Lingkungan Fisik PDF
Lingkungan Fisik PDF
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era modern saat ini, masyarakat yang saling berkompetisi dalam bekerja di dalam
ruangan yang sejuk dan dingin atau di luar ruangan yang cenderung lebih panas
dibandingkan dengan bekerja di dalam ruangan. Kondisi lingkungan kerja tersebut akan
mempengaruhi kinerja yang berkaitan keefektifan dan keefisienan pekerja tersebut,
karena kondisi lingkungan kerja merupakan seluruh keadaan yang ada di sekitar tempat
kerja seperti temperatur, sirkulasi udara, kelembaban udara, pencahayaan, getaran
mekanis, kebisingan, aroma-aroma, serta hal-hal lain yang terkait dengan lingkungan
fisik. Hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari pekerjaan orang tersebut, kondisi
tubuh dari pekerja tersebut akan mengalami perubahan-perubahan secara otomatis
menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar ia melakukan pekerjaan. Tubuh mempunyai
batas untuk penyesuaian terhadap suhu di luar, batas tersebut tidak melebihi 20 % untuk
kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin.
Dengan lingkungan kerja yang baik dan sesuai, maka kinerja dari pekerja akan lebih
maksimal sehingga hasil pekerjaan dapat memuaskan. Namun sebaliknya, jika
lingkungan kerja kurang baik dan cenderung tidak sesuai dengan kondisi tubuh dari
pekerja, maka kinerja dari pekerja cenderung kurang maksimal dan akan berdampak
buruk dengan hasil pekerjaan kurang memuaskan
Oleh sebab itu, sangat diperlukan kajian lebih lanjut mengenai penyesuaian lingkungan
fisik terhadap pekerja. Untuk mempelajari tentang kondisi lingkungan fisik, maka
dilakukan beberapa percobaan di laboratorium dengan suhu yang berbeda (dingin,
normal, dan panas) untuk mengetahui produktivitas kerja dari operator dalam
menghitung data pada tiga suhu tersebut (dingin, normal, dan panas).
1.2 Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
Lingkungan fisik (menurut Moekijat, 1995) adalah sesuatu yang berada di sekitar para
pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara, serta musik yang mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. The Liang Gie (2000) juga
berpendapat bahwa lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang bersama-
sama merupakan suatu suasana fisik yang melingkupi suatu tempat kerja.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan fisik adalah keadaan di sekitar pekerja/operator yang
meliputi: cahaya, warna, siklus udara, kebisingan, suhu, dan temperature yang
mempengaruhi pekerja/operator dalam menjalankan aktivitasnya.
Berikut beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kerja, antara lain:
1. Temperatur
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi
sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang
disebut dengan suhu tubuh (core temperature). Suhu inti ini diperlukan agar alat-
alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah
shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit
yang menunjukkan variasi tertentu.
kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh. Perbedaan
tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda, yaitu sebagai
berikut (Sutalaksana, 1979):
a. 49C, temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan
fisik dan mental,
b. 30C, aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk
membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik,
c. 24C, kondisi kerja optimum, dan
d. 10C, kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Hasil penyelidikan didapatkan bahwa produktivitas manusia akan mencapai
tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24-27°C.
2. Kelembaban
Banyaknya kadar air yang terkandung di dalam udara (dinyatakan dalam %)
disebut kelembaban. Kelembaban sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh
temperatur udara. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban
tinggi akan mengakibatkan penguapan panas dari tubuh secara berlebihan
(karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut
jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan
oksigen.
3. Siklus Udara (Ventilation)
Kotornya udara di sekitar kita dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan
mempercepat proses kelelahan. Udara di sekitar kita mengandung sekitar 21%
oksigen, 0,03% karbon dioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Sirkulasi
udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih, agar sirkulasi
terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang cukup
(lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan
kebutuhan akan oksigen yang cukup.
4. Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang
baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan dan
meningkatkan produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan
pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat
meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih besar. Cahaya
merupakan sumber yang memancarkan energi, sebagaian dari energi diubah
menjadi cahaya tampak.
Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan
kondisi penglihatan yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik akan
memberikan kemudahan bagi seorang operator dalam melihat dan memahami
display, simbol-simbol dan benda kerja secara baik pula. Indra yang yang
berhubungan dengan pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan batasan daya
lihat menusia penting untuk dipahami oleh seorang desainer display.
Penerangan akan mempengaruhi seorang pekerja untuk dapat melihat dengan baik.
Untuk dapat melihat dengan baik maka dibutuhkan suatu penerangan yang baik
pula. Ciri-ciri penerangan yang baik yaitu:
a. Sinar / cahaya yang cukup,
b. Sinar / cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan,
c. Kontras yang tepat,
d. Kualitas pencahayaan (brightness) yang tepat, dan
e. Pemilihan warna ruangan yang tepat.
5. Kebisingan (Noise)
Salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh telinga adalah kebisingan, karena
dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan
kerja, merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Dalam
kaitan ini kebisingan memiliki efek yang berbeda terhadap kinerja. Definisi ini
dapat meliputi variasi yang luas dari situasi bunyi yang dapat merusak
pendengaran. Suara radio tetangga bisa anda anggap sebagai bising/mengganggu
karena musik yang mereka senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda.
Bising juga berasal dari dunia sekitar yang bisa benar-benar merusak indra
pendengaran. Ada pengaruh kebisingan pada produktivitas khususnya untuk
pekerjaan yang rumit dan memerlukan konsentrasi penuh. Ada tiga aspek yang
menetukan kualitas bunyi yang menentukan tingkat gangguan terhadap manusia
yaitu:
Pada prinsipnya kebisingan merupakan suara yang mengganggu atau suara yang
tidak dikehendaki oleh yang mendengarnya. Bising atau tidaknya suatu suara tidak
hanya ditentukan oleh keras atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan
oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber bunyi tersebut.
6. Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat mengganggu
konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang
tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan
yang mengganggu sekitar tempat kerja.
7. Getaran Mekanis
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan
getaran-getaran osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang
bergetar dan memajani pekerja melalaui transmisi. Adapun besar getaran
ditentukan oleh:
a. Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari vibrasi.
b. Mekanika input indenpen, yaitu tahanan yang diberikan oleh struktur tubuh
terhadap getaran.
Getaran dapat didefinisikan dalam beberapa arti, seperti : osilasi mekanik, gerakan
partikel di sekitar equilibrium (salah satu bagian otak) yang memberikan efek pada
kesehatan, kenyamanan, dan performance dari seseorang. Getaran dipengaruhi oleh
frekuensi dan intensitas getaran itu sendiri. Frekuensi diukur dengan hertz (Hz) dan
intensitas getaran dapat diukur dengan berbagai cara misalnya : tinggi amplitudo,
akselerasi, kecepatan dan tinggi penempatan getaran (Pulat, 1996).
Ada beberapa istilah umum yang digunakan dalam Vibrasi, antara lain:
a. Osilasi, osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi
keseimbangannya,
b. Frekuensi, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya osilasi dalam setiap
detik,
c. Amplitudo, amplitudo adalah simpangan penuh yang terjadi ketika bergetar,
d. Periode, periode didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan benda untuk
melakukan satu osilasi penuh,
e. Resonansi, resonansi adalah keadaan tertentu yang terjadi pada suatu benda
ketika padanya datang stimulus berupa gaya periodik yang frekuensinya sama
dengan frekuensi alamiah benda yang dapat bergetar itu,
f. Akselerasi, akselerasi sering disebut percepatan atau perlajuan,
g. Kecepatan, kecepatan itu sendiri dapat diartikan sebagai satuan yang
dibutuhkan suatu benda untuk berpindah tempat sejauh satu meter dalam satu
detik, dan
h. Intensitas, intensitas dapat diartikan banyaknya osilasi dalam jarak yang sama.
Seperti yang dijelaskan di awal konsep, getaran mekanis dapat memberikan efek
kepada kesehatan, kenyamanan, dan performance dari seseorang.
secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja
tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan
hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai
bekerja. Lingkungan kerja (menurut Nitisemito, 2001) adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-
tugas yang diembankan.
Telah dikatakan sebelumnya bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak optimal
dapat memberikan beban tambahan kepada operator dalam menjalankan aktivitasnya
yang jelas akan sangat mempengaruhi hasil kerjanya. Sebaliknya lingkungan kerja yang
optimal, yang meliputi pencahayaan yang optimal, siklus udara yang baik, serta tingkat
kebisingan yang relative kecil akan meningkatkan etos kerja dan motivasi operator yang
nantinya diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal.
Lingkungan kerja dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial
dan kedua-duanya saling keterkaitan terhadap kesehatan fisik dan emosional operator.
Lingkungan fisik mencakup pencahayaan, kebisingan, siklus udara, suhu dan
temperatur, kondisi bangunan, dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut
hubungan emosi antara operator itu sendiri baik dengan rekan kerja maupun dengan
atasan serta tingkat ketelitian (Nitisemito, 2001).
Teknik statistik yang memungkinkan kita untuk mengetahui apakah dua atau lebih mean
populasi akan bernilai sama dengan menggunakan data dari sampel masing-masing
populasi disebut dengan analisis varians. Akan tetapi, biasanya analisis varians lebih
efektif digunakan untuk menguji tiga atau lebih populasi. Tentunya jumlah variabel
yang berkaitan dengan sampel bisa satu atau lebih.
Dalam terjemahan Bahasa Indonesia, ANOVA adalah “sidik ragam” atau “analisis
ragam”, pertama kali diperkenalkan oleh R.A. Fisher pada tahun 1925 yang kemudian
dianugerahi gelar Baronet oleh Ratu Inggris.
Sidik ragam merupakan pengembangan dari uji t untuk dua sampel bebas. Jadi,
ANOVA dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata lebih
dari dua macam perlakuan atau lebih. Bila tetap dipergunakan uji t untuk
membandingkan lebih dari nilai rata-rata akan memerlukan banyak uji secara terpisah.
Hal akan menjemukan dan kemungkinan akan menjadi besarnya galat jika uji itu
dilakukan berulang-ulang. Perlakuan dalam statistika tidak harus memberikan sesuatu
terhadap unit eksperimen, tetapi dapat berbentuk seperti jenis kelamin, ras, umur, waktu
siang dan malam serta yang lainnya. Pada ANOVA jumlah kuadrat total dibagi menjadi
komponen-komponen berdasarkan sumber keragaman yang diketahui. ANOVA dapat
dikelompokkan menjadi ANOVA satu arah dan ANOVA dua arah.
1. ANOVA satu arah adalah ANOVA yang terdiri atas satu peubah bebas atau faktor
dengan taraf lebih dari dua. Sampel dibagi menjadi beberapa kategori dan ulangan.
Komponen-komponen Tabel Analisis Variansi satu arah dapat dijelaskan pada
persamaan-persamaan Tabel 2.2 sebagai berikut:
2.3.1 Distribusi F
Nilai F tabel tergantung dari α dan derajat bebas. Nilai α = luas daerah penolakan Ho =
taraf nyata. Derajat bebas (db) dalam Dist F ada dua (2), yaitu :
1. db numerator = d → db kelompok; db baris; db interaksi.
fn
2. db denumerator = d → db galat/error.
fd
Perhitungan yang digunakan dalam mengolah data hasil pengamatan praktikum ini perlu
dilakukan beberapa tahap berikut:
1. Waktu Total
Untuk memperoleh waktu total yakni dengan menjumlah seluruh data masing-
masing operator pada ketiga percobaan seperti pada Persamaan 2.1 sebagai berikut:
Waktu Total: X1 + X2 + … + Xn…………………….……………. ………….... (2.1)
2. Waktu Rata-Rata
Waktu rata-rata diperoleh dengan menghitung waktu total tiap operator dibagi
dengan jumlah sampel data, dengan menggunakan Persamaan 2.2 berikut:
Waktu rata-rata = Waktu total ................................................................(2.2)
Jumlah sampel data
X TN .............................................................................……….......
2
2
JKT= ij (2.4)
Selanjutnya dicari nilai Derajat Numenator dan Derajat Denumenator serta nilai
Ragam antar Kolom untuk memperoleh nilai Fhitung.
7. V1 (Derajat Numerator)
Untuk mencari nilai V1 yang merupakan derajat bebas antar kolom yaitu dengan
menggunakan Persamaan 2.6 sebagai berikut:
V1= k – 1 ............................................................................................................ (2.6)
8. V2 (Derajat Denumerator)
Untuk mencari nilai V1 yang merupakan derajat bebas sisaan yaitu dengan
menggunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut:
11. Fhitung
Selanjutnya nilai Fhitung didapatkan dengan Persamaan 2.10 sebagai berikut:
2
S1
Fhit = 2
………………………………………...…….…………………. (2.10)
S2
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan data yang diperoleh dari pengukuran waktu kinerja
operator untuk menghitung data pada lingkungan dengan suhu yang berbeda (panas,
normal, dan dingin) dan menggunakan stopwatch ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut
ini :
Tabel 3.1 Data Pengukuran Waktu
Percobaan Operator Waktu Tiap Produk (detik)
33,9 35,8 33,2 25,8 36,2 35,7
1
P 26,5 29,9 26,7 25,2 29,5 34,5
(Restu)
A 30,6 33,0 28,2 29,1 33,0 25,1
N
A 44,0 37,5 37,5 37,9 40,1 32,4
S 2
33,5 39,0 32,5 34,5 34,1 39,4
(Afif)
32,6 34,1 34,3 33,4 31,3 32,0
31,0 27,5 34,5 32,2 34,9 30,6
N 1
33,8 37,5 34,7 32,0 25,9 30,5
O (Restu)
R 25,6 29,2 31,2 27,8 32,6 33,5
M 41,2 35,1 36,4 31,0 30,2 32,4
A 2
L 29,7 31,0 33,5 34,7 32,6 29,2
(Afif)
35,2 31,0 38,7 34,5 34,5 37,2
39,9 34,5 34,8 32,3 31,5 33,2
D 1
30,0 35,9 32,2 30,5 33,2 31,7
I (Restu)
N 30,2 34,8 35,4 33,0 32,4 32,2
G 39,7 41,5 45,1 42,9 40,4 47,2
I 2
N 38,1 39,1 37,6 35,8 37,8 40,4
(Afif)
42,7 44,3 40,9 43,4 36,0 41,8
Pengolahan data kali ini diambil secara langsung dengan melakukan pengamatan
terhadap kinerja masing-masing operator pada tiga ruangan yang memiliki suhu yang
Setelah melakukan percobaan kita dapat memperoleh waktu total dengan cara
menjumlah seluruh data masing-masing operator pada ketiga percobaan yang telah
dilakukan seperti pada Persamaan 2.1 sebagai berikut:
1. Operator 1 (Restu)
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada tiga suhu yang berbeda.
a. Suhu Panas
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada suhu panas.
= 33,9 + 35,8 + 33,2 + 25,8 + 36,2 + 35,7 + 26,5 + 29,9 + 26,7 + 25,2 + 29,5 +
34,5 + 30,6 + 33,0 + 28,2 + 29,1 + 33,0 + 25,1
= 551,9 detik
b. Suhu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada suhu normal.
= 31,0 + 27,5 + 34,5 + 32,2 + 34,9 + 30,6 + 33,8 + 37,5 +34,7 + 32,0 + 25,9 +
30,5 + 25,6 + 29,2 + 31,2 + 27,8 + 32,6 + 33,5
= 565 detik
c. Suhu Dingin
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 1 pada suhu dingin.
= 39,9 + 34,5 + 34,8 + 32,3 + 31,5 + 33,2 + 30,0 + 35,9 +32,2 + 30,5 + 33,2 +
31,7 + 30,2 + 34,8 + 35,4 + 33,0 + 32,4 + 32,2
= 597,7 detik
2. Operator 2 (Afif)
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 2 pada tiga suhu yang berbeda.
a. Suhu Panas
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 2 pada suhu panas.
= 44,0 + 37,5 + 37,5 + 37,9 + 40,1 + 32,4 + 33,5 + 39,0 + 32,5 + 34,5 + 34,1 +
39,4 + 32,6 + 34,1 + 34,3 + 33,4 + 31,3 + 32,0
= 640,1 detik
b. Suhu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 2 pada suhu normal.
= 41,2 + 35,1 + 36,4 + 31,0 + 30,2 + 32,4 + 29,7 + 31,0 + 33,5 + 34,7 + 32,6 +
29,2 + 35,2 + 31,0 + 38,7 + 34,5 + 34,5 + 37,2
= 608,1 detik
c. Suhu Dingin
Berikut ini adalah perhitungan waktu total operator 2 pada suhu dingin.
= 39,7 + 41,5 + 45,1 + 42,9 + 40,4 + 47,2 + 38,1 + 39,1 + 37,6 + 35,8 + 37,8 +
40,4 + 42,7 + 44,3 + 40,9 + 43,4 + 36,0 + 41,8
= 734,7 detik
Setelah menghitung waktu total dari masing-masing operator di ketiga ruangan, kita
dapat mendapatkan waktu rata-rata dengan menggunakan Persamaan 2.2 berikut ini:
1. Operator 1 (Restu)
Berikut ini adalah perhitungan waktu rata-rata operator 1 pada tiga suhu yang
berbeda.
551,9
a. Suhu Panas = = 30,66 detik
18
565
b. Suhu Normal = = 31,39 detik
18
597,7
c. Suhu Dingin = = 33,21 detik
18
2. Operator 2 (Afif)
Berikut ini adalah perhitungan waktu rata-rata operator 2 pada tiga suhu yang
berbeda.
640 .1
a. Suhu Panas = = 35,56 detik
18
608,1
b. Suhu Normal = = 33,78 detik
18
734,7
c. Suhu Dingin = = 40,82 detik
18
Dari perhitungan waktu total dan waktu rata-rata diatas, dapat disajikan pada Tabel 3.2
berikut ini :
Setelah melakukan pengukuran waktu total dan waktu rata-rata dilanjutkan dengan
pembuatan Tabel ANOVA yang berasal dari data pengukuran waktu kinerja masing-
masing operator dengan tiga kondisi suhu ruang yang berbeda-beda yaitu ruangan
bersuhu panas, suhu normal, dan suhu dingin.
1. Operator 1 (Restu)
Berdasarkan data hasil perhitungan di atas dapat disajikan waktu kerja operator 1
pada Tabel 3.3 berikut ini:
h. Fhitung
Setelah mendapatkan nilai S12 dan S22, selnjutnya kita dapat menghitung nilai Fhitung
dengan menggunakan Persamaan 2.10 sebagai berikut:
30,91
Fhitung =
10,84
= 2,85
2. Operator 2 (Afif)
Dari data waktu perhitungan kinerja masing-masing operator, dapat di sajikan waktu
dari operator 2 pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
d. V1 (Derajat Numerator)
Untuk mencari nilai derajat numerator dapat menggunakan Persamaan 2.6 sebagai
berikut:
V1 = 3–1
= 2
e. V2 (Derajat Denumerator)
Untuk mencari nilai derajat numerator didapat dengan menggunakan Persamaan 2.7
sebagai berikut:
V2 = 54 – 3
= 51
f. S12 (Ragam Antar Kolom)
Selanjutnya adalah mencari nilai ragam antar kolom yang didapatkan dengan
menggunakan Persamaan 2.8 sebagai berikut:
481,49
S12 =
2
= 240,75
g. S22 (Ragam Antar Kolom)
Kemudian untuk mencari nilai ragam antar kolom didapatkan dengan menggunakan
Persamaan 2.9 sebagai berikut:
553,68
S22 =
51
= 10,86
h. Fhitung
Setelah mendapatkan nilai dari S12 dan S22 maka dapat dicari nilai Fhitung dengan
menggunakan Persamaan 2.10 sebagai berikut:
240 ,75
Fhitung =
10 ,86
= 22,17
Setelah melakukan perhitungan, selanjutnya memasukkan data hasil perhitungan di atas
ke dalam Tabel ANOVA. Adapun hasil perhitungan data pada operator 2 di atas
dimasukkan kedalam Tabel ANOVA pada Tabel 3.6 berikut:
3.3 Analisa
Setelah proses pengolahan data telah dilakukan, maka didapatkan hasil yang digunakan
untuk membuat suatu analisa sesuai data tersebut. Berikut adalah analisa pengaruh iklim
terhadap kinerja masing-masing operator dalam suhu ruangan yang berbeda yaitu dalam
suhu ruangan panas, dingin, dan normal.
1. Operator 1 (Restu)
Berikut ini akan dijelaskan hasil analisa pengaruh iklim terhadap kinerja operator 1:
a. Pada percobaan pertama berada di ruangan yang bersuhu dingin < 16⁰C dengan
tempat yang lebih nyaman dan luas yang membuat suasana kerja lebih nyaman
sehingga operator menjadi lebih konsentrasi. Pencahayaan yang baik membuat
operator lebih teliti dalam menghitung data tersebut walaupun waktu rata-rata
operator untuk menghitung data paling besar dibandingkan dengan ruangan
yang lain karena masih dalam percobaan pertama sehingga kelincahan jari dari
operator tersebut masih kurang, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
menghitung data-data tersebut.
b. Pada percobaan kedua berada di ruangan yang bersuhu panas > 30⁰C dengan
tempat yang kecil, siklus udara yang sangat minim, pencahayaan yang cukup
terang dan banyaknya orang dalam satu ruangan menyebabkan operator
menjadi tidak teliti dalam menghitung data, diakibatkan karena terburu-buru
ingin cepat menyelesaikan pekerjaan. Walaupun operator sudah cukup cepat
dalam menghitung data pada ruangan ini dibandingkan dengan ruangan yang
lain, tetapi hal tersebut tidak terlalu berpengaruh karena ketidaknyamanan yang
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam melihat pengaruh antara suhu dan
kinerja kerja operator, maka setelah melakukan data pengukuran waktu yang
ditunjukkan pada Tabel 3.1, data tersebut disajikan pada Gambar 3.1.
Pada gambar diatas dijelaskan tentang perbandingan iklim dari operator 1 dalam
mengitung data dalam ruangan bersuhu dingin, panas,dan normal dengan 18 kali
melakukan perhitungan data. Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa
iklim lingkungan kerja tidak terlalu mempengaruhi kinerja dari operator 1. Walaupun
pada saat penghitungan pertama kali yang berada di ruangan bersuhu dingin terdapat
rentan waktu yang cukup jauh dikarenakan kelincahan jari yang kurang baik.
Pada gambar di atas terlihat jelas bahwa iklim kerja dapat mempengaruhi kinerja
operator 2. Pada gambar tersebut tertera waktu operator 2 melakukan perhitungan data
paling lama pada ruangan bersuhu dingin, dan waktu untuk melakukan perhitungan data
yang paling cepat berada pada ruangan yang bersuhu normal.
Masing-masing operator pun memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda pada setiap
ruangan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas. Terdapat operator yang memiliki
kinerja yang baik dengan hasil optimal pada saat berada dalam ruangan dengan suhu
dingin, dan sebaliknya seperti pada Tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7 Tingkat Ketelitian Setiap Operator
Setelah melakukan analisa terhadap data real yang diambil secara langsung dan telah
diolah pada tabel ANOVA pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan mengenai beberapa hal pada pembahasan uji hipotesis ANOVA berikut
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja masing-
masing operator.
1. Operator 1 (Restu)
a. Formula Hipotesis
H0 = Tidak ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator.
H1 = Ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator.
b. Tingkat Signifikansi
α = 0,05,
c. Aturan Keputusan
Tolak H0 dan terima H1 jika Fhit > Ftabel.
d. Pengambilan Keputusan
Fhit = 2,85
Karena Fhit < Ftabel = Fhit < 3,179.
e. Kesimpulan
Tidak ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator.
2. Operator 2 (Afif)
a. Formula Hipotesis
H0 = Tidak ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator.
H1 = Ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator.
b. Tingkat Signifikansi
Untuk α = 0,05
c. Aturan Keputusan
Tolak H0 dan terima H1 jika Fhit > Ftabel.
d. Pengambilan Keputusan
Fhit = 22,17
Karena Fhit > Ftabel = Fhit > 3,179
e. Kesimpulan
Ada pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kerja operator.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
1. Operator 1 tidak ada pengaruh iklim terhadap kinerja kerja karena H0 diterima,
sedangkan terdapat pengaruh iklim terhadap kinerja kerja untuk operator 2 karena
H0 ditolak .
2. Pada suhu dingin waktu rata-rata operator 1 adalah 33,21 detik dan memiliki tujuh
kesalahan, dan waktu rata-rata dari operator 2 adalah 40,82 detik dan memiliki
tujuh kesalahan. Pada suhu panas waktu rata-rata dari operator 1 adalah 30,66 detik
dan mempunyai sembilan kesalahan, dan waktu rata-rata dari operator 2 adalah
35,56 detik dan mempunyai lima kesalahan. Pada suhu normal waktu rata-rata
operator 1 adalah 31,39 detik dan mempunyai sepuluh kesalahan, dan waktu rata-
rata dari operator 2 adalah 33,78 detik dan mempunyai tiga kesalahan.
3. Perbedaan suhu sangat mempengaruhi optimalnya operator dalam bekerja, ini
dapat dilihat pada suhu dingin kerja operator 1 lebih optimal dibandingkan dengan
suhu normal dan panas. Operator 1 melakukan tujuh kesalahan dan memiliki waktu
rata-rata sebesar 33,21 detik sedangkan operator 2 memiliki kinerja yang optimal
pada suhu normal yaitu melakukan tiga kesalahan dan memiliki waktu rata-rata
33,78 detik, ini lebih baik dibandingkan dengan di suhu panas dan normal.
4. Berdasarkan pengolahan data dan analisa pada bab sebelumnya, kedua operator
tidak melakukan kinerja yang optimal pada ruangan dengan suhu panas, ini di
karenakan panas di dalam ruangan mengakibatkan ketelitian operator terganggu
oleh faktor-faktor yang mengurangi efektifitas kerja, seperti kebisingan, panas, bau-
bau, ruangan sempit sehingga pengap dan sesak.
4.2 Saran