Darah
Aurelia Claudia Iben 102012416 ,Yuan Alessandro Suros 102013009, Meyselina Iwan
102013054 ,Novita Kartina 2013149, William Teng 10213193, Sarah Melissa 102013292,
Josephine Claudia 102013396, Donny Utama 102013474, Nur Afiqah binti Abdul Rahman
102013509
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Abstrak
Mekanisme kerja ginjal terdiri dari tiga proses. Yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Ketiga
proses ini berlangsung mulai dari glomerulus dan kapsula Bowman menuju nefron atau unit
fungsional ginjal. Dan akhirnya akan berjalan ke duktus koligens dan duktus papilaris. Semua
proses ini terjadi di ginjal. Maka dari itu apabila ada gangguan atau kelainan yang terjadi akan
menimbulkan gangguan pada proses-proses tersebut dan hasil eksresi yaitu urin akan
mengandung zat-zat yang seharusnya tidak ada. Seperti mekanisme lebih lanjutnya yaitu diuresis
osmotik.
Kata kunci : ginjal, filtrasi, reabsorbsi, sekresi, diuresis osmotik
Abstract
Mechanism of kidney consists of three processes. There are filtration, reabsorption, and
secretion. The processes are from glomerulus and Bowman's capsule to the nephrons or called
kidney functional units. And finally, it will run into koligens ducts and papillary ducts. All of
these processes occur in the kidney. Therefore, if there is disturbance or disorder that occurs
will cause disruption on these processes and the results of the urine excretion will contain
substances that should not be there. As further mechanism that osmotic diuresis.
Keywords : kidney, filtration, reabsorption, secretion, osmotic diuresis
Pendahuluan
Sistem urinaria yaitu ginjal terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal).1 Dengan menyesuaikan jumlah
air dan berbagai konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh atau dikeluarkan di urin, ginjal
dapat mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit dalam kisaran yang sangat sempit yang
memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan dan pengeluaran konstituen-konstituen ini
melalui saluran lain sangat bervariasi.2
Seringkali seseorang mengalami gangguan terhadap keseimbangan cairan di dalam
tubuhnya.Gangguan keseimbangan cairan itu erat kaitannya dengan ginjal. Karena itu akan
dibahas dalam makalah ini tentang struktur secara makroskopis dan mikroskopis dari ginjal.
Selain itu akan dibahas pula tentang fungsi dan cara kerja dari ginjal.
Tujuan penulisan
Pembahasan
Glukosa darah postprandial adalah kadar glukosa darah setelah makan yang biasanya meningkat
dengan puncaknya pada 1 jam pp. setelah itu, kadarnya berangsur-angsur turun dan kadar
glukosa darah pada 2 jam pp mendekati kadar glukosa darah puasa. Nilai ini sebenarnya baru
bermakna jika jumlah karbohidrat yang dikonsumsi sesuai dengan standar WHO, yaitu
mengandung 106 g glukosa.3
Struktur Makroskopis Ginjal (Ren)
Ren sinistra juga memiliki hubungan ke anterior dan posterior. Di anterior, ren sinistra
berhubungan dengan gladula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra, dan
lengkung-lengkung jejunum. Di posterior berhubungan dengan diaphragma, recessus
costodiaphragmaticus; costa XI (ren sinistra lebih tinggi dibandingkan ren dexter) dan costa XII;
dan musculus psoas, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdomonis.
Nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke
bawah dan lateral.4
Gambar 5. Potongan ren memperlihatkan posisi nefron dan susunan
pembuluh darah di dalam ren.4
Arteri yang mendarahi ren adalah arteri renalis. Arteri renalis berasal dari aorta setinggi vertebra
lumbalis II. Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima arteriae
segmentales yang masuk ke dalam hilum renalis. Arteriae ini mendarahi segmen-segmen atau
area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteria segmentalis, masing-masing satu
buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria lobaris
mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae interlobares berjalan menuju
cortex di antara pyramides renales. Pada perbatasan cortex dan medula renalis, arteriae
interlobares bercabang menjadi arteriae arcuate yang melengkung di atas basis pyramides
renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke
atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteriae interlobulares.
Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan mengalirkan darah ke vena
cava inferior. Serabut-serabut aferen ren berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla
spinalis melalui nervi thoracici. Aliran limfnya adalah nodi aortici laterales di sekitar pangkal
arteria renalis.4
Medula dibentuk oleh sejumlah piramid renal. Dasar setiap piramid menghadap korteks dan
apeksnya mengarah ke dalam. Apeks piramid renal membentuk papila yang terjulur ke dalam
kaliks minor. Medula juga mengandung ansa Henle dan duktus koligentes. Duktus koligentes
bergabung di medula membentuk duktus papilaris yang besar. Papila biasanya ditutupi epitel
selapis silindris. Saat epitel ini berlanjut ke dinding luar kaliks, epitel ini menjadi epitel
transisional. Di bawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan ikat dan otot polos yang kemudian
menyatu dengan jaringan ikat sinus renalis.6
Di dalam sinus renalis di antara piramid, terdapat cabang-cabang arteri dan vena renalis, yaitu
pembuluh interlobaris. Pembuluh ini memasuki ginjal, kemudian melengkung menyusuri dasar
piramid pada taut korteks-medula sebagai arteri arkuata. Pembuluh arkuata mempercabangkan
arteri dan vena interlobular yang lebih kecil. Arteri arkuata berjalan secara radial menuju korteks
ginjal dan mencabangkan banyak arteri aferen glomerular di glomeruli.6
Lapisan viseral kapsul glomerular terdiri atas sel epitel yang dimodifikasi, disebut podosit. Sel-
sel ini mengikuti kontur glomerulus dengan rapat dan membungkus kapiler-kapilernya. Di kutub
(polus) vaskular, epitel viseral membalik membentuk lapisan parietal kapsul glomerular. Ruang
di antara lapisan viseral dan parietal adalah rongga kapsul yang akan menjadi lumen tubulus
kontortus proksimal di polus urinarius. Di polus urinarius, epitel gepeng lapisan parietal berubah
menjadi epitel kuboid tubulus kontortus proksimal.6
Terlihat banyak potongan tubuli di sekitar korpuskulum renal. Tubuli ini terutama terdiri atas dua
jenis, yaitu kontortus proksimal dan kontortus distal; tubuli ini berturut-turut adalah segmen awal
dan akhir nefron. Tubuli kontortus proksimal banyak terdapat di korteks, dan lumen kecil tidak
rata, dan dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik kuat dan
bergranul. Terdapat brush border yang berkembang baik, namun tidak selalu ada pada setiap
sediaan. Tubuli kontortus distal jumlahnya lebih sedikit, memiliki lumen besar yang dilapisi sel-
sel kuboid lebih kecil. Sitoplasmanya kurang terpulas, tanpa brush border.6
Korpuskulum renal dan tubuli terkait membentuk korteks ginjal. Korteks mengelilingi berkas
medula yang terdiri atas bagian lurus nefron dan duktus koligentes. Berkas medula terdiri atas
tiga jenis tubuli: segmen lurus (descendens) tubuli kontortus proksimal, segmen lurus
(ascendens) tubuli kontortus distal, dan duktus koligentes. Segmen lurus tubuli proksimal serupa
dengan tubulus kontortus proksimal dan segmen lurus tubuli distal yang serupa dengan tubulus
kontortus distal. Duktus koligentes dapat dikenali karena sel-selnya kuboid pucat dan membran
basalnya yang jelas terlihat.6
Medula hanya mengandung bagian-bagian lurus tubuli dan segmen tipis ansa Henle. Di bagian
luar medula terlihat segmen tipis ansa Henle yang dilapisi epitel gepeng, segmen lurus tubuli
distal, dan duktus koligentes.6
Setiap korpuskulum renal memiliki sebuah polus vaskular pada satu sisi yang merupakan tempat
arteriol glomerular aferen masuk dan arteriol eferen keluar. Di sisi lain korpuskulum, terdapat
polus urinarius tempat ruang kapsular menyatu dengan lumen tubulus kontortus proksimal.6
Di polus vaskular, sel-sel otot tunika media arteriol aferen diganti oleh sel-sel epiteloid yang
sangat termodifikasi dengan granul sitoplasma. Inilah sel-se; jukstaglomerular. Pada segmen
tubulus kontortus distal yang bersebelahan, sel-sel yang berbatasan dengan daerah
jukstaglomerular lebih langsing dan tinggi dibanding dengan bagian lain di tubulus. Daerah
dengan sel-sel yang lebih padat dan tampak lebih gelap ini disebut makula densa. Sel-sel
jukstaglomerular pada arteriol eferen dan sel-sel makula densa pada tubulus kontortus distal
bersama-sama membentuk aparatus jukstaglomerular.6
Sejumlah duktus koligens menyatu di medula membentuk tubuli lurus dan besar, disebut duktus
papilaris yang bermuara di ujung papila. Banyaknya muara pada permukaan papila memberi
gambaran seperti saringan; daerah ini disebut area kribosa. Papila dilapisi epitel berlapis kuboid.
Namun di area kribosa, epitel pelapisnya umumnya adalah selapis silindris yang menyatu dengan
pelapis duktus papilaris. Tampak segmen-segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus asendens
tubuli distal.6
Setiap ginjal terdiri sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopik yang dikenal sebagai nefron, yang
disatukan oleh jaringan ikat. Nefron adalah unit terkecil yang mampu membentuk urin. Setiap
nefron terdiri dari komponen vaskular dan komponen tubular dan keduanya saling berkaitan erat
secara struktural dan fungsional.2
Gambar 11. Gambaran singkat fungsi bagian-bagian nefron.7
Bagian dominan komponen vaskular nefron adalah glomerulus. Cairan hasil filtrasi glomerulus
ini kemudian mengalir melewati komponen tubular nefron, tempat berbagai proses transpor
mengubahnya menjadi urin. Ketika masuk ke ginjal, arteri renalis bercabang-cabang hingga
akhirnya membentuk banyak pembuluh halus yang dikenal sebagai arteriol aferen. Setiap nefron
mendapat satu arteriol aferen ini. Arteriol aferen mengalirkan darah ke glomerulus. Kapiler-
kapiler glomerulus kembali menyatu untuk membentuk arteriol lain, arteriol eferen, yang dilalui
oleh darah yang tidak terfiltrasi untuk meninggalkan glomerulus menuju komponen tubular.
Arteriol eferen adalah satu-satunya arteriol di tubuh yang mengalirkan darah dari kapiler.2
Arteriol eferen segera bercabang-cabang menjadi set kapiler kedua, kapiler peritubulus, yang
memasok darah ke jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan darah
sewaktu perubahan cairan filtrasi menjadi urin. Kapiler peritubulus melilit di sekitar sistem
tubulus. Kapiler-kapiler peritubulus menyatu membentuk venula yang akhirnya mengalirkan
isinya ke vena renalis.2
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga berisi cairan yang dibentuk oleh satu
lapisan sel epitel. Komponen ini dibagi menjadi berbagai segmen berdasarkan perbedaan struktur
dan fungsinya. Komponen tubulus berawal dari kapsula Bowman. Dari kapsula Bowman, cairan
yang difiltrasi mengalir ke tubulus proksimal. Segmen berikutnya, ansa Henle membentuk
lengkung berbentuk U tajam yang masuk ke dalam medula ginjal. Pars descendens ansa Henle
masuk dari korteks ke dalam medula; pars ascendens berjalan balik ke korteks. Sel-sel tubulus
dan vaskular di titik ini mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus.
Setelah aparatus jusktaglomerulus kembali membentuk kumparan erat menjadi tubulus distal.
Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam duktus koligentes, dengan masing-masing duktus
menerima cairan dari hingga delapan nefron berbeda.2
Filtrasi Ginjal
Proses filtrasi dari ginjal dilakukan pada daerah korpuskel ginjal yang dimana banyak terdapat
pembuluh darah pada daerah tersebut. Kapiler darah yang berupa kapiler fenestra yang tertutupi
oleh kaki – kaki pedikel pososit ini berfungsi seperti saringan yang dapat melewatkan benda
berukuran dibawah 8 nano meter. Ukuran yang kecil ini tidak memungkinkan bagi protein,
enzim dan zat yang besar untuk melewatinya. Selain daripada itu, sawar ini juga memiliki
muatan negatif, sehingga zat-zat yang memiliki muatan negatif akan sangat sulit untuk melewati
sawar ini. Hal ini terbukti pada protein albumin yang memiliki ukuran lebih kecil dari 8
nanometer dan bermuatan negatif. Albumin ini tidak dapat melewati sawar ginjal dengan alasan
bahwa molekul tersebut merupakan suatu molekul negatif yang saling tolak-menolak dengan
sawar dari ginjal tesebut. Oleh karena itu dapat disimpukkan bahwa kemampuan filtrasi zat
terlarut berbanding terbealik dengan ukurannya tetapi tidak berlaku pada molekul yang
bermuatan. Dengan pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat juga ditarik kesimpulan
bahwa dalam filtrat tidak diketemukan protein dan lemak, karena lemak biasanya berikatan
dengan protein yang terdapat dalam plasma.2
GFR atau laju aliran tubulus merupakan banyaknya plasma yang melewati membran tubulus
dalam satu menit. Pada orang dewasa normal, jumlahnya sekitar 125mL/menit. Laju filtrasi
gromelurus ini ditentukan dengan kesimbangan osmotik dan onkotik antara plasma dengan di
kapsula bowman dan juga faktor filtrasi dari zat tersebut. Hal yang mempengaruhi kecepatan
berikutnya adalah tekanan hidrostatik dari kapiler dan gromelurus. Dimana peningkatan tekanan
hidrostatik dari kapiler akan meningkatkan GFR sedangkan peningkatan tekanan hidrostatik dari
glomerulus akan menurunkan GFR. Hal berikutnya yang berpengaruh adalah konsentrasi protein
plasma yang bersifat higroskopis atau menarik air yang disebut sebagai tekanan onkotik. Karena
dalam glomerulus tidak terdapat protein yang berarti maka tekanan onkotik glomerulus pada
orang normal dianggap sama dengan nol. Sedangkan tekanan onkotik pada kapiler awal
dibandingkan dengan kapiler akhir akan terus menigkat karena banyak air yang sudah keluar dan
hal inilah yang menyebabkan tidak semua plasma dapat keluar dari kapiler ke dalam glomerulus.
Hal ini dapat diartikan bahwa kontriksi dari arteriol aferen akan menurunkan GFR, sedangkan
kontriksi dari arteriol eferen memiliki 2 sifat yaitu menurunkan dan menaikan GFR. Pada
kontriksi arteriol eferen awal akan meningkatkan GFR, sedangkan pada kontriksi arteriol akhir
akan menurunkan GFR itu sendiri.2
Kontrol umpan balik yang berfungsi untuk mengatur kerja dari filtrasi ginjal adalah renin dan
angiotensin. Prosesnya adalah sebagai berikut, apabila tekanan arteri menurun maka akan
menyebabkan tekanan hidrostatik glomerulus ikut turun dan akan serta merta menurunkan GFR.
Penurunan zat yang difiltrasi akan juga menurunkan jumlah nacl yang terdeteksi oleh makula
densa. Apabila hal ini terjadi maka akan menurunkan tahanan dari arterol aferen, selain daripada
itu, penurunan ini juga akan menyebabkan peningkatan renin yang akan menghasilkan suatu
hormon angiotensin II. Hormon ini dan penurunan tahanan dari arteriol aferen akan menjadi
suatu umpan balik yang akan menaikkan tekanan hidrostatik dari glomerulus. Peningkatan ini
juga akan meningkatkan reabsorbsi nacl dan akan kembali ke keadaan homeostatis.2
Gambar 12. Mekanisme umpan balik tubuloglomerular membantu
otoregulasi LFG.8
Reabsorbsi Ginjal
Pembentukan urin yang berikutnya akan melalui proses reabsorbsi dan sekresi di sepanjang
berbagai bagian dari nefron. Setiap bagian dari nefron mulai dari tubulus kontortus proksimal,
ansa henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus koligents mempunyai sifat dan cara kerja
reabsorbsi dan sekresi urin yang berbeda. Proses transpor dari berbagai zat tersebut dapat
dilakukan dengan transpor aktif primer, transpor aktif sekunder maupun dengan transpor pasif.
Transpor aktif primer berarti transpor tersebut melalui membran tubulus ke dalam sel dengan
langsung menggunakan ATP, misalnya natrium-kalium ATPase, hidrogen ATPase, hidogen –
kalium ATPase, dan kalsium ATPase. Sedangkan pada transpor aktif sekunder, dua atau lebih zat
berinteraksi dengan suatu protein membran spesifik dan ditranspor bersama melewati membran,
contoh yang paling umum adalah transpor dari glukosa. Untuk transpor aktif sendiri selalu
memiliki batas kecepatan yang disebut sebagai transpor maksimum. Keterbatasan ini disebabkan
oleh kejenuhan dari sistem transpor spesifik yang dilibatkan apabla jumlah zat terlarut yang
dikirim ke tubulus melebihi kapasitas protein pengangkut dan enzim-enzim spesifik yang terlibat
dalam proses transport. Pada transport pasif yang paling banyak terjadi adalah pada reabsorbsi
air yang melalui osmosis terutama menyertai reabsorpsi natrium. Selain dari pada air reabsorbsi
dari klorida, ureum dan zat-zat terlarut lainnya melalui difusi pasif.5,6
Bagian pertama dalam proses reabsorbsi dan sekresi adalah tubulus proksimal. Secara normal,
sekitar 65 persen dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai presenntase yang sedikit
lebih renadah dari klorida akan direabsorbsi oleh tubulus proskimal sebelum filtrat mencapai
ansa Henle peresentase ini dapat menigkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis. Pada
tubulus proskimal zat zat yang terutama direabsorbsi adalah natrium, clorida, air, glukosa, asam
amino dan ion bikarbonat.
Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda yaitu segmen tipis desenden,
segmen tipis asenden dan segmen tebal asenden ansa henle. Bagian tebal dari segmen tipis ansa
henle sangat permeable terhadap air dan cukup permeabl terhadap sebgaian besar zat terlarut
tetapi hanya memiliki beberapa mitokondria dan terjadi reabsorbsi aktif yang sedikit atau bahkan
tidak terjadi reabsorbsi aktif. Segmen tebal asenden ansa henle mereansornsi sekitar 25%
natrium, klorida dan kalium yang terfiltrasi serta sejumlah besar kalsium, bikarbinat dan
magnesium. Segmen ini juga menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen tubulus. Dan disini
dapat dijelaskan bahwa pada bagian segmen tipis desendens dari ansa henle sangat permeable
terhadap air, sendangkan pada bagian acendensnya tidak lagi permeable terhadap air tertapi
banyak terdapat transport aktif keluar untuk natrium. Keadaan ini yang menyebabkan tetap
tingginya osmilaritas cairan intersitial yang terdapat pada medula ginjal.2
Bagian awal tubulus distal banyak memiliki kesamaan dengan karakteristik dengan segmen
tebal asenden ansa Henle dan mereabsorbsi natrium, klorida, dan magnesium tapi sebnenarnya
tidak permeable terhadap air dan ureum. Bagian akhir dari tubulus distal dan tubulus kologentes
kortikalis terdiri dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel
prinsipalis mereabsorbsi natrium dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke dalam lumen. Sel
interkalatus mereabsorbsi ion kalium dan bikarbonat dari lumen dan menyekresikan ion hidrogen
ke dalam lumen. Rabsorbsi air dari segmen tubulus ini diatur oleh konsentrasi hormon
antidiuretik.2
Ciri khas dari duktus koligentes bagian medula dalah dalam reabsorbsi air sangat dipengaruhi
oleh hormon ADH. Peningkatan hormon ini akan menyebabkan banyak dari air yang akan
direabsorbsi ke dalam darah, begitu juga sebaliknya. Ciri berikutnya yaitu duktus koligentes
bagian medula bersifat permeabel terhadap ureum.2
Oleh karena itu beberapa ureum tubulus direabsorbsi ke dalam interstisium medula, membantu
meningkatkan osmolalitas daerah ginal ini dan turut berperan pada seluruh kemampuan ginjal
untuk membentuk urin yang pekant. Dan yang terakhir adalah duktus koligentes bagian medula
mampu menyekresikan ion hidrogen melawan gradien konsentrasi yang besar, seperti yang juga
terjadi dalam tubulus koligentes kortikalis. Jadi, duktus koligentes bagian medula juga
memainkan peranan kunci dalam mengatur keseimbangan asam basa.2
Konsentrasi glukosa plasma normal adalah 100 mg glukosa / 100 ml plasma. Karena glukosa
terfiltrasi bebas di glomerulus maka bahan ini melewati kapsul bowman dengan konsentrasi
sama dengan konsentrasi plasma. Karena itu, terdapat 100 mg glukosa untuk setiap 100 ml
plasma yang difiltrasi. Dengan 125 ml plasma yang difiltrasi secara normal setiap menit (LFG =
125 ml/mnt), 125 mg glukosa akan melewati kapsula bowman dengan filtrat ini setiap menit.2
Tm untuk glukosa adalah sekitar 375 mg/mnt. Pada konsentrasi glukosa normal 100 mg/100 ml,
125 mg glukosa yang tersaring per menit dapat cepat direabsorbsi oleh mekanisme pengangkut
glukosa karena jumlah yang difiltrasi ini jauh di bawah Tm untuk glukosa. Karena itu, biasanya
tidak ada glukosa yang ditemukan di urin. Baru muncul setelah jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi Tm. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi per menit (Tm terlampaui) maka jumlah
yang direabsorbsi maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap berada dalam filtrat untuk
dieksresikan.2
Sekresi
Seperti reabsorbsi tubulus, sekresi tubulus melibatkan transpor transepitel, tetapi langkah-
langkahnya dibalik. Dengan menyediakan rute pemasukan kedua ke dalam tubulus untuk bahan-
bahan tertentu, sekresi tubulus, pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus ke dalam
lumen tubulus, menjadi mekanisme pelengkap yang meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini
dari tubuh. Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus baik melalui filtrasi glomerulus maupun
sekresi tubulus, akan dieliminasi dalam urin.2
Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh. Ion
hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion
hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan tingkat
sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam maka
sekresi H+ meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan tubuh
terlalu rendah.2
Ion kalium secara selekif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; ion ini
secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus distal dan
koligentes. Di awal tubulus ion kalium direabsorbsi secara konstan dan tanpa dikendalikan,
sementara sekresi K+ di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Karena K+
difiltrasi hampir seluruhnya direabsorbsi di tubulus proksimal maka sebagain besar K+ di urin
berasal dari sekresi terkontrol K+ di bagian distal nefron dan bukan dari filtrasi.2
Selama deplesi K+, sekresi K+ di bagian distal nefron berkurang sampai minimum sehingga
hanya sebagian kecil dari K+ yang terfiltrasi yang lolos dari reabsorbsi di tubulus proksimal akan
diekskresikan di urin. Dengan cara ini, K+ yang seharusnya keluar di urin ditahan tubuh.
Sebaliknya ketika kadar K+ plasma meningkat, sekresi K+ disesuaikan sehingga terjadi
penambahan K+ ke filtrat untuk mengurangi konsentrasi K+ plasma ke normal. Karena itu,
sekresi K+ yang berubah-ubah di bawah kontrol untuk mengatur tingkat ekskresi K+ dan
memelihara konsentrasi K+ sesuai kebutuhan.2
Karena sekresi K+ dikaitkan dengan reabsorbsi Na+ oleh pompa Na+-K+, K+ tidak disekresikan di
sepanjang segmen tubulus yang melakukan reabsorbsi Na+. Di tubulus distal dan koligentes,
saluran K+ terkonsentrasi pada membran luminal, menyediakan rute bagi K+ yang dipompa ke
dalam sel untuk disekresikan. Di segmen tubulus lainnya, saluran K+ terutama letaknya di
membran basolateral. Akibatnya, K+ yang dipompa ke dalam sel dari ruang lateral oleh pompa
Na+-K+ mengalir balik ke ruang lateral melalui saluran-saluran ini. Daur ulang K+ ini
memungkinkan pompa Na+-K+ terus-menerus melakukan reabsorbsi Na+ tanpa efek lokal
kelebihan pada K+.2
Beberapa faktor dapat mengubah laju sekresi K+. Dengan yang terpenting adalah aldosteron.
Hormon ini merangsang sekresi K+ oleh sel tubulus di akhir nefron sekaligus meningkatkan
reabsorbsi Na+ oleh sel-sel ini. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang
korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteronnya, yang pada gilirannya
mendorong sekresi dan akhirnya ekskresi kelebihan K+ di urin. Sebaliknya, penurunan
konsentrasi K+ plasma menyebabkan penurunan sekresi aldosteron dan penurunan sekresi K+
ginjal yang dirangsang oleh aldosteron.2
Faktor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat sekresi K+ adalah status asam-basa
tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron dapat mensekresikan K+ atau H+ untuk
dipertukarkan dengan Na+ yang direabsorbsi. Peningkatan laju sekresi K+ atau H+ disertai oleh
penurunan laju sekresi ion yang lain. Dalam keadaan normal, ginjal cenderung mensekresikan K+
tetapi jika cairan tubuh terlalu asam dan sekresi H+ ditingkatkan sebagai tindakan kompensasi,
maka sekresi K+ berkurang. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi K+ yang tidak sesuai di
cairan tubuh.2
Diuresis osmotik
Diuresis osmotik terjadi di tubulus kontortus proksimal dalam reabsorpsi cairan zat tertentu yang
tidak menyebabkan peningkatan osmolalitas cairan tubulus dapat mempertahankan bagian dari
kelebihan air dalam tabung kecil, sehingga cairan tubulus diencerkan dan konsentrasi Na
menurun. Jadi, tabung kecil di dalam cairan dan Na epitel gradien konsentrasi menurun, sehingga
Na reabsorpsi dikurangi atau dihentikan. Karena air disertai NaCl reabsorpsi penyerapan pasif,
sehingga mengurangi reabsorpsi air, sehingga peningkatan output urin, Nacl debit jumlah
meningkat, kondisi yang disebut diuresis osmotik. Singkatnya, diuresis osmotik adalah karena
plasma, filtrat glomerular dan rongga cairan tubulus untuk membentuk tekanan osmotik tinggi,
mencegah reabsorpsi tubulus ginjal dari urin asli, peningkatan output urin.2
Sebagai contoh: penggunaan obat klinis manitol, karena reabsorpsi tubular tidak manitol,
sehingga meningkatkan cairan tubular konsentrasi zat terlarut, diuresis osmotik dapat mencapai
tujuan aplikasi klinis untuk menghilangkan edema. Karena tabung cairan konsentrasi zat terlarut
kecil, tekanan osmotik, mencegah reabsorpsi tubulus ginjal air, sehingga meningkatkan urin
disebut diuresis osmotik. Penggunaan klinis manitol dan sorbitol, dll, sehingga zat terlarut
osmolalitas cairan tubulus, diuretik pembengkakan dapat mencapai tujuan. Apakah penggunaan
prinsip diuresis osmotik.2
Eritropoietin disintesis oleh sel-sel interstisial korteks, dan menstimulasi produksi sel darah
merah. Efek terhadap sumsum tulang. Eritropoetin dan eritrogenin mempengaruhi pembentukan
sel-sel darah merah. Jika pada payah ginjal kekurangan eritropoetin dan eritrogenin akan
menyebabkan anemia berat. Pembentukan eritropoetin dirangsang oleh hipoksia.8
Vitamin D dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif (1,25-dihidroksikolekalsiferol), yang
terlibat dalam regulasi Ca2+ dan fosfat. Berbagai prostaglandin juga diproduksi di ginjal, dan
mempengaruhi aliran darah ginjal. Prostaglandin mempunyai efek langsung terhadap pembuluh
darah. Berasal dari asam pentanoat (asam lemak dengan 20 atom C). Derivat PG dihasilkan oleh
jaringan diseluruh tubuh (vesica seminalis, otak, kelenjar timus dan ginjal). Dalam ginjal
terutama bagian medulla ginjal dibentuk PGA2, PGE2 dan PGF2 alfa. Ketiga prostaglandin ini
menyebabkan relaksasi otot polos sehingga vasodilatasi arteri dan tekanan darah turun. PG
menyebabkan peningkatan aliran darah ginjal, natriuresis dan mengganggu fungsi ADH.9
Kinonigen juga merupakan hormon yang mempunyai sifat antihipertensi. Hormon / zat yang
dihancurkan / diubah oleh ginjal : insulin, glukagon, 25 OH cholecalciferol dan aldosteron.9
Penutup
Kesimpulan
Organ dalam tubuh yang menghasilkan urin adalah ginjal. Kedua ginjal berfungsi mensekresikan
sebagain besar produk sisa metabolisme. Ginjal mempunyai peran penting mengatur
keseimbangan air dan elektrolit didalam tubuh dan mempertimbangkan keseimbangan asam
basa. Pembentukan urin oleh ginjal melalui proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Pada orang
dewasa sehat, ~180 L filtrat memasuki tubulus proksimal setiap harinya. Sejumlah komponen
yang signifikan harus direabsorpsi untuk mencegah terbuangnya air dan solute (zat terlarut).
Daftar Pustaka