UUD Pelayaran PDF

BP2TL JAKARTA
UNDANG-UNDANG PELAYARAN
DAN KONVENSI INTERNASIONAL
Disajikan Oleh :
Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar
Pengajar & Penguji ( N.09 ) BP2TL
BP2TL JAKARTA
UNDANG-UNDANG
LEGISLASI ATAU UNDANG-UNDANG ADALAH HUKUM
YANG TELAH DISAHKAN OLEH BADAN LEGISLATIF
ATAU UNSUR KETAHANAN YANG LAINNYA.
SEBELUM DISAHKAN, UNDANG-UNDANG DISEBUT

SEBAGAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG.
Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

Pengajar & Penguji ( N.09 ) BP2TL 2
BP2TL JAKARTA
FUNGSI
UNDANG-UNDANG BERFUNGSI UNTUK DIGUNAKAN
SEBAGAI OTORITAS, UNTUK MENGATUR, UNTUK
MENGANJURKAN, UNTUK MENYEDIAKAN (DANA),
UNTUK MENGHUKUM, UNTUK MEMBERIKAN, UNTUK
MENDEKLARASIKAN, ATAU UNTUK MEMBATASI
SESUATU.

BP2TL JAKARTA
LEGISLATIF & EKSEKUTIF

SUATU UNDANG-UNDANG BIASANYA DIUSULKAN
OLEH ANGGOTA BADAN LEGISLATIF (MISALNYA
ANGGOTA DPR), EKSEKUTIF (MISALNYA PRESIDEN),
DAN SELANJUTNYA DIBAHAS DI ANTARA ANGGOTA
LEGISLATIF. UNDANG-UNDANG SERING KALI
DIAMANDEMEN (DIUBAH) SEBELUM AKHIRNYA
DISAHKAN ATAU MUNGKIN JUGA DITOLAK.

BP2TL JAKARTA
LEGISLATOR
UNDANG-UNDANG DIPANDANG SEBAGAI SALAH
SATU DARI TIGA FUNGSI UTAMA PEMERINTAHAN
YANG BERASAL DARI DOKTRIN PEMISAHAN
K E K U A S A A N . K E L O M P O K YA N G M E M I L I K I
KEKUASAAN FORMAL UNTUK MEMBUAT LEGISLASI
DISEBUT SEBAGAI LEGISLATOR (PEMBUAT UNDANG-
UNDANG).

BP2TL JAKARTA
YUDIKATIF
SEDANGKAN BADAN YUDIKATIF PEMERINTAH
MEMILIKI KEKUASAAN FORMAL UNTUK
MENAFSIRKAN LEGISLASI, DAN BADAN EKSEKUTIF
PEMERINTAHAN HANYA DAPAT BERTINDAK DALAM
B ATA S - B ATA S K E K U A S A A N YA N G T E L A H
D I T E TA P K A N O L E H H U K U M P E R U N D A N G -
UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
SIDANG PARIPURNA ANGGOTA DPR

BP2TL JAKARTA
UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2008

TENTANG PELAYARAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
DALAM UNDANG-UNDANG INI YANG DIMAKSUD
DENGAN :
1. PELAYARAN ADALAH SATU KESATUAN SISTEM
YANG TERDIRI ATAS ANGKUTAN DI PERAIRAN,
KEPELABUHANAN, KESELAMATAN DAN …………...
BP2TL JAKARTA
DAN KEAMANAN, SERTA PERLINDUNGAN

LINGKUNGAN MARITIM.
2. PERAIRAN INDONESIA ADALAH LAUT TERITORIAL

INDONESIA BESERTA PERAIRAN KEPULAUAN
DAN PERAIRAN PEDALAMANNYA.
3. ANGKUTAN DI PERAIRAN ADALAH KEGIATAN

M E N G A N G K U T D A N / ATA U M E M I N D A H K A N
PENUMPANG DAN/ATAU BARANG DENGAN
MENGGUNAKAN KAPAL.
BP2TL JAKARTA
4. ANGKUTAN LAUT KHUSUS ADALAH KEGIATAN

ANGKUTAN UNTUK MELAYANI KEPENTINGAN
USAHA SENDIRI DALAM MENUNJANG USAHA
POKOKNYA.
5. ANGKUTAN LAUT PELAYARAN RAKYAT ADALAH
USAHA RAKYAT YANG BERSIFAT TRADISIONAL
DAN MEMPUNYAI KARAKTERISTIK TERSENDIRI
U N T U K M E L A K S A N A K A N A N G K U TA N D I
PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL
LAYAR, KAPAL LAYAR BERMOTOR, DAN/ATAU
KAPAL MOTOR SEDERHANA BERBENDERA
INDONESIA DENGAN UKURAN TERTENTU.
BP2TL JAKARTA
6. T R AY E K A D A L A H R U T E ATA U L I N TA S A N
PELAYANAN ANGKUTAN DARI SATU PELABUHAN
KE PELABUHAN LAINNYA.
7. AGEN UMUM ADALAH PERUSAHAAN ANGKUTAN

LAUT NASIONAL ATAU PERUSAHAAN NASIONAL
YANG KHUSUS DIDIRIKAN UNTUK MELAKUKAN
USAHA KEAGENAN KAPAL, YANG DITUNJUK
OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT ASING
UNTUK MENGURUS KEPENTINGAN KAPALNYA
SELAMA BERADA DI INDONESIA.

BP2TL JAKARTA
8. PELAYARAN-PERINTIS ADALAH PELAYANAN

ANGKUTAN DI PERAIRAN PADA TRAYEK-TRAYEK
YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH UNTUK
MELAYANI DAERAH ATAU WILAYAH YANG BELUM
ATAU TIDAK TERLAYANI OLEH ANGKUTAN
PERAIRAN KARENA BELUM MEMBERIKAN
MANFAAT KOMERSIAL.
9. USAHA JASA TERKAIT ADALAH KEGIATAN USAHA

YANG BERSIFAT MEMPERLANCAR PROSES
KEGIATAN DI BIDANG PELAYARAN.

BP2TL JAKARTA
10. ANGKUTAN MULTIMODA ADALAH ANGKUTAN

BARANG DENGAN MENGGUNAKAN PALING
SEDIKIT 2 (DUA) MODA ANGKUTAN YANG
BERBEDA ATAS DASAR 1 (SATU) KONTRAK YANG
M E N G G U N A K A N D O K U M E N A N G K U TA N
MULTIMODA DARI SATU TEMPAT DITERIMANYA
B A R A N G O L E H O P E R AT O R A N G K U TA N
M U LT I M O D A K E S U AT U T E M PAT YA N G
DITENTUKAN UNTUK PENYERAHAN BARANG
TERSEBUT.

BP2TL JAKARTA
11. USAHA POKOK ADALAH JENIS USAHA YANG

DISEBUTKAN DI DALAM SURAT IZIN USAHA
SUATU PERUSAHAAN.
12. H I P O T E K K A PA L A D A L A H H A K A G U N A N
KEBENDAAN ATAS KAPAL YANG TERDAFTAR
U N T U K M E N J A M I N P E L U N A S A N U TA N G
TERTENTU YANG MEMBERIKAN KEDUDUKAN
YA N G D I U TA M A K A N K E PA D A K R E D I TO R
TERTENTU TERHADAP KREDITOR LAIN.

BP2TL JAKARTA
13. PIUTANG-PELAYARAN YANG DIDAHULUKAN

ADALAH TAGIHAN YANG WAJIB DILUNASI LEBIH
D A H U L U D A R I H A S I L E K S E K U S I K A PA L
MENDAHULUI TAGIHAN PEMEGANG HIPOTEK
KAPAL.
14. KEPELABUHANAN ADALAH SEGALA SESUATU

YANG BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN
FUNGSI PELABUHAN UNTUK MENUNJANG
KELANCARAN, KEAMANAN, DAN KETERTIBAN
ARUS LALU LINTAS KAPAL, PENUMPANG DAN/
ATAU BARANG, KESELAMATAN DAN ………………
BP2TL JAKARTA
KEAMANAN BERLAYAR, TEMPAT PERPINDAHAN

I N T R A - D A N / ATA U A N TA R M O D A S E R TA
MENDORONG PEREKONOMIAN NASIONAL DAN
DAERAH DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN TATA
RUANG WILAYAH.
15. TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL ADALAH
S U AT U S I S T E M K E P E L A B U H A N A N YA N G
MEMUAT PERAN, FUNGSI, JENIS, HIERARKI
PELABUHAN, RENCANA INDUK PELABUHAN
NASIONAL, DAN LOKASI PELABUHAN SERTA
KETERPADUAN INTRA-DAN ANTARMODA SERTA
KETERPADUAN DENGAN SEKTOR LAINNYA.
BP2TL JAKARTA
16. PELABUHAN ADALAH TEMPAT YANG TERDIRI

ATAS DARATAN DAN/ATAU PERAIRAN DENGAN
BATAS-BATAS TERTENTU SEBAGAI TEMPAT
KEGIATAN PEMERINTAHAN DAN KEGIATAN
PENGUSAHAAN YANG DIPERGUNAKAN SEBAGAI
TEMPAT KAPAL BERSANDAR, NAIK TURUN
PENUMPANG, DAN/ATAU BONGKAR MUAT
BARANG, BERUPA TERMINAL DAN TEMPAT
BERLABUH KAPAL YANG DILENGKAPI DENGAN
FASILITAS KESELAMATAN DAN KEAMANAN
PELAYARAN DAN KEGIATAN PENUNJANG
PELABUHAN SERTA …………………………………...
BP2TL JAKARTA
SEBAGAI TEMPAT PERPINDAHAN INTRA-DAN

ANTARMODA TRANSPORTASI.
17. PELABUHAN UTAMA ADALAH PELABUHAN YANG
FUNGSI POKOKNYA MELAYANI KEGIATAN
A N G K U TA N L A U T D A L A M N E G E R I D A N
INTERNASIONAL, ALIH MUAT ANGKUTAN LAUT
DALAM NEGERI DAN INTERNASIONAL DALAM
JUMLAH BESAR, DAN SEBAGAI TEMPAT ASAL
TUJUAN PENUMPANG DAN/ATAU BARANG,
SERTA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN
JANGKAUAN PELAYANAN ANTAR PROVINSI.

BP2TL JAKARTA
18. PELABUHAN PENGUMPUL ADALAH PELABUHAN

YANG FUNGSI POKOKNYA MELAYANI KEGIATAN
ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI, ALIH MUAT
ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI DALAM
JUMLAH MENENGAH, DAN SEBAGAI TEMPAT
ASAL TUJUAN PENUMPANG DAN/ATAU BARANG,
JANGKAUAN PELAYANAN ANTAR PROVINSI.

BP2TL JAKARTA
19. PELABUHAN PENGUMPAN ADALAH PELABUHAN

YANG FUNGSI POKOKNYA MELAYANI KEGIATAN
ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI, ALIH MUAT
ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI DALAM
JUMLAH TERBATAS, MERUPAKAN PENGUMPAN
BAGI PELABUHAN UTAMA DAN PELABUHAN
PENGUMPUL, DAN SEBAGAI TEMPAT ASAL
TUJUAN PENUMPANG DAN/ATAU BARANG,
JANGKAUAN PELAYANAN DALAM PROVINSI.

BP2TL JAKARTA
20. TERMINAL ADALAH FASILITAS PELABUHAN

YANG TERDIRI ATAS KOLAM SANDAR DAN
TEMPAT KAPAL BERSANDAR ATAU TAMBAT,
TEMPAT PENUMPUKAN, TEMPAT MENUNGGU
DAN NAIK TURUN PENUMPANG, DAN/ATAU
TEMPAT BONGKAR MUAT BARANG.
21. TERMINAL KHUSUS ADALAH TERMINAL YANG

TERLETAK DI LUAR DAERAH LINGKUNGAN
KERJA DAN DAERAH LINGKUNGAN
KEPENTINGAN PELABUHAN YANG MERUPAKAN
BAGIAN DARI PELABUHAN TERDEKAT UNTUK ….
BP2TL JAKARTA
MELAYANI KEPENTINGAN SENDIRI SESUAI

DENGAN USAHA POKOKNYA.
22. TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

ADALAH TERMINAL YANG TERLETAK DI DALAM
DAERAH LINGKUNGAN KERJA DAN DAERAH
LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN YANG
MERUPAKAN BAGIAN DARI PELABUHAN UNTUK
MELAYANI KEPENTINGAN SENDIRI SESUAI
DENGAN USAHA POKOKNYA.

BP2TL JAKARTA
23. DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKR) ADALAH

WILAYAH PERAIRAN DAN DARATAN PADA
PELABUHAN ATAU TERMINAL KHUSUS YANG
DIGUNAKAN SECARA LANGSUNG UNTUK
KEGIATAN PELABUHAN.
24. DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKP)

ADALAH PERAIRAN DI SEKELILING DAERAH
LINGKUNGAN KERJA PERAIRAN PELABUHAN
YANG DIPERGUNAKAN UNTUK MENJAMIN
KESELAMATAN PELAYARAN.

BP2TL JAKARTA
25. R E N C A N A I N D U K P E L A B U H A N A D A L A H
PENGATURAN RUANG PELABUHAN BERUPA
PERUNTUKAN RENCANA TATA GUNA TANAH DAN
PERAIRAN DI DAERAH LINGKUNGAN KERJA DAN
DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN
PELABUHAN.
26. OTORITAS PELABUHAN (PORT AUTHORITY)
ADALAH LEMBAGA PEMERINTAH DI PELABUHAN
SEBAGAI OTORITAS YANG MELAKSANAKAN
FUNGSI PENGATURAN, PENGENDALIAN, DAN
PENGAWASAN KEGIATAN KEPELABUHANAN
YANG DIUSAHAKAN SECARA KOMERSIAL.
BP2TL JAKARTA
27. UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN ADALAH

L E M B A G A P E M E R I N TA H D I P E L A B U H A N
SEBAGAI OTORITAS YANG MELAKSANAKAN
F U N G S I P E N G AT U R A N , P E N G E N D A L I A N ,
PENGAWASAN KEGIATAN KEPELABUHANAN,
D A N P E M B E R I A N P E L AYA N A N J A S A
KEPELABUHANAN UNTUK PELABUHAN YANG
BELUM DIUSAHAKAN SECARA KOMERSIAL.
28. BADAN USAHA PELABUHAN ADALAH BADAN
USAHA YANG KEGIATAN USAHANYA KHUSUS DI
BIDANG PENGUSAHAAN TERMINAL DAN
FASILITAS PELABUHAN LAINNYA.
BP2TL JAKARTA
29. KOLAM PELABUHAN ADALAH PERAIRAN DI

DEPAN DERMAGA YANG DIGUNAKAN UNTUK
KEPENTINGAN OPERASIONAL SANDAR DAN
OLAH GERAK KAPAL.
30. TATA RUANG ADALAH WUJUD STRUKTUR

RUANG DAN POLA RUANG.
31. PENATAAN RUANG ADALAH SUATU SISTEM

P R O S E S P E R E N C A N A A N TATA R U A N G ,
PEMANFAATAN RUANG, DAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG.
BP2TL JAKARTA
32. KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN

ADALAH SUATU KEADAAN TERPENUHINYA
PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
YANG MENYANGKUT ANGKUTAN DI PERAIRAN,
KEPELABUHANAN, DAN LINGKUNGAN MARITIM.
33. KELAIKLAUTAN KAPAL ADALAH KEADAAN KAPAL

YANG MEMENUHI PERSYARATAN KESELAMATAN
KAPAL, PENCEGAHAN PENCEMARAN PERAIRAN
DARI KAPAL, PENGAWAKAN, GARIS MUAT,
PEMUATAN, KESEJAHTERAAN AWAK KAPAL DAN
KESEHATAN PENUMPANG, …………………………..
BP2TL JAKARTA
S TAT U S H U K U M K A PA L , M A N A J E M E N
K E S E L A M ATA N D A N P E N C E G A H A N
PENCEMARAN DARI KAPAL, DAN MANAJEMEN
KEAMANAN KAPAL UNTUK BERLAYAR DI
PERAIRAN TERTENTU.

BP2TL JAKARTA
34. KESELAMATAN KAPAL ADALAH KEADAAN KAPAL

YANG MEMENUHI PERSYARATAN MATERIAL,
KONSTRUKSI, BANGUNAN, PERMESINAN DAN
PERLISTRIKAN, STABILITAS, TATA SUSUNAN
S E R TA P E R L E N G K A PA N T E R M A S U K
PERLENGKAPAN ALAT PENOLONG DAN RADIO,
ELEKTRONIK KAPAL, YANG DIBUKTIKAN
DENGAN SERTIFIKAT SETELAH DILAKUKAN
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN.

BP2TL JAKARTA
35. B A D A N K L A S I F I K A S I A D A L A H L E M B A G A
K L A S I F I K A S I K A PA L YA N G M E L A K U K A N
PENGATURAN KEKUATAN KONSTRUKSI DAN
PERMESINAN KAPAL, JAMINAN MUTU MATERIAL
MARINE, PENGAWASAN PEMBANGUNAN,
PEMELIHARAAN, DAN PEROMBAKAN KAPAL
SESUAI DENGAN PERATURAN KLASIFIKASI.

BP2TL JAKARTA
36. KAPAL ADALAH KENDARAAN AIR DENGAN

B E N T U K D A N J E N I S T E R T E N T U , YA N G
DIGERAKKAN DENGAN TENAGA ANGIN, TENAGA
MEKANIK, ENERGI LAINNYA, DITARIK ATAU
DITUNDA, TERMASUK KENDARAAN YANG
BERDAYA DUKUNG DINAMIS, KENDARAAN DI
BAWAH PERMUKAAN AIR, SERTA ALAT APUNG
DAN BANGUNAN TERAPUNG YANG TIDAK
BERPINDAH-PINDAH.

BP2TL JAKARTA
37. KAPAL PERANG ADALAH KAPAL TENTARA

NASIONAL INDONESIA YANG DITETAPKAN
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN.
38. KAPAL NEGARA ADALAH KAPAL MILIK NEGARA

DIGUNAKAN OLEH INSTANSI PEMERINTAH
T E R T E N T U YA N G D I B E R I F U N G S I D A N
KEWENANGAN SESUAI DENGAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNTUK
MENEGAKKAN HUKUM SERTA TUGAS-TUGAS
PEMERINTAH LAINNYA.
BP2TL JAKARTA
39. K A P A L A S I N G A D A L A H K A P A L Y A N G
BERBENDERA SELAIN BENDERA INDONESIA
DAN TIDAK DICATAT DALAM DAFTAR KAPAL
INDONESIA.
40. AWAK KAPAL ADALAH ORANG YANG BEKERJA

ATAU DIPEKERJAKAN DI ATAS KAPAL OLEH
PEMILIK ATAU OPERATOR KAPAL UNTUK
MELAKUKAN TUGAS DI ATAS KAPAL SESUAI
DENGAN JABATANNYA YANG TERCANTUM
DALAM BUKU SIJIL.

BP2TL JAKARTA
41. NAKHODA ADALAH SALAH SEORANG DARI

AWAK KAPAL YANG MENJADI PEMIMPIN
T E RT I N G G I D I K A PA L D A N M E M P U N YA I
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB TERTENTU
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN.
42. ANAK BUAH KAPAL ADALAH AWAK KAPAL

SELAIN NAKHODA.

BP2TL JAKARTA
43. KENAVIGASIAN ADALAH SEGALA SESUATU

YANG BERKAITAN DENGAN SARANA BANTU
NAVIGASI-PELAYARAN, TELEKOMUNIKASI-
PELAYARAN, HIDROGRAFI DAN METEOROLOGI,
ALUR DAN PERLINTASAN, PENGERUKAN DAN
REKLAMASI, PEMANDUAN, PENANGANAN
KERANGKA KAPAL, SALVAGE DAN PEKERJAAN
BAWAH AIR UNTUK KEPENTINGAN
KESELAMATAN PELAYARAN KAPAL.

BP2TL JAKARTA
44. NAVIGASI ADALAH PROSES MENGARAHKAN

GERAK KAPAL DARI SATU TITIK KE TITIK YANG
LAIN DENGAN AMAN DAN LANCAR SERTA
UNTUK MENGHINDARI BAHAYA DAN/ATAU
RINTANGAN-PELAYARAN.
45. ALUR-PELAYARAN ADALAH PERAIRAN YANG

DARI SEGI KEDALAMAN, LEBAR, DAN BEBAS
HAMBATAN PELAYARAN LAINNYA DIANGGAP
AMAN DAN SELAMAT UNTUK DILAYARI.

BP2TL JAKARTA
46. SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN ADALAH

PERALATAN ATAU SISTEM YANG BERADA DI
L U A R K A PA L YA N G D I D E S A I N D A N
D I O P E R A S I K A N U N T U K M E N I N G K AT K A N
KESELAMATAN DAN EFISIENSI BERNAVIGASI
KAPAL DAN/ATAU LALU LINTAS KAPAL.
47. T E L E K O M U N I K A S I - P E L AYA R A N A D A L A H
TELEKOMUNIKASI KHUSUS UNTUK KEPERLUAN
DINAS PELAYARAN YANG MERUPAKAN SETIAP
PEMANCARAN, PENGIRIMAN ATAU PENERIMAAN
TIAP JENIS TANDA, GAMBAR, ……………………….
BP2TL JAKARTA
SUARA DAN INFORMASI DALAM BENTUK APA

PUN MELALUI SISTEM KAWAT, OPTIK, RADIO,
ATAU SISTEM ELEKTROMAGNETIK LAINNYA
DALAM DINAS BERGERAK-PELAYARAN YANG
MERUPAKAN BAGIAN DARI KESELAMATAN
PELAYARAN.

BP2TL JAKARTA
48. PEMANDUAN ADALAH KEGIATAN PANDU DALAM

MEMBANTU, MEMBERIKAN SARAN, DAN
INFORMASI KEPADA NAKHODA TENTANG
KEADAAN PERAIRAN SETEMPAT YANG PENTING
A G A R N AV I G A S I - P E L AYA R A N D A PAT
DILAKSANAKAN DENGAN SELAMAT, TERTIB,
DAN LANCAR DEMI KESELAMATAN KAPAL DAN
LINGKUNGAN.

BP2TL JAKARTA
49. PERAIRAN WAJIB PANDU ADALAH WILAYAH

P E R A I R A N YA N G K A R E N A K O N D I S I
PERAIRANNYA MEWAJIBKAN DILAKUKAN
P E M A N D U A N K E PA D A K A PA L YA N G
MELAYARINYA.
50. PANDU ADALAH PELAUT YANG MEMPUNYAI

KEAHLIAN DI BIDANG NAUTIKA YANG TELAH
M E M E N U H I P E R S YA R ATA N U N T U K
MELAKSANAKAN PEMANDUAN KAPAL.

BP2TL JAKARTA
51. PEKERJAAN BAWAH AIR ADALAH PEKERJAAN

YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSTALASI,
KONSTRUKSI, ATAU KAPAL YANG DILAKUKAN DI
BAWAH AIR DAN/ATAU PEKERJAAN DI BAWAH
A I R YA N G B E R S I F AT K H U S U S , YA I T U
PENGGUNAAN PERALATAN BAWAH AIR YANG
DIOPERASIKAN DARI PERMUKAAN AIR.

BP2TL JAKARTA
52. PEKERJAAN BAWAH AIR ADALAH PEKERJAAN

PENGERUKAN ADALAH PEKERJAAN MENGUBAH
BENTUK DASAR PERAIRAN UNTUK MENCAPAI
KEDALAMAN DAN LEBAR YANG DIKEHENDAKI
ATAU UNTUK MENGAMBIL MATERIAL DASAR
PERAIRAN YANG DIPERGUNAKAN UNTUK
KEPERLUAN TERTENTU.


BP2TL JAKARTA
53. REKLAMASI ADALAH PEKERJAAN TIMBUNAN DI

PERAIRAN ATAU PESISIR YANG MENGUBAH
GARIS PANTAI DAN/ATAU KONTUR KEDALAMAN
PERAIRAN.
54. KERANGKA KAPAL ADALAH SETIAP KAPAL YANG

TENGGELAM ATAU KANDAS ATAU TERDAMPAR
DAN TELAH DITINGGALKAN.


BP2TL JAKARTA
55. S A LVA G E A D A L A H P E K E R J A A N U N T U K
MEMBERIKAN PERTOLONGAN TERHADAP
K A PA L D A N / ATA U M U ATA N N YA YA N G
MENGALAMI KECELAKAAN KAPAL ATAU DALAM
KEADAAN BAHAYA DI PERAIRAN TERMASUK
M E N G A N G K AT K E R A N G K A K A PA L ATA U
RINTANGAN BAWAH AIR ATAU BENDA LAINNYA.

BP2TL JAKARTA
56. SYAHBANDAR ADALAH PEJABAT PEMERINTAH

DI PELABUHAN YANG DIANGKAT OLEH MENTERI
DAN MEMILIKI KEWENANGAN TERTINGGI UNTUK
MENJALANKAN DAN MELAKUKAN PENGAWASAN
T E R H A D A P D I P E N U H I N YA K E T E N T U A N
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNTUK
MENJAMIN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
PELAYARAN.

BP2TL JAKARTA
57. PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM ADALAH

S E T I A P U PAYA U N T U K M E N C E G A H D A N
MENANGGULANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN
PERAIRAN YANG BERSUMBER DARI KEGIATAN
YANG TERKAIT DENGAN PELAYARAN.
58. MAHKAMAH PELAYARAN ADALAH PANEL AHLI

YANG BERADA DI BAWAH DAN BERTANGGUNG
JAWAB KEPADA MENTERI YANG BERTUGAS
UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN LANJUTAN
KECELAKAAN KAPAL.

BP2TL JAKARTA
59. PENJAGAAN LAUT DAN PANTAI (SEA AND COAST

G U A R D ) A D A L A H L E M B A G A YA N G
MELAKSANAKAN FUNGSI PENJAGAAN DAN
P E N E G A K A N P E R AT U R A N P E R U N D A N G -
UNDANGAN DI LAUT DAN PANTAI YANG
DIBENTUK DAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA
PRESIDEN DAN SECARA TEKNIS OPERASIONAL
DILAKSANAKAN OLEH MENTERI.

BP2TL JAKARTA
60. BADAN USAHA ADALAH BADAN USAHA MILIK

NEGARA, BADAN USAHA MILIK DAERAH, ATAU
BADAN HUKUM INDONESIA YANG KHUSUS
DIDIRIKAN UNTUK PELAYARAN.
61. S E T I A P O R A N G A D A L A H ORANG
PERSEORANGAN ATAU KORPORASI.

BP2TL JAKARTA
62. PEMERINTAH PUSAT, SELANJUTNYA DISEBUT

PEMERINTAH ADALAH PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA YANG MEMEGANG KEKUASAAN
PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UNDANG-
UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945.
63. PEMERINTAH DAERAH ADALAH GUBERNUR,

BUPATI, ATAU WALIKOTA DAN PERANGKAT
DAERAH SEBAGAI UNSUR PENYELENGGARA
PEMERINTAHAN DAERAH.
BP2TL JAKARTA
64. MENTERI ADALAH MENTERI YANG TUGAS DAN

TANGGUNG JAWABNYA DI BIDANG PELAYARAN.

BP2TL JAKARTA
UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2008

TENTANG PELAYARAN
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM ADALAH
S E T I A P U PAYA U N T U K M E N C E G A H D A N
MENANGGULANGI PENCEMARAN LINKUNGAN
PERAIRAN YANG BERSUMBER DARI KEGIATAN YANG
TERKAIT DENGAN PELAYARAN.

BP2TL JAKARTA
BAB IX
KELAIKLAUTAN KAPAL
BAGIAN KESATU
KESELAMATAN KAPAL
PASAL 128
(1) NAKHODA DAN/ATAU ANAK BUAH KAPAL HARUS
M E M B E R I TA H U K A N K E PA D A P E J A B AT
PEMERIKSA KESELAMATAN KAPAL APABILA
MENGETAHUI BAHWA KONDISI KAPAL ATAU
BAGIAN DARI KAPALNYA, DINILAI TIDAK
MEMENUHI PERSYARATAN KESELAMATAN
KAPAL.
52
Pengajar & Penguji ( N.09 ) BP2TL
BP2TL JAKARTA
(2) PEMILIK, OPERATOR KAPAL, DAN NAKHODA

WAJIB MEMBANTU PELAKSANAAN

BP2TL JAKARTA
BAGIAN KEDUA
PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI KAPAL
PASAL 134
(1) SETIAP KAPAL YANG BEROPERASI DI PERAIRAN
INDONESIA HARUS MEMENUHI PERSYARATAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN.
(2) P E N C E G A H A N D A N P E N G E N D A L I A N
PENCEMARAN DITENTUKAN MELALUI
BP2TL JAKARTA
(3) K A PA L YA N G D I N YATA K A N M E M E N U H I
P E R S YA R ATA N P E N C E G A H A N D A N
PENGENDALIAN PENCEMARAN DIBERIKAN
SERTIFIKAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN OLEH MENTERI.
(4) K E T E N T U A N L E B I H L A N J U T M E N G E N A I
PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI KAPAL
DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI.

BP2TL JAKARTA
BAGIAN KETIGA
PENGAWAKAN KAPAL
PASAL 135
SETIAP KAPAL WAJIB DIAWAKI OLEH AWAK KAPAL
YANG MEMENUHI PERSYARATAN KUALIFIKASI DAN
KOMPETENSI SESUAI DENGAN KETENTUAN
NASIONAL DAN INTERNASIONAL.

BP2TL JAKARTA
PASAL 136
(1) NAKHODA DAN ANAK BUAH KAPAL UNTUK KAPAL
BERBENDERA INDONESIA HARUS WARGA
NEGARA INDONESIA.
(2) P E N G E C U A L I A N T E R H A D A P K E T E N T U A N
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DAPAT
DIBERIKAN IZIN SESUAI DENGAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 137
(1) NAKHODA UNTUK KAPAL MOTOR UKURAN GT 35
(TIGA PULUH LIMA GROSS TONNAGE) ATAU
LEBIH MEMILIKI WEWENANG PENEGAKAN
HUKUM SERTA BERTANGGUNG JAWAB ATAS
KESELAMATAN, KEAMANAN, DAN KETERTIBAN
KAPAL, PELAYAR, DAN BARANG MUATAN.

BP2TL JAKARTA
(2) NAKHODA UNTUK KAPAL MOTOR UKURAN

KURANG DARI GT 35 (TIGA PULUH LIMA GROSS
TONNAGE) DAN UNTUK KAPAL TRADISIONAL
UKURAN KURANG DARI GT 105 (SERATUS LIMA
GROSS TONNAGE) DENGAN KONSTRUKSI
SEDERHANA YANG BERLAYAR DI PERAIRAN
T E R B ATA S B E R TA N G G U N G J AWA B ATA S
KESELAMATAN, KEAMANAN DAN KETERTIBAN
KAPAL, PELAYAR, DAN BARANG MUATAN.

BP2TL JAKARTA
(3) NAKHODA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB

TERHADAP KEABSAHAN ATAU KEBENARAN
MATERIIL DOKUMEN MUATAN KAPAL.
(4) N A K H O D A W A J I B M E N O L A K D A N
MEMBERITAHUKAN KEPADA INSTANSI YANG
BERWENANG APABILA MENGETAHUI MUATAN
YANG DIANGKUT TIDAK SESUAI DENGAN
DOKUMEN MUATAN.

BP2TL JAKARTA
(5) S E L A I N K E W E N A N G A N S E B A G A I M A N A
DIMAKSUD PADA AYAT (1) NAKHODA UNTUK
KAPAL MOTOR UKURAN GT 35 (TIGA PULUH LIMA
GROSS TONNAGE) ATAU LEBIH DIBERI TUGAS
DAN KEWENANGAN KHUSUS, YAITU:
A. MEMBUAT CATATAN SETIAP KELAHIRAN;
B. MEMBUAT CATATAN SETIAP KEMATIAN; DAN
C. MENYAKSIKAN DAN MENCATAT SURAT
WASIAT.

