Anda di halaman 1dari 83

BAB 8

PASAR MONOPOLI

Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan mampu :


 memahami karak:teristik perusahasn monopoli:
 membedakan antara pasar persaingan sempurna dengan pasar
monopoli; memahami proses penentuan harga produk perusahaan
monopoli agar perusahan tersebut memperoleh laba maksimum atau rugi
mininum;
 memahami alasan perusahaan monopoli melakukan kebijakan
diskriminasi harga:
 mengetahui beberapa alasan pemerintah melakukan kontrol
terhadap perusahaan monopoli;
 mengenai beberapa cara pemerintah melakukan kontrol terhadap
perusahaan monopoli;
 mengetahui hubungan antara elastisitas harga permintaan dengan
penerimaan marjinal perusahaan monopoli:
 memahami cara menentukan persentase markup dalatn menentukan
harga produk perusahaan monopoli.

Pengertian sederhana mengenai pasar monopoli adalah suatu pasar di


mana hanya terdapat satu perusahaan di dalamnya dan tidak terdapat
perusahaan lain yang bersaing dengannya. Pengertian ini merupakan
pengertian pasar monopoli murni (pure monoply). Sama halnya dengan pasar
persaingan sempurna, pasar monopoli sangat sulit dijumpai dalam dunia nyata,
namum ada beberapa industri (pasar) yang memiliki sifat-sifat monopoli.
PT. KAI adalah perusahaan jasa angkutan kereta api. Perusahaan
tersebut perupakan contoh perusahaan monopoli di dalam industri angkutan
kereta api di Indonesia. Karena di Indonesia hanya satu perusahaan yang
memproduksi jasa angkutan dengan kerea api. Dalam industri transportasi, PT.
KAI bukanlah satu-satunya perusahaan yang menyelenggarakan jasa
transportasi, namun masih banyak perusahaan-perusahaan lain, seperti
perusahaan transportasi darat, perusahaan transportasi laut, dan perusahaan
trnsportasi udara.
Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, perusahan-
perusahaan yang memiliki sifat monopoli biasanya dimiliki (seluruhnya atau
sebagian besar) oleh negara dalam bentuk perusahaan negara. Psrusahaan-
perusahaan ini biasanya menghasilkan produk (barang atau jasa) yang sangat
dibutuhkan oleh orang banyak (dalam istilah orang Indonesia yaitu produk
yang memenuhi kebutuhan hajat hidup orang banyak). Perusanaan air minum
(PDAM), perusahaan listrik negara (PLN), perusahaan tambang minyak
nasional (PERTAMINA) merupakan contoh perusahaan-perusahaan yang
memiliki sifat monopoli di Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan
produk yang memenuhi kebutuhan hidup orang barak. Oleh karena itu
kepemilikan dari perusahaan-perusahaan ini semua atau sebagian besar oleh
negara.

8.1 Karakteristik Pasar Monopoli


Di pasar (industri) monopoli hanya terdapat satu perusahaan yang
menjual produk di pasar tersebut. Suatu pasar dikatakan sebagai pasar
monopoli jika pasar tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Hanya terdapat satu perusahaan di pasar tersebut, sehingga produk yang
dihasilkan perusahaan tersebut tidak memiliki substitusi. Suatu perusahaan
yang mampu memonopili suatu produk menyebabkan perusahaan tidak
memiliki pesaing. Hal ini berarti produk yang ia hasilkan tidak memiliki
produk substitusi di pasar.
2. Terdapat halangan bagi perusahaan baru untuk masuk ke pasar tersebut
(barrier to entry). Dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan monopoli,
perusahaan mampu manghalangi perusahaan lain masuk ke pasar, sehingga
perusahaan monopoli mampu bertahan sebagai perusahaan tunggal di pasar.
3. Perusahaan bertindak sebagai penentu harga produk di pasar (price-
maker). Di pasar monopoli hanya teidapat satu perusahaan (perjual), sehingga
perusuhaan tersebut dapat menentukan harga produk yang ia hasilkan untuk
mencapai tujuannya.
8.2 Sebab-sebab Timbulnya Pasar Monopoli
Pasar monopoli merupakan suatu pasar dimana pada pasar tersebut
hanya terdapat satu perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan
tersebut memiliki kekuatan penghalang bagi perusahaan lain masuk ke parar
tersebut) (bairier to entry). Faktor yang menjadi penyebab perusahaan
monopoli memiliki barrier to entry ada dua, yaitu faktor alamiah dari faktor
legal Pasar monopoli yang disebabkan faktor alamiah (natural monofilies)
adalah karena faktor alamiah yang menyebabkan di suatu pasar hanya terdapat
satu perusahaan. Misalnya pada suatu pasar hanya terdapat satu perusahaan
karena (I) hanya perusahaan tersebut yang mampu berproduksi pada skala
ekonomis, sehingga memaksa perusahaan-perusahaan lain keluar dari pasar
(menutup usahanya karena kalah bersaing); (2) perusahaan tersebut menguasai
faktor produksi strategis (bahan baku utama), sehingga perusahaan lain tidak
mampu memproduksi produk yang dihasilkannya.
Faktor ke dua yang monjadi penyebab timbulnya pasar monopoli adalah faktor
legal (legal monofolies),
Disuatu pasar hanya terdapat satu perusahaan disebebkan oleh
peraturan pemerintah. Misalnya (I) peraturan pemerintah yang mengijinkan
hanya satu perusahaan yang ditunjuk untuk memproduksi jenis produk tertentu;
(2) hak paten untuk suatu jenis produk tertentu; (3) perusahaan asing menunjuk
satu perusahaan untuk memproduksi produk yang ia hasilkan di negaranya
untuk melayani pasar di suatu negara (frenchising).

8.3 Kurva Permintaan Pasar dan Kurva Permintaan Individu


Perusahaan
Perusahaan di pasar monopoli memiliki kebebasan dalam menentukan
harga pasar produk yang ia hasilkan. Karena di pasar tersebut tidak terdapat
pesaing dari perusahaan lain. Jika perusahaan monopoli menginginkan harga
produk yang ia hasilkan tinggi, maka jumlah produk yang mampu dijual lebih
sedikit. Demikian juga halnya jika ia menginginkan mampu menjual produk
lebih banyak, maka ia harus bersedia menetukan harga produk lebih rendah.
Hubungan antara harga dan jumlah produk perusahaan monopoli dapat
digambarkan ke dalam suatu kurva yang disebut dengan istilah kurva
permintaan monopoli. Kurva permintaan perusahaan monopoli terdiri dari dua
macam, yaitu kurva permintaan pasar dan kurva permintaan individu
perusahaan. Pada bab sebelumnya telah diuraikan kurva permintan pasar dan
kurva permintaan individu perusahaan di pasar persaingan sempurna, di mana
terdapat perbedaan di antara ke dua kurva tersebut. Namun di pasar monopoli,
kurva permintaan pasar dengan kurva permintaan individu perusahaan adalah
sama> Kenapa? Karena di pasar monopoli hanya terdapat satu perusahaan yang
beroperasi di dalammnya. Dengan demikian kurva permintaan pasar sama
dengan kurva permintaan individu perusahaan monopoli tersebut.

Gambar 8.1 Kurva Permintaan Pasar dan Kurva Permintaan Individu


Perusabaan
P (a) Pasar P (b) Pasar

DF
DM

0 Q 0 Q

Gambar 8.1 menunjukkan kurva permintaan pasar dan kurva


permintaan individu perusahaan monopoli. Gambar 8.1 (a) menunjukkan kurva
permintaan pasar (DM) produk yang dihasilkan perusahaan monopoli
(monopolist). Kurva permintaan pasar produk perusahaan monopoli berbentuk
menurun ke kiri. Ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara harga dan
jumlah produk. Artinya semakin tinggi harga produk. semakin sedikit jumlah
produk yang diminta. Sebaliknya, semakin rendah harga produk, semakin
banyak jumlah produk yang diminta.
Kurva permintaan bagi produk yang dihasilkan perusahaan monopoli
berbentuk menurun ke kanan. Berdasarkan kurva permintaan produk (DF)
perusahaan monopoli dapat diperoleh kurva penerimaan marjinal (MR)
perusahaan monopoli tersebut. Gambar 8.2 berikut ini adalah kurva permintaan
(D) dan kurva penerimaan marjinal (MR) perusahaan monopoli.
Gambar 8.2 Kurva Permintaan dan Kurva Penerimaan Marjinal
P,MR

MR D

0 Q

Kurva MR lebih tegak daripada kurva D. Hal ini disebabkan slope


kurva MR lebih besar daripada kurva D. Besarnya slope kurva MR dua kali
bersarnya slope kurva D.
Kasus 8.1. Misalnva suatu perusahaan monopoli menghadapi permintaan
terhadap barang yang dihasilkan ditunjukkan oleh persamaan: P =
20 - 1/2Q. Tentukan persamaan penerimaan marjinal (MR) dan
gambarkan kurva permintaan dan kurva penerimaan marjinal
perusahaan monopoli dari yang yang dihasilkan.
Jawab:
Persamaan Kurva Penerimaan Marjinal
MR = TR/Q
TR = PQ
P = 20 - /2Q
TR = (20-1/2Q) Q
= 20Q – 1/2Q2
MR = TR/Q =20-Q

Gambar Kurva Permintaan (D) dan Kurva Penerimaan Marjlnal (MR)


P,MR

20

MR D
0 20 Q

8.4 Penerimaan Marjinal (MR) dan Harga Output


Pada pembahasan mengenai pasar persaingan sempurna dinyatakan
bahwa kondisi keseimbangan perusahaan-perusahaan di pasar persaingan
sempurna terjadi pada saat tingkat harga barang (P) sama dengan penerimaan
maninal (MR). Penerimaan marjinal adalah tambahan penerimaan jika
perusahaan menambah satu unit produk yang dijual.
Pada perusahaan monopoli, permintaan yang dihadapi perusahaan
merupakan permintaan pasar. Permintaan pasar suatu produk (output) berlaku
hukum permintaan, yaitu jika harga naik maka jumlah barang yang diminta
turun, dan sebaiknya. Hal ini mengakibatkan kurva permintaan produk yang
dihadapi perusahaan monopoli berbentuk menurun ke bawah. Bentuk menurun
ke bawan dari kurva permintaan terhadap produk perusahaan monopoli
menyebabkan adanya perbedaaan hubungan antara harga (P) dan penerimaan
marjinal (MR) pada perusahaan di pasar persaingan sempurna dengan
perusahaan di pasar monopoli.
Misalnya P adalah harga produk dan MP, adalah penerimaan marjinal,
maka hubungan antara P dan MR perusahaan pada pasar monopoli dapat
dijelaskan secara matematis sebagai berikut:
TR = P . Q
∂T R ∂( PQ) ∂Q ∂P
MR =
∂Q
= =P ∂Q
+Q
∂Q
=P+Q
∂Q

∂P
∂Q

∂P Q ∂P
1+
MR = P + Q
∂Q
=P P - ∂Q )
¿
Formulasi elastisitas harga perminraan (e) adalah
P ∂Q
e=- .
Q ∂P
Dengan demikian hubungan matematis antara harga produk (P) dan
penerimaan
marjinal (MR) adalah
MR = P
Berdasarkan htbungan matematis tersebut dapai disimputkan bahwa
semakin besar elastisitas permintaan suatu produk, dengan asumsi harga
produk tidak berubah, niaka penerimaan marjinal (MR) produk tersebut akan
semakin besar. Sebaliknya bahwa sernakin kecil elastisitas permintaan suatu
produk. dengan asunsi harga produk tidak berubah, maka penerimaan marjinal
(MR) produk tersebut akan semakin kecil.

8.5 Kurva Biaya Produksi Perusahaan Monopoli


Biaya produksi perusahaan monopoli terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan perusahaan untuk membeli
input tetap. sedangkan biaya variabel adalah biaya untuk membeli faktor
produksi variabel. Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan perusahaan
dalam suatu periode produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap total
ditambah biaya variabel total. Pengertian input tetap dan input variabel telah
diuraikan pada bab sebelumnya.
Biaya total merupakan biaya keseluruhan untuk menghasilkan produk
hingga produk tersebut sampai kepada komsumen. JiKa biaya total dibagi
dengan jumlah produk (output) yang dihasilkan, maka akan diperoleh biaya
rata-rata jadi, biaya rata-rata adalah biaya yang dibutuhkan perusahan untuk
memproduksi produk per unit.
Biaya rata-rata (AC) terdiri dari biaya tetap rata-rata (AFC) dan biaya
variabel rata-rata (AVC). Gambar 8.3 berikut ini merupakan perilaku biaya.
yang terdiri dari biaya rata-rata (biaya per unit produk) dan biata variabei rata-
rata (biaya variabel per unit produk). Biaya marjinal adalah tambahan biaya
total jika perusahaan menambah satu unit produk yang dihasilkan.
Gambar 8.3: Kurva Biaya Produksi Perusahaan
Perusahaan
Biaya
MC
AC

AVC
0 Q

8.6 Penentuan Harga Perusahaan Monopoli


Pada bagian sebelumnya telah diuraikan beberapa macam tujuan
perusahaan, misalnya maksimisasi penjualan, maksimisasi pengunaan staff,
dan maksimisasi keuntungan (minimisasi kerugian). Dalam pembahasan
berikut ini diasumsikan barhwa perusahaan berusaha memaksimumkan
keuntungan (meminimumkan kerugian).
Perusahaan monopoli menentukan harga didasarkan pada tujuan
mamaksimumkan keuntungan atau meminimumkan kerugian. Besarnya
keuntungan yang diperoleh (kerugian yang diderita) perusahaan monopoli
adalah selisih terbesar (terkecil) antara penerimaan total dengan biaya total.
Untuk memperoleh tingkat harga yang menghasilkan selisih terbesar (terkecil)
antara penerimaan total dengan biaya total adalah dengan menentukan jumlah
barang yang memiliki jarak terbesar (terkecil) antara penerimaan total (TR) dan
biaya total (TC). Kondisi ini terjadi pada saat slope kurva penerimaan total
sama dengan slope kurva biaya total.
Fungsi penerimaan total adalah TP. = f(Q) dan fungsi biaya total adalah
TC = f(Q). Besarnya slope penerimaan total adalah turunan (derivatif) pertama
persamaan penerimaan total (TR) terhadap jumlah produk (Q). Sedangkan
besarnya slope penerimaan total adalah turunan (derivatif) pertama persamaan
penerimaan total (TR) terhadap jumlah produk (Q). Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut:
∂T R
SlopeTR = MR =
∂Q
∂T C
SlopeTC = MC =
∂Q
Perusahaan monopoli memutuskan akan berproduksi pada tingkat
output di mana MR = MC. KondIsi ini disebut kondisi keseimbangan
perusahaan monopoli. Harga produk ditentukan dengan menarik garis lurus ke
atas hingga kurva permintaan (D) Jika padi harga dan jumlah barang yarg
dipilih menghasilkan.
1. Harga (P) lebih unggul daripada biaya rata-rata (AC), maka perusahaan
monopoli akan memperoleh keuntungan (laba) maksimum.
2. Harga (P) sama dengan biaya rata-rata (AC), maka perusahaan monopoli
akan memperoleh keuntungan (laba) normal (normal profit).
3. Harga (P) lebih rendah daripada biaya rata-rata (AC), maka perusahaan
monopoli akan memperoleh kerugian minimum
Perusahaan monopoli memilih harga dan jumlah produk tersebut karena
pada harga dan jumlah produk tersebut tercapai MR = MC, yakni pada tingkat
harga dan Jumlah produk tersebut kurva MR berpotongan dengan kurva MC
Pada tingkat harga sebesar P* dan jumlah produk (barang) sebanyak Q*.
perusahaan monopoli memperoleh keuntungan (laba) maksimum, karena pada
kondisi tersebut tingkat harga (P*) lebih tinggi daripada biaya rata-rata (AC).
Basarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan monopoli ditunjukkan oleh
luas bagian yang diarsir dari Gambar 8.3 (a), yaitu selisih harga dan biaya rata-
rata dikalikan dengan jumlah barang yang dihasilkan. Atau secara matematis
dapat ditulis sebagai beriku.
= (P* - AC) x Q*
Garnbar 8.4 (b) menentukan keseimbangan perusahaan monopoli
dengan mencari jarak terbesar antara penerimaan total dengan biaya total. Pada
jumlah barang Q*. jarak antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC)
adalah terbesar. Pada jumlah barang Q*, penerimaan total (TR) lebih besar
daripada biaya total (TC). Dengan demikian. pada jumlah bang Q* perusahaan
monopoli memperoleh laba maksimum.
Gambar 8.4 Kondisi Perusahaan Monopoli Memperoleh Laba Maksimum

P (a)

MC
P* AC

AVC
AC3

D
MR
0 Q* Q
TR,TC ((b)

TC

TR

0 Q* Q

P ((c)

Q* P Q
0

Gambar 8.4 (c) menentukan kondisi keseimbangan perusahaan


monopoli melalui kurva keuntungan (). Keuntungan maksimum, perusahaan
monopoli tercapai pada tingkat produksi di mana kurva keuntungan mencapai
titik maksimum. Titik maksimum kurva keuntunga tereapai pada saat turunan
(derivative) pertama ktirva keuntungan dengan nol. Atau secara matematis
dapat diulis sebagai berikut:
∂T R
=0
∂Q
Tingkat output Q* menunjukkan kondisi keseimbangan perusahaan
monopoli tersebut. Karena pada tingkat output Q* merupakan tiitk maksimum
kurva keuntungan.
Kasus 8.2. Sebuah perusahaan monopoli memproduksi barang X memiliki
struktur biaya produksi yang ditunjukkan oleh persamaan: TC = 250 + 200Q
-10Q2 + Q3. Persarnaan kurva permintaan pasar terhadap produk (barang X)
yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli tersebut adalah P = 500 - 10Q.
Berdasarkan informasi tersebut, tentukan :
a. Persamaan kurva permintaan individu perusahaan monopoli
tersebut.
b. Harga dan jumlah barang X yang harus dipilih perusahaan
monopoli agar tercapai kondisi keseimbangan perusahaan monopoli
(perusahaan tsrsebut drperoleh laba maksimum/rugi, minimum).
c. Laba maksimum/rugi minimum perusahaan monopoli tersebut.
Jawah.
a. Persamaan kurva permintaan individu perusahaan monopoli sama
dengan persamaan kurva permintaan pasar, yaitu P = 500 - 10Q. Karera di
pasar menopoli hanya ada satu perusahaan yang beroperasi.
b. Harga dan jumlah barang pada kondisi keseimbangan perusahaan
monopoli tercapai pada saat MR = MC.
MR = TR/Q
TR = P . Q - (500 - 10Q) Q = 500Q - 10Q2
MR = TR/Q = 500 - 20Q
TC = = 250 + 200Q - 10Q2 + Q3
MC = TC/Q = 200 - 20Q + 3Q2
500 - 20Q = 200 - 20Q + 3Q2
3Q2 = 300
Q2 = 100
Q = ± 10

Jumlah barang yang dapat dipilih dari penyelesaian secara matematis


adalah Q = - 10 dan 0 = 10. Jumlah barang tidak mungkin bernilai negatif,
maka jumlah barang kesembangan perusahaan monopoli adalah 10 unit.
Harga keseimbangan perusahaan monopoli dapat ditentukan dengai
memasukkan jumlah barang (Q) ke dalam persamaan perminaan
perusahaan monopoli, yaitu:
P = 500 - 10Q
= 500 - 10(10)
= 400
c. Menentukan keutungan maksirnum/kerugian minimum.
= TR - TC
TR = p. Q
= 400 (10)
= 4.000
TC = 250 + 200Q - 10Q2 + Q3
= 250 + 200(10) - 10(10)2 + (10)3
= 2.250
= 4.000 - 2.250
= 1.750
Besarnya adalah positif. Ini berarti perusahaan monopoli memperoleh
keuntungan maksimum paaa produksi barang X sebanyak 10 unit dan
harga barang X sebesar 400.
Kasus 8.3. Sebuah perusahaan monopoli Memiliki struktur biaya dan
penerimaan seperti pada grafik di bawah ini.

