Anda di halaman 1dari 53

1

BAB 1
PENDAHULUAN

Ruptur adalah robeknya atau koyaknya jaringan yang diakibatkan oleh

trauma. Sendi lutut terdiri atas oleh ligamen-ligamen seperti medial collateral,

lateral collateral, anterior cruciate dan posterior cruciate. Anterior cruriate

ligment (ACL) adalah salah satu ligamen utama pada lutut yang berfungsi untuk

mencegah tulang tibia bergeser kearah depan dari tulang femur dan untuk

mengontrol gerakan rotasi dari lutut.1

Ruptur ACL adalah kerusakan anterior cruriate ligment yang

menghubungkan femur distal dengan tibia proksimal, dapat disebabkan karena

kontak langsung maupun tidak langsung pada lutut. Penyebab rupture ACL

diakibatkan karena kontak langsung dapat terjadi karena adanya gaya dari

samping atau luar seperti benturan langsung pada lutut. Ruptur ini umumnya

terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan zig-zag, perubahan arah gerak, dan

perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi-deselerasi) seperti sepakbola,

basket, bola voli dan futsal. Mayoritas ruptur yang terjadi adalah non-kontak

dengan mekanisme lutut twisting (puntiran) sehingga bagian dalam dari ligamen

terkena dampak serius. Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau

salah posisi lutut ketika mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya

ACL, terutama trauma langsung pada lutut dengan arah gaya dari samping.2,3

Ruptur ACL merupakan peringkat kedua sebagai penyebab utama dari

cedera atlet, setelah ankle sprain. Secara total sekitar 250.000 ruptur ACL

diperkirakan terjadi setiap tahun di Amerika Serikat dengan konsekuensi jangka


2

pendek dan jangka panjang meliputi kelemahan otot, defisit fungsional, partisipasi

olahraga yang rendah, peningkatan risiko ruptur lutut kembali dan osteoarthritis

pada lutut.4

Penanganan ruptur ACL dapat bersifat operatif atau konservatif. Dalam

kedua kasus, tujuannya adalah untuk mencapai tingkat fungsional terbaik untuk

pasien tanpa risiko ruptur baru atau perubahan degeneratif pada lutut. Dasar

penatalaksanaan ruptur ACL untuk mengembalikan aktivitas sampai optimal.

Rehabilitasi adalah bagian penting dari perawatan.5

Dari keseluruhan proses fisioterapi, terapi latihan merupakan kegiatan

utama yang didukung oleh modalitas-modalitas lain. Hal ini dikarenakan

pengembalian fungsi gerak sering merupakan tujuan utama dari proses fisioterapi.

Rehabilitasi dilakukan pada fase kronis untuk merahibilitasi penderita ruptur atau

gangguan penyakit agar dapat mengembalikan fungsi tubuh seperti atau

mendekati fungsi semula.2

Tujuan terapi fisik adalah untuk menstimulasi otot dan sendi, melalui

berbagai gerakan fisik dan latihan, sehingga terbentuk kekuatan, fleksibilitas dan

lingkup gerak sendi yang optimal. Seorang fisioterapi akan melakukan program

latihan progresif dan memberikan petunjuk mengenai gerakan fungsional yang

benar, sehingga tidak terjadi kompensasi gerakan yang salah saat penyembuhan.3
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Lutut

Anggota gerak bawah dihubungkan oleh sebuah gelang sendi. Anggota

bawah khusus untuk menopang berat badan, mengatur gaya berat dan berjalan6.

Persendian atau artikulasi adalah suatu hubungan antara dua tulang atau lebih

yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada

bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh

tulang rawan. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan

pada tubuh7. Lutut memiliki beberapa persendian antara lain adalah tibiofemoral

joint, patellofemoral joint, proximal tibiofemoral joint. Meskipun sendi lutut

memiliki konstruksi yang baik, fungsinya sering terganggu bila terjadi gerakan

berlebihan pada lutut. Sendi lutut tersusun atas tulang, otot, ligamen, bursa,

meniskus, kapsul sendi, saraf, dan vaskularisasi6.

2.1.1 Tulang Pembentuk

Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu femur,tibia, fibulla, dan

patella. Pergerakan utama dari sendi lutut terjadi antara tulang-tulang

tersebut. Setiap tulang yang berhubungan tersebut dibungkus oleh kartilago

articular yang keras, namun halus dan didesain untuk mengurangi resiko

terjadinya cedera antar tulang.

Bagian-bagian dari tulang-tulang pembentuk sendi lutut antara lain:6

a. Femur
4

Femur atau tulang paha adalah tulang yang terberat dan terpanjang.

Panjangnya kirakira seperempat sampai sepertiga panjang badan. Pada sikap

berdiri femur menyalurkan berat badan dari panggul ke tibia.Femur terdiri

dari sebuah batang tulang dan dua ujung, atas, dan bawah. Pada ujung atas

terdapat kepala, leher dan dua trokanter, mayor dan minor. Pada ujung

bawah terdapat dua kondilus yang melengkung bagai spiral kondilus medial

dan lateral.7

Gambar 1. Ujung atas Femur dilihat dari depan dan belakang 8

b. Patela

Patela atau tempurung lutut adalah tulang sesamoid bentuk segitiga

berdiameter sekitar 5 cm yang tertanam dalam tendon insersi m.quadriceps

femoris. Bila otot ini lemas, patela dapat digerakan kekiri dan kanan dan

sedikit keatas dan kebawah. Patela mempunyai dua permukaan, anterior,

dan artikuler; punya tiga tepi, superior, medial dan lateral.7


5

Gambar 2. Tulang Patela tampak dari depan8

c. Tibia

Tibia atau tulang kering merupakan tulang terpanjang dan terberat

setelah femur. Letaknya pada bagian medial tungkai bawah. Pada sikap

berdiri tulang ini menyalurkan beban dari femur ke tumit dan kaki.

Permukaan anterior tibia merupakan tempat menempelnya ligamen patella.7

d. Fibula

Fibula terletak disebelah lateral tungkai bawah, kira-kira sejajar

dengan tibia. Panjangnya hampir sama dengan tibia, dan sangat ramping.

Kedua ujungnya agak melebar. Fibula membentuk sendi sinovial dengan

tibia diatas dan dengan talus dibawah. Bagian tengahnya dihubungkan

dengan tibia oleh membran interoseus. Tulang ini tidak menanggung berat
6

badan, karena bagian tengahnya terbungkus otot, hanya teraba di kedua

ujungnya. Otot penyusun dalam sendi lutut terdapat dua gerakan utama,

yaitu fleksi dan ekstensi. Untuk dapat melakukan gerakan tersebut

dibutuhkan kelompok otot sekitar sendi lutut.7

e. Fleksor lutut

Kelompok otot fleksor lutut adalah hamstring yang terdiri dari biceps

femoris, semitendinosus, semimebranosus. Selain itu juga dibantu otot- otot

gracilis, sartorius, gastrocnemius, popliteus dan plantaris.6

1) M.Biceps Femoris (Caput Brevis)

Origo : Linea Aspera Femur

Insersio : permukaan lateral caput fibula

Fungsi : Fleksi knee, rotasi tibia ke arah lateral (eksorotasi), ekstensi

hip

Inervasi : n.Ischiadicus (L5, S1, S2)

2) M.Semitendinosus

Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar

dengan semitendinosus dan biceps femoris

Insersio : Permukaan medial dari superior tibia melalui tendon pes

anserinus

Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi)

Inervasi : nervus tibial (L5-S2)

3) M.Semimembranosus
7

Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar

dengan semitendinosus dan biceps femoris

Insersio : Permukaan posterior medial condylus tibia

Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi)

Inervasi : Nervus tibial (L5-S2)

4) M.Gracilis

Origo : 1/2 bawah symphisis pubis dan ½ atas arcus pubis

Insersio : Pemukaan medial dan superior tibia melalui tendon

pesanserinus

Fungsi : Adduksi hip, fleksi knee, dan rotasi ke arah medial

(endorotasi)

Inervasi : Nervus obturator (L3,L4)

5) M.Sartorius

Origo : Spina iliaca anterior superior

Insersio : Permukaan antero medial atas os tibia tepat di pes anserinus

Fungsi : Fleksi, abduksi dan external rotasi hip joint. Fleksi dan

internal rotasi knee joint

Inervasi : Nervus Femoral (L2-L3)

6) M.Gastrocnemius

Origo : Caput medial dan lateral dari permukaan posterior condylus

femoralis

Insersio : Permukaan posterior calcaneus membentuk tendon achiles

Fungsi : Plantar fleksi kaki, fleksi knee


8

Inervasi : Nervus tibial (S1-S2)

7) M.Popliteus

Origo : Permukaan lateral condyles lateral

Insersio : Permukaan posterior proksimal shaft tibial

Fungsi : Fleksi lutut, membantu dalam rotasi medial tibia

Inervasi : Nervus tibial (variabel: L4,S1).

8) M.Plantaris

Origo : Lateral supracondylus femur di atas lateral head

gastrocnemius

Insersio : Tendon calcaneus

Fungsi : Plantar fleksi kaki dan fleksi knee

Inervasi : Nervus tibial

f. Ekstensor lutut

Kelompok otot ekstensor lutut adalah quadriceps yang terdiri dari:

rectus femoris, vastus medialis, vastus intermedius, vastus lateralis.

Keempat otot quadriceps bersatu membentuk tendon dan melekat pada

tulang tibia (tuberositas tibialis) melalui ligamen patella.9

1. M.Rectus Femoris

Origo : Spina iliaca anterior inferior dan bagian superior lekukan

acetabulum

Insersio : Tuberositas tibia

Fungsi : Fleksi hip dan ekstensi knee

Inervasi : Nervus femoral (L2-L4)


9

2. M.Vastus Medialis

Origo : Linea intertrochanterica dan bagian medial linea aspera

Insersio : Tendon patella dan tuberositas tibia

Fungsi : Ekstensi sendi lutut

Inervasi : Nervus Femoris (L2-L4)

3. M.Vastus Intermedius

Origo : 2/3 atas bagian anterior dan permukaan lateral os femur

Insersio : Tuberositas tibialis

Fungsi : Ekstensi sendi lutut (knee joint)

Inervasi : Nervus Femoral (L2-L4)

4. M. Vastus Lateralis

Origo : Trochanter major dan permukaan lateral atas linea aspera

Insersio : Tuberositas tibia

Fungsi : Ekstensi sendi lutut

Inervasi : Nervus femoris (L2-L4)

2.1.2 Ligamen

Ligamen adalah jaringan ikat yang terbuat dari serabut kolagen yang

menghubungkan tulang dengan tulang atau tulang rawan yang menyokong

memperkuat persendian. Fungsi utama dari ligamen untuk menjaga tulang

kerangka dan mencegah gerakan abnormal dari sendi. Ligamen terbagi

menjadi ekstrakapsuler dan intrakapsuler. Ligamen ekstrakapsuler terletak

dibagian luar kapsul. Sedangkan ligamen intrakapsuler terletak dibagian

dalam kapsul. Ligamen termasuk material keras dan tidak akan putus
10

dengan mudah. Kerusakan paling umum pada ligamen pada titik pertemuan

dengan tulang. Ligamen akan mengulur ketika terjadi gerakan persendian

misalnya fleksi Lutut,dan kembali ke semula ketika rileksasi. Akan tetapi

ligamen tidak dapat mempertahankan bentuk aslinya apabila terjadi gerakan

yang berlebihan di dalam persendian dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan ligamen yang akan menimbulkan ketidakstabilan sendi misalnya

akan terjadi ruptur (robek) ligament.10

2.2 Definisi

2.2.1 Definisi Anterior Cruciate Ligament

Anterior Cruciate Ligament merupakan bagian dari empat ligamen

utama yang menstabilisasi sendi lutut. Anterior Cruciate Ligament (ACL)

dan Posterior Cruciate Ligament (PCL) terentang dari tulang disekitar

fosa interkondiler femur sampai ke tibia masing-masing di depan dan di

belakang interkondiler.11 Penamaan anterior dan posterior berdasarkan

perlekatannya pada tibia. Kedua ligamen ini saling menyilang seperti

huruf X. ACL melonggar ketika knee fleksi dan tegang ketika ekstensi

penuh. Mencegah tulang tibia dari pergeseran yang berlebihan dan

menstabilisasi knee dalam melakukan berbagai aktivitas. Posterior

Cruciate Ligament tegang ketika knee joint fleksi dan berguna untuk

membatasi pergerakan femur ke anterior dan tibia ke posterior terutama

ketika knee fleksi.11


11

2.2.2 Definisi Ruptur Anterior Cruciate Ligament

Ruptur adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang disebabkan

karena trauma dimana dapat terjadi secara parsial maupun komplit. Ruptur

Anterior Cruciate Ligament dapat digolongkan menjadi:11

a. Derajat I : Serat dari ligamen yang meregang tetapi tidak robek ada

pembengkakan sedikit dan nyeri ringan. Tidak meningkatkan kelemahan

dan ada end feel.

b. Derajat II : Serat ligamen yang robek sebagian atau robek lengkap

dengan perdarahan. Ada pembengkakan yang moderat

dengan beberapa hilangnya fungsi. Sendi mungkin merasa

tidak stabil selama aktivitas. Nyeri dan sakit meningkat

dengan Lachman dan anterior drawer stress test.

c. Derajat III : Serat-serat ligamen benar-benar robek (ruptured).

Ligamen telah robek sepenuhnya menjadi dua bagian. Ada

kelembutan tetapi tidak banyak rasa sakit terutama bila

dibandingkan keseriusan cedera. Mungkin ada

pembengkakan sedikit atau banyak pembengkakan.

Ligamen tidak dapat mengendalikan gerakan lutut. Lutut

terasa tidak stabil.

2.3 Etiologi

Diperkirakan bahwa 70 persen dari cedera ACL terjadi

melalui mekanisme non – kontak sementara 30 persen adalah hasil dari kontak

langsung dengan pemain lain atau object. Mekanisme cedera sering dikaitkan
12

dengan perubahan arah secara cepat, berhenti mendadak dan pendaratan dari

melompat yang tidak benar.12

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa atlet wanita memiliki insiden

yang lebih tinggi cedera acl dari atlet laki-laki di olahraga tertentu, telah

diusulkan bahwa ini adalah karena perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot, dan

kontrol neuromuskular.12

Penyebab lain dari hipotesis ini adalah perbedaan kelamin yang berkaitan

dengan tingkat cedera acl yang termasuk keselarasan pelvis dan ekstremitas

bawah (kaki) , dan peningkatan kelemahan ligamen. Jatuh dari tangga atau

hilang satu langkah di tangga adalah kemungkinan penyebab lainnya.

Seperti bagian tubuh lain, ACL menjadi lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi

lebih mudah pada orang tua dari usia 40.12

2.4 Epidemiologi

Prevalensi kejadian cedera ACL yang lebih besar ditemukan pada

wanita dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan

cedera ACL juga didapati ruptur pada meniskus.

Pada cedera ACL akut, meniskus lateralis lebih sering robek, pada ACL kronis,

meniskus medial lebih sering robek pada penelitian prevalensi mengenai

cedera ACL pada populasi umum, didapati bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3.500

orang, memperkirakan 95.000 ruptur ACL per tahun.13

Sekitar 200.000 ACL terkait cedera terjadi setiap tahun diAmerika Serikat,

dengansekitar 95.000 ruptur ACL. Sekitar 100.000 ACL rekonstruksi dilakukan

setiap tahun. Insiden cedera ACL lebih tinggi pada orang yang berpartisipasi
13

dalam olahraga yang berisiko tinggi seperti basket, bola sepak, ski. Pada

tanggapan frekuensi partisipasi, prevalensi cedera ACL yang lebih

tinggi diamati lebih pada wanita dari laki-laki, pada tingkat 2,4-9,7 kali lebih

besar pada wanita.13

2.5 Gejala klinik

Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada

saat cedera yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan

dari melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi /poros). Ketidakstabilan

mendadak di lutut (lutut terasa goyah).12

Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau

setelah pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.

Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin merupakan

tanda perdarahan dalam sendi.12

Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba biasanya merupakan tanda cedera

lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena pembengkakan dan / atau rasa sakit.

Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesa yang cermat

menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan pemeriksaan fisik

yang sesuai. Pastikan anamnesa mencakup mekanisme kejadian cedera

sekarang dan kejadian sebelumnya jika ada.12,13


14

2.6 Penegakkan Diagnosis

2.6.1 Anamnesis14

1. Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien

pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Hal yang perlu ditanyakan

meliputi nyeri, kekakuan, pembengkakan, deformitas, disabilitas dan

penyakit sistemik

2. Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan

cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan

pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat

3. Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan

adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan

penyakitnya sekarang

4. Riwayat penyakit dalam keluarga – untuk mencari kemungkinan

penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi

5. Riwayat pengobatan – apakah yang sudah dilakukan / diberikan ketika

insiden terjadi.

6. Riwayat pribadi dan sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi,

pendidikan dan kebiasaan.

2.6.2 Pemeriksaan Fisik4

a. Look, cari apakah terdapat:

- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnomal, angulasi, rotasi, dan

pemendekan
15

- Functio laesa (hilangnya fungsi), mencari tau apakah bagian yang terkena cedera

masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak

- Tanda-tanda peradangan

b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.

c. Move, untuk mencari:

- Krepitasi, terasa bila ada fraktur ketika digerakkan

- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif. Seberapa jauh

gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan, range of

motion (derajat dari ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan.

d. Lachman Test

Pada tes lachman, pasien pada posisi supine, lutut difleksikan 30 derajat.

Femur distabilasikan dengan satu tangan dan satu tangan mengerakkan tibia

ke anterior. Positif jika end point dari translasi anterior tibia tidak jelas dan

infrapatellar slope menghilang, yaitu jika ACL robek, pemeriksa akan

merasakan gerakan ke depan dari tibia meningkat (ke atas atau anterior)

dengan hubungannya dengan tulang paha (jika dibandingkan

dengan kaki normal) dan gerakan lembut pada end point,

(karena ACL robek) saat ini gerakan berakhir.15

Gambar 3. Test Lachman15


16

e. Pivot Shift Test

Pada pivot shift test pasien pada posisi supine, lutut difleksi 5 derajat dan

valgus stres diberikan sambil memberi gaya internal rotasi pada tibia, lutut

kemudian difleksi 30 - 40 derajat, tes positif jika lutut tereduksi ke posterior.

Jika acl robek, tibia akan mulai maju ketika lutut sepenuhnya lurus dan

kemudian akan bergeser kembali ke posisi yang benar dalam hubungannya

dengan tulang paha ketika lutut dibengkokkan lebih 30 derajat.15

Gambar 4. Pivot Test15

f. Drawer Test

Pasien dalam posisi supine, lutut fleksi 90 derajat, kaki distabilasikan

oleh pemeriksa dan tibia ditarik kearah anterior.tes positif apabila terdapat

translasi lebih dari 6mm. Ataupun apabila tibia didorong ke posterior akan

terjadi translasi jauh ke posterior berarti positif.15


17

Gambar 5. Test Drawer15

G. Tes Meniscus15

Pada umumnya, untuk menentukan meniscus yang robek para pemeriksa

sering mengalami kesulitan. Tiga macam tes yang paling umum digunakan

yaitu Tes McMurray, Tes Kompresi Apley dan Tes Distraksi Apley.

1. Tes McMurray

Tes McMurray digunakan untuk menentukan longgar pada lutut. Cara

kerjanya adalah penderita diletakkan menghadap ke atas di atas meja,

dengan tungkai yang cedera difleksikan secara penuh. Pemeriksa

meletakkan salah satu tangan pada kaki (telapak kaki) dengan tangan yang

satunya diatas ujung lutut, jari-jari menyentuh garis sendi sebelah medial.

Pergelangan tangan melakukan gerakan seperti menuliskan lingkaran kecil

dan menarik tungkai ke dalam posisi ekstensi. Pada saat hal ini terjadi atau

dilakukan, tangan pada lutut merasa ada respon bunyi “klik”. Meniscus

sebelah medial yang robek dapat dideteksi pada saat tungkai bawah diputar

secara eksternal sedangkan rotasi internal memberikan deteksi dari lateral

yang robek.
18

2. Tes Kompresi Apley

tes kompresi apley dilakukan dengan posisi penderita berbaring

menghadap kebawah (tengkurap) dan tungkai bawah difleksikan sampai 90

derajat. Sementara tungkai atas. distabilkan, tungkai bawah segera

diaplikasikan dengan tekanan ke bawah. Tungkai tersebut kemudian diputar

kembali dan seterusnya. Jika rasa nyeri timbul, maka cedera meniscus

terjadi. Tercatat bahwa terdapat robekan meniscus sebelah medial sewaktu

dengan rotasi eksternal dan robekan meniscus lateral dengan rotasi internal

tungkai bawah.

3. Tes Distraksi Apley

Pada posisi yang sama dengan tes kompresi apley (Arnheim, 1993: 548),

pemeriksa menggunakan traksi pada tungkai saat menggerakkannya kembali

dan seterusnya (Gambar 15). Maneuver ini membedakan robekan pada

ligamen kolateral dari robeknya kapsul dan meniscus. Jika kapsul atau

ligamen terpengaruh, maka rasa nyeri akan terjadi. Jika meniscus robek,

maka tidak ada rasa nyeri yang terjadi dari traksi dan rotasi.

Gambar 6. Tes Mcmurry, Tes Kompresi Apply dan Tes Distraksi Apply
19

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang 15

1. Arthroscopi

Selama artroskopi, alat bedah akan dimasukkan melalui satu atau

lebih potongan kecil (sayatan) pada lutut untuk melihat bagian dalam lutut.

Ini adalah prosedur yang digunakan untuk memeriksa bagian

dalam sendi dengan memasukan tabung tipis (arthroscope) yang

berisi kamera dan cahaya melalui sayatan kecil didekat sendi.

Kamera mengirimkan gambar close-up video dari sendi ke monitor tv,

di mana dokter dapat melihat bagian dalam sendi.

2. Magnetic resonance imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik pengimejan

perubatan yang digunakan dalam radiologi untuk memvisualisasikan

struktur dalaman secara terperinci. MRI memanfaatkan cara resonansi

magnetik nuklear (NMR) yang boleh melihat setiap atom dalam tubuh. MRI

memberikan kontras yang baik antara rangkaian perisian tubuh yang

berbeda, yang membuatnya sangat berguna dalam pengimejan otak, otot,

jantung, dan cancer.7 MRI scan bisa dilakukan untuk mengevaluasi ACL

dan untuk memeriksa tanda cedera pada ligamen lutut yang lain, serta

meniskus tulang rawan, atau tulang rawan artikular.

2.7 Differential Diagnosis2

2.7.1 Rupture Posterior Cruciate Ligament

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris

posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada
20

bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat

anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi

tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan

menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior

berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut

dalam keadaan fleksi, ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae

tertarik ke posterior.

2.7.2 Rupture Ligamentum Collaterale Lateral

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada

condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae.

Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan

tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui

bursa m. poplitei.

2.7.3 Rupture Ligamentum Collaterale Medial

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan

melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian

bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini

menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus

medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini

menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu.1


21

Gambar 7. Ligamentum Extracapsular1

2.7.4 Rupture Cartilago Semilunaris (Meniscus)

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang

pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan

cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk

tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung

dengan condylus femoris.

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus

tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.

 Cartilago Semilunaris Medialis

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar

daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris

anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis

melalui beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu

posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian

perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan

karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.


22

 Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior

melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia

intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior,

tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa

biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum

posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan

dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil

dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini

cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di

bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.1

Gambar 8. Cartilago Semilunaris (Meniscus)1

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Terapi Operasi

Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan disambung

semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi stabilitas


23

lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament tersebut akan di

ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar

untuk ligament yang baru untuk tumbuh.

Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon

patella, yang merupakan sambungan patella dan tibia. Tendon hamstring

pada posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang

insersinya dari patella ke paha dapat digunakan. Graft dari kadaver

(allograft) juga dapat digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa

sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi.

Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan

arthroscopi dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive.

Kelebihan dari artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa

rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.

Teknik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007.

Teknik operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan

teknik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini teknik operasi ini

dipakai sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas

kelas dunia, misalnya Tiger Wood.12

Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan

menjadwalkan pertemuan pertama mereka dengan seorang fisioterapis.

Terapis fisik untuk mengembangkan rencana untuk mengobati pasien.

Tujuan utama awal untuk mengurangi pembengkakan dan bekerja untuk

mencegah pembentukan jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk


24

menyediakan berbagai gerak kembali, sekaligus memperkuat otot-otot yang

mendukung sendi lutut. Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan,

terapis fisik rehabilitasi mereka akhirnya kegiatan dengan panggung dan

kontrol neuromuskular gerakan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan

sehari-hari pasien. Ini harus mengikuti jalannya akronim pada tahap awal

pemulihan dari robek ACL.13,14

2.8.2 Terapi Non-Operasi

ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi.

Namun terapi tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan

aktivitas kehidupan yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak,

indikasinya adalah tanpa operasi.13

1. Bracing

Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bisa

diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada

kaki.

2. Terapi Fisikal

Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang

spesifik dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang

memberi sokongan padanya.14,15

2.9 Rehabilitasi Pasca Rekonstruksi

Rehabilitasi pasca-operasi dimulai sehari setelah operasi. Empat fase

rehabilitasi pasca operasi program ini akan memiliki efek langsung pada fungsi
25

pasien dan kembali ke olahraga. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai target-

target diperlukan intervensi berupa modalitas dan exercise.14

a. Fase I:

Fase ini dimulai setelah operasi dan berlanjut selama 2-4 Minggu

pasca rekonstruksi. Terdapat perubahan-perubahan pada lutut seperti reaksi

inflamasi yang dapat dilihat dengan adanya bengkak, kemerahan, hangat

dan hilangnya fungsi. Selain itu juga akan menimbulkan nyeri disekitar area

lutut yang cedera.

Fase ini, dapat dilakukan beberapa prosedur pemeriksaan diantaranya

adalah VAS (Visual Analogue Scale), pengukuran oedem, ROM (Range of

Motion), MMT (Manual Muscle Testing), dan status fungsional. Terdapat

target- target yang harus dicapai pada fase ini yang diantaranya adalah

perlindungan jaringan penyembuhan, penurunan nyeri, penurunan oedem,

ROM mencapai 0o- 0o-110o, peningkatan kekuatan otot, Weight Bearing.

Oleh karena itu untuk dapat mencapai target-target diperlukan intervensi

berupa modalitas dan exercise. Intervensi pada fase I antara lain:14

1) Penggunaan modalitas TENS guna mengurangi nyeri

2) PRICE (Protective, Bracing, Ice, Compression, Elevation)

3) Gait training menggunakan axillary crutches bilateral dengan partial

weight bearing
26

Gambar 9. Pola jalan menggunakan Crutche14

Gambar 10. Ekstensi pada Guling14

Gambar 11. Heel slides dengan assisted14

Gambar 12. Fleksi lutut, duduk14


27

Gambar 13. Mobilisasi Patella15

Gambar 14. Standing leg lifts14

Gambar 15. Double leg mini squats14

B. Fase II

Fase II ini di mulai 2-6 Minggu setelah operasi. Biasanya akan

memakan waktu 3-5 Minggu untuk mencapai tujuan di fase ini. Pada fase

ini terdapat banyak perubahan yang terjadi antara lain sudah terdapat

penurunan nyeri, penurunan oedem, peningkatan LGS, peningkatan

kekuatan otot, serta pasien sudah dapat mobilisasi mandiri dengan keluhan

minimal. Intervensi yang dilakukan pada fase II antara lain:

1) Menggunakan modalitas TENS guna mengurangi nyeri

2) Active dan pasive Range of Motion


28

3) Functional Strengthening

4) Latihan Keseimbangan

5) Core body

Gambar 16. Squat14

Gambar 17. Step Back14

Gambar 18. Sit-up15

Gambar 19. One legged bridge (below)14


29

C. Fase III

Fase III dapat dimulai ketika tujuan dari fase 2 terpenuhi. Rata-rata ini

akan mulai 6-8 minggu setelah operasi :

1) Range of Motion

2) Penguatan fungsional (squat dengan mengangkat lutut)

3) Balance

4) Core body

5) Menggunakan sepeda static

6) Sudah mulai diberikan latihan olahraga dengan intensitas minimal seperti

jogging

Gambar 20. Squat and reach14

Gambar 21. Forward lunge walk14


30

Gambar 22. Lateral lunge walk14

Gambar 23. Iso abs (stabilization)14

Gambar 24. V-Sit and twist (rotation)14

D. Fase IV

Fase IV Fase ini dapat dimulai ketika tujuan tahap 3 terpenuhi . Fase

ini biasanya akan dimulai 12-16 minggu setelah operasi:16

1) Resisted strengthening, exercise pada otot quadriceps dan hamstring

2) Latihan keseimbangan

3) Menggunakan speda statik

4) Latihan pool walking


31

Diagnosis fisioterapi dihasilkan dari proses pemeriksaan, pengukuran, dan

evaluasi dengan mempertimbangkan adanya gangguan pada jaringan tertentu.

Diagnosis berfungsi dalam menggambarkan kondisi pasien saat ini serta untuk

menentukan teknologi fisioterapi yang digunakan dan menuntun penyusunan

rencana intervensi.16

Bedah (ACL rekonstruksi) akan memungkinkan pasien kembali ke olahraga

profesional di sekitar 6 sampai 9 bulan. Rehabilitasi akan menghasilkan

perubahan yang baik pada pasien rupture ACL. Risiko re-pecah adalah sekitar 5

persen dalam waktu 5 tahun. Rekonstruksi ini akan melindungi lutut dari cedera

meniskus lebih lanjut atau cedera tulang rawan. Namun, melakukan rekonstruksi

atau tidak, lutut akan lebih rentan terhadap stres dan dalam jangka panjang, 10

sampai 20 tahun, risiko osteoartritis berkembang secera signifikan, dibandingkan

dengan non cedera lutut. Pasien dapat mencapai lingkup gerak sendi secara

sempurna apabila pasien rajin mengikuti prosedur latihan rehabilitasi

penyembuhan lutut pasca operasi, sehingga diharapkan pasien dapat menjalani

kehidupan sehari-hari tanpa adanya keluhan pada lututnya.16

Komplikasi atau resiko graft kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi

luka, operasi menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya

gerakan (ROM). Jika nyeri bertambah karena inflamasi, drainase, atau

pertambahan pendarahan di lutut.16

Penatalaksanaan fisioterapi merupakan proses fisioterapi yang diawali

dengan anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus, mengurutkan


32

masalah fisioterapi, diagnosa fisioterapi, memberikan program fisioterapi hingga

evaluasi.16

Pada pemeriksaan khusus, yang perlu diperhatikan saat inspeksi yaitu

posture, gait, deformitas, kontur jaringan lunak, warna dan tekstur kulit, luka atau

tanda tanda cidera, tanda radang, pola gerakan abnormal atau tidak. Yang perlu

diperhatikan saat palpasi yaitu adanya spasme otot dan oedem.16

Dalam pemeriksaan gerak, aspek lain yang dilihat adalah:16

1. Pemeriksaan Panjang Tungkai

Pemeriksaan panjang tungkai bertujuan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan antara panjang tungkai kanan dan kiri. Cara pengukuran

menggunakan midline, yang diukur dari Spina Iliaca Superior malleolus

medial.

2. Antopometri

Pengukuran antopometri merupakan ilmu pengukuran komposisi tubuh

mengenai bentuk dan dimensi tubuh seperti tinggi badan, lingkar tubuh, dan

komposisi lemak yang akan diintegrasi dengan temuan riwayat dan sistem

review dengan hasil lainnya yang digunakan untuk penegakan diagnosis.

Dalam kasus ini, pemeriksaan antopometri bertujuan untuk mengetahui

lingkar segmen tungkai dan bawah yang salah satunya untuk mengetahui

apakah ada oedem atau tidak. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan

antara sisi yang sehat dengan sisi yang sakit karena oedem dapat terjadi

pada sisi yang sakit diakibatkan fase akut yang dialami sehabis operasi.
33

3. Tes Khusus pada Lutut

a. Ballotement Test

Pasien dalam keadaan tidur terlentang dengan tungkai dan lutut dalam

posisi lurus. Tangan terapis berada di atas patella pasien, lalu tekan perlahan

ke arah inferior. Tangan tetap pada posisi menekan ke bawah. Tangan

lainnya secara cepat menekan inferior patella ke arah berlawanan (superior)

dan kembali ke posisi semula. Jika positif, patella akan seperti melayang

atau terdengar suara ketukan pada lutut. Tes ini dilakukan untuk mengetahui

adanya cairan berlebihan dalam sendi.

b. Lachman Test

Tes Lahmann merupakan tes untuk melihat pergeseran antara tungkai

atas dan tungkai bawah yang menunjukkan adanya ketidakstabilan lutut.

Pergeseran sebanyak 5 mm dapat menjadi indikasi untuk dilakukan

rekonstruksi.

Tes ini dilakukan dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi dalam sudut

30 derajat, dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari

pemeriksaan mestabilkan tungkai bawah dengan memegang bagian akhir

atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan yang lain memegang bagian

proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah

anterior.
34

Gambar 25. Lachman’s Test17

c. Anterior drawer test

Anterior drawer test dipergunakan untuk mengetahui adanya

hipermobilitas. Tes ini hanya dapat dilihat apabila otot-otot disekitarnya

dalam keadaan rileks. Prosedur: posisi os dalam posisi terlentang atau long

sitting. Posisi lutut flexi 70°. Terapis memfiksasi kaki os. Tangan terapis

pada proksimal tibia. Terapis menarik kearah anterior. Assesment: Positif

rupture ligament cruciatum anterior bila terdapat soft end feel dan gerakan

kearah anterior yang berlebihan.

Gambar 26. Anterior Drawer Test17

d. Pivot-Shift’s Test

Tes Pivot-shift dirancang untuk menentukan ketidakstabilan putaran

anterolateral. Tes Pivot-shift paling sering digunakan dalam kondisi kronis

dan merupakan tes sensitif pada saat ligamen cruciate bagian depan telah

robek. Cara pemeriksaan yaitu penderita berbaring telentang, salah satu


35

tangan pemeriksa ditekan pada bagian kepala dari tulang fibula, tangan yang

satunya memegang pergelangan kaki penderita tersebut. Untuk memulainya,

tungkai bawah diputar secara internal dan lutut diekstensikan secara penuh.

Tungkai atas kemudian difleksikan dengan sudut 30 derajad dari pinggul,

saat itu lutut juga difleksikan dan daya valgus diterapkan oleh tangan bagian

atas pemeriksa. Jika ligamen cruciate bagian anterior robek, maka tibia

sebelah lateral tanpa ada kemajuan (tetap atau ”ajeg”) akan disubluksasikan

dalam posisi ini. Lutut difleksikan pada sudut 20-30 derajad tibia sebelah

lateral tetap akan berkurang dengan sendirinya, ini berakibat menghasilkan

palpable shift atau “clunk”.

Gambar 27. Pivot-Shift’s Test18

2.9.1 Metode Pemberian Fisioterapi

1. Modalitas TENS dan US

2. Terapi Latihan AROM, PROM, PNF Stretching dengan Hold Relax

3. Strengthening QSE dan HSE

4. Ankle Pumping

A. Modalitas TENS dan US

1. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)


36

TENS adalah sebuah modalitas yang bertenaga listrik rendah yang

dialirikan ke kulit melewati elektrodra yang di letakkan di atas area yang

mengalami nyeri. Arus listrik yang dapat diberikan TENS dapat merangsang

sel neuron sensory yang berdiameter besar untuk masuk lebih dahulu ke gate

disubstansia gelatinosa dan menghambat sel nosiceptor yang berdiameter

kecil untuk memberikan informasi ke otak, sehingga rangsang nyeri tidak

sampai ke otak dan membuat nyeri berkurang.

a. Indikasi TENS:

1) Trauma muskuloskeletal baik akut maupun kronis

2) Nyeri pasca operasi

3) Nyeri myofacial

4) Nyeri visceral

5) Nyeri panthom

b. Kontraindikasi TENS

1) Penggunaan pacmaker

2) Adanya kecendrungan pendarahan (pada area yang diterapi)

3) Epilepsi

4) Wanita hamil (bila diberikan pada daerah abdomen atau panggul)

5) Area arteri karotis

6) Jaringan parut dekat sisi fraktur yang baru

7) Luka terbuka yang sangat lebar

2. Ultrasound Therapy
37

Terapi US merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat

mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi US biasanya dilakukan pada

rentang frekuensi 0,8 sampai dengan 3 MHz. Frekuensi yang lebih rendah

dapat menimbulkan penetrasi yang lebih dalam (sampai dengan 5 cm).

Penyebaran efek ultra sonik dalam jaringan.

a. Indikasi :

Spasme (neuromuskuler/muskuloskeletal) pada cedera atlet, kompresi

akar saraf dan beberapa jenis neuritis, tendinitis (peradangan tendon),

bursitis, sprain, cedera rotator cuff, frozen shoulder, arthritis, CTS.

b. Kontraindikasi :

Epifise tulang yang sedang tumbuh, uterus wanita hamil, tonjolan tulang,

mata, jaringan testis, pace maker, hati-hati pada gangguan sensorism di

dalam air hati-hati tangan terkena paparan yang lama, proses osteogenik

pada penyembuhan fraktur, keganasan, inflamasi akut.

 ROM Excercises

Latihah Range of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kemampuan menggerakan

persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan

tonus otot. Latihan ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas

persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelenturan

jaringan dan pembentuk kontraktrur. Latihan ROM terdiri dari :


38

a. Aktif ROM

Merupakan gerakan yang disebabkan oleh gerakan aktif dari otot itu

sendiri.

b. Pasif ROM

Merupakan gerakan yang sepenuhnya disebabkan oleh gerakan dari luar

dengan sangat sedikit ataupun tidak ada gerakan sadar dari otot. Sumber

gerakan dapat berasal dari gravitasi, mesin, individu yang lain maupun

bagian tubuh individu itu sendiri.

Kontraindikasi latihan ROM yaitu jika latihan tersebut menggangu

proses penyembuhan, harus dilakukan dengan hati-hati serta latihan yang

tidak tepat adalah timbulnya nyeri dan peradangan.

 Proprioceptive Neuromuscular Fascilitation (PNF)

Proprioseptif neuromuskular Fasilitasi (PNF) Proprioceptive dengan

methode PNF maka akan semakin diperkuat dan diintensifkan rangsangan-

rangsangan spesifik melalui receptor-receptor yaitu panca-indra dan atau

proprioceptor. Neuromuscular, juga untuk meningkatkan respons dari sistem

neuromuscular.

Teknik PNF adalah alat fasilitasi yang dipilih dengan maksud yang

spesifik teknik-teknik tersebut mempunyai tujuan antara lain mengajarkan

gerak, menambah kekuatan otot, relaksasi, memperbaiki koordinasi,

mengurangi sakit, menambah ruang lingkup gerak sendi, menambah

stabilisasi, mencegah kelelahan, mengajarkan kembali gerakan dan


39

memperbaiki sikap. Tipe stretching yang digunakan adalah PNF stretching

dengan hold relax.

 Passive stretching

Teknik penguluran dimana pasien dalam keadaan rileks dan tanpa

mengadakan gerakan, penguluran dilakukan oleh terapis. Adapun prosedur

yang dilakukan yakni :

1) Stretching dimulai dari keterbatasan LGS

2) Pasien harus rileks

3) Kekuatan stretch paling sedikit 6 detik dengan pengulangan dalam 1 sesi

4) Intensitas dan durasi stretching sesuai dengan toleransi pasien

 Hold Relax

Suatu teknik dimana kontraksi isometris mempengaruhi otot antagonis

yang mengalami pemendekan, yang diikuti dengan hilang atau

berkurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut (Prinsip reciproke inhibisi).

Hold relax digunakan untuk relaksasi otot antagonis, meningkatkan

mobilisasi dan mengurangi nyeri. Adapun prosedur yang dilakukan yakni:

1) Otot yang tegang dalam posisi mengulur dan nyaman

2) Pasien diminta melakukan kontraksi isometrik pada otot yang tegang

tersebut selama 5- 10 detik

3) Kemudian pasien diminta untuk relaks kembali

4) Fisioterapis kemudian mengulur otot tersebut sampai batas kemampuan

untuk LGS

5) Ulangi prsedur ini setelah beberapa detik


40

E. Strengthening

Merupkan suatu bentuk latihan yang penguatan otot dengan melawan

tahanan, dengan kontraksi otot secara dinamik maupun statik. Tujuan

dilakukan strengthening yaitu untuk meningkatkan kekuatan otot dan

ketahanan otot. Karena dengan memberikan latihan strengthening maka

akan terjadi penambahan jumlah sarkomer dan serabut otot (filamen aktin

dan miosin yang diperlukan dalam kontraksi otot), sehingga dengan

terbentuknya serabut-serabut otot yang baru maka kekuatan otot dapat

meningkat.

Terdapat 3 tipe resistance exercise yaitu: (1) isotonik Resistance Exercise

merupakan latihan dinamis dengan melawan beban yang menetap atau

berubah – ubah, (2) Isokinetik Exercise Suatu bentuk latihan dinamis

dimana kecepatan otot memendek atau memanjang dikontrol oleh alat yang

mengatur kecepatan gerakan dari bagian tubuh tersebut dan (3) Isometrik

Resistance Exercise merupakan bentuk latihan statik yang terjadi bila otot

berkontraksi tanpa berubah panjangnya otot atau tanpa terjadi gerakan

sendi. Kekuatan otot akan meningkat bila otot berkontraksi isometrik

melawan tahanan dan dipertahankan paling sedikit 6 detik.

F. Ankle Pumping

Ankle pumping merupakan mekanisme yang penting dalam proses

sirkulasi darah, yaitu kembalinya darah dari ekstremitas bawah ke jantung,

memompa darah ke jantung oleh kontraksi otot. Latihan ankle pumping

sering digunakan untuk menghilangkan edema dan pencegahan trombosis


41

vena dalam (DVT) yang terkait dengan tirah baring lama. Gerakan dapat

dilakukan sebagai berikut:

a. Heel rise foot pumps

b. Toe rise foot pumps

c. Knee flexion with minimal foot movement

d. Knee flexion with plantar flexion

e. Knee extension with minimal foot movement

f. Knee extension with plantar flexion

g. Clockwise ankle rotation

h. Anti-clockwise ankle rotation

i. Lateral foot rotation

j. Medial foot rotation


42

BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn.MP

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : TNI AD

3.2 Anamnesis (Alloanamnesis)

Keluhan utama : Nyeri lutut kiri.

RPS : Pasien datang dengan keluhan nyeri lutut kiri. Keluhan

sudah dirasakan sejak satu hari yang lalu. Nyeri dirasakan saat sedang

bermain sepak bola, dimana pasien hendak menendang bola dengan lutut

sedikit memutar kedalam. Nyeri dirasakan hanya dilutut kiri saja. Tidak ada

nyeri menjalar, terasa nyeri tumpul. Nyeri hilang timbul terutama saat

berjalan. Nyeri bertambah berat saat berjalan dan berjongkok. Nyeri

berkurang saat istirahat dan setelah minum obat anti nyeri. Tidak ada

kekakuan lutut saat pagi hari dan tidak ada bunyi krek saat lutut digerakan.

Pasien sudah minum obat anti nyeri yang dibeli sendiri di warung.

RPD : HT (-), DM (-), riwayat trauma (+)

RPK : HT (-), DM (-), tidak ada yang mengeluhkan keluhan

yang sama dengan pasein.

Riwayat Sosial : Pasien bekerja sebagai serorang prajurit TNI angkatan

darat yang pada kesehariannya melakukan latihan binaan

fisik seperti lari, push up, sit up dan shuttle run. Selain
43

itu juga, pasien memiliki hobi olahraga sepak bola, voli

dan jogging yang rutin dilakukan seminggu sekali

bersama teman-temannya.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, VAS (7)

Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)

TTV : Nadi = 78x/m, RR = 19x/m, TD = 120/80 mmHg, S =

37,1oC

Status Internus :

- Mata : CA (-/-), SI (-/-), isokhor/isokhor, bulat/bulat,

sentral/sentral, 3 mm/3 mm

- Hidung : Rhinore (-/-)

- Telinga : Ottore (-/-)

- Mulut : Pucat (-), sianosis (-)

- Leher : Pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-/-)

- Dada : Simetris (+/+), Krepitasi (-/-), Vesikular (+/+), Wheezing

(-/-), Rhonki (-/-)

- Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen : Tampak datar, BU (+) kesan normal, nyeri tekan (-),

perkusi timpani

- Ekstremitas : Akral hangat (+/+), Edema (-/-), kekuatan otot (55/55)


44

Status lokalis (Genu)


Dextra Sinistra

Inspeksi Edema (-), rubor (-), Edema (+), rubor (+),

deformitas (-) deformitas (-)

Palpasi Hangat (-), nyeri (-), Hangat (+), nyeri (+), krepitasi

krepitasi (-) (-), nyeri tekan otot hamstring

dan otot gastrocnemius

ROM Normal LGS fleksi dan ekstensi knee

sinistra dan penurunan

kekuatan otot fleksor dan

ekstensor knee sinistra

Test Provokasi : Anterior drawer test (+), lachman test (+), posterior

drawer test (-), macmurry test (-), varus stress test (-),

valgus strees test (-)

3.4 Diagnosis Kerja

Ruptur ACL Sinistra

3.5 Diferensial Diagnosis

1. Ruptur ACL Sinistra

2. Ruptur PCL Sinistra

3. Ruptur LCL Sinistra

4. Ruptur MCL Sinistra

5. Ruptur Cartilago Semilunaris Lateralis Sinistra


45

Rehabmedik : Impairment = Nyeri lutut kiri serta nyeri saat berjalan

dan saat jongkong

Disabilitas = Susah BAB jongkok

Handicap = Tidak ada

3.6 Tatalaksana

3.6.1 Non Farmakologi

- Kie : Menggunakan pelindung lutut saat aktivitas (daker lutut), beristirahat

dengan tidak melakukan aktivitas berat seperti latihan binaan fisik

seperti lari, push up, sit up dan shuttle run serta olahraga sepak bola,

voli dan jogging. Kompres air dingin atau dengan es batu serta

membebat lutut kiri dengan perban elastis namun jangan terlalu

kencang dan elevasi 30o kaki kiri. Rencana dirujuk dokter Sp.OT

untuk dilakukan operasi penyambungan ligament dengan graf.

- Modalitas fisioterapi : TENS dan gentle ROM exercises, isometric

Strengthening QSE dan HSE.

3.6.2 Farmakologi

Asam mefenamat 3x500 mg tab p.c. (PO)

3.7 Prognosis

Qua ad vitam : Bonam

Qua ad functionam : Dubia ad Bonam

Qua ad sanctionam : Dubia ad Bonam


46

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada Kasus post rekonstruksi ACL tatalaksana dibidang kedokteran fisik dan

rehabilitasi medik adalah untuk membantu mengembalikan fungsi tubuh yang

hilang dengan cara memberikan intervensi yang dapat mengurangi nyeri dengan

TENS, mengurangi spasme dengan menggunakan Ultrasound Therapy,

meningkatkan lingkup gerak sendi fleksi dan ekstensi pada sendi lutut dengan

ROM exercises, meningkatkan kekuatan otot dengan memberikan latihan

stretching dan strengthening.19

Intervensi yang pertama kali penulis lakukan pada kasus ini adalah penggunaan

modalitas TENS yang dimana menggunakan energi listrik. Tujuan diberikan

TENS adalah untuk mengurangi nyeri. Transcutaneous electrical nerve

stimulation (TENS) memiliki beberapa keunggulan karena merupakan non adiktif,

berarti non invasif analgesia yang mudah digunakan dan dapat memberikan

analgesia terus menerus untuk berbagai kondisi.19

Pemberian intervensi TENS dengan frekuensi tinggi (90-130 Hz) bertujuan untuk

mengurangi nyeri berdasarkan teori gate control, nyeri disebakan oleh aktivitas

serabut saraf yang kecil, dengan memberikan stimulasi pada serabut saraf sensorik

yang berukuran besar sehingga dapat memblok rasa nyeri, nyeri dapat berkurang

dan memberikan rangsangan pada serat yang ditemukan di otot sehingga otot

yang sakit mengurangi pengeluaran neurotransmitter seperti aspartat dan glutamat

serta meningkatkan pengeluaran neurotransmitter opoid endogen yang bekerja


47

seperti endorfin. Pemberian dengan frekuensi rendah (2-5Hz), TENS dapat

merangsang tubuh untuk mengeluarkan endorfin.20

Modalitas kedua yang diberikan adalah Ultrasound Therapy. Efek yang

ditimbulkan Ultrasound Therapy, ultrasound merupakan jenis thermotherapy

(terapi panas) yang dapat mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ini

menggunakan arus listrik yang dialirkan lewat tranducer yang mengandung kristal

yang dapat mengembang dan kontraksi serta memproduksi gelombang suara yang

dapat ditransmisi pada kulit serta kedalam tubuh. Terapi ultrasound biasanya

dilakukan pada rentang frekuensi 0.8 sampai dengan 3 MHz. Frekuensi yang lebih

rendah dapat menimbulkan penetrasi yang lebih dalam (sampai dengan

sentimeter).20

Gelombang suara dapat mengakibatkan molekul molekul pada jaringan bergetar

sehingga menimbulkan energi mekanis dan panas. Keadaan ini menimbulkan

panas pada lapisan dalam tubuh, seperti otot, tendon, ligamen, persendian dan

tulang. Efek thermal terapi ultrasound ditemukan sangat bermanfaat dalam terapi

gangguan musculoskeletal, menghancurkan jaringan parut dan membantu

mengulur tendon. Secara khusus, terapi ultrasound dapat dipergunakan pada

keadaan spasme otot yang merupakan keadaan ketegangan dan kontraksi otot

yang berlangsung terus menerus sehingga timbul rasa nyeri.20

Pada jurnal Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF): Its Mechanisms

and Effects on Range of Motion and Muscular Function dijelaskan bahwa

Proprioseptif neuromuskular Fasilitasi (PNF) adalah teknik peregangan

dimanfaatkan untuk meningkatkan elastisitas otot dan telah terbukti memiliki efek
48

positif pada aktif dan pasif ROM, ada 4 mekanisme teori fisiologi untuk

meningkatkan ROM yaitu inhibisi autogenik, inhibisi respirokal, stress relaxation

dan gate control theory. Inhibisi autogenik adalah yang terjadi dalam otot ketika

berkontraksi atau meregang dalam bentuk penurunan rangsangan karena sinyal

penghambatan dikirim dari golgi tendon organ otot yang sama hal ini dapat

mempengaruhi pemanjangan otot. Inhibisi resiprokal adalah cara dimana agonis

dan antagonis bekerjasama.21

Ketika salah satu berkontraksi, otot yang lain relaksasi, sehingga menghambat

otot-otot bekerja melawan satu sama lain. Kontraksi pemendekan dari otot

antagonis dapat memberikan pemanjangan otot dari otot agonis. Ketika sistem

saraf pusat mengirim pesan ke otot agonis (otot menyebabkan gerakan) untuk

kontraksi, ketegangan di otot antagonis dihambat oleh impuls dari neuron motorik

dan dengan demikian harus secara bersamaan rileksasi. Fenomena saraf ini

disebut inhibisi timbal balik. Stres relaxation Stres relaksasi adalah apa yang

terjadi ketika unit musculotendinous, yang melibatkan otot-otot dan tendon yang

terhubung memiliki ketegangan yang konstan sehingga perlahan-lahan akan

memberikan peningkatan pada panjang otot.11

Gate control theory adalah Teori kontrol gerbang yang terjadi ketika dua jenis

rangsangan, seperti nyeri dan tekanan, mengaktifkan reseptor masing-masing pada

waktu yang sama. ketika otot digerakkan secara pasif diluar batas aktif lingkup

gerak sendi, pasien akan memberikan tekanan yang dapat memblok rasa nyeri,

dengan gerakan yang konsisten dapat meningkatkan perpanjangan pada otot dan

tendon.12
49

Intervensi selanjutnya yaitu pemberian terapi latihan yang berupa stretching.

Metode yang dilakukan yaitu passive stretching hamstring dan hold relax.

Stretching merupakan teknik yang digunakan untuk mengulur suatu jaringan yang

mengalami pemendekan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayala F dan

koleganya dalam jurnalnya yang berjudul “Comparison of active stretching

technique in males with normal and limited hamstring flexibility” menunjukan

bahwa manfaat teknik stretching sangat efektif untuk meningkatkan fleksibilatas

otot dan lingkup gerak sendi.21

Teknik stretching yang lain yaitu dengan metode hold relax bahwa teknik hold

relax efektif untuk meningkkatkan fleksibilitas hamstring. Mekanisme untuk

meningkatkan hamstring bergantung pada efek autogenic inhibition, autogenic

inhibition bergantung pada fungsi dari organ- organ tendon golgi, yang tidak

hanya mendeteksi perubahan panjang tetapi juga dalam ketegangan. Hold relax

stretching meningkatkan fleksibilitas melalui relaksasi dari komponen kontraktil

otot, sementara peregangan statis penyebab peningkatan elastisitas viskoelastik

componen non kontraktil. Dengan demikian hasil dari penelitian ini juga

menyebutkan bahwa hold relax dan static stretching memainkan peran yang sama

dalam meningkatkan fleksibilitas otot.21

Program latihan yang ketiga yaitu terapi latihan strengthening dengan metode

isometric resistence exercises berdasarkan jurnal yang ditulis oleh J. Hardjono,

SKM, MARS, Terapi latihan sebagai salah satu modalitas fisioterapi, dapat

digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot yaitu dengan memberikan latihan

strengthening. Karena dengan memberikan latihan strengthening maka akan


50

terjadi penambahan jumlah sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan miosin

yang diperlukan dalam kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya serabut-

serabut otot yang baru kekuatan otot dapat meningkat.21

Setelah melakukan terapi dengan modalitas listrik TENS, US, terapi latihan

berupa ROM exercices, Stretching PNF dengan hold relax, strengthening serta

ankle pumping sejak 10 November 2019 hingga 22 November 2016, terdapat

perubahan pada penurunan nilai VAS pada nyeri gerak fleksi dan ekstensi knee

sinistra, peningkatan kekuatan otot, berkurangnya spasme pada otot hamstring dan

gastrocnemius knee sinistra, serta lingkup gerak sendi bertambah.


51

BAB 5
KESIMPULAN

Ruptur ACL adalah kerusakan anterior cruriate ligment yang

menghubungkan femur distal dengan tibia proksimal, dapat disebabkan karena

kontak langsung maupun tidak langsung pada lutut secara parsial maupun komplit

yang merupakan dasar pembagian golongan Ruptur ACL, Ruptur ACL

digolongkan menjadi tiga.

Pemeriksaan pada Ruptur ACL terdiri atas anamnesa yang termasuk

mekanisme trauma dan riwayat trauma sebelumnya, pemeriksaan fisik sendi lutut

yag termasuk Lachman test, Pivot shift test, dan Anterior drawer test, serta

pemeriksaan penunjang yakni X-ray genu ap-lateral, MRI, dan Arthroscopy

diagnostik.

Penanganan ruptur ACL dapat bersifat operatif atau konservatif. Dalam

kedua kasus, tujuannya adalah untuk mencapai tingkat fungsional terbaik untuk

pasien tanpa risiko ruptur baru atau perubahan degeneratif pada lutut.
52

DAFTAR PUSTAKA

1. Backer Marianne, Kofoed Hakon. Clinical Measurment Compared. The


Journal of Bone and Joint Surgery; 2010.
2. Jon C. Thompson, Anatomy of Leg/knee, Netter’s concise orthopaedic
anatomy, 2010; 9: 297-303.
3. Smith BA, Livesay GA, Woo SL. Biology and biomechanics of the anterior
cruciate ligament. Clin Sports Med 1993; 12:637–670.
4. Hauser, R.A., et., al. (2013) Ligament Injury and Healing. The Open
rehabilitation Journal. 6, 1-20.
5. Joanna Kvist. Rehabilitation Following Anterior Cruciate Ligament Injury
Current Recommendations for Sports Participation. Division of Physical
Therapy, Department of Health and Society, Faculty of Health Science,
Link¨oping University, Link¨oping, Sweden. 2004
6. C. Thompson, Anatomy of Leg/knee, Netter’s concise orthopaedic anatomy,
2010; 9: 297-303.
7. Edward R. Reconstruction rupture Anterior Cruciate Ligament with
Arthroscopy. United States of America; 2010
8. Gibson John. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Oxford.1990
9. Marieb EN, Wilhem PB, Mallat Jon. Human Anatomy. 6th ed. United States
of America: Pearson Highered; 2012.
10. Beardshaw A, Penhaul L, Kennedy N, Clayton L, Wheeldon N. Oxford
University Hospitals: ACL Reconstruction Physiotherapy Advice for
Patients; 2015
11. William E. Prentice. Rehabilitation techniques for sports medicine and
athletic training; fourth ed. McGraw Hill publications. Diakses 3 Juni 2016
12. American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2009. ACL Injury: Does It
Require Surgery.
13. Maguire J., 2012 Anterior Cruciate Ligament Pathology. Townsville
Orthopaedics and Sports Surgery, Australia. Medscape.
14. University of Wisconisn Sport Medicine. Rehabilitation Guide Anterior
Cruciate Ligament Recontruction. United States of America; 2013
53

15. Garrick, J. G. (Ed.). 2004. Orthopaedic Knowledge Update: Sports


Medicine (3rd ed.). Rosemont, IL: American Academy of Orthopaedic
Surgeons.
16. Bickley L.S. Anamnesis. Bates’ Guide to physical examination and history
taking. International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Wolters Kluwer Health. 2009.
17. Klaud Miller , 2000. Acute Knee And Chronic Ligament Injuries.
18. Maguire J., 2012 Anterior Cruciate Ligament Pathology. Townsville
Orthopaedics and Sports Surgery, Australia. Medscape.
19. Canale,. Beaty. Campbell's operative orthopaedics, 11th ed,2007;145-147
20. Finalli. G C.The multiple ligament injured knee, a practical guide to
management, 2003;2-15
21. Duquin TR, Wind WM, Fineberg MS, Smolinski RJ, Buyea CM. Current
trends in anterior cruciate ligament reconstruction. J Knee Surg. Jan
2009;22(1):7-12

Anda mungkin juga menyukai