Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ISLAM NUSANTARA”

DISUSUN OLEH :

KENNY GUNAWAN

(C1C019104)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TAHUN 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Proklamasi kemerdekaan Indonesia telah 65 tahun di kumandangkan. Tetapi


banyak dari kalangan anak muda islam Indonesia yang tidak mengetahui peran
agama islam dan umat muslimin dibalik kemerdekaan itu. Entah memang tidak
mengetahuinya atau tidak mau tahu akan sejarah tersebut.
Jika menilik pada sejarah, peran agama islam dan umat muslimin dalam
kemerdekaan Indonesia sangatlah penting. Bahkan tokoh besar ada yang
menyatakan jika tidak ada semangat islam bangsa Indonesia sudah lenyap.
Perlawanan banyak dipimpin oleh ulama baik saat melawan colonial maupun saat
kemerdekaan . Sebagai contoh, salah satu perlawanan terhadap penjajah yaitu saat
para kaum muslimin melawan penjajah di Aceh dimana pada saat itu para
penjajah Belanda dibuat kalang kabut menghadapi perlawanan kaum Muslimin
yang dipimpin Tengku Cik Di Tiro dan istrinya Cut Nyak Din sampai sampai
penjajah Belanda mengutus Snouk Hongurje untuk meneliti kelemahan dari Aceh
ini dan akhirnya mereka dapat mengalahkan perlawanann du Aceh ini. Walaupun
demikian, kekahalan ini merupakan semangat yang melecut munculnya
perlawanan kaum muslimin di seluruh daerah Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peranan Islam dalam Ajaran Melawan Penjajah

Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia telah
memberikan kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikap mental dalam
perjuangan kemerdekaan. Tertanamnya “RUHUL ISLAM” yang di dalamnya
memuat antara lain :

1. Jihad fi Sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang melawan


penjajah ( Sartono Kartodirdjo, 1982

2. Ijin Berperang Dari Allah SWT. (Q.S. Al Haj : 39) “ Telah diijinkan berperang
bagi orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu dijajah/ditindas,
maka Allah akan membela mereka ( yg diperangi dan ditindas )”.

3. Symbol begrijpen (Simbol kalimat yang dapat menggerakkan rakyat), yaitu


“TAKBIR” Allahu Akbar, selalu berkumandang dalam era perjuangan umat Islam
di Indonesia.

4. “Khubul Wathon minal Iman”, cinta tanah air sebagian dari Iman, menjadikan
semangat Partiotik bagi umat Islam dalam melawan penjajahan.

Pada kesimpulannya Dr. Douwwes Dekker (Setyabudi Danudirdja)


menyatakan bahwa:

“Apabila Tidak ada semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang
sebenarnya lenyap dari Indonesia” (dalam Aboebakar Atjeh: 1957, hlm.729).
B.Peranan Umat Islam Masa Kemerdekaan

Umat Islam Indonesia punya peranan yang menentukan dalam dinamika


perjuangan untuk memdapatkan kemerdekaan. Dalam perjuangan ini dapat
dibagi menjadi:

1.Perjuangan Kerajaan-Kerajaan Islam melawan Kolonial

Dimulai sejak awal masuknya bangsa barat dengan pendekatan kekuatan


yang represif (bersenjata), maka dilawan oleh karajaan-kerajaan Islam di
kawasan Nusantra ini. Perjuangan ini antara lain : Malaka melawan serangan
Portugis (1511) diteruskan oleh Ternate di Maluku (Portugis berhasil dihalau
sampai Timor Timur), kemudian Makasar melawan serangan Belanda(VOC),
Banten melawan serangan Belanda (VOC), dan Mataram Islam juga melawan
pusat kekuasaan Belanda(VOC) di Batavia (1628-1629) dan masih banyak lagi.
Mereka gigih, dan Belanda pun kalangkabut, namun setelah ada politik “Devide
Et Impera” (pecah belah), satu persatu kerajaan ini dapat dikuasai.

2.Perjuangan Rakyat Dipimpin oleh Para Ulama

Setelah kaum kolonial berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia,


namun umat Islam bersama para ulamanya tidak berhenti melawan penjajahan.
Munculah era Gerakan Sosial merata di seluruh pelosok tanah air. Ulama sebagai
Elite Agama Islam memimpin umat melawan penindasan kedloliman penjajah.
Sejak dari Aceh muncul perlawanan rakyat dipimpin oleh Tengku Cik Di Tiro,
Teuku Umar, Cut Nya’ Dhien; di Sumatera Barat muncul Perang Paderi dipimpin
oleh Imam Bonjol; Perlawanan KH.Hasan dari Luwu; Gerakan R. Gunawan dari
Muara Tembesi Jambi; Gerakan 3 Haji di Dena Lombok; Gerakan H. Aling Kuning
di Sambiliung Kal-Tim; Gerakan Muning di Banjarmasin; Gerakan Rifa’iyah di
Pekalongan; Gerakan KH. Wasit dari Cilegon; Perlawanan KH. Jenal Ngarib dari
Kudus; Perlawanan KH. Ahmad Darwis dari Kedu; Perlawanan Kyai Dermojoyo
dari Nganjuk; dan juga perlawanan P. Dipanegara, masih banyak lagi.

Dari perlawanan itu, sesungguhnya pihak Belanda sudah goyah kekuasaaanya,


sebagai bukti tiga perlawanan: Rakyat Aceh, Sumatera Barat, dan Java Oorlog
(Dipanegara) telah mengorbankan: 8000 tentara Belanda mati dan 20.000.000
Gulden kas kolonial habis. Oleh karena itu, mereka kemudian mencari jalan lain,
yaitu mengubah politik kolonialnya dengan pendekatan “ Welfere Politiek”
(Politik Kemakmuran) untuk menarik simpati rakyat jajahan. Namun, pada
kenyataannya politik itu dijalankan dengan perang kebudayaan dan idiologi,
terutama untuk memecah dan melemahkan potensi umat Islam Indonesia yang
dianggapnya musuh utama pemerintah colonial.

Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah

Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakat dalam hati bangsa
Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti
Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang, umat
islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah merah
putih. Ini terinspirasi dari oleh bendera Rasullulah SAW yang juga berwarna
merah dan putih. Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Allah telah menundukkan
pada dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah yakni Al-
Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih”. Begitu juga dengan Indonesia.

Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah
air dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan
semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir semua tokoh
pergerakan, termasuk yang berlabrel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya
terinspirasi dari ruh ajaran agama Islam. Seperti Ki Hajar Dewantara, soekarno,
dan termasuk RA Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita. Ia pejuang
Islam yang sedang dalam perjalanan menuju Islam yang kaffah. Ketika sedang
mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah) kepada
cahaya terang (Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habislah gelap terbitlah
terang). Patimura yang yang diklaim sebagai seorang Nasrani akan tetapi dia
adalah seorang Islam yang taat.

Semangat jihad yang dikumandangkan oleh para pahlawan semakin terbakar


ketika para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa
Indonesia yang mayoritas sudah beragama Islam yang tentu saja dengan cara-
cara yang berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka, bahwa
Islam tersebar dan di anut oleh mereka lewat jalan damai dan persuasif yakni
lewat jalur perdagangan dan pergaulan yang mulia bahwa wali songo
menyebarkan lewat seni dan budaya. Para da’i Islam sangat paham dan
menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi mereka
juga sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyebarkan saja. Hal ini
sesuai dengan Q.S Yasin ayat 17 yang berbunyi: “Tidak ada kewajiban bagi kami
hanyalah penyampai (Islam) yang nyata”.
Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar
Indonesia Merdeka

Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia tidak disangsikan lagi


peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk
tanggal 1 Maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil
yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia.
Dan panitia yang terdiri dari 9 orang muslimin dan satu orang yang beragama
Kristen yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Mr. Moh Yamin, Mr. Ahmad Subardjo,
Abdul Kahar Mujaki, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosuyono dan
A.A. Maramis (Kristen).

Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara Indonesia


terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori
dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan kelompok
nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antar lain KH. Abdul Kahar
Mujaki, KH. Wahid Hasyim, KH. Ki Agus Salim, dan Abi Kusno menginginkan agar
Islam dijadikan dasr negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler
dibwah pimpinan soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan di bentuk
itu netral dari agama. Namun akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua
kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan Piagam
Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang berbunyi:

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya

Kemanusian yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan,


perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu
bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas
desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak
berani. Saat itu Bung karno keliling untuk menemui para ulama misalnya ulama
di Cianjur selatan,Abdul Mukti dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim
dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945. Demikian penting peran ulama di mata Bung Karno setelah
Indonesia diproklamasikan.1

Pada Masa Mempertahankan Kemerdekaan

Perjuangan umat Islam bukan hanya sebatas merebut kemerdekaan Indonesia


dari tangan penjajah, namun antara peran penting umat Islam lainnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu:

a) Pada tahun 1960 para aktivis islam yang tergabung dalam organisasi masa
dan partai berusaha mencegah gagasan Nasakom

b) Mengusulkan pembubaran PKI pada tahun 1965 untuk menyelamatkan


Pancasila dan kesatuan bangsa

c) Mempelopori pembentukan Front pancasila

d) Mendirikan organisasi social dan lembaga-lembaga pendidikan, antara


lain ;

1) MUI (Majelis Ulama Indonesia) didirikan padatanggal 26 Juli 1975 guna


memberikan suatu pertimbangan mengenai kehidupan beragam kepada
pemerintah

2) NU (Nahdatul Ulama)bergerak dibidang pendidikan dan dakwah terutama


dalam pembinaan pesantren-pesantren di Indonesia.

1
Abdul Karim, Islam Dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005) hlm, 38-
45
3) Muhammadiyah didirikan pada tanggal 28 November 1912 bergerak di
bidang pendidikan dan kemasyarakatan, pendidikan sekolah-sekolah umum,
sekolah-sekolah Agama dan mendirikan panti asuhan serta rumah sakit.

4) Organisasi mahasiswa dan pelajar islam antara lain : PMII (pergerakan


Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah). Adapun organisasi pelajar islam Indonesia antara
lain :Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan
Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU).

Eksistensi Perjuangan Umat Islam dalam mencapai kemerdekaan

Dalam bidang ideologi. Sebagai eksistensi dari perjuangan memperoleh


kemerdekaan dalam bidang ideology menampakkan adanya sebuah kristanisasi
dari tiga dimensi.

1) Dimensi Masa Lalu

Dimensi Masa Lalu cukup memberikan pengalaman yang


berharga.Masalalu merupakan pengalaman yang panjang, ditinggalkan oleh para
patriot kemerdekaan. Dari zaman yang terlingkar akan adanya kekuasaan
bersifat kerajaan, diteruskan oleh perjuangan anti penjajahan bersifat
kedaerahan hingga muncul kesadaran perjuangan kemerdekaan yang didukung
oleh kekuatan persatuan nasional.

2) Dimensi Masa Kini

Kemantapan prinsip-prinsip hidup dan nilai-nilai yang


ditinggalkan generasi yang lalu, benar-benar merupakan prinsip-prinsip yang
terwujud dalam budaya yang tinggi, mendasari kehidupan manusia Indonesia,
dan sekaligus pemersatu terwujud dalam Pancasila setelah melalui perjuangan-
perjuangan yang meminta banyak korban. Barulah tertera hitam diatas putih
sebagai muqaddimah dari undang-undang dasar 1945.

3) Dimensi Masa Depan

Untuk menjamin kelangsungan kehidupan kemerdekaan sudah tentu tidaklah


dibatasi oleh suatu kurun waktu melainkan berkelanjutan hingga manusia
mempunyai batas waktu tertentu, sedangkan kemerdekaan harus tetap abadi
oleh sebab itu seluruh budaya terutama yang bersangkutpaut dengan ideology
harus dapat diwarisi dan di lanjutkan oleh generasi penerus, Pancasila dari UUD
1945, dengan redaksinya yang sederhana dan mudah dipahami mempunyai
elastisitas dan fleksibel, yang mudah menampung perkembangan pikiran,
sehingga ideology itu dapat bertambah sesuai dengan perkembangan pikiran
dimasa yang akan datang.2

Peranan Islam Organisasi-organisasi Islam dan Partai-Partai Politik

Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam di Indonesia,


Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai-partai politik dengan
corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang politik,
sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya
umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam
sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga tersebut telah lahir para tokoh dan
pejuang yang sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajahan,
maupun pada masa pembangunan.

Sarekat Islam (SI), muhammadiyah, al irsyad ,NU, MIAI,Masyumi,


Persis,Departemen agama , Peran lembaga pendidikan islam

Majlis Ulama Indonesia (MUI)

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)

KESIMPULAN

Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakat dalam hati bangsa
Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti
Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Allah telah menundukkan pada dunia, timur
dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah yakni Al-Ahmar dan Al-
Abyadl, merah dan putih”. Begitu juga dengan Indonesia.

Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia tidak disangsikan lagi


peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk
tanggal 1 Maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil
yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia.
Dan panitia yang terdiri dari 9 orang muslimin dan satu orang yang beragama
Kristen.

Peran penting umat islam lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yaitu:

Pada tahun 1960 para aktivis islam yang tergabung dalam organisasi masa dan
partai berusaha mencegah gagasan Nasakom

Mengusulkan pembubaran PKI pada tahun 1965 untuk menyelamatkan Pancasila


dan kesatuan bangsa

Mempelopori pembentukan Front pancasila

Mendirikan organisasi social dan lembaga-lembaga pendidikan,

Sebagai eksistensi dari perjuangan memperoleh kemerdekaan dalam bidang


ideology menampakkan adanya sebuah kristanisasi dari tiga dimensi.

Dimensi Masa Lalu

Dari zaman yang terlingkar akan adanya kekuasaan bersifat kerajaan,


diteruskan oleh perjuangan anti penjajahan bersifat kedaerahan hingga muncul
kesadaran perjuangan kemerdekaan yang didukung oleh kekuatan persatuan
nasional.

Dimensi Masa Kini

Kemantapan prinsip-prinsip hidup dan nilai-nilai yang ditinggalkan


generasi yang lalu, benar-benar merupakan prinsip-prinsip yang terwujud dalam
budaya yang tinggi, mendasari kehidupan manusia Indonesia.

Dimensi Masa Depan


Kemerdekaan harus tetap abadi oleh sebab itu seluruh budaya terutama
yang bersangkutpaut dengan ideology harus dapat diwarisi dan di lanjutkan oleh
generasi penerus, Pancasila dari UUD 1945, dengan redaksinya yang sederhana
dan mudah dipahami mempunyai elastisitas dan fleksibel, yang mudah
menampung perkembangan pikiran, sehingga ideology itu dapat bertambah
sesuai dengan perkembangan pikiran dimasa yang akan dating.

Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai-partai politik dengan


corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang politik,
sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya
umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

Anda mungkin juga menyukai