Anda di halaman 1dari 8

ANALISA NERACA

Definisi:

Neraca keuangan (balance sheet) adalah gambaran posisi keuangan suatu perusahaan pada saat
tertentu. Neraca tidak menggambarkan posisi keuangan setiap saat secara terus menerus.
Analisa neraca digunakan untuk menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu
usaha, sub usaha atapun proyek.

Analisa neraca dapat dilakukan oleh seorang profesional yang menyajikan laporan dalam bentuk
rasio yang menggunakan informasi sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini
biasanya disajikan kepada pimpinan puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu
kebijakan perusahaan.

Berdasarkan hasil analisa ini maka manajemen dapat memutuskan berbagai keputusan
manajemen misalnya :

 Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu usaha.
 Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
 Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi
 Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjam-
an bank guna meningkatkan modal kerja perseroan.
 Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat
terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan.

Ada dua hal pokok yang digambarkan dalam neraca, yaitu bagian Aktiva: semua harta yang
dimiliki perusahaan, dan bagian Pasiva: kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan kepada
pihak ketiga.

1. Analisis Modal kerja


Rumus: Total Aset Liquid/Total Pasiva Lancar
Aset Liquid: semua sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam bentuk kas/yang dapat
dicairkan segera (uang tunai, surat berharga, piutang dagang, persediaan baik dalam proses
maupun dalam bentuk barang jadi, dan biaya dibayar dimuka)
Pasiva Lancar: semua kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun
(utang dagang, pinjaman jangka pendek, pajak, biaya yang harus dibayar, uang muka)
2. Analisis Perputaran Persediaan
Rumus: Biaya Produk yg dijual
Rata-rata persediaan barang
Semakin besarnya frekuensi perputaran persediaan mencerminkan bahwa perusahaan itu
memiliki tingkat persediaan yang relatif rendah dan ada kemungkinan akan kehabisan stok.
Sebaliknya, frekuensi perputaran persediaan semakin kecil menunjukkan bahwa perusahaan
menyimpan banyak stok, yang merupakan kerugian bagi perusahaan karena engeluarkan biaya
besar dalam menyimpan persediaannya.
Kondisi yg baik: tingkat perputaran persediaan relatif besar dan perusahaan mempertahankan
stok pengaman

3. Analisis Rasio Hutang


Penggunaan hutang yang efisien adalah penggunaan dengan biaya rendah untuk memaksimalkan
laba. Terdapat dua rasio hutang yg sering digunakan untuk alat analisis, yaitu:
1. Total hutang dibagi dengan total aktiva
Rasio ini membandingkan total hutang (jangka pendek + panjang) dengan total aktiva,
sehingga dapat diketahui %total hutang seluruhnya dibandingkan dengan total aktiva perusahaan
2. Total hutang dibagi modal sendiri (equity)
Rasio ini menunjukkan hubungan antara posisi kreditur dan pemilik, semakin besar rasionya
semakin sulit perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya dan mengembangkan usaha.

4. Analisis Piutang
Ukuran umum untuk analisis piutang adalah rasio periode penerimaan tagihan. Semakin cepat
periode penerimaan tagihan perusahaan semakin baik. Rumus untuk menghitung periode
penerimaan tagihan :
1. Mencari jumlah rata-rata nilai penjualan setiap hari:
Total Penjualan pertahun
360 hari
= rata-rata pernjualan perhari

2. Periode penerimaan tagihan :


Piutang
Rata-rata perjualan perhari
= ….. hari

Contoh Kasus 1
Modal yang ditanamkan dalam sebuah bisnis adalah Rp. 150 (posisi awal dari kas yang dimiliki
oleh perusahaan) Seandainya sebagian dari modal ini dibelikan madu asli dari Sumbawa
sejumlah Rp. 80, yg dijual kembali dan seluruhnya laku terjual Rp. 100.
Maka laporan keuangannya adalah sebagai berikut:
a. Laporan Laba Rugi
Penerimaan dari hasil penjualan Rp. 100
Pengeluaran pembelian bahan Rp. 80
Laba (Rugi) Rp. 20

b. Laporan Neraca
Aktiva Pasiva
Kas Rp. 170 Modal Pemilik Rp. 150
Laba ditahan Rp. 20
Total Aktiva Rp. 170 Total Pasiva Rp. 170
Selanjutnya perusahaan memperbesar usahanya dengan membeli madu lebih banyak lagi. Untuk
itu modal perusahaan ditambah sebesar Rp. 250, sehingga modal yg dimiliki perusahaan
sekarang adalah Rp.150 + Rp.250 = Rp.400Sebagian modal dibelikan madu sebesar Rp. 350.
Perusahaan berhasil menjual barang dagangannya dari senilai Rp.160 menjadi Rp.200. sisa
barang yang belum terjual disimpan sebagai persediaan

a. Laporan Laba Rugi


Penerimaan dari hasil penjualan Rp.200
Pengeluaran pembelian bahan Rp.160
Laba (Rugi) Rp. 40
b. Laporan Neraca
Neraca
Aktiva Pasiva
Kas Rp. 270 Modal Pemilik Rp. 420
170 (awal) 170
+250 +250
-350
+200 420
270
Persediaan
(350-160) Rp. 190 Laba ditahan Rp. 40
Total Aktiva Rp. 460 Total Pasiva Rp. 460
LATIHAN KASUS
Yayasan Jangkrikindo adalah sebuah yayasan yg bergerak di bidang pendidikan pelatihan
berternak jangkrik. Perusahaan ini menyewa tempat disalah satu perkantoran di Jakarta. Kegiatan
transaksi pada bulan Agustus adalah sebagai berikut:
1 Agustus: Yayasan menginvestasikan modalnya sebesar Rp.10.000 dalam bentuk kas
2 Agustus: Yayasan mengeluarkan biaya untuk sewa tempat sebesar Rp.1.800
3 Agustus: Yayasan membeli pakan jangkrik sebesar Rp.8.200 yang dibayar secara kredit
pembayaran awal Rp.600
18 Agustus: Pembayaran lain-lain, misal untuk kebersihan, pengecetan sebesar R.500
22 Agustus: Yayasan menarik dananya sendiri sebesar Rp.500
27 Agustus: Yayasan mendapat bantuan dari pemerintah tanpa bunga sebesar Rp.30.000
Bantuan digunakan untuk membeli tanah (100m2 @ Rp.300/m2) untuk budidaya jangkrik
sebesar Rp.30.000 dan harus dikembalikan dalam jangka waktu 5 tahun)
28 Agustus: Pengeluaran untuk membayar pengajar kursus Rp.1000
28 Agustus: Penerimaan dari uang kursus 5 orang @ Rp.1.500 = Rp.7500
Permintaan:
a. Buatlah neraca keuangan
b. Buatlah laporan laba rugi dari yayasan tersebut

Bagaimana Cara Menganalisa Laporan Neraca Dengan Benar


Seperti yang telah diketahui Neraca ada suatu Laporan yang di buat untuk mengetahui kondisi suatu
perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan, itu menggunakan Laporan Laba Rugi. Neraca adalah ibarat
kamera yang mengambil gambar tentang kepemilikan dan hutang perusahaan pada saat itu.
ASET

Aset terdiri dari :

 Aset Lancar : Aset Lancar adalah Aset yang masa kegunaan untuk menghasilkan manfaat ekonomis untuk
perusahaan habis dalam waktu 1 tahun. Contohnya: persediaan, piutang dagang, kas, beban di bayar di muka,
investasi jangka pendek.

Contoh di atas, seperti persediaan. Ketika persediaan masuk, dalam jangka 1 tahun, itu akan di gunakan untuk
menghasilkan manfaat ekonomis untuk perusahaan, dan dalam jangan waktu 1 tahun persediaan tersebut habis

Sama juga dengan piutang dagang “ piutang dagang adalah sama dengan kas dimana ketika piutang di
bayarkan yang akan menjadi kas dalam jangka waktu 1 tahun, yang dapat di gunakan untuk menghasilkan
manfaat ekonomis untuk perusahaan.

b) Aset Tidak Lancar (Aset Tetap) : Aset Tidak Lancar adalah Aset yang akan habis masa kegunaannya
untuk menghasilkan manfaat ekonomis untuk perusahaan lebih dari 1 tahun. Contohnya: Mesin, Alat Produksi,
Mobil, Bangunan.

Contoh: Mobil mempunyai masa manfaat sekitar 3 tahun untuk di pakai untuk menghasilkan manfaat untuk
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Maka masuk ke Aset Tidak Lancar.
LIABILITAS

Liabilitas terdiri dari:

a) Liabilitas Lancar :Liabilitas Lancar adalah Kewajiban dimana pengorbanan manfaat ekonomis perusahaan
akan di lakukan dalam jangka watu 1 tahun. Contohnya: Hutang Dagang, Pinjaman Bank Jangan Pendek.

Dari Contoh di atas: Hutang Dagang adalah Liabilitas Lancar karena merupakan suatu kewajiban yang akan
mengorbankan kas, dan kemungkinan di bayarkan dalam jangka waktu 1 tahun adalah lebih dari 50%.

Pinjaman Bank Jangka Pendek adalah Liabilitas Lancar karena merupakan kewajiban perusahaan yang akan
mengkorbankan kas dan kemungkinan dibayarkan dalam jangka waktu 1 tahun adalah lebih dari 50%.

b) Liabilitas Tidak Lancar : Liabilitas Tidak Lancar adalah Kewajiban dimana pengorbanan manfaat
ekonomis perusahaan akan di lakukan dalam jangka lebih dari 1 tahun.

Contohnya: Pinjaman Hutang untuk 5 Tahun adalah Liabilitas Tidak Lancar karena merupakan suatu
kewajiban yang mengorbankan kas, dan berdasarkan perjanjian pinjaman dibayar dalam 5 tahun, masuk ke
Tidak Lancar.

EKUITAS

Ekuitas itu terdiri dari kombinasi of:

1) Modal disetor oleh pemilik

2) Laba Bersih dari Tahun sebelumnya

3) Laba Bersih dari Tahun ini.

Laba Bersih dari Tahun sebelumnya adalah akumulasi dari kapan perusahaan berdiri pertama sampai laporan
itu di terbitkan di tambahkan ke Laba Tahun ini.

Contoh di atas. Tahun 2009, Total Laba = Rp 100.000.000. Total Laba Tahun 2009 akan menjadi Laba Bersih
Tahun sebelumnya pada tahun 2010. Laba Bersih tahun ini di tahun 2010 adalah Rp 200.000.000.
Seringkali Pemilik perusahaan lebih fokus terpada kinerja suatu perusahaan, berapa untungnya, tanpa
mempedulikan Kasnya, Piutang Dagang, Hutang Dagang, dll. Perlu di ingat bahwa belum tentu perusahaan
yang menghasilkan keuntungan yang luar biasa bisa terus ber-operasi jika tidak ada kas dan piutang dagang
terus membengkak. Untuk itu, perlu melihat Laporan Neraca (Balance Sheet) untuk melihat apa yang
perusahaan miliki dari segi kas, besar piutang dagangnya dan kapan piutang tersebut di bayarkan, persediaan
perusahaan, aset tetap dan apa yang menjadi hutangnya.

Menganalisa Neraca secara singkat memang bisa mendapatkan gambaran tentang kondisi perusahaan secara
singkat dan tidak mendetil. Untuk mengetahui lebih ditel lagi kesehatan perusahaan, perlu di lakukan
perhitungan Rasio Financial.

RASIO LIKUIDITAS

Perhitungan untuk mengetahui seberapa likuid perusahaan untuk membayar hutangnya saat mereka jatuh
tempo.

Current Ratio = Aset Lancar (termasuk persediaan) / Hutang


Lancar
Ratio ini untuk memberikan gambaran kemampuan perusahaannya membayar Hutang Lancar. Hasil di bawah

angka 1 artinya perusahaan tidak bisa membayar Hutang Lancarnya. Mengapa begitu, karena angka 1 artinya,
perusahaan mempunyai Rp 1 Aset Lancar untuk membayar Rp 1 Hutang Lancarnya.

Jika Hasilnya 2 artinya perusahaan mempunyai Rp 2 Aset Lancar untuk membayar Rp 1 Hutang Lancarnya.

Contoh berdasarkan Neraca di atas:

Aset Lancar (termasuk persediaan) = 8.154.957.913 / 7.733.546.179 = 1.05.

Angka 1.05 ini artinya perusahaan mempunyai 1.05 kali Aset Lancar untuk membayar setiap Rp 1 Hutang
Lancarnya.

Quick Ratio = Aset Lancar (tidak termasuk persediaan dan beban


di bayar di muka) / Hutang Lancar
Ratio ini untuk memberikan gambaran kemampuan perusahaan membayar hutang lancar secara cepat dimana
hanya mengandalkan kas dan piutang dagang. Hasil di bawah 1 artinya perusahaan tidak mempunyai cukup
kas cepat untuk membayar Hutang Lancarnya.

Bisa saja Current Ratiodi atas 1, tetapi Quick Ratio di bawah 1. Itu artinya Aset Lancar perusahaan terlalu
banyak di persediaan, dan bukan di kas. Oleh karena itu perusahaan harus menyusun strategi untuk menjualnya
secepatnya dan menghasilkan uang.
Lewat dua ratio di atas bisa terlihat apakah perusahaan tersebut likuid dalam arti mempunyai aset lancar yang
cukup untuk membayar hutang lancarnya. Untuk melihat likuiditas perusahaan dari segi lain, masi banyak
metode perhitungan lainnya yang belum dicantumkan. Contohnya melihat berapa hari piutang dagang
perusahaan menjadi Kas.

RASIO HUTANGDebt to Equity Ratio = Total Hutang (Lancar + Tidak


Lancar) / Total Ekuitas
Rasio ini untuk memberikan gambaran bagaimana perusahaan membiayai pertumbuhan perusahaannya,
apakah lewat hutang semua ataukah campur dengan kas perusahaan. Hasil yang tinggi artinya perusahaan
telah berkembang dikarenakan hutang. Menggunakan hutang bukan artinya jelek, tetapi kalau ratio yang terlalu
tinggi patut di curigai, karena perusahaan bukan hanya harus membayar hutang pokoknya, tapi juga membayar
bunganya.

Faktor important untuk dipertimbangkan adalah untuk mengetahui apakah hasil atau pendapatan yang
didapatkan lewat pembiayaan hutang tersebut lebih tinggi daripada bunganya.

Ratio Debt to Equity Ratio bisa di variasikan dengan di bawah ini untuk mengetahui lebih ditel :

a) Long Term Debt to Equity Ratio = Hutang Tidak Lancar / Total Ekuitas

b) Short Term Debt to Equity Ratio = Hutang Lancar / Total Ekuitas.

Tiga Rasio di atas adalah Rasio yang paling sering di pakai untuk mengetahui kesehatan perusahaan. Selain ini
masi banyak rasio yang tersedia untuk melihat sehat atau tidak sehatnya suatu perusahaan. Yang terpenting
adalah tergantung keperluan perusahaan. Setelah itu lebih mudah untuk mencari atau membuat rasio-nya.

Contoh: Jika penting untuk perusahaan mengetahui berapa hari Persediaan yang telah masuk akan menjadi
Kas, ada perhitungan dengan nama Inventory Turnover Period. Jika penting untuk perusahaan untuk
mengetahui berapa hari secara rata-rata piutang menjadi Kas, ada ratio dengan nama Accounts Receiveable
Turnover.

Rasio di atas tersebut lebih terpakai untuk investor yang sedang meng-analisa perusahaan untuk di invest atau
untuk di beli. Tetapi jika sang pemilik perusahaan rajin dan secara consistent melihat ratio tersebut dan
menerapkannya dalam strategi perusahaan, perusahaannya akan terus kuat. Ratio tersebut adalah sebagai
penanda bila sesuatu yang tidak sehat akan terjadi bila tidak di rubah. Daripada tiba2 bankrut, dan tidak tahu
menahu apa yang menyebabkannya.

Anda mungkin juga menyukai