Anda di halaman 1dari 12

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran November 2019


Universitas Halu oleo

BRONKOPNEUMONIA

Oleh :

ANDI UZNUL ALRIANSYAH (K1A1 14 007)

Pembimbing :

dr. Hasniah Bombang, M.Kes, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Tanggal Lahir : Kendari, 20 Oktober 2017
Umur : 2 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BBL : 2,8 kg
PBL : 48 cm
BB : 10 kg
Agama : Islam
Alamat : Alolama
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan Ibu pasien
Keluhan utama : Batuk
Anamnesis terpimpin :

Pasien masuk dengan keluhan batuk selama 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Batuk awalnya kering namun kemudian berlendir, pasien memang sering
batuk apalagi jika cuaca dingin, kadang disertai dengan beringus, disertai sesak
yang hanya terjadi saat batuk saja. Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS
Abunawas karena batuk berdahak dan sesak (sekitar 1 tahun yang lalu) lendir
bewarna putih, darah (-), kemudian dipulangkan karena batuk sudah berkurang.
Demam (+)dirasakan 2 hari sebelum rumah sakit ,tidak ada kejang .Nafsu
makan menurun, pasien belum BAB sejak 2 hari saat masuk rumah sakit,
sebelumnya masuk rumah sakit BAB dalam batas normal. Saat lahir pasien
lahir cukup bulan, melalui SC, langsung menangis. Dulu pasien mendapatkan
ASI hanya sampai usia 1 bulan, kemudian stelah itu tidak lagi karena ibu tidak
memiliki ASI, sehingga ibu memberikan susu formula.
Riwayat keluhan batuk yang sama sebelumnya (+)Riwayat kejang
sebelumnya(-).Riwayat kontak dengan penderita batuk (-)Riwayat konsumsi
obat-obatan (-). Riwayat keluarga dengan sesak (-), riwayat keluarga yang
merokok (-). Riwayat keluarga dengan alergi (-).
a. Riwayat imunisasi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib,Campak.
b. Riwayat kelahiran: lahir cukup bulan, di rumah sakit, partus SC,
langsung menangis
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang/Composmentis/Gizi Baik
Pucat : (-) Sianosis : (-) Tonus : Baik
Ikterus : (-) Turgor : Baik
Antropometri : BB : 10Kg │ TB : 79 cm │LILA : 15 cm│LK : 44 cm
│LD : 49 cm │LP : 46 cm
Tanda Vital
TD :- P : 42x/menit
N : 130x/menit S : 38,70C
Kepala : Normocephal
Muka : Simetris kanan dan kiri
Rambut : Berwarna hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun besar : menutup
Telinga :Otorhea (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-) │Sklera ikterik (-)
Hidung : Rinorhea (+)│epistaksis (-)
Bibir : Sianosis(-), kering (-)
Lidah : Kotor (-) | Tremor (-) | Hiperemis (-)
Sel Mulut : Stomatitis (-)
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-) kaku kuduk (-)
Bentuk dada : Simetris Kiri dan Kanan
Paru :
PP : simetris kiri dan kanan │ retraksi minimal (+) subcostal
PR : Massa (-) | Nyeri Tekan (-)
PK : Sonor kedua lapangan paru
PD : Vesikuler +/+ │Rhonki +/+(basah halus) │ Wheezing -/-
Jantung
PP : Ictus cordis tidak tampak
PR : Ictus cordis tidak teraba
PK : Pekak
PD : BJ I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Batas kiri : ICS V Linea midclavicularis (S)
Batas kanan : ICS IV Linea parasternalis (D)
Irama : BJ I/II regular
Souffle : -
Thrill : -
Abdomen
PP : cembung, ikut gerak nafas
PD : peristaltik (+) normal
PK : Timpani (+)
PR : Asites (-), Nyeri tekan (-)

Kulit : kering (-)

Gigi : 1221 1221 - Caries: (-)

1221 1221

Tenggorok : Hiperremis (-)

Tonsil : T1/T1 Hiperremis (-)

Limpa : Tidak teraba

Hati : Tidak teraba

Konsistensi : (-) Pinggir : (-)

Permukaan : (-) Nyeri tekan : (-)

KelenjarLimfe : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Alat kelamin : Edema (-)


AnggotaGerak : Edema pretibial (-) pitting (-)

Tasbeh : (-)

Col. Vertebralis : spondilitis (-) skoliosis (-)

KPR : +/+

APR : +/+

Refleks Patologis : (-)

Kaku kuduk : (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DARAH RUTIN
Parameter Hasil Nilai Rujukan

WBC 11,9 x 103/uL 4.00 – 10.0


RBC 4.58 x 106/uL 4.00 – 6.00
HGB 12,6 g/dl 12.0 – 16.00
MCV 82.40 Fl 80.0 – 97.0
MCH 26.90 pg 26.5 – 33.5
MCHC 32.60 g/Dl 31.5 – 35.0
PLT 280 x103/Ul 150-400

E. DIAGNOSA KERJA

Bronkopneumonia

F. ANJURAN PEMERIKSAAN :
1. Foto thorax
2. Kultur dahak
G. RESUME
An. A, usia 2 tahun masuk dengan Pasien masuk dengan keluhan batuk
selama 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk awalnya kering namun
kemudian berlendir, pasien memang sering batuk apalagi jika cuaca dingin,
kadang disertai dengan beringus, disertai sesak yang hanya terjadi saat batuk
saja. Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Abunawas karena batuk
berdahak dan sesak (sekitar 1 tahun yang lalu) lendir bewarna putih, darah (-),
kemudian dipulangkan karena batuk sudah berkurang. Demam (+) dirasakan 2
hari sebelum rumah sakit, tidak ada kejang .Nafsu makan menurun, pasien
belum BAB sejak 2 hari saat masuk rumah sakit, sebelumnya masuk rumah
sakit BAB dalam batas normal. Saat lahir pasien lahir cukup bulan, melalui SC,
langsung menangis. Dulu pasien mendapatkan ASI hanya sampai usia 1 bulan,
kemudian stelah itu tidak lagi karena ibu tidak memiliki ASI, sehingga ibu
memberikan susu formula.
Riwayat keluhan batuk yang sama sebelumnya (+)Riwayat kejang
sebelumnya(-).Riwayat kontak dengan penderita batuk (-)Riwayat konsumsi
obat-obatan (-). Riwayat keluarga dengan sesak (-), riwayat keluarga yang
merokok (-). Riwayat keluarga dengan alergi (-). Riwayat imunisasi : Hepatitis
B, Polio, BCG, DPT, Hib, Campak
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan sakit sedang dengan tanda-tanda
vital P: 42x/menit, N : 130x/menit, S: 38,70C. Tampak pucat, rinorhea, retraksi
minimal pada subcostal, pada auskultasi thoraks, terdengar ronkhi pada kedua
lapang paru. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan WBC 11,9 103/uL Hb
12,6 g/dl , MCV 82,40fL, MCH 26.90pg, MCHC 32.60g/dl, PLT 280x103/uL.

H. PENATALAKSANAAN
R/ :
- IVFD RL 14 tpm
- Inj Cefotaxime 2x500 mg
- Paracetamol 4X100 mg
I. FOLLOW UP

Tanggal Keluhan Instruksi Dokter


18/92019 S: batuk (+), lendir (+) IVFD RL 14 tpm
berwarna putih, rewel, Cefotaxime 2x500 mg
O: Paracetamol 4x100 mg
BB : 10 kg
TD : -
N : 130x/m
P : 42x/m
S : 38,7°C
Rinorhea (+)
Pulmo : vesikuler, ronkhi +/+.
A:bronkopneumonia
19/9/2019 S: batuk (+) berkurang, lendir IVFD RL 14 tpm
(+) berwarna putih, Cefotaxime 2x500 mg
O: Paracetamol 4x100 mg
BB : 10 kg
TD : -
N : 120x/m
P : 30x/m
S : 36,8°C
Rinorhea (+)
Pulmo : vesikuer, ronkhi +/+.
A:bronkopneumonia
20/92019 S: batuk (-) AFF INFUS
O: Rawat jalan
BB : 10 kg Cefixime 2x1/2 cth
TD : -
N : 120x/m
P : 27x/m
S : 36,9°C
Pulmo : vesikuler, ronkhi -/-.
A:bronkopneumonia

ANALISA KASUS

A. DIAGNOSIS
Kasus ini didiagnosis sebagai bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution). Beberapa factor yang meningkatkan
risiko kejadian dan gejala bronkopneumonia antara lain defek anatomi
bawaan, deficit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal reflux),
aspirasi, gizi buruk, BBLR, tidak mendapatkan ASI, imunisasi tidak
lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur
yang terlalu padat penghuninya. Dalam kasus ibu pasien mengatakan
bahwa anaknya hanya mendapatkan ASI selama 1 bulan dan setelah itu
minum susu formula, sehingga hal ini menjadi faktor risiko terhadap
perkembangan bronkopneumoia.
Penegakkan diagnosis bronkopneumonia berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang. Pada anamnesis yang perlu diperhatikan
adalah:
- Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak
purulen bahkan bisa berdarah
- Sesak napas
- Riwayat atau sedang demam
- Kesulitan makan/minum
- Lemah

Gambaran klinis bronkopneumonia pada bayi dan anak bergantung


pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
- Gejala infeksi umum: yaitu demam, sakit kepala, gelisah, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang
ditemukan gejala ekstrapulmoner
- Gejala gangguan respiratori: yaitu batuk, sesak napas, retraksidada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis

Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak,


perkusi, suara napas melemah.

Dari anamnesis pada kasus ini ditemukan adanya gejala yang


sesuai dengan bronkopneumoia yaitu batuk selama 3 hari yang awalnya
kering namun kemudian berlendir, kadang disertai sesak napas, riwayat
demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit, nafsu makan menurun. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan pasien sadar, takipneu, batuk, dan ronkhi
dikedua lapangan paru.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan


laboratorium dan radiologi.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan darah


rutin, dimana pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma
umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar
antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia
(<5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk. Leukositosis hebat
(>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering
ditemukan pada keadaan bakteremi dan risiko terjadinya komplikasi lebih
tinggi. Pada infeksi Chlamydia pneumonia kadang-kadang ditemukan
eosinofilia. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah
(LED) yang meningkat.

Anjuran pemeriksaan dalam menegakkan diagnosis adalah foto


thoraks . Secara umum gambaran foto thoraks pada pneumonia terdiri dari:
- Infiltrate interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.
- Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram
- Bronchopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua
paru, berupa bercak-bercak infiltrate (patchy infililtrate)yang dapat
menyebar hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial

B. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksik,
distress pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit lain yang
mendasari, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Yang
menjadi penyebab rawat inap pada pasien yaitu adanya distress pernapasan
yang ditandai dengan napas cepat dan retraksi subcostal, serta pasien sulit
minum.
Pada pneumonia berat atau asupan peroral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat. Kebutuhan total cairan per hari
seorang anak dihitung dengan formula berikut : 100ml/kgBB untuk 10 kg
pertama, lalu 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya, selanjutnya 25 ml/kgBB
untuk setiap tambahan kg-BBnya. Jadi pasien ini dengan BB = 10 kg,
kebutuhan cairannya yaitu 1000ml/hari. Pasien mengalami kesulitan dalam
intake oral sehingga membutuhkan terapi cairan intravena dan juga sebagai
jalur masuk untuk obat-obatan yang diberikan IV. Untuk tetesan permenitnya
yaitu
Tetes = BB x kebutuhan cairan x jenis infus
24x60
= 10 x100x60
24x60
= 14 tetes per menit (mikro)
Namun setelah beberapa hari perawatan pasien mulai mengalami
perbaiakn dalam konsumsi cairan sehingga pemberian cairan intravena
hanya mendukung dalam pemenuhan kebutuhan cairan.
Pemberian antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga
kenyamanan pasien dan mengontrol batuk. Pada pasien diberikan
paracetamol dengan dosis untuk anak 3 bulan-1 tahun yaitu 60mg-125mg
dapat diulang dalam 4-6 jam (maksimaln 4 dosis/24jam).
Pilihan antibiotic lini pertama dapat menggunakan antibiotic
golongan beta laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak
responsive terhadap beta-laktam atau kloramfenikol, dapat diberikan
antibiotic lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin, sesuai
dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Pasien mendapatkan terapi
antibiotic berupa cefotaxime (golongan sefalosporin). Dosis cefotaxime
yang dapat diberikan yaitu 100-150mg/kgBB/hari dapat diberikan dalam
2-4 kali pemberian. Maka pada pada pasien mendapatkan dosis
1000mg/hari dibagi dalam 2 kali pemberian menjadi 500mg/kali.
Berdasarkan rekomendasi UKK Respirologi, bila klinis mengalami
perbaikan maka antibiotikintravena dapat diganti preparat oral dengan
antibiotic golongan yang sama dengan antibiotic intravena sebelumnya,
dimana pada pasien diberikan cefixime oral sebagai pengganti cefotaxime.
C. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis,
perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti
meningitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering
yang terjadi pada pneumonia bakteri.
D. PROGNOSIS
Pada kasus ini prognosisnya dubia ad bonam dikarenakan pasien
yang terdiagnosis bronkopneumonia ini masih sensisitf terhadap
pengobatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta


2. IDAI. 2012. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak Jakarta
3. IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
4. WHO 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai