu karena dia tahu yang dimaksud To Sam-nio
'membalas kebaikan', sebenarnya adalah mau mengambil
nyawanya.
Hanya ingin dia mati saja!
To Sam-nio malah sangat jujur, mengakunya:
"Aku terpaksa membunuhmu, aku harus melakukannya,
aku membocorkan rahasia ini, anggap saja sebagai
pembalas kebaikanmu."
Hoyan Tiang-souw menganggukan kepala.
Suara To Sam-nio berubah menjadi dingin sekali,
katanya lagi:
"Bagaimana keadaan di dalam sebenarnya, di katakan
pun tidak akan jelas, tapi ada satu benda setelah kau
melihatnya maka kau akan tahu."
Dia mengangkat tangan dan menggerakan jarinya, gadis
pelayan cantik yang ada di belakangnya seperti boneka
ditarik benang pengendalinya, meloncat ke depan,
mengeluarkan satu bungkusan kecil warna merah.
Dengan sepasang tangan disodorkan ke depan Hoyan
Tiang-souw supaya dilihatnya.
"Sssst," Mo-to keluar dari sarungnya tiga inci, suara
nyaring dingin dan keras terdengar di pinggir sungai yang
sepi, malah seperti bunyi lonceng besar-menggetarkan hati
orang-orang.
Kulit mata Hoyan Tiang-souw tidak pernah berkedip,
tangan kanannya yang kuat dan mantap sudah mencabut
keluar Mo-to, dan juga sudah disabet-kan.
Di udara berkelebat sinar yang menyilaukan mata, tapi
setiap orang bisa melihat muncul dua tetes air mata,
jelasnya seperti lukisan.
Kepala gadis pelayan yang cantik mendadak
meninggalkan tubuhnya, "Huut!" terbang sejauh dua
tombak lebih, bersamaan bungkusan kecil warna merah di
tangannya juga terbang lebih jauh lagi. Benda apa itu
sebenarnya? Hoyan Tiang-souw sama sekali tidak tahu.
Golok dia menggulung kembali, tepat menge-nai Tok-kiam
yang bisa melengkung, berwarna biru perak, tipis kecil, dan
juga bisa berubah kadang keras kadang lentur!
Tangan mulus To Sam-nio memegang Tok-kiam, dia
meloncat miring ke samping beberapa kaki.
Dia malah masih bisa tertawa dan berkata:
"Jurus golok yang sangat tidak ada perasaan, nama Mo-
to memang tidak salah."
Dua orang laki-laki besar berbaju hijau dengan ikat
pinggang perak yang berdiri agak jauh sudah meloncat
menghampiri, mereka masing-masing berdiri di kedua sisi
di belakang Hoyan Tiang-souw, sehingga membentuk segi
tiga, dengan To Sam-nio mengurung Hoyan Tiang-souw.
To Sam-nio berkata lagi:
"Kau sudah membunuh pelayanku Siau-cian, kau
membunuh seorang gadis muda yang begitu cantik, hatimu
sedikit pun tidak tergerak? Sedikit pun tidak sedih?"
Jawaban Hoyan Tiang-souw malah menggunakan Mo-to
yang dingin tidak berperasaan.
Tiba tiba Pek-mo-ci-to menyambar seperti kilat, terbang
melintang membacok ke arah laki-laki besar berbaju hijau di
sebelah kanan belakang.
Bukan karena orang ini melintangkan goloknya, maka
sengaja mencari kesialannya (orang yang menggunakan
golok, sering khusus mencari musuh yang menggunakan
golok). Tapi jika ingin memecahkan kurungan musuh,
orang ini adalah titik kelemahan yang paling tepat juga
paling mudah diserang.
Laki-laki besar berbaju hijau itu segera menyabetkan
golok panjangnya, maka diantara dua orang yang
menyerang dan yang bertahan itu timbul kilatan ratusan
sinar.
Jurus golok dia dan tenaga dalam yang dikerahkannya
memang cukup mengejutkan orang.
Tapi ini adalah masalah kedua, yang paling aneh adalah
dalam kilatan ratusan sinar itu, dalam sekejap mata, Hoyan
Tiang-souw bisa melihat dirinya.
Masih tidak aneh jika bisa melihat pantulan bayangan
dirinya, yang lebih aneh adalah dia malah bisa melihat
tampang dirinya yang alis tebalnya berdiri miring ke atas
dan matanya yang beringas seperti harimau.
Dalam waktu yang singkat ini, dalam tabir golok yang
bukan cermin itu, bagaimana mungkin bisa melihat dirinya
begitu banyak dan begitu jelas? *
Untung saja hawa amarah yang keluar dari ujung alisnya
Hoyan Tiang-souw tidak muncul di dalam tabir sinar
goloknya, maka dia tetap mampu mempertahankan
semangat keberingasannya.
Dia sangat percaya bahwa hawa amarahnya juga bisa
dilihat (hawa amarah dia memilik sifat khusus yang bisa
membeku seperti benda padat).
Mungkin sabetan golok ini akan jauh berkurang
tenaganya, sehingga tidak bisa melanjutkan tujuan asalnya.
Artinya tidak bisa meneruskan sabetannya.
Begitu dia berteriak laksana petir, hawa amarah nya
mendesak masuk ke dalam telinga dan hati orang.
Di dalam teriakannya, setiap orang kembali melihat dua
tetes besar air mata yang jernih, air mata ini mendadak
muncul di Mo-to itu.
oo)))-dw-(((oo
Bersambung Jilid 2
A
Assm
maarraa P
Peed
daan
ngg d
daan
nGGoollook
k
Karangan : Suma Leng
Terjemahan : Liang J Z
Di edit / sadur : Adhi H
JILID KE DUA
BAB 11
Laki-laki besar berbaju hijau dengan sabuk warna perak
itu jelas menggunakan sebuah jurus Kim-kong-hoan-eng-sut
(Bayangan Kim-kong bertukar tempat) menutup dengan
kuat bagian atas, tengah dan bawah, bersamaan itu
pergelangan tangannya yang kuat sedikit menekan ke
bawah setengah inci, mengeluarkan jurus Sin-kong-kui-ku
(Bayangan setan menangis) untuk membunuh lawannya.
Siapa duga belum lagi jurus Sin-kong-kui-ku dikeluarkan,
entah bagaimana Mo-to musuh tahu-tahu sudah menusuk
di depan dada.
Saat Mo-to menembus ke dalam tabir jurus Kim-kong
hoan-eng-sut, laksana memotong tahu saja, juga laksana
memotong air.
Dua tetes besar air mata yang mengerikan itu sudah
berada di depan mata, dan sekali mata golok Mo-to
berputar dan sudah kembali lagi ke empunya.
Semua orang bisa melihat dengan jelas, tubuh tegar laki-
laki besar berbaju hijau dan sabuk warna perak itu sudah
terpotong jadi dua bagian, juga terbang kedua arah.
Sebenarnya yang bisa melihat kejadian yang mengerikan
ini, hanya To Sam-nio dan seorang laki-laki besar berbaju
hijau sabuk warna perak lainnya.
Tapi mereka sama sekali tidak sempat terkejut dan
merasa sebal hati. Karena dua bagian tubuh manusia yang
berlumuran darah itu sudah terbang menerjang kearah
mereka.
Kekuatan yang dikeluarkan Mo-to itu selain bisa
memotong tubuh manusia menjadi dua, masih bisa
menggunakan dua potongan mayat itu masing-masing
menerjang ke arah dua orang yang berdiri di dua tempat.
Jurus golok seperti ini dan tenaga dalam yang hebat ini,
sangat sulit dipercayai siapapun.
To Sam-nio menggoyangkan pinggangnya, dan bergeser
beberapa kaki, menghindar.
Tapi laki-laki besar berbaju hijau sabuk warna perak
lainnya tidak seberuntung dia.
Di langit yang terang benderang, di atas air yang hijau,
berkilau-kilau sebuah sinar golok, dan di dalam sinar golok
mendadak muncul lagi dua tetes air mata yang jernih yang
membuat orang takut melihat-nya.
Baru saja Laki-laki besar itu menghindar dari serangan
potongan mayat, pedangnya disabetkan dari bawah ke atas,
kelebatan sinar pedangnya laksana jaring yang rapat,
sejenak melihatnya seperti jurus pedang heb,at dari Bu-tong
Ta-mo-ku-yan (Di padang pasir mengeluarkan asap).
Jurus ini harus menggunakan tenaga dalam yang besar
untuk mendukungnya, tentu saja kehebatan nya bisa
memukul mundur ribuan tentara.
Bacokan miring golok Hoyan Tiang-souw sedikit pun
tidak berhenti, dan mulutnya tidak tahan berteriak: "Jurus
pedang yang bagus."
Tapi sabetan golok dia ini masuk dari celah yang sekecil
rambut, malah seperti kereta yang melaju di atas jalan raya,
sama sekali tidak ada hambatan.
Laki-laki besar itupun segera terbelah menjadi dua
bagian mayat yang berlumuran darah, jeritan
mengerikannya juga hanya keluar setengahnya.
Hoyan Tiang-souw hanya menyabetkan goloknya tiga
kali, tapi sudah membunuh tiga orang.
Setiap orang yang mati itu semuanya berilmu tinggi dan
pembunuh bayaran yang memiliki kepandai an khusus.
Tapi sebuah sabetan dari dia tetap tidak bisa
menahannya.
Siapa pun yang melihat keadaan ini, akan timbul satu
pertanyaan besar, selain kengeriannya juga sangat besar....
benarkah jurus golok dan tenaga dalam Hoyan Tiang-souw
tiada lawannya di dunia?
Atau Mo-to memang ada "tenaga gaib' yang tidak bisa
ditahan orang?
Di tepi pelabuhan penyeberangan angin meniup baju,
hawa dingin musim semi semakin dingin menusuk tulang.
To Sam-nio melihat ke sekeliling, kesedihan tampak jelas
di wajahnya.
Dia menghela nafas sekali dengan pelan berkata:
"Pelaksana hukum berbaju hijau yang terpilih oleh Sen
Hai-kun, tidak satu pun yang bukan pesilat tinggi masa kini,
tapi di bawah golokmu, hay......"
Hoyan Tiang-souw seperti seekor macan tutul yang amat
ganas dan penuh kecurigaan, selain itu seperti patung batu
yang tidak ada perasaan melihat perubahan berbagai benda
di alam semesta, juga tidak ada perasaan kemanusiaan.
Mo-tonya dilintangkan di depan dadanya, sepasang
lututnya sedikit ditekuk.
Sorot matanya seperti panah tajam, menatap satu-
satunya sasaran yang tersisa, To Sam-nio.
Kelihatannya walaupun To Sam-nio berlidah seperti Su-
kin, pintar seperti Cen-pin, di tambah keberaniannya seperti
Ba-ong, mungkin tetap sulit menghindar sebuah serangan
Mo-to.
Wajah To Sam-nio berubah-rubah, menandakan hati dia
sedang berontak, sulit dibayangkan.
Tapi akhirnya dia membulatkan tekadnya, suaranya
terdengar lembut dan berkata:
"Hoyan Tiang-souw, akhirnya aku tetap memutuskan
untuk bertarung dengan mu."
Dari celah gigi Hoyan Tiang-souw mengeluar-kan suara
yang sangat dingin:
"Bagus sekali, sangat bagus sekali!"
To Sam-nio berkata:
"Seharusnya kau sedikit lembut, dan ada sedikit
penyesalan, itu baru betul, kecuali kau, dari mula-mula
bertemu sampai sekarang, kau tetap tidak memandang aku
sebagai wanita."
Hoyan Tiang-souw menutup rapat mulutnya, artinya dia
sama sekali tidak perlu menjawab.
Siapa pun tidak tahu pikiran di dalam hatinya? Siapa
yang tahu sebenarnya dia memandang tidak musuh di
depan mata ini, wanita atau bukan?
Orang lain tentu tidak tahu, malah sampai dia sendiri
juga tidak tahu.
Dia hanya tahu keadaan seperti ini bukan saja
menakutkan, malah sebuah siasat bertempur untuk
mempengaruhi pikiran, asal sedikit terpeleset ke dalamnya,
maka maut akan menjemput.
Maka dia pun tidak mau memikirkan. Tapi buat To Sam-
nio jika lawan tidak bergerak menyerang, dia juga tidak
mau bergerak duluan.
Selain baju Hoyan Tiang-souw melayang-layang di tiup
angin, dia seperti sebuah patung batu manusia, tidak ada
perasaan juga tidak ada darah daging. Ini adalah Tai-goan-
boan-si-sim-su (Dengan diam mengendalikan pikiran secara
penuh) dari ilmu golok Pek-mo-ci-to. Dalam keadaan
begini, semua perasaan kepusingan dan lain lain, malah
tabiat sejak lahir, semuanya tidak akan timbul. Sebab Mo-to
adalah segalanya, segalanya juga hanya Mo-to saja.
Jika dia bisa bertahan diam terus dalam waktu dua puluh
empat jam (siang dan malam), maka dia seperti seorang
dewa atau disebut Thian-cong (setan juga termasuk dalam
Thian-cong).
Walaupun dia tidak bisa terus menerus dalam keadaan
seperti ini. Tapi jika dalam keadaan seperti ini seperti dewa
atau Thian-cong, bagaimana orang biasa dengan segala
kekuatannya yang ada di dunia bisa membunuhnya?
Siapa yang bisa membunuh dewa atau setan?
To Sam-nio mengangkat tangan kirinya, lengan baju
melayang-layang mencolok mata.
Bersamaan ini Tok-kiam di tangan kanannya seperti ular
pintar mencari lubang mendadak datang menusuk.
Mata pedang berwarna biru perak menjelma jadi lima,
mengarah mulai dari wajah dada sampai ke bagian perut,
lima titik jalan darah mematikan semua diarahnya.
Kecepatan serangan pedangnya sulit digambarkan, dan
ketepatan mencari sasaran dan hawa pedang yang
dikeluarkan, juga membuat orang menjadi ngeri.
Tapi apa tujuan lengan baju kiri dia melayang-layang?
Hoyan Tiang-souw tidak bisa secara khusus
menganalisanya.
Di dalam keadaan hening dan jelas seperti itu, dia tidak
perlu banyak perhatian tidak perlu banyak berpikir, dengan
sendirinya dia tahu di dalam lengan bajunya ada jari, dan di
ujung jarinya ada tenaga yang melesat keluar, walaupun
sekecil rambut, tapi lawan pasti bisa merasakannya.
Tidak aneh jika bisa mengetahui jari To Sam-nio
menyerang dari dalam lengan bajunya, bisa dikatakan
semua orang juga bisa tahu, tentu saja semua disebab-kan
oleh angin jari yang membelah udara dan datang
menyerang. .
Tapi orang tidak akan bisa mengetahui dalam saat
sekejap ini, sebenarnya mana yang menyerang, Tok-kiam
dan jurus jarinya seperti asli tapi palsu, seperti palsu tapi
asli.
Sebenarnya tidak peduli menggunakan pedang atau jari,
keduanya dalam sekejap mata bisa terlihat jelas, bisa
menyerang dan membunuh, juga bisa berubah menjadi
jurus umpan memecah konsentrasi lawan.
Sebenarnya apa yang di gunakan To Sam-nio untuk
menyerang dan membunuh lawannya, pedang atau jarinya?
Semua harus ditentukan dalam waktu yang sangat
singkat.
Buat dia memang bukan hal mudah, tapi walau
keputusannya salah, paling-paling tidak bisa mem-bunuh
mati musuhnya.
Tapi menghadapi dia tidak boleh ada kesalahan sama
sekali, sekali keputusannya salah, maka harus dibayar
dengan nyawa, tentu saja harga ini siapa pun tidak mampu
membayarnya. Kecuali dia sendiri sudah berminat bunuh
diri.
Tidak usah di katakan, jika seseorang ingin meminjam
jari pedannya untuk bunuh diri pasti sangat sedikit sekali.
Dalam sekejap mata atau beberapa sekejap mata, untuk
Hoyan Tiang-souw hanya menggunakan setengah sekejap
mata saja, sudah tahu pedang dia yang benar-benar
menyerang, jari hanya jurus kosong.
Dengan dahsyat dia mengayunkan Mo-tonya, sinar
golok yang berkilauan memenuhi langit, membuat orang
sulit membuka mata.
Dua tetes besar air mata jernih malah sulit bagi orang
tidak bisa melihatnya.
To Sam-nio berturut-turut mundur tiga langkah,
menghela nafas dalam-dalam.
Tubuh sebelah kanannya menyembur darah segar, sebab
seluruh lengan kanan bersama dengan Tok-kiamnya sudah
terlepas dari tubuhnya.
Walaupun dia menghela nafas, walaupun wajahnya
pucat seperti salju, tapi masih tetap hidup.
Sebuah hal yang paling nyata dan paling penting,
padahal sudah lama dia mendengar Mo-to nya Hoyan
Tiang-souw tidak berperasaan, tapi kenapa dia malah masih
hidup?
Dan kenapa keinginannya tidak menjadi kenyataan,
kenapa Sin-ie-tay-hoat (Ilmu bayangan gaib) yang
digabungkan dengan Coan-sen-pian-cie (Dewa berubah jari
berputar), ternyata tidak bisa membuat pikiran lawannya
menjadi kacau?
Membuat keputusannya menjadi salah?
Dia ingat saat ketua Tong-to-bun Sen Hai-kun
mengajarkan rumus ilmu itu, dia pernah mempe-ragakan
sembilan puluh sembilan kali, satu kali pun tidak pernah
meleset, siapa pun tidak pernah menduga mana yang tipuan
mana yang sebenarnya.
Entah jika Hoyan Tiang-souw bertemu dengan Sen Hai-
kun, apakah dia masih bisa menduga dengan tepat?
Dia merasa pusing dan lemah, hay... Can-bian-tok-kiam
dari Lam-kang, Sin-ie-tay-hoat yang diajarkan sendiri oleh
Sen Hai-kun, malah tidak mampu menahan satu serangan
Mo-to.
Hay... aku sudah kehilangan sebelah lengan kanan,
apakah masih ingin melanjutkan hidup ini? Lalu untuk apa
melanjutkan hidup?
Wajah luar Hoyan Tiang-souw tidak terlihat ada yang
aneh, sebenarnya rasa terkejut dalam hatinya seperti ombak
besar menerpa pantai.
Di saat dia menebas putus sebelah lengan To Sam-nio,
dia seperti melihat langit turun hujan es, dan di dalam hujan
es itu entah ada berapa banyaknya tulang tengkorak
melayang-layang seperti mau menerkamnya.
Tapi ketika sinar merah darah menghilang, tulang-tulang
tengkorak itu pun ikut menghilang, ini berarti dia pasti telah
berlatih satu macam ilmu silat aneh atau sihir.
Jika ilmu silat dia atau sihir dia lebih kuat sedikit, tidak
diragukan bisa menggunakan semburan darah segar tiba-
tiba balas menyerang dan membunuh lawannya.
Selain itu dia juga mengetahui, sebenarnya Can-bian-tok-
kiam nya To Sam-nio tidak selemah ini, hanya karena dia
membagi pikirannya pada ilmu sihirnya, maka jurus
pedangnya relatif menjadi lemah.
Mengenai serangan jari dari dalam lengan bajunya, itu
bukanlah ilmu sihir, tapi benar-benar semacam ilmu silat
yang paling hebat di dunia.
Maka jika To Sam-nio ada kesempatan berlatih lagi,
bukan seperti hari ini, kalah dan menjadi cacad, jelas bakal
muncul seorang pesilat tinggi yang paling ditakuti, paling
sulit dihadapi.
Walaupun To Sam-nio sudah kalah, keluar dari
gelanggang.
Tapi dia pernah menyebut Sen Hai-kun, siapa orang ini?
Bagaimana kelihayannya?
Inilah sebabnya Hoyan Tiang-souw yang biasanya tidak
punya perasaan itu, goloknya tidak mengambil nyawanya.
Hal yang dia ketahui sungguh terlalu sedikit. Maka dia
harus hati-hati, dia berharap lebih tahu lebih mendalam.
Dari sini bisa diketahui dipandang dari luar dia seperti
ceroboh dan kasar, sebenarnya sangat teliti dan hati-hati.
Tentu saja penunjukan ilmu silat sebenarnya dari To
Sam-nio juga yang menjadi alasan dia, tidak berani
menganggap enteng orang.
"Siapa sebenarnya Sen Hai-kun?" dia bertanya,
"Pengetahuanku tentang berbagai macam ilmu silat dan
orang-orang aneh sangat sedikit, maka kau jangan
mentertawakan aku, aku sungguh-sungguh tidak pernah
mendengar nama besar dia."
Tubuh To Sam-nio sedikit oleng, tampak luka-nya tidak
ringan, dia sudah hampir tidak bisa bertahan.
Tapi dia tetap masih bisa menjawab:
"Dia adalah ketua Tong-to-bun, berbicara mengenai ilmu
silatnya, tanpa disangkal dia adalah master ilmu silat yang
tiada duanya, walaupun kau cukup hebat, tapi jikabertemu
dengan dia, mungkin..."
Hoyan Tiang-souw mengalihkan arah pembicaraan:
"Apakah kau tidak ingin menghentikan darah-nya dulu?
Hal lain bisa dibicarakan nanti."
To Sam-nio ragu-ragu sejenak, lalu dengan cepat
menggerakan lengan kirinya, menotok tujuh jalan darah di
sebelah kanan tubuhnya, darah yang mengalir dari lukanya
segera terhenti.
Lalu dia tertawa pahit berkata:
"Lihat, aku masih bisa merawat diri sendiri, malah masih
bisa menggunakan luka, mendadak menyerangmu saat kau
lengah."
Kata Hoyan Tiang-souw:
"Sebenarnya aku sudah tahu dan diam-diam
mengawasimu, tapi kenapa kau memberitahukan?"
"Aku tidak tahu, di kemudian hari jika aku menemukan
sebabnya, aku akan berusaha memberitahumu." •
"Siapa sebenarnya Sen Hai-kun? Selain ilmu silat,
apakah dia masih punya kepandaian aneh lainnya?"
To Sam-nio menganggukan kepala:
"Ilmu silat dia memang sangat menakutkan, selain itu dia
punya beberapa ilmu aneh, seperti mendirikan altar
sembahyang lalu memanggil hujan dan angin atau meraga
sukma dan lain-lainnya, semua sangat menakutkan, dua
macam ilmu ini saja bisa membuat ketakutan kita jadi
berlipat ganda."
Hoyan Tiang-souw berkata:
"Orang semacam ini aku tidak berharap ber-temu, tapi
jika sampai bertemu, aku akan berusaha melarikan diri,
tapi... apakah dia ada kelemahannya?"
To Sam-nio menggelengkan kepala dan dengan yakin
menjawab:
"Tidak ada, musuh mana pun jika bertemu dengannya
terpaksa mengaku dirinya sedang sial, jika memaksa
mencari kelemahannya, mungkin hanya usia yang menjadi
kelemahannya?
Usia dia tahun ini sudah delapan puluh tahun, dia sudah
kehilangan banyak gairahnya, seperti wanita dia tidak suka,
tapi melihat ilmu silatnya yang aneh dan misterius, tenaga
dalamnya yang tinggi dan hebat, kulihat dia tidak masalah
hidup puluhan tahun lagi."
"Jika dia sudah berusia delapan puluh tahun, dan begitu
menakutkan, seharusnya sejak dulu sudah menguasai dunia
persilatan, bahkan anak kecil pun akan tahu nama
besarnya, itu baru benar." Hoyan Tiang-souw berguman,
"tapi sepertinya tidak ada orang yang tahu mengenai dia,
kenapa?"
To Sam-nio berkata:
"Sebab dia datang ke Tong-to (Tanah timur) hanya
beberapa tahun, dulu dia tinggal di pedalaman, di lembah
gunung tinggi di perbatasan Tibet dan India, mungkin
beberapa tahun yang lalu, dia baru berhasil
menyempurnakan ilmunya sehingga baru turun gunung?
Hal ini aku tidak jelas, dan juga aku tidak tahu apakah dia
orang Han atau bukan!"
Dia tersenyum, lalu menceritakan dua macam ilmu
rahasia Sin-ie-tay-hoat dan Coan-sen-pian-cie.
Yang satu adalah kekuatan aneh di bidang kebatinan.
Yang lainnya adalah ilmu dalam kebendaan.
Di dalam teorinya, siapa pun bisa mengguna-kan
kekuatan aneh di bidang kebatinan.
Tapi kenyataannya, tidak demikian.
Kekuatan aneh dibidang kebatinan disebut Sin-tong
(Menembus dewa) atau sihir. ,
Sin-tong dan sihir tidak semua orang bisa berhasil
melatihnya, hal ini semua orang pun mengerti dan juga
tahu.
Bicara mengenai ilmu silat, tidak diragukan lagi adalah
kemampuan hebat di bidang kebendaan.
Tentu saja inipun hanya sedikit orang yang bisa sukses,
bukan sembarangan orang yang bisa menjadi pesilat tinggi.
Jika ada orang bisa berhasil berlatih di bidang kebatinan
dan bidang kebendaan, kita menggunakan kata-kata 'jika
bukan dewa pasti setan' untuk menggambarkannya,
mungkin tidak akan salah.
Kedengarannya Sen Hai-kun sudah termasuk di dalam
'jika bukan dewa pasti setan'.
Bertemu dengan orang semacam ini, paling baik menjadi
kawan bukan menjadi lawan.
Jika tidak beruntung menjadi lawannya, paling baik
segera melarikan diri jauh-jauh, dijamin itu adalah cara
yang paling bagus.
Tapi jika sampai tidak beruntung dan bertemu muka,
apakah ada kemungkinan melarikan diri?
Mungkin To Sam-nio menginginkan Hoyan Tiang-souw
bisa memikirkan sendiri masalah ini?
Atau supaya dia tahu, alasannya kenapa dia sudah tahu
sulit melawan Pek-mo-ci-to, tapi tetap saja tidak berani
menolak tidak harus bertarung?
Tiba-tiba To Sam-nio melihat alis tebal Hoyan Tiang-
souw menyorot hawa amarah yang menakutkan, tidak
sadar dia terkejut sampai mundur dua langkah ke belakang;.
Dia berkata:
"Kau mau membunuh aku?"
Hoyan Tiang-souw menggelengkan kepala, hawa amarah
di ujung alisnya menghilang seketika, dia berkata:
"Bukan kau, tapi Sen Hai-kun, jika dia sudah mati, maka
kau bisa pulang kembali ke Lam-kang."
To Sam-nio sangat keheranan:
"Kau mau melakukan ini demi aku?"
Hoyan Tiang-souw tidak mau mengakuinya, suaranya
sengaja menjadi kesal dan berkata:
"Masalah lain jangan dibicarakan, beritahu saja dimana
Cui Lian-hoa berada?"
To Sam-nio terkejut dan berkata:
"Kau mencari Cui Lian-hoa? Bukan Cui Lian-gwat?"
Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat menyuruh dia jangan
mengejar dan membunuh Biauw Cia-sa, di dalam hati dia
sangat tidak mengerti, maka segera diam-diam dia
menyelidikinya, dan mengetahui Biauw Cia-sa telah
menangkap Cui Lian-hoa sebagai sandara.
Karena itu, sekarang dia bisa menjawab pertanyaan
Hoyan Tiang-souw.
Hoyan Tiang-souw bertingkah seperti menepuk bahu
teman lamanya, dia menepuk-nepuk Mo-to, tubuhnya yang
tinggi tegap mendadak melayang ke udara melintasi sungai.
Tubuh masih di udara, mendadak dia teringat To Sam-
nio, segera memutar tubuhnya menghadap pada To Sam-
nio tapi rubuhnya masih tetap terbang ke belakang.
Dia tidak menundukan kepala melihat air sungai yang
berkilauan di bawah kakinya, hanya dari jauh melihat ke To
Sam-nio, suaranya yang seperti geledek berkata:
"Kau pasti bisa kembali pulang ke kampung halamanmu
di Lam-kang, aku berjanji padamu."
Kampung halaman dua kata ini mengandung perasaan
yang tidak terlukiskan, rindu yang tiada taranya.
Tentu saja To Sam-nio merindukan kampung
halamannya, siapa yang tidak?
Tubuh Hoyan Tiang-souw berputar kembali ke asal,
ketika ujung kaki dia akan menyentuh daratan di seberang
sana, dia mendadak menyadari banyak hal.
Misalnya To Sam-nio yang dingin dan menarik, memang
tidak bisa tidak harus memandang dia sebagai wanita.
Kedua, walaupun dia sendiri sudah meninggalkan
kampung halaman, tapi dia bukan tidak rindu.
Ketiga, namun dia tidak tahu di dunia ini masih ada
banyak masalah, bisa mengikat kaki, bisa mengunci hati,
supaya orang tidak bisa pulang kekampung halaman......
Wajah Cui Lian-hoa yang cantik seperti bunga di musim
semi mendadak terbayang di dalam hati, itu satu contoh
yang paling bagus.
Orang seperti dia, ditambah hal lainnya, sudah cukup
membuat orang dengan suka rela berkelana di dunia
persilatan, rela mengucurkan darah di bawah golok...
&$3
Musim semi di Kang-lam, pemandangan dan hawanya
dimana-mana sama.
Setelah Tuan Ku-mu melihat ke cermin, lalu melihat lagi
pakaian dan topi yang dipakainya sudah rapi, tidak usah
dirapikan lagi, samar-samar tercium bau harum segar dan
bersih, hingga dia sangat puas.
Satu-satunya kekurangan adalah keriput di wajah dan
uban di pelipisnya, dia tidak bisa menutupnutupinya,
hingga orang menduga usia dia tidak kurang dari enam
puluh tahun.
Sebenarnya usia dia sudah tujuh puluh tahun.
Mulai dari usia lima puluh tahun, dia sudah mengganti
sebutannya menjadi tuan Ku-mu, selama sepuluh tahun
lebih, nama dan marga aslinya sudah tidak ada orang yang
tahu lagi.
Orang yang disebut disini adalah orang yang hidupnya
sudh sukses dan sedikit ternama di dunia persilatan.
Terhadap orang-orang di dunia persilatan yang tidak
ternama, tuan Ku-mu tidak mau berkenalan.
Di dalam pekarangan yang amat dalam itu semua
terlihathening dan tenang.
Tapi hati tuan Ku-mu yang biasanya tidak pernah
berdenyut cepat, sekarang selalu berdenyut cepat dan
gelisah.
Kenapa setiap kali melihat dia, keadaannya selalu begini?
Malah di lubuk hatinya selalu ada pikiran yang bukan-
bukan?
Tuan Ku-mu mengeluh karena itu, terus-menerus
memperingati pada bayangannya di dalam cermin:
"Kau adalah orang yang sudah berusia tujuh puluh
tahun, buat apa hatimu berdebar-debar demi seorang wanita
muda?
Buat apa masih berpikir yang bukan-bukan?
Walaupun dia menyetujuinya, walaupun dia rela, tapi
dengan wajah dia yang begitu cantik, yang membuat orang-
orang tergila-gila, tentu saja kau tidak serasi?
Buat apa kau masih ingin berpikir yang bukan-bukan?
Sebenarnya usiamu sudah berada diujung, terhadap
hubungan antara laki-laki dan perempuan sudah lama
menjadi tawar......
Tapi bukan begitu masalahnya, walaupun seorang tua
tidak bisa menikah dengan seorang wanita yang sangat
cantik, malah tidak mampu menikmati hubungan suami
istri/ tapi masih dapat menikmati kebahagian melalui jalur
lainnya.
Misalnya bisa memeluknya, bisa mencium dia......
Betul, kenapa tidak? Memeluk, mencium, kenapa tidak
boleh?
>>---odwo---<<
BAB 12
Pu-couw-siancu berkata: "Kau mau mendengar syaratku,
tidak?" Hati Ku-mu tergetar, sambil mengeluh berkata:
"Lihat, beginilah laki-laki, bertemu dengan wanita yang
dicintainya, selalu berubah menjadi bodoh. Seharusnya
terpikir olehku dari semula masalah nya timbul dari
persyaratanmu itu."
"Terpikir sekarang juga tidak terlambat." Dia bukan saja
tertawa, malah mengedipkan mata berkata, "Sebenarnya
aku tidak ada permintaan khusus, hanya menginginkan kau
menjamin pasti membunuh Li Poh-hoan dan Hoyan Tiang-
souw. Jika salah satu tidak mati, tidak akan berhenti."
Tuan Ku-mu bingung dan tidak mengerti: "Kita memang
sudah membicarakan begitu, buat apa mengulangnya lagi?"
Kata Pu-couw-siancu:
"Uang bisa dibayar dulu, tapi mengenai bagian ku, harus
menunggu setelah kedua orang itu mati, baru bisa
dilaksanakan."
"Aku tidak bisa mengatakan tidak adil." Ku-mu berkata,
"Tapi aku pun berhak mengusulkan. Aku usulkan uangnya
diterima setelah tugasnya berhasil^ tapi bagianmu lebih baik
sebagai uang muka."
Pu-couw-siancu menganggukan kepala dan berkata:
"Boleh, kau takut aku tidak menepati janji, tapi aku tidak
takut kau tidak menepati janji."
Ku-mu sangat senang, setiap keriput di wajah-nya
mendadak bersinar.
Pu-couw-siancu dengan tenang berkata:
"Aku akan melaksanakan keinginanmu, kau hanya perlu
membunuh satu orang ini dulu."
Sinar di keriput wajah tuan Ku-mu mendadak
menghilang lagi, wajah dan suaranya menjadi berat,
berkata:
"Siapa satu orang ini?"
Pu-couw-siancu berkata:
"Sen Hai-kun. Kau tanya pada dirimu sendiri apa
mampu tidak menerima bisnis ini, kalau mampu tubuhku
sekarang juga menjadi milikmu!"
Jika tuan Ku-mu tidak mempedulikan segala akibatnya,
dia bisa mendapatkan dulu tubuhnya, masalah lain di
kemudian hari bisa dipikirkan belakangan saja.
Biar mati bertarung pun tidak ada ruginya, dan Pu-couw-
siancu tetap yang akan mendapat rugi.
Terdengar Ku-mu dengan pelan berkata:
"Tubuhmu bukan uang, uang masih bisa di kembalikan,
paling-paling bisa di kembalikan berlipat, kau tidak rugi.
Tapi tubuh berbeda, jika tugasku gagal, aku tidak bisa
mengembalikan tubuhmu secara utuh, juga tidak bisa
mengembalikan waktu yang sudah terlewat, supaya bisa
berubah apa yang telah terjadi dikembali-kan jadi tidak
terjadi."
Dia berhenti sejenak, lalu berkata lagi: "Paling-paling kau
hanya bisa membunuh aku untuk melampiaskan amarah,
tapi jika aku berpendapat pantas mati demi ini, lalu
bagaimana? Apa kau tidak memikirkan sampai disini?"
Pu-couw-siancu seperti sangatyakin katanya:
"Itu masalahku sendiri, kau tidak perlu repot."
Tuan Ku-mu sudah membeberkan analisa yang paling
tidak menguntungkan bagi dia, itu bisa dilihat dalam
hatinya, dia juga tidak percaya masalah ini bisa diselesaikan
hanya dengan mati bertarung saja.
Dengan kata lain, walaupun dia memutuskan
mengorbankan nyawa untuk mendapatkan dia terlebih
dulu.
Cara ini pasti ada persoalan besar.
Namun dimana persoalannya?
Jika dia sudah menyerahkan tubuhnya, masih ada cara
apa bisa mengembalikannya?
Selain membunuh melampiaskan amarahnya, dia bisa
apa lagi?
Tuan Ku-mu menyeduhkan tehnya sendiri.
Sebenarnya dia mengambil kesempatan waktu sedikit ini
buru-buru memikirkannya kembali.
Karena hal ini di luar tampak menggairahkan,
kenyataannya adalah main-main dengan nyawa.
Asal ada sedikit kesalahan saja, pasti mati tidak bisa
hidup lagi.
Semua wanita di dunia ini kecuali hina sejak lahir, pasti
semuanya tidak mau begitu saja menyei;ah-kan
kegadisannya pada laki-laki yang tidak dia sukai.
Apakah Pu-couw-siancu termasuk golongan wanita hina
sejak lahir?
Tentu saja bukan, dia sendiri segera menjawabnya, dan
dia berani menjamin tidak salah lihat.
Jika dia bukanlah wanita hina, bukan wanita yang sama
sekali tidak mempermasalahkan hubungan antara laki laki
dan perempuan.
Maka......
Betul, kecuali dia yakin hal ini pasti tidak akan terjadi!
Hati dia mendadak menjadi terang dan sadar, maka dia
kembali ke tabiat aslinya, sedikit menganggukan kepala, dia
berkata:
"Di depanmu aku mungkin seorang yang bodoh, tapi
kadang juga bisa sadar......"
Dia mengambil palu gong, dan memukul gong tiga kali.
Suara gong itu menebar jauh sekali, sangat enak di
dengar.
"Tiga suara gong ini, tujuannya adalah mengaktifkan
seluruh perkakas rahasia, di tambah lagi dengan
pengawasan dari Giam-lo-kang-pat-kui-li (Jaring raja neraka
8 budak setan), jika ada orang atau siapa saja yang berani
menerobos, jangan harap bisa hidup."
Suara Ku-mu kering tidak ada rasa, membuat yang
mendengar merasa tidak enak.
Rasa tidak enak sedikit masih tidak masalah, tapi jika
ada rasa khawatir kehilangan nyawa, itu baru sangat
menyedihkan.
Tiba-tiba Pu-couw-siancu teringat Li Poh-hoan dan
Hoyan Tiang-souw.
Dia membayangkan, jika salah satu dari mereka berada
disini, setelah mendengar nama Giam-lo-kang-pat-kui-li,
apakah mereka akan ketakutan?
Dalam cerita rahasia di kutub utara, delapan orang Kui-li
(Budak setan) itu seperti bukan manusia, sebab selama
sepuluh tahun ini tidak ada satu pun manusia yang bisa
lolos atau selamat dari keroyokan mereka.
Mereka delapan orang masing-masing telah melatih
semacam ilmu silat aneh yang berbeda, ber tarung
menghadapi salah seorang dari mereka pun tidak ada orang
yang tahu bagaimana kekuatannya.
Tapi jika delapan orang itu bergabung bersama-sama
menyerang, dan setiap orang mengerahkan satu macam
ilmu silat, kekompakannya menjadi jaring yang tidak bisa
ditembus.
Tidak peduli ditangkap hidup-hidup, atau mati seketika,
pokoknya tidak ada seorang pun yang lolos dari jaringnya.
Walau Giam-lo-kang-pat-kui-li begitu menakutkan, tapi
Pu-couw-siancu malah tertawa terkekeh-kekeh dan berkata:
"Jangan menakut-nakuti, bagaimana mungkin Giam-lo-
kang-pat-kui-li mau menjadi pengawalmu? Bagaimana kau
bisa membuat mereka jadi pengawalmu?"
Pertanyaannya belum habis, dia sudah selesai
menyelidiki keadaan ruangan itu untuk kedua kalinya.
Pertama kali ketika dia memasuki ruangan, dia hanya
sekilas melihatnya! '
Sebab saat itu dia masih sebagai pelanggan, sehingga
penelitiannya sekilas saja.
Tapi sekarang keadaannya berbeda.
Setiap pintu jendela di dalam ruangan dan tinggi rendah
besar kecilnya pintu, setiap bentuk besar kecil dan tempat
meubel, tingginya atap rumah dan tiang-tiang, semua harus
dicatat di dalam hati, sedikit pun tidak boleh salah.
Kata Tuan Ku-mu:
"Jika aku tidak bisa mengundang mereka, bagai mana
mungkin kau bisa mencari aku untuk menyewa pembunuh
bayaran? Setiap orang yang bisa ku undang, semuanya bisa
dipercaya, dan kenapa aku tidak mau mengundang mereka
untuk mengawalku?"
Pu-couw-siancu tertawa.
Mata dia seperti air jernih, wajahnya seperti bunga
teratai, tawanya selain manis juga cantik.
Jika bukan garis di sudut bibirnya menampakan garis
kekejian, maka dia benar-benar adalah dewi di langit. Dia
berkata:
"Tidak benar, kudengar Pat-kui-li doyan wanita dan
serakah, hatinya keji, suka membunuh, buatmu wanita
mungkin masih bisa menyediakan, tapi bagaimana kau bisa
menyediakan begitu banyak orang untuk dibunuh, dihisap
darah dan dimakan daging-nya?"
Tuan Ku-mu mengerutkan alis katanya:
"Jangan sembarangan omong, memang tidak salah
mereka doyan wanita dan harta, tapi kapan menghisap
darah dan makan daging manusia?"
"Aku bukan pelanggan seperti pelanggan biasa, aku
punya beberapa berita yang lebih akurat darimu, kau jangan
memandang aku hanya seorang wanita, tapi sudah
melupakan kedudukanku?"
Tuan Ku-mu membentangkan sepasang tangannya tanda
tidak bisa berbuat apa-apa, katanya:
Dalam cerita rahasia di kutub utara, delapan orang Kui-li
(Budak setan) itu seperti bukan manusia, sebab selama
sepuluh tahun ini tidak ada satu pun manusia yang bisa
lolos atau selamat dari keroyokan mereka.
Mereka delapan orang masing-masing telah melatih
semacam ilmu silat aneh yang berbeda, ber tarung
menghadapi salah seorang dari mereka pun tidak ada orang
yang tahu bagaimana kekuatannya.
Tapi jika delapan orang itu bergabung bersama-sama
menyerang, dan setiap orang mengerahkan satu macam
ilmu silat, kekompakannya menjadi jaring yang tidak bisa
ditembus.
Tidak peduli ditangkap hidup-hidup, atau mati seketika,
pokoknya tidak ada seorang pun yang lolos dari jaringnya.
Walau Giam-lo-kang-pat-kui-li begitu menakutkan, tapi
Pu-couw-siancu malah tertawa terkekeh-kekeh dan berkata:
"Jangan menakut-nakuti, bagaimana mungkin Giam-lo-
kang-pat-kui-li mau menjadi pengawalmu? Bagaimana kau
bisa membuat mereka jadi pengawalmu?"
Pertanyaannya belum habis, dia sudah selesai
menyelidiki keadaan ruangan itu untuk kedua kalinya.
Pertama kali ketika dia memasuki ruangan, dia hanya
sekilas melihatnya! *
Sebab saat itu dia masih sebagai pelanggan, sehingga
penelitiannya sekilas saja.
Tapi sekarang keadaannya berbeda.
Setiap pintu jendela di dalam ruangan dan tinggi rendah
besar kecilnya pintu, setiap bentuk besar kecil dan tempat
meubel, tingginya atap rumah dan tiang-tiang, semua harus
dicatat di dalam hati, sedikit pun tidak boleh salah.
Kata Tuan Ku-mu:
"Jika aku tidak bisa mengundang mereka, bagai mana
mungkin kau bisa mencari aku untuk menyewa pembunuh
bayaran? Setiap orang yang bisa ku undang, semuanya bisa
dipercaya, dan kenapa aku tidak mau mengundang mereka
untuk mengawalku?"
Pu-couw-siancu tertawa.
Mata dia seperti air jernih, wajahnya seperti bunga
teratai, tawanya selain manis juga cantik.
Jika bukan garis di sudut bibirnya menampakan garis
kekejian, maka dia benar-benar adalah dewi di langit. Dia
berkata:
"Tidak benar, kudengar Pat-kui-li doyan wanita dan
serakah, hatinya keji, suka membunuh, buatmu wanita
mungkin masih bisa menyediakan, tapi bagaimana kau bisa
menyediakan begitu banyak orang untuk dibunuh, dihisap
darah dan dimakan daging-nya?"
Tuan Ku-mu mengerutkan alis katanya:
"Jangan sembarangan omong, memang tidak salah
mereka doyan wanita dan harta, tapi kapan menghisap
darah dan makan daging manusia?"
"Aku bukan pelanggan seperti pelanggan biasa, aku
punya beberapa berita yang lebih akurat darimu, kau jangan
memandang aku hanya seorang wanita, tapi sudah
melupakan kedudukanku?"
Tuan Ku-mu membentangkan sepasang tangannya tanda
tidak bisa berbuat apa-apa, katanya:
"Aku tidak lupa, maka aku khusus meng-undang Giam-
lo-kang-pat-kui-li kemari.
Selain mereka, di dunia ini orang yang mampu menahan
jurus Coan-sen-pian-cie milikmu, tidak lebih dari sepuluh
orang, kau telah membuat aku mengeluarkan lebih banyak
uang, kau tentu tidak tahu!"
Pu-couw-siancu keheranan:
"Kau masih tahu apa lagi tentang diriku? tentu tidak
hanya tahu Coan-sen-pian-cie saja bukan?"
"Tentu saja, aku pun tahu anak buahmu ada dua orang
wanita berpedang dan dua puluh satu orang pengawal baju
perak. Mereka pun punya kemampuan hebat, maka aku
tidak berani ceroboh."
Mendengar kata-katanya sekarang, sepertinya sudah
lama menganggap dia orang yang menakutkan.
Jika benar demikian, lalu kenapa mencari masalah
sendiri? Kenapa tidak memikirkan akibatnya, ingin
mendapatkan ciumannya?
Pu-couw-siancu tidak bertanya pada dia tentang hal ini,
sambil menghirup nafas lega berkata:
"Walaupun kau tahu banyak, tapi untungnya masih ada
hal yang lebih penting yang kau tidak tahu."
Dia merasa yakin karena itu dia merasa lega, seluruh
wajahnya tampak mengendur, dan penampilan nya jadi
semakin cantik. •
Ku-mu melihat matanya, dia menekan rasa ketakutan
yang timbul di dalam hatinya, sambil tersenyum berkata:
"Hal yang tidak ingin ku ketahui biasanya aku tidak mau
tahu, tapi hal yang harus ku ketahui pasti akan ku ketahui."
Pu-couw-siancu menggelengkan kepala:
"Tidak, jika kau tidak tahu, maka selamanya tidak akan
tahu......"
Tawa di sudut bibirnya semakin kental, juga semakin
membuat orang merasa dia cantik sesat yang sangat
menarik.
Kecantikan wanita sejak dulu bisa dibagi dalam dua garis
besar yaitu kecantikan asli dan kecantikan sesat.
Dalam pandangan mata laki laki, kecantikan yang
disebut belakangan jauh lebih menarik.
Tapi ketika dia benar-benar ingin meminang sebagai istri,
dia akan memilih yang disebutkan di depan, yaitu
kecantikan asli.
Masih tetap tersenyum memikat dia bertanya:
"Dimana Pat-kui-li? Kenapa sampai sekarang belum
muncul? Mereka tidak merasa malu bukan?"
Di sudut kiri atas dalam ruangan besar ada sederetan
lubang angin, "Buum!" sekaligus terbuka.
Satu suara dingin terdengar:
"Nona cantik, kenapa kau begitu terburu-buru ingin
bertemu dengan kami?"
Walaupun Pu-couw-siancu tidak melihat ke-arah suara
itu, tapi dia menjawabnya:
"Tidak, aku sedikitpun tidak terburu-buru, kau pasti
ketuanya Pat-kui-li? Apakah kau Gin-sie-kui-li (Setan perak
dari perbatasan)?"
Dari lubang angin di atas terdengar jawaban:
"Betul, rupanya banyak yang kau ketahui, tapi seorang
gadis yang terlalu banyak tahu, kurang baik buat dirinya."
Perlahan Pu-couw-siancu menggulung lengan baju
kirinya, tampak satu lengan secantik giok seputih minyak
domba.
Dia terus menggulung sampai bahunya terlihat.
Di bawah bahunya sedikit adalah buah dada, zaman
dulu tidak ada model baju yang bagian atasnya terbuka.
Jadi asal bagian atasnya kelihatan sedikit saja, maka
akan membuat seluruh laki-laki di jalanan mata nya melotot
besar-besar.
Tentu saja siapa pun jangan harap bisa melihat buah
rahasianya Pu-couw-siancu, tapi siapapun yang bisa melihat
kulit putih di dekat buah dadanya, tentu aliran darahnya
akan bergolak, denyut jantung berjalan semakin cepat.
Tapi Pu-couw-siancu seperti tidak ingin menggunakan
kecantikannya untuk memikat mereka.
Tubuh dia berputar setengah lingkaran dengan lembut
berkata:
"Di atas bahuku ada satu tanda lahir merah, apa kalian
sudah melihatnya? Apakah itu? Siapa yang bisa
menjawabnya?"
Di sudut kiri ruangan di belakang layar penahan angin
terdengar satu suara muda yang nyaring berkata:
"Itulah tanda merah pertanda gadis suci, kau pasti masih
gadis, aku berani bertaruh dengan siapa sajai."
Bagaimana wajah orang ini tidak ada seorang pun yang
tahu, tapi suaranya sangat enak didengar.
Pu-couw-siancu merasa senang, lalu meng-angguk-
anggukan kepala:
"Betul, inilah tanda merah pertanda gadis suci, suaramu
begitu enak didengar, apakah kau Touw-tiok (Bambu
tembus), salah satu dari Pat-kui-li?"
Kata-katanya tidak ada yang menjawab.
Maka dia berkata lagi:
"Aku tidak membohongi Ku-mu, aku mengatakan aku
masih gadis, maka pasti masih gadis. Dan sama juga, aku
menyetujui syarat dia, maka pasti menepatinya. Tapi jika
dia tidak berani menerima perdagangan ini, maka aku tidak
akan membiarkan dia mendapatkan diriku."
Terdengar suara Gin-sie-kui-li dari atas lubang angin:
"Adil sekali, karena dia tidak berani menerima, jadi kami
yang menerimanya!"
Pu-couw-siancu tersenyum melihat pada Ku-mu,
katanya:
"Kau sudah mendengarnya?"
Wajah Ku-mu tidak ada reaksi, berkata:
"Aku tidak tuli, aku bisa mendengarnya, tapi mereka
tidak bisa menerima bisnis ini, karena mereka sekarang
masih terikat kontrak denganku!"
Pu-couw-siancu tertawa, menunggu sejenak, di sekeliling
sama sekali tidak ada reaksi.
Maka senyum dia menghilang karenanya.
Ku-mu berkata lagi:
"Walaupun Pat-kui-li doyan wanita, tapi dia bisa
dipercaya, kau ingin menggunakan kecantikanmu supaya
mereka berbalik menghadapi aku, cara ini rasa-nya sedikit
kurang bagus."
Pu-couw-siancu sedikit menyesal:
"Kelihatannya kata-katamu tidak membesar besarkan."
Ku-mu tampak bangga, dia mengangkat kepala nya ke
atas tertawa dan berkata: "Aku sudah bilang......"
Kata-katanya mendadak terputus, sebab dari empat
sudut ruangan mendadak melesat empat macam senjata,
secepat kilat menyerang dia.
Pu-couw-siancu mundur dan keluar dari celah senjata
rahasia, dengan keras berkata:
"Aduh, celaka, orang yang menggunakan pisau arit ini
pasti dia adalah Sang-cian-kui-li (Setan golok sabit), yang
menggunakan kapak baja adalah Kui-can-kui-li (Setan
tumbuhan cacat.)......"
Saat ini tubuh tuan Ku-mu mendadak duduk jatuh ke
lantai, tapi bukan mati karena terkena senjata rahasia.
Terlihat dia berguling di lantai, berguling ke kiri tujuh
kaki.
Kecepatan gerakannya dan sebarnya meng-hadapi
serangan lawan, membuat orang tidak ter-bayang dia
adalah kakek berusia tujuh puluh tahun.
Kenyataannya setelah dia berguling ke kiri tujuh kaki,
mendadak berguling lagi tujuh kaki, merubah arah
bergulingnya kembali ke tempat asalnya.
Setelah bergulingan, dia telah lolos dari dim belas kali
serangan cepat empat macam senjata yang menyerang dia.
Pu-couw-siancu berteriak tems:
"Yang menggunakan Sam-ciat-kun (Tongkat tiga bagian)
itu apakah Yu-poan-kui-li? Yang melayangkan pedang
apakah H u i - k o n g-k u i -1 i ? Hei, kalian ini bagaimana,
empat orang mengeroyok juga tidak bisa membereskan
seorang kakek?"
Empat bayangan orang lainnya mendadak melayang
turun dari empat sudut atas ruangan, semua bergerak ringan
dan lincat, menyentuh lantai tanpa bersuara.
Empat orang ini seperti setan saja kemunculannya,
semua memakai pakaian ringkas, yang membawa tombak
emas bertubuh langsing adalah Touw-tiok-kui-li, suara
dialah yang paling enak didengar.
Yang satu lagi berwajah pucat, kurus kering membawa
dua gembrengan tembaga, dia adalah pemimpin KuiTi,
Gin-sie-kui-li.
Sisa dua lagi yang satu menggunakan senjata
CengTimTiok-soh (Tali berserat hijau), senjata yang jarang
digunakan orang, sangat sulit dipelajari, orang ini adalah
Cu-tai-kui-li (Setan anak mutiara).
Yang kedua adalah Kim-keng-kui-li (Setan cermin emas)
senjatanya adalah pedang pendek dan tameng kecil yang
bersinar emas menyilaukan mata.
Begitu empat orang Kui-li ini muncul, penyerangannya
masih belum berhenti, sehingga tuan Ku-mu seperti
menempel oleh lantai, walaupun masih bisa berguling, tapi
terlihat sudah agak lamban dan susah.
Sorot mata Gin-sie-kui-li yang pemimpin Pat-kui-li,
menatap dingin pada Pu-couw-siancu. Lalu dia berkata:
"Rupanya kau sangat mengenal kami, kenapa? Apakah
orang-orang seperti kami, di dalam hatimu juga ada sedikit
kedudukan?"
Walaupun orang ini sebagai pemimpin, tapi usianya
tidak tua.
Kira-kira usia hanya tiga puluh tahun, kelihatan nya
paling sedikit masih ada empat orang yang lebih tua dari
pada dia.
Pu-couw-siancu tidak menjawab balik bertanya:
"Apakah kalian ingin membunuh Ku-mu?"
Di wajah pucat Gin-sie-kui-li terlihat tawa licik dan
berkata:
"Belum tentu, sebab orang ini tidak mudah dibunuh!"
"Jika kalian tidak bisa membunuh dia, dia bisa menyewa
banyak lagi pembunuh bayaran untuk menghadapi kalian,
ini bukankah hal yang merepot-kan dan mengkhawatirkan?"
Gin-sie-kui-li berkata:
"Betul, betul. Maka aku silahkan Siancu
memutuskannya, silahkan kau pilih salah satu di antara
kami berdelapan untuk bertarung dengan tuan Ku-mu."
"Kalian berdelapan termasuk di dalamnya?" Pu-couw-
siancu terkejut sampai alisnya pun terangkat tinggi sekali,
"apakah artinya delapan orang bersama-sama ingin
memiliki satu wanita?"
"Betul, tapi kau tidak perlu terkejut pada masalah kecil,
adat istiadat seperti ini tidak populer di negara kita saja. Di
negara lain, seperti India sana, sering beberapa bersaudara
bersama-sama menikahi seorang wanita. Di negri Jepang
sana, setelah orangnya mati, bukan saja harta, sampai istri
dan selir juga diwariskan pada anaknya."
Pu-couw-siancu melihat pada Ku-mu yang sedang
berguling dengan susah payah.
Ilmu silat kakek ini sungguh hebat sekali, kadang-kadang
kepalannya memukul dan kadang-kadang kakinya
menendang, gerakannya selalu bisa memukul mundur
musuhnya, sehingga walaupun keadaannya repot, tapi
masih belum terluka.
Dia melihat pada delapan orang Kui-li, tapi selain Touw-
tiok-kui-li yang masih bisa dibilang tampan, yang lainnya
masing-masing tampangnya ada ciri yang khusus. Wajah
khusus sebenarnya bagus. Karena biasanya, laki-laki tidak
selalu harus tampanbaru bisa menarik hati wanita.
Ada sebagian laki-laki tampangnya tidak tampan, malah
ada cacatnya, seperti ada tahi lalat atau cacat sabetan
senjata tajam, tapi tetap bisa menarik sorot mata wanita,
bisa menaklukan perasaannya.
Di jaman sekarang, laki-laki yang seperti ini di anggap
berkarakter.
Tapi dari GiamTo-kang-pat-kuiTi itu selain Touw-tiok-
kui-li, tujuh yang lain semuanya buruk rupa dan kasar.
Ada dua orang gigi taringnya menonjol keluar, warna
giginya kuning coklat, jelas tidak biasa sikat gigi.
Tampang mereka walaupun menggunakan kata
'berkarakter' gambarannya, tapi tetap saja membuat orang
sebal ingin muntah.
Apa lagi Pu-couw-siancu begitu membayang-kan dirinya
harus tidur bergiliran dan bermesraan dengan mereka,
hampir saja dia memuntahkan makanan yang dimakan tiga
hari lalu!
Untung sampai saat ini dia masih belum menentukan
harus tidur bergiliran dengan mereka.
Maka dia bisa menahan dan bisa tersenyum manis dan
cantik.
Suaranya pun merdu enak di dengar, berkata:
"Betul, betul! Di dunia ini ada istiadat seperti ini, maka
orang lain pun pasti bisa menerimanya.
Sebenarnya bisa saja aku segera menyanggupi kalian,
namun setelah kulihat-lihat, malah menemukan walaupun
strategi kalian sudah diatur, kekuatannya hanya
menggunakan lima puluh persen. Ku-mu berguling-guling
juga sama, hanya menggunakan setengah tenaganya.
Sebenarnya kalian sedang bermain apa? Walau pun
kalian mengatakan menunggu keputusanku baru melakukan
pembunuhan, tapi jika aku adalah Ku-mu, aku pasti akan
sekuat tenaga menerobos keluar dari kepungan, baru pelan-
pelanbernegosiasi."
Dengan dingin Gin-sie-kui-li melototi dia, menunggu dia
melanjutkan bicaranya.
Benar saja, baru habis perkataan Pu-couw-siancu habis
dia melanjutkan lagi:
"Kenapa dia tidak bertindak demikian? Di dunia ini pasti
tidak ada orang yang tidak mau melakukan hal yang
menguntungkan diri sendiri, maka dia masih tetap berada di
dalam kepungan kalian, jelas itu paling menguntungkan
dia."
"Belum tentu!" kata Gin-sie-kui-li.
"Pasti!"
"Kau masih belum menyetujui apa pun pada kami."
"Tentu saja! Aku masih belum tahu siapa di antara kalian
yang bisa menang dan masih hidup. Kenapa aku harus
menyetujuinya?"
Mata aneh segi tiga Gin-sie-kui-li berkedip dan berkedip
lagi, lama tidak bersuara.
Jelas dia sedang memikirkan hal yang sulit, juga harus
segera menyimpulkan masalah sulit baru bisa memutuskan
tindakan apa yang diambil.
Saat ini tuan Ku-mu berguling-guling diatas lantai,
walaupun gerakannya lebih lambat dari pada semula, tapi
dia bisa tiba-tiba bisa bergerak ke kiri, ke kanan, tiba-tiba
memukul dan menendang.
Hal ini membuat empat orang Kui-li yang tidak henti-
hentinya menyerang merasa kesulitan.
Tapi karena empat Kui-li lain yang dipimpin Gin-sie-kui-
li berdiri di empat penjuru, Ku-mu jadi tidak berani
berguling mendekati mereka, maka lingkaran gerakan dia
jadi terbatas!
Di dalam keadaan begini, siapa pun akan bertaruh pada
Pat-kui-li bukan pada tuan Ku-mu.
Pu-couw-siancu mendesak:
"Hayo cepat, jika kalian kedua belah pihak tidak ada
jawaban yang bisa memuaskan aku, aku akan segera pergi!"
Gin-sie-kui-li berkata:
"Aku memutuskan begini!......"
Kata-katanya belum selesai, mendadak tuan Ku-mu
bersiul panjang.
Siulannya yang nyaring menutup suara Gin-sie-kui-li.
Terlihat tubuh tuan Ku-mu melesat ke beberapa kaki,
dengan posisi masih berbaring.
Untung sampai saat ini dia masih belum menentukan
harus tidur bergiliran dengan mereka.
Maka dia bisa menahan dan bisa tersenyum manis dan
cantik.
Suaranya pun merdu enak di dengar, berkata:
"Betul, betul! Di dunia ini ada istiadat seperti ini, maka
orang lain pun pasti bisa menerimanya.
Sebenarnya bisa saja aku segera menyanggupi kalian,
namun setelah kulihat-lihat, malah menemukan walaupun
strategi kalian sudah diatur, kekuatannya hanya
menggunakan lima puluh persen. Ku-mu berguling-guling
juga sama, hanya menggunakan setengah tenaganya.
Sebenarnya kalian sedang bermain apa? Walau pun
kalian mengatakan menunggu keputusanku baru melakukan
pembunuhan, tapi jika aku adalah Ku-mu, aku pasti akan
sekuat tenaga menerobos keluar dari kepungan, baru pelan-
pelanbernegosiasi."
Dengan dingin Gin-sie-kui-li melototi dia, menunggu dia
melanjutkan bicaranya.
Benar saja, bam habis perkataan Pu-couw-siancu habis
dia melanjutkan lagi:
"Kenapa dia tidak bertindak demikian? Di dunia ini pasti
tidak ada orang yang tidak mau melakukan hal yang
menguntungkan diri sendiri, maka dia masih tetap berada di
dalam kepungan kalian, jelas itu paling menguntungkan
dia."
"Belum tentu!" kata Gin-sie-kui-li.
"Pasti!"
"Kau masih belum menyetujui apa pun pada kami."
"Tentu saja! Aku masih belum tahu siapa di antara kalian
yang bisa menang dan masih hidup. Kenapa aku harus
menyetujuinya?"
Mata aneh segi tiga Gin-sie-kui-li berkedip dan berkedip
lagi, lama tidak bersuara.
Jelas dia sedang memikirkan hal yang sulit, juga harus
segera menyimpulkan masalah sulit baru bisa memutuskan
tindakan apa yang diambil.
Saat ini tuan Ku-mu berguling-guling diatas lantai,
walaupun gerakannya lebih lambat dari pada semula, tapi
dia bisa tiba-tiba bisa bergerak ke kiri, ke kanan, tiba-tiba
memukul dan menendang.
Hal ini membuat empat orang Kui-li yang tidak henti-
hentinya menyerang merasa kesulitan.
Tapi karena empat Kui-li lain yang dipimpin Gin-sie-kui-
li berdiri di empat penjuru, Ku-mu jadi tidak berani
berguling mendekati mereka, maka lingkaran gerakan dia
jadi terbatas!
Di dalam keadaan begini, siapa pun akan bertaruh pada
Pat-kui-li bukan pada tuan Ku-mu. Pu-couw-siancu
mendesak:
"Hayo cepat, jika kalian kedua belah pihak tidak ada
jawaban yang bisa memuaskan aku, aku akan segera pergi!"
Gin-sie-kui-li berkata:
"Aku memutuskanbegini!......"
Kata-katanya belum selesai, mendadak tuan Ku-mu
bersiul panjang.
Siulannya yang nyaring menutup suara Gin-sie-kui-li.
Terlihat tubuh tuan Ku-mu melesat ke atas beberapa
kaki, dengan posisi masih berbaring.
Saat ini Sam-ciat-kun Yu-poan-kui-li secepat kilat
menyapu di bawah punggungnya, dan kapak baja Kui-can-
kui-li bergerak dari atas ke bawah.
Tiba-tiba tubuh Ku-mu membungkuk seperti udang,
sabetan kampak ini hanya menimbulkan suara membelah
angin, tapi tidak berhasil menyentuh sebuah bulu pun dari
lawannya.
Tubuh tuan Ku-mu yang bungkuk mendadak jadi lurus
melesat, laksana tombak terbang menusuk ke Hui-kong-kui-
li.
Pedang di tangan Hui-kong-kui-li bergerak membentuk
tiga gulungan sinar, siapa pun tidak bisa melihat dengan
jelas, pedang dia mengarah ke mana dari tiga sinar
pedangnya.
Tiba-tiba kaki kiri Ku-mu menendang dan lengan
kanannya menyikut, dua gulungan sinar pedang jadi
menghilang tidak berbekas.
Tapi pedang tajam yang berkilauan mendadak muncul
lagi digulungan sinar ketiga, laksana ular menjulurkan
lidahnya.
Serangan pedangnya sangat cepat, sangat keji, ujung
pedang mendadak telah menyentuh jalan darah penting di
iga kirinya tuan Ku-mu.
Posisi seluruh tubuh Ku-mu yang masih terlentang di
udara, laksana ikan mendadak berguling ke samping. j
Terlihat ujung pedang sudah merobek baju dan
menembus, saat itu sikut kirinya Ku-mu kebetulan
menutup, maka pedang itupun terjepit.
Terlihat, tidak peduli serangan atau pertahanan, tidak
satu pun yang tidak hebat dan sangat berbahaya, sulit
digambarkan.
Tapi yang lebih hebat masih ada di belakang.
Karena pedang Hui-kong-kui-li dijepit, dengan
sendirinya tubuh dia bergerak ke kanan ingin melepaskan
pedang, namun gerakannya malah menyambut serangan
golok sabitnya Sang-cian-kui-li.
Perawakan Sang-cian-kui-li paling pendek dan kecil di
antara semua orang, namun golok sabit di tangannya malah
berat dan panjang, suara goloknya membelah angin,
suaranya sangat mengerikan.
Serangan goloknya terlihat penuh tenaga, sangat
dahsyat.
Hui-kong-kui-li melihat sinar golok yang menghampiri
dan mendengar suara golok yang begitu dahsyat, dia jadi
terkejut dan berteriak:
"Hati hati, ini aku......"
Suaranya masih berkumandang, dadanya sudah terkena
golok.
Meminjam tenaga lawan mencabut pedang, tubuh Ku-
mu melayang ke samping, dengan posisi tetap masih
terlentang di udara.
Pada saat ini dia masih dengan entang tertawa dan
berkata:
"Orang sendiri pun dibunuh tanpa kasihan, perbuatan ini
sungguh tidak bisa diterima......"
Dia mengolok Hui-kong-kui-li yang dibacok oleh golok
sabit itu.
Tapi tawanya mendadak terhenti di tengah-tangah, sebab
dia melihat Hui-kong-kui-li bukan saja dadanya tidak
berlumuran dada, malah dengan kecepatan yang sulit
dipercaya menghadang jalan dia.
Dalam desingan ujung pedang, membentuk tujuh titik
bintang dingin, dengan cepat menyerang tujuh jalan darah
besar di sebelah kanan tubuhnya.
Pu-couw-siancu yang berada di luar kalangan, bisa
melihat ketika golok sabit akan mengenai Hui-kong-kui-li,
golok sabit itu dengan cepat berputar, maka yang mengenai
adalah punggung golok bukan mata goloknya.
Sehingga Hui-kong-kui-Ii bukan saja tidak terluka atau
mati, malah bisa lebih cepatmenghadang musuhnya.
Semua tidak di luar dugaan, walaupun Giam-lo-kang-
pat-kui-li menggemparkan seluruh pesilat tinggi di dunia,
tapi mereka tetap saja manusia bukan setan!
Ilmu silat mereka walaupun harus diakui sangat tinggi
dan menakutkan, tapi bagaimana pun tenaganya tidak bisa
melebihi kekuatan seorang manusia, maka pasti ada cara
mengatasinya!
Pu-couw-siancu tersenyum, terlihat tubuh tuan Ku-mu
mendadak jatuh ke lantai.
Hal ini membuat tujuh serangan pedang Hui-kong-kui-li
semua tidak mengenai sasaran.
Tubuh tuan Ku-mu seperti kapas, menyentuh lantai
tanpa bersuara.
Sekali meluncur maka berubah jadi posisi berdiri.
Semua serangan Kui-li mendadak berhenti, setiap orang
seperti kesurupan, semua orang tampak* terasa seperti
patung pahatan. *
Satu tangan Ku-mu menunjuk langit, satu tangan lagi
menunjuk bumi.
Jurus ini adalah Wie-go-tok-cun (Hanya aku satu yang
terhormat) laksana alam semesta. Sejak dulu sampai yang
akan datang hanya ada 'aku' seorang!
Gin-sie-kui-li bersiul keras tiga kali, tapi siulannya
semakin ke belakang semakin lemah.
Pancaran hawa yang tadinya amat keji, dahsyat, laksana
singa es bertemu dengan matahari, dengan cepat menjadi
cair.
Pu-couw-siancu tertawa dan berkata: "Sudah, sudahlah!
Sandiwara kalian tidak akan bisa menipuku. Kenapa kedua
belah pihak tidak mengerahkan jurus mematikan yang
sebenarnya? Apakah takut aku mencuri ilmu kalian?"
Mata tuan Ku-mu menatap tajam pada Gin-sie-kui-li,
mulurnya menjawab:
"Buat apa kita bertarung mati-matian, kita melakukan
ini, siapa yang untung?"
Gin-sie-kui-li menatap tajam Ku-mu, matanya berkedip
pun tidak, dengan keras berkata:
"Betul, jika kita bertarung sampai ada yang menang dan
ada yang mati, siapa yang paling beruntung?"
Kata Pu-couw-siancu:
"Siapa yang paling beruntung sekarang masih belum
tahu. Tapi orang yang paling tidak beruntung anak kecil
juga tahu, orang itu adalah aku!"
Dia mengatakan ini dengan wajah dan suara yang seperti
terhina dan disalahkan.
Membuat kecantikan dia bertambah menarik.
Tuan Ku-mu berkata:
Dalam desingan ujung pedang, membentuk tujuh titik
bintang dingin, dengan cepat menyerang tujuh jalan darah
besar di sebelah kanan tubuhnya.
Pu-couw-siancu yang berada di luar kalangan, bisa
melihat ketika golok sabit akan mengenai Hui-kong-kui-li,
golok sabit itu dengan cepat berputar, maka yang mengenai
adalah punggung golok bukan mata goloknya.
Sehingga Hui-kong-kui-li bukan saja tidak terluka atau
mati, malah bisa lebih cepat menghadang musuhnya.
Semua tidak di luar dugaan, walaupun Giam-lo-kang-
pat-kui-li menggemparkan seluruh pesilat tinggi di dunia,
tapi mereka tetap saja manusia bukan setan!
Ilmu silat mereka walaupun harus diakui sangat tinggi
dan menakutkan, tapi bagaimana pun tenaganya tidak bisa
melebihi kekuatan seorang manusia, maka pasti ada cara
mengatasinya!
Pu-couw-siancu tersenyum, terlihat tubuh tuan Ku-mu
mendadak jatuh ke lantai.
Hal ini membuat tujuh serangan pedang Hui-kong-kui-li
semua tidak mengenai sasaran.
Tubuh tuan Ku-mu seperti kapas, menyentuh lantai
tanpa bersuara.
Sekali meluncur maka berubah jadi posisi berdiri.
Semua serangan Kui-li mendadak berhenti, setiap orang
seperti kesurupan, semua orang tampak; terasa seperti
patung pahatan.
Satu tangan Ku-mu menunjuk langit, satu tangan lagi
menunjuk bumi.
Jurus ini adalah Wie-go-tok-cun (Hanya aku satu yang
terhormat) laksana alam semesta. Sejak dulu sampai yang
akan datang hanya ada 'aku' seorang!
Gin-sie-kui-li bersiul keras tiga kali, tapi siulannya
semakin ke belakang semakin lemah.
Pancaran hawa yang tadinya amat keji, dahsyat, laksana
singa es bertemu dengan matahari, dengan cepat menjadi
cair.
Pu-couw-siancu tertawa dan berkata: "Sudah, sudahlah!
Sandiwara kalian tidak akan bisa menipuku. Kenapa kedua
belah pihak tidak mengerahkan jurus mematikan yang
sebenarnya? Apakah takut aku mencuri ilmu kalian?"
Mata tuan Ku-mu menatap tajam pada Gin-sie-kui-li,
mulutnya menjawab:
"Buat apa kita bertarung mati-matian, kita melakukan
ini, siapa yang untung?"
Gin-sie-kui-li menatap tajam Ku-mu, matanya berkedip
pun tidak, dengan keras berkata:
"Betul, jika kita bertarung sampai ada yang menang dan
ada yang mati, siapa yang paling beruntung?"
Kata Pu-couw-siancu:
"Siapa yang paling beruntung sekarang masih belum
tahu. Tapi orang yang paling tidak beruntung anak kecil
juga tahu, orang itu adalah aku!"
Dia mengatakan ini dengan wajah dan suara yang seperti
terhina dan disalahkan.
Membuat kecantikan dia bertambah menarik.
Tuan Ku-mu berkata:
Dalam desingan ujung pedang, membentuk tujuh titik
bintang dingin, dengan cepat menyerang tujuh jalan darah
besar di sebelah kanan tubuhnya.
Pu-couw-siancu yang berada di luar kalangan, bisa
melihat ketika golok sabit akan mengenai Hui-kong-kui-li,
golok sabit itu dengan cepat berputar, maka yang mengenai
adalah punggung golok bukan mata goloknya.
Sehingga Hui-kong-kui-li bukan saja tidak terluka atau
mati, malah bisa lebih cepat menghadang musuhnya.
Semua tidak di luar dugaan, walaupun Giam-lo-kang-
pat-kui-li menggemparkan seluruh pesilat tinggi di dunia,
tapi mereka tetap saja manusia bukan setan!
Ilmu silat mereka walaupun harus diakui sangat tinggi
dan menakutkan, tapi bagaimana pun tenaganya tidak bisa
melebihi kekuatan seorang manusia, maka pasti ada cara
mengatasinya!
Pu-couw-siancu tersenyum, terlihat tubuh tuan Ku-mu
mendadak jatuh ke lantai.
Hal ini membuat tujuh serangan pedang Hui-kong-kui-li
semua tidak mengenai sasaran.
Tubuh tuan Ku-mu seperti kapas, menyentuh lantai
tanpa bersuara.
Sekali meluncur maka berubah jadi posisi berdiri.
Semua serangan Kui-li mendadak berhenti, setiap orang
seperti kesurupan, semua orang tampak terasa seperti
patung pahatan. '
Satu tangan Ku-mu menunjuk langit, satu tangan lagi
menunjuk bumi.
Jurus ini adalah Wie-go-tok-cun (Hanya aku satu yang
terhormat) laksana alam semesta. Sejak dulu sampai yang
akan datang hanya ada 'aku' seorang!
Gin-sie-kui-li bersiul keras tiga kali, tapi siulannya
semakin ke belakang semakin lemah.
Pancaran hawa yang tadinya amat keji, dahsyat, laksana
singa es bertemu dengan matahari, dengan cepat menjadi
cair.
Pu-couw-siancu tertawa dan berkata: "Sudah, sudahlah!
Sandiwara kalian tidak akan bisa menipuku. Kenapa kedua
belah pihak tidak mengerahkan jurus mematikan yang
sebenarnya? Apakah takut aku mencuri ilmu kalian?"
Mata tuan Ku-mu menatap tajam pada Gin-sie-kui-li,
mulutnya menjawab:
"Buat apa kita bertarung mati-matian, kita melakukan
ini, siapa yang untung?"
Gin-sie-kui-li menatap tajam Ku-mu, matanya berkedip
pun tidak, dengan keras berkata:
"Betul, jika kita bertarung sampai ada yang menang dan
ada yang mati, siapa yang paling beruntung?"
Kata Pu-couw-siancu:
"Siapa yang paling beruntung sekarang masih belum
tahu. Tapi orang yang paling tidak beruntung anak kecil
juga tahu, orang itu adalah aku!"
Dia mengatakan ini dengan wajah dan suara yang seperti
terhina dan disalahkan.
Membuat kecantikan dia bertambah menarik.
Tuan Ku-mu berkata:
"Gin-sie, kalian betul-betul tergiur kecantikannya?
Sampai rela kehilangan kepercayaan?"
"Tidak seluruhnya demi kecantikan, Sen Hai-kun juga
satu sebab yang sangat penting.'
"Ceek ceek!" tuan Ku-mu berkata, "Keberanian kalian
sungguh tidak kecil, malah bermimpi melawan Sen Hai-
kun......"
"Orang yang sampai kau pun tidak berani
menyentuhnya, tentu saja kami pantas mencobanya."
Tuan Ku-mu menggelengkan kepala:
"Kalian salah! Apakah kalian tahu aku puluhan tahun
berbisnis memperkenalkan pembunuh bayaran, kenapa
sampai sekarang masih bisa hidup?"
Dia berhenti sejenak, tapi tidak lawan menduga nya. Dia
sendiri melanjutkan:
"Aku masih bisa hidup sekarang, bukan mengandalkan
ilmu silat, tapi mengandalkan otak. Setiap kali aku
menerima bisnis, pasti aku menyelidiki dulu dengan jelas,
sehingga aku tahu harus mengutus siapa menjalankan
tugasnya."
Gin-sie-kui-li berkata:
"Kami tidak berniat merebut usahamu, maka cara kau ini
tidak ada gunanya pada kami!"
"Tapi besar hubungannya dengan hidup mati, terhina
atau terhormatnya kalian, kalian selain tidak tahu siapa Sen
Hai-kun sebenarnya, dan juga tidak tahu dia memiliki ilmu
apa saja, kalian sembarangan mencari dia, jika memang
menggembirakan, tapi jika kalah akibatnya tidak
terbayangkan!"
Wajah tampan Touw-tiok-kui-li tampak tawa keji.
Dia menyela:
"Kami bersaudara sejak menginjakan kaki di dunia
persilatan, tidak terhitung banyaknya orang yang sudah
kami bunuh, pesilat tinggi mana pun sulit menghindar nasib
sialnya jika bertemu dengan kami. Hal-hal begini kau yang
paling tahu, kulihat tidak perlu lagi satu persatu
mengingatkanmu?"
"Tentu saja tidak perlu, tentu saja tidak perlu!" Ku-mu
berkata, "malah sebaliknya aku harus memperingatkan
dirimu. Dalam begitu banyak tugas, sasarannya sudah aku
selidiki dengan teliti sekali, juga aku yang memutuskan
paling cocok bisnisnya diserah-kan pada kalian, maka baru
aku mencari kalian. Sehingga kalian bisa sukses melakukan
tugas."
Teori ini sebenarnya sangat mudah dan jelas, Pat-kui-li
tidak bersuara.
Pu-couw-siancu tertawa, lalu berkata:
"Lalu bagaimana dengan aku? Kau menyewa mereka
menjadi pengawal, apakah sudah menyelidikinya dengan
jelas, tahu mereka pasti bisa mengalahkan aku?"
Ku-mu tertawa pahit berkata:
"Tadinya bermaksud begitu. Tapi aku terlewatkan satu
macam, yaitu kecantikanmu. Sebenarnya tidak seharusnya
aku terlewatkan ini. Sebab aku yang sebatang balok kayu
pun bisa tergerak, apalagi orang lain tentu saja juga bisa."
Pu-couw-siancu mengangkat bahu dan berkata: "Ini yang
disebut orang pintar memikirkan seribu hal pasti
terlewatkan satu. Walaupun kau telah beribu-ribu kali
menghitungnya, juga tidak bisa menjamin ada beberapa hal
yang tidak terhitung!"
"Gin-sie, kalian betul-betul tergiur kecantikannya?
Sampai rela kehilangan kepercayaan?"
"Tidak seluruhnya demi kecantikan, Sen Plai-kun juga
satu sebab yang sangat penting.'
"Ceek ceek!" tuan Ku-mu berkata, "Keberanian kalian
sungguh tidak kecil, malah bermimpi melawan Sen Hai-
kun......"
"Orang yang sampai kau pun tidak berani
menyentuhnya, tentu saja kami pantas mencobanya."
Tuan Ku-mu menggelengkan kepala:
"Kalian salah! Apakah kalian tahu aku puluhan tahun
berbisnis memperkenalkan pembunuh bayaran, kenapa
sampai sekarang masih bisa hidup?"
Dia berhenti sejenak, tapi tidak lawan menduga nya. Dia
sendiri melanjutkan:
"Aku masih bisa hidup sekarang, bukan mengandalkan
ilmu silat, tapi mengandalkan otak. Setiap kali aku
menerima bisnis, pasti aku menyelidiki dulu dengan jelas,
sehingga aku tahu harus mengutus siapa menjalankan
tugasnya."
Gin-sie-kui-li berkata:
"Kami tidak berniat merebut usahamu, maka cara kau ini
tidak ada gunanya pada kami!"
"Tapi besar hubungannya dengan hidup mati, terhina
atau terhormatnya kalian, kalian selain tidak tahu siapa Sen
Hai-kun sebenarnya, dan juga tidak taViu dia memiliki ilmu
apa saja, kalian sembarangan mencari dia, jika memang
menggembirakan, tapi jika kalah akibatnya tidak
terbayangkan!"
Wajah tampan Touw-tiok-kui-li tampak tawa keji.
Dia menyela:
"Kami bersaudara sejak menginjakan kaki di dunia
persilatan, tidak terhitung banyaknya orang yang sudah
kami bunuh, pesilat tinggi mana pun sulit menghindar nasib
sialnya jika bertemu dengan kami. Hal-hal begini kau yang
paling tahu, kulihat tidak perlu lagi satu persatu
mengingatkanmu?"
"Tentu saja tidak perlu, tentu saja tidak perlu!" Ku-mu
berkata, "malah sebaliknya aku harus memperingatkan
dirimu. Dalam begitu banyak tugas, sasarannya sudah aku
selidiki dengan teliti sekali, juga aku yang memutuskan
paling cocok bisnisnya diserah-kan pada kalian, maka baru
aku mencari kalian. Sehingga kalian bisa sukses melakukan
tugas."
Teori ini sebenarnya sangat mudah dan jelas, Pat-kui-li
tidak bersuara.
Pu-couw-siancu tertawa, lalu berkata:
"Lalu bagaimana dengan aku? Kau menyewa mereka
menjadi pengawal, apakah sudah menyelidikinya dengan
jelas, tahu mereka pasti bisa mengalahkan aku?"
Ku-mu tertawa pahit berkata:
"Tadinya bermaksud begitu. Tapi aku terlewatkan satu
macam, yaitu kecantikanmu. Sebenarnya tidak seharusnya
aku terlewatkan ini. Sebab aku yang sebatang balok kayu
pun bisa tergerak, apalagi orang lain tentu saja juga bisa."
Pu-couw-siancu mengangkat bahu dan berkata: "Ini yang
disebut orang pintar memikirkan seribu hal pasti
terlewatkan satu. Walaupun kau telah beribu-ribu kali
menghitungnya, juga tidak bisa menjamin ada beberapa hal
yang tidak terhitung!"
Sorot matanya berpindah pada Gin-sie dan kawan-
kawannya, sambil tersenyum manis berkata:
"Bunuhlah dia, sebenarnya kalian tidak usah merasa
takut, sebab aku pasti tidak bisa lolos dari cengkraman
kalian, semua ini sudah diperhitungkan oleh Ku-mu!"
Wajah Gin-sie-kui-li jadi serius dan tampak semakin
dingin.
Lalu mengangkat kepala, bersiul panjang keras dan
dingin.
Siulannya mula-mula hanya menusuk telinga dan
menakutkan, tapi karena tujuh Kui-li lainnya juga
mendadak bersama-sama bersiul dan berteriak, maka
suaranya segera menjadi seperti suara neraka, mem-buat
hati orang seperti melayang, juga berdebar-debar.
Di dunia, suara merupakan sebuah tenaga yang
misterius.
Banyak aliran, tidak peduli yang lurus atau yang sesat,
pasti memiliki cara menggunakan tenaga misterius melalui
suara.
Seluruh sajak yang memuja keindahan, atau doa sesat
semuanya tergolong ini.
Suara gabungan dari Pat-kui-li, dalam sekejap sudah
penuh oleh rasa dingin dan angker, membuat bulu kuduk
orang berdiri, di dalam kepala terbayang bermacam-macam
pemandangan mengerikan.
Pu-couw-siancu pun merasa ketakutan sampai tubuhnya
mengerut, malah sepasang tangannya juga dilipatkan.
Tuan Ku-mu masih tetap seperti batang kayu yang tidak
bernyawa, masih tetap berposisi satu tangan menunjuk
langit satu tangan menunjuk bumi yaitu jurus Wie-go-tok-
cun.
Pisau salju yang menonjol keluar dari sepasang lengan
bajunya mengeluarkan sinar berkilauan.
Dia sepertinya tidak terpengaruh oleh 'suara' itu, rupanya
dia sangat mengerti tentang kemampuan-nya Pat-kui-li,
maka dia pun punya cara menahannya.
Tidak seperti Pu-couw-siancu tampak segera
terpengaruh.
Tiba-tiba sepasang tangan Gin-sie-kui-li mengadukan
sepasang gembrengannya, mengeluarkan suara yang
menggetarkan bumi.
Pu-couw-siancu terkejut dan meloncat ke atas setinggi
dua kaki, sebenarnya dia jelas-jelas melihat orang ini
membunyikan gembrengannya, tahu pasti akan timbul
suara keras, tapi tetap saja tidak tahan dan meloncat ke
atas.
Memang tuan Ku-mu tidak membohong, dia benar-benar
tahu paling bagus mencari siapa untuk menghadapi Pu-
couw-siancu.
Tapi alis Tuan Ku-mu sendiri sedikitpun tidak bergerak.
Jika ilmu dia sudah sampai ke tingkat seperti batang
kayu kering, maka suara dan keadaan apa pun di luar tentu
saja tidak bisa melukai dia.
Tapi jika dia sudah jadi batang kayu kering, lalu
bagaimana mungkin bisa timbul pikiran yang bukan bukan
pada Pu-couw-siancu?
Gin-sie-kui-li mengangkat tinggi-tinggi sepa-sang
gembrengannya, siulan kerasnya tidak terputus.
Tujuh Kui-li lainnya masing-masing mengambil posisi,
siulan dan teriakan bekerja sama dengan gerakannya, sesaat
di sekeliling seperti angin dingin bertiup, cuaca menjadi
gelap.
Membuat orang seperti jatuh ke dalam neraka.
Pu-couw-siancu mundur dan mundur lagi, sampai
punggungnya menempel ke dinding, baru berhenti karena
tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Tampang ketakutannya, membuat orang yang
melihatnya jadi timbul rasa kasihan.
Saat ini Sam-ciat-kun Yu-poan-kui-li, pedang panjangnya
Hui-kong-kui-li, golok sabitnya Sang-cian-kui-li, kapak
bajanya Kui-can-kui-li, empat macam senjata bersama-sama
menyerang.
Sesaat hawa membunuh terasa dingin sekali, angin
bergulung-gulung.
Dan kali ini kedahsyatan serangan bersama-samanya,
lebih lihay satu kali lipat lebih dari yang tadi.
Sekarang mereka baru mengerahkan kemampuan
aslinya, wajah masing-masing terlihat seperti setan jahat,
gerakannya juga secepat setan, dalam sekejap setiap orang
telah menyerang tiga jurus lebih.
Sinar golok hawa pedang, angin tongkat bayangan
kapak, bergerak dalam keadaan malang melintang.
Tuan Ku-mu itu malah masih tetap seperti kayu kering,
tetap masih dalam posisi jurus Wie-go-tok-cun.
Malah sampai bola matanya pun tidak bergerak.
Jurus pertama kapak baja dari Kui-can-kui-li membacok
kepala, tapi serangan kapaknya hanya maju satu depa,
karena menemukan arah dan tempatnya salah, maka dia
segera merubah menjadi jurus Heng-sau-cian-kun
(Menyapu melintang ribuan tentara).
Tapi gerakannya tetap masih kurang tepat. Kelihatannya
serangan kapak ini bukan saja tidak bisa mengancam
musuh, malah sebaliknya menghalangi serangan golok
Sang-cian-kui-li, membuat salah salah dari mereka malah
bisa melukainya.
Maka dalam sekali teriakannya berubah menjadi gerakan
'pukul' dan 'tabrak'.
Pukul adalah memukul pisau yang menonjol di lengan
baju musuh, yang ditabrak adalah menotok titik penting di
dada dan perut musuh.
Namun baru saja menggerakan kapak, pedang
panjangnya Hui-kong-kui-li tepat menghadang di depan
kapak.
Tentu saja Kui-can-kui-li sendiri tahu Hui-kong-kui-li
tidak sengaja, seperti dirinya sendiri, setiap jurus dirasakan
salah dan terpaksa merubahnya.
Walaupun dia tahu, juga memaafkan kesalahan Hui-
kong-kui-li, tapi kenyataan adalah kenyataan, memaafkan
tidak bisa merubahnya.
Terlihat kapak baja "Traang!" memukul miring pedang
panjang, tubuh Hui-kong-kui-li tergetar ber-putar ke
samping, tapi tepat menabrak Sam-ciat-kun "Buuk!" tepat
mengenai dada dia.
Tenaga dalam Hui-kong-kui-li pecah terpukul Sam-ciat-
kun, dadanya sakit sekali, berturut-turut memuntahkan
darah segar, orangnya pun terlontar mundur sepuluh
langkah lebih baru jatuh ke bawah.
OOoodeooOO
BAB 13
Yu-poan-kui-li yang menggunakan senjata Sam-ciat-kun
dengan keras berteriak:
"Aku kesal sekali......" dia menggetarkan sepasang
tangannya, Sam-ciat-kun menyerang laksana angin, terbang
berputar datang menyapu.
Tadi karena dia tidak bisa memecahkan pertahanan Ku-
mu, maka buru-buru merubahjurus-nya.
Siapa tahu di tengah jalan Hui-kong-kui-li datang
menabrak, tenaga serangan tongkat ini amat luar biasa, juga
bukan jurus hebat meminjam tenaga lawan, jurus keahlian
mereka biasanya, maka dia tahu luka Hui-kong-kui-li pasti
parah sekali.
Semua masalah ditimbulkan oleh Ku-mu, maka
amarahnya pun tentu dilampiaskan pada Ku-mu.
Tapi ketika dia sekuat tenaga menyerang, telinganya
malah mendengar perintah mundur dari Gin-sie-kui-li.
Perintah itu dikeluarkan dari perubahan suara siulan,
orang luar sama sekali tidak mengerti juga tidak bisa
menduga.
Yu-poan-kui-li mendengar perintah ini, sekali berteriak,
dia mengerahkan tenaga sepasang tangan, memaksa
menghentikan serangan tongkatnya yang dahsyat itu.
Kui-can-kui-li dan Sang-cian-kui-li telah lebih dulu
mundur dari pada dia, dengan lancar meloncat ke pinggir
sejauh tujuh delapan kaki.
Tapi Yu-poan-kui-li tidak bisa leluasa.
Walaupun dia menggunakan tenaga dalamnya yang
tinggi memaksa menarik kembali serangannya, tapi tidak
menyerang orang lain, bukan berarti lawan pasti tidak akan
menyerang.
Ku-mu yang tadinya tidak bergerak, mendadak kakinya
menendang.
Yu-poan-kui-li berteriak, tubuhnya terpental, jika tidak
ada dinding menahannya, siapa pun tidak dapat menduga
tendangan Ku-mu bisa menendang dia seberapa jauhnya.
Tapi setelah Yu-poan-kui-li menabrak dinding lalu jatuh
ke lantai, wajahnya menjadi pucat, sepasang matanya tidak
bersinar, sekali melihat sudah tahu lukanya sangat parah.
