ABSTRAK
PENDAHULUAN
1
Telur asin merupakan telur yang diawetkan dengan cara penggaraman.
Fungsi utama garam pada telur asin adalah sebagai pengawet. Semakin tinggi
kadar garam pada telur asin maka akan semakin lama daya simpannya tetapi
penambahan garam yang berlebihan akan menyebabkan denaturasi protein karena
adanya perubahan atau modifikasi pada struktur sekunder dan tersiernya
(Winarno, 2002). Salah satu keuntungan pada pembuatan telur asin ini adalah
dapat memperpanjang masa simpan, menghilangkan bau amis pada telur,
memberikan cita rasa yang khas, meningkatkan selera konsumen serta mencegah
masuknya mikroba kedalam telur. Telur yang biasa digunakan untuk membuat
telur asin adalah telur itik karena mempunyai kerabang yang cukup tebal dan pori-
pori yang lebih besar. Saat ini telur asin yang beredar di pasaran masih dengan
rasa original, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi dalam telur asin, salah
satunya dengan penambahan jahe.
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah/herbal yang cukup
banyak dan mudah diperoleh dimasyarakat. Kelebihan jahe sebagai tanaman
herbal menurut Kikuzaki dan Nakatani (1993) merupakan tanaman yang banyak
digunakan sebagai pengawet, karena jahe memiliki aktifitas sebagai antioksidan
maupun antimikrobial, seperti senyawa zingerone, shogaol, gingerol, gingerdiol,
diarylheptanoid dan kurkumin. Disamping itu jahe mempunyai kandungan
minyak atsiri yang mampu memberi aroma khas.
Prinsip pengawetan telur dengan penyamak nabati pada dasarnya adalah
terjadi reaksi penyamakan pada bagian luar kulit telur oleh zat penyamak (tannin).
Akibatnya kulit telur menjadi impermeable ( tidak dapat tembus ) terhadap air dan
gas, sehingga keluarnya air dan gas dari dalam telur dapat dicegah sekecil
mungkin (Winarno dan Koswara 2002). Tanin merupakan polifenol yang larut
dalam air yang biasanya ditemukan di herba yang lebih tinggi dan tanaman seperti
pada pohon bakau, pinus, teh, gambir, dan lain-lain. Bagian tumbuhan yang
banyak mengandung tannin adalah kulit kayu, daun, akar, dan buahnya (Akiyama,
et al,. 2001). Penyamakan dengan ekstrak daun teh dapat memperkecil kehilangan
berat dan dapat diharapkan dapat memperpanjang masa simpan dan
mempertahakan rasa yang tidak berubah. Hal ini dimungkinkan karena ekstrak
daun teh merupakan larutan yang mengandung tanin, sedangkan larutan tanin dari
bahan nabati dapat menyamak kulit telur sehingga dapat mengurangi penguapan
air pada telur (Fardiaz, 1992 ; Makfoeld, 1992). Penyamakan dengan ekstrak daun
teh lebih efektif jika dilakukan setelah pengasinan, sebab proses pengasinan tidak
akan terhambat dan kulit telur akan menjadi lebih impermiabel setelah
perendaman.
Oleh karena itu pada pembuatan telur asin yang ditambahkan jahe dengan
kombinasi penyamakan nabati diharapkan dapat meningkatkan kualitas
organoleptik telur tanpa mengurangi cita rasa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan
Universitas Jambi yang dimulai pada tanggal 06 september sampai dengan 08
Oktober 2016.
2
Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini telur itik, garam, jahe merah,
dan bubuk teh. Telur itik sejumlah 192 butir yang tersedia, diperoleh dari
peternakan rakyat di Kabupaten Kerinci yang berumur kurang dari 5 hari.
Peralatan yang digunakan ember plastik, sterofoam, panci pengukus,
pengaduk, blender, kompor, alat tulis, dan kertas kuisioner.
METODE
Seleksi Telur
Telur itik dipilih dari telur yang segar (umur telur kurang dari 5 hari)
dengan bentuk normal (oval) dan warna relatif sama (hijau kebiruan). Selanjutnya
telur dicuci hingga bersih sambil diamati kondisi kerabang (tidak retak). Telur
yang telah bersih dan kerabang utuh selanjutnya dilakukan candling, yaitu
pengamatan bagian dalam telur/internal untuk melihat kondisi dan keadaan
internal.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan 30 panelis sebagai ulangan
kelompok. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah :
P0 : Pengasinan dengan konsentrasi jahe 0 %
P10 : Pengasinan dengan konsentrasi jahe 10 %
P20 : Pengasinan dengan konsentrasi jahe 20 %
P30 : Pengasinan dengan konsentrasi jahe 30 %
3
Uji Kesukaan
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau kelayakan
suatu produk agar dapat diterima oleh penelis (konsumen). Metode pengujian
yang dilakukan adalah metode hedonik (uji kesukaan) meliputi: warna, tekstur,
bau, rasa dan kekenyalan dari produk yang dihasilkan. Dalam metode hedonik ini
penelis diminta memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaan. Penentuan
nilai hedonik disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Nilai skala hedonik
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Suka 7
Suka 6
Agak Suka 5
Biasa 4
Agak Tidak Suka 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak Suka 1
Sumber : Soekarto (1985)
Prosedur Kerja
4
Pengujian Sampel (Soekarto, 1985)
Pengujian sampel dilakukan dengan cara mencicipi satu per satu sampel
yang telah disediakan. Tiap pindah ke sampel berikutnya harus didahului kumur
dengan air putih untuk menetralkan alat indra dalam rongga mulut. Pengujian
sampel dilakukan dengan menguji satu per satu sampel meliputi warna, tekstur,
bau, rasa dan kekenyalan.
Pengujian sampel yang dilakukan adalah sampel dari 4 perlakuan
diletakkan di atas piring sebanyak 4 sampel yang telah diberi kode dengan ukuran
yang seragam yang telah disajikan di atas meja, kemudian dilakukan pengujian
dari 4 sampel perlakuan. Pengujian ini dilakukan oleh 30 orang panelis dari
mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Jambi tidak terlatih yang terdiri dari
15 panelis pria dan 15 panelis wanita. Penilaian dari pengujian sampel ini
dilakukan dengan cara uji kesukaan tabel yang telah disedikan di atas meja uji
Analisi Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap perlakuan terhadap
peubah yang diamati dilakukan uji sidik ragam , apabila berpengaruh nyata
dilakukan uji lanjut dengan uji jarak Duncan (Stell dan Torrie, 1995). Dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj + εij
Dimana:
Yij = Pengaruh perlakuan ke - i dan kelompok ke-j
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Galat perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
i = 1,2,3,4
j = 1,2,3,….30
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan kesukaan antara laki-laki dan perempuan
terhadap peubah yang diamtai dilakukan kuji chi kuadrat (Siegel, 1992).
χ2 = Σ ( Oi – Ei )2
Ei
Keterangan : χ2 = Chi Kuadrat
Σ = Jumlah panelis
Oi = Nilai harapan
Ei = Nilai kenyataan
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan
Peubah
P0 P1 P2 P3 Rataan Ket
Warna 5.23 4.83 4.53 5.03 4.90 P > 0,05
Tekstur 4.53 4.73 4.70 4.63 4.65 P > 0,05
Aroma 4.30 4.33 4.26 4.13 4.25 P > 0,05
Rasa 4.23 4.80 4.80 4.50 4.58 P > 0,05
Kekenyalan 4.50 4.50 4.50 4.76 4.56 P > 0,05
Keterangan : Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kesukaan
warna, tekstur, bau, rasa dan kekenyalan telur asin (P>0,05)
Tabel 3. Nilai rataan kesukaan terhadap warna, tekstur, aroma, rasa, dan
Kekenyalan yolk (kuning telur) telur asin.
Perlakuan
Peubah
P0 P1 P2 P3 Rataan Ket
Warna 3.93 4.16 4.13 4.40 4.15 P > 0,05
Tekstur 3.96 4.36 3.86 4.00 4.05 P > 0,05
Aroma 4.03 4.53 4.43 4.03 4.25 P > 0,05
Rasa 4.46 4.93 4.53 4.83 4.69 P > 0,05
Kekenyalan 4.33 4.73 4.53 4.60 4.55 P > 0,05
Keterangan : Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kesukaan
warna, tekstur, bau, rasa, dan kekenyalan telur asin (P>0,05)
6
mula-mula ditentukan penerimaan atau penolakan terhadap suatu produk. Di
tambahkan oleh U.S Wheat Associates (1983), warna sangat penting seperti
halnya rasa. Mata terpikat oleh hasil produksi karena menarik, warna yang cocok
diperlukan sebagai kelengkapan rasa yang dibubuhkan ke dalam hasil produk.
7
Rasa merupakan salah satu factor penting dalam produk pangan. Rasa
telur asin umumnya terasa asin, sesuai dengan tingkat pemberian garam dalam
pembuatan telur asin. Adanya penambahan ekstrak jahe dalam pembuatan telur
asin dapat memberikan inovasi rasa pada telur asin. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa pemberian jahe dalam pembuatan telur asin, memberikan
pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tingkat kesukaan rasa telur asin (Tabel 3
dan 4). Hal ini disebabkan pemberian jahe sampai 30%, tidak memberikan
perubahan rasa jahe pada telur asin tersebut. Skor rasa putih telur dan kuning telur
yang didapat dalam penelitian ini adalah 4,58 dan 4.69 artinya panelis
memberikan respon agak suka terhadap rasa putih dan kuning telur asin. Menurut
Winarno (2002) menyatakan bahwa citarasa bahan pangan dapat dipengaruhi oleh
tekstur, rasa merupakan factor penting dalam keputusan akhir konsumen untuk
menerima atau menolak suatu makanan walaupun warna, aroma, dan tekstur baik.
Namun jika rasanya tidak enak konsumen akan menolak makanan itu.
8
Tabel 5. Nilai rataan tingkat kesuksaan antara laki-laki dan perempuan
terhadap warna, tekstur, aroma, rasa dan kekenyalan yolk
(kuning telur) telur asin.
Jenis Kelamin
Peubah Ket
Laki-laki Perempuan
Warna 4.08 4.23 P > 0,05
Tekstur 4.20 3.90 P > 0,05
Aroma 4.61 3.90 P > 0,05
Rasa 4.58 4.80 P > 0,05
Kekenyalan 4.53 4.56 P > 0,05
Keterangan : Laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan terhadap kesukaan
warna, tekstur, aroma, rasa dan kekenyalan telur asin (P > 0,05).
1= (sangat tidak suka) 2= (tidak suka) 3= (Agak Tidak Suka)
4 = (Biasa) 5= (Agak Suka) 6= (Suka) 7= (Sangat Suka).
Warna
Berdasarkan uji Chi-Kuadrat (Tabel 4 dan 5) nilai rataan tingkat kesukaan
terhadap warna telur asin diperoleh hasil tidak ada perbedaan tingkat kesukaan
antara laki-laki dan perempuan (P>0.05) terhadap putih telur dan kuning telur. Hal
ini dikarenakan warna dari telur asin yang ditambahan dengan ekstak jahe sampai
taraf 30% tidak memberikan warna yang berbeda sehingga panelis memberikan
nilai yang relative sama terhadap warna putih dan kuning telur. Menurut Jhon,
(2003), bahwa warna memiliki peranan penting dalam menentukan tingkat
kesukaan terhadap suatu jenis makanan disamping bentuk dan ukuran. Warna
paling cepat membuat kesan, tapi paling sulit diberi deskripsi dan cara
pengukuranya. Oleh karena itu penilaian subjektif dengan penglihatan masih
sangat menetukan dalam penelitian makanan.
Tekstur
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Stepherd dan
Spark, 1994). Berdasarkan uji Chi-khuadrat (Tabel 4 dan 5) nilai rataan tingkat
kesukaan antara laki-laki dan perempuan terhadap tekstur telur asin diperoleh
hasil tidak ada perbedaan tingkat kesukaan antara laki-laki dan perempuan
(P>0.05) terhadap putih telur dan kuning telur. Hal ini sesuai dengan hasil
9
penelitian dimana berdasarkan perhitungan jumlah responden laki-laki dan
perempuan yang menyukai telur asin cenderung tidak berbeda.
Bau
Berdasarkan (Tabel 4 dan 5) nilai rataan tingkat kesukaan antara laki-laki
dan perempuan terhadap bau telur asin diperoleh hasil tidak ada perbedaan tingkat
kesukaan (P>0.05) terhadap putih telur dan kuning telur. Hal ini diakibatkan tidak
adanya aroma yang khas dari telur asin yang ditambahkan dengan ekstak jahe,
sehingga panelis tidak memberikan respon yang berbeda terhadap bau/aroma telur
asin yang ditambahkan dengan ekstrak jahe dengan telur asin kontrol (tanpa
penambahan jahe). Menurut Susanti (2003), rasa dan aroma sangat penting bagi
suatu bahan olahan/produk peternakan. Rasa dan aroma tersebut sangat ditentukan
oleh pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut.
Rasa
Berdasarkan (Tabel 4 dan 5) nilai rataan tingkat kesukaan laki-laki dan
perempuan terhadap rasa telur asin diperoleh hasil tidak ada perbedaan tingkat
kesukaan (P>0.05) terhadap putih telur dan kuning telur. Hal ini dikarenakan rasa
pada telur asin yang ditambah dengan ekstak jahe tidak memberikan rasa yang
berbeda dengan telur asin kontrol (tanpa jahe). Sehingga panelis antara laki-laki
dan perempuan memberikan respon yang sama terhadap telur asin. Winarno
(2002), menyatakan bahwa citarasa bahan pangan dapat dipengaruhi oleh tekstur,
rasa merupakan faktor yang paling penting dalam keputusan akhir konsumen
untuk menerima atau menolak suatu makanan walaupun warna, aroma, dan
tekstur baik. Namun, jika rasanya tidak enak konsumen akan menolak makanan
itu.
Kekenyalan
Berdasarkan (Tabel 4 dan 5) nilai rataan tingkat kesukaan antara laki-laki
dan perempuan terhadap kekenyalan telur asin diperoleh hasil tidak ada perbedaan
tingkat kesukaan (P>0.05) terhadap putih telur dan kuning telur. Hal ini diduga
karena pada penambahan ekstrak jahe pada telur asin kekenyalan pada telur asin
relatif sama atau tidak berbeda.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa, pemberian jahe
sampai taraf level 30% memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kesukaan
warna, tekstur, bau, rasa, dan kekenyalan telur asin itik samak dan tidak terdapat
perbedaan tingkat kesukaan antara panelis laki-laki dan penelis perempuan
terhadap warna, tekstur, bau, rasa, dan kekenyalan telur asin samak.
10
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama. H., Kazuyasu, Osamu. Y., Takhasi. O., and Keiji. I. 2001. Antibacterial
action of several tannins against staphylococcus aureus. Journal of
antimcrobial Chemotheraphy (2001) 48: 487-491.
Astawan, M. 2009. Telur Asin Aman dan Penuh Gizi. UI Press. Jakarta.
Koswara, S. 1985. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.
Malau, A.S. 2013. Pengaruh pemberian ekstrak jahe dalam pembuatan telur asin
cara basah terhadap tingkat kesukaan, Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU
Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Muchtadi, T.R. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. PAU Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor - Bogor.
Sarwono. 2005. Pengaruh lama perendaman telur asin terhadap sifat fisik dan
organoleptik telur. Poltekes Yogyakarta Press. Yogyakarta.
Setyaningsih, 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press.
Bogor.
11
Sirait, C.H. 1986. Telur dan Pengolahannya.Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Bogor, Bogor.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada Universitas Press.
Yogyakarta.
Stadelman, W.J. and O.J. Cotteril, 1977. Egg Science and Technology, Second
Edition. AVI Publishing Company Inc. Westport.Connecticut.
Steel.R.G.D., dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu
Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Diterjemahkan B. Sumantri.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green dan S.R.J. Robbins. 1981. Spices. Vol
2. Longman London.
Zulaekah, dan Endang . 2005. Pengaruh konsentrasi ekstrak daun teh terhadap
total bakteri telur asin rebus. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu
Kedokteran.Universitas Surakarta. Surakarta.
Zulfikar. 2008. Sifat fisik dan organoleptik telur ayam ras hasil perendamandalam
campuran larutan garam dengan ekstrak jahe yang berbeda. Skripsi
Fakultas sPeternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
12