Bab 1 3 Isman Program Latihanfix PDF
Bab 1 3 Isman Program Latihanfix PDF
PENDAHULUAN
semakin mendapatkan persaingan yang ketat baik dalam lingkup daerah apalagi
Perkembangan tersebut dapat dilihat dari segi pemain maupun pelatih. Terbukti
dengan jumlah pemain sampai saat ini selalu menyumbangkan pemain untuk
Adanya event Liga 1 Indonesia U-18 Tahun 2019 tentunya akan menjadi
sarana untuk mengasah kemampuan para pemain. Tim PERSIB U-18 ada berbagai
mungkin. Seluruh pemain PERSIB U-18 Tahun 2019 belum memiliki kondisi
fisik yang maksimal, hal ini dimungkinkan karena kemampuan seorang pelatih
belum memantau secara benar tentang kondisi fisik pemainnya dan belum ada
sebagai pendukung mempunyai peran yang penting pula. Atas dasar hal ini maka
masalah utama yang perlu dipecahkan adalah mendapatkan calon atlet unggul.
1
2
Seorang pemain sepakbola yang baik, tidak hanya diperlukan teknik dan
taktik yang baik dalam bermain, tetapi juga harus mempunyai kondisi fisik yang
baik pula. Ada empat macam kelengkapan yang perlu dimiliki, apabila seseorang
Salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih satu prestasi dalam
tuntutan setiap cabang olahraga. Oleh karena itu, untuk mengetahui bentuk
kondisi fisik yang dibutuhkan dan seberapa besar tingkat kondisi fisik yang
pada saat dan setelah mengalami suatu proses latihan. Kondisi fisik adalah
1
Kantor Menpora. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2008. (Jakarta: Kemenpora.
2008) h. 1-2
2
Mochmmad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 7
3
Sajoto menjelaskan kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-
komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun
dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk
keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut, meningkatkan teknik,
mental, dan strategi bermain, kondisi fisik merupakan unsur penting yang menjadi
Setiap pemain harus menjaga dan memelihara fisiknya agar selalu dalam
kondisi prima. Kondisi fisik merupakan kesatuan utuh dari komponen baik yang
Kondisi fisik tersebut harus ditingkatkan agar dalam bermain sepak bola menjadi
bagus. Setiap pelatih harus meningkatkan dan membina kondisi fisik para
pemainya. Apabila seseorang pemain sepak bola akan mencapai suatu prestasi
kematangan juara. Dengan demikian, untuk mencapai suatu prestasi yang optimal
di dunia olah raga, keempat aspek pendukung tersebut harus dilakukan dengan
baik, sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya. Kondisi fisik akan
diberikan latihan sama. Pentingnya keadaan kondisi fisik atlet hendaknya di sadari
oleh para pelatih dan juga atlet itu sendiri. Pelatih hendaknya selalu mengontrol
3
Depdiknas. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. (Jakarta: Depdiknas, 2010) h. 101
4
Mochamad Sajoto Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 8
4
keadaan kondisi fisik atlet, sehingga dapat dideteksi sejak dini apabila pemainnya
tingkatan atlet (Darmojo).5 Tanpa adanya persiapan kondisi fisik yang serius suatu
tim sepakbola akan mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi yang optimal.
ketergantungan yang lebih besar pada metabolisme aerobik, ini sering diselingi
dengan serangan penting dari aktivitas intensitas tinggi dan berlari yang
bola keluar lapangan dan tembakan). seperti yang diungkapkan oleh pelatih
Timnas Sepak bola U19 Indonesia Indra Syafri, ”Bahwa rendahnya kemampuan
fisik pemain itu bisa diketahui dari tingkat VO2Max atau kadar oksigen dalam
darah”. Target tingkat VO2Max untuk pemain Timnas Sepak bola U19 adalah
sebesar 48 sampai 50 ml/kg BB/menit. Maka kondisi fisik merupakan hal yang
5
Darmojo, (Ilmu Kepelatihan Dasar, Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen
Dikti. 2009), h, 148
5
komponen yang perlu dilatih dan dikembangkan yaitu didefinisikan oleh Iwan
kelentukan persendian, kekuatan, daya tahan otot, kecepatan, agilitas, dan power.
tuntutan teknis dan taktis sepak bola kontemporer. Secara khusus, kapasitas
aerobik superior, kekuatan otot, kekuatan, dan kemampuan berlari berulang dapat
menjadi komponen penting untuk memerangi kontak bola yang terbatas yang
dihadapi selama pertandingan, seperti yang biasa dialami bek tengah dan
Namun, jadwal yang padat, seperti yang sering ditemukan di antara klub-
klub elit sepak bola, sering menyulitkan pelatih yang mencoba untuk secara
6
Surya Hermawan. (2013). Daya Tahan Timnas Sepakbola Harus
Diperbaiki.(http://suryaonline.co /daya-tahan-timnas-sepakbola –harus-diperbaiki/, diakses 15
Juni 2016, pukul 14.15 WIB.
7
Iwan Setiawan.et al (Manusia dan Olahraga.Bandung : ITB 2005), h, 65
6
ukuran pitch, jumlah permainan yang dimainkan, durasi, dorongan pelatih, dan
batasan teknis telah terbukti sangat mengubah tuntutan fisik dan teknis yang
temuan ini, sangat penting bahwa desain sesi dan implementasi permainan sisi-
kecil (Small Sided Games) harus dilakukan dengan presisi dan pertimbangan yang
Games) dapat menginduksi intensitas latihan mapan sebesar 91% dari denyut
jantung maksimal (HRmax), sesuai dengan sekitar 85% dari pengambilan oksigen
serupa pada kapasitas aerobik dari 7 minggu pelatihan generik di pramusim atau 6
atau 12 minggu pelatihan interval pada pemain muda selama musim kompetisi.
7
Namun, tampaknya ada kekurangan data yang berkaitan dengan efek Small Sided
Games pada parameter fisik selain kapasitas aerobik maksimal. Selain itu, klaim
tinggi dari sepak bola tingkat elit yang telah dibatasi untuk pemain sepak bola
wanita dan menjamin pemeriksaan lebih lanjut untuk apakah Small Sided Games
benar-benar dapat meningkatkan kinerja tes RSA pada pemain sepak bola pria
elit8.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek dari intervensi
pelatihan Small Sided Games 4 minggu (3 vs 3 + GK) selama 7 sesi pada kinerja
fisik (yaitu, kecepatan, kinerja aerobik, dan kemampuan sprint berulang) dari pria
elit pemain sepak bola selama liburan musim. Dihipotesiskan bahwa intervensi
pelatihan Small Sided Games akan mendorong peningkatan yang lebih besar dari
desain dan promosi penggunaan Small Sided Games sebagai bagian dari program
pengkondisian berkala dalam sepak bola tingkat elit, terutama selama liburan
musim.
B. Identifikasi Masalah
kecil yang dilakukan periode intervensi pelatihan terhadap fisik kinerja dalam
8 Batty, Eric, (Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan. Bandung : Pionir jaya. 2011). h. 2
8
dorongan pelatih, dan batasan teknis telah terbukti sangat mengubah tuntutan fisik
C. Pembatasan Masalah.
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari maksud serta sasaran dari
maka proses penelitian haruslah bersifat kompleks artinya terdapat ruang lingkup
3. Populasi dalam penelitian ini adalah pemain Persib Bandung U-18 yang
berjumlah 25 orang. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pemain Persib
14 kali pertemuan termasuk pertemuan tes awal dan tes akhir, frekuensi
9
latihan dalam seminggu tiga kali latihan dengan frekuensi setiap latihan adalah
sekitar 90 menit.9
D. Rumusan Masalah.
yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
E. Kegunaan Penelitian.
1. Secara Teoritis.
2. Secara Praktis.
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan referensi bagi para pelatih
sepak bola untuk lebih teliti dan selektif dalam menentukan metode latihan
yang digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik dan teknik pemain sepak
9
Tite, (Teori Latihan, Modul Mata Kuliah PGSD Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga
(UPI). 2007), h. 2.7
10
bola khususnya efek game kecil yang dilakukan periode intervensi pelatihan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dan menjadi dasar dalam
Menurut Mochamad Sajoto menjelaskan bahwa kondisi fisik adalah salah satu
atlet, bahkan sebagai landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi10.
Menurut Mochamad Sajoto menjelaskan bahwa, kondisi fisik adalah satu kesatuan
utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik
cabang olahraga. Oleh karena itu latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian
10
Mochamad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 57
11
Sugiyanto. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak. (Jakarta: Depdikbud. Proyek
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II, 2012) h. 221
12
Op, cit., Mochamad Sajoto, h. 8-9
12
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik. Cabang
mengubah arah secara capat, memukul dengan tepat, serta menuntut daya tahan
kerjasama dengan orang lain, disiplin untuk mengikuti peraturan yang telah
tujuan latihan serta sasaran latihan adalah, "untuk membantu atlet dalam
mencapai hal tersebut, ada empat aspek yang perlu diperhatikan dan dilatih secara
seksama oleh atlet, yaitu: (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan
Status kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika memulai latihan
sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan dengan
dapat diketahui dengan cara penilaian yang berbentuk tes kemampuan. Tes ini
13
Harsono. (Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Choaching.TambakKusuma. Jakarta,
1988), h, 73
13
Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak usia
dini dan dilakukan secara terus menerus. Karena untuk mengembangkan kondisi
fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus mempunyai pelatih fisik
fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek di kemudian hari. Kondisi
fisik yang baik mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya mampu dan mudah
mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah lelah saat mengikuti
fungsional dari sistem tubuh, sehingga dengan demikian kemungkinan atlet untuk
yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaan
nya. Artinya, bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh
14
sewaktu bekerja.
singkatnya.
singkatnya.
efektif.
14
Mochamad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 57
15
adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
15
Mochamad Sajoto. Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 57
16
Ibid., h. 16
17
Hare, I.G.N. (Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga, Denpasar: Cetakan Pertama, Penerbit Udayana
University Press. 2009), h, 176
16
dengan factor kekuatan agar memperoleh hasil yang baik. Salah satu faktor yang
berperan dalam pencapaian tendangan adalah faktor kondisi fisik kekuatan otot
tungkai.
Dengan kata lain, untuk mencapai tendangan harus ada unsur kondisi fisik
terutama kekuatan otot tungkai yang digunakan untuk mengangkat paha dan
menolak pada saat menendang bola. Kekuatan otot tungkai seseorang berperan
langkah adalah perkalian antara kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot dalam
melangkah. Kekuatan otot tungkai ini digunakan saat lari menggiring bola, dan
menendang bola, dengan otot tungkai yang kuat maka tendangan akan semakin
kuat. Seorang pemain sepak bola harus memiliki kaki yang kuat, pergelangan kaki
yang kuat, lutut yang kuat dan tungkai yang kuat agar dapat memikul badan yang
berat. Dalam pencapaian kecepatan tendangan bola, kekuatan otot tungkai sangat
seksama melalui pembinaan secara dini, serta memperhatikan postur tubuh, yang
meliputi: (a) ukuran tinggi badan dan panjang tubuh, (b) ukuran besar, lebar dan
berat tubuh, (c) samato type, (bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy, dan
ectomorphy)18.
dapat melakukan dan memikul pekerjaan yang berat dalam waktu yang lama.
18
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 11-13
17
Orang yang fisiknya segar akan mempunyai otot yang kuat dan mampu bekerja
secara efisien. Pada olahraga sepakbola kekuatan otot ini diperlukan untuk
mengatasi beban yang terdapat pada saat bermain, dan aplikasinya lebih kepada
2) Kecepatan
merupakan faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti lari jarak pendek,
renang, olahraga beladiri dan olah raga permainan. Kecepatan yaitu kemampuan
waktu reaksi yang dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus.
Kemampuan ini membuat jarak yang lebih pendek untuk memindahkan tubuh20.
akan tetapi dapat pula menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang
berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola
ditentukan oleh singkat tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang.
Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna
basket, sepak bola, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya.
19
Ibid., h. 21
20
Saifudin. Ketrampilan Bermain Sepakbola. (Jurnal IPTEK Olahraga. Volume 3 no 1. Januari
2009) h. 1-11
18
Untuk melakukan gerakan kecepatan adalah merupakan hasil dari jarak per
satuan waktu (m/dt), misalnya 100 km per jam atau 120 meter per detik.
bukan hanya sekedar kecepatan lari. Menggerakkan kaki dengan cepat merupakan
kemampuan mengubah arah pada saat teakhir merupakan hal yang terpenting
lainnya. Kecepatan merupakan salah satu dari komponen kondisi fisik. Kecepatan
kepada kawan dan sesaat kemudian dikembalikan lagi ke depannya dan bola harus
dikejar, artinya pemain tersebut sudah malakukan gerakan dengan gerakan secara
cepat, karena harus mendahului lawan yang akan datang. Dalam permainan sepak
bola kedua tipe kecepatan di atas banyak digunakan mulai dari menggiring bola,
memberi umpan kepada kawan, saat menendang bola bahkan saat melakukan
gerakan.
3) Kelincahan
kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari hampir dalam
19
keadaan penuh. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga yang ekplosif. Besarnya
tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot
tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot
tergantung dari daya rekat serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi impuls
saraf. Kedua hal ini merupakan pembawaan atau bersifat genetis, atlet tidak dapat
merubahnya.
mengubah arah dalam posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu mengubah
arah dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi
kecepatan pada waktu akan mengubah arah. Untuk itu otot perentang otot lutut
momentum tubuh yang bergerak kedepan. Kemudian dengan cepat otot ini
memacu tubuh ke arah posisi yang baru. Gerakan kelincahan menuntut terjadinya
momentum adalah massa dikalikan kecepatan. Massa tubuh seorang atlet relatif
konstan tetapi kecepatan dapat ditingkatkan melalui pada program latihan dan
pengembangan otot. Diantara atlet yang beratnya sama (massa sama), atlet yang
memiliki otot yang lebih kuat dalam kelincahan akan lebih unggul.
kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah atau posisi tubuh
21
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 10
20
cepat, mengubah arah dan posisi, menghindari benturan antara pemain dan
arah dan posisi tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi dalam waktu
Kelincahan yang dilakukan oleh atlet atau pemain sepakbola saat berlatih
gerak tubuh dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi.
yang harus dimiliki seorang pemain sepakbola, sebab dengan kelincahan yang
tinggi pemain dapat menghemat tenaga dalam waktu permainan. Kelincahan juga
diperlukan dalam membebaskan diri dari kawalan lawan dengan menggiring bola,
melewati lawan dengan menyerang untuk menciptakan suatu gol yang akan
4) Daya Tahan
21
seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktivitas dalam
tertentu secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama, sehingga
menyebabkan jantung, peredaran darah dan pernafasan yang baik. Makin tinggi
tingkat daya tahan seseorang makin tinggi pula kesegaran jasmaninya. Pada
tubuh secara fisik agar mampu melaksanakan permainan dalam waktu yang lama.
5) Power
Mochamad Sajoto power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan
beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh23.
antara kekuatan dan kecepatan. Artinya bahwa latihan kekuatan dan kecepatan
sudah dilatihkan terlebih dahulu, walaupun dalam setiap latihan kekuatan dan
22
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 16
23
Ibid., h. 16
24
Ibid., h. 34
25
Sukadiyanto. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. (Bandung: CV. Lubuk Agung,
2011) h. 117
22
wujud gerak dari power adalah selalu bersifat eksplosif. Adapun kegunaan power
adalah: (a) untuk mencapai prestasi maksimal, (b) dapat mengembangkan teknik
bertanding dengan tempo cepat dan gerak mendadak, (c) memantapkan mental
daya tahan otot, daya tahan umum, fleksibilitas, kecepatan, koordinasi, agilitas,
jasmani terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan pernafasan-
Sajoto dengan kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan
4) Akan ada pemulihan yang lebh cepat dalam organisme tubuh kita
apabila sewaktu-waktu respon diperlukan26.
Apabila kelima keadaan diatas kurang atau tidak tercapai setelah diberi
latihan kondisi fisik tertentu, maka hal itu dapat dikatakan bahwa perencanan,
Dalam Depdiknas, komponen kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari
jasmani juga mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Adapun faktor- faktor yang
Pada daya tahan cardiovaskuler ditemukan sejak usia anak anak sampai
akan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun. Daya ta han tersebut
26
Mochamad Sajoto, Meningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga.
(Semarang : Dahara prize, 2010) h. 54
24
yakni sifat-sifat yang ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir.
monoksida (CO). Daya ikat CO pada hemoglobin sebesar 200- 300 kali
Kontraksi otot akan lebih kuat dan cepat biar suhu otot sedikit lebih
tinggi dari suhu normal tubuh. Suhu yang lebih rendah akan
27
Depdiknas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Depdiknas, 2010) h. 8-10
25
Kebutuhan gizi tiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: berat
ringannya aktivitas, usia, jenis kelamin, dan faktor kondisi. Ada 6 unsur
zat gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh manusia, yaitu: karbohidrat,
2) Faktor Tidur dan Istirahat. Tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan
dengan nyaman.
maka tidak akan terlepas dari pola hidup sehat yang harus diterapkan
sebagainya.
tergantung dan berada dalam kondisi fisik yang buruk disebut tak
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik antara lain; makanan dan gizi,
faktor tidur dan istirahat, faktor kebiasaan hidup sehat, faktor lingkungan, faktor
28
Djoko Pekik Irianto. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan. Kesehatan.
(Yogyakarta. Andi Offset, 2012) h. 9
27
lingkungan dan olahraga, dan lain-lain. Jadi, agar mempunyai kemampuan kondisi
2. Hakikat Latihan.
a. Pengertian Latihan.
Latihan adalah suatu kata yang sering dijumpai dengan istilah practice,
exercise, dan training. Pengertian latihan dari kata practice adalah aktivitas untuk
artinya selama dalam kegiatan proses berlatih melatih agar dapat menguasai
merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi
latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan.30 Pengertian latihan yang berasal
yang berisikan materi teori dan praktek, menggunakan metode dan aturan
waktunya.31
29
Sukadiyanto, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Yogyakarta: FIK UNY, 2005), h.5
30
https://search.proquest.com/openview/e98632e580d617bb84138dda606175bc/1?pq-
origsite=gscholar&cbl=4718(Diakses 26 juli 2018)
31
Sukadiyanto, op. cit,. h.6
28
maupun taktik. Maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses
b. Ciri Latihan.
Beban adalah salah satu ciri dari latihan, oleh karena itu agar proses
sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu singkat dan bertahan lebih
lama.
latihan diberikan mulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang
sederhana ke yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang
berat.
3) Pada tugas satu kali tatap muka (satu sesi/ satu unit) latihan harus
32
Ibid,. h.8
29
hasil yang menjadi fokus utama latihan tersebut menjadi maksimal. Tujuan dan
sasaran latihan secara garis besar, antara lain untuk: 1) Meningkatkan kualitas
d. Prinsip-prinsip Latihan.
latihan. Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau
dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Pinsip-prinsip
latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain: (1)
prinsip kesiapan, (2) individual, (3) adaptasi, (4) beban lebih, (5) progresif, (6)
33
Dedy Sumiyarsono, Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Yogyakarta: FIK UNY, 2006), h.9
34
Ibid,. h.24
30
spesifik, (7) variasi, (8) pemanasan dan pendinginan, (9) latihan jangka panjang,
memperhatikan prinsip-prinsip latihan, yaitu: (1) prinsip beban lebih (over load),
intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi dalam latihan, (8) lama latihan.36
menggunakan metode dan aturan sehingga tujuan dapat tercapai pada waktunya.
3. Periodisasi Latihan
a. Pengertian Periodisasi
daripada suatu program latihan dimana setiap proses latihan mempunyai tujuan
yang berbeda, Dasar utama dari Periodisasi adalah perubahan variabel latihan
termasuk di dalamnya beban latihan, volume dan intensitas latihan. Dengan tujuan
menggiring atlet menggapai efek yang diharapkan daripada latihan. Siklus latihan
antara tiap siklus dengan yang lainnya. Setiap siklus saling berhubungan dalam
35
Sukadiyanto, op. cit,. h.12
36
Harsono, Coaching dan Aspek Aspek Psikologis dalam Olahraga. (Jakarta: CV. Tambak
Kusuma, 1988), h.102
31
latihan.37
b. Volume Latihan
dan lama latihan berlangsung. Jarak yang ditempuh atau berat yang diangkat/unit
waktu. Jumlah ulangan suatu latihan atau elemen teknik yang dilakukan dalam
c. Komponen Latihan
Aerobik atau daya tahan oxidatif dikembangkan setelah fase transisi dan
awal fase persiapan (1-3 bulan), biasanya didapat dengan menggunakan metode
keseragaman dan aktivitas yang dilakukan terus menerus dengan intensitas yang
sedang (misal lari jarak jauh dengan denyut nadi antara 120-150, dan berlangsung
37
Sidik, D. Z. (Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung: Jurusan pendidikan kepelatihan FPOK UPI.
2010). h, 73
38
upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend._olahraga/19650614199Yunyun_Yudiana/Periodisasi_Latihan
.pdf
32
a) Fase Pertandingan.
pendek.
Fase Konversi
Fase konversi disebut juga fase kekuatan eksplosif (power), dan dayatahan
kekuatan. Jadi karakteristik fisiologis dari olahraga di fase ini di fokuskan pada
Fase Pemeliharaan
sebelumnya.
b) Volume latihan yang kecil (dua sampai empat massa latihan yang besar)
d) Frekuensi latihan saat phase ini dapat berlangsung 1-5 hari/siklus mikro
utama.
Tujuannya adalah:
39
upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend._olahraga/19650614199Yunyun_Yudiana/Periodisasi_Latihan.
pdf
34
Fase Kompensasi
Tujuan utama dari fase ini adalah untuk menghilangkan kelelahan dan
a) Dimana sangat dibutuhkan pelatih fisik, terapis fisik, atau fisioterapis yang
b) Pada saat berlangsungnya fase ini, melepaskan diri dari status cidera dan
c. Periodisasi Kecepatan
diantaranya;
1) Fase Persiapan
3) Bentuk Latihan : Fartlek atau Speed Play, lari di Bukit atau Cross
Country.
1) Fase Kompetisi
Kecepatan Spesifik
kecepatan
40
upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend._olahraga/19650614199Yunyun_Yudiana/Periodisasi_Latihan.
pdf
35
Game kecil atau Small Sided Games merupakan salah satu bentuk latihan
sepakbola yang sedang berkembang pada saat ini. Small sided games adalah suatu
luas grid yang digunakan. Ukuran maksimal grid yang digunakan 30 x 40 yards
bentuk latihan sepakbola menggunakan lapangan yang lebih kecil dengan pemain
yang lebih sedikit. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari latihan
Small Sided Games, yaitu: (1) Sentuhan terhadap bola lebih banyak, (2) Lebih
disenangi pemain karena berbasis game, (3) Durasi permainan lebih lama, (4)
lebih banyak, dan (6) Banyak memainkan taktik bertahan dan menyerang.41
Sided Games perlu dikembangkan sebagai berikut: (1) Dengan lebih banyak
sentuhan dengan bola, keterampilan akan meningkat, (2) Tenaga yang digunakan
akan lebih efisien, (3) akan mendapatkan kesempatan bermain bola lebih, (4)
41
Iwan, Setyawan, (101 Sesi Latihan Sepak Bola Untuk Pemain Muda. Jakarta barat: PT. Indeks.
2012). h. 6
36
kesenangan dan belajar lebih banyak dari bermain dalam small sided games
menunjukkan bahwa :
a. Para pemain menyentuh bola lima kali lebih sering 4 v 4 dan 50% lebih
banyak dalam 7 v 7.
b. Para pemain 3 kali lebih sering berada dalam situasi 1 lawan 1 dalam
permainan 4 v 4 dan dua kali lebih sering dalam 7 v 7.
c. Gol tercetak rata-rata setiap dua menit dalam 4 v 4 dan setiap 4 menit
dalam 7 v 7.
d. Penjaga gawang terlibat dalam aksi dua hingga 4 kali lebih sering dalam
permainan 7 v 7 dibandingkan 11 v 11.
e. Bola keluar lapangan 8% dari total waktu dalam 4 v 4, 14% dalam 7 v 7
dan 34% dalam 11 v 11.
Gambar 2.1
Latihan Sepakbola Lebih Menyenangkan dengan Small Sided Games
Sumber:Nadwi syam. Pengaruh latihan kecil sisi game terhadap kemampuan
menggiring bola
42
Batty, Eric, (Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan. Bandung : Pionir jaya. 2011). h. 2
37
pemahaman mengenai dosis yang akan diberikan. Adapun dosis latihan untuk
setiap kelompok umur, lama latihan, dan jumlah set menurut WCCYCL sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Dosis Latihan Latihan Small Sided Games (Game Kecil)
Sumber: Batty, Eric Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan43
Usia Durasi Set Recovery
Dari tabel diatas, dosis latihan yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pada kelompok umur 16 tahun ke atas. Durasi latihan untuk setiap set
dalam latihan small sided games adalah 4 menit dengan jumlah set antara 9 – 10
pemain mendapatkan penguasaan aspek teknik, taktik, dan fisik sekaligus. Latihan
small sided games lebih banyak menerapkan langsung latihan fisik, teknik, dan
taktik dalam sebuah permainan (games), yang berarti pemain dituntut untuk
Small sided games adalah adalah permainan sepak bola dengan pemain
43
Batty, Eric, (Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan. Bandung : Pionir jaya. 2011). h. 2
38
menyenangkan yang melibatkan pemain lebih karena pemain sedikit berbagi satu
bola. Segala usia bisa bermain "small sided games", tetapi memiliki dampak
dan dilakukan oleh beberapa pemain akan mudah diawasi oleh pelatih. Small
sided games juga merupakan suatu latihan yang menyenangkan untuk olahraga
permainan dengan pemanfaatan latihan fisik dan teknik dalam bentuk permainan
dengan ukuran lapangan yang diperkecil dengan jumlah pemain yang dibatasi
pada ukuran tersebut. Bentuk dan ukuran lapangan didesain pada ukuran tertentu,
dan pemain yang terlibat dalam jumlah tertentu, sehingga pelatih akan mampu
dipilih oleh Indonesia untuk menuju level prestasi sepakbola tertinggi. Tentu cara
bermain yang dipillih untuk bisa membawa sepak bola kita ke level yang lebih
mumpuni.44
teknik dasar perseorangan dan kerja sama tim. Untuk dapat bermain bola dengan
baik setiap pemain harus memiliki keterampilan teknik dasar yang baik. Hal ini
Lingling Menjelaskan :
dasar sepakbola cukup beragam dan semuanya itu merupakan teknik dasar yang
empat macam teknik dasar sepakbola sesuai dengan tes, yaitu : 1) Mengumpan
yang bersifat amatir maupun semi professional sehingga sering kita lihat adanya
kompetisi atau kejuaraan baik tingkat nasional maupun tingkat daerah. Bila kita
lihat lebih jauh, olahraga sepakbola adalah olahraga beregu yang didasarkan atas
teknik, pengolahan bola dan pengertian setiap pemain terhadap permainan. Dalam
tertentu yaitu mencapai prestasi yang maksimal. Dalam usaha kearah itu masing-
masing pemain harus mempunyai teknik, mental serta didukung oleh kondisi fisik
yang prima.
yang harus dikuasai dengan baik dan sempurna oleh seorang pemain, terutama
47
Sucipto. Mengembangkan Teknik Bermain Sepakbola (Bandung Gramedia 2010). h. 17
41
oleh seorang pemain yang berprestasi tinggi. Pengertian teknik dasar dalam
untuk bermain sepakbola, yang meliputi gerakan tanpa bola dan gerakan dengan
48
Aripin. Sepakbola: Belajar Bermain Menuju Prestasi. (Jakarta: LIPPI 2006). h. 61
49
Kusyanto Keterampilan Bermain Sepakbola. (Jurnal IPTEK Olahraga. Volume 3no 1. J 2014).
h. 1-11.
42
a. Attacking (Menyerang)
apa yang dilakukan pemain sebelum menerima bola. Dalam hal ini pemain yang
ingin menerima bola harus memiliki ruang yang besar. Dengan ruang yang besar,
pemain akan memiliki waktu lebih saat nantinya menerima bola. Ia punya waktu
ruang yang besar, pemain perlu melepaskan diri dari lawan (dismarking). Caranya
Posisi badan yang diambil haruslah memudahkan pemain untuk melihat kawan
dengan bola, lawan dan gawang di depan. Makin banyak pemain melihat, makin
dengan kawan yang sedangpegang bola. Saat melepaskan diri paling tepatadalah
saat kawan yang pegang bola telah bebas. Ketika bebas, ia memiliki waktu untuk
head up dan melihat sekitar. Pada saat head up, pemain yang ingin melepaskan
diri dapat melakukan kontak mata. Saat kontak mata telah terjadi, itulah timing
43
terbaik untuk pergi melepaskan diri. Tentunya kecepatan melepaskan diri harus
sudut ideal. Tujuan sudut ini adalah untuk membingungkan lawan. Jika lawan
tidak ikut, maka pemain dapat menerima bola langsung menghadap ke depan. Jika
lawan ikut, maka terbuka ruang di belakang lawan. Bisa dimanfaatkan oleh
b. Defending (Bertahan)
1. Compactness
dilakukan secara horizontal dari satu sisi lapangan ke sis lapangan (side to side).
Juga secara vertical dari satu ujung awal ke ujung akhir lapangan (end to end).
2. Narrow
Pengertian narrow adalah kondisi team shape dimana jarak antar pemain
merapat secara horizontal. Jarak antara pemain yang berdiri di sisi paling kiri dan
paling kanan harus sedekat mungkin. Tujuan dari narrow adalah mencegah lawan
progresi bola ke depan dan memaksa lawan bermain melebar atau ke lokasi yang
kita inginkan.
3. Short
Pengertian short adalah kondisi team shape dimana jarak antar pemain
merapat secara vertikal. Jarak antara lini paling belakang dan paling depan harus
44
sedekat mungkin. Tujuan dari short adalah mengecilkan ruang antar lini, sehingga
4. Pressure
lawan, menutup ruang dan jalur passing atau dribbling ke depan. Tujuan akhir
pressure adalah merebut bola. Apabila merebut bola tidak bisa dilakukan, pressure
bisa mencegah lawan progresi ke depan. Serta memaksa lawan bermain negatif ke
5. Cover
kepada lawan dengan bola. Tujuan cover adalah: menutup jalur, forward pass,
through pass, wall pass; menjadi pelapis bila kawan kita dilewati; menciptakan
situasi 2v1 bila kawan mengarahkan lawan dengan bola ke pemain cover.
6. Balance
mengisi ruang yang kosong. Tujuan balance adalah: mengambil posisi yang
ke tiang jauh.
c. Transition (Transisi)
Saat kehilangan bola, semua pemain kompak untuk turun membantu pertahanan,
Saat berhasil merebut bola, pemain yang pegang bola harus mempunyai
pola pikir untuk mengalirkan bola ke depan. Sementara pemain yang ,ain harus
cepat bergerak mengisi ruang-ruang yang kosaong. Jadi, transisi tidak hanya
sekedar pemain turun untuk bertahan atau segara naik untuk menyerang.
1) Menendang (kicking)
paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang bola dengan baik akan
dapat bermain secara efisien. Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan
menggunakan kaki bagian dalam (inside), kaki bagian luar (outside), punggung
Gambar 2.2
Teknik Menendang (Kicking)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
2) Menghentikan (stopping)
50
Sucipto (Mengembangkan Teknik Bermain Sepakbola Bandung Gramedia 2010), h. 17
46
passing. Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan
untuk menghentikan bola adalah kaki, paha dan dada. Bagian kaki yang biasa
digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki bagian luar,
Gambar 2.3
Teknik Menghentikan (Stopping)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
3) Menggiring (dribbling)
pelan-pelan. Oleh karena itu, bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring
bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola.
Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati
menggiring bola dengan kaki bagian luar, kaki bagian dalam, dan dengan
punggung kaki.
47
Gambar 2.4
Teknik Menggiring (Dribbling)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
4) Menyundul (heading)
gol dan mematahkan serangan lawan/ membuang bola. Ditinjau dari posisi
tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri, melompat dan sambil
meloncat. Banyak gol tercipta dalam permainan sepakbola dari hasil sundulan
kepala.
Gambar 2.5
Teknik Menyundul (Heading)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
48
5) Merampas (tackling)
lawan. Merampas bola bisa dilakukan dengan sambil (standing tackling) berdiri
Gambar 2.6
Teknik Merampas (Tackling)
Lemparan ke dalam dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan, baik dengan posisi
Gambar 2.7
Teknik Lempar ke Dalam (Throw-In)
Sumber: khoiril anam.Latihan pengembangan tendangan dalam sepakbola
49
peneliti mencari bahan-bahan penelitian yang ada dan relevan dengan penelitian
yang akan diteliti. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
55
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Perbedaan dan Persamaan
Lokasi Objek
No Judul Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Perbandingan Small Side Handi Di SMPN 2 Siswa Kelas Berdasarkan hasil uji statistik Persamaan dan perbedaan dalam
Game Dan Media Hardiansyah Cigombong VIII Di diperoleh nilai uji-t antara pretest penelitian ini sama-sama
Gambar Terhadap Bogor. SMPN 2 dan posttest latihan lari zig-zag meneliti tentang teknik dasar
Keterampilan Teknik Cigombong terhadap kemampuan menggiring pada permainan sepakbola tetapi
Dribbling Pada Bogor. yang memiliki nilai t hitung 15.892, lebih menuju ke salah satu
Permainan Futsal Siswa p = 0.000, karena p < 0,05 maka teknik dasar yaitu teknik
Kelas VIII Di SMPN 2 ada peningkatan yang signifikan. dribbling dengan menggunakan
Cigombong Bogor 2013. Dilihat dari nilai rata-rata, maka perbandingan media
Universitas Pendidikan diperoleh nilai rata-rata pretest = pembelajaran yang berbeda yaitu
Indonesia. 19.99 detik dan nilai rata-rata small side game dan media
posttest = 17.39 detik, karena nilai gambar untuk mengetahui mana
1
rata-rata pretest lebih kecil dari yang lebih baik dalam upayanya
nilai rata-rata posttest maka terjadi meningkatkan teknik dasar
peningkatan kemampuan dribbling pada permainan
menggiring sebesar = 2.60 atau sepakbola, sedangkan penelitian
13.01%. Dengan demikian dapat ini meneliti tentang perbedaan
disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan media pembelajaran
yang signifikan latihan lari zig-zag tetapi hanya cara menerapkan
terhadap kemampuan menggiring pembelajaran small side game
dalam permainan sepak bola dalam upayanya meningkatkan
peserta ekstrakurikuler di SMP kondisi fisik pada permainan
Negeri 3 Sentolo Kulon Progo. sepakbola.
Effects Of A Periodized Adam l. Owen The Hong Kong Sports Results show that the 4-week SSG Persamaan dan perbedaan dalam
Small-Sided Game Institute of Science training intervention induced penelitian ini sama-sama
Training Intervention On Education Department, significant improvement in RSA as meneliti tentang profil kondisi
2
Physical Performance In Rangers indicated by faster 10-m sprint time Fisik sedangkan pada penelitian
Elite Professional Football (p , 0.05, small effect), total sprint ini membahas tentang kondisi
Soccer, Sports Science Club, time (p , 0.05, medium effect), and fisik permain sepakbola terhadap
56
C. Kerangka Berpikir.
tuntutan teknis dan taktis sepak bola kontemporer. Secara khusus, kapasitas
aerobik superior, kekuatan otot, kekuatan, dan kemampuan berlari berulang dapat
menjadi komponen penting untuk memerangi kontak bola yang terbatas yang
dihadapi selama pertandingan, seperti yang biasa dialami bek tengah dan
Namun, jadwal yang padat, seperti yang sering ditemukan di antara klub-
klub elit sepak bola, sering menyulitkan pelatih yang mencoba untuk secara
ukuran pitch, jumlah permainan yang dimainkan, durasi, dorongan pelatih, dan
batasan teknis telah terbukti sangat mengubah tuntutan fisik dan teknis yang
temuan ini, sangat penting bahwa desain sesi dan implementasi permainan sisi-
kecil (Small Sides Games) harus dilakukan dengan presisi dan pertimbangan yang
Sides Games) sebagai modal pelatihan yang bermanfaat telah menunjukkan stres
(Small Sides Games) dapat menginduksi intensitas latihan mapan sebesar 91%
dari denyut jantung maksimal (HRmax), sesuai dengan sekitar 85% dari
D. Hipotesis.
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang
Games terhadap peningkatan kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18 tahun.
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: CV Alfabeta, 2013), h.64
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
Sides Games terhadap peningkatan kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18
tahun.
Lapangan Lodaya dan Lab UPI, latihan di mulai pukul 15.30 – 17.00 untuk lebih
selesai
Hari : Kamis
kondisi fisik pada pemain sepakbola U-18 tahun. Untuk itu diperlukan data-data
61
berupa skor perolehan hasil dari tes peningkatan kondisi fisik pada pemain setelah
penelitian dilakukan.
Sesuai dengan tujuan di atas, maka metode yang digunakan untuk menguji
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
type pre test dan post test design. Metode eksperimen ini merupakan metode
percobaan untuk melihat hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan.
peningkatan kondisi fisik pada pemain, maka dalam penelitian ini penulis ingin
peningkatan kondisi fisik pada pemain pada pemain sepakbola U-18 tahun.
71
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rosda Karya. 2012). Hlm
272.
62
bebas.
Variabel penelitian meliputi satu variabel bebas dan satu variabel terikat,
variabel bebas terdiri dari pemberian bentuk penerapan periodesasi Small Sides
Games. Variabel terikat adalah peningkatan kondisi fisik pada pemain sepakbola
U-18 tahun.
T1 X1 T2
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Sumber Sugiyono72
Keterangan :
intervensi pelatihan
72 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
63
Populasi
Sampel
Tes Awal
Kondisi Fisik Pada Pemain Sepakbola Usia 18 Tahun
Tes Akhir
Kondisi Fisik Pada Pemain Sepakbola Usia 18 Tahun
Analisa Data
Gambar 3.2
Alur Penelitian73
1. Populasi
subjek atau populasi yang dapat dijadikan sebagai sumber data untuk keperluan
73 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
64
2. Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian dari individu yang menjadi obyek dalam penelitian ini75.
Sampel sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
3. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat
serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.79 Jumlah sampel yang ditarik dari
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain PERSIB Bandung U-18 yang
berjumlah 25 orang.
74
Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012) h. 61
75
Ibid, (2012) h. 92
76
Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta., 2012) h.79
77
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). (Bandung:
Alfabeta. 2014) h.124
78
Ibid, 2012
79
Syofian Siregar, M.M. Metode Penelitian Kuantitatif (hal.30). Jakarta: Prenamedia Group
65
E. Rancangan Perlakuan
Belajar dilakukan tiga kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Selasa,
Kamis, dan Sabtu selama dua bulan. Mengenai hal ini penulis mengacu pada
sedikit tiga hari per minggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk
olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah
empat puluh jam tidak melakukan latihan”.80 Dan dengan latihan yang berulang-
fisik.
sebagai berikut :
1. Pendahuluan
suhu tubuh dan menyesuaikan kondisi tubuh untuk mempersiapkan otot-otot yang
akan dipergunakan dalam latihan inti, serta fungsi dari pendahuluan adalah
1. Peregangan statis
2. Jogging
80
Sumosardjuno. Olahraga Teknik dan Program Latihan. (Jakarta: Akademika Pressindo. 2010).
h 12.
66
2. Inti
Pada dasarnya tujuan latihan inti dalam penelitian ini adalah penerapan
periodesasi small sides games terhadap peningkatan kondisi fisik pada pemain
pada pemain sepakbola U-18 tahun. Beban latihan yang diberikan kepada siswa
disesuaikan dengan pembebanan yang disesuaikan prinsip belajar yaitu over load
(beban lebih).
3. Penutup
tubuh siswa pada keadaan semula sebelum melakukan latihan. Adapun progam
1. Peregangan statis
3. Evaluasi
Untuk lebih jelasnya di bawah ini penulis membuat tabel program belajar
Tabel 3.1
Intervensi Pelatihan Berkala Selama Empat Minggu
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Minggu 0 Pretest Istirahat Pretest Libur
Minggu 1 Teknik+taktik SSGs 1 + IP LITr Teknik+taktik SSGs 2 + IP LITr Libur
Minggu 2 Teknik+taktik SSGs 3 + IP LITr Teknik+taktik SSGs 4 + IP LITr Libur
Minggu 3 Teknik+taktik SSGs 5 + IP LITr Teknik+taktik SSGs 6 + IP LITr Libur
Minggu 4 SSGs 7 + IP Teknik+taktik LITr Posttest Istirahat Posttest Libur
Ket:
IP = Pencegahan / aktivasi cedera (pekerjaan intensitas rendah)
LITr = Sesi pemulihan intensitas rendah
SSGs = Small-sided games
67
Tabel 3.2
SSG Intervensi Pelatihan
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya akan
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah
(Suharsimi Arikunto). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei dengan teknik tes dan pengukuran. Melalui tes dan pengukuran peneliti
akan memperoleh data yang objektif. Dalam penelitian ini, instrumen yang
digunakan untuk pengambilan data terdiri dari 6 (enam) item tes, yaitu :
pelaksanaan Sprint and Speed Test, Test Course Of The Arrowhead Agility,
a. Kecepatan (speed)
Gambar 3.3
Speed and Speed Tes. Sumber :
https://www.google.com/search?q=sprint+dan+speed
dengan jarak tertentu, seperti 10, 20, 30, 40 atau 50 meter, tergantung pada
olahraga dan apa yang ingin anda ukur. Posisi awal harus di standarisasi,
mulai dari posisi stasioner dengan kaki dibelakang garis start, tanpa gerakan
goyang. Jika anda memiliki gerbang waktu, anda dapat mengukur waktu untuk
sama lalu kecepatan percepatan dan puncak juga dapat ditentukan. Atlet diber
kesempatan untuk berlatih terlebih dahulu dan beberapa dorongan untuk terus
Tabel 3.3
Rating Skor Uji Sprint
b. Tes Kelincahan
Gambar 3.4
Tes course of the arrowhead agility test Sumber : Fitnes testing in football,
Jens Bangsbo
dan pulpen.
c) Pelaksanaan : kun penanda ditempatkan dengan 3 set dalam bentuk panah, dan
satu set untuk menunjukkan awal dan akhir garis. Pemain berdiri dengan 1
kaki digaris start dan kaki lainnya dibelakang garis start dalam posisi awalan
sprint. Pada hitungan mundur (tiga, dua, satu, “go”) pemain berlari secepat
70
mungkin dan garis start ke spidol tengan (A). Berbalik untuk melewati panel
belakang (C) melalui penanda auh (B) dan kembali melewati garis start/finish.
Pemain menyelesaikan 2 jalur, satu ke kiri dan satu ke kanan, dipisahkan oleh
paing sedikit 5 menit pemuliha jika kerucut digunakan, tes tidak valid jika
pemain mengulang kerucut dan bukan disekitarnya. Hasil tes adalah total
waktu untuk menyelesaikan test untuk di ujicoba kiri dan kanan. Waktu
dicatat dalam hitungan detik ke dua tempat desimal terdekat untuk setiap arah.
Tabel 3.4
Rating Skor Uji Kelincahan untuk Pria
Gambar 3.5
Pelaksanaan Yoyo Intermittent Recovery Test Sumber gambar dari :
Peralatan :
a) Lintasan Datar
b) Cones
c) Meteran
d) Kaset Bleep Test
Prosedur pelaksanaan :
a) Buat area berlari dengan jarak 20 meter dan area recovery dengan jarak 5
meter
b) A-B adalah rest area (pada gambar)
c) B-C adalah target area (pada gambar)
d) Pastikan semua testee mengerti bagaimana jalannya test
e) Cek bahwa bunyi “beep” yang menjadi standar untuk pengukuran
lapangan
f) Setiap permulaan level akan berbunyi “beep”beep”beep” dan di dalam
masing-masing level setiap pemberhentian antar jemput akan berbunyi
“tut”
g) Testee bersiap di garis B dan harus berlari dan menyentuhkan atau
menginjakkan salah satu kaki pada garis akhir C sebelum ada tanda
berikutnya dan berputar (pivot) untuk kembali berlari ke garis B setelah
bunyi terdengar dan sebelum batas tanda berikutnya bunyi.
h) Setelah berhasil mencapai garis B, testee recovery selama 5 detik di area
A-B dan tetap bersedia untuk lari menuju garis C setelah bunyi terdengar
(tunggu sampai bunyi “beep” terdengar)
i) Lakukan lari bolak balik + recovery sesuai bunyi “beep”
j) Testee dianggap tidak mampu, apabila dua kali berturut turut tidak dapat
menyentuhkan atau menginjakkan kakinya pada garis.
Penilaian :
level dan balikan yang diperoleh testee dicatat dan diukur dengan menggunakan
tabel MF.
72
Tabel 3.6
Norma Pemberian Skor Yoyo Intermittent Test level 281
Nilai
Putera
> 55,9 5
51 - 55,8 4
45,2 - 50 3
38,4 - 45,1 2
29,3 - 38,3 1
diterima atau ditolaknya hipotesis sesuai dengan taraf nyata yang diajukan. Dalam
X
Xi
n
Keterangan :
Xi = jumlah skor
n = jumlah sampel
Xi X
2
Sd
n 1
81
www.hiithighintensityintervaltraining.ga
73
∑ = Jumlah dari
n = Jumlah sampel
Xi – X
Zi =
S
Arti dari tanda-tanda rumus tersebut diatas adalah :
S = Standar deviasi
b. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, lalu
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ….., Zn yang lebih kecil atau sama dengan
dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar XVI (II) untuk taraf nyata 0.05.
Vb
F
Vk
vb = varian terbesar
vk = varian terkecil
db1 = n1 – 1
db2 = n2 – 1
d. Menentukan homogenitas
() = 0,01 dan derajat kebebasan (dk) = n1 – 1 , apabila F hitung lebih kecil atau
sama dengan F tabel, ( F < F ½ ( v1 – v2 ), maka data tes itu homogen, untuk
t
B
; B
B i
SB n
n
N = jumlah sampel
Kriteria pengujian : tolak H0 , jika t hitung > t tabel (1-α); dk n-1 atau
1. Ada efek game kecil yang dilakukan periode intervensi pelatihan terhadap fisik
2. Tidak terdapat efek yang signifikan dari penggunaan game kecil yang dilakukan
elite.
76