Anda di halaman 1dari 167

ISSN: 2407-6384

Volume IV, No.1 Januari 2018

PELITA ilmu
JURNAL PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNDHARI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI 1–9


PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI METODE JIGSAW DI KELAS IX DI SMP
NEGERI 2 KOTO BARU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 OLEH DARLISMA
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL STAD PADA 10 – 20
MATERI PERANG DUNIA II SERTA PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA DI
KELAS IX.B SMPN 2 KOTO BARU OLEH SUSLAWATI
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PPKN MATERI MENYEMAI KESADARAN 21 – 35
KONSTITUSIONAL DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 KOTO
BARU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 OLEH TRI LOVIDA AMRAN
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE 36 – 43
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI SIFAT BANGUN RUANG
DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 10 PULAUPUNJUNG OLEH DAHNIAR
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TENTANG CIRI CIRI MAKHLUK HIDUP PADA 44 – 58
MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL DI KELAS VI SDN 10
PULAU PUNJUNG OLEH ENDANG LULUS MUDJIATI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FAKTA DAN OPINI 59 – 72
MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS IX B SMPN 2 KOTO BARU OLEH DALWATI
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 04 PULAU PUNJUNG DALAM 73 – 79
PEMBELAJARAN PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN KELIPATAN DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK MATHEMATICS EDUCATION
(RME) OLEH SRI SUNDARI
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT RPP MELALUI 80 – 86
SUPERVISI KLINIS DI SDN 03 PULAU PUNJUNG OLEH TRIDAWATI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTIM ADMINISTRASI 87 – 98
WILAYAH INDONESIA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN METODE
DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VI SDN 10 PULAU PUNJUNG OLEH NARDI HASTI
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA 99 – 118
MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ( STAD ) DI KELAS V
SDN 06 PULAU PUNJUNG OLEH WARNIS
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH DALAM BOLA VOLI MINI 119 – 123
SISWA KELAS VI SDN 07 PULAU PUNJUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TUTOR SEBAYA OLEH DEPI ELSI SUSANTI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN 124 – 131
METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA ANAK BERKESULITAN
BELAJAR DI KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 06 PULAU PUNJUNG OLEH ELVIA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERITA FABEL SISWA KELAS VIII/ B 132 – 136
SMP NEGERI 2 SITIUNG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEDIA GAMBAR TAHUN
AJARAN 2014/2015 OLEH ERVINA
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI 137 – 142
DINAMIKA KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI METODE
MAKE A-MATCH DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 2 KOTO BARU TAHUN PELAJARAN
2014/2015 OLEH MARGAWATI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA 143 – 148
PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI WORKSHOP DI SD NEGERI 10 PULAU PUNJUNG
OLEH MIRZA
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA 149 – 159
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TERPROGRAM
SEKOLAH DASAR NEGERI 06 IX KOTO OLEH JHONASRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


Universitas Dharmas Indonesia
Jln. Lintas Sumatera KM 18 Koto Baru Dharmasraya
PELITA ilmu
JURNAL PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNDHARI

Penerbit
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Dharmas Indonesia
Pelindung
Moh. Rosyid Mahmudi, M.Si (Dekan FKIP UNDHARI)
Penanggung Jawab
Muhammad Subhan, M.Pd (Ka Prodi PGSD)
Adila Jefiza, M.Pd (Ka Prodi Pend Bahasa Inggris)
Pimpinan Redaksi
Estuhono, M.Pd
Sekretaris
Kelik Purwanto, S.Ap
Bendahara
Rahmatul Hayati, M.Pd
Dewan Editor
Moh. Rosyid Mahmudi, M.Si
Muhammad Subhan, M.Pd
Estuhono, M.Pd
Rahmatul Hayati, M.Pd
Ratnawati, M.Pd
Arwin, MA
Rusyda Ulva, MA
Adila Jefiza, M.Pd
Nidya Fitri, M,Hum
Wahyu Prima, M.Kom
Mitra Bestari
Dr. Rakimahwati, M.Pd (UNP)
Andika Prajana, M.Kom (STAIN Aceh)
Lilik Suheri, M.Kom (STAI Payakumbuh)
Alamat Redaksi
Jln. Lintas Sumatera KM 18 Koto Baru
Dharmasraya, SUMBAR
Contact Person: 085278954732

PELITA ILMU Jurnal Pendidikan FKIP UNDHARI merupakan Jurnal Penelitian dan Karya
Ilmiah yang diterbitkan oleh FKIP UNDHARI yang terbit tiga kali setahun. PELITA ILMU
menerima naskah ilmiah hasil penelitian, telaah, maupun review dalam bidang Pendidikan
untuk dipublikasikan pada jurnal ini. Naskah yang diterima akan disunting dan dievaluasi.
Penyuntingan dilakukan untuk keseragaman format tanpa mengubah maksud.
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.III No.3 September 2017

DAFTAR ISI

Hal

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI 1–9


PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI METODE JIGSAW DI
KELAS IX DI SMP NEGERI 2 KOTO BARU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
OLEH DARLISMA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL 10 – 20


STAD PADA MATERI PERANG DUNIA II SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP INDONESIA DI KELAS IX.B SMPN 2 KOTO BARU OLEH
SUSLAWATI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PPKN MATERI MENYEMAI 21 – 35


KESADARAN KONSTITUSIONAL DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA
KELAS VIII E SMP NEGERI 2 KOTO BARU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
OLEH TRI LOVIDA AMRAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI 36 – 43


METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI
SIFAT BANGUN RUANG DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 10
PULAUPUNJUNG OLEH DAHNIAR

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TENTANG CIRI CIRI 44 – 58


MAKHLUK HIDUP PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA VISUAL DI KELAS VI SDN 10 PULAU PUNJUNG OLEH ENDANG
LULUS MUDJIATI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FAKTA 59 – 72


DAN OPINI MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS IX B SMPN 2 KOTO
BARU OLEH DALWATI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 04 PULAU 73 – 79


PUNJUNG DALAM PEMBELAJARAN PEMBAGIAN DENGAN
MENGGUNAKAN KELIPATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN REALISTIK MATHEMATICS EDUCATION (RME) OLEH
SRI SUNDARI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT RPP 80 – 86


MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SDN 03 PULAU PUNJUNG OLEH
TRIDAWATI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTIM 87 – 98


ADMINISTRASI WILAYAH INDONESIA MATA PELAJARAN IPS MELALUI
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VI SDN 10 PULAU
PUNJUNG OLEH NARDI HASTI

DAFTAR ISI
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.III No.3 September 2017

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA 99 – 118


PELAJARAN IPA MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION ( STAD ) DI KELAS V SDN 06 PULAU PUNJUNG OLEH WARNIS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH DALAM BOLA VOLI 119 – 123
MINI SISWA KELAS VI SDN 07 PULAU PUNJUNG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA OLEH DEPI ELSI SUSANTI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN 124 – 131


MENGGUNAKAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)
PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI KELAS I SEKOLAH DASAR
NEGERI 06 PULAU PUNJUNG OLEH ELVIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERITA FABEL SISWA 132 – 136


KELAS VIII/ B SMP NEGERI 2 SITIUNG DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK MEDIA GAMBAR TAHUN AJARAN 2014/2015 OLEH ERVINA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI 137 – 142


DINAMIKA KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
MELALUI METODE MAKE A-MATCH DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 2
KOTO BARU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 OLEH MARGAWATI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA 143 – 148


PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI WORKSHOP DI SD NEGERI 10 PULAU
PUNJUNG OLEH MIRZA

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN 149 – 159


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI
AKADEMIK TERPROGRAM SEKOLAH DASAR NEGERI 06 IX KOTO OLEH
JHONASRI

DAFTAR ISI
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI


PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI METODE JIGSAW DI KELAS IX
DI SMP NEGERI 2 KOTO BARU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Darlisma
SMP Negeri 2 Koto Baru

ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian tindakan kelas di SMP N 2 Koto Baru dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar IPS pada materi perdagangan Internasional melalui model
pembelajaran Jigsaw. Pembelajaran selama ini berlangsung secara konvensional, hal ini
mengakibatkan hasil pembelajaran belum maksimal sesuai dengan harapan. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus dengan setiap siklus dua kali pertemuan.
Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw. Sebagai
intrumen pengumpul data adalah lembar kerja siswa, Lembar Soal Ulangan harian dan
lembar observasi yang disi oleh observer, dengan langkah-langkah perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi untuk setiap siklus. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua. Masing-masing individu nilai
latihannya setiap pertemuan mengalami peningkatan. Akhir siklus I diadakan ulangan harian
rata –rata 69,81 poin dengan persentase pencapaian KKM sebesar 60 %. Siklus II rata-rata
ulangan harian 80,33 poin atau 85 %. Bearti terjadi peningkatan rata –rata 10,52 poin
dengan pencapaian keberhasilan KKM sebesar 25 % . Pembelajaran dengan model Jigsaw
memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Jigsaw, Perdagangan Internasional

PENDAHULUAN sebagai anak didik. Belajar adalah suatu


Dalam undang-undang Republik proses usaha yang dilakukan seorang untuk
Indonesia No.20 tahun 2003 tentang sistem memperoleh suatu perubahan tingkah laku
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa yang baru secara keseluruhan, sebagai
pendidikan adalah usaha sadar dan hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
terencana untuk mewujudkan suasana dengan lingkungannya.
belajar dan proses pembelajaran agar Salah satu karakteristik yang
peserta didik secara aktif mengembangkan penting dari proses belajar- mengajar yang
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan efektif ialah kemampuan guru bekerjasama
spiritual keagamaan, pengendalian diri, dengan siswa serta kemampuan guru
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dalam mengorganisasikan pengalaman
serta keterampilan yang diperlukan belajar. Hal ini berarti bahwa guru
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. hendaknya mampu dan mau mengerti
Dalam keseluruhan proses pendidikan di keadaan siswanya dan dapat
sekolah, kegiatan belajar merupakan mengorganisasikan pengalaman belajar
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti yang disajikan kepada siswa agar siswa
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan mendapat pengalaman belajar yang
pendidikan bergantung dari bagaimana bermakna.. Dalam tuntutan era globalisasi
proses belajar yang dialami oleh siswa sekarang ini guru harus tertantang untuk
1
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

menciptakan inovasi-inovasi baru dalam Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan


pembelajaran, agar pembelajaran menjadi hasil belajar siswa.
menarik, penuh arti dan berguna bagi Rumusan masalah “ Apakah
peserta didik. Untuk berinovasi dibutuhkan penggunaan metode Jigsaw pada materi
kreatifitas. Kreatifitas akan melahirkan Perdagangan internasional dapat
teknik, pendekatan, model, media/alat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas
pembelajaran yang semuanya bertujuan IX D SMP Negeri 2 Koto Baru Tahun
untuk memberi pelajaran yang bermakna Pelajaran 2014/2015.
bagi peserta didik. Maryunis (2000) Penelitian ini bertujuan antara lain :
mengemukakan bahwa terdapat lima 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
masalah pokok yang dihadapi para guru dengan menggunakan metode Jigsaw
dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: pada materi Perdagangan Internasional
1) rendahnya perhatian siswa dalam di Kelas IX D SMP Negeri 2 Koto Baru
belajar, 2) kurangnya pengetahuan awal Tahun Pelajaran 2014/2015.
yang dimiliki siswa, 3) kurangnya 2. Untuk mengetahui bagaimana
kemampuan siswa bertanya dan penerapan metode Jigsaw pada materi
mengemukakan ide/gagasan, 4) banyak Perdagangan Internasional di kelas IX
siswa yang tidak menyelesaikan pekerjaan D SMP Negeri 2 Koto Baru Tahun
rumah, 5) kurang berfungsinya Pelajaran 2014/2015.
laboratorium di sekolah. Kenyataan yang Penelitian bermanfaat untuk :
penulis temui di lapangan adalah 1. Siswa lebih mudah memahami materi
rendahnya hasil belajar yang didapat siswa pelajaran.
pada materi Perdagangan Internasional, 2. Siswa dapat belajar cara berkomunikasi
dari 20 orang siswa hanya 6 orang (30%) dalam kelompok.
yang tuntas sedangkan 14 orang (70 %) 3. Siswa dapat belajar cara menyampaikan
belum tuntas dengan nilai rata-rata 52,24. informasi yang dimilkinya kepada
Disamping itu ketika diberi tugas hanya 11 orang lain.
orang (55%) yang bisa mengerjakan 4. Memberikan kemudahan dalam
dengan benar. Ketika diberi pertanyaan menyampaikan materi pelajaran.
hanya 9 orang (45%) yang bisa menjawab 5. Guru dapat menggunakan metode
dengan benar. Berdasarkan kenyataan Jigsaw dalam pembelajaran.
diatas penulis mencoba untuk memakai 6. Memotivasi guru agar menciptakan
metode Jigsaw dalam proses pembelajaran berbagai inovasi dalam pembelajaran.
berkreasi. Metode jigsaw adalah teknik
pembelajaran kooperatif di mana siswa METODE PENELITIAN
memiliki tanggung jawab lebih besar a. Setting Penelitian
dalam melaksanakan pembelajaran. Lokasi penelitian adalah SMP
Tujuan dari metode Jigsaw ini Negeri 2 Koto Baru, Kecamatan Koto
adalah mengembangkan kerja sama tim, Baru, Kabupaten Dharmasraya Tahun
keterampilan belajar kooperatif, dan Pelajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan
menguasai pengetahuan secara mendalam dalam waktu 3 bulan pada materi
yang tidak mungkin diperoleh apabila Perdagangan Internasional. Waktu
mereka mencoba untuk mempelajari penelitian dilaksanakan pada bulan
sendiri. Dengan penggunaan metode
2
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

September 2014 sampai dengan Desember jam pelajaran. Di setiap akhir siklus
2014. diadakan test sebagai data penelitian.
b. Objek Penelitian Setiap siklus direncanakan berlangsung
Objek penelitian ini adalah siswa dalam 1 minggu (7 hari), untuk lebih jelas
Kelas IX.D SMP Negeri 2 Koto Baru perincian setiap kegiatan adalah sebagai
Kabupaten Dharmasraya Tahun Pelajaran berikut :
2014/2015 dengan jumlah siswa 20 orang, 1) Siklus I pada tanggal 1 Oktober – 8
terdiri dari 6 orang perempuan dan 14 Oktober 2014 pada materi Perdagangan
orang laki-laki. Metode yang digunakan Internasional.
pada penelitian tindakan kelas ini adalah 1. Perencanaan
metode Jigsaw pada materi Perdagangan Mengadakan kegiatan penelitian
Internasional. dengan menyusun RPP pada materi
c. Sumber Data Perdagangan Internasional untuk 2x
Sumber data dalam penelitian ini pertemuan dengan menggunakan
adalah hasil ulangan harian siswa sebagai metode Jigsaw.
data awal yang diambil dari hasil test siswa 2. Tindakan
yang dilakukan sebelum siklus I Melaksanakan pembelajaran
dilaksanakan (Prasiklus). Data selanjutnya sesuai dengan RPP untuk 2x
adalah hasil tes diakhir siklus I dan hasil pertemuan pada Materi Pedagangan
tes diakhir siklus II pada materi Internasional dengan menggunakan
Perdagangan Internasional di Kelas IX.D metode Jigsaw. Diawal pertemuan
SMP Negeri 2 Koto Baru Kabupaten guru menjelaskan langkah-langkah
Dharmasraya Tahun Pelajaran 2014/2015. pembelajaran dengan menggunakan
d. Teknik dan Alat Pengumpulan data metode Jigsaw. Selesai penjelasan
Teknik pengumpulan data pada dari guru, siswa kemudian dibagi
penelitian ini menggunakan model siklus, dalam 4 kelompok yang
yang direncanakan dalam 2 siklus. Setiap beranggotakan 5 orang. Masing -
siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu : masing anggota kelompok diberi 5
perencanaan (planning), tindakan (action), kartu dengan soal yang berbeda dan
pengamatan dan refleksi. warna yang berbeda. Kelompok ini
Alat pengumpulan data dalam disebut dengan kelompok inti.
penelitian ini berupa lembaran soal bentuk Masing - masing anggota dari
esai sebanyak 5 soal (terlampir ). Alat kelompok inti menyebar untuk
pengumpulan data pada penelitian adalah berkumpul dengan anggota yang
lembaran test pada siklus I dan siklus II memegang warna kartu yang sama
pada penelitian tindakan kelas pada materi dengan soal yang sama untuk
Perdagangan Internasional melalui metode mendiskusikan jawaban dari soal
Jigsaw di kelas IX.D SMP Negeri 2 Koto yang ada pada kartu yang mereka
Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun pegang, kelompok ini disebut dengan
Pelajaran 2014/2015. kelompok ahli. Setelah selesai
e. Rancangan Penelitian menjawab soal, kelompok ahli
Pelaksanaan penelitian terdiri dari kembali ke kelompok inti, untuk
2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2x memberitahukan jawaban dari kartu
pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 yang mereka pegang. Masing-masing
3
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

anggota kelompok inti saling tersebut akan dilanjutkan atau


menginformasikan jawaban dari merumuskan tindakan baru.
kartu masing - masing. Setelah 40 2. Tindakan
menit guru memberi kesempatan Melaksanakan pembelajaran
kepada masing - masing kelompok sesuai dengan RPP yang telah
untuk mempresentasikan semua dibuat. Materi pelajaran adalah Alat
jawaban dari kartu dan kelompok Pembayaran Dalam Perdagangan
lain menanggapi. Kelompok terbaik Internasional dengan menggunakan
adalah kelompok yang dapat metode Jigsaw. Diawal pertemuan
menjawab semua soal yang ada pada guru menjelaskan langkah - langkah
kartu dengan benar, dan mampu pembelajaran dengan menggunakan
menjawab pertanyaan dari kelompok metode Jigsaw. Selesai penjelasan
lain. dari guru, siswa kemudian dibagi
3. Pengamatan dalam 4 kelompok yang
Pengamatan dilakukan beranggotakan 5 orang. Masing-
terhadap siswa dalam memahami masing anggota kelompok diberi 5
materi perdagangan internasional, kartu dengan soal yang berbeda dan
pengertian dan faktor – faktor yang warna yang berbeda. Kelompok ini
menyebabkan timbulnya disebut dengan kelompok inti.
perdagangan internasional, manfaat Masing - masing anggota dari
perdagangan internasional, hambatan kelompok inti menyebar untuk
perdagangan internasional, berkumpul dengan anggota yang
perbedaan perdagangan dalam negeri memegang warna kartu yang sama
dengan perdagangan internasional dengan soal yang sama untuk
dan contoh komoditi ekspor dan mendiskusikan jawaban dari soal
impor Indonesia, dengan yang ada pada kartu yang mereka
menggunakan metode Jigsaw. pegang, kelompok ini disebut dengan
4. Refleksi kelompok ahli. Setelah selesai
Melakukan peninjauan dan menjawab soal, kelompok ahli
perbaikan atas pelaksanaan siklus I, kembali ke kelompok inti, untuk
kalau ada yang perlu dirubah boleh memberitahukan jawaban dari kartu
dilakukan untuk diterapkan pada yang mereka pegang. Masing -
siklus II. Di akhir siklus I diadakan masing anggota kelompok inti saling
penilaian atau ujian dengan menginformasikan jawaban dari
menggunakan lembaran soal yang kartu masing - masing. Setelah 40
telah disiapkan (terlampir) menit guru memberi kesempatan
2) Siklus II pada tanggal 15 Oktober – 22 kepada masing - masing kelompok
Oktober 2014 pada materi Alat untuk mempresentasikan semua
Pembayaran Dalam Perdagangan jawaban dari kartu dan kelompok
Internasional. lain menanggapi. Kelompok terbaik
1. Perencanaan adalah kelompok yang dapat
Mengadakan revisi terhadap menjawab semua soal yang ada pada
tindakan siklus I, apakah tindakan kartu dengan benar, dan mampu

4
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

menjawab pertanyaan dari kelompok Minimal (KKM). Nilai KKM yang harus
lain. dicapai siswa adalah 80. Persentase dan
3. Pengamatan nilai rata-rata dihitung dengan rumus:
Pengamatan dilakukan Persentase Ketuntasan =
terhadap siswa pada materi Alat
Pembayaran Dalam Perdagangan
Internasional dengan memakai Nilai Rata-rata =
metode Jigsaw. Persentase Ketuntasan yang diperoleh
4. Refleksi dijadikan sebagai indikator penilaian
pelaksanaan pembelajaran dengan
Rentang Nilai Keterangan menerapkan metode pembelajaran
76 % - 100 % Baik kooperatif Jigsaw. Kategorinya dapat
51 % - 75 % Cukup Baik dilihat pada tabel dibawah ini :
26 % - 50 % Kurang Baik Tabel 3.1 Indikator Penilaian Pelaksanaan
0 % - 25 % Tidak Baik Pembelajaran Dengan Metode Jigsaw
Melakukan peninjauan Analisis data dilakukan secara deskriptif
terhadap tindakan dan pengamatan kualitatif, dengan melihat terlebih dahulu
terhadap siklus II data kuantitatifnya kemudian disajikan
f. Cara Pengambilan Data dalam bentuk grafik yang digunakan untuk
Data hasil belajar siswa diambil melihat gambaran perkembangan dari data
dengan mengadakan tes yang dilakukan yang diperoleh dari masing-masing siklus.
pada akhir siklus I dan diakhir siklus II Dari data yang diperoleh dapat dianalisis
terhadap siswa kelas IX.D SMP Negeri 2 bahwa terdapat peningkatan atau tidak,
Koto Baru Tahun 2014/2015. Soal tes jika tidak terjadi peningkatan maka dicari
siklus I dan Siklus II (terlampir). penyebab permasalahannya. Hasil analisis
g. Pengolahan Data data disajikan dalam bentuk grafik untuk
Analisa data hasil penelitian lebih memudahkan dalam membaca data
tindakan kelas merupakan interpretasi dari dan memprediksikan apa kesimpulan dari
hasil observasi aktivitas siswa selama perlakuan yang diberikan.
pembelajaran dievaluasi, direvisi dan h. Indikator Ketercapaian
direfleksikan untuk mengetahui adanya 1. Indikator ketercapaian berpedoman
peningkatan hasil belajar siswa dengan kepada kondisi awal hasil belajar siswa
membandingkan hasil tes prasiklus, test dimana dari 20 siswa, hanya 6 orang
siklus I, dan test siklus II selama yang mencapai ketuntasan (30%)
penelitian tindakan kelas sampai tes akhir sedangkan 14 orang lainnya tidak tuntas
penelitian. Data yang diperoleh dari (70%), dan nilai rata – rata 52.24 poin.
kegiatan pembelajaran akan digunakan 2. Menetapkan peningkatan :
untuk mengambil kesimpulan terhadap Dengan melakukan Penelitian Tindakan
hasil penelitian. Data yang diperoleh dari ini dalam dua siklus diharapkan
siklus I dan siklus II akan dianalisis indikator ketercapaian sebagai berikut:
dengan cara menghitung persentase a. Siklus I diharapkan peningkatatan
ketuntasan siswa dan nilai rata-rata siswa. nilai rata-rata siswa 17 point dari
Siswa dikatakan tuntas apabila berhasil data awal menjadi 69.24. Pada siklus
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan

5
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

I juga diharapkan 60% siswa sudah Data hasil belajar siswa merupakan data
mendapat nilai sesuai dengan KKM. pendukung pada penelitian tindakan
b. Siklus II diharapkan peningkatan kelas yang mengacu pada nilai siswa
nilai rata-rata siswa 11 point menjadi pada akhir penelitian siklus I dengan
80.24 (sesuai dengan KKM IPS 80). rincian seperti Tabel 4.2 Data Hasil
Pada siklus II juga diharapkan 85% Belajar Siswa pada Akhir Siklus I
siswa sudah mendapat nilai sesuai No Nilai Jumla Tunta Tidak
dengan KKM. h s Tunta
HASIL DAN PEMBAHASAN Siswa s
a. Hasil Penelitian 1 < 50 0 0 0
1. Data hasil belajar siswa pada saat 2 51-60 6 0 6
Prasiklus dapat dilihat pada Tabel 3 61-70 1 0 1
4.1 dibawah ini: 4 71-80 7 6 1
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa 5 81-90 6 6 0
pada Prasiklus 6 91-100 0 0 0
No Nilai Juml Tunt Tidak Jumlah 20 12 8
ah as Tuntas Persentase 60% 40%
Sisw
a Pada Tabel 4.2 di atas dapat
1 < 51 12 0 12 dilihat bahwa terdapat 12 orang siswa yang
2 51-60 2 0 2 memiliki nilai di atas KKM, sedangkan 8
3 61-70 0 0 0 orang lainnya memiliki nilai di bawah
4 71-80 6 6 0 KKM, dengan persentase ketuntasan
5 81-90 0 0 0 sebesar 60%. Berdasarkan persentase
6 91- 0 0 0 ketuntasan siswa yang sebesar 60%, dapat
100 dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada
Jumlah 20 6 8 siklus I masih belum optimal dan oleh
Persentase 30% 70% karena itu perlu ditingkatkan.
Refleksi Siklus I :
Pada Tabel 4.1 di atas dapat Berdasarkan hasil pengamatan dari
dilihat bahwa hanya terdapat 6 orang pelaksanaan pembelajaran, ditemukan hal-
siswa yang memiliki nilai di atas KKM, hal seperti di bawah ini :
sedangkan 14 orang lainnya memiliki 1.Siswa kurang mempersiapkan diri untuk
nilai di bawah KKM, dengan persentase mengikuti pembelajaran, sehingga
ketuntasan sebesar 30%. Berdasarkan kurang mengerti penjelasan guru di
persentase ketuntasan siswa yang hanya awal pembelajaran yang mengakibatkan
30%, dapat dikatakan bahwa hasil mereka masih ada yang bingung
belajar siswa pada siklus I masih sangat memahami pertanyan-pertanyaan yang
belum optimal dan oleh karena itu perlu ada dalam kartu.
ditingkatkan. 2. Sebagian besar siswa sangat tekun
2. Data Hasil Belajar pada Penelitian membaca dan memahami
SiklusI pertanyaan-pertanyaan yang ada

6
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

pada kartu, tapi ada juga siswa yang pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
masih tidak serius. menguasai materi-materi sebelumnya.
3. Sebagian besar siswa sangat tertarik 2. Siswa sudah terbiasa dengan model
mengikuti sistem pembelajaran pembelajaran kooperatif Jigsaw,
kooperatif Jigsaw tapi ada juga yang sehingga keberlangsungan
tidak tertarik. pembelajaran sesuai dengan rencana
c. Data Hasil Belajar pada Penelitian pelaksanaan pembelajaran.
Siklus II 3. Siswa sudah terbiasa berdiskusi baik
Data hasil belajar siswa merupakan data di dalam kelompok inti maupun di
pendukung pada penelitian tindakan dalam kelompok ahli.
kelas yang mengacu pada nilai siswa b. Pembahasan
pada akhir penelitian siklus II dengan a. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari
rincian seperti Tabel 4.3 : Data Hasil Prasiklus ke Siklus I
Belajar Siswa pada Akhir Siklus II Hasil Belajar siswa dan persentase
No Nilai Jumlah Tuntas Tidak ketuntasan siswa pada prasiklus dan
Siswa Tuntas siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4 :
1 < 50 0 0 0 Nilai Rata-rata Hasil Belajar, Ketuntasan
2 51-60 0 0 0 dan Peningkatannya dari Prasiklus ke
3 61-70 0 0 0 Siklus I
4 71-80 6 3 3 Nilai %
5 81-90 13 13 0 Rata- Ketuntasan
6 91-100 1 1 0 rata Klasikal
Jumlah 20 17 3 Prasiklus 52.24 30%
Persentase 85% 15% Akhir
Siklus I 69.81 60%
Pada Tabel 4.3 di atas dapat Peningkatan 33.63% 100%
dilihat bahwa terdapat 17 orang siswa Pada Tabel 4.4 diatas dapat dilihat
yang memiliki nilai di atas KKM dan 3 peningkatan nilai rata-rata siswa
orang siswa memiliki nilai di bawah sebesar 33.63% dari nilai rata-rata saat
KKM, dengan persentase ketuntasan prasiklus 52.24 menjadi 69.81 pada
sebesar 85%. Berdasarkan persentase akhir siklus I. Selain itu Tabel 4.4 juga
ketuntasan siswa yang sebesar 85%, menunjukkan peningkatan persentase
maka dapat dikatakan bahwa hasil ketuntasan siswa sebesar 100% dari
belajar siswa pada siklus II sudah tingkat ketuntasan 30% menjadi 60%.
optimal. Peningkatan tersebut dapat dengan jelas
Refleksi Siklus II dilihat pada Diagram 4.1 berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan dari Grafik4.1Peningkatan nilai rata-rata dan
pelaksanaan pembelajaran, ditemukan persentase ketuntasan siswa dari
hal-hal seperti di bawah ini : prasiklus ke siklus I
1. Sebagian besar siswa telah
mempersiapkan diri belajar materi
palajaran dengan menggunakan model

7
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

69.81
70 60 100 80.33 85
52.24 69.81
60 80
50 60
40 30
60
30
20 Pra siklus 40 Siklus I
10
0 Akhir Siklus I 20 Siklus II
0

Hasil Belajar siswa dan Dari diagram di atas dapat


persentase ketuntasan siswa pada siklus I diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai
dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5 rata-rata dan persentase ketuntasan siswa
Nilai Rata-rata Hasil Belajar, Ketuntasan pada setiap siklus. Peningkatan hasil
dan Peningkatannya dari Siklus I ke belajar yang terjadi dikarenakan adanya
Siklus II penelusuran proses pembelajaran tetap
Nilai % sesuai dengan rencana pelaksanaan yang
Rata- Ketuntasan berbasis pada metode pembelajaran
rata Klasikal kooperatif Jigsaw, dengan mengecek
Siklus I 69.81 60% kembali kelemahan-kelemahan yang
Siklus II 80.33 85% dialami peserta didik dalam proses
Peningkatan 15.06% 42 pembelajaran sebelumnya. Peningkatan
masing-masingnya dapat dengan jelas
Pada Tabel 4.5 diatas dapat dilihat pada Grafik 4.3 Peningkatan Nilai
dilihat peningkatan nilai rata-rata siswa Rata2 dan Persentase Ketuntasan Siswa
sebesar 15.06% dari nilai rata-rata saat pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
akhir siklus I 52.24 menjadi 69.81 pada
akhir siklus II. Selain itu Tabel 4.5 juga 85
90 80.33
menunjukkan peningkatan persentase
80 69.81
ketuntasan siswa sebesar 42% dari
70 60
tingkat ketuntasan 60% menjadi 85%.
60 52.24
Peningkatan tersebut dapat dengan jelas
50 Prasiklus
dilihat pada Grafik 4.2 berikut :
40 30 Siklus I
Grafik 4.2 Peningkatan Nilai Rata-Rata dan
30 Siklus II
Persentase Ketuntasan Siswa dari Siklus I
20
ke Siklus II
10
KESIMPULAN DAN SARAN
0
a. Kesimpulan
Nilai Rata- %
Berdasarkan
Rata temuan, analisis data,
Ketuntasan
dan pembahasan penelitian dapat diambil

8
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

KESIMPULAN Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor


1. Penggunaan metode Jigsaw pada materi yang Mempengaruhi. Jakarta. PT.
Perdagangan Internasional dapat Rineka Cipta
meningkatkan hasil belajar siawa dari Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil
rata-rata awal 52,24 menjadi 69,81 pada Proses Belajar Mengajar. Bandung.
siklus I, dan menjadi 80,33 pada siklus Remaja Rosdakarya
II Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil
2. Terjadi peningkatan jumlah siswa yang Proses Belajar Mengajar. Bandung.
mencapai ketuntasan dari tingkat Remaja Rosdakarya
ketuntasan 30 % menjadi 60 % pada Slavin,Robert.E 2005,Cooperative
siklus I, dan meningkat menjadi 85% Learning (cara efektif dan
pada siklus II. menyenangkan Pacu prestasi seluruh
b. Saran-saran peserta didik) Bandung Nusa Media
Berdasarkan kesimpulan pada Sugianto,2010.Model-model
penelitian tindakan kelas ini dapat pembelaajaran inovatif. Surakarta:
dikemukakan saran yang dapat dijadikan Yuma pustaka
sebagai bahan pertimbangan antara lain : Zaini, Hisyam dkk.2008. Strategi
1. Pembelajaran IPS dengan menggunakan Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
metode Jigsaw dapat dijadikan sebagai Pustaka Insan Madani.
alternatif untuk meningakatkan hasil Yusuf, M.M. 2009. Pengaruh Cara dan
belajar siswa. Motivasi Belajar terhadap Hasil
2. Agar guru terus berinovasi dalam Belajar Programmable Logic
menciptakan berbagai media Controller (PLC) Siswa Kelas III
pembelajaran. Jurusan Listrik SMKN 5 Makassar.
No. 2. Vol.1

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta. PT.
Rineka Cipta
Eka, Ratna F. 2013. Jurnal Skripsi
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dalam Upaya
Meningkatkan Pemahaman Mata
Pelajaran Pengolahan Makanan
Kontinental pada Siswa Kelas X
Jasa Boga SMK N 4 Yogyakarta
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Rintayati, Peduk, dan S.P.Putro.2010.
Meningkatkan Aktivitas Belajar
(Active Learning) Siswa Berkarakter
Cerdas Pendekatan Sains Teknologi
(STM). No.1. Vol.1
9
Darlisma
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL STAD


PADA MATERI PERANG DUNIA II SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
INDONESIA DI KELAS IX.B SMPN 2 KOTO BARU.

Suslawati
SMPN 2 Koto Baru

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki hasil belajar siswa
yang masih rendah pada mata pelajaran IPS dengan rata-rata hanya mencapai 61,58 dari
nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Permasalahan yang hendak dipecahkan melalui
penelitian ini adalah, apakah menerapkan pendekatan pembelajaran Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
perang dunia II serta pengaruhnya terhadap indonesia. Metode penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IX.B. Metode pengumpulan datanya dilakukan tes dalam bentuk esey untuk
mendapat hasil belajar. Indikator keberhasilan penelitian ini apabila rata-rata hasil tes
sekurang-kurangnya 75 dan persentase tuntas klasikal 35 % (57,5 poin ). Hasil penelitian
pada siklus I hasil belajar mencapai rata-rata 72,75 Poin ( 60 % ) tapi masih ada siswa yang
mendapat nilai 40 sehingga perlu adanya tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Pada akhir siklus II hasil belajar siswa sudah mencapai rata-rata 81,30 poin dengan
persentase pencapaian KKM sebesar 80 %. Kemampuan yang demikian tersebut sudah
digolongkan memenuhi standar KKM. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Sudent Team Achievement Division (STAD)
pada mata pelajaran IPS dengan materi perang dunia II serta pengaruhnya terhadap indonesia
di kelas IX.B SMP N 2 Koto Baru dapat meningkat.
Kata Kunci: Hasil belajar, Model STAD, Perang Dunia II Serta Pengaruhnya
Terhadap Indonesia

PENDAHULUAN satu landasan bagi pendidikan nasional.


Ilmu pengetahuan dan teknologi terus Pendidikan diusahakan untuk diarahkan
berkembang pesat dalam waktu yang menghasilkan manusia yang bisa
begitu singkat. Hal ini mengharuskan mengembangkan potensi-potensi yang ada
manusia untuk mampu berperan penting pada dirinya. Dalam system pendidikan
dan bersaing dalam menjalani setiap nasional tujuan pendidikan dijabarkan dari
dimensi kehidupan. Untuk dapat falsafah bangsa Indonesia yaitu pancasila
menghasilkan manusia yang tangguh dan adapun tujuan pendidikan nasional adalah :
siap menghadapi segala tantangan, maka ”pendidkan nasional berfungsi
peran pendidikan sangat dominan sebagai mengembangkan kemampuan dan
wujud transpormasi dalam meningkatkan membentuk watak serta peradaban bangsa
mutu pendidikan yang lebih baik. yang bermartabat dalam rangka
Pada hakikatnya pendidikan itu mencerdaskan kehidupan bangsa,
merupakan usaha mendewasakan manusia bertujuan untuk mengembangkan potensi
UU No 20 tahun 2003 merupakan salah peserta didik agar menjadi manusia yang

10
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang diperoleh oleh sebagian besar siswa,dari
Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, 20 siswa hanya sekitar 7 orang saja yang
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga nilainya di atas KKM,selebihnya di bawah
Negara yang demokratis dan bertanggung KKM.kemudian dilihat dari tugas yang
jawab”. ( UU no 20 tahun 2003 ) diberikan hanya sebagian kecil saja atau
Usaha untuk meningkatkan Kualitas sekitar 5-7 orang siswa yang mampu
pendidikan tidak lepas dari proses menyelesaikan tugas ,termasuk latihan dan
pembelajaran yang berlansung di Tanya jawab sewaktu proses belajar
sekolah.jika proses pembelajaran yang berlansung hanya 5-7 orang yang mampu
terjadi di sekolah dapat berjalan efektif menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
akan berdampak bagus bagi peningkatan Ini terjadi karena proses belajar mengajar
kualitas pendidikan. . Menurut Sudirman berlangsung disekolah kurang bervariasi
(1996:95) aktifitas belajar adalah suatu dan masih bersifat mekanistik, dimana
perilaku siswa yang selalu berusaha, guru lebih aktif mengajar dan menjabarkan
bekerja, belajar dengan sungguh-sungguh materi pembelajaran, sedangkan siswa
untuk kemajuan atau untuk memperoleh hanya berfungsi sebagai pendengar,
prestasi yang gemilang dari perubahan mencatat, dan mengerjakan latihan. Hal ini
tingkah laku yang diperoleh dari membuat siswa menjadi kurang tertarik
pengalaman dan latihan rendahnya pada pembelajaran khususnya bidang studi
aktivitas belajar siswa akan berdampak IPS. Guru sering hanya membeberkan
negative terhadap hasil belajar siswa. fakta-fakta kering berupa urutan waktu dan
Guru sebagai salah satu faktor penting peristiwa belaka, sedangkan siswa kurang
yang memmpengaruhi pembelajaran. mendapatkan kesempatan untuk aktif dalm
Diwajibkan untuk selalu berusaha proses pembelajaran.dan sebagian ada
memperbaiki dan meningkatkan kualitas yang malu bertanya mungkin karena tidak
proses pembelajaran disekolah. Untuk paham dengan materi yang dijabarkan
mencapai hasil yang optimal dalam proses guru.Rendahnya hasil belajar siswa juga
pembelajaran, guru harus berusaha dan bisa disebabkan oleh kurang tepatnya guru
melaksanakan berbagai kegiatan yang dalam menempatkan strategi
menjurus pada peningkatan hasil belajar pembelajaran, disamping itu juga bisa
siswa. disebabkan guru kurang memperhatikan
Peran guru sebagi motivator sangat karakteristik siswa.
penting, artinya dalam rangka peningkatan Supaya siswa kelas IX.B ini lebih
kegairahan dalam pengembangan kegiatan meningkat hasil belajarnya,tertama
belajar mengajar. Guru harus dapat dalam materi Perang Dunia II serta
merangsang dan memberikan dorongan pengaruhnya terhadap Indonesia, maka
serta reinforment untuk mendinamiskan saya mencari solusi dengan merancang
potensi siswa sehingga terjadi dinamika metode pembelajaran yang bisa membuat
dalam proses belajar mengajar. siswa lebih aktif di dalam belajar dan
Berdasarkan observasi dan kenyataan mendapatkan nilai yang lebih bagus, maka
yang saya alami di SMP Negeri 2 Koto saya mencoba menerapkan metode
Baru dapat diketahui bahwa Hasil belajar pembelajaran STAD (Student Teams
siswa masih rendah.Ini dapat di lihat Achievement Division) merupakan satu
rendahnya hasil ulangan harian yang sistem belajar kelompok yang di dalamnya

11
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

siswa di bentuk ke dalam kelompok yang laki-laki dan 6 orang siswa perempuan ,
terdiri dari 4-5orang secara heterogen. yang meliputi kegiatan guru dan siswa
Jumlah anggota yang sedikit dalam setiap serta hasil belajar.
kelompok memudahkan siswa 3.3 Sumber Data
berkomunikasi dengan teman sekelompok. Sumber data dalam penelitian ini
Pentingnya pembagian kelompok seperti adalah hasil ulangan harian siswa sebagai
ini didasarkan pada pemikiran bahwa data awal yang diambil dari hasil tes siswa
siswa lebih mudah menemukan dan yang dilakukan sebelum siklus I
memahami konsep yang sulit jika masalah dilaksanakan.Data selanjutnya adalah hasil
itu dipelajari bersama. model tes diakhir siklus I dan hasil tes diakhir
pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II mata pelajaran IPS pada materi
diharapkan dapat lebih bermakna bagi Perang Dunia II serta pengaruhnya
siswa, melalui segala macam kegiatan terhadap Indonesia di kelas IX.B SMPN 2
yang dilakukan secara langsung oleh Koto Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun
siswa didalam kelompoknya masing- pelajaran 2014/2015
masing. Dengan menggunakan metode 3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan data
pembelajaran STAD diharapkan dapat Teknik pengumpulan data pada
meningkatkan hasil belajar siswa. penelitian ini menggunakan model siklus,
Berdasarkan masalah yang di terangkan di yang direncanakan dalam 2 siklus. Setiap
atas peneliti memilih judul penelitian “ siklus terdiri dari 4 langkah,yaitu
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa perencanaan (planning),tindakan
Melalui Model Stad Pada Materi Perang (action),pengamatan) dan refleksi. Alat
Dunia Ii Serta Pengaruhnya Terhadap pengumpulan data pada penelitian adalah
Indonesia Di Kelas IX.B SMP N 2 Koto lembaran test pada siklus I dan siklus II
Baru. pada penelitian tindakan kelas pada
METODE PENELITIAN materi Peang Dunia II serta pengaruhnya
3.1 Setting Penelitian terhadap Indonesia melalui metode
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 2 STAD di kelas IX.B SMPN 2 Koto Baru
Koto Baru, Kecamatan Koto Baru Tahun Pelajaran 2014-2015 serta jurnal
Kabupaten Dharmasraya. Penelitian harian guru.
dilakukan di kelas IX.B dalam waktu 3 3.5 Rancangan Penelitian
bulan pada materi Perang Dunia II serta Pelaksanaa penelitian terdiri dari 2
pengaruhnya terhadap Indonesia. Waktu siklus ,setiap siklus terdiri dari 2 x
penelitian dilaksanakan pada bulan pertemuan , setiap pertemuan terdiri dari 2
September 2014 sampai dengan jam pelajaran . Dilanjutkan dengan siklus
November 2015. ke II terdiri dari 2 siklus, setiap siklus
3.2 Objek Penelitian terdiri dari 2 x pertemuan, setiap
Objek pene;litian ini adalah pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran.Di
pembelajaran IPS pada materi Perang setiap akhir siklus diadakan test sebagai
Dunia II serta pengaruhnya terhadap data penelitian. Setiap siklus direncanakan
Indonesia di kelas IX.B SMPN 2 Koto berlangsung dalam 1 minggu( 7
Baru,Kabupaten Dharmasraya Tahun hari),untuk lebih jelas perincian setiap
Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa kegiatan adalah sebagai berikut :
20 orang yang terdiri, dari 14 orang siswa

12
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Siklus I dilaksanakan tanggal 3 d. Evaluasi


September 2014 pada Materi Perang Dunia Melakukan peninjauan dan perbaikan
II atas pelaksanaan siklus I,kalau ada yang
a. Perencanaan perlu dirobah boleh dilakukan untuk
Mengadakan kegiatan penelitian diterapkan pada siklus II. Di akhir
dengan menyusunan RPP pada materi siklus I diadakan penilaian atau ujian
Latar belakang Perang Dunia II dan dengan menggunakan lembaran ujian
Dampak perang Dunia II untuk 2 x yang telah disiapkan (terlampir).
pertemuan dengan menggunakan Siklus II
metode STAD. Dilaksanakan 10 September-13
b. Tindakan September pada materi Perang Dunia II
Melaksanakan pembelajaran sesuai serta pengaruhnya terhadap Indonesia
dengan RPP untuk 2 x pertemuan pada (Perang Pasifik dan bentuk-bentuk
Materi Latar belakang Perang Dunia perlawanan rakyatb Indonesia terhadap
II dengan metode STAD. Diawal Jepang)
pertemuan guru menjelaskan langkah- a. Perencanaan
langkah yang harus ditempuh dalam Mengadakan revisi terhadap tindakan
pembelajaran STAD adalah : siklus I,jika tindakan tersebut akan
1. Sajian materi oleh guru. dilanjutkan,atau merumuskan tindakan
2. Siswa bergabung dalam kelompok baru.
yang terdiri dari 4-5 orang. b. Tindakan
Sebaiknya kelompok dibagi secara Melaksanakan pembelajaran sesuai
heterogen yang terdiri atas siswa dengan RPP yang telah dibuat. Materi
dengan beragam latar belakang, pelajaran Perang Dunia II serta
misalnya dari segi: prestasi, jenis pengaruhnya terhadap
kelamin, suku dll. Indonesia(Perang Pasifik s/d Bentuk-
3. Guru memberikan tugas kepada bentuk perlawanan rakyat Indonesia
kelompok untuk mengerjakan terhadap Jepang) dengan
latihan / membahas suatu topik menggunakan Metode pembelajaran
lanjutan bersama-sama. Disini STAD. Diawal pertemuan guru
anggota kelompok harus bekerja menjelaskan langkah-langkah
sama. pembelajaran dengan menggunakan
4. Tes / kuis atau silang tanya antar Metode STAD
kelompok. Skor kuis / tes tersebut Langkah-langkah yang harus
untuk menentukan skor individu ditempuh dalam pembelajaran STAD
juga digunakan untuk menentukan adalah:
skor kelompok. 1. Sajian materi oleh guru.
5. Penguatan dari guru . 2. Siswa bergabung dalam
c. Observasi kelompok yang terdiri dari 4-5
Pengamatan dilakukan terhadap siswa orang. Sebaiknya kelompok
dalam memahami materi Latar dibagi secara heterogen yang
belakang Perang Dunia II (Sebab- sebab terdiri atas siswa dengan
terjadi perang Dunia II) dengan beragam latar belakang,
menggunakan metoden STAD.

13
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

misalnya dari segi: prestasi, Analisa data hasil penelitian


jenis kelamin, suku dll. tindakan kelas merupakan interpretasi dari
3. Guru memberikan tugas kepada hasil observasi, aktivitas siswa selama
kelompok untuk mengerjakan pembelajaran dievaluasi, direvisi dan
latihan / membahas suatu topik direfleksikan untuk mengetahui adanya
lanjutan bersama-sama. Disini peningkatan hasil belajar siswa dengan
anggota kelompok harus membandingkan hasil tes awal, test siklus
bekerja sama. I dan test siklus II selama penelitian
4. Tes / kuis atau silang tanya tindakan kelas. Sampai tes akhir
antar kelompok. Skor kuis / tes penelitian. Data yang diperoleh dari
tersebut untuk menentukan kegiatan pembelajaran akan digunakan
skor individu juga digunakan untuk mengambil kesimpulan terhadap
untuk menentukan skor hasil penelitian. Data yang diperoleh dari
5. Penguatan dari guru. siklus I dan siklus II akan dianalisis
c. Pengamatan dengan cara persentase dan nilai rata-rata
Pegamatan dilakukan terhadap siswa siswa dan membandingkan dengan nilai
pada materi Perang Dunia II dan KKM. Analisis data dillakuakan secara
pengaruh pendudukan Jepang di deskriptif kualitatif, dengan melihat
Indonesia(Perang Pasifik s/d Bentuk- terlebih dahulu data kuantitatifnya.
bentuk perlawanan rakyat Indonesia Kemudian disajikan dalam bentuk grafik
terhadap Jepang) dengan metode yang digunakan untuk melihat gambaran
STAD. perkembangan dari data yang diperoleh
d. Evaluasi dari masing-masing siklus. Dari data yang
Secara bersama tim peneliti dan pihak diperoleh dapat dianalisis bahwa terdapat
sekolah mengkaji dan menyimpulkan peningkatan atau tidak, jika tidak terjadi
hasil tindakan siklus II ini. peningkatan maka dicari penyebab
Berdasarkan hasil kajian bersama ini permasalahannya. Hasil analisis data
akan diperbaiki beberapa hal yang disajikan dalam bentuk grafik untuk lebih
perlu sebagai pemantapan terhadap memudahkan dalam membaca data dan
rancangan ini. Kemudian dibuat memprediksikan apa kesimpulan dari
laporan hasil penelitian,sekaligus perlakuan yang diberikan.
sebagai saran untuk peneliti 6. Indikator Ketercapaian
selanjutnya. 1. Indikator ketercapaian berpedoman
4 Cara Pengambilan Data kepada kondisi awal hasil belajar
1. Data hasil belajar diambil dengan siswa dimana dari 20 siswa yang
mengadakan tes kepada siswa pada memiliki nilai tuntas hanya 7 orang
akhir siklus I dan tes akhir siklus II (35%) yang tuntas dan 12 ( 60 % )
di kelas IX.B SMPN 2 Koto Baru tidak tuntas, dengan nilai rata –rata
tahun pelajaran 2014/2015. 57.50 poin
2. Data keaktifan siswa diambil 2. Menetapkan peningkatan
dengan mengadakan observasi Dengan melalakukan Penelitian
selama kegiatan belajar Tindakan ini dalam dua siklus
berlangsung. diharapkan indikator ketercapaian
5. Pengolahan Data sebagai berikut:

14
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

a. Siklus I diharapkan peningkatan Persentase


Kisaran nilai
nilai rata-rata siswa 16 poin dari nilai rata- Kriteria
rata-rata
data awal 57.50 menjadi 72.75. rata
Pada siklus I juga diharapkan 75 Baik
91%-
% siswa sudah mendapat nilai 9,1-10 sekali
100%
sesuai dengan KKM (80). 7,5-9,1 Baik
75%-90%
b. Siklus II diharapkan peningkatan 6,5-7,4 Cukup
65%-74%
nilai rata-rata siswa 15 poin 5,0-6,4 Kurang
50%-64%
menjadi 81.30 (sesuai dengan Dibawah 5,0 Kurang
50%
KKM IPS 80). Pada siklus II juga sekali
diharapkan 75 % siswa sudah Suatu pembelajaran dikatakan
mendapat nilai sesuai dengan tuntas bila seorang peserta didik telah
KKM. Data yang diperoleh dari memperoleh skor 75%. Suatu kelas disebut
hasil observasi dianalisa dan tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat
diolah untuk digunakan sebagai 75%, bila kurang dari itu perlu program
bahan refleksi. Dalam perbaikan dan pengayaan (Diknas dalam
memberikan penilaian terhadap Delnizar, 2005:11).
hasil evaluasi yang diberikan Berdasarkan uraian tersebut diatas
setiap akhir siklus. Penelitian maka peneliti menetapkan indikator
mengacu pada Azhar (dalam keberhasilan sebagai berikut :
Delnizar, 2005:5) yang a. Jika 85% dari seluruh siswa
merumuskan cara perhitungan memperoleh nilai rata-rata 80 maka
sebagai berikut penelitian dinyatakan dengan hasil
yang amat baik.
b. Jika >60% dan <85% dari seluruh
Dalam hal ini : N : Nilai siswa memperoleh nilai rata-rata 80
SM : Skor/nilai penelitian dinyatakan cukup.
mentah c. Jika >60% dari seluruh siswa
SI : Skor/nilai memperoleh nilai rata-rata 80 maka
ideal penelitian dinyatakan gagal.
Rumus tersebut dapat disederhanakan HASIL PENELITIAN DAN
untuk memperoleh nilai 1-10 yaitu : PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENELITIAN
Siklus I
Kriteria keberhasilan tindakan
1. Perencanaan (planning)
ditentukan dengan besarnya persentase
Pada tahap perencanaan ini peneliti
nilai-nilai dari setiap sampel. Dalam
menyusun rencana yang akan
menentukan tingkat keberhasilan tindakan
dilakukan. Setelah alokasi waktu
yang dilakukan peneliti mengacu pada
ditentukan maka peneliti menyusun
tingkat keberhasilan proses pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang dikemukakan Anonim (dalam
(RPP) dibuat untuk 2 kali
Delnizar, 2005:11) pada tebel. 1 di bawah
pertemuan. RPP pada Siklus I
ini :
meliputi materi Sebab –sebab
terjadi perang Dunia II . Untuk
15
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

melihat kemampuan awal siswa, bawa Sebagian besar siswa belum


peneliti berpatokan pada nilai pre mempersiapkan diri untuk mengikuti
test. pelajaran, namun ada sebagian kecil
2. Tindakan (acting) siswa berusaha menguasai materi.
Pelaksanaan penelitian baru dapat Ada beberapa orang siswa yang
dilaksanakan pada tanggal 3 nampak oleh peneliti yang masih
September 2014. Pada peremuan I mengganggu kelancaran
sesuai demgan skenario yang telah pembelajaran, seperti masih ada
dibuat pembelajaran dimulai siswa yang bercerita, cuek dan
dengan kegiatan awal menganggu temannya. Keadaan ini
(appersepsi),kegiatan inti dan diharapkan ada peran ketua untuk
kegiatan akhir (penutup). Pada mengingatkan anggota agar serius
kegiatan awal (pendahuluan ) sehingga nanti dapat menjawab kuis
didahului dengan do’a kemudian yang diberikan dan mendapat point.
absensi. Setelah itu guru Kenyataan lain ditemukan adalah
menyampaikan tujuan masih kurangnya jumlah Buku
pembelajaran serta langkah-langkah Sumber yang ada sehingga mereka
pembelajaran yang akan harus bergantian membacanya.
dilaksanakan. 4. Refleksi (Evaluasi )
Selesai penjelasan dari guru siswa Evaluasi terhadap capaian yang
mendengarkan penjelasan singkat diperoleh pada siklus I didasarkan
guru mengenai materi pelajaran. pada hasil test yang diadakan pada
Kemudian siswa dibagi dalam akhir siklus I dengan materi Sebab-
kelompok yang anggotanya 3-4 sebab terjadi perang duinia II.
orang. Semua siswa harus aktif Disamping itu perlu menambah
berdiskusi dengan kelompok Buku Sumber agar semua siswa bisa
masing-masing untuk memahami memahami materi.
materi yang ada. 4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran pada
Setelah 40 menit guru akan siklus II
memberi daftar pertayaan dalam 1. Perencanaan (planning)
bentuk yang harus dijawab oleh Pada tahap perencanaan ini
perorangan. Setelah itu masing peneliti menyusun rencana yang
masing-masing siswa yang dapat akan dilakukan. Setelah alokasi
menjawab pertanyaan akan waktu ditentukan maka peneliti
mendapat nilai . Siswa yang terbaik menyusun Rencana Pelaksanaan
adalah siswa yang dapat Pembelajaran (RPP) dibuat untuk
memperoleh point tertinggi. Di 2 kali pertemuan. Materi pada
akhir siklus guru juga Siklus II. adalah materi Perang
mempersiapkan pertanyaan untuk Pasifik
data hasil belajar siswa. 2. Tindakan (acting)
3. Pengamatan (Observing) Pelaksanaan penelitian baru
Selama kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan pada tanggal
dengan menggunakan metode STAD 10 September 2014. Pada
berlangsung, penulis mengamati peremuan I sesuai dengan skenario

16
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

yang telah dibuat pembelajaran menganggu temannya. Keadaan


dimulai dengan kegiatan awal ini disebagian kelompok ada peran
(pendahuluan), kegiatan inti dan ketua untuk mengingatkan anggota
kegiatan akhir (penutup). Pada agar serius sehingga nanti dapat
kegiatan awal (pendahuluan ) point yang tinggi.
didahului dengan do’a kemudian 4. Refleksi (Evaluasi )
absensi. Setelah itu guru Evaluasi terhadap pencapaian
menyampaikan tujuan yang diperoleh pada Siklus II
pembelajaran serta langkah- didasarkan pada hasil test yang
langkah pembelajaran yang akan diadakan pada Siklus II.pada
dilaksanakan. Siklus II sudah terlihat
Selesai penjelasan dari guru peningkatan karena siswa lebih
siswa mendengarkan penjelasan mempersiapkan diri.
singkat guru mengenai materi 4.1.3. Hasil Belajar Siswa
pelajaran. Kemudian siswa dibagi 1. Hasil Penelitian siklus I
dalam kelompok yang anggotanya Data hasil belajar siswa
3-4 orang. Masing-masing merupakan data pendukung pada
kelompok diberi LKS dengan Penelitian Tindakan Kelas yang
materi Perang Pasifik. Semua mengacu pada nilai siswa pada
siswa harus menguasai materi akhir penelitian siklus I dengan
yang ada. Setelah 40 menit guru rincian seperti Tabel.3:
akan memberi daftar pertanyaan Tabel.3 Data hasil Belajar Siswa
yang harus dijawab oleh setiap pada Akhir Siklus I
siswa. Setelah itu masing masing- N Jumlah Tunt Tidak
masing siswa akan dinilai. Siswa o Nilai Siswa as Tuntas
terbaik adalah siswa yang dapat 1 ≤ 50 4 4
memperoleh point tertinggi. Di 2 51-60 1 1
akhir siklus guru juga 3 61-70 3 3
mempersiapkan pertanyaan untuk 4 71-80 5 5
data hasil belajar siswa. 5 81-90 7 7
3. Pengamatan (Observing) 6 91-100
Selama kegiatan Jumlah 20 12 8
pembelajaran dengan kerja Persent
kelompok dengan menggunakan ase 60% 40%
LKS berlangsung, penulis Pada tabel. 3 di atas dapat dilihat
mengamati bawa ada usaha dari bahwa terdapat 12 orang siswa yang
setiap siswa untuk menguasai memiliki nilai di atas Standar Ketuntasan
materi. Ada beberapa kegiatan Minimum (80) sedangkan 8 orang lainnya
yang nampak oleh peneliti yang memiliki nilai di bawah Standar
masih mengganggu kelancaran Ketuntasan Minimum,hal ini
pembelajaran, seperti masih ada menyebabkan hasil belajar siswa belum
sebagian kecil siswa yang belum memenuhi Standar Ketuntasan belajar
mempersiapkan diri untuk Minium (75%) yang tercapai baru
mengikuti pembelajaran, cuek dan

17
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

60%.Maka dapat dikatakan hasil belajar Pada Tabel .5 di atas dapat dilihat
siswa pada siklus I belum optimal,tetapi bahwa terdapat 16 orang siswa yang
ada peningkatan hasil belajar siswa memiliki nilai di atas Standar Ketuntasan
dibanding sebelum siklus I(Pra Siklus). Minimum (80) sedangkan 4 orang siswa
Tabel.4 Data Hasil Belajar Siswa lainnya memiliki nilai di bawah Standar
Prasiklus. Ketuntasan Minimum,sehingga hasil
N Jumlah Tunt Tidak belajar siswa belum memenuhi Standar
o Nilai Siswa as Tuntas Ketuntasan Belajar Minimum (85%)yaitu
1 < 50 7 7 sebesar 80% maka dapat dikatakan bahwa
51- hasil belajar siswa pada Siklus II Belum
2 60 5 5 Berhasil.
61- 4.1.4. Pembahasan Hasil Belajar Siswa
3 70 1 1 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
71- dari Prasiklus Ke Siklus I
4 80 4 4 Setelah diadakan Penelitian Tindakan
81- Kelas terjadi Peningkatan Hasil
5 90 3 3 Belajar Siswa Dari Prasiklus Ke
91- Siklus I.
6 100 Nilai % Ketuntasan
Jumlah 20 7 13 Tahapan Rata-rata Klaksikal
Persentas Prasiklus 57.50 30 %
e 35% 65% Akhir
Adanya peningkatan hasil belajar Siklus I 72.75 60 %
siswa dari Prasiklus ke Silus I karena Peningkat
memakai metode STAD. an 15.25% 25%
2. Hasil Penelitian Siklus II
Data dari hasil belajar siswa Pada Tabel di atas dapat dilihat
merupakan data pendukung pada peningkatan nilai Rata-rata siswa sebesar
penelitian tindakan kelas yang 15.25% dari nilai rata-rata saat Prasiklus
mengacu pada nilai siswa pada akhir 57.50 menjadi 72.75 pada akhir Siklus
penelitian Siklus II dengan rincian I.Selain itu Tabel.3 juga menunjukan
seperti tabel. 5 peningkatan Persentase ketuntasan siswa
N Jumlah Tunt Tidak sebesar 25% dari tingkat ketuntasan 35%
o Nilai Siswa as Tuntas menjadi 60%.Terjadinya peningkatan hasil
1 < 50 belajar siswa dari Prasiklus ke Siklus I
2 51-60 2 2 karena diadakan inovasi dalam metode
pembelajaran .Metode yang dipakai adalah
3 61-70 1 1
metode STAD yaitu metode yang
4 71-80 5 4 1
mengedepankan kerja sama dalam
5 81-90 10 10
kelompok,setiap anggota kelompok saling
6 91-100 2 2
membantu satu sama lain untuk
Jumlah 20 16 4
memahami materi yang dibahas dan
Persent
ditamba dengan bantuan LKS.Dalam
ase 80% 20%

18
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

pelaksanaan metode STAD masih terlihat II.Selain itu Tabel.7 juga menunjukan
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peningkatanPersentase Ketuntasan siswa
seperti Siswa belum terbiasa melakukan sebesar 20% dari tingkat ketuntasan 60%
diskusi kelompok,masih rendahnya minat menjadi 80%. Peningkatan tersebut dapat
baca siswa sehingga sulit memahami dilihat dengan jelas pada Grafik. 2 berikut
materi,masih ada sebagian kecil siswa :
yang rendah minat belajarnya (cuek,keluar 80
masuk kelas,iseng dengan teman
100 60 81.3
72.75
),walaupun demikian guru tetap berusaha 50 20
8.55
membimbing siswanya dalam kerja
rata-…
0
kelompok sehingga ada peningkatan hasil
belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dengan Jelas pada Grafik .1 berikut:
Grafik. 1 peningkatan Nilai Rata-rata dan Peningkatan Nilai Rata-rata dan Persentase
Persentase Ketuntasan Ketuntasan Siswa dari Siklus I ke
Siswa dari Prasiklus ke Siklus I: Siklus II
Dari diagram di atas dapat diketahui
80.00
72.75
70.00 57.50 60 bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata
60.00 dan persentase ketuntasan siswa pada tiap
50.00 35
40.00 25 Nilai Siklus dimulai dari tahap Prasiklus
30.00 15.25 .Peningkatan hasil belajar siswa tidak
20.00
10.00 Rata-… begitu maksimal ,karena faktor siswa yang
-
masih rendah minat belajarnya. yang
terjadi dikarenakan adanya penelusuran
proses pembelajaran tetap sesuai dengan
2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa rencana pelaksanaan yang berbasis pada
dari Siklus I ke Siklus II metode pembelajaran STAD,dengan
Setelah diadakan penelitian mengecek kembali kelemahan-kelemahan
Siklus II terjadi peningkatan Hasil yang dialami peserta didik dalam proses
Belajar Siswa.berikut ini adalah pembelajaran sebelumnya. Peningkatan
peningkatan Hasil Belajar Siswa rata-rata dan Persentase Ketuntasan Siswa
dari Siklus I ke Siklus II. pada Prasiklus,Siklus I dan Siklus II
Rata-rata % Ketuntasan
Nilai Klasikal
72.75 81.380 Nilai Rata-
100
Siklus I 72.75 60
80 57.5 60 rata
Siklus II 81.30 80
60
Peningka 35
tan 8.55 20 40 %
20 Ketuntasa
Pada Tabel diatas dapat dilihat 0 n Klasikal
peningkatan Nilai Rata-rata siswa sebesar Prasiklus Siklus I Siklus II
8.55% dari nilai rata-rata saat Siklus I
72.25 menjadi 81.30 pada akhir Siklus

19
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


A. Kesimpulan Arsyad Azhar.2013. Media Pembelajaran.
Berdasarkan temuan, analisis data, PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
dan pembahasan penelitian dapat diambil Conny R. Semiawan. 2010. Metode
kesimpulan Penelitian Kualitatif. Jakarta:Grasindo.
1. Penerapan metode STAD pada Johnson & B. Elaine .2002. Contextual
materi Perang Dunia II serta Teaching and Learning. California:
pengaruhnya terhadap Indonesia Corwin Press. Inc.
dapat meningkatkan hasil belajar Kemendikbud.2014. Kurikulum
siawa, dari data awal rata-rata Pendidikan Dasar GBPP sekolah
57.50, pada siklus I menjadi 72.75 Menengah Pertama . Jakarta .
dan pada siklus II menjadi 81.30. Kemendikbud.
2. Terjadi peningkatan jumlah siswa Pujiandi. 1999. Definisi teknologi
yang mencapai ketuntasan dari data Pendidikan Satuan Tugas Definisi
awal rata-rata 35% , pada siklus I dan terminologi AECT. Jakarta:
menjadi 60% pada siklus II Raja Grafindo Persada
menjadi 80% sudah tuntas hasil Rusman.2012. Model-Model
belajarnya. Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada.
B. Saran-saran Jakarta
Berdasarkan kesimpulan pada Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran :
penelitian tindakan kelas ini dapat Berorientasi Standar Proses
dikemukakan saran yang dapat Pendidikan. Jakarta: Kencana
dijadikan sebagai bahan pertimbangan Media Group.
antara lain : Slavin. 2006. Cooperativie Learning. Riset
1. Pembelajaran IPS dengan dan Praktik. Bandung Nusa Media
menggunakan metode STAD dapat 2012. Cara Belajar Siswa Aktif
dijadikan sebagai alternatif untuk dalam Proses Belajar
meningakatkan hasil belajar siswa Mengajar.Bandung:Sinar Baru
2. Agar guru terus berinovasi dalam Trianto,2009.Mendesain Model
menciptakan berbagai metode Pembelajaran Inovatif-
pembelajaran. Progresif. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.

20
Suslawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PPKn MATERI MENYEMAI KESADARAN


KONSTITUSIONAL DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA KELAS VIII E SMP NEGERI 2
KOTO BARU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Tri Lovida Amran


SMPN 2 Koto Baru

ABSRAK

Berdasarkan observasi dan kenyataan yang saya alami di SMP negeri 2 Koto Baru
dapat diketahui bahwa Hasil belajar siswa masih rendah.Ini dapat di lihat rendahnya hasil
ulangan harian yang diperoleh oleh sebagian besar siswa,dari 23 siswa hanya sekitar 11 orang
saja yang nilainya di atas KKM, selebihnya di bawah KKM. Ini terjadi karena siswa sangat
pasif dalam menggali berbagai sumber belajar, kemampuan mengkritisi berbagai informasi
sangat rendah, pengetahuan umum terkesan sangat dangkal, kurang respek terhadap berbagai
peristiwa yang terjadi, kurang berani dalam berpendapat dan menyampaikan gagasannya,
prestasi belajar tidak berkembang dan motivasi belajar sangat rendah. Dengan penerapan
pembelajaran Model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari data
awal rata-rata 65,00 pada siklus I menjadi 77,26 pada siklus II menjadi 82,87. Dan terjadi
peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari data awal rata-rata 52,17 % pada
siklus I menjadi 73,91 % pada siklus II menjadi 86,96 % sudah tuntas hasil belajarnya.
Kata Kunci : PKn, Model pembelajaran, Discovery Learning.

PENDAHULUAN ada pada dirinya. Dalam system


Ilmu pengetahuan dan teknolgi pendidikan nasional tujuan pendidikan
terus berkembang pesat dalam waktu dijabarkan dari falsafah bangsa Indonesia
yang begitu singkat. Hal ini yaitu pancasila adapun tujuan pendidikan
mengharuskan manusia untuk mampu nasional adalah : ”pendidkan nasional
berperan penting dan bersaing dalam berfungsi mengembangkan kemampuan
menjalani setiap dimensi kehidupan. dan membentuk watak serta peradaban
Untuk dapat menghasilkan manusia yang bangsa yang bermartabat dalam rangka
tangguh dan siap menghadapi segala mencerdaskan kehidupan bangsa,
tantangan, maka peran pendidikan sangat bertujuan untuk mengembangkan potensi
dominan sebagai wujud transpormasi peserta didik agar menjadi manusia yang
dalam meningkatkan mutu pendidikan beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang lebih baik. Pada hakikatnya Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat,
pendidikan itu merupakan usaha berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
mendewasakan manusia UU No 20 tahun menjadi warga Negara yang demokratis
2003 merupakan salah satu landasan bagi dan bertanggung jawab”. ( UU no 20
pendidikan nasional. Pendidikan tahun 2003 ). Usaha untuk meningkatkan
diusahakan untuk diarahkan Kualitas pendidikan tidak lepas dari
menghasilkan manusia yang bisa proses pembelajaran yang berlansung di
mengembangkan potensi-potensi yang sekolah.jika proses pembelajaran yang
21
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

terjadi di sekolah dapat berjalan efektif berlansung hanya 5-7 orang yang mampu
akan berdampak bagus bagi peningkatan menjawab pertanyaan yang diberikan
kualitas pendidikan. . Menurut Sudirman guru. Ini terjadi karena siswa sangat pasif
(1996:95) aktifitas belajar adalah suatu dalam menggali berbagai sumber belajar,
perilaku siswa yang selalu berusaha, kemampuan mengkritisi berbagai
bekerja, belajar dengan sungguh-sungguh informasi sangat rendah, pengetahuan
untuk kemajuan atau untuk memperoleh umum terkesan sangat dangkal, kurang
prestasi yang gemilang dari perubahan respek terhadap berbagai peristiwa yang
tingkah laku yang diperoleh dari terjadi, kurang berani dalam berpendapat
pengalaman dan latihan rendahnya dan menyampaikan gagasannya, prestasi
aktivitas belajar siswa akan berdampak belajar tidak berkembang dan motivasi
negative terhadap hasil belajar siswa. belajar sangat rendah.Hal ini membuat
Guru sebagai salah satu faktor siswa menjadi kurang tertarik pada
penting yang memmpengaruhi pembelajaran dan munculnya faktor
pembelajaran. Diwajibkan untuk selalu kejenuhan belajar siswa, yang
berusaha memperbaiki dan meningkatkan ditunjukkan dengan respon siswa yang
kualitas proses pembelajaran disekolah. rendah dalam mengikuti proses
Untuk mencapai hasil yang optimal pembelajaran. Ketidaktertarikan dan
dalam proses pembelajaran, guru harus munculnya kejenuhan selama
berusaha dan melaksanakan berbagai pembelajaran dikarenakan strategi
kegiatan yang menjurus pada peningkatan pembelajaran yang digunakan guru
hasil belajar siswa. monoton, yaitu dengan menggunakan
Peran guru sebagi motivator metode ceramah, tanya jawab, telaah
sangat penting, artinya dalam rangka buku dan media seadanya, sehingga
peningkatan kegairahan dalam mengakibatkan prestasi belajar PKn
pengembangan kegiatan belajar siswa kelas VIII pada semester ganjil
mengajar. Guru harus dapat merangsang tahun pelajaran 2014/2015 sangat rendah
dan memberikan dorongan serta yaitu rata-rata 65, padahal KKM PKn
reinforment untuk mendinamiskan adalah 75. Untuk itu dibutuhkan
potensi siswa sehingga terjadi dinamika kreatifitas dan inovasi dalam
dalam proses belajar mengajar. pembelajaran PKn dengan menggunakan
Berdasarkan observasi dan kenyataan berbagai cara yang menarik yang ada
yang saya alami di SMP negeri 2 Koto kaitanya dengan kehidupan sehari-hari
Baru dapat diketahui bahwa Hasil belajar dengan melibatkan peserta didik dalam
siswa masih rendah.Ini dapat di lihat merekonstruksi hasil pengamatanya
rendahnya hasil ulangan harian yang sehari-hari dan hasil gagasan-gagasannya.
diperoleh oleh sebagian besar siswa,dari Sunardi ( 2012:13 ) menyarankan untuk
23 siswa hanya sekitar 11 orang saja yang mengupayakan agar pelajaran PKn
nilainya di atas KKM,selebihnya di menyenangkan anak, maka sampaikan
bawah KKM.kemudian dilihat dari tugas materi yang sudah dikenal hingga anak
yang diberikan hanya sebagian kecil saja percaya diri.
atau sekitar 5-7 orang siswa yang mampu Supaya siswa kelas VIII E ini
menyelesaikan tugas ,termasuk latihan lebih meningkat hasil
dan Tanya jawab sewaktu proses belajar belajarnya,terutama dalam materi
22
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Menyemai Kesadaran Konstitusonal b. Menjadi sumber inspirasi dalam


dalam kehidupan bernegara, maka saya menerapkan model-model
mencari solusi dengan merancang metode pembelajaran dan memotivasi guru
pembelajaran yang bisa membuat siswa untuk melakukan penelitian sejenis
lebih aktif di dalam belajar dan atau penerapan model-model
mendapatkan nilai yang lebih bagus, pembelajaran yang lain, yang lebih
maka saya mencoba menerapkan kreatif, inovatif dan lebih
pendekatan model pembelajaran menyenangkan dalam rangka
Discovery Learning, yang mampu mengembangkan proses
mengembangkan keterampilan peserta pembelajarannya.
didik dalam merekonstruksi c. Sebagai sarana dalam
pengetahuannya sekaligus keterampilan meningkatkan kualitas
dalam mengkomunikasikan ide dan penyelenggaraan pendidikan di
gagasannya.Seperti yang dinyatakan oleh sekolah, dan sarana untuk membantu
Dahar (1988). Bahwa pengajaran guru meningkatkan kompetensi dan
berdasarkan Model Pembelajaran profesionalitas dalam melaksanakan
Discovery Learing adalah suatu strategi tugas pembelajaran di kelas.
yang berpusat pada siswa dimana METODE PENELITIAN
kelompok-kelompok siswa dihadapkan Lokasi penelitian adalah SMP
pada suatu persoalan atau mencari Negeri 2 Koto Baru, Kecamatan Koto
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Baru Kabupaten Dharmasraya.
didalam suatu prosedur dan struktur Penelitian dilakukan di kelas VIII E
kelompok yang digariskan secara jelas. dalam waktu 3 bulan pada materi
Berdasarkan uraian pada latar belakang Menyemai Kesadaran Konstitusional
masalah diatas, maka dapat dirumuskan dalam Kehidupan Bernegara. Waktu
masalah penelitian sebagai berikut penelitian dilaksanakan pada bulan
:Apakah melalui penerapan model Agustus 2014 sampai dengan
pembelajaran Discovery Learning dapat Oktober 2014. Objek pene;litian ini
meningkatkan hasil belajar siswa di adalah siswa kelas VIII E SMPN 2
kelas VIII E SMPN 2 Koto Baru pada Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya
tahun pelajaran 2014 / 2015. Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan
Untuk meningkatkan prestasi jumlah siswa 23 orang yang terdiri,
belajar PPKn pada materi Menyemai dari 13 orang siswa laki-laki dan 10
Kesadaran Konstitusional dalam orang siswa perempuan.
kehidupan bernegara melalui Model Sumber data dalam penelitian ini
Discovery Learning di kelas VIII E SMP adalah hasil ulangan harian siswa
Negeri 2 Koto Baru Tahun Pelajaran sebagai data awal yang diambil dari
2014/2015. hasil tes siswa yang dilakukan sebelum
Manfaat Penelitian diantaranya : siklus I dilaksanakan. Data selanjutnya
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar adalah hasil tes diakhir siklus I dan
PPKn pada materi Menyemai hasil tes diakhir siklus II mata
Kesadaran Konstitusional dalam pelajaran PPKn pada materi Menyemai
kehidupan bernegara melalui Model Kesadaran Konstitusinal dalam
Discovery Learning. Kehidupan Bernegara di kelas VIII E
23
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

SMPN 2 Koto Baru Kabupaten setiap kegiatan adalah sebagai berikut :


Dharmasraya Tahun pelajaran 2014 / Siklus I dilaksanakan dua kali tatap
2015. muka yaitu : tanggal 6 September dan
Teknik pengumpulan data pada 13 September 2014.
penelitian ini menggunakan model a. Perencanaan
siklus, yang direncanakan dalam 2 Mengadakan kegiatan penelitian dengan
siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 menyusunan RPP pada materi
langkah,yaitu perencanaan Menyemai Kesadaran Konstitusional
(planning),tindakan dalam Kehidupan Berbangsa ( Sub
(action),pengamatan ( Observasing ) Materi Kedaulatan Rakyat ), untuk 2 x
dan refleksi ( Reflecting ). Alat pertemuan dengan menggunakan model
pengumpulan data pada penelitian pembelajaran Discovery Learning
adalah lembaran test pada siklus I dan b. Tindakan
siklus II pada penelitian tindakan Melaksanakan pembelajaran sesuai
kelas pada materi Menyemai dengan RPP untuk 2 x pertemuan pada
Kesadaran Konstitusional dalam Materi Menyemai Kesadaran
Kehidupan Bernegara melalui model Konstitusinal dalam Kehidupan
pembelajaran Discovery Learning di Berbangsa dengan menggunakan model
kelas VIII E SMPN 2 Koto Baru pembelajaran DiscoveryLearning.
Tahun Pelajaran 2014/2015 serta Diawal pertemuan guru menjelaskan
jurnal harian guru. langkah-langkah yang harus ditempuh
Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran Discovery Learning
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, adalah :
sifat realistik dan hasilnya tidak untuk 1. Guru mengajak peserta didik
digeneralisasi. Namum hasil penelitian bersama-sama menyanyikan salah
dapat diterapkan oleh orang lain yang satu lagu wajib nasional untuk
mempunyai konteks yang sama dengan membangkitkan motivasi peserta
peneliti. Dalam buku pedoman teknis didik.
pelaksanaan Clasroom Action 2. Guru memberikan pertanyaan-
Research (CAR) atau Penelitian pertanyaan awal untuk
Tindakan Kelas ( PTK ) Depdiknas ( membangkitkan motivasi belajar
2001:5 ) disebutkan penelitian peserta didik.
bersiklus, tiap siklus terdiri dari : 3. Guru membagi peserta didik dalam 6
a. Persiapan / perencanaan kelompok, masing-masing kelompok
( Planning ) beranggotakan 4 orang dan masing-
b. Tindakan / pelaksanaan( Action ) masing kelompok diberi tugas untuk
c. Observasi ( Observing ) menemukan Pengertian, macam-
d. Refleksi ( Reflecting ) macam, sifat, landasan hukum
Pelaksanaa penelitian terdiri dari 2 kedaulatan rakyat
siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 x 4. Guru mempersilahkan setiap
pertemuan , setiap pertemuan terdiri kelompok untuk maju dan
dari 2 jam pelajaran. Di setiap akhir mempresentasikan hasil diskusinya.
siklus diadakan test sebagai data
penelitian. Untuk lebih jelas perincian
24
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

5. Guru dan peserta didik bersama-sama Mengadakan revisi terhadap


menyimpulkan hasil pembahasan tindakan siklus I,jika tindakan
materi dengan seksama dan tepat. tersebut akan dilanjutkan,atau
6. Guru memberikan tugas dan post test. merumuskan tindakan baru.
Beberapa hal yang diharapkan dalam b. Tindakan / Pelaksanaan
siklus ini adalah : Melaksanakan pembelajaran sesuai
a. Peserta didik mengalami peningkatan dengan RPP yang telah dibuat.
minat belajar dan aktivitas dikelas Langkah-langkah tindakan :
selama guru melakukan kegiatan 1. Guru mengajak peserta didik
pembelajaran. bersama-sama menyanyikan lagu
b. Terdapat peningkatan konsentrasi Indonesia Raya.
belajar peserta didik sehingga 2. Guru menanyakan kepada peserta
aktivitas peserta didik menjadi didik tentang makna kedaulatan
terfokus dalam penyelesaian tugas rakyat dan hubunngannya dengan
yang diberikan oleh guru. demokrasi.
c. Siswa memiliki kemauan dan 3. Guru mengajak peserta didik untuk
keberanian untuk bertanya kepada melakukan studi kelompok, masing-
guru tentang kesulitan yang dialami masing peserta didik duduk
pada saat menyelesaikan tugas yang berdasarkan kelompok yang sudah
diberikan. ditentukan. Dan masing-masing
c. Observasi ( Observing ) kelompok ditugaskan untuk menggali
Dalam tahan observasi peneliti tentang pengertian demokrasi
melakukan pengamatan selama kegiatan Pancasila, prinsip-prinsip demokrasi
berlangsung. Pengamatan dilakukan Pancasila dan asas-asas pemilihan
terhadap siswa dalam memahami materi umum sebagai perwujudan
Menyemai Kesadaran Konstitusional demokrasi Pancasila.
dalam Kehidupan Bernegara dengan 4. Siswa melaporkan hasil kerjanya
menggunakan Pembelajaran Discovery kedepan kelas dan mulai diskusi
Learning. bersama-sama. Dalam siklus II ini
d. Refleksi ( Reflekcting ) guru mengurangi peran dan
Melakukan peninjauan dan perbaikan intruksinya kepada siswa, hanya
atas pelaksanaan siklus I,kalau ada yang mengamati dengan seksama
perlu dirobah boleh dilakukan untuk bagaimana pelaksanaan
diterapkan pada siklus II. Di akhir siklus pembelajaran yang dilakukannya dan
I diadakan penilaian atau ujian dengan perubahan aktivitas peserta didik
menggunakan lembaran ujian yang yang dialami.
telah disiapkan (terlampir). 5. Pada sesi akhir guru dan peserta
Siklus II didik menyimpulkan hasil
Dilaksanakan 20 September dan 27 pembelajaran secara bersama-sama.
September pada materi Menyemai Harapan yang dimungkinkan muncul
Kesadaran Konstitusinal dalam dalam siklus II ini adalah :
kehidupan bernegara ( Sub Materi 1. Guru dapat mengelola kelas dengan
Demokrasi Pancasila ). lebih baik dan lebih mampu
a. Perencanaan memahami peserta didik.
25
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

2. Peserta didik dapat meningkatkan perkembangan dari data yang diperoleh


kemampuan komunikasinya dan dari masing-masing siklus. Dari data
penguasaan konsep materi yang diperoleh dapat dianalisis bahwa
pembelajaran. terdapat peningkatan atau tidak, jika
3. Partisipasi peserta didik dalam tidak terjadi peningkatan maka dicari
pembelajaran mengalami penyebab permasalahannya. Hasil
peningkatan yang baik. analisis data disajikan dalam bentuk
c. Observasi grafik untuk lebih memudahkan dalam
Pada tahap observasi peneliti membaca data dan memprediksikan apa
melakukan pengamatan selama kesimpulan dari perlakuan yang
proses pembelajaran berlangsung. diberikan. Indikator Ketercapaian yang
d. Refleksi diharapkan diantaranya
Dari hasil pengamatan pada siklus kedua 1. Indikator ketercapaian berpedoman
dapat digunakan untuk melakukan kepada kondisi awal hasil belajar
refleksi apakah hasil ulangan siswa siswa dimana dari 23 siswa yang
sudah memenuhi ketuntasan secara memiliki nilai tuntas hanya 11 orang
klasikal maupun individual. Berdasarkan ( 52,17 %) yang tidak tuntas 12
hasil kajian ini akan diperbaiki beberapa orang ( 47,83 % ) dengan nilai rata
hal yang perlu sebagai pemantapan –rata 65,00.
terhadap rancangan ini. Kemudian dibuat 2. Menetapkan peningkatan
laporan hasil penelitian, sekaligus Dengan melalakukan Penelitian
sebagai saran untuk peneliti selanjutnya. Tindakan ini dalam dua siklus
Pengolahan Data diharapkan indikator ketercapaian
Analisa data hasil penelitian sebagai berikut:
tindakan kelas merupakan interpretasi a. Siklus I diharapkan peningkatatan
dari hasil observasi, aktivitas siswa nilai rata-rata siswa 10 point dari
selama pembelajaran dievaluasi, direvisi data awal 65,00 menjadi 75,00.
dan direfleksikan untuk mengetahui Pada siklus I juga diharapkan 75 %
adanya peningkatan hasil belajar siswa siswa sudah mendapat nilai sesuai
dengan membandingkan hasil tes awal, dengan KKM.
test siklus I dan test siklus II selama b. Siklus II diharapkan peningkatan
penelitian tindakan kelas. Sampai tes nilai rata-rata siswa 5 point menjadi
akhir penelitian. Data yang diperoleh dari 80,00. Pada siklus II juga
kegiatan pembelajaran akan digunakan diharapkan 85 % siswa sudah
untuk mengambil kesimpulan terhadap mendapat nilai sesuai dengan
hasil penelitian. Data yang diperoleh dari KKM.
siklus I dan siklus II akan dianalisis Data yang diperoleh dari hasil
dengan cara persentase dan nilai rata-rata observasi dianalisa dan diolah untuk
siswa dan membandingkan dengan nilai digunakan sebagai bahan refleksi.
KKM. Analisis data dillakuakan secara Dalam memberikan penilaian terhadap
deskriptif kualitatif, dengan melihat hasil evaluasi yang diberikan setiap
terlebih dahulu data kuantitatifnya. akhir siklus. Penelitian mengacu pada
Kemudian disajikan dalam bentuk grafik Azhar (dalam Delnizar, 2005:5) yang
yang digunakan untuk melihat gambaran
26
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

merumuskan cara perhitungan sebagai Keaktifan belajar siswa dalam


berikut : mata pelajaran PKn di SMP Negeri 2
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya
masih rendah, hal ini ditunjukan dari
Dalam hal ini : pengamatan peneliti sebagai guru di kelas
N : Nilai VIII E. Dari hasil pengamatan
SM : Skor/nilai mentah menunjukan siswa. kurang perhatian
SI : Skor/nilai ideal dalam belajar, seperti saat guru
Rumus tersebut dapat menjelaskan atau menerangkan materi
disederhanakan untuk memperoleh pembelajaran ada beberapa orang siswa
nilai 1-10 yaitu : yang tidak tidak serius mendengarkan apa
yang disampaikan guru. Ketika diminta
untuk membaca, siswa ada yang pura-
Kriteria keberhasilan tindakan pura membaca, sehingga apabila ditanya
ditentukan dengan besarnya persentase tentang materi yang dibacanya siswa
nilai-nilai dari setiap sampel. Dalam tidak dapat menjawab. Dengan tidak
menentukan tingkat keberhasilan aktifnya siswa belajar mempengaruhi
tindakan yang dilakukan peneliti hasil belajar siswa yang tidak aktif
mengacu pada tingkat keberhasilan tersebut, hal ini ditunjukan pada hasil
proses pembelajaran yang dikemukakan belajar PKn. Ada beberapa orang siswa
Anonim (dalam Delnizar, 2005:11) yang nilainya dibawah KKM yang telah
Suatu pembelajaran dikatakan ditetapkan yaitu 75. Hal tersebut dapat
tuntas bila seorang peserta didik telah dilihat pada table dibawah ini :
memperoleh skor 75%. Suatu kelas Tabel 2. Data Hasil Belajar Siswa
disebut tuntas belajar bila dikelas pada kondisi awal ( Pretest )
tersebut terdapat 75%, bila kurang dari
itu perlu program perbaikan dan
Jumlah Tidak
pengayaan (Diknas dalam Delnizar,
No Nilai Siswa Tuntas Tuntas
2005:11).
1 < 50 3 3
Berdasarkan uraian tersebut diatas
2 51-60 5 5
maka peneliti menetapkan indikator
keberhasilan sebagai berikut : 3 61-70 2 2
a. Jika 85% dari seluruh siswa 4 71-80 12 10 2
memperoleh nilai rata-rata 75 maka 5 81-90 1 1 0
penelitian dinyatakan dengan hasil 91-
yang amat baik. 6 100
b. Jika >60% dan <85% dari seluruh Jumlah 23 11 12
siswa memperoleh nilai rata-rata 75 Presentase 47,83 52,17
penelitian dinyatakan cukup. Dari tabel 2 diatas dapat dilihat
c. Jika <60% dari seluruh siswa bahwa terdapat 11 siswa yang memiliki
memperoleh nilai rata-rata 75 maka nilai diatas standar ketuntasan minimum (
penelitian dinyatakan gagal. 75 ) sedangkan 12 siswa lainnya memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai dibawah standar ketuntasan
4.1 Deskripsi Setting Penelitian minimum, hal ini mengakibatkan hasil

27
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

belajar siswa belum memenuhi standar siswa dalam kelompok diminta untuk
ketuntasan belajar minimum ( 75 % ) mengamati gambar yang ditayangkan
yaitu 47,83 %. Maka untuk materi dan mengidentifikasikannya dalam
Menyemai Kesadaran Konstitusional bentuk pertanyaan yang berkaitan
dalam kehidupan bernegara peneliti dengan Kedaulatan rakyat. Semua
melakukan pembelajaran dengan siswa harus aktif berdiskusi dengan
menggunakan Model Discovery kelompok masing-masing untuk
Learning. memahami materi yang ada. Setelah
4.2. Hasil Penelitian Siklus 1 itu guru membimbing siswa untuk
Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I menggali informasi dari pertanyaan
terdiri dari 2 kali pertemuan yang meliputi yang dibuat dengan membaca buku
perencanaan, tindakan, pengamatan dan sumber yang tersedia dan disusun
refleksi. dalam daftar pertayaan yang telah
1. Perencanaan (planning) dibagikan Kemudian masing-masing
Pada tahap perencanaan ini peneliti kelompok menyajikan hasil diskusi
menyusun rencana yang akan dilakukan. mereka secara bergantian. Setelah itu
Setelah alokasi waktu ditentukan maka masing masing-masing siswa yang
peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan dapat menjawab pertanyaan akan
Pembelajaran (RPP) dibuat untuk 2 kali mendapat nilai . Siswa yang terbaik
pertemuan. RPP pada Siklus I meliputi adalah siswa yang dapat memperoleh
materi Menyemai Kesadran Konstitusional point tertinggi.
dalam kehidupan bernegara . Untuk Pertemuan 2. Dimulai dengan kegiatan
melihat kemampuan awal siswa, peneliti pendahuluan, kegiatan inti dan
berpatokan pada nilai pre test. kegiatan akhir (penutup). Pada
2. Tindakan (acting) kegiatan awal ( pendahuluan )
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan didahului dengan do’a kemudian
pada tanggal 6 dan 13 September 2014. absensi. Setelah itu guru
Pertemuan 1 : menyampaikan tujuan pembelajaran
Pada peremuan I sesuai demgan serta langkah-langkah pembelajaran
skenario yang telah dibuat yang akan dilaksanakan. Setelah
pembelajaran dimulai dengan kegiatan penjelasan dari guru, siswa dibagi
pendahuluan, kegiatan inti dan menjadi beberapa kelompok yang
kegiatan akhir (penutup). Pada masing-masingnya beranggotakan 4-5
kegiatan awal (pendahuluan ) orang. Masing-masing kelompok
didahului dengan do’a kemudian mengamati gambar yang ditayangkan.
absensi. Setelah itu guru Kemudian guru membimbing siswa
menyampaikan tujuan pembelajaran mengidentifikasi pertanyaan yang
serta langkah-langkah pembelajaran berkaitan dengan Kedaulatan rakyat
yang akan dilaksanakan. Selesai yang disusun dalam daftar pertanyaan.
penjelasan dari guru siswa Setelah itu siswa dibimbing untuk
mendengarkan penjelasan singkat guru mencari informasi dan mendiskusikan
mengenai materi pelajaran. Kemudian jawaban atas pertanyaan yang telah
siswa dibagi dalam kelompok yang disusun dengan membaca materi dari
anggotanya 4-5 orang. Masing-masing sumber yang tersedia. Kemudian
28
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

masing-masing kelompok menyajikan dan 6 orang tidak tuntas.Sedangkan


hasil diskusi secara bergantian. Di secara klasikal tingkat ketuntasan 17/23
akhir siklus guru juga mempersiapkan x 100% = 73,91 % berarti belum tuntas
pertanyaan untuk data hasil belajar secara klasikal karena belum memenuhi
siswa. standar ketuntasan minimum ( 75 % ).
3. Pengamatan (Observing) Untuk itu dapat dikatakan bahwa hasil
Selama kegiatan pembelajaran dengan belajar siswa pada siklus 1 masih belum
menggunakan model pembelajaran optimal dan oleh karena itu perlu
Discoveri Learning berlangsung, penulis dilakukan tindak lanjut perbaikan
mengamati bahwa ada usaha dari setiap pengajaran.
siswa untuk menguasai materi. Ada 4. Refleksi (Evaluasi )
beberapa kegiatan yang nampak oleh Berdasarkan hasil pengamatan dari
peneliti yang masih mengganggu pelaksanaan pembelajaran ditemukan
kelancaran pembelajaran, seperti masih hal-hal seperti dibawah ini :
ada siswa yang bercerita dan a. Siswa diarahkan untuk merubah
menganggu temannya, ketika cara belajar selama ini yang banyak
melakukan kerja sam masih ada siswa main-mainnya dengan cara belajar
yang acuh tak acuh bahkan menunggu siswa aktif. Dan membiasakan
kerjaan taman saja, pada saat Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa pada
mengerjakan tugas dalam kelompok akhir siklus 1
siswa kurang aktif, malu-malu,
kebingungan tidak mengerti apa yang Tidak
harus dikerjakan, siswa juga tidak mau N Jumlah Tunta Tunta
bertanya apa yang belum dimengerti o Nilai Siswa s s
atau belum dipahami baik kepada guru 1 < 50
maupun teman, kurang waktu untuk 2 51-60 5 5
menyelesaikan tugas yang diberikan 3 61-70
guru sehingga ada siswa yang tidak
4 71-80 8 7 1
dapat menyelesaikan tes hasil belajar
5 81-90 6 6
dengan sempurna. Data hasil belajar
6 91-100 4 4
siswa pada penelitian siklus 1 dapat
Jumlah 23 17 6
dilihat dengan rincian seperti Tabel 3
Presentase 73,91 26,09
dibawah ini :
siswa untuk bekerja secara
berkelompok dengan memiliki rasa
Berdasarkan hasil tabel diatas nilai
tanggung jawab dan kerja sama
siswa kebanyakan sudah berkisar dari
yang baik.
interval 71-80, 81-90 dan 91-100 secara
b. Menanamkan kepada siswa agar
individu memang sudah sesuai dengan
memiliki rasa percaya diri dan
yang diharapkan, namun secara klasikal
mempunyai keberanian untuk
belum sesuai dengan yang diharapkan.
bertanya jika ada materi yang tidak
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
dimengerti baik itu kepada guru
hasil belajar yang dicapai siswa kelas
maupun kepada teman.
VIII E adalah 77,26 ( Lihat Lampiran
). Ketuntasan individu 17 0rang tuntas
29
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

c. Memotivasi siswa supaya lebih langkah-langkah pembelajaran yang akan


aktif dan memupuk rasa dilaksanakan. Selesai penjelasan dari guru
kebersamaan sesama teman. siswa mendengarkan penjelasan singkat
d. Guru lebih mengorganisir waktu guru mengenai materi pelajaran.
sehingga proses belajar mengajar Kemudian siswa dibagi dalam kelompok
lebih tepat waktu. yang anggotanya 4-5 orang. Masing-
e. Memberikan bimbingan yang lebih masing kelompok diminta untuk
intensif pada saat mengerjakan mengamati gambar yang ditayangkan
tugas kelompok. Kemudian guru membimbing siswa
4.3. Hasil Penelitian siklus II mengidentifikasi pertanyaan yang
1. Perencanaan (planning) berkaitan dengan makna Demokrasi
Tindakan yang diterapkan pada Pancasila. Setelah 40 menit guru akan
siklus kedua ini tetap memakai memberi daftar pertanyaan yang harus
tindakan pada siklus pertama yang dijawab oleh setiap siswa. Setelah itu
telah disempurnakan sesuai dengan siswa dibimbing mencari informasi dan
temuan pada siklus pertama. Untuk mendiskusikan jawaban atas
siklus kedua ini anggota kelompok pertaanaayaan yang sudah di susun dengan
diganti lagi karena kurang heterogen membaca uaraian materi dibuku PPKn.
da kebanyakan anggotanya tidak bisa Baru kemudian masing-masing kelompok
bekerja sama dengan baik, jadi menyajikan hasil diskusi kelompok
pembentukan kelompok berdasarkan mereka secara bergantian. Masing masing-
hasil belajar pada siklus 1. masing siswa akan dinilai. Siswa terbaik
Perencanaan tindakan adalah siswa yang dapat memperoleh point
dilakukan pada materi Menyemai tertinggi.
Kesadaran Konstitusional dalam Peretamuan 2 dimulai dengan
kehidupan bernegara ( Sub Materi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
Demokrasi Pancasila ). Siklus kedua kegiatan akhir (penutup). Pada kegiatan
ini direncanakan dua kali pertemuan awal (pendahuluan ) didahului dengan
juga. do’a kemudian absensi. Setelah itu guru
2. Tindakan ( acting ) menyampaikan tujuan pembelajaran serta
Pelaksanaan penelitian langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan dua kali tatap muka dilaksanakan. Setelah penjelasan dari guru,
seperti yang terlaksana pada siklus siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
pertama. Siklus kedua ini yang masing-masingnya beranggotakan 4-
dilaksanakan pada tanggal 20 5 orang. Masing-masing kelompok
September dan 27 September 2014. mengamati gambar yang ditayangkan.
Pada peremuan I sesuai dengan Kemudian guru membimbing siswa
skenario yang telah dibuat pembelajaran mengidentifikasi pertanyaan yang
dimulai dengan kegiatan awal berkaitan dengan Demokrasi Pancasila
(pendahuluan ),kegiatan inti dan kegiatan yang disusun dalam daftar pertanyaan.
akhir (penutup). Pada kegiatan awal Setelah itu siswa dibimbing untuk mencari
(pendahuluan ) didahului dengan do’a informasi dan mendiskusikan jawaban atas
kemudian absensi. Setelah itu guru pertanyaan
menyampaikan tujuan pembelajaran serta
30
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

yang telah disusun dengan membaca Tabel . Peningkatan Hasil Belajar


materi dari sumber yang tersedia. Siswa dari Prasiklus Ke Siklus I
Kemudian masing-masing kelompok Nilai %
menyajikan hasil diskusi secara rata- Ketuntasan
bergantian. Di akhir siklus. rata Klasikal
guru juga mempersiapkan pertanyaan Prasiklus 65,00 52,17
untuk data hasil belajar siswa. Siklus I 77,26 73,91
Pada tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa 12,26 21,74 %
terdapat 20 siswa yang memiliki nilai Peningkatan %
diatas standar ketuntasan minimum ( 75 ) Berdasarkan hasil pengamatan dari
sedangkan 3 siswa lainnya memiliki nilai pelaksanaan pembelajaran dan hasil
dibawah standar ketuntasan minimum, evaluasi pada siklus II dilakukan
refleksi sebagai berikut : Kegiatan
Tabel 4. Data Hasil Belajar Siswa pada
belajar mengajar sudah berjalan dengan
akhir siklus II
baik, perhatian siswa terhadap
pembelajaran materi Menyemai
Jumlah Tidak Kesadaran Konstitusional dalam
No Nilai Siswa Tuntas Tuntas kehidupan bernegara sudah meningkat
1 < 50 1 1 dan mereka sudah serius dalam
2 51-60 1 1 mengerjakan tugas-tugas yang
3 61-70 1 1 diberikan guru, karena mereka sudah
4 71-80 4 4 bisa merasakan manfaat pembelajaran
5 81-90 12 12 dengan menggunakan Model
Pembelajaran Discovery Learning.
6 91-100 4 4
Peningkatan hasil belajar dengan
Jumlah 23 20 3 menggunakan Model Pembelajaran
Presentase 86,96 13,04 Discovery Learning dari siklus ke siklus
sehingga hasil belajar sudh memenuhi menunjukkan peningkata kearah yang
standar ketuntasan belajar minimum ( 75 lebih baik. Hasil belajar pada siklus I
% ) yaitu 86,96 %. Maka dapat dikatakan siswa yang tuntas 17 orang, yang tidak
bahwa hasil belajar siswa pada siklus II tuntas 6 orang, sedangkan ketuntasan
sudah optimal. secara klasikal adalah 73,91 % dengan
3. Pengamatan (Observing) nilai rata-rata 77,00. Pada siklus II
Selama kegiatan pembelajaran dengan siswa yang tuntas 20 orang, yang tidak
kerja kelompok berlangsung, peneliti tuntas 3 orang, sedangkan ketuntasan
mengamati bahwa ada usaha dari setiap klasikal adalah 86,96 % dengan nilai
siswa untuk menguasai materi. Ada rata-rata 83,00, sesuai dengan yang
beberapa kegiatan yang nampak oleh diharapkan. Dari siklus ke siklus tingkat
peneliti yang masih mengganggu keberhasilannya sudah termasuk
kelancaran pembelajaran. Namun dilihat kategori baik. Berdasarkan catatan
dari hasil belajar siswa pada siklus kedua selama PBM, dapat disimpulkan bahwa
ini sudah terlihat peningkatannya. pembelajaran dengan menggunakan
5. Refleksi (Evaluasi ) Model Discovery Learning dalam

31
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

pembelajaran materi Menyemai


Kesadaran Konstitusional dalam Tabel . Peningkatan Hasil Belajar Siswa
kehidupan bernegara dapat dari Siklus I ke Siklus II
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran siswa %
terlihat termotivasi sekali dan siswa Nilai rata- Ketuntasan
merasa terbiasa dengan pembelajaran rata Klasikal
berkelompok serta peran mereka dalam
Siklus I 77,26 73,91
kelompok masing-masing.
Siklus II 82,87 86,96
4.4. Pembahasan
Peningkatan 5,61 13,05
a. Peningkatan Hasil belajar siswa
Pada tabel di atas dapat dilihat
Prasiklus ke Siklus 1, dapat dilihat
peningkatan nilai rata-rata siawa sebesar
dari tabel dibawah ini :
5,61 % dari nilai rata-rata saat siklus I
Pada tabel diatas dapat dilihat
77,26 % menjadi 82,87 % pada akhir
peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar
siklus II. Selain itu Tabel diatas juga
12,26 % dari nilai rata-rata prasiklus
menunjukkan peningkatan persentase
65,00 menjadi 77,26 pada akhir siklus I.
ketuntasan siswa sebesar 13,05 % dari
Selain itu Tabel 6 juga menunjukkan
tingkat ketuntasan 73,91 % menjadi
peningkatan persentase ketuntasan siswa
86,96%. Diagram . Peningkatan
sebesar 21,74 % dari tingkat ketuntasan
Hasil Belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus
52,17 % menjadi 73,91 %. Peningkatan
II.
tersebut dapat dijelaskan pada Diagram 2
berikut : 86.96
90.00 82.87
77.26
77.26 80.00 73.91
80.00 73.91
70.00
70.00 65.00
60.00
60.00 52.17 Nilai rata-rata
50.00
50.00
Nilai rata-rata 40.00
40.00 % Ketuntasan
30.00 Klasikal
30.00 21.74
% Ketuntasan 20.00 13.05
20.00 12.26 5.61
Klasikal
10.00
10.00
0.00
0.00

Dilihat dari hasil pemantauan


diatas dapat diketahui bahwa terjadi
Diagram . Peningkatan Hasil Belajar peningkatan nilai rata-rata dan persentase
Siswa dari Prasiklus ke Siklus I ketuntasan siswa pada setiap siklus,
b. Peningkatan Hasil Belajar siswa dari dimulai dari tahap prasiklus, siklus I
Siklus I ke Siklus II sampai siklus II. Peningkatan hasil belajar
Peningkatan hasil pembelajaran dari yang terjadi dikarenakan adanya
Siklus I ke Siklus II dapat dilihat dari tabel penelusuran proses pembelajaran tetap
dibawah ini : sesuai denngan rencana pelaksanaan pada

32
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Model Pembelajaran Discovery Learning, VIII E yang sebelumnya siswa yang tuntas
dengan mengecek kembali kelemahan- hanya 65 %, hasil pembelajarannya rendah
kelemahan yang dialami peserta didik karena tidak mencapai standar ketuntasan
dalam proses pembelajaran sebelumnya. minimum yang 75 %. Dengan berpedoman
Tabel . Peningkatan Hasil Belajar kepada masalah tersebut peneliti
Siswa dari Prasiklus , Siklus I dan mengambil pembelajaran Materi
Siklus II Menyemai Kesadaran Konstitusional
dalam Kehidupan Bernegara sebagai objek
Nilai % Ketuntasan penelitian dengan menggunakan Model
rata-rata Klasikal Pembelajaran Discovery Learning. Peneliti
Prasiklus 65,00 52,17 beranggapan semoga dengan
Siklus I 77,26 73,91 menggunakan Model Pembelajaran
Siklus II 82,87 86,96 Discovery Learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Menurut implementasi
kurikulum 2013, dengan mengaplikasikan
Model Pembelajaran Discovery Learning
Diagram 4. Peningkatan Hasil Belajar
secara berulang-ulang dapat meningkatkan
Siswa dari PraSsiklus, Siklus I dan Siklus
kemampuan penemuan diri individu yang
II
bersangkutan. Penggunaan Model
100.00 86.96
82.87 Pembelajaran Discovery Learning ingin
77.26
73.91
80.00 65.00 merubah kondisi belajar yang pasif
52.17
60.00 menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
40.00 pembelajaran yang teacher oriented ke
20.00 Nilai
rata- student oriented. Merubah modus
0.00
rata Ekspositori siswa hanya menerima
informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus siswa menemukan dan mencari
Dari diagram diatas dapat dilihat informasi sendiri.Dengan demikian dapat
peningkatan hasil belajar siswa dari dipahami bahwa penggunaan pendekatan
Prasiklus, ke Siklus I sampai ke Siklus II. Model Pembelajaran Discovery Learning
Dari nilai rata-rata 65,00 naik menjadi bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Dan
77,26 dan pada akhir siklus II menjadi dari hasil penelitian yang peneliti lakukan
82,87 dan secara klasikal tingkat dalam pembelajaran PPKn materi
ketuntasannya jug meningkat dari 52,17 % Menyemai Kesadaran Konstitusional
menjadi 73,91 pada akhir sikuls I dan naik dalam Kehidupan Bernegara ternyata
lagi menjadi 86,96 % pada akhir siklus II. dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
Hasil dari tindakan ini jelas terlihat bahwa khususnya siswa kelas VIII E SMP Negeri
dengan pendekatan Model Discovery 2 Koto Baru sebagai subjek penelitian.
Learning pada pembelajaran PPKn materi PENUTUP
Menyemai Kesadaran Konstitusional 5.1. Kesimpulan
dalam Kehidupan Bernegara dapat Berdasarkan hasil analisis data
meningkatkan hasil belajar siswa. pada BAB IV maka dalam penelitian
Dengan melihat hasil tersebut, pada tindakan kelas ini dapat disimpulkan
pelaksanaan pembelajaran PPKn di kelas bahwa penerapan Model Pembelajaran
33
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Discovery Learning dapat meningkatkan kurikulum 2013, sehingga dapat


hasil belajar siswa dalam pembelajaran mengajar dengan menggunakan
Menyemai Kesadaran Konstitusional metode iin.
dalam kehidupan bernegara di kelas VIII 4. Setelah pembelajaran dengan model
E SMP Negeri 2 Koto Baru. Faktor-faktor Discovery Learning siswa selalu dapat
yang dapat mempengaruhi keberhasilan ingat cara pembelajaran ini sehingga
penggunaan penerapan Model dapat menyelesaikan tugas yang
Pembelajaran Discovery Learning dalam diberikan guru dengan baik, dan bisa
pembelajara adalah siswa termotivasi bekerja sama dengan baik sesama
dengan baik, siswa menjadi terbiasa teman, saling menghargai pendapat
dengan pembelajaran secara teman dan saling menghormati satu
berkelompok, siswa mulai berani sama lainnya.
bertanya tentang materi yang belum DAFTAR PUSTAKA
dipahami baik itu kepada teman maupun BNSP.2007. Kurikulum Tingkat Satuan
kepada guru ( sudah terjadi interaksi antar Pendidikan untuk SMP dan
siswa dengan siswa, siswa dengan guru ). MTs.Jakarta:Depdikbud.
Dengan penerapan pembelajaran Model Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan
Discovery Learning dapat meningkatkan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
hasil belajar siswa, dari data awal rata- Jakarta : PT. Rineka Cipta
rata 65,00 pada siklus I menjadi 77,26 Depoter.B.Hernacki.M. 2000. Quantum
pada siklus II menjadi 82,87. Dan terjadi Learning: Membiasakan Belajar
peningkatan jumlah siswa yang mencapai Nyaman dan Menyenangkan.
ketuntasan dari data awal rata-rata 52,17 Bandung: Kaifta.
% pada siklus I menjadi 73,91 % pada Darmansyah.2006. Psokologi Belajar.
siklus II menjadi 86,96 % sudah tuntas Jakarta: Rineka Cipta.
hasil belajarnya. http://model pembelajaran
5.2. Saran-saran kooperatif.blogspot.com/2012/08/ink
Berdasarkan kesimpulan pada uiri.html. Diposkan oleh arfiyadi
penelitian tindakan kelas ini dapat ahsan
dikemukakan saran yang dapat dijadikan Hamalik Oemar. 1990. Psikologi Belajar
sebagai bahan pertimbangan antara lain : dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
1. Pembelajaran PPKn dengan Kunandar. 2007. Guru Profesional
menggunakan model Discovery Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Learning dapat dijadikan sebagai Rajawali.
alternatif untuk meningakatkan hasil Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
belajar siswa. 2014, Implementasi Kurikulum
2. Agar guru terus berinovasi dalam 2013 Mata Pelajaran PPKn SMP
menciptakan berbagai Model / MTs, Jakarta: Kemendikbud.
pembelajaran. Nasution. 1995. Kegiatan Belajar
3. Untuk guru diharapkan dapat Mengajar. Jakarta: Gramedia.
memahami pembelajaran dengan Robert M.Gagne. 1977. The Conditions
model Discovery Learning yang of Learning.3rd Edition. New
merupakan salah satu model York: Holt, Rinehart and
pembelajaran saintifik sesuai tuntutan Winston.
34
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Sudjana Nana. 1988. CBSA dalam Proses


Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi.
Yogyakarta: Hikayat.
Sumiati & Asra.2007. Metode
Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima.
Utami Munandar.S.C. 1992.
Mengembangkan Bakat dan
Kreatifitas Anak
Sekolah. Jakarta: PT.Gramedia.
Undang-undang No. 20 tahun
2003.Sistem Pendidikan Nasional.
www.depdiknas.go.id
Winata Putra.Udin.S dan Rosita Tita.
1997. Belajar dan Pembelajaran
Modul 1-6. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Wahyudi. 2001. Tingkat Pemahaman
siswa pada materipelajaran.
Editorial Pendidikan dan
Kebudayaan Edisi 36. Depdiknas.
Jakarta.

35
Tri Lovida Amran
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI


METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI SIFAT
BANGUN RUANG DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI10 PULAUPUNJUNG

Dahniar
SDN 10 Pulau Punjung
ABSTRAK

Pembelajaran matematika yang disajikan dengan ceramah dan latihan-latihan individual sering
tidak disukai oleh para siswa saat ini. Akibatnya hasil belajar selalu di urutan paling bawah
dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal ilmu matematika sebenarnya menyenangkan,
mengasyikkan jika kita kerjakan dengan cara yang tepat.Untuk dapat meningkatkan hasil belajar
matematika maka perlu adanya desain pembelajaran yang menarik, menantang dan mengasyikkan.
Penerapan pembelajaranmetode Student Facilitator and Explaining. diperkirakan dapat menjawab
persoalan ini.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan subjek 20 orang
Siswa SDN 10 Pulau Punjung kelas IV. Pengambilan data menggunakan metode observasi, angket,
tes tulis dan perbuatan, serta dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakanadalah teknik
analisis.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa siswa memperoleh nilai kurang dari KKM. nilai yang
diperoleh siswa kelas IV adalah dari 20 siswa hanya 4 orang siswa yang nilainya diatas KKM pada
prasiklus. Pembelajaran Siklus I, maka dapat diketahui bahwa nilainya sudah ada peningkatan tetapi
belum maksimal, dilihat dari keberhasilan siswa kelas IV, adalah dari 20 siswa hanya 8 orang siswa
yang nilainya dibawah KKM.Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran, siklus II tersebut terlihat
adanya perubahan yang menuju kesempurnaan. Dari segi guru, siswa dan perangkat pembelajaran,
sehingga hasil yang diperoleh memuaskan.Dilihat dari kegiatan Penelitian dimulai dari RPP Prasiklus
samapai dengan RPP Siklus II terlihat perubahan nilai siswa yaitu :Pra Siklus degan nilai rata-rata 61.
Siklus I dengan Nilai rata-rata 75. Dan Siklus II dengan nilai rata-rata 93.
Berdasarkan hasil Model Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kemampuan
siswa khususnya pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar diantaranya adalah, motivasi dan
hasil belajar siswa sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.
Kata Kunci : Peningkatan motivasi dan hasil belajar,model Student fasilitator

PENDAHULUAN dipelajarinya. Keberhasilan yang didapat


Model pembelajaran Student Facilitator dengan membangun pengetahuan sendiri
and Explaining, adalah model pembelajaran akan bersifat tahan lama dan menumbuhkan
dimana siswa mempresentasikan ide atau rasa percaya diri dan pandangan positif
pendapat pada siswa lain. Melalui model terhadap materi pembelajaran. Siswa
pembelajaran ini, memberikan kebebasan termotivasi ketika mereka melakukan
pada siswa untuk menuangkan ide, gagasan, pembelajaran dengan menemukan sesuatu
pendapat tentang suatu permasalahan yang oleh mereka sendiri daripada mendengarkan
berhubungan dengan pemahaman konsep saja. Siswa belajar untuk memanipulasi
maupun penerapan dalam kehidupan sehari- lingkungan mereka menjadi lebih aktif .
hari (Depdiknas, 2006). Model Student Facilitator and
Aktivitas siswa dalam menemukan dan Explaining (presentasi) adalah merupakan
membangun pengetahuan sangat menentukan pembelajaran dimana siswa/peserta didik
kemampuan terhadap konsep tertentu yang belajar mempresentasikan ide atau pendapat

36

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

pada rekan peserta didik lainnya. (http;//ras- 1. Guru memberikan penjelasan tetang
eko.blogspot.com/ 2017/05/ pengertian memahami sifat-sifat bangun ruang (
model pembelajaran student.html). Model Kubus )
Student Facilitator and Explaining (bermain 2. Guru memberikan keleluasaan berfikir
peran) dilakukan dengan cara penguasaan bagi siswa untuk mengadakan pengamatan
siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran Bangun ruang kubus.
melalui imajinasi dan penghayatan yang Kelebihan dan kekurangan model
dilakukan siswa. pembelajaran Student Facilitator and
Pengembangan imajinasi dan Explaining.Setiap metode atau model
penghayatan yang dilakukan siswa dengan pembelajaran tentunya sama-sama memiliki
memerankan sebagai tokoh baik pada benda kelebihan dan kekurangan masing-masing.
hidup atau benda mati. Model ini dapat Adapun kelebihan dan kekurangan model
dilakukan secara individu ataupun secara Student Facilitator and Explaining adalah :
kelompok. Oleh karenanya, model ini dapat a. Kelebihan
meningkatkan motivasi belajar, antusias, 1. Dapat meningkatkan pencurahan waktu
keaktifan dan rasa senang dalam belajar pada tugas. Karena siswa dituntut
siswa. menggunakan waktunya untuk
Salah satu metode yang digunakan mengerjakan tugas-tugas atau
untuk meningkatkan motivasi belajar yang permasalahan yang diberikan oleh guru di
mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu awal pertemuan. Dengan demikian,
dengan menggunakan model Student diharapkan siswa mampu memahami
Facilitator and Explaining. Dengan materi dengan baik sebelum guru
menggunakan metode ini dapat mempunyai menyampaikan pada pertemuan
nilai tambah yaitu : selanjutnya.
1. Dapat dijamin jika seluruh siswa dapat 2. Dapat memperbaiki kehadiran, karena
berpartisipasi dan mempunyai kesempatan tugas yang diberikan oleh guru pada setiap
untuk menunjukkan kemampuan dalam pertemuan melibatkan siswa secara aktif.
bekerja sama hingga berhasil. Oleh sebab itu, bagi siswa yang sekali
2. Dapat menambah pengalaman belajar tidak hadir akan dalam pertemuan ditekan
yang menyenangkan bagi siswa. untuk hadir pada pertemuan berikutnya
(Prasetyo, 2001 ; 21 dalam makalah terkait dengan tugas yang telah ia terima
seminar Sholefatul Jannah ). sebelumnya.
Begitu pentingnya pengetahuan awal 3. Dapat memotivasi siswa untuk selalu
yang harus diberikan kepada siswa untuk meningkatkan volume belajarnya.
dapat menggabungkan antara pengetahuan 4. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
yang sebelumnya di miliki siswa dengan proses belajar mengajar dalam kelas.
pengetahuan baru yang akan diterimanya. Dari kelebihan model Student
Hal ini dapat memperkaya memori siswa Facilitator and Explaining dapat disimpulkan
yang disimpannya. Mohammad Nur (2005 ; bahwa pada tahap akhir guru hanya sebagai
10 ) fasilitator serta daya serap pembelajaran yang
diterima siswa lebih banyak dan cepat,
dibandingkan dengan metode lain, karena
37

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

pada metode yang lain siswa yang aktif pembelajaran lebih dipahami hal ini dapat
dalam kelas hanya siswa tertentu atau pada terlihat banyaknya siswa yang akan
siswa yang rajin saja, sedangkan siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab
lain hanyalah ”pendengar” pada materi yang pertanyaan.
disampaikan guru. 2. Guru mempunyai waktu yang lebih
b. Kelemahan banyak untuk berfikir dan berkonsentrasi
1. Membutuhkan koordinasi secara mendengarkan jawaban siswa, disamping
bersamaan dari berbagai aktifitas. dapat dengan seksama mengamati reaksi
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam siswa, dan mengajukan pertanyaan yang
penggunaan ruang kelas. lebih detil.
3. Guru harus dapat membuat perencanaan Motivasi berpangkal dari kata motiv
yang seksama sehingga dapat yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
meminimalkan waktu yang tersedia. yang ada didalam diri seseorang untuk
Hambatan yang ditemukan selama melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi
proses pembelajaran Student Facilitator and tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif
Explaining antara lain : dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
1. Pada Siswa. (kesiap siagaan). Adapun menurut Mc
a. siswa yang pasif dapat mengganggu Donald, motivasi adalah perubahan energi
teman-temannya. dalamdiri seseorang yang ditandai dengan
b. Siswa yang kurang aktif sering munculnya "feeling" dan didahului dengan
menggantungkan kepada teman yang aktif tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
c. Kelas yang jumlah siswanya banyak dapat pengertian tersebut, mengandung tiga
berpengaruh pada saat pelaksanaan elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni
pembelajaran. motivasi itu mengawalinya terjadinya
2. Pada Guru perubahan energi, ditandai dengan adanaya
a. Kesulitan mengatur waktu yang sesuai feeling, dan rangsangan karena adanya
dengan perencanaan, disaat ada siswa tujuan.
yang mengulur-ulur waktu dengan alasan Namun pada intinya bahwa motivasi
pekerjaan belum selesai. merupakan kondisi psikologis yang
b. Guru memberikan point pada siswa yang mendorong seseorang untuk melakukan
sering bertanya, atau memberikan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivbasi
sanggahan saat proses berlangsung. dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
Manfaat Model Student Facilitator and penggerak didalam diri siswa yang
Explaining. Setiap metode pembelajaran menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
yang akan dipergunakan dalam proses belajar memberikan arah kegiatan belajar, sehingga
mengajar tentu ada manfaat yang dapat diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam
diterima siswa. Manfaat ModelStudent kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,
Facilitator and Explaining antara lain : sebab seseorang yang tidak mempunyai
1. Para siswa dapat menggunakan waktu motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
yang lebih banyak untuk mengerjakan melakukan aktifitas belajar.
tugasnya dan untuk mendengarkan satu a. Jenis motivasi belajar
sama lain. Sehingga pemahaman materi Motivasi ada dua macam yaitu :
38

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

1) Motivas instrinsik adalah jenis motivasi Strateginya adalah dengan memberikan


ini timbul dari dalam diri individu sendiri perhatian maksimal ke peserta didik.
tanpa ada paksaan dorongan dari luar. 7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
2) Motivasi ekstrinsik adalah jenis motivasi 8. Membantu kesulitan belajar anak didik
ini timbul sebagai akibat pengaruh dari secara individual maupun kelompok.
luar individu. 9. Menggunakan metode yang bervariasi.
b. Strategi yang digunakan oleh guru untuk 10. Menggunakan media yang baik dan
menumbuhkan motivasi belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta Matematikaseperti yang kita ketahui
didik merupakan mata pelajaran yang telah di
Pada permulaan belajar mengajar kecap oleh peserta didik mulai dari pertama
seharusnya terlebih dahulu seseorang guru masuk sekolah, yaitu kelas 1 SD. Hal ini
menjelaskan mengenai tujuan tentu mempunyai alasan tersendiri, yaitu
instruksional khusus yang akan dicapai matematika merupakan ilmu
kepada siswa makin jelas tujuan maka universal mendasari perkembangan teknologi
makin besar pula motivasi dalam belajar. modern, mempunyai peran penting dalam
2. Hadiah berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Berikan hadiah untuk siswa yang manusia.
berprestasi. Hal ini akan memacu Salah satu tujuan mata pelajaran
semangat meraka untuk bisa belajar lebih matematika adalah memecahkan masalah
giat lagi. Disamping itu, siswa yang yang meliputi kemampuan memahami
belum berprestai akan termotivasi untuk masalah, merancang model matematika,
bisa mengejar siswa yang berprestasi. menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
3. Saingan atau kompetisi yang diperoleh. Untuk itu dalam
Guru berusaha mengadakan persaingan pembelajaran matematika hendaknya
diantara siswanya untuk meningkatkan dibiasakan dengan mengajukan masalah
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki nyata, yaitu pembelajaran yang mengaitkan
hasil prestasi yang telah dicapai masalah dengan kehidupan sehari-hari,
sebelumnya. secara rinci mata pelajaran matematika
4. Pujian bertujuan agar peserta didik memiliki
Pujian yang bersifat membangun kepada kemampuan sebagai berikut.
siswa yang berprestasi. Lima Tujuan Pembelajaran
5. Hukuman Matematika:
Hukuman diberikan kepada siswa yang 1. Memahami konsepmatematika,
berbuat kesalahan saat proses belajar menjelaskan keterkaitan antar konsep
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan dan mengaplikasikan konsep atau
harapan agar siswa tersebut mau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
mengubah diri dan berusaha memacu dan tepat, dalam pemecahan masalah
motivasi belajarnya. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan
6. Membangkitkan dorongan kepada anak sifat, melakukan manipulasi Matematika
didik untuk belajar dalam membuat generalisasi, menyusun

39

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

bukti, atau menjelaskan gagasan dan a) Menentukan standar kompetensi yang


pernyataan matematika akan diajarkan
3. Memecahkan masalah yang meliputi b) Membuat RPP
kemampuan memahami c) Menyusun format/ lembar observasi
masalah, merancang model matematika, 2. Pelaksanaan
menyelesaikan model dan Penulis mengajar tentang menentukan sifat-
menafsirkan solusi yang diperoleh sifat bangun ruang sederhana di kelas IV.A
4. Mengomunikasikan gagasan dengan SD N 10 Pulau Punjung, dengan indikator
simbol, tabel, diagram, atau media lain menyebutkan Sifat-sifat bangun ruang kubus,
untuk memperjelas keadaan atau masalah menentukan nama bangun ruang sesuai
Memiliki sikap menghargai kegunaan dengan gambar dan mengambar bangun
matematika dalam kehidupan sehari–hari, ruang kubus. Dalam proses kegiatan belajar
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan mengajar penulis menyampaikan tujuan
minat dalam mempelajari matematika, serta pembelajaran, melakukan apersepsi sesuai
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan dengan materi kemudian menuliskan topik
masalah. pembelajaran. Dalam kegiatan inti penulis
METODE PENELITIAN menyampaikan penjelasan tentang Sifat –
Subjek yang di jadikan penelitian sifat dari bangun ruang kubus dengan
adalah siswa kelas IV/A yang berjumlah 20 menggunakan metode Student Facilitator
orang yang terdiri dari 10 orang perempuan And Explaining kemudian diakhir kegiata
dan 10 orang siswa laki-laki. Tempat peneliti mengadakan evaluasi untuk
Penelitian SD Negeri 10 Pulau Punjung mengetahui hasil pembelajaran tersebut.
Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten 3. Pengamatan
Dharmasraya, kelas IV.A dan semester satu Guru dalam mengajar terlihat semangat
karena penulis merupkan guru si SD tersebut. dan menarik sehingga siswa kurang
Waktu atau jadwal pelaksanaan Perbaikan adanya perhatian dalam
Pembelajaran matematika di kelas IV.A SD belajar.Penggunaan metode masih kurang
Negeri 10 Pulau Punjung. efektik. Guru dalam memberikan contoh
Perencana
kurang bervariasi.Dalam memberikan
Tindakan
an pertanyaan guru tidak memberikan
kesempatan untuk berfikir dalam
Observasi pertanyaanpun kurang menyeluruh.
Pelajaran belum ada penguatan sehingga
pelajaran tersebut harus diulang.
Refleksi
4. Refleksi
Gambar 1. Prosedur peelitian persiklus Dari hasil pengamatan yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran, maka dapat
Berdasarkan gambar 1 dapat dijelaskan diketahui bahwa pelajaran diperoleh
prosedur penelitian pada setiapo siklus nilainya yang kurang baik dilihat dari
sebagai berikut: keberhasilan siswa memperoleh kurang
1. Perencanaan dari KKM.

40

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Siklus I


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Guru melakukan perbaikan pembelajaran
Pembelajaran dibantu Pembimbing sebagai pengamat
Berdasarkan masalah yang telah mengamati tindakan yang dilakukan oleh
dikemukakan, pada kegiatan refleksi yaitu guru dan siswa serta mendata hasil dan
kegiatan mengevaluasi semua aktifitas siklus kemajuan yang dicapai oleh siswa dengan
yang sudah dilakukan untuk memperbaiki menggunakan lembar observasi
kegiatan berikutya, refleksi dilakukan Dari hasil pengamatan yang dilakukan
bersama Pembimbing. Tujuan refleksi adalah dalam kegiatan pembelajaran Siklus I, maka
utuk mengetahui kelemahan yang dimiliki dapat diketahui bahwa nilainya sudah ada
guru dalaam kegiatan belajar mengajar, hasil peningkatan tetapi belum maksimal, dilihat
refleksi digunakan untuk merencanakan dari keberhasilan siswa kelas IV/A, adalah
perubahan atau perbaikan berikutnya. dari 20 siswa hanya 8 orang siswa yang
1. Pra Siklus nilainya dibawah KKM.
Guru dalam mengajar terlihat semangat
dan menarik sehingga siswa kurang adanya
perhatian dalam belajar.Penggunaan metode 12
masih kurang efektik. Guru dalam 10
memberikan contoh kurang bervariasi.Dalam 8
memberikan pertanyaan guru tidak 6 Siklus II
memberikan kesempatan untuk berfikir 4
dalam pertanyaanpun kurang menyeluruh. 2
Pelajaran belum ada penguatan sehingga 0
pelajaran tersebut harus diulang. Tidak Tuntas
Tuntas
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
Gambar 3. Penilaian siswa SDN10 Pulau
dalam kegiatan pembelajaran, maka dapat
Punjung Siklus I
diketahui bahwa pelajaran diperoleh nilainya
yang kurang baik dilihat dari keberhasilan
3. Siklus II
siswa memperoleh kurang dari KKM. nilai
Adapun hasil pengamatan siklus tiga sebagai
yang diperoleh siswa kelas IV/A, adalah dari
berikut :
20 siswa hanya 4 orang siswa yang nilainya
a. Penggunaan alat peraga sudah maksimal.
diatas KKM.
b. Penggunaan metode sudah cukup baik.
20 c. Hasil belajar siswa sudah maksimal
15 karena siswa mencapai nilai KKM
10 Dari kajian dan pengamatan yang
5 Prasuklus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran,
0 maka dapat diketahui bahwa pembelajaran
Tidak Tuntas
Tuntas diperoleh hasil yang baik. Hal ini dapat
dilihat dari keberhasilan dari RPP Prasikus
dan RPP siklus II dengan perubahan
Gambar 2. Penilaian siswa SD N 10 Pulau
Punjung Prasiklus
41

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

perolehan nilai yang lebih baik siswa sudah 100


mencapai KKM.
80
20
60
Nilai Tertinggi
15
40 Nilai Terendah
10 Siklus II Rata-rata
20
5
0
0
Pra Siklus
Tuntas Siklus I
Siklus II

Gambar 4. Penilaian siswa SdN 10 Pulau


Gambar 5. Nilai Matematika kelas IV.A SD
Punjung Siklus II
N 04 Pulau Punjung

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Perbaikan Pembelajaran. 20
Dilihat dari kegiatan Penelitian dimulai 18
dari RPP Prasiklus samapi dengan RPP 16
14
Siklus II terlihat perubahan nilai siswa yaitu : 12
1. Pra Siklus degan nilai rata-rata 58.4, 10
Tidak Tuntas
2. Siklus I dengan Nilai rata-rata 71.2 8
6 Tuntas
3. Siklus II dengan nilai rata-rata 79.2.
4
Berdasarkan hasil di atas dapat 2
disimpulkan bahwa Model Student 0
Facilitator and Explaining dapat
meningkatkan kemampuan siswa khususnya
pada pembelajaran matematka di Sekolah
Dasar diantaranya adalah, motivasi dan hasil Gambar 6. Nilai matematika kelas IVA SD N
belajar siswa sehingga dapat menjawab 10 Pulau Punjung
pertanyaan-pertanyaan dari guru, daya serap
pembelajaran yang diterima siswa lebih
banyak dan cepat, dengan riang siswa dapat
berperan aktif dalam pembelajaran.

KESIMPULAN dalam mengikuti proses balajar mengajar


Berdasarkan pembahasan dapat pada tiap siklusnya.
disimpulkan bahwa dengan penggunaan
metode Student Facilitator And Explaining DAFTAR PUSTAKA
pada proses belajar mengajar dapat Anonim. 2006. Panduan Pengembangan
meningkatkan motoasi dan hasil belajar Silabus Sekolah Dasar. Jakarta:
siswa dalam belajar matematika. Hal ini Depertemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen
dapat dilihat pada perubahan aktivitas siswa
Pendidikan Dasar.
42

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan. Jakarta: BNSP http;//ras-
eko.blogspot.com/2017/05/ pengertian
model pembelajaran student.html.

Nur, M dan Retno, P. 2005. Pengajaran


Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabay:
UNESA.

Prasetyo. 2001. Makalah seminar Sholefatul


Jannah

Sutikno.M.S. 2008. Belajar dan


Pembelajaran. Bandung. Prospect.

43

Dahniar
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TENTANG CIRI CIRI MAKHLUK


HIDUP PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL
DI KELAS VI SDN 10 PULAU PUNJUNG.

Endang Lulus Mudjiati


SDN 10 Pulau Punjung

ABSTRAK

Pembelajaran IPA merupakan bagian dari pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar
dan memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk menghasilkan siswa yang
berfikir kritis. Proses pembelajaran IPA belum berlangsung secara baik di SD Negeri 10 Pulau
Punjung Kabupaten Dharmasraya, karena aktivitas belajar IPA masih kurang dalam mengikuti
pembelajaran sehingga hasil belajar IPA yang diharapkan belum tercapai dengan ketentuan kriteria
ketuntasan minimum (KKM) 75. Seorang guru dituntut untuk dapat membuat siswa beraktivitas dalam
belajar agar hasiL belajar yang diperoleh sesuai dengan keinginan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah
dengan menggunakan media visual. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah dengan
penggunaan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup
pada siswa kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya?”.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa dengan media visual tentang ciri- ciri makhluk hidup
pada siswa kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, satu
siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan dan ditambah satu pertemuan untuk mengadakan tes akhir
siklus. Materi yang diajarkan pada siklus I adalah ciri- ciri khusus beberapa jenis hewan dan pada
siklus II adalah ciri- ciri khusus pada tumbuhan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelasVI SDN 10
Pulau punjung Kabupaten Dharmasraya, dengan jumlah 20 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-
lakidan12 orang perempuan. Pengumpulan data dilaksanakan dengan tes dan lembaran observasi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan media visual dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar IPA siswa. Aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan pada pembelajaran IPA
dapat terlihat dalam mengikuti proses pembelajaran IPA,dengan rata-rataaktivitas guru dari 63% pada
pra siklus, menjadi 70% pada siklus I menjadi 78% pada siklus II.Aktivitas siswa dari 62,9% menjadi
69,5% pada siklus I menjadi 75,8% pada siklus II. Hasil belajar IPAjuga mengalami peningkatan dari
45% pada pra siklus menjadi 70% pada siklus I dan menjadi 80% pada siklus II .
Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, media visual.

PENDAHULUAN mempelajari suatu kemampuan dan nilai


Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 yang baru.Hamalik (2008 : 57), pembelajaran
: 157), pembelajaran adalah suatu proses merupakan suatu kombinasi yang tersusun
yang diselenggarakan oleh guru untuk meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
membelajarkan siswa dalam belajar, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
bagaimana belajar memperoleh dan saling mempengaruhi mencapai tujuan
memproses pengetahuan, keterampilan dan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam
sikap.Sagala (2009 : 61), pembelajaran proses pembelajaran antara lain siswa, guru
mengandung arti setiap kegiatan yang dan tenaga lainnya.Dalam UU RI No.20 th
dirancang untuk membantu seseorang 2003, Pembelajaran adalah proses interaksi

44

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

peserta didik dengan pendidik dan sumber merupakan unsur inti yang ada dalam
belajar pada suatu lingkungan belajar. kegiatan belajar mengajar, karena materi
Pembelajaran sebagai suatu sistim itulah yang diupayakan untuk dikuasai anak
keseluruhan memiliki komponen-komponen didik. Guru khususnya atau pengembang
yang saling berkaitan satu dengan yang kurikulum umumnya harus memikirkan
lainnya, sehingga dengan komponen tersebut sejauh mana materi yang tertera dalam
mempermudah tercapainya tujuan pendidikan silabus berkaitan dengan kebutuhan anak
yang efektif dan efesien. Menurut Djamara didik.
dan zain (2002 : 42,46, 205) komponen c. Metode Pembelajaran
tersebut adalah : Metode adalah suatu cara yang
a. Tujuan Pembelajaran. digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ditetapkan.Agar tercapai tujuan pembelajaran
ingin dicapai dari pelaksanaan suatu yang telah dirumuskan seorang guru harus
kegiatan.Tujuan merupakan komponen yang mengetahui berbagai metode
sangat penting dalam sistim pembelajaran. pengajaran.Menurut Sabri (2005 : 41) Syarat
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan yang harus diperhatikan guru dalam
tanpa tujuan..Tujuan dalam pembelajaran penggunaan metode pembelajaran adalah
adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. sebagai berikut :
Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat 1) Metode yang dipergunakan harus dapat
sejumlah nilai yang harus ditanamkan membangkitkan motivasi, minat dan gairah
kepada anak didik. Tujuan dalam siswa.
pembelajaran merupakan komponen pertama 2) Metode yang digunakan dapat
yang harus ditetapkan dalam proses merangsang keinginan siswa untuk belajar
pengajaran, yang berfungsi sebagai indikator lebih lanjut.
keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada 3) Metode yang digunakan harus dapat
dasarnya merupakan rumusan tingkah laku memberikan kesempatan bagi siswa untuk
dan kemampuan yang harus dicapai dan mewujudkan hasil karyanya.
dimiliki peserta didik setelah ia 4) Metode yang digunakan harus dapat
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan menjamin perkembangan kegiatan
belajar. kepribadian siswa.
b. Materi Pembelajaran. 5) Metode yang digunakan harus dapat
Materi pelajaran merupakan substansi mendidik siswa dalam tekhnik belajar sendiri
yang akan disampaikan dalam kegiatan dan cara memperoleh pengetahuan melalui
belajar mengajar. Dalam konteks tertentu, usaha pribadi.
materi pelajaran merupakan inti dalam proses 6) Metode yang digunakan harus dapat
pembelajaran. Artinya sering terjadi proses menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
pembelajaran diartikan sebagai proses dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan Dalam Sanjaya (2006 : 161) Kata
manakala tujuan pembelajaran adalah media berasal dari bahasa latin medius yang
penguasaan materi pembelajaran. berarti perantara atau pengantar. Rossi dan
Materi pembelajaran adalah salah satu Beridle mengemukakan bahwa media
sumber belajar bagi anak didik yang pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
45

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan h. Realia, seperti: model, contoh,
pendidikan seperti radio, televisi, buku, manipulatif (peta, boneka)
koran, majalah dan sebagainya. 2) Media teknologi mutakhir
Pemakaian media pembelajaran dalam a. Media berbasis telekomunikasi, seperti
proses belajar mengajar dapat telekonferen, kuliah jarak jauh
membangkitkan keinginan dan minat baru, b. Media berbasis mikroprosesor, seperti :
membangkitkan motivasi dan rangsangan permainan computer, sistim tutor
kegiatan belajar dan bahkan membawa intelijen, compact video disc
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap Dari jenis media yang telah disebutkan
siswa. kiranya patut menjadi perhatian dan
Penggunaan media pembelajaran pada pertimbangan bagi guru ketika akan memilih
tahap orientasi pembelajaran akan sangat dan mempergunakan media dalam
membantu keefektifan proses pembelajaran pembelajaran.
dan penyampaian isi pelajaran pada saat itu. Pembelajaran IPA merupakan bagian
Selain membangkitkan motivasi dan minat dari pembelajaran yang dilaksanakan di
siswa, media juga dapat membantu siswa Sekolah Dasar dan memiliki peran penting
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk
dengan menarik dan terpercaya, memurahkan menghasilkan siswa yang berfikir kritis. Hal
penafsiran data dan memadatkan informasi. ini dinyatakan Anna (2005 : 84) “
Dalam Arsyad ( 1997 : 33) pembelajaran IPA dapat membuat siswa
Pengelompokan berbagai jenis media apabila menjadi tanggap terhadap perkembangan dan
dilihat dari segi perkembangan tekhnologi dapat berfikir secara kritis”.
oleh Seels & Glasgow dibagi dalam dua Masih banyak guru yang mengajarka
kategori luas, yaitu media tradisonal dan pembelajaran IPA cendrung bersifat hafalan
media tekhnologi mutakhir. yang hanya pembelajaran secara teoritis
1) Media tradisional. tanpa mereka tau bagaimana
a. Visual diam yang diproyeksikan seperti mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
: proyeksi opaque (tak tembus hari. Hal ini diperkuat oleh Wina (2006 : 1)
pandang), slides, film strips “dalam proses pembelajaran, anak didorong
b. Visual yang tak diproyeksikan.seperti : untuk mengembangkan kemampuan berfikir
gambar, poster, foto, grafik, diagram, dan proses pembelajaran di kelas diarahkan
pameran, papan info kepada kemampuan anak untuk menghafak
c. Audio, seperti : rekaman piringan, pita informasi, tanpa dituntut untuk memahami
kaset informasi yang diingatkan untuk
d. Penyajian multimedia, seperti : tape, menghubungkan dengan kehidupan sehari-
multi image hari, akibatnya siswa pintar secara teoritis,
e. Visual dinamis yang diproyeksikan, tetapi miskin aplikasi”. Depdiknas (2009 :
seperti : film, televisi, video 484) menyatakan “ pendidikan IPA suatu
f. Cetak, seperti : buku teks, modul, wahana bagi siswa untuk mempelajari diri
majalah, lembaran lepas sendiri dan alam sekitar”.
g. Permainan, seperti: teka-teki, simulasi, Menurut Azhar (2011: 06) Di dalam
permainan papan dunia pendidikan tentu kita mengenal media
46

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

pembelajaran, media pembelajaran berinteraksi dengan visual (imege) itu


merupakan saluran atau jembatan dari pesan- meyakinkan terjadinya proses informasi.
pesan pembelajaran yang disampaikan oleh Menurut Azhar (2011:06) Manfaat
sumber pesan kepada penerima media visual dalam pembelajaran sebagai
pesan.kemudian media dapat di bagi dalam berikut:
berbagai macam,salah satunya adalah media 1. Media visual dapat mengatasi
visual. Media visual merupakan keterbatasan pengalaman yang dimiliki
penyampaian pesan atau informasi secara oleh peserta didik. Pengalaman tiap
teknik dan kreatif yang mana menampilkan peserta didik berbeda-beda tergantung
gambar, grafik serta tata dan letaknya dari factor-faktor yang menentukan
jelas,sehingga peneria pesan dan gagasan kekayaan pengalaman anak,seperti
dapat diterima sasaran.Apabila dikaitkan ketersediaan buku, kesempatan
antara media visual dan pembelajaran maka melancong,dan sebagainya.media
pembelajaran itu akan menarik, efektif dan pembelajaran dapat mengatasi hal
efesien apabila menggunakan media visual tersebut. Jika peserta didik tidak
sebagai sebagai media pembelajaran mungkin dibawa ke objek langsung yang
nya.dipilih media visual karena kita harus dipelajari.maka obyeknyalah yang di
ingat bahwa peserta didik khususya nak-anak bawa ke peserta didik. Obyek yang di
terutama siswa sekolah dasar karena mereka mkasud bias dalam bentuk nyata,
masih berfikir konkrit, semua yang guru miniature,model, maupun bentuk
utarakan atau sampaikan harus mereka gambar-gambaryang dapat disajikan
buktikan sendiri dengan mata mereka, secara audio visual dan audial.
kemudia media visual merupakansumber 2. Media visual memungkinkan adanya
belajar yang berisikan pesan atau materi interaksi langsung antara peserta didik
pelajaran yang di buat secara menarikdalam dengan lingkungannya.
bentuk kombinasi gambar,teks,gerak dan 3. Media visual dapat menanamkan konsep
animasi yang di sesuaikan dengan usia dasar,yang benar ,konkrit dan
peserta didik yang dapat menarik peserta realistiskan.
didik dalam belajar, sehingga pembelajaran 4. Media visual membangkiktan .keinginan
akan menyenangka dan tidak menjenuhkan. dan minat baru
Menurut Arsyad (2010:91) Media visual 5. Media visual akan mengakibatkan
(image atau perumpamaan) memegang peran perubahan efektif ,kognitif dan
penting dalam proses belajar. Media visual psikomotorik
dapat memperlancar pemahaman (misalnya 6. Meningkatkan daya tarik dan perhatian
melalui elaborasi stuktur dan organisasi) dan siswa.
memperkuat ingatan.Visual dapat pula Dengan demikian media visual
menumbuhkan minat siswa dan dapat sangatlah berperan penting dalam proses
memberikan hubungan antara isi materi belajar mengajar.karena media visual
pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi memiliki peran yaitu memudahkan dalam
efektif,visual sebaiknya ditempatkan pada penyampaian materi kepada peserta didik
konteks yang bermakna dan siswa harus .peserta didik akan terbantu dalam
memahami materi yang komplek.
47

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

Pemanfaatan media visual juga berperan bagi Tahap- tahap yang dilakukan dalam
peserta didik. penelitian ini mencakup 1) tahap
METODE PENELITIAN perencanaan; 2) tahap pelaksanaan; 3) tahap
Setting dalam penelitian ini meliputi: pengamatan; 4) tahap refleksi.
tempat penelitian, subjek penelitian waktu a. Tahap Perencanaan
penelitian sebagai berikut : Dalam penelitian tindakan ini, peneliti
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 bersama guru membuat rancangan tindakan.
Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan
Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian rancangan tindakan berupa rencana
dengan pertimbangan sebagai berikut : pelaksanaan pembelajaran, yaitu dengan
pertama, nilai pembelajaran IPA masih kegiatan sebagai berikut :
rendah. Kedua, guru kelas VI belum a) Menyusun rencana tindakan berupa
menggunakan media visual dalam rencana pelaksanan pembelajaran.
pembelajaran. b) Menyusun indicator pembelajaran
Subjek dalam penelitian ini ada siswa c) Menyusun media pembelajaran
kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kabupaten d) Menyusun evaluasi pembelajaran.
Dharmasraya, semester I pada Tahun e) Menyusun lembar observasi untuk
Pelajaran 2017/2018. Siswa kelas VI ini pengamatan.
sebanyak 20 orang terdiri dari 8 orang laki- b. Pelaksanaan Penelitian
laki dan 12 orang perempuan. Pelaksanakan tindakan yang dimaksud
Penelitian ini dilaksanakan lebih adalah melaksanakan pembelajaran. Kegiatan
kurang 3 bulan yaitu dari bulan pembelajaran untuk membantu siswa dalam
Agustussampai bulan Nofember 2017 pada meningkatkan hasil belajar IPAdengan media
semester I tahun ajaran 2017/2018. visualsehinggahasil belajar siswa lebih
Jenis penelitian ini merupakan baik.Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
penelitian tindakan kelas (classroom action peneliti. Kegiatan akan berakhir setelah
research) dengan menggunakan pendekatan siswa yang menjadi subjek penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sanjaya mencapai kriteria keberhasilan yang telah
(2010:26) penelitian tindakan kelas dapat ditetapkan.
diartikan sebagai proses pengkajian masalah Pada tahap pelaksanaan ini dibagi ke
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi dalam dua siklus yaitu : siklus I yaitu tentang
diri dalam upaya untuk memecahkan masalah ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan ( kelelawar,
tersebut dengan cara melakukan berbagai cicak dan tokek dan lain- lain ) dengan media
tindakan yang terencana dalam situasi nyata visual. Siklus II yaitu ciri-ciri khusus yang
serta menganalisis setiap pengaruh dari dimiliki tumbuhan (teratai, kantong semar,
perlakuan tersebut. Menurut Grundy dan venus, reflesia dan kaktus).
Kemmis (1982) dalam buku Sanjaya
(2010:30) tujuan penelitian tindakan meliputi c. Observasi
tiga hal, yakni peningkatan pratik, Melihat dan mengamati hasil dari
mengembangkan professional dan tindakan yang dilakukan terhadap siswa
peningkatan situasi tempat praktik dalam proses pembelajaran. Pengamatan
berlansung. dilakukan oleh teman sejawat.Adapun yang
48

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

diamati adalah aktivitas siswa dan guru :item A : semangat belajar, item B :
selama kegiatan pembelajaran perhatian/ focus, item C : komunikasi, item D
berlangsung.Pengamatan dilakukan : kerja sama, item E : tanggung jawab, item F
berdasarkan lembar obsevasi yang telah : disiplin/ taat
disediakan sebelumnya. 2. Lembar tes
d. Refleksi Lembar tes ini diberikan pada akhir
Peneliti dan teman sejawat siklus dari suatu tindakan pada setiap siklus.
menganalisis dan menyimpulkan hasil Lembar tes dalam penelitian ini guna untuk
tindakan pada setiap siklus sebagai bahan mengetahui sejauh mana hasil belajar
pertimbangan apakah pemberian tindakan IPAsiswa tentang ciri- ciri khusus makhluk
yang dilakukan perlu diulangi lagi atau tidak. hidup dalam proses pembelajaran dengan
Untuk melengkapi kriteria yang telah menggunakan media visual. Penulis dalam
ditentukan dalam refleksi juga dilakukan penelitian ini mengunakan tes dalam bentuk
penilaian terhadap proses pembelajaran. tertulis. Dalam menyusun tes tersebut penulis
Adapun hasil suatu tindakan dapat melakukan langkah- langkah sebagai berikut:
dikatakan tercapai apabila aktivitas a. Menentukan tujuan mengadakan tes.
siswasecara klasikal memperoleh predikat b. Membuat pembatasan terhadap bahan
baik. yang akan diujikan.
Data ini merupakan hasil pengamatan c. Menyusun kisi- kisi soal tes.
langsung dari peneliti dalam proses d. Menyusun butir- butir soal tes.
pembelajaran IPA. Data ini berhubungan
dengan hal- hal yang berkaitan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
perencanaan dan hasil pembelajaran yang A. Hasil Penelitian
merupakan informasi sebagai berikut :. 1. Pra Siklus
a. Pelaksanaan pembelajaran yang Pelaksanaan tes pra siklus
berhubungan dengan aktivitas siswa dan guru dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Agustus
dalam proses pembelajaran dengan 2017. Hasil tes pada pra siklus bahwa hasil
menggunakan media pembelajaran belajar matematika pada tes pra siklus secara
b. Hasil belajar siswa setelah mengikuti klasikal diperoleh minimal 45 %.
pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap pra siklus ini, peneliti
Sumber data dalam penelitian ini mengambil data tentang aktivitas belajar
adalah siswa kelas VI SDN 10 Pulau Punjung siswa dalam pembelajaran IPA yang telah
Kabupaten Dharmasraya yang mengikuti dilaksanakan di kelas VI SDN 10 Pulau
pembelajaran IPA dengan menggunakan Punjung Kabupaten Dharmasraya dengan
media visualberjumlah 20 orang. bantuan teman sejawat untuk mengisi
Dalam pengumpulan data ini peneliti panduan lembar observasi. Hasil pengamatan
menggunakan beberapa instrument sebagai tersebut dapat diuraikan berikut :
berikut : a. Hasil observasi aktivitas guru pada pra
1. Lembar observasi siklus.
Lembar observasi berkaitan dengan Hasil observasi aktivitas guru pada pra
aktivitas siswa dan guru dalam proses siklus persentase aktivitas guru adalah
pembelajaran, aktivitas siswa yang meliputi
49

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

63%. Jadi berdasarkan hasil pada pra 9) Menjelaskan hubungan antara ciri-
siklus ini, maka dilaksanakan siklus I. ciri khusus yang dimiliki hewan
b. Hasil observasi aktivitas siswa pada pra tertentu dengan lingkungannya sesuai
siklus. dengan fungsinya
Hasil observasi aktivitas siswa pada Pada siklus I ini, Pertemuan pertama
pra siklus bahwa rata- rata aktivitas siswa dilaksanakan pada hari Senin, 21 Agustus
yaitu 62,9%. Untuk itu dilakukan tindakan 2017, pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari
pada siklus I. Kamis, 24Agustus 2017, dan pada hari
Jumat, 25Agustus 2017 dilaksanakan
2. Siklus I pertemuan ke 3. Setelah proses pembelajaran
a. Perencanaan pertemuan satu sampai tiga dilaksanakan,
Pada siklus pertama ini dilakukan 3 kali maka pada hari Kamis, 31 Agustus
pertemuan, setelah 3 kali pertemuan tersebut 2017dilaksanakan tes akhir siklus I. Pada
dilaksanakan maka diadakan tes akhir siklus. tahap perencanaan ini kegiatan yang
masing-masing pertemuan menggunakan dilakukan penulis adalah menyiapkan materi
media visual dalam proses pembelajaran. pembelajaran dengan menggunakan media
Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada visual, menyiapkan lembar observasi dan
siklus I adalah ciri – ciri khusus beberapa menyiapkan tes akhir.
jenis makhluk hidup. b. Pelaksanaan
Standar kompetensinya adalah 1) Pertemuan Pertama
mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri Pembelajaran pada pertemuan 1
khusus yang dimiliki hewan ( kelelawar, dilaksanakan pada hariSenin, 21 Agustus
cicak dan tokek dan lain- lain ) dan 2017, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit,
lingkungan hidupnya, dengan indicator dengan materi ciri- ciri khusus
sebagai berikut : hewan(kelelawar, cicak dan tokek)
1) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan
kelelawar a) Kegiatan Awal.
2) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
cicak dan tokek masuk membaca salam, Pegondisian kelas,
3) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan membuka pelajaran dengan mengadakan
bunglon dan landak semut Tanya jawab yang mengarah pada materi
4) Menyebutkan ciri-ciri khusus hewan yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
unta pembelajaran yang akan dicapai dan
5) Menyebutkan ciri-ciri khusus burung memotivasi siswa.
hantu b) Kegiatan Inti.
6) Menyebutkan ciri-ciri khusus ikan Pada kegiatan inti ini dilaksanakan
pemanah selama 50 menit. Dimana guru
7) Menyebutkan ciri-ciri khusus bunga mempresentasikan pembelajaran dengan
karang media visual tentang ciri- ciri khusus
8) Menjelaskan fungsi ciri- ciri khusus hewan(kelelawar, cicak dan tokek),
yang dimiliki hewan tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan Tanya jawab mengenai ciri- ciri
50

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

khusus hewan (kelelawar, cicak dan tokek). tentang ciri- ciri hewan (bunglon, landak
Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk semut dan unta), masing- masing kelompok
melaksanakan diskusi. Siswa berdiskusi melaporkan hasil diskusi, setelah itu siswa
tentang ciri- ciri khusus hewan (kelelawar, bersama guru membahas hasil diskusinya.
cicak dan tokek), Masing-masing kelompok
melaporkan hasil diskusi dan membahas hasilc) Kegiatan akhir
diskusi tersebut dan memberikan nilai pada Pada kegiatan akhir ini dilaksanakan
hasil kerjanya. selama 10 menit dimana guru dan siswa
bertanya jawab tentang kesimpulan dari
c) Kegiatan Akhir materi yang telah di pelajari., memberikan
Pada kegiatan akhir ini dilaksanakan PR sebagai tindak lanjut dan menutup
selama 10 menit dimana guru dan siswa pelajaran dengan membaca Hamdalah.
bertanya jawab tentang kesimpulan dari 3) Pertemuan ketiga
materi yang telah di pelajari., memberikan Pembelajaran pada pertemuan 3
PR sebagai tindak lanjut dan menutup dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Agustus
pelajaran dengan membaca Hamdalah. 2017, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit,
dengan materi ciri- ciri khusus
hewan(Burung hantu, ikan pemanah dan
2) Pertemuan kedua bunga karang).
Pembelajaran pada pertemuan 2
dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Agustusa) Kegiatan Awal.
2017, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
dengan materi ciri- ciri khusus masuk membaca salam, Pegondisian kelas,
hewan(bunglon, landak semut dan unta). membuka pelajaran dengan mengadakan
Tanya jawab yang mengarah pada materi
a) Kegiatan Awal. yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru pembelajaran yang akan dicapai dan
masuk membaca salam, Pegondisian kelas, memotivasi siswa.
membuka pelajaran dengan mengadakan
Tanya jawab yang mengarah pada materib) Kegiatan Inti.
yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan Pada kegiatan inti ini dilaksanakan
pembelajaran yang akan dicapai dan selama 50 menit. Dimana guru
memotivasi siswa.
mempresentasikan pembelajaran dengan
b) Kegiatan Inti. media visual tentang ciri- ciri khusus
Pada kegiatan inti ini dilaksanakan hewan(Burung hantu, ikan pemanah dan
selama 50 menit. Dimana guru bunga karang),siswa mengamati gambar
mempresentasikan pembelajaran dengan hewan (Burung hantu, ikan pemanah dan
media visual tentang ciri- ciri khusus hewan bunga karang) yang dipresentasikan oleh
(bunglon, landak semut dan unta), guru guru melalui media visual, guru dan siswa
memberi Pengarahan untuk berdiskusi bertanya jawab tentang ciri- ciri hewan
tentang ciri- ciri hewan (bunglon, landak (Burung hantu, ikan pemanah dan bunga
semut dan unta), siswa berdiskusi kelompok karang). Setelah itu, guru mengarahkan siswa

51

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

berdiskusi kelompok tentang ciri- ciri hewan Berdasarkan tabel4.5diatas, aktivitas


(Burung hantu, ikan pemanah dan bunga siswa selama pelaksanaan pembelajaran pada
karang), masing- masing kelompok siklus I menunjukkan bahwa aktivitas siswa
melaporkan hasil, setelah itu siswa bersama belum tercapai karena aktivitas siswa masih
guru membahas hasil diskusinya. di bawah indikator yang telah ditetapkan
c) Kegiatan akhir yaitu 75% .
Pada kegiatan akhir ini dilaksanakan
selama 10 menit dimana guru dan siswa
bertanya jawab tentang kesimpulan dari d. Tahap Refleksi
materi yang telah di pelajari., memberikan Pembelajaran siklus I difokuskan
PR sebagai tindak lanjut dan menutup pada materi ciri- ciri khusus pada beberapa
pelajaran dengan membaca Hamdalah. jenis hewan. Proses pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan media
Pada akhir tahap pelaksanaan siklus I ini visual. Untuk memperoleh data tentang
peneliti melaksanakan tes yang diberikan pelaksanaan siklus dilakukan pengamatan
kepada siswa dalam bentuk tertulisyang dan tes. Hasil pengamatan dan tes selama
sesuai dengan materi yang telah diajarkan pelaksanaan siklus I dianalisis dan
pada pertemuan I, pertemuan II pada tahap didiskusikan dengan pengamat atau teman
pelaksanaan siklus I, kemudian pelaksanaan sejawat sehingga didapat kesimpulan sebagai
tes ini diadakan pada hari Kamis, 31Agustus berikut:
2017.
1. Dengan menggunakan visual menarik
c. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap ini, peneliti langsung perhatian siswa. Hal ini terlihat peningkatan
mengambil data tentang aktivitas dan hasil aktivitas belajar dari setiap pertemuan.
belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang Sehingga diperoleh persentase aktivitas guru
telah dilaksanakan di kelas VI SDN 10 Pulau pada siklus Iyaitu 70 % dan aktivitas siswa
Punjung Kabupaten Dharmasraya dengan mencapai 69,5%,
bantuan teman sejawatuntuk mengisi 2. Dari hasil tes yang telah dilaksanakan,
panduan lembar observasi. Hasil pengamatan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : baru sampai70% dari jumlah siswa yang
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada mengikuti tes.
Siklus I Berdasarkan pengamatan dan tes
Berdasarkan observasi aktivitas guru maka tujuan pembelajaran yang diharapkan
pada siklus I mencapai 70%. Berdasarkan pada pembelajaran siklus I belum sesuai
hasil tersebut, maka dilanjutkan ke siklus II. dengan harapanyaitu dari persentase
Karena indikator pencapaian aktivitas guru observasi aktivitas dan persentase hasil
dikatakan berhasil apabila telah tercapai belajar masih belum mencapai kriteria, maka
75%. proses pembelajaranIPApada kompetensi
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam dasar ciri- ciri khusus beberapa jenis
Mengikuti Proses Pembelajaran Pada Siklus makhluk hidupdilanjutkan pada siklus II.
I. 3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan

52

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

Berdasarkan refleksi pada siklus I Peneliti juga menyediakan soal tes pada
pembelajaran dilanjutkan dengan siklus II. siklus II.
Deskripsi pembelajaran untuk meningkatkanb. Tahap Pelaksanaan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA1) Pertemuan Petama
pada siklus II dilakukan dalam 3 kali Pertemuan pertama dilaksanakan pada
pertemuan,Pertemuan 1 dilaksanakan pada hariRabu, 6September 2017.
hari Senin, 4September 2017, pertemuan 2 untuk pertemuan ini berlangsung selama2 x
dilaksanakan pada hari Kamis, 7September 35 menit. Pembelajaran pada pertemuan ini
2017, pertemuan ke 3dilaksanakan pada hari dilaksanakan sesuai dengan kegiatan-
Rabu 13 September 2017dan hari Kamis, kegiatan yang ada pada rencana pelaksanaan
14September 2017 diadakan tes siklus II. pembelajaran yang telah dipersiapkan. Yaitu
Rencana pembelajaran memuat standar sebagai berikut :
kompetensinya adalah melakukan operasi a) Kegiatan Awal.
hitung bilangan bulat dalam pemecahan Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
masalah, kompetensi dasarnya adalah masuk membaca salam, pegondisian kelas,
mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri membuka pelajaran dengan mengadakan
khusus yang dimiliki tumbuhan (teratai, tanya jawab yang mengarah pada materi
kantong semar, venus, reflesia dan kaktus) yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
dengan lingkungan hidupnya, dengan pembelajaran yang akan dicapai dan
indikatorsebagai berikut : memotivasi siswa.
1. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan
teratai b) Kegiatan Inti.
2. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan Pada kegiatan inti ini dilakukan selama
kantong semar dan venus 50 menit, dimana guru mempresentasikan
3. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan dengan media visual oleh guru tentang ciri-
reflesia ciri khusus tumbuhan(teratai, kantong semar
4. Menyebutkan ciri-ciri khusus tumbuhan dan venus), Guru memberikan kesempatan
kaktus kepada siswa untuk bertanya jawab mengenai
5. Menjelaskan fungsi ciri- ciri khusus ciri- ciri khusus tumbuhan (teratai, kantong
yang dimiliki tumbuhan tersebut semar dan venus). kemudian guru
6. Menjelaskan hubungan antara ciri- ciri mengarahkan untuk melaksanakan
khusus yang dimiliki tumbuhan tertentu diskusitentang ciri- ciri khusus tumbuhan
dengan lingkungannya sesuai dengan (teratai, kantong semar dan venus), Masing-
fungsinya . masing kelompok melaporkan hasil diskusi
Pembelajaran pada siklus II hampir dan bersama- sama membahas hasil diskusi
sama dengan siklus I yaitu sama- sama tersebut.
mengunakan media visual. Padasiklus II ini c) Kegiatan Akhir
difokuskan pada ciri- ciri khusus beberapa Siswa dibimbing guru menyimpulkan
tumbuhan. Seperti pada siklus I dalam pelajaran, memberikan PR sebagai tindak
pelaksanaan observasi siklus II pengamat lanjutdan siswa bersama guru mengakhiri
melaksanakan tugas pengamatan sesuai pelajarannya dengan mengucapkan
lembar observasi yang telah disediakan. Hamdalah.

53

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

2) Pertemuan kedua a) Kegiatan Awal


Pembelajaran untuk pertemuan ke dua Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
ini dilaksanakan pada hari Kamis, masuk membaca salam, megondisikan kelas,
7September 2017berlangsung selama 2x35 membuka pelajaran dengan mengadakan
menit, dengan materi ciri- ciri khusus tanya jawab yang mengarah pada materi
beberapa jenis tumbuhan . yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan
a) Kegiatan Awal memotivasi siswa.
Kegiatan awal ini selama 10 menit, guru
masuk membaca salam, megondisikan kelas, b) Kegiatan Inti.
membuka pelajaran dengan mengadakan Pada kegiatan inti ini juga dilaksanakan
tanya jawab yang mengarah pada materi selama 50 menit dimana Siswa mengamati
yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan kembali gambar tumbuhan (teratai, kantong
pembelajaran yang akan dicapai dan semar, venus, bunga raflesia dan kaktus)
memotivasi siswa. yang dipresentasikan oleh guru dengan media
visual, guru dan siswa tanya jawab tentang
b) Kegiatan Inti. ciri- ciri tumbuhan (teratai, kantong semar,
Pada kegiatan inti ini juga dilaksanakan venus, bunga raflesia dan kaktus) tersebut.
selama 50 menit dimana siswa mengamati Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi
gambar tumbuhan (bunga raflesia dan tentang ciri- ciri tumbuhan (teratai, kantong
kaktus) yang dipresentasikan oleh guru semar, venus, bunga raflesia dan kaktus)
dengan media visual dan bertanya jawab dengan lingkungan hidupnya. Siswa
tentang ciri- ciri tumbuhan tersebut. berdiskusi kelompok tentang ciri- ciri hewan
Kemudian mengarahkan siswa untuk (teratai, kantong semar, venus, bunga raflesia
berdiskusi tentang ciri- ciri tumbuhan (bunga dan kaktus) dengan lingkungan hidupnya,
raflesia dan kaktus), masing- masing masing- masing kelompok melaporkan dan
kelompok melaporkan hasil diskusi dan menjelaskan hasil diskusi dan siswa bersama
siswa bersama guru membahas hasil diskusi guru membahas hasil diskusi
tersebut.
c) Kegiatan Akhir
c) Kegiatan Akhir Siswa dibimbing guru menyimpulkan
Siswa dibimbing guru menyimpulkan pelajaran dan menginformasikan materi
pelajaran,memberikan PR sebagai tindak berikutnya, siswa bersama guru mengakhiri
lanjut dan siswa bersama guru mengakhiri pelajarannya dengan mengucapkan
pelajarannya dengan mengucapkan Hamdalah.
Hamdalah.
3) Pertemuan ketiga Pada akhir tahap pelaksanaan siklus II
Pembelajaran untuk pertemuan ke tiga ini peneliti mengadakan tes yang harus
ini dilaksanakan pada hariRabu, 13 dikerjakan secara individual. Soal yang
September 2017berlangsung selama 2x35 diberikan dalam bentuk tertulis, soal tes yang
menit, dengan materi ciri- ciri khusus berikan sesuai dengan materi yang telah
beberapa jenis tumbuhan . diajarkan pada pertemuan 1, pertemuan 2 dan

54

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

pertemuan 3.Pelaksanaan tes ini diadakan persentase ketuntasan yang diperoleh 75% ,
pada hari Kamis, tanggal 14September2017. sedangkan hasil ketuntasan yang diperoleh
c. TahapPengamatan (Observasi) dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes
Pada tahap observasi ini dimana teman adalah 80%, dengan itu dapat dikatakan
sejawat mengamati aktivitas guru dan siswa bahwa hasil belajar IPA dapat meningkat
selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus melalui media visual.
II. Hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada d. Tahap Refleksi
Siklus II Pembelajaran siklus II difokuskan pada
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus materi ciri- ciri khusus beberapa jenis
II dapat terlihat selama pelaksanaan tumbuhan . Proses pembelajaran
pembelajaran pada siklus II aktivitas guru dilaksanakan dengan menggunakan media
pada pertemuan 1 mencapai 72%, pertemuan visual. Untuk memperoleh data tentang
2 mencapai 77%, dan pada pertemuan 3 pelaksanaan siklus II dilakukan pengamatan
mencapai 85%. Sehingga dapat diperoleh dan tes. Hasil pengamatan dan tes selama
persentase aktivitas guru pada siklus II pelaksanaan siklus II dianalisis dan
mencapai 78%.Data ini menunjukkan bahwa didiskusikan dengan pengamat sehingga
kriteria yang ditetapkan sudah tercapai. didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
2) Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Proses
Pembelajaran Pada Siklus II 1. Dengan menggunakan media visual
Hasil observasi pada aktivitas siswa pada dapat meningkatkan aktivitas belajar,
siklus II, dapat terlihat pada tabel 4.7 berikut sehingga diperoleh persentase aktivitas
: guru mencapai 78% dan rata- rata
Berdasarkantabel4.8 diatas selama aktivitas siswa sudah mencapai 75,8%.
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, 2. Dari hasil tes yang telah dilaksanakan
aktivitas siswa pada pertemuan 1 mencapai pada siklus II, ketuntasan hasil belajar
75,2%, pertemuan 2, mencapai76%, dan mencapai 80% dari jumlah siswa yang
pertemuan 3 mencapai 76,4%. Jadi rata-rata mengikuti tes.
aktivitas siswapada siklus II mencapai Berdasarkan analisis dan refleksi
75,8%.Data ini menunjukkan bahwa pada siklus II sudah sesuai dengan harapan,
indikator keberhasilan aktivitas siswa yang karena tingkat aktivitas guru dan siswa dalam
telah ditetapkan sudah tercapai. mengikuti pembelajaran dan hasil belajar
Setelah selesai proses pembelajaran IPA pada ciri- ciri khusus makhluk hidup
dari pertemuan satu sampai pertemuan tiga siswa sudah sesuai dengan harapan. Dengan
maka di adakan tes akhir siklus. Hasil tes demikianproses tindakan dengan
belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada menggunakanmedia visual dihentikan pada
siklus II terlihat bahwa hasil belajar dalam siklus II.
proses pembelajaran IPA dengan B. Pembahasan
menggunakanmedia visual sudah mencapai Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan
ketuntasan yang diinginkan, karena hasil siklus II dapat dilihat adanya peningkatan
belajar dapat dikatakan tercapai apabila aktivitas dan hasil belajar IPA melalui media
55

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

visual di SDN 10 Pulau Punjung Kecamatan Berdasarkan analisis hasil pengamatan


Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya siklus I ditemukan bahwarata-rata aktivitas
semester I tahun ajaran 2017/ 2018. guru dan siswa belum mencapai kriteri yang
Pembahasan masing- masing siklus dapat ditentukan, yaitu mencapai 75%. Ini berarti
dilihat sebagai berikut: penguasaan siswa dalam pembelajaran IPA
melalui media visual masih kurang walaupun
1. Pembahasan Siklus I siswa sudah ada yang tuntas, yaitu mencapai
Pada siklus I materi yang diberikan 70%. Target ketuntasan siswa yang ingin
adalah ciri- cirri khusus beberapa jenis dicapai adalah minimal 75%. Jadi pada siklus
hewandengan standar kompetensinya adalah I target ketuntasan klasikal belum tercapai.
Memahami hubungan antara ciri-ciri Berdasarkan refleksi siklus I maka dilakukan
makhluk hidup dengan lingkungan tempat siklus II.
hidupnya. Sedangkan kompetensi dasarnya
2. Pembahasan Siklus II
adalah mendeskripsikan hubungan antara Pada siklus II materi yang diberikan
ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan ( merupakan lanjutan dari materi siklus I.
kelelawar, cicak dan tokek dan lain- lain ) Standar kompetensinya memahami hubungan
dan lingkungan hidupnya dengan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan
menggunakan media visual. Pelaksanaan lingkungan tempat hidupnya, sedangkan
pembelajaran IPA melalui media visualdapat kompetensi dasarnya adalah
meningkatkanaktivitas guru dan siswa Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri
sehingga hasil belajar IPA siswa juga khusus yang dimiliki tumbuhan (teratai,
meningkat. Siklus I dilaksanakan tindakan kantong semar, venus, reflesia dan kaktus)
sebanyak tiga pertemuan dan setelah tiga dengan lingkungan hidupnya.Tahap
pertemuan tersebut terlaksana maka pembelajaran pada siklus II sama dengan
pertemuan berikutnya di adakan tes akhir siklus I.
siklus I.
Berdasarkan analisis data ditemukan
Pada pelaksanaan pembelajaran penulis aktivitas guru dan siswa sudah tercapai dan
sudah mulai menambah semanagat siswa dan hasil belajar IPA pada siklus II secara
membuat pembelajaran IPA menjadi klasikal sudah mencapai 80%. Ini berarti
menyenangkan, tetapi pelaksanaannya belum target yang diinginkan sudah terpenuhi,
maksimal. Karena masih ada beberapa siswa bahkan melebihi target ketuntansan
yang hasil belajarnya juga masih rendah. yaitu75%. Hasil belajar siswa dapat
Setelah pelaksanaan tindakan selesai, meningkat disebabkan karena penggunaan
penulis beserta rekan sejawat melakukan media visual dapat menambah semangat dan
analisis data yang diperoleh dari pengamatan perhatian siswa sehingga materi pelajaran
dan berdiskusi terhadap hasil pengamatan yang diberikan dapat dipahami siswa.
tersebut sehingga ditemukan aktivitas dan Berarti dapat disimpulkan bahwa,
hasil belajar IPA masih kurang. Penyebabnya pelaksanaan pada siklus II sudah baik dari
adalah guru masih gagap dalam sebelumnya dan usaha guru dalam
mengoperasikan media visual. meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada
materi ciri- ciri khusus beberapa makhluk

56

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

hidup melalui media visual di kelas VI SD


Negeri 10Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya sudah berhasil.

