Makalah Alga Dan Kerang Hijau
Makalah Alga Dan Kerang Hijau
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah kami yang berjudul “Identifikasi Logam Berat dalam Limbah Menggunakan Metode
Potensiometri dan Kerang Hijau dari Teluk Jakarta, Berbahayakah?” ini dapat tersusun
hingga selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bimbingan Eny Kusrini,Ph.D. sebagai dosen pembimbing makalah Kimia Analitik.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang………………………………………………………………………..4
Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………...4
BAB II ISI
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………………..40
Daftar Pustaka………………………………………………………………………......41
Lampiran………………………………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran sungai dari limbah cair industri
tekstil, dibutuhkan metode pengolahan limbah yang efektif dan efisien serta cocok
diaplikasikan di industri-industri tekstil Indonesia. Dengan menggunakan metode
elektrolisis, limbah diolah dengan didegradasi sehingga tidak berbahaya bagi
lingkungan dengan bantuan identifikasi air tercemar melalui metode potensiometri.
Dalam ilmu kimia dikenal beberapa metode untuk mengetahui kandungan
suatu sampe tertentu yaitu dengan elektrokimia dan potensiometri. Elektrokimia
adalah reaksi redoks yang bersangkut paut dengan listrik. Reaksi elektrokimia dibagi
menjadi dua macam yaitu sel galvani/sel volta contohnya baterai dan sel elektrolisis
yang membentuk reaksi redoks oleh listrik contohnya pemurnian logam dan pelapisan
logam. Sedangkan potensiometri adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran
beda potensial sel dari suatu sel elektrokimia. Metode potensiometri digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu ion (ion selective electrode) dengan menggunakan
reaksi reduksi-oksidasi sebagai prinsip dasar, menentukan pH suatu larutan, dan
menentukan titik akhir titrasi.
Diharapkan dengan metode-metode ini dapat mengidentifikasi kandungan-
kandungan yang berbahaya dari limbah cair dan dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan yang terjadi agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mempelajari dan memahami permasalahan yang terjadi di lingkungan
sekitar.
2. Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan dengan metode instrumentasi.
3. Untuk mempelajari dan memahami metode-metode analisis kimia seperti
potensiometri dan elektrokimia.
4. Untuk menerapkan metode analisis yang tepat dan sesuai dalam mengidentifikasi
suatu sampel yang ada
BAB II
ISI
TOPIK 1: Alga dan Potensiometri
Kemampuan alga dalam menyerap logam
Alga memiliki sistem yang dapat membuatnya bertahan dalam air berpolutan
(1) biosorption,
(4) Exclusion by efflux transport on basis of thorough analysis of reported literature and
justified each category with appropriate examples and reports for easy analysis and
explanation
Biosorbsi Alga
Volesky (1990) mendefinisikan biosorbsi sebagai potensi dari material biologis (alga, bakteri,
fungi) untuk menyerap toxic metal kedalam microbial cell structure, dibantu metabolism
ataupun physicocmemical means.
Biosorbsi digeneralisasi menjadi 2 proses, dimana ion metal diserap permukaan sel diikuti
masuknya ion ke dalam sel.
Interaksi Ion metal dengan permukaan microbial disebabkan oleh electrostatic, Van der Walls
dan ikatan kovalen
Permukaan sel microbial bermuatan negative dikarenakan adanya polisakarida, protein, dan
pheniolicacid. Gugus tadi kaya akan hidroksil, karbonil, amine, dan phosporil grup yang
membuat mereka dapat berinteraksi dengan ion logam berat. (Blanco et al. 2000; Choi and
Yun 2006, Remacle 1990)
Variasi komposisi sel mikrobial menjadi alasan utama dibalik specificity dalam metal binding
Tabl The biosorption potential of algae
e2 towards different heavy metals
Table 2
(continue
d)
Elektroda Acuan adalah elektroda yang potensial standarnya diketahui, konstan, mengikuti persamaan
Nernst.
GGL hanya mencerminkan repons elektroda indikator teradap analit.
Persamaan Nerst
Keterangan:
1. Elektroda Calomel
Notasi : Hg│Hg2Cl2 (jenuh), KCl (x M)║
x = konsenrasi KCl.
Konsentrasi KCl jenuh lebih mudah dibuat dan lebih sering digunakan, tetapi mudah terpengaruh oleh
suhu.
Reaksi yang terjadi pada elektroda Calomel:
Hg2Cl2(s) + 2e- ↔ 2 Hg(l) + 2Cl-(aq)
2. Elektroda Ag/AgCl
AgCl + e- ↔ Ag + Cl-
Logam perak sebagai elektroda yang dicelup dalam KCl jenuh dan pasta AgCl. Potensialnya
pada 25˚C adalah 0,199 V.
ELEKTRODA INDIKATOR
Pada elektroda ini, ion analit berpartisipasi langsung dengan logamnya dalam suatu reaksi
paruh yang dapat balik.
Beberapa logam seperti Ag, Hg, Cu dan Pb dapat bertindak sebagai elektroda indikator bila
bersentuhan dengan ion mereka.
Contoh:
Ag++ e ↔ Ag E0 = +0,80 V
Adisi Standar
Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan
ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudian larutan yang
lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar
tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Metode ini dipakai secara luas
karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan
(matriks) sampel dan standar.
Teknik ini biasanya digunakan pada instrumentasi analisis seperti dalam atomic
absorption spectroscopy and gas chromatography untuk mencari nilai konsentrasi substansi
(analit) dalam sampel yang tidak diketahui dengan perbandingan untuk susunan sampel yang
diketahui konsentrasinya.
Metode ini perlu digunakan:
1. Jika konsentrasi sampel sangat rendah, jika menggunakan metode kurva standar
mempunyai resiko ketelitian rendah.
2. Jika matrik dari sampel mempunyai gangguan yang besar terhadap analitnya.
3. Sampel jumlahnya sedikit.
Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
● Cx = konsentrasi zat sampel
● Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
● Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
● AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh:
Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT
dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat
grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0,
sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ;
Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Adisi Sampel
Metode Adisi Sampel umumnya hampir sama dengan metode adisi standar.
Perbedaannya hanya terdapat pada jenis larutan dengan volume yang lebih besar, atau lebih
spesifiknya pada sejumlah kecil volume sampel (misalnya 1-10 ml) yang ditambahkan ke
dalam volume standar yang lebih besar (25-100 ml).
Yang perlu diperhatikan ialah perlunya dilakukan pengenceran matriks sampel yang
cukup sehingga sampel tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi kekuatan ionik larutan
standar, tetapi perlu dipastikan juga bahwa konsentrasi sampel tersebut cukup untuk dideteksi
dalam pembacaan mV dalam standar murni karena pada banyak kasus metoda ini tidak sesuai
untuk sampel yang lebih kecil dari 100 ppm.
Perhitungan dalam metode adisi sampel berdasarkan kurva/grafik antara potensial
elektrode (mV) dan konsentrasi (ppm atau mol/L):
Keterangan:
Cu = konsentrasi dalam sampel yang tidak diketahui
Cs = konsentrasi larutan standar
Vs = volume larutan standar
Vu = volume sampel
E1 = potensial elektrode pada larutan murni (Mv)
E2 = potensial elektrode setelah penambahan
m = kemiringan
Kurva titrasi memiliki karakteristik kurva sigmoid. Bagian kurva yang memiliki perubahan
maksimum adalah titik ekuivalen titrasi. Turunan pertama dari kurva ΔE/ΔV adalah gradien
kurva dan endpoint terjadi pada saat volume V’ dimana ΔE/ΔV memiliki nilai maksimum.
Mengonsumsi ikan atau kerang atau hasil laut lainnya yang telah terkontaminasi
logam berat dapat berakibat buruh bagi kesehatan apabila sudah diluar ambang batas
pengonsumsian logam berat, seperti pada Arsen (As) 0,002 mg/kg BB/hari, Kadmium
(Cd) 400-500 µg/orang/minggu (6,7-8,3 µg/kg BB/minggu), Merkuri (Hg) 200
µg/orang/minggu (3,3µg/kg BB/minggu), Timbal (Pb) 3 mg/orang/minggu ( 0,05 mg/kg
BB/minggu), Timah (Sn) 2 mg/kg BB/hari; 14 mg/kg BB per minggu.
Terdapat 2 faktor penyebab kerang hijau bisa terkontaminasi oleh logam berat,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari kerang hijau yang
mana kerang hijau merupakan organisme yang bersifat sebagai filter feeder dalam
perairan, sehingga komoditi ini sangat rentan terhadap akumulasi logam berat dalam
tubuhnya dan kerang hijau dapat menyerap logam berat yang terdapat pada air dalam
kapasitas yang cukup besar. Logam berat yang mencemari Teluk Jakarta berasal dari
limbah-limbah industri yang tidak melewati waste treatment dengan baik. Limbah
logam berat ini terserap dan terakumulasi dalam tubuh kerang hijau.Faktor Eksternal
berasal dari limbah industri dan lingkungan atau limbah rumah tangga. Menurut
Sutamihardja (2006), sifat-sifat logam berat yang dapat membahayakan lingkungan dan
manusia adalah:
● Logam berat sulit didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi di
lingkungan;
● Logam berat dapat terakumulasi di dalam tubuh organisme dan konsentrasinya
dapat semakin tinggi, atau disebut juga dapat mengalami bioakumulasi dan
biomagnifikasi
Logam berat mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih
tinggi daripada konsentrasi logam di dalam air.
● Merkuri (Hg)
● Kadmium (Cd)
● Timbal (Pb)
● Kromium (Cr)
● Perak (Ag)
Larutan perak nitrat encer dan senyawa perak lainnya digunakan sebagai
disinfektan dan mikrobisida (efek oligodinamika), ditambahkan ke perban dan
pembalut luka, kateter dan peralatan medis, bahkan digunakan dalam film fotografi
dan sinar-X. Bila masuk kedalam tubuh, Ag akan diakumulasikan di berbagai organ
dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria. Pigmentasi ini bersifat
permanen, karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa
Ag dapat menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat
nitrat, Ag akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena
perak diakumulasikan di dalam selaput lendir dan kulit.
● Tembaga (Cu)
Logam ini dibutuhkan sebagai unsur yang berperan dalam pembentukan enzim
oksidatif dan pembentukan kompleks Cuprotein yang dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin, kologen, pembuluh darah dan myelin (Darmono, 1995).
Logam Cu dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh, maka apabilah konsentrasinya
cukup besar logam berat akan meracuni manusia tersebut. Pengaruh racun yang
ditimbulkan dapat berupa muntah-muntah, rasa terbakar di daerah esopagus dan
lambung, kolik, diare, yang kemudian disusul dengan hipotensi, nekrosi hati dan
koma (Supriharyono, 2000).
● Seng (Zn)
Sumber cahaya kontinu tidak dapat digunakan karena garis-garis absorpsi lebih sempit
dari pita pada spektroskopi biasa. Untuk menyiasatinya digunakan lampu Hollow
Cathode.
Teknik Analisa kuantitatif dengan AAS
● Menguji beberapa larutan standard yang mengandung unsur yang ingin diuji dengan
variasi konsentrasi yang telah diketahui ke dalam alat AAS untuk mendapatkan nilai
absorbansinya.
● Memplotkan variasi C (konsentrasi unsur yang ingin diuji pada beberapa larutan
standard) dengan nilai absorbansinya.
y=mx+b
● Menguji larutan sampel ke dalam alat AAS untuk mendapatkan nilai absorbansinya.
● Setelah itu masukan nilai A sebagai y ke dalam persamaan garis linear yang telah
didapat pada langkah sebelumnya. Dari persamaan itu kita akan mendapatkan nilai x
yaitu nilai konsentrasi unsur yang ingin diuji dalam sampel.
Transmittance
T = P / P0
% Transmittance
%T = 100 T
Absorbance
A = log10 P0 / P
A = log10 1 / T
A = log10 100 / %T
A = 2 - log10 %T
Prinsip Dasar Instrumental AAS
Instrumentasi AAS
● Suplai daya
● Tabung katoda berongga berisikan sebuah anoda yang terbuat dari tungsten dan
katoda silindiris yang berongga; tabung berisi gas inert seperti neon dan argon pada
tekanan rendah (1-5 torr). Atom-atom gas diionisasi dan bergerak cepat menuju
katoda negatif, di mana tabrakan dengan permukaan yang akan melepaskan atom-
atom logam katoda.Fenomena ini disebut desisan (sputtering). Atom logam yang
terpercik akan mengalami eksitasi; kemudian, dalam dalam daerah lain yang lebih
dingin, mereka akan memancarkan spektrum garis yang tampak seperti pijaran.
● Pencacah, yang diletakkan antara sumber cahaya dan pembakar.Alat ini digunakan
untuk modulasi cahaya yang keluar dari tabung katoda berongga.Alat ini akan
berputar dengan kecepatan konstan sehingga cahaya akan mencapai pembakar dari
intesnitas nol hingga maksimum dan kembali ke nol.
● Pembakar. Dalam ruang pembakar terdapat atomizer. Untuk menganalisis serapan
atom, sampel harus diatomisasi. Atomizer yang umumnya dipakai adalah pijaran api
dan elektrotermal (tabung grafit).
● Monokromator. Berfungsi untuk menyeleksi sinar pada panjang gelombang tertentu
yang dapat melewati sampel yang berasal dari tabung katoda. Monokromator
diletakan pada antara pembakar dan detector
● Detektor. Detektor yang berguna untuk mengubah kekuatan cahaya menjadi sinyal
elektrik, dapat berupa tabung pengganda foton (photomultiplier tube) karena garis-
garis yang ditangani tergolong dalam sinar UV-tampak.
● Penguat sinyal.
● Komputer untuk memvisualisasi dan mengolah data
G. Hukum Lambert-Beer
A = Ɛ.b.c (gr/L)………(1)
Keterangan:
A = Absorbansi
Hubungan persamaan lambert beer dengan koefisien larutan standar (Cs), koefisien
larutan sampel (Cx), volume larutan standar (Vs), volume larutan sampel (Vx), dan
volume total (Vt). Untuk mencari konsentrasi yang digunakan pada hukum Lambert –
Beer, digunakan metode adisi standar dengan rumus :
1. Sebab kimia
Berkaitan dengan perubahan kimia yang terjadi pada zat yang diukur seperti
ionisasi dan hidrolisis.
2. Sebab Instrumental
3. Sebab Nyata
● Konsentrasi pekat : Interaksi antar molekul zat penyerap yang berdekatan akan
mengganggu serapan radiasi oleh molekul-molekul tersebut
● Konsentrasi encer : Terjadi efek penjenuhan sinar
3. MS (Mass Spectroscopy)
H. Aplikasi AAS
Aplikasi yang menggunakan spektroskopi serapan atom ini telah banyak digunakan untuk:
● Menguji keberadaan logam besi dalam air.
Logam Fe2+ diuji menggunakan spektroskopi yang memakai grafit pada panjang gelombang
248,3 nm. Logam ini diperoleh dari fraksi air-metanol. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan larutan organik dapat menurunkan keakuratan analisis
logam.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar enzim hidrogen peroksidase dengan
mengintepretasi jumlah logam besi yang dikandung dari enzim tersebut. Imobilisasi enzim
menggunakan kain karena teknik yang dilakukan yaitu adsorpsi, kovalen dan kovalen dengan
tambahan ikatan seberang silang. Kain tersebut direndam dalam larutan asam sulfat, lalu
cairan tersebut dioksidasi dengan tambahan enzim hidrogen peroksidase. Cairan tersebut lalu
diukur menggunakan spektroskopi yang menggunakan pijaran api pada panjang gelombang
248,3 nm
Penelitian ini menggunakan spektroskopi yang memakai grafit.[6] Tanah yang ingin diuji
direaksikan dengan berbagai asam anorganik yang merupakan proses digesti. Ketika
didapatkan konsentratnya dalam asam klorida baru diencerkan dengan air dan dideteksi
dengan spektroskopi.
● Menganalisis elemen kelumit (trace element) pada jaringan kelinci Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis beberapa elemen kelumit (besi, tembaga, dan seng)
pada jaringan kelinci yang memiliki pola makan tinggi kadar lemak.Hasil dari
penelitian ini adalah logam besi ternyata mampu mempercepat proses aterosklerosis
BAB III
PEMBAHASAN
Pertanyaan dan Jawaban
TOPIK 1:
1. Bagaimana anda menjelaskan kemampuan alga dalam menyerap logam?
Dinding sel dari alga sebagian besar terdiri dari lipid, polisakarida, dan protein. Pada
dinding tersebut, terdapat gugus fungsional yang berbeda, seperti imidazole, tioeter,
karboksil, hidroksil, karbonil, fosfat, fenolik, dan lain-lain yang dapat membentuk
koordinasi kompleks dengan ion logam sehingga mampu mengikat ion logam.
Kemampuan alga menyerap logam ini juga dipengaruhi beberapa faktor, yakni pH
larutan, konsentrasi logam, dan massa biomassa yang terkandung.
2. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan logam dalam air secara
instrumental, apa yang dapat anda jelaskan mengenai metode tersebut?
Potensiometri merupakan metode kuantitatif analisa ion berdasarkan pengukuran beda
potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri. Sel potensiometri adalah sel
elektrokimia yang terdiri dari dua setengah sel elektroda yang tercelup dalam larutan
elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya. Metode ini digunakan untuk menentukan
nilai potensial elektroda, konsentrasi suatu ion, pH suatu larutan, titik akhir titrasi, dan
nilai Kp, Kc, dan Ksp dalam reaksi kimia.
3. Dalam Teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah
menjelaskan penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut? Dan bagaimana
metode/Teknik ini dilakukan?
● Elektode Pembanding, di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia,
diperlukan suatu elektrode pembanding(refference electrode) yang memiliki
syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali
tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki.. Pasangan
elektrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working
electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang
diselidiki.
● Elektroda inert merupakan elektroda yang tidak masuk ke dalam reaksi. Salah
satu contohnya adalah platina
● Elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada
membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion
jenis tertentu menembusnya, namun melarang ion-ion lain sehingga elektroda
ini sering disebut sebagai elektroda ion selektif (ISE)
● Elektroda kaca atau elektroda gelas adalah sensor potensiometrik yang terbuat
dari selaput kaca dengan komposisi tertentu. Gelas/kaca ini bertindak sebagai
suatu tempat pertukaran kation
4. Bagaimana Anda menjelaskan tentang yang Anda baca di beberapa literatur
bahwa bila menggunakan teknik potensiometri langsung perlu penambahan
senyawa penjaga kekuatan ion dalam larutan atau TISAB (Total Ionic Strength
Adjustment Buffer). Kapan tidak diperlukan TISAB dan untuk apa dilakukan
teknik penambahan larutan standar atau sampel tak diketahui (standard
addition atau sample addition method)?
● Ph tidak ekstrim.
● Ph larutan berada antara 2-10
● Kekuatan ion tidak terlalu tinggi, yaitu kurang dari 2 atau 3.
● Tidak ada mobilitasi ion tertentu
● Tidak ada suspensi bermuatan dari partikel-partikel berukuran makro atau
koloid.
● Kedua larutan sampel dan standar tidak memiliki aktivitas ion yang terlalu
kecil atau besar.
Manfaat dilakukannya adisi standar atau sampel adalah menyamakan kekuatan ion
larutan standar dan larutan sampel dan mengurangi kesalahan kalibrasi nilai konstanta K.
2 Ag+ + Cu → 2 Ag + Cu2+
E° sel = EoAg+/Ag - EoCu/Cu2+ = 0,8 V – 0,34 V = 0,46 V
E° = 0.0592/n log K
0,46 = 0.0592/n log K
Log K = (2 𝐸 0,46)/0,0592
K = 𝐸^((2 𝐸 0,46)/"0,0592 " ) = 5612689
Kerang hijau dapat menyerap logam berat yang terdapat pada air, dimana sifatnya
sebagai biofilter. Limbah logam berat ini terserap dan terakumulasi dalam tubuh
kerang hijau. Ion logam berat dalam air diserap secara langsung melalui air melewati
membran insang atau melalui makanan yang selanjutnya diangkut darah dan dapat
tertimbun dalam jantung dan ginjal kerang.Kandungan yang terkontaminasi dalam
kerang hijau antara lain Arsen (As), Kadmium (Cd), Merkuri (Hg), Timbal (Pb),
Timah (Sn).
Iritasi perut, diare, dan muntah-muntah setelah mengkonsumsi makanan dan minuman
yang mengandung Cd, iritasi paru-paru, merusak sistem organ paru-paru (emfisema
dan bronkitis), sistem imun menurun, batu ginjal, gangguan GI, anorexia, muntah-
muntah, klik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan,
dan kebutaan, bahkan kematian.
4. Salah satu upaya untuk menganalisis kandungan merkuri ini adalah dengan
menggunakan spektroskopi atomik, AAS. Bila anda diminta untuk memberikan
informasi tentang AAS, bagaimana anda menjelaskan prinsip penentuan
konsentrasi logam dengan spektroskopi absorbansi atomik?
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini merupakan proses penguraian
molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada
dalam keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar,
pada tahap ini atom akan berada pada keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap
oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi
sinyal yang terukur. Panjang gelombang sinar bergantung pada konfigurasi elektron
dari atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam keadaan
dasar, dengan demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa kuantitatif maupun
kualitatif. (Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi
seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi
ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan
emisi (pancaran) radiasi dan panas.
Penentuan konsentrasi logam dengan teknik spektrometri terdiri dari tiga jenis
metode analisis yaitu metode kurva kalibrasi, standar tunggal, dan adisi standar.
Keuntungan metode AAS adalah: spesifik, batas (limit) deteksi rendah, dari
satu larutan yang sama beberapa unsur berlainan dapat diukur, pengukuran dapat
langsung dilakukan terhadap larutan sampel (preparasi sampel sebelum pengukuran
lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu), dapat diaplikasikan kepada banyak
jenis unsur dalam banyak jenis sampel, batas kadar-kadar yang dapat ditentukan
sangat luas (mg/L hingga persen).
AAS memiliki limit deteksi atau kepekaan yang tinggi karena dapat
mendeteksi atau mengukur konsentrasi logam hingga konsentrasi sangat kecil, seperti
ppb. Getaran transisi pada AAS jarang terjadi dan monokromator yang digunakan
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang yang kecil sehingga limit deteksi
AAS juga semakin baik. Sensitivitas dari metode AAS tergolongan tinggi karena pada
penggunaan metode ini interferensi daripada garis-garis spektrum unsur lain
diperkecil sehingga data yang diperoleh lebih akurat dibanding AES dan AFS. AAS
mempunyai tingkat ketelitian yang sangat tinggi karena metode ini bebas gangguan.
Kesalahan relatifnya sangat kecil yaitu 1-2%.
Tugas II
1. Bagaimana Anda membuat suatu persamaan yang menghubungkan absorbansi
(A) dengan besaran Vs, Vx, Cs, Cx, serta VT berdasarkan hukum Lambert-
Beer?
2. Bila intersep pada plot di atas bernilai a sedangkan kemiringan kurva pada No.
1 di atas bernilai b, bagaimana Anda mendapatkan persamaan untuk
menentukan konsentrasi sampel: