Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA AYAM BURGO


DI KECAMATAN AIR BESI
KABUPATEN BENGKULU UTARA

SKRIPSI

Oleh :

Arlis Fajri
NPM. E1C014027

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2019
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA
BUDIDAYA AYAM BURGO
DI KECAMATAN AIR BESI
KABUPATEN BENGKULU UTARA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat


Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

Oleh :

Arlis Fajri
NPM. E1C014027

Pembimbing :
Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setianto
Ir. Sutriyono, MS

Bengkulu
2019
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA
BUDIDAYA AYAM BURGO
DI KECAMATAN AIR BESI
KABUPATEN BENGKULU UTARA

Oleh :

Arlis Fajri
NPM. E1C014027

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk diuji pada tanggal :


28 September 2019

Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setianto Ir. Sutriyono, MS.


NIP. 19620106 198603 1 005 NIP. 19600211 198503 1 003

Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D


NIP. 19641029 198903 1 002
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA
BUDIDAYA AYAM BURGO
DI KECAMATAN AIR BESI
KABUPATEN BENGKULU UTARA

Oleh :

Arlis Fajri
NPM. E1C014027

Telah Pertahankan di depan tim penguji pada tanggal :


8 Oktober 2019

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setianto Ir. Sutriyono, MS.


NIP. 19620106 198603 1 005 NIP. 19600211 198503 1 003

Anggota, Mengetahui, Anggota,


Fakultas Pertanian
Dekan,
Dr. Ir. Basyarudin Zain, M.P Heri Dwi Putranto, S.Pt, M.Sc, PhD
NIP. 19550219 198609 1 001 NIP.19740905 200003 1 001
Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D
NIP. 19641029 198903 1 002

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usaha
Budidaya Ayam Burgo Di Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara” ini merupakan
karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu Institusi Pendidikan,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, Desember 2019

Arlis Fajri
NPM. E1C014027
MOTTO

 ALLAH SWT pasti akan membimbing orang-orang pemberani yang ingin


mendobrak batasan diri.
 Keluarga adalah alasan utama saya ada di muka bumi ini.
 Kepercayaan, tanggung jawab serta silaturrahmi yang terjaga adalah kunci hidup.

Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
 Bapak Iskandar dan ibu Elviana orang tuaku, Kalian penyemangat hidup yang
selalu memberikan dukungan moril maupun materil, cinta dan kasih sayang dari
lahir hingga saat ini,serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan penulis. Terima
kasih Bapak dan Ibu atas semuanya.
 Saudara-saudari penulis Anggi Riri Wahyuni dan Agung Hakri Pratama yang
selalu menyemangati dalam perjuangan untuk mendapatkan gelar Sarjana..
 Sahabat terkasih, Fitril Walida yang selalu menjadi penyemangat dan selalu
mendampingi penulis dari kelas 3 smp sampai saat penulis merilis skripsi ini.
Banyak cerita dan kenangan untuk hari tua kelak yang harus diceritakan kembali
dan akan mengundang gelak tawa dan haru untuk anak cucu.
 Kedua pembimbing skripsi Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setianto dan Ir. Sutriyono,
MS, yang bukan hanya membantu dalam penyempurnaan skripsi ini, tetapi telah
banyak membantu proses pendewasaan diri serta memberikan segudang ilmu
pengalaman dari banyak sudut pandang, sehingga sangat memperkaya diri
penulis, bukan hanya sebagai mahasiswa yang mengikuti mekanisme
perkuliahan untuk mendapatkan gelar sarjana, kedua dosen pembimbing
memberikan kesempatan yang sangat jarang didapatkan sebagian besar
mahasiswa lainnya.
 Keluarga Besar KAMPALA FP UNIB, sebuah Organisasi, kekeluargaan, dan
proses pendewasaan yang sangat mengagumkan. Banyak hal yang penulis lewati
dan mendapatkan ilmu serta wawasan yang termat luas dan tak terhingga untuk
menggapai kesuksesan dan ketenangan batin, sehingga diharapkan dapat
membantu masyarakat sekitar dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial
masyarakat. Aamiin..
 Anggota morat-maret Squad:, Brebi Aji Sulistiyo Bagas Novandika Pratama,
Afrizal, Aditya Bayu Pamungkas, Aditya Ananda DS, , Nurdin Firmansyah, Yoga
Agung P, Dedi Agus R, Rizky AC. Terimakasih telah memberikan banyak
motivasi, gurauan, serta cerita yang telah kita jalani selama kuliah, banyak hal
yang bisa kita kenang suatu hari nanti.
 Seluruh anggota HIPROMATER FP UNIB, Peternakan Jaya!!!
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT atas berkat rahmat, hidayah, dan karunian-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “ Analisis Pendapatan Dan Kelayakan
Usaha Budidaya Ayam Burgo Di Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara”.
Penyusunan skripsi ini adalah persyaratan untuk melaksanakan penelitian sebagai
ketentuan penyelesaian pendidikan sarjana (S1) Program Studi Peternakan Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Dengan selesainya penyusunan
skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Edi Soetrisno, M. Sc. Selaku Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
2. Bapak Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setianto. Selaku Pembimbing Utama dan Bapak Ir.
Sutriyono, MS. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak
membimbing, mengarahkan , memotivasi penulis dalam penyusunan penelitian ini.
3. Seluruh Keluarga penulis, terutama Kedua Orang Tua dan Kedua Adikku yang selalu
menyemangati serta sahabat terkasih yang selalu mendukung dan selalu mendoakan
kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
5. Teman–teman seperjuangan selama penulis menempuh perkuliahan di Universitas
Bengkulu.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang peternakan serta bermanfaat bagi
semua masyarakat.

Bengkulu, Desember 2019

Arlis Fajri

vii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................................. ix
I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 2
1.3 Hipotesis........................................................................................................................ 2
II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 3
III METODE PENELITIAN.............................................................................................. 6
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian..................................................................................... 6
3.2 Bahan Dan Alat............................................................................................................. 6
3.3. Teknik Pengumpulan Data......................................................................................... 6
3.4. Pelaksanaan Penelitian................................................................................................ 6
3.5. Variabel Penelitian...................................................................................................... 7
3.6. Analisis Data................................................................................................................ 7
3.7. Analisis Kelayakan Usaha.......................................................................................... 8
IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................... 9
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................................... 9
4.2 Karakteristik Responden ( Pemelihara Ayam Burgo ).............................................. 10
4.3 Biaya Budidaya Ayam Burgo...................................................................................... 14
4.4. Break Even Point......................................................................................................... 19
4.5.R/C Ratio....................................................................................................................... 20
V PENUTUP....................................................................................................................... 22
5.1 Kesimpulan................................................................................................................... 22
5.2 Saran.............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 23
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1.Data Karakteristik Responden......................................................................................................10


2. Pendapatan Usaha.......................................................................................................................12
3. Biaya Produksi............................................................................................................................13
4. Biaya Tetap..................................................................................................................................14
5. Penyusutan Kandang...................................................................................................................14
6. Penyusutan Peralatan...................................................................................................................15
7. Biaya Pakan.................................................................................................................................16
8. Biaya Vitamin, Obat-obatan, Bibit dan lain-lain..........................................................................17
9. Penerimaan usaha budidaya ayam burgo.....................................................................................18
11. Break Even Point.......................................................................................................................19
12. R/C Ratio...................................................................................................................................19
1

Ringkasan
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya genetik ternaknya
(SDGT), diantaranya adalah ayam. Ayam hutan merah adalah satu diantara satwa elemen
ekosistem hutan sebagai kekayaan Indonesia. Zein dan Sulandari (2009) mengatakan
bahwa sebaran ayam hutan merah (Gallus galus) berada di Sumatera dan merupakan nenek
moyang yang berada dalam satu clade dengan ayam lokal Indonesia yang dipelihara
masyarakat pada saat ini. Nataamijaya (2000) menyatakan Indonesia memiliki beberapa
ayam lokal yang tersebar di beberapa daerah dan memiliki ciri khas masing-masing.
Pulau Sumatera dengan kawasan hutan disepanjang pegunungan Bukit Barisan,
menyimpan banyak kekayaan flora dan fauna yang belum diketahui oleh para ahli biologi
dan konservasionis ( Putranto, 2007; Putranto et al.,2007a,b,c). Bengkulu , sebuah provinsi
yang terletak di pantai barat sumatera ternyata juga menyimpan satu sub-spesies ayam asli
yang dikenal dengan nama ayam burgo. Sebagai salah satu fauna langka yang masih belum
banyak digali informasinya, ayam burgo merupakan plasma nutfah endemik Bengkulu
yang sekaligus merupakan kekayaan bangsa Indonesia dan dunia Internasional.
Ayam hutan merah dikawin-silangkan dengan ayam kampung betina (Gallus
domestica) menghasilkan ayam Burgo (Warnoto, 2002). Ayam Burgo merupakan ayam
lokal Bengkulu yang saat ini banyak dipelihara masyarakat Bengkulu (Setianto, 2009).
Ayam burgo banyak dipelihara masyarakat dengan berbagai tujuan tertentu (Setianto dan
Warnoto, 2010; dan Setianto, 2013; Setianto et al., 2015 ). Ayam Burgo selain sebagai
hewan piaraan juga sebagai hewan hias dan mempunyai berbagai peran, seperti fungsi
ekologi, ekonomi, estetika (Setianto, 2009). Secara morfologis, ayam burgo memiliki ciri
khusus memiliki cuping telinga lebar dan berwarna putih, bulu didominasi warna merah
kekuningan dan hitam keabu-abuan, postur tubuh lebih kecil dibandingkan umumnya ayam
kampung dan lebih besar dari ayam hutan merah ( Warnoto, 2000) Selain bentuk tubuh
yang kompak ayam burgo jantan dewasa mempunyai kokok yang nyaring dan ornamental
warna bulu indah , dengan tubuh indah dan suaranya nyaring dan spesifik, maka ayam
burgo dapat dijadikan sebagai ayam hias yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Indonesia, yang dikenal sebagai negara megadiverse, adalah habitat bagi banyak
spesies flora dan fauna. Salah satunya adalah endemik spesies burung, yang dapat
dikembangkan lebih lanjut dan dijinakkan. Salah satu perkembangan sukses endemik
ayam adalah ayam Burgo di provinsi Bengkulu (Putranto et al. 2016a, 20016b, 2015,
2012a, 2012b, 2010). Di provinsi Bengkulu, ayam burgo selain sebagai hewan piaraan
dan hewan hias juga banyak dimanfaatkan sebagai peluang usaha oleh peternak. Oleh
sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha
dan budidaya ayam burgo.

1.2 Tujuan Penelitian


Mengetahui besarnya pendapatan serta kelayakan budidaya ayam burgo
berdasarkan skala kepemilikan ternak pada usaha budidaya ayam burgo di Kecamatan Air
Besi Kabupaten Bengkulu Utara.

1.3 Hipotesis
Potensi budidaya ayam burgo di Kecamatan Air Besi sangat tinggi, sehingga diduga
layak sebagai usaha sampingan dan dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sebagai
penghasilan sampingan. .
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ayam hutan merah merupakan salah satu satwa penting yang mempunyai fungsi
ekologi, ekonomi dan estetika. Fungsi ekologis ayam hutan merah adalah sebagai mangsa
predator, fungsi ekonomi ayam hutan merah adalah sebagai hewan buru dan sumber
genetik bagi hewan piaraan, sedangkan fungsi estetika dari ayam hutan merah adalah
sebagai hewan hias.( Setianto, 2009 )
Fernades et al (2009) mengemukakan bahwa ayam hutan merah selain sebagai
nenek moyang ayam peliharaan, juga merupakan salah satu spesies paling penting bagi
umat manusia karena mempunyai nilai ekonomi dan sosial budaya. Sebagai fungsi genetik,
ayam hutan merah merupakan nenek moyang (ancestor) ayam lokal yang dipelihara
masyarakat pada saat ini (Sulandari dan Zein, 2009), sehingga mempunyai peran penting
dalam menghasilkan spesies unggas baru untuk mendukung ketahanan pangan asal hewani.
Adanya kerusakan habitat, perburuan yang tidak terkendali dan dimangsa predator
diperkirakan sebagai penyebab penurunan populasi ayam hutan merah yang mengarah
pada kepunahan. Senada dikemukakan Handiwirawan (2004) bahwa perusakan hutan yang
merupakan habitat ayam hutan yang sangat cepat berpotensi menyebabkan punahnya ayam
hutan.
Disisi lain perburuan terhadap ayam hutan merah terus berlangsung dengan
berbagai macam dari cara tradisional sampai penggunaa peralatan modern. Akrim et al
(2015) melaporkan bahwa aktivitas berburu berkontribusi sebesar 16,4% dan penangkapan
sebanyak 9,6% dalam ancaman terhadap populasi ayam hutan merahHasil buruan berupa
ayam hutan merah hidup dan mati. Kedua hal tersebut bisa berakibat pada punahnya ayam
hutan merah. Punahnya ayam hutan merah akan berakibat pada punahnya ayam burgo.
Ayam hutan merah merupakan tetua ayam burgo (ayam lokal Bengkulu) yang saat ini
banyak dipelihara masyarakat Bengkulu (Setianto, 2009; Setianto, 2009)
Setianto, 2010; Setianto, 2012; Setianto, 2013; Setianto dan Warnoto, 2010;
Setianto et al., 2009:; Setianto et al., 2013; dan Warnoto dan Setianto, 2009). Hal tersebut
menjadikan ayam hutan merah menjadi aset yang vital bagi masyarakat (Setianto et al.,
2014).
Berdasarkan status konservasi yang dikeluarkan IUCN (International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources) dalam IUCN Red List, status ayam hutan
merah termasuk pada status LC (Least Concern) atau beresiko rendah (Bird Life
International, 2014). Sampai saat ini penelitian-penelitian ayam hutan merah yang
dilakukan lebih banyak menyangkut hubungan kekerabata ayam hutan merah sebagai
nenek moyang (ancestor) dari ayam-ayam yang dipelihara saat ini dan karakteristik
genetik (Azmi et al., 2000; Dorji et al., 2012; Moiseyeva et al., 2003; Sulandari et al.,
2008; Zein dan Sulandari, 2009), populasi, tingkah laku dan habitat (Arshad and Zakaria,
2009; Javed and Rahmani, 2000; Subhani et al., 2010).
Di sisi lain, informasi dasar tentang domestikasi ayam hutan merah berbasis
masyarakat masih sangat kurang, terutama informasi mengenai cara masyarakat
mendapatkan ayam hutan merah peliharaannya (Setianto et al., 2015). Domestikasi sebagai
salah satu bentuk konservasi telah dilakukan oleh sebagian masyarakat di Kabupaten
Seluma.
Ayam hutan merah dipelihara sebagai kesenangan ataupun sebagai penghasil
daging dan telur untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Selain itu, ayam hutan merah
juga dipelihara untuk mendapatkan keturunan baru dengan cara melakukan kawin silang
dengan ayam lokal. Sampai saat ini belum banyak kajian tentang domestikasi ayam hutan
merah yang dilakukan masyarakat, sehingga belum banyak informasi tentang domestikasi
ayam hutan merah yang dilakukan masyarakat.
Untuk itu perlu dilakukan kajian-kajian terhadap domestikasi ayam hutan merah
yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam.
Informasi ini dapat digunakan untuk memaksimalkan upaya pelestarian ayam hutan merah
melalui perlindungan proses ekologi sebagai pendukung kehidupan, pengawetan
keragaman genetik, dan pemanfaatan ayam hutan merah secara lestari. Di sisi lain,
informasi dasar tentang domestikasi ayam hutan merah berbasis masyarakat masih sangat
kurang, terutama informasi mengenai cara masyarakat mendapatkan ayam hutan merah
peliharaannya (Setianto et al., 2015).
Domestikasi sebagai salah satu bentuk konservasi telah dilakukan oleh sebagian
masyarakat di Kabupaten Seluma. Ayam hutan merah dipelihara sebagai kesenangan
ataupun sebagai penghasil daging dan telur untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Selain
itu, ayam hutan merah juga dipelihara untuk mendapatkan keturunan baru dengan cara
melakukan kawin silang dengan ayam lokal. Sampai saat ini belum banyak kajian tentang
domestikasi ayam hutan merah yang dilakukan masyarakat, sehingga belum banyak
informasi tentang domestikasi ayam hutan merah yang dilakukan masyarakat. Untuk itu
perlu dilakukan kajian-kajian terhadap domestikasi ayam hutan merah yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Informasi ini dapat
digunakan untuk memaksimalkan upaya pelestarian ayam hutan merah melalui
perlindungan proses ekologi sebagai pendukung kehidupan, pengawetan keragaman
genetik, dan pemanfaatan ayam hutan merah secara lestari.
Ayam hutan merah yang dipelihara oleh masyarakat untuk dikawinsilangkan guna
memperoleh keturunan baru yang relatif tidak liar dan bisa dimanfaatkan secara ekonomi
(Setianto 2013).
Keturunan ayam hutan merah di Bengkulu disebut ayam burgo (Setianto 2010).
Keturunan ayam hutan merah yang jantan (ayam burgo jantan) dikembangkan menjadi
ayam hias (Setianto 2012) dan ayam pemikat (Setianto et al. 2014). Sedangkan ayam burgo
betina sebagai ayam petelur (Setianto dan Warnoto 2010). Ini mengingat jumlah produksi
telurnya yang relatif banyak dibanding ayam kampung (Setianto 2009b; Warnoto dan
Setianto 2009). Hasil perburuan ayam hutan merah dipelihara, dikembangkan, dijual,
dipotong dan diberikan pada orang lain. Sementara itu Liang et al. (2013) mengatakan
hasil perburuan dijual dan dikembangkan.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 di Kecamatan Air Besi,
Kabupaten Bengkulu Utara. Lokasi ini dipilih secara purposive dengan
mempertimbangkan banyaknya ppengembang ayam burgo yang berada di kecamatan Air
Besi Kabupaten Bengkulu Utara.

3.2. Bahan Dan Alat


3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu Peternak atau pembudidaya ayam burgo di
Kecamatan Air Besi adalah responden yang dipilih secara purposive sampling dan
selanjutnya setelah mendapatkan responden menggunakan accidental sampling.

3.2.2. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, buku catatan, alat
tulis, Laptop dan kamera serta alat transportasi untuk menjangkau lokasi penelitian.

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap usaha budidaya ayam
burgo di Kecamatan Air Besi, Kabupaten Bengkulu Utara.
2. Pengisian Kuisoner dan wawancara yaitu pengambilan data dengan daftar pertanyaan
kepada peternak serta berkomunikasi langsung dengan responden untuk memperoleh
data-data yang diperlukan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilakukan melalui metode survey dengan menggunakan kuisioner dan
pengamatan langsung (observasi) ke usaha budidaya ayam burgo di kabupaten bengkulu
utara. Penentuan Responden dilakukan dengan metode purposive sampling dan accidental
sampling. Pemilihan menggunakan motode purposive sampling yaitu teknik pengumpulan
data dengan pertimbangan tertentu ( Safina dkk., 2014 ). Metode accidental sampling
yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kebetulan (Sugiyono,
1999).

3.5. Variabel Penelitian


Pada penelitisan ini terdapat variabel penelitian, yaitu:
1. Pendapatan usaha budidaya adalah selisih antara penerimaan hasil penjualan ayam
burgo dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya ayam burgo di
Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara.
2. Biaya produksi usaha budidaya ayam burgo adalah keseluruhan biaya tetap dan biaya
variabel yang dikeluarkan oleh petani peternak dalam usaha ternaknya yang
dinyatakan dalam rupiah per tahun.
3. Biaya tetap (fixed cost) usaha budidaya ayam burgo adalah biaya yang tidak
mengalami perubahan sebagai akibat perubahan jumlah hasil yang diperoleh oleh
petani peternak di Kecamatan air besi Kabupaten bengkulu utara yang terdiri atas
biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan,.
4. Biaya variable (Variable cost) usaha budidaya ayam burgo adalah biaya yang
mengalami perubahan sebagai akibat perubahan jumlah produksi yang diperoleh. Yang
termasuk dalam biaya ini adalah biaya bibit ternak, biaya pakan, biaya vaksin dan
obat-obatan, dan lain-lain yang dinyatakan dalam rupiah per tahun.

5. Penerimaan usaha ternak ayam burgo adalah hasil yang di dapatkan dari penjualan
ayam burgo dan produk dari peternakan. Untuk mengetahui penerimaan peternak
ayam burgo dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2003):

Total Penerimaan (TR) = Q x P


Keterangan :
TR = Total Revenue/ penerimaan (Rp/periode)
Q = Jumlah Produksi
P = Harga (Rupiah)
3.6. Pendapatan
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha budidaya ayam
burgo di Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara yaitu selisih antara penerimaan
hasil penjualan ayam burgo dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha ayam
burgo, yang dapat di rumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1986), sebagai berikut:

Pd = TR-TC
Dimana :
Pd = Pendapatan Total yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Thn)
Hasil perhitungan pendapatan dan kelayakan yang diperoleh kemudian dibahas secara
deskriptif.
3.7. Analisis Kelayakan Usaha
Untuk mengetahui layak tidak nya suatu usaha, digunakan rumus R/C Ratio yaitu
dengan cara membandingkan tingkat pendapatan yang diperoleh dengan modal yang harus
dikeluarkan. Usaha layak jika R/C ratio > 1, dan tidak layak jika R/C ratio < 1.

R/C Ratio =

BEP adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan tidak mengalami kerugian atau
memperoleh keuntungan (Sunarjono, 2003).

BEP Harga =

BEP Produk =
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Kecamatan Air Besi terletak dibagian selatan kecamatan Argamakmur, ibu kota
kabupaten Bengkulu utara. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 116,18km persegi dengan
batas wilayah sebagai berikut:
sebelah utara : kecamatan Arma Jaya
sebelah selatan : kecamatan Tanjung Agung Palik
sebelah timur : kecamatan Lais
sebelah barat : kecamatan Kerkap
Kecamatan Air Besi semula terdiri dari 17 desa definitif. Namun dengan adanya
pemekaran kecamatan Tanjung Agung Palik pada tahun 2012, ada dua desa yang
digabungkan kedalam kecamatan tersebut, yaitu desa Padang Sepan dan desa Tanjung
Agung Palik. Sehingga pada saat ini kecamatan Air Besi terdiri dari 15 desa. Dengan ibu
kota kecamatan terletak didesa dusun Curup, jarak antara desa dengan ibu kota kecamatan
berkisar 1-21 km. Seluruh desa merupakan wilayah yang tidak berbatasan dengan pantai.
keadaan topografinya bebukit-bukit dan banyak lereng, jenis tanahnya didominasi jenis
podsolik merah kuning dan jenis tanah latosal. Penduduk di Kecamatan Air Besi mayoritas
penduduk asli Rejang, akan tetapi ada juga sebagian kecil masyarakat yang tinggal di
daerah Air Besi merupakan orang suku Jawa dan Batak. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap rasa solidaritas, gotong royong, dan budaya masyarakat yang berada di Air Besi.
(BPS, 2017)

4.2 Karakteristik Responden ( Pemelihara Ayam Burgo )

Data karakteristik responden pemilik usaha ayam Burgo di daerah Kecamtan Air
Besi Kabupaten Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 1.Data Karakteristik Responden

Variabel Frekuensi
N %
Usia 31 1 10%
43 1 10%
49 2 20%
50 1 10%
52 2 20%
56 1 10%
60 2 20%
Jenis Kelamin Laki-laki 10 100%
Perempuan 0
Pendidikan SD 5 50%
SMP/SLTP 2 20%
SMA/SLTA 3 30%
Lama Beternak (tahun) 4 1 10%
5 2 20%
7 1 10%
8 2 20%
9 1 10%
10 1 10%
11 1 10%
12 1 10%
Anggota Keluarga 2 1 10%
3 2 20%
4 3 30%
5 2 20%
6 1 10%
8 1 10%
Pekerjaan Petani 7 70%
PNS 1 10%
Pedagang Ayam 1 10%
Honorer 1 10%
Jumlah 10 100%

Responden dalam penelitian ini adalah 10 orang peternak/pembudidaya ayam burgo


yang menjadi subjek penelitian. Responden secara keseluruhan merupakan laki-laki
dengan tingkat pendidikan yang beragam mulai dari sekolah dasar sampai SMA. Lama
memelihara ayam burgo beragam mulai dari 4 tahun hingga 12 tahun. Pekerjaan budidaya
ayam burgo merupakan usaha sampingan yang dijadikan untuk tambahan penghasilan
keluarga. Sebagian besar subjek penelitian merupakan petani (70%) dan 30% lainnya
terdiri dari pegawai negeri sipil, honorer serta pedagang ayam.
Peternak yang menjadi responden penelitian berusia 31 tahun hingga 60 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa peternak ayam burgo yang menjadi responden berada pada usia
produktif. Sebagaimana yang diutarakan oleh Mubyanto (1986), usai produktif ialah 15-64
tahun dan produktivitas peternak dapat dipengaruhi oleh usia.
Tingkat pendidikan peternak pada umumnya akan memengaruhi cara dan pola pikir
peternak. Pendidikan relatif tinggi dan umur yang masih muda memnyebabkan peternak
tersebut relatif dinamis. Semakin tinggi pendidikan seseorang , semakin berkembang
wawasan berfikirnya dan keputusan yang diambil semakin baik dalam menentukan cara-
cara berusaha tani yang lebih produktif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mosher
(1977) tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya menghambat masuknya suatu
inovasi baru.
Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden, tamat sekolah dasar berjumlah
50% responden, tamat SMP 20%, dan taman SMA sebesar 30%. Menurut Riadi (2014)
pendidikan secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap pendapatan peternak
dan ada kecenderungan memiliki pengaruh positif. Hal ini menunjukan bahwa, setiap
kenaikan tingkat pendidikan menyebabkan kenaikan pendapatan para peternak ayam
burgo.pendidikan peternak yang rendah menjadikann pengetahuan para peternak terbatas
dan sulit untuk menerima inovasi baru. Banyak para peternak hanya mengandalkan dari
pengalamannya. Pengalaman yang ada sebagai peternak merupakan modal dalam beternak
untuk mengindari kerugian serta kematian ternak, dengan memiliki pengalaman beternak
para peternak dapat dengan segera mengantisipasi hal merugi.
Pada Tabel 1 diatas menunjukan bahwa peternak memiliki pengalaman beternak
ayam burgo yang paling sedikit adalah 4 tahun, sedangkan pengalaman beternak ayam
burgo yang paling lama adalah 12 tahun. Pengalaman usaha ternak erat hubungannya
dengan keterampilan yang dimiliki, semakin lama pengalaman beternak seseorang maka
keterampilan yang dimiliki akan lebih tinggi dan berkualitas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hendrayani (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman beternak merupakan
modal penting untuk berhasilnya suatu kegiatan usaha peternakan.
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga berkisar
2-8 orang. Pada umumnya peternak kesehariannya mungurus ternak di bantu oleh
anggota keluarganya. Mata pencarian peternak yang ada di Kecamatan Air Besi sebagian
besar adalah Petani kelapa sawit dan karet. 70% dari responden peternak adalah Petani
sawit dan karet, 10% mata pencahariannya sebagai Pedagang, 10% PNS 10% sisanya
adalah Honorer. Masyarakat Kecamatan air besi sebagian besar lebih memilih menjadi
petani sawit dan karet sebagai penghasilan utama.

4.3Analisis Usaha Budidaya Ayam Burgo

4.3.1. Pendapatan Usaha


Pendapatan usaha pemilik usaha ayam Burgo di daerah Kecamtan Air Besi
Kabupaten Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 2. Pendapatan Usaha

No Penerimaan Biaya Produksi Pendapatan


Responden (Rp / tahun) (Rp / tahun) (Rp / tahun)
1 4.200.000 611.000 3.589.000
2 2.400.000 760.000 1.640.000
3 3.000.000 649.833 2.350.167
4 3.600.000 960.000 2.640.000
5 4.800.000 2.752.333 2.047.667
6 3.000.000 783.500 2.216.500
7 3.000.000 684.000 2.316.000
8 3.600.000 904.000 2.696.000
9 3.000.000 1.708.000 1.292.000
10 1.500.000 831.375 668.625
Jumlah 32.100.000 1.064.4042 21455958
Rata-rata 2.145.595,833

Pendapatan dihitung dari jumlah penerimaan per tahun dikurangi dengan total biaya
produksi per tahun, dan suatu usaha dikatakan untung apabila jumlah pendapatan yang
diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya (Soekartawi,
2003).

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam melakuan suatu usaha. Hal ini sesuai yang diutarakan oleh Saleh
(2006), Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan pengeluaran selama
pemeliharaan ternak ayam burgo (dalam kurun waktu 1 tahun). Besarnya
pendapatan ditentukan oleh banyaknya skala usaha yang dimiliki sehingga biaya
produksinya pun besar. Untung atau ruginya suatu usaha peternakan dapat diketahui dari
hasil pengurangan tersebut, apabila bernilai positif maka peternak dikatakan untung
namun apabila sebaliknya yaitu diperoleh hasil negatif maka peternak dikatakan rugi
dalam menjalankan usahanya. Hal ini ditegaskan lagi sesuai dengan pendapat Rasyaf
(1995) yang menyatakan bahwa pendapatan petani atau peternak adalah selisih antara
penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan
usahanyaPendapatan dihitung dari jumlah penerimaan per tahun dikurangi dengan total
biaya produksi per tahun.
Pada penelitian ini didapatkan total pendapatan dalam 1 tahun yang paling besar
sejumlah Rp.3.589.000,- dan pendapatan terendah Rp.668.625,-. Rata-rata pendapatan per
tahun seluruh responden ialah Rp. 2.145.595,833,-.

4.3.2. Biaya produksi


Biaya produksi usaha ayam Burgo di daerah Kecamtan Air Besi Kabupaten
Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 3. Biaya Produksi

No Total Biaya
Biaya Tetap / thn Biaya Variabel/ thn
Responden Produksi
1 35.000 576.000 611.000
2 40.000 720.000 760.000
3 25.833,3 624.000 649.833
4 36.000 924.000 960.000
5 28.333,3 2.724.000 2.752.333
6 27.500 756.000 783.500
7 60.000 624.000 684.000
8 64.000 840.000 904.000
9 28.000 1.680.000 1.708.000
10 39.375 792.000 831.375
Jumlah 10.644.041,7
Rata-rata 1.064.404

Biaya produksi pada usaha ternak merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan usaha peternak selama satu tahun. Biaya produksi sangat menentukan dari
kegiatan usaha peternak yang dilakukan karena hal ini memengaruhi hasil pendapatan yang
diperoleh oleh peternak. Bila biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan pendapatan yang
kecil maka usahanya tidak menguntungkan (Yasin, 2017).

Faktor biaya dalam suatu usaha ternak merupakan salah satu faktor yang perlu
mendapat perhatian bagi setiap pelaku usaha atau pelaku ekonomi termasuk peternak
ayam. Biaya dalam suatu peternakan ayam dapat dikategorikan menjadi dua bagia, yaitu
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost)(Yasin, 2017).Total biaya
produksi terbesar yang dikeluakan oleh responden dalam waktu 1 tahun ialah Rp.
2.752.333,- dan biaya produksi paling sedikit ialah Rp.611.000,-. Rata-rata total biaya
produksi per tahun ialah Rp. 1.064.404,-

4.3.3 Biaya Tetap


Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang bersifat
tetap dan tidak tergantung pada besar atau kecilnya jumlah ternak yang diproduksi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002) yang menyatakan bahwa biaya tetap (fixed
cost) diartikan sebagai biaya yang besarnya tetap walaupun hasil produksinya berubah
sampai batas tertentu.Biaya tetap adalah biaya yang secara rutin dikeluarkan oleh peternak
ayam yang bersifat tetap, seperti biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan, pajak
bumi dan bangunan (Rp/Tahun) (Hoddi et al., 2011).
A. Penyusutan Kandang
Tabel 4. Penyusutan Kandang

Lama
No pemakaian Biaya Penyusutan
Responden Biaya kandang (tahun) (Rp/tahun)
1 100.000 4 25.000
2 150.000 5 30.000
3 100.000 5 20.000
4 140.000 5 28.000
5 100.000 5 20.000
6 100.000 5 20.000
7 200.000 5 40.000
8 270.000 5 54.000
9 90.000 5 18.000
10 150.000 5 30.000
Jumlah 1.400.000 49 285.000

Hasil analisa data pada penelitian ini didapatkan, kandang dengan biaya yang
paling mahal, yaitu Rp.270.000,- dengan lama pemakaian kandang 5 tahun. Hal ini
mengarah pada biaya penyusutan per tahun sebesar Rp.54.000,-. Biaya kandang yang
paling minimum, yaitu Rp. 90.000,- dengan lama pemakaian 5 tahun yang memiliki biaya
penyusutan Rp.18.000,- per tahun. Dari seluruh responden, rata-rata biaya kandang
terbanyak ialah berkisar Rp.100.000,- yang dimiliki oleh 4 orang responden, tiga di
antaranya memiliki kandang dengan lama pemakaian 5 tahun dengan biaya penyusutan per
tahun Rp.20.000,- dan satu orang responden lainnya memiliki kandang dengan lama
pemakaian 4 tahun dengan biaya penyusutan Rp.25.000,-.

B. Penyusutan Peralatan
penyusutanPeralatan usaha ayam Burgo di daerah Kecamtan Air Besi Kabupaten
Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 5. Penyusutan Peralatan

Biaya Lama
No Peralatan pemakaian Biaya Penyusutan
Responden (Rp) ( tahun) (Rp/tahun)
1 50.000 5 10.000
2 50.000 5 10.000
3 35.000 6 5.833,3
4 40.000 5 8.000
5 50.000 6 8.333,3
6 30.000 4 7.500
7 100.000 5 20.000
8 50.000 5 10.000
9 60.000 6 10.000
10 75.000 8 9.375
Jumlah 540000 55 99041,7

Dari analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa biaya peralatan paling
tinggi ialah Rp. 100.000,-. peralatan tersebut dapat digunakan dengan lama pemakaian 5
tahun. Penggunaan peralatan dalam waktu 5 tahun menyebabkan adanya biaya penyusutan
sebanyak Rp. 20.000,- per tahun. Biaya peralatan paling minimum yaitu Rp. 30.000,-
dangan lama pemakaian 4 tahun. Hal itu mengarah pada biaya penyusutan Rp. 7.500,- per
tahun. Dari seluruh responden, paling banyak responden dengan biaya peralatan
Rp.50.000,- (4 orang). Tiga di antaranya menggunakan peralatan tersebut dengan lama
pemakaian 5 tahun dan biaya penyusutannya Rp. 10.000,- dan satu lainnya menggunakan
peralatan dengan lama pemakaian 6 tahun dan biaya penyusutan peralatan per tahun
Rp.8.333,3-.

C. Total Biaya Tetap


Biaya Tetap usaha ayam Burgo di daerah Kecamtan Air Besi Kabupaten Bengkulu
Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 6. Biaya Tetap

Penyusutan
Responden Kandang Penyusutan Peralatan Total Biaya Tetap
Rp/Tahun Rp/ Tahun Rp/ Tahun
1 25.000 10.000 35.000
2 30.000 10.000 40.000
3 20.000 5.833,3 25.833,3
4 28.000 8.000 36.000
5 20.000 8.333,3 28.333,3
6 20.000 7.500 27.500
7 40.000 20.000 60.000
8 54.000 10.000 64.000
9 18.000 10.000 28.000
10 30.000 9.375 39.375
Total 384.041,6667
Rata-rata 38.404,16667
Pada penelitian ini total biaya tetap didapatkan dari biaya penyusutan kandang
ditambah biaya penyusutan peralatan. Total biaya tetap terbesar ialah Rp. 64.000,- per
tahun dan biaya tetap terendah ialah Rp.25.833,3,- per tahun.
Perbedaan total biaya tetap antar peternak dikarenakan adanya perbedaan bahan
baku/ peralatan yang digunakan oleh peternak. Sama halnya derngan kecilnya biaya yang
dikeluarkan oleh peternak dalam pembuatan kandang, hal ini disebabkan banyak para
peternak mencari sendiri bahan baku pembuatan kandang dan peralatan dari kebun ataupun
memanfaatkan barang bekas yang bisa digunakan ataupun difungsikan selayaknya
peralatan yang digunakan untuk melakukan aktivitas/ budidaya peternakan ayam Burgo.

4.3.4. Biaya Variabel


Menurut Hoddi et al (2011), biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh
peternak yang besarnya bervariasi sesuai dengan volume usaha yang dijalankan, misalnya
transportasi, listrik, obat-obatan, dan tenaga kerja. Sementara Makkan (2014)
mengutarakan bahwa biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi selama satu
periode produksi (Rp/tahun).

A. Biaya Pakan
Biaya Pakan usaha ayam Burgo di daerah Kecamtan Air Besi Kabupaten Bengkulu
Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 7. Biaya Pakan

No harga pakan Biaya Pakan Biaya Pakan


Responden (Rp/minggu) ( Rp/bulan ) ( Rp/tahun )
1 12.000 48.000 576.000
2 15.000 60.000 720.000
3 13.000 52.000 624.000
4 13.000 52.000 624.000
5 13.000 52.000 624.000
6 12.000 48.000 576.000
7 13.000 52.000 624.000
8 15.000 60.000 720.000
9 15.000 60.000 720.000
10 15.000 60.000 720.000
Jumlah 6.528.000

Hasil analisa harga pakan yang digunakan seluruh responden berkisar antara
Rp.12.000,- hingga Rp.15.000,- per kilogram. Terdapat keberagaman pada biaya
pakan/bulan dari masing-masing responden. Biaya pakan terbesar yang dikeluarkan oleh
responden ialah Rp. 60.000,- per bulan dan biaya pakan terkecil ialah Rp.48.000,- per
bulan. Dengan didapatkannya hasil tersebut, menunjukkan bahwa biaya pakan per tahun
terbesar ialah sejumlah Rp. 720.000,- dan biaya pakan per tahun terkecil ialah
Rp.576.000,-. Perbedaan biaya pakan pada masing-masing responden dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, di antaranya harga pakan/Kg yang dipilih peternak (responden) dan
jumlah pakan yang dibutuhkan seluruh ayam ternak/budidaya yang mereka miliki dalam
waktu satu bulan. Pada penelitian ini didapatkan biaya pakan terbesar Rp.60.000,- per
bulan ditanggung oleh peternak/pembudidaya ayam dengan harga pakan/Kg Rp.15.000,-
dan biaya pakan terkecil Rp.48.000,- ditanggung oleh peternak/pembudidaya ayam dengan
harga pakan Rp.12.000,-/Kg.

B. Biaya Vitamin, Obat-obatan, dan Waring


Biaya Vitamin, obat dan waring yang diperuntukan usaha ayam Burgo di Kecamtan
Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 8. Biaya Vitamin, Obat-obatan, dan Waring

Vitamin / Obat-
No Responden Waring Total
obatan
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 300.000 0 300.000
5 180.000 60.000 240.000
6 180.000 0 180.000
7 0 0 0
8 120.000 0 120.000
9 0 80.000 80.000
10 72.000 0 72.000
Total 992.000

Hasil analisa data yang didapat seperti pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada
penelitian ini, biaya vitamin/obat-obatan terbesar ialah Rp.300.000,- dan terdapat 50% dari
responden yang tidak mengeluarkan biaya vitamin/obat-obatan. Dari seluruh responden
terdapat 2 orang responden yang mengeluarkan biaya waring, masing-masing sebesar
Rp.60.000,- dan Rp. 80.000,-. Dari total 10 responden, 40% tidak mengeluarkan biaya
vitamin/obat, dan waring sama sekali, 10% mengeluarkan biaya vitamin, obat-obatan dan
waring, 40% hanya mengeluarkan biaya vitamin/obat-obat, dan 10% hanya mengeluarkan
biaya waring.

C. Total Biaya Variabel


Biaya Variabel yang diperuntukan untuk usaha ayam Burgo di Kecamtan Air Besi
Kabupaten Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Total Biaya
Responden Biaya pakan Biaya Vitamin, obat,dll Variabel
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1 576.000 0 576.000
2 720.000 0 720.000
3 624.000 0 624.000
4 624.000 300.000 924.000
5 624.000 2.100.000 2724.000
6 576.000 180.000 756.000
7 624.000 0 624.000
8 720.000 120.000 840.000
9 720.000 960.000 1680.000
10 720.000 72.000 792.000
Total 10.260.000
Rata-rata 1.026.000

Pada penelitian ini total biaya variabel didapatkan dari biaya yang dikeluarkan
untuk pakan, vitamin dan obat-obatan dll.. Biaya variabel terbesar ialah Rp 3.972.000,-
dan biaya variabel terendah ialah Rp.576.000,-. Perbedaan yang sangat signifikan antara
para peternak satu dengan peternak yang lainnya dikarenakan jumlah ternak dan biaya
yang dikeluarkan untuk bibit, vitamin, dan pakan berbeda-beda antara satu peternak
dengan peternak lainnya.
4.3.5 Penerimaan
Penerimaan usaha budidaya ayam bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil
usaha seperti panen dari peternakan dan bahan olahannya (Kadarsan, 1992). Peternak ayam
Burgo yang berada di Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara memiliki kebiasaan
dalam menjual ternak tergantung dengan faktor kebutuhan ekonomi, sehingga sering
menjual di bawah harga pasaran ternak tersebut. Yuliati (2014) menyebutkan, penerimaan
atau yang biasa disebut keuntungan kotor diperoleh dari total hasil penjualan ternak.
Besarnya nilai penerimaan merupakan pedoman dari pendapatan yang diperoleh dari usaha
peternakan ayam yang dijalankan responden apakah menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Nilai penerimaan yang lebih besar dari total biaya produksi maka dapat
dikatakan usaha tersebut menguntungkan sedangkan nilai penerimaan yang lebih sedikit
dari total biaya produksi maka usaha tersebut tidak menguntungkan (Alfa, 2016). Total
penerimaan per tahun masing-masing responden berkisar antara Rp.1.500.000,-
(penerimaan per tahun Maksimum) hingga Rp.4.800.000- (penerimaan per tahun
maksimum).

Penerimaan usaha budidaya ayam Burgo di Kecamtan Air Besi Kabupaten


Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 9. Penerimaan usaha budidaya ayam burgo

Penerimaan Penerimaan
No Responden (Rp / bln) (Rp / tahun)
1 350.000 4.200.000
2 200.000 2.400.000
3 250.000 3.000.000
4 300.000 3.600.000
5 400.000 4.800.000
6 250.000 3.000.000
7 250.000 3.000.000
8 300.000 3.600.000
9 250.000 3.000.000
10 125.000 1.500.000
Jumlah 2.675.000 32.100.000
Rata-rata 267.500 3.210.000

4.4. Break Even Point


Hansen dan Mowen (2006:274) menyatakan Break even point adalah titik dimana
total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Sedangkan
Garrison, et al (2006:325) menyatakan Break even point adalah titik impas tingkat
penjualan dimana laba sama dengan nol. Jadi dapat disimpulkan bahwa Break even point
adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan tidak memperoleh keuntungan juga tidak
mengalami kerugian dari kegiatan operasinya, karena penjualan yang diperoleh perusahaan
sama besarnya dengan total biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Break even point pada usaha ayam Burgo di Kecamtan Air Besi Kabupaten Bengkulu
Utara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 10. Break Even Point

Resp Biaya Biaya


penjualan Harga Margin BEP BEP
o Variabel Tetap
(Rp/tahun) (ekor) Kontribusi harga produk
nden (Rp/tahun) (Rp/tahun)
1 4.200.000 576.000 35.000 116.667 3.624.000 34.999,9 0,01
2 2.400.000 720.000 40.000 200.000 1.680.000 39.999,7 0,02
3 3.000.000 624.000 25.833,3 31.250 2.376.000 25.833,1 0,01
4 3.600.000 924.000 36.000 66.667 2.676.000 35.999,7 0,01
5 4.800.000 2.724.000 28.333,3 28.125 2.076.000 28.332,8 0,01
6 3.000.000 756.000 27.500 13.333 2.244.000 27.499,7 0,01
7 3.000.000 624.000 60.000 87.500 2.376.000 59.999,8 0,03
8 3.600.000 840.000 64.000 63.333 2.760.000 63.999,8 0,02
9 3.000.000 1.680.000 28.000 37.500 1.320.000 27.999,4 0,02
10 1.500.000 792.000 39.375 41.667 708.000 39.374,5 0,06

Menurut Ibrahim (2009) BEP adalah titik pulang pokok dimana total pendapatan
sama dengan total biaya. Jika jumlah penerimaan yang diperoleh ada di atas titik impas
maka usaha menguntungkan, sebaliknya jika jumlah penerimaan ada di bawah titik impas
maka usaha tersebut rugi. Menurut Riyanto (2010) usaha ada dalam keadaan titik
impas jika jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa tingkat produksi ataupun penjualan
peternak ayam Burgo yang harus dicapai untuk mencapai titik impas antara penerimaan
dan pengeluaran peternakan ayam Burgo. pada tabel di atas para peternak yang memiliki
BEP produk 0,01 berjumlah 20%, 0,02 berjumlah 10%, 0,03 berjumlah 40%, masing-
masing 0,05 dan 0,06 memiliki 10% peternak. Berdasarkan perhitungan capaian titik impas
produk tertinggi terjadi pada 0,06 ekor dengan harga yang harus dicapai adalah
Rp.39.374,5 perhitungan capaian titik produk terendah adalah 0,01 dengan harga yang
harus dicapai adalah Rp.27.4499,7.

4.5.R/C Ratio
R/C merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui suatu usaha
menguntungkan atau tidak. R/C di Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. R/C Ratio

kepemilikan Penerimaan Pendapatan


Responden R/C ratio
ternak (Rp/ tahun) (Rp/ tahun)
1 820.000 4.200.000 3.589.000 1,398
2 595.000 2.400.000 1.640.000 1,826
3 890.000 3.000.000 2.350.167 1,655
4 885.000 3.600.000 2.640.000 1,698
5 800.000 4.800.000 2.047.667 2,734
6 1.200.000 3.000.000 2.216.500 1,894
7 490.000 3.000.000 2.316.000 1,506
8 1.025.000 3.600.000 2.696.000 1,715
9 745.000 3.000.000 1.292.000 2,898
10 600.000 1.500.000 668.625 3,140
rata-rata
2,047
R/C Ratio

Berdasarkan Tabel di atas, secara keseluruhan usaha ternak ayam Burgo yang
dilakukan oleh peternak cukup menguntungkan melihat R/C yang berada di atas 1. Untuk
R/C ratio yang paling tinggi mencapai 7. Untuk R/C ratio yang paling rendah berjumlah 1 .
jika dilihat dari produksi budidaya ayam Burgo dari responden nomor 1 memiliki jumlah
ternak ayam Burgo yang lebih banyak dari 9 responden lainnya dan memiliki pendapatan
kotor berjumlah Rp. 350.000,- setiap bulannya. Besarnya R/C ratio peternak ayam burgo
ditentukan oleh tingginya penerimaan yang dihasilkan berbanding terbalik dengan biaya
produksi yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2003) yang
menyatakan bahwa R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai
perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada para peternak sekaligus
pembudidaya ayam Burgo dikecamatan air besi kabupaten bengkulu utara, dapat
disimpulkan:
1. Biaya variabel rata-rata adalah sebesar Rp. 1.026.000,-, rata-rata biaya tetap sebesar
Rp. 38.404,-, rata-rata penerimaan sebesar Rp. 3.210.000,- dan pendapatan rata-rata
per tahun sebesar Rp. 2.145.595,-.
2. Pembudidayaan ayam Burgo dengan menjadikannnya sebagai sumber penghasilan
sampingan bisa sangat menguntungkan, hal ini dapat dilihat dari total pendapatan dan
hasil analisis R/C ratio > 1 menunjukan bahwa usaha budidaya ayam Burgo layak
untuk dijadikan sebagai usaha sampingan.

5.2 Saran
Agar pembudidaya ayam Burgo mendapatkan keuntungan yang lebih dari
sebelumnya, hendaknya pemeliharaan dilakukan secara intensif akan, sehingga dapat
melipatkandakan keuntungan bagi para peternak ayam Burgo.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta

Akrim, F, Awan MS, Mahmood T et al. 2015. Threats to red jungle fowl (Gallus gallus
murghi) in Deva Vatala National Park, District Bhimber, Azad Jammu and
Kashmir, Pakistan. Annu Res Rev Biol 6(1): 59-65.
Alfa, H. 2016. Analisis Pendapatan Usaha Ayam Broiler Di Kecamatan Jalaksana
Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jurnal Ilmu Pertanian. Universitas Diponegoro

Badan Pusat Statistik Bengkulu Utara , 2017. Kecamatan Air Besi dalam angka 2017.
Bengkulu : Badan Pusat Statistik

Bird Life International. 2014. IUCN Red List for bird. Downloaded from
http://www.birdlife.org on 8/03/2014.
Fernandes M, Mukesh, Sathyakumar S, et al. 2009. Conservation of red junglefowl Gallus
gallus in India. Intl J Galliformes Conserv 1: 101
Fernandes M., Mukesh, S. Sathyakumar, R. Kaul, R. S. Kalsi and D. Sharma4. 2009.
Conservation of red jungle fowl Gallus gallus in India. International Journal of
Garrison, Ray, H., Noreen, Eric, W. 2006. Akutansi Manajerial.Edisi Kesebelas. Buku
Satu. Salemba Empat. Jakarta
Handiwirawan, E. 2004. Pelestarian Ayam Hutan Melalui Pembentukan Ayam Bekisar
Untuk Ternak Kesayangan. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal. Semarang. Hlm : 87-95.
Hansen, Don. R., Mowen, Maryanne. 2006. Akutansi Manajemen. Edisi Ketujuh Jilid 2.
Salemba Empat . Jakarta.
Hendrayani. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berternak sapi di
desa Koro Benai Kec. Benai Kap. Kuantan Singingi. Jurnal Peternakan 6 (2): 53-
62
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta.
Kadarsan, H. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Mosher, A.T.1977. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Syarat-Syarat
Pokok. Pembangunan dan Modernisasi. CV, Yasaguna, Yogyakarta
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan
dan Penerapan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.
Nataamijaya, A.G. 2000. The Native Chickens of Indonesia. Bul. Plasma Nutfah 6 (1): 1-6.
Nataamijaya, A.G. 2010. Pengembangan Potensi Ayam Lokal untuk Menunjang
Peningkatan Kesejahteraan Petani. Jurnal Litbang Pertanian 29 (4): 131-138.
Putranto HD, Santoso U, Warnoto. 2012b. Bengkulu endemic Burgo chicken genetic
assessed by mtDNA D-loop region. Proceeding of 1st Poultry International
Seminar 2012. Universitas Andalas dan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera
Barat, Padang, 1-2 November 2012.
Putranto HD, Setianto J, Kurniati N, Hasibuan GP, Yumiati Y. 2016a. Study on
domesticated Burgo chicken population distribution dynamics. Abstract on
National Seminar of Indonesia Biodiversity Society 2016 “Inovasi dalam Riset
dan Konservasi Keanekaragaman Hayati”. Masyarakat Biodiversitas Indonesia
dan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 17 September 2016.
[Indonesian]
Putranto HD, Setianto J, Kurniati N, Yumiati Y, Hasibuan GP. 2016b. Characteristic
overview on Burgo fanciers in Bengkulu coastal area. Proceeding International
Seminar and Expo “Sustainable Utilization of Coastal Resources in Tropical
Zone”. Universitas Bengkulu, Bengkulu, 19-20 October 2016.
Putranto HD, Setianto J, Santoso U. 2012a. Estradiol-17β hormone concentration and
follicles number in exotic Burgo chicken supplemented by Sauropus androgynus
leaves extract. Biodiversitas 13 (1): 1-6.
Putranto HD, Yumiati Y, Santoso U. 2015. Revenue analysis on Burgo chicken farming in
Bengkulu. Jurnal Agribis 7 (1): 480-489. [Indonesian]
Rasyaf, M. 1995. Pengelolah Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Riyanto, B. 2010. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Gadjahmada. BPFE, Yogyakarta.
Saleh, E., Yunilas, dan Y.H. Sofyan. 2006. Analisis pendapatan peternak sapi potong di
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Agribisnis
Peternakan, 2 (1) : 36-38
Schutz KE, Forkman B, Jensen P. 2001. Domestication effects on foraging strategy, social
behaviour and different fear responses: a comparison between the red junglefowl
(Gallus gallus) and a modern layer strain. Appl Anim Behav Sci 74: 1-14.
Setianto J, Warnoto. 2010. Performa Reproduksi dan Produksi Ayam Burgo Betina.
Penerbit UNIB PRESS, Bengkulu.

Setianto J. 2010. Sumber Daya Hayati Ayam Burgo Bengkulu : Karakteristik Fenotipe,
Populasi, Performa Reproduksi, Performa Produksi dan Potensi
Pengembangannya. Makalah Kenaikan Jabatan ke Guru Besar di Rapat Senat
UniversitaBengkulu

Setianto J. 2012. Peran Ayam Lokal dan Potensi Ayam Burgo Dalam Menyediakan Bahan
Pangan Protein Hewani. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Bengkulu.

Setianto J. 2013. Potensi dan strategi pengembangan ayam burgo. Prosiding Seminar
Nasional Peternakan: Potensi Sumber Daya Ternak Lokal untuk Membangun
Kemandirian Pangan Hewani dan Kesejahteraan Masyarakat. Fakultas
Peternakan, Universitas Andalas. Padang. 20 November 2013. I : 15 – 20.
Setianto J. 2013. Potensi dan Strategi Pengembangan Ayam Burgo. Prosiding Seminar
Nasional Peternakan : Potensi Sumber Daya Ternak Lokal Untuk Membangun
Kemandirian Pangann Hewani dan Kesejahteraan Masyarakat. Padang. I : 15 –20.
Setianto J., H. Prakoso dan Sutriyono. 2013. Dinamika Populasi Ayam Burgo dan Strategi
Pengembangannya di Bengkulu. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
Setianto, J., 2009 a Ayam Burgo : Ayam Buras Bengkulu. PT Penerbit IPB Press,
Bogor.
Setianto, J., 2009b . Increasing the egg weight of Burgo chicken off spring through cross-
mating between Burgo chicken with native chicken. Proceeding The 1 st
International Seminar on Animal Industry ”Sustainable Animal Production for
Food Security and Safety. IPB Bogor. I : 262 -264.
Setianto, J., H. Prakoso, Sutriyono. 2014. Kajian domestikasi ayam hutan merah berbasis
masyarakat serta strategi pengembangannya di Bengkulu. Laporan Penelitian
Tahun 2014. Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Setianto, J., H. Prakoso, Sutriyono. 2015. Domestikasi ayam hutan merah: Studi kasus
penangkapan ayam hutan merah oleh masyarakat di Bengkulu Utara. Prosiding
Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Kerjasama Masyarakat
Biodiversitas Indonesia, Universitas Indonesia dan Universitas Sebelas Maret.
Depok, Bogor, 20 Desember 2014. 1 (2): 207-212.
Setianto, J., H. Prakoso, Sutriyono. 2015. Performa produksi dan reproduksi ayam Burgo
pada peternakan rakyat Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 4 Oktober-
Desember 2017 369 a di Kota Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Unggas
Lokal V: "Peran Unggas Lokal dalam Menunjang Industri Perunggasan di
Indonesia". Masyarakat Perunggasan Indonesia
Setianto, J., Sutriyono, H. Prakoso, B. Zain. 2016. Identifikasi asal-usul ayam hutan merah
yang dipelihara masyarakat di Kabupaten Seluma. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia (JSPI). 11 (2) : 141–152.
Setianto, J., Warnoto and Nurmeiliasari. 2009. The characteristic of egg production and
reproduction of crossmating offspring between burgo chicken with native chicken.
Proceeding International Seminar ”The Role and Applicat ion of Biotechnology
on Livestock Reproduction and Products” Bukittinggi, West Sumatra, I :16–23.
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori & Aplikasinya.PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono, 2013, Metodelogi Penilitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
(Bandung:ALFABETA)
Sulandari, S. dan M.S.A. Zein. 2009. Analisis D-loop DNA Mitokondria untuk
Memposisikan Ayam Hutan Merah dalam Domestikasi Ayam di Indonesia. Media
Peternakan. 32 (1) : 31-39.
Sutriyono, J. Setianto, H. Prakoso, B. Zain. 2016 Conservation and utilization of red jungle
fowl in the coastal areas of North Bengkulu International Seminar and Expo :
Sustainable Utilization of Coastal Resources in Tropical Zone. University of
Bengkulu. Bengkulu 19-20 October 2016
Sutriyono, J. Setianto, H. Prakoso, B. Zain. 2017. Conservation and utilization of red
jungle fowl in the coastal areas of North Bengkulu. Proceeding International
Seminar and Expo : Sustainable Utilization of Coastal.
Sutriyono, J. Setianto, H. Prakoso. 2016. Produksi dan populasi ayam hutan merah
domestikasi di Kabupaten Bengkulu Utara dan skenario pengembangan populasi.
Prosiding
Warnoto. 2002. Karakteristik Pebotip, Populasi, dan Lingkungan Ayam Burgo di Provinsi
Bengkulu. Artikel Hasil Penelitian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Yasin, Gilang. 2017. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Brahman Di Desa
Kedungombo Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk. Artikel Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Yuliati, I. 2014. Analisis Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus di
Kelompok Tani Ternak "Gunungrejo Makmur II" Desa Gunungrejo Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan). Jurnal Universitas Brawijaya 15 (1): 3-6
Zein MSA, Sulandari S. 2009. Investigasi asal usul ayam indonesia menggunakan sekuens
Hypervariable-1 D-loop DNA mitokondria. Jurnal Veteriner 10 (1): 41-4
28

LAMPIRAN

Gambar

Gambar Kandang Ayam Burgo Foto bersama Pengembang Ayam Burgo

Gambar Ayam Burgo Jantan Gambar Peternak Mengambil Ayam Jantan

Gambar Ayam Burgo Jantan Bertengger Gambar kandang Ayam Burgo


29

Gambar Ayam Burgo Jantan Gambar Ayam Burgo Jantan


30

Tabel

Tabel Penerimaan

Tabel Biaya Tetap

Tabel Biaya Variabel


31

Biaya Produksi

Tabel Pendapatan Usaha

Tabel R/C Ratio

Tabel BEP( Break event Point)

Anda mungkin juga menyukai