Anda di halaman 1dari 22

KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN FOTOPROTEKTIF FRAKSI


ETILASETAT EKSTRAK ETANOLIK KULIT BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus)

Disusun oleh
RASMA NUR WAHYUNINGTIAS
1351710227

PROGRAM STUDI FARMASI


AKADEMI FASMASI SURABAYA
2018
DAFTAR ISI

BAB I
Pendahuluan ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Keaslian Penelitian........................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................5
BAB II
Tinjauan Pustaka ........................................................................................6
2.1 Buah Naga Merah ..................................................................................8
2.2A n t o s i a n i n ...............................................................................................9
2.3 Ekatraksi............ .........................................................................................11
2.4 Spektrofotometer ............................... ..........................................................12
BAB III
Metode Penelitian ...................................................................................12
3.1 Alat Dan Bahan .................................................................................12
3.2 Metode ................................................................................................. 12
DAFTARPUSTAKA...............................................................................................13

i
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

manfaat dapat diperoleh dari sinar matahari. Salah satunya adalah untuk

meningkatkan suplai vitamin D bagi manusia melalui paparan radiasi UVB

(Ultraviolet B) (Mead, 2008). Manfaat tersebut didapatkan ketika radikal bebas

yang terbentuk dari paparan radiasi UV berada pada konsentrasi normal. Kadar

radikal bebas yang tidak normal atau tinggi di dalam tubuh akan menghasilkan stres

oksidatif yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kanker

kulit, arthritis, penuaan, gangguan autoimun, jantung dan penyakit neurodegeneratif

(Pham-Huy et al., 2008).

World Health Organization (WHO) memperkirakan akan terjadi peningkatan

kejadian kanker kulit non-melanoma sebesar 300.000 dan melanoma

sebanyak 4.500 akibat penipisan lapisan ozon (WHO, 2015). Tabir surya atau suatu

agen fotoprotektif dapat melindungi kulit dari paparan sinar UV dengan menyerap,

memantulkan, serta menyebar (scatter) sinar matahari (Mishra et al., 2011). Tubuh

kita membutuhkan suatu senyawa yang dapat membantu menangkal radikal

bebas atau sering disebut dengan antioksidan (Pietta, 1999). Senyawa

antioksidan yang umum digunakan adalah vitamin E atau α-tokoferol, BHA, dan

BHT (Fessenden, 1986). Senyawa antioksidan

juga dapat ditemukan dalam buah-buahan. Salah satu jenis buah atau makanan

1
2

yang dapat digunakan sebagai antioksidan dan fotoprotektif adalah buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan antioksidan

kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) lebih tinggi dibanding daging buahnya

(Nurliyana et al., 2010). Penggunaan kulit buah naga merah yang memiliki berat 22%

dari berat buah ternyata belum dimanfaatkan secara optimal (Jamilah, 2011).

Pemanfaatan tumbuhan

telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Asy- Syu’ara ayat 7 yang berbunyi:

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya

Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui daya antioksidan dari kulit

buah naga merah. Pranata (2013) mengambil senyawa dalam kulit buah naga merah

(Hylocereus lemairei Britton dan Rose) yang bersifat semipolar dalam bentuk fraksi

kloroform ekstrak kloroform dengan hasil nilai IC50 sebesar 3349,936 µg/mL,

sedangkan Budilaksono et al. (2014) mengambil senyawa non polar dari ekstrak

yang bersifat semipolar dalam bentuk fraksi n-heksana ekstrak kloroform yang

menghasilkan nilai IC50 sebesar 206,591 µg/mL. Kuersetin adalah salah satu

kelas flavonoid (flavonol) yang bersifat semipolar yang mempunyai aktivitas

antioksidan lebih tinggi dibanding vitamin C dengan perbandingan 4,7:1 (Sugrani et al.,

2009). Kuersetin pada konsentrasi 10% juga diketahui memiliki nilai SPF

2
3

yang sama dengan homosalat (agen tabir surya sintetik)


(Choquenet et al.,

2008). Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengambil senyawa yang

bersifat semipolar dari ekstrak yang bersifat polar dalam bentuk

fraksi etilasetat ekstrak etanol sehingga senyawa flavonoid seperti

kuersetin dapat diambil dan dapat diketahui daya antioksidan dan

fotoprotektif untuk mencegah paparan sinar ultraviolet yang

berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat kandungan flavonoid dan fenolik dalam fraksi

etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) yang diuji dengan uji KLT, metode khelasi AlCl3, serta

metode Folin-Ciocalteu?

2. Bagaimana daya antioksidan fraksi etilasetat ekstrak etanolikkulit

buahnaga merah (Hylocereus polyrhizus) dilihat dari nilai IC50

yang diuji menggunakan metode DPPH?

3. Bagaimana daya fotoprotektif fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit

buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dilihat dari nilai SPF yang

diuji menggunakan metode spektrofotometri?

3
4

1.3 Keaslian Penelitian

Judul Penelitian
No Hasil Persamaan Perbedaa
(Penulis, tahun)
n
Uji Aktivitas Antioksidan Nilai IC50 pada Sampel yang 1. Sampel yang digunakan oleh Pranata
Fraksi Kloroform Kulit fraksi kloroform digunakan adalah fraksi kloroform ekstrak
Buah Naga Merah kulit buah adalah kulit buah kloroform (semipolar dari ekstrak
(Hylocereus lemairei naga merah naga merah, namun semipolar), sedangkan penelitian
Britton dan Rose) (Hylocereus beda spesies ini menggunakan fraksi etilasetat
1 (penelitian ini
Menggunakan lemairei Britton dan ekstrak etanolik (semipolar dari
Metode DPPH (1,1- Rose) adalah menggunakan ekstrak polar)
Difenil-2- 3349,936 Hylocereus 2. Kontrol positif yang digunakan
Pikrilhidrazil) µg/mL. polyrhizus) Pranata
adalah vitamin C, sedangkan
(Pranata,
Uji Aktivitas Antioksidan Nilai IC50 pada fraksi Sampel yang 1. kontrol
Sampelpositif
yang yang digunakan
digunakan oleh pada
Fraksi2013)
n-Heksana n- heksana kulit buah digunakan penelitian ini adalah kuersetin.
Budilaksono et al. adalah fraksi n-
Kulit Buah Naga naga adalah kulit buah heksan ekstrak kloroform (non polar
Merah (Hylocereus merah (Hylocereus naga merah, namun dari ekstrak semipolar), sedangkan
lemairei Britton dan lemairei Britton dan beda spesies penelitian ini menggunakan fraksi
Rose) Menggunakan Rose) adalah (penelitian ini etilasetat ekstrak etanolik (semipolar
2 Metode DPPH (1,1- 206,591 menggunakan dari ekstrak polar)
Difenil-2- µg/mL. Hylocereus 2. Kontrol positif yang digunakan
Pikrilhidrazil) polyrhizus) Budilaksono et al. adalah vitamin
C, sedangkan kontrol positif yang
(Budilaksono et al., digunakan pada penelitian ini
2014) adalah kuersetin.

4
5

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adanya senyawa flavonoid dan fenolik dalam fraksi

etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) yang diuji dengan uji KLT, metode khelasi AlCl3, serta

metode Folin-Ciocalteu.

2. Mengetahui daya antioksidan fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit

buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dengan nilai IC50

yang diuji menggunakan metode DPPH.

3. Mengetahui daya fotoprotektif fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit

buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dengan nilai SPF yang

diuji menggunakan metode spektrofotometri.

1.5 Manfaat Penenelitian

 Dapat digunakan sebagai landasan ilmiah untuk pengembangan

sediaan tabir surya dengan bahan alam sebagai kandungan aktifnya

 Dapat menambah wawasan tentang buah naga merah bagi mahasiswa

 Menjadi pemicu dan motivator untuk menumbuh kembangkan produksi

di bidang kosmetik

5
5

BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

Buah naga merah merupakan buah yang harus dipanen setelah matang,

karena jika dipanen mentah maka buah tidak akan matang. Buah ini sudah dapat

dipanen 30 hari setelah berbunga (Himagropertanian, 2012).

Hylocereus polyrhizus yang lebih banyak dikembangkan di Cina dan

Australia ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna

merah keunguan. Rasa buah lebih manis dibanding Hylocereus undatus,

dengan kadar kemanisan mencapai 13-15 % Briks. Hylocereus polyrhizus

tergolong jenis yanaman yang cenderung berbunga sepanjang tahun.

Sayangnya tingkat keberhasilan bunga menjadi buah sangat kecil, hanya

mencapai 50% sehingga produktivitas buahnya tergolong rendah dan rata-rata

berat buahnya hanya sekitar 400 gram (Kristanto, 2008).

Buah naga diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Species : Hylocereus polyrhizus ( daging merah)

Pada Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terdapat antosianin

berjenis sianidin 3-ramnosil glukosida 5-glukosida, berdasarkan nilai Rf

6
(retrogradation factor ) sebesar 0,36-0,38 dan absorbansi maksimal pada

panjang gelombang dengan λ= 536,4 nm (Anis 2013).

Gambar 1. Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

Hylocereus polyrhizus juga kaya akan antioksidan seperti vitamin C dan

flavonoid, yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembatan kosmetik untuk

mencegah kehilangan kelembapan pada kulit (sinaga, 2012). Antosianin

merupakan salah satu bagian penting dalam kelompok pigmen setelah klorofil.

Antosianin larut dalam air, menghasilkan warna dari merah sampai biru dan

tersebar luas dalam buah, bunga, dan daun. Antosianin pada buah naga

ditemukan pada buah dan kulitnya.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi pada Daging dan Kulit Buah Naga


Komponen Kadar
Nutrisi Daging Buah
Karbohidrat 11,5 g
Serat 0,71 g
Kalsium 8,6 mg
Fosfor 9,4 mg
Magnesium 60,4 mg
Betakaroten 0,005 mg
Vitamin B1 0,28 mg
Vitamin B2 0,043 mg
Vitamin C 9,4 mg
Niasin 1,297 - 1,300
Fenol 561,76 mg/100 g
Nutrisi Kulit Buah
Fenol 1.049,18 mg/100 g
Flavonoid 1.310,10 mg/100 g
Antosianin 186,90 mg/100g
Sumber: Taiwan Food Industry Develop & Research Authorities (2005
2.2 Antosianin

Antosianin berasal dari bahasa Yunani, anthos yang berarti bunga dan

kyanos yang berarti biru gelap. Antosianin tersebar luas dalam bunga dan daun,

dan menghasilkan warna dari merah sampai biru dan merupakan pigmen yang

larut dalam air. Zat pewarna alami antosianin tergolong ke dalam turunan

benzene yang ditandai dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang

dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk cincin (Dacosta, 2014).

Antosianin merupakan salah satu bagian penting dalam kelompok pigmen

setelah klorofil. Antosianin larut dalam air, menghasilkan warna dari merah

sampai biru dan tersebar luas dalam buah, bunga, dan daun. Antosianin

umumnya ditemukan pada buah-buahan, sayuran, dan bunga, contohnya pada

kol merah, anggur, strawberry, cherry, dan sebagainya ( Hernani, 2007).

Zat warna ini terdapat pada air sel vakuola. Biasanya larut di dalamnya.

Antosianin tersebut merupakan suatu glikosida. Jika kehilangan gulanya, yang

tersisa tinggal antosianidin. Pada lingkungan asam zat ini berwarna merah

sedangkan pada lingkungan basa berwarna biru dan pada lingkungan netral

berwarna ungu. Pembentukan antosianin memerlukan gula seperti halnya pada

pembentukan klorofil ( Hernani, 2007).

2.3 Ekstraksi
5

Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

bahan yang merupakan sumber komponen tersebut. Pada proses ekstraksi komponen

yang dipisahkan dengan ekstrak dapat berupa padatan dari suatu sistem campuran

padat-cair, berupa cairan dari suatu sistem campuran cair-cair. Sebagai contoh

adalah ekstraksi nira dari batang tebu, ekstraksi karoten dari buah-buahan, dan

sebagainya. (Suyitno, et al. 1989). Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan

sumbernya pada dasarnya dapat dilakukan dengan penekanan atau pengempaan,

pemanasan dan menggunakan pelarut. Ekstraksi dengan penekanan atau

pemanasan dikenal dengan cara mekanis. Ekstraksi cara mekanis hanya dapat

dilakukan untuk pemisahan komponen dalam sistem campuran padat-cair. Dalam hal

ini minyak adalah cair dan ampasnya sebagai padatan (Suyitno, et al. 1989). Ekstraksi

dengan menggunakan tekanan yang diberikan selama pengempaan akan mendorong

cairan terpisah dan keluar dari sistem campuran padat-cair. Tekanan yang diberikan

terhadap campuran padat-cair akan menimbulkan beda tekanan antara cairan dalam

bahan dan campuran dalam sutau wadah dengan tekanan diluar campuran atau diluar

wadah. Jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan ekstraksi menggunkan

penekanan, dipengaruhi beberapa faktor antara lain besar kecilnya hancuran bahan,

waktu yang disediakan pada saat tekanan maksimum, besarnya tekanan yang

diberikan, kekentalan yang diekstrak, cara pengempaan yang

dilakukan (Suyitno, et al. 1989).

Pada ekstraksi padat cair menggunakan pelarut berdasarkan sifat

kelarutan dari komponen di dalam pelarut yang digunakan, komponen yang dipisahkan

berasal dari benda padat.

4
5

Komponen yang diekstraksi dapat berupa protein, vitamin, minyak atsiri, zat

warna, dan sebagainya yang berasal dari bahan (Suyitno, et al. 1989).

Ekstraksi menggunakan pelarut air akan menyebabkan komponen lain

yang ikut terekstrak tidak dapat dihindarkan, akibatnya komponen yang

terekstrak bukan merupakan komponen yang murni. Oleh karena itu pemilihan

harus memiliki viskositas yang cukup rendah sehingga mudah diuapkan.

Semakin lama proses ekstraksi berlangsung konsentrasi komponen yang terlarut

dalam pelarut makin besar, akibatnya kecepatan ekstraksi makin menurun.

Adanya perpindahan solut dari satu fase kefase yang lain menunjukkan tingkat

kecepatan ekstraksi. Faktor yang memperngaruhi ekstraksi antara lain yaitu

ukuran partikel, jenis zat pelarut, suhu dan pengadukan (Suyitno, et al. 1989).

2.4 Spektrofotometer

Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang

menggunakan dasar interaksi energi dan materi. Spektrofotometri dapat dipakai

untuk menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada

panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panajang

gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum. Salah satu

prinsip kerja spektrofotometer didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh

spese kimia tertentu didaerah ultra violet dan sinar tampak (visible).

Pada spektrofotometer, yang penting untuk diperhatikan ialah perbedaan

antara spektrofotometer sinar tunggal dan spektrofotometer sinar ganda.

Spektrofotometer sinar tunggal biasanya dipakai untuk kawasan spectrum

ultraungu dan cahaya yang terlihat. Spektrofotometer sinar ganda dapat

dipergunakan baik dalam kawasan ultraungu dan cahaya yang terlihat maupun

dalam kawasan inframerah. (O.G.Brink,1985).

5
5

2.4.1 Spektrofotometer Sinar Tampak (visible)

Spektrofotometer visible disebut juga spektrofotometer sinar tampak. Yang

dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia.

Cahaya yang dapat dilihat oleh matamanusia adalah cahaya dengan panjang

gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron

pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah

disebut keadaan dasar (ground-state).

Energi yang memiliki sinar tampak mampu membuat elektrontereksitasi dari

keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energy lebih tinggi atau

menujukeadaan tereksitasi. Cahaya atau sianar tampak adalah radiasi

elektromagnetik yang terdiri dari gelombang. Seperti semua

gelombang,kecepatan cahaya ,panjang gelombang dan frekuensi dapat

didefinisikan sebagai :

C = v.λ

Dimana :

C = Kecepatan cahaya

v = Frekuensi dalam gelombang per detik (Hertz)

λ = Panjang gelombang dalam meter

Gambar 3. Radiasi Elektromagnetik dengan panjang gelombang λ


(Sumber: Harris, 2010)

6
5

Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan

spectrum lebar yang tersususn dari panajang gelombang. Panjang gelombang

yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi

manusia yang mampu menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (visible).

(A.L.Underwood dan R.A.Day Jr,1986).

Cahaya /sinar tampak terdiri dari suatu bagian sempit kisaran panjang

gelombang dari radiasi elektromagnetik dimana mata manusia sensitive. Radiasi

dari panjang gelombang yang berbeda ini dirasakan oleh mata kita sebagai

warna berbeda ,sedangakan campuran dari semua panajang gelombang tampak

seperti sinar putih. Sinar putih memiliki panjang gelombang mencakup

400-700 nm. Panjang gelombang dari berbagai warna adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Panjang gelombang untuk setiap jenis warna


Jenis Sinar Panjang Gelombang (nm)
Ultraviolet < 400
Violet 400-450
Biru 450-500
Hijau 500-570
Kuning 570-590
Oranye 590-620
Merah 620-760
Infra merah >760
(Harris, 2010)

Spektrometri molekular (baik kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di

daerah sinar tampak, sama halnya seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan

daerah sinar inframerah.

Gambar 4. Spektrum gelombang elektromagnetik lengkap


(Sumber : Harris,2010)

7
Persepsi visual tentang warna dibangkitkan dari penyerapan selektip

panjang gelombang tertentu pada peristiwa penyinaran obyek berwarna.Sisa

panjang gelombang dapat diteruskan (oleh obyek transparan) atau dipantulkan

(oleh obyek yang buram) dan dilihat oleh mata sebagai warna dari pancaran atau

pantulan cahaya. Oleh karena itu obyek biru tampak berwarna biru sebab telah

menyerap sebagian dari panjang gelombang dari cahaya dari daerah oranye-

merah.Sedangkan obyek yang merah tampak merah sebab telah menyerap

sebagian dari panjang gelombang dari daerah ultraviolet-biru.

Bagaimanapun, di dalam spektrometer molekul tidak berkaitan dengan

warna dari suatu senyawa, yaitu warna yang dipancarkan atau pantulkan, namun

berkaitan dengan warna yang telah dipindahkan dari spektrum, seperti panjang

gelombang yang telah diserap oleh suatu unsur di dalam suatu larutan. Energi

gelombang seperti bunyi dan air ditentukan oleh amplitudo dari getaran

(misal tinggi gelombang air) tetapi dalam radiasi elektromagnetik energi

ditentukan oleh frekuensi ν, dan quantized, terjadi hanya pada tingkatan tertentu :

dimana : h = konstanta Planck, 6,63 x 10-34 J.s

Tabel 3. Panjang gelombang berbagai warna cahaya


λ (nm) Warna yang Warna tertransmisi
teradsorbsi (komplemen)
400-435 Violet Hijau-Kuning
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru-Hijau Oranye
490-500 Hijau-Biru Merah
500-560 Hijau Ungu
560-580 Hijau-Kuning Violet
580-595 Kuning Biru
595-650 Oranye Biru-Hijau
650-760 Merah Hijau-Biru
(Suharyo, 2007)
2.4.2 Hukum Lambert Beer

Metode analisa kuantitatif didasarkan pada absorpsi radiasi oleh suatu

unsur yang mengabsorpsi dan melibatkan pengukuran intensitas cahaya atau

kekuatan radiasi. Kita sekarang mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi

kekuatan radiasi dari cahaya yang dipancarkan melalui media absorsi. Anggap

ketebalan sel absorpsi b dan konsentrasi c. Suatu berkas cahaya dari radiasi

monokromatik (yaitu panjang gelombang yang tunggal) dari kekuatan radiant I0

dalam larutan, dan suatu berkas cahaya yang muncul dari kekuatan radiasi I

dipancarkan oleh larutan.

2.4.2.1 Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometer

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya

polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang

tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang

peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga

terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat

berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu

energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan ultraviolet maka akan terjadi

perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi.

Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap

adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron

ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan

gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya

pada gelombang radio.


Atas dasar inilah spektrofotometer dirancang untuk mengukur konsentrasi

yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari

dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya

mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan

sebagian lagi akan diteruskan.

Pada spektrofotometer, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya

yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat

diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang

dengan cahaya setelah melewati sampel). Proses penyerapan cahaya oleh suatu

zat dapat digambarkan sebagai berikut:

sumber monochromator sampel detektor


cahaya cahaya

Gambar 5. Skema diagram dari percobaan spektrofotometer single-beam.

Keterangan : P0 = radiasi dari balok memasuki sampel;

P = radiasi dari sinar yang muncul dari sampel;

b = panjang jalan melalui sampel.

Ketika cahaya diserap oleh sampel, radiasi dari sinar cahaya, P adalah

energi per detik per satuan luas sinar. Sebuah percobaan lainnya yang belum

sempurna yaitu percobaan trophotometric diilustrasikan pada Gambar 5. Cahaya

melewati sebuah monochromator (prisma, kisi-kisi, atau bahkan filter) untuk

memilih salah satu panjang gelombang. Cahaya dengan rentang yang sangat

sempit panjang gelombang dikatakan monokromatik ("satu warna.") cahaya

monokromatik, dengan radiasi P0, berdasarkan panjang media yang dilalui b.

Radiasi dari balok muncul dari sisi lain dari sampel adalah P. Beberapa cahaya

dapat diserap oleh sampel, sehingga P ≤ P0.


Transmitansi, T yang didefinisikan sebagai fraksi cahaya asli yang melewati

sampel.

Transmitasi: T = atau % T = x 100 %

T=

Oleh karena itu, T memiliki rentang 0 sampai 1. persen transmitansi hanya 100T

dan rentang antara 0 dan 100%.


Absorbansi:
A = log = -logT

Tabel 4. Hubungan antara Tansmitasi dan Absorbansi


P/Po %T A
1 100 0
0,1 10 1
0,01 1 2

Ketika ada cahaya yang diserap, P = P0 dan A= 0. Jika 90% dari cahaya yang

diserap, 10% adalah transmitted dan P = P0/10. Rasio ini memberikan A= 1. Jika

hanya 1% dari cahaya yang ditransmisikan, A= 2. Absorbansi kadang-kadang

disebut densitas optik. Absorbansi sangat penting karena berbanding lurus

dengan konsentrasi dari jenis penyerapan cahaya dalam sampel.

Hukum Beer:

“jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang

diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen

dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

A = Ɛbc

Dimana:

A = Absorbansi

c = Konsentrasi larutan yang diukur (mol per liter)

b = Tebal larutan (cm).


5

ε = Tetapan absorbtivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm)

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan

yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan

dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).

2 .Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak

dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.

3. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu

kelinearan grafik absorbansi versus konsentrasi (Mukti, 2008).

Serta faktor pendukung dari fungsi komponen dari sprektrofotometer yaitu:

· Sumber radiasi

Sumber yang biasa digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran

UV dan lampu tungsten untuk pengukuran cahaya tampak.

· Sel / Kuvet

Pada pengukuran di daerah sinar tampak biasanya menggunakan kuvet kaca

dapat digunakan, tebal kuvetnya umumnya adalah 1cm.

Ø Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis untuk

mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapat

digunakan celah.

· Detektor

Peranan detektor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai

panjang gelombang (Khopkar, 1990 dalam Rohman, 2007)

12
5

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah naga merah dan
putih, dan air. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom untuk wadah
kulit buah naga.pisau digunakan untuk mengiris / membelah kulit buah naga,
talenan digunakan untuk alas sewaktu mengiris kulit buah naga, timbangan untuk
mengukur bahan-bahan yang diperlukan.oven, rak pengering dengan plastik UV,
tampah dan alat analisis kimia

3.2 Metode

1. Proses pengolahan teh kulit buah naga Kulit buah naga merah atau putih
diiris-iris menjadi potongan kecil-kecil
0,5 cm kemudian dilakukan pengeringan, dengan variasi perlakuan : menggunakan
oven drying, rak pengering menggunakan plastik UV, dan dengan penjemuran
langsung dibawah sinar matahari.

2. Pengeringan dilakukan sebagai berikut dengan menggunakan :

a. Oven; suhu38oC,waktu8 Jam.

b. Rak pengering dengan plastik UV;suhu 30-35oC, waktu 20 jam dan

c. sinar matahari; suhu 30-35Oc waktu24 jam.

3. Analisis kimia (kandungan anti oksidan) dan uji organoleptis

13
5

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman, Riyanto, S., & Hidayati, N., 2007, Aktivitas Antioksidan,
Kandungan Fenolik Total, dan Flavonoid Total Daun Mengkudu
(Morinda citrifoia L), Agritech, Vol.27 No.4.
Andersen, O.M. & Markham, K.R., 2006, Flavonoids, Chemistry,
Biochemistry and Applications, CRC Press, USA.
Ariesnawati, A.D., 2007, Identifikasi Flavonoida Hasil Fraksinasi dengan
Kromatogram Kolom Vakum Ekstrak Metanol-Air Herba Pegagan
Embun (Hydrocotyle sibthorpoides Lmk.),
Ariyanto, R., 2006, Uji Aktivitas Antioksidan, Penentuan Kandungan
Fenolik dan Flavonoid Total Fraksi Kloroform dan Fraksi Air
Ekstrak Metanolik Pegagan (Centella asiatica L. Urban),
Barwick, V.J., 1997, Strategies for Solvent Selection – a Literature
Review,
Trends Anal Chem 16, 293-
309.
Brenner, M., & Hearing, V.J., 2008, The Protective Role of Melanin Against
UV Damage in Human Skin, Photochem Photobiol, 84: 539–549.
Budilaksono, W., Wahdaningsih, S., & Fahrurroji, A., 2014, Uji
Aktivitas
Antioksidan Fraksi N-Heksana Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus lemairei Britton dan Rose) Menggunakan Metode DPPH
(1,1 – Difenil – 2 - Pikrilhidrazil),
Chet, N.W., 2009, Total Phenolic and Total Flavonoids Content of Pitaya
Peels by Water Extraction, Thesis, Faculty of Chemical and Natural
Resources Engineering, Universiti Malaysia Pahang.
Christinawati, T., 2007, Identifikasi Flavonoid pada Herba Pegagan Embun
(Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) Hasil Isolasi Secara Kromatografi
Lapis Tipis Preparatif (KLTP), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma.
Choo, W.S. & Yong, W.K., 2011, Antioxidant Properties of Two
Species of
Hylocereus Fruits, Advances in Applied Science Research, 2 (3):
418-425. Choquenet, B., Couteau, C., Paparis, E., & Coiffard, I.J.,
2008, Quercetin and
Rutin as Potential Sunscreen Agents: Determination of Efficacy
by an In
Vitro Method, J Nat Prod, 71:1117–
1118.

14

Anda mungkin juga menyukai