Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi
virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G
terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut.

Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh
dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun
gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Infeksi virus
hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa
10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah
beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan
akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh
dalam waktu satu bulan.(Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)

Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan


masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas
yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung
tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab
pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan hepatitis?
2. Apa saja etiologi hepatitis?

1
3. Apa saja tanda dan gejala hepatitis?
4. Bagaimana patofisiologi hepatitis?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan?
6. Apa saja diagnosis dan tindakan keperawatan?
7. Apa saja farmakologi hepatitis?
8. Apa saja diet/ nutrisi pada penderita hepatitis?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang?
10. Apa yang dimaksud rehabilitasi pada penderita hepatitis?
11. Apa saja aspek legal etik?
12. Apa saja fungsi Advokasi hepatitis?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan hepatitis.
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hepatitis
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi hepatitis.
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala hepatitis
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi hepatitis
5. Untuk mengetahui apa saja diagnosis dan tindakan keperawatan
6. Untuk mengetahui apa saja farmakologi hepatitis.
7. Untuk mengetahui apa saja diet/ nutrisi pada penderita hepatitis
8. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang
9. Untuk mengetahui apa yang dimaksud rehabilitasi pada penderita hepatitis
10. Untuk mengetahui apa saja aspek legal etik.
11. Untuk mengetahui apa saja fungsi Advokasi hepatitis
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
di bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi tentang askep
hepatitis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai
kausa, termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis virus,
Peradangan hati yang berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan dengan
alkoholisme kronik, dapat menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa penggantian
hepatosit yang rusak secara permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki
kemampuan mengalami regenerasi, dan dalam keadaan normal mengalami pertukaran sel
yang bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak, jaringan yang rusak tersebut dapat
diganti melalui peningkatan kecepatan pembelahan sel – sel yang sehat. Tampaknya
terdapat suatu faktor dalam darah yang bertanggung jawab mengatur proliferasi sel hati,
walaupun sifat dan mekanisme factor pengatur ini masih merupakan misteri. Namun,
seberapa cepat hepatosit dapat diganti memiliki batas. Selain hepatosit, di antara lempeng
– lempeng hati juga ditemukan beberapa fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang membentuk
jaringan penunjang bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan toksik,
misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit baru tidak dapat beregenerasi
cukup cepat untuk mengganti sel – sel yang rusak, fibroblast yang kuat akan
memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi berlebihan. Tambahan jaringan ikat ini
menyebabkan ruang untuk pertumbuhan kembali hepatosit berkurang. (Brunner &
Sudarth, 2001 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-
bahan kimia. Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar ,
hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan
peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan
kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin dan Drug
induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin, seperti :
industri toxins, alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).
Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan,

3
termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B,
C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A )
dapat pula hepatitis kronik (hepatitis B,C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker
hati ( hepatitis B dan C ). hepatitis yang biasanya disebabkan oleh obat-obatan, alkohol
(hepatitis alkoholik), dan obesitas serta gangguan metabolisme yang menimbulkan
nonalkoholik steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis Nonvirus.
2.2 Etiologi
1) Hepatitis A
a. Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm.
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia,
dibawah oleh air dan makanan.
c. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari.
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang
buruk dengan penduduk yang sangat padat.
2) Hepatitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki
ukuran 42 nm.
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut,
kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan
terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki
biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki
obat-obat IV juga beresiko.
3) Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh
kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari.

4
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4) Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemofilia.
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari.
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5) Hepatitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 – 36
nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan
meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan
makanan, minum minuman yang terkontaminasi
Virus Hepatitis
Keterangan
A B C D E
Genom RNA DNA RNA RNA RNA
Keluarga Picorna Hepadna Flavi/Pesti Viroid calcili
Masa
15 – 45 hari 30 - 180 hari 15 – 150 hari 30 – 180 hari 30 – 180 hari
inkubasi
Darah /
Penularan Fekal / oral Darah Darah Darah
sekret
Tipe
Akut Akut / kronis Akut / kronis Akut / kronis Akut
penyakit
Ringan – Ringan – Ringan – Ringan –
Gejala Ringan
berat berat berat berat
Karier Tidak Ya Ya Ya Tidak
Sirosis Tidak Ya Ya Ya Tidak
Hepatoma Tidak Ya Ya Ya Tidak

5
Mak SGPT 800 – 1000 1000 – 1500 300 – 800 1000 – 1500 800 – 1000
Fluk SGPT Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Simptomatik Simptomatik Simptomatik
Pengobatan Simptomatik Simptomatik
Anti - viral Anti - viral Anti - viral

2.3 Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis merupakan suatu gejala klinis tentang suatu penyakit yang
diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis dari penyakit hapatitis.
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan
atas. Urin menjadi lebih cokelat.
2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat
pada sclera,kemudian pada kulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi
pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang
dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.
a) Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi
letih, lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di
perut dan punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain.
Bila sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan
menjadi kanker.
b) Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap
ada sampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian
menjadi kanker. Komplikasi sirosis meliputi muntah darah, kanker hati dan
koma.
c) Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang
otot, gerakan khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.

6
2.4 Patofisiologi
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai
virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan
berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar dan pada palpasi “terasa
nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan
nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal. Perubahan ini bersifat
reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Namun pada beberapa kasus nekrosis,
nekrosissubmasif atau masif dapat menyebabkan gagal hati fulminan dan kematian (Price
dan Daniel, 2005: 485).
2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa
nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas,
demam dan kuning.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi

7
dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-
saudaranya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
4. Pola pengkajian Fungsional
a. Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
b. Sirkulasi
a. Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
a. Urine gelap
b. Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
a. Anoreksia
b. Berat badan menurun
c. Mual dan muntah
d. Peningkatan oedema
e. Asites
e. Neurosensori
a. Peka terhadap rangsang
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
a. Kram abdomen
b. Nyeri tekan pada kuadran kanan

8
c. Mialgia
d. Atralgia
e. Sakit kepala
f. Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
f. Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
a. Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
2.6 Diagnosis dan Tindakan
1. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi
Manajemen Jalan Napas
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Intervensi :
Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Mengi, wheezing)
Terapeutik
1) Posisikan semi fowler
2) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
2) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator ,ekspektoran, mukolitik, jikaperlu.
2. Hipertermi b/d proses penyaki
Manajemen Hipertermi

9
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi.
Intervensi :
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi,terpapar lingkungan
panas,penggunaan incubator)
2) Monitor suhu tubuh
3) monitor haluaran urine
4) Sediakan lingkungan yang dingin
5) Berikan cairan oral
6) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
7) Berikan oksigen jika perlu
8) Anjurkan tirah baring
9) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,jika perlu
3. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
Manajemen Nyeri
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS,hypnosis,akupresur,terapimusic,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
bermain)
5) Jelaskan strategi merendam nyeri
6) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
7) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu.
4. Gangguan Eliminasi Urin b/d obstruksi anatomic

10
Manajemen Eliminasi Urin
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urine
Intervensi :
1) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
2) Monitor eliminasi urine (mis: frekuensi,konsistensi,aroma,volume,dan warna)
3) Batasi asupan cairan,jika perlu
4) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
5) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
6) Anjurkan minum yang cukup,jika tidak ada kontraindikasi
7) Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra,jika perlu.
5. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan makan
Manajemen Nutrisi
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.
Intervensi :
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3) Monitor supan makanan
4) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5) Anjurkan posisi duduk,jika perlu
6) Ajarkan diet yang diprogramkan
7) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: pereda
nyeri,antiemetic),jika perlu
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan,jika perlu.
6. Keletihan b/d kondisi fisiologis
Manajemen Energi
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.

Intervensi :
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

11
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
5) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya,suara,kunjungan)
6) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
7) Anjurkan tirah baring
8) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
9) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
2.7 Farmakologi
Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
a. Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan
hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan).
b. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi :
diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM
ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran).
c. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya
hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi
pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga dosis
IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1 bulan,
dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-anak yang berusia
lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa
anak yang menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom
Down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi
Hepatitis B ini.
2.8 Diet
Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
a. Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan
babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/ margarine, minyak
serta makanan bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.
b. Makanan kaleng seperti sarden dan korned.

12
c. Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
d. Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool, sawi,
lobak, mentimun, durian, nangka.
e. Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
f. Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :
a. Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
b. Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau,
sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
c. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-
gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan
karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

13
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan
dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan
dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
17. Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi. Karena
bilirubin terkonjugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

2.10 Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu tindakan rehabilitasi pada kasus hepatitis, disini perawat
berfungsi sebagai yang merawat, memelihara bahkan melayani klien serta memberi
dukungan kepada klien agar klien cepat sembuh
2.11 Aspek legal
a) Prinsip otonomi

14
Setiap orang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan
dirinya menurut pilihannya sendiri, termasuk menentukan pilihan perawatan untuk
dirinya sendiri. Untuk itu perawat harus menghargai dan mempertimbangkan
keputusan yang dibuat oleh pasien
b) Prinsip nonmaleficience ( tidak membahayakan )
Perawat harus melakukan tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan
atau membahayakan orang lain, baik itu pisik maupun psikis kliennya.
c) Beneficience ( tidak merugikan orang lain )
Sebagai perawat kita harus memberikan sesuatu yang baik dan tidak merugikan
pasien.
d) Fidelity ( tanggung jawab)
Perawat harus memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan
tanggung jawab. Tangguang jawab dalam hubungan perawat- klien meliputi menjaga
janji dan memberi perhatian atau kepedulian.
e) Justice ( keadilan )
Sebagai perawat kita harus melaksanakan konsep adil pada pasien. Perawat harus
melakukan tindakan atau perilaku sesuai dengan kebutuhan pasien.
f) Veracity ( kejujuran )
Sebagai perawat kita harus menerapkan sikap jujur dalam praktik keperawatan.
Perawat harus melakukan kegiatan ataupun tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral
dan etika

2.12 Fungsi Advokasi


Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator
adalah menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak
bertentangan dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang
advokator menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat
mengambil keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat adalah menghargai
keputusan klien dan meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni
hak untuk memilih nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk
menentukan jenis tindakan yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan
hak untuk membuang nilai-nilai yang mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain.

15
Peran perawat sebagai advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan
yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan
fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat
harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak
klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh
informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana
pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang
meliputi hal-hal berikut:
a) Penyakit yang dideritanya
b) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
c) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
d) Alternatif terapi lain beserta resikonya
e) Prognosis penyakitnya;
f) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
g) Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
h) Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
i) Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent)
j) Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya

16
k) Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
l) Hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain
m) Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
n) Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
o) Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
p) Hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
q) Hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan
r) Hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
s) Hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter
yang menangani
t) Hak untuk mengetahui isi rekam medik

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus menyebakan
peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan juga alcohol dan
juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada anak-anak sebagian besar
disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-
anak kurang memperhatikan akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke
dalam tubuh.
3.2 Saran
1) Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai konsep dasar dan konsep model keperawatan jiwa.
2) Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidak
lengkapan materi mengenai konsep dasar dan konsep model keperawatan jiwa. Kami
mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh
karena itu kami mengharap kritikdan saran yang membangun.

18
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, suzanna C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih
bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, Jakarta;EGC

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
proses Penyakit, Jakarta: EGC

Kozier,B.,et al.1998. Fundamental Of Nursing: Concept, Process and Practice . New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai