Anda di halaman 1dari 21

LAWAS SAMAWA

A. DEFINISI LAWAS
Lawas adalah jenis puisi tradisional Khas

Samawa(Sumbawa), sebagai ungkapan perasaan hati yang

umumnya tersusun indah dalam tiga baris per bait dan

setiap baris ( lirik ) terdiri dari gugusan delapan suku kata.


Lawas adalah perwujudan budi pekerti tau Samawa

yang tertuang dalam keluhuran bahasa,, lawas sebagai

pilar budaya kita harus tetap mengacu pada dasar dasar

falsafah “ADAT BERENTI KO SYARA', SYARA'

BERENTI KO KITABULLAH “ itulah yang menjadi

kiblat kita dalam berkarya dan beretika. Jika dispesifikasi

kembali lawas mengandung pembelajaran bahwa apa yang

kita sampaikan harus menjunjung tinggi kesantunan dalam

berbahasa, walaupun lawas tersebut berisikan pujian,

ejekan, marah, ataupun cacian.

B. ASAL MUASAL LAWAS


Pemunculan karya seni lawas di Sumbawa tidak

diketahui secara pasti dari mana dimulai. Di perkirakan

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


dimulai oleh pembantu-pembantu Sultan Sumbawa yang

pulang berguru dan belajar tentang Agama Islam di Aceh,

Semenanjung Melayu dan Banjar. Mereka mengajak

datang ke Sumbawa para ulama dan pujangga penyebar

agama Islam, termasuk dari kota Lawe atau Padang Lawas

( sekarang menjadi kabupaten Padang Lawas ) Sumatra

Utara. Kemudian para pujangga itu membuat syair yang

selanjutnya disebut Lawas. Syair yang mendapat pengaruh

Elompugi ( syair Bugis ) ini menjadi Lawas seperti

diperbandingkan dalam contoh berikut :


Elompugi : terdiri dari 8, 7, dan 6 suku kata berturut-turut

pada baris kesatu, kedua, dan ketiga.


Rek-ku-a’ ma-ru’-da-ni-o
Ce-nga’-ko ri-ke-teng-nge
Ta-si-du-pa ma-ta
Lawas ; pada setiap barisnya terdiri dari 8 suku kata.
La-min si-ya du-nung no-tang
So-we san-tek bo-nga bin-tang
Leng bu-lan ba-te-mung ma-ta

Kedua syair tersebut bermakna sama yaitu :


Jikalau kanda duluan merindu
Sibaklah atap tataplah gemintang
Pada rembulan bertemu pandang

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


Pada awal kemunculan lawas dimasa kesultanan

Sumbawa, ulama dan budayawan Sumbawa yaitu H.

Muhammad Amin Dea Kadi telah menciptakan Lawas

Pamuji atau Lawas Aherat yang ditulis dengan huruf Arab

Melayu rabasa Samawa ( berbahasa Sumbawa ) sampai

190 bait, saling berkait secara teratur ( bariri ), tiada putus

berangkai menjadi satu. Lawas pada masa itu dipakai

menjadi media pembelajaran dalam memahami agama

Islam. Tentu saja pemahamannya lebih mengena karena

menggunakan bahasa seni dengan perlambangan yang

filosofis.

C. PERKEMBANGAN LAWAS
Lawas sebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam

masyarakat Sumbawa merupakan fenomena kebudayaan

yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya.

Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam

mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan

sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang

harus dilestarikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk

menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk

kegiatan.
Lawas sebagai puisi lisan tradisional masyarakat

Sumbawa hingga sekarang masih dapat dijumpai atau

dinikmati dalam berbagai bentuk pertunjukkan di

Sumbawa walaupun sebagian orang Sumbawa sudah tidak

lagi mengenal atau lebih tepat disebut dengan tidak bisa

balawas. Zaman modern sekarang ini, sedikitnya ada tiga

katagori orang Sumbawa terhadap Lawas ini. Pertama;

Tidak bisa balawas (membuat atau melantunkan) namun

mengerti akan makna dan filosofi dari Lawas tersebut.

Kedua; adalah sebaliknya; Hanya bisa balawas, tapi tidak

mengerti atau memahami makna lawas yang dilantunkan,

sehingga tidak jarang lawas yang dibuat atau dilantunkan

tidak berhubungan dengan kaidah-kaidah sebuah lawas.

Ketiga; banyak di antara orang Sumbawa yang tidak bisa

balawas dan sama sekali tidak mengerti pula makna yang

terkandung di dalam bait-bait lawas itu. Lawas sebagai

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


puisi lisan tradisional masyarakat etnis Sumbawa dapat

dinikmati dalam berbagai bentuk pertunjukkan. Lawas-

lawas ini biasanya dipertunjukkan dalam dua bentuk,

meliputi: 1) Pertunjukkan dipanggung dan 2) pada saat

orang bekerja di sawah, di ladang atau saat gotong royong

membangun rumah, mengasuh anak, upacara adat, dan

pada kegiatan Barapan Kebo (Kerapan Kerbau), yang

kesemuanya itu merupakan tradisi dan budaya masyarakat

Sumbawa. Lawas juga dilantunkan pada saat beraktivitas

biasanya untuk mengurangi rasa sepi, sebagai hiburan, dan

mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang dilakukan.

D. JENIS LAWAS DAN CONTOHNYA


Menurut bentuknya lawas dibedakan menjadi :
1. Lawas pengaruh pantun ( lawas sual/lawas alar )
Ara renge desa Meno
Udang manis dalam dulang
Kemang danger katudampo

Mana lenge ling tu peno


Lamin manis mata nulang
Panangar saipo ampo

2. Lawas pengaruh puisi


No litung mana sangara
Saruntung tunung kuipi

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


Rapang basai paran

Berdasarkan ekspresinya (kandungan isi) yang sesuai


dengan usia pemakainya, lawas dibedakan menjadi
sebagai berikut :

1. Lawas Tau Ode


Adalah lawas yang dipakai oleh anak-anak berisikan
tentang hidup dan kehidupan anak-anak yang penuh
dengan keceriaan, kegembiraan dan suka cita.
Contohnya :
Adi ode dalam bilik
Nyentik ima poyong mama
Sadua kita gama’ndi

Ma tunung adi ma tunung


Meleng tunung kubeang me
Jangan jadi kembo kopang

2. Lawas Taruna-dadara
Adalah lawas yang bertemakan cinta kasih dan perasaan
saying antar muda-mudi. Contohnya :
Rea niat kupe andi
Sate ku riam ke kau (L)
Sanapat gama we untung

Saratis pangeneng sia


Saribu pamelang kaku (P)
Ampin mo sanak salaki

3. Lawas tau loka

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


Adalah lawas yang dipakai oleh orang tua berisikan
tentang nasehat, pendidikan, filsafat, dan keagamaan.
Contohnya :
Lagi ujan barat siwa
Lamin sala lok panyomo
Kenang bajarip no kawan

Mana adal tendri subu


Lamin balong sipanyomo
Kenang tumaning kawan si

Pembagian lawas menurut isinya adalah sebagai berikut :


1. Lawas Pamuji ( lawas agama )
Pamuji tentu ko Nene’
Nosi bau tukamaeng
Ada pang kita bajele

Manasi ada pang kita


Sanompo anong tu puji
Na ke sangka no kamilen

2. Lawas Nasehat
Manasi manis parajak
Agama dadi paruji
Na turit lamin basengkal

Ajan katingka basengkal


Ete sipat sengkal pade
Kenang sangerat panali

3. Lawas Ngasi
Bua ku nangis no penang
Siong ku kangila rara
Kupendi jangi parana

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


4. Lawas Sindiran
Tutusi karowe cinde
Lamin dadi tali lampak
Yarik repasi ling tau
Manasi karowe lutung
Lamin dadi sikap ya
Jonyong soan si leng tau

5. Lawas Suka-cita
Katutir mula pang Balat
Hallo… Mister Richart
Yapasila irup sepat

Kabarundang Eya Hmat


Ada boat ano jemat
Ete nantu Mister Richart

6. Lawas Kasih-sayang
Kendung saleng sawit dana
Ruwa sia tu basely
Bakemang selak panotang

Ta kusempit kemang ate


Rabungkus salamar arab
Siya kemas gama terima

7. Lawas Senda-gurau
Na jina munangis bito
Sendi odesi katetak
Nosoka yapolak dua

Mangkudapo polak dua


Lamin yatu basunatsi
Poto baesi tutetak

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


No soka yapolak dua
Mutahan gama ngering nan
Era yabawa kanyaman

8. Lawas Kepasrahan
Kaku ojongsi parana
Tiris no kubeang basa
Ujan tampear tukeme

9. Lawas Harga Diri


Tutusi lenas mugita
Mara ai dalam dulang
Rosa dadi umak rea

10. Lawas patriotism


Lamin kuat persatuan
Tarjang manang Mira-Puti
Katutup lawang panjaja

11. Lawas Nyeletuk ( Sanuga )


Sawai kau baesi
Turit sipat siso bako
Ruris luar bengkok dalam

Berdasarkan waktu penyampaian yang dihubungkan


dengan jenis lagu ( temung ) untuk menggugah semangat
kerja, lawas dibedakan menjadi :
1. Lawas ulan siup dibawakan dengan lagu ( temung ) di
pagi hari
2. Lawas ulan ntek ano dibawakan dengan lagu ( temung )
ketika matahari menanjak
3. Ulan panas ano dibawakan dengan lagu ( temung ) pada
saat matahari memuncak

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


4. Ulan rawi ano dibawakan dengan lagu ( temung ) pada
sore hari
Disamping itu ada temung ano rawi ( mulai dari wilayah
Rhee ke barat ) dan temung ano siup ( mulai dari Moyo
Hilir ke selatan sampai timur termasuk di kota Sumbawa ).

E. FUNGSI LAWAS

a. Media hiburan

Lawas sebagai sastra tutur pada masyarakat Sumbawa


secara umum juga berfungsi sebagai media hiburan.
Karena itu merupakan rukh dari sebuah karya sastra.
Lawas dapat dikemas dalam bentuk tampilan seni
Sakeco, ngumang, rabalas lawas, langko dan lain-lain
yang murupakan konsumsi hiburan masyarakat. Dalam
fungsinya sebagai hiburan lazimnya lawas yang
dibawakan selalu berisikan lelucon dan kelakar bahkan
biasanya menggoda atau menganggu orang lain.
Mengganggu orang lain yang dimaksud dalam hal ini
adalah membangkitkan semangat dan gairahnya yang
mungkin tadinya kelihatan kurang semangat mengikuti
sebuah acara.

b. Pembuka Perhelatan / Acara

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


Sebuah acara baik itu acara upacara adat, kegiatan
sosial kemasyarakatan ataupun permainan rakyat,
biasanya juga di buka dengan bahasa lawas sebagai
salah satu upaya dalam menempatkan ciri-ciri budaya
lokal dalam kehidupan masyarakat Sumbawa.

c. Media informasi dan promosi

Lawas sebagai salah satu sastra lisan di Sumbawa yang


sudah menyatu dengan kehidupan sosial masyarakat
sangat berperan dalam proses transformasi nilai budaya,
penyebaran informasi dan sebagai sarana pendidikan
agama. Seperti lawas pamuji dan lawas tuter Nabi
Muhammad merupakan sebuah bentuk inforamasi
pendidikan agama yang menggunakan media lawas.
Pada era tahun 1950an dan 1960an lawaspun juga
digunakan sebagai sarana promosi partai politik.
Dewasa inipun tak jarang kita lihat papan-papan yang
berisi promosi pembangunan di daerah juga
menggunkan lawas.

d. Fungsi Edukatif

Nilai edukatif dalam lawas hampir tdak terlepas dalam


setiap jenis lawas (lawas Nasihat, lawas cinta dan lawas
anak-anak), karena kalau dicermati secara teliti setiap
jenis lawas tetap mengandung nilai pendidikan. Nilai-

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


nilai tersebut dipoles dengan gaya bahasa yang indah
walaupun itu isinya berupa kritikan tajam ataupun
motivasi. Tata cara dalam bahasa itulah yang
mengedukasi kita tentang tata cara atau etika
komunikasi kepada sesama.

SAKECO
A. DEFINISI

Sakeco merupakan kesenian yang banyak di gemari oleh

orang sumbawa, alatnya berupa dua buah rabana dan di

mainkan oleh dua orang seniman penabuh dengan

membawa syair berbahasa sumbawa berupa lawas dan

cerita tentang suatu kejadian perkara. Lawas-lawas yang

disampaikan melalui sakeco penuh dengan pesan, sindiran,

ejekan dan terkadang lucu dan porno yang membuat para

pendengan tersenyum tersipu-sipu dan bahkan tertawa

terpingkal-pingkal. Sakeco merupakan seni yang sangat

luwes dan dinamis dibandingkan dengan yang lain. Sakeco

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


dapat dimuati oleh Lawas Nasihat (pamuji); Lawas Tau

Loka, Lawas Muda-mudi, Lawas tode yang dibuat dalam

bentuk tutur (cerita naratif).

Alat yang di gunakan itu terbuat dari kayu kamboja (kayu

jepun) yang salah satu bagiannya di tutup dengan kulit

kambing yang telah di keringkan dan di ikat dengan rotan

dan kawat. Rebana yang digunakan adalah bisa Rabana

Ode atau Rabana Rango/Rabana Kebo (Rebana Besar).

Penggunaan dua jenis rebana ini didasarkan pada temung

yang akan digunakan. Hanya saja, pada saat Sakeco,

rabana yang digunakan harus sejenis. Perbedaan

penggunaan dua jenis rabana ini karena perbedaan Temung

(nada lagu), dan isi Sakeco. Rabana Ode lebih lincah,

agresif, lebih variatif, dan jika ditabuh maka akan lebih

cepat. Rabana Ode biasa dipakai untuk memainkan

temung Sakeco Ano Rawi, sedangkan Rabana Kebo selain

mengeluarkan suara lebih besar, temponya lambat, dan

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


juga lebih monoton dari segi nada. Rabana Kebo biasanya

digunakan oleh sebagian besar orang Sumbawa Ano Siup.

B. SEJARAH SAKECO

Sejarah keberadaan sakeco ditanah samawa sampai saat ini

tidak jelas asal usul, kapan dan siapa yang memainkan

pertama kali akan tetapi ada yang mengatakan bahwa

istilah sakeco itu berasal dari nama dua orang ahli

pelantun lawas dari wilayah bagian barat ( Taliwang ) yang

bernama Zakaria (nama panggilannya Sake) dan

Syamsuddin (nama panggilannya Co). Dari kedua nama

inilah di sambung nama Sake dan Co menjadi Sakeco.

C. FUNGSI SAKECO

Secara umum Sakeco juga berfungsi sebagai media

hiburan dan sosial. Sakeco dapat dikemas dalam bentuk

tampilan seni Sakeco pertunjukan yang murupakan

konsumsi hiburan masyarakat. Dalam fungsinya sebagai

hiburan lazimnya lawas yang dibawakan selalu berisikan

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


lelucon dan kelakar bahkan biasanya menggoda atau

menganggu orang lain. Mengganggu orang lain yang

dimaksud dalam hal ini adalah membangkitkan semangat

dan gairahnya yang mungkin tadinya kelihatan kurang

semangat mengikuti sebuah acara.

D. CONTOH SAKECO

Ngibar Pio Lis Matano


Tarepa Pucak Sakola
Pio Baguru Pangeto

Bua Baguru Pangeto


Kurang Umir No Tu Pato
Kalalo Nyawa Menansi.

Sai Sate Nyaman Ate


Laga Baguru Pangeto
Lema No Nesal Pang Mudi.

Pangeto Beang Ning Guru


Lamin Yanosi Tuamal
Ilang Nomonda Kalako.

Bakalakosi Era Na
Karing Katenris Tueneng
Talo Leq Batari Jangi
Jinan Nanta Dea Guru
Ajar Kami Katenrang
Yabalas Jasa Leng Tuhan.

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


Leng Ano Ta Tuberpisah
Nawar Batemung Kabali
Sia Maaf Tugamana
Kajangi Nosi Kudatang
Mikir Ateku Kabali
Ada Ke Kuaran Andi.
Runtung Ano Tubarema
Tukameri Tugamporo
Mara Nomo Tubaseka
Tubaseka To Andi E
Balong Mumenong Ling Kaku
Ruris Gama Musakola
Sai Tubungkak Sakola
Jarang Bau Bakalako
Rapang Kayu Mate Manang.

Bata Kurancik Sakeco


A La E Nanta Gantuna
Bata Kukemang Sakeco
No Kurancik Kurang Maras
Tambah Rancik Tambah Maras
Ina Bapak Dawam… Mi Pata Balo Tolo… Tamo Rancik.

Bulanmo Kasingin Tingi


Selam Bausi Kugita
Sia Me Lako Kubuya.
Pening Otakku Ramido
Nonda Me Kulalo Mongka
Nonda Sia Meluk Aku
Kabiasaku Ke Sia
Mara Tali Ontar Telu

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


Bau Putes Kaseang Do.
Lamen Tutu Sayang Kemang
Ngaro Gama Galak Jango
Lema Naq Sumping Leng Tau.
Lamin Jodoku Ke Sia
Lemamo Gama Tunika
Yasempit Aku Ko Saudi.
Sia Sempet Ku Ko Saudi
Kusempet Cek Lako Sia
Sia Kenang Lalo Ngecok..
Cerita Sakeco umumnya terdiri atas pembuka (samula)
yang berisi ucapan selamat datang dan terima kasih kepada
penonton. Kemudian disusul ringkasan kisah yang akan
diceritakan, selanjutnya bagian inti cerita (isi sakeco), dan
terakhir racik atau penutup yang biasanya berupa cerita
jenaka.

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


TUTER

A. DEFINISI TUTER
Tuter artinya bercerita. Tuter berarti menceritakan

dongeng atau cerita mitos yang mempunyai latar belakang

sejarah kurang jelas. Tuter disebut juga sebagai cerita

rakyat yang umumnya disampaikan secara lisan oleh

seseorang kepada orang lain. Tuter sering juga di

sampaikan saat seorang ibu hendak menidurkan anaknya.

Adapun pada saat istirahat lainnya. Fungsinya untuk

menghibur juga sebagai sarana mendidik anak dengan cara

menceritakan kejadian dengan peran tokoh yang dianggap

baik.

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


B. CONTOH TUTER SUMBAWA

Tuter Ne Bote ke Ne Kakura

mula-mula ada ne bote lalo klek ne kakura ya ajak alo ete


puen punti kmelar

ne bote : o...... ne kakura apa boat sia


ne kakura : u...k, kuda nosoda boatku
ne bote : be balong mo, apa ya kuajak kau adang puen
punti kmelar pang berang bungkak bale
ne kakura : ya mo lemam tu lalo

be lalo mo ne bote ke ne kakura, alo adang puen punte


kmelar pang berang bungkak bale nga

ne bote : aida... nekakura. na kam ada puen punti rea


kamelar e.......
ne kakura : be lema ete gina ne bote
ne bote : aida ne kakura, be no kuto ngenat aku ta.... kau
mo alo ete..
ne kakura : ao mo dean... nan bua mu ajak aku ampa.....

alomo ne kakura ko dalam berang ete puen punti. dapat


darat rabagi mo puen punti ita ke ne bote.

ne kakura : ta ne bote... kaleng tu bagi mo...


ne bote : "lamen ya kuete poto pasti kotar ya rabua punti
ku ta" (pikir ne bote). tam lok ne ka kura, aku mo poto,
kau mo puen, deal ke.
ne kakura : ya mo... nan nan mo

mole mo ne bote ke ne kakura alo tanam punti ita ko bale


masing-masing, ne bote tres-tres ya siram punti ta siup
rawi petang ano ya rawat poto punti de katanam leng ne

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


bote ta, tapi sayang nasip poto punti no bau tumong akar
ba matemo munti ne bote ta.

tapi, puen punti ne kakura ta tumung subur apa puin punti


kamo bau telas akar

talo mo ate ne bote ta.......


kamo bersambung tuter ta.... tari mo kelanjutan.......

Tuter tersebut memiliki pesan moral tentang pentingnya

ilmu pengetahuan dan kejujuran

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa


DAFTAR PUSTAKA

http://sumbawapintar.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-
perkembangan-lawas-sumbawa.html
http://eprints.umm.ac.id/25213/1/jiptummpp-gdl-
dewiarmawa-35814-2-bab1.pdf
Amin, Usman. 2016, boan lawas. Yogyakarta : CV. Arti Bumi
Intaran
https://ihinsolihin.wordpress.com/sastra/fungsi-lawas-dalam-
kehidupan-masyarakat-sumbawa/
https://www.kompasiana.com/nurbaitippkn13/sakeco-salah-
satu-kearifan-lokal-suku-samawa-yang-dikembangkan-pada-
mata-pelajaran-kesenian_57074ee5937e61d107a77066
http://sekongkang-
online.blogspot.co.id/2009/06/sakeco.html#.WwZujDcRXIU

Materi Ajar Kurikulum Muatan Lokal Samawa

Anda mungkin juga menyukai