BP2TL JAKARTA
(6) NAKHODA WAJIB MEMENUHI PERSYARATAN

PENDIDIKAN, PELATIHAN, KEMAMPUAN, DAN
KETERAMPILAN SERTA KESEHATAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 138
(1) NAKHODA WAJIB BERADA DI KAPAL SELAMA
BERLAYAR.
(2) SEBELUM KAPAL BERLAYAR, NAKHODA WAJIB

M E M A S T I K A N B A H WA K A PA L N YA T E L A H
MEMENUHI PERSYARATAN KELAIKLAUTAN DAN
M E L A P O R K A N H A L T E R S E B U T K E PA D A
SYAHBANDAR.

BP2TL JAKARTA
(3) N A K H O D A B E R H A K M E N O L A K U N T U K
MELAYARKAN KAPALNYA APABILA MENGETAHUI
K A PA L T E R S E B U T T I D A K M E M E N U H I
PERSYARATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA
AYAT (2).
(4) P E M I L I K ATA U O P E R ATO R K A PA L WA J I B

MEMBERIKAN KELELUASAAN KEPADA NAKHODA
UNTUK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA SESUAI
DENGAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 139
UNTUK TINDAKAN PENYELAMATAN, NAKHODA
BERHAK MENYIMPANG DARI RUTE YANG TELAH
DITETAPKAN DAN MENGAMBIL TINDAKAN LAINNYA
YANG DIPERLUKAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 140
(1) DALAM HAL NAKHODA UNTUK KAPAL MOTOR
UKURAN GT 35 (TIGA PULUH LIMA GROSS
TONNAGE) ATAU LEBIH YANG BERTUGAS DI
KAPAL SEDANG BERLAYAR UNTUK SEMENTARA
ATAU UNTUK SETERUSNYA TIDAK MAMPU
MELAKSANAKAN TUGAS, MUALIM I
MENGGANTIKANNYA DAN PADA PELABUHAN
BERIKUT YANG DISINGGAHINYA DIADAKAN
PENGGANTIAN NAKHODA.

BP2TL JAKARTA
(2) APABILA MUALIM I SEBAGAIMANA DIMAKSUD

PADA AYAT (1) TIDAK MAMPU MENGGANTIKAN
NAKHODA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT
(1), MUALIM LAINNYA YANG TERTINGGI DALAM
JABATAN SESUAI DENGAN SIJIL MENGGANTIKAN
D A N PA D A P E L A B U H A N B E R I K U T YA N G
DISINGGAHINYA DIADAKAN PENGGANTIAN
NAKHODA.

BP2TL JAKARTA
(3) D A L A M H A L P E N G G A N T I A N N A K H O D A
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DAN
AYAT (2) DISEBABKAN HALANGAN SEMENTARA,
PENGGANTIAN TIDAK MENGALIHKAN
K E W E N A N G A N D A N TA N G G U N G J A W A B
NAKHODA KEPADA PENGGANTI SEMENTARA.
(4) APABILA SELURUH MUALIM DALAM KAPAL
BERHALANGAN MENGGANTIKAN NAKHODA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1),
PENGGANTI NAKHODA DITUNJUK OLEH DEWAN
KAPAL.

BP2TL JAKARTA
(5) D A L A M H A L P E N G G A N T I A N N A K H O D A
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
DISEBABKAN HALANGAN TETAP, NAKHODA
P E N G G A N T I S E M E N TA R A M E M P U N YA I
K E W E N A N G A N D A N TA N G G U N G J A W A B
SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 137 AYAT
(1) DAN AYAT (3).

BP2TL JAKARTA
PASAL 141
L E B I H D A N N A K H O D A U N T U K K A PA L
PENUMPANG, WAJIB MENYELENGGARAKAN
BUKU HARIAN KAPAL.

BP2TL JAKARTA

LEBIH WAJIB MELAPORKAN BUKU HARIAN KAPAL
K E PA D A P E J A B AT P E M E R I N TA H YA N G
BERWENANG DAN/ATAU ATAS PERMINTAAN
P I H A K YA N G B E RW E N A N G U N T U K
MEMPERLIHATKAN BUKU HARIAN KAPAL DAN/
ATAU MEMBERIKAN SALINANNYA.

BP2TL JAKARTA
(3) BUKU HARIAN KAPAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD

PADA AYAT (1) DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI ALAT
BUKTI DI PENGADILAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 142
(1) ANAK BUAH KAPAL WAJIB MENAATI PERINTAH
NAKHODA SECARA TEPAT DAN CERMAT DAN
DILARANG MENINGGALKAN KAPAL TANPA IZIN
NAKHODA.

BP2TL JAKARTA
(2) DALAM HAL ANAK BUAH KAPAL MENGETAHUI

BAHWA PERINTAH YANG DITERIMANYA TIDAK
SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU,
M A K A YA N G B E R S A N G K U TA N B E R H A K
MENGADUKAN KEPADA PEJABAT PEMERINTAH
YANG BERWENANG.

BP2TL JAKARTA
PASAL 143
(1) N A K H O D A B E R W E N A N G M E M B E R I K A N
TINDAKAN DISIPLIN ATAS PELANGGARAN YANG
DILAKUKAN SETIAP ANAK BUAH KAPAL YANG:
A. M E N I N G G A L K A N K A PA L TA N PA I Z I N
NAKHODA;
B. TIDAK KEMBALI KE KAPAL PADA WAKTUNYA;
C. TIDAK MELAKSANAKAN TUGAS DENGAN
BAIK;
D. MENOLAK PERINTAH PENUGASAN;
E. BERPERILAKU TIDAK TERTIB; DAN/ATAU
F. BERPERILAKU TIDAK LAYAK.
BP2TL JAKARTA
PASAL 143
(2) PELAKSANAAN KETENTUAN SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PADA AYAT (1) DILAKSANAKAN
SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 144
(1) SELAMA PERJALANAN KAPAL, NAKHODA DAPAT
MENGAMBIL TINDAKAN TERHADAP SETIAP
ORANG YANG SECARA TIDAK SAH BERADA DI
ATAS KAPAL.
(2) NAKHODA MENGAMBIL TINDAKAN APABILA

ORANG DAN/ATAU YANG ADA DI DALAM KAPAL
AKAN MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN KAPAL
DAN AWAK KAPAL.

BP2TL JAKARTA
(3) TINDAKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT

(1) DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN
K E T E N T U A N P E R AT U R A N P E R U N D A N G -
UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 145
SETIAP ORANG DILARANG MEMPEKERJAKAN
SESEORANG DI KAPAL DALAM JABATAN APA PUN
TANPA DISIJIL DAN TANPA MEMILIKI KOMPETENSI
DAN KETERAMPILAN SERTA DOKUMEN PELAUT
YANG DIPERSYARATKAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 146
KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI PENYIJILAN,
PENGAWAKAN KAPAL, DAN DOKUMEN PELAUT DI
ATUR DENGAN PERATURAN MENTERI.

BP2TL JAKARTA
BAGIAN KELIMA
KESEJAHTERAAN AWAK KAPAL DAN
KESEHATAN PENUMPANG
PASAL 151
(1) SETIAP AWAK KAPAL BERHAK MENDAPATKAN
KESEJAHTERAAN YANG MELIPUTI:
A. GAJI;
B. JAM KERJA DAN JAM ISTIRAHAT;
C. JAMINAN PEMBERANGKATAN KE TEMPAT
TUJUAN DAN PEMULANGAN KE TEMPAT
ASAL;
BP2TL JAKARTA
D. KOMPENSASI APABILA KAPAL TIDAK DAPAT

BEROPERASI KARENA MENGALAMI
KECELAKAAN;
E. KESEMPATAN MENGEMBANGKAN KARIER;
F. P E M B E R I A N A K O M O D A S I , FA S I L I TA S
REKREASI, MAKANAN ATAU MINUMAN; DAN
G. P E M E L I H A R A A N D A N P E R A W A T A N
KESEHATAN SERTA PEMBERIAN ASURANSI
KECELAKAAN KERJA.

BP2TL JAKARTA
(2) K E S E J A H T E R A A N K E R J A S E B A G A I M A N A
DIMAKSUD PADA AYAT (1) DINYATAKAN DALAM
PERJANJIAN KERJA ANTARA AWAK KAPAL
DENGAN PEMILIK ATAU OPERATOR KAPAL
SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 152
(1) SETUP KAPAL YANG MENGANGKUT PENUMPANG
WAJIB MENYEDIAKAN FASILITAS KESEHATAN
BAGI PENUMPANG.
(2) F A S I L I TA S K E S E H ATA N S E B A G A I M A N A
DIMAKSUD PADA AYAT (1) MELIPUTI:
A. RUANG PENGOBATAN ATAU PERAWATAN;
B. PERALATAN MEDIS DAN OBAT-OBATAN; DAN
C. TENAGA MEDIS.

BP2TL JAKARTA
PASAL 152
(1) SETIAP AWAK KAPAL BERHAK MENDAPATKAN
KESEJAHTERAAN YANG MELIPUTI:
A. GAJI;
B. JAM KERJA DAN JAM ISTIRAHAT;
C. JAMINAN PEMBERANGKATAN KE TEMPAT
TUJUAN DAN PEMULANGAN KE TEMPAT
ASAL;

BP2TL JAKARTA
PASAL 153
KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI PERJANJIAN
KERJA DAN PERSYARATAN FASILITAS KESEHATAN
P E N U M PA N G D I AT U R D E N G A N P E R AT U R A N
PEMERINTAH.

BP2TL JAKARTA
BAB XII
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM
BAGIAN KESATU
PENYELENGGARA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
MARITIM
PASAL 226
(1) P E N Y E L E N G G A R A A N P E R L I N D U N G A N
LINGKUNGAN MARITIM DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH.

BP2TL JAKARTA
(2) PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MARITIM

DILAKUKAN MELALUI :
A. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENCEMARAN DARI PENGOPERASIAN
KAPAL; DAN
B. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

P E N C E M A R A N D A R I K E G I ATA N
KEPELABUHANAN.


BP2TL JAKARTA
(3) PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM JUGA

DILAKUKAN TERHADAP :
A. PEMBUANGAN LIMBAH DIPERAIRAN ; DAN
B. PENUTUHAN KAPAL.


BP2TL JAKARTA
BAGIAN KEDUA
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENCEMARAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL.
PASAL 228
(1) KAPAL DENGAN JENIS DAN UKURAN TERTENTU
YANG DIOPERASIKAN WAJIB DILENGKAPI
PERALATAN DAN BAHAN PENANGGULANGAN
PENCEMARAN MINYAK DARI KAPAL YANG
MENDAPAT PENGESAHAN DARI PEMERINTAH.

BP2TL JAKARTA
(2) KAPAL DENGAN JENIS DAN UKURAN TERTENTU

YANG DIOPERASIKAN WAJIB DILENGKAPI POLA
PENANGGULANGAN PENCEMARAN MINYAK
DARI KAPAL YANG MENDAPAT PENGESAHAN
DARI PEMERINTAH.

BP2TL JAKARTA
PASAL 229
(1) S E T I A P K A PA L D I L A R A N G M E L A K U K A N
PEMBUANGAN LIMBAH, AIR BALLAST, KOTORAN,
SAMPAH, SERTA BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN
BERACUN KEPERAIRAN.
(2) DALAM HAL JARAK PEMBUANGAN, VOLUME

PEMBUANGAN DAN KWALITAS BUANGAN TELAH
SESUAI SYARAT YANG DITETAPKAN DALAM
K E T E N T U A N P E R AT U R A N P E R U N D A N G -
UNDANGAN
BP2TL JAKARTA
(3) SETIAP KAPAL DILARANG MENGELUARKAN GAS

BUANG MELEBIHI AMBANG BATAS SESUAI
D E N G A N K E T E N T U A N P E R AT U R A N
PERUNDANG-UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 230
(1) SETIAP NAKHODA ATAU PENANGGUNG JAWAB
U N T U K K E G I ATA N L A I N D I P E R A I R A N
BERTANGGUNG JAWAB MENANGGULANGI
PENCEMARAN YANG BERSUMBER DARI KAPAL
DAN/ATAU KEGIATANNYA.

BP2TL JAKARTA
(2) SETIAP NAKHODA ATAU PENANNGUNG JAWAB

UNIT KEGIATAN LAIN DIPERAIRAN DIPERAIRAN
W A J I B S E G E R A M E L A P O R K A N K E PA D A
SYAHBANDAR TERDEKAT DAN/ATAU UNSUR
PEMERINTAH LAIN YANG TERDEKAT MENGENAI
TERJADINYA PENCEMARAN PERAIRAN YANG
DISEBABKAN OLEH KAPALNYA ATAU YANG
BERSUMBER DARI KEGIATANNYA, APABILA
MELIHAT ADANYA PENCEMARAN DARI KAPAL ,
DAN/ATAU KEGIATAN LAIN DIPERAIRAN.

BP2TL JAKARTA
(3) UNSUR PEMERINYAH LAINNYA YANG TELAH

MENERIMA INFORMASI, WAJIB MENERUSKAN
LAPORAN MENGENAI ADANYA PENCEMARAN
PERAIRAN KEPADA SYAHBANDAR TERDEKAT
ATAU KEPADA INSTANSI BERWENANG.
(4) SYAHBANDAR SEGERA MENERUSKAN LAPORAN

T E R S E B U T K E PA D A I N S T I T U S I YA N G
BERWENANG UNTUK PENANGANAN LEBIH
LANJUT.

BP2TL JAKARTA
PASAL 231
(1) P E M I L I K A T A U O P E R A T O R K A P A L
B E R TA N G G U N G J AWA B TERHADAP
P E N C E M A R A N YA N G B E R S U M B E R D A R I
KAPALNYA.
(2) UNTUK MEMENUHI TANGGUNG JAWABNYA,

PEMILIK ATAU OPERATOR KAPAL WAJIB
MENGASURANSIKAN TANGGUNG JAWABNYA.

BP2TL JAKARTA
PASAL 233
(1) PENGANGKUTAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
D A N B E R A C U N D E N G A N K A PA L W A J I B
MEMPERHATIKAN SPESIFIKASI KAPAL UNTUK
PENGANGKUTAN LIMBAH.
(2) S P E S I F I K A S I K A P A L D A N T A T A C A R A
PENGANGKUTAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN WAJIB MEMENUHI PERSYARATAN
YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI.

BP2TL JAKARTA
(3) KAPAL YANG MENGANGKUT LIMBAH BAHAN

BERBAHAYA DAN BERACUN WAJIB MEMILIKI
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR
TA N G G A P D A R U R AT S E S U A I D E N G A N
KETENTUAN PERATURAN DAN PERUNDANG-
UNDANGAN.

BP2TL JAKARTA
BAGIAN KETIGA
PENCEMARAN DARI KEGIATAN KEPELABUHANAN
PASAL 234
PENGOPERASIAN PELABUHAN WAJIB MEMENUHI
PERSYARATAN UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA
PENCEMARAN YANG BERSUMBER DARI KEGIATAN DI
PELABUHAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 235
(1) S E T I A P P E L A B U H A N WA J I B M E M E N U H I
PERSYARATAN PERALATAN PENANGGULANGAN
PENCEMARAN SESUAI DENGAN BESARAN DAN
JENIS KEGIATAN.
(2) S E T I A P P E L A B U H A N WA J I B M E M E N U H I
PERSYARATAN BAHAN PENANGGULANGAN
PENCEMARAN SESUAI DENGAN BESARAN DAN
JENIS KEGIATAN.

BP2TL JAKARTA
(3) O TO R I TA S P E L A B U H A N WA J I B M E M I L I K I
STANDAR DAN PROSEDUR TANGGAP DARURAT
PENANGGULANGAN PENCEMARAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 236
OTORITAS PELABUHAN, UNIT PENYELENGGARA
PELABUHAN, BADAN USAHA PELABUHAN, DAN
PENGELOLA TERMINAL KHUSUS WAJIB
M E N A N G G U L A N G I P E N C E M A R A N YA N G
DIAKIBATKAN OLEH PENGOPERASIAN PELABUHAN.

BP2TL JAKARTA
PASAL 237
(1) UNTUK MENAMPUNG LIMBAH YANG BERASAL
D A R I K A PA L D I P E L A B U H A N , O TO R I TA S
PELABUHAN, UNIT PENYELENGGARA
PELABUAHAN, BADAN USAHA PELABUHAN, DAN
PENGELOLA TERMINAL KHUSUS WAJIB DAN
B E R TA N G G U N G J A W A B M E N Y E D I A K A N
FASILITAS PENAMPUNGAN LIMBAH.

BP2TL JAKARTA
PASAL 237
(2) M A N A J E M E N P E N G E L O L A A N L I M B A H
DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
(3) P E N G A N G K U T A N L I M B A H K E T E M P A T
PENGUMPULAN,PENGELOLAAN, DAN
PEMUSNAHAN AKHIR DILAKSANAKAN
BERDASARKAN KETENTUAN YANG DITETAPKAN
OLEH MENTERI YANG BERTANGGUNG JAWAB
DIBIDANG LINGKUNGAN HIDUP.

BP2TL JAKARTA
BAGIAN KEEMPAT
PEMBUANGAN LIMBAH DI PERAIRAN
PASAL 239
(1) PEMBUANGAN LIMBAH DIPERAIRAN HANYA
DAPAT DILAKUKAN PADA LOKASI TERTENTU
YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI DAN
MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU.
(2) PEMBUANGAN LIMBAH DIMAKSUD, WAJIB
DILAPORKAN KEPADA INSTITUSI YANG TUGAS
DAN FUNGSINYA DIBIDANG PENJAGAAN LAUT
DAN PANTAI.
BP2TL JAKARTA
SANKSI TERHADAP PENCEMARAN

1. SANKSI PIDANA TERHADAP SEMUA ORANG
YANG BERBUAT. SESUAI DENGAN UNDANG-
UNDANG NO. 17 TAHUN 2008 TENTANG
“PELAYARAN” , BAB XIX : KETENTUAN PIDANA ,
PASAL 324 : SETIAP AWAK KAPAL YANG TIDAK
MELAKUKAN PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN TERHADAP TERJADINYA
PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG BERSUMBER
DARI KAPAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
PASAL 227 DIPIDANA DENGAN ………………………
BP2TL JAKARTA
PIDANA PENJARA PALING LAMA 2 TAHUN DAN

DENDA PALING BANYAK RP. 300.000.000,00 (TIGA
RATUS JUTA RUPIAH)

BP2TL JAKARTA
2. PASAL 325 : SETIAP ORANG YANG MELAKUKAN

PEMBUANGAN LIMBAH AIR BALLAST, KOTORAN,
SAMPAH ATAU BAHAN LAIN KE PERAIRAN
D I L U A R K E T E N T U A N P E R AT U R A N
PERUNDANGAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM PASAL 229, DIPIDANA DENGAN PIDANA
PENJARA PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN DAN
DENDA PALING BANYAK RP. 300.000.000,00 (TIGA
RATUS JUTA RUPIAH).

BP2TL JAKARTA
SANKSI PERDATA
BERUPA TUNTUTAN GANTI RUGI YANG DITUJUKAN
KEPADA PEMILIK KAPAL. KARENA TUNTUTAN GANTI
RUGI JUMLAHNYA BESAR MAKA KAPAL TANKER
DENGAN DWT 2000 ATAU LEBIH HARUS MENJADI
ANGGOTA CLC .

BP2TL JAKARTA

BP2TL JAKARTA
BAB XIII
KECELAKAAN KAPAL SERTA PENCARIAN
DAN PERTOLONGAN
BAGIAN KETIGA
MAHKAMAH PELAYARAN
PASAL 250
(1) MAHKAMAH PELAYARAN DIBENTUK OLEH DAN
BERTANGGUNG JAWAB KEPADA MENTERI.
(2) MAHKAMAH PELAYARAN MEMILIKI SUSUNAN
O R G A N I S A S I D A N TATA K E R J A YA N G
DITETAPKAN DENGAN PERATURAN MENTERI.
BP2TL JAKARTA
PASAL 251
MAHKAMAH PELAYARAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM PASAL 250 MEMILIKI FUNGSI UNTUK
MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN LANJUTAN ATAS
KECELAKAAN KAPAL DAN MENEGAKKAN KODE ETIK
PROFESI DAN KOMPETENSI NAKHODA DAN/ATAU
P E R W I R A K A PA L S E T E L A H D I L A K U K A N
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN OLEH SYAHBANDAR.

BP2TL JAKARTA
PASAL 252
MAHKAMAH PELAYARAN BERWENANG MEMERIKSA
TUBRUKAN YANG TERJADI ANTARA KAPAL NIAGA
DENGAN KAPAL NIAGA, KAPAL NIAGA DENGAN
KAPAL NEGARA, DAN KAPAL NIAGA DENGAN KAPAL
PERANG.

BP2TL JAKARTA
PASAL 253
(1) D A L A M M E L A K S A N A K A N P E M E R I K S A A N
LANJUTAN KECELAKAAN KAPAL SEBAGAIMANA
DIMAKSUD DALAM PASAL 251 MAHKAMAH
PELAYARAN BERTUGAS:
A. MENELITI SEBAB KECELAKAAN KAPAL DAN
MENENTUKAN ADA ATAU TIDAK ADANYA
KESALAHAN ATAU KELALAIAN DALAM
P E N E R A PA N S TA N D A R P R O F E S I
KEPELAUTAN YANG DILAKUKAN OLEH
NAKHODA DAN/ATAU PERWIRA KAPAL ……….
BP2TL JAKARTA
ATAS TERJADINYA KECELAKAAN KAPAL; DAN
B. MEREKOMENDASIKAN KEPADA MENTERI

MENGENAI PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRATIF ATAS KESALAHAN ATAU
K E L A L A I A N YA N G D I L A K U K A N O L E H
NAKHODA DAN/ATAU PERWIRA KAPAL.


BP2TL JAKARTA
(2) S A N K S I A D M I N I S T R AT I F S E B A G A I M A N A
DIMAKSUD PADA AYAT (1) HURUF B BERUPA:
A. PERINGATAN; ATAU
B. PENCABUTAN SEMENTARA SERTIFIKAT

KEAHLIAN PELAUT.

BP2TL JAKARTA
PASAL 254
(1) DALAM PEMERIKSAAN LANJUTAN MAHKAMAH
PELAYARAN DAPAT MENGHADIRKAN PEJABAT
PEMERINTAH DI BIDANG KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN DAN PIHAK TERKAIT
LAINNYA.
(2) DALAM PEMERIKSAAN LANJUTAN, PEMILIK, ATAU

OPERATOR KAPAL WAJIB MENGHADIRKAN
NAKHODA DAN/ATAU ANAK BUAH KAPAL.

BP2TL JAKARTA
PASAL 255
KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI FUNGSI,
KEWENANGAN, DAN TUGAS MAHKAMAH PELAYARAN
SERTA TATA CARA DAN PROSEDUR PENGENAAN
S A N K S I A D M I N I S T R AT I F D I AT U R D E N G A N
PERATURAN PEMERINTAH.

BP2TL JAKARTA
CONTOH KASUS I
SIDANG PEMBACAAN PUTUSAN
KM. LAMBELU (KANDAS)
13 Juni 2017 13:26:57 WIB
Kamis, 8 Juni 2017 pukul 09:00 WIB telah dilaksanakan
Sidang Pembacaan Putusan Kandasnya KM.Lambelu di
Kantor Mahkamah Pelayaran, Sidang di Pimpin Oleh
Capt. A. Utoyo Hadi, SH., M.Si., M.Mar., Sebagai Ketua
Majelis dengan Anggota Capt. Supardi, MM., M.Mar.,
Iswandi, M.Si., Ir. Sugeng Wibowo, Edi Sunaryo, SH.,
MH., dengan Sekretaris majelis Nyi Mariam Usman , SH.
BP2TL JAKARTA
Kandasnya KM.Lambelu yang terjadi di daerah Tanjung

Pasir Perairan Tarakan, pada tanggal 22 Oktober 2016
pukul 02:03 WITA, hasil sidang memutuskan bahwa
Tersangkut Nahkoda KM.Lambelu Capt, Sukartinyo R,
M.Mar bersalah dan mendapatkan sanksi administratif
selama 6 bulan, sedangkan Tersangkut Nahkoda
KT.Xiang Fajar Ari Khrisdiyanto dinyatakan Bebas.

BP2TL JAKARTA
CONTOH KASUS II
SIDANG PEMBACAAN PUTUSAN
KM. ISE BARU (TENGGGELAM)
Sidang Pembacaan Putusan Tenggelamnya KM.Ise Baru
di Kantor Mahkamah Pelayaran dilaksanakan pada hari
Senin 3 April 2017 pukul 09.00 WIB . Sidang pembacaan
putusan dipimpin oleh Capt. Surono,MM. sebagai Ketua
Majelis Hakim dan Anggota Majelis Hakim yang terdiri
atas Capt.Karolus Geleuk Sangadji,MM Ir.Budi Prasetyo,
Rusman Hoesien,ATT-I,Msc, Muryantini,SH, dan Rinna
Purba,SH sebagai Sekretaris Majelis Sidang.
BP2TL JAKARTA
Kecelakaan Tenggelamnya KM.Ise Baru terjadi di Alur

Pelayaran Surabaya pada tanggal 30 Juli 2016 pukul
18.13 WIB. Hasil sidang memutuskan memberikan
peringatan kepada tersangkut Nahkoda Julius Toisuta.

BP2TL JAKARTA
PERJANJIAN ANGKUTAN LAUT

PENYEWAAN KAPAL ( CHARTER PARTY )
P E N G A N G K U TA N M E L A L U I L A U T B E R S I FAT
KONTRAKTUAL YANG DAPAT DILIHAT DALAM
HUBUNGAN HUKUM ANTARA PEMILIK KAPAL ATAU
PENGANGKUT YANG MENGOPERASIKAN KAPAL
SEBAGAI PENYEDIA JASA ANGKUTAN LAUT DAN
PEMILIK BARANG DAN PENUMPANG SEBAGAI
PEMAKAI JASA ANGKUTAN LAUT.

BP2TL JAKARTA
1. P E R J A N J I A N P E N Y E W A A N K A P A L
BERDASARKAN PERJALANAN TERTENTU
(VOYAGE CHARTER PARTY)
1.1 P E M I L I K K A P A L / P E N G A N G K U T
MEMBERIKAN LAYANAN PENGANGKUTAN
BARANG DENGAN KAPAL DALAM SATU
ATAU BEBERAPA PELAYARAN YANG SUDAH
TERTENTU.
1.2 P E N Y E W A B E R K E W A J I B A N U N T U K
MENYAMPAIKAN BARANG DAN MEMBAYAR
UANG SEWA.

BP2TL JAKARTA
1.3 PADA SETIAP PERJALANAN, SESUAI

J U M L A H B A R A N G YA N G T E L A H
DISERAHKAN, JIKA DIKEHENDAKI OLEH
PENYEWA, PENGANGKUT HARUS
MENGELUARKAN KONOSEMEN (B/L).

BP2TL JAKARTA

BP2TL JAKARTA
2. P E R J A N J I A N P E N Y E W A A N K A P A L
BERDASARKAN WAKTU (TIME CHARTER
PARTY)
2.1 P E M I L I K K A P A L M E L A K S A N A K A N &
MEMBERIKAN JASA PENGNGKUTAN BARANG
BAGI KEPENTINGAN PENYEWA UNTUK JANGKA
WAKTU TERTENTU DENGAN KAPAL YANG
SUDAH DITENTUKAN.
2.2 SEWA DIHITUNG BERDASARKAN WAKTU

S E C A R A P R O P O S I O N A L YA N G T E LA H
DISEPAKATI.
BP2TL JAKARTA

BP2TL JAKARTA
3. PERJANJIAN PENYEWAAN KAPAL DENGAN

PENYERAHAN KAPAL BERDASARKAN WAKTU
TANPA AWAK KAPAL (BAREBOAT/DEMISE
CHARTER PARTY)
3.1 PENGUASAAN DAN PENGENDALIAN ATAS
KAPAL BERALIH DARI PEMILIK KAPAL
KEPADA PENYEWA.
3.2 AWAK KAPAL DITUNJUK DAN DIANGKAT
OLEH PENYEWA MERUPAKAN PEGAWAI
DAN BERTANGGUNG JAWAB LANGSUNG
KEPADA PENYEWA.

BP2TL JAKARTA

BP2TL JAKARTA
4. SLOT CHARTER
4.1 BIASANYA DIPAKAI DIKAPAL CONTAINER
DIMANA PENCARTER MENYEWA SUATU
RUANG (SLOT) DAN AKAN MEMBAYAR BAIK
RUANG ITU DIGUNAKAN ATAU TIDAK.

BP2TL JAKARTA
4.2 UANG TAMBANG ADALAH IMBALAN YANG

DIBAYARKAN KEPADA PIHAK PENGANGKUT
YANG DITUNG BERDASARKAN BERAT ATAU
VOLUME BARANG. BESARNYA TARIF
D I T E N T U K A N O L E H K O N D I S I PA S A R
(PERMINTAAN DAN PENAWAR). BARANG
YANG VOLUME NYA > 35 FT CUBIC UNTUK
1000 KG DIHITUNG BERDASARKAN
VOLUME, SEDANGKAN BARANG YANG
VOLUMENYA < FT CUBIC TIAP 1000 KG
DIHITUNG BERDASARKAN BERAT.

BP2TL JAKARTA

BP2TL JAKARTA
BALTIC AND INTERNATIONAL MARITIME COUNCIL

(BIMCO)
“VOYAGE CHARTER”
1. CHARTER BALTIME 1939 – REVISI TERAKHIR TAHUN
2001.
2. NEW YORK PRODUCE EXCHANGE (NYPE 93).
3. DEEP SEA TIME CHARTER 1974.
4. FONTIME OLEH THE FEDERATION OF NATIONAL
ASSOCIATIONS OF SHIP BROKER AND AGENTS
(FONASBA).
5. BIMCO STANDARD BAREBOAT CHARTER DENGAN
CODE NAME “BARECON 2001”.
BP2TL JAKARTA
CHARTER PARTY
FOR SPECIAL CARGO AND PASSENGERS
1. STANDARD ORE CHARTER PARTY – “OREVOY”.

CONTINENT GRAIN CHARTER PARTY – CODE NAME
2. ”SYNACOMEX 90”.
3. NORTH AMERICAN GRAIN CHARTER PARTY 1073 –
CODE NAME “NORGRAIN 89”.
4. AUSTRALIAN WHEAT CHARTER 1990 – CODE NAME
“AUSTWHEAT 1990” REVISI TAHUN 1991.

BP2TL JAKARTA
5. UNITED NATIONS WORLD FOOD PROGRAMMED

V O YA G E C H A R T E R P A R TY – C O D E N A M E
“WORLDFOOD 99”.
6. GAS VOYAGE CHARTER PARTY TO BE USED FOR

LIQUID GAS EXCEPT LNG – CODE NAME “ GASVOY”
JULY 1972
7. NORTH AMERICAN FERTILIZER CHARTER PARTY

1978/88 – CODE NAME “FERTIVOY 88”

BP2TL JAKARTA
8. THE BIMCO BALTIC WOOD CHARTER PARTY

1973 – CODE NAME “NUBALTWOOD” REVISI
TAHUN 1997.
9. THE BALTIC AND INTERNATIONAL MARITIME
CONFERENCE UNIFORM TIME CHARTER PARTY
FOR VESSELS CARRYING CHEMICALS IN BULK –
CODE NAME “BIMCHEMTIME 1984.
10. AMERICANIZED WELSH COAL CHARTER – CODE
NAME “AMWELSH 93”.

BP2TL JAKARTA
11. THE BALTIC AND INTERNATIONAL MARITIME

COUNCIL COAL VOYAGE CHARTER 1971 – CODE
NAME “POLCOALVOY” 1997.
12. THE DOCUMENTARY COMMITTEE OF THE JAPAN
SHIPPING EXCHANGE ,INC. COAL CHARTER
PARTY – CODE NAME “NIPPONCOAL” TOKYO
1983.
13. THE BIMCO UNIFORM TIME CHARTER PARTY
FOR CONTAINER VESSELS 1990 – CODE NAME
“BOXTIME”.
14. STANDARD CRUISE VOYAGE CHARTER PARTY –
CODE NAME “CRUISEVOY”.
BP2TL JAKARTA
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DALAM

STANDAR PENYEWAAN KAPAL
1. PENYEDIAAN KAPAL : UKURAN, KECEPATAN,
PEMA-KAIAN DAN PERSEDIAAN BBM YANG ADA
DIKAPAL.
2. PELABUHAN DIMANA DAN WAKTU PENYERAHAN
KAPAL AKAN DISELENGGARAKAN.
3. MENGOPERASIKAN DAN MELAKUKAN KEGIATAN
PERDAGANGAN DENGAN TIDAK MELAWAN
HUKUM SERTA MEMASUKI PELABUHAN YANG
AMAN UTK NAVIGASI.

BP2TL JAKARTA
4. PEMBAYARAN GAJI AWAK KAPAL, PREMI

ASURANSI, PERBEKALAN DAN KAPAL TETAP
LAIK LAUT.
5. PENYEWA MENYEDIAKAN/MEMBAYAR BBM,
U A N G L A B U H / S A N D A R , M E N G AT U R D A N
MEMBAYAR BIAYA BONGKAR MUAT BARANG.
6. PENYEWA MENYETUJUI UNTUK MEMBAYAR
UANG SEWA KAPAL YANG SUDAH DISEPAKATI.

BP2TL JAKARTA
7. KETENTUAN MENGENAI PENYERAHAN KEMBALI

KAPAL, UNTUK MEMASTIKAN KAPAN & DIMANA ?
8. N A K H O D A B E R A D A D I B AWA H P E R I N TA H
PENYEWA.
9. DAFTAR RESIKO YG DIKECUALIKAN DR BAHAYA
LAUT.
10. GANTI RUGI PADA PEMILIK KAPAL UNTUK
K E R U G I A N / K E R U S A K A N K A PA L K A R E N A
KETIDAK HATI²AN SEWAKTU BONGKAR MUAT.

BP2TL JAKARTA
11. K E T E N T U A N Y O R K - A N T W E R P R U L E S
1974/1990 MENGENAI KERUGIAN LAUT
(GENERAL AVERAGE).
12. PEMBAYARAN KOMISI KEPADA SHIPBROKER

SEBAGAI BIAYA NEGOISASI DALAM PEMBUATAN
PERJANJIAN PENYEWAAN KAPAL MELEKAT
PADA “BROKER LIEN”
13. K E T E N T U A N P E N Y E L E S A I A N M E L A L U I
ARBITRASE.

BP2TL JAKARTA
KETENTUAN VOYAGE CHARTER

1. PEMILIK KAPAL MENYEDIAKAN KAPAL DENGAN
MEMBERITAHUKAN POSISI, KAPASITAS DAN
KELAS DIMANA KAPAL TERSEBUT DIDAFTARKAN.
2. P E N E TA PA N P E L A B U H A N M U AT PA D A
PERJALAN-AN PERMULAAN.
3. PEMILIK KAPAL MEMASTIKAN BAHWA KAPALNYA

DALAM KEADAAN LENGKAP DAN LAIKLAUT.

BP2TL JAKARTA
KETENTUAN VOYAGE CHARTER

4. PENYEWA MENYETUJUI TERSEDIANYA BARANG
SECARA PENUH & MEMBAYAR UANG TAMBANG.
5. ADANYA DAFTAR RESIKO BAHAYA DILAUT YANG

DIKECUALIKAN.
6. KETENTUAN YANG MENGATUR TENTANG CARA

BONGKAR MUAT.

BP2TL JAKARTA
7. MEMBERI HAK KEPADA PENYEWA UNTUK

MEMBA TALKAN PERJANJIAN BILA KAPAL TIDAK
S A M PA I PA D A WA K T U D A N P E L A B U H A N
TERTENTU YANG TELAH DISEPAKATI.
8. KETENTUAN UMUM YANG MEMUNGKINKAN

MEMASUKAN HAGUE-VISBY RULES.
9. PENYELESAIAN PERSELISIHAN MELALUI

ARBITRASE DAN PROSEDUR BERACARA.
BP2TL JAKARTA
10. MEMASUKAN YORK-ANTWERP RULES 1974/1990.
11. KOMISI BROKER.
12. BERKAITAN BILA TERJADI RESIKO PERANG.

BP2TL JAKARTA
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG

( KUHD )
BUKU I : TENTANG DAGANG (UMUM).

BUKU II : TENTANG HAK-HAK DAN KEWAJIBAN-
K E W A J I B A N YA N G T E R B I T D A R I
PELAYARAN.
HUKUM LAUT ( SEMPIT ) : BUKU KUHD II

:
HUKUM LAUT ( LUAS ) BUKU KUHD II + UNCLOS

BP2TL JAKARTA
BUKU KUHD II
BAB I : KAPAL LAUT DAN MUATANNYA.
BAB II : P E N G U S A H A P E R K A PA L A N D A N
PEMILIKAN BERSAMA ATAS KAPAL.
BAB III : NAKHODA, ANAK BUAH KAPAL DAN
: PENUMPANG.
BAB IV : PERJANJIAN KERJA LAUT.
BAB V : MENCHARTERKAN DAN MENCHARTER
KAPAL;
A. PENGANGKUTAN BARANG-BARANG
B. PENGANGKUTAN ORANG
BP2TL JAKARTA
BAB VI : TUBRUKAN KAPAL.
BAB VII : KAPAL YANG KARAM, KANDAS DAN

PENEMUAN BARANG-BARANG DILAUT.
BAB VIII : “DIHAPUS”.
BAB IX : ASURANSI ATAU PERTANGGUNGAN

TERHADAP BAHAYA-BAHAYA DILAUT DAN
PERBUDAKAN.

BP2TL JAKARTA
BAB X : PERTANGGUNGAN THD BAHAYA-BAHAYA

PADA PENGANGKUTAN DIDARAT DAN
SUNGAI-SUNGAI DAN PERAIRAN.
BAB XI : PEDALAMAN KERUGIAN DI LAUT (AVARIJ).
BAB XII : H A P U S N YA P E R I K ATA N - P E R I K ATA N
DALAM PERDAGANGAN LAUT.
BAB XIII : K A P A L - K A P A L D A N A L A T - A L A T
PELAYARAN YANG BERLAYAR DI SUNGAI-
SUNGAI DAN PERAIRAN PEDALAMAN.

BP2TL JAKARTA
HUKUM INTERNASIONAL
( BIDANG PRIVAT )
1. THE INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE

UNIFICATION OF CERTAIN RULES OF LAW.
2. RELATING BILL OF LADING (HAGUE RULES 1924).
YORK-ANTWERP RULES 1924.
3. U N I T E D N AT I O N S C O N V E N T I O N O N T H E
CARRIAGE OF GOODS BY SEA 1978.
4. CONVENTION ON LIMITATION OF LIABILITY FOR
MARITIME CLAIMS 1976/PROTOCOL 1979.
BP2TL JAKARTA
5. ATHENS CONVENTION RELATING TO THE

C A R R I A G E O F PA S S E N G E R S A N D T H E I R
LUGGAGE BY SEA 1974.
6. UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LIABILITY
OF OPERATOR OF TRANSPORT TERMINAL IN
INTERNATIONAL TRADE 1991.
7. INTERNATIONAL CONVENTION ON MARITIME
LIENS AND MORTGAGES 1993.
8. INTERNATIONAL CONVENTION ON ARREST OF
SHIPS 1999.

BP2TL JAKARTA
KONVENSI INTERNASIONAL
( BIDANG PUBLIK )
A. ASPEK KESELAMATAN
1. INTERNATIONAL CONVENTION FOR SAFETY
OF LIFE AT SEA (SOLAS 1974).
2. INTERNATIONAL CONVENTION ON LOAD

LINE1966.
3. INTERNATIONAL CONVENTION ON TONNAGE

MEASUREMENT OF SHIPS 1969.

BP2TL JAKARTA
4. CONVENTION ON THE INTERNATIONAL

REGULATIONS FOR PREVENTING COLLISION
AT SEA 1972.
5. I N T E R N AT I O N A L C O N V E N T I O N O N
STANDARDS OF TRAINING, CERTIFICATION
AND WATCHKEEPING FOR SEAFARERS 1978
( AMENDMENT 2010 )
6. INTERNATIONAL MARITIME DANGEROUS

GOODS CODES.

BP2TL JAKARTA
( BIDANG PUBLIK )
B. ASPEK KESEJAHTERAAN AWAK KAPAL

1. ILO MARITIME CONVENTION NUMBER 147
(CONCERNING MINIMUM STANDARDS IN
MERCHANT SHIPS 1976).
2. PROTOCOL OF 1996 TO THE MERCHANT

SHIPPING (GENEVA, 22 OCTOBER 1996).

BP2TL JAKARTA
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
1. UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF

THE SEA 1982 (BAB XII).
2. I N T E R N AT I O N A L C O N V E N T I O N F O R T H E
PREVENTION OF POLLUTION FROM SHIPS
1973/78 (MARPOL 73/78).
3. INTERNATIONAL CONVENTION RELATING TO
INTERVENTION ON THE HIGH SEAS IN CASES OF
OIL POLLUTION CASUALTIES 1987.
BP2TL JAKARTA
4. I N T E R N AT I O N A L C O N V E N T I O N O N T H E
PREVENTION OF MARINE POLLUTION BY
DUMPING OF WASTES AND OTHER MATTER 1972.
5. I N T E R N AT I O N A L C O N V E N T I O N O N O I L
POLLUTION PREPAREDNESS 1996.
6. INTERNATIONAL CONVENTION ON CIVIL LIABILITY

FOR OIL POLLUTION DAMAGE 1969 AND 1976
PROTOCOL.

BP2TL JAKARTA
7. INTERNATIONAL CONVENTION ON LIABILITY AND

COMPENSATION FOR DAMAGE IN CONNECTION
WITH THE CARRIAGE OF HAZARDOUS AND
NOXIOUS SUBSTANCES BY SEA 1990.
8. I N T E R N AT I O N A L C O N V E N T I O N O N T H E
ESTABLISHMENT OF AN INTERNATIONAL FUND
FOR COMPENSATION FOR OIL POLLUTION
DAMAGE 1971.

BP2TL JAKARTA
LARANGAN PEMBUANGAN SAMPAH SESUAI DENGAN JENISNYA

< 3 Mil Dari Dari 3 Mil Hingga 12 Mil Dari 12 Mil Hingga 25 Mil > 25 Mil
Garis Dasar
1.  Plastik 1.  Plastik 1.  Plastik Plastik
2.  Kertas 2.  Terap (Dunnage) 2.  Terap (Dunnage)
3.  Majun/ Kain
Lap Dilarang membuang bila Dalam Daerah Khusus,
4.  Gelas/ kedalaman air < 25 mtr. p e m b u a n g a n s i s a
Pecah makanan ke laut
Belah 3.  Kertas/ Kain Lap/ dilakukan sejauh mungkin
5.  Terap Majun/ Metal dari darat, tidak kurang 12
(Dunnage). 4.  Gelas/ Pecah Belah Mil dari Garis Dasar.
6.  Makanan. 5.  Makanan.

BP2TL JAKARTA

BP2TL JAKARTA

BP2TL JAKARTA
MARITIM
NEGARA MARITIM
ADALAH NEGARA YANG MAJU DIBIDANG PELAYARAN
DAN MEMPUNYAI ATAU MEMILIKI ARMADA DAN
MENGUASAI PERDAGANGAN MELALUI LAUT
ASPEK EKONOMI
PENDAPATAN DARI NERACA PERDAGANGAN
BERASAL DARI JASA TRANSPORTASI LAUT DAN
SUMBERDAYA KELAUTAN

BP2TL JAKARTA
HUKUM MARITIM
HUKUM YANG MENGATUR TENTANG PELAYARAN
DALAM ARTI PENGANGKUTAN BARANG DAN ATAU
ORANG MELALUI LAUT, KEGIATAN KENAVIGASIAN
DAN PERKAPALAN SEBAGAI SARANA / MODA
T R A N S P O R TA S I L A U T T E R M A S U K A S P E K
KESELAMATAN MAUPUN KEGIATAN-KEGIATAN YANG
TERKAIT LANGSUNG DENGAN PERDAGANGAN
MELALUI LAUT YANG DIATUR DALAM HUKUM
PERDATA / DAGANG MAUPUN PUBLIK .

BP2TL JAKARTA
HUKUM LAUT
LAUT BESERTA POTENSI YANG ADA DIDALAMNYA
SEBAGAI MILIK BERSAMA (COMMON HERITAGE OF
MANKIND).
HUKUM LAUT SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM

THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF
THE SEA 1982.

BP2TL JAKARTA
KEBANGSAAN KAPAL
1. SESUAI DENGAN KUHD PASAL 311 :
KAPAL INDONESIA ADALAH SETIAP KAPAL YANG
DIANGGAP DEMIKIAN OLEH UNDANG-UNDANG
TENTANG SURAT-SURAT LAUT DAN PAS-PAS
KAPAL.
2. UNDANG-UNDANG DIMAKSUD ADALAH “BESLIT

SURAT LAUT DAN PAS KAPAL 1934”

BP2TL JAKARTA
KEBANGSAAN KAPAL
3. KAPAL LAUT INDONESIA ADALAH KAPAL LAUT
YANG DIMILIKI :
3.1. S E O R A N G / L E B I H WA R G A N E G A R A
INDONESIA.
3.2. SEDIKITNYA 2/3 BAGIAN MILIK SEORANG /
LEBIH WNI SEDANGKAN SELEBIHNYA
DIMILIKI SEORANG / LEBIH PENDUDUK
INDONESIA (PENDUDUK = SELAMA 1 TAHUN
BERTURUT-TURUT BERDIAM DI INDONESIA).

BP2TL JAKARTA
BENDERA KEBANGSAAN KAPAL

BP2TL JAKARTA
PENDAFTARAN KAPAL
1. TATA USAHA PENDAFTARAN MENGENAL 3
MACAM DAFTAR :
1.1. DAFTAR HARIAN
TERDIRI DARI LEMBARAN² LEPAS DARI
MINUT AKTA YANG DIBUAT DIHADAPAN
PEGAWAI PENDAFTARAN KAPAL DAN DIBERI
NOMOR MENURUT URUTAN TANGGAL.
1.2. DAFTAR INDUK
DAFTAR YANG DIBUAT MENURUT MASING-
MASING NAMA KAPAL.
BP2TL JAKARTA
1.3 DAFTAR PUSAT

KUMPULAN KUTIPAN² KEDUA DARI SELURUH
DAERAH INDONESIA UNTUK DISIMPAN DI
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN
LAUT (DJPL).

BP2TL JAKARTA
2. TEMPAT DIBUKUKANNYA SEBUAH KAPAL DALAM

REGISTER KAPAL ADALAH JUGA ALAMAT
TINGGAL (HOME PORT).
3. T A N D A P E N D A F T A R A N K A P A L H A R U S
DISELARKAN.
4. GOLONGAN KAPAL DALAM PENDAFTARAN :

v KODE L UNTUK KAPAL LAUT
v KODE N UNTUK KAPAL NELAYAN
v KODE P UNTUK KAPAL PEDALAMAN
BP2TL JAKARTA
TEMPAT PENDAFTARAN KAPAL

TEMPAT PENDAFTARAN
DILETAKKAN DI BAWAH
NAMA KAPAL DI BURITAN
KAPAL.