Gin-sie-kui-li menghentikan siulannya, semua suara juga
berhenti.
Maka suara rintihan yang baru keluar jadi terdengar.
Yang merintih tidak hanya satu orang, tapi dua orang,
Yu-poan-kui-li dan Hui-kong-kui-li.
Tapi tidak peduli pihak musuh atau pihak sendiri, atau
Pu-couw-siancu, semua tidak melihat pada orang yang
terluka.
Sepasang mata Gin-sie-kui-li menatap pada Ku-mu dan
berkata:
"Kami akan pergi dari sini, kau mau apa?"
Tuan Ku-mu menggeleng gelengkan kepala:
"Tidak baik."
"Kenapa tidak baik?"
"Karena pertama kalian tidak akan pergi, kedua aku pun
tidak mengizinkan kalian pergi. Alasan kalian tidak mau
pergi aku tidak peduli. Tapi aku tidak mengizinkan kalian
pergi, tentu ada alasannya."
"Alasanmu kami juga bisa tidak mempeduli-kannya."
"Jika demikian, kalian pergi saja, kenapa harus bertanya
padaku?" kata Ku-mu.
"Kau punya alasan apa? Kau mau apa?"
"Jika kau tanya aku, maka aku akan menjawab. Karena
kalian diundang olehku sehingga datang kesini jadi
pengawalku, tugas ini masih belum selesai, maka tidak
boleh pergi. Jika kalian tidak menepati janji dan tidak bisa
dipercaya, hari ini aku tidak bisa membunuh kalian, itu
bukan berarti selamanya tidak bisa mem-bunuh kalian."
Usaha khusus seumur hidup dia adalah memperkenalkan
pembunuh bayaran pada pelanggan.
Maka saat dia masih memerlukan, tentu saja tidak ada
masalah sama sekali.
Orang seperti dia yang berilmu tinggi, dan khusus
berusaha di bidang ini, mungkin bisa dianggap orang yang
paling tidak boleh membuat dia marah.
Gin-sie-kui-li tidak berani tidak memikirkannya dengan
serius, sejenak baru berkata: '
"Tidak bisa, kami tetap akan pergi. Tapi aku juga
beritahu padamu, hari ini walau tidak bisa membunuhmu,
bukan berarti selamanya tidak bisa membunuhmu!"
Dia mengangkat sepasang gembrengannya, melangkah
mundur satu langkah.
Lima orang Kui-li lainnya yang tidak terluka pun
melakukan hal yang sama gerakan mengundurkan diri.
Tapi "Weeng weeng!" dua suara terdengar, dua
gembrengan baja di tangan Gin-sie-kui-li secepat kilat
terbang menyerang, yang satu menyerang dari depan.
Yang saru lagi terbang berputar, terbang dari belakang
tubuh Ku-mu, pinggiran gembrengan tajam yang berkilat-
kilat memotong titik penting di punggung Ku-mu.
Jika satu serangan gembrengan dari depan, Ku-mu
mungkin tidak sulit menghadapinya.
Tapi Kim-keng-kui-li, Kui-can-kui-li, Cu-tai-kui-li, Sang-
cian-kui-li, Touw-tiok-kui-li juga bersama-sama menyerang,
maka keadaannya tentu sangatberbeda.
Tombak emas Touw-tiok-kui-li membelah angin datang
menusuk, membobol kekuatan lawan, ketajamannya tidak
bisa ditahan.
Senjata yang digunakan Kim-keng-kui-li adalah pedang
dan tameng emas, menerobos menimbulkan angin yang
dahsyat.
Ceng-lim-liok-soh nya Cu-tai-kui-li berputar di udara,
membuatribuan kilatan hijau.
Dan masih ada kapak bajanya Kui-can-kui-li dan golok
sabitnya Sang-cian-kui-li, juga dengan dahsyat mengancam.
Tuan Ku-mu masih tetap berdiam dengan jurus Wie-go-
tok-cun.
Kenyataannya dia terus berposisi seperti ini, saat berkata
dengan lawannya, juga dia tidak pernah berubah.
"Kenapa tidak baik?"
"Karena pertama kalian tidak akan pergi, kedua aku pun
tidak mengizinkan kalian pergi. Alasan kalian tidak mau
pergi aku tidak peduli. Tapi aku tidak mengizinkan kalian
pergi, tentu ada alasannya."
"Alasanmu kami juga bisa tidak mempeduli-kannya."
"Jika demikian, kalian pergi saja, kenapa harus bertanya
padaku?" kata Ku-mu.
"Kau punya alasan apa? Kau mau apa?"
"Jika kau tanya aku, maka aku akan menjawab. Karena
kalian diundang olehku sehingga datang kesini jadi
pengawalku, tugas ini masih belum selesai, maka tidak
boleh pergi. Jika kalian tidak menepati janji dan tidak bisa
dipercaya, hari ini aku tidak bisa membunuh kalian, itu
bukan berarti selamanya tidak bisa mem-bunuh kalian."
Usaha khusus seumur hidup dia adalah memperkenalkan
pembunuh bayaran pada pelanggan.
Maka saat dia masih memerlukan, tentu saja tidak ada
masalah sama sekali.
Orang seperti dia yang berilmu tinggi, dan khusus
berusaha di bidang ini, mungkin bisa dianggap orang yang
paling tidak boleh membuat dia marah.
Gin-sie-kui-li tidak berani tidak memikirkannya dengan
serius, sejenak baru berkata: '
"Tidak bisa, kami tetap akan pergi. Tapi aku juga
beritahu padamu, hari ini walau tidak bisa membunuhmu,
bukan berarti selamanya tidak bisa membunuhmu!"
Dia mengangkat sepasang gembrengannya, melangkah
mundur satu langkah.
Lima orang Kui-li lainnya yang tidak terluka pun
melakukan hal yang sama gerakan mengundurkan diri.
Tapi "Weeng weeng!" dua suara terdengar, dua
gembrengan baja di tangan Gin-sie-kui-li secepat kilat
terbang menyerang, yang satu menyerang dari depan.
Yang satu lagi terbang berputar, terbang dari belakang
tubuh Ku-mu, pinggiran gembrengan tajam yang berkilat-
kilat memotong titik penting di punggung Ku-mu.
Jika satu serangan gembrengan dari depan, Ku-mu
mungkin tidak sulit menghadapinya.
Tapi Kim-keng-kui-li, Kui-can-kui-li, Cu-tai-kui-li, Sang-
cian-kui-li, Touw-tiok-kui-li juga bersama-sama menyerang,
maka keadaannya tentu sangat berbeda.
Tombak emas Touw-tiok-kui-li membelah angin datang
menusuk, membobol kekuatan lawan, ketajamannya tidak
bisa ditahan.
Senjata yang digunakan Kim-keng-kui-li adalah pedang
dan tameng emas, menerobos menimbulkan angin yang
dahsyat.
Ceng-lim-liok-soh nya Cu-tai-kui-li berputar di udara,
membuat ribuan kilatan hijau.
Dan masih ada kapak bajanya Kui-can-kui-li dan golok
sabitnya Sang-cian-kui-li, juga dengan dahsyat mengancam.
Tuan Ku-mu masih tetap berdiam dengan jurus Wie-go-
tok-cun.
Kenyataannya dia terus berposisi seperti ini, saat berkata
dengan lawannya, juga dia tidak pernah berubah.
Posisi dia ini kelihatannya sangat sederhana, tapi seluruh
tubuhnya dari atas ke bawah seperti ada semacam tenaga
yang tidak terlihat melindunginya.
Keadaan itu bagi Gin-sie-kui-li yang punya dua puluh
tujuh macam serangan gembrengan terbang jadi tidak bisa
mengancamnya, akhirnya dengan mengguna kan jurus
Coan-thian-siau-seng, Siang-hui-toh-beng (Langit berputar
memotong bintang, sepasang gembrengan terbang merebut
nyawa), dia melemparkan sepasang gembrenga melakukan
serangan menyeluruh.
Dua buah gembrengan baja itu dengan cepat terbang
berputar di udara mengeluarkan suara "Weng weng!", tiba-
tiba berada di depan lalu ke belakang, tiba-tiba di kiri lalu di
kanan menyerang Ku-mu.
Tapi setiap kali gembrengan baja hampir menyentuh Ku-
mu, selalu di saat terakhir itu terbang miring keluar.
Ku-mu tidak bergerak malah seperti tidak terjadi apa-
apa.
Jika tubuh dia bergerak menghindar, mungkin malah
menjadi tidak baik.
Lima macam senjata lain, keadaannya juga hampir
sama, setiap kali mendekati tubuh Ku-mu, selalu meleset
berubah arah.
Tiga jurus baru saja lewat, tiba-tiba Ku-mu tidak berdiam
lagi seperti patung ayam.
Pisau salju di tangan kanannya mendadak menyabet ke
bawah, serangan ini terbagi dua, menyabet depan dan
menyabet belakang.
"Breng breng!" dua buah gembrengan baja menyapu.
Dia merasakan tenaga dalam yang disalurkan dari
gembrengan sangat kuat dan tidak putus-putus-nya, hampir
membuat kakinya bergerak, hatinya jadi tergetar.
Tubuh Gin-sie-kui-li menembus bayangan bermacam-
macam senjata, di udara menangkap dua buah gembrengan
baja itu.
Dia merasa gembrengannya sudah tidak bertenaga,
hatinya juga tergetar, dia tahu jika tidak tepat waktu
menangkapnya, kedua gembrengannya pasti jatuh ke lantai.
Saat ini pisau salju di tangan kiri Ku-mu menotok ke
timur memukul ke barat, satu jurus dengan delapan
gerakan, pertama memukul miring tombak emas, lalu
bersamaan menotok kapak baja, golok sabit di sebelah kiri,
sekali menyikut ujung pedang di angkat keatas.
Sikutnya mengenai tameng Kim-keng-kui-li, ujung
pedang memukul keluar Ceng-lim-liok-soh.
Dia menggunakan jurus Pat-kun-hiong-hui (Delapan
kuda perkasa terbang) gerakan seperti air mengalir, lancar
dan bertenaga kuat pula.
Jika yang menggunakan jurus ini adalah Li Poh-hoan
atau Hoyan Tiang-souw, Pu-couw-siancu pasti tidak merasa
aneh.
Jurus hebat yang bertenaga kuat ini, malah muncul dari
seorang kakek tua berwajah kering, sungguh membuat
orang merasa tidak serasi.
Pisau salju Ku-mu hanya mengeluarkan lima gerakan
untuk menahan serangan lima orang Kui-li, masih ada tiga
gerakan digunakannya untuk balas menyerang.
Serangan yang ke barat secepat kilat, tapi di tahan oleh
Ceng-lim-liok-soh nya Cu-tai Kui-li.
Tapi serangan yang mengarah ke utara, telah mendesak
Sang-cian-kui-li hingga terpaksa mundur ke belakang sejauh
beberapa depa.
Satu serangan lagi, begitu sinar berkelebat, mendesak
Touw-tiok-kui-li berturut-turut mundur delapan langkah,
tombak emas di tangannya sudah putus menjadi dua, dan
jatuh ke lantai.
Walaupun Touw-tiok-kui-li tidak terluka, tapi sakit di
hatinya sulit digambarkan.
Dengan kata lain, semangat juang dia sudah jatuh.
Hawa keberingasan juga sudah menghilang.
Gin-sie-kui-li segera bersiul pendek tiga kali.
Semua orang yang masih bisa berdiri segera berkumpul
di dalam radius satu tombak.
Mereka menyusun barisan yang perubahannya tidak
menentu.
Orang yang masih bisa berdiri hanya ada enam orang,
termasuk tombak emas di tangan Touw-tiok-kui-li yang
tinggal setengah potong lagi.
Mereka tidak pernah mengalami kejadian sial yang
memalukan seperti ini, sehingga wajah setiap orang selain
kusut juga berat dan konsentrasi penuh.
Gin-sie-kui-li berdiri ditengah-tengah. .
Lima orang lainnya bergerak-gerak di sekeliling nya,
barisannya bergerak tidak menentu, sulit bisa melihat di
mana penyerang utamanya!
Sepasang tangan Tuan Ku-mu turun ke bawah, kepala
sedikit miring, punggungnya membungkuk seperti udang.
Sekali melihat seperti seorang pemalas dan seorang yang
telah kalah.
Satu-satunya yang masih membuat orang tidak berani
menganggap dia telah kalah, adalah sepasang matanya yang
bersinar-sinar, sebab bagaimana pun orang yang kalah pasti
tidak mungkin bersorot mata yang menakutkan orang
seperti ini.
Pu-couw-siancu berkata dengan suara merdu: "Jurus Se-
jin-to-kiau-cui adalah jurus hebat (Tinggal sendiri kurus
kering dan sengsara), aku ingat jurus ini adalah salah satu
dari tiga jurus pedang Khu-hweesio dari Ceng-seng. 'Langit
di atas bumi di bawah hanya aku sendiri terhormat,' adalah
jurus Pedang dewa yang paling rahasia dari Bu-tong.
Sebenarnya kau sudah mempelajari berapa banyak jurus
hebat dari berbagai aliran!"
Ku-mu menjawab:
"Walaupun kau bisa menyebutkan asal-usul jurus
pedangku, tapi mereka tetap saja tidak bisa
memecahkannya."
Pu-couw-siancu sambil tertawa berkata:
"Ku lihat belum tentu......"
Perkataannya belum habis, dia sudah melayang ke
samping barisan para Kui-li itu, mengangkat lengan
mulusnya dan jarinya menotok.
Kim-keng-kui-li sangat terkejut dan mengang-kat
tamengnya, dalam sekejap tameng emas sudah berubah
lima kali.
Tapi dalam Coan-sen-pian-cie ada It-cie-cian-pian, jika
dibandingkan kecepatan dan banyaknya perubahan,
mungkin jika dia menganggap dirinya nomor dua, maka
tidak ada orang yang menganggap dirinya nomor satu.
Pu-couw-siancu bergerak pulang dan pergi, kecepatan
geraknya seperti setengah langkah pun tidak pernah
bergerak.
Tapi setelah melihat Kim-keng-kui-li roboh,
membuktikan dia bukan saja sudah bergerak dan
menyerang, malah telah menjatuhkan Kim-keng-kui-li.
Dia tertawa dan berkata:
"Walaupun aku seorang wanita, tapi seumur hidup tidak
pernah diam-diam menyerang. Aku harap kalian jangan
marah sebab kali ini aku melanggarnya."
Gin-sie-kui-li marah dan berkata:
"Apakah kami harus menjadi senang?"
"Tentu saja! Lei-liu-ho-bi-tin ( Barisan di dalam enam
berkumpul satu rahasia) kalian sudah dipecah-kan, kalian
pasti mencari jalan untuk mundur. Sehingga kalian
mungkin masih bisa hidup, kau pikir pantas tidak untuk
kalian merasa senang?"
Gin-sie-kui-li sangat marah dan berteriak, meng adukan
kedua gembrengannya hingga mengeluarkan suara keras.
Lalu sepasang gembrengan terbang keluar dari dalam
barisan.
Sepasang gembrengan dia bisa terbang dan dikendalikan
sekehendak hatinya, semua orang tahu.
Maka Ku-mu dan Pu-couw-siancu berdua segera
mengawasinya.
Dua gembrengan itu benar saja berbelok di udara, sambil
mengeluarkan suara "Wceng weeng!", malah bukan
menyerang salah satu di antara mereka, tapi terbang keluar
pintu.
Saat ini seluruh Kui-li juga bersama-sama bergerak,
dengan kecepatan yang sulit dibayangkan, masing-masing
membopong seorang yang terluka, dalam sekejap
menghilang di luar pintu.
Dua gembrengan baja itu memang berhasil mengalihkan
perhatian.
Artinya berhasil mengalihkan perhatiannya Ku-mu dan
Pu-couw-siancu, sehingga mereka bisa dengan aman
melarikan diri, malah masih bisa membawa temannya yang
terluka.
Ku-mu menegakan tubuhnya kembali, berkata:
"Kenapa Siancu membantu aku mengusir mereka?"
Pu-couw-siancu tersenyum dan berkata: "Bukan aku
lebih suka padamu dari pada mereka, tapi Lei-liu-ho-bi-tin
mereka membuat aku pusing. Tadi jika aku adalah kau,
pasti tidak tahu bagaimana harus menghadapi mereka,
maka jika aku ada kesempatan, lebih baik segera
menghancurkan barisan ini." Ku-mu berkata:
"Tidak peduli apa penjelasannya, kau tetap saja telah
membantu aku! Tentu saja aku harus berterima kasih
padamu."
Pu-couw-siancu menganggukan kepala:
"Tentu saja harus begitu!"
"Aku akan menyewa dua orang pembunuh bayaran
nomor satu yang pasti mampu membunuh Li Poh-hoan dan
Hoyan Tiang-souw, gratis untuk Siancu, sebagai tanda
terima kasihku!"
"Kau lakukan ini bukankah itu bisnismu rugi? Aku tidak
bisa terimanya!"
"Siancu sudah menanam budi padaku, buat apa
membicarakan masalah untung atau rugi?" Pu-couw-siancu
berkata:
"Kita bicarakan dulu. Mmm......bagaimana kalau begini
saja? Jika hari ini aku tidak bisa mem-bunuhmu, baru kau
berterima kasih padaku dengan cara tadi, setuju?"
"Jika kau berhasil membunuhku, di dunia ini masih ada
siapa lagi yang sanggup menyewa pesilat tinggi yang bisa
membunuh Li Poh-hoan dan Hoyan Tiang-souw?
usulanmu sangat tidak bagus!"
Pu-couw-siancu sambil tersenyum berjalan menghampiri
dia, sampai jaraknya kurang lebih lima kaki baru berhenti
dan berkata:
"Tapi aku tahu usulanku ini tidak ada yang lebih bagus
lagi, sebab kau sudah bisa menundukan Giam-lo-kang-pat-
kui-li, sedangkan mereka bisa pun dikalahkan aku,
makanya aku terpaksa menggunakan cara menyerang
secara diam-diam membantumu mengalahkan mereka.
Sekarang tinggal kita berdua, dan aku jadi bisa
menghadapimu, kenapa aku tidak menggunakan
kesempatan ini? Apakah aku akan membiarkan kau
mencari pembunuh bayaran lain untuk menundukkan aku?"
Kata Ku-mu:
"Aku bersumpah selanjutnya dan selamanya tidak akan
bermusuhan denganmu, juga tidak berani tidak sopan
padamu."
"Kata-kata ini sedikit terlalu berlebihan. Tidak, kau
jangan harap ada kesempatan menghadapi aku lagi.
Kecuali......"
Dia berpikir kata-kata selanjurnya. Dalam mata Ku-mu
menyorot harapan, hatinya berpikir, tidak peduli sesulit
apapun syaratnya atau sangat menakutkan, dia akan
menyanggupi saja dulu!
Ternyata tuan Ku-mu selalu sangat berhati-hati, maka
terhadap ilmu silatnya Pu-couw-siancu sudah
menyelidikinya dengan jelas sekali.
Diam tahu benar dia adalah orang yang mampu
mengalahkan dirinya.
Jika dia adalah penakluk dirinya, tentu saja dia tidak
berani bersepekulasi!
Maka orang yang berkedudukan seperti tuan Ku-mu pun
terpaksa harus mencari jalan keluar!
Wajah Pu-couw-siancu tersenyum-senyum,
kecantikannya membuat orang mabuk, tapi perasaan sesat
seperti ada juga seperti tidak ada, membuat hati orang
berdebar-debar.
Dia berkata:
"Kecuali kau sudah mati, aku baru bisa tidur
nyenyak......"
Setelah berkata seluruh tubuhnya menjelma jadi asap
ringan, menerjang ke arah tuan Ku-mu.
Dalam sekejap di sekeliling malah di atas langit dan di
bawah bumi bisa melihat jari cantiknya.
It-cie-cian-pian benar-benar jurus jari yang tiada duanya
di dunia, Ku-mu jadi mengeluh karenanya......
Keluhan terhenti dan kesepian di luar jendela. Orang
yang mengeluh adalah Hoyan Tiang-souw.
Di sebuah gang di kota Nan-king. Dari benteng belakang
rumah dia melihat ke dalam, tepat melihat bayangan
sesosok bertubuh cantik di dalam jendela.
Lalu melihat wajah dia yang sedikit bingung.
Hoyan Tiang-souw sendiripun tidak bisa membedakan
keadaan hatinya benci atau rindu.
Hay... Cui Lian-hoa, kau kelihatan begitu cantik begitu
lembut. Kau pernah membuat aku yang tidak pernah
melarikan diri, malah terburu-buru melarikan diri, tapi
kenapa kau mengutus orang diam-diam ingin membunuh
aku?
Apa salahku sehingga timbul rasa ingin membunuh?
Selain saat di tepi See-ouw aku buru-buru melarikan diri,
aku tidak pernah satu kali pun berdosa padamu. Dan
apakah melarikan diri dosanya harus mati?
Di bawah sinar lilin yang tidak begitu terang, Cui Lian-
hoa tetap saja cantik dan bercahaya.
Tentu saja dia tidak mendengar suara hati Hoyan Tiang-
souw.
Kenyataannya dia tidak tahu, dia mengintip diluar
benteng.
Begitu Biauw Cia-sa pergi, perginya lama sekali,
membuat Cui Lian-hoa jadi merindukan dan sangat
mengharapkan dia kembali. ?
Karena dua anak buah yang diutus dia, selain diberi
tugas untuk mengawasinya dengan ketat, saat ini perlahan
seperti sudah berubah. Mata dan tawa mereka sudah
terlihat niat yang tidak baik.
Jika Biauw Cia-sa kembali, mereka tentu tidak berani
sembarangan bertindak, tapi jika dia masih belum kembali,
masalahnya jadi sulit dikatakan.
Pintu kamar pelan-pelan dibuka.
Seorang muda bertubuh tegap sambil meme-gang
pegangan pedang, melihat-lihat ke dalam kamar.
Akhirnya sorot matanya tidak berpindah lagi, setelah
menatap pada wajah cantik Cui Lian-hoa.
Cui Lian-hoa menundukan kepala, juga diam diam
duduk di kursi sebelah jendela.
Hati dia gelisah dan khawatir, siapa pun bisa melihat
dari wajahnya.
Jika dia tahu Hoyan Tiang-souw baru saja mau pergi,
mungkin dia tidak bisa lagi berpura-pura atas keadaan
hatinya! Dengan kata lain, dia pasti lebih gelisah dan
khawatir.
Laki-laki muda itu akhirnya masuk ke dalam kamar,
berdiri di depan Cui Lian-hoa tiga kaki.
Cui Lian-hoa terpaksa mengangkat kepala melihat dia.
Di dalam hatinya mendadak dia merasakan
keserakahan dan keegoisan laki-laki ini.
Dia memikirkan namanya dan memanggilnya: "Li
Liong, kau punya julukan tidak?" Suara laki-laki muda itu
sangat kuat, jawabnya: "Ada, julukanku Tui-hong-kiam-
khek (Jago pedang pengejar angin), begitu aku mencabut
pedang dan menyerang, banyak orang tidak bisa melihat
bayangan pedangku."
"Julukan ini sangat enak didengar. Tapi dengan
kemampuanmu, kenapa mau diperintah oleh seorang
wanita, apa dia memberi banyak uang padamu?"
Li Liong teringat Biauw Cia-sa, wajahnya segera menjadi
dingin.
Amarah dan ketakutan di dalam hatinya tampak di
wajahnya.
Cui Lian-hoa dengan lembut berkata:
"Tindakan wanita ini selalu sulit diduga, bisa saja dia
mendadak masuk ke dalam. Kulihat jika kau sudah
menerima bayaran dari orang, paling bagus menuruti kata-
kata dia, jangan masuk ke dalam kamar ini, juga jangan
bicara denganku."
Li Liong dengan keras mendengus dua kali, mendadak
dengan lesu berjalan keluar.
Tapi Cui Lian-hoa tidak lega terlalu lama.
Seorang laki-laki kurus kecil berwajah licik sudah masuk
ke dalam kamar.
Wajahnya yang licik, membuat hatinya jadi sangat
tegang.
Tentu saja dia tahu asal-usul orang luar biasa ini, dia
adalah pesilat tinggi dari perguruan Cakar Elang marga Lu
namanya Tong.
Ilmu Cakar Elang dia sudah dipelajari sampai tingkat ke
tujuh, tinggal satu tingkat lagi maka sampai pad a tingkat
paling atas.
Bicara ilmu Cakar Elang di masa sekarang, orang ini
memang bukan pesilat tinggi nomor satu, tapi paling sedikit
bisa dianggap nomor dua.
Tui-hong-kiam-khek Li Liong mungkin seorang pesilat
tinggi dalam ilmu pedang.
Jurus pedang pengejar angin dan ilmu Cakai Elang dari
Bu-tong, Cui Lian-hoa pernah melihatnya.
Di dalam hati dia berpikir, walaupun dia belurr
kehilangan ilmu silatnya, dengan ketenaran Tuo-cengsiau,
tetap saja lebih baik dia jangan berurusan dengannya.
Oleh karena itu dia ingin sekali tahu, orang yang seperti
Li Liong dan Lu Tong pesilat tinggi yang memiliki ilmu
silat aliran lurus, walaupun julukannya belum tenar, tapi
kenapa memilih bekerja pada Biauw Cia-sa bukannya pada
orang lain?
Tentu saja dia juga sadar kenapa dirinya bisa ketakutan
dan tegang.
Semua itu karena mereka adalah 'laki laki', dan dia
sendiri justru memiliki wajah yang disukai laki laki.
Tadinya mereka orang jahat atau bukan, dia tidak tahu.
Tapi walaupun orang baik-baik, jika mereka tidak tahan
dari godaan kecantikan sehingga menjadi lupa diri dan
memaksa, orang baik-baik juga menjadi orang jahat!
Senyum licik Lu Tong, membuat dia tidak tampak
seperti seorang ahli ilmu silat luar. Dia berkata: "Ku lihat Li
Liong keluar dari sini!" Cui Lian-hoa sambil menundukan
kepala: "Benar! Dia tadi ingin berbincang-bincang dengan
aku, tapi begitu dia menyebutkan Biauw Cia-sa, gairahnya
langsung hilang, sampai berkata pun tidak, langsung pergi
keluar."
Benar saja, wajah Lu Tong pun menjadi gelap karena
nama Biauw Cia-sa.
Dia seperti ingin pergi juga, tapi setelah mata-nya
berkedip-kedip sejenak, mendadak dia tertawa bengis dan
berkata:
"Biauw Lo-pan-nio sudah lama pergi, walau pun aku
berharap dia pulang dengan selamat, tapi rada khawatir dia
tidak bisa pulang!"
Cui Lian-hoa sengaja menyebut nama Biauw Cia-sa, tapi
kelihatannya tidak bisa membuat Lu Tong takut, di dalam
hati dia menjadi semakin tegang.
Perasaannya memberitahu dia, malam ini dia bakal
kesulitan menghadapi Lu Tong.
Mendadak dia teringat dua gedung tinggi 'Chun-hong'
dan 'Hoa-goat' di Yang-ciu, dua gedung tinggi yang megah
dan berwibawa.
Yang disebut di depan adalah keluarga dunia persilatan
Kiam-liu (Pedang Liu).
Yang disebut dibelakang adalah rumah dia, juga satu
keluarga dunia persilatan, dengan ilmu Tuo-ceng-siau telah
menggemparkan dunia persilatan ratusan tahun.
Dua keluarga besar dunia persilatan ini bersama-sama
disebut Chun-hong-hoa-goat-lou.
Waktu itu mereka sangat disegani dan damai, sekarang
zaman sudah berubah sangat jauh, kejadian di masa lalu
seperti di planet lain......
Tidak tahan dengan pelan dia mengeluh.
Lu Tong mengerutkan alis dan berkata:
"Yang harus mengeluh bukan kau tapi aku. Kau tahu
tidak, separah apa aku melatih sepasang tanganku ini? Aku
beritahu, mulai usia dua belas tahun aku berlatih ilmu silat,
sampai sekarang sudah berusia tiga puluh dua tahun, sudah
dua puluh tahun penuh aku dengan susah payah
melatihnya!"
Cui Lian-hoa keheranan dan berkata:
"Kau bersusah payah berlatih, tentu saja itu sangat
bagus, kenapa kau bukan merasa senang malah mengeluh?"
Lu Tong dengan kesal berkata:
"Aku sendiri merasa akhirnya sedikit berhasil, tapi aku
belum ternama, juga belum kaya, tapi malah bertemu
dengan Biauw Cia-sa pelacur ini!"
Cui Lian-hoa berkata:
"Dia kenapa? Bukankah dia majikan kalian?"
"Hemm, majikan? Dia itu brengsek. Jika dia tidak
menggunakan racun ulat, aneh jika aku tidak merobeknya
hidup-hidup!"
Saat ini Cui Lian-hoa baru sadar.
Tapi hati Lu Tong tampak tidak jujur juga, mengalami
karma ini tidak perlu dikasihani.
Lu Tong kembali berkata:
"Aku pernah mencari beberapa tabib ternama, mereka
juga telah mengetahui aku terkena racun aneh, tapi tidak
mampu mengobatinya. Maka aku terpaksa jadi
bawahannya.
Aku terpaksa setiap hari mendoakan dia sehat dan
selamat, jika tidak, aku tidak bisa mendapatkan obat
penawarnya setiap bulan."
Cui Lian-hoa berkata:
"Kali ini dia sudah pergi selama dua puluh hari, sampai
sekarang masih belum pulang, tidak mengherankan hatimu
jadi risau!"
"Dia mungkin tidak akan kembali lagi, jadi aku terpaksa
harus berpikir-pikir. Aku bertanya pada diriku sendiri, jika
nyawaku tinggal tiga hari lagi, apa yang harus aku lakukan?
Bagaimana aku menghabis-kan waktu yang tinggal tiga hari
lagi?"
Cui Lian-hoa dengan lembut berkata: "Jangan terlalu
pesimis, aku percaya Biauw Cia-sa bisa pulang tepat
waktu." Lu Tong berkata:
"Jika dia bersembunyi, sengaja menunggu racunku
kambuh dan mati, baru dia pulang, kalau begitu bukankah
hidupku sia sia?"
Cui Lian-hoa bertanya hati-hati:
"Kalau begitu tiga hari ini kau ingin bagaimana
melewatinya?"
"Harapan aku tidak besar." Lu Tong kata, "jika tidak ada
kesempatan bertarung dengan Biauw Cia-sa, tiga hari ini
aku hanya berharap bisa selalu memeluk mu, terus
bersenang-senang denganmu."
Mata cantik Cui Lian-hoa terkejutnya sampai membeku.
Setelah beberapa saat, mendadak dia berkata: "Di
benteng belakang seperti ada suara aneh, kau dengar tidak?"
Lu Tong dengan tajam menatapnya, dalam matanya
semakin menyorot sinar yang panas.
Dia berkata:
"Kau tidak perlu berusaha mengalihkan perhatianku, jika
nyawaku tinggal tiga hari, kenapa aku tidak menikmati
dirimu sepuasnya?"
Cui Lian-hoa tertawa pahit dan berkata: "Nasibmu
kurang beruntung, sia-sia saja memiliki kemampuan tinggi
tapi tidak bisa tersohor, walaupun sangat menyedihkan.
Tapi nasibku juga tidak beruntung, selalu kesepian dan
menyedihkan, tidak lebih baik dari padamu!"
Dia mengeluh dalam-dalam dan berkata lagi:
"Kalian laki-laki kenapa begitu menganggap penting
masalah ini? Kenapa harus menghina kaum perempuan
seperti itu?"
Lu Tong sedikit tertegun, lalu tertawa bengis. Dia
berkata:
"Tidak perlu dibicarakan lagi. Laki-laki adalah laki-laki,
di seluruh dunia sama, mungkin setelah usiaku lewat lima
enam puluh tahun, baru memikirkan hal ini. Tapi sekarang
masih tidak bisa!"
Siapa pun orangnya jika merasa nyawanya hanya tinggal
tiga hari lagi, pikirannya pasti sedikit tidak normal, itu
kejadian alami yang masuk akal.
Di dalam keadaan begini, beberapa orang bisa sangat
terpukul, tidak ada gairah pada segala hal. Selain orang
macam begini, mungkin pilihan masing masing orang
berbeda.
Lu Tong berharap dalam tiga hari, sepuasnya
melampiaskan kesenangan di atas tubuh wanita ini.
Pikiran ini sebenarnya juga tidak ada yang aneh.
Hanya saja jika sasarannya bukan Cui Lian-hoa yang
cantik seperti dewi, apakah gairah dia masih bisa sebesar
ini?
Cui Lian-hoa mengerutkan tubuhnya dan
mengerutkannya lagi, sepertinya sekarang hawanya akan
menurun, makanya tubuh dia merasa sangat dingin. Di
dalam hati merasa kesepian dan tidak ada yang menolong!
Lu Tong mengadukan giginya dengan kuat dan
mengeluarkan suara yang amat serius. Dia berkata:
"Kau katakan, mau atau tidak mau, satu kata sudah
cukup!"
Cui Lian-hoa menggelengkan kepala dan mengeluh
sedih:
"Aku tidak mau. Tapi aku tidak mau pun tidak bisa
merubah nasib......"
Lu Tong tertawa bengis dan berkata: "Betul,
perkataanmu malah betul sekali!"
Tiba-tiba pintu kamar terdengar suara ketukan,
"Took took!".
Di dalam mata Lu Tong menyorot sinar ganas, sepasang
lengan pelan-pelan dibentangkan seperti kepiting, ke dua
telapak tangannya juga mendadak mengembang besar.
Ilmu pukulan orang ini sungguh luar biasa.
Cui Lian-hoa sedikit terkejut karenanya, walau pun
tenaga dalamnya sudah hilang, tapi ketajaman matanya
masih ada, makanya pasti tidak salah lihat.
"Siapa diluar?" kata Lu Tong dingin.
Pintu kamar "Kreek!" dibuka.
Di depan pintu muncul pemuda berperawakan tegap
beralis tebal, matanya seperti mata macan.
Di bawah ketek kirinya mengempit sebilah golok, sarung
goloknya sangat kuno.
Lu Tong dengan dingin kembali bertanya:
"Siapa kau?"
Suara si pemuda itu seperti geledek: "Aku adalah Hoyan
Tiang-souw."
Lu Tong membelalakan sepasang matanya, dengan teliti
memperhatikan pesilat tinggi yang baru saja terjun ke dunia
persilatan tapi namanya sudah tersohor di seluruh dunia
persilatan.
Dia melihat dengan teliti, Hoyan Tiang-souw sedikit pun
tidak bergerak membiarkan dia memperhatikannya.
Tapi perasaan Cui Lian-hoa berbeda, dia merasa pemuda
ini sangat percaya diri, dia tidak takut musuh mencari
kelemahannya, kapan pun waktunya tetap sama.
Namun tidak peduli dia jagoan bagaimana, dia pernah
buru-buru melarikan diri di depannya.
Laki laki benar-benar hewan yang aneh!
Dia mulai tersenyum, berpikir mesra di dalam hati.
Terdengar Lu Tong berkata:
"Aku pernah mendengar nama besarmu, aku tahu Mo-to
mu sangat hebat, tapi kau lebih beruntung dari padaku, kau
tidak bertemu dengan Biauw Cia-sa."
Senyum Hoyan Tiang-souw juga ganas dan menakutkan.
Dia berkata:
"Aku pernah bertemu dengan dia, malah pernah bertemu
dengan orang yang lebih lihay dari dia, orang itu adalah
pesilat tinggi yang lebih tinggi dari dia di Lam-kang Tok-
kiam-bun, orang menyebutnya Pek-jiu-cian-kiam To Sam-
nio."
"Apakah To Sam-nio lebih lihay dari Biauw Cia-sa?
Bagaimana akhirnya dia?"
Hoyan Tiang-souw berkata:
"Dia tidak apa-apa, akhirnya aku tidak memper sulit
dia."
Jika kau bisa mempersulit seseorang, tentu saja ilmu silat
mu lebih tinggi dari pada lawan, baru bisa. Tiba-tiba Lu
Tong merasa senang katanya:
"Kau tidak takut pada racun ulat dia? Apakah kau bisa
membebaskan orang yang terkena racun ulat mereka?"
"Aku tidak bisa!"
Lu Tong segera menundukan kepala:
"Jika kau tidak bisa. Terpaksa aku bertanya, apa
tujuanmu datang kemari! Tapi aku perkirakan kau pasti
datang untuk Cui Lian-hoa, perkiraan aku salah, tidak?"
Sekarang Hoyan Tiang-souw baru bisa melihat pada Cui
Lian-hoa dengan jelas, saat dua orang saling pandang, hati
dia tanpa ada sebab merasa sedih.
Sorot matanya kembali pada Lu Tong, berkata:
"Tidak salah, aku datang demi dia."
"Apakah kau mau membawa dia pergi?"
Mata macan Hoyan Tiang-souw melotot, sinar berkilat
terpancar. Dia berkata:
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Jika kau
seorang Enghiong, jika kau ingin tersohor di dunia
persilatan, bagaimana bisa tidak berbicara dan hatinya
sempit?"
Lu Tong tertegun sejenak, mendadak dia jadi
bersemangat, dengan keras berkata:
"Betul, baik, aku akan berkata jujur, aku tidak akan
biarkan kau membawa pergi Cui Lian-hoa.
Aku beritahu satu hal di depan, yaitu nyawa aku
mungkin hanya tinggal tiga hari, maka aku tidak takut
kalah, juga tidak takut mati. Jika aku tidak memberitahu,
maka itu bukan kelakuan seorang laki-laki sejati."
Hoyan Tiang-souw seperti tidak mendengar, dia
berpaling melihat pada Cui Lian-hoa.
Pantaskah bertarung nyawa demi wanita ini?
Nyawaku tidak sehina debu, tidak seharusnya
mempertaruhkan nyawa pada wanita yang mengutus orang
untuk membunuhku. Tapi kelihatannya dia telah
kehilangan ilmu silatnya, dia pasti tidak mau dihina oleh Lu
Tong......
Lu Tong berkata dengan marah:
"Apa kau mendengar kata-kataku?"
"Ssst," Pek-mo-ci-to keluar dari sarung golok-nya tiga
inci.
Hoyan Tiang-souw menepak-nepak sarung goloknya,
sorot matanya kembali melihat wajah Lu Tong, hawa
amarah keluar dari ujung alisnya, tampang nya sangat
ganas.
Dengan suara seperti geledek berkata: "Nyawamu hanya
tinggal tiga hari bagus, tinggal tiga jam juga bagus, aku
tidak peduli. Pokoknya kau tidak berhak menghina orang.
Kau berhak men-cabut pedang bunuh diri sendiri, tapi tidak
boleh menghina Cui Lian-hoa."
Wajah Lu Tong dari sedikit merah menjadi merah
padam, sorot matanya mengikuti perubahan, wajahnya
bertambah tajam.
Lalu dia menganggukan kepala:
"Bagus, kau hebat, orang lain takut pada Mo-to mu, tapi
aku tidak takut. Sebab pada suatu hari nanti aku pasti
mencarimu, jika nyawaku tidak tinggal tiga hari lagi!"
Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw mencabut golok-nya, bukan
saja sinar berkelebat memenuhi ruangan, dan tubuh dia juga
sudah berada di depan Cui Lian-hoa.
Dengan demikian Lu Tong harus menjatuhkan dia dulu,
baru bisa menghadapi Cui Lian-hoa.
Dia tahu. Lu Tong berkali-kali menekankan nyawanya
tinggal tiga hari, tujuannya untuk melemahkan semangat
tempur dia.
Sebab siapa pun orangnya jika menghadapi seorang
musuh yang kuat dan menjelang ajalnya, pasti akan
berpengaruh besar pada semangat tempurnya.
Menghadapi musuh seperti itu, tentu saja tidak bisa
dengan bebas melawannya.
Inilah siasat Lu Tong.
Walaupun kata-katanya jujur tapi itupun salah satu cara
menggempur hati lawan.
Amarah Hoyan Tiang-souw bertambah karena ini, maka
dia tidak tahan mencabut Mo-to nya.
Jarang sekali dia melakukan hal ini.
Biasanya dia mencabut golok setannya saat musuh sudah
menyerangnya, dengan semangat tinggi dalam satu jurus
membunuh musuh.
Justru karena dia sudah terbiasa bertarung dengan cara
bergerak belakangan tapi mencapai tujuan lebih dulu, maka
sekali marah dia telah mencabut goloknya keluar, setelah
itu dia malah jadi tidak tahu harus bagaimana
menyerangnya.
Tentu saja dia tidak bisa mengayunkan golok-nya
memenggal kepala lawan, sebab hal itu sangat tidak biasa.
Apalagi jika dia sampai tidak bisa menentukan hasilnya
dalam satu jurus, di dalam hati dia sedikit banyak ada
perasaan terhina.
Kebetulan begitu Mo-to keluar dari sarung goloknya,
hawa di dalam ruangan mendadak turun, hawa membunuh
dingin menusuk tulang.
Maka Lu Tong tidak sabar lagi, mendadak dia
mengangkat kedua sikutnya, dua telapak tangan dibuka
lebar, sepuluh jari tangan sudah mengembang seperti lobak.
Dalam teriakannya tangan kiri mengeluarkan jurus Seng-
ih-tou-hoan (Bintang berpindah berubah mengecil), sedang
tangan kanan mengeluarkan jurus Ku-kiam-ceng-sim
(Pedang kuno dengan perasaan dalam).
Dua jurus ini membuat hawa sampai cara dan tenaganya
sama sekali berbeda.
Seng-ih-tou-hoan di tangan kiri, bukan saja seperti waktu
berlalu, selain tidak ada perasaan juga bergerak sangat
cepat, siapa pun jangan harap bisa menghadangnya, jangan
harap menariknya.
Ku-kiam-ceng-sim di tangan kanan, seperti ingin
mengutarakan isi hati tapi tidak jadi, mau berjalan tapi
tidak melangkah, bolak balik tidak henti-hentinya.
Cui Lian-hoa melihat dengan jelas, dalam hatinya
terkejut sampai tidak tahan memujinya.
Dia sadar jurus yang digunakan Lu Tong adalah jurus
hebat yang sudah menggemparkan dunia dari perguruan
Cakar Elang, yang satu keras yang satu lembut, penuh
perasaan tapi juga berhati dingin......
Tapi hati dia yang penuh perasaan dan sensitif segera
sadar, tidak seharusnya dia memuji, tidak peduli ilmu silat
Lu Tong sehebat sebagus apa, juga tidak seharusnya dipuji.
Maka dia segera terkejut, berteriak:
"Hati-hati, Hoyan Tiang-souw, kau hati hati..."
Di bawah ancaman bayangan sepuluh jari yang datang
dari segala arah, Hoyan Tiang-souw berturut turut mundur
delapan langkah.
Karena pujian wanita cantik seperti dewi itu, semangat
Hoyan Tiang-souw jadi menurun, dia merasa dirinya tidak
berguna.
Kenapa dia mau membelanya?
Jika dia sedikit pun tidak menaruh hati pada-ku?
Untung teriakan terkejut dan peringatannya kembali
membalikan keadaan.
Jika dia sedikit pun tidak ada perhatian, buat apa
mengatakan dia hati-hati?
Semangat Hoyan Tiang-souw yang turun jadi naik lagi,
semangatnya tambah membara, semangat tempurnya jadi
seperti gelombang pasang menggelora.
"Traang!" seperti naga bersiul macan meng-gaum, sinar
Mo-to menyilaukan mata, seperti sorot sinar matahari,
membuat orang tidak bisa membuka mata.
Mo-to tidak menyerang tidak apa-apa, tapi begitu
menyerang langsung terlihat hasilnya, artinya memastikan
siapa yang mati siapa yang hidup.
Terlihat Mo-tonya bergerak seperti kilat, pertama
menahan dulu jurus Seng-ih-tou-hoan nya Lu Tong.
Lalu mengeluarkan ledakan keras, sinar golok melesat
kemana-mana, laksana ribuan aliran air berkumpul di
lembah, salah satu sinar menyabet ke arah lima jari kanan
Lu Tong.
Dalam sekejap Lu Tong sudah merubah dua belas
macam cara mencengkram.
Wajah dia juga mengikuti serangan golok itu jadi dingin
dan ketakutan.
Di dalam ribuan mimpinya sepanjang hidup, tidak
pernah dia bertemu dengan musuh sekuat dan semantap ini.
Musuhnya jelas tidak peduli kalah atau menang, juga
tidak peduli mati atau hidup, selalu hanya satu jurus, hanya
satu jurus sudah menentukan nasib selanjutnya.
Musuh yang berperilaku seperti ini, kenapa masih bisa
hidup sampai hari ini? Kenapa bisa melanjutkan hidup
dalam beribu-ribu pertempuran?
Lu Tong hanya bisa berpikir sampai disini, mendadak
telapak tangan kanannya terasa dingin. Walaupun masih
belum terasa sakit, tapi dia sudah tahu lima jari tangan
kanannya......
O)))oodwoo(((O
BAB 14
Kepala boleh meninggalkan leher, tubuh boleh dibagi
menjadi dua.
Kedengarannya walaupun kejam, tapi karena dalam
sekejap sudah masuk ke dalam kematian, hal yang paling
kejam pun hanya sampai disitu, tidak ada lagi perubahan
lainnya atau bahaya tersembunyi.
Tapi ketika seorang yang mengandalkan tangan untuk
membesarkan nama, dan tangannya adalah
kebanggaannya, sekarang mendadak kehilangan tangannya,
tidak perlu dijelaskan lagi kesedihannya di kemudian hari.
Sakitnya sampai menusuk tulang bagi Lu Tong, bukan
datang dari tubuhnya, tapi ketika dia melihat tangan
kanannya hanya tinggal setengah, dia segera menjadi
bengong sejenak.
Dia segera tahu apa yang terjadi, juga tahu dirinya
setelah kehilangan tangan kanan, di dalam nasib dan
hidupnya akan terjadi perubahan.
Tapi tidak peduli dia menyesal atau sakit.
Pokoknya tangan kanan (paling utama) dia sudah cacad
dan tidak berguna. Laksana siripnya ikan atau sayapnya
burung, setelah hilang, bisakah disebut ikan apa? Disebut
burung apa? *.
Tangan kiri dia masih utuh seperti semula, dan tenaga
dalam dia juga sepertinya tidak ada yang hilang.
Tapi jika musuh yang dengan kekuatan penuh pun tidak
bisa dikalahkan, sekarang mendadak kekuatannya tinggal
setengahnya, apa akibatnya seorang idiot pun tahu.
Tangan kiri Lu Tong menghantam tiga kali, pukulan
pertama kekuatannya seperti sebuah gunung runtuh,
pukulan kedua seperti dua buah gunung, dan pukulan
ketiga seperti tiga buah gunung......
Kilatan sinar Mo-to di tangan Hoyan Tiang-souw terlihat
meredup, dia terpaksa menghentikan serangannya,
melayang mundur ke belakang sejauh tiga tombak.
Tubuh dia belum menyentuh lantai, terlihat Lu Tong
yang berwajah licik itu, telapak tangannya berbalik
menghantam ke atas kepalanya sendiri.
"Praak!" darah merah dan cairan putih otak muncrat
kemana-mana.
Orang muda yang belum ternama dan hasrat-nya belum
terkabul, kepalanya sudah menjadi bentuk yang sulit
digambarkan dan roboh ke bawah.
Hoyan Tiang-souw menenangkan diri, Mo-to kembali
kesarungnya, masih tetap dikepit diketek kirinya.
Saat ini, dia baru ada waktu melihat pada Cui laan-hoa.
Mata cantik dia penuh dengan kabut, seperti segera akan
ada air mata yang jatuh.
Bersamaan itu dengan garis bibirnya yang iin'lengkung
ke bawah, orang yang sekali melihat sudah t* h u hatinya
sedang hancur.
Karena pemandangan yang begitu menakutkan dan
kejam itu, membuat dia lupa posisi kawan dan lawan, dia
hanya tahu satu nyawa yang hidup tiba-tiba menghilang......
Tentu kesedihan dia bukan demi satu nyawa saja, jika
hanya demi seseorang, maka itu bodoh dan sempit seperti
nasionalisme berjiwa sempit yang tidak bisa menerima
orang luar.
Kesedihan dia datang dari kejadian yang sepanjang
sejarah tidak berubah sampai sekarang.... yang kuat makan
yang lemah, yang bisa menyesuaikan diri baru bisa hidup.
Coba pikir bukankah hukum alam sangat menakutkan
dan sangat kejam?
Apa lagi ketika kau termasuk dalam golongan lemah
atau tidak bisa menyesuaikan diri.
Di dalam ruangan sedikit pun tidak ada suara.
Mo-to Hoyan Tiang-souw bukan saja sinarnya sudah
menghilang, tetes air mata yang pertanda kematian juga
sudah hilang, sampai mata golok pun sudah menghilang di
dalam sarungnya.
Tapi dia masih merasakan kesedihan dan pilu seberat
gunung......
Dia tidak begitu mengerti, juga tidak merasakan dirinya
ada yang salah.
Tapi dia sangat menghormati dan menikmati udara yang
serius dan misteri seperti ini, maka dia tidak bicara juga
tidak bergerak.
Bagaimana sebenarnya wanita yang cantik ini?
Saat melihat dia, bukan saja dia terpikat oleh
kecantikannya yang tiada duanya itu, juga jelas sekali dia
adalah wanita yang berhati lembut dan halus!
Tapi kenapa dia mengutus orang ingin membunuhku?
Pek-jiu-cian-kiam To Sam-nio bukanlah orang biasa, dia
ingin membunuh ribuan orang, mungkin hanya satu orang
yang tidak bisa dia bunuh.
Jika dari seperseribu orang yang tidak bisa mati itu,
bukan aku Hoyan Tiang-souw, sekarang aku sudah berada
diakhirat, dan tidak berdiri disini.
Tentu lebih-lebih dia tidak akan membunuh Lu Tong.
Jika dia boleh mengutus pembunuh bayaran, buat apa
dia menjadi sedih?
Kenapa dia masih bisa membuat orang merasa dia
adalah orang yang sangat penuh kasih sayang dan lucu?
Dan yang paling penting adalah kenapa dia malah
disandera dan dihina orang?
Benarkah dia telah kehilangan ilmu silatnya?
Masalah ini dia tidak boleh ceroboh sama sekali, maka
Hoyan Tiang-souw menggunakan seluruh kemampuannya
di tambah kepintarannya, dengan teliti memperhatikannya.
Jawabannya, dia benar-benar sedikit pun tidak bisa
bersilat.
Walaupun orang tidak bisa bersilat, tetap masih bisa
memerintah pembunuh bayaran, tapi dia sendiri tidak
mungkin dihina orang, dia sendiri pasti sangat pintar,
banyak akalnya.
Tapi kelihatannya dia tidak mirip.
Dia tidak seperti orang yang memiliki kepintar-an,
berkuasa danbanyak siasatnya.
Dia jelas gadis yang sangat cantik penuh kasih sayang
dan sederhana......
Kebiasaan Hoyan Tiang-souw menepuk-nepuk Mo-to di
bawah keteknya dengan dingin berkata: "Apakah kau
sangat kecewa?" Cui Lian-hoa menggelengkan kepala:
"Tidak!"
"Kau berkata tidak, apa maksudnya?"
Pertanyaan aneh seperti ini, hanya Cui Lian-hoa yang
bisa menjawabnya.
"Sebenarnya aku sangat senang, walaupun aku sudah
mendengar di benteng belakang ada suara, tapi aku sama
sekali tidak tahu itu adalah kau, tentu saja juga tidak
terpikirkan kau mau menolongku."
"Punya alasan apa aku tidak menolong wanita yang
dihina orang?"
"Tidak ada." Cui Lian-hoa mulai tersenyum, tiba-tiba dia
seperti kembali lagi kekehidupan manusia, malah
kehidupan manusia di musim semi yang ber-sinar terang, di
kebun bunga yang indah.
Dia kembali berkata:
"Aku bersyukur kali ini kau mau bertindak menolong
jika seperti dulu langsung pergi, maka nasibku sulit
dibayangkan!"
Suara dia dan ekspresi dia, membuat orang yang paling
suka curiga di dunia, jadi tidak akan dan tidak tega
mencurigainya lagi.
Hoyan Tiang-souw mengerutkan alisj tebalnya, seperti
orang yang menelan logam bunuh diri, di dalam perut
terasa berat dan sakit.
Jika menyuruh dia harus menganggap wanita cantik ini
orang yang menyuruh pembunuh bayaran membunuhnya,
dia memberi tahu pada dirinya, sulit dibayangkan juga sulit
bisa dipercaya.
Tapi kenyataannya To Sam-nio pernah muncul, dia pasti
bukan setan dalam mimpi, dia itu sungguhan!
Maka dia mengangkat kepala bersiul panjang, dengan
siulannya dia melepaskan perasaannya yang sulit
dijelaskan. Lalu mendadak meloncat keluar kamar, dalam
sekejap menghilang.....
00—dw--00
BAB 16
Jari ini walaupun tidak secantik jari giok, tapi paling
sedikit jari giok tidak bisa mencabut nyawa orang,
sedangkan jari ini bisa.
Dia tidak memalingkan kepala, kain warna abu-abu di
bawah tubuhnya tadinya untuk menghalangi mata orang
yang di bawah.
Tapi sekarang jika di bawah sudah tidak ada orang, tapi
di atas atap malah terbuka sebuah lubang, dari kejauhan
sejalur tenaga dari jari telunjuk mengarah ke jalan darah
kematiannya, sehingga kain abu-abu yang terjuntai ke
bawah juga menjadi tidak masalah!
Li Poh-hoan terpaksa tertawa pahit, dia ingat jarang
sekali dia berekspresi seperti ini, sekarang selain hanya bisa
tertawa pahit, masih bisa berbuat apa lagi?
Di atas atap rumah terdengar suara lembut merdu
berkata:
"Aku Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat, mungkin kau
sudah tahu?"
Li Poh-hoan malas bicara, hidung hanya mengeluarkan
suara "Mmm!" sekali.
Pu-couw-siancu kembali berkata:
"Maafkan, aku terpaksa menggunakan cara ini. jika aku
tidak menyuruh orang melakukan pertunjukan tadi,
bagaimana aku bisa mendapatkan dirimu? Dan bagaimana
bisa mengalahkanmu? Pertunjukan mereka tadi tidak jelek
bukan?"
Li Poh-hoan merasa dia tidak bisa berdiam diri terus,
sebab tidak sopan, maka jawabnya:
"Tidak jelek! Jika ada kesempatan, aku masih mau
menontonnya sekali lagi!"
Sebenarnya posisi seperti dia itu, tertelungkup di atas
tiang' atap, kesopanan apa pun tidak perlu dibicarakan.
Pu-couw-siancu mungkin tidak memperhatikan hal ini,
dia hanya tertawa ringan dan berkata:
"Baik, jika ada kesempatan, kau bisa melihat yang lebih
hebat lagi!"
Lewat beberapa saat, dia tidak bicara, tidak
mengerahkan tenaga dalamnya mencabut nyawa atau
melumpuhkan dia.
Sehingga Li Poh-hoan merasa tidak mengerti dan
berkata:
"Hei.. Pu-couw-siancu, kau kenapa? ku harap kau tidak
kedinginan sehingga menjadi pilek, sampai tidak bisa
memutar otak!"
Suara Pu-couw-siancu sedikit marah.
"Kau bilang apa? Kau ingin aku pilek?"
"Tidak, aku sedikit pun tidak mengharapkan. Tapi di atas
atap sangat dingin, juga harus mengerah kan tenaga dalam
mengendalikan aku dari kejauhan. Dengan demikian kau
mudah terkena pilek!"
"Kau ini bodoh benar, ingin aku tidak membunuhmu itu
baru persoalan sulit. Maka aku sedang berpikir, berpikir
apakah bisa memecahkan persoalan ini"
Jika persoalannya bisa dipecahkan, itu artinya dia tidak
perlu membunuhnya.
Tentu saja ini hal yang bagus, tapi kenapa dia harus
membunuh Li Poh-hoan?
Apa dosa Li Poh-hoan pada dia?
Jika bukan karena persoalan dendam pribadi, kenapa
Tong-to-bun ingin membunuh Li Poh-hoan? Malah harus
sampai melenyapkan perkumpulan Thi-pian-tan-pangbaru
merasa puas?
Pu-couw-siancu berpikir sesaat, berkata lagi:
"Cara memecahkan persoalan bukan tidak ada, tapi
benar-benar tidak mudah, makanya aku berharap bisa
mendapatkan cara yanglebih mudah dan mantap.
Kata Li Poh-hoan:
"Anggap saja tidak mudah, tapi kau bisa mencoba
mengatakannya supaya aku tahu!"
"Kau yang ingin aku mengatakannya, di kemudian hari
kau jangan menyalahkan aku!"
Li Poh-hoan sadar, dia sudah terjerumus ke dalam
jebakan lembut dan hangat seorang wanita licik, tapi kalau
sudah terjerumus ya terjerumuslah!
Siapa yang bisa seumur hidup tidak pernah melakukan
hal bodoh? Dia berkata:
"Aku tidak akan menyalahkanmu, beritahu saja padaku,
mungkin jika aku mengerjakannya tidak terasa sulit!"
Pu-couw-siancu dengan pelan berkata: "Baik, kau dengar
dengan jelas. Persoalannya ada di Liong Siang-yang, jika
sebelum hari terang kau bisa membunuhnya, maka aku
tidak perlu membunuh mu!"
Li Poh-hoan berpikir sejenak, dia adalah orang yang
berambisi menguasai dunia persilatan, kepintaran nya tentu
saja tidak bisa disamakan dengan orang biasa.
Maka sekali berpikir, dia sudah mengerti banyak hal.
Sekarang kunci yang paling penting adalah setelah
membunuh Liong Siang-yang, maka hubungan dia dengan
Pu-couw-siancu akan bagaimana?
Sorot mata dia tiba-tiba berubah dalam mem-buat orang
terkejut, lalu dia membalikan kepalanya, melihat pada
orang di atas atap itu.
Wajah Pu-couw-siancu segera muncul di lubang itu,
dengan sinar lampu sekarang dia bisa melihat wajahnya
yang cantik melebihi bunga! Li Poh-hoan berkata pelan:
"Bisa, aku bisa membunuh dia. Tapi setelah itu
walaupun aku tidak bisa memiliki seluruhnya, paling sedikit
harus memiliki setengahnya!" Inilah hal yang sulit
dijelaskan. Seorang wanita bagaimana mungkin di miliki
hanya setengahnya?
Lalu setengah lagi milik siapa? Apakah boleh menjadi
milik laki-laki lainnya? Pu-couw-siancu tersenyum manis,
sedikit pun tidak merasa kesulitan.
Dia menganggukan kepala dan berkata: "Baik, tapi aku
harus beritahu, Liong Siang-yang sulit dibunuh, selain itu
dia menguasai ilmu hebat dari berbagai perguruan besar,
dia sendiri juga benar benar memiliki jurus rahasia yang
hebat, aku sendiri juga tidak bisa memperkirakan, sehingga
membuat aku merasa ngeri! Kau harus hati hati sekali!"
Lalu dia menarik jari tangannya, dan Li Poh-hoan
kembali jadi bebas.
Tapi jika diselidiki lebih dalam lagi, sebenarnya dia
hanya melepaskan kelumpuhan yang berbentuk, tapi
terjerumus dalam ke dalam kelumpuhan yang tidak
berbentuk.
Li Poh-hoan terbang laksana asap, dalam sekejap sudah
berada di atas atap rumah.
Lubang itu walaupun lebih kecil dari pada tubuhnya, tapi
tidak bisa menghalangi dia.
Dia melihat pada Pu-couw-siancu dan bertanya:
"Mungkinkah perbincangan kita didengar oleh dia?
Apakah aku harus waspada pada Un Ci-eng itu?"
Pu-couw-siancu menunjuk ke arah timur, Li Poh-hoan
melihat ke arah itu, terlihat di dalam ruangan kecil lainnya
ada sinar lampu, samar-samar masih terlihat Liong Siang-
yang dan Un Ci-eng berdua sedang bergerak-gerak dan
berbicara.
"Mereka adalah anak buahku, tapi Un Ci-eng sudah
tidak bisa mengancam kedudukanku lagi, sedangkan Liong
Siang-yang masih bisa, aku hanya bisa memberitahu ini saja
padamu, mengenai kau harus waspada pada Un Ci-eng?
Aku sendiri juga tidak tahu!"
Setelah selesai bicara, setelah meninggalkan senyumnya
yang sangat cantik, diapun melayang pergi!
Bintang di langit masih berkedip-kedip sebentar terang
sebentar gelap.
Bintang malam ini, bukan malam kemarin, juga bukan
malam besok.
Malam ini artinya 'sekarang', di depan 'sekarang', yang
lalu dan yang akan datang jadi samar-samar, jadi seperti
ada tapi tidak ada......
Manusia seperti kebanyakan binatang lainnya, biasa
bergerak di siang hari, istirahat di malam hari.
Maka orang-orang yang seharusnya istirahat tapi masih
bergerak, pasti ada sebab khusus. Misalnya orang biasa
tidak bisa tidur, berjudi, ramai mengobrol sehingga tidak
tidur. Pasukan yang khusus bergerak di tengah malam, mau
menghancurkan musuh. Orang orang malam berjalan di
atas ribuan atap rumah, ada yang mau mencuri atau mau
balas dendam.
Orang orang yang disebut di atas ini mungkin bisa
disebut ada alasan khusus, maka seharusnya tidur lelap,
malah sebaliknya bekerja dengan giat.
Sekarang Khu-eng Un Ci-eng benar-benar menyendiri, di
bawah sinar bintang yang lemah, dia melangkah di atas
lapangan liar yang luas berjalan ke depan.
Setiap malam dia menginap dimana, selalu menjadi
rahasia besar.
Sampai atasan dia Pu-couw-siancu juga tidak tahu.
Tapi dia pasti bisa berhubungan atau muncul pada saat
yang menentukan, tidak pernah absen.
Maka kebiasaannya yang menyendiri dan rahasia jadi
dibiarkan saja.
Tiba-tiba Un Ci-eng menyelinap ke belakang pohon,
sorot matanya berkilat-kilat menatap ke arah kanan depan
di pinggir sungai.
Setelah beberapa saat, dia pelan-pelan menggelengkan
kepala tanda dia tidak puas pada dirinya.
Diam-diam dia terpikir lagi, 'Apakah karena usiaku
maka perasaan yang tadinya tajam sekarang menjadi
tumpul? apakah ilmu silatku menjadi mundur dibandingkan
dulu?
Jika bukan, kenapa aku merasakan ada bahaya, tapi
setelah berhenti dan teliti mengawasinya beberapa saat,
tetap saja tidak menemukan bahaya itu ada dimana?'
Setelah lewat beberapa saat lagi, dari belakang pohon dia
kembali ke jalanan, gerakannya seperti roh, sangat cepat
tapi tidak bersuara.
Dia membusungkan dadanya melangkah ke depan,
meneruskan perjalanannya.
Tapi baru saja kakinya diangkat, mendadak dia berhenti
lagi, dengan posisi aneh dia berdiri di kegelap-an malam,
sedikit pun tidak bergerak. Malah seperti ditotok jalan
darahnya, hingga tubuhnya menjadi kaku seperti kayu.
"Ssst" Serumpun rerumputan di pinggir sungai terbang ke
atas, entah terbang kemana.
Tapi siapa pun tidak akan memperhatikan kemana
terbangnya rerumputan itu.
Setelah rerumputan terbang, yang muncul di tempat
rerumputan itu adalah sesosok bayangan manusia yang
berbaju putih melayang-layang ditiup angin, tubuhnya
tinggi ramping.
Wajah orang berbaju putih ini dalam beberapa., detik
tidak bisa dilihat dengan jelas, tapi tangan kiri dia yang
memegang pedang panjang dengan sarungnya, tentu tidak
lolos dari penglihatan orang.
Suara Un Ci-eng sangat tenang dan berkata:
"Ternyata ketua Li Poh-hoan. Kau mau membunuh
aku?"
Orang berbaju putih itu memang Li Poh-hoan.
Dia tertawa dua kali baru berkata:
"Mata saudara Un sungguh tajam, aku memang Li Poh-
hoan. Ada satu hal dari saudara Un yang membuat aku
kagum, yaitu menduga masalah dengan tepat."
Jika dugaan Un Ci-eng selalu tepat, berarti Li Poh-hoan
benar berniat membunuhnya. Un Ci-eng berkata:
"Terima kasih atas kejujurannya. Sebelum kau
menyerang, aku hanya punya satu pertanyaan mohon
dijelaskan dulu."
"Silahkan katakan!"
"Li-pangcu ternyata punya keahlian menjadi pembunuh
bayaran, hingga aku tidak bisa mengantisipasinya. Tapi
punya keahlian menjadi pembunuh bayaran kelas satu tidak
gampang, punya uang punya nama punya kedudukan juga
belum tentu bisa menjadi ahli, makanya aku menjadi heran
bagaimana kau bisa mempunyai keahlian hebat ini?"
Li Poh-hoan hanya tertawa, di dalam hati dia berkata,
'Jika kau tahu pembunuh bayaran nomor satu di dunia
dulu Leng-hiat (Darah dingin) Li Cap-pwee adalah
kakekku, maka kau tidak akan menanyakan hal ini!'
Dia berkata pelan-pelan, tapi bukan menjawab malah
balik bertanya:
"Di mana aku telah membuat kau merasakan aku ini
pembunuh bayaran?"
"Pertama kali saat aku bersandiwara dengan Liong
Siang-yang, aku dan dia juga merasakan hawa
membunuhmu. Kedua kalinya adalah tadi, aku juga
merasakan hawa membunuh menerpa kepadaku."
"Banyak orang punya hawa membunuh, kau juga ada!”
"Tapi hawa membunuhmu tidak sama. Setelah aku
menyelidikinya dengan teliti, ternyata seperti ada seperti
juga tidak ada, seperti jauh tapi juga seperti dekat, malah
mendadak kuat mendadak lemah, mendadak tajam
mendadak tumpul. Sulit sekali menduga keberadaanmu,
malah aku tidak yakin pada perasaan sendiri, keadaan
begini, selain orang yang berhasil berlatih jadi pembunuh
bayaran kelas satu, siapa yang mampu melakukannya?" Li
Poh-hoan tersenyum dan berkata: "Sekarang aku sudah
muncul, dan jaraknya dengan kau sejauh dua tombak, jika
aku pembunuh bayaran, aku pasti dengan sabar
menunggumu berjalan lebih dekat lagi, baru menampakan
diri!"
Un Ci-eng menganggukan kepala: "Kata-katamu benar
juga!"
Li Poh-hoan menunggu orang sudah setuju, baru
merubah nada bicaranya:
"Tapi mungkin aku mampu membunuh orang dalam
jarak dua-tiga tombak, maka tidak masalah akut muncul,
betul tidak?"
Un Ci-eng tertegun sejenak dan berkata:
"Betul juga!"
"Maka aku pembunuh bayaran kelas satu atau bukan, itu
tidak penting. Yang penting adalah apakah aku mau
membunuhmu atau tidak, dan bisa tidak kau membunuhku.
Apakah kau setuju dengan kata-kata ini?"
"Tentu saja aku setuju," kata Un Ci-eng.
"Kalau begitu kau dengar baik-baik, jika aku tidak
muncul mencegah kau berjalan ke depan, asalkan kau
melewati sungai itu, maka kau akan bertemu dengan orang
yang benar-benar ingin membunuhmu, juga orang yang
mampu membunuhmu!"
Un Ci-eng merasa bingung, tidak tahan tanya-nya:
"Siapa orang itu?"
"Dialah Liong Siang-yang, sekarang kau boleh
melanjutkan perjalananmu, jadi paling sedikit kau bisa
memastikan apakah aku bohong atau tidak."
Benar saja, Un Ci-eng melangkah sampai lima langkah,
baru tiba-tiba sadar, dan berhenti sambil melotot berkata:
"Kalau aku berjalan ke depan memang bisa mengetahui
apakah kau bohong atau tidak. Tapi dilain pihak, begitu aku
berjalan sejauh sepuluh langkah, saat itu kau bisa
menggunakan jurus yang paling dahsyat, menyerang
mengambil nyawaku!"
Li Poh-hoan berkata:
"Kedengarannya kau seperti terjun sendiri ke dalam
perangkap, tapi kau tidak perlu khawatir, aku berani
bertaruh setelah aku pergi, tidak lama Liong Siang-yang
akan muncul. Sebab dia sudah berjalan memotong
menunggu kau di depan, jika kau tidak muncul pada saat
yang diperkirakan, maka dia akan berbalik kemari
mencarimu, menurutmu betul tidak?"
Suara Un Ci-eng mengandung nada sangat hati-hati,
berkata:
"Dengan demikian, bukankah sama dengan kau
nembantu aku? Tapi apa sebabnya? Apakah kita dulu
nempunyai dendam atau budi?"
"Tidak ada." Jawaban Li Poh-hoan tegas sekali, 'aku
hanya tidak suka pada orang seperti Liong Siang-yang. Dan
aku ingin tahu Soh-yang-sam-kou dia, apakah benar-benar
bisa melumpuhkan Siau-yang-sin-kang punyamu?"
Selesai bicara dia melayang menjauh, dalam sekejap
sudah menghilang di dalam bayangan hitam pohon.
Un Ci-eng mengatur nafasnya, bersamaan memusatkan
pikiran memasang telinganya. Dalam sekejapbenar saja
terdengar suara aneh yang pelan sekali.
Jika bukan Li Poh-hoan yang memperingatinya,
sehingga dia berhenti melangkah dan mendengarkan, suara
ini pasti tidak akan terdengar!
Dia tersenyum dingin, mendadak berkata:
"Liong Siang-yang, rasa ingin tahumu pasti besar sekali,
bagaimana sampai tempat istirahatku pun kau ingin tahu?"
Di atas jalan menuju sungai, sesosok bayangan manusia
melayang turun ke bawah.
Orang ini masih berjalan ke depan beberapa langkah,
maka walaupun tidak terlihat rupanya, tapi dari cara
jalannya yang khusus, dia tahu itu adalah Liong Siang-
yang.
Kenyataannya karena jarak kedua orang itu hanya
delapan langkah, dan juga karena berilmu tinggi maka
walaupun malam hari, dia bisa melihat lawan dengan jelas.
Senyum Liong Siang-yang selain bagus juga ada sinar
kelicikan. Dia berkata:
"Wow, telingamu cukup tajam, otaknya pun encer. Aku
memang ingin tahu setiap malam kau tidur di tempat yang
bagaimana!"
Sambil berkata dia maju tujuh langkah. Tapi kaki Un Ci-
eng ikut bergerak, juga berturut-turut mundur tujuh
langkah.
Jarak kedua belah pihak tidak bertambah, juga tidak
berkurang.
Kata Un Ci-eng:
"Pergilah, anggap saja aku suka tidur di kubur-an, itu
juga urusanku sendiri."
Tiba-tiba Liong Siang-yang menyerang dengan sangat
cepat, lima jarinya berbentuk bunga anggrek disapukan.
Hampir saja ujung jarinya mengenai Un Ci-eng. Jika ke
lima jarinya tidak gagal, Un Ci-eng tentu segera roboh ke
tanah.
Karena Un Ci-eng tidak roboh, berarti mundur nya Un
Ci-eng tadi ada gunanya, jika saja mundurnya kurang satu
langkah, keadaannya tentu tidak bisa dibayangkan.
Sepasang tangan Un Ci-eng menghantam, "Traang!"
kembang api memancar, pukulan yang seperti kilat
mendadak membuat terang radius seluas dua tombak lebih.
Ribuan titik sinar kembang api itu terjadi ketika dia
mengadukan Lui-cui-tian-couwnya.
Dan dalam situasi yang menyilaukan mata ini, palunya
mengarah ke atas kepala, pahat menuju dada, dengan
dahsyat balas menyerang Liong Siang-yang.
Palunya sangat dahsyat dan pahatnya tajam menusuk,
jurusnya hebat sekali.
Ilmu silat seluas lautan tidak ada batasnya, jurus hebat
apa pun di dunia, pasti selalu ada beberapa cara untuk
menghadapinya.
Tapi cara yang mana yang paling berguna, apa lagi jika
mampu balik mengancam lawan?
Itu harus dibuktikan dengan kenyataan. Karena selain di
dalam jurus dan caranya, ada tidak kelemahan nya, masih
harus ditambah lagi kharakter masing-masing orang dan
kemahiran ilmu silatnya, baru bisa ditentukan.
Teori ini seperti air bisa memadamkan api, kenyataan
yang tidakbisa dibantah.
Tapi jika apinya besar dan airnya lemah, maka setelah
air bereaksi menjadi hidrogen, malah bisa menambah
kekuatan api.
Teori Im-yang-ngo-heng dari daratan tengah, sejak
dahulu sudah menggunakan teori ini.
Seperti air bisa menumbuhkan kayu, tapi jika airnya
terlalu besar, dan juga bukan waktunya kayu tumbuh, maka
kayu malah menjadi busuk karenanya (sama dengan mati
tenggelam).
Pokoknya, semua kejadian di alam semesta ini, saling
berhubungan dengan aturan.
Tapi karena setiap benda sendiri mengandung perubahan
yang tidak menentu, dan bersifat tidak abadi, sehingga di
saat saling bersatu, sering terjadi keadaan di luar aturannya!
Kembali dalam pertarungan Liong Siang-yang dengan
Un Ci-eng.
Dengan jurus Wie-cin-thian-sia (Getar tertinggi langit di
bawah) dari Un Ci-eng, sekilas terlihat tidak ada orang yang
mampu menahannya, sangat dahsyat.
Tapi Liong Siang-yang memiringkan tubuhnya, sepasang
tangan bersama-sama menyerang.
Terlihat sepuluh jarinya terbuka dengan rapih,
bersamaan waktu mencengkram kedua arah.
Sesaat kembang api yang memenuhi langit tidak terlihat
lagi) kembang api yang seperti kuntung rokok masuk ke
dalam air, sampai asap terakhir pun tidak bisa muncul.
Sepuluh jari Liong Siang-yang masing-masing sudah
menyentuh dua macam senjata lawan.
Tenaga jarinya laksana jarum panjang yang sangat tajam
menusuk ke dalam tahu, sudah menusuk jalan darah di
kedua pergelangan tangan Un Ci-eng.
"Lepaskan," Liong Siang-yang berteriak dingin. Tiba-tiba
Un Ci-eng bergerak mundur miring tiga langkah. Dua
senjata anehnya masih tetap di dalam genggaman
tangannya.
Sambil tertawa dingin berkata: "Lepaskan? Tidak
semudah itu!" Setelah berkata, dia sudah menyerang
sebanyak lima jurus dengan lima belas perubahan.
Malam yang tadinya gelap gulita, mendadak terdengar
suara geledek memekakan telinga, sinar kilat menyilaukan
mata.
Lima jurus dengan lima belas perubahan ini menyerang
secara beruntun, sangat cepat dan dahsyat.
Liong Siang-yang sekaligus menggunakan telapak tangan
dan jari tangan menangkis tiga belas perubahannya, dua
perubahan terakhir walaupun bisa ditangkisnya, tapi samar-
samar dia mendehem sekali, dengan cepat mundur ke
belakang delapan kaki.
Dengan kata lain, jarak mereka sekarang kembali lagi ke
semula, kurang lebih delapan langkah.
Tapi jarak yang tadi sebisanya dipertahankan oleh Un
Ci-eng, sekarang malah berbalik menjadi jarak yang ingin
dipertahankan oleh Liong Siang-yang.
Selain itu, wajah Liong Siang-yang sudah menjadi pucat
seperti kertas, bibirnya tertutup rapat.
Jelas dalam babak pertama pertarungan ini, dia telah
kalah sejurus.
Tapi saat ini masih belum diketahui separah apa
kekalahannya?
Apakah dia masih mampu menghadapi Un Ci-eng?
Sekarang malah Liong Siang-yang yang membuka mulut
dulu. Sebelum berkata dia tertawa dingin dulu sejenak baru
berkata:
"Bagus, bagus, Un Ci-eng, aku ingin memberi tahu satu
hal padamu, harap kau mau mendengar-kannya!"
Suara Un Ci-eng seperti batu besi, dingin menusuk hati,
berkata:
"Katakanlah! Jika kau perlu istirahat dulu, aku juga akan
memberi waktu padamu!"
Siapa yang mau melepaskan musuh di saat penentuan
siapa hidup siapa mati ini? ^
Setelah melepaskan apakah dia masih mampu
memenangkannya lagi?
Walaupun Un Ci-eng mengatakan dengan lapang dada,
tapi apakah kenyataannya dia mau?
Liong Siang-yang segera menjawab, untuk menyatakan
bahwa dia bukan mengambil kesempatan untuk bernafas.
Dia berkata:
"Tidak perlu, keluarkan seluruh kemampuan-mu, aku
ingin melihat selain Siau-yang-sin-kang dan Ngo-im-ie-meh-
hiat (Lima hawa dingin mengalihkan jalan darah) dari
utara, kau masih memiliki jurus hebat apa lagi?"
Ternyata dia tadi sudah menggunakan jurus Soh-yang-
sam-kou, tapi Un Ci-eng menggunakan Ngo-in-ie-meh-hiat
dari perguruan Pak-boang. Sehingga serangannya tidak
berhasil, malah sebaliknya men-dapat sedikit luka.
Un Ci-eng berkata:
"Tidak ada gunanya banyak bicara, silahkan coba saja
maka kau akan tahu!"
Liong Siang-yang berubah dari marah jadi tertawa lalu
berteriak pelan:
"Bagus, bagus sekali!"
Sepasang tangannya seperti ekor burung walet, dengan
cepat menggunting.
Sebelah tangan menyerang wajah lawan, sebelah lagi
menjepitleher lawan.
Un Ci-eng berteriak dingin, Lui-cui-tian-suo nya
menyerang tujuh kali.
Dalam radius dua tombak dari atas ke bawah, kembang
api meletup-letup, laksana pohon kembang api perak
menyilaukan mata orang.
Liong Siang-yang menerjang masuk, di bawah sorotan
kembang api terlihat pemuda tampan bermuka putih bibir
merah ini, mendadak jadi semakin cantik, malah bisa
dilukiskan cantik genitnya menarik orang.
Sayang sinar yang terbentuk dari ribuan kembang api
dalam sekejap menghilang.
Maka ketika kedua orang itu beberapa detik beradu lalu
berpisah lagi, masing-masing berdiri sejauh tujuh langkah,
saat ini wajah cantik yang menarik orang itu pun sudah
hilang di kegelapan malam!
Angin malam bertiup di atas permukaan sungai,
menembus hutan, mengeluarkan suara "Mmm, mmm!"
yang memilukan.
Di dalam kegelapan, dua orang yang saling berhadapan
itu, salah satunya mengeluh dalam, lalu lemas jatuh ke
tanah......
@@@
BAB 18
Di dalam hati Cui Lian-gwat tidak ada rasa senang, juga
tidak ada cemburu.
Jika dia teliti memperhatikan dirinya sekarang, pasti
diapun akan merasa keheranan.
Sebab jika kakak yang sudah beberapa tahun tidak
bertemu sekarang tiba-tiba muncul di depan matanya, dan
dia pun bersama-sama teman laki-lakinya, kenapa perasaan
dia sedikit pun tidak ada reaksi?
Anggap saja cemburu! Itu jauh lebih baik dari pada
sampai perasaan ini pun tidak ada.
Kenapa dia jadi seperti kayu atau batu, hanya terus
mengawasi gerak-gerik mereka, tapi tidak meng-hampiri
kakaknya untuk bertemu?
Hoyan Tiang-souw dan Cui Lian-hoa berjalan menyusuri
pantai See-ouw.
Melihat arahnya jelas mereka ingin mencari sebuah
perahu kecil, untuk pergi ke gedung Lo-say-lou yang berada
di tengah danau, minum dan makan sambil melihat
pemandangan di sana.
Cui Lian-gwat berdiri diam, sampai bayangan sepasang
kekasih itu menghilang, dia baru tersenyum dingin,
membalikan tubuh diam-diam pergi.
O O O
BAB 19
Matanya masih ada sinar, juga masih lincah, berarti
pikirannya tidak dikendalikan orang. Bukan begitu saja, di
dalam sorot matanya masih ada perasaan yang dalam dan
jauh, membuat orang merasa kebingungan.
Dia terdiam sebentar baru berkata, suaranya selain tidak
tua juga tidak jelek:
"Apa kau Hoyan Tiang-souw? Kau tahu tidak ada dua
orang ingin membunuh mu?"
Hoyan Tiang-souw tidak menjawabnya, ini adalah
kebiasaan lamanya, setiap kata-kata yang tidak ada
maknanya, jika dia bisa tidak menjawab pasti tidak akan
menjawab.
"Aku adalah salah satunya, dan satu orang lagi ada di
belakang pohon sana. Jika aku tidak bisa membunuhmu,
baru giliran dia melakukannya."
"............" Hoyan Tiang-souw tetap tidak bicara dan
tidak bergerak, bahkan matanya pun tidak bergerak, tidak
melihat ke arah pohon besar itu.'
Dia bukan berhati batu atau tidak ada pikiran.
Kenyataannya pikiran dia sedang menyelidikinya,
apakah wanita ini pembunuh bayaran yang sebenarnya?
Atau boneka yang dikendalikan oleh orang lain?
Sekarang dia baru benar-benar merasakan pengalaman
dia di dunia persilatan masih kurang banyak, kelemahan
atas minimnya pengetahuan tentang peristiwa di dunia
persilatan.
Jika pengetahuan dia cukup banyak dan cukup luas,
wanita yang rupanya aneh dan memamerkan buah dadanya
ini, pasti sangat dikenal oleh orang-orang persilatan.
Sehingga dia tidak perlu menduga-duga siapa dia ini!
Wanita kotor itu berkata lagi:
"Sepertinya kau tidak kenal aku. Jika kau benar benar
tidak'mengenal tapi juga ingin tahu siapa aku, maka aku
akan mengatakannya padamu."
Hoyan Tiang-souw mengangkat bahu, tampang
amarahnya laksana dewa di langit.
Tapi karena dia masih tetap bungkam, maka sulit bisa
diduga apa maksud sikapnya ini.
Buah dada siwanita itu lebih di tonjolkan lagi dan
berkata:
"Aku adalah Kiu-beng-lo-cat (Iblis bernyawa sembilan),
aku tahu kau pasti belum pernah mendengar namaku."
Walaupun buah dadanya sangat menonjol dan mencolok
mata, tapi tidak ada gaya tariknya, malah ada perasaan
licik.
Suaranya kaku, nadanya datar, seperti kakak tua yang
baru belajar bahasa manusia, membuat orang merasa tidak
nyaman!
Apa betul di dalam dunia persilatan ada orang yang
disebut Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw, Hoyan Tiang-souw
tidak tahu, jika tidak tahu, maka dia terpaksa
memperhatikannya dari bagian lain.
Dia ingat ketika dia keluar dari rerumputan, pernah
membalikan kepala melihat ke belakang, dan di dalam
rerumputan sampai sekarang masih ada orang yang
bersembunyi.
Sekarang di tambah dengan suaran)'a yang kaku, dia
segera mendapat satu kesimpulan, gerak dan bicara dia
selain bukan keinginannya sendiri juga bukan refleknya.
Dengan kata lain, dia mungkin boneka yang
dikendalikan orang.
Tujuan orang yang mengendalikannya sangat jelas, tidak
lain supaya dia lengah, supaya dia bisa menyerang, saat itu
orang yang mengendalikan di belakang jadi ada kesempatan
untuk menyerangnya.
Hoyan Tiang-souw memutuskan menyelidiki-nya dengan
tuntas.
Dia segera meloncat sejauh dua tombak ke kiri.
Semua orang pasti mengira dia ketakutan dan melarikan
diri, tapi begitu kakinya Hoyan Tiang-souw menyentuh
tanah, mendadak dia menerjang lagi miring ke kanan. Saat
dia berhenti jaraknya tinggal satu tombak lagi dari
rerumputan itu.
Jalur loncatan dia ini, tepat menghindarkan hadangan
wanita kotor itu.
Sinar golok terlihat laksana kilat di malam yang gelap,
sinarnya menyilaukan mata, sekali melesat langsung hilang.
Mo-to kembali ke dalam sarungnya, juga tetap'^ dikepit
di ketek kirinya. Tapi rerumputan itu ada seluas satu
tombak lebih sudah dibabat rata oleh dia, sehingga orang
yang ada di dalam rerumputan itu jadi terlihat.
Dia juga seorang nyonya.
Memakai baju orang kampung, di punggung-nya masih
menggendong seorang anak kecil.
Dia berlutut disana, wajah menengadah keatas, maka
terlihat wajahnya yang jujur dan polos, dan masih terlihat
sepasang matanya sudah tertutup rapat!
Malah terlihat garis alis dan bibirnya yang terlihat
ketakutan, pelan-pelan menghilang, kembali ke wajah
asalnya yang jujur dan polos itu.
Posisi bersujudnya pun tidak bisa dipertahan-kan lagi,
dengan cepat jatuh ke samping. Anak kecil di punggungnya
tidak bereaksi, bisa dilihat jika bukan tertidur lelap, maka
pasti sudah mati.
Hoyan Tiang-souw mendengar sebuah suara tawa, sekali
membalikan kepala dan mengawasi, terlihat Kiu-beng-lo-cat
mengangkat kepala, membuka rambut, menampakan
setengah wajahnya lagi.
Ternyata dia bermata cantik, warna kulitnya juga terang.
Di bandingkan dengan setengah wajah kotor lainnya,
laksana salju di banding dengan tanah.
Suaranya pun sudah tidak kaku lagi, berkata:
"Buat apa kau membunuh ibu dan anak yang sama sekali
tidak bisa ilmu silat?"
Setelah berbicara, dia melenggok dan buah dadanya
bergoyang-goyang menghampiri.
Belum selesai bicara, dia sudah mendekat dalam jarak
dua belas langkah.
Mendadak lima gumpal serat perak melesat.
Sasarannya tentu saja Hoyan Tiang-souw, tapi arah
malah kecepatannya ada sedikit perbedaan, membuat
kekuatannya juga sedikit berbeda.
Saat itu Mo-to Hoyan Tiang-souw melesat mengeluarkan
desingan suara yang cukup keras, Mo-to seperti naga keluar
dari sarung goloknya.
Walaupun desingan itu keluar tanpa bisa di cegah, tapi
telapak tangan Hoyan Tiang-souw yang sangat kuat pada
waktu yang tepat sudah menangkap pegangan goloknya
lagi, kelihatannya dia seperti baru mencabut goloknya.
Sinar Mo-to berkilat-kilat, menyilaukan mata.
Lima gumpal serat perak seperti masuk ke dalam lautan,
hilang tidak berbekas.
Tubuh Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw bergetar seperti
kedinginan.
Wajahnya terlihat ketakutan sekali, matanya berkunang-
kunang, tangannya menjadi lemas, kaki sulit bergerak.
Begitu wajahnya menjadi pucat, mana masih ada
tampang seorang penjahat ulung masa kini?
Di ujung sepasang alis tebalnya Hoyan Tiang-souw
timbul hawa amarah yang amat sangat, sambil mengangkat
golok dia melangkah mendesak ke depan, suaranya laksana
geledek:
"Wanita jahat yang sadis, kembalikan nyawa ibu dan
anak itu!"
Bentakan dia ini malah jadi menyadarkan Seebun
Kiauw.
Terlihat dia menyilangkan sepasang tangannya, seperti
menutupi dadanya yang terbuka.
Tapi kenyataannya bukan begitu. ^
Begitu sepasang tangannya disatukan lalu dibuka lagi,
segulung awan hitam sebesar muka meja terbang keluar,
dengan cepat mengurung lawannya.
Jika orang lain melihat serangan yang amat keji ini,
bukan saja akan terkejut, dan juga sulit bisa melihat benda
apa awan hitam itu?
Di dalam hati Hoyan Tiang-souw malah tertawa dingin,
dia bisa melihat jelas apa sebenarnya gulungan hitam itu,
awan hitam itu terdiri dari dua jaring serat hitam.
Di balik jaring hitam ada lagi beberapa jarum perak yang
bersinar terang melesat datang.
Amarah di dalam hati dia segera bertambah beberapa
kali.
Manusia semacam Seebun Kiauw yang berilmu tinggi,
malah bisa secara diam-diam menyerang dirinya?"
Dia selain sudah membunuh dua nyawa yang tidak
berdosa, apa pun bisa di perbuatnya?
Sinar Mo-to dan hawa dingin mengikuti amarahnya
bertambah beberapa kali lipat.
Orang yang langsung menghadapinya, selain bisa
melihat di dalam kilatan sinar yang memenuhi langit ada
dua tetes air mata jernih, juga masih harus menerima hawa
dingin yang membekukan darah.
Sebenarnya orang lain juga bisa melihat dua tetes air
mata itu, hanya tidak bisa merasakan bagaimana hawa
dingin yang amat dahsyat itu.
Hoyan Tiang-souw membacokan goloknya dari atas
kebawah, dan bersamaan waktu berteriak seperti geledek,
hingga menggetarkan bumi.
Serangan ini tidak ada keanehan, tapi bisa mengandung
jutaan perubahan. Rambut hitam dan puluhan jarum perak
Seebun Kiauw, semua jatuh ke tanah.
Seebun Kiauw sendiri lebih celaka lagi dari pada senjata
kejinya, dia bukan saja jatuh tertelungkup ke tanah,
kepalanya juga terbang sejauh satu tombak lebih.
Sebelum mati, sedikit jerit pun tidak keluar dari
mulutnya.
Hanya satu jurus Hoyan Tiang-souw sudah membunuh
musuhnya, seperti biasa Mo-to sudah masuk kembali ke
dalam sarungnya.
Pelan-pelan dia memutar tubuhnya, melihat pada sebuah
pohon besar yang berjarak tujuh delapan tombak.
Alis tebalnya berdiri, amarahnya masih ada, tampangnya
ganas sekali.
Di dalam rimbunnya daun di atas pohon besar terdengar
bunyi "Ssst ssst!", seseorang terbang keluar laksana burung
raksasa terbang turun ke atas tanah!
Jarak di antara mereka hanya kurang lebih lima tombak,
terlihat orang itu berkepala sangat besar, sepasang telapak
tangannya juga besar sekali seperti kipas.
Tubuh Hoyan Tiang-souw sudah cukup tinggi besar, tapi
dibandingkan dengan orang ini, malah jadi seperti orang
biasa bertemu dengan raksasa, sama sekali tidak
terlihatbesar.
Tentu saja orang berperawakan raksasa bukan berarti
tidak bisa dibunuh, lebih-lebih bukan tiada lawannya di
dunia.
Tapi orang berperawakan tinggi besar, dengan lengannya
yang besar berotot, sebelum bertarung sudah * mendapat
keuntungan.
Perihal menakutkan juga jauh lebih menakut-kan dari
pada orang yang berperawakan kecil pendek.
Makanya tidak mengherankan jika raksasa itu bertingkah
memandang remeh setiap orang.
Walaupun dia sudah terbiasa memandang remeh setiap
orang yang lebih kecil dari pada dia, tapi belum tentu dia
pasti memandang enteng lawannya.
Perkataannya walaupun tidak bisa disebut lebih
menggelegar dibandingkan dengan Hoyan Tiang-souw, tapi
juga tidak lebih kecil. Pokoknya jika kedua orang ini
bertengkar, dipastikan orang yang berada dalam jarak
sepuluh li lebih juga akan merasakan berisik.
Dia berkata:
"Kehebatan Mo-to, memang bukan kabar angin, benar-
benar telah membuka mataku!"
"Siapa kau?" kata Hoyan Tiang-souw. Otot di wajah
raksasa itu bergetar-getar, tawa-nya sangatbengis
menakutkan orang.
"Margaku Lirn, Bengs-an namaku, julukannya Cian-Ii-it-
cin-hong (Angin berhembus seribu), julukan ini terlalu
panjang, dan tampangku seperti beruang, dari sudut mana
melihatnya juga tidak setenang seperti It-cin-hong.
Makanya aku sangat tidak suka julukan ini. Kau panggil
saja aku Lirn Beng-san sudah cukup!"
Orang yang berperawakan sebesar dia, walau pun
suaranya seperti geledek, tapi tidak diduga isinya kosong
dan panjang.
Tapi Hoyan Tiang-souw tidak berpikir demi-kian, dia
dengan teliti memperhatikan segalanya, malah setiap
kalimatnya juga diteliti dengan hati-hati sekali.
Sebab diapun berperawakan tinggi besar dan ganas,
hingga gerakannya menutupi gerakan otaknya.
Sepanjang hidupnya dan untuk pertama kali di dalam
hatinya samar-samar timbul sedikit rasa ngeri.
Musuh kali ini sungguh menakutkan sekali, bukan saja
sejak lahir dia sudah bertenaga besar dan pemberani, dia
pun masih berotak licik.
Musuh seperti ini tentu saja musuh yang paling ditakuti
di dunia!
Orang ini mungkin tidak termasuk dalam katagori orang
jahat, walaupun dia menghadang jalan-nya ingin
membunuh, tapi pesilat pemberani mana yang tidak ingin
mencari lawan sepandan?
Siapa yang tidak ingin merasa bangga karena bisa
mengalahkan lawannya?
Maka secara serius tindakan seperti ini tidak bisa
diartikan licik juga tid ak bisa diartikan jaha t.
Masalah ketika bertarung menggunakan cara dan siasat,
tentu saja itu pun tidak bisa disebut licik.
Sehingga dia tidak sama dengan Seebun Kiauw, begitu
menghadapi Mo-to, nyawanya langsung melayang.
Dalam sekejap Hoyan Tiang-souw sudah memutuskan
cara menghadapi Lim Beng-san. Saat itu dia berkata:
"Tidak perlu banyak bicara, jika kau berniat
membunuhku, maka menyeranglah. Jika tidak berani, kau
cepatpergi dari tempatini!"
Lim Beng-san melototkan matanya besar-besar^ seperti
lonceng.
Apa lagi di dalam matanya menyorot sinar bengis,
sungguh menakutkan orang.
Dengan marah dia berkata:
"Tidak perlu sungkan-sungkan seperti ini. Walaupun aku
menjaga di sini untuk membunuhmu, tapi sebelum
bertarung, ada satu hal yang kau tidak boleh tidak harus
tahu."
"Tidak perlu, masalahku bisa kuurus sendiri. Masalahmu
aku tidak ingin tahu."
Lim Beng-san tertawa terbahak-bahak sampai
menggetarkan dedaunan hingga jatuh. Lalu berkata:
"Kau sungguh tidak mau tahu? Kau jangan
menyesal......"
Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak terpengaruh,
dengan tegas berkata:
"Aku jarang menyesal, dan kuharap kau juga sama."
Di dalam mata Lim Beng-san tampak sinar mengejek
dan licik. Di dalam hati dia memang sedang
mentertawakan Hoyan Tiang-souw. menganggap dia
adalah orang kasar yang merasa diri sendiri benar.
'Setiap orang yang sudah sedikit berhasil, selalu suka
memperkirakan masalah berdasarkan pikirannya sendiri,
dan tidak suka mendengarkan kata-kata orang?
Malas mendengarkan kata-kata orang masih bagus, tapi
kata-kata musuh harus didengarkan semakin teliti semakin
bagus, dengan demikian baru bisa hidup lebih lama.
Ini adalah nasihat guruku beberapa tahun lalu,
kelihatannya Hoyan Tiang-souw tidak punya guru sebaik
yang ku punya......'
Tapi Hoyan Tiang-souw jelas mempunyai guru yang
pandai mengajarkan ilmu silat, makanya Mo-to nya sangat
mahir membunuh orang.
Kelihatannya sifat dia juga mungkin sangat kejam dan
kasar, laksana jurus goloknya, makanya mengenai
wanitanya itu, diberitahukan pada dia juga mungkin tidak
akan bisa mempengaruhinya?
Hawa amarah Hoyan Tiang-souw pelan-pelan
menyembur di kedua ujung alis tebalnya.
Dia tahu pasti Lim Beng-san sedang men-tertawakan dia
di dalam hatinya.
Apa yang dia tertawakan tidak bisa diketahui.
Tapi ini sudah cukup membuat dia jadi marah!
Jika di tangan Lim Beng-san memegang senjata, dia pasti
tidak menunggu lagi langsung mencabut golok
membunuhnya.
Tapi menunggu sebentar juga tidak masalah, karena
hawa amarahnya semakin menunggu bisa semakin tinggi,
tidak akan karena menunggu jadi berkurang.
Dan jurus goloknya malah semakin hebat jika hawa
amarahnya semakin tinggi, semakin hebat dan semakin
dahsyat.
Dengan suara keras Lim Beng-san menarik nafas,
tubuhnya yang seperti raksasa juga tampak lebih besar lagi.
Di dalam rerumputan berjarak satu tombak lebih "Weet!"
terbang keluar satu tongkat besi sebesar telur bebek,
panjangnya kurang lebih tujuh kaki.
Tongkat besi ini tentu sangat berat.
Tapi Lim Beng-san dengan tenaga dalamnya bisa
menghisap dari kejauhan, begitu mudah seperti memungut
rumput.
Ketika telapak tangannya yang besar menang-kap
tongkat besi itu, tongkat besi yang tidak bisa diangkat oleh
orang biasa itu, malah seperti berubah jadi batang padi,
seperti orang biasa memegang tongkat kecil panjang.
Suara dia lebih keras dari biasanya, hingga memekakan
telinga. Dia berkata:
"Sebenarnya aku tidak suka bertemu dengan musuh
seperti Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw, tapi setelah tadi
melihat ilmu silat dia, sepertinya tidak sehebat sebutannya."
Telinga Hoyan Tiang-souw mendengung.
Tapi setelah hawa amarahnya bertambah terus, maka
suara di telinganya menghilang.
Di dalam hati dia tahu sesungguhnya bukan ilmu silat
Seebun Kiauw yang kurang hebat, tapi karena sifatnya
jahat, jadi begitu bertemu dengan Mo-to, maka seperti
serangga menerjang api, mencari mati sendiri.
Musuh didepan mata ini tidak terpengaruh oleh Mo-to,
maka pertarungan ini pasti sangat seru dan berbahaya
sekali.
Maka dia membuat hawa amarahnya mening-kat berlipat
ganda.
"Sreeng!" Mo-to sudah meloncat keluar dari sarungnya
beberapa cun.
Mata golok yang keluar beberapa cun dari sarungnya itu,
mengeluarkan sinar berkilauan, terasa ada hawa membunuh
yang sangat dingin.
Saat dia benar-benar sudah mencabut goloknya, dia
melihat Lim Beng-san dengan satu tangan meme-gang
tongkat menunjuk pada dirinya.
Dalam sekejap ini, paling sedikit ada tiga puluh jurus
golok terlintas di dalam hatinya.
Namun tidak ada satu jurus pun yang bisa dipakai untuk
menyerang.
Lim Beng-san tidak sama, dia bukan saja sekali
menyerang langsung mengerahkan jurus terhebatnya It-kun-
ting-kang-san (Dengan tongkat menentukan sungai
gunung), jurusnya mengandung dua puluh empat gerakan
perubahan.
Selain itu tangan kiri dia yang sudah dialiri tenaga dalam
ikut menyerang dari kejauhan, tujuh gerakan untuk
membunuh.
Sepanjang hidup dia sudah bertarung ratusan kali, jika
dia menggunakan tongkat digabungkan dengan telapaknya,
tidak pernah satu kali pun tidak berhasil dalam sekali
menyerang.
Tapi kali ini tidak berhasil.
Hawa membunuh, sinar dingin Mo-to lawan laksana
ombak samudra menerjang, sudah bagus dia tidak terdesak
mundur ke belakang, bagaimana bisa melakukan serangan
terhebatnya.
Dalam sekejap Lim Beng-san sudah mengerahkan tenaga
dalamnya melewati batas, tubuh dia seperti membesar lagi.
Sedangkan hawa amarah Hoyan Tiang-souw juga sudah
sampai pada taraf tidak tertahankan lagi, tiba-tiba
rambutnya menyembur keluar, sebagian melayang-layang
di udara, sebagian malah tegak lurus ke atas. ,
Tapi masing-masing dengan jelas merasakan pertahanan
lawannya tidak ada celahnya, jurus apa pun tidak bisa
dikeluarkan. Jika memaksa menyerang, akibatnya pasti bisa
berakibat fatal.
Maka kedua belah pihak hanya bisa berdiri tegak, hanya
bisa menggunakan ketajaman matanya mengawasi lawan.
Bagi pihak mana pun asal ada celah sekecil apa pun,
maka salah satu diantara mereka pasti segera tergeletak ke
tanah selamanya tidak bisa bangun lagi.
Suasana terasa paling dingin, paling kejam paling tidak
ada perasaan, laksana embun dingin tidak berbentuk
menutup kedua orang ini.
Mereka bersama-sama demi 'hidup', berusaha
semampunya mengikuti aturan alam yang paling berkuasa,
hanya bisa melanjutkan hidup baru segala-nya berarti.
Dengan kata lain, hidup adalah segalanya, barulah nyata
tidak palsu.
Jika sudah tidak hidup, waktu yang abadi, ruang yang
tidak ada batasnya, sudah tidak ada artinya lagi? Sudah
tidak ada hubungannya lagi?
Keadaan yang membuat orang mengerahkan semua
tenaga tersembunyi, tentu saja tidak bisa bertahan lama.
Berbeda dengan kelelahan orang biasa, kehabisan tenaga
bertarung.
Pokoknya, masalah di dunia ini pasti adalah, semakin
tajam maka akan semakin mudah tumpul, semakin cantik
maka semakin mudah menjadi buruk......
Dua orang pesilat tinggi ini hanya dalam waktu sekejap,
sudah merasakan dirinya sendiri tidak mampu melanjutkan
keadaan yang paling tajam dan paling tinggi ini.
Maka kedua belah pihak timbul sedikit perasaan takut.
Walau pun berusaha supaya perasaan takutnya tidak
mengembang, tapi tetap saja masih ada perasaan takut,
artinya, mereka di desak masuk ke dalam keadaan bahaya
yang tidak bisa dirubah lagi.
Keberanian Lim Beng-san kembali timbul.
Hoyan Tiang-souw juga bertambah hawa amarahnya.
Di dalam sekejap ini mereka bersama-sama menyerang,
melakukan serangan yang hanya bisa maju tidak bisa
mundur, tidak mempedulikan keselamatan dirinya.
Mo-to dan tongkat besi bergerak di dalam teriakan yang
menggetarkan bumi dan langit, yang satu naik yang satu
turun, mereka masing-masing telah menyerang sebanyak
dua kali tujuh, empatbelas jurus.
Setiap kali golok dan tongkat bentrok, terdengar suara
"Traang!" yang memekakan telinga, di tambah ada
kembang api yang memancar keluar menyilaukan mata.
Setelah berturut-turut bertarung empat belas jurus, kedua
belah pihak masing-masing mundur satu langkah.
Terlihat keadaannya berubah, dari sangat mencekam jadi
sedikit longgar, semua disebabkan oleh jarak kedua belah
pihak sudah menjauh.
Lim Beng-san dengan keras berkata:
"Jurus golok yang hebat, Hoyan Tiang-souw, hari ini kita
harus bertarung sampai ada yang menang atau kalah,
sampai ada yang mati atau hidup!"
Hoyan Tiang-souw marah berkata:
"Kentut, kata-kata ini tidak perlu dikatakan? Sungguh
seperti anjing kentut saja."
Lim Beng-san jadi naik pitam, wajahnya juga jadi
berubah.
Hoyan Tiang-souw mengayunkan Mo-to nya, di dalam
sinar yang menyilaukan mata, dua tetes air mata besar
dengan jelas tampak di dalamnya.
Jurus golok Hoyan Tiang-souw semakin marah semakin
dahsyat, tapi orang lain pasti tidak begitu.
Tapi buat Lim Beng-san lain, begitu marah segera timbul
celah untuk diserang.
Lim Beng-san sendiri sadar karena dirinya lengah
sehingga dia kehilangan kesempatan, dia sadar keadaannya
sangat berbahaya, bahkan sulit meng-hindar dari bahaya
kekalahan atau tewas.
Tidak perlu penjelasan dari lawan, dia juga mengerti apa
tanda dari dua tetes air mata itu, saat itu dia dengan
sebisanya menyapukan tongkatnya.
Kekuatan sapuan tongkat ini laksana gempa bumi,
serangan tongkat hanya bisa pergi tidak bisa kembali,
kejadian yang dahsyat mencekam ini sungguh bisa
membuat orang mati ketakutan!
Tubuh Hoyan Tiang-souw bergerak miring ke kiri tiga
kaki, Mo-tonya sudah mengendalikan keadaan.
Dengan kata lain, dia bisa melukai lawan dan dirinya
sedikit pun tidak terluka.
Dia bisa membunuh lawan, dan dia hanya akan
mendapat sedikit luka!
Terlihat Mo-to dibacokan ke bawah, golok dan tongkat
bentrok mengeluarkan suara menggelegar menggetarkan
bumi dan langit, saat ini Lim Beng-san berturut-burut
mundur delapan langkah kebelakang, matanya seperti
lonceng, menatap tajam pada musuh-nya.
Mo-to Hoyan Tiang-souw sudah masuk ke dalam
sarungnya, dikepit di bawah ketetnya.
Hawa amarah yang terlihat dari ujung alisnya, juga
sudah menghilang tidak terlihat lagi, gerakan dia
selanjutnya adalah melangkah pergi, lebih-lebih tidak bicara
lagi.
Kaki dia panjang langkahnya besar, dalam sekejap sudah
jalan sejauh sepuluh tombak lebih.
Tiba-tiba telinganya mendengar suara yang seperti
geledek, orang yang bicara tentu saja Lim Beng-san. Dia
berkata:
"Hoyan Tiang-souw, kenapa kau tidak membunuh aku?
Apakah kau tidak berani?"
Tanpa memalingkan kepala, Hoyan Tiang-souw
menjawab:
"Sebenarnya aku tidak bisa mengalahkanmu, maka
walaupun aku ada kesempatan, aku tetap tidak mau
membunuhmu." Suaranya sedikit pun tidak kalah keras dari
lawannya.
Suara Lim Beng-san kembali terdengar oleh Hoyan
Tiang-souw yang sudah berada sejauh dua puluh tombak.
Dia berkata:
"Tapi kau tahu tidak? Aku tidak bisa menerima kebaikan
hatimu? Lain kali jika bertemu lagi, tongkatku pasti tidak
akan memberi ampun! Apakah kau bisa mengingat kata-
kataku ini?" *
Siapa yang bisa melupakan kata-kata yang seperti
menyumpahi orang ini?
Walaupun Hoyan Tiang-souw sudah sering mendengar
kata-kata ini, tapi kali ini terasa berbeda sekali.
Dia merasakan tekanan yang tidak pernah dirasakannya.
Sumpah yang dikatakan orang ini, pasti seperti gunung
yang tidak tergoyahkan. Dia berpikir,
'Tapi apakah orang ini tahu, jika lain kali bertemu lagi,
jika aku masih bisa membunuh dia, juga pasti tidak akan
melepaskan dia?
Di musim semi yang sejauh mata memandang rumput
hijau yang baru tumbuh, hanya Kang-lam yang
gelombangnya sejauh ribuan li.
Tekad dan niat membunuh mereka yang paling sadis dan
menakutkan ini, laksana batu kecil dilemparkan ke dalam
lautan, riak pun hampir tidak terlihat....
OooodwoooO
Senyuman terkejut dan senang di luar dugaan Cui Lian-
hoa, sinar cantiknya bersinar ke segala arah, kekuatan daya
tariknya sampai burung kecil di atas pohon juga hampir
terpeleset jatuh ke bawah.
Hoyan Tiang-souw yang melihatnya sampai bengong.
Dia berpikir,
'Hay! Di dunia ini sungguh ada orang secantik ini! Dan
orang ini malah sangat akrab dengan aku! Apakah aku
sedang bermimpi?'
Sepasang tangan Cui Lian-hoa memeluk leher dia.
Sehingga tubuhya dengan lembut menempel di
tubuhnya. Dia berkata:
"Terima kasih langit, akhirnya kau kembali! Sebenarnya
kau menemui siapa? Ada kejadian apa?
Hoyan Tiang-souw keheranan dan berkata:
"Kenapa kau bisa bertanya ini? Dulu kau tidak begini."
Nafas Cui Lian-hoa seperti bunga anggrek: "Dulu aku
bagaimana?"
"Aku tidak tahu. Pokoknya kau tidak pernah bertanya,
kau dengan sabar sekali akan menunggu aku memberitahu."
"Dulu aku memang begitu, tapi sekarang tidak lagi.
Sekarang aku ingin buru-buru tahu apa yang kau alami,
apakah kau mau memberitahukan padaku?"
Hoyan Tiang-souw tersenyum, lalu menceritakan
kejadiannya.
Permintaan yang masuk akal dan mengandung
kemesraan itu, siapa yang bisa menolaknya?
Tapi kenapa dia buru-buru ingin tahu peristiwa saling
bunuh yang kejam itu?
Kenapa dia sudah berubah?
Berubah tidak seperti Cui Lian-hoa lagi?
00oodwoo00
BAB 20
Orang setengah baya itupun tertegun sejenak, sampai Li
Poh-hoan yang pernah memeluk dan menciumnya pun
tidak terasa tertegun.
Ketika keadaan pulih kembali seperti semula, orang
setengah baya itu meloncat ke dalam kamar, dengan lembut
berkata:
"Toa-siocia, apakah kau masih ingat aku? Aku Yan-
cauw, aku dulu di Chun-hong-lou!"
Pemilik Chun-hong-lou bermarga Liu, tempat-nya di
Yang-ciu, dengan Hoa-goat-Iou dari keluarga Cui sama-
sama berada di Yang-ciu, keduanya disatu-kan dan di sebut
Chun-hong-hoa-goat-lou, adalah keluarga turun-temurun
yang sangat ternama di dunia persilatan.
Karena hubungan keluarga Cui dan keluarga Liu sangat
dekat, maka pegawai dari kedua keluarga itu, kebanyakan
saling kenal atau pernah bertemu.
Toa-siocia keluarga Cui adalah Cui Lian-hoa, dia
tertawa senang dan berkata:
"Aduh, paman Yan, tentu saja aku ingat dirimu. Dimana
Toako? Dimana dia sekarang?"
Yan-cauw berkata:
"Aku sudah cukup lama meninggalkan Chun-hong-lou.
Maka keberadaan Liu-siauya sedikit pun aku tidak tahu." *j
'Toako' 'Liu-siauya' yang dikatakan mereka adalah satu
orang, yaitu Kiam-liu (Pedang marga Liu), keluarga
ternama di dunia persilatan, yaitu Chun-hong-lou di Yang-
ciu.
Satu satunya keturunan keluarga Liu adalah Liu Siang-
hen.
Cui Lian-hoa dan adiknya biasanya memanggil dia
'Toako'.
Cui Lian-hoa keheranan dan berka ta:
"Kau sudah meninggalkan? Apa maksudnya
meninggalkan?"
Kata Yan-cauw:
"Maksudnya aku sudah tidak bekerja untuk keluarga Liu
lagi,, waktu sangat cepat berlalu, dalam sekejap mata sudah
lewat tiga tahun."
"Lalu kenapa kau bisa muncul disini? Bagai-mana kau
bisa tahu aku adalah Toa-siocia?"
Yan-cauw tertawa sejenak dan berkata:
"Ceritanya panjang, pokoknya Ji-siocia menyuruh aku
melayani dan melindungimu. Maka aku tahu kau adalah
Toa-siocia, pasti tidak salah menduga kau bukan Ji-siocia."
Cui Lian-hoa menarik nafas lega dan berkata:
"Begitu, jika kau datang untuk melindungi aku, aku jadi
merasa lega."
Yan-cauw mengusap-usap rambutnya yang sudah
beruban, berpikir sejenak, baru pelan-pelan berkata:
"Toa-siocia, disini bukanlah Yang-ciu, waktu-nya juga
bukan beberapa tahun lalu, maka ada banyak hal sudah
terjadi perubahan."
Cui Lian-hoa "Mmm!" sekali lalu berkata: "Tentu saja
bisa terjadi banyak perubahan. Philosophy sifat kosong dari
agama Budha, kebanyak-an basisnya yaitu di dunia ada
kejadian yang bembah-rubah tidak menentu.
Jika selamanya tidak berubah, maka di dunia tidak ada
wajah baru. Jika ada perubahan, maka yang disebut f aham
pesimis buat apa pesimis?
Penganut reinkarnasi dan penganut mekanis buat apa
bersiteguh pada teori mereka? Nasib tentu saja tidak
terkecuali bisa ada perubahan, coba kau katakan betul
tidak?"
Yan-cauw terbengong-bengong sejenak, baru menjawab:
"Kata-kata ini mungkin hanya Liu-siauya yang bisa
membicarakan denganmu."
Cui Lian-hoa menenangkan diri sejenak, sambil menatap
dia berkata:
"Kalau begitu apa yang ingin kau beritahukan padaku?
Suaramu seperti tidak normal, sepertinya ada kata-kata
yang kurang enak, kau adalah orang tua yang melihat aku
tumbuh besar, kenapa ada kata-kata yang tidak mau
diucapkan?"
Yan-cauw berpikir sejenak baru berkata:
"Aku memang tidak enak mengucapkannya." Wajah dia
mendadak menjadi serius, lalu berubah menjadi dingin,
"tapi aku terpaksa harus mengata-kannya, bahkan ada
beberapa hal terpaksa aku harus melakukannya!"
Cui Lian-hoa sudah mendapat pengalaman pahit, di
dalam hati sudah tahu ada yang tidak beres.
Dengan tersenyum sedih sejenak, tiba-tiba hatinya
menjadi kacau. »
Kenyataannya persis seperti yang dia katakan tadi, selalu
berubah-rubah tidak menentu.
Siapa yang akan terpikir Yan-cauw......menyaksikan dia
dari kecil tumbuh menjadi dewasa... malah ada keinginan
jahat yang tidak menguntung!-an dia?
Tapi sebenarnya juga tidak terlalu serius, jika sudah tidak
hidup di dunia lagi, masalah apa pun segera jadi tidak ada
maknanya, juga tidak ada luka.
"Baiklah, silahkan beritahu aku." Dia berkala, "aku
hanya berharap apa yang kau lakukan, walaupun itu
merugikan aku, tapi pasti bisa menguntungkanmu, baguslah
kalau begitu!"
Jika melakukan pekerjaan yang merugikan orang lain
tapi tidak menguntungkan diri sendiri, mungkin hanya idiot
baru mau melakukannya.
Apakah Yan-cauw seorang idiot?
Laki-laki sangat aneh, kadang di depan wanita, sering
melakukan hal yang lebih bodoh dari pada yang dilakukan
oleh seorang idiot.
Pelan Yan-cauw berkata:
"Mungkin aku akan mati karena melakukan hal ini.
Tapi, aku juga mungkin merasa mati pun setimpal!"
Hati Cui Lian-hoa tergetar, sambil menggelengkan
kepala berkata:
"Kau tidak perlu mengatakannya lagi, tapi aku tetap
berharap kau mempertimbangkannya sekali lagi, mati
adalah akhir dari masa kehidupan ini, benar kau merasa
pantas melakukan hal ini?"
Yan-cauw sudah bertekad, berkata:
"Pantas, jika aku bisa mendapatkanmu, walaupun bukan
untuk selamanya, walaupun hanya sejenak, mati pun
setimpal."
Di dalam hati Cui Lian-hoa merasa kasihan, bersamaan
juga merasakan sedih terhadap tekanan mala petaka akan
menimpanya.
Kenapa laki-laki selalu tidak bisa melewati wanita cantik.
Kenapa sudah jelas-jelas tahu lawan tidak mau, tapi diri
rela membayar dengan harga semahal ini?
Malah nyawa melayang juga tidak mau mundur, tidak
menyesal?
Kenapa perbedaan antara laki-laki dengan wanita bisa
banyak begitu?
Dengan demikian, bukankah setelah beratus beribu-
tahun kemudian, laki laki dengan wanita tetap tidak bisa
setara?
Persis seperti kau mau memandang emas kuning sebagai
batu, sebenarnya mana mungkin?
Bagaimana mungkin kau bisa merangkai batu jadi kalung
yang indah?
Bagaimana mungkin kau memandang sama kegunaan
dan harga emas dengan batu?
Setara memang bukan sama dengan, tapi paling sedikit
sebagian mengandung arti sama dengan.
Dan dikehidupan nyata kita, sama sekali tidak bisa
memandang emas adalah batu, atau menganggap batu
sebagai emas, walaupun ada sebagian sama dengan, juga
tidak mungkin.
Laki-laki dengan wanita juga begitu.
Jika mengatakan sama-sama bernyawa, kalau begitu
manusia dan semut juga sama, bernyawa. .
Jika mengatakan semua orang ada emosi senang marah,
sedih senang, kera pun ada.
Pokoknya laki-laki bukan wanita, wanita pun bukan laki-
laki. Dan teori ini tidak tidak seluruhnya sama dengan
teorinya 'kuda putih bukan kuda' dari Kongsun Liong-cu.
Beberapa keinginan, beberapa rencana, jika ridai
mengatakannya, sangat mudah mati tli dalam pi-iul
sebelum lahir, jika sudah dikatakan, atau ditulis di dalam
surat, maka menjadi anak panah di atas busur terpaksa
harus dilepaskan.
Cui Lian-hoa dengan lembut berkata: "Paman Yan, aku
bisa melupakan kau teJah mengatakan semua ini, kau
percaya tidak padaku?"
Tubuh Yan-cauw berdiri tegak lurus, semangat nya
bertambah. Dia berkata:
"Tidak, kau tidak perlu melupakannya. Aku hanya
berharap kau bisa melihat keadaan dengan jela:., berharap
kau tahu apa yang bisa dihindarkan, apa yang tidak bisa
dihindarkan. Dengan demikian, kita semua mungkin akan
merasa lebih baik!"
Tentu saja dia melihat dengan jelas keadaannya. Jika
sekarang hanya wanita lemah yang tidak mampu
menangkap ayam, tapi cantik sekali membuat laki-laki
meneteskan air liur, dalam keadaan sekarang sama sekali
tidak ada bantuan dari luar juga tidak ada orang yang
melindunginya, masih ada akal apa lagi? Apakah dia
sanggup melawannya? Jika dia tahu di luar masih ada
seorang Li Poh-hoan pesilat yang berlimu sangat tinggi dari
aliran pembunun bayaran, sedang diam seribu bahasa
menyaksikan peristiwa ini, mungkin reaksi dia bisa sangat
berbeda.
Dia tersenyum sedih dan berkata: "Paman Yan, kau tahu
tidak, nyawa mudah sekali hilang?"
Tubuh Yan-cauw tergetar dan berkata: " Apa maksud
kata-katamu ?"
"Maksudku sangat sederhana dan jelas, kau sebenarnya
juga bukan tidak mengerti, apalagi dari sudut pandang
seorang pesilat tinggi dunia persilatan, memusnahkan
nyawa orang lain, seringkah lebih mudah dari pada
memusnahkan diri sendiri."
Yan-cauw buru-buru berkata:
"Jangan tergesa-gesa, kita bicarakan terlebih dulu."
Di dalam hatinya sebenarnya ketakutan wanita cantik ini
mendadak menjadi bunga yang layu, menjadi tubuh yang
tidak bernyawa.
Buat orang biasa, membunuh orang lain dengan
membunuh diri sendiri, semua hal yang tidak mudah.
Tapi bagi orang yang pernah belajar ilmu silat tingkat
tinggi, walaupun ilmu silatnya telah musnah, tapi tetap bisa
melakukan hal yang di luar dugaan orang biasa.
Dia berkata lagi:
"Jika seseorang sudah tidak ada kerinduan terhadap
kehidupan, terhadap musnahnya satu-satu-nya tubuh dia
sudah tidak ada perasaan sayang. Lalu kenapa dia tidak bisa
menahan sedikit kerugian tubuh-nya?"
"Aku mengerti maksudmu," Cui Lian-hoa berkata lagi,
"jika dahulu, mungkin aku bisa menahan-nya. Tapi
sekarang tidak bisa, sebab Hoyan Tiang-souw pasti sangat
marah."
Kebesaran Mo-to sekarang ini di utara mau puri di
selatan sungai besar tidak ada orang yang tidak tahu, Yan-
cauw pun tentu saja tidak mungkin tidak tahu.
Dia tertegun sejenak, lalu kembali tersenyum, katanya:
"Ternyata Hoyan Tiang-souw. Bagus sekali, dia memang
pantas untukmu. Aku menduga, demi dia mungkin ada
beberapa hal kau mau mengalah. Kau mau tidak
melakukan itu?"
Biasanya Cui Lian-hoa tidak mudah marah, tapi
sekarang dia tidak tahan menjadi marah juga.
Laki-laki ini benar-benar bukan manusia, malah
mengharapkan aku mau diperkosanya, juga mengharapkan
aku tidak memberitahukan pada Hoyan liang souw?
Jika betul demikian, hal ini apa jadi perkosaan? Atau
perselingkuhan?
Untungnya di luar jendela terdengar sebuah suai a yang
nyaring, mewakili dia menjawabnya.
Orang itu adalah Li Poh-hoan, dia tahu di lu.u sepertinya
masih bisa dibicarakan, sebenarnya masalah sudah di batas
bahaya, jika Cui Lian-hoa menolaknya, maka harus buru-
buru bungun mendahuluinya. Sehingga dia segera
menjawabnya: "Tentu saja Cui Toa-siocia tidak akan mau,
jika dia berpikir demi Hoyan Tiang-souw, mungkin hanya
mati jalan satu-satunya."
Orangnya muncul bersamaan dengan suaranya, d i
dalam kamar terdengar angin berhembus.
Seorang pemuda yang berbaju putih dengan wajah
tenang sudah muncul.
Di bawah ketek dia menjepit sebilah pedang panjang
berikut sarungnya.
Wajahnya yang tampan tampak cerah, semangatnya
sangat tinggi.
Hati Cui Lian-hoa merasa tertarik sambil
memandanginya, dia ianya:
"Siapa kau?"
Tingkah Li Poh-hoan selain sopan juga santai anggun,
berkata:
"Margaku Li, aku adalah sahabatnya Hoyan Tiang-
souw, sahabatnya sedikit sekali, aku kebetulan salah
satunya, kebetulan juga bertemu dengan masalah yang ada
hubungannya dengan dia, makanya aku memberanikan diri
muncul. Tapi sangat mungkin aku hanya mempermalukan
diriku sendiri, malah ditertawa kan orang, congcorang
menahan kereta. Tapi aku tetap akan berusaha
semampunya, walaupun aku sampai mati, juga tidak akan
menyesal."
Cui Lian-hoa terkejut dan berkata:
"Apa Hoyan Tiang-souw sungguh punya sahabat
setampanmu? Kenapa aku tidak tahu?"
Li Poh-hoan tersenyum, lalu sorot matanya ditujukan
pada Yan-cauw, terhadap laki-laki setengah baya ini, dia
tidak merasa terlalu membencinya.
Suka yang cantik-cantik adalah sikap manusia yang
normal.
Hanya saja yang dia tuju salah alamat.
"Saudara Yan, bagaimana kalau masalah hari ini kita
lupakan semua?"
Yan-cauw sudah menjalurkan seluruh tenaga dalamnya,
tujuh anak panah beracun di dalam lengan baju kirinya juga
sudah siap dilemparkan. Dia berkata: ^
"Melupakannya tentu saja boleh, tapi jika di kemudian
hari setiap malam aku tidak bisa tidur, maka lebih baik
bereskan saja masalahnya hari ini! Siapa marga dan nama
besarmu?"
"Kau sudah tahu siapa aku, kenapa masih bertanya? Aku
tidak percaya ji-siocia tidak pernah menyebut aku, lebih-
lebih tidak percaya kalau kau lidak tahu aku adalah
temannya Ji-siocia!"
Cui Lian-hoa keheranan danberkata:
"Ahh, kau ini temannya A-Gwat?"
Li Poh-hoan tersenyum dan berkata:
"Sepertinya betul, tapi apakah dia benar-benar
memandang aku adalah temannya, itu rada sulil
dikatakan!"
Yan-cauw mengerutkan alisnya, sehingga kerul di
wajahnya tampakbertambahbanyak.
Dari sini bisa di lihat tekanan di dalam hatinya sangat
berat sekali, jika dia bukan seorang dunia persilatan,
biasanya tidak akan terlihat ekspresinya.
Dia berkata:
"Toa-siocia wajahnya persis serupa dengan Ji-siocia,
apakah karena Ji-siocia menjauh darimu, maka kau
mendekati Toa-siocia? Di dalam hati menganggap Toa-
siocia adalah Ji-siocia?"
Li Poh-hoan mengangkat bahu, tersenyum lalu berkata:
"Mungkin di kemudian hari ada kemungkinan ini, tapi
sekarang belum. Karena hari ini aku pertama kalinya
melihat Toa-siocia, sesaat aku tidak terpikir menggunakan
dia menggantikan Pu-couw-siancu. Tapi bagaimana pun
juga, aku berterima kasih padamu telah mengingatkan aku!"
Yan-cauw jadi tidak tahan, di wajahnya tampak rasa
penyesalan.
Tentu saja dia harus menyesal, sebab orang yang tadinya
tidak terpikirkan, buat apa kau banyak bicara menginga
tkannya?
Li Poh-hoan kembali berkata:
"Sepanjang hidup aku jarang sekali bertarung, bukannya
aku tidak ada musuh, tapi karena ilmu silat dan jurus
pedang yang aku pelajari terlalu keji. Jika aku tidak bisa
membunuhmu, maka aku pun tidak bisa hidup! Oleh
karena itu, aku sebisanya menghindar pertarungan."
"Kenapa kau beritahukan padaku?"
"Aku bukan memberitahu padamu, tapi memberitahukan
pada Toa-siocia. Supaya dia tahu satu hal, yaitu salah satu
diantara kita, hari ini pasti ada satu yang tergeletak di
tanah. Jika yang tergeletak itu adalah aku, maka dia akan
tahu tindakan apa yang harus dia lakukan!"
"Aku sudah tahu, aku sangat berterima kasih padamu!"
kata Cui Lian-hoa.
Tiba-tiba pedang Li Poh-hoan keluar dari sarungnya,
sebelumnya sedikit pun tidak ada tanda tandanya.
Tapi yang mengherankan adalah orang tidak merasa
'diserang mendadak' 'diserang diam-diam'. Dengan kata
lain, serangan pedang dia sepertinya memang seharusnya
sangatnormal sekali.
Pedang bergerak laksana kilat, dalam sekejap pedangnya
sudah menusuk lima kali.
Setiap serangan dia mengenai sasaran.
Tusukan pertama, mengenai tangan kanan Yan-cauw
dan memelintirnya.
Saat Yan-cauw tahu tangan dia tidak apa-apa, tapi dia
juga tahu tabung berisi tujuh anak panah beracun 'di dalam
lengan bajunya sudah dihancurkan, sudah tidak bisa
digunakan lagi.
Tusukan ke dua Li Poh-hoan adalah mengenai kantong
kulit yang digantung di pinggang kiri dia. Yan cauw tidak
perlu meraba dengan tangannya, juga tidak perlu
melihatnya, dia sudah tahu kantong kulit itu sudah hancur.
Sehingga seekor cecak tujuh warna yang sangat berbisa,
tidak perlu dijelaskan juga sudah dicacah hancur.
Tusukan ke tiga Li Poh-hoan mendongkel lepas senjata
Poan-koan-pit yang diselipkan di punggung-nya.
Tusukan ke empat pedangnya mengenai lutut kaki kiri
dia, saat ini jika dia menggulung celananya, dijamin di atas
lutut tidak mengalirkan darah, hanya ada satu bekas merah
yang kecil.
Tentu saja di mata seorang ahli, sekali inelihal sudah
tahu kaki kirinya Yan-cauw sudah lumpuh tidak bisa
digerakan lagi.
Juga karena itulah pisau beracun sepanjang cm p» t inci
yang ada di dalam sepatunya, sudah tidak bisa
dipergunakan lagi.
Tusukan ke lima Li Poh-hoan juga selesai dalam sekejap
mata, pedangnya keluar masuk hanya dalam sekejap mata.
Tusukan ke lima dia menusuk dengan pelan Kie-kai-hiat
di perutnya Yan-cauw, sangat mungkin bekas merah pun
tidak ada, tapi tenaga dalam Yan-cauw sudah berpencar
kemana-mana, seluruh tubuh-nya sudah kehilangan tenaga.
Cui Lian-hoa berteriak terkejut:
"Jurus pedang apa ini? Berapa orang di dunia ini yrang
mampu lolos dari jurus pedangmu?"
"Cukup banyak. Misalnya Hoyan Tiang-souw dia
mampu lolos.. Jurus pedangku ini pasti tidak bisa melukai
dia, sebenarnya aku pun tidak perlu meng-gunakan jurus
pedang ini kepada Hoyan Tiang-souw, sebab dia orang
yang sangat terbuka, di tubuhnya tidak ada senjata gelap
dan binatang berbisa seperti dia......"
Terengah-engah dia berhenti, baru berkata lagi:
"Aku lelah sekali!"
Gelombang mata Cui Lian-hoa tampak penuh rasa kasih,
di dalam hati dia merasa hormat dan akrab terhadap laki-
laki yang tampan perkasa ini.
Sebab tidak peduli pihak orang yang mem-bunuh atau
dibunuh, dalam waktu singkat ini, di ambang batas
kematian dalam pertarungan singkat ini, semua orang
sudah mengerahkan segala kemampuan-nya.
Hidup atau mati hanya ditentukan dalam sekejap.
Di bawah tekanan berat, berhadapan pilihan hidup atau
mati, mana berani menyisakan tenaga, tidak
menggunakannya?
Maka tampang Li Poh-hoan yang kehabisan tenaga dan
wajahnya yang pucat, membuat hatinya Cui Lian-hoa jadi
terenguh sekali. Dia berkata:
"Kau istirahatlah sebentar......"
Setelah berkata, dia berjalan menghampirinya dan
memegang lengannya membawa ke sisi ranjang dan
didudukan di atas ranjang. «
Walaupun Yan-cauw sudah terkulai di atas lantai, tapi
dia belum mati.
Dia menutup mulutnya, tiba-tiba dia merasa dirinya
adalah orang yang paling tolol, paling tidak berguna di
dunia, gadis secantik Toa-siocia, adalah dewi yang turun
dari khayangan. Kau hanyalah manusia biasa, dan malah
sudah setengah baya, mana boleh timbul pikiran jahat?
Mana boleh melakukan perbuatan dosa menyerang dan
menghina dia?
Li Poh-hoan menarik nafas dalam-dalam lalu sambil
tersenyum berkata:
"Aku pernah mendengar Pu-couw-siancu mengatakan,
kau adalah kakak kembarnya."
"Memang benar, kau lihat apakah wajahku mirip dengan
dia tidak?"
"Kalian sangat mirip sekali. Tapi sayang hanya wajahnya
yang mirip, sedangkan hati kalian sepertinya tidak......"
"Dulu hati kami juga bisa saling berhubungan, tapi entah
kenapa kemudian tidak lagi! Maka sekarang dia sudah
berubah jadi orang bagaimana, aku tidak tahu."
"Jika dia seperti kau begitu baik dan jujur, akan sangat
bagus. Tapi sekarang aku sangat ragu apakah ada
kemungkinan seperti itu?
Coba kau pikir, kau adalah kakak sekandung dia, aku
adalah teman dia, tapi kita menemukan kita berada di
tempat ini, aku malah kehilangan segala tenaga, dengan
susah payah baru bisa pulih? Kenapa dia melakukan ini
semua pada kita? Sebelum kejadian apakah dia tidak tahu
Yan-cauw ini tidak bisa dipercaya?"
Mata Yan-cauw tidak bisa dibuka, dengan lemas berkata
pelan:
"Dia tidak tahu, karena dia juga tumbuh besar di bawah
mataku!
Kebanyakan orang mengira hubungan seperti kami ini
tidak akan terjadi apa-apa, tapi tidak dipikir-kan orang bisa
berubah, maka reaksinya juga jadi berbeda." Li Pch-hoan
keheranan dan berkata: "Kata-katamu begitu dalam dan
menyeluruh, apakah sejak dulu kau sudah bolak-balik
memikirkan hal ini?"
Cui Lian-hoa dengan lembut bertanya:
"Paman Yan, sekarang kau merasa bagai-mana?"
Yan-cauw tersenyum pahit:
"Kepalaku masih di atas leher, aku masih bisa bicara,
bagusnya sudah tidak bisa lebih bagus lagi!" Kata Li Poh-
hoan:
"Paling sedikit kau masih bisa memberitahukan kepada
kami masih ada bahaya apa saja? Kau malah mungkin tahu
apa rencana Pu-couw-siancu? Tahu sekarang dia sedang
melakukan apa?"
Kata Yan-cauw:
"Dia sekarang mungkin sudah berubah menjadi Toa-
siocia, sehingga temannya Toa-siocia berubah jadi teman
dia!"
"Asalkan dia tidak bermaksud jahat pada orang, itupun
tidak masalah." Kata Cui Lian-hoa.
"Cui Toa-siocia, tadinya kau tinggal dimana?" tanya Li
Poh-hoan.
Sebagai ketua perkumpulan besar masa kini yang hanya
ada beberapa gelintir orang yang setingkat kedudukannya,
kepintarannya tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan
orang biasa. Maka dia langsung bertanya pada hal yang
paling penting ini.
Tapi kejadian di dunia sulit diduga, apakah lial bagus
kepintarannya tinggi reaksinya cepat? Masih berguna bagi
nasib atau sebaliknya?
Dalam hal ini sejak zaman dahulu sampai sekarang,
tidak ada orang yang berani memastikan.
Bulu di seluruh tubuh Hoyan Tiang-souw mendadak
berdiri seperti singa.
Tapi kecuali ganas dan menakutkan, masih ili tambah
rasa ketakutan dan kesedihan.
Dia berdiri di belakang sebuah pohon besar, dia bisa
melihat dari jauh orang yang berjalan datang mendekat,
tapi orang itu sulit sekali bisa melihat keberadaan dia.
Baju putih orang itu melambai-lambai, saat melewati
belokan di pinggir danau, dia seperti berjalan di atas danau.
Dilihat dari kejauhan, pemandangannya sangat indah.
Pertama Hoyan Tiang-souw melihatnya, dia sudah
mengenal orang itu adalah Li Poh-hoan, sesaat dia jadi
banyak pikiran, dan bersamaan itu timbul amarah yang
datang entah dari mana.
Maka dia menghentikan langkahnya yang akan masuk
ke dalam rumah dimana Cui Lian-hoa berada, dia tetap
sembunyi di belakang pohon, ingin tahu apa sebenarnya
yang akan terjadi?
Di luar kota Ku-su yang amat tua, di atas jembatan batu
kuno itu. Sorot mata dia membuat orang sulit
melupakannya, sayang sorot mala ini ditujukan padri Li
Poh-hoan.
Saat itu, dia melihat dirinya seperti orang asing yang
tidak pernah bertemu.
Sekarang Li Poh-hoan kembali muncul lagi.
Dia jelas datang untuk bertemu dengan Cui Lian-hoa.
Sebenarnya ini tidak ada apa-apanya, tapi jika tingkah
laku Cui Lian-hoa jadi tidak biasa, maka masalahnya akan
menjadi ruwet dan serius.
Yang disebut 'tidak biasa' maksudnya sangat baik, sangat
mesra.
Dia melihat Li Poh-hoan dari jauh mendekat.
Akhirnya dari luar jendela melihat pertemuan Li Poh-
hoan dengan Cui Lian-hoa.
Karena jaraknya agak jauh, maka pembicaraan mereka
tidak terdengar.
Terlihat Cui Lian-hoa yang berpakaian seder-hana tapi
tetap sangat cantik, melihat kemunculan Li Poh-hoan
seperti terkejut sekali.
Setelah mereka berbicara sejenak, tiba-tiba Cui Lian-hoa
seperti seekor burung walet, memeluk Li Poh-hoan.
Kedua orang itu, pemuda tampan dan wanita cantik
berpelukan sangat mesra sekali, bibir mereka menempel
menjadi satu, membuat dia berpikir menggunakan goloknya
memisahkan mereka pun mungkin tidak bisa. '
Bulu roma Hoyan Tiang-souw berdiri tegak, dirinya
terasa jatuh ke dalam neraka, tubuh dan hatinya terasa sakit
yang amat sangat.
Di lain pihak, dia fuga tahu jika saal ini dirinya
mencabut golok dan membacok, pasii mampu mencincang
hancur bumi dan gunung.
Dia pun tidak mengerti kenapa dia tidak menerobos
masuk ke dalam?
Menunggu setelah dia sadar dan berdiri tegak, dia
menemukan dirinya berjarak tidak jauh dari rumah itu. Jika
dia mau konsentrasi mendengarkan, dia rasa mungkin bisa
mendengar suara Li Poh-hoan dan Cui Lian hoa. Hanya
saja dalam keadaan hatinya seperti ini, siapa yang sudi
mendengarkan suara mereka?
Dia berdiri sampai matahari condong ke barat, langit
menjadi merah, baru bisa sedikit tenang.
Sebenarnya dia tidak mudah bisa sadar dan tenang, itu
karena ada seorang tua berbaju warna warni melesat lewat
dari jarak beberapa tombak.
Orang tua berbaju warna warni itu melihat dia, sejenak
berhenti dan memperhatikan, lalu mendadak menghilang.
Kejadian ini membuatpikirannya berputar lagi. Membuat
dia mulai memikirkan, apa yang harus dia lakukan?
Namun tidak lama, sudah terdengar langkah kaki. Irama
langkah itu sangat mantap dan mengandung keangkuhan,
selain ketua perkumpulan Thi-pian-tan yang menguasai
beberapa propinsi Li Poh-hoan, siapa lagi yang bisa seperti
itu?
Bayangan putih Li Poh-hoan tidak lama sudah muncul.
Sambil tersenyum dia melambaikan tangan menyapa:
"Saudara Hoyan, apa kabarnya?"
Kata-kata ini sebenarnya sapaan bertemu yang sangat
biasa-biasa saja. Setelah itu bisa langsung masuk ke pokok
pembicaraan.
Tadinya Li Poh-hoan ingin menjelaskan, siapa wanita
cantik yang berada di dalam rumah itu?
Ini adalah penjelasan yang sangat penting.
Sayang begitu Hoyan Tiang-souw memutar tubuhnya, di
sekeliling seperti ada kekuatan yang bisa menerbangkan
batu dan debu.
Li Poh-hoan merasakan hawa membunuh dari golok
yang sangat dingin, sudah mengurung dirinya, saat ini
sudah tidak bisa digambarkan dengan jurang dalam salju
tipis, sungguh laksana nyawa tergantung pada seutas
rambut.
Asal sedikit lengah saja, maka dia segera akan tewas
mengenaskan.
Dia menarik nafas pun tidak sempat, lima jari kanan
sudah menempel di pegangan pedang.
Tidak peduli ada alasan sebesar langit, tapi jika tidak
sempat mengatakannya, sama juga dengan tidak ada!
Maka Li Poh-hoan harus merebut kesempatan, dan
mampu atau tidaknya merebut kesempatan adalah satu-
satunya cara supaya tubuhnya tidak dibabat menjadi dua
oleh Mo-to.
Itulah sebabnya dia sudah memusatkan seluruh tenaga
dalamnya siap bergerak, sehingga sesaat tidak bisa
membuka mulut berbicara.
Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak berminat bicara,
sebab kejadian yang dia saksikan dengan mata kepala
sendiri adalah bukti yang sangat bisa dipercaya, tidak perlu
membicarakannya lagi?
Mengenai setelah membunuh Li Poh hoan, langkah
kedua langkah ketiga harus lakukan apa itu sudah menjadi
masalah selanjutnya!
Sikap mereka dingin membeku seperti balu seperti es,
Mo-to dan pedang panjang walau pun masih di dalam
sarung masing-masing, tapi dibandingkan dengan pesilat
biasa-biasa, kekuatan golok dan pedang mereka, sebenar
sudah sama dengan seperti per-tarungan.
Sebenarnya Li Poh-hoan tidak berniat mem-buniih
orang, tapi situasi yang sangat berbahaya membuat dia
tidak bisa mempertimbangkan, membuat dia tidak bisa
tidak harus mengerahkan seluruh kemampuannya.
Maka seharusnya dia tidak menyerang terlebih dulu, tapi
karena ada kesempatan, maka pedangnya dicabut keluar
dari sarungnya, saat pedang di cabul suaranya laksana
siulan naga auman harimau.
Sekali pedangnya menyerang, jurus terlihay Kuang-su-it-
ki (Pahlawan pergi) dilancarkan dari tiga jurus hebat yang
dia pelajari beberapa tahun dengan susa h payah. Jurus ini
seperti tidak ada variasi, tapi arahnya tidak kaku tidak ada
titik serangan yang pasti.
Asalkan melihat ada celah, maka pedangnya bisa
langsung menyerang masuk. Jurus ini seperti tidak
menghiraukan keselamatan dirinya sendiri, jurus ini seperti
jurus nekad sehingga tidak menyisakan untuk mundur dan
perubahan.
Serangan pedangnya laksana seorang prajurit sekali pergi
ke medan pertempuran tidak mengharap-kan akan kembali
lagi. Jika sudah tidak memikirkan kembali lagi, tentu saja
tidak perlu memikirkan masalah keselamatan dirinya
sendiri.
Ujung pedang dia sudah menyentuh kulit di sebelah kiri
dadanya Hoyan Tiang-souw, mungkin sudah menusuk
sedikit.
Tapi siapa pun tidak akan mempermasalahkan semua
ini, sebab sinar pedang Li Poh-hoan sudah menyerang
masuk kedalam berlapis-lapis sinar golok yang mendadak
dilakukan oleh Hoyan Tiang-souw.
Dalam keadaan kritis ini, kedua belah pihak mendadak
berhenti, tidak bergerak.
Mo-to itupun berhenti di ujung hidungnya, maka
pedangnya tidak bisa dimajukan lagi satu inci juga.
Tapi golok Hoyan Tiang-souw pun karena ancaman
yang sama jadi berhenti tidak bisa diteruskan, tidak bisa
membelah hidungnya.
Tapi Li Poh-hoan malah merasa keadaannya sangat
tidak bagus, sebab dua butir air mata di ujung Moto itu
tampak berkilau-kilau, sinarnya menyilaukan mata, samar-
samar tercium bau aneh yang menyeram-kan.
Seumur hidupnya baru kali ini dia merasakan tubuhnya
seperti direndam di dalam es, juga pertama kalinya
merasakan kematian begitu dekatnya, dekatnya sampai
sudah menyentuh ujung hidungnya.
Jika hawa pedang dan tenaga dalam dia sedikit lemah,
jujur saja muka dia sudah dibelah menjadi dua bagian.
Justru karena hawa pedang dan tenaga dalam-nya, maka
dia bisa menahan Hoyan Tiang-souw.
Mo-to nya Hoyan Tiang-souw tentu saja mengancam
dia.
Maka kedua belah pihak di saat yang sangat berbahaya
ini, mendadak menghentikan serangan golok dan
pedangnya.
Hanya saja keadaan begini pasti tidak bisa bertahan
lama, kenyataannya bukan saja tidak lama, malah
sebaliknya hanya dalam waktu yang amat singkat sudah
harus ada akibatnya.... kematian.
Dalam keadaan begini Li Poh-hoan malah masih bisa
tertawa, dan tertawanya juga sangat santai.
Tapi di dalam matanya tampak ada kesedihan yang
mengherankan.
Melihat Hoyan Tiang-souw yang menyerang dahsyat
seperti lupa diri, dia sadar dia pasti telah melihat keadaan
saat dirinya bertemu dengan Pu-couw-siancu.
Karena Hoyan Tiang-souw tidak tahu Pu-couw-siancu
menyamar menjadi Cui Lian-hoa, makanya dia jadi salah
paham, itu tidak mengherankan.
Tapi salah paham seperti ini adalah salah paham yang
bisa merengut nyawa, setelah kejadian apabila Hoyan
Tiang-souw mengetahui keadaan sebenarnya, dia tentu
akan jadi menyesal sekali.
Tapi sudah tidak ada gunanya lagi? Penyesalan dia tidak
ada gunanya lagi? Sekarang kecuali di depan ujung hidung
Li Poh-hoan mendadak muncul satu plat baja, jika tidak
bagaimana dia bisa menarik kembali pedangnya?
Jika pedang dia tidak bisa ditarik kembali, goloknya
Hoyan Tiang-souw pun tentu tidak bisa ditarik, di saat ini
tidak diragukan dia pasti tidak akan menarik kembali
goloknya.
Sehingga keadaan kedua belah pihak pasti terluka pasti
ada seorang yang mati, bagaimana bisa menghindarkannya?
Jika saat ini muncul Pu-couw-siancu, apakah dia bisa
melerai keadaan yangmematikan ini?
Atau malah mempercepat kejadian yang menyedihkan
ini?
Karena dia tidak muncul, maka tidak ada jawaban yang
pasti.
Di dalam hati Li Poh-hoan mendadak terbayang
bayangan seorang hweesio tua.
Dia sangat heran kenapa saat dirinya berada dalam
keadaan yang sangat berbahaya ini, masih bisa terpikir
hweesio tua ini, wajahnya sepertinya tidak lebih bersih dari
pada orang tua lainnya?
Kenapa kelihatannya dia lebih kasih lebih damai seperti
ayah ibunya sendiri?
Membuat orang walaupun bertemu sekali tapi tidak bisa
melupakannya?
Hweesio tua ini pernah bertemu sekali dengan dia ketika
dia berusia dua belas tahun, dia adalah ketua Siauw-lim
Thi-kak-siang-jian (Orang sakti kaki besi) yang paling
ternama dalam ratusan tahun ini.
Siang-jin ini menurut kabar usianya sudah lebih dari
seratus tahun, tapi masih sehat wal afiat.
Tapi buat orang luar tidak gampang bisa menemui dia,
sehingga ketenarannya sudah semakin memudar.
Li Poh-hoan teringat dia, karena dia ingat posisi Siang-
jin saat menekukan saru lututnya bersujud di depan meja
arwah kakeknya.
Selama beberapa tahun ini, tidak pernah dia terpikir
posisi ini bisa ada keanehan!
Lebih-lebih tidak terpikir ada gunanya!
Tapi sekarang mendadak dia teringat, dan malah dengan
jelas mengetahui kegunaannya posisi ini, juga tahu apa
akibatnya!
Tentu saja di lain pihak, dia juga tahu dia mampu
melukai Hoyan Tiang-souw, walaupun belum Irnlti
mematikannya, tapi bisa melukainya, sudah sang,\t cuku p
Pesilat setinggi mereka, 'terluka' sudah tidak j.mli
perbedaannya dengan 'kematian'!
Tapi jika dia hanya kehilangan satu lengan dan nyawa
kedua belah pihak bisa diselamatkan, pantaskah dia
melakukan hal ini?
Dia kembali tersenyum, saat ini selain rasa tenang, juga
mengandung kebingungan, kesal sampai sedih dan lain
lainnya......
O000dw000O
Saat Pu-couw-siancu melihat Cui Lian-hoa, tidak tahan
dia jadi kebingungan.
Pertama, kenapa Cui Lian-hoa bisa lolos dari kematian?
Kenapa berani melanggar janji datang kema ri?
Kedua, kenapa dia kelihatannya jauh lebih tegar dan
tenang?
Dibandingkan dahulu yang penuh kasih sayang dan
penurut, jauh sekali perbedaannya?
Cui Lian-hoa sedikit mengerutkan alis dan berkata:
"A-Gwat, dimana mereka?" Pu-couw-siancu Cui Lian-
gwat berkata: "Mereka sekarang semua baik-baik saja, juga
tidak jauh dari kita!"
"Bawa aku melihat mereka."
"Kau sudah tahu, aku tidak ingin kita berdua bersama-
sama muncul di hadapan mereka."
Cui Lian-hoa menggelengkan kepala:
"Kau membuat aku jadi teringat peristiwa masa lalu,
Thian Kim-wie menghadapi Kim-soan-poan. Di dalam
peristiwa itu, pemeran utama wanita Li Keng-hong dan Li
Su-ceng yang wajahnya mirip sekali. Li Su-ceng yang
menjadi adik bukan saja telah membunuh kakaknya, malah
membuat banyak masalah mengeri-kan lainnya."
"Aku tidak sama dengan dia. Paling sedikit aku pasti
tidak akan membunuhmu."
"Tapi kurang lebih sama saja, coba kau pikir, kau telah
berlatih ilmu sesat, membuat hubungan batin kita terputus,
membuat aku kehilangan ilmu silat, juga membuat aku
menjadi lemah.
Beberapa tahun ini, untung tidak terjadi apa apa padaku,
langit masih melindungi aku, tapi jika terjadi masalah,
apakah kau bisa menolong aku? Apa kau tidak merasa
bertanggung jawab?"
"Kelihatannya ilmu silatmu sudah pilih, apa betul?" kata
Pu-couw-siancu keheranan. *
"Aku hanya memulihkan pikiran sehat yang sudah
hilang, maka tidak sampai seperti wanita biasa yang sangat
lemah!"
Dia tidak mau melepaskan permasalahannya, kembali
mendesak, tanyanya:
"Jika terjadi apa-apa padaku, A-gw»t, apa kau bisa
merasa tidak bertanggungjawab?"
"Kau masih sehat wal afiat, masalah ini sepertinya tidak
perlu diperbincangkan lagi!"
"Walaupun kau tidak menjawab, tapi paling tidak
kejadian yang memilukan ini jangan sampai terjadi. Mari
kita bersama-sama pergi melihat mereka. Kita bisa
membuat hal yang mengerikan menjadi indah, bisa
membuat kesedihan menjadi bahagia......"
Pu-couw-siancu menghela nafas dalam dalam sepasang
matanya yang cantik tiba-tiba menjadi huyai, tidak jelas.
Saat ini kecantikannya bertambah warna iblis, sehingga
lebih menarik juga lebih misterius. Dia berkala
"Cui Lian-hoa, kau harus menurut perintahku." Setelah
berbicara, sepertinya dia sudah berubah menjadi orang lain
bukan Cui Lian-gwat lagi.
Suara dia jika didengar oleh orang lain mungkin sangat
enak didengar, tapi bagi Cui Lian-hoa malah merasa tidak
tahu kenapa seperti jatuh ke dalam mimpi yang dalamnya
tidak terbatas.
Aku tidak boleh terjerumus ke dalam selimut hangat dan
mimpi yang indah. Dia berpikir, jika tidak, di dunia ini
akan bertambah satu lagi drama sedih, juga selamanya tidak
bisa menyelamatkan adikku tersayang ini......
Cui Lian-hoa berusaha menyadarkan diri, saat ini tenaga
dalam aneh yang disalurkan oleh Li Poh-hoan ke dalam
tubuhnya, ikut bereaksi kegunaannya, membuat dia
mendadak sadarkan diri.
Begitu sadarkan diri, Pu-couw-siancu laksana dipukul
oleh godam hingga terluka parah, warna wajahnya menjadi
pucat, hawa iblis yang membuat matanya buyar telah
hilang.
Cui Lian-hoa maju memeluk adiknya, dengan lembut
berkata:
"A-gwat, beritahu aku, mereka ada dimana?"
Pu-couw-siancu terengah-engah sesaat, baru dengan
pelan berkata:
"Di dalam hutan tidak jauh di sebelah kiri rumah."
Cui Lian-hoa membopong adiknya berjalan ke sana, di
dalam hati walaupun kegelisahannya hampir meledak, tapi
suaranya masih bisa tenang dan berkata:
"Kita harus berusaha secepatnya, mereka semua adalah
orang baik......"
00--dw--00