PELITA ilmu
JURNAL PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNDHARI
Penerbit
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Dharmas Indonesia
Pelindung
Moh. Rosyid Mahmudi, M.Si (Dekan FKIP UNDHARI)
Penanggung Jawab
Muhammad Subhan, M.Pd (Ka Prodi PGSD)
Adila Jefiza, M.Pd (Ka Prodi Pend Bahasa Inggris)
Pimpinan Redaksi
Estuhono, M.Pd
Sekretaris
Kelik Purwanto, S.Ap
Bendahara
Rahmatul Hayati, M.Pd
Dewan Editor
Moh. Rosyid Mahmudi, M.Si
Muhammad Subhan, M.Pd
Estuhono, M.Pd
Rahmatul Hayati, M.Pd
Ratnawati, M.Pd
Arwin, MA
Rusyda Ulva, MA
Adila Jefiza, M.Pd
Nidya Fitri, M,Hum
Wahyu Prima, M.Kom
Mitra Bestari
Dr. Rakimahwati, M.Pd (UNP)
Andika Prajana, M.Kom (STAIN Aceh)
Lilik Suheri, M.Kom (STAI Payakumbuh)
Alamat Redaksi
Jln. Lintas Sumatera KM 18 Koto Baru
Dharmasraya, SUMBAR
Contact Person: 085278954732
PELITA ILMU Jurnal Pendidikan FKIP UNDHARI merupakan Jurnal Penelitian dan Karya
Ilmiah yang diterbitkan oleh FKIP UNDHARI yang terbit tiga kali setahun. PELITA ILMU
menerima naskah ilmiah hasil penelitian, telaah, maupun review dalam bidang Pendidikan
untuk dipublikasikan pada jurnal ini. Naskah yang diterima akan disunting dan dievaluasi.
Penyuntingan dilakukan untuk keseragaman format tanpa mengubah maksud.
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.III No.3 September 2017
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.III No.3 September 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH DALAM BOLA VOLI 119 – 123
MINI SISWA KELAS VI SDN 07 PULAU PUNJUNG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA OLEH DEPI ELSI SUSANTI
DAFTAR ISI
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
Darlisma
SMP Negeri 2 Koto Baru
ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian tindakan kelas di SMP N 2 Koto Baru dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar IPS pada materi perdagangan Internasional melalui model
pembelajaran Jigsaw. Pembelajaran selama ini berlangsung secara konvensional, hal ini
mengakibatkan hasil pembelajaran belum maksimal sesuai dengan harapan. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus dengan setiap siklus dua kali pertemuan.
Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw. Sebagai
intrumen pengumpul data adalah lembar kerja siswa, Lembar Soal Ulangan harian dan
lembar observasi yang disi oleh observer, dengan langkah-langkah perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi untuk setiap siklus. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua. Masing-masing individu nilai
latihannya setiap pertemuan mengalami peningkatan. Akhir siklus I diadakan ulangan harian
rata –rata 69,81 poin dengan persentase pencapaian KKM sebesar 60 %. Siklus II rata-rata
ulangan harian 80,33 poin atau 85 %. Bearti terjadi peningkatan rata –rata 10,52 poin
dengan pencapaian keberhasilan KKM sebesar 25 % . Pembelajaran dengan model Jigsaw
memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Jigsaw, Perdagangan Internasional
September 2014 sampai dengan Desember jam pelajaran. Di setiap akhir siklus
2014. diadakan test sebagai data penelitian.
b. Objek Penelitian Setiap siklus direncanakan berlangsung
Objek penelitian ini adalah siswa dalam 1 minggu (7 hari), untuk lebih jelas
Kelas IX.D SMP Negeri 2 Koto Baru perincian setiap kegiatan adalah sebagai
Kabupaten Dharmasraya Tahun Pelajaran berikut :
2014/2015 dengan jumlah siswa 20 orang, 1) Siklus I pada tanggal 1 Oktober – 8
terdiri dari 6 orang perempuan dan 14 Oktober 2014 pada materi Perdagangan
orang laki-laki. Metode yang digunakan Internasional.
pada penelitian tindakan kelas ini adalah 1. Perencanaan
metode Jigsaw pada materi Perdagangan Mengadakan kegiatan penelitian
Internasional. dengan menyusun RPP pada materi
c. Sumber Data Perdagangan Internasional untuk 2x
Sumber data dalam penelitian ini pertemuan dengan menggunakan
adalah hasil ulangan harian siswa sebagai metode Jigsaw.
data awal yang diambil dari hasil test siswa 2. Tindakan
yang dilakukan sebelum siklus I Melaksanakan pembelajaran
dilaksanakan (Prasiklus). Data selanjutnya sesuai dengan RPP untuk 2x
adalah hasil tes diakhir siklus I dan hasil pertemuan pada Materi Pedagangan
tes diakhir siklus II pada materi Internasional dengan menggunakan
Perdagangan Internasional di Kelas IX.D metode Jigsaw. Diawal pertemuan
SMP Negeri 2 Koto Baru Kabupaten guru menjelaskan langkah-langkah
Dharmasraya Tahun Pelajaran 2014/2015. pembelajaran dengan menggunakan
d. Teknik dan Alat Pengumpulan data metode Jigsaw. Selesai penjelasan
Teknik pengumpulan data pada dari guru, siswa kemudian dibagi
penelitian ini menggunakan model siklus, dalam 4 kelompok yang
yang direncanakan dalam 2 siklus. Setiap beranggotakan 5 orang. Masing -
siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu : masing anggota kelompok diberi 5
perencanaan (planning), tindakan (action), kartu dengan soal yang berbeda dan
pengamatan dan refleksi. warna yang berbeda. Kelompok ini
Alat pengumpulan data dalam disebut dengan kelompok inti.
penelitian ini berupa lembaran soal bentuk Masing - masing anggota dari
esai sebanyak 5 soal (terlampir ). Alat kelompok inti menyebar untuk
pengumpulan data pada penelitian adalah berkumpul dengan anggota yang
lembaran test pada siklus I dan siklus II memegang warna kartu yang sama
pada penelitian tindakan kelas pada materi dengan soal yang sama untuk
Perdagangan Internasional melalui metode mendiskusikan jawaban dari soal
Jigsaw di kelas IX.D SMP Negeri 2 Koto yang ada pada kartu yang mereka
Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun pegang, kelompok ini disebut dengan
Pelajaran 2014/2015. kelompok ahli. Setelah selesai
e. Rancangan Penelitian menjawab soal, kelompok ahli
Pelaksanaan penelitian terdiri dari kembali ke kelompok inti, untuk
2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2x memberitahukan jawaban dari kartu
pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 yang mereka pegang. Masing-masing
3
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
4
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
menjawab pertanyaan dari kelompok Minimal (KKM). Nilai KKM yang harus
lain. dicapai siswa adalah 80. Persentase dan
3. Pengamatan nilai rata-rata dihitung dengan rumus:
Pengamatan dilakukan Persentase Ketuntasan =
terhadap siswa pada materi Alat
Pembayaran Dalam Perdagangan
Internasional dengan memakai Nilai Rata-rata =
metode Jigsaw. Persentase Ketuntasan yang diperoleh
4. Refleksi dijadikan sebagai indikator penilaian
pelaksanaan pembelajaran dengan
Rentang Nilai Keterangan menerapkan metode pembelajaran
76 % - 100 % Baik kooperatif Jigsaw. Kategorinya dapat
51 % - 75 % Cukup Baik dilihat pada tabel dibawah ini :
26 % - 50 % Kurang Baik Tabel 3.1 Indikator Penilaian Pelaksanaan
0 % - 25 % Tidak Baik Pembelajaran Dengan Metode Jigsaw
Melakukan peninjauan Analisis data dilakukan secara deskriptif
terhadap tindakan dan pengamatan kualitatif, dengan melihat terlebih dahulu
terhadap siklus II data kuantitatifnya kemudian disajikan
f. Cara Pengambilan Data dalam bentuk grafik yang digunakan untuk
Data hasil belajar siswa diambil melihat gambaran perkembangan dari data
dengan mengadakan tes yang dilakukan yang diperoleh dari masing-masing siklus.
pada akhir siklus I dan diakhir siklus II Dari data yang diperoleh dapat dianalisis
terhadap siswa kelas IX.D SMP Negeri 2 bahwa terdapat peningkatan atau tidak,
Koto Baru Tahun 2014/2015. Soal tes jika tidak terjadi peningkatan maka dicari
siklus I dan Siklus II (terlampir). penyebab permasalahannya. Hasil analisis
g. Pengolahan Data data disajikan dalam bentuk grafik untuk
Analisa data hasil penelitian lebih memudahkan dalam membaca data
tindakan kelas merupakan interpretasi dari dan memprediksikan apa kesimpulan dari
hasil observasi aktivitas siswa selama perlakuan yang diberikan.
pembelajaran dievaluasi, direvisi dan h. Indikator Ketercapaian
direfleksikan untuk mengetahui adanya 1. Indikator ketercapaian berpedoman
peningkatan hasil belajar siswa dengan kepada kondisi awal hasil belajar siswa
membandingkan hasil tes prasiklus, test dimana dari 20 siswa, hanya 6 orang
siklus I, dan test siklus II selama yang mencapai ketuntasan (30%)
penelitian tindakan kelas sampai tes akhir sedangkan 14 orang lainnya tidak tuntas
penelitian. Data yang diperoleh dari (70%), dan nilai rata – rata 52.24 poin.
kegiatan pembelajaran akan digunakan 2. Menetapkan peningkatan :
untuk mengambil kesimpulan terhadap Dengan melakukan Penelitian Tindakan
hasil penelitian. Data yang diperoleh dari ini dalam dua siklus diharapkan
siklus I dan siklus II akan dianalisis indikator ketercapaian sebagai berikut:
dengan cara menghitung persentase a. Siklus I diharapkan peningkatatan
ketuntasan siswa dan nilai rata-rata siswa. nilai rata-rata siswa 17 point dari
Siswa dikatakan tuntas apabila berhasil data awal menjadi 69.24. Pada siklus
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
5
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
I juga diharapkan 60% siswa sudah Data hasil belajar siswa merupakan data
mendapat nilai sesuai dengan KKM. pendukung pada penelitian tindakan
b. Siklus II diharapkan peningkatan kelas yang mengacu pada nilai siswa
nilai rata-rata siswa 11 point menjadi pada akhir penelitian siklus I dengan
80.24 (sesuai dengan KKM IPS 80). rincian seperti Tabel 4.2 Data Hasil
Pada siklus II juga diharapkan 85% Belajar Siswa pada Akhir Siklus I
siswa sudah mendapat nilai sesuai No Nilai Jumla Tunta Tidak
dengan KKM. h s Tunta
HASIL DAN PEMBAHASAN Siswa s
a. Hasil Penelitian 1 < 50 0 0 0
1. Data hasil belajar siswa pada saat 2 51-60 6 0 6
Prasiklus dapat dilihat pada Tabel 3 61-70 1 0 1
4.1 dibawah ini: 4 71-80 7 6 1
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa 5 81-90 6 6 0
pada Prasiklus 6 91-100 0 0 0
No Nilai Juml Tunt Tidak Jumlah 20 12 8
ah as Tuntas Persentase 60% 40%
Sisw
a Pada Tabel 4.2 di atas dapat
1 < 51 12 0 12 dilihat bahwa terdapat 12 orang siswa yang
2 51-60 2 0 2 memiliki nilai di atas KKM, sedangkan 8
3 61-70 0 0 0 orang lainnya memiliki nilai di bawah
4 71-80 6 6 0 KKM, dengan persentase ketuntasan
5 81-90 0 0 0 sebesar 60%. Berdasarkan persentase
6 91- 0 0 0 ketuntasan siswa yang sebesar 60%, dapat
100 dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada
Jumlah 20 6 8 siklus I masih belum optimal dan oleh
Persentase 30% 70% karena itu perlu ditingkatkan.
Refleksi Siklus I :
Pada Tabel 4.1 di atas dapat Berdasarkan hasil pengamatan dari
dilihat bahwa hanya terdapat 6 orang pelaksanaan pembelajaran, ditemukan hal-
siswa yang memiliki nilai di atas KKM, hal seperti di bawah ini :
sedangkan 14 orang lainnya memiliki 1.Siswa kurang mempersiapkan diri untuk
nilai di bawah KKM, dengan persentase mengikuti pembelajaran, sehingga
ketuntasan sebesar 30%. Berdasarkan kurang mengerti penjelasan guru di
persentase ketuntasan siswa yang hanya awal pembelajaran yang mengakibatkan
30%, dapat dikatakan bahwa hasil mereka masih ada yang bingung
belajar siswa pada siklus I masih sangat memahami pertanyan-pertanyaan yang
belum optimal dan oleh karena itu perlu ada dalam kartu.
ditingkatkan. 2. Sebagian besar siswa sangat tekun
2. Data Hasil Belajar pada Penelitian membaca dan memahami
SiklusI pertanyaan-pertanyaan yang ada
6
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
pada kartu, tapi ada juga siswa yang pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
masih tidak serius. menguasai materi-materi sebelumnya.
3. Sebagian besar siswa sangat tertarik 2. Siswa sudah terbiasa dengan model
mengikuti sistem pembelajaran pembelajaran kooperatif Jigsaw,
kooperatif Jigsaw tapi ada juga yang sehingga keberlangsungan
tidak tertarik. pembelajaran sesuai dengan rencana
c. Data Hasil Belajar pada Penelitian pelaksanaan pembelajaran.
Siklus II 3. Siswa sudah terbiasa berdiskusi baik
Data hasil belajar siswa merupakan data di dalam kelompok inti maupun di
pendukung pada penelitian tindakan dalam kelompok ahli.
kelas yang mengacu pada nilai siswa b. Pembahasan
pada akhir penelitian siklus II dengan a. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari
rincian seperti Tabel 4.3 : Data Hasil Prasiklus ke Siklus I
Belajar Siswa pada Akhir Siklus II Hasil Belajar siswa dan persentase
No Nilai Jumlah Tuntas Tidak ketuntasan siswa pada prasiklus dan
Siswa Tuntas siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4 :
1 < 50 0 0 0 Nilai Rata-rata Hasil Belajar, Ketuntasan
2 51-60 0 0 0 dan Peningkatannya dari Prasiklus ke
3 61-70 0 0 0 Siklus I
4 71-80 6 3 3 Nilai %
5 81-90 13 13 0 Rata- Ketuntasan
6 91-100 1 1 0 rata Klasikal
Jumlah 20 17 3 Prasiklus 52.24 30%
Persentase 85% 15% Akhir
Siklus I 69.81 60%
Pada Tabel 4.3 di atas dapat Peningkatan 33.63% 100%
dilihat bahwa terdapat 17 orang siswa Pada Tabel 4.4 diatas dapat dilihat
yang memiliki nilai di atas KKM dan 3 peningkatan nilai rata-rata siswa
orang siswa memiliki nilai di bawah sebesar 33.63% dari nilai rata-rata saat
KKM, dengan persentase ketuntasan prasiklus 52.24 menjadi 69.81 pada
sebesar 85%. Berdasarkan persentase akhir siklus I. Selain itu Tabel 4.4 juga
ketuntasan siswa yang sebesar 85%, menunjukkan peningkatan persentase
maka dapat dikatakan bahwa hasil ketuntasan siswa sebesar 100% dari
belajar siswa pada siklus II sudah tingkat ketuntasan 30% menjadi 60%.
optimal. Peningkatan tersebut dapat dengan jelas
Refleksi Siklus II dilihat pada Diagram 4.1 berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan dari Grafik4.1Peningkatan nilai rata-rata dan
pelaksanaan pembelajaran, ditemukan persentase ketuntasan siswa dari
hal-hal seperti di bawah ini : prasiklus ke siklus I
1. Sebagian besar siswa telah
mempersiapkan diri belajar materi
palajaran dengan menggunakan model
7
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
69.81
70 60 100 80.33 85
52.24 69.81
60 80
50 60
40 30
60
30
20 Pra siklus 40 Siklus I
10
0 Akhir Siklus I 20 Siklus II
0
8
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta. PT.
Rineka Cipta
Eka, Ratna F. 2013. Jurnal Skripsi
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dalam Upaya
Meningkatkan Pemahaman Mata
Pelajaran Pengolahan Makanan
Kontinental pada Siswa Kelas X
Jasa Boga SMK N 4 Yogyakarta
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Rintayati, Peduk, dan S.P.Putro.2010.
Meningkatkan Aktivitas Belajar
(Active Learning) Siswa Berkarakter
Cerdas Pendekatan Sains Teknologi
(STM). No.1. Vol.1
9
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
Suslawati
SMPN 2 Koto Baru
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki hasil belajar siswa
yang masih rendah pada mata pelajaran IPS dengan rata-rata hanya mencapai 61,58 dari
nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Permasalahan yang hendak dipecahkan melalui
penelitian ini adalah, apakah menerapkan pendekatan pembelajaran Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
perang dunia II serta pengaruhnya terhadap indonesia. Metode penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IX.B. Metode pengumpulan datanya dilakukan tes dalam bentuk esey untuk
mendapat hasil belajar. Indikator keberhasilan penelitian ini apabila rata-rata hasil tes
sekurang-kurangnya 75 dan persentase tuntas klasikal 35 % (57,5 poin ). Hasil penelitian
pada siklus I hasil belajar mencapai rata-rata 72,75 Poin ( 60 % ) tapi masih ada siswa yang
mendapat nilai 40 sehingga perlu adanya tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Pada akhir siklus II hasil belajar siswa sudah mencapai rata-rata 81,30 poin dengan
persentase pencapaian KKM sebesar 80 %. Kemampuan yang demikian tersebut sudah
digolongkan memenuhi standar KKM. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Sudent Team Achievement Division (STAD)
pada mata pelajaran IPS dengan materi perang dunia II serta pengaruhnya terhadap indonesia
di kelas IX.B SMP N 2 Koto Baru dapat meningkat.
Kata Kunci: Hasil belajar, Model STAD, Perang Dunia II Serta Pengaruhnya
Terhadap Indonesia
10
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang diperoleh oleh sebagian besar siswa,dari
Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, 20 siswa hanya sekitar 7 orang saja yang
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga nilainya di atas KKM,selebihnya di bawah
Negara yang demokratis dan bertanggung KKM.kemudian dilihat dari tugas yang
jawab”. ( UU no 20 tahun 2003 ) diberikan hanya sebagian kecil saja atau
Usaha untuk meningkatkan Kualitas sekitar 5-7 orang siswa yang mampu
pendidikan tidak lepas dari proses menyelesaikan tugas ,termasuk latihan dan
pembelajaran yang berlansung di Tanya jawab sewaktu proses belajar
sekolah.jika proses pembelajaran yang berlansung hanya 5-7 orang yang mampu
terjadi di sekolah dapat berjalan efektif menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
akan berdampak bagus bagi peningkatan Ini terjadi karena proses belajar mengajar
kualitas pendidikan. . Menurut Sudirman berlangsung disekolah kurang bervariasi
(1996:95) aktifitas belajar adalah suatu dan masih bersifat mekanistik, dimana
perilaku siswa yang selalu berusaha, guru lebih aktif mengajar dan menjabarkan
bekerja, belajar dengan sungguh-sungguh materi pembelajaran, sedangkan siswa
untuk kemajuan atau untuk memperoleh hanya berfungsi sebagai pendengar,
prestasi yang gemilang dari perubahan mencatat, dan mengerjakan latihan. Hal ini
tingkah laku yang diperoleh dari membuat siswa menjadi kurang tertarik
pengalaman dan latihan rendahnya pada pembelajaran khususnya bidang studi
aktivitas belajar siswa akan berdampak IPS. Guru sering hanya membeberkan
negative terhadap hasil belajar siswa. fakta-fakta kering berupa urutan waktu dan
Guru sebagai salah satu faktor penting peristiwa belaka, sedangkan siswa kurang
yang memmpengaruhi pembelajaran. mendapatkan kesempatan untuk aktif dalm
Diwajibkan untuk selalu berusaha proses pembelajaran.dan sebagian ada
memperbaiki dan meningkatkan kualitas yang malu bertanya mungkin karena tidak
proses pembelajaran disekolah. Untuk paham dengan materi yang dijabarkan
mencapai hasil yang optimal dalam proses guru.Rendahnya hasil belajar siswa juga
pembelajaran, guru harus berusaha dan bisa disebabkan oleh kurang tepatnya guru
melaksanakan berbagai kegiatan yang dalam menempatkan strategi
menjurus pada peningkatan hasil belajar pembelajaran, disamping itu juga bisa
siswa. disebabkan guru kurang memperhatikan
Peran guru sebagi motivator sangat karakteristik siswa.
penting, artinya dalam rangka peningkatan Supaya siswa kelas IX.B ini lebih
kegairahan dalam pengembangan kegiatan meningkat hasil belajarnya,tertama
belajar mengajar. Guru harus dapat dalam materi Perang Dunia II serta
merangsang dan memberikan dorongan pengaruhnya terhadap Indonesia, maka
serta reinforment untuk mendinamiskan saya mencari solusi dengan merancang
potensi siswa sehingga terjadi dinamika metode pembelajaran yang bisa membuat
dalam proses belajar mengajar. siswa lebih aktif di dalam belajar dan
Berdasarkan observasi dan kenyataan mendapatkan nilai yang lebih bagus, maka
yang saya alami di SMP Negeri 2 Koto saya mencoba menerapkan metode
Baru dapat diketahui bahwa Hasil belajar pembelajaran STAD (Student Teams
siswa masih rendah.Ini dapat di lihat Achievement Division) merupakan satu
rendahnya hasil ulangan harian yang sistem belajar kelompok yang di dalamnya
11
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
siswa di bentuk ke dalam kelompok yang laki-laki dan 6 orang siswa perempuan ,
terdiri dari 4-5orang secara heterogen. yang meliputi kegiatan guru dan siswa
Jumlah anggota yang sedikit dalam setiap serta hasil belajar.
kelompok memudahkan siswa 3.3 Sumber Data
berkomunikasi dengan teman sekelompok. Sumber data dalam penelitian ini
Pentingnya pembagian kelompok seperti adalah hasil ulangan harian siswa sebagai
ini didasarkan pada pemikiran bahwa data awal yang diambil dari hasil tes siswa
siswa lebih mudah menemukan dan yang dilakukan sebelum siklus I
memahami konsep yang sulit jika masalah dilaksanakan.Data selanjutnya adalah hasil
itu dipelajari bersama. model tes diakhir siklus I dan hasil tes diakhir
pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II mata pelajaran IPS pada materi
diharapkan dapat lebih bermakna bagi Perang Dunia II serta pengaruhnya
siswa, melalui segala macam kegiatan terhadap Indonesia di kelas IX.B SMPN 2
yang dilakukan secara langsung oleh Koto Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun
siswa didalam kelompoknya masing- pelajaran 2014/2015
masing. Dengan menggunakan metode 3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan data
pembelajaran STAD diharapkan dapat Teknik pengumpulan data pada
meningkatkan hasil belajar siswa. penelitian ini menggunakan model siklus,
Berdasarkan masalah yang di terangkan di yang direncanakan dalam 2 siklus. Setiap
atas peneliti memilih judul penelitian “ siklus terdiri dari 4 langkah,yaitu
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa perencanaan (planning),tindakan
Melalui Model Stad Pada Materi Perang (action),pengamatan) dan refleksi. Alat
Dunia Ii Serta Pengaruhnya Terhadap pengumpulan data pada penelitian adalah
Indonesia Di Kelas IX.B SMP N 2 Koto lembaran test pada siklus I dan siklus II
Baru. pada penelitian tindakan kelas pada
METODE PENELITIAN materi Peang Dunia II serta pengaruhnya
3.1 Setting Penelitian terhadap Indonesia melalui metode
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 2 STAD di kelas IX.B SMPN 2 Koto Baru
Koto Baru, Kecamatan Koto Baru Tahun Pelajaran 2014-2015 serta jurnal
Kabupaten Dharmasraya. Penelitian harian guru.
dilakukan di kelas IX.B dalam waktu 3 3.5 Rancangan Penelitian
bulan pada materi Perang Dunia II serta Pelaksanaa penelitian terdiri dari 2
pengaruhnya terhadap Indonesia. Waktu siklus ,setiap siklus terdiri dari 2 x
penelitian dilaksanakan pada bulan pertemuan , setiap pertemuan terdiri dari 2
September 2014 sampai dengan jam pelajaran . Dilanjutkan dengan siklus
November 2015. ke II terdiri dari 2 siklus, setiap siklus
3.2 Objek Penelitian terdiri dari 2 x pertemuan, setiap
Objek pene;litian ini adalah pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran.Di
pembelajaran IPS pada materi Perang setiap akhir siklus diadakan test sebagai
Dunia II serta pengaruhnya terhadap data penelitian. Setiap siklus direncanakan
Indonesia di kelas IX.B SMPN 2 Koto berlangsung dalam 1 minggu( 7
Baru,Kabupaten Dharmasraya Tahun hari),untuk lebih jelas perincian setiap
Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa kegiatan adalah sebagai berikut :
20 orang yang terdiri, dari 14 orang siswa
12
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
13
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
14
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
16
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
17
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
60%.Maka dapat dikatakan hasil belajar Pada Tabel .5 di atas dapat dilihat
siswa pada siklus I belum optimal,tetapi bahwa terdapat 16 orang siswa yang
ada peningkatan hasil belajar siswa memiliki nilai di atas Standar Ketuntasan
dibanding sebelum siklus I(Pra Siklus). Minimum (80) sedangkan 4 orang siswa
Tabel.4 Data Hasil Belajar Siswa lainnya memiliki nilai di bawah Standar
Prasiklus. Ketuntasan Minimum,sehingga hasil
N Jumlah Tunt Tidak belajar siswa belum memenuhi Standar
o Nilai Siswa as Tuntas Ketuntasan Belajar Minimum (85%)yaitu
1 < 50 7 7 sebesar 80% maka dapat dikatakan bahwa
51- hasil belajar siswa pada Siklus II Belum
2 60 5 5 Berhasil.
61- 4.1.4. Pembahasan Hasil Belajar Siswa
3 70 1 1 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
71- dari Prasiklus Ke Siklus I
4 80 4 4 Setelah diadakan Penelitian Tindakan
81- Kelas terjadi Peningkatan Hasil
5 90 3 3 Belajar Siswa Dari Prasiklus Ke
91- Siklus I.
6 100 Nilai % Ketuntasan
Jumlah 20 7 13 Tahapan Rata-rata Klaksikal
Persentas Prasiklus 57.50 30 %
e 35% 65% Akhir
Adanya peningkatan hasil belajar Siklus I 72.75 60 %
siswa dari Prasiklus ke Silus I karena Peningkat
memakai metode STAD. an 15.25% 25%
2. Hasil Penelitian Siklus II
Data dari hasil belajar siswa Pada Tabel di atas dapat dilihat
merupakan data pendukung pada peningkatan nilai Rata-rata siswa sebesar
penelitian tindakan kelas yang 15.25% dari nilai rata-rata saat Prasiklus
mengacu pada nilai siswa pada akhir 57.50 menjadi 72.75 pada akhir Siklus
penelitian Siklus II dengan rincian I.Selain itu Tabel.3 juga menunjukan
seperti tabel. 5 peningkatan Persentase ketuntasan siswa
N Jumlah Tunt Tidak sebesar 25% dari tingkat ketuntasan 35%
o Nilai Siswa as Tuntas menjadi 60%.Terjadinya peningkatan hasil
1 < 50 belajar siswa dari Prasiklus ke Siklus I
2 51-60 2 2 karena diadakan inovasi dalam metode
pembelajaran .Metode yang dipakai adalah
3 61-70 1 1
metode STAD yaitu metode yang
4 71-80 5 4 1
mengedepankan kerja sama dalam
5 81-90 10 10
kelompok,setiap anggota kelompok saling
6 91-100 2 2
membantu satu sama lain untuk
Jumlah 20 16 4
memahami materi yang dibahas dan
Persent
ditamba dengan bantuan LKS.Dalam
ase 80% 20%
18
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
pelaksanaan metode STAD masih terlihat II.Selain itu Tabel.7 juga menunjukan
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peningkatanPersentase Ketuntasan siswa
seperti Siswa belum terbiasa melakukan sebesar 20% dari tingkat ketuntasan 60%
diskusi kelompok,masih rendahnya minat menjadi 80%. Peningkatan tersebut dapat
baca siswa sehingga sulit memahami dilihat dengan jelas pada Grafik. 2 berikut
materi,masih ada sebagian kecil siswa :
yang rendah minat belajarnya (cuek,keluar 80
masuk kelas,iseng dengan teman
100 60 81.3
72.75
),walaupun demikian guru tetap berusaha 50 20
8.55
membimbing siswanya dalam kerja
rata-…
0
kelompok sehingga ada peningkatan hasil
belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dengan Jelas pada Grafik .1 berikut:
Grafik. 1 peningkatan Nilai Rata-rata dan Peningkatan Nilai Rata-rata dan Persentase
Persentase Ketuntasan Ketuntasan Siswa dari Siklus I ke
Siswa dari Prasiklus ke Siklus I: Siklus II
Dari diagram di atas dapat diketahui
80.00
72.75
70.00 57.50 60 bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
60.00 dan persentase ketuntasan siswa pada tiap
50.00 35
40.00 25 Nilai Siklus dimulai dari tahap Prasiklus
30.00 15.25 .Peningkatan hasil belajar siswa tidak
20.00
10.00 Rata-… begitu maksimal ,karena faktor siswa yang
-
masih rendah minat belajarnya. yang
terjadi dikarenakan adanya penelusuran
proses pembelajaran tetap sesuai dengan
2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa rencana pelaksanaan yang berbasis pada
dari Siklus I ke Siklus II metode pembelajaran STAD,dengan
Setelah diadakan penelitian mengecek kembali kelemahan-kelemahan
Siklus II terjadi peningkatan Hasil yang dialami peserta didik dalam proses
Belajar Siswa.berikut ini adalah pembelajaran sebelumnya. Peningkatan
peningkatan Hasil Belajar Siswa rata-rata dan Persentase Ketuntasan Siswa
dari Siklus I ke Siklus II. pada Prasiklus,Siklus I dan Siklus II
Rata-rata % Ketuntasan
Nilai Klasikal
72.75 81.380 Nilai Rata-
100
Siklus I 72.75 60
80 57.5 60 rata
Siklus II 81.30 80
60
Peningka 35
tan 8.55 20 40 %
20 Ketuntasa
Pada Tabel diatas dapat dilihat 0 n Klasikal
peningkatan Nilai Rata-rata siswa sebesar Prasiklus Siklus I Siklus II
8.55% dari nilai rata-rata saat Siklus I
72.25 menjadi 81.30 pada akhir Siklus
19
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
20
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
ABSRAK
Berdasarkan observasi dan kenyataan yang saya alami di SMP negeri 2 Koto Baru
dapat diketahui bahwa Hasil belajar siswa masih rendah.Ini dapat di lihat rendahnya hasil
ulangan harian yang diperoleh oleh sebagian besar siswa,dari 23 siswa hanya sekitar 11 orang
saja yang nilainya di atas KKM, selebihnya di bawah KKM. Ini terjadi karena siswa sangat
pasif dalam menggali berbagai sumber belajar, kemampuan mengkritisi berbagai informasi
sangat rendah, pengetahuan umum terkesan sangat dangkal, kurang respek terhadap berbagai
peristiwa yang terjadi, kurang berani dalam berpendapat dan menyampaikan gagasannya,
prestasi belajar tidak berkembang dan motivasi belajar sangat rendah. Dengan penerapan
pembelajaran Model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari data
awal rata-rata 65,00 pada siklus I menjadi 77,26 pada siklus II menjadi 82,87. Dan terjadi
peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari data awal rata-rata 52,17 % pada
siklus I menjadi 73,91 % pada siklus II menjadi 86,96 % sudah tuntas hasil belajarnya.
Kata Kunci : PKn, Model pembelajaran, Discovery Learning.
terjadi di sekolah dapat berjalan efektif berlansung hanya 5-7 orang yang mampu
akan berdampak bagus bagi peningkatan menjawab pertanyaan yang diberikan
kualitas pendidikan. . Menurut Sudirman guru. Ini terjadi karena siswa sangat pasif
(1996:95) aktifitas belajar adalah suatu dalam menggali berbagai sumber belajar,
perilaku siswa yang selalu berusaha, kemampuan mengkritisi berbagai
bekerja, belajar dengan sungguh-sungguh informasi sangat rendah, pengetahuan
untuk kemajuan atau untuk memperoleh umum terkesan sangat dangkal, kurang
prestasi yang gemilang dari perubahan respek terhadap berbagai peristiwa yang
tingkah laku yang diperoleh dari terjadi, kurang berani dalam berpendapat
pengalaman dan latihan rendahnya dan menyampaikan gagasannya, prestasi
aktivitas belajar siswa akan berdampak belajar tidak berkembang dan motivasi
negative terhadap hasil belajar siswa. belajar sangat rendah.Hal ini membuat
Guru sebagai salah satu faktor siswa menjadi kurang tertarik pada
penting yang memmpengaruhi pembelajaran dan munculnya faktor
pembelajaran. Diwajibkan untuk selalu kejenuhan belajar siswa, yang
berusaha memperbaiki dan meningkatkan ditunjukkan dengan respon siswa yang
kualitas proses pembelajaran disekolah. rendah dalam mengikuti proses
Untuk mencapai hasil yang optimal pembelajaran. Ketidaktertarikan dan
dalam proses pembelajaran, guru harus munculnya kejenuhan selama
berusaha dan melaksanakan berbagai pembelajaran dikarenakan strategi
kegiatan yang menjurus pada peningkatan pembelajaran yang digunakan guru
hasil belajar siswa. monoton, yaitu dengan menggunakan
Peran guru sebagi motivator metode ceramah, tanya jawab, telaah
sangat penting, artinya dalam rangka buku dan media seadanya, sehingga
peningkatan kegairahan dalam mengakibatkan prestasi belajar PKn
pengembangan kegiatan belajar siswa kelas VIII pada semester ganjil
mengajar. Guru harus dapat merangsang tahun pelajaran 2014/2015 sangat rendah
dan memberikan dorongan serta yaitu rata-rata 65, padahal KKM PKn
reinforment untuk mendinamiskan adalah 75. Untuk itu dibutuhkan
potensi siswa sehingga terjadi dinamika kreatifitas dan inovasi dalam
dalam proses belajar mengajar. pembelajaran PKn dengan menggunakan
Berdasarkan observasi dan kenyataan berbagai cara yang menarik yang ada
yang saya alami di SMP negeri 2 Koto kaitanya dengan kehidupan sehari-hari
Baru dapat diketahui bahwa Hasil belajar dengan melibatkan peserta didik dalam
siswa masih rendah.Ini dapat di lihat merekonstruksi hasil pengamatanya
rendahnya hasil ulangan harian yang sehari-hari dan hasil gagasan-gagasannya.
diperoleh oleh sebagian besar siswa,dari Sunardi ( 2012:13 ) menyarankan untuk
23 siswa hanya sekitar 11 orang saja yang mengupayakan agar pelajaran PKn
nilainya di atas KKM,selebihnya di menyenangkan anak, maka sampaikan
bawah KKM.kemudian dilihat dari tugas materi yang sudah dikenal hingga anak
yang diberikan hanya sebagian kecil saja percaya diri.
atau sekitar 5-7 orang siswa yang mampu Supaya siswa kelas VIII E ini
menyelesaikan tugas ,termasuk latihan lebih meningkat hasil
dan Tanya jawab sewaktu proses belajar belajarnya,terutama dalam materi
22
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
27
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
belajar siswa belum memenuhi standar siswa dalam kelompok diminta untuk
ketuntasan belajar minimum ( 75 % ) mengamati gambar yang ditayangkan
yaitu 47,83 %. Maka untuk materi dan mengidentifikasikannya dalam
Menyemai Kesadaran Konstitusional bentuk pertanyaan yang berkaitan
dalam kehidupan bernegara peneliti dengan Kedaulatan rakyat. Semua
melakukan pembelajaran dengan siswa harus aktif berdiskusi dengan
menggunakan Model Discovery kelompok masing-masing untuk
Learning. memahami materi yang ada. Setelah
4.2. Hasil Penelitian Siklus 1 itu guru membimbing siswa untuk
Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I menggali informasi dari pertanyaan
terdiri dari 2 kali pertemuan yang meliputi yang dibuat dengan membaca buku
perencanaan, tindakan, pengamatan dan sumber yang tersedia dan disusun
refleksi. dalam daftar pertayaan yang telah
1. Perencanaan (planning) dibagikan Kemudian masing-masing
Pada tahap perencanaan ini peneliti kelompok menyajikan hasil diskusi
menyusun rencana yang akan dilakukan. mereka secara bergantian. Setelah itu
Setelah alokasi waktu ditentukan maka masing masing-masing siswa yang
peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan dapat menjawab pertanyaan akan
Pembelajaran (RPP) dibuat untuk 2 kali mendapat nilai . Siswa yang terbaik
pertemuan. RPP pada Siklus I meliputi adalah siswa yang dapat memperoleh
materi Menyemai Kesadran Konstitusional point tertinggi.
dalam kehidupan bernegara . Untuk Pertemuan 2. Dimulai dengan kegiatan
melihat kemampuan awal siswa, peneliti pendahuluan, kegiatan inti dan
berpatokan pada nilai pre test. kegiatan akhir (penutup). Pada
2. Tindakan (acting) kegiatan awal ( pendahuluan )
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan didahului dengan do’a kemudian
pada tanggal 6 dan 13 September 2014. absensi. Setelah itu guru
Pertemuan 1 : menyampaikan tujuan pembelajaran
Pada peremuan I sesuai demgan serta langkah-langkah pembelajaran
skenario yang telah dibuat yang akan dilaksanakan. Setelah
pembelajaran dimulai dengan kegiatan penjelasan dari guru, siswa dibagi
pendahuluan, kegiatan inti dan menjadi beberapa kelompok yang
kegiatan akhir (penutup). Pada masing-masingnya beranggotakan 4-5
kegiatan awal (pendahuluan ) orang. Masing-masing kelompok
didahului dengan do’a kemudian mengamati gambar yang ditayangkan.
absensi. Setelah itu guru Kemudian guru membimbing siswa
menyampaikan tujuan pembelajaran mengidentifikasi pertanyaan yang
serta langkah-langkah pembelajaran berkaitan dengan Kedaulatan rakyat
yang akan dilaksanakan. Selesai yang disusun dalam daftar pertanyaan.
penjelasan dari guru siswa Setelah itu siswa dibimbing untuk
mendengarkan penjelasan singkat guru mencari informasi dan mendiskusikan
mengenai materi pelajaran. Kemudian jawaban atas pertanyaan yang telah
siswa dibagi dalam kelompok yang disusun dengan membaca materi dari
anggotanya 4-5 orang. Masing-masing sumber yang tersedia. Kemudian
28
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
31
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
32
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
Model Pembelajaran Discovery Learning, VIII E yang sebelumnya siswa yang tuntas
dengan mengecek kembali kelemahan- hanya 65 %, hasil pembelajarannya rendah
kelemahan yang dialami peserta didik karena tidak mencapai standar ketuntasan
dalam proses pembelajaran sebelumnya. minimum yang 75 %. Dengan berpedoman
Tabel . Peningkatan Hasil Belajar kepada masalah tersebut peneliti
Siswa dari Prasiklus , Siklus I dan mengambil pembelajaran Materi
Siklus II Menyemai Kesadaran Konstitusional
dalam Kehidupan Bernegara sebagai objek
Nilai % Ketuntasan penelitian dengan menggunakan Model
rata-rata Klasikal Pembelajaran Discovery Learning. Peneliti
Prasiklus 65,00 52,17 beranggapan semoga dengan
Siklus I 77,26 73,91 menggunakan Model Pembelajaran
Siklus II 82,87 86,96 Discovery Learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Menurut implementasi
kurikulum 2013, dengan mengaplikasikan
Model Pembelajaran Discovery Learning
Diagram 4. Peningkatan Hasil Belajar
secara berulang-ulang dapat meningkatkan
Siswa dari PraSsiklus, Siklus I dan Siklus
kemampuan penemuan diri individu yang
II
bersangkutan. Penggunaan Model
100.00 86.96
82.87 Pembelajaran Discovery Learning ingin
77.26
73.91
80.00 65.00 merubah kondisi belajar yang pasif
52.17
60.00 menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
40.00 pembelajaran yang teacher oriented ke
20.00 Nilai
rata- student oriented. Merubah modus
0.00
rata Ekspositori siswa hanya menerima
informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus siswa menemukan dan mencari
Dari diagram diatas dapat dilihat informasi sendiri.Dengan demikian dapat
peningkatan hasil belajar siswa dari dipahami bahwa penggunaan pendekatan
Prasiklus, ke Siklus I sampai ke Siklus II. Model Pembelajaran Discovery Learning
Dari nilai rata-rata 65,00 naik menjadi bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Dan
77,26 dan pada akhir siklus II menjadi dari hasil penelitian yang peneliti lakukan
82,87 dan secara klasikal tingkat dalam pembelajaran PPKn materi
ketuntasannya jug meningkat dari 52,17 % Menyemai Kesadaran Konstitusional
menjadi 73,91 pada akhir sikuls I dan naik dalam Kehidupan Bernegara ternyata
lagi menjadi 86,96 % pada akhir siklus II. dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
Hasil dari tindakan ini jelas terlihat bahwa khususnya siswa kelas VIII E SMP Negeri
dengan pendekatan Model Discovery 2 Koto Baru sebagai subjek penelitian.
Learning pada pembelajaran PPKn materi PENUTUP
Menyemai Kesadaran Konstitusional 5.1. Kesimpulan
dalam Kehidupan Bernegara dapat Berdasarkan hasil analisis data
meningkatkan hasil belajar siswa. pada BAB IV maka dalam penelitian
Dengan melihat hasil tersebut, pada tindakan kelas ini dapat disimpulkan
pelaksanaan pembelajaran PPKn di kelas bahwa penerapan Model Pembelajaran
33
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
35
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
Dahniar
SDN 10 Pulau Punjung
ABSTRAK
Pembelajaran matematika yang disajikan dengan ceramah dan latihan-latihan individual sering
tidak disukai oleh para siswa saat ini. Akibatnya hasil belajar selalu di urutan paling bawah
dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal ilmu matematika sebenarnya menyenangkan,
mengasyikkan jika kita kerjakan dengan cara yang tepat.Untuk dapat meningkatkan hasil belajar
matematika maka perlu adanya desain pembelajaran yang menarik, menantang dan mengasyikkan.
Penerapan pembelajaranmetode Student Facilitator and Explaining. diperkirakan dapat menjawab
persoalan ini.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan subjek 20 orang
Siswa SDN 10 Pulau Punjung kelas IV. Pengambilan data menggunakan metode observasi, angket,
tes tulis dan perbuatan, serta dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakanadalah teknik
analisis.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa siswa memperoleh nilai kurang dari KKM. nilai yang
diperoleh siswa kelas IV adalah dari 20 siswa hanya 4 orang siswa yang nilainya diatas KKM pada
prasiklus. Pembelajaran Siklus I, maka dapat diketahui bahwa nilainya sudah ada peningkatan tetapi
belum maksimal, dilihat dari keberhasilan siswa kelas IV, adalah dari 20 siswa hanya 8 orang siswa
yang nilainya dibawah KKM.Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran, siklus II tersebut terlihat
adanya perubahan yang menuju kesempurnaan. Dari segi guru, siswa dan perangkat pembelajaran,
sehingga hasil yang diperoleh memuaskan.Dilihat dari kegiatan Penelitian dimulai dari RPP Prasiklus
samapai dengan RPP Siklus II terlihat perubahan nilai siswa yaitu :Pra Siklus degan nilai rata-rata 61.
Siklus I dengan Nilai rata-rata 75. Dan Siklus II dengan nilai rata-rata 93.
Berdasarkan hasil Model Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kemampuan
siswa khususnya pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar diantaranya adalah, motivasi dan
hasil belajar siswa sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.
Kata Kunci : Peningkatan motivasi dan hasil belajar,model Student fasilitator
36
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
pada rekan peserta didik lainnya. (http;//ras- 1. Guru memberikan penjelasan tetang
eko.blogspot.com/ 2017/05/ pengertian memahami sifat-sifat bangun ruang (
model pembelajaran student.html). Model Kubus )
Student Facilitator and Explaining (bermain 2. Guru memberikan keleluasaan berfikir
peran) dilakukan dengan cara penguasaan bagi siswa untuk mengadakan pengamatan
siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran Bangun ruang kubus.
melalui imajinasi dan penghayatan yang Kelebihan dan kekurangan model
dilakukan siswa. pembelajaran Student Facilitator and
Pengembangan imajinasi dan Explaining.Setiap metode atau model
penghayatan yang dilakukan siswa dengan pembelajaran tentunya sama-sama memiliki
memerankan sebagai tokoh baik pada benda kelebihan dan kekurangan masing-masing.
hidup atau benda mati. Model ini dapat Adapun kelebihan dan kekurangan model
dilakukan secara individu ataupun secara Student Facilitator and Explaining adalah :
kelompok. Oleh karenanya, model ini dapat a. Kelebihan
meningkatkan motivasi belajar, antusias, 1. Dapat meningkatkan pencurahan waktu
keaktifan dan rasa senang dalam belajar pada tugas. Karena siswa dituntut
siswa. menggunakan waktunya untuk
Salah satu metode yang digunakan mengerjakan tugas-tugas atau
untuk meningkatkan motivasi belajar yang permasalahan yang diberikan oleh guru di
mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu awal pertemuan. Dengan demikian,
dengan menggunakan model Student diharapkan siswa mampu memahami
Facilitator and Explaining. Dengan materi dengan baik sebelum guru
menggunakan metode ini dapat mempunyai menyampaikan pada pertemuan
nilai tambah yaitu : selanjutnya.
1. Dapat dijamin jika seluruh siswa dapat 2. Dapat memperbaiki kehadiran, karena
berpartisipasi dan mempunyai kesempatan tugas yang diberikan oleh guru pada setiap
untuk menunjukkan kemampuan dalam pertemuan melibatkan siswa secara aktif.
bekerja sama hingga berhasil. Oleh sebab itu, bagi siswa yang sekali
2. Dapat menambah pengalaman belajar tidak hadir akan dalam pertemuan ditekan
yang menyenangkan bagi siswa. untuk hadir pada pertemuan berikutnya
(Prasetyo, 2001 ; 21 dalam makalah terkait dengan tugas yang telah ia terima
seminar Sholefatul Jannah ). sebelumnya.
Begitu pentingnya pengetahuan awal 3. Dapat memotivasi siswa untuk selalu
yang harus diberikan kepada siswa untuk meningkatkan volume belajarnya.
dapat menggabungkan antara pengetahuan 4. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
yang sebelumnya di miliki siswa dengan proses belajar mengajar dalam kelas.
pengetahuan baru yang akan diterimanya. Dari kelebihan model Student
Hal ini dapat memperkaya memori siswa Facilitator and Explaining dapat disimpulkan
yang disimpannya. Mohammad Nur (2005 ; bahwa pada tahap akhir guru hanya sebagai
10 ) fasilitator serta daya serap pembelajaran yang
diterima siswa lebih banyak dan cepat,
dibandingkan dengan metode lain, karena
37
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
pada metode yang lain siswa yang aktif pembelajaran lebih dipahami hal ini dapat
dalam kelas hanya siswa tertentu atau pada terlihat banyaknya siswa yang akan
siswa yang rajin saja, sedangkan siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab
lain hanyalah ”pendengar” pada materi yang pertanyaan.
disampaikan guru. 2. Guru mempunyai waktu yang lebih
b. Kelemahan banyak untuk berfikir dan berkonsentrasi
1. Membutuhkan koordinasi secara mendengarkan jawaban siswa, disamping
bersamaan dari berbagai aktifitas. dapat dengan seksama mengamati reaksi
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam siswa, dan mengajukan pertanyaan yang
penggunaan ruang kelas. lebih detil.
3. Guru harus dapat membuat perencanaan Motivasi berpangkal dari kata motiv
yang seksama sehingga dapat yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
meminimalkan waktu yang tersedia. yang ada didalam diri seseorang untuk
Hambatan yang ditemukan selama melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi
proses pembelajaran Student Facilitator and tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif
Explaining antara lain : dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
1. Pada Siswa. (kesiap siagaan). Adapun menurut Mc
a. siswa yang pasif dapat mengganggu Donald, motivasi adalah perubahan energi
teman-temannya. dalamdiri seseorang yang ditandai dengan
b. Siswa yang kurang aktif sering munculnya "feeling" dan didahului dengan
menggantungkan kepada teman yang aktif tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
c. Kelas yang jumlah siswanya banyak dapat pengertian tersebut, mengandung tiga
berpengaruh pada saat pelaksanaan elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni
pembelajaran. motivasi itu mengawalinya terjadinya
2. Pada Guru perubahan energi, ditandai dengan adanaya
a. Kesulitan mengatur waktu yang sesuai feeling, dan rangsangan karena adanya
dengan perencanaan, disaat ada siswa tujuan.
yang mengulur-ulur waktu dengan alasan Namun pada intinya bahwa motivasi
pekerjaan belum selesai. merupakan kondisi psikologis yang
b. Guru memberikan point pada siswa yang mendorong seseorang untuk melakukan
sering bertanya, atau memberikan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivbasi
sanggahan saat proses berlangsung. dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
Manfaat Model Student Facilitator and penggerak didalam diri siswa yang
Explaining. Setiap metode pembelajaran menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
yang akan dipergunakan dalam proses belajar memberikan arah kegiatan belajar, sehingga
mengajar tentu ada manfaat yang dapat diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam
diterima siswa. Manfaat ModelStudent kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,
Facilitator and Explaining antara lain : sebab seseorang yang tidak mempunyai
1. Para siswa dapat menggunakan waktu motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
yang lebih banyak untuk mengerjakan melakukan aktifitas belajar.
tugasnya dan untuk mendengarkan satu a. Jenis motivasi belajar
sama lain. Sehingga pemahaman materi Motivasi ada dua macam yaitu :
38
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
39
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
40
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
43
Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
ABSTRAK
Pembelajaran IPA merupakan bagian dari pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar
dan memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk menghasilkan siswa yang
berfikir kritis. Proses pembelajaran IPA belum berlangsung secara baik di SD Negeri 10 Pulau
Punjung Kabupaten Dharmasraya, karena aktivitas belajar IPA masih kurang dalam mengikuti
pembelajaran sehingga hasil belajar IPA yang diharapkan belum tercapai dengan ketentuan kriteria
ketuntasan minimum (KKM) 75. Seorang guru dituntut untuk dapat membuat siswa beraktivitas dalam
belajar agar hasiL belajar yang diperoleh sesuai dengan keinginan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah
dengan menggunakan media visual. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah dengan
penggunaan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup
pada siswa kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya?”.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa dengan media visual tentang ciri- ciri makhluk hidup
pada siswa kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, satu
siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan dan ditambah satu pertemuan untuk mengadakan tes akhir
siklus. Materi yang diajarkan pada siklus I adalah ciri- ciri khusus beberapa jenis hewan dan pada
siklus II adalah ciri- ciri khusus pada tumbuhan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelasVI SDN 10
Pulau punjung Kabupaten Dharmasraya, dengan jumlah 20 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-
lakidan12 orang perempuan. Pengumpulan data dilaksanakan dengan tes dan lembaran observasi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan media visual dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar IPA siswa. Aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan pada pembelajaran IPA
dapat terlihat dalam mengikuti proses pembelajaran IPA,dengan rata-rataaktivitas guru dari 63% pada
pra siklus, menjadi 70% pada siklus I menjadi 78% pada siklus II.Aktivitas siswa dari 62,9% menjadi
69,5% pada siklus I menjadi 75,8% pada siklus II. Hasil belajar IPAjuga mengalami peningkatan dari
45% pada pra siklus menjadi 70% pada siklus I dan menjadi 80% pada siklus II .
Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, media visual.
44
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
peserta didik dengan pendidik dan sumber merupakan unsur inti yang ada dalam
belajar pada suatu lingkungan belajar. kegiatan belajar mengajar, karena materi
Pembelajaran sebagai suatu sistim itulah yang diupayakan untuk dikuasai anak
keseluruhan memiliki komponen-komponen didik. Guru khususnya atau pengembang
yang saling berkaitan satu dengan yang kurikulum umumnya harus memikirkan
lainnya, sehingga dengan komponen tersebut sejauh mana materi yang tertera dalam
mempermudah tercapainya tujuan pendidikan silabus berkaitan dengan kebutuhan anak
yang efektif dan efesien. Menurut Djamara didik.
dan zain (2002 : 42,46, 205) komponen c. Metode Pembelajaran
tersebut adalah : Metode adalah suatu cara yang
a. Tujuan Pembelajaran. digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ditetapkan.Agar tercapai tujuan pembelajaran
ingin dicapai dari pelaksanaan suatu yang telah dirumuskan seorang guru harus
kegiatan.Tujuan merupakan komponen yang mengetahui berbagai metode
sangat penting dalam sistim pembelajaran. pengajaran.Menurut Sabri (2005 : 41) Syarat
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan yang harus diperhatikan guru dalam
tanpa tujuan..Tujuan dalam pembelajaran penggunaan metode pembelajaran adalah
adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. sebagai berikut :
Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat 1) Metode yang dipergunakan harus dapat
sejumlah nilai yang harus ditanamkan membangkitkan motivasi, minat dan gairah
kepada anak didik. Tujuan dalam siswa.
pembelajaran merupakan komponen pertama 2) Metode yang digunakan dapat
yang harus ditetapkan dalam proses merangsang keinginan siswa untuk belajar
pengajaran, yang berfungsi sebagai indikator lebih lanjut.
keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada 3) Metode yang digunakan harus dapat
dasarnya merupakan rumusan tingkah laku memberikan kesempatan bagi siswa untuk
dan kemampuan yang harus dicapai dan mewujudkan hasil karyanya.
dimiliki peserta didik setelah ia 4) Metode yang digunakan harus dapat
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan menjamin perkembangan kegiatan
belajar. kepribadian siswa.
b. Materi Pembelajaran. 5) Metode yang digunakan harus dapat
Materi pelajaran merupakan substansi mendidik siswa dalam tekhnik belajar sendiri
yang akan disampaikan dalam kegiatan dan cara memperoleh pengetahuan melalui
belajar mengajar. Dalam konteks tertentu, usaha pribadi.
materi pelajaran merupakan inti dalam proses 6) Metode yang digunakan harus dapat
pembelajaran. Artinya sering terjadi proses menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
pembelajaran diartikan sebagai proses dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan Dalam Sanjaya (2006 : 161) Kata
manakala tujuan pembelajaran adalah media berasal dari bahasa latin medius yang
penguasaan materi pembelajaran. berarti perantara atau pengantar. Rossi dan
Materi pembelajaran adalah salah satu Beridle mengemukakan bahwa media
sumber belajar bagi anak didik yang pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
45
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan h. Realia, seperti: model, contoh,
pendidikan seperti radio, televisi, buku, manipulatif (peta, boneka)
koran, majalah dan sebagainya. 2) Media teknologi mutakhir
Pemakaian media pembelajaran dalam a. Media berbasis telekomunikasi, seperti
proses belajar mengajar dapat telekonferen, kuliah jarak jauh
membangkitkan keinginan dan minat baru, b. Media berbasis mikroprosesor, seperti :
membangkitkan motivasi dan rangsangan permainan computer, sistim tutor
kegiatan belajar dan bahkan membawa intelijen, compact video disc
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap Dari jenis media yang telah disebutkan
siswa. kiranya patut menjadi perhatian dan
Penggunaan media pembelajaran pada pertimbangan bagi guru ketika akan memilih
tahap orientasi pembelajaran akan sangat dan mempergunakan media dalam
membantu keefektifan proses pembelajaran pembelajaran.
dan penyampaian isi pelajaran pada saat itu. Pembelajaran IPA merupakan bagian
Selain membangkitkan motivasi dan minat dari pembelajaran yang dilaksanakan di
siswa, media juga dapat membantu siswa Sekolah Dasar dan memiliki peran penting
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk
dengan menarik dan terpercaya, memurahkan menghasilkan siswa yang berfikir kritis. Hal
penafsiran data dan memadatkan informasi. ini dinyatakan Anna (2005 : 84) “
Dalam Arsyad ( 1997 : 33) pembelajaran IPA dapat membuat siswa
Pengelompokan berbagai jenis media apabila menjadi tanggap terhadap perkembangan dan
dilihat dari segi perkembangan tekhnologi dapat berfikir secara kritis”.
oleh Seels & Glasgow dibagi dalam dua Masih banyak guru yang mengajarka
kategori luas, yaitu media tradisonal dan pembelajaran IPA cendrung bersifat hafalan
media tekhnologi mutakhir. yang hanya pembelajaran secara teoritis
1) Media tradisional. tanpa mereka tau bagaimana
a. Visual diam yang diproyeksikan seperti mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
: proyeksi opaque (tak tembus hari. Hal ini diperkuat oleh Wina (2006 : 1)
pandang), slides, film strips “dalam proses pembelajaran, anak didorong
b. Visual yang tak diproyeksikan.seperti : untuk mengembangkan kemampuan berfikir
gambar, poster, foto, grafik, diagram, dan proses pembelajaran di kelas diarahkan
pameran, papan info kepada kemampuan anak untuk menghafak
c. Audio, seperti : rekaman piringan, pita informasi, tanpa dituntut untuk memahami
kaset informasi yang diingatkan untuk
d. Penyajian multimedia, seperti : tape, menghubungkan dengan kehidupan sehari-
multi image hari, akibatnya siswa pintar secara teoritis,
e. Visual dinamis yang diproyeksikan, tetapi miskin aplikasi”. Depdiknas (2009 :
seperti : film, televisi, video 484) menyatakan “ pendidikan IPA suatu
f. Cetak, seperti : buku teks, modul, wahana bagi siswa untuk mempelajari diri
majalah, lembaran lepas sendiri dan alam sekitar”.
g. Permainan, seperti: teka-teki, simulasi, Menurut Azhar (2011: 06) Di dalam
permainan papan dunia pendidikan tentu kita mengenal media
46
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
Pemanfaatan media visual juga berperan bagi Tahap- tahap yang dilakukan dalam
peserta didik. penelitian ini mencakup 1) tahap
METODE PENELITIAN perencanaan; 2) tahap pelaksanaan; 3) tahap
Setting dalam penelitian ini meliputi: pengamatan; 4) tahap refleksi.
tempat penelitian, subjek penelitian waktu a. Tahap Perencanaan
penelitian sebagai berikut : Dalam penelitian tindakan ini, peneliti
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 bersama guru membuat rancangan tindakan.
Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan
Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian rancangan tindakan berupa rencana
dengan pertimbangan sebagai berikut : pelaksanaan pembelajaran, yaitu dengan
pertama, nilai pembelajaran IPA masih kegiatan sebagai berikut :
rendah. Kedua, guru kelas VI belum a) Menyusun rencana tindakan berupa
menggunakan media visual dalam rencana pelaksanan pembelajaran.
pembelajaran. b) Menyusun indicator pembelajaran
Subjek dalam penelitian ini ada siswa c) Menyusun media pembelajaran
kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kabupaten d) Menyusun evaluasi pembelajaran.
Dharmasraya, semester I pada Tahun e) Menyusun lembar observasi untuk
Pelajaran 2017/2018. Siswa kelas VI ini pengamatan.
sebanyak 20 orang terdiri dari 8 orang laki- b. Pelaksanaan Penelitian
laki dan 12 orang perempuan. Pelaksanakan tindakan yang dimaksud
Penelitian ini dilaksanakan lebih adalah melaksanakan pembelajaran. Kegiatan
kurang 3 bulan yaitu dari bulan pembelajaran untuk membantu siswa dalam
Agustussampai bulan Nofember 2017 pada meningkatkan hasil belajar IPAdengan media
semester I tahun ajaran 2017/2018. visualsehinggahasil belajar siswa lebih
Jenis penelitian ini merupakan baik.Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
penelitian tindakan kelas (classroom action peneliti. Kegiatan akan berakhir setelah
research) dengan menggunakan pendekatan siswa yang menjadi subjek penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sanjaya mencapai kriteria keberhasilan yang telah
(2010:26) penelitian tindakan kelas dapat ditetapkan.
diartikan sebagai proses pengkajian masalah Pada tahap pelaksanaan ini dibagi ke
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi dalam dua siklus yaitu : siklus I yaitu tentang
diri dalam upaya untuk memecahkan masalah ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan ( kelelawar,
tersebut dengan cara melakukan berbagai cicak dan tokek dan lain- lain ) dengan media
tindakan yang terencana dalam situasi nyata visual. Siklus II yaitu ciri-ciri khusus yang
serta menganalisis setiap pengaruh dari dimiliki tumbuhan (teratai, kantong semar,
perlakuan tersebut. Menurut Grundy dan venus, reflesia dan kaktus).
Kemmis (1982) dalam buku Sanjaya
(2010:30) tujuan penelitian tindakan meliputi c. Observasi
tiga hal, yakni peningkatan pratik, Melihat dan mengamati hasil dari
mengembangkan professional dan tindakan yang dilakukan terhadap siswa
peningkatan situasi tempat praktik dalam proses pembelajaran. Pengamatan
berlansung. dilakukan oleh teman sejawat.Adapun yang
48
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
diamati adalah aktivitas siswa dan guru :item A : semangat belajar, item B :
selama kegiatan pembelajaran perhatian/ focus, item C : komunikasi, item D
berlangsung.Pengamatan dilakukan : kerja sama, item E : tanggung jawab, item F
berdasarkan lembar obsevasi yang telah : disiplin/ taat
disediakan sebelumnya. 2. Lembar tes
d. Refleksi Lembar tes ini diberikan pada akhir
Peneliti dan teman sejawat siklus dari suatu tindakan pada setiap siklus.
menganalisis dan menyimpulkan hasil Lembar tes dalam penelitian ini guna untuk
tindakan pada setiap siklus sebagai bahan mengetahui sejauh mana hasil belajar
pertimbangan apakah pemberian tindakan IPAsiswa tentang ciri- ciri khusus makhluk
yang dilakukan perlu diulangi lagi atau tidak. hidup dalam proses pembelajaran dengan
Untuk melengkapi kriteria yang telah menggunakan media visual. Penulis dalam
ditentukan dalam refleksi juga dilakukan penelitian ini mengunakan tes dalam bentuk
penilaian terhadap proses pembelajaran. tertulis. Dalam menyusun tes tersebut penulis
Adapun hasil suatu tindakan dapat melakukan langkah- langkah sebagai berikut:
dikatakan tercapai apabila aktivitas a. Menentukan tujuan mengadakan tes.
siswasecara klasikal memperoleh predikat b. Membuat pembatasan terhadap bahan
baik. yang akan diujikan.
Data ini merupakan hasil pengamatan c. Menyusun kisi- kisi soal tes.
langsung dari peneliti dalam proses d. Menyusun butir- butir soal tes.
pembelajaran IPA. Data ini berhubungan
dengan hal- hal yang berkaitan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
perencanaan dan hasil pembelajaran yang A. Hasil Penelitian
merupakan informasi sebagai berikut :. 1. Pra Siklus
a. Pelaksanaan pembelajaran yang Pelaksanaan tes pra siklus
berhubungan dengan aktivitas siswa dan guru dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Agustus
dalam proses pembelajaran dengan 2017. Hasil tes pada pra siklus bahwa hasil
menggunakan media pembelajaran belajar matematika pada tes pra siklus secara
b. Hasil belajar siswa setelah mengikuti klasikal diperoleh minimal 45 %.
pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap pra siklus ini, peneliti
Sumber data dalam penelitian ini mengambil data tentang aktivitas belajar
adalah siswa kelas VI SDN 10 Pulau Punjung siswa dalam pembelajaran IPA yang telah
Kabupaten Dharmasraya yang mengikuti dilaksanakan di kelas VI SDN 10 Pulau
pembelajaran IPA dengan menggunakan Punjung Kabupaten Dharmasraya dengan
media visualberjumlah 20 orang. bantuan teman sejawat untuk mengisi
Dalam pengumpulan data ini peneliti panduan lembar observasi. Hasil pengamatan
menggunakan beberapa instrument sebagai tersebut dapat diuraikan berikut :
berikut : a. Hasil observasi aktivitas guru pada pra
1. Lembar observasi siklus.
Lembar observasi berkaitan dengan Hasil observasi aktivitas guru pada pra
aktivitas siswa dan guru dalam proses siklus persentase aktivitas guru adalah
pembelajaran, aktivitas siswa yang meliputi
49
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
63%. Jadi berdasarkan hasil pada pra 9) Menjelaskan hubungan antara ciri-
siklus ini, maka dilaksanakan siklus I. ciri khusus yang dimiliki hewan
b. Hasil observasi aktivitas siswa pada pra tertentu dengan lingkungannya sesuai
siklus. dengan fungsinya
Hasil observasi aktivitas siswa pada Pada siklus I ini, Pertemuan pertama
pra siklus bahwa rata- rata aktivitas siswa dilaksanakan pada hari Senin, 21 Agustus
yaitu 62,9%. Untuk itu dilakukan tindakan 2017, pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari
pada siklus I. Kamis, 24Agustus 2017, dan pada hari
Jumat, 25Agustus 2017 dilaksanakan
2. Siklus I pertemuan ke 3. Setelah proses pembelajaran
a. Perencanaan pertemuan satu sampai tiga dilaksanakan,
Pada siklus pertama ini dilakukan 3 kali maka pada hari Kamis, 31 Agustus
pertemuan, setelah 3 kali pertemuan tersebut 2017dilaksanakan tes akhir siklus I. Pada
dilaksanakan maka diadakan tes akhir siklus. tahap perencanaan ini kegiatan yang
masing-masing pertemuan menggunakan dilakukan penulis adalah menyiapkan materi
media visual dalam proses pembelajaran. pembelajaran dengan menggunakan media
Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada visual, menyiapkan lembar observasi dan
siklus I adalah ciri – ciri khusus beberapa menyiapkan tes akhir.
jenis makhluk hidup. b. Pelaksanaan
Standar kompetensinya adalah 1) Pertemuan Pertama
mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri Pembelajaran pada pertemuan 1
khusus yang dimiliki hewan ( kelelawar, dilaksanakan pada hariSenin, 21 Agustus
cicak dan tokek dan lain- lain ) dan 2017, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit,
lingkungan hidupnya, dengan indicator dengan materi ciri- ciri khusus
sebagai berikut : hewan(kelelawar, cicak dan tokek)
1) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan
kelelawar a) Kegiatan Awal.
2) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
cicak dan tokek masuk membaca salam, Pegondisian kelas,
3) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan membuka pelajaran dengan mengadakan
bunglon dan landak semut Tanya jawab yang mengarah pada materi
4) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
unta pembelajaran yang akan dicapai dan
5) Menyebutkan ciri-ciri khusus burung memotivasi siswa.
hantu b) Kegiatan Inti.
6) Menyebutkan ciri-ciri khusus ikan Pada kegiatan inti ini dilaksanakan
pemanah selama 50 menit. Dimana guru
7) Menyebutkan ciri-ciri khusus bunga mempresentasikan pembelajaran dengan
karang media visual tentang ciri- ciri khusus
8) Menjelaskan fungsi ciri- ciri khusus hewan(kelelawar, cicak dan tokek),
yang dimiliki hewan tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan Tanya jawab mengenai ciri- ciri
50
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
khusus hewan (kelelawar, cicak dan tokek). tentang ciri- ciri hewan (bunglon, landak
Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk semut dan unta), masing- masing kelompok
melaksanakan diskusi. Siswa berdiskusi melaporkan hasil diskusi, setelah itu siswa
tentang ciri- ciri khusus hewan (kelelawar, bersama guru membahas hasil diskusinya.
cicak dan tokek), Masing-masing kelompok
melaporkan hasil diskusi dan membahas hasilc) Kegiatan akhir
diskusi tersebut dan memberikan nilai pada Pada kegiatan akhir ini dilaksanakan
hasil kerjanya. selama 10 menit dimana guru dan siswa
bertanya jawab tentang kesimpulan dari
c) Kegiatan Akhir materi yang telah di pelajari., memberikan
Pada kegiatan akhir ini dilaksanakan PR sebagai tindak lanjut dan menutup
selama 10 menit dimana guru dan siswa pelajaran dengan membaca Hamdalah.
bertanya jawab tentang kesimpulan dari 3) Pertemuan ketiga
materi yang telah di pelajari., memberikan Pembelajaran pada pertemuan 3
PR sebagai tindak lanjut dan menutup dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Agustus
pelajaran dengan membaca Hamdalah. 2017, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit,
dengan materi ciri- ciri khusus
hewan(Burung hantu, ikan pemanah dan
2) Pertemuan kedua bunga karang).
Pembelajaran pada pertemuan 2
dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Agustusa) Kegiatan Awal.
2017, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
dengan materi ciri- ciri khusus masuk membaca salam, Pegondisian kelas,
hewan(bunglon, landak semut dan unta). membuka pelajaran dengan mengadakan
Tanya jawab yang mengarah pada materi
a) Kegiatan Awal. yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru pembelajaran yang akan dicapai dan
masuk membaca salam, Pegondisian kelas, memotivasi siswa.
membuka pelajaran dengan mengadakan
Tanya jawab yang mengarah pada materib) Kegiatan Inti.
yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan Pada kegiatan inti ini dilaksanakan
pembelajaran yang akan dicapai dan selama 50 menit. Dimana guru
memotivasi siswa.
mempresentasikan pembelajaran dengan
b) Kegiatan Inti. media visual tentang ciri- ciri khusus
Pada kegiatan inti ini dilaksanakan hewan(Burung hantu, ikan pemanah dan
selama 50 menit. Dimana guru bunga karang),siswa mengamati gambar
mempresentasikan pembelajaran dengan hewan (Burung hantu, ikan pemanah dan
media visual tentang ciri- ciri khusus hewan bunga karang) yang dipresentasikan oleh
(bunglon, landak semut dan unta), guru guru melalui media visual, guru dan siswa
memberi Pengarahan untuk berdiskusi bertanya jawab tentang ciri- ciri hewan
tentang ciri- ciri hewan (bunglon, landak (Burung hantu, ikan pemanah dan bunga
semut dan unta), siswa berdiskusi kelompok karang). Setelah itu, guru mengarahkan siswa
51
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
52
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
Berdasarkan refleksi pada siklus I Peneliti juga menyediakan soal tes pada
pembelajaran dilanjutkan dengan siklus II. siklus II.
Deskripsi pembelajaran untuk meningkatkanb. Tahap Pelaksanaan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA1) Pertemuan Petama
pada siklus II dilakukan dalam 3 kali Pertemuan pertama dilaksanakan pada
pertemuan,Pertemuan 1 dilaksanakan pada hariRabu, 6September 2017.
hari Senin, 4September 2017, pertemuan 2 untuk pertemuan ini berlangsung selama2 x
dilaksanakan pada hari Kamis, 7September 35 menit. Pembelajaran pada pertemuan ini
2017, pertemuan ke 3dilaksanakan pada hari dilaksanakan sesuai dengan kegiatan-
Rabu 13 September 2017dan hari Kamis, kegiatan yang ada pada rencana pelaksanaan
14September 2017 diadakan tes siklus II. pembelajaran yang telah dipersiapkan. Yaitu
Rencana pembelajaran memuat standar sebagai berikut :
kompetensinya adalah melakukan operasi a) Kegiatan Awal.
hitung bilangan bulat dalam pemecahan Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
masalah, kompetensi dasarnya adalah masuk membaca salam, pegondisian kelas,
mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri membuka pelajaran dengan mengadakan
khusus yang dimiliki tumbuhan (teratai, tanya jawab yang mengarah pada materi
kantong semar, venus, reflesia dan kaktus) yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
dengan lingkungan hidupnya, dengan pembelajaran yang akan dicapai dan
indikatorsebagai berikut : memotivasi siswa.
1. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan
teratai b) Kegiatan Inti.
2. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan Pada kegiatan inti ini dilakukan selama
kantong semar dan venus 50 menit, dimana guru mempresentasikan
3. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan dengan media visual oleh guru tentang ciri-
reflesia ciri khusus tumbuhan(teratai, kantong semar
4. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan dan venus), Guru memberikan kesempatan
kaktus kepada siswa untuk bertanya jawab mengenai
5. Menjelaskan fungsi ciri- ciri khusus ciri- ciri khusus tumbuhan (teratai, kantong
yang dimiliki tumbuhan tersebut semar dan venus). kemudian guru
6. Menjelaskan hubungan antara ciri- ciri mengarahkan untuk melaksanakan
khusus yang dimiliki tumbuhan tertentu diskusitentang ciri- ciri khusus tumbuhan
dengan lingkungannya sesuai dengan (teratai, kantong semar dan venus), Masing-
fungsinya . masing kelompok melaporkan hasil diskusi
Pembelajaran pada siklus II hampir dan bersama- sama membahas hasil diskusi
sama dengan siklus I yaitu sama- sama tersebut.
mengunakan media visual. Padasiklus II ini c) Kegiatan Akhir
difokuskan pada ciri- ciri khusus beberapa Siswa dibimbing guru menyimpulkan
tumbuhan. Seperti pada siklus I dalam pelajaran, memberikan PR sebagai tindak
pelaksanaan observasi siklus II pengamat lanjutdan siswa bersama guru mengakhiri
melaksanakan tugas pengamatan sesuai pelajarannya dengan mengucapkan
lembar observasi yang telah disediakan. Hamdalah.
53
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
54
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
pertemuan 3.Pelaksanaan tes ini diadakan persentase ketuntasan yang diperoleh 75% ,
pada hari Kamis, tanggal 14September2017. sedangkan hasil ketuntasan yang diperoleh
c. TahapPengamatan (Observasi) dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes
Pada tahap observasi ini dimana teman adalah 80%, dengan itu dapat dikatakan
sejawat mengamati aktivitas guru dan siswa bahwa hasil belajar IPA dapat meningkat
selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus melalui media visual.
II. Hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada d. Tahap Refleksi
Siklus II Pembelajaran siklus II difokuskan pada
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus materi ciri- ciri khusus beberapa jenis
II dapat terlihat selama pelaksanaan tumbuhan . Proses pembelajaran
pembelajaran pada siklus II aktivitas guru dilaksanakan dengan menggunakan media
pada pertemuan 1 mencapai 72%, pertemuan visual. Untuk memperoleh data tentang
2 mencapai 77%, dan pada pertemuan 3 pelaksanaan siklus II dilakukan pengamatan
mencapai 85%. Sehingga dapat diperoleh dan tes. Hasil pengamatan dan tes selama
persentase aktivitas guru pada siklus II pelaksanaan siklus II dianalisis dan
mencapai 78%.Data ini menunjukkan bahwa didiskusikan dengan pengamat sehingga
kriteria yang ditetapkan sudah tercapai. didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
2) Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Proses
Pembelajaran Pada Siklus II 1. Dengan menggunakan media visual
Hasil observasi pada aktivitas siswa pada dapat meningkatkan aktivitas belajar,
siklus II, dapat terlihat pada tabel 4.7 berikut sehingga diperoleh persentase aktivitas
: guru mencapai 78% dan rata- rata
Berdasarkantabel4.8 diatas selama aktivitas siswa sudah mencapai 75,8%.
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, 2. Dari hasil tes yang telah dilaksanakan
aktivitas siswa pada pertemuan 1 mencapai pada siklus II, ketuntasan hasil belajar
75,2%, pertemuan 2, mencapai76%, dan mencapai 80% dari jumlah siswa yang
pertemuan 3 mencapai 76,4%. Jadi rata-rata mengikuti tes.
aktivitas siswapada siklus II mencapai Berdasarkan analisis dan refleksi
75,8%.Data ini menunjukkan bahwa pada siklus II sudah sesuai dengan harapan,
indikator keberhasilan aktivitas siswa yang karena tingkat aktivitas guru dan siswa dalam
telah ditetapkan sudah tercapai. mengikuti pembelajaran dan hasil belajar
Setelah selesai proses pembelajaran IPA pada ciri- ciri khusus makhluk hidup
dari pertemuan satu sampai pertemuan tiga siswa sudah sesuai dengan harapan. Dengan
maka di adakan tes akhir siklus. Hasil tes demikianproses tindakan dengan
belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada menggunakanmedia visual dihentikan pada
siklus II terlihat bahwa hasil belajar dalam siklus II.
proses pembelajaran IPA dengan B. Pembahasan
menggunakanmedia visual sudah mencapai Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan
ketuntasan yang diinginkan, karena hasil siklus II dapat dilihat adanya peningkatan
belajar dapat dikatakan tercapai apabila aktivitas dan hasil belajar IPA melalui media
55
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
56
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
57
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018
Sinar
58
Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
Dalwati
SMP Negeri 02 Koto Baru
ABSTRAK
Berdasarkan dari hasi lulangan harian siswa yang sangat rendah maka kami adakan suatu
penelitian untuk mencari bagaimana caranya agar nilai ulangan harian siswa biasa lebih baik
maka kami adakan suatu penelitan. Adapun Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa dengan menggunakan pembelajaran metodeI Inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fakta dan opini di Kelas IX/b pada SMPN 02
Koto Baru.Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Populasi penelitian
diambil semua siswa kelas IX/b , Teknik pengumpulan data digunakan tes prestasi belajar
buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua siklus. Teknik analisis data digunakan
analisis persentase dari perubahan hasil evaluasi belajar sebelum dan setelah dilakukan
layanan bimbingan belajar dengan model inkuiri untuk materi fakta dan opini pada
pembelajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata belajar
siswa KelasIX/b pada siklus I sebesar 73.3% dan pada siklus II sebesar 81.87 % sehingga
terdapat kenaikan nilai rata–rata dari sebelum prasiklus kesiklus I selanjutnya ke siklus
II.Prosentase ketuntasan belajar siswa pada prasiklus menunjukkan angka sebesar 25% (6
siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 24 siswa), pada siklus I sebesar 73.3% (
15 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 24 siswa ) dan pada siklus II sebesar
81.87% (18 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 24 orang siswa ). Dengan
demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I kesiklus II sebesar8.57
%. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut:
Melalui penggunaan model inkuiri pada materi fakta dan opini di kelas IXb dapat
Meningkatkan hasil belajar
59
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
berada dalam dua tugas .Tugas pertama materi pembelajran, kekurangan yang
adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa dialami siswa tak lepas dari pembelajran
nasioanl yang tidak mengikat pemakainya yang diberikan oleh guru, karna selama ini
untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa kita ketahui bahwa sebagian besar guru
Indonesia digunakan secara non resmi hanya menggunakan metode ceramah
,santai dan bebas .tugas kedua bahasa tanpa mau melakukan metode - metode
Indonesia sebagai bahasa Negara yang yang membuat siswa bersemangat dan
berarti bahasa Indonesia adalah bahasa mampu mengembangkan kemampuan diri
resmi yang digunakan sesuai dengan sendiri
kaidah tertib, cermat dan masuk akal. Karna kebiasaan siswa yang
Bahasa Indonesia yang dipakai harus dipaparkan diatas maka ditemui hasil
lengkap dan baku dari kedua tugas itu belajar siswa yang selalu rendah karna
posisis Bahasa Indonesia perlu berpijak pada materi hapalan di saat ujian .
mendapatkan perhatian khusus terutama Apabila dilihat dari hasil ulangan harian
bagi pembelajaran bahasa indonesia. Salah sebelum diadakan penelitian siswa yang
satunya berbicara mengungkapkan pikiran tuntas hnaya 25 % atau sebanyak 6 orang
perasaan, dan informasi dalam bentuk dari 24 orang peserta didik. Maka hasil
komentar dan laporan di sekolah. Bahasa nilai pembelajaran siswa dapat dilihat pada
memiliki peran sangat penting dalam tabel dibawah ini
perkembangan intelektual sosial dan Tabel 1. hasil ulangan harian
emosional siswa dan merupakan siswa
penunjang keberhasilan dalam Rata –
Hasil belajar Jumlah ket
mempelajari semua bidang studi. rata ( % )
Pembelajaran Bahasa diharapkan
85-100 - -
membantu siswa mengenal diri, budayanya
dan budaya orang lain. Tetapi dinilai dari 75-84 6 25 % T
segi keberhasilan siswa dalam materi
pembelajaran bahasa Indonesia masih 65-74 14 17 % TT
banyak ditemui nilai- nilai siswa yang ≤ 64 4 58 % TT
dibawah KKM. Adapun kendala yang
Selama ini ditemukan adalah banyak Jumlah 24 100%
siswa tidak mempersiapkan diri dalam
belajar. Bahkan pada umumnya siswa Berdasarkan tabel ulanagan harian
tidak memperhatikan guru siswa diatas yang mendapat nilai 75 - 84
menerangkan,hanya siswa yang pandai sebanyak 6 orang dengan persentase ( 25
yang sering mengemukakan pendapat. %), nilai 65-74,sebanyak 14 orang ( 17
Banyak siswa takut untuk mengemukan % ) nilai antara di bawah 64 sebanyak 4
gagasan ide atau takut untuk bertanya. orang ( 58 % ). Dari siswa yang jumlahnya
adapun kendala yang sangat sulit 24 orang. Melihat hasil belajar siswa yang
dihapuskan adalah siswa yang waktu di jauh dari harapan ,maka penulis mencoba
adakan ulangan harian sebagian besar bagaimana cara merubah nilai siswa
siswa hanya mecontek dan melihat tersebut supaya lebih baik lagi dan bisa
catatan.hal itu dikarena kurang meningkat. Untuk mencapai keinginan
kemampuan siswa untuk memahami tersebut maka penulis mencoba
60
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
61
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
model Inkuiri di Kelas IXb SMPN 2 Koto setiap siklus diadakan dua pertemuan.
Baru. Berpijak pada latar belakang Setiap kali pertemuan proses pembelajaran
masalah, maka peneliti merumuskan dengan menerapkan model Inkuiri, dan
masalah sebagai berikut: Apakah hasil media berupa media cetak, buku, dan
belajar siswa melalui penerapan model Koran serta LKS. Alat pengumpul data
Inkuiri pada materi fakta dan opini di dalam penelitian ini adalah lembar
Kelas IXb SMP Negeri 02 Koto Baru observasi yang telah diisi oleh observer
dapat meningkat dengan baik. selama proses pembelajaran
Adapun Tujuan penelitian yang ingin berlangsung,dan hasil ulangan harian
dicapai dalam penelitian ini adalah setiap akhir siklus. Yang terlibat pada
Memberikan gambaran tentang hasil penelitian tindakan kelas ini yakni, peneliti
belajar siswa di kelas IX/ b SMPN 2 Koto sendiri sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Baru. Penelitian ini bermanfaat Indonesiapada kelas IX /b dan di bantu
diantaranya: (1 ) Penelitian ini adalah oleh 1 orang observer yaitu guru bahasa
alternatif pemilihan model, metode atau Indonesia juga. Dalam melaksanakan
strategi pembelajaran yang dapt diterapkan perbaikan pembelajaran, penulis
dalam proses pembelajaran, ( 2) menggunakan alur Penelitian sebagai
Memberikan motivasi dan semangat berikut: Perencanaan Tindakan,
kepada siswa dalam mengembangkan Pelaksanaan Tindakan, pengamatan,
proses pembelajaran untuk mendapatkan evaluasi dan refleksi. Kegiatan perbaikan
informasi dan hasil belajar, ( 3 ) Hasil dilakukan dalam 2 Siklus. Pelaksanaan
penelitian ini dapat menjadi salah satu diawali dengan observasi terhadap siswa
alternatif model pembelajaran yang dengan tujuanmemperoleh informasi dan
diterapkan disekolah. gambaran terhadap permasalahan yang
METODEPENELITIAN dihadapi. Kemudian dilakukan pengkajian
Penelitian dilakukan di kelas IX/ b reflektif antar guru, maka ditetapkan upaya
SMPN 2 Koto Baru pada tahun untuk meningkatkan keterampilan proses
pembelajaran 2017 /2018.Tepat nya pada ,sikap dan perpikir rasioanl siswa melalui
bulan Agustus sampai November tahun modle Inkuiri
2017 pada materi fakta dan opini untuk 1) Siklus 1
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai Penelitian ini di lakukan oleh peneliti
subjek penelitian adalah siswa kelas IX/ b sendiri dan di bantu oleh 1 orang sebagai
SMPN 2 Koto Baru . karena kelas ini observer. Penelitian pada siklus 1
merupakan kelas peneliti yang terdiri 24 direncanakan dilaksanakan selama 2 kali
siswa yang terdiri 11 laki-laki dan13 pertemuan ,untuk 1 kali pertemuan dengan
perempuan, dimana hasil ulangan harianya waktu pertemuan ( 5 x 40 menit ), pada
rendah.Penelitian yang di lakukan materi pembelajaran membedakan antara
merupakan penelitian tindakan kelas. fakta dan opini pada mata pelajaran
Materi ajar di sesuaikan dengan kurikulum Bahasa Indonesia.Adapun waktu
yang di anut di sekolah, yaitu kurikulum pelaksanaan penelitian pada siklus 1
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Materi :Pertemuan pertama: rabu6 september
pembelajarannya perbedaan antara fakta 2017, dan Pertemuan kedua : rabu
dan opini. Penelitian tindakan kelas 13September 2017, untuk Ulangan akhir
dilaksanakan dalam dua siklus dengan siklus I pada hari rabu 20 September
62
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
63
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
64
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
65
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
66
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
67
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
68
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
69
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
G. Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh terlihat Dari tabel diatas secara sederhana dapat
bahwa sebagian siswa belum tuntas dalam dibuat grafik sbb:
belajarpada siklus I dikarenakan belum
12
biasa berkomunikasi, menggunakan
10
keterampilan, menemukan informasi , 8
sblm
mengemukakan pendapat atau bertanya, 6
4 siklus I
karena selama ini pembelajaran selalu
2
penyajian dari guru sehingga kurang dapat siklus II
0
membangkitkan siswa dalam belajar
dengan optimal sehingga siswa belum
dapat menyerap materi yang diberikan
Perbandingan hasil nilai siswa
oleh guru dengan baik dan benar.
Setelah refleksi guru mengubah
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa
pola mengajar dengan menggunakan
dapat dibuat suatu perbandingan antara
model dan metode pembelajaran. Hal ini
sebelum Siklus, Siklus I dan Siklus I.
dilakukan untuk penguatan siswa dalam
Tabel 5: Perbandingan hasil belajar
memahami materi, ternyata hasilnya lebih
siswa sebelum Siklus,
baik dari pada siklus I (pada siklus II).
Siklus I, dan siklus II di
Suasana belajar terlihat hidup dan siswa
kelas IXb SMPN 02 Koto
sangat bergairah kalau ditinjau dari tes
Baru
formatif ternyata ada peningkatan nilai
.
rata-rata kelas dari 62,25 menjadi 82,29.
Sebelum
Siklus I Siklus II Dengan melihat hasil diatas maka dapat
siklus
dijelaskan: Dari perhitungan rata-rata nilai
Nilai JM JM
JMl yang diperoleh anak pembelajaran setelah
siswa L L
sis % % % siklus pertama dan setelah siklus kedua
sis sis
wa menunjukkan bahwa selalu ada
wa wa
peningkatan yang cukup baik hal ini
95 – 4 16, 1 4,1 3 12,
menunjukkan bahwa siswa semakin
100 7 5
menguasai materi pelajaran nya jika dalam
85 – 14 58, 4 16, 11 45, penyampaiannya dilakukan dengan
94 3 7 8 menggunakan metode pembelajaran yang
75 – 6 25 10 41, 4 16. bersifat interaktif dalam proses belajar
84 7 7 sehingga ia akan mendapatkan hasil
65 – - 2 8,3 5 20, belajar yang baik.
74 8 Berdasarkan hasil penelitian
55 - 64 - 7 29, 1 4,1 Tindakan Kelas menunjukkan bahwa
2 pembelajaran metode inkuiri memiliki
Siswa 6 25 15 62, 18 75 hubungan dengan prestasi belajar. Dari
tuntas % 5 % hasil pengamatan dalam perbaikan
Siswa 18 75 9 37, 6 25 pembelajaran yang dilaksanakan sudah
t.tunt % 5 % mengalami peningkatan dan kemajuan,
as terbukti dengan jumlah siswa yang
70
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
71
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
72
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Sri Sundari
ABSTRAK
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kelas
(PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri dari
empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tes hasil belajar. Teknik analisis data
dilakukan secara deskritif kuantitatif.
74
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
75
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
76
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Tabel 1
Skor Pree-Tes
JUMLAH SISWA 30
JUMLAH 1480
RATA-RATA 49,33
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 0
STANDAR DEVIASI 40,08
BELUM TUNTAS 18
KETUNTASAN 12
PERSENTASE
KETUNTASAN 0,40
Tabel 2
Skor Post-Tes Siklus Pertama
JUMLAH SISWA 30
JUMLAH 2200
RATA-RATA 73,33
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 0
STANDAR DEVIASI 30,55
BELUM TUNTAS 12
KETUNTASAN 18
PERSENTASE
KETUNTASAN 0,60
77
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Perolehan skor siklus kedua berkisar dari pertama dengan siklus pertama sebesar
60 sampai dengan 100, dengan rata-rata 20%, maka peningkatan dari siklus
91,00. Sedangkan siswa yang pertama dibandingkan dengan siklus
memperoleh skor di atas 80 sebanyak 26 kedua sebesar 27%. Ini menunjukkan
orang dengan ketuntasan klasikal 87%. suatu peningkatan yang sangat berarti,
Jika dibandingkan dengan ketentuan, dan pencapaian ketuntasan secara klasikal
bahwa kenaikan ketuntasan siklus sebesar 87%.
Tabel 3
Skor Post-Tes Siklus Kedua
JUMLAH SISWA 30
JUMLAH 2730
RATA-RATA 91,00
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 60
STANDAR DEVIASI 12,69
BELUM TUNTAS 4
KETUNTASAN 26
PERSENTASE
KETUNTASAN 0,87
79
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
Tridawati
SDN 03 Pulau Punjung
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih rendahnya kemampuan guru
khususnya di SDN 03 Pulau Punjung dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ). Hasil Monitoring dan evaluasi kepala sekolah menunjukkan
bahwa masih ada guru yang belum mampu menyusun RPP secara benar.Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh : 1) kesibukan guru, 2) Kurang adanya pendampingan, 3) Kurang
sosialisai tentang permasalahan diatas,untuk itu perlu penanganan yang memadai. Dalam
hal ini perlu dilakukan supervise klinis untuk mengobati penyakit yang ada pada guru.
supervisi klinis dalam upaya meningkatkan kemampuan guru untuk membuat RPP, baik
dengan pendekatan individu maupun pendekatan kelompok. Hal ini perlu dilakukan
bukan hanya kebutuhan kenaikan tingkat semata, melainkan demi kemajuan sekolah
terutama kemajuan anak didik.Untuk mewujudkan harapan itu tentunya ada berbagai
kendala, diantaranya karena kemalasan dan kekurang mampuan. Untuk mengatasi
masalah/kendala diatas maka kepala sekolah perlu melakukan supervise klinis.
Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
RPP secara lengkap dan sesuai dengan 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
ketentuan. Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19
Agar permasalahan ini dapat tahun 2005 tentang Standar Nasional
dipecahkan maka kepala sekolah perlu Pendidikan bahwa salah satu tugas kepala
melakukan tindakan yaitu melakukan sekolah adalah melakukan supervisi
supervisi klinis agar guru dapat akademis, dengan cara ini diharapkan
meningkatkan kemampuannya dalam semua masalah dapat diidentifikasi untuk
membuat perangkat pembelajaran yang selanjutnya ditindaklanjuti.
lengkap dan sesuai dengan tuntutan
kurikulum. METODE PENELITIAN
Setelah penelitian tindakan ini selesai Penelitian ini berbentuk Penelitian
diharapkan para guru sebagai pihak yang Tindakan Sekolah (School Action
diteliti, dapat membuat RPP yang lengkap Research), yaitu sebuah penelitian yang
dan sesuai dengan tuntutan kurikulum saat merupakan kerjasama antara peneliti dan
ini. Diharapkan persentasenya meningkat guru, dalam meningkatkan kemampuan
menjadi 100%, karena lengkapnya guru agar menjadi lebih baik dalam
perangkat pembelajaran dapat menunjang menyusun rencana pelaksanaan
keberhasilan proses pembelajaran. Begitu pembelajaran .
juga kepala sekolah selaku peneliti setelah Metode yang digunakan dalam
penelitian ini diharapkan dapat terus penelitian ini adalah metode deskriptif,
melakukan penelitan tindakan supervisi dengan menggunakan teknik persentase
klinis dalam upaya meningkatkan untuk melihat peningkatan yang terjadi
kemampuan guru untuk membuat RPP, dari siklus ke siklus. ”Metode deskriptif
baik dengan pendekatan individu maupun dapat diartikan sebagai prosedur
pendekatan kelompok. Hal ini perlu pemecahan masalah yang diselidiki dengan
dilakukan bukan hanya kebutuhan menggambarkan/melukiskan keadaan
kenaikan tingkat semata, melainkan demi subjek/objek penelitian (seseorang,
kemajuan sekolah terutama kemajuan anak lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
didik. saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
Untuk mewujudkan harapan itu tampak atau sebagaimana adanya
tentunya ada berbagai kendala, diantaranya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini
karena ketidaktahuan, ketidakmampuan, peneliti berupaya menjelaskan data yang
atau mungkin kemalasan dari guru peneliti kumpulkan melalui komunikasi
tersebut. langsung atau wawancara,
Untuk mengatasi masalah/ kendala di observasi/pengamatan, dan diskusi yang
atas maka kepala sekolah perlu melakukan berupa persentase atau angka-angka.
tindakan supervisi akademis agar dapat Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang
guru dalam membuat RPP. dialami oleh guru dalam menyusun RPP.
Alasan menggunakan supervisi klinis Selanjutnya peneliti memberikan alternatif
dalam menangani masalah di atas, seperti atau usaha guna meningkatkan
termaktub dalam undang-undang Nomor
81
Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
kemampuan guru dalam membuat rencana terhadap RPP Kurikulum KTSP yang
pelaksanaan pembelajaran. telah disusun agar sesuai dengan
Hal-hal penting yang harus rencana awal yang mungkin saja masih
diperhatikan dalam Penelitian Tindakan bisa sesuai dengan yang peneliti
Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, inginkan.
(1999:2) yakni: Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian
1. Rencana : Tindakan apa yang tahap-tahap penelitian dari awal sampai
akan dilakukan untuk meningkatkan akhir. Penelitian ini merupakan proses
kompetensi guru dalam menyusun RPP pengkajian sistem berdaur sebagaimana
secara lengkap. Solusinya yaitu dengan kerangka berpikir yang dikembangkan
melakukan : a) wawancara dengan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini
guru dengan menyiapkan lembar mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan,
wawancara, b) Diskusi dalam suasana (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
yang menyenangkan dan c) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling
memberikan pendampingan dalam terkait dan secara urut membentuk sebuah
menyusun RPP Kurikulum KTSP siklus. Penelitian Tindakan Sekolah
secara lengkap. merupakan penelitian yang bersiklus,
2. Pelaksanaan: Apa yang dilakukan artinya penelitian dilakukan secara
oleh peneliti sebagai upaya berulang dan berkelanjutan sampai tujuan
meningkatkan kompetensi guru dalam penelitian dapat tercapai.”
menyusun RPP KTSP yang lengkap
yaitu dengan memberikan bimbingan HASIL DAN PEMBAHASAN
pada guru sekolah sendiri . Penelitian Tindakan Sekolah
3. Observasi: Peneliti melakukan dilaksanakan di SDN 03 Pulau
pengamatan terhadap RPP yang telah Punjung Kecamatan Pulau Punjung
dibuat untuk memotret seberapa jauh Kabupaten Solok yang merupakan
kemampuan guru dalam menyusun sekolah binaan peneliti berstatus negeri
RPP dengan lengkap, hasil atau yang mana terdiri atas 17 orang guru.
dampak dari tindakan yang telah Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
dilaksanakan oleh guru dalam dalam dua siklus. Pada pelaksanaan
mencapai sasaran. kegiatan ini, guru-guru tersebut
Selain itu juga peneliti mencatat hal- menunjukkan sikap yang baik dan
hal yang terjadi dalam pertemuan dan termotivasi dalam menyusun RPP
wawancara. Rekaman dari pertemuan dengan lengkap. Hal ini peneliti
dan wawancara akan digunakan untuk ketahui dari hasil pengamatan pada
analisis dan komentar kemudian. saat melakukan wawancara dan
4. Refleksi: Peneliti mengkaji, bimbingan penyusunan RPP.
melihat, dan mempertimbangkan hasil Selanjutnya dilihat dari
atau dampak dari tindakan yang telah kompetensi guru dalam menyusun
dilakukan. Berdasarkan hasil dari RPP, terjadi peningkatan dari siklus ke
refleksi ini, peneliti bersama guru siklus.
melaksanakan revisi atau perbaikan
82
Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
2. Komponen Indikator
Pada siklus pertama tujuh orang
guru mencantumkan indikator pencapaian
kompetensi dalam RPP-nya (melengkapi Grafik 4. 3. Komponen Tujuan
RPP-nya dengan indikator pencapaian Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
kompetensi). Pada siklus pertama ini satu 4. Komponen Materi Pembelajaran
orang mendapatkan skor 2 (cukup baik) Pada siklus pertama pada penilaian
dan enam belas orang mendapatkan skor 3 materi pembelajaran yang mendapatkan
(baik). Pada siklus kedua terjadi skor 2 (cukup baik) lima orang, sembilan
peningkatan yaitunya tujuh orang orang yang mendapatkan skor 3 (baik) dan
mendapatkan skor 3 (baik) dan sepuluh tiga orang mendapatkan skor 4 (sangat
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik). baik). Pada siklus kedua terjadi
83
Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
peningkatan yang mana ada delapan orang Pada siklus pertama tiga orang
mendapatkan skor 3 (baik) dan sembilan mendapatkan skor 2 (cukup baik), tiga
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik). belas orang mendapatkan skor 3 (baik) dan
Berikut grafik perbandingan siklus I dan satu orang mendapatkan skor 4 (sangat
siklus II. baik). Pada siklus kedua delapan orang
mendapatkan skor 3 (baik) dan sembilan
10
8 orang mendapatkan skor 4 (sangat baik).
6 Berikut grafik perbandingan siklus I dan
4
2 Siklus I siklus II.
0
Siklus II
15
10
Siklus I
5
Siklus II
0
Grafik 4. 4. Komponen Materi
Kurang Cukup Baik Sangat
Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Baik Baik Baik
5. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama lima orang
Grafik 4. 6. Komponen Langkah-langkah
mendapatkan skor 2 (cukup baik),
Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
sembilan orang mendapatkan skor 3 (baik)
7. Komponen Sumber Pelajaran
dan tiga orang mendapatkan skor 4 (sangat
Pada siklus pertama tiga orang
baik). Pada siklus kedua terjadi
mendapatkan skor 2 (cukup baik), tiga
peningkatan yang mana tujuh orang
belas orang mendapatkan skor 3 (baik) dan
mendapatkan skor 3 (baik) dan sepuluh
satu orang mendapatkan skor 4 (sangat
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik).
baik). Pada silus kedua enam orang
Berikut grafik perbandingan siklus I dan
mendapatkan skor 3 (baik) dan sebelah
siklus II.
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik).
10 Berikut grafik perbandingan siklus I dan
8 siklus II.
6 15
Siklus I
4
10
Siklus II
2 Siklus I
5
0 Siklus II
Kurang Cukup Baik Sangat 0
Baik Baik Baik Kurang Cukup Baik Sangat
Baik Baik Baik
84
Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
Pada siklus pertama enam orang dari hasil observasi /pengamatan yang
mendapatkan skor 2 (cukup baik), sepuluh memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
orang mendapatkan 3 (baik) dan satu orang kompetensi guru dalam menyusun RPP
mendapatkan skor 4 (sangat baik). Pada dari siklus ke siklus . Pada siklus I nilai
siklus kedua terjadi peningkatan yang rata-rata komponen RPP 69% dan pada
mana tujuh orang mendapatkan skor 3 siklus II 83%. Jadi, terjadi peningkatan
(baik) dan sepuluh orang mendapatkan 14% dari siklus I.
skor 4 (sangat baik). Berikut grafik
perbandingan siklus I dan siklus II. B. Saran
Telah terbukti bahwa dengan
15
bimbingan berkelanjutan dapat
10 meningkatkan motivasi dan kompetensi
Siklus I guru dalam menyusun RPP. Oleh karena
5
Siklus II itu, peneliti menyampaikan beberapa saran
0 sebagai berikut.
Kurang Cukup Baik Sangat
Baik Baik Baik
1. Motivasi yang sudah tertanam
khususnya dalam penyusunan RPP
hendaknya terus dipertahankan dan
Grafik 4. 8. Komponen Penilaian Siklus I ditingkatkan/ dikembangkan.
dan Siklus II 2. RPP yang disusun/dibuat
hendaknya mengandung komponen-
komponen RPP secara lengkap dan baik
KESIMPULAN DAN SARAN karena RPP merupakan acuan/pedoman
A. Kesimpulan dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Dokumen RPP hendaknya dibuat
Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai minimal dua rangkap, satu untuk arsip
berikut. sekolah dan satunya lagi untuk pegangan
1. Bimbingan berkelanjutan dapat guru dalam melaksanakan proses
meningkatkan motivasi guru dalam pembelajaran.
menyusun RPP dengan lengkap. Guru
menunjukkan keseriusan dalam memahami DAFTAR PUSTAKA
dan menyusun RPP apalagi setelah Arikunto, S. (2004) Dasar-Dasar
mendapatkan bimbingan Supervisi. Buku Pengangan Kuliah,
pengembangan/penyusunan RPP dari Jakarta: Rineka Cipta. Cogan,
peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari M.L.(1973). Clinical Supervision.
hasil pengamatan pada saat mengadakan Boston: Honghton Mifflin. Cu
wawancara dan bimbingan Departemen Pendidikan Nasional (2009)
pengembangan/penyusunan RPP kepada Dimensi Kompetensi Supervisi
para guru. Akademik, Jakarta : Depdiknas.
2. Bimbingan berkelanjutan dapat Direktorat Pendidikan Menengah Umum
meningkatkan kompetensi guru dalam (2000) Manajemen Peningkatan
menyusun RPP. Hal itu dapat dibuktikan
85
Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018
86
Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
Peningkatan Hasil belajar siswa pada materi Sistim Administrasi Wilayah Indonesia
mata pelajaran IPS melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok di kelas VI SDN 10
Pulau Punjung
Abstrak
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai
dari pendidikan dasar sampai keperguruan tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi
salah satu mata pelajaran yang sangat membantu peserta didik dalam menumbuhkan
pengetahuan dan pemahaman untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan kajian antar disiplin ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, fakta dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu – isu atau masalah – masalah sosial. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik atau siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab.. Proses pembelajaran IPS belum berlangsung secara baik
di SD Negeri 10Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya, karenaSiswa tidak berani bertanya
jawab dan malu menyampaikan ide-idenya dan kurang menggunaka mediadalam mengikuti
pembelajaran sehingga hasil belajar IPS yang diharapkan belum tercapai dengan ketentuan
kriteria ketuntasan minimum (KKM) 70. Seorang guru dituntut untuk dapat membuat siswa
beraktivitasdalam belajar agar hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan keinginan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPSadalah dengan menerapkan metode diskusi kelompok dengan media peta. Rumusan
masalah dari penelitian ini adalah “Apakah pendayagunaan metode diskusi kelompok dengan
dapat mengaktifkan siswa dan meningkatan hasil belajar dalam pembelajaran perkembangan
sistem administrasi wilayah Indonesia?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 10Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya tahun ajaran 2016/2017 semester II dengan materiperkembangan sistem
administrasi wilayah Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus,
satu siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dan ditambah satu pertemuan untuk mengadakan
tes akhir siklus. Jumlah siswa pada penelitian ini sebanyak 32 orang, yang terdiri dari 19
orang laki- laki dan 13 orang perempuan. Pengumpulan data dilaksanakan dengan tes dan
lembaran observasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan metode diskusi kelompok
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa yaitu dari pra siklus 63%ke siklus I mencapai
66% dan mencapai indikator ketercapaian pada siklus IIyaitu78%.
Kata Kunci: Peningkatan hasil belajar, diskusi kelompok
87
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
88
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
Metode adalah suatu cara yang gambar, grafik, televise, dan computer.
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang Dengan kata lain media adalah komponen
telah ditetapkan. Seorang guru tidak akan sumber belajar atau wahana fisik yang
dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak mengandung materi instruksional di
menguasai satu pun metode mengajar yang lingkungan peserta didik yang dapat
dirumuskan dan dikemukakan para ahli merangsang peserta didik untuk belajar.
psikologi pendidikan. Prof. Dr. Winarno Rossi dan Beridle dikutip oleh (Wina
Surakhmad, M. Sc. Ed dikutip pada buku ( Sanjaya, 2006 : 161) mengemukakan bahwa
Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 46 ), media pembelajaran adalah seluruh alat dan
mengemukakan lima macam faktor yang bahan yang dipakai untuk mencapai tujuan
mempengaruhi penggunaan metode mengajar pendidikan seperti radio, televisi, buku,
sebagai berikut : Koran, majalah dan sebagainya. Menurut
1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan Rossi, alat-alat semacam radio dan televisi
fungsinya kalau digunakan dan program untuk
2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat pendidikan, maka merupakan media
kematangan pembelajaran. Namun demikian, media
3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya bukan hanya berupa alat atau bahan saja akan
4) Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas tetapi hal-hal lain yang memungkinkan
dan kuatitasnya peserta didik dapat memperoleh
5) Pribadi guru serta kemampuan pengatahuan.
profesionalnya yang berbeda-beda Menurut ( Syaiful Bahri Djamarah,
Menurut ( Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 126 ) Media yang dikenal dewasa ini
2006 : 83-97 ) Metode diskusi adalah cara tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah
penyajian pelajaran, di mana peserta didik lebih dari satu. Klasifikasinya bisa dilihat
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan
berupa pernyataan atau pertanyaan yang serta pembuatannya, yaitu :
bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama. 1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke
Dari pendapat di atas dapat di dalam :
simpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di a) Media auditif adalah media yang
tingkat Sekolah Dasar dapat diterapkan hanya mengandalkan kemampuan
metode diskusi setiap kelompok terdiri dari 4 suara saja, seperti radio, cassette
atau 5 siswa.Metode diskusi kelompok recorder, piringan hitam. Media ini
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan tidak cocok untuk orang tuli atau
secara bersama dalam berkelompok atas mempunyai kelainan dalam
dasar kemampuan mental, usia, kemampuan pendengaran.
fisik atau gender. b) Media visual adalah media yang
Menurut ( Azhar Arsyad, 2010 : 3-4 ) hanya mengandalkan indra
Kata media berasal dari bahasa latin medius penglihatan
yang secara harfiah berarti “ tengah, c) Media audio visual adalah media
perantara, atau pengantar ”. Sementara itu, yang mempunyai unsur suara dan
Gagne’ dan Briggs secara implisit unsur gambar.
mengatakan bahwa media pembelajaran 2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi
meliputi alat yang secara fisik digunakan ke dalam :
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, a) Media dengan daya liput luas dan
yang terdiri dari antara lain buku, tape serentak
recorder, kaset, video, camera, video b) Media dengan daya liput yang
recorder, film, slide ( gambar bingkai ), foto, terbatas oleh ruang dan tempat
89
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
c) Media untuk pengajaran individual oleh pendapat Sudjana (2010 :2) menyatakan
3. Dilihat dari bahan pembuatannya, dibagi bahwa “ hasil belajar siswa pada hakikatnya
ke dalam : adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
a) Media sederhana maksudnya bahan proses kegiatan belajar yang berisi rumusan
dasarnya mudah diperoleh dan kemampuan dan tingkah laku yang
harganya murah, cara pembuatannya diinginkan seperti yang tercakup dalam
mudah dan penggunaannya tdak sulit. tujuan pembelajaran”
b) Media kompleks maksudnya media Setelah siswa mengalami proses belajar
yang bahan dan alat pembuatannya tentu pada akhirnya akan memperoleh hasil
sulit dipeoleh serta mahal harganya, belajar. Hasil belajar merupakan penguasaan
sulit membuatnya dan penggunaannya yang dikuasai siswa sebagai hasil
memerlukan keterampilan yang kemampuan penyerapan pengetahuan dalam
memadai. proses belajar mengajar baik secara
Dari jenis-jenis dan karakteristik media perorangan maupun kelompok yang
sebagaimana disebutkan di atas, kiranya diintegralkan kedalam bidang studi. Dalam
patut menjadi perhatian dan pertimbangan proses pembelajaraan disekolah, hasil belajar
bagi guru ketika akan memilih dan diarahkan untuk mengetahui kemajuan dari
mempergunakan media dalam pengajaran. pengembangan diri siswa dalam belajar,
Menurut ( Syaiful Bahri Djamarah, serta memotifikasi siswa dalam belajar.
2006 : 136 ) Ada 6 enam langkah yang bisa Sesuai dengan pendapat Arikunto (1999:7)
ditempuh guru pada waktu ia mengajar bahwa:
dengan mempergunakan media, seperti : “Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk
a) Merumuskan tujuan pengajaran dengan mengetahui apakah materi yang sudah
memanfaatkan media diberikan telah dipahami oleh siswa dan
b) Persiapan guru apakah metode yang digunakan sesudah
c) Persiapan kelas tepat atau belum”.
d) Langkah penyajian pelajaran dan Perubahan yang didapat setelah
pemamfaatan media pembelajaran dapat berupa perubahan
e) Langkah kegiatan belajar peserta didik pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan
f) Langkah evaluasi pengajaran. sikap. Dengan kata lain hasil belajar dapat
Sedangkan peta adalah gambar dibedakan dalam ketegori Bloom yang
permukaan bumi dalam bidang datar.Dari didalam Dikmenum (2004:7) secara garis
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa besar dibagi tiga kategori yaitu:
media peta merupakan alat yang berbentuk a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil
gambar pada bidang datar yang dipakai atau belajar intelektual.
digunakan untuk penyampaian b) Ranah efektif berkenaan dengan sikap.
materiperkembangan sistem administrasi c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan
wilayah Indonesia pada umumnya dan hasil belajar keterampilan dengan
wilayah setempat pada khususnya. kemampuan bertindak.
Hasil belajar merupakan suatu Pada ketiga ranah tersebut, pada
perubahan yang terjadi pada diri umumnya ranah kognitif yang banyak dinilai
siswa.Sebagai akibat yang dilakukan sesuai oleh guru di sekolah. Karena berkaitan
pendapat Nasution (1982:25) mengatakan dengan kemampuan siswa dalam menguasai
bahwa “perubahan tingkah laku sebagai hasil materi pelajaran ranah kognitif meliputi hasil
belajar tidak hanya berbentuk pengetahuan, belajar intelektual yang terdiri dari beberapa
melainkan juga berbentuk kecakapan, aspek yaitu: pengetahuan dan ingatan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis dan
minat dan penyesuaian diri”. Dan diperkuat evaluasi.
90
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
Pengajaran terpusat pada guru, belajar yang dibangun oleh guru untuk
sedangkan pembelajaran terpusat pada mengembangkan kreatifitas berfikir yang
peserta didik. Menurut (Ramayulis, 2006 : dapat meningkatkan kemampuan berfikir
239 ) Beberapa ahli merumuskan pengertian peserta didik, serta dapat meningkatkan
pembelajaran : kemampuan mengkonstruksi pengetahuan
a) Menurut Syaiful Sagala pembelajaran baru sebagai upaya meningkatkan
ialah membelajarkan peserta didik penguasaan yang baik terhadap materi
menggunakan azaz pendidikan maupun pelajaran.
teori belajar yang merupakan penentu Dikutip pada Sobri Sutikno ( 2009 : 31)
utama keberhasilan pendidikan. Winkel , mengartikan pembelajaran sebagai
Pembelajaran merupakan proses perangkat tindakan yang dirancang untuk
komunikasi dua arah. Mengajar mendukung proses belajar peserta didik,
dilakukan oleh pihak guru sebagai dengan memperhitungkan kejadian-kejadian
pendidik, sedangkan belajar dilakukan eksternal yang berperanan terhadap
oleh peserta didik. rangkaian kejadian-kejadian internal yang
b) Menurut Corey pembelajaran merupakan berlangsung di dalam diri peserta didik.
suatu proses dimana lingkungan Berdasarkan pengertian pembelajaran
seseorang secara sengaja dikelola untuk yang dikemukakan di atas dapat dipahami
memungkinkan ia turut serta dalam bahwa pembelajaran merupakan suatu
tingkah laku dalam kondisi khusus atau kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
menghasilkan respon terhadap situasi unsur manusiawi, material, fasilitas,
tertentu. perlengkapan, dan prosedur yang saling
Pembelajaran ialah membelajarkan mempengaruhi mencapai tujuan
peserta didik menggunakan asas pendidikan pembelajaran. Pembelajaran juga menunjuk
maupun teori belajar merupakan penentu ke perubahan dalam tingkah laku peserta
utama keberhasilan pendidikan.Pembelajaran didik dalam situasi tertentu berkat
merupakan proses komunikasi dua arah, pengalamannya yang berulang-ulang dan
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai perubahan tingkah laku tersebut tak dapat
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh dijelaskan atas dasar kecendrungan-
peserta didik atau murid. Konsep kecendrungan respon bawaan, kematangan
pembelajaran menurut Corey adalah suatu atau keadaan temporer dari peserta didik.
proses dimana lingkungan seseorang secara Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam wajib di jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran IPS adalah suatu proses
pembelajaran merupakan subjet khusus interaksi antara peserta didik dengan
dalam pendidikan. lingkungannya yaitu lingkungan sekolah
Menurut Syaiful Sagala ( 2009 : 61-62) sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
pembelajaran mengandung arti setiap yang lebih baik.
kegiatan yang dirancang untuk membantu Menurut ( Oemar Hamalik, 2005 : 65-
seseorang mempelajari suatu kemampuan 66) menjelaskan ciri-ciri dari pembelajaran
dan nilai yang baru. Pembelajaran menurut adalah sebagai berikut :
Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru a) Rencana, ialah ketenagaan, material dan
secara terpogram dalam desain instruksional, prosedur yang merupakan unsur-unsur
untuk membuat peserta didikss belajar secara sistem pembelajaran dalam suatu
aktif, yang menekankan pada penyediaan rencana khusus.
sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses
91
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
92
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
jumlah siswa dalam satu kelas yang diharapkansupaya hasil tes pertama lebih
mendapat nilai di atas KKM, halinisesuai baik dari pada tes awal.
dengan ketentuan KTSP dalam BSPN Gambar 1. GrafikAktifitasSiswaDalam
(2006:12). Proses PembelajaranPadaSiklus I
Keberhasilan aktivitas belajar
120%
ditentukan berdasar kriteria tiap indikator
aktivitas belajar siswa menurut Sudjono 100%
(2008:35), yaitu sebagai berikut: 80%
Nilai Nilai Predikat 60%
Angka Huruf 40%
20%
80% keatas A Baik Sekali
66%-79% B Baik 0%
56%-65% C Cukup 1 2 3 4 5
46%-55% D Kurang
Dalam penelitian ini keberhasilan Berdasarkan Gambar 1 di atas, aktifias siswa
aktivitas guru dan siswa dalam proses pelaksanaan siklus Idapat terlihat persentase
pembelajaran dikatakan berhasil apabila aktifitas sebagai berikut :
setiap aktivitas tersebut telah mencapai 1. Kehadiran tepat waktu saat proses
predikatbaik. pembelajaran 97%
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Sering bertanya dan memberi pendapat
Setelah diadakan tes awal, ternyata 60%
hasil yang didapatkan siswa kelas VI SDN. 3. Aktif dalam diskusi kelompok 65%
10 Pulau Punjung Kec. Pulau Punjung Kab. 4. Jujur saat mengadakan tes 90%
Dharmasraya yang di ikuti oleh 32 siswa 5. Mampu berkomunikasi lisan di depan
yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 13 kelas 55%
orang perempuan, yang mendapat nilai Berdasarkan data di atas dapat di tarik
dibawah KKM atautidaktuntasyaitusebanyak kesimpulan bahwa padasiklus I aktifitassiswa
12 orang sedangkanyang mendapatkan nilai masih rendahnya dalam proses pembelajaran.
tuntassebanyak 20 orang. Setelah dihitung, Oleh karena itu, penelitian ini di lanjutkan
ketuntasansecaraklasikaldiperoleh63%. Oleh pada siklus berikutnya.
karena hasil siswa tidak mencapai KKM Hasil belajar dalam proses
maka peneliti berupaya menerapkan metode pembelajaran IPS dengan materi
diskusi kelompok dengan menggunakan Perkembangan wilayah administrasi wilayah
media peta pada kelas VI SDN.10 Pulau Indonesia dengan penerapan metode diskusi
Punjung. kelompok dalam media peta belum berhasil,
Setelah dilaksanakan belajar dengan karena hasil belajarnya dapat dikatakan
diskusi kelompok dengan materi tercapai apabila persentase ketuntasan belajar
perkembangan sistem administrasi wilayah siswa secara klasikal diperoleh minimal
Indonesia dengan menggunakan medi peta, 75%.Sedangkanpadasiklus I barumencapai
secara bergantian siswa setiap kelompok ke 66%.
depan untuk menemukandanmenunjukkan Proses pembelajaran ini dilaksanakan
yang mana wilayah-wilayah Indonesia dari penerapan metode diskusi kelompok dengan
Sabang sampai Marauke. Siswa dapat menggunakan media peta. Untuk
menemukandanmenunjukkan Profinsi- memperoleh data tentang pelaksanaan siklus
profinsi atau Kabupaten-kabupaten yang I dianalisis dan didiskusikan dengan
sudah pemekaran. Dengan diadakan pengamat atau teman sejawat sehingga
penerapan diskusi kelompok tersebut didapat kesimpulan sebagai berikut:
95
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
1. Dengan menggunakan penerapan metode Data ini menunjukkan bahwa kriteria yang
diskusi kelompok dengan media ditetapkan sudah tercapai yaitu setiap
petadapat meningkatkan aktifitas guru aktifitas telah memperoleh kriteria baik.
dalam proses pembelajaran. Hasil belajar diperoleh gambaran
2. Dengan menggunakan penerapan metode bahwa hasil belajar dalam proses
diskusi kelompok dengan media pembelajaran IPS melalui penerapan metode
petamenarik perhatian dan siswa diskusi dengan media peta sudah mencapai
kelihatannya lebih aktif dan lebih banyak ketuntasan yang diharapkan, karena hasil
keingintahuannya. Hal ini terlihat dari belajar dapat dikatakan tercapai apabila
aktifitas belajar dari pertemuan I ke persentase ketuntasan yang diperoleh 75 %,
pertemuan II. sedangkan hasil ketuntasan yang diperoleh
3. Dari hasil tes yang telah dilaksanakan, dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal adalah 78 %. Dengan demikian dapat
baru mencapai 62,5% dari jumlah siswa yang dikatakan bahwa hasil belajar IPS dapat
ikut tes. meningkat melalui penerapan metode diskusi
Berdasarkan pengamatan dan tes maka kelompokdengan media peta.
tujuan yang diharapkan pada persentasenya Pembelajaran pada Siklus II difokuskan
observasi terhadap aktifitas guru dansiswa pada perkembangan sistem administrasi
dalam proses pembelajaran serta hasil belajar wilayah Indonesia. Proses pembelajaran
siswa belum mencapai kriteria, maka proses dilaksanakan melalui penerapan metode
pembelajaran IPS pada materi Perkembangan diskusi kelompok dengan media peta.Untuk
Sistem Administrasi Wilayah Indonesia memperoleh data tentang pelaksanaan pada
dengan penerapan metode diskusi kelompok Siklus II dilakukan pengamatan dan tes.
dengan menggunakan media peta dilanjutkan Hasil pengamatan dan tes selama
dengan Siklus II. pelaksanaan Siklus II dianalisis dan
didiskusikan dengan pengamat sehingga
Gambar 2 GrafikAktifitasSiswaDalam Proses didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
PembelajaranPadaSiklus II 1) Aktifitas guru dalam proses pembelajaran
pada siklus II telah memperoleh persentase
150%
78% dengan predikat baik.
100% 2) Aktifitas siswa dalam setiap kegiatan yang
diamati pada siklus II sudah mencapai
50%
predikat baik.
0% 3) Dari hasil tes yang telah dilaksanakan pada
1 2 3 4 5 Siklus II, ketuntasan hasil belajar mencapai
78 % dari jumlah siswa yang mengikuti tes.
Berdasarkan analisis dan refleksi
Berdasarkan Gambar 2 di atas, aktifias siswa pada Siklus II, penelitian pada penerapan
pelaksanaan siklus I dapat terlihat persentase metodediskusi kelompok dengan media peta
aktifitas sebagai berikut: sudah berhasil dan dihentikan pada siklus II.
1. Kehadiran tepat waktu saat proses
pembelajaran 100% PEMBAHASAN
2. Sering bertanya dan memberi pendapat Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus
69% I dan Siklus II dapat dilihat adanya
3. Aktif dalam diskusi kelompok 69% peningkatan aktifitas dan hasil belajar IPS
4. Jujur saat mengadakan tes 90% siswa melalui penerapan metode diskusi
5. Mampu berkomunikasi lisan di depan kelompokdengan media peta pada siswa
kelas 66% kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kab.
96
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar – Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Arsyad, Azhar.2010. Media Pembelajaran.
Jakarta : PT Raja Grafindo.
Djamarah, Bahri Syaiful, Aswan Zain.2010.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta,
Hamalik, Oemar, 2005. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara,
Nasution, 1982; 25, Belajar dan
Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Ramayulis.2006. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta : Kalam Mulia,
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana Grafika
Syaiful Sagala.2009. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sutikno, Sobry.2009. Belajar dan
Pembelajaran Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang
Berhasil. Bandung : Prospect,
98
Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
WARNIS
Guru SD Negeri 06 Pulau Punjung
ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian tindakan kelas di SD Negeri 06 Pulau Punjung dengan tujuan meningkatkan hasil
belajar siswa belajar IPA melalui Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Melalui
Model Student Teams Achievement Division ( STAD ) Di Kelas V SD N 06 Pulau Punjung. Pembelajaran
selama ini berlangsung secara konvensional, hal ini mengakibatkan hasil pembelajaran belum maksimal sesuai
dengan harapan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus dengan setiap siklus dua kali
pertemuan. Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan Model student Team Achiement ( STAD )
Sebagai intrumen pengumpul data adalah lembar kerja siswa, Lembar Soal Ulangan harian dan lembar observasi
yang disi oleh observer, dengan langkah-langkah perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,
evaluasi dan refleksi untuk setiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan hasil
belajar siswa Melalui Model Student Teams Achievement Division ( STAD ) Di Kelas V SD N 06 Pulau
Punjung. pada kondisi awal rata –rata 59,8 atau persentase pencapaian KKM sebesar 26,7 % pada siklus I
meningkat 70 atau sebesar 50 % dan pada siklus II meningkat menjadi 78,7 sebesar 73,3 %. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua. Masing-masing individu nilai latihannya setiap
pertemuan mengalami peningkatan. Pembelajaran dengan menggunakan model Model Student Teams
Achievement Division ( STAD ) Di Kelas V SD N 06 Pulau Punjung.memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar peserta didik
Kata Kunci : Hasil Belajar, IPA, Model Student Teams Achievement Division ( STAD ).
PENDAHULUAN mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
Pendidikan dalam konteks otonomi untuk mengembangkan potensi siswa agar
daerah diharapkan dapat mengambil peran menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
dalam mewujudkan perubahan paradikma kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat,
dari sentarlisasi menjadi disentralisasi sesuai berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
dengan budaya petunjuk menjadi penekanan warga negara yang demokratis serta
prinsip demokrasi, prakarsa, dan aspirasi bertanggung jawab.
masyarakat daerah sesuai dengan fungsi dan Keberhasilan pendidikan sangat
tujuan pendidikan nasional yang tertuang tergantung pada keberhasilan suatu proses
dalam Undang – Undang No 23 tahun 2003 ( pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
Sisdiknas, pasal 3 ) yang berbunyi “ guru terhadap siswanya. Sementara itu,
Pendidikan nasional berfungsi keberhasilan suatu proses pembelajaran
mengembangkan kemampuan dan tidaklah lepas dari sarana maupun prasarana
membentuk watak serta peradapan bangsa pembelajaran yang memadai untuk
yang bermartabat dalam rangka menunjang aktifitas pembelajaran. Belajar
99
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
merupakan proses penting bagi perubahan psikologi lebih menekankan pada efisiensi
perilaku manusia dan ia mencakup segala mental dan kapasitas pemahaman abstrak
sesuatu yang dipikirkan, dan dikerjakan. yang diperlukan dalam menggunakan bahasa
Belajar memegang peranan penting di dalam symbol. Hal ini juga diperkuat oleh Donald
perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, Stener ( dalam Suroso, 2010 : 13 ) bahwa
tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi Intelegensi adalah kemampuan untuk
manusia. Proses pembelajaran yang menerapkan pengetahuan yang sudah ada
berlangsung di SD N 06 Pulau Punjung di untuk memecahkan masalah-masalah baru,
Kelas V tahun ajaran 2016 / 2017 semester II tingkat intelegensi diukur dengan kecepatan
belum menunjukkan hasil yang maksimal. memecahkan masalah. Setelah melakukan
Bila dilihat dari nilai ulangan harian dan pembelajaran, guru sering merasakan betapa
tugas selama proses pembelajaran yang susahnya mengelola kelas yang memiliki
berlangsung dengan persentase pencapaian ragam intelegensi yang sangat berbeda jauh.
KKM sebesar .26,7 % dengan jumlah nilai Hal ini sangat mempengaruhi proses
rata-rata 59,5 poin. pembelajaran dan hasil belajar siswa. Guru
Keberhasilan pembelajaran ditandai harus beberapa kali mengingatkan siswa
dengan berhasilnya siswa mencapai indikator yang sudah memahami materi pelajaran
pembelajaran. Masalah muncul ketika untuk tidak mengganggu siswa lain, tatkala
setelah proses pembelajaran selesai, maka guru sedang membimbing siswa yang belum
diadakan tes sebagai output dari hasil belajar, memahami materi pelajaran. Pengelolaan
tapi yang diharapkan jauh dari kenyataan. kelas yang gagal dan perhatian terhadap
Hal ini terjadi di kelas yang peneliti kelola siswa yang pintar menjadi terabaikan, hal ini
yaitu hasil evaluasi siswa memiliki rentang merupakan latar belakang munculnya
yang sangat panjang. Siswa yang pintar permasalahan dalam pembelajaran.
mendapat nilai yang tinggi antara 75 sampai
Jika permasalahan ini tidak diatasi,
100 hanya 26,7 % atau 9 orang dari 30 siswa,
maka siswa yang tadinya pintar tapi kurang
sementara siswa yang lambat dalam belajar
mendapat respon akan menjadi pengganggu
mendapat nilai yang sangat rendah atau
bagi siswa lain, sehingga siswa yang pintar
dibawah KKM antara 30 sampai 74 poin.
dicap sebagai siswa yang suka mengganggu,
Kita tidak bisa memungkiri bahwa siswa
membuat keributan dan segala prediket jelek
dalam satu kelas memiliki perbedaan
lainnya. Tak adil memang, padahal mereka
intelegensi. Menurut Sumantri, mulyani
juga membutuhkan perhatian yang sama
(2009:4.25 ) Pengertian intelegensi secara
dengan siswa yang lambat dalam belajar.
100
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang menggunakan istilah sain yang sulit
menyebabkan siswa belajar. Belajar dipahami oleh siswa. Jangankan dipahami,
hakekatnya adalah berubah kearah yang lebih untuk mengucapkan beberapa kata dibidang
baik. Perubahan yang terjadi berlangsung sain saja mereka kesulitan. Hal ini
dalam diri siswa sebagai pelajar. Menurut menyebabkan pembelajran IPA yang
Djalil, Aria (2008 : 2.29 ) Perubahan pada seharusnya menyenangkan menjadi materi
siswa berkenaan dengan pengetahuan, nilai, yang sulit bagi siswa, bahkan integrasi dan
dan sikap. Perubahan pengetahuan implementasi materi pelajaran dengan
berlangsung melalui proses pemahaman, kehidupan sehari-hari kurang dirasakan
sedangkan nilai dan sikap berlangsung manfaatnya oleh siswa. Padahal dalam KTSP
melalui penghayatan. Perobahan IPA (Depdiknas, 2006 :432 ) jelas tertuang
keterampilan melalui latihan, mencoba, salah satu tujuan Mata pelajaran IPA adalah
membiasakan, mengaitkan bahkan dapat agar peserta didik mengembangkan
menggunakan ilmu yang mereka dapat dalam pengetahuan dan pemahaman konsep IPA
kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
terus-menerus. Menurut Peneliti guru kehidupan sehari-hari.
sebagai motivator harus bisa memberikan
Berikut ini penulis sertakan perolehan
motivasi kepada siswa, agar siswa tertarik
rata-rata nilai mata pelajaran IPA di kelas V
untuk belajar pada bidang studi tersebut.
sebelum penelitian sesuai dengan tabel 1
Motivasi belajar bersifat ekstrinsik (dari luar
dibawah ini :
diri siswa ) dapat dilakukan dengan
pembiasaan secara terus menerus atau Tabel 1. Hasil ulangan harian siswa
melalui reinforcement, sedangkan motivasi sebelum tindakan
belajar bersifat instrinsik ( dari dalam diri Hasil belajar Jumlah Rata –rata (
%)
siswa ) dapat timbul berdasarkan
85-100 4 13,33 %
pengetahuan yang telah dikuasainya.
75-84 5 16,67 %
Bagaimana semua siswa termotivasi untuk
belajar tanpa ada yang merasa diabaikan 65-74 1 3,33 %
dalam menyampaikan materi pelajaran. 55 – 64 6 20 %
Berdasarkan pengalaman penulis selama ≤ 54 14 46,67 %
menjadi guru di SDN 06 Pulau punjung, IPA
JUMLAH 30 100 %
merupakan mata pelajaran yang melibatkan
Kegagalan proses pembelajaran
kehidupan seharian siswa, tapi juga banyak
disebabkan karena verbalisme, kekacauan
101
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
makna dan persepsi yang tidak tepat. Untuk mendorong aktivitas siswa dan merangsang
mengurangi verbalisme, kekacauan makna minat siswa sehingga pembelajaran IPA
dan persepsi yang tidak tepat dari siswa bukan pembelajaran yang membosankan,
terhadap materi yang diberikan guru selama pembelajaran IPA menjadi bermakna. Salah
proses pembelajaran perlu adanya suatu satu model pembelajaran yang efektif
model, metode dan media pembelajaran. mengatasi masalah tersebut yaitu model
Seorang guru hendaknya dapat pembelajaran kooperatif. Model
mengembangkan media pendidikan dengan pembelajaran kooperatif menurut Trianto (
menggunakan alat peraga / media tersebut 2009 ) bahwa model kooperatif dapat
diharapkan pembelajaran dapat berhasil mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
sehingga tujuan dari pendidikan dapat hubungan yang lebih baik antar siswa, dan
terwujud. dapat mengembangkan kemampuan
Berdasarkan nilai hasil belajar yang akademis siswa. Model pembelajaran
diperoleh siswa, maka perlu diadakan suatu kooperatif terdiri dari model STAD,
tindakan agar siswa dapat meningkatkan JIGSAW,TGT, TPS dan NHT. Semua
kemampuannya dalam mengerjakan soal- prinsip pembelajaran kooperatif tidak
soal IPA minimal nilai 75 sesuai syarat berubah. Dalam hal ini peneliti
ketuntasan belajar secara individu. Menurut menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
pengamatan peneliti selama mengajar di STAD yang dapat melibatkan siswa dengan
kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung cara menggunakan lembar kegiatan dan
rendahnya hasil belajar disebabkan oleh saling membantu untuk menuntaskan materi
faktor-faktor antara lain kurangnya belajarnya. Untuk memecahkan permasalah
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep , tersebut, dengan mengkaji latar belakang
kurangnya minat siswa, sehingga soal- soal dan uraian sebelumnya, maka fokus dalam
yang diberikan, banyak kegagalannya dan tindakan penelitian kelas ini adalah dengan
lamban penyelesaiannya (tidak tepat waktu). menerapkan pendekatan pembelajaran
Guru mengajarnya cendrung menggunakan kooperatif tipe STAD. Dalam prakteknya
metode ceramah sehingga terkesan monoton penerapan pendekatan pembelajaran ini,
dan membosankan. banyak membantu guru dalam mengaitkan
Kelemahan-kelemahan yang terjadi materi yang diajarkan dengan situasi dunia
dalam proses pembelajaran akan dapat nyata siswa dan mendorong siswa membuat
diatasi dengan melalui model pembelajaran hubungan antara pengetahuan yang
yang dapat meningkatkan hasil belajar, dimilikinya dengan penerapannya di
102
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
103
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
siklus I 1. Perencanaan
Dalam tahap ini, hal-hal yang
3. Rabu/ Kegiata
dilakukan oleh peneliti adalah:
22 n Siklus
Maret I a. Observasi lokasi dan subjek
s.d 5
penelitian
April
2017 b. Konsultasi dengan pihak guru
4 Rabu/ Kegiata c. Menyiapkan perangkat
12 n siklus pembelajaran seperti silabus,
April II
s.d 26 Rencana Pembelajaran (RPP),
April Student Worksheet, instrument
2017
pengumpulan data.
5 Selasa Mengola
d. Menyiapkan media yang akan
/ 2 Mei h Data
s.d 17 digunakan dalam pembelajaran
Mei
e. Menyiapkan alat dan bahan lain
2017
yang akan dibutuhkan dalam
6 Kamis Membua
/ 18 t pembelajaran.
Mei s.d Laporan f. Merencanakan analisis hasil tes.
30 Mei
2017 2. Tahap pelaksanaan tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan
B. Prosedur Penelitian
yang dilakukan oleh guru mata
Penelitian tindakan kelas ini akan
pelajaran IPA kelas V SD Negeri 06
dilaksanakan pada materi IPA.
Pulau Punjung dengan
Penelitian ini direncanakan dalam dua
melaksanakan rencana pembelajaran
siklus. Siklus 1 terdiri dari 2 tindakan
yang sudah disiapkan dan dibantu
dan 1 Ulangan harian sedangkan siklus 2
oleh guru menjadi observer dalam
terdiri dari 2 tindakan dan 1 ulangan
penelitian ini. Adapun kegiatan
harian .Masing-masing siklus
yang dilakukan adalah : Peneliti
dilaksanakan pembelajaran dengan
melakukan Kegiatan Belajar
model kooperatif tipe Student Team-
Mengajar dikelas V SDN 06 Pulau
Achievement Division (STAD) .
punjung sesuai dengan jadwal
1) Siklus I
dengan langkah-langkah sebagai
Berikut langkah-langkah yang akan
berikut :
dilakukan dalam penelitian tindakan
kelas ini.
104
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
105
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
106
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
107
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
108
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
109
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
111
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
akhir siklus I peneliti memberikan soal Setelah perencanaan dan refleksi siklus I
kepada siswa sebanyak 10 soal yang dianggap matang, maka diadakan siklus
berkaitan dengan pesawat sederhana. II.
Waktu untuk menyelesaikan selama 60 5. Hasil
menit kemudian siswa diperintahkan Hasil penelitian dari siklus satu yang
untuk mencocokkan dengan langkah yang peneliti lakukan di V SD Negeri 06 Pulau
diberikan guru. . punjung tahun 2017 dilaksanakan
Dengan demikian siklus I berdasarkan prosedur penelitian tindakan
keberhasilannya mencapai 50 % dan nilai kelas dengan menggunakan model
rata-rata 70 poin. Keberhasilan yang pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
demikian, belum memenuhi apa yang siswa kelas V dapat dideskripsikan
diharapkan, maka peneliti mengadakan sebagai berikut : Hasil yang dicapai pada
refleksi ulang terhadap perencanaan siklus siklus I keberhasilan mencapai 50 %
I. Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti dengan nilai rata 70 poin. Perincian
adalah : (1) Memperbaiki perencanaan Analisis Nilai Siswa dalam menyelesaikan
siklus I untuk ditingkatkan pada siklus II, soal ulangan harian akhir Siklus 1 dapat
(2) Memberikan contoh-contoh real dalam dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
kehidupan sehari-hari yang lebih jelas dan Tabel 6 Perincian Analisis Nilai Siswa
dalam menyelesaikan soal Ulangan harian
dimengerti siswa, (3) Mengadakan cek
siklus I.
hasil pengamatan guru terhadap peneliti, Hasil Jumlah Rata –rata
belajar (%)
atas kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran siklus I. Dari kegiatan 85-100 6 20 %
refleksi, diketahui bahwa kekurangan 75-84 9 30 %
peneliti yaitu pada penjelasan konsep dan 65-74 0 - %
contohnya dalam kehidupan sehari-hari
≤ 64 15 50 %
dan diharapkan lebih dapat dimengerti
Jumlah 30 100 %
siswa. Kegiatan guru pada saat siswa
mengerjakan soal diharapkan menjadi Pada tabel 5 di atas diketahui
fasilitator sehingga dimana ada siswa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
yang mengalami kesulitan belajar sebesar 50 % dengan keterangan yang
diharapkan guru memberikan penjelasan mendapat nilai 85-100 sebesar 20 %, 75 –
Berdasarkan data diatas dapat dibuat pada siswa yang belum memahami
grafik.1. peningkatan sebelum penelitian dan konsep dan menentukan contoh –contoh
setelah siklus I. dalam kehidupan sehari-hari sehingga
anak mengerti apa yang dipelajari dan
Gambar grafik 1 peningkatan hasil belajar bagaimana penerapannya. Pemahaman
sebelum dan sesudah siklus I
siswa diharapkan akan tumbuh dalam
siklus II ini sehingga akan memudahkan
15
pemahaman konsep pesawat sederhana.
10 C. Siklus II 85-100
1. Perencanaan
75- 84
5 65-74
Penelitian siklus II dilaksanakan
kecil dari 64
pertemuan 1 dilaksanakan pada hari
0
sebelum siklus I Rabu / 12 April 2017, pertemuan
tindakan
kedua hari Rabu/ 19 April 2017 dan
Setelah diadakan tindakan siklus I
untuk ulangan harian di laksanakan
berdasarkan tabel diatas yang sudah
pada akhir siklus II pada hari Rabu/
dianggap memiliki kemampuan dalam
26 April 2017 dengan langkah –
menyelesaikan soal sebanyak 15 orang.
langkah pembelajaran dengan
Kalau dilihat dari Ketuntasan belum
tindakan sebagai berikut:
sesuai dengan harapan maka perlu di
lanjutkan dengan tindakan siklus II. 1) Mendata kekurangan-
Peneliti pada siklus ke II masih kekurangan yang ada pada siklus
menggunakan model STAD Pelaksanaan I
tindakan siklus II tersebut langkah yang 2) Menyusun perangkat
dilakukan pada pembelajaran adalah pembelajaran siklus II yang
sebagai berikut :perencanaan, merupakan revisi dari siklus I
pelaksanaan, observasi dan refleksi. seperti RPP dan LKS
Kegiatan tersebut kemudian diikuti 3) Menyiapkan media pembelajaran
dengan pemberian soal untuk diselesaikan 4) Menyiapkan lembar observasi
siswa secara individu. Setelah dilakukan kegiatan guru dan siswa siklus II
secara individu maka diadakan tugas 5) Menyiapkan soal evaluasi siklus
kelompok, kemudian pembahasan soal II beserta kunci jawabannya
bersama-sama dengan difasilitasi guru. 6) Menyiapkan pedoman
Titik perhatian dalam siklus II adalah pensekoran soal evaluasi siklus II
113
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
114
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
115
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
116
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
117
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
118
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
ABSTRAK
Dalam pendidikan jasmani, permainan merupakan olahraga yang digemari siswa, dan salah
satunya adalah permainanan-bola voli mini. Dalam pembelajaran permainan bola voli mini di SD masih
banyak ditemukan masalah diantaranya, adalah kurangnya penguasaan teknik passing atas. Siswa kelas
VI masih takut dengan bola, siswa beranggapan bola itu berat, dan merasa takut jari tangan mereka cedera
saat menahan bola.
Penggunaan metode pembelajaran yang kurang menyenangkan bisa juga membuat siswa kurang
termotivasi untuk belajar passing atas, akibatnya siswa kurang terampil dalam melakukan passing bawah
bola voli. Terbukti dari hasil dari hasil evaluasi baru 42% siswa yang telah dapat melakukan passing
bawah dan 58% siswa masih belum menguasai passing bawah dengan baik. Jumlah siswa yang tuntas
adalah 11 orang atau 42%, sedangkan yang tidak tuntas adalah 15 orang atau 58%. Kondisi yang seperti
ini apabila dibiarkan akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut menunjukkan adanya
permasalahan pembelajaran yang harus dicari jalan keluarnya. Peneliti ingin menggunakan metode
pembelajaran yang diperkirakan akan dapat membantu siswa kelas VI SDN 07 Pulau Punjung untuk dapat
melakukan passing bawah yaitu memakai metode tutor sebaya. Selama ini metode tutor sebaya jarang
dipakai dalam pembelajaran bola voli mini di SD.
Hasil Penelitian menunjukkan pada pra tindakan dari 26 siswa terdapat 11 siswa (42%) yang
tuntas belajar, pada akhir siklus I dari 26 siswa terdapat 19 siswa (73%) yang tuntas belajar, pada pra
tindakan dari 26 siswa terdapat 23 siswa (88%) yang tuntas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa metode
tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar pasing bawah bola voli mini siswa kelas VI SDN 07 Pulau
Punjung.
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani bertujuan pendidikan jasmani yang merupakan
untuk mengembangkan aspek kesehatan salah satu mata pelajaran di Sekolah
kebugaran jasmani, keterampilan, berfikir Dasar. Adapun permainan dan olahraga
kritis, stabilitas emosional, keterampilan meliputi olahraga tradisional, permainan
sosial, penalaran dan tindakan moral eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor
melalui aktivitas jasmani dan olahraga. dan non lokomotor, atletik, kasti, rondes,
Guru diharapkan mengajarkan berbagai kippers, sepak bola, bola basket, bola
keterampilan gerak dasar, teknik dan voli, dan banyak lainnya.
strategi permainan dan olahraga. Dalam pendidikan jasmani,
Pembelajaran dapat dilakukan dengan permainan merupakan olahraga yang
latihan, menirukan, permainan digemari siswa, dan salah satunya adalah
perlombaan, dan pertandingan. permainanan-bola voli mini. Dalam
(Depdiknas, 2003:5-6). pembelajaran permainan bola voli mini di
Ruang lingkup olahraga meliputi SD masih banyak ditemukan masalah
olahraga masyarakat, olahraga prestasi, diantaranya, adalah kurangnya
dan olahraga pendidikan. Salah satu penguasaan teknik passing atas. Siswa
bagian dari olahraga pendidikan adalah kelas VI masih takut dengan bola, siswa
119
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
beranggapan bola itu berat, dan merasa 1.Adakalanya hasilnya lebih baik bagi
takut jari tangan mereka cedera saat para siswa yang mempunyai rasa takut
menahan bola. dan enggan pada gurunya.
Penggunaan metode pembelajaran 2.Bagi tutor pekerjaan tutoring akan
yang kurang menyenangkan bisa juga dapat memperkuat konsep yang sedang di
membuat siswa kurang termotivasi untuk bahas
belajar passing atas, akibatnya siswa 3.Bagi tutor juga bisa untuk melatih diri
kurang terampil dalam melakukan memegang tanggung jawab dalam
passing bawah bola voli. Terbukti dari mengemban suatu tugas dan melatih
hasil dari hasil evaluasi baru 42% siswa kesabaran
yang telah dapat melakukan passing 4.Mempererat hubungan antar siswa
bawah dan 58% siswa masih belum sehingga mempertebal rasa sosial.
menguasai passing bawah dengan baik. Penggunaan metode tutor sebaya
Jumlah siswa yang tuntas adalah 11 orang diharapkan dapat meningkatkan
atau 42%, sedangkan yang tidak tuntas penguasaan siswa terhadap teknik passing
adalah 15 orang atau 58%. Kondisi yang bawah. Seperti yang disampaikan oleh
seperti ini apabila dibiarkan akan sangat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal bahwa tutor sebaya adalah siswa yang
tersebut menunjukkan adanya ditunjuk atau ditugaskan membantu
permasalahan pembelajaran yang harus temannya yang mengalami kesulitan
dicari jalan keluarnya. belajar karena hubungan teman
Beberapa kemungkinan penyebab adakalanya lebih dekat.
masalahnya adalah:
1.Kurangnya motivasi siswa dalam METODE PENELITIAN
mengikuti pembelajaran passing bawah. Penelitian ini merupakan
2.Rendahnya kemampuan dan keberanian penelitian tindakan kelas (classroom
siswa dalam melakukan passing bawah. action research). Penelitian dilaksanakan
3.Guru belum memakai metode yang di SDN 07 Pulau punjung. Penelitian ini
sesuai dengan dengan pembelajaran. dilaksanakan pada semester 1 tahun
4.Guru belum mengaktifkan siswa yang ajaran 2017/2018 yaitu dari bulan
sudah bisa passing bawah. September sampai November.
Berdasarkan permasalahan Subjek penelitian ini adalah siswa
tersebut, maka peneliti ingin kelas VI SDN 07 Pulau Punjung tahun
menggunakan metode pembelajaran yang ajaran 2017/2018. Keseluruhan siswa
diperkirakan akan dapat membantu siswa kelas VI SDN 07 Pulau Punjung
kelas VI SDN 07 Pulau Punjung untuk dijadikan subjek penelitian yaitu
dapat melakukan passing bawah yaitu sebanyak 26 siswa, yang terdiri atas 13
memakai metode tutor sebaya. Selama laki-laki dan 13 perempuan.
ini metode tutor sebaya jarang dipakai Sumber data yang ada dalam
dalam pembelajaran bola voli mini di SD. penelitian ini adalah data yang diperoleh
Alasan penulis menggunakan metode dari hasil belajar passing atas, dari
bantuan tutor sebaya sesuai pendapat peristiwa selama PBM berlangsung, dan
Suharsimi Arikunto yaitu: data dari pelaksanaan PBM dengan
bantuan tutor sebaya selama PBM.
120
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
121
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Siklus 1
18
16
14
12
10
8 Siklus 1
6
4
2
0
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
122
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
123
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Elvia
ABSTRAK
Siswa kelas I SD Negeri 06 Pulau Punjung dalam pembelajaran bahasa Indonesia kemampuan
masih rendah dalam membaca permulaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari siswa sendiri
dan dari guru kelas yang mencakup guru bahasa Indonesia. Faktor dari siswa adalah siswa belum mampu
mengurai kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf dan belum mampu merangkai suku kata, dan
huruf. Sedangkan faktor dari guru adalah kurangnya perhatian guru terhadap siswa khususnya siswa yang
berkesulitan belajar, kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat
membantu siswa dalam membaca permulaan. Peningkatan belajar membaca permulaan bagi siswa
berkesulitan belajar bisa ditingkatkan dengan menggunakan metode SAS. Tujuan penelitian ini untuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa yang berkesulitan belajar di kelas I Sekolah Dasar
Negeri 06 Pulau Punjung yang belum bisa mengurai mengurai kata menjadi suku kata, mengurai suku
kata menjadi huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 06 Pulau Punjung. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan tes dan menguji ketuntasan dengan persentase. Rata-rata hasil belajar
membaca permulaan dengan metode SAS pada siklus I dan siklus II selalu mengalami peningkatan.
Jumlah siswa kelas I SD Negeri 06 Pulau Punjung 23 orang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 11
oarang siswa perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan siswa dalam belajar membaca permulaan dengan
menggunakan metode SAS dari siklus I sampai siklus II meningkat dan sudah mencapai indikator
keberhasilan. Disiklus I siswa yang bisa mengurai kata menjadi suku kata 15 (657%) disiklus II 18 (78%),
mengurai suku kata menjadi huruf 17 (74%) disiklus II 20 (87%), merangkai huruf menjadi suku kata 14
(61%) disiklus II 18 (78%), merangkai suku kata menjadi kata 16 (67%) disiklus II 19 (83.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan peneliti, sebagai acuan
dalam proses pembelajaran membaca permulaan, sebagai pertimbangan dan perbandingan serta bahan
masukan untuk meningkatkan kemampuan belajar membaca permulaan. Penelitian ini juga diharapkan
bimbingan guru secara maksimal dalam peningkatan belajar membaca permulaan dengan metode SAS
bagi siswa kelas I harus dipertahankan untuk pembelajaran membaca permulaan selanjutnya. Dalam
kegiatan belajar mengajar guru diharapkan dapat menggunakan metode SAS sebagai alternatif dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran membaca permulaan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Bimbingan guru yang maksimal pada tahap-tahap harus ditingkatkan, agar siswa dapat
meningkatkan kemampuannya dalam membaca terutama membaca kata.
kemampuan analitis dan imaginatif yang kemampuan siswa memahami suatu teks
ada dalam dirinya (Depdiknas: 2006). bacaan. Kegiatan prabaca adalah kegiatan
Kemampuan baca tulis harus pengajaran yang dilaksanakan sebelum
dikuasai oleh siswa sekolah dasar. siswa melakukan kegiatan membaca.
Keberhasilan belajar mereka dalam Dalam kegiatan prabaca,guru
mengikuti proses belajar disekolah sangat mengarahkan pengaktifan skemata siswa
ditentukan oleh penguasaan kemampuan yang berhubungan dengan topik bacaan.
membaca permulaan. Anak yang tidak Setelah kegiatan prabaca, kegiatan
mampu membaca dengan baik akan berikutnya adalah kegiatan saat baca
mengalami kesulitan dalam mengikuti (during reading). Beberapa strategi dan
kegiatan pembelajaran untuk semua mata kegiatan saat baca untuk meningkatkan
pelajaran karena mereka akan kesulitan pemahaman siswa. Setelah kegiatan saat
dalam menangkap dan memahami baca,kegiatan berikutnya adalah menutup
informasi yang disajikan dalam berbagai pelajaran (closure). Menutup pelajaran
buku pelajaran, buku penunjang, dan membantu siswa memenuhi apa yang
sumber-sumber buku belajar tulis lainnya. telah diterimanya dan memahami apa
Dan anak tersebut akan lamban dalam yang terjadi selama pembelajaran
menyerap pelajaran. Akibatnya kemajuan berlangsumg.
belajar juga lamban jika dibandingkan Pembelajaran membaca di sekolah
dengan teman-temannya yang tidak dasar dibedakan menjadi dua kelompok,
mengalami kesulitan belajar dalam yaitu membaca permulaan untuk kelas
membaca. satu dan dua. Menurut Supriyadi (1994 :
Pembelajaran membaca adalah 127), pelajaran membaca permulaan
suatu kegiatan peningkatan kemampuan diberikan agara siswa memiliki
siswa dalam keterampilan membaca. kemampuan untuk memahami dan
Pada hakikatnya pelajaran membaca di mengeja atau membaca tulisan sederhana
Sekolah Dasar adalah pengajaran dengan intonasi dan lafal yang tepat agar
keterampilan berbahasa, bukan siswa berkesulitan belajar membaca di
pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa, Sekolah Dasar nantinya mampu membaca
kosakata, dan sastra disajikan dalam lanjutan.
konteks, yaitu dalam kaitannya dengan Berdasarkan observasi yang
keterampilan tertentu yang tengah penulis lakukan di Sekolah Dasar Negeri
diajarkan, bukan sebagai pengetahuan. 06 Pulau Punjung kelas I kondisi yang
Tata bahasa teori pengembangan peneliti lihat ketika pembelajaran
kosakata, teori sastra sekedar sebagai berlangsung, kurangnya metode yang
pendukung atau alat penjelas. digunakan dalam pembelajaran bahasa
Keterampilan bahasa yang perlu Indonesia khusus pada pembelajaram
ditekankan adalah keterampilan reseptif membaca. Sehingga ada siswa yang
(menyimak dan membaca) dan mempunyai kesulitan dalam membaca
keterampilan produktif (menuturkan dan dan sulit memahami atau tidak mengerti
menulis). Dalam pelaksanaan membaca tentang pelajaran membaca yang
guru seharusnya melaksanakan kegiatan diterangkan oleh gurunya, sedangkan
prabaca, saat baca dan pasca baca. siwa yang lain sudah bisa memahami
Kegiatan tersebut bisa meningkatkan pelajaran tersebut. Siswa yang
125
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
mempunyai kesulitan belajar juga tidak suku kata, suku kata diurai menjadi huruf,
punya keberanian untuk bertanya pada huruf dirangkai kembali menjadi suku
gurunya dan gurunya juga tidak kata, suku kata dirangkai menjadi kata,
memperhatikan siswa yang berkesulitan dan kata dirangkai menjadi kalimat.
membaca yang belum mengerti tentang Alasan peneliti menggunakan metode
pembelajaran membaca yang SAS adalah karena metode SAS
diajarkannya guru terus melanjutkan merupakan metode yang sesuai
pembelajaran tanpa menghiraukan anak digunakan untuk siswa kelas awal yaitu
yang mempunyai kesulitan membaca itu. kelas I dalam membaca permulaan.
Jadi siswa mudah bosan, kurang Penggunaan metode SAS untuk
konsentrasi dalam belajar membaca dan mengatasi kesulitan belajar siswa pernah
siswa juga lebih suka bermain atau dilakukan oleh Dwi Oktafiani (1990)
memainkan alat tulis yang ada dengan menggunakan metode Struktural
didekatnya. Harusnya guru Analitik Sintetik (SAS). Penelitian
memperhatikan kondisi siswa, tersebut menyimpulkan bahwa kesulitan-
memberikan motivasi agar siswa kesulitan yag dialami oleh siswa dalam
semangat untuk belajar, memusatkan membaca permulaan adalah murid tidak
perhatian siswa pada pelajaran yang mengenal huruf, tidak mengenal kata,
diberikan serta memberikan perhatian tidak mengenal kalimat, tidak lancar
yang lebih khususnya pada siswa membaca dan gagap dalam membaca.
berkesulitan belajar membaca. Hasil penelitian dengan metode SAS bisa
Adapun faktor yang menyebabkan meningkatkan kemampuan membaca
siswa tersebut kesulitan dalam membaca permulaan siswa berkesulitan belajar
adalah faktor dari siswa sendiri dan faktor dikelas rendah.
dari guru. Faktor penyebab dari siswa Berdasarkan hal ini peneliti
adalah Siswa belum mampu merangkai menerapkan metode struktural analitik
huruf menjadi suku kata, siswa belum sintetik (SAS) dikelas satu dengan tujuan
mampu merangkai suku kata menjadi agar anak tersebut bisa membaca dan
kata, siswa belum mampu merangkai kata tidak kesulitan lagi dalam membaca.
menjadi kalimat. Faktor dari guru Peneliti berharap dengan menerapkan
diantaranya adalah kurangnya perhatian metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
guru terhadap siswa khususnya siswa dapat meningkatkan kemampuan
berkesulitan belajar membaca, membaca permulaan siswa berkesulitan
Kurangnya kreativitas guru dalam belajar.
menggunakan alat atau bahan yang dapat
membantu siswa dalam membaca METODE PENELITIAN
permulaan.Berdasarkan masalah di atas Penelitian tindakan kelas ini
peneliti menerapkan meode Struktural dilaksanakan di SD Negeri 06 Pulau
Analitik Sintetik (SAS) di sekolah SD Punjung untuk mata pelajaran Bahasa
Negeri 06 Pulau Punjung. Adapun yang Indonesia. Sebagai subjek dalam
dimaksud dengan metode SAS adalah penelitian ini adalah siswa kelas satu
metode yang memperkenalkan anak pada SDN 06 Pulau Punjung yang berjumlah
unit bahasa terkecil yaitu kalimat, kalimat 23 orang, 11 orang perempuan dan 12
diurai menjadi kata, kata diurai menjadi orang laki-laki.
126
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Tabel 1
Kemampuan Membaca Permulaan Siswa dengan Metode SAS pada Siklus I
Kemampuan (%)
No Siswa A B C D
T TT T TT B TB B TB
2. Adli Yolanda S √ √ √ √
3. Al Raisya M √ √ √ √
4. Dafa Qhairi √ √ √ √
5. Deva Rajatul H √ √ √ √
6. Fabio Irvano √ √ √ √
7. Fatir Rolanda √ √ √ √
8. Fatur Rahman A √ √ √ √
9. Fredala Noviani √ √ √ √
127
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
13 M. Nabil √ √ √ √
14. M. Nurkh √ √ √ √
19 Syakira Kaila K √ √ √ √
20 Satria Adi M √ √ √ √
Jumlah 15 8 17 6 14 9 16 7
Keterangan :
A = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai kata menjadi suku kata
B = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai suku kata menjadi huruf
C = Aspek merangkai huruf menjadi suku kata
D = Aspek merangkai suku kata menjadi kata
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
128
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Tabel 2
Kemampuan Membaca Permulaan Siswa dengan Metode SAS pada Siklus II.
Kemampuan (%)
No Siswa A B C D
T TT T TT B TB B TB
2. Adli Yolanda S √ √ √ √ √
3. Al Raisya M √ √ √ √
4. Dafa Qhairi √ √ √ √
5. Deva Rajatul H √ √ √ √
6. Fabio Irvano √ √ √ √
7. Fatir Rolanda √ √ √ √
8. Fatur Rahman A √ √ √ √
9. Fredela Noviani √ √ √ √
13 M. Nabil √ √ √ √
14. M. Nurkh √ √ √ √
19 Syakira Kaila √ √ √ √ √
20 Satria Adi M √ √ √ √
129
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Jumlah 18 5 20 3 18 5 19 4
Keterangan.
A = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai kata menjadi suku kata
B = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai suku kata menjadi huruf
C = Aspek merangkai huruf menjadi suku kata
D = Aspek merangkai suku kata menjadi kata
T = Tuntas
TB = Tidak Tuntas
Metode SAS dapat meningkatkan
Dari Tabel 2 pada aspek A terlihat kemampuan anak dalam hal mengurai
bahwa 18 anak (78%) yang bisa mengurai suku kata menjadi huruf.
kata menjadi suku kata, sedangkan yang Metode SAS dapat meningkatkan
belum bisa 5 anak (22%). Ini berarti kemampuan anak dalam hal merangkai
kemampuan anak dalam mengurai kata huruf menjadi suku kata.
menjadi suku kata belum mencapai 75% Metode SAS dapat meningkatkan
dari 23 siswa, jadi kemampuan siswa kemampuan anak dalam hal merangkai
sudah mencapai indikator keberhasilan. suku kata menjadi kata.
130
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
131
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Ervina
ABSTRAK
Berdasarkan dari Kemampuan siswa dalam menulis teks fabel tergantung pada cara mereka
mengolah pikiran dan imajinasi kemudian menuliskan ke dalam bentuk tulisan. bahwa pembelajaran
menulis teks fabel masih jauh dari yang diharapkan. Kondisi siswa antara lain: (1) siswa tidak memiliki
ide untuk menulis dalam bentuk teks cerita fabel 60% (2) siswa tidak tertarik terhadap penulisan teks
fabel 65% (3) kemampuan yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan kegiatan penulisan teks fabel yang
diharapkan 80%, (4). siswa memiliki kemampuan bervariasi dalam menulisteks fabel, (5) banyak diantara
siswa tidak mencapai nilai ketuntasan dalam pembelajaran menulis teks fabel. Adapun Penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kemampuan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII /b
SMP N 2 Sitiung dengan menggunakan teknik media gambar. penelitian ini menggunakan pendekatan
tindakan kelas. Populasi penelitian diambil semua siswa kelas VIII /b , Teknik pengumpulan data
digunakan lembar buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua siklus. Dari hasil observasi pada
kemampuan menulis puisi terdapat kenaikan rata-rata yakni pada siklus I dari 24 siswa hanya 10 orang
yang menguasai materi 70% ke atas dengan nilai rata-rata 63,6. Pada siklus II nilai rata-rata 95 di mana
dari 24 orang siswa sudah 21 orang siswa yang mampu menguasai materi sekitar 70% ke atas.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut: Melalui Teknik
penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis teks cerita fabel pada siswa kelas
VIII / b SMP N 2 Sitiung.
133
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
pengajar (guru), karena tidak perlu diperoleh kesan bahwa siswa kurang
meninggalkan kelas pada saat KBM mempunyai kemampuan dalam menulis .
berlangsung, dan Kelima, dengan Hal ini terlihat dari nilai penulisan siswa
pada tes awal. Berdasarkan observasi
melaksanakan PTK pengajar menjadi
awal inilah direncanakan suatu media
lebih kreatif karena selalu dituntut untuk pembelajaran dengan menggunakan
melakukan upaya-upaya inovasi sebagai media gambar yang akan dilakukan pada
implementasi dan adaptasi berbagai teori saat siklus II. Tahap siklus II, yaitu
dan teknik pembelajaran serta bahan ajar pelaksanaan, pembelajaran menulis
yang dipahaminya. dengan menggunakan pendekatan
Metode merupakan suatu cara untuk kontekstual komponen pemodelan pada
kelas. Data diperoleh dengan memberikan
mencapai tujuan. Dalam kamus Besar
tes menulis teks cerita fabel pada 24
Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa siswa yang menjadi sampel penelitian ini.
Metode adalah cara yang teratur dan indikator yang diteliti, yaitu urutan
terarah baik-baik untuk mencapai tujuan. struktur teks cerita fabel.
Metode merupakan cara-cara yang Selanjutnya cerita fabel yang
ditempuh guru untuk mnciptakan situasi ditulis oleh siswa dikumpulkan untuk
pembelajaran yang benar-benar dianalisis. Dasar yang digunakan untuk
menganalisis data tersebut adalah sesuai
menyenangkan dan mendukung bagi
dengan indikator yang diteliti, yaitu
kelancaran Proses Belajar Mengajar dan berdasarkan struktur teks cerita fabel
tercapainya prestasi belajar anak yang berupa orientasi yang tepat, komplikasi
memuaskan. Oleh karena itu, metode yang tepat dalam fabel , paragraf resolusi
yang relevan dengan suatu kegiatan akan dan koda yang tepat digunakan dalam
menunjang keberhasilan suatu penelitian. menulis teks cerita fabel. Setelah tes
dilakukan, tulisan siswa dikumpul dan
dinilai.
HASIL PENELITIAN DAN Data yang terkumpul dalam
PEMBAHASAN penelitian berupa skor dan nilai
Hasil penelitian diuraikan dalam kemampuan menulis fabel siswa kelas
beberapa tahapan yang berupa siklus- VIII/b SMPN 2 Sitiung menggunakan
siklus pembelajaran yang dilakukan teknik media gambar (siklus I) dan data
dalam proses belajar mengajar di kelas. hasil kemampuan menulis fabel siswa
Data penelitian ini merupakan kelas VIII/b siswa SMPN 2 Sitiung
hasil pengamatan atau observasi terhadap menggunakan teknik media gambar
pelaksanaan pembelajaran menulis teks (siklus II).
cerita fabel dengan media gambar di Berdasarkan data tersebut, berikut
kelas VIIIb SMPN 2 Sitiung. Observasi ini akan dideskripsikan perolehan skor
dilakukan terhadap pelaksanaan kemampuan menulis fabel siswa kelas
pembelajaran menulis teks cerita fabel VIII/ b SMPN 2 Sitiung menggunakan
bebas siklus 1 dan siklus II teknik media gambar perindikator dan
menggunakan teknik media gambar pada secara keseluruhan yang diteliti.
kelas VIIIb siswa SMPN 2 Sitiung. Peneliti melakukan analisis
Tahap pertama dalam penelitian kurikulum untuk menentukan standar
ini adalah membuat rencana pelaksanaan kompetensi dan kompetensi dasar yang
pembelajaran dengan instrument akan disampaikan kepada siswa dengan
langsung untuk siklus I (lampiran 3). belum menggunakan media
Media mengajar yang digunakan dalam pembelajaran.
mengajarkan menulis selama ini masih Pada saat siklus pertama
monoton. Dari media yang digunakan pelaksanaan belum sesuai dengan
134
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
136
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Margawati
ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian tindakan di kelas VIII.B dengan tujuan meningkatkan hasil belajar
siswa melalui metode Make A Make. Pembelajaran selama ini berlangsung secara konvensional, hal ini
mengakibatkan hasil pembelajaran belum maksimal sesuai dengan harapan. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan selama dua siklus dengan setiap siklus dua kali pertemuan. Setiap kali pertemuan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Make A Make. Sebagai intrumen pengumpul data adalah
lembar kerja siswa, Lembar Soal Ulangan harian dan lembar observasi yang disi oleh observer, dengan
langkah-langkah perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi untuk
setiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan hasil belajar siswa sebelum
menggunakan metode Make A make kondisi awal 53,48 poin sebesar 53 %. Setelah tindakan
menggunakan metode partisipatori siklus I meningkat menjadi 60 %, rata-rata 74 dan pada siklus II
meningkat menjadi 83 %, rata-rata 83,48 poin. Dengan demikian metode Make A Make terbukti masing-
masing individu nilai latihan dan nilai ulangan harian setiap akhir siklus mengalami peningkatan. Maka
kesimpulan hasil penelitian dengan menggunakan metode Make A Make dalam proses Pembelajaran IPS
pada materi Dinamika Kependudukan Dan Pembangunan Nasional memberikan dampak positif terhadap
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa meningkat.
Keywords: Hasil Belajar, IPS , Dinamika Kependudukan Dan Pembangunan Nasional, metode Make A
Make.
temui di lapangan adalah rendahnya hasil pada bulan September 2014 sampai
belajar yang didapat siswa pada materi dengan Desember 2014.
dinamika penduduk dan pembangunan Objek penellitian ini siswa Kelas
nasional dari 23 siswa hanya 8 orang VIII.B SMPN 2 Koto Baru,Kabupaten
(35%) yang tuntas sedangkan 15 orang Dharmasraya Tahun Pelajaran
(65 %) belum tuntas dengan nilai rata- 2014/2015 dengan jumlah siswa 23 orang
rata 53.48 poin. terdiri dari 10 orang perempuan dan 13
Disamping itu ketika diberi tugas orang laki-laki. Media yang digunakan
hanya 12 orang (52%) yang bisa pada penelitian tindakan kelas ini adalah
mengerjakan dengan benar. Ketika diberi media MAKE A MATCH pada materi
pertanyaan hanya 8 orang (35%) yang Dinamika Kependudukan dan
bisa menjawab dengan benar. Pembangunan nasional.
Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti Sumber data dalam penelitian ini
mencoba menerapkan strategi belajar adalah hasil ulangan harian siswa sebagai
Make a Match (mencari pasangan) . data awal yang diambil dari hasil test
Strategi Make a Match adalah strategi siswa yang dilakukan sebelum siklus I
yang cukup menyenangkan, digunakan dilaksanakan.Data selanjutnya adalah
untuk mengulang materi yang telah hasil tes diakhir siklus I dan hasil tes
diberikan sebelumnya maupun materi diakhir siklus II pada materi Dinamika
yang baru diajarkan. Salah satu Kependudukan dan Pembangunan
keunggulan strategi ini adalah peserta Nasional di Kelas VIII.B SMPN 2 Koto
didik mencari informasi dengan mencari Baru,Kabupaten Dharmasraya Tahun
pasangan sambil belajar mengenai suatu Pelajaran 2014-2015.
konsep atau topik dalam bentuk soal- Teknik pengumpulan data pada
jawab dengan suasana yang penelitian ini menggunakan model siklus,
menyenangkan. Setiap peserta didik yang direncanakan dalam 2 siklus. Setiap
mempunyai tanggung jawab yang sama siklus terdiri dari 4 langkah,yaitu
dalam pembelajaran. Rangkaian perencanaan (planning),tindakan
pertanyaan dan jawaban yang diberikan (action),pengamatan) dan refleksi..
akan merangsang siswa untuk Alat pengumpulan data dalam
menemukan sendiri informasi bukan penelitian ini berupa lembaran soal
sekedar menerima. Dengan demikian bentuk pilihan ganda sebanyak 5 soal
diharapkan semua peserta didik belajar (terlampir ).Alat pengumpulan data pada
dengan optimal dan hasil belajarnya penelitian adalah lembaran test pada
meningkat. siklus I dan siklus II pada penelitian
tindakan kelas pada materi Dinamika
METODE PENELITIAN kependudukan dan Pembangunan
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri nasional melalui media MAKE A
2 Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, MATCH di kelas VIII.B SMPN 2 Koto
Kabupaten Dharmasraya Tahun Pelajaran Baru Tahun Pelajaran 2014/2015 serta
2014/2015. Penelitian dilakukan dalam jurnal harian guru.
waktu 3 bulan pada materi Dinamika Pelaksanaa penelitian terdiri dari 2
Kependudukan dan Pembangunan siklus ,setiap siklus terdiri dari 2 x
Nasional. Waktu penelitian dilaksanakan pertemuan , setiap pertemuan terdiri dari
138
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00 Nilai rata-rata
50.00
40.00 % Ketuntasan
30.00 Klasikal
20.00
10.00
0.00
Prasiklus Siklus I Siklus II
140
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Pra siklus
Tidak
tuntas
Tuntas
Siklus I
Tidak
tuntas
Tuntas
Siklus II
Tidak
tuntas
Tuntas
141
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Bunga Rampai
Keberhasilan Guru dalam
Pembelajaran (SMA, SMK,
dan SLB). Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Gracia, Ricardo, L. 1991. Teaching in a
Pluralistic Sosiety. New
York: Harpercollins
Publisher.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Hudoyo, Herman, 1990 “ Strategi
Mengajar Belajar Matematika
“, ( Malang, IKIP Malang )
Isjoni, 2010.Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta: Pustaka Belajar
Ismail, 1998, “ Kapita Selekta
Pendidikan Matematika “, (
Jakarta : Universitas Terbuka)
Lungdren, 1994. Cooperative Teaching
Learning. USA: Mc Graw-
Hill Book Company Inc.
Natawijaya, Rohman. 2001.Pengajaran
Remedial. Jakarta: Depdikbud.
Slavin, E Robert. 1995. Educational
Psycology. United States of
America: Allan and Bacon
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar.
142
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
Mirza
ABSTRAK
144
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
145
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
146
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018
1. Dari hasil a
2. k
Penelitian Tindakan Sekolah RPP dengan penerapan pembelajaran.
dilaksanakan di SD Negeri 10 Pulau Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru
Punjung Kabupaten Dharmasraya yang dalam menyusun RPP pembelajaran,
merupakan sekolah tempat peneliti terjadi peningkatan dari siklus ke siklus.
bertugas sebagai kepala sekolah, terdiri Dari Prasiklus kemampuan guru
dari 9 (Sembilan) orang guru kelas, dan menjusun RPP hanya 61% dan pada
dilaksanakan dalam siklus. Kesembilan silkus I menjadi 83,6% dan pada siklus
orang guru tersebut menunjukkan sikap dua menjadi 100 %. Dari hasil tersebut
yang baik dan termotivasi dalam dapat disimpulkan kemampuan guru
menyusun RPP dengan penerapan dalam menyusun RR dapat ditingkatkan
N
NAMA Pra Siklus Siklus 1 Siklus II
O
55 79 100
1 Halasan P.S,Pd
52 100 100
2 Dahniar,S.Pd
68 100 100
3 Endang LuLUS .M.S.Pd
50 100 100
4 Nardi Hasti,S.Pd
55 100 100
5 Zayaiti,S.Pd
52 100 100
6 Zamrud,S,Pd
82 100 100
7 Lenio Yotavia,S.Pd
50 100 100
8 Tri Rahmad G.A.Ma.Pd
82 100 100
9 Lismayarti,S.Pd
564 752 900
Jumlah
61% 83,6% 100%
Prosentase
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Bunga Rampai
Keberhasilan Guru dalam
148
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kompetensi guru
Sekolah Dasar Negeri 06 IX Koto dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru Sekolah
Dasar Negeri 06 IX Koto dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui
supervise akademik terprogram. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dua siklus. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus dengan 4 tahapan, yaitu : perecanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Siklus I dilaksanankan secara berkelompok, sedangkan siklus II
dilaksanakan secara individu. Hasil penelitian membuktikan bahwa pencapaian kenaikan
persentase kemampuan guru dalam menusun RPP siklus I ke siklus II mencapai 18,2%. Pada
siklus I rata-rata kemampuan guru dalam menusun RPP baru mencapai 65,5% yang berarti
masih belum mencapai indikator keberhasilan sebagaimana yang ditetapkan sebelumnya.
Sementara itu, setelah dilakukan supervisi terprogram untuk siklus selanjutnya diperoleh rata-
rata kemampuan guru SD Negeri 06 IX Koto sebesar 83,7%. Pencapaian persentase ini sudah
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetakan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa melalui supervisi akademik yang dilekukan secara terprogran dapat meningkatkan
kemampuan guru khususnya guru SD Negeri 06 IX koto dalam menyusun RPP.
Kata Kunci: Kompetensi, RPP, Guru, Supervisi Akademik Terprogram
149
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
atau pembinaan terhadap guru secara terus pembelajaran, 4) dan pengawasan proses
menerus untuk meningkatkan kinerjanya. pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
membimbing siswa untuk belajar dapat (RPP) yang harus dipersiapkan seorang guru
berkembang. Perencanaan pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran di
merupakan langkah yang sangat penting kelas.
sebelum pelaksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan yang matang diperlukan supaya (RPP) merupakan syarat wajid yang harus
pelaksanaan pembelajaran berjalan secara dikembangkan oleh guru pada satuan
efektif. Perencanaan pembelajaran pendidikan. Guru pada satuan pendidikan
dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah dan sistematis agar pembelajaran
lain seperti desain pembelajaran, skenario berlangsung secara interaktif, inspiratif,
pembelajaran. RPP memuat KD, indikator menyenangkan, menantang, memotivasi
yang akan dicapai, materi yang akan peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
dipelajari, metode pembelajaran, langkah memberikan ruang yang cukup bagi
pembelajaran, media pembelajaran, dan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
sumber belajar serta penilaian. dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
Guru hendaknya mampu berperan serta psikologis peserta didik.
sebagai desainer (perencana), implementor Berdasarkan hasil evaluasi kinerja
(pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan guru selama peneliti menjadi kepala sekolah
pembelajaran. Guru merupakan faktor yang di SD Negeri 06 IX Koto, masih banyak
paling dominan karena di tangan gurulah masalah administrasi guru yang harus
keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. dibenahi. Hal yang paling menonjol terutama
Kualitas mengajar guru secara langsung terkait masalah kelengkapan Rencana
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi Pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik dari
kualitas pembelajaran pada umumnya. segi kuantitas sekaligus kualitas RPP sebagai
Seorang guru dikatakan profesional apabila perencanaan awal seorang guru sebelum
(1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) mengajar di kelas. Selain itu, hasil observasi
bangga dengan tugas profesinya, (3) selalu peneliti sebagai kepala sekolah pada saat
menjaga dan berupaya meningkatkan supervisi kelas menunjukkan bahwa sekitar
kompetensinya, (4) bekerja dengan sungguh 80% guru tidak memiliki RPP sebagai bahan
tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama perencanaan sebelum mengajar. Umumnya
baik profesinya, (6) bersyukur atas imbalan guru-guru SD Negeri 06 IX Koto tidak bisa
yang diperoleh dari profesinya. memperlihatkan RPP yang dibuat dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 alasan ketinggalan di rumah, belum sempat
Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional diprint, dan berbagai alasan lainnya. Adapun
Pendidikan menyatakan standar proses guru yang sudah membuat RPP masih
merupakan salah satu SNP untuk satuan ditemukan adanya guru yang belum
pendidikan dasar dan menengah yang melengkapi komponen tujuan pembelajaran
mencakup: 1) Perencanaan proses dan penilaian, serta langkah-langkah
pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses kegiatan pembelajarannya masih
pembelajaran, 3) Penilaian hasil mengambang. Soal, skor, dan kunci jawaban
150
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
151
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
(RPP) sebagian besar belum sesuai oleh peserta yakninya guru SD Negeri 06
dengan standar proses yang diatur dalam IX Koto dapat disimpulkan bahwa pada
permendiknas No 41 Tahun 2007. Selain RPP kelas III tidak mencantumkan
itu, Sebagian besar guru di SD Negeri 06 identitas, beberapa indicator tidak
IX Koto hanya mengadopsi Rencana menggunakan kata operasional.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari Sementara itu, RPP kelas IV yang telah
percetakan yang dijual ke sekolah- dikembangkan ada yang tidak
sekolah dan tidak mengembangkannya mencantumkan indikator, langsung
yang sesuai dengan standar proses tujuan pembelajaran, dan sebaliknya.
sebagaimana yang diamanahkan undang- Pada kegiatan pendahuluan, tidak
undang. Mayoritas guru bahkan boleh menyampaikan tujuan pembelajaran,
dikatakan hampir 90 % guru SD Negeri hanya presensi dan berdoa. Untuk
06 IX Koto hanya copy paste dari kegiatan inti pembelajaran, didominasi
internet tanpa memberikan penyesuaian oleh kegiatan guru sehingga aktivitas
mendasar. Hal ini tentunya sangat siswa justru tidak menjadi prioritas dalam
disayangkan yang notabenya guru- guru pembelajaran. Dalam kegiatan
SD Negeri 06 IX Koto sudah Eksplorasi, guru tidak menggali
menyandang guru bersertifikasi. Atas kemampuan siswa, melainkan
dasar kondisi inilah yang menjadikan menjelaskan materi. Pada elaborasi
simpati peneliti untuk segera kegiatan siswa juga tidak ditulis,
menyelesaikan permasalahan yang terjadi sedangkan konfirmasi, isinya sama
di SD Negeri 06 IX Koto. untuk seluruh RPP yaitu membuat
B. Deskripsi Siklus I simpulan dan memberi PR. Hal yang
Pelaksanaan penelitian tindakan paling unik justru ada guru yang tidak
sekolah dilaksanakan pada minggu runtut dalam melaksanakan kegiatan inti,
pertama, dan kedua bulan September ada yang lebih dulu elaborasi baru
2016. Tepatnya dimulai tanggal 5 kemudian eksplorasi dan konfirmasi.
September 2016. Pelaksanaan supervisi Khusus untuk materi ajar, konten
Akademik siklus I dilaksanakan dengan materi tidak dikembangkan dan yang
teknik kelompok berupa pertemuan rutin tertulis hanya judul saja, sehingga
guru. Semua anggota kelompok substansi tidak terdeskripsi secara
berkumpul di kelas dengan membawa komprehensif. Pada penggunaan metode
RPP yang dimilikinya. Peneliti telah pembelajaran sebagian tertulis
mempersiapkan materi supervisi yang pendekatan konstektual, sebagian yang
akan disampaikan pada saat supervisi lain metode diskusi, tugas, multi metode
yang sudah disusun sesuai program yang tanpa melihat SK dan KD serta mata
terencana. Selain itu, peneliti juga sudah pelajaran yang akan disampaikan.
mempersiapkan instrument penelitian Selanjutnya pada komponen media dan
yang akan digunakan. Pada tahap ini, alat pembelajaran belum terlihat
peneliti berdiskusi dengan seluruh mencantumkan alat peraga yang dipakai.
anggota peserta kelompok untuk menilai Sedangkan pada evaluasi/penilaian tidak
RPP yang dimilikinya. Berdasarkan hasil terdapat soal, hanya mencantumkan
evaluasi terhadap RPP yang telah dibuat penilaian proses, produk, yang tidak
155
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018
Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2015
ABSTRAK
Abstrak memuat semua inti permasalahan, cara pemecahannya, dari hasil yang diperoleh dan memuat
tidak lebih dari 200 kata, diketik satu spasi times new roman(font size 10). Abstrak boleh menggunakan bahasa
Inggris maupun bahasa Indonesia, tetapi tidak boleh dua-duanya. Abstrak harus asli, dan tidak pernah muncul
dalam publikasi lain. Untuk penulisan isi makalah, hendaknya template ini digunakan agar memudahkan penulis
dalam pengaturan layout makalah yang ditulis. Setidaknya pada naskah terdapat bagian-bagian berikut: Bagian
Awal : judul, nama penulis, afiliasi, dan abstrak (dalam bahasa Indonesia atau Inggris), Bagian Utama :
pendahuluan, afliasi tulisan pokok (tujuan,tinjauan pustaka, metode,pembahasan dsb.), kesimpulan (dan saran), dan
Bagian Akhir : ucapan terima kasih bila naskah diambil dari hasil penelitian yang dibiayai atau kerjasama dengan
pihak lain dll. Keterangan simbol (kalau ada), catatan kaki (kalau ada) dan daftar pustaka.
PENDAHULUAN
TEMPLATE
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2015
KESIMPULAN
Gambar 1. Judul Gambar
Setiap naskah diakhiri dengan kesimpulan, yang
merangkum hasil dari makalah yang ditulis.
PERSAMAAN UCAPAN TERIMAKASIH
Nomor dari semua persamaan dilampirkan dengan Bagian ini berisikan ucapan terimakasih kepada
tanda kurung, dan penempatan nomor persamaan orang-orang yang berkontribusi pada artikel,
adalah di akhir sebelah kanan. Nomor persamaan termasuk didalamnya jika penulis dibiayai oleh
harus berurutan. Anda dapat menggunakan sub sponsor.
penomoran untuk nomor persamaan jika
diperlukan. Persamaan yang dibuat harus jelas dan
DAFTAR PUSTAKA
terbaca, ditengah dan spasi diatas dan dibawah dari
persamaan itu. Tempatkan persamaan pada baris Daftar Pustaka ditulis dengan style APA dengan
terpisah. Persamaan harus sama penulisannya nya panduan sebagai berikut :
seperti teks. Silahkan ikuti ukuran standar ketika
menulis persamaan, contohnya italic untuk variable, Buku :
bold untuk vektor, dal lain-lain. Lebar persamaan
Brookfield, Stephen. D.(2006). The Skillful Teacher
adalah dalam lebar kolom. Ketika anda menulis : On Techniques, Trust and Responsiveness
persamaan yang panjang, anda mungkin akan in the Classroom, San Francisco : Josse-
berfikir untuk menulis persamaan dalam lebar Bass, A Wiley Imprint.
penuh. Dalam kasus seperti ini, anda bisa
mengganti gaya halaman, dari halaman satu kolom Artikel dalam Handbook (Editorial) :
ke halaman penuh, dalamB kolom tunggal.
E . (
1) Martin, Jenifer et.al. (2010). Educating a
t Multidisciplinary Human Services
Workforce: Using a Blended Approach in
SATUAN DAN SINGKATAN Martin, Jenifer and Hawkins, Linette
(Eds).(2010). Information Commmunication
Sebaiknya menggunakan Satuan Internasional (SI). Technology for Human Service Education
Tulis satuan terlebih dahulu diikuti singkatan dalam and Delivery : Concepts and Cases, New
tanda kurung setelah satuan. Contoh: KTSP York : Information Science References
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) Jurnal :
Martín-Blas , Teresa and Serrano-Fernández ,Ana.
TABEL 2009. The role of new technologies in the
TEMPLATE
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2015
Website:
Gulc, E. (2006). Using blended learning to
accommodate different learning styles.
Diakses pada 13 Januari 2009, dari alamat
http://escalate.ac.uk/2916
TEMPLATE