Anda di halaman 1dari 211

Syarifudin: Desain Grafis 1

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 1


Syarifudin: Desain Grafis 2

BAGIAN PERTAMA

1. Histografi Desan Grafis


Sejarah desain grafis pertama kali ditemukan di Mesir
Kuno. pada masa ini penduduk Mesir mencurahkan
kecerdasan menggambar melalui batu dinding gowa.
Ekspresi masyarakat Mesir yang dieksplorasi melalui
pikiran dan perasaan intelektual mereka melalui pelefah
kayu, tanah, batu sesaui standar teknologi yang dimiliki saat
itu.
Dari inspirasi sejarah inilah cikal bakal sehingga pada
era modern melalui ilmu komunikasi berkembangan satu
disiplin ilmu namanya ilmu desain grafis yang membahas
secara psesifik tentang pencitraan pesan dan produk industi.
Produk aksara tertua di dunia ini adalah aksara Arab
yang pertama kali ditemukan oleh bangsa semeria di Persia.
Pelacakan perjalanan sejarah desain grafis dapat ditelusuri
dari jejak peninggalan manusia dalam bentuk lambang-
lambang grafis (sign dan simbol) yang berwujud gambar

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 2


Syarifudin: Desain Grafis 3

(pictograf) atau tulisan (ideograf).

Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap


lebih bersifat langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan
alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain).
Hitungan kapan ditemukan karya desain grafis pada
masa sesudah 100 tahun Rasulullah saw yang suci
meninggal dunia pada abad II dan III para ilmuan
mengumpulkan tulisan-tulisan dari ucapan Rasulullah yang
dikenal dengan hadis, hadis maknanya semua ucapan
Rasulullah saw yang suci yang ditulis disebut produk desain
grafis dalam bentuk aksara Arab. Perkembangan ini selama
700 tahun tokoh-tokoh desain grafis seperti Bukhari,
Muslim, Ibnu Majah, Darrimi, dan Ibnu Abbas.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 3


Syarifudin: Desain Grafis 4

Setelah terjadi peran salib para ilmuan barat belajar di


timur tengah. dan setelah mereka menguasi keilmuan
tersebut terjadi perlawan selama 150 tahun sehingga mereka
membakar perpustakaan desain grafis terbesar di Bayt al-
Hikmah pada masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun.
Pada abad 19 Eropa melakukan revolusi atas otoritas
gereja sehingga perkembangan ilmu mulai berkembang di
eropa dengan mengembangkan ilmu yang didapatkan di
dunia Islam. Setelah ditemukannya teknologi informasi
perkembangan ilmu juga terjadi lompatan perubahan yang
sangat signifikan.
Tulisan/aksara merupakan hasil konversi gambar,
bentuk dan tata aturan komunikasinya lebih kompleks
dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu pasti sejak
kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai
media komunikasi. Manusia primitif sudah menggunakan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 4
Syarifudin: Desain Grafis 5

coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu


binatang. Contohnya seperti yang ditemukan di dinding gua
Lascaux, Perancis.
Lambang/aksara sebagai alat komunikasi diawali oleh
bangsa Punesia (+ 1000 tahun SM), yang saat itu
menggunakan bentuk 22 huruf. Kemudian disempurnakan
oleh bangsa Yunani (+ 400 tahun SM) antara lain dengan
mengubah 5 huruf menjadi huruf hidup. Kejayaan kerajaan
Romawi di abad pertama yang berhasil menaklukkan
Yunani, membawa peradaban baru dalam sejarah Barat
dengan diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama,
serta alfabet Latin yang dibawa dari Yunani.1
Pada awalnya bangsa Romawi menetapkan alfabet
dari Yunani tersebut menjadi 21 huruf : A, B, C, D, E, F, G,
H, I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf
Y dan Z ditambahkan dalam alfabet Latin untuk
mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani. Tiga
huruf tambahan J, U dan W dimasukkan pada abad
pertengahan sehingga jumlah keseluruhan alfabet Latin
menjadi 26.

1
http://sjrdesgrafison.blogspot.com/
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 5
Syarifudin: Desain Grafis 6

Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa


pada awal milenium kedua, buku menjadi sebuah tuntutan
kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum
ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah buku harus
disalin dengan tangan. Konon untuk penyalinan sebuah
buku dapat memakan waktu berbulan-bulan. Guna
memenuhi tuntutan kebutuhan penyalinan berbagai buku
yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja
para penyalin (scribes), maka lahirlah huruf Blackletter
Script, berupa huruf kecil yang dibuat dengan bentuk tipis-
tebal dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk
huruf ini karena ketipis-tebalannya dapat mempercepat
kerja penulisan. Disamping itu, dengan keuntungan bentuk
yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 6


Syarifudin: Desain Grafis 7

dituliskan dalam jumlah yang lebih banyak di atas satu


halaman buku.

A. Era Cetak
Desain grafis berkembang pesat
seiring dengan perkembangan sejarah
peradaban manusia saat ditemukan
tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447,
Johannes Gutenberg (1398-1468)
menemukan teknologi mesin cetak yang
bisa digerakkan dengan model tekanan
menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman,
untuk menghasilkan anggur. Ini adalah suatu pengembangan
revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara
massal dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari
ledakan informasi pada masa kebangkitan kembali Eropa.
Tahun 1450 Guterberg bekerjasama dengan pedagang dan
pemodal Johannes Fust, dibantu oleh Peter Schoffer ia
mencetak ‚Latin Bible‛ atau disebut ‚Guterberg Bible‛,
‚Mararin Bible‛ atau ‚42 line Bible‛ yang diselesaikanya
pada tahun 1456. Temuan Gutenberg tersebut telah
mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama
untuk hiasan buku. Pada masa itu juga berkembang corak
huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung realis
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 7
Syarifudin: Desain Grafis 8

dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas


Cranach dengan karyanya ‚Where of Babilon‛. Johannes
Gutenberg (1398-1468)
Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder
(1771-1834) menemukan teknik cetak Lithografi. Berbeda
dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan tehnik
cetak tinggi, teknik cetak lithografi menggunakan tehnik
cetak datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara
air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master
cetak yang menggunakan media batu litho. Tehnik ini
memungkinkan untuk melakukan penggambaran secara
lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar,
juga memungkinkan dilakukannya pemisahan warna.
Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan seni
poster. Masa keemasan ini disebu-sebut sebagai ‚The
Golden Age of The Poster‛.

Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi


(1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan
karya besarnya ‚Eldorado: Penari Riang‛
(1898), ‚La Loie Fuller: Penari Fuller‛ (1897),
‚Quinquina Dubonnet‛ (1896), ‚Enu des
Sirenes‛ (1899). Tokoh-tokoh lainya antara lain Henri de
Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 8
Syarifudin: Desain Grafis 9

Perkembangan Lebih Lanjut. peristiwa-peristiwa


penting di dunia yang berperan dalam sejarah perkembangan
desain grafis. Pada tahun 1851, The Great Exhibition
Diselenggarakan di taman Hyde London antara bulan Mei
hingga Oktober 1851, pada saat Revolusi industri. Pameran
besar ini menonjolkan budaya dan industri serta merayakan
teknologi industri dan disain. Pameran digelar dalam
bangunan berupa struktur besi-tuang dan kaca, sering
disebut juga dengan Istana Kristal yang dirancang oleh
Joseph Paxton.
Pada tahun 1892, Aristide Bruant, Toulouse-Lautrec
Pelukis post-Impressionist dan ilustrator art nouveau
Prancis, Henri Toulouse-Lautrec melukiskan banyak sisi
Paris pada abad ke sembilan belas dalam poster dan lukisan
yang menyatakan sebuah simpati terhadap ras manusia.
Walaupun lithography ditemukan di Austria oleh Alois
Senefelder
Pada tahun 1796, Toulouse-Lautrec membantu
tercapainya peleburan industri dan seni. Poster Aristide
Bruant 1910, Modernisme Modernisme terbentuk oleh
urbanisasi dan industrialisasi dari masyarakat Barat. Sebuah
dogma yang menjadi nafas desain modern adalah "Form
follow Function" yang di lontarkan oleh Louis
Sullivan.Symbol terkuat dari kejayan modernisme adalah
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 9
Syarifudin: Desain Grafis 10

mesin yang juga diartikan sebagai masa depan bagi para


pengikutnya. Desain tanpa dekorasi lebih cocok dengan
‚bahasa mesin‛, sehingga karya-karya tradisi yang bersifat
ornamental dan dekoratif dianggap tidak sesuai dengan
‚estetika mesin‛.
Pada tahun 1916, dadaisme suatu pergerakan seni dan
kesusasteraan (1916-1923) yang dikembangkan mengikuti
masa Perang Dunia Pertama dan mencari untuk menemukan
suatu kenyataan asli hingga penghapusan kultur tradisional
dan bentuk estetik. Dadaisme membawa gagasan baru, arah
dan bahan, tetapi dengan sedikit keseragaman. Prinsipnya
adalah ketidakrasionalan yang disengaja, sifat yang sinis
dan anarki, dan penolakan terhadap hukum keindahan.
Pada tahun 1916, De Stijl
Gaya yang berasal dari Belanda,
De Stijl adalah suatu seni dan
pergerakan disain yang
dikembangkan sebuah majalah dari
nama yang sama ditemukan oleh Theo Van Doesburg. De
Stijl menggunakan bentuk segi-empat kuat, menggunakan
warna-warna dasar dan menggunakan komposisi asimetris.
Gambar dibawah adalah Red and Blue Chair yang dirancang
oleh Gerrit Rietveld. The Red and Blue Chair

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 10


Syarifudin: Desain Grafis 11

1918, Constructivism Suatu


pergerakan seni modern yang dimulai
di Moscow pada tahun 1920, yang
ditandai oleh penggunaan metoda
industri untuk menciptakan object
geometris. Constructivism Rusia
berpengaruh pada pandangan moderen
melalui penggunaan huruf sans-serif berwarna merah dan
hitam diatur dalam blok asimetris. Model dari Menara
Tatlin, suatu monumen untuk Komunis Internasional.
Bauhaus dibuka pada tahun 1919 di bawah arahan
arsitek terkenal Walter Gropius. Sampai akhirnya harus
ditutup pada tahun 1933, Bauhaus memulai suatu
pendekatan segar untuk mendisain mengikuti Perang Duni
Pertama, dengan suatu gaya yang dipusatkan pada fungsi
bukannya hiasan.
Tipograper Eric Gill belajar pada
Edward Johnston dan memperhalus tipe huruf
Underground ke dalam Gill Sans. Gill Sans
adalah sebuah jenis huruf sans serif dengan
proporsi klasik dan karakteristik geometris
lemah gemulai yang memberinya suatu kemampuan
beraneka ragam (great versatility).
Foto Eric Gill
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 11
Syarifudin: Desain Grafis 12

Perancang grafis Harry Back ( 1903-1974)


menciptakan peta bawah tanah London (London
Underground Map) pada tahun 1931. Sebuah pekerjaan
abstrak yang mengandung sedikit hubungan ke skala fisik.
Beck memusatkan pada kebutuhan pengguna dari
bagaimana cara sampai dari satu stasiun ke stasiun yang lain
dan di mana harus berganti kereta. Harry Beck dan Peta
bawah tanahnya 1950s, International Style
International atau Swiss style didasarkan
pada prinsip revolusioner tahun 1920an seperti
De Stijl, Bauhaus dan Neue Typography, dan
itu menjadi resmi pada tahun 1950an. Grid,
prinsip matematika, sedikit dekorasi dan jenis huruf sans
serif menjadi aturan sebagaimana tipografi ditingkatkan
untuk lebih menunjukkan fungsi universal daripada
ungkapan pribadi. Sampul buku dari Taschen 1951,
Helvetica Diciptakan oleh Max Miedinger seorang
perancang dari Swiss, Helvetica adalah salah satu tipe huruf
yang paling populer dan terkenal di dunia. Berpenampilan
bersih, tanpa garis-garis tak masuk akal berdasarkan pada
huruf Akzidenz-Grotesk. Pada awalnya disebut Hass
Grostesk, nama tersebut diubah menjadi Helvetica pada
tahun 1960. Helvetica keluarga mempunyai 34 model
ketebalan dan Neue Helvetica mempunyai 51 model.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 12
Syarifudin: Desain Grafis 13

Sampul buku Helvetica 1960s,


Psychedelia and Pop ArtKultur yang
populer pada tahun 1960an seperti
musik, seni, disain dan literatur menjadi
lebih mudah diakses dan merefleksikan
kehidupan sehari-hari. Dengan sengaja
dan jelas, Pop Art berkembang sebagai sebuah reaksi
perlawanan terhadap seni abstrak. Gambar dibawah adalah
sebuah poster karya Milton Glaser yang menonjolkan gaya
siluet Marcel Duchamp dikombinasikan dengan kaligrafi
melingkar. Di cetak lebih dari 6 juta eksemplar.

Poster karya Milton Glaser 1984,


ÉmigréMajalah disain grafis Amerika,
Émigré adalah publikasi pertama untuk
menggunakan komputer Macintosh, dan
mempengaruhi perancang grafis untuk
beralih ke desktop publishing ( DTP).
Majalah ini juga bertindak sebagai suatu forum untuk
eksperimen tipografi. Sampul Majalah Émigré
Dari perkembangan desain grafis diEropa di tersebut
mari kita melihat perkembangan desain grafis di Indonesia.
pada tahuan 1744 Iklan pertama di Jakarta (baca: Batavia)
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 13
Syarifudin: Desain Grafis 14

muncul pada tanggal 17 Agustus 1744 bersamaan dengan


terbitnya surat kabar pertama oleh pemerintah Hindia
Belanda. Iklan itu, awalnya adalah sebuah berita yang
ditulis indah dengan tangan oleh Jan Pieterzoen Coen
(Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629),
dengan judul Memorie De Nouvelles, yang ditujukan kepada
pemerintah setempat di Ambon untuk melawan aktivitas
perdagangan Portugis. Tulisan itu kemudian dipasang
sebagai iklan oleh karyawan sekretariat kantor Gubernur
Jenderal Imhoff, Jourdans di surat kabar Bataviaasche
Nouvelles.2
Pada tahun 1893 pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Percetakan Negara di Jakarta, pada waktu itu
yang terbesar di Asia. Sementara itu di seluruh Indonesia
sudah terdapat 6500 percetakan, 2700 di antaranya terdapat
di Jakarta. Industri grafika dan dunia penerbitan di
Indonesia pada waktu itu sudah mulai menyadari
pentingnya desain grafis. Laribu Meyoko, sekretaris
Percetakan Negara: ‚Mengapa desain itu penting? Barang
cetakan sama seperti manusia: penampilan lahiriahnya yang
penting. Untuk memberi kesan yang baik, untuk menarik

2
Sejarah Periklanan Indonesia 1744-1984″, Bab I, Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 14
Syarifudin: Desain Grafis 15

perhatian, untuk memberi kepercayaan. Desain grafis di


Indonesia mempunyai masa depan gemilang.3
Pada tanggal 16-24 Juni 1980 di Pusat Kebudayaan
Belanda Erasmus Huis, jalan Menteng Raya 25, Jakarta
diselenggarakan pameran desain grafis oleh tiga desainer
grafis Indonesia: Gauri Nasution, Didit Chris Purnomo dan
Hanny Kardinata, bertajuk ‚Pameran Rancangan Grafis ‘80
Hanny, Gauri, Didit‛. Pameran ini membawa misi utama
memperkenalkan profesi desainer grafis ke masyarakat luas
serta tercatat sebagai pameran desain grafis pertama di
Indonesia yang diadakan oleh desainer-desainer grafis
Indonesia (‚Pameran Rancangan Grafis Hanny, Gauri, Didit
– Mau Merubah Dunia‛, Agus Dermawan T, Kompas, 25
Juni 1980, hal. 6). Pameran ini menampilkan bukan saja
hasil akhir produk desain grafis (logo, tipografi, layout
majalah, ilustrasi, poster, sampul buku, sampul kaset dll),
tetapi juga proses kreatif serta proses cetaknya. Pameran
Rancangan Grafis ‘80 Hanny, Gauri, Didit. Ki-ka: Didit,
Hanny dan Gauri.
Pada tahun 1980 Ikatan Perancang Grafis Indonesia
(IPGI) terbentuk pada tanggal 25 April 1980 dan diresmikan

3
‫آل‬uku‚Nederland Indonesia, 1945-1995, Suatu Pertalian
Budaya‛, [Z]OO produkties, Den Haag, 1995, hal. 165.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 15
Syarifudin: Desain Grafis 16

pada tanggal 24 September 1980 bersamaan dengan


diselenggarakannya sebuah pameran besar bertajuk ‚Grafis
‘80‛ di Jakarta. Badan Pendiri yang terdiri dari 9 orang:
Sadjiroen, Sutarno, Suprapto Martosuhardjo, SJH Damais,
Bambang Purwanto, Chairman, Wagiono, Didit Chris
Purnomo dan J Leonardo N merumuskan program kerja dan
membentuk pengurus sementara dengan susunan sebagai
berikut:
Ketua: Wagiono
Wakil Ketua: Karnadi
Sekretaris 1: Didit Chris Purnomo
Sekretaris 2: J Leonardo N
Bendahara: Hanny Kardinata
Dibantu beberapa koordinator bidang:
Pameran: FX Harsono, S Prinka
Publikasi dan Buletin: Tjahjono Abdi
Hubungan Masyarakat: Agus Dermawan T

Dokumentasi dan Perpustakaan: Helmi Sophiaan


Pendidikan dan Ceramah: Hanny Kardinata Perjalanan IPGI
selanjutnya bisa diikuti pada ‚Sejarah IPGI-Upaya
Menumbuhkan Apresiasi‛.
Convention Center, diterbitkan Memorandum ADGI
kepada Gauri Nasution, Danton Sihombing, Hastjarjo B.
Wibowo dan Mendiola B. Wiryawan untuk mempersiapkan
Kongres ADGI dalam waktu 6 bulan. Pada bulan Oktober
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 16
Syarifudin: Desain Grafis 17

2005 para penerima mandat membentuk Tim Revitalisasi


ADGI yang terdiri dari 14 orang desainer, yaitu; Andi S.
Boediman, Ardian Elkana, Danton Sihombing, Divina
Nathalia, Djoko Hartanto, Gauri Nasution, Hastjarjo B.
Wibowo, Hermawan Tanzil, Ilma D. Noe’man, Irvan A.
Noe’man, Lans Brahmantyo, Mendiola B. Wiryawan, Nia
Karlina dan Sakti Makki. Tim ini bekerja selama 5 bulan
untuk merumuskan platform ‚ADGI Baru‛. Berdasarkan
evaluasi terhadap kinerja ADGI pada masa lalu dirumuskan
branding platform Adgi baru yang kini hadir dengan
deskripsi Indonesia Design Professionals Association
Pada tanggal 22 Februari 2006 sekitar 40 desainer
menghadiri ‚Designer Gathering‛ di LeBoYe atas undangan
tim 14 yang mencanangkan Revitalisasi ADGI. Tujuan
pertemuan ini adalah untuk menghidupkan kembali asosiasi
desainer yang sempat mati suri itu. Pertemuan malam itu
menghasilkan logo baru Adgi serta rencana menggelar
seminar pada bulan April 2006.
Setiap usulan dalam gathering dijadikan bahan diskusi
dalam pertemuan-pertemuan Tim 14 sesudahnya, yang pada
akhirnya menentukan fornat Adgi sebagai sebuah organisasi
non-profit oriented yang berbentuk yayasan, yang berjuang
bagi kepentingan anggotanya dan kemajuan desain nasional.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 17


Syarifudin: Desain Grafis 18

Pada tanggal 19 April 2006 bertempat di Ballroom


Hotel Le Meridien, Jakarta diselenggarakan Kongres Adgi
dimana terpilih formasi presidium yang terdiri dari 5 orang
yaitu Andi S. Boediman, Danton Sihombing, Hastjarjo B.
Wibowo, Hermawan Tanzil dan Lans Brahmantyo untuk
mengemban tugas memimpin Adgi selama periode 1 tahun
dengan mengusung tema ‚Unifying Spirits‛. Implementasi
gagasan desentralisasi telah melahirkan Adgi-Jakarta
Chapter yang diketuai oleh Nico A.Pranoto dan Adgi-
Surabaya Chapter yang diketuai oleh Yosua Alpha Buana.
Pada tanggal 16-30 Agustus 2006 Adgi menggelar
pameran desain komunikasi visual ‚Petasan Grafis‛ di
Galeri Nasional Indonesia, Jakarta dengan sub-judul
‚Pameran Nasionalisme Indonesia dalam Desain
Komunikasi Visual‛.
Pameran yang dibuka oleh Menteri Perdagangan Mari
Elka Pangestu itu diawali dengan pemutaran video
perjalanan IPGI sebelum menjadi Adgi, disusul penyerahan
penghargaan untuk ke-5 pemenang kompetisi ‚Ide Awards‛
(Penghargaan Nasional Akademik Desain Grafis).
Kompetisi ini diadakan khusus untuk mahasiswa desain
komunikasi visual yang mewakili institusi-institusi
pendidikan desain di Indonesia yang terbagi atas 3 pilihan
tema:
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 18
Syarifudin: Desain Grafis 19

1. Kemasan makanan tradisional Indonesia, misalnya


ekspolorasi kemasan dodol durian, tape ketan dsb.,
mulai dari brand identity dan seterusnya
2. Event, misalnya promosi tari-tarian daerah, resital
gamelan dsb., mulai dari logo event dan sebagainya
3. Destination Branding, misalnya mengolah program
komunikasi visual suatu tempat yang menarik di
Indonesia (pantai, museum, tempat bersejarah dsb.).
Setelah melalui penilaian dewan juri yang terdiri dari
Hanny Kardinata (Desainer Grafis Senior), Sita Subijakto
(Headline Creative Communication), Ipong Purnomosidi
(Kurator Bentara Budaya, Jakarta), Nirwan Dewanto
(Budayawan) dan Seno Gumira Ajidarma (Budayawan),
keluar sebagai pemenang adalah karya ‚Dolanpiade‛ dari
Digital Studio, Jakarta (Dicky Mardona, Meliana Sari
Hermanto, Octavia Subiyanto, Rifki Zulkarnain, Welly
Caslin); ‚Peranakan Idealis‛ dari Institut Kesenian Jakarta
(Irvan Mulia Ahmadi, Rahayu Pratiwi, Husin Alkaff,
Muhammad Rizki Lazuardy); ‚Lurjuk‛ dari Universitas
Kristen Petra, Surabaya (Aileen Halim, Ang Siau Fang,
Selvy Hermawan); ‚Batik Illusion‛ dari Universitas Bina
Nusantara (Adeline Ardine, Fredy Susanto, Nadya Kartika)
serta ‚Moralitas Pers‛ dari Universitas Bina Nusantara,

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 19


Syarifudin: Desain Grafis 20

Jakarta (Kezia Winarta Wahyuni Wijayati, Lia Anggraeni,


Filina Vicentia, Tafrian).
Pada hari Kamis, tanggal 19 April 2007 jam 09.00 s/d
13.00 WIB dilaksanakan Kongres Nasional Adgi kedua di
gedung Galeri Nasional, Jakarta. Kongres dihadiri 45
peserta undangan yang terdiri dari praktisi (desainer) dan
pendidik.
Kongres memutuskan dan menetapkan 4 agenda penting
yaitu:
1. Penerimaan laporan pertanggungjawaban pengurus
sebelumnya (presidium).
2. Penetapan draft AD/ART dan Kode Etik menjadi
rancangan AD/ART dan Kode Etik untuk kemudian
dihibahkan kepada pengurus mendatang untuk
disempurnakan.
3. Pelantikan Dewan Penasehat yang terdiri dari: Gauri
Nasution, Ign. Hermawan Tanzil, Irvan A. Noe’man,
Iwan Ramelan, dan Wagiono Sunarto.
4. Pemilihan, dan pelantikan Ketua Umum Adgi untuk
periode pengurusan 2007–2010 atau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sesuai dengan yang tertera
pada AD/ART yang telah disempurnakan. Dari 5
nama Calon Ketua Umum, terpilih satu dengan suara

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 20


Syarifudin: Desain Grafis 21

terbanyak yaitu sebanyak 27 suara adalah Danton


Sihombing.

Selanjutnya, Danton Sihombing selaku Ketua Umum


Adgi 2007-2010 telah menunjuk Mario Tetelepta sebagai
Sekjen Adgi dan Irvan N. Suryanto sebagai Direktur
Pengembangan dan Pemasaran Produk. Tanggal 17-25 April
2007 ‚1001 Inspiration Design Festival‛, sebuah acara
berskala besar pertama di bidang komunikasi visual
Indonesia (desain grafis, multimedia, animasi) yang
diselenggarakan oleh majalah desain grafis Concept dan
Digital Studio College.
Acara yang digelar pada tanggal 17-25 April ini secara
umum dipecah dalam dua bagian yaitu ‚Inspiration Light
Up‛ (seminar kreatif menghadirkan pembicara luar dan
dalam negeri, yang berlangsung 17-19 April di Crown Plaza
Jakarta) dan Exhibition (memamerkan karya peserta
kompetisi desain ‚1001 Cover Concept‛, karya lulusan
Digital Studio College, karya para desainer Inggris, serta
acara hiburan lainnya), yang berlangsung 20-25 April di
Senayan City Jakarta).
Sebagai bagian dari ‚1001 Inspiration Design
Festival‛ majalah desain grafis Concept mengadakan
kompetisi desain ‚1001 Cover Concept‛ yang bermaksud
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 21
Syarifudin: Desain Grafis 22

memecahkan rekor dunia ‘majalah dengan variasi cover


terbanyak dalam satu edisi’. Kompetisi dengan hadiah
terbesar sepanjang sejarah ini (hadiah utama sebuah mobil
Chevrolet-Kalos) diadakan dengan tujuan untuk memberi
kesempatan kepada para desainer muda Indonesia untuk ikut
merasakan menjadi pemecah rekor bersama-sama.
Total karya yang masuk berjumlah lebih dari 1300 karya,
yang setelah didata dan dipilah, ditentukan 1001 pemecah
rekornya. Pada tahap berikutnya tim intern Concept
menyeleksi 208 karya yang dinilai unggul.
Ke 208 karya tersebut disaring lagi hingga menjadi
101 semifinalis untuk kemudian dinilai oleh 5 juri yang
terdiri dari Hanny Kardinata (Desainer Grafis Senior),
Hermawan Tanzil (Creative Director LeBoYe yang
mewakili Adgi-Indonesia Design Professionals
Association), Mendiola B Wiryawan (Creative Director
Mendiola Design yang mewakili FDGI-Forum Desain Grafis
Indonesia), Vera Tarjono (Art Director Majalah Concept)
dan Stefanus Aristo Kristandyo (Marketing Manager
General Motor yang mewakili GM sebagai sponsor utama).
Penjurian yang berlangsung di Ruang Pamer Seni
Rupa-Institut Kesenian Jakarta itu memilih 11 finalis, yang
kemudian dipersempit hingga menjadi tiga pemenang,
masing-masing sebagai juara pertama Daud Budi Surya
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 22
Syarifudin: Desain Grafis 23

Nugraha, juara kedua Marishka Cempaka Dewi dan juara


ketiga Agra
Tanggal 14 November 2008 Majalah kreatif berbasis
desain grafis ‚Versus‛ edisi #1 terbit dan mengadakan soft-
launching pada acara Bedah Buku ‚Layout Dasar &
Penerapannya‛ di Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Majalah ‚Versus‛ dikelola oleh Hanny
Kardinata (Chairman), Caroline F Soenarko (Business
Director), Ismiaji Cahyono (Chief Editor), Ronald Holoang
(Business Development Manager), Berti Alia Bahaduri
(Managing Editor), Celvie Toramaya (Creative Director),
Mario Utama (Graphic Designer), Bima Nurin Aulan
(Graphic Designer), Intan Febrianni (Workflow Manager),
Diana Soetrisno (Account Executive) dan Novi Rachmawati
(Finance and General Affair).

BAGIAN KEDUA

1. Teknik Desain Informasi (Pesan)


Pertimbangan penting dalam pengemasan informasi
bagi pembaca terkadang desainer hanya punya satu berita
tanpa visual. setiap berita tanpa didukung oleh gambar
visual maka berita itu memiliki nilai validitas yang rendah.
Menurut Syarifudin Ambon bahwa berita yang efektif
adalah berita yang memiliki narasi dan teks, jika berita
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 23
Syarifudin: Desain Grafis 24

memiliki narasi dan teks maka tingkat kepercayaan


pembaca sangat efektif dan kecederungan memiliki respon
yang cepat.
Dalam pengolahan informasi seorang desainer
membutuhkan perangkat komputer grafis sebagai penunjang
primer dalam mengolah, mendesain, dan mempublikasikan
informasi berupa, teks, gambar,visual dan AUDIO.
Informasi ini diolah dengan menggunakan komputer grafis.

a. Perangkat Lunak (Software)


Terminologi perangkat lunak (software) yang
dimaksudkan disini adalah bahan yang berisi catatan untuk
keperluan menjalankan komputer.4 Dari kajian teori J.
Devito memberikan sebuah ide dan gagasan bahwa ekspresi
prilaku seseorang sangat tergantung pada entri-data yang di-
input.5 Software yang dimaksudkan adalah program desain
grafis yang digunakan untuk mendesain pesan-pesan yang
akan dijadikan sebagai materi dakwah. Program publikasi
yang dijadikan sebagai standar dalam bidang advertising
adalah; Adobe Photoshop, Corel Draw, dan Page Maker.

4
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia
(Cet. XXIII; Jakarta: PT. Gramedia, 1996), h. 593.
5
Joseph DeVito, Human Communication: (New York: Harper
Collins Publishers Inc,1996) diterjemahkan oleh Agus Maulana dengan
Judul: Komunikasi Antar Manusia, h.91.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 24
Syarifudin: Desain Grafis 25

Untuk mengakselerasi ide dan gagasan dakwah


membutuhkan konsep sistem informasi dakwah yang efektif
mengatur, mengolah, menyimpan, dan menyajikan data
dengan memanfaatkan teknologi informasi kepada
6
masyarakat. Sebagai media pengolah data yang secara
spesifik dalam aplikasi sistem informasi dakwah dapat
mengolah data dakwah yang siap ditransformasikan di
tengah realitas sosial keagamaan.
Sebelum mentransformasikan pesan-pesan dakwah
perlu ada persiapan perangkat lunak yang memiliki
kemmapuan untuk mendesain materi dakwah sesuai dengan
kebutuhan mubalig dan mad’u. Software tersebut di instal
dalam Computer Mediated Communication Da’wah maka
media ini berfungsi sebagai instrumen Mubalig dalam
menyampaikan pesan di tengah realitas problematika sosial
yang bertujuan memberikan solusi tantang tata tertib hidup
yang lebih baik. Oleh sebab itu, sebelum menjalankan
konten aplikasi sistem informasi dakwah maka infrastruktur
yang perlu di analisis adalah:
a) Dimensi Accessibility (Daya Jangkau/Akses
Informasi): Dimensi ini mengindikasikan bahwa

6
Joseph DeVito, Elements of Public Speaking: Fourth Edition
(New York: Harper Collins Publishers Inc,1998) h.121.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 25
Syarifudin: Desain Grafis 26

proses penyampaian dakwah dengan Computer


Mediated Communication Da’wah.
b) Dimensi Speed (Kecepatan Akses Informasi): Dimensi
ini mengindikasikan bahwa proses penyampaian
dakwah dengan Computer Mediated Communication
Da’wah, mampu menunjukkan kecepatan akses data
dakwah, kemudahan, dakwah yang aktual, efektifitas
dan efisien.7
c) Dimensi Amount (Jumlah/ kualitas Informasi):
Dimensi ini mengindikasikan bahwa proses
penyampaian dakwah dengan Computer Mediated
Communication Da’wah. Mampu memenuhi
kebutuhan mad’u, dalam artian informasi yang
disajikan sesuai kebutuhan mad’u sesuai daya
nalarnya.
d) Dimensi Cognitive Effectiveness (Keefektifan
memperoleh Sumber Data dakwah): Dimensi ini
mengindikasikan bahwa proses penyampaian dakwah
dengan Computer Mediated Communication Da’wah.
Data yang disampaikan bersumber dari Al-Quran dan

7
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya offset, 2011), h. 22
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 26
Syarifudin: Desain Grafis 27

Sunnah sebagai pondasi dalam menyampaikan


8
argumentasi dakwah.
e) Dimensi Relevance (Kesesuaian Informasi): Dimensi
ini mengindikasikan bahwa proses penyampaian
dakwah dengan Computer Mediated Communication
Da’wah. Proses dakwah harus relevan dengan kondisi,
kebutuhan mad’u, dan daya nalar atau serap mad’u.
f) Dimensi Motivating (Motivasi dan memacu inovasi):
Dimensi ini mengindikasikan bahwa proses
penyampaian dakwah dengan Computer Mediated
Communication Da’wah. Pesan-pesan dakwah yang
disampaikan itu dapat memberikan sugesti perubahan
dengan materi dakwah yang memiliki daya kekuatan
untuk memacu mad’u berubah prilakunya. 9

Aplikasi konsep sistem informasi dakwah sebagai pola


dasar dalam meng-input informasi, memahami informasi,
dan mengekspresikan informasi yang difahami dalam Al-
Quran dan Sunnah. Dalam kajian ilmu dakwah dikenal
beberapa macam proses mendesain, memahami, dan
menyusun konsep sistem informasi dakwah.

8
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya offset, 2011), h. 23
9
Ibid., Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran… h. 24
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 27
Syarifudin: Desain Grafis 28

Secara konseptual untuk memahami unsur sistem


informasi dakwah, perbedaan antara ‚data‛ dan
10
‚informasi‛ sebagai titik awal memahami dasar unsur dari
sistem informasi dakwah. Hemat penulis Al-Quran dan
Sunnah adalah merupakan data wahyu yang perlu eksplorasi
secara komprehensip dalam transformasi pesan-pesan
dakwah melalui sistem informasi dakwah yang profesional.
Muballigh menjelaskan agama tidak boleh berhenti pada
teks Al-Quran dan Sunnah tetapi perlu menelusuri makna di
balik metateks secara tekstual, konstekstual, dan antar
tekstual.
Kekuatan sebuah sistem informasi dakwah yang baik
jika memiliki unsur-unsur yang saling mengokohkan,
menunjang, dan memiliki arah gerak yang sesuai spirit Al-
Quran dan Sunnah. Pesan-pesan Al-Quran yang
dipublikasikan akan sampai pada tepian hati jika Mubalig
menyampaikan keluar dari dalam hati. Sebuah perubahan
yang besar harus dilandasi oleh spirit keyakinan aqidah yang
kokoh, tata tertib (syari’ah), dan budi pekerti yang luhur
(akhlaq).

10
George M. Scott, Principles of Information Management
System di terjemahkan oleh Nasiri Budiman dengan Judul: Prinsip-
Prinsip Sistem Informasi Manajemen (Cet, VII; Jakarta: PT. Grafindo,
2002), h. 69.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 28
Syarifudin: Desain Grafis 29

Sebuah perubahan besar kearah yang lebih baik


membutuhkan alur sistem dapat mengarahkan cita-cita
manusia dalam menghadapi gempuran hidup yang penuh
dengan hambatan dan tantangan akibat dari perbedaan-
perbedaan budaya, bahasa, cara memenuhi kebutuhan hidup,
dan cara memahami agama bagi keharmonisan pola hidup
masyarakat.11
Pelajaran besar yang dapat dijadikan sebagai inovasi,
inspirasi dalam kajian ini bahwa adanya keteraturan sistem
alam. Seperti pergatian siang, malam, panas, dingin, mati,
hidup dan ekosistem alam ini menjadi pelajaran untuk
membangun sistem informasi dakwah pada masyarakat
multikutlural yang dilakukan oleh lembaga dakwah.12 Al-
Quran dan sunnah laksana mata air yang terus ditimbah
untuk menjadi penyegar serta menjadi spirit bagi kebutuhan
hidup manusia.
Sistem informasi dakwah adalah unsur penting di
tengah masyarakat, karena ia adalah warasatull ambiyah
(pewaris pesan-pesan kenabian) yang dapat memberikan

11
Talcott Parson, The Social System: The Structure of Social
Action (London EC4P 4EE Routledge is an imprint of the Taylor &
Francis Group This edition published, 2005) h. 47.
12
Soetandyo Wignysoebroto, Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi (Cet. I; Jakarta: LKiS, 2005),
h. 85.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 29
Syarifudin: Desain Grafis 30

kecerdasan membahasakan Al-Quran dan Sunnah. yang


mudah difahami dan menyenangkan dalam proses
transformasi pada masyarakat multikultural dalam berbagai
aspek budaya, dan pola pikir. Penjelasan agama secara
secara tesktual, kontesktual, dan antar tesktual
(komprehensip) dapat memberikan kontribusi besar dalam
mencerahkan umat menjadi berkeadaban. Konsep dasar
sistem informasi dakwah adalah cara penyebaran informasi
yang sistematik dan teratur sesuai mekanisme tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan mempelajari makna
13
sistem dan elemen-elemenya yang menyusunnya. Jika
dapat memahami cara kerja sistem informasi sebagai sebuah
sistem.
Unsur-unsur dalam sebuah sistem informasi dakwah
terdiri dari sub-sub sistem yang saling berhubungan dan
saling terpadu dalam tatakerja sebuah organisasi dakwah
yang terdiri dari, tujuan (motivasi/niat), Masukan ( input),
Proses, output, Mekanisme Pengendalian, dan efek.14

13
Robert L. Mathis dan John H. Jacson, Human Resource
Management10th diterjemahkan Diana Angelina dengan judul
Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 10 (Cet. I; Jakarta: Salemba,
2006), h. 184.
14
Colin Coulson Thomas, Public Relation A Practical Guide
diterjemahkan oleh: Tarech Rasyid dengan judul; Public Relations:
Pedoman Praktis untuk PR (Cet. IV; Jakarata: Bumi Akara, 2005), h.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 30
Syarifudin: Desain Grafis 31

Unsur-unsur sistem informasi ini perlu diidentifikasi


efektifitasnya sebagai wadah penyaluran informasi.
Proses dari motivasi atau niat kuat yang akan menjadi
spirit kekuatan rohani mentransformasikan Al-Quran dan
Sunnah kepada masyarakat untuk merubah prilaku yang
berkeadaban melalui inspirasi dan inovasi dari Mubalig.
Efektifitas ini bisa tercapai jika memperhatikan teknik
materi mendesain materi dakwah berupa pengolahan data,
nilai data, dan kekuatan data dalam memberikan spirit
pencerahan kepada mad’u yang bersumber dari Al-Quran,
Sunnah, pandangan para alim ulama, dan fenomena alam
yang dapat dijadikan rujukan sesuai konteks realitas sosial
keagamaan yang dihadapi oleh mubalig.
Secara filosofis bangunan aplikasi sistem informasi
dakwah penulis kembangkan menjadi dua kemasan sistem
informasi dakwah yakni perangkat lunak dan perangkat
keras, yang akan digunakan oleh praktisi Mubalig dalam
mengimplementasikan pesan-pesan agama.15 Konsep
pengembangan perangkat lunak dan perangkat keras dalam
sistem informasi dakwah dalam penelitian ini menggunakan
teknologi komputer grafis sebagai media produksi untuk

15
H. Nasuka, Teori Sistem: Sebagai Salah satu Alternatif
Pendekatan dalam Ilmu-ilmu Agama Islam (Cet. I; Jakarta: Prenada
Group, 2005), h. 69.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 31
Syarifudin: Desain Grafis 32

mengolah materi dakwah yang telah di interpretasi dalam


Al-Quran dan Sunnah.16 Kumpulan ide atau gagasan dalam
Al-Quran dan Sunnah tersebut bertujuan untuk
memudahkan proses aplikasi sistem informasi dakwah.
Suatu aplikasi perangkat lunak terutama distribusi informasi
agama oleh Mubalig produksi multimedia dakwah.17
Layanan ini akan dipublikasikan oleh organisasi dakwah
Muhammadiyah untuk menciptakan suasana dakwah yang
berbasis multimedia untuk memudahkan daya serap mad’u
dalam menerima pesan-pesan agama. Misalnya saja
membagun komunitas sistem informasi dakwah bidang
LAN (Local Areal Networking) dakwah bagi komunitas.
Selain dakwah di dalam masjid: masjid adalah pusat
pertemuan umat islam setiap hari jumat, tempat inilah yang
perlu dibangun infrastruktur teknologi informasi sehingga
dapat mambantu mubalig menerima pesan-pesan dakwah.
Efketifitas penerimaan pesan jika sound system dan audio
visual seperti LCD projector sebagai penunjang dakwah
dapat tercapai dengan baik. Selain itu buku khotbah digital

16
Dani Darmawan, Biologi Komunikasi Berbasis Multimedia
(Cet. II; Badung: Widya Press, 2009), h. 34.
17
Departemen Teknik Informatika, Sistem Informasi dalam
Berbagai Perspektif: Manusia dan System Informasi, Teknologi,
Organisasi, serta Pendidikan (Cet. II; Bandung: Informatika), h. 172
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 32
Syarifudin: Desain Grafis 33

yang didesain dalam lembaran elektronik juga perlu di


lengkapi dimasjid sehingga dapat memudahkan pengurus
dan mubalig memilih materi khotbah sesuai kebutuhan
mad’u.
Selain kelengkapan system informasi dakwah di
madjid praktisi dakwah juga dapat memanfaatkan intenet
sebagai media dakwah melalui web-site organisasi LDK,
blog pribadi, menjadi anggota suatu mailist, mengikuti
perkumpulan komunitas seperti FaceBook, Friendster,
Flixster, ataupun yang lainnya, dapat dijadikan media
dakwah maya yang jitu untuk menyentuh objek dakwah
yang jarang masuk masjid. Ada tiga program sistem
informasi dakwah di internet yang dapat dioptimalkan bagi
komunitas masyarakat yang menghabiskan waktunya
didepan komputer antara lain adalah:
a) Adanya halaman khusus yang memuat artikel-artikel
Islam yang menarik dan terkait membahas problem
kemahasiswaan (seperti materi berpacaran,
mencontek, cara sholat yang benar, berhijab, dll).
Dengan adanya artikel yang dekat kebutuhan

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 33


Syarifudin: Desain Grafis 34

mereka, membuat artikel Islam Anda kemungkinan


besar untuk dibaca.18
b) Adanya halaman khusus yang membahas mengenai
berita-berita Islam ter-update secara kontinu.
Sebagai satu bagian tubuh, kita sebagai orang Islam
harus mengetahui dan mengabarkan keadaan saudara
muslim kita yang ada dibelahan lain di bumi ini
kepada orang yang belum tahu lainnya.
c) Adanya kata-kata mutiara dan hadits yang
menghiasi. Adanya kata-kata mutiara atau hadits
yang menghiasi dinding website membuat para
mengunjung mau tidak mau membaca secara sekilas
tulisan itu.
d) Jangan lupa memasukan link-link website Islam
lainnya agar dapat di informasikan kepada
19
pengunjung. Misalnya yang sering ditemukan
dalam internet adalah dakwahtuna.

Konsep LAN (Local Areal Networking) awalnya


adalah sistem informasi saja. Dari sudut nilai hal ini adalah

18
Engjang As, Etika Dakwah: Suatu Pendekatan Teologi Filosofis
(Cet. I; Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h. 183.
19
Dony Ariyus dan Rum Adri, Komunikasi Data (Cet.
II;Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008), h. 21
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 34
Syarifudin: Desain Grafis 35

persoalan yang netral, tetapi setelah ditambah dakwah


menjadi sistem informasi dakwah melahirkan berbagai
macam tafsiran di tengah realitas sosial keagamaan bahwa,
teknologi itu adalah spesifik media pengumpul, pengolah
data-data yang berhubungan dengan pesan-pesan rohani
yang bersumber dari teks Al-Quran dan Sunnah.20
Untuk mencapai keterampilan teknologi informasi
membutuhkan kekuatan taqwa yaitu memelihara diri dari
siksaan kebodohan, keterbelakangan dengan mengikuti
segala perintah Tuhan, dan menjauhi segala larangan-
larangan-Nya yang dapat merusak nilai-nilai kemanusiaan
melalui kelemahan inteklektual, dan kelemahan spiritual. 21
Tafsiran departemen agama yang sekarang menjadi
kementrian agama ini, hemat penulis Al-Quran adalah
lembaran teks yang netral sama seperti netralnya peran ICT
(Information Communication Technology).
Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran itu mampu
berada di tengah masyarakat dalam berbagai aspek untuk
menjadi guidens bagi semua umat manusia yang memiliki

20
Abu Abdillah Ibnu Mustamil, Al-Ajwibah al-Mufida ‘an AS-
ilah al-Manhij al-jadidah diterjemahkan dengan judul Menepis
Penyimpangan Manhaj Dakwah II (Cet. II; Surakarta: Al-Madinah,
1998), h. 1
21
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemah Perkata:
Syamila Al-Quran (Cet. Jakarta: Sigma, 2007), h. 2.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 35
Syarifudin: Desain Grafis 36

sifat taqwa. Taqwa adalah kekuatan mental manusia untuk


masuk ke pintu kesadaran dan pencerahan manusia. Hal ini
jika dianalogikan sama dengan konsep sistem informasi
dakwah yaitu untuk menyaman prekuensi antara kenetralan
ICT (Information Communication Technology) dan
kenetralan memahami Al-Quran dan Sunnah untuk
melahirkan wawasan teknologi informasi dakwah yang
netral seperti netralnya sifat teknologi informasi dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah.22 Hal ini menunjukkan
mubalig tidak boleh memilih dan berdiri pada satu aliran
saja tetapi ia harus netral dan berpikir holistik.
Jika konsep spirit teknologi informasi dakwah
dilandasi oleh gagasan teknologi rahmatallil’alamin seperti
ini maka secara aplikasi pesan sistem informasi dakwah
Muhmmadiyah dapat menjadi konsep ICT ( Information
Communication Technology) yang berbasis
rahmatallil’alamin. Indikator ICT yang berbasis
rahmatallil’alamin dalam kajian ini adalah sistem informasi
dakwah dapat menembus ruang dan waktu, agama, dan
budaya.23 Ia adalah spirit pencerahan sebagaimana cahaya

22
Muhammad Soelhi, Komunikasi Internesional: Perspektif
Jurnalistik (Cet. I; Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), h. 19
23
Ibid., Muhammad Soelhi, Komunikasi Internesional: Perspektif
Jurnalistik… h. 19
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 36
Syarifudin: Desain Grafis 37

memancarkan sinarnya kepada siapa saja tanpa mengenal ia


agama, dan budaya apa.
Teknologi informasi dan komunikasi sebagai tren
media digital dakwah yang digunakan untuk mendesain
pesan-pesan dakwah melalui lembaran-lembaran elektronik.
Media ini bernama Aplikasi komputer grafis yang berfungsi
pengambilan data, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan,
penyebaran, dan penyajian informasi di tengah
24
masyarakat. Semua perangkat keras dan kunak yang
digunakan sebagai penunjang untuk mengolah data yang
akan dipublikasikan di tengah masyarakat di tunjang oleh
teknologi informasi komputer yang dewasa ini memiliki
banyak fasilitas dan daya jangkau efektif dalam publikasi.
dalam Al-Quran yang dikemas oleh programer dakwah
dalam sistem aplikasi program komputer grafis sebagai
media kemasan produksi dakwah. Inspirasi ini tersirat dalam
QS an-Naml/27:28.

          



24
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya offset, 2011), h. 3
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 37
Syarifudin: Desain Grafis 38

Terjemahnya:
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan
kepada mereka(Ratu balqis dan kaumnya), kemudian
berpalinglah dari mereka (dengan tidak terlalu jauh), lalu
perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.

Hemat penulis ayat ini mengandung banyak premis


tentang proses pengemasan transformasi Informasi dakwah
yang disimbolkan dengan burung hud-hud. Burung hud-hud
ini boleh jadi dewasa ini dikenal dengan ISP ( Internet
Services Provider) seperti Wasantaranet, Indosat,
25
Telkomsel, dan Indonet. Layanan ISP ini adalah penyedia
jasa transformasi informasi yang dapat terkoneksi ke
jaringan Global yakni Internasional Networking (Internet).
Ayat ini memiliki substansi sistem informasi dakwah
moderen ini kata ‫( بكتبى‬bikita>bihi> ) dapat dimaknai risalah,
tulisan, surat,26 audio, visual, email, face book, signal, SMS,
fax, telekomunikasi, dan buku bacaan termasuk lembaran-
lembaran elektronik yang digunakan dalam teknologi

25
Dony Ariyus dan Rum Adri, Komunikasi Data (Cet. II;
Yogyakarta: Andi Press, 2008), h. 21
26
Asep Ibnu Hibban, Kamus Elektronik V2 Bentuk Software
Praktis yang diakses sebagai penerjemah dari bahasa Arab ke bahasa
Indonesia.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 38
Syarifudin: Desain Grafis 39

komputer sebagai media untuk menulis atau mengetik


pesan-pesan dakwah yang ada di komputer.
Komponen konsep perangkat lunak dalam ayat
tersebut di atas, dalam sistem informasi dakwah yang
berbasis ICT (Information Communication Technologi) ini
terdiri dari tiga unsur yang sangat penting antara lain
adalah: interface, implementation, dan deployment.27
1) Interfacer: suatu konsep sistem informasi dakwah
yang berbentuk multimedia audio visual dakwah yang
disediakan oleh sebuah organisasi kepada pengguna
jasa ICT dakwah untuk mendapatkan informasi-
informasi Al-Quran dan Sunnah melalui media
komputerisasi yang memiliki program sistem
informasi dakwah yang di dalamnya memuat semua
kebutuhan publikasi dakwah manusia yang
berhubungan tentang tata tertib hidup di dunia dan di
akhirat mulai dari Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq.
2) Implementation: adalah teknik aplikasi penggunaan
program sistem informasi dakwah mulai dari cara
pemilihan data sesuai dengan kebutuhan mad’u
sampai kepada data yang berhubungan dengan

27
Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu offset, 2012), h. 85
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 39
Syarifudin: Desain Grafis 40

membangun perencanaan pola hidup dari pra nikah


sampai kematian. Semua data ini perlu didesain dalam
sebuah database yang dapat memudahkan mad’u
memahami pesan-pesan agama melalui teks dan
metateks dalam Al-Quran dan Sunnah.
3) Deployment; adalah komponen program yang
menyiapkan data atau file yang dapat digunakan oleh
programmer dakwah digital sesuai kebutuhan dan
problematika dakwah yang dihadapi.28 Hal ini basa
langsung dipandu oleh penyedia content provider
dakwah yang menjadi server (pengendali data dakwah
dan komunikasi) dalam sebuah ISP (Internet Service
Provider).29 Di Indonesia Jasa ISP yang dapat
digunakan oleh programmer dakwah adalah Wasantara
Net, Indosat, Visionnet, Indo Internet, Telkomnet,
dan Cetrin. Bentuk software yang digunakan bisa
menggunakan software Acces sebagai software
standar bawaan windows. Software ini bisa
didapatkan dalam windows XP dan windows 7.

28
Departemen Teknik Informatika, Sistem Informasi dalam
Berbagai Perspektif: Manusia dan System Informasi, Teknologi,
Organisasi, serta Pendidikan (Cet. II; Bandung: Informatika), h. 172
29
Ibid., Departemen Teknik Informatika, Sistem Informasi dalam
Berbagai Perspektif: …h. 172
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 40
Syarifudin: Desain Grafis 41

Program database Acces ini hanya dapat menampun


data dakwah teks, gambar, dan audio visual sebesar
10-50 GB.30
4) Software desain grafis: untuk menampilkan pesan-
pesan dakwah dalam lembaran-lembaran elektronik
sama dengan mendesain program yang umum lainnya.
Perbedaannya terletak pada ide dan kontens program
desain grafis dakwah. Software desain grafis yang
digunakan dalam mendesain materi dakwah antara
lain:
a) Adobe Premiere; program aplikasi yang
digunakan untuk mendesain dan mengolah video,
film dakwah. Kelebihan dari program aplikasi
adobe premier ini, dapat memudahkan
programmer dakwah mentranformasikan ide-ide
Al-Quran dan Sunnah dalam bentuk gambar yang
bergerak. Menerima informasi film, sinetron, dan
animasi lainnya cukup memberikan kemudahan
bagi mata sebagai media penangkap pesan
kemudian disampaikan kepada otak sebagai
perekam pesan.

30
Andi Purmono, Presentasi Multimedia dengan Macromedia
Flash (Cet. II; Bandung: Andi press, 2009), h. 7.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 41
Syarifudin: Desain Grafis 42

b) Adobe after effects, Kelebihan dari program


aplikasi yang dapat memudahkan programmer
dakwah membuat efek pencitraan pada objek
31
pesan dakwah dalam bentuk audio visual.
Program aplikasi ini secara spesifik mendesain
iklan dalam Al-Quran, fenomena alam, dan
Sunnah sebagai sumber ide mendesain program
multimedia dakwah. Kekuatan software ini
memberikan kemudahan programmer Dakwah.
c) Coreldraw; Program aplikasi yang secara spesifik
diprogramkan untuk menggambar. Program ini
memiliki banyak fasilitas desain grafis yang dapat
mewujudkan ide-ide gagasan dakwah yang selama
ini dikemas kurang menarik perhatian mata
mad’u.32 Software ini memiliki kemampuan untuk
mendesain buku khotbah digital.
d) Adobe Photoshop: Program aplikasi yang secara
spesifik diprogramkan untuk mendesain dan
mengatur komposisi dan kecerahan image(foto)

31
Gill Branston & Roy Stafford, The Media Student’s Book.
Third Edition (Londonn Usa, Canada: Routledge aylor & Prancis Group,
2003), h. 280.
32
op. cit., Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu offset,
2012), h. 15
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 42
Syarifudin: Desain Grafis 43

yang di imput melalui kamaera digital. Program


ini memiliki banyak fasilitas desain grafis
berbasisis fotografi yang dapat mewujudkan ide-
ide gagasan dakwah yang selama ini dikemas
kurang dikemas secara professional oleh
programmer dakwah untuk menarik perhatian
mata mad’u. Flash MX 2004 Macromedia
Professional; Program ini secara spesifik
33
mendesain animasi pesan-pesan dakwah.

1. Perangkat keras (Hardware).


Penampilan dakwah yang dikemas dalam sebuah
sistem informasi dakwah dengan berbagai macam tampilan
karya multimedia dakwah perlu komponen perangkat keras
untuk dapat mengoperasikan aplikasi software-software
yang memiliki kekayaan animasi dan daya publikasi yang
menarik serta interaktif untuk memudahkan mad’u
memahami pesan-pesan dakwah yang dikemas dengan
bahasa elektronik. Untuk merangkai pesan dakwah yang
profesional dalam lembaran lelektronik membutuhkan

33
Hendi Hendratman, The magic of Premiere dan Adobe After
Effects: Video, Audio, Animation, Visual effects, Capturing (Cet. II;
Bandung: Informatika, 2007), h. 7.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 43
Syarifudin: Desain Grafis 44

hardware yang sesuai dengan spesifikasi teknonologi


komputer grafis.34 Komputer grafis yang memenuhi
spesifikasi multimedia akan melahirkan kualitas pesan
dakwah yang interaktif.
Pelaksanaan dakwah interaktif sebagai akselerasi
target pencapaian dakwah perangkat hardware sangat
menentukan suksesnya sebuah proses transformasi pesan-
pesan agama dalam era teknologi informasi. 35 Kemasan
sistem informasi dakwah terdiri dari unsur-unsur dakwah di
antaranya: Mubalig, Materi, Media, Metode, dan Mad’u (4
M). Ke empat unsur dakwah menjadi prinsip dalam setiap
transformasi dakwah. Unsur-unsur dakwah ini saling
terintergasi dalam bentuk sistem informasi dakwah yang
dipublikasikan melaui dakwah bi al-Lisan (komunikasi
verbal), Dakwah bi al-Qalam (komunikasi non verbal), dan
Dakwah bi al-Hal gabungan antara komunikasi verbal dan

34
Hendi Hendratman, The magic of Premiere dan Adobe After
Effects: Video, Audio, Animation, Visual effects, Capturing (Cet. II;
Bandung: Informatika, 2007), h. ii.
35
Deni Darmawan, Biologi Komunikasi: Komunikasi
pembelajaran Berbasis Brain (Information Communication Technology
(Cet. I; Bandung: humaniora, 2009), h. 193.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 44
Syarifudin: Desain Grafis 45

non verbal).36 Gabungan yang dimaksudkan adalah


berdakwah sambil menyediakan lembaran-lembaran kertas
digital yang telah dikemas dalam sebuah komputer grafis
yang standar untuk kebutuhan produksi teks, audio,
visual/film, dan animasi. Produksi kemasan dakwah yang
memiliki tampilan yang interaktif jika menggunakan
software dan hardware yang memenuhi standar komputer
grafis.
Komponen hardware (perangkat keras) dalam
publikasi dakwah perlu disesuaikan dengan konteks realitas
problematika sosial keagamaan. Pemilihan hardware
(perangkat keras) yang strategis turut membantu daya serap
mad’u. bentuk-bentuk sistem informasi dakwah seperti
media mimbar, studio, dan di lapangan terbuka spesifikasi
hardware (perangkat keras) yang digunakan berbeda-beda
untuk menunjang efektifitas pelaksanaan dakwah.37
Penggunaan hardware (perangkat keras) dapat disesuaikan
dalam bentuk-bentuk sistem informasi dakwah.

36
Eko Nugroho, Sistem Informasi Management: Konsep,
Aplikasi, dan Perkembangannya ( Cet. I; Yogyakarta: Andi Press, 2008),
h.19-23.
37
Ibid., Eko Nugroho, Sistem Informasi Management: Konsep,
Aplikasi…h. 23.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 45
Syarifudin: Desain Grafis 46

Kegunaan komputer grafis adalah sebagai media


konversi teologi, ide, gagasan, konsep menjadi sebuah data
empiris yang dapat dicernah oleh semua panca indra
manusia. Komputer grafis ini adalah media konversi data
yang berfungsi untuk mendesain materi dakwah yang dapat
menghasilkan gambar, suara, dan audio visual.38 Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat prosesnya sistem informasi dari
metarealitas menjadi realitas (dari teori menjadi praktek)
dalam skema gambar berikut ini:

38
Arief Ramadhan, Mengenal dan Memahami Animasi Tiga
Dimensi (Cet. II; Jakarta Elex Media Komputindo, 2006), h.1
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 46
Syarifudin: Desain Grafis 47

Komputer Grafis
(Media Konversi Data
Teologi Ide & Gagasan Konsep untuk materi
dakwah)

Hasil Kemasan:

1. Audio Visual
Mad’u Mubalig 2. Teks/Narasi
3. Animasi
4. Film
5. Simbol

Semakin canggih media konversi data dakwah yang


digunakan semakin tinggi pula daya kreasi dan hasil
kemasannya. Atas dasar inilah sehingga perlu media
converter yang berkulitas tinggi digunakan dalam
mendesain materi dakwah. Prinsipnya tidak semua
komputer memiliki spesifikasi sama, semakin canggih
spesifikasi komputer grafis yang dimiliki semakin canggih
pula tampilan screen saver dakwah yang akan
39
dipublikasikan. Dengan demikian penting menentukan
sebuah standar spesifikasi komputer grafis yang akan

39
Arief Ramadhan, Mengenal dan Memahami Animasi Tiga
Dimensi (Cet. II; Jakarta Elex Media Komputindo, 2006), h.1
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 47
Syarifudin: Desain Grafis 48

dijadikan sebagai standar dalam mendesain materi dakwah


yang berbasis digital. Media dakwah adalah sebuah
instrumen penting dalam sebuah sub sistem dakwah. Dalam
dunia publikasi dakwah peran spesifikasi komputer grafis
sangat menentukan daya jangkau dan daya produksi pesan
dakwah yang ingin dicapai. Untuk mendesain sistem
informasi dakwah untuk kebutuhan khotbah jumat, dan
ceramah. Dalam konteks ini Arief Rahman menentukan
standar komputer grafis untuk mendapatkan materi dakwah
yang sesuai dengan tren media digital sebagai berikut ini. 40

Spesifikasi Computer Grafis 12 inc Bentuk


Platform : Notebook PC
Processor Type : Intel Core i5 Processor
Processor Onboard : Intel® Core™ i5-2410M
Processor
(2.30 GHz, Cache 3MB)
Chipset : Intel® HM65
Standard Memory : 4 GB DDR3 PC-8500
Max. Memory : 8 GB (2 DIMMs)
Video Type : NVIDIA GeForce GT
540M 1GB
Display Size : 12" WXGA LED
Display Max. Resolution : 1766 x 768
Display Technology : CineCrystal LED
Audio Type : Integrated
Speakers Type : Integrated
Floppy Drive : Optional

40
Ibid., h. 2.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 48
Syarifudin: Desain Grafis 49

Hard Drive : Type 640 GB Serial ATA


5400 RPM
Optical Drive Type : DVD±RW
Networking : Integrated
Wireless Network Type : Integrated
Wireless Network Protocol : IEEE 802.11b, IEEE 802.11g, IEEE,
802.11n
Wireless Bluetooth : Integrated
Keyboard Type : Full size Input Device
Type : Touch Pad
Interface Provided : 1x USB 3.0, 2x USB 2.0, VGA,
HDMI, LAN, Audio
O/S Provided : Microsoft Windows 7 Home
Premium
Battery Type : Rechargeable Lithium-ion
Batter 6-cell
Power Supply : External AC Adapter
Dimension (WHD) : 342 x 34.20 x 245 mm
Weight : 2.3 kg
Standard Warranty : 1-year Limited Warranty.
Bundled Peripherals : Optional
Others : Contents may vary

Spesifikasi perangkat komputer grafis tersebut sebagai


infrastruktur standar dalam olah data dakwah yang akan
dipublikasikan di tengah masyarakat untuk memaksimalkan
daya serap mad’u. Menurut Barmawi untuk menyampaikan
pesan kepada audiens yang memiliki pendidikan Sekolah
Menengah Umum (SMU) kebawah tidak cukup jika
menjelaskan dengan cerama lisan tetapi perlu dibantu

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 49


Syarifudin: Desain Grafis 50

dengan visual gambar.41 Begitupula orang yang memiliki


daya serap yang lemah perlu bantuan media untuk
menjembatani materi dakwah dengan tampilan gambar.42
Dalam Al-Qur’an di kenal dengan ayat-ayat ams}al (ayat-
ayat perumpamaan). Ayat-ayat perumpamaan ini adalah
jalan untuk membahasakan Al-Quran sesuai dengan daya
nalar mad’u.
Hemat penulis ayat-ayat ams}al (ayat-ayat
perumpamaan) ini termasuk isyarat-isyarat Al-Quran untuk
memudahkan dalam mengajarkan manusia, dalam proses
dakwah sangat mustahil orang memahami seluruh isi
ceramah dengan baik jika hanya mengandalkan komunikasi
verbal saja. Sebagai media produksi sistem informasi
dakwah yang berbasis digital ini memiliki banyak fasilitas
yang dapat membantu praktisi Mubalig dalam
mentrasnformasikan pesan-pesan agama di tengah realitas
sosial. Komputer grafis dakwah ini secara spesifik didesain
secara khusus untuk kebutuhan publikasi dakwah. Program-
program yang di-install dalam Komputer grafis dakwah ini

41
Barmawi Munthe, Desain Pembelajaran (Cet. I; Yogyakarta:
Andi Press, 2009), h. 142.
42
Deni Darmawan, Biologi Komunikasi Berbasis Brain:
Information Communication Technology (Cet. I; Bandung: Humaniora,
2009), h. 154.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 50
Syarifudin: Desain Grafis 51

seperti maktaba syamila, maktaba kubro, flif book khotbah


jumat, bahan ceramah, dan referensi yang berkaitan dengan
kebutuhan jamaah sesuai daya nalarnya masing-masing.43
Fasilitas komputer grafis dakwah di era digital ini,
memiliki peran strategis dalam proses transformasi
informasi untuk memudahkan daya nalar mad’u.44 Hal ini
sesuai dengan pandangan Qasim Mathar bahwa
menggunakan projector (LCD) yang telah dilengkapi oleh
fasilitas teknologi komputer grafis akan memudahkan khatif
bisa mengontrol waktu, mad’u bisa focus, Mubalig tidak
bertele-tele, daya serap mad’u semakin meningkat, dan
mengurangi mad’u yang suka tidur saat khotbah jumat
45
sedang berlangsung. Hemat penulis hal ini penting karena
selama ini masjid belum difasilitasi peralatan audio visual
yang canggih sehingga kerap kali pesan-pesan yang
disampaikan mubalig kurang efektif bagi mad’u.
Semua komponen hardware (perangkat keras) di atas,
dapat digunakan pada semua level sistem informasi dakwah
seperti: sistem informasi dakwah nafsiah, sistem informasi

43
Eko Nogroho, Sistem Informasi Manajemen: Konsep, Aplikasi
dan Perkembangan (Cet. X; Yogyakarta: Andi Offset, 2008), h. 44.
44
Wahana Komputer, Pembuatan Program Sistem Informasi
Akademik berbasis ASP (Cet. I; Jakarta: Salemba Infotek, 2005), h. 107.
45
Moch. H. Qasim Mathar (63 Tahun) Dosen Tetap Universitas
Islam Makassar, Wawancara tanggal 27 Januari 2011 jam 10.30 wit.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 51
Syarifudin: Desain Grafis 52

dakwah fardiyah (individual), sistem informasi dakwah fi’ah


qalilah, sistem informasi dakwah hizbiyah (jamaah).46 Jika
fasilitas dakwah belum dibenahi dengan penggunaan
teknologi informasi di dalam masjid maka masjid memiliki
daya syiar sangat kurang. Infrastruktur sistem informasi
dakwah dalam masjid seperti audio, visual, Projector (LCD),
dan komputer grafis yang standar sistem informasi
publikasi, yang dapat membantu Mubalig mengingat
kembali materi yang sudah diberikan dan materi yang belum
pernah diberikan pada mad’u.
Publikasi dakwah selama ini, masih sangat tradisional,
hal itu tampak dari teknologi yang digunakan dihampir
seluruh Indonesia sound system di masjid-masjid tidak
memenuhi standar dalam publikasi dakwah yang memiliki
jamaah yang banyak.47 Hal ini juga disebabkan oleh belum
adanya Rencana Strategis Dakwah (RENSTRADAK) ini
memiliki tiga unsur penting dalam sebuah publiaksi dakwah

46
Moch. H. Qasim Mathar (63 Tahun) Dosen Tetap Universitas
Islam Makassar, Wawancara tanggal 27 Januari 2011 jam 10.30 wit.
47
Abdullah Ahmad al-‘Allaf, Kullana Du’a Aktsar min Alaf
Fikrah wa Wasila wa uslub Fi al Da’wah Ilallah diterjemahkan oleh
Ardiansyah Ashri Husein dengan judul: 1001 Cara Berdakwah: Sukses
Berdakwah Kapan pun dimana pun (Cet. I; Surakarta: Ziyad Books,
2008), h. 59.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 52
Syarifudin: Desain Grafis 53

antara lain adalah kelayakan teknik, kelayakan operasional,


dan kelayakan pembiayaan.
Kelayakan teknis adalah penyediaan infrastrukstur
penunjang dakwah seperti program sistem informasi dakwah
yang telah diekmas lewat komputer grafis, kelayakan
operasional apakah teknologi dakwah yang digunakan sesuai
dengan daya nalar mad’u atau tidak, dan kelayakan estimasi
pembiayaan dakwah. Ketiga ini perlu menjadi perhatian
serius jika mendambakan kondisi dakwah yang efektif.
Untuk mencapai kepuasan tersebut maka perlu perencanaan
publikasi dakwah antara lain adalah:
a) Planning data dakwah; Membangun niat
(motivasi); membangun energi positif dalam memahami Al-
Quran dan Sunnah sebagai sumber data dakwah diniatkan
semata-mata memperbaiki umat dan hanya mengharap
kekuatan Allah swt dengan berlandaskan pada QS Al-
Imran /3: 104

       

       

Terjemahnya:

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 53


Syarifudin: Desain Grafis 54

104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan


umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.
Konteks ayat ini dapat difahami bahwa ada kesadaran
dari segolongan umat yang memiliki profesionalisme dalam
menyampaikan pesan agama yang dilandasai oleh energy
positif semata-mata hanya mengabdi kepada Allah bukan
tujuan lain. Motivasi yang baik semata-mata karena Allah
ini sebuah rekayasa genetic positif (memaksimalkan
potensi baik dalam diri) untuk mengaktifkan potensi baik
kecerdasan motivasi yang kuat dalam psikis dan fisik
seseorang ilmuan dakwah dan praktisi dakwah dalam
mensucikan batinnya hanya untuk mengabdi kepada Allah
swt.48 Dalam tradisi tasawuf proses ini dikenal dengan
istilah tahalli, takhalli, dan tajalli.
Menentukan target pencapaian; setelah motivasi yang
dibangun telah berdasarkan atas dasar hanya pengabdian
kepada Allah selanjutnya menentukan target pencapaian

48
Abdullah Ahmad al-‘Allaf, Kullana Du’a Aktsar min Alaf
Fikrah wa Wasila wa uslub Fi al Da’wah Ilallah diterjemahkan oleh
Ardiansyah Ashri Husein dengan judul: 1001 Cara Berdakwah: Sukses
Berdakwah Kapan pun dimana pun (Cet. I; Surakarta: Ziyad Books,
2008), h. 59.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 54
Syarifudin: Desain Grafis 55

dalam memahami Al-Quran dan Sunnah sesuai kompetensi


dan kecerdasan memilih pesan-pesan agama yang relevan
dengan kebutuhan mad’u yang akan mendi objek dakwah.
2). Input data dakwah; Sumber informasi dalam
menerima pesan dari Al-Quran dan Sunnah menggunakan
beberapa metode dan teknik memahami teks Al-Quran dan
Sunnah sebagai sumber inspirasi yang akan dikemas
menjadi informasi siap saji kepada mad’u. Hal ini bertujuan
untuk mengefektifkan proses transformasi ide ajaran agama
pada orang lain.49 Transformasi ide atau gagasan dalam Al-
Quran dan Sunnah kepada orang lain bisa efektif menurut
Arifin jika didukung oleh kecerdasan spiritualitas
50
(budipekerti). Penggalian informasi dalam Al-Quran dan
Sunnah bisa maksimal jika ilmuan dakwah memiliki
kecerdasan intelektual dalam bidang ta’wil, tafsir, dan
terjemahan.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam
peran ilmuan dakwah dalam mengeksplorasi makna dalam
Al-Quran dan Sunnah melalui ta’wil, tafsir, isyarat

49
John Hartley, Danny Saunders, Martin Montgomery Key,
Concepts in Communication and Cultural Studies (London and New
York: 2010), 317.
50
Syamsul Arifin dkk, Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa
Depan (Cet. I; Yogyakarta: SIPRESS,1996), h. 14.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 55
Syarifudin: Desain Grafis 56

penomena alam, dan terjemahan yang dilakukan secara


tekstual, kontekstual, dan antartekstual.51 Transformasi
makna memiliki peran strategis untuk mendapatkan
kekayaan cara membahasakan, mengkomunikasikan Al-
Quran dan Sunnah tidak berhenti pada permukaan teks
tetapi perlu dijelajahi maknanya secara tekstual,
kontekstual, dan antar tekstual berdasarkan kaidah-kaidah
yang telah disepakati oleh para alim ulama klasik dan
kontemporer.
3). Process mendesain pesan dakwah; Teknik
mendesain pesan dakwah yang telah di input dalam Al-
Quran dan Sunnah ini, dapat dijadikan menjadi beberapa
model pesan walaupun materi dan konteksnya sama antara
lain;
a) Sistem informasi bi al-Lisan: pesan yang telah di
input didesain dengan memilih menggunakan
metode komunikasi verbal (bi al-Lisan)
memerlukan kecerdasan retorika atau dikenal
dengan ilmu badi, ma’ani’ dan bayan. Ilmu badi
adalah kecerdasan pemilihan kalimat yang mudah

51
Muhammad ‘Ali al-S{abu>iy, al-Tibyan fi ‘Ulumul Al-Qur’a>n Juz
I (Mishr:t.p., 1976), h. 75. Lihat dalam Mardan, Al-Quran Sebuah
Pengantar Memahami Al-Quran Secara Utuh (Cet. I; Jakarta: Pustaka
Mapan, 2009), h. 240
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 56
Syarifudin: Desain Grafis 57

dinalar oleh mad’u, sedangkan ilmu ma’ani adalah


kecerdasan memilih makna dalam pesan yang Ada
dalam Al-Quran dan Sunnah, dan sedangkan ilmu
bayan adalah kecerdasan praktisi Mubalig dalam
menjelaskan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah
sebagai panduan dalam memenuhi kebutuhan hidup
dan beribadah kepada Allah swt.
b) Sistem informasi bi al-Qalam; Mendesain pesan
dakwah melalui media tulisan memerlukan
instrumen sebagai alat bantu dalam melakukan
kemasan untuk memudahkan panca indra manusia
dalam memahami pesan-pesan Allah yang telah di
Input melalui proses ta’wil, terjemah, dan tafsir.
Semua model transformasi pesan itu dapat didesain
melalui software desain grafis yang sangat populer
dewasa ini seperti; Adobe photoshop, adobe
premier, after effect, 3D Max, Coreldraw, dan
software animasi. Media ini hemat McLuhan
menjadi perpanjangan panca indra manusia.52
Penggunaan media dapat dijadikan sebagai media

52
Marshal McLuhan, Understanding Media: The Extensions of
Man (New York: McGrw Company, 1964). Dalam Anwar Arifin,
Komunikasi Politik: Paradigma Teori Aplikasi, Strategi Dan
Komunikasi Politik Indonesia (Cet. I; PT. Balai Pustaka, 2003), h. 93.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 57
Syarifudin: Desain Grafis 58

interaktif dalam menyebarkan informasi dakwah.


Selain itu pesan melalui tulisan sebagai khazanah
kekayaan pesan yang terkandung cara melakukan
transformasi pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah
kepada mad’u.
c) Peran media komputer grafis melalui software
desain grafis dakwah belakangan ini telah
memberikan warna tersendiri terhadap
perkembangan teknologi informasi dewasa ini
khususnya sistem informasi dakwah. Hal itu
tampak pada kebutuhan komputer grafis
meningkat, yang secara spesifik mendesain naskah-
naskah klasik versi digital, artefak visual, kaligrafi,
hadis digital, dan Al-Quran digital, sebagai pesan
dakwah.53
d) Penyebaran informasi dakwah melaui media desain
grafis ini juga efektif bagi sangat signifikan dalam
mengakselerasi penyebaran informasi Islam, yang
selama ini dikemas lewat mimbar saja.54 Urgensi
dan inovasi dalam gagasan ilmu desain grafis yang

53
Ono W. Purbo, e-Lerning Berbasis PHP dan MySQL (Cet. I;
Jakarta: Elexmedia Komputindo Information Age, 2002), h. 17.
54
Deddy Mulayana, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Cet. IV;
Bandung: PT.Remajarosdakarya, 2009), h. 19.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 58
Syarifudin: Desain Grafis 59

merupakan sub sistem dalam sistem informasi


dakwah sebagai program desain pesan dakwah yang
efektif mengkomunikasikan dan membahasakan Al-
Quran dan Sunnah dengan kemasan warna dan
citarasa materi dakwah dalam bentuk digital.
Desakan kebutuhan para ilmuan dan praktisi
dakwah yang menggunakan media sebagai
penunjang untuk memudahkan para Muballigh
mengolah data dan tema-tema Islam yang akan
menjadi bahan dakwah kepada mad’u baik secara
verbal maupun non verbal.
e) Peran media desain grafis dalam sistem informasi
dakwah memiliki peran desain grafis terhadap
publikasi dakwah untuk memudahkan mad’u
menerima informasi dalam berbagai macam
kemasan informasi Islam baik cetak maupun dalam
bentuk lembaran elektronik yang interaktif.55
Sistem informasi dakwah tidak cukup dijelaskan
lewat mimbar saja tetapi perlu media lain untuk
memperkayah wawasan keilmuan dakwah sehingga
mad’u mempunyai pilihan sesuai standar

55
Ono Purbo, Komunikasi Data Digital, (Cet. II; Yogyakarya:
Andi Press, 2008), h. 33.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 59
Syarifudin: Desain Grafis 60

kompetensi yang dimiliki dalam memahami pesan-


pesan agama.56 Sampai saat ini, para praktisi dan
ilmuan dakwah belum banyak memberikan pilihan
kemasan informasi yang mudah diakses oleh mad’u
dalam berbagai model informasi untuk dijadikan
umat sebagai pilihan memahami agama. Hal ini
disebabkan karena minimnya wawasan dalam
mentransformasikan ajaran Islam, sehingga yang
disampaikan cenderung bersifat konvensional
semata dalam menyampaikan ajaran Islam kepada
umat lewat media mimbar.
f) Menurut hasil penelitian Nurhidayat 90%
Muballigh menggunakan media mimbar
menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada
57
mad’u. Dari hasil penelitian ini, sehingga hemat
penulis perlu inovasi-inovasi baru
mengkomunikasikan ajaran Islam kepada mad’u
dengan berbagai macam kemasan dakwah yang

56
Syarifudin, makalah Teknologi Informasi Dakwah diseminarkan
pada mahasiswa PASCASARJANA program S3 (Doktor) di Universitas
Alauddin Makassar tanggal 17 April 2011 jam 10.00 wit.
57
Nuhidayat Muhammad Said, Disertasi: Perubahan Dakwah di
era global: Studi Anilisis terhadap respon umat terhadap media dakwah
digital. Di ajukan untuk mencapai gelar doktor di bidang dakwah dan
komunikasi, (JakartaL: 2008) h. 120.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 60
Syarifudin: Desain Grafis 61

lebih mudah dijangkau dan difahami mad’u.


Sebagaimana dalam Hadis Rasulullah saw.
Khotibunnasi ‘ala qadri ‘ukulihim artinya:
Sampaikanlah informasi atau berbicaralah kepada
manusia sesuai dengan tingkat akal, budaya,
pikiran dan tingkat kecerdasannya.58

Makna yang tersirat dalam hadis ini, bahwa untuk


menyampaikan pesan agama perlu ada media penunjang
untuk membantu Mubalig melakukan kreasi yang inovatif
dalam memudahkan mad’u menerima informasi agama dari
Muballigh. Sistem informasi dakwah pada prinsipnya
adalah tata tertib atau seni membahasakan agama dengan
menggunakan fasilitas teknologi informasi sebagai
perpanjangan indra manusia sebagaimana teori McLuhan.59
Desain grafis dakwah yang profesional perlu
mengetahui komposisi materi dakwah. Komposisi berarti
pengorganisasi unsur-unsur rupa yang disusun dalam karya
desain grafis dakwah untuk memanjakan mata mad’u jika
mengakses data. Atau dapat dimaknai juga komposisi

58
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah (Cet. VII; Jakarta: BUmi
Aksara), h. 17
59
W. Stephen Littlejonh, Theory of Human Communication (Usa
Wadsworth Publishing Company, 1996), h. 362.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 61
Syarifudin: Desain Grafis 62

adalah menempatkan sesuatu objek berdasarkan


fungsinya/karakter yang tepat sehingga dapat memudahkan
panca indra manusia dalam menyerap pesan-pesan dakwah.
Hal ini diperkuat oleh teori Mc Luhan bahwa media adalah
merupakan perpanjangan panca indra manusia maka unsur-
unsur yang perlu diperhatikan dalam kemasan dakwah
adalah prinsip-prinsip komposisi pesan dakwah antara lain:
a. Kesatuan: Satu ide yang tersusun dari unsur-unsur
warna, garis, teks citarasa, yang saling mendukung
dan membentuk satu kekuatan karakter yang indah
dan menarik perhatian panca indra manusia.60
b. Menentukan dominasi dalam sebuah titik fokus
sehingga pesan yang disampaikan bisa tepat sasaran.
Misalnya dalam sebuah karya desain grafik seni
budaya Islam. Terdapat brosur tentang sejarah
masuknya Islam di Maluku. Dalam tulisan itu di
tonjolkan tokoh pembawa Islam dengan menggunakan
bahasa khas sehingga orang dengan mudah inti pesan
yang disampikan. Begitu pula dalam dunia fotografi

60
Werner J. Severin dan James W. Tangkard, Communication
Theories: Original, Methods and Uses in the Mass Media, diterjemahkan
oleh: Sugeng Hariyanto dengan judul Teori Komunikasi: Sejarah
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa (Cet. II; Jakarta: Kencana
Prenada media group, 2007), h. 240
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 62
Syarifudin: Desain Grafis 63

ada titik fokus yang perlu ditonjolkan dalam


komposisi image (foto) sehingga mata dapat
mendeteksinya bahwa yang dimaksudkan dalam pesan
dakwah adalah ini yang ditonjolkan atau pesan yang
ingin disampaikan.61
c. Dominasi Ukuran: sebuah karya desain grafis ukuran
memiiliki daya tarik tersendiri. Untuk semua bidang
perlu diberi sentuhan garis sehingga semua bidang
saling menunjang dan mengokohkan.
d. Dominasi Warna: Setiap karya ada warna yang
mendominasi sesuai visi dan misi dari semangat yang
melatabelakangi membuat sebuah karya. Gunakan
warna yang saling mendukung tidak kontra produktif
antara warna yang satu dengan warna yang lain.
Setiap sentuhan garis dan warna memiliki makna
filosofi yang memiliki nilai estetika.
e. Dominan pada letak/Penempatan: Faktor penunjang
sebuah karya seni desain grafis digital adalah
tempat/lingkungan dimana diletakkan atau dipajang
yang mudah dilihat oleh orang.62

61
John Kim, Empat Puluh Trik Teknik Fotografi Digital (Cet. II;
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 25-29.
62
Ibid., John Kim, Empat Puluh Trik Teknik Fotografi Digital
(Cet. II; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 30.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 63
Syarifudin: Desain Grafis 64

f. Menyatukan Arah: setiap karya harus memiliki poit of


view. Sebagai daya tarik awal bagi mad’u.
g. Menyatukan bentuk: Bentuk yang tidak boleh terlalu
rumit sehingga responden sulit mencernah person
yang ingin disampaikan. Dengan demikian pesan yang
disampaikan harus jelas, dan memiliki satu kesatuan
bentuk yang dapat memacu adrenalin responden
sehingga mudah dicernah.
h. Keseimbangan atau balance yang dimaksudkan disini
adalah semua bidang ruang titik fokus objek yang
didesain memiliki simetris, memusat, dan menyebar.
Model keseimbangan ini memilki karakter dan
kekuatan tersendiri, sebagai seorang desainer grafis
hanya perlu memperhatikan kondisi budaya dan naluri
(psikologi) audiens setempat.

Proses pembuatan naskah dakwah interaktif yang


berbasis digital salah satu indikator sistem informasi
dakwah dalam lembaran eletronik interaktif jika elemen
dalam pesan dakwah memiliki unsur-unsur yang saling
terintegrasi dalam aplikasi sebagai berikut:
a. Teks/simbol: adalah dasar dari semua aplikasi
sebagai tampilan makna dilayar style fonts yang
ditampilkan dipilih yang nyaman dipandang mata
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 64
Syarifudin: Desain Grafis 65

sehingga dapat menarik perhatian panca indra. Teks


adalah bagian dari desain grafis yang mempelajari
bentuk bentuk huruf yang sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan. 63
b. Image: gambar atau vektor/bitmap kekuatan gambar
lebih kuat memengaruhi mad’u dibanding dengan
sebuah teks.
c. Movie: gerakan, sebuah pesan akan lebih menarik
jika terjadi motion (gerakan) dalam mendesain pesan
dakwah.
d. Animation: Begitupula animation merupakan unsur
yang harus ada dalam sebuah pesan dakwah. Unsur
animation yang bergerak dapat menjelaskan lebih
akurat jika dibandingkan dengan movie, kelebihan
animasi gambar dapat di ulang-ulang sesuai keingin
mad’u.
e. Sound: Suara yang disertakan memiliki kekuatan
tersendiri yang dapat mendramatisir pesan dakwah
lebih menarik. Suara juga punya kelebihan jika
gambar bersuara sehingga memiliki karakter.

63
Ibid., John Kim, Empat Puluh Trik Teknik Fotografi Digital
(Cet. II; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 25-29.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 65
Syarifudin: Desain Grafis 66

f. User Control: Kelengkapan fasilitas pesan dakwah


yang digunakan Mubalig untuk mengendalikan
program. Misalnya perpindahan dari halaman
64
kehalaman lainnya. Inilah hemat penulis yang
harus terintegrasi dalam sebuah pesan dakwah yang
akan dikemas dalam software desain grafis dakwah.

4). Output data dakwah; Efek dari ketiga model desain


pesan dakwah tersebut, dapat ditentukan sesuai daya nalar
mad’u sehingga ketepatan dalam mendesain informasi
dakwah dapat disesuaikan dengan output yang telah
ditargetkan sebelumnya. Output data dakwah lebih kepada
produk dakwah. 65 Produk materi dakwah terdiri dari aqidah,
syari’ah, dan akhlaq.
Komponen materi dakwah di atas Mubalig
mentransformasikan dengan tiga kecerdasan yakni
kecerdasan menjelaskan (bayani), kecerdasan memaknai
(ma’ni) dan kecerdasan kata dan kalimat yang indah ( badi).
Dewasa ini manusia kontemporer disediakan berbagai
macam data dan informasi, regulasi informasi cukup banyak

64
Kusdiyanto, Desain Komunikasi Visual: Berbasis Advertising
Multimedia (Cet. I; Yogyakarta: Andi Press, 2007), h. 15.
65
M. Munir dkk, Manajemen Dakwah (Ed. I; Jakarta: Kencana,
2006), h. 17
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 66
Syarifudin: Desain Grafis 67

dalam berbagai bentuk lisan, rekaman, dan simbol. Keadaan


ini beiringan dengan prilaku kejahatan juga semakin
merajalela. Semakin banyak ceramah dan khotbah yang
disaksikan tetapi ketidakjujuran, dan kejahatan diberbagai
bidang juga semakin semarak dimana-mana.
Pertanyaannya adalah apakah kata-kata sekarang ini
sudah tidak sampai pada tepian hati? Apakah kata-kata
yang dipublikasikan oleh para Mubalig itu sudah hampa
tanpa makna sehingga kurang mengdorong orang merubah
prilaku menjadi baik? Apakah mereka banyak bicara tetapi
jarang mendengar? Pertanyaan ini dijawah oleh Jalaluddin
Rumi yang dikutip oleh Subandy bahwa seorang
komunikator yang baik harus menjadi pendengar yang baik,
belajarlah berbicara dengan mendengarkan.66
Dalam bidang human communication perlu ada
komunikasi empatik yaknik komunikasi yang berkarakter
profetik. Komunikasi profetik ini lebih menekankan pada
kredibilitas Informan, sifat siddiq(sifat jujur dan dapat
dipercaya), amanah (seiring perkataan dan perbuatan),
fat}anah (memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan
spiritual), dan tablig (memiliki kemampuan berkomunikasi

66
Ibid., Subandy Ibrahim, Sinar Komunikasi Empatik: Krisis
Budaya dalam masyarakat Kontemporer (Cet. I; Jakarta: Pustaka bani
Quraisy, 2004), h. xx
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 67
Syarifudin: Desain Grafis 68

secara bayani, ma’ani, dan badi). Kriteria ini menjadi


standar jika ingin menjadi Mubalig yang memiliki
komunikasi qaulan baligah (komunikasi yang berbekas di
hati mad’u).
Dakwah Ali Mahfuz} dikutip Aziz Targhib wa al-
Tarhib (motivasi dan inovasi) dalam penerapan teori ini
adalah: 1). Pemilihan Mubalig (Informan) yang memberikan
inovasi dan motivasi, 2). Pemilihan materi Informasi yang
mudah, ringan dicernah dan relavan dengan kebutuhan
realitas yang dikemas secara profesional dengan tidak
menyinggung perasaan mad’u, tetapi ia termotivasi. 3).
Kondisikan dengan waktu yang tepat dalam menyerbarkan
dakwah.67 Sistem informasi dakwah ini dilakukan secara
interpersonal, kelompok, dan massa.
Sistem informasi dakwah di atas menelaah cara
memilih sumber informasi, sistematika menerima informasi
dakwah perlu mengandung unsur Aqidah, Syari’ah dan
Akhlaq, dengan menyelidiki, mengemas, dan memproduksi
informasi dakwah, serta cara mengekspresikan informasi
tersebut baik secara intrapersonal, interpersonal, kelompok,

67
Mohammah Ali Aziz, Ilmu Dawah (Cet. I; Jakarta: Prenada
Group , 2009), h. 34.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 68
Syarifudin: Desain Grafis 69

dan massa. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut:
a. Al-Hikmah Sistem Sentimental/Hati (al-Manh}aj al-
At}ifi> ) menurut pandangan Muhammad Abduh:
hikmah adalah mengetahui rahasia, peta keilmuan
masyarakat multikultural, dan faedah dalam tiap-tiap
hal, serta menempatkan sesuatu pada tempatnya.68
Konsep ini dapat oleh lembaga Dakwah
Muhammadiyah untuk membahasakan agama dengan
kemasan dakwah dalam berbagai bentuk dengan
memanfatakan teknologi informasi sebagai media
publikasi sistem informasi dakwah yang didesain
secara professional demi memudahkan transformasi
pesan kepada masyarakat Multikultural di Kota
Ambon.
b. Al-Muaizatul Hasanah Sistem Indrawi/Ilmiah (al-
Manh}aj al-hissi ) Melakukan bimbingan, peringatan,
nasihat, oleh lembaga dakwah Muhammadiyah dengan
menawarkan pilihan-pilihan kebenaran yang mudah
dijangkau oleh masyarakat multikultural di Kota

68
Abu Hayyan, al-Bah}rul Mahit, jilid I h. 392. Juga Zaid Abdul
karim al-Da’wah al-H{ikmah, h. 26.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 69
Syarifudin: Desain Grafis 70

Ambon.69 Muaiz}a h}asanah} menurut K.H. Ali Mah}fuz}


yang dikutip oleh Hamid: Nasihat Atau Petua,
bimbingan pelajaran perbaikan hidup, Kisah-kisah,
kabar gembira dan peringatan, Pesan-pesan positif
yang dapat menjadi pertimbangan bagi mad’u itu
sendiri.70 Dalam hal ini masyarakat multikultural di
Kota Ambon yang dilakukan secara individual,
kelompok, dan massa berdasarkan ketepatan moment
dan problematika sosial yang dibutuhkan masyarakat
multikultural.
c. Al-Muja>ddalah Sistem Rasional/dialogis (al-Manh}aj
al-Aqli ) mendialogkan agama kepada masyarakat
multikultural, sesuai tingkat keilmuan dan kebutuhan
informasi sesuai peta keilmuan dari masyarakat
multikultural, mulai dari kalangan professional (atas),
kalangan menengah, dan kalangan masyarakat awam.
Ketiga struktur masyarakat ini menggunakan ketiga
teori di atas dalam mentransformasikan bahasa
agama yang lebih mudah cerna oleh masyarakat

69
Lois Ma’luf Munjid, fi al-Lughah wa A’lam (Beirut: Da>r al-
Fikr, 1986), h. 907. Lihat Juga Ibnu Mans}ur Lisa>nul al-Arab, Jilid V
(Beirut: Da>r Fikr, 1990), h. 466.
70
Abdul Hamid Al-Bilali, Fiqh al-Dakwah fi> Ingkar al-Mungkar
(Kuwait: Da>r al-Dakwah, 1989), h. 260.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 70
Syarifudin: Desain Grafis 71

multikultural baik secara tekstual, kontekstual, dan


antartekstual.

Penentuan konten informasi dakwah yang bersumber


dari Al-Quran, Sunnah, dan Fenomena alam merupakan
unsur yang sangat penting dalam mendesain materi
dakwah.71 Informasi yang akan disampaikan kepada objek
dakwah harus berkualitas dan berbekas ( qaula>n bali>gha>n)
pada jiwa, hati sebagai stimulan untuk memicu mad’u
dalam merawat dirinya secara lahir batin. Makna bali>g
memiliki tiga dimensi informasi yaitu; mengandung unsur
kebenaran dari sudut bahasa, mempunyai kesesuaian dengan
apa yang dimaksudkan, dan mengandung kebenaran secara
substansial.72 Perkataan dianggap bali>g jika informasi yang
disampaikan oleh para Mubalig dan Muballigh dipresepsi
sama bagi mad’u. Padangan ini sesuai dengan pakar
komunikasi John bahwa komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang sama dirasakan oleh komunikator dan

71
H. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah (Cet. I;
Surabaya, Al-Ikhlas, 1993), h. 143. Bandingkan dalam Samsul Munir
Amin, Ilmu Dakwah (Cet. I; Jakarta: Amza, 2009), h. 88
72
Ahsin W. Al-hafiz} Kamus Ilmu Al-Quran (Cet. I; Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2005), h. 273
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 71
Syarifudin: Desain Grafis 72

komunikan.73 Pernyataan seperti ini dalam Al-Quran banyak


derivasinya seperti: Qau>lan kari>ma>n (perkataan yang mulia,
Qaula>n Layyina>n (pilihan kata yang lembut), Qaula>n
maisyu>ra>n (perkataan yang mudah difahami), dan Qaula>n
sadi>da>n (Perktaan yang benar). Dalam mendesain konten
informasi dakwah berbagai pandangan para ahli memberikan
perspektifnya antara lain:
a. Barmawi Umari; yang dikutip oleh Munir Amin
bahwa skema dalam konten informasi dakwah pada
mad’u sebagai berikut: Aqidah, Akhlaq, Ahkam,
Ukhuah, Pendidikan, Sosial, kemasyarakatan, Amar
ma’ruf nahimungkar, dan Kebudayaan.
b. Quraish memberikan skema konten informasi
dakwah adalah; a). memaparkan ide-ide yang dapat
memberikan stimulan pada generasi muda untuk
mengetahui hakikat untul lebih partisifatif ke arah
yang positif. b). sumbangan agama ditujukan kepada
masyarakat luas yang sedang membangun,
khususnya bidang sosial, ekonomi, dan budaya. c).
Studi tentang pokok agama yang dapat dijadikan
sebagai landasan bersama demi mewujudkan

73
Littlejohn, Stephen W. Encyclopedia of Communication
Theory. (Los Angles, SAGE Publications India Pvt. Ltd, 2009), h. 77.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 72
Syarifudin: Desain Grafis 73

kerjasama antar agama tanpa mengabaikan


74
indentitas masing-masing.
c. Dari kedua pandangan tersebut hemat penulis
konten informasi bagi masyarakat multikultural itu
harus disesuaikan kondisi sosiologis, psikologis, dan
antropologis dengan pendekatan kontesktual yang
berkembang dari fenomena masyarakat
multikultural.

Mendesain sistem informasi dakwah dengan


memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi dapat
memberikan kemudahan mad’u yang multikultural dalam
memahami materi yang disampaikan oleh Mubalig. Adapun
pemetaan materi dakwah terdiri dari materi:
a. Masalah keimanan (Aqidah); Pokok kepercayaan
pada Tuhan yang Mahasa Esa dari segala macam
perbuatan syirik yang bertentangan dengan nilai-
nilai kemanusiaan.
b. Masalah keislaman (Syari’ah); materi dakwah
yang berisi tentang penegakkan Undang-undang
sebagai payung bagi orang-orang yang lemah baik

74
M. Quraish Shihab, Membuimikan Al-Quran (Cet. I; Bandung:
PT. Mizan, 1993), h.200
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 73
Syarifudin: Desain Grafis 74

yang berhubungan dengan Allah mapun sesama


umat manusia. kekuatan hukum akan memberikan
dampak positif untuk membina pola hidup yang
sejahtera bagi sel;uruh umat manusia.
c. Masalah budipekerti (Akhlaq); pelengkap dari
kedua hal tersebut di atas yakni senang berbuat
baik dan gelisah jika berbuat kejahatan fisik dan
psikis.
Dari ketiga unsur tersebut, dapat difahami bahwa
peran strategis materi dakwah dalam proses transformasi
memiliki peran penting dalam mencerahkan masyarakat
multikultural. Hal ini termasuk dalam sub sistem karena ia
merupakan tanda yang akan menjadi pesan dan ditangkap
oleh panca indra manusia dalam proses transformasi
dakwah. Jenis informasi yang dikonsumsi masyarakat akan
memberikan dampak terhadap prilaku ekspresi dalam
melakukan interaksi.75 Karena pentingnya sebuah konten
informasi dalam melakukan kostruksi sosial pada
masyarakat multikultural sehingga unsur-unsur pesan itu
perlu dipertimbangkan dampak psikologis, sosiologis, dan
antropologisnya.

75
ibid
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 74
Syarifudin: Desain Grafis 75

Dalam mendesain konten informasi dakwah


membutuhkan tenaga ahli dari kalangan ilmuan dakwah.
Dari kajian filosofis mendalam dari ilmuan
dakwah(visualizer dakwah) inilah sehingga melahirkan ilmu
praktis yang akan dijadikan bahan bagi praktisi dakwah.
Salah satu unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam
mendesain konten informasi dakwah adalah;
a. Tema/topik: Secara harfiah tema berarti ‚sesuatu
sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah
ditempatkan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
tithenai yang berarti menempatkan. Kata tema kerap
disandingkan dengan kata topik. Kata ini juga
berasal dari bahasa Yunani yakni topoi yang berarti
tempat.76 Tradisi topik ini pertama kali dipopulerkan
oleh Aristoteles sebagai Bapak Retorika pada masa
klasik, menegaskan bahwa untuk membangun
kontens materi informasi yang akan dipublikasikan
perlu penentuan topik dan batasannya fokus
pembicaraan untuk memudahkan para audiens
menelaah pesan-pesan yang disampaikan oleh

76
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media
(Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 2001), dalam Alex Sobur, Analisis teks
Media (Cet. IV; Bandung: Rosdakarya, 2006),h.74-75.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 75
Syarifudin: Desain Grafis 76

komunikator.77 Van Dikj mendefinisikan topik


sebagai struktur makro dari tulisan, ceramah, dan
pesan-pesan singkat.78 Tema yang diangkat diusakan
sesuai dengan konteks masyarakat multikultural.
Seperti contoh materi yang berhubungan dengan
Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq. Pemilihan dari ketiga
materi ini dalam mendesain isi pesan memerlukan
kreatifitas membangun tema atau topik yang dapat
memberikan nilai ketertarikan bagi mad’u.
b. Skematiknya; Desain konten informasi juga tidak
terlepas dari unsur skematik yang terdiri dari
pendahuluan(muqaddimah), konten informasi,
pijakan informasi, inti pesan (isi) dan kesimpulan.
Dalam mendesain skema konten informasi perlu
dipertimbangkan daya serap dari mad’u sehingga inti
pesan yang akan dipublikasikan dalam membangun
skema bisa di awal dan di akhir kalimat. 79 Penentuan
inti informasi yang akan disampaikan kepada

77
Ahmad Sumanto, Jurnalistik Islami; Panduan Praktis Bagi
Jurnalis Muslim, Cet. Bandung: Mizan 2002), h. 76.
78
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Cet. III; Bandung:
Rosdakarya, 2006), h. 271.
79
Alex Sobur, Analisis Wacana Teks Media: Untuk Analisis
Wanaca, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Cet. IV; Bandung:
Rosdakarya, 2006), h. 79.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 76
Syarifudin: Desain Grafis 77

pembaca atau pendengar membutuhkan kreatifitas


penceramah, penulis, dan visualiser, karena hal ini
menetukan proses transforamsi pesan kepada mad’u
apakah ada respon atau tidak.
c. Semantiknya; terminologi ilmu semantik menelaah
makna satuan lingual, baik makna leksikal mapun
makna gramatikal. makna yang ditunjukkan dalam
struktur teks menurut Van Dijk yang dikutip Alex
terdiri dari beberapa cara antara lain adalah; makna
yang ditonjolkan dalam teks, makna yang dihaluskan
dalam teks dan makna yang tersembunyi dalam
teks.80 Semua ini dilakukan sesuai konteks sosiologis
karakter pembaca dan pendengar. Semua eksplorasi
makna semantik untuk menggambarkan makna
positif dalam teks yang ingin disampaikan.
d. Sintaktik; secara etimologi sintaksis berasal dari
bahasa Yunani (sun = dengan + tattein =
menempatkan. Jadi secara terminologi sintaksis
adalah; menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis juga
membicarakan suatu cabang ilmu yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa,

80
Ibid., Alex Sobur, Analisis Wacana Teks Media: … h. 77.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 77
Syarifudin: Desain Grafis 78

dan frase. Khas Sintaksis tampil maksimal dengan


cara sendiri secara positif dengan pemilihan kalimat
dan kata yang spesifik sesuai kecendrungan pesan-
pesan dakwah yang ingi disampaikan kepada
mad’u.81
e. Stilistika: Pusat perhatian stylistika adalah gaya
bahasa yakni dalam mentransformasikan pesan
dakwah ada gaya yang unik dilakoni oleh informasi
Islam baik pada media cetak dan elektronik.
Keindahan bahasa yang ditonjolkan sebagai corak
dari kemasan konten informasi dakwah. Citarasa
konten informasi dakwah antara lain; kalimat, majas,
metafora, citraan, pola rima, matra yang digunakan
dan gaya bahasa secara intrapersonal seseorang.
f. Restoris; menggunakan kalimat atau kata yang
hiperbolik (berlebihan) yang berfungsi sebagai gaya
persuasif, dan berhubungan erat dengan bagaimana
pesan dakwah yang ingin disampaikan dapat tercapai
dengan baik sesuai konten informasi yang diberikan
dengan pilihan kata dan kalimat yang berlebihan.82
Hal ini sangat efektif bagi masyarakat multikultural

81
Ibid., Alex Sobur, Analisis Wacana Teks Media: … h. 79.
82
Ibid., Alex Sobur, Analisis Wacana Teks Media: … h. 79.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 78
Syarifudin: Desain Grafis 79

karena ada kepastian dan kecocokan dalam proses


transformasi dakwah.

Dari analisis konten informasi ini dapat


meminimalisasi dampak distorsi pesan-pesan agama yang
akan dipublikasikan di tengah-tengah masyarakat
multikultural. Hal ini penting karena prinsip komunikasi
sekali kata-kata dikeluarkan tidak dapat lagi di tarik
kembali, ia bersifat irreversible.
Karena prinsip komunikasi bersifat irreversible maka
pengolahan informasi dakwah untuk dikonsumsi pada
masyarakat multikultural.83 Prinsip pesan dakwah memiliki
karakter pesan yang telah didakwakan sulit dikendalikan.
jika telah ucapkan sehingga perlu analisis konten informasi
sebelum pesan-pesan agama ditransformasikan. untuk
menghindari desktruksi pada mad’u yang menjadi penerima
informasi dakwah.
Sebelum mempublikasikan informasi di tengah
masyarakat ada beberapa hal yang perlu menjadi
pertimbangan dalam melakukan penyebaran informasi
dakwah kepada masyarakat multikultural antara lain adalah:
a). Niat atau motivasi menyebarkan informasi kepada

83
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi… h. 123
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 79
Syarifudin: Desain Grafis 80

masyarakat multikultural. b). Corak informasi yang akan


disebarkan apakah memiliki dampak perbaikan atau
sebaliknya. c). Semakin heterogen suatu kelompok
masyarakat yang akan dijadikan objek dakwah semakin sulit
konten kemasan informasinya. d). Tingkat kesulitan
informasi yang akan dipublikasikan dan penonjolan pilihan
kata dan kalimat. e). Kriteria informasi memiliki prinsip
memotivasi, memperbaiki, dan menjaga keharmonisan pada
masyarakat majemuk.84 Prinsinya adalah menjaga
keseimbangan informasi di tengah masyarakat untuk
menhindari terjadinya konflik kemnusiaan.
Secara konseptual data adalah deskripsi tentang
benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang tidak
mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung
kepada pemakai. Bentuk nilai data terus mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan sebuah organisasi.
Pengolahan data secara digital, tentunya dapat
mempercepat serta lebih efektif, efisien dan kompetitif. 85
Hal ini, tampak pada kantor-kantor telah menggunakan
sistem informasi computer sebagai media menampung dan

84
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Cet. I; Jakarta: Amzah,
2009), h. 236
85
Blogger Pribadi Information Sistem, Arief Setyanto, S.Si., MT
diakses di pada tanggal 22 Okober 2009.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 80
Syarifudin: Desain Grafis 81

pengolahan data secara interaktif berupa gambar ( visual),


audio (suara), teks (narasi), garis dan lain sebagainya.
Prinsip data dapat berbentuk nilai yang terformat,
teks, citra, audio, video. Data juga dapat menyatakan
tanggal atau jam, atau menyatakan nilai mata uang. Teks
adalah sederatan huruf, angka dan simbol-simbol khusus
(misalnya + dan $) yang dikombinasikan dan tidak
86
tergantung pada masing-masing item secara individual.
contohnya teks adalah artikel koran.
Citra (image) adalah data dalam bentuk gambar citra
dapat berupa grafik, foto, tanda tangan atau gambar yang
lain. Audio, adalah data dalam bentuk suara, instrumen
musik, suara orang, suara binatang, gemercik air, detak
jantung, merupakan beberapa contoh data audio.87 Video
data dalam bentuk gambar yang bergerak dan bisa
dilengkapi dengan suara, data digunakan untuk
88
mendokumentasikan suatu aktifitas. Pengolahan data
menjadi informasi tersebut prosesnya dapat dilihat pada
skema berikut ini.

86
H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 22.
87
Adi Kusriyanto, Pengantar Desain Komunikasi Visual: Graphic
Advertising Multimedia (Cet. I; Yogyakarta: Andi Press, 2007), h.
30,32.
88
op. cit., Abdul Kadir, Pengantar Sistem Informasi, h. 31
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 81
Syarifudin: Desain Grafis 82

Data Proses Informasi


1. Al-Quran, Tafsiran-tafsiran Informasi yang siap
2. Sunnah, dan dipublikasikan
3. Fenomena
4. Alam
Ma’ani Bayani Badi
(Memaknai) (Menjelaskan) (Memilih kata yang
komunikatif)
Input Proses Output

Tabel di atas menunjukkan cara kerja sistem


pengolahan data menjadi satu informasi yang dimulai dari
penyajian data (Diplay Data), kemudian diproses, setelah
diproses baru menjadi satu keterangan atau informasi. 89 Jadi
hal mendasar yang membedakan data dan informasi terletak
pada kandungan ‚makna‛.90 Pengertian makna di sini
merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan
maknalah si penerima dapat memahami informasi tersebut
dan secara lebih jauh dapat menggunakannya untuk suatu
kesimpulan atau bahkan mengambil keputusan dalam
berbagai aspek kehidupan dalam melakukan interaksi.

89
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi:
Strategi meningkatakan Kinerja Perusahaan diterjemahkan oleh: Deddy
Mulyana (Cet. I: Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 24.
90
op.cit., George M. Scott, Principles of Information
Management System …h. 347.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 82
Syarifudin: Desain Grafis 83

Perlu diingat bahwa pengertian ‚bermakna‛ pada


informasi itu sesungguhnya bersifat ‚relatif‛. 91 Dengan kata
lain data bagi seseorang bisa menjadi informasi bagi orang
lain. Dengan demikian untuk lebih jelasnya teori (Davis,
1999) yang dikuti oleh Kadir dalam menentukan kriteria
sebuah informasi sebagai berikut:
a) Benar salah dalam hal ini, informasi berhubungan
dengan kebenaran terhadap kenyataan. Jika penerima
informasi yang salah mempercayainya, maka efeknya
seperti kalau informasi itu benar. Baru yang
informasi yang aktual dari proses pengolahan data
menjadi Informasi. Informasi dapat memperbaharui
atau dapat memberikan perubahan terhadap
informasi yang ada.
b) Korektif. Informasi dapat digunakan untuk
melakukan korektif terhadap informasi sebelunya
salah atau kurang benar.

91
Masksud ‚relatif‛ tanda kutip bahwa sistem pengolahan data
menjadi informasi sangat tergantung pada motivasi serta tujuan dan
kegunaan dari informasi yang diinginkan oleh organisasi tertentu, boleh
jadi bagi yang membutuhkan informasi tersebut adalah menjadi data
bagi orang lain, artinya informasi bagi seseorang belum tentu informasi
bagi orang lain begitulah seterusnya.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 83
Syarifudin: Desain Grafis 84

c) Penegas, Informasi dapat mempertegas informasi


yang telah ada sehingga keyakinan terhadap
92
informasi semakin meningkat.

Dari kriteria informasi yang dikemukakan oleh para


ahli tersebut, jelaslah bahwa sistem informasi yakni data
yang telah mengalami proses pengolahan dari data mentah
menjadi data yang memiliki makna melalui sistem informasi
yang dibangun sesuai dengan kesepatakatan dan target
pencapaian yang diinginkan bersama.
Pengetahuan (knowldge) adalah kombinasi dari naluri,
gagasan aturan dan prosedur yang mengarahkan tindakan
atau keputusan yang dikutip Kadir. Sebagai gambaran
informasi yang dipadukan dengan pengalaman masa lalu dan
keahlian akan memberikan suatu pengetahuan yang
93
memiliki nilai tinggi. Selanjutnya informasi yang
dihasilkan dimasukkah ke tahap berikutnya dan diproses
menjadi satu hasil. Hasil ini diakumulasi sebagai
pengetahuan yang kemudian digunakan untuk melakukan
proses aplikasi sistem informasi dakwah.

92
Abdul Kadir, Pengantar Sistem Informasi, (Cet. I; Yokyakarta:
Andi Press, 2003), h. 37
93
Ibid., Abdul Kadir, Pengantar Sistem Informasi, h. 38
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 84
Syarifudin: Desain Grafis 85

Nilai data dakwah dan kualitas informasi


mempunyai banyak sifat. Istilah karakteristik data dakwah
biasa digunakan untuk menyatakan hal ini. Karakteristik ini
dikutip Kadir pandangan Alter tentang karakteristik data
dan informasi yang digunakan dalam sistem informasi pada
tabel berikut ini.94 Karakter sebuah nilai data.
No Karakteristik Nilai data dakwah dan relevansinya
kegunaan?
1 Tipe data Apakah tipe data dakwah sesuai dengan
tujuan?
2 Akurasi/presisi Apakah data dakwah cukup presisi. ?
3 Usia Apakah data dakwah tepat waktu ?
4 Rentang Waktu Apakah rentan waktu sesuai dengan tujuan
5 Tingkat Apakah data dakwah terlalu ringkas atau
Keringkasan terlalu detail ?
6 Kelengkapan Apakah data dakwah kurang lengkap atau
berlebihan ?
7 Kemudahan Apakah data dakwah mudah diakses atau
difahami?
8 Sumber Apakah sumber data akurat atau tidak?
9 Relevansi/nilai Apakah data dakwah yang mempengaruhi
mad’u
Apakah manfaatnya sepadam dengan biaya.

Dari kesembilan karakter kualitas informasi tersebut


menunjukkan ada bermacam-macam tipe data dakwah.
Masing-masing tipe data dakwah memiliki kelebihan dan

94
Ibid., Abdul Kadir, ..., h. 39
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 85
Syarifudin: Desain Grafis 86

keakuratan masing-masing.95 Tipe data terformat cocok


untuk menyimpan informasi seperti tanggal transaksi dan
jam masuk karyawan (format tanggal dan format jam).96
Tipe data teks cocok untuk menyatakan data yang panjang
semacam biografi singkat seseorang. Tipe data suara dapat
digunakan untuk menyimpan bunyi-bunyian. Data video
dakwah dapat digunakan untuk menekankan suatu aktifitas
suatu kejadian.97
Perbedaan jenis dan tipe data ini menunjukkan
perbedaan daya serap mad’u dalam menerima informasi,
kreatifitas mendesain informasi dalam Al-Quran dan
Sunnah memiliki peran strategis bagi kebutuhan informasi
mad’u.98 Semakin banyak pilihan informasi sesuai tingkat
pendidikan, budaya, akan memudahkan masyarakat
menyerap informasi dakwah.

95
Informatika Bandung, Sistem Informasi dalam Berbagai Macam
Perspektif: Manusia dan sistem informasi, Teknologi dan Sistem
Informasi, Organisasi dan Sistem Informasi serta Pendidikan dan sistem
informasi (Cet. I; Bandung, 2006), h. 51.
96
Nurudin, Sistem Komunikasi di Indonesia (Cet. I; Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2004), h. 26. (Pemenang Hibah Buku Teks
DIKTI).
97
Eko Nogroho, Sistem Informasi Manajemen: Konsep, Aplikasi
dan Perkembangan (Cet. X; Yogyakarta: Andi Offset, 2008), h. 63.
98
ibid
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 86
Syarifudin: Desain Grafis 87

Setelah memahami hakikat sistem informasi dan


fungsinya akan lebih mudah memahami teori sistem
dakwah. Proses adalah rentetan kejadian atau peristiwa yang
berlangsung secara bertahap.99 Pengajian rutin, periodik,
dengan sasaran yang sama kita namakan dakwah, tetapi
pengajian yang hanya sekali disebut tabligh, setiap tahan
proses melalui masukan (input), konversi (perubahan)
keluaran (ouput), dampak (impact) dan unpan balik (feed
back). Sub-sub sistem ini dihadirkan dalam memberikan
solusi terhadap problematika yang dihadapi.100 Gerakan
sistem dakwah yang jitu perlu teori sebagai instrumen
andalan dalam memberikan solusi dakwah.

5. Iklan Politik
McLuhan menemukan teori bahwa media adalah
perpanjangan panca indra manusia. Kajian ini dieksplorasi
dalam bukunya Understanding Media: The Extensions of
Man yang diterbitkan di New York pada tahun 1994. Buku
ini menjadi rujukan bagi kalangan akademik media

99
H. Nasuka, Teori Sistem: Sebagai Salah satu Alternatif
Pendekatan dalam Ilmu-ilmu Agama Islam (Cet. I; Jakarta: Prenada
Group, 2005), h. 69.
100
Mustafa Malaikah, Manjah Dakwah Yusuf Qardawi Haroni
Antara Kelembutan dan Ketegasan (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1997),
h. 18.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 87
Syarifudin: Desain Grafis 88

komunikasi politik dan praktisi media untuk mempelajari


peran media sebagai perpanjangan pikiran-pikiran para
praktisi politik di tengah masyarakat. Kajian ini juga
dikembangkan oleh Anwar Arifin dalam bukunya yang
berjudul Komunikasi Politik: Paradigma Teori Aplikasi,
Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Penekanan
dalam buku ini menyajikan peran media komunikasi politik
sebagai unsur penting mengkomunikasikan aspirasi politik
di tengah masyarakat. Pertanyaannya bagaimana peran
praktisi politik menggunakan media cetak di Maluku dalam
melakukan konstruksi sosial untuk meraih simpati
masyarakat.
Jika ditelaah lewat pemberitaan di halaman depan
koran di Maluku belum dimanfaatkan secara maksimal
untuk kebutuhan politik. Hal itu tampak dalam pemanfaatan
media cenderung masih sangat konversional sehingga
banyak aspirasi politik yang tidak sampai di tengah
masyarakat. Karena kelemahan seorang politikus
memanfaatkan media massa sementara ruang media massa
terbuka menerima dan mensosialisasikan aspirasi politik.
Misalnya pesan politik yang diungkapkan dimedia belum
mampu meraih simpati masyarakat akibat
Kelemahan media online di Maluku masih sangat
memprihatinkan sehingga ruang dunia maya ini kurang
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 88
Syarifudin: Desain Grafis 89

dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan lama


loading ini menjadi pertanyaan ada kesejangan apakah ini
jaringan yang lemah atau pelayanan telekomunikasi juga
kurang mampu melayani masyarakat dari kecepatan akses.
Sementara media cetak lebih efektif dan mudah dibaca.
Sebagai praktisi politik perlu memahami, menelaah, dan
memilih media yang tepat dalam menyebarkan pesan-pesan
politiknya sehingga dapat dibaca programnya di tengah
masyarakat.
Pengertian media komunikasi politik, menurut para
pakar komunikasi politik antara lain; 1). Nimmo
mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi
yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual
maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di
dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan
pendekatan konflik, dan biasanya meliputi hubungan antar
partai politik, antar pemerintah atau antar bangsa yang
berhubungan dengan bidang politik. 2). Menurut Lasswell
komunikasi politik mencakup: pesan politik, persuasi atau
ajakan politik, media politik, khalayak politik adn dampak
politik. 3). Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993)
mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang
materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah
kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 89
Syarifudin: Desain Grafis 90

kekuasaan (lembaga otoritatif). Definisi ini menggunakan


pendekatan kekuasaan dan kelembagaan (baca: pandangan
politik). Secara sederhana, komunikasi politik ( political
communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-
pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.
Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan,
komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi
politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ‚yang
memerintah‛ dan ‚yang diperintah‛. 4). Syarifudin Ambon
mendefinisikan media komunikasi politik adalah semua
produk teknologi informasi dan simbol-simbol yang dapat
difahami masyarakat dalam menyebarkan pesan-pesan
untuk meraih simpati masyarakat untuk kepentingan
tertentu.
Pertanyaan adalah bagaimana peran media cetak
dalam komunikasi politik, pertanyaan bagimana secara
akademik menjelaskan peran media dalam
mengkomunikasikian perasaan-perasaan politik seseorang di
tengah masyarakat. inilah pentingnya konsultan politik
perlu memiliki keilmuan secara metodologis yang logis serta
praktis mencapai "tujuan yang pragmatis". jika ditelah
secara ilmiah media cetak di Maluku masih memegang
peran yang strategis dalam mengkomunikasikan pesan-
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 90
Syarifudin: Desain Grafis 91

pesan politik. Hal ini berdasarkan kiemampuan masyarakat


mengakses teknologi komunikasi di dunia maya masih
sangat rendah peran media online untuk meningkatkan
kualitas informasi publik masih sangat memprihatinkan
sehingga peran media online seperti internet dalam dunia
politik juga terhambat. Misalnya komunikator politik
merasa terganggu dengan kondisi internet di Maluku. Hal
ini perlu dibenahi untuk ruang publik yang ingin
menyampaikan apirasi politik melalui media online di
internet.
Kecerdasan memilih media sanga penting bagi praktisi
politik yang akan dijadikan sebagai saluran untuk
mengungkapkan ekspresi komunikasi politik. Pemilihan
media yang tepat dapat menjafi faktor penentu dalam
meningkatkan efektivitas pesan politik di tengah
masyarakat. Sebagai contoh dalam pemilihan Gubernur DKI
Jakarta. Jokowi dari partai wong cilik memiliki kecerdasan
memilih media yang tepat untuk melakukan konstruksi
sosial di tengah masyarakat melalui saluran busana kemeja
kotak-kotak sebagai bentuk kemasan baru dalam
transformasi pesan politik.
Politikus adalah orang yang memiliki harapan besar
untuk memegang karir di pemerintah, dijabatan eksekutif,
legislatif, atau yudukatif. Daniel Katz (dalam Nimmo, 1989)
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 91
Syarifudin: Desain Grafis 92

membedakan politikus ke dalam dua corak yaitu: politikus


ideolog (negarawan); serta politikus partisan. a). Politikus
ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak
begitu terpusat perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan
seorang langganan atau kelompoknya. Mereka lebih
menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan
yang lebih luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung
perubahan revolusioner-jika hal ini mendatangkan kebaikan
lebih bagi bangsa dan negara. b). Politikus partisan adalah
orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangan
kepentingan seorang langganan atau kelompoknya.
Sebuah badan penelitian yang besar menunjukkan
bahwa banyak warga negara yang dihadapkan pada
pembuatan keputusan yang bersifat politis, meminta
petunjuk dari orang-orang yang memiliki kopetensi dalam
media komunikasi. Apakah untuk mengetahui apa yang
harus dilakukannya atau memperkuat putusan yang telah
dibuatnya. Orang yang dimintai petunjuk dan informasinya
itu adalah ilmuan media komunikasi politik agar kandidat
yang kandidat yang dijual ditengah masyarakat dapat
diterima dengan baik melalui pencitraan media secara
professional. Ahli pencitran media komunikasi politik
sangat strategis dalam mempengaruhi keputusan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 92
Syarifudin: Desain Grafis 93

masyarakat. Dalam arus komunikasi politik ada dua tahap


gagasan sering mengalir dari media massa kepada pemuka
pendapat dan dari mereka kepada bagian penduduk yang
kurang aktif banyak studi yang membenarkan pentingnya
kredibilitas pemimpin melalui komunikasi interpersonal
sebagai alat untuk membuat pencitraan.
Kelebihan media cetak sebagai publikator dalam
komunikasi politik memiliki otonom penting yang dapat
mengolah pesan sesuai daya nalar masyarakat. Pada saat
yang sama, kepentingan-kepentingan yang laten dapat
dikemas di tengah masyarakat sesuai kemampuan negosiasi
kedalam untuk mendapatkan citra yang maksimal di tengah
masyarakat. Berfungsinya media komunikasi politik dalam
suatu sistem politik tergantung pula bagaimana
pemanfaatan saluran-saluran tersebut secara professional di
tengah masyarakat, dan apakah masyarakat dapat
mengakses sepenuhnya ke saluran-saluran tersebut. Galnoor
(dalam Nasution, 1990) menekankan masalah pemanfaatan
media ini karena menurut pendapatnya mobilitas politik dan
masalah akses ke jaringan komunikasi merupakan prasyarat
bagi tumbuhnya partisipasi politik masyarakat. Ia
mengartikan partisipasi politik sebagai aktivitas pribadi
masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 93


Syarifudin: Desain Grafis 94

pengemudian yang aktual darti sistem politik yang


bersangkutan.
Pemanfaatan secara otonom jaringan komunikasi
politik yang ada, dalam pengertian bukan sekedar hasil
mobilisasi dari atas. Upaya informasional yang bukan
sekedar suatu praktek berkomunikasi, tetapi benar-benar
sebagai suatu upaya untuk memperoleh dampak –yakni
menyampaikan pesan-pesan kekuasaan untuk
mempengaruhi komunikator sistem politik yang
bersangkutan. Selanjutnya pemanfaatan media komunikasi
politik berhubungan dengan dua tahap perkembangan
politik yang demokratis, yaitu: a). Partisipasi responsif,
dimana anggota masyarakat memberikan suara,
menyampaikan keluhan, kepada para pejabat, dan barangkali
mengidentifikasikan diri merka melalui tanda-tanda
identitas tertentu. Nemun dalam tahap ini, konsepsi
masyarakat mengenai politik masih dalam pola subject
participant atau pelaku peserta, dan peranan mereka sebagai
komunikator politik yang otonom masih relatif terbatas. b).
Partisipasi dengan keterikatan atau commited
participation di mana masyarakat berkampanye dan
mengorganisir diri sendiri karena mereka akan berhasil
mengubah keadaan jika dapat dibuktikan dengan investasi

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 94


Syarifudin: Desain Grafis 95

sumber-sumber politik pribadi milik mereka seperti: waktu,


dana, ide, gagasan cemerlang, dan reputasi.

6. Teknik Desain;
Cara mudah belajar desain grafis, mulai dari
permainan pengenalan software desain grafis yang memiliki
kekuatan untuk menggambar, mengedit foto, dan mengedit
film. pengenalan ini penting diketahui sebelumnya untuk
memahami spesifikasi komputer yang kita gunakan untuk
mendesain narasi, foto, audio, dan film. Semua ini memiliki
program komputer tersendiri untuk mengolah data secara
professional.
Perlu kalian ketahui dulu, kalo tulisan Anda kali ini
ditujukan buat mereka-mereka yang betul-betul baru banget
pengen mulai belajar desain grafis. Anda tau di dunia
perkuliahan pun, ada jurusan desain grafis. Ada pendidikan
formalnya yang pastinya bakal membuka pikiran dan
membangun skill kalian jauh lebih luas lagi ketimbang lewat
tulisan Anda yang Anda buat sendiri dan kebetulan juga
Anda tidak pernah punya latar belakang pendidikan desain
grafis. So, apa yang mau Anda sampein cuma berdasarkan
pengalaman Anda sendiri selama belajar desain grafis secara
otodidak.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 95
Syarifudin: Desain Grafis 96

Di dunia pendidikan formal, kita biasanya langsung


dihadapkan dengan how to (bagaimana caranya) membuat
gambar atau mendesain sesuatu memakai software tertentu
yang biasanya udah ditentuin sama jurusan tersebut.
Masing-masing jurusan desain grafis dari kampus yang
berbeda, bakalan menekankan software desain grafis yang
berbeda satu sama lain. Misalnya di kampus A, mereka
mengutamakan penggunaan Adobe Illustrator untuk desain,
sedangkan kampus B mengutamakan Corel Draw. Pasti
begini kok, walau nantinya tetep setiap mahasiswa pasti
diajarkan juga cara menggunakan software desain lainnya.
Tapi, keahlian itu mudah, cukup belajar dengan sering
dan perbanyak jam terbang dalam melakukan desain grafis,
maka lama kelamaan teknik dan hasil desain kalian bakal
menjadi semakin baik. Sebetulnya yang sulit bukanlah
bagaimana belajarnya. Tapi, bagaimana caranya
menemukan ide tentang apa yang mau kita desain.
Berhubung ini adalah sharing pertama Anda soal desain
grafis, Anda tidak bakalan share langsung tentang
bagaimana cara mendesain. Tapi, Anda mau kalian lakuin 5
cara mudah untuk memulai belajar desain grafis ala Anda
ini.
Kumpulkan dan fokuskan niat kalian dalam belajar
desain grafis Nah, ini langkah pertama. Kalo pengen
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 96
Syarifudin: Desain Grafis 97

nantinya jadi desainer grafis yang jago, udah pasti harus


siap belajar terus-menerus dan mendedikasikan hidupnya
untuk desain. Kumpulkan niat kalian dan yakinlah kalo
dunia desain adalah betul-betul dunia yang pengen kalian
jambangin. Setelah ini, kalian harus bertanggung jawab
penuh terhadap diri kalian sendiri apakah bakalan tahan
berada di dunia ini terus atau nantinya bakalan bosen dan
kemudian ditinggalkan begitu aja. Ingat, niat itu penting.
Bersabarlah, jangan terburu-buru pengen jadi mahir
desain, Dalam dunia desain grafis, tidak ada yang namanya
pintar secara instan. Semuanya butuh proses perjuangan,
butuh pengorbanan, dan butuh latihan secara terus-menerus.
Jadi, pastikan kalian bersabar dalam membangun skill kalian
kelak. Coba deh dilatih kesabarannya dan jangan gampang
ngiri kalo ngeliat ada temen desainnya jago banget.
Sesungguhnya mereka yang jago desain, artinya jam terbang
mereka dalam melakukan itu udah cukup banyak. Tetep
sabar dan terus latihan!
Cari software desain grafis yang menurut kalian paling
mudah dioperasikan atau sedang populer digunakan para
desainer. Coba perdalam pengetahuan kalian soal software
khusus desain ini. Ada dua perusahaan besar yang
mendedikasikan produknya untuk desain. Misalnya Adobe
dan Macromedia. Silakan gunakan mana yang menurut
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 97
Syarifudin: Desain Grafis 98

kalian paling seru untuk digunakan. Khusus Anda pribadi,


Anda setia dalam menggunakan Macromedia Fireworks dan
sedikit sentuhan dari Adobe Photoshop. Tentukanlah
software kesukaan kalian dan jangan takut buat nyoba-
nyoba semua tools yang ada di dalam software tersebut.
Catatan penting, kalo baru memulai belajar desain,
kalian harus fokus menggunakan satu software terlebih
dahulu. Jangan sering mengganti-ganti software karena
nanti kalian bakalan ngerasa bingung sendiri, akhirnya ngga
ada satu pun software yang betul-betul kalian kuasain. Kalo
udah merasa mampu dan luwes menggunakan software
pilihan kalian tersebut, baru deh bisa jajal skill kalian
dengan menggunakan software desain yang lainnya.
Singkirkan buku-buku tutorial tentang cara
menggunakan software design grafis Percaya atau tidak,
yang namanya buku tutorial semacam ini tidak berguna
sama sekali. Lebih efektif kalo kalian nyoba-nyoba sendiri
tools yang ada di dalam suatu software daripada kalian baca
cara kerjanya di buku. Semakin banyak error kalian
temukan, semakin sering kesalahan kalian lakukan, maka
bakalan semakin mengertilah kalian. Kenapa seorang
programmer tingkat satu bisa bikin program yang keren?
Karena mereka pakai cara coba-coba sendiri. Kalo mereka
menggunakan buku tutorial, pastilah hasil yang didapatkan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 98
Syarifudin: Desain Grafis 99

bakalan kaku dan tidak nunjukin identitas si pembuat.


Semakin spontan kita membuat sesuatu, semakin
berkarakter.
Jangan yang sulit-sulit dulu, coba gambar suatu objek
sederhana dengan software tersebut Biasanya kalo ngeliat
desain poster atau pamflet yang ditempel di tembok-tembok
pinggir jalan suka langsung ngiri. Kok bisa sih bikin desain
kayak gitu? Ya, bisa dong! Kalian juga bisa, asalkan latihan
udah cukup lama. Nah, khusus untuk tahap awal, singkirkan
pikiran pengen bikin desain yang kerennya setara sama
poster itu. Coba aja dulu bikin gambar-gambar dari objek
sederhana. Coba gambar gelas, gambar TV, gambar kamera,
setahap demi setahap objeknya bakal semakin sulit, dan
tanpa sadar kalian udah ningkatin skill kalian. Bersamaan
dengan itu juga, kalian bakalan dapet dasar desain yang
matang. Misalnya aja, kalian jadi bener-bener ngerti
karakteristik dari masing-masing bentuk bangun datar,
sampe akhirnya kalian bisa dengan bebas maduin semuanya
jadi objek yang halus. Misalnya aja gambar di paling bawah
postingan ini. Anda bikin dengan memadukan unsur-unsur
bangun datar. Anda sama sekali ngga menggunakan tools
untuk membengkokkan garis atau apapun juga selain
bangun datar lingkaran, persegi, segiilima dan spiral.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 99


Syarifudin: Desain Grafis 100

Perlu diketahui kalo semua contoh di atas Anda buat


pakai software desain kesayangan Anda. Just it!
Macromedia Fireworks 8. Entah ini software udah seberapa
tuanya. Hehehe. Setiap gambar tidak ada model betulannya,
cuma pakai imajinasi aja ditambah pemahaman yang
matang mengenai konsep bangun datar. Memang agak kaku,
tapi seiring skill yang bertambah, hasilnya akan semakin
halus. Coba aja. Keep on practice yah!
Anda mulai tertarik berbagi artikel, foto, dan audio
visual secara bertahap menuju kea rah yang lebih mahir
belajar desain grafis. Kapan-kapan Anda bakalan coba bikin
artikel-artikel berisi tips and tricks dalam desain grafis
tentunya dengan tingkat kesulitan yang betahap dan topik
yang beragam. Perlu diingat kalo Anda tidak bakalan pernah
nge-share bagaimana cara membuat sesuatu dengan
software desain karena terlalu banyak cara untuk membuat
desain grafis.

7. Teknik Mendesain Iklan Politik

8. Teknik Layout Koran, dan Buku

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 100
Syarifudin: Desain Grafis 101

Prinsip penting dalam penyajian berita di koran


membutuhkan beberapa kriteria antara lain ukuran, desain
halaman, cover, penggunaan warna, ketajaman gambar dan
penataan tata runga berita. Dari aspek desain grafis untuk
meningkatkan citra sebuah koran buku, majalah dan produk
desain grafis. untuk memanjakan pembaca indikator yang
perlu dipenuhi dalam media cetak antara lain:
 Komposisi pengemasan informasi (berita); Komposisi
yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain koran
adalah headline, caption, dan isi berita yang akan
mendominasi halaman. Karena pentingnya komposisi
tersebut seorang desainer perlu mempertimbangan
tampilan visual headline karena berita halaman depan
menjadi bidikan atau pandangan pertama bagi
pembaca. Semakin baik perwajahan atau tampilan
depan semakin banyak menarik perhatian pembaca.
Elemen-elemen desain grafis pada tampilan pada
halaman depan akan memberikan pengaruh jika semua
berita dan gambar tersusun secara rapi dengan
menggunakan software yang sesuai standar dunia
publikasi. Software yang digunakan dalam layout
koran biasanya adobepagemaker untuk mendesain tata
letak, adobephotoshop untuk mendesain foto dan
coreldraw digunakan untuk menggambar. Selain itu
ukuran koran, buku, majalah juga turut menentukan
kenyamanan pembaca. Tujuan seorang desainer adalah
mampu memikat perhatian pembaca.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 101
Syarifudin: Desain Grafis 102

 Typografi: Pemilihan bentuk huruf termasuk citra dan


barand suatu industri perusahaan. Prinsip memilih
jenis huruf yang unik dan semangat huruf perlu
diperhatikan agar dapat mengundang minat pembaca
karena tampilan huruf yang dipilih memiliki daya
tarik tersendiri. Typeface fonts yang terdiri dari tebal
tipisnya huruf, semangat huruf, kemiringan huruf, dan
struktur huruf dalam komunitas huruf yang sama.
Selain itu leanding huruf (jarak huruf yang satu
dengan huruf yang lain), Body huruf, Bullet huruf,
display tipe, dropcaps, agate type, dan besar kecilnya
huruf. Type huruf yang sama seperti serifs, sanserifs,
square serif, semua type huruf ini dapat disesuaikan
dengan jenis berita yang akan ditulis. Misalnya berita
kriminal pemilihan hurufnya seperti apa, berita
ekonomi pemilihan hurufnya seperti apa, dan berita
agama pemilihan hurufnya seperti apa. prinsipnya
semua berita memiliki karakter huruf yang berbeda-
beda. Huruf untuk undangan perkawinan berbeda
dengan huruf untuk berita resmi, dan seterusnya.
Sebagai contoh dalam penggunaan huruf sesuai
dengan fungsinya dapat dilihat dalam tabel berikut;
No Jenis Huruf Berita
1 Huruf Roman Indentik dengan berita
resmi
2 Monotyper Corsiva Biasanya untuk tulisan
undangan perkawinan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 102
Syarifudin: Desain Grafis 103

3 Brush Script MT Biasanya untuk tulisan


perkawinan, kata hikmah, dan
hiasan.
4 Arial Black Untuk digunkan
menulis berita
headline dan kop
berita.
 Grid dan kolom; sebelum mengisi berita perlu ada
sketsa awal pada halaman koran perlu penataan
tataruang untuk penonjolan isu berita sesuai target
yang harapkan oleh pemesan berita. karena ini
berkaitan dengan biaya operasional. Penataan grid dan
kolom dilakukan dengan cara membagi ruang halaman
sesuai jumlah berita, foto, yang dilakukan secara
vertikal dan horisontal. Hal ini dilakukan dan
disesuaikan dengan ukuran publiaksi, untuk majalah
baisanya lebih sedikit menggunakan grid dan kolom
vertikal dan horisontal. Penataan tataruang kolom
secara rapi dan mengandung spirit estetika
memberikan peluang besar untuk menarik perhatian
pembaca.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 103
Syarifudin: Desain Grafis 104

 Desain modular: pada tahun 1950 model yang dikenal


dengan istilah dog leg design (menyerupai nemtuk
kaki anjing) tata letak ini menyulitkan pembaca
sehinga para desainer moderen merubah dengan model
modular. Model modular menempatan berita dalam
bentuk horisontal dan vertikal serta berbentuk empat
sisi.
 Presentasi publikasi; Dalam presentasi hasil kemasan
informasi perlu rapat tim perwajahan untuk menelaah
secara sistematis, metodologis, estetika berita. secara
umum ada tiga komponen yang perlu diperhatikan
antara lain, struktur berita, konten berita, citra berita,
nilai berita yang layak jual, etika berita, dan budaya
pembaca. Semua ini perlu didiskusikan sebelum
dipresentasikan dipublik.
 Evaluasi berita dan layout: yang perlu dikritisi dalam
koran adalah; Keseimbangan desain, ritmenya,
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 104
Syarifudin: Desain Grafis 105

skalanya, komposisinya, dan hierarki visual. kemudian


tandai yang tidak sesuai standar korang yang
profesional.

9. Produk Iklan Politik di Indonesia.


Desain iklan politik adalah suatu proses yang panjang
karena melalui tahap filosofis, dan pragmatis, yang
menuntut konsistensi dan kontinuitas, bahkan dianjurkan
untuk dilakukan setiap hari dan berulang-ulang. Sebagai
sarana pendidikan politik seharusnya kampanye dilakukan
atas dasar pencerdasan pemilih agar menjadi warga yang
memiliki kesadaran dalam penentuan pemimpin negara
ke depan, dengan berpatokan kepada prilaku rasional
ketimbang emosional. Untuk mempengaruhi prilaku
pemilih, strategi kampanye bisa dilakukan secara langsung
melalui pengumpulan massa atau mendatangi langsung (face
to face communication). Bisa juga melalui mediaseperti
baliho, poster, bendera, dan famplet atau dengan
menggunakan media massa, baik cetak, seperti surat khabar,
majalah, maupun media elektronik seperti radio dan televisi.
Kampanye melalui iklan politik di televisi merupakan
fenomena menarik pasca runtuh nyarejim Orde Baru. Pada
Pemilu 1999 dan 2004, sudah muncul kampanye partai atau

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 105
Syarifudin: Desain Grafis 106

kandidat melalui media televisi yang merupakan metode


baru bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Parpol,
calon legislatif, calon presiden-wakil presiden maupun calon
kepala daerah kini mengandalkan iklan politik sebagai cara
membentuk pencitraan melalui televise dan media online.
Media televisi dianggap cukup efektif untuk mendongrak
perolehan suara dalam setiap Pemilu ataupun Pemilukada.
Iklan politik memainkan peranan penting untuk merebut
popularitas,akseptabilitas, dan elektabilitas.Begitu pula
menjelang Pemilu 2009, di mana terjadi dua perubahan
mendasar dalam teknik pemilihan, yaitu teknik
pemilihan dengan suara terbanyak yang mengharuskan para
calegmempromosikan figur dirinya, dan
teknik pencontrengan yang menuntut sosialisasi lebih
efektif kepada masyarakat pemilih.
Masa kampanye legislatif Pemilu 2009
dimulai padaminggu ini. Para caleg dan partai politik
semakin gencar menayangkan iklan politik dibeberapa
stasiun televisi lokal maupun nasional dan radio swasta
lokal maupun nasional.Konten kampanye caleg dan parpol
di media televisi pada Pemilu kali ini sudah
menunjukkanperubahan berarti. Tema kampanye iklan
televisi sudah mulai mengangkat isu dan program jika sang
caleg terpilih sebagai wakil rakyat. Berbagai isu yang
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 106
Syarifudin: Desain Grafis 107

diangkat sepertipemberantasan korupsi, peningkatan


anggaran pendidikan, kemiskinan, lapangan kerja,refomasi
agararia, dan isu ekonomi kerakyatan, kerap menghiasi iklan
kampanye politik caleg maupun parpol di berbagai media
televisi nasional dan lokal.
Begitu pula denganprogram parpol sudah mengarah
kepada visi dan misi peningkatan kesejahteraan
rakyatseperti, visi karya yang diangkat oleh partai
Golkar dan visi profesional yang dikampanyekanoleh Partai
Keadilan Sejahtera (PKS).
Substansi tema iklan kampanye politik yang lebih
menonjolkan isu dan program parpolmerupakan salah satu
gaya kampanye yang mencerdaskan publik serta
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat pemilih.
Melalui isu dan program yang dijual paling tidak sudah
menjanjikan kepada publik untuk ôberbuat sesuatuö jika dia
terpilih sebagai wakil rakyat, sekaligus sebagai bentuk
kontrak politik antara rakyat sebagai konstituen dancaleg
sebagai calon wakil rakyat di parlemen.
Tinggal lagi menunggu komitmen caleg terpilih untuk
merealisasikan iklan kampanyenya sebagai bentuk
akuntabilitas seorang wakil rakyat. Namun demikian masih
banyak pula caleg dan parpol yang menggunakan gaya lama
dalam tema iklan politik di media televisi yang lebih
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 107
Syarifudin: Desain Grafis 108

menonjolkan figur caleg dan ajakan dalam memilih atau


mencontreng dalam Pemilu mendatang.
Iklan Negatif Konten iklan yang demikian kurang
berdampak pada pendidikan politik rakyat dan
hanyamenekankan pada ajakan memilih figur dirinya.
Seperti iklan politik RHA-Barnas, DA-PDIPdan Y-Golkar
yang hanya menampilkan sosok dan harapan jika terpilih.
Konten iklan politik ini belum menyentuh isu dan
program yang seharusnya lebih ditonjolkan.
Iklan politik televisi di Indonesia sulit berkembang ke
jenis iklan politik seperti hanya di Amerika Serikat. Iklan
politik televisi di Indonesia lebih didominasi oleh iklan
politik yang bersifat santun dantidak berbentuk attack
campaign.
Hal ini dilatar belakangi oleh faktor kultural yang
lebihmenonjolkan sikap santun dalam berpolitik.Namun
belakangan ini iklan negatif dan menyerang kebijakan sudah
mulai muncul.Menjelang Pemilu 2009, Wiranto, Ketua
Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)mencoba
mengenalkan bentuk iklan yang bersifat menyerang
kebijakan pemerintah tentangmasalah kemiskinan.
Dalam iklan tersebut ditayangkan bagaimana rakyat
sudah makan nasiaking, karena harga beras yang mahal,
sebuah gambaran kondisi kemiskinan denganmenampilkan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 108
Syarifudin: Desain Grafis 109

data Bank Dunia tahun 2006, 49 persen penduduk Indonesia


dalam kondisimiskin. Selanjutnya iklan tersebut berisi
ajakan Wiranto untuk menciptakan 10 juta lapangankerja,
pendidikan murah, dan kesehatan berkualitas serta
menumbuhkan ekonomi melaluipemerintahan yang kuat dan
tegas.Konten iklan politik partai Hanura ini cukup
memberikan pencedarsan publik, walaupun masih
mengangkat isu yang klasik.
Pada tingkat lokal, iklan politik PNBK di Palembang
TVmenarik untuk disimak. Iklan yang menampilkan gambar
kartun juga menyerang caleg lain yang menggunakan politik
uang dan membagi sembako kepada masyarakat salah satu
model pembodohan bagi rakyat yang dilakukan oleh calon
pemimpin.
Iklan inikemudian mengingatkan masih ada
caleg yang murni memperjuangkan nasib rakyat jika dia
terpilih. Tentu saja iklan ini cukup mengingatkan pemilih
sebagai bagian dari pendidikanpolitik agar berhati-
hati dalam menentukan pilihannya pada Pemilu mendatang,
karenapilihannya akan mempengaruhi nasib rakyat pada
masa mendatang.Iklan-iklan politik televisi di Indonesia,
sebagaimana dikritik banyak pihak selama ini,
tidak mengembangkan iklan-iklan politik televisi yang
berorientasi pada isu dan program yangunik dari caleg dan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 109
Syarifudin: Desain Grafis 110

parpol. Iklan-iklan politik kita masih lebih fokus untuk


menjual kandidatatau parpol serta hanya sampai pada level
meningkatkan awareness pemilih terhadap sangtokoh atau
parpol yang bersangkutan (Danial, 2009).
Namun pada Pemilu 2009, dalam iklan-iklan politik
televisi sudah mulai menyentuh isu dan program parpol,
walaupun masih miskinkreativitas. Sebagai contoh isu yang
diangkat oleh MHT-PAN tentang penegakan
hukum,reformasi agararia, dan pendidikan murah
berkualitas. Keberanian mengangkat isu seperti dalam tema
iklan politik tentang kemiskinan dari partai Hanura dan
Gerindra, serta temapemberantasan korupsi dari partai
Demokrat, sudah mengarah kepada muatan
pendidikanpolitik yang mencerdaskan. Sebagai
perbandingan, iklan politik televisi di AS telah
lamadidominasi oleh isu dan program serta
bersifat menyerang kebijakan.
Hal ini terkait dengankultur kebebasan dan tingkat
pendidikan rakyat yang memadai.Iklan politik televisi
di Indonesia lebih bernuansa emosional yang memakai
gambar danbahasa yang membangkitkan emosi tertentu,
seperti rasa gembira, partriotisme, kedaerahan,kebangggan,
yang lebih disukai dan tegas. Kondisi ini terjadi karena
masyarakat Asia termasuk Indonesia masih alergi untuk
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 110
Syarifudin: Desain Grafis 111

mencerna angka-angka dan data-data faktual. IklanMacan


Asia yang dibuat Prabowo sejak Pemilu 2004 hingga
memasuki masa kampanye pemilu 2009, membangkitkan
kebanggaan Indonesia akan masa lalu dinilai sebagai iklan
paling mempengaruhi masyarakat.
Berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia
(LSI) yang dilakukan antara tanggal 8-20 September 2008
terhadap 1.249 responden berusia 17 tahun atau lebih
di Indonesia, iklan Gerindra adalah iklan politik
televisi yang paling banyak ditonton pemirsa televisi
yaknisebanyak 66 persen. Iklan politik Gerindra juga
menempati status iklan yang paling banyak diingat dalam
memori masyarakat (51 persen) dibandingkan iklan politik
televisi partai-partailainnya (Danial, 2009). Gambaran hasil
survei diatas bukan berarti asumsi perolehan suaraakan
signifikan dimenangkan Gerindra pada Pemilu 2009
mendatang, tetapi paling tidak,mengindikasikan bagaimana
iklan politik televisi memberikan pengaruh
signifikan terhadapprilaku pemilih.
Namun di sisi lain konten tayangan iklan politik
ditelevisi masih didominasioleh slogan dan jargon yang
kurang mendidik masyarakat.Harapan akan munculnya iklan
politik yang mencerdaskan melalui pemilihan isu
danprogram partai masih sebatas hal-hal yang bersifat
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 111
Syarifudin: Desain Grafis 112

kontemporer, miskin kreativitas dan belumdirancang secara


sistematik dalam jangka waktu lama.
Lahirnya tema iklan politik yang mencerdaskan harus
diikuti terlebih dahulu oleh kerja caleg atau partai yang
berbuat untuk publik, sehingga apa yang diiklankan adalah
sebuah fakta dan strategi dalam mengibarkanbendera
pertarungan politik yang elegan di medan Pemilu. Caleg dan
parpol yang mengusung tema iklan politik melalui televisi
harus berani mengambil sikap bahwa pendidikan
politik bagi masyarakat adalah sebuah pilihan rasional
untuk mencerdaskan masyarakat pemilih agarmampu
menentukan lahirnya kepemimpinan nasional dan lokal yang
negarawan dan mampu merubah nasib bangsa.

Ketika kita menyaksikan produk iklan politik yang


bertebaran di berbagai sudut kota dan pusat-pusat kota
menguasai jagad media luar ruang, media massa cetak, dan
elektronik, sebenarnya kita sedang melihat upaya keras para
caleg dan kandidat presiden merelasikan iklan politiknya
sebagai sebuah realitas kedua. Bangunan realitas kedua
tersebut ditopang dengan aspek-aspek komunikasi visual,
relasi-relasi sosial dan kultural yang berperan membangun
pencitraan dirinya.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 112
Syarifudin: Desain Grafis 113

Para caleg dan kandidat presiden mengemas


pencitraan dirinya, lewat citraan visual dengan menekankan
konten iklan ’peduli wong cilik’, ‘peduli orang miskin’,
‘peduli kesehatan bagi rakyat miskin’, ‘peduli produksi
dalam negeri’, ‘peduli dengan nasib petani’, ‘peduli
pendidikan murah dan gratis’ atau ‘peduli dengan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia’. Semuanya itu
merupakaan janji politik yang terlihat indah dan
menentramkan hati calon pemilih. Tetapi realitasnya sulit
untuk direalisasikan di kehidupan nyata.
Secara teoretis, proses pencitraan para caleg dan
kandidat presiden yang dilukiskan lewat iklan politik,
sejatinya mengajak kita untuk mengembangkan imajinasi
prospektif tentang iklan politik ideal. Sayangnya, hal
tersebut jauh pasak dari pada tiangnya. Yang terjadi
kemudian kita sedang menonton iring-iringan jenazah
kematian iklan politik.
Fenomena matinya iklan politik di tengah calon
pemilih yang semakin kritis dan apatis telah terlihat
realitasnya di lapangan. Kematian iklan politik ditandai
dengan perlombaan visual yang dilakukan para caleg dan
kandidat presiden lewat upaya tebar pesona demi menarik
simpati massa. Untuk itu, mereka memanfaatkan
kedahsyatan media iklan guna mengakomodasikan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 113
Syarifudin: Desain Grafis 114

pencitraan dirinya. Karena meyakini kedahsyatan mitos


media iklan, maka mereka pun secara jor-joran memroduksi
pesan verbal dan pesan visual iklan politik. Untuk itu, iklan
koran, televisi, dan radio disebarkan secara bersamaan ke
ruang privat calon pemilih. Media iklan luar ruang pun tidak
ketinggalan dipasang di sepanjang jalan yang dianggap
strategis.
Kematian iklan politik semakin mendekati liang
lahatnya manakala tim sukses para caleg dan kandidat
presiden, secara membabi-buta melakukan aktivitas
kampanye yang cenderung memroduksi sampah visual.
Bahkan di dalam segala sepak terjangnya, anggota tim
sukses peserta kampanye Pemilu 2009 dinilai mengarah
pada perilaku teror visual dengan modus operandinya
menempelkan dan memasang sebanyak mungkin billboard,
baliho, spanduk, umbul-umbul, poster, dan flyer tanpa
mengindahkan dogma sebuah dekorasi dan grafis kota yang
mengedepankan estetika kota ramah lingkungan. Anggota
tim sukses cenderung mengabaikan ergonomi pemasangan
media luar ruang yang artistik, komunikatif dan persuasif.
Pola pemasangan, cara menempatkan, dan
menempelkan atribut kampanye, benar-benar bertolak
belakang dari esensi desain media luar ruang yang dirancang
sedemikian rupa agar tampil menarik, artistik, informatif,
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 114
Syarifudin: Desain Grafis 115

dan komunikatif. Tetapi di tangan orang-orang yang


bertugas memasang dan menempatkan reklame luar ruang,
salah satu karya desain komunikasi visual yang bagus itu
berubah fungsi menjadi seonggok sampah visual. Di tangan
orang-orang perkasa seperti itulah, iklan politik menemui
ajalnya dengan sangat menyedihkan.
Modus operandi pemasangan media iklan luar ruang
yang dilakukan secara serampangan dan ngawur seperti itu,
cenderung menurunkan citra, kewibawaan, reputasi, dan
nama baik para caleg dan kandidat presiden, yang
mempunyai cita-cita mulia untuk membangun Indonesia
agar rakyatnya bermartabat, berkehidupan makmur, aman
dan sejahtera. Perilaku hantam kromo semacam itu
menyebabkan iklan politik yang diposisikan untuk
memberikan informasi perihal keberadaan caleg, kandidat
presiden dan partai politik peserta Pemilu 2009, segera
diluncurkan menuju ajal kematiannya dengan tidak
terhormat.
Membicarakan masalah iklan politik terutama dalam
konteks iklan luar ruang, rasanya tidak pernah tuntas.
Ketidaktuntasan seperti inilah yang menyebabkan nafas
iklan politik kehilangan denyutnya. Dimanakah simpul
sengkarutnya? Sejatinya, inti permasalahan dari carut marut
jagat reklame luar ruang ini (termasuk iklan politik)
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 115
Syarifudin: Desain Grafis 116

bersumber pada penentuan titik penempatan dan pola


pemasangan yang semrawut dan ‘’penuh kebijakan’’ dengan
menerapkan standar ganda.
Pada titik ini, seyogyanya pemerintah pusat, provinsi,
daerah, dan kota secara tegas menertibkan keliaran iklan
politik liar. Langkah pertama yang perlu dilakukan, yakni
pemerintah bersama instansi terkait berani menurunkan,
membongkar, dan melepaskan iklan politik luar ruang yang
menyalahi peruntukannya berdasar masterplan iklan luar
ruang dan Undang-undang yang dimiliki pemerintah pusat,
provinsi, daerah, dan kota. Kedua, menerapkan sanksi dan
hukuman yang sepadan bagi parapihak yang bertugas
memasang reklame luar ruang iklan politik apabila diketahui
melanggar aturan pemasangan. Ketiga, memberikan sanksi
dan hukuman yang adil bagi biro iklan, event organizer,
pengusaha media luar ruang, tim sukses caleg, dan kandidat
presiden yang kedapatan melanggar pola pemasangan dan
penempatan media luar ruang iklan politik. Keempat, ada
keseragaman perangkat hukum dan kesamaan persepsi
terkait dengan penempatan dan pemasangan reklame media
luar ruang iklan politik.
Jika hal itu bisa disinergikan dan dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab, maka peserta kampanye Pemilu
2009 telah melaksanakan tanggung jawab moral dan sosial
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 116
Syarifudin: Desain Grafis 117

secara sempurna. Mereka secara terhormat telah


memberikan pendidikan politik dengan elegan. Mereka
secara terhormat pula telah berhasil mengajak masyarakat
luas, sebagai calon pemilih, untuk mengembangkan
imajinasi prospektif tentang iklan politik yang ideal. Dan
iklan politik pun tidak akan layu kemudian mati, melainkan
justru akan tumbuh berkembang bagaikan bunga flamboyan
yang bermekaran dan menjadi penanda zaman yang
mencatat kemasyurannya penyelenggaraan Pemilu 2009.
Menguatnya suhu politik saat menjelang pilpres 2009,
membawa kemasan kimiawi psikologi kontestan,
pendukung dan konstituen memanas. Saling melakukan
serangan dan balasan. Mengukur kekuatan dan menghantam
kelemahan lawan. Memformulasi strategi dan taktik
pemenangan. Merupakan bumbu sekaligus improvisasi
demokrasi. Selama masih dalam batas kewajaran. Kompetisi
sehat dan tidak sampai mengarah pada black campaign.
Tentunya harus diapresiasi. Karena ini bagian dari
demokrasi. Dan porsi kemenangan, keputusan akhir ada di
tangan rakyat. Kedaulatan rakyat adalah hakim agung
keputusan akhir dalam rezim demokrasi.
Momentum demokrasi dengan program sarananya
melalui pemilihan langsung. Melahirkan dan menjadikan
rakyat sebagai kunci kemenangan kandidat. Praktis, koalisi
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 117
Syarifudin: Desain Grafis 118

partai pendukung kandidat dan kemampuan finansial yang


cukup besar, bukanlah jaminan kemenangan. Seorang capres
setidaknya mengharuskan populer dan dikenal masyarakat.
Dengan visi-misi dan program-program yang menarik
masyarakat. Sarana yang paling efektif adalah sosialisasi.
Bisa melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Terlebih melalui media audio-visual. Tetapi tidak
mengecilkan alat, atribut baligo kampanye maupun sarana
pendukung lainnya. Termasuk soliditas tim sukses, mesin
partai dan dukungan besaran budget. Karena tentunya
banyak variabel dalam menentukan kemenangan kandidat.
Dalam momentum demokrasi. peran media massa
sangat vital. Berfungsi menjaga keseimbangan sebuah
entitas negara dan masyarakat. Kebebasan pers termasuk
media massa merupakan keunggulan dalam rezim
demokrasi. Sehingga menjadi pilar penting dalam tegaknya
berdemokrasi. Media massa memiliki fungsi kontrol. Karena
melalui transformasi informasi, media massa mampu
mengerem laju kebijakan peremintah yang tidak memihak
kepada kepentingan rakyat.
Satu fenomena yang menonjol dalam Pemilu 2009
adalah semakin kuatnya peranan media Massa. Misalnya
terlibat dalam proses mengkonstruksi citra para kandidat.
Baik perseorangan (caleg, capres dan cawapres) maupun
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 118
Syarifudin: Desain Grafis 119

organisasi partai politik. Pemanfaatan media untuk


mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan
bebas. Dimulai sejak Pemilu 1999 dan semakin menguat di
Pemilu 2004. bahkan hingga Pemilu kali ini. Bisa kita
katakan, kemenangan SBY pada pemilihan presiden secara
langsung (tahun 2004) merupakan keberhasilan marketing
politiknya. Karena partainya sendiri (baca: demokrat)
bukanlah partai pemenang Pemilu. Pada Pamilu 2009 masa
kampanye diperpanjang menjadi 9 bulan. Dimulai 12 Juli
2008-April 2009. Dengan 38 partai peserta Pemilu. dan
banyaknya tokoh yang menyatakan diri siap menjadi
kandidat Presiden dan Wakil Presiden pada pilpres
kemarin. Tentunya kian meramaikan "pertarungan citra"
dalam merebut hati para pemilih. Kandidat yang menguasai
industri citra tentunya akan memperbesar peluangnya
memenangkan pertarungan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Komunikasi Politik
Hadirnya komunikasi politik sudah setua hadirnya
ilmu politik itu sendiri, hal itu merupakan penggunaan
secara terorganisir terhadap media massa moderen untuk
tujuan politik, terutama dalam praktik kampanye pemilu,
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 119
Syarifudin: Desain Grafis 120

yang awalnya mengarahkan kepada penyelidikan yang


sistematis terhadap komunikasi politik dan telah memberi
topik bahasan atas identifikasi kontemporer utamanya.
Bagaimanapun juga, komunikasi politik lebih dari sekadar
kampanye politik. Dalam istilah yang digunakan oleh
Seymour-Ure (1974), hal itu memiliki dimensi horisontal
dan juga vertikal. Kajian sebelumnya mengacu pada
komunikasi diantara kelompok yang sederajad, apakah
mereka ini adalah anggota elit politik yang sama, atau
warga negara yang saling berinteraksi dan berkumpul
bersama-sama. Komunikasi vertikal berlaku diantara pihak
pemerintah (atau partai) dan masyarakat (yang prinsipnya
ke salah satu arah diantara dua).
Penekanan yang awal kepada kampanye pemilu
difokuskan perhatiannya pada arus ‚top-down‛ pada
dimensi vertikal (dari pemerintah atau partai kepada warga
negara atau pengikut). Hal ini, bagaimanapun juga,
mengarah kepada pengabaian komunikasi di dalam elit
masyarakat tertentu dan komunikasi yang bersifat informal
dan interpersonal. Kita harus juga membuat catatan atas
arus komunikasi yang mengarah ‚ke atas‛, kepada arah
politik yang juga ‚ke atas‛, dalam bentuk membuat
‘feedback‛ voting, hasil polling pendapat, atau bentuk

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 120
Syarifudin: Desain Grafis 121

pertemuan pemikiran yang diadakan oleh politikus dan


pemerintah.
Komunikasi politik ialah proses penyampaian
informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan
sebaliknya. Partai politik perlu menerjemahkan informasi
yang mudah dipahami oleh pemerintah dan masyarakat, agar
komunikasi bersifat efektif (Cholisin, 2007: 114).
Komunikasi politik menjadi posisi penting terutama sebagai
jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat
memfungsikan kekuasaan. Proses ini berlangsung disemua
tingkat masyarakat dan setiap tempat yang memungkinkan
terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu
dengan kelompok-kelompoknya; bahkan diantara anggota
msyarakat dengan para penguasanya. Sebab dalam
kehidupan bernegara, setiap individu memerlukan informasi
terutama mengenai kegiatan masing-masing pihak menurut
fungsinya (Asep Saeful Muhtadi, 2008: 29-30).
Pemerintah membutuhkan informasi tentang kegiatan
rakyatnya; dan sebaliknya rakyat juga harus mengetahui apa
yang dikerjakan oleh pemerintahnya. Itu sebabnya, menurut
Nasution (1990: 18), sistem politik demokrasi selalu
mensyaratkan adanya kebebasan pers (freedom of the
press) dan kebebasan berbicara (freedom of the speech). Dan

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 121
Syarifudin: Desain Grafis 122

fungsi-fungsi ini semuanya secara timbal balik dimainkan


oleh komunikasi politik.
Itulah sebabnya, Susanto (1985: 2) mendefinisikan
komunikasi politik sebagai ‚ komunikasi yang diarahkan
kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa,
sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan
komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui
suatu sanksi yang ditentukan bersama‛. Sedangkan dilihat
dari sisi kegunaanya, menurut Kartaprawira (1988: 60),
komunikasi politik berguna untuk ‚menghubungkan pikiran
politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra
golongan, institut, asosiasi, ataupun sektor kehidupan
politik masyarakat dengan sektor pemerintahan‛. Dua
rumusan yang saling melengkapi ini mengisyaratkan bahwa
komunikasi politik memang baru merupakan kegiatan pra-
politik. Ia mempersiapkan situasi politik yang kondusif bagi
suatu kepentingan tertentu. Diantara faktor yang ikut
menentukan daya tahan pemerintahan Orde Baru selama
lebih dari 30 tahun, misalnya, adalah karena intensifnya
komunikasi politik yang secara sengaja diarahkan untuk
memperolah pengaruh massa melalui proses akomodasi dan
konfrontasi terhadap pemikiran politik yang hidup di
masyarakat.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 122
Syarifudin: Desain Grafis 123

Komunikasi politik yang mengacu terhadap semua


proses informasi (termasuk di dalamnya fakta, opini,
kepercayaan dll.) transmisi, pertukaran dan pencarian yang
terjadi diantara partisipan dalam wacana aktifitas politik
yang di-institusi-kan. Kita dapat secara berguna menahan
perhatian kita kepada aktivitas yang menjadi bagian dari
‚wilayah publik‛ dalam kehidupan politik, sebuah referensi
yang melibatkan isi dari debat politik terbuka dan sebuah
‘arena’ dimana debat semacam itu terjadi.
Di dalam prakteknya, komunikasi politik meliputi
berikut ini :
1) Kegiatan-kegiatan langsung yang terdiri dari
formasi, mobilisasi dan berbagai penyebaran dan pergerakan
kecil dari politik.
2) Semua bentuk kampanye yang terorganisir
dirancang untuk mendapatkan dukungan politik bagi partai,
tahu penyebab-penyebab, kebijakan atau pemerintah,
dengan mempengaruhi opini dan perilaku dalam pemilu.
3) Banyak proses yang melibatkan ekspresi,
pengukuran, penyebaran informasi dan
juga ‘manajemen’ opini publik (ini termasuk di dalamnya
diskusi informal dan interpersonal).
4) Aktifitas media massa yang sudah mapan dalam
melaporkan dan memberi komentar pada kejadian politik.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 123
Syarifudin: Desain Grafis 124

5) Proses informasi publik dan debat yang


berkaitan dengan kebijakan politik.
6) Sosialiasasi politik informal dan formasi dan
pengawalan kesadaran politik.
Fenomena komunikasi politik suatu masyarakat
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dinamika
politik dimana komunikasi itu bekerja. Karena itu, kegiatan
komunikasi politik di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan
dari proses politik nasional yang menjadi latar
kehidupannya (Asep Saeful Muhtadi, 2008: 55).
Menurut Gabriel Almond, semua bentuk interaksi
manusia melibatkan komunikasi. Media massa seperti
televisi, radio, surat kabar dan majalah ikut mempengaruhi
struktur komunikasi dalam masyarakat. Almond
membedakan empat struktur komunikasi. Pertama, kontak
tatap muka informal yang muncul terpisah dari struktur
masyarakat. Kedua, struktur sosial tradisional seperti
hubungan famili dan keagamaan. Ketiga, struktur politik
‚output‛ (keluaran) seperti legislatif dan birokrasi.
Keempat, struktur ‚input‛ (masukan) termasuk misalnya
serikat buruh dan kelompok kepentingan dan partai-partai
politik. Kelima, media massa.
Almond menilai, kontak informal dalam sistem politik
manapun tidak bisa disepelekan. Riset ilmuwan sosial telah
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 124
Syarifudin: Desain Grafis 125

membuktikan bahwa saluran informal menjadi sistem


komunikasi paling berkembang. Ia menyebutkan, studi
media massa dan opini publik, Katz dan Lazarsfled (1955)
menemukan bahwa media massa tidak membuat pengaruh
langsung atas kebanyakan individu. Namun penelitian
belakangan menunjukkan media massa mempengaruhi pola
perilaku dan persepsi masyarakat.
Mochtar Prabotinggi (1993) menguraikan dengan
rinci bahwa dalam prosesnya komunikasi politik sering
mengalami empat distorsi. Pertama, distorsi bahasa sebagai
topeng. Ia memberikan contohnya dengan melihat
bagaimana orang mengatakan alis ‚bagai semut beriring‛
atau bibir ‚bak delima merekah‛. Uraian itu menunjukkan
sebuah euphemisme. Oleh sebab itulah, bahasa yang
menampilkan sesuatu lain dari yang dimaksudkan atau
berbeda dengan situasi sebenarnya, bisa disebut seperti
diungkakan Ben Anderson (1966), ‚bahasa topeng‛. Kedua,
distorsi bahasa sebagai proyek lupa. Manusia makhluk yang
memang pelupa. Namun demikian dalam konteks politik
kita membicarakan lupa sebagai sesuatu yang
dimanipulasikan. Ternyata seperti diulas Prabottinggi, ‚lupa
dapat diciptakan dan direncanakan bukan hanya atas satu
orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta orang.‛

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 125
Syarifudin: Desain Grafis 126

Selanjutnya Prabottinggi membuat pendapat lebih


jauh bahwa dengan mengalihkan perhatian seorang atau
ratusan juta orang, maka massa bisa lupa. Bahkan lupa bisa
diperpanjang selama dikehendaki manipulator. Di sini
tampak distorsi komunikasi ini bisa parah jika sebuah rejim
menghendaki rakyatnya melupakan sejarah atau membuat
sejarah sendiri untuk melupakan sejarah pemerintahan
sebelumnya.
Distorsi ketiga adalah, distorsi bahasa sebagai
representasi. Jika dalam distorsi topeng keadaan sebenarnya
ditutupi dan dalam distorsi lupa berbicara soal pengalihan
sesuatu, maka distoris ketiga ini terjadi bila kita melukiskan
sesuatu tidak sebagaimana mestinya.
Prabottinggi memberi contoh bagaimana gambaran
buruk yang menimpa kaum Muslimin dan orang Arab oleh
media Barat. Dunia Islam, seperti disebutkan Edwar Said
(1978) selalu dipandang sebagai lawan Barat. Dalam politik
nasional pun, suatu kelompok yang jadi lawan politik rejim
berkuasa sering dilukiskan sebagai penyeleweng, penganut
aliran sesat dan tidak memakmurkan rakyat. Yang terakhir
adalah distoris bahasa sebagai ideologi. Distorsi keempat
inilah yang paling berbahaya. Sedikitnya dua alasan
mengapa distorsi ideologi itu rawan. Pertama, setiap
ideologi pada dasarnya memang sudah bersifat distortif.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 126
Syarifudin: Desain Grafis 127

Kedua, distorsi ideologi sangat lihai menggunakan ketiga


jenis distorsi lainnya.
Kita lihat mengapa sangat berbahaya. Ada dua
perspektif yang cenderung menyebarkan distoris ideologi.
Pertama, perspektif yang mengidentikkan kegiatan politik
sebagai hak istimewa sekelompok orang. Perspektif ini
menekankan hanya penguasalah yang berhak menentukan
mana yang politik dan mana yang bukan. Oleh sebab itu
nantinya akan berakhir dengan monopoli politik kelompok
tertentu. Kedua, perspektif yang semata-mata menekankan
tujuan tertinggi suatu sistem politik.Mereka yang menganut
perspektif ini hanya menitikberatkan pada tujuan tertinggi
sebuah sistem politik tanpa mempersoalkan apa yang
sesungguhnya dikehendaki rakyat.

B. Pers dan Kampanye Pemilu


Pemilu merupakan salah satu sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi
perwakilan. Dengan demikian, pemilu dapat diartikan
sebagai mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau
penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang
dipercayai (Ramlan, 1992: 181).
Di dalam pemilu terjadi persaingan antar partai politik
dalam memperebutkan kekuasaan di pemerintahan. Dalam
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 127
Syarifudin: Desain Grafis 128

pemilu atau pada masa kampanye partai politik


melaksanakan fungsinya sebagai partai politik. Salah
satunya yaitu fungsi komunikasi politik.
Pada tiga kali pemilu pasca Orde Baru, pers tampak
semakin mendapat porsi peran yag lebih besar. Cara-cara
kampanye konvensional mulai banyak ditinggalkan. Partai-
partai politik terus melirik peluang-peluang yang biasa
diperankan pers. Penyajian pesan-pesan-politik oleh para
kandidat pun tampak semakin hidup dan bervariasi. Pers
kemudian menjadi alat komunikasi partai-partai politik
untuk merekrut massa. Pendekatan-pendekatan kampanye
inilah yang kemudian telah melahirkan kesan politik yang
relatif berbeda bila dibandingkan dengan suasana pada
beberapa pemilu sebelumnya (masa sebelum era Reformasi).
Meskipun pemilu diikuti banyak partai, tapi setiap partai
tetap tidak menghilangkan kesempatan mengemukakan
agenda-agenda politiknya secara lebih bebas. Sehingga
banyaknya partai peserta pemilu bukan lagi hambatan, tapi
justru merupakan potensi yang akan lebih menguntungkan
pihak pemilih.
Pers memang diakui merupakan salah satu alat
demokratisasi yang cukup efektif. Pers menjadi jembatan
yang menghubungkan kepentingan-kepentingan politik baik
vertikal maupun horizontal. Pers menjadi bagian dari
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 128
Syarifudin: Desain Grafis 129

kehidupan politik untuk mempertemukan rakyat dan


penguasa. Bahkan kebebasan pers sering menjadi salah satu
ukuran apakah suatu negara telah menganut sistem
demokrasi atau tidak. Tidak heran jika di negara-negara
maju, pemanfaatan pers dalam proses politik hampir selalu
mendapat porsi yang sangat besar. Karena itu pula pers
kemudian menjadi kekuatan keempat (the fourth estate)
yang tidak bisa diabaikan dalam tatanan sosial politik suatu
negara.
Sejarah mencatat banyak peristiwa ketika pers
menjadi alat utama sosialisasi politik. Ketika John F.
Kennedy dinyatakan unggul atas lawan politiknya Richard
M. Nixon pada pemilihan presiden amerika Serikat tahun
1960, menrut catatan sejarah, justru karena peran pers yang
telah menyampaikan pesan-pesan politik secara apaik dan
persuasif. Kennedy yang sebelumnya diramalkan akan kalah
dalam pemilu tersebut, ternyata sebaliknya. Media massa
memainkan perannya untuk menutupi sisi-sisi penting yang
dianggap publik dan pihak lawan sebagai kelemahannya.
Sosok Kennedy yang dianggap terlalu muda untuk
menduduki jabatan presiden ketika itu, muncul di layar
televisi serta memenuhi halaman-halaman surat kabar dan
majalah dengan penampilanya yang cukup berwibawa dan
terkesan cukup usia. Sistem suara pun direkayasa sehingga
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 129
Syarifudin: Desain Grafis 130

masyarakat pemirsa menjadi sangat simpatik ketika


mengikuti siaran langsung pidato Kennedy melalui radio
ataupun layar televisi (Asep Saful Muhtadi, 2008:146).
Studi yang dilakukan untuk melihat peran media
dalam kegiatan pemilihan presiden itu merupakan kegiatan
pertama dalam sejarah penelitian efek media massa,
khususnya dalam kasus kampanye. Setelah itu, banyak
dilakukan penelitian tentang efek media massa, baik dalam
konteks pengembangan ilmu maupun untuk kepentingan
pragmatis. Lebih-lebih ketika media massa, baik cetak
maupun elektronik, kini semakin berkembang, studi tentang
efek media pun semakin menarik dilakukan. Bahkan, ketika
hasil penelitian memperlihatkan bahwa lebih dari 70%
kehidupan masyarakat dewasa ini digunakan untuk
berinteraksi dengan media, seperti koran/surat kabar, radio,
televisi, majalah, buku, jurnal, iklan, dan lain sebagainya.
C. Media Massa Dan Politik Massa
Studi atas komunikasi politik dalam abad yang ke dua
puluh, diluar cerita munculnya terbitan koran politik, telah
dibentuk oleh tren ke arah ‚politik massa‛ yang didasarkan
pada hak pilih universal di dalam masyarakat yang
terorganisir secara birokratis dalam skala besar (Mills 1955).
Trend ini telah menempatkan suatu keadaan yang baik pada
kapasitas pemimpin politik untuk mengatur arah pilihan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 130
Syarifudin: Desain Grafis 131

individu pada sebagai besar warga negara, yang mana ikatan


yang ada bersifat jauh atau hanya di permukaan saja.
Terhadap latar belakang ini, pembahasan yang utama yang
telah ditentukan ialah : peran dan pengaruh media massa
yang bersifat komersial, khususnya mempengaruhi
keseimbangan kekuatan di antara pemerintah ‘borjuis’ yang
sudah mapan dan tantangan kaum sosialis dan radikal;
persoalan ‘propaganda’ penggunaan yang masif dan
teroganisir terhadap semua bentuk komunikasi moderen
oleh pemegang kekuasaan untuk mendapatkan dukungan
populer; dan pengembangan kampanye pemilu yang
terencana dan profesional menggunakan alat-alat dan teknik
komunikasi yang baru dan jajak pendapat.
1. Media Massa Dan Partai Politik
Yang pertama dari persoalan yang yang meminta
perhatian khusus yang merubah hubungan antara media
massa dan partai politik dan pertanyaan mengenai pemilikan
dan monopoli dalam alat komunikasi. Seperti Seymour-Ure
(1974) telah mengemukakan pendapatnya, ada 3 dasar
utama dalam hubungan politis antara koran dan partai:
a) Korespondensi organisasional – koran itu milik
partai, dan dirancang untuk mencapai tujuan partai.
b) Mendukung tujuan sebuah partai- sebuah koran
dan menentukan untuk memilih secara editorial untuk
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 131
Syarifudin: Desain Grafis 132

mendukung sebuah partai dan secara konsisten mendukung


kebijakannya.
c) Korespondensi antara pembaca dan dukungan
yang telah diberikan kepada sebuah partai- untuk alasan lain
selain yang telah disebutkan, sebuah koran mungkin saja
menarik pembacanya dari sebuah kelas atau sektor sosial
yang utamanya menyandarkan diri pada arah politik
tertentu, tanpa adanya pilihan politis yang sadar yang telah
dibuat.
Dalam kasus tautan organisasi, setiap dari kondisi
yang lain adalah memungkinkan untuk dijumpai, tetapi tiga
variabel yang disediakan merupakan kunci untuk menguji
hubungan pers dengan partai dari simbiosis total sampai
menjadi kemandirian yang menyeluruh.
Syarat pertama (sebuah dukungan aktif terhadap
tujuan partai merupakan fitur yang umum pada koran-koran
yang awal-awal terbit di Amerika Serikat dan juga sama
umumnya dengan yang di Eropa kontinental, paling tidak
sampai Perang Dunia Kedua. Telah menurun secara besar-
besar kecenderungan sebagai hasil dari kecenderungan
umum kepada : bent;uk politiik yang kurang ideologis tapi
elbih bersifat pragmatik; lebih banyak pada komersialisasi
pers (lebih suka kepada netralitas atau keseimbangan
kepentingan politik dalam kepentingan meluaskan cakupan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 132
Syarifudin: Desain Grafis 133

pemasaran); penurunan dalam persaingan dan pilihan (koran


yang memonopoli cenderung kurang terbuka pada
pesekutuan kepada partai); meningkatnya profesionalisasi
junalisme, yang juga lebih menyukai obyektifitas dan
informasi atas advokasi dan peran propaganda pers.
Keterlibatan pers juag dibawah tekanan dari munculnya
keseimbangan moral, dan obyektifitas jurnalisme yang
dipraktikkan (seringkali merupakan persoalan kebijakan
publik) dalam penyiaran.
2. Propaganda Media Massa
Studi moderen terhadap komunikasi politik
sebenarnya dimulai dengan studi propaganda, khususnya
sebagai respon terhadap penggunaan yang dibuat oleh alat
baru komunikasi (media dan film) selama dan sesudah
perang dunia pertama untuk memajukan patriotisme dan
juga ideologi lain diantara media massa nasional. Persamaan
yang awal pada komunikasi politik dengan propaganda
dikuatkan oleh adanya contoh seperti Uni Soviet dan Nazi
Jerman, keduanya menggunakan monopoli pengaturan
media massa (sekarang termasuk di dalamnya adalah radio)
karena mereka memiliki proyek yang berbeda dalam
transformasi sosial.
Tidak mengherankan, istilah ‘propaganda’
mendapatkan konotasi negatif. Hal ini digunakan sebagai
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 133
Syarifudin: Desain Grafis 134

indikasi untuk membentuk komunikasi persuasif dengan


fitur atau keistimewaan sebagai berikut: proses komunikasi
adalah ditujukan untuk pengirim pesan daripada untuk
penerima pesan, atau untuk mendapatkan manfaat bersama;
hal ini melibatkan tingkat pengendalian yang tinggi dan
manajemen dengan mengandalkan sumber yang ada; tujuan
dan kadang-kadang identitas dari sumber seringkali
disembunyikan. Secara umum, propaganda bersifat
‘manipulatif’, satu arah dan memaksa (Jowett dan O’Donell
1987). Dalam makna peyoratif (pemburukan makna), istilah
propaganda masih mengacu kepada komunikasi langsung
dari partai politik dengan adanya peran media massa untuk
merancang dan memobilisasi dukungan.
3. Riset Kampanye Pemilihan
Studi yang sistematis terhadap komunikasi pemilu
dengan sendirinya dibuat mungkin oleh adanya kemajuan
dalam teknik mengukur sikap dan opini dan metode analisis
statistik yang punya banyak variasi. Bagaimanapun juga,
metode semacam itu diminati pencariannya dalam efek
jangka pendek pada individual dan mengarah pada
pengabaian jenis efek yang lain- pada institusi dan
perubahan politik jangka panjang.
Disamping adanya penemuan yang menjadi penyebab
pada riset empiris tentang efektifitas kampanye (hal ini
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 134
Syarifudin: Desain Grafis 135

sangat sulit untuk dibuktikan efek signifikansi langsung-


nya), komunikasi politik hadir pada periode sesudah perang
dan khususnya setelah hadirnya teknologi televisi, menjadi
lebih banyak diidentifikasikan dalam banyak negara dengan
praktek kampanye multimedia yang intensif dan luas oleh
partai dan kandidat dalam persaingan menuju pemilu.
Kampanye-kampanye ini sering dibuat model iklan
komersial dan secara meningkat mengadopsi pemikiran dan
metode yang sesuai untuk produk marketing, mencoba
untuk mewujudkan dan kemudian ‘menjual’ ‘image’ partai
dan pemimpinnya. Tidak juga tujuan dalam prinsip pada
strategi ini maupun ketidakpastian mengenai kemujaraban
mampu mencegah kecenderungan ini.
D. Kampanye Sebagai Komunikasi Politik
Jauh-jauh hari sudah banyak Parpol atau calon
tertentu yang sudah berkampanye secara terselubung.
Mereka mulai berebut simpati massa lewat pendekatan-
pendejkatan persuasif. Semuanya mendadak menjadi baik
hati, dan perhatian terharap rakyat. Jelas kondisi ini sangat
kontaras dengan hari-hari biasanya.
Menjelang Pemilu adalah masa saatnya kampanye
dimana setiap Parpol atau calon melakukan pendekatan
pada massa untuk menarik dukungan. Roger dan Storey
(dalam Antar Venus, 2004: 7) memberi pengertian
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 135
Syarifudin: Desain Grafis 136

kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang


terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada
sejumlah besar khalayak yang dilakuan secara berkelanjutan
pada kurun waktu tertentu. Perlu diperhatikan bahwa pesan
kampanye harus terbuka untuk didiskusikan dan dikritisi.
Hal ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye
pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik bahkan
sebagian kampanye ditujukan sepenuhnya untuk
kepentingan dan kesejahtraan umum (public interest). Oleh
karena itu isi pesan tidak boleh menyesatkan, maka disini
tidak perlu ada pemaksaan dalam mempengaruhi.
Apapun ragam dan tujuannya, menurut Pflau dan
Parrot upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu
terkait dengan aspek pengetahuan, sikap, dan prilaku.
Dalam aspek pengetahuan diharapkan akan munculnya
kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang isu tertentu, yang
kemudian adanya perubahan dalam ranah sikap. Pada tahap
akhir dari tujuannya yaitu mengubah prilaku masyarakat
secara konkret berupa tindakan yang bersifat insidental
maupun berkelanjutan.
Kampanye dalam Pemilu pada dasarnya dianggap
sebagai suatu ajang berlangsungnya proses komunikasi
politik tertentu, yang sangat tinggi intensitasnya. Ini
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 136
Syarifudin: Desain Grafis 137

dikarenakan terutama dalam proses kampanye pemilu,


interaksi politik berlangsung dalam tempo yang
mengingkat. Setiap peserta kampanye berusaha
meyakinkanpara pemberi suara/konstituen, bahwa kelompok
atau golongannya adalah calon-calon yang paling layak
untuk memenangkan kedudukan.
Dalam masa kampanye Pemilu, media dalam hal ini
media massa maupun elektronik sangat potensial dalam hal
memepengaruhi publik untuk menggalang dukungan. Pada
kasusu pemilu jenis kampanye yang digunakan adalah
candidate-oriented campaigns atau kampanye yang
berorientasi pada kandodat yang dimotivasi untuk
mendapatkan kekuasaan. Karena memang tujuan dari
kampanye Pemilu adalah untuk pengisian jabatan publik
(rekruitmen politik). Karena berbicara politik adalah
berbicara soal perebutan kekauasaan.
Pada dasawarsa yang lalu banyak teoritisi komunikasi
masih memandang media sebagai komponen komuniksasi
yang netral. Pada waktu itu berlaku asumsi bahwa media
apapun yang dipilih untuk menyampaikan pesan-pesan
komunikasi tidak akan mempengaruhi pemahaman dan
penerimaan pesan oleh masyarakat. Lalu bagaimanakah
realitas media akhir-akhir atau saat ini sebagai alat

