Anda di halaman 1dari 29

Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,


menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut, menunjukkan bahwa pendidikan di setiap
satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan.
Permasalahannya adalah apakah pendidikan di masing-masing satuan pendidikan telah
diselenggarakan dengan baik, dan mencapai hasil seperti yang diharapkan.

Hasil studi cepat tentang pendidikan kewirausahaan pada pendidikan dasar dan menengah
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (27 Mei 2010)
diperoleh informasi bahwa pendidikan kewirausahaan mampu menghasilkan persepsi positif
akan profesi sebagai wirausaha. Bukti ini merata ditemukan baik di tingkat sekolah dasar,
menengah pertama, maupun menengah atas, bahwa peserta didik di sekolah yang memberikan
pendidikan kewirausahaan memberikan persepsi yang positif akan profesi wirausaha.
Persepsi positif tersebut akan memberi dampak yang sangat berarti bagi usaha penciptaan dan
pengembangan wirausaha maupun usaha-usaha baru yang sangat diperlukan bagi kemajuan
Bangsa.

Tantangan internal yang dihadapi bangsa Indonesia terutama semakin meningkatnya jumlah
penduduk usia produktif yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat
angkanya mencapai 70%. Perkembangan penduduk ini merupakan bonus demografi yang
harus dimanfaatkan menjadi sumberdaya manusia Indonesia yang memiliki kompetensi dalam
hal penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga membentuk karakter generasi
penerus bangsa menjadi warga negara yang mandiri dalam meniti masa depan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Sedangkan tantangan eksternal terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait
dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, serta kebangkitan
industri kreatif dan budaya. Semua ini hendaknya dapat dimanfaatkan untuk dapat
menguatkan budaya lokal, nilai-nilai karakter sebagai pembangunan kembali potensi lokal,
pemanfaatan sumber daya alam secara seimbang dan dasar pengembangan kewirausahaan,
sehingga mampu membangun citra dan identitas bangsa, serta memberikan dampak ekonomi
dan sosial yang positif.

Kenyataan menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) di perguruan tinggi pada tahun
2013 sebesar 29,9 % artinya bahwa anak usia 19-23 tahun (lulusan SMA dan SMK) tidak
semuanya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, sebanyak 70,1 % tidak dapat melanjutkan,
sementara sebagian mereka belum memiliki keterampilan untuk terjun dimasyarakat.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan
berwirausaha yang baik.

Berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang


memperoleh perhatian yang memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat.
Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan berwirausaha peserta didik, baik di sekolah-sekolah, maupun di pendidikan
profesional. Orientasi pendidikan kewirausahaan pada umumnya untuk menyiapkan tenaga
kerja. Untuk itu, perlu dicari penyelesaiannya, bagaimana pendidikan dapat berperan untuk
menjadikan manusia yang memiliki jiwa wirausaha. Untuk mencapai hal tersebut, perlu
dikembangkan konsep yang dibekalkan kepada peserta didik agar menjadi wirausahawan
yang tangguh.

Engkoswara (1999), menyatakan bahwa kehidupan manusia Indonesia menjelang tahun 2020
diharapkan akan semakin membaik dan dinamik. Untuk itu kualitas lulusan dituntut memiliki
kemampuan kemandirian yang tangguh agar dapat menghadapi tantangan, ancaman,
hambatan yang diakibatkan terjadinya perubahan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tantangan
yang terjadi pada era global adalah semakin menipisnya kualitas kemandirian manusia
Indonesia. Krisis yang melanda Indonesia yang multidimensi mengakibatkan budaya bangsa
semakin memudar, yaitu terjadinya degradasi moral spiritual, semangat berusaha dan bekerja
yang semakin melemah, kreativitas yang semakin mengerdil dan menjurus ke arah yang
negatif. Melalui pengembangan individu diharapkan secara keseluruhan masyarakat akan
mengalami “self empowering” untuk lebih kreatif dan inovatif. Kecenderungan terjadinya
perubahan tidak dapat dihindari semua pihak, baik individu, kelompok masyarakat, bangsa,
maupun negara, sehingga dituntut untuk lebih memfokuskan diri pada penyusunan rencana
strategik dengan visi yang jauh ke depan agar siap menghadapi setiap perubahan. Realita yang
ada, banyak lulusan pendidikan yang tidak mampu mengisi lowongan pekerjaan karena
ketidak cocokan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dibutuhkan dunia
kerja. Disamping itu penyerapan tenaga kerja oleh instansi pemerintah maupun swasta yang
sangat terbatas, akan memberi dampak jumlah tingkat pengangguran akan meningkat pada
setiap tahunnya.

Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional, terutama yang mengarah pada
pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan wira usaha, maka pengelolaan pendidikan
diharapkan mampu menemukan strategi yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan
lulusan yang berkualitas baik di bidang akademik maupun non akademik. Kualitas akademik
yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu, sedangkan
kualitas non akademik berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja dan membuka
usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain lulusan pendidikan diharapkan memiliki sikap,
pengetahuan, dan keterampilan wirausaha yang tinggi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kualitas pendidikan harus terus menerus ditingkatkan, baik
kualitas proses maupun produk. Kualitas proses dapat dicapai apabila proses pembelajaran
berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat menghayati dan menjalani proses
pembelajaran tersebut secara bermakna. Kualitas produk tercapai apabila peserta didik
menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan
kebutuhannya dalam kehidupan dan tuntutan dunia kerja. Dengan demikian untuk mencapai
kemampuan di atas perlu dikembangkan model program kewirausahaan pada satuan

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

pendidikan yang mampu menumbuhkan sikap, minat dan perilaku wirausaha pada peserta
didik.

Penguatan pembelajaran Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan salah satu jawaban


untuk mengatasi masalah pengangguran Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pembekalan
kompetensi kewirausahaan diarahkan untuk mempersiapkan anak didik dalam rangka
menciptakan lapangan kerja, mengentaskan masalah pengangguran, kemiskinan, keterpurukan
ekonomi dan secara politis dapat mengangkat harkat dan martabat sebagai bangsa yang
mandiri.

Program kewirausahaan, tidak hanya dikembangkan untuk menghasilkan manusia terampil


intelektual, tetapi juga yang inspiratif-pragmatis. Pengembangan pendidikan kewirausahaan
dilaksanakan terprogram secara sistematis melalui kurikulum dan pembelajaran yang
diselenggarakan secara terbuka, eksploratif, dan meminimalkan pembelajaran yang sifatnya
simulasi. Oleh karena itu program kewirausahaan harus menjadi alternatif dalam
mempersiapkan lulusan yang kreatif dan inovatif serta mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri.

B. Kebijakan

Pelaksanaan program kewirausahaan pada naskah akademik ini didasarkan pada butir-butir
kebijakan nasional dalam bidang pendidikan yang terdapat dalam dokumen PRJMN 2015 –
2019. RPJMN 2015—2019 telah menetapkan sembilan agenda prioritas, yang dikenal sebagai
Nawacita, yang sepenuhnya berlandaskan ideologi Trisakti.Ideologi Trisakti mencakup
kedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan. Sementara itu Nawacita meliputi, (1)menghadirkan kembali negara untuk
melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara; (2)
membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, danterpercaya; (3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerahdan desa dalam kerangka negara kesatuan; (4) memperkuat
kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebaskorupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5) meningkatkan kualitas hidup
manusiaIndonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsaAsia
lainnya; (7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik; (8) melakukan revolusi karakter bangsa;serta (9) memperteguh
kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

1. Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005 – 2025


menyatakan bahwa visi 2025 adalah Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif
(Insan Kamil/Insan Paripurna). Sementara Visi Kemendikbud 2019 adalah “Terbentuknya
Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan
Berlandaskan Gotong Royong.”

Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai
terwujudnya tujuh elemen ekosistem. Tujuh elemen ekosistem pendidikan tersebut
adalah sebagai berikut:

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 3-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

a. Sekolah yang Kondusif


Suasana kondusif di sekolah sangat diperlukan untuk membuat sekolah yang efektif.
Sekolah adalah suatu tempat yang di dalamnya terjadi hubungan saling
ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya.Sekolah yang kondusif
sebagai tempat yang menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di dalamnya,
baik siswa, guru, tenaga pendidik, orang tua siswa, dan pelaku lainnya. Ketersediaan
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai juga menjadi faktor pendukung.
Faktor pendukung lain yang penting ialah peran kepala sekolah yang memimpin
parapelaku pendidikan menghadapi dan menyelesaikan masalah.

b. Guru sebagai Penyemangat


Guru yang baik adalah guru yang mempunyai empat kompetensi yang mumpuni
meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan berkepribadian.Selain itu
seorang guru juga harus punya naluri yang sensitif atau peka terhadap kemampuan
dan perkembangan siswanya. Artinya sensitif terhadap kebutuhan siswa sertamampu
memberikan semangat kepada siswa untuk aktif, kreatif, inovatif, dan sportif dalam
mengikuti proses belajar mengajar.

c. Orangtua yang Terlibat Aktif


Orang tua berperan sejak awal sebagai pendidik bagi anak-anaknya sejak masa
sebelum dan sesudah mereka bersekolah. Keluarga sebagai lembaga pendidikan
memiliki beberapa fungsi, seperti: membentuk kepribadian anak, melaksanakan
pedidikan anak di rumah dan mendukung pendidikan di sekolah. Pemerintah
memang memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang baik
bagi seluruh anak Indonesia. Orang tua memiliki hak dan kewajiban dalam memilih
satuan pendidikan, memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan
anaknya, serta memberikan masukan kepada sekolah. Orang tua yang terlibat aktif
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah akan menciptakan pendidikan yang
lebih efektif.

d. Masyarakat yang Sangat Peduli


Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan partisipasi dan kepedulian masyarakat.
Salah satu alasannya ialah keterbatasan sumber daya pemerintah. Partisipasi dan
kepedulian masyarakat itu dapat berupa menyelenggaraan satuan pendidikan
mandiri atau mendukung satuan pendidikan mandiri milik pemerintah. Masyarakat
yang menyelenggarakan satuan pendidikan mandiri harus berupaya sebaik-baiknya
dan tetap mematuhi semua pedoman, aturan, dan kurikulum yang ditetapkan
pemerintah. Sementara itu, partisipasi masyarakat dalam satuan pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah dapat berupa materi, tenaga, dan pikiran. Kini
masyarakat dapat berperan serta dalam pembahasan masalah pendidikan, baik
akademis maupun non akademis, dan dalam proses pengambilan keputusan terkait
rencana pengembangan sekolah.

e. Industri yang Berperan Penting


Di negara-negara maju, peran industri ditunjukkan secara nyata berupa kerjasama
program, dukungan finansial untuk penelitian dan beasiswa. Bahkan di beberapa
negara peran industri menjadi kewajiban sesuai undang-undang yang mengaturnya.
Pengalaman negara-negara tersebut dapat menjadi pelajaran bagi penyelenggaraan

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 4-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

pendidikan di Indonesia. Selain dukungan finansial, peran industri yang penting ialah
menyelesaikan permasalahan peralihan dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Dunia
industri dapat berfungsi sebagai tempat praktik, magang kerja, belajar manajemen
industri dan tempat menambah wawasan dunia kerja bagi siswa. Kerjasama sekolah
dan industri harus dibangun berdasarkan kemauan dan saling membutuhkan. Pihak
dunia kerja dan industri seharusnya menyadari bahwa pihak industri tidak akan
mendapatkan tenaga kerja siap pakai yang diperlukan sesuai kualifikasi yang
diharapkan, tanpa membangun program pendidikan bersama.

f. Organisasi Profesi yang Berkontribusi Besar


Organisasi profesi diharapkan dapat meningkatkan peran dalam penyelenggaraan
pendidikan. Organisasi profesi dapat memberikan masukan bahkan menentukan arah
kebijakan pendidikan. Pemerintah sudah seharusnya bekerja sama lebih erat dengan
organisasi profesi, melalui berbagai jalur komunikasi dan aspirasi. Interaksi yang
baikakan menguntungkan kedua belah pihak, sekaligus mempercepat kemajuan
pembangunan di bidang pendidikan.

g. Pemerintah yang Berperan Optimal


Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945 IV (keempat) tahun 2002 yaitu tentang
pendidikan, bentuk dukungan pemerintah telah dituangkan dalam pasal 31 ayat 1,
2,3, 4, dan 5. Khusus untuk dukungan pendanaan secara eksplisit dituangkan
padapasal 31 ayat 4 yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
sertadari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan nasional”. Pemerintah memegang peranan penting
dalam peningkatan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan serta daya saing anak-
anak Indonesia, terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM)dan Standar Nasional Pendidikan (SNP), pemberian
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada semua jenjang pendidikan serta pemberian
beasiswa miskin melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) sehingga keterjangkauan dan
jaminan untuk memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah dapat
terpenuhi. Selain itu pemerintah juga harus menjamin ketersediaan pendidik dan
tenaga kependidikan yang profesional diseluruh jenjang pendidikan dan seluruh
satuan pendidikan, serta mengurangi kesenjangan akses dan kualitas antar propinsi,
kabupaten, dan kota serta antar daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Pemerintah daerah pun dituntut untuk berperan lebih daripada waktu sebelumnya.
Sebagian besar penggunaan dana pendidikan dari APBN berada dibawah control
pemerintah daerah. Pemanfaatan dana pendidikan yang berasal dari APBN dan
APBDdapat diupayakan semakin terkoordinasi, antara lain mengkaitkan besaran
alokasidana pemerintah dengan seberapa besar alokasi APBD daerah bersangkutan.

2. Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Misi Renstra Kemendikbud 2015—2019 dapat dimaknai sebagai berikut:


a. Mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat adalah menguatkan
siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemimpin institusi pendidikan dalam
ekosistem pendidikan; memberdayakan pelaku budaya dalam pelestarian dan
pengembangan kebudayaan; serta fokus kebijakan diarahkan pada penguatan
perilaku yang mandiri dan berkepribadian;

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 5-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

b. Mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan adalah mengoptimalkan


capaian wajib belajar 12 tahun; meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan
layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan
masyarakat terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T);
c. Mewujudkan pembelajaran yang bermutu adalah meningkatkan mutu pendidikan
sesuai lingkup standar nasional pendidikan; serta memfokuskan kebijakan
berdasarkan percepatan peningkatan mutu untuk menghadapi persaingan global
dengan pemahaman akan keberagaman, dan penguatan praktik baik dan inovasi;
d. Mewujudkan pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa adalah: a)
menjagadan memelihara jati diri karakter bangsa melalui pelestarian dan
pengembangan kebudayaan dan bahasa; b) membangkitkan kembali karakter bangsa
Indonesia, yaitu saling menghargai keragaman, toleransi, etika, moral, dan gotong
royong melalui penerapan budaya dan bahasa Indonesia yang baik di masyarakat; c)
meningkatkan apresiasi pada seni dan karya budaya Indonesia sebagai bentuk
kecintaan pada produk-produk dalam negeri; d) melestarikan, mengembangkan dan
memanfaatkan warisan budaya termasuk budaya maritim dan kepulauan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat;
e. Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi
danpelibatan publik adalah dengan memaksimalkan pelibatan publik dalam
seluruhaspek pengelolaan kebijakan yang berbasis data, riset, dan bukti
lapangan;membantu penguatan kapasitas tata kelola pada pendidikan di daerah,
mengembangkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat
nasional;mewujudkan birokrasi Kemendikbud yang menjadi teladan dalam tata kelola
yang bersih, efektif, dan efisien.

3. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Tahun 2015 - 2019

Arah pembangunan dalam RPJMN 2015 - 2019 ialah mewujudkan Indonesia yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Kebijakan ini
selanjutnya dijabarkan dalam kerangka pembangunan yang dapat memastikan Indonesia
dapat tumbuh lebih cepat dan kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Perekonomian Indonesia
harus bertransformasi dari ekonomi yang mengandalkan eksploitasi sumber daya alam
sebagai barang mentah, tenaga kerja murah dengantingkat pendidikan yang rendah dan
kualitas iptek yang relatif rendah menjadi perekonomian yang memperoleh nilai tambah
tinggi dari pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, industri pengolahan dan
jasa yang didukung oleh manusia yang berkualitas, dan mempunyai daya saing serta
didukung kualitas iptek yang terus meningkat. Kualitas iptek dan manusia yang diukur
dengan tingkat pendidikan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menjabarkan
arah kebijakan dan strategi nasional ke depan. Arah kebijakan dan strategi nasional dalam
pembangunan pendidikan dan kebudayaan dipengaruhi oleh permasalahan pokok dan
tantangan yang dihadapi bangsa dalam lima tahun ke depan dan kondisi lingkungan
strategis. Permasalahan pokok bangsa yang mendasar dalam pembangunan pendidikan
dan kebudayaan adalah intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Lunturnya budaya
menghormati keragaman memupuk munculnya sikap-sikap permusuhan, diskriminasi,
dan tindakan kekerasan di masyarakat yang diperburuk dengan tergerusnya karakter
bangsa akibat kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang begitu cepat telah
melahirkan dunia tanpa batas yang merupakan ancaman bagi pembangunan karakter
bangsa. Adapun tantangan utama pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam lima
tahun ke depan ialah : (i) peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pengurangan

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 6-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

kesenjangan antar wilayah; serta (ii) pembangunan tata kelola untuk menciptakan
birokrasi yang efektif.

C. Landasan Hukum

1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.


Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan
landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan.
Berdasarkan landasan filosofis tersebut, sistem pendidikan nasional menempatkan
peserta didik sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
fitrahnya dengan tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan bermartabat dan
menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, mandiri, kreatif, inovatif dan berakhlak
mulia.
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
Dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
3 ditegaskan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
3. Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan. Ini memberikan arah dalam melaksanakan gerakan
memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan di sektor masing-masing sesuai
dengan tugas, kewenangan dan tanggung jawabnya dibawah koordinasi Menteri Koperasi
dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Melalui gerakan ini diharapkan budaya kewirausahaan
akan menjadi bagian dari etos kerja masyarakat dan bangsa, sehingga dapat melahirkan
wirausahawan-wirausahawan baru yang handal, tangguh dan mandiri.
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Negara Koperasi dan UKM dan Menteri Pendidikan
Nasional No. 02/SKB/MENEG/VI/2000 dan No. 4/U/SKB/2000 tertanggal 29 Juni 2000
tentang Pendidikan Perkoperasian dan Kewirausahaan. Tujuan dari SKB adalah (a)
memasyrakatkan dan mengembangkan perkoperasian dan kewirausahaan melalui
pendidikan, (b) menyiapkan kader-kader koperasi dan wirausaha yang profesional, (c)
menumbuhkembangkan koperasi, usaha kecil, dan menengah untuk menjadi pelaku
ekonomi yang tangguh dan profesional dalam tatanan ekonomi kerakyatan.
5. Pidato Presiden pada Nasional Summit Tahun 2010 telah mengamanatkan perlunya
penggalakan jiwa kewirausahaan dan metodologi pendidikan yang lebih megembangkan
kewirausahaan.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu
Pendidikan, Pasal 4 butir (d) … kreatifitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan, butir
(e) tingkat kemandirian serta daya saing, dan butir (f) kemampuan untuk menjamin
keberlanjutan diri dan lingkungannya.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, pasal 5 ayat 5 dan 6
disebutkan bahwa Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok A
dan muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran peminatan Kelompok C bersifat
nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah sedangkan Muatan dan acuan pembelajaran
mata pelajaran umum Kelompok B bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 7-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah dan/atau satuan
pendidikan.

D. Tujuan Program Kewirausahaan

Program kewirausahaan di SMA bertujuan untuk:


1. Memperkuat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA dengan
cara mengembangkan metode pembelajaran pada mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan dan pembentukan nilai-nilai kewirausahaan pada kegiatan
ekstrakurikuler dan budaya sekolah.
2. Mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dalam rangka
pemetaan ruang lingkup materi yang terkait dengan program kewirausahaan.
3. Merumuskan rancangan program kewirausahaan di SMA.

E. Hasil yang Diharapkan

Dari rangkaian proses penyusunan naskah akademik diharapkan dapat menghasilkan


beberapa hal sebagai berikut:
1. Terwujudnya KTSP yang dapat memperkuat metode pembelajaran pada mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan dan mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan pada
kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah.
2. Terwujudnya seperangkat pemetaan yang memuat ruang lingkup materi kewirausahaan.
3. Terwujutnya program kewirausahaan dan pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan di
SMA.

F. Kriteria Keberhasilan Program Kewirausahaan

Keberhasilan program kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian kriteria oleh


peserta didik, yang antara lain meliputi:
1. Memiliki karakter wirausaha
2. Memahami konsep kewirausahaan
3. Mampu melihat peluang
4. Memiliki keterampilan/skill berwirausaha
5. Terbentuknya lingkungan belajar yang berwawasan kewirausahaan di sekolah.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 8-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Kewirausahaan

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara
memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan
merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan
dalam bentuk penerapan kreatifitas dan keinovasian. Seperti dikemukanan Thomas W.
Zimmerer (1996), “Entrepreneurship is the result of disciplined, systematic prossec of applying
creativity and innovations to needs and opportunities in the marketplace”. Kewirausahaan
merupakan hasil dari suatu disiplin, proses sitematis penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.

Karena kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam
berkreasi dan berinovasi, maka objek studi kewirausahaan adalah kemampuan yaitu
kemampuan merumuskan tujuan hidup, kemampuan memotivasi diri, kemampuan
berinisiatif, kemampuan membentuk modal, kemampuan mengatur waktu, dan kemampuan
membiasakan diri untuk belajar dari pengalaman. Oleh sebab itu objek studi kewirausahaan
adalah kemampuan, sifat-sifat, nilai-nilai, dan kepribadian seseorang yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang memandang dan menafsirkan bahwa
kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh para pengusaha atau
pelaku bisnis (businessmen). Pandangan tersebut kurang tepat, kewirausahaan tidak selalu
identik dengan perilaku dan watak pengusaha saja karena sifat ini dimiliki juga oleh mereka
yang bukan pengusaha, seperti petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru,
arsitektur, seniman, artisan, pemimpin proyek, peneliti, dan pekerjaan lainnya yang
dilakukan secara kreatif dan inovatif. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang
memiliki kemampuan dan inovatif, dan pada setiap orang yang menyukai perubahan,
pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Seperti dikemukakan Soeparman Soemahamidjaja
(1980) bahwa kewirausahaan meliputi semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta
maupun pemerintah. Wirausahawan adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan
inovatif dengan jalan mengembangkan ide atau meramu sumber daya untuk menemukan
peluang dan perbaikan hidup (Soeharto Prawirokusumo, 1977:5).

Rahasia kewirausahaan terletak pada kreativitas dan keinovasian. Menurut Suryana


(2013:15), kreativitas adalah kemampuan mengembangakan ide dan cara-cara baru dalam
memecahkan masalah dan menemukan peluang. Sementara itu, inovasi adalah kemampuan
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang.
Sesuatu yang baru dan berbeda dapat diciptakan oleh wirausahawan, seperti proses, metode,
barang-barang, dan jasa-jasa. Sesuatu yang baru dan berbeda inilah yang merupakan nilai
tambah dan keunggulan. Keunggulan adalah daya saing, dan daya saing adalah peluang untuk
meraih sukses. Dengan kreativitas, wirausahawan dapat melihat sesuatu yang lama dan
berfikir sesuatu yang baru serta berbeda. Dengan demikian, rahasia kewirausahaan
sebenarnya terletak pada kreatifitas dan keinovasian untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Kesuksesan berwirausaha akan tercapai apabila seseorang berfikir kreatif dan
 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 9-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

inovatif menciptakan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru
(Zimmerer, 1996:51).

Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki


jiwa wirausaha (entrepeneur) sebagai orang yang (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan
hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan
(6) keorisinalan. Bentuk ketata kelakukan ciri-ciri wirausaha nampak pada tabel berkut.

Ciri-ciri Kewirausahaan Bentuk Tata – Kelakuan


Percaya diri 1. Bekerja penuh keyakinan
2. Tidak berketergantungan dalam melakukan
pekerjaan
Berorientasi pada tugas dan 1. Memenuhi kebutuhan akan prestasi
hasil 2. Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun dan tabah,
tekad kerja keras
3. Berinisiatif
Pengambil risiko 1. Berani dan mampu mengambil risiko kerja
2. Menyukai pekerjaan yang menantang
Kepemimpinan 1. Bertingkah laku sebagai pemimpin yang terbuka thd
saran dan kritik
2. Mudah bergaul dan bekerjasama dengan orang lain
Berfikir ke arah hasil (manfaat) 1. Kreatif dan Inovatif
2. Luwes dalam melaksanakan pekerjaan
3. Mempunyai banyak sumberdaya
3. Serba bisa dan berpengetahuan luas
Keorisinilan 1. Berfikiran menatap ke depan
4. Perspektif
Sumber: Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo (1999)

Tabel 1: Bentuk ketata kelakuan ciri-ciri wirausaha

Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut
dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas,
bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu
dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new anddifferent) atau
kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil
tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan
untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari
peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung resiko (riskbearing)
dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.

Kewirausahaan merupakan suatu proses dinamis untuk melakukan aktivitas ekonomi yang
terencana dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan dan peluang dan hambatan
dalam melakukan suatu usaha yang bemanfaat bagi kesejahteraan. Oleh karenanya makna
penting yang terkandung dalam kewirausahaan, menurut Kristanto (2009), yaitu: ilmu, seni,
 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 10-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

perilaku, sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create a new and different). Jadi ada tiga
indikator utama dari kewirausahaan yaitu: berpikir sesuatu yang baru (kreatif), bertindak
melakukan sesuatu yang baru (inovatif), dan berkeinginan menciptakan nilai tambah (value
added). Oleh karena itu, seseorang yang disebut dengan “wirausahawan” mutlak harus
memiliki kemampuan untuk selalu berpikir sesuatu yang baru, bertindak melakukan sesuatu
yang baru, dan berkeinginan menciptakan nilai tambah.

B. Program Kewirausahaan

Untuk membangun semangat kewirausahaan dan memperbanyak wirausahawan,


Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan
Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Instruksi ini
mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan
program-program kewirausahaan. Pemerintah menyadari betul bahwa dunia usaha
merupakan tulang punggung perekonomian nasional, sehingga harus diupayakan untuk
ditingkatkan secara terus menerus. Melalui gerakan ini diharapkan budaya kewirausahaan
akan menjadi bagian dari etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat
melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru yang handal, tangguh, dan mandiri. Menurut
pendapat Suherman (2008), hal itu sangat penting mengingat bahwa sebenarnya aktifitas
kewirausahaan tidak hanya berada dalam tataran micro-economy.

Meskipun pemerintah telah berupaya untuk memasyarakatkan kewirausahaan, namun upaya


tersebut belum membawa pengaruh yang signifikan karena masih banyak penduduk yang
tidak produktif. Hal itu memunculkan pertanyaan, seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan
Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan yang telah
dilakukan sejak tahun 1995 dan apa dampak dari progran itu. Integrasi pendidikan
kewirausahaan yang dilakukan saat ini merupakan momentum untuk revitalisasi kebijakan
Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mengingat jumlah
terbesar pengangguran terbuka dari tamatan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan memiliki peran yang sangat
strategis untuk mengatasi persoalan yang berkenaan dengan pengangguran.

Data pengangguran terbuka (mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak


mungkin mendapat pekerjaan, sudah punya pekerjaan tetapi belum dimulai), yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2013) menunjukan bukti masih banyak penduduk
yang perlu ditingkatkan produktivitasnya. Apabila tidak ada penanganan yang serius
terhadap masalah ini bukan tidak mungkin angka pengangguran akan terus meningkat setiap
tahunnya. Data pengangguran dari Badan Pusat Statistik adalah sebagaimana yang disajikan
dalam ilustrasi sebagai berikut.

2013
Jenis Kegiatan
Februari
1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas 175 098 712
2 Angkatan Kerja 121 191 712
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69.21
b. Bekerja 114 021 189

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 11-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

c. Penganguran Terbuka 7 170 523


d. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5.92
3 Bukan Angkatan Kerja 53 907 000
a. Sekolah 14 971 720
b. Mengurus Rumah Tangga 32 185 937
c. Lainnya 6 749 343
Sumber:Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2013

Tabel 2. Penduduk Menurut Jenis Kegiatannya

Data berkenaan dengan pengangguran terbuka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(2013) menunjukan bahwa jumlah terbesar pengangguran terbuka berasal dari tamatan
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang disajikan
dalam ilustrasi sebagai berikut.

2013
No. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Februari
1 Tidak/belum pernah sekolah 109 865
2 Belum/tidak tamat SD 513 534
3 SD 1 421 653
4 SLTP 1 822 395
5 SLTA Umum 1 841 545
6 SLTA Kejuruan 847 052
7 Diploma I,II,III/Akademi 192 762
8 Universitas 421 717
Total 7 170 523
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2013

Tabel 3: Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Dalam konteks ini, pendidikan kewirausahaan harus mampu mengubah pola pikir para
peserta didik sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2006). Pendidikan
kewirausahaan adalah mendorong para pelajar dan mahasiswa agar memulai mengenali dan
membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang selalu beorientasi menjadi karyawan
diputar balik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan. Transformasi pengetahuan
kewirausahaan menurut Alma (2009) telah berkembang pada akhir-akhir ini. Demikian pula
di Indonesia, pengetahuan kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar, sekolah menengah
hingga perguruan tinggi dan berbagai kursus bisnis. Dengan demikian, kewirausahaan itu
dapat diajarkan melalui penanaman sikap-sikap dan perilaku untuk membuka bisnis agar
para peserta didik dapat menjadi pengusaha yang berbakat di kemudian hari.

Sekolah atau lembaga pendidikan menjadi tempat yang sangat strategis untuk
menumbuhkan bakat wirausaha. Karakteristik wirausaha merupakan bagian dari pendidikan
kecakapan hidup (life skills). Life skills dalam pendidikan kewirausahaan adalah interaksi
berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh siswa sehingga
mereka dapat hidup mandiri sebagai wirausahawan. Maka 4 (empat) prinsip penting dalam
menjalankan pembelajaran kewirausahaan sebagai life skills tidak boleh ditinggalkan, yaitu :

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 12-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

1. Learning to know, yaitu belajar untuk mengetahui kewirausahaan;


2. Learning to do, yaitu belajar untuk melakukan kegiatan wirausaha;
3. Leraning to be, yaitu belajar untuk mempraktekkan kegiatan wirausaha;
4. Learning to live together, yaitu belajar untuk bersama dengan yang lain dalam interaksi
social dalam berwirausaha.

Karakteristik wirausahaan dapat ditumbuhkan melalui penguatan program kewirausahaan


pada mata pelajaran yang relevan dan penerapan nilai-nilai kewirausahaan dilingkungan
sekolah yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai karakteristik wira usaha ke dalam
peraturan yang berlaku di sekolah.

Hal yang tidak bisa dilupakan dan dirasakan sangat penting dalam konteks pendidikan yang
berwawasan kewirausahaan di sekolah yaitu perlunya membuat kerangka pengembangan
kewirausahaan yang ditujukan bagi kalangan pendidik dan kepala sekolah.Mereka adalah
agen perubahan ditingkat sekolah yang diharapkan mampu menanamkan semangat atau jiwa
kewirausahaan bagi jajaran dan peserta didiknya. Pendidikan yang berwawasan
kewirausahan ditandai dengan proses pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan
metodologi kearah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didik melalui
kurikulum yang dikembangkan di sekolah.

Saat ini, telah semakin disadari bahwa kurikulum yang hanya bersifat menghafal, tidak akan
berdampak pada daya juang anak didik di kehidupan nyata. Daya juang sebenarnya adalah
olah kreativitas, karena daya juang menantang manusia memecahkan suatu permasalahan,
bila ia tidak cukup kreatif, permasalahannya tidak selesai dan ia akan tersingkirkan. Banyak
ditemui, lulusan‐lulusan pendidikan tinggi dengan IPK tinggi ternyata tidak berprestasi
didunia kerja, bahkan jadi pengangguran.Dengan kenyataan ini, sektor pendidikan, sejak dini
harus mengimbangi kurikulum berbasis menghafal dengan kurikulum berorientasi kepada
kreativitas dan terbentuknya jiwa kewirausahaan.Kreativitas yang dimaksud adalah
mengasah kepekaan dan kesiapan untuk proaktif di dalam menghadapi
perubahan‐perubahan yang ditemui dilingkungan nyata.

C. Nilai-nilai Kewirausahaan

Nilai-nilai kewirausahaan dapat dilihat dari perangai, watak, jiwa, perilaku, dan ukuran baku.
Milton Rockeach (1973:4), membedakan konsep nilai menjadi dua, yaitu nilai sebagai sesuatu
yang dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan obyek.
Pandangan pertama, manusia memiliki nilai, yaitu sesuatu yang dijadikan ukuran baku bagi
persepsi terhadap dunia luar. Menurut Sidarta Poespadibrata (1993:91), watak seseorang
merupakan sekumpulan perangai yang tetap. Sekumpulan perangai yang tetap tersebut
dapat dipandang sebagai sistem nilai (Milton Rockeach, 1973). Oleh karena itu, watak dan
perangai yang melekat pada wirausahawan dan menjadi ciri-ciri wirausahawan dapat
dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan kewirausahaan adalah pengembangan


nilai-nilai dari ciri-ciri seorang wirausaha. Menurut para ahli kewirausahaan, ada banyak
nilai-nilai kewirausahaan yang mestinya dimiliki oleh peserta didik maupun warga sekolah
yang lain. Namun di dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan sesuai dengan model
naskah akademik pendidikan kewirausahaan, dipilih beberapa nilai-nilai kewirausahaan
yang dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 13-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

Beberapa nilai-nilai kewirausahaan beserta diskripnya yang akan diintegrasikan melalui


pendidikan kewirausahaan adalah sebagai berikut:

NILAI DESKRIPSI
1. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
2. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
3. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai habatan
4. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil berbeda dari produk/jasa yang telah ada
5. Inovatif Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan
6. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas
7. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya
8. Kerja sama Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam
melaksanakan tindakan, dan pekerjaan.
9. Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap
saran dan kritik,mudah bergaul, bekerjasama, dan
mengarahkan orang lain.
10. Ulet Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah
untuk mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternatif
11. Berani Menangung Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang
Resiko menantang, berani dan mampu mengambil risiko kerja
12. Komitmen Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang,
baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
13. Realistis Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai landasan
berpikir yang rasionil dalam setiap pengambilan keputusan
maupun tindakan/ perbuatannya.
14. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
secara mendalam dan luas dari apa yang yang dipelajari, dilihat,
dan didengar
15. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerjasama dengan orang lain

16. Menghargai akan Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain
Tabel 4. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Kewirausahaan

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 14-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

D. Program Kewirausahaan di SMA

SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP
atau MTs. Menurut Piaget, anak SMA/MA/SMALB masuk dalam tahapan operasional
formal (11– dewasa). Anak yang termasuk dalam tahapan pra operasional konkrit,
menurut piaget memiliki ciri-ciri:
1. Kemampuan berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia.
2. Memahami hal-hal seperti bukti logis, dan nilai.
3. Tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya.
4. Penalaran moral, dan perkembangan sosial.

Untuk merancang program kewirausahaan yang bisa dilaksanakan di tingkat SMA,


disamping disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak juga disesuaikan dengan
fungsi dan tujuan dari pendidikan di SMA.

1. Fungsi Pendidikan Menengah Atas


a. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia,
dan kepribadian luhur;
b. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cint
atanah air;
c. Mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekpresikan
keindahan, kehalusan, dan harmoni;
e. Menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga baik untuk kesehatan dan
kebugaran jasmani maupun prestasi;
f. Meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup mandiri di masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Menengah Atas


Pendidikan menengah atas bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi insan
yang:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur;
b. Berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c. Sehat, mandiri, dan percaya diri, dan
d. Toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab

Program kewirausahaan di SMA disusun berdasarkan tujuan, fungsi dan ciri-ciri


perkembangan siswa SMA.

Program kewirausahaan di SMA bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),
sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha.
Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan
kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan
oleh kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik secara bersama-sama

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 15-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam


kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat
merealisasikan program kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengembangan program kewirausahaan di SMA
antara lain:

1. Pengembangan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Untuk mengembangkan program kewirausahaan di lingkungan sekolah, tidak perlu


merevisi kurikulum secara total. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara
mengembangkan KTSP yang telah ada dengan mengaktualisasikan mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan pada program-program nyata kewirausahaan. Selain itu
perlu juga diimplementasikan nilai-nilai kewirausahaan pada kegiatan ekstrakurikuler
dan budaya sekolah.

2. Peningkatan Peran Sekolah dalam Mempersiapkan Wirausaha

Hakikat persiapan seorang wirausaha adalah dalam segi penempaan sikap mental
wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan seorang wirausaha terletak pada
penempaan semua daya kekuatan pribadi peserta didik untuk menjadikannya kreatif
dan inovatif, disamping mampu berusaha untuk hidup maju dan berprestasi. Salah satu
ciri seorang wirausaha adalah memiliki kepribadian yang kuat.

3. Pengembangan dalam Pengorganisasian Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dilaksanakan


agar peserta didik mengalami perkembangan pribadi yang integratif, dinamis, dan
kreatif. Hal ini tidak berarti bahwa pengorganisasian yang sudah berlaku di sekolah itu
harus dihilangkan. Pengorganisasian yang sudah ada biar berlangsung terus, yang
penting perlu dicari cara pengorganisasian lain untuk menunjang proses belajar
mengajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif belajar dari
kenyataan hidup sehari-hari. Selain itu alternatif lain untuk mengembangkan organisasi
pengalaman belajar peserta didik adalah pelaksanaan pembelajaran yang berbasis unit
produksi. Sebagai contoh pada pembelajaran materi produksi, peserta didik dilatih
keterampilan untuk memproduksi karya. Selanjutnya hasil produksi dititipkan dalam
unit produksi di sekolah untuk digunakan sebagai latihan menjual pada saat
penyampaian materi pemasaran. Model seperti ini tidak mengganti pengorganisasian
yang sudah ada melainkan sebagai variasi pengalaman belajar peserta didik.

4. Pengembangan Proses Kelompok

Hubungan pribadi antar peserta didik di dalam kelas mempunyai pengaruh terhadap
belajar mereka. Aktivitas belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh perasaannya
tentang diri sendiri dalam hubungannya dengan guru-guru serta teman-temannya.
Pertumbuhan peserta didik banyak tergantung pada suasana emosional dari kelompok
kelasnya. Proses-proses kelompok di kelas bukan hanya mempengaruhi perasaan dan
sikap para peserta didik, tetapi juga mempengaruhi hasil belajar mereka. Oleh karena itu

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 16-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

guru dituntut untuk berusaha membentuk kelompok dengan anggota kelompok yang
bervariasi di dalam kelas agar jiwa kewirausahaan pada diri peserta didik tumbuh dan
berkembang.

5. Pengembangan Pendidik

Sebelum pendidik melaksanakan pembelajaran di kelas, terlebih dahulu pendidik juga


dilatih kewirausahaan terutama yang terkait dengan penanaman jiwa dan perilaku
wirausaha (jiwa dan skill kewirausahaan). Akan lebih baik lagi jika pendidik memiliki
pengalaman empiris di dalam bisnis.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 17-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

BAB III

STRATEGI IMPLEMENTASI KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan dapat diaktualisasikan melalui mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan


berdasarkan kompetensi-kompetensi yang adapada mata pelajaran tersebut. Prinsip pembelajaran
kewirausahaan pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan adalah menghasilkan produk
yang mempunyai nilai keterjualan, oleh sebab ituproduk tersebut harus memenuhi standar pasar,
memiliki nilai kemanfaatan, kreatif serta bertanggungjawab terhadap hasil karyanya.

Implementasi kewirausahaan juga dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti
seluruh peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah. Program kewirausahaan
dibuat sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke dalam kalender akademik dan dilakukan sehari-
hari sebagai bagian dari budaya sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam
program sekolah adalah lomba berbagai produk yang telah dihasilkan oleh peserta didik, pameran
hasil karya peserta didik yang terkait dengan kewirausahaan, melakukan wawancara dengan
wirausahawan setempat dan tokoh yang berkaitan dengan kewirausahaan, mengundang berbagai
narasumber untuk berdiskusi, berceramah, dan lain-lain.

Kewirausahaan dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh seluruh atau
sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran,dan dimasukkan ke dalam
kalender akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan semangat
berwirausaha, melakukan pengabdian masyarakat untuk mengimplementasikan hasil produk
prakarya agar dapat dimanfatkan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, dan lain-lain.

Implementasi kewirausahaan di SMA dapat dilakukan melalui:

A. Aktualisasi Pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan

Pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi


penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan keterampilan, dengan bobot yang
lebih besar pada pencapaian kompetensi keterampilan dibandingkan dengan pemahaman
konsep.Dalam struktur kurikulum SMA pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
dikembangkan kompetensi prakarya yang terkait langsung dengan kewirausahaan.Mata
pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan
konsep-konsep kewirausahaan dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan.

Program kewirausahaan yang dikembangkan harus disesuaikan dengan ruang lingkup materi
pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Hal ini dilakukan agar program tersebut
selaras dengan materi dan tuntutan kompetensi pada mata pelajaran tersebut. Berdasarkan
ruang lingkup materi pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, maka sekolah dapat
menetapkan program-program kewirausahaan yang sesuai dengan kondisi sekolah.

Berikut ini contoh bentuk aktualisasi kewirausahaan berdasarkan ruang lingkup materi pada
mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang dapat dikembangkan di sekolah:
1. Kunjungan ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan semangat usaha.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 18-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

2. Mendatangkan tokoh-tokoh wirausaha yang dapat menyajikan pengalaman keberhasilan


berwirausaha.
3. Menjalankan sebuah usaha untuk menghayati perilaku berwirausaha.
4. Melakukan pengamatan pasar dalam rangka menciptakan peluang usaha.
5. Mengadakan pameran atau bazar untuk berwirausaha.

B. Implementasi Nilai-Nilai Kewirausahaan

Tahap awal yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai kewirausahaan di


setiap satuan pendidikan adalah mengkaji sejauh mana Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
yang mengandung nilai-nilai kewirausahaan sudah terinternalisasi pada satuan pendidikan.
Berdasarkan kajian tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan
kewirausahaan di setiap satuan pendidikan.

Dalam mengimplementasikan nilai-nilai kewirausahaan perlu dilakukan pemetaan nilai-nilai


kewirausahaan terhadap kompetensi kewirausahaan yang diharapkan di satuan pendidikan.

Berikut ini adalah deskripsi nilai-nilai kewirausahaan.

Nilai Kewirausahaan Deskripsi


Percaya diri  Berani persentasi di dalam kelas
 Berani memberi tanggapan dalam diskusi kelas
Jujur  Tidak nyontek dalam mengerjakan ulangan/ujian
 Mengemukakan rasa senang/tidak senang terhadap pelajaran
 Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi kelas
 Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di tempat
umum
Disiplin  Tertib dalam melaksanakan tugas-tugas sekolah
 Patuh dalam menjalankan organisasi sekolah
 Masuk kelas tepat waktu
Kerja sama  Mengerjakan tugas secara kelompok
 Mau berbagi dengan sesama teman
Kreatif  Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan suatu pokok
bahasan
 Mengemukakan gagasan baru
 Mendiskripsikan konsep dengan kata-kata sendiri
Berani menanggung  Menyukai tugas yang menantang
resiko  Berani menerima akibat dari perbutannya sendiri
Kepemimpinan  Terbuka terhadap saran dan kritik
 Bertingkah laku sebagai pemimpin di dalam kelompok
 Membagi tugas dalam kelompok
 Role model
Realistis  Berfikir rasional
 Konsisten antara berpikir dan bertindak
 Berpikir solutif

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 19-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

Kerja keras  Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu
yang telah ditetapkan
 Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar
 Selalu fokus pada pelajaran
Mandiri  Melakukan sendiri tugas kelas yang jadi tanggungjawabnya
 Tidak tergantung pada orang lain
Rasa ingin tahu  Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran
 Bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi
 Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi
yang terkait dengan pelajaran
 Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi
Menghargai akan  Mengerjakan tugas dari guru dengan sebaik-baiknya
prestasi  Berlatih keras untuk berprestasi dalam olahraga dan kesenian
 Menghargai hasil karya sendiri dan orang lain
Komunikatif  Mendengarkan secara aktif
 Berbicara dengan teman sekelas
 Berbicara dengan guru , kepala sekolah, dan personalia sekolah
lainnya
 Menyampaikan pesan dengan berbagai media
Tanggung jawab  Melaksanakan tugas-tugas individu
 Menjalankan tugas kelompok
Komitmen  Mematuhi kesepakatan dengan orang lain
 Mematuhi kesepakatan terhadap dirinya sendiri
Ulet  Tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas
 Melakukan berbagai alternatif cara dalam mengerjakan tugas
Tabel 5: Deskripsi nilai-nilai kewirausahaan

Implementasi nilai-nilai kewirausahaan selain dilakukan melalui intrakurikuler dan


kokurikuler juga dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah.

1. Implementasi nilai-nilai kewirausahaan melalui ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk


membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, dan pembina yang berkemampuan dan berkewenangan di luar lingkungan
sekolah. Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat
secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang
berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstrakurikuler adalah (1)
menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang
memberikan kesempatanpeserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui
kegiatan mandiri dan atau kelompok.

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diintegrasikan muatan nilai-nilai


kewirausahaan antara lain:

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 20-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

a. Kerajinan Batik
b. Budidaya Anggrek
c. Produksi Nata De Coco
d. Elektonika
e. Dsb.

2. Implementasi nilai-nilai kewirausahaan melalui budaya sekolah

Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbul-simbul yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas (Blog
education-mantap)

Pengembangan nilai-nilai kewirausahaan pada budaya sekolah mencakup kegiatan-


kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, pendidik, konselor, tenaga kependidikan ketika
berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah, seperti
kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan
sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan
sekolah).

Kegiatan pendidikan kewirausahaan melalui budaya sekolah dapat dilakukan dengan


pembiasaan-pembiasaan untuk menumbuhkan nilai-nilai kewirausahaan, misalnya
membersihkan ruang kelas sebelum proses pembelajaran, mengembangkan budaya
senyum sapa salam, dan sebagainya.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 21-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

BAB IV

PROFIL SEKOLAH PELAKSANA PROGRAM KEWIRAUSAHAAN

Profil Program Kewirausahaan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri
dari 8 komponen, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar penilaian,
dan standar pembiayaan yang diintegrasikan dengan program kewirausahaan. Setiap komponen
terdiri dari beberapa aspek dan indikator.

Berikut ini diuraikan secara garis besar komponen, aspek dan indikator yang menggambarkan
sebagai profil sekolah pelaksana program kewirausahaan.

A. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat
komponen yang dipersyaratkan dan telah disahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi.
Penyusunan KTSP dilakukan secara mandiri dengan membentuk Tim Pengembang KTSP dan
Tim Pengembang Kewirausahaan. Komponen KTSP memuat tentang visi, misi, tujuan, struktur
dan muatan KTSP, yang mengimplementasikan program kewirausahaan. KTSP dilengkapi
dengan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang penyusunan dan
pelaksanaannya mengikut sertakan seluruh warga sekolah.
Aspek dan indikatornya adalah :
1. Memiliki Dokumen Kurikulum
Melakukan analisis program kewirausahaan dengan kegiatan:
a. Pemetaan kompetensi pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan untuk
menentukan program kewirausahan yang akan dikembangkan.
b. Penelusuran bakat minat peserta didik untuk mengembangkan program
kewirausahaan yang sesuai dengan kebutuhan sertaber manfaat bagi peserta didik.
c. Pengkajian jenis program kewirausahaan yang dapat dilaksanakan oleh satuan
pendidikan.
d. Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan pada kegiatan ekstrakurikuler dan budaya
sekolah.
2. Komponen KTSP, memuat:
a. Visi, misi, tujuan satuan pendidikan dan strategi yag mencerminkan upaya untuk
mencapai hasil belajar peserta didik yang berkualitas, dan didukung dengan suasana
belajar dan suasana sekolah yang memadai, kondusif, menyenangkan dan mencirikan
adanya program kewirausahaan.
b. Muatan yang terkandung dalam KTSP mencerminkanprogram kewirausahaan
melalui:
1) Aktualisasi pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.
2) Integrasi nilai-nilai kewirausahaan melalui kegiatan ekstrakurikuler, dan budaya
sekolah.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 22-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

B. Standar Proses

Sekolah mempunyai perencanaan pembelajaran yang telah mengintegrasikan program


kewirausahaan dan melakukan pengawasan serta pengendalian terhadap seluruh proses
pendidikan yang terjadi di sekolah untuk mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan.
Aspek dan indikatornya adalah:
1. Penyiapan perangkat pembelajaran
a. Adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), untuk mata pelajaran Prakarya
dan Kewirausahaan sekurang-kurangnya berisi:
1) Tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber
belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
2) Pemanfaatan perpustakaan secara terintegrasi dalam proses pembelajaran
terutama dalam mendukung pendidikan kewirausahaan.
3) Pemanfaatan sarana pembelajaran secara terintegrasi dalam mendukung
pendidikan kewirausahaan, sesuai dengan karakteristik aspek prakarya.
b. Adanya bahan ajar dalam bentuk cetakan (modul, hand out, LKS dan lain-lain),
tentang kewirausahaan untuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.
c. Adanya bahan ajar berbasis TIK (modul, hand out, LKS, audio,visual, dan lain-lain),
tentang kewirausahaan untuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.
2. Pelaksanaan proses pembelajaran
a. Pembelajaran di sekolah diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dengan
menjadikan program kewirausahaan sebagai sarana pendukung pencapaian
kompetensi dasar.
b. Melakukan penelusuran bakat dan minat peserta didik, dalam rangka pemilihan
program kewirausahaan.
c. Proses pembelajaran kewirausahaan dapat dilakukan dengan cara:
1) Seluruh pembelajaran dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan.
2) Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan
pendidikan formal lain.
3) Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan/lembaga
pendidikan nonformal.

C. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
sumberdaya manusia sekolah yang terdiri dari pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga
pendidik secara kualitas harus memenuhi kualifikasi akademik, sertifikasi profesi dan
kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sedangkan secara kuantitas
harus memenuhi ketentuan rasio pendidik dan peserta didik. Sedangkan tenaga kependidikan
sekurang-kurangnya terdiri dari kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan. Tenaga kependidikan sekolah harus memenuhi
persyaratan kompetensi yang dibutuhkan. Aspek dan indikatornya adalah :
1. Kualifikasi akademik pendidik
a. Memiliki kualifikasi pendidik untuk program kewirausahaan sesuai dengan aspek
prakarya yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan.
b. Adanya tenaga ahli/pengajar dari satuan pendidikan formal lain atau lembaga
pendidikan non formal di lingkungan setempat, yang dapat membantu pelaksanaan
program kewirausahaan di sekolah.
 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 23-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

2. Tenaga kependidikan
a. Seluruh tenaga kependidikan memiliki keinginan dan pengetahuan dalam upaya
implementasi program kewirausahaan.
b. Seluruh tenaga kependidikan mendukung pelaksanaan program kewirausahaan.
D. Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana pendidikan terutama meliputi: satuan pendidikan, sarana
perpustakaan dan ruang guru. Aspek dan indikatornya adalah:
1. Satuan pendidikan
a. Adanya program dan upaya optimalisasi sarana dan prasarana guna mendukung
implementasi program kewirausahaan melalui aktualisasi mata pelajaran Prakarya
dan Kewirausahaan.
b. Adanya program dan upaya optimalisasi sarana dan prasarana dalam mendukung
pengembangan nilai-nilai kewirausahaan melalui ekstrakurikuler dan budaya
sekolah.
2. Sarana Perpustakaan
a. Buku (buku teks pelajaran, buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi,
bahan ajar, dan sumber belajar lain) yang dapat mendukung program kewirausahaan.
b. Tersedianya buku tentang pengembangan nilai-nilai kewirausahaan.
3. Ruang Guru
a. Pengaturan ruang guru memungkinkan untuk mobilitas MGMP mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan.
b. Pengaturan ruang guru memungkinkan untuk diskusi dalam rangka mengembangkan
nilai-nilai kewirausahaan.

E. Standar Pengelolaan
Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja,
pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah
mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana
kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan pedoman
pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan.
Disamping itu pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya sekolah, serta melibatkan
peran serta masyarakat. Aspek dan indikatornya adalah:
1. Program kerja sekolah
a. Memiliki Dokumen Program Kerja Sekolah dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan program rutin.
b. Memiliki Dokumen Program Kerja Sekolah dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan program kewirausahaan.
2. Penyiapan perangkat/panduan operasional oleh satuan pendidikan
a. Menyusun panduan penyelenggaraan program kewirausahaan.
b. Menyusun panduan pembelajaran dan penilaian program kewirausahaan yang
dilaksanakan melalui: aktualisasi kewirausahaan pada mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, dan pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan melalui
ekstrakurikuler dan budaya sekolah.
c. Menyusun panduan pelaksanaan penelusuran dan analisis program kewirausahaan.
d. Menyusun panduan penetapan jenis program kewirausahaan yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan ketersediaan daya dukung dan
minat, bakat serta kebutuhan peserta didik.
 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 24-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

e. Menyusun panduan penelusuran minat, bakat dan potensi peserta didik.


f. Menyusun dokumen kemitraan dengan lembaga formal/non formal lainnya dalam
pelaksanaan program kewirausahaan.

3. Melaksanakan pengelolaan ketenagaan


a. Melaksanakan program pemberdayaan/kemitraan guru dari lembaga formal/non
formal lainnya untuk pelaksanaan program kewirausahaan.
b. Menetapkan tim pengembang program kewirausahaan.
4. Melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana
a. Memiliki jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
yang menunjang implementasi program kewirausahaan.
b. Melaksanakan program pemberdayaan/kemitraan dengan lembaga formal/non
formal lainnya dalam rangka pemanfaatan sarana prasarana untuk mendukung
pelaksanaan program kewirausahaan.
5. Supervisi dan evaluasi keterlaksanaan program
a. Melakukan program supervisi dan evaluasi diri terhadap implementasi program
kewirausahaan di sekolah.
b. Memiliki tim supervisi dan evaluasi diri terhadap implementasi program
kewirausahan di sekolah.
c. Menyusun dokumen laporan hasil supervisi dan evaluasi diri implementasi program
kewirausahaan di sekolah.

F. Standar Pembiayaan

Pembiayaan sekolah didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja tahunan
meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal. Sumber pembiayaan
sekolah dapat berasal orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya.
Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara transparan dan
akuntabel. Aspek dan indikatornya adalah :
1. Jenis dan sumber pembiayaan
a. Sekolah mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi dalam upaya
Implementasi program kewirausahaan (penyediaan sarana prasarana,
pengembangan SDM, dan modal kerja tetap), biaya operasi (gaji pendidik dan tenaga
kependidikan), bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, biaya operasi
pendidikan tak langsung), dan biaya personal (biaya pendidikan dari peserta didik)
b. Memiliki program dan upaya sekolah menggali dan mengelola serta memanfaatkan
dana dari berbagai sumber dalam Implementasi kewirausahan (orang tua peserta
didik, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya) melalui laporan pertanggung-
jawaban secara akuntabel dan transparan.
c. Sekolah memiliki pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang
mengacu pada standar pendidikan dalam upaya implementasi kewirausahaan.
2. Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS)
a. Menyusun program dan strategi sekolah menggali dan mengelola serta
memanfaatkan dana dari berbagai sumber termasuk upaya implementasi program
kewirausahaan (orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah dan donatur
lainnya) melalui laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan.
b. Menyusun program dan strategi pengelolaan biaya investasi dan operasional
termasuk upaya implementasi program kewirausahaan yang mengacu pada SNP.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 25-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

G. Standar Penilaian Pendidikan

Sekolah melaksanakan penilaian pendidikan melalui proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian mengacu pada
prinsip penilaian dengan menggunakan teknik dan instrumen penilaian yang sesuai
berdasarkan mekanisme dan prosedur penilaian terstandar.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 26-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kewirausahaan di SMA merupakan program untuk mengenal konsep kewirausahaan, latihan


mengembangkan usaha, mendapatkan pengalaman praktis berwirausaha, menumbuhkan minat
berwirausaha dan mengembangkan potensi berwirausaha. Oleh karena itu program
kewirausahaan di SMA harus menjadi alternatif dalam mempersiapkan lulusan yang mampu
menerapkan dan mengelola peluang usaha serta mampu menyesuaikan diri agar berhasil
dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki kemampuan untuk menghadapi persaingan
global.

Disamping itu, pelaksanan pendidikan kewirausahaan, merupakan suatu hal yang tidak
bertentangan dengan:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

2. Butir-butir kebijakan nasional dalam bidang pendidikan yang terdapat dalam dokumen
RPJMN 2015 - 2019, yang telah menetapkan arah pembangunan dalam RPJMN 2015—
2019 ialah mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong-royong. Kebijakan ini selanjutnya dijabarkan dalam kerangka
pembangunan yang dapat memastikan Indonesia dapat tumbuh lebih cepat dan kuat,
inklusif, dan berkelanjutan. Perekonomian Indonesia harus bertransformasi dari ekonomi
yang mengandalkan eksploitasi sumber daya alam sebagai barang mentah, tenaga kerja
murah dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas iptek yang relatif rendah
menjadi perekonomian yang memperoleh nilai tambah tinggi dari pengelolaan sumber
daya alam yang berkelanjutan, industri pengolahan dan jasa yang didukung oleh manusia
yang berkualitas, dan mempunyai daya saing serta didukung kualitas iptek yang terus
meningkat. Kualitas iptek dan manusia yang diukur dengan tingkat pendidikan
merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menjabarkan arah kebijakan dan
strategi nasional ke depan. Arah kebijakan dan strategi nasional dalam pembangunan
pendidikan dan kebudayaan dipengaruhi oleh permasalahan pokok dan tantangan yang
dihadapi bangsa dalam lima tahun ke depan dan kondisi lingkungan strategis.

Berdasarakan hal tersebut di atas, perlu disusun Naskah Akademik Program Kewirausahaan di
SMA sebagai pedoman dalam penyusunan panduan implementasi kewirausahaan di SMA.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 27-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

B. Rekomendasi

Berdasarkan naskah akademik program kewirausahaan di SMA, maka perlu dilakukan kegiatan
dalam bentuk penyusunan naskah berikut ini:
1. Naskah Konsep dan Strategi Implementasi Kewirausahaan di SMA
2. Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Program Kewirausahaan di SMA
3. Pedoman Verifikasi dan Validasi Program Kewirausahaan di SMA
4. Panduan Pendampingan SMA Pelaksana Program Kewirausahaan
5. Pedoman Supervisi SMA Pelaksana Program Kewirausahaan
6. Panduan Kewirausahaan Aspek Kerajinan
7. Panduan Kewirausahaan Aspek Rekayasa
8. Panduan Kewirausahaan Aspek Budidaya
9. Panduan Kewirausahaan Aspek Pengolahan
10. Naskah-naskah lain yang mendukung pembinaan dan pelaksanaan implementasi
kewirausahaan di SMA.

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 28-29
Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari (2000). Kewirausahaan, CV. Alvabeta, bandung


Arismunandar, (2006), Pengembangan Kewirausahaan Sekolah, Direktorat Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Daryanto, (2012), Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: Gava Media, 2012
Drucker, P.F. (1994), Innovation and Entrepreneurship: Practices and Principles. Penerjemah Rusdi
Naib. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran; Menuju Pribadi Unggul Melalui Perbaikan
Proses Pembelajaran, Malang: LP3, UM.
Grenville, Kleiser, (1086), Membina Kepribadian Wiraswasta, Pionir Jaya, bandung
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2015), Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan 2015-2019. Jakarta.
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum, (2010),
Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta.
Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek, Jakarta: Pustaka Binaman Presindo
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum, (2010),
Naskah Akademik Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta.
Suryana, (2013), Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat,
2013
Soemahamidjaja, Soeparman. (1980). Membina Sikap Mental Wirausahawan. Jakarta: Gunung Jati.
Sigit, Suhardi. 1980. Mengembangkan Kewirausahaan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sunyoto, Danang., Wahyuningsih Ambar. 2009. Kewirausahaan: Teori, Evaluasi, dan Wirausaha
Mandiri. Bogor: Penerbit Esia Media

 2016, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 29-29

Anda mungkin juga menyukai