Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU LOGAM

BAJA TAHAN KARAT

Dosen Pengajar:
Dr. Atria Pradityana ST,M.T

Disusun Oleh :

Gita Fitri Ramadhani (2116030100)


Sheilla Ramadhani T. (2116030121)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
Tanya Jawab
1. Pertanyaan : Selain baja tahan karat dipadu dengan Cr, baja tahan karat dipadu dengan
apa untuk menggantikan Cr agar tahan karat? (Agus A. / 2116030104)
Jawab : Bisa dipadu dengan Mo, Al, dan Ni. (Sheilla Ramadhani / 2116030121)

2. Pertanyaan : Apa alasan industri menggunakan baja tahan karat pada produknya? (Nanda
P.B. /2116030112)
Jawab : Karena baja tahan karat tidak merubah rasa pada produk, lebih aman untuk
digunakan, dan mudah dibersihkan atau dicuci. (Sheilla Ramadhani / 2116030121)

3. Pertanyaan : Setelah pengerollan, apa ada proses penguatan lainnya? (Annedy E. /


2116030114)
Jawab : Penyemprotan menggunakan air sedikit demi sedikit pada saat masih panas agar
baja lebih kuat(hardening). (Gita Fitri / 2116030100)

4. Pertanyaan : Apabila waktu pemanasan lebih dari 8-12 jam apa yang akan terjadi? (Rizal
A. / 2116030124)
Jawab : Zat-zat yang terkandung dalam baja tersebut tidak akan sebaik atau sebagus saat
pemanasan 8-12 jam. (Sheilla Ramadhani / 2116030121)

5. Pertanyaan : Kenapa sifat baja tahan karat bisa keras dan kuat? (Resbara G. /
2116030101)
Jawab : Karena sifat stainless steel pada umumnya keras dan kuat. (Gita Fitri /
2116030100)

6. Pertanyaan : Selain menggunakan tungku listrik dalam pembuatan stainless steel, apa bisa
menggunakan tungku yang lain? Dan kenapa stainless steel mengkilap? (Bakdam K.H. /
2116030092)
Jawab : Bisa memakai tungku biasa namun proses pemanasannya tidak sebaik jika
menggunakan tungku listrik. Lapisan yang membuat stainless steel mengkilap adalah
karena adanya kandungan chrom.(Sheilla Ramadhani / 2116030121)

7. Pertanyaan : Apa yang menyebabkan 304 lebih tahan korosi ketimbang 201? (Ahmad
F.R. / 2116030090)
Jawab : Karena 304 mengandung lebih banyak Cr dan Ni, sedangkan 201 mengandung
Mg. (Gita Fitri / 2116030100)

8. Pertanyaan : Kenapa magnet tidak menempel pada stainless steel (contohnya sendok)?
Paduan apa yang digunakan? (Pricillia F.M. / 2116030126)
Jawab : Stainless steel yang digunakan untuk sendok tidak mengandung sifat magnetik,
paduan yang digunakan yaitu kandungan Cr. (Sheilla Ramadhani / 2116030121)
A. PROSES PEMBUATAN

Proses pembuatan stainless steel


Stainless steel ini adalah sebuah baja yang dipadukan dengan bahan-bahan lainnya, ini yang
membuat bahan logam ini menjadi kuat dan tahan terhadap korosi, dan membuat warna logam
ini juga terlihat mengkilap. Logam yang mempunyai ciri khas mengkilap dan bebas dari
berbagai macam noda ini digunakan secara luas di dalam industry penerbangan dan juga
digunakan dalam berbagai macam kebutuhan Anda sehari-hari, seperti peralatan rumah
tangga, pagar,dll.

Adalah baja stainless metallurgically dimana baja yang digunakan akan dipadukan dengan
kromium sebanyak 11%, logam seperti ini banyak digunakan dalam peralatan rumah tangga
dan industry lainnya. Itu karena logam ini tidak akan menimbulkan karat atau korosi seperti
pada logam lainnya. Perpaduan ini disebut juga dengan CRES atau baja tahan korosi. Setiap
jumlah kromium yang digunakan akan membuat reaksi kimia yang berbeda pula, ini yang
akan semakin mencegah oksidasi atau korosi di permukaan semakin dapat dihindari. Stainless
steel ini sendiri terdiri dari beberapa bahan seperti besi, karbon, krom, nikel, nitrogen dan
mangan.

