Anda di halaman 1dari 3

Tugas SBD

Sejarah Seni Grafis


Seni grafis muncul pada saat kependudukan Belanda karena ada kolonialisasi pada saat itu. Pada masa
ini, Belanda pernah beberapa kali menunjuk seniman untuk diberikan tugas. Tugas ini berupa
melakukan studi landscape di Indonesia guna merekam kearifan dan keeksotisan negara Indonesia.
Setelah melakukan studi maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah menuangkan ke dalam
lukisan yang memiliki kesan romantisme. Kendala yang dihadapi ketika ingin mengembangkan dan
mengaplikasikan seni grafis ini terletak pada alat cetak. Pada saat itu alat cetak menjadi alat yang
sangat langka dan tidak semua memilikinya.
Pada zaman dahulu di hanya Institut Teknologi Bandung yang dapat menyediakan alat – alat
pendukung serta mesin cetak untuk teknik cetak rendah, cetak tinggi, cetak datar, dan cetak saring.
Akan tetapi tetap saja mesin dan peralatan tersebut terlihat tidak terawat. Hal ini kembali lagi pada
biaya yang dimiliki oleh Indonesia, karena pada zaman itu mesin cetak harganya sangat mahal dan
akses untuk mendapatkannya pun juga sangat sulit karena harus di datangkan langsung dari negara
Jerman.
Seni grafis masih dianggap remeh dan sebelah mata oleh banyak pihak. Hal ini dibuktikan dengan
adanya kejadian di mana pameran seni grafis ini diselenggarakan secara menumpang dengan kesenian
lain seperti patung atau lukis. Akan tetapi dengan adanya seni grafis ini memberikan dampak yang
luar biasa bagi periode kemerdekaan Indonesia. Pada periode kemerdekaan, seni grafis membantu
mempublikasikan kemerdekaan ke luar negeri sehingga bangsa Indonesia dapat diakui sebagai bangsa
yang merdeka.

Seni Grafis Periode 1970 – 1980


Pada periode ini seni grafis baru diakui dan muncul ke permukaan karena sudah mendapat banyak
dukungan dan suara. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya acara pameran di beberapa tempat
seperti :
- Surabaya
- Bandung
- Jakarta
Ketiga kota tersebut bergantian memamerkan karya-karya Haryadi Suadi, A.D. Pirous, Kaboel
Soeadi, dan Mochtar Apin. 6 orang yang terdiri atas Sutanto, G. Siddharta, Pirous, Sunaryo, Dudi
Kusnidar, dan Priyanto mendalami teknik serigrafi karena pada saat itu industri garmen sedang
berkembang pesat. Dan akhirnya mereka menjadi profesional pada bidangnya dan mengembangkan
akademi desain grafis di negara Indonesia.
Seni Grafis Periode 1990 hingga Sekarang
Pada periode ini modernisasi mulai muncul dan digaungkan yang kemudian lahirlah performance art,
instalasi, dan media unik yang cenderung mengundang kontroversi. Seperti pada Bienalle IX Jogja
yang potmodernisme dengan menjatuhkan pilihan pada instalasi. Tidak hanya itu, juga pernah
diselenggarakan pameran “Taman Plastik” oleh Marida. N. Juga ada pemeran lainnya yaitu yang
berjudul “Seni Grafis dan Sepakbola” yang diselenggarakan oleh Tisna Sanjaya.

Pada perkembangannya teknologi dalam bidang seni grafis terus berkembang yang ditandai dengan
adanya mesin digital print, c – print dan masih ada lainnya lagi. ITB menjadi salah satu Institut yang
memiliki mesin serta peralatan yang lengkap, sehingga para seniman dapat berekspresi sesuai dengan
ide mereka. Kemudian di kota Jogja juga ada perkembangan serigraphy dan memiliki peminat banyak
pada kalangan seniman. Akan tetapi tetap ada keterbatasan terutama keterbatasan mesin.
Walaupun ada keterbatasan, tetap saja ini tidak menjadi halangan para seniman penggrafis untuk tetap
berkarya di Jogja, mereka dengan sengat rajin dan giat terus menggeluti cukil kayu hingga mencapai
penguasaan teknis dan sistem yang dapat dinilai amat baik. Sementara di Bandung sendiri kesadaran
seniman dalam penggunaan media cetak masih dipertanyakan eksistensinya.

Jadi, perkembangan seni grafis di Indonesia terutama pada grafis kontemporer Indonesia memiliki
kekayaan melimpah dalam hal karyanya, karena memang seniman yang bergelut pada bidang seni
grafis ini juga banyak. Para seniman ini memiliki pola pikir dan kerja yang sangat teratur dan
terstruktur.
Akan tetapi masih saja ada kekurangan terutama dalam ketersediaan sarana dan prasarana sehingga
membatasi kreatifitas dari mereka para seniman. Walaupun masih ada kekurangan, hasil karya para
seniman tetap melahirkan suatu karya yang memiliki teknik cetak yang filosofis.
Jadi, sekali lagi ditekankan bahwa seni grafis merupakan bukan suatu kesenian sebelah mata yang
murahan, kelas dua, hingga pinggiran. Kesenian ini juga memiliki nilai keindahan di dalamnya
sehingga eksistensi yang terkandung di dalamnya juga dapat terpancar.
Sejarah Seni Grafis semoga dapat membantu kita dalam menambah wawasan dan khazanah dalam
bidang seni terutama seni grafis. Setelah membaca artikel ini diharapkan kepada para pembaca untuk
mengubah stereotip mengenai seni grafis yang kampungan dan pinggiran menjadi seni yang memiliki
nilai estetik. Semua seni memiliki kedudukan sama dan keindahan, karena seni itu bersifat subjektif.

Sumber : https://meesenpdx.com/perkembangan-sejarah-seni-grafis-di-indonesia/

Salah satu contoh tokoh seni Grafis di Indonesia adalah


Marsha Cikita
Marsha Chikita yang biasa dipanggil kiki ini memulai karirnya saat ikut program magang di
perusahaan Las’ Copaque Production (rumah produksi yang membuat film Upin-Ipin). Kiki adalah
satu-satunya orang Indonesia yang bekerja di sana. Dia terjun langsung dalam pembuatan animasi
Upin-Ipin yang digemari di Indonesia itu. Lantaran hasil karyanya yang dinilai baik itu, Kiki diterima
sebagai karyawan sejak tahun 2010. Selama bekerja di rumah produksi tersebut, ia banyak belajar
tentang seluk-beluk pembuatan animasi dengan mencoba berbagai macam jenis pekerjaan. Mulai dari
memberikan cahaya pada gambar, mengatur komposisi gambar, menggerakkan gambar, hingga
mempelajari karakteristik suatu tokoh.
Pada tahun 2012, Kiki kembali ke Indonesia dengan membawa ide segar untuk perkembangan dunia
animasi di Indonesia. Monso House adalah perusahaan animasi independen yang dibuat bersama lima
orang rekannya. Salah satu proyek besar yang akan digarap dalam waktu dekat ini adalah film animasi
yang berjudul Goceks, mengisahkan anak-anak kecil yang bermain bola di jalanan. Melalui film
animasi buatannya ini, Kiki ingin menyampaikan pesan moral untuk anak-anak dan berharap bisa
membangkitkan kembali dunia animasi Indonesia.
Sumber : https://www.wadezig.com/seniman-grafis-indonesia-dengan-karya-mendunia/

Anda mungkin juga menyukai