Anda di halaman 1dari 71

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya untuk mencapai prestasi olahraga yang maksimal semakin hari

semakin mendapatkan persaingan yang ketat baik dalam lingkup daerah apalagi

Nasional. Perkembangan olahraga sepak bola di Indonesia cukup pesat.

Perkembangan tersebut dapat dilihat dari segi pemain maupun pelatih. Terbukti

dengan jumlah pemain sampai saat ini selalu menyumbangkan pemain untuk

pembentukan tim Liga Profesional Sepak Bola Indonesia.

Adanya event Liga 1 Indonesia U-18 Tahun 2019 tentunya akan menjadi

sarana untuk mengasah kemampuan para pemain. Tim PERSIB U-18 ada berbagai

permasalahan, salah satunya permasalahan kondisi fisik yang belum maksimal

mungkin. Seluruh pemain PERSIB U-18 Tahun 2019 belum memiliki kondisi

fisik yang maksimal, hal ini dimungkinkan karena kemampuan seorang pelatih

belum memantau secara benar tentang kondisi fisik pemainnya dan belum ada

data-data kondisi fisik pemain-pemain tersebut.

Perlu disadari bahwa tercapainya prestasi puncak di bidang olahraga

sumbangan terbesar bersumber dari atlet, meskipun faktor-faktor yang lain

sebagai pendukung mempunyai peran yang penting pula. Atas dasar hal ini maka

masalah utama yang perlu dipecahkan adalah mendapatkan calon atlet unggul.

Kriteria calon atlet unggul (Kantor Menpora) adalah:

1. Memiliki kualitas bawaan sejak lahir.


2. Memiliki fisik dan mental yang sehat, tidak cacat tubuh, diharapkan
postur tubuh sesuai dengan olahraga yang diminati.

1
2

3. Memiliki fungsi organ tubuh seperti kekuatan, kecepatan, kelentukan,


daya tahan, koordinasi, kelincahan dan power.
4. Memiliki kemampuan gerak dasar secara baik.
5. Memiliki intelegensi dan kepribadian yang baik.
6. Memiliki karakteristik bawaan sejak lahir yang dapat mendukung
pencapaian prestasi prima, antara lain watak kompetitif tinggi, kemauan
keras, tabah, pemberani dan semangat tinggi.
7. Memiliki kegemaran olahraga1.

Seorang pemain sepakbola yang baik, tidak hanya diperlukan teknik dan

taktik yang baik dalam bermain, tetapi juga harus mempunyai kondisi fisik yang

baik pula. Ada empat macam kelengkapan yang perlu dimiliki, apabila seseorang

akan mencapai suatu prestasi optimal, kelengkapan tersebut meliputi

perkembangan fisik (physical build-up), pengembangan teknik (technical build-

up), pengembangan mental (mental build-up), dan kematangan juara2.

Salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih satu prestasi dalam

olahraga adalah kondisi fisik, di samping penguasaan teknik, taktik, dan

kemampuan mental. Seberapa besar penting dan pengaruhnya terhadap

pencapaian suatu prestasi olahraga sangat tergantung kepada kebutuhan atau

tuntutan setiap cabang olahraga. Oleh karena itu, untuk mengetahui bentuk

kondisi fisik yang dibutuhkan dan seberapa besar tingkat kondisi fisik yang

diperlukan serta bagaimana meningkatkanya melalui latihan, perlu pemahaman

yang komprehensif terhadap kondisi fisik.

Secara terminologi kondisi fisik bisa meliputi sebelum (kemampuan awal),

pada saat dan setelah mengalami suatu proses latihan. Kondisi fisik adalah

kemampuan yang meliputi kekuatan (strength), daya tahan (endurance),

1
Kantor Menpora. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2008. (Jakarta: Kemenpora.
2008) h. 1-2
2
Mochmmad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 7
3

kelentukan (flexibility), dan koordinasi (coordination)3. Menurut Mochamad

Sajoto menjelaskan kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-

komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

pemeliharaanya4. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka

seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan

dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk

keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut, meningkatkan teknik,

mental, dan strategi bermain, kondisi fisik merupakan unsur penting yang menjadi

dasar atau fondasi.

Setiap pemain harus menjaga dan memelihara fisiknya agar selalu dalam

kondisi prima. Kondisi fisik merupakan kesatuan utuh dari komponen baik yang

tidak dapat dipisahkan, baik dalam meningkatkan maupun pemeliharaanya.

Kondisi fisik tersebut harus ditingkatkan agar dalam bermain sepak bola menjadi

bagus. Setiap pelatih harus meningkatkan dan membina kondisi fisik para

pemainya. Apabila seseorang pemain sepak bola akan mencapai suatu prestasi

optimal harus mempunyai kelengkapan pengembangan fisik, teknik, mental dan

kematangan juara. Dengan demikian, untuk mencapai suatu prestasi yang optimal

di dunia olah raga, keempat aspek pendukung tersebut harus dilakukan dengan

baik, sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya. Kondisi fisik akan

mengalami penurunan yang lebih cepat dibanding peningkatannya apabila tidak

diberikan latihan sama. Pentingnya keadaan kondisi fisik atlet hendaknya di sadari

oleh para pelatih dan juga atlet itu sendiri. Pelatih hendaknya selalu mengontrol
3
Depdiknas. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. (Jakarta: Depdiknas, 2010) h. 101
4
Mochamad Sajoto Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 8
4

keadaan kondisi fisik atlet, sehingga dapat dideteksi sejak dini apabila pemainnya

mengalami gangguan yang nantinya akan mempengaruhi terhadap penampilan

prestasi maupun penampilan pemain tersebut dalam bertanding.

Dalam memberikan latihan-latihan kondisi fisik tekanan harus diberikan

pada perkembangan tubuh secara teratur dan seksama dengan memperhatikan

tingkatan atlet (Darmojo).5 Tanpa adanya persiapan kondisi fisik yang serius suatu

tim sepakbola akan mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi yang optimal.

Beberapa studi analisis waktu-gerak telah merinci profil aktivitas bermain

pertandingan sepak bola profesional. Konsensus laporan menunjukkan pemain

lapangan untuk menempuh jarak rata-rata 9 hingga 12 km selama pertandingan,

sesuai dengan peran posisional yang berbeda. Meskipun aktivitas intensitas

rendah yang dialami selama pertandingan memainkan memunculkan

ketergantungan yang lebih besar pada metabolisme aerobik, ini sering diselingi

dengan serangan penting dari aktivitas intensitas tinggi dan berlari yang

bertepatan dengan momen-momen menentukan dalam permainan (tekel, operan,

bola keluar lapangan dan tembakan). seperti yang diungkapkan oleh pelatih

Timnas Sepak bola U19 Indonesia Indra Syafri, ”Bahwa rendahnya kemampuan

fisik pemain itu bisa diketahui dari tingkat VO2Max atau kadar oksigen dalam

darah”. Target tingkat VO2Max untuk pemain Timnas Sepak bola U19 adalah

sebesar 48 sampai 50 ml/kg BB/menit. Maka kondisi fisik merupakan hal yang

5
Darmojo, (Ilmu Kepelatihan Dasar, Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen
Dikti. 2009), h, 148
5

fundamental bagi pemain dalam pertandingan, karena tanpa dukungan kondisi

fisik yang prima akan sulit meraih prestasi yang maksimal.6

Untuk mendapatkan kondisi fisik yang maksimal terdapat 7 macam

komponen yang perlu dilatih dan dikembangkan yaitu didefinisikan oleh Iwan

Setiawan dkk diantaranya daya tahan jantung-pernafasan peredaran darah,

kelentukan persendian, kekuatan, daya tahan otot, kecepatan, agilitas, dan power.

Dengan peningkatan kondisi fisik tersebut diharapkan dalam permainan futsal

seorang pemain mampu memiliki kestabilan yang baik.7

Bersaing dalam tingkat elit olahraga, pemain sepak bola profesional

diharapkan memiliki kemampuan fisik yang berkembang dengan baik melengkapi

tuntutan teknis dan taktis sepak bola kontemporer. Secara khusus, kapasitas

aerobik superior, kekuatan otot, kekuatan, dan kemampuan berlari berulang dapat

menjadi komponen penting untuk memerangi kontak bola yang terbatas yang

dihadapi selama pertandingan, seperti yang biasa dialami bek tengah dan

gelandang serang tengah yang bersaing.

Namun, jadwal yang padat, seperti yang sering ditemukan di antara klub-

klub elit sepak bola, sering menyulitkan pelatih yang mencoba untuk secara

bersamaan mengintegrasikan parameter pelatihan yang berbeda ini. Anggapan

bahwa permainan sisi-kecil (Small Sided Games) dapat mensimulasikan beban

kerja fisiologis dan intensitas yang sepadan dengan permainan pertandingan

aktual sementara juga mengembangkan kemampuan teknis dan taktis telah

6
Surya Hermawan. (2013). Daya Tahan Timnas Sepakbola Harus
Diperbaiki.(http://suryaonline.co /daya-tahan-timnas-sepakbola –harus-diperbaiki/, diakses 15
Juni 2016, pukul 14.15 WIB.
7
Iwan Setiawan.et al (Manusia dan Olahraga.Bandung : ITB 2005), h, 65
6

menyebabkan popularitasnya sebagai modalitas pelatihan dalam domain terapan

dan ilmiah dalam beberapa tahun terakhir.

Khususnya, dari perspektif terapan, potensi untuk meningkatkan kapasitas

aerobik dengan keterlibatan bola biasa dapat memuaskan tuntutan ilmuwan,

pelatih, dan pemain, sehingga menyoroti keunggulannya dibandingkan metode

pelatihan generik seperti pelatihan interval berjalan. Namun, memanipulasi

ukuran pitch, jumlah permainan yang dimainkan, durasi, dorongan pelatih, dan

batasan teknis telah terbukti sangat mengubah tuntutan fisik dan teknis yang

terkait dengan permainan sisi-kecil (Small Sided Games). Sehubungan dengan

temuan ini, sangat penting bahwa desain sesi dan implementasi permainan sisi-

kecil (Small Sided Games) harus dilakukan dengan presisi dan pertimbangan yang

cermat dari tujuan pelatihan.

Sebaliknya, bukti ilmiah yang mendukung Small Sided Games sebagai

modal pelatihan yang bermanfaat telah menunjukkan stres kardiovaskular dan

adaptasi pelatihan yang komparatif dengan pelatihan lari sebentar-sebentar

generik umum. Penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan pemain Divisi

pertama Norwegia menyimpulkan bahwa permainan sisi-kecil (Small Sided

Games) dapat menginduksi intensitas latihan mapan sebesar 91% dari denyut

jantung maksimal (HRmax), sesuai dengan sekitar 85% dari pengambilan oksigen

maksimal (VO2max) (24).

Penelitian juga menunjukkan Small Sided Games untuk mendapatkan efek

serupa pada kapasitas aerobik dari 7 minggu pelatihan generik di pramusim atau 6

atau 12 minggu pelatihan interval pada pemain muda selama musim kompetisi.
7

Namun, tampaknya ada kekurangan data yang berkaitan dengan efek Small Sided

Games pada parameter fisik selain kapasitas aerobik maksimal. Selain itu, klaim

Small Sided Games tidak mensimulasikan permintaan sprint berulang tingkat

tinggi dari sepak bola tingkat elit yang telah dibatasi untuk pemain sepak bola

wanita dan menjamin pemeriksaan lebih lanjut untuk apakah Small Sided Games

benar-benar dapat meningkatkan kinerja tes RSA pada pemain sepak bola pria

elit8.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek dari intervensi

pelatihan Small Sided Games 4 minggu (3 vs 3 + GK) selama 7 sesi pada kinerja

fisik (yaitu, kecepatan, kinerja aerobik, dan kemampuan sprint berulang) dari pria

elit pemain sepak bola selama liburan musim. Dihipotesiskan bahwa intervensi

pelatihan Small Sided Games akan mendorong peningkatan yang lebih besar dari

kemampuan sprint berulang dan kinerja sprint daripada peningkatan kapasitas

aerobik. Temuan berpotensi memberikan informasi berharga kepada pelatih untuk

desain dan promosi penggunaan Small Sided Games sebagai bagian dari program

pengkondisian berkala dalam sepak bola tingkat elit, terutama selama liburan

musim.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan di Indonesia saat ini mengutamakan penanaman efek game

kecil yang dilakukan periode intervensi pelatihan terhadap fisik kinerja dalam

sepakbola profesional elite. Diharapkan dengan adanya potensi untuk

meningkatkan kapasitas aerobik dengan keterlibatan bola biasa dapat memuaskan

8 Batty, Eric, (Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan. Bandung : Pionir jaya. 2011). h. 2
8

tuntutan ilmuwan, pelatih, dan pemain, sehingga menyoroti keunggulannya

dibandingkan metode pelatihan generik seperti pelatihan interval berjalan.

Namun, memanipulasi ukuran pitch, jumlah permainan yang dimainkan, durasi,

dorongan pelatih, dan batasan teknis telah terbukti sangat mengubah tuntutan fisik

dan teknis yang terkait dengan Small Sided Games.

C. Pembatasan Masalah.

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari maksud serta sasaran dari

penelitian, serta untuk memudahkan dalam proses penelitian yang dilaksanakan,

maka proses penelitian haruslah bersifat kompleks artinya terdapat ruang lingkup

penelitian yang serba lengkap dan jelas.

Adapun ruang lingkup penelitian ini berdasarkan pada pembatasan

penelitian yang penulis susun dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Aspek yang diteliti dan merupakan variabel penelitian adalah :

a. Penerapan periodesasi Small Sides Games (variabel bebas).

b. Peningkatan kondisi fisik pada pemain sepakbola (variabel terikat).

2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yaitu dengan

memberikan serangkaian perlakuan terhadap subjek penelitian.

3. Populasi dalam penelitian ini adalah pemain Persib Bandung U-18 yang

berjumlah 25 orang. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pemain Persib

Bandung U-18 sebanyak 25 orang. Penggunaan sampel menggunakan teknik

Nonprobability yaitu sampel jenuh.

4. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dengan jumlah pertemuan sebanyak

14 kali pertemuan termasuk pertemuan tes awal dan tes akhir, frekuensi
9

latihan dalam seminggu tiga kali latihan dengan frekuensi setiap latihan adalah

sekitar 90 menit.9

5. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kondisi fisik yaitu :

a. Sprint and Speed Test,


b. Test Course Of The Arrowhead Agility,
c. Yoyo Intermittent Test level 2

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan dari latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah

yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Apakah terdapat pengaruh penerapan periodesasi Small Sides Games

terhadap peningkatan kondisi fisik dalam permainan sepakbola pada pemain

Persib Bandung U-18 tahun?

E. Kegunaan Penelitian.

Dari hasil ini diharapkan mendapat temuan-temuan baru, nantinya

mempunyai manfaat yang berguna untuk:

1. Secara Teoritis.

Pengaruh penerapan periodesasi Small Sides Games terhadap peningkatan

kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18tahun.

2. Secara Praktis.

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan referensi bagi para pelatih

sepak bola untuk lebih teliti dan selektif dalam menentukan metode latihan

yang digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik dan teknik pemain sepak

9
Tite, (Teori Latihan, Modul Mata Kuliah PGSD Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga
(UPI). 2007), h. 2.7
10

bola khususnya efek game kecil yang dilakukan periode intervensi pelatihan

terhadap fisik kinerja pada pemain sepakbola U-18 tahun.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kondisi Fisik

a. Pengertian Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dan menjadi dasar dalam

mengembangkan teknik, taktik, maupun strategi dalam bermain sepak bola.

Menurut Mochamad Sajoto menjelaskan bahwa kondisi fisik adalah salah satu

persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang

atlet, bahkan sebagai landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi10.

Menurut Sugiyanto menjelaskan bahwa kemampuan fisik adalah kemampuan

memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik11. Kemampuan

fisik sangat penting untuk mendukung mengembangkan aktifitas psikomotor.

Gerakan yang terampil dapat dilakukan apabila kemampuan fisiknya memadai.

Menurut Mochamad Sajoto menjelaskan bahwa, kondisi fisik adalah satu kesatuan

utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik

peningkatan maupun pemeliharaan12. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan

kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus berkembang.

Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

cabang olahraga. Oleh karena itu latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian

yang serius direncanakan dengan matang dan sistematis sehingga tingkat

10
Mochamad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 57
11
Sugiyanto. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak. (Jakarta: Depdikbud. Proyek
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II, 2012) h. 221
12
Op, cit., Mochamad Sajoto, h. 8-9
12

kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik. Cabang

olahraga badminton menuntut para pemainnya untuk berlari, melompat,

mengubah arah secara capat, memukul dengan tepat, serta menuntut daya tahan

tubuh, disamping itu juga dituntut kecerdikan, ketelitian, kecepatan bertindak,

kerjasama dengan orang lain, disiplin untuk mengikuti peraturan yang telah

ditentukan. Apabila kodisi fisik baik, maka :

1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja


jantung.
2) Terjadi peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan
komponen kondisi fisik lainnya.
3) Akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak kearah yang lebih baik.
4) Waktu pemulihan akan lebih cepat.
5) Respon bergerak lebih cepat apabila dibutuhkan.

Dengan demikian faktor-faktor tersebut harus benar-benar dilatih secara

benar dan tepat, sistematis dan berkesinambungan. Harsono (1988) menjelaskan

tujuan latihan serta sasaran latihan adalah, "untuk membantu atlet dalam

meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin." Untuk

mencapai hal tersebut, ada empat aspek yang perlu diperhatikan dan dilatih secara

seksama oleh atlet, yaitu: (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan

(d) latihan mental.13

Status kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika memulai latihan

sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan dengan

berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan. Status kondisi fisik seseorang

dapat diketahui dengan cara penilaian yang berbentuk tes kemampuan. Tes ini

13
Harsono. (Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Choaching.TambakKusuma. Jakarta,
1988), h, 73
13

dapat dilakukan di dalam labratorium dan di lapangan. Meskipun tes yang

dilakukan di laboratorium memerlukan alat-alat yang mahal, tetapi kedua tes

tersebut hendaknya dilakukan agar hasil penilaian benar-benar objektif.

Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak usia

dini dan dilakukan secara terus menerus. Karena untuk mengembangkan kondisi

fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus mempunyai pelatih fisik

yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga mampu membina pengembangan

fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek di kemudian hari. Kondisi

fisik yang baik mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya mampu dan mudah

mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah lelah saat mengikuti

latihan maupun pertandingan, program latihan dapat diselesaikan tanpa

mempunyai banyak kendala serta dapat menyelesaikanlatihan berat.

Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan dengan baik dan

sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan

fungsional dari sistem tubuh, sehingga dengan demikian kemungkinan atlet untuk

mencapai prestasi yang lebih baik.

b. Komponen Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah salah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen

yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaan

nya. Artinya, bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh
14

komponen tersebut harus dikembangkan. Menurut Mochamad Sajoto, bahwa

komponen kondisi fisik meliputi14:

1. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban

sewaktu bekerja.

2. Daya tahan ada 2 dua macam, yaitu:

a. Daya tahan umum yaitu kemampuan seseorang dalam


mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya
secara efektif dan efisien.
b. Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus
dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

2. Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan

kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu yang sesingkat

singkatnya.

3. Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mngerjakan gerakan

keseimbangan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat

singkatnya.

4. Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam penyelesaian diri

untuk segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas.

5. Kelincahan adalah kemampuan mengubah posisi diarea tertentu.

6. Koordinasi adalah kemampuan seseorang melakukan bermacam-

macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara

efektif.

14
Mochamad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 57
15

7. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan

posisi, dalam bermacam-macam gerakan.

8. Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan

gerakan bebas terhadap sasaran.

9. Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak

secepatnya dalam menggapai rangsangan yang ditimbulkan melalui

indera, saraf atau feeling lainya. Seperti dalam mengantisipasi

datangnya bola yang harus ditangkap dan lain-lain15.

Secara terperinci akan dijelaskan tentang komponen kondisi fisik yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan menurut Mochamad Sajoto adalah komponen kondisi fisik

seseorang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima

beban sewaktu bekerja16. Sedangkan Hare, I.G.N menyatakan bahwa kekuatan

adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara

keseluruhan17. Hal ini disebabkan karena: (1) kekuatan merupakan daya

penggerak setiap aktivitas, (2) kekuatan memegang peranan penting dalam

melindungi atlet/orang dari kemungkinan cidera, dan (3) kekuatan dapat

mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien, meskipun banyak

aktivitas olahraga yang lebih memerlukan kelincahan, kelentukan, kecepatan,

15
Mochamad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 57
16
Ibid., h. 16
17
Hare, I.G.N. (Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga, Denpasar: Cetakan Pertama, Penerbit Udayana
University Press. 2009), h, 176
16

daya ledak d an sebagainya. Namun faktor-faktor tersebut tetap dikombinasikan

dengan factor kekuatan agar memperoleh hasil yang baik. Salah satu faktor yang

berperan dalam pencapaian tendangan adalah faktor kondisi fisik kekuatan otot

tungkai.

Dengan kata lain, untuk mencapai tendangan harus ada unsur kondisi fisik

terutama kekuatan otot tungkai yang digunakan untuk mengangkat paha dan

menolak pada saat menendang bola. Kekuatan otot tungkai seseorang berperan

penting dalam meningkatkan frekuensi langkah lari seseorang, karena frekuensi

langkah adalah perkalian antara kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot dalam

melangkah. Kekuatan otot tungkai ini digunakan saat lari menggiring bola, dan

menendang bola, dengan otot tungkai yang kuat maka tendangan akan semakin

kuat. Seorang pemain sepak bola harus memiliki kaki yang kuat, pergelangan kaki

yang kuat, lutut yang kuat dan tungkai yang kuat agar dapat memikul badan yang

berat. Dalam pencapaian kecepatan tendangan bola, kekuatan otot tungkai sangat

berpengaruh. Karena otot merupakan faktor pendukung kemampuan seseorang

untuk melangkahkan kaki. Faktor tersebut harus benar-benar diperhatikan secara

seksama melalui pembinaan secara dini, serta memperhatikan postur tubuh, yang

meliputi: (a) ukuran tinggi badan dan panjang tubuh, (b) ukuran besar, lebar dan

berat tubuh, (c) samato type, (bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy, dan

ectomorphy)18.

Dengan demikian, seseorang yang mempunyai kekuatan otot yang baik

dapat melakukan dan memikul pekerjaan yang berat dalam waktu yang lama.

18
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 11-13
17

Orang yang fisiknya segar akan mempunyai otot yang kuat dan mampu bekerja

secara efisien. Pada olahraga sepakbola kekuatan otot ini diperlukan untuk

mengatasi beban yang terdapat pada saat bermain, dan aplikasinya lebih kepada

daya dukung untuk kondisi fisik power.

2) Kecepatan

Kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar, sehingga kecepatan

merupakan faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti lari jarak pendek,

renang, olahraga beladiri dan olah raga permainan. Kecepatan yaitu kemampuan

untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak yang

sesingkat-singkatnya19. Sedangkan menurut Saifudin menjelaskan bahwa

kecepatan bukan hanya melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan

waktu reaksi yang dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus.

Kemampuan ini membuat jarak yang lebih pendek untuk memindahkan tubuh20.

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat,

akan tetapi dapat pula menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan

berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola

ditentukan oleh singkat tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang.

Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna

memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti sepakbola, bola

basket, sepak bola, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya.
19
Ibid., h. 21
20
Saifudin. Ketrampilan Bermain Sepakbola. (Jurnal IPTEK Olahraga. Volume 3 no 1. Januari
2009) h. 1-11
18

Kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu

strength, waktu reaksi, dan fleksibilitas.

Untuk melakukan gerakan kecepatan adalah merupakan hasil dari jarak per

satuan waktu (m/dt), misalnya 100 km per jam atau 120 meter per detik.

Kecepatan mengacu pada kecepatan gerakan dalam melakukan suatu keterampilan

bukan hanya sekedar kecepatan lari. Menggerakkan kaki dengan cepat merupakan

keterampilan fisik terpenting bagi pemain bertahan dan harus ditingkatkan

kemampuan mengubah arah pada saat teakhir merupakan hal yang terpenting

lainnya. Kecepatan merupakan salah satu dari komponen kondisi fisik. Kecepatan

adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan kesinambungan dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya.

Misalnya seorang pemain pada saat menggiring bola lalu mengoper

kepada kawan dan sesaat kemudian dikembalikan lagi ke depannya dan bola harus

dikejar, artinya pemain tersebut sudah malakukan gerakan dengan gerakan secara

cepat, karena harus mendahului lawan yang akan datang. Dalam permainan sepak

bola kedua tipe kecepatan di atas banyak digunakan mulai dari menggiring bola,

memberi umpan kepada kawan, saat menendang bola bahkan saat melakukan

gerakan tanpa bolapun seorang pemain harus sesering mungkin melakukan

gerakan.

3) Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak

dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai

kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari hampir dalam
19

keadaan penuh. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga yang ekplosif. Besarnya

tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot

tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot

tergantung dari daya rekat serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi impuls

saraf. Kedua hal ini merupakan pembawaan atau bersifat genetis, atlet tidak dapat

merubahnya.

Mochamad Sajoto mendefinisikan kelincahan sebagai kemampuan untuk

mengubah arah dalam posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu mengubah

arah dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi

gerak yang baik berarti kelincahannya cukup tinggi21.

Sebagai contoh saat lari bolak-balik seorang atlet harus mengurangi

kecepatan pada waktu akan mengubah arah. Untuk itu otot perentang otot lutut

pinggul mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini memperlambat

momentum tubuh yang bergerak kedepan. Kemudian dengan cepat otot ini

memacu tubuh ke arah posisi yang baru. Gerakan kelincahan menuntut terjadinya

pengurangan kecepatan dan pemacuan momentum secara bergantian. Rumus

momentum adalah massa dikalikan kecepatan. Massa tubuh seorang atlet relatif

konstan tetapi kecepatan dapat ditingkatkan melalui pada program latihan dan

pengembangan otot. Diantara atlet yang beratnya sama (massa sama), atlet yang

memiliki otot yang lebih kuat dalam kelincahan akan lebih unggul.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa

kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah atau posisi tubuh

21
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 10
20

secara cepat dan efektif di arena tertentu tanpa kehilangan keseimbangan.

Seseorang dapat meningkatkan kelincahan dengan meningkatkan kekuatan otot-

ototnya. Kelincahan biasanya dapat dilihat dari kemampuan bergerak dengan

cepat, mengubah arah dan posisi, menghindari benturan antara pemain dan

kemampuan berkelit dari pemain di lapangan. Kemampuan bergerak mengubah

arah dan posisi tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi dalam waktu

yang relatif singkat dan cepat.

Kelincahan yang dilakukan oleh atlet atau pemain sepakbola saat berlatih

maupun bertanding tergantung pula oleh kemampuan mengkoordinasikan sistem

gerak tubuh dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi.

Kelincahan ditentukan oleh faktor kecepatan bereaksi, kemampuan untuk

menguasai situasi dan mampu mengendalikan gerakan secara tiba-tiba.

Kelincahan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang banyak

dipergunakan dalam olahraga, kelincahan merupakan unsure kemampuan gerak

yang harus dimiliki seorang pemain sepakbola, sebab dengan kelincahan yang

tinggi pemain dapat menghemat tenaga dalam waktu permainan. Kelincahan juga

diperlukan dalam membebaskan diri dari kawalan lawan dengan menggiring bola,

melewati lawan dengan menyerang untuk menciptakan suatu gol yang akan

membawa pada kemenangan. Seorang pemain yang kurang lincah dalam

melakukan suatu gerakan akan sulit untuk menghindari sentuhan- sentuhan

perseorangan yang dapat mengakibatkan kesalahan perseorangan.

4) Daya Tahan
21

Menurut Mochamad Sajoto daya tahan adalah kemampuan organisme

seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktivitas dalam

waktu yang lama22. Jika seseorang mampu menggerakkan sekelompok otot

tertentu secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama, sehingga

menyebabkan jantung, peredaran darah dan pernafasan yang baik. Makin tinggi

tingkat daya tahan seseorang makin tinggi pula kesegaran jasmaninya. Pada

olahraga sepakbola daya tahan ini diperlukan untuk mempertahankan kondisi

tubuh secara fisik agar mampu melaksanakan permainan dalam waktu yang lama.

5) Power

Power atau daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secara

eksplosif, power merupakan perpaduan antara kecepatan dan kekuatan. Menurut

Mochamad Sajoto power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan

beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh23.

Power adalah hasil perkalian kekuatan maksimal (force) dengan waktu

pelaksanaan tersebut24. Sedangkan menurut Sukadiyanto power adalah hasil kali

antara kekuatan dan kecepatan. Artinya bahwa latihan kekuatan dan kecepatan

sudah dilatihkan terlebih dahulu, walaupun dalam setiap latihan kekuatan dan

kecepatan sudah ada unsur latihan power25.

Power merupakan unsur tenaga yang sangat banyak dibutuhkan dalam

berbagai cabang olahraga khususnya sepakbola, walaupun tidak semua cabang

22
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 16
23
Ibid., h. 16
24
Ibid., h. 34
25
Sukadiyanto. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. (Bandung: CV. Lubuk Agung,
2011) h. 117
22

olahraga tidak membutuhkan power sebagai komponen energy utamanya. Adapun

wujud gerak dari power adalah selalu bersifat eksplosif. Adapun kegunaan power

adalah: (a) untuk mencapai prestasi maksimal, (b) dapat mengembangkan teknik

bertanding dengan tempo cepat dan gerak mendadak, (c) memantapkan mental

bertanding atlet, (d) simpanan tenaga anaerobik cukup besar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

komponen kondisi fisik terdiri dari komponen-komponen seperti kekuatan otot,

daya tahan otot, daya tahan umum, fleksibilitas, kecepatan, koordinasi, agilitas,

dan keseimbangan. Mengembangkan atau meningkatkan kondisi fisik, berarti

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan fisik (physical abilities) atlet.

Kemampuan fisik mencakup dua komponen, yaitu komponen kesegaran jasmani

(physical fitness) dan komponen kesegaran gerak (motor fitness). Kesegaran

jasmani terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan pernafasan-

peredaran darah, dan fleksibilitas. Sedangkan komponen kesegaran gerak terdiri

dari kecepatan, koordinasi, agilitas, daya ledak otot, dan keseimbangan.

c. Manfaat Kondisi Fisik

Dalam kegiatan olahraga, kondisi fisik seseorang akan sangat

mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilannya. Menurut Mochamad

Sajoto dengan kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan

sistem organisasi tubuh, di antaranya:

1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja


jantung.
2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan
komponen kondisi fisik lainya.
3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu lainya.
23

4) Akan ada pemulihan yang lebh cepat dalam organisme tubuh kita
apabila sewaktu-waktu respon diperlukan26.

Apabila kelima keadaan diatas kurang atau tidak tercapai setelah diberi

latihan kondisi fisik tertentu, maka hal itu dapat dikatakan bahwa perencanan,

sistematika, metode, serta pelaksanaanya kurang tepat.

d. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik

Dalam Depdiknas, komponen kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari

komponen kesegaran jasmani. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran

jasmani juga mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Adapun faktor- faktor yang

mempengaruhi kondisi fisik adalah:

1) Umur. Setiap tingkatan umur mempunyai keuntungan sendiri.

Kebugaran jasmani juga daat ditingkatkan pada hampir semua usia.

Pada daya tahan cardiovaskuler ditemukan sejak usia anak anak sampai

sekitar umur 20 tahun, daya tahan cardiovascular akan meningkat dan

akan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun. Daya ta han tersebut

akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, tetapi

penurunan tersebut dapat berkurang apabila seseorang melakukan

kegiatan o lahraga secara teratur.

2) Jenis Kelamin. Kebugaran jasmani antara pria dan wanita berbeda

karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa

pubertas. Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak antara pria

dan wanita tidak berbeda, tetapi setelah masa pubertas terdapat

26
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 54
24

perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak

dan kadar hemoglobin yang lebih rendah dibanding dengan pria.

3) Genetik. Daya tahan cardiovascular dipengaruhi oleh faktor genetik

yakni sifat-sifat yang ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir.

4) Kegiatan Fisik. Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen

kesegeran jasmani, latihan bersifat aerobik yang dilakukan secara

teratur akan meningkatkan daya tahan cardiovaskuler dan dapat

mengurangi lemak tubuh. Dengan melakukan kegiatan fisik yang baik

dan benar berarti tubuh dipacu untuk menjalankan fungsinya.

5) Kebiasan merokok. Kebiasaan merokok terutama berpengaruh terhadap

daya tahan cardiovasculer. Pada asap tembakau terdapat 4% karbon

monoksida (CO). Daya ikat CO pada hemoglobin sebesar 200- 300 kali

lebih kuat dari pada oksigen.

6) Faktor Lain. Faktor lain yang berpengaruh diantaranya suhu tubuh.

Kontraksi otot akan lebih kuat dan cepat biar suhu otot sedikit lebih

tinggi dari suhu normal tubuh. Suhu yang lebih rendah akan

menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot27.

Lebih lanjut menurut Djoko Pekik Irianto, factor- faktor yang

mempengaruhi kondisi fisik adalah sebagai berikut:

1) Makanan dan Gizi. Gizi adalah satuan-satuan yang menyusun bahan

makanan atau bahan- bahan dasar. Sedangkan bahan makanan adalah

suatu yang dibeli, dimasak, dan disajikan sebagai hidangan untuk

27
Depdiknas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Depdiknas, 2010) h. 8-10
25

dikonsumsi. Makanan dan gizi sangat diperlukan bagi tubuh untuk

proses pertumbuhan, pengertian sel tubuh yang rusak, untuk

mempertahankan kondisi tubuh dan untuk menunjang aktivitas fisik.

Kebutuhan gizi tiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: berat

ringannya aktivitas, usia, jenis kelamin, dan faktor kondisi. Ada 6 unsur

zat gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh manusia, yaitu: karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

2) Faktor Tidur dan Istirahat. Tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan

dan sel yang memiliki kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak

mungkin mampu bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa berhenti.

Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh

manusia. Untuk itu istirahat sangat diperlukan agar tubuh memiliki

kesempatan melakukan pemulihan sehingga dapat aktivitas sehari-hari

dengan nyaman.

3) Faktor Kebiasaan Hidup Sehat. Agar kesegaran jasmani tetap terjaga,

maka tidak akan terlepas dari pola hidup sehat yang harus diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari dengan cara:

a) Membiasakan memakan makanan yang bersih dan bernilai gizi

(empat sehat lima sempurna).

b) Selalu menjaga kebersihan pribadi seperti: mandi dengan air bersih,

menggosok gigi secara teratur, kebersihan rambut, kulit, dan

sebagainya.

c) Istirahat yang cukup.


26

d) Menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok,

minuman beralkohol, obat-obatan terlarang dan sebagainya.

e) Menghindari kebiasaan minum obat, kecuali atas anjuran dokter.

4) Faktor Lingkungan. Lingkungan adalah tempat di mana seseorang

tinggal dalam waktu lama. Dalam hal ini tentunya menyangkut

lingkungan fisik serta social ekonomi. Kondisi lingkungan, pekerjaan,

kebiasaan hidup sehari-hari, keadaan ekonomi. Semua ini akan dapat

berpengaruh terhadap kesegaran jasmani seseorang.

5) Faktor Latihan dan Olahraga.Faktor latihan dan olahraga punya

pengaruh yang besar terhadap peningkatan kesegaran jasmani

seseorang. Seseorang yang secara teratur berlatih sesuai dengan

keperluannya dan memperoleh kesegaran jasmani dari padanya disebut

terlatih. Sebaliknya, seseorang yang membiarkan ototnya lemas

tergantung dan berada dalam kondisi fisik yang buruk disebut tak

terlatih. Berolahraga adalah alternatif paling efektif dan aman untuk

memperoleh kebugaran, sebab olahraga mempunyai multi manfaat baik

manfaat fisik, psikis, maupun manfaat sosial28.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik antara lain; makanan dan gizi,

faktor tidur dan istirahat, faktor kebiasaan hidup sehat, faktor lingkungan, faktor

28
Djoko Pekik Irianto. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan. Kesehatan.
(Yogyakarta. Andi Offset, 2012) h. 9
27

lingkungan dan olahraga, dan lain-lain. Jadi, agar mempunyai kemampuan kondisi

fisik yang baik, seseorang harus memperhatikan beberapa faktor tersebut.

2. Hakikat Latihan.

a. Pengertian Latihan.

Latihan adalah suatu kata yang sering dijumpai dengan istilah practice,

exercise, dan training. Pengertian latihan dari kata practice adalah aktivitas untuk

meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan

berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya,

artinya selama dalam kegiatan proses berlatih melatih agar dapat menguasai

keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan menggunakan

berbagai peralatan pendukung.29

Sedangkan exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian

untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga

mempermudah olahragawan dalam menyempurnakan geraknya. Latihan exercise

merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi

latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan.30 Pengertian latihan yang berasal

dari kata training adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga

yang berisikan materi teori dan praktek, menggunakan metode dan aturan

pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang

terencana dan teratur, sehingga tujuan latihandapat tercapai tepat pada

waktunya.31

29
Sukadiyanto, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Yogyakarta: FIK UNY, 2005), h.5
30
https://search.proquest.com/openview/e98632e580d617bb84138dda606175bc/1?pq-
origsite=gscholar&cbl=4718(Diakses 26 juli 2018)
31
Sukadiyanto, op. cit,. h.6
28

Latihan adalah aktifitas yang meningkatkan keterampilan (kemampuan)

yang dilakukan secara sistematis, berlatih, dan berulang-ulang. Efek-efek latihan

sangat berpengaruh pada pengembangan individual seseorang baik fisik, teknik

maupun taktik. Maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses

berlatih untuk mendapatkan suatu tujuan yang ingin dicapai.32

b. Ciri Latihan.

Beban adalah salah satu ciri dari latihan, oleh karena itu agar proses

latihan berpengaruh dan mengalami peningkatan diperlukan adanya beban,

sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu singkat dan bertahan lebih

lama.

Ciri-ciri latihan adalah:

1) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik

dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan),

serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.

2) Proses latihan harus dilakukan secara konsisten, maju, dan

berkelanjutan (continue). Sedang bersifat progresif maksudnya materi

latihan diberikan mulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang

sederhana ke yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang

berat.

3) Pada tugas satu kali tatap muka (satu sesi/ satu unit) latihan harus

memiliki tujuan dan sasaran.

32
Ibid,. h.8
29

4) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar

pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relatif permanen.

5) Menggunakan metode atau model-model latihan tertentu, yaitu

merupakan cara paling efektif yang direncanakan secara bertahap

dengan perhitungan faktor kesulitan. Kompleksitas gerak, dan

penekanan pada sasaran latihan.33

c. Tujuan dan Sasaran latihan.

Perlunya menentukan tujuan dan sasaran sebelum melakukan latihan, agar

hasil yang menjadi fokus utama latihan tersebut menjadi maksimal. Tujuan dan

sasaran latihan secara garis besar, antara lain untuk: 1) Meningkatkan kualitas

fisik dasar secara umum dan menyeluruh, 2) Mengembangkan dan meningkatkan

potensi fisik yang khusus, 3) Menambah dan menyempurnakan teknik, 4)

Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola bermain, dan, 5)

Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.34

d. Prinsip-prinsip Latihan.

Prinsip-prinsip latihan perlu diperhatikan sebagai acuan dalam melakukan

latihan. Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau

dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Pinsip-prinsip

latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain: (1)

prinsip kesiapan, (2) individual, (3) adaptasi, (4) beban lebih, (5) progresif, (6)

33
Dedy Sumiyarsono, Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Yogyakarta: FIK UNY, 2006), h.9
34
Ibid,. h.24
30

spesifik, (7) variasi, (8) pemanasan dan pendinginan, (9) latihan jangka panjang,

(10) prinsip berkebalikan, (11) tidak berlebihan, (12) sistematik.35

Seperti yang diungkapkan oleh Harsono, bahwa latihan harus

memperhatikan prinsip-prinsip latihan, yaitu: (1) prinsip beban lebih (over load),

(2) perkembangan menyeluruh, (3) spesialisasi, (4) prinsip individualism, (5)

intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi dalam latihan, (8) lama latihan.36

Dengan demikian yang dimaksud latihan dalam penelitian ini adalah

proses kerja yang harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang,

berkesinambungan untuk menyempurnakan kemampuan berolahraga

menggunakan metode dan aturan sehingga tujuan dapat tercapai pada waktunya.

3. Periodisasi Latihan

a. Pengertian Periodisasi

Periodisasi adalah pengaturan perencanaan dan tahapan jangka panjang

daripada suatu program latihan dimana setiap proses latihan mempunyai tujuan

yang berbeda, Dasar utama dari Periodisasi adalah perubahan variabel latihan

termasuk di dalamnya beban latihan, volume dan intensitas latihan. Dengan tujuan

menggiring atlet menggapai efek yang diharapkan daripada latihan. Siklus latihan

berikut variabel yang terkait di dalamnya Saling berhubungan dan bersinergi

antara tiap siklus dengan yang lainnya. Setiap siklus saling berhubungan dalam

35
Sukadiyanto, op. cit,. h.12
36
Harsono, Coaching dan Aspek Aspek Psikologis dalam Olahraga. (Jakarta: CV. Tambak
Kusuma, 1988), h.102
31

mempertinggi kualitas atlet inilah tujuan utama daripada teori periodisasi

latihan.37

b. Volume Latihan

Jumlah serluruh kegiatan yang dilakukan dalam latihan, meliputi waktu

dan lama latihan berlangsung. Jarak yang ditempuh atau berat yang diangkat/unit

waktu. Jumlah ulangan suatu latihan atau elemen teknik yang dilakukan dalam

jangka waktu tertentu. Volume latihan dapat ditentukan melalui:

1) Jumlah bobot beban tiap butir (item) latihan.


2) Jumlah repetisi persesi.
3) Jumlah set/sesi.
4) Jumlah pembebanan persesi.
5) Jumlah seri/sirkuit persesi.

c. Komponen Latihan

Komponen Latihan terdiri dari;

a. Periodisasi Endurance/Daya Tahan

Aerobik atau daya tahan oxidatif dikembangkan setelah fase transisi dan

awal fase persiapan (1-3 bulan), biasanya didapat dengan menggunakan metode

keseragaman dan aktivitas yang dilakukan terus menerus dengan intensitas yang

sedang (misal lari jarak jauh dengan denyut nadi antara 120-150, dan berlangsung

selama 45-120 menit.38

Daya Tahan Aerobik

a) Fase persiapan umum.

37
Sidik, D. Z. (Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung: Jurusan pendidikan kepelatihan FPOK UPI.
2010). h, 73
38

upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend._olahraga/19650614199Yunyun_Yudiana/Periodisasi_Latihan
.pdf
32

b) Tujuan : Meningkatkan kemampuan Kardiorespiratori atau untuk

meningkatkan kemampuan VO2max

c) Waktu : 8-16 minggu atau disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga.

Daya Tahan Aerobik dan Anaerobik

a) Fase Persiapan Khusus

b) Tujuan : Meningkatkan kemampuan Anaerobik

c) Bentuk Latihan Aktivitas Pendek dengan Kecepatan Tinggi

d) Waktu : 6-8 minggu atau disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga

Daya Tahan yang Spesifik

a) Fase Pertandingan.

b) Tujuan : Menyelaraskan kebutuhan daya tahan dengan karakteristik

cabang olahraga. Bentuk latihan Intensitas Tinggi dengan waktu yang

pendek.

c) Waktu : 4-5 minggu atau disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga.

Daya Tahan Khusus

a) Fase Pra Kompetisi dan Kompetisi

b) Tujuan : Meningkatkan kemampuan kemampuan teknik, taktik dan

strategi untuk mempersiapkan prestasi puncak.


33

Fase Konversi

Fase konversi disebut juga fase kekuatan eksplosif (power), dan dayatahan

kekuatan. Jadi karakteristik fisiologis dari olahraga di fase ini di fokuskan pada

pengembangan power dan daya tahan kekuatan atau keduanya.39

Fase Pemeliharaan

a) Pada Fase ini program latihan tahunan dibuat untuk mempertahankan

standar fisiologis dan penampilan yang dicapai saat fase latihan

sebelumnya.

b) Volume latihan yang kecil (dua sampai empat massa latihan yang besar)

dilakukan 1-3 set, 1-3 pengulangan,

c) Intensitas latihan (30-100% dari 1 angkatan maksimal (1RM).

d) Frekuensi latihan saat phase ini dapat berlangsung 1-5 hari/siklus mikro

tergantung tujuan program latihan dan jadwal pertandingan.

Fase Istirahat (Cessation)

Latihan kekuatan dihentikan 5 sampai 7 hari dari waktu pertandingan

utama.

Tujuannya adalah:

a) Mengurangi tingkat kelelahan kumulatih dari seorang atlet.

b) Mengurangi tingkat stres atlet.

c) Memfasilitasi terjadinya superkompensasi fisiologis dan psikologis.

d) Meningkatkan kesiapan, bersamaan dengan meningkatnya potensi prestasi

e) dan penampilan atlet yang tinggi.

39
upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend._olahraga/19650614199Yunyun_Yudiana/Periodisasi_Latihan.
pdf
34

Fase Kompensasi

Tujuan utama dari fase ini adalah untuk menghilangkan kelelahan dan

memungkinkan atlet untuk melakukan pemulihan.

a) Dimana sangat dibutuhkan pelatih fisik, terapis fisik, atau fisioterapis yang

selalu mendampingi atlet dalam proses latihan.

b) Pada saat berlangsungnya fase ini, melepaskan diri dari status cidera dan

rehabilitasi, semua atlet harus memperhatikan istirahat aktif dari program

latihan termasuk melakukan beberapa latihan kekuatan.

c. Periodisasi Kecepatan

Komponen Kecepatan, memiliki beberapa tahapan atau fase latihan

diantaranya;

Aerobic dan Anaerobic Endurance40

1) Fase Persiapan

2) Tujuan : Membentuk fondasi Daya Tahan

3) Bentuk Latihan : Fartlek atau Speed Play, lari di Bukit atau Cross

Country.

Kecepatan Alaktik dan Daya Tahan Anaerobik

1) Fase Kompetisi

2) Latihan lebih intensif dan disesuikan dengan karakterisktik kecabangan

Kecepatan Spesifik

1) Kecepatan gabungan antara kecepatana alaktik, laktik dan daya tahan

kecepatan

40
upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend._olahraga/19650614199Yunyun_Yudiana/Periodisasi_Latihan.
pdf
35

2) Kecepatan Spesifik, Kelincahan dan Waktu Reaksi

3) Membentuk kecepatan khusus sesuai karakteristik cabang olahraganya,

terutama komponen kelincahan dan kecepatan reaksinya.

4. Latihan Small Sided Games

Game kecil atau Small Sided Games merupakan salah satu bentuk latihan

sepakbola yang sedang berkembang pada saat ini. Small sided games adalah suatu

bentuk latihan permainan sepakbola dengan jumlah pemain disesuaikan dengan

luas grid yang digunakan. Ukuran maksimal grid yang digunakan 30 x 40 yards

atau 27,522 X 36,697 meter.

Iwan Setyawan mengemukakan latihan Small Sided Games adalah suatu

bentuk latihan sepakbola menggunakan lapangan yang lebih kecil dengan pemain

yang lebih sedikit. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari latihan

Small Sided Games, yaitu: (1) Sentuhan terhadap bola lebih banyak, (2) Lebih

disenangi pemain karena berbasis game, (3) Durasi permainan lebih lama, (4)

Dapat meningkatkan keterampilan, (5) Keterlibatan pemain dalam permainan

lebih banyak, dan (6) Banyak memainkan taktik bertahan dan menyerang.41

Batty Eric mengemukakan beberapa alasan mengapa latihan dengan Small

Sided Games perlu dikembangkan sebagai berikut: (1) Dengan lebih banyak

sentuhan dengan bola, keterampilan akan meningkat, (2) Tenaga yang digunakan

akan lebih efisien, (3) akan mendapatkan kesempatan bermain bola lebih, (4)

41
Iwan, Setyawan, (101 Sesi Latihan Sepak Bola Untuk Pemain Muda. Jakarta barat: PT. Indeks.
2012). h. 6
36

Kesempatan mencetak gol lebih banyak, dan (5) Mengembangkan mental

bertanding menjadi lebih kuat.42

Small sided games sangat bermanfaat bagi partisipan, banyak penelitian

dan observasi telah dilakukan untuk menunjukkan bahwa anak-anak mendapat

kesenangan dan belajar lebih banyak dari bermain dalam small sided games

dengan aturan yang disesuaikan. Data statistik mendukung keunggulan small

sided games dibandingkan dengan permainan 11 vs 11. Beberapa data statistik

menunjukkan bahwa :

a. Para pemain menyentuh bola lima kali lebih sering 4 v 4 dan 50% lebih
banyak dalam 7 v 7.
b. Para pemain 3 kali lebih sering berada dalam situasi 1 lawan 1 dalam
permainan 4 v 4 dan dua kali lebih sering dalam 7 v 7.
c. Gol tercetak rata-rata setiap dua menit dalam 4 v 4 dan setiap 4 menit
dalam 7 v 7.
d. Penjaga gawang terlibat dalam aksi dua hingga 4 kali lebih sering dalam
permainan 7 v 7 dibandingkan 11 v 11.
e. Bola keluar lapangan 8% dari total waktu dalam 4 v 4, 14% dalam 7 v 7
dan 34% dalam 11 v 11.

Gambar 2.1
Latihan Sepakbola Lebih Menyenangkan dengan Small Sided Games
Sumber:Nadwi syam. Pengaruh latihan kecil sisi game terhadap kemampuan
menggiring bola

42
Batty, Eric, (Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan. Bandung : Pionir jaya. 2011). h. 2
37

Untuk dapat menerapkan latihan small sided games diperlukan

pemahaman mengenai dosis yang akan diberikan. Adapun dosis latihan untuk

setiap kelompok umur, lama latihan, dan jumlah set menurut WCCYCL sebagai

berikut:

Tabel 2.2
Dosis Latihan Latihan Small Sided Games (Game Kecil)
Sumber: Batty, Eric Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan43
Usia Durasi Set Recovery

8 – 14 tahun 2 menit 3 – 5 set 3 menit

15 – 19 tahun 3 menit 6 – 8 set 5 menit

20 tahun ke atas 4 menit 9 – 10 set 6 menit

Dari tabel diatas, dosis latihan yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah pada kelompok umur 16 tahun ke atas. Durasi latihan untuk setiap set

dalam latihan small sided games adalah 4 menit dengan jumlah set antara 9 – 10

set dan recovery untuk setiap set adalah 6 menit.

Menurut Iwan Setyawan latihan small sided games merupakan suatu

latihan yang berkembang, dengan menyajikan situasi permainan yang membuat

pemain mendapatkan penguasaan aspek teknik, taktik, dan fisik sekaligus. Latihan

small sided games lebih banyak menerapkan langsung latihan fisik, teknik, dan

taktik dalam sebuah permainan (games), yang berarti pemain dituntut untuk

menghadapi tekanan seolah-olah dalam situasi permainan yang sesungguhnya.

Small sided games adalah adalah permainan sepak bola dengan pemain

lebih sedikit bersaing di lapangan berukuran kecil. Ini adalah permainan

43
Batty, Eric, (Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan. Bandung : Pionir jaya. 2011). h. 2
38

menyenangkan yang melibatkan pemain lebih karena pemain sedikit berbagi satu

bola. Segala usia bisa bermain "small sided games", tetapi memiliki dampak

pembangunan pasti pada pemain sepakbola.

Penerapan latihan small sided games dalam proses latihan keterampilan

dipandang mampu memberikan peningkatan penguasaan latihan yang lebih

efektif, karena dengan menggunakan kotak-kotak latihan yang berukuran kecil,

dan dilakukan oleh beberapa pemain akan mudah diawasi oleh pelatih. Small

sided games juga merupakan suatu latihan yang menyenangkan untuk olahraga

permainan dengan pemanfaatan latihan fisik dan teknik dalam bentuk permainan

dengan ukuran lapangan yang diperkecil dengan jumlah pemain yang dibatasi

pada ukuran tersebut. Bentuk dan ukuran lapangan didesain pada ukuran tertentu,

dan pemain yang terlibat dalam jumlah tertentu, sehingga pelatih akan mampu

melihat, mengobservasi dan memberikan koreksi atau evaluasi secara detail

terhadap kesalahan yang terjadi.

5. Hakikat Permainan Sepakbola

a. Filosofi Sepakbola Indonesia

Filosofi sepakbola Indonesia adalah suatu rumusan cara bermain yang

dipilih oleh Indonesia untuk menuju level prestasi sepakbola tertinggi. Tentu cara

bermain yang dipillih untuk bisa membawa sepak bola kita ke level yang lebih

tinggi harus mempertimbangkan beberapa hal kunci. Pertama, kondisi kultur

geografis dan sosiologis masyarakat Indonesia. Kondisi geografis Indonesia yang

terletak di khatulistiwa menjadikan negara kita beriklim tropis. Dengan rata-rata


39

postur sedang, pemain kita dianugerahi dengan kecepatan dan kelincahan

mumpuni.44

Gambar 2.1 Kesimpulan Filosofi Sepakbola Indonesia45

b. Teknik Dasar Sepakbola

Sepakbola merupakan permainan beregu yang menampilkan keterampilan

teknik dasar perseorangan dan kerja sama tim. Untuk dapat bermain bola dengan

baik setiap pemain harus memiliki keterampilan teknik dasar yang baik. Hal ini

Lingling Menjelaskan :

Mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik


dasar, semakin terampil seorang pemain dengan bola akan semakin mudah
ia dapat (tanpa kehilangan bola) meloloskan diri dari suatu situasi,
semakin baik jalannya pertandingan bagi kesebelasannya.46

Sucipto dkk menyebutkan beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki

pemain sepakbola di antaranya : Menendang (kicking), menghentikan (stopping),

44 Danurwindo Ganesha Putera, dkk, (Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia.


Jakarta. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Menara Mandiri 2017), h, 15
45 Danurwindo Ganesha Putera, dkk, (Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia.

Jakarta. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Menara Mandiri 2017), h, 19


46
Lingling Usli. Pembelajaran Sepakbola, Bandung: Modul Mata Kuliah (STKIP Pasundan
Cimahi) 2013). h. 24
40

menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tackling), lemparan

kedalam (throw in) dan menjaga gawang (goal keeping)."47

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa teknik

dasar sepakbola cukup beragam dan semuanya itu merupakan teknik dasar yang

sering dimainkan oleh seseorang dalam permainan sepakbola. Penulis memilih

empat macam teknik dasar sepakbola sesuai dengan tes, yaitu : 1) Mengumpan

bola (passing), 2) menghentikan bola (stopping), 3) Memainkan bola dengan

kepala (heading), 4) Menggiring bola (dribbling), 5) Menembak atau menendang

bola ke sasaran (shooting).

Cabang olahraga sepakbola merupakan cabang olahraga yang telah

memasyarakat, keberadaannya telah diterima oleh lingkungan kota maupun desa.

Hal ini terbukti dengan bermunculannya perkumpulan-perkumpulan sepakbola

yang bersifat amatir maupun semi professional sehingga sering kita lihat adanya

kompetisi atau kejuaraan baik tingkat nasional maupun tingkat daerah. Bila kita

lihat lebih jauh, olahraga sepakbola adalah olahraga beregu yang didasarkan atas

teknik, pengolahan bola dan pengertian setiap pemain terhadap permainan. Dalam

setiap pertandingan, tentunya masing-masing perkumpulan mempunyai tujuan

tertentu yaitu mencapai prestasi yang maksimal. Dalam usaha kearah itu masing-

masing pemain harus mempunyai teknik, mental serta didukung oleh kondisi fisik

yang prima.

Teknik dasar dalam permainan sepakbola merupakan salah satu syarat

yang harus dikuasai dengan baik dan sempurna oleh seorang pemain, terutama

47
Sucipto. Mengembangkan Teknik Bermain Sepakbola (Bandung Gramedia 2010). h. 17
41

oleh seorang pemain yang berprestasi tinggi. Pengertian teknik dasar dalam

permainan sepakbola menurut Aripin ialah :“Gerakan –gerakan yang diperlukan

untuk bermain sepakbola, yang meliputi gerakan tanpa bola dan gerakan dengan

bola”.48 Menurut Lingling mengatakan bahwa Teknik dalam sepakbola ialah :

“Hubungan yang harmonis antara manusia dengan bola”.

Adapun menurut Kusyanto secara garis besar teknik sepakbola dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu :49

a. Teknik badan, yaitu gerakan-gerakan dalam sepakbola tanpa bola, unsur


teknik badan khusus dalam sepakbola, diantaranya : cari lari dan mengubah
arah, cara melompat, dan gerak tipu tanpa bola.
b. Teknik dengan bola, yaitu gerakan-gerakan dalam sepakbola dengan bola.
Unsur-unsur teknik dasar dengan bola antara lain :
1) Menendang bola
2) Mengoper bola
3) Menerima bola
4) Menyundul bola
5) Menggiring bola
6) Gerak tipu dengan bola
7) Merampas bola
8) Teknik penjaga gawang

Selanjutnya mengenai teknik dasar sepakbola menurut Agus Salim

menjelaskan sebagai berikut :

a. Teknik tanpa bola


Yaitu semua gerakan-gerakan tanpa bola yang terdiri dari :
1) Lari cepat dan mengubah arah
2) Melompat tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan
3) Gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan
4) Gerakan-gerakan khusus penjaga gawang

48
Aripin. Sepakbola: Belajar Bermain Menuju Prestasi. (Jakarta: LIPPI 2006). h. 61
49
Kusyanto Keterampilan Bermain Sepakbola. (Jurnal IPTEK Olahraga. Volume 3no 1. J 2014).
h. 1-11.
42

b. Teknik dengan bola


Yaitu semua gerakan-gerakan dengan bola yang terdiri dari :
1) Mengenal bola
2) Menendang bola
3) Menerima bola : - Menghentikan bola, - Mengontrol bola
4) Menggiring bola
5) Menyundul bola
6) Melempar bola
7) Gerak tipu dengan bola
8) Merampas atau merebut bola
9) Teknik-teknik khusus penjaga gawang

Teknik dalam permainan sepakbola adalaha sebagai berikut :

a. Attacking (Menyerang)

Tingkat kesuksesan pemain saat memegang bola sangat ditentukan oleh

apa yang dilakukan pemain sebelum menerima bola. Dalam hal ini pemain yang

ingin menerima bola harus memiliki ruang yang besar. Dengan ruang yang besar,

pemain akan memiliki waktu lebih saat nantinya menerima bola. Ia punya waktu

untuk melihat, berpikir, ambil keputusan dan mengeksekusi. Untuk mendapat

ruang yang besar, pemain perlu melepaskan diri dari lawan (dismarking). Caranya

dengan memperhitungkan posisi badan, timingarah- kecepatan melepaskan diri.

Posisi badan yang diambil haruslah memudahkan pemain untuk melihat kawan

dengan bola, lawan dan gawang di depan. Makin banyak pemain melihat, makin

banyak informasi yang didapat dan makin akurat keputusaneksekusi diambil.

Timing melepaskan diri meminta bola dilakukanberdasarkan komunikasi

dengan kawan yang sedangpegang bola. Saat melepaskan diri paling tepatadalah

saat kawan yang pegang bola telah bebas. Ketika bebas, ia memiliki waktu untuk

head up dan melihat sekitar. Pada saat head up, pemain yang ingin melepaskan

diri dapat melakukan kontak mata. Saat kontak mata telah terjadi, itulah timing
43

terbaik untuk pergi melepaskan diri. Tentunya kecepatan melepaskan diri harus

dilakukan dengan kecepatan penuh. Arah melepaskan diri haruslah membentuk

sudut ideal. Tujuan sudut ini adalah untuk membingungkan lawan. Jika lawan

tidak ikut, maka pemain dapat menerima bola langsung menghadap ke depan. Jika

lawan ikut, maka terbuka ruang di belakang lawan. Bisa dimanfaatkan oleh

pemain yang melepaskan diri atau kawan yang lain.

b. Defending (Bertahan)

Prinsip dasar defender diantaranya:

1. Compactness

Pengertian compactness adalah kondisi team shape merapat sesempit-

sempitnya, membuat lapangan permainan menjadi kecil. Kerapatan pemain harus

dilakukan secara horizontal dari satu sisi lapangan ke sis lapangan (side to side).

Juga secara vertical dari satu ujung awal ke ujung akhir lapangan (end to end).

2. Narrow

Pengertian narrow adalah kondisi team shape dimana jarak antar pemain

merapat secara horizontal. Jarak antara pemain yang berdiri di sisi paling kiri dan

paling kanan harus sedekat mungkin. Tujuan dari narrow adalah mencegah lawan

progresi bola ke depan dan memaksa lawan bermain melebar atau ke lokasi yang

kita inginkan.

3. Short

Pengertian short adalah kondisi team shape dimana jarak antar pemain

merapat secara vertikal. Jarak antara lini paling belakang dan paling depan harus
44

sedekat mungkin. Tujuan dari short adalah mengecilkan ruang antar lini, sehingga

lawan memiliki ruang yang minim untuk mengolah bola.

4. Pressure

Pengertian pressure adalah melakukan penjagaan dengan cara menekan

lawan, menutup ruang dan jalur passing atau dribbling ke depan. Tujuan akhir

pressure adalah merebut bola. Apabila merebut bola tidak bisa dilakukan, pressure

bisa mencegah lawan progresi ke depan. Serta memaksa lawan bermain negatif ke

samping atau ke belakang.

5. Cover

Pengertian cover adalah melakukan lapisan penjagaan melalui berdiri

dengan sudut sekitar 45 derajat di belakang pemain yang melakukan pressure

kepada lawan dengan bola. Tujuan cover adalah: menutup jalur, forward pass,

through pass, wall pass; menjadi pelapis bila kawan kita dilewati; menciptakan

situasi 2v1 bila kawan mengarahkan lawan dengan bola ke pemain cover.

6. Balance

Pengertian balance adalah pengambilan posisi keseimbangan untuk

mengisi ruang yang kosong. Tujuan balance adalah: mengambil posisi yang

lowong, mengantisipasi lawan mengubah arah serangan, mengantisipasi serangan

ke tiang jauh.

c. Transition (Transisi)

Kekompakan menjadi salah satu kunci utama dalam melakukan transisi.

Saat kehilangan bola, semua pemain kompak untuk turun membantu pertahanan,

dengan tujuan mempersempit ruang buat lawan.


45

Saat berhasil merebut bola, pemain yang pegang bola harus mempunyai

pola pikir untuk mengalirkan bola ke depan. Sementara pemain yang ,ain harus

cepat bergerak mengisi ruang-ruang yang kosaong. Jadi, transisi tidak hanya

sekedar pemain turun untuk bertahan atau segara naik untuk menyerang.

Menurut Sucipto, dkk, teknik dasar dalam permainan sepakbola adalah

sebagai berikut :50

1) Menendang (kicking)

Menendang merupakan salah satu karakteristik permainan sepakbola yang

paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang bola dengan baik akan

dapat bermain secara efisien. Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan

(passing), menembak ke gawang (shooting at the goal), dan menyapu untuk

menggagalkan serangan lawan (sweeping). Dilihat dari perkenaan bagian kaki ke

bola, menendang dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu menendang dengan

menggunakan kaki bagian dalam (inside), kaki bagian luar (outside), punggung

kaki, dan punggung kaki bagian dalam (inside of the instep).

Gambar 2.2
Teknik Menendang (Kicking)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola

2) Menghentikan (stopping)
50
Sucipto (Mengembangkan Teknik Bermain Sepakbola Bandung Gramedia 2010), h. 17
46

Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan

sepakbola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik menendang bola.

Tujuan menghentikan bola untuk mengontrol bola, yang termasuk didalamnya

mengatur tempo permainan, mengalihkan laju permainan dan memudahkan untuk

passing. Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan

untuk menghentikan bola adalah kaki, paha dan dada. Bagian kaki yang biasa

digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki bagian luar,

punggung kaki, dan telapak kaki.

Gambar 2.3
Teknik Menghentikan (Stopping)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
3) Menggiring (dribbling)

Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputusputus atau

pelan-pelan. Oleh karena itu, bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring

bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola.

Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati

lawan dan menghambat permainan. Beberapa macam menggiring bola, yaitu

menggiring bola dengan kaki bagian luar, kaki bagian dalam, dan dengan

punggung kaki.
47

Gambar 2.4
Teknik Menggiring (Dribbling)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
4) Menyundul (heading)

Menyundul bola pada hakikatnya memainkan bola dengan kepala. Tujuan

menyundul bola dalam permainan sepakbola adalah untuk mengumpan, mencetak

gol dan mematahkan serangan lawan/ membuang bola. Ditinjau dari posisi

tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri, melompat dan sambil

meloncat. Banyak gol tercipta dalam permainan sepakbola dari hasil sundulan

kepala.

Gambar 2.5
Teknik Menyundul (Heading)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
48

5) Merampas (tackling)

Merampas bola merupakan upaya untuk merebut bola dari penguasaan

lawan. Merampas bola bisa dilakukan dengan sambil (standing tackling) berdiri

dan sambil meluncur (sliding tackling).

Gambar 2.6
Teknik Merampas (Tackling)

6) Lempar ke Dalam (throw-in)

Lemparan ke dalam merupakan satu-satunya teknik dalam permainan

sepakbola yang dimainkan dengan lengan dari luar lapangan permainan.

Lemparan ke dalam dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan, baik dengan posisi

kaki sejajar maupun salah satu di depan.

Gambar 2.7
Teknik Lempar ke Dalam (Throw-In)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
49

B. Penelitian yang Relevan

Untuk melengkapi dan membantu dalam mempersiapkan penelitian ini,

peneliti mencari bahan-bahan penelitian yang ada dan relevan dengan penelitian

yang akan diteliti. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
55

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Perbedaan dan Persamaan
Lokasi Objek
No Judul Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Perbandingan Small Side Handi Di SMPN 2 Siswa Kelas Berdasarkan hasil uji statistik Persamaan dan perbedaan dalam
Game Dan Media Hardiansyah Cigombong VIII Di diperoleh nilai uji-t antara pretest penelitian ini sama-sama
Gambar Terhadap Bogor. SMPN 2 dan posttest latihan lari zig-zag meneliti tentang teknik dasar
Keterampilan Teknik Cigombong terhadap kemampuan menggiring pada permainan sepakbola tetapi
Dribbling Pada Bogor. yang memiliki nilai t hitung 15.892, lebih menuju ke salah satu
Permainan Futsal Siswa p = 0.000, karena p < 0,05 maka teknik dasar yaitu teknik
Kelas VIII Di SMPN 2 ada peningkatan yang signifikan. dribbling dengan menggunakan
Cigombong Bogor 2013. Dilihat dari nilai rata-rata, maka perbandingan media
Universitas Pendidikan diperoleh nilai rata-rata pretest = pembelajaran yang berbeda yaitu
Indonesia. 19.99 detik dan nilai rata-rata small side game dan media
posttest = 17.39 detik, karena nilai gambar untuk mengetahui mana
1
rata-rata pretest lebih kecil dari yang lebih baik dalam upayanya
nilai rata-rata posttest maka terjadi meningkatkan teknik dasar
peningkatan kemampuan dribbling pada permainan
menggiring sebesar = 2.60 atau sepakbola, sedangkan penelitian
13.01%. Dengan demikian dapat ini meneliti tentang perbedaan
disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan media pembelajaran
yang signifikan latihan lari zig-zag tetapi hanya cara menerapkan
terhadap kemampuan menggiring pembelajaran small side game
dalam permainan sepak bola dalam upayanya meningkatkan
peserta ekstrakurikuler di SMP kondisi fisik pada permainan
Negeri 3 Sentolo Kulon Progo. sepakbola.
Effects Of A Periodized Adam l. Owen The Hong Kong Sports Results show that the 4-week SSG Persamaan dan perbedaan dalam
Small-Sided Game Institute of Science training intervention induced penelitian ini sama-sama
Training Intervention On Education Department, significant improvement in RSA as meneliti tentang profil kondisi
2
Physical Performance In Rangers indicated by faster 10-m sprint time Fisik sedangkan pada penelitian
Elite Professional Football (p , 0.05, small effect), total sprint ini membahas tentang kondisi
Soccer, Sports Science Club, time (p , 0.05, medium effect), and fisik permain sepakbola terhadap
56

Perbedaan dan Persamaan


Lokasi Objek
No Judul Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Department, Rangers Glasgow, smaller percentage decrement score tum professional, sedangkan
Football Club, Glasgow, Scotland; 2 (p , 0.05, medium effect). penelitian ini tidak hanya
Scotland; 2 Department Department Furthermore, the SSGs also led to meneliti tentang perbedaan
of Health and Physical of Health and an improvement in RE as indicated penggunaan profil kondisi fisik
Education, The Hong Physical through significantly reduced _ pada permain sepakbola di
Kong Institute of Education, VO2 and heart rate at running tingkat usia 16-19 tahun. Dan
Education, New The Hong speed 9, 11, and 14 kmh21 (all p’s , menggunakan latihan small side
Territories, HongKong; Kong 0.05, large effects). In conclusion, game.
3 Aspetar, Qatar Institute of the present study demonstrates that
Orthopaedicand Sports Education, implementing a periodized SSG
Medicine Hospital, New training intervention during the 4-
Doha, Qatar; and Territories, week in-season break is capable of
4Olympic Lyon FC improving elite-level soccer
(Soccer), Lyon, France. players’ physical fitness
characteristics. Being able to
develop physical characteristics in
conjunction to technical and tactical
elements of the game, within a
relatively short period, makes SSGs
an appealing proposition for fitness
coaches, players, and technical
coaches alike.
Pengaruh Metode Sri Fauzi SMAN 1 Siswa Dari hasil penelitian menunjukan Persamaan dan perbedaan dalam
Demonstrasi Dan Small Iskandar Ciasem Subang, SMAN 1 bahwa kelompok A yang diberikan penelitian ini sama-sama
Side Game Terhadap 2009 Ciasem perlakuan pembelajaran meneliti tentang teknik dasar
Penampilan Teknik Subang, penguasaan bola menggunakan pada permainan sepakbola
Penguasaan Bola Dalam 2009 metode demonstrasi memberikan dengan menggunakan
3
Permainan Futsal Siswa pengaruh yang lebih signifikan perbandingan metode
SMAN 1 Ciasem dibandingkan dengan kelompok B pembelajaran yang berbeda yaitu
Subang, 2009. yang diberikan perlakuan metode demonstrasi dan small
Universitas Pendidikan pembelajaran penguasaan bola side game untuk mengetahui
Indonesia. menggunakan Small Side Game mana yang lebih baik dalam
57

Perbedaan dan Persamaan


Lokasi Objek
No Judul Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
dengan perbedaan hasil belajar upayanya meningkatkan teknik
(4.73 > 1.70) dalam permainan dasar pada permainan sepakbola,
futsal di SMAN 1 Ciasem Subang. sedangkan penelitian ini meneliti
tentang perbedaan penggunaan
media pembelajaran tetapi hanya
cara menerapkan pembelajaran
small side game dalam upayanya
meningkatkan kondisi fisik pada
permainan sepakbola.
58

C. Kerangka Berpikir.

Bersaing dalam tingkat elit olahraga, pemain sepak bola profesional

diharapkan memiliki kemampuan fisik yang berkembang dengan baik melengkapi

tuntutan teknis dan taktis sepak bola kontemporer. Secara khusus, kapasitas

aerobik superior, kekuatan otot, kekuatan, dan kemampuan berlari berulang dapat

menjadi komponen penting untuk memerangi kontak bola yang terbatas yang

dihadapi selama pertandingan, seperti yang biasa dialami bek tengah dan

gelandang serang tengah yang bersaing.

Namun, jadwal yang padat, seperti yang sering ditemukan di antara klub-

klub elit sepak bola, sering menyulitkan pelatih yang mencoba untuk secara

bersamaan mengintegrasikan parameter pelatihan yang berbeda ini. Anggapan

bahwa permainan sisi-kecil (Small Sides Games) dapat mensimulasikan beban

kerja fisiologis dan intensitas yang sepadan dengan permainan pertandingan

aktual sementara juga mengembangkan kemampuan teknis dan taktis telah

menyebabkan popularitasnya sebagai modalitas pelatihan dalam domain terapan

dan ilmiah dalam beberapa tahun terakhir.

Khususnya, dari perspektif terapan, potensi untuk meningkatkan kapasitas

aerobik dengan keterlibatan bola biasa dapat memuaskan tuntutan ilmuwan,

pelatih, dan pemain, sehingga menyoroti keunggulannya dibandingkan metode

pelatihan generik seperti pelatihan interval berjalan. Namun, memanipulasi

ukuran pitch, jumlah permainan yang dimainkan, durasi, dorongan pelatih, dan

batasan teknis telah terbukti sangat mengubah tuntutan fisik dan teknis yang

terkait dengan permainan sisi-kecil (Small Sides Games). Sehubungan dengan


59

temuan ini, sangat penting bahwa desain sesi dan implementasi permainan sisi-

kecil (Small Sides Games) harus dilakukan dengan presisi dan pertimbangan yang

cermat dari tujuan pelatihan.

Sebaliknya, bukti ilmiah yang mendukung permainan sisi-kecil (Small

Sides Games) sebagai modal pelatihan yang bermanfaat telah menunjukkan stres

kardiovaskular dan adaptasi pelatihan yang komparatif dengan pelatihan lari

sebentar-sebentar generik umum. Penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan

pemain Divisi pertama Norwegia menyimpulkan bahwa permainan sisi-kecil

(Small Sides Games) dapat menginduksi intensitas latihan mapan sebesar 91%

dari denyut jantung maksimal (HRmax), sesuai dengan sekitar 85% dari

pengambilan oksigen maksimal (VO2max) (24).

D. Hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.70

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan periodesasi Small Sides

Games terhadap peningkatan kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18 tahun.

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: CV Alfabeta, 2013), h.64
60

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah: Untuk mengetahui gambaran dari pengaruh penerapan periodesasi Small

Sides Games terhadap peningkatan kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18

tahun.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan selama satu minggu dengan

pelaksanaan di sesuaikan dengan jadwal waktu latihan Persib U-18 2018 di

Lapangan Lodaya dan Lab UPI, latihan di mulai pukul 15.30 – 17.00 untuk lebih

jelasnya jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

Lama penelitian : Satu minggu (4 kali pertemuan)

Pelaksanaan penelitian : Dimulai bulan Desember 2018 sampai dengan

selesai

Hari : Kamis

Tempat penelitian : di Lapangan Lodaya dan Lab UPI

C. Metode Penelitian dan Rancangan Eksperimen

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran nyata

tentang pengaruh penerapan periodesasi small sides games terhadap peningkatan

kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18 tahun. Untuk itu diperlukan data-data
61

berupa skor perolehan hasil dari tes peningkatan kondisi fisik pada pemain setelah

penelitian dilakukan.

Sesuai dengan tujuan di atas, maka metode yang digunakan untuk menguji

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan

type pre test dan post test design. Metode eksperimen ini merupakan metode

percobaan untuk melihat hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan.

Metode eksperimen menurut Arikunto ialah :

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk


mengetahui ada tidaknya akibat-akibat dari “sesuatu” yang digunakan
pada subyek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba
meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan
membandingkan satu-satu atau dengan satu atau lebih kelompok
pembanding yang tidak menerima perlakuan.71

Dengan kata lain, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan

dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.

Sehubungan dengan masalah yang ingin penulis ungkapkan tentang memperoleh

gambaran nyata tentang penerapan periodesasi small sides games terhadap

peningkatan kondisi fisik pada pemain, maka dalam penelitian ini penulis ingin

mengetahui : pengaruh penerapan periodesasi small sides games terhadap

peningkatan kondisi fisik pada pemain pada pemain sepakbola U-18 tahun.

Penggunaan penerapan periodesasi small sides games, diamati

pengaruhnya, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan kondisi fisik pada

71
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rosda Karya. 2012). Hlm
272.
62

pemain merupakan variabel tergantung, yang keberhasilannya tergantung variabel

bebas.

Variabel penelitian meliputi satu variabel bebas dan satu variabel terikat,

variabel bebas terdiri dari pemberian bentuk penerapan periodesasi Small Sides

Games. Variabel terikat adalah peningkatan kondisi fisik pada pemain sepakbola

U-18 tahun.

Adapun metode penelitian tersebut penulis gambarkan sebagai berikut :

T1 X1 T2

Gambar 3.1
Desain Penelitian
Sumber Sugiyono72
Keterangan :

T1 : Tes awal kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18 tahun

X1 : Penggunaan penerapan periodesasi Small Sides Games

intervensi pelatihan

T2 : Tes akhir kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18 tahun

Selanjutnya agar supaya langkah-langkah peneliti lebih terarah dan jelas,

penulis membuat alur penelitian sebagai berikut:

72 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
63

Empirik Kajian Lapangan Teori

Populasi

Sampel

Tes Awal
Kondisi Fisik Pada Pemain Sepakbola Usia 18 Tahun

Penerapan Periodesasi Small Sides Games

Tes Akhir
Kondisi Fisik Pada Pemain Sepakbola Usia 18 Tahun

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.2
Alur Penelitian73

D. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel

1. Populasi

Dalam setiap penelitian seorang peneliti terlebih dahulu perlu menentukan

subjek atau populasi yang dapat dijadikan sebagai sumber data untuk keperluan

penelitiannya, populasi tersebut dapat berbentuk manusia, nilai-nilai, dokumen

dan peristiwa yang dijadikan obyek dalam penelitian. Mengenai populasi

dijelaskan sebagai berikut :

Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan


sampel yang pada kenyataannya populasi itu adalah kesimpulan kasus
yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan

73 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
64

masalah-masalah penelitian, kasus-kasus tersebut biasa berupa binatang,


barang, hal atau peristiwa74.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemain

PERSIB Bandung U-18 yang berjumlah 25 orang.

2. Teknik Sampling

Setelah populasi ditentukan maka kita menentukan sampel penelitian.

Sampel adalah sebagian dari individu yang menjadi obyek dalam penelitian ini75.

Sampel sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi76

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Total

sampling merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel77.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang

diteliti).78 Sampel merupakan suatu prosedur pengambilan data dimana hanya

sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat

serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.79 Jumlah sampel yang ditarik dari

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain PERSIB Bandung U-18 yang

berjumlah 25 orang.

74
Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012) h. 61
75
Ibid, (2012) h. 92
76
Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta., 2012) h.79
77
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). (Bandung:
Alfabeta. 2014) h.124
78
Ibid, 2012
79
Syofian Siregar, M.M. Metode Penelitian Kuantitatif (hal.30). Jakarta: Prenamedia Group
65

E. Rancangan Perlakuan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis selama pengumpulan data

adalah sebagai berikut :

Belajar dilakukan tiga kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Selasa,

Kamis, dan Sabtu selama dua bulan. Mengenai hal ini penulis mengacu pada

pendapat Sumosardjono yang mengatakan bahwa ” frekuensi latihan paling

sedikit tiga hari per minggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk

olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah

empat puluh jam tidak melakukan latihan”.80 Dan dengan latihan yang berulang-

ulang, diharapkan adanya perubahan-perubahan pada satu bahkan lebih komponen

fisik.

Dalam pelaksanaan latihan, untuk setiap latihan digunakan sistematika

sebagai berikut :

1. Pendahuluan

Latihan pendahuluan. Latihan pendahuluan bertujuan untuk meningkatkan

suhu tubuh dan menyesuaikan kondisi tubuh untuk mempersiapkan otot-otot yang

akan dipergunakan dalam latihan inti, serta fungsi dari pendahuluan adalah

menghindarkan terjadinya cedera.

Secara garis besar pelaksanaan latihan pendahuluan sebagai berikut :

1. Peregangan statis

2. Jogging

3. Melakukan gerak-gerak menuju gerakan inti

80
Sumosardjuno. Olahraga Teknik dan Program Latihan. (Jakarta: Akademika Pressindo. 2010).
h 12.
66

2. Inti

Pada dasarnya tujuan latihan inti dalam penelitian ini adalah penerapan

periodesasi small sides games terhadap peningkatan kondisi fisik pada pemain

pada pemain sepakbola U-18 tahun. Beban latihan yang diberikan kepada siswa

disesuaikan dengan kemampuan awal kondisi siswa, yang selanjutnya akan

disesuaikan dengan pembebanan yang disesuaikan prinsip belajar yaitu over load

(beban lebih).

3. Penutup

Latihan penutup mempunyai tujuan mengembalikan kondisi dan suhu

tubuh siswa pada keadaan semula sebelum melakukan latihan. Adapun progam

latihannya adalah sebagai berikut:

1. Peregangan statis

2. Koreksi dan relaksasi

3. Evaluasi

Untuk lebih jelasnya di bawah ini penulis membuat tabel program belajar

selama melakukan penelitian

Tabel 3.1
Intervensi Pelatihan Berkala Selama Empat Minggu
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Minggu 0 Pretest Istirahat Pretest Libur
Minggu 1 Teknik+taktik SSGs 1 + IP LITr Teknik+taktik SSGs 2 + IP LITr Libur
Minggu 2 Teknik+taktik SSGs 3 + IP LITr Teknik+taktik SSGs 4 + IP LITr Libur
Minggu 3 Teknik+taktik SSGs 5 + IP LITr Teknik+taktik SSGs 6 + IP LITr Libur
Minggu 4 SSGs 7 + IP Teknik+taktik LITr Posttest Istirahat Posttest Libur
Ket:
IP = Pencegahan / aktivasi cedera (pekerjaan intensitas rendah)
LITr = Sesi pemulihan intensitas rendah
SSGs = Small-sided games
67

Tack = Sesi taktis (intensitas rendah)


Tech = Sesi teknis (intensitas rendah)

Tabel 3.2
SSG Intervensi Pelatihan

Kemajuan Sesi Kelebihan Progresif Total SSG Durasi (min)

SSGs 1 5 x 3-min games 15


SSGs 2 6 x 3-min games 18
SSGs 3 7 x 3-min games 21
SSGs 4 8 x 3-min games 24
SSGs 5 9 x 3-min games 27
SSGs 6 10 x 3-min games 30
SSGs 7 11 x 3-min games 33
Ket:
SSGs dimainkan dalam format 3 lawan 3 (3 pemain lapangan + 1 penjaga
gawang di setiap sisi) untuk durasi 3 menit dan pemulihan pasif 2 menit
antara pertandingan

F. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya akan

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah

(Suharsimi Arikunto). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survei dengan teknik tes dan pengukuran. Melalui tes dan pengukuran peneliti

akan memperoleh data yang objektif. Dalam penelitian ini, instrumen yang

digunakan untuk pengambilan data terdiri dari 6 (enam) item tes, yaitu :

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan

pengukuran. Berikut prosedur dan perlengkapan yang diperlukan dalam


68

pelaksanaan Sprint and Speed Test, Test Course Of The Arrowhead Agility,

Vertical Jump dan Yoyo Intermittent Test level 2 :

a. Kecepatan (speed)

Gambar 3.3
Speed and Speed Tes. Sumber :
https://www.google.com/search?q=sprint+dan+speed

a) Tujuan : untuk menentukan akselerasi, kecepatan lari maksimal, dan daya

tahan kecepatan, tergantung jarak kaki

b) Alat : stopwatch/alat penghitung waktu kecepatan, pita pengukur, kun

penanda dan pulpen

c) Pelaksanaan : tes melibatkan menjalankan sprint maksimum tunggal di atas

jarak yang ditetapkan. Setelah pemanasan standar, pengujian dilakukan

dengan jarak tertentu, seperti 10, 20, 30, 40 atau 50 meter, tergantung pada

olahraga dan apa yang ingin anda ukur. Posisi awal harus di standarisasi,

mulai dari posisi stasioner dengan kaki dibelakang garis start, tanpa gerakan

goyang. Jika anda memiliki gerbang waktu, anda dapat mengukur waktu untuk

menjalankan setiap jarak pemisah (misalnya 5, 10, 20 m) selama putaran yang

sama lalu kecepatan percepatan dan puncak juga dapat ditentukan. Atlet diber

kesempatan untuk berlatih terlebih dahulu dan beberapa dorongan untuk terus

berlari melewati garis finish dengan kencang.


69

Tabel 3.3
Rating Skor Uji Sprint

Waktu (detik) Nilai


< 4.80
4.80 - 5.09 5
5.10 - 5.29 4
5.30 - 5.60 3
5.60 > 2
1

b. Tes Kelincahan

Tes course of the arrowhead agility test

Gambar 3.4
Tes course of the arrowhead agility test Sumber : Fitnes testing in football,
Jens Bangsbo

a) Tujuan : untuk mengevaluasi kecepatan, ledakan, control tubuh dan

kemampuan untuk merubah arah melalui berbagai sudut dan arah

b) Alat : Stopwatch, penghitung waktu kecepatan, pita pengukur, 6 kun penanda

dan pulpen.

c) Pelaksanaan : kun penanda ditempatkan dengan 3 set dalam bentuk panah, dan

satu set untuk menunjukkan awal dan akhir garis. Pemain berdiri dengan 1

kaki digaris start dan kaki lainnya dibelakang garis start dalam posisi awalan

sprint. Pada hitungan mundur (tiga, dua, satu, “go”) pemain berlari secepat
70

mungkin dan garis start ke spidol tengan (A). Berbalik untuk melewati panel

belakang (C) melalui penanda auh (B) dan kembali melewati garis start/finish.

Pemain menyelesaikan 2 jalur, satu ke kiri dan satu ke kanan, dipisahkan oleh

paing sedikit 5 menit pemuliha jika kerucut digunakan, tes tidak valid jika

pemain mengulang kerucut dan bukan disekitarnya. Hasil tes adalah total

waktu untuk menyelesaikan test untuk di ujicoba kiri dan kanan. Waktu

dicatat dalam hitungan detik ke dua tempat desimal terdekat untuk setiap arah.

Tabel 3.4
Rating Skor Uji Kelincahan untuk Pria

Waktu (detik) Nilai


< 14.0
14.1 - 15.0 5
15.1- 16.0 4
16.1 - 17.0 3
17.1 > 2
1

c. Yoyo Intermittent Test Level 2

Gambar 3.5
Pelaksanaan Yoyo Intermittent Recovery Test Sumber gambar dari :

Prosedur pelaksanaan Yoyo Intermittent Test level 2


71

Peralatan :

a) Lintasan Datar
b) Cones
c) Meteran
d) Kaset Bleep Test

Prosedur pelaksanaan :

a) Buat area berlari dengan jarak 20 meter dan area recovery dengan jarak 5
meter
b) A-B adalah rest area (pada gambar)
c) B-C adalah target area (pada gambar)
d) Pastikan semua testee mengerti bagaimana jalannya test
e) Cek bahwa bunyi “beep” yang menjadi standar untuk pengukuran
lapangan
f) Setiap permulaan level akan berbunyi “beep”beep”beep” dan di dalam
masing-masing level setiap pemberhentian antar jemput akan berbunyi
“tut”
g) Testee bersiap di garis B dan harus berlari dan menyentuhkan atau
menginjakkan salah satu kaki pada garis akhir C sebelum ada tanda
berikutnya dan berputar (pivot) untuk kembali berlari ke garis B setelah
bunyi terdengar dan sebelum batas tanda berikutnya bunyi.
h) Setelah berhasil mencapai garis B, testee recovery selama 5 detik di area
A-B dan tetap bersedia untuk lari menuju garis C setelah bunyi terdengar
(tunggu sampai bunyi “beep” terdengar)
i) Lakukan lari bolak balik + recovery sesuai bunyi “beep”
j) Testee dianggap tidak mampu, apabila dua kali berturut turut tidak dapat
menyentuhkan atau menginjakkan kakinya pada garis.

Penilaian :

Testee akan melakukan tes semaksimal mungkin, jumlah terbanyak dari

level dan balikan yang diperoleh testee dicatat dan diukur dengan menggunakan

tabel MF.
72

Tabel 3.6
Norma Pemberian Skor Yoyo Intermittent Test level 281
Nilai
Putera
> 55,9 5
51 - 55,8 4
45,2 - 50 3
38,4 - 45,1 2
29,3 - 38,3 1

F. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh melalui tes fisik kinerja dalam sepakbola

profesional elite, langkah selanjutnya adalah menyusun, mengolah, dan

menganalisis data dengan menggunakan rumus-rumus statistik. Pengolahan data

hasil perhitungan melalui analisis statistik akan diperoleh jawaban mengenai

diterima atau ditolaknya hipotesis sesuai dengan taraf nyata yang diajukan. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan rumus-rumus statistik sebagai berikut :

1. Mencari nilai rata-rata dengan rumus:

X 
 Xi
n

Keterangan :

X = skor rata-rata yang dicari

 Xi = jumlah skor

n = jumlah sampel

2. Mencari simpangan baku / standar deviasi, dengan rumus :

 Xi  X 
2

Sd 
n 1

81
www.hiithighintensityintervaltraining.ga
73

Arti dari tanda-tanda tersebut diatas adalah :

Sd = Simpangan baku yang dicari

∑ = Jumlah dari

X = rata- rata nilai X

Xi = Nilai kuantitatif sampel

n = Jumlah sampel

3. Uji Normalitas distribusi data dari masing-masing kelompok dengan


pendekatan uji normalitas Liliefors, dengan langkah –langkah sebagai
berikut:
a. Pengamatan X1, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku, Z1, Z2, …., Zn dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Xi – X
Zi =
S
Arti dari tanda-tanda rumus tersebut diatas adalah :

Zi = Nilai pengamatan yang dicari

Xi = Nilai kuantitatif sampel

X = Rata – rata hitung

S = Standar deviasi

b. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, lalu

hitung peluang F (Z1) dengan ketentuan:

 bila nilai Zi negatif maka 0,5- Z tabel

 bila nilai Zi positif maka 0,5 + Z tabel

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ….., Zn yang lebih kecil atau sama dengan

Zi. Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi), maka :


74

banyaknya Z1, Z2, …….., Zn yang Zi


S ( Z1 ) =
n
d. Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar itu Lo.

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan nilai Lo

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar XVI (II) untuk taraf nyata 0.05.

Kriterianya adalah : - Terima hipotesis jika Lo < Lά = normal - Tolak hipotesis

jika Lo > Lά = Tidak normal

4. Menghitung Homogenitas Dua Varian

a. Menghitung varian, dengan rumus:

Vb
F
Vk

Keterangan : F = varian yang dicari

vb = varian terbesar

vk = varian terkecil

b. Menentukan derajat kebebasan, dengan rumus:

db1 = n1 – 1

db2 = n2 – 1

Keterangan : db1 = derajat kebebasan pembilang

db2 = derajat kebebasan penyebut

n1 = ukuran sampel yang variannya besar

n2 = ukuran sampel yang variannya kecil


75

c. Untuk mencari nilai F diperoleh dari tabel

d. Menentukan homogenitas

Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata

() = 0,01 dan derajat kebebasan (dk) = n1 – 1 , apabila F hitung lebih kecil atau

sama dengan F tabel, ( F < F ½  ( v1 – v2 ), maka data tes itu homogen, untuk

nilai F lainnya ditolak.

5. Uji Signifikansi (Peningkatan) dengan Menggunakan Tes t

Untuk menguji signifikansi (peningkatan) digunakan rumus sebagai berikut :

t
B
; B
B i

SB n
n

Keterangan : t = nilai skor yang dicari

B = nilai rata-rata beda

SB = simpangan baku beda

N = jumlah sampel

Kriteria pengujian : tolak H0 , jika t hitung > t tabel (1-α); dk n-1 atau

terima H0 , jika t hitung < t tabel (1-α); dk n-1


G. Hipotesis Statistika

Hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Ada efek game kecil yang dilakukan periode intervensi pelatihan terhadap fisik

kinerja dalam sepakbola profesional elite.

2. Tidak terdapat efek yang signifikan dari penggunaan game kecil yang dilakukan

periode intervensi pelatihan terhadap fisik kinerja dalam sepakbola profesional

elite.

76

Anda mungkin juga menyukai