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 137
Syarifudin: Desain Grafis 138

komunikasi politik dalam kampanye Pemilu? Apakah media


mampu mempertahankan kenetralannya dalam Pemilu?
Dalam sebuah negara yang belum demokratis, media
massa yang netral sangat sulit ditemukan. Hal ini dapat
dipahamai karena pemerintah memiliki otoritas yang kuat
dalam menjaga stabilitas. Tak heran jika media di dalam
negara tersebut sangat selektif menyiarkan berita dan
tentunya melewati kontrol pemerintah.
Begitu juga kondisi media di negara Indonesia sejak
dahulu. Media massa yang ada pun biasanya merupakan
representasi dari pemerintah atau Parpol tertentu. Jadi
begaimana media mampu berperan netral dalam
menciptakan demokrasi kalau dia sendiri lahir dari ‘tangan-
tangan’ politik ?.
Pada masa orde baru media adalah pendukung
pemerintah. Maka setiap beritapun tentu selalu memuji
pemerintah dan kalaupun ingin mengritik pemerintah harus
dengan cara yang amat halus dan tidak tajam. Begitu juga
saat Pemilu, media tentunya akan pro pada partai
pemerintah.
E. Peran media massa
Menurut Mc Quail, secara umum media massa
memiliki berbagai fungsi bagi khalayaknya yaitu pertama,
sebagai pemberi informasi; kedua, pemberian komentaratau
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 138
Syarifudin: Desain Grafis 139

interpretasi yang membantu pemahaman maknainformasi;


ketiga, pembentukan kesepakatan; keempat, korelasi
bagian-bagian masyarakat dalam pemberian respon terhadap
lingkungan; kelima, transmisi warisan budaya; dan keenam,
ekspresi nilai-nilai dan simbol budaya yang diperlukan
untuk melestarikan identitas dan kesinambungan
masyarakat (Yuniati, 2002: 85).
Oleh karena itu media massa seharusnya menjadi
sarana pencerahan dan transformasi nilai-nilai kebenaran
agar masyarakat dapat melihat secara apa adanya. Media
sebaiknya tidak memunculkan kesan menilai atau
keberpihakan khususnya dalam masa kampanye Pemilu.
Biarlah masyarakat sendiri yang akan menilai. Yang
diperlukan media hanyalah menyampaikan informasi yang
sebenarnya, jelas hitam putihnya. Sehingga masyarakat
tidak terjebak pada pilihan mereka, karena persoalan Pemilu
adalah persoalan masa depan bangsa. Media harus mampu
bersikap objektif dalam penayangan berita. Selanjutnya
pengaruh dari media massa terhadap politik dapat di
bedakan menjadi dua, yaitu pengaruh televisi (media massa
elektronik) dan pengaruh surat kabar (media massa cetak)
1. Pengaruh televisi
Munculnya televisi sebagai media paling disukai
dalam komunikasi politik (meskipun hal ini sering diikuti
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 139
Syarifudin: Desain Grafis 140

dengan gerak koran media yang secara politis lebih bebas),


yang berhubungan dengan perubahan sosial yang lain, telah
membuat hasil yang lebih luas dan tidak disengaja
(meskipun hubungan yang menjadi penyebab tidak dapat
sepenuhnya diwujudkan). Hal ini mungkin memiliki
kontribusi menuju sentralisasi yang lebih besar dalam
politik, sebuah penurunan dalam organisasi akar rumput
atau grass root massa, sebuah penurunan dalam partisan
tajam dan pembagian ideologi (karena televisi menyokong
‘orang bawah-menengah’), sebuah peningkatan dalam
penggunaan dan pengaruh polling opini untuk mengarahkan
perencanaan kampanye dan untuk memonitor
kesuksesannya, dan sebuah peningkatan dalam keadaan
meningkat pada pemilih sebagai sesuatu yang melekat dan
proses pemilihan lebih berpengaruh oleh adanya pemikiran
dan berita yang ada.
Kelihatan menjadi suatu kasus bahwa kekuasaan yang
bersifat nisbi pada mereka yang mengendalikan ‘gerbang’
media massa secara umum telah meningkat vis-à-vis bagi
para politisi. Dalam istilah yang singkat, para politisi
memerlukan akses untuk media lebih daripada media
membutuhkan politisi, dan peran politik pembuat keputusan
media telah meningkat dan menjadi lebih sensitif. Bahkan
pemerintah dan para pejabat kantor sangat tergantung pada
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 140
Syarifudin: Desain Grafis 141

atensi media, meskipun kekuatan mereka sendiri untuk


mengendalikan peristiwa dan untuk membuat tuntutan atas
akses yang mereka berikan merupakan keuntungan yang
merupakan aksi pencegahan.
Dalam hal kampanye, media massa baik cetak maupun
elektronik merupakan sebuah salauran kampanye terhadap
konstituen. Apalagi dengan arus teknologi ini, rasanya
media elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk
mempengaruhi pandangan masyarakat khususnya dalam
masa kampanye Pemilu. Medium ini telah berkembang
pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Hal itu salah
satunya disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang
memiliki televisi maupun radio, bahkan sebagian lagi sudah
mampu menggunakan internet. Oleh karena itu banyak
Partai maupun calon yang akan berkompetisi di Pemilu
menggunakan sarana atau saluran kampanye melalui media
elektronik khususnya televisi.
Banyak sedikitnnya penayangan yang berhubungan
dengan transformasi ataupun sosialisasi visi dan misi dari
sebuah Partai maupun calon yang dijagokannya akan sangat
mempengaruhi penilaian masyarakat terhadapnya. Oleh
karena itu, bagi yang ingin mendapat kemenangan suara
harus mampu ‚menguasai‛ media ini dengan penayangan
iklannya. Tetapi tidak sedikit biaya tentunya.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 141
Syarifudin: Desain Grafis 142

Contoh kasus bisa kita lihat pada Pemilu tahun 2004


kemarin khususnya Pemilu pemilihan presiden. Siapa yang
sering terlihat di layar TV dari setiap stasiun televisi, dialah
yang berhasil menarik simpati masyarakat. Saya teringat
pada masa Pemilu legislatif di TPS ada seorang nenek yang
bertanya pada petugas TPS untuk menunjukkan mana yang
berlambang moncong putih yang akan dia coblos. Dengan
enteng nenek tersebut berargumen bahwa bukannya gambar
moncong putih yang harus dicoblos menurut iklan televisi
dan yang sering diingatnya. Juga atusias kaum ibu-ibu yang
riuh dalam mencoblos foto SBY sebagai idolanya bukan
karena kesadaran politik.
Dari ilustrasi ini menggambarkan begitu kuatnya
pengaruh media televisi untuk mempengaruhi orang awam
sekalipun seperti mereka. Dengan televisi, kampanye
mampu menjangkau orang-orang yang cacat sekalipun
seperti tuna netra dan tuna rungu. Bagi mereka yang
takdapat melihat, bisa menikmati dengan mendengar, begitu
juga bagi yang tak dapat mendengar dapat menikmatinya
dengan visualisasinya. Selain faktor aktualitas, televisi
dengan karakteristik audio visualnya memberikan sejumlah
keunggulan, diantaranya mampu menyampaikan pesan
melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, serta
dapat menayangkan ruang yang sangat luas kepada sejumlah
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 142
Syarifudin: Desain Grafis 143

besar pemirsa dalam waktu bersamaan (Nurrahmawati,


2002: 97).
Iklan tidak hanya sering tapi juga harus menarik dan
mudah diingat oleh masyarakat. Pemberitaan mengenai
Partai maupun tokoh juga berpengaruh terhadap persepsi
masyarakat. Misalnya Partai mana saja yang sering
melakukan kecurangan atau bertindak anarki akan dapat di
lihat masyarakat secara aktual. Oleh karena itu opini yang
‘sengaja’ dibentuk oleh media menjadi senjata untuk
menaikan ataupun menjatuhkan pamor salah satu kontestan
Pemilu.
Dengan demikian diperlukan obyektivitas dan
netralitas dari media itu sendiri agar tercipta iklim yang
baik dalam masa Pemilu. Namun kita juga tidak boleh
melupakan salah satu tujuan usaha yaitu tentunya profit.
Artinya kita jangan mudah terpedaya oleh media massa
yang mengatasnamakan berimbang dan tidak memihak.
Karena penayangan iklan tentunya tidak gratis. Banyak
sedikitnya penayangan ditentukan oleh besar kecilnya biaya.
Selain itu juga kita perlu melihat siapa yang ada di balik
media itu. Sedekat apakah hubungan antara sebuah media
dengan pemerintah, Parpol, maupun tokoh politik lainnya.
Ini sebagai parameter untuk mengukur netralitas sebuah

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 143
Syarifudin: Desain Grafis 144

media. Karena ini mempengaruhi pada setiap pemberitaan


oleh media.
Tentunya kita sering melihat sebuah media lebih
condong pada pemerintah atau partai tertentu. Kalau kita
jeli dalam mencermati berita oleh media cetak ataupun
elektronik, terkadang pemeberitaan selalu menyudutkan
salah satu pihak dan mengunggulkan pihak yang lain. Selalu
mencari kesalahan pihak ‘lawan’ tanpa melihat juga
kesalahan pihak yang dibela.

2. Pengaruh surat kabar


Selain televisi, surat kabar atau media cetak memiliki
andil dalam pembentukan persepsi masyarakat. Persepsi
merupakan sebuah proses pemberian makna terhadap apa
yang kita tangkap dari indera kita, sehingga kita
memperoleh pengetahuan baru dari hal tersebut. Persepsi
sangat dipengaruhi oleh informasi yang ditangkap secara
keseluruhan. Begitu juga dengan pencitraan pada dasarnya
juga dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan
dipersepsi.
Informasi atau berita dalam media massa merupakan
hasil seleksi yang dilakukan oleh gatekeeper yang dijabat
oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana surat kabar.
Berita dalam surat kabar sendiri dapat didefinisikan sebagai
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 144
Syarifudin: Desain Grafis 145

sebuah laporan dari suatu kejadian penting dan dianggap


menarik perhatian umum. Berita merupakan salah satu
informasi yang diberikan oleh surat kabar. Dalam hal
penyajian berita harus melalui seleksi. Karena isi berita
sangat berpengaruh pada minat masyarakat untuk membaca.
Oleh karena adanya seleksi dalam pemuatan berita,
maka tidak semua berita atau informasi yang ada dapat ter-
expose. Berita yang dimuat biasanya hanya berita yang
memiliki nilai jual. Terkadang dari sinilah kurang netralnya
sebuah media. Media hanya mementingkan keuntungan saja,
terkadang media kurang memeprhatikan masyarakat kecil
khususnya. Sehingga mereka tak pernah terjamah oleh dunia
elit.
Patterson berkesimpulan bahwa informasi surat kabar
lebih efektif bagi khalayak dibanding televisi. Sajian berita
surat kabar selain bentuk kata tercetak, juga kerap dalam
bentuk visual berupa foto berita, lambang patai politik, atau
karikatur. Dari asumsi ini terlihat bahwa surat kabar
memiliki pengaruh yang besar pula dalam kampanye politik.
Menurut hasil penelitian terhadap mahasiswa, bahwa
penonjolan berita pemilu melalui frekuensi pemunculan
berita dan judul berita Organisasi Peserta Pemilu (OPP)
terhadap persepsi mahasiswa tentang partai politik
menunjukkan pengaruh yang signifikan (Yuniati, 2002).
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 145
Syarifudin: Desain Grafis 146

Suatu pesan atau berita yang sering diulang-ulang akan


dapat menarik perhatian seseorang dabanding dengan pesan
yang kurang banyak diungkapkan. Terlebih jika suatu berita
serentak di berbagai surat kabar maupun televisi
ditayangkan. Dalam surat kabar, sebuah berita besar atau
yang menjadi topik utama selalu ditempatkan di halaman
depan dengan judul yang menarik dan membuat penasaran
ditambah dengan foto yang mendukung.
Semakin sering seorang tokoh atau berita tentang
partai dimuat di halaman itu, maka akan semakin
terkenallah dia. Kita coba ingat kembali berita dalam surat
kabar pada waktu menjelang Pemilu 2004. Siapakah calon,
tokoh, atau partai yang sering ‘berpose’ di halaman utama.
Tentunya kita sering melihat berita tentang tokoh baru
tersebut, tentunya seorang figur Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Nama dan partainya begitu sering
muncul, ditambah dengan berita yang membuat simpati
pada tokoh tersebut akibat disia-siakan oleh pemerintah
sewaktu menjabat menteri.
Ternyata media massa baik surat kabar maupun
televisi berpengaruh sangat besar bagi pemenangan dalam
Pemilu. Komunikasi politik lebih efektif melalui sarana
tidak langsung atau menggunakan media tersebut. Karena
pesan yang disampaikan akan serentak diketahui oleh orang
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 146
Syarifudin: Desain Grafis 147

banyak di segala penjuru dan juga dapat diulang-ulang


penayangannya. Persepsi, interpretasi, maupun opini publik
mudah dipengaruhi lewat iklan maupun berita dalam media.
Maka untuk menghindari terjadinya disfungsi media, media
harus bisa menjadi penengah atau perantara antara
pemerintah, elit partai, dan masyarakat. Di masa reformasi
ini, dimana sudah mulai ada kebebasan pers seharusnya pers
harus mengubah pola kerjanya yang semula ‘menjilat’
pemerintah karena terpaksa, tetapi sekarang harus netral dan
sebagai alat kritik sosial bagi pemerintah maupun
masyarakat.
F. MEDIA DAN CITRA POLITIK
JELANG PEMILU
Media merupakan perangkat besar menuju satu tujuan
besar dalam suatu bangsa dan negara. Dalam
mewujudkannya harus terdapat kekuatan yang besar.
Mereka yang menguasai media memiliki kuasa begitu besar.
Tujuan besar itu membangun budaya Rakyat atau
menguasainya.
Beberapa media besar, terutama televisi, telah
membuka lebar pintu kesempatan bagi setiap partai politik
dan tim sukses calon presiden dan calon wakil presiden
berlomba melakukan kampanye di dalam perhelatan besar
demokrasi, Pemilihan Umum (pemilu) Legislatif dan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 147
Syarifudin: Desain Grafis 148

Eksekutif pada April dan Juli 2009. Berbagai langkah dan


upaya terkait kebutuhan serta kepentingan politik jelang
pemilu coba dilancarkan elit dan partai politik
memanfaatkan media massa sebagai instrumennya.
Relevansi hal itu dapat ditinjau melalui keberadaan UU No.
10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan
DPRD. Undang-undang itu memuat 11 materi pasal dalam
bagian keenam mengenai Pemberitaan, Penyiaran, dan Iklan
Kampanye. Di antaranya Pasal 89 dan Pasal 90 Paragraf 1,
Pasal 91 Paragraf 2, dan Pasal 92 Paragraf 3. Kemudian
Pasal 93 sampai Pasal 100 Paragraf 4.
Peran media yang dimuat dalam undang-undang
pemilihan umum membuat media berani melangkah lebih
jauh berkontribusi di pemilu. Adalah Metro TV dan TV
One, dua stasiun televisi yang berpartisipasi aktif dalam
menyediakan ruang besar khusus setiap dinamika pemilu
untuk dilepas ke Rakyat. TV One telah menyematkan
sebagai TV Pemilu. Metro TV dengan Election Channel-
nya. Begitu pun, berbagai media cetak menyediakan kolom
khusus terkait program pemilu. Terlebih forum kampanye
dan debat presiden dan wakil presiden. Media-media itu
secara elegan menyajikan rangkaian program khusus pemilu,
meliputi pemberitaan, sorotan politisi dan partai politik
beserta program-programnya, survei pemilih, iklan politik,
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 148
Syarifudin: Desain Grafis 149

sampai pada perdebatan terbuka antar tokoh politik maupun


partai.
Berbagai kemasan program-program terkait pemilu di
dalam media-media besar pada dasarnya hanya sekadar
mengemukakan khasanah pergulatan antara para politisi
dari setiap partai politik yang ada kepada Rakyat.
Selebihnya kembali kepada Rakyat yang ditempatkan
sebagai penimbang, sekaligus pada akhirnya pengambil
keputusan di saat pemilu berlangsung nantinya. Dengan
kata lain, media merupakan arena penyampaian isi terkait
Pemilu 2009, dimana politisi dan partai-partai politik adalah
pemain sekaligus penulis isi informasi dan sutradara.
Sementara itu, Rakyat hanya penonton.
1. Pencitraan Realitas dan Hegemoni
Menurut Jean Baudrillard, filsuf dan pakar komunikasi
Perancis, media merupakan agen simulasi (peniruan) yang
mampu memproduksi kenyataan (realitas) buatan, bahkan
tidak memiliki rujukan sama sekali dalam kehidupan kita.
Teori Baudrillard masuk akal dihubungkan pada banyaknya
iklan-iklan di televisi, radio, dan media cetak menampilkan
tokoh-tokoh dengan bendera satu partai politik di
belakangnya. Partai-partai politik itu memproduksi
kenyataan buatan bermuatan politis agar mendapatkan
dukungan di pemilu. Proses dramatisasi ditunjukkan dengan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 149
Syarifudin: Desain Grafis 150

mengangkat tema besar yang sensitif dan populer di


hadapan Rakyat dan selalu dihubungkan dengan kekuasaan
politik individu dan kelompok atau partai.
Kenyataan buatan yang ditampilkan lewat iklan dan
program-program politik di media sesungguhnya
membodohi dan menipu Rakyat karena tidak sesuai dengan
kenyataan sesungguhnya. Coba nilai, iklan politik Susilo
Bambang Yudoyono (SBY), presiden saat ini, menonjolkan
keberhasilan pemerintahannya menurunkan harga bahan
bakar minyak (BBM) sebanyak tiga kali setelah
pemerintahannya sendiri menaikkan harga BBM. Semua
orang tahu naik-turunnya harga BBM di Indonesia
mengikuti harga BBM dunia. Kenaikan harga BBM telah
meningkatkan jumlah orang miskin. Tetapi SBY dengan
bangga tanpa merasa bersalah sedikit pun menyatakan
secara terbuka di beberapa media bahwa dia yang
menurunkan harga BBM.
Begitu pun iklan lawan politiknya, Megawati. Dia
memasang iklan untuk menepis iklan keberhasilan SBY.
Pada iklan tersebut, Megawati megunakan data-data
kegagalan pemerintah untuk menjatuhkan pamor SBY.
Padahal, banyak kegagalan Megawati saat menjabat
menjadi presiden (termasuk menaikkan harga BBM),
sehingga dia saat itu kehilangan pamor dan SBY terpilih
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 150
Syarifudin: Desain Grafis 151

menjadi presiden. Sampai saat ini Megawati dan mesin


politiknya tidak menunjukkan program-program konkret
untuk Rakyat.
Pencitraan yang paling populer dan emosional, namun
tetap menipu dimainkan oleh tim sukses Prabowo Subianto
dari Partai Gerindra. Iklannya menyentuh isu-isu sensitif
rakyat, seperti ketahanan pangan. Prabowo di iklan itu
disosokkan sebagai calon pemimpin negara yang mampu
membawa perubahan dan mengajak rakyat untuk ambil
bagian bersamanya di pemerintahan selanjutnya. Namun,
Prabowo tidak mempunyai jejak rekam kehidupan yang
perhatian penuh terhadap pangan dan rakyat miskin.
Prabowo justru masih dihantui kasus penculikan dan
penghilangan paksa para aktivis pada tahun 1998-1999. Dia
ditengarai terlibat langsung pada operasi itu.
Tidak kalah lagi, Jusuf Kalla, mengiklankan citra
ekonomi kemandirian dan keberagaman suku bangsa
Indonesia. Padahal kita tahu dia adalah saudagar besar di
Indonesia yang tidak pernah puas menumpuk kekayaannya.
Partai politik memang sadar betul bahwa aksi-aksi
politiknya menjadi tidak berarti tanpa kehadiran media.
Menurut C. Sommerville, dalam bukunya Rakyat Pandir
atau Rakyat Informasi (2000), kegiatan politik niscaya akan
berkurang jika tidak disorot media. Ada beberapa hal
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 151
Syarifudin: Desain Grafis 152

memengaruhi itu, salah satunya media memiliki


kemampuan reproduksi citra dahsyat. Beberapa aspek dari
reproduksi citra bisa dilebihkan dan dikurangi dari realitas
aslinya. Selain itu, media menyediakan beragam makna
untuk mewakili dan membangun kembali fakta tidak
terkatakan (unspeakable), yaitu beragam kepentingan politis
dan finansial yang sengaja disembunyikan di balik berita
dan semua isi yang tersaji melalui media. Kemampuan
mendramatisir oleh media pada gilirannya merupakan
amunisi yang baik bagi para politisi, terlebih menjelang
pemilu, untuk memengaruhi Rakyat sebagai penonton
sehingga mendukung para politisi dan partai-partai politik.
Selain pencitraan politisi dan partai politik,
penggiringan opini tentang keharusan Rakyat untuk
memilih dalam pemilu gencar dimainkan oleh tokoh
masyarakat, organisasi masyarakat, politisi, partai politik,
lembaga-lembaga negara, terlebih media. Namun, di sisi lain
komunitas golput dan kepentingannya yang begitu
fenomenal sangat tidak diakomodir oleh berbagai media.
Padahal, golput merupakan bentuk nyata kesadaran politik
Rakyat.
Adanya pencitraan opini untuk Rakyat di media
menurut Gramsci karena media memiliki kuasa hegemoni.
‚Kuasa media‛ dari kelas yang berkuasa itu mengadakan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 152
Syarifudin: Desain Grafis 153

kepemimpinan moral dan intelektual Rakyat dengan


program-programnya. Prosesnya berjalan dalam sistem yang
berbeda dengan dominasi dan berlangsung tidak dengan
paksaan. Ini yang membedakan hegemoni dan dominasi.
Hegemoni berlangsung secara ideologis (ide-ide dan
intelektualitas), sedangkan dominasi berjalan melalui
kekerasan.
Ideologi dalam pandangan Gramsci tidak hanya
dilandasi oleh sistem ekonomi, namun tertanam di semua
aktivitas Rakyat, termasuk sensitivitas politik. Sehingga,
ideologi diartikan dalam kehidupan dengan tidak dipaksa
oleh satu kelompok namun menembus dan di luar kesadaran
(politik). Hegemoni meminimal kontradiksi (pertentangan)
dan antagonisme (perlawanan) dari Rakyat, baik secara
sosial maupun etis.
Louis Althusser, seorang pemikir strukturalis
Perancis, memperkenalkan dua istilah kunci terkait ideologi.
Pertama, Repressive State Apparatus (RSA). Kedua,
Ideological State Apparatus (ISA). RSA berfungsi melalui
kekerasan, baik dalam bentuk kekerasan fisik maupun non
fisik. Kekerasan ini dilakukan oleh aparat negara yang
represif, terdiri dari pemerintah, tentara, polisi, birokrasi,
pengadilan, penjara dsb. Sementara itu, ISA menjalankan
fungsinya secara ideologi.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 153
Syarifudin: Desain Grafis 154

Perbedaan antara ISA dan RSA begitu jelas dan tidak


bisa disamarkan. Perbedaannya, yaitu pertama, hanya ada
satu RSA, namun pada sisi yang lain terdapat keragaman
ISA. Kedua, RSA bergerak terbatas pada wilayah publik,
sedangkan ISA dapat bergerak ke wilayah privat, seperti
melalui lembaga agama, keluarga, sekolah, media massa,
dsb.
Gagasan Gramsci dan Althusser menyimpulkan proses
penindasan hegemonik lewat media, yakni media tidak
berfungsi dengan cara-cara penindasan secara fisik,
melainkan menyebarkan gagasan-gagasan dominan yang
diproduksi oleh kelas yang dominan yang sedang menguasai
negara.
Lebih lanjut Marx dan Engels menyatakan, the ideas
of the ruling class are in every epoch the ruling ideas, i.e.
the class which is the ruling material force of society, is at
the same time its ruling intellectual force. The class which
has the means of material production at its disposal, has
control at the same time over the means of mental
production, so that thereby, generally speaking, the ideas
who lack the means of mental production are subject of it
(Marx and Engels, Storey [ed], 1995: 196).
Jika memang demikian, dunia perpolitikan hanya
menjadi ‚realitas politik yang sudah dikemas (manufactured
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 154
Syarifudin: Desain Grafis 155

political realities)‛. Inilah era kekuasaan media


(mediacracy) mencapai titik puncaknya. Media secara
sempurna mampu melakukan rekayasa terhadap realitas
politik. Dengan kata lain, media memiliki peran besar
sebagai pendefinisi realitas politik.
Kepentingan politis dan finansial inilah yang menjadi
landasan pertanyaan kritis tentang ‚keberimbangan
informasi‚ terhadap Rakyat. Keberimbangan yang dimaksud
berbicara tentang keadilan peran serta Rakyat terhadap
media, kebenaran isi informasi yang berdasar pada
kenyataan yang sesungguhnya (realistis), bukan kenyataan
buatan, dan keberpihakan media kepada Rakyat.
‛Keberimbangan informasi‛ tidak dapat terwujud ketika
kepemilikan media didominasi oleh penguasa (pemodal dan
elit politik).
2. Rakyat Diantara Media Massa dan Penguasa
Hubungan media dengan Rakyat dipengaruhi gejolak
kondisi sosial yang berkarakter pada kesejahteraan ekonomi
dan kekuasaan politik yang berbeda (timpang) antara kelas
sosial yang satu dengan kelas sosial yang lain. Kondisi ini
dapat dilihat hubungan media dengan institusi sosial lain.
Pada tingkat tertentu media bersaing dengan kekuasaan dan
pengaruh yang dominan atau media memperkuat kekuasaan
dan pengaruh dominan itu.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 155
Syarifudin: Desain Grafis 156

Sejalan dengan itu, pendekatan Marxisme melihat


media sebagai alat dari kelas dominan, yakni alat dominasi
penguasa untuk mempertahankan kekuasaan yang sedang
berlangsung (status quo) dan sebagai sarana kelas pemilik
modal untuk menggandakan modalnya. Media dalam
konteks itu selalu menyebarkan ideologi dari kelas yang
berkuasa kepada Rakyat. Kondisi itu memperlihatkan
tekanan kepada kelas yang dibawahnya, yakni Rakyat.
Fungsi media menjadi begitu tereduksi
(turun/berkurang) ketika sistem ekonomi-politik media
menjadi paham dan bagian dari kekuasaan yang ada.
Menurut teori politik ekonomi media, kepemilikan media
pada segelintir elit pengusaha dan penguasa telah
menyebabkan patologi atau penyakit sosial. Teori ini
didasarkan pada satu pengertian ekonomi politik sebagai
studi mengenai relasi sosial, khususnya menyangkut relasi
kekuasaan, baik dalam produksi, distribusi dan konsumsi
sumber daya (resourches), berupa surat kabar, majalah,
buku, kaset, film, internet dan sebagainya (Moscow, The
Political Economy of Communication, 1998: 25). Sehingga,
kandungan media menjadi barang dagangan (komoditi) yang
dijual di pasar. Informasi yang menyebar dikendalikan oleh
apa yang pasar akan tanggung. Sistem itu membawa
dampak mekanisme pasar yang tidak ambil risiko, suatu
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 156
Syarifudin: Desain Grafis 157

bentuk mekanisme pasar yang kejam karena membuat media


tertentu mendominasi wacana publik dan lainnya
terpinggirkan. Di arena politik, informasi menjadi barang
dagangan bernilai politis yang terbuka peluang begitu lebar
untuk direkayasa untuk kepentingan politik.
Beberapa hal di atas, dinamisasi hubungan yang
terjadi antara media, Rakyat, dan politik, menunjukkan
siklus pergumulan kelompok-kelompok dominan atau
berkuasa. Kelompok dominan yang dimaksud adalah politisi
pemegang kekuasaan dan calon pemegang kekuasaan, dan
pemilik modal yang saat ini terspesifikasi menjadi
pengusaha, pemilik perusahaan, investor, dan lain-lain.
Sementara itu, Rakyat Tertindas: pekerja, petani, nelayan,
perempuan, kelompok minoritas, merupakan kelompok yang
dikuasai dalam kehidupan sosial.
3. Media Alternatif Milik Rakyat
Media yang dikuasai dan dijalankan oleh Rakyat harus
dibangun guna melawan hegemoni dan dominasi penguasa
yang menindas Rakyat. Media ini disebut Media Rakyat,
merupakan instrumen ideal yang harus dimiliki oleh
kelompok tertindas. Media Rakyat dijadikan benteng
pertahanan budaya Rakyat sekaligus mesin perang melawan
penindasan dalam konteks melawan pembodohan melalui
media komersil besar saat ini. Perancangan opini baru
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 157
Syarifudin: Desain Grafis 158

progresif yang lebih mendidik dan mencerdaskan di Media


Rakyat akan menjadi gagasan yang berlawan terhadap
segala bentuk hegemoni dan dominasi.
Setelah itu, media-media Rakyat progresif (radio,
buletin, koran, situs, web blog, buku, media seni rupa dan
pertunjukkan, dan televisi komunitas) yang ada segera
membangun jejaring programatik berisi berbagai muatan
untuk melawan media milik pemodal dan penguasa.
Sehingga, opini yang progresif berpihak kepada Rakyat akan
terbangun untuk menyaingi besarnya tiap-tiap wacana dan
program yang terlahir dari media-media komersil saat ini.
Perjuangan Media Rakyat harus didasari dengan
membangun kemandirian. Pondasi kerjanya harus
menghilangkan ketergantungan terhadap media besar saat
ini dan tidak terjebak ke dalam pusaran kapitalisme. Satu
hal yang diyakini di dalam Media Rakyat adalah Rakyat
berdaulat atas media. Dengan demikian, Rakyat berdaulat
atas ide-ide, intelektualitas, dan budayanya.

G. Menjamurnya Iklan Politik Menjelang Pemilu


2009
Kebanyakan media massa akhir-akhir ini di ramaikan
oleh iklan-iklan politik dari berbagai politisi ataupun partai.
Baik media cetak, elektronik maupun media lainnya, hampir
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 158
Syarifudin: Desain Grafis 159

setiap hari didalamnya kita disuguhi oleh iklan-iklan politik


tersebut. Pada awalnya, kita sering melihat iklan-iklan
politik ini hanya mengandung unsur ajakan, coblos ini
coblos itu, tetapi seiring dengan semakin mendekatnya
momentum pesta demokrasi, pemilu 2009, iklan-iklan tidak
hanya bersifat ajakan atau mengarahkan mana yang harus
dicoblos, melainkan sudah dalam tempo saling serang.
Bukankah seharusnya memang ada panduan bagaimana
iklan politik yang baik dan sesuai etika?
Pada dasarnya memang iklan adalah cara pragmatis
untuk menaikkan rating atau kepopuleran dari seorang figur
politisi atau partainya, tetapi sebaiknya iklan tetap
mengandung etika yang harus dipenuhi. Misalnya, tingkat
kejujurannya, benar, berani bertanggung jawab, bersaing
secara sehat dan melindungi dengan menghargai publik,
tidak melanggar hukum negar, nilai-nilai agama, adat,
susila, ataupun golongan.
Dengan melakukan iklan, politisi atau partai dapat
mendongkrak tingkat popularitasnya. Contohnya, sewaktu
belum memakai iklan, seorang politisi hanya berhasil
menjamah 20% kepopulerannya dari publik. Tetapi setelah
menggunakan jasa yang bukan tanpa pamrih ini, orang
tersebut berhasil membujuk masyarakat melalui iklan
dengan tingkat kepopulerannya mencapai lebih dari 50%.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 159
Syarifudin: Desain Grafis 160

Sungguh dahsyat memang kekuatan dari iklan yang


ditampilkannya.
Sebenarnya, tidak hanya dengan iklan saja tingkat
popularitas seorang politisi yang akan menjamin lancarnya
politisi tersbut dalam tujuannya. Ada beberapa hal lain yang
harus dipenuhi. Misalnya konstituen, kekuatan pendukung
menjadi sangat penting dalam upaya mempopulerkan dan
masuk memberikan pencitraan kepada masyarakat agar
menjatuhkan pilihannya dan lebih bersosialisasi ke publik
agar semakin terkenal di mata masyarakat. Hal lain adalah
moral politik yang terintegrasi. Misalnya, dalam membuat
berbagai kebijakan, tidak melenceng jauh dengan apa yang
diharapkan oleh publik, selalu mendengarkan keluhan-
keluhan publik yang bersifat aspiratif ataupun parsipasi
karena mereka akan turut menjadi konstituennya. Hal
lainnya yang perlu di milik adalah tingkat kapabilitas dan
kompeten. Yaitu, politisi tersebut paham dan mengerti
fungsi serta peran kedudukan yang akan mereka incar,
sehingga masyarakat mampu percaya sepenuhnya.

1) Manfaat iklan politik.


Dunia advertising ini dapat mengaktualisasikan
makna kesejahteraan pada publik karena pada dasarnya
iklan bersifat persuasif dan informatif. Karewna bersifat
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 160
Syarifudin: Desain Grafis 161

informatif, iklan politik menjadi sarana politik bagi publik


untuk menyadarkan mereka bahwa publik siap ikut untuk
menjadi konstituen yang kuat, cerdas dan mandiri. Iklan
politik juga dapat mendorong terciptanya suatu persaingan
yang sehat antara peserta untuk membuat atau menciptakan
program-program baru yang di butuhkan oleh khalayak.
Tetapi pada kenyataannya sekarang masyarakat masih
kurang begitu paham bahwa sebenarnya ada konspirasi-
konspirasi para elit politik dengan media yang bermain
didalamnya. Sosialisasi, pembangunan citra, janji-janji,
ataupun kata-kata manis dalam iklan bisa saja hanya realitas
rekayasa dari media. Masyarakat seakan-akan termakan oleh
harapan-harapan semu yang diberikan oleh para politisi
dalam upaya pendekatannya dengan publik. Iklan politik
semata-mata menjadikan tempat utama bagi masyarakat
untuk mengetahui figur politis atau partai, sehingga
istilahnya, masyrakat dengan mudah hanya menggangguk
saja sebagai tanda bukti konstituen mereka walaupun
sebenarnya pencitraan itu hanya terlihat dari depan ataupun
samping dan tidak mengetahui di balik punggungnya.
Barangkali masih terngiang di benak kita akan janji program
100 hari yang direncanakan oleh capres (calon presiden) dan
cawapres (calon wakil presiden) yang heboh pada saat itu,
pemilu 2004 kemaren, setelah itu kita bisa melihat sendiri
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 161
Syarifudin: Desain Grafis 162

kan?sudah banyak contoh kasus lain seperti ini tetapi


mungkin saja tetap berlangsung dan seakan sudah menjadi
tradisi.
Iklan politik tentu saja sangat efektif dalam
memuluskan pencitraan popularitas, apalagi melalui media
elektronik seperti televisi yang daya jangkaunya ke publik
90% lebih besar dari media lainnya. Untuk itu, para
penguasa media memainkan kesempatan besar ini dan
menumpuk rupiah. Pemilik media tentu tidak menyia-
nyiakan kesempatan besar ini, menjelang pemilu 2009 ini
seakan menjadi deadline bagi mereka untuk memperbanyak
pundi-pundi uang dari iklan politik dari koleganya. Siasat
yang dijalankan media mungkin yang paling mencolok
adalah biaya per spotnya. Misalnya, per detik iklan dipatok
6 juta rupiah, durasi iklan adalah 30 detik. Kita tinggal
mengalikan saja hasilnya. Apabila dalam satu program yang
satu jam memakai iklan tersebut, tentu kita akan tahu
berapa besarnya keuntungan yang ada. Oleh itu, politisi atau
partai harus siap merogoh kocek dalam-dalam agar muka
dan visi-misi mereka muncul di televisi.

2) Penertiban iklan-iklan politik.


Pada perkembangannya, iklan-iklan politik sekarang
sudah melampaui batas etika dari iklan. Sudah mulai
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 162
Syarifudin: Desain Grafis 163

lunturnya tingkat kompeten dan transparansi dari pesan


yang terkandung dalam iklan tersebut. Karena yang dituju
adalah publik sebagai basis konstituen, tentunya ada
lembaga yang menjaga jalur agar iklan politik tidak
melampaui batas etika dari iklan dan melindungi publik agar
tidak mudah mengangguk dengan apa yang dia lihat dan
saksikan.

3) Rezim Kerahasiaan Pemilu 2009


Iklan politik menjadi primadona bagi para kontestan
pemilihan umum untuk menjaring preferensi publik. Riset
Nielsen menunjukkan, dana iklan politik tahun 2008
mencapai Rp 2,208 triliun (baca: Rp 2 triliun 208 miliar),
meningkat 66 persen dibandingkan dengan tahun 2007 yang
mencapai Rp 1,327 triliun. Angka yang sesungguhnya pasti
lebih besar karena riset ini belum menghitung belanja iklan
politik untuk media radio, Internet, serta media luar ruang.
Dana iklan politik juga masih akan menggelembung karena,
menjelang pemilu legislatif April 2009, dapat dipastikan
iklan politik semakin gencar menyapa publik.
Namun, gegap-gempita iklan politik selalu
meninggalkan persoalan kompleks. Bagaimana transparansi
dan akuntabilitasnya? Publik tidak pernah tahu secara persis
besaran dana iklan politik itu, dari mana asalnya, siapa saja
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 163
Syarifudin: Desain Grafis 164

donaturnya, dibelanjakan untuk apa saja, serta bagaimana


konsekuensinya terhadap kinerja pemerintahan yang baru
nanti.
Partai politik, para calon legislator, dan kandidat
presiden tidak mempunyai tradisi, juga tidak dikondisikan
untuk secara terbuka menjelaskan ihwal dana politik yang
mereka gunakan. Publik tidak mengetahui apakah kampanye
politik benar-benar steril dari penyalahgunaan anggaran
publik APBN/APBD, dana departemen, dana dekonsentrasi,
dan seterusnya. Publik juga tidak akan tahu seandainya, di
balik gebyar iklan pemilu di media, beroperasi dana dari
para pengusaha hitam, pejabat bermasalah, atau dana hasil
money laundering.
Aturan main pemilu sangat tidak memadai dalam
mengantisipasi masalah ini. Menurut Undang-Undang
Pemilu, hanya biaya kampanye partai politik yang harus
dilaporkan ke Komisi Pemilihan Umum. Tidak jelas
bagaimana transparansi dana sumbangan dari para
simpatisan. Undang-Undang Pemilu juga hanya menyatakan
"dana kampanye dapat berasal dari sumbangan pihak lain
yang sah menurut hukum dan dibatasi besarannya" (pasal
138). Tanpa penjabaran lebih operasional, tentu klausul
semacam ini mudah dilanggar atau diinterpretasikan secara
berbeda.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 164
Syarifudin: Desain Grafis 165

Potensi pelanggaran juga cukup besar ketika UU


Pemilu menjelaskan: "materi kampanye meliputi visi, misi,
dan program" (pasal 94). Padahal kampanye pemilu lazim
dilakukan dengan materi apa saja: slogan, warna khas partai,
profiling tokoh partai berikut prestasi-prestasinya, dan lain-
lain. Ruang lingkup kampanye yang tidak komprehensif
mempermudah manipulasi dan merebaknya iklan-iklan
terselubung. Di sini mungkin beroperasi dana-dana politik
"liar". Sementara itu, transparansi dana kampanye hanya
diwajibkan kepada partai politik, dan tidak eksplisit
diwajibkan kepada pihak media dan biro iklan yang
berurusan langsung dengan pemasang iklan.
Persoalannya jelas, tidak ada yang gratis dalam
politik! Determinasi politik uang terhadap independensi
pemerintahan dan legislatif yang baru menjadi keniscayaan.
Ironisnya, publik tidak mempunyai basis informasi yang
cukup untuk mengantisipasi masalah ini. Sejauh terkait
dengan dana politik, semuanya serba gelap bagi publik.
Pemilu seperti berlangsung dalam rezim kerahasiaan.
Ketika media massa berada dalam konteks sosial dan
dikonsumsi oleh khalayak. Maka pada saat itu media massa
berhadapan dengan masalah etika. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa media massa pada dasarnya tidak bebas
nilai. Ujian terberat bagi media massa. Yakni
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 165
Syarifudin: Desain Grafis 166

menyeimbangkan kebebasan pers dalam memberikan


informasi/pemberitaan dengan porsi tanggung jawab yang
diembanya. Ia harus memposisikan netral. Keputusannya
tidak boleh mau diintervensi penguasa. Walaupun disiram
dengan imbalan. Karena etika kebijaksanaan pers bertujuan
melakukan pendidikan terhadap rakyat. Maka pers tidak
boleh tergoda oleh imbalan.
Etika adalah aturan moral. Berasal dari sebuah situasi
di mana seseorang bertindak dan mempengaruhi tindakan
orang atau kelompok lain. Definisi etika ini juga berlaku
untuk kelompok media sebagai subjek etis yang ada. Setiap
arahan dan aturan moral mempunyai nilai dan level
kontekstualisasi. Bisa pada tingkat individu, kelompok,
komunitas atau sistem sosial yang ada. Dapat dikatakan
bahwa etika pada level tertentu sangat ditentukan oleh
arahan sistem sosial yang disepakati.
Media massa kemudian juga perlu dihadirkan secara
seimbang. Antara peran etis dan kebutuhan kapital. Peran
etis sangat diperlukan untuk mengontrol kebijakan negara.
Agar tidak melenceng dari rel kenegaraannya. Yaitu untuk
melayani dan melindungi kepentingan masyarakat. Ranah
sosial ini diperlukan. Agar kualitas demokrasi kita semakin
matang dan dewasa. Sehingga menemukan momentumnya
yang pas. Ranah industri media sebagai lembaga
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 166
Syarifudin: Desain Grafis 167

perusahaan. Memang tidak harus dikesampingkan. Karena


menyangkut dengan penghidupan dan kesejahteraan
karyawannya. Nilai komersil media hendaknya tidak sampai
mengesampingkan peran-peran etis.
Perlu adanya keseimbangan posisi. Karena bilamana
media sudah tidak netral lagi. Berarti telah menggadaikan
idealismenya. Melanggar etika pers. Maka sudah tidak bisa
dijadikan penyeimbang sistem kenegaraan dalam kehidupan
demokrasi.
Dalam konteks politik, terutama dalam kesuksesan
pemilihan Presiden. Peran media diharapkan dapat
melakukan pendidikan politik bagi rakyat. Setidaknya
berperan dalam penambahan informasi tentang pemilu
presiden. Informasi tersebut bisa mempengarui perilaku
memilih. Sehingga akan berdampak pada sistem politik
yang berjalan. Selain itu, media dapat menjadi sarana
sosialisasi. Bisa penyampaian program-program dari
kandidat presiden, kemudian media juga menjadi sarana
untuk memberitakan sepak terjang kandidiat. Sehingga
berharap masyarakat mempunyai penilaian. Tidak salah
pilih terhadap kandidat presiden.
Pemilihan presiden akan menghasilkan pemimpin
baru. Pewaris pemegang otoritas kekuasaan negara ke
depan. Ia memiliki wewenang dan kapasitas untuk
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 167
Syarifudin: Desain Grafis 168

menjalankan dan mengatur pemerintahan negara. Maka


peran media adalah mengawasi (baca: kontrol). Memberikan
informasi kepada publik atas aktivitas-aktivitas dan
keputusan-keputusan politik yang dilakukan
pemerintahannya. Aktivitas dan keputusan politik akan
menjadi sentral perhatian. Dan secara tidak langsung akan
membentuk opini dalam masyarakat.
Dalam mekanisme demokrasi, publik merupakan
penguasa. Setiap keputusan-keputusan politik yang
dihasilkan dan mengikat semua orang haruslah diketahui
terlebih dahulu oleh publik (masyarakat). Publik tentunya
akan merespon keputusan tersebut. Apakah sesuai dengan
aspirasi mereka atau tidak. Respon tersebut kemudian
menjadi pedoman. Khususnya bagi penguasa untuk
memperbaiki keputusan yang mereka keluarkan. Begitu
seterusnya hingga masyarakat (publik) akan menerima
keputusan tersebut.
Opini masyarakat terhadap figur kandidat pilpres
sangat dipengaruhi oleh informasi yang diberikan media
massa. Peranan media massa sanggup dan mampu
membentuk opini masyarakat. Media massa bahkan mampu
menggiring opini masyarakat pada kesimpulan dan persepsi
yang diciptakan media.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 168
Syarifudin: Desain Grafis 169

Kondisi-kondisi komunikasi publik yang akhir-akhir


ini berubah terlihat memerlukan revisi gagasan yang lebih
lanjut. Kecenderungan waktu ( karena adanya kepentingan
ekonomi-industri yang dicatat) mengarah pada multiplikasi
semua macam jalur komunikasi, dan pilihan yang lebih
banyak pada ‘konsumer’, berkurangnya regulasi dan
pengendalian, dan lebih banyak komersialiasi sistem media.
Perubahan-perubahan ini menawarkan kesempatan yang
lebih banyak kepada individu-individu untuk menemukan
informasi dan gagasan yang dia sukai, tetapi mereka
mungkin bisa menawarkan kemanfaatan lebih sedikit untuk
mewujudkan sumber politik ( partai dan politisi), yang
mungkin merasakan lebih sulit mendapatkan akses dari
target yang dipilihnya. Dunia politik harus bersaing, dengan
menghadapi ‘pasar audiens’ yang sama, dengan barang-
barang komunikasi yang lebih populer. Hasilnya mungkin,
massa politik yang kurang mendapatkan informasi, dan
jurang pemisah yang lebar antara minoritas sumber daya
yang aktif dan terkait dan mayoritas yang melepaskan diri
dari institusi politik. Di sisi yang lain, jumlah komunikasi
politik telah menunjukkan setiap tanda kenaikan.
Kampanye pemilihan umum idealnya merupakan
proses penyampaian pesan-pesan politik yang salah satu
fungsinya memberikan pendidikan politik bagi masyarakat.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 169
Syarifudin: Desain Grafis 170

Melalui kampanye, partai-partai politik berusaha


menyakinkan massa pemilih dengan mengangkat berbagai
agenda yang dinilainya akan memberikan keuntungan bagi
masyarakat. Karena itu, setiap partai politik selalu berusaha
menemukan cara-cara paling efektif untuk merekrut
sebanyak-banyaknya massa. Dan dalam proses rekrutmen
tersebut, pers adalah diantara media yang memiliki tingkat
efektifitas yang relatif tinggi.
Pemilihan umum telah dilakukan berulang kali di
Indonesia. Tetapi proses yang dilaluinya dalam rentang
waktu sejak orde lama, orde baru hingga era reformasi,
tampaknya memperlihatkan kualitas komunikasi politik
yang bervariasi. Kualitas yang dimaksud terutama
dipengaruhi oleh sistem kekuasaan yang berlangsung, corak
budaya politik masyarakat, serta fungsi-fungsi kontrol yang
diperankan media pada saat pemilu itu dilaksanakan.
Komunikasi politik yang berlangsung dalam sistem
kekuasaan otoriter akan mengarah pada proses penyampaian
informasi searah, dan media massa akan berfungsi sebagai
corong kekuasaan. Sebaliknya, pada masyarakat demokratis
dengan partisipasi politik yang lebih besar, media massa,
atau lebih populer disebut pers, akan menempatkan
kekuasaan setara dengan masyarakat, khususnya dalam
kesempatan menyampaikan dan memperoleh kebenaran.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 170
Syarifudin: Desain Grafis 171

Media massa memiliki arti penting dalam pergulatan


kehidupan manusia setiap hari. Untuk kepentingan politik,
media diakui banyak kalangan merupakan salah satu saluran
komunkasi politik yang cukup efektif. Di Indonesia,
terutama sejak berakhirnya masa kekuasaan politik orde
baru, pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan umum telah
memperlihatkan semakin berkurangnya acara
kampanye rally. Kampanye lebih banyak diakukan dengan
menggunakan media massa. Disamping untuk kepentingan
merebut simpatik publik terhadap masing-masing organisasi
pesrta pemilu, usaha seperti ini juga akan banyak berguna
untuk mendidik sikap kritis masyarakat, terutama dalam
menyalurkan hak-hak politiknya sebagai warga negara.
Mereka akan lebih dewasa dalam menghadapi berbagai isu-
isu politik, serta mengambil ruang partisipasi secara bebas
dan terbuka.
Konsultan politik Obama yang bernama David M.
Axelrod, asal Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS) mulai
disebut-sebut di kalangan tim sukses calon Presiden RI
akhir tahun 2008. Karena sistem dan strategi komunikasi
politik Axelrod berhasil memenangkan Barack Obama,
calon Presiden AS dari Partai Demokrat, sebagai Presiden
AS pertama sejak tahun 1787, yang berasal dari keturunan
Afrika-Amerika tahun 2008. Awal 2011, Axelrod desainer
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 171
Syarifudin: Desain Grafis 172

konsultan dalam strategi iklan politik Barack Obama. (Ben


Smith, 2008).
Axelrod memadukan strategi politik, media, dan
kampanye untuk mengalahkan saingan Obama, John Sidney
McCain III, Senator asal Arizona, yang merupakan calon
Presiden AS dari Partai Republik tahun 2008. Sejak akhir
1980-an, Axelrod dilabel sebagai seorang ‚specialist in
urban politics‛. Bahkan majalah The Economist mencatat
spesialisasinya di bidang ‚packaging black candidates for
white voters‛. (The Economist, 23/8/2008).
Untuk Barack Obama tahun 2008, Axelrod merilis
kampanye awal berupa video YouTube durasi 5 (lima) menit
pada 16 Januari 2007. (Obama, Barack, 2007) Axelrod
membuat iklan politik ‚presidential branding‛ untuk Obama
berupa gaya ‚man on the street‛ untuk menciptakan
keintiman dan keotentikan. Axelrod melibatkan volunteers
dan media alternatif untuk melipat-gandakan partisipasi
rakyat dalam pemilihan Presiden AS. (Tim Dickinson, 2008)
Strategi ini sangat berbeda dengan strategi kampanye capres
Hillary Clinton yang melibatkan donor besar, dukungan
kuat dari pimpinan Partai Demokrat, dan tingginya name
recognition.
Obama vs McCain Sejak awal abad 20, Bernays
meletakan dasar-dasar publik relation dan propaganda. Ia
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 172
Syarifudin: Desain Grafis 173

memadukan gagasan Gustave Le Bon dan Wilfred Trotter


tentang psikologi massa dan paham psikoanalisa dari
pamannya, Sigmund Freud. Bahwa libido, bukan hanya akal
sehat, dapat mempengaruhi dan menentukan tindakan,
perilaku, dan pilihan seseorang. Opini publik dapat
dimanipulasi dan diarahkan. Hal ini dapat diterapkan di
sektor bisnis dan kehidupan demokrasi bahkan untuk
mobilisasi dukungan rakyat pada masa perang.
(Bernays, This Business of Propaganda, 1928).
Teknik-teknik PR dan propaganda Bernays mulai
diterapkan oleh Presiden AS Woodrow Wilson. Sejak itu,
faktor chemistry diakui sebagai elemen penentu dari
komunikasi antara manusia dan manusia-alam. Dalam
prakteknya awal abad 21, kampanye John McCain dari
Partai Republik, merujuk pada keyakinan bahwa pilihan dan
perilaku politik seseorang adalah pilihan rasional. Maka
reaksi pikirannya diarahkan, misalnya, melalui pemahaman
dan persepsi. Karena politik adalah ‚who gets what, when,
how‛—siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana. Politik
adalah pilihan rasional seorang atau kelompok orang.
(Harold Lasswell, 1935)
Ada tiga kelemahan rumus chemistry-pikiran (lazim
disimbol QR) tersebut di atas. Yaknierrare humanum
est atau lupa itu manusiawi. Maka impak penerapan
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 173
Syarifudin: Desain Grafis 174

rumusnya umumnya berjangka sesaat. Kelemahan lainnya,


saat manusia tidur, pikiran juga istirahat dan risikoevil-
thoughts yang dihasilkan oleh pikiran manusia. Akibatnya,
pilihan politik yang dihasilkan oleh rumus ini biasanya
instan dan terbatas. Bagi McCain, penerapan rumus ini
dibayangkan sesuai dengan pemilih kulit putih yang
umumnya rasional dan instan.
Sedangkan untuk capres Barack Obama tahun 2008,
David Axelrod menerapkan rumus chemistry hati-pikiran
sekaligus (lazim disimbol QR dan QZ). Patokan pilihan dan
sikap seseorang dirangsang dari perasaan, kepedulian,
pikiran, dan hati sekaligus untuk mendongkrak dan
memobilisasi dukungan. Hasilnya, reaksi dukungan
terhadap Obama tahun 2008 sangat besar dan berasal dari
spektrum luas masyarakat AS. Kedua rumus komunikasi ini
menggunakan rumus terapan Vt. V adalah arus perubahan.
Sedangkan ‚t‛ adalah waktu, yang merupakan patokan dasar
pembuatan dan kerja sistem komunikasi. Tema utama
kampanye Obama ialah perubahan dan waktunya adalah
sekarang atau ‚Change. Now!‛ (Karen Tumulty, 2008)
Untuk mendorong perubahan melalui
proses demokrasi, maka pilihan tokohnya ialan simbol atau
representasi ‚kelompok periferal‛ atau simpul-simpul
masyarakat yang sangat lemah khususnya secara sosial-
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 174
Syarifudin: Desain Grafis 175

ekonomi. Dalam hal ini, pemulihan tata-sosial-ekonomi


rakyat dimulai dari simpul-simpul paling lemah secara
sosial-ekonomi.
Memadukan rumus QR dan QZ yang disertai Vt
tersebut di atas bukan tanpa risiko. Di sisi lain, mobilisasi
arus dukungan memang sangat besar. Namun, pilihan dan
penerapan program kebijakan bisa saja serba tergesa-gesa.
Janji-janji kampanye juga bakal ditagih oleh konstituen.
Sebab penerapan rumus QR dan QZ menghasilkan pesan
kampanye yang selalu memorabel. Oleh karena itu,
umumnya penerapan kedua rumus komunikasi ini tanpa
janji, tetapi pilihan-pilihan problem-solving untuk
membangun harapan dan kepercayaan adanya perubahan.
Asal-usul rumus chemistry komunikasi tersebut di
atas awalnya ditemukan oleh para filsuf atom pra-Masehi di
Yunani. Ketika itu, para filsuf atom seperti Leucipus,
Democritus, dan Epicurus telah menemukan intelijen atom
atau pemecahan zat yang diurai dalam angka, huruf, dan
konsonan berdasarkan gelombang bunyi. Misalnya, air
diurai dalam rumus H2O dan seterusnya. Bukan tulisan
huruf dan angkanya yang penting, tetapi bunyi
gelombangnya untuk menghasilkan reaksi alam dan
manusia, apakah saling senyawa atau saling tolak.
(Wolfgang Demtröder, 2002)
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 175
Syarifudin: Desain Grafis 176

Penerapan rumus-rumus alchemi tersebut di bidang


strategi dan komunikasi politik pernah diterapkan oleh
Joseph Gobels dan Adolf Hitler dari Jerman pada Perang
Dunia II. Rumus dasar yang diterapkan ialah soul,
body, dan mind—jiwa, raga, dan pikiran (lazim disimbol
QO) untuk menghasilkan arus-dukungan kuat dari seluruh
lapisan masyarakat dan alam lingkungan.
Penerapannya, ‚corporate elite‛ (Nazi Jerman)
memanipulasi opini publik, libido manusia lebih
dieksploitasi untuk mobilisasi dukungan rakyat selama
perang. Hitler terilhami oleh Edward Louis Bernays, pionir
dan arsitek propaganda serta peletak dasar ilmu PR pada
Perang Dunia I untuk pemerintahan Presiden Woodrow
Wilson asal AS. (Larry Tye, 1998; Scott Cutlip, 1994)
Hasil penerapan rumus itu pada awal Perang Dunia II,
Jerman mencatat kemajuan ekonomi sangat
pesat, angka pengangguran rendah. Jerman mencatat
keunggulanteknologi, militer, sains, dan disiplin sangat
tinggi. Hitler yang semula berasal dari kelompok
masyarakat periferal, dipuja-puji. Saat masih muda, Hitler
memilih pola hidupbohemian di Wina (1905), bertahan
hidup dengan melukis dan sales watercolors, hingga
akhirnya tanpa rumah-hunian (1909). Di sisi

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 176
Syarifudin: Desain Grafis 177

lain, Jerman menjadi super-power di Eropa yang mampu


mendikte pemimpin sejumlah negara.
Namun, risikonya ialah sifat berutal manusia lebih
menonjol karena tanpa kontrol akal sehat dan moral.
Akibatnya, Jerman terseret pada Perang Dunia II dan
akhirnya kalah. Rumus QO disilang P itu
pun dihancurkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya dan
tidak pernah dipraktekan lagi sampai awal abad 21
ini.(Evans, Richard J., 2003; .Bullok, Alan. 1952; Hamann,
Brigitte, 1999; Kershaw, Ian, 1999; Stackelberg,
Roderick, 2007)

Jokowi vs Foke cGaya ‚man on the street‛ Obama


tampak pada positioning dan branding awal cagub Joko
Widodo (Jokowi) dengan baju kotak-kotak lengan panjang
dan naik bis di Jakarta jelang Pilgub DKI putaran pertama.
Label dan brand Jokowi seakan-akan merepresentasi warga
Jakarta yang umumnya naik bis kota berdesak-desakan.
Tercipta keintiman antara cagub Jokowi dengan warga
Jakarta. Mirip dengan branding ‚man on the street‛ Barack
Obama dalam video YuoTube.
Hasilnya, pada putaran pertama Pilgub DKI tahun
2012, arus dukungan untuk pasangan Jokowi-Ahok luput
dari pantauan survei-survei. Seakan-akan betul apa yang
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 177
Syarifudin: Desain Grafis 178

ditulis oleh Scott Cutlip (1994, bahwa jika kekuatan yang


tidak terlihat dalam proses politik, maka kekuatan itu
adalah Publik Relation atau ‚the unseen power‛. Seperti
halnya rancang-bangun kampanye Obama, terlihat pula
pesan perubahan (V) dalam kampanye pasangan Jokowi-
Ahok, seperti melayani masyarakat melalui kantor di
jalanan DKI Jakarta, perubahan layanan kesehatan
masyarakat dan pendidikan rakyat di DKI. Tidak ada janji,
kecuali pilihan dan tawaran problem-solving dalam paket
program bernafas kerakyatan di DKI Jakarta.
Positioning, branding, dan strategi pasangan Jokowi-
Ahok tersebut di atas membelah dua arus besar dukungan
pada Pilgub DKI Jakarta putaran kedua 20 September 2012.
Yakni arus pendukung perubahan vs arus dukungan kuat
dari pimpinan partai dan tingginya name
recognition. Seperti halnya strategi Axelrod, pasangan
Jokowi-Ahok juga melibatkan skala luas volunteers dan
media-media alternatif rakyat DKI Jakarta.
Pasangan Jokowi-Ahok minim memasang iklan di
media korporasi. Kampanye perubahan mudah menyulut
persatuan simpul-simpul ‚periferal‛ di DKI Jakarta ke
dalam satu arus besar pilihan dan dukungan politik. Di
sinilah identifikasi diri pasangan Jokowi-Ahok dalam Pilgub
DKI tahun 2012, yang mirip dengan penerapan rumus QR
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 178
Syarifudin: Desain Grafis 179

dan QZ dari David Axelrod. Momentumnya ialah di DKI


Jakarta saat ini, masih banyak zona periferal sosial-ekonomi
yang belum terpantau sehingga sulit disentuh program
pembangunan. Begitu pula, lahir zona-zona baru sosial-
ekonomi hasil alih-fungsi lahan yang mempengaruhi
dinamika masyarakat.
Sedangkan cagub Fauzi Bowo (Foke) sebetulnya
memiliki name-recognition tinggi. Foke memiliki jejak-
panjang membangun DKI Jakarta sejak tahun 1987. Foke
meraih keahliantown-planning pada Technical University di
Brunswick, Jerman, tahun 1976. Pada tahun 2000, Foke
meraih gelar Doktor Ingenieur pada Universitas
Kaiserslautern, Jerman.Maka wajar jika menjelang Pilgub
DKI Jakarta putaran ke-2, cagub Foke meraih dukungan
mayoritas partai politik seperti tahun 2007, ketika cagub
Foke didukung oleh 19 partai politik.
Di sisi lain, kualitas dan kuantitas pelayanan publik di
sektor kesehatan dan pendidikan DKI Jakarta masa
Gubernur DKI Fauzi Bowo periode tahun 2007-2012,
mengalami peningkatan yang nyata. Angka pengangguran
turun. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) mampu
menggerakan perekonomian di DKI Jakarta, Angka
kemiskinan turun. Dengan kata lain, selama menjabat Foke

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 179
Syarifudin: Desain Grafis 180

telah mampu memberikan perubahan signifikan bagi


Jakarta.
Track-record cagub Foke tersebut di atas seakan
merupakan aset besar dalam strategi, PR, dan kampanye
Pilgub DKI Jakarta pada putaran pertama tahun 2012.
Misalnya, berulang-kali publik disuguhi oleh paket-paket
pesan iklan dan visualisasi politik tentang kisah-sukses Foke
melalui sejumlah media korporasi. Tayangan kampanye itu
tanpa kekuatan perubahan dan difokuskan pada reaksi
pikiran pemirsa (QR) dan audiens.
Akibatnya, harapan dan kepercayaan terhadap
lahirnya perubahan jika cagub Foke terpilih, seakan-akan
terpinggirkan dalam strategi kampanye. Padahal, ahli politik
Samuel P. Huntington (1968) menemukan, bahwa kemajuan
sosial-ekonomi masyarakat selalu melipat-gandakan
tuntutan atau aspirasi perubahan. Apalagi, ‚urban politics‛
selalu identik dengan perubahan. Maka tantangan bagi
cagub Foke pada putaran kedua Pilgub DKI ialah modifikasi
visi dan program perubahan untuk warga Jakarta dan
lingkungannya. (Firman Yursak).

BAGIAN KETIGA

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 180
Syarifudin: Desain Grafis 181

DESAIN GRAFIS DAKWAH

Key words: person desain grafis, publikasi dan dakwah

Corak kajian desain grafis dakwah belakangan ini


telah memberikan warna tersendiri terhadap perkembangan
teknologi informasi dewasa ini. Hal itu tampak pada
kebutuhan komputer grafis meningkat, yang secara spesifik
mendesain naskah-naskah klasik versi digital, artefak visual,
kaligrafi, hadis digital, dan Al-Quran digital, sebagai pesan
dakwah.101 Selain itu naskah-naskah klasik yang
diekpresikan para ulama zaman dulu akan menjadi khazanah
dalam pengembangan keimuan dakwah. Rekaman peristiwa
sebagai gramofon bagi ulama yang tertuang dalam naskah
klasik yang dikonversi menjadi buku digital juga marak
dimana-mana untuk untuk menggambarkan peristiwa desain
grafis pada masa klasik. Warisan paradigma desain grafis
pada masa lalu yang dikonstruksi dengan teknologi
seadanya akan menambah khazanah dalam pengembangan

101
Ono W. Purbo, e-Lerning Berbasis PHP dan MySQL (Cet. I;
Jakarta: Elexmedia Komputindo Information Age, 2002), h. 17.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 181
Syarifudin: Desain Grafis 182

dakwah pada era kontemporer dewasa ini untuk melengkapi


referensi untuk kebutuhan akademik.
Selain kebutuhan akademik media desain grafis ini
juga efektif bagi perkembangan corak dakwah rumpun ilmu
dakwah yang sangat signifikan dalam mengakselerasi
penyebaran informasi Islam, yang selama ini dikemas
mimbar saja.102 Urgensi inovasi dalam gagasan ilmu desain
grafis dakwah ini berangkat dari desakan kebutuhan para
ilmuan dakwah yang menggunakan media sebagai
penunjang untuk memudahkan para Dai dan Muballigh
mengolah data dan tema-tema Islam yang akan menjadi
bahan dakwah kepada mad’u baik secara verbal maupun non
verbal.
Atas dasar inilah sehingga perlu perdebatan ide dan
gagasan yang akan analisis secara mendalam peran media
desain grafis dakwah dalam perspektif akademik. Secara
ilmiah tentang peran desain grafis terhadap publikasi
dakwah masih perlu dieksplorasi lebih mendalam. Sebagai
media yang memiliki peran strategis terhadap
pengembangan dakwah bidang kajian ini menjadi sebuah
produk inovasi baru dalam kajin ilmu dakwah. Hal ini

102
Deddy Mulayana, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Cet. IV;
Bandung: PT.Remajarosdakarya, 2009), h. 19.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 182
Syarifudin: Desain Grafis 183

membutuhkan jawaban ilmiah bagaimana peran desain


grafis efektifitas publikasi dakwah yang dikemas secara
lewat sofware-software publikasi untuk memudahkan mad’u
menerima informasi dalam berbagai macam kemasan
informasi Islam baik cetak maupun dalam bentuk lembaran
elektronik yang interaktif.103 Pertanyaannya adalah sudah
berapa banyak praktisi dakwah dan ilmuan dakwah yang
menggunakan media desain grafis sebagai alat penunjang
dakwah?
Permasalahan inilah yang akan diekplorasi dalam
makalah ini dan perlu diidentifikasi hambatan dan
tantangan yang dihadapi oleh ilmuan dakwah dan praktisi
dakwah yang selama ini cenderung lebih memilih mimbar
saja. Ajaran Islam tidak cukup dijelaskan lewat mimbar saja
tetapi perlu media lain untuk memperkayah wawasan
keilmuan dakwah sehingga mad’u mempunyai pilihan sesuai
standar kompetensi yang dimiliki dalam memahami pesan-
pesan agama.104 Sampai saat ini, para praktisi dan ilmuan
dakwah belum banyak memberikan pilihan kemasan

103
Ono Purbo, Komunikasi Data Digital, (Cet. II; Yogyakarya:
Andi Press, 2008), h. 33.
104
Syarifudin, makalah Teknologi Informasi Dakwah
diseminarkan pada mahasiswa PASCASARJANA program S3 (Doktor)
di Universitas Alauddin Makassar tanggal 17 April 2011 jam 10.00
wit.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 183
Syarifudin: Desain Grafis 184

informasi yang mudah diakses oleh mad’u dalam berbagai


model informasi untuk dijadikan umat sebagai pilihan
memahami agama. Hal ini disebabkan karena minimnya
wawasan dalam mentransformasikan ajaran Islam, sehingga
yang disampaikan cenderung bersifat konvensional semata
dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat lewat
media mimbar.
Menurut hasil penelitian Nurhidayat 90% Dai dan
Muballigh menggunakan media mimbar menyampaikan
pesan-pesan dakwah kepada mad’u.105 Dari hasil penelitian
ini, sehingga hemat penulis perlu inovasi-inovasi baru
menjelaskan ajaran Islam kepada mad’u dengan berbagai
macam kemasan dakwah yang lebih mudah dijangkau dan
difahami mad’u. Dari deskripsi permasalahan ini maka
penulis merumuskan dua pokok permasalahan yang akan
menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran desain grafis?

105
Nuhidayat Muhammad Said, Disertasi: Perubahan Dakwah di
era global: Studi Anilisis terhadap respon umat terhadap media dakwah
digital. Di ajukan untuk mencapai gelar doktor di bidang dakwah dan
komunikasi, (JakartaL: 2008) h. 120.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 184
Syarifudin: Desain Grafis 185

2. Bagimana Implementasi desain grafis dalam


publikasi dakwah?

II. PEMBAHSAN
a. Pengertian
Untuk menghindari penafsiran yang keliru dalam judul
makalah ini, perlu penulis berikan definisi pengertian judul
makalah ini, sebagai batasan kajian dalam makalah ini yang
berjudul‚Peran desain grafis terhadap publikasi dakwah‛
adalah: Ajakan untuk memperbaiki umat dengan
menggunakan program desain grafis sebagai media kemasan
dakwah untuk memudahkan mad’u(umat) memahami pesan-
pesan Islam yang dikonsturksi secara interaktif untuk
memperbaiki prilaku umat menjadi baik.

b. Landasan Normatif
Sebagai pijakan dalam kajian ini penulis berlandaskan
pada Hadis Rasulullah saw. Khotibunnasi ‘ala qadri
‘ukulihim artinya: Sampaikanlah informasi atau
berbicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat akal,
budaya, pikiran dan tingkat kecerdasannya .106 Makna yang

106
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah (Cet. VII; Jakarta: BUmi
Aksara), h. 17
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 185
Syarifudin: Desain Grafis 186

tersirat dalam hadis ini, bahwa untuk menyampaikan pesan


agama perlu ada media penunjang untuk membantu Dai
dalam memudahkan mad’u menerima informasi agama dari
Dai dan Muballigh.

c. Teori
Kajian desain grafis terhadap publikasi dakwah pada
prinsipnya banyak teori sebagai pilihan untuk mengungkap
permasalah dalam proses transformasi pesan agama tetapi
penulis memilih teori McLuhan yang dikutip Stephen
sebagai pijakan paradigma untuk menelaah peran desain
grafis terhadap publikasi dakwah. Teori media McLuhan
mengatakan bahwa media adalah perpanjangan panca indra
manusia.107 Dalam aplikasi teori ini dapat dilihat dalam
skema sistem informasi berikut ini sebagai pola atau unsur-
unsur dalam mendesain pesan dakwah.

107
W. Stephen Littlejonh, Theory of Human Communication
(Usa Wadsworth Publishing Company, 1996), h. 362.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 186
Syarifudin: Desain Grafis 187

d. Analisis
1. Peran Desain Grafis
Sebelum menganalisis peran desain grafis perlu
dideskripsikan peran desain grafis dalam lintasan sejarah
dalam perkembangan hidup manusia banyak mengandung
hal-hal yang filosofis, misteri, terhadap keunikan manusia
cara mencurahkan pikiran, perasaan, keinginan dan
kepentingannya. Keunikan manusia ini, melahirkan
peradaban yang maju dikala itu. Sebagai contoh karya
Masterpiesce tentang lukisan sapi betina sebagai alat
menggarap sawah di dinding gua yang pernah dibuat oleh
seniman masa lalu dengan teknologi apa adanya.108 Gambar

108
op. cit, h. Kusdiyanto, h. 17.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 187
Syarifudin: Desain Grafis 188

ini jika dilihat secara sepintas maka ia sepeleh tetapi telah


memberikan kontribusi besar terhadap inspirasi dari gambar
tersebut bagi pengembangan ilmu desain grafis selanjutnya.
Salah satu kekuatan karya-karya masa lalu adalah
menjadi rujukan inspirasi bagi desainer masa moderen
khususnya dibidang komputer grafis. Karya desainer grafis
masa pra-sejarah mengekspresikan perasaan seninya lewat
dinding goa, kulit binatang, pelepah kurma, kayu dan
dimana saja yang dapat mereka tulis sesuai kondisi
dimasanya.109 Perkembangan ini terus berlangsung sehingga
sampai pada masa komputerisasi hampir semua produk
karya manusia didesain lewat komputer. Ekspresi mereka ini
jika ditelaah juga mengadung nilai-nilai dakwah yang cukup
memberikan inspirasi dalam perkembangan teknologi
dewasa ini.
Sebuah karya desain grafis khususnya bidang seni
elektronik terbentuk dari prinsip-prinsip dari pengalaman,
variasi, irama (panjang lebar,tinggi rendah) sehingga dapat
dikatan garis sebagai sesuatu yang menungjang tanpa
dimensi. Garis secara terminologi adalah kumpulan titik-
titik. Semua gambar dapat berbentuk dari hasil kumpulan
titik. Hal ini tampak pada ekspresi pikiran, perasaan,

109
ibid
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 188
Syarifudin: Desain Grafis 189

kepentingan yang kerap kali ditulis pada tembok, pasir,


kertas, kayu, batu, logam, daun, dan dinding.
Jika unsur alam dapat menghiasi bingkai pesan-pesan
dakwah bi al-Qalam elektronik yang dikemas lewat
komputer grafis maka dapat membantu otak menerima
informasi. Peran desain grafis terhadap publikasi dakwah
dapat membantu otak mad’u lewat pesan yang telah
dikemas dalam bentuk multimedia sebagaimana yang ada
sekarang adalah program hadis digital yang terdiri dari
sembilan kitab (kitabutis’ah).110 Dengan kemasan hadis
dalam bentuk kitab digital seperti ini dapat mempermudah
Dai dan Muballigh mendapatkan hadis yang berhubungan
dengan tema ceramah yang akan disampikan kepada mad’u.
Peran desain grafis mengolah data untuk memudahkan
panca indra mencernanya, serta dapat memacu adrenalin
untuk memahami hadis-hadis tersebut dengan model
animasi yang interaktif menerima pesan dakwah.111 Dalam
implementasi dakwah peran desain grafis dakwah sebagai
media untuk mengemas pesan-pesan dakwah sangat
memudahkan umat Islam untuk mengaksesnya dibanding

110
op. cit., Ono W. Purbo, e-Lerning Berbasis PHP dan MySQL
…h. 10.
111
Dani Darmawan, Biologi Komunikasi Berbasis Multimedia
(Cet. II; Badung: Widya Press, 2009), h. 34.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 189
Syarifudin: Desain Grafis 190

mencari kitab hadis yang belum diolah menjadi sebuah


pesan-pesan dakwah digital.
Pesan-pesan dakwah digital sampai sekarang ini masih
mengalami kendala dalam berbagai aspek akibat
keterbatasan Sumber Daya Dai dan Muballigh dalam bidang
desain grafis sebagai media produksi kemasan informasi.
Keterbatasan ini memperlambat penyebaran pesan-pesan
dakwah dalam mudahkan para Dai dan Muballigh dalam
mengakses hadis, Al-Quran, pandangan para ulama dalam
berbagai literatur disiplin ilmu demi kebutuhan dakwah
masih sangat minim.112 Hemat penulis untuk pengembangan
dakwah kedepan kemasan dakwah turut memberikan
akselerasi pesan-pesan dakwah kepada mad’u.
Pesan dakwah tidak boleh monoton lagi tetapi ia
laksana supermarket Dai dan Muballigh perlu menyediakan
berbagai macam pilihan kebenaran bagi mad’u sesuai
karakter budaya, tingkat pendidikan, yang dimiliki mad’u.
Kemasan yang lebih menarik untuk memberikan
ketertarikan kepada orang untuk mengikuti ajakan tersebut.
Memberikan ketertarikan pada sebuah elemen pesan dakwah
secara umum ada enam unsur yang harus saling terintegrasi

112
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Cet. I; Jakarta: Prenada Group,
2007), h. 73.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 190
Syarifudin: Desain Grafis 191

yang digunakan dalam aplikasi program desain grafis


diantaranya sebagai berikut:
g. Teks/simbol: adalah dasar dari semua aplikasi
sebagai tampilan makna dilayar style fonts yang
ditampilkan dipilih yang nyaman dipandang mata
sehingga dapat menarik perhatian panca indra. Teks
adalah bagian dari desain grafis yang mempelajari
bentuk bentuk huruf yang sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan.
h. Image: gambar atau vektor/bitmap kekuatan gambar
lebih kuat memengaruhi mad’u dibanding dengan
sebuah teks.
i. Movie: gerakan, sebuah pesan akan lebih menarik
jika terjadi motion (gerakan) dalam mendesain pesan
dakwah.
j. Animation: Begitupula animation merupakan unsur
yang harus ada dalam sebuah pesan dakwah. Unsur
animation yang bergerak dapat menjelaskan lebih
akurat jika dibandingkan dengan movie, kelebihan
animasi gambar dapat di ulang-ulang sesuai keingin
mad’u.
k. Sound: Suara yang disertakan memiliki kekuatan
tersendiri yang dapat mendramatisir pesan dakwah

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 191
Syarifudin: Desain Grafis 192

lebih menarik. Suara juga punya kelebihan jika


gambar bersuara sehingga memiliki karakter.
l. User Control: Kelengkapan fasilitas pesan dakwah
yang digunakan Dai dan Muabbligh untuk
mengendalikan program. Misalnya perpindahan dari
halaman kehalaman lainnya.113 Inilah hemat penulis
yang harus terintegrasi dalam sebuah pesan dakwah
yang akan dikemas dalam software desain grafis
dakwah.

Jika semua elemen ini dapat diintegrasikan dalam


mendesain pesan dakwah maka secara teoritis pesan dakwah
tersebut telah memiliki unsur estetika yang mudah dicernah
oleh panca Indra sebagaimana teori McLuhan tentang media
sebagai perpanjangan panca indra manusia. Karena
pentinganya hal tersebut sehingga di butuhkan
progrmammer Desain grafis dakwah yang memiliki
keterampilan dan ketajaman intuisi menyangkut keindahan
yang akan dikemas lewat komputer grafis.
Menurut Kusdiyanto bagi praktisi dakwah yang
selama sebagai akademisi desain komunikasi visual

113
Kusdiyanto, Desain Komunikasi Visual: Berbasis Advertising
Multimedia (Cet. I; Yogyakarta: Andi Press, 2007), h. 15.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 192
Syarifudin: Desain Grafis 193

kecerdasan imajinasi seseorang sangat tergantung pada


kepekaan terhadap kemudahan seorang praktisi mendesain
produk dakwah lewat kemasan informasi dakwah yang
diproduksi secara khusus pada komputer grafis.114 Dalam
kajian ini khusus menggunakan fasilitas komputer grafis
untuk mengeksplorasi pesan-pesan dakwah.
Kajian ini khusus mendesain produk pesan dakwah
yang dikemas dengan teknologi komputer grafis sehingga
perlu mempelajari tahap-tahap dan unsur-unsur komputer
grafis dengan kemampuan masing-masing sehingga dapat
mengetahui daya jangkau dan kekuatan komputer grafis.
Kemampuan melakukan penyusunan unsur-unsur
dalam sebuah gambar, pesan dalam sebuah publikasi turut
menentukan kualitas informasi yang menakjubkan. Sebuah
produk yang tidak berguna bagi orang lain dapat dijadikan
sebagai produk yang bernilai tinggi jika telah disentuh oleh
ilmu desain grafis dakwah. Karena berdasarkan ada pesan
Tuhan tidak ada satupun ciptaan Tuhan yang ada dimuka
bumi ini dicipatakan sia-sia tetapi semua memiliki fungsi
yang orang belum temukan apa manfaat dan kelebihan
sebuah produk.115 Dengan bantuan program desain grafis

114
Ibid., Kusdiyanto, Desain Komunikasi Visual… h. 15.
115
Ibid., Kusdiyanto, Desain Komunikasi Visual… h. 15.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 193
Syarifudin: Desain Grafis 194

kemasan informasi dakwah dapat menghasilkan karya yang


dapat merubah image seseorang menjadi lebih mudah
memahami ajaran Islam.
Unsur dalam sebuah objek pesan dakwah memiliki
sikap dan karakter masing-masing yang memiliki fungsi
sistemik saling menungjang dan memperteguh satu-sama
lain. Mulai dari titik, garis, gradasi warna, yang diproduksi
lewat sentuhan mouse dan key board sebagai alat input dari
komputer grafis dakwah.
Seorang desainer, dengan nalar perasaannya, dapat
membangun emosi secara permanen sehingga dapat
memancing sensasi, presepsi, sugesti, dan memperkayan
imajinasi orang yang menerima informasi itu dalam
berbagai bentuk seperti gambar, garis, simbol dan pesan
yang bersuara atau tersusun dari multimedia.
Kecerdasan imajinasi dapat muncul pada diri
seseorang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor utama
yaitu: faktor membaca dan kebiasaan mengolah perasaan,
emosi yang diekspresikan lewat gagasan karya seni berbasis
digital pesan yang dapat memanjakan dirinya dan orang
lain. Desainer yang memasuki wilayah subejektifitas
karyanya dapat dinilai sebagai produk subjetifitas pula,
tetapi desainer yang memasuki wilaya rohani maka hasil
dan karyanya dapat bersifat universal sebagaimana sifat air,
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 194
Syarifudin: Desain Grafis 195

matahari, bunga, makanan, udara memiliki sifat universal


yang tidak pernah keluh-kesah memberikan bantuan kepada
manusia siapa saja tidak memilih dia dari agama apa dia
tetap istiqamah terhadap ketentuan Tuhan. Inilah puncak
pencapaian nilai estetika yang dieksperikan oleh alam
sebagai wahana manusia membaca fenomena alam sebagai
ibrah untuk membangun kecerdasan imajinasi.
Ciptaan Tuhan ini tidak pernah tersinggung, capek,
malas melayani manusia selama 24 jam mereka konsisten
terhadap kodrat yang telah ditentukan oleh Tuhan dengan
tampilan wajah yang indah dengan struktur alam yang
memiliki banyak paradigma. Hemat penulis inilah karya
seni yang memiliki nilai seni yang permanen. Konsep ini,
dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk memberikan
analogi bagi kemudahan perkembangan ilmu desain grafis
dakwah.116
Desain grafis dakwah yang professional perlu
mengetahui komposisi. Komposisi berarti pengorganisasi
unsur-unsur rupa yang disusun dalam karya desain grafis
dakwah untuk memanjakan mata mad’u jika mengakses
data. Atau dapat dimaknai juga komposisi menurut
Syariafudin komposisi adalah menempatkan sesuatu objek

116
Op. cit., Kusdiyanto, h. 19.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 195
Syarifudin: Desain Grafis 196

berdasarkan fungsinya/karakter yang tepat sehingga dapat


memudahkan panca indra manusia dalam mennyerap pesan-
pesan dakwah. Hal ini diperkuat oleh teori Mc Luhan bahwa
media adalah merupakan perpanjangan panca indra manusia
maka unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam kemasan
dakwah adalah prinsip-prinsip komposisi pesan dakwah
antara lain:
i. Kesatuan: Satu ide yang tersusun dari unsur-unsur
warna, garis, teks citarasa, yang saling mendukung
dan membentuk satu kekuatan karakter yang indah
dan menarik perhatian panca indra manusia.
j. Menentukan dominasi dalam sebuah titik fokus
sehingga pesan yang disampaikan bisa tepat sasaran.
Misalnya dalam sebuah karya desain grafik seni
budaya Islam. Terdapat brosur tentang sejarah
masuknya Islam di Maluku. Dalam tulisan itu di
tonjolkan tokoh pembawa Islam dengan menggunakan
bahasa khas sehingga orang dengan mudah inti pesan
yang disampikan. Begitu pula dalam dunia fotografi
ada titik fokus yang perlu ditonjolkan dalam
komposisi image (foto) sehingga mata dapat
mendeteksinya bahwa yang dimaksudkan dalam foto
ini adalah ini yang ditonjolkan atau pesan yang ingin
disampaikan.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 196
Syarifudin: Desain Grafis 197

k. Dominasi Ukuran: sebuah karya desain grafis ukuran


memiiliki daya tarik tersendiri. Untuk semua bidang
perlu diberi sentuhan garis sehingga semua bidang
saling menunjang dan mengokohkan.
l. Dominasi Warna: Setiap karya ada warna yang
mendominasi sesuai visi dan misi dari semangat yang
melatabelakangi membuat sebuah karya. Gunakan
warna yang saling mendukung tidak kontra produktif
antara warna yang satu dengan warna yang lain.
Setiap sentuhan garis dan warna memiliki makna
filosofi yang memiliki nilai estetika.
m. Dominan pada letak/Penempatan: Faktor penunjang
sebuah karya seni desain grafis digital adalah
tempat/lingkungan dimana diletakkan atau dipajang
yang mudah dilihat oleh orang.
n. Menyatukan Arah: setiap karya harus memiliki poit of
view. Sebagai daya tarik awal bagi mad’u.
o. Menyatukan bentuk: Bentuk yang tidak boleh terlalu
rumit sehingga responden sulit mencernah person
yang ingin disampaikan. Dengan demikian pesan yang
disampaikan harus jelas, dan memiliki satu kesatuan
bentuk yang dapat memacu adrenalin responden
sehingga mudah dicernah.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 197
Syarifudin: Desain Grafis 198

p. Keseimbangan atau balance yang dimaksudkan disini


adalah semua bidang ruang titik fokus objek yang
didesain memiliki simetris, memusat, dan menyebar.
Ke-3 model keseimbangan ini memilki karakter dan
kekuatan tersendiri, sebagai seorang desainer grafis
hanya perlu memperhatikan kondisi budaya dan naluri
(psikologi) responden setempat.

2. Implementasi desain grafis dakwah


Disiplin kajian ini termasuk pengembangan ilmu yang
berbasis ilmu terapan dalam rumpun ilmu dakwah, dengan
menggunakan peran desain grafis sebagai media penunjang
dalam melakukan kemasan dakwah lewat software desain
grafis yang secara spesifik sangat efektif bagi proses
transformasi pesan dakwah, baik secara verbal maupun non
verbal. Efektifitas peran desain grafis ini karena memiliki
fasilitas program estetika sehingga pesan dapat dikemas
semudah mungkin untuk mempermudah pesan dakwah yang
sulit difahami oleh mad’u tertentu.
Peran strategis ini, hemat penulis dapat
memaksimalkan tingkat penyerapan informasi dakwah
kepada mad’u. Pesan dakwah perlu dikemas dalam berbagai
kreasi bentuk informasi yang mudah dipahami oleh mad’u.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 198
Syarifudin: Desain Grafis 199

Hal ini merupakan satu bentuk gagasan paradigma untuk


mengeksplorasi pesan-pesan Al-Quran, Hadis, dan artepak
budaya Islam yang banyak mengandung nilai-nilai dakwah
yang dapat memberikan proposisi atau pelajaran yang
berimplikasi pada perbaikan prilaku bagi mad’u.117
Proposisi atau pelajaran dalam implementasi dakwah
dikemas lewat software desain grafis sebagai media
pembantu dalam memberikan publikasi dakwah. Salah satu
contoh software yang dapat digunakan sebagai media
produksi dakwah yang interaktif melalui teknologi
informasi adalah sebagai berikut sesuai kekuatan masing-
masing software dalam melakukan kemasan dakwah:
1. Untuk membuat pemetaan dakwah, mapping dakwah,
dan bebagai macan fasilitas kemudahan yang
ditawarkan untuk memudahkan panca indra menyerap
informasi dakwah. Media software yang digunakan
adalah corelDraw yang ditemukan oleh Corel Corp di
Kanada. Software ini memiliki banyak kelebihan
dalam membuat gambar dan animasi.

117
Muhammad Firdaus (Dosen Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin) Makalah Komunikasi Islam dipresentasikan pada mahasiswa
program S3 di Universitas Alauddin Makassar pada tanggal 9 April
tahun 2001 jam 09.00 wit.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 199
Syarifudin: Desain Grafis 200

2. Untuk melakukan Gerakan animasi vektor seorang


praktisi programmer dakwah dapat memilih software
animasi flas MX, Swis dan sejenisnya. Sedangkan
untuk mendesain pesan dakwah yang berbentuk film
menggunakan adobe premier, 3 D Max, 3 Maya dan
software sejenisnya. Karakter software ini bersifat
audio visual.
3. Untuk mendesain foto pilihan software yang
digunakan adalah: adobe photoshop, photo impact,
photo studio, swis max photo. Dan sejenisnya dapat
dapat merubah photo menjadi menarik. Hemat penulis
untuk menghasilkan karya yang monumnetal perlu
menggunakan Software original. Tetapi jika pemula
dapat menggunakan software yang dijual di counter
software.
4. Untuk mendesain audio yang telah banyak dipasarkan
di couter-counter penjual software audio seperti yang
digunakan oleh RRI, radio Swasta dan media conversi
pesan dalam berbagai ekstensi file.
5. Untuk mengkoversi dari data, flif book (bukuk
digital), Word ke Fdf, atau sejenisnya juga ada
software tersendiri yang dapat memberikan

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 200
Syarifudin: Desain Grafis 201

kemudahan dalam mengolah data dakwah yang akan


dipublikasikan.118

Semua contoh software desain grafis tersebut saling


terkait dan terintegrasi dalam melakukan kemasan dakwah.
Pada prinsipnya banyak yang dapat dilakukan oleh praktisi
dawkah yang bergerak dibidang kemasan dakwah seperti
mengeksplorasi seni budaya Islam ini. Mendapatkan hasil
publikasi dakwah yang lebih elegan serta dapat diakses bagi
siapa saja yang membutuhkan seni budaya Islam sebagai
pilihan informasi Islam yang berbasis digital. Desain grafis
Dakwah ini bukan sekedar sarana dakwah dan komunikasi
tetapi ilmu yang membahas tentang pencitraan dakwah
lewat kemasan produk-produk dakwah memudahkan panca
indra mad’u menyerapnya.119 Dengan demikian mad’u
(penerima informasi) dimanjakan dengan berbagai macam
sentuhan sugesti estetika yang dapat memacu adrenalin
anda dari tidak senang menjadi senang.

118
Hendi Hendratman, After Effect Versi 7.0: Videografi,
Animasi (Cet. I; Bandung: Media Komputindo, 2009), h. 19.
119
Gill Branston & Roy Stafford, The Media Student’s Book.
Third Edition (Londonn Usa, Canada: Routledge aylor & Prancis Group,
2003), h. 280.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 201
Syarifudin: Desain Grafis 202

Desain grafis dakwah merupakan cabang dari


Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) yang secara khusus
mengeksplorasi cara mengemas pesan dakwah dengan
menggunakan teknologi komputer grafis sebagai media
dalam memproduksi pesan dakwah.120 Kecanggihan program
desain grafis lewat lembaran eletronik yang dimiliki dapat
mempermudah praktisi dakwah mengeksplorasi pesan-pesan
dakwah dengan berbagai kemasan dakwah dalam berbagai
kemasan.121
Pesan-Pesan Multimedia dakwah yang telah dikemas
dalam sebuah software desain grafis dapat melahirkan
sebuah database informasi agama yang dapat memudahkan
mad’u dalam mengakses informasi sebagai kebutuhan untuk
menambah ilmu pengetahuan lewat informasi yang
disediakan oleh media publikasi dakwah kontemporer.
Sebagai contoh software maktaba syamila, hadis digital,
Iqra Digital Al-Quran Digital, kamus bahasa Arab, dan
sejenisnya. Semua ini memberikan kemudahan panca indra

120
Berger, What Is Communication, (Cet. New Yok: Seage Press,
2010), h. 21
121
Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah, (Cet. I; Makassar:
Alauddin Press, 2010), h. 56.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 202
Syarifudin: Desain Grafis 203

mad’u memahami Islam.122 Semua produk desain grafis


dakwah yang telah diproduksi lewat software desain grafis
dapat dipublikasikan dalam berbagai macam model media
seperti: Radio, Televisi, Telephon seluler, SMS, Melalui 3G
(Hp yang memiliki fasilitas 3G), Bahasa Pemograman,
Seperti visual basic, Cobol, java script, HTML, email
Blogger, website dan sejenisnya.
Dakwah masa depan juga harus memberikan cita rasa
kepada umat. Semakin banyak pilihan kemasan informasi
semakin cepat transformasi pesan-pesan agama sampai
kepada mad’u.

III. KESIMPULAN
1. Peran Desain Grafis sangat signifikan dalam
melakukan kemasan publikasi dakwah, karena
program ini memiliki banyak perspektif, citarasa dan
paradigma untuk mengolah data (kemasan data
dakwah). Hal dapat memudahkan panca indra mad’u
dalam menerima informasi agama lewat sentuhan
gradasi warna yang dapat membantu panca indra

122
Syarifudin, Bimbingan Dakwah Digital: Media Publikasi
Dakwah (Makassar: Alauddin Press, 2010), h. 17
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 203
Syarifudin: Desain Grafis 204

manusia untuk menyerap pesan-pesan agama dengan


efektif.
2. Implementasi desain grafis dakwah membuat
pemetaan dakwah, Media software yang digunakan
adalah corelDraw yang ditemukan oleh Corel Corp di
Kanada. Software ini memiliki banyak kelebihan
dalam membuat gambar dan animasi. Sedangkan
untuk melakukan gerakan animasi vektor seorang
praktisi programmer dakwah dapat memilih
software animasi flas MX, Swis dan sejenisnya.
Sedangkan untuk mendesain pesan dakwah yang
berbentuk film Untuk mengkoversi dari data, flif
book (bukuk digital), Word ke Fdf, atau sejenisnya
juga ada software tersendiri yang dapat memberikan
kemudahan dalam mengolah data dakwah yang akan
dipublikasikan. Semua hasil produksi ini dapat
disesuaikan dengan media Radio, Televisi, Telephon
seluler, SMS, Melalui 3G (Hp yang memiliki
fasilitas 3G), Bahasa Pemograman, Seperti visual
basic, Cobol, java script, HTML, email Blogger,
website dan sejenisnya.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 204
Syarifudin: Desain Grafis 205

Pustaka

Berger, What Is Communication, Cet. New Yok: Seage


Press, 2010.

Darmawan, Dani. Biologi Komunikasi Berbasis Multimedia


Cet. II; Badung: Widya Press, 2009.

_____, Komunikasi Data Digital, Cet. II; Yogyakarya:


Andi Press, 2008.

H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Cet. VII; Jakarta: BUmi


Aksara.

Hendi Hendratman, After Effect Versi 7.0: Videografi,


Animasi (Cet. I; Bandung: Media Komputindo, 2009),
h. 19.

Gill Branston & Roy Stafford, The Media Student’s Book.


Third Edition (Londonn Usa, Canada: Routledge aylor
& Prancis Group, 2003), h. 280.

Kusdiyanto, Desain Komunikasi Visual: Berbasis


Advertising Multimedia Cet. I; Yogyakarta: Andi
Press, 2007.

Kasman, Suf Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia:


Analisis isi Pemberitaan Harian Kompas dan
Republika Cet. I; Balai Litbang dan Diklat
Kementrian Agama, 2010.

Littlejonh, W. Stephen. Theory of Human Communication


Ney York: Usa Wadsworth Publishing Company,
1996.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 205
Syarifudin: Desain Grafis 206

Mulayana, Deddy. Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet. IV;


Bandung: PT.Remajarosdakarya, 2009.

Purbo, Ono W. e-Lerning Berbasis PHP dan MySQL Cet. I;


Jakarta: Elexmedia Komputindo Information Age,
2002.

Said, Nuhidayat Muhammad. Disertasi: Perubahan Dakwah


di era global: Studi Anilisis terhadap respon umat
terhadap media dakwah digital. Di ajukan untuk
mencapai gelar doktor di bidang dakwah dan
komunikasi, JakartaL: 2008.

Syarifudin, Bimbingan Dakwah Digital bagi usia dini dan


Remaja Makassar: Alauddin Press, 2010.
Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah, Cet. I; Makassar:
Alauddin Press, 2010.

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris


Indonesia Cet. XXIII; Jakarta: PT. Gramedia, 1996.
Joseph DeVito, Human Communication: (New York:
Harper Collins Publishers Inc,1996.
Joseph DeVito, Elements of Public Speaking: Fourth
Edition New York: Harper Collins Publishers
Inc,1998.
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran (Cet. I; Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011.
George M. Scott, Principles of Information Management
System di terjemahkan oleh Nasiri Budiman dengan
Judul: Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen
Cet, VII; Jakarta: PT. Grafindo, 2002..
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 206
Syarifudin: Desain Grafis 207

Colin Coulson Thomas, Public Relation A Practical Guide


diterjemahkan oleh: Tarech Rasyid dengan judul;
Public Relations: Pedoman Praktis untuk PR Cet. IV;
Jakarata: Bumi Akara, 2005.
H. Nasuka, Teori Sistem: Sebagai Salah satu Alternatif
Pendekatan dalam Ilmu-ilmu Agama Islam Cet. I;
Jakarta: Prenada Group, 2005.
Dani Darmawan, Biologi Komunikasi Berbasis Multimedia
Cet. II; Badung: Widya Press, 2009.
Departemen Teknik Informatika, Sistem Informasi dalam
Berbagai Perspektif: Manusia dan System Informasi,
Teknologi, Organisasi, serta Pendidikan Cet. II;
Bandung: Informatika, 2008.
Engjang As, Etika Dakwah: Suatu Pendekatan Teologi
Filosofis Cet. I; Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.
Dony Ariyus dan Rum Adri, Komunikasi Data Cet.
II;Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008.
Abu Abdillah Ibnu Mustamil, Al-Ajwibah al-Mufida ‘an
AS-ilah al-Manhij al-jadidah diterjemahkan dengan
judul Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah II Cet.
II; Surakarta: Al-Madinah, 1998.
Muhammad Soelhi, Komunikasi Internesional: Perspektif
Jurnalistik (Cet. I; Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2009.
Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Pendidikan Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu
offset, 2012.
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 207
Syarifudin: Desain Grafis 208

Andi Purmono, Presentasi Multimedia dengan Macromedia


Flash Cet. II; Bandung: Andi press, 2009.
Hendi Hendratman, The magic of Premiere dan Adobe
After Effects: Video, Audio, Animation, Visual
effects, Capturing Cet. II; Bandung: Informatika,
2007.
Eko Nugroho, Sistem Informasi Management: Konsep,
Aplikasi, dan Perkembangannya Cet. I; Yogyakarta:
Andi Press, 2008.
Arief Ramadhan, Mengenal dan Memahami Animasi Tiga
Dimensi Cet. II; Jakarta Elex Media Komputindo,
2006.
Wahana Komputer, Pembuatan Program Sistem Informasi
Akademik berbasis ASP Cet. I; Jakarta: Salemba
Infotek, 2005.
Marshal McLuhan, Understanding Media: The Extensions
of Man (New York: McGrw Company, 1964). Dalam
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma Teori
Aplikasi, Strategi Dan Komunikasi Politik Indonesia
Cet. I; PT. Balai Pustaka, 2003.
Ono W. Purbo, e-Lerning Berbasis PHP dan MySQL Cet. I;
Jakarta: Elexmedia Komputindo Information Age,
2002.
Deddy Mulayana, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet. IV;
Bandung: PT.Remajarosdakarya, 2009.
Syarifudin, makalah Teknologi Informasi Dakwah
diseminarkan pada mahasiswa PASCASARJANA
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 208
Syarifudin: Desain Grafis 209

program S3 (Doktor) di Universitas Alauddin


Makassar tanggal 17 April 2011 jam 10.00 wit.
W. Stephen Littlejonh, Theory of Human Communication
Usa Wadsworth Publishing Company, 1996.
Werner J. Severin dan James W. Tangkard, Communication
Theories: Original, Methods and Uses in the Mass
Media, diterjemahkan oleh: Sugeng Hariyanto dengan
judul Teori Komunikasi: Sejarah Metode, dan Terapan
di Dalam Media Massa (Cet. II; Jakarta: Kencana
Prenada media group, 2007.
John Kim, Empat Puluh Trik Teknik Fotografi Digital Cet.
II; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004.
Kusdiyanto, Desain Komunikasi Visual: Berbasis
Advertising Multimedia Cet. I; Yogyakarta: Andi
Press, 2007.
Ahmad Sumanto, Jurnalistik Islami; Panduan Praktis Bagi
Jurnalis Muslim, Cet. Bandung: Mizan 2002.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Cet. III; Bandung:
Rosdakarya, 2006.
Abdul Kadir, Pengantar Sistem Informasi, Cet. I;
Yokyakarta: Andi Press, 2006.
Informatika Bandung, Sistem Informasi dalam Berbagai
Macam Perspektif: Manusia dan sistem informasi,
Teknologi dan Sistem Informasi, Organisasi dan
Sistem Informasi serta Pendidikan dan sistem
informasi Cet. I; Bandung, 2006.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 209
Syarifudin: Desain Grafis 210

Nurudin, Sistem Komunikasi di Indonesia Cet. I; Jakarta:


PT. Rajagrafindo Persada, 2004.
Althoff, Philip and Rush, Michael. 1997. Pengantar
Sosiologi Politik (Terjemahan Kartini Kartono).
Jakarta: Rajawali Press.
Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta:
UNY Press.
Kantaprawira, Rusadi. 1990. Pendekatan Sistem dalam
Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Sinar Baru.
Muhtadi, Asep Saeful. 2008. Komunikasi Politik Indonesia
(Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nasiwan. 2009. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: UNY
Press.
Nasution, Zulkarimein. 1990. Komunikasi Politik, Suatu
Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahman. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sastroatmodj, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Susanto, Astrid S. 1985. Komunikasi Sosial di Indonesia.
Bandung: Bina Cipta.
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/pengaruh-iklan-
politik-sebagai-alat.html#ixzz28XHCtuRl
Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 210
Syarifudin: Desain Grafis 211

Biografi Penulis: Syarifudin Ambon, Menyelesaikan S1 di Jurusan


Komunikasi Penyiaran Islam STAIN Ambon tahun 2002, dan S2 di Jurusan
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar 2010 dengan konsentrasi
Sistem Informasi Dakwah dan Komunikasi 2004. S3 Teknologi Informasi
Dakwah dan Komunikasi. Staf pengajar Komunikasi Penyiaran Islam dan
Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ushuluddin. Kompetensi inti pada bidang
Teknologi Desain Informasi, Multimedia-Based Instructional Design, dan Knowledge
Community. Penulis aktif, sebagai pemakalah dalam berbagai Seminar Nasional, instruktur
pada model pembelajaran berbasis Multimedia dakwah dan Komputer. Memegang Sertifikasi
Microsoft, JENI (Java Education Network Indonesia). Ketertarikan penulis dalam bidang
implementasi Teknologi Informasi Dakwah dan pendidikan ICT.

Dr. Syarifudin; Desain Grafis: Komunikasi Penyiaran dan Konsentrasi Jurnalistik 211

Anda mungkin juga menyukai