Anda di halaman 1dari 26

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA LAWAS

ETNIK SAMAWA DI KABUPATEN SUMBAWA

OLEH :
GELLIS DEKA SALAQI

SMPN 22 MATARAM
LAWAS ETNIK SAMAWA ?

Lawas etnik Samawa adalah jenis puisi


tradisional khas Sumbawa sebagai
ungkapan perasaan hati yang umumnya
tersusun indah dalam tiga baris perbait, dan
setiap bait (larik) terdiri dari delapan
gugusan suku kata.
Penyampaian Lawas Etnik Samawa dalam Bentuk
1.Balawas (Rabalas lawas dan Sier Lawas)
2.Lawas Ulan (Ano siup, panas ano, ano rawi)
3.Basaketa
4.Ngumang
5.Basakeco
6.Basual
7.Malangko
8.Badiya
9.Badede
10.Batutir
(Lampiran)
LAWAS ETNIK SAMAWA ?
Lawas jika tidak dilestarikan maka akan
terancam punah di tengah etnik
masyarakat sumbawa sebagai
masyarakat pendukungnya.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan
dapat memperluas khasanah ilmu
pengetahuan dalam rangka memperkaya
bahan referensi dan
memberikan pengetahuan tentang lawas
etnik Samawa.
Data Penelitian
Buku Lawas : Kukokat Lawas Sia, karya
Usman Amin.
 Pengumpulan data dengan cara teknik
wawancara dan teknik pustaka

 Penganalisisan data : Analisis bentuk


menggunakan teori strukturalisme Levi
Straus dan Jonatan Culler, analis fungsi
menggunakan teori fungsi Bascom,
sedangkan analisis makna menggunakan
teori semiotik yang dikemukakan oleh
Sausure dan Pierce, relevansi menggunakan
pendekatan cooferatife learning.
Bentuk Lawas
Lawas umumnya terdiri dari 3 baris dan
masing – masing baris terdiri dari 3-4 kata

Kutipan Lawas Pamuji :


Kapeno ulin mangaku ( 3 kata )

‘Banyak umat yang mengaku’


Kanyong leng ada kangere ( 4 kata )
‘Bahwa dia mempunyai kelebihan’
Nomo totang katutunas ( 3 kata )
‘Sehingga dia menjadi lupa diri’
Ka-pe-no-ul-in-ma-ng-aku ( 8 suku kata )
Banyak umat yang mengaku’
Ka-nyo-ong-leng-ada-ka-nge-re ( 8 suku kata )
‘Bahwa dia mempunyai kelebihan’
No-mo-to-tang-ka-tu-tu-nas ( 8 suku kata )
‘Sehingga dia menjadi lupa diri’

Syair lawas terdiri dari 8 gugus suku kata dan ada juga
lawas yang terdiri dari 7 gugus suku kata seperti pada
lawas Tau Ode (Tode)
Adi-ode-da-la-am-bi-lik (7 suku kata)
‘Adik kecil dalam kamar’
Nyen-tik-ima-po-yong-ma-ma (7 suku kata)
‘Lentik tangan bungkus sirih’
Sa-dua-ki-ta-ga-ma-‘ndi (7 suku kata)
‘Berdua kita semoga adik’
Syair lawas mendapat pengaruh
syair bugis (elompugi)

Dalam elompugi (syair Bugis) struktur kata baris
pertama terdiri atas delapan gugusan suku kata,
struktur kata baris kedua terdiri atas tujuh gugusan
suku kata dan struktur kata baris ketiga terdiri atas
enam gugusan suku kata. Berbeda halnya dengan
lawas, setiap baris dalam bait lawas memiki strutur
kata yang sama yakni terdiri atas delapan gugusan
suku kata.
Jumlah Bait
1. lawas pamuji terdiri atas 192
2 lawas pengaruh pantun terdiri atas 6
3 lawas pengaruh puisi terdiri atas 15
4 lawas tau ode terdiri atas 6
5 lawas tau loka terdiri atas 6
6.lawas taruna dadara 39 (taruna 21, dadara 18)
7 lawas agama (akhirat) terdiri atas 18
8 lawas nasihat terdiri atas 6
9 lawas sedih terdiri atas 9
10 lawas sidiran terdiri atas 6
11 lawas suka cita terdiri atas 21
12 lawas kasih sayang terdiri atas 12
13 lawas senda gurau terdiri atas 6
14 lawas sedih / iba terdiri atas 6
15 lawas harga diri terdiri atas 6
16 lawas patriotisme terdiri atas 6
17 lawas nyelentuk (sanuga) terdiri atas 6
 FUNGSI LAWAS

1. Proyeksi Angan-angan Suatu Kolektif
Contoh Kutipan :
Loba ku manra layang                
Anadaikan aku bagai layang-layang’
Ya ku ngibar manra piyo               
Kan ku terbang bagaikan burung
Me tokal sugi ku layar                   
‘Kemana kekayaan kan ku layar’
Lawas di atas merupakan sebuah cita-cita/motivasi untuk senantiasa
berusaha mencari sumber penghidupan walaupun  itu berada di tempat
jauh. Proyeksi angan-angan terletak pada kata Loba (andaikan) dan
manra (seperti/bagaikan)
2. Alat Penegasan Pranata  Sosial

Contoh Kutipan :
E sarea tu dadara                            
‘Wahai semua para gadis’
Na gama langgar parenta          
‘Jangan sampai engkau melanggar adat’
Gita manras tu pangantan           
‘Lihatah betapa indahnya menjadi pengantin’
Lawas di atas mengungkapkan tentang betapa
indahnya menjadi pengantin dengan menjalankan
prosesi adat istiadat.
3 Fungsi Edukatif
Contoh Kutipan :
Nan mu lalo bilen desa                                 
‘Kepergianmu meninggalkan desa’
Pariri mata mu nulang                   
‘Waspadalah dalam pandangan’
Peno turusak  kacapa                   
‘Banyak orang rusak karena meremehkan’
Nilai edukatif dalam lawas hampir tidak terlepas dalam setiap jenis
lawas (lawas Nasihat, lawas kasih sayang dan lawas tau ode), karena
jika dicermati secara teliti setiap jenis lawas tetap mengandung nilai
pendidikan. Nilai-nilai tersebut dipoles dengan gaya bahasa yang indah
walaupun isinya berupa kritikan tajam ataupun motivasi. Tata cara dalam
bahasa itulah yang mengedukasi kita tentang tata cara atau etika
komunikasi kepada sesama.
4 Alat Negasi /Kendali Sosial
Contoh Kutipan :
Pang ku seman desa ta                 
‘Suatu kejanggalan di desa ini’
Adat sarea no kenang               
‘Adat tak semuanya digunakan’
Me po ka cara rua na                  
‘Bagaimanakah kebiasaannya’
Lawas di atas kritikan pada kebiasaan di sebuah
desa  yang tidak menggunakan adat kebiasaan
sebagaimana mestinya.
5 Fungsi Hiburan
Lawas pada masyarakat Sumbawa secara umum juga berfungsi sebagai
media hiburan. Karena itu merupakan ruh dari sebuah karya. Lawas dapat
dikemas dalam bentuk tampilan seni sakeco, ngumang,  rabalas lawas,
langko dan lain-lain yang murupakan konsumsi hiburan masyarakat

Contoh Kutipan :
Ada adiku  sakodeng                       
‘Ada adikku seorang’
Ku sempit ngaji ko kaung
‘Kutitipkan ngaji ke Kaung’
Mole-mole basa kaung                  
‘Pulang-pulang berbahasa kaung’
6 Membuka Perhelatan/Acara

Sebuah acara baik itu acara upacara adat,


kegiatan sosial kemasyarakat ataupun permainan
rakyat, biasanya juga dibuka dengan bahasa
lawas sebagai salah satu upaya dalam
menempatkan ciri-ciri budaya lokal dalam
kehidupan masyarakat Sumbawa.
7 Sebagai Media Informasi dan Promosi

Contoh Kutipan :
Sai sate nyaman ate                                 
‘Siapa yang ingin menyenagkan hati’
Laga tempu desa kami                        
‘Ayo bergabung dengan desa kami’
Riam remo pang Samawa                
‘Semarak dan damai di tanah Sumbawa’
MAKNA LAWAS
 Lawas etnik Samawa memiliki dua makna
kata, yaitu makna denotatif dan makna
konotatif. Makna denotatif maksudnya
aspek makna kata yang sebenarnya.
sedangkan makna konotatif, maksudnya
aspek makna kata yang didasarkan atas
perasaan atau pikiran yang timbul. Makna
denotatif dan konotatif itu dapat ditemukan
pada kutipan lawas etnik Samawa berikut.
 Patitsi mana kamilin
‘Patutlah jika ditinggalkan’
 Ada pang kita panunas
‘Semuanya terserahkan pada kita’
 Balong paham no mangaku
‘Amal baik tidak mengakui’

 Lawas di atas mengandung makna bahwa Iman manusia sering kali kuat dan
sering kali lemah karena godoaan setan yang datang pada diri manusia. Salah
satu cara agar tidak tehanyut dalam godaan tersebut, seyogianya manusia selalu
mengingat Tuhan, memuji keagungan Tuhan. Namun, apabila manusia terlanjur
berbuat salah atau dosa maka untuk membersihkan dosa tersebut dengan jalan
bertaubat kepada Tuhan (taubatan nasuha), dan berjanji tidak mengulangi
perbuatan tersebut. Tuhan selalu melihat apa yang dikerjakan oleh manusia
karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Relevansi Lawas Etnik Samawa
ke pembelajaran mulok dengan
menggunakan pendekataan
cooferatif learning
PENUTUP
 Bentuk lawas dalam penelitian ini ialah tipografi
(bentuk penulisan), jumlah baris, jumlah suku kata,
dan persajakan. Lawas terdiri dari satuan kata yang
telah dipilih agar tidak menimbulkan kerancuan
makna serta untuk menimbulkan nuansa estetis di
dalam proses penggunaannya.
 Fungsi lawas ialah sebagai sistem proyeksi, sebagai
alat pendidikan anak, sebagai alat pemaksa dan
pengawas norma-norma agar selalu dipatuhi,
sebagai alat komunikasi, dan sebagai alat
pengendali masyarakat.
lanjutan
 Makna Lawas adalah hal-hal yang berhubungan
dengan petuah atau nilai-nilai falsafah hidup yang
bisa dijadikan sebagai referensi atau pegangan untuk
bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.
Makna dalam Lawas diiterpretasikan secara
langsung tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
kebahasaan baik leksikal maupun gramatikal.
 Cara-cara mengemas lawas menjadi materi
pembelajaran muatan lokal di sekolah ialah dengan
menerapkan strategi cooperative learning (kerja
kelompok).
Sekian dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai