Anda di halaman 1dari 41

Makalah Pemicu 2

Potensiometri dan Spektroskopi Atomik


Kimia Analitik dan Instrumental-02
“Identifikasi Logam Berat dalam Limbah Menggunakan Metode Potensiometri”
“Kerang Hijau dari Teluk Jakarta, Berbahayakah?”

Dibuat oleh : Kelompok 1


Felix Johannes / 1806199700
Fadhilla Alif M.Munir / 1806199852
Intaniar Wahyu Trivany / 1806148460
Muthia Hanun / 1806199814
Nakula Jaka P. / 1806199676

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah kami yang berjudul “Identifikasi Logam Berat dalam Limbah Menggunakan Metode
Potensiometri dan Kerang Hijau dari Teluk Jakarta, Berbahayakah?” ini dapat tersusun
hingga selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bimbingan Eny Kusrini,Ph.D. sebagai dosen pembimbing makalah Kimia Analitik.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 12 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang………………………………………………………………………..4

Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………...4

BAB II ISI

Topik 1: Alga dan Potensiometri………..………………………………………….....5

Topik 2: Kerang Hijau ……………………………………………………………….18

BAB III PEMBAHASAN

Pertanyaan dan Jawaban………………………………………………………………..33

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………..40

Daftar Pustaka………………………………………………………………………......41

Lampiran………………………………………………………………………………....
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran sungai dari limbah cair industri
tekstil, dibutuhkan metode pengolahan limbah yang efektif dan efisien serta cocok
diaplikasikan di industri-industri tekstil Indonesia. Dengan menggunakan metode
elektrolisis, limbah diolah dengan didegradasi sehingga tidak berbahaya bagi
lingkungan dengan bantuan identifikasi air tercemar melalui metode potensiometri.
Dalam ilmu kimia dikenal beberapa metode untuk mengetahui kandungan
suatu sampe tertentu yaitu dengan elektrokimia dan potensiometri. Elektrokimia
adalah reaksi redoks yang bersangkut paut dengan listrik. Reaksi elektrokimia dibagi
menjadi dua macam yaitu sel galvani/sel volta contohnya baterai dan sel elektrolisis
yang membentuk reaksi redoks oleh listrik contohnya pemurnian logam dan pelapisan
logam. Sedangkan potensiometri adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran
beda potensial sel dari suatu sel elektrokimia. Metode potensiometri digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu ion (ion selective electrode) dengan menggunakan
reaksi reduksi-oksidasi sebagai prinsip dasar, menentukan pH suatu larutan, dan
menentukan titik akhir titrasi.
Diharapkan dengan metode-metode ini dapat mengidentifikasi kandungan-
kandungan yang berbahaya dari limbah cair dan dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan yang terjadi agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mempelajari dan memahami permasalahan yang terjadi di lingkungan
sekitar.
2. Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan dengan metode instrumentasi.
3. Untuk mempelajari dan memahami metode-metode analisis kimia seperti
potensiometri dan elektrokimia.
4. Untuk menerapkan metode analisis yang tepat dan sesuai dalam mengidentifikasi
suatu sampel yang ada
BAB II
ISI
TOPIK 1: Alga dan Potensiometri
Kemampuan alga dalam menyerap logam
Alga memiliki sistem yang dapat membuatnya bertahan dalam air berpolutan

Sistem pertahanan alga dibagi 4

(1) biosorption,

(2) intracellular bioaccumulation,

(3) detoxification by chelating agents

(4) Exclusion by efflux transport on basis of thorough analysis of reported literature and
justified each category with appropriate examples and reports for easy analysis and
explanation

Biosorbsi Alga

Volesky (1990) mendefinisikan biosorbsi sebagai potensi dari material biologis (alga, bakteri,
fungi) untuk menyerap toxic metal kedalam microbial cell structure, dibantu metabolism
ataupun physicocmemical means.

Biosorbsi digeneralisasi menjadi 2 proses, dimana ion metal diserap permukaan sel diikuti
masuknya ion ke dalam sel.

· Proses pertama merupakan passive energy-independent mechanism

· Proses kedua merupakan active metabolism-dependent mechanism, dan prosesnya lebih


lama disbanding step pertama

Interaksi Ion metal dengan permukaan microbial disebabkan oleh electrostatic, Van der Walls
dan ikatan kovalen

Permukaan sel microbial bermuatan negative dikarenakan adanya polisakarida, protein, dan
pheniolicacid. Gugus tadi kaya akan hidroksil, karbonil, amine, dan phosporil grup yang
membuat mereka dapat berinteraksi dengan ion logam berat. (Blanco et al. 2000; Choi and
Yun 2006, Remacle 1990)

Variasi komposisi sel mikrobial menjadi alasan utama dibalik specificity dalam metal binding
Tabl The biosorption potential of algae
e2 towards different heavy metals

Meta Organism Uptake efficiency Refere


l nce

Pb Ascophyll 370 mg g−1 Holan


um and
370 mg g−1 Voles
nodosum
145.0 mg g−1 ky
Fucus 1994
vesiculosu 93.5 mg
−1
Holan
s g 220–
and
370 mg g−1 Voles
Oedogoni
270–360 ky
um sp.
mg g−1 1994
Nostoc sp. 220–270 Gupt
mg g−1 a and
Fucus 46.4 mg g−1 Rasto
vesiculosu gi
s 2008
Ascophyll Gupt
um a and
Cu Rasto
nodosum
gi
Sargassu
2008
m natans Holan
and
Chlorella sorokiniana
ANA9 Voles
ky
1994
Holan
and
Voles
ky
1994
Holan
and
Voles
ky
1994
Yoshi
da et
al.
2006

Sargassum vulgare 0.93 mmol g−1 Davis


et al.
2000

Sargassum fluitans 0.80 mmol g−1 Davis


et al.
2000

Sargassum filipendula 0.89 mmol g−1 Davis


et al.
2000

Laminaria japonica 1.59 mmol g−1 Foures


Fucus 1.18 mmol g−1 t and
vesiculosu
39.4 mg g−1 Volesk
s
Chlorella y 1997
Cd
spp. Foures
NKG1601 t and
4 Volesk
y 1997
Matsu
naga
et al.
1999

Chlorella sorokiniana 43 mg g−1 Yoshid


ANA9 a et al.
2006

Sargassum vulgare 0.79 mmol g−1 Davis


et al.
2000

Sargassum fluitans 0.71 mmol g−1 Davis


et al.
2000

Sargassum filipendula 0.66 mmol g−1 Davis


et al.
2000

Ascophyllum nodosum 215 mg g−1 Holan


et al.
1993

Sargassum natans 135 mg g−1 Holan


et al.
1993

Fucus vesiculosus 73 mg g−1 Holan


et al.
1993

Zn Chlorella sorokiniana 42 μg mg−1 Yoshid


ANA9 a et al.
2006

Laminari 1.40 mmol g−1 Foures


a t and
0.80 mmol
japonica Volesk
g−1 362 μg
Fucus y 1997
g−1
vesiculose Foures
s t and
Chlamydo Volesk
monas y 1997
angulosa Dwive
di et
al.
2010

Chlorococcum vitiosum 60.72 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Hydrodictyon reticulatum 390 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Rhizoclonium 77.29 μg g−1 Dwive


hieroglaphicum di et
al.
2010

Ulothrix tenuissima 319 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Oedogontum sp. I 781 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Oedogontum sp. II 215 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Sptrogyra adenata 28.44 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Oscillatoria tenuis 140 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Oscillatoria nigra 59.91 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Phormedium bohneri 227 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Ni Chlorella vulgaris 0.6 mg g−1 Wong


et al.
2000

Chlorella miniata 1.4 mg g−1 Wong


(WW1) et al.
2000
Fucus 40 mg g−1 Holan
vesiculosu and
30 mg g−1
s Voles
Ascophyll 24–44 mg g−1 ky
um 5325 μg g−1 1994
nodosum Holan
Sargassu and
m natans Voles
Chlamydo ky
Cr mon 1994
asangulos Holan
a and
Voles
ky
1994
Dwive
di et
al.
2010

Chlorococcum vitiosum 210 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Hydrodictyon reticulatum 10.97 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010

Rhizoclonium 10.61 μg g−1 Dwive


hieroglaphicum di et
al.
2010

Ulothrix tenuissima 4564 μg g−1 Dwive


di et
al.
2010
Oedogontum sp. I 161 μg g−1 Dwive
di et
al.
2010

Table 2
(continue
d)

Metal Organism Uptake Reference


efficiency

Oedogontum sp. 229 μg g−1 Dwivedi et


II al. 2010
Potensiometri

Elektroda Acuan adalah elektroda yang potensial standarnya diketahui, konstan, mengikuti persamaan
Nernst.
GGL hanya mencerminkan repons elektroda indikator teradap analit.

Persamaan Nerst

Ecell = Eind – Eref + Ej

Persamaan Nernst: Eº = 0,0591/n log K

Keterangan:

Ecell : Potensial sel

Eind : Potensial elektroda indikator

Eref : Potensial elektroda acuan

Ej : Potensial sambungan cair (liquid junction potential)

Jenis Elektroda Acuan

1. Elektroda Calomel
Notasi : Hg│Hg2Cl2 (jenuh), KCl (x M)║
x = konsenrasi KCl.
Konsentrasi KCl jenuh lebih mudah dibuat dan lebih sering digunakan, tetapi mudah terpengaruh oleh
suhu.
Reaksi yang terjadi pada elektroda Calomel:
Hg2Cl2(s) + 2e- ↔ 2 Hg(l) + 2Cl-(aq)

2. Elektroda Ag/AgCl

Notasi : Ag│AgCl (jenuh), KCl(jenuh)║

Reaksi Redoks: Ag+ + e- ↔ Ag

AgCl + e- ↔ Ag + Cl-

Logam perak sebagai elektroda yang dicelup dalam KCl jenuh dan pasta AgCl. Potensialnya
pada 25˚C adalah 0,199 V.

ELEKTRODA INDIKATOR

ELEKTRODA JENIS PERTAMA

Pada elektroda ini, ion analit berpartisipasi langsung dengan logamnya dalam suatu reaksi
paruh yang dapat balik.
Beberapa logam seperti Ag, Hg, Cu dan Pb dapat bertindak sebagai elektroda indikator bila
bersentuhan dengan ion mereka.
Contoh:

Ag++ e ↔ Ag E0 = +0,80 V

Total Ionic Strength Adjustment Buffer


TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan standar yang
berfungsi untuk menjaga pH, aktivitas ion, dan kekuatan ion dari larutan standar. Hal ini
disebabkan karena TISAB memiliki koefisien aktivitas ion yang sama, tetapi memiliki
aktivitas ion yang lebih tinggi sehingga aktivitas ion sampel akan terabaikan. TISAB
merupakan senyawa yang berfungsi untuk mengatasi adanya perbedaan yang signifikan
antara konsentrasi dan aktivitas dari suatu spesi kimia.
TISAB (Total Ionic Strength Adjustor Buffer) adalah larutan penyangga yang
memiliki kekuatan ionik cukup tinggi dan mampu meningkatkan kekuatan ionik suatu larutan
sehingga relatif menjadi lebih tinggi dari semula. Penambahan TISAB tidak akan
mengganggu proses analisis karena ion-ion yang terkandung di dalamnya adalah ion-ion
asing yang tak terukur potensial selnya sehingga dapat menghilangkan perbedaan ion dari
kedua larutan.
Fungsi utama dari TISAB (Total Ionic Strength Adjusment Buffer) ini adalah untuk
menyamakan kekuatan ion antara dua larutan sehingga meminimalisir potensial junction yang
akan berpengaruh pada nilai potensial sel akhir pada voltmeter. Apabila kekuatan ion dalam
larutan standar dan larutan yang dianalisis diberi TISAB, keduanya dapat memiliki kekuatan
ion yang sama dan koefisien aktifitas keduanya, γ, juga sama.
Tujuan lain penambahan TISAB pada Potensiometri adalah untuk meningkatkan
kekuatan ion larutan. Dengan meningkatnya kekuatan ion larutan, dapat meningkatkan
kestabilan sehingga membuat hubungan yang linier antara logaritma dari konsentrasi dan
tegangan. Hubungan linier yang dibentuk dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi dari
larutan analit. Penambahan larutan TISAB dapat membentuk hubungan linear antara
konsentrasi larutan dan E sel, sehingga salah satu kekurangan metode potensiometri langsung
dapat teratasi.

Adisi Standar
Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan
ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudian larutan yang
lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar
tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Metode ini dipakai secara luas
karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan
(matriks) sampel dan standar.
Teknik ini biasanya digunakan pada instrumentasi analisis seperti dalam atomic
absorption spectroscopy and gas chromatography untuk mencari nilai konsentrasi substansi
(analit) dalam sampel yang tidak diketahui dengan perbandingan untuk susunan sampel yang
diketahui konsentrasinya.
Metode ini perlu digunakan:
1. Jika konsentrasi sampel sangat rendah, jika menggunakan metode kurva standar
mempunyai resiko ketelitian rendah.
2. Jika matrik dari sampel mempunyai gangguan yang besar terhadap analitnya.
3. Sampel jumlahnya sedikit.
Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
● Cx = konsentrasi zat sampel
● Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
● Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
● AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh:
Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT
dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat
grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0,
sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ;
Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs

Adisi Sampel
Metode Adisi Sampel umumnya hampir sama dengan metode adisi standar.
Perbedaannya hanya terdapat pada jenis larutan dengan volume yang lebih besar, atau lebih
spesifiknya pada sejumlah kecil volume sampel (misalnya 1-10 ml) yang ditambahkan ke
dalam volume standar yang lebih besar (25-100 ml).
Yang perlu diperhatikan ialah perlunya dilakukan pengenceran matriks sampel yang
cukup sehingga sampel tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi kekuatan ionik larutan
standar, tetapi perlu dipastikan juga bahwa konsentrasi sampel tersebut cukup untuk dideteksi
dalam pembacaan mV dalam standar murni karena pada banyak kasus metoda ini tidak sesuai
untuk sampel yang lebih kecil dari 100 ppm.
Perhitungan dalam metode adisi sampel berdasarkan kurva/grafik antara potensial
elektrode (mV) dan konsentrasi (ppm atau mol/L):

Keterangan:
Cu = konsentrasi dalam sampel yang tidak diketahui
Cs = konsentrasi larutan standar
Vs = volume larutan standar
Vu = volume sampel
E1 = potensial elektrode pada larutan murni (Mv)
E2 = potensial elektrode setelah penambahan
m = kemiringan

Kurva Titrasi Potensiometri


Titrasi Potensiometri adalah metode volumetrik dimana beda potensial dua elektroda diukur
(elektroda referensi dan indikator) sebagai fungsi dari penambahan volume larutan titran.
Jenis titrasi potensiometric untuk menentukan analit dalam larutan fotoproses termasuk asam-
basa, redoks, pengendapan dan compleksometrik Persamaan Nersnt mengatakan bahwa
kuantitas yang dapat diukur berupa tegangan/potensial berhubungan dengan konsentrasi suatu
spesies dalam larutan. Dalam banyak kasus, potensial terukur disebabkan oleh beberapa
jumlah spesies, dan maka konsentrasi salahsatunya sulit atau tidak mungkin untuk ditentukan.
Elektroda telah di desain untuk merespon terhadap salah satu ( atau sangat sedikit) spesies,
sehingga dapat memungkinkan pengukuran konsentrasi. Hal inilah yang disebut
potensiometri langsung.
Pada kasus lain. Analit dapat ditentukan melalui titrasi, dan perubahan konsentrasi
diawasi melalui pengukuran potensial laarutan. Hal ini dikenal sebagai titrasi potensiometri.
Pada pengukuran titrasi kita berfokus pada mengidentifikasi endpoint volume titrasi pada
perubahan tegangan dari penambahan volume berlanjut.

Kurva titrasi memiliki karakteristik kurva sigmoid. Bagian kurva yang memiliki perubahan
maksimum adalah titik ekuivalen titrasi. Turunan pertama dari kurva ΔE/ΔV adalah gradien
kurva dan endpoint terjadi pada saat volume V’ dimana ΔE/ΔV memiliki nilai maksimum.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Potensiometri


1. Kelebihan metode potensiometri:
a. Bisa dilakukan untuk semua titrasi
b. Kurva titrasi berhubungan antara potensial terhadap volume titran
c. Digunakan bila :
1). Tidak ada indikator yang sesuai
2). Daerah titik equivalen sangat pendek

2. Kekurangan metode potensiometri:


a. Diperlukan pencampuran yang akurat dari volume standar maupun sampel
yang akan diukur.
b. Diperlukan perhitungan yang lebih rumit.
c. Konsentrasi sampel harus diketahui
TOPIK II : KERANG HIJAU

A. Kandungan Logam Berat Dalam Kerang Hijau

Mengonsumsi ikan atau kerang atau hasil laut lainnya yang telah terkontaminasi
logam berat dapat berakibat buruh bagi kesehatan apabila sudah diluar ambang batas
pengonsumsian logam berat, seperti pada Arsen (As) 0,002 mg/kg BB/hari, Kadmium
(Cd) 400-500 µg/orang/minggu (6,7-8,3 µg/kg BB/minggu), Merkuri (Hg) 200
µg/orang/minggu (3,3µg/kg BB/minggu), Timbal (Pb) 3 mg/orang/minggu ( 0,05 mg/kg
BB/minggu), Timah (Sn) 2 mg/kg BB/hari; 14 mg/kg BB per minggu.

Pada ikan, menurut jurnal “Wahyuningsih et al., Pencemaran Pb dan Cd pada


Hasil Perikanan Laut” kandungan Cd pada sampel ikan yang diambil dari perairan
disekitar Teluk Jakarta adalah bawal hitam (0,207mg/kg) dan ikan kembung
(0,110mg/kg). Kandungan logam berat pada ikan yang berasal dari Teluk Jakarta lebih
sedikit dibandingkan dengan kandungan logam berat pada kerang hijau. Hal ini terjadi
karena kerang hijau memiliki kemampuan menyerap logam lebih besar daripada ikan.

B. Penyebab Kerang Hijau Dapat Terkontaminasi Logam Berat

Terdapat 2 faktor penyebab kerang hijau bisa terkontaminasi oleh logam berat,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari kerang hijau yang
mana kerang hijau merupakan organisme yang bersifat sebagai filter feeder dalam
perairan, sehingga komoditi ini sangat rentan terhadap akumulasi logam berat dalam
tubuhnya dan kerang hijau dapat menyerap logam berat yang terdapat pada air dalam
kapasitas yang cukup besar. Logam berat yang mencemari Teluk Jakarta berasal dari
limbah-limbah industri yang tidak melewati waste treatment dengan baik. Limbah
logam berat ini terserap dan terakumulasi dalam tubuh kerang hijau.Faktor Eksternal
berasal dari limbah industri dan lingkungan atau limbah rumah tangga. Menurut
Sutamihardja (2006), sifat-sifat logam berat yang dapat membahayakan lingkungan dan
manusia adalah:
● Logam berat sulit didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi di
lingkungan;
● Logam berat dapat terakumulasi di dalam tubuh organisme dan konsentrasinya
dapat semakin tinggi, atau disebut juga dapat mengalami bioakumulasi dan
biomagnifikasi
Logam berat mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih
tinggi daripada konsentrasi logam di dalam air.

Mekaisme masuknya logam berat dalam tubuh kerang hijau:


1. Ion logam berat dalam air diserap secara langsung melalui air melewati membran
insang atau melalui makanan yang selanjutnya diangkut darah dan dapat tertimbun
dalam jantung dan ginjal kerang.
2. Ion logam yang sudah terakumulasi di tubuh kerang hijau tidak akan bisa lepas,
karena logam berat berikatan kovalen dengan asam amino pada gugus yang
sifatnya irreversible (tidak dapat diubah).

C. Dampak Bagi Kesehatan

Mekanisme Keracunan Logam Dalam Tubuh Manusia :

1. Memblokir atau menghalangi kerja gugus fungsi biomolekul yg esensial untuk


proses biologi, seperti protein dan enzim
2. Menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait
3. Mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk gugus aktif yg dimiliki oleh
boimolekul

Berikut merupakan dampak logam berat bagi kesehatan, antara lain:

● Merkuri (Hg)

Merkuri merupakan racun sistemik dan dapat terakumulasi di dalam di hati


(liver), ginjal, limpa, atau tulang dan dikeluarkan oleh tubuh manusia diekskresikan
lewat urine, feses, keringat, saliva, dan air susu. Keracunan Hg akan menimbulkan
gejala gangguan susunan saraf pusat (SSP) seperti kelainan kepribadian dan tremor,
Gejala gastero-intestinal (GI), Kulit dapat menderita dermatritis, dan ulcer,
kerusakan pada ginjal.

● Kadmium (Cd)

Kadmium masuk ke dalam air melalui beberapa cara yaitu dekomposisi


atmosfer yang berasal dari kegiatan industri, erosi tanah dan bebatuan, air hujan,
kebocoran tanah pada tempat-tempat tertentu, dan penggunaan pupuk di lahan
pertanian (Marganof, 2003). Kadmium merupakan logam berat yang sangat
membahayakan kesehatan manusia dapat memicu sakit pinggang, patah tulang,
penyakit tulang yang menimbulkan rasa nyeri yang dikenal dengan ”itai-itai kyo”,
tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, logam Cd juga
bersifat neurotoksin yang menimbulkan dampak kerusakan indera penciuman.
Terpapar akut oleh kadmium (Cd) menyebabkan gejala nausea (mual), muntah,
diare, kram otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati,
gangguan kelenjar reproduksi dan gangguan kardiovaskuler, emphysema dan
degenerasi testicular. Perkiraan dosis mematikan akut adalah sekitar 500 mg/kg
untuk dewasa.

Gejala yang ditimbulkan dari keracunan logam kadmium (Cd):

1) Iritasi perut, diare, dan muntah-muntah setelah mengkonsumsi makanan dan


minuman yang mengandung Cd.
2) Iritasi paru-paru, merusak sistem organ paru-paru (emfisema dan bronkhitis).
3) Sistem imun menurun.
4) Batu ginjal.
5) Berat badan rendah bagi bayi yang dilahirkan dari ibu yang terpapar Cd di luar
ambang batas

● Timbal (Pb)

Timbal yang terakumulasi di lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis


dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika
terhirup atau tertelan oleh manusia dan didalam tubuh akan beredar mengikuti aliran
darah, diserap kembali didalam ginjal dan otak, disimpan didalam tulang dan gigi
(Cahyadi, 2004). Keracunan Pb secara umum akan menimbulkan gejala: rasa logam
di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI, anorexia, muntah-muntah, klik,
encephalitis, wtrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan
kebutaan. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Pada
keracunan akut, akan terjadi meninges daceberal, diikuti coma, dan kematian[3].

● Kromium (Cr)

Akumulasi kromium dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan kerusakan


dalam sistem organ tubuh. DHHS (Depertment of Health and Human Services),
IARC (International Agency for Reseach on Cancer), dan EPA (Environmental
Protection Agency) menetapkan bahwa kromium (VI) merupakan komponen yang
bersifat karsinogen bagi manusia. Akumulasi kromium (VI) dalam jumlah 7,5 mg/l
pada manusia menyebabkan toksisitas akut berupa kematian sedangkan bila terjadi
26 akumulasi kromium (VI) pada dosis 0,57 mg/Kg perhari dapat menyebabkan
kerusakan pada hati (ATSDR, 2008).

● Perak (Ag)

Larutan perak nitrat encer dan senyawa perak lainnya digunakan sebagai
disinfektan dan mikrobisida (efek oligodinamika), ditambahkan ke perban dan
pembalut luka, kateter dan peralatan medis, bahkan digunakan dalam film fotografi
dan sinar-X. Bila masuk kedalam tubuh, Ag akan diakumulasikan di berbagai organ
dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria. Pigmentasi ini bersifat
permanen, karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa
Ag dapat menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat
nitrat, Ag akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena
perak diakumulasikan di dalam selaput lendir dan kulit.

● Tembaga (Cu)

Logam ini dibutuhkan sebagai unsur yang berperan dalam pembentukan enzim
oksidatif dan pembentukan kompleks Cuprotein yang dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin, kologen, pembuluh darah dan myelin (Darmono, 1995).
Logam Cu dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh, maka apabilah konsentrasinya
cukup besar logam berat akan meracuni manusia tersebut. Pengaruh racun yang
ditimbulkan dapat berupa muntah-muntah, rasa terbakar di daerah esopagus dan
lambung, kolik, diare, yang kemudian disusul dengan hipotensi, nekrosi hati dan
koma (Supriharyono, 2000).

● Seng (Zn)

Kekurangan zat mineral seng dapat mengakibatkan hati dan ginjal


membengkak, dan terjadi gejala gizi besi. Diperkirakan kebutuhan seng 33 adalah 15
mg bagi setiap anak diatas 11 tahun (Winarno, 1988). Dalam tubuh manusia
terkandung 1,4 – 2,5 gram seng, terutama terdapat pada rambut, tulang dan mata.
Seng merupakan komponen penting dari berbagai enzim dan mineral mikro yang
menyebar ke dalam jaringan manusia atau hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai
enzim pada proses metabolisme. namun , unsur seng juga bersifat toxic dimana,
toxisitas Zn sebenarnya rendah tetapi dalam kadar tinggi, Zn dapat bersifat racun. Di
dalam air, Zn akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan gejala muntaber.

D. Metode Spektroskopi Atomik (AAS)

AAS adalah suatu teknik spektroskopi yang memanfaatkan besarnya gelombang


elektromagnetik yang diserap pada frekuensi tertentu oleh zat tertentu untuk bereksitasi.
Gelombang elektromagnetik yang diserap dihasilkan oleh suatu sumber cahaya. AAS
dapat menentukan lebih dari 67 jenis logam yang berbeda yang terkandung dalam suatu
larutan. AAS sangat sensitif dan akurat karena dapat mengukur hingga bagian per milyar
dari suatu berat (μg dm-3).

Sumber Energi Cahaya

Sumber cahaya kontinu tidak dapat digunakan karena garis-garis absorpsi lebih sempit
dari pita pada spektroskopi biasa. Untuk menyiasatinya digunakan lampu Hollow
Cathode.
Teknik Analisa kuantitatif dengan AAS

● Menguji beberapa larutan standard yang mengandung unsur yang ingin diuji dengan
variasi konsentrasi yang telah diketahui ke dalam alat AAS untuk mendapatkan nilai
absorbansinya.
● Memplotkan variasi C (konsentrasi unsur yang ingin diuji pada beberapa larutan
standard) dengan nilai absorbansinya.

y=mx+b

dimana absorbansi (A) : sumbu y dan konsentrasi (C) : sumbu x.

● Menguji larutan sampel ke dalam alat AAS untuk mendapatkan nilai absorbansinya.
● Setelah itu masukan nilai A sebagai y ke dalam persamaan garis linear yang telah
didapat pada langkah sebelumnya. Dari persamaan itu kita akan mendapatkan nilai x
yaitu nilai konsentrasi unsur yang ingin diuji dalam sampel.

Transmittance
T = P / P0

% Transmittance
%T = 100 T

Absorbance
A = log10 P0 / P
A = log10 1 / T
A = log10 100 / %T
A = 2 - log10 %T
Prinsip Dasar Instrumental AAS

Instrumentasi AAS

● Suplai daya
● Tabung katoda berongga berisikan sebuah anoda yang terbuat dari tungsten dan
katoda silindiris yang berongga; tabung berisi gas inert seperti neon dan argon pada
tekanan rendah (1-5 torr). Atom-atom gas diionisasi dan bergerak cepat menuju
katoda negatif, di mana tabrakan dengan permukaan yang akan melepaskan atom-
atom logam katoda.Fenomena ini disebut desisan (sputtering). Atom logam yang
terpercik akan mengalami eksitasi; kemudian, dalam dalam daerah lain yang lebih
dingin, mereka akan memancarkan spektrum garis yang tampak seperti pijaran.
● Pencacah, yang diletakkan antara sumber cahaya dan pembakar.Alat ini digunakan
untuk modulasi cahaya yang keluar dari tabung katoda berongga.Alat ini akan
berputar dengan kecepatan konstan sehingga cahaya akan mencapai pembakar dari
intesnitas nol hingga maksimum dan kembali ke nol.
● Pembakar. Dalam ruang pembakar terdapat atomizer. Untuk menganalisis serapan
atom, sampel harus diatomisasi. Atomizer yang umumnya dipakai adalah pijaran api
dan elektrotermal (tabung grafit).
● Monokromator. Berfungsi untuk menyeleksi sinar pada panjang gelombang tertentu
yang dapat melewati sampel yang berasal dari tabung katoda. Monokromator
diletakan pada antara pembakar dan detector
● Detektor. Detektor yang berguna untuk mengubah kekuatan cahaya menjadi sinyal
elektrik, dapat berupa tabung pengganda foton (photomultiplier tube) karena garis-
garis yang ditangani tergolong dalam sinar UV-tampak.
● Penguat sinyal.
● Komputer untuk memvisualisasi dan mengolah data

G. Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert – Beer menyatakan bahwa nilai absorbansi sebanding dengan


koefisien ekstingsi, tebal medium atau panjang, dan konsentrasi sampel.

A = Ɛ.b.c (gr/L)………(1)

Keterangan:

A = Absorbansi

Ɛ = Koefisien ekstingsi absorvitas molar (L/mol cm)

b = Panjang lintasan (m)

c = Konsentrasi sampel (Molar)

Hubungan persamaan lambert beer dengan koefisien larutan standar (Cs), koefisien
larutan sampel (Cx), volume larutan standar (Vs), volume larutan sampel (Vx), dan
volume total (Vt). Untuk mencari konsentrasi yang digunakan pada hukum Lambert –
Beer, digunakan metode adisi standar dengan rumus :

C = (Cs.Vs + Cx.Vx) / Vt……(2)


Sehingga dari persamaan 2 dapat
dimasukkan ke persamaan 1
menjadi :

Sehingga persamaan diatas dapat


diuraikan menjadi persamaan akhir
yaitu :

a) Syarat terpenuhinya eksperimen pada Hukum Lambert-beer :


1. Radiasi yang digunakan harus monokromatik
2. Energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia
3. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi
oleh molekul lain yang ada dalam larutan.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan
yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.

Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu


kelinearan grafik absorbansi versus konsentrasi.

b) Penyimpangan Hukum Lambert-beer

1. Sebab kimia

Berkaitan dengan perubahan kimia yang terjadi pada zat yang diukur seperti
ionisasi dan hidrolisis.
2. Sebab Instrumental

Berkaitan dengan keadaan alat, berupa kecapaian alat dan


ketidakmonokromatisan sinar, dimana absorptivitas akan terserap oleh zat.

● Efek radiasi polikromatik terhadap persamaan hukum Lambert-Bee


● Daerah (band) menunjukkan deviasi yang kecil karena ε tidak berubah
besar pada daerah tersebut
● Daerah B menunjukkan deviasi yang nyata karena ε berubah signifikan
pada dIdaerah ini

3. Sebab Nyata

Berkaitan dengan konsentrasi larutan. Penyimpangan terjadi di daerah


konsentrasi terlalu pekat atau terlalu encer.

● Konsentrasi pekat : Interaksi antar molekul zat penyerap yang berdekatan akan
mengganggu serapan radiasi oleh molekul-molekul tersebut
● Konsentrasi encer : Terjadi efek penjenuhan sinar

c) Limitasi Hukum Lambert-beer

1. Deviasi koefisien absorbsivitas pada konsentrasi tinggi (>0,01M)


2. Persebaran cahaya karena partikulasi sampel
3. Fluoresensi dan fosforesensi sampel
4. Perubahan indeks refraksi konsentrasi tinggi
5. Pergeseran kesetimbangan kimia
6. Radiasi non-monokromatik
7. Cahaya menyasar

Metode Selain AAS


1. XRF (X-Ray Flourescence)
X-Ray Flourescence yaitu metode analisis dengan menggunakan sinar X
sebagai sumber sinarnya. Pada XRF, sampel akan disinari dengan sinar X hingga
elektronnya terlempar keluar akibat tumbukan dengan partikel sinar X. Kemudian
elektron di kulit atasnya akan turun ke bawah dan menempati tempat dimana
sebelumnya ada elektron yang keluar. Turunnya elektron dari tempat berenergi tinggi
ke tempat berenergi rendah ini akan menghasilkan sinar flourescence yang berbeda
beda dari tiap atom. spesifikasi energi inilah yang mendasari analisis dari sampel.

2. NAA (Neutron Activation Analysis)

Neutron Activation Analysis atau analisis aktivasi neutron adalah metode


analisis yang sangat akurat dan memiliki sensitivitas yang sangat tinggi hingga dapat
mendeteksi kandungan dengan tingkat ppb. metode ini menggunakan radiasi
radioaktif sehingga butuh penanganan yang lebih tinggi. Prinsip analisisnya yaitu
dengan menghitung energi radiasi dari sampel sehingga diketahui komposisi
sampelnya. Energi radiasi juga spesifik berbeda beda tiap unsur. Metodenya yaitu
menyinari sampel dengan neutron sehingga sampel yang tadinya stabil akan akan
menjadi tidak stabil dan mengeluarkan radiasi, energi radiasi inilah yang diukur
energinya sehingga dapat diketahui kadar dan komposisi dari sampel.

3. MS (Mass Spectroscopy)

Mass Spectroscopy atau spektroskopi massa adalah metode analisis yang


didasarkan pada energi kinetik tiap atom. prosedurnya molekul yang akan dianalisis
diuapkan terlebih dahulu lalu di ionisasi, kemudian dipercepat. disinilah perbedaan
energi atom terlihat, atom akan melewati suatu medan magnet tang lorongnya
berbelok. jika massa nya terlalu kecil akan dibelokkan dengan mudah, sedangkan jika
masanya besar pembelokkannya hanya sedikit. sehingga atom atom yang sampai ke
detektor tidak semuanya.
Keunggulan AAS
Keuntungan metode AAS adalah:
1. Spesifik
2. Batas (limit) deteksi rendah
3. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
4. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan sampel (preparasi
sampel sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
5. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis sampel.
6. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan sangat luas (mg/L hingga persen)

H. Aplikasi AAS
Aplikasi yang menggunakan spektroskopi serapan atom ini telah banyak digunakan untuk:
● Menguji keberadaan logam besi dalam air.
Logam Fe2+ diuji menggunakan spektroskopi yang memakai grafit pada panjang gelombang
248,3 nm. Logam ini diperoleh dari fraksi air-metanol. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan larutan organik dapat menurunkan keakuratan analisis
logam.

● Analisis kuantitatif metalloenzim terimobilisasi

Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar enzim hidrogen peroksidase dengan
mengintepretasi jumlah logam besi yang dikandung dari enzim tersebut. Imobilisasi enzim
menggunakan kain karena teknik yang dilakukan yaitu adsorpsi, kovalen dan kovalen dengan
tambahan ikatan seberang silang. Kain tersebut direndam dalam larutan asam sulfat, lalu
cairan tersebut dioksidasi dengan tambahan enzim hidrogen peroksidase. Cairan tersebut lalu
diukur menggunakan spektroskopi yang menggunakan pijaran api pada panjang gelombang
248,3 nm

● Menguji logam vanadium di dalam tanah

Penelitian ini menggunakan spektroskopi yang memakai grafit.[6] Tanah yang ingin diuji
direaksikan dengan berbagai asam anorganik yang merupakan proses digesti. Ketika
didapatkan konsentratnya dalam asam klorida baru diencerkan dengan air dan dideteksi
dengan spektroskopi.

● Menganalisis elemen kelumit (trace element) pada jaringan kelinci Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis beberapa elemen kelumit (besi, tembaga, dan seng)
pada jaringan kelinci yang memiliki pola makan tinggi kadar lemak.Hasil dari
penelitian ini adalah logam besi ternyata mampu mempercepat proses aterosklerosis
BAB III
PEMBAHASAN
Pertanyaan dan Jawaban
TOPIK 1:
1. Bagaimana anda menjelaskan kemampuan alga dalam menyerap logam?
Dinding sel dari alga sebagian besar terdiri dari lipid, polisakarida, dan protein. Pada
dinding tersebut, terdapat gugus fungsional yang berbeda, seperti imidazole, tioeter,
karboksil, hidroksil, karbonil, fosfat, fenolik, dan lain-lain yang dapat membentuk
koordinasi kompleks dengan ion logam sehingga mampu mengikat ion logam.
Kemampuan alga menyerap logam ini juga dipengaruhi beberapa faktor, yakni pH
larutan, konsentrasi logam, dan massa biomassa yang terkandung.
2. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan logam dalam air secara
instrumental, apa yang dapat anda jelaskan mengenai metode tersebut?
Potensiometri merupakan metode kuantitatif analisa ion berdasarkan pengukuran beda
potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri. Sel potensiometri adalah sel
elektrokimia yang terdiri dari dua setengah sel elektroda yang tercelup dalam larutan
elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya. Metode ini digunakan untuk menentukan
nilai potensial elektroda, konsentrasi suatu ion, pH suatu larutan, titik akhir titrasi, dan
nilai Kp, Kc, dan Ksp dalam reaksi kimia.
3. Dalam Teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah
menjelaskan penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut? Dan bagaimana
metode/Teknik ini dilakukan?
● Elektode Pembanding, di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia,
diperlukan suatu elektrode pembanding(refference electrode) yang memiliki
syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali
tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki.. Pasangan
elektrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working
electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang
diselidiki.
● Elektroda inert merupakan elektroda yang tidak masuk ke dalam reaksi. Salah
satu contohnya adalah platina
● Elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada
membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion
jenis tertentu menembusnya, namun melarang ion-ion lain sehingga elektroda
ini sering disebut sebagai elektroda ion selektif (ISE)
● Elektroda kaca atau elektroda gelas adalah sensor potensiometrik yang terbuat
dari selaput kaca dengan komposisi tertentu. Gelas/kaca ini bertindak sebagai
suatu tempat pertukaran kation
4. Bagaimana Anda menjelaskan tentang yang Anda baca di beberapa literatur
bahwa bila menggunakan teknik potensiometri langsung perlu penambahan
senyawa penjaga kekuatan ion dalam larutan atau TISAB (Total Ionic Strength
Adjustment Buffer). Kapan tidak diperlukan TISAB dan untuk apa dilakukan
teknik penambahan larutan standar atau sampel tak diketahui (standard
addition atau sample addition method)?

TISAB tidak diperlukan saat:

● Ph tidak ekstrim.
● Ph larutan berada antara 2-10
● Kekuatan ion tidak terlalu tinggi, yaitu kurang dari 2 atau 3.
● Tidak ada mobilitasi ion tertentu
● Tidak ada suspensi bermuatan dari partikel-partikel berukuran makro atau
koloid.
● Kedua larutan sampel dan standar tidak memiliki aktivitas ion yang terlalu
kecil atau besar.

Manfaat dilakukannya adisi standar atau sampel adalah menyamakan kekuatan ion
larutan standar dan larutan sampel dan mengurangi kesalahan kalibrasi nilai konstanta K.

5. Bila menggunakan metode sample addition pada teknik potensiometri,


bagaimana Anda menjelaskan cara penentuan konsentrasi logam pada sampel?

6. Jika Anda memperoleh data logam Cr dari laboratorium sebagai berikut.


Bagaimana menentukan kemiringan kurva kalibrasi?
Kemiringan kurva kalibrasi dapat ditentukan jika kita mengetahui hubungan antara
konsentrasi dan potensial sel yang didapat dari persamaan Nernst. Hubungan
konsentrasi dan potensial sel menurut persamaan Nernst adalah
𝐸𝐸𝐸𝐸⁡= 𝐸°−〖0.0592/n log C〗⁡= 𝐸+𝐸 log⁡𝐸 dengan C adalah konsentrasi

dan S adalah kemiringan kurva kalibrasi. Persamaannya menjadi 𝐸𝐸𝐸𝐸⁡= 𝐸+𝐸


log⁡𝐸

7. Bagaimana Anda menentukan nilai potensial sel berikut ini :


Ag|AgCl (jenuh/s), HCl (0,02 M)||KCl (jenuh), Hg2Cl2 (jenuh)|Hg(l)

8. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda tentukan besarnya konstanta


kesetimbangan

2 Ag+ + Cu → 2 Ag + Cu2+
E° sel = EoAg+/Ag - EoCu/Cu2+ = 0,8 V – 0,34 V = 0,46 V
E° = 0.0592/n log K
0,46 = 0.0592/n log K
Log K = (2 𝐸 0,46)/0,0592
K = 𝐸^((2 𝐸 0,46)/"0,0592 " ) = 5612689

TOPIK 2: Kerang hijau dari Teluk Jakarta, Berbahayakah?


Tugas I
1. Bagaimana kerang hijau dapat mengandung logam-logam berat di dalamnya?
Jenis-jenis logam apa saja yang mungkin terdapat di dalamnya?

Kerang hijau dapat menyerap logam berat yang terdapat pada air, dimana sifatnya
sebagai biofilter. Limbah logam berat ini terserap dan terakumulasi dalam tubuh
kerang hijau. Ion logam berat dalam air diserap secara langsung melalui air melewati
membran insang atau melalui makanan yang selanjutnya diangkut darah dan dapat
tertimbun dalam jantung dan ginjal kerang.Kandungan yang terkontaminasi dalam
kerang hijau antara lain Arsen (As), Kadmium (Cd), Merkuri (Hg), Timbal (Pb),
Timah (Sn).

2. Bagaimana dengan kemungkinan jenis logam yang dikandung pada ikan?


Apakah sama jenis logam yang dikandungnya sebagaimana yang terdapat pada
kerang?
Logam berat yang terkandung dalam kerang memungkinkan untuk sama dengan
kandungan logam pada ikan. Logam berat yang mencemari ikan dan kerang berasal
dari berbagai macam sumber, yaitu berasal dari alam dalam jumlah sangat kecil (Cr),
berasal dari aktivitas kapal yang membuang limbah berkandungan tembaga (Cu)
sehingga air terkontaminasi oleh Cu, berasal dari limbah-limbah industri (Hg dan Cd),
berasal dari bahan bakar kapal yang tumpah (Pb).

3. Bagaimana Anda menjelaskan bahaya dari mengkonsumsi ikan atau kerang


yang mengandung logam-logam berat tersebut terhadap kesehatan manusia?

Iritasi perut, diare, dan muntah-muntah setelah mengkonsumsi makanan dan minuman
yang mengandung Cd, iritasi paru-paru, merusak sistem organ paru-paru (emfisema
dan bronkitis), sistem imun menurun, batu ginjal, gangguan GI, anorexia, muntah-
muntah, klik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan,
dan kebutaan, bahkan kematian.

4. Salah satu upaya untuk menganalisis kandungan merkuri ini adalah dengan
menggunakan spektroskopi atomik, AAS. Bila anda diminta untuk memberikan
informasi tentang AAS, bagaimana anda menjelaskan prinsip penentuan
konsentrasi logam dengan spektroskopi absorbansi atomik?

AAS adalah suatu teknik spektroskopi yang memanfaatkan besarnya


gelombang elektromagnetik yang diserap pada frekuensi tertentu oleh zat tertentu
untuk bereksitasi. Gelombang elektromagnetik yang diserap dihasilkan oleh suatu
sumber cahaya. AAS dapat menentukan lebih dari 67 jenis logam yang berbeda yang
terkandung dalam suatu larutan. AAS sangat sensitif dan akurat karena dapat
mengukur hingga bagian per milyar dari suatu berat (μg dm-3).

Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini merupakan proses penguraian
molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada
dalam keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar,
pada tahap ini atom akan berada pada keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap
oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi
sinyal yang terukur. Panjang gelombang sinar bergantung pada konfigurasi elektron
dari atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam keadaan
dasar, dengan demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa kuantitatif maupun
kualitatif. (Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi
seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi
ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan
emisi (pancaran) radiasi dan panas.

Penentuan konsentrasi logam dengan teknik spektrometri terdiri dari tiga jenis
metode analisis yaitu metode kurva kalibrasi, standar tunggal, dan adisi standar.

5. Bagaimana anda menjelaskan keunggulan teknik analisis AAS dibandingkan


analisis lain dalam hal limit deteksi, sensitivitas, dan ketelitian?

Keuntungan metode AAS adalah: spesifik, batas (limit) deteksi rendah, dari
satu larutan yang sama beberapa unsur berlainan dapat diukur, pengukuran dapat
langsung dilakukan terhadap larutan sampel (preparasi sampel sebelum pengukuran
lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu), dapat diaplikasikan kepada banyak
jenis unsur dalam banyak jenis sampel, batas kadar-kadar yang dapat ditentukan
sangat luas (mg/L hingga persen).

AAS memiliki limit deteksi atau kepekaan yang tinggi karena dapat
mendeteksi atau mengukur konsentrasi logam hingga konsentrasi sangat kecil, seperti
ppb. Getaran transisi pada AAS jarang terjadi dan monokromator yang digunakan
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang yang kecil sehingga limit deteksi
AAS juga semakin baik. Sensitivitas dari metode AAS tergolongan tinggi karena pada
penggunaan metode ini interferensi daripada garis-garis spektrum unsur lain
diperkecil sehingga data yang diperoleh lebih akurat dibanding AES dan AFS. AAS
mempunyai tingkat ketelitian yang sangat tinggi karena metode ini bebas gangguan.
Kesalahan relatifnya sangat kecil yaitu 1-2%.
Tugas II
1. Bagaimana Anda membuat suatu persamaan yang menghubungkan absorbansi
(A) dengan besaran Vs, Vx, Cs, Cx, serta VT berdasarkan hukum Lambert-
Beer?

2. Bila intersep pada plot di atas bernilai a sedangkan kemiringan kurva pada No.
1 di atas bernilai b, bagaimana Anda mendapatkan persamaan untuk
menentukan konsentrasi sampel:

3. Bagaimana Anda menentukan konsentrasi larutan sampel berdasarkan data


yang Anda peroleh di atas?
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kerang hijau bisa terkontaminasi oleh logam berat karena kerang hijau merupakan
organisme yang bersifat sebagai filter feeder dalam perairan, sehingga komoditi ini
sangat rentan terhadap akumulasi logam berat dalam tubuhnya dan kerang hijau dapat
menyerap logam berat yang terdapat pada air dalam kapasitas yang cukup besar.
2. Metode spektrofotometri dengan menggunakan spektroskopi atomik atau AAS
merupakan metode yang tepat untuk menentukan konsentrasi logam berat dalam
larutan karena limit deteksi, sensitivitas serta ketelitian dari alat tersebut tinggi.
3. Metode analisis AAS terbagi menjadi metode kurva kalibrasi, metode standar tunggal,
dan metode adisi standar.
4. Dalam metode alat AAS, terdapat sebuah hukum bernama hukum Lambert-Beer yang
menyatakan bahwa konsentrasi sampel berbanding lurus dengan absorbansi dan tebal
dari medium tersebut
5. Potensiometri merupakan salah satu metode analisis dalam cabang ilmu kimia analitik
yang menggunakan reaksi reduksi-oksidasi sebagai prinsip dasarnya.
6. TISAB adalah larutan penyangga yang memiliki kekuatan ionik cukup tinggi dan
mampu meningkatkan kekuatan ionik suatu larutan sehingga relatif menjadi lebih
tinggi dari semula.
7. Penentuan kemiringan (slope) kurva kalibrasi, dilakukan dengan cara membuat
hubungan antara log10 C dan potensial sel, di mana C adalah konsentrasi ion pada
larutan yang digunakan dalam mol/L.
DAFTAR PUSTAKA

● Skoog, Douglas Aet Al. Fundamental of Analytical Chemistry 9 th edition. 2013.


Cengage Learning. Boston : Massachusetts
● Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep Inti. Edisi 3 Jilid 2. Erlangga:Jakarta
● Priyadarshini, E., Priyadarshini, S. and Pradhan, N. (2019). Heavy metal resistance in
algae and its application for metal nanoparticle synthesis. Applied Microbiology and
Biotechnology, 103(8), pp.3297-3316
● Frant, Martin. 1999. Use of a total ionic strength adjustment buffer for electrode
determination of fluoride in water supplies. (Online)
(https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/ac60263a005)
● Suriansyah, Agung. 2012. ALIBRASI DAN ADISI STANDAR PADA
PENGUKURAN MERKURI DALAM AIR DENGAN KANDUNGAN SENYAWA
ORGANIK TINGGI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN
ATOM. Jurnal Kimia Khatulistiwa: Volume 1, No. 1. [Online] Available at:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/984. Accessed at October 28,
2019
● Danardi, dkk. (2010). Mengenal Logam Beracun. [online]. Available from:
http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/Iptek/LogamBerat/logamberat.pdf

Anda mungkin juga menyukai