KESIMPULAN Hamalik,Oemar. 2008. Kurikulum dan


Peningkatan aktivitas siswa dari pra Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
siklus, siklus I ke siklus II. Peningkatan
aktivitas siswa dari pra siklus, siklus I ke Hamidi, Zainuddin. 2004. Terjemah Hadis
siklus II aktivitas siswa dari pra siklus 62,9 Sahih Bukhar. Kuala Lumpur : Kallang
% ke 69,5% pada siklus I dan menjadi Book Store
75,8% ke siklus II. Peningkatan Hasil Belajar Langgulung, Hasan. 1983. Pendidikan dan
Siswa dari Pra Siklus,Siklus I ke Siklus II Peradaban Islam. Jakarta : Pustaka
peningkatan hasil belajardari pra siklus 45%, Alhusna
pada siklus I 70% dan siklus II menjadi
80%. Mulyasa. 1997, Guru Profesional ( Bandung,
Jadi, dengan menggunakan media PT Remaja, Rosda karya )
visualdapat meningkatkan aktivitas dan hasil
Nasution, 1982; 25, Belajar dan
belajar siswa kelas VI SDN 10 Pulau
Pembelajaran, PT Rineka Cipta, jakarta
Punjung Kabupaten Dharmasraya pada tahun
ajaran 2017/2018. Poedjiaji. Anna. 2005.Sains Teknologi
Masyarakat. Bandung : PT Remaja
DAFTAR PUSTAKA
Rosda Karya
Arifin, M. 1976. Hubungan Timbal Balik
Pendidikan Agama di Sekolah dan Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi
Rumah Tangga. Jakarta : Bulan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda
Bintang Karya
Arikunto, Suharsimi. dkk.2006. Penelitian Ramayulis. 2004. Pengantar Ilmu
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Pendidikan. Padang : The
Minangkabau Foundation Press
Azhar,Arsyad. 1997. Media Pembelajaran,.
Jakarta : Raja Gravindo Persada Sanjaya,Wina. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran,. Jakarta: Kencana
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.
Prenada Media Grup
2002. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta : Rineka Cipta __________. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pendidikan, Jakarta : Kencana Grafika
Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka
Cipta

57

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No. 1 Januari 2018

__________. 2010. Penelitian Tindakan


Kelas. Jakarta : Prenada Media
Group

Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses


Belajar Mengajar. Bandung :
Sinar Baru Algesindo

____________. 2010. Penilaian Hasil Proses


Belajar Mengajar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya

Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar


Mengajar dan Micro Teaching,.
Jakarta : Ciputat Press

Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna


Pembelajaran. Bandung: Alfa
Beta

UU RI No.20 th 2003. 2008. Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta :

Sinar

58

Endang
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FAKTA


DAN OPINI MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS IX B SMPN 2 KOTO BARU

Dalwati
SMP Negeri 02 Koto Baru

ABSTRAK
Berdasarkan dari hasi lulangan harian siswa yang sangat rendah maka kami adakan suatu
penelitian untuk mencari bagaimana caranya agar nilai ulangan harian siswa biasa lebih baik
maka kami adakan suatu penelitan. Adapun Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa dengan menggunakan pembelajaran metodeI Inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fakta dan opini di Kelas IX/b pada SMPN 02
Koto Baru.Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Populasi penelitian
diambil semua siswa kelas IX/b , Teknik pengumpulan data digunakan tes prestasi belajar
buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua siklus. Teknik analisis data digunakan
analisis persentase dari perubahan hasil evaluasi belajar sebelum dan setelah dilakukan
layanan bimbingan belajar dengan model inkuiri untuk materi fakta dan opini pada
pembelajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata belajar
siswa KelasIX/b pada siklus I sebesar 73.3% dan pada siklus II sebesar 81.87 % sehingga
terdapat kenaikan nilai rata–rata dari sebelum prasiklus kesiklus I selanjutnya ke siklus
II.Prosentase ketuntasan belajar siswa pada prasiklus menunjukkan angka sebesar 25% (6
siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 24 siswa), pada siklus I sebesar 73.3% (
15 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 24 siswa ) dan pada siklus II sebesar
81.87% (18 siswa tuntas dalam belajarnya dari seluruh peserta 24 orang siswa ). Dengan
demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I kesiklus II sebesar8.57
%. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut:
Melalui penggunaan model inkuiri pada materi fakta dan opini di kelas IXb dapat
Meningkatkan hasil belajar

KataKunci: Hasil Belajar, Model Inkuiri, Fakta dan Opini

PENDAHULUAN penyebarluasan pemakaian bahasa


Fungsi mata pelajara bahasa Indonesia Indonesia yang baik untuk kepaerluan
adalah : (1) sarana pembinaan kesatuan menyangkut berbagai masalah,dan (5)
dan persatuan bangsa,(2) sarana sarana pengembangan penalaran
peningkatan pengetahuan dan (parerra,1997). Sementara itu didalam
keterampilan berbahasa Indonesia dalam GBB Bahasa Indonesia(1993) disebutkan
rangka pelestariandan pembangunan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia
budaya,(3) sarana peningkatan selain untuk meningkatakan keterampilan
pengetahuan dan keterampilan berbahasa berbahasa,juga untuk meningkatakan
Indonesia untuk meraih dan kemampuan berfikir ,bernalar, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, kemampuan memperluas wawasan.
teknologi ,dan seni,(4) sarana Sementara itu Posisi Bahasa Indonesia

59
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

berada dalam dua tugas .Tugas pertama materi pembelajran, kekurangan yang
adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa dialami siswa tak lepas dari pembelajran
nasioanl yang tidak mengikat pemakainya yang diberikan oleh guru, karna selama ini
untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa kita ketahui bahwa sebagian besar guru
Indonesia digunakan secara non resmi hanya menggunakan metode ceramah
,santai dan bebas .tugas kedua bahasa tanpa mau melakukan metode - metode
Indonesia sebagai bahasa Negara yang yang membuat siswa bersemangat dan
berarti bahasa Indonesia adalah bahasa mampu mengembangkan kemampuan diri
resmi yang digunakan sesuai dengan sendiri
kaidah tertib, cermat dan masuk akal. Karna kebiasaan siswa yang
Bahasa Indonesia yang dipakai harus dipaparkan diatas maka ditemui hasil
lengkap dan baku dari kedua tugas itu belajar siswa yang selalu rendah karna
posisis Bahasa Indonesia perlu berpijak pada materi hapalan di saat ujian .
mendapatkan perhatian khusus terutama Apabila dilihat dari hasil ulangan harian
bagi pembelajaran bahasa indonesia. Salah sebelum diadakan penelitian siswa yang
satunya berbicara mengungkapkan pikiran tuntas hnaya 25 % atau sebanyak 6 orang
perasaan, dan informasi dalam bentuk dari 24 orang peserta didik. Maka hasil
komentar dan laporan di sekolah. Bahasa nilai pembelajaran siswa dapat dilihat pada
memiliki peran sangat penting dalam tabel dibawah ini
perkembangan intelektual sosial dan Tabel 1. hasil ulangan harian
emosional siswa dan merupakan siswa
penunjang keberhasilan dalam Rata –
Hasil belajar Jumlah ket
mempelajari semua bidang studi. rata ( % )
Pembelajaran Bahasa diharapkan
85-100 - -
membantu siswa mengenal diri, budayanya
dan budaya orang lain. Tetapi dinilai dari 75-84 6 25 % T
segi keberhasilan siswa dalam materi
pembelajaran bahasa Indonesia masih 65-74 14 17 % TT
banyak ditemui nilai- nilai siswa yang ≤ 64 4 58 % TT
dibawah KKM. Adapun kendala yang
Selama ini ditemukan adalah banyak Jumlah 24 100%
siswa tidak mempersiapkan diri dalam
belajar. Bahkan pada umumnya siswa Berdasarkan tabel ulanagan harian
tidak memperhatikan guru siswa diatas yang mendapat nilai 75 - 84
menerangkan,hanya siswa yang pandai sebanyak 6 orang dengan persentase ( 25
yang sering mengemukakan pendapat. %), nilai 65-74,sebanyak 14 orang ( 17
Banyak siswa takut untuk mengemukan % ) nilai antara di bawah 64 sebanyak 4
gagasan ide atau takut untuk bertanya. orang ( 58 % ). Dari siswa yang jumlahnya
adapun kendala yang sangat sulit 24 orang. Melihat hasil belajar siswa yang
dihapuskan adalah siswa yang waktu di jauh dari harapan ,maka penulis mencoba
adakan ulangan harian sebagian besar bagaimana cara merubah nilai siswa
siswa hanya mecontek dan melihat tersebut supaya lebih baik lagi dan bisa
catatan.hal itu dikarena kurang meningkat. Untuk mencapai keinginan
kemampuan siswa untuk memahami tersebut maka penulis mencoba
60
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

menerapkan Pembelajaran disini dengan tersebut. Keunikan itu harus diberikan


model Inkuiri. Dalam kesempatan ini tempat dan dicarikan peluang agar mereka
penulis memfokuskan pada materi fakta lebih berkembang. Dari berbagai sumber
dan opini. Dalam melaksanakan tugasnya, dijelaskan bahwa siswa Sekolah menengah
guru banyak menemukan kendala dan belajar secara holistik (menyeluruh).
persoalan yang bisa menghambat Konsep yang abstrak harus dikongkritkan
tercapainya tujuan belajar, hasil belajar dengan media yang tentunya menarik
ditandai dengan meningkatnya prestasi minat siswa mengikuti pelajaran sekaligus
belajar siswa menjadi lebih baik. untuk mendalaminya. Siswa dituntut
Kenyataan dikelas dalam pelaksanaan berani menyampaikan pendapat dan
proses belajar dengan metode ceramah ada mempertahankan pendapat serta gagasan
saja tingkah laku anak yang kadang kala yang dimiliki dengan benar dan logis
tidak sesuai dengan harapan guru, Seperti melalui debat. Dua kelompok siswa
bergurau dengan teman saat diterangkan, dihadapkan pada sebuah kasus yang sama
tidak mengerjakanPR, tidak mau berbicara tetapi berbeda pendapat, kelompok yang
waktu ditanya , tidak membuat catatan, satu berada dalam konsep yang alternatif
tidak mau memperhatikan saat diterangkan sedang kelompok yang lawannya berada
dan lain sebagainya. Gejala tersebut sedikit dalam konsep negatif.pembelajaran model
banyak akan mempengaruhi proses inkuiri menyatakan bahwa cara mengajar
pembelajaran dikelas. Perilaku yang murid murid menggunakan keterampilan
ditunjukkan sebagian anak tersebut ,proses,sikap,dan pengetahuan berpikir
merupakan suatu tindakan yang negatif rasional (Brucce &Brucce
yang akan menghambat pencapaian ,1992).sementara itu (Trowbidge ,1990)
prestasi belajar. Melihat realita diatas menyatakan bahwa inkuiri adalah sebagai
maka guru harus dapat melaksanakan proses mengidentifikasi dan menyelidiki
perbaikan sistem pembelajaran, selam aini masalah –masalah,merumuskan hipotesis
pembelajaran bahasa Indonesia yang merancang eksperimen,menemukan data
dilaksanakan tanpa menggunakan metode dan menggambarkan kesimpulanmasalah
pembelaajran yang bervariasi, alat peraga tersebut. Senada dengan pendapat brucce
kurang menarik perhatian siswa, sehingga & brucce cleaf (1991),menyatakan bahwa
menyebabkan rendahnya hasil belajar inkuiri salah satu strategi yang digunakan
siswa. dalam kelas yang berorientasi proses, dan
Dalam kesempatan ini penulis strategi pengajaran yang berpusat pada
mencoba untuk memfokuskan perhatian siswa ,yang mendorong siswa untuk
pada mata pelajaran bahasa dan satra menyelidiki masalah dan menemukan
Indonesia untuk materi fakta dan opini, informasi.Untukmencapai standar
sebagai sarana pengembangan penalaran kompetensi ruang lingkup pada mata
.Untuk mencapai tujuan tersebut maka pelajaran Bahasa Indonesia pada
salah satu model pembelajaran yang keterampilan,proses,dan ,sikap dan
ditawarkan disini adalah model inkuiri berpikir rasio
.Setiap Siswa mempunyai kelebihan dan makaperludiadakanpenelitian,
kelemahan masing-masing, Oleh karena yangselanjutnyapenelitianinidiberikanjudul
itu proses penyeragaman dan ” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
penyamarataan akan membunuh keunikan Siswa pada materi fakta dan opini melalui

61
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

model Inkuiri di Kelas IXb SMPN 2 Koto setiap siklus diadakan dua pertemuan.
Baru. Berpijak pada latar belakang Setiap kali pertemuan proses pembelajaran
masalah, maka peneliti merumuskan dengan menerapkan model Inkuiri, dan
masalah sebagai berikut: Apakah hasil media berupa media cetak, buku, dan
belajar siswa melalui penerapan model Koran serta LKS. Alat pengumpul data
Inkuiri pada materi fakta dan opini di dalam penelitian ini adalah lembar
Kelas IXb SMP Negeri 02 Koto Baru observasi yang telah diisi oleh observer
dapat meningkat dengan baik. selama proses pembelajaran
Adapun Tujuan penelitian yang ingin berlangsung,dan hasil ulangan harian
dicapai dalam penelitian ini adalah setiap akhir siklus. Yang terlibat pada
Memberikan gambaran tentang hasil penelitian tindakan kelas ini yakni, peneliti
belajar siswa di kelas IX/ b SMPN 2 Koto sendiri sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Baru. Penelitian ini bermanfaat Indonesiapada kelas IX /b dan di bantu
diantaranya: (1 ) Penelitian ini adalah oleh 1 orang observer yaitu guru bahasa
alternatif pemilihan model, metode atau Indonesia juga. Dalam melaksanakan
strategi pembelajaran yang dapt diterapkan perbaikan pembelajaran, penulis
dalam proses pembelajaran, ( 2) menggunakan alur Penelitian sebagai
Memberikan motivasi dan semangat berikut: Perencanaan Tindakan,
kepada siswa dalam mengembangkan Pelaksanaan Tindakan, pengamatan,
proses pembelajaran untuk mendapatkan evaluasi dan refleksi. Kegiatan perbaikan
informasi dan hasil belajar, ( 3 ) Hasil dilakukan dalam 2 Siklus. Pelaksanaan
penelitian ini dapat menjadi salah satu diawali dengan observasi terhadap siswa
alternatif model pembelajaran yang dengan tujuanmemperoleh informasi dan
diterapkan disekolah. gambaran terhadap permasalahan yang
METODEPENELITIAN dihadapi. Kemudian dilakukan pengkajian
Penelitian dilakukan di kelas IX/ b reflektif antar guru, maka ditetapkan upaya
SMPN 2 Koto Baru pada tahun untuk meningkatkan keterampilan proses
pembelajaran 2017 /2018.Tepat nya pada ,sikap dan perpikir rasioanl siswa melalui
bulan Agustus sampai November tahun modle Inkuiri
2017 pada materi fakta dan opini untuk 1) Siklus 1
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai Penelitian ini di lakukan oleh peneliti
subjek penelitian adalah siswa kelas IX/ b sendiri dan di bantu oleh 1 orang sebagai
SMPN 2 Koto Baru . karena kelas ini observer. Penelitian pada siklus 1
merupakan kelas peneliti yang terdiri 24 direncanakan dilaksanakan selama 2 kali
siswa yang terdiri 11 laki-laki dan13 pertemuan ,untuk 1 kali pertemuan dengan
perempuan, dimana hasil ulangan harianya waktu pertemuan ( 5 x 40 menit ), pada
rendah.Penelitian yang di lakukan materi pembelajaran membedakan antara
merupakan penelitian tindakan kelas. fakta dan opini pada mata pelajaran
Materi ajar di sesuaikan dengan kurikulum Bahasa Indonesia.Adapun waktu
yang di anut di sekolah, yaitu kurikulum pelaksanaan penelitian pada siklus 1
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Materi :Pertemuan pertama: rabu6 september
pembelajarannya perbedaan antara fakta 2017, dan Pertemuan kedua : rabu
dan opini. Penelitian tindakan kelas 13September 2017, untuk Ulangan akhir
dilaksanakan dalam dua siklus dengan siklus I pada hari rabu 20 September

62
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

2017. Sedangkan pelaksanaan kegiatan 1. Kegiatan Inti : (1) Guru


penelitian mengikuti sistematika sebagai memberikan materi atau kejadian
berikut; perencanaan tindakan, kasus kemudian siswa di minta
pelaksanaan tindakan, observervasi, mengungkapkan pendapat mereka
evaluasi dan rekfleksi mengenai peristiwa yang mereka
a. Tahap Perencanaan Tindakan baca, ( 2 ) Guru menjelaskan
1) Mengkaji standar kompetensi,dasar materi pembelajaran menggunakan
kompetensi,indicator materi yang pembelajaran model Inkuiri, ( 3 )
terdapat dalam kurikulum ktsp Siswa di bagi lima kelompok .
serta buku paket untuk kelas IX Guru menyampaikan isu faktual
(sembilan) siswa berdiskusi perkelompok,
2) Menyiapkan silabus,rencana kemudian debat di mulai, tiap
pembelajaran untuk materi kelompok siap dengan
membedakan antara fakta dan opini argumennya, ( 4 ) Guru
3) Menyiapkan lembar kegiatan siswa memberikan kesempatan pada
tentang materi membedakan antara siswa untuk bertanya, sekaligus
fakta dan opini guru mengajukan beberapa
4) Menyiapkan Charta media cetak pertanyaan pada siswa, ( 5 ) Guru
(Koran) dan siswa menyimpulkan hasil
5) Guru membagi kelompok 5 pembelajaran
kelompok 2. Kegiatan Akhir: ( 1 ) Guru
6) Guru menjelaskan cara kerja memberikan tes praktek yang
kelompok dan mengisi lks dilaksanakan secara kelompok, ( 2)
7) Siswa diberi tugas yang akan Guru memberikan pujian untuk
dikerjakan pada masing masing siswa yang mendapatkan nilai
kelompok bagus,serta berpesan untuk siswa
8) Hasil diskusi akan dilanjutkan yang belum berhasil agar
dengan diskusi lain mempelajari ulang pelajaran yang
9) Hasil diskusi kelompok dilanjutkan sudah diberikan.
dengan diskuisi ksemua siswa 3. Observasi
10) Siswa diberi tugas soal - soal Hal-hal yang diamati oleh teman
untuk mencapai tujuan sejawat adalah sebagai berikut:
pembelajaran 1. Kegiatan awal yang meliputi : (1 )
11) Siswa diberi tes ( evaluasi ) belajar Absensi, ( 2 ) Mengkaitkan materi
untuk keterampilan pelajaran sekarang dengan yang
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan lalu ((apersepsi ), ( 3 ) Memakai
Pelaksanaan mengacu pada RPP yang alat charta dan media cetak Koran,
terlampir. ( 4 ) Kegiatan akhir yang meliputi
1) Kegiatan Awal antara lain Evaluasi dan Pemberian
Melaksanakan tes awal dalam bentuk tugas
tanya jawab sebagai stimulus.Tes ini lebih 4. Rrefleksi dilakukan oleh Guru dan
dimaksudkan sebagai upaya pengenalan teman sejawat menganalisis hasil
kemampuan siswa dalam memecahkan tindakan penelitian kelas.
masalah Mendiagnosa kesesuaian,

63
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

kelemahan dan kekurangan proses 3. Siswa mendiskusikan hasil kerja


pembelajaran dengan kelompok melalui metode inkuiri
memperhatikan metode 4. Guru membimbing diskusi
pembelajaran, media koranatau kelompok
buku ,model pembelajaran, 5. Siswa dan guru menyimpulkan
pengelolaan kelas dan waktu serta hasil pembelajaran
motivasi siswa.Dengan 3. Kegiatan Akhir
pembelajaran metodeInkuiri ,siswa 1. Guru memberikan tes praktek yang
akan lebih aktif dan mudah dilaksanakan secara kelompok.
memecahkan masalah. 2. Guru memberikan penilaian, bagi
2) Siklus II anak yang pertama mendapat nilai
Penelitian siklus II sama dengan 80 keatas diberikan hadiah masing-
siklus I. Penelitian pada siklus 11 masing sebuah buku tulis.
dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa 3. Guru memberikan pujian untuk
Indonesia dengan KD yang sama Adapun siswa yang mendapat nilai bagus,
waktu pelaksanaan penelitian pada siklus serta berpesan untuk siswa yang
II : Pertemuan pertama :Rabu belum berhasil agar mempelajari
27September 2017, dan Pertemuan ulang pelajaran yang sudah
keduaRabu 4 Oktober 2017 dan untuk diberikan.
ulangan akhir siklus II pada hari Rabu 11 4. Pengamatan
Oktober 2017. Pengamatan dilakukan oleh teman
a. Tahap Perencanaan Tindakan sejawat dari mulai kegiatan awal,
Tidak berbeda dengan siklus I, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
pada siklus II ini guru 1. Kegiatan Awal yang meliputi :
mempersiapkan RPP dan sarana a. Absensi
prasarana b. Keterampilan membuka dan
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan menutup
1. Kegiatan Awal, Guru memberikan 2. Kegiatan Inti difokus pada siswa :
motivasi dan menjelaskan a. Buku sumber siswa/charta/media
pentingnya materiyang akan di cetak (Koran )
pelajari b. Suara Siswa
2. Kegiatan Inti, ( 1) Guru c. Diskusi kelompok
menjelaskan materi pembelajaran d. Penguatan
menggunakan pembelajaran model e. Keterampilan siswa
Inkuiri, ( 2 ) Guru memberikan 3. Kegiatan Akhir
kesempatan pada siswa untuk a. Menyelesaikan tugas tugas
berperan dalam pembelajaran b. Penilaian
model Inkuiri Refleksi
1. Guru memberikan kesempatan Refleksi dilakukan berdasarkan hasil
pada siswa untuk bertanya, diskusi dengan teman sejawat. Dari hasil
sekaligus guru mengajukan pengamatan dapat di lihat kelebihan
beberapa pertanyaan pada siswa metode inkuiri
2. Siswa melaksanakan tugas secara C.Instrumen Penelitian
berkelompok

64
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Instrumen yang digunakan dalam siswa yang adadi kelas tersebut


penelitian ini terdiri dari : sehingga diperoleh rata-rata tes
1. Silabus ,yaitu seperangkat formatif dapat dirumuskan :
rencana dan pengaturan tentang ̅ ∑
kegiatan pembelajaran ∑
pengelolaan kelas,serta penilaian Dengan : ̅ = Nilai R ata-
hasil belajar. rata
2. Rencana proses pembelajaran ( ∑ = Jumlah semua nilai
RPP ), yaitu merupakan ∑ = Jumlah siswa
perangkat pembelajaran yang 2. Untuk ketuntasan Belajar
digunakan sebagai pedoman Ada dua kategori ketuntasan belajar
guru dalam mengajar dan yaitu secara perorangan dan secara
disusun untuk tiap pertemuan. klasikal. Berdasarkan petunjuk
Masing –masing RPP berisi pelaksanaan belajar mengajar
kompetensi dasar, indikator kurikulum 1994 ( Depdikbud, 1994
pencapaian hasil belajar, tujuan ),yaitu seorang siswa telah tuntas
pembelajaran dan kegiatan belajar bila telah mencapai skor 75
belajar mengajar. % atau nilai 75, dan kelas disebut
3. Lembar Kegiatan Siswa, tuntas belajar bila di kelas tersebut
digunakan siswa untuk terdapat 75 % yang telah mencapai
membantu proses pengumpulan daya serap lebih . Untuk menghitung
data hasil eksperimen. persentase ketuntasan belajar
4. Tes Formatif, disusun digunakan rumus sebagai berikut:
berdasarkan tujuan X
pembelajaran yang akan dicapai ∑
= ∑
yang digunakan untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep B. Indikator Keberhasilan
pada materi Bahasa Indikator keberhasilan pada
Indonesia.Tes formatif diberikan penelitian tindakan kelas ini adalah
setiap akhir siklus. Bentuk soal hasil pembelajaran
yang diberikan berbentuk uraian metodeInkuiridikatakan efektif untuk
sebanyak 10 soal. meningkatkan hasilbelajar Bahasa
A. Teknik Analisis Data Indonesia jika :
Untuk menganalis tingkat keberhasilan a) Hasil belajar siswa Rata-rata kelas
atau persentase keberhasilan siswa setelah sekurang-kurangnya 75
proses belajar mengajar setiap siklus b) Persentase tuntas klasikal
dilakukan dengan cara memberikan sekurang-kerungnya (minimal 75
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap % siswa yang memperoleh skor
akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan 75)
menggunakan statistic sederhana yaitu: HASILPENELITIANDANPEMBAHAS
1. Untuk tes formatif AN
Peneliti melakukan penjumlahan A. Studi Pendahuluan
nilai yang diperoleh siswa, yang Untuk mengetahui penguasaan materi
selanjutnya dibagi dengan jumlah pada siswa, setelah dilaksanakan proses

65
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

pembelajaran, kemudian diadakan 3. Siswa yang mendapat nilai 54-64ada


evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi 15 anak atau62.5 %
penulis memperoleh data sesuai tabel Grafik 1 : Grafik Hasil evaluasi sebelum
dibawah ini perbaikan pembelajaran
Dalampengolahdatayangterdapat Bahasa Indonesia
padalampirandapatdi
deskripsikansebagaiberikut: 15
a. Jumlah Siswa yang mendapatkan 10
nilai dibawah 70 ada 18 orang 5 siswa
b. JumlahSiswayangmendapatkannila 0
siswa siswa3
i75 keatas ada6orang, jadi
ketuntasan yang dicapai baru 25 %.
Berdasarkandatadiatasapabiladibua
tdalambentukhistogramsebagaiman Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat
aditampilkanpadaTabel 2. 1. jumlah siswa yang mendapat nilai di
Tabel 2. Rekapitulasi Frekuensi hasil atas 75-84 ada 6 anak, atau 25 %
belajar Bahasa Indonesia jumlah nilai di bawah 75 terdapat 18
Sebelum Perbaikan anak atau 75 % ,oleh karena itu perlu
pembelajaran perbaikan pembelajaran.jadi siswa yang
SEBELUM mencapai KKM hanya 25 %
PERBAIKAN
Nilai siswa KET
Jumlah
Prosentase
siswa
B. Siklus 1
95-100 - - -
a) Perencanaan
85-94 - - -
1. Peneliti melakukan analisis
75-84 6 25 % T temuan data sebelum
65-74 3 14,1% TT tindakansebanyak 18 siswa dari 24
55-64 15 62,5 TT siswa yang kemampuan ketuntasan
JUMLAH 24 100 % hasil belajar dibawah KKM .
2. Peneliti berdiskusi dengan guru
Nilai siswa dapat diliha pada kelas IX bahwa yang
lampiran menyebabkan hasil ulangan harian
rendah ditemukan pada RPP
sebelum menggunakan Model
Dari data dan tabel diatas dapat pembelajaran , media dalam
dilihat hasil evaluasi belajar Bahasa pembelajaran, dan metode masih
Indonesia sebelum di adakan penelitian cendrong ceramah.
sebagai berikut: 3. Menentukan model pembelajaran
1. Siswa yang mendapat nilai 75 - 84 dan dipilih pembelajaran
ada 6 anak atau 25 % metodeinkuiri
2. Siswa yang mendapat nilai 65 – 74 4. Peneliti membentuk ikuiri atau
ada 3 anak atau 12,5 % kelmpok kecil

66
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

5. Peneliti menyusun RPP perbaikan Materi fakta dan opini melalui


pada siklus 1 dengan menentukan pembelajaran metode Inkuiridi
metode inkuiri, metode diskusi kelas IXbSMPN 2 Koto
informasi dan media chartaberita Barumeningkat.
atau koran 2. Denganpembelajaran
6. Bersama observer membuat metodevinkuiriuntuk materi fakta
perencanaan format pengamatan dan opini ternyata siswa di kelas
7. Menyiapkan soal-soal test tertulis IXb SMPN 2 Koto Baru dengan
untuk test kegiatan pada kegiatan mudah menerima pesan-pesan
siklus 1 pembelajaran.
b) Pelaksanaan D. Hasil:
a. Pendahuluan Tabel 3.Rekapitulasinilai siswa Siklus
1. Menyiapkan kondisi kelas dan 1 pada materi fakta dan opini dapat
pembelajaran yang kondusif diketahui
2. Peneliti mengabsen siswa SETELAH
3. Peneliti memberikan pertanyaan PERBAIKAN SIKLUS
Nilai
motivasi dan prasarat I ket
siswa
4. Menyampaikan tujuan Jumlah Prosentase
b. Kegiatan inti siswa
1. Peneliti memberikan penjelasan 95 - 100 1 4,1 % T
singkat tentang kegiatan hari itu 85 - 94 4 16,7 % T
2. eneliti membentuk siswa di bagi 5 75 - 84 10 41.8 % T
kelompok 65 - 74 2 8,3 % TT
4. masing –masing kelompok di 55 - 64 7 4,1 % TT
berikan studi kasus JUMLAH 24 100 %
5. Kelompok duduk dalam formasi
berhadapan
6. Peneliti melakukan bimbingan agar Nilai siswa dapat dilihat pada
siswa dapat menemukan konsep lampiran
7. Peneliti bertindak sebagai Dari data dan tabel diatas dapat
penengah dan mengambil dilihat hasil evaluasi belajar Bahasa
kesimpulan Indonesia sebagai berikut:
c. Penutup 1. Siswa yang mendapat nilai 55-64ada
1. Peneliti memberikan test tertulis di 7 anak atau 29,1 %
akhir PBM 2. Siswa yang mendapat nilai 65-74
2. Hasil jawaban dinilai, sebagai ada 2 anak atau 8,3 %
dasar untuk dijadikan hasil belajar 3. Siswa yang mendapat nilai 75-84
pada siklus I ada 10 anak atau 41,7 %
3. Bersama observer mendiskusikan 4. Siswa yang mendapat nilai 85-94
kemajuan hasil yang dicapai pada ada 4 anak atau 16,7 %
kegiatan perbaikan siklus 1 5. Siswa yang mendapat nilai 95-100
C. Observasi ada 1 anak atau 4,1 %
1. Hasil observasi dan penilaian hasil
belajar siswapada siklus I pada

67
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Grafik 2 : Grafik Hasil evaluasi setelah 2. Peneliti membagi kelompok


perbaikan ( siklus 1 ) diskusi
pembelajaran Bahasa 3. Peneliti membuat RPP perbaikan
Indonesia pada siklus II
4. Menyusun analisis masalah yang
siswa harus dipecahkan dalam
10 memperbaiki cara pembelajaran
10 7
yang berbasisinkuiri
4
5 2 1 5. Peneliti menyiapkan media
siswa
0 charta,media cetak (Koran) dalam
pembelajaran
6. Peneliti menyusun soal-soal test
evaluasi yang akan di gunakan
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat :
pada kegiatan siklus II.
1. jumlah siswa yang mendapat nilai
b) Pelaksanaan
kurang dari 75 terdapat 9 anak,
1. Guru memberikan motivasi dan
atau 37.5 %,
menjelaskan pentingnya materi
2. siswa yang mendapat nilai lebih 75
yang akan di pelajari
terdapat 15 anak atau 62,5 % yang
2. Guru menjelaskan materi
melebihi KKM.
pembelajaran menggunakan
E. Refleksi
pembelajaran dengan metode
1. Siswa –siswa kelas IX/bSMPN 2
Inkuiri
Koto Baru hasil belajarnya dapat
3. Guru memberikan kesempatan
diperbaiki pada materi fakat dan
pada siswa untuk berperan dalam
opin dengan metode inkuiri Hal ini
kelompok dalam melaksanakan
dapat di buktikan pada siklus 1
metode inkuiri.
yang mencapai ketuntasan
4. Guru memberikan kesempatan
sebanyak 15 orang dari 24 orang
pada siswa untuk bertanya,
siswa.
sekaligus guru mengajukan
2. Belum semua siswa kelas IX/b
beberapa pertanyaan pada siswa
SMPN 2 Koto Baru mencapai
5. Siswa melaksanakan tugas secara
ketuntasan seperti yang diharapkan
berkelompok
pada siklus 1 dari 24 orang siswa
1. Siswa mendiskusikan hasil kerja
ada 9 orang belum tuntas
kelompok melalui metode inkuiri
3. Keberhasilan yang dicapai pada
2. Guru membimbing diskusi
kegiatan siklus I merupakan tanda-
3. Siswa dan guru menyimpulkan
tanda keberhasilan Peneliti
hasil pembelajaran
melanjutkan kegiatan tindakan
c) Observasi
perbaikan pada siklus II.
1. Hasil observasi dan penilaian pada
F. Siklus II
siklus II terjadi peningkatan hasil
a) Perencanaan
belajar pada materi fakta dan opini
1. Peneliti membuat perencanaan
dengan standar kompetensi
perbaikan pada kegiatan siklus II
melaluimetode inkuiri di kelas IX
b SMPN 2 Koto Baru terdapat

68
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

kemajuan rata-rata 82,29dengan Jumlah Siswa yang mendapatkan


persentase pencapaian KKM 75 nilai kurang 75 ada 6 siswa atau 25
2. Dengan metodeInkuiri ternyata %
siswa di kelas IXbSMPN 2 Koto Jumlah Siswa yang mendapatkan
Baru dengan mudah memahami nilai diatas 75 ada 18 siswa atau 75
konsep pembelajaran. %
3. Dengan metodeInkuiri ternyata Grafik 3 : Grafik Hasil evaluasi siklus II
siswa di kelas IXb SMPN 2 Koto pada materi Bahasa Indonesia
Baru lebih semangat waktu proses
pembelajaran. siswa
d) Hasil
15 11
Tabel 4.Rekapitulasinilai siswa Siklus
10 5 4 3
I1 pada mata pelajaran Bahasa dapat 5 1
siswa
diketahui : 0
SETELAH
PERBAIKAN
Nilai
(SIKLUS II) ket Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat
siswa
Jumlah 1. siswa yang mendapat nilai kurang
Prosentase
siswa dari 75 terdapat 6 anak atau 25 %,
95 - 100 3 12,5 % T 2. siswa yang mendapat nilai diatas
85 – 94 11 45,8% T 75 terdapat 18 anak atau 75 %
75 – 84 4 16,7 % T berarti melewati KKM atau tuntas.
65 – 74 5 20,8 % TT e) Refleksi
55 - 64 1 4,1 % TT 1. Siswa –siswa kelas IX bSMPN 2
JUMLAH 24 100 % Koto Baru dapat diperbaiki hasil
belajar Bahasa Indonesia pada
Nilai siswa dapat dilihat materifakta dan opini melalui
pada lampiran pembelajaran metode inkuiri . Hal
Dari data dan tabel diatas dapat ini dapat di buktikan pada siklus
dilihat hasil evaluasi belajar Bahasa II dapat dicapai ketuntasan 75 %.
Indonesia sebagai berikut: Jika dibandingkan dengan data
1. Siswa yang mendapat nilai 95 -100 Siklus I yaitu 62,5 % maka
ada 3 anak atau 12,5 % % perbaikan kegiatan siklus II
2. Siswa yang mendapat nilai 85-94 terjadi kenaikan ketuntasan
ada 11anak atau 45,8 % sebanyak 12,5 %.
3. Siswa yang mendapat nilai 75-84 2. Untuk kegiatan siklus II
ada 4 anak atau 16,7 % ketuntasan hasil belajar mencapai
4. Siswa yang mendapat nilai 65-74 75 % dengan nilai rata-rata 82,29
ada 5 anak atau 20,8,% % (Dapat dilihat pada lampiran
5. Siswa yang mendapat nilai 55 -64 nilai hasil belajar siswa berarti
ada 1 anak atau 4,1 % sudah melampaui KKM maka
penelitian ini sudah bisa
dihentikan).

69
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

G. Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh terlihat Dari tabel diatas secara sederhana dapat
bahwa sebagian siswa belum tuntas dalam dibuat grafik sbb:
belajarpada siklus I dikarenakan belum
12
biasa berkomunikasi, menggunakan
10
keterampilan, menemukan informasi , 8
sblm
mengemukakan pendapat atau bertanya, 6
4 siklus I
karena selama ini pembelajaran selalu
2
penyajian dari guru sehingga kurang dapat siklus II
0
membangkitkan siswa dalam belajar
dengan optimal sehingga siswa belum
dapat menyerap materi yang diberikan
Perbandingan hasil nilai siswa
oleh guru dengan baik dan benar.
Setelah refleksi guru mengubah
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa
pola mengajar dengan menggunakan
dapat dibuat suatu perbandingan antara
model dan metode pembelajaran. Hal ini
sebelum Siklus, Siklus I dan Siklus I.
dilakukan untuk penguatan siswa dalam
Tabel 5: Perbandingan hasil belajar
memahami materi, ternyata hasilnya lebih
siswa sebelum Siklus,
baik dari pada siklus I (pada siklus II).
Siklus I, dan siklus II di
Suasana belajar terlihat hidup dan siswa
kelas IXb SMPN 02 Koto
sangat bergairah kalau ditinjau dari tes
Baru
formatif ternyata ada peningkatan nilai
.
rata-rata kelas dari 62,25 menjadi 82,29.
Sebelum
Siklus I Siklus II Dengan melihat hasil diatas maka dapat
siklus
dijelaskan: Dari perhitungan rata-rata nilai
Nilai JM JM
JMl yang diperoleh anak pembelajaran setelah
siswa L L
sis % % % siklus pertama dan setelah siklus kedua
sis sis
wa menunjukkan bahwa selalu ada
wa wa
peningkatan yang cukup baik hal ini
95 – 4 16, 1 4,1 3 12,
menunjukkan bahwa siswa semakin
100 7 5
menguasai materi pelajaran nya jika dalam
85 – 14 58, 4 16, 11 45, penyampaiannya dilakukan dengan
94 3 7 8 menggunakan metode pembelajaran yang
75 – 6 25 10 41, 4 16. bersifat interaktif dalam proses belajar
84 7 7 sehingga ia akan mendapatkan hasil
65 – - 2 8,3 5 20, belajar yang baik.
74 8 Berdasarkan hasil penelitian
55 - 64 - 7 29, 1 4,1 Tindakan Kelas menunjukkan bahwa
2 pembelajaran metode inkuiri memiliki
Siswa 6 25 15 62, 18 75 hubungan dengan prestasi belajar. Dari
tuntas % 5 % hasil pengamatan dalam perbaikan
Siswa 18 75 9 37, 6 25 pembelajaran yang dilaksanakan sudah
t.tunt % 5 % mengalami peningkatan dan kemajuan,
as terbukti dengan jumlah siswa yang

70
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

menguasai materi 75 %. Perbaikan yang kesimpulan sebagai berikut: hasil


terjadi adalah sebagai berikut : belajar siswa melalui metode inkuiri
1. Model pembelajaran yang bervariasi pada materi fakta dan opini di kelas
2. Siswa selalu dilibatkan secara aktif IX B SMPN 2 Koto Baru dapat
3. Siswa lebih berani dalam bertanya meningkat.
dan menyampaikan pendapat B. Saran
walaupun dengan bahasa mereka ( Bertitik tolak dari kesimpulan
campuran ). hasil penelitian diatas, ada beberapa hal
Disamping kelebihan, model yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam
inkuiri beberapa anak masih kurang berani meningkatkan pembelajaran siswa
dalam menggunakan keterampilan mereka. diantaranya sebagai berikut :
Setelah diadakan perbaikan siklus 1, 1. Guru menjelaskan materi dengan
jumlah siswa yang mendapatkan nilai 75 bahasa yang mudah dipahami oleh
keatas, meningkat dari 62,5% menjadi 75 siswa
%. kekurangan dalam pembelajaran 2. Guru menggunakan pembelajaran
metodeinkuiri adalah alokasi Waktu metodeinkuiri, pada materi
pembelajaranyang masih sediki. membedakan fakta dan opini di kelas
PENUTUP lain
A. Kesimpulan 3. Guru menggunakan model
Berdasarkanhasildanpembahasand pembelajaran menggunakan
iatasdapatdisimpulkan sebagai berikut: keterampilan proses
1. Nilairata-rata hasil belajar siswa 4. Guru lebih memberikan kesempatan
pada materi fakta dan opini diKelas bagi siswa untuk aktif dalam
IX b SMPN2 Koto Baru sebelum belajar.untuk menyelidiki masalah
siklus sebesar 25%, pada siklus I dan menemukan sendiri informasi
sebesar 62,5% dan pada siklus II DAFTAR PUSTAKA
sebesar75 % sehingga terdapat BSNP.2006. Standar Isi Kurikulum
kenaikan nilai rata–rata dari sebelum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP
siklus ke siklus I selanjutnya ke ). Jakarta: BSNP
siklus II. Depdiknas. 2009. Standar Kompetensi dan
2. Prosentase ketuntasan belajar siswa Kompetensi Dasar Mata
pada prasiklus menunjukkan angka Pelajaran Bahasa Indonesia,
sebesar 25%( 6 siswa tuntas dalam Jakarta: Depdiknas
belajarnya dari seluruh peserta 24 Dahar. 1991. Teori- teori Belajar. Jakarta:
siswa), pada siklus I sebesar 76,25 % Erlangga
(15 siswa tuntas dalam belajarnya Hamalik 1991, Strategi inkuiri. Jakarta :
dari seluruh peserta 24 siswa) dan direktorat Tenaga Kependidikan
pada siklusII sebesar 82,29 % ( 18 Kurnia Hadinata. 2008. Jurus Jitu Guru
siswa tuntas dalam belajarnya dari Jawara. padang : Kabarita
seluruh peserta 24 siswa). Dengan Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum
demikian terdapat peningkatan Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
ketuntasan belajar siswa dari siklus I Pustaka
kesiklus II. Berdasarkan keterangan Parera. 1997. Pedoman Kegiatan Belajar
diatas maka dapat dibuat suatu Mengajar Bahasa Indonesia,

71
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Landas Pikir dan Landas Teori. Trianto. 2009. Mendesain Model


Jakarta: PT Grasindo. Pembelajaran Inovatif- Progresif.
Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Jakarta: PT Fajar Interpratama
Bahasa. Jakarta: Gramedia Mandiri
Suyatno. 2010. Teknik Pembelajaran
Bahasa Dan Sastra. Surabaya:
SIC

72
Dalwati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 04 PULAU


PUNJUNG DALAM PEMBELAJARAN PEMBAGIAN DENGAN
MENGGUNAKAN KELIPATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN REALISTIK MATHEMATICS EDUCATION (RME)

Sri Sundari

SD NEGERI 04 PULAU PUNJUNG

ABSTRAK

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) memberikan kemampuan dasar


tentang matematika dasar, yaitu perkalian, pembagian, penambahan dan pengurangan
(KABATAKU; kali, bagi, tambah, kurang). Matematika merupakan ilmu pengetahuan
yang penting sebagai pengantar ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dan banyak digunakan
dalamkehidupan sehari-hari. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal diri siswa.
Faktor internal yang berasal dari diri siswa meliputi kemampuan intelegensi, latar
belakang, minat dan bakat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan faktor
ekternal siswa yaitu faktor lingkungan, dan faktor instrumen berupa kurikulum, metode
pembelajaran, sarana dan prasarana , sumber belajar dan lainnya. Dari beberapa faktor
tersebut, metode pembelajaran yang digunakan guru merupakan faktor yang cukup
penting dan dominan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kelas
(PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri dari
empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tes hasil belajar. Teknik analisis data
dilakukan secara deskritif kuantitatif.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji t, diperoleh thitung = 12,27,


dan ttabel dengan alpha α 0,05 = 1,68. Karena thitung besar dari t table maka hipotesis
nol yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa menggunakan Model Pembelajaran
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus Pertama sama dengan Siklus Kedua
ditolak. Dengan ditolaknya hipotesis nol (Ho), maka hipotesis penelitian (H1) yang
menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus Kedua lebih tinggi dari pada Siklus
Pertama diterima.

Keywords: Pembelajaran Matematika, PTK, RME

PENDAHULUAN kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif.


Pembelajaran matematika di Sekolah
Dasar (SD) memberikan kemampuan
Tujuan pembelajaran matematika dasar tentang matematika dasar, yaitu
di jenjang Pendidikan Dasar adalah untuk perkalian, pembagian, penambahan dan
mempersiapkan siswa agar sanggup pengurangan (KABATAKU; kali, bagi,
menghadapi perubahan keadaan di dalam tambah, kurang).
kehidupan, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional,
73
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

dengan menggunakan metode


Sebagian besar siswa memandang pembelajaran yang mendorong siswa
mata pelajaran matematika, sebagai suatu untuk bekerja, baik sendiri maupun
mata pelajaran yang sangat kelompok untuk memecahkan masalah
membosankan, menyeramkan, dan matematika yang dihadapi. Guru
bahkan menakutkan. Apabila dilihat dari hendaknya berperan sebagai fasilisator
hasil belajar siswa terhadap pencapaian agar siswa dapat belajar aktif untuk
Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal meningkatkan kemampuan intelektual,
(KKM) menunjukkan bahwa, nilai rata- kreativitas, emosi, sosial dan
rata ujian harian masih di bawah KKM. akademiknya.
Rendahnya hasil belajar matematika
menunjukkan pelajaran matematika itu Menurut Kemendikbud 2003
sulit dipahami oleh siswa. Penyebabnya tujuan pembelajaran Matematika adalah:
antara lain dimungkinkan karena proses
pembelajaran matematika masih Melatih cara berpikir dan
berorentasi pada guru yang mana guru bernalar dalam menarik kesimpulan,
sebagai sumber ilmu dan siswa sebagai misalnya melalui kegiatan
pendengar atau penerima. Rendahnya penyelidikan, ekplorasi, eksperimen,
hasil belajar juga dapat dipengaruhi menunjukkan kesamaan, perbedaan,
karena kurangnya variasi metode konsistensi dan inkonsistensi,
mengajar guru dan keterbatasan sarana
berupa buku pelajaran dan alat /media mengembangkan aktifitas kreaktif
yang digunakan dalam pembelajaran yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
matematika. penemuan dengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
Banyak faktor yang dapat tahu, membuat prediksi dan dugaan
mempengaruhi hasil belajar siswa baik serta mencoba-coba,
yang bersifat internal maupun yang
bersifat eksternal diri siswa. Faktor mengembangkan kemampuan
internal yang berasal dari diri siswa pemecahan masalah,
meliputi kemampuan intelegensi, latar
belakang, minat dan bakat, motivasi, mengembangkan kemampuan
emosi, dan kemampuan kognitif. menyampaikan informasi atau
Sedangkan faktor ekternal siswa yaitu mengkomunikasikan gagasan antara
faktor lingkungan, dan faktor instrumen lain melalui pembicaraan lisan, catatan
berupa kurikulum, metode pembelajaran, grafik, peta dan diagram dalam
sarana dan prasarana , sumber belajar menjelaskan gagasan, (Kemendikbud,
dan lainnya. Dari beberapa faktor 2003).
tersebut, metode pembelajaran yang
digunakan guru merupakan faktor yang Untuk mengatasi permasalahan di
cukup penting dan dominan. atas, perlu dicari suatu pendekatan yang
dapat mendukung proses pembelajaran
Salah satu usaha untuk matematika yang menyenangkan,
memperbaiki dalam pembelajaran adalah sehingga dapat meningkatkan motivasi

74
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

belajar peserta didik, sekaligus penekanan pada penyempurnaan atau


mempermudah pemahaman peserta didik peningkatan proses dan praktis
dalam mempelajari matematika. pembelajaran. (Depdikbud, 2002:3).
Penetilian ini dilaksanakan di
Ditinjau dari perubahan SDN 04 Pulau Punjung, Kabupaten
kurikulum yang saat ini sedang Dharmasraya, karena lokasi tersebut
diberlakukan, yaitu baik Kurikulum tempat bertugas peneliti dan siswa
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan mengalami kesulitan dalam
Kurikulum 2013, pembelajaran menyelesaikan soal-soal pembagian,
matematika realistik (PMR) atau Realistic sehingga hasil belajar siswa tergolong
Mathematics Education (RME) adalah rendah.
salah satu pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan perubahan tersebut. Subyek penelitian adaklah siswa
kelas V SDN 04 Pulau Punjung,
Peserta didik sampai kelas V SD Kabupaten Dharmasraya, semester I
masih mengalami kesulitan dalam Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan
menyelesaikan soal-soal pembagian, jumlah siswa sebanyak 30 orang, terdiri
karena mereka tidak memiliki dari laki-laki sebanyak 8 orang dan
kemampuan yang cukup untuk menghafal perempuan sebanyak 22 orang. Penelitian
perkalian. Kesempatan untuk menghafal ini dilaksanakan pada tanggal 23 Januari
perkalian tidak didapat oleh siswa, karena 2017 sampai dengan 25 Februari 2017.
beberapa faktor diantaranya adalah Menurut Kerlinger yang dikutip
padatnya materi pembelajaran, Yuli Sulistiyowati P.R (2005:55) desain
banyaknya tugas di kelas dan tugas di penelitian adalah rencana dan struktur
rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh penyelidikan yang disusun sedemikian
siswa. Untuk mengatasi permasalahan rupa sehingga peneliti akan dapat
tersebut, dan mempermudah memperoleh jawaban untuk pertanyaan–
pembelajaran pembagian dalam pertanyaan penelitian.
menyelesaikan soal-soal pembagian oleh
siswa yaitu; dengan cara meningkatkan Desain penelitian yang digunakan
kemampuan kelipatan dengan Model dalam penelitian ini adalah desain putaran
Pembelajaran Realistic Mathematics spiral yang dikembangkan oleh Kemmis
Education (RME). & Mc Taggart (Kasihani Kasbolah, 1998
: 113). Dalam perencanaan Kemmis &
Mc Taggart menggunakan sistem spiral
METODE PENELITIAN yang dimulai dengan perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Jenis Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian tindakan kelas Penelitian ini berjalan melalui
(classroom action research). Berdasarkan beberapa siklus. Siklus kedua
seting dan lokasi, penelitian tindakan dilaksanakan apabila siklus pertama
kelas adalah penelitian yang biasanya belum tercapai sehingga mengulangi
dilaksanakan oleh guru di kelas atau kegiatan pertama, dan bila belum berhasil
sekolah tempat ia mengajar, dengan dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

75
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Pada penelitian ini, rencana pelaksanaan


tindakan telah peneliti tetapkan sesuai HASIL PENELITIAN DAN
dengan desain penelitian tersebut. Dalam PEMBAHASAN
Penelitian ini, tiap 1 siklus akan
dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:
Perencanaan, meliputi penetapan materi Siswa kelas V yang terlibat dalam
pembelajaran matematika kelas V dan roses penelitian berjumlah 30 orang,
penetapan alokasi waktu pelaksanaannya. terdiri 8 orang siswa laki-laki dan 22
Tindakan, meliputi proses kegiatan orang siswa perempuan. Sedangkan guru
belajar mengajar melalui pendekatan yang dilibatkan sebagai pengamat adalah
matematika realistik pada pelajaran guru kelas V. suasana pembelajaran kelas
matematika kelas V semester I. V selama proses penelitian berlangsung
tetap dalam keadaan normal, sehingga
Observasi, dilaksanakan pada saat proses siswa tidak menyadari sepenuhnya bahwa
belajar mengajar berlangsung untuk mereka berada dalam proses penelitian.
mengetahui seberapa jauh pendekatan
matematika realistik dapat meningkatkan Siswa secara menyeluruh terlibat
pemahaman siswa terhadap materi yang dalam proses pembelajaran. Sebelum
diberikan. tidakan kelas dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan pre-tes untuk mengukur tingkat
Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil penguasaan siswa terhadap materi yang
pembelajaran dan sekaligus menyusun akan dijadikan penelitian tindakan kelas.
rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Setiap akhir pertemuan setiap siklusnya
dilakukan post-tes secara tertulis, sebagai
Data yang telah diperoleh setelah dasar analissi keberhasilan belajar siswa.
melakukan Tindakan Kelas dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut: Hasil pre-tes yang dilaksanakan
1. Data Kualitatif hasil dari melakukan sebelum melakukan tindakan kelas
observasi aktivitas siswa dianalisis merupakan kondisi awal untuk
untuk mengetahui seberapa besar mengetahui seberapa banyak siswa
minat siswa ketika mengikuti proses memiliki kemampuan dasar yang akan
pembelajaran di kelas. dipelajari waktu melakukan tindakan
2. Data Kuantitatif hasil dari melakukan kelas dengan materi komputasi
tes tertulis dianalisis untuk pembagian. Dari hasil pre-tes diperoleh
mengetahui seberapa besar data sebagai tabel berikut:
keberasilan siswa dalam
meningkatkan hasil belajarnya.

76
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Tabel 1
Skor Pree-Tes
JUMLAH SISWA 30
JUMLAH 1480
RATA-RATA 49,33
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 0
STANDAR DEVIASI 40,08
BELUM TUNTAS 18
KETUNTASAN 12
PERSENTASE
KETUNTASAN 0,40

Berdasarkan data pre-tes menunjukkan sebanyak 18 orang dengan ketuntasan


bahwa skor rata-rata siswa sebesar 49,33 klasikal 60%. Jika dibandingkan dengan
dengan skor tertinggi 100 dan skor ketentuan, bahwa kenaikan ketuntasan
terendah 0. Sedangkan siswa yang tuntas pre-tes dengan siklus pertama sebesar
sebanyak 12 orang dengan presentase 15%, maka peningkatan dari pre-tes
ketuntasan 40%. dibandingkan dengan siklus pertama
Perolehan skor siklus pertama sebesar 20%. Ini menunjukkan suatu
berkisar dari 0 sampai dengan 100, peningkatan yang cukup berarti,
dengan rata-rata 73,33. Sedangkan siswa walaupun secara klasikal ketuntasannya
yang memperoleh skor di atas 80 belum mencapai 75%.

Tabel 2
Skor Post-Tes Siklus Pertama
JUMLAH SISWA 30
JUMLAH 2200
RATA-RATA 73,33
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 0
STANDAR DEVIASI 30,55
BELUM TUNTAS 12
KETUNTASAN 18
PERSENTASE
KETUNTASAN 0,60

77
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Perolehan skor siklus kedua berkisar dari pertama dengan siklus pertama sebesar
60 sampai dengan 100, dengan rata-rata 20%, maka peningkatan dari siklus
91,00. Sedangkan siswa yang pertama dibandingkan dengan siklus
memperoleh skor di atas 80 sebanyak 26 kedua sebesar 27%. Ini menunjukkan
orang dengan ketuntasan klasikal 87%. suatu peningkatan yang sangat berarti,
Jika dibandingkan dengan ketentuan, dan pencapaian ketuntasan secara klasikal
bahwa kenaikan ketuntasan siklus sebesar 87%.

Tabel 3
Skor Post-Tes Siklus Kedua

JUMLAH SISWA 30
JUMLAH 2730
RATA-RATA 91,00
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 60
STANDAR DEVIASI 12,69
BELUM TUNTAS 4
KETUNTASAN 26
PERSENTASE
KETUNTASAN 0,87

Berdasarkan perhitungan dengan Education (RME) dalam proses


menggunakan uji t, diperoleh thitung = pembelajaran matematika tentang materi
12,27, dan ttabel dengan alpha α 0,05 = operasi hitung pembagian dengan
1,68. Karena thitung besar dari t table maka mendasarkan bilangan kelipatan secara
hipotesis nol yang menyatakan bahwa nyata (signifikan) mampu meningkatkan
hasil belajar siswa menggunakan Model hasil belajar siswa, baik secara individu
Pembelajaran Realistic Mathematics maupun klasikal. Dengan demikian,
Education (RME) Siklus Pertama sama model pembelajaran ini dapat dijadikan
dengan Siklus Kedua ditolak. Dengan salah satu pilihan/solusi dalam mengatasi
ditolaknya hipotesis nol (Ho), maka rendahnya hasil belajar matematika.
hipotesis penelitian (H1) yang Penggunaan Model Pembelajaran
menyatakan bahwa hasil belajar siswa Realistic Mathematics Education (RME)
yang dibelajarkan melalui Model ini, sebagai salah satu upaya dalam
Pembelajaran Realistic Mathematics mengkongkretkan pembelajaran mata
Education (RME) Siklus Kedua lebih pelajaran matematika. Menurut teori
tinggi dari pada Siklus Pertama diterima. perkembangan kognitif yang
dikemukakan Jean Piaget, bahwa pada
SIMPULAN usia anak 7–11 tahun berada pada tahap
Berdasarkan Penggunaan Model Concrete operational, yaitu pada saat ini
Pembelajaran Realistic Mathematics anak dapat berfikir secara logis mengenai
78
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

peristiwa-peristiwa yang konkrit dan Ismail, 1998, “ Kapita Selekta


mengklasifikasikan benda-benda kedalam Pendidikan Matematika “, (
bentuk-bentuk yang berbeda. Model Jakarta : Universitas Terbuka)
pembelajaran RME ini mengantarkan Lungdren, 1994. Cooperative Teaching
anak dari berpikir kongkrit menuju Learning. USA: Mc Graw-
pembentukan konsep abstrak. Hill Book Company Inc.
Natawijaya, Rohman. 2001.Pengajaran
DAFTAR PUSTAKA Remedial. Jakarta: Depdikbud.
Slavin, E Robert. 1995. Educational
Depdiknas. 2006. Bunga Rampai
Psycology. United States of
Keberhasilan Guru dalam
America: Allan and Bacon
Pembelajaran (SMA, SMK,
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil
dan SLB). Jakarta: Depdiknas.
Proses Belajar Mengajar.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
(Cet. XV). Bandung: PT.
dan Pembelajaran. Jakarta:
Ramaja Rosdakarya.
PT Rineka Cipta.
Wahidmurni,AlifinMustikawan,dan Ali
Gracia, Ricardo, L. 1991. Teaching in a
Ridho.2010. Evaluasi
Pluralistic Sosiety. New
PembelajaranKompetensi dan
York: Harpercollins
Praktik. Yogyakarta: Nuha
Publisher.
Letera.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar
Wena, Ade. 2009. Strategi Pembelajaran
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Inovatif Kontemporer.
Aksara
Jakarta: Bumi Aksara
Hudoyo, Herman, 1990 “ Strategi
Mengajar Belajar Matematika
“, ( Malang, IKIP Malang )
Isjoni, 2010.Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta: Pustaka Belajar

79
Sri Sundari
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT RPP


MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SDN 03 PULAU PUNJUNG.

Tridawati
SDN 03 Pulau Punjung

ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih rendahnya kemampuan guru
khususnya di SDN 03 Pulau Punjung dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ). Hasil Monitoring dan evaluasi kepala sekolah menunjukkan
bahwa masih ada guru yang belum mampu menyusun RPP secara benar.Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh : 1) kesibukan guru, 2) Kurang adanya pendampingan, 3) Kurang
sosialisai tentang permasalahan diatas,untuk itu perlu penanganan yang memadai. Dalam
hal ini perlu dilakukan supervise klinis untuk mengobati penyakit yang ada pada guru.
supervisi klinis dalam upaya meningkatkan kemampuan guru untuk membuat RPP, baik
dengan pendekatan individu maupun pendekatan kelompok. Hal ini perlu dilakukan
bukan hanya kebutuhan kenaikan tingkat semata, melainkan demi kemajuan sekolah
terutama kemajuan anak didik.Untuk mewujudkan harapan itu tentunya ada berbagai
kendala, diantaranya karena kemalasan dan kekurang mampuan. Untuk mengatasi
masalah/kendala diatas maka kepala sekolah perlu melakukan supervise klinis.

Kata Kunci: Kompetensi guru, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran, Supervisi klinis.

PENDAHULUAN dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun


Untuk mewujudkan apa yang 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
terkandung dalam undang-undang guru meyatakan bahwa salah satu tugas Kepala
dan dosen nomor 14 tahun 2005 di atas Sekolah adalah melaksanakan Supervisi
yang menjadi faktor penentu Klinis, maka dari itu kepala sekolah perlu
keberhasilannya adalah kualitas gurunya membuat program tindakan supervisi
atau dosennya. Guru dan dosen merupakan akademik, yang diawali dengan program
jabatan profesional, salah satu ciri perencanaan, dilanjutkan dengan
keprofesionelannya itu adalah setiap pelaksanaan, kemudian menindaklanjuti.
melaksanakan pembelajaran selalu Prosentase guru di SDN 03 Pulau
membuat perencanaan yang matang berupa Punjung yang telah membuat RPP yang
perangkat pembelajaran. Dalam lengkap dan sesuai dengan tuntutan
pembuatan perangkat pembelajaran itu kurikulum tingkat satuan pendidikan
tentu harus berpedoman kepada tuntutan (KTSP) pada tahun ini masih rendah, baru
kurikulum yang berlaku saat ini. mencapai 35%. Dari jumlah guru 17 orang
Begitu juga kepala sekolah sesuai (guru PNS 14 orang, guru honorer 3
dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun orang), baru 6 orang (5 orang guru PNS, 1
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional orang guru honorer) yang sudah membuat
80

Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

RPP secara lengkap dan sesuai dengan 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
ketentuan. Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19
Agar permasalahan ini dapat tahun 2005 tentang Standar Nasional
dipecahkan maka kepala sekolah perlu Pendidikan bahwa salah satu tugas kepala
melakukan tindakan yaitu melakukan sekolah adalah melakukan supervisi
supervisi klinis agar guru dapat akademis, dengan cara ini diharapkan
meningkatkan kemampuannya dalam semua masalah dapat diidentifikasi untuk
membuat perangkat pembelajaran yang selanjutnya ditindaklanjuti.
lengkap dan sesuai dengan tuntutan
kurikulum. METODE PENELITIAN
Setelah penelitian tindakan ini selesai Penelitian ini berbentuk Penelitian
diharapkan para guru sebagai pihak yang Tindakan Sekolah (School Action
diteliti, dapat membuat RPP yang lengkap Research), yaitu sebuah penelitian yang
dan sesuai dengan tuntutan kurikulum saat merupakan kerjasama antara peneliti dan
ini. Diharapkan persentasenya meningkat guru, dalam meningkatkan kemampuan
menjadi 100%, karena lengkapnya guru agar menjadi lebih baik dalam
perangkat pembelajaran dapat menunjang menyusun rencana pelaksanaan
keberhasilan proses pembelajaran. Begitu pembelajaran .
juga kepala sekolah selaku peneliti setelah Metode yang digunakan dalam
penelitian ini diharapkan dapat terus penelitian ini adalah metode deskriptif,
melakukan penelitan tindakan supervisi dengan menggunakan teknik persentase
klinis dalam upaya meningkatkan untuk melihat peningkatan yang terjadi
kemampuan guru untuk membuat RPP, dari siklus ke siklus. ”Metode deskriptif
baik dengan pendekatan individu maupun dapat diartikan sebagai prosedur
pendekatan kelompok. Hal ini perlu pemecahan masalah yang diselidiki dengan
dilakukan bukan hanya kebutuhan menggambarkan/melukiskan keadaan
kenaikan tingkat semata, melainkan demi subjek/objek penelitian (seseorang,
kemajuan sekolah terutama kemajuan anak lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
didik. saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
Untuk mewujudkan harapan itu tampak atau sebagaimana adanya
tentunya ada berbagai kendala, diantaranya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini
karena ketidaktahuan, ketidakmampuan, peneliti berupaya menjelaskan data yang
atau mungkin kemalasan dari guru peneliti kumpulkan melalui komunikasi
tersebut. langsung atau wawancara,
Untuk mengatasi masalah/ kendala di observasi/pengamatan, dan diskusi yang
atas maka kepala sekolah perlu melakukan berupa persentase atau angka-angka.
tindakan supervisi akademis agar dapat Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang
guru dalam membuat RPP. dialami oleh guru dalam menyusun RPP.
Alasan menggunakan supervisi klinis Selanjutnya peneliti memberikan alternatif
dalam menangani masalah di atas, seperti atau usaha guna meningkatkan
termaktub dalam undang-undang Nomor
81

Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

kemampuan guru dalam membuat rencana terhadap RPP Kurikulum KTSP yang
pelaksanaan pembelajaran. telah disusun agar sesuai dengan
Hal-hal penting yang harus rencana awal yang mungkin saja masih
diperhatikan dalam Penelitian Tindakan bisa sesuai dengan yang peneliti
Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, inginkan.
(1999:2) yakni: Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian
1. Rencana : Tindakan apa yang tahap-tahap penelitian dari awal sampai
akan dilakukan untuk meningkatkan akhir. Penelitian ini merupakan proses
kompetensi guru dalam menyusun RPP pengkajian sistem berdaur sebagaimana
secara lengkap. Solusinya yaitu dengan kerangka berpikir yang dikembangkan
melakukan : a) wawancara dengan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini
guru dengan menyiapkan lembar mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan,
wawancara, b) Diskusi dalam suasana (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
yang menyenangkan dan c) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling
memberikan pendampingan dalam terkait dan secara urut membentuk sebuah
menyusun RPP Kurikulum KTSP siklus. Penelitian Tindakan Sekolah
secara lengkap. merupakan penelitian yang bersiklus,
2. Pelaksanaan: Apa yang dilakukan artinya penelitian dilakukan secara
oleh peneliti sebagai upaya berulang dan berkelanjutan sampai tujuan
meningkatkan kompetensi guru dalam penelitian dapat tercapai.”
menyusun RPP KTSP yang lengkap
yaitu dengan memberikan bimbingan HASIL DAN PEMBAHASAN
pada guru sekolah sendiri . Penelitian Tindakan Sekolah
3. Observasi: Peneliti melakukan dilaksanakan di SDN 03 Pulau
pengamatan terhadap RPP yang telah Punjung Kecamatan Pulau Punjung
dibuat untuk memotret seberapa jauh Kabupaten Solok yang merupakan
kemampuan guru dalam menyusun sekolah binaan peneliti berstatus negeri
RPP dengan lengkap, hasil atau yang mana terdiri atas 17 orang guru.
dampak dari tindakan yang telah Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
dilaksanakan oleh guru dalam dalam dua siklus. Pada pelaksanaan
mencapai sasaran. kegiatan ini, guru-guru tersebut
Selain itu juga peneliti mencatat hal- menunjukkan sikap yang baik dan
hal yang terjadi dalam pertemuan dan termotivasi dalam menyusun RPP
wawancara. Rekaman dari pertemuan dengan lengkap. Hal ini peneliti
dan wawancara akan digunakan untuk ketahui dari hasil pengamatan pada
analisis dan komentar kemudian. saat melakukan wawancara dan
4. Refleksi: Peneliti mengkaji, bimbingan penyusunan RPP.
melihat, dan mempertimbangkan hasil Selanjutnya dilihat dari
atau dampak dari tindakan yang telah kompetensi guru dalam menyusun
dilakukan. Berdasarkan hasil dari RPP, terjadi peningkatan dari siklus ke
refleksi ini, peneliti bersama guru siklus.
melaksanakan revisi atau perbaikan
82

Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

1. Komponen Identitas Mata Berikut grafik perbandingan siklus I dan


Pelajaran siklus II.
Pada siklus pertama semua guru
20
(tujuh belas orang) mencantumkan
identitas dalam RPP-nya (melengkapi 15
RPP-nya dengan identitas). Jika 10 Siklus I
dipersentasekan guru yang mendapatkan
5 Siklus II
skor (3) baik yaitu 88%. Dua orang
mendapatkan skor 2 (cukup baik) dan lima 0
belas orang guru mendapat skor 3 (baik). Kurang Cukup Baik Sangat
Baik Baik Baik
Pada siklus kedua ini terjadi penaikan yang
mana guru yang mendapat skor 3 (baik)
ada tiga belas orang, sedangkan guru yang Grafik 4. 2. Komponen Indikator
mendapatkan skor 4 (sangat baik) yaitu Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
enam orang. Berikut grafik perbandingan 3. Komponen Tujuan Pembelajaran
siklus I dan siklus II. Pada siklus pertama pada penilaian
tujuan pembelajaran yang mendapatkan
16
14
skor 2 (cukup baik) satu orang, empat
12 belas orang mendapatkan skor 3 (baik) dan
10 dua orang mendapatkan skor 4 (sangat
8 Siklus I baik). Pada siklus kedua untuk skor 3
6
Siklus II (baik) lima orang dan skor 4 (sangat baik)
4
2 dua belas orang. Berikut grafik
0 perbandingan siklus I dan siklus II.
Kurang Cukup Baik Sangat
Baik Baik Baik 15
10
5
Siklus I
Grafik 4. 1. Komponen Indenditas 0
Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Siklus II

2. Komponen Indikator
Pada siklus pertama tujuh orang
guru mencantumkan indikator pencapaian
kompetensi dalam RPP-nya (melengkapi Grafik 4. 3. Komponen Tujuan
RPP-nya dengan indikator pencapaian Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
kompetensi). Pada siklus pertama ini satu 4. Komponen Materi Pembelajaran
orang mendapatkan skor 2 (cukup baik) Pada siklus pertama pada penilaian
dan enam belas orang mendapatkan skor 3 materi pembelajaran yang mendapatkan
(baik). Pada siklus kedua terjadi skor 2 (cukup baik) lima orang, sembilan
peningkatan yaitunya tujuh orang orang yang mendapatkan skor 3 (baik) dan
mendapatkan skor 3 (baik) dan sepuluh tiga orang mendapatkan skor 4 (sangat
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik). baik). Pada siklus kedua terjadi

83

Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

peningkatan yang mana ada delapan orang Pada siklus pertama tiga orang
mendapatkan skor 3 (baik) dan sembilan mendapatkan skor 2 (cukup baik), tiga
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik). belas orang mendapatkan skor 3 (baik) dan
Berikut grafik perbandingan siklus I dan satu orang mendapatkan skor 4 (sangat
siklus II. baik). Pada siklus kedua delapan orang
mendapatkan skor 3 (baik) dan sembilan
10
8 orang mendapatkan skor 4 (sangat baik).
6 Berikut grafik perbandingan siklus I dan
4
2 Siklus I siklus II.
0
Siklus II
15

10
Siklus I
5
Siklus II
0
Grafik 4. 4. Komponen Materi
Kurang Cukup Baik Sangat
Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Baik Baik Baik
5. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama lima orang
Grafik 4. 6. Komponen Langkah-langkah
mendapatkan skor 2 (cukup baik),
Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
sembilan orang mendapatkan skor 3 (baik)
7. Komponen Sumber Pelajaran
dan tiga orang mendapatkan skor 4 (sangat
Pada siklus pertama tiga orang
baik). Pada siklus kedua terjadi
mendapatkan skor 2 (cukup baik), tiga
peningkatan yang mana tujuh orang
belas orang mendapatkan skor 3 (baik) dan
mendapatkan skor 3 (baik) dan sepuluh
satu orang mendapatkan skor 4 (sangat
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik).
baik). Pada silus kedua enam orang
Berikut grafik perbandingan siklus I dan
mendapatkan skor 3 (baik) dan sebelah
siklus II.
orang mendapatkan skor 4 (sangat baik).
10 Berikut grafik perbandingan siklus I dan
8 siklus II.
6 15
Siklus I
4
10
Siklus II
2 Siklus I
5
0 Siklus II
Kurang Cukup Baik Sangat 0
Baik Baik Baik Kurang Cukup Baik Sangat
Baik Baik Baik

Grafik 4. 5. Komponen Metode


Grafik 4. 7. Komponen Sumber Pelajaran
Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Siklus I dan Siklus II
6. Komponen Langkah-langkah
8. Komponen Penilaian
Kegiatan Pembelajaran

84

Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Pada siklus pertama enam orang dari hasil observasi /pengamatan yang
mendapatkan skor 2 (cukup baik), sepuluh memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
orang mendapatkan 3 (baik) dan satu orang kompetensi guru dalam menyusun RPP
mendapatkan skor 4 (sangat baik). Pada dari siklus ke siklus . Pada siklus I nilai
siklus kedua terjadi peningkatan yang rata-rata komponen RPP 69% dan pada
mana tujuh orang mendapatkan skor 3 siklus II 83%. Jadi, terjadi peningkatan
(baik) dan sepuluh orang mendapatkan 14% dari siklus I.
skor 4 (sangat baik). Berikut grafik
perbandingan siklus I dan siklus II. B. Saran
Telah terbukti bahwa dengan
15
bimbingan berkelanjutan dapat
10 meningkatkan motivasi dan kompetensi
Siklus I guru dalam menyusun RPP. Oleh karena
5
Siklus II itu, peneliti menyampaikan beberapa saran
0 sebagai berikut.
Kurang Cukup Baik Sangat
Baik Baik Baik
1. Motivasi yang sudah tertanam
khususnya dalam penyusunan RPP
hendaknya terus dipertahankan dan
Grafik 4. 8. Komponen Penilaian Siklus I ditingkatkan/ dikembangkan.
dan Siklus II 2. RPP yang disusun/dibuat
hendaknya mengandung komponen-
komponen RPP secara lengkap dan baik
KESIMPULAN DAN SARAN karena RPP merupakan acuan/pedoman
A. Kesimpulan dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Dokumen RPP hendaknya dibuat
Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai minimal dua rangkap, satu untuk arsip
berikut. sekolah dan satunya lagi untuk pegangan
1. Bimbingan berkelanjutan dapat guru dalam melaksanakan proses
meningkatkan motivasi guru dalam pembelajaran.
menyusun RPP dengan lengkap. Guru
menunjukkan keseriusan dalam memahami DAFTAR PUSTAKA
dan menyusun RPP apalagi setelah Arikunto, S. (2004) Dasar-Dasar
mendapatkan bimbingan Supervisi. Buku Pengangan Kuliah,
pengembangan/penyusunan RPP dari Jakarta: Rineka Cipta. Cogan,
peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari M.L.(1973). Clinical Supervision.
hasil pengamatan pada saat mengadakan Boston: Honghton Mifflin. Cu
wawancara dan bimbingan Departemen Pendidikan Nasional (2009)
pengembangan/penyusunan RPP kepada Dimensi Kompetensi Supervisi
para guru. Akademik, Jakarta : Depdiknas.
2. Bimbingan berkelanjutan dapat Direktorat Pendidikan Menengah Umum
meningkatkan kompetensi guru dalam (2000) Manajemen Peningkatan
menyusun RPP. Hal itu dapat dibuktikan
85

Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL.4 No.1 Januari 2018

Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Sergiovanni. (1987). Educational


Depdiknas. Governance and Administration.
Kurniawati, E.D. (2009). Pengembangan New Jersey : Prentice Hall Inc.
bahan ajar bahasa dan sastra Sudarsono, Fx. 2001. Aplikasi Tindakan
Indonesia dengan pendekatan Kelas. Jakarta: DIKTI.
tematis. Surakarta : Program Sudjana, Nana. (2008). Tuntunan
Pascasarjana Universitas Sebelas Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-
Maret. Skripsi-Tesis-Disertasi. Bandung :
Nawawi. (1985). Organisasi Sekolah dan Sinar Baru Al gesindo
Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung
Agung.

86

Tridawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

Peningkatan Hasil belajar siswa pada materi Sistim Administrasi Wilayah Indonesia
mata pelajaran IPS melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok di kelas VI SDN 10
Pulau Punjung

Nardi Hasti, S.Pd

Abstrak
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai
dari pendidikan dasar sampai keperguruan tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi
salah satu mata pelajaran yang sangat membantu peserta didik dalam menumbuhkan
pengetahuan dan pemahaman untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan kajian antar disiplin ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, fakta dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu – isu atau masalah – masalah sosial. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik atau siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab.. Proses pembelajaran IPS belum berlangsung secara baik
di SD Negeri 10Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya, karenaSiswa tidak berani bertanya
jawab dan malu menyampaikan ide-idenya dan kurang menggunaka mediadalam mengikuti
pembelajaran sehingga hasil belajar IPS yang diharapkan belum tercapai dengan ketentuan
kriteria ketuntasan minimum (KKM) 70. Seorang guru dituntut untuk dapat membuat siswa
beraktivitasdalam belajar agar hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan keinginan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPSadalah dengan menerapkan metode diskusi kelompok dengan media peta. Rumusan
masalah dari penelitian ini adalah “Apakah pendayagunaan metode diskusi kelompok dengan
dapat mengaktifkan siswa dan meningkatan hasil belajar dalam pembelajaran perkembangan
sistem administrasi wilayah Indonesia?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 10Pulau Punjung Kabupaten
Dharmasraya tahun ajaran 2016/2017 semester II dengan materiperkembangan sistem
administrasi wilayah Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus,
satu siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dan ditambah satu pertemuan untuk mengadakan
tes akhir siklus. Jumlah siswa pada penelitian ini sebanyak 32 orang, yang terdiri dari 19
orang laki- laki dan 13 orang perempuan. Pengumpulan data dilaksanakan dengan tes dan
lembaran observasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan metode diskusi kelompok
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa yaitu dari pra siklus 63%ke siklus I mencapai
66% dan mencapai indikator ketercapaian pada siklus IIyaitu78%.
Kata Kunci: Peningkatan hasil belajar, diskusi kelompok

PENDAHULUAN menggunakan azaz pendidikan maupun


Pengajaran terpusat pada guru, teori belajar yang merupakan penentu
sedangkan pembelajaran terpusat pada utama keberhasilan pendidikan.
peserta didik. Menurut (Ramayulis, 2006 : Pembelajaran merupakan proses
239 ) Beberapa ahli merumuskan pengertian komunikasi dua arah. Mengajar
pembelajaran : dilakukan oleh pihak guru sebagai
a) Menurut Syaiful Sagala pembelajaran pendidik, sedangkan belajar dilakukan
ialah membelajarkan peserta didik oleh peserta didik.

87

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

b) Menurut Corey pembelajaran merupakan rangkaian kejadian-kejadian internal yang


suatu proses dimana lingkungan berlangsung di dalam diri peserta didik.
seseorang secara sengaja dikelola untuk Berdasarkan pengertian pembelajaran
memungkinkan ia turut serta dalam yang dikemukakan di atas dapat dipahami
tingkah laku dalam kondisi khusus atau bahwa pembelajaran merupakan suatu
menghasilkan respon terhadap situasi kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
tertentu. unsur manusiawi, material, fasilitas,
Pembelajaran ialah membelajarkan perlengkapan, dan prosedur yang saling
peserta didik menggunakan asas pendidikan mempengaruhi mencapai tujuan
maupun teori belajar merupakan penentu pembelajaran. Pembelajaran juga menunjuk
utama keberhasilan pendidikan.Pembelajaran ke perubahan dalam tingkah laku peserta
merupakan proses komunikasi dua arah, didik dalam situasi tertentu berkat
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pengalamannya yang berulang-ulang dan
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh perubahan tingkah laku tersebut tak dapat
peserta didik atau murid. Konsep dijelaskan atas dasar kecendrungan-
pembelajaran menurut Corey adalah suatu kecendrungan respon bawaan, kematangan
proses dimana lingkungan seseorang secara atau keadaan temporer dari peserta didik.
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan wajib di jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan
respon terhadap situasi tertentu, uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan subjet khusus pembelajaran IPS adalah suatu proses
dalam pendidikan. interaksi antara peserta didik dengan
Menurut Syaiful Sagala ( 2009 : 61-62 lingkungannya yaitu lingkungan sekolah
) pembelajaran mengandung arti setiap sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
kegiatan yang dirancang untuk membantu yang lebih baik.
seseorang mempelajari suatu kemampuan Menurut ( Oemar Hamalik, 2005 : 65-
dan nilai yang baru. Pembelajaran menurut 66) menjelaskan ciri-ciri dari pembelajaran
Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru adalah sebagai berikut :
secara terpogram dalam desain instruksional, a) Rencana, ialah ketenagaan, material dan
untuk membuat peserta didikss belajar secara prosedur yang merupakan unsur-unsur
aktif, yang menekankan pada penyediaan sistem pembelajaran dalam suatu
sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses rencana khusus.
belajar yang dibangun oleh guru untuk b) Kesaling tergantungan (interdepence),
mengembangkan kreatifitas berfikir yang antara unsur-unsur sistem pembelajaran
dapat meningkatkan kemampuan berfikir yang serasi dalam suatu keseluruhan.
peserta didik, serta dapat meningkatkan Tiap unsur bersifat esensial dan masing-
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan masing memberikan sumbangannya
baru sebagai upaya meningkatkan kepada sistem pembelajaran.
penguasaan yang baik terhadap materi c) Tujuan, sistem pembelajaran
pelajaran. mempunyai tujuan tertentu yang
Dikutip pada Sobri Sutikno (2009 : 31) hendak dicapai.
Winkel , mengartikan pembelajaran sebagai Sebagai suatu sistem tentu saja
perangkat tindakan yang dirancang untuk kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran
mendukung proses belajar peserta didik, mengandung sejumlah komponen yang
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian meliputi tujuan, materi, kegiatan belajar
eksternal yang berperanan terhadap mengajar, metode, media, serta evaluasi.

88

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

Metode adalah suatu cara yang gambar, grafik, televise, dan computer.
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang Dengan kata lain media adalah komponen
telah ditetapkan. Seorang guru tidak akan sumber belajar atau wahana fisik yang
dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak mengandung materi instruksional di
menguasai satu pun metode mengajar yang lingkungan peserta didik yang dapat
dirumuskan dan dikemukakan para ahli merangsang peserta didik untuk belajar.
psikologi pendidikan. Prof. Dr. Winarno Rossi dan Beridle dikutip oleh (Wina
Surakhmad, M. Sc. Ed dikutip pada buku ( Sanjaya, 2006 : 161) mengemukakan bahwa
Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 46 ), media pembelajaran adalah seluruh alat dan
mengemukakan lima macam faktor yang bahan yang dipakai untuk mencapai tujuan
mempengaruhi penggunaan metode mengajar pendidikan seperti radio, televisi, buku,
sebagai berikut : Koran, majalah dan sebagainya. Menurut
1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan Rossi, alat-alat semacam radio dan televisi
fungsinya kalau digunakan dan program untuk
2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat pendidikan, maka merupakan media
kematangan pembelajaran. Namun demikian, media
3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya bukan hanya berupa alat atau bahan saja akan
4) Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas tetapi hal-hal lain yang memungkinkan
dan kuatitasnya peserta didik dapat memperoleh
5) Pribadi guru serta kemampuan pengatahuan.
profesionalnya yang berbeda-beda Menurut ( Syaiful Bahri Djamarah,
Menurut ( Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 126 ) Media yang dikenal dewasa ini
2006 : 83-97 ) Metode diskusi adalah cara tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah
penyajian pelajaran, di mana peserta didik lebih dari satu. Klasifikasinya bisa dilihat
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan
berupa pernyataan atau pertanyaan yang serta pembuatannya, yaitu :
bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama. 1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke
Dari pendapat di atas dapat di dalam :
simpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di a) Media auditif adalah media yang
tingkat Sekolah Dasar dapat diterapkan hanya mengandalkan kemampuan
metode diskusi setiap kelompok terdiri dari 4 suara saja, seperti radio, cassette
atau 5 siswa.Metode diskusi kelompok recorder, piringan hitam. Media ini
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan tidak cocok untuk orang tuli atau
secara bersama dalam berkelompok atas mempunyai kelainan dalam
dasar kemampuan mental, usia, kemampuan pendengaran.
fisik atau gender. b) Media visual adalah media yang
Menurut ( Azhar Arsyad, 2010 : 3-4 ) hanya mengandalkan indra
Kata media berasal dari bahasa latin medius penglihatan
yang secara harfiah berarti “ tengah, c) Media audio visual adalah media
perantara, atau pengantar ”. Sementara itu, yang mempunyai unsur suara dan
Gagne’ dan Briggs secara implisit unsur gambar.
mengatakan bahwa media pembelajaran 2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi
meliputi alat yang secara fisik digunakan ke dalam :
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, a) Media dengan daya liput luas dan
yang terdiri dari antara lain buku, tape serentak
recorder, kaset, video, camera, video b) Media dengan daya liput yang
recorder, film, slide ( gambar bingkai ), foto, terbatas oleh ruang dan tempat

89

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

c) Media untuk pengajaran individual oleh pendapat Sudjana (2010 :2) menyatakan
3. Dilihat dari bahan pembuatannya, dibagi bahwa “ hasil belajar siswa pada hakikatnya
ke dalam : adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
a) Media sederhana maksudnya bahan proses kegiatan belajar yang berisi rumusan
dasarnya mudah diperoleh dan kemampuan dan tingkah laku yang
harganya murah, cara pembuatannya diinginkan seperti yang tercakup dalam
mudah dan penggunaannya tdak sulit. tujuan pembelajaran”
b) Media kompleks maksudnya media Setelah siswa mengalami proses belajar
yang bahan dan alat pembuatannya tentu pada akhirnya akan memperoleh hasil
sulit dipeoleh serta mahal harganya, belajar. Hasil belajar merupakan penguasaan
sulit membuatnya dan penggunaannya yang dikuasai siswa sebagai hasil
memerlukan keterampilan yang kemampuan penyerapan pengetahuan dalam
memadai. proses belajar mengajar baik secara
Dari jenis-jenis dan karakteristik media perorangan maupun kelompok yang
sebagaimana disebutkan di atas, kiranya diintegralkan kedalam bidang studi. Dalam
patut menjadi perhatian dan pertimbangan proses pembelajaraan disekolah, hasil belajar
bagi guru ketika akan memilih dan diarahkan untuk mengetahui kemajuan dari
mempergunakan media dalam pengajaran. pengembangan diri siswa dalam belajar,
Menurut ( Syaiful Bahri Djamarah, serta memotifikasi siswa dalam belajar.
2006 : 136 ) Ada 6 enam langkah yang bisa Sesuai dengan pendapat Arikunto (1999:7)
ditempuh guru pada waktu ia mengajar bahwa:
dengan mempergunakan media, seperti : “Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk
a) Merumuskan tujuan pengajaran dengan mengetahui apakah materi yang sudah
memanfaatkan media diberikan telah dipahami oleh siswa dan
b) Persiapan guru apakah metode yang digunakan sesudah
c) Persiapan kelas tepat atau belum”.
d) Langkah penyajian pelajaran dan Perubahan yang didapat setelah
pemamfaatan media pembelajaran dapat berupa perubahan
e) Langkah kegiatan belajar peserta didik pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan
f) Langkah evaluasi pengajaran. sikap. Dengan kata lain hasil belajar dapat
Sedangkan peta adalah gambar dibedakan dalam ketegori Bloom yang
permukaan bumi dalam bidang datar.Dari didalam Dikmenum (2004:7) secara garis
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa besar dibagi tiga kategori yaitu:
media peta merupakan alat yang berbentuk a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil
gambar pada bidang datar yang dipakai atau belajar intelektual.
digunakan untuk penyampaian b) Ranah efektif berkenaan dengan sikap.
materiperkembangan sistem administrasi c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan
wilayah Indonesia pada umumnya dan hasil belajar keterampilan dengan
wilayah setempat pada khususnya. kemampuan bertindak.
Hasil belajar merupakan suatu Pada ketiga ranah tersebut, pada
perubahan yang terjadi pada diri umumnya ranah kognitif yang banyak dinilai
siswa.Sebagai akibat yang dilakukan sesuai oleh guru di sekolah. Karena berkaitan
pendapat Nasution (1982:25) mengatakan dengan kemampuan siswa dalam menguasai
bahwa “perubahan tingkah laku sebagai hasil materi pelajaran ranah kognitif meliputi hasil
belajar tidak hanya berbentuk pengetahuan, belajar intelektual yang terdiri dari beberapa
melainkan juga berbentuk kecakapan, aspek yaitu: pengetahuan dan ingatan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis dan
minat dan penyesuaian diri”. Dan diperkuat evaluasi.
90

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

Pengajaran terpusat pada guru, belajar yang dibangun oleh guru untuk
sedangkan pembelajaran terpusat pada mengembangkan kreatifitas berfikir yang
peserta didik. Menurut (Ramayulis, 2006 : dapat meningkatkan kemampuan berfikir
239 ) Beberapa ahli merumuskan pengertian peserta didik, serta dapat meningkatkan
pembelajaran : kemampuan mengkonstruksi pengetahuan
a) Menurut Syaiful Sagala pembelajaran baru sebagai upaya meningkatkan
ialah membelajarkan peserta didik penguasaan yang baik terhadap materi
menggunakan azaz pendidikan maupun pelajaran.
teori belajar yang merupakan penentu Dikutip pada Sobri Sutikno ( 2009 : 31)
utama keberhasilan pendidikan. Winkel , mengartikan pembelajaran sebagai
Pembelajaran merupakan proses perangkat tindakan yang dirancang untuk
komunikasi dua arah. Mengajar mendukung proses belajar peserta didik,
dilakukan oleh pihak guru sebagai dengan memperhitungkan kejadian-kejadian
pendidik, sedangkan belajar dilakukan eksternal yang berperanan terhadap
oleh peserta didik. rangkaian kejadian-kejadian internal yang
b) Menurut Corey pembelajaran merupakan berlangsung di dalam diri peserta didik.
suatu proses dimana lingkungan Berdasarkan pengertian pembelajaran
seseorang secara sengaja dikelola untuk yang dikemukakan di atas dapat dipahami
memungkinkan ia turut serta dalam bahwa pembelajaran merupakan suatu
tingkah laku dalam kondisi khusus atau kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
menghasilkan respon terhadap situasi unsur manusiawi, material, fasilitas,
tertentu. perlengkapan, dan prosedur yang saling
Pembelajaran ialah membelajarkan mempengaruhi mencapai tujuan
peserta didik menggunakan asas pendidikan pembelajaran. Pembelajaran juga menunjuk
maupun teori belajar merupakan penentu ke perubahan dalam tingkah laku peserta
utama keberhasilan pendidikan.Pembelajaran didik dalam situasi tertentu berkat
merupakan proses komunikasi dua arah, pengalamannya yang berulang-ulang dan
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai perubahan tingkah laku tersebut tak dapat
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh dijelaskan atas dasar kecendrungan-
peserta didik atau murid. Konsep kecendrungan respon bawaan, kematangan
pembelajaran menurut Corey adalah suatu atau keadaan temporer dari peserta didik.
proses dimana lingkungan seseorang secara Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam wajib di jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran IPS adalah suatu proses
pembelajaran merupakan subjet khusus interaksi antara peserta didik dengan
dalam pendidikan. lingkungannya yaitu lingkungan sekolah
Menurut Syaiful Sagala ( 2009 : 61-62) sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
pembelajaran mengandung arti setiap yang lebih baik.
kegiatan yang dirancang untuk membantu Menurut ( Oemar Hamalik, 2005 : 65-
seseorang mempelajari suatu kemampuan 66) menjelaskan ciri-ciri dari pembelajaran
dan nilai yang baru. Pembelajaran menurut adalah sebagai berikut :
Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru a) Rencana, ialah ketenagaan, material dan
secara terpogram dalam desain instruksional, prosedur yang merupakan unsur-unsur
untuk membuat peserta didikss belajar secara sistem pembelajaran dalam suatu
aktif, yang menekankan pada penyediaan rencana khusus.
sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses
91

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

b) Kesaling tergantungan (interdepence), secara bersama dalam berkelompok atas


antara unsur-unsur sistem pembelajaran dasar kemampuan mental, usia, kemampuan
yang serasi dalam suatu keseluruhan. fisik atau gender.
Tiap unsur bersifat esensial dan masing- Menurut ( Azhar Arsyad, 2010 : 3-4 )
masing memberikan sumbangannya Kata media berasal dari bahasa latin medius
kepada sistem pembelajaran. yang secara harfiah berarti “ tengah,
c) Tujuan, sistem pembelajaran perantara, atau pengantar ”. Sementara itu,
mempunyai tujuan tertentu yang hendak Gagne’ dan Briggs secara implisit
dicapai. mengatakan bahwa media pembelajaran
Sebagai suatu sistem tentu saja meliputi alat yang secara fisik digunakan
kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran untuk menyampaikan isi materi pengajaran,
mengandung sejumlah komponen yang yang terdiri dari antara lain buku, tape
meliputi tujuan, materi, kegiatan belajar recorder, kaset, video, camera, video
mengajar, metode, media, serta evaluasi. recorder, film, slide ( gambar bingkai ), foto,
Metode adalah suatu cara yang gambar, grafik, televise, dan computer.
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang Dengan kata lain media adalah komponen
telah ditetapkan. Seorang guru tidak akan sumber belajar atau wahana fisik yang
dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak mengandung materi instruksional di
menguasai satu pun metode mengajar yang lingkungan peserta didik yang dapat
dirumuskan dan dikemukakan para ahli merangsang peserta didik untuk belajar.
psikologi pendidikan. Prof. Dr. Winarno Rossi dan Beridle dikutip oleh (Wina
Surakhmad, M. Sc. Ed dikutip pada buku ( Sanjaya, 2006 : 161) mengemukakan bahwa
Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 46 ), media pembelajaran adalah seluruh alat dan
mengemukakan lima macam faktor yang bahan yang dipakai untuk mencapai tujuan
mempengaruhi penggunaan metode mengajar pendidikan seperti radio, televisi, buku,
sebagai berikut : Koran, majalah dan sebagainya. Menurut
1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan Rossi, alat-alat semacam radio dan televisi
fungsinya kalau digunakan dan program untuk
2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat pendidikan, maka merupakan media
kematangan pembelajaran. Namun demikian, media
3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya bukan hanya berupa alat atau bahan saja akan
4) Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas tetapi hal-hal lain yang memungkinkan
dan kuatitasnya peserta didik dapat memperoleh
5) Pribadi guru serta kemampuan pengatahuan.
profesionalnya yang berbeda-beda Menurut (Syaiful Bahri Djamarah,
Menurut (Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 126) Media yang dikenal dewasa ini
2006 : 83-97) Metode diskusi adalah cara tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah
penyajian pelajaran, di mana peserta didik lebih dari satu. Klasifikasinya bisa dilihat
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan
berupa pernyataan atau pertanyaan yang serta pembuatannya, yaitu :
bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama. 1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke
Dari pendapat di atas dapat di dalam :
simpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di a) Media auditif adalah media yang
tingkat Sekolah Dasar dapat diterapkan hanya mengandalkan kemampuan
metode diskusi setiap kelompok terdiri dari 4 suara saja, seperti radio, cassette
atau 5 siswa.Metode diskusi kelompok recorder, piringan hitam. Media ini
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan tidak cocok untuk orang tuli atau

92

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

mempunyai kelainan dalam media peta merupakan alat yang berbentuk


pendengaran. gambar pada bidang datar yang dipakai atau
b) Media visual adalah media yang digunakan untuk penyampaian
hanya mengandalkan indra materiperkembangan sistem administrasi
penglihatan wilayah Indonesia pada umumnya dan
c) Media audio visual adalah media wilayah setempat pada khususnya.
yang mempunyai unsur suara dan Hasil belajar merupakan suatu
unsur gambar. perubahan yang terjadi pada diri
2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi siswa.Sebagai akibat yang dilakukan sesuai
ke dalam : pendapat Nasution (1982:25) mengatakan
a) Media dengan daya liput luas dan bahwa “perubahan tingkah laku sebagai hasil
serentak belajar tidak hanya berbentuk pengetahuan,
b) Media dengan daya liput yang melainkan juga berbentuk kecakapan,
terbatas oleh ruang dan tempat kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan,
c) Media untuk pengajaran individual minat dan penyesuaian diri”. Dan diperkuat
3. Dilihat dari bahan pembuatannya, dibagi oleh pendapat Sudjana (2010 :2) menyatakan
ke dalam : bahwa “ hasil belajar siswa pada hakikatnya
a) Media sederhana maksudnya bahan adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dasarnya mudah diperoleh dan proses kegiatan belajar yang berisi rumusan
harganya murah, cara pembuatannya kemampuan dan tingkah laku yang
mudah dan penggunaannya tdak sulit. diinginkan seperti yang tercakup dalam
b) Media kompleks maksudnya media tujuan pembelajaran”
yang bahan dan alat pembuatannya Setelah siswa mengalami proses belajar
sulit dipeoleh serta mahal harganya, tentu pada akhirnya akan memperoleh hasil
sulit membuatnya dan penggunaannya belajar. Hasil belajar merupakan penguasaan
memerlukan keterampilan yang yang dikuasai siswa sebagai hasil
memadai. kemampuan penyerapan pengetahuan dalam
Dari jenis-jenis dan karakteristik media proses belajar mengajar baik secara
sebagaimana disebutkan di atas, kiranya perorangan maupun kelompok yang
patut menjadi perhatian dan pertimbangan diintegralkan kedalam bidang studi. Dalam
bagi guru ketika akan memilih dan proses pembelajaraan disekolah, hasil belajar
mempergunakan media dalam pengajaran. diarahkan untuk mengetahui kemajuan dari
Menurut ( Syaiful Bahri Djamarah, pengembangan diri siswa dalam belajar,
2006 : 136 ) Ada 6 enam langkah yang bisa serta memotifikasi siswa dalam belajar.
ditempuh guru pada waktu ia mengajar Sesuai dengan pendapat Arikunto (1999:7)
dengan mempergunakan media, seperti : bahwa:
a) Merumuskan tujuan pengajaran
dengan memanfaatkan media “Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk
b) Persiapan guru mengetahui apakah materi yang sudah
c) Persiapan kelas diberikan telah dipahami oleh siswa dan
d) Langkah penyajian pelajaran dan apakah metode yang digunakan sesudah tepat
pemamfaatan media atau belum”.
e) Langkah kegiatan belajar peserta Perubahan yang didapat setelah
didik pembelajaran dapat berupa perubahan
f) Langkah evaluasi pengajaran. pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan
Sedangkan peta adalah gambar sikap. Dengan kata lain hasil belajar dapat
permukaan bumi dalam bidang datar.Dari dibedakan dalam ketegori Bloom yang
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
93

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

didalam Dikmenum (2004:7) secara garis Dharmasraya. Kegiatan penelitian


besar dibagi tiga kategori yaitu: ini direncanakan pada semester II
a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil tahun pelajaran 2016/2017.
belajar intelektual. b. Waktu Penelitian
b) Ranah efektif berkenaan dengan sikap. Waktu penelitian ini dilaksanakan
c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan mulai 21Januari 2017 sampai 29
hasil belajar keterampilan dengan April 2017.
kemampuan bertindak. 4. DesainPenelitian
Pada ketiga ranah tersebut, pada Penelitian ini mengacu kepada yang
umumnya ranah kognitif yang banyak dinilai dikembangkan oleh Kemmis yang terdiri
oleh guru di sekolah. Karena berkaitan dari 4 tahap yang harus dilalui dalam
dengan kemampuan siswa dalam menguasai proses belajar mengajar.
materi pelajaran ranah kognitif meliputi hasil Pada pelaksanaan penelitian tindakan
belajar intelektual yang terdiri dari beberapa kelas yang direncanakan,penulis membuat
aspek yaitu: pengetahuan dan ingatan, rencana akan dilakukan oleh penulis sendiri
pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis dan dan dibantu oleh teman sejawat yang
evaluasi. terlebih dahulu diberitahu kepada kepala
sekolah atasan danpersonal yang terkait.
Kemudian langkah langkah yang akan
METODE PENELITIAN diambil adalah sebagaiberikut:
1. JenisPenelitian 1. Menyiapkansemua perlengkapan
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang diperlukan seperti lembaran tes,
tindakan kela satau yang disebut lembaran observasi,alat peraga,alat
Classroom Action Researt. Penelitian ini peraga dan alat penilaian.
dilaksanakan dalam upaya meningkatkan 2. Menyiapkan Rencana Pelaksanan
kinerja guru dalam memperbaiki Pembelajaran (RPP) dengan skanario
kelemahan-kelemahannya dalam pembelajaran yang dirancang
mengajar dan sebagai inovasi dalam menurut langkah langkah yang telah
pengajaran IPS dengan melakukan disepakati dengan teman
tindakan tertentu yang direncanakan sejawat,seperti kegiatan
terlebih dahulu. Yaitunya dengan awal,kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
menggunakan metode diskusi kelompok 3. Menentukan jadwal kegiatan
sehingga siswa benar-benar aktif dan pertemuan dengan nara suber/
hasil belajar lebih meningkat kearah pembimbing penelitian.
yang lebih baik. 4. Menentukan dan mengatur dena kelas
2. Subjek dan Objek Penelitian yang sesuai dengan skanario
Subjek penelitan adalah kelas VI pembelajaran.
yang bejumlah 32 orang yang 5. Berkolaborasi dengan teman sejawat.
terdiridari 13 siswidan 19 siswa pada 6. Setiap akhir penelitian,melakukan
semester II tahun ajaran 2016/2017 diskusi denganteman sejawat.
yang dilaksanakan oleh guru kelas VI 7. Menentukan biaya penelitian.
SDN 10 Pulau Punjung. 8. Membuat laporan hasil penelitian.
3. Tempat dan Waktu Penelitian 9. Menggandakan laporan.
a. Tempat Pembelajaran dikatakan berhasil
Tempat dan waktu penelitian apabila hasil belajar siswa diatas KKM.KKM
adalah kelas VI SDN 10 Pulau matapelajaranIPS kelas VI SDN 10 Pulau
Punjung, kecamatan Pulau punjung Kabupaten Dharmasraya adalah 70.
Punjung, Kabupaten Ketuntasan secara klasikal terjadi 75% dari
94

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

jumlah siswa dalam satu kelas yang diharapkansupaya hasil tes pertama lebih
mendapat nilai di atas KKM, halinisesuai baik dari pada tes awal.
dengan ketentuan KTSP dalam BSPN Gambar 1. GrafikAktifitasSiswaDalam
(2006:12). Proses PembelajaranPadaSiklus I
Keberhasilan aktivitas belajar
120%
ditentukan berdasar kriteria tiap indikator
aktivitas belajar siswa menurut Sudjono 100%
(2008:35), yaitu sebagai berikut: 80%
Nilai Nilai Predikat 60%
Angka Huruf 40%
20%
80% keatas A Baik Sekali
66%-79% B Baik 0%
56%-65% C Cukup 1 2 3 4 5
46%-55% D Kurang
Dalam penelitian ini keberhasilan Berdasarkan Gambar 1 di atas, aktifias siswa
aktivitas guru dan siswa dalam proses pelaksanaan siklus Idapat terlihat persentase
pembelajaran dikatakan berhasil apabila aktifitas sebagai berikut :
setiap aktivitas tersebut telah mencapai 1. Kehadiran tepat waktu saat proses
predikatbaik. pembelajaran 97%
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Sering bertanya dan memberi pendapat
Setelah diadakan tes awal, ternyata 60%
hasil yang didapatkan siswa kelas VI SDN. 3. Aktif dalam diskusi kelompok 65%
10 Pulau Punjung Kec. Pulau Punjung Kab. 4. Jujur saat mengadakan tes 90%
Dharmasraya yang di ikuti oleh 32 siswa 5. Mampu berkomunikasi lisan di depan
yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 13 kelas 55%
orang perempuan, yang mendapat nilai Berdasarkan data di atas dapat di tarik
dibawah KKM atautidaktuntasyaitusebanyak kesimpulan bahwa padasiklus I aktifitassiswa
12 orang sedangkanyang mendapatkan nilai masih rendahnya dalam proses pembelajaran.
tuntassebanyak 20 orang. Setelah dihitung, Oleh karena itu, penelitian ini di lanjutkan
ketuntasansecaraklasikaldiperoleh63%. Oleh pada siklus berikutnya.
karena hasil siswa tidak mencapai KKM Hasil belajar dalam proses
maka peneliti berupaya menerapkan metode pembelajaran IPS dengan materi
diskusi kelompok dengan menggunakan Perkembangan wilayah administrasi wilayah
media peta pada kelas VI SDN.10 Pulau Indonesia dengan penerapan metode diskusi
Punjung. kelompok dalam media peta belum berhasil,
Setelah dilaksanakan belajar dengan karena hasil belajarnya dapat dikatakan
diskusi kelompok dengan materi tercapai apabila persentase ketuntasan belajar
perkembangan sistem administrasi wilayah siswa secara klasikal diperoleh minimal
Indonesia dengan menggunakan medi peta, 75%.Sedangkanpadasiklus I barumencapai
secara bergantian siswa setiap kelompok ke 66%.
depan untuk menemukandanmenunjukkan Proses pembelajaran ini dilaksanakan
yang mana wilayah-wilayah Indonesia dari penerapan metode diskusi kelompok dengan
Sabang sampai Marauke. Siswa dapat menggunakan media peta. Untuk
menemukandanmenunjukkan Profinsi- memperoleh data tentang pelaksanaan siklus
profinsi atau Kabupaten-kabupaten yang I dianalisis dan didiskusikan dengan
sudah pemekaran. Dengan diadakan pengamat atau teman sejawat sehingga
penerapan diskusi kelompok tersebut didapat kesimpulan sebagai berikut:
95

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

1. Dengan menggunakan penerapan metode Data ini menunjukkan bahwa kriteria yang
diskusi kelompok dengan media ditetapkan sudah tercapai yaitu setiap
petadapat meningkatkan aktifitas guru aktifitas telah memperoleh kriteria baik.
dalam proses pembelajaran. Hasil belajar diperoleh gambaran
2. Dengan menggunakan penerapan metode bahwa hasil belajar dalam proses
diskusi kelompok dengan media pembelajaran IPS melalui penerapan metode
petamenarik perhatian dan siswa diskusi dengan media peta sudah mencapai
kelihatannya lebih aktif dan lebih banyak ketuntasan yang diharapkan, karena hasil
keingintahuannya. Hal ini terlihat dari belajar dapat dikatakan tercapai apabila
aktifitas belajar dari pertemuan I ke persentase ketuntasan yang diperoleh 75 %,
pertemuan II. sedangkan hasil ketuntasan yang diperoleh
3. Dari hasil tes yang telah dilaksanakan, dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal adalah 78 %. Dengan demikian dapat
baru mencapai 62,5% dari jumlah siswa yang dikatakan bahwa hasil belajar IPS dapat
ikut tes. meningkat melalui penerapan metode diskusi
Berdasarkan pengamatan dan tes maka kelompokdengan media peta.
tujuan yang diharapkan pada persentasenya Pembelajaran pada Siklus II difokuskan
observasi terhadap aktifitas guru dansiswa pada perkembangan sistem administrasi
dalam proses pembelajaran serta hasil belajar wilayah Indonesia. Proses pembelajaran
siswa belum mencapai kriteria, maka proses dilaksanakan melalui penerapan metode
pembelajaran IPS pada materi Perkembangan diskusi kelompok dengan media peta.Untuk
Sistem Administrasi Wilayah Indonesia memperoleh data tentang pelaksanaan pada
dengan penerapan metode diskusi kelompok Siklus II dilakukan pengamatan dan tes.
dengan menggunakan media peta dilanjutkan Hasil pengamatan dan tes selama
dengan Siklus II. pelaksanaan Siklus II dianalisis dan
didiskusikan dengan pengamat sehingga
Gambar 2 GrafikAktifitasSiswaDalam Proses didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
PembelajaranPadaSiklus II 1) Aktifitas guru dalam proses pembelajaran
pada siklus II telah memperoleh persentase
150%
78% dengan predikat baik.
100% 2) Aktifitas siswa dalam setiap kegiatan yang
diamati pada siklus II sudah mencapai
50%
predikat baik.
0% 3) Dari hasil tes yang telah dilaksanakan pada
1 2 3 4 5 Siklus II, ketuntasan hasil belajar mencapai
78 % dari jumlah siswa yang mengikuti tes.
Berdasarkan analisis dan refleksi
Berdasarkan Gambar 2 di atas, aktifias siswa pada Siklus II, penelitian pada penerapan
pelaksanaan siklus I dapat terlihat persentase metodediskusi kelompok dengan media peta
aktifitas sebagai berikut: sudah berhasil dan dihentikan pada siklus II.
1. Kehadiran tepat waktu saat proses
pembelajaran 100% PEMBAHASAN
2. Sering bertanya dan memberi pendapat Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus
69% I dan Siklus II dapat dilihat adanya
3. Aktif dalam diskusi kelompok 69% peningkatan aktifitas dan hasil belajar IPS
4. Jujur saat mengadakan tes 90% siswa melalui penerapan metode diskusi
5. Mampu berkomunikasi lisan di depan kelompokdengan media peta pada siswa
kelas 66% kelas VI SDN 10 Pulau Punjung Kab.
96

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

Dharmasraya Semester II tahun ajaran dalam pembelajaran IPS melalui penerapan


2016/2017. Pembahasan masing-masing metode diskusi kelompokdengan media peta
Siklus dapat dilihat sebagai berikut. masih kurang walaupun siswa sudah ada
1. Pembahasan PraSiklus yang tuntas.Ketuntasan siswa secara klaiskal
Dari hasil Prasiklus yang telah barumencapai66 %. Sedangkanketuntasan
diperoleh ketuntasan secara klasikal siswa yang ingindicapai adalah minimal 75
yaitu63%. Karena hasil nilai siswa masih %. Jadi pada Siklus I target ketuntasan
rendah makan perlu dilaksanakan tindakan klaasikal belum tercapai. Berdasarkan
siklus I. refleksi siklus I maka dilakukan Siklus II.
2. Pembahasan Siklus I 3. Pembahasan Siklus II
Pada Siklus I materi yang diberikan Pada Siklus II materi yang diberikan
adalah perkembangan sistem administrasi adalah merupakan kelanjutan dari materi
wilayah Indonesia dengan standar Siklus I. Standar kompetensinya adalah
kompetensi : Memahami perkembangan memahami perkembangan wilayah Indonesia
wilayah Indonesia kenampakan alam dan kenampakan alam dan keadaan sosial negara
keadaan sosial negara-negara. sedangkan di Asia Tenggara serta benua-benua.
kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan Sedangkan kompetensi dasarnya adalah
perkembangan sistem administrasi wilayah mendeskripsikan perkembangan sistem
Indonesia.Indikatornya adalah menjelaskan administrasi wilayah Indonesia. Dengan
perkembangan sistem administrasi wilayah indikator sebagai berikut:
Indonesi dan menunjukkan perkembangan1) Menjelaskan perkembangan sistem
sistem administrasi wilayah Indonesia, serta administrasi wilayah Indonesia
menyebutkan provinsi-provinsi yang ada di2) Menunjukkan perkembangan sistem
wilayah Indonesia. administrasi wilayah Indonesia dalam peta
Perencanaan pembelajaran dirancang atlas, dan globe.
dengan menggunakan penerapan melalui3) Menyebutkan provinsi-provinsi yang ada di
metode diskusi kelompok. Rencana Indonesia.
pembelajaran dilakukan tiga tahap yaitu Tahap pembelajaran pada Siklus II
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan sama dengan tahap pembelajaran pada Siklus
akhir.Pelaksanaan pembelajaran IPS melalui I. Berdasarkan dari hasil analisis data
penerapan metode diskusi kelompok dapat ditemukan aktifitas siswa pada setiap
meningkatkan aktifitas guru dansiswa dalam kegiatan yang diamati sudah tercapai criteria
mengikuti pembelajaran IPS sehingga hasil baikdan hasil belajar siswa pada pelajaran
belajar IPS juga meningkat. Siklus I IPS pada Siklus II secara klasikal telah
dilaksanakan tindakan sebanyak tiga mencapai 78%, berarti target yang dicapai
pertemuan termasuk pertemuan untuk tes. sudah terpenuhi, bahkan melebihi target
Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti ketuntasan yaitu 75 % diatas target minimal.
sudah menambah semangat siswa dan Dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan
membuat pembelajaran IPS menjadi pada Siklus II sudah baik sebelumnya dan
menyenangkan, tetapi pelaksanaan belum usaha guru (peneliti) dalam meningkatakan
maksimal karena masih ada siswa yang hasil hasil belajar IPS siswa yang dibatasi pada
belajarnya masih tetap rendah. materi perkembangan sistem administrasi
Berdasarkan hasil analisis pengamatan wilayah Indonesia melalui penerapan metode
pada Siklus I ditemukan masihadaaktifitas diskusi kelompok dengan media peta pada
siswa yang diamati masih ada yang belum siswa kelas VI SDN 10 Pulau Punjung sudah
mencapai kriteriabaik dan hasil ketuntasan berhasil.
siswa belum sesuai dengan harapan, yaitu
mencapai 75 %, ini berarti penguasaan siswa KESIMPULAN
97

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2018

1. Peningkatan aktifitas guru dari Siklus I


ke Siklus II.Pada Siklus I diperoleh
persentase rata- rata aktifitas guru yaitu
63% dan pada Siklus II meningkat
menjadi 78%.

2. Hasil belajar siswa yaitu pada tes


prasiklus ketuntasan secara klasikal
diperoleh 63%, pada siklus I diperoleh
66% sehingga pada siklus II ketuntasan
secara klasikal menjadi78%.
3. Dari hasil yang diperoleh dari tindakan
yang dilakukan peneliti dari prasiklus
sampai pada siklus II, maka dapat
simpulkan bahwa penerapan metode
diskusi kelompok dengan media
petadapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS di kelas
VI SDN Pulau Punjung pada semester II
tahunajaran 2016/ 2017.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar – Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Arsyad, Azhar.2010. Media Pembelajaran.
Jakarta : PT Raja Grafindo.
Djamarah, Bahri Syaiful, Aswan Zain.2010.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta,
Hamalik, Oemar, 2005. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara,
Nasution, 1982; 25, Belajar dan
Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Ramayulis.2006. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta : Kalam Mulia,
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana Grafika
Syaiful Sagala.2009. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sutikno, Sobry.2009. Belajar dan
Pembelajaran Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang
Berhasil. Bandung : Prospect,
98

Nardi Harti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA


PELAJARAN IPA MELALUI MODEL STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION ( STAD )
DI KELAS V SDN 06 PULAU PUNJUNG

WARNIS
Guru SD Negeri 06 Pulau Punjung

ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian tindakan kelas di SD Negeri 06 Pulau Punjung dengan tujuan meningkatkan hasil
belajar siswa belajar IPA melalui Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Melalui
Model Student Teams Achievement Division ( STAD ) Di Kelas V SD N 06 Pulau Punjung. Pembelajaran
selama ini berlangsung secara konvensional, hal ini mengakibatkan hasil pembelajaran belum maksimal sesuai
dengan harapan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus dengan setiap siklus dua kali
pertemuan. Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan Model student Team Achiement ( STAD )
Sebagai intrumen pengumpul data adalah lembar kerja siswa, Lembar Soal Ulangan harian dan lembar observasi
yang disi oleh observer, dengan langkah-langkah perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,
evaluasi dan refleksi untuk setiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan hasil
belajar siswa Melalui Model Student Teams Achievement Division ( STAD ) Di Kelas V SD N 06 Pulau
Punjung. pada kondisi awal rata –rata 59,8 atau persentase pencapaian KKM sebesar 26,7 % pada siklus I
meningkat 70 atau sebesar 50 % dan pada siklus II meningkat menjadi 78,7 sebesar 73,3 %. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua. Masing-masing individu nilai latihannya setiap
pertemuan mengalami peningkatan. Pembelajaran dengan menggunakan model Model Student Teams
Achievement Division ( STAD ) Di Kelas V SD N 06 Pulau Punjung.memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar peserta didik
Kata Kunci : Hasil Belajar, IPA, Model Student Teams Achievement Division ( STAD ).
PENDAHULUAN mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
Pendidikan dalam konteks otonomi untuk mengembangkan potensi siswa agar
daerah diharapkan dapat mengambil peran menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
dalam mewujudkan perubahan paradikma kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat,
dari sentarlisasi menjadi disentralisasi sesuai berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
dengan budaya petunjuk menjadi penekanan warga negara yang demokratis serta
prinsip demokrasi, prakarsa, dan aspirasi bertanggung jawab.
masyarakat daerah sesuai dengan fungsi dan Keberhasilan pendidikan sangat
tujuan pendidikan nasional yang tertuang tergantung pada keberhasilan suatu proses
dalam Undang – Undang No 23 tahun 2003 ( pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
Sisdiknas, pasal 3 ) yang berbunyi “ guru terhadap siswanya. Sementara itu,
Pendidikan nasional berfungsi keberhasilan suatu proses pembelajaran
mengembangkan kemampuan dan tidaklah lepas dari sarana maupun prasarana
membentuk watak serta peradapan bangsa pembelajaran yang memadai untuk
yang bermartabat dalam rangka menunjang aktifitas pembelajaran. Belajar

99
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

merupakan proses penting bagi perubahan psikologi lebih menekankan pada efisiensi
perilaku manusia dan ia mencakup segala mental dan kapasitas pemahaman abstrak
sesuatu yang dipikirkan, dan dikerjakan. yang diperlukan dalam menggunakan bahasa
Belajar memegang peranan penting di dalam symbol. Hal ini juga diperkuat oleh Donald
perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, Stener ( dalam Suroso, 2010 : 13 ) bahwa
tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi Intelegensi adalah kemampuan untuk
manusia. Proses pembelajaran yang menerapkan pengetahuan yang sudah ada
berlangsung di SD N 06 Pulau Punjung di untuk memecahkan masalah-masalah baru,
Kelas V tahun ajaran 2016 / 2017 semester II tingkat intelegensi diukur dengan kecepatan
belum menunjukkan hasil yang maksimal. memecahkan masalah. Setelah melakukan
Bila dilihat dari nilai ulangan harian dan pembelajaran, guru sering merasakan betapa
tugas selama proses pembelajaran yang susahnya mengelola kelas yang memiliki
berlangsung dengan persentase pencapaian ragam intelegensi yang sangat berbeda jauh.
KKM sebesar .26,7 % dengan jumlah nilai Hal ini sangat mempengaruhi proses
rata-rata 59,5 poin. pembelajaran dan hasil belajar siswa. Guru
Keberhasilan pembelajaran ditandai harus beberapa kali mengingatkan siswa
dengan berhasilnya siswa mencapai indikator yang sudah memahami materi pelajaran
pembelajaran. Masalah muncul ketika untuk tidak mengganggu siswa lain, tatkala
setelah proses pembelajaran selesai, maka guru sedang membimbing siswa yang belum
diadakan tes sebagai output dari hasil belajar, memahami materi pelajaran. Pengelolaan
tapi yang diharapkan jauh dari kenyataan. kelas yang gagal dan perhatian terhadap
Hal ini terjadi di kelas yang peneliti kelola siswa yang pintar menjadi terabaikan, hal ini
yaitu hasil evaluasi siswa memiliki rentang merupakan latar belakang munculnya
yang sangat panjang. Siswa yang pintar permasalahan dalam pembelajaran.
mendapat nilai yang tinggi antara 75 sampai
Jika permasalahan ini tidak diatasi,
100 hanya 26,7 % atau 9 orang dari 30 siswa,
maka siswa yang tadinya pintar tapi kurang
sementara siswa yang lambat dalam belajar
mendapat respon akan menjadi pengganggu
mendapat nilai yang sangat rendah atau
bagi siswa lain, sehingga siswa yang pintar
dibawah KKM antara 30 sampai 74 poin.
dicap sebagai siswa yang suka mengganggu,
Kita tidak bisa memungkiri bahwa siswa
membuat keributan dan segala prediket jelek
dalam satu kelas memiliki perbedaan
lainnya. Tak adil memang, padahal mereka
intelegensi. Menurut Sumantri, mulyani
juga membutuhkan perhatian yang sama
(2009:4.25 ) Pengertian intelegensi secara
dengan siswa yang lambat dalam belajar.
100
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

Pembelajaran merupakan sebuah proses yang menggunakan istilah sain yang sulit
menyebabkan siswa belajar. Belajar dipahami oleh siswa. Jangankan dipahami,
hakekatnya adalah berubah kearah yang lebih untuk mengucapkan beberapa kata dibidang
baik. Perubahan yang terjadi berlangsung sain saja mereka kesulitan. Hal ini
dalam diri siswa sebagai pelajar. Menurut menyebabkan pembelajran IPA yang
Djalil, Aria (2008 : 2.29 ) Perubahan pada seharusnya menyenangkan menjadi materi
siswa berkenaan dengan pengetahuan, nilai, yang sulit bagi siswa, bahkan integrasi dan
dan sikap. Perubahan pengetahuan implementasi materi pelajaran dengan
berlangsung melalui proses pemahaman, kehidupan sehari-hari kurang dirasakan
sedangkan nilai dan sikap berlangsung manfaatnya oleh siswa. Padahal dalam KTSP
melalui penghayatan. Perobahan IPA (Depdiknas, 2006 :432 ) jelas tertuang
keterampilan melalui latihan, mencoba, salah satu tujuan Mata pelajaran IPA adalah
membiasakan, mengaitkan bahkan dapat agar peserta didik mengembangkan
menggunakan ilmu yang mereka dapat dalam pengetahuan dan pemahaman konsep IPA
kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
terus-menerus. Menurut Peneliti guru kehidupan sehari-hari.
sebagai motivator harus bisa memberikan
Berikut ini penulis sertakan perolehan
motivasi kepada siswa, agar siswa tertarik
rata-rata nilai mata pelajaran IPA di kelas V
untuk belajar pada bidang studi tersebut.
sebelum penelitian sesuai dengan tabel 1
Motivasi belajar bersifat ekstrinsik (dari luar
dibawah ini :
diri siswa ) dapat dilakukan dengan
pembiasaan secara terus menerus atau Tabel 1. Hasil ulangan harian siswa
melalui reinforcement, sedangkan motivasi sebelum tindakan
belajar bersifat instrinsik ( dari dalam diri Hasil belajar Jumlah Rata –rata (
%)
siswa ) dapat timbul berdasarkan
85-100 4 13,33 %
pengetahuan yang telah dikuasainya.
75-84 5 16,67 %
Bagaimana semua siswa termotivasi untuk
belajar tanpa ada yang merasa diabaikan 65-74 1 3,33 %
dalam menyampaikan materi pelajaran. 55 – 64 6 20 %
Berdasarkan pengalaman penulis selama ≤ 54 14 46,67 %
menjadi guru di SDN 06 Pulau punjung, IPA
JUMLAH 30 100 %
merupakan mata pelajaran yang melibatkan
Kegagalan proses pembelajaran
kehidupan seharian siswa, tapi juga banyak
disebabkan karena verbalisme, kekacauan
101
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

makna dan persepsi yang tidak tepat. Untuk mendorong aktivitas siswa dan merangsang
mengurangi verbalisme, kekacauan makna minat siswa sehingga pembelajaran IPA
dan persepsi yang tidak tepat dari siswa bukan pembelajaran yang membosankan,
terhadap materi yang diberikan guru selama pembelajaran IPA menjadi bermakna. Salah
proses pembelajaran perlu adanya suatu satu model pembelajaran yang efektif
model, metode dan media pembelajaran. mengatasi masalah tersebut yaitu model
Seorang guru hendaknya dapat pembelajaran kooperatif. Model
mengembangkan media pendidikan dengan pembelajaran kooperatif menurut Trianto (
menggunakan alat peraga / media tersebut 2009 ) bahwa model kooperatif dapat
diharapkan pembelajaran dapat berhasil mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
sehingga tujuan dari pendidikan dapat hubungan yang lebih baik antar siswa, dan
terwujud. dapat mengembangkan kemampuan
Berdasarkan nilai hasil belajar yang akademis siswa. Model pembelajaran
diperoleh siswa, maka perlu diadakan suatu kooperatif terdiri dari model STAD,
tindakan agar siswa dapat meningkatkan JIGSAW,TGT, TPS dan NHT. Semua
kemampuannya dalam mengerjakan soal- prinsip pembelajaran kooperatif tidak
soal IPA minimal nilai 75 sesuai syarat berubah. Dalam hal ini peneliti
ketuntasan belajar secara individu. Menurut menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
pengamatan peneliti selama mengajar di STAD yang dapat melibatkan siswa dengan
kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung cara menggunakan lembar kegiatan dan
rendahnya hasil belajar disebabkan oleh saling membantu untuk menuntaskan materi
faktor-faktor antara lain kurangnya belajarnya. Untuk memecahkan permasalah
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep , tersebut, dengan mengkaji latar belakang
kurangnya minat siswa, sehingga soal- soal dan uraian sebelumnya, maka fokus dalam
yang diberikan, banyak kegagalannya dan tindakan penelitian kelas ini adalah dengan
lamban penyelesaiannya (tidak tepat waktu). menerapkan pendekatan pembelajaran
Guru mengajarnya cendrung menggunakan kooperatif tipe STAD. Dalam prakteknya
metode ceramah sehingga terkesan monoton penerapan pendekatan pembelajaran ini,
dan membosankan. banyak membantu guru dalam mengaitkan
Kelemahan-kelemahan yang terjadi materi yang diajarkan dengan situasi dunia
dalam proses pembelajaran akan dapat nyata siswa dan mendorong siswa membuat
diatasi dengan melalui model pembelajaran hubungan antara pengetahuan yang
yang dapat meningkatkan hasil belajar, dimilikinya dengan penerapannya di

102
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

lingkungannya, bentuk kegiatan siswa untuk bertanya, berpendapat,


bekerja dan mengalami, bukan transfer mencobakan, apalagi berargumentasi.
pengetahuan dari guru ke siswa. Berdasarkan Karakter dan intelegensi siswa juga sangat
masalah yang di terangkan di atas peneliti beragam, ada siswa yang sangat pintar,
memilih judul penelitian “ Upaya ada siswa yang sangat lambat dalam
Meningkatkan Hasil Belajar siswa Melalui belajar. Latar belakang pendidikan orang
Model Student Team Achievement Division tua siswa sangat rendah sehingga orang
(STAD) pada mata mata pelajaran IPA Di tua cendrung menyerahkan pendidikan
Kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung. putra-putrinya pada guru seutuhnya.
METODOLOGI PENELITIAN Sumber belajar yang dimiliki hanya dari
A. Setting Penelitian sekolah semata. Bimbingan dari orang tua
1. Lokasi Penelitian sangat minim dengan alasan orang tua
Lokasi penelitian ini dilaksanakan tidak memahami pelajaran putra-putrinya.
di SDN 06 Pulau punjung Kecamatan Kondisi ekonomi siswa juga beragam,
pulau punjung Kabupaten Dharmasraya. tetapi sudah lebih baik jika dibanding
Tepatnya di kelas V pada tahun ajaran empat tahun yang lalu.
2016 /2017. 3. Waktu Penelitian
2. Subjek Penelitian Waktu penelitian kegiatan ini
Adapun subjek penelitian adalah dilaksanakan mulai dari awal Februari
siswa kelas V SDN 06 Pulau punjung, sampai awal bulan Mei tahun 2017. Untuk
tahun ajaran 2016 /2017. Siswa kelas V lebih rincinya waktu penelitian dapat
tersebut berjumlah 30 orang, terdiri dari dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
16 siswa perempuan dan 14 siswa laki-
N Hari / Siklus Ket
laki. Siswa kelas V SDN 06 Pulau O Tangga
punjung ini mempunyai potensi untuk l

ditingkatkan prestasinya karena daya 1. Rabu, Prasiklu


8 s (
tangkap siswa yang cukup bagus, tetepi
Februa Siklus I
siswa dalam pembelajaran sering terlihat ri 2017 )
malas, bosan , melakukan” aktifitas lain”, 2. Senin / Membua Surat
dan sebagian kurang aktif. Hal ini sering 13 Feb t permohona
s.d 15 proposal n, Surat
terjadi terutama pada pembelajaran IPA Maret izin kepsek
yang banyak kata-kata sulitnya (kata 2017 , RPP,
LKS dan
ilmiah). Siswa juga terlihat takut dan malu Soal UH

103
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

siklus I 1. Perencanaan
Dalam tahap ini, hal-hal yang
3. Rabu/ Kegiata
dilakukan oleh peneliti adalah:
22 n Siklus
Maret I a. Observasi lokasi dan subjek
s.d 5
penelitian
April
2017 b. Konsultasi dengan pihak guru
4 Rabu/ Kegiata c. Menyiapkan perangkat
12 n siklus pembelajaran seperti silabus,
April II
s.d 26 Rencana Pembelajaran (RPP),
April Student Worksheet, instrument
2017
pengumpulan data.
5 Selasa Mengola
d. Menyiapkan media yang akan
/ 2 Mei h Data
s.d 17 digunakan dalam pembelajaran
Mei
e. Menyiapkan alat dan bahan lain
2017
yang akan dibutuhkan dalam
6 Kamis Membua
/ 18 t pembelajaran.
Mei s.d Laporan f. Merencanakan analisis hasil tes.
30 Mei
2017 2. Tahap pelaksanaan tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan
B. Prosedur Penelitian
yang dilakukan oleh guru mata
Penelitian tindakan kelas ini akan
pelajaran IPA kelas V SD Negeri 06
dilaksanakan pada materi IPA.
Pulau Punjung dengan
Penelitian ini direncanakan dalam dua
melaksanakan rencana pembelajaran
siklus. Siklus 1 terdiri dari 2 tindakan
yang sudah disiapkan dan dibantu
dan 1 Ulangan harian sedangkan siklus 2
oleh guru menjadi observer dalam
terdiri dari 2 tindakan dan 1 ulangan
penelitian ini. Adapun kegiatan
harian .Masing-masing siklus
yang dilakukan adalah : Peneliti
dilaksanakan pembelajaran dengan
melakukan Kegiatan Belajar
model kooperatif tipe Student Team-
Mengajar dikelas V SDN 06 Pulau
Achievement Division (STAD) .
punjung sesuai dengan jadwal
1) Siklus I
dengan langkah-langkah sebagai
Berikut langkah-langkah yang akan
berikut :
dilakukan dalam penelitian tindakan
kelas ini.

104
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

1. Pelajaran dibuka dengan apersepsi yaitu menyelesikan Lembar Kerja


yaitu mengajukan pertanyaan pada Siswa yang disediakan dan ketua
siswa seperti: sebutkan contoh dalam kelompok memastikan setiap anggota
kehidupan sehari- hari menggunakan kelompoknya menguasai materi
prinsip pesawat sederhana? Dan apa yang diajarkan.
keuntungan dari pesawat sederhana 6. Siswa bekerja dalam kelompok, guru
tersebut ? melakukan pengamatan, memberikan
2. Guru menyampaikan tujuan bimbingan, dorongan, bantuan serta
pembelajaran dan indicator yang menyemangati ketua kelompok
harus untuk membimbing anggota
dicapai setelah proses belajar kelompok agar menguasai materi
mengajar serta memotivasi siswa. pelajaran. Kerja team ini merupakan
3. Guru menyampaikan materi pelajaran cirri terpenting dari STAD.
dengan terlebih dahulu menjelaskan 7. Masing-masing kelompok
tujuan pelajaran yang ingin dicapai mempresentasikan hasil kerja
serta pentingnya pokok bahasan kelompok, guru meluruskan
tersebut dipelajari. Guru juga kesalahan dan memberikan
memotivasi siswa agar semua terlibat penguatan pada masing-masing
aktif, kreatif serta bekerja sama kelompok. Kelompok lain boleh
dengan tetap menerapkan nilai memberi tanggapan , bertanya atau
kejujuran, teliti, kerja sama, memberi saran.
semangat, dan berjuang untuk 8. Guru mengevaluasi hasil belajar
memenangkan kuis pada akhir melalui pemberian kuis
pembelajaran. Materi pelajaran secara individual dan tidak
dijelaskan dengan bantuan media dibenarkan bekerja sama. Ini
yaitu gambar macam –macam dilakukan untuk menjamin agar
pesawat sederhana. siswa secara individu bertanggung
4. Guru membentuk kelompok dimana jawab dan berjuang member
setiap kelompok terdiri dari 5- 6 konstibusi bagi teamnya.
orang siswa yang heterogen dalam 9. Siswa dan guru menyimpulkan
prestasi akademik dan gender. pelajaran dan memberi
5. Guru menjelaskan kegiatan yang kesempatan pada siswa untuk
harus dilakukan dalam kelompok

105
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

menanyakan hal-hal yang belum siklus I untuk merencanakan


dipahami. tindakan pada siklus II.
10. Guru menutup pelajaran dan 2) Siklus II
memberikan tugas untuk a. Perencanaan
dikerjakan di rumah. 1. Menyusun rancangan tindakan
11. Guru meminta siswa membuat jurnal berupa Rencana Perbaikan
belajar hari itu. Dan menyampaikan Pembelajaran yang dilengkapi
bahwa jam terakhir akan diumumkan dengan model STAD (Student
hasil kerja team yaitu gabungan dari Teams Achievement Division )
nilai kerja kelompok dan individu. yang digunakan serta media
3. Tahap observasi dan evaluasi pembelajaran.
Kegiatan pada tahap observasi 2. Menyusun instrument penelitian,
adalah melakukan observasi secara alat perekam data, baik berupa
kontiniu setiap berlangsungnya lembaran pengamatan yang
pelaksanaan tindakan dengan sudah disepakati dengan
mengamati pelaksanaan kegiatan observer, maupun media
belajar mengajar, apakah sudah elektronik yang dianggap perlu.
sesuai dengan rencana 3. Mendiskusikan dengan teman
pembelajaran. Tahap evaluasi sejawat tentang kekurangan –
dilaksanaka setiap akhir siklus kekurangan pada siklus I dan
dengan memberikan tes. melengkapi kelengkapan data
4. Tahap refleksi pendukung.
Kegiatan pada tahap refleksi b. Pelaksanaan
adalah peneliti dan guru mata kelas Tahap ini dimulai dengan
mengkaji kekurangan dan hambatan pelaksanaan Perbaikan
yang muncul pada saat pembelajaran sesuai jadwal yang
berlangsungnya proses belajar telah ditentukan. Adapun kegiatan
mengajar, sehingga diperoleh yang dilakukan adalah : Peneliti
alternatif pemecahan masalah yang melakukan Kegiatan Belajar
muncul pada setiap proses belajar Mengajar dikelas V SDN 06 Pulau
mengajar, dan dapat melakukan punjung sesuai dengan jadwal dan
perbaikan untuk pelaksanaan siklus rencana perbaikan yang telah
selanjutnya. Hasil refleksi pada

106
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

disepakati dengan langkah-langkah memenangkan kuis pada akhir


sebagai berikut pembelajaran. Materi pelajaran
1. Membentuk kelompok baru yang dijelaskan dengan bantuan media
terdiri dari 5-6 orang yang mana yaitu gambar macam –macam
kelompok pada siklus I diantara pesawat sederhana.
satu kelompok ada siswa 5. Guru membentuk kelompok
menumpuk yang pintar dan ada dimana setiap kelompok terdiri
kelompok yang menumpuk sama dari 5- 6 orang siswa yang
malas dan lain . heterogen dalam prestasi
2. Pelajaran dibuka dengan akademik dan gender.
apersepsi yaitu mengajukan 6. Guru menjelaskan kegiatan yang
pertanyaan pada siswa seperti: harus dilakukan dalam kelompok
sebutkan contoh dalam yaitu menyelesikan Lembar
kehidupan sehari- hari Kerja Siswa yang disediakan
menggunakan prinsip pesawat dan ketua kelompok
sederhana? Dan apa keuntungan memastikan setiap anggota
dari pesawat sederhana tersebut ? kelompoknya menguasai
3. Guru menyampaikan tujuan materi yang diajarkan.
pembelajaran dan indicator yang 7. Siswa bekerja dalam kelompok,
harus dicapai setelah proses guru melakukan
belajar mengajar serta pengamatan, memberikan
memotivasi siswa. bimbingan, dorongan, bantuan
4. Guru menyampaikan materi serta menyemangati ketua
pelajaran dengan terlebih dahulu kelompok untuk membimbing
menjelaskan tujuan pelajaran anggota kelompok
yang ingin dicapai serta agar menguasai materi
pentingnya pokok bahasan pelajaran. Kerja team ini
tersebut dipelajari. Guru juga merupakan cirri terpenting
memotivasi siswa agar semua dari STAD.
terlibat aktif, kreatif serta bekerja 8. Masing-masing kelompok
sama dengan tetap menerapkan mempresentasikan hasil kerja
nilai kejujuran, teliti, kerja sama, kelompok, guru meluruskan
semangat, dan berjuang untuk kesalahan dan memberikan

107
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

penguatan pada masing- ini. Pengamatan pada siklus ini tetap


masing kelompok. Kelompok dilakukan oleh teman sejawatselaku
lain boleh memberi tanggapan obsever. Pada penelitian ini
, bertanya atau memberi saran. pengamatan lebih difokuskan pada
9. Guru mengevaluasi hasil belajar metode pembelajaran dan pengaruh
melalui pemberian kuis model STAD terhadap kondisi kelas
secara individual dan tidak dan hasil belajar siswa.
dibenarkan bekerja sama. Ini
d. Refleksi
dilakukan untuk menjamin
Refleksi dilakukan setelah satu
agar siswa secara individu
tindakan dilaksanakan. Dalam tahap
bertanggung jawab dan berjuang
ini peneliti, teman sejawat melakukan
member konstibusi bagi
diskusi terhadap tindakan yang baru
teamnya.
saja terjadi serta berdasarkan data
10. Siswa dan guru
yang diperoleh. Hal-hal yang
menyimpulkan pelajaran dan
didiskusikan adalah:
memberi kesempatan pada
siswa untuk menanyakan hal- 1. Menganalisis tindakan
hal yang belum dipahami. perbaikan yang baru
11. Guru menutup pelajaran dan dilakukan.
memberikan tugas untuk 2. Melakukan refleksi terhadap
dikerjakan di rumah. kekurangan dan kelebihan
12. Guru meminta siswa yang ditemukan.
membuat jurnal belajar hari itu. 3. Mengkonfirmasikan
Dan menyampaikan bahwa jam perbedaan rencana perbaikan
terakhir akan diumumkan hasil pembelajaran dengan
kerja team yaitu gabungan dari pelaksanaan perbaikan
nilai kerja kelompok dan pembelajaran.
individu. 4. Melakukan pemaknaan dan
c. Tahap Observasi dan Evaluasi penyimpulan data yang
Pengamatan dilakukan bersamaan diperoleh.
dengan pelaksanaan tindakan C. Pengolahan Data
perbaikan pembelajaran yang a. Teknik Pengumpulan Data
merupakan siklus II dari penelitian 1) Teknik Tes

108
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

Teknik tes dilaksanakan pada untuk data kuantitatif, berupa angka


akhir kegiatan pembelajaran, hasil tes siswa.
digunakan untuk mengetahui
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif
hasil belajar siswa, dengan
Data hasil belajar siswa
menggunakan banyak soal,
dianalisis dengan melakukan tes
bentuk soal berupa isian dan
pada setiap akhir pertemuan
uraian, disertakan pula skor
pembelajaran. Hasil tes evaluasi
maksimal.
dinilai dengan angka antara 0
2) Observasi
sampai 100.
Observasi untuk mengetahui
Nilai tes formatif dapat dihitung
aktivitas siswa dalam penelitian
dengan rumus:
dengan menggunakan lembar
pengamatan aktivitas siswa di Skor Perolehan x 100
gunakan sebagai faktor
Skor Maksimal
pendukung
Ketuntasan belajar dapat dicapai jika hasil
3) Dokumentasi
belajar siswa menunjukkan angka 75 ke
Dokumentasi untuk memperoleh
atas, sedangkan apabila hasil belajar siswa
data awal, nilai hasil belajar
(<75) maka dikatakan belum tuntas
sebelum dilaksanakan Penelitian
belajarnya. Ketuntasan belajar seluruh
Tindakan Kelas, foto kegiatan
siswa tercapai jika target nilai rata-rata
selama penelitian.
mencapai 75 dengan jumlah siswa yang
b. Teknik Analisis Data
tuntas belajar 75 %.: Kriteria penilaian
Analisis data adalah suatu cara
tercapai jika persentase hasil berada
menganalisis data yang diperoleh
dalam kategori baik atau amat baik.
selama peneliti mengadakan
Kriteria penilaian adalah sebagai berikut:
penelitian sehingga akan diketahui
Tabel 4 : Kriteria Pengolahan Nilai
kebenaran atas sesuatu
ulangan harian
permasalahan ( Sudjana, 1996:47). No Interval Skor Hasil Kategori
Data yang terkumpul akan Ulangan harian

mempunyai arti jika dianalisis 1. 85 – 100 Amat


sesuai dengan tujuan penelitian. Baik (AB)
2. 70 - 84
Oleh karena itu analisis data dalam Baik (B)
3. 55 - 69
penelitian ini yaitu analisis data

109
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

4. 40 – 54 Cukup (C) b. Persentase tuntas klasikal sekurang-

5. 0 - 39 Kurang (K) kerungnya 75 % (minimal 75 %


siswa yang memperoleh skor ≥ 75)
Sangat
Kurang HASIL PENELITIAN DAN
(SK) PEMBAHASAN
A. Studi Pendahuluan
c. Validasi data
Keberhasilan sebelum dilaksanakan
Data yang diperoleh selama
siklus dilakukan tes awal (pre-test)
pembelajaran menggunakan model
dengan rata-rata 59,8 poin dengan
STAD validasi data dilakukan melalui
pencapaian persentase sebesar 26,7 %
beberapa tahap yaitu:
sebanyak 9 orang dari 30 siswa.
1. Triangulasi
Kesalahan dalam mengerjakan soal cukup
Yakni peneliti mengecek kebenaran
beragam dilihat dari hasil tes pre- tes
data yang diperoleh dengan
(awal )
mengkonfirmasikan dari sumber
Tabel 5. Hasil ulangan harian siswa
data yang lain , peneliti, observer
sebelum tindakan
dan siswa.
Hasil belajar Jumlah Rata –rata
2. Memberi Chek
(%)
Peneliti mengecek kebenaran data
85-100 4 13,33 %
dan keaslian data dengan
75-84 5 16,67 %
mengkonfirmasikan dengan nara
sumber data. Dalam hal ini seluruh 65-74 1 3,33 %
data yang diperoleh dikonfirmasikan 55 – 64 6 20 %
kebenarannya kepada guru kelas ≤ 54 14 46,67 %
dan kepala sekolah setiap akhir
JUMLAH 30
pelaksanaan tindakan dan pada
akhir seluruh pelaksanaan tindakan. B. Siklus I
d. Indikator Keberhasilan 1. Perencanaan
Model STAD dikatakan efektif untuk a. Pembelajaran pada penelitian ini
meningkatkan hasil belajar IPA jika : memakai model pembelajaran
1. Hasil belajar kooperatif tipe STAD dengan
a. Rata-rata kelas sekurang-kurangnya mengaju pada sintak pengajaran.
75 b. Pada penelitian siklus I pertemuan 1
dilaksanakan pada hari Rabu / 22
110
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

Maret dan pertemuan 2 dilaksanakan dan membantu setiap kelompok agar


hari Rabu / 29 Maret 2017 dengan melakukan dengan efisensi.
rencana tindakan sebagai berikut: 4) Membimbing kelompok belajar pada
1) Menyiapkan perangkat saat mengerjakan tugas
pembelajaran seperti silabus, 5) Mengevaluasi hasil belajar tentang
Rencana Pembelajaran (RPP), materi yang telah diajarkan atau
instrument pengumpulan data masing-masing kelompok
dalam bentuk tes tertulis. mempresentasikan hasil kerjanya.
2) Membentuk kelompok kerja 6) Menghargai hasil belajar siswa baik
siswa secara individu maupun kelompok.
3) Membagikan LKS c. Penutup
4) Menyiapkan alat dan media 1) Memberitahukan tentang materi
pembelajaran pembelajaran untuk pertemuan
2. Pelaksanaan berikut
a. Pendahuluan 2) Memberikan tugas kepada siswa
1) Menyiapkan kondisi kelas dan untuk membawa alat dan bahan
pembelajaran yang kondusif 3. Observasi
2) Menyampaikan apersepsi dan Selama proses pembelajaran berlangsung
Memotivasi siswa dengan aktivitas siswa diamati terus selama
memberikan pertanyaan tentang proses pembelajaran dan selama 2 kali
materi yang lalu. pertemuan dalam satu siklus dengan alat
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran pengumpul data lembar kerja siswa dan
4) Menyampaikan kompetensi dasar dan data hasil ulangan belajar siswa pada
indikator pembelajaran siklus akhir siklus.
b. Kegiatan Inti 4. Refleksi
1) Menyampaikan semua tujuan Data yang diperoleh digunakan untuk
pelajaran yang ingin dicapai mengevaluasi aktivitas siswa belajar IPA
2) Menyajikan informasi kepada siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
dengan jalan mendemontrasikan pada akhir siklus pertama dilakukan
lewat bahan bacaan dengan materi refleksi terhadap hasil pengamatan
memahami pesawat sederhana aktivitas siswa. Hasil refleksi data yang
3) Menjelaskan kepada siswa bagaimana diperoleh pada akhir siklus I berguna
cara membentuk kelompok belajar untuk menentukan rencana siklus II. Pada

111
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

akhir siklus I peneliti memberikan soal Setelah perencanaan dan refleksi siklus I
kepada siswa sebanyak 10 soal yang dianggap matang, maka diadakan siklus
berkaitan dengan pesawat sederhana. II.
Waktu untuk menyelesaikan selama 60 5. Hasil
menit kemudian siswa diperintahkan Hasil penelitian dari siklus satu yang
untuk mencocokkan dengan langkah yang peneliti lakukan di V SD Negeri 06 Pulau
diberikan guru. . punjung tahun 2017 dilaksanakan
Dengan demikian siklus I berdasarkan prosedur penelitian tindakan
keberhasilannya mencapai 50 % dan nilai kelas dengan menggunakan model
rata-rata 70 poin. Keberhasilan yang pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
demikian, belum memenuhi apa yang siswa kelas V dapat dideskripsikan
diharapkan, maka peneliti mengadakan sebagai berikut : Hasil yang dicapai pada
refleksi ulang terhadap perencanaan siklus siklus I keberhasilan mencapai 50 %
I. Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti dengan nilai rata 70 poin. Perincian
adalah : (1) Memperbaiki perencanaan Analisis Nilai Siswa dalam menyelesaikan
siklus I untuk ditingkatkan pada siklus II, soal ulangan harian akhir Siklus 1 dapat
(2) Memberikan contoh-contoh real dalam dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
kehidupan sehari-hari yang lebih jelas dan Tabel 6 Perincian Analisis Nilai Siswa
dalam menyelesaikan soal Ulangan harian
dimengerti siswa, (3) Mengadakan cek
siklus I.
hasil pengamatan guru terhadap peneliti, Hasil Jumlah Rata –rata
belajar (%)
atas kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran siklus I. Dari kegiatan 85-100 6 20 %
refleksi, diketahui bahwa kekurangan 75-84 9 30 %
peneliti yaitu pada penjelasan konsep dan 65-74 0 - %
contohnya dalam kehidupan sehari-hari
≤ 64 15 50 %
dan diharapkan lebih dapat dimengerti
Jumlah 30 100 %
siswa. Kegiatan guru pada saat siswa
mengerjakan soal diharapkan menjadi Pada tabel 5 di atas diketahui

fasilitator sehingga dimana ada siswa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
yang mengalami kesulitan belajar sebesar 50 % dengan keterangan yang
diharapkan guru memberikan penjelasan mendapat nilai 85-100 sebesar 20 %, 75 –

langsung tidak harus menunggu siswa 84 sebesar 30 %, dan 50 % lagi dibawah


secara klasikal selesai mengerjakan soal. KKM. Kemampuan yang demikian tersebut
masih digolongkan rendah secara klasikal.
112
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

Berdasarkan data diatas dapat dibuat pada siswa yang belum memahami
grafik.1. peningkatan sebelum penelitian dan konsep dan menentukan contoh –contoh
setelah siklus I. dalam kehidupan sehari-hari sehingga
anak mengerti apa yang dipelajari dan
Gambar grafik 1 peningkatan hasil belajar bagaimana penerapannya. Pemahaman
sebelum dan sesudah siklus I
siswa diharapkan akan tumbuh dalam
siklus II ini sehingga akan memudahkan
15
pemahaman konsep pesawat sederhana.
10 C. Siklus II 85-100

1. Perencanaan
75- 84
5 65-74
Penelitian siklus II dilaksanakan
kecil dari 64
pertemuan 1 dilaksanakan pada hari
0
sebelum siklus I Rabu / 12 April 2017, pertemuan
tindakan
kedua hari Rabu/ 19 April 2017 dan
Setelah diadakan tindakan siklus I
untuk ulangan harian di laksanakan
berdasarkan tabel diatas yang sudah
pada akhir siklus II pada hari Rabu/
dianggap memiliki kemampuan dalam
26 April 2017 dengan langkah –
menyelesaikan soal sebanyak 15 orang.
langkah pembelajaran dengan
Kalau dilihat dari Ketuntasan belum
tindakan sebagai berikut:
sesuai dengan harapan maka perlu di
lanjutkan dengan tindakan siklus II. 1) Mendata kekurangan-
Peneliti pada siklus ke II masih kekurangan yang ada pada siklus
menggunakan model STAD Pelaksanaan I
tindakan siklus II tersebut langkah yang 2) Menyusun perangkat
dilakukan pada pembelajaran adalah pembelajaran siklus II yang
sebagai berikut :perencanaan, merupakan revisi dari siklus I
pelaksanaan, observasi dan refleksi. seperti RPP dan LKS
Kegiatan tersebut kemudian diikuti 3) Menyiapkan media pembelajaran
dengan pemberian soal untuk diselesaikan 4) Menyiapkan lembar observasi
siswa secara individu. Setelah dilakukan kegiatan guru dan siswa siklus II
secara individu maka diadakan tugas 5) Menyiapkan soal evaluasi siklus
kelompok, kemudian pembahasan soal II beserta kunci jawabannya
bersama-sama dengan difasilitasi guru. 6) Menyiapkan pedoman
Titik perhatian dalam siklus II adalah pensekoran soal evaluasi siklus II
113
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

7) Pembelajaran pada penelitian ini kelompok belajar dan membantu


memakai model pembelajaran setiap kelompok agar melakukan
kooperatif tipe STAD dengan dengan efisensi.
mengaju pada sintak pengajaran 4. Membimbing kelompok belajar
STAD pada saat mengerjakan tugas
8) Membentuk kelompok kerja 5. Mengevaluasi hasil belajar tentang
yang baru materi yang telah diajarkan atau
2. Pelaksanaan masing-masing kelompok
a. Pendahuluan mempresentasikan hasil kerjanya.
1) Menyiapkan kondisi kelas 6. Menghargai hasil belajar siswa baik
dan pembelajaran yang secara individu maupun kelompok.
kondusif c. Penutup
2) Mengimformasikan duduk 1) Memberitahukan tentang materi
secara berkelompok sesuai pembelajaran untuk pertemuan
kelompok yang baru berikut
3) Menyampaikan apersepsi 2) Memberikan tugas kepada siswa
4) Memotivasi siswa dengan untuk mempelajari materi
memberikan pertanyaan berikutnya.
tentang minggu yang lalu 3. Observasi
5) Menyampaikan tujuan Berdasarkan pengamatan
6) Menyampaikan kompetensi peneliti, hasil observasi dan diskusi
dasar dan indikator dengan observer, pada siklus II proses
pembelajaran pembelajaran sudah berjalan sesuai
b. Kegiatan Inti dengan sekenario. Hasil dari evaluasi
1. Menyampaikan semua tujuan nantinya akan tergantung dari
pelajaran yang masing-masing individu. Setelah
ingin dicapai pembelajaran pada siklus II selesai,
2. Menyajikan informasi kepada siswa guru melakukan evaluasi dengan
dengan jalan mendemontrasikan memberikan soal tes kepada siswa.
lewat bahan bacaan dengan materi Data hasil evaluasi siklus II dapat
tentang pesawat sederhana dilihat pada tabel berikut.
3. Menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara membentuk

114
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

Tabel 7. Perincian Analisis Nilai evaluasi siklus II dilaksanakan dengan


Siswa dalam menyelesaikan soal menggunakan model pembelajaran
Ulangan harian siklus II. kooperatif tipe STAD dengan membagikan
Hasil Jumlah Persentase handout dan merubah susunan kelompok
belajar pencapaian (
kerja karena di siklus 1 dalam satu kelompok
%)
ada yang aktivitas belajar sangat baik.
85-100 8 26,67 %
4. Refleksi
75-84 13 43,33 % Pada akhir siklus II merupakan
65-74 4 13,33 % usaha memperbaiki pembelajaran
≤ 64 5 16,67 % terhadap siklus I. Pada siklus 1 ada
sebagian anak yang belum tuntas
Jumlah 30 100 %
belajarnya, peneliti memberikan 10
Pada tabel 7 di atas diketahui
soal yang berkaitan dengan materi
kemampuan siswa dalam
pesawat sederhana.. Waktu untuk
menyelesaikan soal diatas KKM
menyelesaikan 30 menit kemudian
mencapai 73,3 % yaitu mendapat
siswa diperintahkan untuk
nilai 85-100 sebesar 26,67 %, 75 –
mencocokkan dengan langkah yang
84 sebesar 43,33 %, kemampuan
diberikan guru ternyata di siklus II
yang demikian sudah memenuhi
hasil belajar siswa sudah melebihi
KKM secara klasikal. Berdasarkan
KKM. Akhir siklus II dikatakan
data diatas dapat dibuat grafik.2
berhasil karena dari 30 siswa
tentang peningkatan hasil belajar
seluruhnya telah mengalami
siswaPeningkatan
Gambar siklus I penelitian dan siklus
hasil belajar siswa II.
peningkatan hasil belajar dari siklus 1
siklus I dan Siklus II
rata-rata 70 poin dan pada akhir
siklus II adalah 78,7 poin. Sedangkan
15
85- hasil observasi guru dalam
10 100
pembelajaran juga mengalami
5 75- 84
peningkatan yang berarti bahwa guru
0
SIKLUS I SIKLUS II telah menggunakan langkah-langkah
Siklus II dilaksanakan dengan pembelajaran dengan model
kemampuan siswa dalam menyelesaikan kooperatif tipe STAD dengan baik.
soal-soal IPA. Untuk memperbaiki kembali Keberhasilan tersebut diketahui dari
hasil belajar siswa, kemudian pelaksanaan pemahaman terhadap apa yang

115
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

diminta soal dapat dipahami dan Pelaksanaan siklus I untuk


dimengerti siswa, proses pertemuan pertama dan kedua
pembelajaran yang berlangsung dilaksanakan berdasarkan rencana
berjalan sesuai dengan skenario yang pelaksanaan pembelajaran yang telah
direncanakan sehingga siswa dalam susun sesuai dengan model pembelajaran
mengerjakan LKS benar dikerjakan. STAD. Setelah pelaksanaan
Kemampuan siswa dalam pembelajaran sebanyak dua pertemuan,
menyelesaikan masalah pada materi dilakukan evaluasi untuk siklus I. Dari
pesawat sederhana di kelas V evaluasi siklus I diperoleh nilai rata-rata
dianggap meningkat dengan model kelas yang diperoleh pada siklus I adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD. 70 poin dengan persentase kentutasan
Dalam pembelajaran yang belajar siswa adalah 50 %. Nilai tertinggi
menggunakan model tipe STAD yang diperoleh siswa adalah 100 dan
sikap siswa dalam pembelajaran nilai terendah adalah 40. Dari 30 siswa
menunjukkan adanya antusias yang hanya 15 siswa yang memperoleh nilai di
baik untuk mengikuti pembelajaran atas KKM sebesar 50 % dan sisanya
IPA. sebanyak 15 siswa memperoleh nilai di
bawah KKM. Hasil yang diperoleh pada
siklus I masih tergolong cukup rendah
D. Pembahasan atau belum memenuhi indikator kinerja
Penelitian tindakan kelas ini pada penelitian ini. Hal ini disebabkan
dilaksanakan sebagai upaya oleh beberapa faktor yaitu:
meningkatkan hasi belajar IPA siswa 1. Guru kurang dalam memberikan
kelas V di SD Negeri 06 Pulau Punjung apersepsi dalam pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran khususnya pada siklus I pertemuan
kooperatif tipe STAD. Penelitian ini pertama.
dilakukan dalam dua siklus berdasarkan 2. Guru kurang dalam menyampaikan
alokasi waktu yaitu empat pertemuan. tujuan pembelajaran yang ingin
Siklus I terdiri dari dua pertemuan, dicapai dalam proses pembelajaran.
sedangkan siklus II terdiri dari dua 3. Guru kurang dalam memberikan
pertemuan juga dan setiap siklus informasi materi yang akan dipelajari
dilakukan evaluasi satu kali pertemuan. kepada siswa sebelum berdiskusi.

116
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

4. Guru kurang dalam memberikan 3. Mengoptimalkan pengelolaan kelas


contoh dari materi ajar terutama saat berdiskusi.
5. Penggunaan alokasi waktu yang 4. Guru lebih mengaktifkan tanya jawab
kurang baik sehingga beberapa dengan siswa pada saat pemberian
kegiatan pembelajaran tidak informasi
terlaksana 5. Mengajak siswa untuk lebih
6. Pelaksanaan presentasi kelompok semangat dalam presentasi hasil
tidak terlaksana pada pertemuan diskusi.
pertama dan kurang maksimal pada 6. Mengajak siswa untuk membuat
pertemuan kedua. kesimpulan dari materi yang
7. Beberapa siswa tidak mendengarkan dipelajari.
dan memperhatikan penjelasan guru Proses pembelajaran pada siklus
8. Siswa membentuk kelompok secara II dilaksanakan seperti siklus I, tetapi
kurang tertib guru melakukan perbaikan-perbaikan
9. Beberapa siswa pada kelompok berdasarkan kekurangan-kekurangan
terlihat kurang membimbing anggota yang ditemukan pada siklus I. Dari hasil
yang lain. evaluasi siklus II diperoleh nilai rata-rata
10. Siswa tidak dapat menyelesaikan kelas 78,7 poin dengan persentase
LKS 1 secara baik dengan waktu kentutasan belajar siswa adalah 73,3
yang cukup lama %.Tingginya nilai ketuntasan ini
Peneliti melakukan refleksi disebabkan karena dari 30 siswa hanya 8
berdasarkan kekurangan pada siklus I di siswa yang memperoleh nilai kurang
atas, dengan merencanakan tindakan dari KKM yang telah ditetapkan,
sebagai berikut: sedangkan sisanya sebanyak 22 siswa
1. Guru lebih memperhatikan RPP memperoleh nilai di atas KKM.
khususnya dalam menyampaikan Peningkatan nilai rata-rata dan
apersepsi, tujuan pembelajaran persentase ketuntasan pada siklus II
diawal pembelajaran, memberikan terjadi karena pelaksanaan model
motivasi dan pemberian informasi. pembelajaran STAD sudah berjalan
2. Merencanakan alokasi waktu yang sesuai dengan rencana yang telah
lebih efektif, dan alokasi waktu untuk disusun. Selain itu guru juga sudah dapat
menyampaikan materi harus menguasai kelas, sehingga pelaksanaan
ditambah. RPP dapat berlangsung lebih baik

117
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

dibandingkan siklus I. Hal ini berarti informasi dan komunikasi Pendidikan


alokasi waktu yang sudah direncanakan TK dan SD. Edisi 3.
dapat berjalan sesuai dengan yang telah Pujiandi. 1999. Definisi teknologi
direncanakan. Terlihat juga adanya Pendidikan Satuan Tugas Definisi
peningkatan nilai rata-rata dari siklus I dan terminologi AECT. Jakarta:
dan siklus II yaitu sebesar 8,7 poin. Raja Grafindo Persada
Selain itu peningkatan ketuntasan Rusman.2012. Model-Model Pembelajaran.
klasikal juga terjadi sebesar 23,3 %. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Oleh karena itu penerapan model Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran :
pembelajaran kooperatif tipe Student Berorientasi Standar Proses
Team Achievement Division (STAD) Pendidikan. Jakarta: Kencana
dapat meningkatkan hasil belajar siswa Media Group.
pada mata pelajaran IPAdi Kelas V SDN Slavin. 2006. Cooperativie Learning. Riset
06 Pulau Punjung. dan Praktik. Bandung Nusa Media
DAFTAR PUSTAKA Suroso. ( 2010 ) Smart Brain, Metode
Depdiknas.(2006) Kurikulum Tingkat Satuan Menghafal Cepat dan Meningkatkan
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Ketajaman memori: SIC Group.
Djali, Aria dkk. (2008) Pembelajaran Kelas Trianto,2009.Mendesain Model
Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka Pembelajaran Inovatif- Progresif.
Johnson & B. Elaine .2002. Contextual Jakarta: PT Fajar Interpratama
Teaching and Learning. California: Mandiri.
Corwin Press. Inc.
Kemendikbud.2014. Kurikulum Pendidikan
Dasar GBPP sekolah dasar. Jakarta .
Kemendikbud.
Mulyani, Sumantri. (2009) Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Nurulwati. 2000. Pembelajaran Kooperatif
yang menggairahkan, Wahana

118
Warnis
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH DALAM BOLA


VOLI MINI SISWA KELAS VI SDN 07 PULAU PUNJUNG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TUTOR KEBAYA

Depi Elsi Susanti

SD NEGERI 06 PULAU PUNJUNG

ABSTRAK

Dalam pendidikan jasmani, permainan merupakan olahraga yang digemari siswa, dan salah
satunya adalah permainanan-bola voli mini. Dalam pembelajaran permainan bola voli mini di SD masih
banyak ditemukan masalah diantaranya, adalah kurangnya penguasaan teknik passing atas. Siswa kelas
VI masih takut dengan bola, siswa beranggapan bola itu berat, dan merasa takut jari tangan mereka cedera
saat menahan bola.
Penggunaan metode pembelajaran yang kurang menyenangkan bisa juga membuat siswa kurang
termotivasi untuk belajar passing atas, akibatnya siswa kurang terampil dalam melakukan passing bawah
bola voli. Terbukti dari hasil dari hasil evaluasi baru 42% siswa yang telah dapat melakukan passing
bawah dan 58% siswa masih belum menguasai passing bawah dengan baik. Jumlah siswa yang tuntas
adalah 11 orang atau 42%, sedangkan yang tidak tuntas adalah 15 orang atau 58%. Kondisi yang seperti
ini apabila dibiarkan akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut menunjukkan adanya
permasalahan pembelajaran yang harus dicari jalan keluarnya. Peneliti ingin menggunakan metode
pembelajaran yang diperkirakan akan dapat membantu siswa kelas VI SDN 07 Pulau Punjung untuk dapat
melakukan passing bawah yaitu memakai metode tutor sebaya. Selama ini metode tutor sebaya jarang
dipakai dalam pembelajaran bola voli mini di SD.
Hasil Penelitian menunjukkan pada pra tindakan dari 26 siswa terdapat 11 siswa (42%) yang
tuntas belajar, pada akhir siklus I dari 26 siswa terdapat 19 siswa (73%) yang tuntas belajar, pada pra
tindakan dari 26 siswa terdapat 23 siswa (88%) yang tuntas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa metode
tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar pasing bawah bola voli mini siswa kelas VI SDN 07 Pulau
Punjung.

Keywords: Bola Volley Mini, Passing Bawah, Tutor Sebaya

PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani bertujuan pendidikan jasmani yang merupakan
untuk mengembangkan aspek kesehatan salah satu mata pelajaran di Sekolah
kebugaran jasmani, keterampilan, berfikir Dasar. Adapun permainan dan olahraga
kritis, stabilitas emosional, keterampilan meliputi olahraga tradisional, permainan
sosial, penalaran dan tindakan moral eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor
melalui aktivitas jasmani dan olahraga. dan non lokomotor, atletik, kasti, rondes,
Guru diharapkan mengajarkan berbagai kippers, sepak bola, bola basket, bola
keterampilan gerak dasar, teknik dan voli, dan banyak lainnya.
strategi permainan dan olahraga. Dalam pendidikan jasmani,
Pembelajaran dapat dilakukan dengan permainan merupakan olahraga yang
latihan, menirukan, permainan digemari siswa, dan salah satunya adalah
perlombaan, dan pertandingan. permainanan-bola voli mini. Dalam
(Depdiknas, 2003:5-6). pembelajaran permainan bola voli mini di
Ruang lingkup olahraga meliputi SD masih banyak ditemukan masalah
olahraga masyarakat, olahraga prestasi, diantaranya, adalah kurangnya
dan olahraga pendidikan. Salah satu penguasaan teknik passing atas. Siswa
bagian dari olahraga pendidikan adalah kelas VI masih takut dengan bola, siswa
119
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

beranggapan bola itu berat, dan merasa 1.Adakalanya hasilnya lebih baik bagi
takut jari tangan mereka cedera saat para siswa yang mempunyai rasa takut
menahan bola. dan enggan pada gurunya.
Penggunaan metode pembelajaran 2.Bagi tutor pekerjaan tutoring akan
yang kurang menyenangkan bisa juga dapat memperkuat konsep yang sedang di
membuat siswa kurang termotivasi untuk bahas
belajar passing atas, akibatnya siswa 3.Bagi tutor juga bisa untuk melatih diri
kurang terampil dalam melakukan memegang tanggung jawab dalam
passing bawah bola voli. Terbukti dari mengemban suatu tugas dan melatih
hasil dari hasil evaluasi baru 42% siswa kesabaran
yang telah dapat melakukan passing 4.Mempererat hubungan antar siswa
bawah dan 58% siswa masih belum sehingga mempertebal rasa sosial.
menguasai passing bawah dengan baik. Penggunaan metode tutor sebaya
Jumlah siswa yang tuntas adalah 11 orang diharapkan dapat meningkatkan
atau 42%, sedangkan yang tidak tuntas penguasaan siswa terhadap teknik passing
adalah 15 orang atau 58%. Kondisi yang bawah. Seperti yang disampaikan oleh
seperti ini apabila dibiarkan akan sangat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal bahwa tutor sebaya adalah siswa yang
tersebut menunjukkan adanya ditunjuk atau ditugaskan membantu
permasalahan pembelajaran yang harus temannya yang mengalami kesulitan
dicari jalan keluarnya. belajar karena hubungan teman
Beberapa kemungkinan penyebab adakalanya lebih dekat.
masalahnya adalah:
1.Kurangnya motivasi siswa dalam METODE PENELITIAN
mengikuti pembelajaran passing bawah. Penelitian ini merupakan
2.Rendahnya kemampuan dan keberanian penelitian tindakan kelas (classroom
siswa dalam melakukan passing bawah. action research). Penelitian dilaksanakan
3.Guru belum memakai metode yang di SDN 07 Pulau punjung. Penelitian ini
sesuai dengan dengan pembelajaran. dilaksanakan pada semester 1 tahun
4.Guru belum mengaktifkan siswa yang ajaran 2017/2018 yaitu dari bulan
sudah bisa passing bawah. September sampai November.
Berdasarkan permasalahan Subjek penelitian ini adalah siswa
tersebut, maka peneliti ingin kelas VI SDN 07 Pulau Punjung tahun
menggunakan metode pembelajaran yang ajaran 2017/2018. Keseluruhan siswa
diperkirakan akan dapat membantu siswa kelas VI SDN 07 Pulau Punjung
kelas VI SDN 07 Pulau Punjung untuk dijadikan subjek penelitian yaitu
dapat melakukan passing bawah yaitu sebanyak 26 siswa, yang terdiri atas 13
memakai metode tutor sebaya. Selama laki-laki dan 13 perempuan.
ini metode tutor sebaya jarang dipakai Sumber data yang ada dalam
dalam pembelajaran bola voli mini di SD. penelitian ini adalah data yang diperoleh
Alasan penulis menggunakan metode dari hasil belajar passing atas, dari
bantuan tutor sebaya sesuai pendapat peristiwa selama PBM berlangsung, dan
Suharsimi Arikunto yaitu: data dari pelaksanaan PBM dengan
bantuan tutor sebaya selama PBM.

120
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Data yang di perlukan dalam untuk membandingkan kondisi sebelum


penelitian tindakan kelas ini berupa dan sesudah diadakan tindakan
catatan hasil pengamatan dan hasil tes perbaikan pembelajaran.
siswa. Pengisian lembar
observasi/pengamatan dilaksanakan pada HASIL PENELITIAN DAN
pertemuan ke 2 tiap siklus. PEMBAHASAN
Data yang sudah dikumpulkan Hasil belajar siswa pada pra
merupakan modal awal yang sangat tindakan sebagai berikut:
penting dalam penelitian ini. Dari data a. Setelah di lakukan survey awal
yang terkumpul akan diadakan analisis, pembelajaran passing atas bola voli
yang selanjutnya dipakai sebagai bahan mini, maka dapat dilihat bahwa
masukan untuk penarikan kesimpulan. pembelajaran kurang berhasil.
Keabsahan data dikenal sebagai validitas b. Perhatian siswa kurang terfokus
data, sebagaimana dijelaskan Alwasilah pada pembelajaran, terutama saat
(2008:170) bahwa tantangan dari bagi guru memberikan materi, hal itu
segala jenis penelitian pada akhirnya mungkin diakibatkan metode yang
adalah terwujudnya produksi ilmu dipakai guru belum tepat dalam
pengetahuan yang valid, sahih, benar, materi passing bawah bola voli mini.
dan beretika. c. Informasi hasil wawancara
Validitas data penelitian tindakan menunjukan bahwa siswa kesulitan
kelas ini diuji dengan mengunakan dan kurang tertarik dalam menerima
triangulasi, yaitu hasil belajar passing materi pembelajaran. Hal ini
bawah bola voli mini dianalisis dengan terbukti saat melakukan
mengunakan triangulasi data yang pengamatan langsung di lapangan.
diperoleh dari peneliti, observer, dan Siswa terlihat acuh dan bermain
siswa. Keaktifan siswa dianalisis dengan sendiri ketika pembelajaran. Bahkan
menggunakan data yang diperoleh dari ada yang asyik berbicara dengan
peneliti, observer dan siswa. Aktifitas temannya ketika guru
guru dianalisis dengan menggunakan menyampaikan materi, sebagian
data yang di peroleh dari peneliti, siswa merasa takut dan canggung,
observer dan siswa. Penggunaan metode sehingga mereka kurang dapat
bantuan tutor sebaya dianalisis dengan memahami apa yang disampaikan
menggunakan data yang diperoleh dari guru.
data peneliti, observer, dan siswa. Nilai d. Hasil penilaian pratindakan terhadap
hasil belajar passing bawah bola voli pembelajaran passing bawah voli
mini sebelum tindakan di validasi mini siswa masih rendah, hanya 11
dengan triangulasi peneliti. RPP siswa (42% ) yang telah bisa
,Silabus,di validasi dengan triangulasi melakukan passing bawah dengan
dokumen. baik.
Data yang dianalisis meliputi Hasil belajar siklus I belum
data kuantitatif (dengan menampilkan maksimal meskipun telah menunjukkan
angka-angka sebagai ukuran prestasi ). peningkatan, akan tetapi belum sesuai
Analisa data dilakukan secara dengan target pencapaian. Hasil belajar
deskriptif komparatif yang bertujuan siswa selama siklus I adalah sebanyak 19

121
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

siswa (73%) telah mencapai kriteria langkah-langkah antisipasinya adalah


ketuntasan minimal (KKM) dan sisanya 7 sebagai berikut: 1) agar teknik passing
siswa (27%) belum mencapai KKM. atas siwa semakin sempurna, maka perlu
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan latihan yang berulang-ulang, 2) peneliti
bahwa hasil belajar pasing atas bola voli memberikan penghargaan/penguatan
mini siswa baru mencapai kategori kepada siswa yang melakukan passing
cukup. atas dengan benar, 3) untuk mengatasi
Kelebihan dan keberhasilan siswa yang bercanda dengan tutor sebaya,
tindakan siklus I akan dipertahankan dan maka peneliti akan lebih memperhatikan
diupayakan untuk ditingkatkan. dan mengkondisikan jalannya
Untuk memperbaiki kelemahan pembelajaran.
dan kekurangan tindakan siklus I,

Siklus 1
18
16
14
12
10
8 Siklus 1
6
4
2
0
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Grafik nilai siklus I


Hasil belajar siklus I adalah sebanyak 19 siswa (73%) telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dan sisanya 7 siswa (27%) belum mencapai KKM.

Perbandingan hasil belajar passing Pada pratindakan diperoleh nilai


bawah bola voli mini siswa antar siklus rata-rata hasil belajar siswa 72,69, pada
yaitu dari pratindakan diperolah 11 siswa siklus I mengalami peningkatan menjadi
(42%) telah tuntas dan 15 siswa (58%) 73,26, dan pada akhir siklus II meningkat
belum mencapai ketuntasan. Setelah menjadi 77,11.
dilakukan tindakan siklus I, 19 siswa SIMPULAN
(73%) telah mencapai ketuntasan belajar Berdasarkan hasil yang diperoleh,
dan 7 siswa (27%) belum tuntas belajar. dapat disimpulkan hal-hal sebagai
Pada siklus II 23 siswa (88%) telah berikut:
mencapai ketuntasan belajar dan 3 siswa 1. Pada pra tindakan dari 26 siswa
(12%) belum mencapai ketuntasan terdapat 11 siswa (42%) yang
belajar. tuntas belajar.

122
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

2. Pada akhir siklus I dari 26 Pembelajaran Sebagai salah


siswa terdapat 19 siswa (73%) satu prasayarat utama
yang tuntas belajar. pengimplamentasikan kebijakan
3. Pada pra tindakan dari 26 siswa –kebijakan inovatif Depdiknas
terdapat 23 siswa (88%) yang dalam Merespon Tuntutan dan
tuntas belajar Tantangan Masa Depan
Hal ini menunjukkan bahwa Undang-undang Republik Indonesia
metode tutor sebaya dapat meningkatkan Nomor 20 Tahun 2003 tentang
hasil belajar pasing bawah bola voli mini Sistem Pendidikan Nasional.
siswa kelas VI SDN 07 Pulau Punjung. 2003. Jakarta : Cemerlang
Wardani, I.G.A.K. 2005. Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Tindakan Kelas.Jakarta :
Universitas Terbuka Depertemen
Arikunto, Suharsimi & Suharjono &
Pendidikan Nasional
Supardi. 2006, Penelitian
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi
Tindakana Kelas. Jakarta :Bumi
Penelitian Pendidikan. Surabaya
Aksara.
: Penerbit SIC
De Porter, Bobbi. 2001. Quantum
Yuwono, Trisno & Abdullah Pius. 1994
Teaching, Bandung : Kaifa
Kamus Lengkap Bahasa
Hasibuan & Mujiono. 2004. Proses
Indonesai Praktis. Suaraba :
Belajar Mengajar.Bandung :
Arkola
Remaja Rosdakarrya
Nur, Mohammad. 1998. Teori
Pembelajaran Kognitif.
Surabaya : PPS IKIP Surabaya
Nur, Mohammad. 2003. Penelitian dan
Pengembangan Teknologi

123
Depi Elsi Susanti
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN


MENGGUNAKAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)
PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI KELAS I SEKOLAH DASAR
NEGERI 06 PULAU PUNJUNG

Elvia

SD NEGERI 06 PULAU PUNJUNG

ABSTRAK

Siswa kelas I SD Negeri 06 Pulau Punjung dalam pembelajaran bahasa Indonesia kemampuan
masih rendah dalam membaca permulaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari siswa sendiri
dan dari guru kelas yang mencakup guru bahasa Indonesia. Faktor dari siswa adalah siswa belum mampu
mengurai kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf dan belum mampu merangkai suku kata, dan
huruf. Sedangkan faktor dari guru adalah kurangnya perhatian guru terhadap siswa khususnya siswa yang
berkesulitan belajar, kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat
membantu siswa dalam membaca permulaan. Peningkatan belajar membaca permulaan bagi siswa
berkesulitan belajar bisa ditingkatkan dengan menggunakan metode SAS. Tujuan penelitian ini untuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa yang berkesulitan belajar di kelas I Sekolah Dasar
Negeri 06 Pulau Punjung yang belum bisa mengurai mengurai kata menjadi suku kata, mengurai suku
kata menjadi huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 06 Pulau Punjung. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan tes dan menguji ketuntasan dengan persentase. Rata-rata hasil belajar
membaca permulaan dengan metode SAS pada siklus I dan siklus II selalu mengalami peningkatan.
Jumlah siswa kelas I SD Negeri 06 Pulau Punjung 23 orang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 11
oarang siswa perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan siswa dalam belajar membaca permulaan dengan
menggunakan metode SAS dari siklus I sampai siklus II meningkat dan sudah mencapai indikator
keberhasilan. Disiklus I siswa yang bisa mengurai kata menjadi suku kata 15 (657%) disiklus II 18 (78%),
mengurai suku kata menjadi huruf 17 (74%) disiklus II 20 (87%), merangkai huruf menjadi suku kata 14
(61%) disiklus II 18 (78%), merangkai suku kata menjadi kata 16 (67%) disiklus II 19 (83.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan peneliti, sebagai acuan
dalam proses pembelajaran membaca permulaan, sebagai pertimbangan dan perbandingan serta bahan
masukan untuk meningkatkan kemampuan belajar membaca permulaan. Penelitian ini juga diharapkan
bimbingan guru secara maksimal dalam peningkatan belajar membaca permulaan dengan metode SAS
bagi siswa kelas I harus dipertahankan untuk pembelajaran membaca permulaan selanjutnya. Dalam
kegiatan belajar mengajar guru diharapkan dapat menggunakan metode SAS sebagai alternatif dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran membaca permulaan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Bimbingan guru yang maksimal pada tahap-tahap harus ditingkatkan, agar siswa dapat
meningkatkan kemampuannya dalam membaca terutama membaca kata.

Keywords: Membaca Permulaan, Merangkai Huruf, Metode SAS

PENDAHULUAN mempelajari semua bidang studi.


Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran bahasa diharapkan
membaca di sekolah dasar merupakan membantu siswa menngenal dirinya,
salah satu bagian dari mata pelajaran budayanya dan budaya orang lain,
Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mengemukakan gagasan dan perasaan,
memiliki peran sentral dalam berpartisipasi dalam masyarakat yang
perkembangan intelektual, sosial dan menggunakan bahasa tersebut dan
emosional peserta didik dan merupakan menemukan serta menggunakan
penunjang keberhasilan dalam
124
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

kemampuan analitis dan imaginatif yang kemampuan siswa memahami suatu teks
ada dalam dirinya (Depdiknas: 2006). bacaan. Kegiatan prabaca adalah kegiatan
Kemampuan baca tulis harus pengajaran yang dilaksanakan sebelum
dikuasai oleh siswa sekolah dasar. siswa melakukan kegiatan membaca.
Keberhasilan belajar mereka dalam Dalam kegiatan prabaca,guru
mengikuti proses belajar disekolah sangat mengarahkan pengaktifan skemata siswa
ditentukan oleh penguasaan kemampuan yang berhubungan dengan topik bacaan.
membaca permulaan. Anak yang tidak Setelah kegiatan prabaca, kegiatan
mampu membaca dengan baik akan berikutnya adalah kegiatan saat baca
mengalami kesulitan dalam mengikuti (during reading). Beberapa strategi dan
kegiatan pembelajaran untuk semua mata kegiatan saat baca untuk meningkatkan
pelajaran karena mereka akan kesulitan pemahaman siswa. Setelah kegiatan saat
dalam menangkap dan memahami baca,kegiatan berikutnya adalah menutup
informasi yang disajikan dalam berbagai pelajaran (closure). Menutup pelajaran
buku pelajaran, buku penunjang, dan membantu siswa memenuhi apa yang
sumber-sumber buku belajar tulis lainnya. telah diterimanya dan memahami apa
Dan anak tersebut akan lamban dalam yang terjadi selama pembelajaran
menyerap pelajaran. Akibatnya kemajuan berlangsumg.
belajar juga lamban jika dibandingkan Pembelajaran membaca di sekolah
dengan teman-temannya yang tidak dasar dibedakan menjadi dua kelompok,
mengalami kesulitan belajar dalam yaitu membaca permulaan untuk kelas
membaca. satu dan dua. Menurut Supriyadi (1994 :
Pembelajaran membaca adalah 127), pelajaran membaca permulaan
suatu kegiatan peningkatan kemampuan diberikan agara siswa memiliki
siswa dalam keterampilan membaca. kemampuan untuk memahami dan
Pada hakikatnya pelajaran membaca di mengeja atau membaca tulisan sederhana
Sekolah Dasar adalah pengajaran dengan intonasi dan lafal yang tepat agar
keterampilan berbahasa, bukan siswa berkesulitan belajar membaca di
pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa, Sekolah Dasar nantinya mampu membaca
kosakata, dan sastra disajikan dalam lanjutan.
konteks, yaitu dalam kaitannya dengan Berdasarkan observasi yang
keterampilan tertentu yang tengah penulis lakukan di Sekolah Dasar Negeri
diajarkan, bukan sebagai pengetahuan. 06 Pulau Punjung kelas I kondisi yang
Tata bahasa teori pengembangan peneliti lihat ketika pembelajaran
kosakata, teori sastra sekedar sebagai berlangsung, kurangnya metode yang
pendukung atau alat penjelas. digunakan dalam pembelajaran bahasa
Keterampilan bahasa yang perlu Indonesia khusus pada pembelajaram
ditekankan adalah keterampilan reseptif membaca. Sehingga ada siswa yang
(menyimak dan membaca) dan mempunyai kesulitan dalam membaca
keterampilan produktif (menuturkan dan dan sulit memahami atau tidak mengerti
menulis). Dalam pelaksanaan membaca tentang pelajaran membaca yang
guru seharusnya melaksanakan kegiatan diterangkan oleh gurunya, sedangkan
prabaca, saat baca dan pasca baca. siwa yang lain sudah bisa memahami
Kegiatan tersebut bisa meningkatkan pelajaran tersebut. Siswa yang

125
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

mempunyai kesulitan belajar juga tidak suku kata, suku kata diurai menjadi huruf,
punya keberanian untuk bertanya pada huruf dirangkai kembali menjadi suku
gurunya dan gurunya juga tidak kata, suku kata dirangkai menjadi kata,
memperhatikan siswa yang berkesulitan dan kata dirangkai menjadi kalimat.
membaca yang belum mengerti tentang Alasan peneliti menggunakan metode
pembelajaran membaca yang SAS adalah karena metode SAS
diajarkannya guru terus melanjutkan merupakan metode yang sesuai
pembelajaran tanpa menghiraukan anak digunakan untuk siswa kelas awal yaitu
yang mempunyai kesulitan membaca itu. kelas I dalam membaca permulaan.
Jadi siswa mudah bosan, kurang Penggunaan metode SAS untuk
konsentrasi dalam belajar membaca dan mengatasi kesulitan belajar siswa pernah
siswa juga lebih suka bermain atau dilakukan oleh Dwi Oktafiani (1990)
memainkan alat tulis yang ada dengan menggunakan metode Struktural
didekatnya. Harusnya guru Analitik Sintetik (SAS). Penelitian
memperhatikan kondisi siswa, tersebut menyimpulkan bahwa kesulitan-
memberikan motivasi agar siswa kesulitan yag dialami oleh siswa dalam
semangat untuk belajar, memusatkan membaca permulaan adalah murid tidak
perhatian siswa pada pelajaran yang mengenal huruf, tidak mengenal kata,
diberikan serta memberikan perhatian tidak mengenal kalimat, tidak lancar
yang lebih khususnya pada siswa membaca dan gagap dalam membaca.
berkesulitan belajar membaca. Hasil penelitian dengan metode SAS bisa
Adapun faktor yang menyebabkan meningkatkan kemampuan membaca
siswa tersebut kesulitan dalam membaca permulaan siswa berkesulitan belajar
adalah faktor dari siswa sendiri dan faktor dikelas rendah.
dari guru. Faktor penyebab dari siswa Berdasarkan hal ini peneliti
adalah Siswa belum mampu merangkai menerapkan metode struktural analitik
huruf menjadi suku kata, siswa belum sintetik (SAS) dikelas satu dengan tujuan
mampu merangkai suku kata menjadi agar anak tersebut bisa membaca dan
kata, siswa belum mampu merangkai kata tidak kesulitan lagi dalam membaca.
menjadi kalimat. Faktor dari guru Peneliti berharap dengan menerapkan
diantaranya adalah kurangnya perhatian metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
guru terhadap siswa khususnya siswa dapat meningkatkan kemampuan
berkesulitan belajar membaca, membaca permulaan siswa berkesulitan
Kurangnya kreativitas guru dalam belajar.
menggunakan alat atau bahan yang dapat
membantu siswa dalam membaca METODE PENELITIAN
permulaan.Berdasarkan masalah di atas Penelitian tindakan kelas ini
peneliti menerapkan meode Struktural dilaksanakan di SD Negeri 06 Pulau
Analitik Sintetik (SAS) di sekolah SD Punjung untuk mata pelajaran Bahasa
Negeri 06 Pulau Punjung. Adapun yang Indonesia. Sebagai subjek dalam
dimaksud dengan metode SAS adalah penelitian ini adalah siswa kelas satu
metode yang memperkenalkan anak pada SDN 06 Pulau Punjung yang berjumlah
unit bahasa terkecil yaitu kalimat, kalimat 23 orang, 11 orang perempuan dan 12
diurai menjadi kata, kata diurai menjadi orang laki-laki.

126
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Waktu penelitian ini dilaksanakan trampil dalam membaca permulaan, maka


pada Juli 2017 sampai bulan September dilanjutkan dengan siklus berikutnya,
2017. Waktu penelitian mengacu pada yaitu siklus 2.
kalender akademik, karena PTK Sumber data dalam penelitian ini
memerlukan beberapa siklus yang adalah siswa kelas I SDN 06 Pulau
membutuhkan proses belajar mengajar Punjung Kabupaten Dharmasraya yang
yang efektif di kelas. mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia
Dalam PTK ini yang menjadi dengan menggunakan metode SAS
subjek penelitian adalah siswa kelas satu berjumlah 23 orang.
SDN 06 Pulau Punjung yang berjumlah
23 orang, 11 orang perempuan dan 12 HASIL PENELITIAN DAN
orang laki-laki. PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini Kemampuan membaca permulaan
dilaksanakan melalui dua siklus untuk siswa dengan metode SAS dalam kata
melihat peningkatan hasil belajar dan menjadi suku kata, mengurai suku kata
aktivitas siswa dalam mengikuti mata menjadi huruf, merangkai huruf menjadi
pelajaran Bahasa Indonesia dengan suku kata, merangkai suku kata menjadi
menggunakan metode Struktural Analitik kata, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Sintetik (SAS). Jika anak masih belum

Tabel 1
Kemampuan Membaca Permulaan Siswa dengan Metode SAS pada Siklus I

Kemampuan (%)

No Siswa A B C D

T TT T TT B TB B TB

1. Adivio Tria Ozaki √ √ √ √

2. Adli Yolanda S √ √ √ √

3. Al Raisya M √ √ √ √

4. Dafa Qhairi √ √ √ √

5. Deva Rajatul H √ √ √ √

6. Fabio Irvano √ √ √ √

7. Fatir Rolanda √ √ √ √

8. Fatur Rahman A √ √ √ √

9. Fredala Noviani √ √ √ √

10. Gadiza Defta Putri √ √ √ √

127
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

11. Hamdan Hafifi √ √ √ √

12. Indra Kevin R √ √ √ √

13 M. Nabil √ √ √ √

14. M. Nurkh √ √ √ √

15. Nayla Letisya √ √ √ √

16. Najwa Wahdania √ √ √ √

17. Nurul Yahamid √ √ √ √

18. Rivo Candra D √ √ √ √

19 Syakira Kaila K √ √ √ √

20 Satria Adi M √ √ √ √

21. Siti Aisyah √ √ √ √

22. Syairazi Maulana √ √ √ √

23. Varis Mai Pingki √ √ √ √

Jumlah 15 8 17 6 14 9 16 7

Persentase 65% 34 % 74% 26% 61% 39% 67% 30%

Keterangan :
A = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai kata menjadi suku kata
B = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai suku kata menjadi huruf
C = Aspek merangkai huruf menjadi suku kata
D = Aspek merangkai suku kata menjadi kata
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas

Pada siklus I terbukti hasil terlaksana. penyebabnya adalah guru


membaca huruf dan suku kata siswa lebih memfokuskan siswa untuk
masih rendah dan belum mencapai membaca gambar, kata, suku kata, dan
indikator keberhasilan. Ketika membaca huruf. Karena peneliti melihat siswa
kata siswa belum bisa membaca dengan masih belum mampu membaca gambar,
baik dan lancar, dimana anak masih kata, suku kata, dan huruf.
terbata-bata dalam membaca kata namun Kemampuan membaca permulaan
sudah ada terlihat peningkatan siswa kelas dua SD Negeri 06 Pulau
kemampuan membacanya dari pertemuan Punjung dengan metode SAS dalam
pertama sampai pertemuan keempat. Tapi mengurai kata menjadi suku kata,
belum mencapai indikator keberhasilan, mengurai suku kata menjadi huruf,
aktivitas guru juga masih ada yang belum merangkai huruf menjadi suku kata,

128
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

merangkai suku kata menjadi kata, dilihat pada Tabel 2 berikut:


merangkai kata menjadi kalimat dapat

Tabel 2
Kemampuan Membaca Permulaan Siswa dengan Metode SAS pada Siklus II.

Kemampuan (%)

No Siswa A B C D

T TT T TT B TB B TB

1. Adivio Tria Ozaki √ TB √ √

2. Adli Yolanda S √ √ √ √ √

3. Al Raisya M √ √ √ √

4. Dafa Qhairi √ √ √ √

5. Deva Rajatul H √ √ √ √

6. Fabio Irvano √ √ √ √

7. Fatir Rolanda √ √ √ √

8. Fatur Rahman A √ √ √ √

9. Fredela Noviani √ √ √ √

06. Gadiza Defta Putri √ √ √ √

11. Hamdan Hafifi √ √ √ √

12. Indra Kevin R √ √ √ √

13 M. Nabil √ √ √ √

14. M. Nurkh √ √ √ √

15. Nayla Letisya √ √ √ √

16. Najwa Wardania √ √ √ √

17. Nurul Yahamid √ √ √ √

18. Rivo Candra √ √ √

19 Syakira Kaila √ √ √ √ √

20 Satria Adi M √ √ √ √

129
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

21. Siti Aisyah √ √ √

22. Syairazi Maulana √ √ √ √ √

23. Varis Mai Pingki √ √ √ √

Jumlah 18 5 20 3 18 5 19 4

Persentase 78% 22 % 87% 13% 78% 22% 83% 17%

Keterangan.
A = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai kata menjadi suku kata
B = Aspek kemampuan siswa dalam mengurai suku kata menjadi huruf
C = Aspek merangkai huruf menjadi suku kata
D = Aspek merangkai suku kata menjadi kata
T = Tuntas
TB = Tidak Tuntas
Metode SAS dapat meningkatkan
Dari Tabel 2 pada aspek A terlihat kemampuan anak dalam hal mengurai
bahwa 18 anak (78%) yang bisa mengurai suku kata menjadi huruf.
kata menjadi suku kata, sedangkan yang Metode SAS dapat meningkatkan
belum bisa 5 anak (22%). Ini berarti kemampuan anak dalam hal merangkai
kemampuan anak dalam mengurai kata huruf menjadi suku kata.
menjadi suku kata belum mencapai 75% Metode SAS dapat meningkatkan
dari 23 siswa, jadi kemampuan siswa kemampuan anak dalam hal merangkai
sudah mencapai indikator keberhasilan. suku kata menjadi kata.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan paparan hasil
Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran
penelitian siklus I dan II serta
Bahasa Indonesia Yang Efektif
pembahasannya, peneliti mendapat
Di Sekolah Dasar. Jakarta :
gambaran bahwa secara keseluruhan ada
Depertemen Pendidikan
peningkatan belajar membaca permulaan
Nasional.
dengan metode SAS. Ada beberapa aspek
Akhadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan
yang terkait dengan peningkatan belajar
Kemampuan Menulis Bahasa
membaca permulaan dengan metode SAS
Indonesia. Jakarta : Erlangga
pada siswa kelas I SD Negeri 06 Pulau
Nurhayati, Eti. 2011. Psikologi
Punjung. Sesuai dengan rumusan masalah
Pendidikan Inovatif.
dan tujuan penelitian maka peneliti
Yogyakarta : Pustaka Belajar
mengambil kesimpulan sebagai berikut.
Mulyono Abdurrahman. 2003.
Metode SAS dapat meningkatkan
Pendidikan Bagi Anak
kemampuan anak dalam hal mengurai
Berkesulitan Belajar. Jakarta :
kata menjadi suku kata.
Rineka Cipta

130
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Supriyadi. 1994. Membangun Bangsa


Melalui Pendidikan . Bandung
: Remaja Rosda Karya.
________. 1992. Materi Pokok Bahasa
Indonesia 2. Jakarta :
Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rahim, Farida. 2005. Pengarahan
Membaca Di Sekolah Dasar.
Jakarta : Bumi Aksara.
Yusuf, Munawir. 1997. Mengidentifikasi
Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Dikti
_____________. 2006. Pendidikan Bagi

Anak Dengan Problema

Belajar. Jakarta : Dikti

Wahyudin, Ritawati. 1996. Bahan Ajar


Pendidikan Bahasa Indonesia
Di Kelas Rendah. Jakarta : PT
Bina Sarana Pustaka

131
Elvia
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERITA FABEL SISWA


KELAS VIII/ b SMP NEGERI 2 SITIUNG DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK MEDIA GAMBAR TAHUN AJARAN 2014/2015

Ervina

SMP NEGERI 2 SITIUNG

ABSTRAK

Berdasarkan dari Kemampuan siswa dalam menulis teks fabel tergantung pada cara mereka
mengolah pikiran dan imajinasi kemudian menuliskan ke dalam bentuk tulisan. bahwa pembelajaran
menulis teks fabel masih jauh dari yang diharapkan. Kondisi siswa antara lain: (1) siswa tidak memiliki
ide untuk menulis dalam bentuk teks cerita fabel 60% (2) siswa tidak tertarik terhadap penulisan teks
fabel 65% (3) kemampuan yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan kegiatan penulisan teks fabel yang
diharapkan 80%, (4). siswa memiliki kemampuan bervariasi dalam menulisteks fabel, (5) banyak diantara
siswa tidak mencapai nilai ketuntasan dalam pembelajaran menulis teks fabel. Adapun Penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kemampuan menulis teks cerita fabel siswa kelas VIII /b
SMP N 2 Sitiung dengan menggunakan teknik media gambar. penelitian ini menggunakan pendekatan
tindakan kelas. Populasi penelitian diambil semua siswa kelas VIII /b , Teknik pengumpulan data
digunakan lembar buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua siklus. Dari hasil observasi pada
kemampuan menulis puisi terdapat kenaikan rata-rata yakni pada siklus I dari 24 siswa hanya 10 orang
yang menguasai materi 70% ke atas dengan nilai rata-rata 63,6. Pada siklus II nilai rata-rata 95 di mana
dari 24 orang siswa sudah 21 orang siswa yang mampu menguasai materi sekitar 70% ke atas.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut: Melalui Teknik
penggunaan Media Gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis teks cerita fabel pada siswa kelas
VIII / b SMP N 2 Sitiung.

Keywords: Kemampuan menulis teks, Teknik media gambar, cerita fabel

PENDAHULUAN menulis pada hakikatnya sama dengan


Pembelajaran Pengajaran Bahasa mengarang. Keduanya merupakan
Indonesia mempunyai ruang lingkup dan kegiatan mengungkapkan ide dan
tujuan yang menumbuhkan kemampuan perasaan dengan medium bahasa dua
mengungkapkan pikiran, perasaan serta kegiatan itu yang membedakannya adalah
imajinasi baik secara lisan maupun caranya cara mengngkapkannya. Melalui
tertulis. Mata pelajaran Bahasa Indonesia pembelajaran menulis teks fabel siswa
untuk SMP dinyatakan bahwa ruang diberi latihan-latihan untuk menuliskan
lingkup mencakup kemampuan imajinasi,ide pendapat dan perasaannya
berbahasa dan bersastra. Kemampuan mulai dari bentuk teks fabel sederhana.
berbahasa bertujuan agar siswa terampil sampai pada yang bernilai imajinasi dan
berbahasa yang mencakup masalah khayalan estetis. .
keterampilan berbicara, . Sementara Khusus untuk kemampuan
kemampuan bersastra bertujuan untuk bersastra di kelas VIII/b semester 1 dalam
menjadikan siswa memiliki imajinasi Kurikulum 2013 Tingkat Satuan
yang baik sehingga mempertajam Pendidikan (KTSP) SMP salah satu
kepekaan perasaan siswa guna diterapkan kompetensi dasar yang harus dikuasai
dalam kehidupan. Keterampilan menulis oleh siswa adalah kemampuan menulis
juga harus dikembangkan dalam teks fabel . dengan standar kompetensi
kemampuan bersastra. Keterampilan mengungkapkan imajinasi dan
132
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

pengalaman melalui kegiatan menulis media pembelajaran dalam menulis teks


teks fabel. Kemampuan siswa dalam fabel.
menulis teks fabel tergantung pada cara
mereka mengolah pikiran dan imajinasi
kemudian menuliskan ke dalam bentuk METODE PENELITIAN
tulisan. Lokasi penelitian dilakukan di
Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
SMP Negeri 2 Sitiung dapat disimpulkan Sitiung. Kabupaten Dharmasraya. Subjek
bahwa pembelajaran menulis teks fabel penelitian adalah siswa kelas VIIIb SMP
masih jauh dari yang diharapkan. Kondisi Negeri 2 Sitiung. Kabupaten
siswa antara lain: (1) siswa tidak Dharmasraya yang berjumlah 24 orang
memiliki ide untuk menulis dalam bentuk siswa, yang terdiri dari 13 siswa
teks cerita fabel 60% (2) siswa tidak perempuan dan 11 siswa laki-laki.
tertarik terhadap penulisan teks fabel 65% Lamanya penelitian diperkirakan
(3) kemampuan yang dimiliki siswa tidak selama kurang lebih 3 Bulan.Mulai dari
sesuai dengan kegiatan penulisan teks bulan Oktober sampai dengan bulan
fabel yang diharapkan 80%, (4). siswa Desember. Sebagai upaya mencari
memiliki kemampuan bervariasi dalam pembuktian dan solusi dari masalah yang
menulisteks fabel, (5) banyak diantara diangkat dalam penelitian ini, peneliti
siswa tidak mencapai nilai ketuntasan menentukan dan merancang desain
dalam pembelajaran menulis teks fabel. penelitian dengan desain Penelitian
Jika kondisi tersebut dicermati, maka Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
pembelajaran menulis teks fabel perlu Tindakan Kelas (PTK) adalah sajian
ditingkatkan melalui inovasi, misalnya sistimatika dari upaya perbaikan
pembelajaran menulis teks fabel dengan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
menggunakan metode bervariasi, sekelompok guru dengan melakukan
menggunakan lingkungan sekitar sebagai tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
tempat belajar, menyediakan media berdasarkan refleksi mereka mengenai
pembelajaran yang kreatif dan inovatif, hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
serta penciptaan kondisi yang dapat Beberapa alasan pemilihan metode
mendukung terciptanya pembelajaran penelitian dengan menggunakan PTK
yang efektif dan menyenangkan. Hal adalah: Pertama, dikarenakan PTK
yang paling penting adalah guru sangat kondusif untuk membuat guru
mengadakan penelitian tentang menjadi peka dan tanggap terhadap
keefektifan metode, teknik, dan media dinamika pembelajaran di kelasnya.
tertentu dalam pembelajaran menulis teks Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja
fabel. guru sehingga menjadi professional
Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam kegiatan proses KBM. Ketiga,
maka diperlukan pembelajaran menulis dengan melaksanakan tahap-tahap dalam
teks fabel yang dirancang untuk PTK, guru mampu memperbaiki proses
menggugah daya imajinasi dan hayalan pembelajaran melalui suatu kajian yang
siswa. Salah satunya adalah dalam terhadap apa yang terjadi di
menggunakan media gambar sebagai kelasnya. Keempat, pelaksanaan PTK
tidak mengganggu tugas pokok seorang

133
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

pengajar (guru), karena tidak perlu diperoleh kesan bahwa siswa kurang
meninggalkan kelas pada saat KBM mempunyai kemampuan dalam menulis .
berlangsung, dan Kelima, dengan Hal ini terlihat dari nilai penulisan siswa
pada tes awal. Berdasarkan observasi
melaksanakan PTK pengajar menjadi
awal inilah direncanakan suatu media
lebih kreatif karena selalu dituntut untuk pembelajaran dengan menggunakan
melakukan upaya-upaya inovasi sebagai media gambar yang akan dilakukan pada
implementasi dan adaptasi berbagai teori saat siklus II. Tahap siklus II, yaitu
dan teknik pembelajaran serta bahan ajar pelaksanaan, pembelajaran menulis
yang dipahaminya. dengan menggunakan pendekatan
Metode merupakan suatu cara untuk kontekstual komponen pemodelan pada
kelas. Data diperoleh dengan memberikan
mencapai tujuan. Dalam kamus Besar
tes menulis teks cerita fabel pada 24
Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa siswa yang menjadi sampel penelitian ini.
Metode adalah cara yang teratur dan indikator yang diteliti, yaitu urutan
terarah baik-baik untuk mencapai tujuan. struktur teks cerita fabel.
Metode merupakan cara-cara yang Selanjutnya cerita fabel yang
ditempuh guru untuk mnciptakan situasi ditulis oleh siswa dikumpulkan untuk
pembelajaran yang benar-benar dianalisis. Dasar yang digunakan untuk
menganalisis data tersebut adalah sesuai
menyenangkan dan mendukung bagi
dengan indikator yang diteliti, yaitu
kelancaran Proses Belajar Mengajar dan berdasarkan struktur teks cerita fabel
tercapainya prestasi belajar anak yang berupa orientasi yang tepat, komplikasi
memuaskan. Oleh karena itu, metode yang tepat dalam fabel , paragraf resolusi
yang relevan dengan suatu kegiatan akan dan koda yang tepat digunakan dalam
menunjang keberhasilan suatu penelitian. menulis teks cerita fabel. Setelah tes
dilakukan, tulisan siswa dikumpul dan
dinilai.
HASIL PENELITIAN DAN Data yang terkumpul dalam
PEMBAHASAN penelitian berupa skor dan nilai
Hasil penelitian diuraikan dalam kemampuan menulis fabel siswa kelas
beberapa tahapan yang berupa siklus- VIII/b SMPN 2 Sitiung menggunakan
siklus pembelajaran yang dilakukan teknik media gambar (siklus I) dan data
dalam proses belajar mengajar di kelas. hasil kemampuan menulis fabel siswa
Data penelitian ini merupakan kelas VIII/b siswa SMPN 2 Sitiung
hasil pengamatan atau observasi terhadap menggunakan teknik media gambar
pelaksanaan pembelajaran menulis teks (siklus II).
cerita fabel dengan media gambar di Berdasarkan data tersebut, berikut
kelas VIIIb SMPN 2 Sitiung. Observasi ini akan dideskripsikan perolehan skor
dilakukan terhadap pelaksanaan kemampuan menulis fabel siswa kelas
pembelajaran menulis teks cerita fabel VIII/ b SMPN 2 Sitiung menggunakan
bebas siklus 1 dan siklus II teknik media gambar perindikator dan
menggunakan teknik media gambar pada secara keseluruhan yang diteliti.
kelas VIIIb siswa SMPN 2 Sitiung. Peneliti melakukan analisis
Tahap pertama dalam penelitian kurikulum untuk menentukan standar
ini adalah membuat rencana pelaksanaan kompetensi dan kompetensi dasar yang
pembelajaran dengan instrument akan disampaikan kepada siswa dengan
langsung untuk siklus I (lampiran 3). belum menggunakan media
Media mengajar yang digunakan dalam pembelajaran.
mengajarkan menulis selama ini masih Pada saat siklus pertama
monoton. Dari media yang digunakan pelaksanaan belum sesuai dengan
134
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

rencana. Hal ini disebabkan oleh, Siswa belum memahami dengan


menjelaskan pengertian fabel dan struktur langkah-langkah pembelajaran dan
yang membangun sebuah teks fabel. kurang respek/ kurang tanggap terhadap
pembelajaran fabel
Hasil karya siswa bervariasi tapi atas dengan nilai rata-rata 63,6. Pada
masih belum memakai struktur teks fabel siklus II nilai rata-rata 95 di mana dari 24
yang tepat. Dan untuk mengatasi masalah orang siswa sudah 21 orang siswa yang
di atas dilakukan upaya diantaranya
mampu menguasai materi sekitar 70% ke
meningkatkan fungsi media pembelajaran
yaitu alat peraganya berupa gambar atas.
tentang binatang sangat menentukan
terhadap hasil menulis yang dicapai, DAFTAR PUSTAKA
lebih meningkatkan penguasaan kelas Depdikbud.2003. Kamus Besar Bahasa
agar materi dapat diterima dengan baik
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
oleh siswa, menggunakan metode yang
bervariasi, metode yang monoton Muchatar,syofyan.dkk.2013. Modul
membuat anak didik cepat bosan
sebaiknya menggunakan multi metode. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada pembelajaran menulis fabel Untuk SMP/MTS Kelas VIII.
di kelas VIIIb SMPN 2 Sitiung pada Bengawan: CV pustaka bengawan.
siklus 1 masih tergolong rendah terlihat
dari 24 orang siswa hanya 10 orang Muhardi.1992. Prosedur Analisis Fiksi.
siswa yang mampu menguasai materi Padang: IKIP Press.
sekitar 70% ke atas. Jadi, hasil penilaian
siklus 1 penguasaan siswa terhadap Nurgiantoro.2000. Teori Pengkajian
materi rendah. Dari skor ideal 100% Fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada
hanya mencapai nilai rata-rata 6, 63%. University Press

SIMPULAN Subana.2003.Strategi Belajar Mengajar


Berdasarkan hasil penelitian kelas Bahasa Indonesia. Bandung:
(PTK) terhadap kemampuan menulis Pustaka Setia Budi.
fabel siswa di kelas VIII/ b SMP N 2
Sitiung maka dapat diambil kesimpulan: Slavin, E Robert. 1995. Educational
Untuk meningkatkan penguasaan materi Psycology. United States of
pembelajaran perlu dilaksanakan America: Allan and Bacon
perbaikan pembelajaran. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil
Keaktifan siswa dalam belajar dapat Proses Belajar Mengajar.
ditingkatkan melalui media pembelajaran (Cet. XV). Bandung: PT.
yang cukup. Ramaja Rosdakarya.
Media pembelajaran, metode yang Wahidmurni,AlifinMustikawan,dan Ali
bervariasi dalam mengajar serta Ridho.2010. Evaluasi
penguasaaan kelas sangat penting untuk PembelajaranKompetensi dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam Praktik. Yogyakarta: Nuha
belajar. Letera.
Dari hasil observasi pada kemampuan Wena, Ade. 2009. Strategi Pembelajaran
menulis puisi terdapat kenaikan rata-rata Inovatif Kontemporer.
yakni pada siklus I dari 24 siswa hanya Jakarta: Bumi Aksara
10 orang yang menguasai materi 70% ke
135
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

136
Ervina
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI


DINAMIKA KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI
METODE MAKE A-MATCH DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 2 KOTO BARU
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Margawati

SMPN 2 Koto Baru

ABSTRAK

Telah dilaksanakan penelitian tindakan di kelas VIII.B dengan tujuan meningkatkan hasil belajar
siswa melalui metode Make A Make. Pembelajaran selama ini berlangsung secara konvensional, hal ini
mengakibatkan hasil pembelajaran belum maksimal sesuai dengan harapan. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan selama dua siklus dengan setiap siklus dua kali pertemuan. Setiap kali pertemuan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Make A Make. Sebagai intrumen pengumpul data adalah
lembar kerja siswa, Lembar Soal Ulangan harian dan lembar observasi yang disi oleh observer, dengan
langkah-langkah perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi untuk
setiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan hasil belajar siswa sebelum
menggunakan metode Make A make kondisi awal 53,48 poin sebesar 53 %. Setelah tindakan
menggunakan metode partisipatori siklus I meningkat menjadi 60 %, rata-rata 74 dan pada siklus II
meningkat menjadi 83 %, rata-rata 83,48 poin. Dengan demikian metode Make A Make terbukti masing-
masing individu nilai latihan dan nilai ulangan harian setiap akhir siklus mengalami peningkatan. Maka
kesimpulan hasil penelitian dengan menggunakan metode Make A Make dalam proses Pembelajaran IPS
pada materi Dinamika Kependudukan Dan Pembangunan Nasional memberikan dampak positif terhadap
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa meningkat.

Keywords: Hasil Belajar, IPS , Dinamika Kependudukan Dan Pembangunan Nasional, metode Make A
Make.

PENDAHULUAN dalam kehidupan sosial, memiliki


Pembelajaran Sampai saat ini komitmen dan kesadaran terhadap nilai-
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial nilai sosial dan kemanusiaan
masih merupakan mata pelajaran yang (Permendiknas No. 22, 2006) .
tidak terlalu disukai dan dianggap tidak Tujuan pembelajaran IPS tersebut,
penting bagi peserta didik. Hal ini akan tercapai bila peserta didik memiliki
diperkuat fakta bahwa hasil belajar minat untuk belajar yang dapat dilihat
peserta didik pada mata pelajran IPS dari hasil belajar yang tinggi. Banyak
kebanyakan hanya rata-rata saja, dan faktor yang ditengarai menjadi pemicu
hanya sedikit peserta didik yang mampu rendahnya hasil belajar peserta didik pada
memperoleh nilai yang melampaui KKM. mata pelajaran IPS antara lain : struktur
Tujuan pembelajaran IPS yang termuat materi yang sangat padat, cakupan materi
dalam Standart Isi yang ditetapkan oleh yang luas dan terdiri dari kajian-kajian
pemerintah adalah agar siswa memiliki ilmu sosial yang bermacam-macam
kemampuan mengenal konsep-konsep (sejarah, sosiologi, ekonomi dan
yang berkaitan dengan kehidupan geografi), anak belum memiliki
masyarakat dan lingkungannya, memiliki ketrampilan belajar untuk menguasai
kemampuan dasar untuk berpikir logis materi tersebut., atau metode mengajar
dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, guru yang belum sesuai dengan
memecahkan masalah, dan keterampilan karakteristik siswa. Kenyataan yang saya
137
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

temui di lapangan adalah rendahnya hasil pada bulan September 2014 sampai
belajar yang didapat siswa pada materi dengan Desember 2014.
dinamika penduduk dan pembangunan Objek penellitian ini siswa Kelas
nasional dari 23 siswa hanya 8 orang VIII.B SMPN 2 Koto Baru,Kabupaten
(35%) yang tuntas sedangkan 15 orang Dharmasraya Tahun Pelajaran
(65 %) belum tuntas dengan nilai rata- 2014/2015 dengan jumlah siswa 23 orang
rata 53.48 poin. terdiri dari 10 orang perempuan dan 13
Disamping itu ketika diberi tugas orang laki-laki. Media yang digunakan
hanya 12 orang (52%) yang bisa pada penelitian tindakan kelas ini adalah
mengerjakan dengan benar. Ketika diberi media MAKE A MATCH pada materi
pertanyaan hanya 8 orang (35%) yang Dinamika Kependudukan dan
bisa menjawab dengan benar. Pembangunan nasional.
Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti Sumber data dalam penelitian ini
mencoba menerapkan strategi belajar adalah hasil ulangan harian siswa sebagai
Make a Match (mencari pasangan) . data awal yang diambil dari hasil test
Strategi Make a Match adalah strategi siswa yang dilakukan sebelum siklus I
yang cukup menyenangkan, digunakan dilaksanakan.Data selanjutnya adalah
untuk mengulang materi yang telah hasil tes diakhir siklus I dan hasil tes
diberikan sebelumnya maupun materi diakhir siklus II pada materi Dinamika
yang baru diajarkan. Salah satu Kependudukan dan Pembangunan
keunggulan strategi ini adalah peserta Nasional di Kelas VIII.B SMPN 2 Koto
didik mencari informasi dengan mencari Baru,Kabupaten Dharmasraya Tahun
pasangan sambil belajar mengenai suatu Pelajaran 2014-2015.
konsep atau topik dalam bentuk soal- Teknik pengumpulan data pada
jawab dengan suasana yang penelitian ini menggunakan model siklus,
menyenangkan. Setiap peserta didik yang direncanakan dalam 2 siklus. Setiap
mempunyai tanggung jawab yang sama siklus terdiri dari 4 langkah,yaitu
dalam pembelajaran. Rangkaian perencanaan (planning),tindakan
pertanyaan dan jawaban yang diberikan (action),pengamatan) dan refleksi..
akan merangsang siswa untuk Alat pengumpulan data dalam
menemukan sendiri informasi bukan penelitian ini berupa lembaran soal
sekedar menerima. Dengan demikian bentuk pilihan ganda sebanyak 5 soal
diharapkan semua peserta didik belajar (terlampir ).Alat pengumpulan data pada
dengan optimal dan hasil belajarnya penelitian adalah lembaran test pada
meningkat. siklus I dan siklus II pada penelitian
tindakan kelas pada materi Dinamika
METODE PENELITIAN kependudukan dan Pembangunan
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri nasional melalui media MAKE A
2 Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, MATCH di kelas VIII.B SMPN 2 Koto
Kabupaten Dharmasraya Tahun Pelajaran Baru Tahun Pelajaran 2014/2015 serta
2014/2015. Penelitian dilakukan dalam jurnal harian guru.
waktu 3 bulan pada materi Dinamika Pelaksanaa penelitian terdiri dari 2
Kependudukan dan Pembangunan siklus ,setiap siklus terdiri dari 2 x
Nasional. Waktu penelitian dilaksanakan pertemuan , setiap pertemuan terdiri dari

138
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

2 jam pelajaran . Dilanjutkan dengan mengganggu kelancaran pembelajaran,


siklus ke II terdiri dari 2 x pertemuan, seperti masih ada siswa yang memainkan
setiap pertemuan terdiri dari 2 jam kartu dan menganggu temannya. Keadaan
ini disebagian kelompok ada peran ketua
pelajaran.Di setiap akhir siklus diadakan
untuk mengingatkan anggota agar serius
test sebagai data penelitian. Setiap siklus sehingga nanti dapat point yang tinggi.
direncanakan berlangsung dalam 1 Kenyataan lain ditemukan adalah masih
minggu( 7 hari). kurangnya jumlah MAKE A MATCH
yang ada sehingga mereka harus
HASIL PENELITIAN DAN bergantian membacanya.
PEMBAHASAN Evaluasi terhadap capaian yang
diperoleh pada siklus I didasarkan pada
Penelitian ini dilakukan dalam dua
hasil test yang diadakan pada akhir siklus
siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali I dengan materi Dinamika Kependudukan
pertemuan yang meliputi perencanaan, dan Pembangunan Nasional (jumlah
tindakan,pengamatan dan refleksi.. penduduk dan pertumbuhan penduduk).
Pelaksanaan penelitian Disamping itu perlu menambah media
dilaksanakan tanggal 3 Okotober 2014. MAKE A MATCH agar semua siswa
Pada pertemuan I, pembelajaran dimulai bisa membaca materi.
dengan kegiatan awal (appersepsi), Pelaksanaan Pembelajaran pada
kegiatan inti dan kegiatan akhir siklus II. Pada tahap perencanaan ini
(penutup). Pada kegiatan awal peneliti menyusun rencana yang akan
(pendahuluan) didahului dengan do’a dilakukan. Setelah alokasi waktu
kemudian absensi. Setelah itu guru ditentukan maka peneliti menyusun
menyampaikan tujuan pembelajaran serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
langkah-langkah pembelajaran yang akan (RPP) dibuat untuk 2 kali pertemuan.
dilaksanakan. Materi pada Siklus II adalah materi
Setelah selesai mendengarkan penjelasan Dinamika Kependudukan dan
singkat guru mengenai materi pelajaran. Pembangunan Nasional ( komposisi
Kemudian siswa dibagikan satu buah penduduk ) .Materi dalam silkus II ini
kartu dan memikirkan soal atau jawaban akan dipilah-pilah dan dituangkan dalam
dari isi kartu yang dipegang. Setiap siswa bentuk Kartu MAKE A MATCH.
mencari pasangan yang mempunyai kartu Pelaksanaan penelitian baru
yang cocok dengan kartunya. Semua dapat dilaksanakan pada tanggal 3
siswa harus menguasai materi yang ada Oktober 2014. Pada peremuan I sesuai
pada kartu . Peserta didik yang demgan skenario yang telah dibuat
mendapatkan pasangannya, pembelajaran dimulai dengan kegiatan
mempresentasikan hasilnya didepan awal (pendahuluan ),kegiatan inti dan
kelas. Siswa yang lain menanggapi kegiatan akhir (penutup). Pada kegiatan
presentasi temannya. Peserta didik yang awal (pendahuluan ) didahului dengan
dapat mencocokkan kartunya sebelum do’a kemudian absensi. Setelah itu guru
batas waktu diberi point. Di akhir siklus menyampaikan tujuan pembelajaran serta
guru juga mempersiapkan pertanyaan langkah-langkah pembelajaran yang akan
untuk data hasil belajar siswa . dilaksanakan.
Selama kegiatan pembelajaran Setelah selesai mendengarkan
dengan menggunakan kartu MAKE A penjelasan singkat guru mengenai materi
MATCH berlangsung, penulis mengamati pelajaran. Kemudian siswa dibagikan satu
bawa ada usaha dari setiap siswa untuk buah kartu dan memikirkan soal atau
menguasai materi yang terdapat pada jawaban dari isi kartu yang dipegang.
kartu. Ada beberapa kegiatan yang Setiap siswa mencari pasangan yang
nampak oleh peneliti yang masih mempunyai kartu yang cocok dengan
139
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

kartunya. Semua siswa harus menguasai Kekurangan Kartu MAKE A


materi yang ada pada kartu . Peserta didik MATCH yang kurang pada siklus I sudah
yang mendapatkan pasangannya, dilengkapi sehingga semua siswa sudah
mempresentasikan hasilnya didepan mendapatkan kartu sehingga
kelas. Siswa yang lain menanggapi pembelajaran bisa berlangsung sesuai
presentasi temannya. Peserta didik yang dengan yang direncanakan.
dapat mencocokkan kartunya sebelum Dari test yang dilakukan pada
batas waktu diberi point. Di akhir siklus akhir siklus I didapat nilai rata–rata 75.65
guru juga mempersiapkan pertanyaan yang diperoleh siswa meningkat bila
untuk data hasil belajar siswa . dibandingkan nilai rata-rata pada awal
Selama kegiatan pembelajaran 53.48 poin.
dengan menggunakan kartu materi Dari test yang dilakukan pada
MAKE A MATCH berlangsung, penulis akhir siklus II didapat nilai rata –rata
mengamati bawa ada usaha dari setiap 83.48 poin yang diperoleh siswa
siswa untuk menguasai materi yang meningkat bila dibandingkan nilai rata-
terdapat pada kartu. Ada beberapa rata pada siklus I sebesar 75.65 poin,
kegiatan yang nampak oleh peneliti yang terjadi peningkatan persentase ketuntasan
masih mengganggu kelancaran belajar dari data awal (pra siklus ) dari
pembelajaran, seperti masih ada siswa 23 orang siswa yang tuntas hanya 8
yang memainkan kartu dan menganggu 0rang (35 %), siklus I yang tuntas
temannya. Keadaan ini disebagian meningkat menjadi 18 0rang (78 %), pada
kelompok ada peran ketua untuk siklus II terjadi peningkatan ketuntasan
mengingatkan anggota agar serius siswa yang tuntas menjadi 20 orang ( 87
sehingga nanti dapat point yang tinggi. %).

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00 Nilai rata-rata
50.00
40.00 % Ketuntasan
30.00 Klasikal
20.00
10.00
0.00
Prasiklus Siklus I Siklus II

Grafik 1. Hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II

140
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Pra siklus

Tidak
tuntas
Tuntas

Diagram 1 Hasil Belajar pada tes awal (Pra Siklus )

Siklus I

Tidak
tuntas
Tuntas

Diagram 2 Hasil Belajar tes siklus I

Siklus II

Tidak
tuntas
Tuntas

Diagram 3 Hasil Belajar tes siklus II

SIMPULAN Media pembelajaran, metode yang


Berdasarkan Dilihat dari hasil bervariasi dalam mengajar serta
penelitian dan pembahasan yang telah penguasaaan kelas sangat penting untuk
dilakukan di SMPN 02 Koto baru tentang meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran Make a Match yang telah belajar.
di paparkan pada bab sebelumnya, maka Penggunaan make a match pada materi
dapat disimpulkan : Dinamia Kependudukan dan

141
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

pembangunan Nasional dapat (Cet. XV). Bandung: PT.


meningkatkan hasil belajar siawa, dari Ramaja Rosdakarya.
data awal rata-rata 53.48 pada siklus I Wahidmurni,AlifinMustikawan,dan Ali
menjadi 75.65 pada siklus II menjadi Ridho.2010. Evaluasi
83.48. PembelajaranKompetensi dan
Terjadi peningkatan jumlah siswa yang Praktik. Yogyakarta: Nuha
mencapai ketuntasan dari data awal rata- Letera.
rata 53 % pada siklus I menjadi 75 % Wena, Ade. 2009. Strategi Pembelajaran
pada siklus II menjadi 83 % sudah tuntas Inovatif Kontemporer.
hasil belajarnya. Jakarta: Bumi Aksara

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Bunga Rampai
Keberhasilan Guru dalam
Pembelajaran (SMA, SMK,
dan SLB). Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Gracia, Ricardo, L. 1991. Teaching in a
Pluralistic Sosiety. New
York: Harpercollins
Publisher.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Hudoyo, Herman, 1990 “ Strategi
Mengajar Belajar Matematika
“, ( Malang, IKIP Malang )
Isjoni, 2010.Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta: Pustaka Belajar
Ismail, 1998, “ Kapita Selekta
Pendidikan Matematika “, (
Jakarta : Universitas Terbuka)
Lungdren, 1994. Cooperative Teaching
Learning. USA: Mc Graw-
Hill Book Company Inc.
Natawijaya, Rohman. 2001.Pengajaran
Remedial. Jakarta: Depdikbud.
Slavin, E Robert. 1995. Educational
Psycology. United States of
America: Allan and Bacon
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar.
142
Margawati
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN


RENCANA PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI WORKSHOP DI SD
NEGERI 10 PULAU PUNJUNG

Mirza

SD NEGERI 10 PULAU PUNJUNG

ABSTRAK

Untuk melaksanakan proses pembelajaran disekolah seorang guru hendaknya pandai


menyususun rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pada umumnya
guru kurang memperhatikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran karena
kurangnya pemahaman guru tentang rencana pembelajaran yang baik dapat memudahkan guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.
Rencana pembelajaran yang dibuat dengan perencanaan yang sesuai dengan apa yang harus
dilakakan dalam proses pembelajaran akan memudahkan seorang guru untuk melakukan aksinya
didepan kelas sehingga siswa dapat termotivasi untuk dapat belajar dengan penuh perhatian sehingga
dapat meningkatkan prestasi siswa
Dengan penelitian ini rumusan masalahnya apakah kemampuan guru dalam menyusun RPP
melalui worshop dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru pada SD Negeri 10 Pulau Punjung..
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun RPP di SD N 10 Pulau Punjung dapat dilakukan melalalui Worskhop. Ini terbukti
setelah diadakan kegiatan workshop pada sembilan orang guru SD N 10 Pulau Punjung kemampuan guru
untuk menyusun RPP meningkat dari 61% pada data awal menjadi 83,6 persen setelah diadakan kegiatan
Workshop pada siklus I ini terjadi peningkatan 22,6 %. dan pada siklus dua terjadi lagi peningkatan
16,4 % menjadi 100%. Guru dalam menyususun perangkat pembelajaran.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan peneliti, sebagai acuan
dalam proses pembinaan guru- guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP).

Keywords: Pembelajaran, RPP, Workshop

PENDAHULUAN sistem itu sendiri. Salah satu dari bagian


Sekolah adalah tempat mendidik komponen sekolah adalah guru.
keterampilan anak dan Sekolah Guru dituntut untuk mampu
merupakan lembaga formal yang menguasai kurikulum, menguasai materi,
berfungsi membantu khususnya orang tua menguasai metode, dan tidak kalah
dalam memberikan pendidikan kepada pentingnya guru juga harus mampu
anak - anak mereka. Sekolah memberikan mengelola kelas sedemikian rupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga pembelajaran berlangsung
kepada anak didiknya secara lengkap secara aktif, inovatif, efektif dan
sesuai dengan yang mereka butuhkan. menyenangkan. Namun umumnya guru
Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan masih mendominasi kelas, siswa pasif (
efektif apabila komponen dari sistem datang, duduk, nonton, berlatih, dan
sekolah tidak berjalan dengan baik, lupa). Guru memberikan konsep,
karena kelemahan dari salah satu sementara siswa menerima bahan jadi
komponen akan berpengaruh pada yang telah tersusun rapi datang tanpa
komponen yang lain yang pada akhirnya bekal pengetahuan seperti membawa
akan berpengaruh juga pada jalannya wadah kosong. Lebih parah lagi, siswa
tidak menyadari tujuan belajar yang
143
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

sebenarnya, tidak mengetahui manfaat guru untuk meningkatkan kemampuan


belajar bagi masa depannya nanti, guru dalam menyusun RPP di SD Negeri
sehingga siswa tersebut sekolah hanya 10 Pulau Punjung Dharmasraya dengan
bermain – main saja. Setiap pelajaran di perencanaan yang matang seorang guru
mulai siswa mendengarkan penjelasan akan dapat melakukan proses
guru yang sedang berdiri di depan kelas, pembelajaran dengan baik dan terarah
pabila guru menulis di papan tulis siswa sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
lain banyak pula yang ngobrol dan indicator pada pembelajaran tersebut.
mempedulikan pelajaran, bak kata Dari 9 (Sembilan) orang guru hanya 2 (
pepatah masuk telinga kanan keluar dua) orang yang bisa membuat rencana
telinga kiri, artinya siswa paham sewaktu pelaksanaan pelajaran ( RPP) dan 7
guru menjelaskannya saja, sehingga esok (tujuh) orang lagi masih ada kekurangan
ditanya siswa tersebut sudah lupa dengan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
pelajaran yang sudah dipelajari. tersebut , Untuk itu peneliti mencoba
Berdasarkan pengamatan penulis menggunakan kegiatan workshop untuk
di SD NegerI 10 Pulau Punjung memperbaiki rencana pelaksanaan
Dharmasraya, terdapat beberapa kendala pembelajaran yang dibuat guru tersebut.
pada pembelajaran selama ini antara lain :
Siswa mengalami kesulitan dalam METODE PENELITIAN
memahami konsep, Siswa kurang aktif / Jenis penelitian ini adalah
siswa pasif dalam proses pembelajaran, penelitian tindakan sekolah, penelitian ini
Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama bertujuan untuk mengetahui apakah
dengan temannya dalam belajar, Guru melalui Workshop dapat meningkatkan
kurang mengaitkan materi pembelajaran Kemampuan guru dalam menyususun
dengan kehidupan sehari-hari, Hasil nilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SD
ulangan / hasil belajar siswa pada Negeri 10 Pulau Punjung.
pembelajaran rendah, KKM tidak Subjek dalam Penelitian Tindakan
tercapai, Pembelajaran tidak Sekolah adalah guru guru SD Negeri 10
menyenangkan bagi siswa, Kurangnya Pulau Punjung yang berjumlah 9
minat siswa terhadap pembelajaran. (Sembilan) Orang. Di mana lokasi SD
Sebagai pendidik, penulis melihat Negeri 10 Pulau Punjung terletak
pembelajaran menjadi kurang efektif dan ditempat keramaian. Waktu pelaksanaan
menyenangkan karena hanya cenderung penelitian tindakan Sekolah ini
mengedepankan aspek intelektual dan dimulai bulan Pebruari sampai dengan
mengesampingkan aspek pembentukan April 2017.
karakter. Hal ini tentu suatu hambatan Penelitian ini tergolong penelitian
bagi guru. Namun penulis ingin tindakan sekolah, dengan empat langkah
mengubah hambatan tersebut menjadi pokok yaitu : perencanaan tindakan,
sebuah kekuatan dalam pengelolaan pelaksanaan tindakan, pengumpulan data
kegiatan belajar mengajar yang efektif (observasi), dan refleksi, dengan
dan efisien sehingga nantinya akan melibatkan 9 (Sembilan) orang guru SD
mendapatkan hasil yang memuaskan. Negeri 10 Pulau Punjug. Penelitian
Untuk menjawab hal itu, penulis dilakukan tahapan secara berkelanjutan
mencoba memberi solusi kepada guru- selama 3 bulan. Indikator kinerja yang

144
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

ditetapkan adalah meningkatkan Mereka setuju bahwa guru harus


kemampuan guru dalam menyususun menggunakan RPP dengan menerapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajan model - model pembelajaran dalam
melalui kegiatan Workshop di SD Negeri melaksanakan proses pembelajaran yang
10 Pulau Punjung. Aspek yang diukur dapat dijadikan acuan/pedoman dalam
dalam observasi adalah penilaian proses pembelajaran. Selain itu,
terhadap Rencana Pelaksanaan kebanyakan guru belum tahu dengan
Pembelajaran guru SD Negeri 10 Pulau komponen - komponen RPP yang
Punjung sebelum dilakukan Worskhop menerapkan model - model pembelajaran
dan setelah dilakukan. secara lengkap.
Teknik pengumpulan data Berdasarkan hasil observasi
dilakukan dengan melakukan penilaian peneliti terhadap sembilan RPP yang
terhadap Rencana Pelaksanaan Pelajaran, dibuat guru (khusus pada siklus I),
diperoleh informasi/data bahwa masih
HASIL PENELITIAN DAN ada guru yang tidak melengkapi RPP-nya
PEMBAHASAN dengan komponen dan sub-sub
Dari hasil wawancara terhadap komponen RPP penerapan model
9(Sembilan) orang guru, peneliti pembelajaran tertentu, misalnya
memperoleh informasi bahwa semua komponen indikator dan penilaian hasil
guru 9 (sembilan) belum tahu kerangka belajar (pedoman penskoran dan kunci
penyusunan RPP dengan menerapkan jawaban). Rumusan kegiatan siswa pada
model - model pembelajaran, hanya komponen langkah - langkah kegiatan
seorang yang memiliki dokumen standar pembelajaran masih kurang tajam,
proses (satu buah), hanya 1 orang guru interaktif, inspiratif, menantang, dan
yang pernah mengikuti pelatihan sistematis.
pengembangan RPP dengan penerapan Dilihat dari segi kompetensi guru,
model - model pembelajaran, umumnya terjadi peningkatan dalam menyusun
guru mengadopsi dan mengadaptasi RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari
yang menerapkan model - model siklus ke siklus . Hal itu dapat dilihat
pembelajaran didalamnya, kebanyakan pada lampiran Rekapitulasi Hasil
guru tidak tahu dan tidak paham Penyusunan RPP penerapan pembelajaran
menyusun RPP dengan penerapan model dari Siklus ke Siklus.
- model pembelajaran secara lengkap, .

145
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

146
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

1. Dari hasil a
2. k
Penelitian Tindakan Sekolah RPP dengan penerapan pembelajaran.
dilaksanakan di SD Negeri 10 Pulau Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru
Punjung Kabupaten Dharmasraya yang dalam menyusun RPP pembelajaran,
merupakan sekolah tempat peneliti terjadi peningkatan dari siklus ke siklus.
bertugas sebagai kepala sekolah, terdiri Dari Prasiklus kemampuan guru
dari 9 (Sembilan) orang guru kelas, dan menjusun RPP hanya 61% dan pada
dilaksanakan dalam siklus. Kesembilan silkus I menjadi 83,6% dan pada siklus
orang guru tersebut menunjukkan sikap dua menjadi 100 %. Dari hasil tersebut
yang baik dan termotivasi dalam dapat disimpulkan kemampuan guru
menyusun RPP dengan penerapan dalam menyusun RR dapat ditingkatkan

NILAI PRA SIKLUS DAN SIKLUS 1 DAN 2 TENTANG PENYUSUNAN


PERANGKAT PEMBELAJAJARAN PADA
GURU SD N 10 PULAU PUNJUNG SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2016/2017

N
NAMA Pra Siklus Siklus 1 Siklus II
O

55 79 100
1 Halasan P.S,Pd
52 100 100
2 Dahniar,S.Pd
68 100 100
3 Endang LuLUS .M.S.Pd
50 100 100
4 Nardi Hasti,S.Pd
55 100 100
5 Zayaiti,S.Pd
52 100 100
6 Zamrud,S,Pd
82 100 100
7 Lenio Yotavia,S.Pd
50 100 100
8 Tri Rahmad G.A.Ma.Pd
82 100 100
9 Lismayarti,S.Pd
564 752 900
Jumlah
61% 83,6% 100%
Prosentase

pembelajaran dengan lengkap. Hal ini melalui WORSKHOP.


peneliti ketahui dari hasil penilaian
menyususn perangkat pembelajaran dan SIMPULAN
pengamatan pada saat melakukan
wawancara dan bimbingan penyusunan
147
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 3 No. 3 Februari 2018

Berdasarkan hasil Penelitian Pembelajaran (SMA, SMK,


Tindakan Sekolah (PTS) dapat dan SLB). Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
disimpulkan sebagai berikut.
dan Pembelajaran. Jakarta:
Bimbingan dengan melakukan PT Rineka Cipta.
worskhop dapat meningkatkan motivasi Gracia, Ricardo, L. 1991. Teaching in a
Pluralistic Sosiety. New
guru dalam menyusun RPP dengan
York: Harpercollins
lengkap. Guru menunjukkan keseriusan Publisher.
dalam memahami dan menyusun RPP Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
apalagi setelah mendapatkan bimbingan
Aksara
pengembangan/penyusunan RPP dari De Porter, Bobbi. 2001. Quantum
peneliti. Informasi ini peneliti peroleh Teaching, Bandung : Kaifa
dari hasil pengamatan pada saat Hasibuan & Mujiono. 2004. Proses
Belajar Mengajar.Bandung :
mengadakan wawancara dan bimbingan Remaja Rosdakarrya
pengembangan/penyusunan RPP kepada Nur, Mohammad. 2003. Penelitian dan
para guru. Pengembangan Teknologi
Pembelajaran Sebagai salah
Bimbingan dengan melakukan workshop
satu prasayarat utama
ini dapat meningkatkan kompetensi guru pengimplamentasikan kebijakan
dalam menyusun RPP. Hal itu dapat –kebijakan inovatif Depdiknas
dalam Merespon Tuntutan dan
dibuktikan dari hasil observasi
Tantangan Masa Depan
/pengamatan yang memperlihatkan Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi
bahwa terjadi peningkatan kompetensi Penelitian Pendidikan. Surabaya
: Penerbit SIC
guru dalam menyusun RPP dari siklus ke
Undang-undang Republik Indonesia
siklus . Pada Pra siklus Nilai guru Rata – Nomor 20 Tahun 2003 tentang
rata hanya 61 % dan setelah diadakan Sistem Pendidikan Nasional.
worskhosop pada I nilai rata-rata 2003. Jakarta : Cemerlang

komponen RPP meningkat menjadi


83,6% dan pada siklus menjadi 100%.
Jadi, terjadi peningkatan 22,6% dari pra
siklus ke siklus satu dan 16.4 % pada
siklus dua.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Bunga Rampai
Keberhasilan Guru dalam

148
Mirza
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI
SUPERVISI AKADEMIK TERPROGRAM
SEKOLAH DASAR NEGERI 06 IX KOTO.
Jhonasri, S.Pd
Abstrak

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kompetensi guru
Sekolah Dasar Negeri 06 IX Koto dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru Sekolah
Dasar Negeri 06 IX Koto dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui
supervise akademik terprogram. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dua siklus. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus dengan 4 tahapan, yaitu : perecanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Siklus I dilaksanankan secara berkelompok, sedangkan siklus II
dilaksanakan secara individu. Hasil penelitian membuktikan bahwa pencapaian kenaikan
persentase kemampuan guru dalam menusun RPP siklus I ke siklus II mencapai 18,2%. Pada
siklus I rata-rata kemampuan guru dalam menusun RPP baru mencapai 65,5% yang berarti
masih belum mencapai indikator keberhasilan sebagaimana yang ditetapkan sebelumnya.
Sementara itu, setelah dilakukan supervisi terprogram untuk siklus selanjutnya diperoleh rata-
rata kemampuan guru SD Negeri 06 IX Koto sebesar 83,7%. Pencapaian persentase ini sudah
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetakan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa melalui supervisi akademik yang dilekukan secara terprogran dapat meningkatkan
kemampuan guru khususnya guru SD Negeri 06 IX koto dalam menyusun RPP.
Kata Kunci: Kompetensi, RPP, Guru, Supervisi Akademik Terprogram

PENDAHULUAN memadai dalam demensi kompetensi


Peningkatan mutu pendidikan adalah supervisi.
peningkatan kualitas komponen-komponen Usaha-usaha untuk mempersiapkan
sistem pendidikan yaitu peserta didik, guru, guru menjadi profesional telah banyak
kepala sekolah, dan pengawas sekolah. dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa
Dalam hal ini komponen yang paling tidak semua guru memiliki kinerja yang baik
berpengaruh dalam peningkatan mutu dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu
pendidikan adalah guru. Guru dipandang ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru
sebagai faktor kunci karena menurut sering mengeluh pada saat kurikulum yang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan
bahwa guru merupakan tenaga pendidik kurikulum yang syarat dengan beban, (3)
profesional yang bertugas (1) merencanakan seringnya siswa mengeluh dengan metode
pembelajaran, (2) melaksanakan proses mengajar guru yang kurang menarik, (4)
pembelajaran, (3) menelai hasil masih belum dapat dijaminnya kualitas
pembelajaran, (4) melakuakan bimbingan pendidikan sebagai mana mestinya (Imron,
dan pelatihan dan (5) melakukan penelitian 2000:5).
dan pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan kenyataan begitu berat
Disamping itu juga diperlukan sosok kepala dan kompleksnya tugas serta peran guru
sekolah yang mempunyai kompetensi yang tersebut, perlu diadakan supervisi terprogram

149

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

atau pembinaan terhadap guru secara terus pembelajaran, 4) dan pengawasan proses
menerus untuk meningkatkan kinerjanya. pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
membimbing siswa untuk belajar dapat (RPP) yang harus dipersiapkan seorang guru
berkembang. Perencanaan pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran di
merupakan langkah yang sangat penting kelas.
sebelum pelaksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan yang matang diperlukan supaya (RPP) merupakan syarat wajid yang harus
pelaksanaan pembelajaran berjalan secara dikembangkan oleh guru pada satuan
efektif. Perencanaan pembelajaran pendidikan. Guru pada satuan pendidikan
dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah dan sistematis agar pembelajaran
lain seperti desain pembelajaran, skenario berlangsung secara interaktif, inspiratif,
pembelajaran. RPP memuat KD, indikator menyenangkan, menantang, memotivasi
yang akan dicapai, materi yang akan peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
dipelajari, metode pembelajaran, langkah memberikan ruang yang cukup bagi
pembelajaran, media pembelajaran, dan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
sumber belajar serta penilaian. dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
Guru hendaknya mampu berperan serta psikologis peserta didik.
sebagai desainer (perencana), implementor Berdasarkan hasil evaluasi kinerja
(pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan guru selama peneliti menjadi kepala sekolah
pembelajaran. Guru merupakan faktor yang di SD Negeri 06 IX Koto, masih banyak
paling dominan karena di tangan gurulah masalah administrasi guru yang harus
keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. dibenahi. Hal yang paling menonjol terutama
Kualitas mengajar guru secara langsung terkait masalah kelengkapan Rencana
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi Pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik dari
kualitas pembelajaran pada umumnya. segi kuantitas sekaligus kualitas RPP sebagai
Seorang guru dikatakan profesional apabila perencanaan awal seorang guru sebelum
(1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) mengajar di kelas. Selain itu, hasil observasi
bangga dengan tugas profesinya, (3) selalu peneliti sebagai kepala sekolah pada saat
menjaga dan berupaya meningkatkan supervisi kelas menunjukkan bahwa sekitar
kompetensinya, (4) bekerja dengan sungguh 80% guru tidak memiliki RPP sebagai bahan
tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama perencanaan sebelum mengajar. Umumnya
baik profesinya, (6) bersyukur atas imbalan guru-guru SD Negeri 06 IX Koto tidak bisa
yang diperoleh dari profesinya. memperlihatkan RPP yang dibuat dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 alasan ketinggalan di rumah, belum sempat
Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional diprint, dan berbagai alasan lainnya. Adapun
Pendidikan menyatakan standar proses guru yang sudah membuat RPP masih
merupakan salah satu SNP untuk satuan ditemukan adanya guru yang belum
pendidikan dasar dan menengah yang melengkapi komponen tujuan pembelajaran
mencakup: 1) Perencanaan proses dan penilaian, serta langkah-langkah
pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses kegiatan pembelajarannya masih
pembelajaran, 3) Penilaian hasil mengambang. Soal, skor, dan kunci jawaban
150

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat rencana perlaksanaan pembelajaran


dipisahkan. Pada komponen tujuan (RPP) dengan lengkap.
pembelajaran, materi ajar, metode 2. Waktu Penelitian
pembelajaran, dan sumber belajar sebagian PTS ini dilaksanakan selama kurang
besar guru sudah membuatnya. lebih empat bulan mulai Juli sampai
Dengan keadaan demikian, peneliti dengan Oktober 2017.
sekaligus sebagai Kepala Sekolah SD Negeri 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
06 IX Koto selalu berusaha untuk memberi Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian.
solusi berupa supervise terprogram dalam hal No. Kegiatan Waktu
kemampuan guru dalam menyusun RPP 1. Membuat 31 Juli s.d. 19
secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada proposal Agustus 2017
standar proses dan standar penilaian yang 2. Merevisi 14 s.d. 31
merupakan bagian dari standar nasional proposal Agustus 2017
pendidikan. Hal itu juga sesuai dengan 3. Melaksanakan 5 s.d. 30
Tupoksi peneliti sebagai kepala sekolah PTS September
berdasarkan Permendiknas No.12 Tahun 2017
2007 tentang enam standar kompetensi 4. Membuat 2 s.d. 24
kepala sekolah yang salah satunya adalah laporan PTS Oktober 2017
supervisi akademik terprogram dalam rangka 5. Mempresentas 26 Oktober
meningkatkan kinerja guru khusunya dalam ikan hasil PTS 2017
hal kemampuan guru SD Negeri 06 IX Koto 4. Siklus Penelitian
dalam menyusun RPP. Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan
Berdasarkan latar belakang di atas melalui dua siklus untuk melihat
peneliti penting melakukan penelitian peningkatan kompetensi guru dalam
tindakan sekolah dengan judul ”Upaya menyusun Rencana Pelaksanaan
Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran (RPP ).
Menyusun Rencana PelaksanaanB. Subjek Penelitian
Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Adapun yang menjadi subyek dalam PTS ini
Terprogram Di Sekolah Dasar Negeri 06 IX adalah seluruh guru SD Negeri 06 IX Koto.
Koto”. C. Sumber Data
METODE PENELITIAN Sumber data dalam PTS ini adalah rencana
A. Setting Penelitian pelaksanaan pembelajaran yang sudah
Setting dalam penelitian ini meliputi: dibuat guru.
tempat penelitian, waktu penelitian D. , Teknik dan Alat Pengumpulan Data
jadwal penelitian, dan siklus PTS 1. Teknik
sebagai berikut : Teknik pengumpulan data dalam
1. Tempat Penelitian penelitian ini adalah wawancara,
Penelitian Tindakan Sekolah observasi, dan diskusi.
dilaksanakan di sekolah SD Negeri 06 IX a. Wawancara dipergunakan untuk
Koto. Pemilihan sekolah tersebut mendapatkan data atau informasi
bertujuan untuk meningkatkan tentang pemahaman guru terhadap
kompetensi guru dalam menyusun RPP.

151

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

b. Observasi dipergunakan untuk Dengan metode ini peneliti berupaya


mengumpulkan data dan menjelaskan data yang peneliti kumpulkan
mengetahui kompetensi guru melalui komunikasi langsung atau
dalam menyusun Rencana wawancara, observasi/pengamatan, dan
Pelaksanaan Pembelajaran dengan diskusi yang berupa persentase atau angka-
lengkap. angka.
c. Diskusi dilakukan antara peneliti Penelitian ini bertujuan untuk
dengan guru. mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang
2. Alat Pengumpulan Data dialami oleh guru dalam menyusun RPP.
Alat pengumpulan data dalam PTS ini Selanjutnya peneliti memberikan alternatif
sebagai berikut. atau usaha guna meningkatkan kemampuan
a. Wawancara menggunakan panduan guru dalam membuat rencana pelaksanaan
wawancara untuk mengetahui pembelajaran. Hal-hal penting yang harus
kemampuan awal yang dimiliki diperhatikan dalam Penelitian Tindakan
guru tentang Rencana Pelaksanaan Sekolah, menurut Sudarsono, (1999:2)
Pembelajaran. yakni:
b. Observasi menggunakan lembar 1. Rencana : Tindakan apa yang akan
observasi untuk mengetahui dilakukan untuk
komponen RPP yang telah dibuat meningkatkan kompetensi
dan yang belum dibuat oleh guru . guru dalam menyusun RPP
c. Diskusi dilakukan dengan maksud secara lengkap. Solusinya
untuk sharing pendapat antara yaitu dengan melakukan :
peneliti dengan guru. a) wawancara dengan guru
E. Prosedur Penelitian dengan menyiapkan lembar
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan wawancara, b) Diskusi
Sekolah (School Action Research), yaitu dalam suasana yang
sebuah penelitian yang merupakan kerjasama menyenangkan dan c)
antara peneliti dan guru, dalam memberikan bimbingan
meningkatkan kemampuan guru agar dalam menyusun RPP
menjadi lebih baik dalam menyusun rencana secara lengkap.
pelaksanaan pembelajaran . 2. Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh
Metode yang digunakan dalam peneliti sebagai upaya
penelitian ini adalah metode deskriptif, meningkatkan kompetensi
dengan menggunakan teknik persentase guru dalam menyusun RPP
untuk melihat peningkatan yang terjadi dari yang lengkap yaitu dengan
siklus ke siklus. ”Metode deskriptif dapat memberikan bimbingan
diartikan sebagai prosedur pemecahan berkelanjutan pada guru
masalah yang diselidiki dengan sekolah binaan .
menggambarkan/melukiskan keadaan 3. Observasi: Peneliti melakukan
subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, pengamatan terhadap RPP
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang yang telah dibuat untuk
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau memotret seberapa jauh
sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). kemampuan guru dalam
152

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

menyusun RPP dengan F. Rencana Pelaksanaan


lengkap, hasil atau dampak Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua
dari tindakan yang telah siklus yaitu:
dilaksanakan oleh guru 1. Siklus Pertama (Siklus I )
dalam mencapai sasaran. a) Peneliti merencanakan tindakan pada
Selain itu juga peneliti siklus I (membuat format/instrumen
mencatat hal-hal yang wawancara, penilaian RPP, rekapitulasi
terjadi dalam pertemuan hasil penyusunan RPP).
dan wawancara. Rekaman b) Peneliti memberi kesempatan kepada
dari pertemuan dan guru untuk mengemukakan kesulitan
wawancara akan digunakan atau hambatan dalam menyusun
untuk analisis dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
komentar kemudian. c) Peneliti menjelaskan kepada guru
4. Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, tentang pentingnya RPP dibuat secara
dan mempertimbangkan lengkap.
hasil atau dampak dari d) Peneliti memberikan bimbingan dalam
tindakan yang telah pengembangan RPP.
dilakukan. Berdasarkan e) Peneliti melakukan
hasil dari refleksi ini, observasi/pengamatan terhadap RPP
peneliti bersama guru yang telah dibuat guru.
melaksanakan revisi atau f) Peneliti melakukan revisi atau perbaikan
perbaikan terhadap RPP penyusunan rencana pelaksanaan
yang telah disusun agar pembelajaran yang lengkap.
sesuai dengan rencana awal g) Peneliti dan guru melakukan refleksi
yang mungkin saja masih 2. Siklus Kedua (Siklus II)
bisa sesuai dengan yang a) Peneiti merencanakan tindakan pada
peneliti inginkan. siklus II yang mendasarkan pada
Prosedur penelitian adalah suatu revisi/perbaikan pada siklus I, seperti
rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal menugasi guru menyusun RPP yang
sampai akhir. Penelitian ini merupakan kedua, mengumpulkan, dan melakukan
proses pengkajian sistem berdaur pembimbingan penyusunan RPP.
sebagaimana kerangka berpikir yang b) Peneliti melaksanakan tindakan sesuai
dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. dengan rencana pada siklus II.
Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) c) Peneliti melakukan
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi/pengamatan terhadap RPP
pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat yang telah dibuat guru.
kegiatan tersebut saling terkait dan secara d) Peneliti melakukan perbaikan atau
urut membentuk sebuah siklus. Penelitian revisi penyusunan RPP.
Tindakan Sekolah merupakan penelitian e) Peneliti dan guru melakukan refleksi.
yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan G. Teknik Analisis Data
secara berulang dan berkelanjutan sampai Data yang telah diperoleh dianalisis dengan
tujuan penelitian dapat tercapai.” menggunakan analisis diskriptif : Hasil
pencapaian kompetensi dianalisis dengan
153

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

analisis diskriptif komparatif yaitu Negeri 06 IX Koto dalam penyusunan


membandingkan nilai hasil observasi antar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
siklus. Sedangkan Observasi maupun dengan (RPP) merupakan langkah peneliti dalam
analisis diskriptif berdasarkan hasil observasi memperoleh gambaran awal tingkat
dan refleksi. Analisis deskriptif dilakukan pemahaman guru dalam penyusunan
dengan menggunakan rumus persentase. RPP. Studi pendahuluan tingkat
Analisis deskriptif ini digunakan untuk pemahaman dilakukan melalui analisis
mendapatkan gambaran data dan menjelaskan terhadap Rencana Pelaksanaan
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
kompetensi guru dalam menyusun Rencana guru sebelum dilakukan supervise
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melalui akaemik terprogram. Sebagai kepala
supervisi akademik terprogram Sesuai dengan sekolah, peneliti sudah memiliki arsip
data yang diajukan sebelumnya, maka data rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang diperoleh dalam penelitian ini akan yang dikumpulkan guru sebelumnya
diolah secara deskriptif dan menggunakan yang selanjutnya dilakukan analisis.
tabulasi frekwensi sebagai berikut (Sugiono, Berdasarkan analisis dan evaluasi
2006:89) : terhadap Rencana Pelaksanaan
f Pembelajaran (RPP) yang telah
P  x100%
n diserahkan sebelumnya oleh seluruh guru
Keterangan : SD Negeri 06 IX Koto diketahui tingkat
P = Persentase yang dicari pemahaman penyusunan Rencana
f = Frekuensi Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih
n = Jumlah sampel dan responden sangat rendah seperti ditunjukkan pada
Untuk menentukan peningkatan kompetensi Tabel 2 berikut ini.
guru dalam menyusun RPP Guru Sekolah Tabel 2. Pencapaian Nilai penyusunan
Dasar Negeri 06 IX melalui supervise RPP Guru SD Negeri 06 IX Koto
akademik terprogram maka interprestasi Pencapaian Nilai RPP Pada
pencapaian kompetensi guru adalah sebagai Nilai Kondisi Awal
berikut (Suharsimi, 2006:55) Nilai 50,4
1. 81% - 100% = Kemampuan sangat Tertinggi
tinggi Nilai 19,6
2. 71% - 80% = Kemampuan tinggi Terendah
3. 51% - 70% = Kemampuan cukup Rata-rata 38,5
4. 31% - 50% = Kemampuan rendah
5. 0% - 30% = sangat rendah Rentang 36
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai
A. Studi Pendahuluan Pemahaman Guru Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui
SD Negeri 06 IX Koto Terhadap RPP bahwa nilai rata-rata kemempuan
Studi pendahuluan terkait tingkat menyusun Rencana Pelaksanaan
pemahaman seluruh guru SD Negeri 06 Pembelajaran (RPP) masih tergolong
IX Koto dalam penyusunan Rencana rendah. Hal ini disebabkan pemahaman
Pelaksanaan Studi pendahuluan terkait kemampuan guru dalam menyusun
tingkat pemahaman seluruh guru SD Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
154

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

(RPP) sebagian besar belum sesuai oleh peserta yakninya guru SD Negeri 06
dengan standar proses yang diatur dalam IX Koto dapat disimpulkan bahwa pada
permendiknas No 41 Tahun 2007. Selain RPP kelas III tidak mencantumkan
itu, Sebagian besar guru di SD Negeri 06 identitas, beberapa indicator tidak
IX Koto hanya mengadopsi Rencana menggunakan kata operasional.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari Sementara itu, RPP kelas IV yang telah
percetakan yang dijual ke sekolah- dikembangkan ada yang tidak
sekolah dan tidak mengembangkannya mencantumkan indikator, langsung
yang sesuai dengan standar proses tujuan pembelajaran, dan sebaliknya.
sebagaimana yang diamanahkan undang- Pada kegiatan pendahuluan, tidak
undang. Mayoritas guru bahkan boleh menyampaikan tujuan pembelajaran,
dikatakan hampir 90 % guru SD Negeri hanya presensi dan berdoa. Untuk
06 IX Koto hanya copy paste dari kegiatan inti pembelajaran, didominasi
internet tanpa memberikan penyesuaian oleh kegiatan guru sehingga aktivitas
mendasar. Hal ini tentunya sangat siswa justru tidak menjadi prioritas dalam
disayangkan yang notabenya guru- guru pembelajaran. Dalam kegiatan
SD Negeri 06 IX Koto sudah Eksplorasi, guru tidak menggali
menyandang guru bersertifikasi. Atas kemampuan siswa, melainkan
dasar kondisi inilah yang menjadikan menjelaskan materi. Pada elaborasi
simpati peneliti untuk segera kegiatan siswa juga tidak ditulis,
menyelesaikan permasalahan yang terjadi sedangkan konfirmasi, isinya sama
di SD Negeri 06 IX Koto. untuk seluruh RPP yaitu membuat
B. Deskripsi Siklus I simpulan dan memberi PR. Hal yang
Pelaksanaan penelitian tindakan paling unik justru ada guru yang tidak
sekolah dilaksanakan pada minggu runtut dalam melaksanakan kegiatan inti,
pertama, dan kedua bulan September ada yang lebih dulu elaborasi baru
2016. Tepatnya dimulai tanggal 5 kemudian eksplorasi dan konfirmasi.
September 2016. Pelaksanaan supervisi Khusus untuk materi ajar, konten
Akademik siklus I dilaksanakan dengan materi tidak dikembangkan dan yang
teknik kelompok berupa pertemuan rutin tertulis hanya judul saja, sehingga
guru. Semua anggota kelompok substansi tidak terdeskripsi secara
berkumpul di kelas dengan membawa komprehensif. Pada penggunaan metode
RPP yang dimilikinya. Peneliti telah pembelajaran sebagian tertulis
mempersiapkan materi supervisi yang pendekatan konstektual, sebagian yang
akan disampaikan pada saat supervisi lain metode diskusi, tugas, multi metode
yang sudah disusun sesuai program yang tanpa melihat SK dan KD serta mata
terencana. Selain itu, peneliti juga sudah pelajaran yang akan disampaikan.
mempersiapkan instrument penelitian Selanjutnya pada komponen media dan
yang akan digunakan. Pada tahap ini, alat pembelajaran belum terlihat
peneliti berdiskusi dengan seluruh mencantumkan alat peraga yang dipakai.
anggota peserta kelompok untuk menilai Sedangkan pada evaluasi/penilaian tidak
RPP yang dimilikinya. Berdasarkan hasil terdapat soal, hanya mencantumkan
evaluasi terhadap RPP yang telah dibuat penilaian proses, produk, yang tidak
155

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

sesuai dengan indikator. Sumber bahan masih bingung sehingga peneliti


tertulis, hanya satu buku referensi itupun menjelaskan dan memberi contoh
buku paket yang ada disekolah belum ada kegiatan secara lebih detail.
upaya untuk memperkaya 3. Menentukan metode pembelajaran
referesi/sumber belajar pendukung Pada pembahasan mengenai metode
lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi maka pembelajaran peneliti menyampaikan
peneliti menyampaikan informasi beberapa metode pembelajaran yang
kepada guru untuk memperbaiki dan sangat beragam, antara lain : 1).
menyusun RPP sesuai dengan instrumen Metode Jigsaw, 2). Everyone is a
yang sudah peneliti susun. Beberapa teacher here (Setiap orang adalah
komponen yang harus menjadi perhatian guru), 3) Learning Contract (Kontrak
dan penekanan guru dalam Belajar) , 4). Model Student Teams-
mengembangkan RPP diantaranya: Achievement Divisions (STAD) dll.
1. Indikator dan tujuan pembelajaran 4. Menjabarkan Materi
Indikator adalah komponen penting pembelajaran
dalam RPP, karena indicator adalah Materi pembelajaran adalah bahan
dasar penilaian. Indikator harus ajar yang digunakan untuk membantu
dirumuskan menggunakan kata-kata guru melaksanakan kegiatan belajar
operasional sesuai taksonomi Bloom, mengajar di kelas. Materi
yaitu ranah kognitif, afektif dan pembelajaran dapat berupa bahan ajar
psikomotor. Tujuan pembelajaran pandang (visual), bahan ajar dengar
memenuhi 4 persyaratan yaitu A, B, (visual), Bahan ajar pandang dengar
C, D. Yang dimaksud A adalah (audio visual) dan bahan ajar multi
Audiens artinya obyek pembelajaran media interaktif. Sumber materi
dalam hak ini siswa. Behavior pembelajaran bisa dari media cetak,
maksudnya adalah perubahan tingkah dan elektronik. Peneliti menyarankan
laku dan ilmu yang diharapkan dalam agar guru menuliskan materi pada
tujuan pembelajaran. C kepanjangan RPP dengan sistematis, jelas, dan
dari Conditioning yaitu kondisi yang sesuai dengan indikator.
digunakan ntuk mencapai tujuan 5. Menyusun alat evaluasi
pembelajaran, misalnya melalui Penyunan alat evaluasi harus
pengamatan, melalui diskusi, melalui memperhatikan indikator. Buatlah
eksperimen dst Sedangkan D yaitu soal sesuai dengan kaidah
degree maksudnya adalah hasil akhir penyusunan soal. Memenuhi
pembelajaran, misalnya dengan baik, persyaratan valid, reliable,
dengan tepat dst. diskriminaatif dst. Pada siklus satu
2. Menentukan langkah-langkah peneliti hanya membimbing soal
pembelajaran : bentuk isian dan uraian. Guru yang
Pada langkah-langkah pembelajaran tidak berlatar belakang pendidikan
peneliti membutuhkan waktu lebih keguruan belum bisa membedakan
lama untuk menginformasikan soal isian/jawab singkat dan urian
perbedaan eksplorasi, elaborasi, dan serta belum bisa membuat lembar
konfirmasi. Sebagian besar guru pengamatan, untuk menilai aspek
156

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

psikomotor, dan afektif. Peneliti No Aspek Nilai


membimbing guru tersebut pada 1 Menentukan 50%
waktu yang berbeda, ketika sedang Indikator/Tujuan
pelajaran olah raga atau agama serta Pembelajaran
dilanjutkan pada siklus II. 2 Menentukan langkah- 65,8%
Setelah peneliti langkah pembelajaran
menyampaikan informasi sesuai hasil 3 Menentukan materi 50%
diskusi, seluruh guru menjadi lebih pembelajaran
paham dengan kesasalahan-kesalahan 4 Pemilihan metode dan 68,7%
dan kekurangan-kekurangan pada media pembelajaran
RPP yang selama ini digunakan. 5 Penentuan media dan 62,5%
Selanjutnya seluruh guru SD Negeri alat pembelajaran
06 IX Koto menyusun RPP sesuai 6 Penentuan penilaian 62,5%
dengan mata pelajaran yang dipilih Rata – rata 65,45%
masing-masing guru. Hasil Berdasarkan Tabel di atas diketahui
penyusunan RPP dari guru kelas I, bahwa rata-rata kemampuan guru dalam
dan II menggunakan model tematik. penyusunan RPP mencapai 65,54 % dari
Satu hari dibuat satu RPP. Semua seluruh komponen yang menjadi poin
kegiatan pembelajaran disesuaikan penilaian RPP. Hal ini menunjukkan
dengan tema, SK dan KD dan bahwa masih perlunya tindakan program
kandungan materi pada KD tersebut. supervisi untuk meningkatkan
Untuk kelas III, IV, V, dan VI kemampuan guru-guru SD Negeri 06 IX
penyusunan RPP menggunakan Koto. Atas dasar ini peneliti melanjutkan
model mata pelajaran. Masing- program supervisi untuk siklus
masing guru menyusun satu RPP. selanjutnya.
Setelah RPP terkumpul, dan peneliti C. Deskripsi Siklus II
menuliskan hasilnya pada lembar Adapun pelaksanaan siklus II pada akhir
instrumen, dapat disimpulkan bahwa bulan September 2016 dengan teknik
ada kenaikan kemampuan guru individu, dan menggunakan instrument
menyusun RPP, dengan hasil pada yang sama dengan siklus I. Peneliti
Tabel 3. mendampingi guru menyusun RPP
Table 3. Kemampuan menyusun RPP sampai selesei. Dalam pelakanaannya
siklus I masih ada sebagian guru yang dalam
menyusun indikator dengan mengcopy
paste dari internet, karena tidak memiliki
rasa percaya diri. Sementara itu, ada
sebagian guru yang mengutip dari
silabus, sehingga peneliti mengingatkan
kembali untuk menyusun indikator
dengan memperhatikan SK, KD, dan
buku sumber referensi yang dijadikan
acuan dalam pembelajaran. Dengan
berbagai upaya yang dilakukan peneliti,
157

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

akhirnya seluruh guru SD Negeri 06 IX nenyusun RPP untuk setiap guru SD


Koto sudah benar-benar menyusun RPP Negeri 06 IX Koto pada siklus I dan II
sendiri, dengan kesimpulan sebagai dapat ditunjukkan pada Tabel 5 berikut
berikut : Mampu membedakan antara ini..
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Table 5. Perbandingan kemampuan guru
Pengunaan metode dan media sudah dalam menyusun RPP pada
lebih kreatif berfariasi, menggunakan siklus I dan II
metode-metode pembelajaran yang N Kode siklus 1 siklus 2
inovatif, menggunakan teknologi o guru Persentase Persentase
informasi, memperkaya sumber referensi 1 R 77,8% 88,9%
dalam pembelajaran, video pembelajaran 2 NL 77,8% 88,9%
bagi yang mampu mengoperasikan ICT. 3 WR 50,4% 80,5%
Dalam hal menyusun sudah dilengkapi 4 BG 50,4% 80,5%
dengan penilaian proses, yang terdiri dari 5 AH 64,7% 85,6%
penilaian psikomotor dan afektif sesuai 6 EK 76,5% 84,8%
SK dan KD yang digunakan, hanya Rata – 71,2% 86,4%
meminta saran/persetujuan dengan rata
peneliti. Adapun hasil penilaian pada Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat
siklus II pada Tabel 4 berikut ini : disimpulkan bahwa telah terjadi
Table 4. Kemampuan menyusun RPP peningkatan kemampuan guru dalam
siklus II penyusnan RPP dari siklus I ke siklus II.
No Aspek Nilai Pencapaian kenaikan persentase
1 Menentukan 75% kemampuan guru dalam menusun RPP
Indikator/Tujuan siklus I ke siklus II mencapai 15,2%.
Pembelajaran Pada siklus I rata-rata kemampuan guru
dalam menusun RPP baru mencapai
2 Menentukan langkah – 75%
71,2% yang berarti masih belum
langkah pembelajaran
mencapai indikator keberhasilan
3 Menentukan materi 75%
sebagaimana yang ditetapkan
pembelajaran
sebelumnya. Sementara itu, setelah
4 Pemilihan metode dan 96,9%
dilakukan supervisi terprogram untuk
media pembelajaran
siklus selanjutnya diperoleh rata-rata
5 Penentuan media dan 81,25
kemampuan guru SD Negeri 06 IX Koto
alat pembelajaran %
sebesar 86,4%. Pencapaian persentase ini
6 Penentuan penilaian 75%
sudah memenuhi indikator keberhasilan
Rata – rata 83,7% yang telah ditetakan sebelumnya. Hal ini
Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui mengindikasikan bahwa melalui
bahwa kemapuan guru pada siklus II supervisi akademik yang dilekukan
dalam menyusun RPP mengalami secara terprogran dapat meningkatkan
peningkatan sebesar 18,2 % yang semula kemampuan guru khususnya guru SD
kemampuan rata-ratanya 65,5% pada Negeri 06 IX koto dalam menyusun RPP.
siklus I menjadi 83,7 % pada siklus II.
Secara umum kemampuan guru dalam
158

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. IV No. 1 Januari 2018

KESIMPULAN Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan


Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah. Jakarta : Depdiknas
Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai Kemendiknas. 2010. Supervisi Akademik,
berikut. Materi Pelatihan Penguatan
1. Kemampuan guru SD Negeri 06 IX Koto Kemampuan KS. Jakarta: Direktorat
dalam menyusun RPP meningkat setelah Jenderal Peningkatan Mutu
diadakan supervise akademik terprogram. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kemampuan tersebut meliputi Kemenrian Pendidikan Nasional.
penyusunan indilator dan tujuan Mulyasa,E. 2009. Menjadi Guru Profesional,
pembelajaran, menentukan langkah- Menciptakan Pembelajaran Kreatif
langkah pembelajaran, menyusun materi dan Menyenangkan. Bandung: PT
pelajaran, menentukan metode, dan Remaja Rosda Karya
media pembelajaran, serta menyusun Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT
penilaian. Hal ini dibuktikan dengan Gramedia Widiasarana Indonesia.
meningkatnya nilai dari 69,5% pada Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a
siklus I menjadi 82,5% pada siklus II. tentang Standar Proses. 2007.
2. Kreativitas guru lebih meningkat dalam Jakarta: Depdiknas.
kegiatan pembelajaran karena guru – Pidarta, M. 1992. Pemikiran Tentang
guru sudah menerapkan metode yang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
lebih berfariasi dalam pembelajaran, Aksara.
menyusun lembar penilaian proses, dan Silbermen. 2007. Active Learning 101
menggunakan media dan alat Strategi Pembelajaran Aktif.
pembelajaran yang ada di sekolah secara Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
lebih maksimal. Sudjana, N. 2009. Standar Kompetensi
3. Supervise akademik terprogram dapat Pengawas Dimensi dan Indikator.
meningkatkan motivasi guru dalam Jakarta : Binamitra Publishing.
menyusun RPP dengan lengkap. Seluruh Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif.
guru menunjukkan keseriusan dalam Yogyakarta: Hikayat Publishing.
memahami dan menyusun RPP apalagi Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
setelah mendapatkan supervise akademik Indonesia. Edisi kedua
terprogram dari peneliti. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
DAFTAR PUSTAKA 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Asmani, J. 2012. Tips Efektif Supervisi Dosen.2005. Jakarta: Depdiknas.
Pendidikan Sekolah. Jogjakarta Udang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
:Diva Press tentang Sistem Pendidikan
Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Guru Nasional. 2003.Jakarta: Depdiknas.
Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Udang-Undang RI No. 14 Tahun 2005
2005. Standar Nasional Pendidikan. tentang Guru dan Dosen. 2005.
Jakarta: Depdiknas. Jakarta: Depdiknas.
2008. Alat Penilaian Kemampuan
Guru. Jakarta: Depdiknas.
Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di
Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.
159

Jhonasri
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2015

JUDUL ARTIKEL TIMES NEW ROMANT (14pt+bold 1 spasi)


Estuhono(1), M. Rosyid(2), M.Subhan(3), dan Yusuf(4) (Font 12 Pt)
(1) Dosen Prodi PGSD STKIP Dharmasraya (estuhono023@gmail.com)
(2) Dosen Prodi PGSD STKIP Dharmasraya
(3) Dosen Prodi PGSD STKIP Dharmasraya
(4)
Mahasiswa Program Studi PGSD STKIP Dharmasraya (Ukuran huruf 10pt + Italic).

ABSTRAK

Abstrak memuat semua inti permasalahan, cara pemecahannya, dari hasil yang diperoleh dan memuat
tidak lebih dari 200 kata, diketik satu spasi times new roman(font size 10). Abstrak boleh menggunakan bahasa
Inggris maupun bahasa Indonesia, tetapi tidak boleh dua-duanya. Abstrak harus asli, dan tidak pernah muncul
dalam publikasi lain. Untuk penulisan isi makalah, hendaknya template ini digunakan agar memudahkan penulis
dalam pengaturan layout makalah yang ditulis. Setidaknya pada naskah terdapat bagian-bagian berikut: Bagian
Awal : judul, nama penulis, afiliasi, dan abstrak (dalam bahasa Indonesia atau Inggris), Bagian Utama :
pendahuluan, afliasi tulisan pokok (tujuan,tinjauan pustaka, metode,pembahasan dsb.), kesimpulan (dan saran), dan
Bagian Akhir : ucapan terima kasih bila naskah diambil dari hasil penelitian yang dibiayai atau kerjasama dengan
pihak lain dll. Keterangan simbol (kalau ada), catatan kaki (kalau ada) dan daftar pustaka.

KATA KUNCI: 4-6 kata kunci, petunjuk, penulisan, seminar

PENDAHULUAN

Bagilah kertas anda menjadi beberapa bagian


(sub bagian, sesuai kebutuhan) dan format judul. ATURAN PENGIRIMAN NASKAH
gunakan bold dan huruf kapital. Judul tulisan
sesingkat mungkin tapi jelas, menunjukkan dengan Naskah dikirim ke dewan redaksi dalam bentuk soft
tepat masalah yang hendak dikemukakan, tidak file dalam cd ke alamat Kampus STKIP
memberi peluang penafsiran yang beraneka ragam, Dharmasraya Jln. Lintas Sumatera KM 18 Koto
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital secara Baru Dharmasraya SUMBAR atau dikirim melalui
simetris. Sub bagian judul penulisannya sama email stkipdharmasrayadmr@gmail.com.
dengan bagian judul tetapi tidak menggunakan Penerimaan makalah dibuka sepanjang tahun,
format bold. selanjutnya tim redaksi akan menilai artikel
Semua penulis diminta untuk menyerahkan tersebut. Hasil penilaian akan dikirim kepada
naskah dalam format WORD dan susunan naskah penulis tentang keberlanjutan artikel.
ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Untuk
penulisan dalam naskah bahasa Indonesia, kata UKURAN HALAMAN DAN LUAS TEKS
asing dipergunakan huruf miring. Naskah berupa
soft copi dan hard copi 2 ekseplar dalam cd dengan Sub bagian judul aturannya sama dengan
jumlah hal maksimum dua belas halaman dengan bagian judul, tetapi tidak menggunakan font bold.
ukuran kertas A4, ketikan satu setengah spasi, jenis Alinea baru dimulai pada ketikan kelima dari batas
huruf Times New Roman (font size 10). Naskah tepi kiri, antar alinea tidak diberi tambahan spasi.
diketik dalam pengolah kata MsWord dalam bentuk Naskah ditulis pada kertas A4 (210 x 297 mm).
siap cetak ke printer laser. Batas pengetikan : tepi atas tiga centimeter, tepi
Artikel/naskah akan diproses oleh photo- bawah dua centimeter, sisi kiri tiga centimeter dan
offset secara langsung dari halaman yang sisi kanan dua centimeter. Halaman akan
disediakan oleh penulis. Sangat direkomendasikan diperbanyak pada ukuran 100% pada proses
bahwa seluruh font naskah filenya harus dalam pencetakan
format WORD. Silahkan periksa naskah anda
dengan hati-hati ketika mengirimkannya. GAMBAR
Penjelasan naskah yang siap akan dijelaskan di
bawah ini. Kajian teori atau kajian pustaka yang Untuk gambar dan foto, keterbacaan ilustrasi
berisi tentang kelebihan dan keunggulan teori sangat penting. Jelaskanlah nama dari setiap
terhadap pemecahan masalah yang ditawarkan gambar dan gunakan nomor secara berurutan.
diringkas dalam bagian pendahuluan. Gunakan subsistem abjad untuk menunjukkan
gambar (misalnya Gambar 3a). Sebutkan semua

TEMPLATE
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2015

ilustrasi dalam teks berurutan untuk sebutan


pertama dalam teks. Tabel diletakkan setelah disebutkan dalam uraian.
Pastikan bahwa data yang disajikan singkat dan
Gambar diletakkan di tengah halaman. Judul setiap singkatan menggunakan pendefinisian. Tipe
gambar diletakkan di bawah gambar, Tulis “Tabel 1.” adalah 10 pt+bold. Nomor tabel
“Gambar 1” diikuti dengan keterangan dan tipe berurutan dalam teks. Kepala judul dari tabel
font 10 pt 1 spasi. Gambar diacu dalam artikel. adalah rata kiri diatas tabel. Kata “Tabel” dan
Gambar diletakkan dekat dengan uraian yang nomor memiliki font sama dengan teks. Catatan
mengacu pertama kalinya. Umumnya Gambar kaki tabel juga menggunakan font serta ukuran
diletakkan setelah disebutkan dalam uraian artikel. yang sama. Judul tabel harus rata kiri. Untuk
Gambar diurutkan dari nomor 1 dan seterusnya. lebar`tabel, gunakan spasi 1(tunggal). Tabel
diurutkan dari nomor 1 dan seterusnya.
Tabel 1. Judul Tabel
Run 1 Run 2 Run 3 Run 4
cd (kN- 35.251 35,259 35,261 35,266
det/m)
kd (kN/m) 782,12 782,23 782,22 782,22
Fungsi 3,6589 3,6589 3,6589 3,6589
obyektif
d 6,254 6,254 6,254 6,254
(rad/detik)

KESIMPULAN
Gambar 1. Judul Gambar
Setiap naskah diakhiri dengan kesimpulan, yang
merangkum hasil dari makalah yang ditulis.
PERSAMAAN UCAPAN TERIMAKASIH
Nomor dari semua persamaan dilampirkan dengan Bagian ini berisikan ucapan terimakasih kepada
tanda kurung, dan penempatan nomor persamaan orang-orang yang berkontribusi pada artikel,
adalah di akhir sebelah kanan. Nomor persamaan termasuk didalamnya jika penulis dibiayai oleh
harus berurutan. Anda dapat menggunakan sub sponsor.
penomoran untuk nomor persamaan jika
diperlukan. Persamaan yang dibuat harus jelas dan
DAFTAR PUSTAKA
terbaca, ditengah dan spasi diatas dan dibawah dari
persamaan itu. Tempatkan persamaan pada baris Daftar Pustaka ditulis dengan style APA dengan
terpisah. Persamaan harus sama penulisannya nya panduan sebagai berikut :
seperti teks. Silahkan ikuti ukuran standar ketika
menulis persamaan, contohnya italic untuk variable, Buku :
bold untuk vektor, dal lain-lain. Lebar persamaan
Brookfield, Stephen. D.(2006). The Skillful Teacher
adalah dalam lebar kolom. Ketika anda menulis : On Techniques, Trust and Responsiveness
persamaan yang panjang, anda mungkin akan in the Classroom, San Francisco : Josse-
berfikir untuk menulis persamaan dalam lebar Bass, A Wiley Imprint.
penuh. Dalam kasus seperti ini, anda bisa
mengganti gaya halaman, dari halaman satu kolom Artikel dalam Handbook (Editorial) :

ke halaman penuh, dalamB kolom tunggal.
E . (
1) Martin, Jenifer et.al. (2010). Educating a
 t Multidisciplinary Human Services
Workforce: Using a Blended Approach in
SATUAN DAN SINGKATAN Martin, Jenifer and Hawkins, Linette
(Eds).(2010). Information Commmunication
Sebaiknya menggunakan Satuan Internasional (SI). Technology for Human Service Education
Tulis satuan terlebih dahulu diikuti singkatan dalam and Delivery : Concepts and Cases, New
tanda kurung setelah satuan. Contoh: KTSP York : Information Science References
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) Jurnal :
Martín-Blas , Teresa and Serrano-Fernández ,Ana.
TABEL 2009. The role of new technologies in the
TEMPLATE
ISSN: 2407-6384 PELITA ILMU VOL. 1 No. 1 Januari 2015

learning process: Moodle as a teaching tool


in Physics. Journal of Computer and
Education, Vol. 52 No. 1 Tahun 2009. 35-
44.

Website:
Gulc, E. (2006). Using blended learning to
accommodate different learning styles.
Diakses pada 13 Januari 2009, dari alamat
http://escalate.ac.uk/2916

TEMPLATE

Anda mungkin juga menyukai