Anda di halaman 1dari 4

A.

Gagagasan

Garap penciptaan karya tari “Onduo-nyo Omak” berawal dari

ketertarikan pengkarya pada seni pertunjukan sastra lisan daerah Rokan Hulu

yaitu Onduo dan pengalaman pengkarya ketika melihat perjuangan ibunya

sendiri dalam menghadapi kehidupan untuk memperjuangkan kebahagiaan

anak-anaknya. Onduo berasal dari bahasa melayu daratan yang artinya

timang/ayun, sesuai dengan ide garap penyaji. Onduo berisikan harapan

seorang ibu, kasih sayang dan doa untuk melindungi dan menguatkan

anaknya. Berpijak dari uraian tersebut pengkarya menjadikan perjuangan ibu

dan kekuatan doa sebagai bagian dari koreografi yang akan di visualkan dalam

bentuk gerak. Kekuatan doa ibu menjadi pokok permasalahan, serta

menyampaikan rasa kasih sayang yang terbangun antara ibu dan anak.

Dari semua fenomena yang diamati yaitu tentang kasih sayang, doa,

harapan dan nyanyian untuk menenangkan bayi, pengkarya menarik satu kata

kunci untuk mewakili semua fenomena tersebut dengan istilah Endorfine,

yaitu hormone penenang atau hormone kebahagiaan yang dapat di produksi

oleh tubuh manusia. Mengapa pengkarya mengkaitkan dengan kejadian ini,

karena merasa bahwa semua doa,harapan dan kasih sayang dari seorang ibu

seperti zat endorfin yang dapat menenangkan bayi dan meningkatkan kerja

otak bayi yang baru lahir.


Karya “Onduonyo Omak” disajikan dalam bentuk kelompok yaitu lima

penari perempuan. Para penari akan mencoba memvisualisaikan

permasalahan- permasalahan yang terjadi. Konsep garap digunakan sebagai

acuan untuk mempermudah pengembangan ide dalam menata komponen –

komponen tari agar tidak terlalu meluas dan melenceng dari ide gagasan.

Komponen yang dimaksud antara lain : gerak, pola lantai, rias busana, musik,

tata cahaya.

Garapan karya ini disajikan dalam bentuk kelompok dengan lima orang

penari perempuan. Kelima penari mencoba memvisualkan ide garap mengenai

suasana dan perasaan yang muncul dari memori ketika bersama ibu.

Berdasarkan pemikiran pengkarya, garapan ini dibagi menjadi empat adegan.

Setiap adegan merupakan hasil tafsir terhadap kasih sayang dan doa ibu

sebagai sebuah kekuatan untuk menghadapi kehidupan.

Adegan pertama merupakan intro pertunjukan Onduo dalam bentuk

ritual megayun, yaitu syair-syair pengantar tidur yang akan disenandungkan

oleh pemusik. Membangun sebuah suasana dari lagu yang dinyanyikan. Pada

adegan ini menghadirkan suasana yang penuh dengan kasih sayang. Suasana

tersebut digambarkan dengan gerak simbolik penari yang satu sama lain saling

mengepang rambut.

Adegan kedua merupakan penggambaran harapan seorang ibu kepada

anak perempuannya dengan segala kecemasan dan kekhawatiran sang ibu jika

anaknya besar nanti, apakah bisa sesuai dengan doa yang selalu

dipanjatkannya atau tidak. Gerak yang dimunculkan adalah gerak bersama


dengan pola lantai yang bergerombol yang didominasi oleh gerak lutut

dengan. suasana mulai berubah dan naik dari suasana awal, memunculkan

suasana khawatir dan cemas.

Adegan ketiga adalah adegan tunggal, penggambaran perjuangan

seorang ibu dalam dunia nyata maupun dalam setiap doa yang dipanjatkannya

untuk putrinya.

Adegan ke-empat adalah penggambaran sebuah kekacauan,

ketegangan yang dirasakan sang anak perempuan ketika hampir melupakan

semua saran dari ibunya. Doa yang dipanjatkan kepada yang kuasa kembali

kepada individu sendiri untuk memutuskan jalan hidup kedepannya. Doa ibu

hanya bisa membingkai dan mengingatkan untuk selalu berbuat benar.

Permasalahan yang muncul pada adegan ini divisualkan dengan gerak yang

dinamis, pola lantai broken, gerakan canon, gerakan berbeda dan arah hadap

penari yang berbeda yang nantinya berakhir dengan gerakan duet.

Adegan kelima adalah titik perenungan dimana sang anak sadar bahwa

doa ibu selalu menjaga diri dalam keadaan apapun. Pengkarya memvisulkan

dengan salah satu penari yang berdiri dan kembali menata rambutnya dan

dikepang kembali sperti adegan pertama. Suasana yang dibangun adalah rasa

sesal dan rindu akan timangan ibu.

Secara garis besar, focus pekarya dalam Garapan ini adalah

menunjukkan tentang perjuangan seorang ibu untuk menghidupi anaknya.

Dan menunjukkan bahwa perempuan melayu tidaklah seburuk pandangan


orang luar daerah. Pekarya akan membawakan jati diri sebenarnya wanita

melayu melalui karyanya dengan objek nyata ibunya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai