Anda di halaman 1dari 8

KEMAS 6 (2) (2011) 134-141

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA


NELAYAN
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono*

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Permasalahan dalam penelitian adalah faktor-faktor apa sajakah yang ber-
Diterima 12 September 2010
Disetujui 29 Oktober 2010
hubungan dengan penyakit dermatitis pada nelayan. Tujuannya untuk menge-
Dipublikasikan Januari 2011 tahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada ne-
layan. Ini termasuk penelitian penjelasan dengan pendekatan belah lintang.
Keywords: Populasi penelitian berjumlah 68 orang. Sampel dikumpulkan secara acak.
Dermatitis
Fish Auction Place (FAP)
Sampel penelitian berjumlah 40 orang. Teknik pengambilan data dilakukan
Personal hygiene dengan menggunakan kuesioner. Korelasi chi square digunakan untuk mencari
hubungan dan menguji hipotesis antara kedua variabel. Berdasarkan uji chi
square itu diketahui bahwa masa kerja (p = 0,001), alat pelindung diri (APD) (p
= 0,001), riwayat pekerjaan (p = 0,027), kesehatan pribadi (p = 0,027), riwayat
penyakit kulit (p = 0,006) dan riwayat alergi (p = 0,018). Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang berhubungan meliputi masa kerja,
alat pelindung diri, riwayat pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit,
dan riwayat alergi.

Abstract
Problems in this study were what factors are associated with dermatitis on the fish-
ermen who work in the Fish Auction Place (FAP). This study aimed to determine
those factors. This type of study was explanatory with cross sectional approach.
The population consist of 68 peoples. Techniques used was random sampling. The
samples equal 40 peoples. Techniques of data retrieval were done using a ques-
tionnaire. Chi square correlation used to find relationships and testing hypotheses
between these two variables. Based on chi square test, it was known that the period
of employment (p = 0.001), personal protective equipment (PPE) (p = 0.001), his-
tory of work (p = 0.027), personal hygiene (p = 0.027), history of skin disease (p =
0.006), and a history of allergy (p = 0.018), because p <0.05 then the factors are
related to the occurrence of dermatitis in fishermen who worked in the FAP. In
conclusion, there are factors associated with the incidence of dermatitis in fisher-
men such as personal protective equipment, work history, personal hygiene, his-
tory of skin disease and history of alergy.

© 2011 Universitas Negeri Semarang

*
Alamat korespondensi:
ISSN 1858-1196
Jalan Jatisari Lestari Blok C.13 No.6 Mijen Semarang
Email: erwanbudiono@staff.unnes.ac.id
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono / KEMAS 6 (2) (2011) 135-142

Pendahuluan kerusakan lingkungan (Pangemanan, 2002).


Disamping itu pada aspek kesehatan, nelayan
Indonesia dikenal sebagai salah satu ne- relatif lebih berisiko terhadap munculnya
gara maritim yang sebagian besar wilayahnya masalah kesehatan seperti kekurangan gizi,
merupakan wilayah perairan. Beberapa fakta dermatitis, diare, dan    infeksi saluran  perna-
di lapangan menunjukkan bahwa kita memang fasan    atas (ISPA), yang disebabkan karena
layak disebut negeri bahari karena menurut fak- persoalan lingkunan seperti sanitasi, air bersih,
ta 2/3 wilayah Indonesia berupa perairan, garis indoor pollution, serta minimnya prasaran ke-
pantai Indonesia mencapai 18.000 km terpan- sehatan seperti puskesmas ataupun posyandu
jang kedua setelah Kanada, dan keanekaraga- yang tidak digunakan secara optimal (Injhawan
man laut kita pun diyakini merupakan salah et al., 2009).
satu yang terlengkap di dunia (Rakawhisnu, Sejak 1982, penyakit dermatitis telah
2007). menjadi salah satu dari 10 besar penyakit aki-
Sensus penduduk tahun 2000 menun- bat kerja (PAK) berdasarkan potensial insidens,
jukkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 210 keparahan, dan kemampuan untuk dilakukan
juta jiwa. Pada saat ini setidaknya terdapat 2 juta pencegahan. Biro Statistik Amerika Serikat
rumah tangga yang menggantungkan hidupnya (1988) menyatakan bahwa penyakit kulit men-
pada sektor perikanan. Dengan asumsi tiap duduki sekitar 24 % dari seluruh PAK yang
rumah tangga nelayan memiliki 6 jiwa, maka dilaporkan. The National Institute of Occupa-
sekurang-kurangnya terdapat 12 juta jiwa yang tion Safety Hazards (NIOSH) dalam survei ta-
menggantungkan hidupnya sehari-hari pada hunan (1975) memperkirakan angka kejadian
sumber daya laut termasuk pesisir tentunya dermatitis akibat kerja yang sebenarnya adalah
(Pangemanan, 2002). Nelayan merupakan is- 20-50 kali lebih tinggi dari kasus yang telah di-
tilah bagi orang-orang yang sehari-harinya be- laporkan (Lestari, 2008). Di beberapa negara
kerja menangkap ikan atau biota lainnya yang ada yang memiliki departemen khusus untuk
hidup di dasar, kolom, maupun permukaan pe- menangani dermatitis karena tingkat insidensi
rairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas dan prevalensi yang cukup tinggi (Slodownik et
nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, al., 2008)
payau, maupun laut. Di negara-negara berkem- Dermatitis pada nelayan mungkin aki-
bang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, bat air laut yang karena kepekatannya menarik
masih banyak nelayan yang menggunakan air dari kulit, dalam hal ini air laut merupakan
peralatan yang sederhana dalam menangkap penyebab dermatitis kulit kronis dengan sifat
ikan. Nelayan di negara-negara maju biasanya rangsangan primer (Lestari, 2008). Penyakit
menggunakan peralatan modern dan kapal kulit mungkin pula disebabkan oleh jamur-ja-
yang besar yang dilengkapi teknologi canggih mur atau binatang-binatang laut. Pekerjaan ba-
(Eidman, 2008). sah merupakan tempat berkembangnya penya-
Nelayan identik dengan kemiskinan. kit jamur, misalnya monoliasis (Kaukiainen et
Ada banyak penyebab terjadinya kemiskinan al., 2005; Chew and Maibach, 2003). Dermatitis
pada masyarakat  nelayan, seperti kurangnya dapat menyebabkan alergi, iritasi kulit, hiper-
akses kepada sumber-sumber modal, akses ter- sensitivitas kulit, dan juga eczema (Czarnobil-
hadap  teknologi, akses terhadap pasar, mau- ska et al., 2009)
pun rendahnya partisipasi masyarakat dalam Penelitian WHO pada pekerja tentang
pengelolaan sumber daya alam. Alasan lain penyakit akibat kerja di 5 (lima) benua tahun
dan yang akan banyak dibahas dalam draf ini 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gang-
adalah disebabkan karena faktor-faktor sosial guan otot rangka (Musculo Skeletal Disease)
seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang pada urutan pertama 48 %, kemudian ganggu-
tinggi, rendahnya tingkat pendidikan, dan ren- an jiwa 10-30 %, penyakit paru obstruksi kronis
dahnya tingkat kesehatan  serta alasan-alasan 11 %, penyakit kulit (dermatitis) akibat kerja 10
lainnya seperti kurangnya prasarana umum di %, gangguan pendengaran 9 %, keracunan pes-
wilayah pesisir, lemahnya perencanaan spasial tisida 3 %, cedera dan lain-lain (Lestari, 2008).
yang mengakibatkan tumpang tindihnya be- Jumlah penderita dermatitis di Amerika Seri-
berapa sektor pada satu kawasan, polusi, dan kat mencapai 15 juta orang, dimana 60 % dari
135
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono / KEMAS 6 (2) (2011) 134-141

jumlah tersebut terjadi pada usia di bawah 12 penyakit akibat kerja khususnya penyakit der-
tahun, 30 % terjadi sebelum usia 5 tahun. Der- matitis akibat kerja.
matitis Atopik sangat jarang terjadi di usia tua Menurut data rekam medis dari RSUD
(lebih dari 50 tahun). Lima puluh persen pen- dr. Soetrasno Kabupaten Rembang pada tahun
derita dermatitis atopik terjadi pada tahun per- 2007, kejadian dermatitis pada nelayan sebe-
tama kehidupan (Setyaningrum, 2002). sar 60%. Sedangkan pada tahun 2008, kejadian
Apabila ditinjau lebih lanjut, Penyakit dermatitis pada nelayan meningkat menjadi
Kulit Akibat Kerja (PKAK) sebagai salah satu 62% dari tahun sebelumnya. Melihat dari data
bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis tersebut sudah jelas bahwa lebih dari 50% ne-
penyakit akibat kerja terbanyak yang kedua layan di Kabupaten Rembang menderita pe-
setelah penyakit muskulo-skeletal, berjum- nyakit dermatitis, dan jumlah penderita derma-
lah sekitar 22 % dari seluruh penyakit akibat titis mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
kerja. Data di Inggris menunjukkan 129 kasus Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota
per 1000 pekerja merupakan dermatitis akibat Rembang, kejadian penyakit kulit dibagi men-
kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit jadi 2, yaitu penyakit kulit karena alergi dan
akibat kerja, maka lebih dari 95 persen meru- penyakit kulit karena infeksi. Menurut catatan
pakan dermatitis kontak, sedangkan yang lain Dinas Kesehatan Kota Rembang kejadian pe-
merupakan penyakit kulit lain seperti akne, ur- nyakit kulit infeksi menempati urutan nomor
tikaria kontak, dan tumor kulit (Lestari, 2008). 3 pada data 10 besar penyakit tahun 2007 de-
Di Indonesia secara umum, diantara 8 ngan jumlah kejadian 28.162 kasus, sedangkan
penyakit keturunan, prevalensi dermatitis kon- kejadian penyakit kulit alergi menempati uru-
tak yang tertinggi (6,2 %). Prevalensi dermati- tan nomor 5 pada data 10 besar penyakit tahun
tis kontak tinggi (>10 %) di Wakatobi dan Kota 2007 dengan jumlah kejadian 14.041 kasus.
Bau Bau (Soendoro, 2007). Menurut data dari Puskesmas Pemban-
Kabupaten Rembang terdiri dari 14 ke- tu di kelurahan Tanjungsari pada tahun 2007
camatan. Sedangkan Kecamatan Rembang kasus penyakit kulit dibagi 2, yaitu penyakit
sendiri terdiri dari 26 desa dan 8 kelurahan. kulit akibat infeksi dan penyakit kulit alergi.
Tanjungsari merupakan salah satu nama kelu- Pada kasus penyakit kulit infeksi berjumlah 776
rahan di Kecamatan Rembang yang berlokasi kasus dan penyakit kulit alergi berjumlah 1.608
sekitar 2-2,5 km dari alun-alun pusat kabupa- kasus.
ten itu. Di kelurahan inilah dibangun Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Cabang 2.
Tempat pelangan ikan di kelurahan Tan- Metode
jungsari ini relatif lebih kecil daripada TPI uta-
ma di Desa Tasik Agung Kecamatan Rembang, Jenis penelitian ini adalah penelitian
selain itu tidak tersedia fasilitas yang berarti di penjelasan yang bertujuan untuk menyoroti
tempat ini. Kebersihan dan kerapiannya kurang hubungan antar variabel penelitian dan me-
diperhatikan. Di sekitar Tempat Pelelangan nguji hipotesis yang dirumuskan sebelumnya.
Ikan (TPI) digunakan warga setempat sebagai Desain penelitian yang digunakan adalah me-
tempat pembuangan sampah akhir, saluran tode survei dengan pendekatan cross sectional
air di tempat ini tidak dapat digunakan karena yaitu variabel bebas dan terikat diobservasi dan
tersumbat oleh sampah-sampah dari rumah diukur dalam waktu bersamaan (Sastroasmoro
tangga dan sampah sisa kotoran ikan sehingga dan Ismael, 2008).
banyak air yang tergenang, selain itu sisa upas Variabel bebas dalam penelitian ini meli-
karang pun jarang dibersihkan. puti masa kerja, pemakaian APD, riwayat pe-
Nelayan yang bekerja di TPI Tanjungsari kerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit ku-
berjumlah 153 orang, yang rata-rata kurang lit, riwayat alergi, sedangkan variabel terikatnya
memperhatikan masalah kebersihan diri sendi- adalah kejadian dermatitis.
ri dan kurangnya kesadaran untuk memakai Populasi dalam penelitian ini adalah
alat pelindung diri (misal: sepatu boot, sarung seluruh nelayan yang bekerja di tempat pele-
tangan, dan topi) pada saat bekerja. Tanpa disa- langan ikan Tanjungsari Kecamatan Rembang
dari hal-hal tersebut dapat menjadi penyebab yang berjumlah 97 orang. Pengambilan sampel
136
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono / KEMAS 6 (2) (2011) 135-142

