Pada perkembangannya teknologi dalam bidang seni grafis terus berkembang yang ditandai dengan
adanya mesin digital print, c – print dan masih ada lainnya lagi. ITB menjadi salah satu Institut yang
memiliki mesin serta peralatan yang lengkap, sehingga para seniman dapat berekspresi sesuai dengan
ide mereka. Kemudian di kota Jogja juga ada perkembangan serigraphy dan memiliki peminat banyak
pada kalangan seniman. Akan tetapi tetap ada keterbatasan terutama keterbatasan mesin.
Walaupun ada keterbatasan, tetap saja ini tidak menjadi halangan para seniman penggrafis untuk tetap
berkarya di Jogja, mereka dengan sengat rajin dan giat terus menggeluti cukil kayu hingga mencapai
penguasaan teknis dan sistem yang dapat dinilai amat baik. Sementara di Bandung sendiri kesadaran
seniman dalam penggunaan media cetak masih dipertanyakan eksistensinya.
Jadi, perkembangan seni grafis di Indonesia terutama pada grafis kontemporer Indonesia memiliki
kekayaan melimpah dalam hal karyanya, karena memang seniman yang bergelut pada bidang seni
grafis ini juga banyak. Para seniman ini memiliki pola pikir dan kerja yang sangat teratur dan
terstruktur.
Akan tetapi masih saja ada kekurangan terutama dalam ketersediaan sarana dan prasarana sehingga
membatasi kreatifitas dari mereka para seniman. Walaupun masih ada kekurangan, hasil karya para
seniman tetap melahirkan suatu karya yang memiliki teknik cetak yang filosofis.
Jadi, sekali lagi ditekankan bahwa seni grafis merupakan bukan suatu kesenian sebelah mata yang
murahan, kelas dua, hingga pinggiran. Kesenian ini juga memiliki nilai keindahan di dalamnya
sehingga eksistensi yang terkandung di dalamnya juga dapat terpancar.
Sejarah Seni Grafis semoga dapat membantu kita dalam menambah wawasan dan khazanah dalam
bidang seni terutama seni grafis. Setelah membaca artikel ini diharapkan kepada para pembaca untuk
mengubah stereotip mengenai seni grafis yang kampungan dan pinggiran menjadi seni yang memiliki
nilai estetik. Semua seni memiliki kedudukan sama dan keindahan, karena seni itu bersifat subjektif.
Sumber : https://meesenpdx.com/perkembangan-sejarah-seni-grafis-di-indonesia/