Anda di halaman 1dari 47

P3M FKIP UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI

i|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Ekspansi diterbitkan mulai tahun 2018 dengan frekuensi 2 kali setahun,
yaitu bulan April dan Oktober oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M-FKIP),
Universitas Gunung Rinjani, berisi hasil penelitian dan ulasan ilmiah
dalam bidang Ekonomi, Sosial, Pendidikan, dan Akuntansi.

Pelindung
Dekan FKIP UGR

Penanggung Jawab
P3M FKIP

Pemimpin Redaksi
Ari Saputra, S. Pd., M.Pd

Dewan Redaksi
Dr. Sulkiah.
Dr. Wira Hendri.

Mitra Ekspansi
Salim Nabhan, S.Pd.,MA
Ahmad Zam-zam, S.Pd.,M.Hum

Keuangan
Karmaini, SE

Distributor
Lalu Dedi Hariyadi, SH

Alamat Redaksi/Penerbit
P3M FKIP Universitas Gunung Rinjani

Jl. Raya Mataram Labuhan Lombok KM. 50 Selong, Lombok Timur,


Tlp dan Fax : 0376 631644, 631620, 631621
website; www.univgununrinjani.ac.id

ii | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
PENGANTAR PENERBIT

Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan Jurnal Ekspansi Vol. 6, No. 7,
2021 ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada para editor dan
penulis yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian naskah jurnal ini
Penyusunan beberapa artikel ini dilandasi dengan semangat untuk terus menumbuh
kembangkan sekaligus membangun budaya tulis terkait dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang Ekonomi, Sosial, Pendidikan, dan Akuntansi. Pada edisi perdana ini,
Jurnal Ekspansi FKIP Prodi. Pendidikan Akuntansi Universitas Gunung Rinjani memuat
karya-karya ilmiah (artikel) dengan beragam topik yang tentunya diharapkan dapat
memberikan manfaat dan memperluas wawasan pendidikan.
Mohon kritikan dan saran yang konstruktif demi perbaikan penyusunan Jurnal
Literate di volume selanjutnya. Atas kerjasama semua yang terlibat dalam penyusunan jurnal
ini, kami ucapkan terima kasih.

iii | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
DAFTAR ISI

Halaman Artikel

1
Zalia Muspita1, Rifaatul Mahmudah, Yuniar Lestarini: APLIKASI MEDIA
PEMBELAJARAN BERBASIS STEAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MASA PANDEMI DI KELAS V
MI NW 02 PERIAN TAHUN 2021/2022

8
Baehaki, S.Pd.: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA MATERI PROGRAM LINEAR DUA VARIABEL MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS ( MASTERY LEARNING ) KELAS XI-IPA-2
SMA NEGERI 1 PRNGGASELA TAHUN PELAJARAN 2021-2022

Hasbiah, S.Pd: UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL


17 BELAJAR BAHASA INGGRIS SUBTEMA INTRODUCING ONESELF AND
OTHERS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK
WRITE SISWA KELAS X IPA-3 SMAN 1 PRINGGASELA SEMESTER 1 TAHUN
PELAJARAN 2021/2022

Eko Prihartono: KEBIJAKAN REFORMASI EKONOMI DALAM MENGATASI


32 DAMPAK KRISIS DAN PENINGKATAN KELEMBAGAAN EKONOMI

38
Baiq Hapazah: DETERMINANT QUALITY OF REGIONAL AND FINANCIAL
STATEMENTS (STUDY ON LOCAL GOVERNMENT REGENCY OF LOMBOK
TIMUR)

iv | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS STEAM TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PADA MASA PANDEMI DI KELAS V MI NW 02 PERIAN TAHUN
2021/2022

ZALIA MUSPITA1, RIFAATUL MAHMUDAH, YUNIAR LESTARINI


Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Hamzanwadi
zmuspita@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi media pembelajaran berbasis steam terhadap hasil
belajar pada pembelajaran matematika pada masa pandemi di kelas V MI NW 02 PERIAN Tahun
Pelajaran 2021/2022. Penelitian ini merupakan penelitian jenis eksperimen dengan desain one group
pretest posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas Vsebanyak 17 orang siswa.
Variabel penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
Pendekatan steam, sedangkan variabel terikatnya hasil belajar. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan pendekatan
steam. Sebelum data di analisis, instrumen di uji normalitas. Setelah data terkumpul, kemudian
dilakukan analisis hasil pretest dan posttest. Hasil tes pada pretest mencapai rata-rata 50,82, berada
pada rendah. Kemudian pada hasil tes posttest rata-rata meningkat menjadi 70,5 dengan kategori baik.
Untuk uji normalitas data menggunakan chi-kuadrat, sedangkan teknik uji hipotesis menggunakan
analisis uji t-tes. Untuk hasil uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,637 > 2,037. Hal ini berarti
bahwa hipotesis yang diterima yaitu ada pengaruh signifikan pada aplikasi media pembelajaran
berbasis steam terhadap hasil belajar pada pembelajaran matematika pada masa pandemi di kelas V
MI NW 02 PERIAN Tahun Pelajaran 2021/2022.

Kata kunci: Pendekatan steam, hasil belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menghadapi arus
globalisasi seperti sekarang ini, bahkan bisa dikatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor
kebutuhan primer bagi umat manusia dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin ketat dan
semakin berat. Tanpa pendidikan mungkin manusia sekarang tidak akan berbeda dengan
pendahulunya yaitu pada masa purbakala (Ahmadi, 2011: 98). Dalam perkembangannya dunia
pendidikan sudah berkembang begitu pesat, khususnya di negara-negara maju.
Aplikasi media pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan bentuk perkembangan
dunia pendidikan yang harus diikuti pula di negara kita. Pengaplikasian media belajar ini terkadang
tidak selalu sejalan dengan apa yang ingin dicapai, tidak hanya menjadi masalah bagi peserta didik,
akan tetapi juga menjadi masalah bagi para tenaga pendidik, khususnya guru senior yang masih
awam dengan media pembelajaran baru yang Sistem belajar online yang dicoba dipadupadankan
dengan kurikulum baru, bahkan mereka tidak begitu memahami apa itu K-13. Belum selesai dengan

1|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


masalah tersebut dunia kembali dihenyakkan dengan Covid-19, yang ikut menggangu dan bahkan
menghambat terselenggaranya proses belajar mengajar disemua jenjang termasuk sekolah dasar.
Daring kata lainnya dalam jaringan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kemendikbud pusat, yang artinya terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagianya. Jadi,
kegiatan belajar mengajar guru, dosen, siswa, dan mahasiswa kini dilakukan dengan melalui jejaring
internet dan aplikasi-aplikasi yang dapat mendukung pembelajaran online yang meliputi proses
pembelajaran, pemberian tugas dan lainnya (Handarini dan Wulandari, 2020). Ada beberapa aplikasi
juga dapat membantu kegiatan belajar mengajar, misalnya Whatsapp, Zoom, Web Blog, Edmodo dan
lain-lain. Aspek media pembelajaran meliputi aspek produk, aspek proses, aspek sikap, dan aplikasi.
Aplikasi online merupakan aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran daring yang bertujuan untuk
menjadikan siswa aktif dan mandiri. Dengan menggunakan aplikasi online seperti grup WhatsApp,
Google, dan Aplikasi belajar siswa dapat mengakses pembelajaran online dan menyelesaikan
pembelajaran. Aplikasi online bertujuan untuk melatih kemandirian siswa dan keefektifan siswa.
Pendekatan belajar seperti ini termasuk ke dalam pendekatan belajar berbasis STEAM
(Science, Technology, Engineering, Mathematics, dan Arts). seperti dikemukakan Riley (2012:7)
bahwa:
“STEAM: Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics is an approach to
teaching which natural connections across multiple contents in order for students to
engage in the necessary thinking and creative practices reflective of a 21st century
society”

Pembelajaran berbasis STEAM bertujuan untuk meningkatkan minat, kreatifitas, berpikir


kritis, dan komunikasi peserta didik dalam bidang ilmu sains dan matematika dengan cara yang lebih
menarik dan menyenangkan melalui penggunaan teknologi, teknik dan seni. Akan tetapi penggunaan
sistem belajar STEAM ini tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang siap, baik itu tenaga
pendidik, anak didik dan ketersedian alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menunjang sistem
pembelajaran STEAM tersebut.
Kendala itu tidak hanya terjadi dalam pengaplikasian media belajar online, akan tetapi juga
terkendala masalah mendasar seperti kurangnya pemahaman sebagian terhadap pendekatan belajar
steam tersebut. Kemudian untuk daerah pedesaan seperti di MI NW 02 Perian, dapat dikatakan media
pembelajaran untuk mendukung pendekatan pembelajaran steam ini kurang mencukupi. Dari hasil
obsevasi awal yang dilakukan peneliti di MI NW 02 Perian, penggunaan media belajar memang sudah
diterapkan oleh para sebagian guru. Hal ini dapat kita lihat dari bagimana sikap siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar, kita dengan mudah dapat menemukan siswa yang tidak fokus mengikuti
kegiatan belajar, bermain dalam proses belajar tanpa memperdulikan guru, mengganggu teman
lainnya yang sedang belajar, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak penting dalam kegiatan
belajar. belajar mengajar juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas V MI NW 02 Perian

2|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


Kecamatan Montong Gading, dimana dari 17 peserta didik terdapat 16 peserta didik yang memiliki
nilai di bawah Kkm yang di tetapkan, yaitu 70.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttes Design, dimana pada desain ini terdapat Pretest
sebelum diberi perlakuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Posttes diberikan untuk
mengetahui hasil akhir siswa terkait dengan hasil belajar siswa. Setelah diberikan perlakuan
menggunakan pendekatan steam. dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat.
Adapun desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

O1x O2

Gambar 2
Desain Penelitian Eksperimen
Keterangan:
O1 : Nilai pretest sebelum diberi perlakuan
O2 : Nilai posttes setelah diberi perlakuan
X : Perlakuan (treatment)
(Sugiyono, 2019: 114)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2021/2022 di MI NW 02 PERIAN pada
siswa kelas VA dengan jumlah siswa 17 orang siswa pada semester ganjil Tahun pelajaran
2021/2022. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes. Tes diberikan
kepada kelompok sampel berupa pilihan ganda. Sedangkan pada validitas isi menggunakan rumus
formula Gregory yaitu,
(CV) =
Keterangan :
A = Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua judges
B = Jumlah item yang kurang relevan menurut judges I dan relevan menurut
judges II
C = Jumlah item yang relevan menurut judges I dan kurang relevan menurut
judges II
D = Jumlah item yang relevan menurut kedua judges
(Zuldafrial, 2012: 56)
Sedangkan pada reliabilitas instrumen menggunakan dua rumus yaitu untuk soal pilihan ganda
menggunakan rumus KR-20 yaitu:

( )( )

Keterangan:
: reliabilitas instrumen
p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑ : jumlah hasil perkalian anatara p dan q

3|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


n : banyak item
: standar defisi dari tes
(Arikunto, 2016: 115)

Sedangkan pada teknis analisis data menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis dengan
rumus:

Keterangan:
X2 : Chi-kuadrat atau normalitas sampel
fo : Frekuensi yang diobservasi
fh : Frekuensi yang diharapkan
(Sugiyono, 2019: 263)
Rumus Uji Hipotesis:
̅̅̅ ̅̅̅

Keterangan:
X1 = Nilai rata-rata pre-test
X2 = Nilai rata-rata post-test
s12 = Varian pre-test
s22 = Varian post-test
n1 = Jumlah sampel pre-test
n2 = Jumlah sampel post-test

(Sugiyono, 2018: 274)

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti,
deskripsi data hasil belajar uji normalitas data, uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Bentuk desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah One-Group Pre-test Post-test Design.Dalam desain ini terdapat Pre-test sebelum di beri
perlakuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Post-test diberikan untuk mengetahui hasil
akhir siswa terkait dengan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui Pengaplikasian Media Pembelajaran Berbasis STEAM Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Masa Pandemi Di Kelas V. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendekatan
pembelajaran STEAM sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat.
Penelitian ini membandingkan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
dengan proses pembelajaran yang konvensional. Dalam proses pembelajaran hari pertama tidak
diberikan perlakuan (Pre-test) yaitu dengan menggunakan cara konvensional dalam arti didalam
proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sedangkan untuk hari

4|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


kedua dalam proses pebelajaran diberikan perlakuan (Post-test) dengan menggunakan pengaplikasian
media pembelajaran berbasis STEAM dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran
matematika pada masa pandemi siswa kelas V baik pre-test post-test diberikan evaluasi yang
berbentuk pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan pendekatan STEAM.
Data nilai hasil belajar siswa maka didapatkan hasil belajar setelah diberikan perlakuan
maupun sebelum diberikan perlakuan, yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5
Nilai Hasil Belajar Pre-test Dan Post-test Siswa Kelas V Pada
Pembelajaran Matematika

Kelas Jumlah siswa Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata


Prettest 17 84 50 64,5
Posttest 17 92 48 73,6
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata setelah diberikan perlakuan (post-test) yang
menggunakan pendekatan STEAM lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pada hasil pre-test
atau yang belum diberikan perlakuan . Nilai rata-rata hasil belajar pada pre-test atau sebelum
diberikan perlakuan yaitu 64,5 nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 48.
Pembuktian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah antara pre-test dan post-
test berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data yaitu pada data pre-test dan
post-test. Normalitas data diuji dengan menggunakan rumus chi kuadrat. Data yang diperoleh pada
hasil belajar pada materi matematika yaitu x2 hitung
di cocokkan dengan x2 tabel
dengan taraf
kepercayaan 5% dan taraf keabshahan untuk uji ini ( k-1 ) sebagai berikut :
Tabel 6
Keabsahan Hasil Belajar

Derajat kebebasan Taraf signifikan α = X2 hitung X2tabel


(dk) 0,05

DK = K-1 = 6,372 9,488

= 5-1 = 6,183 9,488

=4 =

Berdasarkan tabel di atas dimana k adalah banyak kelas interval. Adapun kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut jika x2 hitung lebih kecil dari x2 tabel maka data tersebut berdistribusi
normal dan sebalinya jika X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka data tersebut berdistribusi tidak
normal hasil perhitungan uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7
Data Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar

5|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


Data Pre-test dan Post-test
Kelas X2 hitung X2tabel Kriteria

Prettes 6,07 9,488 Terdistribusi normal

Posttes 9,86 9,488 Terdistribusi normal

Berdasarkan di atas diketahui untuk X2 hitung untuk data hasil belajar pada Pre-test adalah
6,07 sedangkan X2 hitung untuk Post-test adalah 9,86 dan untuk X2 tabel dicari dengan dk = k-1, dimana k
adalah jumlah kelas, sehingga untuk Pre-test diperoleh k = 5-1 = 4 yang mana setelah
dikonsultasikan ke tabel chi kuadrat X2 di dapatkan X2 tabel = 9,488 pada taraf signifikan 5%, dan
untuk Post-test diperoleh k= 5-1 =4 yang mana setelah dilihat pada tabel chi kuadrat X 2 dengan taraf
signifikan 5% di dapatkan X2 tabel = 9,488. Jadi, berdasarkan hasil perhitungan Pre-test dan Post-test
yang berarti bahwa sampel tersebut Terdistribusi normal.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi media pembelajaran berbasis steam
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada masa pandemi di kelas V MI NW 02
Perian data yang di peroleh meliputi nilai Pre-test dan Post-test peserta didik. Pada penelitian ini
menggunakan pendekatan STEAM. Dalam hal ini peneliti menguji pendekatan STEAM terhadap hasil
belajar siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yakni One Group Pre-test dan Post-test
pada desain ini, terdapat Pre-test yaitu sebelum diberi perlakuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa dilanjutkan dengan Post-test yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa terkait
dengan penerapan STEAM pada pembelajaran matematika, dengan demikian hasil belajar siswa
dapat diketahui dengan membandingkan sebelum dan setelah diberi perlakuan.
Berdasarkan di atas diketahui untuk X2 hitung untuk data hasil belajar pada Pre-test adalah
6,07 sedangkan X2 hitung untuk Post-test adalah 9,86 dan untuk X2 tabel dicari dengan dk = k-1, dimana k
adalah jumlah kelas, sehingga untuk Pre-test diperoleh k = 5-1 = 4 yang mana setelah
dikonsultasikan ke tabel chi kuadrat X2 di dapatkan X2 tabel = 9,488 pada taraf signifikan 5%, dan
untuk posttes diperoleh k= 5-1 =4 yang mana setelah dilihat pada tabel chi kuadrat X 2 dengan taraf
signifikan 5% di dapatkan X2 tabel = 9,488.
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan Pre-test dan Post-test yang berarti bahwa sampel tersebut
Terdistribusi normal.
Adapun pengertian STEAM menurut Nurhikmayati (2019:42) menjelaskan pembelajaran
STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, And Mathematics) merupakan sebuah integrasi dari
berbagai disiplin ilmu yaitu sains, teknologi, teknik, seni dan matematika yang berada dalam satu
kesatuan pendekatan pembelajaran. STEAM suatu disiplin ilmu yang mengintegrasikan sains,
teknologi, teknik, seni dan matematika menjadi suatu pendekatan yang terpadu sehingga dapat
berpengaruh dalam pembelajaran di sekolah. Sementara itu menurut Bunicontoro (2017:44)
menjelaskan STEAM sebagai integrasi dari ilmu seni ke dalam kurikulum 42 pembelajaran pada

6|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


sains, teknologi, tehnik dan matematika (STEAM). Oleh karena itu dikatakan bahwa STEAM
merupakan ilmu yang mengintegrasikan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan menjadi sebuah
pendekatan terpadu yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa STEAM adalah suatu pendekatan yang terintegrasi dari
beberapa mata pelajaran yaitu (Saince, Tehnology, Engineering, Art And Mathematic). STEAM dapat
memberikan pengaruh dan kesempatan baru kepada peserta didik untuk dapat melakukan proses
pembelajaran desain secara langsung sehingga dapat menghasilkan suatu produk dengan kemampuan
berpikir siswa sehingga tercipta kreativitas yang baik.
Sedangkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V sesudah diterapkan
pendekatan STEAM yaitu proses belajar yang menyenangkan dan membuat siswa paham dengan
materi sehingga siswa antusias dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, dengan
diterapkannya STEAM sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa dan
memahami materi pelajaran Matematika khususnya pada materi perkalian dan pembagian dengan
tepat sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan analisis data yang telah diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa:
Dengan hasil analisis data pada hasil belajar diperoleh t hitung = 3, 637 apabila harga hitung
thitung dikonsultasikan pada tabel dk = n1+n2-2 =20 38, pada taraf dignifikan 5% adalah 2,037,
ternyata thitung lebih besar dari pada ttabel (3,637>2,037), maka hipotesisnya berbunyi “Ha” diterima
sedangkan “Ho” ditolak berarti “ terdapat pengaruh dari aplikasi media pembelajaran berbasis steam
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di masa pandemi kelas V MI NW 02
PERIAN Tahun pelajaran 2021/2022.

REFERENSI

Ahmadi, I.K., Amri ,S.,& Elisah,T.(2011). Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
Arikunto suharsimi. (2016). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurhikmayati, (2019). Implementasi steam dalam pembelajaran matematika. Jurnal Didactical


Mathematics,1(2), 41-49.

RILEY, (2012). Pengembangan Handout Matematika Berbasis Penedkatan Steam (Science,


Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics) pada Materi Bangunruang Sisi
Datar untuk Siswa Kelas VII SMP (Doctoral Dissertation,FKIP).
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: PT Alfabeta.

................. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: PT Alfabeta.
................. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: PT Alfabeta.

Zulfadrial. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: PT Cakrawala Media

7|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PROGRAM LINEAR DUA VARIABEL MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TUNTAS ( MASTERY LEARNING ) KELAS XI-IPA-
2 SMA NEGERI 1 PRINGGASELA TAHUN PELAJARAN 2021-2022

BAEHAKI, S.Pd.
SMAN 1 PRINGGASELA
akibaehaki495@gmail.com

ABSTRAK

Pendekatan pembelajaran cooperative learning merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Tujuan diadakan penelitian tindakan kelas ( PTK )
ini adalah untuk mengetahui penerapan Mastery Learning ( Belajar Tuntas ) dalam meningkatkan
prestasi siswa pelajaran matematika.Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus. Dari hasil
tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mencapai
standar ideal. Dari 40,86 % pada Siklus l, dapat meningkat pada siklus 2 menjadi 68,14 % dan siklus
3 mencapai 75,51 %, dan secara klasikal telah mencapai ketuntasan. Hasil penelitian tindakan ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Mastery Learning ( Belajar Tuntas ) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII-MIPA-2 dengan ketuntasan mencapai 94,29 % , dengan
demikian penerapan Mastery Learning ( Belajar Tuntas ) efektif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Pringgasela.

Kata Kunci : Mastery Learning ( Belajar Tuntas ), Aktivitas Belajar, Hasil Belajar siswa,
Pelajaran matematika SMA.

PENDAHULUAN

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih
baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah

8|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
hal ini mengakibatkan kualitas pendidikan matematika harus ditingkatkan terutama bagi para siswa
sekolah dasar sampai sekolah menengah. Penanaman konsep-konsep matematika secara benar dan
sistematis akan dapat membantu membentuk pola berfikir anak didik sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan siswa.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan matematika telah banyak dilakukan oleh pemerintah
sebagai penanggung jawab pendidikan di negara kita, namun dalam realitanya siswa masih
mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika, hal ini didukung dengan masih rendahnya
rata-rata nilai UN mata pelajaran matematika
Soedjadi (2001 : 1) menyatakan bahwa penyebab kesulitan memahami matematika dapat
bersumber dalam diri siswa dan di luar diri siswa. Dalam diri siswa dapat berupa rendahnya motivasi,
dan sikap terhadap matematika. Sedangkan dari luar diri siswa salah satunya dapat berupa metode
pembelajaran yang kurang tepat dalam mengajarkan matematika.
Mayoritas guru matematika saat ini masih menggunakan cara-cara konvensional dalam
pembelajaran matematika. Pendekatan pembelajaran ini dilakukan dengan metode ceramah dan tanya
jawab. Kelebihan dan pendekatan ini adalah dapat mengajarkan materi yang relatif banyak dalam
waktu yang singkat, tetapi pembelajaran ini memperlakukan siswa hanya sebagai objek sehingga
siswa cenderung pasif dan hanya menerima pengetahuan dari gurunya saja. Pembelajaran
konvensional hanya menyajikan materi matematika secara tekstual sehingga siswa kesulitan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dibutuhkan pembelajaran yang
merangsang siswa untuk melakukan pengamatan, penyelidikan serta mengolah informasi sehingga
pada akhirnya siswa dapat memahami konsep secara bermakna. Pembelajaran yang menekankan
keaktifan siswa dan berpusat pada siswa merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran matematika.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menekankan keaktifan siswa ini didasarkan oleh
teori belajar kontruktivis. Slavin (2000 : 256) menyatakan:
“The essence of constructivist theory is the idea that learners must individually
discover and transform complex information if they are to make it their own.
Constructivist theory sees learners as constantly checking new information against
old rules and then revising rules when they no longer work. This view has profound
implications for teaching, as it suggests a far more active role for student in their own
learning than is typical in many of classrooms. Because of the emphasis on student as
active learners, constructivist strategics are often called student centered
instructions”.

9|Jurnal Ekspansi Vol. 7, No 6, 2021.ISSN. 2615 -1979


Kutipan di atas mengandung makna bahwa esensi teori kontruktivis adalah ide bahwa siswa
harus menemukan sendiri dan mentransfrom informasi kompleks. Teori kontruktivis memandang
siswa secara konstan mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai. Pandangan ini berimplikasi pada pengajaran, yang
menyarankan siswa harus jauh lebih aktif. Karena penekanan keaktifan siswa, strategi kontrukivis
sering disebut sebagai “pengajaran berpusat pada siswa”.
Salah satu proses pembelajaran yang sesuai dengan teori kontruktivis adalah Model
pembelaaran Pembelajaran Tuntas ( Mastrey Learning ). Di dalam pembelajaran matematika,
penyelesaian masalah merupakan proses yang sangat penting untuk menata nalar siswa. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Polya (1980) :
“In my opinion, the first duty of a teacher of mathematics is to use opportunity. He
should do everything in his power to develop his stundet’s ability to solve problem”.

Polya menyarankan bahwa seorang pengajar matematika harus menggunakan segala


kemampuan yang dimiliki untuk mengembangkan kemampuan para siswanya dalam memecahkan
masalah matematika. Materi mengenal bangun dasar sederhana merupakan salah satu materi pokok
yang diajarkan di SMA. Dari pengalaman pribadi penulis menjumpai sebagian besar siswa kesulitan
menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan matematika terutama yang berkaitan dengan
masalah kehidupan secara langsung. Untuk mempermudah pemahaman siswa dan penamaan konsep
matematika perlu dilakukan pembelajaran melalui Model pembelaaran Model Belajar Tuntas (
Mastery Learning ) . Oleh karena itu penulis perlu melakukan penelitian tindakan dengan judul : “
Peningkatan Aktivitas dan Hasil belajar matematika Materi Program Linear Dua Variabel
Melalui Model Pembelajaran Tuntas ( Mastery Learning ) kelas XI-IPA-2 SMA Negeri 1
Pringgasela tahun pelajaran 2021-2022.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi Program Linear Dua Variabel kelas XI-
IPA-2 di SMA Negeri 1 Pringgasela melalui Model Belajar Tuntas ( Mastery Learning ).
Subjek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery
Learning ) yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pringgasela Khususnya kelas XI-IPA-2.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kelas XI-IPA-2 tingkat kemampuan
siswa pada pelajaran Matematika materi kaidah pencacahan masih sangat rendah. Siswa merasa
kesulitan dalam meningkatkan prestasinya sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran
matematika materi kaidah pencacahan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara bertahap-tahap
sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.

10 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam bentuk siklus, setiap siklus terdiri dari beberapa
komponen yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Penelitian dilakukan secara
kolaborasi oleh peneliti dan Guru Matermatika SMA Negeri 1 Masbagik Kab. Lombok Timur. Dalam
prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan dapat dilihat pada langkah-langkah berikut ini.
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini peneliti merumuskan masalah dan tujuan yang akan dicapai untuk
memecahkan masalah barulah kemudian menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan
dan mendiskusikannya dengan guru kelas. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah
persiapan dalam penerapan Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) untuk
meningkatkan hasil belajar matematika Materi kaidah pencacahan. Selain itu digunakan untuk
mengarahkan peneliti supaya kegiatan yang dilakukan lebih sistematis dan terarah. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap perencanaan ini sebagai berikut ;
a) peneliti bersama guru kolaborator mengadakan diskusi guna mengidentifikasi
permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan pembelajaran matematika Materi
kaidah pencacahan,
b) peneliti memberikan gagasan tentang penggunaan Model pembelajaran Belajar Tuntas (
Mastery Learning ), dan belum pernah digunakan sebagai metode pembelajaran
matematika di kelas XI-IPA-2 di SMA Negeri 1 Pringgasela,
c) peneliti dan guru kolaborator membahas penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan
dan penggunaan Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) dalam
meningkatkan hasil belajar matematika materi kaidah pencacahan siswa kelas XI-IPA-2
di SMA Negeri 1 Pringgasela ,
d) peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang
ada di sekolah mengenai materi dalam pelajaran Matermatika pada siswa kleas XI-IPA-
2. Kemudian menetapkan indikator keberhasilan pelajaran, sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. RPP memuat kegiatan pembelajaran
menggunakan Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) untuk
meningkatkan hasil belajar matematika,
e) peneliti membuat instrumen penelitian berupa soal tes, instrumen panduan observasi,
instrumen panduan wawancara,
f) peneliti menyiapkan Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) yang
sesuai dengan tema yang terdapat dalam RPP, dan
g) mengukur kemampuan siswa dengan melakukan tes sebelum tindakan. Tes sebelum
tindakan dilakukan supaya peneliti mengetahui kemampuan awal siswa pada pelajaran
matematika.
2. Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengamati kegiatan pembelajaran

11 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
yang dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan 3 kali tindakan dan 1 kali tes setelah
tindakan. Satu kali pertemuan sama dengan 1 jam pelajaran, dan 1 jam pelajaran adalah 45
menit.
2. Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan dilaksanakan oleh peneliti dan guru kolaborator.
Pengamatan/observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai upaya mengetahui
proses dan hasil pembelajaran Materi kaidah pencacahan. Dalam melakukan observasi,
peneliti mengamati jalannya pembelajaran menggunakan pedoman observasi yang telah
disiapkan. Hal-hal yang perlu diamati yaitu kegiatan pembelajaran dengan objek yang diamati
adalah peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan dari tindakan dengan menggunakan
Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika Materi Program Linear Dua Variabel kelas XI-IPA-2
di SMA Negeri 1 Pringgasela Kab. Lombok Timur .
3. Refleksi
Refleksi digunakan untuk mengkaji secara keseluruhan tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan siklus II dan seterusnya. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan maupun kelebihan-kelebihan yang terjadi selama pembelajaran. Refleksi
merupakan kegiatan diskusi antara guru dengan peneliti. Apabila telah diketahui letak
keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I, dapat
ditentukan rencana yang akan dilakukan pada siklus II apabila pada siklus II masih
mememukan permasalahan maka dapat ditentukan rencana siklus III.
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1 Siswa : Diperoleh data tentang peningkatan kualitas pembelajaran
matematika materi kaidah pencacahan.
2 Guru : Diperoleh data tentang penerapan pembelajaran dengan Model
pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning )

Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan tes.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah berhasil apabila
terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika apabila 85 % siswa ( kelas
yang diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75. Jika peningkatan tersebut dapat
dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena tindakan
sekolah yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan ( KTSP ).
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif

12 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan prestasi siswa dalam
pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Pringgasela Kab. Lombok Timur dengan
menggunakan prosentase ( % ).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ;
reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 didapatkan data Analisis Data
Deskriptif Kuantitatif:
1. Pencapaian Prestasi belajar siswa kelas XII-IPA-2 sebelum diberi tindakan
= 1430 x 100% = 40,86 %
3500
2. Pencapaian prestasi siswa kelas XII-IPA-2 setelah diberi tindakan pengelompokan siswa
berdasarkan nomor panggilan (acak berdasarkan tempat duduk )
= 2385 x 100% = 68,14 %
3500
3. Pencapaian prestasi siswa kelas XI-IPA-2 setelah diberi tindakan pengelompokan siswa
berdasarkan kemampuan akademik
= 2643x 100% = 75,51 %
3500
Dari hasil analisis di atas pada tiap siklus dapat dilihat/digambarkan pada grafik berikut :

SIKLUS
Siklus 1
Siklus 3 22% Siklus 1
41% Siklus 2
Siklus 2 Siklus 3
37%

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa


A. Terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu terjadi 40,86 % menjadi 68,14
% ada kenaikan sebesar = 19,28 %
B. Dari sebelum tindakan ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan ( siklus 3 ) 40,86 %
menjadi 68,14 %, dan dari ( siklus 2 ) ke ( siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak
75,51 % - 68,14 % = 7,37 %.
C. Rata – rata siswa sebelum diberi tindakan naik 28,57 % pada siklus I, naik menjadi
68,57% pada siklus II, pada siklus III naik menjadi 94,29 %.

13 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
D. Dari tindakan siklus 2 dan setelah tindakan( siklus 3 ) 69 % menjadi 75,43 % berarti ada
peningkatan prestasi sebanyak 75,51 % - 68,14 % = 7,37 %.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai
berikut :

a. Pertemuan pertama kegiatan pembelajaran dengan belum berhasil karena dalam pembelajaran
masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain;
b. Model pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran inquiri, dalam hal peningkatan
prestasi belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas.
c. Mungkin karena proses pembelajaran yang dilakukan yang baru mereka laksanakan sehingga
siswa merasa kaku dalam menerapkannya.
d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua dan
ketiga proses kegiatan pembelajaran berjalan baik, semua siswa aktif dan lebih-lebih setelah
ada rubrik penilaian proses, seluruh siswa langsung aktif belajar.
Pembahasan hasil dari data yang sudah dianalisis sebagai berikut:
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Model pembelajaran Belajar
Tuntas ( Mastery Learning ) dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I, II, dan III ) yaitu masing-masing 28,57 % ; 68,14 % ; 94,29 % Pada siklus III
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap
siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang paling
dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pendekatan pembelajaran dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru pembelajaran yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.

14 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa dengan menerapkan
pembelajaran inquiri hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 35 orang
siswa yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 40,86 % meningkat
menjadi 68,14 % dan pada siklus 3 meningkat menjadi 75,51 % .
Dari analisis data di atas bahwa Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning )
kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya
pada siswa di SMA Negeri 1 Masbagik Kab. Lombok Timur, oleh karena itu diharapkan kepada para
guru dapat melaksanakan Model pembelaaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ).
Berdasarkan kerikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) siswa dikatakan tuntas apabila
siswa telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai ≥ 85 %. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai
nilai ≥ 75 pada ( siklus 3 ) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai
94,29 %. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

SIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menerapkan Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning )
mempunyai dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 1
Prnggasela yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,
yaitu siklus I 40,86 %), siklus II ( 68,14 % ), dan siklus III ( 75,51 % ).
2. Penerapan menerapkan Model pembelajaran Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
3. Penerapan menerapkan pembelajaran inquiri efektif dapat meningkatkan kembali materi ajar
yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi
pelajaran berikutnya.

REFERENSI

Arends, Richard, 1977. Classroom instruction and management. New York: Mc.Graw-Hil.
Companies, inc.

Arifin, Mulyati,1995.Pengembangan program pengajaran bidang studi IPS Surabaya:Airlangga


University Press.

Arikunto,Suharsimi,2007.Penelitian Tindakan Kelas .Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Barnett, A.R. 1980. Intermediate Algebra : Structure and Use. New York : Mc. Graw Hill Companies

Dahar,Ratna,Willis,1989.Teori teori belajar.Jakarta : Erlangga

_______________.2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : PT.Bumi Aksara

15 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Depdikbud,1993.Kurikulum sekolah menengah umum dan garis garis besar program pengajaran (
GBPP) mata pelajaran Matematika. Jakarta:Depdikbud.
Depdiknas RI,2004.Undang Undang No 20 tentang sistem pendidikan nasional ( SISDIKNAS )
Jakarta : Depdiknas.
___________. 2006. Kurikulum 2006. Jakarta : Depdiknas

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta : Dirjen Dikti P2LPTK Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah dan Zein, (1994). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Dirjen Dikti P2LPTK Depdikbud.

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sardiman, A. M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrasindo Persada.

Slavin, S.E. 1997. Educational Psychology. Theory Into Practices. Fifth Edition. Boston : Allyn
Bacon Publishers.

Sitorus.M 1995.Panduan Belajar Matematika SMA .Jakarta : CV Erlangga.

Soedjadi,1991.Evaluasi hasil belajar dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan,Media


pendidikan Matematika No 1 tahun 1 Surabaya: IKIP Surabaya.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Depdikbud.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Barn Algesindo. Ban dung.

16 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
BAHASA INGGRIS SUBTEMA INTRODUCING ONESELF AND
OTHERS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK
TALK WRITE SISWA KELAS X IPA-3 SMAN 1 PRINGGASELA
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2021/2022

HASBIAH, S.Pd
SMAN 1 PRINGGASELA
hasbiahspdmpd@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil belajar siswa kelas X IPA-3 SMAN 1
Pringgasela pada pembelajaran bahasa Inggris subtema Introducing oneself and others setelah
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TTW (Think-Talk-Write). Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti sebagai guru
mata pelajaran bahasa Inggris dan wali kelas X. Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus dengan
masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA-3 SMAN
1 Pringgasela Semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes, dan dokumentasi. Validasi data
menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan keaktifan belajar meningkat dari
angka 45,16% atau 14 siswa pada studi awal menjadi, 74,19% atau 23 siswa pada siklus I, meningkat
menjadi 93,55% atau 29 siswa pada akhir siklus kedua. Adapun penjelasan nilai rata-rata hasil dan
ketuntasan belajar yang terus meningkat pada studi awal hanya 59,38 naik menjadi 69,38 pada siklus
pertama, dan 77,50 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 10 siswa
(31,25%) pada studi awal, 59,38% atau 19 siswa pada siklus pertama, 28 siswa atau 87,50% pada
siklus kedua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran
TTW (Think-Talk-Write) efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA-3 SMAN 1
Pringgasela Semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022 pada pembelajaran bahasa Inggris subtema
Introducing oneself and others.

Kata Kunci : hasil belajar, think-talk-write

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat vital dan fundamental karena
pendidikan memiliki peran yang amat penting dalam menentukan aspek–aspek kehidupan lainnya.
Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan perlu memperoleh prioritas dan perhatian yang serius oleh
segenap pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, dan bukan hanya tanggung jawab
pemerintah semata.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20

17 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Tahun 2003). Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis. Oleh karena itu perubahan dan perkembangan pendidikan menjadi sesuatu yang seharusnya
terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan mutu pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Berdasarkan hal ini maka peran guru menjadi kunci sukses keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan dan tujuan pembelajaran di sekolah.
Perubahan Kurikulum juga terus dilakukan pemerintah guna mencapai hasil terbaik.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi siswa tersebut. Kurikulum KTSP misalnya, disusun pemerintah
dengan melibatkan masyarakat dan guru sehingga kurikulum tersebut tersusun sesuai dengan kondisi
riil sekolah. Kini pemerintah membuat suatu kurikulum baru yang disebut kurikulum 2013, berbasis
pada kompetensi sebagai instrumen untuk mengarahkan siswa menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, seperti tertulis dalam Modul
Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 5).
Kurikulum 2013 sesungguhnya tidaklah jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
Kurikulum ini menuntut kualitas guru yang lebih baik. Paradigma pembelajaran dalam ruang kelas
juga telah berubah, mengarah kepada keterlibatan siswa, pembelajaran menjadi berorientasi pada
siswa, menekankan proses, kontekstual dan belajar tuntas. Jika situasi ini dapt terwujud maka apa
yang dikatakan Tambak (2006: 13) bahwa pada proses pembelajaran selama ini telah terjadi proses
dehumanisasi, lambat laun pembelajaran akan menjadi lebih memanusiakan manusia.
Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dewasa ini
bahasa Inggris merupakan bahasa dunia dan digunakan secara luas oleh masyarakat. Di Indonesia,
bahasa Inggris mulai bergeser dari bahasa asing menjadi bahasa kedua di beberapa kalangan. Dengan
akan diberlakukannya pasar global maka bahasa inggris akan semakin diperlukan oleh masyarakat
Indonesia. Dengan belajar bahasa Inggris maka diharapkan kita mampu untuk mempersiapkan diri
untuk menerima banyak serbuan informasi dan teknologi yang kebanyakan menggunakan bahasa
inggris sebagai bahasa pengantar. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan siswa – siswa kita untuk
lebih menguasai bahasa Inggris lewat mata pelajaran bahasa Inggris.
Kurikulum 2013 yang sekarang telah diberlakukan di sekolah-sekolah juga diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Inggris. Ditegaskan bahwa tugas guru adalah membelajarkan siswa, bukan
mengajar. Siswalah yang harus didorong agar aktif berlatih menggunakan bahasa pada keterampilan
menulis. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi agar siswa belajar secara optimal untuk
berlatih menggunakan bahasa agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Tujuan pembelajaran
bahasa Inggris di SMA/MA adalah agar siswa memiliki kemampuan mengembangkan kompetensi
berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi fungsional, memiliki

18 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa
dalam masyarakat global, dan mengembangkan pemahaman siswa tentang keterkaitan antara bahasa
dan budaya.
Mata pelajaran bahasa Inggris mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran
lain. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Selain diperlukan penguasaan
kosa kata dan tata bahasa, juga diperlukan keterampilan dalam mengaplikasikannya dalam kegiatan
komunikasi, baik lisan maupun tulis. Saat ini pembelajaran bahasa Inggris diarahkan pada pencapaian
kompetensi yang tercermin dalam kemampuan siswa melakukan langkah-langkah komunikasi, baik
secara lisan maupun tertulis yang terimplemantasikan melalui 4 ketrampilan yaitu mendengar
(listening), membaca (reading), berbicara (speaking) dan menulis (writing).
Berdasarkan pengalaman, keterampilan siswa di sekolah tempat peneliti mengajar pada
pembelajaran bahasa Inggris subtemaintroduce myseft masih merupakan masalah bagi siswa. Dalam
proses pembelajaran masih banyak siswa yang mengalami kebingungan dalam mengembangkan
kemampuannya dan tidak semua siswa bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Hal ini
membuat pencapaian siswa khususnya pada kecakapan menulis khususnya pada subtemaintroduce
myseft masih rendah.Selain itu, dari pengamatan penulis, guru cenderung melaksanakan pembelajaran
dengan metode yang kurang variatif, kurang menyesuaikan antara metode dengan materi pokok
sehingga tampak monoton (cenderung teoiritis), dan guru lebih sering menggunakan metode ceramah.
Hal ini akan membawa suasana belajar menjadi membosankan dan tidak dapat mengembangkan
keterampilan siswa tentang bahasa Inggris.
Hasil belajar bahasa Inggris subtema introduce myseft yang rendah dapat dilihat dari hasil
ulangan harian yang terdapat nilai < 70 karena nilai 70 merupakan batas tuntas atau KKM . Dari 31
siswa diketahui hanya 8 siswa atau 25,81% yang memperoleh nilai ≥70, sedangkan siswa yang
memperoleh nilai < 70 atau belum tuntas sejumlah 23 siswa atau 74,19%. Data tersebut menunjukkan
bahwa yang mencapai KKM adalah 25,81%, sedangkan yang belum dapat mencapai KKM adalah
74,19% dengan perolehan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 59,35.
Dilihat dari jumlah persentase siswa yang belum tuntas di atas, peneliti menduga masalah
tersebut dikarenakan dari faktor kognitif siswa, lingkungan belajar siswa berupa dorongan atau
motivasi orang tua kepada anak, atau mungkin cara mengajar guru yang konvensional, dan kurangnya
interaksi antar individu dalam kelompok belajar. Adapun dugaan masalah yang lainnya seperti
pandangan siswa terhadap mata pelajaran bahasa Inggrissubtema introduce myseft yang mudah atau
menyepelekan karena bahasa Inggris subtemaintroduce myseft merupakan bahasa pengantar sehari-
hari untuk perkenalan. Oleh karena itu, agar hasil belajar bahasa Inggris subtema introduce myseft
dapat meningkat, maka seorang guru dituntut menguasai dan menerapkan beberapa model
pembelajaran yang ada sehingga pem belajarannya dapat bervariasi dan berpusat pada siswa
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat,
menarik, dan harus efektif, sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru

19 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
juga harus mampu mengembangkan potensi diri dan bakat siswa, sehingga mereka mencari dan
menemukan ilmu pengetahuannya sendiri, serta terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam
memecahkan masalah. Salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran
bahasa Inggris pada subtemaintroduce myseft adalah dengan menerapkan pembelajaran melalui
strategi Think-Talk-Write (TTW).
Zulkarnaini (2011:149) menuliskan pembelajaran think talk write adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota dalam
kelompoknya. Dewa Ayu (2014:3) menuliskan ciri khas yang membedakan model pembelajaran
kooperatif tipe TTW dengan model pembelajaran kooperatif lainnya. Siswa dibantu oleh guru dalam
mengkonstruksi pengetahuan sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik. Siswa
dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling
membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini akan membuat siswa lebih memahami materi yang
diajarkan. Selain itu, melatih siswa untuk menulis hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara
sistematis sehingga siswa akan mampu memahami materi, selanjutnya siswa dapat
mengkomunikasikan ide-idenya baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Pembelajaran dengan
model think talk write (TTW) dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerja sama bersama
temannya. Dalam pembelajaran TTW siswa terlibat aktif untuk berpikir, membicarakan idenya dan
mendengarkan ide teman, serta menulis apa yang menjadi perbincangan dalam kelompok.
Pembelajaran yang membuat siswa aktif akan menumbuhkan suasana kreatif dan menyenangkan
dalam belajar.
Seperti yang diungkapakan oleh Desy Ambari (2013:3) “model pembelajaranthink talk write
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran dari hasil
penyelidikan, penyimpulan, serta meningkatkan minat dan partisipasi dan daya ingat”. Dengan
penerapan pembelajaran model TTW dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Siswa dapat secara nyata merasakan belajar dengan cara baru yang
lebih inovatif. Siswa akan belajar menjadi sumber belajar bagi temannya dan memeroleh informasi
dari beberapa sumber. Pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat memikirkan materi ajar,
membicarakan idenya, dan menulis hasil diskusi/materi bersama teman yang menjadi kesimpulan
penemuan masalah yang disajikan guru, dirasa dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Inggris. Selain itu, rasa semangat dan kebersamaan siswa dalam belajar dapat
ditumbuhkan dengan model pembelajaran TTW.

METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X IPA-3 SMAN 1 Pringgasela yang
beralamat di Jalan Pendidikan Kecamatan Pringgasla Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa
Tenggara Barat.

20 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022 selama 3 bulan
yaitu dari bulan Agustus 2021 sampai Oktober 2021.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2006:
3).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan,
kegiatan kolaborasi antara peneliti ; observer (peran guru yang lain) yang melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, apabila guru melakukan PTK maka ia akan bertindak selaku peneliti yang
sekaligus meneliti, kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan
tindakan dalam upaya penyelesaian masalah yang terjadi, tindakan perbaikan terhadap situasi dan
kondisi pembelajaran yang dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan
dalam praktik pembelajaran).
PTK merupakan kegiatan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan
yang saling berkaitan dan berdaur atau siklus dengan empat langkah utama yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Tahapan PTK di sini sebenarnya merupakan
reflektif guru pada permasalahan yang dihadapi dalam kelasnya. Dari sinilah penelitian tindakan kelas
akan dilakukan. Penjelasan secara rinci mengenai daur siklus PTK sebagaimana gambar 3.1 di bawah
ini

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA-3 SMAN 1 Pringgasela Kabupaten
Lombok Timur Tahun Pelajaran 2021/2022, dipilihnya kelas ini karena memang tugas mengajar Guru
(peneliti) di kelas X IPA-3 SMAN 1 Pringgasela Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran
2021/2022, jumlah siswanya 31 orang, 8 orang laki-laki dan 23 perempuan.

21 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut
1. Observasi
Observasi dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dipergunakan untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disusun, kemudian dilakukan checklist (√) untuk mengamati setiap
perubahan perilaku siswa.
2. Test
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti menggunakan tes tertulis pada pertemuan
pertama pada siklus I dan II. Tes pilihan ganda pada pertemuan kedua siklus I dan II. Data yang
diperoleh dari tes ini digunakan untuk mengetahui prestasi siswa setelah melaksanakan
kegiatan pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write
(TTW) serta tes tertulis dalam bentuk lembar kerja siswa yang diberikan pada pertemuan
pertama siklus I dan II.
3. Metode Observasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa serta foto
rekaman proses tindakan penelitian. Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2009:220).
Suatu instrumen dinyatakan telah memiliki validitas (kesahihan atau ketepatan) yang baik “jika
instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya hendak diukur” (Nunnally, 1978:86).
Validitas instrumen lebih tepat diartikan sebagai derajat kedekatan hasil pengukuran dengan keadaan
yang sebenarnya (kebenaran), bukan masalah sama sekali benar atau seluruhnya salah. Jadi validitas
suatu instrumen selalu bergantung pada situasi dan tujuan penggunaan instrumen tersebut. Suatu tes
yang valid untuk satu situasi mungkin tidak valid untuk situasi yang lain. Tujuan penggunaan tes
merupakan faktor utama penentu validitas, perbedaan tujuan tes memerlukan validitas yang berbeda
pula. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data yaitu mengecek
keabsahan (validasi) data dengan mengkonfirmasikan data yang sama dari sumber yang berbeda
untuk memastikan keabsahan (derajat kepercayaan). Dari guru dilakukan pada saat pelaksanaan
kegiatan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) balikan refleksi setelah pelaksanaan tindakan
dan dengan data yang dijaring melalui lembar observasi teman guru/sejawat dan kepala sekolah.
Sedangkan dari siswa dilakukan melalui tes formatif yang dilaksanakan pada prasiklus, akhir siklus
pertama dan akhir siklus kedua.
Setelah data diperoleh melalui pemberian tes pada akhir siklus pembelajaran. Hasil belajar
siswa dianalisis secara kuantitaif. Menurut Arikunto (2009:45) analisis data dimaksudkan untuk

22 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Perolehan nilai setiap siswa
melalui tes hasil belajar secara tertulis diolah dengan rumus :
1. Ketuntasan Belajar Klasikal
b
a x 100%
c
Keterangan :
A = Ketuntasan
B = Jumlah Siswa Tuntas
C = Jumlah Seluruh Siswa

2. Nilai rata-rata

X
Y
n
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata
∑Y= Jumlah Nilai Seluruh Siswa
n = Jumlah Seluruh Siswa
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas yang hendak dilaksanakan
dalam proses pembelajaran bahasa Inggris yang terdiri dari 2 (dua) siklus yaitu siklus I dan siklus II
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran biologi adalah sebagai berikut :
1. Siklus I (Pertama)
Materi yang diberikan pada siklus 1 (pertama) subtema Introduce Myself. Materi ini diberikan
dalam dua pertemuan, adapun tahanan yang dilakukan adalah:
a. Perencanaan
1) Perencanaan
a) Membuat RPP dengan menggunakan strategi pembelajaran Think talk write (TTW).
b) Penyusunan RPP dirancang sesuai atau menggambarkan tentang
pelaksanaan strategiThink Talk Write (TTW).
c) Mempersiapkan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
d) Mempersiapkan lembar soal dan lembar pengamatan, yang akan
e) digunakan pada setiap pembelajaran.
f) Membuat soal kuis individu yang akan diberikan pada siklus I. Tes
disusun oleh peneliti dengan meminta pertimbangan dari guru
bahasa Inggris.
g) Pembentukan kelompok
Pada setiap siklus, siswa dibagi dalam kelompok kecil,
setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
b. Pelaksanaan

23 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan rancangan pembelajaran bahasa Inggris
dengan menggunakan strategi pembelajaran think-talk-write (TTW berdasarkan RPP yang
telah dibuat meliputi tahap:
1) Think
Setiap siswa secara individu menuangkan gagasan/ide mengenai pemecahan masalah
dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah diberikan, dalam bentuk catatan kecil dan
menjadi bahan untuk melakukan diskusi dengan temannya.
2) Talk
Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. Siswa
mendiskusikan hasil catatannya dengan cara bertukar pendapat/ide yang telah diperoleh
pada tahapan think agar diperoleh kesepakatan – kesepakatan dalam kelompok.
3) Write
Setiap siswa menuliskan hasil kesepakatan atas jawaban dari permasalahan yang
diberikan.
4) Presentasi
Beberapa siswa dari perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
tersebut di depan kelas pada tahap talk.
Rencana kegiatan pembelajaran bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan,
sesuai dengan keadaan yang ada selama proses pembelajaran di kelas.
c. Observasi
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan
pengamatan terhadap kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui
sejauh mana efek tindakan pembelajaran Think Talk Write (TTW).
Pengamatan dilakukan dengan mengobservasi seberapa cepat para
siswa dalam mencari kelompoknya, bagaimana para siswa
bekerja sama dengan kelompoknya, dan bagaimana peningkatan hasil belajar
siswa.
b. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi data
yang telah diperoleh, yaitu lembar pengamatan dan hasil tes yang telah di
sediakan oleh peneliti, kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi
dilakukan peneliti dengan pendidik yang bersangkutan. Diskusi dilakukan
untuk mengevaluasi hasil yang telah dilakukan yaitu dengan cara
melakukan penelitian terhadap proses selama pembelajaran berlangsung,
masalah yang muncul, dan berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan.
Setelah melakukan terhadap refleksi kemudian peneliti merumuskan perencanaan untuk

24 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
memperbaiki dan menyempurnakan langkah-langkah
pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Sub pokok bahasan yang dibahas dalam siklus kedua sama dengan pada siklus pertama
dengan penjelasan kegiatan pada tahap perencanaan :.
1) Membuat RPP dengan menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW)
berdasarkan hasil refleksi siklus pertama
2) Mempersiapkan dan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
3) Mempersiapkan lembar soal dan lembar pengamatan, yang akan
digunakan pada setiap pembelajaran.
4) Membuat soal kuis individu yang akan diberikan pada siklus I. Tes
disusun oleh peneliti dengan meminta pertimbangan dari guru
bahasa Inggris.
5) Pembentukan kelompok
Pada setiap siklus, siswa dibagi dalam kelompok kecil,
setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan rancangan pembelajaran bahasa Inggris
dengan menggunakan strategi pembelajaran think-talk-write (TTW berdasarkan RPP yang
telah dibuat meliputi tahap:
1) Think
Setiap siswa secara individu menuangkan gagasan/ide mengenai pemecahan masalah
dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah diberikan, dalam bentuk catatan kecil dan
menjadi bahan untuk melakukan diskusi dengan temannya.
2) Talk
Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. Siswa
mendiskusikan hasil catatannya dengan cara bertukar pendapat/ide yang telah diperoleh
pada tahapan think agar diperoleh kesepakatan – kesepakatan dalam kelompok.
3) Write
Setiap siswa menuliskan hasil kesepakatan atas jawaban dari permasalahan yang
diberikan.
4) Presentasi
Beberapa siswa dari perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
tersebut di depan kelas pada tahap talk.
Rencana kegiatan pembelajaran bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan,
sesuai dengan keadaan yang ada selama proses pembelajaran di kelas

25 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
c. Observasi
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan
pengamatan terhadap kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui
sejauh mana efek tindakan pembelajaran Think Talk Write (TTW). Pengamatan dilakukan
dengan mengobservasi seberapa cepat para
siswa dalam mencari kelompoknya, bagaimana para siswa
bekerja sama dengan kelompoknya, dan bagaimana peningkatan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi data
yang telah diperoleh, yaitu lembar pengamatan dan hasil tes yang telah di
sediakan oleh peneliti, kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi
dilakukan peneliti dengan pendidik yang bersangkutan. Diskusi dilakukan untuk
mengevaluasi hasil yang telah dilakukan yaitu dengan cara melakukan penelitian terhadap
proses selama pembelajaran berlangsung, masalah yang muncul, dan berkaitan dengan hal-
hal yang dilakukan. Setelah melakukan terhadap refleksi kemudian peneliti merumuskan
perencanaan untuk siklus selanjutnya jika skor yang dicapai belum maksimal.
Indikator keberhasilannya adalah jika siswa dapat dikatakan tuntas secara individual dalam
belajar jika sudah memenuhi standar nilai KKM yang ditentukan jika standar KKM yang ditentukan
adalah 70 dan siswa tersebut melebihi nilai tersebut maka bisa dipastikan bahwa siswa tersebut tuntas,
dan secara klasikal 85% dari jumlah dinyatakan tuntas belajarnya.