Untuk membuat stainless steel terdiri dari beberapa macam proses :


1. Pertama-tama bahan baku yang berupa besi, krom, silikon, nikel, karbon nitrogen dan
mangan akan dicairkan ke dalam tungku listrik, lama proses peleburan bahan-bahan ini
setidaknya 8 sampai dengan 12 jam, dengan suhu panas yang konstan.

2. Setelah itu campuran yang sudah dileburkan akan dimasukkan / dicetak ke dalam lempeng
mekar atau dapat disebut juga dengan bilet. Proses ini dilakukan sebelum mengambil bentuk
semi padat. Setelah itu besi baja ini kemudian dibuat ke dalam beberapa jenis, seperti pipa
baik tubing maupun hollow, lembaran / plat, hot rolling bar, AS / Behel, plat strip, bentuk
siku, dan lainnya.
3. Pada kondisi seperti ini stainless akan menggunakan anil (Anil, dalam metalurgi dan ilmu
material, adalah perlakuan panas dimana bahan mengalami perubahan, menyebabkan
perubahan dalam sifat-sifat seperti kekuatan dan kekerasan.), untuk membuat logam ini dapat
diatur dengan tekanan internal dan dapat melunak kemudian dapat diperkuat. Untuk membuat
sebuah stainless steel ini diperlukan pemantauan yang berkala agar proses pematangan atau
pengerasan bahan logam ini baik. Proses pemanasan dan juga proses pendinginan harus
diperhatikan dengan baik, agar dapat menciptakan sebuah logam yang berkualitas dan
tentunya juga kuat. Sifat keras atau tidak logam tersebut terbentuk dari suhu yang dibuatnya,
seperti jika suhu pada proses pembuatan logam rendah, tentunya akan menghasilkan bahan
yang kuat namun cenderung patah. Berbeda ketika menggunakan suhu yang tinggi maka akan
menghasilkan bahan dengan kualitas rendah namun cenderung kuat. Panas atau tidak suhu
yang digunakan ketika akan membuat bahan logam ini, akan membuat grade yang dihasilkan
berbeda-beda.

4. De-scaling juga diperkenalkan dalam membuat stainless steel ini, ini adalah proses
produksi yang menggunakan waktu yang berbeda, dan juga tergantung pada baja yang akan
dihasilkan. Untuk membentuk bar dan juga kawat akan menggunakan tambahan rolling panas,
kemudian proses penempaan dan juga pengekstruksi. Setelah melalui panas tertentu maka
bahan lembaran dan juga kawat akan melalui proses anil. Proses cutting juga sagat penting
dalam proses pembuatan logam ini, terutama untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.

5. Kemudian sampai pada proses pemotongan dengan menggunakan pisau yang disebut
dengan Guillotine dan juga bilah baja yang mempunyai kecepatan tinggi untuk blanking, dan
juga memotong serangkaian lubang dengan cara bertumpuk. Stainless juga dapat dipotong
dengan menggunakan metoda pemotongan api, ini adalah sebuah proses pemotongan
menggunakan api yang dihasilkan oleh oksigen, propane dan bubuk besi. Jet pemotong
plasma akan menggunakan kolom gas yang telah terionisasi dan mencair setelah itu logam
akan dapat dipotong dengan baik.

6. Setelah tahap ini selesai, maka langkah terakhir yang akan dilakukan adalah proses
pembuatan stainless steel, untuk itu penting untuk membuat permukaan logam menjadi halus
dan juga reflektif. Pada tahap akhir ini akan membuat logam ini tahan terhadap korosi, dan
membuat bahan jadi, dan siap untuk digunakan dalam berbagai macam sektor industri. Pada
tahap akhir ini dibuat melalui panas rolling yang cenderung menekan, setelah itu penempaan
dan ekstruksi. Setelah itu akan masuk pada tahap pengelasan, dan diubah menjadi bentuk
yang diinginkan. Dalam proses ini seluruh kegiatan akan dimonitor, setelah itu materi yang
berhasil dibuat pun akan diperiksa, terutama dalam sifat mekanik agar bahan logam ini dapat
bertahan lama.
B. JENIS-JENIS

Jenis Stainless Steel

Meskipun seluruh kategori SS didasarkan pada kandungan krom (Cr), namun unsur paduan
lainnya ditambahkan untuk memperbaiki sifat-sifat SS sesuai aplikasi-nya. Kategori SS tidak
halnya seperti baja lain yang didasarkan pada persentase karbon tetapi didasarkan pada
struktur metalurginya. Menurut sifat kimia dari stainless steel lima golongan utama SS adalah
Austenitic, Ferritic, Martensitic, Duplex dan Precipitation Hardening SS.

1. Austenitic Stainless Steel


Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel (grade standar untuk 304),
sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar Krom dan Nikel lebih tinggi
serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum (Mo), Titanium (Ti) atau Copper (Co)
berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok
juga untuk aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nikel membuat SS tidak menjadi
rapuh pada temperatur rendah.
Sifat-sifat Dasar Baja Austenitic
 Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan lingkungan laut.
 Kemampuan mengelas yang sangat bagus (semua proses)
 Kemampuan membentuk, kemampuan pembuatan dan sifat kenyal yang sangat bagus
 Sifat-sifat suhu tingginya bagus dan suhu rendahnya sangat bagus (kekerasan tinggi pada
semua suhu)
 Tidak mengandung magnit (jika dikuatkan)
 Dapat dikeraskan hanya dengan dibentuk profil logam dengan temperatur dingin (logam-
logam campuran ini tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas)

Pemakaian Umum
 Alat pengatur cahaya floppy disk komputer (304)
 Per kunci keyboard komputer (301)
 Bak cuci dapur (304D)
 Alat pemrosesan makanan
 Aplikasi kearsitekan
 Alat kimia dan tanaman

2. Ferritic Stainless Steel


Kelompok logam campuran ini biasanya hanya mengandung Kromium, dengan keseimbangan
kebanyakan Fe. Logam-logam campuran ini merupakan baja-baja stainless Kromium yang
sederhana dengan kandungan Kromium 10,5 – 18 % seperti grade 430 dan 409. Jenis Ferritic
agak sedikit kurang mempunyai sifat kenyal daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi tidak
begitu istimewa dan relatif lebih sulit di fabrikasi / machining. Tetapi kekurangan ini telah
diperbaiki pada grade 434 dan 444 dan secara khusus pada grade 3Cr12.
Sifat-sifat Dasar Baja Ferritic
 Cukup untuk peningkatan daya tahan korosi yang bagus dengan kandungan Chromium
 Tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan selalu digunakan dalam magnet yang
dikuatkan
 Kemampuan mengelasnya sedikit
 Kemampuan membentuknya tidak sebagus austenitic

Pemakaian Umum
 Pusat floppy disk komputer (430)
 Trim automotive (430)
 Alat pembuangan uap automotive (409)
 Alat colliery (3Cr12)
 Tangki air panas (444)

3. Martensitic Stainless Steel


SS jenis ini memiliki unsur utama Krom (masih lebih sedikit jika dibanding Ferritic SS) dan
kadar karbon relatif tinggi (0,1 – 1,2%) misal grade 410 dan 416. Grade 431 memiliki Krom
sampai 16% tetapi mikrostrukturnya masih martensitic disebabkan hanya memiliki Nikel 2%.
Merupakan baja pertama yang dikembangkan secara komersial (sebagai cutlery).
Sifat-sifat Dasar Baja Martensitic
 Daya tahan korosinya sedang
 Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan oleh karena itu tingkat kekerasan dan daya
tahannya tinggi
 Kemampuan mengelasnya kurang
 Bersifat magnetic

Pemakaian Umum
 Mata pisau
 Alat–alat bedah
 Tangkai / batang
 Kumparan
 Peniti

4. Duplex Stainless Steel


Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel tidak cukup untuk menghasilkan susunan
austenitic secara penuh dan hasil kombinasi susunan ferritic dan austenitic. Duplex SS seperti
2304 dan 2205 (dua angka pertama menyatakan persentase Krom dan dua angka terakhir
menyatakan persentase Nikel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan
ferritic. Duplex ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif
tinggi atau secara khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan
Stress Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih baik
jika dibandingkan dengan ferritic SS dan lebih buruk dibanding austenitic SS. Sementara
kekuatannya lebih baik dibanding austenitic SS (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat.
Sebagai tambahan, Duplex SS ketahanan korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316
tetapi ketahanan terhadap pitting corrosion jauh lebih baik dibanding 316. Ketangguhannya
Duplex SS akan menurun pada temperatur dibawah – 50 oC dan diatas 300 oC. Kebanyakan
baja Duplex mengandung Mo dalam jarak 2,5-4%.
Sifat-sifat Dasar Baja Duplex
 Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi
 Daya tahan yang dinaikkan pada serangan ion Klorida
 Perenggangan dan kuat luluh yang lebih tinggi dari baja-baja austenitic dan ferritic
 Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang baik

Pemakaian Umum
 Penerapan di laut, terutama sekali pada suhu-suhu yang dinaikkan dengan rendah
(eksplorasi gas lepas pantai)
 Instalasi penghilangan zat garam / rasa asin
 Perubah panas
 Instalasi petro kimia

5. Precipitation Hardening Steel


Precipitation hardening stainless steel adalah SS yang keras dan kuat akibat dari dibentuknya
suatu presipitat (endapan) dalam struktur mikro logam. Sehingga gerakan deformasi menjadi
terhambat dan memperkuat material SS. Pembentukan ini disebabkan oleh penambahan unsur
tembaga (Cu), Titanium (Ti), Niobium (Nb) dan Alumunium. Proses penguatan umumnya
terjadi pada saat dilakukan pengerjaan dingin (cold work).
Sifat-sifat Dasar Baja Precipitation Hardening
 Hambatan korosi yang sedang sampai baik
 Kemampuan mengelas yang baik
 Bersifat magnetic
 Dapat dikeraskan

Pemakaian Umum
 Tangkai/batang untuk pompa air dan katup
C. KODIFIKASI

Kodifikasi Baja Tahan Karat

Berbagai macam baja yang dikenal sebagai baja tahan karat tersedia dalam jumlah yang besar
dan kesemuanya mengandung berbagai macam kombinasi khrom (Cr) dan nikel (NI) dan juga
ditambah dengan unsur-unsur paduan lainnya seperti Mo, Mn, Si dan lainlain. Kandungan
khrom minimum untuk mencapai baja tahan karat adalah sekitar ± 12%. Baja-baja jenis ini
tahan terhadap korosi, tetap dalam wujud yang baik, bersih, dan memiliki kekayaan fisik yang
baik.

Kodefikasi dari baja tahan karat menurut A I S I berbeda dengan kodefikasi untuk baja
paduan. Untuk itu kodefikasi baja tahan karat menggunakan tiga angka, angka pertama
menunjukkan groupnya, sedangkan angka kedua dan ketiga tidak begitu banyak arti, hanya
menunjukkan modifikasi paduannya

Beberapa kodefikasi ditambah dengan huruf L pada digit ke empat misalnya 316 L, dimana L
berarti memiliki kandungan karbon rendah.
D. SIFAT-SIFAT

Sifat dari stainless steel


Stainless steel ini juga dikenal dengan nama CRES, baja inox atau disebut juga baja tahan
korosi, sedangkan bahan untuk membuat baja sendiri adalah besi, nikel, krom,karmon,
molybdenum dan beberapa logam lainnya. Bahan-bahan ini digunakan dalam berbagai macam
berat. Khusus untuk stainless steel sendiri bahan krom tidak boleh kurang dari 11%. Selain
itu bahan logam yang satu ini mempunyai sidat fisik yang unik, seperti ;
- Zat yang keras kuat dan juga keras.
- Bukan sebagai konduktor atau penghantar panas yang baik.
- Mempunyai kekuatan yang tinggi, dengan begitu maka bahan logam yang satu ini
dapat dibentuk atau dibengkokan dengan mudah.
- Bahan logam yang satu ini dapat dibuat sebagai magnet, karena sedikit mengandung
magnet.
- Tahan terhadap adanya korosi.
- Bahan ini tidak dapat teroksidasi dengan mudah.
- Stainless steel ini dapat bertahan lama dibandingkan dengan logam manapun.
- Dalam suhu panas sekalipun bahan logam yang satu ini dapat mempertahankan
kekuatannya terhadap oksidasi dan juga korosi.
- Ketika mencapai temperatur cryogenic, bahan metal ini tetap tidak berubah.
E. APLIKASI

Berikut beberapa aplikasi penggunaan komponen terbuat dari baja tahan karat
(stainless steel) yaitu:

1. Industri Pengolahan Buah (Keripik buah, jus buah, dll)

Secara umum mesin-mesin pengolahannya terbuat dari stainless food grade. Biasanya tipe
yang digunakan untuk komponen mesin produksi adalah tipe SS 304. Kecuali pada proses
yang membutuhkan panas yang cukup tinggi menggunakan tipe SS 316.

Pada industri keripik buah, mesin yang menggunakan komponen stainless steel adalah mesin
Vacuum Frying (mesin penggoreng vakum) dan mesin Spinner (mesin peniris minyak). Tipe
stainless steel yang digunakan adalah tipe SS 304 karena panas yang dibutuhkan termasuk
rendah (kurang dari 100oC).

2. Industri Susu

Di Industri susu, penggunaan komponen yang terbuat dari stainless steel sangat dominan di
segala proses produksi. Mulai dari pengelolaan susu di peternakan, alat pengiriman susu
seperti jalur pipa digunakan untuk menyalurkan susu ke tangki penyimpan dingin, umumnya
menggunakan tipe SS 304. Pada plant proses produksi susu, semua komponen juga terbuat
dari stainless steel seperti tangki-tangki penyimpanan, pasteurizing plate heat exchanger,
perpipaan, pompa, sistem pembersih, dan lain-lain. Tipe SS 304 umumnya digunakan dalam
komponen-komponen tersebut, namun kadang-kadang tipe SS 316 digunakan pada heat
exchanger plate untuk mencegah resiko terhadap korosi retak tegang saat komponen
dibersihkan dengan larutan disinfektan.

3. Industri yang lainnya


Penggunaan baja tahan karat juga digunakan industri lainnya seperti industri kue, pengolahan
daging, restoran, dan industri agro lainnya.

Melihat alasan penggunaan dan aplikasi dari baja tahan karat (stainless steel) dalam industri
makanan dan minuman, maka industri pembuat mesin atau alat pengolah makanan dan
minuman perlu menjaga kualitas produk mesin yang dihasilkan. Yakni dengan konsisten
menggunakan jenis grade stainless steel yang tepat sesuai kebutuhan penggunaan.

Berikut beberapa aplikasi dari stainless steel:


409 komponen pembuangan di bidang otomotif, tangki penyemprot di bidang pertanian

446 katup temperatur tinggi, ruang pembakaran, cetakan kaca


304 peralatan untuk memproses bahan kimia dan makanan, cryogenic vessel
316L konstruksi las
410 rifle barrel, komponen mesin jet
440A alat potong seperti pisau, bearing, alat bedah
F. PERAWATAN

Untuk perawatan dan pembersihan pada kitchen set :

 Cuci selalu peralatan habis pakai dengan detergen lembut menggunakan spons, bilas
lalu keringkan.
 Bila anda ingin memolesnya dan membuatnya mengkilap bisa menggunakan cuka
putih/zitrun dicampur dengan sedikit air, gosok secara berlahan dengan spons atau
scoth brite, bilas lalu keringkan.
 Bila ada noda membandel dan sulit dibersihkan, anda dapat membersihkannya dengan
pasta gigi. Oleskan pasta gigi ke peralatan anda, gosok secara perlahan dengan
menggunakan spons atau scoth brite, bilas lalu keringkan.

Untuk perawatan dan pembersihan pada peralatan kamar mandi :

 Pada noda ringan anda cukup membersihkannya dengan soft detergent atau bisa
menggunakan Glass cleaner. Cuci kran air, shower set, gagang pintu kamar mandi,
hanger (apabila terbuat dari stainless) dengan soft detergent menggunakan spons atau
scoth brite. Bilas lalu keringkan
 Apabila terdapat kerak air, bersihkan dengan menggunakan pasta gigi seperti yang
sudah kami jelaskan di Manfaat Pasta Gigi untuk Kebersihan, bilas lalu keringkan
 Jikalau noda Kerak air tebal dan membandel anda bisa menggunakan Cuka putih atau
Zitrun dan setelah itu dibersihkan ulang dengan pasta gigi.

Untuk perawatan dan pembersihan pada peralatan yang lain :

 Untuk pagar stainless, perlengkapan dari stainless, ornamen, dinding, dll. Anda dapat
membersihkannya dengan dicuci menggunakan detergent bilas dan bersihkan.
 Apabila terdapat noda anda dapat menggunakan chemical stainless cleaner (outosol,
Zipp, dll) dengan cara digosokkan dengan spons lalu bilas dengan damp cloth bersih,
kemudian olesi dengan baby oil yang sudah kami jelaskan pada Manfaat Minyak Bayi
(baby oil) untuk kebersihan.

Perlu kita perhatikan :

 Hindarkan dari benda tajam yang dapat menimbulkan goresan karena akan menggores
lapisan anti karatnya
 Hindarkan dari peralatan pembersih dan chemical pembersih yang bersifat abrasive
 Hindarkan dari chemical yang mempunyai kadar asam yang tinggi (HCL, Soda api
dan sejenisnya). akan merusak permukaan stainless dan menimbulkan noda hitam
(seperti terbakar) dan merubah warna stainless dan susah sekali dibersihkan
G. STUDI KASUS

'

STUDI PERBANDINGAN KETAHANAN KOROSI STAINLESS STEEL TIPE SS 304


DAN SS 201 MENGGUNAKAN METODE U-BEND TEST SECARA SIKLIK
DENGAN
VARIASI SUHU DAN PH

 Bahan penelitian
Stainless steel tipe SS 304 dan SS 201, Larutan HCl, air, Nitric Acid (HNO3), dan
Tembaga Sulfat (CuSO4). Peralatan yang digunakan adalah Alat uji siklik dengan
metode U-Bend Stress, Thermometer, Thermo Control, Heater, Timbangan, pH meter,
Gelas ukur, pipet volum, Mikroskop.

 Alur penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan flowchart pada Gambar 2 di bawah:
 Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pembuatan spesimen mengacu pada metode U-Bend Stress berdasarkan ASTM G30 – 94.
2. Pengujian spesimen pada alat uji korosi siklik dengan pemasangan spesimen seperti pada
gambar.
Penelitian ini dilakukan dengan menempatkan spesimen pada alat uji korosi siklik
yang berputar, yang mengakibatkan spesimen akan berada pada lingkungan
elektrolit dan udara secara bergantian. Proses pengkorosian dilakukan selama 7 x
24 jam dengan memvariasikan suhu sebesar 30, 50, 70 0C pada masing-masing
tingkat pH larutan HCl yang berbeda yaitu 0, 1, dan 2 .
3. Pencucian Spesimen. Setelah spesimen tersebut terpasang pada alat uji korosi
selama 7 x 24 jam, maka selanjutnya dilakukan pencucian spesimen dari produk
korotan dengan larutan 100 mL nitric acid yang dicampur air sampai dengan 1 liter,
kemudian dipanaskan pada suhu 600 C selama 20 menit.
4. Penghitungan Laju Korosi. Setelah spesimen dicuci, selanjutnya dilakukan
penimbangan untuk mengetahui berat logam yang hilang yang akan digunakan
untuk menghitung laju korosi dengan rumus:
3,45 𝑥 106 𝑥 W
mpy =
A𝑥T𝑥D
Keterangan : mpy = laju korosi (mils/year), W= berat yang hilang (g), A=luas
(cm2), T = waktu (jam), D= density (g/cm3)
5. Pengamatan struktur mikro dengan mikroskop optik yang telah dimonting,
diamplas, dipoles dan dietsa sesuai dengan standar ASTM E3-01 (Standart Test
Method for Preparation of Metallographic Specimens).

 Hasil dan Pembahasan


A. Hasil uji korosi siklik
Hasil pengujian korosi pada material SS 201 dan SS 304 ditunjukkan dalam grafik
pada gambar berikut :

Laj Laj
u u
Kor Kor
osi osi
(m (m
py) py)

Suhu ( 0C)
Suhu ( 0C)

a. SS 201 b. SS304

Dari gafik di atas, jelas terlihat bahwa dengan adanya kenaikan suhu larutan, maka
laju korosi yang terjadi semakin tinggi. Demikian pula dengan adanya kenaikan
tingkat keasaman (pH semakin berkurang), korosi yang terjadi semakin besar. Laju
korosi tertinggi terjadi pada suhu 700 C dan pH 0 untuk material SS 201 laju
korosi sebesar 36119,41 mpy dan material SS 304 sebesar 515,5292 mpy. Secara
keseluruhan, berdasarkan nilai rata-rata laju korosi kedua material di atas, material
SS 304 memiliki tingkat laju korosi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
tingkat laju korosi dari material SS 201. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
komposisi dari masing-masing material. Material SS 304 memiliki kadar Cr dan
Ni lebih tinggi dari SS 201. Unsur Cr berperan mencegah korosi pada stainless
steel dengan membentuk lapisan pasif Kromium(III) Oksida (Cr2O3) ketika
bertemu oksigen. Unsur Ni juga berperan untuk meningkatkan ketahanan material
terhadap laju korosi retak tegang.

Semakin tinggi derajat keasaman maka akan meningkatkan konsentrasi ion – ion
dalam larutan HCl yaitu ion H+ dan ion Cl-. Ion H+ berfungsi sebagai reduktor
dan ion Cl- berfungsi sebagai perusak lapisan pasif (Cr2O3) dan ikatan logam,
sehingga semakin banyak ion-ion tersebut reaksi korosi akan berjalan semakin
cepat.

Suhu akan meningkatkan energi dalam suatu sistem sehingga akan mempengaruhi
besarnya laju korosi yang terjadi. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi suhu yang
dimiliki, partikel yang menyusun unsur baik itu dari larutan maupun dari
logamnya bergerak semakin cepat. Dengan adanya gerakan yang lebih cepat ini,
kemungkinan bertemunya ion dari larutan dan ion dari logam untuk bereaksi
semakin cepat pula. Dengan demikian, laju reaksi yang terjadi juga semakin cepat.

Efek aerasi akan mempercepat laju korosi, dimana oksigen disekitar permukaan
specimen akan terbawa pada saat specimen tercelup ke dalam larutan. Semakin
banyak oksigen yang terlarut dalam larutan HCl maka akan meningkatkan
terjadinya reaksi katodik.

B. Hasil pengamatan makro dan mikro


Hasl pengamatan makro dan mikro material SS 201 setelah dilakukan pengujian
korosi seperti gambar di bawah ini :

22,8

Dari Gambar di atas, terlihat adanya bekas adanya korosi berupa lubang-lubang
yang dinamakan korosi sumuran atau pitting. Korosi ini menyebar di daerah
lengkungan. Hal ini dipicu oleh adanya perbedaan tegangan antara bagian
lengkungan dengan bagian lurus. Pada bagian lengkungan, tegangan yang tersisa
akibat proses deformasi menyebabkan unsur-unsur yang terdapat pada bagian
lengkungan mengalami kondisi yang kurang stabil dan menjadi lebih sensitif,
sehingga atom-atomnya akan mudah untuk melepaskan electron. Korosi dimulai
dari rusaknya lapisan pasif yang terbentuk, sehingga mengakibatkan elektron pada
unsur Fe mampu menembus keluar dan mengakibatkan unsur Fe berubah menjadi
ion Fe2+.
Dari Gambar di atas, terlihat bahwa serangan korosi di dalam korosi pitting itu
sendiri dimulai dari batas butir. Hal ini dikarenakan pada batas butir terdapat
energi yang lebih tinggi dari daerah di sekitar batas butir akibat adanya gaya ikatan
antar butir. Energi yang lebih tinggi ini menyebabkan unsur Fe lebih mudah untuk
melepas elektronnya dan akan berubah menjadi ion. Proses yang terjadi
selanjutnya sama seperti yang terjadi pada korosi pitting di atas.
Untuk material SS 304 yang berada pada lingkungan HCl memiliki ketahanan
korosi yang lebih baik dari pada SS 201. Secara makro dan mikro bentuk korosi
material SS 304 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

22,8

Dari Gambar 6 di atas, material SS 304 sudah mulai terkorosi dengan terlihatnya
bekas produk korosi yang terdapat pada permukaannya. Dengan demikian, lapisan
pasif pada material SS 304 sudah mengalami kerusakan dan korosi terlihat secara
merata di permukaan dan pada batas butir.

Kesimpulan
1. Material SS 304 memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibanding dengan
material SS 201.
2. Laju korosi tertinggi pada material SS 201 terjadi pada suhu 700 C dan pH 0
dengan laju korosi sebesar 36119,41 mpy.
3. Laju korosi tertinggi pada material SS 304 terjadi pada suhu 700 C dan pH 0
dengan laju korosi sebesar 515,5292 mpy.
4. Beberapa macam korosi terjadi pada material stainless steel SS 201 dalam
penelitian ini, antara lain: korosi sumuran (pitting) dan korosi merata.

Anda mungkin juga menyukai