Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya meningkatkan proses belajar pembelajaran bagi mahasiswa
tingkat akhir program Diploma III (D-III) Analis Kesehatan, dipandang perlu
untuk diberikan pengetahuan dan wawasan agar memiliki penguasaan
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) yang dapat di praktekan
secara utuh di lapangan. Untuk itu pada semester akhir sesuai kurikulum program
studi Analis Kesehatan, diselenggarakan kegiatan Praktek Belajar Lapangan
(PBL). Kegiatan PBL bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa
mengalami dan mempraktekan serta mencoba secara nyata pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh pada setiap tahap pendidikan, disertai dengan sikap
profesional dibidang laboratorium kesehatan.

1.2 Tujuan
Program kegiatan PBL merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh semua
mahasiswa yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengalami dan mempraktekan serta mencoba secara nyata pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh pada setiap tahap pendidikan, disertai dengan sikap
profesional sesuai profesinya.

1.3 Manfaat
1. Meningkatkan keterampilan dalam merencanakan, mempersiapkan dan
pengambilan sampel / spesimer dan mengadakan pemeriksaan.
2. Meningkatkan motivasi mahasiswa tentang manfaat pemeriksaan
laboratorium.
3. Melatih pengembangan kerjasama dengan tenaga kesehatan.
4. Melatih dan mengembangkan sikap keterampilan mahasiswa dalam
pemberian pelayanan kesehatan khususnya pelayanan laboratorium.

1
BAB II
GAMBARAN TEMPAT PBL
2.1 Sejarah
Perkembangan transfusi darah di Indonesia bermula sejak kolonialisme
Belanda. Ketika itu, negara kerajaan tersebut mendirikan Palang Merah Belanda
bagian Indonesia atau Nederlandsch Roode Kruis Afdeling Indonesia (NERKAI)
di Indonesia.
Sebagai perwakilan Palang Merah Belanda di Indonesia NERKAI juga
memberikan pelayanan transfusi darah, khususnya korban perang antara pejuang
Indonesia melawan tentara Belanda. Meskipun dalam keadaan perang, NERKAI
tidak membedakan pelayanan transfusi darah yang mereka berikan dan bersikap
netral.
Tepat satu bulan kemerdekaan Indonesia, 17 September 1945, Presiden
Pertama Indonesia Ir. Soekarno, secara resmi membentuk organisasi Palang
Merah Indonesia. Organisasi pertama yang dibentuk setelah kemerdekaan ini
memegang teguh prinsip-prinsip dasar gerakan internasional Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah.
PMI mulai menyelenggarakan pelayanan donor darah dengan nama Dinas
Transfusi Darah (DTD). Kemudia pada Kongres PMI ke-5 di Bogor, tahun 1951,
DTD melaksanakan demostrasi pengambilan darah yang dihadiri oleh Presiden
Soekarno. Sejak saat itu PMI disejumlah Kota Besar seperti Jakarta, Semarang,
Medan, Surabaya, Makassar dan Kota Besar lainnya, juga mulai melaksankan
pelayanan transfusi darah. Meskinpun demikian layanan tersebut masih terbatas
hanya di Kota Besar saja.
Pengurus Markas Besar PMI mengubah sebutan Dinas Transfusi Darah
menjadi Dinas Pemindahan Darah (Divisi VI). Kemudian Divisi Vi berganti
menjadi Dinas Dermawan Darah (DDD). Pada pembentukan awal, pengelolaan
DDD oleh Markas Besar PMI di Jalan Sutomo No.7. kemudian, Jumat, 21
Oktober 1980 Pengurus Markas Besar PMI mengganti DDD menjadi Lembaga
Transfusi Darah (LTD).

2
Pergantian dan pengesahan nama LTD sesuai Surat Keputusan Pengurus
Markas Besar PMI Nomor: 592/S.KP/PB dan SK Menkes No. 23-24 Tahun 1972.
LTD beralamat di Jalan Kramat Raya No 101 Jakarta Pusat.
Penggunaan nama LTD berlangsung selama 13 tahun karena sejak 1993
Lembaga Transfusi Darah berganti menjadi Unit Transfusi Darah Pusat (UTDP)
PMI berpindah kantor ke Jalan Joe No 7 Lenteng Agung , Jakarta Selatan, kode
pos 12610.
Sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat PMI, UTDP
PMI memiliki wewenang untuk membina secara teknis pelanyan darah UTD PMI
Kabupaten, Kota, Provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia.
UTDP PMI melakukan pembinaan, pengawasan, pendidikan, pelatihan,
rujukan dan kegiatan lainnya terkait teknis pelayanan darah kepada UTD PMI
tingkat Kota/Kabupaten dan PMI Provinsi yang berada di seluruh Indonesia.

2.2 Visi dan Misi


1. Visi
PMI yang berkarakter, profesional, mandiri dan dicintai masyarakat
2. Misi
a. Menjadi organisasi kemanusiaan terdepan yang memberikan
layanan berkualitas melalui kerja sama dengan masyarakat dan
mitra sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah.
b. Meningkatkan kemandirian organisasi PMI melalui kemitraan
strategis yang berkesinambungan dengan pemerintah, swasta, mitra
gerakan dan pemangku kepentingan lainnya di semua tingkatan.
c. Meningkatkan reputasi organisasi PMI di tingkat Nasional dan
Internasional.

3
2.3 Struktur Organisasi UDD-PMI Kota Palangka Raya

4
2.4 Jenis Pelayanan
1. Menerima Permintaan Transfusi Darah Pasien
2. Melakukan Pendistribusian atau Pengeluaran Darah
3. Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)
4. Pemeriksaan Golongan Darah
5. Uji Saring ( HIV, HbsAg, HCV, dan TP) Darah Donor dan Konfirmasi
Golongan Darah
6. Pemeriksaan Uji Silang (Cross Match)

5
2.5 Alur Pelayanan

1. Alur Menjadi Pendonor Di UDD-PMI Kota Palangkaraya

Seleksi Donor

Memenuhi syarat donor Pendaftaran tidak memenuhi


syarat sebagai pendonor

Mengcek kadar hemoglobin Mengucapkan maaf keada


(CuSo4) calon pendonor karena belum
memenuhi syarat untuk
menjadi pendonor

Mengcek golongan darah


(Forward grouping)

Mempersilahkan pendonor
untuk menuju ke bagian
pengambilan darah
(AFTAP)

6
Syarat Pendonor
1. Umur : 10-50 tahun
2. Berat badan : ≥ 50 kg
3. Kadar Hb : > 12,0 g/dl (tenggelam)
4. Tekanan darah : minimal 110/70 mmHg dan maksimal 140/90
mmHg
5. Detak nadi : 50-100/menit (teratur)
6. Tidak sedang Sakit
7. Tidak meminum obat (selama 3 hari terakhir)
8. Tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hati, paru, ginjal, diabetes,
pendarahan, kejang, kanker, dan penyakit kulit kronis.
9. Untuk pendonor wanita tidak sedang menstruasi, tidak hamil, tidak
sedang menyusui (minimal 1-2 minggu setelah menstruasi baru
diperbolehkan untuk donor.
10. Untuk pendonor rutin, minimal 2-3 bulan setelah donor darah baru bisa
donor darah kembai.

7
2.6 Alur Pelayanan Transfusi Darah UTD-PMI Kota Palangkaraya

SURAT PERMINTAAN TRANSFUSI DARAH DARI RUMAH SAKIT ATAU KLINIK KESEHATAN

STOK DARAH KOSONG


STOK DARAH ADA

PENDONOR SUKARELA PENDONOR PENGGANTI


(DIHUBUNGI UTD-PMI) (KELUARGA/KERABAT
PASIEN)

SELEKSI DONOR

KONFIRMASI GOLDA

PROSES AFTAP DONOR

PEMERIKSAAAN UJI
SARING SAMPEL DARAH
DONOR TERHADAP IMLTD
(TP,HB,Ag,HIV,HCV)

PROSES UJI CROSS MATCHING DARAH DONOR DENGAN DARAH PASIEN

PROSES PENDISTRIBUSIAN SESUAI DARAH TRANSFUSI


JENIS DARAH:
1. WHOLE BLOOD (WB)
2. PACKED RED CELL (RBC)
3. TROMBOSIT CONSENTRATE (TC)

8
9
BAB III
HASIL KEGIATAN PKL DAN KENDALA YANG DIHADAPI

3.1 Kegiatan Administrasi UDD–PMI Kota Palangkaraya


3.1.1 Prosedur Mendapatkan Darah Transfusi di UDD–PMI Kota
Palangkaraya

10
Ketentuan :

a. Rumah sakit yang menggunakan BPJS bekerjasama dengan pihak UTD-


PMI:
1. RSUD dr. Doris Sylvanus
2. RS Bhayangkara
3. RS TNI-AD
b. Ketentuan selain rumah sakit yang tertulis dianggap pasien umum.
c. Peserta yang tidak melengkapi persyaratan diatas dianggap pasien umum
(membayar biaya pengganti pengelolaan darah (BPDD) sejumlah Rp.
360.000,- per kantong)
d. Kalim pengembalian uang pasien BPJS/SKTM/Pihak ke-3 maksimal 3
hari dari hari pengembalian, lewat dari ketentuan uang tidak bisa
dikembalikan

11
12
3.1.2 Prosedur Menjadi Pendonor di UDD-PMI Kota Palangkaraya

13
Syarat Pendonor
1. Umur : 10-50 tahun
2. Berat badan : ≥ 50 kg
3. Kadar Hb : > 12,0 g/dl (tenggelam)
4. Tekanan darah : minimal 110/70 mmHg dan maksimal 140/90
mmHg
5. Detak nadi : 50-100/menit (teratur)
6. Tidak sedang Sakit
7. Tidak meminum obat (selama 3 hari terakhir)
8. Tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hati, paru, ginjal, diabetes,
pendarahan, kejang, kanker, dan penyakit kulit kronis.
9. Untuk pendonor wanita tidak sedang menstruasi, tidak hamil, tidak sedang
menyusui (minimal 1-2 minggu setelah menstruasi baru diperbolehkan untuk
donor.
10. Untuk pendonor rutin, minimal 2-3 bulan setelah donor darah baru bisa donor
darah kembali.

14
3.1.3 Prosedur Pelayanan Transfusi di UDD-PMI Kota Palangkaraya

15
16
3.2 Penjelasan Dari Alur Permintaan Dan Distribusi (Pengeluaran Darah)
a. Menerima Permintaan Transfusi Darah Pasien
2. Keluarga pasien datang dengan membawa lembar permintaan transfusi
darah yang telah diisi lengkap serta membawa contoh darah pasien
(golongan darah dan Hb pasien sudah diisi oleh pihak rumah sakit).
3. Pasien
a. Pasien Umum
Keluarga pasien diberitahukan bahwa ada biaya sebesar Rp. 360.000,-
per kantong darah untuk biaya penganti pengelolaan darah.
b. Pasien BPJS
Melengkapi persyaratan yang berupa fotocopy kartu
BPJS/ASKES/JAMKESMAS/KIS (2 lembar), surat pelayanan rawat
inap (2 lembar) dan surat eligibilitas (2 lembar).
c. Pasien Kelas 3 Gratis
Melengkapi persyaratan yang berupa fotocopy surat SKTM (3 lembar)
dan fotocopy surat pelayanan rawat inap (3 lembar).
d. Pasien Pihak Ke-3
Melengkapi persyaratan fotocopy surat rujukan perusahaan yang
bekerja sama dengan RSUD, RS Bhayangkara atau RS TNI-AD (3
lembar).
4. Petugas menginput data permintaan pada sistem SIMDONDAR
Surat permintaan darah diserahkan beserta sampel pasien kelaboratorium
(apabila stok darah ada maka permintaan akan dipenuhi dan apabila stok
kosong maka mencari donor penganti).

b. Melakukan Pendistribusian atau Pengeluaran Darah


Untuk melakukan pengeluaran darah, petugas administrasi harus terlebih
dahulu memeriksa kelengkapan persyaratan. Apabila sudah lengkap, maka
dilakukan:
1. Melihat jenis permintaan darah (Whole Blood, Paked Red Cell, Trombosit
Consentrate).

17
2. Melihat nomor bag pada kantong darah dan surat permintaan darah
(pastikan benar-benar sama).
3. Memeriksa nama pasien, alamat, umur, tempat dirawat dan golongan
darah.
4. Pendataan dikomputer bahwa darah akan dibawa oleh keluarga pasien.
5. Print out kwitansi dan atau formulir pengeluaran darah, lalu tanda tangan
petugas administrasi dan cap UDD-PMI juga tanda tangan keluarga pasien
beserta nama lengkap yang mengambil darah.
a. Kertas putih diberikan ke keluarga pasien.
b. Kertas merah ditempatkan pada tempat khusus.
c. Kertas kuning disteples dibelakang surat permintaan darah.

Catatan:

1. Untuk pasien umum, yaitu:


a. Kwitansi nominal uang Rp. 360.000,-.
b. Formulir pengeluaran darah.
c. Untuk kwitansi kertas berwarna putih diberikan ke keluarga pasien,
kertas merah dan kuning dilipat dengan uang (yang dibayar oleh
pasien)
2. Untuk pasien BPJS/ASKES/JAMKESMAS/KIS, pasien kelas III gratis
dan pasien pihak ke III, yaitu:
Apabila belum memenuh persyaratan, maka harus menggunakan uang
jaminan (Rp. 360.000,-) per kantong yang dapat diklaim kembali uang
tersebut apabila sudah melengkapi persyaratan dengan jangka waktu 3
hari pada jam kerja dan hari kerja (senin-jum’at jam 07.00-14.00 WIB).
3. Konfirmasi ulang identitas pasien dengan keluarga pasien, serahkan
kantong darah beserta kwitansi dan formulir pengeluaran darah.

18
3.3 Seleksi Donor UDD-PMI Kota Palangkaraya
a. Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)
I. Tujuan
Untuk mengetahui kadar Hb calon pendonor dalam memenuhi
persyaratan menjadi pendonor
II. Metode
Menggunakan larutan CuSO4
III. Prinsip
Pemeriksaan kadar Hb dengan CuSO4 adalah mengukur kadar Hb
berdasarkan berat jenis darah dengan berat jenis larutan CuSO4 (BJ
CuSO4 : 1,053)
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Beaker glass
b. Lanset
c. Autoklik
d. Pipet kapiler
2. Bahan
a. Alcohol 70%
b. Kapas kering
c. Darah kapiler
d. Larutan CuSO4
V. Cara Kerja
1. Disiiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dituangkan larutan CuSO4 ke dalam gelas beaker kurang lebih 20
ml.
3. Di desinfeksi ujung jari tengah/ jari manis calon donor dengan
kapas alcohol 70% biarkan kering.
4. Ditusuk ujung jari calon donor yang sudah di desinfeksi
menggunkan autoklik yang berisi lanset sekali pakai.

19
5. Ditekan perlahan ujung jari calon donor agar darah keluar, buang
darah yang pertama dengan cara mengusapkan dengan kapas
kering.
6. Dihisap darah dengan menggunakan pipet kapiler hingga ¾ dari
pipet kapiler.
7. Ditutup bekas tusukan dengan kapas kering.
8. Darah kemudian diteteskan dalam larutan CuSO4.
9. Diamati apakah darah mengapung atau tenggelam dalam jangka
waktu 15 detik.
VI. Interpretasi Hasil
1. Mengapung : Hb < 12,0 g/dL
2. Melayang : Hb = 12,0 g/dL
3. Tenggelam : Hb > 12,0 g/dL

VII.Hasil Pengamatan
No Nama Jenis Kelamin Hb Golongan darah
1 Ari Tri Atmadja Laki-laki >12,0 g/dL A+
2 Butek Tonogom Laki-laki >12,0 g/dL B+
3 Siti Wahidah Perempuan >12,0 g/dL A+
4 Tatta Laki-laki >12,0 g/dL A+
5 Samuel Ekaudi Laki-laki >12,0 g/dL AB+

b. Pemeriksaan Golongan Darah


I. Tujuan
Untuk mengetahui golongan darah A, B, O dan AB, serta Rhesus (Rh)
pada permukaan eritrosit
II. Metode
Forward Grouping dengan Kaca Slide
III. Prinsip
Penambahan antisera yang berisi antibody monoclonal akan
membentuk aglutinasi jika bertemu dengan antigen yang bersesuaian
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
a. slide
b. Kaca Lanset

20
c. Autoklik
d. Tusuk lidi
2. Bahan
a. Darah kapiler
b. Alcohol 70%
c. Kapas kering
d. Reagen
1) Antisera A
2) Antisera B
3) Antisera D ( untuk Rhesus)
V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Di desinfeksi ujung jari tengah/ jari manis dengan kapas alcohol,
biarkan kering sendririnya
3. Kemudian, ditusuk ujung jari probanddus dengan autoklik
4. Diusap darah pertama keluar dengan kapas kering
5. Diteteskan darah yang keluar pada kaca slide
6. Ditutup bekas tusukan dengan kaps kering
7. Ditambahkan 2 tetes antisera A, B dan D pada masing-masing
tetesan darah
8. Dihomogenkan dengan bantuan lidi
9. Rotasikan dan amati ada tidaknya aglutinasi terbentuk
VI. Interpretasi Hasil
1. Golongan Darah
- Golongan darah A : terbentuk aglutinasi pada antisera A
- Golongan darah B : terbentuk aglutinasi pada antisera B
- Golongan darah AB : terbentuk aglutinasi pada antisera A dan
antisera B
- Golongan darah O : tidak terbentuk aglutinasi pada antisera A
dan antisera B

21
2. Rhesus (Rh)
a. Rhesus Positif (Rh+) : terbentuk aglutinasi pada antisera D
b. Rhesus negative (Rh-) :tidak terbentuk aglutinasi pada
antisera D

VII.Hasil Pengamatan

No Nama Jenis Kelamin Hb Golongan


darah
1 Ari Tri Atmadja Laki-laki >12 g/dL A+
2 Butek Tonogom Laki-laki >12 g/dL B+
3 Siti Wahidah Perempuan >12 g/dL A+
4 Tatta Laki-laki >12 g/dL A+
5 Samuel Ekaudi Laki-laki >12 g/dL AB+

c. Pemeriksaan Golongan Darah


I. Tujuan
Untuk mengetahui golongan darah A, B, O dan AB, serta Rhesus (Rh)
pada sampel serum pasien
II. Metode
Reverse Grouping
III. Prinsip
Reaksi Antigen bereaksi dengan antibody yang sejenis maka akan
terjadi suatu reaksu aglutinasi
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Slide
b. Kaca Lanset
c. Autoklik
d. Tusuk lidi
2. Bahan
a. Serum
b. Suspensi SDM 5%
- Suspensi SDM Gol. Darah A
- Suspensi SDM Gol. Darah B

22
- Suspensi SDM Gol. Darah O
V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diambil sampel serum pasien menggunakan mikropipet,
kemudian di letakkan dislide golda
3. Setelahnya, ditambahkan 1-2 tetes suspense SDM A, B dan O
pada slide golda
4. Dihomogenkan dengan bantuan lidi
5. Rotasikan dan amati ada tidaknya aglutinasi terbentuk
VI. Interpretasi Hasil
1. Golongan Darah
- Golongan darah A : Terbentuk aglutinasi pada darah
yang ditetesi suspensi SDM Gol. Darah B
- Golongan darah B : Terbentuk aglutinasi pada darah
yang ditetesi suspensi SDM Gol. Darah A
- Golongan darah AB : Tidak terbentuk aglutinasi pada
darah yang ditetesi suspensi SDM Gol. Darah A maupun B
- Golongan darah O : Terbentuk aglutinasi pada darah
yang ditetesi suspense SDM gol. Darah A dan B

Catatan:
1. Untuk donor darah sukarela mengisi formulir donor dan
memperlihatkan kartu donor ( untuk yang rutin donor)
2. Untuk donor pengganti mengisi formulir dengan selengkap
mungkin dan catat nama pasien yang memerlukan darah
3. Apabila pendonor telah memenuhi persyaratan donor yaitu:
a. Golongan darah sesuai dengan yang diperlukan (donor pengganti)
b. Pendonor memiliki Hb yang memenuhi syarat = 12,0 g/dL/ > 12,0
g/dL
4. Formulir pendonor diserahkan pada petugas AFTAP

23
3.4 Kegiatan Aftap UTD-PMI Kota Palangkaraya
1. Prosedur Pengambilan Darah
Pengambilan darah harussesuai dengan prosedur kerja standar yang ada
pada Unit Donor Darah (UDD) yaitu, sebagaiberikut :
1. Dipersilahkan donor mencuci dua lengan
2. Dipersilahkan donor ditempat tidur yang sudah disediakan dengan
posisi terlentang
3. Ditempatkan lengan pendonor lurus disamping tempat tidur dengan
posisi menghadap keatas
4. Diidentifikasi kantong darah dan tabung sample darah sesuai dengan
formulir donor darah
a. Nomor kantong
b. Golongan darah
c. Tanggal pengambilan
d. Tanggal kadaluarsa
e. Nama pengambil darah
f. Jenis komponen darah
5. Dipasang tensimeter dengan posisi slang/pipa tensimeter diatas
6. Dinaikkan tensimeter sampai batas antara systole dengan diastole
7. Diraba dan tentukan letak vena dimana akan dilakukan penusukkan,
turunkan tensimeter
8. Diambil kapas betadine menggunakan pinset, kemudian pakai untuk
desinfeksi lokasi yang akan ditusuk dari dalam keluar 1 kali.
Hindarkan arah berlawanan karena dapat membawa kotoran ke lokasi
penusukkan vena. Ambil kapas alkohol 70% lakukan desinfeksi vena
dengan cara yang sama 3 – 4 kali. Gunakkan kapas baru untuk
pengulangan.
9. Dibuat simpul longgar pada slang kantong darah ± 15 cm dari arah
jarum
10. Ditempatkan kantong darah diatas timbangan darah. Timbangan darah
dapat berupa timbangan berat khusus yang bergoyang
11. Dinaikkan tensimeter kembali sampai batas sistol dan diastol

24
12. Dilakukan penusukkan vena dengan cara :
a. Ditekuk slang, buka tutup jarum, posisi lubang jarum disebelah atas
b. Ditekan secara pekan lengan donor dibawah lokasi penusukan
dengan tangan kiri
c. Ditusuk jarum 1 atau 2 cm dari vena, dorong sampai berada
ditengah vena (jangan sampai menembus sisi vena yang lain bisa
terjadi hematome pada lengan donor)
d. Diatur posisi jarum searah dengan vena setelah darah keluar
e. Diturunkan tensimeter antara 29 mmHg – 40 mmHg
13. Dilakukan fiksasi slang dilengan donor dengan menggunakan
meditape di 2 tempat agar kedudukan jarum tidak berubah. Tutup luka
donor dengan kasa steril/kapas steril.
14. Digoyang darah sesering mungkin agar darah tercampur sempurna
dengan antikoagulan, bila menggunakan alaty penggoyang darah
lanjutkan ke no. 15
15. Setelah volume darah terlah tercapai dengan jenis kantong darah yang
dipakai, jepitlah slang dengan klem A ± 5 cm dari arah jarum
16. Serut slang kantong darah dari klem A kearah kantong darah dengan
menggunakan hand sealer sepanjang ± 5 cm. Kemudian jepit slang
kantong darah dengan klem B ± 2 cm dari klem A (jangan menyerut
slang kantong darah kearah tubuh pendonor karena berbahaya bagi
pendonor)
17. Dipotong slang kantong darah diantara klem A dengan klem B,
kemudian kencangkan simpul pada slang
18. Ditempatkan tabung/botl sampel darah diujung potongan slang, buka
klem A dan isilah tabung/botol sampel darah tersebut dengan darah
vena donor langsung dari slang
19. Ditutup klem A
20. Diturunkan tensimeter sampai batas 0, busng kassa/kapas steril
21. Diambil kapas alkohol 70% letakkan diatas tusukkan vena dengan
sedikit ditekan, kemudian cabutlah jarum dari tubuh donor secara
perlahan

25
22. Diminta donor menekan bekas tusukan pada vena dengan kapas
alkohol 70%
23. Dibuang jarum dalam tempat sampah tajam infeksius
24. Diserut slang kantong darah dengan hand sealer hingga darah masuk
kedalam kantong darah, kocok perlahan agar tercampur sempurna,
lepaskan hand sealer hingga slang darah dapat terisi kembali dengan
darah yang telah tercampur antikoagulan. Ulangi 2 – 3 kali. Rapikan
slang.
25. Dicocokkan nomor sampel dengan nomor kantong dan nomor pada
formulir. Simpan darah dalam blood bank pada suhu 4°C ± 2°C atau
biarkan disuhu kamar bila darah tersebut diperuntukan untuk
komponen trombosit
26. Diperiksa luka tusukkan pada vena pendonor, bila tidak ada
pendarahan, tutup dengan tensoplast. Amati ± 1 menit.
27. Dipersilahkan pendonor keruang istirahat bila tidak ada keluhan dari
pendonor.

Adapun datanya sebagai berikut :

Rabu, 09 Oktober 2019

No. Nama Golda Hb Tensi/ Jenis Lolos


MmHg /Tidak

1. Ida Jona =A+= Tenggelam 120/80 Sukarela Lolos

2. Heri Susanto =B+= Tenggelam 120/80 Sukarela Lolos

3. Zaenal =A+= Tenggelam 120/80 Sukarela Lolos

4. Andreas J =O+= Tenggelam 120/80 Sukarela Lolos

5. Noor Aina =B+= Tenggelam 120/80 Sukarela Lolos

6. M. Haidir =A+= Tenggelam 120/80 Pengganti Lolos

7. Dian Astuti =A+= Tenggelam 120/80 Sukarela Lolos

26
PEMISAHAN KOMPONEN DARAH

PEMISAHAN KOMPONEN DARAH

IDENTIFIKASI KANTONG
DARAH ATAU BAG

TRIPLE BLOOD BAG


DOUBLE BLOOD BAG MEMISAHKAN DARAH LENGKAP
MEMISAHKAN KOMPONEN MENJADI SEL DARAH MERAH
PLASMA DENGAN KOMPONEN PEKAT( PRC ),TROMBOSIT PEKAT
SEL DARAH MERAH PEKAT DAN FRESH FROZEN
(PACKET RED CELLS/PRC ) PLASMA/PLASMA CAIR

PISAHKAN DENGAN PLASMA PISAHKAN DENGAN PLASMA


EKSTRAKTOR EKSTRAKTOR

DARAH DI KLEM,DITIMBANG SEIMBANGKAN PLASMA BESERTA


MENGGUAKAN HEMOSCALE MENGKOK SENTRIFUGE PADA
POSISI “BALANCE”

SIMPAN DALAM BLOOD BANK


DISENTRIFUGE
ATAU DAPAT DI UJI CROSS
MATCHING

SIMPAN PADA
ROTATOR/REFRIGATOR KHUSUS
TROMBOCYTE CONCENTRATE

27
a. Uji Saring ( HIV, HbsAg, HCV, dan TP) Darah Donor dan Konfirmasi
Golongan Darah

Menerima formulir dan sampel darah donor ( dalam


tabung vakum)

Sentrifuge darah

Melakukan uji saring menggunakan rapid test/


menggunakan CLIA oleh teknisi CLIA dan konfirmasi
golongan darah

Menginput hasil kedalam sistem SIMDONDAR oleh


petugas laboratorium

Menyimpan darah berdasarkan golongan darah dalam


kulkas bank darah

Catatan:

Apabila pada saat uji saring ada sampel yang reaktif (+)( HIV/HbsAg/
HCV/TP), maka darah disimpan pada tempat khusus setelah diinput di
SIMDONDAR , selanjutnya darah tersebut akan dimusnahkan.

28
b. Uji Silang ( Cross Match)

Menerima lembar permintan transfusi darah dengan sampel darah pasien

Memeriksa diagnosa pasien dan kadar Hb pasien pada surat permintaan darah dan
mengerjakan uji silang sesuai kepentingan ( Hb terlalu rendah segera dibantu stok
darahnya)

Melakukan uji silang berdasarkan permintaan pasien ( jenis darah WB/PRC/TC)

Mengambil kantong stok darah sesuai dengan golongan darah pasien. Potong
/klaim selang kantong darah tepat pada sisi nomor bag( yang berisi sel darah
merah) untuk kemudian dilekatkan/ ditempel pada botol sampel darah pasien

Menulis nomor bag darah pada lembar surat permintaan transfusi darah pasien

Melakukan uji silang

Menyimpan kantong darah pada kulkas bank darah khusus untuk tempat
penyimpanan kantong darah yang sudah diuji silang

Menginput hasil uji silang kedalam SIMDONDAR oleh petugas laboratorium

Memberi kertas label pada kantong darah yang compatible dengan darah pasien

29
c. Uji Saring Donor Darah
1. Pemeriksaan Anti-Treponema pallidum (TP) / sefilis
I. Tujuan
Untuk mendeteksi anti-Treponema pallidum penyebab penyakit
sefilis pada darah pendonor
II. Metode
Imunokromatografi
III. Prinsip
Spesifik terhadap sifilis dengan serum atau plasma akan berikatan
dengan antigen sifilis (TPAg2) pada membrane test sehingga
membentuk garis warna merah pada Contro (C) dan Test (T)
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Sentrifuge
b. Stopwatch
2. Bahan
a. Sampel serum atau plasma donor\
b. Reagen rapid Test One Step Anti-TP Card Intec
V. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dicentrifuge sampel donor selama 5 menit dengan kecepatan
6000 rpm untuk memisahkan sel eritrosit dan serum/plasma
3. Dipipet serum/plasma dan teteskan sebanyak 3 tetes pada sumur
sampel (s)
4. Diamkan selama 15 menit ( nyalakan stopwatch)
5. Diamati perubahan yang terjadi
6. Dokonfirmasi hasil pada petugas laboratorium untuk di input
dalam SIMDONDAR oleh petugas laboratorium
VI. Interpretasi Hasil
1. Reaktif (+) :
terbentuk 2 garuis warna merah pada Control (C) dan Test (T)
2. Non reaktif (-) :

30
hanya terbentuk garis warna merah pada control (C)
3. Invalid :
tidak terbentuk garis warna merah pada Control (C) ulangi
pemeriksaan menggunakan rapid test baru.

2. Pemeriksaan HbsAg (Hepatitis B)


I. Tujuan
Untuk mengetahui adanya antibody terhadap hepatitis B pada darah
donor
II. Metode
Immonokromatografi
III. Prinsip
HbsAg sebagai antigen dalam serum/plasma yang akan diikat oleh
anti HbsAg yang bertidak sebagai antibody sehingga membentuk
garis warna merah pada control dan test.
IV. Alat dan Bahan
1. Sentrifuge
2. Pipet tetes
3. Stopwatch
4. Sampel serum/sampel donor
5. Rapid teat : HbsAg card intec
V. Prosedur kerja
1. Diletakan card test pada permukaan datar
2. Diteteskan ± 3 tetes serum pada sumur sampel
3. Diamkan 15 menit
4. Baca hasil
VI. Interpretasi Hasil
1. Reaktif (+) : Terbentuk 2 garis merah pada control “C”
dan test “T”
2. Non reaktif (-) : Hanya terbentuk 1 garis pada control “C”
3. Invalid : Tidak terbentuk garis pada control “C”

31
3. Pemeriksaan Anti-Hcv (Hepatitis C)
I. Tujuan
Untuk mengetahui adanya antibody terhadap hepatitis C pada darah
donor
II. Metode
Immunokromatografi
III. Prinsip
Antigen Hcv akan bergerak dalam proses imunofiltrasi sampel dan
reagen melewati membrane dam reabsorbsi kedasar absorban.
Dalam tahap pencucian beriutnya protein pengganggu akan
dihilangkan pada tahap selanjutnya. Konjugat protein A
ditambahkan kedalam ikatan dan antibody Hcv akan memberikan
komplek warna merah.
IV. Alat dan Bahan
1. Sentrifuge
2. Pipet tetes
3. Stopwatch
4. Sampel serum/sampel donor
5. Rapid test : One step Anti- Hcv card test intec
V. Prosedur kerja
1. Diletakan card test pada permukaan datar
2. Diteteskan serum/plasma sebanyak 1 tetes disumur sampel (s)
3. Diteteskan reagen dilluen 1 tetes pada sumur (D)
4. Diamkan selama 15 menit
5. Segera baca hasil
VI. Interpretasi Hasil
1. Reaktif (+) : Terbentuk 2 garis merah pada control “C”
dan test “T”
2. Non reaktif (-) : Hanya terbentuk 1 garis pada control “C”
3. Invalid : Tidak terbentuk garis pada control “C”

32
4. Pemeriksaan Anti-HIV
I. Tujuan
Untuk mengetahui adanya antibody Hcv dalam serum/plasma
donor.
II. Metode
Immunokromatografi
III. Prinsip
Antibodi HIV dalam serum akan diikat oleh antigen HIV dalam
membrane garis test sehingga terbentuk garis warna merah pada
zona test “T”
IV. Alat dan Bahan
1. Sentrifuge
2. Pipet tetes
3. Stopwatch
4. Sampel serum/sampel donor
5. Rapid test : Card Anti-HIV (12,2) Tri- Line Test Intect
V. Prosedur kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diletakan rapid test diatas meja permukaan datar
3. Diteteskan serum/plasma sebanyak 1 tetes disumur sampel (s)
4. Diteteskan reagen diluen 1 tetes pada sumur diluen (D)
5. Diamkan selama 15 menit
6. Baca hasil
VI. Interpretasi Hasil
1. Reaktif (+) : Terbentuk 3 garis merah pada control “C”,
“T” dan “T2”
2. Non reaktif (-) : Hanya terbentuk 1 garis pada control “C”
3. Invalid : Tidak terbentuk garis pada control “C”

33
d. Pemeriksaan Uji Silang (Cross Match)
I. Tujuan
Untuk menentukan adanya allo antibodi irreguler dalam sel darah merah
donor maupun pasien dalam mencegah teerjadinya ketidakcocokan antara
donor dengan pasien yang dapat menyebabkan reaksi transfusi darah.
II. Metode
Semikuantitatif diamed gel test
III. Prinsip
Dengan menggunakan material gel” sptadex” sebagai media test.
Tersaring pada permukaan gel dan aglutinasi yang berukuran lebih kecil
dapat lewat, tertahankan pada pori-pori gel yang menunjukan
incompatible. Sedangkan sel yang tidak teraglutinasi akan langsung
mengendap didasar yang menunjukkan compatible.
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikropipet 5 µl, 25 µl, 50 µl, 100 µl
b. Tip warna kuning dan biru
c. Inkubator diamed 37 511
d. Sentrifuge diamed 12 511
e. Sentrifuge
f. Plate tetes
g. Gunting
h. Pinset
i. Tabung reaksi
j. Coomb cards
2. Bahan
a. Tissue
b. Sel darah merah donor
c. Sel darah merah pasien
d. Serum/ plasma donor
e. Serum/ plasma pasien
f. ID- Diluent 2( diamed- micro typing sistem)

34
V. Prosedur kerja
1. Pemeriksaan Golongan Darah Donor dan Pasien
Untuk memastikan apakah golongan darah pasien dan donor sama
serta menghindari keliruan, se]belum melakukan cross match maka
diperlukan konfirmasi golongan darah kembali.
a. Disiapkan plate tetes, sampel darah donor dan pasien, antisera-A,
antisera-B dan antisera-D
b. Diteteskan 1-2 tetes darah pada plate tetes (3 sumur), tambahkan 1-
2 tetes antisera A, B, D pada masing-masing sumur tersebut.
c. Dihomogenkan, amati ada tidaknya aglutinasi yang terbentuk.
2. Membuat Serum/ Plasma Pasien dan Donor
a. Untuk serum donor potong selang pada kantong darah, masukan
darah kedalam tabung reaksi, lalu sentrifuge selama 1 menit dengan
kecepatan 3000 rpm.
b. Untuk serum pasien keluarkan contoh darah pasien dari dalam
botol sampel, masukan kedalam tabung reaksi lalu disentrifuge
selama 1 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

3. Membuat Suspensi Sel Pasien Dan Donor


a. Dimasukkan larutan diluent 500µl kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan sel darah merah 5µl kedalam tabung reaksi
c. Dicampur hingga homogeny

4. Cara Kerja Cross Match Dengan Diamed Gel Test


a. Diambil liss combs card, tandai dengan identitas donor dan os(
pasien), buka penutup aluminium.
b. Dengan bantuan mikropipet masukan
1) Mayor
50 µl suspensi sel darah donor+ 25 µl serum darah pasien
2) Minor
50 µl suspensi sel darah pasien + 25 µl serum darah donor
3) Auto control

35
50 µl suspensi sel darah pasien + 25 µl serum darah pasien
c. Masukan coombs card kedalam inkubator suhu 370C selama 15
menit ( tekan tombol timer 1/2/3 sesuai letaknya.)
d. Setelah itu masukan kedalam sentrifuge diamed selama 15 menit
5. Cara Kerja Direct Coombs Test
a. Dibuat suspensi darah pasien
b. Diambil liss coombs card, tandai dengan identitas pasien
c. Dimasukkan 50µl suspensi sel OS kedalam sumur coombs card
d. Disentrifuge selama 10 menit disentrifuge card
e. Segera baca hasil
Auto Control: 50µl suspensi sel os( pasien)+ 25µl serum os( pasien)
VI. Interpretasi Hasil Uji Silang (Cross Match)
No Mayor Minor AC/DCT Kesimpulan

1 - - - Compatible, darah boleh dikeluarkan

2 + - - Incompatible, ganti darah donor

3 - + - Ganti darah donor

4 - + + Darah keluar bila minor lebih kecil/ sama


dengan AC/DCT

5 + + + Lihat keterangan 5

Keterangan
1. Cross Match Mayor, Minor dan AC Negatif.
a. Darah pasien kompatible dengan darah donor
b. Darah boleh dikeluarkan
2. Cross Match Mayor Positif, Minor Negatif, AC Negatif
Periksa sekali lagi golda OS apakah sudah sama dengan donor
apabila sudah sama :
a. Artinya terdapat irregular antibodi pada serum pasien
b. Ganti darah donor, lakukan cross match lagi sampai mendapatkan
hasil cross negatif pada mayor dan minor

36
c. Apabila tidak ditemukan hasil cross match yang compatible
meskipun darah donor telah diganti, maka harus dilakukan
screening dan identifikasi antibodi pada serum pasien, dalam hal
ini sampel darah dikirim ke UTD pembina terdekat.
3. Cross Match Mayor Negatif, Minor Positif dan AC Positif
a. Artinya irregular antibodi pada serum/plasma donor
b. Ganti dengan darah donor lain, lakukan cross match lagi
4. Cross Match Mayor Negatif, Minor Positif dan AC Positif
a. Lakukan direct coombs test(DCT) pada pasien
b. Apabila DCT= positif, hasil positif pada cross match minor
berasal dari autoantibodi
c. Apabila terjadi positif pada minor sama atau lebih kecil dari
derajat positif pada AC/ DCT, darah boleh dikeluarkan.
d. Apabila derajat positif pada minor lebih besar dibandingkan
derajat positif AC/DCT, maka darah tidak boleh dikeluarkan,
ganti donor darah, lakukan cross match lagi sampai ditemukan
positif pada minor sama atau lebih kecil dibanding AC/DCT.
5. Cross Match Mayor, Minor dan AC Positif
a. Apabila positif periksa ulang golongan darah pasien maupun
donor baik dengan cell grouping maupun back typing, pastikan
tidak ada kesalahan golongan darah
b. Lakukan DCT pada pasien, apabila positif bandingkan dengan
positif DCT dengan minor, apabila derajat positif minor sama
atau lebih rendah dari DCT, maka derajat positif pada minor
diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari autoantibodi.
c. Apabila derajat positif terdapat pada mayor, maka positif tersebut
disebabkan adanya irregular antibodi pada serum pasien. Ganti
dengan darah donor baru hingga ditemukan hasil mayor negatif.

37
“Direct Coombs Test( DCT)”
1. Dibuat suspensi sel pasien 0,8- 1%( cara sama seperti diatas)
2. Diambil liss coombs card, tandai dengan identitas pasien(os)
3. Dimasukan 50µl suspensi sel OS
4. Diputar disentrifuge( tekan tombol start)
5. Dibaca hasil reaksi secara makroskopis

“Cara Pooling Untuk Inter- Cross Donor”


1. Dipotong selang pada kantong donor yang akan dipooling
2. Dipindakhan 2 tabung kosong masing-masing sel darah merah donor dan
serum/plasma donor yang akan dipolldengan jumlah yang sama.
3. Dihomogenkan sel darah pada tabung yang berisi pooling sel darah merah
donor,buat suspensi 1% dengan diluent( cara sama seperti diatas)
4. Dilkukan cross match
Intercross: 50µl pool suspensi sel donor+ 25µl pool serum pasien

Interpretasi Hasil Cross Match Pada Diamed Gel Test

Keterangan:
1. Negati :
Terbentuk endapan eritrosit yang jelas didasar microtube. Gel diatas
endapan eritrosit jernih dan bebas aglutinasi
2. +1 :
Aglutinasi dibagian setengah bawah kolom gel dengan terdapat juga
didasar microtube. Reaksi bisa lemah dengan gambaran sedikit
aglutinasi tepat diatas endapan eritrosit
3. +2 :

38
Aglutinasi eritrosit terpencar disepanjang kolom gel dengan sedikit
aglutinasi didasar microtub. Aglutinasi terdistribusi bagian atas dan
kolom gel.
4. +3 :
Aglutinasi eritrosit mendominasi bagian atas kolom gel dengan sedikit
aglutinasi berada dibawah pita tebal sebagian besar aglutinasi terletak
disetengah atas kolom gel
5. +4 :
Aglutinasi eritrosit terbentuk pita solid dibagian atas kolom gel.
Biasanya tidak terdapat eritrosit yang berada didasar kolom.

e. Cara Pengelolaan Komponen Darah Trombocyt Concentrate


1. Didentifikasi kantong satelit dengan :
a. Nomor kantong
b. Golongan darah
c. Tanggal pengambilan
d. Tanggal pembuatan
e. Jenis komponen darah
f. Tanggal kadaluarsa : 5 hari
g. Suhu simpan
h. Volume
i. Petugas
2. Diseimbangkan darah beserta mangkok sentrifuge pada balance
3. Ditemparkan mangkok sentrifuge yang sudah seimbang kedalam
sentrifuge
dengan posisi berhadapan kantong sejajar caping cup
4. Diputar 375 x G, suhu 220C selama 15 m3nit (P1)
5. Diangkat mangkok sentrifuge dengan perlahan, tempatkan kantong
utama (WB) pada plasma axtractor dengan perlahan agar darah tidak
tercampur kembali, jepit, pasang klen plastim pada selang
penghubung antara kantong sateli, buka selang penghubung tersebut

39
6. Dialirkan plasma ( PRP) ke dalam kantong astelit, tinngalkan plasma
dalam kantong utma kurang lebih 2 cm dari permukaan sel darah
merah pekat
7. Seal dengan electric sealer selang penghubung antara kantong utama
dengan kantong satelit, lepaskan kantong utama berisi PRC dari
rangkaian
8. Diseimbangkan plasma (PRP) berikut mangkok sentrifuge pada
balance
9. Ditempatkan mangkok sntrifuge yang sudah seimbang pada sentrifuge
dengan posisi berhadapan
10. Diputar 1500 x G, suhu 220C selama 15 menit (P2)
11. Diangkat cup sentrifuge dengan perlahan, tempatkan kantong PRP
pada plasma exractor, jepit, lepaskan klem selang penghubung.

f. Clemiluminescence Immunoassay (CLIA)


CLIA (chemiluminescence immunoassay) adalah sebuah tipe immunoassay.
Immunoassay adalah sebuah tes biokimia yang mengukur konsentrasi suatu
substansi dalam cairan, biasanya berupa serum darah atau air seni dengan melihat
reaksi antibodi terhadap antigennya. Clemiluminescence Immunoassay (CLIA)
adalah metode pemeriksaan dengan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi
sampel yang banyak dalam waktu yang singkat. Komponen utama CLIA adalah
enzim yang telah terkonjugasi dengan antibodi yang nantinya akan menghasilkan
produk akhir Sandwich (Crowther JR, 2012).
Metoda CLIA dalam uji saring darah menggunakan substrat
chemiluminescent yang bereaksi dengan berbagai enzim yang digunakan untuk
menandai. Reaksi chemiluminescence enzimatik menghasilkan cahaya. Sistem
saat menggunakan derivatif dari luminol dengan peroksidase dan H2O2 (atau
sistem enzimatik lainnya yang menghasilkan H2O2, seperti oksidase glukosa atau
uricase) ditambah penambah (turunan dari fenol, seperti p-iodofenol), yang
meningkatkan emisi cahaya sampai 2.800 kali.
Reaksi luminol oksidatif mungkin menandakan pertumbuhan jumlah
gangguan spesifik. Sistem lain menggunakan turunan dari alkaline phosphatase

40
dan adamantyl dioxetane, AMPPD, yang tidak memerlukan emisi cahaya dari
molekul lain, berbeda dengan luminol membutuhkan senyawa oksidatif. AMPPD
substrat adalah panel dari kelompok adamantyl sebagai stabilizer dari seluruh
molekul, link dioxetane sebagai sumber energi, ester fosforil sebagai situs untuk
belahan enzimatik dan kelompok fenil untuk chemiluminescence. substrat baru ini
dimungkinkan pengembangan tes yang sangat sensitif tes RIA sensitivitas
superior (~ 0,1 pg / mL)
Tes immunochemical dalam uji saring darah dengan deteksi oleh
electrochemiluminiscenta didasarkan pada penggunaan kompleks ruthenium (II)
tris (bipyridyl) [Ru (BPY) 3] 2+ dengan tripropylamine (TPA) yang menghasilkan
cahaya sehubungan dengan siklus elektrokimia reaksi reduksi oksidasi : Ru (BPY)
32+ memiliki situs reaktif untuk konjugasi dengan analit. Ini digunakan untuk
mengaktifkan agen, seperti N-Hydroxysuccinimide (NHS). Karena agen dapat
dengan mudah digabungkan dengan kelompok amino dari protein, haptens atau
asam nukleat. Hal ini dimungkinkan untuk menerapkan teknologi dalam berbagai
analit.
inkubasi kedua campuran reaksi dilewatkan ke dalam sel pengukuran; kompleks imun
magnetik bergerak pada permukaan elektroda dan komponen terikat dihapus
dengan mencuci; Reaksi chemiluminescence dirangsang secara elektrik, dan
jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding terbalik dengan konsentrasi Ag dalam
sampel.

41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan merupakan salah satu upaya untuk
memperoleh pendidikan atau latihan, pengalaman dan pembelajaran tambahan
bagi mahasiswa sehingga dapat menguasai dan menerapkan kegiatan di UTD-
PMI dalam kurikulum dan pendidikan D-III Analis Kesehatan.
Selama melaksanakan kegiatan Praktek Belajar Lapangan penyusun
sebagai peserta kegiatan PBL mendapat pengalaman dan tambahan ilmu.Dalam
hal ini pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan alat-alat canggih atau
automatis serta dapat memperoleh pengembangan pendidikan di Akademi
Analis Kesehatan.

4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa, yang melaksanakan PBL agar dapat mempersiapkan diri
dengan baik serta memiliki bekal yang cukup, sehingga ditempat kunjungan
PBL dapat melaksanakan kegiatan dengan baik .
2. Bagi Institusi, sebaiknya kunjungan PBL waktunya lebih dimaksimalkan
sehingga mahasiswa dapat belajar lebih banyak.
3. Bagi instansi tempat PBL, diharapkan semua anggota rumah sakit bekerja
sama satu sama lain agar memberikan pelayanan yang baik bagi pasien.

42

Anda mungkin juga menyukai