KRITERIA KAPAL YANG BERSTATUS
KAPAL INDONESIA
BP2TL JAKARTA
v AKTA PENDAFTARAN
v SURAT LAUT
v KEPEMILIKAN KAPAL ADALAH WNI
v PENETAPAN KODE PANGGILAN
v BENDERA INDONESIA (MERAH PUTIH)
v NAMA PELABUHAN PENDAFTARAN DI BURITAN
KAPAL
v BENDERA-BENDERA KODE PANGGILAN
v TANDA SELAR

BP2TL JAKARTA
PENGUSAHA KAPAL
DAN PERUSAHAAN PELAYARAN
A. P E N Y E L E N G G A R A A N PERUSAHAAN
PELAYARAN :
PENGUSAHA KAPAL ADALAH SESEORANG YANG
MEMAKAI SEBUAH KAPAL UNTUK PELAYARAN DI
LAUT, YANG KEMUDIAN SENDIRI ATAU OLEH
SEORANG NAKHODA YANG BEKERJA PADANYA
(PASAL 320 KUHD).

BP2TL JAKARTA
SEORANG PENGUSAHA KAPAL MEMPUNYAI

K E D U D U K A N YA N G S A N G AT P E N T I N G ,
MENGINGAT PERANANNYA SEBAGAI MAJIKAN
TERHADAP NAKHODA DAN PARA ABK, DENGAN
DEMIKIAN PERJANJIAN KERJA DIADAKAN
DENGAN PENGUSAHA KAPAL.

BP2TL JAKARTA
TANGGUNGJAWAB PENGUSAHA KAPAL DI ATUR

DALAM PASAL 321 KUHD YANG MENETAPKAN
BAHWA DIA TERIKAT OLEH SEGALA PERBUATAN
HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH MEREKA YANG
BEKERJA PADA KAPALNYA DALAM LINGKUNGAN
DAN KEKUASAAN MEREKA .

BP2TL JAKARTA
PENGUSAHA KAPAL
DAN PERUSAHAAN PELAYARAN
B. PERUSAHAAN PELAYARAN :
P E N Y E L E N G G A R A A N A N G K U TA N L A U T
MERUPAKAN KEGIATAN YANG TERDIRI DARI
UNSUR-UNSUR USAHA PELAYARAN, USAHA
PENUNJANG ANGKUTAN LAUT DAN USAHA
KEPELABUHANAN (PAKNOV 21) TANGGAL 21
NOVEMBER 1988 .

BP2TL JAKARTA
USAHA PELAYARAN DISELENGGARAKAN OLEH

PERUSAHAAN PELAYARAN DI DALAM NEGERI
OLEH PERUSAHAAN PELAYARAN NASIONAL
DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL BERBENDERA
INDONESIA SERTA DAPAT MENGGUNAKAN KAPAL
ASING UNTUK JANGKA WAKTU/ PERJALANAN
TERTENTU BERDASARKAN SUATU PERJANJIAN .

BP2TL JAKARTA
D I S A M P I N G P E R U S A H A A N P E L AYA R A N ,
KEGIATAN PELAYARAN DAPAT PULA DILAKUKAN
O L E H P E R U S A H A A N P E L AYA R A N N O N
PELAYARAN DALAM RANGKA MENUNJANG
KEGIATAN SENDIRI , CONTOH :
“KEGIATAN INDUSTRI ATAU WISATA”
DAN MENGGUNAKAN IZIN KHUSUS OPERASI .

BP2TL JAKARTA
NAKHODA
UMUM
1. NAKHODA MEMIMPIN KAPAL.
AWAK KAPAL ADALAH MEREKA YANG NAMANYA
TERCANTUM DALAM SIJIL AWAK KAPAL.
2. PERWIRA KAPAL ADALAH MEREKA YANG DISIJIL
AWAK KAPAL DIBERIKAN TINGKAT SEBAGAI
PERWIRA.
3. ANAK BUAH KAPAL ADALAH SEMUA AWAK KAPAL
LAINNYA.

BP2TL JAKARTA
4. PELAYAR IALAH SEGENAP MEREKA YANG

BERADA DIDALAM KAPAL KECUALI NAKHODA
(PSL 341 KUHD).
5. DINAS AWAK KAPAL ADALAH PEKERJAAN YANG

LAZIMNYA DILAKUKAN OLEH MEREKA YANG
TELAH DITERIMA UNTUK BEKERJA DIKAPAL,
KECUALI PEKERJAAN NAKHODA (375 KUHD)
NAKHODA MEMPUNYAI KEKUASAAN DIKAPAL
ATAS SEMUA PELAYAR (393 KUHD).

BP2TL JAKARTA
6. NAKHODA MEMPUNYAI KEKUASAAN UNTUK

MELAKSANAKAN TATA-TERTIB TERHADAP AWAK
KAPAL (PASAL 386 KUHD). NAKHODA SEBAGAI
PEMIMPIN DAN PEMEGANG KEKUASAAN
TERTINGGI DIATAS KAPAL.
7. NAKHODA SEBAGAI WAKIL DARI PENGUSAHA

KAPAL DAN PEMILIK MUATAN.

BP2TL JAKARTA
8. NAKHODA DIANGGAP SEBAGAI BURUH YANG

B E K E R J A U N T U K P E N G U S A H A K A PA L
BERDASARKAN SUATU PERJANJIAN KERJA,
DALAM HAL BERHALANGAN NAKHODA SESUAI
DENGAN PASAL 341 KUHD DIGANTI OLEH MUALIM
YANG TERTUA.

BP2TL JAKARTA
NAKHODA
PEMIMPIN KAPAL
1. KEWAJIBAN SEBELUM BERLAYAR :
NAKHODA TIDAK BOLEH MENEMPUH SUATU

PERJALANAN KECUALI BILA KAPAL YANG
SANGGUP MELAKSANAKAN PERJALANAN ITU,
TELAH DILENGKAPI DAN DIAWAKI SECUKUPNYA
(PASAL 343 KUHD).

BP2TL JAKARTA
2. KEWAJIBAN UMUM :
NAKHODA WAJIB MENTAATI PERATURAN-

PERATURAN SEBAGAI JAMINAN KELAIKLAUTAN
KAPAL, PARA PELAYARNYA MAUPUN MUATAN.
KEWAJIBAN HUKUM INI DIBEBANKAN PADA
NAKHODA SECARA PRIBADI. NAKHODA TIDAK
TERIKAT UNTUK MELAKSANAKAN PERINTAH BILA
BERTENTANGAN DENGAN KEWAJIBANNYA
MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN (PASAL 364
KUHD).
BP2TL JAKARTA
KETERLIBATAN PENGUSAHA KAPAL ADALAH

DALAM MEMPERSIAPKAN KAPAL SIAP BERLAYAR,
NAMUN NAKHODALAH YANG SENANTIASA
BERTANGGUNG JAWAB UNTUK ITU (OK 1935 DAN
SOLAS 1974).

BP2TL JAKARTA
3. KEWAJIBAN SELAMA PELAYARAN :

S E L A M A K A PA L B E R L AYA R N A K H O D A
DITETAPKAN UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN
KAPAL (OK 1935 & SOLAS 1974) .
SELAMA DALAM PELAYARAN ATAU JIKA ADA

B A H AYA M E N G A N C A M N A K H O D A T I D A K
DIBENARKAN MENINGGALKAN KAPALNYA,
KECUALI JIKA DIPERLAKUKAN SECARA MUTLAK
ATA U T E R PA K S A D I L A K U K A N U N T U K
MENYELAMATKAN JIWANYA (PASAL 345 KUHD).
BP2TL JAKARTA
4. KEWAJIBAN MEMBERI BANTUAN :
NAKHODA WAJIB MEMBERI PERTOLONGAN

KEPADA ORANG-ORANG YANG BERADA DALAM
B A H AYA , K H U S U S N YA J I K A K A PA L N YA
TERSANGKUT DALAM TUBRUKAN, SEPANJANG
TIDAK MEMBAHAYAKAN KAPALNYA SENDIRI DAN
PA R A P E L AYA R N YA . L A L A I D A L A M
PELAKSANAANNYA DAPAT MENGAKIBATKAN
SUATU PENUNTUTAN PIDANA (PASAL 358 A
KUHD).
BP2TL JAKARTA
NAKHODA WAJIB MEMBANTU MEMULANGKAN

P E L A U T WA R G A N E G A R A / P E N D U D U K
INDONESIA BILA DIMINTA OLEH PEJABAT
PERWAKILAN INDONESIA DI LUAR NEGERI
(PASAL 358 B KUHD).

BP2TL JAKARTA
5. KEWAJIBAN MENGIKUTI HALUAN :
NAKHODA TIDAK DIBENARKAN UNTUK

MENYIMPANG DARI HALUAN KECUALI UNTUK
MENOLONG JIWA MANUSIA (PASAL 370 KUHD).

BP2TL JAKARTA
6. SURAT-SURAT KAPAL :
NAKHODA HARUS MENYIMPAN DI KAPAL ANTARA

LAIN SURAT LAUT, SURAT UKUR, SIJIL KAPAL,
MANIFEST, KONOSOMEN (PASAL 347 KUHD) DAN
S E RT I F I K AT- S E RT I F I K AT K E L A I K A N , PA S
KESEHATAN, SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
PELABUHAN TERAKHIR .

BP2TL JAKARTA
7. BUKU HARIAN KAPAL :
NAKHODA WAJIB MENGATUR DIKERJAKANNYA

BUKU HARIAN KAPAL YANG MENCATAT SEGALA
PERISTIWA PENTING YANG TERJADI SELAMA
P E L AYA R A N . PA S S L 3 4 8 K U H D J U G A
MENETAPKAN UNTUK KAPAL YANG DIGERAKKAN
DENGAN TENAGA MESIN, HARUS ADA BUKU
HARIAN MESIN.

BP2TL JAKARTA
8. KISAH KAPAL :
J I K A K A PA L ATA U M U ATA N M E N G A L A M I
KERUSAKAN ATAU TELAH TERJADI SUATU
PERISTIWA YANG LUAR BIASA MAKA NAKHODA
W A J I B M E N G H U B U N G I P E J A B AT YA N G
BERWENANG (SYAHBANDAR, KONSUL ATAU
NOTARIS) UNTUK DIBUATKAN KISAH KAPAL
(SHIP’S PROTEST).

BP2TL JAKARTA
NAKHODA HARUS MENGAWASI AGAR BUKU HARIAN

DIISI DENGAN BENAR. NAKHODA YANG TIDAK
MENYELENGGARAKAN BUKU HARIAN SECARA
BENAR ATAU TIDAK MEMPERHATIKAN PADA
WAKTUNYA DIANGGAP MELAKUKAN PELANGGARAN
SESUAI KUHD PASAL 562.

BP2TL JAKARTA
SEDANGKAN PERBUATAN TIDAK MENYELENGGARA

KAN BUKU HARIAN KAPAL MENURUT PERATURAN
DENGAN MAKSUD MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI
ATAU ORANG LAIN ATAU MENUTUPI PERBUATAN
TERSEBUT DIANGGAP MELAKUKAN KEJAHATAN
DENGAN ANCAMAN HUKUMAN TUJUH TAHUN
PENJARA (KUHD PASAL 466).

BP2TL JAKARTA
KISAH KAPAL ADALAH SUATU AKTE OTENTIK YANG

DIBUAT DIHADAPAN SYAHBANDAR ATAU NOTARIS
MENGENAI KEJADIAN2 SELAMA PELAYARAN YANG
DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN PEMBUKTIAN PADA
KEJADIAN-KEJADIAN PENTING YANG MUNGKIN
MENIMBULKAN KERUSAKAN KAPAL, KADANG-
KADANG KISAH KAPAL DISEBUT JUGA MARINE NOTE
OF PROTEST.

BP2TL JAKARTA
KEKUATAN PEMBUKTIANNYA SAMA DENGAN BUKU

HARIAN KAPAL. KISAH KAPAL MEMUAT KETERANGAN
LEBIH RINCI YANG TIDAK DAPAT DITULIS DALAM
BUKU HARIAN KARENA KETERBATASAN TEMPAT .

BP2TL JAKARTA
KISAH KAPAL HARUS DIBUAT DALAM WAKTU 3 KALI

24 JAM SETIBANYA KAPAL DIPELABUHAN, SETIDAK-
TIDAKNYA KISAH KAPAL SEMENTARA YANG HARUS
DISUSUL DENGAN YANG LENGKAP DALAM WAKTU 30
HARI. PEMBUATAN KISAH KAPAL SEMENTARA
BIASANYA KALAU ADA KERUSAKAN DIBAWAH AIR
YANG BELUM KELIHATAN SEBELUM KAPAL NAIK
DOK. SELAIN NAKHODA , AWAK KAPAL YANG
MENGETAHUI KEJADIAN ITU JUGA IKUT MENANDA
TANGANI .

BP2TL JAKARTA
ISINYA ANTARA LAIN KAPAL MENGALAMI CUACA

B U R U K S E H I N G G A D I K A W AT I R K A N A K A N
MENIMBULKAN KERUSAKAN TERHADAP KAPAL ATAU
MUATAN, KECELAKAAN YANG TERJADI SERTA
TINDAKAN YANG DIAMBIL OLEH NAKHODA UNTUK
MENCEGAH ATAU MENGURANGI KERUSAKAN.
KISAH KAPAL MERUPAKAN SUATU PERIKATAN

SEPIHAK DAN KARENANYA SIAPA YANG MEMBUAT
KISAH KAPAL HANYA AKAN MENGIKAT DIRINYA
SENDIRI.
BP2TL JAKARTA
FUNGSI BUKU HARIAN

A. BAHAN PEMBUKTIAN.
B. SUMBER DATA BAGI HAKIM JIKA TERJADI

SENGKETA.
C. SEBAGAI PENGAWASAN OLEH PEMERINTAH.

BP2TL JAKARTA
KAPAL-KAPAL YANG DIWAJIBKAN

MENYELENGGARAKAN BUKU HARIAN KAPAL ADALAH
KAPAL YANG BERUKURAN 500 M3 ATAU LEBIH
(KUHD) SEDANGKAN MENURUT PP 51 TAHUN 2002
KAPAL DENGAN ISI GT 100 ATAU LEBIH DAN UNTUK
YANG DENGAN TENAGA PENGGERAK UTAMA 200 TK
ATAU LEBIH HARUS MENYELENGGARAKAN BUKU
H A R I A N M E S I N S E R TA YA N G M E M P U N YA I
PERANGKAT RADIO HARUS MENYELENGGARAKAN
BUKU HARIAN RADIO.

BP2TL JAKARTA
BUKU HARIAN HARUS TERBUAT DARI BAHAN DAN

DIJILID DENGAN BAIK, KOLOM2 YANG TERSEDIA
UNTUK MENCATAT KEJADIAN2 DIKAPAL. TIAP
HALAMAN HARUS DIBERI NOMER. DIBAGIAN MUKA
HARUS TERDAPAT PETUNJUK HALAMAN YANG
MENYEBUTKAN KETERANGAN MENGENAI :
1. K E L A H I R A N D A N 3. K E C E L A K A A N /
KEMATIAN DI KAPAL. KERUSAKAN.
2. M U T A S I AWAK 4. D O C K I N G DAN
KAPAL. PERBAIKAN.

BP2TL JAKARTA
5. P E N U T U PA N D A N 7. P E R A N G K A T
PEMBUKAAN PINTU- TELEGRAPH RADIO.
PINTU KEDAP AIR.
6. L AT I H A N - L AT I H A N 8. B A R A N G - B A R A N G
BERKALA. BERBAHAYA.

BP2TL JAKARTA
9. KEPENTINGAN MUATAN :
NAKHODA BERKEWAJIBAN UNTUK
MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN PIHAK-PIHAK
YANG BERHAK ATAS MUATAN (PASAL 371 KUHD).
10. LAPORAN TENTANG KEADAAN :

PENGUSAHA KAPAL SENANTIASA HARUS
DIBERITAHU MENGENAI KAPAL DAN MUATAN
DAN MINTA PETUNJUK BILA TINDAKANNYA
MEMPUNYAI KEPENTINGAN KEUANGAN (PASAL
364 A1.2 KUHD)

BP2TL JAKARTA
11. REGISTER HUKUMAN :
SELAIN DUA BUKU HARIAN, NAKHODA MASIH

DIHARUSKAN MENYELENGGARAKAN REGISTER
H U K U M A N ( K U H D PA S A L 3 5 A ) YA N G
MEMBUKUKAN SEMUA PEISTIWA
PENGHUKUMAN DISIPLINER (PSL 386 KUHD)
DAN SEGALA TINDAK PIDANA YANG TERJADI
DILUAR WILAYAH INDONESIA DIATAS KAPAL.

BP2TL JAKARTA
HAL-HAL YANG DILARANG DALAM

PENYELENGGARAAN BUKU HARIAN, KARENA AKAN
MENGURANGI KEKUATAN PEMBUKTIANNYA :
A. PENYOBEKAN HALAMAN
B. PENAMBAHAN HALAMAN
C. PENGOSONGAN HALAMAN
D. PEROBAHAN, PENAMBAHAN
E. PENGHAPUSAN

BP2TL JAKARTA
KALAU ADA KESALAHAN TIDAK BOLEH DIHAPUS/TIP-

EX TAPI DICORET DAN DIPARAF.
SEBELUM DIGUNAKAN BUKU HARIAN HARUS

DILEGALISIR OLEH PEJABAT PEMERINTAH YANG
DITUNJUK DIMANA SETIAP HALAMAN DIPARAP DAN
SEBULAN SEKALI BUKU HARIAN HARUS
DIEKSIBITUM (DIPERLIHATKAN KEPADA PEJABAT
PEMERINTAH YANG DITUNJUK)

BP2TL JAKARTA
KEJAHATAN DAN
PELANGGARAN PELAYARAN
DIDALAM KUHP, KUHD, SERTA UNDANG-UNDANG NO.
17 TAHUN 2008 TENTANG “PELAYARAN” DIATUR
TENTANG TINDAKAN YANG DIKATEGORIKAN
S E B A G A I K E J A H ATA N ATA U P E L A N G G A R A N
PELAYARAN. UNTUK PERBUATAN YANG DIANGGAP
KEJAHATAN ANCAMAN HUKUMANNYA ADALAH
HUKUMAN KURUNGAN (PENJARA) SEDANGKAN
UNTUK PELANGGARAN ANCAMAN HUKUMAN
PENJARA ATAU BOLEH DIGANTI DENGAN DENDA.
BP2TL JAKARTA
KEJAHATAN MENURUT KUHP :

A. PEMBAJAKAN DILAUT.
B. PELAYAR YANG MERAMPAS KAPAL.
C. NAKHODA YANG MENYURUH MEMBUAT KISAH
KAPAL YANG TIDAK BENAR.
D. N A K H O D A YA N G M E L A R I K A N D I R I D A R I
TUGASNYA.
E. AWAK KAPAL YANG MELARIKAN DIRI DAN DAPAT
MEMBAHAYAKAN KAPAL.

BP2TL JAKARTA
F. AWAK KAPAL YANG MENYERANG ORANG YANG

LEBIH TINGGI JABATANNYA.
G. INSUBORDINANSI YANG DILAKUKAN BERSAMA-
SAMA.
H. BARANG SIAPA YANG MENGHASUT DIKAPAL.
I. BARANG SIAPA YANG DENGAN SENGAJA
MENENGGELAMKAN KAPAL DAN
MENDATANGKAN BAHAYA KEPADA ORANG LAIN.

BP2TL JAKARTA
KEJAHATAN MENURUT KUHD & UNDANG-UNDANG

PELAYARAN NO. 17 TAHUN 2008 :
1. NAKHODA YANG TIDAK BERADA DIATAS KAPAL

ATAU MENINGGAL KAN KAPALNYA TANPA ALASAN
YANG SANGAT MEMAKSA.
2. N A K H O D A ATA U P E M I M P I N K A PA L YA N G
MELAYARKAN KAPAL NYA SEDANGKAN IA
MENGETAHUI KAPALNYA TIDAK LAIKLAUT.

BP2TL JAKARTA
3. P E M I L I K ATA U O P E R AT O R K A PA L YA N G
MENGHALANGI KELELUASA AN NAKHODA UNTUK
M E L A K S A N A K A N K E WA J I B A N N YA S E S U A I
PERUNDANG-UNGANGAN YANG BERLAKU.
4. NAKHODA YANG TIDAK MENYELENGGARAKAN

BUKU HARIAN.

BP2TL JAKARTA
5. BARANG SIAPA YANG MELAKUKAN PEMBUANGAN

LIMBAH YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN.
6. N A K H O D A Y A N G T I D A K M E L A K U K A N
P E N A N G G U L A N G A N P E N C E M A R A N YA N G
BERASAL DARI KAPALNYA.
7. B A R A N G S I A P A D I A T A S K A P A L T I D A K
M E M B E R I K A N P E R T O L O N G A N ATA S
KECELAKAAN YANG MENIMPA KAPALNYA.

BP2TL JAKARTA
TAMBAHAN KEWENANGAN NAKHODA

1. PEMAKAIAN BAHAN MAKANAN MILIK PELAYAR :
DALAM KEADAAN DARURAT NAKHODA DAPAT

MENGAMBIL BAHAN MAKANAN MILIK PELAYAR
ATAU MUATAN, DENGAN MEMBERIKAN GANTI
RUGI (PASAL 357 KUHD).

BP2TL JAKARTA
2. PENGADAAN PERLENGKAPAN KAPAL :
DITEMPAT-TEMPAT DIMANA PENGUSAHA KAPAL

TIDAK MEMPUNYAI PERWAKILAN, NAKHODA
DAPAT MEMPERLENGKAPI KAPAL DENGAN
SEGALA APA YANG DIPERLUKAN (PASAL 360
KUHD).

BP2TL JAKARTA
3. PENJUALAN KAPAL :
N A K H O D A H A N Y A B E R K U A S A
MENYELENGGARAKAN PERBAIKAN LUAR BIASA,
MEMBEBANI ATAU MENJUAL KAPALNYA APABILA
KAPAL BERADA DILUAR WILAYAH INDONESIA DAN
ADA SUATU KEJADIAN YANG BEGITU MENDESAK,
H I N G G A T I D A K S E PAT U T N YA M E N U N G G U
PERINTAH DARI PENGUSAHA KAPAL, PENJUALAN
HARUS DILAKUKAN DIMUKA UMUM (PASAL 362
KUHD).
BP2TL JAKARTA
4. PENUMPANG GELAP :
APABILA SELAMA PELAYARAN DITEMUKAN

SESEORANG TANPA KARCIS YANG SYAH, MAKA
NAKHODA DAPAT MEMPERKERJAKAN ORANG
TERSEBUT DAN MENURUNKANNYA DARI KAPAL
PADA KESEMPATAN PERTAMA (PASAL 371 A.
KUHD).

BP2TL JAKARTA
5. SARAN-SARAN PARA PERWIRA KAPAL :
BILA DALAM PERMUSYAWARATAN KEPADA

PERWIRA DIMINTAKAN SUMBANGAN PIKIRAN
UNTUK MENGATASI SUATU PERSOALAN, MAKA
NAKHODA BEBAS UNTUK MENERIMANYA. NAMUN
PENDAPAT YANG DIBERIKAN DALAM FORUM
PERMUSYAWARATAN HARUS DICATAT DALAM
BUKU HARIAN KAPAL (PSL 351 KUHD).

BP2TL JAKARTA
6. PENERBITAN KONOSEMEN :
NAKHODA BERHAK MENERBITKAN KONOSEMEN

U N T U K S E M U A B A R A N G YA N G T E L A H
DITERIMANYA UNTUK DIMUAT DIKAPALNYA
KECUALI ADA ORANG LAIN YANG DITUGASKAN
UNTUK MENERBITKANNYA (PSL 505 KUHD).

BP2TL JAKARTA
7. HUKUMAN DISIPLINER :
NAKHODA MEMPUNYAI KEKUASAAN UNTUK
MENGENAKAN SANKSI BERUPA PEMOTONGAN
UPAH PALING BANYAK 10 HARI KERJA ATAU
T I D A K M E L E B I H I S E P E RT I G A U PA H D A R I
SELURUH PERJALANAN (PASAL 387 KUHD),
UNTUK PERBUATAN-PERBUATAN:

BP2TL JAKARTA
7.1 M E N I N G G A L K A N K A PA L TA N PA I J I N .
7.2 PENOLAKAN TUGAS.
7.3 KEMBALI TERLAMBAT.
7.4 TIDAK SOPAN.
7.5 BEKERJA KURANG BAIK DLL, APABILA YBS
D I A N G G A P D A PAT M E N G G A N G G U
KETERTIBAN.
7.6 NAKHODA DAPAT MENAHANNYA DALAM SEL
SELAMA SATU SAMPAI TIGA HARI (PASAL 388
KUHD).

BP2TL JAKARTA
8. PENGADAAN PERLENGKAPAN KAPAL :

NAKHODA BERTINDAK SEBAGAI WAKIL DARI
PEMERINTAH DALAM PEKERJAAN-PEKERJAAN
BERIKUT INI:
A. SEBAGAI PEJABAT NOTARIS, PASAL 947
KUHPER :
SURAT WASIAT, BILA PEJABAT YANG DEMIKIAN
TIDAK ADA, DENGAN DIHADIRI DUA ORANG
SAKSI, DAN AKAN KEHILANGAN
KEKUATANNYA APABILA PEWARIS MENINGGAL
DUNIA 6 BLN SETELAH BERAKHIRNYA …………
BP2TL JAKARTA
SEBAB-SEBAB YANG DIPAKAI SEBAGAI

ALASAN UNTUK MEMBUAT SURAT WASIAT
(950 KUHPER).
B. SEBAGAI PEJABAT CATATAN SIPIL :
MEMBUAT AKTE KELAHIRAN, UNTUK ANAK
YANG LAHIR SEWAKTU KAPAL BERLAYAR
DILAUT DALAM WAKTU 24 JAM, DISAKSIKAN
OLEH AYAHNYA (JIKA HADIR) DAN DUA ORANG
SAKSI SELANJUTNYA DIMASUKKAN DALAM
BUKU HARIAN KAPAL (PASAL 46,47, 48
REGLEMEN CATATAN SIPIL).
BP2TL JAKARTA
AKTE KEMATIAN, DIMANA SEBAB-SEBAB

KEMATIAN TIDAK DICANTUMKAN DALAM AKTE
MELAINKAN DIRINCI DALAM BUKU HARIAN
KAPAL.
K U T I PA N A K T E D I K I R I M K A N K E PA D A
SYAHBANDAR PELABUHAN PENYINGGAHAN
PERTAMA UNTUK PENGESAHAN TANDA
TANGAN NAKHODA DAN SELANJUTNYA
DIALAMATKAN KEPADA KANTOR CATATAN
SIPIL DITEMPAT TINGGAL KELUARGA.
BP2TL JAKARTA
C. SEBAGAI ALAT PENEGAK HUKUM :
SEBAGAI ALAT PENEGAK HUKUM, NAKHODA

M E M P U N YA I K E K U A S A A N D I S I P L I N E R
TERHADAP AWAK KAPAL TERHADAP SIAPA
DIA DAPAT MENJATUHKAN HUKUMAN YANG
PROSEDURNYA DIATUR DALAM PASAL 390
KUHD :

BP2TL JAKARTA
1. MENDENGAR YANG BERSANGKUTAN

DIDAMPINGI DUA PERWIRA KAPAL YANG
DITUNJUK DALAM SIJIL KAPAL DENGAN
SAKSI-SAKSI.
2. HUKUMAN DIJATUHKAN SETELAH 12 JAM

D A M S E L A M B AT- L A M B AT N YA S AT U
M I N G G U M U L A I S A AT T E R J A D I N YA
K E N YATA A N H U K U M YA N G
BERSANGKUTAN.

BP2TL JAKARTA
3. TIAP HUKUMAN YANG DIJATUHKAN HARUS

SEKETIKA DICATAT DALAM REGISTER
HUKUMAN, AGAR DIANGGAP SAH DAN
MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM UNTUK
DILAKSANAKAN.
4. KESEMPATAN BANDING DIBERIKAN PADA

WAKTU KAPAL MEMASUKI PELABUHAN
PERTAMA SESUDAH SAAT PEMUTUSAN
KEPADA PENGADILAN NEGERI ( GUGUR
SETELAH MELAMPAUI 90 HARI ).
BP2TL JAKARTA
DALAM HUBUNGAN TINDAK PIDANA YANG TERJADI

DIATAS KAPAL SEWAKTU DILAUT, NAKHODA
DIBERIKAN WEWENANG UNTUK MENGUMPULKAN
KETERANGAN-KETERANGAN DAN BUKTI-BUKTI
SERTA MELAKUKAN PENAHANAN DAN PENYITAAN
ATAS PETUNJUK JAKSA, KECUALI BILA TIDAK DAPAT
D I T U N G G U P E T U N J U K D I M A K S U D , C O N TO H
SESEORANG MENJADI TERSANGKA PEMBUNUHAN
YANG TERJADI DIATAS KAPAL.

BP2TL JAKARTA
SETIAP TINDAK PIDANA YANG MEMBAHAYAKAN

KESELAMATAN KAPAL ATAU PELAYARNYA ATAU
TERJADINYA KORBAN TEWAS / LUKA BERAT, HARUS
S E C E PAT M U N G K I N D I L A P O R K A N K E PA D A
KEJAKSAAN. TINDAK PIDANA LAINNYA (PENCURI
MUATAN) TIDAK PERLU DILAPORKAN DALAM WAKTU
YANG CEPAT.

BP2TL JAKARTA
SETIAP TINDAK PIDANA YANG MEMBAHAYAKAN

KESELAMATAN KAPAL ATAU PELAYARNYA ATAU
TERJADINYA KORBAN TEWAS / LUKA BERAT, HARUS
S E C E PAT M U N G K I N D I L A P O R K A N K E PA D A
KEJAKSAAN. TINDAK PIDANA LAINNYA (PENCURI
MUATAN) TIDAK PERLU DILAPORKAN DALAM WAKTU
YANG CEPAT. TINDAK INDISIPLINER HARUS PULA
DICATAT DALAM REGISTER HUKUM SETIAP KEJAHATAN
PELAYARAN DAN TINDAK PIDAN LAINNYA. REGISTER
HUKUMAN PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU SEKALI
DALAM 6 BLN HARUS DIKETAHUI OLEH SYAHBANDAR /
PEJABAT PENYIJILAN.
BP2TL JAKARTA
JAKSA YANG DIMAKSUD DISINI ADALAH JAKSA YANG

MENGUSUT PERKARA-PERKARA TINDAK PIDANA
PADA DAERAH HUKUM KANTOR PENGADILAN
TEMPAT PENDAFTARAN (HOME PORT) KAPAL YBS.
SEORANG TERSANGKA HANYA DAPAT DITAHAN

DALAM HAL-HAL :
1.  TERTANGKAP BASAH SUATU TINDAK PIDANA,
OLEH SIAPA SAJA;
2.  TERTANGKAP BASAH SUATU PELANGGARAN,
OLEH NAKHODA;
3.  SEORANG TERSANGKA HARUS DITAHAN JIKA
DIPERINTAH JAKSA.
BP2TL JAKARTA
9. WAKIL DARI PENGUSAHA KAPAL :
NAKHODA MENEMPATI KEDUDUKAN SEBAGAI

WA K I L D A R I P E N G U S A H A K A PA L , YA N G
TERCANTUM DALAM MUTASI PENUNJUKANNYA :
DALAM MELAKSANAKAN PERJANJIAN KERJA
YANG DIADAKAN OLEH PENGUSAHA KAPAL
DENGAN AWAK KAPAL.

BP2TL JAKARTA
TINDAKAN MANA MENGIKAT PIHAK PENGUSAHA

KAPAL, PEMBERHENTIAN SEORANG AWAK KAPAL
OLEH NAKHODA MENGAKIBATKAN PENGUSAHA
KAPAL HARUS MEMBAYAR GANTI RUGI KEPADA
AWAK KAPAL TSB.

BP2TL JAKARTA
BILA NAKHODA TERPAKSA MENERIMA KERJA

AWAK KAPAL DILUAR NEGERI, MAKA MEREKA
AKAN MENJADI BURUH YANG BEKERJA PADA
PENGUSAHA KAPAL. NAKHODA YANG PADA SATU
P I H A K M E L A K S A N A K A N K E W A J I B A N N YA
MEWAKILI PENGUSAHA KAPAL TERHADAP AWAK
KAPAL YANG BERSUMBER DARI KETENTUAN2
DALAM PERJANJIAN KERJA, DIPIHAK LAIN DIA
BERTANGGUNG JAWAB SECARA PRIBADI ATAS
TINDAK-TANDUK TERHADAP AWAK KAPAL.LIKA
DIA BERSALAH DALAM MEMPERLAKUKAN AWAK
KAPAL MAKA IA DAPAT DIKENAKAN SANKSI.
BP2TL JAKARTA
DI PELABUHAN-PELABUHAN LUAR NEGERI YANG

TIDAK ADA PERWAKILAN PENGUSAHA KAPAL, MAKA
NAKHODA BERWENANG UNTUK MEMPERLENGKAPI
KAPAL SERTA MENGAMBIL TINDAKAN-TINDAKAN
YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGOPERASIKAN
KAPAL. NAKHODA SECARA TERUS MENERUS
MEMBERIKAN INFORMASI MENGENAI SEGALA
SESUATU YANG MENYANGKUT KAPAL MAUPUN
MUATAN SEBAGAI KEWAJIBAN LAPOR.

BP2TL JAKARTA
APABILA DILUAR WILAYAH INDONESIA NAKHODA

TIDAK MEMPUNYAI DANA GUNA PEMBIAYAAN
PELAYARAN SERTA TIDAK ADA SUMBER LAIN MAKA
NAKHODA DAPAT MEMINJAM UANG DENGAN
JAMINAN KAPALNYA. DALAM KEADAAN YANG
SANGAT MENDESAK NAKHODA DAPAT MENJUAL
SEBAGIAN MUATAN (PASAL 371 KUHD).

BP2TL JAKARTA
PERJANJIAN KERJA LAUT

1. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT:
NAKHODA MELAKUKAN KEKUASAAN DIKAPAL

ATAS SEMUA PELAYAR. PELAYAR TERDIRI DARI
AWAK KAPAL, PENUMPANG, ORANG-ORANG
YANG BERADA DIKAPAL BAIK UNTUK SUATU
T U G A S ATA U S E B A G A I TA M U ( P E J A B AT
P E L A B U H A N , A G E N , PA N D U , S U RV E Y O R ,
PEKERJA, TAMU BIASA DLL).

BP2TL JAKARTA
TANGGUNG JAWAB PERWIRA KAPAL LEBIH

BESAR YANG TERCEMIN PADA KUHAP PSL 465
YANG MENETAPKAN BAHWA HUKUMAN UNTUK
BERBAGAI KEJAHATAN PELAYARAN DAPAT
D I TA M B A H D E N G A N 1 / 3 N YA J I K A YA N G
B E R S A L A H A D A L A H S E S E O R A N G YA N G
BERPANGKAT PERWIRA.

BP2TL JAKARTA
D I N A S AWA K K A PA L ( P E K E R J A A N YA N G
DILAKUKAN OLEH MEREKA YANG DITERIMA
UNTUK BEKERJA DIKAPAL) TIDAK BOLEH
D I L A K U K A N O L E H M E R E K A YA N G T I D A K
MENGADAKAN SUATU PERJANJIAN KERJA
DENGAN PIHAK PENGUSAHA KAPAL.

BP2TL JAKARTA
Suatu perjanjian kerja adalah perjanjian dimana pihak

yang satu sebagai buruh mengikatkan dirinya untuk
bekerja pada pihak lainnya sebagai majikan dengan
mendapatkan upah selama waktu tertentu (psl 1601
KUHPER). Hubungan yang ada sebagai akibat
perjanjian kerja ini ditentukan oleh faktor-faktor “upah”
dan “ kerja ” disebut ikatan kerja. Hal diatas
merupakan suatu hubungan atasan-bawahan atau
hubungan kekuasaan. Undang-undang memberikan
kepada kedua belah pihak hak-hak maupun
kewajiban-kewajiban.
BP2TL JAKARTA
2. PROSEDUR MENGADAKAN PERJANJIAN KERJA:

PERJANJIAN KERJA ANTARA PENGUSAHA KAPAL
DAN SEORANG BURUH YANG BERLAKU SBG
NAKHODA ATAU PERWIRA KAPAL, IAPUN ATAS
ANCAMAN BATAL, HARUS DIBUAT SECARA
TERTULIS (PSL 399 KUHD). PSL 400 KUHD
MENGATUR UNTUK AWAK KAPAL, ATAS ANCAMAN
BATAL HARUS DIBUAT DIHADAPAN SEORANG
P E G AWA I YA N G D I A N G K AT O L E H YA N G
BERWAJIB.

BP2TL JAKARTA
3. PERJANJIAN KERJA MELIPUTI :
3.1. AWAK KAPAL ( NAKHODA + ABK )

3.2. HARUS TERTULIS ( OTENTIK )

BP2TL JAKARTA
A B K M E N A N D A TA N G A N I P K L S E T E L A H
MENGERTI DAN MENYETUJUI ISINYA MEKALUI
PENJELASAN DARI PEGAWAI KESYAHBANDARAN.
PENGUSAHA KAPALPUN HARUS MENANDA-
TA N G A N I P K L Y B S , N A M U N D A PAT
MELAKUKANNYA MELALUI SEORANG WAKIL.
PENGADAAN SUATU PERJANJIAN KERJA SECARA

LISAN AKAN BATAL (TIDAK SAH), HAL YANG SAMA
AKAN BERLAKU JIKA PERJANJIAN KERJA HANYA
DITANDA-TANGANI OLEH SATU PIHAK.
BP2TL JAKARTA
4. PKL HARUS MEMUAT :
NAMA, TANGGAL LAHIR, TEMPAT DAN TANGGAL

PEMBUATAN, PENUNJUKAN KAPAL/PERJALANAN,
KEDUDUKAN DAN PEKERJAAN TAMBAHAN, TEMPAT
DAN TANGGAL MEMULAINYA (PSL 401 KUHD) SERTA
UPAH YANG AKAN DIBAYARKAN (PSL 402 KUHD).

BP2TL JAKARTA
5. PKL DAPAT DIADAKAN UNTUK :
5.1. WAKTU TERTENTU;

5.2. SATU ATAU LEBIH PERJALANAN;
5.3. WAKTU YANG TIDAK DITENTUKAN.

BP2TL JAKARTA
6. PERJANJIAN KERJA ANTARA PENGUSAHA KAPAL

D E N G A N A W A K K A PA L A D A L A H S U AT U
PERJANJIAN KEPERDATAAN, YAITU PIHAK-PIHAK
TIDAK DAPAT DIPAKSAKAN MELALUI TINDAKAN
KEPOLISIAN UNTUK MENTAATI PERJANJIAN,
PADA UMUMNYA SANKSI YANG DIKENAKAN
ADALAH PEMBAYARAN GANTI RUGI KEPADA
PIHAK LAINNYA.

BP2TL JAKARTA
7. PKL BERAKHIR APABILA :
IKATAN KERJA AKAN BERAKHIR DENGAN

LEWATNYA WAKTU YANG DISEPAKATI DALAM
PERSETUJUAN.

BP2TL JAKARTA
7.1. PSL 448 “WAKTU TERTENTU”, JIKA KAPAL

BERADA DILAUT, BERAKHIR DIPELABUHAN
PENYINGGAHAN PERTAMA YANG ADA
PEGAWAI PENDAFTARAN AWAK KAPAL;

BP2TL JAKARTA
7.2. PSL 449 “PERJANJIAN”, DIPELABUHAN

DIMANA PERJALANAN SELESAI, SETELAH
SATU SETENGAH TAHUN PIHAK AWAK KAPAL
MELALUI PEMBERITAHUAN PENGHENTIAN
DENGAN MEMPERHATIKAN WAKTU YANG
L AYA K M E N C A R I P E N G G A N T I , D A PAT
MENGAKHIRI IKATAN KERJA DISETIAP
PELABUHAN;

BP2TL JAKARTA
7.3. P A S A L 4 5 0 “ W A K T U T I D A K
TERTENTU”DENGAN MEMPERHATIKAN
J A N G K A WA K T U YA N G D I T E N T U K A N
DISETIAP PELABUHAN YANG ADA PEGAWAI
PENDAFTARAN AWAK KAPAL, KECUALI
TELAH DIPERJANJIKAN WAKTU YANG LEBIH
LAMA (3 X 24 JAM);

BP2TL JAKARTA
7.4. PASAL 452 “DIPELABUHAN INDONESIA

TERTENTU”, PENGUSAHA KAPAL DAPAT
MELAKSANAKANNYA DISUATU PELABUHAN
DARI MANA PELABUHAN YANG DITENTUKAN
ITU DAPAT DIDATANGI DALAM WAKTU 3 X 24
JAM DENGAN TIDAK MENGGUNAKAN
PESAWAT TERBANG (DALAM HAL TIDAK
DISEBUTNYA NAMA PELABUHAN, PIHAK
PENGUSAHA KAPAL DAPAT MENGAKHIRINYA
DIPELABUHAN PEMBUATAN PKL ATAU JIKA
PKL DIBUAT DILUAR INDONESIA, ……………...
BP2TL JAKARTA
D I J A K A R TA S E B A G A I P E N G G A N T I
PELABUHAN TSB DIATAS). PENGAKHIRAN
PEJANJIAN KERJA MENURUT KUHPER
DIATUR DALAM BEBERAPA PASAL, ANTARA
LAIN :
7.4.1 PASAL 1603N, PEMUTUSAN OLEH SALAH
SATU PIHAK, TETAPI MEMBAYAR GANTI
KERUGIAN KEPADA PIHAK YANG LAIN ;
7.4.2 PASAL 1603J, DALAM HAL PIHAK
BURUH MENINGGAL DUNIA.

BP2TL JAKARTA
KETENTUAN UMUM YANG BERLAKU BAHWA : SETIAP

PERJANJIAN KERJA DAPAT DIAKHIRI SEWAKTU-WAKTU
BERDASARKAN PERSETUJUAN KEDUA BELAH PIHAK.
8. SUATU PERJANJIAN KERJA DAPAT JUGA DIAKHIRI

JIKA ADA :
A.  ALASAN MENDESAK;

B.  ALASAN PENTING.

BP2TL JAKARTA
ALASAN MENDESAK BAGI MAJIKAN BILA TINDAKAN,

SIFAT ATAU PERILAKU PIHAK BURUH TIDAK DAPAT
DIBENARKAN SECARA WAJAR OLEH MAJIKAN,
MENURUT KUHPER (PASAL 1603) :
1. P I H A K B U R U H T E L A H M E N I P U S E WA K T U
P E N U T U PA N P K L D E N G A N M E N YA J I K A N
KETERANGAN/IJAZAH/SURAT & BUKTI PALSU;
2. YANG BERSANGKUTAN KURANG MEMILIKI

K E C A K A PA N D A N K E S A N G G U PA N U N T U K
MELAKUKAN TUGASNYA;
BP2TL JAKARTA
3. WALAUPUN SUDAH DIPERINGATKAN, YANG

BERSANGKUTAN MASIH SUKA MABUK, MADAT
DAN BERBUAT HAL-HAL BURUK LAINNYA;
4. YA N G B E R S A N G K U TA N T E L A H M E N C U R I ,
MELAKUKAN PENGGELAPAN DAN PERBUATAN
SEJENIS;
5. YANG BERSANGKUTAN MENGANIAYA, MENGHINA

ATAU MENGANCAM MAJIKAN, KELUARGANYA DAN
TEMAN-TEMAN SEKERJA;
BP2TL JAKARTA
6. WALAUPUN SUDAH DIPERINGATKAN, SECARA

SEWENANG-WENANG MERUSAK MILIK MAJIKAN
ATAU MENIMBULKAN BAHAYA;
7. MEMBOCORKAN RAHASIA PERUSAHAAN;
8. MENOLAK PERINTAH MAJIKAN;
9. MELALAIKAN KEWAJIBAN YANG MENJADI
TUGASNYA;
10. TIDAK SENGAJA / SEMBRONO HINGGA TAK
MAMPU BEKERJA.

BP2TL JAKARTA
MENURUT KUHD PASAL 418 :

11. BURUH MENGANIAYA NAKHODA/PELAYAR LAIN,
MENGANCAM ATAU MEMBUJUK BERBUAT HAL2
YANG BERTENTANGAN DENGAN UU;
12. TIDAK MELAKSANAKAN PERINTAH PENGUSAHA
KAPAL SESUAI PKL;
13. DICABUT KEWENANGANNYA UNTUK BEKERJA
DIKAPAL;
14. MEMBAWA BARANG SELUNDUPAN TANPA
SEPENGETAHUAN PIHAK PENGUSAHA.

BP2TL JAKARTA


UUD Pelayaran PDF

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

UUD Pelayaran PDF

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

BP2TL JAKARTA

SEBELUM DISAHKAN, UNDANG-UNDANG DISEBUT

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

LEGISLATIF & EKSEKUTIF

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

SIDANG PARIPURNA ANGGOTA DPR

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2008

DAN KEAMANAN, SERTA PERLINDUNGAN

2. PERAIRAN INDONESIA ADALAH LAUT TERITORIAL

3. ANGKUTAN DI PERAIRAN ADALAH KEGIATAN

4. ANGKUTAN LAUT KHUSUS ADALAH KEGIATAN

7. AGEN UMUM ADALAH PERUSAHAAN ANGKUTAN

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

8. PELAYARAN-PERINTIS ADALAH PELAYANAN

9. USAHA JASA TERKAIT ADALAH KEGIATAN USAHA

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

10. ANGKUTAN MULTIMODA ADALAH ANGKUTAN

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

11. USAHA POKOK ADALAH JENIS USAHA YANG

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

13. PIUTANG-PELAYARAN YANG DIDAHULUKAN

14. KEPELABUHANAN ADALAH SEGALA SESUATU

KEAMANAN BERLAYAR, TEMPAT PERPINDAHAN

16. PELABUHAN ADALAH TEMPAT YANG TERDIRI

SEBAGAI TEMPAT PERPINDAHAN INTRA-DAN

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

18. PELABUHAN PENGUMPUL ADALAH PELABUHAN

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

19. PELABUHAN PENGUMPAN ADALAH PELABUHAN

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

20. TERMINAL ADALAH FASILITAS PELABUHAN

21. TERMINAL KHUSUS ADALAH TERMINAL YANG

MELAYANI KEPENTINGAN SENDIRI SESUAI

22. TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

23. DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKR) ADALAH

24. DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKP)

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

27. UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN ADALAH

29. KOLAM PELABUHAN ADALAH PERAIRAN DI

30. TATA RUANG ADALAH WUJUD STRUKTUR

31. PENATAAN RUANG ADALAH SUATU SISTEM

32. KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN

33. KELAIKLAUTAN KAPAL ADALAH KEADAAN KAPAL

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

34. KESELAMATAN KAPAL ADALAH KEADAAN KAPAL

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

36. KAPAL ADALAH KENDARAAN AIR DENGAN

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

37. KAPAL PERANG ADALAH KAPAL TENTARA

38. KAPAL NEGARA ADALAH KAPAL MILIK NEGARA

40. AWAK KAPAL ADALAH ORANG YANG BEKERJA

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

41. NAKHODA ADALAH SALAH SEORANG DARI

42. ANAK BUAH KAPAL ADALAH AWAK KAPAL

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar

43. KENAVIGASIAN ADALAH SEGALA SESUATU

Disajikan Oleh : Dr. Capt. H. Akbar Yahya Yogerasi, SE, M.Mar