Oleh :
Givandes Zulfi
331610122
Disusun oleh :
Givandes Zulfi
331610122
Pembimbing
Mengetahui
Kepala Program Studi Teknik Lingkungan
ii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas diucapkan selain puji syukur kehadirat Ilahi robbi
Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan rahmad, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat membuat proposal Tugas Kerja Praktek ini dengan lancar.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah menuntun kita kepada jalan kebenaran yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Dengan akan dimulai nya Tugas Kerja Praktek ini sudah menjadi kewajiban
bagi penulis untuk menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan Tugas Kerja Praktek ini, sehingga dapat terealisasi
tepat pada waktunya. Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada yang
terhormat :
1. Bapak selaku Ketua Prodi Teknik Lingkungan Universitas Pelita Bangsa.
2. Bapak selaku Dosen Pengampu Akademik Prodi Teknik Lingkungan
Universitas Pelita Bangsa.
3. Bapak selaku Dosen Pembimbing Laporan Kerja Praktek yang telah
membimbing sampai terselesaikannya Laporan Kerja Praktek ini.
4. Teman-teman seperjuangan di Teknik Lingkungan, khususnya angkatan
2016, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penyelasaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari berbagai kekurangan,
oleh karena itu penyusun menerima semua kritik dan saran untuk kemajuan. Akhir
kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Bekasi, September 2019
Givandes Zulfi
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memberikan identifikasi masalah
yang akan dijadikan bahan penelitian yaitu sistem penyediaan informasi Gas
Rumah Kaca (GRK) milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Indonesia sudah terverifikasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TÜV NORD Group merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
pengujian, kalibrasi, serta sertifikasi baik sistem maupun produk. TÜV NORD
Group merupakan perusahaan asing yang berbasis di Jerman. TÜV NORD Group
(Technischer Überwachungs-Verein - technical inspection agency) group didirikan
oleh 25 negara pada tahun 1947 dan sekarang telah memiliki tenaga kerja lebih dari
10000 orang yang tersebar di 70 negara di Eropa, Asia, dan Amerika dan
merupakan Asosiasi Inspeksi Teknis terbesar di German. Yang memiliki berbagai
kompetensi teknis, konsultan, sistem sertifikasi, energi sertifikasi, inspeksi produk,
dan rekayasa sistem dengan prinsip : independen, netralitas, dan integritas.
PT. TÜV NORD Indonesia adalah badan usaha yang didirikan pada tahun
2003memiliki kegiatan pokok di bidang jasa yang melaksanakan kegiatan usaha
dalam bidang jasa sertifikasi mutu, produk, lingkungan, laboratorium uji, kalibrasi
dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), serta berbagai jenis sertifikasi lainnya
yang dikembangkan baik secara nasional maupun Internasional.
PT. TÜV NORD Indonesia memberikan harapan bagi perkembangan dan
pengawasan berbagai jenis produk-produk olahan makanan yang kian dituntut
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan asupan gizi, hygiene dan keamanan.
Karena tidak sedikit perusahaan yang membutuhkan jaminan mutu produknya
berdasarkan standar nasional seperti SNI (Standar Nasional Indonesia) maupun
standar keamanan khususnya bagi pangan lainnya yang tentu saja berlaku secara
nasional maupun global. Jaminan-jaminan mutu tersebut menjadi faktor penentu
produk-produk mereka, sebelum dapat beredar dan dikonsumsi khususnya di
Indonesia.
PT. TÜV NORD Indonesia telah memperoleh pengakuan Sistem Manajemen
melalui mitra kerja TÜV NORD dari Deutsche Akkreditierungsstelle (DAkkS),
3
Deutsche Akkreditierungssystem Prüfwesen (DAP) and Komite Akreditasi
Nasional (KAN).
4
tetapi secara alami juga berfungsi sebagai penyerap karbon yang paling efisien di
bumi sekaligus menjadi sumber emisi gas rumah kaca pada saat tidak dikelola
dengan baik (Manuri, Chandra dan Agus., 2011).
Akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca selain pemanasan global
antara lain (Muhi, 2011):
1. Iklim mulai tidak stabil sehingga sering terjadi ketidakteraturan cuaca dan
sering terjadi badai yang besar ataupun bencana kekeringan di daerah belahan
bumi lainnya;
2. Perubahan ekologi tumbuhan dan hewan secara langsung akan terpengaruh
perubahan iklim, akibatnya tumbuhan dan hewan akan punah karena tidak
bias beradaptasi. Sementara itu disatu sisi populasi hewan dan tumbuhan akan
bertambah banyak, misalnya nyamuk akan cepat berkembang bahkan sampai
ke daerah pegunungan jika suhu pegunungan menjadi hangat;
3. Perubahan cuaca akan berakibat secara tidak langsung muncul wabah
penyakit, gagal panen, bencana alam dan sebagainya.
5
Tabel 2.1 Indeks Pemanasan Global Gas Rumah Kaca
Emisi gas rumah kaca berasal dari kegiatan manusia, terutama yang
berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (seperti minyak bumi, gas
bumi, batu bara dan gas alam). Pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi
untuk listrik, transportasi dan industri akan menghasilkan CO2 dan gas rumah kaca
lain yang di buang ke udara. Emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fosil menyumbang 2/3 dari total emisi yang dikeluarkan ke udara. 1/3 lainnya
dihasilkan kegiatan manusia dari sektor kehutanan, pertanian dan sampah (Stern,
2006).
Tabel 2.2 Sektor Kegiatan Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Di Indonesia
6
tentang pembangunan dan lingkungan hidup atau United Nation Conference on
Environmentand Development (UNCED) pada tahun 1992 di Rio Janeiro, Brazil,
dimana menghasilkan dua deklarasi umum yang salah satu diantaranya juga
menekankan bagaimana upaya mengurangi perubahan iklim global (Yusuf, 2008).
Pemanasan bumi disebabkan karena gas-gas tertentu dalam atmosfer bumi
seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O) dan uap air.
Peristiwa perubahan iklim akan berakibat fatal bagi kehidupan di permukaan bumi,
seperti pada bidang pertanian, perubahan ekosistem alam, meluasnya padang
rumput dan gurun, areal hutan menyusut dan bergeraknya suhu panas ke arah kutub.
Sedangkan daerah kutub sendiri karena naiknya suhu air laut mengakibatkan
mencairnya sebagian besar bongkahan es dan lambat laun mengakibatkan banyak
daerah pantai yang terendam (Arief, 2001). Pemanasan global dapat menimbulkan
berbagai kerusakan melalui dampak terhadap atmosfer, hidrosfer, geosfer dan
terakhir terhadap manusia. Semua dampak akan menimbulkan bencana bagi umat
manusia, baik yang melakukan pencemaran maupun yang tidak melakukannya
(Wardhana, 2010).
Pemanasan bumi disebabkan karena gas-gas tertentu dalam atmosfer bumi
seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O) dan uap air
membiarkan radiasi surya menembus dan memanasi bumi, menghambat
pemantulan sinar infra merah dan menyebabkan efek rumah kaca. Dengan naiknya
konsentrasi gas-gas tersebut maka akan lebih banyak panas tertekan di dalam
atmosfer dan menyebabkan suhu bumi naik (Mulyanto, 2007).
Hairiah dan Rahayu (2007) juga menyebutkan bahwa konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfir meningkat karena adanya pengelolaan lahan yang kurang tepat,
antara lain adanya pembakaran vegetasi hutan dalam skala luas pada waktu yang
bersamaan dan adanya pengeringan lahan gambut. Kegiatan-kegiatan tersebut
umumnya dilakukan pada awal alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian.
Kebakaran hutan dan lahan serta gangguan lahan lainnya telah menempatkan
Indonesia dalam urutan ketiga negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia.
Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa Indonesia berada dibawah Amerika
7
Serikat dan China, dengan jumlah emisi yang dihasilkan mencapai 2 milyar ton
karbon pertahunnya atau menyumbang 10% dari emisi karbon di dunia.
Salah satu fenomena yang muncul akibat pemasanasan global antara lain
sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhi (2011) sebagai berikut:
1. Kebakaran hutan besar-besaran bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di
Amerika Serikat, Rusia, Australia dan sebagainya juga mengalami kebakaran
hebat. Ilmuwan mengaitkan kebakaran hebat tersebut dengan temperatur
yang semakin panas. Dimana area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih
mudah terbakar;
2. Situs purbakala seperti kuil, situs bersejarah, candi dan artefak cepat rusak
akibat alam yang tidak bersahabat dibandingkan beberapa waktu silam,
disebabkan banjir, suhu yang ekstrim dan pasang laut. Situs bersejarah
berusia 600 tahun di Thailand, Sukhotai mengalami kerusakan akibat banjir
besar;
3. Satelit bergerak lebih cepat yang disebabkan oleh emisi CO2 membuat planet
lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang angkasa. Udara di bagian terluar
atmosfer sangat tipis, tetapi dengan jumlah CO2 yang bertambah, maka
molekul di atmosfer bagian atas menyatu lebih lambat dan cenderung
memancarkan energi, dan mendinginkan udara sekitarnya. Semakin banyak
CO2 di atas sana, maka atmosfer menciptakan lebih banyak dorongan, dan
satelit bergerak lebih cepat;
4. Akibat musim yang semakin tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang
kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat,
maka migrasi sejumlah hewan akan terjadi lebih cepat. Mereka yang bergerak
lambat akan kehilangan makanan, dan mereka yang lebih tangkas akan dapat
bertahan hidup;
5. Pelelehan besar-besaran yang diakibatkan oleh temperatur bumi yang memicu
pelelehan gunung es, dan semua lapisan tanah yang selama ini membeku.
Dampak dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti keruntuhan
batuan;
8
6. Mekarnya tumbuhan di Kutub Utara saat pelelehan yang memicu masalah
pada tanaman dan hewan di dataran yang lebih rendah, tercipta pula situasi
yang sama dengan saat matahari terbenam pada biota Kutub Utara. Tanaman
kutub yang dulu terperangkap dalam es kini mulai tumbuh. Ilmuwan
menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah
tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba;
7. Habitat makhluk hidup pindah ke dataran lebih tinggi, dimana ilmuwan
menemukan bahwa pemanasan global menyebabkan hewan-hewan kutub
pindah ke dataran lebih tinggi. Hal ini mengancam habitat beruang kutub,
karena es tempat dimana mereka tinggal juga mencair, tentu akan melakukan
perpindahan habitat.
Proses terjadinya pemanasan global berawal dari matahari sebagai sumber
energi di muka bumi. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi
gelombang elektromagnetik yang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi
ini mengenai permukaan bumi, akan berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi dan permukaan bumi akan menyerap sebagian panas serta
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah
gelombang panjang dan ultraviolet ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di permukaan bumi karena dipantulkan oleh sejumlah gas rumah kaca
yang terbentuk di atmosfer, menyebabkan panas tersebut tersimpan di permukaan
bumi. Mekanisme ini terjadi secara terus menerus, mengakibatkan temperatur
ratarata tahunan bumi mengalami peningkatan (Idayanti, 2007).
2.4. Kandungan Utama Gas Rumah Kaca
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di
atmosfer dan kemampuan penyerapan energi . Peningkatan kadar gas rumah kaca
akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan global. Adapun gas-gas yang terdapat dalam rumah kaca, adalahsebagai
berikut :
9
1. CO2 (Carbon Dioksida)
Gas karbondioksida (CO2) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
memiliki berat molekul 44,1 gram/mol dan berat jenis sebesar 1,53 dimana
berat jenis relatif udara yaitu 1, sehingga bisa dikatakan CO2 memiliki berat
jenis lebih besar dari udara. Titik didih CO2 -78,3°C dan volume jenis CO2
24,2 ft3/lb (Finarta, 2012). Gas CO2 merupakan salah satu emisi yang
menyusun gas rumah kaca disamping gas CH4, N2O dan H2O. Emisi gas CO2
meningkat lebih dari dua kali lipat dari 1.400 juta ton/tahun pada dekade
terdahulu menjadi 2.900 juta ton/tahun dalam dekade sekarang. Maka tidak
dapat dipungkiri bahwa telah terjadi perubahan iklim yang menyebabkan
pemanasan global berupa peningkatan suhu gas rumah kaca menjadi 0,5°C
lebih panas dari suhu sebelum revolusi industri (Murdiyarso, 2005). Gas CO2
dapat diemisikan melalui sejumlah cara secara alami melalui siklus karbon dan
melalui aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas
alam dan batubara), limbah padat dan juga sebagai akibat dari reaksi kimia lain
(misalnya pembuatan semen). Siklus karbon alami terjadi ketika CO2H2O
2. (Uap Air)
Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca . Uap air tidak
terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap
membentuk butir-butir air. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar
kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global . Jika bumi
menjadi lebih hangat , jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena
naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca dan pemicu
naiknya pemanasan global .
3. CH4 (Metana)
Gas CH4 merupakan senyawa hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk
gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan rumus kimia CH4. Selain itu
sifat-sifat lain gas CH4 yaitu dapat terbakar pada kadar antara 5-15 %,
mempunyai berat molekul 16,04 gram/mol dan berat jenis 0,554, titik didih -
161°C dan mempunyai kelarutan dalam air sekitar 35 mg/L pada tekanan 1
atmosfer. Apabila dibandingkan dengan gas CO2, gas CH4 dapat menimbulkan
10
pemanasan global yang lebih besar. Selain itu gas CH4 juga tidak dapat terserap
oleh klorofil tumbuhtumbuhan sehingga lebih stabil di atmosfer dibanding gas
CO2 yang dapat terserap tanaman melalui proses fotosintesis (US-EPA, 2010).
Gas CH4 merupakan salah satu gas rumah kaca yang termasuk kedalam
senyawa kimia golongan alkana yang paling sederhana dan merupakan
komponen utama gas alam. Pembakaran sempurna senyawa ini menghasilkan
CO2 dan uap air. Kelimpahannya di alam dan proses pembakarannya yang
sempurna membuat CH4 menjadi bahan bakar yang sangat baik dan harganya
mahal. Namun karena wujudnya yang berupa gas pada temperatur dan tekanan
normal, gas CH4 sangat sulit untuk dipindahkan dari tempat asalnya. Gas CH4
dalam bentuk gas alam biasanya dialirkan dengan menggunakan pipa (Nahas
et al., 2008). Gas CH4 merupakan salah satu gas rumah kaca dengan indeks
potensi pemanasan global 21 kali molekul CO2. Karena dengan semakin besar
potensi pemanasannya maka akan menyebabkan suhu bumi menjadi semakin
panas. Emisi gas CH4 dapat berasal dari sumber alami maupun aktivitas
antropogenik. Sumber alami gas CH4 antara lain lahan basah, danau, sungai
proses fermentasi oleh bakteri. Sedangkan gas CH4 dari aktivitas antropogenik
berasal dari sektor pertanian, peternakan, limbah domestik rumah tangga
(septic tank), waduk, tempat pemprosesan sampah baik sementara (TPS)
maupun akhir (TPA) (Slamet, 2014). Aktivitas antropogenik diperkirakan
menyumbang lebih kurang 60% dari emisi CH4 ke atmosfer (Hauwelling et
al., 2006). Tingkat emisi gas CH4 dapat bervariasi secara signifikan dari satu
negara atau daerah ke daerah yang lain, tergantung pada banyak faktor seperti
iklim, karakteristik produksi industri dan pertanian, jenis energi dan
penggunaannya serta pengelolaan limbah. Misalnya suhu dan kelembaban
memiliki pengaruh yang signifikan pada proses pencernaan anaerobik, yang
merupakan salah satu proses kunci biologis yang menyebabkan emisi gas CH4
(Pujiastuti, 2012). Penerapan teknologi untuk menangkap dan memanfaatkan
gas CH4 dari sumber seperti tempat pembuangan sampah, tambang batubara
dan sistem manajemen pupuk mempengaruhi tingkat emisi dari sumber
tersebut (US-EPA, 2011). Gas CH4 merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat
11
dibandingkan CO2. Namun konsentrasi gas CH4 lebih kecil dibandingkan gas
rumah kaca lainnya (Akorede et al., 2012).
4. CFC (Chloro Flouro Carbon)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat
tidak mudah terbakar dan tidak beracun. CFC amat stabil sehingga dapat
digunakan dalam berbagai peralatan . Mulai digunakan secara luas setelah
Perang Dunia II . Chloro fluoro carbon yang paling banyak digunakan
mempunyai nama dagang Freon. Dua jenis chlorofluoro carbon yang umum
digunakan adalah CFC R- 11 dan CFC R-12 . Zat-zat tersebut digunakan dalam
proses mengembangkan busa , di dalam peralatan pendingin ruangan dan
lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan mikrochip. CFC
menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2 . Tetapi untungnya
pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama
dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon
5. Ozon
Ozon terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer,
ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar
matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer
dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
12
BAB III
3.1. Umum
Metodologi pelaksanaan Kerja Praktek berisi tahapan-tahapan evaluasi dari
awal sampai akhir kegiatan Kerja Praktek. Setiap tahapan kegiatan Kerja Praktek
saling terkait yakni dimulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan Kerja Praktek itu
sendiri, kemudian penyusunan laporan. Tahapan-tahapan tersebut berisikan proses
studi literatur yang bersifat kontinyu. Pelaksanaan Kerja Praktek di lapangan
dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi eksisting Sistem Pengukuran Gas Rumah
Kaca BMKG, serta menganalisis dan mengkaji berdasarkan literatur. Setelah
menarik kesimpulan, pemberian saran dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang tentunya disesuaikan tujuan pelaksanaan Kerja Praktek.
13
No. Tujuan Operasional Data yang Dibutuhkan
d. Pengujian sampel udara gas
rumah kaca di Laboratorium
PT TUV NORD
14
3.4. Tahap Pelaksanaa Kerja Praktek
3.4.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, dilakukan proses administrasi sampai diperoleh
persetujuan pelaksanaan kerja praktek pada tempat atau obyek yang dipilih, yaitu
PT. TUV NORD Indonesia. Pada tahap ini mulai dilakukan studi literatur yang
berkaitan dengan sistem pengukuran gas rumah kaca.
15
4 Minggu Keempat 1. Menyusun data uji laboratorium dan
melakukan Analisa data
2. Melakukan verifikasi data dari pengkuran
yang dilakukan oleh alat pengukur gas
rumah kaca BMKG
5 Minggu Kelima Penyusunan Laporan
16
Tabel 3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode
Data yang Sumber Alat Pengumpulan
No. Pengumpulan
Dibutuhkan Data Data
Data
1 Gambaran umum Pihak PT - Dokumen - Daftar pertanyaan
perusahaan dan TUV - Pengamatan wawancara yang
struktur organisasi NORD lapangan berkaitan dengan
(data sekunder) Indonesia Wawancara data yang
2 Data metode dibutuhkan
pengukuran gas - Daftar data yang
rumah kaca(data dibutuhkan untuk
sekunder) didokumentasikan
3 Data pengukuran - Ceklis data dan
gas rumah kaca catatan penulisan
BMKG (data - Dokumen
primer) perusahaan
4 Data operasi proses
sampling udara dan
pengujian (data
primer)
Sumber: Analisa Penulis, 2019
17
Mulai
Tahap
Proses Proses
Administrasi Administrasi
Selesai
18
DAFTAR PUSTAKA
Henry, J. G. and Heinke, G.W. 1996. Environmental Science and Engineering. 2nd
ed. Prentice-Hall International, Inc., New Jersey
ICFPA, 2005, Version 1.1 July 8, “Calculation Tools for Estimating Greenhouse
Gas Emissions from Pulp and Paper Mills” NCASI-USA
Manuri, S., C.A.S. Putra dan A.D. Saputra. 2011. Teknik Pendugaan Cadangan
Karbon Hutan. Merang REDD Pilot Project, German International
Cooperation – GIZ. Palembang.
“NCASI, 2005. Calculation Tools for Estimating Greenhouse Gas Emissions from
Pulp and paper Mills. Research Triangle Park.NC.USA.
Saka, C. and T. Oshika. 2014. Disclosure Effects, Carbon Emissions and Corporate
Value. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal, 5
(1), 22-45.
19