Anda di halaman 1dari 25

Struktur dan Mekanisme Ginjal Terkait dengan Gula

Darah
Aurelia Claudia Iben 102012416 ,Yuan Alessandro Suros 102013009, Meyselina Iwan
102013054 ,Novita Kartina 2013149, William Teng 10213193, Sarah Melissa 102013292,
Josephine Claudia 102013396, Donny Utama 102013474, Nur Afiqah binti Abdul Rahman
102013509
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Abstrak
Mekanisme kerja ginjal terdiri dari tiga proses. Yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Ketiga
proses ini berlangsung mulai dari glomerulus dan kapsula Bowman menuju nefron atau unit
fungsional ginjal. Dan akhirnya akan berjalan ke duktus koligens dan duktus papilaris. Semua
proses ini terjadi di ginjal. Maka dari itu apabila ada gangguan atau kelainan yang terjadi akan
menimbulkan gangguan pada proses-proses tersebut dan hasil eksresi yaitu urin akan
mengandung zat-zat yang seharusnya tidak ada. Seperti mekanisme lebih lanjutnya yaitu diuresis
osmotik.
Kata kunci : ginjal, filtrasi, reabsorbsi, sekresi, diuresis osmotik

Abstract
Mechanism of kidney consists of three processes. There are filtration, reabsorption, and
secretion. The processes are from glomerulus and Bowman's capsule to the nephrons or called
kidney functional units. And finally, it will run into koligens ducts and papillary ducts. All of
these processes occur in the kidney. Therefore, if there is disturbance or disorder that occurs
will cause disruption on these processes and the results of the urine excretion will contain
substances that should not be there. As further mechanism that osmotic diuresis.
Keywords : kidney, filtration, reabsorption, secretion, osmotic diuresis
Pendahuluan
Sistem urinaria yaitu ginjal terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal).1 Dengan menyesuaikan jumlah
air dan berbagai konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh atau dikeluarkan di urin, ginjal
dapat mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit dalam kisaran yang sangat sempit yang
memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan dan pengeluaran konstituen-konstituen ini
melalui saluran lain sangat bervariasi.2
Seringkali seseorang mengalami gangguan terhadap keseimbangan cairan di dalam
tubuhnya.Gangguan keseimbangan cairan itu erat kaitannya dengan ginjal. Karena itu akan
dibahas dalam makalah ini tentang struktur secara makroskopis dan mikroskopis dari ginjal.
Selain itu akan dibahas pula tentang fungsi dan cara kerja dari ginjal.

Tujuan penulisan

1. Mengetahui struktur makroskopis , persarafan, dan mikroskopis ginjal


2. Mengethaui letak organ-organ lain di sekitar ginjal
3. Mengetahui mekanisme kerja ginjal
4. Mengetahui kandungan-kandungan pada ginjal

Pembahasan

Glukosa darah postprandial adalah kadar glukosa darah setelah makan yang biasanya meningkat
dengan puncaknya pada 1 jam pp. setelah itu, kadarnya berangsur-angsur turun dan kadar
glukosa darah pada 2 jam pp mendekati kadar glukosa darah puasa. Nilai ini sebenarnya baru
bermakna jika jumlah karbohidrat yang dikonsumsi sesuai dengan standar WHO, yaitu
mengandung 106 g glukosa.3
Struktur Makroskopis Ginjal (Ren)

Gambar 1. Dinding posterior abdomen, memperlihatkan posisi ginjal.4


Ren berwarna coklat-kemerahan dan terletak di belakang peritoneum, tinggi pada dinding
posterior abdomen di samping kanan dan kiri columna vertebralis. Ren dextra terletak sedikit
lebih rendah dibandingkan ren sinistra, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Pada
kedua margo medialis ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir
substansi ren yang tebal dan disebut hilum renale. Hilum renale meluas ke suatu ruangan yang
besar disebut sinus renalis. Hilum renale dilalui, dari depan ke belakang, oleh vena renalis, dua
cabang arteria renalis, ureterm dan cabang ketiga arteria renalis. Pembuluh-pembuluh limfatik
dan serabut-serabut simpatis juga melalui hilum ini.4

Ren memiliki selubung sebagai berikut:4


1. Capsula fibrosa: meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.
2. Capsula adiposa: meliputi capsula fibrosa.
3. Fascia renalis: merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa serta
meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai fascia
transversalis.
4. Corpus adiposum pararenale: terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan dalam
jumlah besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagian lemak retroperitoneal.
Capsula adiposa, fascia renalis, dan corpus adiposus pararenale menyokong dan memfiksasi ren
pada posisinya di dinding posterior abdomen.4

Gambar 2. Ren dextra memperlihatkan struktur di bagian dalam ren.4


Masing-masing ren mempunyai cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Medulla
renalis terdiri atas kira-kira selusin pyramides renales yang masing-masing mempunyai basis
yang menghadap ke cortex renalis, dan apex yaitu papila renalis yang menonjol ke medial.
Bagian cortex yang menonjol ke medulla di antara pyramides yang berdekatan disebut columnae
renales. Bagian bergaris-garis yang membentang dari basis pyramides renales sampai ke cortex
disebut radii medullares.4
Sinus renalis merupakan ruangan di dalam hilum renalem berisi pelebaran ke atas ureterm yang
disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga calices renales majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Setiap calyx minor
diinvaginasi oleh apex pyramid renalis yang disebut papila renalis.4
Gambar 3. Batas-batas anterior ren.5

Gambar 4. Batas-batas posterior ren.5


Ren dextra memiliki hubungan di sisi anterior dan posterior. Di anterior, ren dextra berhubungan
dengan glandula suprarenalis, hepar, pars descendens duodenum, dan flexura coli dextra. Di
posterior berhubungan dengan diaphragma, recessus costodiaphragmaticus, costa XII, musculus
psoas major, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdominis. Nervus
subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan
lateral.4

Ren sinistra juga memiliki hubungan ke anterior dan posterior. Di anterior, ren sinistra
berhubungan dengan gladula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra, dan
lengkung-lengkung jejunum. Di posterior berhubungan dengan diaphragma, recessus
costodiaphragmaticus; costa XI (ren sinistra lebih tinggi dibandingkan ren dexter) dan costa XII;
dan musculus psoas, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdomonis.
Nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke
bawah dan lateral.4
Gambar 5. Potongan ren memperlihatkan posisi nefron dan susunan
pembuluh darah di dalam ren.4
Arteri yang mendarahi ren adalah arteri renalis. Arteri renalis berasal dari aorta setinggi vertebra
lumbalis II. Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima arteriae
segmentales yang masuk ke dalam hilum renalis. Arteriae ini mendarahi segmen-segmen atau
area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteria segmentalis, masing-masing satu
buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria lobaris
mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae interlobares berjalan menuju
cortex di antara pyramides renales. Pada perbatasan cortex dan medula renalis, arteriae
interlobares bercabang menjadi arteriae arcuate yang melengkung di atas basis pyramides
renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke
atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteriae interlobulares.
Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan mengalirkan darah ke vena
cava inferior. Serabut-serabut aferen ren berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla
spinalis melalui nervi thoracici. Aliran limfnya adalah nodi aortici laterales di sekitar pangkal
arteria renalis.4

Struktur Mikroskopik Ginjal (Ren)


Ginjal dibagi atas daerah luar, yaitu korteks dan daerah dalam, yaitu medula. Korteks ditutupi
simpai jaringan ikat dan jaringan ikuat perirenal, dan jaringan lemak.6
Gambar 6. Korteks dan Piramid tampak menyeluruh.6
Di dalam korteks terdapat tubuli kontortus, glomeruli, tubuli lurus, dan berkas medula. Korteks
juga mengandung korpuskulum renal (Bowman dan glomeruli), tubuli kontortus proksimal dan
distal nefron di dekatnya, arteri interlobular dan vena lobular, berkas medular mengandung
bagian-bagian lurus nefron dan duktus koligens. Berkas medula tidak meluas ke dalam kapsul
ginjal karena ada zona sempit tubuli kontorti.6

Medula dibentuk oleh sejumlah piramid renal. Dasar setiap piramid menghadap korteks dan
apeksnya mengarah ke dalam. Apeks piramid renal membentuk papila yang terjulur ke dalam
kaliks minor. Medula juga mengandung ansa Henle dan duktus koligentes. Duktus koligentes
bergabung di medula membentuk duktus papilaris yang besar. Papila biasanya ditutupi epitel
selapis silindris. Saat epitel ini berlanjut ke dinding luar kaliks, epitel ini menjadi epitel
transisional. Di bawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan ikat dan otot polos yang kemudian
menyatu dengan jaringan ikat sinus renalis.6
Di dalam sinus renalis di antara piramid, terdapat cabang-cabang arteri dan vena renalis, yaitu
pembuluh interlobaris. Pembuluh ini memasuki ginjal, kemudian melengkung menyusuri dasar
piramid pada taut korteks-medula sebagai arteri arkuata. Pembuluh arkuata mempercabangkan
arteri dan vena interlobular yang lebih kecil. Arteri arkuata berjalan secara radial menuju korteks
ginjal dan mencabangkan banyak arteri aferen glomerular di glomeruli.6

Gambar 7. Ginjal daerah korteks di dalam dan medula di luar.6


Pembesaran lebih kuat korteks ginjal menampakkan korpuskuum renal secara lebih rinci. Setiap
korpuskulum terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah kapsul Bowman. Glomerulus adalah
sekumpulan kapiler yang terbentuk dari arteriol aferen dan ditunjang jaringan ikat halus.6

Lapisan viseral kapsul glomerular terdiri atas sel epitel yang dimodifikasi, disebut podosit. Sel-
sel ini mengikuti kontur glomerulus dengan rapat dan membungkus kapiler-kapilernya. Di kutub
(polus) vaskular, epitel viseral membalik membentuk lapisan parietal kapsul glomerular. Ruang
di antara lapisan viseral dan parietal adalah rongga kapsul yang akan menjadi lumen tubulus
kontortus proksimal di polus urinarius. Di polus urinarius, epitel gepeng lapisan parietal berubah
menjadi epitel kuboid tubulus kontortus proksimal.6
Terlihat banyak potongan tubuli di sekitar korpuskulum renal. Tubuli ini terutama terdiri atas dua
jenis, yaitu kontortus proksimal dan kontortus distal; tubuli ini berturut-turut adalah segmen awal
dan akhir nefron. Tubuli kontortus proksimal banyak terdapat di korteks, dan lumen kecil tidak
rata, dan dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik kuat dan
bergranul. Terdapat brush border yang berkembang baik, namun tidak selalu ada pada setiap
sediaan. Tubuli kontortus distal jumlahnya lebih sedikit, memiliki lumen besar yang dilapisi sel-
sel kuboid lebih kecil. Sitoplasmanya kurang terpulas, tanpa brush border.6

