Anda di halaman 1dari 2

Sastra Jawa.

Tembang macapat merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berbentuk puisi Jawa
tradisional. Menurut Poerbatjaraka (Suhanjendra, 1996:26) tembang macapat muncul di era
kerajaan Demak, lalu berkembang ke Pajang, Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta. Tembang
ini berisi mengenai kisah perjalanan hidup seorang manusia dari dalam perut sampai ke liang
lahat (kematian) yang direfleksikan dalam tembang Maskumambang sampai tembang Pocung
yang berjumlah sebelas tembang. Kesebelas tembang macapat terdapat pitutur luhur sebagai
media dakwah wali Sanga zaman dahulu sekaligus sebagai wawasan perjalanan hidup
manusia, khususnya orang Jawa (Poedjosoebroto, 1987:194-201)
Seperti dituangkan dalam buku Macapat Tembang Jawa, Indah, dan Kaya Makna
menyebutkan bahwa tembang macapat terdiri dari sebelas jenis, yaitu (1) maskumambang,
(2) mijil, (3) sinom (4) kinanti, (5) asmarandana, (6) gambuh, (7) dandanggula, (8) durma, (9)
pangkur, (10) megatruh, dan (11) pucung. Tiap-tiap tembang macapat tersebut mengisahkan
kehidupan sejak manusia lahir hingga meninggal dunia. Setiap jenis tembang memiliki ciri-
ciri atau watak tersendiri, seperti gembira, sedih, bijaksana, dan jenaka.

1. Contoh Tembang Macapat Mijil :


Mijil berasal dari kata bahasa Jawa
wijil yang bermakna ‘keluar’. Tembang Mijil memiliki makna saat anak manusia terlahir ke
dunia dari rahim ibunya. Tembang ini memiliki 6 gatra dengan struktur 10-i; 6-a; 10-e; 10-i;
6-i; dan 6-u. Berikut ini contoh Tembang Mijil.

Dedalanne guna lawan sekti,


kudu andhap asor,
wani ngalah dhuwur wekasane,
tumungkula yen dipundukanni,
ruruh sarwa wasis,
samubarangipun,

Makna tembang di atas adalah menceritakan  mengenai bagaimana menjadi sosok orang yang
baik, rendah hati, dan juga ramah.

2. Contoh Tembang Macapat Asmarandana

Tembang Asmarandana berasal dari kata asmara ‘asmara’ dan dahana ‘api’ yang
berarti ‘api asmara’ atau ‘cinta kasih’. Tembang ini mengisahkan perjalanan hidup
manusia yang berada pada tahap memadu cinta kasih dengan pasangan hidupnya.
Selain itu, juga dikisahkan cinta pada alam semesta dan cinta kepada Tuhan Yang
Mahakuasa.

Tembang Asmarandana memiliki 7 gatra dengan struktur 8-i; 8-a; 8-e; 8-a; 8-a; 8-u;
8-a. Inilah contoh Tembang Asmarandana.
Gegaraning wong akrami,
dudu bandha dudu rupa,

amung ati pawitané,


luput pisan kena pisan

yen ta gampang luwih gampang,

yen angèl angèl kalangkung,

tan kena tinumbas arta.

Makna tembang tersebut yakni jangan sampai memilih jodoh hanya mengandalkan
kecantikan, ketampanan wajah atau karena kekayaan harta benda. Berumah tangga
itu sekali pilih untuk selamanya. Kebahagiaan dalam sebuah keluarga tak dapat
ditukar dengan harta atau benda.

Anda mungkin juga menyukai