Anda di halaman 1dari 22

TUGAS BAHASA INDONESIA

POWER POINT TEKS NOVEL XI


UPT A:
• NAMA ANGGOTA KELOMPOK
• Exzan Alfiansah (13)
• Farel Ilham Roziqin (14)
• Miftah Ageng Saputra (20)
• Rama Brawijaya (29)
Soal Teks Novel A (1-3) B (4-8)
1. Apakah yang kalian ketahui tentang
karya sastra?
2. Sebutkan 3 jenis karya sastra!
3. Apakah yang kalian ketahui tentang
prosa?
4. Apakah yang kalian ketahui tentang
CONTENTS
novel?

5. Bagaimanakah ciri-ciri novel!

6. Bagaimanakah struktur novel!

7. Bagaimana kebahasaan novel!


8. Analisislah sebuah novel berdasarkan
strukturnya!
JAWABAN :
A
1. KARYA SASTRA ADALAH CIPTAAN YANG
DISAMPAIKAN DENGAN KOMUNIKATIF
TENTANG MAKSUD PENULIS UNTUK TUJUAN
ESTETIKA.
2. 3 JENIS KARYA SASTRA:
A. PROSA ADALAH BENTUK KARYA SASTRA
YANG MENGGUNAKAN BAHASA BEBAS, TIDAK
TERIKAT DENGAN ATURAN IRAMA, DIKSI,
RIMA.
B. PUISI MERUPAKAN KARYA SASTRA YANG
BERFOKUS PADA KEINDAHAN DIKSI
C. DRAMA MERUPAKAN KARYA SASTRA YANG
MENGGUNAKAN BAHASA YANG BEBAS DAN
4. NOVEL ADALAH SEBUAH KARYA FIKSI PROSA YANG
DITULIS SECARA NARATIF DAN BIASANYA DITULIS
DALAM BENTUK CERITA.

5. CIRI-CIRI NOVEL :
1. UMUMNYA TERDIRI DARI 100 HALAMAN ATAU LEBIH.
JUMLAH KATA LEBIH BANYAK DIBANDING DENGAN
CERITA PENDEK.
2. TEMA DAN ALUR CERITA BERSIFAT KOMPLEKS.
PERMASALAHAN YANG DISAJIKAN LEBIH RUMIT DAN
BERAGAM.
3. BERBENTUK NARASI
4. ALUR BERKEMBANG
5. MEMPUNYAI BANYAK TOKOH, TETAPI JUGA ADA
NOVEL YANG HANYA MEMPUNYAI 1 TOKOH DALAM
6. NOVEL MEMPUNYAI 6
STRUKTUR PENYUSUN :
1. ABSTRAK ADALAH RINGKASAN
ISI CERITA TERLETAK DI AWAL
CERITA.
2. ORIENTASI YAITU BAGIAN
YANG MENJELASKAN WAKTU,
SUASANA, TOKOH-TOKOH YANG
ADA DALAM NOVEL.
3. KOMPLIKASI YAITU YANG
MENANDAKAN URUTAN SEBAB
AKIBAT TERJADINYA PERISTIWA.
4. EVALUASI YAITU PUNCAK
7. NOVEL MEMPUNYAI 3 KAIDAH
KEBAHASAAN :
1. UNGKAPAN YAITU GABUNGAN KATA
YANG MAKNANYA SUDAH MENYATU.
2. MAJAS ADALAH KEKAYAAN BAHASA
DENGAN MEMAKAI RAGAM TERTENTU, 4
JENIS MAJAS (MAJAS PERBANDINGAN,
SINDIRAN, PENEGASAN, PERTENTANGAN).
3. PERIBAHASA YAITU KALIMAT BERISI
PERBANDINGAN, PERUMPAMAAN,
8. ANALISIS SEBUAH NOVEL
-Abstrak :BERDASARKAN
hal 5 STRUKTURNYA
Mendengar kata 'sekolah' pada umumnya
seseorang akan membayangkan suatu tempat
dimana orang-orang melewatkan sebagian dari
masa hidupnya untuk belajar atau mengaji
sesuatu. Kata itu umumnya memang diacukan
pada suatu sistem, suatu lembaga, suatu organisasi
besar dengan segenap kelengkapan perangkatnya :
sejumlah orang yang belajar dan atau mengajar, sekawanan
bangunan gedung, secakupan peralatan, serangkaian kegiatan
terjadwal, selingkupan aturan, dan sebagainya, dan
seterusnya. Padahal, dalam bahasa aslinya, yakni kata skhole,
scola, scolae, atau schola (Latin), kata itu secara harfiah
berarti 'waktu luang' atau 'waktu senggang'. Nah, apa
dulunya tidak terjadi kekeliruan pada Si Jan atau Si Jack
yang menyebut kata itu dalam bahasa ibu mereka dengan
ejaan 'school', yakni asal mulai kata 'sekolah' dalam bahasa
kita sekarang? sebenarnya tak ada yang keliru. Pangkal
perkaranya bisa diacak kembali jauh ke belakang, ke zaman
Yunani Kuno, zaman dan tempat asal muasal kata tersebut.
Orientasi : hal 90
Ketika anak berbakti itu kemudian ternyata tidak benar-benar
berhenti bersekolah, karena ayahnya yang seorang Kepala
Sekolah tidak merelakannya mengotori tangan secepat itu, dan
karena seorang rektor suatu perguruan tinggi ternama menjadi
tertarik dan bersedia menerimanya sebagai mahasiswa tanpa
perlu melalui ujian saringan masuk : banyak orang lantas
serentak menarik nafas lega ;"Nah gitu, dong...!! "
Maka, suatu penyelesaian pun dicapai, lalu suasana pun menjadi
reda dengan sendirinya. Orang-orang kembali tenang dan,
pelan-pelan, nama Eko Sulistyo pun surut dari arus pemberitaan
dan pembicaraan umum.
Komplikasi : hal 90-91
Habis, apalagi?
Ya, apalagi?
Tapi, sebentar! Cobalah perhatikan ini : sekolah di sesali karena
memecat atau menampik Eko. Itu dianggap keliru dan bahkan
ada yang mencapnya sebagai tindakan yang tidak mendidik
sama sekali. Namun, tak banyak dipertanyakan : mengapa
sekolah melakukan hal yang bahkan bertentangan dengan
hakikat keberadaannya sendiri sebagai lembaga 'pendidikan',
yang seharusnya menyalurkan bakat dan semangat
keingintahuan seorang? Dengan kata lain, sekolah sudah terlalu
disesali, tapi pada saat bersamaan sekaligus juga amat
didambakan
Evaluasi : hal 90
"Kasus pemecaran Eko Sulistyo, seorang siswa SMA di
Yogyakarta, bermula ketika anak itu mengumumkan hasil
penelitian terbatas yang diprakarsai dan dilaksanakannya
sendiri tentang pandangan kaum remaja seusianya
mengenai kehidupan seksual, sehingga kasus itu juga dikenal
sebagai 'Kasus Angket Sex Remaja'. Selama beberapa
mjnggu, koran-koran Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung,
melaporkannya secara eksklusif. Lalu terjadi banjir surat
pembaca dan polemik pun berkembang. Dari semua
tanggapan tersebut, terlibat bahwa masyarakat umumnya
cenderung tidak bisa menerima keputusan pemecatan Eko.
Alasan bahwa Eko melakukan penelitiannya
tanpa izin resmi dari sekolahnya dan dari
penjabat pendidikan setempa, dianggap
sebagai alasan dicari-cari dan mengada-ada,
bahkan makin memperlihatkan kelemahan
dunia pendidikan nasional yang semakin
