Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Alat Musik Cilokak Sasak Lombok - Cilokak sasak adalah satu produk seni

penghibur yang ada di dalam kebudayaan sasak yang pada dasarnya dari apa yang di nyanyikan
adalah potret kondisi pribadi atau masyarakat dari tradisi pemikiran orang sasak sendiri. Dan
daripada itu, untuk melihat bagaimana kondisi atau perasaan pribadi masyarakat sasak itu dapat
kita lihat melalu lagu-lagu cilokak yang sedang berkembang. Hal semacam ini dapat kita lihat
dari kaca mata kontekstual dan juga secara universal dalam lingkup tradisi palsafah yang ada
dalam kebudayaan sasak.

Dalam perkembangannya saat ini, Cilokak sasak telah banyak mengalami kemajuan, yang
menjadikannya beberapa variasi,kreasi dan pecahan. Ada cilokak
tradisional,gabungan(dangdut),dan kontemporer (instrumental). Semuanya masih tetap Eksis dan
semakin produktif dalam menghibur masyarakat sasak.Dan masyarakat sasakpun masih
mempunyai ketertarikan untuk mendengar lagu-lagu cilokak ini, baik yang tradisional,gabungan
dan modern.

Apa yang di hasilkan cilokak saat ini adalah sumbangan besar terhadap kebudayaan sasak. Baik
itu dalam rangka memertahankan fungsinya yang mendasar untuk menghibur masyarakat sasak
,atau juga telah lebih dari pada sebuah hiburan. yaitu sebagai amanat kontekstual yang di
kandung dan disampaikan secara langsung ataupun tidak langsung. dan masyarakat sasak sendiri
dapat mengambil makna daripada apa yang di sampaiakan/lagukan. Walaupun banyak dari pada
lagu cilokak yang berkembang sekarang di dominasi oleh tema guyonan,canda,dan banyolan,
namun itulah poret masyarakat sasak saat ini, yang mana dari sana kita dapat melihat dan
bercermin bahwa inilah wajah masyarakat sasak yang ada.
Dan oleh karena itu, bagaimanapun hasil karya cilokak itu haruslah tetap di jaga ,di hormati dan
di biarkan berkembang apa adanya. Jikalau pun itu jelek, masyarak at sasaklah yang berhak
menilai dan menerima sebagai konsumen dan pendukung kebudayaan. Hingga pada akhirnya
cilokak tetap dapat di wariskan ke generasi selanjutnya dengan kreasi ataupun kehendak dari
pada apa yang di sukai oleh masyarakat sendiri di kemudian hari. Baik nantinya yang akan di
ciptakan oleh para budayawan atau akan timbul dengan sendirinya.

Cilokak merupakan salah satu jenis musik tradisional khas suku sasak di Lombak Timur. Musik
ini mulai diperkenalkan kira-kira tahun 1948 oleh seorang seniman pencipta asal Lingkuqiaki
desa Bungtiang Kecamatan Sakra bernama Mamiq Srinatih (alm).

Nama Cilokak diambil dari salah satu nama/judul lagu yang digemari mereka pada saat itu. Arti
Cilokak dari kata seloka lebih mendekati kenyataan karena syair-syair yang dibawakan
merupakan seloka.

Musik Cilokak adalah permainan seperangkat alat musik tradisional seperti mandolin, biola,
gendang, suling, jidur, kempul, dan rincik untuk mengiringi lantunan lagu-lagu daerah berupa
lagu kayaq, yaitu jenis lagu daerah Lombok yang berisi nasihat-nasihat/petuah-petuah berbentuk
pantun. Sentuhan lagu-lagu dan irama musik cilokak yang memiliki kekhasan tersendiri ini
sangat digemari oleh masyarakat suku Sasak. Sekarang musik cilokak sudah berkembang di
berbagai tempat di Pulau Lombok dan sampai sekarang masih eksis dan tetap digemari oleh
masyarakat sasak.

Musik cilokak berirama gambus memang tak lepas dari gendang dan mandolin. Cuma, karena
tuntutan zaman, instrumen lain pun dimasukkan. Sebutlah, bas, biola, kecrek, dan ketipung.

Musik cilokak nyaris sama dengan jenis musik tradisi lainnya di negeri ini, yang bersiasat untuk
tetap tabah menghadapi gencetan musik modern seperti dangdut, pop, dan seterusnya yang bisa
dijumpai di mana saja, di rumah, di tempat hajatan, angkutan umum, gedung bioskop.

Ya, seperti gamelan di Jawa yang bersiasat dan kemudian melahirkan campursari, seperti
di Cirebon yang menyulap tarling menjadi dangdut koplo, dan seterusnya.

Demikian pula dengan cilokak. Kendati penyanyinya memakai dandanan kebaya dan kain,
gendang dan mandolin, tapi di panggung, goyangan penyanyi cilokak tak mau kalah dengan
goyang penyanyi dangdut. Yang menengarai bahwa ini masih cilokak dan juga masih di Lombok
Timur adalah, notasi lagu-lagu yang dibawakan masih terasa benar ke-melayuan-nya serta
sesekali sang penyanyi dengan gerakan kecil masih menggetarkan jari-jarinya mirip penari Bali.
Penyanyi pertama yang saya lupa namanya silam, diganti penyanyi berikutnya bernama Ismiatun
yang membawakan lagu Lalang Gunung. Usianya yangt masih remaja barangkali, yang membuat
goyangan Ismiatun lebih sopan dibanding penyanyi pertama. Bahkan goyang pinggul Ismiatun
tetap mengacu pada goyang penari pendet dari Bali yang berestetika itu.

Munculnya penyanyi ketiga bernama Nurhasanah yang berduet dengan pemain mandolin dan
membawakan lagu Empatpuluh, mengingatkan saya pada lagu-lagu Melayu yang ada di daratan
Riau. Inilah mungkin format cilokak sebenarnya. Berirama melayu, berpantun, dan tak
mengumbar goyang.

Nurhasanah yang sudah separoh baya itu pun cuma melenggang-lenggangkan kedua tangannya
mengikuti bunyi gendang. Ah, power suara Nurhasanah juga boleh diandalkan. Ya, suara Nur
nyaring dan bertenaga dengan artikulasi yang prima.

Musik Cilokak awalnya berasal dari permainan sebuah gambus.

Gambus

Dengan gambus ini orang-orang mendendangkan lagu-lagu daerah untuk mengisi waktu
senggang dan sebagai pelepas lelah. Berangsur-angsur gambus ditambah dan dikombinasikan
dengan alat musik lain sebagai pelengkap irama, melodi dan ritmis lagu-lagu yang dibawakan.
Beberapa perangkat alat musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi irama musik
gambus, antara lain :

Mandolin
Biola

Gendang

Suling

Jidur
Rincik

Nama "Cilokak" diambil dari salah satu nama atau judul lagu yang digemari oleh masyarakat
pada waktu itu. Arti cilokak itu sendiri sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti,
namun ada pendapat yang mengatakan cilokaq berasal dari kata ”Seloka” yang berarti sebuah
syair/puisi Melayu Klasik yang berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung
senda gurau, sindiran bahkan ejekan. (sumber)

Pada tahun 1968 Cilokaq lebih dikenal setelah mendapat bimbingan dari seorang pemusik
keroncong bernama Lalu Sinarep. Beliau berusaha memasukkan teknik musik keroncong dan
lagu-lagu lain ke dalam cilokaq. Sekarang musik cilokaq sudah direkam dan diperjual belikan di
pulau Lombok dan di daerah lain. Lagu-lagu yang dimainkan oleh pada musik Cilokaq ini
umumnya disebut kayak. Kayak merupakan kesenian yang sangat populer di kalangan
masyarakat pedesaan di pulau Lombok. Biasanya orang-orang pedesaan melantunkannya sambil
menanam atau memotong padi di sawah.

Sentuhan lagu-lagu dan irama musik Cilokak yang memiliki kekhasan tersendiri ini sangat
digemari oleh masyarakat suku Sasak. Sekarang musik cilokak sudah berkembang di berbagai
tempat di Pulau Lombok dan sampai sekarang masih eksis dan tetap digemari oleh masyarakat
sasak. Musik cilokak untuk sekarang ini nyaris sama dengan jenis musik tradisi lainnya di negeri
ini, yang bersiasat untuk tetap tabah menghadapi gencetan musik modern seperti K-Pop, Rock,
Pop, dan lain-lain yang banyak dijumpai di kalangan masyarakat Umum

Anda mungkin juga menyukai