Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan
nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya, Dosen
Pembimbing pratikum yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman kelompok yang telah
mendukung untuk menyelsaikan laporan ini.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan. Dan saya tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
laporan di waktu yang akan datang. Saya berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan
dan manfaat bagi pembaca.

Pontianak,28 November 2019

(Sri Puji Lestari)


(C1061191110)
DAFTAR ISI
hal
Kata Pengantar ..................................................................................................................................
i

Daftar Isi ...........................................................................................................................................


ii

Daftar Tabel (jika ada) ......................................................................................................................


iii

Daftar Gambar (jika ada gambar yang didalam teks) .......................................................................


iv

Daftar Lampiran ................................................................................................................................


v

Acara I ...............................................................................................................................................
1

Acara II .............................................................................................................................................
5

Acara III ............................................................................................................................................


10

Acara IV ............................................................................................................................................
15

Acara V .............................................................................................................................................
20

Acara VI ............................................................................................................................................
25

Acara VII ..........................................................................................................................................


30

Lampiran ...........................................................................................................................................
31
DAFTAR TABEL

No. Nama Alat Gambar Fungsi


1. Tabung reaksi Digunakan untuk
meraksikan zat-zat
kimia dalam jumlah
sedikit.

2. Penjepit tabung reaksi Digunakan untuk


memegang tabung
reaksi pada dan
selama pemanasaan.

3. Batang pengaduk Digunakan untuk


mengaduk suatu
campuran atau larutan
zat-zat kimia pada
waktu melakukan
reaksi-reaksi kimia.
Digunakan juga untuk
membantu pada
waktu menuangkan
cairan pada saat
penyaringan.
4. Corong Digunakan untuk
memudahkan pada
waktu memasukkan
cairan ke dalam suatu
tempat yang sempit
mulutnya seperti
botol reagen, labu
ukur, buret dll
5. Pipet a. Digunakan untuk
a. Pipet mengambil
gondok/volumetrik larutan dengan
b. Pipit ukur volume tertentu
c. Pipet dan dengan tepat.
Pasteur(tetes) b. Digunakan untuk
memindahkan
sebagian-sebagian
dari isi pipet
c. Digunakan untuk
memindahkan
sedikit zat
cair/larutan yang
tidak memerlukan
ketelitian yang
tinggi
6. Gelas piala (gelas Digunakan untuk
beaker) mengambil dan
menyimpan semetara
serta memindahkan
larutan.

7. Erlenmeyer Digunakan sebagai


wadah zat yang
dititrasi

8. Gelas/kaca arloji Digunakan sebagai


wadah untuk
menimbang zat yang
berbentuk kristal
9. Gelas ukur Digunakan untuk
mengukur volume zat
kimia dalam bentuk
cair. Alat ini tidak
dapat mengukur
larutan/pelarut yang
panas.

10. Labu ukur Digunakan untuk


membuat larutan
dengan volume yang
tepat (larutan standar)

11. Buret Digunakan untuk


melakukan titrasi
(mengukur volume
titran yang
digunakan).

12. Standar buret Digunakan sebagai


penyangga buret.

13. Klem buret Digunakan sebagai


memegang uret
Bersama standar
buret.
14. Botol semprot Digunakan sebagai
wadah cairan
(biasanya aquades)
yang digunkan untuk
membersihkan alat-
alat gelas.

15. Cawan porselin Digunakan sebagai


tempat pemanasan zat
pada suhu tinggi
(dalam oven/tanur).

16. Piring tetes Digunkan untuk


reaksi identifikasi zat
dalam jumlah sedikit
dan tidak boleh
dipanaskan.

17. Lampu Digunakan sebagai


spiritus/alcohol sumber energi untuk
reaksi yang
memerlukan
pemanasan.

18. Botol reagen Digunakan sebagai


wadah reagen/larutan
untuk zat-zat yang
diperiksa mengambil
larutan dari botol
reagen.
19. Neraca analitik Digunakan untuk
mengukur massa
suatu zat, Zat yang
bisa di ukur massanya
bisa berupa zat padat
maupun cair.
mengukur massa zat
dengan ketelitian
yang sangat tinggi.
Ketelitian sebuah
neraca analitik bisa
mencapai hingga
0,0001 gram.
20 Thermometer Digunakan untuk
mengukur suhu atau
perubahan suhu
dengan tingkat
ketelitian yang tinggi.

21. Hotplate Digunakan untuk


memanaskan
campuran/sampel.
Sampel yang akan
dipanaskan
ditempatkan ke dalam
erlenmeyer atau gelas
kimia. Hot
plate stirrer dan
Stirrer bar (magnetic
stirrer) berfungsi
untuk
menghomogenkan
suatu larutan dengan
pengadukan.

22. Oven Digunakan untuk


memanaskan atau
juga bisa
mengeringkan alat-
alat laboratorium dan
objek-objek lainnya.
23. Vortex Digunakan di
laboratorium untuk
mencampur cairan
dalam wadah kecil.

24. Sentrifuge Digunakan untuk


memisahkan partikel-
partikel objek
berdasarkan
perbedaan massa jenis
dengan proses
sedimentasi.

25. Spektrofotometer Berfungsi untuk


menghasilkan sinar
dari spektrum dengan
nilai panjang
gelombang yang telah
ditentukan.

26.

27.
28.

29.

30.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA I. PENGENALAN ALAT DASAR

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan
rahmat dan nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktunya. Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah kimia anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua
Orang Tua saya, Dosen Pembimbing saya yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman
kelompok yang telah membimbing kami untuk menyelsaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Dan kami tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh
karena itu, kami mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan
demi kesempurnaan laporan di waktu yang akan datang. Kami berharap laporan ini
dapat menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari pratikum Pengenalan Alat-alat laboratorium sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi beberapa peralatan laboratorium
yang dibutuhkan dalam pratikum.
b. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan dan mengetahui cara penanganan
agar dapat berfungsi dengan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berikut ini akan dikenalkan beberapa alat pokok dalam praktikum kimia, antara lain :
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan dan digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia
dalam jumlah sedikit.
2. Penjepit tabung reaksi
Terbuat dari kayu atau logam, gunanya untuk memegang tabung reaksi pada dan selama
pemanasan.
3. Batang pengaduk
Dibuat dari kaca dan tidak berlubang. Gunanya untuk mengaduk suatu campuran atau
larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Dipakai juga untuk
membantu pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
4. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, tetapi ada juga yang terbuat dari bahan plastik. Gunanya untuk
memudahkan/menolong pada waktu memasukkan cairan ke dalam suatu tempat yang
sempit mulutnya seperti botol reagen, labu ukur, buret dan sebagainya.
5. Pipet
a. Pipet gondok/volumetrik
Alat ini disebut juga pipet volume atau pipet pindah. Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu dan dengan tepat. Alat ini mempunyai ketelitian yang
tinggi.
b. Pipet ukur
Hampir sama dengan pipet gondok, hanya pada pipet ini terdapat pembagian skala
sehingga dapat digunakan untuk memindahkan sebagian-sebagian dari isi pipet.
c. Pipet Pasteur (pipet tetes)
Alat ini digunakan untuk memindahkan sedikit zat cair atau larutan yang tidak
memerlukan ketelitian yang tinggi.
6. Gelas piala (gelas beaker)
Alat ini bukan alat pengukur, digunakan untuk mengambil dan menyimpan sementara serta
memindahkan larutan.
7. Erlenmeyer
Merupakan alat gelas dengan leher yang menyempit. Alat ini juga bukan alat pengukur dan
digunakan sebagai wadah zat yang dititrasi.
8. Gelas/kaca arloji
Terbuat dari gelas, gunanya sebagai wadah untuk menimbang zat yang berbentuk kristal.
9. Gelas ukur
Alat ini berupa tabung gelas dengan alas datar dan dilengkapi dengan skala dalam miliLiter
(mL). Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini tidak dapat
digunakan untuk mengukur larutan/pelarut yang panas.
10. Labu ukur
Terbuat dari gelas dengan dasar rata dan leher yang sempit, dilengkapi dengan tanda batas.
Labu ukur memiliki bermacam-macam ukuran dari 25 mL hingga 2 L. Digunakan untuk
membuat larutan dengan volume yang tepat (larutan standar). Sering juga digunakan untuk
pengenceran sampai volume tertentu. Alat ini tidak boleh digunakan untuk larutan yang
panas.
11. Buret
Merupakan alat gelas yang berbentuk pipa panjang dengan skala dan dilengkapi dengan
kran. Digunakan untuk melakukan titrasi (mengukur volume titran yang digunakan).
Kapasitas alat ini bermacam-macam tetapi yang biasa digunakan adalah buret dengan
kapasitas 50 mL.
12. Standar buret
Alat ini terbuat dari baja dan digunakan sebagai penyangga buret.
13. Klem buret
Alat ini dipergunakan untuk memegang buret bersama standar buret. Bila perlu dalam
penggunaannya diperlukan juga pemegang klem.

14. Botol semprot


Alat ini digunakan sebagai wadah cairan (biasanya akuades) yang digunakan untuk
membilas alat-alat gelas.
15. Cawan porselin
Alat ini digunakan sebagai tempat pemanasan zat pada suhu tinggi (dalam oven atau tanur).
Cawan porselin yang masih panas tidak boleh didinginkan secara mendadak (misalnya
dengan perendaman dalam air dingin) karena dapat menyebabkan pecah. Hati-hati pula
meletakan cawan porselin di atas meja jangan sampai terkena cairan yang membasahi meja.
16. Piring tetes
Alat ini digunakan untuk reaksi identifikasi zat dalam jumlah sedikit dan tidak boleh
dipanaskan.
17. Lampu spiritus/alkohol
Alat ini digunakan sebagai sumber energi untuk reaksi yang memerlukan pemanasan.
18. Botol reagen
Alat ini digunakan sebagai wadah reagen atau larutan untuk zat-zat yang diperiksa.
Mengambil larutan dari botol reagen dapat dilakukan dengan cara :
a. Menuangkan larutan dari botol reagen dan harus diingat bahwa (i) label zat harus
diletakkan di atas tutup botol reagen, dan (ii) botol reagen hanya dimiringkan
seperlunya.
b. Memipet larutan pada botol reagen. Pada saat memindahkan isi pipet ke dalam tabung
reaksi, pipet tidak boleh menyentuh dinding tabung reaksi dan setelah pemakaian
jangan lupa menutup botol reagen kembali.
19. Neraca Analitik
Neraca analitis, memiliki ketelitian sampai 0,0001 g atau 0,01 mg dan karena sangat
peka, harus ditangani dengan hati-hati.
20. Termometer
Termometer Laboratorium digunakan untuk mengukur suhu atau perubahan suhu
dengan tingkat ketelitian yang tinggi
21. Hotplate
Hotplate adalah alat di laboratorium kimia yang digunakan untuk memanaskan
campuran/sampel. Sampel yang akan dipanaskan ditempatkan ke dalam erlenmeyer atau gelas
kimia. Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan
suatu larutan dengan pengadukan.
22. Oven
Oven laboratorium adalah salah satu alat laboratorium yang memiliki fungsi cukup
penting, fungsin Oven laboratorium ini untuk memanaskan atau juga bisa mengeringkan alat-
alat laboratorium dan objek-objek lainnya.
23. Vortex
Vortex mixer atau vortexer adalah perangkat sederhana yang umum di gunakan di
laboratorium untuk mencampur cairan dalam wadah kecil. Ketika tabung reaksi atau wadah
lain yang sesuai ditekan ke dalam gelas karet (atau menyentuh ke tepi) gerak ditransmisikan
ke cairan di dalam dan pusaran yang dibuat.
24. Sentrifuge
Sentrifus (centrifuge) adalah alat yang menempatkan objek dalam rotor berotasi pada
sumbu tetap dan menerapkan potensi gaya tegak lurus terhadap sumbu spin (luar). Sentrifus
(centrifuge) merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel-partikel objek
berdasarkan perbedaan massa jenis dengan proses sedimentasi.
25. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menghasilkan sinar dari
spektrum dengan nilai panjang gelombang yang telah ditentukan.
26. Rak tabung reaksi
Rak tabung reaksi berfungsi sebagai tempat menyimpan tabung reaksi, mengeringkan
dan menjaga tabung reaksi agar tidak berjamur.
27. Kawat kasa
Kawat kasa berfungsi untuk menahan beaker atau labu ketika proses pemanasan
menggunakan pemanas bunsen atau pemanas spiritus.
28. Kaki tiga
kaki tiga berfungsi sebagai penahan kawat kasa dan penyangga ketika proses
pemanasan.
29. Labu destilasi
Labu destilasi berfungsi Untuk destilasi larutan. Pada bagian atas terdapat karet
penutup dengan sebuah lubang sebagai tempat termometer.
30. Cawan petri
Digunakan untuk membiakkan sel. Cawan petri selalu berpasangan, yang ukurannya
agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya (ada 2 macam yaitu
yang terbuat dari kaca dan plastik).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM (isi sesuai dengan yang digunakan pada

saat praktikum)
B. CARA KERJA (isi sesuai dengan yang dilakukan pada saat praktikum)
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
(Ini isinya laporan sementara yang sudah di acc/bisa difotocopi atau di scan)
BAB V
PEMBAHASAN

No. Nama Alat Gambar Fungsi


1. Tabung reaksi Digunakan untuk
meraksikan zat-zat
kimia dalam jumlah
sedikit.

2. Penjepit tabung reaksi Digunakan untuk


memegang tabung
reaksi pada dan
selama pemanasaan.

3. Batang pengaduk Digunakan untuk


mengaduk suatu
campuran atau larutan
zat-zat kimia pada
waktu melakukan
reaksi-reaksi kimia.
Digunakan juga untuk
membantu pada
waktu menuangkan
cairan pada saat
penyaringan.
4. Corong Digunakan untuk
memudahkan pada
waktu memasukkan
cairan ke dalam suatu
tempat yang sempit
mulutnya seperti
botol reagen, labu
ukur, buret dll
5. Pipet d. Digunakan untuk
d. Pipet mengambil
gondok/volumetrik larutan dengan
e. Pipit ukur volume tertentu
f. Pipet dan dengan tepat.
Pasteur(tetes) e. Digunakan untuk
memindahkan
sebagian-sebagian
dari isi pipet
f. Digunakan untuk
memindahkan
sedikit zat
cair/larutan yang
tidak memerlukan
ketelitian yang
tinggi
6. Gelas piala (gelas Digunakan untuk
beaker) mengambil dan
menyimpan semetara
serta memindahkan
larutan.

7. Erlenmeyer Digunakan sebagai


wadah zat yang
dititrasi

8. Gelas/kaca arloji Digunakan sebagai


wadah untuk
menimbang zat yang
berbentuk kristal
9. Gelas ukur Digunakan untuk
mengukur volume zat
kimia dalam bentuk
cair. Alat ini tidak
dapat mengukur
larutan/pelarut yang
panas.

10. Labu ukur Digunakan untuk


membuat larutan
dengan volume yang
tepat (larutan standar)

11. Buret Digunakan untuk


melakukan titrasi
(mengukur volume
titran yang
digunakan).

12. Standar buret Digunakan sebagai


penyangga buret.

13. Klem buret Digunakan sebagai


memegang uret
Bersama standar
buret.
14. Botol semprot Digunakan sebagai
wadah cairan
(biasanya aquades)
yang digunkan untuk
membersihkan alat-
alat gelas.

15. Cawan porselin Digunakan sebagai


tempat pemanasan zat
pada suhu tinggi
(dalam oven/tanur).

16. Piring tetes Digunkan untuk


reaksi identifikasi zat
dalam jumlah sedikit
dan tidak boleh
dipanaskan.

17. Lampu Digunakan sebagai


spiritus/alcohol sumber energi untuk
reaksi yang
memerlukan
pemanasan.

18. Botol reagen Digunakan sebagai


wadah reagen/larutan
untuk zat-zat yang
diperiksa mengambil
larutan dari botol
reagen.
19. Neraca analitik Digunakan untuk
mengukur massa
suatu zat, Zat yang
bisa di ukur massanya
bisa berupa zat padat
maupun cair.
mengukur massa zat
dengan ketelitian
yang sangat tinggi.
Ketelitian sebuah
neraca analitik bisa
mencapai hingga
0,0001 gram.
20 Thermometer Digunakan untuk
mengukur suhu atau
perubahan suhu
dengan tingkat
ketelitian yang tinggi.

21. Hotplate Digunakan untuk


memanaskan
campuran/sampel.
Sampel yang akan
dipanaskan
ditempatkan ke dalam
erlenmeyer atau gelas
kimia. Hot
plate stirrer dan
Stirrer bar (magnetic
stirrer) berfungsi
untuk
menghomogenkan
suatu larutan dengan
pengadukan.

22. Oven Digunakan untuk


memanaskan atau
juga bisa
mengeringkan alat-
alat laboratorium dan
objek-objek lainnya.
23. Vortex Digunakan di
laboratorium untuk
mencampur cairan
dalam wadah kecil.

24. Sentrifuge Digunakan untuk


memisahkan partikel-
partikel objek
berdasarkan
perbedaan massa jenis
dengan proses
sedimentasi.

25. Spektrofotometer Berfungsi untuk


menghasilkan sinar
dari spektrum dengan
nilai panjang
gelombang yang telah
ditentukan.

26. Rak tabung reaksi Rak tabung reaksi


berfungsi sebagai
tempat menyimpan
tabung reaksi,
mengeringkan dan
menjaga tabung
reaksi agar tidak
berjamur.

27. Kawat kasa Kawat kasa berfungsi


untuk menahan
beaker atau labu
ketika proses
pemanasan
menggunakan
pemanas bunsen atau
pemanas spiritus.
28. Kaki tiga kaki tiga berfungsi
sebagai penahan
kawat kasa dan
penyangga ketika
proses pemanasan.

29. Labu destilasi Labu destilasi


berfungsi Untuk
destilasi larutan. Pada
bagian atas terdapat
karet penutup dengan
sebuah lubang
sebagai tempat
termometer.

30. Cawan patri Digunakan untuk


membiakkan sel.
Cawan petri selalu
berpasangan, yang
ukurannya agak kecil
sebagai wadah dan
yang lebih besar
merupakan tutupnya
(ada 2 macam yaitu
yang terbuat dari kaca
dan plastik).
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
B. Saran
Jangan mengomentari keadaan lab, alat dan lainnya yg berhubungan dgn prasarana kampus
karena tidak akan membangun untuk praktikum selanjutnya,
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
DAFTAR PUSTAKA

Minimal 3 buah referensi (blog 1, 2 jurnal atau buku atau tulisan ilmiah lainnya), ditulis sesuai
susunan abjad A-Z
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum

Gambar a. Pengupasan Gambar b. Penimbangan Gambar c. dst sesuaikan


biji durian dgn masing” acara
praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA II. TEKNIK PENGGUNAAN ALAT

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya,
Dosen Pembimbing saya yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman kelompok yang telah
membimbing kami untuk menyelsaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Dan kami tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh karena
itu, kami mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan laporan di waktu yang akan datang. Kami berharap laporan ini dapat
menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari pratikum Teknik penggunaan Alat-alat laboratorium sebagai berikut :
Praktikan mengetahui cara-cara penggunaan alat dengan prosedur yang benar dan tidak
membahayakan praktikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teknik penggunaan alat dibagi atas dua yaitu teknik kualitatif dan teknik kuantitatif.
Teknik kualitatif adalah teknik yang digunakan hanya untuk menyatakan hasil dalam bentuk
kualitas sedangkan teknik kuantitatif merupakan teknik yang menyatakan hasil akhir dengan
jumlah tertentu.
1. Teknik Kualitatif (kualitas)
a. Cara memanaskan zat dalam cawan porselin/erlenmeyer/gelas beker
 Letakan gelas beaker diatas hotplate
 Kemudian atur temperatur sesuai dengan panas yang diinginkan
b. Cara menghomogenkan bahan kimia dalam pembuatan larutan
 Timbanglah bahan kimia yang akan dibuat larutan
 Masukkan ke dalam gelas beaker kemudian tambahkan aquades atau alkohol
sampai tanda tetra
 Masukkan magnetik stirrer ke dalam gelas beaker yang sudah berisi larutan
 Letakkan gelas beaker di atas hotplate dan atur kecepatan putar magnetik stirrer
c. Cara menyaring endapan
 gunakan kertas saring yang dibentuk seperti kerucut
 saringlah sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya larutan adalah sepertiga tinggi
kertas
d. Cara mencuci endapan pada kertas saring.
 Arahkan aliran air dari botol semprot pencuci pertama-tama di sekitar pinggir atas
kertas saring menyusul gerakkan spiral (memutar ke arah dalam) menuju endapan
dan tiap pencucian kertas saring terisi antara separuh sampai dua pertiganya

2. Teknik Kuantitatif
a. Penimbangan
 Gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang.
 Pilih timbangan yang tepat sesuai kapasistasnya. Jangan menimbang zat melebihi
kapasitas
 Catat hasil timbangan. Perhatikan contoh perintah penimbangan berikut :
a. Timbang lebih kurang artinya: jumlah yang harus ditimbang tidak boleh kurang dari
90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus ditimbang.
b. Timbang dengan saksama artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih dari 0,1%
dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang seksama 500 mg,
berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5 mg. Oleh karena itu,
penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitik kepekaan minimal 0,5 mg.
Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0
dibelakang koma pada akhir bilangan bersangkutan.
b. Pengukuran
 Pengukuran volume larutan bisa menggunakan gelas ukur, kecuali jika dinyatakan
perintah ”ukur dengan saksama...”, dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan
dengan memakai pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga
kesalahannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.
 Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret yang sesuai dan memenuhi standar.
Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di
belakang angka koma terakhir bilangan yang bersangkutan. Misalnya dengan
pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus
dilakukan dengan saksama.
c. Penggunaan buret
Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor),
berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
 Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, bilaslah buret tersebut dengan sedikit
zat kimia yang akan dimasukkan kedalamnya.
 Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan
menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi
(perhatikan bagian bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.
 Pasang buret pada statif dan klem agar posisinya stabil
d. Cara titrasi
 Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam erlenmeyer),
sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut sebagai titran (dimasukkan
ke dalam buret).
e. Pembacaan volume titrasi
 Mata harus sejajar meniskus, gunakan meniskus bawah untuk menentukan volume
titrasi. Jangan lupa perhatikan skala buret, karena masing-masing kapasitas buret
memiliki skala yang berbeda.

Teknik penggunaan alat dibagi atas dua yaitu teknik kualitatif dan teknik kuantitatif.
Teknik kualitatif adalah teknik yang digunakan hanya untuk menyatakan hasil dalam bentuk
kualitas sedangkan teknik kuantitatif merupakan teknik yang menyatakan hasil akhir dengan
jumlah tertentu.
3. Teknik Kualitatif (kualitas)
e. Cara memanaskan zat dalam cawan porselin/erlenmeyer/gelas beker
 Letakan gelas beaker diatas hotplate
 Kemudian atur temperatur sesuai dengan panas yang diinginkan
f. Cara menghomogenkan bahan kimia dalam pembuatan larutan
 Timbanglah bahan kimia yang akan dibuat larutan
 Masukkan ke dalam gelas beaker kemudian tambahkan aquades atau alkohol
sampai tanda tetra
 Masukkan magnetik stirrer ke dalam gelas beaker yang sudah berisi larutan
 Letakkan gelas beaker di atas hotplate dan atur kecepatan putar magnetik stirrer
g. Cara menyaring endapan
 gunakan kertas saring yang dibentuk seperti kerucut
 saringlah sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya larutan adalah sepertiga tinggi
kertas
h. Cara mencuci endapan pada kertas saring.
 Arahkan aliran air dari botol semprot pencuci pertama-tama di sekitar pinggir atas
kertas saring menyusul gerakkan spiral (memutar ke arah dalam) menuju endapan
dan tiap pencucian kertas saring terisi antara separuh sampai dua pertiganya

4. Teknik Kuantitatif
f. Penimbangan
 Gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang.
 Pilih timbangan yang tepat sesuai kapasistasnya. Jangan menimbang zat melebihi
kapasitas
 Catat hasil timbangan. Perhatikan contoh perintah penimbangan berikut :
c. Timbang lebih kurang artinya: jumlah yang harus ditimbang tidak boleh kurang dari
90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus ditimbang.
d. Timbang dengan saksama artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih dari 0,1%
dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang seksama 500 mg,
berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5 mg. Oleh karena itu,
penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitik kepekaan minimal 0,5 mg.
Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0
dibelakang koma pada akhir bilangan bersangkutan.
g. Pengukuran
 Pengukuran volume larutan bisa menggunakan gelas ukur, kecuali jika dinyatakan
perintah ”ukur dengan saksama...”, dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan
dengan memakai pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga
kesalahannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.
 Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret yang sesuai dan memenuhi standar.
Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di
belakang angka koma terakhir bilangan yang bersangkutan. Misalnya dengan
pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus
dilakukan dengan saksama.
h. Penggunaan buret
Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor),
berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
 Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, bilaslah buret tersebut dengan sedikit
zat kimia yang akan dimasukkan kedalamnya.
 Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan
menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi
(perhatikan bagian bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.
 Pasang buret pada statif dan klem agar posisinya stabil
i. Cara titrasi
 Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam erlenmeyer),
sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut sebagai titran (dimasukkan
ke dalam buret).
j. Pembacaan volume titrasi
 Mata harus sejajar meniskus, gunakan meniskus bawah untuk menentukan volume
titrasi. Jangan lupa perhatikan skala buret, karena masing-masing kapasitas buret
memiliki skala yang berbeda.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

D. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM (isi sesuai dengan yang digunakan pada

saat praktikum)
E. CARA KERJA (isi sesuai dengan yang dilakukan pada saat praktikum)
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN

Acara 2 : Menjelaskan mengapa perlu mengetahui cara-cara penggunaan alat dengan prosedur
yang benar dan tidak membahayakan dalam penggunaan alat.
BAB VI
PENUTUP

C. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
D. Saran
Jangan mengomentari keadaan lab, alat dan lainnya yg berhubungan dgn prasarana kampus
karena tidak akan membangun untuk praktikum selanjutnya,
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA III. BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
C. LATAR BELAKANG
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya,
Dosen Pembimbing saya yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman kelompok yang telah
membimbing kami untuk menyelsaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Dan kami tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh karena
itu, kami mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan laporan di waktu yang akan datang. Kami berharap laporan ini dapat
menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

D. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengetahui kandungan dan symbol-
simbol yang terdapat pada bahan kimia berbahaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Kimia Berbahaya
Selama bekerja di laboratorium kimia, kita selalu berhubungan dengan
bahan-bahan kimia. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai jenis dan sifat bahan kimia
khususnya bahan-bahan kimia berbahaya sangat penting. Secara umum, bahan-bahan kimia
berbahaya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup lainnya. Pada umumnya zat-zat
toksik masuk melalui pernafasan atau kulit dan kemudian beredar ke seluruh bagian tubuh atau
organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh
tertentu seperti hati, paru-paru, dan sebagainya. Selain itu zat tersebut dapat berakumulasi
dalam tulang, darah, hati, atau cairan limfa dan menimbulkan efek kesehatan jangka panjang.
Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh bisa melalui urine, saluran pencernaan, dan
keringat.
Sifat toksik pada suatu zat selain ditentukan oleh sifat alamiahnya, juga ditentukan oleh
jenis persenyawaan dan keadaan industri. Zat beracun dapat digolongkan sebagai :
a. Senyawa logam dan metaloid d. Bahan karakteristik
b. Bahan pelarut organik e. Pestisida
c. Gas-gas beracun

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosives)


Bahan kimia korosif adalah bahan yang karena reaksi kimianya, dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Bahan kimia korosif seperti
asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang dioksida mampu bereaksi dengan jaringan tubuh
seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka,
pandangan, iritasi (gatal-gatal) dan sensitasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan
kimia).
Berdasarkan wujud zat, bahan korosif dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai
berikut :
a. Bahan korosif padat
Bahaya akan timbul apabila kontak dengan mata atau kulit.
Contoh :
 Anorganik : natrium hidroksida (NaOH), natrium silikat (Na2Ox.SiO2), kalium
hidroksida (KOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)2).
 Organik : asam trikloroasetat (CCl3COOH), fenol (C6H5OH).
b. Bahan korosif cair
Bahaya akan timbul apabila kontak langsung dengan kulit atau mata dan menyebabkan proses
pelarutan atau denaturasi protein, contoh senyawa :
 Anorganik : asam sulfat, asam nitrat, asam klorida.
 Organik : asam formiat (asam semut), asam asetat (cuka), karbon disulfida, hidrokarbon
terklorinasi.
c. Bahan korosif gas
Sifatnya sangat berbahaya karena dapat terhirup sehingga merusak saluran pernafasan.
Bergantung pada sifat kelarutan dalam air dan akibatnya, gas korosif dapat digolongkan
menjadi :
 Gas sangat larut dalam air, merusak saluran pernafasan bagian atas, contoh : amonia,
asam klorida, formaldehida, asam asetat, asam fluorida.
 Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran pernafasan bagian atas dan bagian
dalam, contoh : belerang dioksida, klor, brom.
 Gas dengan kelarutan kecil, merusak saluran pernafasan bagian dalam, contoh : ozon,
fosgen, nitrogen oksida.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable Substances)
Bahan mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang sangat cepat dapat menghasilkan kedakan.
Untuk memudahkan pengenalan, zat mudah terbakar digolongkan menjadi :
a. Zat padat mudah terbakar
Zat padat mudah terbakar dalam industri dan laboratorium adalah belerang, pospor,
kertas/rayon, senyawa hidrida, logam, dan kapas. Pada umumnya zat padat sukar terbakar
daripada dalam bentuk cair. Tetapi perlu diingat bahwa zat padat berupa bubuk halus seperti
debu kapuk, kapas, dan gandum atau debu organik lainnya amat mudah terbakar seperti gas.
b. Zat cair mudah terbakar
Kelompok ini adalah paling banyak dijumpai dalam laboratorium dan yang kita kenal
sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter, alkohol, aseton, benzena, heksan, dan lain-
lain. Pelarut ini pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan tertentu dapat
terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Di Indonesia, contoh pelarut organik
dalam industri dapat ditemukan sebagai berikut:
 Industri cat : petroleum eter, alkohol, aseton, ester, heksan
 Industri kertas : karbon disulfida
 Pabrik lem : metanol
 Pengolahan minyak : bensin, benzena, toluena, xylena
 Industri obat-obatan : aseton, eter, alkohol
 Labotorium : hampir semua pelarut organik
c. Gas mudah terbakar
Gas mudah terbakar dalam industri dan laboratorium misalnya gas alam sebagai bahan
bakar, hidrogen, asetilen (untuk pengelasan), etilen oksida (sterilisasi) dan sebagainya. Gas
tersebut amat cepat terbakar sehingga sering menimbulkan ledakan.

4. Bahan peledak (Explosives)


Bahan peledak adalah zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi sehingga menimbulkan kerusakan sekelilingnya. Bahan kimia eksplosif ada yang dibuat
sengaja untuk tujuan peledakan seperti trinitrotoluen (TNT), nitrogliserin dan amonium nitrat
(NH4NO3). Bahan-bahan tersebut sangat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan
atau tumbukan). Contoh bahan peledak lainnya adalah :

a. Debu eksplosif
Debu-debu seperti debu karbon dalam industri batu bara, zat warna diazo dalam pabrik
zat warna dan magnesium dalam pabrik baja adalah debu-debu yang sering menimbulkan
ledakan.
b. Campuran eksplosif
Peledakan dapat terjadi pula akibat pencampuran beberapa bahan, terutama bahan
oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor maupun dalam penyimpanan.
5. Bahan kimia oksidator (Oxidation Agents)
Yaitu suatu bahan kimia, yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang bisa menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya. Bersifat eksplosif karena
sangat reakstif atau tidak stabil dan mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau
penguraiannya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan kimia oksidator
terdiri dari :
a. Oksidator anorganik seperti permanganat (MnO4-), perklorat (ClO4-), dikromat (Cr2O72-
), hidrogen peroksida (H2O2), periodat (IO4-), dan persulfat (S2O82-).
b. Peroksida organik seperti bensil peroksida, asetil peroksida, eteroksida, dan asam
perasetat.
6. Bahan kimia yang reaktif terhadap air (Water Sensitive Substances)
Yaitu bahan kimia yang dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar.
Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas yang besar)
atau menghasilkan gas yang mudah terbakar. Berikut adalah bahan-bahan kimia yang reaktif
terhadap air : alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca), logam halida (alumunium tribromida), oksida
logam anhidrat (CaO), dan oksida non-logam halida (sulfuril klorida). Jenis zat-zat tersebut
harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruang yang kering dan bebas kebocoran bila
hujan.
7. Bahan kimia reaktif terhadap asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan-bahan kimia yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada
bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi bersifat
eksotermis dan/atau menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif. Contoh :
kalium klorat/perklorat (KClO3/KClO4), kalium permanganat (KMnO4), asam kromat
(H2CrO4). Dengan demikian bahan-bahan tersebut dalam penyimpanan harus dipisahkan dari
asam seperti asam sulfat dan asam asetat.
8. Gas bertekanan (Compressed Gases)
Yaitu gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang dapat ditekan, maupun gas cair atau
gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan. Gas bertekanan tinggi telah banyak
digunakan dalam industri maupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah
karena tekanannya yang tinggi dan juga efek yang mungkin bersifat racun dan korosif.
Contohnya : - Aseletin, Amonia, Etilen, Oksida, Klor, Ni dan H.

9. Bahan radioaktif (Radioactive Substances)


Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan
aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena
memang mempunyai sifat ganda. Contohnya adalah benzena, yaitu suatu zat beracun tetapi
mudah terbakar. Contoh lain adalah klor yang selain bersifat racun juga bersifat korosif.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM (isi sesuai dengan yang digunakan


pada saat praktikum)
B. CARA KERJA (isi sesuai dengan yang dilakukan pada saat praktikum)
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN

Acara 3 : Menjelaskan mengapa perlu mengetahui, mengidentifikasi dan mengetahui


kandungan dan symbol-simbol yang terdapat pada bahan kimia berbahaya.
BAB VI
PENUTUP

E. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
F. Saran
Jangan mengomentari keadaan lab, alat dan lainnya yg berhubungan dgn prasarana kampus
karena tidak akan membangun untuk praktikum selanjutnya,
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA IV. KALIBRASI ALAT-ALAT VOLUMETRI

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

E. LATAR BELAKANG
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya,
Dosen Pembimbing saya yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman kelompok yang telah
membimbing kami untuk menyelsaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Dan kami tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh karena
itu, kami mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan laporan di waktu yang akan datang. Kami berharap laporan ini dapat
menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

F. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mempelajari dan melaksanakan cara mengalibrasi alat-alat volumetri
yang terdapat di laboratorium kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat-alat yang digunakan untuk analisis harus mempunyai volume tertentu yang pasti.
Karena kaca atau gelas dapat memuai, maka biasanya volume yang ditulis pada alat-alat
volumetri ditetapkan pada temperatur tertentu pula. Biro Standar Nasional Amerika
Serikat telah menetapkan temperatur 20˚C sebagai temperatur kalibrasi alat-alat kaca
volumetri.
Temperatur laboratorium tidak selalu sama dengan 20˚C, maka alat kaca harus
dikoreksi bila digunakan pada temperatur lain karena galat (kesalahan) yang disebabkan
pemuaian (atau penyusutan) baik dari alat kaca itu sendiri maupun dari larutan yang ada di
dalamnya. Koefisien pemuaian kaca cukup kecil sehingga koreksi yang dituntut untuk
faktor ini dapat diabaikan untuk kebanyakan pekerjaan (koreksi ini mencapai orde 1 bagian
per 10.000 untuk perubahan 5˚C. Perubahan volume larutan itu sendiri sebaliknya lebih
penting, namun perubahan itu masih dapat diabaikan dalam banyak hal jika temperatur
tidak jauh menyimpang dari 20˚C (perubahan volume itu berorde 1 bagian per 1.000 untuk
perubahan 5˚C).
Sebagian besar pekerjaan di laboratorium mencakup larutan air yang encer, maka
umumnya air digunakan sebagai bahan pembanding dalam kalibrasi alat-alat volumetri.
Asas umum dalam kalibrasi adalah menetapkan massa air yang terdapat dalam alat tersebut.
Maka dengan mengetahui volume 1 gram air, volume yang benar dapat dicari (lihat Tabel
1. Hubungan Antara Temperatur dan Volume 1 Gram Air).

Tabel 1. Hubungan Antara Temperatur dan Volume 1 Gram Air

Temperatur Volume Temperatur Volume


(˚C) Air (mL) (˚C) Air (mL)
10 1,0013 21 1,0030
11 1,0014 22 1,0033
12 1,0015 23 1,0035
13 1,0016 24 1,0037
14 1,0018 25 1,0040
15 1,0019 26 1,0043
16 1,0021 27 1,0045
17 1,0022 28 1,0048
18 1,0024 29 1,0051
19 1,0026 30 1,0054
20 1,0028

Sumber : Day dan Underwood, 1999


Biasanya untuk setiap alat volumetri, oleh pabrik sudah ditentukan nilai-nilai kesalahan
maksimum yang diperbolehkan bagi alat-alat tersebut. Misalnya The National Bureau of
Standard telah menentukan kesalahan maksimum yang diperbolehkan (maximum allowable
error) bagi labu ukur, pipet transfer, dan buret seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Toleransi Untuk Alat Kaca Volumetrik (mL)

Kapasitas
Labu Ukur Pipet Transfer Buret
(mL)
2 - 0,006 -
5 - 0,01 0,01
10 - 0,02 0,02
25 0,03 0,03 0,03
50 0,05 0,05 0,05
100 0,08 0,08 0,10
200 0,10 0,10 -
500 0,15 - -
1000 0,30 - -
- Sumber : Day dan Underwood, 1999
BAB III

METODE PRAKTIKUM

F. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM (isi sesuai dengan yang digunakan pada

saat praktikum)
G. CARA KERJA (isi sesuai dengan yang dilakukan pada saat praktikum)
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
(Ini isinya laporan sementara yang sudah di acc/bisa difotocopi atau di scan)
BAB V
PEMBAHASAN

Acara 4 : Menjelaskan mengapa perlu mempelajari dan melaksanakan cara mengalibrasi alat-
alat volumetri yang terdapat di laboratorium kimia dan apa kesimpulan setelah melaksanakan
praktikum

BAB VI
PENUTUP

G. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
H. Saran
Jangan mengomentari keadaan lab, alat dan lainnya yg berhubungan dgn prasarana kampus
karena tidak akan membangun untuk praktikum selanjutnya,
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
DAFTAR PUSTAKA

Minimal 3 buah referensi (blog 1, 2 jurnal atau buku atau tulisan ilmiah lainnya), ditulis sesuai
susunan abjad A-Z
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA V. SIFAT FISIK ZAT

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya,
Dosen Pembimbing saya yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman kelompok yang telah
membimbing kami untuk menyelsaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Dan kami tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh karena
itu, kami mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan laporan di waktu yang akan datang. Kami berharap laporan ini dapat
menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari sifat-sifat fisik zat berupa : warna, paramagnetisme, kerapatan, dan titik didih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zat merri marupakan bagian dari materi yang terbagi atas unsur dan senyawa, memiliki
sifat dan komposisi yang sama dalam keseluruhan contoh. Sifat-sifat zat dapat digolongkan
menjadi dua kategori yaitu sifat fisis dan sifat kimia.
Sifat fisik dapat digunakan untuk menjelaskan penampilan sebuah obyek. Proses
perubahan penampilan fisis dari suatu obyek dengan identitas dasar yang tidak berubah disebut
perubahan fisis. Warna, paramagnetisme, kerapatan, dan titik didih merupakan sebagian dari
sifat-sifat fisis yang dimiliki oleh zat.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

H. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM (isi sesuai dengan yang digunakan pada

saat praktikum)
I. CARA KERJA (isi sesuai dengan yang dilakukan pada saat praktikum)
K. BAB IV

L. HASIL PRAKTIKUM
M. (Ini isinya laporan sementara yang sudah di acc/bisa difotocopi atau di
scan)
BAB V
PEMBAHASAN

Acara 5 : Menjelaskan mengapa perlu Mempelajari sifat-sifat fisik zat berupa : warna, dan
titik didih pada spiritus dan aquadest. Bandingan pengaruh waktu terhadap suhu pada kedua
sampel tersebut.
BAB VI
PENUTUP

I. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
J. Saran
Jangan mengomentari keadaan lab, alat dan lainnya yg berhubungan dgn prasarana kampus
karena tidak akan membangun untuk praktikum selanjutnya,
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
DAFTAR PUSTAKA

Minimal 3 buah referensi (blog 1, 2 jurnal atau buku atau tulisan ilmiah lainnya), ditulis sesuai
susunan abjad A-Z

Aak. 1997. Budidaya Durian. Kanisius. Yogyakarta.


Afif, M. 2007. Pembuatan Jenang dengan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr).
Skripsi. Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Anonim. 2009. Roti. http://tinjauan pustaka roti.pdf.com. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Antara, N. S. 2011. Food Review Bakery Insight. Majalah Referensi Industri dan Teknologi
Pangan Indonesia. Media Pangan Indonesia. Bogor.
Arifin, S. 2011. Studi Pembuatan Roti Dengan Subtitusi Tepung Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca Formatypica). Skripsi. Program Studi Ilmu Dan Teknologi Pangan Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Fais. 2012. Proses Baking dalam Pembuatan Roti. http://fais.blog.html. Diakses tanggal 12
Desember 2012.
Faridah, A. Kasmita, S. P. Asmar Yulastri. Liswarti Yusuf. 2008. PATISERI JILID 2 Untuk SMK.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.
SNI 01-3751-2006. Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan. Agribisnis.deptan.go.id/zplore/
MUTU STANDAR. Diakses 20 Januari 2013.
Verheij, E. W. M dan R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PROSEA.
PT. Gramedia. Jakarta.
Wahyudi. Soesarsono Wijandi. Illah Saillah. 2003. Memproduksi Roti. Rektorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen
Yuniawati. 2012. Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka oleh Tepung Biji Durian terhadap Sifat
Fisikokimia dan Sensori Kerupuk. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak.
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA VI. LARUTAN DAN KONSENTRASI

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

G. LATAR BELAKANG
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya,
Dosen Pembimbing saya yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman kelompok yang telah
membimbing kami untuk menyelsaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Dan kami tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh karena
itu, kami mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan laporan di waktu yang akan datang. Kami berharap laporan ini dapat
menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

H. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari cara perhitungan dan membuat larutan dengan konsentrasi tertentu serta
menghitung konsentrasi larutan setelah pengenceran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar suatu larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara diantaranya :
1. Persen Berat (% b/b)
Yaitu banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Tetapi dalam praktek seringkali
yang dimaksud dengan persen berat adalah banyaknya gram zat terlarut dalam 100 mL
larutan (% b/v). Untuk larutan yang sangat encer sering digunakan istilah miligram persen
yaitu jumlah miligram zat terlarut dalam 100 mL larutan.
2. Persen Volume (% v/v)
Yaitu jumlah miliLiter zat terlarut dalam 100 mL larutan.
3. Molal (m)
Yaitu banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
4. Molar (M)
Yaitu banyaknya mol zat terlarut dalam 1 Liter larutan.
Dari definisi dapat dinyatakan :

jumlah mol zat terlarut


Molaritas 
volume laru tan dalam Liter

5. Normal (N)
Yaitu banyaknya ekuivalen zat terlarut dalam 1 Liter larutan

ekuivalen zat terlarut


Nolaritas 
volume laru tan dalam Liter

Pada titik ekuivalen suatu titrasi, selalu kita dapatkan jumlah ekuivalen (ek) zat-zat
yang bereaksi adalah sama :

Jumlah ekivalen zat 1 = Jumlah ekivalen zat 2


V 1 x N1 = V 2 x N2

Rumus ini merupakan dasar perhitungan analisis volumetri.

Perubahan Konsentrasi Pada Pengenceran


Yang dimaksud dengan pengenceran adalah penambahan pelarut murni pada suatu
larutan. Pada pengenceran, volume larutan bertambah tetapi jumlah zat yang terlarut tetap.
Dengan demikian konsentrasi larutan berkurang.

Jumlah mol zat sebelum pengenceran = Jumlah mol zat setelah pengenceran
C1 x N1 = C2 x N2

Bila dua larutan masing-masing dengan volume V1 dan V2 dengan konsentrasi C1 dan
C2 dicampur dan tidak terjadi reaksi kimia, maka konsentrasi akhir dapat dihitung dengan
rumus :

C1  V1   C2  V2 
C 
V1  V2
BAB III

METODE PRAKTIKUM

N. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM (isi sesuai dengan yang digunakan pada

saat praktikum)
O. CARA KERJA (isi sesuai dengan yang dilakukan pada saat praktikum)
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
(Ini isinya laporan sementara yang sudah di acc/bisa difotocopi atau di scan)
BAB V
PEMBAHASAN

Acara 1 : Membuat tabel seperti tugas individu, alat yang digambarkan min 30 alat dan
fungsinya (silahkan cari diinternet untuk melengkapi jumlah alat)

Acara 2 : Menjelaskan mengapa perlu mengetahui cara-cara penggunaan alat dengan prosedur
yang benar dan tidak membahayakan dalam penggunaan alat.

Acara 3 : Menjelaskan mengapa perlu mengetahui, mengidentifikasi dan mengetahui


kandungan dan symbol-simbol yang terdapat pada bahan kimia berbahaya.

Acara 4 : Menjelaskan mengapa perlu mempelajari dan melaksanakan cara mengalibrasi alat-
alat volumetri yang terdapat di laboratorium kimia dan apa kesimpulan setelah melaksanakan
praktikum

Acara 5 : Menjelaskan mengapa perlu Mempelajari sifat-sifat fisik zat berupa : warna, dan
titik didih pada spiritus dan aquadest. Bandingan pengaruh waktu terhadap suhu pada kedua
sampel tersebut.

Acara 6 : Menjelaskan mengapa perlu Mempelajari a. cara perhitungan dalam pembuatan


larutan b. membuat larutan dengan konsentrasi tertentu c. menghitung konsentrasi larutan
setelah pengenceran.

Acara 7 : Menjelaskan apa itu reaksi asam-basa, factor apa saja yang mempengaruhi, dan apa
fungsi dari masing-masing bahan kimia yang digunakan

PEMBAHASAN TIDAK DICAMPUR-CAMPUR, SESUAI ACARA


PRAKTIKUM
BAB VI
PENUTUP

K. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
L. Saran
Jangan mengomentari keadaan lab, alat dan lainnya yg berhubungan dgn prasarana kampus
karena tidak akan membangun untuk praktikum selanjutnya,
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
DAFTAR PUSTAKA

Minimal 3 buah referensi (blog 1, 2 jurnal atau buku atau tulisan ilmiah lainnya), ditulis sesuai
susunan abjad A-Z

Aak. 1997. Budidaya Durian. Kanisius. Yogyakarta.


Afif, M. 2007. Pembuatan Jenang dengan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr).
Skripsi. Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Anonim. 2009. Roti. http://tinjauan pustaka roti.pdf.com. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Antara, N. S. 2011. Food Review Bakery Insight. Majalah Referensi Industri dan Teknologi
Pangan Indonesia. Media Pangan Indonesia. Bogor.
Arifin, S. 2011. Studi Pembuatan Roti Dengan Subtitusi Tepung Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca Formatypica). Skripsi. Program Studi Ilmu Dan Teknologi Pangan Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Fais. 2012. Proses Baking dalam Pembuatan Roti. http://fais.blog.html. Diakses tanggal 12
Desember 2012.
Faridah, A. Kasmita, S. P. Asmar Yulastri. Liswarti Yusuf. 2008. PATISERI JILID 2 Untuk SMK.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.
SNI 01-3751-2006. Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan. Agribisnis.deptan.go.id/zplore/
MUTU STANDAR. Diakses 20 Januari 2013.
Verheij, E. W. M dan R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PROSEA.
PT. Gramedia. Jakarta.
Wahyudi. Soesarsono Wijandi. Illah Saillah. 2003. Memproduksi Roti. Rektorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen
Yuniawati. 2012. Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka oleh Tepung Biji Durian terhadap Sifat
Fisikokimia dan Sensori Kerupuk. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak.
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA VII. TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI


(REAKSI ASAM-BASA)

Oleh

Nama : Sri Puji Lestari


NIM : C1061191110
Kelompok : 10
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah Puji Syukur kehadiarat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan nikamt-nya sehingga laporan pratikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
Laporan pratikum kimia anorganik ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
anorganik. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya,
Dosen Pembimbing saya yaitu kak Anggarwati, S.P dan teman kelompok yang telah
membimbing kami untuk menyelsaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Dan kami tetap berusaha agar laporan ini bermanfaat. Oleh karena
itu, kami mengharapkan masukan,kritik, dan saran senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan laporan di waktu yang akan datang. Kami berharap laporan ini dapat
menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

J. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan
kadarnya menggunakan prinsip reaksi asam-basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara
donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
+ -
H + OH H2O

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa


yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan
kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator.
Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam
(Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk
warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
+
konsentrasi H tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan
selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen
karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekevil-
kecilnya.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

Q. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM (isi sesuai dengan yang digunakan pada

saat praktikum)
R. CARA KERJA (isi sesuai dengan yang dilakukan pada saat praktikum)
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
(Ini isinya laporan sementara yang sudah di acc/bisa difotocopi atau di scan)
BAB V
PEMBAHASAN

Acara 1 : Membuat tabel seperti tugas individu, alat yang digambarkan min 30 alat dan
fungsinya (silahkan cari diinternet untuk melengkapi jumlah alat)

Acara 2 : Menjelaskan mengapa perlu mengetahui cara-cara penggunaan alat dengan prosedur
yang benar dan tidak membahayakan dalam penggunaan alat.

Acara 3 : Menjelaskan mengapa perlu mengetahui, mengidentifikasi dan mengetahui


kandungan dan symbol-simbol yang terdapat pada bahan kimia berbahaya.

Acara 4 : Menjelaskan mengapa perlu mempelajari dan melaksanakan cara mengalibrasi alat-
alat volumetri yang terdapat di laboratorium kimia dan apa kesimpulan setelah melaksanakan
praktikum

Acara 5 : Menjelaskan mengapa perlu Mempelajari sifat-sifat fisik zat berupa : warna, dan
titik didih pada spiritus dan aquadest. Bandingan pengaruh waktu terhadap suhu pada kedua
sampel tersebut.

Acara 6 : Menjelaskan mengapa perlu Mempelajari a. cara perhitungan dalam pembuatan


larutan b. membuat larutan dengan konsentrasi tertentu c. menghitung konsentrasi larutan
setelah pengenceran.

Acara 7 : Menjelaskan apa itu reaksi asam-basa, factor apa saja yang mempengaruhi, dan apa
fungsi dari masing-masing bahan kimia yang digunakan

PEMBAHASAN TIDAK DICAMPUR-CAMPUR, SESUAI ACARA


PRAKTIKUM
BAB VI
PENUTUP

M. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
N. Saran
Jangan mengomentari keadaan lab, alat dan lainnya yg berhubungan dgn prasarana kampus
karena tidak akan membangun untuk praktikum selanjutnya,
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………
DAFTAR PUSTAKA

Minimal 3 buah referensi (blog 1, 2 jurnal atau buku atau tulisan ilmiah lainnya), ditulis sesuai
susunan abjad A-Z

Aak. 1997. Budidaya Durian. Kanisius. Yogyakarta.


Afif, M. 2007. Pembuatan Jenang dengan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr).
Skripsi. Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Anonim. 2009. Roti. http://tinjauan pustaka roti.pdf.com. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Antara, N. S. 2011. Food Review Bakery Insight. Majalah Referensi Industri dan Teknologi
Pangan Indonesia. Media Pangan Indonesia. Bogor.
Arifin, S. 2011. Studi Pembuatan Roti Dengan Subtitusi Tepung Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca Formatypica). Skripsi. Program Studi Ilmu Dan Teknologi Pangan Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Fais. 2012. Proses Baking dalam Pembuatan Roti. http://fais.blog.html. Diakses tanggal 12
Desember 2012.
Faridah, A. Kasmita, S. P. Asmar Yulastri. Liswarti Yusuf. 2008. PATISERI JILID 2 Untuk SMK.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.
SNI 01-3751-2006. Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan. Agribisnis.deptan.go.id/zplore/
MUTU STANDAR. Diakses 20 Januari 2013.
Verheij, E. W. M dan R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PROSEA.
PT. Gramedia. Jakarta.
Wahyudi. Soesarsono Wijandi. Illah Saillah. 2003. Memproduksi Roti. Rektorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen
Yuniawati. 2012. Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka oleh Tepung Biji Durian terhadap Sifat
Fisikokimia dan Sensori Kerupuk. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak.
LAMPIRAN

Dokumentasi praktikum

Anda mungkin juga menyukai