Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah umum Ilmu Alamiah Dasar. Penulis memilih judul
Sistem Pondasi Cakar Ayam yang ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedyatmo. Beliau adalah sosok pioneer, pencipta
(inventor), dan inovatif. Apa yang telah dilakukan oleh Sedyatmo dengan sejumlah penemuannya, setidaknya
dapat memotivasi dan menginspirasi masyarakat Indonesia.
Prof. Dr. Ir. Sedyatmo adalah ahli konstruksi Indonesia yang menyandang nama besar, bahkan bisa dikatakan
salah satu yang terbesar. Sejak tahun 1930-an, Sedyatmo yang lulus sebagai insinyur teknik sipil, telah
meretas jalan sebagai ahli konstruksi terkemuka dengan melahirkan berbagai karya besar. Tahun 1961,
Sedyatmo menghasilkan karya besar fenomenal berupa Sistem Pondasi Cakar Ayam, yang kemudian
mendapat hak paten dari 10 negara besar di dunia. Keunggulan sistem pondasi cakar ayam telah mendapat
pengakuan internasional di banyak negara, diantaranya di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
Sebagai ahli konstruksi, Sedyatmo adalah sosok yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan bangsanya.
Tidak mudah sebuah temuan dapat diakui oleh dunia internasional. Jika dunia internasional mengakui temuan
tersebut dan menerapkannya berarti temuan tersebut memang sungguh baik dan teruji kulitas dan
originalitasnya.
Sebagai ahli konstruksi, Sedyatmo populer dengan temuan yang dapat diterapkan dalam kondisi alam yang
sulit, sistem pengerjaan yang sederhana, cepat, padat karya, dan murah. Berbeda dengan ahli konstruksi pada
umumnya, dalam melahirkan karya, Sedyatmo lebih menerapkan intuisi dan pengamatannya pada alam
sekitar. Sedyatmo kadang melanggar kaidah–kaidah perhitungan baku yang biasa dilakukan secara
konvensional. Namun meski kontroversial, konstruksi karyanya berhasil lolos uji coba dan diterapkan dalam
pembangunan di luar negeri.
Tahun 1978, sistem pondasi cakar ayam diterapkan kali pertama dalam pembuatan apron pelabuhan laut
Juanda, Surabaya dan landasan Bandar udara Polonia, Medan. Karena kemampuannya menahan beban pada
kawasan pantai dan rawa-rawa, konstruksi cakar ayam digunakan pada landasan pacu, taxy way, dan apron di
Bandar udara Soekarno-Hatta, Jakarta. Hingga saat ini, penemuan Sedyatmo itu banyak diterapkan di
sejumlah bendungan, jembatan, gedung bertingkat, jalan tol, dan menara.
Meski menghadapi banyak tantangan, Sedyatmo melahirkan karya-karya konstruksi yang mengagumkan.
Selain sistem pondasi cakar ayam, Sedyatmo menemukan sistem konstruksi jembatan air Kali Wiroko,
Wonogiri; pipa pesat untuk pembangkit listrik tenaga air Bendungan Ngebel, Madiun, dan Bendungan
Karangkates, Jawa Timur; pompa air hidrolik di Bendungan Jatiluhur; dan yang belum menjadi kenyataan:
Jembatan bahari Ontoseno.

1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
Untuk melengkapi tugas mata kuliah umum Ilmu Alamiah Dasar.
Untuk memberikan informasi kepada penyusun khususnya dan para pembaca umumnya tentang Sistem
Pondasi Cakar Ayam yang mendapat pengakuan internasional.
Untuk memotivasi dan menginspirasi civitas akademika khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya
dalam penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Prof. Dr. Ir. Sedyatmo


R.M. Sedyatmo lahir pada tanggal 24 Oktober 1909 di Desa Karangpandan, di lereng Gunung Lawu, Karanganyar,
Jawa Tengah, merupakan anak ketiga dari ayah Raden Mas Panji Hatmo Hudoyo yang tak lain adalah cucu
Mangkunegoro III di Surakarta dan ibu bernama Sarsani. Sejak kecil Sedyatmo senang melakukan sesuatu yang
belum pernah dilakukan orang lain, sifat seperti ini tidak dimiliki oleh sembarang orang. Sifat demikian hanyalah
dimiliki orang-orang besar di bidang ilmu pengetahuan. Beliau adalah seorang insinyur Indonesia. Sedyatmo yang
sering dijuluki "Si Kancil" karena terkenal banyak akalnya menempuh pendidikan di Technische Hogeschool (THS)
Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung). Selesai dari THS pada tahun 1934, Sedyatmo bekerja sebagai
insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah. Sedyatmo menekankan pada dua kekuatan spiritual yang
ada pada diri setiap orang, yaitu imajinasi dan intelektual. Keduanya merupakan kekuatan rasional yang mutlak
diperlukan oleh seorang pencipta. Kalau imajinasi atau fantasi adalah kekuatan yang menentukan tujuan dan
arahnya, maka intelektual adalah kekuatan yang membikin jalan ke arah tujuannya.“Tetapi membuka pintu
gerbang dari tujuannya sendiri adalah di luar kemampuan otak manusia, dan yang timbul dari pusat hati
sanubarinya, bukan otaknya. Tegasnya, kekuatan spiritual baik yang transcendent maupun immanent. Kekuatan
yang irasional adalah ilham atau intuisi. Hanya kedua unsur itulah yang mutlak diperlukan oleh pencipta untuk
mencapai tujuannya, yaitu rasional dan irasional. Ini bukan teori atau hasil studi, melainkan hasil pengalaman
Sedyatmo sendiri sebagai seorang pencipta,“ kata Sedyatmo , pada acara penganugerahan gelar doctor honoris
causa dari ITB pada tahun 1974. Betapa pentingnya intuisi bagi suatu penemuan baru. Hal itu bisa dijelaskan
dengan sebuah pengalaman Sedyatmo. Betapa pentingnya ketiga kekuatan spiritual (batin), yakni imajinasi,
intelektual, dan intuisi. Akan tetapi, ketiga kekuatan itu belum dapat menjamin bagi tercapainya tujuan yang dicita-
citakan tanpa adanya kekuatan batin lainnya yang selalu mendorong-dorong hati sanubari pencipta, melintasi
segala rintangan, hambatan, bahkan ejekan dan cemoohan, sampai mencapai keinginannya, yaitu realisasi dari
yang dimpi-impikannya. Kekuatan batin tersebut adalah inspirasi yang juga bersifat irasional. Sedyatmo bukanlah
ilmuwan yang haus akan penghargaan. Sikap rendah hati dan dedikasinya yang tinggi terhadap bangsa menjadi
spirit bagi ciptaannya. Dalam menciptakan karyanya, Sedyatmo memang mengambil referensi dari alam sekitarnya
karena alam sekeliling adalah manifestasi dari kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan uniknya, Sedyatmo selalu
menekankan pentingnya intuisi dan pengamatan terhadap alam semesta. Karya sistem pondasi cakar ayamnya
merupakan bukti bagaimana ciptaannya terilhami oleh akar pohon kelapa. Beberapa karya Sedyatmo lainnya yang
terkenal adalah pompa hidrolis, bendungan Jatiluhur, dan bahkan jembatan Suramadu dibangun berdasarkan
konsep awal Sedyatmo. Tak heran, kontribusinya yang luar biasa bagi pengetahuan teknik, menobatkan Sedyatmo
meraih sejumlah penghargaan internasional. Nama Sedyatmo kemudian diabadikan sebagai nama jalan bebas
hambatan dari Jakarta menuju Bandar udara Soekarno-Hatta. Sedyatmo meninggal dunia di usia 75 tahun pada
tahun 1984 dan dimakamkan di Karanganyar. Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra Kelas I
kepada Sedyatmo atas jasa-jasanya.

2.2 Sejarah Sistem Pondasi Cakar Ayam


Pada tahun 1961 ketika Prof. Dr. Ir. Sedyatmo menjadi pejabat PLN harus mendirikan 7 menara listrik tegangan
tinggi di daerah rawa-rawa Ancol, Jakarta. Dengan susah payah, 2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi
konvensional, sedangkan sisa 5 menara lagi masih terbengkalai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat
tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga
Asian Games 1962. Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar
diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka Sedyatmo berpikir keras untuk mencari metode atau sistem baru yang
lebih efektif untuk membangun menara di atas tanah lembek dengan lebih cepat. Inspirasi muncul secara tidak
sengaja. Inspirasi datang bersama angin dan debur ombak. Saat itu, suatu hari, Sedyatmo sedang berwisata
bersama keluarga di Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Secara tidak sengaja, pandangannya tertuju ke batang pohon
kelapa yang meliuk dan melambai tertiup angin. Muncul pertanyaan di benak Sedyatmo ini. “Mengapa nyiur bisa
berdiri kokoh di tanah lunak meski tertiup angin dan deburan ombak?” Padahal, pohonnya yang menj hanya
ditopang akar serabut yang tidak terlalu dalam. Maka lahirlah ide Sedyatmo berupa pondasi “berserabut” pipa
beton yang menyangga konstruksi menara listrik tegangan tinggi di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang
didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan
mencengkeram tanah lembek dengan kuat sehingga dapat menjadi pondasi dasar menara yang kokoh. Oleh
Sedyatmo, hasil temuannya itu diberi nama Sistem Pondasi Cakar Ayam. Menara-menara tersebut dapat
diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi kawasan
industri. Untuk daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung,
tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase
dan sambungan kembang susut. Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang diciptakan oleh Sedyatmo
ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hanggar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta
dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandar udara Soekarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-
Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda, jalan tol Palembang-Indralaya, dan
ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota. Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak
Negara, yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, India, RRC, Jepang, Korea Selatan,
Meksiko, Arab Saudi, Bahrain, Srilanka, Brazil, Qatar, Uni Soviet, Burma, Mesir, Afrika Selatan, Portugal, Spanyol,
Argentina, Cile, Australia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, Maroko, Jerman Barat, Jerman Timur, Inggris, Prancis,
Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman, Belanda dan Denmark.

2.3 Struktur Sistem Pondasi Cakar Ayam


Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung oleh buis-buis beton bertulang
yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton
berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang berkisar
150-250 cm. Buis-buis beton ini gunanya untuk pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis
beton dan tanah yang terkurung di dalam pondasi bekerja sama, sehingga menciptakan suatu sistem komposit
yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan pondasi rakit ralft foundation.
Sistem pondasi cakar ayam sangat sederhana, hingga cocok sekali diterapkan di daerah dimana peralatan modern
dan tenaga ahli sukar didapat.

Gambar 1: Pondasi Cakar Ayam

Mekanisme sistem pondasi cakar alam dalam memikul beban dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut: Bila di
atas pelat bekerja beban titik, maka beban tersebut membuat pelat melendut. Lendutan ini menyebabkan buis-
buis cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan pada model menunjukkan rotasi cakar terbesar adalah pada cakar
yang terletak di dekat beban. Rotasi cakar memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar-ayam dan
merupakan momen yang melawan lendutan pelat. Dengan demikian, cara mengurangi lendutan pelat, semakin
besar momen lawan cakar untuk melawan lendutan maka semakin besar reduksi lendutan. Momen lawan cakar
dipengaruhi oleh dimensi cakar dan kondisi kepadatan (kuat geser) tanah disekitar cakar, yaitu semakin panjang
(dan juga lebar) cakar, maka semakin besar momen lawan terhadap lendutan pelat yang dapat diperoleh.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1. Sejarah konstruksi bangunan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari nama besar Prof. Dr. Ir.
Sedyatmo. Sedyatmo adalah insinyur pertama Indonesia yang meraih hak paten atas ciptaannya. Karya
fenomenalnya Sistem Pondasi Cakar Ayam, menerima hak paten dari 10 negara. Kontribusinya yang luar
biasa bagi pengetahuan teknik, menobatkan Sedyatmo meraih sejumlah penghargaan internasional.

3.1.2. Prof. Dr. Ir. Sedyatmo bukanlah ilmuwan yang haus akan penghargaan. Sikap rendah hati dan
dedikasinya yang tinggi terhadap bangsa menjadi spirit bagi ciptaannya. Sedyatmo selalu menekankan
pentingnya intuisi dan pengamatan terhadap alam semesta. Karya sistem pondasi cakar ayamnya
merupakan bukti bagaimana ciptaannya terilhami oleh pohon kelapa yang bisa berdiri kokoh di tanah
lunak meski tertiup angin dan deburan ombak dengan hanya ditopang akar serabut yang tak terlalu
dalam, sehingga lahirlah ide pondasi “berserabut” pipa beton.

3.1.3. Prof. Dr. Ir. Sedyatmo adalah seorang perintis dan pemikir Indonesia di bidang teknik yang berhasil
memadukan perhitungan dengan pemikiran yang praktis.
TUGAS
PERALATAN DAN METODE KONSTRUKSI
PONDASI CAKAR AYAM

DISUSUN OLEH:
YULIAN.M.FAHREL.A.P
03111840000088
TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019

Anda mungkin juga menyukai