PENDIDIKAN
Kumpulan Contoh Tembang Macapat Lengkap dengan Penjelasannya
Tembang Macapat – Macapat merupakan tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait
tembang macapat memiliki baris kalimat yang disebut gatra, dan setiapgatra memiliki
sejumlah guru wilangan (suku kata) tertentu, dan diakhiri dengan bunyi sajak akhir yang
disebut guru lagu.
Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu
maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti,
karena pada prakteknya tidak semua tembang macapat bisa dinyanyikan empat-empat suku
kata.
Kapan munculnya pertama kali macapat, sampai saat ini belum ada penemuan yang
meyakinkan. Ada yang menyampaikan bahwa Macapat diperkirakan muncul pada akhir
Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga, namun hal ini hanya bisa dikatakan untuk
situasi di Jawa Tengah. Sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum
datangnya Islam.
Sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam. Sebagai
contoh ada sebuah teks dari Bali atau Jawa Timur yang dikenal dengan judul Kidung
Ranggalawé dikatakan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi.
Namun di sisi lain, tarikh ini disangsikan karena karya ini hanya dikenal versinya yang lebih
mutakhir dan semua naskah yang memuat teks ini berasal dari Bali. Sementara itu mengenai
usia macapat, terutama hubungannya dengan kakawin, mana yang lebih tua, terdapat dua
pendapat yang berbeda.
Jumlah pada per pupuh berbeda-beda, tergantung terhadap jumlah teks yang digunakan.
Sementara setiap pada dibagi lagi menjadi larik atau gatra. Sementara setiap larik atau gatra
ini dibagi lagi menjadi suku kata atau wanda. Setiap gatra jadi memiliki jumlah suku kata
yang tetap dan berakhir dengan sebuah vokal yang sama pula.
Aturan mengenai penggunaan jumlah suku kata ini diberi nama guru wilangan. Sementara
aturan pemakaian vokal akhir setiap larik atau gatra diberi nama guru lagu. Untuk lebih
jelasnya, di bawah ini adalah tabel tembang macapat berdasarkan metrumnya.
tembang macapat berdasarkan metrum
Jadi, ringkasnya:
• Guru Gatra merupakan banyaknya jumlah larik (baris) dalam satu bait.
• Guru Lagu merupakan persamaan bunyi sajak di akhir kata dalam setiap larik (baris).
• Guru Wilangan merupakan banyaknya jumlah wanda (suku kata) dalam setiap larik (baris).
Terdapat 11 macam tembang macapat. Beberapa “tutur” dari orang tua menjelaskan bahwa,
kesebelas tembang macapat tersebut sebenarnya menggambarkan tahap-tahap kehidupan
manusia dari mulai alam ruh sampai dengan meninggalnya. Ad apun penjelasan makna
kesebelas tembang macapat tersebut adalah:
1. TEMBANG MASKUMAMBANG
Kata ‘mas’ artinya masih belum diketahui laki-laki atau perempuannya, dan kata
‘kumambang’ artinya hidup yang masih mengambang atau bergantung di alam kandungan
sang ibu.
2. TEMBANG MIJIL
Kelahiran merupakan proses dimana seorang ibu memperjuangkan dua nyawa sekaligus,
dirinya sendiri dan anaknya. Seberat apapun proses itu, didalamnya terdapat cinta dan
harapan dari seluruh anggota keluarga, harap-harap cemas namun bahagia dalam menanti
kelahiran buah hati.
Jabang bayi yang mijil dari rahim ibunya adalah suci, dia tidak bisa memilih terlahir dari
siapa, misalpun terlahir dari hubungan “tidak sah”, bayi tetaplah suci, ibarat kertas ia masih
bersih putih tanpa coretan. Ketika bayi lahir saat itulah ia mengenal dunia pertama kalinya, ia
diberi wewenang untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Ia dihadirkan untuk bisa menjadi
“manusia” hingga suatu saat bisa kembali kepada-Nya dengan damai.
Sedikit memberikan gambaran, bahwa menurut para ahli tafsir sastra Jawa, tembang Macapat
itu merupakan urutan sebuah perjalanan seseorang dari lahir sampai mati. “Mijil” adalah
yang pertama. Secara harfiah berarti muncul atau tampil, ditafsirkan sebagai sebuah
kelahiran.
Ada yang menjelaskan bahwa itu merupakan kelahiran fisik bayi lahir dari kandungan
ibunya, ada juga yang menafsirkan sebuah kelahiran ketika orang mulai muncul keinginan
untuk menjadi baik, dikatakan sebagai kelahiran kembali.
Menurut narasumber yang sama, bapak Susianto, Tembang Mijil ini memiliki seperangkat
tata nilai dan etika yang digunakan dalam konteks masyarakat Jawa. Dan salah satu syair
Mijil yang terkenal adalah sebagai berikut,
1. Dedalane guno lawan sekti. Dibuka dengan sebuah kalimat yang mengabarkan tentang
jalan agar seseorang bisa menjadi bermanfaat dan sakti. Pemaknaan tersebut adalah sebuah
pengingat kita sebagai manusia, bahwa tujuan hidup bisa dilihat dari dua perspektif yaitu
mempersiapkan bekal setelah mati (karena manusia pasti mati), dan melakukan sesuatu agar
kesempatan kita hidup di dunia ini, menjadi sebuah kehidupan yang bermakna dan memberi
manfaat bagi kehidupan.
Sakti bisa ditafsirkan tentang gambaran sebuah pengetahuan dan ketrampilan seseorang. Bait
ini bisa diterjemahkan secara jalan agar kita bermanfaat di dunia ini dengan memiliki
kapasitas yang kita miliki. Seorang islam harus memiliki ilmu sebagai bagian dari ibadah
kepada Allah SWT. Karena kalau iman saja, kemudian tanpa ilmu, maka itu tidak berguna.
Maka harus berilmu dulu, beriman, lalu yang selanjutnya adalah aplikasi dalam bentuk amal.
2. Kudu andhap asor. Yang berarti harus bisa menempatkan diri sehingga kita bisa selalu
menghargai orang lain. Andhap asor artinya ‘dibawah’. Bukan dilihat sebagai kita berada
dibawah, tapi dilihat sebagai kita menempatkan orang lain selalu lebih tinggi dari kita, selalu
kita hargai, selalu kita hormati, tidak peduli apakah dia pejabat atau bukan pejabat, orang
pandai atau tidak, kita tetap harus menghargainya sebagai sesama manusia.
Dan menariknya, kalimat ini menjadi bait kedua setelah kalimat pembuka. Seolah memberi
penekanan mengenai awal pertama kali seseorang harus mampu untuk ‘tahu diri’, sehingga
bisa ‘menempatkan diri’. Untuk kemudian mampu ‘membawa diri’ kita pada tujuan kita
sebagai manusia. Ini adalah tata nilai dalam islam, memiliki akhlak yang baik, atau disebut
dengan akhlaqul karimah.
3. Wani ngalah dhuwur wekasane. Adalah bait ketiga, mmeiliki makna ketika kita diminta
untuk mengalah justru membutuhkan keberanian. Biasanya orang berbicara agar seseorang
harus berani agar menang. Tapi ini tidak, justru kita harus berani mengalah.
Dalam islam sendiri kita sangat paham bahwa musuh paling besar seorang manusia adalah
dirinya sendiri, egonya sendiri. ‘Mengalah’ bukan berarti kita kalah terhadap orang lain,
‘mengalah’ adalah ketika kita bisa menang atas diri kita sendiri. Sehingga benar juga kata
orang-orang itu, bahwa untuk menang harus berani.
Tapi yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah menang terhadap diri kita sendiri, kita
memiliki kendali terhadap diri kita sendiri. Kita mampu memimpin diri kita sendiri. Itulah
arti ‘mengalah’, dan hal tersebut memang butuh keberanian. Meiliki sikap mengalah akan
meningkatkan derajat kita sebagai seorang muslim dimata Allah Ta’ala.
4. Tumungkula yen dipun dukani. Secara harfiah bait ini berarti ‘jangan membantah bila kita
dimarahi’. Kita melihat ‘dimarahi’ bisa berarti oleh orang lain, tapi juga bisa oleh
‘kehidupan’, oleh ‘alam’, dan diujung perenungan itu bisa ‘oleh’ Sang Pencipta. Sebuah
bencana, kecil atau besar, menimpa diri pribadi atau suatu umat, adalah juga saat kita
‘dimarahi’.
Kita menemui kegagalan. Dan ‘tumungkul’ berarti ‘jangan membantah’. Yang bisa diartikan
bahwa saat ‘dimarahi’ sebaiknya ‘tidak membantah’, tidak melawan, tidak putus asa, pantang
menyerah, dan juga tidak saling menyalahkan. ‘Tidak membantah’ juga diartikan sebagai
diam, mau untuk merenung, mau untuk belajar. Sebagai seorang muslim, menjadi generasi
pembelajar sejati ini menjadi satu hal yang wajib dilakukan. Bahasa kerennya adalah
‘Tarbiyah madal hayah’.
5. Bapang den simpangi. Bapang adalah nama sebuah gubahan tarian yang bisa
dikonotasikan sebagai bentuk ‘hura-hura’. Bait ini bisa diartikan agar orang sebaiknya
menghindari hal-hal yang berifat ‘hura-hura’. Lebih jauh lagi dimaknai sebagai hal-hal yang
hanya ada dipermukaan.
Karena konotasi ‘bapang’ bisa diperluas kepada hal-hal yang hanya tampak indah
dipermukaan tapi dalamnya rapuh. Mungkin ini bisa dijabarkan kepada sikap-sikap
pargmatis, yang menuhankan eksistensi dan pencitraan diri semata, sifat suka dipuji, senang
kalau orang lain mengagung-agungkan kita. Hal itulah yang sebaiknya dihindari. Nah, inilah
yang dalam Islam disebutkan dengan memiliki sikap qonaah, sederhana, dan tidak berlebih –
lebihan.
6. Ono catur mungkur. Bait terakhir ini memiliki makna hafiah untuk mengindari
pergunjingan. Pergunjingan biasanya selalu berawal dari prasangka buruk. Kalimat ini adalah
sebuah inspirasi, alih-alih kita terlalu menanggapi prasangka buruk terhadap kita, sebaiknya
justru kita lebih fokus pada apa yang baik kita kerjaan, dalam rangka memberi manfaat tadi.
Terus berkarya dengan apa yang kita miliki, dengan apa yang kita punya. Mungkin ini adalah
seri otokritik untuk Indonesia saat ini. Pertengkaran yang memang sebaiknya dihindari.
Dalam islam, bahkan hukumnya bergunjing, ghibah, itu diharamkan.
***
Ada beberapa hal yang bisa diambil dari filosofi tembang mijil dalam masyarakat Jawa, yaitu
tentang etika, jelas tercermin dalam semua baitnya, baik bait pertama sampai terakhir.
Kemudian yang kedua adalah nilai dakwah islam yang ada di setiap baitnya.
Selain tentunya karya ini dibuat oleh orang islam, nilai – nilai yang terkandung sangat Islami,
yang menjelaskan didalamnya tentang makna persaudaraan, makna kesederhanaan hidup,
makna kesantunan sikap, makna anti perpecahan, simbol tentang kekuatan yang harus
dimiliki agar menebar manfaat dalam kehidupan, dan masih banyak lagi nilai dakwah di
tembang Macapat Mijil ini.
3. TEMBANG KINANTHI
tembang kinanthi bersamadakwah.net
Arti Tembang Kinanthi
Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun. Seorang anak yang tumbuh dan berkembang
membutuhkan tuntunan dari orang dewasa. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Ketidakmampuannya dalam segala hal perlu bantuan orang tua.
Pendapat John Locke tentang teori Tabula rasa (dari bahasa Latin kertas kosong)
berpandangan bahwa seorang manusia lahir seperti kertas “putih” kosong tanpa isi mental
bawaan. Pembentuk kepribadian, perilaku sosial dan emosional, serta kecerdasan diperoleh
sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar
dirinya.
Merujuk dari teori tersebut (meskipun tidak semuanya benar), maka seorang anak yang
sedang tumbuh membutuhkan bimbingan agar kelak menjadi manusia dewasa yang bisa
dibanggakan. Anak-anak harus mendapatkan pendidikan agar memiliki kecerdasan dan
pengetahuan.
Anak-anak harus diberi latihan agar kelak memiliki ketrampilan sehingga menjadi kreatif dan
mandiri. Dan sangat penting, anak-anak harus diajarkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Semua itu harus melalui bimbingan dari (kinanthi) orang dewasa.
Watak Tembang Kinanthi
Kinanthi juga memiliki makna yang sama dengan kata kanthi, gandheng, dan kanthil dalam
bahasa Jawa. Dimana dalam segi karakter atau sifat atau wataknya, Kinanthi ini cenderung
untuk mengungkapkan sebuah nuansa yang membahagiakan, kecintaan dan kasih sayanng,
juga keteladanan hidup.
Jadi, tembang Kinanthi ini pun pas dan bisa digunakan untuk lirik-lirik tembang yang
bertujuan untuk menyampaikan suatu nasehat hidup dan juga kisah tentang kasih sayang.
Sinom mengisahkan tahapan manusia pada masa pubertas. Masa ini adalah masa ketika
seorang anak akan mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan dari fungsi-fungsi
seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga
sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.
Itulah yang dimaksud dengan pengertian puber atau pun pengertian pubertas. Dari segi
perubahan psikologis anak pada masa puber berusaha mencari identitas diri dan rasa ingin
tahu yang sangat besar. Dalam usaha mencari identitas diri, remaja sering menentang
kemapanan karena dirasa membelenggu kebebasannya. Mereka tidak mau dikatakan sebagai
anak-anak lagi.
Hal lainnya yang umum ditemui tatkala memasuki masa pubertas adalah ketertarikan
terhadap lawan jenis. Hubungan dengan lawan jenis pada masa ini biasa disebut dengan
“cinta monyet”, yaitu hubungan asmara yang tidak bisa bertahan lama, bersifat sementara dan
akan cepat hilang.
Nulada laku utama
(Mencontohlah perilaku yang utama)
Tumrape wong tanah Jawi
(Bagi orang di tanah Jawa)
Wong agung ing Ngeksiganda
(Orang besar dari Ngeksiganda/Mataram)
Panembahan Senopati Watak Tembang Sinom
Watak atau karakter yang dimiliki tembang Sinom adalah tentang kesabaran dan juga
keramahtamahan. Tembang ini juga bisa digunakan untuk menceritakan nasehat yang baik
yang mengandung rasa persahabatan.
(Panembahan Senopati)
Kepati amarsudi
(Sangat tekun berusaha)
Sudane hawa lan nepsu
(Mengurangi hawa nafsu)
Pinepsu tapa brata
(Dengan cara laku prihatin/bertapa)
Tanapi ing siyang ratri
(yang dilakukan siang dan malam)
Amamangun karyenak tyasing sesami
(Berkarya membangun ketenteraman hati sesama)
5. TEMBANG ASMARADANA
tembang asmaradana
Arti Tembang Asmaradana
Asmaradana memiliki makna asmara dan dahana yang berarti api asmara. Tembang ini
menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan
kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati, meminjam istilahnya kang Ebiet
G.Ade dalam lagunya: “Cinta yang kuberi setulus hatiku entah apa yang kuterima aku tak
peduli”.
Cinta adalah anugerah terindah dari Gusti Allah dan bagian dari tanda-tanda ke Agungan-
Nya. “…Waja’alna Bainakum Mawwaddah Wa Rahmah, Inna Fi Dzaalika La’aayatil
Liqoumi Yatafakkaruun”. Artinya “…Dan Kujadikan diantara kalian Cinta dan Kasih
Sayang, sesungguhnya didalamnya merupakan tanda-tanda(Ke-Agungan-Ku) bagi kaum
yang berfikir”.
Watak Tembang Asmaradana
Tembang asmaradana memiliki watak atau karakter yang menggambarkan cinta kasih,
asmara dan juga rasa pilu atau sedih.
6. TEMBANG GAMBUH
Tembang macapat Gambuh merupakan salah satu tembang yang berisi tentang berbagai
ajaran kepada generasi muda, khususnya mengenai bagaimana menjalin hubungan antara
manusia satu dengan yang lainnya.
Watak Tembang Gambuh
Watak atau karakter tembang gambuh adalah tentang keramahtamahan dan persahabatan.
Tembang gambuh juga biasa digunakan untuk menyampaikan cerita-cerita kehidupan.
Beberapa kalangan ada yang memaknai kata Gambuh sebagai sebuah kecocokan, sepaham
dan sikap bijaksana. Sikap bijaksana berarti dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya,
sesuai porsinya, dan mampu bersikap adil.
Ana pocapanipun,
(Ada sebuah ungkapan)
Adiguna adigang adigung,
(Adiguna, adigang, adigung)
Pan adigang kidang adigung pan esthi,
(Seperti Adigang-nya kijang, adigung-nya gajah)
Adiguna ula iku,
(Adiguna-nya ular)
Telu pisan mati sampyoh.
(Ketiganya mati bersama dengan sia-sia)
***
Si kidang ambegipun,
(Si kijang memiliki watak)
Angandelaken kebat lumpatipun,
(Menyombongkan kecepatannya melompat/berlari)
Pan si gajah angandelken gung ainggil
(Si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar)
Ula ngandelaken iku,
(Ular menyombongkan)
Mandine kalamun nyakot.
(Keampuhannya dengan menggigit)
***
Iku upamanipun,
(Itu sebuah perumpamaan)
Aja ngandelaken sira iku,
(Jangan menyombongkan diri)
Suteng nata iya sapa kumawani,
(Seorang raja siapa yang berani)
Iku ambeke wong digang,
(Itu perilaku yang adigang)
Ing wasana dadi asor.
(Yang akhirnya bisa merendahkan)
***
Adiguna puniku,
(Watak adiguna adalah)
Ngandelaken kapinteranipun,
(Menyombongakan kepandaiannya)
Samubarang kabisan dipundheweki,
(Seolah semua bisa dilakukan sendiri)
Sapa bisa kaya ingsun,
(Siapa yang bisa seperti aku)
Togging prana nora enjoh.
(ujung-ujungnya tak bisa apa-apa)
***
Kebahagiaan dapat dicapai setelah sebuah pasangan dapat melampaui proses suka-duka
dalam berumah tangga sehingga akan tercapai cita-citanya, cukup sandang, papan dan
pangan. Seseorang yang sedang menemukan kebahagiaan dapat diibaratkan lagunya
dandanggula.
Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah
tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang).
Kurangi keinginan agar terjauh dari hutang, sebab kata Iwan Fals: “Keinginan adalah sumber
penderitaan”. Hidup bahagia itu kuncinya adalah rasa syukur, yakni selalu bersyukur atas
rezeki yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita.
8. TEMBANG DURMA
***
Mundur kang dadi tata krama
(Mundur (menjauhi) dari etika)
Dur iku duratmoko duroko dursila
(Dur, itu pencuri, penjahat tak beretika)
Dur iku durmogati dursosono duryudono
(Dur, seperti Durmogati, Dursasana, Duryudana)
Dur udur tan mampu nimbang rasa
(Dur, mau menang sendiri, tak menimbang rasa)
Dur udur paribasan pari kena
(Dur, perumpamaan sekenanya)
Maknane nglaras rasa jroning durma
(Itu perumpamaan Durma)
Sinom dhandanggula kang sinedya
(Remaja dalam mimpi-mimpi indah)
Lali purwaduksina kelon asmaradana
(Lupa segalanya berpeluk asmara)
Lali wangsiting ibu lan rama
(Lupa pesan Ibu Bapaknya)
Mangkono werdine gambuh durma
(Seperti perumpamaan Gambuh dan Durma)
Amelet wong enom ing ngarcapada
(Yang selalu memikat semua kaum remaja dalam kehidupan di muka bumi)
Pan mangkono
(Seperti itu)
Jarwane paribasan parikena
(Maksud pengertian sekenanya)
Video Tembang Durma
9. TEMBANG PANGKUR
tembang pangkur egyptianstreets.com
Arti Tembang Pangkur
Pangkur yang juga berarti mungkur (mundur/ mengundurkan diri), memberi gambaran bahwa
manusia mempunyai fase dimana ia akan mulai mundur dari kehidupan ragawi dan menuju
kehidupan jiwa atau spiritualnya. Pangkur atau mungkur dapat diartikan juga menyingkirkan
hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita.
Banyak yang memaknai tembang macapat pangkur sebagai salah satu tembang yang
berbicara tentang seseorang yang telah menginjak usia senja, dimana orang tersebut mulai
mungkur atau mengundurkan diri dari hal-hal keduniawian. Oleh karena itu sangat banyak
tembang-tembang macapat pangkur yang berisi nasihat-nasihat pada generasi muda.
Aturan Tembang Pangkur
Memiliki Guru Gatra: 8 baris setiap bait (Artinya tembang Pangkur ini memiliki 8 larik atau
baris kalimat)
Memiliki Guru Wilangan: 8, 11, 8, 7, 12, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata,
baris kedua berisi 11 suku kata, dan seterusnya)
Memiliki Guru Lagu: a, i, u, a, u, a, i (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris
kedua berakhir vokal i, dan seterusnya)
Contoh Tembang Pangkur
Tembang Pangkur memiliki kaidah/ Wewaton: 8a – 11i – 8u – 7a – 12u – 8a – 8i
Seperti contoh berikut ini:
Salah satu contoh tembang macapat pangkur yang populer di masyarakat adalah karya
KGPAA Mangkunegoro IV yang tertuang dalam Serat Wedatama, pupuh I, yakni :
Mingkar-mingkuring ukara
(Membolak-balikkan kata)
Akarana karenan mardi siwi
(Karena hendak mendidik anak)
Sinawung resmining kidung
(Tersirat dalam indahnya tembang)
Sinuba sinukarta
(Dihias penuh warna )
Mrih kretarta pakartining ilmu luhung
(Agar menjiwai hakekat ilmu luhur)
Kang tumrap ing tanah Jawa
(Yang ada di tanah Jawa/nusantara)
Agama ageming aji.
(Agama “pakaian” diri)
Dari tembang macapat pangkur diatas dapat ditafsirkan bahwa, perlu memilih dan
menggunakan kata-kata yang bijak dalam mendidik anak. Dari cara bertutur orang tua harus
bisa menjadi contoh yang baik, karena dengan kata-kata yang baik tentu akan lebih nyaman
untuk didengarkan.
Mendidik bisa melalui tembang yang dirangkai indah agar menarik, sehingga semua nasihat-
nasihat tentang ilmu luhur yang ada di tanah jawa dapat dihayati, dan agama bisa menjadi
salah satu ajaran dalam kehidupan diri.
Dalam serat Wedhatama pupuh I ini, KGPAA Mangkunegoro IV memberi sebuah gambaran
akan pentingnya manusia untuk selalu belajar agar dapat menguasai ilmu luhur. Yang
dimaksut dengan ilmu luhur dalam konteks kekinian tentu cerdas secara intelektual (IQ),
cerdas secara emosi dan spiritual (ESQ).
Cerdas secara intelektual berarti dia pandai dalam menggunakan logika-logika, sedangkan
cerdas secara emosi dan spiritual berarti ia mampu mengelola emosi, sikap, mampu
membawa diri, dan memiliki kesadaran tinggi atas dirinya dengan lingkungan dan Tuhannya.
Tembang macapat pangkur di atas hanya merupakan tembang pembuka dalam serat
Wedhatama Pupuh I Pangkur. Dalam bait-bait tembang berikutnya KGPAA Mangkunegoro
IV dengan jelas juga memberi gambaran tentang perbedaan orang-orang yang berilmu luhur
dengan orang yang kurang ilmu.
“Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut”, artinya “Setiap Jiwa Pasti Akan Mati”.
“Kullu Man Alaiha Faan”, artinya “Setiap Manusia Pasti Binasa”.
Akankah kita akan menjumpai kematian yang indah (Husnul Khotimah) ataukah sebaliknya?
Seperti kematian Pujangga kita WS Rendra, disaat bulan sedang bundar-bundarnya (bulan
Purnama) ditengah malam bulan Sya’ban tepat pada tanggal 6 Agustus atau tanggal 15
Sya’ban (Nisfu Sya’ban).
“Innaka Mayyitun Wainnahum Mayyituuna”, artinya “Sesungguhnya kamu itu akan mati
dan mereka juga akan mati”.
Watak Tembang Pocung
Watak atau karakter tembang pocung ini bisa dikatakan tentang kebebasan, dan juga tindakan
sesuka hati. Dimana tembang pocung ini sering digunakan untuk menceritakan lelucon dan
berbagai nasehat.
Related Posts
Kumpulan Contoh Geguritan
Bahasa Jawa Lengkap Dengan
Berbagai Tema
Post Comment
Search
MAU DAPET DUIT DARI FB?
ARTIKEL POPULER
10 Boneka Teddy Bear Terlucu dan Menggemaskan
Agustus 29, 2016
Cara Budidaya Cacing Tanah yang Baik dan Benar …
Agustus 5, 2016
Kumpulan Contoh Tembang Macapat Lengkap dengan Penjelasannya
Agustus 10, 2016
Cara Mudah Merawat Tas Wanita
Agustus 14, 2016
Jual Celana Sarung Murah Berkualitas 2016
Agustus 15, 2016
Jual Sambal Bu Rudy 100% Asli Terpercaya
Agustus 16, 2016
Jual Cordyceps Plus Capsule Harga Terjangkau
Agustus 20, 2016
Tata Cara Sholat Taubat Lengkap dengan Doa dan …
Agustus 24, 2016
Jual Bubuk Green Tea Harga Terjangkau Kualitas Oke
Agustus 26, 2016
ARTIKEL TERBARU
10 Boneka Teddy Bear Terlucu dan Menggemaskan
Agustus 29, 2016
Jual Bubuk Green Tea Harga Terjangkau Kualitas Oke
Agustus 26, 2016
Tata Cara Sholat Taubat Lengkap dengan Doa dan …
Agustus 24, 2016
Jual Cordyceps Plus Capsule Harga Terjangkau
Agustus 20, 2016
Jual Sambal Bu Rudy 100% Asli Terpercaya
Agustus 16, 2016
Jual Celana Sarung Murah Berkualitas 2016
Agustus 15, 2016
Cara Mudah Merawat Tas Wanita
Agustus 14, 2016
Kumpulan Contoh Tembang Macapat Lengkap dengan Penjelasannya
Agustus 10, 2016
Cara Budidaya Cacing Tanah yang Baik dan Benar …
Agustus 5, 2016
Harga Jelly Gamat Gold G Terpercaya 2016
Juli 30, 2016
ARTIKEL TERKAIT
Macam-Macam Simpul dan Ikatan Tali Temali Dalam …
April 22, 2016
Pendidikan Pesantren di Era Modern
Maret 10, 2016
Pondok Pesantren Qori’ dan Qori’ah di Indonesia
Maret 7, 2016
Luar Biasa! Acara Panggung Gembira Gontor yang …
Maret 30, 2016
Kumpulan Contoh Geguritan Bahasa Jawa Lengkap Dengan …
April 18, 2016
KATEGORI
BISNIS
Diary
HIDUP SEHAT
Kacang Mete
KULINER
PENDIDIKAN
RELIGI
SENI
UNIK