P(Rp)
MC
AC
60
AVC

40

25
MR D
0 100 200 220 Q (Unit)

Berdasarkan informasi pada grafik tarsebut, tentukan;


a. Harga dan jumlah barang X yang harus dipilih perusahaan
monopoli agar tercapai kondisi keseimbangin perusahaan monopoli
(perusahaan tersebut diperoleh laba maksimum/rugi minimum;.
b. laba maksimum/rugi minimum perusahaan monopali tersebut.
Jawab :
a. Harga dan jumlah barang keseimbangan perusahaan monopoli
adalah pada saat MR = MC. Jadi harga yang dipilih perusahaan
monopoli adalah Rp. 60 dan jumlah barang 200 unit.
b. Perusahaan monopoli memperoleh laba, karena harga (P) lebih
besar daripada biaya rata-rata (AC). Besarnya laba maksimum adalah (P -
AC). Q = (Rp.60 – Rp.40) . 200 unit = Rp.4.,000.
Kebijakan harga dan jumlah barang yang diambil oleh perusahaan
monopoli tidak selalu akan mendatangkan keuntungan baginya. Dalam jangka
pendek, perusahaan monopoli mungkin saja berproduksi pada kondisi rugi.
Namun tingkat kerugian yang dipilih adalah tingkat kerugian minimum.
Gambar 8.5 menunjukkan kondisi keseimhangan perusahaan monopoli
secara grafis. Pada kondisi ini perusahaan monopoli mengalami kerugian
terendah (minimum).
Gambar 8.5: Kondisi Perusahaan Monopoli Menderita Rugi Minimum
P

AC
AC
MC AVC
P1

MR D
0 Q* Q

Gambar 8.5 menunjukkan kondisi keseimbangan perusahaan monopoli.


Perusahaan monopoli tersebut memutuskan berproduksi pada tingkat Q* dan
harga adalah P*. Perusahaan monopoli memilih harga dan jumlah produk
tersebut karena pada harga dan jumlah produk tersebut tercapai MR - MC,
yakni pada tingkat harga dan jumlah produk tersebut kurva MR berpotongan
dengan kurva MC Pada tingkat harga sebssar P* dan jumlah produk (barang)
sebanyak Q*, perusahaan monopoli menderia kerugian minimum. karera pada
kondisi tersebut tingkat harga (P*) lebih rendah daripada biaya rata-rata (AC).
Besanya kerugian yang diderita perusahaan monopoli dituntukkan oleh luas
daerah bagian yang diarsir dari Gambrar 8.4, yaitu selisih harga dan biaya rata-
rata dikalikan dengan jumlah barang yang dihasilkan. Atau secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut.
= (P* - AC) x Q*
Karen? P* < AC, maka nilai P negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan monopoli tersebut mengalami kerugian
Berdasarkan uraian di atas nampak sekali perbedaan karakteristik pasar
monopoli dengan pasar persaingan sempurna. Perbedaan yang sangat besar
antara pasar persaingan sempurna dengan pasar monopoli adalah sebagai
berikut:
1. Harga pasar barang di monopoli umumnya lebih tinggi daripada harga
pasar barang di pasar persaingan sempurna.
2. Tingkat output (jumlah barang) yang dihasilkan perusahaan di pasar
monopoli lebih sedikit daripada jumlah barang yang dihasilkan perusahaan di
pasar persaingan sempurna.
3. Tingkat efisiensi penggunaan input di pasar monopoli lebih rendah
daripada tingkat efisiensi penggunaan input di pasar persaingan sempurna.
Persaingan perusahaan di pasar persaingan sempurna memaksa mereka
berproduksi pada tingkat yang paling efisien baginya, agar dapat bersaing
dengan perusahaan lain. Sedangkan perusahsan di pasar monopoli tidak
memiliki tekanan persaingan, sehingga tidak mengharuskan perusahaan
tersebut berproduksi pada penggunaan input yang efisien.
4. Perusahaan di pasar monopoli memiliki kakuatan untuk menentukan harga
barang (price-Maker), sedangkan perusahaan di pasar persaingan sempurna
tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga barang di pasar. Dengan
kata lain, setiap perusahaan di pasar persaingan sempurna merupakan price-
taker.

8.7 Monopoli Bilateral: Satu Penjual dan Satu Pembeli


Pada umumnya karakteristik pasar monopoli adalah bahwa di pasar
tersebut terdapat satu penjual dan banyak pembeli, Namun demikian ada
kalanya di pasar monopoli hanya terdapat satu pembeli. Dalam kasus ini
pembeli juga memiliki kekuatan, seperti halnya penjual, dalam menentukan
harga produk. Pasar monopoli yang memiliki karakteristik seperti ini disebut
pasar monopoli bilateral (bilateral monopoly). Bagaimana proses pembentukan
harga pada pasar yang memiliki karakteristik monopoli bilateral?
Gambar 8.6 menjelaskan proses pembentukan harga pada pasar
monopoli yang terdiri dari satu penjual dan satu pembeli. Misalnya kurva
permintaan pasar terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli
ditunjukkan oleh kurva D dan kurvad penerimaan marjinal perusahaan
monopoli tersebut adalah MRs. Kurva biaya marjinal perusahaan monopoli
ditunjukkan oleh kurva MCs. Jika kekuatan pasar monopoli dimiliki oleh
perusahaan monopoli (artinya perusahaan monopoli mampu memaksakan
keinginan dan preferensinya terhadap penjual), maka harga dan jumlah barang
yang dipilih perusahaan monopoli adalah Ps dan Q s. Karena pada tingkat harga
dan jumlah barang tersebut MRs = MC s, yaitu kondisi keseimbangan
(keuntungan maksimum atau keruginan minimum) menbagi perusahaan
monopoli tersebut. Namun, jika pembeli yang memiliki kekuatan untuk
memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari produk yang dihasilkan oleh
perusahaan monopoli, harga dan jumlah produk yang terjadi tidak pada PS dan
Qs. Pada kondisi ini pembeli memandang bahwa kurva MCS merupakan kurva
penawaran produsen dan kurva MC s menunjukkan kurva biaya rata-rata bagi
pembeli pada berbagai jumlah produk yang dibeli. Dengan demikian, jika
prefernsi penbeli dihubungkan dengan kenaikan biaya marjinal perusahaan
monopoli (MC s), maka diperoleh kurva yang menunjukkan tambahan biaya
yang harus dibayar pembeli dari setiap tambahan satu unit produk yang dibeli
(MCD).
Gambar 8.6 Proses Pembentukan Harga Produk pada Manopoli
Bilateral
P
MCD
MCS
Ps

PD
D

MRS

QS Q Q
0
D

Penjual berusaha memaksimumkan manfaatkan yang akan diperoleh


dari membeli produk yang dijual perusahaan monopoli. Manfaat yang
diperoleh pembeli ditunjukkan oleh kurva permintaan (D). Manfaat maksimum
akan diperoleh pembeli tercapai jika jumlah barang yang dibeli pada saat
tambahan biaya setiap unit yang dibeli (ditunjukkan oleh kurva MC D sama
dengan tambahan manfaat yang diterima (ditunjukkan oleh kurva D). Dengan
demikian pembeli akan memilih membeli sebanyak QD dan harga yang
diinginkan pembeli adalah PD, yaitu sebesar biaya rata-rata perusahaan
monopoli memproduksi barang tersebut.
Pada kenyataanya sulit ditemukan siapa (perusahaan monopoli atau
pembeli) yang memiliki kekuatan mutlak dan mampu memaksakan
kemginannya terhadap pihak lain, sehingga kita sulit menentukan pada harga
dan jumlah barang berapa tercapai kondisi keseimbangan pasar monopoli
dengan satu pembel (single buyer). Harga dan jumlah barang keseimbangan
ditentukan oleh sekuat apa masing-masing pihak dapat memaksa/menekan
pihak lain. Semakin tinggi kekuatan berada pada pihak perusahaan monopoli,
maka harga yang terjadi pendekan Ps dan jumlah barang mendekati Qs.
sebaliknya semakin tinggi kekuatan berada pada pihak pembeli, maka harga
yang terjadi pendekati PD dan jumlah barang mendekati QD. Dengan demikian
kondisi keseimbangan pada pasar monopoli dengan satu penjual terjadi pada
harga dari Ps sampai dengan Ps dan dengan jumlah barang dan Qs sampai
dengan QD.

8.8 Pengaturan Monopoli


Perusahaan monopoli menentukan harga produk yang ia hasilkan akan
memberikan keuntungan maksimum baginya. Untuk menghindari eksploitasi
pasar oleh monopoli, pemerintah dapat melakukan pengaturan terhadap
perusahaan monopoli tersebut Pada bagian ini akan dibahas dua macam
pengaturan pemerintah terhadap monopoli. yaitu pengaturan pemerintah
melalui harga dan pengaturan pemerintah melalui laba.

8.8.1 Pengaturan Monopoli mefalui Harga


Pemerintah dapat mengatur monopoli melalui penentuan harga produk
yang dihasilkan monopoli tersebut. Pengaturan pemerintah ini akan memaksa
perusahaan monopoli menawarkan produk di pasar dalam jumlah yang lebih
banyak dibandingkan dengan jika pemerintah tidak menentukan harga
Perhatikan Gambar 8.7 berikut ini. Kurva AC dan kurva MC
menunjukkan perilaku biaya yang dihadapi oleh perusahaan monopoli.
Sedangkan kurva D adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan monopoli. dan kurva MR merupakan kurva penerimaan marjinal
yang diperoleh dari kurva permintaan tersebut.
Dalam pembahasan ini kita masih menggunakan asumsi bahwa
perusahaan monopoli akan berproduksi pada tingkat produksi yang dapat
mendatangkan keuntungan maksimum baginya. Sebelum ada pengaturan harga
oleh pemerintah, perusahaan monopoli akani berproduksi pada jumlah barang
Q* dan harga produk adalah P*. Pada tingkat produksi Q* dan tingkat harga
P*, perusahaan monopoli akan memperoleh laba maksimum. Karena pada
tingkat produksi tersebut MR = MC. Untuk memaksa perusahaan monopoli
meningkatkan jumlah barang yang produksi dapat dilakukan pemerintah
dengan menentukan harga produk yang dihasilkan monopoli, yaitu sebesar P 1.
Pada tingkat harga P1, perusahaan monopoli akan berproduksi pada tingkat Q1.
Pada tingkat harga dan tingkat produksi ini perusahaan akan memperoleh laba
normal. Hal ini ditunjukkan oleh P1 = AC.
Gambar 3.7: Pengaturan Monopoli Melalui Harga dan Laba
P

MC
AC
P*

P1

D
0 Q* QD1 Q

G.8.2 Pengaturan Monopoli melalui Pajak Atas Laba


Pada pembahasan ini kita masih menggunakan asumsi bahwa
perusahaan monopoli akan memproduksipada tingkat produksi yang akan
mendatangkan laba maksimum baginya. Gambar 8.8. (a) menunjukkan
perilaku biaya dan penerimaaan yang dihadapinya. Perusahaan monopoli akan
memilih jumlah barang yang diproduksi sebanyak Q* dan perusahaan
monopoli menentukan harga barang sebesar P*. Pada jumlah produksi dan
harga tersebut perusahaan monopoli akan mernperoleh laba maksimum, karena
pada tingkat produksi ini MR = MC. Pada tingkat harga P* dan Q"*,
perusahaan akan memperoleh laba sebesar (P* - AC) x Q*.
Laba yang diperoleh perusahaan monopoli diproyeksikan pada kurva
biaya pada Gambar 8.8 (b). Kurva A menunjukkan besarnya laba yang
diperoleh perusahaan monopoli sebelum kena pajak. Pemerintah mengenakan
pajak terhadap laba yang diperoleh perusahaan monopoli berdasarkan
persentase tertentu. Misalnya pemerintah mengenakan pajak 20% dari laba
yang diperoleh perusahaan monopoli. jika laba yang diperoleh perusahaan
monopoli Rp.l.000.000. pajak yang harus dibayar perusahaan monopoli kepada
pemerintah adalah 20% x Rp. 1.000.000 = Rp.200.000.

Gambar 8.8: Pengaturan Monopoli melalui Pajak Atas Laba


(a)
P

MC
d
AC
P*

AC

M MR D
Q Q
0
*

(b)

A (Laba sebelum pajak)

B (Laba setelah pajak)

Q* Q
0

Laba perusahaan monopoli akan berkurang setelah kena pajak oleh


pemerintah. Kurva B menunjukan lapa yang diperoleh perusahaan monopoli
setelah kena pajak. Berdasarkan kedua kurva A dan kurva B dapat dilihat bahwa
laba sebelum pajak (ditunjukkan oleh luas daerah di bawah kurva A. ) lebih
daripada laba setelah pajak (ditunjukan oleh luas daerah di bawah kurva B)

8.9 Kebijakan Diskriminasi Harga Monopoli


Perusahaan monopoli dapat saja menggunakan hara yang berbeda untuk
produk yang sama di pasar (kelompok konsumen) yang berbeda. Misalnya di
dalam bisnis transportasi yang memberikan harga berbeda antara penumpang
yang usianya berbeda, walaupun pelayanan yang diberikan pada semua
penumpang sama. Perusahaan monopoli yang menentukan harga berbeda pada
dua pasar yang berbeda utuk produk yang sama disebut diskriminasi harga. PT.
KAI membedakan harga tiket bagi penumpang yang berusia 60 tahun ke atas
(manula) dengan harga tiket penumpang usia dewasa di bawah usia 60 tahun.
Beberapa perusahaan ponerbangan di Indonesia juga menerapkan kebijakan
yang sama dengan kebijakan harga oleh PT. KAI.
Apa tujuan perusahaan melakukan kebijakan diskriminasi harga?
Jawabannya adalah bahwa perusahaan monopoli akan mampu meningkatkan
laba dengan melakukan kebijakan diskriminasi harga dibandingkan dengan
laba sebelum diskrimmasi harga.
Ada beberapa persyararan yang harus dipenuhi agar kebijakan
diskriminasi harga oleh perusahaan monopoli dapat efektif. Pertama,
perusahaan monopoli harus mampu memisahkan antara pasar satu dengan
pasar yang lainnya, sehingga konsumen tidak dapat membeli produk di pasar
yang harganya lebih murah dan kemudian menjualnya kembali di pasar yang
harganya lebih tinggi. Pada contoh kasus kebijakan harga tiket kereta api (PT.
KAI), tiket untuk penumpang dewasa usia 60 tahun atau lebih tidak boleh
digunakan oleh penumpang dewasa yang berusia di bawah 60 tahun. Kedua,
terdapat perbedaan karakteristik permintaan produk pada pasar yang berbeda.
Elastisitas harga permintaan barang di pasar satu dengan dengan di
pasar lainnya, perusahaan monopoli akan memberlakukan harga barang yang
sama agar diperoleh laba maksimum. Sebagai contoh perusahaan monopoli
beroperasi di dua pasar yang memiliki elastisitas harga permintaan (e) sama
besar. Penerapan harga yang sama di kedua pasar tersebut agar perusahaan
monopoli memperoleh laba maksimum dapat dijelaskan secara matematis
sebagai berikut :
Penentuan harga di pasar I:
1
MR1 = P1 ( ) 1−
e1

Penentuan harga di pasar II:

MR2 = P2 (1− e1 ) 2

Elastisitas harga permintaan di pasar I (e1) sama dengan elastisitas


harga permintaan di pasar I (e2) dan kutva permintaan yang sama akan
menghasilkan MR1 sama dengan MR2. Karena MR1 = MR2, maka harga barang
yang ditentukan perusahaan monopoli di pasar I (P1) samn dengan harga di
pasar II (P2). Pembuktian secara matematis dapat dilakukan sebagai berikut
MR1, - MR2

P1 (1− e1 )1
= P2 (1− e1 )
2

Besarnya e1 sama dengan e2, sehingan besarnya P1 sama dengan P2.


Untuk memperjelas mengenai konsep diskriminasi harga perusahaan
monopoli, uraian berikut ini menggunakan contoh perusahaan monopoli yang
beroperasi di dua pasar. Gambar 8.9 berikut ini menunjukkan kurva permintaan
perusahaan monopoli di dua pasar yang berbeda, yaitu pasar I dan pasar II.
Permintaan produk perusahaan monopoli di pasar I ditunjukkan oleh D 1 dan
permintaan di pasar II ditunjukkan oleh DII. Nampak dari kurva permintaan
tersebut, elastisitas harga permintaan pada kedua pasar tersebut tidak sama.
Permintaan marginal perusahaan di pasar II ditunjukkan oleh kurva MRI dan
permitaan marjinal di pasar II ditunjukkan oeh MRII. Asumsi yang digunakan
pada Gambar 6.9 adalah bahwa perusahaan monopoli berproduksi tanpa biaya.
Asumsi ini, sekali lagi, harga untuk memparmudah memahami konsep
diskrimmasi harga.

Gambar 8.9 Kurva Permintaan Dua Pasar Berieda Tanpa Biaya Produksi
Pasar I P Pasar II

PA

PB

R E
A
B

D1 MRI MRII DII

Q C Q1 0 Q2 Q

Perusahaan monopoli yang berproduksi tanpa biaya berarti setiap


tambahan penerimaan (marginal revenue) akan menambah penerimaan total
sebesar tambahan penerimaan tersebut. Berdasarkan Gambar 8.9. perusahaan
monopoli akan berproduksi sebanyak Q1 + Q2. Jumlah barang yang dijual di
pasar I sebanyak Q1 dengan harga PA dan di pasar II sebanyak Q2, dengan harga
PB. Besarnya penerimaan total di pasar I adalah PA x Q1, dan penerimaan total
di pasar II adalah PB x Q2. Besarnya penerimaan marjinal di pasar I adalah Q1
dan penerimaan marjinal di pasar II adalah EQ2. Jika perusahaan monopoli
mengurangi jumlah barang yang dijual di pasar II sebanyak 1 unit untuk
menambah jumlah barang yang dijual di pasar I, perusahaan monopoli akan
mengalami penurunan tambahan penerimaan (penerimaan marjinal) sebesar
EQ2, dan memperoleh tamhahan penerimaan sebesar BQ1. Karena BQ1 lebih
kecil daripada EQ2 berarti penerimaan total perusahaan monopoli akan
menurun.
Kurva permintaan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan
monopoli di pasar I dan di pasar dua tidak sama. Hal ini berarti elastisitas harga
permintaan di pasar I tidak sama dengan elastisiuis harga permintaan di pasar
II. Berdasarkan kurva permintaan di pasar I dan di pasar II pada Gambar 8.9
dapat diketahui bahwa elastisitas harga permintaan di pasar I lebih kecil
daripada elastisitas harga permintaan di pasar II. Perusahaan monopoli
menetapkan harga produk di pasar I (PA) lebih tinggi daripada di harga produk
di pasar II (PB). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan
monopoli harus menentukan harga produk lebih tinggi di pasar yang memiliki
elastisitas haaga permintaan yang lebih rendah agar perusahaan monopoli
tersebut memperoleh laba maksimum.
Sekarang kita coba membahas kebijakan diskriminasi harga perusahaan
monopoli dengan memasukkan unsur biaya ke dalamnya. Tidak seperti halnya
dengan contoh kasus pada Gambar 8.9 dengan tidak memasukkan unsur biaya.
Misalnya perusahaan monopoli beroperasi di dua pasar yang dapat dibedakan
satu sama lain dan elastisitas harga permintaan di kedua pasar tersebut tidak
sama. Pada Gambar 8.10 berikut ini terlihat bahwa permintaan terhadap produk
perusahaan monopoli di pasar I ditunjukkan oleh D 1 dan permintaan di pasar II
diiunjukkan oleh D2. Nampak dari kurva permintaan tersebut elastisitas harga
permintaan pada kedua pasar tersebut tidak sama. Penerimaan marjinal
perusahaan di pasar I ditunjukkan oleh kurva MR 1 dan penerimaan marjinal di
pasar II ditunjukkan oleh MR2. Perusahaan monopoli melakukan kegiatan
produksi dengan menggunakan satu pabrik. Biaya marjinal ditunjukkan oleh
kurva MC dan biaya rata-rata (biaya per unit produk) ditunjukkan oieh kurva
AC.
Gambar 8.10 Kurva Permintaan Dua Pasar Beibeda Dengan Biaya Produksi
P

MC
P2

P2
AC
c

MR1 MR2 D1 MR D2

0 Q* Q
Q1 Q1

Perusahaan monopoli menentukan jumlah barang yang diproduksi


sebanyak Q*, yaitu pada tingkat produksi di mana SMP. = MC Banyaknya
barang yang diproduksi sebagian dijual di pasar I dan sisanya dijual di pasar II.
Untuk menentukan berapa jumlah barang dijual di masing-masing pasar,
perusahaan tersebut menggunakan MR masing-masing pasar sebagai acuan.
Agar perusahaan monopoli memperoleh laba maksimum, maka perusahaan
menjual jumlah barang di masing-masing pasar dengan menyamakan
penerimaan marjinal di pasar I (MR1) dan penerimaan marjinal di masar II
(MR2) dan biaya marjinal (MC) yang dihadapi perusahaan. Atau secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
MR1 = MR2 = MC
Pada kondisi pasar dengan menyamakan penerimaan marjinal di pasar I
(MR1) dan penerimaan marjinal di pasar II (MR2) dan biaya marjinal (MC)
yang dihadapi perusahaan. Perusahaan monopoli akan menjual barang di pasar
I sebanyak Q1 dengan harga sebesar P1, dan di pasar II sebanyak Q2 dengan
harga sebesar P2. Penerimaan total (TR) yang diperoleh perusahaan monopoli
merupakan penjumlahan penerimaan total dari pasar I (TR 1) dan penerimaan
total dari pasar II (TR2). Biaya total (TC) yang harus dikeluarkan perusahaan
monopoli adalah biaya rata-rata dikalikan dengan jumlah barang yang
dihasilkan. Secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut:
TR = TR1 =TR2
TC = AC x Q
Laba/Rugi: = TR - TC
Berdasarkan grafik pada Gambar 8.9, laba maksimum yang diperoleh
perusahaan monopoli addah sebagai berikut:
TR = TR1 + TR2
TR1 = P1 x Q1
TR2 = P2 x Q2
TC = c x Q*
Laba/Rugi : =TR - TC
= (TR1 + TR2) - TC
= {( P1 x Q1) + (P1 x Ql)}- (c x Q*)
Kasus 8-4. Misalnya sebuah perusahaan monopoli memproduksi barang X
melalui satu macam pabrik Barang X tersebut dijual di dua pasar
yang berbeda. Permintaan terhadap barang X di pasar I ditunjukkan
oleh kurva D1 dan permintaan di pasar II ditunjukkan oleh kurva D2.
Penerimaan marjinal perusahaan di pasar I ditunjukkan oleh kurva
MR1 dan penerimaan marjinal di pasar II ditunjukkan oleh MR2.
Biaya marjinal ditunjukkan oleh kurva MC dan biaya rata-rata (biaya
per unit produk) ditunjukkan oleh kurva AC.

P($)

MC
10

8
AC
5

MR1 MR2 D1 MR D2

0 40 Q(unit)
18 22

1. Tentukan jumlah barang X yang diproduksi/dijual di dua pasar tersebut


pada kondisi keseimbangan perusahaan monopoli (agar perusahaan monopoli
tersebut memperoleh laba maksimum/menderita rugi minimum).
2. Tentukan jumlah dan harga barang X di jual di masing-masing pasar pada
kondisi keseimbangan perusahaan monopoli.
3. Tentukan bersarnya laba maksimum/rugi minimum perusahaan monopoli.
Jawab:
1. Perusahaan monopoli akan berproduksi/menjual barang X tersebut
sebanyak 40 unit. Karera pada tingkat P1 produksi (jumlah barang X)
tersebut SMR = MC
2. Jumlah barang X yang dijual di pasar I adalah 18 unit yang dijual
dengan harga per unit $10 dan jumlah barang X yang dijual di pasar
II adalah 22 unit dengan harga per unit $8. Karena pada jumlah dan
harga barang X tersebut MR1 = MR2 = MC.
3. Penentuan laba atau rugi perusahaan monopoli.
Tk = MR1 + MR2
TR1= P1 x Q1
= $10 x 18 unit = $180
TR2= P2 x Q2
= $8 x 22 unit = $176
TR = $180 + $I76 = $356
TC = c x Q*
= $5 x 40 unit = $200
Laba/Rugi : = $356-$200 = $156
Besar p menunjukkan bilangan positif sebesar $156. Dengan demikian
berarti perusahaan monopoli memperoleh laba sebesar $156.

8.10 Perusahaan Monopoli dengan Lebih dari Satu Pabrik


Perusahaan yang berproduksi dengan menggunakan lebih dari satu buah
pabrik mengalokasikan barang yang dihasilkan di antara beberapa pabrik
tersebut. Tujuan dari pengalokasian kegiatan produksi ini adalah untuk
meminimumkan biaya produhsr. Misalnya sebuah perusahaan monupoli
melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan dua buah pabrik, yaitu
pabrik I dan pabrik II. Garnbar 8. 11 menunjukkan kondisi biaya dan
penerimaan yang dihadapi oleh perusahaan monopoli tersebut. Kurva D
menunjukkan permintaan terhadap barang yang dihasilkan perusahaan
monopoli. Kurva MC, menunjukkan biaya marjinal di pabrik I dan kurva MC,
menunjukkan biaya marginal di pabrik II.

MC
MC2
P*
MC
c
D
MR

0 Q1 Q1 Q* Q

Bagaimana perusahaan monopoli menentukan jumlah barang yang


asumsi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah bahwa perusahaan
monopoli bsrusaha memaksimumkan keuntungan atas meminimumkan
kerugian. Berdasarkan grafik pada Ganibar 8.11, perusahaan monopoli akan
memilih berproduksi pada tingkat Q* dan barang tersebut dijual dengan harga
P*. Pada tingkat produksi tersebut SMC = MP, yaitu kondsi dimana
perusahaan akani memperoleh laba maksimum (rugi minimum).
Bagaimana perusahaan monopoli mengalokankan produksi? Berapa
jumlah barang yang harus di produksi di pabrik I dan berapa di pabrik II?
Dalam menentukan jurnlah barang yang di produksi di masing-masing pabrik
adalah pada tingkat produksi masing-masing pabrik dimana MC1 = MC2 = MR.
Berdasarkan grafik pada Gambar 8. 11, perusahaan monopoli akan
memproduksi barang di pabrik I sebanyak 0Q2 dan di pabrik II sebanyak 0Q2.
Pada tingkat produksi dan harga barang tersebut perusahaan monopoli akan
memperoleh laba/menderita rugi sebasar:
= TR - TC
TC = TC1 + TC2
= (c x Q1) + (c x Q2)
TR = p* x Q*
= (P* x Q*) – {(c x Q1) + {(c x Q2)

Kasus 8.5. Sebuah perusahaan monopoli menjual barang X yang dinasilkan di


satu pasar. Bararg X diproduksi menggunakan dua buah pabrik
yang kedua pabriki tersebut memiliki karakterktik biaya yang
berbeda. Gambar berikut ini menunjukkan kondisi biaya dan
penerimaan yang dihadapi oleh perusahaan, monopoli. Kurva MC1
menunjukkan. biaya marjinal di pabrik I dan kurva MC2
menunjukkan biaya marjinal di pabrik II. Kurva D menunjukkan
permintaan pasar terhadap barang yang dihasilkan monopoli dan
kurva MR adalah penerimaan marjinal.
P($)

MC1
MC2
$7
MC
$4
D
MR
0 20 40 60 Q(unit)

1. Tentukan jurnlah barang X yangdiproduksi/dijual pada kondisi


keseimbangan perusahaan monopoli (agar perusahaan monopoli tersebut
rnemperoleh laba maksimum/menderita rugi minimum).
2. Tentukan jumlah dan barang X yang produksi di pabrik I dan berapa di
pabrik II pada kondisi keseimbangan perusahaan monopoli. Tentukan
besarnya laba maksimum/rugi minimum perusahaan monopoli.

Jawab:
1. Perusahaan monopoli akan berproduksi/menjual barang X
sebanyak 40 unit. Karena pada tingkat produksi (jumlah barang X)
tersebut SMC = MR.
2. Jumlah barang X yang diproduksi di pabrik I sebanyak 20 unit dan
di pabrik II sebanyak 40 unit. Karena pada jumlah dan harga barang X di
masing-masing pabrik tersebut. MC1 = MC2 = MR. Barang X dijual di
pasar dengan harga $7.
3. Penentuan laba atau rugi perusahaan monopoli.
=TR-TC
TR = P* x O*'
= $7 x 60 unit = $420
TC = TC1 + TC2
= ($4 x 20 unit) + {$4 x 40 unit)
= $80 + $160

= $240
= TR - TC
= $420 - $240
= $150.

8.11 Penentuan Harga Produk dengan Markup


Dalam pemhahasan mengenai penentuan harga oleh perusahaan
monopoli selalu rnenggunakan acuan MR = MC, karena secara teoritis dapat
dibuktikan bahwa pada kondisi tersebut perusahaan akan memperoleh laba
maksimum/rugi minimum. Kadang-kadang kita merasa bahwa penentuan harga
dengan menggunakan ketentuan MR = MC hanya terdapat di dalam angan-
angan saja. Karena sulit diterapkan di dalam dunia nyata. Perusahaan sering
menggunakan konsep mark'up terhadap biaya rata-rata dahm menentukan
harga produk yang dihasilkan. Misalnya biaya untuk menghasilkan satu unit
barang X adalan Rp. 100. Harga jual barang X ditentukan dengar dasar biaya
rata-rata ditambah 10% dan biaya rata-rata. Dengan demikian barang X dijual
dengan harga Rp.100 + 10% (Rp. 100) = Rp. l10. Perusahaan ini menentukan
harga menggunakan markup 10% dari biaya rata-rata.
Apakah dalam dunia nyata masih relevan konsep MR = MC untuk
menentukan harga produki. Sekarang kita coba membahasnya dengan
menggunakan formulasi yang telah kita gunakan dalam menentukan harga
produk pada kondisi perusahaan memperoleh laba maksimum, yaitu:

MR = P. ( 1−e1 )
Perusahaan akan memperoleh laba maksimum jika MR = MC Dengan
demikian formulasi di atas dapat ditulis sebagai berikut
P
MC = P-
e
Formulasi ini dapat dimanipulasi menjadi:
e
P = MC.
e−1
Dalam jangka panjang, perusahaan berproduksi pada tingkat produksi
di mana biaya rata-rata minimum. Biaya rata-rata (AC) minimum terjadi pada
saat biaya marjinal (MC) sama dengan biaya rata-rata (AC). Karena MC = AC,
maka formulasi di atas dapat diubah menjadi sebagai berikut :
e
P = AC.
e−1
= AC + . ( 1−e1 )
Misalnya elastisitas harga-permintaan produk yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan (e) adalah 5. Perusahaan tersebut akan menentukan harga.
Lagi produk yang dihasilkan agar tercapai perusahaan tersebut memperoleh
laba maksimum adalah
1 1
P = AC + AC. ( e−1 ) = AC + A . ( 5−1 ) = AC + AC- (¼)

Harga produk adalah biaya rata-rata (AC) ditambah 25% biaya rata-
rata. Markup ditentukan oleh perusahaan tersebut adalah sebesar 25% dan
biaya rata-rata.
Kasus 8.6. Suatu perusahaan memproduksi barang X. Elastisitas harga
permintaan terhadap barang X adalah 3. Jika biaya rata-rata untuk
menghasilkan barang X adalah, Rp. 200, tentukan harga barang X
agar perusahaan memperoleh laba maksimum. Tentukan bersanya
persentase markup dan besarnya markup.
Jawaban
1 1
P = AC + AC. ( e−1 ) = Rp.200 + Rp.200 . ( 3−1 ) = Rp.200

+ Rp.200 (¼) = Rp.300


Besamya persentase markup adalah 50% dari braya rata-rata.
Besarnya markup adalah 50% x Rp.200 = Rp.100.
Kasus untuk Diskusi
1. Jelaskan secara singkat perbedaan karakteritik pasar persaingan
sempurna dengan pasar monopoli dilihat dari aspek kebijakan penentuan
harga produk oleh perusahaan.
2. Pasar monopoli timbul dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
legal dan alamiah. Jelaskan beberapa contoh kedua faktor tersebut.
3. Besarnya elastisitas harga permintaan terhadap produk yang dijual
oleh perusahaan monopoli adalah 2. Tentukan besarnya produksi marjinal
(MR) jika perusahaan menjual produk yang dihasilkan dengan harga
Rp.500.
4. Grafik berikut ini menggambarkan kondisi yang dihadapi oleh
sebuah perusahaan monopoli.

F(Rp

MC
AC
20

10 AVC
5

MR D

0 60 120 140 Q(unit)

Berdasarkan informasi pada grafik tersebut, tentukan;


a. Harga dan jumlah barang X yang harus dipilih perusahaan
monopoli agar tercapai kondisi keseimbangan perusahaan monopoli
(perusahaan tersebut diperoleh laba maksimum/ rugi minimum).
b. Laba maksimum/rugi minimum perusahaan monopoli tersebut.
5. Sebuah perusahaan monopoli memproduksi barang X memiliki struktur
biaya produksi yang diunjukkan oleh persamaan: TC = 25 + 20Q - 2Q2.
Persamaan kurva permintaan pasar terhadap produk (barang X) yang
dihasilkan oleh perusahaan monopoli tersebut adalah P = 40 - 3Q.
Berdasarkan informasi tersebut, tentukan:
a. Persamaan kurva permintaan individu perusahaan monopoli
tersebut.
b. Harga dan jumlah baring X yang harus dipilih perusahaan
momopoli agar tercapai kondisi keseimbangan perusahaan monopoli
(perusahaan tersebut diperoleh laba maksimum/ rugi minimum).
c. Laba maksimum/rugi minimum perusahaan monopoli tersebut.
6. Perusahaan monopoli dapat menentukan harga produk yang dijual agar
perusahaan monopoli tersebut mampu memperoleh laba maksimum.
Sebutkan dan uraikan dengan singkat dua cara yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka pengaturan perusahaan monopoli.
7. Sebutkan beberapa syarat perusahaan monopoli melakukan kebijakan
diskriminasi harga agar perusahaan monopoli tersebut dapat meningkatkan
penerimaan total.
8. Pemerintah ingin menetapkan tarif pajak terhadap barang X di pasar.
Permintaan dan penawaran pasar terhadap barang X tersebut ditunjukkan
oleh persamaan:
Qd = 40 - 2P
Qs = 2P - 20
Q adalah jumlah barang X dan P adalah harga barang X.
Reaksi perusahaan yang memproduksi barang X sebagai akibat dari pajak
dikenakan pemerintah adalah menyesuaikan penawann dengan
memperhitungkan pajak tersebut.
a. Tentukan tarif pajak per unit agar pemerimah dapat
rnemaksimumkan penerimaan pajak,
b. Tentukan besarnya pajak maksimum yang dapat diperoleh
pemerintah.
9. Suatu perusahaan monopoli menjual produk yang dihasilkan di dua pasar
yang berbeda. yaitu pasar I dan pasar II. Permintaan di pasar I dan dan
pasar II ditunjukkan oleh permintaan sebagai berikut:
Pasar I; Q1 = 16 – 0,2P1
Pasar II: Q2 = 9 - 0,05P2
Biaya propduksi bagi kedua pasar yang dilayani adalah TC = 20Q + 20. Q1
+ Q2
a. Jika perusahaan monopoli menetapkan harga yang berbeda di dua
pasar tersebut, tentukan harga dan jumlah barang di pasar I dan harga
dan jumlah barang di pasar II, agar perusahaan monopoli tersebut
memperoleh laba maksiinum.
b. Bandingkan antara penerimaan total (TR) dengan kebijakan
diskriminasi harga dan TR tanpa diskriminasi harga.
10.Suatu perusahaan memprduksi barang X. Elastisitas harga permintaan
terhadap barang X adalah 3. Jika biaya rata-rata untuk menghasilkan
barang X adalah Rp.200, tentukan harga barang X agar perusahaan
memperoleh laba maksimum. Tentukan besarnya persentase markup dan
besarnya markup.
Bab 9
PASAR OLIGOPOLI

Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan mampu


 Memahami karaktenstik suatu pasar (industri) oligopali;
 Mengenali berbagai model pasar oligopoli;
 Memahami strategi menentukan harga bagi setiap perusahaan di
pasar oligopoli;
 Manganalisis berbagai bentuk aksi dan reaksi perusahaan
(produsen) yang bersaing di pasar oligopoli;
 Memahami kondisi keseimbangan perusahaan di pasar oligopoli:
 Menganalisis strategi bersaing tidak melalui harga (non-frice
competition) di pasar oligopoli;
 Mengetahui dampak persaingan bagi perusahaan di pasar oligopoli
 Mengenal 5 (lima) ancaman perusahaan bersaing menurut Porter;
 Mengenal 3 (tiga) macam senjata untuk bersaing (generic strategy)

Pasar oligopoli merupakan bentuk pasar lain selain pasar persaingan


sempurna dan pasar monopoli. Pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli
merupakan jenis pasar yang memiliki karakteristik ekstrim, sehingga dalam
dunia nyata sering sulit dijumpai. Misalnya karakteristik pasar persaingan
sempurna bahwa jumlah perusahaan yang beroperasi di pasar (industri)
tersebut banyak dan produk yang dijual homogen, sehinga satiap perusahaan
tidak dapat rnempengaruhi hargi produk di pasar
Jenis pasar yang cukup realistik dalam dunia nyata adalah pasar
(industri) oligopoli. Pasar oligopoli adalah jenis pasar yang memiliki
karakteristik bahwa dalam suatu pasar (industri) terdapat beberapa perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada pasar oligopoli walaupun
menghasilkan produk yang homogen, masih dapat mempengaruhi harga yang
berlaku di pasar. Fenomena penting yang perlu diperhatikan pada pasar
oligopoli ini adalah bahwa perusahaan yang beroperasi di dalamnya tidak
hanya berkonsentrasi pada keputusan harga dan jumlah barang yang diproduksi
atau dijual, namun juga mempertimbangkan aspek yang lain, yaitu reaksi yang
akan dilakukan oleh perusahaan pesaing terhadap setiap kebijakan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan.
Reaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan (oligopolis) terhadap
kebijakan (harga dan output) yang dilakukan oleh oligopolis yang lain sulit
diperkirakan. Di sisi lain, dalam pasar oligopoli terdapat saling ketergantungan
(interdependency) antara oligopolis satu dengan oligopolis yang lain.Kesulitan
memperkirakan reaksi pesaing dalam pasar oligopoli menyebabkan kesulitan
seorang oligopolis menentukan efektivitas kebijakan (harga atau jumlah
output) yang akan ia lakukan.
Pada bab ini akan dibahas beberapa model oligopoli, yaitu Model
Cournot. Model Edgeworth, Model Chamberlin, Model Stigler, dan Model
Sweezy, dan Model Kepemimpinan Harga (Price Leoderhip). Kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan mengenai beberapa efek oligopoli terhadap
perusahaan, aplikasi dalam bisnis, dan beberapa kasus untuk diskusi.

9.1 Model Cournot dan Model Bertrand


Model pasar oligopoli Cournot berasumsi bahwa pada pasar (industri)
terdapat dua perusahaan yang brropersasi di dalamnya (duapoli). Untuk
mempermudah pemahaman mengenai bekerjanya pasar oligopoli, model
Cournot menggunakan contoh pasar oligopoii yang terdapat dua perusahaan
yang bersaing (duopoli) dan kedua oligopolis tersebut beroperasi pada kondisi
tanpa biaya produksi (misalnya perusahaan yang menjual barang diperoleh dari
alam. tanpa mengeluarkan biaya untuk memperoleh barang tersebut). Asumsi
berikutnya adalah kurva permintaan masmg-masing oligopolis terhadap
produknya merupakan garis lurus dengan kemiringan (slope) yang negatif
(negativety slope straight-line).
Misalnya satu perusahaan menjual outputnya pada tingkat harga PA1 dan
jumlah output Q1 Kondisi pasar seperti ini akan menarik pendatang baru untuk
masuk ke pasar, karena pada pasar tersebut memberikan peluang bagi
perusahaan yang terlibat di dalamnya memperoleh laba. Perusahaan baru
masuk untuk akan melayani permintaan pasar yang belum mampu dilayani
oleh perusahaan yang sudah ada. Misalnya perusahaan yang sudah ada di pasar
adalah Perusahaan I. Perusahaan baru masuk ke pasar untuk melayani
permintaan pasar yang tidak mampu dilayani oleh perusahaan I. yaitu
perusahaan II. Bagi perusahaan baru, yaitu perusahaan II. mempunyai
kesempatan untuk melayani pembeli (permintaan) yang masih tersedia di pasar.
Berdasarkan asumsi Cournot, maka kondisi pasar dapai dijelaskan dengan
Garnbar 9.1.
Gambar 9.1: Pisor Oligopoli Model Cournot
P

e=1
PAI

C
PA2

D
0 QI Q2

MR

Perusahaan I menjual produknya sebanyak 0Q1, yaitu setengah dari


permintaan pasar dengan tingkat harga PA1. Pada kondisi ini perusahaan I
memperoleh keuntungan maksimum. yaitu sebesar PA1 eQ1. Perusahaan II
masuk ke pasar. Kurva permintaan yang relevan bagi perusahaan II adalah
kurva permintaan pasar dari e sampai dengn D (eD). Perusahaan II
menawarkan harang sebesar Q1 Q2 (setelah dari jumlah out-put perusahaan I
atau seperempat dari permintaan pasar) dan pada tingkat harga PA2 agar
diperoleh laba maksimum. Pada kondisi ini perusanaan II memperoleh laba
sebesar Q1 BCO2.
Masuknya perusahaan baru ke pasar (perusahaan II) megakibatkan laba
yang diperoleh perusahaan I turun menjadi 0PA2 BQ1. Misalnya perusahaan I
beranggapan bahwa perusahaan II tetap berproduksi pada tingkat 1/4
permintaan pasar (1/4 D), maka perusahaan I akan berproduksi pada tingkat
1/2 (1 -1/4) = 3/8 agar dapat mempertahankan keuntungan maksimum. Akibat
dari tindakan perusahaan I ini, perusahaan II bereaksi dengan berproduksi pada
tingkat output 1/2(1- 3/8) = 5/16. Sekarang giliran perusahaan I bereaksi
terhadap tindakan perusahaan II tersebut dengan berproduksi pada tingkat
1/2(1 - 5/16) =11/32. Giliran perusahaan II bereaksi atas tindakan perusahaan I
dengan barproduksi pada tingkat 1/2 (1 - 11/32) =21/64. Proses ini berjalan
terus sampai pada tingkat produksi di mana kedua perusahaan tersebut
(perusahaan I dan perusahaan II) sama besar, yaitu:
Perusahaan I: 1/2-1/8- 1/32- 1/128-...= 1/3
Perusahaan II: 1/4 + 1/16 + 1/64 + 1/256 + ... = 1/3
Jadi proses penyesuaian tersebut terhenti setelah masing-masing
perusahaan (I dan II) berproduksi pada tingkat output sebanyak 1/3 dari total
permintaan pasar. Kondisi pasar oligopoli dengan dua perusahaan yang saling
bereaksi terhadap keputusan pesaingnya dapat digambarkan seperti pada
Gambar 9.2.
Gambar 9.2: Kondisi Keseimbangan .Pasar Oligofioti Model Cournot

Q
ID
II bereaksi
terhadap 1

I/2D
Titik Cournot
I/3D
I bereaksi terhadap 1I

I/3 I/2
0 IDA Q
D D
Perusahaan II

Gambar 9.2 menunjukkan bahwa pada pasar oligopoli yang terdapat


dua perusahaan yang bersaing pada akhirnya mencapai keseimbangan pada
tingkat produksi masing-masing perusahaan adalah 1/3 dari permintaan pasar.
Atau dengan kata lain mereka secara bersama-sama berproduksi 2/3 dari
permimaan pasar untuk mempertahankan laba maksimum. Tingkat harga yang
terjadi adalah pada tingkat produksi dimana MR = MC = 0. Pembagian tingkat
produksi untuk setiap perusahaan yang beroperasi pada pasar oligopoli seperti
kasus ini berlaku juga untuk pasar oligopoli yang terdapat lebih dari dua
perusahaan yang bersaing. Pasar oligopoli yang terdapat 4 perusahaan yang
bersaing (berdasarkan asumsi Cournot), masing-masing perusahaan akan
berproduksi pada tingkat output sebanyak 1/4 dari permintaan pasar. Atau total
produksi dari 4 perusahaan tersebut adalah 3/4 dari permintaan pasar. Jadi, jika
terdapat n perusahaan yang bersaing pada suatu pasar oligopoli, maka setiap
perusahaan akan berproduksi pada tingkat n/(n+ I) dari permintaan pasar.
Proses pasar oligopoli menuju keseimbangan dalam model Cournot,
bercirikan perusahaan yang bersaing di pasar cenderung mempertahankan
jumlah output yang dijual. Model pasar oligopoli Bertrand berbeda dengan
model Cournot dalam menjelaskan proses menuju keseimbangan pasar
oligopoli dengan dua perusahaan yang bersaing di pasar. Menurut Bertrand,
proses menuju keseimbangan pasar, setiap perusahaan yang bersaing percaya
bahwa perusahaan pesaing cenderung mempertahankan harga.
Kasus 9.1. Pada suatu pasar (industri) terdapat dua perusahaan yang bersaing (A
dan B) dalam menyediakan barang X. Permintaan pasar terhadap X
ditunjukkan oleh persamaan: Q = 120 - I2P. Biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperoduksi barang X adalah nol. Harga X
dalam $ dan jumlah output dalam unit. Tentukan (a) harga dan jumlah
barang X bagi setiap perusahaan yang bersaing di pasar pada kondisi
keseimbangan. (b) laba yang diperoleh masaing-masing perusahaan
yang bersaing pada kondisi keseimbangan pasar.
Jawab.
(a) Kondisi keseimbangan di pasar oligopoli yang terdapat dua
perusahaan yang bersaing, masing-masing perusahaan berproduksi
(menjual) 1/3 dan total permintaan pasar. Berdasarkan persamaan
permintaan pasar terhaap berang X, Q = 120 - 10P, maka total
permintaan pasar (P = 0) adalah 120. Jadi masing-masing perusahaan
yang bersaing menjual 1/3 (120 unit) - 40 unit pada tingkat harga $4.
Total barang X yang dijual di pasar (40 unit barang X yang dijual
perusahaan A dan 40 unit barang X yang dijual perusahaan B) adalah
80 unit.
P($)
12

4
da da

0 40 60 80 120 Q (Unit)
MRA

(b) Total laba yang diperoleh adalah $4 x 80 unit = $320. Masing-


masing perusahaan bersaing memperoleh laba: perusahaan A = $160
dan perusahaan B- $160.
Kasus 9.2. Berdasarkan kasus 9.1, temukan keseimbangan pasar oligopoli
berdasarkan model Bertrand
Jawab
Menurut model oligopoli Bertrand, proses menuju keseimbangan
menggunakan asumsi bahwa perusahaan pesaing bereaksi atas tindakan
suatu perusahaan dengan berusaha mempertahankan harga (harga produk
dipasar tidak berubah). Misalnya perusahaan A merupakan perusahaan
pertama yang ada di pasar. Untuk mencapai laba maksimum, perusahaan A
berproduksi pada tingkat 60 unit denga harga $6. Perusahaan B masuk ke
pasar (dengan produk yang horrtogin dengan produk perusahaan A)
menjual dengan tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan dengan
harga yang ditentukan oleh perusahaan A. Misalnya perusahaan B menjual
produknya dengan harga $5. Semua pembeli akan berpindah ke produk
yang dihasilkan perusahaan B. Perusahaan A kehilangan semua
pembelinya dan untuk merebut pembelelinya kembali. perusahaan A
menurunkan harga menjadi lebih rendah daripada harga yang ditentukan
oleh perusahaan B, misalnya $4. Pembeli sekarang berpindah lagi kepada
produk yang dihasilkan oleh perusahaan A. Proses ini akan berjalan terus
sampai pada tingkat harga 0 dan jumlah produk yang dijual 120 unit.
Kondisi ini mencerminkan keseimbangan pasar menurut model oligopoli
Bertrand.
9.2 Model Edgeworth
Model pasar oligopoli Edgeworth menggunakan asumsi Cournot
ditambah dengan dua asumsi lain. Pertama, perusahaan yang beroperasipada
pasar oligopoli memiliki kapasitas produksi yang terbatas. Akibatnya adalah
bahwa seorang oligopolis saja tidak mampu berproduksi untuk memenuhi
keseluruhan permintaan pasar. Kedua dalam jangka sangat pendek harga yang
ditentukan oleh kedua perusahaan itu dapat berbeda.
Dalam menentukan harga masing-masing perusahaan yang bersaing
akan memilih harga yang dapat mendatangkan keuntungan maksimum baginya
dengan berasumsi bahwa perusahaan pesaing akan selalu menentukan harga
yang sama atas produknya, meskipun perusahaan tersebut pada kenyataannya
telah mengubah tingkat harga.
Garnbar 9.3 dapat digunakan untuk menjelaskan kordisi keseimbangan
pada pasar oligopoli dengan dua perusahaan yang bersaing.
Gambar 9.3: Kondisi Keseimbangan Pasar Oligopoli Model

d II dI

Perusahaan II PI Perusahaan I

Pn

Q QIImax 0 QI QImax Q

Kurva permintaan perusahaan I ditunjukkan oleh dI dI dan kurva


permintaan perusahaan II adalah dII, dII jumlah output maksimum yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan duopolis masing-masing adalah QImax untuk
perusahaan I dan QIImax untuk perusahadn II.
Pada tahap awal perusahaan I menentukan harga sebesar PI dan jumlah
output sebanyak QI untuk mencapai laba maksimum. Perusahaan II masuk ke
pasar dengan menentukan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga
yang ditentukan oleh perusahaan I, yaitu di bawah harga P 1. Tujuan perusahaan
II menentukan harga yang lebih rendah ini adalah untuk merebut sebagian
konsumen perusahaan I. Kebijakan harga yang dilakukan oleh perusahaan II
dengan menentukan harga di bawah harga perusahaan I akan diikuti oleh
perusahaan I dengan menurunkan harga di bawa tingkat harga P 1. Proses
penentuan harga P1. bawah harga P1 akan terhenti pada tingkat harga Pn, karena
pada tingkat harga tersebut seluruh kemampuan produksi perusahaan I dan
perusahaan II sudah dikerahkan, yaitu sebanyak Q Imax oleh perusahaan I dan
QIImax olen perusahaan II.
Proses selanjutnya adalah kedua perusahaan yang bersaing (perusahaan
I dan perusahaan II) berusaha meningkatkan laba yang dapat diperoleh. Laba
maksimum dapat dicapai pada tingkat harga P1 Oleh karena itu, salah satu
perusahaan oligopolis akan berusaha menaikkan harga (harga lebih tinggi dari
Pn) dan ini akan diikuti oleh perusahaan yang lain. Tingkat harga tertinggi yang
dapat ditentukan di pasar adalah P1.
Tingkat harga yang mungkm terjadi pada pasar oligopoli dengan dua
perusahaan yang bersaing (duopoli) pada rentang Pn sampai dengan P1 dan
tingkat output yang mungkin terjadi pada rentang 0QImax bagi perusahaan I dan
pada rentang 0QIImax bagi perujahaan II. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kondisi keseimbangan pada pasar oligopoli tidak terjadi pada tingkat
harga dan jumlah output tenentu, namuri harga dan jumlah output
keseimbangan bergerak pada rentang tertentu. Untuk kasus ini, harga
keseimbangan terjadi pada rentang Pn sampai dengan P1 jumlah barang
keseimbangan terjadi pada rentang 0 sampai dengan 0QImax bagi perusahaan I
dan pada rentang 0 sampai dengan 0QIImax bagi pcrusahaan II.
Kasus 9.3. Suatu industri terdapat dua perusahaan yang bersaing, yaitu X dan Y.
Kedua perusahaan tersebut memproduksi barang yang homogen,
yaitu A. Permintaan pasar terhadap barang A ditunjukkan oleh
persamaan: Q = 10C - 5P dan dibagi secara merata antara perusahaan
X dan perusahaan Y. Masing-masing perusahaan (X dan Y) memiliki
kapasitas peroduksi maksimum 30 unit Perusahaan X merupakan
perusahaan pertama di pasar dan diikuti oleh perusahaan Y. Masing-
masing perusahaan selalu beranggapan dalam menentukan tingkat
output yang paling baik, perusahaan pesaing berusaha
mempertahankan harga konstan. Berdasarkan informasi tersebut.
tentukan kondisi keseimbangan pasar oligopoli menurut model
Edgeworth.
Jawab.
Perusahaan X dan Y membagi permintaan pasar sama rata, sehingga
masing-masing menghadapi permintaan : Q = 50 - SP. Kondisi permintaan
pasar bagi perusahaan X dan Y dapat digambarkan sebagai berikut.

P ($)

10

Perusahaan Y 5 Perusahaan X
Q = 50 - SP Q = 50 - SP
2

Q (Unit) 40 0 25 40 50 Q(Unit)

Pada tahap awal, perusahaan X menjual barang A pada tingkat harga $5


dan jumlah barang A yang dapat dijual 25 unit. Laba yang diperoleh A adalah
$5 x $25 = $125. Ini merupakan tingkat harga ($5) dan tingkat laba ($125)
maksimum yang dapat diperoleh perusahaan X. Perusahaan Y masuk ke pasar
dan menjual barang A pada tingkat harga yang lebih rendah dari $5. Pada
tingkat harga lebih rendah dari $5, perusahaan Y dapat merebut 2/3 pangsa
pasar perusahaan X dan perusahaan Y dapat menjual produk A sesuai dengan
kapasitas maksimum produksinya, yaitu 40 unit. Perusahaan X bereaksi dengan
membalas dengan menurunkan harga di bawah harga yang ditentukan
perusahaan Y untuk merebut kembali pangsa pasarnya yang hilang. Proses
menurunkan harga ini berjalan terus sampai pada tingkat harga yang
memungkinkan setiap perusahaan yang bersaing (perusahaan X dan Y) dapat
menjual barang yang ia produksi sesuai dengan kapasitas produksi maksimum.
Dalam hal ini keseimbangan terjadi pada tingkat harga $2 dan jumlah barang
yang dapat dijual masing-masing perusahaan adalah 40 unit (sesuai dengan
kapasitas maksimum produksi). Untuk meningkatkan laba, satu perusahaan
biasanya mencoba menaikkan harga di atas harga $2 dan diikuti oleh
perusahaan lain, dengan konsekuensi jumlah barang yang dapat dijual akan
berkurang. Kondisi keseimbangan pasar oligopoli tersebut terjadi pada tingkat
harga dalam rentang $2 sampai dengan $5 dan jumlah barang dalam rentang 0
sampai dengan 40 unit

9.3 Model Chamberlin


Asumsi yang penting dalam pasar oligopoli model Chamberlin ini
adalah kesadaran perusahaan yang bersaing di pasar oligopoli, yaitu jika suatu
perusahaan melakukan tindakan akan dibalas oleh perusahaan lain.
Kekhawatiran dampak negatif dari tindakan pesaing terhadap perusahannya,
perusahaan yang bersaing di pasatr oligopoli merasa pilihan terbaik bagi
mereka adalah membentuk ‘monopoli’ dan membagi laba monopoli tersebut.
Gambar 9.4 dapat menjelaskan solusi perusahaan yang bersaing pada pasar
oligopoli (misalnya pada pasar tersebut terdapat 2 perusahaan yang bersaing.
Gambar 9.4: Kondisi Keseimbangan Pasar Oligopoli Model Ckamberlin
P

Pe

D = dI + dII

0 I/2Qe Qe Q

D adalah kurva permintaan pasar yang dihadapi oleh duopolis.


Perusahaan I dan perusahaan II (duopilis tersebut) sepakat untuk berproduksi
pada tingkat Qe dan produk dijual pada tingkat harga Pe. Karena pada tingkat
harga dan jumlah barang tersebut duopolis (perusahaan Idan perusahaan II)
memperoleh keuntungan maksimum. Masing-masmg perusahaan berproduksi
pada tingkat 1/2 Qe. Kondisi ini merupakan kondisi keseimbangan pasar
oligopoli model Chimberlin
Kasus 9.4. Suatu industri terdapat dua perusahaan yang bersaing, yartu I dan II.
Kedua perusahaan tersebut memproduksi barang yang homogen,
yaitu X. Permintaan pasar terhadap barang X ditunjukkan oleh
persamaan: Q = 400 - 4P. Perusahaan I merupakan perusahaan yang
pertama beroperasi di pasar, sedangkan perusahaan II sebagai
pendatang baru. Tentukan kondisi keseimbangan pasar oligopoli
dengan menggunakan model Chamberlin.
Jawab.
Dalam model Chamberlin, kedua perusahaan yang bersaing sepakat untuk
membentuk persekutuan dengan berproduksi pada jumlah barang yang
mendatangkan laba maksimum bagi persekutuan tersebut. Grafik berikut
ini dapat menggambarkan proses menuju keseimbangan pasar oligopoli
model Chamberlin.

P($)

100

50
Perusahaan I
Q = 400 – 4P
25
Perusahaan II
Q = 200 – 4P

100 200 400 Q


0
(Unit)

Pada tahap awal, perusahaan I berproduksi sebanyak 200 unit dengan


tingkat harga $5. Total laba yang diperoleh adalah 200 x $50 = $10,000.
Kondisi ini dipilih oleh perusahaan I dalam rangka memaksimumkan laba.
Kemudian perusahaan II masuk ke pasar. Permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan II adalah sisa dari permintaan pasar yang tidak dilayani oleh
perusahaan I, yaitu Q = 200-4P. Agar perusahaan II memperoleh laba
maksimum, psrusahaan II berproduksi pada jumlah output 100 unit dengan
harga $25. Total laba yang diperoleh perusahaan II adalah 100 x $.25 = $2,500.
Perusahaan yang bersaing di pasar (menurut asumsi model Chamberlin)
sepakat untuk bekerja sama membentuk suatu persekutuan (monopoli bersama)
dan membagi jumlah barang yang dapat dijual di pasar menjadi sama besar
pada tingkat harga yang dapat memberikan laba maksimum bagi persekutuan.
Kondisi ini merupakan keseimbangan pasar oligopoli menurut model
Chamberlin. Pada grafik di atas terlihat bahwa kondisi keseimbangan pasar
oligopoli tarjadi pada jumlah barang X yang dijual di pasar sebanyak 200 unit
pada tingkat harga $50. Dari 200 unit barang yang dijual di pasar, masing-
masing perusahaan yang bersaing menjual barang 100 unit. Pada kondisi
keseimbangan ini masing-masing perusahaan I dan II mendapatkan iaba
sebesar 100 x $50 = $5,000.

9.4 Model Stigler


Karakteristik pasar oligopoli model klasik selalu mendasarkan pada
keyakinan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang oligopolis akan
menimbulkan reaksi oligopolis yang lain. Model oligopoli Chamberlin
mendasarkan analisis pada kecenderungan tingkat harga yang stabil dengan
keputusan perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar melakukan
persekutuan (kartel). Dalam kondisi seperti ini di pasar tidak akan terjadi
persaingan di antara perusahaan yang ada. Persekutuan yang ditakukan oleh
perusahaan yang bersaing ditujukan pada usaha memperoleh laba maksimum
persekutuan mereka.
Stigler setuju dengan asumsi ini. namun asumsi ini ditanggapi secara
pesimis akan dapat terjadi. Alasan pertama adalah biaya yang harus
dikeluarkan untuk persiapan persekutuan (negosiasi) dan pelaksanaan
persekutuan sangat besar. Kedua, karakteristik biaya produksi yang dihadapi
oleh setiap perusahaan yang bersaing di pasar oligopoli tidak sama, sehingga
kondisi keseimbangan bagi setiap per usahaan juga berbeda. Ketiga,
kemungkinan adanya perusahaan yang terlibat di dalam persekutuan
melakukan kecurangan-kecurangan untuk kepentingan perusahannya sendiri,
tanpa memperhatikan kepentingan persekutuan.
Implikasi model oligopoli Stigler adalah bahwa persekutuan akan
efektif pada pasar oligopoli yang pesainganya tidak terlalu banyak. Semakin
sedikit perusahasn yang bersaing di pasar akan semakin efektif persekutuan
yang dibentuk, karena biayanya semakin kecil. Kecurangan, seperti
pemotongan harga jual, sering dilakukan oleh anggota persekutuan kepada
pembeli dalam jumlah besar. Semakin tidak stabil kondisi (permintaan dan/atau
biaya yang dihadapi akan semakin sulit mencapai keberhasilan persekutuan.
9.5 Model Sweezy
Stigler mencoba merumuskan analisis pasar oligopoli dengan asumsi
bahwa kestabilan harga di pasar dapat saja terjadi tanpa harus terjadi
persekutuan (kartel) diantara perusahaan yang bersaing di pasar oligopoli.
Asumsi inilah yang membedakan model pasar oligopoli Stigler dengan model
pasar oligopoli Chamberlin
Perilaku perusahaan yang bersaing di pasar oligopoli memiliki
karakteiistik tertentu dalam menyikapi perubahan harga yang dilakukan oleh
perusahaan pesaing. Jika suatu perusahaan menurunkan harga, maka
perusahaan lain ikan ikut menurunkan harga (penurunan harga ini tidak sama
besar dengan penurunan harga yang dilakukan oleh perusahaan lain) untuk
mempertahankan konsumennya.seperti yang terdapat pada Gambar 9.5. Kurva
permintaan versi Sweezy ini disebut juga dengan istilah kurva permintaan kaku
(kinked demand curve).
Gambar 9.5: Kurva Permintaan Kaku Pasar Oligopoli Model
P

E
P0

0 q0 MR q

Gambar 9.5 menunjukkan kondisi usaha yang dihadapi oleh seorang


oligopolis. Kurva d adalah kurva permintaan yang dihadapi dan setelah titik E
kurva permintaannya patah. Ini menunjukkan bahwa setelah titik E, elastisitas
permintaan akan berkurang. Implikasi bagi oligopolis tersebut adalah jika ia
menurunkan harga, maka akan diikuti oleh penurunan harga oleh perusahaan
pesaing. Penurunan harga yang dilakukan oleh perusahaan pesaing lebih kecil
daripada penurunan harga yang dilakukan olehnya, karena perusahaan di pasar
oligopoli yakin bahwa perusahaan yang menurunkan harga tidak akan mempu
menaikkan jumlah barang yang dapai dijual secara berarti.
Bagaimana kondisi keseimbangan oligopolis jika terjadi perubahan
struktur biaya produksi? Gambar 9.6 berikut ini dapat menjelaskan
kemungkinan kondisi kesimbangan baru bagi oligopolis pada berbagai
perubahan struktur biaya produksi. Perubahan struktur biaya produksi
ditujukkan oleh pergeseran kurva biaya marjinal (mc) oligopolis tersebut
Garnbar 9.6: Keseimbangan Oligopolis Model Sweezy

E mc’ mc
P0
mc’’
P’
Pe
d
P”
MR
0 q0 q

Misalnya pada tahap awal struktur biaya yang dihadapi oleh oligopolis
ditujukkan oleh biaya marjinal mc. Kondisi keseimbangan terjadi pada tingkat
harga P dan jumlah barang q0. Kemudian biaya produksi meningkat (misalnya
kenaikan harga bahan baku), maka kurva biaya marjinal menjadi mc'. Untuk
mempertahankan tingkat laba semula, oligopolis tersebut menaikkan harga jual
menjadi P’. Kenaikan harga jual tidak akan mengurangi jumlah output yang
dijual, yaitu q0. Penurunan harga yang dilakukan oleh oligopolis menjadi P”
karena oligopolis tersebut dapat memperbaiki struktur biaya, juga tidak akan
menaikkan jumlah output yang dijual, yaitu sebanyak q0. Oleh karena itu,
menurut Sweezy, selama kurva biaya marjinal memotong kurva MR pada
bagian yang kaku (rigid), maka perubahan harga tidak dapat mempengaruhi
jumlah output yang dijual agar diperoleh laba maksimum. Jumlah barang yang
dapat dijual oleh oligopolis berubah jika kurva mc memotong kurva MR pada
bagian di luar kurva MR yang kaku (rigid).
Jumlah barang yang dapat dijual oleh oligopolis dapat berubah jika
terjadi perubahan permintaan. Perubahan permintaan akan manggeser kurva
permintaan dan kurva MR. Jika permintaan meningkat, maka kurva permintaan
akan bergeser ke kanan atas. Akibatnya Jumlah barang yang dapat dijual
dengan harga yang sama (P0) akan meningkat (lebih tinggi daripada q0).
Sebaliknya, jika terjadi penurunan permintaan akan menggeser kurva
permintaan dan kurva MR ke kiri bawah. Akibatnya, pada harga yang sama
(P0) akan menurunkan Jumlah barang yang dijual (lebih rendah daripada qo).
Kasus 9.5. Perusahaan ABG beroperasi pada industri oligopoli. Permintaan
yang dihadapi oleh perusahaan dan struktur biayanya ditunjukkan
oleh grafik di bawah ini.

P
mc
s
mc
3
mc
1

10
mc’’
8
7 mc2
mc4 d
5
MR
4
80 100 12 Q (Unit)
0
0

Pada struktur biaya yang ditunjukkan oleh mc1, (a) tentukan harga
dan jumlah barang yang dapat mendatangkan laba maksimum bagi
perusahaan ABG, (b) tentukan jumlah barang yang mendatangkan
laba maksimum bagi perusahaan ABG pada berbagai struktur biaya,
mc2, mc3, mc4, mc2 .
Jawab
(a) Pada mc1, jumlah barang yang dijual agar diperoleh laba
maksimum tidak berubah. yaitu 100 unit. (Selama struktur biaya
berubah sepanjang kurva MR pada bagian yang vertical, maka jumlah
barang keseimbangan tidak berubah). Pada struktur biaya mc4, harga
turun menjadi $4. jumlah barang yang dijual naik menjadi 120 unit
agar diperoleh laba maksimum. Pada struktur biaya mc5., perusahaan
ABG menjual barang sebanyak 80 dan pada harga, $10 untuk
mempertahankan perolehan laba maksimum.

9.6 Model Kepemimpinan Harga


Asusmsi yang mendasari model oligopoli ini adalah bahwa penentuan
harga pada pasar (industri) oligopoli dilakukan oleh perusahaan yang paling
besar (dominan). Perusahaan bessr dapat menjual produk dengan harga yang
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya, karena perusahaan
tersebut memiliki struktur biaya produksi yang lebih baik (Ingat, prinsip skala
ekonomis/economic of scale).
Proses rerjadinya kondisi keseimbangan pasar pada pasar monopoli
dengan satu perusahaan yang dominan dimulai dari perusahaan besar tersebut
menentukan harga pasar. Perusahsan-perusahaan lain yang ada di pasar tersebut
menjual output pada jumlah yang sesuai dengan permintaan pasar baginya dan
pada tingkat harga yang ditentukan oleh perusahaan dominan. Sisa, permintaan
pasar yang tidak dapat dilayani oleh perusahaan-perusahaan kecil akan
dipenuhi oleh perusahaan besar (dominan). Gamhar 9.7 berikut ini dapat
menjelaskan proses menuju keseimbangan pasar oligopoli dengan satu
perusahaan dominan.
Gambar 9.7: Keseimbangan Pasar Oligopoli Model Kepemimpinan
Harga
P
MC kecil

F
P1
A B MC dom
C
P2
F
P3
MR dom
D

0 QK QD Q1 QT QM Q

Pada Gambar 9.7. kurva D adalah kurva permintaan pasar. Kurva SMC
merupakan kurva penjumlahan secara horisontal semua kurva biaya marjinal
perusahaan kecil di pasar. Pada tingkat harga P1, seluruh permintaan pasar
dapat dipenuhi oleh perusahaan kecil, yaitu sebesar Q 1 pada tingkat harga ini,
perusahaan besar (dominan) tidak menjual produknya. Harga produk di pasar
diturunkan dari P1 menjadi P3. Pada tingkat harga ini, biaya marginal
perusahaan kecil lebih tinggi daripada harga produk. Akibatnya. perusahaan
kecil tidak bersedia menjual produknya, dan permintaan pasar seluruhnya
diperuhi oleh perusahaan besar, yaitu. sebanyak QM.
Pada tingkat harga P1, perusahaan besar tidak menjual produnya.
Karena pada tingkat harga itu perusahaan besar tidak dapat memperoleh laba
maksimum (MRdom' MCdom). Sedangkan pada tingkat harga P3 seluruh
permintaan pasar dipenuhi oleh perusahaan besar. Kurva permintaan
perusahaan besar (domimn) dapat diperoleh, yaitu P1 BPDdan biaya marjinal
perusahaan besar adalah MRdon. Pada tingkat harga P3 dan jumlah produk yang
dijual QM bukanlah merupakan tingkat harga dan jumlah output yang dapat
memaksimumkan laba bagi perusanaan dominan. Kondisi keseimbagan
perusahaan dominan terjadi pada saat penerimaan marjinal perusahaan
dominan (MRdoom) sama dengan biaya marjinal perusahaan dominan (MCdom),
yaitu pada tingkat harga P3 dan jumlah output QD. Pada tingkat harga P2, jumlah
pemintaan pasar terhadap output adalah QT. Untuk memenuhi permintaan pasar
pada tingkat harga P2, perusahaan besar (dominan) menjual output sebanyak QD
dan kumpulan perusahaan kecil menjual output sebariyak QK. Jumlah output
QK = QT - QD.
Kasus 9.6. Dua perusahaan (perusuhaan I dan perusahaan II) bersaing di suatu
industry. Kedua perusahaan tersebut memperoduksi barang yang
homogen. Permintaan pasar terhadap barang yang mereka produksi
ditunjukkan olah kurva D. Kurva d adalah permintaan pasar bagi
setiap perusahaan yang bersaing. Kuvra mr merupakan kurva
penerimaan marjinal setiap perusahaan. Masing-masing perusahaan
berproduksi pada tingkat biaya mc2, bagi perusahaan dan mc2 bagi
perusahaan I!. Grafik berikut ini merupakan gambaran kondisi kedua
perusahaan tersebut di pasar.

P
100
mcI
SAC1
80
mc2
70
60 SAC2
40
mr d D

70 90 100 20 400
0
0

Berdasarkan grafik di atas, (a) tentukan harga dan jumlah barang yang
dijual oleh masing-masing perusahaan agar diperoleh laba maksimum.
Tentukan laba maksimum bagi masing-masing perusahan. (b) perusahaan mana
yang menjdi pimpinan (leader) dalam industri tersebut. (c) dalam jangka
tertentu apa yang mungkin pada terjadi pada industri tersebut berkenaan
dengan persaingan di antara dua pamsahaan yang bersaing
Jawab
(a) Agar laba maksimum, setiap perusahaan memilih tingkat harga dan
jumlah barang yang dijual padasaat mr = me. Dengan demikian,
perusahaan I menjual barang sebanyak 70 unit dengan harga $80. Laba
yang diperoleh perusahaan I adalah 70 x ($80 - $70) = $700 .
Perusahaan II menjual barangnya sebanyak 90 unit dengan harga $60.
Laba yang diperoleh perusahaan II adalah 90 x ($60 - $40) = $1.800.
(b) Perusahaan yang memimpin (leader) pada industri tersebut adalah
perusahaan II. Perusahaan II dapat menjual barang pada tingkat harga
yang lehih rendah dibandingkan dengan harga barang yang ditentukan
oleh perusahaan I. Karena perusahaan II mampuh berproduksi dengan
biaya per unit lebih rendah dibandingkan dengan perusahsan I. Hal ini
dapat dilihat dari kurva mc2 lebih rendah daripada me1.
(c) Dalam jangka tertentu, jika perusahaan II tetap mempertahankan harga
pada tingkat $60, kemungkinan perusahaan I akan menutup usahanya.
Karena konsumen perusahaan 1 akan membeli barang yang dihasilkan
perusahaan II pada tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan
dengan harga barang yang diproduksi parusahaan I. Perusahaan I tidak
mungkin menjual barang yang ia produksi pada tingkat harga sama
dengan harga yang ditentukan oleh perusahaan II, karena biaya
produksi per unit barang yang diproduksi perusahaan I lebih tinggi
dibandingkan dengan harga barang yang ditentukan oleh perusahaan
II.

9.7 Persaingan Bukan Harga


Pada pasar (industri) oligopoli, persaingan terjadi tidak saja dilakukan
melalui harga, manun dapat dilakukan melalui bukan harga (non-price
competition). Persaingan di antara perusahaan di pasar oligopoli dapat
dilakukan melalui, misalnya iklan dan variasi produk. Perusahaan yang
melakukan iklan (promosi) berusaha meningkatkan permintaan terhadap
produk yang dihasilkannxa. Perusahaan yang melakukan iklan dengan efektif
dan dapat meningkatkan permintaan terhadap produk yang dihasilkannya
ditandai dengan bergesernya kurva permintaan bagi produknya ke kanan atas.
Namun demikian, perusahaan yang melakukan iklan tidak selalu dapat
meningkatkan permintaan bagi produknya, karena produk yang dihasiikan oleh
perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar (industri) oligopoli cenderung
homogen.
Jenis persarngan non harga lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan
yang bersaing di pasar oligopoli adalah dengan melalui variasi (diferensiasi)
produk. Perusahaan bersaing yang mencoba melakukan diferensiasi produk
mengharapkan dapat meningkatkan permintaan terhadap produk yang
dihasilkannya. Namun demikian, perusahaan yang melakukan diferensiasi
produk juga mengadung risiko.Risiko perusahaan yang melakukan diferensiasi
produk terjadi jika produk yang dihasilkan tidak diterima oleh konsumen, maka
perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Oleh kurena itu, perusahaan
yang akan melakukan diferensiasi produk perlu melakukan riset pasar sebelum
produk tersebut diproduksi secara masal.

9.8 Implikasi Persaingan bagi Perusahaan


Pasar (industri) yang mampu memberikan laba bagi perusahaan yang
beroperasi di dalamnya akan mengundang perusahasn baru masuk ke pasar
tersebut.Bagi perusahaan yang bersaing atau perusahaan baru yang ingin ikut
bersaing di pasar, maka perusahaan tersebut harus mampu melakukan analisis
struktur pasar (industri) untuk menentukan posisi relatif dirinya terhadap
perusahaan lain di pasar. Setelah mengetahui posisinya, maka perusahaan akan
mampu menentukan strategi bersaing. Bagi perusahaan baru yang akan masuk
ke pasar, analisis struktur pasar diperlukan untuk menentukan apakah pasar
tersebut menarik (tersedia laba yang memadai) bagi perusahaannya atau tidak?
Lima Kekuatan Bersaing Model Porter. Porter (1993) berhasil
mengidentifikasi 5 (lima) kekuatast sebagai sumber ancaman bagi suatu
perusahaan di pasar, yaitu (I) masuknya pesaing baru, (2) ancaman dari produk
pengganti (substitusi), (3) kekuatan tawar menawar (bargaining power)
pembeli, (4) kekuatan tawar menawar (bargaining power) pemasok, dan (5)
perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar tersebut Kelima kekuatan
bersaing ini akan mementukan kemampuan perusahaan dalam suatu pasar
untuk memperoleh laba di atas biaya modal.
Perusahaan baru merupakan ancaman bagi perusahaan lama yang sudah
ada dalam industri. Perusahaan baru tidak jarang memiliki semangat tinggi dan
mamiliki kesiapan untuk bersaing dengan perusahaan yang sudah ada, karena
perusahaan baru yang memutuskan untuk masuk ke industri kompetitif
memiliki cukup informasi mengenai perusahaan-perusahaan yang sudah lama.
Jenis persaingan yang sering dihindari oleh semua perusahaan yang
bersaing dalam industri adalah perang harga (price war). Dalam industri
penerbangan domestik pada akhir-akhir ini, yaitu dalam awal sampai
pertengahan tahun 2002, sering melakukan persaingsn melalui perang harga
dengan memberi potongan yang sangat tinggi.
Tiga Macam Senjata untuk Memenangkan Persaingan. Perusahaan
yang telah berhasil menentukan posisi relatifnya terhadap pesaing dapat
menentukan strategi apa yang dipilih untuk memenangkan persaingan di pasar.
Strategi bersaing yang umum digunakan (generic strategy) yang dapat
digunakan adalah strategi biaya rendah (low cost strategy) dan strategi
diferensiasi (differentiation strategy). Kedua strategi ini dapat dikombinasikan
untuk menghasilkan strategi bersaing yang lain, yaitu strategi fokus (focus
strategy).
Pada umumnya perusahaan yang berproduksi dengan biaya rendah
menghasilkan produk yang standar tanpa variasi produk, seperti kemasan yang
lebih baik, pelayanan jual yang standar, pelayanan purna jual, dan lain-lain.
Perusahaan yang beroperasi dengan biaya yang relative lebih rendah akan
mampu memperoleh laba lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan pesaing
melalui dua cara. Pertama. perusahaan berbiaya rendah menjual produk dengan
tingkat harga yang sama dengan harga produk perusahaan pesaing
Strategi bersaing lain setain melalui biaya rendah (low cost) adalah
melalui diferensiasi. Melalui strategi ini perusahaan menghasilkan produk
yang unik. Produk yang unik adalah produk yang mempunyai karakteristik
spesifik, sehingga produk ini berbeda dengan produk perusahaan pesaing dan
tidak mungkin ditiru.
Strategi fokus dilakukan oleh perusahaan yang bersaing
dengan mengkonsentrasikari pelayanan pada konsumen yang spesifik.
Konsumen ini memiliki karakteristik permintaan yang berbeda dengan
permintaan pasar pada umumnya. Misalnya pada industri minuman ringan.
Kasus untuk Disknsi
1. Apa definisi pasar oligopoli? Karakteristik apa yang terpenting
dalam pasar oligopoli?
2. Apa perbedaan dan persamaan industri oligopoli dengan industri
monopoli.
3. Apa perbedaan yang sangat mendasar antara model oligopoli
Cournot dengan model oligopoli Chamberlin? Jelaskan dengan
menggunakan grafik.
4. Apa manfaat dan kerugian yang mungkin terjadi begi oligopolis
dalam menghadapi persaingan dengan menggunakan instrumen harga.
Sebutkan dan jelaskan instrumen yang dapat digunakan oleh seorang
oligopolis dalam persaingan di pasar untuk rneningkatkan permintaan
terhadap produk yang dihasilkannya.
5. Sebutkan beberapa manfaat dan risiko perusahaan oligopoli
membentuk kartel.
6. Sebutkan dan jelaskan 5 jenis ancaman menurut Forter.
7. Setiap perusahaan yang beroperasi pada industri yang kompetitif
dapat melakukan persaingan dengan strategi yang umum digunakan
(generic strategy). Sebutkan ketiga macam strategi tersebut dan jelaskan
bagaimana perusahaan bersaing melalui ketiga macam strategi tersebut.
8. Suatu industri oligopolistis terdapat dua perusahaan yang bersaing,
yaitu perusahaan A dan perusahaan B. Biaya jangka pendek yang dihadapi
oleh masing-masing perusahaan ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
Perusahaan A: S A = 0, IQA2 + 20QA + 100.000
Perusahaan R: STCB = 0,4QB2 + 32QB + 20.000
Kedua perusahaan yang bersaing (A dan B) menjual produk yang
homogen dengan permintaan pasar ditunjukkan oleh persamaan berikut
ini:
Q = 4.000- I0P
(Q = QA + QB ; P = harga produk)
Perranyaan:
a. Tentukan harga keseimbangan bagi produk di pasar
b. Tentukan jumlah produk keseimbangan bagi perusahaan A
dan bagi perusahaan B.
c. Tentukan laba maksimum bagi perusahaan A dan bagi
perusahaan B.
9. Dua perusahaan (I dan II) memproduksi dua macam barang yang
homogen. Fungsi biaya jangka panjang bagi perusahaan 1 dan perusahaan
II adalah sebagai berikut:
Perusahaan I: STCI = 0,1QI2 + 2Q I
Perusahaan li: STCII. = 0.025Q II2 + 2Q II
Permintaan pasar yang dihadapi oleh kedua perusahaan tersebut adalah:
Q = 500 – I0F; (Q = QI + QII ; P = harga produk)
Pertanyaan:
a. Para oligopolis berusahan mencapai keseimbangan.
Tentukan persamaan kurva reaksi dan tentukan juga harga
keseimbangan, jumlah barang keseimbangan untuk masing-masing
perusahaan, dan laba yang diperoleh masing-masing perusahaan
pada kondisi keseimbangan pasar.
b. Misalnya kedua perusahaan yang bersaing setuju
membentuk persekutuan (kartel) untuk memaksimumkan laba total
mereka. Tentukan harga keseimbangan jumlah barang
keseimbangan untuk masing-masing perusahaan, dan laba yang
diperoleh masing-masing perusahaan pada kondisi keseimbangan
pasar.
10. Pada suatu industri terdapat tiga buah perusahaan yang bersaing. yaitu
perusahaan X. Y, dan perusahaan Z. Ketiga perusahaan tersebut
memproduksi barang yang bersifat homogen. Permintaan pasar untuk
barang yang mereka hasilkan ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
Q = 1.000 - 40P; (Q dalam ton dan P dalam $)
Biaya produksi yang dihadapi oleh masiag-masing perusahaan yang
bersaing adalah
Perusahaar X; T x = 20QX
Perusahaan Y: TCY = 0.075QY2 + 13.5QY
Perusahaan Z: TCZ = 0.005QZ2 - 16,3QZ
Jika perusahanan-perusahaan yang bersaing berusaha rnencapai
keseimbangan pasar dengan melalui mekanisme model Cournot, tentukan
(a) harga keseimbangan pasar dan (b) jumlah barang dan laba masing-
masing perusahaan yang bersaing di pasar pada kondisi keseimbangan.
Bab 10
PASAR PERSAINGAN
MONOPOLISTIK

Seteleh mempelajari bab ini pembaca diharapkan mampu:


 Mengenali karakteristik suatu pasar persaingan monopolistik;
 Menibedakan antara pasar persaingan monopolistik dengan pasar
persaingan sempurna:
 Membedakan antara pasar persaingan monopolistik dengan pasar
monopoli;
 Membedakan antara pasar persaingan monopolistik dengan pasar
oligopoli;
 Memahami konsep parmintaan artifisial dalam pasar persaingan
monopolistik;
 Memahami beberapa strategi bersaing dalam pasar persaingan
rnonopolistik;
 Menganalisis kondisi keseimbangan perusahaan (perusahaan
memperoleh keuntungan maksimum atau kerugian minimum) jangka
panjang;
Model pasar persaingan sempurna beranggapan bahwa produk yang
ditawarkan setiap produsen bersifat homogen dan setiap produsen merupakan
bagian kecil dari produsen yang ada di pasar. Akibatnya, seriap produsen tidak
mampu menenujkan harga yang berbeda (lebih tinggi) dari harga pasar.
Kebijakan yang penting harus diambil oleh produsen di pasar persaingan
sempurna adalah berkenaan dengan jumlah barang yang sebaiknya ia tawarkan
agar diperoieh keuntungan (kerugian) maksimum (minimum). Dalam dunia
nyata. pasar (industri) yang terdapat banyak produsen tidak mungkin
memproduksi barang atau jasa (produk) yang identik satu sama lain.
Model pasar monopoli beranggapan bahwa dalam suatu pasar (industri)
hanya terdapat satu produsen. Perusahaan ini yang akan melayani semua
permintaan pasar terhadap produk tertentu. Pada pasar monopoli, harga dan
jumlah barang yang terjadi di pasar sepenuhnya ditentukan oleh produsen.
Produsen tersebut berusaha menentukan kebijakan harga dan jumlah barang
yang ditawarkan agar diperoleh keuntungan maksimum
Perbedaan mendasar antara pasar persahaan sempurna dengan pasar
persaingan monopolistik adalah bahwa setiap produsen yang beroperasi di
pasar persaingan monopolistik masih memungkinkan menentukan harga bagi
produknya berbeda dengan harga produk yang ditawarkan produsen lain.
Walaupun produsen yang beroperasi di pasar persaingan monopolistik
dapat menentukan kebijakan harga dan jumlah produk yang ditawarkan (seperti
halnya dengan produsen di pasar monopoli), namun kedua model pasar ini
sangatlah berbeda. Perbedaan mendasar model pasar persaingan monopolistik
dengan pasar monopoli adalah jumlah produsen yang melayani permintaan
pasar. Jumlah produsen yang melayani permintaan di pasar monopoli hanya
satu

10.1 Kurva Permintaan Indidu Perusahaan


Model pasar persaingan monopolistik (Monopolistic Competition)
pertama kali diperkenalkan oleh Chamberlin. la berhasil mengidentifikasi
adanya model pasar (industri) yang bersaing dan sekaligus bersifat monopoli.
Produser-produsen yang bersaing dalam satu pasar (industri) dilakukan melalui
bermacam cara, seperli diterensiasi produk dan aktivitas promosi. Produsen
yang berhasil memenangkan persaingan tersebut, misalnya, produsen
melakukan diferensiasi melalui pembedaan merek menghasilkan loyalitas
terhadap merek produk yang ia hasilkan (brand loyalty), maka produsen
tersebut akan mampu menentukan harga yang lebih tinggi daripada harga
produk sejenis yang dihasilkan produsen lain.
Diferensiasi produk (product differenciation) dibedakan menjadi dua,
yaitu diferensiasi riil (real defferenaatior.) dan diferensiasi artifisial (artificial
differentiation). Diferensiasi produk riil adalah pembedaan karakteristik
produk secara fisik, seperti pembedaan kandungan bahan baku pada dua
produk yang sama. Produk seperti deterjen, minyak goreng. merek yang sama
namun kandungan bahan baku yang berbeda. Sedangkan diferensiasi artifisial
adalah pembedaan karakteristik dua produk atau lebih yang sebenarnya sama
namun dibuat kesan (misalnya melalui iklan) seolah-olah produk tersebut
berbeda (misalnya produk yang satu berkesan lebih bermutu dibandingkan
dengan produk yang lainnya.
Kebijakan untuk melakukan iklan (odveritsing) dianggap hal yang
sangat penting bagi perusahaan yang bersaing di pasar persaingan
monopolistik. Iklan yang dilakukan dapat bertujuan meningkatkan penjualan
dan dapat pula ditujukan untuk mempertahankan tingkat penjualan dari
serangan produsen-produsen lain. Iklan yang ditujukan untuk meningkatkan
penjualan disebut iklan kompetitif (cometitive advertising) Kegiatan iklan ini
biasanya bertujuan untuk menyerang produk yang dihasilkan oleh perusahaan
pesaing.
Pada pasar persaingan monopolistik terdapat banyak produsen yang
bersaing. Setiap produsen memiliki kemampuan untuk menentukan kebijakan
harga dan jumlah barang yang akam ditawarkan ke pasar. Setiap produsen akan
mengambil kebijakan harga dan jumlah barang yang mampu memberikan
keuntungan maksimum baginya. Agar kebijakan tersebut mampu memberikan
keuntungan maksimum bagi seorang produsen, maka produsen tersebut harus
mempu mengenali permintaan terhadap produk yang ia hasilkan.
Permintaan masing-masing perusahsan dapat berbeda satu sama lain,
bergantung dari kemampuan produsen tersebut melakukan diferensiasi
produknya. Setiap produsen berusaha melakukan diferensiasi produk agar
elastisitas permintaan produk yang ia hasilkan semakin tidak elastis. Kurva
permintaan seorang produsen di pasar persaingan monopolitis adalah memiliki
kemiringan negatif. Ini berarti produsen dapat menentukan harga dan jumlah
barang yang ia anggap mampu memberikan keuntungan maksimum baginya.
Kurva permintaan seorang produsen merupakan bagian proporsional dari kurva
permintaan pasar. Kurva ini dsebut kurva permintaan proporsional
(proporsionol demand kurve). Kurva permintaan proporsianal ini yang
merupakan kurva permintaan bagi individu produsen yang heroperssi di pasar
persaingan monopolistic. Gambar (0.1 berikut ini menunjukkan permintaan
bagi seorang produsen yang beroperasi di pasar persaingan monopolistik.
Gambar 10.1: Kurva Permintaan Individu Produsen di Pasar Persaingan
Manopolistik

DP

0 Q

Setiap produsen memiliki kurva permintaan artifisial bagi produk yang


di hasilkan. Kurva permintaan ini diperoleh pada tingkat harga tertentu yang
dipilih produsen pada setiap kurva proporsional yang dihadapi. Gambar 10.2
berikut ini menunjukkan kurva permintaan artifisial yang dimiliki seorang
produsen di pasar persaingan monopolistik jika produsen tersebut menentukan
harga P1.
Gambar 10.2. Kurva Pemitaan Artifsiol dan Penerimaan Marjinal Produsen
P

P0

dA
MRA
DP
0 Q0 Q

Gambar 10.2 menunjukkan kebijakan yang diambil produsen berkenaan


dengan harga dan jumlah produk yang ditawarkan. Tingkat harga yang dipilih
adalah P0, dan jumlah barang yang dihasilkan sebanyak Q0. Pada tingkat harga
dan jumlah barang tersebut, kurva permintaan artifisial produsen ditunjukkan
oleh kurva dA dan kurva penerimaan marjinalnya adalah MRA.

10.2. Kondisi Keseimbangan Individu Produsen pada Pasar Persaingan


Monopolistik
Setiap produsen yang beraperasi paSa pasar persaingan monopotistik
harus TTiampu menentukan kebijakan yang berkenaan dengan tingkat harga
dan jumlah barang yang ditawarkan. Tujuannya adatah agar kebijakan yang
diambil mampu memberikan keuntungan maksimum bagi dirinya.
Produsen cenderung memilih tingkat harga dan jumlah barang yang
dihasilkan pada tingkat cli mana biaya marjinal (MC) sama dengan penerimaan
marjinal (MRJ. Karena pada tingkat liarga dan jumlah barang ini produsen
akan memperoleh keuntungan maksimum. Atau jika rugi, maka kerugian yang
diderita adalah minimum. Kondisi in' disebut jugs sebagai kondisi
keseimbangan produsen pasar pasar persaingan monopolistik. Gambar 10.3
berikut ini menunjukkan kondisi keseimbangan produsen di pasar persaingan
monopolistik.
Gambar 10.3: Kondisi Keseimbangan Produsen di Pasar Peresaingan
Monopolistik
P
MC

PE E AC

F
cI F dA

MRA
DP
0 QE Q

Kebijakan harga dan jumlah barang yang ditawarkan produsen diambil


pada saat penerimaan marjinal (MRA) sama dengan biaya marjinal (MC). Pada
kondisi ini harga ditentukan sebesar PE dan jumlah barang sebanyak QE.
Besarnya penerimaan total ditunjukkan oleh luas daerah OP EEQE, sedangkan
besarnya biaya total ditunjukkan oleh luas daerah Oc,FQE. Besarnya
keuntungan yang diperoleh produsen ditunjukkan oleh luas daerah cIPEEF.
Kasus 10.1. Sebuah perusahaan menjual output yang didasilkan di pasar
persaingan sempurna. Permintaan dan biaya yang dihadapi
ditunjukkan oleh kurva berikut ini.
P
MC

Rp100 E AC

F
Rp60 F dA

MRA
DP
200 Q
0
Kg

Berdasarkan data di atas, tentukan:


a. Harga dan jumlah barang yang dapat memberikan laba makimum bagi
perusahnan tersebut.
b. Tentukan laba maksimum perusahaan
Jawab.
a. Harga barang adulah Rp100 dan jumlah barang adalah 200 kilogram.
b. Laba maksimum penerimaan total (TR) = Rp100 x 200 Kg = Rp20.000.
Besarnya biaya total (TC) = Rp60 x 200 Kg = Rp 1.200. Besarnya
keuntungan yang diperoleh produsen TR - TC = Rp20.000 - Rp 1.200 =
Rp8.000.

10.3 Kondisi Keseimbangan Individu Produsen dalam Jangka Panjang


Pada pembahasan mengenai karakteristik pasar persaingan sempurna.
produk yang diperjualbelikan di pasar merupakan produk yang homogen.
Dengan menggunakan ukuran ini, berarti setiap produk yang sejenis dan telah
didiferensiasi akan memiliki pasar (industri) sendiri-sendiri. Akibatnya, bagi
satu macam jenis produk saja memungkinkan memiliki banyak pasar (industri).
Kondisi seperti ini akan mempersulit dalam menganalisis pasar Dalam model
pasar persaingan monopolistik, Chamberlin mencoba mengatasi permasalahan
ini dengan membuat kelompok barang sejenis yang terdiferensiasi ke dalam
suatu kelompok produk (Product group). Contohnya, industri mie instan,
industri minyak goreng, industri jeans.
Dalam jangka panjang. produsen-produsen pada pasar persaingan
monopolistik akan selalu menyesuaikan harga dan jumlah produk terhadap
kelompok produk (product group). Keseimbangan individu produsen dalam
jangka panjang tercapai pada saat biaya rata-rata jangka panjang (LAC) sama
dengan harga (P). Gambar 10.4 menunjukkan kondisi keseimbangan jangka
panjang individu produsen pada pasar persaingan monopolistik.
Gambar 10.4: Kondisi Keseimbangan jangka Panjang Produsen di
PasarPersaingan Monopolistik
P
MC

LAC
E
PE
F
dA
MRA
DP
0 QE Q
Berdasarkan data pada Gambar 10.4, kebijakan harga dan jumlah
barang yang ditawarkan produsen diambil pada saat harga (P) sama dengan
biaya rata-rata jangka panjang (LAC). Pada kondisi ini harga ditentukan
sebesar PE dan jumlah barang sebanyak QE. Besarnya penerimaan total
ditunjukkan oleh luas daerah 0PEEQE, sedangkan basarnya biaya total
ditunjukkan oleh luas daerah 0PEEQE.. Besarnya penerimaan total (TR) sama
dangan besarnya bisya total (TC). Dengan demikian dalam jangka panjang
produsen di pasar persaingan monopolistik tidak memperoleh keuntungan dan
juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain perusahaan hanya memperoleh
laba normal (normal profit).

Kasus untuk Diskusi


1. Apa perbedaan antara dan persamaan karaktenstik antara pasar persaingan
monopolistik dengan pasar persaingan sempurna,
2. Apa perbedaan antara dan persamaan karakteristik antara pasar persaingan
monopolistik dengan pasar oligopoli.
3. Apa perbedaan antara dan persamaan karakteristik antara pasar persaingan
monopolistik dengan pasar monopoli.
4. Jika perusahaan yang beroperasi di pasar persaingan monopolistik dan
perusahaan tersebut memilih bersaing melalui promosi, Apa yang harus
dilakukan perusahaan agar unggul dalam bersaing.
5. Diferensiasi produk memiliki dua makna. Sebutkan dan jelaskan masing-
masing jenis diferensiasi tersebut.
6. Pada suatu industri persaingan monopolistik terdapat beberapa macam
produk sejenis (product group). Kurva biaya total jangka panjang perusahaan
ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut: TC = 384Q – 0.-5Q2 + .0025Q3.
Perusahaan menghadapi kurva permintaan artifisial ditunjukkan oleh
persamaan: P = A = 0,IQ. Simbol P menunjukan harga produk. Q
menunjukkan jumlah produk, dan A adalah banyaknya perusahaan yang
bersaing berdasarkan informasi tersebut, tentukan:
a. Jumlah barang yang harus diproduksi oleh perusahaan.
b. Harga produk
b. Jumlah perusahaan yang bersaing (A).
7. Suatu perusahaan beroperasi di pasar persaingan monopolistik. Ia
memiliki karakteristik biaya total jangka panjang seperti yang ditunjukkan
oleh persamaan berikut ini:
LTC = 0,001 Q3 – 0,425Q2 + 85Q
Dimana LTC adalah biaya total jangka panjang dan Q adalah jumlah barang
yang dihasilkan.
Semua produsen dalam kelompok barang (pioduct group) menyesuaikan
harga dengan proporsi yang sama. Permintaan ditunjukkan oleh persamaan
berikut ini: Q = 300 - 2,5P
dimana Q menunjukkan jumlah barang dan F adalah tingkat harga per unit.
a) Tentukan harga keseimbangan produsen jangka panjang.
b) Tentukan jumlah barang keseimbangan produsen jangka panjang.
c) Tentukan elastisitas kurva permintaan produsen jangka panjang
pada kondisi keseimbangan.
d) Tentukan kurva permintaan jangka panjang pada kondisi
keseimbangan.
Bab 11
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Setelah mempelajari bab ini pembaca, diharapkan mampu:


 Memahami karakteristik pasar faktor produksi (pasar input);
 Membedakan karakteristik antara pasar output dengan pasar faktor
produksi (pasar input);
 Membedakan antara beberapa jenis pasar faktor produksi berdasarkan
tingkat (intensitas) persaingan;
 Memahami strategi perusahaan dalam memanfaatkan faktor produksi agar
perusahaan mampu mencapai tujuannya;
 Membedakan perusahaan yang beroperasi di pasar input yang bersifat
persaingan sempurna dengan di pasar input yar.g bersifat persaingan tidak
sempurna;
 Mengetahui karakteristik perusahaan monopsoni;
 Menganahsis kebijakan perusahaan dalam pemanfaatan faktor produksi
(input) di berbagai jenis pasar input maupun pasar output;
 Menurunkan kurva permintaan perusahaan terhadap input di berbagai sifat
pasar output.

Pasar output merupakan 'tempat' bertemunya antara penjual dan pembeli


output. Penjual adalah pihak yang menawarkan output (porodusen) dan
pembali adalah pihak yang meminta (konsumen). Produsen perusaha menjual
output yang dihasilkan dengan harga dan jumlah produk yang memungkinkan
produsen tersebut memperoleh laba. Asumsi yang pernah digunakan pada
pembahasan sebelumrya masih digunakan dalam pembahasan ini, yaitu sikap
yang rasional produsen maupun konsumen. Sikap rasional produsen
diumjukkan pada setiap keputusan yang diamibil oleh seorang produsen selalu
berusaha agar memperoleh laba maksimum.
Bagi perusahaan, uang yang diterima dari penjualan output merupakan
penerimaan (revenue) dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk
yang diinginkan merupakan biaya (COST). Laba yang diperoleh perusahaan
ditentukan oleh besarnya penerimaan (revenue) dari biaya produksii (cost). Jika
penerimaan lebih tinggi daripada biaya, maka perusahaan memperoleh laba.
Sedangkan jika penerimaan lebih kecil daripada biaya, maka perusahaan akan
rugi. Selisih positif yang tertinggi antara penerimaan (revenue) biaya produksi
(cost) menunjukkan bahwa perusahaan bahwa memperoleh laba maksimum.
Dalam membahas pasar output, kita mengabaikan kondisi pasar faktor
produksi (pasar input). Padahal kondisi pasar faktor produksi yang dihadapi
oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan
menggunakan faktor produksi dalam proses produksi. Pada bab ini akan
dibahas bagaimana interaksi antara penjual dan pembeli di pasar faktor
produksi. Karakteristik interaksi penjual dan pembeli faktor produksi di pasar
faktor produksi sangat ditentukan oleh bentuk persaingan di pasar faktor
produksi, baik persaingan dalam menjual maupun membeli faktor produksi
tersebut. Terdapat beberapa kemungkinan kondisi pasar, baik pasar input
maupun pasar output yang dihadapi oleh perusahaan.
11.1 Dasar-dasar Pemahaman Pasar Faktor Produksi
Aturan interaksi antara penjual dan pembeli di pasar faktor produksi
merupakan kebalikan dari aturan interaksi di pasar output Interaksi di pasar
output, perusahaan bertindak sebagaa penjual (produsen output) dan
rumahtangga bertindak sebagai pembeli (korsumen output). Sedangkan di
pasar faktor produksi, perusahaan bertindak sebagai pembeli (konsumen faktor
produksi) dan rumahtangga sebagai penjual (produsen faktor produksi)
Fakto produksi yang ditransaksikan di pasar faktor produksi berupa
tenaga kerja, tanah, modal, dan kemampuan manajerial yang dimiliki oleh
rumahtangga. Faktor produksi tersebut dibutuhkan oleh perusahaan untuk
menghasilkan output yang diinginkan.
Penghasilan rumahtangga bergantung dari jenis faktor produksi yang
dimiliki. Rumahtangga yang memiliki faktor produksi tenaga kerja akan
menerima penghasilan dalam bentuk upah, rumahtangga yang memiliki faktor
produksi tanah akan menerima penghasilan dalam bentuk sewa, rumahtangga
yang memiliki faktor produksi modal akan msnerima penghasilan dalam
bentuk bunga, dan rumahtangga yang memiliki fakror produksi kemampuan
manajerial akan memperoleh penghasilan dalam bentuk pembagian laba
perusahaan. Misalnya upah tenaga kerja per orang merupakan harga tenaga
kerja per orang yang dipekerjakan oleh perusahaan dalam suatu proses
produksi.

11.2 Laba Maksimum Penggunaan Faktor Produksi:


Pasar Output dan Pasar Input Bersifat Persaingan Sempuma
Laba yang diparoleh perusahaan merupakan selisih positif antara
penerimaan dan biaya produksi. Penerimaan yang diperoleh perusahaan berasal
dari penjualan output yang dihasilkan, sedangkan biaya timbul karena
penggunaan faktor produksi dalam proses produksi.
Permbahasan mengenai kebijakan perusahaan untuk mencapai kondisi
keseimbangan perusahaan (laba maksimum atau rugi minimum) di pasar output
tanpa memperhatikan kondisi yang dihadapi perusahaan di pasar faktor
produksi (input). Perusahaan hanya memfokuskan pada penentuan jumlah
barang yang dihasilkan pada kondisi persaingan yang dihadapi. Pada bagian ini
akan diuraikan bagaimana perusahaan menentukan jumlah input yang
digunakan untuk menghasilkan sejumlah output tenentu, agar perusahaan
tersebut menciptakan laba maksimum.
Asumsi yang kedua adalah bahwa perusahaan hanya menggunakan satu
macam input variabel, yaitu X. Berdasarkan asumsi tersebut berarti perusahaan
dapat menjual berapa pun jumlah output yang dihasilkan tanpa mengubah
harga output tersebut. Sedangkan di pasar input, perusahan dapat memperoleh
barapa pun jumlah input X tanpa berpengaruh terhadap harga input.
Tambahan penggunaan input varjabel akan berpengargh rerhadap
jumlah output yang dihasilkan., dan selanjutnya akan akan berpengaruh
terhadap penerimaan, biaya produksi, dan laba yang diperoleh. Misalnya
penambahan input variabel akan menambali output dalam suatu periode
produksi. Peningkatan output dapat berakibat kenaikan penerimaan lebih besar
daripada kenaikan biaya
Ketika perusahaan menambali jumlah input variabel yang digunakan
dalam suatu proses produksi, output yang dihasilkan akan bertambah sebanyak
produksi marjinal input variabel tersebut (MPx). Misalnya perusahaan
menggunakan input X untuk memproduksi barang A dan barang tersebut dijual
di pasar output, yang bersifat pasar persaingan sempurna. Perusahaan
menentukan harga barang A sama dengan harga pasar bsrang A, misalnya PA
yang besarnya sama dengan penerimaan marjinal terhadap barang A (MRx).
Jika harga barang A per unit dikalikan dengan tambahan jumlah barang A yang
dihasilkan dari tambahan penggunaan input variabel X sebanyak satu unit
merupakan besarnya value of marginal product input variabel X (VMPx).
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut
VMPx = MPx = PA
Perubahan penerimaan total yang disebabkan oleh bertambahnya satu
unit input variabel yang digunakan disebut marginal revenue prodouct X
(MRPx). Secara matematis MRPx sama dengan tambahan barang A yang
dihasilkan dan tambahan satu unit input variabel (MP x) dikalikan dengan
tambahan penerimaan dari tambahan satu unit barang A yang dijual (MRx),
atau
MRPx = MPx = MRA
Harga barang A (PA) di pasar persaingan sempurna besarnya sama
dengan tambahan satu unit barang A yang dijual (MR A). Dengan demikian
identitas di atas dapat ditulis sebagai berikut:
MRPx = VMPA
Perusahaan akan menggunakan input variabel X untuk menghasilkan
barang A pada jumlah di rnana perusahaan mampu menciptakan laba
maksimum Penggunakan input varaiabel X agar perusahaan memperoleh laba
maksimum terjadi apabila tambahan biaya akibat tambahan menggunakan
input variabel X sebanyak satu unit (marginal resource cost X atau MRC) sama
dengan value morginal product X Atau secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:
VMPx = MRCx
Berikut ini dilakukan pembuktian secara matematis. Misalnva suatu
perusahaan memproduksi barang A dan menggunakan satu input variabel, yaitu
X. Barang A dijual di pasar output yang bersifat persaingan sempurna dan input
X dibeli di pasar input yang bersifat persaingan sempurna. Fungsi produksi
untuk menghasilkan barang A adalah
QA = f(X)
QA adalah jumlah barang A yang dihasilkan dan X adalah jumlah input
X yang digunakan. Produksi marjinal input X (MP x) adalah derivatif fungsi
produksi terhadap X, yaitu:
∂Q A
MPx = = f (X)
∂X
TR = PA QA = PA f(X)
TC = TFC + TVC
TVC = Px X
TC = TFC + Px X
Laba perusahaan (a ) merupakan selisih antara penerimaan total (TR)
dan biaya total (TC).
= TR - TC
= PA f(X) - (TFC + Px X)
= PA f(X) - TFC - Px X
Perusahaan akan memperoleh laba maksimum pada penggunaan input
X dapat ditentukan dengan menderivasikan fungsi laba () terhadap X sama
dengan

= PA f (X) - Px = 0
∂X
PA f, (X) = Px
f, (X) =MPx
PA MPx = Px
Perusahaan yang beroperasi di pasar output yang bersifat persaingan
sempurna dan pasar input yang bersifat persaingan sempurna, Px = MRCx
dan Px MPx = VMPx. Dengan mensubstitusikan ke dalam identitas di atas akan
diperoleh kondisi laba maksimum perusahaan adalah
VMPx = MRCx
Kasus 11.1. Sabuah perusahaan menghasilkan barang A Untuk menghasilkan
barang A tersebut. perusahaan menggunakan hanya satu macam
input variabel, yaitu tenaga kerja. Barang A dijual di pasar
persaingan sempurna dan pasar tenaga kerja bersifat persaingan
sempurna. Jumlah output yang dapat dihasilkan dalam proses
produksi tersebut ditunjukkan oleh persamaan: Q - 20L – L2. Q
adalah jumlah barang A yang dihasilkan dan L adalah jumlah jam
tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Barang A
dijual dengan harga Rp5 per unit dan harga (upah) tenaga kerja
R.p20 per jam kerja.
a. Tentukan jumlah jam tenaga kerja (L) yang harus
digunakan agar perusahaan memperoleh laba maksimum.
b. Jika biaya tetap perusahaan untuk memproduksi barang A
adalah Rp40, tentukan laba maksimum yang diperoleh
perusahaan.
Jawab.
a. Laba maksimum terjadi pada saat VMPL = MRCL
VMPL = PA MPL
MPL = QA/L = 20 – 2L
PA = 5
VMPL = 5 (20 -2L) = 100- 10L
MRCL = PL= 20
VMPL = MRCL
100- 10L = 20
10L= 100-20
10L = 80
L=8
Tenaga kerja yang digunakan adalah 8 jam
b. Laba maksimum yang diperoleh perusahaan.
= TR - TC
TR = PA QA
QA = 20L – L2
= 20(8) - (8)2
= 160 - 64
= 96
TR = 5 x 96 = 480
TC - TFC + TVC
= TFC + PLL
= 40 + 20(8) = 200
= TR - TC = 480 - 200 = 280
Laba yang diperoleh perusahaan adalah Rp230.
Sekarang kita, coba menggunakan angka hipotetis dalam sebuah tabel
untuk mengetahui penggunaan tingkat input variabel oleh perusahaan agar
perusahaan tersabut memperoleh laba maksimum Tabel 11.1 berikut ini berisi
data hiporetis mengenai beberapa alternatif penggunaan input variabel.

Tabel 11.1 Penggunaan Input Varibel pada Tingkat Laba Maksimum


1 2 3 4 5 6 7 8 0
Px TV La
QA MPX
X PA TRA, VMPX = C ba
(Uni (Uni
(Unit) (Rp) (Rp) (Rp) MRCx (R (R
t) t)
(Rp) p) p)
0 0 10 5 0 50 20 0 0
1 10 12 5 50 60 20 20 30
2 22 16 5 100 90 20 40 60
3 28 15 5 140 75 20 60 80
4 43 12 5 215 60 20 80 13
5 55 7 5 275 40 20 10 5
6 63 5 5 315 35 20 0 17
7 70 3 5 350 25 20 12 5
8 75 1 5 375 15 20 0 19
9 78 5 390 5 20 14 5
10 79 5 395 20 0 21
16 0
0 21
18 5
0 21
20 0
0 19
5

Keterangan:
Kolom 1 : Jumlah input variabel X
2 : Jumlah barang A yang diproduksi
3 : Produksi marjinal input X
4 : Harga barang A.
5 : Penerimaan total dan barang A, yaitu harga A dikali jumlah
barang A
6 : Poduksi marjinal input A atau VMP = MPx .PA
7 : Harga input X. Harga input X = MRCx
8 : Biaya variabel total (TVC), yaitu P dikali X
9 : Laba = TR – TVC

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, laba maksimum terjadi pada


saat VMPx = MRC^. Pada penggunaart input X sebanyak 8 unit, besarnya
MRC - Rp20 dan besarnya VMPx di antara Rp15 dan Rp25. Dengan demikian
perusahaan akan rnemperoleh laba maksimum jika meproduksi barang A
sebanyak 75 unit. Laba yang d/peroleh adalah Rp2l5.
Kondisi keseimbangan perusahaan (laba maksimum perusahaan) dalam
menggunakan input variabel dapat dijelasksn setara grafik. Gambar 11.1
berikut ini menunjukkan kondisi pemanfaatan input variabel X yang optimal
bagi perusahaan untuk menghasilkan barang A.
Gambar 11.1 Penggunaan input Variabel X yang Optimal
Harga
PX = MRCX
Px
VM
x

0 X’ X

Misalnya marginal revenue product input X ditunjukkan oleh kurva


VMPx dan harga input X adalah Px. Besarnya marjinal resource cost
penggunaan input X, ditunjukan oleh kurva MRCx yang besarnya sama harga
input X. Kurva horisontal harga input X menunjukkan kurpa penawaran input
X di pasar input yang bersifat persaingan sempurna. Berdasarkan Gambar 11.1,
penggunaan input X yang optimal, yaitu yang memberikan laba maksimum
bagi perusahaan adalah VMPx = MRCx. Kondisi ini secara grafis dapat dilihat
dari perpotongan antara kurva VMPx = MRCx. Jumlah input X yang
memberikan laba makimum bagi perusahaan adalah X*.
Kasus 11.2 Sebuah perusahaan memproduksi suatu barang dengan menggunakan
satu macam input vsriabel yaitu X. Kondisi di pasar input X, pasar
output, dan produksi untuk menghasilkan intput ditunjukkan oleh
kurva berikut ini.
Rp

PX = MRCX
15
VM
x

0 40 X (Unit)

a. jumlah input X yang digunakan agar dipeloleh laba maksimum.


b. Tentukan basarnya biaya variabei total (TVC) pada penggunaan
input X yang memberikan laba maksimum bagi perusahaan.
Jawab.
a. Jumlah input X yang digunakan agar perusahaan memperoleh laba
maksimum adalah pada saat VMPx = MRCx. Kondisi ini secara grafis
ditunjukkan oleh perpotongan antara VMPx dengan kurva MRCx. Jumlah
input X yang digunakan adalah 40 unit.
b. Biaya variabel total adalah harga input variabel (P ) dikalikan
dengan jumlah input X yang digunakan
TVC = Px X - Rp 15 x -40 unit = Rp600.

11.3 Menurunkan Kurva Permintaan Individu Perusanaan Terhadap Input


Variabel
Dalam suatu proves produksi, baik pada proses produksi jangka
peroduksi (short run) maupun dalam proses produksi jangka panjang (long-
run), perusahaan menggunakan input vanabel. Input variabel adalah input yang
jumlahnya berubah tergantung dan jumlah output yang dihasilkan.
Setiap periode produksi, perusahaan harus memutuskan jumlah input
variabel yang harus digunakan untuk rnenghasilkan sejumlah output tertentu
agar dalam proses produksi tersebut tercapai biaya yang rendah. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan produsen dalarn menentukan
jumlah input yang digunakan adalah perubahan harga input tersebut. Hubungan
antara harga input dengan jumlah input yang diminta perusahaan dapat
ditunjukkan dengan menggunakan kurva permintaan perusahaan terhadap input
tersebut. Bagaimana bentuk kurva permintsan terhadap input variabel bagi
sebuah perusahaan?.
Misalnya sebuah perusahaan, berproduksi dengan menggunakan satu
macam input variabel, yaitu X. Kurva VMPx pada Garnbar 11.2 berikut ini
menunjukkan nilai produksi marjinal input X.
Gambar 11.2 Menurunkan Kurva Permintaan Individu Perusahaan Terhadap
Input
Harga

Px2
PX = MRCX
Px1
VM
x

0 X2 X1 X

Harga

Px2 B
A
Px1

0 X2 X1 X

Misalnya harga input X yang terjadi di pasar adalah PxI. Pada tingkat
harga input X tersebut, perusahaan akan menggunakan input X sebanyak XI.
Karena, pada tingkat penggunaan input tersebut perusahaan akan memperoleh
laba maksimum (VMPx = MRCx). Untuk menggambar kurva permintaan
terhadap iniput X, perpotangan antara garis horisontal harga output PxI , dan
garis vertikal jumlah input X, yaitu XI diberi nama titik A. Jika terjadi kenaikan
harga input variabel X, misalnya menjadi PX2, perusahaan akan meninjau
kembali kebijakan penggunaan input X tersebut. Perusahaan akan mengurangi
penggunaan input vanabel yang harganya naik. Misalnya kenaikan harga input
dari PxI menjadi Px2 mengakibatkan perusahaan akan mengurangi penggunaan
input A dari X1 menjadi X2. Perpotongan antara garis horisontal harga output
Px2, dan garis vertikal jumlah input X, yaitu X2 diberi nama titik B. Jika titik A
dan titik B dihubungkan satu sama lain akan diperoleh kurva permintaan
perusahaan terhadap input variabel X (ditunjukkan oleh kurva D ).
Bagaimana pengaruh perubahan penggunaan input vartabel sebagai
akibat dari perusahan harga input tersebut. Ada dua penyebab terhadap
perubahan jumlah penggunaan input variabel. Pertama, perubahan yang terjadi
pada produksi marjinal input variabel, mtsalnya terjadi perubahan teknologi
yang digunakan dalam proses produksi. Ke dua, perubahan harga output di
pasar output.
11.4 Perubahan Jumlah Penggunaan Input Variabel:
Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan
mengubah produksi marjinal input variabel. Misalnya dalam satu proses
produksi menggunakan hanya satu macam input variabel, yaitu X. Kenaikan
teknologi akan meningkatkan marjinal produk input variabel X (MPx).
Kenaikkan marjinal produk input variabel X ditunjukkan oleh pergeseran kurva
VMPx dari VMPxI| menjadi VMP xI pada Gambar 11.3.

Gambar 11.3 Perubahan Penggunaan input Variabel: Perubahan Teknotogi


Harga

PX = MRCX
Px1
VMPX1 VMPX2

0 X1 X2 X

Mengapa jika terjadi kenaikan MPx akan menggeser kurva VMPx ke


kanan. Perhatikan formulasi berikut ini:
VMP x = MP x PA
Jika MPX naik, dan Px tidak berubah, maka VMPx akan meningkat.
Peningkatan VMPx akan menggeser kurva VMPx ke kanan.
Pergeseran ke kanan kurva marjinal revenue product input X (VMPx).
sementara harga (penawaran) input X tidak berubah, akan mengubah kebijakan
perusahaan dalam menentukan jumlah input X yang digunakan agar
perusahaan dapat memperoleh laba maksimum. Penggunaan input X yang
mendatangkan laba maksimum bagi perusahasn ditunjukkan oleh perpotongan
antara kurva VMPx dengan kurva MRCx, yaitu pada penggunaan input X
sebanyak X2.

11.5 Perubahan Jumlah Penggunaan Input Variabel: Perubahan Harga


Output
Perubahan harga output yang dihasilkan dalam proses produksi akan
mendororg perusahaan untuk menghitung kembali jumlah input vanabel yang
digunakan agar perusahaan dapat memproleh laba maksimum. Misalnya dalam
satu proses produksi menggunakan hanya satu macam input variabel, yaitu X.
Kenaikan harga output, sementara teknologi tidak berubah, akan meningkatkan
VMPx. Kenaikkan marjinal produk input variabel X ditunjukkan oleh
pergeseran kurva VMPx dari VMPx, menjadi ada Gambar 11.4.

Gambar 11.4 Perubahan Penggunaan Input Variabel: Perubahan Harga


Output
Harga

PX = MRCX
Px1
VMPX1 VMPX2

0 X1 X2 X

Mengapa jika terjadi kenaikan harga dan teknologi tidak berubah akan
menggeser kurva VMPx ke kanan. Perhstikan formutasi berikut ini:
VMPx = MPx PA
Jika PA naik. dan MPx tidak berubah, maka VMPx akan meningkat.
Peningkatan VMPx akan menggeser kurva VMPx ke kanan.
Pergeseran ke kanan kurva value marginal product input X (VMPx) dan
harga (penawaran) input X tidak berubah, perusahaan akan memilih jumlah
penggunaan input variabel X yang akan mendatangkan keuntungan maksimum
baginya. Penggunaan input X yang mendatangkan laba maksimum bagi
perubahaan ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva VMP x dengan kurva
VMCx, yaitu pada penggunaan input X sebanyak X2.

11.6 Laba Maksimum Penggunaan Faktor Produksi Variabel: Pasar Output


Bersifat Tidak Sempurna dan Pasar Input Bersifat Persaingan
Sempurna
Perusahaan yang menjual produk yang dihasilkan di pasar yang bersifat
tidak sempurna (monopoli, oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik) dapat
menentukan harga. Berbeda halnya dengar, perusahaan yang menjual
produknya di pasar persaingan sempurna. Harga produk di pasar persaingan
sempurna ditentukan oleh pasar.
Sekarang kita mulai menganalisis kebijakan perusahaan rnenentukan
jumlan input variabel yang digunakan secara matematis Misalnya sebuah
perusahaan, memproduksi barang A menggunakan input X sebagai satu-
satunya input variabel. Syarat penggunaan tenaga kerja yang memberikan laba
maksimum bagi perusahaan adalah sebagai berikut
M Px I
=
Px MR
MPX adalah produksi marjinal input X, PX adalah harga input X. dan,
MR adalah tambahan penerimaan total jika perusahaan menarmbah output
sebanyak satu unit (marjinal revenue)
Bandingkan dengan syarat penggunaan input variabel X bagi
perusahaan yang beroperasi di pasar output yang bersifat persaingan sempurna,
yakni:
M Px I
=
Px PA
Perbedaan ini disebabkan oleh karena kurva permintaan pasar bagi
produk A di pasar output yang bersifat persaingan tidak sempurna berbemuk
menurun, sehingga produksi marjinal produk A (MRA) tidak sama dengan
ptoduks A (PA).
Formulasi syarat penggunaan input variabel perusahaan monopoli agar
diperoleh lata maksimum dapat juga ditulis sebagai berikut:
MPx MR = Px
Hasil kali antara MPx dengan MR, disebut marjinal revenue product
input X (MRP). Perusahaan yang beroperasi di pasar input yang bersifat
persaingan sempurna, harga input sama dengan marginal factor cost input X
(MFCx). Karena input X dibeli di pasar yang bersifat persaingan sempurna,
maka MFCx = Px. Syarat penggunaan input X agar perusahaan memperoleh
laba maksimum adalah
MRPx = MFCx
Keputusan penggunaan input variabel perusahaan monopoli di pasar
input dan membeli input variabel di pasar persaingan sempurna dapat dianalisis
secara grafis. Perhatikan Gambar 11.5 berikut ini:

Gambar 11.5: Penggunaan Input Optimal Perusahaan Monopoli dan Membeli


Input di Pasar Persaingan Sempurna
Harga

PX = MFCX
Px*
VMPX = MPX PA
MRPX = MPX - MR

0 X1 X2 X

Berdasarkan Gambar 11.5 harga inpit X di pasar adalah Px*. Marginal


revenue product input X perusahaan ditunjukkan oleh kurva MRPx dan value
marginal product input X ditunjukkan deli kurva VMPx. Bentuk kurva MRPx
lebih curam daripada kurva VMPx, karena kurva penerimaan marjinal (MR)
lebih curam daripada kurva permintaan. Perusahaan akan menggunakan input
variabel pada saat marginal revenue product input variabel sama dengan
marginal factor cost input variabel. Jadi dalam kasus di atas, perusahasn akan
menggunakan input X sebanyak X1, yaitu pada saat MRPx sama MFCx. Hal ini
ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva MRPx dengan kurva MFCx.
Bandingkan jika perusahaan beroperasi di pasar output yang bersifat
persaingan sempurna, jumlah input X yang digunakan agar perusahaan
memperoleh laba maksimum adalah X2, yaitu perpotongan antara kurva VMPx
dengan kurva MFCx .

11.7 Laba Maksimum Penggunaan Faktor Produksi Variabel: Pasar Output


dan Pasar Input Barsifat Tidak Sempurna
Pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa perusahaan yang membeli
input di pasar input yang bersifat persaingan sempurna, bentuk kurva
penawaran input bagi individu perusahaan merupakan garis lurus sejajar sumbu
jumlah input. Bentuk kurva penawaran input seperti itu disebabkan oleh karena
pemilik faktor produksi secara individu merupakan bagian kecil dari
perusahaan yang ada di pasar, sehingga tidak bisa menentukan narga yang
berbeda dengan harga input yang ditentukan oleh pemilik input yang
lainSagaimana perusahaan menenrukan kebijakan penggunaan faktor produksi
yarg dibeli dari perusahaan monopsoni dan output yang dihasilkan dijual di
pasar output yang bersifat monopoli? Parhartikan Gambar 11.6 benkut ini.
Misalnya suatu perusahaan menjual output di pasar monopoli dan membeli
input di pasar monopsoni. Input variabel yang digunakan hanya satu macam,
yaitu X. Penawaran input X perusahaan monopsonri (pemilik faktor produksi
X) ditunjukkan oleh kurva S X. Bagi perusahaan yang membeli input X, kurva
penawaran input X menunjukkan besarnya average factor cost input X (AFCx).
Berdasarkan kurva AFCx tersebut dapat diperoleh narginal factor cost input X,
yaitu yang ditunjukkan oleh kurva MFCx (Sifat dari kurva MFCx dan kurva
AFCx sama dengan sifat kurva AC dan MC yang telah kita bahas pada bab
sebelumnya, yaitu kurva MC memotong kurva AC pada saat AC minimum).
Kurva permintaan input perusahaan monopoli (perusahaan menghasilkan
output) terhadap input X ditunjukkan oleh kurva D. Kurva permintaan input X
ini identik dengan kurva yang menunjukkan besarnya marginal revenue
product input X
Gambar 11.6: Penggunaan Input Optimal Perusahaan Monopali dan Membeli
Input di Pasar Monopsoni

Px

MCx

Sx = AFCx
Px1
Px2
Dx = MRPx

0 X2 X1 X

Keputusan perusahaan menggunakan input X agar diperoleh laba


maksimum adalah pada saat MRPx = MFCx, yaitu penggunaan input X
sebanyak X1 dengan harga input X adalah P2. Perusahaan monopoli tidak akan
menggunakan input X sebanyak X2 yaitu pada saat MRPx = AFCx dan harga
input X adalah Px1. Karena pada penggunaan input X sebanyak X2 tersebut
tidak akan mendatangkan laba maksimum baginya.
Kasus untuk Diskusi
1. Pada pasar faktor produksi, tentukan siapa yang tergolong sebagai
produsen dan siapa yang tergolong sebagai konsumen.
2. Sebutkan jenis faktor produksi yang dijual di pasar faktor produksi.
Tentukan jenis penghasilan yang diterima oleh masing-masing pemilik jenis
faktor produksi tersebut
3. Apa perbedaan yang membeli input (faktor produksi) di pasar
faktor produksi yang bersifat persaingan sempurna dengan monopsoni?
4. Bagi perusanaan monopoli yang membeli input pada perusahaan
monopsoni, apa dasar keputusan perusahaan monopoli menggunakan input
variabel agar memperoleh laba maksimum;
5. Apa perbedaan antara industri monopoli dengan industri
monopsoni
6. Jelaskan dan gambarkan perbedaan bentuk kurva penawaran faktor
produksi di pasar faktor produksi yang bersifat persaingan sempurna dengan
bersifat monopsoni.
7. Jelaskan dan gambarkan perbadaan bentuk kurva permintaan faktor
produksi perusahan di pasar output yang bersifat persaingan sempurna
dengan bersifat monopoli.
8. Sebuah perusahaan memproduksi suatu barang dengan
menggunakan satu macam input variabel, yaitu X. Kondisi di pasar input X,
pasar output, dan produksi untuk menghasilkan output ditunjukkan oleh
kurva berikut ini.

Rp

PX = MRCX
10

VMPX2
0 25 X (Unit)
a. Jumlah input X yang digunakan agar diperoleh laba maksimum.
b. Tentukan besarnya biaya variabel total (TVC) pada penggunaan
input X yang memberikan laba maksimum bagi perusahaan.
c. Jelaskan sifat pasar output dan pasar input perusahaan tersebut
beroperasi.
9. Sebuah perusahaan memproduksi suatu barang dengan
menggunakan satu macam input variabel, yaitu X. Kondisi di pasar input X,
pasar output. d;n produksi menghasilkan output ditunjukkan oleh kurva
berikut ini.
Px($)

MCx

Sx = AFCx
12
8
Dx = MRPx

0 50 75 X(Unit)

a. Jumlah input X yang digunakan agar diperoleh laba maksimum.


b. Tentukan besarnya biaya variabel total (TVC) pada penggunaan
input X yang mamberikan laba maksimum bagi perusahaan.
c. Jelaskan sifat pasar output dan pasar input perusahaan tersebut
beroperasi.
10. Sebuah perusahaan menghasilkan barang A. Barang A dijual di
pasar persaingan sempurna dan pasar tenaga kerja bersifat persaingan
sempurna. Untuk menghasilkan barang A tersebut, perusahaan bisa
menggunakan tenaga kerja sebagai input variabel. Jumlah output yang dapat
dihasilkan dalam proses produksi tersebut ditunjukknn oleh persamaan: Q =
12.L - 0,5L2. Q adalah jumlah barang A yang dihasilkan dan L adalah
jumlah jam tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Barang A
dijual dengan harga Rp10 per unit dan harga (upah) tenaga kerja Rp20 per
jam kerja.
a. Tentukan jumlah jam tenaga kerja (L) yang harus digunakan agar
perusahaan memperoleh laba maksimum.
b. Jika biaya tetap perusahaan untuk memproduksi barang A adalah
Rp250. tentukan laba maksimum yang diperoleh perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

1. An Sudarman (1988). Teori Ekonomi Mikro jilid 1, BPFE UGM,


Yogyakarta.
2. Ari Sudarman dan Algifari (1999), Ekonomi Mikro-Makro: Teori,
soal, dan jawaban, Edisi 3, BPFE UGM, Yosyakarta.
3. Bilas, Richard A. (1971), Microeconomic Theory, Second Editions,
International Student Edition, McGraw-Hill Kogakusha, Singapore.
4. Boediono (i 993), Seri Sinopsis Pengintar ilmu Ekonomi Mikro
Nomor 1, BPFE UGM, Yogyakana
5. Henderson and Quandt (1985). MicroeconomicTheory: A
Mathematical approach. Third Edition, McGraw-Hill Bock Company,
Singapore.
6. Miller and Meiners, Teori Ekonomi Mikro Intermediete,
Terjemahan oleh Haris Munandar, Edisi Ketiga, PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
7. Nicholson W. (I985), Microeconomic Theory: Basic Principles and
Extentions, Third Edition, Holt-Saunders International Editions, New
York.
8. Porter, Michael E., Competitive Advantage. Collin Macmillan
Publisher, 1993.
9. Salvatore, Dominick, Theory and Problems of Microeconomic
Theory, 2th Edition. Schaum's Outiine Series, McGraw-Hill Book
Company, 1983.
10. Samuelson and Nordhaus, Economics, I5th Editions, McGraw-Hill,
Inc., 1998
11. Stigler G. (1959), The Theory of Price, Revised Edition,
MacMillan Company, New York.
12. Thompson dan Formby, Economics of the Firm: Theory and
Practice, Sixth Edition, Prentice Hall, Englewood Cliff, New Jersey.
13. Winch, D. M. (1984), Microeconomics, Problems and Solutions.
Oxfort University Press, Canada.

Anda mungkin juga menyukai