OLEH :
GELLIS DEKA SALAQI
SMPN 22 MATARAM
LAWAS ETNIK SAMAWA ?
Syair lawas terdiri dari 8 gugus suku kata dan ada juga
lawas yang terdiri dari 7 gugus suku kata seperti pada
lawas Tau Ode (Tode)
Adi-ode-da-la-am-bi-lik (7 suku kata)
‘Adik kecil dalam kamar’
Nyen-tik-ima-po-yong-ma-ma (7 suku kata)
‘Lentik tangan bungkus sirih’
Sa-dua-ki-ta-ga-ma-‘ndi (7 suku kata)
‘Berdua kita semoga adik’
Syair lawas mendapat pengaruh
syair bugis (elompugi)
Dalam elompugi (syair Bugis) struktur kata baris
pertama terdiri atas delapan gugusan suku kata,
struktur kata baris kedua terdiri atas tujuh gugusan
suku kata dan struktur kata baris ketiga terdiri atas
enam gugusan suku kata. Berbeda halnya dengan
lawas, setiap baris dalam bait lawas memiki strutur
kata yang sama yakni terdiri atas delapan gugusan
suku kata.
Jumlah Bait
1. lawas pamuji terdiri atas 192
2 lawas pengaruh pantun terdiri atas 6
3 lawas pengaruh puisi terdiri atas 15
4 lawas tau ode terdiri atas 6
5 lawas tau loka terdiri atas 6
6.lawas taruna dadara 39 (taruna 21, dadara 18)
7 lawas agama (akhirat) terdiri atas 18
8 lawas nasihat terdiri atas 6
9 lawas sedih terdiri atas 9
10 lawas sidiran terdiri atas 6
11 lawas suka cita terdiri atas 21
12 lawas kasih sayang terdiri atas 12
13 lawas senda gurau terdiri atas 6
14 lawas sedih / iba terdiri atas 6
15 lawas harga diri terdiri atas 6
16 lawas patriotisme terdiri atas 6
17 lawas nyelentuk (sanuga) terdiri atas 6
FUNGSI LAWAS
1. Proyeksi Angan-angan Suatu Kolektif
Contoh Kutipan :
Loba ku manra layang
Anadaikan aku bagai layang-layang’
Ya ku ngibar manra piyo
Kan ku terbang bagaikan burung
Me tokal sugi ku layar
‘Kemana kekayaan kan ku layar’
Lawas di atas merupakan sebuah cita-cita/motivasi untuk senantiasa
berusaha mencari sumber penghidupan walaupun itu berada di tempat
jauh. Proyeksi angan-angan terletak pada kata Loba (andaikan) dan
manra (seperti/bagaikan)
2. Alat Penegasan Pranata Sosial
Contoh Kutipan :
E sarea tu dadara
‘Wahai semua para gadis’
Na gama langgar parenta
‘Jangan sampai engkau melanggar adat’
Gita manras tu pangantan
‘Lihatah betapa indahnya menjadi pengantin’
Lawas di atas mengungkapkan tentang betapa
indahnya menjadi pengantin dengan menjalankan
prosesi adat istiadat.
3 Fungsi Edukatif
Contoh Kutipan :
Nan mu lalo bilen desa
‘Kepergianmu meninggalkan desa’
Pariri mata mu nulang
‘Waspadalah dalam pandangan’
Peno turusak kacapa
‘Banyak orang rusak karena meremehkan’
Nilai edukatif dalam lawas hampir tidak terlepas dalam setiap jenis
lawas (lawas Nasihat, lawas kasih sayang dan lawas tau ode), karena
jika dicermati secara teliti setiap jenis lawas tetap mengandung nilai
pendidikan. Nilai-nilai tersebut dipoles dengan gaya bahasa yang indah
walaupun isinya berupa kritikan tajam ataupun motivasi. Tata cara dalam
bahasa itulah yang mengedukasi kita tentang tata cara atau etika
komunikasi kepada sesama.
4 Alat Negasi /Kendali Sosial
Contoh Kutipan :
Pang ku seman desa ta
‘Suatu kejanggalan di desa ini’
Adat sarea no kenang
‘Adat tak semuanya digunakan’
Me po ka cara rua na
‘Bagaimanakah kebiasaannya’
Lawas di atas kritikan pada kebiasaan di sebuah
desa yang tidak menggunakan adat kebiasaan
sebagaimana mestinya.
5 Fungsi Hiburan
Lawas pada masyarakat Sumbawa secara umum juga berfungsi sebagai
media hiburan. Karena itu merupakan ruh dari sebuah karya. Lawas dapat
dikemas dalam bentuk tampilan seni sakeco, ngumang, rabalas lawas,
langko dan lain-lain yang murupakan konsumsi hiburan masyarakat
Contoh Kutipan :
Ada adiku sakodeng
‘Ada adikku seorang’
Ku sempit ngaji ko kaung
‘Kutitipkan ngaji ke Kaung’
Mole-mole basa kaung
‘Pulang-pulang berbahasa kaung’
6 Membuka Perhelatan/Acara
Contoh Kutipan :
Sai sate nyaman ate
‘Siapa yang ingin menyenagkan hati’
Laga tempu desa kami
‘Ayo bergabung dengan desa kami’
Riam remo pang Samawa
‘Semarak dan damai di tanah Sumbawa’
MAKNA LAWAS
Lawas etnik Samawa memiliki dua makna
kata, yaitu makna denotatif dan makna
konotatif. Makna denotatif maksudnya
aspek makna kata yang sebenarnya.
sedangkan makna konotatif, maksudnya
aspek makna kata yang didasarkan atas
perasaan atau pikiran yang timbul. Makna
denotatif dan konotatif itu dapat ditemukan
pada kutipan lawas etnik Samawa berikut.
Patitsi mana kamilin
‘Patutlah jika ditinggalkan’
Ada pang kita panunas
‘Semuanya terserahkan pada kita’
Balong paham no mangaku
‘Amal baik tidak mengakui’
Lawas di atas mengandung makna bahwa Iman manusia sering kali kuat dan
sering kali lemah karena godoaan setan yang datang pada diri manusia. Salah
satu cara agar tidak tehanyut dalam godaan tersebut, seyogianya manusia selalu
mengingat Tuhan, memuji keagungan Tuhan. Namun, apabila manusia terlanjur
berbuat salah atau dosa maka untuk membersihkan dosa tersebut dengan jalan
bertaubat kepada Tuhan (taubatan nasuha), dan berjanji tidak mengulangi
perbuatan tersebut. Tuhan selalu melihat apa yang dikerjakan oleh manusia
karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Relevansi Lawas Etnik Samawa
ke pembelajaran mulok dengan
menggunakan pendekataan
cooferatif learning
PENUTUP
Bentuk lawas dalam penelitian ini ialah tipografi
(bentuk penulisan), jumlah baris, jumlah suku kata,
dan persajakan. Lawas terdiri dari satuan kata yang
telah dipilih agar tidak menimbulkan kerancuan
makna serta untuk menimbulkan nuansa estetis di
dalam proses penggunaannya.
Fungsi lawas ialah sebagai sistem proyeksi, sebagai
alat pendidikan anak, sebagai alat pemaksa dan
pengawas norma-norma agar selalu dipatuhi,
sebagai alat komunikasi, dan sebagai alat
pengendali masyarakat.
lanjutan
Makna Lawas adalah hal-hal yang berhubungan
dengan petuah atau nilai-nilai falsafah hidup yang
bisa dijadikan sebagai referensi atau pegangan untuk
bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.
Makna dalam Lawas diiterpretasikan secara
langsung tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
kebahasaan baik leksikal maupun gramatikal.
Cara-cara mengemas lawas menjadi materi
pembelajaran muatan lokal di sekolah ialah dengan
menerapkan strategi cooperative learning (kerja
kelompok).
Sekian dan
Terima Kasih