Panca Indra
Panca Indra
Gangguan sensori atau indra adalah perubahan dalam persepsi derajat serta jenis reaksi seorang
yang diakibakan oleh meningkat, menurun atau hilangnya rangsang indra.
A) Penglihatan
1. Pupil mengecil, yang membutuhkan pencahayaan tiga kali lebih terang agar dapat melihat dengan
jelas; penurunan penglihatan malam.
2. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat
dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko cedera. Sementara pada cahaya yang
menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-
objek dengan jelas.
3. Kornea rata dan kehilangan kilauan
Arcus senilis, merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering di jumpai. Ini
memberikan keluhan. Kalainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang bewarna keputihan,
berbentuk cincin dibagian tepi kornea.
4. Pelebaran lensa; kehilangan transparansi dan elastisitas yang mengurangi akomodasi.
5. Menurunnya lapang pandang; berkurang luas pandangannya.
6. Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga
mempengaruhi kemampuan untuk membedakan dan menerima warna-warna
7. Kelopak mata kendur dan berkerut akibat penurunan elastisitas, dengan mata tampak jauh ke
dalam disoket mata. Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan
kelopak mata. Perubahan ini juga disebut dengan perubahan infolusional, terjadi pada :
a) Muskulus Orbikularis
Perubahan pada Muskulus orbicularis bisa menyebabkan perubahan kedudukan palbebra,
misalnya kelopak mata jatuh.
b) Retraktor Palpebra inferior
Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi / berputar
kearah luar.
c) Tarsus
Apabila tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih
melengkung kedalam.
d) Tendo Kantus medial / lateral
Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kantus medial / lateral
sehingga secara horizontal kekencangan palpebra berkurang.
8. Penurunan reabsorbsi cairan intraokuler, yang menyebabkan glukoma
9. Penurunan produksi air mata akibat kehilangan jaringan lemak dalam aparatus lakrimal
dan akibat kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan oleh
karena kelamahan palpebra, malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan
epipora (sumbatan), yang mengakibatkan kelenjar lakrimal secara progresif berkurang.
10. Perubahan muskulus siliaris
Dengan bertambahnya usia, bentuk daripada muskuls siliaris akan mengalami perubahan.
Mengenai manifestasi klinis yang dikaitkan dengan perubahan muskulus siliaris pada
lanjut usia, dikatakan bahwa degenarasi muskulus siliaris bukan merupakan faktor utama
yang mendasari terjadinya presbiofia. Ini dikaitkan dengan perubahan serabut-serabut
lensa yang menjadi padat, sehingga lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk
mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami
hipertrofi.
11. Perubahan replaksi
Dengan bertambahnya usia penurunan daya akomdasi akan menurun. Karena proses
kekeruhan dilensa dan lensa cenderung lebih cembung.
12. Perubahan struktur jaringan dalam bola mata
Semakin bertambahnya umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume
lensa tetap, sehingga bagian kortek menipis, elastisitas lensa jadi berkurang, indeks bias
berubah (jadi lemah). Yang mula-mula bening trasparan, menjadi tampak keruh (
sclerosis ).
13. Perubahan fungsional
Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media refrakta
menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus kurang tajam
dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau ( foto fobi ) timbul akibat proses penuaan
pada lensa dan kornea.
Masalah-masalah lainnya yang sering muncul pada lansia dengan gangguan penglihatan
adalah sfinter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarrak, susah
melihat dalam keadaan gelap, hilangya daya akomodasi.
B) Pendengaran
Berbagai pengertian mengenai kelainan pendengaran dan organ yang berhubungan dengan
gangguan pendengaran :
1. Gangguan pendengaran tipe konduktif
Gangguan yang bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius,
membran timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan
pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen
obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan.
2. Gangguan pendengaran tipe sensori neural
Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, presbiakusis,
obat yang ototoksik, hereditas dan reaksi pasca radang.
3. Persepsi pendengaran abnormal
Sering terdapat pada sekitar 50 % lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa suatu
peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras.
4. Gangguan terhadap lokalisasi suara
Pada lansia sering kali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara, terutama
lingkungan yang agak bising.
C) Pengecap
Menurunnya kemampuan pengecap sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas
perasa yang terletak dilidah dan dipermukaan bagian dalam pipi. Saraf perasa yang berhenti
tumbuh ini semakin bertambah banyak sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu, terjadi
penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama terhadap rasa manis dan asin yang
terjadi karena papil-papil pada lidah mengalami atropi.
D) Penghidu
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk didalam
hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam. Atropi progresif
pada tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam indra
penciuman.
Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman terhadap bau –
bauan. Menurunnya kemampuan penciuman mengakibatkan selera makan berkurang yang
sebagian karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin
lebatnya bulu rambut dilubang hidung.
E) Peraba
1. Kemunduran dalam merasakan sakit
Pada lansia terjadi penurunan kemampuan merasakan sakit, ini terjadi karena penurunan
korpus free nerve ending pada kulit. Rasa sakit tersebut berbeda untuk setiap bagian
tubuh. Bagian tubuh yang ketahanannya sangat menurun, antara lain adalah bagian dahi
dan tangan.
2. Kemunduran dalam merasakan tekanan, raba, panas dan dingin.
Penurunan kemampuan ini terjadi akibat penurunan korpus paccini (untuk merasakan
tekanan), korpus meissner (untuk merasakan rabaan), korpus ruffini (untuk merasakan
panas), dan korpus krause (untuk merasakan dingin).
Perubahan Sistem Indera pada Penuaan
Perubahan Morfologis dan Struktur Perubahan Fungsional
Penglihatan
1. Penurunan jaringan lemak 1. Penurunan penglihatan jarak dekat
sekitar mata. (Presbiopi)
2. Penurunan elastisitas dan tonus 2. Penurunan koordinasi gerak bola
jaringan. mata.
3. Penurunan kekuatan otot mata. 3. Distorsi bayangan.
4. Penurunan ketajaman kornea. 4. Pandangan biru – merah.
5. Degenerasi pada sklera, pupil 5. Penurunan penglihatan malam.
dan iris.
6. Peningkatan penyakit mata. 6. Penurunan ketajaman mengenali
warna hijau, biru dan ungu.
7. Peningkatan densitas & rigiditas 7. Kesulitan mengenali benda yang
lensa. bergerak.
8. Perlambatan sistem informasi 8. Berkurangnya adaptasi terhadap
dari SSP. kegelapan .
9. Penurunan produksi air mata. 9. Mata menjadi kering.
Pendengaran
1. Penurunan sel rambut koklea. 1. Kesulitan mendengar suara
berfrekuensi tinggi.
2. Degenerasi pusat pendengaran. 2. Penurunan kemampuan dan
penerimaan bicara.
3. Hilangnya fungsi 3. Penurunan fungsi membedakan
neurotransmitter. ucapan.
4. Atrofi organ korti dan saraf 4. Hilangnya kemampuan (daya)
auditorius. pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara
lain suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata kata (presbikusis).
Pengecap
1. Penurunan kemampuan 1. Penurunan sensitivitas terhadap rasa.
pengecapan.
Penghidu
1. Degenerasi sel sensosik mukosa 1. Penurunan sensitivitas terhadap bau
hidung. sehingga kehilangan selera makan.
Peraba
1. Penurunan kecepatan hantaran 1. Penurunan respon terhadap stimulasi
saraf. taktil.
2. Penyimpangan persepsi nyeri.
3. Risiko terhadap bahaya termal yang
berlebihan.
Maryam. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.