Korpuskulum renal dan tubuli terkait membentuk korteks ginjal. Korteks mengelilingi berkas
medula yang terdiri atas bagian lurus nefron dan duktus koligentes. Berkas medula terdiri atas
tiga jenis tubuli: segmen lurus (descendens) tubuli kontortus proksimal, segmen lurus
(ascendens) tubuli kontortus distal, dan duktus koligentes. Segmen lurus tubuli proksimal serupa
dengan tubulus kontortus proksimal dan segmen lurus tubuli distal yang serupa dengan tubulus
kontortus distal. Duktus koligentes dapat dikenali karena sel-selnya kuboid pucat dan membran
basalnya yang jelas terlihat.6

Medula hanya mengandung bagian-bagian lurus tubuli dan segmen tipis ansa Henle. Di bagian
luar medula terlihat segmen tipis ansa Henle yang dilapisi epitel gepeng, segmen lurus tubuli
distal, dan duktus koligentes.6

Gambar 8. Korteks ginjal: aparatus jukstaglomerular.6


Pembesaran lebih kuat lagi pada sebagian korteks ginjal memperlihatkan korpuskulum renal,
tubuli di dekatnya, dan aparatus jukstaglomerular. Korpuskulum renal menampakkan kapiler
glomerular, epitel parietal dan viseral kapsul bowman, dan ruang kapsular. Brush border yang
tampak jelas dan sel asidofilik membedakan tubuli kontortus proksimal dengan tubuli kontortus
distal yang selnya lebih kecil dan pucat tanpa brush border. Sel-sel tubulus koligens berbentuk
kuboid, dengan batas sel jelas dan sitoplasma pucat bening. Membran basal yang jelas
mengelilingi tubuli ini.6

Setiap korpuskulum renal memiliki sebuah polus vaskular pada satu sisi yang merupakan tempat
arteriol glomerular aferen masuk dan arteriol eferen keluar. Di sisi lain korpuskulum, terdapat
polus urinarius tempat ruang kapsular menyatu dengan lumen tubulus kontortus proksimal.6

Di polus vaskular, sel-sel otot tunika media arteriol aferen diganti oleh sel-sel epiteloid yang
sangat termodifikasi dengan granul sitoplasma. Inilah sel-se; jukstaglomerular. Pada segmen
tubulus kontortus distal yang bersebelahan, sel-sel yang berbatasan dengan daerah
jukstaglomerular lebih langsing dan tinggi dibanding dengan bagian lain di tubulus. Daerah
dengan sel-sel yang lebih padat dan tampak lebih gelap ini disebut makula densa. Sel-sel
jukstaglomerular pada arteriol eferen dan sel-sel makula densa pada tubulus kontortus distal
bersama-sama membentuk aparatus jukstaglomerular.6

Gambar 9. Medula ginjal: papila.6


Papila ginjal mengandung bagian-bagian terminal duktus koligens, yaitu duktus papilaris. Duktus
ini berdiameter besar dengan lumen lebar dan dilapisi sel silindris tinggi dan terpulas pucat. Di
sini juga terdapat potongan segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus tubuli kontortus distal.
Jaringan ikat lebih banyak di daerah ini dan duktus koligens tidak begitu berhimpitan.6
Gambar 10. Medula ginjal: papila di dekat kaliks.6

Sejumlah duktus koligens menyatu di medula membentuk tubuli lurus dan besar, disebut duktus
papilaris yang bermuara di ujung papila. Banyaknya muara pada permukaan papila memberi
gambaran seperti saringan; daerah ini disebut area kribosa. Papila dilapisi epitel berlapis kuboid.
Namun di area kribosa, epitel pelapisnya umumnya adalah selapis silindris yang menyatu dengan
pelapis duktus papilaris. Tampak segmen-segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus asendens
tubuli distal.6

Keseimbangan Cairan Diatur Ginjal


Fungsi Ginjal
Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar membantu
mempertahankan stabilitas lingkungan cairan interstisial.2
1. Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh.
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi
keseimbangan H2O. Fungsi ini pentung untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau
keluar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang
merugikan.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstraseluler, termasuk natrium
(Na+), klorida (Cl-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-),
fosfat (PO43-), sulfat (SO42-), dan magnesium (Mg2+). Bahkan fluktuasi kecil konsentrasi
sebagian elektrolit ini dalam cairan ekstraseluler dapat berpengaruh besar,
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka panjang
tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal dalam
keseimbangan garam dan H2O.
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin.
6. Mengeluarkan produk-produk akhir metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat, dan
kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan-bahan sisa ini menjadi racunm terutama
bagi otak.
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat aditif makanan, pestisida, dan bahan
eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilkan eritropoetrin suatu hormon yang merangsang produksi sel darah merah.
9. Menghasilkan renin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai yang penting
dalam penghematan garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Setiap ginjal terdiri sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopik yang dikenal sebagai nefron, yang
disatukan oleh jaringan ikat. Nefron adalah unit terkecil yang mampu membentuk urin. Setiap
nefron terdiri dari komponen vaskular dan komponen tubular dan keduanya saling berkaitan erat
secara struktural dan fungsional.2
Gambar 11. Gambaran singkat fungsi bagian-bagian nefron.7
Bagian dominan komponen vaskular nefron adalah glomerulus. Cairan hasil filtrasi glomerulus
ini kemudian mengalir melewati komponen tubular nefron, tempat berbagai proses transpor
mengubahnya menjadi urin. Ketika masuk ke ginjal, arteri renalis bercabang-cabang hingga
akhirnya membentuk banyak pembuluh halus yang dikenal sebagai arteriol aferen. Setiap nefron
mendapat satu arteriol aferen ini. Arteriol aferen mengalirkan darah ke glomerulus. Kapiler-
kapiler glomerulus kembali menyatu untuk membentuk arteriol lain, arteriol eferen, yang dilalui
oleh darah yang tidak terfiltrasi untuk meninggalkan glomerulus menuju komponen tubular.
Arteriol eferen adalah satu-satunya arteriol di tubuh yang mengalirkan darah dari kapiler.2

Arteriol eferen segera bercabang-cabang menjadi set kapiler kedua, kapiler peritubulus, yang
memasok darah ke jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan darah
sewaktu perubahan cairan filtrasi menjadi urin. Kapiler peritubulus melilit di sekitar sistem
tubulus. Kapiler-kapiler peritubulus menyatu membentuk venula yang akhirnya mengalirkan
isinya ke vena renalis.2
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga berisi cairan yang dibentuk oleh satu
lapisan sel epitel. Komponen ini dibagi menjadi berbagai segmen berdasarkan perbedaan struktur
dan fungsinya. Komponen tubulus berawal dari kapsula Bowman. Dari kapsula Bowman, cairan
yang difiltrasi mengalir ke tubulus proksimal. Segmen berikutnya, ansa Henle membentuk
lengkung berbentuk U tajam yang masuk ke dalam medula ginjal. Pars descendens ansa Henle
masuk dari korteks ke dalam medula; pars ascendens berjalan balik ke korteks. Sel-sel tubulus
dan vaskular di titik ini mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus.
Setelah aparatus jusktaglomerulus kembali membentuk kumparan erat menjadi tubulus distal.
Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam duktus koligentes, dengan masing-masing duktus
menerima cairan dari hingga delapan nefron berbeda.2

Cara Kerja Ginjal


Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin: filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus,
dan sekresi tubular. Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, 20% plasma bebas protein
tersaring melalui kapiler glomerulus ke kapsula bowman, yang dikenal dengan filtrasi. Setelah
filtrat melalui tubulus, bahan yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler
peritubulus dan disebut reabsorbsi tubulus. Sekresi tubulus adalah pemindahan selektif bahan-
bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus.2

Filtrasi Ginjal
Proses filtrasi dari ginjal dilakukan pada daerah korpuskel ginjal yang dimana banyak terdapat
pembuluh darah pada daerah tersebut. Kapiler darah yang berupa kapiler fenestra yang tertutupi
oleh kaki – kaki pedikel pososit ini berfungsi seperti saringan yang dapat melewatkan benda
berukuran dibawah 8 nano meter. Ukuran yang kecil ini tidak memungkinkan bagi protein,
enzim dan zat yang besar untuk melewatinya. Selain daripada itu, sawar ini juga memiliki
muatan negatif, sehingga zat-zat yang memiliki muatan negatif akan sangat sulit untuk melewati
sawar ini. Hal ini terbukti pada protein albumin yang memiliki ukuran lebih kecil dari 8
nanometer dan bermuatan negatif. Albumin ini tidak dapat melewati sawar ginjal dengan alasan
bahwa molekul tersebut merupakan suatu molekul negatif yang saling tolak-menolak dengan
sawar dari ginjal tesebut. Oleh karena itu dapat disimpukkan bahwa kemampuan filtrasi zat
terlarut berbanding terbealik dengan ukurannya tetapi tidak berlaku pada molekul yang
bermuatan. Dengan pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat juga ditarik kesimpulan
bahwa dalam filtrat tidak diketemukan protein dan lemak, karena lemak biasanya berikatan
dengan protein yang terdapat dalam plasma.2

GFR atau laju aliran tubulus merupakan banyaknya plasma yang melewati membran tubulus
dalam satu menit. Pada orang dewasa normal, jumlahnya sekitar 125mL/menit. Laju filtrasi
gromelurus ini ditentukan dengan kesimbangan osmotik dan onkotik antara plasma dengan di
kapsula bowman dan juga faktor filtrasi dari zat tersebut. Hal yang mempengaruhi kecepatan
berikutnya adalah tekanan hidrostatik dari kapiler dan gromelurus. Dimana peningkatan tekanan
hidrostatik dari kapiler akan meningkatkan GFR sedangkan peningkatan tekanan hidrostatik dari
glomerulus akan menurunkan GFR. Hal berikutnya yang berpengaruh adalah konsentrasi protein
plasma yang bersifat higroskopis atau menarik air yang disebut sebagai tekanan onkotik. Karena
dalam glomerulus tidak terdapat protein yang berarti maka tekanan onkotik glomerulus pada
orang normal dianggap sama dengan nol. Sedangkan tekanan onkotik pada kapiler awal
dibandingkan dengan kapiler akhir akan terus menigkat karena banyak air yang sudah keluar dan
hal inilah yang menyebabkan tidak semua plasma dapat keluar dari kapiler ke dalam glomerulus.
Hal ini dapat diartikan bahwa kontriksi dari arteriol aferen akan menurunkan GFR, sedangkan
kontriksi dari arteriol eferen memiliki 2 sifat yaitu menurunkan dan menaikan GFR. Pada
kontriksi arteriol eferen awal akan meningkatkan GFR, sedangkan pada kontriksi arteriol akhir
akan menurunkan GFR itu sendiri.2

Kontrol umpan balik yang berfungsi untuk mengatur kerja dari filtrasi ginjal adalah renin dan
angiotensin. Prosesnya adalah sebagai berikut, apabila tekanan arteri menurun maka akan
menyebabkan tekanan hidrostatik glomerulus ikut turun dan akan serta merta menurunkan GFR.
Penurunan zat yang difiltrasi akan juga menurunkan jumlah nacl yang terdeteksi oleh makula
densa. Apabila hal ini terjadi maka akan menurunkan tahanan dari arterol aferen, selain daripada
itu, penurunan ini juga akan menyebabkan peningkatan renin yang akan menghasilkan suatu
hormon angiotensin II. Hormon ini dan penurunan tahanan dari arteriol aferen akan menjadi
suatu umpan balik yang akan menaikkan tekanan hidrostatik dari glomerulus. Peningkatan ini
juga akan meningkatkan reabsorbsi nacl dan akan kembali ke keadaan homeostatis.2
Gambar 12. Mekanisme umpan balik tubuloglomerular membantu
otoregulasi LFG.8

Reabsorbsi Ginjal

Pembentukan urin yang berikutnya akan melalui proses reabsorbsi dan sekresi di sepanjang
berbagai bagian dari nefron. Setiap bagian dari nefron mulai dari tubulus kontortus proksimal,
ansa henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus koligents mempunyai sifat dan cara kerja
reabsorbsi dan sekresi urin yang berbeda. Proses transpor dari berbagai zat tersebut dapat
dilakukan dengan transpor aktif primer, transpor aktif sekunder maupun dengan transpor pasif.
Transpor aktif primer berarti transpor tersebut melalui membran tubulus ke dalam sel dengan
langsung menggunakan ATP, misalnya natrium-kalium ATPase, hidrogen ATPase, hidogen –
kalium ATPase, dan kalsium ATPase. Sedangkan pada transpor aktif sekunder, dua atau lebih zat
berinteraksi dengan suatu protein membran spesifik dan ditranspor bersama melewati membran,
contoh yang paling umum adalah transpor dari glukosa. Untuk transpor aktif sendiri selalu
memiliki batas kecepatan yang disebut sebagai transpor maksimum. Keterbatasan ini disebabkan
oleh kejenuhan dari sistem transpor spesifik yang dilibatkan apabla jumlah zat terlarut yang
dikirim ke tubulus melebihi kapasitas protein pengangkut dan enzim-enzim spesifik yang terlibat
dalam proses transport. Pada transport pasif yang paling banyak terjadi adalah pada reabsorbsi
air yang melalui osmosis terutama menyertai reabsorpsi natrium. Selain dari pada air reabsorbsi
dari klorida, ureum dan zat-zat terlarut lainnya melalui difusi pasif.5,6
Bagian pertama dalam proses reabsorbsi dan sekresi adalah tubulus proksimal. Secara normal,
sekitar 65 persen dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai presenntase yang sedikit
lebih renadah dari klorida akan direabsorbsi oleh tubulus proskimal sebelum filtrat mencapai
ansa Henle peresentase ini dapat menigkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis. Pada
tubulus proskimal zat zat yang terutama direabsorbsi adalah natrium, clorida, air, glukosa, asam
amino dan ion bikarbonat.

Gambar 13. Proses reabsorbsi.7


Dan zat yang terutama disekresi adalah ion hidrogen, asam organik, dan beberapa jenis basa.
Pada pertengahan pertama dari tubulus proksimal transpor natrium sebagaian besar diikuti oleh
transport dari glukosa ataupun asam amino, sedangkan untuk paruh berikutnya karena
konsentrasi dari clorida lebih tinggi lagi, maka transport dari natrium akan lebih bersamaan
dengan ion clorida. Transport imbangan dari natrium adalah dengan hidrogen yang pada tubulus
ginnjal berreaksi dengan ion bikarbonat dan akan menjadi carbondioksida dan air. Dan hal yang
juga penting adalah pada tubulus prosimal terdapat proses sekresi dari asam dan basa organik
yang berfungsi untuk mengeluarkan obat-obatan atau toksin yang potensial berbahaya melalui
sel-sel tubulus ke dalam tubulus dan dapat dengan cepat dibersihkan dari darah.2

Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda yaitu segmen tipis desenden,
segmen tipis asenden dan segmen tebal asenden ansa henle. Bagian tebal dari segmen tipis ansa
henle sangat permeable terhadap air dan cukup permeabl terhadap sebgaian besar zat terlarut
tetapi hanya memiliki beberapa mitokondria dan terjadi reabsorbsi aktif yang sedikit atau bahkan
tidak terjadi reabsorbsi aktif. Segmen tebal asenden ansa henle mereansornsi sekitar 25%
natrium, klorida dan kalium yang terfiltrasi serta sejumlah besar kalsium, bikarbinat dan
magnesium. Segmen ini juga menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen tubulus. Dan disini
dapat dijelaskan bahwa pada bagian segmen tipis desendens dari ansa henle sangat permeable
terhadap air, sendangkan pada bagian acendensnya tidak lagi permeable terhadap air tertapi
banyak terdapat transport aktif keluar untuk natrium. Keadaan ini yang menyebabkan tetap
tingginya osmilaritas cairan intersitial yang terdapat pada medula ginjal.2

Bagian awal tubulus distal banyak memiliki kesamaan dengan karakteristik dengan segmen
tebal asenden ansa Henle dan mereabsorbsi natrium, klorida, dan magnesium tapi sebnenarnya
tidak permeable terhadap air dan ureum. Bagian akhir dari tubulus distal dan tubulus kologentes
kortikalis terdiri dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel
prinsipalis mereabsorbsi natrium dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke dalam lumen. Sel
interkalatus mereabsorbsi ion kalium dan bikarbonat dari lumen dan menyekresikan ion hidrogen
ke dalam lumen. Rabsorbsi air dari segmen tubulus ini diatur oleh konsentrasi hormon
antidiuretik.2

Ciri khas dari duktus koligentes bagian medula dalah dalam reabsorbsi air sangat dipengaruhi
oleh hormon ADH. Peningkatan hormon ini akan menyebabkan banyak dari air yang akan
direabsorbsi ke dalam darah, begitu juga sebaliknya. Ciri berikutnya yaitu duktus koligentes
bagian medula bersifat permeabel terhadap ureum.2

Oleh karena itu beberapa ureum tubulus direabsorbsi ke dalam interstisium medula, membantu
meningkatkan osmolalitas daerah ginal ini dan turut berperan pada seluruh kemampuan ginjal
untuk membentuk urin yang pekant. Dan yang terakhir adalah duktus koligentes bagian medula
mampu menyekresikan ion hidrogen melawan gradien konsentrasi yang besar, seperti yang juga
terjadi dalam tubulus koligentes kortikalis. Jadi, duktus koligentes bagian medula juga
memainkan peranan kunci dalam mengatur keseimbangan asam basa.2

Konsentrasi glukosa plasma normal adalah 100 mg glukosa / 100 ml plasma. Karena glukosa
terfiltrasi bebas di glomerulus maka bahan ini melewati kapsul bowman dengan konsentrasi
sama dengan konsentrasi plasma. Karena itu, terdapat 100 mg glukosa untuk setiap 100 ml
plasma yang difiltrasi. Dengan 125 ml plasma yang difiltrasi secara normal setiap menit (LFG =
125 ml/mnt), 125 mg glukosa akan melewati kapsula bowman dengan filtrat ini setiap menit.2
Tm untuk glukosa adalah sekitar 375 mg/mnt. Pada konsentrasi glukosa normal 100 mg/100 ml,
125 mg glukosa yang tersaring per menit dapat cepat direabsorbsi oleh mekanisme pengangkut
glukosa karena jumlah yang difiltrasi ini jauh di bawah Tm untuk glukosa. Karena itu, biasanya
tidak ada glukosa yang ditemukan di urin. Baru muncul setelah jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi Tm. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi per menit (Tm terlampaui) maka jumlah
yang direabsorbsi maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap berada dalam filtrat untuk
dieksresikan.2

Gambar 14. Penanganan glukosa oleh ginjal sebagai fungsi dari


konsentrasi glukosa plasma.7
Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin disebut
ambang ginjal. Ambang ginjal untuk glukosa adalah 300mg/ml. Tm rerata 375 mg/mnt, LFG 125
mg/mnt. Diatas Tm, reabsorbsi akan tetap pada laju maksimalnya dan setiap peningkatan lebih
lanjut jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan sebanding jumlah bahan yang
diekskresikan. Sebagai contoh, pada konsentrasi glukosa 400 mg/100ml, jumlah glukosa yang
terfiltrasi adalah 500mg/mnt, 375 mg/mnt diantaranya dapat direabsorbsi (senilai Tm) dan 125
ml diantaranya akan diekskresikan di urin.2
Dalam kenyataannya, glukosa sering mulai muncul di urin pada konsentrasi glukosa
180mg/100ml atau lebih. Glukosa sering diekskresikan sebelum ambang rerata ginjal sebesar
300mg/100ml tercapai oleh dua sebab. Pertama, tidak semua nefron memiliki Tm yang sama
sehingga sebagian nefron mungkin telah melampaui Tm mereka dan mengekskresikan glukosa
semetara yang lain belum mencapai Tm. Kedua, efisiensi pembawa kotranspor glukosa mungkin
tidak bekerja pada kapasitas maksimalnya pada nilai yang meningkat tetapi kurang dari nilai Tm
sebenarnya, sehingga sebagian dari glukosa yang terfiltrasi mungkin gagal direabsorbsi dan
tumpah ke dalam urin meskipun ambang rerata ginjal belum tercapai.2

Sekresi
Seperti reabsorbsi tubulus, sekresi tubulus melibatkan transpor transepitel, tetapi langkah-
langkahnya dibalik. Dengan menyediakan rute pemasukan kedua ke dalam tubulus untuk bahan-
bahan tertentu, sekresi tubulus, pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus ke dalam
lumen tubulus, menjadi mekanisme pelengkap yang meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini
dari tubuh. Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus baik melalui filtrasi glomerulus maupun
sekresi tubulus, akan dieliminasi dalam urin.2

Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh. Ion
hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion
hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan tingkat
sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam maka
sekresi H+ meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan tubuh
terlalu rendah.2

Ion kalium secara selekif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; ion ini
secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus distal dan
koligentes. Di awal tubulus ion kalium direabsorbsi secara konstan dan tanpa dikendalikan,
sementara sekresi K+ di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Karena K+
difiltrasi hampir seluruhnya direabsorbsi di tubulus proksimal maka sebagain besar K+ di urin
berasal dari sekresi terkontrol K+ di bagian distal nefron dan bukan dari filtrasi.2

Selama deplesi K+, sekresi K+ di bagian distal nefron berkurang sampai minimum sehingga
hanya sebagian kecil dari K+ yang terfiltrasi yang lolos dari reabsorbsi di tubulus proksimal akan
diekskresikan di urin. Dengan cara ini, K+ yang seharusnya keluar di urin ditahan tubuh.
Sebaliknya ketika kadar K+ plasma meningkat, sekresi K+ disesuaikan sehingga terjadi
penambahan K+ ke filtrat untuk mengurangi konsentrasi K+ plasma ke normal. Karena itu,
sekresi K+ yang berubah-ubah di bawah kontrol untuk mengatur tingkat ekskresi K+ dan
memelihara konsentrasi K+ sesuai kebutuhan.2

Gambar 15. Sekresi ion kalium.7


Sekresi ion kalium di tubulus distal dan koligentes digabungkan dengan reabsorbsi Na+ oleh
pompa Na+-K+ basolateral dependen energi. Pompa ini tidak hanya memindahkan Na+ keluar sel
menuju ruang lateral tetapi juga memindahkan K+ dari ruang lateral ke dalam sel tubulus.
Konsentrasi K+ intrasel yang menungkat mendorong pemindahan kelebihan K+ dari sel ke dalam
lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara pasif melalui
sejumlah besar saluran K+ di membran ini di tubulus distal dan koligentes. Dengan menjaga
konsentrasi K+ cairan interstisium rendah, pompa basolateral mendorong perpindahan pasif K+
keluar plasma kapiler peritubulus menjuju cairan interstisium. Ion kalium yang meninggalkan
plasma dengan cara ini kemudian dipompa ke dalam sel, dari sini ion tersebut secara pasif
berpindah ke dalam lumen. Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi
kelebihan K+ dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus di bagian distal nefron.2

Karena sekresi K+ dikaitkan dengan reabsorbsi Na+ oleh pompa Na+-K+, K+ tidak disekresikan di
sepanjang segmen tubulus yang melakukan reabsorbsi Na+. Di tubulus distal dan koligentes,
saluran K+ terkonsentrasi pada membran luminal, menyediakan rute bagi K+ yang dipompa ke
dalam sel untuk disekresikan. Di segmen tubulus lainnya, saluran K+ terutama letaknya di
membran basolateral. Akibatnya, K+ yang dipompa ke dalam sel dari ruang lateral oleh pompa
Na+-K+ mengalir balik ke ruang lateral melalui saluran-saluran ini. Daur ulang K+ ini
memungkinkan pompa Na+-K+ terus-menerus melakukan reabsorbsi Na+ tanpa efek lokal
kelebihan pada K+.2

Beberapa faktor dapat mengubah laju sekresi K+. Dengan yang terpenting adalah aldosteron.
Hormon ini merangsang sekresi K+ oleh sel tubulus di akhir nefron sekaligus meningkatkan
reabsorbsi Na+ oleh sel-sel ini. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang
korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteronnya, yang pada gilirannya
mendorong sekresi dan akhirnya ekskresi kelebihan K+ di urin. Sebaliknya, penurunan
konsentrasi K+ plasma menyebabkan penurunan sekresi aldosteron dan penurunan sekresi K+
ginjal yang dirangsang oleh aldosteron.2

Faktor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat sekresi K+ adalah status asam-basa
tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron dapat mensekresikan K+ atau H+ untuk
dipertukarkan dengan Na+ yang direabsorbsi. Peningkatan laju sekresi K+ atau H+ disertai oleh
penurunan laju sekresi ion yang lain. Dalam keadaan normal, ginjal cenderung mensekresikan K+
tetapi jika cairan tubuh terlalu asam dan sekresi H+ ditingkatkan sebagai tindakan kompensasi,
maka sekresi K+ berkurang. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi K+ yang tidak sesuai di
cairan tubuh.2

Diuresis osmotik
Diuresis osmotik terjadi di tubulus kontortus proksimal dalam reabsorpsi cairan zat tertentu yang
tidak menyebabkan peningkatan osmolalitas cairan tubulus dapat mempertahankan bagian dari
kelebihan air dalam tabung kecil, sehingga cairan tubulus diencerkan dan konsentrasi Na
menurun. Jadi, tabung kecil di dalam cairan dan Na epitel gradien konsentrasi menurun, sehingga
Na reabsorpsi dikurangi atau dihentikan. Karena air disertai NaCl reabsorpsi penyerapan pasif,
sehingga mengurangi reabsorpsi air, sehingga peningkatan output urin, Nacl debit jumlah
meningkat, kondisi yang disebut diuresis osmotik. Singkatnya, diuresis osmotik adalah karena
plasma, filtrat glomerular dan rongga cairan tubulus untuk membentuk tekanan osmotik tinggi,
mencegah reabsorpsi tubulus ginjal dari urin asli, peningkatan output urin.2

Sebagai contoh: penggunaan obat klinis manitol, karena reabsorpsi tubular tidak manitol,
sehingga meningkatkan cairan tubular konsentrasi zat terlarut, diuresis osmotik dapat mencapai
tujuan aplikasi klinis untuk menghilangkan edema. Karena tabung cairan konsentrasi zat terlarut
kecil, tekanan osmotik, mencegah reabsorpsi tubulus ginjal air, sehingga meningkatkan urin
disebut diuresis osmotik. Penggunaan klinis manitol dan sorbitol, dll, sehingga zat terlarut
osmolalitas cairan tubulus, diuretik pembengkakan dapat mencapai tujuan. Apakah penggunaan
prinsip diuresis osmotik.2

Hormon dan enzim yang berperan dalam mekanisme


Fungsi ginjal dipengaruhi oleh berbagai hormon yang memodulasi regulasi ion dan air.
Aldosteron dan ADH (Anti Diuretic Hormon) merupakan contoh hormon yang berperan dalam
mekanisme kerja ginjal. Aldosteron dapat ditemukan di tubuli distal dan ductus kolegen bagian
awal. Aldosteron berfungsi untuk meningkatkan permeabilitas tubuli terhadap Na. ADH dapat
ditemukan di ductus kolegens dan berfungsi untuk meningkatkan permeabilitas air sehingga air
dapat di reabsorbsi dalam volume yang banyak.8

Renin diproduksi oleh aparatus jukstaglomerulus dan memacu pembentukan angiostensin.


Sekresinya dirangsang oleh volume arteri yang menurun, Na menurun pada nefron bagian distal,
dan hipokalemia. Renin mengkatalisis reaksi angiotensinogen menjadi angiotensi I.
Angiotensinogen adalah suatu protein yang dibuat oleh hati dan merupakan substrat dari enzim
renin. Angiotensinogen termasuk golongan alfa 2 globulin. Angiotensin I adalah suatu
dekapeptida hasil pemecahan angiotensinogen oleh renin. ACE (Angiotensin I Converting
Enzyme) mengkatalisis reaksi angiotensin I menjadi angiotensin II (suatu oktapeptida).
Angiotensinase adalah enzim yang fungsinya menginaktifkan angiotensin I dan angiotensin II.
ACE inhibitor yang menghambat enzim ACE sehingga angiotensin I tidak dapat dirubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II sangat aktif dalam meningkatkan tekanan darah (200x kekuatan
noradrenalin). Angiotensin  peningkatan sekresi aldosteron (angiotensin sebagai hormon
tropik yang merangsang sekresi aldosteron).9

Eritropoietin disintesis oleh sel-sel interstisial korteks, dan menstimulasi produksi sel darah
merah. Efek terhadap sumsum tulang. Eritropoetin dan eritrogenin mempengaruhi pembentukan
sel-sel darah merah. Jika pada payah ginjal kekurangan eritropoetin dan eritrogenin akan
menyebabkan anemia berat. Pembentukan eritropoetin dirangsang oleh hipoksia.8
Vitamin D dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif (1,25-dihidroksikolekalsiferol), yang
terlibat dalam regulasi Ca2+ dan fosfat. Berbagai prostaglandin juga diproduksi di ginjal, dan
mempengaruhi aliran darah ginjal. Prostaglandin mempunyai efek langsung terhadap pembuluh
darah. Berasal dari asam pentanoat (asam lemak dengan 20 atom C). Derivat PG dihasilkan oleh
jaringan diseluruh tubuh (vesica seminalis, otak, kelenjar timus dan ginjal). Dalam ginjal
terutama bagian medulla ginjal dibentuk PGA2, PGE2 dan PGF2 alfa. Ketiga prostaglandin ini
menyebabkan relaksasi otot polos sehingga vasodilatasi arteri dan tekanan darah turun. PG
menyebabkan peningkatan aliran darah ginjal, natriuresis dan mengganggu fungsi ADH.9

Kinonigen juga merupakan hormon yang mempunyai sifat antihipertensi. Hormon / zat yang
dihancurkan / diubah oleh ginjal : insulin, glukagon, 25 OH cholecalciferol dan aldosteron.9

Penutup
Kesimpulan

Organ dalam tubuh yang menghasilkan urin adalah ginjal. Kedua ginjal berfungsi mensekresikan
sebagain besar produk sisa metabolisme. Ginjal mempunyai peran penting mengatur
keseimbangan air dan elektrolit didalam tubuh dan mempertimbangkan keseimbangan asam
basa. Pembentukan urin oleh ginjal melalui proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Pada orang
dewasa sehat, ~180 L filtrat memasuki tubulus proksimal setiap harinya. Sejumlah komponen
yang signifikan harus direabsorpsi untuk mencegah terbuangnya air dan solute (zat terlarut).

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.3110.


2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.663-
100.
3. Mahendra, Tobing A, Krisnatuti D, Alting B. Care yourself diabetes mellitus. Jakarta:
Niaga Swadaya; 2008.h.51.
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.260-6.
5. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.66.
6. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-10. Jakarta:
EGC; 2003.h.2610-66.
7. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont:
Brooks/Cole; 2010.h.616, 626, 631.
8. Silverthorn DU, Johnso BR, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC. Human
physiology. Fifth Edition. San Fransisco: Pearson; 2010.p.631-6.

Anda mungkin juga menyukai