menggunakan random sampling. Besar sam- baik. Sebanyak 14 responden (70%) memiliki
pel dalam penelitian ini menggunakan ukuran personal hygiene baik dan tidak menderita
sampel minimal dan didapatkan 49 orang. dermatitis, selebihnya 6 responden (30%) me-
miliki personal hygiene buruk meskipun tidak
menderita dermatitis.
Hasil Sebagian besar responden yang mende-
rita dermatitis memiliki riwayat penyakit ku-
Para penderita dermatitis sebagian be- lit sebelumnya. Dari data diperoleh gambaran
sar memiliki masa kerja di TPI Tanjungsari 2 bahwa sebanyak 18 responden (90%) yang
tahun atau kurang dari 2 tahun. Dari 20 res- menderita dermatitis memiliki riwayat penya-
ponden yang menderita penyakit dermatitis, kit kulit sebelumnya, hanya 2 responden (10%)
sebanyak 15 responden (75%) memiliki masa yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit.
kerja < 2 tahun, selebihnya 5 responden (25%) Sebagian besar responden yang tidak
memiliki masa kerja > 2 tahun. Sebaliknya para menderita dermatitis tidak memiliki riwayat
pekerja yang tidak menderita penyakit derma- alergi sebelumnya. Dari data sebanyak 17 res-
titis semuanya memiliki masa kerja > 2 tahun. ponden (85%) responden yang tidak menderita
Sebagian besar penderita dermatitis dermatitis tidak memiliki alergi sebelumnya,
tidak memakai alat pelindung diri saat be- sebaliknya 10 responden (50%) yang menderita
kerja. Dari data diperoleh gambaran bahwa 17 dermatitis memiliki riwayat alergi sebelumnya.
responden penderita dermatitis (85%) tidak Masa kerja ternyata menjadi faktor yang
memakai alat pelindung diri (APD), meski- berhubungan secara signifikan dengan kejadian
pun ada 3 responden (15%) memakai APD dermatitis pada nelayan yang bekerja di tempat
namun menderita dermatitis. Sebaliknya, 13 pelelangan ikan, terbukti dari nilai p = 0,001.
responden (65%) yang bukan penderita der- Terlihat dari Tabel 1 menunjukkan
matitis memakai APD, sedangkan 7 responden bahwa sebagian besar penderita dermatitis me-
(35%) yang tidak memakai APD tidak mende- miliki masa kerja 2 tahun atau kurang dari 2
rita dermatitis. tahun, sebaliknya yang tidak menderita derma-
Sebagian besar responden yang mende- titis semuanya memiliki masa kerja lebih dari 2
rita dermatitis memiliki riwayat pekerjaan di tahun. Nilai OR sebesar 5 menunjukkan bahwa
bidang pertanian, salon kecantikan, perceta- seseorang yang memiliki masa kerja kurang
kan, pompa bensin, pabrik, di pasar, dan per- dari sama dengan 2 tahun lebih berisiko ter-
tukangan. Dari data sebanyak 13 responden kena dermatitis sebesar 5 kali
(90%) yang menderita dermatitis memiliki ri- Pemakaian alat pelindung diri ternyata
wayat pekerjaan yang memberikan peluang ter- menjadi faktor yang berhubungan dengan ke-
jangkitnya penyakit dermatitis. Bagi responden jadian dermatitis pada nelayan yang bekerja
yang tidak menderita dermatitis sebanyak 14 di TPI. Responden yang cenderung memakai
responden (50%) tidak memiliki riwayat peker- APD secara baik lebih rendah berisiko terkena
jaan yang memberikan peluang terjangkitnya dermatitis.
penyakit dermatitis dan 6 responden lainnya Terlihat dari Tabel 1, nilai p = 0,001 (<
(50%) memiliki riwayat pekerjaan yang mem- 0,05) yang berarti bahwa pemakaian APD ber-
berikan peluang terjangkitnya dermatitis. hubungan secara signifikan dengan kejadian
Sebagian besar para penderita dermati- dermatitis.
tis memiliki personal hygiene yang buruk yai- Faktor riwayat pekerjaan ternyata men-
tu tidak mencuci tangan dan kaki dengan air jadi faktor yang berhubungan dengan kejadian
mengalir, tidak tidak mencuci tangan dan kaki dermatitis pada nelayan yang bekerja di TPI.
dengan sabun, tidak membersihkan sela-sela Para responden yang memiliki riwayat peker-
jari tangan dan kaki, tidak mencuci pakaian jaan yang berisiko terkena dermatitis seperti
kerja, tidak mandi minimal 2 kali sehari. Dari di bidang pertanian, pekerja salon kecantikan,
data sebanyak 13 responden (65%) yang memi- percetakan dan pekerja pompa bensin, penjual
liki personal hygiene buruk menderita derma- di pasar dan pertukangan lebih banyak mende-
titis, selebihnya 7 responden (35%) menderita rita dermatitis, sebaliknya para responden yang
dermatitis meskipun memiliki personal hygiene tidak memiliki riwayat pekerjaan tersebut seba-
137
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono / KEMAS 6 (2) (2011) 134-141

Tabel 1. Keterkaitan antara Faktor Masa Kerja, Faktor Alat Pelindung Diri, Faktor Riwayat Peker-
jaan, Faktor Hygiene Personal, Faktor Riwayat Penyakit Kulit dan Faktor Riwayat Alergi dengan
Kejadian Dermatitis

Dermatitis
Bukan
Variabel Penderita Nilai p
Penderita
f % f %
Masa Kerja
>2 tahun 15 0 20 75
0,0001
≤2 tahun 5 100 0 25
Pemakaian APD
Memakai 3 35 13 85
0,001
Tidak Memakai 17 65 7 15
Riwayat Pekerjaan
Ada 13 70 6 35
0,027
Tidak Ada 7 30 14 65
Hygiene Personal
Baik 7 30 14 65
0,027
Buruk 13 70 6 35
Riwayat Penyakit Kulit
Ada 18 50 10 10
0.006
Tidak Ada 2 50 10 90
Riwayat Alergi
Ada 10 85 3 50
0.018
Tidak Ada 10 15 17 50

gian besar tidak menderita dermatitis. titis tidak memiliki riwayat alergi.
Hasil uji chi square diperoleh p = 0,027
(< 0,05), yang berarti ada hubungan yang sig-
nifikan antara riwayat pekerjaan dengan ke- Pembahasan
jadian dermatitis.
Faktor personal hygiene ternyata ber- Hasil penelitian ini bahwa ada hubungan
hubungan dengan kejadian dermatitis pada yang signifikan antara masa kerja dengan ke-
nelayan yang bekerja di TPI, terbukti dari hasil jadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di
uji chi square dengan p = 0,027 (< 0,05). Ada tempat pelelangan ikan Tanjungsari Kecamatan
kecenderungan bahwa responden yang men- Rembang.
derita dermatitis karena memiliki personal hy- Masa kerja seseorang menentukan ting-
giene buruk, sebaliknya responden yang tidak kat pengalaman seseorang dalam menguasai
menderita dermatitis sebagian besar memiliki pekerjaannya. Sama halnya dengan pekerjaan
personal hygiene baik. sebagai nelayan yang ada di tempat pelelangan
Faktor riwayat penyakit kulit ternyata ikan Tanjungsari Kecamatan Rembang. Di
menjadi faktor yang berhubungan dengan keja- mana sebagian besar (75%) nelayan penderita
dian dermatitis, terbukti dari hasil uji chi square dermatitis memiliki masa kerja 2 tahun atau
dengan nilai p = 0,006 (< 0,05). Sebagian besar kurang, sebaliknya yang tidak menderita der-
responden yang memiliki riwayat penyakit ku- matitis semuanya memiliki masa lebih dari dua
lit sebelumnya cenderung menderita dermati- tahun sebesar (25%). Hal ini dimungkinkan
tis. bahwa para pekerja yang telah bekerja lebih
Faktor riwayat alergi ternyata menjadi dari dua tahun telah memiliki resistensi ter-
faktor yang berhubungan dengan penyakit der- hadap bahan iritan maupun alergen, sehingga
matitis, terbukti dari p = 0,018 < 0,05. Sebagian penderita dermatitis kontak pada kelompok ini
besar responden yang tidak menderita derma- cenderung sedikit ditemukan. Pekerja dengan

138
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono / KEMAS 6 (2) (2011) 135-142

