Disusun oleh:
Lupita Maharani 30101306978
Mega Puspita S 30101306991
Nurul Hidayati 30101307032
Siti Badriyah 12096025
Pembimbing:
dr. Bekti Safarini, Sp.RAD (K)
ABSTRAK
Pendahuluan : Achalasia adalah tidak adanya atau tidak efektifnya peristaltic esophagus distal di sertai
dengan kegagalan sfingter esophagus untuk rileks dalam respon terhadap menelan. Secara klinis pasien
akan mengeluhkan disfagia (kesulitanmenelan), odynophagia (nyerisaatmenelan) dan / ataunyeri dada.
Beberapa pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis akalasia, yaitu X-Ray,
manometriesofagus, barium esophagram, esophagoduodenoscopy, esophageal CT-scan.
Studi Kasus : Pasien mengeluh tidak bisa makan dan minum sejak tiga bulan yang lalu.Pasien mengeluh
awalnya ditenggorokan ada rasa seret di tenggorokan.Saat pasien menelan makanan langsung muntah
muntah.Karakteristik muntah yaituapa yang pasien makan dan minumdengan bentuk yang serupa. Pasien
mengeluh penurunan berat badan dan nyeri dada.
Pembahasan : Disfagia merupakan keluhan utama pada sebagian besar (90%) pasien akalasia. Penurunan
berat badan, regurgitasi, nyeri dada, dan heartbun dilaporkan terjadi pada 40-60% pasien. Gejala
pernafasan, pembengkakan leher juga berhubungan dengan penyakit ini. Foto X ray tidak dapat
membedakan akalasia primer dan sekunder. Akurasi esofagogram untuk diagnosis akalasia 95% dan
dapat membedakan akalasia primer dan sekunder. Pencitraan CT Scan bermanfaat untuk melihat adanya
massa yang menjadi penyebab akalasia sekunder.
Kesimpulan : Pasien termasuk dalam akalasia primer yang dapat dinilai dari gejala klinis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang radiografi berupa CT Scan.
Pendahuluan
STUDI KASUS
Pasien seorang laki-laki, berusia 58 tahun karena tidak ada asupan nutrisi yang
mengeluh tidak bisa makan dan minum adekuat.BAK lancar. Pasien juga merasa
sejak tiga bulan yang lalu. Pasien mengeluh nyeri dada. Pasien masuk rumah sakit pada
awalnya ditenggorokan terasa seret. bulan 4 Mei 2018. Istri pasien mengatakan
Kemudian ketika pasien menelan makanan, bahwa pasien mempunyai riwayat
dia langsung muntah-muntah. Karakteristik pengobatan batuk selama 6 bulan
muntahnya apa yang pasien makan dan sebelumnya.Tidak ada riwayat hipertensi,
minum dengan bentuk yang serupa. Pasien DM, herpes, maupun cacar, maupun
mengeluh sehabis muntah merasa keganasan. Istri pasien juga mengatakan
tenggorokan sakit dan juga merasa asam. bahwa dari keluarga tidak ada riwayat sakit
Pasien juga mengeluh perutnya terasa seperti penyakit pasien saat ini, dan tidak
perih.Perihnya juga dimulai sejak tiga bulan ada riwayat hipertensi, DM, kanker, dan
yang lalu, sehingga pasien merasa berat sakit paru atau menular lainnya.
badannya pun semakin berkurang. Pasien
melaporkan bahwa dirinya juga jarang BAB
Pemeriksaan Fisik di RS. Saat dirawat di RS pasien minum
Keadaan umum pasien terlihat lemah dan susu dan sedikit air putih. Pasien
kurang bertenaga. Pasien mengeluhkan tidak mengatakan nafsu makan ada, tetapi ketika
bisa makan dan minum, jika makan atau makan atau minum, makanan itu dengan
minum selalu dimuntahkan. Tiga bulan refleks dikeluarkan lagi. Pasien mengatakan
sebelum dirawat di RS, pasien biasanya tidak ada mual, tetapi ada muntah.
makan tiga kali dalam sehari. Pasien Pasien tidak bisa makan dan minum, jika
biasanya mengkonsumsi makanan seperti makan atau minum akan dimuntahkan. Berat
biasa saja seperti nasi dan lauk pauk.Saat badan (BB) saat ini 53 kg, BB dahulu 70 kg,
sakit dan dirawat di RS, pasien mengatakan tinggi badan (TB) 160 cm, suhu tubuh 36
susah menelan dan tidak dapat makan dan 0C, frekuensi nadi: 64 kali per menit,
minum seperti biasa karena jika makan tekanan darah (TD) 130/70 mmHg.
maupun minum akan dimuntahkan. Saat ini Kelembaban kulit baik (lembab).Warna kulit
pasien sudah bisa minum susu meskipun cokelat tua, turgor kulit baik.Infus terpasang
kadang-kadang tetap dimuntahkan. Pasien pada tangan sebelah kanan (vena radialis)
minum air putih cukup, teh, dan kopi dengan cairan ringer laktat (RL) sebanyak
kadang-kadang pada waktu sebelum dirawat 14 tpm.
Radiologi
Dari foto radiologi Thorax AP&Lateral April 2018 didapatkan kesimpulan adanya
(Gambar 1) yang diakukan di RSU cardiomegali (LVH), gambaran TB paru
Muhammadiyah Gubug pada tanggal 19 aktif, dan efusi pleura sinistra.
Disfagia merupakan keluhan utama pada kelainan ini. Akalasia sekunder (jarang
pada sebagian besar (90%) pasien akalasia. ditemukan) kelainan ini dapat disebabkan
Penurunan berat badan, regurgitasi, nyeri oleh tumor intraluminer seperti tumor kardia
dada, dan heartbun dilaporkan terjadi pada atau pendorongan ekstraluminer seperti
40-60% pasien4. Post prandial regurgitasi pseudokista pankreas. Kemungkinan lain
terjadi bila penyakit sudah lanjut dan sudah dapat disebabkan oleh obat antikolinergik
terjadi dilatasi esofagus bagian proksimal. atau pascavagotomi4. Dalam kasus ini tidak
Makanan yang mengalir balik belum ditemukan adanya gambaran massa pada
dicerna, tidak asam, dan baunya manis pemeriksaan CT Scan, sehingga pasien
kerena pengaruh ludah5. Gejala pernafasan termasuk dalam akalasia sekunder.
seperti aspirasi yang mengarah ke
Foto rotgen dada memiliki
pneumonia dan bronkiektasis berhubungan
dengan penyakit ini. Hanya beberapa sensitivitas dan spesifitas yang rendah dalam
utama akalasia pada pasien seperti disfagia, barium, endoskopi, dan manometri.
penurunan berat badan, regurgitasi, nyeri
Beberapa penyakit dapat memberikan
dada, dan gejala respirasi.
gambaran akalasia pada foto rotgen dada
Menurut etiologinya, akalasia dapat
maupun barium kontras, seperti
dibagi menjadi 2 yaitu akalasia primer dan
sekunder. Akalasia primer (yang paling adenokarsinoma, keganasan esofagus,
sering ditemukan) penyebab yang jelas tidak
keganasan lambung, keganasan paru non sel
diketahui. Diduga disebabkan oleh virus
kecil, skleroderma, amiloidosis, penyakit
neurotropik yang berakibat lesi pada nukleus
dorsalis vagus pada batang otak dan ganglia kolagen vaskular, dan lifoma5. Pemeriksaan
mienterikus pada esofagus. Di samping itu,
barium esofagogram dengan fluoroskopi
faktor keturunan juga cukup berpengaruh
pada pasien curiga akalasia merupakan tes diagnostik awal.
A B
C D
Akurasi esofagogram untuk tampak gambaran bird’s beak dan rat tail di
diagnosis akalasia 95%. Pada stadium awal gastroesofageal junction dengan di bagian
tak tampak adanya gelombang peristaltik distalnya membentuk sudut sebelum masuk
badan esofagus (‘vigorous achalasia’) akalasia primer dan sekunder. Temuan klinis
dengan ditemukan gelombang sekunder akalasia primer antara lain usia pasien lebih
sampai tersier. Pada akalasia progresif muda rata-rata 53 tahun dan onset disfagia
lebih lama rata-rata lebih dari satu tahun penurunan berat badan yang bermakna.
serta disertai sedikit penurunan berat badan. Temuan pemeriksaan barium esofagogram
adanya dilatasi esofagus di bagian proksimal proksimal dengan diameter kurang dari 4 cm
mengerucut bertahap dan sifat simetris panjang penyempitan lebih panjang (> 3,5
A B
C D
sekunder
sebagai pemeriksaan rutin pada pasien tersebut. Selain itu CT dapat menunjukkan
sebagai konfirmasi diagnosis atau untuk kardia, atau adenopati mediastinum pada
mengetahui tanda lain yang mengarah pasien dengan akalasia sekunder. CT juga
adanya penyakit lain atau proses benigna dapat membantu mengidentifikasi letak
dilakukan untuk mengetahui tidak ada atau sekunder8. Temuan akalasia pada
esofagus dan tidak adanya massa di cardia luminal esofagus yang dilatasi dengan debris
Dalam kasus ini didapatkan gambaran CT pasien termasuk dalam akalasia primer yang
Scan berupa dilatasi esofagus dengan dapat dinilai dari gejala klinis, pemeriksaan
disertai gambaran air fluid level dan debris berupa CT Scan dengan hasil berupa dilatasi
DAFTAR PUSTAKA