Anda di halaman 1dari 2

Kematian Akibat Asfiksia Traumatis di Daerah Varanasi, India

Abstrak
Latar Belakang: Asfiksia traumatis terjadi ketika adanya suatu gaya tekan kuat yang terjadi pada
rongga dada. Hal ini sering terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor, industri, dan kecelakaan
pertanian serta pada kejadian runtuhnya jembatan serta bangunan-bangunan.
Metode: Selama periode Oktober 2016 sampai dengan Mei 2018, terdapat 33 kasus tentang
asfiksia traumatis yang telah tercatat di pusat otopsi distrik Varanasi, yaitu Departemen
Kedokteran Forensik Institut Ilmu Kedokteran Universitas Hindu Banaras, Varanasi Negara
Bagian Utter Pradehs, India.
Hasil: Angka kejadian asfiksia traumatis tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Namun, pria
lebih rentan untuk terkena karena faktor lebih sering melakukan aktivitas di luar ruangan. Dalam
penelitian ini, distribusi pria lebih banyak daripada wanita. Kombinasi pemeriksaan internal dan
eksternal yang paling sering ditemukan adalah kongesti 26 kasus(78,8%), sianosis 25 kasus(75%),
dan perdarahan subkonjungtival 10 kasus (30,3%). Pada pemeriksaan internal, patah tulang rusuk
dengan flai chest tercatat dalam 5 kasus (15,2%) pada kasus ini.
Kesimpulan: Kematian akibat kecelakaan asfiksia traumatis merupakan faktor utama terjadinya
asfiksia hebat. Hal ini bisa terjadi pada asfiksia karena adanya kompresi kuat dari luar yang
menekan dada.

1. Pendahuluan
Kematian akibat asfiksia dapat dikategorikan menjadi “asfiksia traumatis”, “asfiksia
lebur”, dan “penyakit Perthe’s” yang dikaitkan dengan adanya tekanan atau penetrasi ke dada.
Asfiksia traumatis banyak terjadi karena ketidaksengajaan. Biasanya disertai dengan sianosis pada
wajah, adanya kongsti, perdarahan subkonjungtival, perdarahan petekie pada wajah, leher, dan
bagian atas ada karena adanya tekanan kompresi kearah thoracoabdominal.
Berdesak-desakan di keramaian juga bisa menyebabkan asfiksia traumatis, karena bisa
menyebabkan bencana massal, yang kemungkinan paling besar terjadi adalah di Mekkah.
Kebanyakan kecelakaan besar di stadion sepak bola seperti di Botron, Ibrox, Park, Lima,
Hillsborough, dan stadion Helsi di Belgia terjadi karena tidak terkontrolnya massa banyak yang
berdesak-desakan. Sembilan orang meninggal karena asfiksia traumatis yang disebabkan
kerumunan yang tidak terkendali pada pertandingan basket di Kota New York pada tahun 1991.
Kerusuhan yang terjadi di kuil Hindu Naina Devi yang terjadi pada 3 Agustus 2008 di
negara bagian Himadal Pracesh, India. Total 162 orang tewas setelah berdesakan, terinjak-injak,
dan terdorong-dorong dalam kerumunan yang panik. Dalam insiden lain, terdapat setidaknya 65
orang meninggal dan lebih dari 100 orang terluka dalam kerusuhan kuil Ram Janki pada tanggal 4
Maret 2010. Sebuah gerbang runtuh di Pratapgarh distrik Uttar Pradesh, memicu kepanikan
diantara 10.000 orang yang berkumpul untuk beribadah. Tekanan berat pada dada terutama
menekan sisi kanan jantung yang lebih tipis, namun sisi kiri jantung akan terus memompa darah
untuk sementara waktu. Perpindahan darah dari vena cava superior ke dalam vena subklavia dan
vena kepala serta leher merupakan hasil dari kompresi tiba-tiba pada dada atau perut.
Cedera terkait seperti memar paru-paru, memar jantung, hemopneumothoraks, dan tulang
rusuk patah. Dampak mendadak pada dada bisa meningkatkan tekanan intratoraks. Kematian
asfiksia traumatis dapat terjadi dalam berbagai situasi, seperti kecelakaan bermotor, kecelakaan
kereta api, kecelakaan lift, bangunan runtuh, dan longsor.

2. Material dan Metode


Penelitian prospektif ini dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik Institut Ilmu
Kedokteran Universitas Hindu Banaras, di Negara Bagian Varanasi, India. Kami menyelidiki
autopsi medikolegal pada mayat yang dibawa dari kantor polisi Varanasi dan sekitanya. Total
didapatkan 33 kasus kematian yang disebabkan karna asfiksia traumatis dalam rentang Oktober
2016 sampai dengan Mei 2018. Kasus penelitian dipilih dari para korban kematian akibat
kekerasan asfiksia yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan post-mortem. Kasus yang tidak
dilaporkan polisi sebagai kasus kekerasan kematian karna asfiksia namun pada pemeriksan post-
mortem positif dikatakan karna asfiksia dimasukan dalam penelitian ini.
Sebanyak 33 kasus diteliti dari dua insiden yang berbeda dalam penelitian ini. Insiden
pertama adalah penyerbuan yang terjadi pada 16 Oktober 2016 di Jembatan Rajghat, Varanasi.
Dalam insiden ini 18 dari 24 korban dirujuk ke departemen kedokteran forensik untuk dilakukan
pemeriksaan medikolegal post-mortem. Data dari peristiwa Jembatan Rajghat dapat dilihat pada
Gambar 1. Insiden kedua terjadi pada 15 Mei 2018 saat pembangunan jalan tol dekat stasiun kereta
api runtuh. Dalam peristiwia ini terdapat 15 orang yang meninggal dan jasadnya dirujuk ke
departemen forensik untuk dilakukan pemeriksaan post-mortem.

Anda mungkin juga menyukai