Anda di halaman 1dari 13

Piagam Jakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dokumen historis berupa kompromi antara pihak Islam dan pihak kebangsaan dalam
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk
menjembatani perbedaan dalam agama dan negara. Nama lainnya adalah "Jakarta Charter".
Piagam Jakarta merupakan piagam atau naskah yang disusun dalam rapat Panitia Sembilan atau
9 tokoh Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945.

BPUPKI dibentuk 29 April 1945 sebagai realisasi janji Jepang untuk memberi kemerdekaan
pada Indonesia. Anggotanya dilantik 28 Mei 1945 dan persidangan pertama dilakukan keesokan
harinya sampai dengan 1 Juni 1945. Sesudah itu dibentuk panitia kecil (9 orang) untuk
merumuskan gagasan-gagasan tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara
pada persidangan pertama. Dalam masa reses terbentuk Panitia Sembilan. Panitia ini menyusun
naskah yang semula dimaksudkan sebagai teks proklamasi kemerdekaan, namun akhirnya
dijadikan Pembukaan atau Mukadimah dalam UUD 1945. Naskah inilah yang disebut Piagam
Jakarta.

Piagam Jakarta berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan fasisme,


serta memulai dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua
dari Piagam Perdamaian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15 Agustus 1945)
itu merupakan sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi
Republik Indonesia.

Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan UUD 1945.


Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itoe ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab
itoe maka pendjadjahan di atas doenia haroes dihapoeskan, karena tidak sesoeai
dengan peri-kemanoesiaan dan peri-keadilan.

Dan perdjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat


jang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan Rakjat Indonesia ke-depan
pintoe-gerbang Negara Indonesia, jang merdeka, bersatoe, berdaulat, adil dan
makmoer.

Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan didorongkan oleh
keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan kebangsaan jang bebas, maka Rakjat
Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaannja.

Kemoedian daripada itoe, oentoek membentoek soeatoe Pemerintah Negara


Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa Indonesia dan seloeroeh toempah darah
Indonesia, dan oentoek memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan
kehidoepan bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan ”
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disoesoenlah
kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe dalam suatu Hoekoem Dasar Negara
Indonesia, jang terbentoek dalam soeatoe soesoenan negara Repoeblik Indonesia
jang berkedaaulatan Rakjat, dengan berdasar kepada:

1. Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-


pemeloeknja
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam
permoesjawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.

Djakarta, 22-6-1945

Panitia Sembilan

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Mr A.A. Maramis
4. Abikoesno Tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr Achmad Soebardjo
8. Wahid Hasjim
9. Mr Moehammad Yamin.

Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan
Muqaddimah (preambule). Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh PPKI,
istilah Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD. Butir pertama yang berisi kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya, diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa oleh
Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan,
Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.

Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir.
Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir,
H.A. Salim, Achmad Subardjo, K. H. Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.
Catatan:

Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta dan
berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, di antaranya Teuku Moh
Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul penghapusan itu.
Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan
Yang Maha Esa” demi keutuhan Indonesia.Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan
rumusan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam
rapat pleno PPKI.

=====================================================================================

Isi Pembukaan UUD 1945


Republik Indonesia
Pembukaan UUD 1945

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan."

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya."

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada :

Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab,


persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,

serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

=====================================================================================

Sumpah Pemuda
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara
Indonesia.

Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua[1] yang
diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan
cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan
ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar
"disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".

Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan
diberikan setelahnya.[2] Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana
tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda[3]. Penulisan menggunakan ejaan
van Ophuysen.

Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

=====================================================================================
Kemenkumham RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (disingkat
Kemenkumham RI) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
hukum dan hak asasi manusia. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dipimpin
oleh seorang Menteri yang sejak 27 Oktober 2014 dijabat oleh Yasonna Laoly. Kemenkumham
beberapa kali mengalami pergantian nama yakni: "Departemen Kehakiman" (1945-1999),
"Departemen Hukum dan Perundang-undangan" (1999-2001), "Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia" (2001-2004), "Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia" (2004-2009), dan
"Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia" (2009-sekarang).

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pertama kali dibentuk pada tanggal 19 Agustus
1945 dengan nama Departemen Kehakiman. Menteri Kehakiman yang pertama menjabat adalah
Soepomo. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada zaman pemerintahan Belanda
disebut Departemen Van Justitie yaitu berdasarkan peraturan Herdeland Yudie Staatblad No.576.

Dalam sidang PPKI tahun 1945 menetapkan mengenai Departemen Kehakiman dalam struktur
Negara menurut UUD. Dalam UUD tadi disebutkan departemen termasuk Departemen
Kehakiman yang mengurus tentang pengadilan, penjara, kejaksaan dan sebagainya. Dalam
sidang PPKI tersebut dibuat pula penetapan tentang tugas pokok masalah ruang lingkup tugas
Departemen Kehakiman walaupun secara singkat masih mengacu kepada peraturan Herdeland
Yudie Staatblad No.576.

Pada tanggal 1 Oktober 1945 kewenangan Departemen Kehakiman diperluas yakni Kejaksaan
berdasarkan Maklumat Pemerintah tahun 1945 tanggal 1 0ktober 1945 dan Jawatan Topograpi
berdasarkan Penetapan pemerintah tahun 1945 Nomor 1/S.D. Jawatan Topograpi kemudian
dikeluarkan dari Departemen Kehakiman dan masuk ke Departemen Pertahanan berdasarkan
Penetapan Pemerintah tahun 1946 nomor 8/S.D.

Ketika Departemen Agama dibentuk pada tanggal 3 Januari 1946, Mahkamah Islam Tinggi
dikeluarkan dari Departemen Kehakiman Republik Indonesia dan masuk ke Departemen Agama
Republik Indonesia berdasarkan penetapan pemerintah tahun 1946 Nomor 5/S.D.

Pada 22 Juli 1960, rapat kabinet memutuskan bahwa kejaksaan menjadi departemen dan
keputusan tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden RI Nomor 204/1960 tertanggal 1
Agustus 1960 yang berlaku sejak 22 Juli 1960. Sejak itu pula, Kejaksaan RI dipisahkan dari
Departemen Kehakiman. Pemisahan tersebut dilatarbelakangi rencana kejaksaan mengusut kasus
yang melibatkan Menteri Kehakiman pada saat itu.

Pengalihan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara dari Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia ke Mahkamah Agung berawal dari Undang-Undang No 35 Tahun 1999
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang kemudian dijabarkan dalam
Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang No. 5
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung. Pada tanggal 23 Maret 2004 Presiden Megawati mengeluarkan Keputusan Presiden RI
No. 21 Tahun 2004 tentang pengalihan organisasi, administrasi dan finansial dan lingkungan
Peradilan Umum dan Tata Usaha Negara, Pengadilan Agama ke Mahkamah Agung yang
kemudian ditindaklanjuti dengan serah terima Pengalihan organisasi, administrasi dan finansial
di lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara ke Mahkamah Agung pada
tanggal 31 Maret 2004.

Nama Departemen Kehakiman telah beberapa kali berubah nama karena disesuaikan dengan
fungsi dari Departemen tersebut yaitu dari Departemen Kehakiman menjadi Departemen Hukum
dan Perundang Undangan dan sekarang menjadi Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia.

Kantor wilayah (kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia merupakan instansi
vertikal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berkedudukan di setiap provinsi,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kanwil terdiri atas beberapa divisi serta sejumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT), termasuk
Kantor Imigrasi, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Lapas Terbuka • Lapas Narkotika, Rumah
Tahanan Negara (Rutan), Cabang Rutan, Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan),
Balai Pemasyarakatan (Bapas), Balai Harta Peninggalan (BHP), serta Rumah Detensi Imigrasi
(Rudenim).

Ministry of Justice and Human Rights of the Republic of Indonesia ( abbreviated


Kemenkumham RI) is the Indonesian government ministry in charge of legal affairs and human
rights. Ministry of Justice and Human Rights under and responsible to the President. Ministry of
Justice and Human Rights is headed by a Minister that since October 27, 2014 held by Yasonna
Laoly. Kemenkumham several times through the name change: "Department of Justice" (1945-
1999), "the Ministry of Law and Legislation" (1999-2001), "the Ministry of Justice and Human
Rights" (2001-2004), "the Department of Justice and Human rights "(2004-2009), and" The
Ministry of Justice and Human rights "(2009-present).

Ministry of Justice and Human Rights was first established on 19 August 1945 under the name
Department of Justice. Minister of Justice who first served is Supomo. Ministry of Law and
Human Rights at the time of the Dutch government called the Department Van Justitie that is
based on rules Herdeland Yudie Staatblad 576.

In the trial PPKI 1945 establishes the structure of the Department of Justice in the State by the
Constitution. In the Constitution the mentioned departments including the Ministry of Justice
that take care of the courts, prisons, prosecutors and so forth. In the trial PPKI also made a
determination about the task of the subject matter scope of the Justice Department brief though
they refer to rules 576 Herdeland Yudie Gazette.

On October 1, 1945 the authority of the Justice Department expanded the Prosecutor by Notice
Government 1945 1st 0ktober 1945 and the Bureau of Topography based determination of the
government in 1945 No. 1 / SD Bureau of Topography is then removed from the Department of
Justice and the entrance to the Department of Defense is based on determination of the
Government of 1946 numbers 8 / SD

When the Ministry of Religious Affairs was formed on January 3, 1946, the High Islamic Courts
issued from the Ministry of Justice of the Republic of Indonesia and the entrance to the Ministry
of Religious Affairs of Indonesia under the 1946 government decision No. 5 / SD

On July 22, 1960, the cabinet meeting decided that the prosecutor's office into the department
and the decision contained in the Presidential Decree No. 204/1960 dated August 1, 1960 in
force since July 22, 1960. Since then, the Attorney RI separated from the Ministry of Justice.
Such separation is motivated prosecutor plans to investigate cases involving the Minister of
Justice at that time.

Transfer of General Courts and Administrative Courts of the Ministry of Justice and Human
Rights to the Supreme Court started from Act No. 35 of 1999 on Basic Provisions on Judicial
Authority which are then presented in Act No. 4 Year 2004 on Judicial Power Law No. 5 of 2004
on Amendments to the Law No. 14 of 1985 on the Supreme Court. On 23 March 2004 President
Megawati issued Presidential Decree No. 21 of 2004 on the transfer of organizational,
administrative and financial, and the General Courts and the State Administration of Religious
Court to the Supreme Court which is then followed by the handover Transfer of organizational,
administrative and financial environment General Courts and State Administrative Court to the
Supreme Court on March 31, 2004.

Name of the Department of Justice has several times changed its name because it adapted to the
function of the department is on the Department of Justice to the Department of Law and
Invitation and now the Ministry of Justice and Human Rights.

Regional offices (offices) of the Ministry of Justice and Human Rights is a vertical institution
Ministry of Law and Human Rights based in each province, which is under and responsible to
the Minister of Justice and Human Rights. Kanwil composed of several divisions and a number
of Technical Implementation Unit (UPT), including the Immigration Office, correctional
institutions (prisons), Prisons Open • Narcotics Prison, State Prison (Rutan), Branch Prison,
Home Storage Objects Confiscated State (Rupbasan), Hall correctional (Bapas), Center for
Heritage (BHP), and immigration detention (Rudenim).
Poltekim Imigrasi
Sejarah

Sejak Negara Republik Indonesia mengambil alih tugas keimigrasian dari bangsa Belanda pada
tahun 1950, diperlukan Pejabat Teknis Imigrasi untuk seluruh wilayah Negara Indonesia dan
perwakilan RI di luar negeri. Guna memenuhi kebutuhan tenaga teknis keimigrasian yang
professional, maka pada tahun 1962 dibentuklah Akademi Imigrasi berdasarkan Keputusan
Menteri Kehakiman RI. Akademi Imigrasi berdiri pada tanggal 21 Desember 1962 berdasarkan
pengukuhan dari Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor J.P.17/59/11 tahun 1962 tentang
pembentukan Akademi Imigrasi dimana pembentukannya merupakan konsekuensi logis akan
kebutuhan Aparatur keimigrasian yang terampil dan profesional yang bertugas sebagai penegak
hukum yang kemudian dikembangkan dalam trifungsi Imigrasi (Public service, Security & Law
enforcement, National Economic fasilitator).

Dalam kurun waktu 1962-1976 Akademi Imigrasi menghasilkan 3 Angkatan, yaitu AIM I, II, III.
Tahun 1976, dibutuhan Pejabat Teknis dalam kurun waktu yang singkat, maka Program
pendidikan Akademi Imigrasi dihentikan dan Pendidikan Teknis Keimigrasian dilakukan melalui
Crash Program yaitu PTK (Pendidikan Teknis Keimigrasian) dan PDK (Pendidikan Dasar
Keimigrasian). Setelah 23 tahun berhenti akhirnya pada tahun 1999, Program pendidikan
Akademi Imigrasi diaktifkan lagi dimulai kembali dengan AIM IV.

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, Akademi Imigrasi telah bertransformasi menjadi
Politeknik Imigrasi. Hal ini menjadi suatu langkah baru dan sekaligus menjadi tantangan bagi
seluruh insan imigrasi, khususnya para pemuda bangsa yang tengah mempersiapkan diri menjadi
bagian dari Politeknik Imigrasi. Sebab, terdapat peningkatan strata Politeknik Imigrasi menjadi
D-4. Tidak hanya itu, Politeknik Imigrasi juga terbagi menjadi 3 program studi, yaitu Hukum
Keimigrasian, Administrasi Keimigrasian, dan Manajemen Teknologi Keimigrasian.

Profil

Akademi Imigrasi (AIM) adalah suatu pendidikan tinggi kedinasan di lingkungan kementerian
Hukum dan HAM yang menyelenggarakan pendidikan profesional kedinasan, terutama
diarahkan pada penerapan keahlian, dan ilmu pengetahuan di bidang keimigrasian. Setelah
melalui beberapa proses yang cukup panjang, kini AIM telah bertransformasi menjadi Politeknik
Imigrasi (Poltekim).

Poltekim saat ini di komandoi oleh seorang direktur bernama Ibu Pramella Yunidar Pasaribu
memiliki Visi yakni menjadikan SDM (Sumber Daya Manusia) Imigrasi yang memiliki
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Sedangkan Misinya
menanamkan nilai-nilai kejuangan sehingga terbentuk sikap pembiasaan untuk beribadah,
berakhlak mulia, belajar terus menerus, berkarya, bermanfaat, bersahaja, dan bersih hati. Visi
dan Misi AIM tersebut diarahkan dalam rangka mencapai tujuan pembentukan AIM yaitu
mencetak kader pimpinan di lingkungan Direktorat Jendral Imigrasi dan Kementerian Hukum
dan HAM RI masa depan dimana lulusannya kelak akan ditempatkan di seluruh kantor imigrasi
di Indonesia dan atau di perwakilan imigrasi di luar negeri.

Sejauh ini Akademi Imigrasi telah meluluskan Pejabat Imigrasi sebanyak:

 Kursus Keimigrasian : 227 orang


 Kursus Aplikasi Sarjana : 8 orang
 Akademi Imigrasi Angkt. I – III : 182 orang
 Pendidikan Teknis Keimigrasian (PTK) Angkt. I – XXXII : 1985 orang
 Akademi Imigrasi (AIM) Angkt. IV – XV : 746 orang
 Pendidikan Khusus Keimigrasian (DIKSUSKIM) Angkt. I – III : 193 orang
 Pendidikan Pejabat Imigrasi (DIKPIM) Tahun 2015 : 128 orang

Sistem Pendidikan

Sekarang proses pendidikan di Politeknik Imigrasi sudah berubah drastis. Sebab adanya
peningkatan strata menjadi Diploma IV. Tidak hanya itu, Politeknik Imigrasi juga terbagi
menjadi 3 program studi, yaitu Hukum Keimigrasian, Administrasi Keimigrasian, dan
Manajemen Teknologi Keimigrasian.

Proses ini diawali dengan latihan dasar kesamaptaan, yaitu rangkaian kegiatan yang ditujukan
buat pembentukan dasar mental, fisik, dan kedisiplinan para calon taruna. Pelatihan pendidikan
dasar tersebut berlangsung selama 30 hari dengan supervisi langsung dari Korps Marinir yang
merupakan salah satu komando primer TNI Angkatan Laut atau juga dari Korps Brimbo
(Brigade Mobil) Kepolisian Republik Indonesia.

Kegiatan latihan dasar kesamaptaan di Akademi Imigrasi dirangkaikan dengan masa basis, yaitu
masa persiapan dan sosialisasi kehidupan taruna kepada calon taruna. Masa ini berlangsung
selama tiga bulan dan bertempat di pusat pendidikan dan latihan milik Kementerian Hukum dan
HAM Republik Indonesia.

Di dalam pola pendidikan, Politeknik Imigrasi menggunakan pola sesuai dengan Keputusan
Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor: M.08-DL.01-05 Tahun
2000 tentang Panduan Pengajaran, Pelatihan dan Pengasuhan pada Akademi Imigrasi atau yang
dikenal dengan istilah “jarlatsuh”, yaitu singkatan dari pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan
yang masing-masing memiliki bobot 50 %, 20 %, dan 30 %.

A. Pengajaran

Pengajaran, merupakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan tujuan memperoleh,


memperluas, dan memperdalam ilmu dan pengetahuan akademik. Bentuknya dapat berupa
kuliah, ceramah, atau instruksi. Metode pedagogi ini menitikberatkan aspek kecerdasan dan
kemampuan intelektual dengan bobot nilai 50%.
Pendidikan yang didapat oleh para taruna meliputi Mata Kuliah Dasar Umum, Mata Kuliah
Dasar Khusus, Mata kuliah Keahlian dan Mata Kuliah Keterampilan untuk bidang ilmu hukum,
sosial dan tentunya materi teknis Keimigrasian. Di bidang ini taruna diajarkan untuk bisa belajar
baik secara perorangan maupun berkelompok. Dengan kerjasama yang baik diantara anggota
kelompok belajar itu, tentunya dapat meningkatkan wawasan dan menambah pengetahuan para
taruna serta mempermudah proses transformasi ilmu.

Setiap tahunnya, taruna Akademi Imigrasi melakukan kegiatan praktek di lapangan, baik di
kantor-kantor imigrasi ataupun Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Tahap I yang dilakukan pada
akhir semester II ialah Praktik Pengenalan Lapangan, disingkat PPL. Tahap II yang dilakukan
pada akhir semester IV ialah Praktik Kerja Lapangan, disingkat PKL. Tahap III yang dilakukan
pada akhir semester VI ialah Kuliah Kerja Nyata, disingkat KKN. Hal ini merupakan suatu
langkah penting yang harus dilaksanakan oleh taruna Akademi Imigrasi sebagai awal bagi taruna
untuk mengenal dunia pekerjaan yang akan digeluti di masa yang akan datang.

Di setiap awal dari semester baru, dilaksanakan acara yudisium yaitu peresmian bagi taruna
untuk melangkah menuju semester yang baru. Disini disebutkan taruna-taruna yang berprestasi
dan masuk ke dalam peringkat 10 terbaik. Hal ini menjadi suatu cambuk dan motivator bagi
taruna yang lain agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya di semester yang akan datang.

Akhir dari masa pendidikan di bidang pengajaran ini adalah dengan diadakannya sidang Karya
Tulis Akhir bagi taruna tingkat 3. Di dalam sidang ini, taruna wajib memaparkan hasil tulisan
yang telah dibuat dan mempertahankan pendapatnya di hadapan tim dosen penguji. Hal ini
dilaksanakan sebagai salah satu syarat bagi kelulusan taruna dari Akademi Imigrasi sehingga
kemudian bisa diwisuda untuk menjadi seorang Pejabat Imigrasi.

B. Pelatihan

Pelatihan, merupakan kegiatan pengaplikasian teori di lapanganyangdapat dijadikan tolak ukur


kemampuan dan dominasi pengetahuan akademik. Metode pedagogi ini menitikberatkan aspek
keterampilan dan profesionalisme dengan bobot nilai 20%.

Seperti yang kita ketahui bahwa imigrasi adalah garda terdepan sebagai penjaga pintu gerbang
negara, artinya bahwa kita adalah pihak pertama yang akan menerima kedatangan orang asing
dari luar negeri. Untuk bisa menjaga pintu gerbang negara Indonesia ini secara baik, dibutuhkan
tenaga-tenaga profesional yang dihasilkan dari pelatihan-pelatihan yang bisa mengembangkan
kemampuan taruna. Yang diberikan di bidang pelatihan adalah pelatihan Bahasa Asing seperti
Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang dan Bahasa Belanda. Untuk mendalami bidang
Teknologi dan Informasi, taruna diberikan pelatihan Komputer oleh dosen yang berkompeten di
bidangnya. Di bidang ketahanan diri, taruna diberikan pelatihan Bela Diri Karate serta Tae Kwon
Do. Sedangkan di bidang kekuatan fisik yaitu berupa Senam, Kesamaptaan, Volley dan Tennis.
Tidak hanya di bidang kekuatan fisik saja, taruna pun diberikan pelatihan yang dapat melatih
keseimbangan ritme tubuh yaitu dengan diberikannya pelatihan dansa internasional seperti cha-
cha, salsa, dan lainnya yang berguna bagi kemampuan taruna di dalam dunia pergaulan
internasional.
C. Pengasuhan

Pengasuhan, merupakan kegiatan pembimbingan dan pengasuhan yang bertujuan menanamkan,


memantapkan, dan mengamalkan nilai-nilai budaya bangsa. Metode pedagogi ini
menitikberatkan aspek mental dan kepribadian dengan bobot nilai 30%.

Bidang ini merupakan satuan pelaksana pendidikan dalam proses pembentukan kepribadian.
Bidang pengasuhan ini mengajarkan taruna untuk memiliki kemampuan bertanggung jawab,
kerjasama, disiplin, percaya diri dan kemampuan untuk mengendalikan diri. Di bawah asuhan
para pembina, taruna diarahkan untuk bisa membentuk kepribadian yang lebih baik lagi melalui
pembinaan mental ideologi, pembinaan watak, pembinaan jiwa korsa, pembinaan fisik serta yang
penting adalah pembinaan rohani. Untuk dapat melatih sikap-sikap seperti itu, di Akademi
Imigrasi dibentuk organisasi ketarunaan seperti Badan Perwakilan Taruna (BPT) sebagai badan
tempat menampung seluruh aspirasi taruna dan yang menjadi jembatan di antara taruna dan
pembina. Organisasi lain yaitu Senat Taruna, sebagai organisasi yang melaksanakan berbagai
kegiatan baik internal maupun eksternal sebagai tempat untuk menyalurkan ide serta kreatifitas
taruna. Disamping itu ada juga Pasukan Khusus Taruna yang biasa dikenal dengan julukan
Passustar yang beranggotakan 12 orang taruna. Passustar ini sebagai cerminan taruna yang selalu
melakukan berbagai kegiatan seremonial seperti pasukan pengibar bendera, pasukan pedang pora
untuk pernikahan, pasukan pengusung jenazah dan berbagai kegiatan lainnya. Semua organisasi
ketarunaan ini digerakkan oleh taruna itu sendiri dibawah pengawasan pembina serta izin dari
Direktur Akademi Imigrasi. Organisasi-organisasi tersebut menjadi jembatan bagi seluruh taruna
untuk bisa menyalurkan aspirasinya dalam beraktifitas dan mengeluarkan kreatifitasnya. Bentuk
lain yang bisa digunakan oleh taruna sebagai sarana penyaluran bakat dan kreatifitasnya yaitu
dengan bermain musik yang tergabung di dalam korps Bhumi Pura Wira Wibawa. Kelompok
musik berbentuk marching band ini biasa bermain untuk acara-acara baik seremonial maupun
sebagai hiburan. Pada saat bermain marching band, taruna dituntut kekompakan, kerjasama dan
kreatifitasnya didalam memainkan alat musik sehingga bisa tercipta suatu bentuk musikalisasi
yang indah.

Sarana dan Prasarana

Politeknik Imigrasi berkedudukan di Kampus Pengayoman, Badan Pengembangan Sumber Daya


Manusia (BPSDM) Hukum dan HAM RI, Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere Depok Jawa Barat.
Disana Akademi Imigrasi menempati gedung-gedung yang disebut Ksatrian AIM, ksatrian ini
mempunyai berbagai fasilitas penunjang pendidikan, seperti wahana olahraga berupa gym,
lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan voli, lapangan tenis, serta laboratorium bahasa
Inggris dan komputer.

Seluruh taruna di Akademi Imigrasi mendapatkan fasilitas loka tinggal berupa asrama. Selain itu,
mereka juga mendapatkan seluruh perlengkapan dan atribut taruna seperti PDH (Pakaian Dinas
Harian), PDL (Pakaian Dinas Lapangan), PDO (Pakaian Dinas Olahraga), PDU (Pakaian Dinas
Upacara), PDP (Pakaian Dinas Pesiar), seragam marching band, topi pet, baret, dan sepatu. Tak
hanya itu, seluruh taruna Akademi Imigrasi ini juga berhak atas uang saku yang akan diperoleh
setiap bulannya dan pesiar setiap minggunya.
Di Ksatrian AIM sekarang ini terdapat peserta didik yang berstatus taruna berjumlah 179 orang
taruna, terdiri dari AIM XVI berjumlah 64 orang, AIM XVII berjumlah 53 orang, dan AIM
XVIII berjumlah 62 Orang taruna.

Penerimaan Taruna Akademi Imigrasi angkatan XVIII yang sedang berlangsung proses
seleksinya diikuti oleh lebih dari 4 ribu orang yang ingin memperebutkan kursi sebanyak 65
taruna, hal ini menunjukan bentuk eksistensi dikalangan masyarakat sangat baik.

Pada beberapa waktu lalu juga Akademi Imigrasi harus berbangga karena masuk dalam 10
perguruan tinggi kedinasan terbaik di Indonesia seperti yang dilansir dalam sebuah situs
kaskus.com, Akademi Imigrasi menempati peringkat ke-5 terbaik dari perguruan tinggi
kedinasan di seluruh Indonesia dibawah Akademi TNI dan Akademi Kepolisian.

Peringkat ke-5 terbaik itu didapat atas prestasi-prestasi yang diperoleh oleh Taruna Akademi
Imigrasi seperti juara dalam beberapa cabang olahraga diajang Olimpiade Perguruan Tinggi
Kedinasan (OPTK), sumbangsih pemikiran berupa artikel dalam media cetak (artikel pada koran
sindo dan berbagai majalah lainnya), penampilan korps musik pada berbagai event penting, dan
lain-lain.

Selain taruna yang masih aktif, para lulusan Akademi Imigrasi (alumni) pun ikut menorehkan
berbagai prestasi yang sangat membanggakan diantaranya :

 Pendidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Pusdik Reskrim POLRI.


 Pelatihan Document Fraud (Dokumen Palsu).
 Bea siswa kerjasama dengan DIMA (Australia) sejauh ini program ini telah
menghasilkan 6 orang alumni dalam Master of Public Administration (lulusan AIM 4 dan
5) sedangkan program yang sedang berjalan untuk alumni AIM 6 dan 7 sebanyak 6
orang.
 Bea Siswa dengan Pihak Taiwan Police Academy, sejauh ini telah menghasilkan 1
alumni dari AIM 5 dan yang sedang berjalan untuk alumni AIM 4 sebanyak 1 orang.
 Program Bea Siswa rintisan gelar S1 dan S2 kerjasama dengan Universitas Indonesia dan
Universitas Padjadjaran.
 Pelatihan – pelatihan yang menunjang teknis keimigrasian.
 Dan lain-lainnya.

Semoga prestasi-prestasi yang telah diraih tersebut dapat dipertahankan dan bisa ditingkatkan
lagi agar dapat menjadi kebanggan bagi instansi Imigrasi.

Visi
SDM (Sumber Daya Manusia) Imigrasi yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual.

Misi
menanamkan nilai-nilai kejuangan sehingga terbentuk sikap pembiasaan untuk beribadah,
berakhlak mulia, belajar terus menerus, berkarya, bermanfaat, bersahaja, dan bersih hati.

Anda mungkin juga menyukai