Definisi:
Neraca keuangan (balance sheet) adalah gambaran posisi keuangan suatu perusahaan pada saat
tertentu. Neraca tidak menggambarkan posisi keuangan setiap saat secara terus menerus.
Analisa neraca digunakan untuk menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu
usaha, sub usaha atapun proyek.
Analisa neraca dapat dilakukan oleh seorang profesional yang menyajikan laporan dalam bentuk
rasio yang menggunakan informasi sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini
biasanya disajikan kepada pimpinan puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu
kebijakan perusahaan.
Berdasarkan hasil analisa ini maka manajemen dapat memutuskan berbagai keputusan
manajemen misalnya :
Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu usaha.
Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi
Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjam-
an bank guna meningkatkan modal kerja perseroan.
Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat
terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan.
Ada dua hal pokok yang digambarkan dalam neraca, yaitu bagian Aktiva: semua harta yang
dimiliki perusahaan, dan bagian Pasiva: kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan kepada
pihak ketiga.
4. Analisis Piutang
Ukuran umum untuk analisis piutang adalah rasio periode penerimaan tagihan. Semakin cepat
periode penerimaan tagihan perusahaan semakin baik. Rumus untuk menghitung periode
penerimaan tagihan :
1. Mencari jumlah rata-rata nilai penjualan setiap hari:
Total Penjualan pertahun
360 hari
= rata-rata pernjualan perhari
Contoh Kasus 1
Modal yang ditanamkan dalam sebuah bisnis adalah Rp. 150 (posisi awal dari kas yang dimiliki
oleh perusahaan) Seandainya sebagian dari modal ini dibelikan madu asli dari Sumbawa
sejumlah Rp. 80, yg dijual kembali dan seluruhnya laku terjual Rp. 100.
Maka laporan keuangannya adalah sebagai berikut:
a. Laporan Laba Rugi
Penerimaan dari hasil penjualan Rp. 100
Pengeluaran pembelian bahan Rp. 80
Laba (Rugi) Rp. 20
b. Laporan Neraca
Aktiva Pasiva
Kas Rp. 170 Modal Pemilik Rp. 150
Laba ditahan Rp. 20
Total Aktiva Rp. 170 Total Pasiva Rp. 170
Selanjutnya perusahaan memperbesar usahanya dengan membeli madu lebih banyak lagi. Untuk
itu modal perusahaan ditambah sebesar Rp. 250, sehingga modal yg dimiliki perusahaan
sekarang adalah Rp.150 + Rp.250 = Rp.400Sebagian modal dibelikan madu sebesar Rp. 350.
Perusahaan berhasil menjual barang dagangannya dari senilai Rp.160 menjadi Rp.200. sisa
barang yang belum terjual disimpan sebagai persediaan
 Aset Lancar : Aset Lancar adalah Aset yang masa kegunaan untuk menghasilkan manfaat ekonomis untuk
perusahaan habis dalam waktu 1 tahun. Contohnya: persediaan, piutang dagang, kas, beban di bayar di muka,
investasi jangka pendek.
Contoh di atas, seperti persediaan. Ketika persediaan masuk, dalam jangka 1 tahun, itu akan di gunakan untuk
menghasilkan manfaat ekonomis untuk perusahaan, dan dalam jangan waktu 1 tahun persediaan tersebut habis
Sama juga dengan piutang dagang “ piutang dagang adalah sama dengan kas dimana ketika piutang di
bayarkan yang akan menjadi kas dalam jangka waktu 1 tahun, yang dapat di gunakan untuk menghasilkan
manfaat ekonomis untuk perusahaan.
b) Aset Tidak Lancar (Aset Tetap) : Aset Tidak Lancar adalah Aset yang akan habis masa kegunaannya
untuk menghasilkan manfaat ekonomis untuk perusahaan lebih dari 1 tahun. Contohnya: Mesin, Alat Produksi,
Mobil, Bangunan.
Contoh: Mobil mempunyai masa manfaat sekitar 3 tahun untuk di pakai untuk menghasilkan manfaat untuk
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Maka masuk ke Aset Tidak Lancar.
LIABILITAS
a) Liabilitas Lancar :Liabilitas Lancar adalah Kewajiban dimana pengorbanan manfaat ekonomis perusahaan
akan di lakukan dalam jangka watu 1 tahun. Contohnya: Hutang Dagang, Pinjaman Bank Jangan Pendek.
Dari Contoh di atas: Hutang Dagang adalah Liabilitas Lancar karena merupakan suatu kewajiban yang akan
mengorbankan kas, dan kemungkinan di bayarkan dalam jangka waktu 1 tahun adalah lebih dari 50%.
Pinjaman Bank Jangka Pendek adalah Liabilitas Lancar karena merupakan kewajiban perusahaan yang akan
mengkorbankan kas dan kemungkinan dibayarkan dalam jangka waktu 1 tahun adalah lebih dari 50%.
b) Liabilitas Tidak Lancar : Liabilitas Tidak Lancar adalah Kewajiban dimana pengorbanan manfaat
ekonomis perusahaan akan di lakukan dalam jangka lebih dari 1 tahun.
Contohnya: Pinjaman Hutang untuk 5 Tahun adalah Liabilitas Tidak Lancar karena merupakan suatu
kewajiban yang mengorbankan kas, dan berdasarkan perjanjian pinjaman dibayar dalam 5 tahun, masuk ke
Tidak Lancar.
EKUITAS
Laba Bersih dari Tahun sebelumnya adalah akumulasi dari kapan perusahaan berdiri pertama sampai laporan
itu di terbitkan di tambahkan ke Laba Tahun ini.
Contoh di atas. Tahun 2009, Total Laba = Rp 100.000.000. Total Laba Tahun 2009 akan menjadi Laba Bersih
Tahun sebelumnya pada tahun 2010. Laba Bersih tahun ini di tahun 2010 adalah Rp 200.000.000.
Seringkali Pemilik perusahaan lebih fokus terpada kinerja suatu perusahaan, berapa untungnya, tanpa
mempedulikan Kasnya, Piutang Dagang, Hutang Dagang, dll. Perlu di ingat bahwa belum tentu perusahaan
yang menghasilkan keuntungan yang luar biasa bisa terus ber-operasi jika tidak ada kas dan piutang dagang
terus membengkak. Untuk itu, perlu melihat Laporan Neraca (Balance Sheet) untuk melihat apa yang
perusahaan miliki dari segi kas, besar piutang dagangnya dan kapan piutang tersebut di bayarkan, persediaan
perusahaan, aset tetap dan apa yang menjadi hutangnya.
Menganalisa Neraca secara singkat memang bisa mendapatkan gambaran tentang kondisi perusahaan secara
singkat dan tidak mendetil. Untuk mengetahui lebih ditel lagi kesehatan perusahaan, perlu di lakukan
perhitungan Rasio Financial.
RASIO LIKUIDITAS
Perhitungan untuk mengetahui seberapa likuid perusahaan untuk membayar hutangnya saat mereka jatuh
tempo.
angka 1 artinya perusahaan tidak bisa membayar Hutang Lancarnya. Mengapa begitu, karena angka 1 artinya,
perusahaan mempunyai Rp 1 Aset Lancar untuk membayar Rp 1 Hutang Lancarnya.
Jika Hasilnya 2 artinya perusahaan mempunyai Rp 2 Aset Lancar untuk membayar Rp 1 Hutang Lancarnya.
Angka 1.05 ini artinya perusahaan mempunyai 1.05 kali Aset Lancar untuk membayar setiap Rp 1 Hutang
Lancarnya.
Bisa saja Current Ratiodi atas 1, tetapi Quick Ratio di bawah 1. Itu artinya Aset Lancar perusahaan terlalu
banyak di persediaan, dan bukan di kas. Oleh karena itu perusahaan harus menyusun strategi untuk menjualnya
secepatnya dan menghasilkan uang.
Lewat dua ratio di atas bisa terlihat apakah perusahaan tersebut likuid dalam arti mempunyai aset lancar yang
cukup untuk membayar hutang lancarnya. Untuk melihat likuiditas perusahaan dari segi lain, masi banyak
metode perhitungan lainnya yang belum dicantumkan. Contohnya melihat berapa hari piutang dagang
perusahaan menjadi Kas.
Faktor important untuk dipertimbangkan adalah untuk mengetahui apakah hasil atau pendapatan yang
didapatkan lewat pembiayaan hutang tersebut lebih tinggi daripada bunganya.
Ratio Debt to Equity Ratio bisa di variasikan dengan di bawah ini untuk mengetahui lebih ditel :
a) Long Term Debt to Equity Ratio = Hutang Tidak Lancar / Total Ekuitas
Tiga Rasio di atas adalah Rasio yang paling sering di pakai untuk mengetahui kesehatan perusahaan. Selain ini
masi banyak rasio yang tersedia untuk melihat sehat atau tidak sehatnya suatu perusahaan. Yang terpenting
adalah tergantung keperluan perusahaan. Setelah itu lebih mudah untuk mencari atau membuat rasio-nya.
Contoh: Jika penting untuk perusahaan mengetahui berapa hari Persediaan yang telah masuk akan menjadi
Kas, ada perhitungan dengan nama Inventory Turnover Period. Jika penting untuk perusahaan untuk
mengetahui berapa hari secara rata-rata piutang menjadi Kas, ada ratio dengan nama Accounts Receiveable
Turnover.
Rasio di atas tersebut lebih terpakai untuk investor yang sedang meng-analisa perusahaan untuk di invest atau
untuk di beli. Tetapi jika sang pemilik perusahaan rajin dan secara consistent melihat ratio tersebut dan
menerapkannya dalam strategi perusahaan, perusahaannya akan terus kuat. Ratio tersebut adalah sebagai
penanda bila sesuatu yang tidak sehat akan terjadi bila tidak di rubah. Daripada tiba2 bankrut, dan tidak tahu
menahu apa yang menyebabkannya.