lama kerja kurang atau sama dengan 2 tahun responden di TPI Tanjungsari yang terdeteksi
dapat menjadi salah satu faktor yang mengindi- menderita dermatitis memiliki riwayat pekerja-
kasikan bahwa pekerja tersebut belum memi- an sebelumnya di bidang pertanian, salon, per-
liki pengalaman yang cukup dalam melakukan cetakan, pom bensin, di pasar, maupun pertu-
pekerjaanya. kangan. Sebanyak 13 dari 19 (90%), responden
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dis- memiliki riwayat pekerjaan yang memberikan
ampaikan oleh Lestari (2008), bahwa pekerja peluang terjangkitnya penyakit dermatitis. Mi-
dengan pengalaman akan lebih berhati-hati, salnya akibat paparan benda asing, bahan kimia,
sehingga kemungkinan terpajan bahan iritan biologi, atau lingkungan tempat bekerja terda-
maupun alergen lebih sedikit. Berlaku sebalik- hulu. Seperti pada pekerja yang biasa terpajan
nya pada pekerja dengan lama bekerja lebih dari dengan sensitizer, seperti kromat pada industri
2 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki re- bangunan atau pewarna, pada pabrik pengola-
sistensi terhadap bahan iritan maupun alergen. han kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi
Untuk itu pekerjaan dengan lama bekerja lebih (Kabulrachman, 2003). Hal ini sejalan dengan
dari 2 tahun lebih sedikit yang mengalami der- pendapat bahwa penyakit kulit pada nelayan
matitis kontak (Lestari dan Utomo, 2007). mungkin akibat air laut yang karena kepekatan-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nya menarik air dari kulit, dalam hal ini air laut
ada hubungan yang signifikan antara pemakai- merupakan penyebab dermatitis kulit kronis
an alat pelindung diri dengan kejadian der- dengan sifat rangsangan primer (Lestari, 2008).
matitis pada nelayan yang bekerja di tempat Tetapi penyakit kulit mungkin pula disebabkan
pelelangan ikan Tanjungsari Kecamatan Rem- oleh jamur-jamur atau binatang-binatang laut.
bang. Dermatitis pada nelayan yang bekerja Pekerjaan basah merupakan tempat ber-
di tempat pelelangan ikan (TPI) Tanjungsari kembangnya penyakit jamur, misalnya mono-
salah satu faktor penyebabnya adalah tempat liasis. Serkarial dermatitis mungkin menghing-
kerja sehingga termasuk dalam jenis dermatitis gapi nelayan-nelayan yang hidup di pantai
akibat kerja, jadi pemakaian alat pelindung diri dengan keadaan sanitasi kurang baik, penye-
merupakan salah satu upaya yang dapat dilaku- babnya ialah larva sejenis cacing. Beberapa
kan untuk meminimalkan risiko. jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit,
Pemakaian alat pelindung diri, maka biasanya nelayan-nelayan mengetahui jenis-
akan menghindarkan seseorang kontak lang- jenis ikan yang mendatangkan gatal (Lestari,
sung dengan agen-agen fisik, kimia maupun 2008). Sehingga melalui riwayat pekerjaan yang
biologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilakukannya seseorang dapat mengetahui
sebesar 17 dari 24 (85%) nelayan penderita kemungkinan penyebab penyakit yang sedang
dermatitis tidak memakai alat pelindung diri dideritanya.
saat melakukan pekerjaannya. Hal ini sejalan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan pendapat yang disampaikan oleh Les- ada hubungan yang signifikan antara personal
tari dan Utomo (2007), bahwa jika tenaga kerja hygiene dengan kejadian dermatitis pada ne-
atau pekerja dalam bekerja tidak memakai alat layan yang bekerja di tempat pelelangan ikan
pelindung diri maka kulit menjadi tidak terlin- Tanjungsari Kecamatan Rembang. Di tempat
dungi dan kulit menjadi lebih mudah terpapar pelelangan ikan kondisi kebersihan lingku-
oleh bahan iritan maupun alergen. ngannya kurang sehat dan nyaman. Hal ini
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimungkinkan akibat segala kegiatan di tem-
ada hubungan yang signifikan antara riwayat pat pelelangan ikan ternyata menimbulkan
pekerjaan dengan kejadian dermatitis pada ne- banyak sekali sampah dari sisa-sisa ikan dan
layan yang bekerja di tempat pelelangan ikan banyak air yang tergenang di lantai karena ter-
Tanjungsari Kecamatan Rembang. sumbatnya aliran air. Hal ini akan memberikan
Riwayat pekerjaan merupakan salah satu dampak negatif pada tempat kerja yaitu pence-
faktor yang dapat dipertimbangkan sebagai maran lingkungan kerja (Mahyuddin, 2007).
penyebab penyakit dermatitis. Hal ini dimung- Akibatnya nelayan yang bekerja di tempat pele-
kinkan penyakit dermatitis diderita bukan aki- langan ikan akan mendapatkan risiko terkena
bat pekerjaan yang dijalaninya sekarang, tetapi penyakit menular dan tidak menular.
akibat pekerjaan sebelumnya. Sebagian besar Beberapa contoh penyakit yang dapat
139
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono / KEMAS 6 (2) (2011) 134-141

timbul di tempat pelelangan ikan yaitu derma- tis pada nelayan yang bekerja di tempat pele-
titis, desentri, dan thypus (Suyono, 1995). Hasil langan ikan Tanjungsari Kecamatan Rembang.
penelitian menunjukkan bahwa 13 dari 19 res Lingkungan berpengaruh besar untuk
ponden (65%) menderita dermatitis dengan timbulnya penyakit, seperti pekerjaan dengan
hygiene personal yang buruk. Jika kebersihan lingkungan basah, tempat-tempat lembab atau
perorangan seperti cuci tangan, mandi sebe- panas, pemakaian alat-alat yang salah (Siregar,
lum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti 2006). Seperti yang ada di tempat pelelangan
setiap hari serta memakai alat pelindung diri ikan Tanjungsari Kecamatan Rembang, dimana
yang masih bersih tidak dilakukan, maka akan masih terdapat lingkungan tempat mereka be-
mempermudah timbulnya penyakit dermatitis. kerja yang lembab banyak genangan air, basah,
Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampai- kotor dan kurang sehat serta tidak nyaman.
kan oleh Lestari dan Utomo (2007) dan Siregar Kecenderungan alergi dipengaruhi dua faktor
(2006), dimana dengan usaha higiene personal yaitu genetik dan lingkungan (faktor eksternal
dapat berperan dalam mencegah semakin pa- tubuh). Hal tersebut merupakan salah satu fak-
rahnya kondisi kulit karena keadaan yang lem- tor penyebab terjadinya peningkatan kemung-
bab. kinan mendapat alergi. Alergi adalah penyakit
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang biasanya ditimbulkan oleh faktor ketu-
ada hubungan yang signifikan antara riwayat runan dan faktor lingkungan.
penyakit kulit dengan kejadian dermatitis pada Alergi timbul oleh karena pada sese-
nelayan yang bekerja di tempat pelelangan ikan orang terjadi perubahan reaksi terhadap bahan
Tanjungsari Kecamatan Rembang. Riwayat tertentu. Dermatitis akibat kerja atau yang di-
penyakit digunakan sebagai salah satu dasar dapat sewaktu melakukan pekerjaan, banyak
penentuan apakah suatu penyakit terjadi akibat penyebabnya. Agen sebagai penyebab penyakit
penyakit terdahulu, sehingga riwayat penyakit kulit tersebut atara lain berupa agen-agen fisik,
sangat penting dalam proses penyembuhan kimia, maupun biologis. Kebanyakan agen ter-
seseorang. Berdasarkan penelitian, di tempat dapat dalam pekerjaan industri, akan tetapi
pelelangan ikan (TPI) Tanjungsari sebagian paparan terhadap kondisi cuaca lazim pada
besar responden yang terdeteksi berpenyakit pekerjaan nelayan seperti yang terjadi pada ne-
dermatitis memiliki riwayat penyakit kulit se- layan yang bekerja di tempat pelelangan ikan
belumnya. Tanjungsari Kecamatan Rembang. Respon ku-
Diagnosis mengenai riwayat dermatologi lit terhadap agen-agen tersebut dapat berhubu-
yang sering diajukan untuk membedakan suatu ngan dengan alergi (Manjoer, 2000).
penyakit dari penyakit lainnya adalah menan- Pajanan terhadap perubahan dalam
yakan pada pasien apakah mempunyai riwayat kondisi lingkungan, terutama yang berkaitan
masalah medis kronik (Goldstein, B. dan Gold- dengan temperatur yang ekstrim dan kelemba-
stein, A., 2001). Hal ini sejalan dengan penda- ban. Kontak dengan peralatan yang digunakan
pat Kabulrachman (2003), bahwa timbulnya dalam pekerjaan laut yang mungkin berbahaya
dermatitis kontak alergi dipengaruhi oleh ri- bagi kulit karena mereka dapat menyebabkan
wayat penyakit konis dan pemakaian topikal untuk misalnya dermatitis kontak dan cedera
lama. Seperti yang terjadi di tempat pelelangan traumatik yang dapat menjadi portal masuk
ikan di Tanjungsari Kecamatan Rembang, dari untuk berbagai agen infeksi (Hamdi, 2009).
hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 18
dari 28 (90%) nelayan memiliki riwayat pe-
nyakit kulit serta menderita dermatitis. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian di tempat
pelelangan ikan (TPI) Tanjungsari diketahui Berdasarkan hasil penelitian tentang
bahwa sebesar 10 dari 27 (50%) memiliki ri- fakor-faktor yang berhubungan dengan ke-
wayat alergi dan mnderita penyakit dermatitis. jadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di
Hasil analisis data diperoleh chi square sebesar tempat pelelangan ikan (TPI) Tanjungsari Ke-
5,584 dengan probabilitas 0,018 (< 0,05) yang camatan Rembang, dapat disimpulkan bahwa:
artinya bahwa ada hubungan yang signifikan 1) Ada hubungan antara masa kerja dengan ke-
antara riwayat alergi dengan kejadian dermati- jadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di
140
Imma Nur Cahyawati, Irwan Budiono / KEMAS 6 (2) (2011) 135-142

TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang. 2) Ada 4 Maret 2010


hubungan antara pemakaian APD dengan ke- Goldstein, B.G. dan Goldstein, A.O. 2001. Derma-
jadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di tologi Praktis. Jakarta: Hipokrates
TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang. 3) Ada Hamdi, K.I.A. 2009. Dermatitis Kontak Pada Ne-
layan. http://www.wikipedia.com diakses 14
hubungan antara riwayat pekerjaan dengan
Februari 2010
kejadian dermatitis pada nelayan yang beker- Injhawan, R.I., Matiz, C. and Jacob, S.E. 2009. Con-
ja di TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang. tact Dermatitis: From Basics to Allergo-
4) Ada hubungan antara dengan personal hy- dromes. Pediatric Annals, 38 (2)
giene dermatitis pada nelayan yang bekerja di Kabulrachman. 2003. Penyakit Kulit Alergi. Sema-
TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang. 5) Ada rang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro
hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan Kaukiainen, A., Riala, R., Martikainen, R., Estland-
kejadian dermatitis pada nelayan yang bekerja er, T., Susitaival, P. And Korte, K.A. 2005.
di TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang. 6) Chemical Exposure and Symptoms of Hand
Ada hubungan antara riwayat alergi dengan ke- Dermatitis in Construction Painters. Contact
Dermatitis, 53: 14–21
jadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di
Lestari, C. 2008. Penyakit Kulit Akibat Kerja. http://
TPI Tanjungsari Kecamatan Rembang. cintalestari.wordpress.com diakses 21 Mei
Adapun saran yang dapat diberikan pe- 2009
nulis kepada para nelayan yang bekerja di tem- Lestari, F. dan Utomo, H.S. 2007. Faktor-Faktor
pat pelelangan ikan antara lain: 1) Sebaiknya yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak
nelayan yang memiliki masa kerja kurang dari pada Pekerja di PT Inti Pantja Press Industri.
atau sama dengan 2 tahun lebih berhati-hati Depok: FKM UI
dalam bekerja, karena nelayan yang memiliki Mahyuddin, B. 2007. Peranan Pelelangan Ikan
masa kerja kurang dari sama dengan 2 tahun Dalam Meningkatkan Pendapatan Nelayan.
belum resisten terhadap bahan iritan maupun http://tumoutou.net diakses 21 Mei 2009
Manjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakar-
allergen. 2) Sebaiknya pada saat bekerja ne-
ta: Media Aesculapius
layan menggunakan alat pelindung diri, mi- Pangemanan, A.P. 2002. Rendahnya Tingkat Pe-
salnya sepatu boot dan sarung tangan untuk layanan Kesehatan Di Lingkungan Nelayan.
mencegah terpapar bahan iritan maupun al- Bogor: http://www.rudyct.com diakses 14
lergen yang ada di tempat kerja. 3) Sebaiknya Januari 2010
para nelayan yang bekerja di tempat pelelangan Podjasek, J.O., Norris, R.H.C., Richardson, D.M.,
ikan lebih menjaga hygiene personal, misalnya Drage, L.A., Davis, M.D.P. 2005. Irritant
cuci tangan dan kaki menggunakan sabun dan Contact Dermatitis Precipitating Allergic
air mengalir setelah bekerja, mandi setelah pu- Contact Dermatitis. Dermatitis, 22 (2): 87–89
lang kerja, mengganti pakaian kerja setiap hari, Rakawhisnu. 2007. Indonesia Bukan Negara Ma-
ritim. http://rakawhisnu.blogspot.com di-
menggunakan alat pelindung diri yang bersih
akses 20 Februari 2010
dan tidak lembab. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2008. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto
Daftar Pustaka Setyaningrum, T. 2002. Dermatitis Kontak. http://
www.trisniartami.blogspot.com diakses 10
Anonim. 2009. Dermatitis Kontak, http://www.med- Oktober 2009
icastore.com diakses 9 Mei 2009 Siregar, R.S. 2006. Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Ja-
Chew, A.L. and Maibach, H.I. 2003. Occupational karta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Issues of Irritant Contact Dermatitis. Int Slodownik, D., Lee, A. and Nixon, R. 2008. Profes-
Arch Occup Environ Health, 76: 339–346 sional Development Program Irritant contact
Czarnobilska, E., Obtulowicz, K., Dyga, W., Wnek, dermatitis: A review. Australasian Journal of
K.W.W. And Spiewak, R. 2009. Contact Hy- Dermatology, 49: 1–11
persensitivity and Allergic Contact Derma- Soendoro, T. 2007. Prevalensi Dermatitis Kontak
titis Among School Children and Teenagers Pada Nelayan Di Wakatobi, Wakatobi: http://
with Eczema. Contact Dermatitis, 60: 264– www.wikipedia.com diakses 15 Januari 2010
269 Suyono, J. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja.
Eidman. 2008. Nelayan. http://wikipedia.org diakses Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

141

Anda mungkin juga menyukai