PEMBAHASAN

Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari dua siklus yang dilaksanakan
maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran tipe Think-Talk-Write (TTW)
pada pembelajaran bahasa Inggris menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil proses
pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Nilai Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas


No Uraian
Rata-2 Frekuensi % Frekuensi %
1 Awal 59,35 8 25,81 23 74,19
2 Siklus I 67,42 19 61,29 12 38,71
3 Siklus II 77,10 28 90,32 3 9,68

26 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam bentuk grafik sebagaimana gambar di
bawah ini :
90
77,1
80
67,42
70
59,35
60
Nilai Rata-2
50
40
30
20
10
0
Awal Siklus I Siklus II

Dari hasil observasi mengenai hasil dan ketuntasan belajar siswa tersebut berdasarkan kriteria
keberhasilan perbaikan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil karena peningkatan hasil dan ketuntasan belajar siswa mencapai angka 90,32%
dari 85% batasan minimal yang telah ditentukan pada kriteria keberhasilan proses perbaikan
pembelajaran. Atas dasar pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas, maka peneliti dan observer
sepakat memutuskan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran diakhiri pada siklus II.
Keberhasilan proses perbaikan pembelajaran tidak hanya dilihat dari peningkatan hasil belajar
atau nilai tes formatif saja. Keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran juga merupakan
indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar
observasi yang telah diisi oleh observer selama perbaikan pembelajaran berlangsung. Fokus observasi
difokuskan pada aspek-aspek bisa menjawab, mau bertanya dan aktif dalam kegiatan diskusi. Hasil
observasi pada pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran menunjukkan hasil yang positifi, dan
dibuktikan dengan adanya peningkatan keaktifan siswa pada setiap siklusnya. Secara rinci penjelasan
mengenai peningkatan keaktifan siswa dalam proses perbaikan pembelajaran sebagaimana tabel di
bawah ini :
Kriteria Ketuntasan
No Kegiatan Tuntas Belum Tuntas Ket
Jml % Jml %
1 Pra Siklus 14 45,16 17 54,84
2 Siklus I 23 74,19 8 25,81
3 Siklus II 29 93,55 2 6,45

Dari di atas dapat dijelaskan tentang siswa yang tuntas dan belum tuntas dilihat dari keaktifan
belajarnya, yaitu :
a. Siswa tuntas dilihat dari keaktifan belajar
1. Pada temuan awal, siswa tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 14 siswa atau
45,16% dari 31 siswa.

27 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
2. Pada siklus I, siswa tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 23 siswa atau 74,19%
dari 31 siswa.
3. Pada siklus II, tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 29 siswa atau 93,55% dari 31
siswa.
b. Siswa yang belum tuntas dilihat dari keaktifan belajar
1. Pada temuan awal, siswa belum tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 17 siswa
atau 54,84% dari 31 siswa.
2. Pada siklus I, siswa belum tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 8 siswa atau
25,81% dari 31 siswa.
3. Pada siklus II, siswa yang tidak tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 2 siswa atau
6,45%
Dari hasil observasi mengenai keaktifan siswa tersebut berdasarkan kriteria keberhasilan
perbaikan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil
karena peningkatan keaktifan siswa mencapai angka 93,55% dari 85% batasan minimal yang telah
ditentukan pada kriteria keberhasilan proses perbaikan pembelajaran. Atas dasar pertimbangan
sebagaimana diurakan di atas, maka peneliti dan observer sepakat memutuskan bahwa kegiatan
perbaikan pembelajaran diakhiri pada siklus II
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II ternyata terjadi peningkatan hasil
belajar bahasa Inggris siswa kelas X IPA-3 SMAN 1 Pringgasela melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW). Tujuan penerapan metode pembelajaran
hakekatnya adalah memberikan situasi yang kondusif agar terjadi proses belajar pada diri siswa.
Proses belajar yang terjadi haruslah dalam suasana proses belajar aktif melalui pemanfaatkan sumber
belajar guna mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Elliot dan Yuzar (Muslim Ibrahim dkk, 2001: 21) yang menyatakan bahwa dalam penerapan
Think-Talk-Write (TTW), siswa sebagai anggota kelompok bertanggungjawab untuk mempelajari,
menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan. Siswa kemudian menjelaskan pada anggota
kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan, baik dalam kelompok ahli maupun kelompok
asal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus I, dapat diketahui bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) telah terbukti dapat meningkatkan proses dan
kegiatan pembelajaran bahasa Inggris. Cooveratif learning dapat mendorong tumbuhnya tanggung
jawab social dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, meningkatkan
gairah belajar, kekompakan dalam kelompok, serta kooperatif learning mampu mendorong
tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara kelompok. Pada siklus II pembelajaran
dengan model kooperatif Think-Talk-Write (TTW) telah efektif dan memberikan kontribusi yang
positif pada peningkatan hasil belajar siswa yang diterapkan pada kelompok-kelompok kecil yang

28 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
keanggotaannya heterogen, sehingga guru lebih mudah memotivasi siswa dan memberikan bimbingan
yang maksimal serta mengontrol perkembangan prestasi belajar siswa dengan baik. Kontribusi
pembelajaran dengan metode tipe Think-Talk-Write (TTW) selama penelitian menunjukkan bahwa
semangat siswa semakin meningkat terbukti dengan peningkatan hasil belajar dari siklus II dibanding
tes awal dan siklus I, siswa sangat antusias dan mengambil andil yang besar dalam mengikuti
pelajaran bahasa Inggris, dengan setting kelompok-kelompok kecil siswa merasa lebih senang belajar,
sehingga siswa-siswa merasakan dampak yang positif dan bermanfaat dalam hal belajar terutama
dalam berdiskusi yaitu hal-hal atau pelajaran yang sulit dapat di pecahkan dengan mudah secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang dibentuk, serta ada masukan maupun tambahan
dari kelompok lain, sehingga menambah wawasan pengetahuan dari kelompok yang masih kurang
mendalam dalam memahami pelajaran yang sedang dibahas dalam diskusi kelompok. Siswa siswi
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berdiskusi, untuk menyampaikan pendapat-pendapat atau
gagasan-gagasan sesuai dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki sehingga saling
melengkapi satu sama lain, dengan pembelajaran model tipe Think-Talk-Write (TTW) juga
mengajarkan kepada siswa siswi untuk menjadi seorang pemimpin untuk memimpin kelompok-
kelompok kecil dan menjadi ketua dalam kelompok serta menjadi narasumber bagi teman yang lain,
sehingga siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mengkonstruksi pengetahuan
(construction of knowledge).
Model Think-Talk-Write (TTW) merupakan salah satu metode belajar yang menempatkan siswa
sebagai subyek aktif. Siswa dituntut memiliki tanggung jawab besar dalam proses pembelajaran.
Siswa sejak awal diberikan perspektif mengenai tujuan pembelajaran, target, proses, dan dinamika
yang akan dijalaninya. Model Think-Talk-Write (TTW) melalui proses eksploratif dan diskusi yang
intensif, memungkinkan proses penguasaan materi yang lebih mendalam dan luas. Sesuatu yang tidak
mungkin didapat jika hanya belajar sendiri. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses
analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana. Konsekuensi dari model Think-Talk-Write (TTW)
ini adalah dibutuhkan keseriusan dan kerja keras dari siswa untuk mengeksplorasi bahan-bahan
pelajaran dan aktif melakukan diskusi sesuai tema yang direncanakan. Kemudahan akses internet,
perpustakaan dan buku-buku sebagai referensi, sekarang ini sangat mendukung untuk mendapatkan
materi belajar yang bermutu. Selain itu juga peran penting dari guru, yang memantik dan menjaga
proses Think-Talk-Write (TTW) tersebut tetap hidup dan dinamis. Model Think-Talk-Write (TTW)
menjadikan proses pembelajaran menjadi dinamis dan menuntut kita selalu berfikir kritis, analitis dan
sitesis. Ibaratnya kita adalah api yang dinyalakan untuk mengobarkan semangat mengkaji ilmu, bukan
tong tempat menampung sampah. Dengan hasil yang dicapai tersebut maka menunjukkan bahwa
model Think-Talk-Write (TTW) tepat digunakan sebagai model pembelajaran bahasa Inggris di kelas
X IPA-3 SMAN 1 Pringgasela
Berdasarkan pembahasan hasil tindakan siklus I dan II, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
penelitian tindakan pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) pada

29 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
subtema Introducing oneself and others dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa
kelas X IPA-3 SMAN 1 Pringgasela telah terbukti. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan
telah berhasil meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada siklus I, dan II dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan model pembelajaran think talk write telah
mampu mengubah sikap dan perilaku siswa dari perilaku negatif berubah menjadi positif.
Perubahan tersebut seperti siswa yang semula kurang siap, kurang bersemangat, dan kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran menjadi siap, bersemangat, senang, dan menikmati
pembelajaran. Siswa juga tampak lebih aktif dalam berpikir (think), berdiskusi antarkelompok
(talk), dan lebih aktif dalam menulis materi tentang introduce myself (write). Selain itu, siswa
juga lebih berani bertanya kepada peneliti jika merasa ada kesulitan dalam menulis materi
tentang introduce myself serta lebih berani untuk menjawab pertanyaan dan memberikan
komentar.
2. Penggunaan model pembelajaran think talk write pada pembelajaran bahasa Inggris subtema
introduce myself terbukti mampu meningkatkan keaktifan belajar dari 45,16% atau 14 siswa
pada studi awal menjadi, 74,19% atau 23 siswa pada siklus I, meningkat menjadi 93,55% atau
29 siswa pada akhir siklus kedua.
Penggunaan model pembelajaran think talk write pada pembelajaran bahasa Inggris subtema
introduce myself terbukti mampu meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa. Hal tersebut
dibuktikan dengan kenaikan hasil belajar siswa dari rata-rata pada temuan awal hanya 59,38 naik
menjadi 69,38 pada siklus pertama, dan 77,50 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar
sebanyak 10 siswa (31,25%) pada studi awal, 59,38% atau 19 siswa pada siklus pertama, 28 siswa
atau 87,50% pada siklus kedua.

REFERENSI

Ambari, Desy, dkk. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write Berbantuan Media
Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Gugus 1 Kecamatan Tegal Lalang.
Skripsi. Universitas Pendidikan GaneshaSingaraja
Ansari, Bansu. Irianto. 2004. Menumbuhkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik
Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk Write. Disertasi Tak Diterbitkan. Bandung:
Progam PascasarjanaUPI Bandung.

30 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ayu, Dewa, dkk. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW Terhadap
Hasil Belajar Bahasa Indonesia.e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD
Brown, H. Douglas (2004). Language assessment: Principles and classroom practices. White Plains,
NY: Pearson Education.
Darmadi, Tambak. 2006. Meningkatkan Kemampuan Menulis: Panduan untuk Mahasiswa dan Calon
Mahasiswa. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta :
Depdiknas
Depdiknas, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Jakarta : Depdiknas
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. UNS. Surabaya.
Kellaghan, T., and V. Greaney 2001b. Using Assessment to Improve the Quality of Education. Paris:
International Institute for Educational Planning.
Kemendikbud. 2014. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Littlewood, W. 1984. Foreign and Second Language Learning. London: Cambridge University Press.
Muktar, Miftahul. 2007. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung.
Nunnally, J.C., 1978. ”Pshycometric Theory”, New York: McGraw-Hill.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Aprilia Tri. 2007. Komunikasi Matematik Siswa Kelas VII SMP N 30 Semarang Tahun
Pelajaran 2006/2007 dalam Pembelajaran dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
pada Pokok Bahasan Segiempa. Skripsi. Semarang: FMIPA Unnes.
Soedjoko, Edy. 2006. Strategi “Think-Talk-Wrute (TTW) dengan Tugas-Tugas Membaca untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. FMIPA: Unnes.
Supriyaman. 2005. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. Medan : CV Media Persada.
Wiyono, B. 2007. Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa SMP Kotamadya Mojokerto. Jurnal Pendidikan Vol 15 No 1
Tahun 2007. FIP. Universitas Negeri Malang.
Zulkarnaini. 2011. “Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis”. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Agustus 2011. ISSN 1412-565X. No. 2. Hlm. 144-153. Universitas
Pendidikan Bandung

31 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
KEBIJAKAN REFORMASI EKONOMI DALAM MENGATASI
DAMPAK KRISIS DAN PENINGKATAN KELEMBAGAAN EKONOMI

EKO PRIHARTONO
Universitas Gunung Rinjani Selong, Lombok Timur

ABSTRAK

Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah yang paling parah sepanjang orde baru.
Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah terhadap dolar yang luar biasa, serta menurunnya pendapatan per
kapita bangsa kita yang sangat drastis. Lebih jauh lagi, sejumlah pabrik dan industri yang bakal collaps atau
disita oleh kreditor menyusul utang sebagian pengusaha yang jatuh tempo pada tahun 1998 tak lama lagi akan
menghasilka ribuan pengangguran baru dengan sederet persoalan sosial. Ekonom, dan politik yang baru pula.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak terjadinya krisis ekonomi global bagi Indonesia dan solusi
mengatasi krisis ekonomi oleh pemerintah. Melalui peneletian ini dapat disimpulkan bahwa dalam menangani
krisis ini, pemerintah tidak dapat menanganinya sendiri. Tak hanya Indonesi, negara- negara tetangga pun juga
merasakan. Akan tetapi Indonesia termasuk negara yang terparah akibat masalah tersebut. Hal ini dikarenakan
Indonesia sangat tergantung pada dollar Amerika, entah dari sektor impor maupun sektor lain. umum yang
mengalami kesulitan likuiditas.

PENDAHULUAN

Sejarah dunia telah mencatat bahwa Indonesia merdeka pada Tahun 1945, pada saat itu juga
Negara kita telah terbebas dari penjajahan yang kita alami kurang lebih selama 350 tahun.. Indonesia
telah melalui banyak cerita dalam kehidupan perekonomainnya. Cerita tersebut ada yang baik dan ada
pula yang tidak baik, menggembirakan dan menyedikan, mengecewakan, juga kadang memuaskan
semua pihak. Namun cerita yang menghiasi dunia perekonomian Indonesia cenderung terlihat suram
dan notabenenya meyedihkan. Entah karena kebijakan yang diambil pemerintah dalam mengatur
perekonomian ataupun karena alasan-alasan serta faktor-faktor lain yang menyebabkan kekecewaan
dan rasa ketidakpuasan dalam bangsa ini.
Perjalanan sejarah kemerdakaan ini ternyata tidak seperti yang diharapkan, pada tahun 1949
ternyata Indonesia telah mengalami krisi ekonomi untuk pertama kalinya, pada saat ini perekonomian
kita berada pada titik terendah dan masa suram selepas Negara kita dijajah oleh para colonial barat.
Sampai dengan saat ini Indonesia telah mengalami perjalanan panjang dan menyesakkan dalam karir
perekonomiannya. Puncaknya pada krisis yang melanda negara-negara Asia yang melumpuhkan
perekonomian bahkan hampir mematikan perekonomian negara-negara Asia. Krisis ekonomi untuk
kesekian kalinya di rasakan oleh Indonesia sebagai krisis terparah yaiotu krisi yang terjadi pada tahun
1997 yang dibarengi dengan adanya gelombang reformasi secara besar-besaran baik dbidang politik,
ekonomi maupun social.
Sejarah krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dimulai dari turunnya nilai tukar mata
uang Thailan yaitu Bath terhadap Dolar AS. Pada saat itu nilai tukar mata uang Tahilan terdevaluasi
hingga 60% sehingga menyebabkan krisis besar-besaran di Negara tersebut, namun ternyata krisi ini
bukan hanya dialami oleh Thailand, namun merembet ke Negara-negara Asian, dimana Indonesia
adalah salah satunya yang terkena dampak krisi dan terparah di Asean. Pada saat itu nilai tukar mata
uang kita (rupiah) terdevaluasi hingga 400% terhadap Dolar AS. (Yustika, 2012)
Krisis Moneter yang terjadi berdampak kepada segala segi kehidupan politik dan masyarakat.
Krisis ini pula yang membawa Presiden Soeharto meninggalkan tahta kepemimpinannya. Kebijakan-
kebijakan ekonomi mulai diambil ketika krisis ini mulai muncul. Berbagai langkah kebijakan diambil
terfokuskan kepada mengembalikan kestabilan mikro ekonomi dan membangun kembali infrastruktur
ekonomi, khususnya dibidang perbankan dan dunia usaha. Kebijakan yang terfokus pada dua hal
tersebut tepat untuk diambil seperti yang diketahui krisis moneter yang terjadisudah sangat
menyerang perekonomian secara keseluruhan sekaligus menyerang sector-sektor badan usaha.

32 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Keadaan ini mengakibatkan tumbuhnya kemiskinan-kemiskinan baru dan menambah jumlah
angka kemiskinan di Indonesia sehingga menjadi sebuah masalah besar bagi seluruh rakyat dan
menyisahkan pekerjaan yang sangat kompleks bagi pemerintah. Ketimpangan perekonomian akibat
krisis moneter dan krisis ekonomi yang telah terjadi ternyata sebagai pemicu terjadi krisis politik di
Negara kita. Krisis ini menjadi titik balik perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Krisis
moneter ini memicu banyak pakar ekonom berpikir keras untuk menemukan kebijakan yang terbaik
dalam mengatasi dan mencegah hal ini terjadi dikemudian hari. Setelah megalami krisis seharusnya
Indonesia banyak belajar dari apa yang telah dialaminya.
Sepertinya sangat sulit untuk negara ini bangkit dan kembali menata perekonomian yang
nyaris diujung tanduk. Namun Indonesia terus berusaha dan menunjukkan usaha yang keras dalam
menata dan membawa perkonomian negara ini ke arah yang lebih baik. Banyak sistem-sistem baru
yang diterapkan oleh Indonesia, banyak pula teori-teori barat yang diadopsi oleh Indonesia untuk
diterapkan sebagai bentuk usaha membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Salah
satu ilmu atau teori ekonomi yang ada di Indonesia adalah mengenai ekonomi kelembagaan. Ekonomi
kelembagaan membahas masalah ekonomi dalam ranah hubungan ekonomi dan kehidupan sosial serta
hubungannya dengan kepemilikan seseorang atau propherty right. Ekonomi kelembagaan di
Indonesia berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan. Namun pengertian pembangunan di
Indonesia dewasa ini telah mengalami penyimpangan dari pengertian normatif. (Yustika, 2012)
Kini pembangunan ekonomi berkelanjutan, tidak lagi mementingkan korelasi keharmonisan
antar aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Terutama faktor lingkungan. Pembangunan ekonomi
berkelanjutan kini hanya memperioritaskan kemajuan, tidak lagi mempedulikan apa dampak yang
ditimbulkan dari pembanguan tersebut. Bahkan kerusakan yang disisakan oleh usaha pembangunan
yang dilakukan. Menyisakan dampak buruk bagi generasi setelah kita. Apakah dampak yang
ditimbulkan oleh ekonomi berkelanjutan dan pembangunan yang dilakukan di Indonesia sebagai
usaha memajukan perekonomian Indonesia? (Ardiningsih, 2009).
Dari uraian latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, menimbulkan beberapa
pertanyaan dan peramsalahan yang harus terjawab. Adapun permasalahan yang bisa di rumuskan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah dampak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia secara global ?
2. Bagaimanakah Upaya Pemerintah dalam mengatasi Krisis Ekonomi di Indonesia ?

PEMBAHASAN

Krisis ekonomi yang sedang dialami oleh beberapa negara besar di dunia diantaranya AS secara
tidak langsung mempengaruhi perekonomian di Indonesia.Maka dari itu pemerintah harus waspada
dan antisipatif, karena resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa berdampak
hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Krisis ekonomi global bisa diumpamakan sebagai
deretan kartu domino yang diatur sejajar,jika pemain utamanya terjatuh maka akan membawa dampak
buruk terhadap yang lainnya (efek domino). Celakanya, kalau negara-negara berkembang yang
terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga keuangan internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya,
krisis yang terjadi bisa sangat parah dan potensial mengimbas ke wilayah lain. dampak resesi ekonomi
global yang paling dirasakan adalah pada masyarakat menengah ke atas, terlebih mereka yang
bermain saham, valuta asing dan investasi emas. Selain memberi dampak negatif, krisis ekonomi juga
membawa dampak positif. Secara umum impor barang, termasuk impor buah menurun tajam,
perjalanan ke luar negeri dan pengiriman anak sekolah ke luar negeri,kebalikannya arus masuk turis
asing akan lebih besar, meningkatkan ekspor khususnya di bidang pertanian, proteksi industri dalam
negeri meningkat, dan adanya perbaikan dalam neraca berjalan. Krisis ekonomi juga menciptakan
suatu peluang besar bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Skala Kecil (ISK), yakni
pertumbuhan jumlah unit usaha,jumlah pekerja atau pengusaha, munculnya tawaran dari IMB untuk
melakukan mitra usaha dengan ISK, peningkatan ekspor, dan peningkatan pendapatan untuk
kelompok menengah ke bawah.Namun secara keseluruhan, dampak negatif dari jatuhnya nilai tukar
rupiah masih lebih besar dari dampak positifnya
Namun perlu di cermati pula bahwa dampak negative krisis ekonomi yang lebih parah terjadi
antara lain :

33 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
1. Kurs rupiah terhadap dollar AS melemah pada tanggal 1 Agustus 1997, pemerintah
melikuidasi 16 bank bermasalah pada akhir tahun 1997, pemerintah membentuk Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mengawasi 40 bank bermasalah lainnya dan
mengeluarkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk membantu bank-bank
bermasalah tersebut. Namun kenyataannya terjadi manipulasi besar-besaran terhadap dana
KLBI yang murah tersebut.
2. Dampak negatif lainnya adalah kepercayaan internasional terhadap Indonesia menurun,
perusahaan milik Negara dan swasta banyak yang tidak dapat membayar utang luar negeri
yang akan dan telah jatuh tempo.
3. Pengangguran, dimana angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat karena banyak
perusahaan yang melakukan efisiensi atau menghentikan kegiatannya.
4. Laju inflasi yang tinggi, angka kemiskinan meningkat dan persediaan barang nasional,
khususnya Sembilan bahan pokok di pasaran mulai menipis pada akhir tahun 1997.
Akibatnya, harga-harga barang naik tidak terkendali dan berarti biaya hidup semakin tinggi.
Biaya-biaya sosial : a) kerusuhan di mana-mana sejak black May 1998, b) banyak orang
kekurangan gizi, c) anak putus sekilah meingkat, d) kriminalitas makin tinggi.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi global yang terjadi di
Indonesia sejak terjadinya krisi pada tahun 1997 sampai dengan saat ini demi memulihkan kembali
keadaan ekonomi Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Jaringan Pengaman Sosial
Dalam kaitan ini sejak krisis moneter 1998 pemerintah telah mengambil langkah-langkah
dengan menambah alokasi anggaran rutin (khususnya untuk subsidi bahan baker minyak,
listrik, dan berbagai jenis kebutuhan makanan pokok), dilakukannya usaha untuk
mempertajam sasaran alokasi anggaran dan meningkatkan efisiensi anggaran pembangunan.
Hal ini dilakukan melalui peninjauan kembali terhadap kegiatan dan proyek pembangunan,
antara lain dengan :
a) Menunda proyek-proyek dan kegiatan pembangunan yang belum mendesak
b) Melakukan realokasi dan menyediakan tambahan anggaran untuk bidang pendidikan dan
kesehatan.
c) Memperbaiki sistem distribusi agar berfungsi secara penuh dan efisien yang sekaligus
meningkatkan peranan pengusaha kecil, menengah dan koeperasi.
Sebagai akibat dari peninjauan kembali seluruh program dan proyek pembangunan, total
anggaran meningkat secara tajam sejak krisis moneter tahun 1998. Sebagai implikasi
dari jaringan pengaman sosial ini, yagn disertai penyesuaian untuk mempertajam alokasi
dan peningkatan efisiensi anggaran pembangunan, pemerintah tidak dapat menghindari
terjadinya defisit yang sangat besar, lebih kurang pada masa itu 8,5 persen terhadap
PDB, dalam revisi APBN tahun 1998/99. Pemerintah sangat menyadari bahwa defisit
anggaran sebesar 8,5 persen terahdap PDB tidak suistanable, itulah sebabnya mengapa
diupayakan penurunan anggaran minimal pada tahun 1999/2000 dan bertujuan pula
untuk melakukan pengimbangan anggaran ntuk masa 3 tahuan kemudian (tahun 2003).
2. Penyehatan Sistem Perbankan
Untuk menggerakkan kembali roda perekonomian dan memulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan nasional, sekaligus untuk menghindari penarikan dana secara besar-
besaran oleh nasabah, maka langkah-langkah mendasar dari kebijakan penyehatan dan
resrukturisasi perbankan yang ditempuh oleh pemerintah reformasi terdiri dari dua prinsip
pokok, yaitu :
a) Kebijakan untuk membangun kembali sistem perbankan yang sehat guna mendukung
pemulihan ekonomi nasional, melalui :
1) Program peningkatan permodalan bank.
2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan antara lain, mencakup: Perijinan
bank yang semula dibawah kewenangan Departemen Keuangan dialihkan ke Bank
Indonesia selaku bank sentral ; - Investor asing diberikan kesempatan lebih besar
untuk menjadi pemilik saham di bank-bank (tak heran apabila sejak krisis moneter
bank-bank swasta nasional menjadi berstatus go public secara hukum) - Rahasia bank

34 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
yang semula menyangkut sisi activa dan pasiva diubah menjadi hanya mencakup
nasabah penyimpan dan simpanannya.
3) Penyempurnaan dan penegakan ketentuan kehati-hatian, antara lain : a. Bank-bank
diwajibkan menyediakan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) sebesar 4 %
pada akhir tahun 1998, 8 % pada akhir tahun 1999 dan 10 % pada tahun 2000,
sebagaimana diumumkan oleh pemerintah. b. Melakukan tindakan hukum yang lebih
tegas terahdap pemilik dan pengurus bank yangt telah terbukti melanggar ketentuan
hukum yang berlaku.
b) Kebijakan untuk menyelesaikan masalah perbankan yang telah terjadi dengan melakukan
pemulihan dan penyehatan perbankan. Langkah-langkah ayng telah ditempuh oleh
pemerintah dalam hal ini adalah :
1). pemberian jaminan pembayaran kepada deposan dan kreditur ;
2). Di bentuknya Badan Penyehatan Perbnakan Nasional yang bertugas untuk mengurus,
mengelola dan atau menjual asset-aset bank yang telah mengalami likuidasi, termasuk
pula membantu penyehatan bank-bank yang masih dapat ditolong ;
3). Melakukan due diligence terhadap bank-bank yang diambilalih pengelolaannya dan
terhadap bank-bank lainnya ;
4). Disusunnya rancangan undang-undang yang berkenaan dengan pendongkrakan
pembaharuan ekonomi yang berkesinambungan, seperti : UU Perbankan, Pasar
Modal, Investasi Asing dan lain sebagainya. Khusus UU Perbankan No. 10 Tahun
1998, penerapan pasal-pasal kerahasiaan bank, pengawasan, pemilikan asing,
kedudukan Bank Sentral lebih menekankan pada terbukanya asar sehingga peluang
investasi lebih cepat berkembang.
Hutang luar negeri swasta dan pinjaman antar bank-bank merupakan penyebab utama dari ksrisis
moneter di Indonesia, yang berakibat pada melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata
uang asing. Oleh karena itu, untuk mengurangi permintaan mata uang asing dan sekaligus untuk
memberikan kesempatan kepada debitor untuk menyelesaikan utang-utangnya maka pemerintah
melalui mekanisme kesepakatan Frakrut tanggal 4 Juni 1998 telah menyusun kerangka restrukturisasi
utang dunia usaha, dan pengaturan pemberian fasilitas perbankan untuk mengatasi defisit modal
pembiayaan.
Dalam restrukturisasi tersebut antara debitor dan kreditor (bank-bank) menyepakati secara
sukarela besarnya jumlah utang dan perubahan pinjaman menjadi equity dan persyaratan
pengembalian utang dalam jangka waktu delapan tahun termasuk masa tenggang waktu tiga tahun,
maka untuk merealisasikan pelunasan utang swasta tersebut telah pula diluncurkan Prakarsa Jakarta
yang memungkinkan para kreditor – debitor menyelesaikan hutang piutang di luar pengadilan niaga
melalui restrukturisasasi modal perusahaan.
Aspek reformasi structural yang diambil pemerintah dalam rangka pemulihan pasca krisis monter
dimulai dari efisiensi pengembangan sektor rill. Reformasi structural ini mencakup : a). penghapusan
berbagai praktek monopoli (terllihat dengan dibentuknya UU Persaingan usaha, larangan monopoli
saham dalam perseroan, pembentukan komisi pengawas persaingan usaha) ; b). Deregulasi dan
debirokratisasi di berbagai bidang yang berkenaan dengan pembangunan ekonomi, termasuk
perdagangan luar negeri dan bidang investasi (mekanisme ini antara lain : kemudahan dalam
mengurus pendirian perseroan, kerjasama bilateral dengan Negara-negara maju dalam penanaman
modal, dsb) ; c). Privatisasi BUMN (dalam hal ini privatisasi bertujuan untuk memperluas permodalan
perusahaan-perusahaan dalam hal pemerataan ekonomi dan keterbukaan investasi di Indoensia).
Salah satu penyebab krisis moneter sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa kurang
efisiensinya pengelolaan perseroan (badan usaha) terutama dalam pengawasan hutang luar negeri.
Ketidakefisienan ini dipengaruhi pula oleh faktor birokrasi yang seringkali merugikan pihak penanam
modal asing karena tingginya pembiayaan (cost) yang harus dikeluarkan sehubungan dengan
pembiayaan produksi maupun pendirian suatu perseroan. Lebih dari itu, penerapan sistem birokrasi
pemerintahan dalam memberikan ijin pendirian suatu perseroan tidak efisien dan tidak efektif. Hal ini
pula yang mendorong lahirnya UU No. 37 tahun 2008 tentang perseroan terbatas. UU ini juga
merupakan bagian dari sarana legalitas dan ekonomis untuk memberikan peluang besar terhadap
penanaman modal asing.

35 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Dalam kaitannya dengan aspek deregulasi dan debirokratisasi diatas, maka pemerintah telah
mencabut berbagai peraturan, antar lain : a). peraturan yang menghalangi investasi asing sampai 49 %
dari perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di pasar modal ; b). merevisi daftar negatif investasi
dengan pengurangan jumlah bidang usaha yang tertutup bagi investor asing ; c). mencabut
pembatasasn investasi asing terhadap perkebunan, perdagangan eceran dna perdagangan besar, dan d).
mencabut ketentuan tata niaga yang reskriktif terhadap produksi industri ; e). menerapkan
perdagangan bebas, walaupun masih bersifat parsial, meliputi daerah-daerah tingkat I dan II provinsi,
serta memberikan kebebasan terbatas kepada pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama investasi
langsung dengan pihak pemodal asing.
Sebagaimana diketahui bahwa secara fatual maupun teoritis bahwa peranan hukum dalam
mewujudkan pembangunan ekonomi Negara merupakan salah satu syarat mutlak. Dengan kata lain,
hukum (baca sistem hukum) merupakan fondasi yang berfungsi menopang pembangunan ekonomi,
khususnya ekonomi yang berkelanjutan dan mempunyai daya saing secara global dengan Negara-
negara lainnya.
Sejak berlangsungnya masa krisis moneter di Indonesia pada era 1998-an, maka pemerintah telah
pula mengambil langkah-langkah dengan menetapkan kebijakan di bidang hukum, baik itu
penggantian peraturan maupun perubahan, khususnya menyangkut kebijakn moneter. Hal ini sangat
logis, mengingat salah satu pemicu krisis pada tahun 1998 itu sendiri adalah kurangnya kebijakan
normative-yuridis yang melindungi iklim pertumbuhan ekonomi. Belajar dari pengalaman krisis
moneter ini, pemerintah pun semakin cermat dalam menerapkan kebijakan melalui pemberlakuan
peraturan perundang-undangan (reforamsi hukum) yang bertujuan untuk menjaga kestabilan ekonomi
makro dan mikro. Upaya mempertahankan kestabilan ekonomi makro, mencakup : kebijakan
moneter, fisikal, dan nilai tukar. Sementara itu dibidang mikro, kebijakan yang harus ditetapkan
meliputi : pengembangan infrastruktur ekonomi, seperti : pasar modal, perbankan sebagaiman telah
disinggung sebelumnya. Yang mana dua diantara kebijakan tersebut telah beralih menjadi tugas
pemerintah melalui bank Indonesia sejak krisis moneter berlangsung.
Krisis yang berasal dari melemahnya ekonomi mikro secara luas telah mempengaruhi berbagai
sektor kehidupan, terutama sektor riil. Padahal, sector rill merupakan salah satu pangsa pasar yang
merupakan bagian dari kegiatan usaha perkreditan bank. Kurangnya manajemen kredit telah pula
mempengaruhi tingkat kecukupan modal bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga ketika
krisis terjadi lembaga perbankan kewalahan mengatasi besarnya jumlah arus kas yang dipinjamkan
dalam bentuk kredit bila dibandingkan kas masuk. Pemerintah sejak masa krisis moneter telah
melakukan pembaharuan peraturan hukum yang berkenaan baik secara langsung maupun tidka
langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun disadari bahwa usaha yang demikian itu belum
sepenuhnya dapat terrealisasi dan membwa hasil yang menggembirakan. Hal ini ditandai dengan
kebijakan dasar dari UU Hak Cipta adalah memberikan perlindungan bagi pencipta atau ciptaannya.
Kebijakan dibidang kepailitan, UU bertujuan untuk membebaskan debitor yang tidak mampu akibat
dampak dari krisis moneter yang terjadi, disamping adanya usaha lain berupa bantuan dari pemerintah
untuk mengambil kembali apa yang menjadi hak kreditor terhadap debitor yang mampu.
Pembaharuan dibidang hukum ini mencakup usaha luas dari pemerintah, mulai dari pembaharuan
sistem hukum, penataan ulang lembaga hukum, seperti diciptakannya lembaga peradilan yang bersifat
khusus (ad hock), contoh : Peradilan Niaga, Hubungan Industrial, Perikanan dan sebagainya.
Pemberlakuan kebijakan di bidang perbankan sendiri sudah lebih selektif karena adanya batasan-
batasan dan ukuran-ukuran tingkat kesehatan bank, laporan berkala bank swasta nasonal maupun
BUMN tentang transaksi, batasan kerahasiaan bank dalam kaitannya dengan tindak pidana pencucian
uang.
Usaha pembaharuan hukum oleh pemerintah dalam rangka pemulihan negara dari deraan krisis
moneter, sedikit banyaknya telah membawa dampak yang lebih positif, meskipun kenyataan ini tidak
sebanding dengan pengalaman empiris bila dibandingkan dengan Negara-negara berkembang lainnya.
Namun paling tidak, pemerintah melalui kelembagaannya telah menciptakan iklim perubahan kearah
yang lebih baik terutama dalam rangka membina pelaku usaha untuk membangun perekonomian
Negara.
Dengan peraturan perundang-undangan yang merupakan pondasi pembangunan ekonomi setelah
pasca krisis moneter, maka diharapkan akan memelihara dan menumbuhkan iklim investasi tanpa
harus mengabaikan kepentingan nasional, terutama kepentingan masyarakat secara luas. Perbankan

36 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
sebagai salah satu pintu masuk untuk memperbaiki perekonomian negara pasca krisis moneter harus
benar-benar dilindungi dan sekaligus diatur secara ketat, baik pengelolaannya maupun pendiriannya
mengingat perbankan sebagai lembaga yang menggerakkan roda perekonomian. Untuk kepentingan
itu, UU Perbank harus selalu disesuaikan dengan perubahan tuntutan kebutuhan dalam suatu sistem
ekonomi, terutama ekonomi kerakyatan yang tercermin dalam pasal 33 UUD 1945. Sarana hukum
(UU) yang menjadi katalisator kebijakan di bidang ekonomi disamping sebagai tolok ukur kepatutan,
juga berfungsi sebagai pencita daya saing ekonomi terhadap Negara asing, khususnya iklim investasi.

SIMPULAN
Indonesia mengalami krisis moneter bukan baru sekali ini saja. Sebagai salah satu Negara
berkembang, Indonesia sudah sering mengalaminya. Krisis yang paling parah terjadi pada
pertengahan tahun 1997. Pada saat itu, Indonesia berada dibawah pemerintahan Presiden Soeharto
(Orde Baru), dimana kebijakan-kebijakan ekonominya telah menghasilkan kemajuan ekonomi yang
pesat. Namun disamping itu, kondisi sektor perbankan memburuk dan semakin besarnya
ketergantungan terhadap modal asing,termasuk pinjaman dan impor, yang membuat Indonesia dilanda
suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada
pertengahan tahun 1997.Keadaan ini kemudian diperburuk dengan adanya krisis nilai tukar bath
Thailand yang menyebabkan nilai tukar dollar menguat. Penguatan nilai tukar dollar ini berimbas ke
rupiah dan menyebabkan nilai tukar rupiah semakin anjlok.
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan krisis itu terjadi. Namun ada dua aspek
penting yang menunjukkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia menjelang krisis, yakni :
1. saldo transaksi berjalan dalam keadaan defisit yang melemahkan posisi neraca pembayaran dan
adanya utang luar negeri jangka pendek yang tidak bisa dibayar pada waktu jatuh tempo.
2. Terjadinya krisis ini menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap perekonomian Indonesia,
di dalam segala aspek kehidupan. Namun secara keseluruhan, dampak negatif dari jatuhnya nilai
tukar rupiah ini lebih besar daripada dampak positif yang ditimbulkan.
Dalam menangani krisis ini, pemerintah tidak dapat menanganinya sendiri. Karena
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat dibendung sendiri,lebih lagi cadangan
dollar AS di BI sudah mulai menipis. Oleh karena itu, pemerintah meminta bantuan kepada IMF. IMF
adalah bank sentral dunia yang fungsi utamanya adalah membantu memelihara stabilitas kurs devisa
Negara-negara anggotanya dan tugasnya adalah sebagai tumpuan akhir bagi bank-bank.
Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia pada tahun 1997-1998, dapat disimpulkan
sbagai dampak dari penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Tak hanya Indonesi,
negara- negara tetangga pun juga merasakan. Akan tetapi Indonesia termasuk negara yang terparah
akibat masalah tersebut. Hal ini dikarenakan Indonesia sangat tergantung pada dollar Amerika, entah
dari sektor impor maupun sektor lain. umum yang mengalami kesulitan likuiditas.

REFERENSI

Adiningsih, Sri. 2009. Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia Ditinjau dari Aspek


Ekonomi.
Ahmad Erani Yustika, 2012. Ekonomi kelembagaan. Paradigma, Teori dan Kebijakan.
Erlangga
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Faisal Basri & Haris Munandar. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan
Terhadap Masalah-masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek
Perekonomian Indonesia. Prenada Media. Jakarta. 2009.
Tulus Tahi Kamonangan Tambunan. Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri.
Rajawali Press. Jakarta. 2008.

37 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
DETERMINANT QUALITY OF REGIONAL AND FINANCIAL
STATEMENTS (STUDY ON LOCAL GOVERNMENT REGENCY OF
LOMBOK TIMUR)

BAIQ HAPAZAH
Magister of Accounting Faculty of Economoics and Business Mataram University

ABSTRACT

Tulisan ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan dari beberapa penelitian terdahulu : Pengaruh
Aplikasi SAP, Sistem Informasi Keuangan Daerah dan Rekonsiliasi terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode interpretasi
purposive sampling. Metode analisis data. Dianalisis dengan SmartPLS 3.0, hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa Penerapan SAP dan Sistem Informasi Keuangan Daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah. Sedangkan hasil yang berbeda menunjukkan
bahwa Rekonsiliasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil uji coba
tersebut kemudian akan diteliti kembali pada penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih besar
dan Penentu kualitas laporan keuangan daerah yang lebih luas dan implikasinya terhadap
pengambilan keputusan.
Kata Kunci : Implementasi SAP, Sistem Informasi Keuangan Daerah, Rekonsiliasi dan Kualitas
Laporan Keuangan Daerah.

PENDAHULUAN

Tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik, menimbulkan implikasi bagi
manajemen untuk memberikan informasi kepada publik. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh
publik adalah informasi mengenai pengelolaan keuangan yang bisa dilihat dari laporan keuangan.
Informasi keuangan berfungsi memberikan dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
Laporan keuangan bukan merupakan satu – satunya sumber informasi untuk pembuatan keputusan,
akan tetapi laporan keuangan sebagai sumber informasi finansial memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Laporan keuangan merupakan tindakan pragmatis, oleh
karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi dalam hal manfaat laporan tersebut terhadap
kualitas keputusan yang dihasilkan serta mudah tidaknya laporan keuangan tersebut dipahami oleh
pemakai.
Pada kenyataannya, masih banyak muncul permasalahan dalam laporan keuangan
pemerintah daerah salah satunya adalah keterlambatan dalam penyusunan laporan keuangan yang
diawali dengan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan pemerintah daerah menyusun
laporan keuangan dengan cara konsolidasi yaitu menggabungkan laporan – laporan keuangan Satuan
Kerja Perngkat Daerah (SKPD). Selain keterlambatan penyusunan laporan keuangan, ada beberapa
kendala dalam penyusunan laporan keuangan daerah (Suwanda, 2014 : 104) yaitu kelemahan
akuntabilitas keuangan, ketidakcukupan bukti pertanggungjawaban belanja, kelemahan akuntabilitas
pengelolaan aset tetap, kelemahan proses pengadaan barang dan jasa, kelemahan sumber daya
manusia (SDM), kelemahan regulasi, kelemahan kelembagaan, kelemahan sistem.
Penilaian terhadap kualitas laporan keuangan dari opini atas laporan keuangan yang diberikan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang merupakan salah satu tanda bahwa laporan
keuangan dianggap sudah berkualitas apabila BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Meskipun demikian, opini WTP tidak bisa dijadikan acuan bahwa laporan keuangan
suatu daerah bebas dari kesalahan. Hal serupa disampaikan oleh anggota VI BPK RI Harry Azhar

38 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Azis yang menyatakan bahwa “meski opini atas laporan keuangan semua daerah mendapat predikat
WTP, namun masih ada beberapa kelemahan dan kekurangan yang dimiliki daerah dalam sistem
pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang – undangan” (Lombok Post, 03
Juni 2017)
Hasil pemeriksaan BPK RI Perwakilan Nusa Tenggara Barat tahun 2017 atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun anggaran 2016 pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Timur untuk pertama kalinya memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Walaupun telah mendapat opini WTP, masih ditemukan beberapa kelemahan dan kekurangan dalam
penyajian laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur.

METODE PENELITIAN

Pilot test ini menggunakan objek penelitian pada Pemerintah Kabupaten Lombok
Timur karena masih banyak terdapat temuan – temuan BPK terkait penerapan SAP maupun kurang
optimal dalam rekonsiliasi. Teknik pengambilan sampel dalam uji ini dengan metode Probibility
Sampling, merupakan teknik yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap
unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota (Creswell : 220) demikian dalam pilot test
ini menggunakan 30 responden dengan kriteria Pengelola Keuangan terdiri dari : Kasubbag
Keuangan, Bendahara, Staf Pelaporan, serta Pengelola Barang.
Pengumpulan data dilakukan dengan survei kuesioner berdasarkan pengembangan dari
riset terdahulu yang erat hubunganya dengan variabel dalam uji ini. Kuesioner adalah satu set
pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat
diajukan kepada setiap responden. Dalam Pilot test ini kuesioner diserahkan langsung kepada
pengelola keuangan dan pengelola barang yang menjadi sampel penelitian ini Data yang diperoleh
dari hasil kuesioner diolah dengan menggunakan bantuan SmartPLS 3.0. Analisis PLS dengan
menggunakan SmartPLS dipilih karena dipandang mampu untuk membantu penulis untuk
mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan prediksi. Chin dan Newsted 1999 dalam Ghozali
dan Latan menjelaskan bahwa model formal dalam PLS adalah mendefinisikan secara eksplisit
variabel laten dengan linear aggregates dari observed variabel atau indikator-indikatornya. Weigth
estimates untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner dan
outer model di spesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel endogen di minimize.

PEMBAHASAN

Evaluasi model pengukuran atau outer model yang digunakan untuk menilai validitas dan
realibilitas konstruk. Dalam Ghozali & Latan menyebutkan bahwa pengujian validitas meliputi
validitas convergen dan discriminant. Validitas convergent adalah sejauh mana ukuran berkorelasi
positif dengan langkah- langkah alternatif dari konstruk yang sama. Untuk mengukur validitas
konvergen dengan melihat dari Loading Factor untuk tiap indikator konstruk. Dalam Hair dkk (2013)
menyebutkan bahwa Nilai loading factor harus lebih dari 0.7 karena variabel laten minimal dapat
menjelaskan variansi setiap idikator sebesar 50 %. Adapun besaran Loading Factor dalam uji ini
terlihat pada gambar 2 dibawah ini

Gambar: Loading factor

39 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Dalam Hair dkk menyebutkan loading antara 0,40-0,70 harus tetap dipertimbangkan untuk tetap
dipertahankan. Dengan demikian maka keseluruhan indikator seperti pada Gambar 2 dari variabel
Penerapan SAP, SIKD, Rekonsiliasi dan Kualitas Laporan Keuangan telah memenuhi Convergent
Validity karena semua Factor Loading berada diatas 0,40. Selanjutnya dari uji validitas discriminant
dapat dilihat pada crossloading dengan membandingkan korelasi konstruk indikatornya dengan
korelasi indikator lainnya.
Seperti terlihat pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1 : Crossloading

Sumber : Output PLS (versi student);2017

Dari tabel ini terlihat bahwa korelasi konstruk Kualitas Laporan Keuangan Daerah dengan
indikatornya memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator indikator kualitas
laporan keuangan dengan konstruk lainnya. Begitupun dengan konstruk yang lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator refleksif telah memenuhi discriminant validity.
Sedangkan pengujian realibilitas bertujuan untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan
ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Untuk mengukur realibiltas dapat dilakukan dengan
Composite Realibility dengan nilai harus lebih besar dari 0.7 untuk penelitian yang bersifat
confirmatory. Hasil Realibilitas dapat dilihat dalam tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2 : Hasil Pengujian Validitas dan Realibilitas

Sumber : Output PLS (versi student);2017

Dari tabel ini dapat dijelaskan bahwa variabel konstruk kualitas laporan keuangan daerah,
sistem informasi keuangan daerah dan rekonsiliasi telah memenuhi nilai realibilitas lebih besar dari
0,70 untuk setiap variabel. (Ghozali & Latan : 77) sedangkan variabel konstruk penerapan SAP
tidak memenuhi nilai realibilitas karena kurang dari 0,70. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
ada konstruk-konstruk lain yang belum diuji.
Pengujian model struktural dengan PLS dilihat dari nilai R-Square untuk setiap variabel
laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Nilai R-Square dalam penelitian ini
dapat dilihat dri tabel 3 dibawah ini :

40 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
Sumber : Output PLS (versi student);2017
Berdasarkan data diatas bahwa R² untuk KLKD sebesar 0,674 yang menunjukkan model kuat
(Ghozali & Latan:81).
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini dimana hasil ini didapatkan
dari pengujian bootstriping dengan bantuan software SmartPLS 3.0 untuk melihat keterdukungan
hipotesis.
Tabel 4 Path Coefficien

Sumber : Output PLS (versi student);2017


Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa penerapan SAP berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4 dimana nilai T Statistic
PSAP 2,585 dimana lebih dari nilai T Tabel sebesar 1,706 sehingga dapat disimpulkan hipotesis
diterima. Nilai P Value 0,005 lebih kecil dari dari alpha 5% yang berarti signifikan. Hasil pengujian
hipotesis kedua menunjukkan bahwa sistem informasi keuangan daerah berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan daerah. dimana nilai T Statistic sistem informasi keuangan
daerah 3,905 dimana lebih dari nilai T Tabel sebesar 1,706 sehingga dapat disimpulkan hipotesis
kedua diterima. Nilai P Value 0,000 lebih kecil dari dari alpha 5% yang berarti signifikan. Hasil
pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa rekonsiliasi tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan daerah, dimana nilai T Statistic rekonsiliasi 1,135 dimana kurang dari nilai T
Tabel sebesar 1,706 sehingga dapat disimpulkan hipotesis ketiga ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian dapat memberikan bukti secara empiris bahwa Penerapan SAP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Hal ini senada dengan
penelitian Azlim, Darwanis dan Bakar (2012), Udiyanti, Atmadja, dan Darmawan (2014), Nurani dan
Sumiyati (2014), Mahaputra dan Putra (2014), yang menyatakan bahwa penerapan standar akuntansi
pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil analisis statistik
membuktikan bahwa penerapan SAP berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas laporan
keuangan daerah, hal ini dimaksudkan bahwa dalam menyusun laporan keuangan haruslah mengacu
pada SAP yang berlaku yaitu SAP yang sesuai PP no. 71 tahun 2010.
Hasil analisis pada Sistem informasi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan daerah. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliani,
Nadirsyah dan Bakar (2010), Setyowati dan Isthika (2014), Siahaan dan Fachruzamman (2014),
Mahaputra dan Putra (2014), Harefa (2015) menyatakan bahwa secara simultan sistem informasi
keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Dalam menyusun laporan keuangan dibutuhkan suatu sistem yang terkomputerisasi dan
terintegrasi sehingga laporan yang tersusun dapat relevan dan realibel yang berguna bagi pengguna
informasi baik internal maupun eksternal.
Berdasarkan hasil analisis data, dalam pengujian ini menunjukkan bahwa penerapan SAP
berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas laporan keuangan. Artinya dalam menyusun laporan
keuangan dibutuhkan sebuah regulasi mengenai pedoman penyusunan laporan keuangan. Sistem
informasi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas laporan keuangan
daerah. Artinya dalam menyusun laporan keuangan dibutuhkan suatu sistem yang terkomputerisasi
dan terintegrasi sehingga laporan yang tersusun dapat relevan dan realibel. Rekonsiliasi dari hasil
analisis tidak memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan daerah. Artinya bahwa rekonsiliasi yang dilakukan belum secara maksimal diduga
karena : 1) Sumber daya manusia masih terbatas; 2) SIMDA BMD masih baru di Pemerintah
Daerah Kabupaten Lombok Timur. Hasil uji ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penulis dalam

41 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
penelitian thesis dengan penambahan variabel dan sampel yang lebih besar serta tingkatan
analisis data yang lebih tinggi (dalam Ghozali & Latan) untuk dapat memperoleh hasil yang
lebih baik. Meskipun demikian implikasi dari pengujian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur khususnya dan pemerintah Indonesia pada umumnya
untuk dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dari faktor penerapan SAP, sistem informasi
keuangan daerah dan lebih mengoptimalkan rekonsiliasi sehingga dapat memberikan informasi yang
benar – benar akurat dan lengkap.
Keterbatasan dari pengujian ini akan memberi arah bagi peneliti lanjutan dalam penelitian
tesis, untuk dapat menguji implikasi dari kualitas laporan keuangan daerah terhadap pengambilan
keputusan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, dalam pengujian ini menunjukkan bahwa penerapan SAP
berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas laporan keuangan. Artinya dalam menyusun laporan
keuangan dibutuhkan sebuah regulasi mengenai pedoman penyusunan laporan keuangan. Sistem
informasi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas laporan keuangan
daerah. Artinya dalam menyusun laporan keuangan dibutuhkan suatu sistem yang terkomputerisasi
dan terintegrasi sehingga laporan yang tersusun dapat relevan dan realibel. Rekonsiliasi dari hasil
analisis tidak memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan daerah. Artinya bahwa rekonsiliasi yang dilakukan belum secara maksimal diduga
karena : 1) Sumber daya manusia masih terbatas; 2) SIMDA BMD masih baru di Pemerintah
Daerah Kabupaten Lombok Timur. Hasil uji ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penulis dalam
penelitian thesis dengan penambahan variabel dan sampel yang lebih besar serta tingkatan
analisis data yang lebih tinggi (dalam Ghozali & Latan) untuk dapat memperoleh hasil yang
lebih baik. Meskipun demikian implikasi dari pengujian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur khususnya dan pemerintah Indonesia pada umumnya
untuk dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dari faktor penerapan SAP, sistem informasi
keuangan daerah dan lebih mengoptimalkan rekonsiliasi sehingga dapat memberikan informasi yang
benar – benar akurat dan lengkap.
Keterbatasan dari pengujian ini akan memberi arah bagi peneliti lanjutan dalam penelitian
tesis, untuk dapat menguji implikasi dari kualitas laporan keuangan daerah terhadap pengambilan
keputusan.

REFERENSI

Arikunto,S., 1997. Prosedur Penelitian.Jakarta: PT.Rineka Cipta,

Fahmi. 2013. Manajemen Pengambilan Keputusan. Alfabeta. Bandung

Ghozali, Imam. 2015. Struktural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least
Square (PLS). Semarang : Universitas Diponegoro
Mahmudi. 2011. Analisis Akuntansi Sektor Publik. UII Pres. Yogyakarta

Renyowijoyo, Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik : Organisasi Non Laba.

Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Cetakan Ketiga. Bandung : Alfabeta.

Yuliani, S., Nadirsyah, dan Usman Bakar. 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi,
Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Telaah & Riset
Akuntansi, Vol. 3. No. 2. Juli
2010, Hal. 206-220

42 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9
43 | J u r n a l E k s p a n s i V o l . 7 , N o 6 , 2 0 2 1 . I S S N . 2 6 1 5 - 1 9 7 9

Anda mungkin juga menyukai