Anda di halaman 1dari 7

MK.

Sejarah Desain Grafis


Resume Sejarah Desain Grafis

DOSEN PENGAMPUH:

DIAN CAHYADI, S.DS., M.DS.

MITRA

AHMAD YASIN. S.SN, M.SN

MUHAMMAD LUTFI USAMAH


1986141010
DKV – A

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


JURUSAN SENI RUPA DAN DESAIN
FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKKASSAR
2020
A. Definisi Desain Grafis
Menurut Henricus Kusbiantoro bahwa desain adalah kompromi antara seni dan bisnis. Yaitu
melayani kebutuhan orang banyak pada pemecahan problem visual, namun sekaligus tidak
kehilangan karakter dan keunikan dari segi eksekusi visual baik konsep maupun visual teknis.
[ CITATION Sit04 \l 1057 ]
Jadi menurut saya mengapa dinamakan desain grafis bukannya seni rupa sebab meskipun
keduanya sama-sama visual namun konsep dan tujuan penciptaannya berbeda sebab desain
grafis dibuat sebagai sebuah solusi pada masalah.

B. Sejarah dan Perkembangan Desain Grafis Dunia


Baik desain grafis, ilmu komunikasi, maupun seni rupa sejarahnya berawal ketika
manusia menggambar simbol yang berwujud gambar (piktogram) yang menyerupai
tanaman, binatang, pemandangan, ataupun kegiatan manusia pada media dinding gua.
Berkembang lebih lanjut menjadi logogram hingga menjadi huruf yang kita gunakan
sampai sekarang. Medianya juga berkembang mulai dari dinding gua beralih ke tanah liat
beralih lagi ke kulit hewan hingga pada kertas yang kita gunakan hingga saat ini.
Perkembangan desain grafis meroket ketika mesin cetak ditemukan. Mesin cetak
pertama kali ditemukan tahun 1447 oleh Johannes Gutenberg. Temuannya mendukung
perkembangan seni ilustrasi terutama untuk hiasan buku. Selanjutnya Aloys Senefelder
menemukan Teknik cetak lithografi yang memanfaatkan Teknik cetak tinggi dengan
prinsip saling tolak antara air dengan minyak. Hal ini mendukung penggambaran secara
leluasa serta ukuran besar dan memungkinkan untuk melakukan pemisahan warna.
Sehingga seni poster berkembang pesat.
Berikut ini merupakan peristiwa-peristiwa penting di dunia yang berperan dalam
sejarah perkembangan desain grafis.
1. 1851, The Great Exhibition Merupakan pameran besar yang menonjolkan budaya
dan industry serta merayakan teknologi industry dan desain. Event ini dilaksanakan di
London pada masa revolusi industry.
2. 1910, Modernisme terbentuk oleh urbanisasi dan industrialisasi dari masyarakat
Barat. Simbolnya adalah mesin yang juga diartikan sebagai masa depan bagi para
pengikutnya. Desain tanpa dekorasi lebih cocok dengan “bahasa mesin”.
3. 1916, Dadaisme membawa gagasan baru, arah dan bahan, tetapi dengan sedikit
keseragaman. Prinsipnya adalah ketidakrasionalan yang disengaja, dan berupa
penolakan terhadap hukum keindahan.
4. 1916, De Stijl merupakan gaya yang berasal dari Belanda dengan menggunakan
bentuk segi-empat kuat, menggunakan warna-warna dasar dan menggunakan
komposisi asimetris.
5. 1918, Constructivism merupakan pergerakan seni modern yang dimulai di Moscow,
Rusia pada tahun 1920. Berpengaruh melalui penggunaan huruf sans-serif berwarna
merah dan hitam diatur dalam blok asimetris.
6. 1919, Bauhaus dibuka pada tahun 1919 di bawah arahan arsitek terkenal Walter
Gropius. Bauhaus memulai suatu pendekatan segar untuk mendesain mengikuti
Perang Duni Pertama, dengan suatu gaya yang dipusatkan pada fungsi bukannya
hiasan.
7. 1928-1930, Gill Sans adalah sebuah jenis huruf sans serif dengan proporsi klasik dan
karakteristik geometris lemah gemulai yang memberinya suatu kemampuan beraneka
ragam (great versatility).
8. 1931, Harry Beck seorang Perancang grafis (1903-1974) menciptakan peta bawah
tanah London pada tahun 1931. Beck memusatkan cara sampai dari satu stasiun ke
stasiun yang lain dan di mana harus berganti kereta.
9. 1950s, International Style atau Swiss style didasarkan pada prinsip revolusioner
tahun 1920an, dan resmi pada tahun 1950an. Grid, prinsip matematika, sedikit
dekorasi dan jenis huruf sans serif menjadi aturan untuk lebih menunjukkan fungsi
universal dari pada ungkapan pribadi.
[CITATION Riz16 \t \l 1057 ]

C. Sejarah dan Perkembangan Desain Grafis di Indonesia

Berawal dari lahirnya piktogram dan berkembang menjadi logogram namun pada
akhirnya menjadi aksara yang bersifat lokal dan hanya berlaku pada bahasa daerah itu
sendiri, sehingga di tiap-tiap daerah memiliki bahasa serta aksaranya masing-masing.

Industri percetakan di wilayah Nusantara berkembang sejalan dengan penerbitan surat


kabar dan buku yang diperkirakan berkembang sejak abad ke-17, ketika mesin cetak
pertama kali di datangkan ke pulau Jawa pada tahun 1659.
Iklan pertama di Hindia Belanda pada 17 Agustus 1744, Perintisnya adalah Jan
Pietmerzoen Coen. Setelah meninggal, tulisan tangannya diterbitkan kembali disurat
kabar Batavia Nouvelles pada tanggal 17 Agustus 1744. Dengan demikian, iklan yang
dimuatnya pun merupakan iklan pertama.

Pada masa industri percetakan abad ke 18-20. Surat kabar yang pertama kali dicetak
adalah De Bataviase Nouvelles terbit di Batavia (1744), kemudian De Locomotief
terbit (1852) di Semarang dan Bataviassch Niewsblaad terbit di Batavia (1885). Dunia
persuratkabaran milik warga pribumi adalah Bromartani yang terbit di Surakarta (1920-
an).

1938 berdiri PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) di Jakarta dengan anggota
± 30 pelukis yakni Agus Djaja (ketua), S. Sudjojono, Abdul Salam, Sumitro, Sudibio,
Sukirno, Suromo, Surono, Setyosa, Herbert Hutagalung, Syoeaib, Emiria Sunasa, dll.
Serikat ini sering dianggap sebagai awal seni rupa modern Indonesia

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung


Poetera Djakarta. Empat Serangkai memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat
Tenaga Rakyat). Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana.

1960 - 1972 Logo mulai populer, membawa bisnis baru untuk perusahaan periklanan
dari kliennya. Yaitu merancangkan logo yang sesuai dengan jenis, kepribadian dan
citra produk yang ingin dikembangkan produk-produk tersebut.

Gerakan Seni Rupa Baru (1975-1979, 1987). Konsepnya adalah meniadakan batasan


antara seni murni dan seni terapan, dan semua fenomena kesenian termasuk desain pun
kemudian dianggap sederajat. Pada tahun 1979 Gerakan Seni Rupa Baru membubarkan
diri, tetapi sempat dihidupkan kembali pada tahun 1987.

 1979 Penggunaan istilah desain komunikasi visual. Gert Dumbar, seorang desainer
grafis Belanda memperkenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual di FSRD ITB.

Pameran desain grafis pertama di Indonesia pada tanggal 16-24 Juni 1980 di Pusat
Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, jalan Menteng Raya 25, Jakarta oleh tiga desainer
grafis Indonesia: Hanny Kardinata, Gauri Nasution dan Didit Chris Purnomo.

Organisasi desain grafis pertama di Indonesia terbentuk pada tanggal 25 April 1980
dan diresmikan pada tanggal 24 September 1980 dengan nama Ikatan Perancang Grafis
Indonesia (IPGI). IPGI ganti nama jadi ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia)
pada tanggal 7 Mei 1994.

Akhir 1970 dst. tumbuh perusahaan-perusahaan desain grafis yang sepenuhnya


dipimpin oleh desainer grafis dan mengkhususkan diri pada desain-desain non-iklan.

Forum Desainer Grafis Indonesia (FDGI) berdiri dan diresmikan pada tanggal 6-14
Juni 2003 di Bentara Budaya, Jakarta. Pada tanggal 7-11 September 2005 FDGI
mengadakan pameran poster internasional “Light of Hope for Indonesia” di arena
FGDexpo 2005.

Pada tanggal 4 Juli 2009 diadakan konferensi pers Indonesian Graphic Design Award
2009 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta yang sekaligus menandai dimulainya
ajang penghargaan desain grafis pertama berskala nasional.

[CITATION Riz161 \t \l 1057 ]

D. Ragam Aliran dan Gaya Desain Grafis


Secara umum gaya desain atau gaya seni adalah suatu cara ekspresi atau sikap estetik
yang khas dan unik pada suatu karya seni yang muncul karena teknik penciptaan, konsep
visual, atau estetikanya. Gaya desain bisa memberi petunjuk mengenai suatu masa atau
periode tertentu, suatu tempat atau negara tertentu, atau suatu aliran pemikiran atau
mazhab tertentu. Gaya desain juga memberi petunjuk tentang sikap dan konsep pribadi
desainernya.[ CITATION Wag13 \l 1057 ]
Gaya Desain Grafis dapat diklasifikasikan dengan mudah berdasarkan Gaya Zaman
(Period Style). Gaya desain pada masa Pra-Modern yakni Gaya Victoria dan Art and
Craft. Gaya desain pada masa Modern Awal yakni Art Nouveau, Plakatsil dan Wiener
Werkstate. Gaya desain pada masa Modern Akhir yaitu Art Deco, Konstruktivisme,
Futurisme, Ekspresionisme, Vortikisme, De Stijl (The Style), Bauhaus, New Typography,
Dadaisme, Realisme Heroik, Swiss-Internasional, Corporate Style dan Gaya Amerika,
dan Ecletical & Revival. Gaya desain Pasca Modernisme antara lain ‘New Wave’
America, Punk Amerika, ‘New Wave’ Eropa, Identitas Nasional dan Regional, serta
Gerakan Moral dan Etika.[CITATION Sun13 \t \l 1057 ]
E. Kesimpulan
Semua jenis seni visual berawal ketika manusia mencoba berkomunikasi dengan
menggambar piktogram pada gua dan ini terus berkembang hingga menjadi sebuah
alfabet yang kita gunakan hingga kini.
Perkembangan desain dunia maupun Indonesia takl epas dari perkembangan
teknologi. Mesin cetak berperan penting sejak tahun 1447 hingga terciptanya komputer
yang mendukung penciptaan desain grafis sehingga menjadi alat yang revolusioner.
Seperti yang dikatakan oleh Henricus Kusbiantoro bahwa desain adalah kompromi
antara seni dan bisnis. Jadi, hidupnya desain grafis tak lepas dari kebutuhan industri-
industri yang menginginkan estetika pada pemasaran produknya. Hal ini menjadikan
desain grafis menjadi klaster seni terapan yang memiliki syarat dan ketentuan agar dapat
digolongkan demikian.
Pada dasarnya perkembangan gaya dalam desain grafis dapat dibedakan berdasarkan:
Gaya Zaman (Period Style), Gaya Tempat (Regional Style, National Style,
Local/Provincial Style), Gaya karena suatu Gerakan Pemikiran (Movement), dan Gaya
Pribadi (Personal Style). Dalam mengamati gaya desain, pengetahuan mengenai semua
jenis gaya tersebut perlu dipakai sebagai dasar acuan. Keempatnya merupakan suatu
kesinambungan yang terus berlangsung sampai masa kini. [CITATION Sun131 \t \l 1057 ]

Referensi

Rizali, A. (2016). Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia. Makassar:


Achmad Rizali.
Rizali, A. (2016). Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia. Makassar:
Achmad Rizali.

Sitepu, V. (2004). Panduan Mengenal Desain Grafis. Sumatra : PT. Elex Media.

Sunarto, W. (2013). Gaya Desain Tinjauan Sejarah. (S. Sondakh, Penyunt.) Jakarta:
Pascasarjana IKJ.

Sunarto, W. (2013). Gaya Desain Tinjauan Sejarah. (S. Sondakh, Penyunt.) Jakarta:
Pascasarjana IKJ.

Sunarto, W. (2013). Gaya Desain Tinjauan Sejarah. (S. Sondakh, Penyunt.) Jakarta: Pascasarjana
IKJ.

Anda mungkin juga menyukai