Tembang kinanthi memiliki watak yang menggambarkan perasaan bahagia , perilaku teladan
yang baik, nasehat atau petuah-petuah, dan kasih sayang. Struktur atau aturan kaidah tembang
kinanti adalah 8u, 8i, 8a, 8i, 8a dan 8i.
5. Tembang Asmaradana- Api Asmara
Tembang Asmaradana berasal dari kata asmara yang artinya cinta kasih sehingga tembang ini
memiliki makna yang mengisahkan gejolak asmara seseorang. Dalam kehidupan manusia
memiliki perasaan dan emosi yang bisa dimabuk cinta dan tenggelam dalam lautan kasih.
Perasaan cinta yang dimaksud tidak hanya kepada manusia saja, namun juga kepada sang
pencipta, Rasulullah SAW, dan alam semesta.
Watak atau karakter tembang asmaradana adalah menggambarkan asmara, cinta kasih, dan rasa
pilu atau kesedihan. Tembang ini biasanya digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta,
baik kebahagiaan sebagai pengharapan atau kesedihan karena patah hati. Struktur atau aturan
kaidah tembang asmaradana adalah 8i – 8a – 8e – 7a – 8a – 8u – 8a.
6. Gambuh- Sepaham Atau Cocok
Tembang gambuh adalah tembang macapat yang berarti menghubungkan atau menyambungkan.
Tembang gambuh memiliki makna untuk menyambungkan dan menjelaskan kisah hidup
seseorang yang sudah mulai menemukan pujaan hatinya. Hubungan tersebut kemudian mampu
dipertemukan keduanya untuk melangsungkan pernikahan dan akhirnya bisa menjalani hidup
bersama sampai akhir hayat.
Tembang gambuh memiliki sifat rasa yang biasa dipakai untuk suasana yang esti atau tanpa
keraguan, maksudnya adalah kesiapan dan keberanian untuk maju ke medan yang
sebenarnya.Selain itu watak atau karakter tembang gambuh adalah berhubungan dengan
persahabatan dan keramahan yang menjelaskan kisah kehidupan manusia. Tembang gambuh
memiliki struktur atau aturan kaidah 7u – 10u – 12i – 8u – 8o.
7. Tembang Dhandhanggula- Manisnya Kehidupan
Tembang dhandhanggula berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita atau harapan.
Kata gula bermakna manis, indah dan menyenangkan. Tembang ini memiliki makna sepasang
kekasih yang memperoleh kebahagiaan setelah melewati suka duka bersama-sama untuk
kemudian meraih cita-cita. Karakter atau watak tembang dhandhanggula adalah gembira, luwes,
dan indah sehingga cocok untuk menunjukan kebaikan, rasa cinta, dan kebahagiaan. Struktur
atau kaidah tembang ini adalah 10i – 10a – 8e – 7u – 9i – 7a – 6u – 8a – 12i – 7a.
8. Tembang Durma- Memberi
Berasal dari kata derma yang artinya suka memberi dan berbagi rezeki, tembang durma memiliki
makna mundurnya tata krama atau etika seseorang dalam kehidupan. Tembang ini
menggambarkan kisah manusia yang telah memperoleh kenikmatan dari tuhan dan berada dalam
kondisi kecukupan yang seharusnya bersyukur dan berbagai. Tembang durma memiliki watak
yang keras, tegas, dan penuh dengan gejolak amarah. Itulah sebabnya tembang ini tergambar
semangat perang dan pemberontakan. Struktur atau aturan kaidah ttembang durma adalah 12a –
7i – 6a – 7a – 8i – 5a – 7i.
9. Tambang Pangkur- Menarik Diri
Berasal dari kata mungkur yang berarti pergi dan meninggalkan, tembang pangkur memiliki
makna sebagai proses mengurangi hawa nafsu dan mundur dari urusan duniawi. Tembang ini
mengisahkan tentang manusia yang memasuki usia senja dan saatnya untuk introspeksi diri dari
masa lalu dan kepribadianya kepada tuhan. Karakter tembang pangkur adalah kuat, perkasa,
gagah, berhati besar. Tembang ini memiliki aturan kaidah 8a – 11i – 8u – 7a – 8i – 5a – 7i.
10. Tambang Megatruh- Sakaratul Maut
Berasal dari kata megat roh yang artinya putusnya roh atau terlepas dari roh, tembang megatruh
memiliki makna perjalanan manusia yang telah selesai di kehidupan dunia. Tembang ini
menggambarkan kondisi manusia yang akan menghadapi sakaratul maut. Watak tembang
megatruh adalah penyesalan, kesedihan, dan kedudukan dengan aturan kaidah 12u – 8i – 8u – 8i
– 8o.
11. Tembang Pocung- Kematian
Daftar tembang macapat yang terakhir adalah tembang pocung yang berasa dari
kata pocong yang bermakna seseorang yang sudah tidak bernyawa atau meninggal yang
kemudian dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan. Tembang ini menggambarkan bahwa
setiap yang bernyawa akan kehilangan nyawanya dan menjeput ajalnya kepada kematian.
Meskipun bermakna kematian namun tembang pocung memiliki watak yang jenaka atau lucu
yang digunakan untuk menceritakan hal lelucon sebagai nasihat. Struktur atau aturan kaidah
tembang ini adalah 12u – 6a – 8i – 12a.
Baca juga : Nama Tarian Daerah
ATURAN DAN STRUKTUR TEMBANG MACAPAT
Karya tradisional jawa ini memiliki aturan atau struktur tertentu yang menjadi ciri khas tembang
macapat. Sebuah karya sastra tembang macapat biasanya memiliki beberapa pupuh yang
setiap pupuh-nya terbagi lagi menjadi beberapa baik atau pada. Pupuh adalah bentuk puisi
tradisional Jawa yang memiliki rima tertentu setiap barisnya dan sejumlah suku kata.
Setiap pupuh kemudian memiliki metrum yang sama yang tergantung pada watak isi teks yang
diceritakan dalam tembang macapat tersebut.
Jadi, setiap bait di tembang macapat memiliki struktur guru gatra yang didalamnya memiliki
sejumlah guru wilangan dan diakhiri dengan guru lagu. Berikut ini penjelasan tentang struktur
tembang macapat yang perlu Grameds ketahui:
1. Guru Gatra : Banyaknya jumlah baris atau larik kalimat dalam satu bait tembang macapat
2. Guru wilangan : Banyaknya jumlah suku kata pada setiap baris atau larik kalimat
3. Guru Lagu : Bunyi vocal pada setiap sajak akhir yang ada di setiap baris atau larik kalimat