a. Maskumambang ( Janin)
Contoh :
Gereng-gereng Gathotkaca sru anangis
Sambaté mlas arsa
Luhnya marawayan mili
Gung tinamêng astanira
b. Mijil (Terlahir)
Mijil mempunyai arti keluar. Tembang ini melambangkan bentuk
sebuah biji atau benih yang baru lahir. Mijil menggambarkan awal hadirnya
anak manusia di dunia ini, dia begitu suci dan lemah sehingga masih sangat
membutuhkan perlindungan. Tembang mijil memiliki watak yaitu sebuah
pengharapan, welas asih, perhatian dan tentang cinta. Tembang ini biasanya
digunakan sebagai media dalam memberikan nasehat, cerita cinta,
pengharapan dan ajaran ketabahan dalam menjalani setiap laku kehidupan.
Aturan tembang mijil (10i – 6o – 10e – 10i – 6i – 6o).
Contoh :
Jalak uren mawurahan sami
Samadya andon woh
Amuwuhi malad wiyadine
Ana manuk mamatuk sasari
Angsoka sulastri
Ruru karya gandrung
c. Kinanthi (Dituntun)
Kata kinanthi berasal dari kata “kanthi” yang berarti menggandeng
atau menuntun. Tembang ini menggambarkan kehidupan anak muda yang
masih membutuhkan tuntunan agar bisa menjadi orang yang baik di dunia ini.
Di usianya ini, biasanya ia sedang dalam masa pencarian jati diri, masih
banyak pertanyaan pada dirinya tentang “siapa aku”, sehingga ia mencari
sosok yang bisa menjadi panutan atau teladan.
Tembang kinanthi memiliki watak yang cenderung untuk
mengungkapkan nuansa yang menyenangkan, kasih sayang dan kecintaan
serta tauladan hidup. Aturan pada tembang ini yaitu (8u – 8i – 8a – 8i – 8a –
8i ).
Contoh :
Anoman malumpat sampun,
Praptêng witing nagasari,
Mulat mangandhap katingal,
Wanodyâyu kuru aking,
Gelung rusak awor kisma,
Ingkang iga-iga kêksi.
d. Sinom (Muda)
Sinom memiliki arti sebuah pucuk yang baru tumbuh dan
bersemi. Tembang sinom menggambarkan seorang manusia yang mulai
beranjak dewasa dan telah menjadi pemuda atau remaja yang mulai tumbuh.
Ada juga yang menafsirkan bahwa tembang sinom berkaitan dengan upacara
bagi anak-anak muda zaman dahulu. Tembang sinom memiliki watak
bersemangat, bijaksana dan sering digunakan untuk piwulang (mangajari)
dan wewarah (membimbing). Aturan tembang sinom yaitu (8a – 8i – 8a – 8i
– 7i – 8u – 7a – 8i – 12a).
Contoh :
Dasar karoban pawarta
Bebaratan udan lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yen pamikir sayekti
Mundhak napa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Sasiraman banyu lali
Lamun tuwuh dados makembanging beka.
f. Gambuh ( Sepaham/Cocok)
Gambuh berasal dari kata “Jumbuh” yang dapat diartikan sebagai
sebuah kecocokan antara pria dan wanita yang didasari dengan cinta.
Tembang gambuh menggambarkan tentang sebuah perjalanan hidup
seseorang yang telah bertemu dengan pasangannya yang cocok dan
keduanya akan membina rumah tangga.
Watak yang terdapat pada tembang ini ialah tentang keramahan dan
persahabatan. Gambuh juga sering digunakan untuk menyampaikan kisah
kisah kehidupan. Aturan pada tembang gambuh yaitu (7u – 10u – 12i – 8u –
8o).
Contoh :
Sekar gambuh ping catur,
Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpa tutur katula tula katali,
Kadaluwarsa katutuh,
Kapatuh pan dadi awon.
Contoh :
Prajêng Medhang Kamulan winarni
narèndrâdi Sri Jayalengkara
kang jumeneng nerpatiné
ambek santa budi alus
nata dibya putus ing niti
asih ing wadya tantra
paramartêng wadu
widagdêng mring kasudiran
sida sedya putus ing agal lan alit
tan kènger ing aksara
h. Durma (Memberi )
Tembang Durma berasal dari kata “Derma” dalam bahasa Jawa yang
memiliki arti suka memberi dan berbagi rezeki kepada orang lain. Namun ada
juga yang menafsirkan bahwa durma sebagai mundurnya tata krama atau
etika. Durma menggambarkan tentang kisah manusia yang telah
mendapatkan segala kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketika
manusia dalam kondisi yang serba kecukupan ia seharusnya akan bersyukur
dan selalu melihat serta memberi pertolongan saudara dan tetangganya
yang masih dalam kekurangan .
Durma memiliki watak yang tegas, keras, dan penuh dengan amarah yang
bergejolak. Selain itu tembang ini juga menggambarkan semangat perang
dan berontak. Untuk aturan tembang durma yaitu : (12a – 7i – 6a – 7a – 8i –
5a – 7i).
Contoh :
Damarwulan aja ngucireng ngayuda
Baliya sun anteni
Mangsa sun mundura
Lah Bisma den prayitna
Katiban pusaka mami
Mara tibakna
Curiganira nuli
k. Pucung (Kematian/Dipocong)
Kata pucung atau pocung berasal dari kata pocong , yang mana berarti
ketika seseorang sudah meninggal yang dikafani atau dipocong sebelum
dikuburkan sesuai dengan syariat Islam. Tembang pocung menggambarkan
bahwasanya semua makhluk yang bernyawa akan menemui ajalnya atau
akan datangnya kematian. Pocung memiliki watak yang lucu dan jenaka, juga
berisi tentang tebakan dan hal lucu lainnya. Tembang ini juga digunakan
untuk menceritakan lelucon dan berbagai nasehat. Aturan pocung yaitu : (12u
– 6a – 8i – 12a).
Contoh :
Ngelmu iku kelakone kanthi laku --> u
Lekase lawan kas --> a
Tegese kas nyantosani --> i
Setya budya pengekesing d ur angkara --> a