biokratis dan serba forma, semakin tunduk
dan diatur oleh kekuasaan politik, bukan oleh
kaidah-kaidah asas ilmiah dan akademis yang
seharusnya.
Resolusi : hal 91
Karena itu, ketika Prof. Dr. Andi Hakim Nasution, Rektor
Institut Pertanian Bogor (IPB) kala itu, yang memang
dikenal gandrung dan banyak mencetuskan gagasan
membahru tentang penanganan pendidikan bagi anak-
anak berbakat, akhirnya menerima Eko sebagai
mahasiswa IPB tanpa perlu melalui ujian saringan masuk,
banyak reaksi dari masyarakat menyatakan dukungan
mereka dan menganggap keputusan itu jauh lebih tepat,
berani, dan lebih mendidik. Maka heboh kasus ini pun
segera mereda perlahan-lahan dan kemudian dilupakan
orang lagi.
Koda : hal 94
Sekolah memang telah terinternalisasi sedemikian rupa
dalam seluruh bagian keseharian kita, melalui suatu
proses sejarah yang panjang dan lama, yang sedemikian
berpengaruh, terhadap kehidupan perseorangan, dan
perkauman kita, menjadi suatu imperatif budaya,
semacam gejala 'ketaksadaran kolektif', sehingga setiap
orang merasa kehilangan sesuatu yang teramat sangat
berharga bagi diri dan hidupnya, kehilangan, peluang dan
hak, jika ia gagal atau terputus di tengah jalan dalam
mencapai suatu tingkatan sekolah tertentu.
CEROS & BATOZAR
Tereliye
1. Tema : Petualang tiga sahabat di dunia pararel ( Cover
belakang )
2.Tokoh dan Penokohan
- Ali : seorang berusia 14 tahun jenius dan pemalas dari
klan bumi memiliki kekuatan apa saja ( halaman 371 )
- Seli : usianya 15 tahun suka mendengarkan lagu, dan
ingin banyak tau. Dari klan matahari memiliki kekuatan
bisa mengeluarkan petir ( halaman 367 )
- Raib : usianya 15 tahun seorang perempuan, suka
membaca buku dari klan bulan memiliki kekuatan bisa
menghilang.
- Bu Ari : guru sejarah kelas 11 di sekolah ( halaman 7 )
- Ceros makhluk berkepala badak ( episode 7 )
- Batozar seorang jagal dan seorang buronan ( halaman
156 )
3. Alur : menggunakan alur campuran ( episode 5)
4. Latar waktu :
- pagi hari, siang hari , malam hari
- 2.000 tahun lalu
- 100 tahun lalu
( Halaman 200 episode 7 )
5.Latar tempat : bangunan kuno , candi mborobudur,
sekolah, musium
6. Sudut pandang : menggunakan sudut pandang orang
pertama yaitu aku ( episode 1 )
7. Gaya bahasa : menggunakan bahasa yang cukup
dipahami, Namun terdapat kata, istilah, dan penebutan
benda dengan menggunakan bahasa istilah di
dalamnya.
8. Amanat:
Saat kita mengalami masalah kita harus mengatasi
semua masalah dan menyelesaikannya dengan bersama
- sama serta jangan patah semangat dalam
menyelesaikan nya, butuh sebuah pengorbanan dan
pilihan yang harus di tempuh di dunia pararel.
1.Judul - Sher lock holmes
2.Tema - misteri kejahatan
3.Tokoh - sher lock holmes,MR watson, profesor Moriarty
Bukti kehadiran tokoh
•Sher lock holmes - "Saya harus melakukanya" kata
Sher lock holmes tidak sabar(Bab 3)
•MR watson - "porlock,watson hanyalah nom_de_plume
(Bab1)
•Profesor moriartiy - anda pernah mendengar saya
berbicara tentang profesor moriartiy? (Bab1)
4.Alur - menggunakan Alur maju
5.Latar waktu - pagi dan malam( Bab 3)
6.Latar tempat - Desa brilstone (Bab2 dan Bab 3),
Meja makan(Bab1),London(Bab 2 dan Bab 3)
7.Sudut pandang - Sudut pandang Orang ke 3
8.Gaya bahasa - Mudah di pahami meski banyak juga
istilah istilah yang di gunakan serta beberala istilah
yang sulit di mengerti
9.Amanat - selalu teliti dalam mengamati sesuatu dan
menyelesaikan masalah dengan kepala dingin sertda
berfikirlah sebelum bertindak
Judul - Dilarang mengutuk Hujan.
Tema - Pendulum yg Ritmis yg mistis.
- Tokoh - Mas Hairus Salim HS - "Iqbal kui cah bejo di
Suatu malam"
-iqbal Aji. Dar Yon - "urip iki meh golek opoto Bos"
-Memiliki emak wowo
Alur- menggunakan Alur maju
Latar waktu. malam-"iqbal kui cah bejo kata mas
Hairus Salim HS di suatu malam
Latar tempat - Jogja - Dari lingkar Jogja utara hingga
Jogja Selatan
Sudut pandang - Sudut pandang orang ke 3
Gaya bahasa - mudah di pahami karena
berbahasa tentang jaman sekarang
Amanat - berteman lah sebanyak mungkin
entah teman mu itu lebih tua darimu atau
lebih muda darimu yg terpenting membuat
hidupmu lebih maju
SEKIAN TERIMAKASIH😇

Anda mungkin juga menyukai